Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014 DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Non Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Regi Muzio Ponziani ..............................................................
1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Nonkeuangan Di Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Riki Sanjaya ........................................................................
12
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Olga Ghazali .......................................................................
21
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Ricky A. Mulyana ..................................................................
35
Analisa Pengaruh Satisfaction, Locational Convenience, Dan Commitment Terhadap Customer Loyalty Nuno Sutrisno .....................................................................
49
Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja Fisik, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Nurti Widayati .....................................................................
65
Pengaruh Kompensasi, Sistem Promosi, Dan Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Nurwanti ............................................................................
75
Pengaruh Earnings Per Share, Diskresioner Akrual, Investment Opportunity Set, Beta, Size, Dan Debt To Equity Terhadap Return Saham R. Wasisto Roeswidiono .........................................................
85
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Rintar H.E. Napitupulu ..........................................................
105
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Ratih Handayani ..................................................................
119
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Switch Novia Wijaya .......................................................................
131
Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail :
[email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 1-8
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA REGI MUZIO PONZIANI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The objective of this research is to investigate and analyze the effect of dividend, profitability, business risk, asset structure, liquidity, growth, size, managerial ownership, and institutional ownership on capital structure. The population of this research are all non-financial companies which listed in Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia) from 2009 until 2012. The data are selected by using purposive sampling method and there are 63 manufacturing companies which suit with the criteria applied over four years period from 2009 until 2012. This research uses multiple regressions as the statistical analysis method. The empirical results of this research show that business risk, liquidity, size, instutional ownership have negative impact on capital structure, whereas earning managerial ownership has positive impact on capital structure. Dividend, profitability, asset structure, and growth do not affect capital structure. Keywords:
Dividend, Profitability, Business Risk, Asset Structure, Liquidity, Growth, Size, Managerial Ownership, and Institutional Ownership
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dividen, profitabilitas, risiko bisnis, struktur aktiva, likuiditas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap struktur modal. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012. Data dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan terdapat 63 perusahaan manufaktur yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penelitian ini menggunakan regresi berganda sebagai metode analisis statistik. Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa risiko bisnis, likuiditas, ukuran perusahaan, kepemilikan instutional memiliki dampak negatif terhadap struktur modal, sedangkan kepemilikan manajerial memiliki dampak positif terhadap struktur modal. Dividen, profitabilitas, struktur aktiva, dan pertumbuhan tidak mempengaruhi struktur modal. Kata kunci:
Dividen, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Struktur Aset, Likuiditas, Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional.
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
PENDAHULUAN Salah satu unsur penting dalam berdirinya sebuah perusahaan adalah struktur modal. Struktur modal biasanya terdiri dari komponen hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal dari saham biasa (Erkaningrum 2008). Masalah struktur modal merupakan unsur yang penting bagi setiap perusahaan karena baik atau buruknya struktur modal mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Struktur modal juga merupakan faktor penting dalam sebuah perusahaan karena berdampak langsung terhadap kegiatan operasional yang akan dijalankan perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti perihal variabelvariabel yang mempengaruhi struktur modal. Variabel-variabel tersebut seperti kebijakan dividen, profitabilitas, risiko bisnis, struktur aset, likuiditas, tingkat pertumbuhan, ukuran perusahan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori keagenan memiliki pandangan bahwa setiap individu akan mementingkan kepentingan sendiri. Perbedaan kepentingan ini akan menimbulkan konflik dalam perusahaan, oleh karena itu muncul teori keagenan yang mengatur hubungan antara pemegang saham dan manjemen yang ada di perusahaan.
2
November 2014
Pecking Order Teori Teori ini membahas mengenai sumber pendanaan yang dipilih oleh perusahaan. Dalam pecking order theory perusahaan menegaskan lebih suka menggunakan internal financing daripada external financing dengan kata lain jika pendanaan dari internal tidak mencukupi maka baru dilakukan pendanaan dari eksternal. Trade – Off Teori Secara keseluruhan Trade-off theory membahas mengenai manfaat dan biaya dari penggunaan hutang tersebut dan akan berusaha menyeimbangkan manfaat dan biaya tersebut dengan biaya kebangkrutan serta biaya keagenan dalam struktur modal (Hestuningrum dan Darsono 2012). Bankruptcy Teori Financial distress adalah sebuah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Penggunaan hutang oleh perusahaan akan meningkatkan financial distress. Penggunaan hutang yang berlebihan akan menyebakan semakin besar beban bunga yang harus dibayar dan hal ini akan menyebabkan kemungkinan menurunnya pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan. Teori Pensignalan dan Teori Asimetri Informasi Asymmetric information atau informasi tidak simetris merupakan sebuah kondisi dimana salah satu pihak mempunyai informasi melebihi pihak lain mengenai prospek dan resiko yang dihadapi perusahaan (Sjahrial 2008). Menurut Prabansari dan
ISSN: 1410 -9875
Kusuma (2005) menyatakan signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang bertujuan memberikan petunjuk pada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Dividen dan Struktur Modal Menurut Al-Najjar dan Taylor (2008) tidak terdapat pengaruh antara dividen dan struktur modal perusahaan. Erkaningrum (2008) menyatakan bahwa dividen berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 Terdapat pengaruh dividen terhadap struktur modal. Profitabilitas dan Struktur Modal Menurut Al-Najjar dan Taylor (2008) terdapat pengaruh negatif antara profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: pengaruh Ha2 Terdapat profitabilitas terhadap struktur modal. Risiko Bisnis dan Struktur Modal Menurut Al-Najjar dan Taylor (2008) terdapat perngaruh negatif antara risiko bisnis terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Utami (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara risiko bisnis dengan struktur modal. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Regi Muzio Ponziani
Ha2
Terdapat pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal.
Struktur Aset dan Struktur Modal Menurut Al-Najjar dan Taylor (2008) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif struktur aset terhadap struktur modal perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Terdapat pengaruh struktur aset terhadap struktur modal. Likuiditas dan Struktur Modal Hasil penelitian Al-Najjar dan Taylor (2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara likuiditas dengan struktur modal. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Terdapat pengaruh likuiditas terhadap struktur modal. Tingkat Pertumbuhan dan Struktur Modal Menurut Al-Najjar dan Taylor (2008) maka terdapat pengaruh positif antara pertumbuhan terhadap struktur modal. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: pengaruh Ha2 Terdapat pertumbuhan terhadap struktur modal. Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal Menurut Al-Najjar dan Taylor (2008) terdapat pengaruh positif antara ukuran perusahaan terhadap
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
struktur modal. Dari hasil penemuan-penemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. Kepemilikan Manajerial dan Struktur Modal Menurut Seftianne dan Handayani tidak terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap struktur modal perusahaan. Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: pengaruh Ha2 Terdapat kepemilikan manjerial terhadap struktur modal Kepemilikan Institusional dan Struktur Modal Menurut Wimelda dan Marlinah (2013) kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan.Dari hasil penemuanpenemuan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: pengaruh Ha2 Terdapat kepemilikan institusional terhadap struktur modal.
4
November 2014
Dividen (DPO) perusahaan menggambarkan jumlah dividen per lembar saham yang dibagikan kepada para pemegang saham terhadap laba per lembar saham (Yeniatie dan Destriana 2010). Variabel ini dapat diukur melalui dividend payout ratio (DPO) dengan rumus: DPO =
dividend per share earning per share
Menurut Weygandt et al (2011) profitabilitas adalah ukuran dari pendapatan operasional perusahaan dalam periode tertentu. Variabel ini dapat diuukur melalui return on equity ratio (ROE): ROE =
net income owners equity
Risiko bisnis merupakan risiko tidak dapat memenuhi biaya operasionalnya yang dimiliki oleh perusahaan (Gitman dan Zutter 2012). Variabel ini diukur dengan menggunakan standard deviasi selama tiga tahun dari return on asset (ROA) dengan rumus: net income
METODA PENELITIAN
ROA = total assets Struktur aset merupakan besarnya aktiva yang dapat dijadikan jaminan sebagai kolateral oleh pihak perusahaan ketika melakukan pinjaman kepada pihak kreditur (Joni dan Lina 2010). Struktur aset diukur melalui tangibility (TANG) dengan menggunakan rumus:
Objek dalam penelitian ini merupakan perusahaan-perusahaan non keuaangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling.
TANG = total assets Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikkinya (Seftianne dan Handayani 2011). Likuiditas diukur melalui current ratio (LIQ) dengan menggunakan rumus:
fixed assets
ISSN: 1410 -9875
LIQ =
Regi Muzio Ponziani
������� ������ ������� ���������
Pertumbuhan adalah kesempatan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dalam mengembangkan dirinya dalam pasar (Seftianne dan Handayani 2011). Pertumbuhan dapat diukur melalui market to book ratio (MB) dengan rumus: ������ ����� ��� ����� MB = ���� ����� ��� �����
Menurut Prabansari dan Kusuma (2005) ukuran perusahaan adalah seberapa besar ukuran aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur melalui natural logarithm (ln) dari total aktiva dengan menggunakan rumus: Size = ln (total assets) Variabel kepemilikan managerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan managerial. Menurut Seftianne dan Hnadayani (2011) menyatakan bahwa
Variabel DAR DPO ROE ROA TANG LIQ MB SIZE KEP INST
kecenderungan data di Indonesia bersifat binomial (ada atau tidak ada) sehingga digunakan variabel dummy dengan ketentuan D = 1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan managerial dan D = 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan managerial. Menurut Wimelda dan Marlinah (2013) kepemilikan institusional adalah prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham institusi yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh perusahaan. Variabel kepemilikan institusional ini dapat diukur dengan menggunakan rumus: ������ ����� ��������� INST = ������ ����� ��������
HASIL PENELITIAN Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Mean Minimum Maksimum 0,9430 0,0433 0,0153 0,0004 0,0170 0,5155 0,1798 25,0114 0,0500
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variabel independen dalam penelitian seperti dividen, profitabilitas, risiko bisnis, struktur aset,
0,8939 4,2328 3,2330 0,5458 0,8249 11,7428 47,2689 32,8365 0,9897
0,4200 0,4732 0,2517 0,0335 0,2846 2,7317 3,3930 28,6526 0,6937
Deviasi Standar 0,2013 0,4270 0,3302 0,0633 0,1828 2,0865 5,7329 1,5991 0,1924
likuiditas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, dan kepemilikan institusional tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. Sementara variabel kepemilikan
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
manajerial mengalami masalah heteroskedastisitas. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa variabel independen dalam penelitian memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, hasil pengujian statistik uji multikolinearitas yaitu tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa nilai sig Res_2 sebesar 0,000 lebih besar dari 0,05 , maka terjadi autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji F menunjukkan nilai sig sebesar 0.000 < 0,05, maka model fit atau layak digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil uji T menunjukkan bahwa variabel dividen memiliki nilai signifikan 0,650lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan H1 tidak diterima, artinya dividen tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan profitabilitas memiliki tingkat signifikan 0,081 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan H2 tidak diterima, artinya profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan risiko bisnis memiliki tingkat signifikan 0,036 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan H3 diterima, artinya risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan struktur asset memiliki tingkat signifikan 0,037 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan H4 diterima, artinya struktur aset berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan
6
November 2014
likuiditas memiliki tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan H5 diterima, artinya likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan pertumbuhan memiliki tingkat signifikan 0,934 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan H6 tidak diterima, artinya pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan ukuran perusahaan memiliki tingkat signifikan 0,010 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan H7 diterima, artinya ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan kepemilikan manajerial memiliki tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan H8 diterima, artinya kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan kepemilikan institusional memiliki tingkat signifikan 0,142 dan koefisien sebesar -0,071 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan H9 tidak diterima, artinya pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal PENUTUP Setelah melakukan penelitian dapat disimpulkan variabel risiko bisnis, struktur aset, likuiditas, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Variabel dividen, profitabilitas, pertumbuhan, kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
ISSN: 1410 -9875
Regi Muzio Ponziani
REFERENSI Al-Najjar, Basil, and Peter Taylor. 2008. The Relationship between Capital Structure and Ownership Structure: New Evidence from Jordanian Panel Data. Managerial Finance. 2008. Vol.34, No.12. Pp. 919-933. Erkaningrum, Indri. 2008. Faktor-Faktor Penentu Financial Leverage Dalam Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi “Analisis”. Mei 2008. Vol. 1, No. 2. Hlm. 164-184 Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.13, No.2. Hlm. 119-128. Furi, Vina Ratna, dan Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi. Februari 2012. Vol. 1, No. 2. Hlm. 49-62. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Edisi kelima. Semarang: Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., and Chad J.Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th edition. Edinburgh Gate: Pearson Education. Hadianto, Bram. 2008. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Telekomunikasi Periode 2000-2006: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order.Jurnal Manajemen.2008. Vol.7, No.2. Hlm. 1-15. http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnalmanajemen/article/view/202 Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Ralph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey: Pearson Education. Hestuningrum, Ratri Dian, dan Darsono. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal Perusahaan Pemanufakturan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia. Diponegoro Journal Of Accounting. Vol.1, No. 1. Hlm. 1-12. Indrawati, Titik, dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Januari-Juni 2006. Vol. 3, No. 1. Hlm. 77-105. Joni, dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.12, No.2. Hlm. 81-96. Mardiana. 2005.Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Metal yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi. Vol. 2, No. 2. Hlm. 149-169. Nanok, Yanuar.2008. Capital Structure Determinan di Indonesia. Jurnal Akuntabilitas. Vol.7, No. 2. Hlm. 122-127. Prabansari, Yuke, dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Kajian Bisnis dan Manajemen. Hlm. 1-15.
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Santoso, Yulius. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.13, No.3. Hlm.195-210. Sjahrial, Darmawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi kedua. Jakarta: Mitra Wacana Media Seftianne, dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.13, No.1. Hlm. 39-56. Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Fenomena. Vol.7,No.1. Hlm39-47. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, and Donald E. Kieso. 2011. Financial Accounting IFRS Edition.USA: Wiley. Widjaja, Indra, dan Faris Kasenda. 2008. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Aktiva Berwujud, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam Industri Barang Konsumsi Di BEI. Jurnal Manajemen/Tahun XII. Juni 2008. No. 02. Hlm. 139-150 Wimelda, Linda, dan Aan Marlinah. 2013. Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media Bisnis. 1 November 2013. Vol. 5. No. 3. Hlm. 200-213. http://www.tsm.ac.id/MB/2013-5-3-5.asp Yaniatie, dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.12, No.1. Hlm. 116.
8
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 12-20
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN NONKEUANGAN DI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA RIKI SANJAYA STIE Trisakti
[email protected] Abstract:The purpose of this research is to identify the influence of audit report lag on public companies listed in Indonesia Stock Exchange. Audit report lag is the time difference between financial statements and auditing opinion date indicates the amount of time needed in auditing settlement period. The variables being examined were firm size, industry classification, current year income (loss), audit opinion, size of public accountant firms, debt proportion, and profitability. Sample are selected by uses purposive sampling method. The total sample was 861nonfinancial companies listed in Indonesia Stock Exchange with period from 2009 until 2011. Data were analyzed by using multiple regression. The result of the analysis indicated that audit opinion andcurrent year income (loss)have significant effect on audit report lag. The result of the analysis also indicated that firm size, industry classification, size of public accountant firms, debt proportion, and profitability have no significant effect on audit report lag. Keywords: Audit Report Lag, Firm Size, Industry Classification, Current Year Income (loss), Audit Opinion, Size of Public Accountant Firms, Debt Proportion, and Profitability Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh dari audit report lag dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Audit Report lag adalah perbedaan waktu antara tanggal tutup buku dengan tanggal opini audit yang mengindikasikan panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penyelesaian tugas audit. Variabel yang diteliti adalah ukuran perusahaan, klasifikasi industri, laba rugi tahun berjalan, opini audit, ukuran KAP, proporsi hutang (debt proportion), dan profitabilitas. Sampel dipilih dengan menggunakan metode sampling purposive. Sampel terdiri dari 861 data perusahaan (bersifat panel data) dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 hingga tahun 2011. Data dianalisa dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit dan laba rugi tahun berjalan mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, klasifikasi industri, ukuran KAP, proporsi hutang (debt proportion) dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Kata kunci: Audit Report Lag, Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, Laba Rugi Tahun Berjalan, Opini Audit, Ukuran KAP, Debt Proportion, dan Priofitabilitas.
PENDAHULUAN Setiap perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik.Peningkatan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu telah mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan, sehingga ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai.Keterlambatan informasi dapat menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan memuat informasi laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan dalam membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan sangatlah penting, karena semakin cepat dalam menyajikan laporan keuangan, maka informasi yang terkandung didalamnya semakin bermanfaat, serta para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang lebih baik.Setiap perusahaan yang telah go public di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga mengakibatkan
10
permintaan audit laporan keuangan semakin meningkat. Perusahaanperusahaango publictersebut diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan tahunannya dan disertai dengan laporan akuntan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.Pernyataan ini berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-36/PMK/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala (Iskandar dan Trisnawati, 2010).Dalam memenuhi ketentuan Bapepam tersebut, maka laporan keuangan yang disusun oleh manajemen harus diperiksa oleh auditor, sehingga dibutuhkan waktu sampai dengan selesainya pemeriksaan tersebut (Trisnawati dan Charistine, 2008). Salah satu alasan adanya keterlambatan publikasi laporan keuangan oleh perusahaan yang go public adalah laporan keuangan tersebut harus diaudit sebelum dapat dipublikasi (Imelda dan Heri, 2007).Apabila suatu perusahaan terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan maka sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang, perusahaan tersebut diberikan sanksi dan denda yang dikenakan secara berjenjang tergantung dari berat atau tidaknya kesalahan, mulai dari sebatas peringatan atau sampai dengan
ISSN: 1410 -9875
delisting dari bursa. Hal ini dilakukan oleh Bapepam untuk melindungi para pemegang saham pada perusahaan go public yang terdaftar dalam pasar modal karena laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan dianggap sebagai investor dan kreditor atau good news dan bad news.Informasi dalam laporan keuangan dapat bermanfaat, bila disajikan dengan tepat waktu dan akurat. Laporan keuangan dapat hilang nilai informasinya bila laporan keuangan tidak disajikan dengan tepat waktu karena dapat membuat laporan keuangan tersebut tidak tersedia saat pemakai laporan keuangan membutuhkannya dalam pengambilan keputusan.Hal ini telah diatur dalam PSAK tahun 2007 pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 43, yaitu bahwa bila terdapat penundaan yang tidak seharusnya dalam pelaporan maka informasi yang dihasilkan akan hilang relevansinya (Iskandar dan Trisnawati, 2010).Keterlambatan pelaporan laporan keuangan secara tidak langsung oleh investor dapat diartikan sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan dapat menimbulkan reaksi positif dan negatif dari perilaku pasar modal. Mengingat semakin meningkatnya perkembangan perusahaan yang go public di Indonesia, hal tersebut dapat membuat proses ketepatwaktuan dalam pencapaian penyajian laporan auditor independen menjadi semakin tidak mudah.Kendala dalam
Riki Sanjaya
ketepatwaktuan dapat terlihat dari Standar Pemeriksaan Akuntan Publik pada standar ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian dalam pengumpulan alat-alat bukti yang cukup dan memadai. Dari adanya kendala ini, dapat memungkinkan akuntan publik untuk menunda publikasi laporan audit dan laporan keuangan auditan bila dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit. Salah satu faktor penting dalam menentukan ketepatan waktu penyajian pelaporan keuangan adalah lamanya waktu penyelesaian audit.Ketepatan waktu pelaporan keuangan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, artinya pengumuman laba yang terlambat dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.Pengumuman laba berisi mengenai berita baik dan berita buruk.Jika berita baik, maka pihak manajemen cenderung melaporkan dengan tepat waktu, namun jika berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan dengan tidak tepat waktu.Secara umum, audit report lag adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen.Auditor membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan bukti-bukti yang kompeten dan memadai dalam mendukung opininya, sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan audit report lag.
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu yang dipublikasikan, sehingga dapat mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Semakin panjang atau semakin lama audit report lag, maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya.Ketepatan waktu dalam menyajikan laporan keuangan adalah bukti perusahaan untuk menunjukkan adanya informasi yang andal dalam memenuhi kebutuhan pihak-pihak terkait, seperti calon investor, pemegang saham, kreditor, dan pihak-pihak lainnya dalam menilai kinerja perusahaan, serta dalam membuat keputusan ekonomi yang berhubungan dengan perusahaan. Manajemen perusahaan besar memiliki dorongan dalam mengurangi penundaan audit report lag, karena perusahaan besar senantiasa diawasi dengan ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan agen regulator (Aryati dan Theresia, 2005). Perusahaan besar melakukan kendali dan pengamatan yang lebih besar terhadap auditornya, sehingga auditor merasakan ada tekanan dalam menyelesaikan proses auditnya (Ponte et al, 2005 dalam Shulthoni, 2012).Semakin besar aset perusahaan, maka semakin pendek audit report lag.Hasil ini konsisten dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010), Venny dan Ubaidillah
12
November 2014
(2008), Utami (2006), Supriyati dan Rolinda (2007), Kartika (2009), serta Imelda dan Heri (2007). Ukuran perusahaan Ha1 : berpengaruh terhadap audit report lag. Pada umumnya, industri dapat diklasifikasikan menjadi industri finansial dan industri nonfinansial. Industri finansial mengumumkan laporan keuangannya lebih cepat karena industri tersebut hanya memiliki sedikit persediaan (inventory). Inventory yang sedikit menyebabkan auditor dapat mengurangi atau menghilangkan bagian proses audit tersulit dimana kesalahan-kesalahan material sering terjadi.Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Subekti (2005), Supriyati dan Rolinda (2007), serta Subekti dan Widiyanti (2004). Klasifikasi industri Ha2 : berpengaruh terhadap audit report lag Beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran laporan publikasi, yaitu pelaporan laba atau rugi sebagai indikator good news atau bad news atas kinerja manajerial perusahaan dalam setahun (Subekti dan Widiyanti, 2004).Auditor lebih berhati-hati selama proses audit dalam merespon kerugian perusahaan apakah kerugian tersebut disebabkan oleh kegagalan finansial atau kecurangan manajemen (Soetedjo, 2006).Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Utami (2006), dan Soetedjo (2006).
ISSN: 1410 -9875
Ha3 : Laba atau rugi tahun berjalan berpengaruh terhadap audit report lag. Laporan audit yang memuat pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) dipublikasikan lebih mundur daripada laporan audit yang memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Keadaan ini terjadi karena proses pemberian pendapat unqualified opinion melibatkan negosiasi dengan perusahaan, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya (Soetedjo, 2006). Qualified opinion tidak mungkin diungkapan oleh auditor, sampai auditor telah menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam melaksanakan prosedur-prosedur audit tambahan (Bamber et al, 1993 dalam CheAhmad dan Abidin, 2008).Hasil penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) menunjukkan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag, dan hasil ini konsisten dengan penelitian Trisnawati dan Charistine (2008), serta Supriyati dan Rolinda (2007). Ha4 : Opini audit berpengaruh terhadap audit report lag. Pada umumnya, KAP Big Four didukung oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik, sehingga berpengaruh terhadap kualitas jasa yang dihasilkan. KAP Big four diharuskan untuk menjaga reputasinya, apabila reputasi auditor tidak dijaga, maka dapat mengakibatkan KAP tersebut
Riki Sanjaya
kehilangan klien untuk tahun-tahun berikutnya. Ha5 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap audit report lag. Debt proportionmengindikasikan kesehatan finansial sebuah perusahaan (Soetedjo, 2006). Debt proportion yang tinggi menggambarkan kegagalan perusahaan dan meningkatkan fokus auditor bahwa laporan keuangan kurang reliable. Hal ini disebabkan karena tingginya debt proportion secara normal berhubungan dengan tingginya risiko.Debt proportion yang tinggi juga terkait dengan masalah likuiditas dan going concern, dimana membutuhkan proses audit yang lebih panjang (Iskandar dan Trisnawati, 2010). Debt proportion Ha6 : berpengaruh terhadap audit report lag. Tingkat profitabilitas yang lebih rendah dapat memacu kemunduran publikasi laporan keuangan auditan (Naim, 1984 dalam Soetedjo, 2006).Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi membutuhkan waktu pemeriksaan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk menyampaikan kabar baik secepatnya kepada publik (Lianto dan Kusuma, 2010). Ha7 : Profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. METODA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Metode pengambilan
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 287 perusahaan
November 2014
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Prosedur pemilihan sampel perusahaan dapat dilihatberikut ini:
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel No.
1
2
3
4
5
6
Kriteria Sampel
Jumlah Sampel per Tahun Seluruh perusahaan nonkeuangan yang 330 terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 Perusahaan yang tidak menyajikan (21) laporan keuangan dalam satuan mata uang Rupiah dari tahun 2009-2011 Perusahaan yang tidak menerbitkan (3) laporan keuangan tahun fiskal yang berakhir 31 Desember dari tahun 20092011 Perusahaan yang tidak konsisten (9) menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 Perusahaan yang tidak menerbitkan (10) laporan auditor dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 Jumlah perusahaan yang dijadikan 287 sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder, berupa laporan keuangan dan laporan audit perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Data dalam penelitian ini bersumber dari Pojok Bursa Efek Indonesia STIE Trisakti, akses internet melalui website www.idx.co.id, serta studi kepustakaan, yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan penelitian.
14
Total Sampel
990
(63)
(9)
(27)
(30)
861
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, klasifikasi industri, laba atau rugi tahun berjalan, opini audit, ukuran KAP, debt proportion, dan profitabilitas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit report lag. Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Riki Sanjaya
Tabel 2 Definisi Operasional dan Pengukuran No Variabel 1 Audit report lag
2 3 4 5
6 7 8
Ukuran perusahaan Klasifikasi industri
Skala Pengukuran menghitung jarak antara Rasio penutupan tahun buku sampai dengan ditandatanganinya laporan keuangan auditan Rasio ���� � �������� ������
1 Perusahaan manufaktur 0 Perusahaan nonmanufaktur Laba atau rugi 1 Rugi tahun berjalan 0 Laba Opini audit 1 Perusahaan yang mendapat opini unqualified 0 Perusahaan yang mendapat opini selain unqualified Ukuran KAP 1 KAP big four 0 KAP nonbig four Debt proportion membagi total debt dengan total asset perusahaan Net Income Profitabilitas ROA= Total Asset
HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif ini berguna untuk menunjukkan nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi untuk masing-masing
Nominal Nominal Nominal
Nominal Rasio Rasio
variabel penelitian dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Karakteristik sampel yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif N AUD_RPRT UKUR_PER KLA_INDU LABA_RUG OP_AUDIT UKUR_KAP DEBT_PRO PROFIT Sumber: Output
861 861 861 861 861 861 861 861 Data
Minimum 12 19,56 0 0 0 0 0,00 -81,34 SPSS 11.5.0
Maximum
Mean
310 32,66 1 1 1 1 163,23 15,48
78,92 27,6375 0,36 0,18 0,96 0,34 0,7611 -0,0066
Std. Deviation 22,942 1,85169 0,479 0,388 0,203 0,475 5,56405 2,89451
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Tabel 4.2. menunjukkan perusahaan yang mendapat selain hasil uji statistik deskriptif sebagai unqualified opinion adalah 37 data. berikut: Variabel ukuran KAP (X5) dari Variabel audit report lag 861 data, perusahaan yang memiliki nilai, yaitu antara 12 hari menggunakan jasa KAP Big Four sampai dengan 310 hari, dengan adalah 295 data. Sedangkan rata-rata sebesar78,92hari dan perusahaan yang menggunakan jasa standar deviasi senilai 22,942. KAP selain Big Four adalah 566 Dapat dilihat bahwa rata-rata audit data. report lag yang terjadi dalam Variabel debt proportion (X6) memiliki nilai rata-rata sebesar periode penelitian adalah 78,92 0,7611 dengan standar deviasi hari, dimana nilai tersebut masih senilai 5,56405, dimana nilai debt dibawah batas yang ditetapkan oleh proportion berkisar antara 0,00 BAPEPAM, yaitu 90 hari. hingga 163,23. Terlihat bahwa pada Variabel ukuran perusahaan umumnya perusahaan yang (X1) memiliki nilai berkisar antara 19,56 hingga 32,66. Ukuran memiliki hutang sebesar 76,11%, perusahaan memiliki nilai rata-rata sedangkan perusahaan yang sebesar 27,6375 dan standar deviasi memiliki kewajiban sebesar senilai 1,85169. Ukuran perusahaan 16323%. Debt proportion terendah minimum dimiliki oleh PT. Schering dimiliki oleh PT. Rukun Raharja Tbk Plough Indonesia Tbk di tahun 2011, di tahun 2009, sedangkan debt sedangkan ukuran perusahaan proportion tertinggi dimiliki oleh maksimum dimiliki oleh PT. Astra PT. Hanson International Tbk di International Tbk di tahun 2011. tahun 2009. Variabel klasifikasi industri Variabel profitabilitas (X7) memiliki nilai berkisar antara (X2) dari 861 data, jumlah yang termasuk industri manufaktur 81,34 sampai dengan 15,48 dengan adalah 306 data. Jumlah yang nilai rata-rata sebesar -0,0066 dan termasuk industri selain manufaktur standar deviasi senilai 2,89451. adalah 555 data. Nilai yang negatif menunjukkan Variabel laba atau rugi tahun perusahaan mengalami kerugian berjalan (X3) dari 861 data, jumlah yang mencapai 81,34% yang dialami yang termasuk perusahaan laba oleh PT. Schering Plough Indonesia adalah 702 data. Jumlah yang Tbk di tahun 2011 dan perusahaan termasuk perusahaan rugi adalah yang profit atau mengalami laba 159 data. adalah PT. Hanson International Variabel opini audit (X4) dari Tbk di tahun 2009 sebesar 15,48%. 861 data, perusahaan yang Hasil pengujian hipotesis mendapat unqualified opinion dapat dilihat pada tabel berikut ini: adalah 824 data. Sedangkan Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis No 1 2 3
16
Variabel (Constant) X1 X2
B 98,360 -0,449 -0,910
t 7,420 -0,938 -0,567
Sig. 0,000 0,348 0,571
ISSN: 1410 -9875
Riki Sanjaya
4 X3 11,420 5 X4 -8,630 6 X5 -1,594 7 X6 0,004 8 X7 0,159 Dependent Variable: Audit Report Sumber: Output Data SPSS 11.5.0 Variabelukuran perusahaan (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,348lebih besar daripada 0,05. Hal tersebut berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten denganpenelitian Iskandar dan Trisnawati (2010), Lianto dan Kusuma (2010), Venny dan Ubaidillah (2008), Utami (2006), Supriyati dan Rolinda (2007), Kartika (2009), serta Imelda dan Heri (2007), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag, ini dikarenakan terdapat internal control yang baik dari perusahaan dalam menekan auditor untuk dapat menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan tepat waktu. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Subekti (2005), Aryati dan Theresia (2005), Almilia dan Setiady (2006), Soetedjo (2006), Petronila (2007), dan Rachmawati (2008). Variabel klasifikasi industri ) memiliki nilai signifikan (X2 sebesar 0,571 lebih besar daripada 0,05. Hal tersebut menjelaskan bahwa klasifikasi industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Lianto
5,427 -2,161 -0,878 0,028 0,582 Lag
0,000 0,031 0,380 0,977 0,561
dan Kusuma (2010), Utami (2006), dan Soetedjo (2006). Namun, hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010), Subekti (2005), Supriyati dan Rolinda (2007), serta Subekti dan Widiyanti (2004). Variabel laba atau rugi tahun memiliki nilai berjalan (X3) signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil daripada 0,05, sehingga laba atau tahun rugi berjalan berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010), Utami (2006), dan Soetedjo (2006). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mengalami laba akan semakin cepat dalam penyelesaian audit report lag (Soetedjo, 2006). Namun, hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Imelda dan Heri (2007), serta Kartika (2009). Variabel opini audit (X4) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil daripada 0,05, sehingga opini audit berpengaruh terhadap audit report lag, yang berarti Ha tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kartika (2009), Soetedjo (2006), Utami (2006), Subekti (2005), Venny dan Ubaidillah (2008), Petronila (2007), serta Subekti dan Widiyanti (2004). Namun, hasil penelitian ini tidak
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
konsisten dengan Iskandar dan Trisnawati (2010), Trisnawati dan Charistine (2008), serta Supriyati dan Rolinda (2007). Variabel ukuran KAP (X5) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,380 lebih besar daripada 0,05 sehingga ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Aryati dan Theresia (2005), Utami (2006), Kartika (2009), dan Petronila (2007). Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010), Imelda dan Heri (2007), Rachmawati (2008), Subekti dan Widiyanti (2004), Trisnawati dan Charistine (2008), Subekti (2005), serta Supriyati dan Rolinda (2007). Variabel debt proportion (X6) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,977 lebih besar daripada 0,05 sehingga debt proportion tidak berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hasil ini konsisten dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010), Trisnawati dan Charistine (2008), Rachmawati (2008), serta Almilia dan Setiady (2006). Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010), Imelda dan Heri (2007), serta Venny dan Ubaidillah (2008). Variabel profitabilitas (X7) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,561 lebih besar dari 0,05, sehingga profitabilitas tidak
18
November 2014
berpengaruh terhadap audit report lag, berarti Ha tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Imelda dan Heri (2007), Venny dan Ubaidillah (2008), Almilia dan Setiady (2006), Rachmawati (2008), Soetedjo (2006), Kartika (2009), Aryati dan Theresia (2005), serta Supriyati dan Rolinda (2007). Namun, hasil penelitian tidak konsisten dengan penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Subekti (2005), Trisnawati dan Charistine (2008), Petronila (2007), dan Lianto dan Kusuma (2010). PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa laba atau rugi tahun berjalan dan opini audit berpengaruh terhadap audit report lag. Ukuran perusahaan, klasifikasi industri, ukuran KAP, debt proportion, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Penelitian ini hanya menggunakan 7 variabel independen, dengan melihat nilai adjusted R square yang rendah, maka hal ini menunjukkan masih terdapat variabel lain yang mempengaruhi audit report lag. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lain, seperti umur perusahaan dan lamanya perusahaan menjadi klien Kantor Akuntan Publik (KAP).
ISSN: 1410 -9875
Riki Sanjaya
REFERENSI: Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Almilia, Luciana Spica dan Lucas Setiady. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Seminar Nasional Good Corporate Governance di Univ. Trisakti Jakarta (24-25 November 2006). Aryati, Titik dan Maria Theresia. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 5, No. 3, Desember 2005: 271-287. Blog Pendidikan Indonesia. Teori Keagenan. 2012. http:/www.sarjanaku.com/2012/06/teori-keagenan-agencytheory.html. Che-Ahmad, Ayoib dan Shamharir Abidin. 2008. Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia. International Business Research, Vol. 1, No. 4 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Imelda, Elsa dan Heri. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Jurnal Akuntansi/ Tahun XI, No. 02, Mei 2007: 134-143. Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, Hal. 175-186. Jogiyanto, H. M. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 16, No. 1, Hal. 1-17. Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia-Perekonomian Bisnis, 2006. http://organisasi.org/pengertian_definisi_macam_jenis_dan_penggolon gan_industri_di_indonesia_perekonomian_bisnis. Kountur, Ronny. 2003. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM. Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Hal. 97-106. Mohamad, Marziana, Wan Mohammad Taufik Wan Abdullah, dan Mohmad Sakarnor Deris. 2012. Audit Delay in Local Authorities: An Exploratory
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Study in Kedah, Perak and Kelantan. International Conference on Economics, Business Innovation, Vol. 38. N., M. G. Venny C. dan Ubaidillah. 2008. Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus BAPEPAM Tahun 2005). Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Vol: 2, No. 2 Juli 2008. Parwati, Lina Anggraeny dan Yohanes Suhardjo. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag. Solusi, Vol. 8, No. 3, Hal. 29-42. Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan Umur Perusahaan atas Audit Delay. Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2, Hal. 129-141. Prabandari, Jeane Deart Meity dan Rustiana. 2007. Beberapa Faktor Yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar di BEJ). Kinerja, Vol. 11, No. 1, Hal. 27-39. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timelines. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Hal. 1-10. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. Shulthoni, Moch. 2012. Determinan Audit Delay dan Pengaruhnya Terhadap Reaksi Investor (Studi Empiris pada Perusahaan yang Listing di BEI Tahun 2007-2008). Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis, Vol. 1, No. 1. Soetedjo, Soegeng. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag (ARL). Ventura, Vol.9, No 2, Agustus 2006 Subekti, Imam. 2005. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 6, Nomor 1, Februari 2005. Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti. 2001. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Di Indonesia. SNA 7, Ikatan Akuntan Indonesia, 991-1002. Sumiadji. 2009. Hubungan Antara Audit Delay dan Kantor Akuntan Publik Yang Memiliki Kerjasama Internasional. POLIBIS Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1. Supriyati dan Yuliasri Rolinda. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Ventura, Vol. 10, No.3, Desember 2007 Teori Online. Agency Theory. 2013. http://teorionline.net/agency-theory. Trisnawati, Estralita dan Charistine. 2008. Pengaruh opini Audit, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran KAP Terhadap Audit Delay. Jurnal Akuntansi , Volume 8, Nomor 1, Mei 2008 : 107-126. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta. Bulletin Penelitian, No. 9.
20
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 21-34
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG OLGA GHAZALI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The aim of this research is to determine the effect of audit committee independence, audit committee diligence, audit committee expertise, profitability, company size, and the debt to total assets on audit report lag. This research uses data from 63 non-financial companies listed on the Indonesia stock exchange (IDX) from the period 2009 to 2012. Data for this study are selected using several criteria and using purposive sampling method. The method of data management involves hypothesis testing in multiple linear regression. The results of this research show that audit committee expertise and profitability have a significant effect on audit report lag, on the other hand audit committee independence, audit committee diligence, company size, and debt to total assets, do not have a significant effect on audit report lag. Keywords: Audit Report Lag, Audit Committee Independence, Audit Committee Diligence, Audit Committee Expertise, Profitability, Company Size, and Debt To Total Assets Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari independensi komite audit, kerajinan komite audit dalam melakukan rapat, keahlian komite audit, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan debt to total assets terhadap audit report lag (senjang pelaporan audit). Penelitian ini menggunakan data dari 63 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Data untuk penelitian ini didapatkan dari laporan keuangan perusahaan dan perusahaan yang terpilih didapatkan dengan menggunakan metode sampling purposive. Pengujian hipotesis menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian komite audit dan profitabilitas mempengaruhi audit report lag (senjang pelaporan audit), sedangkan independensi komite audit, kerajinan komite audit melakukan rapat, ukuran perusahaan dan debt to total assets tidak mempengaruhi audit report lag (senjang pelaporan audit). Kata kunci: Audit report lag, Independensi Komite Audit, Kerajinan Komite Audit Melakukan Rapat, Keahlian Komite Audit, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Debt to Total Assets.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
PENDAHULUAN Pada era globalisasi ini, perekonomian di dunia mengalami perkembangan yang pesat sehingga mendorong perekonomian nasional dan internasional menuju perdagangan bebas sehingga persaingan antar perusahaan semakin ketat. Untuk mengahadapi perekonomian bebas nanti maka pihak manajemen perusahaan harus bisa mendapatkan dana yang lebih banyak untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Sehingga, untuk memenuhi kegiatan operasionalnya perusahaan menjual kepemilikan saham kepada investor. Setiap perusahaan publik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang sesuai dengan standart akuntansi yang telah dilakukan. Aspek relevansi dalam laporan keuangan akan lemah apabila perusahaan tidak melaporkan keuangannya tepat waktu. Laporan keuangan akan bermanfaat bagi pengguna apabila informasi yang disajikan andal, relevan, dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami Laporan keuangan pada umumnya akan memberikan informasi yang berguna dan membantu penggunanya dalam pengambilan keputusan sebagai kapasitas penyedia model perusahaan. Terutama penggunanya sangat bergantung pada laporan keuangan yang diaudit dalam penilaian mereka dan evaluasi kinerja perusahaan. Maka laporan keuangan yang telah diaudit akan sangat bermanfaat bagi penggunanya untuk mengambil keputusan.
22
November 2014
RERANGKA TEORITIS Agency Theory Menurut Godfrey et al. (2010) menyatakan bahwa teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu, manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan demi kepentingan pemegang saham. Teori keagenan menganggap perusahaan sebagai nexus of contract atau pusat kontrak antara agen (agent) dan prinsipal (principal) yang disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan dan kendali. Audit Report Lag Proses untuk menyediakan informasi akuntansi ke publik memberikan nilai informasi dari laporan keuangan auditan yang akan ditentukan oleh audit report lag. Menurut Arens dan Loebbecke (1996) auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dari independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu entitas usaha, untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sehingga audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan (Soetedjo, 2006) dalam (Parwati, 2009).
ISSN: 1410 -9875
Audit Committee Diligence Wijaya (2012) menyatakan bahwa dalam peraturan Bapepam no. IX.I.5 tahun 2012 mewajibkan komite Audit mengadakan rapat paling kurang sama dengan ketentuan minimal rapat Dewan Komisaris yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Komite audit biasanya perlu mengadakan pertemua tiga sampai empat kali dalam satu tahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dalam (Wijaya, 2012). Hashim dan Rahman (2011) berpendapat bahwa komite audit merupakan bagian integral dari sebuah perusahaan yang menekankan pemantauan tingkat tinggi. Selain itu, fungsi pengawasan akan lebih efektif dalam hal pelaporan keuangan. Audit Committee Expertise Wijaya (2012) menyatakan bahwa dalam peraturan Bapepam no. IX.I.5 tahun 2012 yang berisi Paling kurang satu diantara anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang akuntansi atau keuangan. Menurut Hashim dan Rahman (2011) mencatat bahwa anggota komite audit dengan pengalaman dalam pelaporan keuangan dan audit terutama mereka yang CPA akan mengerti tugas dan tanggung jawab auditor. Mereka akan menjadi lebih mendukung auditor dibandingkan dengan anggota komite audit yang tidak memiliki pengalaman serupa. Anggota Komite Audit Wijaya (2012) menyatakan bahwa keputusan ketua Bapepam No: Kep-29/PM/2004 mensyaratkan jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya tidak kurang
Olga Ghazali
dari 3 (tiga) orang yang diketuai satu orang komisaris independen dan 2 (dua) orang dari luar perusahaan yang independen terhadap perusahan. Menurut Purwati (2006) komite audit adalah salah satu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas dan tanggungjawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corpotare governance terutama transparansi dan disclosure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif. Keanggotaan Komite Audit dalam suatu perusahaan didefinisikan sebagai jumlah anggota komite audit. Di Indonesia, keanggotaan komite audit bermacam macam, namun sebagai panduan, Bapepam (1999) dan Bursa Efek Jakarta (2000) mengatur bahwa anggota komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang (Wijaya, 2012). Profitabilitas Menurut Parwati (2009) Profitabilitas merupakan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Ukuran KAP Menurut Petronila (2007) Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum indonesia dan telah mendapatkan izin usaha berdasarkan ketentuan undangundang ini, sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. Menurut Parwati (2009)
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan badan usaha yang telah mendapatkan izin dari menteri keuangan bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. Debt To Total Assets Kesehatan financial suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit report lag. Proporsi hutang terhadap total asset atau dikenal dengan nama debt to total asset ratio merupakan alat ukur untuk melihat kesehatan financial perusahaan. Dengan tingginya debt to total asset ratio menggambarkan kegagalan suatu perusahaan yang meningkatkan fokus auditor untuk mengauditnya (Nugraha dan Masodah, 2012). METODE PENELITIAN Populasi yang diambil dari obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Sample dalam penelitian ini dipilih dengan
November 2014
menggunakan metode purposive sampling (Iskandar dan Trisnawati, 2010). Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) purposive sampling mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari annual report yang telah disediakan perusahaan publik dan tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai tahun 2012. Sumber dari data tersebut didapat dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. HASIL PENELITIAN Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Kriteria seleksi sampel adalah:
Tabel 1 Hasil Seleksi Sampel Kriteria Seleksi Sampel Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2012 Perusahaan non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan secara konsisten dari tahun 2009-2012 Perusahaan non keuangan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah dari tahun 2009-2012 Perusahaan non keuangan yang memperoleh laba secara konsisten selama tahun 2009-2012 Total data yang digunakan dalam penelitian.
Sumber: Hasil Pengumpulan Data Penelitian.
24
Jumlah Perusahaan
Jumlah Data
306
1224
(128)
(512)
(35)
(140)
(80)
(320)
63
252
ISSN: 1410 -9875
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Jumlah data awal yang digunakan adalah 306 perusahaan dan data yang dikeluarkan dari sampel sebanyak 128 pada perusahaan non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan secara konsisten dari tahun 2009-2012, 35 perusahaan non
Olga Ghazali
keuangan yang laporan keuangannya dalam mata uang rupiah dari tahun 2009-2012, 80 perusahaan non keuangan yang memperoleh laba secara konsisten dari tahun 2009-2012 total ada 243 perusahaan yang tidak memenuhi kriteria. Total data yang memenuhi kriteria dan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 63 perusahaan.
Uji Normalitas Data Residual Hasil pengujian normalitas residual dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Sebelum outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardi zed Residual N 252 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation 20.80795974 Most Extreme Absolute .126 Differences Positive .126 Negative -.073 Kolmogorov-Smirnov Z 2.007 Asymp. Sig. (2-tailed) .001 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0.05. Dari hasil pengujian ini
berarti data tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji outlier.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardi zed Residual N 231 Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .70437901 Most Extreme Absolute .108
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Differences
Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
November 2014
.108 -.085 1.644 .009
Uji outlier dilakukan untuk itu maka pengujian statistik membuang data-data yang selanjutnya menggunakan data menyimpang, sebelum dilakukan uji sebelum outlier, dengan jumlah outlier data berjumlah 252, setelah sampel sebanyak 252. dilakukan uji outlier data berkurang Pengujian statistik deskriptif menjadi 231.Setelah dilakukan uji bertujuan untuk menjelaskan outlier terdapat 21 data yang masing-masing variabel yang memiliki nilai z-score yang berada diteliti. Ukuran statistik deskriptif di kisaran diatas +3 dan dibawah -3. yang digunakan adalah nilai Nilai asymp sig (2-tailed) nya minimum, nilai maximum, nilai menjadi 0.009. Nilai sig tersebut rata-rata (mean), dan standard lebih kecil dari 0,05. Hal itu berarti deviasi. Hasil pengolahan data bahwa data tetap tidak statistik deskriptif adalah: berdistribusi normal, oleh karena Tabel 4 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Minimu Maximu Std. N m m Mean Deviation ARL 252 12 212 76.57 21.978 KA 252 3 6 3.14 0.500 ACD 252 1 25 5.33 4.049 ACE 252 0.3333 1.0000 0.59259 .2307618 5 PROFIT 252 .0001 .5095 .075652 .0733673 KAP 252 0 1 .39 .488 DEBT 252 .0594 1.2508 .488998 .1751511 Valid N 252 (listwise) Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19 Tabel 5 Hasil Frekuensi Variabel Ukuran Kantor Akuntan Publik KAP Frequenc Valid Cumulative y Percent Percent Percent Valid 0 154 61.1 61.1 61.1 1 98 38.9 38.9 100.0 Total 252 100.0 100.0 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 19
26
ISSN: 1410 -9875
Dari hasil penelitian ini disajikan diatas dijelaskan bahwa terdapat 63 perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan audit report lag (ARL) yang terjadi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 20092012 rata-rata keterlambatan adalah 76 hari. Variabel ini memiliki nilai minimum 12 hari, nilai maksimum 212 hari, dan nilai standard deviasi 21.978. Variabel Audit Committee Diligence (ACD) memiliki nilai minimum 1 yang berarti perusahaan melakukan rapat komite audit dalam setahun paling sedikit 1 kali. Nilai maksimum variabel ini adalah 25 yang berarti ada perusahaan yang melakukan rapat komite audit dalam setahun paling banyak 25 kali. Sedangkan nilai rata-rata variabel ini adalah 5.33 dan nilai standart deviasi sebesar 4.049. Variabel Audit Committee Expertise (ACE) memiliki nilai minimum 0.3333 yang berarti perusahaan mempunyai anggota komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi paling sedikit 0.3333 atau 33.33%. Nilai maximum variabel ini adalah 1.000 yang berarti ada perusahaan yang mempunyai anggota komite audit yang mempunyai keahlian akuntansi paling banyak 1.000 atau 100%. Sedangkan nilai rata-rata variabel ini adalah 0.592595 atau 59.25% dan nilai standart deviasi sebesar 0.2307618 atau 23.07%. Variabel Anggota Komite Audit (KA) memiliki nilai minimum
Olga Ghazali
3 yang berarti di dalam penelitian ini sedikitnya perusahaan mempunyai anggota komite audit yang independence. Nilai maksimum variabel ini adalah 6 yang berarti di dalam penelitian ini ada perusahaan yang mempunyai anggota komite audit independence sebanyak 6 orang. Sedangkan nilai rata-rata dari variabel ini adalah sebesar 3.14 dengan standart deviasi sebesar 0.500. Variabel Profitabilitas memiliki nilai minimun 0.0001 dan nilai maximum 0.5095. Sedangkan nilai rata-rata adalah sebesar 0.075652 dengan standard deviasi sebesar 0.0733673. Variabel Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan variabel dummy. Nilai 0 berarti bahwa perusahaan diaudit oleh KAP non big-4, sedangkan nilai 1 berarti bahwa perusahaan diaudit oleh KAP big-4. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0.39 atau 39% dari 252 data, yaitu sebesar 98 data merupakan perusahaan yang diaudit oleh KAP big-4 dan sisanya sebanyak 154 data merupakan perusahaan yang tidak diaudit oleh KAP non big-4. Variabel debt to total asset (DEBT) memiliki nilai minimun 0,0594 atau 5.94% dan nilai maximum 1.2508 atau 125.08%. Sedangkan nilai rata-rata adalah sebesar 0.488998 atau 48.88% dengan standard deviasi sebesar 0.1751511 atau 17.51%. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari table 4.6 berikut ini:
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Toleranc Model e VIF 1 KA .710 1.409 ACD .745 1.342 ACE .912 1.096 PROFIT .946 1.057 KAP .938 1.066 DEBT .961 1.040 a. Dependent Variable: ARL Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 6, variabel memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan memiliki nilai variance imflammatory factor (VIF) di bawah 10. Dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam variabel independen tersebut sehingga model regresi ini baik digunakan dalam penelitian.
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Coefficientsa Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .750 11.374
t .066
Sig. .947
-.001 .000 -.012 -.002 .000 .001 -.067
-.010 .001 -.176 -.025 .002 .019 -1.035
.992 .999 .861 .980 .998 .985 .302
Model 1 (Constant ) KA -.032 3.164 ACD .001 .382 ACE -1.080 6.142 PROFIT -.462 18.654 KAP .007 2.829 DEBT .150 7.764 res_2 -.068 .065 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Uji autokorelasi ini menggunakan uji Bruesch-Godfrey. Dari tabel 7 diatas, nilai signifikan dari res_2 lebih besar dari 0,05. Hal
28
ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokolerasi dalam model regresi.
ISSN: 1410 -9875
Olga Ghazali
Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 6.827 8.401
t .813
Sig. .417
2.336 .282 4.468 13.798 2.082 5.734
.847 .289 -.604 1.119 -.462 .412
.398 .773 .547 .264 .645 .680
Model 1 (Constant ) KA 1.979 ACD .082 ACE -2.698 PROFIT 15.446 KAP -.961 DEBT 2.365 a. Dependent Variable: ares_1
Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa variabel audit committee diligence, audit committee expertise, anggota komite audit, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, debt to
.064 .021 -.040 .073 -.030 .027
total assets memiliki nilai sig. lebih besar dari alpha 0,05. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa variabelvariabel tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 9 Hasil Uji Analisis Koefisien Korelasi Model Summaryb Std. Error of Adjusted R the Model R R Square Square Estimate 1 .322a .104 .082 21.061 a. Predictors: (Constant), DEBT, KA, PROFIT, KAP, ACD, ACE b. Dependent Variable: ARL Tabel 9 menunjukkan nilai R adalah 0.322. Hasil uji koefisien korelasi ini di bawah 0.5 sehingga hubungan variabel dependen dengan variabel independen adalah lemah. Berdasarkan tabel 9 diatas, nilai adjusted R2 adalah sebesar 0.082. Hal ini berarti kemampuan
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sangat terbatas yaitu sebesar 8.2% dan sisanya 91.8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan di dalam model penelitian ini.
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Tabel 10 Hasil Uji F ANOVAb Sum of Mean Model Squares Df Square F 1 Regression 12559.946 6 2093.324 4.719 Residual 108675.768 245 443.575 Total 121235.714 251 a. Predictors: (Constant), DEBT, KA, PROFIT, KAP, ACD, ACE b. Dependent Variable: ARL Dari tabel 10 diperoleh nilai sig. 0,001. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan model ini sudah tepat (fit) yang berarti model ini dapat menjelaskan pengaruh antara variabel independen (variabel
komite audit, audit committee diligence, audit committee expertise, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik, debt to total assets) terhadap variabel dependen (audit report lag).
Tabel 11 Hasil Uji T Coefficientsa Standardize d Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 96.972 11.340
t 8.551
Sig. .000
3.153 .380 6.032 18.626 2.810 7.741
-2.680 1.799 2.519 -2.670 -.153 -.679
.008 .073 .012 .008 .878 .498
Model 1 (Constant ) KA -8.450 ACD .684 ACE 15.194 PROFIT -49.723 KAP -.431 DEBT -5.256 a. Dependent Variable: ARL
Berdasarkan hasil pengujian pada table 11, terlihat bahwa variabel audit committee diligence memiliki nilai B 0.684 dan memiliki nilai signifikan 0.073. Nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka Ha2 tidak dapat diterima. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa audit committee diligence
30
Sig. .001a
-.192 .126 .160 -.166 -.010 -.042
tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Variabel audit committee expertise memiliki nilai B 15.194 dan memiliki nilai signifikan 0.012. Nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka Ha3 dapat diterima. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa audit committee expertise berpengaruh positif terhadap audit
ISSN: 1410 -9875
report lag. Hal ini menunjukkan bahwa peran komite audit adalah untuk mengawasi dan memberikan masukan kepada dewan komisaris dalam hal terciptanya mekanisme pengawasan. Variabel Anggota Komite Audit memiliki nilai B -8.450 dan memiliki nilai signifikan 0.008. Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha1 tidak dapat diterima. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Semakin banyaknya jumlah komite audit maka cenderung untuk memiliki kekuatan atau power yang lebih besar, menerima lebih banyak sumber daya, serta berhubungan positif dengan kualitas pelaporan keuangan (Wijaya, 2010). Variabel profitabilitas memiliki nilai B -49.723 dan nilai signifikan 0,08 maka Ha4 tidak dapat diterima karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Variabel ukuran kantor akuntan memiliki nilai B -0.431 dan nilai signifikan 0,878 maka Ha5 tidak dapat diterima karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti ukuran kantor akuntan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Kantor akuntan big four maupun non big four sama-sama menjaga kualitas mereka dalam pengauditan agar tetap di jasa audit mereka tetap dipercaya dan digunakan terus menerus. Variabel debt to total asset memiliki nilai B -5.256 dan nilai signifikan 0.498 maka Ha6 tidak dapat diterima karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yang
Olga Ghazali
artinya debt to total asset tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Kerugian akan terjadi jika proporsi hutang lebih besar dari aktiva. Perusahaan yang memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup pasti akan mampu membayar semua hutangnya. Karena itu auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit. Hal lain yang mempengaruhi yaitu kurang ketatnya perjanjian utang di Indonesia yang mengharuskan penyajian laporan keuangan auditan perusahaan secara tepat waktu. PENUTUP Audit Committee diligence tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2010), Hasim dan Rahman (2011). Audit committee expertise berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2010) dan Hasim dan Rahman (2011). Anggota komite audit berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2010) dan Purwati (2006). Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hashim dan Rahman (2011). Ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan oleh Siwy (2012) , Ahmad (2005), Lianto dan Kusuma (2010), Nugraha dan Masodah (2012). Sedangkan hasil penelitian bertolak belakang
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hashim dan Rahman (2011), Bagun dan Subagyo (2012), Petronila (2007), Iskandar dan Trisnawati (2010), Parwati (2009) mengatakan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap audit report lag. Debt to
November 2014
total asset tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tedja (2012). Sedangkan hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha dan Masodah (2012).
REFERENSI Agoes, S. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Buku 1, Edisi 4, Hal 3. Arens, AA dan J.K. Loebbecke. 1996. Auditing Suatu Pendeketan Terpadu. Edisi 4, Hal 3. Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro edisi 5. Godfrey. 2010. Accounting Theory. 7th Edition, Hal 362. Gujarati, DN dan D.C. Porter. 2009. Basic Econometrics. Mcgraw-Hill International Edition, Hal 320-331. Hashim, UJB dan R.BA. Rahman. 2011. Audit Report Lag and The Effectiveness of Audit Committee Among Malaysian Listed Companies. Internatiolan Bulletin of Business Administration, http://scribd.com/doc/65902120/audit-report-lag-and-theeffectiveness-of-audit-committee-among-malaysian-listed-companies. Hidayat, W. 2012. Peraturan No IX.I.5 Pembentukan dan Pedoman pelaksanaan kerja Komite Audit. http://www.bapepam.go.id/old/hukum/peraturan/IX/IX.I.5.pdf Indriyani, RE. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Malaysia. The Indonesian Accounting Review, Vol. 2, No. 2, Hal 185-202. Indrianto, N dan DRS B Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 1, hal. 131-132. Iskandar, MJ dan E Trisnawati. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, Hal. 175-186. Lianto, N dan B Kusuma. 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Hal. 97106. Nugraha, A dan DR. Masodah. 2012. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Debt to Total Assets Ratio, Opini Going Concern, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5619/1/JUR NAL.pdf
32
ISSN: 1410 -9875
Olga Ghazali
Parwati, LA dan Y Suhardjo. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag (ARL). Solusi, Vol. 9, No. 3, Hal 29-42. Petronila. 2007. Analisi Skala Perusahaan, Opini Audit, dan Umur Perusahaan atas Audit Delay. Akuntanbilitas, maret 2007, hal. 129-141. Siwy, RA. 2012. An Empirical of Audit Report Lag in The Manufacture and Retail Company Go Public Which are Listed in Indonesia Stock Exchange 2008-2010. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=an%20empirical%20of%20au dit%20report%20lag%20in%20the%20manufacture%20and%20retail%20co mpany%20go%20public%20which%20are%20listed%20in%20indonesia%20s tock%20exchange%2020082010.&source=web&cd=1&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fkatalog .library.perbanas.ac.id%2Fdownload_6252_Artikel%2520Ilmiah.pdf&ei= WpCIUfqRNIGNrQfH54G4Dg&usg=AFQjCNG8hB6CpbOrzGJZGXuDdfzZT5R Yww&bvm=bv.45960087,d.bmk&cad=rja. Susilo, TP dan L Listiana. 2012. Faktor-faktor yang Memengaruhi Report Lag Perusahaan. Media Riset Akuntansi, Vol. 2, No.1. Tedja, M. 2012. Analisi Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=analisi%20faktorfaktor%20yang%20mempengaruhi%20audit%20report%20lag%20pada%20 perusahaan%20yang%20terdaftar%20di%20bursa%20efek%20indonesia%2 0marselia%20tedja&source=web&cd=1&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A% 2F%2Fjournal.wima.ac.id%2Findex.php%2FBIMA%2Farticle%2Fdownload %2F41%2F39&ei=XZOIUfSjMI20rAePGQ&usg=AFQjCNGF9MiSCMbuOlbCgB qIbRna35a1oQ&bvm=bv.45960087,d.bmk&cad=rja. Wijaya, T. 2012. Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Audit Report Lag, http//eprints.undip.ac.id/35700/1/Jurnal_Aditya_T.W._C2C309003.pd f.
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Halaman ini sengaja dikosongkan
34
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 35-48
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA RICKY A. MULYANA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of insider ownership, institutional ownership, dividend policy, asset structure, profitability, firm growth, business risk and firm size towards debt policy. The population in this research are nonfinancial company that listed in Indonesia Stock exchange during 2009 until 2011. The samples selection was done by using purposive sampling method and multiple regression method. The samples that used in this research were 56 non-financial companies which listed in Indonesia Stock Exchange. The result of this research showed that asset structure and profitability have an influence to debt policy. Meanwhile insider ownership, institutional ownership, dividend policy, firm growth, business risk and firm sizedid not haveinfluence to debt policy. Keywords:
Debt Policy, Insider Ownership, Institutional Ownership, DividendPolicy, Asset Structure, Profitability, Firm Growth, Business Risk and Firm Size.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 hingga tahun 2011. Sampel yang dipilih didasarkan pada metode pemilihan sampel purposive dan menggunakan regresi berganda sebagai metode analisa data. Perusahaan yang menjadi sampel terdiri dari 56 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Selain itu, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kata kunci: Kebijakan Hutang, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Risiko Bisnis dan Ukuran Perusahaan.
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
PENDAHULUAN Dalam pengelolaan dan kinerja di dalam perusahaan, manajer harus lebih hati-hati dan tepat dalamsetiap pengambilan keputusan yang diambilnya. Keputusan penting yang harus dihadapi oleh manajerdidalam kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan yang berhubungan dengan masalah pendanaan. Keputusan pendanaan yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan hutang yang digunakan oleh perusahaan. Manajer harus bersikap teliti dan tepat dalam menentukan sumber pendanaan yang akan dipilih, karena setiap sumber pendanaan mempunyai konsekuensi keuangan dan finansial yang berbeda. Keputusan-keputusan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan atau para pemegang saham. Keputusan yang diambil manajer cenderung untuk melindungi dan memenuhi kepentingan para pemegang saham terlebih dahulu karena didalam perusahaan sering terjadi konflik keagenan antara pemegang saham dengan manajer. Salah satu hal yang memungkinkan terjadinya konflik tersebut adalah profitabilitas. Soesetio (2008) menjelaskan bahwa profitabilitas menggambarkan pendapatan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan kentungan bagi investor. Pemegang saham menginginkan dana tersebut
36
November 2014
dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sedangkan manajer ingin menggunakan kelebihan dana yang ada untuk melakukan investasi-investasi yang dapat menghasilkan keuntungan pada masa yang akan datang dan dapat menambah insentif bagi manajer. Dalam menggunakan kebijakan hutang, perusahaan harus mengetahui dan mempertimbangkan terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan hutang tersebut. Banyak studi teoritis dan empiris yang dilakukan oleh para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (komisaris dan direktur). Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen (Tarjo dan Jogiyanto 2003 dalam Wihananto 2009, 42). Beberapa penelitian juga menguji hubungan kepemilikan institusionalterhadap kebijakan hutang. Nuringsih (2010) membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan, sedangkan penelitian Murni dan Andriana (2007) serta Indahningrum dan Handayani (2009) membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang positif terhadap kebijakan hutang perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan Yeniatie dan Destriana (2010) pada periode 2005-2007. Dalam penelitian sebelumnya menggunakan variabelkebijakan manajerial dan kebijakan institusional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan resiko bisnis yang juga mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010), yaitu penelitian ini menambahkan satu variabel independen yang mempengaruhi kebijakan hutang, yaituUkuran Perusahaan (Firm Size)(Joni dan Lina 2010).Dan penelitian ini dilakukan pada periode 2009-2011. Sedangkan periode penelitian sebelumnya menggunakan sampel dari tahun 2005 sampai 2007. Sistematika penulisan penelitian ini adalah pertama, pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Kedua, menjelaskan landasan teori mengenai pengaruh kebijakan manajerial, kebijakan institusional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, resiko bisnis dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Ketiga, metoda penelitian yang menjelaskan kriteria pemilihan sampel, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, menjelaskan hasil penelitian dan interpretasi hipotesisnya. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Ricky A. Mulyana
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kebijakan Hutang Definisi kebijakan hutang pada Ismiyanti dan Hanafi (2003) adalah kebijakan yang menunjukan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasi. Dalam upaya mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan, manajer memerlukan dana untuk kegiatan ekspansi bisnisnya. Salah satu alternatif bagi perusahaan dalam memenuhi dana tersebut adalah dengan menerbitkan hutang. Menurut Diana dan Irianto (2008), hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Semakin tingi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan lebih suka perusahaan menciptakan hutang pada tingkat tertentu untuk menaikkan nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang Menurut Diana dan Irianto (2008), kepemilikan manajerialmerupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris).Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer akan dapat merasakan secara langsung akibat dari pengambilan keputusan yang diambil sehingga manajer tidak mungkin bertindak secara oportunistik lagi (Masdupi 2005).
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Langkah memberikan kepemilikan saham bagi para manajer ditujukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap serta untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham terutama untuk memaksimalkan harga saham (Murni dan Andriana 2007). Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan, termasuk kebijakan menggunakan hutang. Manajerial Ha1 Kepemilikan berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan institusi lainnya (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Peningkatan aktivitas investor didukung oleh usaha mereka untuk meningkatkan tanggung jawab manajemen. Aktivitas pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempatkan para komite penasehat (advisory committees) yang bekerja untuk melindungi kepentingan investor (Murni dan Andriana 2007). Institusional Ha2 Kepemilikan berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang.
38
November 2014
Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Menurut Michael dan Wijaya (2010) kebijakan dividen adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan dividen ini memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap tersebut sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat (Yeniatie dan Destriana 2010). Dividen Ha3 Kebijakan berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Struktur Aktiva dan Kebijakan Hutang Salah satu persyaratan mengajukan pinjaman adalah akiva tetap berwujud yang dapat dijaminkan sehingga semakin besar nilai aktiva tetap berwujud yang dimiliki ada kecenderungan semakin besar pinjaman yang dapat diperoleh (Soesetio 2008).Struktur aset perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar. Aktiva tetap tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh manajer kepada kreditor sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah (Yeniatie dan Destriana 2010, 7).
ISSN: 1410 -9875
Ha4
Struktur Aktiva berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang.
Profitabilitas dan Kebijakan Hutang Profitabilitas adalah hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan. Ada banyak ukuran profitabilitas yang dapat digunakan untuk mengevaluasi laba badan usaha pada level penjualan tertentu, level aset tertentu, atau investasi pemilik. Beberapa alat ukur tersebut yaitu, marjin laba kotor, marjin laba operasi, pendapatan per saham, ROA (Return on Total Asset) (Gitman 2009).Pada tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai operasional, sebaliknya pada tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengurangi penggunaan hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan diasumsikan mengalokasikan sebagian besar keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana internal dan menggunakan hutang dalam tingkat yang rendah, tetapi saat mengalami profitabilitas rendah perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada principal (Ismiyanti dan Hanafi 2003). Profitabilitas berpengaruh Ha5 terhadap Kebijakan Hutang. Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Hutang Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran mengenai perkembangan perusahaan dan menggunakan skala rasio. Pertumbuhan perusahaan adalah
Ricky A. Mulyana
tingkat perubahan total aset dari tahun ke tahun (Steven dan Lina 2011). Pertumbuhan perusahaan yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap hutang perusahaan, karena suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi (Yeniatie dan Destriana 2010). Menurut Murni dan Andriana (2007), tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Pengadaan ekspansi ini akan membutuhkan dana yang besar. Untuk itu, perusahaan menggunakan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan laba ditahan. Laba ini seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi karena perusahaan membutuhkan dana dan adanya keuntungan modal dimasa yang akan datang maka dana tersebut digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Pertumbuhan Perusahaan Ha6 berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Risiko Bisnis dan Kebijakan Hutang Risiko bisnismerupakan indikator ketidakstabilan harga saham dan return yang diterima pemegang saham. Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun (Yeniatie dan Destriana 2010). Risiko bisnis adalah adanya ketidakpastian atas proyeksi pendapatan di masa mendatang jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang rendah jika permintaan produk
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
bersifat stabil, harga input dan produk cenderung tetap, harga dapat dengan mudah dinaikkan jika terjadi kenaikan biaya, dan persentase biaya bersifat variabel dan menurun jika produk dan penjualan mengalami penurunan (Junaidi 2006 dalam Yeniatie dan Destriana 2010). Ha7 Risiko Bisnis berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Hutang Ukuran perusahaan merupakan gambaran finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu. Ukuran perusahaan yang besar, dianggap sebagai indikator yang menggambarkan tingkat risiko bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut, karena jika perusahaan tersebut memiliki kemampuan finansial yang baik, maka diyakini bahwa perusahaan tersebut juga mampu memenuhi segala kewajibannya
November 2014
serta memberikan tingkat pengembalian yang memadai bagi investor (Joni dan Lina 2010). Dan perusahaan dengan ukuran (size) yang lebih besar diperkirakan mempunyai kesempatan untuk menarik hutang dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Aktiva tetap berwujud dan aktiva lainnya seperti piutang dagang dan persediaan dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Moh’d et.al. 1998 dan Sudarma 2004 dalam Wiliandri 2011). Ukuran Perusahaan Ha8 berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang.
METODA PENELITIAN Metoda pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Hasil proses pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Sampel Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2009 sampai dengan 2011. Perusahaan non-keuangan yang mengalami delisting selama periode penelitian. Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir pada 31 Desember. Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih secara konsisten dari tahun 2009 sampai dengan 2011. Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten dari tahun 2009 sampai dengan 2011. Perusahaan yang tidak memiliki pinjaman jangka panjang berbunga dari tahun 2009 sampai dengan 2011. Total perusahaan non-keuangan yang digunakan sebagai sampel penelitian.
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
40
Jumlah Sampel 378
Total Sampel 1134
(56)
(168)
(24)
(72)
(8)
(24)
(84)
(252)
(120)
(360)
(30)
(90)
56
168
ISSN: 1410 -9875
Ricky A. Mulyana
Kebijakan hutang (Debt) menggambarkan total hutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya (Yeniatie dan Destriana 2010). ���� �
����� ���� ����� ������
Kepemilikan Manajerial (INSD) merupakan besarnya kepemilikan manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial (INSD) menggunakan variabel dummy yang diwakili dengan angka 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan nilai 1 menunjukkan yang memiliki kepemilikan manajerial (Yeniatie dan Destriana 2010). Variabel kepemilikan manajerial ini diukur menggunakan skala nominal. Kepemilikan Institusional (INST) menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun (Yeniatie dan Destriana 2010). Dan diukur dengan menggunakan skala rasio serta menggunakan rumus sebagai berikut: INST =
Jumlah saham yang dimiliki institusional Jumlah saham yang beredar
Kebijakan Dividen (DPR) adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan (Michael dan Wijaya 2010). Variabel kebijakan dividen ini diukur dengan menggunakan skala rasio. ������� ��� �����
DPR =
������� ��� �����
Struktur Aset (AST) merupakan komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan (Yeniatie dan Destriana 2010). Struktur aset ini menggunakan skala rasio serta dirumuskan sebagai berikut: Aktiva Tetap
AST = Total Aktiva
Profitabilitas (laba bersih) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham. Net income juga disebut sebagai bottom line, karena posisinya terbawah yang terkait dengan pendapatan dan biaya masuk (Prihadi 2010). Variabel ini diukur dengan skala rasio. ���������
Profit Margin = �����
Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) merupakan gambaran mengenai perkembangan perusahaan dan menggunakan skala rasio. Pertumbuhan perusahaan adalah tingkat perubahan total aset dari tahun ke tahun (Steven dan Lina 2011) dirumuskan sebagai berikut:
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Risiko Bisnis (RB) adalah risiko perusahaan dalam memenuhi kebutuhan biaya operasionalnya Gitman (2009). Variabel risiko bisnis merupakan skala rasio Risiko Bisnis = Ln (� EBIT) Ukuran perusahaan (Size) merupakan gambaran finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu. Variabel ini diukur dengan skala rasio (Joni dan Lina (2010). Size = Log n (Total Aktiva) Metoda Analisis Data Metoda analisa data yang digunakan untuk menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan hutang adalah regresi berganda (multiple regression) (Ghozali 2006). Persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
November 2014
Y = a + β1x1 + β 2x2 + β 3x3 + β 4 x4 + β 5 x5 + β 6 x6 + β 7 x7 + β 8 x8 + e Keterangan: Y = Kebijakan Hutang (Debt Policy) Manajerial x1 = Kepemilikan (Managerial Ownership) Institusional x2 = Kepemilikan (Institutional Ownership) x3 = Kebijakan Dividen (Dividend Policy) (Asset x4 = Struktur aktiva Structure) x5 = Profitabilitas (Profitability) x6 = Pertumbuhan Perusahaan (Firm Growth) x7 = Risiko Bisnis (Bussiness Risk) x8 = Ukuran Perusahaan (Firm Size) a = Konstanta β 1, β 2 , β 3, β 4, β 5, β 6, β 7, β 8 = Koefisien regresi e = error
HASIL PENELITIAN Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel
N
Minimum
Maximum
DEBT 168 0.00196 2.51383 INSD 168 0.00000 1.00000 INST 168 0.18006 0.98571 K_DIV 168 0.03272 2.66525 S_AKTIVA 168 0.00858 0.82492 PROFIT 168 0.00344 0.43643 GROWTH 168 0.80683 3.64807 RB 168 20.56950 36.02362 SIZE 168 25.82995 32.66486 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Hasil menunjukkan terdistribusi
42
uji normalitas bahwa data tidak normal sehingga
Mean 0.2908981 0.4821429 0.6868256 0.4405019 0.3322811 0.1432546 1.1702634 25,37468 28,87259
Std. Deviation 0.35342842 0.50117484 0.17670596 0.30860982 0.19396641 0.09513459 0.26267873 2,07246501 1,60902557
dilakukan uji outlier dengan nilai zscore lebih besar dari 3,00 atau lebih kecil dari -3,00. Jumlah data
ISSN: 1410 -9875
Ricky A. Mulyana
yang dioutlier adalah 6 data sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 162 data dari data sebelumnya sebanyak 168 data.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Sebelum Uji Outlier Unstandardized Residual N 168 Normal Parameters(a,b) Mean 0,0000000 Std. Deviation 0,31756653 Most Extreme Differences Absolute 0,126 Positive 0,126 Negative -0,119 Kolmogorov-Smirnov Z 1,634 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,010 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Manajerial Frekuensi Persentase Keterangan Perusahaan manajerial
yang
tidak
memiliki
kepemilikan
Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial Total
87
51.8
81
48.2
168
100
Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji multikolinearitas: Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Toleranc VIF Variabel e INSD 0.858 1.165 INST 0.829 1.206 K_DIV 0.891 1.123 S_AKTIVA 0.940 1.064 PROFIT 0.779 1.284 GROWTH 0.926 1.080 RB 0.264 3.789 SIZE 0.261 3.839 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Variabel Dependen: DEBT Hasil pengujian heretokedastisitas dapat dilihat melalui nilai signifikansi pada tabel berikut ini:
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Tabel 6 Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel Sig. Kesimpulan INSD Tidak terjadi 0.379 heterokedastisitas INST Tidak terjadi 0.302 heterokedastisitas K_DIV Tidak terjadi 0.967 heterokedastisitas S_AKTIVA Tidak terjadi 0.502 heterokedastisitas PROFIT Tidak terjadi 0.594 heterokedastisitas GROWTH Tidak terjadi 0.435 heterokedastisitas Tidak terjadi RB heterokedastisitas SIZE 0.575 Tidak terjadi 0.114 heterokedastisitas Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Variabel Dependen: ares_1 Variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis dan ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi ³ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji autokolerasi menggunakan model Durbin-Watson menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Nilai Sig. RES_2 0,111 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Variabel Dependen: Unstandardized residual Berdasarkan tabel 7 nilai signifikansi > 0,05 menunjukkan tidak adanya autokorelasi pada model penelitian, sehingga dapat disimpulkan bahwatidak terjadi
44
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
ISSN: 1410 -9875
Ricky A. Mulyana
Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) menunjukan hasil sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) Model R 1 0,439 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Berdasarkan tabel 8 nilai R sebesar 0,439, dimana nilai R tersebut lebih kecil dari 0,5. Hal ini berarti hubungan variabel independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen,
struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis dan ukuran perusahaandengan variabel dependen yaitu kebijakan hutang adalah lemah. Hasil uji koefisien determinasi sebagaii berikut:
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Adjusted R Model Square 1 0,152 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Hasil dari tabel 9 menunjukkan nilai Adjusted R Squaresebesar 0,152 atau 15,2% artinya besarnya persentase variasi dari variabel dependen yaitu kebijakan hutang (DEBT) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen,
struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis dan ukuran perusahaanadalah sebesar 15,2% dan sisanya sebesar 84,8% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi ini. Hasil pengujian Statistik F (Anova) dengan menggunakan multiple regression:
Tabel 10 Hasil Uji Statistik F (Anova) Sum of Mean df F Squares Square Regression 4.019 8 0.502 4.742 Residual 16.842 159 0.106 Total 20.860 167 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5 Pada tabel 10 diketahui bahwa hasil uji statistik F menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000, sehingga dapat
Sig. 0.000
disimpulkan bahwa model regresi ini adalah model yang layak (fit) digunakan dalam penelitian, karena mempunyai nilai signifikansi <0,05.
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Uji Parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan
melihat nilai Unstandardized Coefficient (B) dari masing-masing variabel independen. Tabel 11 di bawah ini menunjukkan hasil uji t:
Tabel 11 Hasil Uji Parsial (Uji t) Std. Variabel B T Error Konstanta -0.541 0.550 -0.984 INSD 0.068 0.054 1.252 INST -0.140 0.156 -0.895 K_DIV -0.137 0.086 -1.582 S_AKTIV 0.458 0.134 3.420 PROFIT -0.679 0.300 -2.263 GROWTH 0.193 0.100 1.941 RB 0.007 0.024 0.276 SIZE 0.018 0.031 0.575 Hasil pengujian Ha1 memperlihatkan kepemilikan manajerial memiliki nilai koefisien sebesar 0,068 dan nilai signifikansi sebesar 0,212 yang berarti lebih besar dari nilai0,05, maka Ha1tidak dapat diterima. Hasil pengujian Ha2 memperlihatkan kepemilikan institusional memiliki nilai koefisien sebesar -0,140 dan nilai signifikansi sebesar 0,372 yang berarti lebih besar dari nilai 0,05, maka Ha2tidak dapat diterima. Hasil pengujian Ha3 memperlihatkan kebijakan dividen memiliki nilai koefisien sebesar 0,137 dan nilai signifikansi sebesar 0,116 yang berarti lebih besar dari nilai 0,05, maka Ha3tidak dapat diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian Ha4 memperlihatkan struktur aktiva memiliki nilai koefisien sebesar
46
November 2014
Sig. 0.327 0.212 0.372 0.116 0.001 0.025 0.054 0.783 0.566
0,458 dan nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari nilai 0,05, maka Ha4 diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian Ha5 memperlihatkan profitabilitas memiliki nilai koefisien sebesar 0,679 dan nilai signifikansi sebesar 0,025 yang berarti lebih kecil dari nilai 0,05, maka Ha5 diterima. Hasil pengujian Ha6 memperlihatkan pertumbuhan perusahaan memiliki nilai koefisien sebesar 0,193 dan nilai signifikansi sebesar 0,054 yang berarti lebih besar dari nilai 0,05, maka Ha6tidak dapat diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian Ha7 memperlihatkan risiko bisnis memiliki nilai koefisien sebesar 0,007 dan nilai signifikansi sebesar
ISSN: 1410 -9875
Ricky A. Mulyana
0,783 yang berarti lebih besar dari nilai 0,05, maka Ha7tidak dapat diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil pengujian Ha8 memperlihatkan ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien sebesar 0,018 dan nilai signifikansi sebesar 0,566 yang berarti lebih besar dari nilai 0,05, maka Ha8tidak dapat diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. PENUTUP Hasil bahwa
penelitian struktur
profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, risiko bisnis dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Keterbatasan penelitian adalah penelitian ini menggunakan perioda 3 tahun, yaitu 2009 sampai 2011. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan perioda 5 tahun. Selain itu, penelitian ini menambahkan variabel independen yang mempengaruhi kebijakan hutang, seperti free cash flow, peluang investasi, dan non-debt tax shield.
menunjukkan aktiva dan
REFERENSI Dwi K.S, Christine, Lidya Agustina, dan Se Tin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2: 1-20. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi, Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence, J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance, Thirteenth Edition. Global Edition. New York: Pearson Education Limited. Indahningrum, Rizka P. dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009, Hlm. 189-207. Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Koh, Annie, Ser-Keng Ang, Eugene F. Brigham, and Michael C. Ehrhardt. 2014. Financial Management Theory and Practice, An Asia Edition. Singapore: Cengange Learning. Murtiningtyas, Andhika I. 2012. Kebijakan Deviden, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Resiko Bisnis terhadap
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 2. ISSN 2252-6765. Santosa, Marcella F. dan Paskah I. Nugroho. 2014. The Effects of Dividend Policy and Ownership Structure towards Debt Policy. International Journal of Economics and Finance Studies. Vol. 6, No. 2. ISSN: 13098055. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business, A Skill-Building, Sixth Edition. West Sussex: Wiley. Setiana, Esa, dan Reffina Sibagariang. 2013. Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Telaah Akuntansi, Vol. 15, No. 01, Juni 2013, Hlm. 16-33. Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, Desember 2011, Hlm. 163-181. Sudiyatno, Bambang, dan Septavia M. Sari. 2013. Determinants of Debt Policy: An Empirical Studying Indonesia Stock Exchange. Educational Research (ISSN: 2141-5161), Vol. 4, No. 1, PP. 98-108, February 2013. Surya, Dennys, dan Deasy A. Rahayuningsih. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 3, Desember 2012, Hlm. 213-225. Tjeleni, Indra E. 2013. Kepemilikan Manajerial dan Institusional Pengaruhnya terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3, September 2013, Hlm. 12-139. Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April 2010, Hlm. 1-16.
48
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 49-64
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISA PENGARUH SATISFACTION, LOCATIONAL CONVENIENCE, DAN COMMITMENT TERHADAP CUSTOMER LOYALTY NUNO SUTRISNO STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: This research relies on the Marketing Management with more concentration on the customer loyalty. The purpose of this research is to analysis the influence satisfaction, locational convenience, and commitment to customer loyalty at RUMAHKITA Jakarta. This object research’s are customers at RUMAHKITA Jakarta they are 100 respondent were used as sample. Research sample using with purposive sampling method. Data analysis method used is multiple regression analysis with SPSS 20,0 programs. The result of this research show that Satisfaction, Locational Convenience, and Commitment have influence Customer Loyalty. Keywords : Satisfaction, Locational Convenience, Commitment, Customer Loyalty. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap pengaruh kepuasan, kenyamanan lokasi dan komitmen terhadap loyalitas pelanggan.Sebanyak 100 responden dipilih dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling. Objek dalam penelitian ini adalah pengunjung took RUMAHKITA di Jakarta. Analisa data menggunakan regresi berganda dengan program SPSS versi 20.Temuan penelitian menunjukan bahwa semua variable independen berpengaruh terhadap variable dependen. Kata kunci: kepuasan, kenyamanan lokasi, komitmen, loyalitas pelanggan. PENDAHULUAN
juga semakin ketat, salah satunya adalah pada dunia usaha retail. Usaha ritel di dalam negeri masih sangat menjanjikan, dapat dilihat dari Indonesian Commercial Newsletter mengenai pertumbuhan ritel yang mencapai 18.152 gerai pada 2011, dibandingkan 10.365
Saat ini dunia usaha di Indonesia sedang berkembang dengan pesat, baik dalam bidang barang maupun jasa. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha, persaingan antar perusahaan
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
gerai pada tahun 2007. Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10-15% per tahun menyusul pertumbuhan ekonomi yang positif serta jumlah populasi masyarakat Indonesia yang besar menjadi pasar yang menjanjikan. Hal tersebut membuka peluang bagi para pengusaha retail. Kebutuhan akan kepuasan membuat konsumen selalu mencari suatu tempat yang mampu memenuhi segala kebutuhannya, dan kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh hadirnya pusat perbelanjaan yang mampu menyediakan berbagai jenis kebutuhan yang beragam bagi konsumen, mulai dari kebutuhan akan aksesories komputer, alat pembersih, lampu, kebutuhan rumah tangga, peralatan dapur, peralatan olah raga, hingga Handphone, dan lain sebagainya. Sekarang ini di kota Jakarta terdapat banyak sekali pusat perbelanjaan dan masih terus bertambah jumlahnya, hal tersebut menandakan bahwa belum adanya titik jenuh pada bisnis retail di kota ini. Hal ini diperkuat dengan cepat dimanfaatkannya lahan-lahan kosong di Jakarta dan sekitarnya untuk pembangunan property, seperti mall, perkantoran, pusat perdagangan dan ruko pergudangan. Semakin berkembangnya usaha retail di Jakarta dapat juga dilihat dari semakin bertambahnya pusat
50
November 2014
perbelanjaan yang beroperasi seperti Mall Emporium Pluit, Mall Puri Indah, Mall Kelapa Gading, Mall Pondok Indah, Mall Artha Gading, Mall Daan Mogot, Gandaria City, Grand Indonesia, Mall Ciputra, Plaza Senayan, Blok M Plaza, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perusahaan dituntut untuk memberikan nilai lebih bagi konsumen agar dapat menciptakan customer loyalty. Pada saat jumlah kebutuhan semakin meningkat akan mempengaruhi jumlah permintaan yang juga meningkat. Pusat perbelanjaan seperti mall sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota. Bukan hanya untuk berjalan-jalan dengan keluarga, mall juga menjadi tujuan berbelanja berbagai kebutuhan, termasuk perkakas kebutuhan rumah. Itulah sebabnya, perusahaan retail yang menjual perkakas agresif membuka gerai di mall. Salah satu dari perusahaan retail yang paling agresif adalah jaringan gerai ACE Hardware dan RUMAHKITA. RUMAHKITA adalah perusahaan retail yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlengkapan rumah. RUMAHKITA berdiri sejak tahun 1999 untuk menjawab kebutuhan pasar dan memberikan solusi belanja yang smart. Tempat belanja yang modern dengan tampilan yang lebih segar, lebih bersih, sehingga customer menjadi lebih mudah dan lebih nyaman dalam berbelanja.
ISSN: 1410 -9875
Nuno Sutrisno
No. of store 60 50 40 30 20 10 0 Ace Hardware
Mitra10
Rumah Kita
Depo Do It Best Bangunan Pongs Home Center
Home Fix
Sumber : Ace Hardware, Credit Suisse (April 11, 2012) Gambar 1. ACE Hardware existing competitors RUMAHKITA saat ini telah memiliki 13 store, yakni di area Jabodetabek, Bandung, dan Bali. Target market RUMAHKITA adalah kelas menengah keatas, hal ini dapat dibuktikan dengan desain interiornya yang berkelas sehingga membuat para konsumen dan pengunjungnya merasa nyaman untuk berbelanja di RUMAHKITA. Kenyamanan yang dihadirkan oleh
RUMAHKITA membuat kepuasan pada hati pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari semakin ramainya RUMAHKITA. Untuk menjangkau pasar, mall memang jadi lokasi yang cocok. Dari 13 gerai RUMAHKITA milik PT. Griya Tritunggal Abadi, 70% diantaranya dibangun di mall, sisanya di bangunan (rumahkita, www.kontan.co.id).
Tabel 1. Ace Hardware Competitors Comparison Company
Brand
No. of Stores
Java
NonJava
PT Ace Hardware Indonesia
Ace Hardware
55
41
14
PT PONGS Indonesia
Do It Best Pongs Home Center
5
5
0
11
2
1
0
14
4
5
1
PT Griya Tritunggal Rumah Kita 13 Abadi PT Penta Home Home Fix 1 Indonesia PT Catur Mitra Sejati MITRA10 18 Sentosa PT Caturkada Depo Depo Bangunan 6 Bangunan Sumber : Ace Hardware, Credit Suisse (April 11, 2012)
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa ACE Hardware sebagai pemimpin pasar dengan 55 gerai di berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia. PT Ace Hardware Indonesia Tbk masih terus berekspansi dengan menambah gerai-gerai baru untuk merespon persaingan yang cukup ketat kedepan. Dengan strategi pemasaran tersebut, ACE Hardware berhasil membukukan laba bersih di tahun 2011 mencapai Rp 279,5 miliar per 31 Desember 2011 dari Rp 167,6 miliar di periode yang sama 2010 (Ace Hardware, Neraca.co.id). Selain itu, ACE Hardware juga mencatatkan penjualan hingga Rp 2,4 triliun dari Rp 1,6 triliun di 2010. Dengan penjualan konsinyasi sebesar Rp 20,4 miliar maka penjualan bersih sebesar Rp 2,42 triliun. Pencapaian target pendapatan tersebut melebihi dari target sebelumnya sebesar Rp 2 triliun atau tumbuh 19,7% dibandingkan tahun sebelumnya hanya Rp 1,67 triliun. Pembukaan gerai ini merupakan strategi utama ACE Hardware dalam pertumbuhan dan juga sebagai upaya memperkuat posisi dalam sektor ritel. Nantinya, penambahan gerai baru akan mendorong pencapaian target laba tahun ini. Hal tersebut membuktikan bahwa banyaknya jumlah gerai di lokasi yang strategis sangat mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan retail (Ace Hardware, Neraca.co.id). Do it Best Pongs Home Center menduduki posisi kedua setelah ACE Hardware dikarenakan toko retail perkakas asal Amerika Serikat dibawah PT. Pongs
52
November 2014
Indonesia ini adalah toko retail terlengkap dibandingkan dengan pesaing sejenis lainnya. Sebagai pemain baru, Pongs sudah menyiapkan strategi, dengan menawarkan sekitar 60.000 item barang di tiap gerai, Pongs menyasar segmen yang luas dengan harga produknya yang murah, menengah, hingga mahal. Pongs juga memilih untuk mendirikan gerai di mal-mal terkenal di jabodetabek, karena wilayah ini memiliki daya beli yang cukup tinggi. Hal tersebut mampu membuat Pongs menduduki posisi kedua setelah ACE Hardware (www.kontan.co.id). Di sisi lain, RUMAHKITA sebagai penantang pasar yang menawarkan produk yang serupa dengan ACE Hardware dan Do it Best Pongs Home Center menduduki posisi ke-3. RUMAHKITA menyediakan berbagai macam kebutuhan customer, baik skala pribadi dan perusahaan, dengan kategori Lighting & Accessories, Telephone & Accessories, Mobile Phone & Accessories, Tools & Hardware, Kitchenware, Houseware, Plumbing, Architectural Hardware, Home Decor, Bathroom Accessories, Car & Motorcycle Accessories, Cleaning Aids, Gardening, Home Appliances, House Hold, Carpet 7 Rugs, Computer Accessories, dan Audio Video. Lebaran 2012 membawa berkah bagi gerai ritel perkakas, tak terkecuali RUMAHKITA. RUMAHKITA Mal Ciputra Jakarta Barat mengalami peningkatan baik dari tingkat pengunjung maupun transaksi. Bila di bulan biasa
ISSN: 1410 -9875
pengunjung yang datang ke RUMAHKITA berkisar 200 orang sampai 250 orang per hari, pada momen lebaran pengunjung mencapai 300 orang hingga 400 orang per hari. Dari segi transaksi rata-rata mencapai Rp 130 juta per hari (rumahkita, www.kontan.co.id). Jumlah ini meningkat 62,5% dari transaksi rata-rata di bulan biasa yang sebesar Rp 80 juta per hari (bisnis alat perkakas, www.kontan.co.id). Faktor-faktor yang mempengaruhi customer loyalty adalah satisfaction, locational convenience, dan commitment. Pencapaian satisfaction telah lama diidentifikasi sebagai kunci dari customer loyalty, namun pada dasarnya satisfaction tidak selalu menghasilkan customer loyalty dan ketidakpuasan tidak selalu menghasilkan switching. Meskipun satisfaction tetap merupakan pendorong penting customer loyalty untuk beberapa jenis layanan, locational convenience dapat menjadi faktor lain dalam menjaga customer loyalty. Sebagai contoh, locational convenience dapat mengikat pelanggan untuk penyedia layanan, meskipun kepuasan dengan layanan mungkin tidak tinggi (Jones et al 2003) dalam Wu (2011, 241) Sebagai hasilnya, pelanggan memiliki sedikit kesempatan untuk membandingkan penawaran berdasarkan kepuasan, dan sering focus perhatian lebih pada faktorfaktor yang berkaitan dengan locational convenience. Akhirnya, commitment mungkin diharapkan menjadi lebih penting daripada satisfaction dan locational
Nuno Sutrisno
convenience. Arti penting dari penelitian ini adalah, mengusulkan bahwa locational convenience, dan commitment merupakan faktor penting tambahan yang mempengaruhi customer loyalty selain satisfaction. Secara khusus customer loyalty adalah bergantung pada satisfaction, locational convenience, dan commitment. Pada umumnya pelanggan yang loyal terhadap produk yang dibelinya akan diwujudkan pada perilaku untuk mengkomsumsi ulang atau ada niat untuk melakukan pembelian dan mengkonsumsinya kembali. Sedangkan perilaku konsumen yang tidak loyal pada produk yang dibelinya akan diwujudkan pada perilaku yang berubah artinya keputusan konsumen untuk berubah merk cenderung semakin tinggi. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya oleh LiWei Wu dengan judul “Beyond satisfaction The relative importance of locational convenience, interpersonal relationships, and commitment across service types”. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Customer loyalty Berikut adalah pendapat Lovelock dan Wirtz (2011, 338) tentang Customer loyalty: Loyalty is an old-fashioned word traditionally used to describe fidelity and enthusiastic devotion to a country, a cause, or an individual. It has also been used in a business context, to describe a customer’s willingness to continue patronizing a firm over the long
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
term, preferably on an exclusive basis, and recommending the firm’s product to friends and associates. Griffin (2005, 5) menyatakan bahwa “Loyalitas pelanggan adalah wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terusmenerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih.” Customer loyalty adalah menciptakan pelanggan, Artinya, bahwa untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, sebuah perusahaan harus memiliki konsumen yang merasa suka dan puas terhadap produk yang ditawarkan (Kotler & Keller 2009, 136). Jadi dapat disimpulkan bahwa Customer loyalty yang dimaksud adalah dimana seorang konsumen yang setia dan percaya dengan suatu perusahaan yang menyediakan produk yang dibutuhkannya, akan melakukan pembelian ulang terhadap perusahaan tersebut, dan merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain. Berikut ini adalah pendapat Griffin (2005, 18) tentang lima langkah loyalty and purchase cycle: 1. Kesadaran (awareness) Pada tahap ini perusahaan membentuk mind share yang dibutuhkan konsumen untuk memposisikan produk yang ditawarkan. Produk yang ditawarkan adalah produk unggul dan menjadi stimuli bagi konsumen untuk melakukan tindakan.
54
November 2014
2. Pembelian awal (initial purchase) Pembelian pertama kali merupakan langkah penting dalam loyalty dan merupakan pembelian percobaan bagi konsumen. Kesan positif harus ditanamkan kepada konsumen, kemudahan melakukan transaksi pembelian, hubungan yang baik dengan konsumen, termasuk kondisi fisik tempat transaksi yang disiapkan dengan baik. Tahap ini merupakan awal proses menumbuhkan loyalitas konsumen. 3. Evaluasi pasca pembelian (postpurchase evaluation) Setelah melalui tahap pembelian pertama, sadar atu tidak konsumen akan melakukan evaluasi atas transaksi yang telah dilakukan. Tingkat keputusan konsumen akan menjadi penentu keputusan konsumen untuk membeli kembali atau tidak. 4. Keputusan membeli kembali (decision to repurchase) Sikap penting dalam loyalty akan tercermin dalam komitmen konsumen yang merupakan hal yang lebih penting dari sekedar kepuasan. Motivasi keputusan membeli kembali merupakan hasil dari tingginya sikap positif terhadap produk atau jasa dibandingkan dengan produk atau jasa alternatif lainnya. 5. Pembelian kembali (repurchase) Pembelian kembali yang merupakan actual repurchase, adalah tahap akhir loyalitas dimana konsumen dianggap benar-benar setia dan akan mengulangi proses tahapan ketiga sampai kelima secara terus-menerus. Pelanggan setia
ISSN: 1410 -9875
cenderung akan menolak produk atau jasa pesaing. Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan. Adapun karakteristik dari pelanggan yang loyal antara lain menurut Griffin (2005, 31) adalah sebagai berikut: 1. Makes regular repeat purchase (melakukan pembelian ulang secara teratur) 2. Purchases across product and service lines (melakukan pembelian lini produk yang lainnya dari perusahaan Anda) 3. Refers others and (memberikan referensi pada orang lain) 4. Demonstrates in immunity to the pull of the competition (menunjukan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dan pesaing) Satisfaction Mengutip pendapat Churchill & Surprenant yang dibaca dari artikel Tjiptono Fandy (2008, 349), maka disajikan sebagai berikut: provides a definition or understanding of customer satisfaction (customer satisfaction) as a result of the purchase and use of that obtained from the comparison between reward and the cost of purchasing the anticipated consequences. Mengutip pendapat Westbrook and Reilly yang dibaca dari artikel Tjiptono Fandy (2008, 349), maka disajikan sebagai berikut: Definition or understanding of customer satisfaction as an
Nuno Sutrisno
emotional response to the experiences related to specific products or services purchased, retail outlets, or even a pattern of behavior (such as shopping behavior and buyer behavior), as well as the overall market. Kotler dan Keller (2007, 238), “Provides a definition or understanding of customer satisfaction as a function of how the incompatibility of hope buyers of products with performance that buyers think about the product.” Jadi dapat disimpulkan bahwa Satisfaction adalah seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut, dan hasil pembelian dan pemakaian yang didapatkan dari perbandingan antara reward dan biaya pembelian dengan konsekuensi yang diantisipasi sebelumnya sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Kotler (1996) mengidentifikasi 4 (empat) metode pengukuran kepuasan pelanggan, sebagai berikut: Sistem Keluhan dan Saran Wirausaha yang berwawasan pelanggan akan menyediakan formulir bagi pelanggan untuk melaporkan kesukaan dan keluhannya. Media yang digunakan dapat berupa kotak saran dan saluran telepon pengaduan bebas pulsa bagi pelanggan. Alur informasi ini memberikan banyak gagasan baik dan wirausaha dapat bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Survei Kepuasan Pelanggan Wirausaha yang responsif mengukur kepuasan pelanggan dengan mengadakan survei berkala, yaitu dengan mengirimkan daftar pertanyaan atau menelpon secara acak dari pelanggan untuk mengetahui perasaan mereka terhadap berbagai kinerja industri. Selain itu juga ditanyakan tentang kinerja industri saingannya. Ghost Shopping (Pelanggan Bayangan) Merupakan suatu cara yang dilakukan wirausaha dengan mempekerjakan beberapa orang (gost shopper) untuk berpura-pura menjadi pelanggan dan melaporkan kekuatan atau kelebihan dan kelemahan dari produk pesaingi. Analisa Pelanggan yang Beralih Wirausaha dapat menghubungi pelanggan yang tidak membeli lagi produk perusahaan atau berganti pemasok, untuk mengetahui penyebabnya (apakah harganya tinggi, pelayanan kurang baik, produknya kurang dapat diandalkan dan seterusnya, sehingga dapat diketahui tingkat kehilangan pelanggan. pengaruh H1 : Terdapat satisfaction terhadap customer loyalty pada RUMHKITAdi Jakarta. Locational convenience Mengutip pendapat Seiders et al., 2000 yang dibaca dari artikel Li Wei Wu (2011), maka disajikan sebagai berikut: Locational convenience refers to a customer’s perception
56
November 2014
of the time and effort needed to reach a service provide Mengutip pendapat Howcroft dan Beckett (1993) yang dibaca dari artikel Levy dan Weitz (2004) “Locational convenience is the primary choice determinant in retailer selection.” Mengutip pendapat Andaleeb dan Basu (1994) yang dibaca dari artikel Palmer and Cole (1995) “A convenient location is a peripheral aspect of the core service offering since it is not directly related to the essential benefit of the service offering.” Jadi dapat disimpulkan bahwa Locational convenience adalah penentu pilihan utama bagi konsumen dalam menentukan atau memilih tempat yang akan dituju untuk membeli produk yang dicari berdasarkan pada fasilitas yang diberikan oleh pedagang, yang kemudian mampu mempengaruhi persepsi pelanggan untuk menjadi loyal pada perusahaan tertentu. pengaruh H2 : Terdapat locational convenience terhadap customer loyalty pada RUMHKITAdi Jakarta. Commitment Mengutip pendapat Anderson dan Weitz (1992) yang dibaca dari artikel Morgan dan Hunt (1994), “The essence of commitment is stability, which represents a willingness to make short-term sacrifices to realize long-term benefits.”
ISSN: 1410 -9875
Nuno Sutrisno
Moorman et al. (1992) menyatakan bahwa “Commitment refers to an enduring desire to maintain a valued relationship.” Salomon (2006) menyatakan bahwa “Komitmen adalah ketika lebih banyak orang yang berdedikasi kepada sebuah kelompok dan memberi nilai pada keanggotaannya, semakin termotivasi mereka dalam mengikuti kelompok tersebut.” Komitmen yang dipegang untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang disukai secara konsisten dimasa datang, sehingga menimbulkan pembelian merek atau rangkaian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi untuk menyebabkan perilaku beralih merek (Tjiptono 2006, 387).
Anderson dan Weitz (1992) menyatakan bahwa komitmen terdiri dari tiga dimensi, yaitu : “Sebuah hasrat untuk membangun hubungan yang stabil, kemauan untuk memberikan pengorbanan dalam membangun suatu hubungan, dan kepercayaan dalam hubungan yang stabil”. Jadi dapat disimpulkan bahwa Commitment merupakan kesungguh-sungguhan dan konsistensi perusahaan yang menciptakan kesetiaan pelanggan. pengaruh H3 : Terdapat commitment terhadap customer loyalty pada RUMHKITAdi Jakarta. Berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian ini :
SATISFACTION
CUSTOMER LOYALTY
LOCATIONAL CONVENIENCE
COMMITMENT
Gambar 1 Model Penelitian
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
METODE PENELITIAN Metode Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas dan statistik deskriptif. Metode ini digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat antar variabel dependen (Customer Loyalty) dengan variabel independennya (Satisfaction, Locational Convenience, dan Commitment). Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Pendekatan survey dalam penelitian ini melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada pelanggan RUMAHKITA di Jakarta yang telah menjadi member dan memiliki kartu kita minimal 1 tahun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi yang bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Tekhnik pengumpulan data Studi pustaka, dimana peneliti memperoleh data sekunder dengan literatur yang berisi tentang konsep, teori – teori dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kuesioner, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
November 2014
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2009, p199). Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2008, 120). Kategori dari pertimbangan tertentu yang dimaksudkan adalah pelanggan RUMAHKITA yang telah menjadi member RUMAHKITA atau memiliki kartu kita minimal 1 Tahun, berdomisili di Jakarta, dan sedang melakukan pembayaran di kasir. Setelah metode pengambilan sampel ditentukan, maka peneliti menentukan jumlah sampel minimum yang akan diambil sebagai responden, menurut Hair ( 2010 : 176 ), “In multiple regression requires a minimum sample of 50 and preferably 100 observations for most research situation”. Oleh karena jumlah populasi tidak diketahui, berdasarkan pendapat diatas maka jumlah sampel yang diambil adalah minimal 100 responden, sesuai dengan syarat dan tujuan penelitian.
Variabel dan pengukurannya Tabel 2. Penjabaran Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran NO 1.
Variabel Satisfaction (Variabel
58
Indikator 1. Good firm to do business with. 2. Satisfied with the
Pengukuran Skala Likert
ISSN: 1410 -9875
Independen)
Nuno Sutrisno
competence of service personnel. 3. Satisfied with the service quality. 4. Satisfied with the relationship. 5. In general, satisfied with the services offered.
2.
3.
Locational Convenience
1. It does not take much time to reach.
(Variabel Independen)
2. The location is near to home or work place
Commitment (Variabel Independen)
4.
Customer Loyalty (Variabel Independen)
3. Has a very convenient location 1. Very committed to relationship 2. Intend to maintain this relationship indefinitely 3. The relationship that I have with RUMAHKITA deserves my maximum effort to maintain it 4. I really care about my ongoing relationship with RUMAHKITA. 5. I feel a strong sense of belonging with RUMAHKITA. 1. When I need to make a purchase, RUMAHKITA is my first choice
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
2. To me, RUMAHKITA is the best one to do business with 3. I believe that RUMAHKITA is my favorite Retail store 4. I seldom consider switching to another Retail store 5. I will do more business with RUMAHKITA in the future years
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
HASIL PENELITIAN Tabel 3. Statistik Deskriptif Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan 23-28 Thn 29-34 Thn 35-40 Thn 41-46 Thn > 46 Thn Karakteristik responden berdasarkan Laki-laki Perempuan Karakteristik responden berdasarkan pendidikan SD - SMP SLTA Diploma S1 S2 Karakteristik responden berdasarkan Pegawai swasta Pegawai negeri Wirausaha Lain-lain Karakteristik responden berdasarkan penghasilan/bulan 3.000.000 – 5.000.000 6.000.000 – 8.000.000 9.000.000 – 10.000.000 > 10.000.000 Karakteristik responden berdasarkan bagian Jakarta Timur Pusat Barat Utara Selatan
Usia 26.2 25.2 14.6 17.5 16.5
% % % % %
jenis kelamin 52.4 % 47.6 % tingkat 3.9 32 10.7 47.6 5.8
% % % % %
39.8 15.5 37.9 6.8
% % % %
34 26.2 16.5 23.3
% % % %
status pekerjaan
domisili di
Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran 300.000 - 600.000 600.000 – 900.000 900.000 – 1.200.000 1.200.000 – 1.500.000 > 1.500.000
60
Percenta se
1% 5.8 % 21.4 % 19.4 % 52.4 % 47.6 27.2 14.6 6.8 3.9
% % % % %
ISSN: 1410 -9875
Nuno Sutrisno
Responden berdasarkan pembelian dan penggunaan Ya Tidak Karakteristik responden berdasarkan produk yang sering dibeli Peralatan dapur Lampu & Accessories Aksesoris kendaraan Komputer & Aksesoris Lain-lain Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan kartukita Ya Karakteristik responden berdasarkan lama menjadi member 1 tahun 2 tahun 3 tahun Karakteristik responden berdasarkan kunjungan/bulan 1 kali 2 kali 3 kali 5 kali/lebih
Model (contant) X1
Model (contant) X2
Model (contant) X3
Model (contant) X1 X2 X3
R 0.730
R 0.740
R 0.679
97.1 % 2.9 % 36.9 % 15.5 % 34 % 12.6 % 1%
100 %
79.6 % 18.4 % 1.9 %
60.2 % 32 % 6.8 % 1%
Table 4. Hasil Uji Hipotesis 1 R2 B T 3.827 3.200 0.534 0.761 10.589
Sig 0.002 0.000
Table 5. Hasil Uji Hipotesis 2 R2 B T 3.857 3.329 0.548 1.260 10.905
Sig 0.001 0.000
Table 6. Hasil Uji Hipotesis 3 R2 B T 4.683 3.631 0.461 0.721 9.151
Sig 0.000 0.000
Table 7. Hasil Pengujian Regresi Berganda R Adj R2 B F 0.788 0.610 1.621 52.542 0.286 0.588 0.259
Sig 0.000
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Berdasarkan tabel 4 hubungan variabel satisfaction dengan customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.730, dengan variabel customer loyalty yang dapat dijelaskan oleh satisfaction sebesar 53.4%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh satisfaction terhadap customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta. Model regresi dari variabel satisfaction diatas adalah: Y = 3.827 + 0.761X1 + e Berdasarkan tabel 5 hubungan variabel locational convenience dengan customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.740, dengan variabel customer loyalty yang dapat dijelaskan oleh locational convenience sebesar 54.8 %. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh locational convenience terhadap customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta. Model regresi dari variabel locational convenience diatas adalah: Y = 3.857 + 1.260 X2 + e Berdasarkan tabel 6 hubungan variabel commitment dengan customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.679, dengan variabel customer loyalty yang dapat dijelaskan oleh commitment sebesar 46.1%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh commitment terhadap customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta. Model regresi dari variabel commitment diatas adalah: Y = 4.683 + 0.721 X3 + e
62
November 2014
Berdasarkan tabel 7 hubungan variabel satisfaction, locational convenience, dan commitment dengan customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.788, dengan variabel customer loyalty yang dapat dijelaskan oleh satisfaction, locational convenience, dan commitment sebesar 61%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh satisfaction, locational convenience, dan commitment terhadap customer loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta. Model regresi dari variabel satisfaction, locational convenience, dan commitment diatas adalah: Y = 1.621 + 0.286 X1 + 0.588 X2 + 0.259 X3 + e
PENUTUP Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Satisfaction, Locational Convenience, dan Commitment terhadap Customer Loyalty pada RUMAHKITA di Jakarta. Berdasarkan hasil dari pengujian statistik yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh Satisfaction (X1) terhadap Customer Loyalty (Y) pada RUMAHKITA di Jakarta.; Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh Locational Convenience (X2) terhadap Customer Loyalty (Y) pada RUMAHKITA di Jakarta.; Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh Commitment (X3) terhadap Customer Loyalty (Y) pada RUMAHKITA di Jakarta.; Ho4
ISSN: 1410 -9875
ditolak dan Ha4 diterima, artinya terdapat pengaruh Satisfaction (X1), Locational Convenience (X2), dan Commitment (X3) terhadap Customer Loyalty (Y) pada RUMAHKITA di Jakarta. Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan antara lain: ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini relatif sedikit, yaitu hanya sejumlah 100 orang dan penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yaitu
Nuno Sutrisno
Satisfaction, Locational Convenience, dan Commitment. Sehubungan dengan keterbatasan penelitian, untuk penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.; penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi Customer Loyalty ini.
REFERENSI Anderson, E. and Weitz, B. (1992), “The use of pledges to build and sustain commitment in distribution channels”, Journal of Marketing Research, Vol. 29 No. 1, pp. 18-34. Kotler Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management: Global Edition. England: Pearson Education Limited Leon G. Schiffman, Leslie Lazar Kanuk, and Joseph Wisenbilt. 2010. Consumer Behavior, 10th Edition. New Jersey: Pearson Education Inc Levy, M. and Weitz, B.A. (2004), Retailing Management, 5th ed., McGrawHill/Irwin, New York, NY. Joseph F. Hair, Jr, William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th edition. New Jersey: Pearson Education Inc Moorman, C., Zaltman, G. and Deshpande´, R. (1992), “Relationships between providers and users of market research: the dynamics of trust within and between organizations”, Journal of Marketing Research, Vol. 29 No. 3, pp. 314-28. Seiders, K., Berry, L.L. and Gresham, L.G. (2000), “Attention, retailers! How convenient is your convenience strategy?”, Sloan Management Review, Vol. 41 No. 3, pp. 79-89. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Uma Sekaran and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Wu, Li Wei. 2000. Beyond satisfaction The relative importance of locational convenience, interpersonal relationships, and commitment across service types. Managing service quality 21 (2011), 240-263
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Halaman ini sengaja dikosongkan
64
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 65-76
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA FISIK, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN NURTI WIDAYATI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to determine the influence of Compensation, Physical Work Environment, and Work Discipline on employee Performance at PT MANE INDONESIA. Made a samples by 100 employees at PT MANE INDONESIA. Sampling method through purposive sampling and data collection using the questionnaire. Results of the linear regression model showed that: (1) Compensation significant influence towards employee performance at PT MANE INDONESIA. (2) Physical Work Environment significant influence to the employee performance at PT MANE INDONESIA. (3) Work Discipline significant influence to the employee performance at PT MANE INDONESIA. The results are mentioning the Compensation, Physical Work Environment and Work Discipline significant influence to the performance of employees . Keywords: Compensation, Physical Work Environment, Work Disciplin, and Performance Employee. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari kompensasi, lingkungan kerja fisik dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Mane Indonesia. Sebanyak 100 orang karyawan ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini denan menggunakan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dari penyebaran kuisioner kepada responden dan analisa regresi digunakan untuk menguji data. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa semua variable independen(kompensasi, lingkungan kerja fisik dan disiplin kerja) terbukti berpengaruh terhadap variable dependen (kinerja karyawan) Kata kunci:
kompensasi, lingkungan kerja fisik, disiplin kerja, kinerja karyawan
PENDAHULUAN
kebutuhan dasar untuk memberikan keberhasilan semua industri. Sumber daya manusia dikelola dengan baik untuk mencapai kualitas dalam organisasi maupun individu dalam menyelesaikan tugas dan tujuan organisasi. Menurut
Sumber daya manusia era globalisasi dibutuhkan bukan hanya menjadi roda penggerak dalam menjalankan perekonomian, melainkan sudah menjadi
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Wirawan (2009, 1) “ Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang digunakan untuk menggerakkan dan menyinergikan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa sumber daya manusia, sumber daya lainnya menganggur (idle) dan kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan organisasi.” Tercapainya tujuan perusahaan tidak hanya tergantung pada daya dukung peralatan modern, sarana dan prasarana yang memadai, tetapi lebih tergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Keberhasilan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh Kinerja karyawanya. Kinerja adalah istilah yang berasal dari kata job performance atau actual performance ( prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang), yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya ( Mangkunegara 2011, 67). Berdiri sejak tahun 1871 PT MANE INDONESIA dengan pertama kalinya perusahaan berada di IE Bar – Sur Loup, Perancis. PT MANE INDONESIA merupakan perusahaan yang didirikan dari perusahaan keluarga yang sekarang berkembang pesat karena diambil alih oleh penurusnya dan dimodernisasi dengan mengembangkan bisnis internasional. PT MANE INDONESIA sebagai pembuat Flavor dan Fragrance di Indonesia mengalami kemajuan pesat, seiring dengan banyaknya variasi makanan, minuman, dan pewangi yang semuanya menggunakan produk
66
November 2014
dari PT MANE INDONEISA Flavor dan Fragrance. PT MANE menciptakan rasa untuk produk sehari-hari yang beragam seperti minuman, biskuit, permen, produk susu,dan makanan gurih. Aroma kecantikan, aroma parfum, untuk kebersihan & bodycare produk: shower gel, shampoo, deodoran, krim dan pasta gigi. Selain itu, PT MANE menciptakan wewangian untuk aroma dirumah, dari produk rumah tangga sampai parfum interior (website MANE). Perusahaan memiliki berbagai cara untuk dapat memberikan kompensasi untuk karyawan. Compensation Menurut Milkovich (2014, 13) adalah refers to all forms of financial returns and tangible services and benefits employees receive as part of an employment relationship. Kompensasi yang diberikan PT MANE INDONESIA untuk karyawan tetap adalah gaji pokok, bonus diberikan diawal tahun dengan persentase dari PT MANE INDONESIA, dan THR yang sesuai dengan UMR yang disyaratkan. Menurut Sutrisno (2009:189) pemberian kompensasi yang layak bukan saja dapat memengaruhi kondisi materi para karyawan, tetapi juga dapat menentramkan batin karyawan untuk bekerja lebih tekun dan mempunyai inisiatif. PT MANE INDONESIA memiliki affiliate diberbagai negara, seperti di Asia – Pasifik ( MANE Thailand, MANE Shanghai, MANE India, MANE Vietnam, MANE Philippines, MANE Japan, MANE Korea, dan MANE Taiwan). PT MANE INDONESIA merupakan Indonesia Headquarter Asia – Pasifik, dan Headquarter Global PT MANE Berada di IE Bar – Sur Loup, Perancis, “hal ini tidak
ISSN: 1410 -9875
berbanding mulus dengan banyaknya karyawan yang sudah termasuk dalam karyawan senior memilih untuk pindah ke perusahaan pesaing yang memiliki besaran kompensasi yang lebih menarik untuk para karyawan profesional”, (wawancara karyawan sebagai staf). Kompensasi juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Kompensasi merupakan suatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka kepada organisasi, Rivai (2005,125). Untuk menyusun sistem pemberian kompensasi yang adil, manajemen perlu melakukan “ evaluasi pekerjaan”. Dengan evaluasi, manajemen berupaya mempertimbangkan dan mengukur masukan karyawan( keterampilan, usaha, tanggung jawab dan sebagainya) untuk menetapkan kinerja minimum dan merubah ukuran dalam satuan uang. Kompensasi juga merupakan pendorong utama karyawan untuk bekerja, karena dengan kompensasi berupa Financial para karyawan dapat memenuhi kebutuhannya.sehingga kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT MANE INDONESIA setiap harinya memproduksi bahan mentah menjadi bahan baku perasa dan pewangi untuk berbagai macam makanan, minuman, dan pewangi ini membuat gedung perkantoran PT MANE INDONESIA dengan gedung pabrik produksi PT MANE INDONESIA berada dalam satu area. Gedung perkantoran PT MANE INDONESIA yang berdampingan dengan gedung pabrik produksi membuat situasi kerja karyawan menjadi tidak nyaman untuk menyelesaikan
Nurti Widayati
tugasnya. Faktor-faktor kecil yang ditimbulkan oleh aktivitas pabrik produksi PT MANE INDONESIA berdampak pada ruangan kerja menjadi bising, aroma produksi atas bahan mentah, dan daya pencerahan dalam ruang kerja para karyawannya. Penurunan kinerja karyawan tidak dapat diprediksi hanya dengan tindakkan biasa saja, melainkan perlu adanya tindakan untuk merubah tata ruangan kerja, penerangan ruangan, dan aroma ruang kerja agar dapat meningkatkan kinerja karyawan secara maksimal. PT MANE INDONESIA menetapkan aturan-aturan untuk para karyawan agar dapat bekerja sesuai atas apa yang telah disetujui untuk dilaksanakan. Pelanggaran aturan yang telah dibuat dapat memberikan karyawan hal buruk dalam displin kerja dan menurunkan hasil kinerja karyawan karena tindakan karyawan itu sendiri. Menurut Sasrohadiwiryo (2003, 291) disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak, serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Masalah karyawan yang telah memiliki keluarga di PT MANE INDONESIA, terkadang sering tidak disiplin dalam bekerja, dimana karyawan yang telah berkeluarga sering berhalangan hadir dalam bekerja (wawancara terhadap staf karyawan perempuan). Ketidakhaadiran tersebut dapat menghambat kinerja karyawan PT
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
MANE INDONESIA, karena tugas dan tanggung jawab karyawan yang tidak disiplin tersebut akan membebankan karyawan lainnya untuk menyelesaikan tugasnya. PT MANE INDONESIA tidak akan lupa dengan para karyawan yang telah mengikuti aturan-aturan perusahaan dalam pelakasaan pekerjaan, dimana PT MANE INDONESIA memberikan penghargaan untuk para karyawan yang disiplin dalam pekerjaannya. Penghargaan ini diberikan dalam setiap tahun di selang acara liburan perusahaan dengan memberikan bonus uang atau barang untuk para karyawan disiplin dan karyawan dengan masa dedikasinya. Oleh karena itu kinerja karyawan dapat dikatakan sebagai upaya untuk mendapatkan kompensasi yang baik untuk karyawan, lingkungan kerja fisik nyaman untuk karyawan dan tingkat displin kerja menjadi lebih baik dan tingkat kinerja akan semakin tinggi. Visi dan nilai dari PT. MANE INDONESIA adalah passionate, true, and inspired : our independence allows us to make bold choices, to venture along new paths. Our independence is the reason why we have developed a sincere entrepreneurial spirit, thus a freedom to think out the box. This makes us unique: we want to be a different partner, committed to do more, in a different way. In an ever-changing world, we stand for what we belive in. Visi dan misi serta nilai dari PT. MANE INDONESIA ini membuat perusahaan memperhatikan faktor-faktor akan pendukung untuk perusahaan mereka. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali apakah
68
November 2014
kompensasi, lingkungan kerja fisik, dan disisplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT MANE INDONESIA sebagai objek dalam penelitian ini. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kompensasi Menurut Milkovich dan Newman (2008, 9) mengemukakan bahwa “ compensasion refers to all forms of financial returns and tangible services and benefits employees receive aspart of an employment relationship.” Kompensasi lebih mengacu pada bentuk apapun sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawannya. Baik dalam bentuk keuangan secara langsung atau jasa yang nyata atau keuntungan lainya sebagai balas jasa kepada karyawan atas hubungan pekerjaan yang dijalani. Menurut Dessler (2011, 159) “all performs of pay going to employees and arising from their employement”. Sedangkan menurut Simamora (2006, 506) Kompensasi adalah semua bentuk kembalian financial, jasa-jasa terwujud dan tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari hubungan kekaryawanan. HO1 : Tidak terdapat Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT MANE INDONESIA Lingkungan Kerja Fisik Sedarmayanti (2011,26) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarmya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya (prosedur) serta pengaturan kerjanya, baik sebagai
ISSN: 1410 -9875
perseorangan maupun sebagai kelompok. Menurut Sarwono (2005, 35) lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktifitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor –faktor fisik ini mencakup suhu udara ditempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor – faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. Sedangkan menurut Zulkarnain (2007,44) lingkungan kerja adalah kondisi baik dari fisik maupun psikis. Fisik dapat diartikan sebagai kondisi tempat bekerja, sedangkan psikis sebagai kondisi kejiwaan seorang pegawai dalam menghadapi lingkungan kerja. Terdapat Pengaruh Ha2 : Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Karyawan paada PT MANE INDONESIA. Disiplin Kerja Menurut Veithzal Rivai (2011,824) Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesedian seseorang mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Menurut Moenir dalam Irawati dan Mustakim (2012,
Nurti Widayati
2) Disiplin adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang telah ditetapkan. Menurut Moenir dalam Irawati dan Mustakim (2012, 2) terdapat dua jenis disiplin yang sangat dominan dalam usaha menghasilkan barang dan jasa yaitu disiplin dalam hal waktu dan disiplin dalam hal kerja. Keduanya merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkandan saling mempengaruhi. Ha3 : Terdapat Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT MANE INDONESIA. Kinerja Karyawan Menurut Dessler (2011, 127) Kinerja karyawan adalah prestasi actual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan oleh karyawan. Simanjuntak (2011, 11) menyatakan bahwa “Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu”. Menurut Henry Simamora dikutip dan diterjemahkan oleh Dina Nurhayati (2008, 7) kinerja karyawan adalah tingkat dimana para karyawan mencapai persyaratanpersyaratan pekerjaan. Terdapat Pengaruh Ha4 : Kompensasi, Lingkungan Kerja Fisik, dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT MANE INDONESIA.
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Model Penelitian
Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengolahan Data Berdasarkan dari karakteristik masalah penelitian, penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yang bersifat Deskriptif dan Asosiatif Kausal. Menurut Sugiyono (2012, 53) Deskriptif merupakan suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan tershadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih. Penelitian Asosiatif Kausal menurut Sugiyono (2012, 56) merupakan rumusan masalah yang bersifat menayakan hubungan antara dua variabel atau lebih, mengenai hubungan sebab akibat. Agar peneliti mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y. Jadi, jika variabel X dihilangkan atau diubah dalam cara tertentu, masalah Y terpecahkan. Metode Sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih sebagai sampel. Menurut Sugiyono (2012, 122)
70
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Mempunyai populasi sebanyak 150 karyawan. Penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 120 responden, staf IT sebanyak 25 orang, staf HRD 20 orang, staf Pemasaran 30 orang, staf RnD 15 orang, staf Laboratory 10 orang, dan staf Keuangan 20 orang. Kuesioner yang disebar sebanyak 120 kuesioner dan yang kembali hanya 113 kuesioner tetapi yang tidak layak diuji sebanyak 13 kuesioner, dan jumlah sample yang digunakan sebanyak 100 orang karyawan. Data primer adalah informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti dari variabel spesifik yang bertujuan penelitian. (Sugiyono, 2012) dimana peneliti menyebarkan sejumlah pertanyaan secara tertulis yang diberikan kepada responden yaitu karyawan PT MANE INDONESIA.
ISSN: 1410 -9875
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kompesasi Kompensasi merupakan kebutuhan yang paling terpenting dalam memenuhi segala macam keperluan dan menjadi salah satu pendorong peningkat kinerja untuk semakin lebih giat lagi. Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan kerja fisik merupakan hal dasar yang menunjang keberlangsungan dan kenyamanan karyawan untuk menyelesaikan tugas dan tangung jawab pada tepat waktu. Disiplin Kerja Disiplin kerja adalah suatu sikap karyawan yang menghormati, menghargai, patuh, dan taat peraturan perusahaan yang dapat terlihat dalam kepatuhan waktu, menghargai atasan, ketaatan terhadap pimpinan, kesesuaian aturan pekerjaan, serta ketaatan terhadap peraturan perusahaan. Kinerja Karyawan Tingkat kemampuan karyawan untuk melaksanakan tugas utama dalam mencapai hasil yang diinginkan melalui kriteria kinerja yaitu kualitas kerja (quality of work), kuantitas kerja (quantity of work), pengetahuan akan pekerjaan (job knowledge), kreativitas (creativeness), kerjasama (cooperation), kesadaran (dependability), inisiatif (initiative), dan kualitas diri (personal qualities). Skala yang digunakan dalam penelitian adalah skala Likert (Likert Scale). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
Nurti Widayati
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah diciptakan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2012:132). HASIL PENELITIAN Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan. Uji Normalitas Metode Grafik Uji normalitas dilakukan dengan menggunkan metode grafik dengan cara melihat pola titik-titik penyebaran data pada garis diagonal yang terdapat pada Normal P-Plot.
Gambar 2 Hasil uji Normalitas PPlot Dari gambar menjelaskan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Metode Non Grafik Metode kedua untuk uji normalitas yaitu metode non-grafik yang
November 2014
dilakukan dengan menggunakan Kolmogoronov-Smirnov.
Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Kolmogoronov-Smirnov
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.496 yang artinya > dari 0.05, dapat disimpulkan bahwa Data berdistribusi Normal.
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor apabila nilai Tolerance > 0.1 dan VIF <10, maka data disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dan data baik digunakan dalam model regresi.
Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas Metode Grafik Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik dilakukan dengan mengamati grafik Scatter Plot. Jika data menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka data tidak terjadi heteroskedastisitas dan data baik
72
digunakan dalam model regresi. Sebaliknya data tidak menyebar diatas dan dibawah nagka 0 pada sumbu y maka data terjadi heteroskedastisitas dan data tidak baik digunakan dalam model regresi. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan metode grafik.
ISSN: 1410 -9875
Nurti Widayati
Tabel 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel Kompensasi mempunyai nilai sig sebesar 0.250, variabel Lingkungan Kerja Fisik mempunyai nilai sig 0.222, dan variabel Disiplin Kerja mempunyai nilai sig 0.211, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen pada tabel di atas Tidak Terjadi Heteroskedastisitas karena nilai sig
semua variabel pada tabel di atas > 0,05. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode yang satu (periode t) dengan periode sebelumnya (periode t-1).
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Hasil Uji AutokorelasI Uji t Hipotesis 1 Tabel 5 Hasil Regresi
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Hipotesis 2 Tabel 6 Hasil Regresi
Hipotesis 3 Tabel 7 Hasil Regresi
Uji F Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 412.516 162.234 574.750
Tabel 8 Regresi Berganda df Mean F Square 3 137.505 81.367 96 99
PENUTUP Pada hasil hipotesis 1 mendapatkan kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak artinya Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa Tidak Terdapat Pengaruh Kompensasi (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y) PT MANE INDONESIA. Pada hasil hipotesis 2 mendapatkan kesimpulan Ha diterima dan
74
Sig. 0.000
1.690
Ho ditolak artinya Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan bahwa Terdapat Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) PT MANE INDONESIA. Pada hasil hipotesis 3 mendapatkan kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak artinya Hasil pengujianhipotesis 3 menunjukan bahwa Terdapat Pengaruh Disiplin
ISSN: 1410 -9875
kerja (X3) terhadap Kinerja Karyawan (Y) PT MANE INDONESIA. Pada hasil hipotesis 4 mendapatkan kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak artinya Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa Terdapat Pengaruh Kompensasi (X1), Lingkungan Kerja Fisik (X2),dan Disiplin Kerja (X3) secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan (Y) PT MANE INDONESIA.
Nurti Widayati
Beberapa rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Kinerja Karyawan, yaitu: Memasukan variabel -variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap variabel Kinerja Karyawan, Menggunakan objek penelitian lain yang lebih luas sehingga jumlah sampel penelitian menjadi lebih besar.
REFERENSI Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Blanchard, P. Nick and James W. Thacker. 2010. Effective Training. America: Prentice Hall. Choiriyah dan Dendi Suhendar. 2013. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Tutor Pendidikan Kesetaraan Kelompok Belajar UPTD. SKB. Jurnal Orasi Bisnis edisi IX, h:68-77. Daft, Richard L, terjemahan. 2006. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Dessler, Gary. 2011. Human Resources Management. Pearson Education Limitednometrics. 12th edition. McGraw Hill International. ....................... 2006. Human Resources Management. Pearson Education Limitednometrics. Fourth edition. McGraw Hill International. Dhermawan, Anak Agung Ngurah Bagus, I Gde Adnyana Sudibya dan I Wayan Mudhiarta Utama. 2012. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan, 6(2): hal:173184. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. Fifth Edition. Mc Graw Hill International Edition. Hadiyatno, Didik. 2012. Pengaruh Kompetensi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Ciomas Adisatwa Balikpapan. Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Hair, Joseph F.,William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis. Seventh edition. Pearson Prentice Hall. Kadarisman, M. 2012. Manajemen Kompensasi. Jakarta: Rajawali Pers. Kristiawan, Dody dan Suprayitno. 2009. Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepemimpinan Sebagai
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Variabel Moderating. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, 3(2): h:115-121. Mangkunegara, A. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Milkovich, George, Jerry Newman and Barry Gerhart. 2014. Compensation. Americas: McGraw Hill International Edition. Nitisemito, Alex. S. 2000. Manajemen Personalia : Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rahayu, Vebriana Tri, Vivi Ariyani dan Soni Kurniawan. 2013. Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan di PT. PLN Cabang Madiun. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi, 1(1): h:89-95. Robbins, Stephen. P. 2001. Organizational Behaviour. New Jersey: Prentice Hall Inc.
76
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 75-84
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMPENSASI, SISTEM PROMOSI, DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN NURWANTI STIE TRISAKTI Wanti @stietrisakti.ac.id Abstract : Attainment of the company’s goals are not separated from the performance that generated by the employees. Reflected in a company's performance of the work of employees in the company both in quality and quantity. Therefore, companies must understand the factors that can affect the performance of employees. This study aims to investigate the influence of several factors such as compensation, promotion and job training on employee performance. The questionnaires were distributed to 114 respondents, they are managers and staff managements in PT. Agung Poly Nugraha. The. results of the study found that compensation influence the employee performance, promotion system influence the employee performance, and job training influence the employee performance. Keywords: Job Perfomance, Compensation, Promotion System, Job Training. Abstrak : Perusahaan menyadari bahwa SDM merupakan hal yang sangat penting saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh kompensasi, promosi, dan pelatihan pekerjaan terhadap kinerja karyawan. Metoda penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan kuesioner. Teknik statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat pengaruh kompensasi, sistem promosi, dan pelatihan terhadap kinerja karyawan. Kata kunci :
kompensasi, sistem promosi, dan pelatihan terhadap kinerja karyawan
PENDAHULUAN
kinerja sumber daya manusia. Tercapainya tujuan dari perusahaan tidak terlepas dari kinerja yang dihasilkan oleh karyawan. Kinerja dalam suatu perusahaan tercermin dari hasil kerja karyawan dalam perusahaan baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu,
Dewasa ini, perusahaan mulai menyadari bahwa sumber daya manusia adalah aset penting yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat dikembangkan sehingga perusahaan mulai melakukan perbaikan dalam hal peningkatkan
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
perusahaan harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, seperti: pemberian kompensasi yang sesuai, adanya penghargaan dengan sistem promosi yang ada untuk karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi, dan program pelatihan yang diterapkan dalam perusahaan. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kompensasi Hasibuan (2011,118) menyatakan bahwa “Kompensasi adalah sebuah pendapatan yang berbentuk uamg, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.” Milkovich and Newman (2005, 6) menyatakan bahwa “Compensation is all form of financial returns and tangible services and benefits employees receive as part of an employment relationship.” Dessler (2011, 413) menyatakan bahwa “Compensation is All form of pay or rewards going to employee and arising from their employment.” Tujuan pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2011, 121) antara lain adalah ikatan kerjasama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah. Penjelasan hal ini sebagai berikut: 1. Ikatan kerjasama
76
November 2014
Dengan pemberian kompensasi, terjalinlah ikatan kerjasama formal antara perusahan dan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan perusahaan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati. 2. Kepuasan kerja Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya. 3. Pengadaan efektif Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah. 4. Motivasi Jika balas jasa yang diberikan cukup besar manager akan mudah memotivasi bawahannya. 5. Stabilitas karyawan Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan akan lebih terjamin karena turnover relatif kecil. 6. Disiplin Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan akan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku. 7. Pengaruh serikat buruh Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya. 8. Pengaruh pemerintah
ISSN: 1410 -9875
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku (batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan. H1: Terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan Sistem Promosi Promosi jabatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem yang mengatur pergerakan/permindahan karyawan dari suatu jabatan ke jabatan lain di dalam organisasi suatu perusahaan. Dessler (2011,293) menyatakan bahwa “Promotion is advancements to position increase responsibility.” Mondy (2008, 401) menyatakan bahwa “Promotion is the movement of a person to a higher level position in the organization.” Menurut Hasibuan (2011:108) menyatakan bahwa, Promosi adalah perpindahan yang memperbesar authority dan responsibility karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam suatu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilannya semakin besar. Pedoman yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karyawan adalah menurut Hasibuan (2011:109): 1. Pengalaman Pengalaman yaitu promosi yang didasarkan pada lamanya kerja karyawan. Pertimbangan promosi adalah pengalaman kerja seseorang, orang yang terlama bekerja dalam perusahaan mendapatkan perioritas pertama dalam tindakan promosi. Kebaikannya adalah adanya penghargaan dan pengakuan
Nurwanti
bahwa pengalaman merupakan saka guru yang berharga. Dengan perngalaman, seseorang akan dapat mengembangkan kemampuannya sehingga karyawan tetap betah bekerja pada perusahaan dengan harapan suatu waktu ia akan dipromosikan. Kelemahannya adalah seseorang karyawan yang kemampuannya sangat terbatas, tetapi karena sudah lama bekerja tetap dipromosikan. Dengan demikian perusahaan akan dipimpin oleh seseorang yang berkemampuan rendah, sehingga perkembangan dan kelangsungan perusahaan disangsikan. 2. Kecapakan Kecakapan yaitu seseorang karyawan akan dipromosikan berdasarkan penilaian kecakapan. Pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang yang cakap atau ahli mendapat perioritas pertama untuk dipromosikan. 3. Kombinasi kecakapan dan pengalaman Kombinasi kecakapan dan pengalaman yaitu promosi yang berdasarkan pada lamanya pengalaman dan kecakapan. Pertimbangan promosi adalah berdasarkan lamanya pengalaman, ijasah pendidikan formal yang dimiliki, dan hasil ujian kenaikan golongan. Jika seseorang lulus dalam ujian maka hasil ujian kenaikan dipromosikan. Cara ini adalah promosi dasar terbaik dan paling tepat karena mempromosikan orang yang paling berpengalaman dan terpintar sehingga kelemahan
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
promosi yang hanya berdasarkan pengalaman atau kecakapan saja dapat diatasi. Kebaikan dari cara ini yaitu memotivasi karyawan untuk memperdalam pengetahuannya, moral karyawan akan semakin baik, prestasi kerjanya semakin meningkat, disiplin karyawan semakin baik, dan perusahaan akan menempatkan karyawan yang terbaik pada setiap jabatan sehingga sasaran optimal akan tercapai. Kelemahan dari cara promosi ini yaitu karyawan yang kurang mampu akan frustasi bahkan mengundurkan diri dari perusahaan dan biaya perusahaan akan semakin besar karena adanya ujian kenaikan golongan. Dalam mempromosikan karyawan perusahan harus mempunyai syarat-syarat tertentu yang telah direncanakan dan dituangkan dalam program promosi perusahaan. Syarat-syarat promosi harus diinformasikan kepada semua karyawan agar mereka mengetahui secara jelas. Ha2: Terdapat pengaruh sistem promosi terhadap kinerja karyawan Pelatihan Kerja Blanchard and Thacker (2010, 22) menyatakan bahwa “Training is systematic process of providing an opportunity to learn KSAs for current or future jobs.” Dessler (2011, 293) menyatakan bahwa “Training is the process of teaching now or current employees the basic skills they need to perform their jobs.” Mejia et al. (2010, 274) menyatakan bahwa “Training is the process of providing employees
78
November 2014
with specific skills or helping them correct deficiencies in their performance.” Pelatihan yang dilakukan didalam suatu organisasi dimaksudkan untuk tujuan tertentu. Menurut Panggabean (2004, 41) tujuan dari pelatihan dilakukan untuk kepentingan karyawan, perusahaan, dan konsumen. a. Bagi Karyawan 1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan karyawan 2. Meningkatkan moral karyawan. Dengan keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya mereka akan antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. 3. Memperbaiki kinerja. Karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan karena kekurangan keterampilan dapat diminimalkan melalui program pelatihan dan pengembangan 4. Membantu karyawan dalam menghadapi perubahanperubahan, baik perubahan struktur organisasi, teknologi, maupun sumber daya manusianya. 5. Perningkatan karya karyawan dengan pelatihan dan pengembangan kesempatan untuk meningkatkan karir semakin besar karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerja lebih baik. 6. Meningkatkan jumlah balas jasa yang dapat diterima karyawan. Dengan pelatihan dan pengembangan, maka keterampilan semakin meningkat dan prestasi kerja
ISSN: 1410 -9875
semakin baik dan gaji semakin meningkat akrena kenaikan gaji berdasarkan prestasi. b. Bagi perusahaan 1. Memenuhi kebutuhankebutuhan perencanaan sumber daya manusia. Dengan pelatihan dan pengembangan perusahaan melakukan upaya bersama untuk secara benar mendapatkan sumber daya manusia yang memenuhi kebutuhan perusahaannya. 2. Penghematan. Pelatihan dan pengembangan dapat mengurangi biaya produksi karena pelatihan dan pengembangan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan karyawan (teknis, manusia, dan konseptual). Jika karyawan lebih terampil maka bekerjanya lebih cepat selesai, penggunaan bahan baku lebih hemat, dan bias menggunakan mesin-mesin dengan lebih baik. 3. Mengurangi tingkat kerusakan dan kecelakaan. Dengan pelatihan dan pengembangan dapat mengurangi kerusakan barang, produksi, mesin-mesin dan tingkat kecelakaan karyawan dikarenakan keterampilan karyawan telah meningkat. c. Konsumen 1. Konsumen akan memperoleh produk yang lebih baik dalam hal kuantitas dan kualitas. 2. Meningkatkan pelayanan karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya tarik yang sangat penting bagi rekanan perusahaan yang bersangkutan. Ini berarti bahwa dengan adanya pelatihan dan pengembangan akan memberi
Nurwanti
manfaat yang lebih baik bagi konsumen. H3: Terdapat pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan Kinerja Simanjuntak (2011,1) menyatakan bahwa “Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.” Wirawan (2012,5) menyatakan bahwa “Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikatorindikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.” Armstong (2006, 497) menyatakan bahwa “The achievement of quantified Objectives.” Menurut Wirawan (2009, 69) dalam mengukur kinerja terdapat kriteria atau ukuran. Beberapa kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kuantitatif Ukuran kuantitatif merupakan ukuran paling mudah untuk disusun dan diukur, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak unit keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu. 2. Kualitatif Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil yang perlu dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi, penampilan, kemanfaatan atau efektifitas. 3. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu produk,
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
membuat sesuatu atau melayani sesuatu. 4. Efektifitas penggunaan sumber organisasi Efektifitas penggunaan sumber dijadikan indikator jika untuk mengerjakan suatu pekerjaan disysratkan menggunakan jumlah sumber tertentu seperti uang dan bahan baku
November 2014
5. Cara melakukan pekerjaan Digunakan sebagai standar kinerja jika kontak personal, sikap personal, atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan melaksanakan pekerjaan H4: Terdapat pengaruh kompensasi, sistem promosi, dan pelatihan kerja terhadap kinerja karyawan
Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari responden dengan cara membagikan kuisioner. Sampel penelitian yang digunakan oleh peneliti sebanyak 114 karyawan. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Probability Sampling dengan menggunakan teknik Propotionate Stratified Random Sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda, dengan persamaannya: Y = a + b 1 X 1 + b2 X2 + b3 X3 Alat bantu yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 21.0
80
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional dari kinerja adalah suatu hasil yang dicapai oleh seseorang atas suatu pekerjaan yang dilakukan. Variabel kinerja dapat diukur dengan: 1. Kemampuan 2. Prestasi Kerja 3. Semangat Kerja Variabel-variabel yang memiliki keterkaitan erat mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan (Y) dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Kompensasi (X1) Kompensasi adalah imbalan yang diterima oleh seseorang atas pekerjaan yang telah dilakukan sebagai bagian dari hubungan kerja. Variabel ini dapat diukur dengan: a. Gaji Pokok
ISSN: 1410 -9875
b. Tunjangan c. Uang transport 2. Sistem Promosi (X2) Promosi adalah kemajuan atas jabatan yang diterima oleh seseorang bedasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan. Variabel ini dapat diukur dengan: a. Kualifikasi dan keterampilan kerja b. Usaha tambahan c. Kerja keras HASIL PENELITIAN Hasil analisis dan pembahasan mengenai kompensasi, sistem promosi, dan pelatihan kerja terhadap kinerja karyawan di PT. AGUNG POLY NUGRAHA sebagai berikut: 1. H01 di tolak, Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Agung Poly Nugraha. 2. H02 di tolak, Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh sistem promosi terhadap kinerja karyawan di PT. Agung Poly Nugraha. 3. H03 di tolak, Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan di PT. Agung Poly Nugraha. 4. H04 di tolak, Ha4 diterima, artinya terdapat pengaruh kompensasi, sistem promosi, dan pelatihan kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Agung Poly Nugraha secara simultan. 5. Nilai Adjusted R Square pada model 4 adalah sebesar 0.316, hal ini menunjukan bahwa besarnya variasi variabel kompensasi (X1), promosi (X2), dan pelatihan kerja(X3) dapat
Nurwanti
menjelaskan variabel kinerja (Y) sebesar 31,6% sedangkan sisanya sebesar 68,4% dijelaskan oleh variasi variabel lainnya yang tidak terdapat dalam model penelitian. Hal ini membuktikan bahwa ketiga variabel yaitu kompensasi, promosi, dan pelatihan kerja cukup mempengaruhi kinerja karyawan. 6. Berdasarkan hasil uji hipotesis untuk uji F didapatkan hasil Nilai F hitung > Nilai F tabel, yaitu 18,930 > 2,68 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kompensasi (X1), promosi (X2), dan pelatihan kerja(X3) secara signifikan mempengaruhi variabel kinerja (Y). Hal ini membuktikan bahwa Ha dapat diterima, yaitu ada pengaruh kompensasi, promosi, dan pelatihan kerja terhadap kinerja karyawan. Terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Keterbatasan dengan sampel yang digunakan, dikarenakan jumlah karyawan yang ada di PT Agung Poly Nugraha hanya 150 karyawan sehingga sampel yang digunakan 114 karyawan. 2. Penelitian ini hanya terfokus pada 3 variabel independen yaitu kompensasi, sistem promosi, dan pelatihan kerja yang dapat mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja karyawan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti jauh darikesempurnaan, khususnya pada sampel yang digunakan hanya 114, sehingga penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel lebih banyak sehingga penelitian yang
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
dilakukan dapat memberikan hasil pengaruh yang lebih besar. Penelitian selanjutnya juga dapat menambah variabel lain, sehingga
November 2014
untuk penelitian selanjutnya dapat diketahui factor lain yang dapat mempengaruhi kinerja dari karyawan.
REFERENSI Asriyanto, Nur Abib. 2013. Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Kalika Intergraha di Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Diana, Putu Gidion Alfa dan Made Subudi. 2013. Jurnal “Pengaruh Komunikasi dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan yang Dimediasi oleh Semangat Kerja Karyawan.” E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana Vol. 2 No. 10 (Hal 1219-1228). Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Hariandja, Marihot Tua E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktifitas, Pegawai. Jakarta: Grasindo. Hasibuan, David H.M, Annaria Magdalena, dan Yosep Gunawan. 2011. Jurnal “Evaluasi Atas Pengakuan Pendapatan Pada Perusahaan Jasa Konstruksi Kaitannya Terhadap Laporan Laba Rugi Perusahaan (Studi Kasus Pada PT Nusa Sukses Jaya). Jurnal Ilmiah Ranggagading Vol. 11 No. 2 Hal. 142149. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana. Nawawi, Hadari. 2006. Perencanaan Sumber Daya Manusia Untuk Organisasi Profit yang Komperatif. Yogyakarta: Gajah Mada University. Prabasari, I Gusti Agung, I Gusti Salit Ketut Netra. 2013. Jurnal “Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja, dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali.” E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana Vol. 2 No. 4. Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Bandung: Alfabeta. Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sehfudin, Arif. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Organisasi, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Semarang). Skripsi. Diponegoro University Institutional Repository. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: a Skill Building Approach. United Kingdom: John Wiley & Son Ltd. Setiyawan, Budi, dan Waridin. 2006. Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja di Divisi Radiologi RSUP Dokter Kariadi. JRBI Vol 2 No. 2 Hal: 181-198.
82
ISSN: 1410 -9875
Nurwanti
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Widayati, Nuning. 2001. Pelaksanaan Disiplin Kerja Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan Ditinjau dari Aspek Waktu. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Halaman ini sengaja dikosongkan
84
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 85-104
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH EARNINGS PER SHARE, DISKRESIONER AKRUAL, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, BETA, SIZE, DAN DEBT TO EQUITY TERHADAP RETURN SAHAM R. WASISTO ROESWIDIONO STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of Earnings per Share, Diskresioner Akrual, Investment Opportunity Set, Beta, Size and Debt to Equity towards Stock Return. This study also employ financing and investment decision in order to predict the return on stock of company. The population in this research is real estate and property companies in Indonesia Stock Exchange with research period 2007 – 2011. The sampling technique used in this research is purposive sampling, where 17 companies met the criteria. This research using panel data which is the combination of time series and cross section data. The analysis method are multiple regression, hypotesis test that is determined coefficient, t test, and F test.The research result can be summarized as follow. First, there is influence of six independent variables simultantly in order to predict stock return. Second, there is influence of two independen variables individually towards stock return. The variable are earnings per share, and beta in real estate and property company. Keywords: Earnings per Share, Diskresioner Accrual, Investment Opportunity Set, Beta , Size, Debt to Equity, and Stock Return. Abstrak : Penelitian ini berujuan untuk melakukan analisa mendalam untuk mencari pengaruh earning pershare, diskreasional akrual, investment opportunity set, beta, ukuran, debt to equity terhadap stock return. Penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana caranya memprediksi return on stock perusahaan. Populasi penelitian adalah perusahaan real estate dan property yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007 sampai tahun 2011.Teknik penentuan samplingnya adalah purposif sampling. Penelitian ini menggunakan panel data, dengan menggunakan regresi berganda. Adapun uji hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Kata kunci : earning pershare, diskreasional akrual, investment opportunity set, beta, ukuran, debt to equity terhadap stock return
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Return saham sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ada faktor makro ekonomi dan faktor mikro atau faktor-faktor yang ada pada perusahaan. Dengan semakin berkembangnya pasar modal semakin banyak perusahaan yang masuk ke dalam pasar modal. Tak terkecuali perusahaan real estate and property. Perusahaan real estate and property saat ini memiliki perkembangan yang baik dimana tercatat berdasarkan data riset Bank Indonesia (sumber: data Bank Indonesia) secara rata-rata pertumbuhan subsektor real estate dari tahun 2001 sampai dengan awal tahun 2010 sebesar 8,05%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa yang sebesar
86
November 2014
6,81%. Distribusi/share subsektor real estate terhadap sektor keuangan, real estate & jasa perusahaan sebesar 2,73% dan merupakan distribusi/share terbesar kedua setelah subsektor bank (3,15%). Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan dengan distribusi/share yang cukup besar, maka kontribusi subsektor real estate cukup besar terhadap pertumbuhan PDB, yakni rata-rata sebesar 0,21%, relatif sama dengan sumbangan atau kontribusi subsektor bank. Namun pertumbuhan perusahaan yang meningkat ini tidak berpengaruh positif seperti seharusnya dengan tingkat pengembalian sahamnya. Return saham perusahaan real estate and property cenderung berfluktuasi atau mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Return saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi return antara lain: rasio hutang, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, tingkat pertumbuhan aset, kebijakan dividen, risiko, karakteristik perusahaan dan lainlain. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity terhadap return saham pada perusahaan real estate and property di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – 2011. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Jogiyanto (2007, 109) menyatakan bahwa “Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi
ISSN: 1410 -9875
(realized return) dan return ekspektasi (expected return)”. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain atau capital loss (keuntungan selisih harga). Menurut Gitman dan Zutter (2012, 311) “Return is the total gain or loss experienced on an investment over a given period of time; calculated by dividing the asset’s cash distributions during the period, plus change in value, by it’s beginning-of-period investment value”. Berdasarkan teori CAPM dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh resiko saham tersebut (Husnan 2005, 177). Dalam teori ini digambarkan hubungan tingkat pengembalian dan resiko adalah positif, karena investor di pasar modal mengharapkan return yang tinggi untuk resiko yang tinggi. Selain resiko sistestematik terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi retrun saham. Penelitian ini berfokus pada enam faktor yang mempengaruhi return saham yaitu earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size dan debt to equity. Menurut Gitman dan Zutter ( 2012, 81) “EPS represent the dollar amount earned on behalf of each outstanding share of common stock
R. Wasisto Roeswidiono
– not the amount of earnings actually distributed to stakeholder”. Dengan kata lain EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Semakin besar nilai earnings per share, semakin besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Diskresioner akrual merupakan komponen total akrual yang berasal dari rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan fleksibilitas dalam menentukan nilai estimasi pada metode akuntansi (Sulistyanto 2008, 226). Subramanyam (1996) menemukan bahwa manajemen laba yang dihitung dengan akrual diskresioner (discretionary accruals) berhubungan dengan harga saham, laba yang akan datang dan aliran kas. Investment opportunity set perusahaan menggambarkan pertumbuhan suatu perusahaan melalui kemampuannya untuk mengambil kesempatan – kesempatan investasi yang akan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang, semakin tinggi IOS suatu perusahaan semakin tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan dilihat dari pertumbuhan perusahaan tersebut, maka akan mendorong harga saham naik. saham juga Return dipengaruhi oleh ukuran perusahaan yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan melalui total aktiva atau jumlah penjualan perusahaan. Perusahaan dengan ukuran besar akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman dibandingkan perusahaan kecil, sehingga perusahaan yang besar akan memiliki pertumbuhan yang besar. Hutang perusahaan
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
yang diukur dengan debt to equity ratio menggambarkan sejauh mana modal perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya. Semakin kecil risiko ini semakin baik. Semakin besar debt to equity mencerminkan
November 2014
risiko perusahaan yang relatif tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai debt to equity yang tinggi.
Gambar 1 Model Penelitian Hipotesa yang hendak diajukan didalam penelitian ini adalah: Ha1: Terdapat pengaruh earnings per share terhadap return saham, Ha2: Terdapat pengaruh diskresioner akrual terhadap return saham, Ha3: Terdapat pengaruh investment opportunity set terhadap return saham, Ha4: Terdapat pengaruh beta terhadap return saham, Ha5: Terdapat pengaruh size terhadap return saham, Ha6: Terdapat pengaruh debt to equity terhadap return saham, Ha7: Terdapat pengaruh secara simultan earnings per share, diskresioner akrual, investment
opportunity set, beta, size dan debt to equity terhadap return saham. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 – 2011 dan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling, peneliti menetapkan beberapa kriteria untuk mendapatkan ukuran sampel. Proses pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel Jumlah Kriteria Sampel Perusahaan Perusahaan real estate and property yang terdaftar 38
88
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011 Perusahaan real estate and property yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember secara lengkap dari tahun 2007 sampai 2011 Perusahaan real estate and property yang pernah memiliki laba negatif dari tahun 2007 sampai 2011 Perusahaan real estate and property yang memenuhi kriteria Periode penelitian 2007 sampai 2011 Jumlah total yang digunakan sebagai sampel Sumber: Indonesian Capital Market Directory Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham dihitung dengan membandingkan selisih return tahun ini dengan tahun sebelumnya dengan return tahun sebelumnya. Return saham ini mnenggunakan skala rasio. �� –����
Return Saham = ���� Variabel independen yang digunakan adalah: earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity yang diukur dengan skala rasio. 1. Earnings per share EPS = Laba Bersih Jumlah saham beredar
2. Diskresioner akrual - Total akrual sesungguhnya TAC = NIit - CFit - Total akrual diestimasi dengan persamaan regresi TACt / TAt-1= α1(1/TAt-1) + α2 ( SALt/TAt-1) + α3(PPE/TAt-1) + e - Non diskresioner akrual (NDA) NDAt = α1(1/TAt-1) + α2 ( SALt/TAt-1) TAt-1 + α3(PPE/TAt-1) - Diskresioner Akrual (DA)
0
(21) 17 5 85
DAt = TACt - NDAt Dimana : = laba bersih perusahaan I pada periode t = arus kas operasi CFit perusahaan I pada periode t α1, α2, �3 = koefisien regresi TAt-1 = total asset periode t-1 ∆SALt = perubahan pendapatan atau penjualan bersih dalam periode t PPEt = property, plant, and equipment periode t ∆RECt = perubahan piutang bersih dalam periode t = diskresioner total akrual DAt tahun t = total accruals tahun t TACt NDAt = non akrual diskresioner pada tahun t 3. Investment opportunity set Dalam penelitian ini IOS dihitung dengan menggunakan 4 proksi IOS yaitu a. Firm value to book PPE = NIit
Aktiva Tetap (PPE) Total Aktiva
b. Price
earnings
=
Harga Penutupan Saham per Lembar Laba Bersih per Saham
c. Market to book value of equity = (Lembar Saham Beredar ×Harga Penutupan Saham) Total Ekuitas
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
d. Market to book value of asset =
menggabungkan data cross section dan time series. Analisis ini �Total Asset –Total Ekuitas�+ (Lembar Saham Beredar dilakukan dengan menggunakan × Harga Penutupan Saham) program Eviews 7. Total Asset Regresi Linier Sederhana: Proksi IOS tersebut kemudian Y = a + bx + е diolah dengan analisis faktor untuk Regresi Linear Berganda: mendapatkan nilai faktor skornya. RET = a + b1EPS + b2DA + b3IOS 4. Resiko Sistematik (Beta) + b4BETA + b5SIZE + b6DER + е Beta dalam penelitian ini Dimana : menggunakan regresi sederhana RET : return Saham dengan rumus : a : konstanta Rit= αi + βi Rmt+eit : b1 ,b2 , b3, b4, b5, b6 5. Ukuran Perusahaan (size) koefisien regresi masingSIZE = Ln TOTAL masing variabel AKTIVA = Ln TOTAL ASSET : earnings per share EPS 6. Rasio Hutang DA : diskresioner akrual Liabilities DER = IOS : investment opportunity Equity set Metode Analisis Data DER : debt to equity Metode analisis data yang е : error term digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana dan regresi berganda. Penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk meregresi variabel Deskriptif Statistik independen secara individu Tabel 2 di bawah terhadap variabel dependen. menunjukkan hasil statistik Regresi linier berganda (multiple deskriptif dalam penelitian ini: linier regression) menggunakan data panel yaitu data yang
Tabel 2 Statistik Deskriptif RET
EPS
DA
IOS
BETA
SIZE
DEBT
Mean
0.47289 6
65.9037 0
28.2709 2
1.09512 2
7.57142 9 0.89795 9 1.22369 6
481.222 4 0.77051 2
0.00023 5 3.61851 0 2.04000 0 1.06893 0
1.09714 1
Max
0.02612 7 0.69225 0 0.78262 3 0.17358 4
6.16400 0 5.00900 0 1.33269 1
30.5356 9 25.7327 3
4.03858 9 0.14619 3
1.28022 7
0.81782 2
Min
Std. Dev.
90
90.1005 5
ISSN: 1410 -9875
Obser vation s
R. Wasisto Roeswidiono
RET
EPS
DA
IOS
BETA
SIZE
DEBT
85
85
85
85
85
85
85
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Analisis Pemilihan Model Data Panel Uji Hausman Tabel 3 Hasil Uji Hausman Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Cross-section random 14.769383
6
Prob. 0.0221
Sumber: Data yang telah diolah dengan Eviews 7 Nilai statistik uji Hausman sebesar 14.769383 sedangkan nilai kritis pada tabel dengan α 0.05 dan df 6 adalah 12.592. Dengan
demikian nilai statistik > nilai kritis, sehingga kesimpulanya H0 ditolak. Maka model dalam penelitian ini adalah Fixed Effect.
Uji Kualitas Data Uji Normalitas Tabel 4 Uji Normalitas Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability
0.314156 2.372232 2.793912 0.247349
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Berdasarkan Tabel 4, nilai koefisien skewness mendekati 0 dan nilai koefisien kurtosis juga mendekati 3. Nilai JB 2.793912 lebih rendah dari nilai Chi Squares (df) 2 yaitu 5.99, begitu juga
dengan probabilitasnya (p-value) 0.247349 lebih besar dari α (0.05). Maka, dapat disimpulkan hipotesis nol tidak dapat ditolak, data berdistribusi normal.
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas
EPS DA IOS BETA SIZE DER
EPS 1.000000 0.133184 0.007971 0.111160 0.316035 0.035710
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas IOS BETA DA 0.007971 0.133184 0.111160 1.000000 0.048720 0.085846 0.048720 1.000000 0.145816 1.000000 0.085846 0.145816 0.366951 0.062900 0.058094
SIZE 0.316035 0.366951 0.062900
0.136697 0.062919
0.058094
0.157114
1.000000
0.165568 1.000000
0.062919 0.157114 0.136697 0.165568 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Dari tabel diatas tidak ada nilai yang melebihi 0.86 sesuai dengan rule of thumb maka tidak terdapat multikolinearitas.
DER 0.035710
Pengujian heterokadastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glesjer, yang dilakukan dengan meregresi seluruh variabel dengan residual absolut dari regresi
Uji Heterokedastisitas Tabel 6 Hasil Uji Glesjer Variable C EPS DA IOS BETA SIZE DER
Coefficie nt Std. Error t-Statistic 0.085674 0.000171 -0.652194 0.014504 0.025303 0.025936 -0.149742
1.946443 0.000893 0.474753 0.072400 0.059285 0.067606 0.096254
0.044016 0.191239 -1.373753 0.200325 0.426798 0.383637 -1.555703
Prob. 0.9650 0.8488 0.1735 0.8417 0.6707 0.7023 0.1238
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Dari tabel 6 diatas variabel besar daripada α (0.05). Maka earnings per share, diskresioner dapat disimpulkan tidak terjadi akrual, investment opportunity set, heterokedastisitas di dalam model beta, size dan debt to equity ini. memiliki nilai probabilita lebih
92
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson. Tabel 7 Hasil Uji Durbin-Watson Weighted Statistics R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.564960 Mean dependent var 0.567644 0.410591 S.D. dependent var 0.991566 Sum squared resid 3.659805 Durbin-Watson stat 0.000030
1.299737 60.95863 2.918901
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
Autokorelasi
Tidak
Tidak
Tidak
Autokorelasi
positif
Ada
terdapat
Ada
negatif
Keputusan
Autokorelasi
Keputusan
0 4
1.500
1.801
2
2.199
2.500
2.918901 Hasil statistik Durbin-Watson berada pada daerah autokorelasi negatif, artinya H0 ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat autokorelasi negatif. Analisis Data dan Uji Hipotesis Uji Hipotesis H1 Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H1 R R-squared
0.546244 0 298388 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 8 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.546244 yang artinya hubungan antara earnings per share dengan return saham adalah sedang karena berada diantara 0.40 – 0.599. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar
0.298388 artinya kemampuan earnings per share untuk menjelaskan return saham sebesar 0.298388 atau 29.8388% dan sisanya 0.701612 atau 70.1612% dijelaskan oleh variabel lain.
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Tabel 9 Hasil Analisis Regresi H1 Variable
Coefficien tt Std. Error Statistic
Prob.
C EPS
0.083797 0.1166140.718581 0.005904 0.0012334.787929
0.4749 0.0000
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 11 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1X1it + εit
RET = 0.083797 + 0.005904EPS + εit Hasil pengujian variabel earnings per share terhadap return dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 2 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H1 lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat Berdasarkan tabel 9 disimpulkan bahwa earnings per didapatkan hasil statistik t hitung share berpengaruh terhadap return sebesar 4.787929, karena nilai dari saham pada perusahaan real estate t hitung lebih besar dari t tabel di and property yang terdaftar di mana titik jatuh pada daerah Bursa Efek Indonesia periode 2007penolakan H0, maka Ha diterima. Hasil ini didukung oleh p-value 2011. sebesar 0.0000 di mana p-value Uji Hipotesis H2 Tabel 10 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H2 R R-squared
0.313400 0 098220 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 10 0.313400 yang artinya hubungan besarnya Koefisien Korelasi (R) antara diskresioner akrual dengan
94
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
return saham adalah rendah karena berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.098220 artinya kemampuan diskresioner akrual
untuk menjelaskan return saham sebesar 0.098220 atau 9.8220% dan sisanya 0.901780 atau 90,1780% dijelaskan oleh variabel lain.
Tabel 11 Hasil Analisis Regresi H2 Variable C DA
Coefficien t Std. Error t-Statistic
Prob.
0.429178 -1.673244
0.0001 0.0778
0.099823 4.299400 0.934148 -1.791197
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 11 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b2X2it + εit RET = 0.429178 - 1.673244DA + εit
Hasil pengujian diskresioner akrual terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 3 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H2 Berdasarkan tabel 11 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 1.791197, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.0778 di mana p-value
lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa diskresioner akrual tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072011.
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Uji Hipotesis H3 Tabel 12 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H3 R R-squared
0.239234 0 057233 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 12 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.239234 yang artinya hubungan antara investment opportunity set dengan return saham adalah rendah karena berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya Koefisien
Determinasi (R2) sebesar 0.057233 artinya kemampuan investment opportunity set untuk menjelaskan return saham sebesar 0.057233 atau 5.7233% dan sisanya 0.942767 atau 94,2767% dijelaskan oleh variabel lain.
Tabel 13 Hasil Analisis Regresi H3 Variable C IOS
Coefficien t Std. Error t-Statistic 0.472914 0.078228
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 13 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b3X3it + εit RET = 0.472914 + 0.078228IOS+ εit
0.086553 5.463850 0.098815 0.791661
Prob. 0.0000 0.4314
Hasil pengujian variabel investment opportunity set terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H3
96
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Berdasarkan tabel 13 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 0.791661, karena nilai dari t hitung lebih kecil dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar
0.4314 di mana p-value lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011.
Uji Hipotesis H4 Tabel 14 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H4 R R-squared
0.494634 0 244663 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 14 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.494634 yang artinya hubungan antara beta dengan return saham adalah sedang karena berada diantara 0.40 – 0.599. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) sebesar
0.244663 artinya kemampuan beta untuk menjelaskan return saham sebesar 0.244663 atau 24.4663% dan sisanya 0,755337 atau 75,5337% dijelaskan oleh variabel lain.
Tabel 15 Hasil Analisis Regresi H4 Variable C IOS
Coefficien t Std. Error t-Statistic 0.017573 0.415009
0.132225 0.132899 0.100846 4.115262
Prob. 0.8947 0.0001
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 15 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b4X4it + εit RET = 0.017573 + 0.415009BETA+ εit
Hasil pengujian variabel beta terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Gambar 5 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H4 Berdasarkan tabel 15 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 4.115262, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penolakan H0, maka Ha diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.0001 di mana p-value
lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa beta berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072011.
Uji Hipotesis H5 Tabel 16 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H5 R R-squared
0.260411 0 067814 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 16 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.260411 yang artinya hubungan antara size dengan return saham adalah rendah karena berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya
Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0.067814 artinya kemampuan size untuk menjelaskan return saham sebesar 0.067814 atau 6.7814% dan sisanya 0,932186 atau 93,2186% dijelaskan oleh variabel lain.
Tabel 17 Hasil Analisis Regresi H5 Coefficien t Std. Error t-Statistic Variable C SIZE
9.897321 -0.333361
8.301371 1.192251 0.293619 -1.135354
Prob. 0.2374 0.2603
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
98
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Berdasarkan tabel 17 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b5X5it + εit RET = 9.897321 - 0.333361SIZE+ εit
Hasil pengujian variabel size terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 6 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H5 Berdasarkan tabel 17 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 1.135354, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.2603 di mana p-value lebih besar
dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa size tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20072011.
Uji Hipotesis H6 Tabel 18 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H6 R R-squared
0.248441 0 061723 Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 18 besarnya Koefisien Korelasi (R) 0.248441 yang artinya hubungan antara debt to equity dengan return saham adalah rendah karena berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya Koefisien Determinasi (R2)
sebesar 0.061723 artinya kemampuan debt to equity untuk menjelaskan return saham sebesar 0.061723 atau 6.1723% dan sisanya 0,938277 atau 93,8277% dijelaskan oleh variabel lain.
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Tabel 19 Hasil Analisis Regresi H6 Coefficien Variable t Std. Error t-Statistic C DER
0.685386 -0.194034
0.228401 3.000797 0.193336 -1.003610
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 19 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b6X6it + εit
Prob. 0.0038 0.3192
RET = 0.685386 - 0.194034DER+ εit Hasil pengujian variabel debt to equity terhadap return saham dengan menggunakan uji t, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 7 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H5 Berdasarkan tabel 19 didapatkan hasil statistik t hitung sebesar 1.003610, karena nilai dari t hitung lebih besar dari t tabel di mana titik jatuh pada daerah penerimaan H0, maka H0 diterima. Hasil ini didukung oleh p-value sebesar 0.3192 di mana p-value
lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa debt to equity tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.
Uji F Tabel 20 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H7 R Adjusted Rsquared
0.751638 0.410591
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
100
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Berdasarkan tabel 20, Koefisien Korelasi adalah sebesar 0.751638. Ini berarti hubungan antara return saham sebagai variabel dependen dengan variabel independennya yaitu earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity adalah berkorelasi kuat dan positif. Besarnya Koefisien Determinasi (R2) yang nilainya diambil dari Adjusted
R-Square yaitu 0.410591. Nilai itu berarti kemampuan variabel independen (earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity) untuk menjelaskan variasi variabel dependen (Return Saham) sebesar 0.410591 atau 41.0591% dan sisanya 0.589409 atau 58.9409% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
Tabel 21 Hasil Analisis Regresi H7
Variable C EPS DA IOS BETA SIZE DER
Coefficien t Std. Error t-Statistic Prob. 23.55241 0.005435 -2.832455 0.120976 0.351402 -0.836329 -0.231392
8.946827 0.001235 0.653909 0.091547 0.094347 0.315879 0.168039
2.632488 4.399797 -4.331570 1.321464 3.724567 -2.647629 -1.377012
0.0107 0.0000 0.0001 0.1912 0.0004 0.0103 0.1735
Sumber:Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7 Berdasarkan tabel 21 di atas, model regresinya adalah: Yit = a + b1X1it + b2X2it + b3X3it + b4X4it + b5X5it + b6X6it + eit Return Saham = 23.55241 + 0.005435Earnigs per Share 2.832455Diskresioner Akrual + 0.120976Investment Opportunity
Set + 0.351402Beta - 0.836329Size 0.231392Debt to Equity. Hasil pengujian variabel earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity secara simultan terhadap return saham dengan menggunakan uji F, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 22 Hasil Uji F F-statistic Prob(F-statistic)
3.659805 0.000030
Sumber: Data penelitian yang telah diolah dengan Eviews 7
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Gambar 8 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan H7 Berdasarkan tabel 22 didapatkan hasil statistik F hitung sebesar 3.659805, karena nilai dari F hitung lebih besar dari F tabel di mana titik jatuh pada daerah penolakan H0, maka Ha diterima. Hasil ini didukung oleh p-value F sebesar 0.000030 di mana p-value lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa earnings per share, diskresioner akrual, investment opportunity set, beta, size, dan debt to equity berpengaruh secara simultan terhadap return saham pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 - 2011. PENUTUP Berdasarkan hasil dan analisis yang telah dibahas di bab IV pada sampel data perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI selama periode 2007 – 2011, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh earnings per share, dan beta terhadap return saham. Sementara tidak terdapat pengaruh diskresioner
102
akrual, investment opportunity set, , size, dan debt to equity secara simultan terhadap return saham. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel yang dianggap berpengaruh terhadap return saham, sampel dalam penelitian ini terbatas hanya pada perusahaan non manufaktur sektor real estate and property saja, sehingga tidak dapat merepresentasikan seluruh emiten yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, dan penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian selama 5 tahun. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut maka rekomendasi untuk peneliti selanjutnya yaitu menambahkan variabel keuangan lainnya yang belum digunakan dalam penelitian ini seperti economic value added (EVA), dan free cash flow, menggunakan perusahaan nonmanufaktur maupun manufaktur lainnya untuk memperluas penelitian, dan menambah periode penelitian.
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
REFERENSI Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western: CENGANGE Learnings. Anugrah, Anthi D. Putriani. 2009. Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Manufaktur, Jurnal Universitas Gunadarma. Belkaoui, Riahi and Ahmed.2000. Accounting and The Investment Opportunity Set. United States: Greenwood Publishing Group Inc.
Darmadji, Hendry M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Edisi Keempat, Jakarta : Salemba Empat. Gitman, Lawrence J., and Zutter. 2012. Principle of Managerial Finance 13th Edition. USA : Pearson Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika. Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Hair, Joseph F, William C Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Husnan, Said. 2005. Dasar-Dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Isna Ayuningsih, dan Rizky Yudaruddin. Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap Return Saham. Jurnal Akuntabilitas September 2007 vol 7 no 1 hal 79-84. Iswahyuni, Yetti, dan L. Suryanto. 2002. Analisis Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh Dengan Kebijakan Pendanaan, Deviden, Perubahan Harga Saham dan Volume Perdagangan Pada Bursa Efek Jakarta Dengan Pendekatan Asosiasi Proksi Investment Opportunity Set (IOS). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (September 2002). Jogiyanto. 2007. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Jones, J.J. 1991. Earnings Management During Import Relief Investigation. Journal of Accounting Research 29: 193 –228.
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Mukhlasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak yang Ditimbulkannya”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Oktober 2003, pp. 11-22. Panjaitan, Yunia, Dewinta Oky dan K, Sri Desinta, 2004, Analisis Harga Saham, Ukuran Perusahaan dan Risiko Terhadap Return Yang Diharapkan Investor Pada Perusahaan Saham Aktif, Balance, Vol. 1, h. 56-72. Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta:Penerbit Mitra Wacana Media. Solechan, Ahmad. Pengaruh Earnings, Manajemen Laba, Investmen Opportunity Set, Beta, Size, dan Rasio Hutang terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Go Public di BEI. Jurnal Akuntanis dan Auditing vol 6 no1. Subramanyam, K.R., John Wild, and Robert F. Hasley. 2007. Financial Statement Analysis. 9th Edition. New York : McGraw-Hill Companies. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV. Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta :PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Sundjaja, Ridwan S., dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Jakarta : Literata Lintas Media.
Widyaningdyah, A.U. 2001.”Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 3.No. 2. April. Hal.89-101. Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN : Yogyakarta.
104
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 105-118
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG RINTAR H.E. NAPITUPULU STIE Trisakti
[email protected] Abstract: Audit report lag is generally defined as the length of time from company’s financial year-end to the date of the independent auditor’s report. The aim of this research is to find out empirical evidence of some determinants of audit report lag. There are eight factors that is firm size, current year income (loss), audit opinion, size of Public Accountant Firm, debt proportion, profitability, age of the company, and audit committee size. The research used 261 companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2009 until 2011. Sample selected based on purposive sampling method. The hypotheses proposed were tested by multiple linier regression models. The result shows that current year income (loss), audit opinion, profitability have influence to audit report lag. On the other hand, firm size, size of Public Accountant Firm, debt proportion, age of the company, and audit committee size have no influence to audit report lag. Keywords: Audit Report Lag, Firm Size, Current Year Income (Loss), Audit Opinion, Size of Public Accountant Firm, Debt Proportion, Profitability, Age of The Company, and Audit Committee Size Abstrak: Audit report lag secara umum didefinisikan sebagai jarak waktu antara tanggal tutup buku laporan keuangan akhir tahun dengan tanggal laporan auditor independen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris dari beberapa faktor penentu audit report lag. Ada delapan faktor yang diteliti yaitu: ukuran perusahaan, pendapatan tahun berjalan (rugi), opini audit, ukuran Kantor Akuntan Publik, proporsi utang, profitabilitas, umur perusahaan, dan ukuran komite audit. Penelitian ini menggunakan 261 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009 sampai 2011. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan mengunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan tahun berjalan (rugi), opini audit, profitabilitas memiliki pengaruh terhadap audit report lag. Di sisi lain, ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, proporsi utang, usia perusahaan, dan ukuran komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag.
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Kata Kunci:
Audit Report Lag, Ukuran Perusahaan, Pendapatan Tahun Berjalan (Rugi), Opini Audit, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Proporsi Hutang, Profitabilitas, Umur Perusahaan, dan Ukuran Komite Audit.
PENDAHULUAN Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Laporan keuangan yang telah diaudit bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan dalam manajemen perusahaan (Prabandari dan Rustiana 2007). Laporan keuangan tersebut akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik internal dan eksternal seperti pemilik perusahaan, manajer, pemegang saham, kreditur, pemerintah, dan masyarakat. Oleh karena itu, informasi dalam laporan keuangan harus relevance, reliable, comparability, dan consistency (Iskandar dan Trisnawati 2010). Setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Iskandar dan Trisnawati 2010). Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor eksternal. Pemeriksaan laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan dalam semua hal yang material dan apakah telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) (Lianto dan Kusuma 2010).
106
November 2014
Di Indonesia, perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada publik paling lambat pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Lianto dan Kusuma 2010). Apabila perusahaan publik terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan, maka sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undangundang, perusahaan tersebut akan diberikan sanksi dan denda yang dikenakan secara berjenjang tergantung dari seberapa besar kesalahan, mulai dari sebatas peringatan sampai dengan delisting dari bursa (Venny dan Ubaidillah 2008). Audit report lag adalah perbedaan waktu antara tanggal tutup buku laporan keuangan perusahaan sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Iskandar dan Trisnawati 2010). Motivasi penelitian ini adalah pengembangan variabel independen dari pemahaman terhadap penelitian terdahulu akan faktorfaktor yang mempengaruhi audit report lag, dan diharapkan menjadi saran kepada perusahaanperusahaan khususnya yang publik akan ketepatan waktu dalam mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
ISSN: 1410 -9875
mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, laba atau rugi tahun berjalan, opini audit, besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP), debt proportion, profitabilitas, umur perusahaan, dan audit committee size terhadap audit report lag. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Kedua, menguraikan teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian terdiri atas pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional, dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang berisi hasil dan interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Pemegang saham memberikan otoritas pengambilan keputusan atas perusahaan kepada manajer, dimana pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen (Gitman dan Zutter 2012). Proses komunikasi antara pemegang saham dan manajer mengenai kinerja dan kondisi ekonomi suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan bermanfaat untuk pihak internal
Rintar H.E. Napitupulu
dan pihak eksternal dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, pentingnya ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya (audit report lag) agar penyampaian laporan keuangan kepada publik dapat disampaikan dengan tepat waktu, sehingga manajer dapat segera melakukan perbaikan-perbaikan kinerja dalam manajemen perusahaan. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan kepada publik diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal (Yulianasari 2011). Ketepatan waktu pelaporan keuangan juga diatur berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-36/PMK/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, dimana setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada Bapepam paling lambat pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Iskandar dan Trisnawati 2010). Audit Report Lag Audit report lag adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan tahunan dengan tanggal laporan auditor independen, yaitu sejak tanggal tutup buku laporan keuangan
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
perusahaan sampai dengan tanggal ditandatanganinya laporan audit atau tanggal opini (Iskandar dan Trisnawati 2010). Lamanya waktu penyelesaian proses audit (audit report lag) yang dilakukan oleh auditor independen disebabkan oleh terbatasnya jumlah karyawan di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang akan melakukan audit, banyaknya transaksi yang harus diaudit, kerumitan dari transaksi, dan pengendalian intern yang kurang baik (Petronila 2007). Ukuran Perusahaan dan Audit Report Lag Perusahaan yang besar memiliki total aset yang besar juga. Perusahaan besar dimonitor oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah, sehingga terdapat kecenderungan mengurangi audit report lag (Lianto dan Kusuma 2010). Hal ini juga disebabkan oleh internal control perusahaan yang baik, dan perusahaan dapat membayar audit fees yang besar sehingga auditor dapat menyelesaikan pekerjaan audit dengan tepat waktu (Iskandar dan Trisnawati 2010). Hipotesis yang diajukan adalah: perusahaan H1 Ukuran berpengaruh terhadap audit report lag. Laba atau Rugi Tahun Berjalan dan Audit Report Lag Pelaporan laba atau rugi menunjukkan informasi sebagai good news atau bad news atas kinerja perusahaan dalam satu periode yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
108
November 2014
(Subekti dan Widiyanti 2004). Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit yang cepat, sehingga dapat mengumumkan laporan keuangan yang telah diaudit ke publik lebih awal (Prabandari dan Rustiana 2007). Beberapa faktor yang menghubungkan pelaporan rugi dengan audit report lag adalah perusahaan yang mengalami kerugian akan menunda bad news tersebut karena perusahaan akan meminta auditor untuk memperpanjang proses auditnya (Kartika 2009). Auditor akan lebih berhati-hati dan teliti selama proses audit dalam memberikan jawaban apakah peningkatan kerugian yang dialami oleh perusahaan diakibatkan oleh kegagalan atau disebabkan oleh kecurangan manajemen (Prabandari dan Rustiana 2007). Hipotesis yang diajukan adalah: H2 Laba atau rugi tahun berjalan berpengaruh terhadap audit report lag. Opini Audit dan Audit Report Lag Opini audit yang terdapat dalam laporan audit menyatakan tentang kewajaran terhadap penyajian laporan keuangan. Apabila informasi yang terdapat dalam laporan keuangan belum disajikan secara wajar, maka auditor perlu melakukan pemeriksaan secara mendalam dan membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk menyelesaikan proses audit (Petronila 2007). Proses untuk memberikan opini audit melibatkan negosiasi dengan
ISSN: 1410 -9875
klien, konsultasi dengan audit partner yang lebih senior atau staf teknis, dan perluasan ruang lingkup (Iskandar dan Trisnawati 2010). Audit report lag akan lebih panjang pada perusahaan yang mendapatkan pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), karena dapat dianggap sebagai bad news (Prabandari dan Rustiana 2007). Hipotesis yang diajukan adalah: audit berpengaruh H3 Opini terhadap audit report lag. Besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Audit Report Lag KAP Big Four memiliki sumber daya yang lebih besar, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan audit lebih efektif dan efisien (Prabandari dan Rustiana 2007). KAP besar (The Big Four) memiliki kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan. KAP Big Four juga memperoleh audit fees yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan audit yang lebih cepat, karena waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara dalam mempertahankan reputasi auditor (Iskandar dan Trisnawati 2010). Hipotesis yang diajukan adalah: H4 Besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap audit report lag. Debt Proportion dan Audit Report Lag Debt proportion yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan
Rintar H.E. Napitupulu
kurang dapat dipercaya yang menyebabkan auditor akan memperpanjang audit report lag (Prabandari dan Rustiana 2007). Debt proportion yang tinggi menunjukkan bad news bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan sehingga perusahaan akan menunda untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan kepada publik. Hal ini dikarenakan, debt proportion yang tinggi terkait dengan masalah likuiditas dan going concern yang membutuhkan proses audit yang lebih panjang (Iskandar dan Trisnawati 2010). Hipotesis yang diajukan adalah: H5 Debt proportion berpengaruh terhadap audit report lag. Profitabilitas dan Audit Report Lag Besar kecilnya tingkat profitabilitas sebagai pengukur kinerja manajemen (Imelda dan Heri 2007). Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang baik sehingga audit report lag lebih cepat. Profitabilitas menunjukkan good news atas keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga perusahaan tidak akan menunda dalam mempublikasikan laporan keuangan (Lianto dan Kusuma 2010). Hipotesis yang diajukan adalah: berpengaruh H6 Profitabilitas terhadap audit report lag.
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Umur Perusahaan dan Audit Report Lag Semakin lama umur perusahaan suatu perusahaan, maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat, dan sebaliknya (Lianto dan Kusuma 2010). Menurut Owusu-Ansah (2000), perusahaan dengan umur yang lebih tua cenderung menjadi terampil dalam pengumpulan, pemrosesan, dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dengan demikian, laporan keuangan dapat disajikan tepat waktu. Hipotesis yang diajukan adalah: H7 Umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Audit Committee Size dan Audit Report Lag Ukuran komite yang lebih besar dapat meningkatkan sumber daya yang tersedia kepada komite audit untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan dan
meningkatkan kualitas pengawasan. Masalah potensial dalam proses pelaporan keuangan lebih mudah ditemukan dan diselesaikan dalam komite audit yang lebih besar. Perusahaan yang komite auditnya memiliki anggota yang lebih banyak, lebih mungkin untuk menghasilkan laporan audit secara tepat waktu (Naimi et al. 2010). Hipotesis yang diajukan adalah: committee size H8 Audit berpengaruh terhadap audit report lag. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari 332 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 261 perusahaan yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini.
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel No. Keterangan Perusahaan 1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI (2009-2011) 332 2. Perusahaan non keuangan yang tidak konsisten terdaftar di BEI (20092011) (18) 3. Perusahaan non keuangan yang tidak mengunakan mata uang Rupiah (2009-2011) (21) 4. Perusahaan non keuangan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dengan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember (20092011) (6)
110
November 2014
Data 996
(54)
(63)
(18)
ISSN: 1410 -9875
5.
6.
Rintar H.E. Napitupulu
Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki divisi komite audit (20092011) Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki data yang lengkap (laporan auditor independen dan laporan tahunan) (2009-2011) Total data yang digunakan Sumber: Hasil pengolahan data penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa fact book, ringkasan kinerja perusahaan tercatat, laporan tahunan, laporan keuangan, dan laporan auditor independen tahun 2009 sampai dengan 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Bursa Efek Indonesia di Pojok Bursa Efek Indonesia STIE Trisakti dan Indonesian Capital Market Electronic Library (ICAMEL), serta dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2012, dan akses internet melalui www.idx.co.id. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Audit report lag diukur secara kuantitatif dengan menghitung lamanya hari dari tanggal penutupan tahun buku laporan keuangan perusahaan sampai dengan tanggal ditandatanganinya laporan audit atau tanggal opini (Iskandar dan Trisnawati 2010). Skala pengukurannya adalah rasio. Ukuran Perusahaan diproksi melalui logaritma natural (ln). Variabel ini diukur dari ln Total Assets (Yulianasari 2011). Skala pengukurannya adalah rasio.
(5)
(15)
(21) 261
(63) 783
Laba atau Rugi Tahun Berjalan merupakan variabel dummy dengan memberikan angka 0 untuk kategori laba dan 1 untuk kategori rugi (Iskandar dan Trisnawati 2010). Skala pengukurannya adalah nominal (Iskandar dan Trisnawati 2010). Opini Audit merupakan variabel dummy dengan memberikan angka 0 untuk perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified dan 1 untuk perusahaan yang mendapatkan opini unqualified (Iskandar dan Trisnawati 2010). Skala pengukurannya adalah nominal. Besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan variabel dummy dengan memberikan angka 0 untuk kategori KAP non big four dan 1 untuk kategori KAP big four (Iskandar dan Trisnawati 2010). Skala pengukurannya adalah nominal. Debt Proportion disebut juga debt ratio atau debt to asset ratio. Debt proportion diukur dari hasil pembagian antara total debt dan total assets (Iskandar dan Trisnawati 2010). Skala pengukurannya adalah rasio. Profitabilitas diproksi melalui return on assets yang diukur dari
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
hasil pembagian net income dan total assets (Walker dan Hay 2011). Skala pengukurannya adalah rasio. Umur Perusahaan diukur berdasarkan jangka waktu (dalam bulan) menurut perhitungan kalender sejak perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tanggal tahun buku perusahaan berakhir (Petronila 2007). Skala pengukurannya adalah rasio.
November 2014
Audit Committee Size diukur dari total jumlah anggota komite audit size (Naimi et al. 2010). Skala pengukurannya adalah rasio. HASIL PENELITIAN Berdasarkan data penelitian yang ada maka diperoleh hasil statistik deskriptif sebagai berikut:
Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean Variabel N Minimum Maksimum Audit Report Lag 783 12 310 79,66 Ukuran Perusahaan 783 21,927 32,665 27,71151 Laba atau Rugi Tahun 1 0,17 Berjalan 783 0 Opini Audit 783 0 1 0,56 Besarnya KAP 783 0 1 0,34 Debt 4,590 0,56422 Proportion 783 0,001 Profitabilitas 783 -1,685 9,556 0,05565 Umur 413 159,11 Perusahaan 783 1 Audit Committee Size 783 1 7 3,11 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5
Std. Deviation
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel B t 92,745 5,917 (Konstanta) Ukuran Perusahaan -0,228 -0,401 Laba atau Rugi Tahun Berjalan 14,299 5,856 Opini Audit -7,538 -4,289 Besarnya KAP -3,789 -1,879 Debt Proportion 3,427 1,771 Profitabilitas 17,812 7,883
112
25,220 1,743002
0,380 0,497 0,476 0,459585 0,3819 81,862
0,544
Sig. 0,000 0,688 0,000 0,000 0,061 0,077 0,000
ISSN: 1410 -9875
Rintar H.E. Napitupulu
Umur Perusahaan -0,009 Audit Committee Size -1,706 2 R 0,394; Adjusted R 0,146 F 17,726; Sig. 0,000 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5 Nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan adalah 0,688 di atas 0,05 menunjukkan bahwa H1 tidak dapat diterima artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini disebabkan oleh adanya internal control perusahaan yang baik dan kemampuan perusahaan untuk mengawasi auditornya agar dapat menyelesaikan proses audit secara tepat waktu (Iskandar dan Trisnawati 2010). Perusahaan juga diawasi oleh para investor, regulator, dan pihak lainnya, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat segera menyelesaikan proses audit laporan keuangan tahunan (Lianto dan Kusuma 2010). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Imelda dan Heri (2007), Venny dan Ubaidillah (2008), Parwati dan Suhardjo (2009), Iskandar dan Trisanawati (2010), Lianto dan Kusuma (2010), dan Naimi et al. (2010). Nilai signifikansi variabel laba atau rugi tahun berjalan adalah 0,000 di bawah 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H2 diterima, yang berarti bahwa laba atau rugi tahun berjalan berpengaruh terhadap audit report lag. Perusahaan yang mengalami kerugian akan meminta auditornya untuk menjadwalkan kembali proses audit lebih lambat dari
-0,807 -1,052
0,420 0,293
biasanya agar pengumuman bad news kepada publik mengalami penundaan. Auditor juga lebih berhati-hati dalam prosedurprosedur audit untuk dapat memastikan nilai kerugian, sehingga menyebabkan proses audit yang lebih panjang (Iskandar dan Trisnawati 2010). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010) dan Shukeri dan Nelson (2011). Nilai signifikansi variabel opini audit adalah 0,000 di bawah 0,05. Hal ini berarti bahwa H3 diterima dan dapat disimpulkan bahwa opini audit berpengaruh terhadap audit report lag. Opini audit yang baik menjelaskan bahwa laporan keuangan auditan sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan. Para investor lebih percaya kepada laporan keuangan yang mendapakan opini positif dari seorang auditor (Kusumawardani 2013). Perusahaan yang tidak mendapatkan unqualified opinion diperkirakan mengalami audit report lag yang lebih panjang alasannya perusahaan yang menerima opini tersebut memandang sebagai bad news dan akan memperlambat proses audit. Hal tersebut mengindikasikan
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
terjadinya konflik antara auditor dan perusahaan (Kartika 2009). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Shukeri dan Nelson (2011) dan Kusumawardani (2013). Nilai signifikansi variabel besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah 0,061 di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H4 tidak dapat diterima, yang artinya besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four mempunyai audit report lag yang lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa auditor independen selain KAP Big Four. Tetapi, auditor selain KAP Big Four dapat juga menyelesaikan proses audit secara cepat (Kartika 2009). KAP besar maupun KAP kecil berusaha untuk menjaga kualitas hasil auditnya, yaitu dengan memenuhi ketepatan waktu agar KAP mereka tetap dipercaya dalam memberikan jasa audit. Bagi KAP besar, kualitas hasil audit perlu dijaga agar dapat mempertahankan citra mereka terhadap publik, sehingga masih tetap dipercaya oleh klien dalam memberikan jasa audit. Demikian pula bagi KAP kecil, kualitas hasil audit perlu dijaga untuk membangun citra yang baik kepada publik, sehingga KAP kecil dapat bersaing dengan KAP besar (Petronila 2007). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Theresia (2005), Petronila (2007), dan Kartika (2009).
114
November 2014
Nilai signifikansi variabel debt proportion adalah 0,077 di atas 0,05. Hal ini berarti H5 tidak dapat diterima dan dapat disimpulkan bahwa debt proportion tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini berarti bahwa audit report lag tidak dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya debt proportion suatu perusahaan. Debt proportion yang tinggi artinya perusahaan memiliki total debt yang lebih besar daripada total asset. Besarnya jumlah total debt merupakan hal yang wajar pada kondisi ekonomi tertentu, dan yang terpenting adalah adanya pengungkapan memadai dari pihak manajemen perusahaan terkait debt proportion yang tinggi dalam perusahaan, sehingga auditor tidak akan terhambat dalam melakukan proses audit (Iskandar dan Trisnawati 2010). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008), Parwati dan Suhardjo (2009), dan Iskandar dan Trisnawati (2010). Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imelda dan Heri (2007) dan Lianto dan Kusuma (2010). Nilai signifikansi variabel profitabilitas adalah 0,000 di bawah 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H6 diterima, yang berarti bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka akan menyebabkan semakin rendah audit report lag. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi membutuhkan waktu pengauditan yang lebih cepat karena adanya tuntutan
ISSN: 1410 -9875
untuk secepatnya menyampaikan good news tersebut kepada publik (Lianto dan Kusuma 2010). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Subekti dan Widiyanti (2004), Parwati dan Suhardjo (2009), dan Lianto dan Kusuma (2010). Nilai signifikansi variabel umur perusahaan adalah 0,420 di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H7 tidak dapat diterima, maka dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Courtis (1976) dalam Petronila (2007). Nilai signifikansi variabel audit committee size adalah 0,293 di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H8 tidak dapat diterima, maka dapat disimpulkan bahwa audit committee size tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Shukeri dan Nelson (2011).
PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian, maka diperoleh kesimpulan bahwa laba atau rugi tahun berjalan, opini audit, dan profitabilitas mempengaruhi audit report lag. Ukuran perusahaan, besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP), debt proportion, umur perusahaan, dan audit committee size tidak mempengaruhi audit report lag. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain (1) Dari
Rintar H.E. Napitupulu
hasil uji normalitas data sebelum dan setelah melakukan uji outlier dapat dilihat bahwa terjadi masalah, yaitu data tidak berdistribusi normal; (2) Variabel ukuran perusahaan, laba atau rugi tahun berjalan, besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP), dan profitabilitas terjadi masalah heteroskedastisitas; (3) Penelitian ini menggunakan rentang waktu pengamatan yang relatif pendek, hanya tiga tahun (tahun 20092010); (4) Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya delapan variabel, yaitu ukuran perusahaan, laba atau rugi tahun berjalan, opini audit, besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP), debt proportion, profitabilitas, umur perusahaan, dan audit committee size. Untuk mengatasi keterbatasan yang terjadi dalam penelitian ini, maka untuk penelitian berikutnya disarankan untuk: (1) Data yang digunakan sebaiknya berdistribusi normal; (2) Semua variabel sebaiknya tidak terjadi masalah heteroskedastisitas; (3) Memperluas periode penelitian untuk lebih mengetahui pengaruh yang terjadi jika penelitian dilakukan dalam periode yang lebih lama; (4) Memperluas faktor-faktor lain yang mempengaruhi audit report lag. Misalnya seperti jenis industri, audit fee, keberadaan divisi internal auditor, audit committee meetings, audit committee independence, board size, pos luar biasa (extraordinary items), dan lainnya.
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
REFERENSI: Almilia, Luciana Spica, dan Lucas Setiady. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Seminar Nasional Good Corporate Governance, 24-25 November, Universitas Trisakti. Jakarta. Aryati, Titik dan Maria Theresia. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. Vol. 5. No. 3. hlm. 271-287. Cooper, Donald R., dan Pamela S. Schindler. 2011. Business Research Methods. Edisi 11. Singapura: McGraw-Hill. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Edisi 13. United States of America: Pearson Education. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia. Imelda, Elsa, dan Heri. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Jurnal Akuntansi. Tahun XI. No. 2. hlm. 134-143. Indriyani, Rosmawati Endang, dan Supriyati. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Malaysia. The Indonesian Accounting Review. Vol. 2. No. 2. hlm. 185202. Institute for Economic and Financial Research (ECFIN). 2012. Indonesian Capital Market Directory 2012: Volume 1 dan 2. Indonesia: Hijau Daun Indonesia. Iskandar, Meylisa Januar, dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 3. hlm. 175186. Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol. 16. No. 1. hlm. 1-17. Kartikasari, Lisa, dan Luluk M. Ifada. 2010. Analisis Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Perusahaan Go Public di Pasar Modal: Bukti Empiris dari Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (EKOBIS). Vol. 11. No. 1. hlm. 43-54. Kementerian Keuangan RI: Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. http://www.sjdih.depkeu.go.id/Ind/. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting: Volume 1. Edisi IFRS. United States of America: John Wiley and Sons.
116
ISSN: 1410 -9875
Rintar H.E. Napitupulu
Kusumawardani, Fitria. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur. Accounting Analysis Journal (AAJ). Vol. 1. No. 3. hlm. 52-58. Laila, Erit, dan Irawati. 2007. Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Tinjauan atas Rasio Gearing, Umur, dan Komite Audit dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi. Vol. 1. No. 1. hlm. 1-15. Lianto, Novice, dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 2. hlm. 97-106. Messier Jr., William F., Steven M. Glover, dan Douglas F. Prawitt. 2008. Auditing and Assurance Services: A Systematic Approach. Edisi 6. United States of America: McGraw-Hill. Naimi, Mohamad Nor Mohamad, Shafie Rohami, dan Wan Nordin Wan-Hussin. 2010. Corporate Governance and Audit Report Lag in Malaysia. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance. Vol. 6. No. 2. Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6. No. 1. hlm. 89-116. Owusu-Ansah, Stephen. 2000. Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Markets: Empirical Evidence from the Zimbabwe Stock Exchange. Accounting & Business Research. Vol. 30. No. 3. Parwati, Lina Anggraeny, dan Yohanes Suhardjo. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag (ARL). Solusi. Vol. 8. No. 3. hlm. 29-42. Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan Umur Perusahaan atas Audit Delay. Akuntabilitas. Vol. 6. No. 2. hlm. 129-141. Prabandari, Jeane Deart Meity, dan Rustiana. 2007. Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaanperusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ). Kinerja. Vol. 11. No. 1. hlm. 27-39. PT Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) http://www.idx.co.id. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 10. No. 1. hlm. 1-10. Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Edisi 5. Great Britain (United Kingdom): John Wiley and Sons. Shukeri, Siti Norwahida, dan Sherliza Puat Nelson. 2011. Timeliness of Annual Audit Report: Some Empirical Evidence from Malaysia. Entrepreneurship and Management International Conference (EMIC 2), 1 Desember, Kangar. Perlis Malaysia.
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII. Hlm. 991-1002. Subramanyam, K. R., dan John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis. Edisi 10. United States of America: McGraw-Hill. Utama, Marta. 2004. Komite Audit, Good Corporate Governance, dan Pengungkapan Informasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 1. hlm. 61-79. Venny. C. N., M. G., dan Ubaidillah. 2008. Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur Studi Kasus: Bapepam Tahun 2005. Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi. Vol. 2. No. 2. hlm. 126-140. Walker, Angela, dan David Hay. 2011. Non-Audit Services and Knowledge Spillovers: An Investigation of the Audit Report Lag. http://ssrn.com/abstract=1852836. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, dan Donald E. Kieso. 2010. Accounting Principles. Edisi 9. Asia: John Wiley and Sons. Yulianasari, Nina. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 1. No. 2. hlm. 169-181.
118
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 119-130
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA
RATIH HANDAYANI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of audit firm size, industry specialization, audit tenure, leverage, firm size, profitability, and managerial ownership on earnings management in manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. This research used 71 listed manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange, selected using purposive sampling method, during the research period 2010 until 2012. Data were analyzed using multiple regression method. The result of the analysis indicated that leverage has influence on earnings management, while audit firm size, audit industry specialization, audit tenure, firm size, profitability, and managerial ownership do not have influence on earnings management. Keywords:
Audit firm size, industry specialization, audit tenure, leverage, firm size, profitability, managerial ownership, earnings management.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dari ukuran perusahaan, spesialisasi industri, masa penugasan audit, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 71 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode sampling purposive pada tahun 2010 hingga 2012. Data dianalisa dengan menggunakan metode regresi linear bergana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage mempengaruhi manajemen laba, sementara ukuran perusahaan klien audit, masa penugasan audit, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi manajemen laba. Keywords:
Ukuran Perusahaan Audit, Spesialisasi Industri, Masa Penugasan Audit, Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial, Manajemen Laba.
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
PENDAHULUAN Laporan keuangan memiliki informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Untuk meningkatkan nilai perusahaan di mata publik, manajemen dapat melakukan tindakan manajemen laba. Pemeriksaan laporan keuangan bertujuan untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak di dalam laporan keuangan. Kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor menemukan pelanggaran dan melaporkan pelanggaran dalam laporan keuangan. Kualitas audit dapat meminimalisir kesalahan agar informasi keuangan yang dihasilkan relevan dan dapat diandalkan serta membantu mencerminkan keadaan sebenarnya dari performa perusahaan, khususnya di bagian laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Hassanzadeh et al., (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba yaitu ukuran KAP, spesialisasi industri, masa penugasan audit, perubahan arus kas, ukuran perusahaan, dan siklus operasi perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) mengganti variabel perubahan arus kas menjadi variabel leverage dari penelitian Guna dan Herawaty (2010), (2) mengganti variabel siklus operasi perusahaan dengan variabel profitabilitas dari penelitian Guna dan Herawaty (2010), dan (3) menambahkan variabel kepemilikan manajerial dari penelitian Trisnawati (2009).Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti
120
November 2014
tertarik untuk memakai judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba” RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Agensi Teori agensi adalah hubungan kontrak antara agen (manajemen) dan prinsipal (pemilik usaha). Agen bertugas menjalankan fungsi operasional dan prinsipal membuat keputusan atas hasil kerja dari agen. Prinsipal perlu mengetahui apakah kinerja agen sesuai dengan yang diharapkan (Godfrey et al., 2010). Manajemen Laba Manajemen laba adalah tindakan terencana yang diambil manajemen untuk memenuhi tujuan laba (Arens et al., 2012). Hal ini terjadi karena manajemen ingin supaya kinerjanya dalam operasi dilihat baik oleh prinsipal. Manajemen akan mendapat keuntungan misalnya bonus dari prinsipal karena hasil pekerjaan yang baik (Budiasih, 2009). Ukuran KAP Ukuran KAP dibedakan dengan melihat jumlah karyawan dari KAP, jasa yang dapat dilakukan KAP, dan apakah KAP tersebut berada baik di dalam maupun luar negeri. Auditor big four dianggap memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan auditor non big four, dan dianggap lebih berkompetensi membatasi terjadinya praktik manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Ha1 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap manajemen laba. Spesialisasi Industri Romanus et al., (2008) dalam Fitriyani (2012) menjelaskan bahwa auditor spesialis lebih mampu mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi pada laporan keuangan, sehingga dapat membantu perusahaan dalam menyediakan informasi laba yang lebih baik. Auditor spesialis memiliki pemahaman komprehensif mengenai karakteristik perusahaan sehingga dapat membatasi tindakan manajemen dalam mengelola akrual perusahaan lebih baik daripada auditor non-spesialis. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha2 : Spesialisasi industri berpengaruh terhadap manajemen laba. Masa penugasan audit Manryand et al., (2008) pada Hassanzadeh et al., (2013) mengungkapkan bahwa masa penugasan audit yang lama dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik dengan klien, serta meningkatkan kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha3 : Masa penugasan audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Leverage Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menujukkan besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang dibiayai dengan
Ratih Handayani
hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor semakin besar. Investor akan meminta keuntungan yang besar sehingga semakin besar leverage maka kemungkinan manajer melakukan manajemen laba semakin besar (Ma’ruf, 2006 dalam Guna dan Herawaty, 2010). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha4 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan berdasarkan total aktiva, log size, dan nilai pasar saham. Ukuran perusahaan terbagi ke dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar, menengah, dan kecil (Budiasih, 2009). Ukuran perusahaan dapat dinilai dari total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin banyak aset perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin banyak penjualan maka semakin besar perputaran uang terjadi (Sudarmadji dan Sularto pada Angelia, 2012). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal. Profitabilitas akan mempengaruhi manajer dalam melakukan manajemen laba. Prinsipal akan
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
menuntut manajer untuk mencapai profitabilitas yang tinggi. Jika manajer mampu mencapai target maka akan dianggap memiliki kinerja yang baik (Salno, Baridwan, dan Rahmawati, 2008 pada Purwandari dan Mahfud, 2010). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha6 : Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan Manajerial Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk di dalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan yang bersangkutan beserta afiliasinya adalah definisi kepemilikan manajerial (Hardiningsih, 2010). Manajer akan bertindak oportunistik yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004 dalam Hardiningsih, 2010) sehingga manajer akan melakukan manajemen laba dalam pelaporan keuangan, karena manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan pemilik. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut: Ha7 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. METODA PENELITIAN Obyek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2010 - 2012 dan sampel yang digunakan adalah perusahaan
122
November 2014
manufaktur. Data yang dipilih adalah data sekunder yang merupakan sumber informasi yang telah tersedia dan dipublikasikan kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yakni metode pengambilan sampel menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara konsisten per 31 Desember tahun 2010 sampai dengan tahun 2012; 2. Perusahaan manufaktur menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah; 3. Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba tahun 20102012; 4. Perusahaan yang tahun bukunya berakhir 31 Desember. Manajemen laba merupakan teknik yang dilakukan oleh manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan sehingga menghasilkan nilai yang tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Manajemen laba dilakukan demi kepentingan manajemen dan menghasilkan laporan keuangan yang baik di mata pihak pengguna, baik eksternal maupun internal (Hassanzadeh et al., 2013). Pengukuran yg dipakai adalah Modified Jones Model (1991) dalam Hassanzadeh et al. (2013), model tersebut dituliskan sebagai berikut: TAit/Ai,t-1 = a1(1/Ai,t-1) + a2 (ΔREVit – ΔRECit)/Ai,t-1 + a3PPEi,t/Ai,t1 + εit Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai total akrual untuk sampel perusahaan terpilih adalah
ISSN: 1410 -9875
Ratih Handayani
sebagai berikut: TAit/Ai,t-1 = (Nit – OCFt)/ Ait-1 Ukuran KAP dalam penelitian ini mencakup KAP big four dan KAP non big four. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy yaitu pemberian angka 1 untuk KAP big 4 dan angka 0 untuk KAP non-big 4 (Hassanzadeh et al., 2012). Spesialisasi industri membantu menghasilkan laporan audit yang berkualitas baik dan informasi sesuai yang sebenarnya. Kualitas audit dari auditor yang Industry share =
berpengalaman (spesialis) tentunya lebih baik dibandingkan dengan yang tidak berpengalaman (Hassanzadeh et al.,2013). Pengukurannya adalah dengan variabel dummy yaitu pemberian angka 1 jika memiliki industri share terbesar yang diukur dengan rasio dari jumlah aset klien KAP dalam industri tertentu dibagi dengan jumlah aset klien untuk seluruh KAP dalam satu industri dan sisanya diberi angka 0 (Herusetya et al., 2012).
������ ���� ����� �������� �������� ������ ���� ����� ����� � �������� ����� ������� ���
Masa penugasan audit lebih dari 3 tahun dianggap cukup untuk memperoleh pemahaman yang memadai terhadap klien (Herusetya et al., 2012). Pengukurannya adalah dengan variabel dummy yaitu pemberikan angka 1 jika masa penugasan KAP = 4 tahun, dan pemberian angka 0 jika kurang dari 4 tahun (Hassanzadeh et al., 2013). Leverage diukur dengan menggunakan skala rasio total hutang terhadap total aset. Rumus yang digunakan untuk mengukur variabel leverage adalah (Guna dan Herawaty, 2010): LEV = Total Hutang Total Aset Ukuran perusahaaan diukur dengan menggunakan hasil logaritma dari total aset. Total aset digunakan sebagai proksi ukuran perusahaan dengan pertimbangan total aset perusahaan relatif lebih stabil dibandingkan dengan jumlah penjualan dan nilai kapitalisasi pasar (Wuryatiningsih, 2002 serta Sudarmadji dan Sularto, 2007 pada Guna dan Herawaty, 2010).
Ukuran perusahaan = Log (total aset) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Guna dan Herawaty, 2010). Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio Return on Assets (ROA) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap total aset, yang dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba Bersih setelah Pajak Total aset Kepemilikan manajerial adalah adanya saham yang dimiliki pihak manajemen dalam suatu perusahaan tempat ia bekerja. Kepemilikan manajerial dapat memotivasi manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan, juga menguntungkan dirinya sendiri (Trisnawati, 2009). Pengukurannya menggunakan variabel dummy yaitu 1 jika mempunyai kepemilikan manajerial, dan 0 jika tidak mempunyai kepemilikan manajerial.
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Metoda Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression) dalam pengujian hipotesisnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6+b7X7 + e Dimana Y1 = Manajemen laba a = Konstanta b1-b7 = Koefisien regresi masingmasing variabel
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 e
November 2014
= Ukuran KAP = Spesialisasi industri = Masa penugasan auditor = Leverage = Ukuran perusahaan = Profitabilitas = Kepemilikan manajerial = Error terms
HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini, perusahaan yang dijadikan populasi adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010- 2012.
Tabel 1. Prosedur pemilihan sampel Jumlah Deskripsi kriteria perusahaan 123 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara konsisten per 31 Desember tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 Perusahaan manufaktur menerbitkan laporan (17) keuangan dalam mata uang asing
Jumlah data 369
(51)
Perusahaan manufaktur yang tidak menghasilkan laba tahun 2010-2012
(28)
(84)
Perusahaan yang tahun bukunya tidak berakhir 31 Desember
(7)
(21)
Total data yang digunakan dalam penelitian
71
213
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel Manajemen laba
Std. N Mean Deviation Minimum Maximum 213 0,0890863 0,09233379 0,00112 0,66670
Ukuran KAP
213 0,3943662
0,48986540
0
1
Spesialisasi industri
213 0,3286385
0,47082477
0
1
124
ISSN: 1410 -9875
Ratih Handayani
Masa penugasan 213 0,5868545 0,49355847 audit Leverage 213 0,4804981 0,39103537 Ukuran perusahaan 213 12,1468377 0,68580338
0
1
0,09430 10,94089
3,21000 14,26072
Profitabilitas
0,00066
0,41720
213 0,0996684
0,08781464
Kepemilikan 213 0,4225352 0,49512639 0 1 manajerial Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Uji Normalitas Residual Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Residual sebelum Uji Outlier Unstandardized residual N 213 Kolmogorov-Smirnov Z 2,205 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi residual sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha (α=0,05). Data model penelitian ini tidak berdistribusi normal, sehingga
S
dilakukan uji outlier. Uji outlier dilakukan dengan cara menghilangkan data-data yang bersifat ekstrim (outlier). Dari 213 data terdapat 16 data yang outlier.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Residual setelah Uji Outlier Unstandardized residual
N
197
Kolmogorov-Smirnov Z
1,910
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,001
sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Berdasarkan uji outlier terdapat 16 data yang memiliki nilai z score yang berada di luar kisaran normal +3 sampai dengan -3. Setelah melakukan uji outlier nilai signifikansi yang diperoleh adalah
sebesar 0,001 yang lebih kecil dari alpha (α=0,05). Data tidak berdistribusi normal dan pengujian statistik selanjutnya menggunakan data sebelum outlier dengan jumlah sampel sebanyak 213.
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Multikolinearitas Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas VIF Variabel Tolerance Ukuran kap 0,463 2,159 Spesialisasi industri 0,701 1,427 Masa penugasan 0,714 1,401 audit Leverage 0,922 1,084 Ukuran perusahaan 0,635 1,574 Profitabilitas 0,693 1,442 Kepemilikan 0,899 1,113 manajerial Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Berdasarkan tabel di atas, semua variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil
dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas.
Autokorelasi Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi Model Sig. res_2 0,965 Dependen: Unstandardized Residual Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,965 yang lebih besar dari alpha
(α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
Heteroskedastisitas Tabel 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas Kesimpulan Variabel Sig. Ukuran kap Spesialisasi industri
0,187 0,970
Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas
Masa penugasan audit Leverage Ukuran perusahaan
0,782 0,107 0,555
Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas
Profitabilitas
0,445
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Kepemilikan 0,427 Tidak terjadi heteroskedastisitas manajerial Dependen: ares_1 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19
126
ISSN: 1410 -9875
Ratih Handayani
Berdasarkan tabel di atas, semua variabel independen memiliki nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis Uji Koefisien Korelasi (R) Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi Adjusted R Square Model R 1 0,307 0,064 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Hasil koefisien korelasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0,307 artinya hubungan antara variabel ukuran KAP, spesialisasi industri, masa penugasan audit, leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba adalah lemah karena nilai R lebih kecil dari 0,5.
bahwa nilai adjusted R² sebesar 6,4% artinya besarnya persentase variasi dari variabel dependen yaitu manajemen laba yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu ukuran KAP, spesialisasi industri, masa penugasan audit, leverage, profitabilitas, dan kepemilikan manajerial adalah sebesar 6,4%. Sisanya sebesar 93,6% dijelaskan oleh variasi dari variabel lain yang tidak termasuk dalam model.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R²) Hasil koefisien determinasi pada tabel di atas menunjukkan Uji Statistik F
Tabel 9. Hasil Uji Statistik F df Mean Sum of Square Squares 1 Regression 0,171 7 0,024 Residual 1,637 205 0,008 Total 1,807 212 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Model
Dari tabel di atas nilai signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa model digunakan fit.
F
Sig.
3,056
0,004a
regresi
yang
Uji Statistik t Variabel (Constant) Ukuran kap
Tabel 10. Hasil Uji Statistik t t B 0,156 1,180 0,027
1,467
Sig. 0,239 0,144
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Spesialisasi industri Masa penugasan audit
0,002
0,128
0,899
-0,001
-0,071
0,943
0,067
4,093
0,000
-0,010
-0,865
0,388
-0,010
-0,123
0,902
0,022
1,655
0,099
Leverage Ukuran perusahaan dvdvdvdvdvd Profitabilitas
November 2014
Kepemilikan manajerial
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS versi 19 Variabel ukuran KAP memiliki nilai signifikansi 0,144 yang lebih besar dari alpha (α=0,05). Ukuran KAP tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis pertama (Ha1) tidak diterima. Variabel spesialisasi industri memiliki nilai signifikansi 0,899 yang lebih besar dari alpha (α=0,05). Spesialisasi industri tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis kedua (Ha2) tidak diterima. Variabel masa penugasan audit memiliki nilai signifikansi 0,943 yang lebih besar dari alpha (α=0,05). Masa penugasan audit tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis ketiga (Ha3) tidak diterima. Variabel leverage memiliki nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari alpha (α=0,05) artinya leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis keempat (Ha4) diterima. Perusahaan yang memiliki leverage tinggi maka ada kemungkinan terjadi manajemen laba karena perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,388 yang lebih besar dari alpha (α=0,05). Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis kelima (Ha5) tidak diterima. Variabel
128
profitabilitas memiliki nilai signifikansi 0,902 yang lebih besar dari alpha (α=0,05). Profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis keenam (Ha6) tidak diterima. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,099 yang lebih besar dari alpha (α=0,05). Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis ketujuh (Ha7) tidak diterima.
PENUTUP Ukuran KAP tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hassanzadeh et al. (2013), Angelia (2012), dan Indriastuti (2012). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Herusetya et al. (2012) serta Guna dan Herawaty(2010). Spesialisasi industri tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Herusetya et al. (2012). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Hassanzadeh et al. (2013). Masa penugasan audit tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Herusetya et al. (2012). Penelitian
ISSN: 1410 -9875
ini tidak konsisten dengan penelitian Hassanzadeh et al. (2013). Leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Angelia (2012) serta Guna dan Herawaty (2010). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Budiasih (2009). Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Angelia (2012) serta Guna dan Herawaty (2010). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Budiasih (2009) dan Nasser (2008). Profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Bestivano (2013). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Budiasih (2009), Guna dan Herawaty (2010), Herni dan Susanto (2008) serta Purwandari dan Mahfud (2010). Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap
Ratih Handayani
manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (2009) serta Guna dan Herawaty (2010). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Nasser (2008) dan Indriastuti (2012). Keterbatasan penelitian ini antara lain : hanya mengambil sampel selama tahun 2010 sampai tahun 2012 periode pengamatan, hanya menggunakan tujuh variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, dan terbatas untuk sampel perusahaan manufaktur sehingga kurang mewakili seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan keterbatasan di atas, rekomendasi yang diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah menambah jumlah periode pengamatan, menambahkan variabel independen lain yang memberikan pengaruh terhadap manajemen laba, dan menambahkan sampel dengan perusahaan non manufaktur.
REFERENSI Angelia, Dwi Suci. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kualitas Audit, dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Arens, Alvin A. et al., 2012. Auditing and Assurance Services, an Integrated Approach. 14th Edition. Prentice Hall. Bestivano, Wildham. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan di BEI). Budiasih, Igan. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4 No. 1, 44-50. Fitriany dan Nur Wahyuni. 2012. Pengaruh Client Importence, Tenure, dan Spesialisasi Audit terhadap Kualitas Audit. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Godfrey, J et al. 2010. Accounting Theory. Seventh Edition. John Wiley. Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance, Independensi auditor, kualitas audit dan
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
faktor lainnya terhadap manajemen laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 1, 53-68 Hardiningsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, Vol. 2 No.1,61-76. Hassanzadeh, R.B et al. 2013. The Study of Auditing Quality Effect on Earnings Management (Emphasizing at Interim Financial Statements) Evidenced from Iran. Life Science Journal 2013. Herni dan Yulius Kurnia Susanto. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Keuangan terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23 No. 3, 302-314. Herusetya, A et al. 2012. Analisis Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Akuntansi: Studi Pendekatan Composite Measure Versus Conventional Measure. Indriastuti, Maya. 2012. Analisis Kualitas Auditor dan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Eksistansi, Vol. 4 No.2, Agustus 2012. Nasser, Etty M. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Dewan Komisaris Independen terhadap Nilsi Perusahaan dengan Manajemen Laba dan Kebijakan Hutang sebagai Variabel Intervening. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 8 No.1, 1-27. Purwandari, Indri Wahyu dan M.K. Mahfud. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Praktek Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009). Putra, I Nyoman Wijana Asmara. 2011. Manajemen Laba: Perilaku Manajemen Opportunistic atau Realistic? Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 6 No. 1, 1-21. Sukartha, Made. 2007. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10 No. 3, 243-267. Tjun, Lauw Tjun et al. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi, Vol. 4 No. 1, 33-56. Trisnawati, Estralita dan Nini. 2009. Pengaruh Independensi Auditor pada KAP Big Four terhadap Manajemen Laba pada Industri Bahan Dasar, Kimia dan Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 3, 175-188. Trisnawati, Rina. 2009. Perbedaan Mekanisme Corporate Governance dan Praktik Manajemen Laba: Studi Komparasi Indeks Syari’ah dan Indeks Konvensional di Bursa Efek Indonesia. UNISIA, Vol. XXXII No. 72 Desember 2009. Umar, H. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi kedua. Rajawali Pers, buku-buku teks perguruan tinggi. Yushita, Amanita Novi. 2010. Earnings Management dalam Hubungan Keagenan. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. VIII No. 1, 53-62.
130
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 6, November 2014, Hlm. 131-142
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT SWITCH NOVIA WIJAYA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the effects of restatement of financial statement, firm size, firm growth, ROA, financial distress, operating cashflow, and audit opinion to audit switch. The population in this research is all non-financial companies, which listed on December 2007 until 2012 in Indonesian Stock Exchange. The data of this research collected using purposive sampling method and there are 71 nonfinancial companies which suit with the criteria used over five year period from 2008 until 2012. This research uses binary logistic as the statistical analysis method. The empirical result of this research show that firm size, restatement of financial statement, firm growth, ROA, financial distress, operating cash flow, and audit opinion haven’t influence to audit switch. Keywords: Audit Switch, Audit Opinion, Financial Distress, Firm Size, Operating Cash flow, ROA, Restatement of Financial Statement, Firm Growth Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh dari pelaporan ulang laporan keuangan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, financial distress, arus kas operasi dan opini audit terhadap pergantian auditor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Desember 2007 hingga tahun 2012 Data penelitian merupakan data dari 71 perusahaan non keuangan selama 5 tahun dari tahun 2008 hingga tahun 2012 yang dipilih dengan menggunakan metode sampling purposive. Metode analisa data menggunakan metode regresi binary logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, pelaporan ulang laporan keuangan, pertumbuhan perusahaan, ROA, financial distress, arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Kata Kunci:
Pergantian Auditor, Opini Audit, Financial Distress, Ukuran Perusahaan, Arus Kas Operasi, ROA, Pelaporan Ulang Laporan Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan.
PENDAHULUAN
berjalannya waktu dan pertambahan perusahaan yang go public akan meningkatkan jumlah KAP yang dibutuhkan untuk
Pergantian kantor akuntan publik di Indonesia, seiring dengan
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
mengaudit perusahaan-perusahaan tersebut (Divianto, 2011). Perusahaan go public adalah perusahaan yang telah menerbitkan sahamnya pada Bursa Efek. Hal tersebut berdampak pada biaya audit serta reaksi publik di pasar saham terhadap perusahaan yang mengganti KAP yang mengaudit. Sebuah perusahaan yang telah go public yang mengganti KAP-nya dari KAP big 4 menjadi KAP non big 4 dampaknya adalah negatif terhadap reaksi pasar sedangkan apabila perusahaan tersebut mengganti KAP-nya dari non big 4 menjadi big 4, dampaknya adalah positif dan signifikan terhadap reaksi pasar. (Soeprihadi dan Adiwibowo, 2009). KAP big 4 adalah 4 kantor akuntan publik di dunia yang ukurannya paling besar, dimana pengukuran untuk menentukan tingkat besar kecilnya KAP diukur melalui variabel audit fees yang diterima oleh KAP dan dengan banyaknya klien audit yang dimiliki oleh KAP (Choi et al, 2010). Tidak hanya biaya dan harga saham saja yang berubah dalam audit switching tetapi ada indikasi perubahan risiko yang akan dialami auditor (Hogan dan Martin, 2009). Audit switching dapat dilakukan oleh karena peraturan yang mengatur tetapi juga dapat terjadi karena kemauan dari klien audit ataupun auditor itu sendiri, jadi perbedaannya adalah letak fokusnya. Apabila klien mengganti auditor padahal tidak terdapat peraturan yang mengatur tentang pergantian KAP maka yang terjadi adalah satu dari 2 hal yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien (Divianto, 2011). Alasan lain untuk auditee
132
November 2014
melakukan audit switching adalah karena auditee biasanya mencari kualitas audit yang lebih tinggi dari hasil audit yang didapatinya saat ini, dari penelitian yang dilakukan oleh Chang et al (2010) disimpulkan bahwa terdapat perubahan persepsi terhadap akuntan publik non big 4 dimana perusahaan tidak lagi mencari kantor akuntan publik yang menawarkan biaya audit yang rendah, tetapi auditor mencari kantor akuntan publik yang menawarkan kualitas audit yang baik walaupun KAP tersebut bukan KAP big 4. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa restatement of financial statement, ukuran perusahaan, perubahan pertumbuhan perusahaan, ROA, financial distress, dan operating cash flow, dan opini auditor atas laporan keuangan client terhadap variabel dependent yaitu terjadi atau tidak audit switch. RERANGKA TEORITIS Audit switch merupakan kegiatan pergantian untuk kantor akuntan publik dalam mengaudit kliennya. Menurut peraturan PMK nomor 17 tahun 2008, sebuah kantor akuntan publik hanya diperbolehkan mengaudit klien yang sama untuk 5 tahun saja, setelah 5 tahun berjalan, maka ada periode yang dinamakan cooling period, yaitu periode 1 tahun dimana kantor akuntan publik tidak diperbolehkan mengaudit klien yang sama setelah 5 tahun, tujuannya adalah supaya independensi dari auditor tetap terjaga. Perusahaan yang melakukan restatement adalah perusahaan yang laporan keuangannya
ISSN: 1410 -9875
mengandung kesalahan yang material dan atau menyalahi aturan umum yang berlaku di tempatnya beroperasi. Apabila perusahaan melakukan restatement of financial statement, dapat terjadi apabila laporan keuangan yang telah terbit mengandung kesalahan material yang tidak terungkapkan dari hasil audit, sehingga apabila kesalahan tersebut tidak dikoreksi, keputusan para pengguna laporan keuangan menjadi tidak tepat. Menurut Dey dan Robin (2011), restatement berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan di pasar saham, jadi apabila perusahaan melakukan restatement, tren saham perusahaan tersebut cenderung akan turun. Ukuran perusahaan diukur melalui total aset merupakan salah satu dari traditional risk yang signifikan dalam menentukan risiko (Dey dan Robin 2011). Dalam penelitian ini, asset dijadikan variabel untuk mengukur tingkat risiko serta menentukan besar kecilnya perusahaan klien audit, semakin besar perusahaan yang diaudit oleh KAP, maka risiko yang dihadapinya semakin besar, karena untuk menentukan tingkat planned materiality, auditor bisa menggunakan dasar aset perusahaan ataupun dari income before tax dari perusahaan tersebut. Pertumbuhan perusahaan diukur menggunakan sales, menurut Godfrey et al. (2010), sales adalah sebuah bukti atas pendapatan yang terjadi akibat transaksi penjualan terhadap pihak eksternal, dan pengakuan pendapatannya berdasarkan point of sale. Point of sales adalah sebuah titik waktu dimana perusahaan dapat mengakui
Novia Wijaya
pendapatannya, point of sales dibagi menjadi 3 yaitu pada saat produksi, pada saat barang jadi dan pada saat kas diterima. ROA merupakan variabel pengukur profitabilitas perusahaan (Johnstone dan Bedard, 2005). Menurut J. Lawrance dan Chad (2012) dalam bukunya yang berjudul Principles of Managerial Finance, ROA atau sering disebut dengan ROI adalah pengukuran terhadap efektifitas secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan melalui aset yang tersedia. Apabila tingkat ROA semakin tinggi, maka dampaknya terhadap efektifitas adalah semakin baik. Financial distress diukur dengan leverage. Leverage adalah total hutang dibagi dengan total asset merupakan unsur dari financial risk (Johnstone dan Bedard 2005). Leverage adalah variabel pengukur risiko finansial atau kondisi ekonomi perusahaan (Dey dan Robin 2011). Operating cash flow adalah hasil dari transaksi operasional yang berhubungan dengan kas, tetapi belum termasuk di dalam net income. Arus kas yang dihasilkan dari perhitungan operating cash flow merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendeknya, membayar dividen dan menambah investasi baru, tanpa biaya tambahan dari pihak luar perusahaan (Kieso et al, 2011). Menurut Wijaya (2011) opini auditor atas laporan keuangan merupakan hasil pekerjaan auditor yang terkait dengan kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan. Laporan auditor merupakan salah satu informasi
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
bagi para pengguna laporan keuangan. Opini yang diberikan oleh auditor tidak boleh subjektif, harus objektif yaitu sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Objektifitas dan indenpendensi dari auditor diatur dalam SPAP. METODE PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007. Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2012. 2. Menggunakan mata uang rupiah secara konsisten dalam pelaporan laporan keuangan selama periode penelitian. 3. Menggunakan cut off dalam laporan keuangan pada tanggal 31 Desember, selama periode penelitian. 4. Pernah melakukan switching setidaknya 1 kali secara voluntary selama periode yang diteliti. 5. Perusahaan yang memiliki laporan keuangan dan elemen dalam laporan keuangan secara lengkap. 6. Melakukan penjualan secara konsisten pada periode penelitian.
November 2014
Variabel audit switch menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, dan diukur dengan menggunakan skala nominal (1 untuk perusahaan yang melakukan audit switch dan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan audit switch) (Wijaya, 2011). Restatement of financial statement dilihat melalui hasil laporan auditor yang menyatakan bahwa terdapat restatement pada laporan keuangan perusahaan karena alasan penyesuaian. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala nominal (1 untuk perusahaan yang melakukan restatement, 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan restatement). Pada penelitian Hogan dan Martin (2009) restatement diukur dengan menggunakan skala nominal 1 dan 0 dimana 1 untuk perusahaan yang melakukan restatement, dan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan restatement. Skala yang digunakan adalah skala rasio yaitu hasil perhitungan logaritma natural untuk total aset. Menurut Sarumpaet (2011), ukuran perusahaan diukur dengan cara logaritma natural dari total aset. ������ ���������� � �������� ������
Skala yang digunakan adalah rasio dimana perubahan sales diambil dari net sales perusahaan tahun T1 dikurangi dengan net sales perusahaan tahun T-1, dibagi dengan net sales perusahaan tahun T-1. Pada umumnya pertumbuhan perusahaan menggunakan Audit switch adalah sebuah persentase perubahan sales, seperti tindakan yang dilakukan pada penelitian Nasser (2006) perusahaan untuk mengganti kantor dalam Wijaya (2011). akuntan publik yang mengauditnya. ��� ����� � � ��� ����� � � 1 ����������� ���������� � ��� ����� �
134
ISSN: 1410 -9875
Novia Wijaya
ROA adalah rasio keuangan risiko client untuk tidak mampu perusahaan yang menunjukkan untuk membayar hutangnya tingkat pengembalian yang (Andrew et al 2008). Leverage didapatkan oleh perusahaan dari menggunakan skala rasio, dimana jumlah seluruh aset yang dapat dihitung dari total liabilitas dimilikinya. Skala yang digunakan dibagi dengan total aset. Menurut adalah rasio dengan perhitungan Anggreini (2011), pengukuran untuk return on asset adalah net income leverage adalah pembagian dari dibagi dengan total asset tahun total kewajiban dan total aset. ����� ����������� berjalan. Hogen dan Martin (2009) �������� � menggunakan ROA sebagai variabel ����� ����� Operating cash flow dapat independen dalam meneliti audit dihitung dengan 2 cara yaitu switch, dimana variabel tersebut metode perhitungan yaitu diukur dengan pembagian net perhitungan metode direct dan income dan total aset perusahaan. ��� ������ metode indirect (Kieso et al, 2011). ��� � Menurut Hogan dan Martin (2009), ����� ����� Financial Distress diukur pengukuran operating cash flow dengan perhitungan leverage. menggunakan skala rasio dan diukur Leverage adalah pendanaan dengan cara: perusahaan dari pihak ketiga. Leverage yang tinggi dapat berarti ��� ���� ���� ���� ��������� ���������� ��������� ���� ���� � ����� ����� Opini auditor atas laporan keuangan adalah hasil penilaian kinerja perusahaan secara keuangan oleh auditor dalam laporan auditor independen (Wijaya, 2011). Penilaian untuk kinerja laporan keuangan ada 5 yaitu unqualified, unqualified with explanatory paragraph, qualified, adverse dan disclaimer. Untuk pengukuran opini auditor atas laporan keuangan, digunakan skala nominal, yaitu 1 untuk opini unqualified, dan 0 untuk opini selain unqualified.
Variabel Audit Switch Restatement Ukuran Perusahaan
HASIL PENELITIAN Dengan analisis statistik deskriptif, kita dapat mengetahui jumlah sampel yang diteliti, nilai rata-rata, nilai maksimum dan standar deviasi dari variabel yang diteliti, yang terdiri atas variabel restatement, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ROA, financial distress, operating cashflow, dan opini auditor.
Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Min Max N 355 355 355
0 0 22.74
1 1 31.67
Mean 0.3803 0.1296 26.9706
Standar Deviasi 0.4861 0.3363 1.7692
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Variabel
N
November 2014
Min
Max
-0.92
335.89
2.8934
Standar Deviasi 25.8529
-0.76 0.002 5 Operating Cashflow 355 -1.13 Opini Auditor 355 0 Sumber : Hasil Pengujian Data SPSS v.19
0.32 3.21
0.0084 0.5764
0.1020 0.5073
0.61 1
0.0414 0.7352
0.1172 0.4418
Pertumbuhan Perusahaan ROA Financial Distress
355 355 355
Mean
Tabel 2 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Audit Switch Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak melakukan 220 62.0 62.0 62.0 audit switch melakukan audit 135 38.0 38.0 100.0 switch Total 355 100.0 100.0 Sumber: Hasil Pengujian Data SPSS v.19 Tabel 3 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Restatement Frequenc y Percent 309 87.0
Valid tidak restatement Restatement 46 13.0 Total 355 100.0 Sumber: Hasil Pengujian Data SPSS v.19
Valid Cumulative Percent Percent 87.0 87.0 13.0 100.0
100.0
Tabel 4 Hasil Uji Distribusi Frekuensi Opini Audit
Valid
136
Percen Frequency t 94 26.5
Valid Cumulative Percent Percent 26.5 26.5
selain wajar tanpa pengecualian wajar tanpa 261 73.5 pengecualian Total 355 100.0 Sumber: Hasil Pengujian Data SPSS v.19
73.5 100.0
100.0
ISSN: 1410 -9875
Novia Wijaya
Tabel 5 Hasil Overall -2 Log Likehood -2 Log Likehood Keterangan Block Number = 0 471.591 Block Number = 1 465.140 Sumber : Hasil Pengujian Data SPSS v.19 Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat nilai -2 Log Likehood yang terjadi, dimana pada awal (block 0) nilai –2 Log Likehood adalah 471,591,
sementara di block 1, nilai -2 Log Likehood adalah 465,140 menunjukkan indikasi adanya model yang baik dalam penilitian.
Hosmer and Lemeshow Tabel 6 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Step Chi-square Df Sig. 1 2.188 8 0.975 Sumber : Hasil Pengujian Data SPSS v.19 Nilai Hosmer and Lemeshow goodness of fit yang lebih besar dari 0.05 menunjukkan bahwa Ho tidak dapat ditolak, yang berarti
Step 1
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasinya atau model itu dikatakan fit (Ghozali, 2011).
Tabel 7 Hasil Uji Nagelkerke R2 -2 Log Cox & Snell R2 Nagelkerke Likehood R2 465.140 0.018 0.024 Sumber : Hasil Pengujian Data SPSS v.19
Nilai Nagelkerke R2 adalah sebesar 2,4% yang berarti bahwa besarnya persentase variasi dari variabel dependen yaitu audit switch yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu restatement, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ROA,
financial distress, operating cashflow, dan opini auditor ialah sebesar 2,4% dan sisanya sebesar 97,6% dijelaskan oleh variabelvariabel lain yang tidak termasuk dalam model dan bersifat tetap (ceteris paribus).
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
November 2014
Tabel 8 Hasil Uji Ketepatan Prediksi Model Predicted Tidak Audit Percentage Switch Audit Switch Correct
Observed Tidak Melakukan Audit Switch
214
Melakukan Audit Audit_Switch Switch 131 Overall Percentage Sumber : Hasil Pengujian Data SPSS v.19 Berdasarkan data yang diperoleh ada 135 perusahaan yang melakukan audit switch akan tetapi yang tepat diprediksi berdasarkan model sebesar 4 perusahaan (3,0%), dan sisanya 131 perusahaan (97%) tidak tepat diprediksi yang merupakan kesalahan tipe 1. Untuk perusahaan yang tidak melakukan audit switch sebanyak 220
97,3
4
3,0 61,4
perusahaan, akan tetapi yang tepat diprediksi berdasarkan model sebesar 214 perusahaan (97,3%) dan sisanya 6 perusahaan (2,7%) tidak tepat diprediksi yang merupakan kesalahan tipe 2. Secara keseluruhan ketepatan prediksi berdasarkan model sebesar 218 perusahaan ialah (61,41%).
Tabel 9 Hasil Uji Hipotesis B S.E. Wald -.361 .357 1.026 -.126 .065 3.705
Df 1 1
Sig. .311 .054
Exp(B) .697 .882
.257
1
.612
1.002
.771 .207 .222 .141 3.001
1 1 1 1 1
.380 .649 .638 .707 .083
2.844 0.895 .635 .897 21.990
Variabel Independen Restatement Ukuran_Perusahaan Pertumbuhan_Perusahaa -.002 .004 n ROA 1.045 1.190 Financial_Distress .111 .243 Operating_Cashflow -.454 .965 Opini -.109 .289 Constant 3.091 1.782 Sumber : Hasil Pengujian Data SPSS v.19 Variabel restatement memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α = 0.05) yaitu sebesar 0,311 sehingga Ha1 tidak diterima. Dengan demikian variabel
138
6
restatement tidak berpengaruh terhadap audit switch. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α = 0.05) yaitu sebesar 0.054 sehingga Ha2 tidak diterima.
ISSN: 1410 -9875
Dengan demikian variabel ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap audit switch. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α = 0.05) yaitu sebesar 0,612 sehingga Ha3 tidak diterima. Dengan demikian variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit switch. Variabel ROA memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α = 0.05) yaitu sebesar 0,380 sehingga Ha4 tidak diterima. Dengan demikian variabel ROA tidak berpengaruh terhadap audit switch. Variabel financial distress memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α = 0.05) yaitu sebesar 0.649 sehingga Ha5 tidak diterima. Dengan demikian variabel financial distress tidak berpengaruh terhadap audit switch. Variabel operating cashflow memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α = 0.05) yaitu sebesar 0,638 sehingga Ha6 tidak diterima. Dengan demikian variabel operating cashflow tidak berpengaruh terhadap audit switch. Variabel opini auditor terhadap laporan keuangan memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha (α = 0.05) yaitu sebesar 0.707 sehingga Ha7 tidak diterima. Dengan demikian variabel opini auditor tidak berpengaruh terhadap audit switch. PENUTUP Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel restatement of financial statament, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ROA, financial distress,
Novia Wijaya
operating cash flow, opini audit tidak memiliki pengaruh terhadap audit switch. Beberapa keterbatasan yang dihadapi penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah tahun penelitian hanya meliputi 5 tahun penelitian yaitu dari tahun 2008-2012. 2. Penelitian hanya menggunakan 7 variabel independen yaitu restatement of financial statement, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ROA, financial distress, operating cashflow, dan opini audit atas laporan keuangan, sedangkan pergantian kantor akuntan publik dipengaruhi oleh banyak faktor lain. 3. Peneliti hanya menggunakan kriteria pemilihan sampel audit switch minimal dilakukan 1 kali secara voluntery oleh perusahaan dalam periode penelitian, sedangkan agar variabel dependen dapat lebih dijelaskan oleh variabel independen, setidaknya minimal 2 kali audit switch secara voluntery selama periode penelitian. Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini maka untuk penelitian mendatang disarankan untuk: 1. Menambah periode tahun penelitian sehingga dapat memperoleh keyakinan lebih lagi mengenai pergantian kantor akuntan publik yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. 2. Menambah beberapa variabel independen lain seperti ukuran KAP. Penambahan variabel diharapkan dapat menambah persentase variansi faktorfaktor yang berpengaruh
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
terhadap pergantian kantor akuntan publik. Ukuran KAP dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan audit switch karena pengguna laporan keuangan (investor /
November 2014
pemegang saham) membutuhkan informasi yang reliabel. Semakin besar ukuran KAP maka semakin tinggi juga kualitas informasi yang dihasilkan dari kegiatan audit.
REFERENSI Anggreini, Citra. 2011. Faktor-faktor yang memengaruhi pergantian auditor yang terjadi pada bank yang terdaftar di BEI pada tahun 2007 – 2011. Fakultas Ekonomi: Universitas Gunadarma. Chang, Hsihui, et all. 2010. Market Reaction to Auditor Switching From Big 4 to Third – Tier Small Accounting Firms. Auditing : A Journal of Practice & Theory Vol. 29, No. 2 pp 83-114 Choi, Jong-Hag, et al. 2010. Audit Office Size, Audit Quality, and Audit Pricing, Auditing : A Journal of Practice & Theory Vol. 29, No. 1 May 2010. Dey, R.Mithu and Ashok Robin. 2011. The Post-SOX Evolution of the Client Portfolio of the Second Tier : A Focus on Restatement and Internal Control Risk: Saunders College of Business. Divianto. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch, Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (Jenius) Vol. 1 No. 2 Mei 2011 Godfrey, Jayne et al 2010. Accounting Theory 7th edition. Australia : John Wiley & Son Australia, Ltd Ghozali, Imam H. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gitman, Lawrence J et al 2012. Principles of Managerial Finance 13th edition. England: Pearson Education Limited. Hogan, Chris E, and Roger D. Martin. 2009. Risk Shift in the Market for Audits: An Examination of Changes in Risk for “Second Tier” Audit Firms, Auditing: A Journal of Pactice an Theory. Vol. 28. no. 2 pp. 93-118. Jackson, Andrew B, et all. 2008. Mandatory Audit Firm Rotation and Audit Quality, Managerial Auditing Journal. Vol. 23 No. 5, 2008. Khalil Samer. 2010. The Riskiness of Audit Firm Continuing Clients’ Portfolio, Managerial Auditing Journal Vol. 26 No. 4, pp. 335-349. Kieso, Weygandt, Warfield. 2011. Intermediate Accounting. Vol. 1. United States of America : John Wiley & Sons. Menteri Keuangan. 2008. Peraturan Menteri Keuangan 17/PMK.01/2008: Menteri Keuangan. Rakow, K.C, et al. 2010. Audit Switching Risk and Lending Decision. Commercial Lending Review. September-October 2010. Syahtiadi, Fachmy. 2011. Analisis hubungan auditor – klien : faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching di Indonesia (studi empiris pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di BEI). Fakultas Ekonomi: Universitas Gunadarma.
140
ISSN: 1410 -9875
Novia Wijaya
Walker, Paul L. 2000. The Role of Auditee Profitability in Pricing New Audit Engagements. Auditing : Journal of Practice & Theory Vol. 19, No 1 Wijaya, R.M Aloysius Pangky. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Auditor oleh Klien. Universitas Brawijaya.
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 6
Halaman ini sengaja dikosongkan
142
November 2014