Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014 DAFTAR ISI
Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Widyawati Lekok ..................................................................
1
Analisis Pelaksanaan Pendataan Pajak Bumi Dan Bangunan Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Serta Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi Tjhai Fung Njit ....................................................................
19
Pengaruh Satisfaction, Value, Quality, Word Of Mouth, Positive Disconfirmation Terhadap Repurchase Novrita Adriani Fitri ..............................................................
39
Pengaruh Kompensasi, Motiv Asi, Dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Rr Niken Purbasari dan Mursyidi ..............................................
51
Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Kepemilikan Publik, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dan Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Laporan Keuangan Satriyo Wibowo ...................................................................
63
Pengaruh Cash Position, Size, Growth, Ownership, Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Steven Yap ..........................................................................
81
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerbitan Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern Suryanto ............................................................................
91
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tike Kartika .......................................................................... 115
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tjhai Fung Jin ........................................................................ 137 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhikualitas Audit Umar Issa Zubaidi .................................................................... 151 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Non Keuangan Di Indonesia Yessy Neliyana ........................................................................ 163
Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail :
[email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 1-18
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM WIDYAWATI LEKOK STIE Trisakti
[email protected] Abstract: This research is conducted to analyze the influence of price earning ratio, market to book ratio, dividend yield, residual income, economic value added, financial value added, market value added, operating cash flow, and earnings to the stock return. This study was also intended to know which performances measures have the most significant effect to the stock return. The samples of this research use 36 manufacturing companies which listed in Indonesian Stock Exchange during 2009-2011 that has been selected by purposive sampling method. This study uses multiple regression method to see the contribution of each variable influence stock return. The result indicates that all of the independent variables (Price earning ratio, market to book ratio, dividend yield, residual income, economic value added, financial value added, market value added, operating cash flow, and earnings) do not have significant influence to the stock return. Keywords: Price earning ratio, market to book ratio, dividend yield, residual income, economic value added, financial value added, market value added, operating cash flow, earnings, stock return. Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh price earning ratio, market to book ratio, dividend yield,, sisa pendapatan, nilai tambah ekonomi, nilai tambah keuangan, nilai tambah pasar, arus kas operasi, dan pendapatan terhadap return saham. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui variable-variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap return saham. Sampel penelitian ini menggunakan 36 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2009-2011 yang telah dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk melihat pengaruh setiap variabel terhadap return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen (price earning ratio, market to book ratio, dividend yield,, sisa pendapatan, nilai tambah ekonomi, nilai tambah keuangan, nilai tambah pasar, arus kas operasi, dan pendapatan) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Kata kunci: Price Earning Ratio, Market To Book Ratio, Dividend Yield,, Sisa Pendapatan, Nilai Tambah Ekonomi, Nilai Tambah Keuangan, Nilai Tambah Pasar, Arus Kas Operasi, dan Pendapatan
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN Dunia usaha akan terus menjadi penggerak ekonomi disuatu negara. Semakin berkembangnya dunia usaha di Indonesia tentu sangat didukung oleh perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di negara berkembang masih dinilai masih jauh dari efisien, sama seperti yang dialami negara Indonesia. Menurut sumber harian Kompas (12 Mei, 2011) Pasar modal di Indonesia dinilai masih jauh dari efisien. Kondisi ini dipengaruhi oleh minimnya pengetahuan investor dalam berinvestasi, tidak menyebarnya informasi secara merata, serta lemahnya penegakan hukum terhadap para pelaku kejahatan di industri pasar modal Indonesia. Dari permasalahan tersebut Indonesia masih harus terus membutuhkan sumber pendanaan/investasi yang besar, agar perekonomian bisa terus berkembang dan juga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat baik. Indonesia mempunyai harapan besar dalam hal ini, maka dari itu pasar modal dituntut untuk berkembang dan bertumbuh dalam menjalankan sistem perekonomian Indonesia. Menurut Guler dan Yilmaz (2008) jika dilihat dari sisi perusahaan yang memerlukan dana, pasar modal memberikan alternatif pendanaan eksternal untuk memenuhi kebutuhan dana jangka panjang. Sedangkan dari sudut pandang investor, pasar modal adalah alternatif investasi keuangan sehingga investor mempunyai pilihan investasi yang
2
November 2014
akan memberikan keuntungan berupa return (tingkat pengembalian). Dunia pasar modal tidak terlepas dari sisi return dan resiko, semakin tinggi tingkat return yang diharapkan para investor, semakin tinggi pula resiko yang dihadapinya, demikian juga sebaliknya. Investor membutuhkan informasi–informasi yang relevan yang berhubungan dalam menginvestastikan dananya, maka dari itu investor perlu melakukan penilaian harga wajar pada saham serta faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Analisis dapat dilakukan dengan cara melihat laporan keuangan, karena laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi.Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Faktor–faktor tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam setiap pengambilan keputusan supaya dapat dirumuskan kebijakan yang tepat untuk melakukan investasi. Peneliti termotivasi untuk menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhi return saham yaitu mengetahui pengaruh price earning ratio, market to book ratio, dividend yield, residual income, economic value added, financial value added, market value added, arus kas operasi dan earnings sebagai faktor yang akan diteliti terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris variabel independen
ISSN: 1410 -9875
tersebut terhadap variabel dependen yaitu return saham. Penelitian ini disusun dengan urutan penelitian yaitu pertama pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan serta organisasi penulisan. Kedua yaitu rerangka teoritis yang memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan untuk mengembangkan hipotesis. Ketiga yaitu, metoda penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat yaitu hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima yaitu bagian penutup yang menguraikan simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Signalling Teori ini menjelaskan bahwa manajer secara sukarela memberikan informasi kepada investor untuk pengambilan keputusan mereka. Manajer melakukan peran ini karena mereka memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan penyebaran informasi. Teori signaling merupakan sinyal yang baik untuk stakeholder dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang (Godfrey, 2010). Teori Asimetri Informasi Menurut Meythi dan Mathilda (2012) mengemukakan bahwa asimetri informasi dapat terjadi karena adanya salah satu pihak yang mempunyai informasi lebih
Widyawati Lekok
baik, misalnya seorang manajer yang mengetahui informasi mengenai prospek perusahaan yang lebih baik dibandingkan dengan investornya. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada investor. Return Saham Menurut Berizon dan Mukhlasin (2011) tingkat keuntungan atau return merupakan tingkat pengembalian yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Return saham dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspetasi yang belum terjadi, akan tetapi diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang. Return realisasi ini dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai dasar penentu return ekspetasi dan dan resiko dimasa yang datang. Return ekspetasi adalah return yang diharapkan oleh investor dimasa yang akan datang. Return ekspetasi ini muncul karena adanya ketidakpastian perolehan return dimasa yang akan datang yang akan diperoleh investor. Menurut Pradhono dan Christiawan (2004) nilai saham merupakan indeks yang tepat dalam mengukur efektivitas suatu perusahaan serta memaksimalkan nilai perusahaan dan kemakmuran para pemegang saham. Price Earning Ratio dan Return Saham Menurut Guler dan Yilmaz (2008) dalam menilai kewajaran
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
harga saham di bursa efek, investor dapat menggunakan pendekatan PER. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba di masa depan (future earnings) dari suatu perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilah-milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang, dengan pertimbangan jika perusahaan dengan pertumbuhan tinggi (high growth) biasanya mempunyai PER yang besar, sedangkan perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya mempunyai PER yang rendah. Dampak PER mencerminkan indikator yang baik untuk menentukan stock return di masa yang akan datang, semakin tinggi PER maka semakin tinggi pula harga perlembar saham suatu perusahaan, sehingga saham perusahaan tersebut termasuk saham yang blue chip dalam pasar modal. Guler dan Yilmaz (2008) menyatakan bahwa PER mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif, Margaretha dan Damayanti (2008) juga menyatakan bahwa PER mempunyai pengaruh terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut, Ha1 Price earning ratio : berpengaruh terhadap return saham. Market To Book Ratio dan Return Saham Menurut Guler dan Yilmaz (2008) mengemukakan bahwa market to book ratio mempunyai efek dengan rasio tinggi antara nilai pasar dan nilai bukunya atau nilai
4
November 2014
ekuitas. Kemampuan market to book ratio untuk memprediksi return adalah bahwa nilai buku proxy untuk arus kas masa depan. Market to book ratio juga memberikan suatu penilaian bagaimana investor melihat kinerja perusahaan yang wajar terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Guler dan Yilmaz (2008) menyatakan bahwa MtB mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif, Margaretha dan Damayanti (2008) juga menyatakan bahwa MtB mempunyai pengaruh terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut Ha2 : Market to book ratio berpengaruh terhadap return saham. Dividend Yield dan Return Saham Menurut Guler dan Yilmaz (2008) mengatakan bahwa kekuatan yang dapat diprediksi dividend yield berasal dari peranan kebijakan dividend dalam membagikan hasil return yang telah diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham. Serta dividend yield juga menjelaskan return atas nilai indeks tertimbang pada masing-masing perusahaan. Guler dan Yilmaz (2008) menyatakan bahwa DY tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham , tidak sesuai dengan Margaretha dan Damayanti (2008) yang menyatakan bahwa DY mempunyai pengaruh terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha3 : Dividend yield berpengaruh terhadap return saham.
ISSN: 1410 -9875
Residual Income dan Return Saham Menurut Siegel dan Shim (2000) dalam Trisnawati (2009), residual income merupakan pendapatan operasional yang mampu diperoleh pusat investasi di atas return minimum dari asetnya. Barfield, et.al. (2003) dalam Trisnawati (2009) menyatakan bahwa residual income adalah perolehan laba yang melebihi jumlah dana yang dikenakan atas pusat investasinya. Jumlah dana yang dikenakan dihitung dari perkalian antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan dasar aset yang digunakan. Menurut Pradhono dan Christiawan (2004) nilai residual income yang positif menunjukkan terdapat selisih antara dana yang dibutuhkan oleh kreditur dengan modal pemilik. Hal ini berarti dapat mencipatakan kemakmuran bagi para pemegang saham. Demikian pula sebaliknya, nilai residual income yang negatif berarti terdapat penurunan kemakmuran para pemegang saham. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2009) bahwa residual income tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, Pradhono dan Christiawan (2004) juga menyatakan tidak terbukti adanya pengaruh yang signifikan antara residual income dan return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha4 : Residual income berpengaruh terhadap return saham. Economic Value Added dan Return Saham Menurut Trisnawati (2009) Economic Value Added atau yang
Widyawati Lekok
sering dikenal dengan EVA merupakan alat analisa keuangan dalam mengukur laba ekonomi suatu perusahaan dimana kemakmuran pemegang saham hanya dapat diciptakan apabila perusahaan dapat menutup semua biaya operasional dan biaya modal. Menurut Pradhono dan Christiawan (2004) mengungkapkan bahwa EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain. EVA juga merupakan kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu. Trisnawati (2009) menyatakan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham, juga dengan Pradhono dan Christiawan (2004), Daryanti dan Ellias (2011), dan Berison dan Mukhlasin (2011) juga menyatakan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha5 : Economic value added berpengaruh terhadap return saham. Financial Value Added dan Return Saham Financial Economic Value Added atau lebih disingkat disebut Financial Value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Sandias et al., 2002). Menurut Berizon dan Mukhlasin (2011) metode FVA mengukur laba perusahaan dengan
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
mempertimbangkan kontribusi dari aktiva tetap yang produktif dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berizon dan Mukhlasin (2011) menyatakan bahwa FVA mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Ha6 : Financial value added berpengaruh terhadap return saham. Market Value Added dan Return Saham Menurut Arifin (2004) yang dikutip oleh Trisnawati (2009) market value added (MVA) merupakan hasil akumulasi kinerja perusahaan dari beberapa investasi yang telah atau yang akan dilakukan. Oleh karena itu, MVA mampu memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham dengan alokasi sumber daya yang tepat. MVA juga dapat disimpulkan sebagai pengukuran kinerja eksternal perusahaan. MVA juga merefleksikan seberapa pintar pihak manajemen dalam menciptakan atau meningkatkan kemakmuran terhadap modal pemilik atau pemegang saham. Oleh karena itu, MVA dikatakan sebagai hasil akumulasi dari berbagai investasi yang dilakukan oleh perusahaan yang menunjukkan penilaian dalam pasar modal. Trisnawati (2009) menyatakan bahwa MVA tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham, Daryanti dan Ellias (2011) juga menyatakan bahwa MVA tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut.
6
November 2014
Ha7 Market value : berpengaruh terhadap saham.
added return
Arus Kas Operasi dan Return Saham Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2 tahun 2004, arus kas merupakan arus kas masuk dan arus kas keluar dalam periode tertentu yang terbagi menjadi aktivitas operasional, investasi dan pendanaan. Informasi mengenai arus kas sangat berguna dalam menentukan kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan setara kas. Perhitungan arus kas operasi menurut Standar Akuntansi Keuangan terdiri dari metode langsung dan metode tidak langsung (Trisnawati 2009). Para investor menggunakan informasi arus kas sebagai pengukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi ekonomis serta mampu menyediakan dasar proyeksi arus kas di masa yang akan datang yang cenderung diukur melalui harga atau return saham. Trisnawati (2009) menyatakan bahwa arus kas operasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham, tidak sesuai dengan Pradhono dan Christiawan (2004) yang menyatakan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha8 : Arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham. Earnings dan Return Saham Menurut Trisnawati (2009) Earnings dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat keputusan ekonomi karena menggunakan data
ISSN: 1410 -9875
aktual yang didukung dengan bukti yang objektif. Selain itu, laba akuntansi juga memenuhi kriteria konservatif, dimana ketika dihadapkan pada pilihan, pilihlah metode yang tidak melebihi aset dan laba bersih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2009) menunjukkan bahwa earnings tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, tidak sesuai dengan Pradhono dan Christiawan (2004) yang menyatakan bahwa earnings mempunyai pengaruh terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha9 Earnings berpengaruh : terhadap return saham. METODA PENELITIAN Populasi dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009 sampai 2011. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun proses pemilihan sampel disajikan pada tabel 1. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan auditan perusahaan
Widyawati Lekok
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 yang diperoleh dari www.idx.co.id. Return saham adalah selisih antara harga saham perioda sekarang dengan harga saham perioda sebelumnya dibagi harga saham pada perioda sebelumnya atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut (Meythi dan Mathilda, 2012): Keterangan : �� = Return total saham pada perioda � �� = Harga saham perioda � ���� = Harga saham perioda � � 1 Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa jauh investor bersedia membayar saham untuk setiap rupiah pendapatan yang dihasilkan perusahaan yang merupakan rasio antara harga perlembar saham dengan laba perlembar saham. Semakin tinggi PER semakin tinggi harga saham sebaliknya semakin rendah PER semakin rendah harga saham tetapi laba per lembar saham relatif tinggi (Ganto, 2008 dalam Meythi dan Mathilda, 2012).
��� �
Market price per share of common stock Earning per share Nilai Earning per share dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: ��� �
���� ������ ������ ����� �������
Market to book ratio merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga pasar diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut atau biasa biasa disebut apakah harga saham tersebut overvalued atau
undervalued (Meythi dan Mathilda, 2012). Sebelum menggunakan rumus perhitungan rasio market to book terlebih dahulu menghitung nilai buku perlembar sahamnya (book value) sebagai berikut (Margaretha dan Damayanti, 2008):
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
����� ���� ����� ������ �
������ ����� ������ ������ �� ������ �� �⁄� �����������
Setelah book value diketahui, baru dapat menghitung ������ �� ���� ����� �
November 2014
rasio market to book, dirumuskan sebagai berikut:
yang
������ ����� ��� ����� �� ������ ����� ���� ����� ��� ����� �� ������ �����
Dividend Yield (DY) merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh analisis sekuritas untuk mengukur kinerja perusahaan dalam membagikan
hasil keuntungan atas pendapatan saham yang diperdagangkan di pasar modal (Margaretha dan Damayanti, 2008), yang dirumuskan sebagai berikut :
�������� ����� � Dividend per share Market price per share Residual menggambarkan kinerja total dari sisa laba
income sebagai setelah
dikurangi dengan biaya modal yang diinvestasikan (Iqbal, 2002 dalam Trisnawati 2009):
�������� ������ � ������ � ������� �������� �� �������� ������� b) Menghitung invested capital Skala pengukuran yang (Badriah dan Sugiharto, 2011 digunakan adalah skala rasio yang dalam Rahayu dan Aisjah, 2013) dihitung berdasarkan Rupiah per �� = Kas � Modal kerja � saham. Aktiva tetap Economic value added (EVA) Modal Kerja = Modal sendiri + merupakan konsep nilai yang Hutang jangka panjang digunakan untuk menentukan c) Menghitung cost of debt seberapa besar kemakmuran yang (Gitman, 2009 dalam Berizon diciptakan dengan mengurangkan dan Mukhlasin, 2011) earnings perusahaan dengan biaya ��� �� � � 1 � �� modalnya (Nilawati, 2004 dalam Keterangan: Trisnawati, 2009). �� = Biaya hutang setelah Tahapan dalam menghitung pajak EVA yaitu : �� = Bunga a) Menghitung NOPAT (Young dan �1 � �� = Tingkat pajak O’Byrne, 2001 dalam Berizon perusahaan dan Mukhlasin, 2011) d) Menghitung cost of equity (Petty ����� � ���� � �1 – ���� dan Scott, 2005 dalam Keterangan : Pinangkaan, 2012) EBIT = Earning Ks = (D1/P0) + g Before Interest and Taxes Keterangan: �� = Dividend Per Share
8
ISSN: 1410 -9875
�� = Closing Price g = Retention Rate x ROE Retention Rate = 1- DPR ROE = EAT/Equity DPR = Dividend Per Share/Earning Per Share e) Menghitung WACC (Keown, et al, 2002 dalam Berizon dan Mukhlasin, 2011) ���� � ���� � �� � � ��� � �� � Keterangan: ��� = Cost of debt �� = Cost of common equity �� = Jumlah hutang : (jumlah hutang + ekuitas) �� = Jumlah ekuitas : (jumlah hutang + ekuitas) f) Menghitung EVA (Young dan O’Byrne, 2001 dalam Berizon dan Mukhlasin, 2011) ��� � ����� � ����� � �������� �������� Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang dihitung berdasarkan Rupiah per saham. Menurut Sandias et al (2002) Financial Value Added (FVA) mengukur kinerja keuangan melalui kontribusi aktiva tetap dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan. FVA sama dengan selisih antara laba operasi bersih setelah pajak dengan equivalent depreciation yang telah dikurangi depreciation. Tahapan dalam menghitung FVA: a) Menghitung Total Resources (TR) �� � � � � Keterangan: = Long term debt � = Total equity �
Widyawati Lekok
b) Menghitung Equivalent Depreciation (ED) �� � � � �� Keterangan: � = Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) �� = Total Resources c) Menghitung Financial Value Added (FVA) ��� � ����� � ��� � �� Keterangan: ��� =Financial Value Added �����= Net Operating Profit After Tax �� = Equivalent Depreciation � = Depreciation Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang dihitung berdasarkan Rupiah per saham. Market value added merupakan hasil akumulasi kinerja perusahaan dari berbagai investasi yang telah atau yang akan dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, MVA dapat dikatakan sukses dalam memaksimalkan kemakmuran pemegang saham melalui alokasi sumber daya yang tepat (Trisnawati, 2009), yang dirumuskan sebagai berikut: ������ ����� ����� = (Market Value – Book Value) � Outstanding Shares Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang dihitung berdasarkan Rupiah per saham. Arus kas operasi merupakan arus kas masuk atau arus kas keluar dalam periode tertentu dari kegiatan operasi yang dihitung menggunakan metode langsung. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang dihitung
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
berdasarkan Rupiah per saham (Trisnawati, 2009). Earnings atau laba akuntansi merupakan laba atau rugi dari aktivitas bisnis perusahaan dalam suatu periode berdasarkan perhitungan akrual. Earnings yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba setelah pajak. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio yang dihitung berdasarkan Rupiah per saham (Trisnawati, 2009). Penelitian ini menggunakan metode multiple linear regression (regresi linear berganda). Persamaan regresi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: ������ = � � ����� � �� ��� � �� �� � �� �� � �� ��� � �� ��� � �� ��� � �� ���� ��� ������� � �� �������� � � Keterangan: ������ = Return saham ��� = Price earning ratio ��� = Market to book ratio �� = Dividend yield �� = Residual Income ��� = Economic value added ��� = Financial value added ��� = Market value added ���� ��� ������� = Arus kas operasi �������� = Earnings � = Konstanta � = Koefisien regresi � = Error HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
10
November 2014
range, kurtosis, skewness. Hasil statistik deskriptif disajikan pada tabel 2. Dari hasil pengujian normalitas residual pada tabel 3, maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,000 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 artinya data tidak terdistribusi normal sehingga tidak baik digunakan dalam model regresi. Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel price earning ratio (PER), market to book ratio (MtB), dividend yield (DY), residual income (RI), financial value added (FVA), market value added (MVA) dan Arus Kas Operasi (Arus Kas Operasi) memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang artinya tidak ada hubungan antar variabel independen. Sedangkan variabel economic value added (EVA), dan earnings (Earnings) memiliki nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF lebih besar dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi multikolinearitas yang artinya ada hubungan antar variabel independen. Berdasarkan tabel 5 hasil uji Glejser menunjukkan bahwa variabel arus kas operasi (Arus Kas Operasi) memiliki nilai signifikan lebih kecil dari alpha (α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan variable price earning ratio (PER), market to book ratio (MtB), dividend yield (DY), residual income (RI), economic value added (EVA), financial value added (FVA), market value added (MVA), dan earnings (earnings) memiliki nilai signifikan lebih besar dari alpha
ISSN: 1410 -9875
(α=0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Tabel 6 menunjukkan nilai sig sebesar 0,916 dimana lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini sehingga data baik digunakan untuk penelitian. Tabel 7 menunjukkan nilai R sebesar 0,212, artinya hubungan antara variabel independen, price earning ratio (PER), market to book ratio (MtB), dividend yield (DY), residual income (RI), economic value added (EVA), financial value added (FVA), market value added (MVA), arus kas operasi (Arus Kas Operasi), dan earnings (Earnings) dengan variabel dependen yaitu return saham (Return) adalah lemah karena nilai R kurang dari 0,5. Tabel 7.1 menunjukkan nilai nilai adjusted R2 negatif maka digunakan nilai R2 sebesar 0,045 (4,5%) artinya besarnya persentase variasi variabel dependen yaitu return saham (Return) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu price earning ratio (PER), market to book ratio (MtB), dividend yield (DY), residual income (RI), economic value added (EVA), financial value added (FVA), market value added (MVA), arus kas operasi (Arus Kas Operasi), dan earnings (Earnings) adalah sebesar 4,5% dan sisanya 95,5% tidak dapat dijelaskan dalam variabel independen yang ada dalam penelitian dan merupakan bagian variasi dari variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Dari tabel 8 dapat ditunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,864, dimana tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Jadi model regresi
Widyawati Lekok
penelitian ini tidak layak digunakan untuk menguji data karena menunjukkan model tidak fit dari persamaan regresi. Hasil uji t menunjukkan Variabel price earning ratio (PER) menunjukkan nilai t sebesar 0,221 dan tingkat signifikansi 0,826. Karena price earning ratio (PER) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif pertama (Ha1) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel price earning ratio (PER) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel market to book ratio (MtB) menunjukkan nilai t sebesar 0,478 dan tingkat signfikansi 0,634. Karena market to book ratio (MtB) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kedua (Ha2) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel market to book ratio (MtB) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel dividend yield (DY) menunjukkan nilai t sebesar -0,635 dan tingkat signifikansi 0,527. Karena dividend yield (DY) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif ketiga (Ha3) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel dividend yield (DY) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel residual income (RI) menunjukkan nilai t sebesar 0,459 dan tingkat signifikansi 0,648. Karena residual income (RI) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
hipotesis alternatif keempat (Ha4) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel residual income (RI) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel economic value added (EVA) menunjukkan nilai t sebesar -0,405 dan tingkat signifikansi 0,686. Karena economic value added (EVA) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kelima (Ha5) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel economic value added (EVA) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel financial value added (FVA) menunjukkan nilai t sebesar 0,020 dan tingkat signifikansi 0,984. Karena financial value added (FVA) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif keenam (Ha6) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel financial value added (FVA) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel market value added (MVA) menunjukkan nilai t sebesar 0,086 dan tingkat signifikansi 0,932. Karena market value added (MVA) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif ketujuh (Ha7) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel market value added (MVA) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel arus kas operasi (Arus Kas Operasi) menunjukkan nilai t sebesar 1,915 dan tingkat signifikansi 0,058. Karena arus kas operasi (Arus Kas Operasi) mempunyai tingkat signifikansi
12
November 2014
lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kedelapan (Ha8) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel arus kas operasi (Arus Kas Operasi) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. Variabel earnings (Earnings) menunjukkan nilai t sebesar -1,224 dan tingkat signifikansi 0,224. Karena earnings (Earnings) mempunyai tingkat signifikansi lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif kesembilan (Ha9) gagal diterima, hal ini berarti bahwa variabel earnings (Earnings) tidak terdapat pengaruh terhadap return saham. PENUTUP Price earning ratio tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Guler dan Yilmaz (2008), dan Margaretha dan Damayanti (2008). Market to book ratio tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Guler dan Yilmaz (2008), dan Margaretha dan Damayanti (2008). Dividend yield tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Margaretha dan Damayanti (2008), tetapi konsisten dengan penelitian Guler dan Yilmaz (2008). Residual income tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini konsisten dengan Trisnawati (2009), dan Pradhono dan Christiawan (2004). Economic value added tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini konsisten dengan Trisnawati
ISSN: 1410 -9875
(2009), Pradhono dan Christiawan (2004), Daryanti dan Ellias (2011), serta Berizon dan Mukhlasin (2011). Financial value added tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini tidak konsisten dengan Berizon dan Mukhlasin (2011). Market value added tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini konsisten dengan Trisnawati (2009), dan Daryanti dan Ellias (2011). Arus kas operasi tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini tidak konsisten dengan Pradhono dan Christiawan (2004), tetapi konsisten dengan Trisnawati (2009). Earnings tidak terdapat pengaruh terhadap return saham, penelitian ini tidak konsisten dengan Pradhono dan Christiawan (2004), tetapi konsisten dengan Trisnawati (2009). Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini memiliki beberapa kekuarangan dan keterbatasan penelitian ini adalah pemilihan sampel yang terbatas pada perusahaan manufaktur, sehingga mengakibatkan kurangnya sampel penelitian, periode penelitian hanya tiga tahun dari tahun 2009 sampai 2011. Ini tidak mampu menangkap situasi yang memerlukan periode pengamatan
Widyawati Lekok
yang cukup lama, data variabel yang digunakan tidak berdistribusi normal, terjadi multikolinearitas pada variabel economic value added (EVA), dan earnings, terjadi heteroskedasitisitas pada variabel arus kas operasi. Dari keterbatasan di atas, hasil penelitian ini dapat mendorong penelitian-penelitian berikutnya. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas lingkup penelitian, tidak hanya perusahaan manufaktur saja agar dapat diperoleh sampel yang lebih banyak sehingga hasil penelitian lebih tergeneralisasi. memperpanjang periode penelitian, penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi masalah normalitas yang terjadi pada penelitian ini, dengan cara menambah jumlah data, menghilangkan data yang dianggap penyebab tidak normal atau transformasi data, penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengatasi masalah multikolinearitas dan heteroskedasitisitas yang terjadi pada penelitian ini, menambahkan variabel-variabel independen lain yang mungkin mempengaruhi return saham, misalnya return on equity (ROE).
REFERENSI: Ang, Andrew, G. Bekaert. 2007. Stock Return Predictability: Is it There?. Columbia University and NBER, The Review Of Financial Studies 1, 20 (3),pp.651-707, http://www0.gsb.columbia.edu/faculty/gbekaert/stockreturn.pdf. Berizon. dan Mukhlasin. 2011. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Economic Value Added dan Financial Added Terhadap Return Saham (Studi Kasus: Industri Telekomunikasi Periode Tahun 2004 – 2009). Telaah Manajemen, Jurnal Riset & Konsep Manajemen, 6 (1), pp. 36-53.
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Darmadji, Tjiptono dan Hendy, M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Pasar Modal. Edisi 2. Penerbit: Salemba Empat. Daryanti, S. dan H. A. Ellias. 2011. Analisi Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2006-2008. Jurnal Akuntansi 15 (2), pp. 179-189. Endri. 2009. Efek Pengumuman Kebijakan Dividen Terhadap Return Saham Yang Tergolong Jakarta Islamic Indexs. Jurnal Ekonomi dan Keuangan 13 (4), pp. 526-543. Fama, E.F. K.R French. 1992. The Cros-Section of Expected Returns, Journal Of Finance,47(2),pp.427-265, http://www.bengrahaminvesting.ca/Research/Papers/French/The_Cr ossSection_of_Expected_Stock_Returns.pdf. Fama, E.F. K.R French. 1995. Size, Book to market Factors in Earnings and Return. Journal Of Finance, 50 (1), pp. 131-135, https://umdrive.memphis.edu/cjiang/www/teaching/fir87710/paper/Size-to-market factors in earnings and returns.pdf. Gitman, L.J, Chad J. Zutter. 2012. Principles Of Managerial Finance Global Edition, Thirteenth Edition. Pearson. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro. Godfrey, Jayne. 2010. Accounting Theory. 7th Edition. Australia: John wiley & sons ltd. Guler, Aras dan Mustafa Kemal Yilmaz. 2008. Price Earnings Ratio, Dividend Yield and Market To Book Ratio to predict Return on Stock Market: Evidence from The Emerging Markets. Journal of Global Bussines and Technology, 4 (1), pp. 18-30. Hadi, Subakti, S dan Taufik Azmi. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Saham Sektor Perdagangan pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi STEI, 1/Th. XIV/28, pp. 21-40. Iramani, Rr dan E. Febrian. 2005. Financial Value Added: Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 7 (1), pp. 1-10. Irawan, R. dan W.R. Murhadi. 2012. Three Factor Model dan Kepemilikan Asing Terhadap Tingkat Return. Manajemen & Bisnis, 11 (2), pp. 213-226. Linda dan S.B.Z. Fazli. 2005. Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku, dan Total Arus Kas dengan Market Value: Studi Akuntansi Relevansi Nilai, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 8 (3), pp. 286-306. Margaretha, F. dan I. Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earning Ratio, Dividend Yield, dan Market To Book Value Terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 10 (3), pp. 149-160. Meythi dan M. Mathilda. 2012. Pengaruh Price Earning Ratio dan Price To Book Value terhadap Return Saham Indeks LQ 45 (Perioda 2007-2009). Jurnal Akuntansi, 4 (1), pp. 1-21. Pasar Modal Masih Jauh dari Efisien. 12 Mei 2011. Harian Kompas. Perdana, H.D. 2006. Analisis Pengaruh Price Earnings Ratio (P/E) dan Market To Book Ratio (P/B) terhadap Pertumbuhan Earnings (Growth) Perusahaan Manufakur di Indonesia (Studi pada Perusahaan
14
ISSN: 1410 -9875
Widyawati Lekok
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 1999-2003). Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, 5 (1), pp. 1-23. Pinangkaan, G. 2012. Pengaruh Return On Investment (ROI) dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham Perusahaan. Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP, 1 (2), pp. 99-111. Pontiff, Jeffrey, Lawrence D. Schall, 1998. Book-to-market Ratios as Predictors of Market Returns. Journal of Financial Economics, 49, pp. 141-160. Pradhono dan Y.J. Christiawan. 2004. Pengaruh EVA, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 6, pp. 140-163. Rahayu, U.T. dan S. Aisjah. 2013. Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added terhadap Return Saham (online). (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/765/702, Diakses 13 Maret 2014). Sandias Alfonso Rodriguez., Sara Fernandez Lopes & Luis Otero Gonzales. 2002. Financial Value Added. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=296061 . Santoso, S. 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Penerbit: Elex Media Komputindo. Sekaran, U, Bougie, R. Research Methods For Business A Skill Building Approach. Fifth Edition. John Wiley & Sons Ltd. Trisnawati, I. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 11 (1), pp. 65-78. Undang – Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal.
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Prosedur Pemilihan Sampel
November 2014
Perusahaan
Data
139
417
(8)
(24)
(5)
(15)
(11)
(33)
(30)
(90)
(48)
(144)
(1)
(3)
36
108
1.Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode penelitian dari tahun 2009-2011 2.Perusahaan Manufaktur yang tidak konsisten terdaftar di BEI selama periode penelitian 2009-2011 3.Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir setiap tanggal 31 Desember selama periode penelitian dari tahun 2009-2011 4.Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah 5.Perusahaan yang laporan keuangannya tidak mengalami laba selama periode penelitian 2009-2011 6.Perusahaan yang tidak membagikan dividen kas selama periode penelitian 2009-2011 7.Perusahaan yang tidak konsisten menerbitkan harga pasar saham di yahoo finance selama periode penelitian 2008-2011 Total perusahaan yang digunakan untuk sampel
Return PER MtB DY RI EVA FVA MVA Arus Kas Operasi Earnings
N 108 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean -0,3495 157,1286 2,3968 0,1049 37,1621 10,5355 0,0184 67,6747 4,5166 0,0059 2,8631 0,1454 -247997,27 19756,514 -7544,3303 -77378,94 20378,402 -2570,5371 -46831,773 27787,35 508,1585 -22752,799 333840,53 13873,8205 -145,8242 31882,06 2118,4954 24,66
24074
1979,554
Std. Deviation 15,147304 7,286062 8,941732 0,344194 32130,10759 12641,91471 7368,154473 45887,42824 4889,43725 4134,6401
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Residual Unstandardized Residual Kolmogorov-Smirnov Z 3,541 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
16
ISSN: 1410 -9875
Widyawati Lekok
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas MODEL Collinearity Statistics Tolerance VIF PER 0,519 1,928 MtB 0,705 1,418 DY 0,261 3,835 RI 0,116 8,621 EVA 0,063 15,805 FVA 0,176 5,668 MVA 0,154 6,489 Arus Kas Operasi 0,115 8,698 Earnings 0,007 13,058 a. Dependent Variable: Return Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas MODEL Sig.
1
a.
(Constant) 0,305 PER 0,808 MtB 0,630 DY 0,464 RI 0,592 EVA 0,652 FVA 0,975 MVA 0,807 Arus Kas 0,015 Operasi 0,182 Earnings Dependen Variable: ares_1 Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi MODEL Sig.
1 a.
RES_2 0,916 Dependent Variable: Unstandardized
Residual Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Korelasi MODEL R 1 0,212
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Tabel 7.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi MODEL R Square Adjusted R Square 1 0,045 -0,043
MODEL 1
1
a.
18
Tabel 8 Hasil Uji F Sum Of Squares Regression 1099,057 Residual 23451,111 Total 24550,168
F 0,510
Tabel 9 Hasil Uji t Variabel B Sig. (Constant) 2,338 0,521 PER 0,063 0,826 MtB -0,095 0,634 DY -5,403 0,527 RI 6,266E-5 0,648 EVA 0,000 0,686 FVA 9,541E-6 0,984 MVA 7,119E-6 0,932 Arus Kas 0,002 0,058 Operasi -0,002 0,224 Earnings Dependent Variable: Return
Sig. 0,864
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 19-38
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS PELAKSANAAN PENDATAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK SERTA PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BEKASI TJHAI FUNG NJIT STIE Trisakti
[email protected] Abstract:The purpose of this study is to know the process of data collection activities land and building tax object through the application of management information system of tax object, the obstacles faced by Dispenda Bekasi in the process of data collection activities, the efforts undertaken by Dispenda Bekasi in order to overcome the obstacles of data collection activities, the development of the number of tax payers, tax object, notification of tax dues, land and building tax assessment, land and building area according to the assessment book period 2010-2012, to the magnitude of effectiveness land and building tax receipts and contribution tax receipts on income from land and building area in Bekasi period 20102012. Analysis of methods study was conducted by using descriptive analysis, through direct observation and interview with Dispenda’s Staff who are in data collection land and building tax. To compare data of tax payers, tax object, land and building tax assessment according to the assessment book period 2010-2012 and to describe the effectiveness of land and building tax receipts as well as contribute land and building tax receipts for local revenue in Bekasi in 2010-2012. The results of this study can be summarized as follows. First, collection activities through the application of management information system of tax object done by verification of tax object with three stages, there are the preface research and planning, field activities and office work. Second, obstacles that have been faced at the time of the field activities. Third, the efforts is to improve cooperation with sub district, village and collection officer by giving training and officers more active to monitor tax object directly. Fourth, the number of tax payers and tax objects during 2010-2012 has increased each year, but in 2012 tax object declined in the amount of 148, notification of tax due, land and building tax assessment, land and building area according to the assessment book period 2010-2012 has increased each year. Fifth, effectivity of land and building tax revenue rate from 2010 to 2012 with average of 108,34% that include in very effective criteria and contribution for land and building tax toward local revenue in average 24,04% that means medium contribution. Keywords:
Land and Building Contribution
Tax,
19
Local
Revenue,
Effectivity
and
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses kegiatan pengumpulan data tanah dan objek pajak bangunan melalui penerapan sistem informasi manajemen objek pajak, kendala yang dihadapi oleh Dispenda Bekasi dalam proses kegiatan pengumpulan data, upaya yang dilakukan oleh Dispenda Bekasi dalam rangka untuk mengatasi kendala dari kegiatan pengumpulan data, pengembangan jumlah pembayar pajak, objek pajak, pemberitahuan iuran pajak, penilaian pajak bumi dan bangunan, tanah dan luas bangunan sesuai dengan periode buku penilaian 2010-2012, dengan besarnya penerimaan pajak tanah dan bangunan dan efektivitas penerimaan pajak kontribusi pada pendapatan dari tanah dan bangunan wilayah di Bekasi periode 2010-2012. Analisis metode penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan staf Dispenda ini yang di pajak bumi dan bangunan pengumpulan data. Untuk membandingkan data wajib pajak, objek pajak, penilaian pajak bumi dan bangunan sesuai dengan periode buku penilaian 20102012 dan untuk menggambarkan efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan penerimaan serta berkontribusi Pajak Bumi dan Bangunan penerimaan untuk pendapatan daerah di Bekasi di 2010-2012. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, kegiatan pengumpulan melalui penerapan sistem informasi manajemen objek pajak yang dilakukan oleh verifikasi objek pajak dengan tiga tahap, ada penelitian pendahuluan dan perencanaan, kegiatan lapangan dan pekerjaan kantor. Kedua, kendala yang telah dihadapkan pada saat kegiatan lapangan. Ketiga, upaya ini adalah untuk meningkatkan kerjasama dengan kecamatan, desa dan petugas koleksi dengan memberikan pelatihan dan petugas lebih aktif untuk memantau obyek pajak secara langsung. Keempat, jumlah wajib pajak dan objek pajak selama 2010-2012 telah meningkat setiap tahun, tetapi pada tahun 2012 objek pajak menurun sebesar 148, pemberitahuan pajak karena, penilaian pajak bumi dan bangunan, tanah dan luas bangunan menurut penilaian periode buku 20102012 telah meningkat setiap tahun. Kelima, efektifitas tingkat penerimaan pajak bumi dan bangunan 2010-2012 dengan rata-rata 108,34% yang termasuk dalam kriteria sangat efektif dan kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah rata-rata 24,04% yang berarti kontribusi media. Kata kunci: Pajak Bumi dan Bangunan, Pendapatan Daerah, Efektivitas dan Kontribusi PENDAHULUAN Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional ditentukan oleh kemampuan suatu bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat secara mandiri. Indikator kemandirian suatu bangsa adalah dengan adanya pengelolaan otonomi daerah oleh Putera Daerah. Sesuai Undang-
20
Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menandakan adanya kesungguhan Pemerintah untuk melaksanakan otonomi dengan memberikan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus
ISSN: 1410 -9875
kepentingan daerah dengan prakarsa sendiri (Slamet 2013,2). Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Penyerahan berbagai kewenangan dan urusan pemerintah pusat kepada daerah tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah (Masfita et al. 2012, 30). Sesuai Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) telah dialihkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Kota Bekasi sebagai salah satu kota yang memerlukan banyak dana untuk dapat melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pembangunan ini membawa konsekuensi bagi pemerintah untuk dapat menggali berbagai potensi penerimaan terutama dari sektor pajak. Seiring berlakunya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) tersebut, Pemerintah Kota Bekasi sudah bersiap diri agar dapat mengelola Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dengan baik mulai tanggal 1 Januari 2013, sehingga kewenangan dan pemungutannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Bekasi. Selama beberapa tahun ini luas bumi dan bangunan di Kota
Tjhai Fung Njit
Bekasi yang dikenakan pajak terus bertambah. Pajak Bumi dan Banagunan (PBB) termasuk jenis pajak yang sulit dalam pengadministrasiannya, mengingat besarnya jumlah objek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, maka belum seluruhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan dan melaporkan objek pajak yang dikuasai, dimiliki dan dimanfaatkannya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, maka Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bekasi mengadakan kegiatan pendataan Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dengan alternatif kegiatan pendataan yang dipilih adalah pendataan dengan cara verifikasi objek pajak, yaitu pendataan yang dilakukan pada wilayah yang telah memiliki peta desa atau kelurahan maupun peta blok serta data administrasi PBB yang merupakan hasil pendataan dari pendataan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, sehingga kondisi data yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bekasi dan bekerjasama dengan pihak lain atau pihak ketiga yang ditentukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bekasi. Kegiatan pendataan objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dimaksudkan untuk menciptakan suatu basis data yang akurat dan up to date dengan mengintegrasikan semua aktivitas administrasi PBB ke dalam satu wadah, sehingga pemanfaatan
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
teknologi informasi dalam pengelolaan administrasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui penerapan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) dapat lebih seragam, sederhana, cepat, dan efisien. Dari kegiatan pendataan tersebut diharapkan dapat tercipta pengenaan pajak yang lebih adil dan merata, peningkatan realisasi potensi atau pokok ketetapan, peningkatan tertib administrasi dan peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak. Untuk menjaga keakurasian data objek dan subjek pajak yang memenuhi unsur relevan, tepat waktu dan mutakhir, maka basis data tersebut perlu dipelihara dengan baik. Uraian di atas memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan topik Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Adapun penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti memberikan judul “Analisis Pelaksanaan Pendataan Pajak Bumi dan Bangunan dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak serta Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi Tahun 2010-2012”. RERANGKA TEORITIS Pendapatan Asli Daerah Sesuai dengan UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapaatn Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku.
22
November 2014
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembanguanan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Definisi dan Dasar Hukum Pemungutan PBB Menurut Siahaan (2013:553), bahwa pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh orang pribadai atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah: 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (berlaku hanya untuk PBB selain PBB-P2); 2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 3) Peraturan daerah kabupaten atau kota yang mengatur tentang PBB Perdesaan dan Perkotaan; 4) Keputusan bupati atau walikota yang mengatur tentang PBB Perdesaan dan Perkotaan sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang PBB Perdesaan dan Perkotaan pada kabupaten atau kota dimaksud.
ISSN: 1410 -9875
Objek dan Subjek PBB Menurut Wahono (2012:462), yang menjadi objek PBB adalah Bumi dan Banguanan. Bumi adalah permukaan bumi atau tanah dan isi yang ada di bawahnya, termasuk tanah, pekarangan, sawah, empang dan perairan pedalaman (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994). Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada bumi, tanah atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha maupun tempat yang diusahakan (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994). Menurut Resmi (2012:231232), Subjek pajak PBB adalah orang atau Badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki dan memperoleh manfaat atas bangunan. Hal ini berarti bahwa tanda pembayaran atau pelunasan pajak bukan merupakan bukti kepemilikan. PBB melekat pada pemiliknya meskipun dapat dialihkan kepada penyewanya atau pihak lain. Pendaftaran Objek PBB Menurut Hartoyo dan Supriadi (2010:55-56), Pendaftaran objek PBB adalah kegiatan subjek pajak untuk mendaftarkan objek pajaknya dengan cara mengisi fprmulir SPOP. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan atau bangunan yang dimilikinya, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang atau Badan tersebut dengan menggunakan formulir SPOP dan Lampiran Surat Pemberitahuan
Tjhai Fung Njit
Objek Pajak (LSPOP). Untuk mendaftarkan objek pajak, maka subjek atau wajib pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Mengisi surat permohonan; 2) Mengisi blaanko SPOP beserta LSPOP; 3) Melampirkan fotocopy identitas wajib pajak, bukti kepemilikan serta NPWP. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak Menurut Hartoyo dan Supriadi (2010:32), Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) merupakan ssitem pengelolaan pangkalan data PBB mulai dari identifikasi dan registrasi objek dan wajib pajak, penentuan nilai objek pajak, perhitungan pajak yang terutang (assessment), pemungutan pajak (collection), pelayanan (services), dan penegakan hukum (enforcement). Struktur SISMIOP terdiri atas 5 (lima) unsur dan beberapa subsistem. Unsur-unsur SISMIOP PBB tersebut mencakupi: Nomor Objek Pajak (NOP), Blok, Zona Nilai Tanah (ZNT), Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB), dan program kimputer. Sedangkan subsistem SISMIOP mencakupi pendataan, penilaian, penagihan, penerimaan, dan pelayanan. Pelaksanaan Pendaftaran dan Pendataan Objek dan Subjek PBB Pelaksanaan pendataan objek dan subjek pajak dapat dilakukan melalui alternatif sebagai berikut: 1. Pendataan dengan Penyamapaian dan Pemantauan Pengembalian SPOP
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Pendataan dengan alternatif ini umumnya dilaksanakan di daerah yang mempunyai potensi PBB yang rendah, lokasi yang terpencil dan sulit dijangkau, tidak memiliki peta; 2. Pendataan dengan Identifikasi Objek Pajak Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada wilayah yang telah memiliki peta desa atau kelurahan dan peta garis atau peta foto yang dapat menunjukkan posisi relatif bidang objek pajak, namun tidak memilki data administrasi perpajakannya. Berdasarkan peta desa atau kelurahan, petugas dibantu oleh aparat desa atau kelurahan mengidentifikasi dan menetukan batas-batas blok dan memberikan nomor pada tiap-tiap blok. Penyampaian SPOP dan LSPOP dapat mengacu pada sket peta blok; 3. Pendataan dengan Verifikasi Data Objek Pajak Pendataan dengan alternatif ini dapat dilakukan pada wilayah yang telah memiliki peta desa atau kelurahan maupun peta blok serta data administrasi PBB yang merupakan hasil pendataan lebih dari tiga tahun sebelumnya, sehingga kondisi data yang ada sudah tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan; 4. Pendataan dengan Pengukuran Bidang Objek Pajak Pendataan dengan alternatif ini dapat dilaksanakan pada wilayah yang hanya memiliki peta desa atau kelurahan serta tidak ada basis data perpajakannya. Kegiatan pendataan ini dilaksanakan oleh petugas kantor pelayanan pajak atau pihak lain
24
November 2014
yang ditunjuk dengan menyampaikan secara langsung SPOP dan LSPOP kepada setiap subjek pajak dan diikuti dengan pengukuran tiap-tiap bidang objek pajak. Pengukuran juga harus dilakukan atas bangunan yang ada. Hasil pengukuran bidang objek pajak dapat dipakai untuk menentukan posisi relatif objek pajak dan dapat pula dipakai untuk mengetahui luas objek pajak. METODA PENELITIAN Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metoda Deskriptif Analisis yaitu suatu metoda yang membandingkan fakta-fakta data yang diperoleh dari hasil penelitian. Objek penelitian ini adalah Kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Bekasi pada bidang PBB yang beralamat di Jl. Ir. Juanda No. 163, Bekasi Timur dan pada bidang PAD dan Dana Perimbangan yang beralamat di Jl. A. Yani No. 1 Bekasi Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data luas wilayah Kota Bekasi setiap Kecamatan, peta wilayah Kota Bekasi, formulir SPOP dan LSPOP, rekapitulasi data jumlah wajib pajak tahun 2010-2012, rekapitulasi data objek pajak tahun 2010-2012, rekapitulasi data ketetapan PBB menurut buku golongan ketetapan tahun 2010-2012, rekapitulasi laporan Pendapatan Asli daerah kota Bekasi tahun 2010-2012. Data-data penelitian tersebut didapatkan dengan cara: 1. Pengamatan (observasi)
ISSN: 1410 -9875
2. Wawancara (interview) HASIL PENELITIAN Proses Pelaksanaan Kegiatan Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Melalui Penerapan SISMIOP Adapun proses pelaksanaan kegiatan pendataan objek Pajak Bumi dan Bangunan melalui penerapan SISMIOP dengan verifikasi objek pajak adalah sebagai berikut: 1. Penelitian pendahuluan dan penyusunan rencana kerja Tujuan kegiatan penelitian dan penyusunan rencana kerja adalah untuk menentukan data dan informasi yang diperlukan, baik dalam rangka penyusunan rencana kerja maupun untuk menentukan sasaran dan daerah atau wilayah yang akan dilakukan kegiatan pendataan dengan memperhatikan potensi pajak dan perkembangan wilayah. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian pendahuluan dan penyusunan rencana kerja ini adalah sebagai berikut: a. Observasi terlebih dahulu pada Kecamatan atau Kelurahan yang akan dilakukan pendataan Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengamati terlebih dahulu secara langsung mengenai kondisi dan keadaan kecamatan atau kelurahan yang akan dilakukan pendataan. b. Sosialisasi terhadap masyarakat melalui kecamatan atau kelurahan yang akan dilakukan pendataan Kegiatan ini dilakukan dengan cara membuat sebuah acara sosialisasi kepada masyarakat
Tjhai Fung Njit
yang dihadiri oleh camat, lurah, ketua RT maupun RW untuk disampaikan kembali kepada warga maupun wajib pajak yang memiliki objek PBB untuk membrikan informasi dan penjelasan tujuan maupun tata cara pelaksanaan pendataan yang akan dilakukan pada kecamatan atau kelurahan yang akan dilakukan pendataan. c. Kerjasama dengan pihak kelurahan Setelah dilaksanakan kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat, kegiatan selanjutnya adalah pihak petugas pendataan oleh Dispenda Kota Bekasi dengan pihak kecamatan atau kelurahan menyepakatai suatu kerjasama dalam pelaksanaan pendataan objek PBB. 2. Kegiatan Lapangan Kegiatan lapangan ini meliputi dua kegiatan, yaitu: a. Mendatangi letak objek pajak secara langsung Berdasarkan kerjasama yang sudah disepakati antara pihak kecamatan atau kelurahan dengan petugas pendataan dan petugas dari Dispenda Kota Bekasi, kegiatan selanjutnya adalah petugas pendataan dan petugas dari Dispenda Kota Bekasi mendatangi letak objek pajak tersebut secara langsung untuk dilakukan pendataan dengan membantu mengarahkan wajib pajak mengisi lampiran SPOP dan LSPOP. b. Melaksanakan pendataan atau pengukuran Kegiatan ini dilakukan dengan mengukur luas wilayah, luas tanah yang sudah dikenakan PBB, luas bangunan yang sudah dikenakan PBB, jumlah wajib pajak terdaftar, jumlah objek pajak terdaftar,
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
jumlah ketetapan pajak tahun sebelumnya, perkiraan harga jual tanah tertinggi dan terendah per m² dalam satu kelurahan, dan peta kelurahan yang dimiliki Dispenda Kota Bekasi. 3. Pekerjaan kantor Setelah laporan atau hasil dari kegiatan lapangan diterima dari koordinator lapangan, dilanjutkan dengan pekerjaan kantor yang meliputi tiga kegiatan, yaitu: a. Penelitian dan pemeriksaan kembali SPOP dan LSPOP hasil pendataan di lapangan Kegiatan ini dilakukan oleh petugas pendataan dan penilaian di Kantor Dispenda Kota Bekasi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mencocokkan SPOP dan LSPOP yang disampaiakan oleh wajib pajak dengan identitas diri dan bukti kepemilikan berupa sertifikat tanah, surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau bukti kepemilikan lainnya yang dilampirkan oleh wajib pajak. b. Registrasi Peta Pekerjaan ini merupakan pekerjaan untuk mengubah peta kelurahan atau desa yang telah direvisi dari hasil pendataan dengan cara mencocokkan kode ZNT dan nomor blok yang terdapat pada SPOP. Pekerjaan ini dilakukan oleh bagian Operator Console Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan software mapinfo. Di bawah ini merupakan dua contoh gambar peta yang telah direvisi dari hasil kegiatan pelaksanaan pendataan, yaitu peta Kecamatan Bekasi Timur dan Rawalumbu. Masing-masing
26
November 2014
kecamatan terdapat 4 kelurahan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Peta Kecamatan Bekasi timur Kecamatan Bekasi Timur memiliki luas wilayah sebesar 1.349ha dan terdapat 4 Kelurahan di dalam kecamatan ini, yaitu Kelurahan Bekasi Jaya, Duren Jaya, Aren Jaya dan Margahayu. Di dalam masing-masing peta kelurahan atau desa tersebut terdapat beberapa nomor blok objek pajak dan banyaknya jumlah objek pajak selama tahun 2010-2012.
Gambar 2 Peta Kelurahan Bekasi Jaya Di dalam peta Kelurahan Bekasi Jaya terdapat sebanyak 37 nomor blok objek pajak. Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010 sebanyak 11.475. Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 11.475 artinya tidak ada kenaikan maupun penurunan objek pajak selama tahun tersebut. Pada tahun 2012 objek pajak menurun menjadi
ISSN: 1410 -9875
11.474 artinya hanya terdapat penurunan sebanyak 1 objek pajak.
Gambar 3 Peta Kelurahan Duren Jaya Di dalam peta Kelurahan Duren Jaya terdapat sebanyak 47 nomor blok objek pajak. Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010 sebanyak 16.089 Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 16.089. Pada tahun 2012 objek pajak menurun menjadi 16.087 artinya hanya terdapat penurunan sebanyak 2 objek pajak.
Gambar 4 Peta Kelurahan Aren Jaya Di dalam peta Kelurahan Aren Jaya terdapat sebanyak 41 nomor blok objek pajak. Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010 sebanyak 14.214 Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 14.214 artinya tidak ada kenaikan maupun penurunan jumlah objek pajak selama tahun tersebut. Pada tahun 2012 objek pajak menurun menjadi 14.213
Tjhai Fung Njit
artinya hanya terdapat penurunan sebanyak 1 objek pajak.
Gambar 5 Peta Kelurahan Margahayu Di dalam peta Kelurahan Margahayu terdapat sebanyak 47 nomor blok objek pajak. Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010 sebanyak 12.049 artinya tidak terjadi kenaikan maupun penurunan jumlah objek pajak selama tahun tersebut. Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 12.049. Pada tahun 2012 jumlah objek pajak tetap sebanyak 12.049 artinya tidak terdapat kenaikan maupun penurunan objek pajak pada kelurahan ini selama tahun 2010 sampai tahun 2012.
Gambar 6 Peta Kecamata Rawalumbu Kecamatan Rawalumbu memiliki luas wilayah sebesar 1.567ha dan terdapat 4 Kelurahan di dalam kecamatan ini, yaitu
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Kelurahan Sepanjang Jaya, Pengasinan, Bojong Rawalumbu dan Bojong Menteng. Di dalam masingmasing peta kelurahan atau desa tersebut terdapat beberapa nomor blok objek pajak dan banyaknya jumlah objek pajak selama tahun 2010-2012.
Gambar 7 Peta Kelurahan Sepanjang Jaya Di dalam peta Kelurahan Sepanjang Jaya terdapat sebanyak 23 nomor blok objek pajak. Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010 sebanyak 7.726. Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 7.726. Pada tahun 2012 jumlah objek pajak tetap sebanyak 7.726 artinya tidak terjadi kenaikan maupun penurunan jumlah objek pajak selama tahun 2010-2012.
Gambar 8 Peta Kelurahan Pengasinan Di dalam peta Kelurahan Pengasinan terdapat sebnayak 34 nomor blok objek pajak Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010
28
November 2014
sebanyak 14.773. Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 14.773 artinya tidak ada kenaikan maupun penurunan objek pajak selama tahun tersebut. Pada tahun 2012 jumlah objek pajak menurun menjadi 14.772 artinya hanya terdapat penurunan sebanyak 1 objek pajak.
Gambar 9 Peta Kelurahan Bojong Rawalumbu Di dalam peta Kelurahan Bojong Rawalumbu terdapat sebanyak 41 nomor blok objek pajak. Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010 sebanyak 18.009. Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 18.009 artinya tidak ada kenaikan maupun penurunan objek pajak selama tahun tersebut. Pada tahun 2012 jumlah objek pajak menurun menjadi 18.006 artinya hanya terdapat penurunan sebanyak 3 objek pajak.
Gambar 10 Peta Keluraahan Bojong Menteng
ISSN: 1410 -9875
Di dalam peta Kelurahan Bojong Menteng terdapat sebanyak 11 nomor blok objek pajak. Di dalam peta Kelurahan Bojong Rawalumbu terdapat sebanyak 41 nomor blok objek pajak. Jumlah objek pajak yang terdapat pada kelurahan ini pada tahun 2010 sebanyak 7.924. Pada tahun 2011 jumlah objek pajak tetap sebanyak 7.924 artinya tidak ada kenaikan maupun penurunan objek pajak selama tahun tersebut. Pada tahun 2012 jumlah objek pajak menurun menjadi 7.923 artinya hanya terdapat penurunan sebanyak 1 objek pajak. c. Perekaman Data Hasil dari pendataan yang sudah diisi oleh wajib pajak melalui SPOP dan LSPOP dengan tujuan untuk menjaga terjadinya perubahan data, dilakukan perekaman data ke dalam basis data SISMIOP. Bagian yang melakukan perekaman data adalah Operator Console DAI (Data dan Informasi). Kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi dalam Melakukan Kegiatan Pelaksanaan Pendataan Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi dalam melakukan kegiatan pelaksanaan pendataan adalah sebagai berikut: 1. Lokasi pemilik dan objek pajak berbeda alamatnya. Jika letak objek pajak dapat diidentifikasi alamatnya, sedangkan pemilik beserta alamatnya tidak ditemukan, maka hal ini menyulitkan petugas untuk menentukan siapa wajib pajaknya.
Tjhai Fung Njit
2. Kurangnya pengetahuan petugas pendataan tentang proses cara pengisian SPOP dan LSPOP. Petugas pendata yang direkrut berasal dari kelurahan hanya diberi pelatihan dalam waktu yang singkat, sehingga tidak memahami sepenuhnya tentang proses cara pengisian SPOP dan LSPOP. 3. Pemilik objek pajak tidak berada di tempat, terutama untuk wajib pajak yang tinggal di perumahan. Apabila petugas datang dan pemilik objek pajak tidak ada karena kesibukan dari pemilik objek pajak tersebut. 4. Perubahan kepemilikan objek pajak tidak segera dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak saat PBB sebelum dialihkan kepada Pemerintah Daerah maupun saat ini ke Dispenda Kota Bekasi. Biasanya dalam hal ini terjadi pada transaksi jual beli, hibah maupun waris. Wajib pajak belum mengajukan perubahan kepemilikan (balik nama), sehingga petugas pajak kebingungan dalam menentukan status kepemilikan objek pajak tersebut. 5. Perubahan fisik objek pajak, dalam hal ini penambahan luas bangunan yang tidak di laporkan ke Kantor Pelayanan Pajak saat PBB sebelum dialihkan kepada Pemerintah Daerah maupun saat ini ke Dispenda Kota Bekasi, petugas pajak tidak aktif ke lapangan untuk mendata perubahanperubahan objek pajak tersebut, dan kurang peduli atau perhatiannya pemerintah setempat terhadap perubahan fisik bangunan maupun tanah
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
yang ada di wilayah masingmasing. Upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi dalam Rangka Mengatasi Kendala Kegiatan Pelaksanaan Pendataan Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh Dispenda Kota Bekasi dalam rangka mengatasi kendala-kendala kegiatan pelaksanaan pendataan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kerjasama dengan pihak lurah atau camat setempat. Petugas meminta pihak lurah atau camat untuk melakukan pengumpulan data wajib pajak dan objek pajak yang dimilikinya, sehingga tidak akan menyulitkan petugas menentukan siapa pemilik objek pajak tersebut. 2. Dispenda Kota Bekasi merekrut lebih banyak sumber daya manusia atau petugas dari luar dan memberikan pelatihan terlebih dahulu dengan waktu yang dibutuhkan.. 3. Lebih meningkatkan kegiatan sosialisasi dan melibatkan RT maupun RW untuk dilibatkan dalam proses pendataan dengan
November 2014
memberikan himbauan kepada warga untuk mengisi SPOP dan LSPOP dan disampaiakan terlebih dahulu kepada RT, sehingga mempercepat petugas pendata untuk mengumpulkan SPOP dan LSPOP. 4. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan himbauan dan penyuluhan mengenai peraturan perpajakan. 5. Petugas lapangan dan Dispenda Kota Bekasi harus lebih aktif mencocokkan dan menyesuaikan data objek dan subjek pajak pada basis data dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Perkembangan Jumlah Wajib Pajak, Objek Pajak, SPPT, Ketetapan PBB serta Luas Bumi dan Bangunan Menurut Buku Golongan Ketetapan Tahun 20102012 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Tahun 2010-2012 Adapun perkembangan jumlah wajib pajak Bumi dan Bangunan dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Kota Bekasi Periode 2010-2012 Tahun
Jumlah Wajib Pajak
Kenaikan
Presentase
2010 2011 2012
563.698 583.444 598.017
19.746 1.457
103,5029% 102,4978%
Sumber: Dispenda Kota Bekasi. Data Diolah, 2013
Jumlah wajib Pajak Bumi dan Bangunan selama periode 20102012 di Kota Bekasi mengalami
30
kenaikan. Dari tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010 jumlah wajib Pajak Bumi dan Bangunan di
ISSN: 1410 -9875
Tjhai Fung Njit
Kota Bekasi sebanyak 563.698. Perkembangan Jumlah Objek PBB Pada tahun 2011 adanya kenaikan Tahun 2010-2012 sebanyak 19.746 dengan presentase Adapun jumlah sebesar 103,5029% dan pada tahun perkembangan objek PBB 2012 adanya kenaikan sebanyak berdasarkan jumlah SPPT dapat 1.457 dengan presentase sebesar dijelaskan dalam tabel berikut: 102,4978%. Tabel 2 Perkembangan Jumlah Objek PBB Kota Bekasi Periode 2010-2012 Tahun Jumlah Obje Pajak Kenaikan/Penurunan Presentase 2010 2011 2012
616.150 616.187 616.039
37 148
100,006% 99,97598%
Sumber: Dispenda kota Bekasi. Data Diolah, 2013
Jumlah objek PBB di Kota Bekasi selama periode 2010-2012 mengalami kenaikan dan penurunan. Dari tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010 jumlah objek PBB sebesar 616.150. Pada tahun 2011 adanya kenaikan sebanyak 37 objek pajak dengan presentase sebesar 100,006% dan pada tahun 2012 adanya penurunan objek pajak sebesar 148 dengan presentase sebesar 99,97598%. Perkembangan Jumlah SPPT dan Pokok Ketetapan PBB Golongan Buku Tahun 2010-2012
SPPT merupakan surat keterangan yang menimbulkan hak dan kewajiban berdasarkan data yang terdapat dalam SPOP dan LSPOP yang diisi oleh wajib pajak. Klasifikasi golongan buku ketetapan: 0 – Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 – Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 – Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000,00 > Rp 5.000.000,00 Adapun jumlah SPPT dan ketetapan PBB menurut buku golongan ketetapan tahun 20102012 dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 3 Jumlah SPPT dan Ketetapan PBB Menurut Golongan Buku Ketetapan Tahun 2010-2012 Golongan Buku Ketetapan I II III IV
Tahun 2010
2011
SPPT
Ketetapan
SPPT
318.21 7 221.62 8 16.204 5.625
18.013.537.598
315.47 7 240.81 6 18.394 6.467
42.818.177.932 10.952.248.593 16.409.933.783
Ketetapan
2012 SPPT
Ketetapan
18.096.646.446
292.617
17.311.809.151
47.208.214.571
271.803
54.362.908.237
12.465.683.975 18.872.513.598
22.894 7.937
15.500.500.330 23.227.770.327
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
V Total
1.932 563.60 6
39.652.054.127 127.845.952.03 3
2.219 583.37 3
45.410.169.551 142.053.228.141
November 2014
2.619 597.870
62.562.472.310 172.965.460.35 5
Sumber: Dispenda Kota Bekasi
Dari tabel tersebut dapat dilihat perbandingan antara jumlah SPPT dan Pokok Ketetapan pergolongan buku ketetapan PBB selama tahun 2010-2012. Pada tahun 2010 Jumlah SPPT sebanyak 563.606 dengan pokok ketetapan sebesar 127.845.952.033. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan SPPT menjadi 583.373 berarti ada kenaikan sebesar 19.767 dengan pokok ketetapan menjadi 142.053228.141 berarti ada kenaikan sebesar 14.207.276.108. Pada tahun 2012 jumlah SPPT menjadi 597.870 berarti adanya kenaikan sebesar 14.497 dengan
pokok ketatapan menjadi 172.965.460.355 berarti adanya kenaikan sebesar 30.912.232.214. Ini menunjukkan bahwa jumlah SPPT dan Ketetapan PBB menurut golongan buku ketetapan mengalami peningkatan selama tahun 2010-2012. Perkembangan Jumlah Luas Bumi dan Bangunan Tahun 2010-2012 Adapun perkembangan jumlah luas bumi dan bangunan yang di kenakan objek PBB menurut golongan buku ketetapan tahun 2010-2012 dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4 Jumlah Luas Bumi dan Bangunan Menurut Golongan Buku Ketetapan Tahun 2010-2012 Golongan Buku Ketetapan
Tahun 2010 Luas Bumi
Luas Bangunan (M²) (M²) I 38.157.363 8.544.993 II 69.490.832 14.708.70 1 III 19.230.472 2.044.547 IV 15.619.379 952.692 V 31.480.690 3.622.177 Total 173.978.73 29.873.11 6 0 Sumber: Dispenda Kota Bekasi
2011 Luas Bumi (M²) 36.187.929 70.285.601 19.949.692 16.359.413 32.986.158 175.768.79 3
Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan luas bumi dan bangunan yang dikenakan objek PBB menurut golongan buku
32
Luas Bangunan (M²) 8.508.777 15.818.07 8 2.266.321 1.053.546 3.881.347 31.528.06 9
2012 Luas Bumi (M²) 31.618.237 71.045.530 21.790.025 17.878.438 36.336.795 178.669.02 5
Luas Bangunan (M²) 7.548.417 17.168.56 6 2.718.149 1.226.456 5.062.456 33.724.04 4
ketetapan selama tahun 2010-2012. Luas bumi yang dikenakan PBB pada tahun 2010 sebesar 173.978.736 m² dan luas bangunan yang dikenakan
ISSN: 1410 -9875
Tjhai Fung Njit
PBB sebesar 29.873.110 m². Pada tahun 2011 luas bumi meningkat menjadi 175.768.793 m² dan luas bangunan meningkat menjadi 31.528.069 m². Pada tahun 2012 luas bumi meningkat menjadi 178.669.025 m² dan luas bangunan meningkat menjadi 33.724.044 m². Ini menunjukkan bahwa luas bumi dan bangunan yang dikenakan pajak menurut golongan buku ketetapan
mengalami peningkatan selama tahun 2010-2012 Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan PBB Efektivitas Penerimaan PBB PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan. Artinya besar pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek pajaknya. Berikut ini adalah tabel target dan realisasi penerimaan PBB Kota Bekasi tahun 2010-2012.
Tabel 5 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Kota Bekasi Tahun 2010-2012 Tahun
Target
Realisasi
2010
107.429.229.51 9 98.098.591.204
105.544.721.71 0 110.021.260.94 4 128.036.974.05 5
2011 2012
111.694.067.71 6 Rata-rata
Presentas e 98,25%
Kriteria
112,15%
Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif
114,63% 108,34%
Efektif
Sumber: Dispenda Kota Bekasi. Data Diolah, 2013
Perhitungan efektivitas data pada tabel di atas dilakukan dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PBB dengan target penerimaan PBB. Jika dilihat dari tabel di atas Pertumbuhan penerimaan PBB di Kota Bekasi selalu meningkat dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Pada tahun 2010 pencapaian penerimaan PBB sebesar 98,25% dengan kriteria efektif. Tahun 2011 pencapaian penerimaan PBB sudah menunjukkan angka yang sangat efektif yaitu melebihi angka 100%, dengan angka pencapaian penerimaan PBB sebesar 112,15%. Pada tahun 2012 pencapaian penerimaan PBB meningkat sebesar
114,63% dengan kriteria sangat efektif. Untuk rata-rata efektivitas penerimaan PBB yaitu sebesar 108,34% dengan kriteria sangat efektif. Berdasarkan hasil analisis efektivitas penerimaan PBB dapat disimpulkan bahwa Dispenda Kota Bekasi telah berhasil merealisasikan penerimaan PBB atau lebih dari target penerimaan yang telah ditentukan. Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap PAD Kota Bekasi Berikut ini adalah tabel realisasi penerimaan PBB dan penerimaan PAD Kota Bekasi tahun 2010-2012.
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Tabel 6 Kontribusi PBB Terhadap PAD Kota Bekasi Tahun 2010-2012 Tahun 2010
Realisasi Penerimaan PBB 105.544.721.710
2011
110.021.260.944
2012
128.036.974.055
Realisasi Penerimaan PAD 298.584.837.239, 90 568.344.278.997, 36 735.485.659.293, 00
Rata-rata
Presentas e 35,35%
Kriteria
19,36%
Cukup Baik Kurang
17,41%
Kurang
24,04%
Sedang
Sumber : Dispenda Kota Bekasi. Data Diolah, 2013
Berdasarkan analisis kontribusi penerimaan PBB terhadap PAD menunjukkan angka yang cukup baik dan kurang. Pada tahun 2010 kontribusi penerimaan PBB terhadap PAD sebesar 35,35% dengan kriteria yang cukup baik. Sedangkan pada tahun 2011 kontribusi penerimaan PBB terhadap PAD sebesar 19,36% dengan kriteria kurang baik, tetapi angka realisasi penerimaan PBB pada tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2010 walaupun kontribusi penerimaannya masih kurang baik terhadap PAD dan pada tahun 2012 kontribusi penerimaan PBB juga masih dengan kriteria kurang baik yaitu sebesar 17,41% tetapi realisasi penerimaan PBB selalu memunjukkan peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dan rata-rata kontribusi penerimaan PBB sebesar 24,04% yang menurut kriteria berarti sedang. Kontribusi penerimaan PBB terhadap PAD yang masih dalam kriteria sedang ini dikarenakan PBB sampai tahun 2012 masih termasuk dalam dana perimbangan yang merupakan pajak pusat dimana
34
masih terdapat pembagian dengan pemerintah pusat.
hasil
PENUTUP Berdasarkan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dispenda Kota Bekasi dalam melakukan kegiatan pendataan melalui penerapan SISMIOP dengan verivikasi objek pajak terdapat 3 (tiga) tahap, yaitu: a. Penelitian pendahuluan dan penyusunan rencana kerja; b. Kegiatan lapangan dan; c. Pekerjaan kantor. Penerapan SISMIOP dilakukan pada saat proses pekerjaan kantor. 2. Dalam melakukan kegiatan pelaksanaan pendataan, Dispenda Kota Bekasi menghadapi kendala-kendala terutama dalam kegiatan pendataan di lapangan, yaitu: a. Lokasi pemilik dan objek pajak berbeda alamtnya; b. Kurangnya pengetahuan petugas pendataan tentang
ISSN: 1410 -9875
proses cara pengisian SPOP dan LSPOP; c. Pemilik objek pajak yang tidak berada di tempat atau di rumah karena kesibukannya; d. Pemilik objek pajak yang tidak berada di tempat atau di rumah karena kesibukannya; e. Perubahan kepemilikan yang tidak segera dilaporkan kepada KPP saat PBB belum dialihkan maupun saat ini kepada Dispenda Kota Bekasi dan; f. Perubahan fisik objek pajak yang tidak segera dilaporkan kepada KPP saat PBB belum dialihkan maupun saat ini kepada Dispenda Kota Bekasi. 3. Dalam rangka mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh Dispenda Kota Bekasi dalam melakukan kegiatan pendataan, maka Dispenda Kota Bekasi melakukan upayaupaya sebagai berikut: a. Meningkatkan kerjasama dengan pihak Lurah dan Camat setempat; b. Dispenda Kota Bekasi lebih banyak merekrut sumber daya manusia atau petugas dari luar selain petugas kelurahan dan kecamatan dan memberikan pelatihan; c. Lebih meningkatkan kegiatan sosialisai dan melibatkan RT maupun RW untuk dilibatkan dalam proses pendataan di lapangan; d. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan; e. Petugas Dispenda Kota Bekasi harus lebih aktif
Tjhai Fung Njit
4.
5.
untuk pemantauan objek pajak secara langsung. Perkembangan jumlah wajib pajak bumi dan bangunan pada tahun 2010-2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan jumlah objek PBB pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2012 mengalami penuranan jumlah objek pajak sebesar 148. Perkembangan jumlah SPPT dan pokok ketetapan PBB tahun 2010-2012 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan jumlah luas bumi dan bangunan yang dikenakan pajak pada tahun 2010-2012 setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Rata-rata target penerimaan PBB pada tahun 2010-2012 sudah melebihi target yang diharapkan dengan kriteria sangat efektif yaitu mencapai 108,34%. Rata-rata kontribusi yang diberikan oleh PBB terhadap peningkatan PAD Kota Bekasi tahun 2010-2012 masuk ke dalam kategori sedang yaitu sebesar 24,04%. Hal ini disebabkan karena sampai tahun 2012 PBB masih termasuk dalam penerimaan dana perimbangan.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa keterbatasan sebagai berikut : 1. Pada tahun 2013 ini PBB baru dialihkan kepada Pemerintah Kota Bekasi, karena sebelumnya masih ditangani oleh Pemerintah pusat dan hanya sedikit pegawai KPP yang ditempatkan di Dispenda Kota Bekasi untuk membantu
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
petugas Dispenda dalam menangani bidang PBB, sehingga peneliti memiliki keterbatasan untuk menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian kepada petugas KPP. 2. peneliti tidak mendapatkan formulir SPOP dan LSPOP yang diisi dan disampaikan oleh wajib pajak dari hasil kegiatan pelaksanaan pendataan di lapangan. dan
Berdasarkan dari kesimpulan keterbatasan yang telah
November 2014
diuraikan diatas maka peneliti mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut: 1. Harus ada penambahan beberapa pegawai dari KPP yang ditempatkan di Dispenda Kota Bekasi untuk membantu penanganan PBB yang baru dialihkan. 2. Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai PBB harus mendapatkan formulir SPOP dan LSPOP yang diisi dan disampaikan oleh wajib pajak.
REFERENSI: Ali, Majdi. 2011. Mekanisme pendataan dan Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Jakarta: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Hartoyo, Harry dan Untung Supardi. 2010. Membedah Pengelolaan Administrasi PBB dan BPHTB Pengalaman di Pemerintah Pusat, Referensi Untuk Implementasi Pajak Daerah . Jakarta: Mitra Wacana Media. Masfita, Vitriana., Agus Suryono dan Ratih Nurpratiwi. 2012. “Perencanaan Pemerintah Kabupaten Kudus Dalam Mempersiapkan Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah”. Jurnal. Volume 15. No. 3. Malang: Universitas Brawijaya. Prawoto. Agus. 2011. Penilaian PBB Perdesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: BPFE. Renyowijoyo, Muindro. 2013. Akuntansi Sektor Publik, Organisasi Non Laba Edisi 3. Jakarta: Mitra Wacana Media. Resmi, Siti. 2012. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 6-Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Sari, Anggara Yulia. 2010. “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung”. Jurnal. Volume 13. No. 2. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Siahaan, Marihot. P. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Slamet, Budiman. 2013. “Evalusi Kesiapan Pemerintah dalam Mengelola PBBP2”. Jurnal. Widyaiswara Madya pada Pusdiklatwas BPKP. Wahono, Sugeng. 2012. Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak Itu Mudah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo KOMPAS GRAMEDIA.
36
ISSN: 1410 -9875
Tjhai Fung Njit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Pajak Lengkap. Jakarta, Mitra Wacana Media, 2012 Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
38
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 39-50
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH SATISFACTION, VALUE, QUALITY, WORD OF MOUTH, POSITIVE DISCONFIRMATION TERHADAP REPURCHASE NOVRITA ADRIANI FITRI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: Repurchase is the main key to enhance competitiveness in the global competition if an organization wants to keep growing and get benefits to their organization. The purpose of this study is to investigate the influence of satisfaction, value, quality, word of mouth, positive disconfirmation to repurchase. The object in this research is consumer of JNE in Jakarta. The sample is selected using purposive sampling method. The data used in this study are from 155 sample from organization who have been used JNE for shipping. The statistical method used to test the hypothesis are simple regression and multiple regression. The result showed the satisfaction, value, quality, word of mouth, positive disconfirmation variables influenced by partially or simultaneously to repurchase Keywords : Satisfaction, Value, Quality, Disconfirmation, Repurchase
Word
of
Mouth,
Positive
Abstrak:Pembelian ulang merupakan salah satu kunci yang sangat penting didalam memenangkan persaingan global. Penelitian ini dilakukan atas dasar pemikiran tersebut dimana pengaruh kepuasan, nilai, kualitas, dan wom akan coba diteliti pengaruhnya terhadap pembelian ulang seorang konsumen. Penelitian ini mencoba untuk melihat niatan pembelian ulang dari konsumen jasa pengiriman TIKI. Sebanyak 155 sampel yang merupakan konsumen TIKI dipilih dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data untuk menguji pengaruh antar variable digunakan regresi berganda. Penelitian ini mengemukakan temuan dimana keseluruhan variable independen terbukti secara signifikan mempengaruhi variable dependen. Kata kunci: kepuasan pelanggan, wom, kualitas, pembelian ulang. pelanggan. Pembelian ulang dapat menjadi senjata utama bagi perusahaan agar dapat tetap eksis menghadapi para pesaingnya. Hal ini disebabkan karena pelanggan yang melakukan pembelian ulang cenderung lebih loyal terhadap
PENDAHULUAN Pada era globalisasi yang saat ini sangat berkembang, berbagai persaingan pada pasar bebas sangat ditentukan oleh pembelian ulang yang dilakukan
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
perusahaan dan jarang menggunakan produk/jasa dari perusahaan pesaing yang sejenis. Agar pelanggan dapat melakukan pembelian ulang, maka perusahaan harus mengetahui tentang konsep pemasaran sebelum menjual produknya kepada masyarakat. Konsep pemasaran yang dimaksudkan adalah bagaimana perusahaan dapat melakukan pemasaran sesuai dengan ilmu pemasaran yang ada sekarang supaya dapat mengidentifikasi serta menganalisa kebutuhan pasar dan agar aturan dalam melakukan pemasaran sesuai dengan kaedahkaedah yang berlaku dan tidak merugikan para pelanggannya. Marketing adalah tentang mengidentifikasi dan bertemu dengan orang serta kebutuhan sosial (Kotler 2012:27). Pemasaran akan menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk memahami konsumen dan mampu untuk mengidentifikasi serta menganalisa kebutuhan pasar. Pengetahuan tentang kebutuhan konsumen juga sangat diperlukan oleh tiap-tiap perusahaan agar dapat menyesuaikan produk yang dibuat dengan kebutuhan konsumen saat ini. Pembelian ulang itu sendiri dapat disebabkan oleh berbagai variabel. Salah satu nya adalah tingkat kepuasan pelanggan. Kepuasan adalah sejauh mana tingkatan produk dipersepsikan sesuai dengan harapan pembeli. Produk yang telah memenuhi harapan pembeli akan menciptakan kepuasan bagi para pembelinya. Hal ini disebabkan karena harapan yang ditanamkan pembeli sesuai dengan persepsi yang ada di pikirannya.
40
November 2014
Faktor lain yang menyebabkan pelanggan mau melakukan pembelian ulang adalah kualitas produk/jasa yang diciptakan oleh perusahaan. Kualitas yang baik, akan membuat pembeli merasa nyaman menggunakan produknya. Hal ini sangat menguntungkan perusahaan sebab kualitas yang baik, akan membuat pembeli cenderung melakukan pembelian ulang terhadap produk yang dibuat oleh perusahaan. Kualitas adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan. Jika karakteristik produk atau jasa tersebut sesuai dengan harapan pembeli, maka dapat dikatakan produk atau jasa tersebut memiliki kualitas yang cukup tinggi. Menurut Kotler (2012:180) kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Produk/jasa yang memiliki kemampuan untuk memenuhi harapan pelanggan dapat dianggap memiliki kualitas yang baik. kualitas sebagai tingkat mutu yang diharapkan, dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Word of mouth dapat mempengaruhi pembeli dalam melakukan pembelian ulang. Pembicaraan dari mulut ke mulut memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan supaya pembeli mau melakukan pembelian ulang. Pembicaraan dari mulut ke mulut dapat membantu memberikan
ISSN: 1410 -9875
makna yang positif dari suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan kepada para pembeli. Pembeli yang loyal akan menceritakan pengalamannya kepada teman atau orang lain supaya mau menggunakan produk/jasa perusahaan. Pelanggan yang melakukan pembelian ulang terhadap suatu produk/jasa akan membuat loyalitas pelanggan terhadap suatu produk/jasa. Loyalitas pelanggan adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesetiaan seorang pelanggan pada produk/jasa tertentu. Produk/jasa tersebut dapat berupa merek produk. Merek sering menjadi hal utama dalam obyek loyalitas bagi konsumen. Merek adalah sebuah nama, tanda, simbol atau desain serta kombinasi yang mengacu pada identifikasi barang dan jasa antara satu penjual dengan penjual lain dan untuk membedakan mereka dari para pesaingnya (Kotler 2012, 263). Melalui merek pula ikatan emosional para perusahaan dengan konsumen dapat terjadi. Manajemen merek yang kuat dapat meningkatkan loyalitas konsumen karena merek dapat mempengaruhi perilaku dan sikap konsumen. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek akan membawa dampak yang sangat menguntungkan bagi perusahaan, salah satunya adalah Repurchase dan rekomendasi mengenai merek tersebut kepada teman dan kerabat. Membangun loyalitas merek yang hubungannya antara konsumen dengan merek (consumer-brand relationship) merupakan faktor penting yang menentukan
Novrita Adriani Fitri
kesuksesan suatu merek. Dalam hal ini ekuitas merek menjadi kunci utama dalam menciptakan loyalitas merek bagi pelanggan. Ekuitas merek adalah nilai tambah yang ada pada produk dan jasa. dapat tercermin dalam cara berpikir konsumen, merasakan, dan bertindak yang berhubungan dengan merek, serta dalam harga, pangsa pasar, dan profitabilitas merek (Kotler 2012, 265). Hal lain yang menjadi faktor loyalitas pelanggan adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah suatu tekad/kemauan untuk bertindak tanpa menghitung biaya dan keuntungan yang akan didapat oleh pembeli. Ada hubungan yang positif antara kepercayaan merek dengan loyalitas merek. Semakin pembeli mempercayai suatu merek, pembeli tersebut akan merasa lebih loyal untuk menggunakan produk tersebut karena pembeli sudah merasa aman dan nyaman menggunakan produk tersebut. JNE Didirikan pada 26 November 1990. Saat dibentuk, JNE ditargetkan untuk bisa memenuhi kebutuhan korporat/ perusahaan, bahkan terkait ekspor-impor. Tapi, awalnya sangat sulit bersaing karena pemain-pemain asing yang sudah mendunia untuk mengantisipasinya, JNE menetapkan strategi untuk fokus di pasar domestik, karena memiliki kekuatan dan kelebihan yang tidak dimiliki perusahaan lain, termasuk asing. Untuk bisnis global, maka JNE fokus pada distribusi barang impor. JNE bisa melakukan suatu proses pengiriman dalam waktu yang sesingkat mungkin. JNE sendiri membangun jaringan bisnis dengan konsep kualitas kelas dunia. Dalam
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
hal ini, JNE tidak mungkin menjadi tuan rumah di negeri sendiri kalau tidak mempunyai jaringan yang solid dan mengusung kualitas layanan. Yang terpenting bagi JNE adalah membangun SDM (sumber daya manusia) yang handal. JNE melayani pengiriman cepat, penanganan pengiriman, serta distribusikan ke seluruh Indonesia. Lewat situs yang efektif dan efisien, JNE juga memberikan kemudahaan akses atas informasi seputar layanan. Salah satunya mutu layanan dan kemampuan manajemen JNE telah diakui Pemerintah Indonesia melalui penghargaan"Adhi-karya Pos" pada 1998-2001. Ini merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang per-posan. Selain itu, JNE juga mendapatkan ISO 9000-2000 atas jasa yangdiberikan. Resiko dari usaha ini adalah banyak sekali badan usaha sejenis yang sudah dikelola oleh perusahaan pesaing dan memiliki brand yang ternama di mata masyarakat. Pesaing tersebut juga memiliki jumlah pelanggan yang banyak seperti JNE sehingga cukup sulit bagi JNE untuk bisa mendapatkan pelanggan yang lebih banyak lagi. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Satisfaction Satisfaction adalah suatu respon positif yang diberikan oleh seseorang kepada suatu produk/jasa bila mereka sudah merasa puas menggunakan produk/jasa tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2012, 150), satisfaction adalah “Person’s feelings of pleasure or disappointment that result from
42
November 2014
comparing a product’s perceived performance to expectation” Menurut Schiffman and Kanuk (2010, 11), “Satisfaction is the individual’s perception of the performance of the product or service in relation to his or her expectations.” Pendapat Heskett (1990) dalam Molinari et al. (2008) menyatakan bahwa “Satisfaction is a transaction done right the first time. When things are done right the first time, customers are satisfied and may tell other people about their experiences.” Jadi pada intinya satisfaction adalah pengalaman seseorang dalam menggunakan produk/jasa dengan membandingkan antara kemampuan produk/jasa dengan harapan yang ditanamkan. Jika kemampuan produk/jasa melebihi harapan, maka akan tercipta kepuasan. Value Menurut Kotler dan Keller (2012, 147) menyatakan “Difference between the prospective customer’s evaluation of all the benefits and all the costs of an offering and the perceived alternative.” Menurut Lovelock and Wirtz (2011, 163) “When customer purchase a service, they are weighing the perceived benefits of the service againts the perceived costs they will incur.” Sedangkan menurut Zeithaml (1988) dalan jurnal Molinari et al. (2008) menyatakan bahwa “Value is more individualistic and personal than quality, and is therefore a higher level concepts than quality” Kesimpulannya adalah value merupakan analisa yang dilakukan oleh pelanggan terhadap
ISSN: 1410 -9875
produk/jasa yang digunakan dengan membandingkan antara keuntungan yang diterima dengan biaya yang harus dikeluarkan. Quality Menurut Kotler dan Keller (2012, 153) menyatakan bahwa quality adalah “Totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs.” Untuk mendapatkan tingkat kepuasan konsumen atas quality akan menjadi lebih sulit saat produk tersebut mengalami perbaikan secara berkelanjutan. Dimana para konsumen mempersepsikan quality dari berbagai atribut-atribut product quality (Keller, 2008, 195)yaitu: 1. Performance Yaitu pada level dimana karakteristik utama dari operasional suatu produk yang dapat diklasifikasikan menjadi rendah, menengah, tinggi atau sangat tinggi. 2. Features Merupakan element kedua dari produk yang berfungsi sebagai pelengkap dari karakteristik utama operasional dari suatu produk. 3. Conformance quality Tingkat dimana untuk memilih suatu produk yang sesuai dengan spesifikasinya dan produk tersebut bebas dari kerusakan atau kekurangan. 4. Reliability Yaitu tingkat dimana kekonsistenan dari suatu kinerja produk selama waktu pemakaian dan dari waktu saat pembelian ke pembelian berikutnya. 5. Durability Yaitu perkiraan umur ekonomis dari suatu produk.
Novrita Adriani Fitri
6. Serviceability Yaitu merupakan kemudahan dalam pelayanan (service) dari produk tersebut. 7. Style and Design Melihat penampilan produk tersebut dan dapat merasakan kualitasnya. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010, 195) "Quality of a product (or service) is based on a variety of informational cues that they associate with the product some of these cuese are intrinsic to the product or service, other are extrinsic" Menurut Gounaris (2005) dalam jurnal Molinari et al. (2008) tentang quality adalah “quality refers to the client’s evaluation of the end result of the hard and soft parameters” Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa quality adalah kemampuan yang dimiliki oleh produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan dapat melebihi ekspektasi pelanggannya. Word of Mouth Menurut Kotler (2012, 500), Word of Mouth marketing adalah “people to people oral, written, or electronic communications that relate to the merits or experiences of purchasing or using product or service.” Menurut Swanson and Davis (2003) dalam jurnal Molinari et al. (2008) tentang word of mouth marketing adalah “word of mouth communications are recognized as a very common and important form of communication for service marketers, as well as the benefits of maintaining a base of long term customer.”
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Fornell and Wernerfelt (1987) dalam jurnal Molinari et al. (2008) menyatakan bahwa “Word of Mouth is a behavioral intention much like repurchase, but deals with intention to recommend.” Jadi word of mouth adalah pembicaraan yang dilakukan dari pelanggan suatu produk atau jasa kepada orang lain dengan menceritakan pengalamannya dalam menggunakan produk atau jasa tersebut. Positive Disconfirmation Menurut Hawkins et al. (2001, 545) positive disconfirmation adalah “a satisfying experience with a particular brand is a positively reinforcing process. It increases the probability of a repeat purchase of that brand and decrease the likelihood of external search.” Pendapat Schiffman dan Kanuk (2010, 503) mengenai positive disconfirmation adalah “The source of both information and advice may simply talk about their experience with a product, relate what they know about a product, or, more aggressively, advice others to buy or to avoid a specific product.” Sedangkan menurut Oliver dan Swan (1989) dalam jurnal Molinari et al. (2008) menyatakan bahwa Positive disconfirmation adalah “the disconfirmation construct is the perceived difference between what is received and what is expected.” Kesimpulannya adalah positive disconfirmation terjadi ketika produk atau jasa yang digunakan oleh pelanggan dapat melebihi harapan yang ditanamkan
44
November 2014
pelanggan kepada produk atau jasa tersebut. Repurchase Menurut Schiffman dan Kanuk (2010, 569) tentang repurchase adalah “repurchase usually signifies that the product meets with the consumer’s approval and that he or she is willing to use it again and in larger quantities.” Menurut Lam et al. (2004) dalam jurnal Molinari et al. (2008) repurchase adalah “a satisfied customer’s affect toward a service provider could motivate the customer to patronize the provider again and recommend to others.” Menurut Andersen (1998) dalam jurnal Molinari et al. (2008) menyatakan bahwa “what the customer intend to do after the service encounter, specifically with respect to engaging in repurchase and/or positive word of mouth Kesimpulan tentang Repurchase adalah suatu keadaan dimana seorang konsumen melakukan tindakan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang dijual oleh suatu perusahaan dan pelanggan tersebut menjadi loyal dan dapat mempengaruhi tindakan pelanggan selanjutnya. METODE PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adlah kausalitas dan statistic deskriptif. Metode yang digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat antar variable dependen dengan variable independennya. Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Pendekatan survey dalam penelitian ini melalui
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada pelanggan JNE di Jakarta yang telah berlangganan jasa JNE minimal 5 kali. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi yang bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh variable independen terhadap variable dependennya. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel terhadp responden yang
sudah menjadi pelanggan dan memiliki pengalaman terhadap penggunaan jasa yang diberikan JNE dan sudah melakukan pembelian ulang terhadap jasa JNE minimal 5 kali. Sebuah metode sampel ditentukan, maka peneliti menentukan jumlah sampel minimum yang akan diambil sebagai responden. Menurut Hair et al. (2010, 661) dimana tidak terdapat cukup sampel yang benar, dianjurkan ukuran yang digunakan adalah 100-200 sampel.
Tabel 1 Variabel dan pengukurannya Variabel
Definisi
Indikator
Skala Pengukuran
Satisfaction
Pengalaman seseorang dalam menggunakan produk/jasa dengan membandingkan antara kemampuan produk/jasa dengan harapan yang ditanamkan
1. Pelayanan Skala dengan kualitas Likert yang superior 2. Pengalaman konsumen yang sangat baik 3. Pelayanan yang memuaskan sejak pertama kali
Value
Analisa yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk/jasa yang digunakan dengan membandingkan antara keuntungan yang diterima dengan biaya yang harus dikeluarkan
1. Jasa JNE yang Skala berkualitas Likert 2. Pelayanan yang nyaman dan aman
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Variabel Quality
Word of Mouth
Definisi Kemampuan yang dimiliki oleh produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan dapat melebihi ekspektasi pelanggannya pembicaraan yang dilakukan dari pelanggan suatu produk atau jasa kepada orang lain dengan menceritakan pengalamannya dalam menggunakan produk atau jasa tersebut
Positive Disconfirmation
Ketika produk atau jasa yang digunakan oleh pelanggan dapat melebihi harapan yang ditanamkan pelanggan kepada produk atau jasa tersebut
Repurchase
Keadaan dimana seorang konsumen melakukan tindakan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang dijual oleh suatu perusahaan dan pelanggan tersebut menjadi loyal dan dapat mempengaruhi tindakan pelanggan
Indikator
Skala Pengukuran
1. Kualitas JNE Skala yang Likert menjanjikan 2. Kualitas yang terjaga
1. Menceritakan Skala pengalaman Likert penggunaan produk kepada orang lain 2. Mengajak orang lain untuk menggunakan produk yang dibicarakan 1. Produk tersebut Skala likert melebihi harapan pelanggan 2. Produk yang lebih unggul dibanding harapan pelanggan 1. Lebih memilih Skala Likert JNE daripada merek lainnya 2. Bersedia merekomendasi orang lain untuk menggunakan jasa JNE
HASIL PENELITIAN Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Laki-laki 60.6% Perempuan 39.4% Karakteristik responden berdasarkan usia Kurang dari 25 tahun 17.4%
46
November 2014
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani Fitri
26-35 tahun 48.4% 36-45 tahun 26.5% Lebih dari 45 tahun 7.7% Karakteristik responden berdasarkan pendidikan SMA 9.0% S1 65.2% S2 25.8% Karakteristik responden berdasarkan level jabatan Supervisor 9.0% Manajer 30.3% General Manajer 43.9% Direktur 16.8%
Mode l 1
R
Tabel 2 Hasil Uji Hipotesis 1 Adjuste Std. Error R dR of the Square Square Estimate
,522(a)
,273
,268
,48855
Tabel 3 Hasil Regresi Coefficients a
Model 1
(Constant) Satisfaction
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.794 .269 .500 .066
Standardized Coefficients Beta .522
t 6.658 7.571
Sig. .000 .000
a. Dependent Variable: Repurchase
presentasi pengaruh satisfaction (X1) dengan presentasi repurchase (Y) memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.522 dengan variasi repurchase (Y) yang dapat dijelaskan oleh satisfaction (X1) sebesar 27.3%. Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis 2 Model Summary
Model R R Square 1 .458a .210 a. Predictors: (Constant), Value
Adjusted R Square .205
Std. Error of the Estimate .50920
presentasi pengaruh value (X2) dengan presentasi repurchase (Y) memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.458dengan variasi repurchase (Y) yang dapat dijelaskan oleh value (X2) sebesar 21%. Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis 3
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Model Summary
Model 1
R .478a
Adjusted R Square .223
R Square .228
Std. Error of the Estimate .50321
a. Predictors: (Constant), Quality
presentasi pengaruh quality (X3) dengan presentasi repurchase (Y) memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.478dengan variasi repurchase (Y) yang dapat dijelaskan oleh quality (X3) sebesar 22.8%. Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis 4 Model Summary
Model 1
R .455a
R Square .207
Adjusted R Square .202
Std. Error of the Estimate .51003
a. Predictors: (Constant), Wom
presentasi pengaruh word of mouth (X4) dengan presentasi repurchase (Y) memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.455dengan variasi repurchase (Y) yang dapat dijelaskan oleh word of mouth (X4) sebesar 20.7%. Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis 5 Model Summary
Model 1
R .451a
Adjusted R Square .198
R Square .203
Std. Error of the Estimate .51122
a. Predictors: (Constant), Positive
presentasi pengaruh positive disconfirmation (X5) dengan presentasi repurchase (Y) memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.451dengan variasi repurchase (Y) yang dapat dijelaskan oleh positive disconfirmation (X5) sebesar 20.3%. Tabel 8 Hasil Uji Hipotesis 6 Model Summary
Model 1
R .673a
R Square .454
Adjusted R Square .435
Std. Error of the Estimate .42906
a. Predictors: (Constant), Positive, Wom, Quality, Satisfaction, Value
presentasi pengaruh satisfaction, value, quality, word of mouth, dan positive disconfirmation secara bersama-sama memiliki hubungan yang kuat sebesar 0.673 dengan variasi repurchase (Y) yang dapat dijelaskan oleh satisfaction, value, quality, word of mouth, dan positive disconfirmation sebesar 43.5%.
48
ISSN: 1410 -9875
PENUTUP Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Satisfaction, Value, Quality, Word of Mouth, dan Positive Disconfirmation terhadap Repurchase pada pelanggan JNE yang ada di Jakarta. Berdasarkan hasil dari pengujian statistik yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh Satisfaction (X1) terhadap Repurchase (Y) pada pelanggan JNE di Jakarta. 2. Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh Value (X2) terhadap Repurchase (Y) pada pelanggan JNE di Jakarta. 3. Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh Quality (X3) terhadap Repurchase (Y) pada pelanggan JNE di Jakarta. 4. Ho4 ditolak dan Ha4 diterima, artinya terdapat pengaruh Word of Mouth (X4) terhadap
Novrita Adriani Fitri
Repurchase (Y) pada pelanggan JNE di Jakarta. 5. Ho5 ditolak dan Ha5 diterima, artinya terdapat pengaruh Positive Disconfirmation (X5) terhadap Repurchase (Y) pada pelanggan JNE di Jakarta. 6. Ho6 ditolak dan Ha6 diterima, artinya terdapat pengaruh Satisfaction (X1), Value (X2), Quality (X3), Word of Mouth (X4), dan Positive Disconfirmation (X5) secara bersama-sama terhadap Repurchase (Y) pada pelanggan JNE di Jakarta. Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan antara lain: 1. Mengingat pada keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka penelitian ini responden yang digunakan hanya 155 orang, dimana 155 orang tersebut dianggap telah mewakili suatu populasi. 2. Penelitian ini hanya menggunakan lima variabel independen yaitu Satisfaction, Value, Quality, Word of Mouth, dan Positive disconfirmation.
REFERENSI Gujarati, Damodar. N. 2009. Basic Econometric Five edition. MC Grawhill. International. Hair, Jr., Joseph, F., Black, C., William, Babin, J., Barry, Aderson, Raphe and Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis seventh edition. Prentice Hall. Hawkins, Del I., Roger J. Best. Kenneth A. Coney. 2001. Consumer Behavior: Building marketing strategy. Mc Graw Hill. Keller, Kevin, Lane. 2008. Strategic Brand Management Building:Measuring And Managing Brand Equity Third edition. Prentice Hall. Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 14e Global Edition. Pearson. Lovelock, Christopher. Jochen Wirtz. 2011. Service Marketing: People, Technology, Strategy seventh edition. Pearson education.
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Malhotra, Naresh K., 2010. Marketing Research: an Applied Orientation: Pearson Molinari, Lori, K., Rusell Abratt, Paul Dion. 2008. Satisfaction, quality and value and effects on repurchase and positive word-of-mouth behavioral intentions in a B2B services context. Journal of service marketing. DOI 10.1108/08876040810889139 Sarwono, Jonathan. 2012. Mengenal SPSS Statistics 20:Aplikasi untuk riset experimental. Kompas Gramedia. Schiffman G., Leon, and Lazar Lestie Kanuk. 2010. Consumer Behavior Tenth Edition. Pearson. Sekaran, uma and Bougie. 2010. Research Methods for Business fifth edition. Wiley. Sugiyono , Prof., Dr. 2009. Metode Penelitian Bisnis. ALFABETA. Zeithaml, Valarie A., and Mary Jo Bitner. 2003. Service Marketing: Integrating Customer Focus Accross the Firm. Mc Graw Hill.
50
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 51-62
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
P E N G A R U H K O M P E N S A S I , M O T I V A S I , D A N KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN Rr Niken Purbasari dan Mursyidi STIE TRISAKTI
[email protected] [email protected] Abstract : The purpose of this research is to examine the effects of compensation, motivation, and organizational commitment toward employee’s performance.The research method used on this research are the descriptive and causal techniques which variables are measured with an unbalance Likert scale. Samples are collected by distributing 94 questionnaires to respondents whose fulfill the criteria’s requirement. And samples are processed by IBM SPSS software 19.0 versions with descriptive analysis and hypothesis which tested by single and multiple regression analysis. The result of this research show that compensation and motivation have influence to employee’s performance, but organizational commitment has no influence to employee’s performance. Overall all the independent variables which are compensation, motivation, and organizational commitment have influence to employee’s performance in PT. Maxindo Mitra Solusi. Keyword : Compensation, Motivation, Employee’s Performance
Organizational
Commitment,
and
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari kompensasi, motivasi, dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Desain penelitian yang digunakan adalah teknik deskriptif dan kausal. Adapun skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Sample yang digunakan sebanyak 94 responden dimana memenuhi kriteria yang digunakan. Data diolah dengan menggunakan simple dan multiple regression, dengan software SPSS versi 19. Kesimpulan penelitian adalah kompensasi dan motivasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, akan tetapi komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. merupakan ciri era globalisasi dunia yang ditandai dengan adanya persaingan di segala bidang. Perekonomian Indonesia saat ini
PENDAHULUAN Berkembangnya dunia teknologi dan ilmu pengetahuan
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
semakin terbuka dan memaksa perusahaan-perusahaan Indonesia untuk bersaing dengan perusahaanperusahaaan yang sejenis baik dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, dunia bisnis sekarang dituntut untuk menciptakan kinerja karyawan yang tinggi karena kinerja yang tinggi mengandung arti terjadinya peningkatan efisiensi, efektivitas atau kualitas yang lebih baik dalam penyelesaian tugas oleh karyawan (Murty dan Hudiwinarsih 2012, 215). Dengan kinerja yang tinggi maka diharapkan keberhasilan suatu perusahaan juga akan tercapai. Tercapainya suatu tujuan perusahaan tidak hanya tergantung pada peralatan yang modern dan canggih atau sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi lebih tergantung pada manusia yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengolah sumber daya manusia secara profesional agar keseimbangan dapat tercapai antara kebutuhan sumber daya manusia dengan keinginan dan kemampuan perusahaan. Menyadari bahwa setiap karyawan memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga mereka juga akan memberikan output yang berbeda, maka sangat penting bagi perusahaan untuk selalu mengontrol kinerja karyawannya. . Organisasi atau perusahaan perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh kepada karyawan sehingga tercipta karyawan yang berkualitas, untuk itu maka dibutuhkan dorongan yang kuat dari para atasan. Dorongan ini dapat berbentuk pemberian kompensasi yang layak, motivasi
52
November 2014
yang bertujuan meningkatkan kinerja karyawan, dan komitmen organisasional yang juga berperan dalam pencapaian kinerja karyawan sehingga karyawan akan bekerja maksimal dan hasil kerja yang diperoleh akan meningkat. Secara garis besar, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kompensasi, motivasi, dan komitmen organisasional terhadap kinerja karyawan. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kompensasi Milkovich dan Newman (2008, 9) menyatakan bahwa “compensation refers to all forms of financial returns and tangible services and benefits employees receive as part of an employment relationship”. Daft (2012, 355) menyatakan bahwa “compensation refes to all monetary payments and all goods or commodities used in lieu of money to reward employees”. Hasibuan (2000, 118) menyatakan bahwa “Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”. Menurut Dessler (2008, 390), kompensasi dibedakan menjadi 2 bentuk : 1). Kompensasi langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi dan bonus. Kompensasi langsung dapat dibagikan berdasarkan waktu dan kinerja. Kebanyakan karyawan masih dibayar berdasarkan waktu
ISSN: 1410 -9875
yang mereka gunakan ditempat kerja, 2). Kompensasi tidak langsung dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang liburan. Motivasi Daft (2012, 467) mengemukakan bahwa “motivation is the arousal of enthusiasm and persistence to pursue a certain course of action”. Menurut Robin and Judge (2008, 222) “motivasi merupakan proses intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan”. Usman (2006, 223) menyatakan bahwa “motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang untuk berperilaku”. Menurut Daft (2010, 508), ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli hingga saat ini yang sering digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk memotivasi karyawan, antara lain: Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow) Terdapat lima tingkatan di dalam teori kebutuhan Maslow yang terdiri dari kebutuhan manusia yang paling rendah sampai pada kebutuhan yang paling tinggi, yaitu: 1. Kebutuhan Fisiologi ; Merupakan kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air, dan oksigen. Untuk mencapai kebutuhan ini, mereka biasanya berusaha keras untuk mencari rejeki.
Rr Niken Purbasari dan Mursyidi
2. Kebutuhan Keamanan; Kebutuhan ini meliputi keamanan secara fisik, emosional, dan kebebasan dari ancaman. Di dalam lingkungan kerja kebutuhan keselamatan merefleksikan kebutuhan lingkungan kerja yang aman, tunjangan, dan keamanan kerja. 3. Kebutuhan Berkelompok ; Kebutuhan ini meliputi pergaulan, berkelompok, bermasyarakat, ingin dicintai, dan mencintai. Di dalam lingkungan kerja kebutuhan ini meliputi hubungan yang baik dengan atasan, hubungan rekan kerja, dan partisipasi dalam kelompok. 4. Kebutuhan Penghargaan; Berhubungan dengan keinginan untuk citra diri positif, mendapat perhatian, pengakuan, dan penghargaan dari pihak lain. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri; Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk pemenuhan diri yang merupakan kategori kebutuhan tertinggi. Perhatian mereka terletak pada pengembangan potensi secara maksimal, meningkatkan kompetensi seseorang, dan menjadi orang yang lebih baik. Teori McClelland mengemukakan teori motivasi yang berhubungan erat dengan teori belajar. Tiga dari kebutuhan teori McClelland adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan akan prestasi. 2. Kebutuhan akan afiliasi. 3. Kebutuhan akan kekuasaan; yaitu jika kebutuhan seseorang terasa sangat mendesak maka kebutuhan ini akan memotivasi orang untuk berusaha keras memenuhinya.
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Komitmen Organisasional Robbins dan Judge (2008, 100) menyatakan bahwa “komitmen organisasional adalah tingkat sampai mana seorang karyawan memihak sebuah organisasi serta tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut”. Hellriegel et al. (2001, 54) menyatakan bahwa “organizational commitment refers to the strength of employee’s involvement in the organization and identification with it”. Menurut Greenberg dan Baron (2003, 160), “commitment organizational is the extent to which an individual identifies and is involved with his or her organization and/or is unwilling to leave it”. Menurut Robin and Judge (2008, 100) terdapat tiga dimensi terpisah komitmen organisasional, yaitu: 1). Komitmen afektif; perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. 2). Komitmen berkelanjutan; nilai ekonomi yang dirasakan dari bertahan dengan sebuah organisasi bila dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. 3). Komitmen normatif; komitmen untuk bertahan dengan organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis. Kinerja Karyawan Rudman mengemukakan
54
(2011,
1) bahwa
November 2014
“performance is what we need from employees for organizations to achieve their business objectives”. Wirawan (2009, 5) menyatakan bahwa “kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi – fungsi atau indikator – indikator suatu pekerjaan atau suatu fungsi profesi dalam waktu tertentu”. As’ad (2001, 48) menyatakan bahwa “kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan”. Menurut Simanjuntak (2011, 20), peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan cara: 1. Mendorong pekerja memahami uraian tugas atau uraian jabatannya, serta memahami tanggung jawabnya. 2. Mendorong pekerja memahami sasaran yang harus dicapai, yaitu kondisi akhir yang dapat diukur setelah melaksanakan tanggung jawabnya. 3. Membantu pekerja memahami bagaimana melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat-alat kerja yang sesuai. 4. Memberdayakan pekerja melalui bimbingan, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, rotasi penugasan, dan lain-lain. 5. Menumbuhkan motivasi dan etos pekerja. 6. Menciptakan iklim kerja yang kondusif.
ISSN: 1410 -9875
Rr Niken Purbasari dan Mursyidi
Model Penelitian
Kompensasi ( X1) Kinerja Karyawan (Y)
Motivasi (X2) Komitmen Organisasional (X3)
Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Penggunaan teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah teknik sampling jenuh, yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan, dimana yang dimaksud disini adalah karyawan PT. Maxindo Mitra Solusi bagian NOC yang berjumlah 78 orang. Dimana, 78 orang terdiri dari ; 29 orang divisi Access, 30 orang divisi Backbone, dan 19 orang Control Operation. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Kompensasi Kompensasi adalah segala bentuk imbalan baik yang secara langsung maupun tidak langsung atas hasil kerja karyawan tersebut kepada organisasi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kompensasi (Pandja dan Khusaini 2003 dalam Murty dan Hudiwinarsih 2012, 222) adalah sebagai berikut: Kompensasi material (gaji, bonus, komisi, fasilitas parkir, telepon, dan ruang kantor); kompensasi
sosial ( prestasi, status, dan promosi); kompensasi aktivitas. Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada pada seseorang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi (Rivai 2005 dalam Murty dan Hudiwinarsih 2012, 222), yaitu: Pembayaran atau gaji; keamanan kerja; hubungan sesama pekerja; pengawasan; pujian; pekerjaan itu sendiri. Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah keinginan karyawan untuk tidak meninggalkan suatu organisasi dan mengidentifikasi dirinya serta melibatkan dirinya dalam organisasi tersebut. Indikator yang digunakan untuk mengukur komitmen organisasional (Rivai 2005 dalam Murty dan Hudiwinarsih 2012, 222) adalah: Affective commitment (komitmen afektif); Continuance commitment (komitmen
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
berkelanjutan); Normative commitment (komitmen normatif). Kinerja Karyawan Kinerja karyawan adalah suatu hasil atau tingkat prestasi yang dicapai oleh individu dalam melaksanakan suatu tanggung jawab yang telah diberikan oleh perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan (Veithzal Rivai 2003, 354 dalam Murty dan Hudiwinarsih 2012, 221) adalah: Disiplin; sikap kerja; pekerjaan yang dihasilkan.
November 2014
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan sosial (Sarjono dan Julianita 2011, 6). Ukuran skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: STS : Sangat Tidak Setuju skor 1 TS : Tidak Setuju skor 2 S : Setuju skor 3 SS : Sangat Setuju skor 4
HASIL PENELITIAN Tabel 2 Statistik Deskriptif Jenis Kelamin (N Valid = 78) Usia (N Valid = 78)
Pendidikan Terakhir (N Valid = 78) Lama Bekerja
Hasil Uji Normalitas Data Total data pada penelitian ini adalah sebanyak 78 kuesioner data. Pengujian Normalitas dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Pengujian Normalitas dengan metode grafik Normal ProbabiltyPlot
56
Laki-laki = 55 Perempuan = 23 <21 Tahun = 14 21-30 Tahun = 58 31-40 Tahun = 5 > 40 Tahun = 1 SMU = 57 S1 = 21 1-2 Tahun = 53 2-3 Tahun = 17 3-4 Tahun = 5 > 4 Tahun = 3
Gambar 2. Uji Normalitas
ISSN: 1410 -9875
Rr Niken Purbasari dan Mursyidi
2. Pengujian normalitas dengan metode non-grafik Skewness &
Kurtosis
Tabel 3 Skewness dan Kurtosis Analisa Statistik �������� ��/� �������� ���/�
Kompensasi �,��� ��/�� ��,��� ���/��
� 0,439 � �1,42
Motivasi �,��� ��/�� �,��� ���/��
Dari hasil pengujian normalitas data dengan metode grafik dan non grafik di atas, dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal. Hasil Uji Asumsi Klasik
� 0,562 � 0,337
Komitmen_Orga nisasional �,��� � 1,669 ��/��
��,��� ���/ ��
� �0,164
Kinerja ��,��� ��/�� ��,��� ���/��
� �0,299 � �0,811
Pada uji multikolinearitas seluruh variable memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dan VIF lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Tolerance dan VIF Coefficientsa Collinearity Statistics Toleranc e VIF Model 1 Kompensasi 0,320 3,122 Motivasi 0,308 3,250 Komitmen_Organisasiona 0,875 1,143 l Pada uji a. Dependent Variable: Kinerja Sumber : Hasil Olah Data SPSS heterokedastisitas menggunakan dua metode, yaitu: 1. Metode Grafik Scatter Plot
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Gambar 3 Uji Gletsjer. 2. Metode non-grafik Glejser Tabel 5 Hasil Uji Heterokedastisitas Non-Grafik Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta t 4,444 2,306 1,927 -0,090 0,053 -0,342 -1,708 0,055 0,064 0,175 0,857 -0,005 0,032 -0,018 -0,149
Model 1 (Constant) Kompensasi Motivasi Komitmen_Organi sasional a. Dependent Variable: ares_1 Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Dimana tidak terjadi heterokedastisitas karena variabel kompensasi, motivasi, dan komitmen organisasional memiliki nilai sig. > 0,05
Sig. 0,058 0,092 0,394 0,882
Pada uji autokorelasi menggunakan metode BrueschGodfrey. Hasilnya adalah tidak terjadi autokorelasi karena nilai sig. > 0.05
Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Standardize d Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -0,440 3,900 -0,023 0,091 -0,053 0,029 0,112 0,055 0,003 0,055 0,007
t -0,113 -0,250 0,255 0,059
Sig. 0,910 0,803 0,799 0,953
0,121
1,026
0,308
Model 1 (Constant) Kompensasi Motivasi Komitmen_Organisas ional res_3 0,121 0,118 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Model persamaan regresi linier sederhana hipotesis 1 adalah sebagai berikut: Y = 19,661 + 0,167X1 + e
58
ISSN: 1410 -9875
Rr Niken Purbasari dan Mursyidi
Tabel 7 Hipotesis 1 Standardize d Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 19,661 2,654 0,167 0,053 0,340
Model 1 (Constant) Kompensas i a. Dependent Variable: Kinerja_Karyawan Sumber : Hasil Olah Data SPSS Kompensasi berpengaruh (sig. < 0,05) dan memiliki korelasi positif. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan kompensasi Y = 15,031 + 0,268X2 + e
t 7,408 3,156
Sig. 0,000 0,002
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Model persamaan regresi linier sederhana hipotesis 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Hipotesis 2 Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 15,031 2,909
t 5,167
Sig. 0,000
0,457
4,475
0,000
Model 1 (Constant ) Motivasi 0,268 0,060 a. Dependent Variable: Kinerja_Karyawan Sumber : Hasil Olah Data SPSS Motivasi berpengaruh (sig. < 0,05) dan memiliki korelasi positif. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Model persamaan regresi linier sederhana hipotesis 3 adalah sebagai berikut: Y = 19,359+ 0,128X3 + e
Tabel 9 Hipotesis 3
Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error
Standardize d Coefficients Beta
t
Sig.
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
1
(Constant) 19,359 3,704 Komitmen_Orga 0,128 0,055 nisasional a. Dependent Variable: Kinerja_Karyawan Sumber : Hasil Olah Data SPSS Komitmen organisasional berpengaruh (sig. < 0,05) dan memiliki korelasi positif. Hal ini sesuai dengan teori yang
November 2014
0,259
5,226 2,334
0,000 0,022
menyatakan komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Tabel 10 Hipotesis 4
Sum of Mean Squares Square Model df F Sig. 1 Regression 190,265 3 63,422 7,104 0,000a Residual 660,619 74 8,927 Total 850,885 77 a. Predictors: (Constant), Komitmen_Organisasional, Kompensasi, Motivasi b. Dependent Variable: Kinerja_Karyawan Sumber : Hasil Olah Data SPSS Berdasarkan hasil uji F diatas pada tabel 10 diketahui bahwa nilai sig. 0,000 < 0,05 sehingga Ha4 diterima, artinya terdapat pengaruh kompensasi, motivasi, dan komitmen organisasional secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan. PENUTUP Kesimpulan dari penelitian ini bahwa variabel kompensasi, motivasi dan komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan baik secara individual maupun secara bersama-sama. Keterbatasan yang terjadi pada penelitian ini yaitu : (1) variabel kinerja diisi sendiri oleh
60
karyawan; (2) sampel terbatas hanya pada 78 responden dan satu perusahaan sehingga hasil penelitian ini belum tentu dapat diaplikasikan pada perusahaan lain; (3) penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen, sehingga masih ada variabel-variabel yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya: (1) diharapkan untuk pengisian pada variabel kinerja, karyawan tidak menilai sendiri; (2) penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel; (3) menambah variabel independen pada penelitian yang sama.
ISSN: 1410 -9875
Rr Niken Purbasari dan Mursyidi
REFERENSI Anderson et al. 2011. Statistic for Business and Economics. 11th edition. Cengage Learning. As’ad, Moh. 2001. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Edisi 6. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Daft, Richard L. 2010. New Era of Management. 9th editions. Cengage Learning. . 2012. New Era of Management. 10th editions. Cengage Learning. Dessler, Gary. 2008. Human Resource Management. 11th editions. Pearson Prentice Hall. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogero. Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. 2003. Behavior in Organizations.8th editions. Pearson Education. Grote, dick. 2002. The Performance Appraisal Question and Answer book: Survival Guide for Managers. Amacom. Hair et al. 2006. Multivariate Data Analysis. 5th editions. Pearson Prentice Hall. . 2010. Multivariate Data Analysis. 7th editions. Person Pratice Hall. Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi. Jakarta: PT Bumi Askara. Hellriegel, don et al. 2001. Organizational Behavior. 9th editions. South Westen College Publishing. Kusuma, Arif Adi dan Dwi Widi Pratito Sri Nugroho. 2012. Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja, dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Coca Cola Bottling Central Java. 83-91. Mamik. 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Majalah Ekonomi, April, no. 1, hlm. 82-99. Milkovich, George T and Jerry M. Newman, 2008. Compensation. Ninth edition. Singapore: McGraw Hill. Milkovic et al.2014. Compensation. Eleventh edition. Singapore: McGraw Hill. Morrisan. 2012. Metode Penelitian Survei. Edisi 1. Jakarta: Kencana Prenada Media group. Murty, Windy Aprillia dan Gunasti Hudiwinarsih. 2012. Pengaruh Kompensasi, Motivasi, dan Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Akuntansi ( Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Surabaya). The Indonesian Accounting Review, July, Vol. 2, No. 2, hlm. 215-228. Nawawi, Hadari. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Priyatno, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Edisi 3. Yogyakarta: MediaKom. Robbins, Stephen P. and Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Rudman, Richard. 2000. Performance Planning and Review. Australia: Business & Professional Publishing Pty Limited
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Sarjono, Haryadi dan Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Umar and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. 5th edition. John wiley and sons Ltd. Simanjuntak, Payaman J. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. . 2010. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Edisi 15. Bandung: Alfabeta. Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
62
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 63-80
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO, KEPEMILIKAN PUBLIK, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN STATUS PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN SATRIYO WIBOWO STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract The purpose of this research is to test and analyze empirically the influence of return on asset, debt to equity ratio, public ownership, institutional ownership, managerial ownership, and firm status toward financial disclosure statement. This study was also to compare result of the previous research within the research.Sample of this research is consumer goods companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period 2006-2012. The purposive sampling is used as sampling technique, where 7 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and Statistical Program For Social Science 11.5 with multiple regression model to test the hypotheses.The result of this research shows that return on asset, debt to equity ratio,and firm status influence the financial disclosure statement, while public ownership, institutional ownership, and managerial ownership do not influence the financial disclosure statement. Overall, the independent variables influence financial disclosure statement simultaneously. Keywords: Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Public Ownership, Institutional Ownership, Managerial Ownership, Firm Status, and Disclosure. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh return on asset, debt to equity ratio, kepemilikan publik, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan status perusahaan terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan barang-barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012. Data yang dikumpulkan dianalisa menggunakan deskriptif statistic dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan dari return on asset, debt to equity ratio, kepemilikan publik terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan. Sementara kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan Kata Kunci: Tangibility of Assets, Firm Size, Profitability, Tax provision, Non Debt Tax Shield, Liquidity, Cost of Debt, Capital Structure.
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN Bagi pihak manajemen laporan keuangan merupakan jendela informasi yang sangat penting. Laporan keuangan memungkinkan pengguna mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Laporan keuangan menjadi indikator yang sangat penting bagi setiap perusahaan dan pihak- pihak yang terkait untuk mengetahui kinerja lebih lanjut mengenai suatu perusahaan. Selain itu laporan keuangan juga akan mencerminkan kondisi riil suatu perusahaan beroperasi dalam setiap periodenya. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan diharap dapat lebih transparan dalam mengungkap informasi keuangan perusahaan, sehingga dapat membantu para pengambil keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah. Perusahaan yang telah memperoleh dana dari masyarakat dengan menjual saham di pasar modal oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) diwajibkan untuk membuat laporan tahunan, yang disajikan secara transparan yaitu apa adanya, tidak dibuat-buat, jujur, netral dan obyektif, baik berupa laporan wajib maupun laporan sukarela. Laporan wajib diberitahukan sebagaimana
64
November 2014
diungkapkan dalam ketentuan Bapepam Nomor: Kep-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006. Sedangkan laporan tahunan dengan pengungkapan sukarela yaitu pengungkapan informasi di luar pengungkapan wajib yang diberikan dengan sukarela oleh perusahaan kepada para pemakai. Disclosure dalam laporan keuangan tahunan merupakan sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi. Keputusan investasi sangat tergantung dari mutu dan luas pengungkapan yang disajikan dalam laporan tahunan. Mutu dan luas pengungkapan laporan keuangan tahunan masing-masing berbeda. Perbedaan ini terjadi karena karakteristik dan filosofi manajemen masing-masing perusahaan juga berbeda. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, disclosure dalam laporan keuangan tahunan juga digunakan sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen keuangan atas sumber daya yang dipercayakan. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengungkapan informasi pada laporan keuangan tidak dapat dipisahkan dari teori keagenan (agency theory) dan teori sinyal (signaling theory). Dalam kerangka teori keagenan, terdapat tiga macam hubungan keagenan, yaitu: 1) hubungan keagenan antara manajer dengan pemilik, 2) hubungan keagenan antara manajer dengan
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
kreditur dan 3) hubungan keagenan antara manajer dengan pemerintah. Hal ini berarti ada kecenderungan bagi manajer untuk melaporkan sesuatu dengan cara-cara tertentu dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam hal hubungannya dengan pemilik, kreditur maupun pemerintah. Kelengkapan pengungkapan informasi harus setransparan mungkin sebagaimana yang dikehendaki dalam kontrak keagenan. Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer perusahaan dan pihak luar karena manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000). Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Tingkat
profitabilitas
bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengukur profitabilitas perusahaan, penelitian saat ini menggunakan Return on Asset. Rasio ini menggambarkan bahwa laba bersih yang dapat dicapai setiap total asset perusahaan (Munawir; 2001). Semakin besar profitabilitas maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya, semakin kecil profitabilitas maka akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan Simanjutak (2004) memperoleh bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan, namun penelitian yang dilakukan Agustina (2006) dan Dewi (2008) belum berhasil membuktikan adanya pengaruh signifikan antara profitabilitas terhadap pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan teori yang ada maka hipotesis ini dapat dinyatakan : H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Leverage menunjukan seberapa besar ekuitas yang tersedia untuk memberikan jaminan terhadap hutang. Hutang di sini meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Penggunaan hutang yang berhasil akan meningkatkan pendapatan perusahaan atau
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
meningkatkan ekuitas perusahaan (Munawir : 2001). Semakin besar leverage menunjukkan besarnya risiko dalam pembayaran hutang perusahaan, sehingga akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya, semakin kecil leverage menunjukkan rendahnya tingkat hutang perusahaan, maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Hasil dari penelitian Simanjutak (2004) dan Mardiyah (2006) mengungkapkan bahwa tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan dari penelitian Agustina (2006) menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara leverage terhadap pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan teori yang ada maka hipotesis dinyatakan : H2 : Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki investor dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin luas. Di lain pihak, ada dorongan bagi manajemen untuk selektif dalam melakukan pengungkapan informasi karena
66
November 2014
mengungkapkan informasi mengandung biaya. Manajemen hanya akan mengungkapkan informasi jika manfaat yang diperoleh dari pengungkapan melebihi biaya informasi tersebut seperti yang diungkapkan oleh Marwata (2001) dalam Agustina (2006). Semakin besar prosentase kepemilikan publik maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya, semakin kecil prosentase kepemilikan publik maka akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008), Agustina (2006) dan Simanjutak (2004) memperoleh hasil bahwa kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan teori yang ada maka hipotesis ini dapat dinyatakan bahwa : H3 : Kepemilikan Saham Publik berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Kepemilikan institusional berbeda dengan investor individual yang tidak begitu mencampuri urusan intern perusahaan yang mempunyai saham. Kepemilikan institusional akan mencoba untuk mempengaruhi manajemen perusahaan dala mengelola urusan intern perusahaan dikarenakan kepemilikan institusional mempunyai kepemilikan yang agak besar dalam perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
Mereka takut apabila manajemen perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik maka akan berakibat buruk pada saham dimana terdapat investasi mereka yang besar. Apabila institusi mempunyai presentase kepemilikan saham yang besar, mereka pasti akan lebih intensif dalam mempengaruhi majemen intern perusahaan dikarenakan mereka mempunyai kepemilikan yang lebih besar (Darmawati et al., 2004). Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini mengindikasikan bahwa bila kepemilikan institusional meningkat menunjukkan bahwa pengungkapan laporan keuangan semakin lengkap. Dari pernyataan di atas, maka hipotesis keempat dalam penelitian ini : H4 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh direksi, manajemen, komisaris maupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan. Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengatsi konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik
Satriyo Wibowo
dengan manajer. Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kualitas laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil ini mengindikasikan bahwa bila kepemilikan manajerial meningkat maka luas pengungkapan laporan keuangan juga akan lengkap.Dewi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini mengindikasikan bahwa bila kepemilikan manajerial meningkat menunjukkan bahwa pengungkapan laporan keuangan semakin lengkap. Dari pernyataan di atas, maka hipotesis kelima dalam penelitian ini : H5 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Pengaruh Status Perusahaan terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Latar belakang masuknya variabel status perusahaan didorong oleh suatu alasan sederhana yaitu bahwa perusahaan dengan status yang berbeda akan memililki stakeholder yang berbeda, sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang harus dilakukan berbeda (Fitriany, 2001 dalam Agustina (2006). Perusahaan yang berstatus penanaman modal asing cenderung akan melaporkan laporan keuangan yang luas dibandingkan perusahaan
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
yang berstatus penanaman modal dalam negeri. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2006) memperoleh hasil bahwa status perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan,namun secara teori dengan status perusahaan yang baik akan semakin luas pula pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan teori yang ada maka hipotesis keenam ini dapat dinyatakan bahwa : H6 : Status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel profitabilitas diukur dengan ROA (Laba berish setelah pajak/Total aktiva), Leverage diukur dengan rasio DER (Hanafi, 2000). Struktur kepemilikan saham oleh publik menggambarkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik. Variabel ini ditunjukkan dengan prosentase saham yang dimiliki oleh publik yang dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki oleh masyarakat (publik) dengan total saham perusahaan yang beredar (Simanjuntak, 2004). Variabel kepemilikan institusional ditunjukkan dengan persentase saham yang dimiliki oleh institusi yang dihitung dengan cara membandingkan antara
68
November 2014
jumlah saham yang dimiliki oleh institusi dengan total saham perusahaan yang beredar (Dewi, 2008). Kepemilikan manajerial ditunjukkan dengan presentase saham yang dimiliki oleh manajer yang dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah saham yang dimiliki oleh manajer dengan total saham perusahaan yang beredar (Dewi, 2008). Status perusahaan dihitung menggunakan Variabel dummy, skor 1 untuk penanaman modal dalam negeri dan skor 0 jika untuk penanaman modal asing (Agustina, 2006). Pengungkapan Laporan Keuangan diukur menggunakan Indeks Wallace yang digunakan untuk mengukur berapa banyak laporan keuangan yang material yang diungkap oleh perusahaan. Semakin banyak item yang diungkap oleh perusahaan, semakin banyak juga angka indeks yang diperoleh perusahaan (Agustina, 2006). Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini meliputi perusahaan barang konsumsi di BEI periode tahun 2006-2012. Sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan barang konsumsi yang telah go public di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian tahun 2006-2012. Sampel penelitian menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan tersebut dimasukkan dalam kriteria-kriteria antara lain : Perusahaan barang konsumsi di BEI yang
ISSN: 1410 -9875
mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada tahun 2006-2012; perusahaan barang konsumsi di BEI yang laba (profitabilitas positif) pada tahun 2006-2012:dan perusahaan barang konsumsi di BEI yang mempunyai informasi berkaitan dengan variabel yang dibutuhkan pada tahun 2006-2012. Metode Analisis Data Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi berganda. Data yang dikumpulkan akan diuji dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistical Program For Social Science) versi 11.5 untuk Windows. Pengujian kali ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan publik, kepemilikan institusional serta kepemilikan manajerial dan status perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t, uji F, dan koefisien determinasi dengan Persamaan Regresi Berganda : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
Satriyo Wibowo
X2 X3
= Debt to Equity Ratio (DER)
X4
= Kepemilikan Publik = Kepemilikan Institusional
X5
= Kepemilikan Manajerial
X6
= Status Perusahaan
e
= Error term
HASIL PENELITIAN Deskripsi Obyek Penelitian Populasi yang dijadikan obyek pengamatan berjumlah 34 perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2006-2012. Dalam penentuan sampel penelitian yaitu berdasarkan metode purposive sampling, diperoleh sebanyak 49 perusahaan sebagai sampel penelitian selama 7 tahun (2006-2012).
Keterangan: Y
= Indeks Wallace
a = Intercept (Konstanta atau nilai Y ketika X = 0) b1- b6 = Koefisien regresi X1
= Return On Asset (ROA)
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Tabel 1 Prosedur Pemiihan Sampel Kriteria Sampel Perusahaan barang konsumsi di BEI yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara konsisten pada tahun 2006-2012 Perusahaan barang konsumsi di BEI yang tidak mempunyai laba (profitabilitas selalu positif) secara konsisten pada tahun 20062012 Perusahaan barang konsumsi yang tidak mempunyai informasi yang lengkap berkaitan dengan variabel-variabel secara konsisten dari tahun 2006-2012 Total perusahaan yang digunakan dalam penelitian Banyaknya data yang digunakan dalam penelitian selama 7 tahun Sumber: Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan pengambilan sampel di atas bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : ROA, DER, kepemilikan publik, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan status perusahaan serta Indeks pengungkapan laporan keuangan perusahaan (Indeks Wallace).
70
Jumlah Perusahaan
30
(5)
(18) 7 49
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean
Variabel
N
ROA
49
1.1794
40.6695
12.124085
11.0420971
DER
49
7.6535
311.0148
71.600696
68.9665275
Kepemilikan Publik
49
4.8931
78.6013
27.715977
14.7227910
Kepemilikan Institusional
49
21.3987
95.1069
67.020580
17.8636681
Kepemilikan Manajerial
49
0.0006
75.5469
7.320764
13.3931247
0
1
0.71
0.456
Status Perusahaan 49
Std. Deviation
Sumber: Hasil Pengolahan Data Variabel ROA dengan jumlah data sebanyak 49, menunjukkan bahwa terendah sebesar 1.1794 dan nilai tertinggi sebesar 40.6695, nilai rata-rata 12.124085 dan standar deviasi sebesar 11.0420971. Variabel DER dengan jumlah data sebanyak 49, menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 7.6535 dan nilai tertinggi sebesar 311.0148, nilai rata-rata 71.600696 dan standar deviasi sebesar 68.9665275. Variabel kepemilikan publik dengan jumlah
data sebanyak 49, menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 4.8931 dan nilai tertinggi sebesar 78.6013, nilai rata-rata 27.715977 dan standar deviasi sebesar 14.7227910. Variabel kepemilikan institusional dengan jumlah data sebanyak 49, menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 21.3987 dan nilai tertinggi sebesar 95.1069, nilai rata-rata 67.020580 dan standar deviasi sebesar 17.8636681
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Variabel kepemilikan manajerial dengan jumlah data sebanyak 49, menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 0.0006 dan nilai tertinggi sebesar 75.5469, nilai rata-rata 7.320764 dan standar deviasi sebesar 13.3931247. Variabel status perusahaan dengan jumlah data sebanyak 49, menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 0 dan nilai tertinggi sebesar 1, nilai rata-rata 0.71 dan standar deviasi sebesar 0.456.
0.001* 0.000* 0.177 0.776 0.058 0.007*
72
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
Pembahasan Hasil Penelitian Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis Variabel
(α = 5%)
ROA DER Kepemilikan Publik Kepemilikan Institusional Nilai Signifikansi (α = 5%)
Kepemilikan Manajerial Status Perusahaan Sumber: Hasil Pengolahan Data (* = Signifikan) Hasil perhitungan menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap Indeks Wallace secara parsial. Adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya laba yang diperoleh perusahaan dilihat dari rasio profitabilitas berdampak tajam pada meningkatkannya Indeks Wallace (indeks pengungkapan laporan keuangan perusahaan). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Simanjutak (2004) memperoleh bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan, namun tidak sesuai penelitian yang dilakukan Purwandari dan Purwanto (2012). Leverage menunjukan seberapa besar ekuitas yang tersedia
untuk memberikan jaminan terhadap hutang. Hutang di sini meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Penggunaan hutang yang berhasil akan meningkatkan pendapatan perusahaan atau meningkatkan ekuitas perusahaan. Hasil perhitungan menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara DER terhadap Indeks Wallace secara parsial. Adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa tinggi rendahnya rasio hutang perusahaan yang diperoleh perusahaan dilihat dari rasio leverage maka berdampak tajam pada Indeks Wallace (indeks pengungkapan laporan keuangan perusahaan). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Simanjutak (2004). Namun penelitian ini tidak sesuai dengan
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
penelitian Purwandari dan Purwanto (2012) menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara leverage terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil perhitungan menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kepemilikan Publik terhadap Indeks Wallace secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh publik pada perusahaan yang diperoleh perusahaan dilihat dari rasio kepemilikan publik maka tidak berdampak pada Indeks Wallace (indeks pengungkapan laporan keuangan perusahaan). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2006) bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). Namun, hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwandari dan Purwanto (2012), Dewi (2008), Nugroho (2011), bahwa kepemilikan publik berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace).. Hasil perhitungan menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kepemilikan Institusional terhadap Indeks Wallace secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka tidak berdampak tajam pada Indeks Wallace (indeks
74
November 2014
pengungkapan laporan keuangan perusahaan). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktoviana (2009) bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). Namun, hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwandari dan Purwanto (2012), dalam penelitian itu ditemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). Hasil perhitungan menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kepemilikan Manajerial terhadap Indeks Wallace secara parsial. Tidak adanya pengaruh yang signifikan mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial perusahaan maka tidak berdampak pada Indeks Wallace (indeks pengungkapan laporan keuangan perusahaan). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). Namun, hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwandari dan Purwanto (2012) dan Oktoviana (2009), bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace)..
ISSN: 1410 -9875
Hasil perhitungan diperoleh ada pengaruh yang signifikan antara Status Perusahaan terhadap Indeks Wallace secara parsial. Adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa baik buruknya status perusahaan yang diperoleh perusahaan dilihat dari variabel dummy status perusahaan maka berdampak tajam pada Indeks Wallace (indeks pengungkapan laporan keuangan perusahaan). Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2001), Irawan (2006), Almilia dan Retrinasari (2007) bahwa status perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). Namun, hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwandari dan Purwanto (2012), dalam penelitian itu ditemukan bahwa status perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). PENUTUP Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ; secara simultan atau bersam-sama variabel ROA, DER, kepemilikan publik, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan status perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap indeks penguungkapan laporan keuangan, indeks Wallace. Hal tersebut ditunjukkan pada uji F dimana tingkat signifikansi uji F adalah
Satriyo Wibowo
sebesar 0,000. Dari 6 variabel yang mempengaruhi Indeks Wallace, tiga variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace) dari enam variabel independen yang diteliti. Variabelvariabel tersebut adalah ROA, DER, dan status perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi laba yang dimiliki oleh perusahaan akan mengindikasikan perusahaan untuk semakin mengungkapkan laporan keuangannya, agar dapat menarik investor untuk turut berinvestasi. Hal ini juga didukung oleh variabel DER, jika persentase DER yang dimiliki perusahaan semakin rendah, maka mencerminkan perusahaan tersebut lebih sedikit menggunakan hutang dibandingkan dengan modal. Hal ini akan mengisyaratkan investor untuk berinvestasi. Para investor akan berpikir melalui hutang yang kecil menandakan tingkat risiko perusahaan rendah. Kemudian variabel status perusahaan juga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). Artinya, status perusahaan dengan stakeholders yang berbeda akan mengisyaratkan pengungkapan laporan keuangan yang semakin tajam. Status perusahaan yang dibedakan menjadi PMA dan PMDN menjadi indikasi sejauh mana perusahaan mengungkapkan laporan keuangan, dengan cara yang berbeda
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
dalam hal informasi pengungkapan laporan keuangan. Dalam penelitian ini hanya menggunakan enam variabel independen yaitu return on asset, debt to equity ratio, kepemilikan publik, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan status perusahaan sehingga masih ada variabel independen lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace) namun tidak diteliti dalam penelitian ini. 1. Waktu dalam penelitian ini hanya tujuh tahun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012, hasilnya mungkin akan lebih akurat jika penelitian selanjutnya menggunakan periode waktu yang lebih panjang. 2. Sampel penelitian ini hanya terbatas pada kelompok perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hasil penelitian ini belum tentu dapat diaplikasikan
November 2014
pada sektor industri yang lain. Rekomendasi yang dapat dianjurkan oleh peneliti untuk memperbaiki keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat digunakan oleh penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Bagi peneliti selanjutnya yang memilih topik yang sama sebaiknya menambah variabelvariabel lain karena masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan informasi laporan keuangan (indeks Wallace). 2. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan data dengan rentang waktu yang lebih panjang untuk mengakuratkan hasil yang diperoleh. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel lain selain sektor konsumsi, karena hanya tujuh perusahaan yang termasuk dalam kriteria yang ditentukan dari tahun 2006 sampai dengan 2012.
REFERENSI Agustina, Dewi, 2006. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Publik Dan Status Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 8 No. 3 Desember 2008, hal. 219-246. Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari, 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ, Proceeding Seminar Nasional. Jakarta: FE Universitas Trisakti Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. StatisticsforBusiness and Economics 11th Edition. South–Western: Cengage Learning. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
76
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat. Chen, Joseph S. 2011. Advances in Hospitality and Leisure. Volume 7. Emerald. Dewi, Kumala, 2008. Pengaruh Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia terhadap Keputusan oleh Investor. Jurnal Penelitian. Domash, Harry. 2010. Fier Your Stock Analyst. Second Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. Fitriani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV. hal. 133-154. Fontanills, George A dan Gentile., 2001. The Stock Market Course, 1st edition. New York: John Willy and Sons Inc. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Priciples of Managerial Finance 13th edition. Prentice Hall. Gitman, Lawrence. J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. England: Pearson Education Limited. Gujarati, Damodar N, and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics 5th Edition. New York:McGraw – Hill Companies, Inc. Hair, Joseph F, and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: AGlobal Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul, 2000, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Harahap, Sofyan Syafri, 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Hendriksen, Eldon S dan Michael F. Van Breda. 2002. Teori Akuntansi. Buku 2. Batam: Interaksara. Horne, James C.Van dan Wachowicz, John M.. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Buku Satu. Edisi Kedua Belas. Jakarta: Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Salemba Empat, Jakarta. Irawan, Bambang. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Jensen, MC dan WH Meckling, 1993. The Agency Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 (4): 305-360. Jogiyanto, Hartono, 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE. Keown, Arthur J, John D. Martin, J. William Petty, and David F Scott. 2005.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Financial Management 10th Edition. United States of America: Pearson Prentice Hall. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2010. Intermediate Accounting: IFRS Edition. Volume 1. John Wiley and Sons. Mardiyah, Aida Ainul dan Nopiyanti, 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luasnya Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Keuangan. Jurnal Penelitian. Michael C. Jensen & W.H. Meckling. (1976).“Theory of The Firm: Managerial Behaviuor,Agency Cost and Ownwership Structure”. Journal of Financial Economics 3. pp. 305-360. Morck, Randall K. 2005. A history of Corporate Governance Around The World: Family Business Groups to Professional Managers. NBER (National Bureau of Economic Research). Munawir, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Naim, Ainun dan Rakhman, Fuad. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol 15 No. 14. Noegraheni L., 2005.. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan Publik Non Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal EQUITY Vol. 2 No. 1 hal. 6180. Nugroho, Agus Sumarnadi. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Media Mahardhika, Vol .9, No. 3, Mei 2011 Oktoviana, 2009. Pengaruh Antara Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Blockholder, Kepemilikan Asing, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tingkat Pengungkapan Sukarela Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2007. Jurnal Penelitian. Purwandari, Arum. dan Purwanto, Agus. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Struktur Kepemilikan Dan Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol.1, No.2, Hal. 1-10 Tahun 2012. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting (accessed May 27, 2012). Previts, Garry J. 2004. Research in Accounting Regulation. Volume 7. Elsevier. Sanders, Donald H., and Robert K. Smidt. 2000. Statistic First Course. Boston: McGraw Hill. Santoso dan Ashari. 2005. Analisis Statistic Dengan Micosoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
78
ISSN: 1410 -9875
Satriyo Wibowo
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th Edition. United Kingdom: John Wiley& Sons, Ltd. Simanjutak, Binsar H., 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7 No. 3 September 2004. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi. Supriadi, Deri Alambudiarti. 2010. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Wallace, R.S.O., Kamal Naser and Areceli Mora. 1994. The Relationship between The Comprehensiveness of Corporate Annual Reports and Firm Characteristics in Spain. Accounting and Business Research 25: pp. 41-53. Referensi dari Website: http://ditjenpdn.kemendag.go.id/index.php/public/information/articlesdetail/berita/115 F- table distribusion and Durbin-Watson http://junaidichaniago.wordpress.com
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
80
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 81-90
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH CASH POSITION, SIZE, GROWTH, OWNERSHIP, DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
STEVEN YAP STIE Trisakti
[email protected] Abstract The purpose of this research is to examine whether Cash Position, Size, Growth, Ownership and Return On Assets have effect to dividend payout ratio (DPR). The sample of this research were taken using a purposive sampling method from companies listed on Index Kompas 100 in period 2009 to 2011. From 100 companies, acquired 28 companies that meet the criteria specified in the research period from 2009 to 2011. SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 21.0 program is used to find out the significant effect from all independent variables (Cash Position, Size, Growth, Ownership and Return On Assets) to dependent variable (dividend payout ratio). The hypotheses were tested by using multiple regression analysis method and hypothesis test with t test and F test with level of significance 5%. Result of this research show that Cash Position and Return On Assets are effecting Dividend Payout Ratio. while Size, Growth, and Institutional Ownership are not effecting Dividend Payout Ratio . Keyword: Cash Position, Size, Growth, Ownership, Return on Assets, and Dividend Payout Ratio. Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak Cash Position, Size, Growth, Ownership and Return On Assets terhadap dividend payout ratio (DPR). Sample yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yang diambil dari perusahaan yang terdaftar pada indeks kompas 100 dari periode 2009 sampai dengan 2011. Dari 100 perusahaan, diambil 28 perusahaan yang memenuhi kriteria. Metode analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan SPSS, dengan hipotesanya di uji menggunakan regresi berganda, dengan alpha 5%. Hasil dari penelitian ini adalah cash position dan return on assets berdampak pada dividend payout ratio, sedangkan size, growth, dan institutional owbership tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Kata kunci:
Cash Position, Size, Growth, Ownership, Return on Assets, and Dividend Payout Ratio.
81
PENDAHULUAN Tujuan utama Investor menginvestasikan modalnya adalah untuk mendapatkan pengembalian investasi, baik berupa dividend maupun capital gain. Investor pada umumnya mengharapkan pembagian dividen yang stabil, sehingga meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan dan mengurangi resiko. Kebijakan pembayaran dividen memiliki pengaruh yang besar baik kepada investor maupun kepada perusahaan. Perusahaan yang berkembang dengan pesat harus memiliki modal yang cukup untuk mendukung perkembangan usahanya, sehingga dapat terus maju dan berkembang. Di lain pihak perusahaan juga harus mensejahterakan para pemegang sahamnya. Pengambilan keputusan pembagian dividen perlu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Besarnya dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan masingmasing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Banyak variabel yang dapat mempengaruhi keputusan pembayaran dividen, beberapa diantaranya antara lain: Cash Position, Size, Growth, Ownership , ROA, Business Risk, Market to Book Value dan Debt to Equity. Alasan pemilihan Indeks Kompas-100 adalah karena saham Indeks Kompas-100 merupakan kumpulan saham unggulan yang terdiversifikasi ke berbagai industri dan merupakan gambaran dari IHSG yang lebih luas dibandingkan LQ-45, karena merupakan saham-saham
yang dipilih berdasarkan 100 saham dengan berbagai kriteria tertentu. Sedangkan, Alasan pemilihan periode tahun 2009-2011 adalah karena Indeks Kompas-100 baru diluncurkan pada 10 Agustus 2007, sedangkan pada tahun 2008 Indonesia mengalami kenaikan harga BBM sehingga harga saham pada umumnya berguguran, hal ini tercermin dari turunnya IHSG pada tahun tersebut. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS DPR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar dividen yang dibagikan berdasarkan laba bersih yang diperoleh. Cash Position adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan kas. Oleh karena dividend merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuannya membayarkan dividend, (Riyanto 2001, 202). Size merupakan suatu ukuran perusahaan yang besar kecilnya dilihat dari total penjualan yang dihasilkan perusahaan. Perusahaan dengan Size tinggi akan memiliki kemungkinan investasi yang bagus, sehingga memiliki kemungkinanakan membayarkan dividen yang lebih kecil. Growth adalah perubahan total aset perusahaan yang diukur dari persentase perubahan tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan membutuhkan dana yang tinggi juga yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap rendahnya dividen. Institutional Ownership adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki institusi dengan jumlah saham yang beredar. Tingkat kepemilikan Institusi yang tinggi berdampak pada semakin baiknya kinerja manajemen guna meningkatkan laba perusahaan karena diawasi secara optimal oleh Institutional Ownership. ROA adalah gambaran akan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan aset yang dimiliki, sehingga makin besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, yang berakibat return semakin besar. METODA PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas adalah tipe penelitian yang bersifat sebab akibat antara dua variabel atau lebih dimana variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Sugiyono 2012, 37). Penelitian ini dilakukan tiga tahun berturut turut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Dimana variabel independen yang digunakan meliputi Cash Position, Size, Growth, Ownership dan ROA. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio. Teknik penarikan sample menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu (disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Sugiyono 2012, 85). Objek yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di BEI dan Indeks Kompas 100 periode 2009-2011. Variable Cash Position diukur dengan membagi posisi kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak. Size dalam penelitian ini diproxykan dengan menggunakan Log Natural of net Sales. Growth dihitung dengan membandingkan antara perubahan asset tahun ini dengan asset tahun sebelumnya. Ownwership dalam penelitian ini diproxykan sebagai kepemilikan institusi dimana dapat dihitung dengan membandingkan jumlah saham yang dimiliki institusi dengan jumlah saham beredar. ROA dapat diukur dengan membandingkan antara laba yang tersedia untuk saham biasa dengan total aktiva. METODA PENELITIAN Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana dan regresi berganda (multiple regression analysis) dengan tingkat kesalahan atau α sebesar 0.05 dan alat analisis data menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 21. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengukian asumsi klasik, sehingga dapat deketahui apakah data berdistribusi normal dan layak untuk digunakan. Terdapat empat uji asumsi klasik yaiutu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.
Model regresiyang digunakan di jui hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) yaitu pengujian pengaruh terhadap dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen (Sugiyono 2012, 276). Model regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + е
Dimana : Y = Dividend Payout Ratio a = Konstanta b1 ,b2 , b3, b4, b5 = Koefisien regresi masing-masing variabel X1 =Cash Position X2 = Size X3 = Growth X4 = Ownership X5 = ROA е = error term
HASIL PENELITIAN Ringkasan pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Deskripsi perusahaan Jumlah perusahaan Perusahaan yang selalu masuk daftar indeks 56 kompas 100 periode 2009-2011 Perusahaan yang membagikan devidend minimal 28 2 kali Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 28 Jumlah data sebelum Outlier (28 x 3) 84 Jumlah data setelah Outlier 74 Sumber: Data Olahan Pengujian normalitas menggunakan One Sampel Kolmogorof-Smirnov dan grafik normal probability. Pada pengujian Kolmogorof-Smirnov nilai sig sebesar 0,366 yang artinya lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi normal dan layak
digunakan. Pada uji grafis P-Plot, gambar menunjukkan bahwa data penelitian menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal dan model regresi ini layak dipakai dalam penelitian ini.
Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Cash Position 0.516 1.938 Size 0.932 1.073 Growth 0.965 1.036 Ownership 0.894 1.119 ROA 0.512 1.953 Sumber: Output SPSS
Dari tabel di atas dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas sehingga data dalam penelitian ini layak untuk
digunakan karena semua variabel independen memiliki nilai Tolerance di atas 0.1 dan VIF di bawah 10.
Tabel 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser Variabel Sig. Cash Position 0.592 Size 0.175 Growth 0.320 Ownership 0.660 ROA 0.141 Sumber: Output SPSS Tabel di atas menunjukkan bahwa angka Sig pada variabel Cash Position, Size, Growth, Ownership,
dan ROA lebih besar dari 0.05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson Model Durbin-Watson 1 2.215 Sumber: Output SPSS Gambar di bawah yang digunakan dalam penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi ini, yang ditunjukkan dengan nilai autokorelasi pada model regresi Durbin Watson sebesar 2.215. Autokorelasi Indecision Tidak terdapat Indecision Autokorelasi positif
0
Autokorelasi
1.482
Sumber: Output SPSS
1.769
2
negative
2.231 2.215
Gambar 1 Hasil Uji Durbin-Watson Keterangan : n = 74 k =5 du = 1.482 dl = 1.769 4-dl = 2.231 4-du = 2.518
2.518
4
Pembahasan Hasil Penelitian Secara Bersama-sama Tabel 5 Hasil Analisis Koefisien Regresi Ha6 Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficents t Sig B Std.Error Beta 1 (Constant) -0.501 0.435 -1.152 0.253 Cash 0.003 0.010 0.042 0.279 0.781 Position 0.18 0.014 0.138 1.237 0.220 Size 0.211 0.151 0.154 1.399 0.166 Growth 0.035 0.192 0.021 0.184 0.854 Ownership 1.044 0.370 0.425 2.819 0.006 ROA Sumber: Output SPSS Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + e Dividend Payout Ratio = -0.501 + 0.003 Cash Position + 0.18 Size + 0.211 Growth + 0.035 Ownership + 1.044 ROA + e Tabel 6 Hasil Uji Statistik F ANOVA Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 0.487 5 0.097 3.567 0.006 Residual 1.856 68 0.027 Total 2.343 73 Sumber: Output SPSS Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.19 diperoleh F hitung 3.567 dan F tabel sebesar 2.35 untuk alpha sebesar 0.05, Karena nilai F hitung lebih besar dibandingkan F tabel maka Ho6 ditolak dan Ha6 diterima. Hal ini juga didukung dari nilai Sig.
Sebesar 0.006 yang lebih kecil dari alpha 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh antara Cash Position, Size, Growth, Ownership, dan ROA secara bersama-sama terhadap Dividend Payout Ratio.
Pembahasan Hasil Penelitian Secara Parsial Tabel 6 t hitung Model t Cash P -2.446 Size 1.387 Growth 1.096 Ownership 0.956 ROA 3.835 Sumber: Output SPSS Variabel Cash Position mempunyai pengaruh negatif serta
Sig 0.017 0.170 0.278 0.342 0.000
signifikan terhadap variabel DPR. Hal ini dapat dilihat dari t hitung
menunjukan angka -2.446 dengan tingkat signifikan sebesar 0.017 yang lebih kecil dari alfa sebesar 0.05. Variabel Size mempunyai pengaruh positif serta tidak signifikan terhadap variabel DPR. Hal ini dapat dilihat dari t hitung menunjukan angka 1.387 dengan tingkat signifikan sebesar 0.170 yang lebih besar dari alfa sebesar 0.05. Variabel Growth mempunyai pengaruh positif serta tidak signifikan terhadap variabel DPR. Hal ini dapat dilihat dari t hitung menunjukan angka 1.096 dengan tingkat signifikan sebesar 0.278 yang lebih besar dari alfa sebesar 0.05. Variabel Ownwership mempunyai pengaruh positif serta tidak signifikan terhadap variabel DPR. Hal ini dapat dilihat dari t hitung menunjukan angka 0.956 dengan tingkat signifikan sebesar 0.342 yang lebih besar dari alfa sebesar 0.05. Variabel ROA mempunyai pengaruh positif serta signifikan terhadap variabel DPR. Hal ini dapat dilihat dari t hitung menunjukan angka 3.835 dengan
tingkat signifikan sebesar 0.000 yang lebih kecil dari alfa sebesar 0.05. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diperoleh kesimpulan bahwa variabel Cash Position, ROA dan pengujian secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap DPR. Sedangkan Variabel Size, Growth dan, Ownweship tidak memiliki pengaruh secara Signifikan terhadap DPR. Beberapa Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Pertama, penelitian selanjutnya dapat menggunakan periiode penelitian yang lebih panjang, sehingga memungkinkan memperoleh hasil yang lebih akurat. Kedua, penelitian selanjutnya dapat menggunakan objek penelitian yang berbeda. Ketiga, penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lain yang mempengaruhi DPR agar hasil penelitian dapat lebih akurat dan didapatkan hasil yang lebih optimal.
REFERENSI Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South – Western: CENGANGE Learning. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id Braeley, Richard, A., Stewart, C. Myers. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Gitman, Lawrence J, and Zutter, Chad J. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. Boston: Pearson Education, Inc. Gujarati, Damodar N., and Porter, Dawn C. 2009. Basic Econometrics, 5th edition. New york : The McGraw-Hill Companies.
Hair, Jr, Joseph F., Black, William C., Babin, Barry J., and Anderson, Rolph E. 2010. Multivariate Data Analysis: Seventh Edition. Pearson Global Edition. Indahningrum, Rizka., Handayani Ratih. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan perusahaan, Free Cash Flow dan Probabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No.3, Desember 2009. Hlm. 189 -207. Indonesia Stock Exchange. http:// www.idx.co.id Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta:Kencana. Kowalewski, Oskar., Stetsyuk, Ivan., and Talavera, Oleksandr. 2007. Do Corporate Governance and Ownership Determine Dividend Policy in Poland. Bank I Kredyt listopad-grudzien, 2007, 60-86 Lucyana, Jurica dan Lilyana. 2012. Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur kepemilikan Terhadap Dividen Payout Ratio. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 4, No.2, September 2012, pp. 129-138 Marlina, Lisa dan Danica, Clara. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. JURNAL MANAJEMEN BISNIS Volume 2, Nomor 1 Januari 2009, 1-6. Murtini, Henny. 2011. Biaya Keagenan dan Mekanisme Corporate Governance Pada Rasio Pembayaran Dividen. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 3, No.2, September 2011, pp. 111-119 Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2, No.2, Juli-Desember: pp 103-123 Pribadi, AS dan Sampurno, R. Djoko. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On Asset terhadap Dividen Payout Ratio. DIPONOGORO JOURNAL OF MANAGEMENT. Volume 1, No.1, Tahun 2012, 212-211. Reilly, Frank K, and Keith C. Brown. 2009. Investment Analysis and Portfolio Management 8th Edition. USA: Thomson South – Western. Research and Product Development Division. 2009. IDX FACT BOOK 2009. BEI: Jakarta Research Division. 2009. IDX STATISTICS 2009. BEI: Jakarta Research Division. 2010. IDX STATISTICS 2010. BEI: Jakarta Research Division. 2011. IDX STATISTICS 2011. BEI: Jakarta Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi empat. Yogyakarta : BPFE. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan, edisi 4. Mitra Wacana Media. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business : a Skill-Building approach. New York : John Wiley. Siswanto, Arif. 2012. Pengaruh Firm Size, ROE, ROI, Growth dan NPM terhadap DPR. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma. Soesetio, Yuli. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, kebijakan dividen, ukuran perusahaan, Struktur Aktiva, dan Probabilitas terhadap
kebijakan Hutang. Jurnal keuangan dan perbankan. Vol.12. No.3.September 2008. 384-398 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta CV. Sundjaja, Ridwan S., dan Barlian, Inge. 2003. Manajemen Keuangan 2, edisi 5. Jakarta: Literata Lintas Media. Supranto. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Sustrisno. 2009. Manajemen Keuangan teori, konsep & Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia Kampus Falkultas ekonomi UII. Zaipul, Achmad. 2011. Analisiis Cash Position, Growth Potensial, Returm On Equity, Debt to Equity, Firm Size, Invesment terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Listing Di BEI. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. ICMD. 2012. Indonesian Capital Market Directory 2009-2011. ECFIN: Jakarta
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
90
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 91-114
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERBITAN UNQUALIFIED OPINION WITH MODIFIED PARAGRAPH GOING CONCERN SURYANTO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to examine the effect of auditor reputation, opinion prior year, company’s growth, leverage, firm size, liquidity, audit report lag and debt default. The dependent variable is unqualified opinion with modified paragraph going concern. The sample in this research consist of 51 non financing companies that have been listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) from period 2008 until 2011. Samples selected based on purposive sampling method. This study uses binary logistic regression method to see the contribution of each independent variable in influence of issuing unqualified opinion with modified paragraph going concern. The results of this research indicates that auditor reputation, company’s growth, firm size, liquidity, leverage and audit report lag do not significant influence to issuance unqualified opinion with modified paragraph going concern. Only opinion prior year and debt dafault that have significant influence to issuance unqualified opinion with modified paragraph going concern. Keywords: Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern, Auditor Reputation, Opinion Prior Year, Company’s Growth, Leverage, Firm Size, Liquidity, Audit Report Lag and Debt Default. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag dan debt default. Variabel dependen adalah opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 51 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode tahun 2008 sampai 2011. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik binary untuk melihat kontribusi setiap variabel independen yang mempengaruhi penerbitan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi auditor, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan audit report lag tidak berpengaruh signifikan terhadap penerbitan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern. Hanya Opini
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
audit tahun sebelumnya dan debt default yang memiliki pengaruh signifikan terhadap penerbitan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern. Kata kunci: Opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern, reputasi auditor, opini audit sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag dan debt default. PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia pada saat ini sudah mengalami banyak perubahan, selain dikarenakan faktor dalam negeri, faktor dari luar negeri pun turut berpengaruh. Dari dalam negeri, pertumbuhan perekonomian Indonesia tidak lepas dari bertumbuhnya perusahaanperusahaan yang berada di Indonesia. Dalam suatu perusahaan yang baik, biasanya perusahaan tersebut memiliki manajemen keuangan yang baik. Salah satunya adalah dilihat dari opini audit yang diberikan atas laporan keuangan perusahaan tersebut oleh auditor. Opini yang diberikan oleh auditor tersebut sangat mempengaruhi masa depan dari perusahaan tersebut. Kebutuhan akan auditor yang berkualitas sangat diperlukan oleh perusahaan untuk menentukan seberapa baik kinerja perusahaan pada satu periode sehingga dapat menentukan going concern perusahaan pada periode selanjutnya. Salah satu opini audit yang mempengaruhi periode selanjutnya dari perusahaan adalah unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pada dasarnya going concern itu sendiri adalah adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam
92
pelaporan keuangan suatu entitas sehinga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela 2004). Sedangkan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern adalah suatu opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP 2011). Banyak perusahaan dengan berbagai cara untuk dapat mendapatkan opini audit yang baik agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan bahkan berkembang. Cara tersebut bisa dilakukan perusahaan dengan melakukan kecurangan ataupun dengan memaksimalkan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan tersebut sebelumnya sudah diaudit dan hasilnya adalah Unqualified opinion with modified paragraph going concern, maka sudah seharusnya perusahaan dapat meningkatkan performa perusahaan tersebut agar kelak perusahaan tetap dapat bertahan dan berkembang di periode selanjutnya. Dalam hubungan dengan pihak auditor, auditor harus mampu menilai suatu perusahaan berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkan unqualified opinion with modified paragraph going
ISSN: 1410 -9875
concern. Penilaian ini meliputi perencanaan dan pengelolaan perusahaan serta kegiatan operasional perusahaan yang baik untuk bagaimana suatu perusahaan dapat mempertahankan usahanya. Dalam praktiknya tidak mudah bagi auditor untuk memutuskan apakah suatu perusahaan ini mencukupi suatu kriteria unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang besar terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya, auditor perlu menyampaikan kondisi tersebut dalam laporan audit (Thio 2007). Pada dasarnya going concern itu sendiri adalah adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehinga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela 2004). Opini unqualified opinion with modified paragraph going concern juga sering dijadikan tolak ukur apakah suatu perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Pengujian atas opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern dapat diukur dan dilakukan dengan melihat kondisi perusahaan, seperti kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan (Santosa dan Wedari 2007). Dalam perusahaan, jika perusahaan mampu mempertahankan optimalisasi kegiatan perusahaanya, maka perusahaan ini akan lebih besar kemungkinannya mendapat opini
Suryanto
yang baik dari auditor. Pada kenyataannya hubungan auditor selain kepada perusahaan, auditor menjadi penghubung antara pengguna laporan keuangan seperti investor dengan perusahaan. Motivasi penelitian ini karena masih menariknya topik mengenai unqualified opinion with modified paragraph going concern tentang tanggung jawab auditor dalam menerbitkan opini auditnya. Investor pun pada saat ini masih sering salah dalam mengambil keputusan meskipun sudah berdasarkan opini auditor yang baik. Selain itu karena masih terbatasnya penelitian sebelumnya yang menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta untuk beberapa tahun belakangan ini. Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian Santosa dan Wedari (2007). Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut: Sampel yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah audit yang telah terdaftar di BEJ selama periode 2001-2005, sedangkan penelitian saat ini menggunakan sampel dari tahun 2008-2011. Penambahan variabel independen ini merupakan tambahan variabel dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007). Pada penelitian sebelumnya terdiri dari kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Sedangkan pada penelitian saat ini ada variabel yang dihilangkan seperti kondisi keuangan perusahaan dan variabel
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
kualitas audit diganti dengan reputasi auditor. Serta penambahan variabel yaitu leverage, likuiditas, audit report lag, dan debt default. Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh dari reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag dan debt default terhadap opini unqualified opinion with modified paragraph going concern RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern Unqualified opinion with modified paragraph going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (IAI 2002) dalam Setyarno dan Januarti (2007). Kegagalan suatu perusahaan dalam mempertahankan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern merupakan ancaman bagi perusahaan tersebut karena hal itu dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. Reputasi Auditor Menurut Ruiz et al. (2004) reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual.
94
November 2014
Reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring secara umum tidak dapat diamati. Reputasi auditor juga dipertaruhkan ketika opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya (Rudyawan dan Badera 2009). Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan usahanya dibandingkan dengan auditor skala kecil (Santosa dan Wedari 2007). Petronela (2004) menyatakan bahwa auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern untuk tahun sebelumnya merupakan salah satu faktor bagi auditor untuk mengeluarkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinannya perusahaan akan menerima kembali opini audit
ISSN: 1410 -9875
unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berjalan. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu hal yang cukup mendapat perhatian penting dalam tolak ukur suatu perusahaan. Jika pertumbuhan suatu perusahaan tersebut selalu meningkat tiap tahunnya, maka bisa dikatakan perusahaan itu mempunyai kemampuan yang baik dalam kegiatan operasionalnya. Pertumbuhan perusahaan tersebut bisa dilihat dari laba yang didapat dari kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi laba yang didapat oleh perusahaan, maka akan semakin banyak juga investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan itu karena dianggap perusahaan tersebut mampu memberikan keuntungan juga bagi investornya. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba yang baik biasanya cenderung memiliki laporan keuangan yang baik, sehingga perusahaan tersebut biasanya mendapat opini audit bukan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Leverage Leverage financial menggambarkan struktur modal perusahaan dengan best debtquality mix. Perusahaan menggunakan utang jangka panjang dengan bunga tetap untuk membiayai investasinya. Leverage mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari utang perusahaan kepda kreditor (Rudyawan dan Badera 2009). Tingginya rasio debt to equity atau rasio financial leverage
Suryanto
mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Hal ini merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat (Petronela 2004). Altman (1968) menyatakan bahwa perusahaan dengan nilai aset lebih kecil dari pada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Simpulan ini didukung oleh Rudyawan dan Badera (2009) yang menyatakan bahwa rasio leverage yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Apabila tidak mampu menghasilkan laba, dengan demikian, perusahaan tersebut akan bangkrut. Leverage yang tinggi menjadi perhatian auditor karena leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Petronela 2004). Ukuran Perusahaan Perusahaan skala besar dengan pertumbuhan yang positif, memberikan suatu tanda bahwa kemungkinan untuk menjadi bangkrut kecil. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari nilai aktivanya, sehingga perusahaan besar dianggap dapat mempertahankan kelangsungan usahanya (Sudarno 2012). Krishnan dan Schauer (2000) berpendapat bahwa, semakin besar perusahaan yang di audit, maka kualitas audit yang diberikan KAP juga semakin besar. Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
keuangan perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi sejumlah besar pemakaian laporan keuangan tersebut (Amilin dan Indrawan 2008). Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio juga menggambarkan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan tersebut (Januarti dan Fitrianasari 2008). Semakin kecil current ratio, perusahaan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar para krediturnya, maka auditor kemungkinan memberikan opini audit dengan going concern (Hani, Cleary, dan Mukhlasin 2003). Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin tinggi juga tingkat perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajibannya sehingga kelangsungan hidup suatu perusahaan tersebut menjadi baik dan memicu auditor untuk memberikan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Audit Report Lag Audit report lag adalah jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit. Audit Report Lag merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku
96
November 2014
yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit. Audit report lag dengan modifikasi mengenai Going Concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Di lain pihak, perusahaan yang “sehat” memperoleh opini “standart” atau “unqualified”. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis (Hani, Cleary, dan Mukhlasin 2003). Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang. Oleh karena itu juga harus memperhatikan waktu yang dibutuhkan dalam proses audit yang dilakukan karena semakin lama waktu untuk menerbitkan audit report lag maka semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut mendapatkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Debt Default Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan, dalam hal ini khususnya opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Dalam masa krisis, dimulai tahun 1997, terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dalam mata uang asing meningkat secara
ISSN: 1410 -9875
signifikan, disamping itu banyak perusahaan yang mengalami rugi operasi dan realisasi penjualan pun turun secara drastis. Akhirnya kejadian ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pokok dan beban bunga (Susanto 2009). Oleh karena itu semakin tinggi tingkat debt default suatu perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Reputasi Auditor dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya, Santosa dan Wedari (2007) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan karena baik KAP yang berskala kecil maupun yang berskala besar, akan selalu bersikap obyektif dalam memberikan pendapat. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Setyarno et al (2007) dan Ulya (2012) yaitu kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhany (2004), Susanto (2009), Rudyawan, Badera (2009) dan Petronela (2007) yang menyatakan bahwa kualitas KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan ketika sebuah KAP sudah memiliki reputasi yang baik maka KAP tersebut akan berusaha
Suryanto
mempertahankan reputasinya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya, sehingga mereka akan selalu bersikap objektif dalam pekerjaanya. Hasil berbeda didapatkan oleh Junaidi dan Hartono (2010), Fanny dan Saputra (2005) serta Herusetya (2008) dimana secara statistik reputasi auditor berpengaruh pada opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Karena semakin besar reputasi Kantor Akuntan Publik maka semakin besar juga kualitas audit yang diberikannya. Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya, Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara positif. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et al (2007), Kartika (2012), Ramadhany (2004), Susanto (2009), Saputra et all (2013) dan Ulya (2012) yang menunjukkan bahwa auditor dalam memberikan opini auditnya akan mempertimbangkan opini audit tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan auditor dapat memperhatikan apabila pada tahun lalu perusahaan menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern, maka akan memperbesar kemungkinan penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern di tahun berjalan pada perusahaan tersebut.
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Hasil penelitian sebelumnya, Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan perusahaan yang menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern dan yang tidak menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern sama sama mengalami pertumbuhan laba yang negatif. Hasil penelitian ini konsisten dengan yang dilakukan oleh Rudyawan dan Badera (2009), Januarti dan Fitrianasari (2008), Saputra et al (2013), Setyarno et al (2007) serta Fanny dan Saputra (2005) bahwa rasio pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa rasio pertumbuhan yang lain yaitu rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Kartika (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan pertumbuhan asset perusahaan
98
November 2014
menunjukkan kekuatan perusahaan dalam industri dan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Leverage dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rudyawan dan Badera (2009) mengatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa ditemukan bukti empiris bahwa rasio leverage tidak berpengaruh terhadap pemberian unqualified opinion with modified paragraph going concern oleh auditor pada auditee. Hasil penelitian ini konsisten dengan Hani et al (2003), Petronela (2004), Amilin dan Indrawan (2008) dan Sudarno (2012) yang menemukan bahwa bukti rasio leverage kurang dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit unqualified opinion with modified paragrapah going concern karena meningkatnya rasio leverage tidak diikuti dengan menurunnya rasio aktivitas dan rasio pertumbuhan penjualan. Ukuran Perusahaan dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) serta Krishnan dan Schauer (2000) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
ISSN: 1410 -9875
terhadap penerimaan opini unqualified opinion with modified paragrapah going concern. Hal ini dikarenakan semakin besar suatu perusahaan yang di audit, maka kualitas audit yang diberikan KAP juga semakin besar. Artinya KAP dalam melaksanakan pekerjaan auditnya tidak terpengaruh terhadap ukuran perusahaan yang mungkin memberikan fee yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang kecil. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008), Ramadhany (2004), Fanny dan Saputra (2005), Herusetya (2008), Sudarno (2012), Junaidi dan Hartono (2010), dan Kristiana (2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian opini unqualified opinion with modified paragrapah going concern. Hal ini dikarenakan pertumbuhan aktiva perusahaan tidak diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan saldo labanya. Sehingga, meskipun nilai total aktiva terus meningkat setiap tahunnya, perusahaan akan mengalami masalah going concern jika terus menerus mengalami saldo laba negatif setiap tahunnya. Likuiditas dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph going Concern Dalam penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa nilai probabilitas yang dimiliki likuiditas menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Hani et al. (2003) yang menemukan
Suryanto
bukti bahwa rasio likuiditas berpengaruh dalam menentukan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Selain itu, temuan penelitian ini juga sejalan konsisten dengan Eko (2006) yang menemukan bukti bahwa rasio likuiditas, dengan menggunakan proksi working capital to total asset, dipertimbangkan oleh auditor dalam memberikan opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern untuk auditee. Current ratio menggambarkan besarnya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menanggung kewajiban lancar yang dimiliki. Hasil koefisien yang negative menunjukan semakin kecil rasio likuiditas yang dimiliki oleh auditee maka akan semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk memberikan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern dan sebaliknya (Januarti dan Fitrianasari 2008). Hasil yang berbeda didapatkan oleh Sudarno (2012) dan Amilin dan Indrawan (2008) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap penentuan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan pada perusahaan manufaktur biasanya memiliki hutang jangka panjang berupa hutang aktiva tetap berupa mesin dan kendaraan yang tinggi. Sedangkan hutang dagangnya tidak terlalu tinggi, dan perusahaan dapat mengajukan kredit dengan menjamin assetnya kepada bank guna memenuhi likuiditasnya sehingga rasio likuiditas tidak menjadi acuan dan pertimbangan yang utama bagi auditor dalam
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
memberikan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Audit Report Lag dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menunjukkan bahwa audit lag berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern pada auditee. Hasil temuan penelitian ini memberikan suatu bukti empiris bahwa laporan auditor yang dikeluarkan terlambat mengindikasikan adanya masalah unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil yang berbeda didapatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh audit report lag terhadap pemberian opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini disebabkan karena dalam penelitian ini banyak perusahaan yang melaporkan tepat waktu sesuai peraturan Bapepam dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Debt Default dan Opini Audit Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007) menyatakan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini unqualified opinion with modified
100
November 2014
paragraph going concern. Hal ini disebabkan karena kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator unqualified opinion with modified paragraph going concern yang banyak digunakan auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Saputra et all (2013) dan Ulya (2012) yang menemukan bukti empiris bahwa debt default secara signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pengembangan Hipotesis Dari tinjauan teoritis dan beberapa pertimbangan logis yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Ha1: Reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ha2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ha3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ha4: Leverage berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with
ISSN: 1410 -9875
Ha5:
Ha6:
Ha7:
Ha8:
No 1
2
3
4
5 6 7
Suryanto
modified paragraph going concern. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Likuiditas berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Audit report lag berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Debt Default berpengaruh terhadap opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan populasi yaitu seluruh perusahaan yang tercatat konsisten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu berdasarkan pertimbangan dan quota. Sampel penelitian diambil dari populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Prosedur peneliti dalam memilih sampel berdasarkan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel
Keterangan Perusahaan yang konsisten terdaftar di BEI selama periode penelitian (2008-2011) Perusahaan yang tidak menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember selama periode penelitian (20082011) Perusahaan yang tidak menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan selama periode penelitian (2008-2011) Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih yang negatif sekurangnya dua periode laporan keuangan selama periode penelitian (2008-2011) Perusahaan yang tidak melakukan penjualan secara konsisten selama periode penelitian (20082011) Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap selama periode penelitian (2008-2011) Total perusahaan dan data
Jumlah Perusahaan
Jumlah Data
291
1164
(7)
(28)
(20)
(80)
(203)
(812)
(3)
(12)
(9)
(36)
49
196
Sumber: Hasil Pengolahan Data
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Tabel 4.1 menunjukkan jumlah seluruh perusahaan non keuangan yang konsisten terdaftar di BEI selama periode penelitian 20082011 adalah 291 perusahaan. Terdapat 7 perusahaan yang tidak menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember, 20 perusahaan yang tidak menggunakan Rupiah sebagai mata uang dalam pelaporan, 203 perusahaan yang tidak mengalami laba bersih yang negatif sekurangnya 2 periode laporan keuangan, 3 perusahaan yang tidak melakukan penjualan secara konsisten dan 9 perusahaan yang tidak memiliki data lengkap selama tahun 2008-2011. Oleh karena itu, perusahaan yang digunakan adalah 49 perusahaan dengan 196 data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data terdiri dari laporan keuangan perusahaan yang berupa neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas, laporan laba rugi, dan catatan yang telah diaudit oleh akuntan publik independen pada periode tahun 2008-2011, yaitu laporan keuangan yang diperoleh dengan cara mengunduh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Reputasi auditor merupakan probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien. Dalam penelitian ini reputasi auditor diproksikan dengan menggunakan skala auditor. Variabel ini diukur dengan menggunakan variable dummy 1 Pertumbuhan Perusahaan �
102
November 2014
untuk auditor yang tergabung dalam skala besar dan 0 untuk auditor yang bukan. Skala besar yaitu KAP the big 4, yang menurut Ramadhany (2004) terdiri dari: Prasetio Utomo & Co. pada tahun 2003 merger dengan Hanadi, Sarwoko & Sandjaja (Berafiliasi dengan Ernest & Young). Siddharta Siddharta & Harsono (berafiliasi dengan KPMG), Hadi Sutanto & Rekan (berafiliasi dengan Pricewaterhouse Copper), Hans, Tuanakotta & Mustofa (berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu). Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian Susanto (2009). Opini Audit Tahun Sebelumnya menggunakan variabel dummy. Jika opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern (GCAO) maka diberi kode 1. Sedangkan untuk opini audit non-unqualified opinion without modified paragraph going concern (NGCAO) akan diberi kode 0. Cara ini pernah digunakan dalam penelitian Setyarno et al. (2007) dan Ramadhany (2004). Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan perusahaan, maka akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini unqualified opinion with modified paragraph going concern (Setyarno et al 2007). Cara ini pernah dilakukan juga oleh Rudyawan dan Badera (2009).
Penjualan bersih � � Penjualan bersih Penjualan bersih ���
���
ISSN: 1410 -9875
Suryanto
Rasio leverage adalah rasio hutang terhadap aktiva atau suatu perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukkan beberapa bagi aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang. Leverage merupakan variabel independen yang dalam penelitian ini diukur dengan perbandingan total hutang dengan modal sendiri. Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian Petronela (2004). Total Hutang �������� � Total Modal Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel. Pengukuran variabel ini dihitung dengan menggunakan natural logaritma dari total aktiva. Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2012). Rasio likuiditas adalah rasio digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi sejumlah besar pemakaian laporan keuangan tersebut (Amilin dan Indrawan 2008). Sebagai parameter dari rasio likuiditas digunakan current ratio. Cara ini pernah dilakukan juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Hani et al. (2003). ������� ����� �
������� ������ ������� �����������
Audit lag merupakan jumlah kalender antara tanggal berakhirnya laporan keuangan (31 Desember) dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Cara ini pernah dilakukan juga
sebelumnya dalam penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008). Debt Default diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka 1 untuk debt default, sedangkan angka 0 untuk tidak debt default untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator unqualified opinion without modified paragraph going concern. Cara ini pernah digunakan juga sebelumnya oleh Devina dan Zulaikha (2004). Pengukuran unqualified opinion with modified paragraph going concern. dilakukan dengan menggunakan variabel dummy dilakukan oleh Setyarno et al. (2007). Dimana untuk kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit nonunqualified opinion without modified paragraph going concern. Variabel ini diukur dengan skala nominal. Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan dari variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Pengujian hipotesis ini menggunakan binary logistic regression dengan tingkat kesalahan (α) 5%, karena variabel dependen yaitu unqualified opinion with modified paragraph going concern merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy. Pada logistik regresi ini tidak diperlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya karena variabel bebasnya merupakan
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
campuran antara metric dan non metric (Ghozali 2011). Berikut Ln
�� ����
α ADTR PRIOP
SALGR LVRG SIZE
GC ADTR PRIOP SALGR LVRG
LKDTS ARL DD
logistik
yang
= Likuiditas = Audit report lag = Debt default (angka 1 untuk debt default, sedangkan angka 0 untuk tidak debt default) = Kesalahan residual
= Dummy variabel opini audit (kategori 1 untuk audtitee dengan opini audit going concern (GCAO) dan 0 untuk auditee dengan opini e audit non going concern (NGCAO) HASIL PENELITIAN = Konstanta = Reputasi Auditor Hasil dari statistik = Opini audit tahun deskriptif menunjukkan jumlah sebelumnya yang sampel yang digunakan, nilai diterima perusahaan minimum, nilai maksimum, nilai (kategori 1 apabila rata-rata (mean) dan standar GCAO,0 bila NGCAO) deviasi dari sampel yang digunakan. = rasio pertumbuhan Hasil tersebut dapat dilihat pada penjualan auditee Tabel 2 di bawah ini = Leverage = Ukuran Perusahaan Tabel 2 Hasil Deskriptif Statistik Descriptive Statistics N 196 196 196 196 196
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation 0.43 0.497 0.22 0.415 0.40 0.492 0.609766837 5.0713411883 3.155658673 18.4279980721
0 1 0 1 0 1 -0.9740000 62.5090000 - 216.1524000 51.3327000 23.0730499 31.0894815 26.803442652 1.7852085887 0.0459000 455.0527000 5.609102041 33.8574813616 13 309 86.68 26.753 0 1 0.09 0.290
SIZE 196 LKDTS 196 ARL 196 DD 196 Valid N 196 (listwise) Sumber: Output Data SPPS 19.0 Nilai minimum dari opini audit going concern (GC) adalah 0
104
model regresi digunakan:
GC = α + β1 ADTR + β2 PRIOP + β3 SALGR + β4 LVRG + β5 SIZE 1-GC + β6 LKDTS + �7 ARL + β8 DD + e
Dimana: ��
November 2014
yang menyatakan bahwa perusahaannon keuangan yang
ISSN: 1410 -9875
menerima non-unqualified opinion with modified paragraph going concern sebanyak 112 perusahaan, serta untuk nilai maksimum dari variabel opini audit going concern adalah 1 yang menyatakan bahwa perusahaan non keuangan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern yaitu sebanyak 84 perusahaan. Nilai rata-rata dari variabel ini adalah sebesar 0.43. Sedangkan, untuk standar deviasi untuk variabel unqualified opinion with modified paragraph going concern sebesar 0.497. Nilai minimum dari reputasi auditor (ADTR) adalah 0 yang artinya menyatakan auditor bukan tergabung dalam skala big four dimana terdapat 153 perusahaan yang menggunakan auditor yang bukan tergabung dalam skala besar big four, dan nilai maksimum sebesar 1 menyatakan auditor tergabung dalam skala besar dimana skala besar yang dimaksud adalah perusahaan yang tergabung dalam big four dimana terdapat 43 perusahaan yang menggunakan auditor yang tergabung dalam skala besar. Nilai mean dari reputasi auditor adalah 0.22. Dan untuk standar deviasi dari variabel reputasi auditor sebesar 0.415. Nilai minimum dari opini audit tahun sebelumnya (PRIOP) adalah 0 yang berarti perusahaan yang menerima non-unqualified opinion with modified paragraph going concern (NGCAO) sebanyak 118 perusahaan, dan untuk nilai maksimum sebesar 1 berarti perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern (GCAO) sebanyak 78 perusahaan. Nilai mean dari opini audit tahun
Suryanto
sebelumnya (PRIOP) adalah sebesar 0.40. Standar deviasi dari variabel opini tahun sebelumnya sebesar 0.492. Nilai minimum dari variabel pertumbuhan perusahaan (SALGR) sebesar -0.9740000, dan nilai maksimumnya adalah sebesar 62.5090000. Sedangkan untuk nilai rata-rata dari variabel pertumbuhan perusahaan (SALGR) adalah 0.609766837 dan nilai standar deviasi dari pertumbuhan perusahaan adalah sebesar 5.0713411883. Nilai minimum dari variabel leverage (LVRG) adalah 51.3327000 dan untuk nilai maksimum dari variabel ini sebesar 216.1524000. Sedangkan nilai rataratanya adalah 3.155658673 serta nilai standar deviasi dari leverage adalah 18.4279980721. Nilai minimum dari variabel ukuran perusahaan (SIZE) adalah 23.0730499. Nilai maksimum adalah sebesar 31.0894815. Nilai rata-rata dari ukuran perusahaan adalah 26.803442652 dan nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah 1.7852085887. Nilai minimum dari variabel likuiditas (LKDTS) adalah 0.0459000 dan untuk nilai maksimum dari variabel ini adalah sebesar 455.0527000. Nilai rata-rata dari likuiditas adalah 5.609102041 dan nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah 33.8574813616. Nilai minimum dari variabel audit report lag (ARL) adalah sebesar 13 dan untuk nilai maksimumnya adalah 309. Nilai rata-rata dari audit report lag adalah 86.68. Nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah 26.753. Nilai minimum dari variabel debt default (DD) adalah 0 yang
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
berarti perusahaan yang tidak mengalami debt default sebanyak 178 perusahaan, dan untuk nilai maksimum sebesar 1 berarti perusahaan yang mengalami debt default sebanyak 18 perusahaan. Nilai rata-rata dari debt default adalah 0.09 yang berarti rata-rata perusahaan non keuangan yang mengalami debt default sebesar 9%. Nilai standar deviasi untuk variabel ini adalah 0.290. Tabel 3 menunjukkan nilai 2 log likelihood pada block 0 dan block 1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai -2 loglikelihood pada block 0 (hanya melibatkan konstanta saja) sebesar 268.255, sedangkan pada block 1 (mengikutkan semua variabel independen) sebesar 117.078. Hal ini menunjukkan indikasi adanya model yang baik. Penurunan nilai -2 log likelihood dari block 0 ke block
November 2014
1 sebesar 151.176. Penurunan nilai -2 log likelihood tersebut terjadi karena adanya penambahan variabel independen ke dalam model. Tabel 3 Overall Model Fit Block Block Number = 0 Block Number = 1
Nilai 268.255 117.078
Selisih
151.176 Sumber: Output Data SPSS 19.0 Uji Nagelkerke’s R2 digunakan untuk melihat seberapa besar variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4 Hasil Uji Nagelkerke’s R2 -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square 1 117.078 0.538 0.721 Sumber: Output Data SPSS 19.0 perusahaan, leverage, ukuran Pada Tabel 4 dapat dilihat perusahaan, likuiditas, audit report bahwa nilai Nagelkerke R Square lag dan debt default. Sedangkan adalah sebesar 0.664 yang apabila sisanya sebesar 27.9% dijelaskan dijadikan persentase menjadi oleh variasi variabel independen sebesar 72.1%, yang artinya bahwa yang tidak terdapat dalam model hanya 72.1% variasi dari variabel penelitian ini. dependen, yaitu opini audit Uji Hosmer and Lameshow’s digunakan untuk menguji apakah unqualified opinion with modified paragraph going concern yang data sesuai atau cocok dengan dapat dijelaskan oleh variasi model penelitian. Hasil uji Hosmer variabel independen, yaitu reputasi dan Lemeshow’s Goodness of Fit auditor, opini audit tahun Testdapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: sebelumnya, pertumbuhan
106
ISSN: 1410 -9875
Suryanto
Tabel 5 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Step Chi-square df Sig. 1 4.757 8 0.783 Sumber: Output Data SPSS 19.0 Pada Tabel 4.5 dapat menunjukkan bahwa tidak ada dilihat bahwa nilai Hosmer and perbedaan antara model dengan Lemeshow test menunjukkan nilai data observasi sehingga model signifikansi sebesar 0.783 > 0.05. dapat dikatakan fit dengan data Cut off nilai yang digunakan untuk observasi penelitian. menilai apakah model fit dengan Hasil uji ketepatan prediksi data adalah 0.05. Dapat dilihat dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah bahwa nilai signifikansi lebih besar ini. dibandingkan nilai cut off, hal ini Tabel 6 Hasil Uji Ketepatan Prediksi Observed
Predicted GC non going concern
non going concern going GC concern Step 1 Overall Percentage Sumber: Output Data SPSS 19.0 Berdasarkan Tabel 6 data yang diperoleh ada 85 perusahaan yang mendapatkan unqualified opinion with modified paragraph going concern (GCAO), akan tetapi yang tepat prediksi berdasarkan model sebesar 72 perusahaan dengan persentase 84.7% (72/85), sedangkan sisanya 13 perusahaan dengan persentase 6.6% (13/196) tidak tepat prediksi. Untuk perusahaan yang mendapatkan non-unqualified opinion with modified paragraph going concern sebanyak 111
Percentage going concern Correct
103
8
92.8
13
72
84.7 89.3
perusahaan akan tetapi yang tepat prediksi berdasarkan model sebesar 103 perusahaan dengan persentase 92.8% (103/111), sementara sisanya sebesar 8 perusahaan dengan persentase 4.08% (8/196) tidak tepat prediksi. Secara keseluruhan ketepatan prediksi berdasarkan model sebesar 175 perusahaan dengan persentase 89.3% (175/196). Uji hipotesis dapat ditunjukkan oleh Tabel 7 seperti berikut ini:
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis Variables in the Equation Step ADTR 1a PRIOP SALGR LVRG SIZE LKDTS ARL DD Constant
B 0.155 4.483 -0.449 -0.011 -0.197 0.000 -0.005 2.562 3.502
S.E. 0.656 0.548 0.486 0.014 0.156 0.005 0.008 1.062 4.110
Wald df 0.056 1 66.898 1 0.854 1 0.678 1 1.586 1 0.009 1 0.335 1 5.822 1 0.726 1
Sig. 0.813 0.000 0.355 0.410 0.208 0.925 0.563 0.016 0.394
Exp(B) 1.168 88.534 0.638 0.989 0.821 1.000 0.995 12.960 33.191
a. Variable(s) entered on step 1: ADTR, PRIOP, SALGR, LVRG, SIZE, LKDTS, ARL, DD. Sumber: Output Data SPSS 19.0 Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor (AR) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.813 yang lebih besar dari 0.05 artinya bahwa Ha1 gagal diterima sehingga variabel reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini disebabkan karena baik KAP big four maupun yang bukan KAP big four tetap akan bersikap independen dan obyektif dalam melakukan pekerjaan auditnya dan dalam memberikan pendapat. Variabel opini audit tahun sebelumnya (PRIOP) memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya bahwa Ha2 diterima, dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pada tahun sebelumnya perusahaan memperoleh unqualified opinion
108
with modified paragraph going concern, maka semakin besar kemungkinan untuk memperoleh kembali unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berikutnya. Variabel pertumbuhan perusahaan (SALGR) yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.355 yang berarti bahwa Ha3 gagal diterima dimana menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini disebabkan karena baik perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern dan yang tidak menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern ada yang sama-sama memiliki pertumbuhan penjualan yang negatif. Hal ini berarti pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin
ISSN: 1410 -9875
perusahaan untuk tidak menerima opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern. Sedangkan untuk variabel rasio leverage (LEVR) yang diproksikan dengan debt to total equity ratio memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.410 yang berarti dimana Ha4 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ini disebabkan karena perusahaan dengan leverage yang tinggi, akan tetapi memiliki perencanaan dalam memperbaiki operasi perusahaan dan kemampuan untuk dapat mengelola keuangan dengan baik, serta mampu menyajikan laporan keuangan yang wajar, maka tidak akan mendapat unqualified opinion with modified paragraph going concern. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) yang diproksikan dengan natural logaritma dari total aktiva yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.208 yang berarti Ha5 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan pertumbuhan aktiva perusahaan tidak diimbangi dengan kemampuan dalam meningkatkan saldo labanya walaupun total aktivanya meningkat pada tiap tahun. Hal tersebut tetap akan membuat perusahaan terkena masalah going
Suryanto
concern jika terus menerus mengalami saldo laba negatif tiap tahunnya. Sehingga, walaupun perusahaan tersebut termasuk dalam kategori besar tidak selalu menjamin bahwa perusahaan tersebut terlepas dari unqualified opinion with modified paragraph going concern. Variabel rasio likuiditas (LKDTS) yang diproksikan dengan current ratio memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05, yaitu sebesar 0.925 yang berarti bahwa Ha6 gagal diterima yang artinya variabel rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pemberian unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini dikarenakan auditor dalam memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern tidak hanya melihat dari seberapa besar perusahaan mampu membayar hutang jangka pendek dengan aset lancar yang dimilikinya tapi juga dengan melihat dari keseluruhan kondisi keuangan dan temuan audit dari perusahaan tersebut. Variabel audit report lag (ARL) memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.563 dimana artinya Ha7 gagal diterima. Hal ini membuktikan bahwa variabel audit report lag tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini disebabkan banyak perusahaan yang dalam penelitian ini mengeluarkan laporan audit dengan unqualified opinion with modified paragraph going concern dengan
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
tepat waktu sesuai dengan peraturan dari Bapepam. Dan yang terakhir, variabel debt default memiliki signifikansi yang lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.016 dimana artinya Ha8 diterima. Hal ini menunjukan bahwa kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang merupakan indikator unqualified opinion with modified paragraph going concern yang memang banyak digunakan oleh auditor dalam menentukan ataupun menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini disebabkan karena perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan yang negatif atau mengalami rugi operasi serta hutang yang semakin meningkat. Akhirnya keadaan ini mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. PENUTUP Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh variabel independen yang terdiri dari reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag dan debt default terhadap variabel dependen yaitu penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI pada periode 20082011. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with
110
November 2014
modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007), Setyarno et al (2007), Ulya (2012), Herusetya (2008), Ramadhany (2004), Susanto (2009), Rudyawan, Badera (2009) dan Petronela (2007). Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fanny dan Saputra (2005) serta Junaidi dan Hartono (2010). 2. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et al. (2007), Kartika (2012), Ulya (2012), Santosa dan Wedari (2007), Saputra et all (2013), Ramadhany (2004) dan juga Susanto (2009). 3. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan melalui pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Santosa dan Wedari (2007), Saputra et al (2013), Setyarno et al (2007), Fanny dan Saputra (2005), Januarti dan Fitrianasari (2008) serta Rudyawan dan Badera (2009). Sedangkan penelitian yang berbeda dihasilkan oleh Kartika (2012). 4. Rasio leverage dengan proksi debt to equity tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan
ISSN: 1410 -9875
unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Petronela (2004), Hani et al (2003), Januarti dan Fitrianasari (2008), Rudyawan dan Badera (2009), Amilin dan Indrawan (2008) dan Sudarno (2012). 5. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan natural logaritma dari total asset tidak ada pengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Fanny dan Saputra (2005), Herusetya (2008), Kristiana (2012), Sudarno (2012), Januarti dan Fitrianasari (2008) serta Junaidi dan Hartono (2010). Tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) serta Krishnan dan Schauer (2000). 6. Rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2012) dan Amilin dan Indrawan (2008). Tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008), Hani et al. (2003) dan Eko (2006). 7. Audit report lag tidak berpengaruh terhadap
Suryanto
kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (2011). Sedangkan penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008). 8. Debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007), Ramadhany (2004), Saputra et al (2013) dan Ulya (2012). Penelitian yang dilakukan tentang pengaruh variabel independen, yaitu reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, audit report lag, dan debt default terhadap variabel dependen, yaitu penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Periode penelitian hanya dilakukan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 (4 tahun) sehingga belum dapat melihat kecenderungan trend penerimaan unquaified opinion with modified paragraph going concern dalam jangka panjang. 2. Penelitian ini hanya menggunakan delapan variabel independen yaitu reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, leverage, ukuran
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
perusahaan, likuiditas, audit report lag, dan debt default. Saran yang dapat digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Jumlah tahun pengamatan akan lebih baik jika diperpanjang sehingga dapat melihat kecenderungan trend-trend
November 2014
penerbitan unqualified opinion with modified paragraph going concern oleh auditor dalam jangka panjang. 2. Memasukkan variabel independen tambahan, seperti model prediksi kebangkrutan, resiko saham, perubahan dewan komisaris dan opinion shopping.
REFERENSI Amilin dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan dan Opini Audit oleh KAP Big Four dengan KAP Non Big Four (Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi: Analisis Ilmiah Ekonomi, Manajemen, Keuangan, dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2, Hlm. 72-83. Altman, E dan McGough, T. 1974. “Evaluation of a Company as a Going Concern”. Journal of Accountancy. December. 50-57. Arens, Alvin A, dan James K Lobbecke. 2002. Auditing : Pendekatan Terpadu (Judul Asli : Auditing : An Integrated Approach) Edisi Revisi, Jilid I. Penerjemah Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta. Arifin, Johar. 2008. Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. , 229-252 Boynton, William C, Johnson, Raymond. N, Kell, Walter. G. 2002. Modern Auditing. Edisi Ketujuh. Jakarta. Erlangga. Carcello, J.V. and Neal, T.L., 2000. Audit Committe Composition and Auditor Reporting The Accounting Review. Volume 75 No. 4 hal 453-467 Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler. 2001. Research Methods. McGraw Hill International Edition. Damayanti, Shulamite dan Made Sudarma. 2008. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Fanny, Margareta dan Sylvia Saputra. 2005. ”Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric. McGraw Hill. Hani, Clearly., dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit : Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI. 1221-1233. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
112
ISSN: 1410 -9875
Suryanto
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Iksan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Graha Ilmu. Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee. Jurnal Maksi Universitas Diponegoro Vol. 8 No.1. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang. Junaidi dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Non Keuangan pada Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokwerto. LaSalle, R.E. & Anandarajan, A. 1996. Auditor View on the Type of Audit Report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties. Accounting Horizons, 10, 51-72 Lubis, Ade Fatma, dan Syahputra, Adi. 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis. Penerbit Waty Grafika, Medan. McKeown, J. Mutchler, J., dan Hopwood W. 1991. Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify the audit Opinion of Bankrupt Companies. Auditing : A Journal Practice & Theory. Supplement. 1-13. Mutchler, J. F., W. Hopwood, and J.C. McKeown. 1997. The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. Autumn. Nawari. 2010. Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. Nogler, G.E. 1995. “The Resolution of Auditor Going Concern Opinions.” Auditing : A Journal of Practice & Theory. Fall. Pp. 54-73 Palmrose, Z. 1984. The Demand for Quality Differentiated Audit Services in an Agency Cost Setting: An Empirical Investigation. 1984 Auditing Research Symposium, 229-252 Petronela, T. 2004. Perkembangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance, 47-55 Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar. Rahayu, Puji. 2007. “Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on Financial and Non-Financial Information”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi Volume 4. Rudyawan, AP, Badera, I Dewa Nyoman. 2008. Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor. Jurnal Akuntansi & Bisnis Volume 4, 2 Juli 2009. 129-138. Santosa, Arga Fajar. dan Wedari, L.K. 2007. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI Volume 11 No. 2, Desember 2007 : 141-158. Sartono, dan R. Agus., 1997. Manajemen Keuangan, Edisi 3. BPFE Yogyakarta. Setiawan, Santy, 2006. Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Volume V No. 1, Mei 2006. 59-67. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Solikah, Badingatus, 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal Maksi, Vol.4. Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Hlm. 155-173. Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. ”Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar. Umar, Husein, 2003, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Watts, R. & Zimmerman, J. (1986). Positive Accounting Theory. New York, NY: Prentice Hall. Weston, J. Fred dan Eugene F.Brigham, 1993. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid I. Edisi ke-9. Jakarta : Erlangga
114
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 115-136
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TIKE KARTIKA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: This study aimed to investigate the effect of financial ratios to predict probability of financial distress in the company. Financial ratios used as independent variables in this research are net profit margin, return on assets, return on equity, current ratio, working capital ratio, current liabilities to total assets, total assets turnover, debt to total assets ratio, firm size, cash flow and sales growth. The samples of this research are 89 manufacturing companies listed at Indonesia Stock Exchange with three years observation period from 2011 to 2013. The samples are classified into 2 groups which are 224 non-financially distressed firms and 43 financially distressed firms. The samples are chosen by purposive sampling. As for the criteria of financial distress in this study was measured by average earnings per share, whilst statistic analysis that used in this study was logistic regression.The result of this research shows that total assets turnover and debt to total assets ratio are significantly influence the firm’s financial distress condition. Whereas, net profit margin, return on assets, return on equity, current ratio, working capital ratio, current liabilities to total assets, firm size ,cash flow and sales growth do not influence the firm’s financial distress condition. Keywords:
Financial Distress, Liquidity, Profitability, Leverage, Solvability.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial ratios terhadap kondisi financial distress di suatu perusahaan. Financial ratios sebagai variabel independen yang digunakan dalam penelitian antara lain net profit margin, return on assets, return on equity, current ratio, working capital ratio, current liabilities to total assets, total assets turnover,debt to total assets ratio, ukuran perusahaan, arus kas and pertumbuhan penjualan.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 89 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode penelitian selama 3 tahun dari tahun 2011 hingga 2013. Sampel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu 224 data yang tidak mengalami kondisi financial distress dan 43 data yang mengalami kondisi financial distress. Sampel data dipilih dengan menggunakan metode purpose sampling. Adapun kriteria financial distressdalam penelitian ini diukur dengan menggunakan average earnings per share, sedangkan analisis statistik yang
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi logistik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa total assets turnover dan debt to total assets ratio secara signifikan berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Sedangkan variabel net profit margin, return on assets, return on equity, current ratio, working capital ratio, current liabilities to total assets, ukuran perusahaan arus kas, and pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress Kata kunci: Financial distress, likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas. PENDAHULUAN Krisis keuangan di Indonesia diantaranya terjadi pada tahun 1998, 2005 dan 2008. Krisis keuangan yang terjadi di tahun 1998 merupakan dampak dari krisis ekonomi yang terjadi di Asia pada tahun 1990-an. Sedangkan krisis di tahun 2005 disebabkan penarikan subsidi BBM (bahan bakar minyak) oleh Pemerintah, hal ini menyebabkan banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan bahkan kebangkrutan karena beban produksi yang meningkat. Krisis di tahun 2008 disebabkan karena perekonomian dunia yang saling terkait sehingga krisis yang terjadi di negara Eropa dan Amerika berdampak ke negara-negara lain termasuk diantaranya Indonesia. Financialdistress, merupakan suatu keadaan yang terjadi sebelum suatu perusahaan dinyatakan bangkrut. Menurut Platt dan Platt (2002) dalam Almilia (2004) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. MCCue (1991) dalam Widarjo dan Setiawan (2009) mendefinisikan financial distress sebagai arus kas negatif, sedangkan Hofter (1980) dan Ehitaker (1999)
116
dalam Widarjo dan Setiawan (2009) mendefinisikan financial distress sebagai perubahan harga ekuitas. Menurut Widarjo dan Setiawan (2009) perlu dilakukannya pengembangan atas model financial distress, karena dengan mengetahui kondisi financialdistress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukannya tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, laporan keuangan dapat bermanfaat untuk memprediksi financial distress perusahaan. Laporan keuangan juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio keuangan yang ada dalam laporan tersebut. Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu (Widarjo dan Setiawan 2009).
ISSN: 1410 -9875
RERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori keagenan (Agency Theory) menjelaskan hubungan antara agent dengan principal.Agent adalah para manajer yang menjalankan aktivitas perusahaan dan yang mengelola kekayaan pemilik, sedangkan principal adalah para pemegang saham atau pemilik yang menyediakan fasilitas dan dana yang berguna untuk operasi perusahaan. Para manajer (agent) wajib mempertanggungjawabkan semua tindakannya dalam pengelolaan perusahaan kepada para pemilik (principal). Jensen dan Meckling (1976) dalam Haryono (2005) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agent (manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Permasalahan keagenan timbul dikarenakan adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan perusahaan, permasalahan ini menyebabkan adanya konflik kepentingan (conflict of interest) yang terjadi antara para agent dan principal. Menurut Haryono (2005) conflict of interest timbul karena para manajer (agent) tidak perlu menanggung resiko akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan atau tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan, resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh para pemilik (principal). Dikarenakan para manajer (agent) tidak menanggung resiko tersebut, maka mereka cenderung mengambil keputusan
Tike Kartika
yang tidak optimal bagi perusahaan. Selain itu keuntungan yang didapatkan perusahaan yang tidak sepenuhnya dinikmati oleh para manajer juga menyebabkan para manajer tidak hanya berkonsentrasi untuk memaksimalkan kemakmuran para pemilik tetapi para manajer cenderung untuk mengejar keuntungan bagi diri mereka sendiri. Selain itu di dalam hubungan keagenan adanya asymmetry information yang terjadi karena informasi yang dimiliki oleh para manajer (agent) lebih banyak dibandingkan yang dimiliki oleh pemilik (principal). Hal ini disebabkan karena para manajerlah yang menjalankan dan mengelola perusahaan, sedangkan para pemilik (principal) hanyalah menyediakan dana bagi perusahaan dan para pemilik sangat jarang bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang dimilikinya sangatlah sedikit. Asymmetry Information ini dapat menyebabkan dysfunctional behavior yaitu kecenderungan para manajer untuk memaksimalkan keuntungan pribadinya, seperti memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi para manajer dan merekayasa keuntungan perusahaan sehingga para manajer mendapatkan bonus atas kinerjanya tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Masdupi (2005), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah keagenan, diantaranya: 1. Meningkatkan insider ownership Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan para pemegang saham (pemilik), sehingga para
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
manajer bertindak sesuai dengan keinginan para pemegang saham (pemilik). Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham (pemilik). 2. Pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan hutang. 3. Institusional investor sebagai monitoring agent Moh’d et al. (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outsider shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan. Financial Distress
118
November 2014
Andrade dan Kaplan (1998) dalam Pranomo et al. (2010) berpendapat bahwa “financial distressisthe situation when a company does not have capacity to fulfill its liabilities to third parties”. Salah satu ciri perusahaan di Indonesia yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) diantaranya adanya peningkatan Non Performing Loan of Commercial Banks dan penghapusan perusahaan dari Bursa Efek Indonesia (delisting). Brigham and Daves (2003) dalam Frachrudin (2008) mendefinisikan kesulitan keuangan (financial distress) sesuai dengan tipenya, diantaranya: 1. Economic failure (kegagalan ekonomi) Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan di mana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya. Bisnis dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditor mau menyediakan modal dan pemiliknya mau menerima tingkat pengembalian (rate of return) di bawah pasar. 2. Businessfailure (kegagalan bisnis) Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasinya yang mengakibatkan kerugian kepada kreditor. 3. Technicalinsolvency Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis menunjukkan kekurangan
ISSN: 1410 -9875
likuiditas yang sifatnya sementara, yang jika diberi waktu perusahaan mungkin dapat membayar hutangnya dan survive. Di sisi lain jika technical insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin menjadi perhentian pertama menuju bencana keuangan (financial disaster). 4. Insolvency in bankruptcy Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan insolvent in bankruptcy jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini lebih serius daripada technical insolvency karena umumnya ini merupakan pertanda dari economic failure, dan bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang dalam keadaan insolvent in bankruptcy tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum. 5. Legal bankruptcy Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah diajukan tuntutan secara resmi sesuai dengan perundang-undangan (Brigham and Daves 1997). Menurut Pranomo et al. (2010) bahwa “To be classified as a financially distressed, the companies is in the position of minimum cash flow and most probably companies to make default payment and cannot fulfill financial liabilities to its vendors or clients.”. Terkadangfinancial distress mengarah kepada kepailitan, namun menurut Brealet et al. (1995) dalam Iramani (2007) sepanjang perusahaan dapat segera memenuhi kewajiban hutang dan bunganya, maka kepailitan dapat ditunda untuk beberapa waktu.Platt
Tike Kartika
dan Platt (2002) dalam Iramani (2007) berpendapat bahwa adanya beberapa cara untuk melakukan pengujian kondisi financial distress perusahaan, diantaranya: 1. Adanya penghentian (pemecatan) tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran dividen (Lau 1987; Hill et al.1996). 2. Interest Coverage Ratio (Asquith, Gether and Scharfstein 1994). 3. Arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang saat ini (Whitaker 1999). 4. Laba bersih operasi (net operating income) negatif (Hofer 1980; Whitaker 1999). 5. Adanya perubahan harga ekuitas (John, Lang dan Netter 1992). 6. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan rencana restrukturisasi (Tirapat dan Nittayagasetwat 1999). 7. Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksikan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan datang (Wilkins 1997). 8. Earning Per Share (EPS) negatif (Elloumi dan Gueyie 2001) Penyebab Kesulitan Keuangan Perusahaan Lizal (2002) dalam Frachrudin (2008) mengelompokkan penyebab kesulitan keuangan perusahaan yang disebut model dasar kebangkrutan atau trinitis penyebab kesulitan keuangan, sebagai berikut: 1. Neoclassical Model Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
tidak tepat. Kasus restrukturisasi ini terjadi ketika kebangkrutan mempunyai campuran asset yang salah. Mengestimasikan kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets. 2. Financial Model Campuran asset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan likuiditas). Hal ini berarti perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tetapi harus bangkrut dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Tidak dapat secara jelas ditentukan apakah dalam kasus ini kebangkrutan baik atau buruk untuk restrukturisasi. Model ini mengestimasi kesulitan keuangan (financial distress) dengan indikator keuangan atau indikator kinerja seperti turnover/total assets, revenue/turnover, ROA, ROE, profit margin, stock turnover, receivable turnover, cash flow/totalequity, debt ratio, cash flow/(liabilities-reserves), current ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equityper share, EPS ratio, dan sebagainya. 3. Corporate Governance Model Di sini kebangkrutan mempunyai campuran asset dan struktur keuangan yang benar tapi
120
November 2014
dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. Model ini mengestimasikan kesulitan keuangan (financial distress) dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan. Akibat Kesulitan Keuangan Menurut NetTel Afrika (2002) dalam Frachrudin (2008) bahwa kerugian utama perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya dilikuidasi. Hal ini mungkin mempunyai pengaruh merugikan bagi pemilik ekuitas dan hutang. Peneliyi Frachrudin (2008) menjelaskan akibat kesulitan keuangan diantaranya: 1. Risiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang. 2. Jika manajer perusahaan menghindari likuidasi ketika kesulitan keuangan, maka akan mengakibatkan hubungan dengan para supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditor menjadi rusak. 3. Supplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-hati, atau bahkan menghentikan pasokan, jika mereka yakin bahwa tidak ada peningkatan perusahaan dalam beberapa bulan.
ISSN: 1410 -9875
4. Situasi kesulitan keuangan mungkin juga membuat pekerja kurang termotivasi dikarenakan mereka merasa gelisah dalam bekerja dan prospek untuk maju sangat sedikit. Staf terbaik dalam perusahaan akan bersiap pindah posisi ke perusahaan lain. 5. Bank dan pemberi pinjaman lain akan cenderung melihat dengan prejudice eye atas pinjaman lanjutan yang diajukan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan akan mengambil tindakan berjagajaga. 6. Manajemen merasa bahwa banyak waktu mereka terbuang dalam “api perkelahian” masalah likuiditas dan mereka berfokus pada cash flow jangka pendek daripada kesejahteraan pemegang saham jangka panjang (Nethel Afrika 2002). Net Profit Margin dan Financial Distress Net profit margin adalah salah satu rasio yang paling sederhana untuk mengukur profitabilitas. Juniarti (2013) menjelaskan bahwa net profit margin sangat berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan dalam industri yang sama serta net profit margin yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kontrol yang baik atas biaya, hal ini dapat memperkecil terjadinya financial distress. Bisnis yang memiliki perputaran persedian yang tinggi memiliki profit margin yang rendah, sedangkan bisnis yang memiliki perputaran persediaan dengan volume yang rendah memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi (Weygandt et.al. 2013)
Tike Kartika
Dalam penelitian yang dilakukan Al-Khatib dan Al-Horani (2012), Almilia dan Kristijadi (2003), Almilia (2006), Hapsari (2012), serta Zeytinoglu dan Akarim (2013) net profit margin tidak dapat memprediksi financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1: terdapat pengaruh net profitmargin terhadap kondisi financial distressperusahaan. Return on Assets dan Financial Distress Weygandt et al. (2013) menyatakan return on assets adalah rasio yang mengukur profitabilitas secara keseluruhan. Dimana rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan bersih relatif terhadap aset yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga diharapkan semakin besar aset yang dimiliki oleh perusahaan akan menghasilkan keuntungan bersih yang semakin besar juga. Rasio return on assets yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti perusahaan mampu menggunakan aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut (Widarjo dan Setiawaan 2009). Dalam penelitian yang dilakukan Al-Khatib dan Al-Horani (2012), Saleh dan Sudiyatno (2013), serta Widarjo dan Setiawan (2009) menyatakan return on assets berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Penelitian Pranowo et al. (2010), Almilia dan Kristijadi (2003), Almilia (2006), serta Hidayat dan Meiranto (2014) menyatakan return on assets tidak berpengaruh terhadap kondisi
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha2: terdapat pengaruh return on assets terhadap kondisi financial distress perusahaan. Return on Equity dan Financial Distress Weygandt et al. (2013) menyatakan bahwa return on shareholders’ equity mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa, rasio ini mengukur tiap satuan uang yang diperoleh perusahaan terhadap tiap satu satuan uang yang diinvestasikan oleh investor. Dimana semakin besar rasio ini berarti uang yang diinvestasikan oleh para investor semakin meningkatkan laba perusahaan. Dalam penelitian oleh Alkhatib dan Al-Horani (2012) serta Saleh dan Sudiyatno (2013) berpendapat return on equity berpengaruh terhadap financial distress suatu perusahaan, sedangkan penelitian Almilia dan Kristijadi (2003), Almilia (2006), serta Zeytinoglu dan Akarim (2013) menyatakan return on equity tidak berpengaruh terhadap financial distress suatu perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha3: terdapat pengaruh return on equity terhadap kondisi financial distress perusahaan. Current Ratio Distress Current proporsi aset kewajiban lancar tingkat kepastian
122
dan
Financial
ratio mengukur lancar terhadap dan menunjukkan perusahaan untuk
November 2014
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Saleh dan Sudiyatno 2013). Ross, Westerfield dan Jordan (2008) dalam Juniarti (2013) menyatakan current ratio yang tinggi menunjukkan likuiditas yang baik, yang berarti dapat menjamin pelunasan atas hutang-hutang jangka pendek. Tetapi jika current ratio terlalu tinggi juga tidak baik karena tidak semua modal kerja digunakan dan kurangnya efisiensi dalam penggunaan kas dan aktiva lancar lainnya. Penelitian Pranowo et al. (2010), Almilia dan Kristijadi (2003), serta Hidayat dan Meiranto (2014) berpendapat bahwa current ratio berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan, sedangkan penelitian Al-khatib dan Al-Horani (2012), Widarjo dan Setiawan (2009), Saleh dan Sudiyatno (2013), Putri dan Merkusiwati (2014) menyatakan current ratio tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha4: terdapat pengaruh current ratio terhadap kondisi financial distress perusahaan. Working Capital Ratio dan Financial Statement Working capital ratio adalah pengukuran likuiditas yang paling sederhana yaitu dengan cara melihat modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan, dimana modal kerja adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek yang dimiliki oleh perusahaan.Altman (1968), working capital ratio mengukur tingkat likuiditas bersih aset perusahaan
ISSN: 1410 -9875
secara relatif terhadap total kapitalisasi. Rasio ini secara eksplisit menggambarkan tingkat likuiditas terhadap total kapitalisasi. Penelitian Al-khatib dan Alhorani (2012), Almilia dan Kristijadi (2003) dan Almilia (2006) menyatakan working capital ratio tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Peneliti Zeytinoglu dan Akarim (2013) berpendapat bahwa working capital ratio berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha5: terdapat pengaruh working capital ratio terhadap kondisi financial distress perusahaan. Current Liabilities to Total Assets dan Financial Distress Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang dengan melihat seberapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya (Saleh dan Sudiyatno 2013). Menurut Hapsari (2012), semakin tinggi rasio ini maka kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Penelitian Hapsari (2012), Almilia dan Kristijadi (2003) menunjukkan bahwa current liabilities to total assets berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Penelitian Al-khatib dan Al-horani (2012), Zeytinoglu dan Akarim (2013),serta Widarjo dan Setiawan (2009) menyatakan current liabilities to total assetstidak dapat
Tike Kartika
digunakan untuk memprediksi financial distressperusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha6: terdapat pengaruh current liabilities to total assets ratio terhadap kondisi financialdistress perusahaan. Total Assets Turnover dan Financial Distress Menurut Saleh dan Sudiyatno (2013) rasio ini bertujuan untuk mengukur aktivitas aktiva, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui aktiva dan mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan. Semakin tinggi rasio ini maka mencerminkan pemanfaatan aktiva secara efektif dalam menghasilkan penjualan. Selain itu, rasio ini juga menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup bila dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya. Perusahaan yang jumlah penjualan atau volume bisnis kurang dari total aktivanya menggambarkan bahwa perusahaan tersebut tidak efisien dalam memanfaatkan aktivanya (Endri 2009). Penelitian Al-khatib dan Alharoni (2012) serta Hidayat dan Meiranto (2014) menyatakan bahwa total assets turnover berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress, sedangkan penelitian Almilia (2006), Zeytinoglu dan Akarim (2013), serta Saleh dan Sudiyatno (2013) menyatakan bahwa total assets turnover ini tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
hipotesis ketujuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha7: terdapat pengaruh total assets turnover terhadap kondisi financial distress perusahaan. Debts to Assets Ratio dan Financial Distress Rasio ini mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang atau modal dari kreditur dengan melihat seberapa besar hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya (Saleh dan Sudityano 2013). Semakin besar hutang yang dimiliki maka akan mengakibatkan suatu perusahaan semakin rawan terhadap financial distress (Hidayat dan Meiranto 2014). Menurut Pasaribu (2008), kebangkrutan perusahaan diawali dengan terjadinya peristiwa gagal bayar. Oleh karena itu, semakin besar jumlah utang yang diukur berdasarkan rasio ini, semakin tinggi kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress. Hal ini terjadi jika pada tanggal jatuh tempo perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk melunasi hutangnya. Berdasarkan penelian Hidayat dan Meiranto (2014), Saleh dan Sudiyatno (2013) dan Almilia (2006) menyatakan debt to assets ratio berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress, sedangkan penelitian Al-khatib dan Al-horani (2012), Zeytinoglu dan Akarim (2013), dan Putri dan Merkusiwati (2014) berpendapat debt to assets ratio tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedelapan
124
November 2014
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha8: terdapat pengaruh debt to asssets ratio terhadap kondisi financial distress perusahaan. Ukuran Perusahaan dan Financial Distress Ukuran perusahaan adalah skala yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya perusahaan berdasarkan total aset, total penjualan dan rata-rata tingkat penjualan serta log size. Ukuran perusahaan akanmempengaruhi struktur pendanaan perusahaan, di mana perusahaan besar membutuhkan pendanaan (hutang) yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan dengan ukuran besar akan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban atas hutangnya tersebut sehingga kecil kemungkinannya akan mengalami financial distress, sedangkan perusahaan dengan ukuran kecil memiliki kemampuan yang terbatas untuk memenuhi kewajibannya sehingga bila melakukan pinjaman yang besar maka akan sangat mudah bagi perusahaan untuk mengalami financial distress (Wardhani 2007). Penelitian Wardhani (2007) serta Supriyanto dan Falikhutan (2008) menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan, sedangkan peneliti Ramadhany (2004) berpendapat ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kesembilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Tike Kartika
terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kondisi financial distress perusahaan.
5. Keefektifan perusahaan dalam mengimplementasikan strategi pembiayaan dan investasi.
ArusKasdan Financial Distress Foster (1989) dalam Sari dan Utami (2009) menyatakan penggunaan rasio keuangan dari laporan arus kas adalah untuk memprediksi kondisi financialdistress pada suatu perusahaan, serta analisis arus kas periode sekarang dan masa yang akan datang dapat dipakai sebagai indikator dan sumber informasi tentang kondisi financial distress perusahaan. Perbedaan arus kas antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan yang tidak mengalami kondisi financialdistress yaitu pada perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress mempunyai rasio arus kas lebih besar dan trennya cenderung meningkat, sedangkan untuk perusahaan yang mengalami kondisi financial distress mempunyai arus kas yang lebih kecil dan tren yang cenderung menurun (Sari dan Utami 2009). Menurut Fraser dan Ormiston (2006: 132) dalam Sari dan Utami (2009) menyatakan adanya beberapa manfaat dari analisa arus kas, diantaranya dapat menemukan: 1. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa yang akan datang; 2. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya; 3. Kebutuhan perusahaan dalam pembelajaran eksternal untuk masa yang akan datang; 4. Keberhasilan perusahaan dalam mengelola investasinya secara produktif; dan
Peneliti Sari dan Utami (2009) berpendapat arus kas berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan, sedangkan penelitian Almilia (2006) menyatakan bahwa arus kas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kesepuluh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha10: terdapat pengaruh arus kas terhadap kondisi financial distress perusahaan.
Ha9:
Pertumbuhan Penjualan dan Financial Distress Menurut Widarjo dan Setiawan (2009) pertumbuhan penjualan (sales growth) mencerminkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan penjualannya dari waktu ke waktu, di mana semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka semakin besar pula laba yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan tersebut. Peneliti Widarjo dan Setiawan (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan, sedangkan Penelitian Almilia dan Kristijadi (2003) serta Supriyanto dan Falikhutan (2008) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kesebelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Ha11:
terdapat pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kondisi financial distress perusahaan.
METODE PENELITIAN Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode nonprobability sampling yaitu metode purposive sampling. Sedangkan purpose sampling yang digunakan adalah judgment sampling yang
November 2014
artinya pemilihan sampel tidak dengan secara acak tetapi berdasarkan informasi yang diperoleh dan dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999). Kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel diantaranya (1) Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2013; (2) Laporan keuangan memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember; (3) Laporan keuangan perusahaan disajikan dalam satuan mata uang Rupiah.
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 Laporan keuangan tidak memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember Laporan keuangan perusahaan tidak disajikan dalam satuan mata uang Rupiah Jumlah perusahaan yang menjadi sampel Jumlah data penelitian (89x3) Sumber: Hasil pengolahan data Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial distress, yang merupakan variable dummy yang diukur dengan average earnings per sharesesuai dengan penelitian Alkhatib dan Al-horani (2012). Adapun jika average earnings per share lebih dari satu maka tergolong sebagai perusahaan yang tidak ���������� �
126
Jumlah 133 (2) (22) 89 267
mengalami kondisi financial distress dan dalam pengkodean variabel dummy diberi kode 0, sedangkan average earnings per share kurang dari satu maka perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan dalam pengkodean variabel dummy diberikan kode 1.
EPS�t� � EPS�t � 1� � EPS �t � 2� � EPS�t � 3� � EPS�t � 4� 5
ISSN: 1410 -9875
Tike Kartika
Net profit margin merupakan keuntungan bersih terhadap total penjualan perusahaan selama satu periode operasional. Dalam penelitian ini, pengukuran
profitabilitas menggunakan net profit margin, dirumuskan sebagai berikut (Al-Khatib dan Al-Horani 2012): �������������� �����
��������������� � Return on Assets Rasio ini mengukur profitabilitas aset secara keseluruhan terhadap pengembalian yang diperoleh perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran ������ �� ������ �
profitabilitas menggunakan return on assets, dirumuskan sebagai berikut (Al-Khatib dan Al-Horani 2012): ������ ����� ��� ����� ������
Weygandt et al. (2013) menyatakan bahwa return on shareholders’ equity mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa, rasio ini mengukur tiap satuan uang yang diperoleh perusahaan terhadap tiap
satu satuan uang yang diinvestasikan oleh investor. Dalam penelitian ini, pengukuran profitabilitas menggunakan return on equity, dirumuskan sebagai berikut (AlKhatib dan Al-Horani 2012):
������ ����� ��� ������ Current ratio adalah rasio (Juniarti 2013). Dalam penelitian ini, pengukuran likuiditas yang digunakan untuk mengukur menggunakan current ratio, yang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka dirumuskan sebagai berikut (Alpendeknya dengan aktiva lancar Khatib dan Al-Horani 2012): ������� ������ ������� ����� � ������� ����������� ������ �� ������ �
Altman (1968), working capital ratio mengukur tingkat likuiditas bersih aset perusahaan secara relatif terhadap total kapitalisasi. Rasio ini secara eksplisit menggambarkan tingkat ������� ������� ������� ����� �
likuiditas terhadap total kapitalisasi. Dalam penelitian ini, pengukuran likuiditas menggunakan working capital ratio, yang dirumuskan sebagai berikut (Alkhatib dan Al-horani 2012): ������ � ������� ����������� ����� ������
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya jangka
pendeknya (Widarjo dan Setiawan 2009). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Hapsari 2012): ������� ���������� ������� ����������� �� ����� ������ ����� � ����� ������
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Assets turnover mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan (Weygandt et al. 2013). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Al-khatib dan Al-horani 2012): ����� ������ �������� � ����� ������ Debt to assets ratio mengukur persentasi dari total aset perusahaan yang diberikan dari kreditur, baik dari utang jangka panjang maupun utang jangka pendek. Debt to assets ratio dirumuskan sebagai berikut (Alkhatib dan Al-horani 2012): ����� ����������� ���� ����� � ����� ������ Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel, di mana pengukurannya dengan menggunakan logaritma dari total assets (Al-Khatib dan Al-Horani 2012). Skala yang digunakan adalah skala rasio. Arus kas adalah aliran uang masuk ke perusahaan yang berasal dari aktivitas operasional perusahaan, di mana uangnya digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Arus kas dirumuskan sebagai berikut (Pasaribu 2008): Arus Kas Operasi Arus kas � Total Kewajiban Pertumbuhan penjualan (sales growth) mencerminkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan penjualan dari waktu
128
November 2014
ke waktu. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Pertumbuhan penjualan dirumuskan sebagai berikut (Widarjo dan Setiawan 2009): ����� � � �������� ����� ������ � �������� HASIL PENELITIAN Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 hingga 2013 dengan periode penelitian adalah 3 tahun sejak tahun 2011 hingga tahun 2013. Hasil penelitian sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel1 terdapat 113 perusahaan manufaktur yang konsisten sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Terdapat dua perusahan yang dikeluarkan dari sampel karena laporan keuangan tidak memiliki tahun buku yang berakhir pada 31 Desember .Terdapat 22 perusahaan yang dikeluarkan dari sampel karena laporan keuangan perusahaan tidak disajikan dalam satuan mata uang Rupiah. Jumlah sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 89 perusahaan dengan jumlah data sebanyak 267 data. Variabel dependen adalah variabel dummy, dianalisis guna untuk mengetahui kecenderungan sampel mengarah pada kondisi mengalami kesulitan keuangan atau tidak mengalami kesulitan keuangan. Kondisi financial distress didasarkan pada perhitungan ratarata laba per lembar saham. Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya, diperoleh kondisi financial distressyaitu terdapat 43 data yang mengalami
ISSN: 1410 -9875
Tike Kartika
kondisi financial distress dengan persentase 16,1% dan 224 data yang
tidak mengalami kondisi financial distress dengan persentase 83,9%.
Tabel 2 Tabel Frekuensi Kondisi Financial Distress Kondisi perusahaan Jumlah Mengalami kondisi financial distress 43 Tidak mengalami kondisi financial distress 224 Jumlah data 267 Sumber: Hasil pengolahan data Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, range, dan kemencengan distribusi (Ghozali 2013). Penelitian
N Distress 267 NPM 267 ROE 267 CR 267 WCR 267 CLTA 267 TATO 267 DTA 267 SIZE 267 AR 267 SG 267 Valid N 267 (listwise) Sumber: Pengelolaan
Variabel Konstanta NPM
ini menggunakan statistif deskriptif untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi.Hasil pengujian statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean 0 -9,3959 -1,0739 -7,6848 0,2130 -28,1919 0,0001 0,0349 0,0372 10,0246 -0,4495 -0,5766
Persentase 16,1 % 83,9 % 100 %
1 0,5109 0,4162 3,2219 1005,1802 31,0249 1,5486 5,6591 3,0807 14,3304 5.6082 2,9430
0,16 -0,031055 0,060448 0,093426 11,451197 0,532448 0,335080 1,164186 0,531354 12,113139 0,266568 0,145373
Std. deviation 0,368 0,6850746 0,1438631 0,6357035 88,0771109 3,0060311 0,2187765 0,6653984 0,4141509 0,7160012 0,5307048 0,2739821
data dengan SPSS Tabel 4 Hasi Pengujian Hipotesis Koefisien Signifikan Keputusan 14,994 0,076 Ha1 -13,587 0,292 tidak diterima
dapat
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
ROA
-10,304
0,551
ROE
-1,224
0,338
CR
0,014
0,117
WCR
0,277
0,380
CLTA
-3,224
0,251
TATO DTA SIZE
-4,131 3,423 -1,188
0,001 0,038 0,085
Ha2 tidak diterima Ha3 tidak diterima Ha4 tidak diterima Ha5 tidak diterima Ha6 tidak diterima Ha7 diterima Ha8 diterima
dapat
Ha9 tidak diterima AR -0,470 0,502 Ha10 tidak diterima SG 2,184 0,105 Ha11 tidak diterima Sumber : Pengelolaan Data dengan SPSS
dapat
Tabel 4 menunjukkan nilai signifikan dari net profit margin (NPM) sebesar 0,292. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti net profit margin tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Dengan demikian Ha1 tidak dapat diterima. Hal ini mungkin disebabkan karena terlalu banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan laba bersih terhadap penjualan dari tahun ke tahun, sehingga investor cenderung mengabaikan informasi net profit margin yang ada secara maksimal sehingga manajer pun menjadi tidak termotivasi dalam mengetahui kondisi financial distress melalui variabel ini karena keefisienan manajemen turut berperan penting dalam proses pengukuran kemampuan perusahaan dalam kondisi financial distress (Hapsari 2012). Nilai signifikan dari Return on Assets (ROA) sebesar 0,551 yang berarti Return on Assets tidak
130
November 2014
dapat dapat dapat dapat
dapat dapat
berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih besar dari 0,05, dengan demikian Ha2 tidak dapat diterima. Keputusan ini diambil karena semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh perusahan tidak selalu membawa keuntungan bagi perusahaan. ROA yang tinggi belum tentu menandakan bahwa perusahaan tersebut mengalami keuntungan, sehingga variabel ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Nilai signifikan dari Return on Equity (ROE) sebesar 0,338 yang berarti Return on Equity tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih besar dari 0,05, dengan demikian Ha3 tidak dapat diterima. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya uang yang diinvestasikan oleh investor belum tentu akan meningkatkan laba bagi perusahaan, uang yang diinvestasikan tidak
ISSN: 1410 -9875
selalu digunakan oleh perusahaan untuk memperbesar penjualan akan tetapi bisa saja digunakan oleh perusahaan untuk membayar beban hutang kepada pihak ketiga. Oleh karena itu variabel ini kurang tepat untuk digunakan dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Nilai signifikan dari Current Ratio (CR) sebesar 0,117. Nilai ini lebih besar dari 0,05 yang berarti Current Ratio tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Dengan demikian Ha4 tidak dapat diterima, ketidakpengaruhan ini dikarenakan perusahaan tidak mampu melunasi hutang jangka pendeknya pada tanggal jatuh tempo dalam posisi demikian kadang-kadang perusahaan menarik pinjaman baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi untuk melunasi hutang jangka pendeknya, sehingga dalam penelitian ini current ratio kurang tepat dijadikan sebagai prediktor untuk mengetahui kondisi financial distress suatu perusahaan. Nilai signifikan dari Working Capital Ratio (CR) sebesar 0,380 yang berarti Working Capital Ratio tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih besar dari 0,05 , dengan demikian Ha5 tidak dapat diterima.Nilai signifikan dari Current Liabilities to Total Assets (CLTA) sebesar 0,251 yang berarti Current Liabilities to Total Assets tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih besar dari 0,05, dengan demikian Ha6 tidak dapat diterima. Hal ini dikarenakan tidak semua total aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat dikonversikan menjadi kas untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.
Tike Kartika
Nilai signifikan dari Total Assets Turnover (TATO) sebesar 0,001 yang berarti Total Assets Turnover berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih kecil dari 0,05, dengan demikian Ha7 diterima. Nilai koefisien negatif sebesar -4,131 menunjukkan bahwa Total Assets Turnover berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress, dimana semakin besar Total Assets Turnover maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan akan mengalami kondisi financial distress dan sebaliknya. Total Assets Turnover ini mencerminkan sebagian besar kemampuan suatu perusahaan dalam memanfaatkan penggunaan aset-asetnya untuk tujuan pengelolaan perusahaan, dimana kegiatan pengelolaan ini dilakukan oleh agent. Jika agent tidak dapat secara maksimal menggunakan aset perusahaan, penjualan menjadi tidak maksimal, sehingga mendekatkan suatu perusahaan terhadap ancaman kondisi financial distress (Hidayat dan Meiranto 2014). Nilai signifikan dari Debts to Assets Ratio (DTA) sebesar 0,038 yang berarti Debts to Assets Ratio berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih kecil dari 0,05, dengan demikian Ha8 diterima. Nilai koefisien positif sebesar 3,423 menunjukkan bahwa Debts to Assets Ratio berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress, dimana semakin besar Debts to Assets Ratio maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan mengalami kondisi financial distress dan sebaliknya. Rasio ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang, semakin besar rasio
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
probabilitas perusahaan terhadap kondisi financial distress semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan semakin besar peningkatan resiko yang harus dihadapi oleh perusahaan yaitu kemungkinan terjadinya default dikarenakan perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Rasio yang semakin besar dapat membahayakan perusahaan karena hutang yang semakin besar akan menyulitkan perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan. Para kreditur enggan meminjamkan dana kepada perusahaan yang memiliki banyak hutang, dan manajemen mungkin akan mengalami probabilitas kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio hutang dengan meminjam dana tambahan. Nilai signifikan dari ukuran perusahaan(SIZE) sebesar 0,085 yang berarti Ukuran perusahaantidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih besar dari 0,05. Dengan demikian Ha9 tidak dapat diterima. Ukuran perusahaan yang besar pada perusahaan yang mengalami financial distress dapat diakibatkan oleh besarnya jumlah assets yang berasal dari pinjaman bank dan lembaga keuangan lainnya. Jika besarnya jumlah assets karena ditopang oleh hutang maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk mengalami kondisi financial distress. Nilai signifikan dari Arus Kas (AR) sebesar 0,502 yang berarti Arus Kas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih besar dari 0,05, dengan demikian Ha10 tidak dapat diterima. Nilai signifikan dari Pertumbuhan
132
November 2014
penjualan (SG) sebesar 0,105 yang berarti pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Nilai ini lebih besar dari 0,05, dengan demikian Ha11 tidak dapat diterima. Peningkatan penjualan tidak dapat melepaskan suatu perusahaan dari kondisi financial distress. Peningkatan penjualan meningkatkan aset yang dimiliki oleh perusahaan yaitu dalam bentuk piutang bukan dalam bentuk kas, sehingga jika hutang yang dimiliki oleh perusahaan mengalami jatuh tempo perusahaan harus mengkonversikan piutang yang dimiliki untuk dapat membayar hutangnya. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa total assets turnover dan debt to total assets ratio secara signifikan berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Sedangkan variabel net profit margin, return on assets, return on equity, current ratio, working capital ratio, current liabilities to total assets, ukuran perusahaan arus kas, and pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut diantaranya (1) Sampel pada penelitian ini hanya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 89 perusahaan, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi ke semua kelompok perusahaan; (2)Pengujian faktor-faktor kesulitan keuangan hanya terdiri dari net
ISSN: 1410 -9875
profit margin, return on assets, return on equity, current ratio, working capital ratio, current liabilities to assets ratio, total assets turnover, debt to assets ratio, ukuran perusahan, arus kasdan pertumbuhan penjualan sehingga hasil penelitian akan berbeda jika jumlah variabel ditambah lagi; (3)Penelitan ini hanya dilakukan selama tiga tahun sejak 2011 sampai dengan 2013 dan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar berturutturut di Bursa Efek Indonesia selama 2007 sampai dengan 2013. Hasil penelitian akan lebih akurat jika periode penelitian diperpanjang. Rekomendasi atau saran yang dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya dengan topik kesulitan keuangan perusahaan diantaranya
Tike Kartika
(1) Penelitian selanjutnya dapat menambah sampel penelitian dengan menggunakan kelompok perusahaan yang tidak manufaktur saja agar hasil yang didapat menggambarkan kondisi perusahaan di Indonesia; (2) Penelitian selanjutnya dapat memperbanyak jumlah variabel sehingga lebih mencerminkan faktor-faktor lain yang tidak dimuat dalam penelitian ini yang mungkin memiliki pengaruh besar terhadap prediksi kesulitan keuangan, seperti kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional; (3) Penelitian selanjutnya dapat memperpanjang rentang waktu penelitian sehingga hasil yang didapatkan dapat memiliki pola kecenderungan financial distress yang baik.
REFERENSI Ahmad, Gatot Nazir. 2013. Analysis of Financial Distress in Indonesian Stock Exchange. Review Integrative Business and Economics Research, Vol. 2 (2). Al-Khatib, Hazem B. dan Alaa Al-Horani. 2012. Predicting Financial Distress of Public Companies Listed in Amman Stock Exchange. European Scientific Journal, Vol. 8 (15) Almilia, Luciana S. dan Kristijadi. 2003. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Vol.7. Almilia, Spica L. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Statament suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset AkuntansiIndonesia, Vol.7, No.1:1-22. Almilia, Spica L. 2006. Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go-Public dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,Vol.XII (1). Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankruptcy. The Journal of Finance, Vol. XXII (4). Endri. 2009. Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-score. Perbanas Quarterly review, Vol 2 (1). Frachrudin, Khaila Amalia. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan. www.usupress.usa.as.c.id.
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Badan penerbit Undip. Hapsari, Evanny Indri. 2012. Kekuatan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di BEI.Jurnal Dinamika Manajemen, Vol.3(2). Haryono, Slamet. 2005. Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.5, No.1:63-71. Hidayat, Muhammad Arif dan Wahyu Meiranto. 2014. Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting, Vol.3(3). Hidayat, Widi. 2009. Analisis Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Listed sebagai Dampak Krisis Ekonomi Asia. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik, Vol.5, No.3:304-323. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta. Iramani, Rr. 2007. Analisis Struktur Kepemilikan dan Rasio Industri Relatif sebagai Prediktor dalam Model Kesulitan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.1, No.1:1-13. Iramani, Rr. 2007. Model Prediksi Financial Distress di Indonesia Era Globalisasi (Studi Perusahaan Go Publik pada Sektor Manufaktur). PPM National Conference on Management Research, Vol.1. Juniarti. 2013. GoodCorporate Governance and Predicting Financial Distress using Logistic and Probit Regression Model.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.15 (1). Masdupi.2005.Jurnal akuntansi dan Bisnis Indonesia. http://www.scribd.com/doc/195781144/Teori-Keagenan Masruddin. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Financial Distress (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ). Jurnal Keuangan dan Perbankan, No.2:236-247. Munthe, Kornel. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Makro Ekonomi dan Kinerja Keuangan terhadap Kesulitan Keuangan Perusahaan. Media Unika, Vol.4, No.73:277-289. Nur DP, Emrinaldi. 2007. Analis Pengaruh Praktek Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) terhadap Kesulitan Keuangan Perusahaan (Financial Distress): Suatu Kajian Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.9, No.1:88-108. Parulian, Safrida R. 2007. Hubungan Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, No.3:263-274. Pasaribu, Rowland BF. 2008. Penggunaan Binary Logit untuk Prediksi Financial Distress Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Ventura, Vol.11, No.02:153-172. Pranomo, Koes, Achsani, Noer Azam, Manurung, Adler H dan Nunung Nuryanto. 2010. Determinant of Corporate Financial Distress in an Emerging Market Economy: Empirical Evidence from the Indonesian Stock Exchange 20042008. International Research Journal of Finance and Economics. Putri, Ni Wayan Krisnayanti Arwinda dan Ni Kt. Lely A. Merkusiwati. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Likuiditas, Leverage, dan
134
ISSN: 1410 -9875
Tike Kartika
Ukuran Perusahaan pada Financial Distress.E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 7 (1). Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Maksi, Vol.4. Saleh, Amir dan Bambang Sudiyatno. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan untuk Memprediksi Probabilitas Kebangkrutan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan,Vol 2 (1). Sari, Yolanda Puspita dan Mudji Utami. 2009. Prediksi Financial Distress dengan Rasio Arus kas. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.8, No.2. Supriyanto, Eko dan Falikhutan. 2008. Pengaruh Tangibility, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Keuangan. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol.10(1). Wardhani, Ratna. 2007. Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.4, No.1:95-114. Weygant, Jerry. J, Paul D. Kimmel, dan Donald E. Kieso. 2013. Financial Accounting IFRS Edition. Widarjo, Wahyu dan Doddy Setiawan. 2009. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11, No.2:107-119. Zeytinoglu, Emin dan Yasemin Deniz Akarim.2013. Financial Failure Predicting using Financial Ratios : an Empirical Application on Istambul Stock Exchange. Journal of Applied Finance & Banking, Vol.3(3).
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
136
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 137-150
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TJHAI FUNG JIN STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze empirically the influence of audit committee, independent commissioner, leverage, profitability, size of companies and auditor reputation toward earning management. The population of the study was listed company in the manufacturing sector at the Indonesia stock exchange and the sample was determined based on the following criteria manufacturing business publishing financial statement of per 31 december. There were 53 companies meeting the criteria. Data analysis was carried out in terms of financial report during 2009 - 2011.The samples of this research using purposive sampling and the analysis method used was multiple regressions. The result of this research shows that independent commissioner, leverage, and profitability have influence on earning management, while audit committee, size of companies, and auditor reputation do not have influence on earning management. Keywords:
Earnings management, audit committee, independent commissioner, leverage, profitability, size of companies and auditor reputation.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara empiris pengaruh komite audit, komisaris independen, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi auditor terhadap manajemen laba. Populasi penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel ditentukan berdasarkan kriteria: perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember. Ada 53 perusahaan yang memenuhi kriteria. Analisis data dilakukan pada aporan keuangan selama tahun 2009 - 2011. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaris independen, leverage, dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit, ukuran perusahaan, dan reputasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Kata kunci: Manajemen laba, komite audit, komisaris independen, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi auditor.
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi pemakainya sebagai salah satu bahan untuk pengambilan keputusan (Harahap 2008). Laporan keuangan yang dapat mengukur kinerja perusahaan adalah laporan laba rugi karena di dalamnya terkandung informasi yang bermanfaat bagi pemakai informasi laporan keuangan untuk mengetahui kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1, informasi laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earnings power perusahaan di masa yang akan datang (Guna dan Herawaty 2010). Informasi laba sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Perilaku manajemen yang mengatur laba sesuai dengan keinginannya dikenal dengan istilah manajemen laba. Masalah manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali
138
November 2014
dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Makhdalena (2011). Penelitian sebelumnya menggunakan satu variabel independen yaitu komite audit, sedangkan penelitian ini ditambahkan lima variabel yaitu komisaris independen, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan reputasi auditor. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Manajemen Laba Menurut Primanita dan Setiono (2006), Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang dapat memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan dalam jangka panjang bahkan merugikan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen telah dengan sengaja melakukan tindakan manipulasi atau tindakan lainnya yang dapat mempengaruhi laporan keuangan dengan tujuan tertentu. Menurut Mahmudi (2001), tekanan persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi bisa menyebabkan timbulnya perilaku yang tidak etis. Hal ini terutama dialami oleh perusahaan yang menjadikan angka akuntansi sebagai standart mutlak penilaian kinerja manajer.
ISSN: 1410 -9875
Teori Keagenan Menurut Suranto dan Merdistusi (2004) dalam Restuningdiah (2011) menyatakan bahwa penyebab terjadinya konflik kepentingan antara agen dan principal adalah (1) informasi mengenai laba yang merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen. (2) adanya pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan dimana manajemen tidak merasakan langsung akibat adanya kesalahan dalam pembuatan keputusan bisnis karena resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Masalah keagenan tentunya akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Komite Audit dan Manajemen Laba Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian dan komite audit membantu dewan komisaris untuk mengawasi manajemen dalam penyusunan laporan keuangan, sehingga dengan adanya komite audit dalam perusahaan dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Ha1 : Terdapat pegaruh komite audit terhadap manajemen laba.
Tjhai Fung Jin
Komisaris Independen dan Manajemen Laba Menurut Ujiyantho dan Pramuka (2007) komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak sematamata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Pemerintah 2004). Ha2 : Terdapat pengaruh komisaris independen terhadap manajemen laba Leverage dan Manajemen Laba Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (utang) secara efektif sehingga dapat memperoleh tingkat penghasilan usaha yang optimal (Arrita 2004 dalam Azlina 2010). Menurut Sartono (2010) leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Semakin besar hutang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kodisi tersebut maka manajemen cenderung dapat melakukan praktik manajemen laba (Budiasih 2009). Ha3 : Terdapat pengaruh leverage terhadap manajemen laba. Profitabilitas dan Manajemen Laba Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan (Suwito dan Herawaty 2005), oleh karena itu tingkat profitabilitas dapat melihat keefektifan perusahaan dalam menghasilkan profit. Ha4 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba. Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada log aktiva (Budiasih 2009). Ha5 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Reputasi auditor dan Manajemen Laba Terdapat dugaan bahwa auditor yang bereputasi baik dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya manajemen laba secara lebih dini (Widyaningdyah 2001). Indikator dari reputasi auditor adalah ukuran KAP tempat auditor bekerja, pada KAP yang lebih besar diasumsikan audit yang dilaksanakan lebih berkualitas
140
November 2014
dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Ha6 : Terdapat pengaruh reputasi auditor terhadap manajemen laba. METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai 2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan menerapkan metode purposive sampling, yaitu (1) Perusahaan manufaktur yang listing di bursa efek Indonesia dari tahun 2009 sampai 2011. (2) Perusahaan yang konsisten dan menerbitkan laporan keuangan tahunannya secara lengkap dan berturut-turut per tanggal 31 Desember. (3) Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya. (4) Perusahaan yang melaporkan net income dan arus kas positif dari aktivitas operasi secara berturutturut. (5) Menyajikan data mengenai mekanisme internal governance (meliputi: komisaris independen, komite audit) Manajemen Laba Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang akan diukur menggunakan discretionary accruals. Discretionary accruals adalah akrual yang terjadi karena pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer perusahaan (Sanjaya 2008), sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan modified jones model, langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: 1. Hitung nilai total accruals untuk sampel perusahaan manufaktur dengan pendekatan cash flows
ISSN: 1410 -9875
dengan arus kas dari tahun 2009 sampai 2011. Rumus menghitungnya adalah sebagai berikut : TAit = (NIt – OCF) Keterangan : TAit = Total Accruals pada periode t NIt = Net operating income periode t OCFt = Aliran kas dari akitivitas operasi (operating cash flow) pada periode t. 2. Melakukan regresi untuk memperoleh angka koefisien α1, α2 dan α3 dengan variabel dependen total akrual dan variabel independen total aktiva tahun sebelumnya (t-1), perubahan pendapatan, total aktiva tetap kotor perusahaan pada tahun ke-t. 3. Setelah mendapatkan nilai koefisien α1, α2 dan α3 maka langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi komponen nondiscretionary accruals selama tahun peristiwa. Menurut model Jones rumus perhitungan nondiscretionary accruals adalah sebagai berikut: TA/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆Revit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) + e NDAit = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆Revit/Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) Keterangan: NDAit = Nondiscretionary accruals perusahaan i pada periode t At-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t-1
Tjhai Fung Jin
∆Revit =
Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t PPEit = Total aktiva tetap kotor perusahaan i pada periode t. 4. Setelah mendapatkan nilai NDAit maka akan didapatkan nilai discretionary accruals dengan rumus sebagai berikut: DAit = TAit/Ait-1 - NDAit Keterangan : DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode t TAit/Ait-1= Total accruals perusahaan i pada periode t NDAit = Nondiscretionary accruals perusahaan i pada periode t. Komite Audit Penelitian komite audit pada penelitian ini menggunakan skala rasio yaitu menggunakan jumlah komite audit sebagai pengukuran seperti pada penelitian yang dilakukan Makhdalena (2010). Bahwa dalam ketentuan Bapepam, komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang (Effendi 2005). Komisaris Independen Komisaris independen diukur dengan mnggunakan skala rasio melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan (Isnanta 2008 dalam Guna dan Herawaty 2010)
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Leverage Menurut Azlina (2010), perbandingan antara hutang dan aktiva yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin hutang inilah yang disebut dengan rasio leverage, sehingga leverage diukur dengan menggunakan skala rasio total hutang terhadap total asset. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur variable leverage adalah:
Profitabilitas Menurut Guna dan Herawaty (2010), profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan skala rasio return on asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap total asset, yang dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan
November 2014
Ukuran perusahaan menurut Guna dan Herawaty (2010) diukur dengan menggunakan hasil logaritma dari total asset. Total asset digunakan sebagai proksi ukuran perusahaan dengan pertimbangan total asset perusahaan relatif lebih stabil dibandingkan dengan jumlah penjualan dan nilai kapitalisasi pasar. Firm size = Log TA Reputasi Auditor Menurut Guna dan Herawaty (2010) kualitas auditor sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan. Kualitas audit dalam penelitian ini diukur melalui proksi ukuran KAP tempat auditor tersebut bekerja, yang dibedakan menjadi KAP big four dan KAP nonbig four. Kualitas audit diukur dengan skala nominal melalui variable dummy. Angka 1 digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan angka 0 untuk mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP non-big four.
HASIL PENELITIAN Hasil pengolahan statistik deskriptif adalah sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Uji statistik Deskriptif
Variabel Manajemen Laba Komite Audit Komisaris Independen Leverage Profitabilitas Ukuran Perusahaan
142
N 159 159 159 159 159 159
Mean 0,06337 3,20126 0,41768 0,50436 0,11125 12,1492
Std. Deviation 0,070215 0,548645 0,131155 0,531312 0,092561 0,698618
Minimum 0,000195 2 0,25 0,073906 0,002551 10,843755
Maximum 0,621586 5 1 3,209999 0,4162 14,186168
ISSN: 1410 -9875
Tjhai Fung Jin
Reputasi Auditor
159
0,50943
0,50149
0
1
Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Uji Outlier Unstandardized Residual N 159 Kolmogorov-Smirnov Z 1,526 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,019 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5 Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data model penelitian ini tidak berdistribusi normal, sehingga
dilakukan uji outlier. terdapat 2 data yang outlier, sehingga hasil uji normalitas setelah outlier adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Uji Outlier Unstandardized Residual 157
N KolmogorovSmirnov Z 1,417 Asymp. Sig. (2tailed) 0,036 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,036 yang lebih kecil dari
alpha (α=0,05) yang artinya bahwa data tidak berdistribusi normal. Sehingga peneliti menggunakan data sebelum uji outlier.
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF KA 0,858 1,165 KI 0,977 1,024 LEV 0,949 1,053 ROA 0,819 1,221 SIZE 0,554 1,806 RA 0,563 1,775 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Berdasarkan tabel di atas, seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
November 2014
multikolinearitas yang artinya tidak terdapat hubungan antar variabel independen dalam pengujian ini, sehingga data baik digunakan dalam model regresi.
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model
Sig.
KA
0,675
KI LEV ROA
0,057 0,000 0,017
SIZE
0,411
Kesimpulan Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Terjadi heteroskedastisitas Terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas
RA 0,7829 Dependent Variable: ARES_1 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5 Berdasarkan Tabel di atas komite audit (KA), profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), dan reputasi auditor (RA) memiliki nilai signifikansi residual lebih besar dari alpha (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas. Sedangkan komisaris independen (KI) dan leverage (LEV) nilai signifikansi residualnya lebih kecil dari alpha (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.
Hasil dari uji autokorelasi adalah sebagai berikut: Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Model RES_2
Sig. 0,693
Dependen: Unstandardized Residual Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5 Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi residualnya sebesar 0,693 yang lebih besar dari alpha (α=0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak
144
terdapat kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau tidak terjadi autokorelasi.
ISSN: 1410 -9875
Tjhai Fung Jin
Tabel 7 Hasil Analisis Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi Model R 1 0,527 Sumber: Hasil pengolahan Hasil koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel di atas menunjukkan nilai R sebesar 0,527 artinya hubungan antara variabel komite audit, komisaris independen, leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, reputasi auditor terhadap manajemen laba adalah kuat. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel tersebut menunjukkan, nilai adjusted R²
Adjusted R Square 0,249 data SPSS versi 11.5 sebesar 24,9% artinya besarnya persentase variasi dari variabel dependen yaitu manajemen laba yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu komite audit, komisaris independen, leverage, profitabilitas, ukuran peusahaan, reputasi auditor adalah sebesar 24,9% dan sisanya sebesar 75,1% dijelaskan oleh variasi dari variabel lain yang tidak termasuk dalam model dan dianggap tetap (ceteris paribus).
Hasil uji statistik F adalah sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Uji Statistik F Sum of Mean Model Squares df Square F Sig 1 Regression 0,216 6 0,036 9,743 0,000 Residual 0,563 152 0,004 Total 0,779 158 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5 Dari tabel di atas nilai dapat disimpulkan bahwa model signifikansi sebesar 0,000 lebih regresi yang digunakan fit. kecil dari alpha (α=0,05), maka Hasil uji statistik t adalah sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Uji statistik t variabel B T Sig. (Constant) 0,017 0,163 0,871 KA -0,004 -0,434 0,665 KI -0,083 -2,221 0,028 LEV 0,064 6,830 0,000 ROA 0,115 1,992 0,048 SIZE 0,004 0,396 0,693 RA 0,008 0,660 0,510 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 11.5
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Variabel komite audit (KA) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,665. Nilai signifikansi ini lebih besar dari alpha (0,05), artinya komite audit melakukan pengawasan pengelolaan perusahaan tapi belum mampu mengurangi terjadinya manajemen laba, dalam peraturan BAPEPAM bahwa minimal jumlah komite audit sebanyak 3 orang termasuk ketua komite audit, namun ada beberapa perusahaan yang mempunyai komite audit 3-5 orang, namun jumlah komite audit yang ada dalam perusahaan tidak mampu mengurangi terjadinya manajemen laba, maka dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh secara individual terhadap manajemen laba, artinya hipotesis pertama (Ha1) tidak terdukung. Variabel komisaris independen (KI) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,028, nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,05), artinya dengan banyaknya jumlah komisaris independen di perusahaan maka pengawasan manajemen semakin baik, sehingga akan mengurangi tindakan manajemen laba, maka dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris independen berpengaruh secara individual terhadap manajemen laba, artinya hipotesis kedua (Ha2) berhasil diterima. Variabel leverage (LEV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini kecil dari alpha (0,05), artinya dengan melihat perusahaan yang mempunyai leverage lebih besar memungkinkan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba karena perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka dapat
146
November 2014
disimpulkan bahwa variabel leverage berpengaruh secara individual terhadap manajemen laba, artinya hipotesis ketiga (Ha3) berhasil diterima. Variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,048. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari alpha (0,05), tingginya profitabilitas di perusahaan menandakan bahwa kinerja perusahaan baik dan akan membuat investor tertarik, sehingga perusahaan melakukan tindakan manajemen laba agar profitabilitasnya tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh secara individual terhadap manajemen laba, artinya hipotesis keempat (Ha4) berhasil diterima. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikansi 0,693. Nilai signifikansi ini lebih besar dari alpha (0,05), artinya perusahaan besar atau kecil melakukan manajemen laba dengan tujuan tertentu, namun hal tersebut tidak terbukti karena ukuran perusahaan tidak mendasari untuk melakukan manajemen laba, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara individual terhadap manajemen laba, artinya hipotesis kelima (Ha5) tidak terdukung. Variabel reputasi auditor (RA) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,510. Nilai signifikansi ini lebih besar dari alpha (0,05), artinya auditor yang bereputasi baik dapat mendeteksi terjadinya manajemen laba, namun perusahaan yang diaudit oleh KAP big four atau KAP non big four tidak dapat mencegah terjadinya manajemen laba, maka dapat
ISSN: 1410 -9875
disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor tidak berpengaruh secara individual terhadap manajemen laba, artinya hipotesis keenam (Ha6) tidak terdukung. PENUTUP Penelitian ini mendapatkan bukti empiris bahwa komisaris independen, leverage, profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit, ukuran perusahaan dan reputasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah (1) Penelitian ini hanya mengambil sampel selama 2009 sampai 2011 perioda pengamatan. (2) Penelitian ini hanya menggunakan enam variabel yang diduga memiliki pengaruh
Tjhai Fung Jin
terhadap manajemen laba. (3) Penelitian ini hanya terbatas untuk sampel perusahaan manufaktur sehingga kurang mewakili seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). (4) Data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal dan terjadi heteroskedastisitas pada variabel leverage dan profitabilitas. Berdasarkan dari keterbatasan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah periode pengamatan, menggunakan lebih banyak variabel-variabel independen, menambah jumlah sampel dengan tidak hanya pada perusahaan manufaktur tapi dengan menggabungkan dengan perusahaan non manufaktur, dan memastikan bahwa data berdistribusi normal untuk setiap variabel dan sehingga tidak terjadi heterokedastisitas.
REFERENSI Anggraini, Fivi dan Ira Trisnawati. 2008. Pengaruh Earnings Management terhadap Konservatisma Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10 No. 1, 23-36. Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Pekbis Jurnal, Vol. 2 No. 3, 355-363. Budiasih, Igan. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4 No. 1, 44-50. Effendi, Muh. Arief. 2005. Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol. 1.pp 51-57. Farida, Yusriati Nur, Yuli Prasetyo dan Eliada Herwiyanti. 2010. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Timbulnya Earnings Management dalam Menilai Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 2, 69-80. Fitriasari, Debby. 2007. Pengaruh Aktivitas dan Financial Literacy Komite Audit terhadap Jenis Manajemen Laba. Paper Disajikan pada Simposium Nasional Akuntansi, Makasar, 26-28 Juli 2007. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Godfrey, dkk. 2010. Accounting Theory. Singapore: Willey Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance, Independensi auditor, kualitas audit dan faktor lainnya terhadap manajemen laba. Jurnal bisnis dan akuntansi, Vol. 12 No. 1, 53-68 Handayani, RR. Sri dan Agustono Dwi Rachadi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 1, 33-56. Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Teori Akuntansi, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Herni dan Yulius Kurnia Susanto. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Keuangan terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 23 No. 3, 302-314. Hwihanus dan Hambur Qurba. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 14 No. 1, 1-6. IAPI. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Ifada, Luluk M. dan Gigih Kurniawan. 2011. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. EKOBIS, Vol. 12 No. 1, 27-39. Luhgiatno. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia. Fokus Ekonomi, Vol. 5 No. 2, 15-31. Mahmudi. 2001. Manajemen Laba (earnings management) Sebuah Tinjauan Etika Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 3 No. 2, 395-402. Makhdalena. 2009. Hubungan Komite Audit dengan Internal Control. Jurnal akuntansi, Vol. 4 No. 2. . 2011. Hubungan Komposisi Komite Audit dengan Earnings Management. Jurnal Akuntansi, Vol. XV No. 02, 138-148. Nasser, Etty M. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba dan Kebijakan Hutang sebagai Variable Intervening. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol. 8 No. 1, 1-27. Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi , Makasaar, 26-28 juli 2007. Nini dan Estralita Trisnawati. 2009. Pengaruh Independensi Auditor pada KAP Big Four terhadap Manajemen Laba pada Industri Barang Konsumsi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 3, 175-188. Nuraini, A dan Sumarno Zain. 2007. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal MAKSI, Vol. 13 No. 2, November 2008. Pamudji, Sugeng dan Aprillya Trihartati. 2010. Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 2 No. 1, 21-29.
148
ISSN: 1410 -9875
Tjhai Fung Jin
Primanita dan Setiono. 2006. Manajemen laba : Konsep, Bukti Empiris dan Implikasinya. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 8 No. 1, 4351. Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetris Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 9, padang, 23-26 Agustus 2006. Restuningdiah, Nurika. 2011. Komisaris Independen, Komite Audit, Internal Audit, dan Risk Management Committee terhadap Manajemen Laba. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 15 No. 3, 351-362. Rusmin, Rusmin. 2010. Auditor quality dan earnings management: singaporean evidence. Managerial auditing journal, Vol. 25 No. 7, 618-638. Sanjaya, I putu Sugiartha. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11 No. 1, 97116. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT Alex Media Komputindo Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi ke 4. Yogyakarta: BPFE Siregar, Sylvia Veronica N.P. dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September 2005. Suhartini, Dwi. 2006. Pengaruh Leverage, Jumlah Dewan Direksi, Reputasi Auditor dan Presentase Saham yang Ditawarkan pada Publik saat IPO terhadap Earning Management. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi, Vol. 6 No. 2, 64-75. Sukartha, Made. 2007. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10 No. 3, 243-267. Tiswiyanti, Wiwik, Dewi Fitriyani dan Wiralestari. 2012. Analisis Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba. Jurnal Penelitian Universita Jambi, Vol. 14 No. 1, 61-66. Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 26-28 Juli 2007. Utami, Rini Budi dan Rahmawati. 2008. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Prosiding Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional, Yogyakarta, 24-25 Oktober 2008. Veronica, Sylvia dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). SNA VIII, Solo, 15-16 September 2005.
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII, 963-978. Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3 No. 2, 89-101. Widyastuti, Tri. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Manajemen Laba dan Dampaknya pada Return Saham. Akuntabilitas, Vol. 7 No. 1, 38-44. Yushita, Amanita Novi. 2010. Earnings Management dalam Hubungan Keagenan. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII No. 1, 5362.
150
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 151-162
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIKUALITAS AUDIT UMAR ISSA ZUBAIDI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose from this research is to analize factors that affect the audit quality of examination results of Public Accountant firm at Jakarta. This research is a replication from Singgih and Bawono (2010) with the addition of variable by Sukriah, et al. (2009) and Prasita Hadi (2009). To collecting data in this research is using a purposive sampling technique. Data taken from Public Accountant firm in Jakarta as respondent. In this research using a free variable (Independent) Independency, Due Professional Care, Job experience, Accountability, Competency, and Time Budget Pressure have influence to quality of audit results. Techniques of data analysis done with descriptive statistical analysis, the classical assumption test, multiple linear regression analysis, and hypothesis testing with the aid of SPSS 17.0. The conclusion of this research is 2 variable like Due Professional Care, and Competency had positive effect on the quality of audit result. Otherwhile, Independency , Job experience, Accountability, and Time Budget Pressure variable isn’t have a significant effect of quality of audit result. Keywords:
Independency, Due Professional Care, Job experience, Accountability,Competency, Time Budget Pressure, and Quality of Audit
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Penelitian ini merupakan replikasi dari Singgih dan Bawono (2010) dengan penambahan variabel oleh Sukriah, dkk. (2009) dan Prasita Hadi (2009). Pengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Data diambil dari Kantor Akuntan Publik di Jakarta sebagai responden. Dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas (Independent) independensi, due professional care, pengalaman kerja, akuntabilitas, kompetensi, dan tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis dengan bantuan SPSS 17.0. Kesimpulan penelitian ini adalah due professional care dan kompetensi memiliki efek positif terhadap kualitas hasil audit. Independensi, pengalaman kerja, akuntabilitas, dan tekanan anggaran waktu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit.
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Kata
kunci: Independensi, due professional care, pengalaman kerja, akuntabilitas, kompetensi, tekanan anggaran waktu, dan kualitas audit.
PENDAHULUAN Fenomena menurunnya kualitas audit belakangan sering terdengar, dengan ditemukannya beberapa kasus auditor dalam kasus kecurangan laporan keuangan sehingga membuat profesi auditor kehilangan kepercayaan dari publik. Pada prinsipnya, kualitas audit dapat dicapai jika auditor menerapkan standar dan prinsipaudit dengan benar, patuh terhadap hukum dan kode etik yang berlaku, dan independen (Manullang 2010). Seorang auditorharus memiliki sikap due professional caredan akuntabilitas dalam menjamin kualitas audit. Namun, seringkali dibatasi oleh keterbatasan waktu pengauditan yang tidak realistis. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, Singgih dan Bawono (2010). Pengembangan tersebut dapat dilihat dibawah ini: 1. Penelitian sebelumnya menggunakan empat variabel independen, yaitu:Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas. Penelitian ini menambahkan dua variabel dari penelitian sebelumnya, yaitu: Kompetensi (Sukriah et al.) danTekanan Anggaran Waktu (Prasita dan Adi). 2. Obyek Penelitian sebelumnya menggunakan KAP Big 4. Sedangkan penelitian ini menggunakan KAP Big 4 dan Non Big 4 di Jakarta.
152
November 2014
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh independensi, due professional care, pengalaman, akuntabilitas, kompetensi dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGANHIPOTESIS Teori Agensi Seiring pertumbuhan korporasi modern akan muncul kelaziman atas intensitas ketidakhadiran pemilik dan penggunaan manajer profesionl yang menjalankan perusahaan sehari-hari. Keadaan inilah yang membuat pihak ketiga independen dibutuhkan atas ketidakselarasan informasi antara manajer dengan pemegang saham. Dimana manajer sebagai agen (agent) dan pemegang saham sebagai pemilik (principal).Pihak ketiga berperan memonitor dan menjembatani kepentingan pihak prinsipal dan pihak agen (Hardiningsih dan Oktaviani 2012). Kualitas Audit Menurut Deis dan Giroux (1992) dalam Alim et al. (2007) ada empathal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit, yaitu: (1) lama waktu auditor, (2) jumlah klien, (3) kesehatan keuangan klien, (4) review oleh pihak ketiga.Kualitas audit itu sendiri terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak disajikan bersamaan dengan kecurangan atau pelanggaran didalamnya.
ISSN: 1410 -9875
Independensi Independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena mereka melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan untuk auditor intern). Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2 ( IAPI 2011) menyatakan bahwa independensi merupakan salah satu sikap yang diharapkan dari auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Due Professional Care Due Professional Care adalah kemahiran profesional yang cermat dan seksama, dimana sikap ini membuat auditor menjadi lebih kritis terhadap bukti audit (IAPI 2011).Due professional caremenyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai (Hardiningsih dan Oktaviani 2012). Pengalaman Akuntan publik harus mengikuti pelatihan teknis dengan mencari pengalaman profesi kepada akuntan yang lebih berpengalaman. Menurut Tubs (1992) dalam Agustin (2013) Semakin lama seseorang auditor bekerja, maka akan semakin berkembang kemampuannya dalam melakukan tugas-tugas audit. Berikut penjelasan elemen-elemen dari pengalaman: 1. Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang peka dan cepat tanggapdalam mendeteksi adanya kekeliruan. 2.Semakin berpengalaman seorang auditor, maka akan dapat
Umar Issa Zubaidi
menyelesaikan tugas audit tepat waktu 3.Auditor yang berpengalaman adalah auditor yang mampu menggolongkan kekeliruan tujuan dan sistem akuntansi yang melandasinya 4.Semakin berpengalaman seorang auditor, maka tingkat kesalahan dalammelaksanakan tugas audit di minimalisasi. Akuntabilitas Akuntabilitas pada Singgih dan Bawono (2010) menggunakan tiga indikator yang meliputi: Motivasi, pengabdian pada profesi, dan kewajiban sosial.Pada penelitian ini akan menggunakan 2 indikator yaitu motivasidan kewajiban sosial. Singgih dan Bawono (2010) mendefinisikanmotivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorangindividu untuk mencapai tujuannya. Jika seorang akuntan menyadariakan betapa besar perannya bagi masyarakat dan bagi profesinya, maka ia akanmemiliki sebuah keyakinan bahwa dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya,maka ia akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakatdan profesinya tersebut. Kompetensi Menurut Murtanto (1998) dalam Alim et al, (2007) menjelaskan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas : 1. Komponen pengetahuan yang meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
2.
Ciri-ciri psikologi seperti : kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama juga kepercayaan.
3. Tekanan Anggaran Waktu Anggaran waktu diperlukan bagi auditor dalammenentukan cost audit dan mengukur efektifitas kinerja auditor. Penting setiap KAP membuat anggaran waktu dalam pengauditan, supaya memudahkan efektifitas kinerja auditor. Ketika menghadapi tekanan anggaran
November 2014
waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara, yaitu: fungsional dan disfungsional. Dimana tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya (Prasita dan Adi 2007). Model Penelitian Model penelitian ini menjelaskan hubungan antara variabel bebas (independen) terhadap variabel tergantung (dependen).
INDEPENDENSI
DUE PROFESSIONAL CARE KUALITAS AUDIT PENGALAMAN AKUNTABILITAS KOMPETENSI TEKANAN ANGGARAN WAKTU
Gambar 1 Model Penelitian Pengembangan Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha1 : Independensiberpengaruh terhadap Kualitas audit. Ha2 : Due Professional Care berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Ha3 : Pengalaman berpengaruh terhadap Kualitas Audit.
154
Ha4 : Ha5 Ha6
Akuntabilitas berpengaruh terhadap Kualitas Audit. : Kompetensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit. : Tekanan Anggaran Waktu berpengaruh terhadap Kualitas Audit.
ISSN: 1410 -9875
METODA PENELITIAN Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP-KAP Jakarta. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah convenience sampling yang datanya tidak terbatas sehingga ada kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat (Indriantoro dan Supomo 2002). Kriteria penelitian ini dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Auditor yang memiliki pengalaman kerja di atas 2 tahun 2. Auditor yang tingkat pendidikannya minimal S1. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada responden. Kuisioner yang disampaikan kepada responden dilakukan dengan cara: secara langsung, melalui perantara (snowballing), dan melalui mail survey. Independensi adalah sebuah sikap yang tidak memihak kepada siapapun dan wajib dimiliki oleh seorang auditor terkait dengan tugasnya dalam melakukan pengauditan.Variabel independensi dalam penelitian ini akan diukur dari indikator Sukriah et al. (2009) yaitu independensi penyusunan program, independensi pelaksanaan pekerjaan, independensi pelaporan. Penelitian ini memunculkan 9 pertanyaan dalam kuisioner terkait pertanyaan tentang independensi. Kuisioner menggunakan 5 point skala likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Agak Setuju, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju. Due professional careadalah kepedulian seorang auditor untukbersikap professional
Umar Issa Zubaidi
secaraseksamadancermat terhadap profesinya sebagai seorang auditor.Due professional care dapatdiukur dari indikator Singgih dan Bawono (2010) yaitu dengansikapskeptis dankeyakinan yang memadai. Penelitian ini memunculkan 7 pertanyaan dalam kuisioner terkait due professional care. Kuisioner menggunakan 5 point skala likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Agak Setuju, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju. Pengalaman adalah sebuah keterampilan serta pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah melakukan sesuatu. Variabel pengalaman dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator dari Sukriah et al. (2009) yaitu: lamanyabekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan. Penelitian ini memunculkan 8 pertanyaan dalam kuisioner terkait pengalaman. Kuisioner menggunakan 5 point skala likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Agak Setuju, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju. Akuntabilitas adalah sebuah bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang di ambil kepada lingkungannya Singgih dan Bawono (2010). Variabel akuntabilitas dalam penelitian ini diukurdenganmenggunakanindikator dari Singgih dan Bawono (2010) yaitu: motivasi, pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial. Penelitian ini memunculkan 13 pertanyaan dalam kuisioner terkait akuntabilitas kepada responden. Kuisioner menggunakan 5 point skala likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Agak Setuju, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju.
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Kompetensi adalah aspekaspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan seseorang untuk mencapai kinerja superiornya. Kompetensi merupakan variabel independen yang diukur menggunakan indicator dari Sukriah et al.(2009) yaitu: mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Penelitian ini memunculkan 9 pertanyaan dalam kuisioner terkait kompetensi. Kuisioner menggunakan 5 point skala likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Agak Setuju, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju. Tekanan anggaran waktu merupakan batas waktu dalam melakukan tugas audit yang diakibatkan karena ketidak seimbangan antara tugas dan waktu yang tersedia. Tekanan anggaran waktu merupakan variabel independen yang diukur menggunakan indicator dari Prasita dan Adi (2007) yaitu: ketepatandan tambahan waktu, pemenuhan target dengan waktu yang ditentukan, beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu. Penelitian ini memunculkan 6 pertanyaan dalam kuisioner terkait tekanan anggaran waktu. Kuisioner
November 2014
menggunakan 5 point skala likert, 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Agak Setuju, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju. Kualitas audit menjadi sikap yang harus dimilikiolehseorang auditor yang dalam melaksanakan tugasnya juga harus mencerminkan hasil yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang diberlakukan. Kualitas audit diukur dengan indikator Singgih dan Bawono (2010) yaitu budaya dalam KAP, keahlian dan kualitas personal staff dan partner audit, efektivitas proses audit, dan keandalan dan manfaat laporan audit. Penelitian ini memunculkan 16 pertanyaan dalam kuisioner terkait kualitas audit kepada responden. Persepsi responden terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point skala likert, 1) Sangat Tidak Setuju, 2) Tidak Setuju, 3) Agak Setuju, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju. HASIL PENELITIAN Penelitian ini memperoleh data melalui penyebaran kuisioner dan proses penyebaran kuisioner dimulai pada minggu terakhir bulan April 2013 dan berakhir pada pertengahan bulan Agustus 2013.
Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian Kuisioner Kuisioner Kuisioner kriteria Kuisioner
Keterangan yang disebarkan yang tidak kembali yang tidak memenuhi
Jumlah 224 (33) (123)
Persentase 100 % (14,73)% (54,91)%
yang dapat digunakan
68
30,36 %
Sumber : Hasil Pengumpulan data Kuisioner yang tidak memenuhi kriteria sebanyak 123
156
kuisioner. Kuisioner yang tidak memenuhi kriteria dikarenakan ada
ISSN: 1410 -9875
Umar Issa Zubaidi
auditor yang memiliki profil Karateristik responden berisi responden dengan tingkat data diri dari responden seperti : Jenis kelamin, usia, pendidikan, pendidikan akhir SMA/Diploma dan jabatan serta pengalaman. Berikut memiliki pengalaman < 2 tahun tabel karakteristik responden : serta beberapa kuisioner tidak diisi secara lengkap. Tabel 2 Karakteristik Responden Karakteristik Responden Jenis Kelamin Pria Wanita Usia (Tahun) < 30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun Pendidikan Sarjana (S1) Terakhir Sarjana (S2) Sarjana (S3) Jabatan Partner Sekarang Manajer Supervisor Auditor Senior Auditor Junior Pengalaman < 2 Tahun >2 Tahun
Jumlah 40 28 43 18 6 1 60 6 2 1 4 5 37 21 0 68
Total 68
68
68
68
68
Statistik deskriptif variabel dapatdilihatmelaluinilai rata-rata (mean),standar deviasi, maksimum, dan minimum. Berikut tabel deskriptif variabel: Tabel 3 Statistik Deskriptif Variabel Variabel Penelitian Independensi Auditor Due Professional Care Pengalaman Auditor Akuntabilitas Kompetensi Tekanan Anggaran Waktu Kualitas Audit
Minimum
Maximum
Mean
17 15 19 34 22 12
40 35 40 64 45 28
30,5882 27,6471 33,1029 52,0147 37,2794 20,2353
Standar Deviasi 4,6975 3,5942 4,0708 6,1922 4,4347 4,1578
45
80
65,5147
6,3961
Hasil tabel menunjukkan rata-rata jawaban atas semua variabel dan penyimpangan jawaban rata-rata responden. Berikut hasil Uji Validitas pada variabel independen, dibawah ini :
157
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi (Bivariate Pearson) Butir Nilai Pearson Nilai Asyp. Sig Pertanyaan Correlation IA5 -0,327 0,006 Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 17.0 keseluruhan dinyatakan valid. Butir pertanyaan no 5(IA5) Karena nilai signisikansinya 0,000 < terdapat nilai -0,327 (minus) pada 0,05 Uji reliabilitas dilakukan nilai pearson correlation. Maka untuk butir pertanyaan no 5(IA5) guna mengukursuatukuesioner dilakukan penghapusan butir apakah kuesioner dapat dikatakan handal (reliable) jika responden pertanyaan. menjawab pertanyaan secara Variabel independensi konsisten dari waktu ke waktu setelah dilakukan uji kembali dengan menggunakanteknikcronbach dinyatakan valid, karena nilai alpha. (nilaiCronbach Alpha signifikansi setiap pernyataan > 0,70). Berikut hasil uji sebesar 0,000 < 0,05. Begitu juga reliabilitas dibawah ini: dengan variabel-variabel independen lainnyasecara Tabel 5 Hasil Reliabilitas Variabel Independensi Auditor Due Professional Care Pengalaman Auditor Akuntabilitas Kompetensi Tekanan Anggaran Waktu Kualitas Audit
Cronbach’s Alpha 0,771 0,805 0,809 0,879 0,861 0,798 0,893
Reliabel / Tidak Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Tabel 6 Hasil Pengujian Parameter Individual (Uji t) Model B Sig 1 (Constant) 13,521 0,002 Independensi Auditor 0,029 0,789 Due Professionel Care 0,535 0,005 Pengalaman Auditor 0,268 0,038 Akuntabilitas 0,089 0,434 Kompetensi 0,641 0,000 Tekanan Anggaran Waktu -0,054 0,613 Dependent Variable: Kualitas Audit Sumber: Hasil pengolahan data SPSS versi 17.0
158
ISSN: 1410 -9875
Nilai Sig nantinya akan digunakan untuk membuktikan apakah setiap variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hal ini akan terlihat jika nilai sig< 0,05 maka Ha akan diterima yang berarti variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Variabel independensi auditor memiliki nilai sigsebesar 0,789 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha1 tidak diterima, artinya independensi auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menjelaskan bahwa independensi penyusunan program, independensi pelaksanaan pekerjaan serta independensi pelaporan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Variabel due professional care sebesar 0,005 yang lebih kecil dari signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha2 dapat diterima dan membuktikan bahwa variabel due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menjelaskan bahwa seorang auditor yang memiliki sikap skeptis dan memiliki keyakinan yang memadai sangat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Hasil nilai sigpada variabel pengalaman auditor sebesar 0,038 yang berarti lebih kecil dari signifikansi 0,05. Hal ini berarti Ha3 dapat diterima dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya, lamanya bekerja sebagai seorang auditor dan banyaknya pemeriksaan mempengaruhi kualitas audit. Hasil nilai sigpada variabel akuntabilitas sebesar 0,434 yang berarti lebih besar dari signifikansi
Umar Issa Zubaidi
0,05. Hal ini berarti Ha4tidak dapat diterima dan akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menjelaskan bahwa motivasi, pengabdian pada profesi serta kewajiban sosial tidak mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Hasil nilai sigpada variabel kompetensi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari signifikansi 0,05. Hal ini berarti Ha5dapat diterima dan variabel kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menjelaskan bahwa mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Hasil nilai sigpada variabel tekanan anggaran waktu sebesar 0,613 yang berarti lebih besar dari signifikansi 0,05. Hal ini berarti Ha6 tidak dapat diterima dan variabel tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini menjelaskan bahwa target dengan waktu yang ditentukan, serta beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu tidak berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya, makadisimpulkan: 1. Independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit dan sependapat dengan penelitian Sukriah et al, (2009). Namun tidak dengan penelitian Castellani (2008), Alim et al.(2007), Satria (2013), dan Singgih dan Bawono (2010).
159
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
2. Due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Singgih dan Bawono (2010), Herdiningsih dan Oktaviani (2012), dan Agustin (2013). 3. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit dan artinya sependapat dengan penelitian Sukriah et al.(2009). Castellani (2008), Alim et al.(2007), Agustin (2013), dan Singgih dan Bawono (2010). 4. Akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dan tidak sependapat dengan Singgih dan Bawono (2010), Supardi dan Mutakin (2009), Mardisar dan Sari (2007), dan Ilmiyati dan Suhardjo (2012) . 5. Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit dan artinya penelitian ini konsisten dengan penelitian Sukriah et al. (2009) , Alim et al. (2007), Ilmiyati dan Suhardjo (2012), dan Castellani (2008). 6. Tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dan penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian Manullang (2010) dan Prasita dan Adi (2007). Keterbatasan yang dihadapi peneliti pada penelitian ini, yaitu berikut:
November 2014
1. Peneliti menyebarkan kuisioner pada masa pengisian SPT Badan dimana sebagian para responden atau auditor tidak berada di kantor. Hal ini menyulitkan peneliti dalam mencari responden. 2. Banyak responden yang tidak sungguh-sungguh dalam pengisian kuisioner sehingga banyak kuisioner tidak dapat digunakan. 3. Ruang lingkup yang peneliti pakai hanya KAP di Jakarta. 4. Variabel independen yang peneliti gunakan hanya enam variabel saja. Rekomendasi yang dapat disarankan peneliti untuk penelitian selanjutnya: 1. Peneliti berikut sebaiknya memperhatikan waktu penyebaran kuisioner. 2. Sebaiknya sebelum melakukan penyebaran kuisioner , berikan penjelasan yang baik kepada responden guna melalui wawancara langsung. 3. Perluas ruang lingkup pada penelitian selanjutnya, seperti : Tangerang dan Bekasi dapat dijadikan refrensi pada penelitian selanjutnya. 4. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen lainnya, seperti : Ukuran KAP, Audit Tenure, dan Beban kerja auditor.
REFERENSI Agustin, Aulia. 2013. Pengaruh Pengalaman, Independensi, dan Due Professional Care Auditor terhadap Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah: Jurnal Akuntansi Vol 1, no. 1 Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti. 2007. Pengaruh
160
ISSN: 1410 -9875
Umar Issa Zubaidi
Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi:Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar: 26-28 Juli 2007 Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit : Trikonomika Vol 7, no. 2 (Desember 2008) Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM S PSS 19. Edisi 5.Semarang: Universitas Diponegoro. Giri, Efraim Ferdinan. 2010. Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Simposium Nasional Akuntansi XIII. Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Pengaruh Due Professional Care, Etika, dan Tenur terhadap Kualitas Audit. http://eprints.unisbank.ac.id/179/1/artikel-17.pdf Hery. 2011. Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi. Edisi 1. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Ilmiyati, Feny dan Yohanies Suhardjo. 2012. Pengaruh Akuntabilitas dan Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit: JURAKSI Vol. 1, no. 1 (1 Januari 2012) Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Manullang, Asna. 2010. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Resiko Kesalahan terhadap Penurunan Kualitas audit: Fokus Ekonomi Vol. 5, no. 1 (Juni 2010) Masdisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor: Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. Prasita, Andin dan Priyo Hari Adi. 2007. Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman terhadap Sistem Informasi: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, September 2007. Salehi, Mahdi. 2008. An Investigation of the Effect of Audit Quality on Accrual Reliabillity of Listed Companies on Tehran Stock Exchange : Islamic Azad University, Orumich Branch, Iran. Satria, Wira. 2013: Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Motivasi dan Kompleksitas Tugas terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah se-Provinsi Riau. http://respository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1931/1/jurnalwiras atria.pdf Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th edition.Wiley. Setyorini, Andini Ika. 2011. Pengaruh kompleksitas audit, Tekanan anggaran waktu, dan Pengalaman auditor terhadap Kualitas Audit dengan variabel Moderating pemahaman terhadap Sistem Informasi: Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
161
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
November 2014
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit: Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. 2011 Sukriah, Ika, Akram, dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan: SNA XIII Palembang. The Accounting Review (2009). http://blog.umy.ac.id/ervin/files/2012/06/aspsia13.pdf Supardi, Deddy dan Zaenal Mutakin. 2009. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Kerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik:Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi, UKI. Wibowo, Arie dan Hilda Rosssieta, 2009. Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit Suatu Studi dengan Pendekatan Earnings Surprise Benchmark:Jurnal Penelitian Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
162
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 8, November 2014, Hlm. 163-180
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN NON KEUANGAN DI INDONESIA
YESSY NELIYANA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of nondebt tax shield, asset structure, profitability, firm size, firm growth, liquidity, business risk, managerial ownership, institutional ownership and dividend policy toward debt policy Population of this research is non finance companies listed in Indonesia Stock Exchange over the three year period from 2010 until 2012. Sample in this research are selected by purposive sampling and the data was analyzed using multiple linear regression. The research show that firm growth and liquidity have influence toward debt policy. Non-debt tax shield, asset structure, profitability, firm size, business risk, managerial ownership, institutional ownership and dividend policy does not influence debt policy. Keywords: Debt Policy, Non-Debt Tax Shield, Asset Structure, Profitability, Firm Size, Firm Growth, Liquidity, Business Risk, Managerial Ownership, Institutional Ownership and Dividend Policy Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh nondebt tax shield, struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, likuiditas, risiko bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan yang terdaftar selama 3 tahun dari 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia. sampel dipilih bedasarkan purposive sampling, dan data dianalisis menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan penjualan dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Non-debt tax shield, struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakna dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakna hutang. Kata
Kunci: Kebijakan Hutang, Non-Debt Tax Shield, Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, Risiko Bisnis, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan Dividen
163
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
PENDAHULUAN Setiap perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat bersaing dan mempertahankan kelanjutan operasional perusahaan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kemampuan bersaing adalah mencari sumber dana yang dapat mendukung operasional perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh dari eksternal maupun internal perusahaan. Ekuitas internal perusahaan dapat berupa saham biasa, modal disetor, laba ditahan dan saham yang ditarik kembali oleh perusahaan sementara ekuitas eksternal perusahaan berupa saham yang dijual oleh perusahaan kepada investor. Utang diperoleh dari utang kepada kreditor dan utang yang diterbitkan oleh perusahaan sendiri berupa obligasi. Sumber-sumber dana tersebut dikelola oleh seorang manajer keuangan yang berperan untuk mengambil keputusan dan mempertimbangkan konsekuensi yang timbul serta memahami karakteristik keuangan yang dimiliki perusahaaan. Pendanaan melalui utang akan menjadi alternatif dana bagi perusahaan jika dibandingkan dengan dana yang bersumber dari kas. Penerbitan saham akan berdampak pada menurunnya penggunaan utang. Keputusan manajer cenderung melindungi dan memenuhi kepentingan pribadi dibandingkan memenuhi kepentingan pemilik seperti perluasan perusahaan dan peningkatan gaji. Oleh karena itu kebijakan utang rentan terhadap konflik kepentingan antara pemegang saham, manajer, dan kreditor yang biasa disebut dengan
164
November 2014
konflik keagenan (agency conflict). Kebijakan utang ditentukan berdasarkan leverage perusahaan. Menurut penelitian Titman dan Wessels (1988), perusahaan akan mengurangi utang dengan laba yang didapat sehingga pendanaan melalui utang dapat ditekan. Teori struktur kapital konvensional menyatakan bahwa struktur kapital perusahaan yang optimal berkaitan erat dengan biaya-biaya dan keuntungan-keuntungan melalui pendanaan utang dan modal. Perusahaan-perusahaan dapat menekan biaya operasional saat pendanaan antara ekuitas dan utang berlangsung optimal. Teori trade-off menjelaskan bahwa sebuah perusahaan harus dikenakan pajak untuk menaikkan tingkat utang dari nilai pajak marjinal pada biaya tekanan keuangan yang bisa terjadi. Teori trade-off dalam struktur kapital secara teoritis menyeimbangkan keuntungan pajak dari utang. Kebalikan dari teori tradeoff, teori struktur kapital lainnya yaitu teori pecking order membahas permasalahan information asymmetry. Perusahaan cenderung menggunakan dana internal untuk investasi keuangan dan ketika menggunakan dana eksternal, perusahaan akan cenderung mengutamakan penggunaan utang daripada menerbitkan saham baru. Perusahaan cenderung menyimpan sejumlah kas sebelum menerbitkan saham. Sejumlah teori telah berkembang untuk menjelaskan bermacam-macam rasio utang (leverage) pada setiap perusahaan. Teori tersebut menyebutkan bahwa perusahaan memilih struktur keuangan berdasarkan kondisi yang
ISSN: 1410 -9875
menentukan keuntungan dan biaya yang berkaitan dengan pendanaan melalui utang dan ekuitas. Myers (1991) dalam Sudiyatno dan Sari (2013), menyatakan bahwa kegunaan utang dalam sebuah perusahaan perlu mempertimbangkan sasaran leverage tertentu untuk meningkatkan kekayaan pemilik. Kebijakan utang merupakan ukuran penggunaan utang sebagai aset perusahaan. Leverage berperan penting dan menyediakan berbagai keuntungan seperti pemotongan pembayaran bunga untuk perhitungan pajak sehingga mengurangi efektivitas biaya utang dan investor tidak perlu mengambil keuntungan saat kondisi perusahaan baik. Sebaliknya, kerugian menggunakan leverage adalah semakin tinggi rasio utang, maka semakin tinggi risiko perusahaan dan suku bunga utang akan semakin tinggi. Selain itu, jika sebuah perusahaan mengalami tekanan ekonomi dan pendapatan operasional tidak cukup untuk melunasi beban bunga, maka pemegang saham harus menutupi kekurangan beban tersebut dengan konsekuensi bangkrut jika tidak mampu menutupi beban tersebut. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk menguji faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan utang perusahaan non keuangan di Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh non-debt tax shield, struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, likuiditas, risiko bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
Yessy Neliyana
kebijakan dividen terhadap kebijakan utang. Penelititan ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan organisasi penulisan. Kedua, menguraikan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh nondebt tax shield, struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, likuiditas, risiko bisnis, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen terhadap kebijakan utang. Ketiga, metoda penelitian terdiri atas pemilihan metode analisis data. Keempat, hasil penelitian yang berisi statistik deskriptif serta hasil dan interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Menurut Myers (1984), dalam pecking order theory tidak ada struktur modal yang optimal. Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan akan mengutamakan sumber pendanaan internal daripada sumber pendanaan eksternal. Jika pendanaan eksternal dibutuhkan, maka perusahaan akan lebih memilih memperoleh sumber dana eksternal dengan menerbitkan utang daripada ekuitas. Alasan yang mendukung pernyataan tersebut adalah tingkat pengembalian ekuitas yang diinginkan investor semakin bertambah tinggi bersamaan dengan meningkatnya
165
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
nilai perusahaan sedangkan tingkat pengembalian yang diinginkan kreditur sifatnya tetap yaitu dalam bentuk bunga. Menurut Gitman dan Zutter (2012) menyatakan bahwa pecking order theory merupakan hirarki dalam pendanaan yang dimulai dengan laba ditahan, diikuti dengan pendanaan utang dan akhirnya pendanaan ekuitas eksternal. Sedangkan Myers (2001) menyatakan bahwa perusahaan yang profitable akan menggunakan pendanaan internal yang berasal dari laba ditahan sehingga perusahaan tidak memerlukan pendanaan eksternal, bukan karena perusahaan sengaja menargetkan agar rasio utangnya kecil. Menurut Myers (1984), dalam trade-off theory perusahaan memutuskan target debt-to-value ratio dan bergerak ke arah target tersebut secara pelan-pelan. Target tersebut ditentukan dengan menyeimbangkan perlindungan pajak atas utang terhadap biaya kebangkrutan. Utang dan biaya kebangkrutan memiliki hubungan yang positif, apabila utang semakin tinggi maka biaya kebangkrutan juga akan semakin tinggi. Penambahan utang akan berpengaruh langsung pada pendapatan perusahaan. Jika utang semakin tinggi, risiko perusahaan untuk tidak mampu membayar juga semakin tinggi. Risiko kebangkrutan semakin tinggi karena dipengaruhi oleh tingkat bunga yang melebihi penghematan pajak. Agency theory merupakan suatu teori yang menjelaskan dan memperkirakan suatu tindakan dari agen (contoh: manajer) dan para pihak berkepentingan (contoh: shareholders atau pemberi pinjam).
166
November 2014
Teori ini mengasumsikan bahwa baik pihak agen maupun pihak yang berkepentingan merupakan pihak yang memaksimalkan atau memperbesar return yang akan diterima tanpa mempermasalahkan perhatian dan rasa ketertarikan. Sebagai hasil akhir, hubungan agen akan berdampak kepada agency costs. (Godfrey et al. 2010) Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemimpin perusahaan dan agen. Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan memiliki tujuan yang berbeda, pemilik modal menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Dengan demikian muncul konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer (agen). Pemilik lebih tertarik untuk mengoptimalkan kompensasi. Signalling theory menjelaskan bahwa seorang manajer melakukan perhitungan untuk memberi sinyal mengenai prediksi dan harapan perusahaan di masa yang akan datang. Jika manajer memperkirakan bahwa perusahaan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi di masa yang akan datang maka mereka akan mencoba memberi sinyal kepada investor melalui perhitungan yang sudah mereka lakukan. Pemikiran yang mendasari tindakan manajer ini adalah insentif yang akan diterima bila perusahaan mengalami peningkatan pertumbuhan penjualan. Peningkatan pertumbuhan penjualan akan menghasilkan laba
ISSN: 1410 -9875
lebih besar bagi perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, jika hal tersebut dipercaya oleh investor maka harga saham perusahaan akan naik dan pemegang saham beserta manajer yang berperan serta dalam kenaikan ini akan diuntungkan. Non-Debt Tax Shield dan Kebijakan Utang Menurut Sudiyatno dan Sari (2013) menyatakan bahwa selain memperoleh keuntungan pajak atas pembayaran bunga pinjaman (debt tax shield), perusahaan juga dapat memperoleh keuntungan pajak lain yang disebut non-debt tax shield, yaitu keuntungan pajak yang diperoleh perusahaan selain bunga pinjaman. Non-debt tax shield dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yakni tax loss carry forward dan investment tax credit. (MackieMason, 1990) Menurut Bradley et. al (1984) dalam Hastalona (2013), non-debt tax shield berbentuk depresiasi aktiva tetap. Dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b UU PPh No. 36 tahun 2008 disebutkan bahwa besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan oleh penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari (1) satu tahun. Oleh karena itu, jumlah aktiva tetap yang tinggi akan semakin banyak memperoleh keuntungan pajak karena dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak terutang.
Yessy Neliyana
Penelitian Sudiyatno dan Sari (2013) menunjukkan bahwa nondebt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Sedangkan penelitian Thian (2012) dan Hastalona (2013) menunjukkan bahwa non-debt tax shield memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Pengaruh Non-debt tax shield dan kebijakan utang menunjukkan tren bahwa semakin tinggi beban depresiasi sebuah perusahaan, semakin rendah penggunaan utang. Hal ini disebabkan karena beban depresiasi yang tinggi akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan sehingga perusahaan memiliki laba yang tinggi. Ha1 Non-debt tax shield berpengaruh terhadap kebijakan utang Struktur Aset dan Kebijakan Utang Menurut Titman dan Wessels (1988), teori struktur kapital menyatakan bahwa bentuk aset yang dimiliki perusahaan dipengaruhi pilihan dari struktur modal. Struktur aset merupakan sekumpulan aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan. Aset yang dijaminkan dapat digunakan untuk melunasi utang yang dipinjamkan oleh kreditur. Pertumbuhan aset pada dasarnya menjelaskan cara perusahaan menanamkan dana yang dimiliki untuk kegiatan operasional dan investasi. Peningkatan jumlah aset baik aset jangka pendek maupun aset jangka panjang yang membutuhkan dana, diiringi dengan alternatif pendanaan internal maupun eksternal. (Sudiyatno dan Sari, 2013) Penelitian Sudiyatno dan Sari (2013), Yeniatie dan Destriana
167
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
(2010), Susanto (2011), Surya dan Rahayuningsih (2012), Thian (2012) serta Hidayat (2013) menyatakan bahwa struktur aset memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan konsistensi dengan trade-off theory. Semakin banyak aset berwujud yang dimiliki, semakin banyak pula aset yang dapat digunakan untuk mendapatkan dana eksternal. Aset yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan jaminan oleh perusahaan sebagai upaya perusahaan untuk mendapatkan pinjaman berupa utang. Ha2 Struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan utang Profitabilitas dan Kebijakan Utang Menurut Ukago (2005) dalam Sudiyatno dan Sari (2013) menjelaskan profitabilitas sebagai tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional selama periode tertentu. Profitabilitas menguji tingkat efektifitas yang dicapai oleh suatu operasi perusahaan.Tingkat keuntungan dipakai sebagai cara untuk menilai keberhasilan efektifitas perusahaan dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dijalankan dalam periode berjalan. Profitabilitas dapat diukur dengan Return on Asset (ROA), yakni perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung jarang menggunakan utang karena laba yang diperoleh perusahaan tidak semua dibayar oleh perusahaan dalam bentuk
168
November 2014
dividen tetapi disimpan dalam laba ditahan yang merupakan sumber pendanaan internal bagi perusahaan Menurut penelitian Sudiyatno dan Sari (2013), Indahningrum dan Handayani (2009), Yeniatie dan Destriana (2010), Gill dan Marthur (2011), Susanto (2011), Murtiningtyas (2012), Narita (2012), Surya dan Rahayuningsih (2012), Thian (2012), serta Damayanti dan Hartini (2014) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap utang. Sedangkan penelitian Hastalona (2013) menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Ketiadaan pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan utang konsisten dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan menggunakan laba ditahan sebagai sumber pendanaan utama. Akibat dari tindakan perusahaan tersebut maka pendanaan melalui utang akan semakin menurun. Ha3 Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Utang Menurut Titman dan Wessels (1998) perusahaan berukuran besar sering menawarkan jaminan yang besar karena cenderung lebih beragam. Oleh karena itu, perusahaan yang berukuran besar memiliki reputasi yang baik di pasar finansial dan dapat memperoleh tingkat pinjaman yang lebih tinggi. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar pula kebutuhan pendanaan perusahaan tersebut. Salah satu sumber
ISSN: 1410 -9875
pendanaan didapat dari eksternal perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar memiliki keuntungan lebih dan aktivitas perusahaan yang berukuran besar secara umum diketahui oleh publik jika dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil sehingga kebutuhan perusahaan besar jelas lebih banyak dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Terlebih lagi, semakin besar ukuran perusahaan, maka pengungkapan kinerja perusahaan kepada pihak luar semakin transparan. Hal ini membuat perusahaan berukuran besar semakin mudah mendapat pinjaman karena lebih dipercaya dari kreditor. Penelitian Sudiyatno dan Sari (2013), Gill dan Marthur (2011), Susanto (2011), Surya dan Rahayuningsih (2012), serta Thian (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Sedangkan menurut penelitian Narita (2012), Hastalona (2013), Hidayat (2013), serta Damayanti dan Hartini (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Pengaruh ukuran perusahaan dan kebijakan utang konsisten dengan trade-off theory. Teori tersebut menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula utang yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan tersebut. Ha4 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan utang
Yessy Neliyana
Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Utang Sebuah perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi tentu menyediakan modal yang cukup untuk mendanai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh dengan pesat cenderung menggunakan lebih banyak utang dibandingkan dengan perusahaan yang tumbuh dengan lambat. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dari sisi penjualan dan laba cenderung menggunakan dana yang bersumber dari eksternal perusahaan dalam jumlah besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. (Sudiyatno dan Sari, 2013) Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih membutuhkan dana yang besar dari pihak eksternal (Murni dan Andriana, 2007 dalam Susanto, 2011). Untuk memenuhi kebutuhan dana eksternal, perusahaan harus menghadapi pertimbangan sumber dana yang lebih terjangkau. Dalam hal ini, penerbitan surat utang lebih disukai daripada penerbitan saham baru karena biaya emisi saham baru lebih besar dari biaya utang. Penelitian Sudiyatno dan Sari (2013), Yeniatie dan Destriana (2010), Thian (2012), serta Hidayat (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Sedangkan menurut penelitian Indahningrum dan Handayani (2009), Susanto (2011), Surya dan Rahayuningsih (2012), serta Damayanti dan Hartini (2014) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang.
169
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan utang menunjukkan bahwa semakin besar sebuah perusahaan bertumbuh, semakin besar pula jumlah pendanaan utang yang dibutuhkan. Sehubungan dengan signalling theory, jika manajer memperkirakan bahwa perusahaan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi di masa yang akan datang maka mereka akan mencoba memberi sinyal kepada investor melalui perhitungan yang sudah mereka lakukan. Ha5 Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan utang Likuiditas dan Kebijakan Utang Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan dalam jangka waktu pendek untuk membayar utang yang telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas (Weygandt et. al, 2011). Perusahaan yang mampu membayar utang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid karena perusahaan tersebut membayar utang perusahaan dengan jangka waktu yang singkat. Hal ini memberikan kepercayaan kepada kreditur dalam memberikan pinjaman. Ukuran likuiditas perusahaan yang sering digunakan adalah current ratio (CR). Current ratio merupakan ukuran yang umum digunakan untuk mengevaluasi tingkat likuiditas sebuah perusahaan dan kemampuan membayar utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Menurut penelitian Narita (2012), Hastalona (2013), serta Damayanti dan Hartini (2014), likuiditas
170
November 2014
memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan utang berkaitan dengan agency theory yakni ketika agency cost dari likuiditas tinggi maka kreditur luar membatasi jumlah utang yang diberikan kepada perusahaan. Agency cost adalah biaya keagenan yang dikeluarkan perusahaan untuk memberi kontrol kepada manajemen dalam hal mengelola perusahaan. Biaya ini dikeluarkan untuk menghindari adanya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer perusahaan. Maka dari itu semakin besar agency cost menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki kontrol manajemen yang baik. Ha6 Likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan utang Risiko Bisnis dan Kebijakan Utang Risiko bisnis merupakan kondisi ketika perusahaan tidak mampu membayar biaya operasional (Gitman dan Zutter, 2012). Secara umum, semakin besar penggunaan biaya tetap perusahaan semakin besar pula risiko bisnis yang akan timbul. Risiko bisnis penting bagi perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menentukan sumber pendanaan terutama pendanaan utang. Semakin kecil risiko bisnis perusahaan, maka rasio utang perusahaan akan semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan lebih berani melakukan pinjaman utang berkat dana yang cukup untuk melakukan pinjaman utang dan pembayaran bunga pinjaman. Penelitian Murtiningtyas (2012) menyatakan bahwa risiko
ISSN: 1410 -9875
bisnis memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), Hastalona (2013), serta Surya dan Rahayuningsih (2012) menemukan bahwa risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Ketiadaan pengaruh risiko bisnis terhadap kebijakan utang menunjukkan bahwa keadaan risiko bisnis yang sulit ditentukan. Kondisi bisnis yang tidak menentu, iklim bisnis yang berubah-ubah menjadi faktor utama dalam risiko bisnis perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Ha7 Risiko bisnis berpengaruh terhadap kebijakan utang Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Utang Menurut Rozeff (1982) dalam Larasati (2011) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi akan berpengaruh terhadap rendahnya pembayaran dividen kepada pemegang saham. Penetapan dividen yang rendah disebabkan oleh manajer yang memiliki harapan investasi di masa mendatang yang dibiayai dari sumber internal. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan oleh kepemilikan manajerial mewakili sumber kekuasaan yang mendukung keberadaan manajemen atau sebaliknya (Moh'd et al., 1998 dalam Indahningrum dan Handayani, 2009). Susanto (2011) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Sedangkan
Yessy Neliyana
menurut penelitian Diana dan Irianto (2008). Indahningrum dan Handayani (2009), Yeniatie dan Destriana (2010), Larasati (2011), Murtiningtyas (2012), Surya dan Rahayuningsih (2012), serta Hidayat (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Ketiadaan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang dikarenakan masih rendahnya kepemilikan saham manajer dibandingkan kelompok lain dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi apabila proporsi saham yang dimiliki publik atau masyarakat jauh melebihi jumlah saham yang dimiliki pihak manajerial perusahaaan. Ha8 Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan utang Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Utang Kepemilikan institusional umumnya merupakan pihak yang mengawasi perusahaan. Peningkatan aktivitas investor didukung oleh usaha mereka untuk meningkatkan tanggung jawab manajemen. Aktivitas pengawasan tersebut dilakukan dengan menempatkan komite penasehat (adversory committees) yang bekerja untuk melindungi kepentingan investor (Murni dan Andriana, 2007 dalam Susanto, 2011). Bentuk pengawasan lain adalah dengan memberikan saransaran sebagai bahan pertimbangan bagi manajer dalam menjalankan usaha dan melalui rapat umum pemegang saham. Pada akhirnya, semakin besar presentase saham
171
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
milik institusional akan menyebabkan usaha pengawasan menjadi lebih efektif karena perilaku oportunis seorang manajer yang bisa dikendalikan (Murni dan Andriana, 2007 dalam Susanto, 2011) Penelitian Diana dan Irianto (2008), Yeniatie dan Destriana (2010), Larasati (2011) menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai hubungan terhadap kebijakan utang. Namun menurut penelitian Murtiningtyas (2012), Narita (2012), serta Surya dan Rahayuningsih (2012) kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan utang konsisten dengan trade off theory. Teori tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional menggantikan kebijakan utang sebagai bagian dari konflik keagenan utang dan konflik keagenan ekuitas. Ha9 Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang Kebijakan Dividen dan Kebijakan Utang Dividen merupakan salah satu keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham selain capital gain. Secara umum, dividen dapat didefinisikan sebagai proporsi laba yang dibagikan emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen ini akan berpengaruh terhadap tingkat penggunaan utang dalam suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan keharusan bagi perusahaan untuk menyiapkan sejumlah dana untuk membayar dividen yang telah ditetapkan
172
November 2014
(Murni dan Andriana, 2007 dalam Susanto, 2011). Perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio tinggi akan memilih pendanaan dengan modal sendiri (Fidyati, 2003 dalam Susanto, 2011). Selain itu, pembayaran dividen dapat dilakukan setelah kewajiban membayar bunga dan cicilan utang dilunasi. Hal ini akan membuat manajer semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan utang. Penelitian Larasati (2011), Susanto (2011), serta Hidayat (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Sedangkan hasil penelitian menurut Indahningrum dan Handayani (2009), Yeniatie dan Destriana (2010) Murtiningtyas (2012), serta Surya dan Rahayuningsih (2012) menyatakan bahwa kebijkan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan utang konsisten dengan pecking order theory yang menyatakan pendanaan investasi yang bersumber dari emisi saham baru (right issue) akan memberatkan perusahaan karena penerbitan saham baru akan menambah jumlah lembar saham dan tidak ada pengematan pajak dari utang. Agency cost of equity akan meningkat sehingga laba per lembar saham akan menurun. Ha10 Kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan utang METODE PENELITIAN Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Berikut ini
ISSN: 1410 -9875
Yessy Neliyana
adalah hasil metode pengambilan
sampel:
Tabel 1 Pemilihan Sampel Kriteria Sampel Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2012 Perusahaan non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember Perusahaan non keuangan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah Perusahaan non keuangan yang melaporkan laba selama periode 2010 sampai dengan 2012 Perusahaan non keuangan yang memiliki kepemilikan manajerial selama periode 2010 sampai dengan 2012 Perusahaan non keuangan yang memiliki kepemilikan institusional selama periode 2010 sampai dengan 2012 Perusahaan non keuangan yang membagikan dividen selama periode 2010 sampai dengan 2012 Total data yang digunakan dalam penelitian Menurut Sudiatno dan Sari (2013), kebijakan utang adalah penggunaan aset atau dana perusahaan untuk menutupi biaya-biaya tetap perusahaan. Variabel kebijakan utang (DEBT) menggunakan debt to equity ratio dan dirumuskan sebagai berikut: total utang DEBT= total ekuitas Menurut Sudiyatno dan Sari (2013), non-debt tax shield adalah keuntungan pajak yang didapat
Jumlah Sampel 323
Total Sampel 969
(8)
(24)
(40)
(120)
(70)
(210)
(110)
(330)
(5)
(15)
(60)
(180)
30
90
perusahaan selain bunga pinjaman. Menurut Gill dan Marthur (2011), Non-Debt Tax Shield (NDTS) menggunakan skala rasio depresiasi dan total aset sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: NDTS =
beban depresiasi dan amortisasi total aset
Menurut Sudiyatno dan Sari (2013), struktur aset adalah sejumlah aset yang dapat dijadikan jaminan oleh perusahaan. Menurut Yeniatie dan Destriana (2010),
173
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Struktur Aset (AST) menggunakan skala rasio aktiva tetap dan total aktiva sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: AST =
aktiva tetap total aktiva
Menurut Sudiyatno dan Sari (2013), profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang didapat perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional dalam satu periode. Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), Profitabiltias (PROF) menggunakan skala rasio profitabilitas dan dirumuskan sebagai berikut: operating income PROF = total asset Menurut Hastalona (2013), ukuran perusahaan adalah gambaran gambaran besar kecilnya suatu perusahaan dilihat dari total aktiva atau total penjualan bersih. Ukuran Perusahaan (SIZE) menggunakan pengukuran logaritma natural dan dihitung dengan rumus: SIZE = log total penjualan Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), pertumbuhan perusahaan adalah tingkat perubahan aset yang dimiliki sebuah perusahaan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan Perusahaan (GROW) menggunakan perbandingan presentase pertumbuhan perubahan total aset dan dihitung dengan rumus: Total aktiva akhir tahun GROW= Total aktiva awal tahun Menurut Weygandt et. al (2011), likuiditas adalah kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas.
174
November 2014
Likuiditas (LIQ) menggunakan pengukuran current ratio yang dapat dirumuskan sebagai berikut: current asset LIQ= current liabilities Menurut Gitman dan Zutter (2012), risiko bisnis adalah ukuran ketidakstabilan harga saham dan tingkat pengembalian yang diterima pemegang saham. Menurut Michael dan Wijaya (2010) dalam Surya dan Rahayuningsih (2012), Risiko Bisnis (RISK) menggunakan deviasi standar dari earning before interest and tax dan dihitung menggunakan rumus: Operating Income Total Asset
RISK=STD
Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), kepemilikan manajerial adalah besarnya kepemilikan manajemen yang aktif terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Menurut Masdupi (2005) dalam Indahningrum dan Handayani (2009), Kepemilikan Manajerial (INSDR) menggunakan presentase kepemilikan saham pihak manajemen perusahaan yang aktif mengambil keputusan dan dihitung dengan rumus: D & C SHRSit INSDRit = Total SHRSit
Keterangan: D & C SHRSit = Kepemilikan saham oleh manajer, direksi, dan dewan komisaris perusahaan pada tahun t Total SHRSit = Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar Kepemilikan Institusional Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), kepemilikan institusional adalah presentase saham yang dimiliki pihak
ISSN: 1410 -9875
Yessy Neliyana
institusional pada akhir Kepemilikan Institusional diukur dengan rumus: INST �
tahun. (INST)
jumlah saham yang dimiliki oleh institusional jumlah saham yang beredar
Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), kebijakan dividen adalah jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham per lembar saham terhadap laba per lembar saham. Kebijakan dividen (DPR) dihitung dengan rumus: DPS DPR = EPS
Keterangan: DPS = Harga dividen yang dibayarkan untuk setiap jumlah saham beredar EPS = Laba bersih yang dibayarkan untuk setiap jumlah saham beredar setelah dikurangi dividen untuk saham preferen Metode Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metoda regresi berganda. Metoda tersebut dipilih untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Perumusan metoda regresi berganda adalah sebagai berikut: Y=
a + b1NDTS
+ b2STA +
b3PROF + b4SIZE + b5GROW + b6LIQ + b7RISK + b8 INSDRit + b9 INST + b10DPR + e Keterangan: Y Kebijakan Utang a Konstanta NDTS Non-Debt Tax Shield AST Struktur Aset PROF Profitabilitas SIZE Ukuran Perusahaan GROW Pertumbuhan Perusahaan LIQ Likuiditas RISK Risiko Bisnis INSDRit Kepemilikan Manajerial INST Kepemilikan Institusional DPR Kebijakan Dividen e error HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dapat dilihat berikut ini:
Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel
N
Mean
Median
Minimum
Maximum
0,695231
Std Deviation 1,2088946
Kebijakan Utang Non-Debt Tax Shield Struktur Aset Profitabilitas Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Perusahaan Likuiditas Risiko Bisnis Kepemilikan
90
1,198531
0,1041
7,5278
90
0,037038
0,026352
0,0347319
0,0024
0,2024
90 90 90
0,229354 0,179668 12,596636
0,209002 0,137392 12,606835
0,1857472 0,2736818 0,8111209
0,0171 0,0062 10,1361
0,8202 2,6081 14,2743
90
1,206722
1,171218
0,1803958
0,8925
2,2863
90 61 90
2,994955 0,81059 0,035176
1,895723 0,013846 0,002417
2,5796825 0,299509 0,0905765
0,6816 0,0006 0,0000
11,7428 1.6932 0,5198
175
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Manajerial Kepemilikan Institusional Kebijakan Dividen
November 2014
90
0,642619
0,650659
0,2065474
0,1232
0,9952
90
0,565714
0,385340
0,7047800
0,0233
4,1250
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel (Constant ) NDTS AST PROF SIZE GROW LIQ RISK INSDR INST DPR
B 2,766
t 1,270
Sig ,210
2,719 -,829 -,571 -,261 1,971 -,215 ,224 -2,075 ,484 -,219
,587 -1,301 -1,270 -1,616 3,634 -4,889 ,455 -1,577 ,775 -1,109
,560 ,199 ,210 ,112 ,001 ,000 ,651 ,121 ,442 ,273
Berdasarkan tabel di atas, variabel independen non-debt tax shield memiliki nilai signifikansi 0,560. Hal ini menunjukkan variabel independen non-debt tax shield tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, beban depresiasi tidak digunakan untuk menentukan utang. Variabel independen struktur aset memiliki nilai signifikansi 0,199. Hal ini menunjukkan variabel independen struktur aset tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, aset yang dijaminkan perusahaan tidak digunakan untuk membayar utang.
176
Variabel independen profitabilitas memiliki nilai signifikansi 0,210. Hal ini menunjukkan variabel independen profitabilitas tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, perusahaan lebih memilih laba dibandingkan utang dalam membiayai kegiatan perusahaan. Variabel independen ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,112. Hal ini menunjukkan variabel independen ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, ukuran
ISSN: 1410 -9875
perusahaan tidak menentukan tingkat utang perusahaan. Variabel independen pertumbuhan perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini menunjukkan variabel independen ukuran perusahaan berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05. Oleh karena itu, semakin besar pertumbuhan perusahaan semakin besar tingkat utang perusahaan karena utang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan. Variabel independen likuiditas memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan variabel independen likuiditas berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05. Oleh karena itu, semakin likuid suatu perusahaan semakin kecil utang yang dimiliki karena perusahaan mampu membayar utang dengan cepat. Variabel independen risiko bisnis memiliki nilai signifikansi 0,651. Hal ini menunjukkan variabel independen risiko bisnis tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, risiko bisnis tidak menentukan utang perusahaan karena tingkat risiko perusahaan sulit diukur dengan pasti. Variabel independen kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,121. Hal ini menunjukkan variabel independen kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara individual
Yessy Neliyana
terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial tidak dapat menentukan utang perusahaan karena rendahnya kepemilikan saham oleh pihak manajerial dibandingkan kelompok lain dalam perusahaan. Variabel independen kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi 0,442. Hal ini menunjukkan variabel independen kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi kepemilikan institusional semakin tinggi kontrol perilaku manajemen yang mengakibatkan penggunaan hutang menurun. Variabel independen kebijakan dividen memiliki nilai signifikansi 0,273. Hal ini menunjukkan variabel independen kebijakan dividen tidak berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen kebijakan utang karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05. Oleh karena itu, dividen yang meningkat akan menurunkan penggunaan jumlah utang dalam perusahaan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan perusahaan dan likuiditas memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang, sedangkan non-debt tax shield, struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, kepemilikan manajerial,
177
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
kepemilikan institusional dan kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan utang. Keterbatasan penelitian ini yaitu sampel yang digunakan dalam penelitian sedikit dengan jumlah 30 perusahaan, periode penelitian terbatas selama 3 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2012 sehingga tidak mencerminkan keadaan perusahaan dalam jangka panjang, dan variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap variabel dependen sedikit dengan jumlah dua variabel.
November 2014
Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian tersebut, peneliti memberikan rekomendasi kepada penelitian selanjutnya sebagai berikut: menggunakan minimal 50 sampel, menambahkan periode penelitian misalnya lima tahun atau lebih, dan peneliti selanjutnya perlu memperluas variabel yang diperkirakan dapat memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, misalnya variabel free cash flow.
REFERENSI: Damayanti, Dinar dan Titin Hartini. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Sektor Consumer Goods di BEI Periode 20082012. Diana, Devi Nurvida Avri dan Gugus Irianto. 2008 . Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau dari Teori Keagenan. Emisi Vol.1, No.1, 1-16. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gill, Amarjit dan Mathur Neil. 2011. Factors that Influence Financial Leverage of Canadian Firms. Journal of Applied Finance & Banking, Vol. 1, No. 2, 19-37. Godfrey, Jayne., Allan Hodgson., Ann Tarca., Jane Hamilton dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory, 7th Edition. Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. New York: Pierson Prentice Hall. Hastalona, Dina. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Bisnis, Vol. 5, No. 1. Hidayat, Muhammad Syafiudin. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.1, No.1. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, Np. 3: 189207.
178
ISSN: 1410 -9875
Yessy Neliyana
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360. Larasati, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 16, No.2. Murtiningtyas, Andhika Ivona. 2012. Kebijakan Deviden, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis Terhadap Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal 1(2). Myers, Stewart C.. 1977. Determinants of Corporate Borrowing. Journal of Finanancial Economics, 5:147-176. Myers, Stewart C. dan Nicholas S Majluf. 1984. Corporate Financing and Investment Decision when Firms Have Information Investor Do Not Have. Journal of Financial Economics, 31:187-221. Myers, Stewart C.. 2001. Capital Structure. The Journal of Economic Perspectives, Vol. 15, No. 2, pp. 81-102. Narita, Rona Mersi. 2012. Analisis Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal 1(2). Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Method for Business a Skill Building Approach. 5th Edition. Sudiyatno, Bambang and Septavia Mustika Sari. 2013. Determinants of debt policy: An empirical studying Indonesia stock exchange. Educational Research, Vol. 4(1) pp. 98-108, http://www.interesjournal.org/ER (accessed March 26, 2014). Surya, Dennys dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 3: 213-225. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13: 195-210 Thian, Cheng Lim. 2012. Determinants of Capital Structure Empirical Evidence from Financial Services Listed Firms in China. International Journal of Economics and Finance. Vol.4, No.33 Titman, Sheridan dan Roberto Wessels. 1998. The Determinants of Capital Structure Choice. The Journal of Finance, Vol. 43, No. 1 Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel dan Donald E. Kieso. 2011. Financial Accounting, IFRS Edition. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1: 1-16.
179
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 8
Halaman ini sengaja dikosongkan
180
November 2014