Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013 DAFTAR ISI
Pengaruh Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market To Book Value, Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Edison ................................................................................
1
The Effect Of Service Quality, Price Perception, And Brand Image On Satisfaction Of The Postpaid Card Customer Of Indosat Mobile Operator In West Jakarta Hendra Kurniawan ..............................................................
13
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Ivan Kanel .............................................................................
23
Pengaruh Kompensasi, Motivasi, Lingkungan Kerja, Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Karel Tjahjadi ......................................................................
37
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada PerusahaanPerusahaanyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Ita Trisnawati ....................................................................
49
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ie ung ung ..................................................................
67
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Lilly Nilawati .......................................................................
87
The Effect Of Independent Commissioner, Institutional Ownership, Managerial Ownership And Unexpected Earning To Bond Yield With Bond Rating As Intervening Variable On Companies Rated By Pefindo Mahmudin Muslim .................................................................... 101
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham M. Eddy Rosyadi ..................................................................... 115 Pengaruh Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Dan Brand Loyalty Terhadap Purchasing Decisions Novrita Adriani F .................................................................... 129 Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern M. Arief Effendi ...................................................................... 143
Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail :
[email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 1-12
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH PROFITABILITY, CASH FLOW, CORPORATE TAX, SALES GROWTH, MARKET TO BOOK VALUE, DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
EDISON STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract : The purpose of this research is to test and analyze the influence of profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, and debt to equity ratio toward dividend payout ratio. This study was also to compare result of the previous research within the research. Sample of this research is automotive that listed in Indonesia Stock Exchange for period 20042011. The sampling technique used in this research is purposive sampling, where 6 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regressions with fixed effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that four variables which has influence to dividend payout ratio . Those are cash flow, corporate tax, market to book value, and debt to equity ratio, while Profitability and sales growth do not influence the dividend payout ratio. Overall, the independent variables influence capital structure simultaneously. Keywords: Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market to Book Value, Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout Ratio. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio. Penelitian ini juga bermaksud untuk membandingkan hasil penelitian yang didapatkan dengan penelitian sebelumnya. Sampel penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2011. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana enam perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis dengan statistik deskriptif serta regresi data panel dengan model fixed effect untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukan bahwa empat variabel mempunyai pengaruh terhadap dividend payout ratio, yaitu cash flow, corporate tax, market to book value, dan debt to equity ratio, sedangkan profitability dan sales growth tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Secara simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio.
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Kata Kunci: Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market to Book Value, Debt to Equity Ratio, dan Dividend Payout Ratio. PENDAHULUAN Pada umumnya investor yang berinvestasi menginginkan return yang didapat bisa maksimal. Ada berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan. Salah satu yang paling banyak diminati adalah saham. Investor yang membeli saham perusahaan dapat menikmati return atas hasil investasinya. Return tersebut bisa dalam bentuk capital gain maupun dividen. Penetapan kebijakan dividen sangat didukung oleh para investor. Dalam hal ini, pembagiaan dividen akan lebih mensejahterakan investor yang mengharapkan return atas investasinya. Akan tetapi dilain pihak, perusahaan juga memiliki harapan untuk meningkatkan produktifitasnya agar dapat mempertahankan keberlangsungan usaha disamping harus mensejahterakan para investornya. Terdapat beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya, kecilnya dividen yang dibayarkan. Faktor-faktor tersebut antara lain profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio. Adapun rumusan masalah penelitian adalah apakah terdapat pengaruh profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt equity ratio terhadap dividend payout ratio pada perusahaan otomotif periode 20042011.
2
Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat. Dividend payout ratio, profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value, dan debt equity ratio Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Dividend Payout Ratio Menurut Gitman and Zutter (2012, 7-8) “Stockholder expect to earn a return by receiving dividends – periodic distribution of earnings – or by realizing gains through increases in share price”. Penelitian mengenai dividen, didominasi oleh 2 teori dasar yaitu dividend irrelevance theory dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berargumen bahwa pembagian dividen tidak relevan. Dari buku Gitman and Zutter (2012, 572) MM mengatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan sepenuhnya oleh kemampuan memperoleh pendapatan dan resiko dari asset (investasi).
ISSN: 1410 -9875
Profitability Secara keseluruhan, profitability menganalisis akan kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Tanpa profit, perusahaan tidak dapat menarik dana dari pihak luar. Pemilik, kreditur, dan manajer akan berusaha untuk meningkatkan laba perusahaan karena hal ini sangat penting untuk harga pasar. Menurut Gitman (2012, 601) menyatakan bahwa, “Profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm’s assets both current and fixed in productive activities.” Ha1: Terdapat pengaruh profitbility terhadap dividend payout ratio. Cash Flow Pengertian operating cash flows Menurut Gitman (2012, 121), “Operating cash flow is the cash flow a firm generates from its normal operations; producing and selling its output of goods or service. Perusahaan dengan cash flow yang rendah, menandakan akan kurangnya kemampuan untuk membayar dividen karena kurangnya jumlah uang tunai yang dimiliki. Ha2: Terdapat pengaruh Cash flow terhadap dividend payout ratio. Corporate Tax Tax, merupakan retribusi yang dibayarkan kepada pemerintah. Perusahaanperusahaan yang memiliki beban tax yang sangat besar, seharusnya bisa menggunakan lebih banyak hutang untuk mendapatkan tax shield incentive. Akan tetapi dengan menggunakan hutang untuk mengurangi pajak, maka perusahaan memiliki kewajiban untuk mem-
Edison
bayar bunga hutang terlebih dahulu dibandingkan membayar dividen. Menurut Mackenzie et al (2011, 627) menyatakan bahwa, “Income tax are an expense incurred in operating most business and such are to be reflected in the entity’s operating result.” Ha3: Terdapat pengaruh Corporate tax terhadap dividend payout ratio. Sales Growth Perusahaan yang sedang masa pertumbuhan yang stabil, biasanya perusahaan tersebut akan membutuhkan dana lebih banyak untuk terus meningkatkan jumlah penjualannya. Sehingga biasanya uang kas yang dimiliki akan digunakan untuk keperluan pendanaan bukan untuk membayar dividen. Menurut Harahap (2011, 310) kenaikan penjualan menunjukkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Ha4: Terdapat pengaruh sales growth terhadap dividend payout ratio. Market to Book Value Menunjukkan bagaimana penilaian investor terhadap kinerja saham. Jika Market to Book Value tinggi, maka prospek perusahaan dianggap akan baik dimasa depan. Menurut Harahap (2011, 311) “Rasio ini menunjukkan perbandingan harga saham di pasar dengan nilai buku tersebut yang digambarkan di neraca”. Ha5: Terdapat pengaruh market to book value terhadap dividend payout ratio.
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang ditunjukkan oleh berapa besar modal yang dimiliki perusahaan digunakan untuk membayar hutang. Menurut Arifin (2007, 85) debt to equity ratio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan
November 2013
melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. Ha6: Terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio Model Penelitian Berdasarkan pada pembahasan teori sebelumnya, maka model penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
GambarG
Profitability
Cash Flow
Corporate Tax Dividend Payout Ratio Sales Growth
Market to Book Value Debt to Equity Ratio
Gambar 1 Model Penelitian ahaan-perusahaan otomotif yang METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pengumpulan Data sejak tahun 2004 hingga tahun Sampel yang digunakan da2011. Pemilihan sampel dilakukan lam penelitian ini adalah perusmenggunakan metode purposive
4
ISSN: 1410 -9875
Edison
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.
Tabel 1 Proses pemilihan sampel Jumlah Data
No
Deskripsi
1
Jumlah perusahaan Otomotif dari tahun 20042011 dan tetap listing hingga sekarang
17
2
Jumlah perusahaan Otomotif yang membagikan dividen berturut-turut selama periode penelitian
8
3
Jumlah Data
64
4
Jumlah data berkurang karena proses Log Natural Operating Cash Flow Jumlah data yang digunakan sebagai sampel
48
5
Definisi Operasional dan pengukuran Variabel Dividen Payout Ratio Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dividend payout ratio. Dividend Payout Ratio mengukur perbandingan antara
48
besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dan laba per lembar saham perusahaan pada periode tertentu. Menurut Gitman (2009, 611), Dividend Payout Ratio dihitung dengan :
Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share Earning Per Share
Profitability Profitability adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan menggunakan asset perusahaan. Dalam penelitian ini, Profit-
ability diukur dengan menggunakan rasio Return on Total Asset. Return on Total Asset dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Gitman 2012,81).
Return on Total Asset = Earning available for common stockholder Total Asset
Cash Flow Cash flow from operations adalah aliran kas masuk dan aliran
kas keluar yang berasal dari kegiatan operasional perusahaan. Operating cash flow, diperoleh dari
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
arus kas kegiatan operasional perusahaan (Harahap) , Lalu di loga-
November 2013
ritma natural (Gill et al 2010).
Operating cash flow = Ln of net cash flow from operating activities
Corporate Tax Income tax adalah retribusi yang dibayarkan kepada pemerintah. Baik dari individual maupun badan usaha. Saat retribusi tersebut dikenakan kepada perusCorporate tax =
ahaan, maka akan disebut dengan corporate tax atau corporate income tax. Pada penelitian ini menurut Gill (2010) Corporate tax direpresentasikan dengan :
Tax Paid _ Profit Before Tax
Sales Growth Sales Growth diperoleh dari selisih sales periode tersebut dengan periode sebelumnya Kenaikan Pen ualan
St St St
Market to Book Value Market to book value ratio (MBV) dapat diukur dengan cara membandingkan antara Market Market to Book Value Ratio = (MBV)
dibandingkan dengan sales periode sebelumnya. Sales Growth dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Harahap 2001, 309) :
Price per Share dengan Book Value of Equity per Share pada suatu perusahaan (Brigham 2005, 456). Rumus :
Market Price per Share BV of Equity per Share
3.3.2.6 Debt equity ratio Debt equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Dimana
menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Rumus yang digunakan (Harahap 2011, 303) :
DER = Total Liabilities : Shareholders equity
6
ISSN: 1410 -9875
Edison
Metode Analisa Data Berdasarkam model penelitian, metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan regresi panel data. Data akan dia
b
b
b
b
b
Keterangan: Y = Dividend Payout Ratio a = Konstanta b1 - b6 = Koefisien regresi untuk setiap variabel independen X1 = Return on Asset
analisis dengan menggunakan program Eviews 7. Model regresi berganda dalam penelitian ini yaitu:
b
e
X2 X3 X4 X5 X6 e
= = = = = =
Operating Cash flow Corporate tax Sales Growth Market to Book Value Debt to Equity Ratio error
HASIL PENELITIAN Variabel Dividend Payout Ratio Return On Asset Operating Cash Flow Corporate Tax Sales Growth Market To Book Value Debt to Equity Ratio
Tabel 2 Statistik Deskriptif N Mean Maksimum Minimum 48
0.4412
1.574
0.1324
Deviasi Standar 0.2636
48 48 48 48 48
0.0936 26.6986 0.4713 0.2069 1.9252
0.2043 30.0589 5.4806 0.6400 9.3110
0.0070 21.7869 0.1336 -0.2300 0.1289
0.0515 2.0699 0.7976 0.2075 1.7176
48
1.1506
5.9640
0.2289
1.0498
Sumber: Eviews
Uji t Tabel 2 Uji t
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Nilai probabilitas dari operating cash flow, corporate tax, market to book value, dan debt to equity ratio kurang dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh operating cash flow, corporate tax, market to book value, dan debt to equity Uji F Tabel 3 Hasil
November 2013
ratio terhadap dividend payout ratio. Sementara nilai probabilitas dari profitability dan sales growth lebih dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan variabel profitability dan sales growth tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Regresi
Berdasarkan Tabel, model regresinya adalah : Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e DPR = -1,799421 – 0,339240 ROA + 0,082391 OCF + 0,016556 Tax – 0,015418 SG + 0,012166 MBV + 0,038746 DER + e Tabel 4 Nilai Statistik F F - Statistic 97,64575 Prob (F-statistic) 0,00000 Sumber : Eviews Berdasarkan tabel, didapatsecara simultan terhadap dividend kan hasil statistik F hitung sebesar payout ratio pada perusahaan 97,64575, karena nilai dari F hitung Otomotif yang terdaftar di Bursa lebih besar dari F tabel di mana tiEfek Indonesia periode 2004 - 2011. tik jatuh pada daerah penolakan H0, maka Ha diterima. Hasil ini PENUTUP didukung oleh p-value F sebesar Dari hasil penelitian, terlihat 0.00000 di mana p-value lebih kecil bahwa variabel operating cash dari 0.05 sehingga dapat disimpulflow, corporate tax, market to kan bahwa profitability, operating book value, dan debt to equity cash flow, corporate tax, sales ratio berpengaruh terhadap growth, market to book value, dan dividend payout ratio, sementara debt to equity ratio berpengaruh sisanya profitability, dan sales
8
ISSN: 1410 -9875
growth tidak berpengaruh terhadap leverage. Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya perusahaan-perusahaan pada sector otomotif. Sehingga hasilnya kurang bisa mengeneralisasikan seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini terbatas pada variabel independen yaituprofitability, operating cash low, corporate tax,
Edison
sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio.. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk peneliti berikutnya adalah menambah sampel penelitian sehingga dengan begitu jumlah data akan lebih banyak. Menambah variabel independen yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (dividend payout ratio) seperti Managerial ownership dan ukuran perusahaan.
REFERENSI Al, Kuwari. 2009. Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock Exchanges: The Case of GCC Countries. P. 38-63 Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and William Thomas A. 2011. Statistics for Business and Economics, 11th edition. South Western Cengage Learnings. Anil, K and Kapoor,S (2008). Determinant of Dividend Payout Ratio-A Study of Indian Information Technology Sector”. International Research Journal of Finance Economics. P. 63-71 Arif, Ahmed, Afsheen abrar, Mehwish Aziz Khan, Ferheen Kayani, Syed Zulfiqar Ali Shah, Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto. 2011. Dividend Policy and Earnings Management: An Empirical Study of Pakistani Listed Companies, no.2, 68-77 Arifin, Ali. 2007. Membaca Saham : Panduan Dasar Seni Berinvestasi & Teori Permainan Saham, Kapan Sebaiknya Membeli, Kapan Sebaiknya Menjual. Edisi Ketiga.Yogyakarta : ANDI CV Brigham, Eugene F., and Michael C. Enhardt. 2005. Financial Management : Theory and Practice, 11th edition, Thomson South-Western, Ohio, United States of America. Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia. Gill, Amarjit, Nahum Biger, and Rajendra Tiberwala. 2010. Determinants of Dividend Payout Ratios : Evidence from United States. The Open Business Journal, no.3, 8-14
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. United States: Pearson Education. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th edition. Singapore: Mc Graw Hill. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, dan Ronald L. Tatham. 2010. Mutivariate Data Analysis, 7th edition. USA: Pearson. Harahap, Sofyan S. 2011. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Indrawati, Titik & Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Periode 2000-2004. Jurnal Akuntasi dan Keuangan Indonesia Vol.3 No. 1: 77-105. Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F.Scott. 2005. Financial Management. New Jersey : Pearson Education, Inc. Kieso, Donald.E. and friends 2010. Intermediate Accounting 13th Edition. USA. JohnWiley and sons. Mackenzie, Bruce, Danie Coe Tsee, Tapiwa Njikizana, Raymond Chamboko, and Blaise Colyvas. 2011. Interpretation and Application Internasional Financial Reporting Standards. Canada : John Wiley & Sons, Inc. Moyers, Charles, James R. McGuigan, Ramesh P. Rao. 2004. Contemporary Financial Management Fundamentals. Canada : Cengage learning. Newbold, Paul, William L. Carlson, and Betty Thorne. 2007. Statistics for Business and Economics. 6th edition. Pearson Education, Inc. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D. Jordan. 2009. Modern Financial Management, 8th edition. USA: Mc Graw Hill. Sartono, Agus. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BFPE Sekaran, Umam, and Bougie Roger. 2010. Research method for business, 5th edition. John Wiley and Sons Inc. Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA
10
Jakarta:Penerbit
ISSN: 1410 -9875
Edison
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua. Edisi ketiga. PT. Prenhallindo, Jakarta. Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi 3. Yogyakarta: Ekonisia. Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia White, Gerald ICFA., Ashwinpaul C. Sndhi Phd, and Dov Fried, Phd. 2003. The Analysis and use of Financial Statements 3rd edition.
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
12
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 13-22
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE EFFECT OF SERVICE QUALITY, PRICE PERCEPTION, AND BRAND IMAGE ON SATISFACTION OF THE POSTPAID CARD CUSTOMER OF INDOSAT MOBILE OPERATOR IN WEST JAKARTA HENDRA KURNIAWAN STIE Trisakti
[email protected] Abstract : The purpose of this study was to examine the factors that influence satisfaction. Those factors are the service quality, price perception, and brand image. The research sample was 150 Indosat Matrix customers in West Jakarta selected by purposive sampling method. Data analysis method used is a simple regression analysis and multiple regression analysis with SPSS 21 program. The result on this research is service quality, price perception, and brand image have positive influence to satisfaction individually. And simultaneously, all the independent variables are have influence to dependent variables satisfaction. Keyword: Service Quality, Price Perception, Brand Image, Satisfaction. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan faktor-faktor yang mempengaruhi satisfaction. Faktor-faktor tersebut adalah service quality, price perception, dan brand image. Sampel penelitian ini berjumlah 150 konsumen Indosat Matrix di Jakarta Barat yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi sederhana dan regresi berganda kemudian diolah dengan program SPSS 21. Hasil penelitian ini adalah service quality, price perception, dan brand image memiliki pengaruh positif terhadap satisfaction secara individu. Secara simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh terhadap satisfaction. Kata Kunci: Service Quality, Price Perception, Brand Image, Satisfaction. barang mewah yang pemakaiannya hanya dari kalangan tertentu. Perkembangan telepon seluler ini tidak terlepas dari peran para pemain operator nasional. Beragam fitur yang terdapat pada tiap-tiap ponsel keluaran terbaru, tidak akan
PENDAHULUAN Dewasa ini, masyarakat Indonesia menunjukkan minat yang luar biasa dalam mengadopsi teknologi telepon seluler. Telepon seluler bukan lagi merupakan
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
banyak gunanya bila operator yang bersangkutan tidak menyediakan layanan yang mendukung. Pelanggan telepon seluler di Indonesia hingga tahun 2010 mencapai 211,2 juta pelanggan. Selama periode tahun 2006 hingga 2010, rata-rata pertumbuhan pengguna telepon seluler di Indonesia sebesar 57,76 persen per tahun. Pesatnya pertumbuhan pengguna seluler tersebut mencerminkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap perangkat komunikasi seluler (Sumber: Badan Pusat Statistik 2012). Jumlah penetrasi seluler yang mendekati jumlah populasi masyarakat Indonesia menyebabkan kejenuhan di dalam pasar selular Indonesia. Banyaknya pemain dalam industri selular, menyebabkan konsumen memiliki banyak pilihan produk yang masingmasing menawarkan kelebihan tersendiri. Selain itu, konsumen di masa sekarang ini juga lebih terdidik dan memiliki tuntutan yang lebih tinggi. Sebagai akibatnya , perubahan pola perilaku konsumen terjadi terus menerus dan semakin cepat. Untuk menghadapi persaingan dan perubahan perilaku konsumen itu, maka perusahaan harus bisa menemukan strategi yang tepat untuk dapat menciptakan kepuasan pada para pelanggan mereka. Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang dihasilkan dari perbandingan kinerja yang diterima dari suatu produk dengan harapan mereka. Penilaian pelanggan terhadap kinerja produk tergantung
14
November 2013
pada banyak faktor, terutama jenis dari loyalitas hubungan pelanggan dengan merek. Konsumen seringkali membentuk persepsi yang lebih baik dari produk dengan merek yang telah mereka rasa positif. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk dapat menciptakan citra merek yang baik atau positif. Kepuasan itu sendiri juga akan bergantung pada kualitas produk dan pelayanan. Sebuah perusahaan yang paling banyak memuaskan kebutuhan pelanggannya disebut perusahaan yang berkualitas, tetapi kita perlu membedakan antara kesesuaian mutu dan kualitas kinerja. Selain itu perusahaan harus berhati-hati dalam memperhatikan persepsi dari konsumennya sebelum memutuskan penetapan harga. Banyak pelanggan yang menggunakan harga sebagai sebuah indikator dari kualitas, akan tetapi jika informasi tentang kualitas yang sebenarnya tersedia, maka harga menjadi kurang berpengaruh jika dijadikan indikator dari kualitas. Oleh karena itu perusahaan harus dapat memberikan informasi yang jelas mengenai kualitas dari produk dan layanannya agar pelanggan tidak menjadikan harga sebagai satusatunya indikator dari kualitas. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama service quality, price perception, dan brand image terhadap satisfaction. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut peratama pendahuluan menjelaskan latar belakang penelitian. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat service quality, price
ISSN: 1410 -9875
perception, brand image dan satisfaction. Ketiga metode penelitian yang memuat metode penelitian sampel dan pengumpulan data, deinisi operasional, dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan, dan saran untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Service Quality Lovelock dan Wirtz (2011: 406) mendefinisikan arti service quality sebagai ”the result of an evaluation process in which customers compare their perceptions of service delivery and its outcome to what they expect”. Johny K. Johansson (2009: 424) mendefinisikan arti service quality sebagai “Service quality usually a matter of perceptions of the buyer at the moment of interaction with the service provider “. Service quality dikemukakan oleh Gronroos (2000) dalam Raza dan Rehman (2012: 5086) didefinisikan sebagai “The service quality is the perception of service consumer developed during the interaction with the service provider”. H1: Terdapat pengaruh service quality terhadap satisfaction. Price Perception Peng dan Wang (2006) dalam Raza dam Rehman (2012: 5086) mendefinisikan bahwa “price perception may vary from individual to individual. Sometimes, higher price might
Hendra Kurniawan
effects negatively to the consumer buying decision.” Oliver (1997) dalam Raza dan Rehman (2012: 5086) menyatakan bahwa price perception adalah “ascertains that consumer makes a relationship between price and quality of service.” Price perception dikemukakan oleh Kanuk et al. (2010: 194) yaitu “how a consumer perceives price as high as low as fair has a strong influence on both purchases intentions and purchase satisfaction”. H2: Terdapat pengaruh price perception terhadap satisfaction. Brand Image Keller (2013: 72) mendefinisikan brand image sebagai“ consumers perception about a brand, as reflected by the brand associations held in consumer memory”. Menurut Dobni et al (1990) dalam Raza dan Rehman (2012: 5086) yaitu “brand image is a picture of brand in consumer’s memory which is shown by his response”. Aaker (1991: 109) menyatakan bahwa “a brand image is a set of associations, usually organized in some meaningful way.” H3: Terdapat pengaruh brand image terhadap satisfaction. Satisfaction Kotler dan Keller (2012: 150) mendefinisikan satisfaction sebagai “a person’s feelings of pleasure or disappointment that result from comparing a product’s perceived performance (or outcome) to expectations”. Blackwell et al. (2006: 83) yang menyatakan bahwa “Satisfaction
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
occurs when consumer’s expectation are matched by perceived performance”. Fornell (1992) dalam Raza dan Rehman (2012: 5086) mendefinisikan satisfaction sebagai “an overall experience of consumer
November 2013
with a certain product or service and repeat purchase is also considered in it”. Berikut ini adalah kerangka penelitian dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
SERVICE QUALITY
PRICE PERCEPTION
SATISFACTION
BRAND IMAGE
Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kausal dan penelitian deskriptif. Menurut Sekaran dan Bougie (2010: 110), penelitian kausal adalah sebuah studi yang menggambarkan penyebab dari satu atau lebih masalah. Penelitian deskriptif menurut Sekaran dan Bougie (2010: 105) dilakukan untuk memastikan dan menggambarkan karakteristik
16
dari berbagai variabel yang penting didalam suatu situasi. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pelanggan kartu pasca bayar dari operator seluler Indosat di wilayah Jakarta Barat. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Menurut Sekaran dan Bougie (2010:
ISSN: 1410 -9875
268) menyatakan bahwa dalam non probability sampling, elemen yang akan terpilih tidak diketahui atau tidak ditentukan kesempatan untuk dapat terpilih sebagai subjek. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sekaran dan Bougie (2010: 276) teknik purposive sampling adalah sampling yang terbatas pada masyarakat golongan tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, atau sesuai dengan beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
Hendra Kurniawan
Kriteria responden yang ditetapkan peneliti yaitu pelanggan kartu pasca bayar dari operator seluler Indosat di wilayah Jakarta Barat yang telah menggunakan layanan selama lebih dari 1 tahun. Menurut Hair et al (2010: 102) , telah ditemukan bahwa sampel sebesar 50 dapat memberikan hasil yang valid, tetapi disarankan ukuran sampel minimal untuk memastikan MLE (Maximum Likelihood Estimation) yang stabil adalah menggunakan 100 sampai 150 sampel.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Tabel 1 Tabel Variabel Dan Pengukurannya No Variabel Indikator Pertanyaan Skala 1 Service Quality 1. Operator Indosat mampu Likert (X1) menindaklanjuti permintaan pelanggan secara tepat waktu. 2. Karyawan lini depan dari operator Indosat selalu bersedia untuk membantu saya. 3. Operator Indosat selalu konsisten dalam menyediakan layanan yang berkualitas. 4. Operator Indosat menawarkan layanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. 5. Operator Indosat menyediakan informasi mengenai layanan terbaru secara tepat waktu. 1. Operator Indosat memiliki cara Likert 2 Price Perception yang tepat untuk memberitahu (X2) pelanggan tentang harga produk dan layanannya. 2. Kebijakan penentuan harga untuk produk dan layanan dari operator Indosat menarik. 3. Operator Indosat menawarkan tarif telepon yang wajar. 4. Operator Indosat menawarkan berbagai layanan dengan harga yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan saya
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
3
Brand Image (X3)
4
Satisfaction (Y)
November 2013
5. Saya akan tetap menggunakan operator Indosat kecuali jika harganya naik secara signifikan untuk layanan yang sama. 1. Saya menyadari bahwa reputasi Likert dari operator Indosat baik. 2. Saya merasa bahwa operator Indosat memiliki tanggung jawab sosial yang baik. 3. Operator Indosat menyampaikan citra merek yang baik kepada pelanggannya. 1. Saya puas dengan keseluruhan Likert kualitas layanan dari operator Indosat. 2. Saya puas dengan kemampuan profesional dari operator Indosat. 3. Saya puas dengan kinerja karyawan lini depan dari operator Indosat. 4. Saya merasa nyaman berhubungan dengan operator Indosat.
HASIL PENELITIAN Tabel 2 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden Jenis Kelamin Pria Wanita Usia 21-25 26-30 31-35 >36 Pekerjaan Karyawan Swasta PNS Wirausaha Ibu Rumah Tangga Lainnya Tabel 3
18
N
Persentase
72 78
48% 52%
25 62 47 16
16% 41.3% 31.3% 10.7%
81 12 16 17 24
54% 8% 10.7% 11.3% 16%
ISSN: 1410 -9875
Hendra Kurniawan
Hasil Uji Hipotesis 1 Model
R
R2
B
T
Sig
(Constant) TTL_SQ
0.645
0.417
6.361 0.466
7.753 10.279
0.000 0.000
Berdasarkan tabel 3 hubungan variabel service quality terhadap satisfaction memiliki hubungan yang kuat dan positif 0.645 dengan variabel satisfaction yang dapat dijelaskan oleh variabel service quality sebesar 41.7%. Berdasarkan
tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh service quality terhadap satisfaction. Model regresi dari variabel service quality adalah Y = 6.361 + 0.466 + e.
Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis 2 Model
R
R2
B
T
Sig
(Constant) TTL_PP
0.654
0.427
3.949 0.580
3.838 10.509
0.000 0.000
Berdasarkan tabel 4 hubungan variabel price perception terhadap satisfaction memiliki hubungan yang kuat dan positif 0.654 dengan variabel satisfaction yang dapat dijelaskan oleh variabel price perception sebesar 42.7%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh price perception terhadap satisfaction. Model regresi dari variabel price perception adalah Y = 3.949 + 0.580 + e.
Tabel 5 Hasil Uji Hipotesis 3 Model
R
R2
B
T
Sig
(Constant) TTL_BI
0.529
0.280
6.514 0.701
5.999 7.583
0.000 0.000
Berdasarkan tabel 5 hubungan variabel brand image terhadap satisfaction memiliki hubungan yang sedang dan positif 0.529 dengan variabel satisfaction yang dapat dijelaskan oleh variabel brand image sebesar 28%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh brand image terhadap satisfaction. Model regresi dari variabel brand image adalah Y = 6.514 + 0.701+ e.
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis 4 Model
R
Adjusted R2
B
F
Sig
(Constant) TTL_SQ TTL_PP TTL_BI
0.748
0.550
1.406 0.228 0.382 0.184
61.692
0.000
Berdasarkan tabel 6 hubungan variabel service quality, price perception dan brand image terhadap satisfaction memiliki hubungan yang kuat dan positif 0.748 dengan variabel satisfaction yang dapat dijelaskan oleh variabel service quality, price perception dan brand image sebesar 55%. Berdasarkan tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang berarti terdapat pengaruh service quality, price perception dan brand image terhadap satisfaction. Model regresi dari variabel brand image adalah Y = 1.406 + 0.228 +0.382 + 0.184+ e PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukan terdapat pengaruh service quality, price perception dan brand image terhadap satisfaction. Hasil penelian diatas juga menunjukkan terdapat pengaruh service quality, price perception dan brand image secara bersama-sama terhadap satisfaction.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: keterbatasan waktu, biaya dan tenaga maka responden yang digunakan dalam penelitian ini hanya 150 orang, dimana 150 orang tersebut dianggap telah mewakili suatu populasi. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 yaitu service quality, price perception dan brand image, serta variabel dependennya yaitu satisfaction. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap responden yang menggunakan layanan pasca bayar Indosat selama lebih dari 1 tahun, tidak berlaku bagi responden yang baru berlangganan layanan pasca bayar dari Indosat. Adapun rekomendasi atau saran yang dapat penulis berikan pada penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya menambah jumlah sampel dan daerah penyebaran kuesioner serta melakukan penambahan jumlah indikator yang berkaitan dengan variabel dependen, yaitu Satisfaction.
REFERENSI Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: capitalizing on the value of a brand name. USA: David A. Aaker. Anderson, david R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics.11th Edition. South- Western: CENGANGE LEARNING. BadanPusatStatistik. Statistik Telekomunikasi Indonesia 2011. November 2012. Blackwell et al. 2006. Consumer Behavior.10th Edition. USA: Thomson.
20
ISSN: 1410 -9875
Hendra Kurniawan
Clow, Kenneth, and Donald Baack. 2010. Integrated Advertising, Promotion, and Marketing Communications. 4th Edition. By: Pearson Prentice Hall. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: Global Perspective. 7th Edition. New Jersey: Pearson Education. Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management.4th Edition. England: Pearson Education Limited. Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. 14eth Edition. England: Pearson Education Limited. Berry, Leonard L. and A. Parasuraman. 1991. Marketing Services. USA: Macmillan, Inc. Lovelock, Christopher, and JochenWirtz. 2011. Service Marketing. 7th Edition. By: Pearson. Raza Ali, and Zia Rehman. 2012. Impact of relationship marketing tactics on relationship quality and customer loyalty. African Journal of Business Management, Vol. 6(14), April, pp. 5085-5092 Schiffman, Leon G., and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior. 10thEdition. New Jersey: prentice Hall. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business. 5th Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
22
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 23-36
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA AUDITOR IVAN KANEL STIE Trisakti
[email protected] Abstract: This study examined the effect of audit structure, role ambiguity, role conflict, good governance understanding, independency, and organizational commitment on performance of auditors. Sample of this study is auditors from audit firms in Jakarta. The instrument of this study is questionnaire which distributed directly to the auditors. Data analysis used multiple regression analysis. The result of research showed audit structure, role ambiguity, role conflict and organizational commitment significantly affect performance of auditors, but good governance understanding and independency didn’t significantly affect performance of auditors. Keywords: Audit Structure, Role Ambiguity, Role Conflict, Good Governance Understanding, Independency, Organizational Commitment, Auditor’s Performance.
Abstrak: Penelitian ini menguji pengaruh struktur audit, ketidakjelasan peran, konflik peran, pemahaman tata kelola yang baik, kemandirian, dan komitmen organisasi terhadap kinerja auditor. Sampel dari penelitian ini adalah auditor dari kantor akuntan publik di Jakarta. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan langsung kepada auditor. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan struktur audit, ketidakjelasan peran, konflik peran dan komitmen organisasi secara signifikan mempengaruhi kinerja auditor, tetapi pemahaman tata pemerintahan yang baik dan independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor. Kata Kunci: Struktur Audit, Ketidakjelasan Peran, Konflik Peran, Pemahaman
Tata Kelola yang Baik, Kinerja Auditor
Kemandirian,
Komitmen
Organisasi,
independensi kinerja akuntan publik. Pada dasarnya, kinerja auditor yang baik merupakan perwujudan kerja yang dilakukan demi tercapainya suatu hasil yang mampu membantu perusahaan dalam mencapai visi dan misinya. Kinerja auditor merupakan tolak
PENDAHULUAN Dengan banyaknya berbagai kasus dimana seorang auditor melakukan kecurangan-kecurangan, misalnya pada kasus Enron telah mengakibatkan pihak masyarakat meragukan kredibilitas dan
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas hasil kerja auditor selama melakukan keseluruhan proses pekerjaannya. Kinerja auditor yang baik tidak dapat dicapai oleh individu itu sendiri, melainkan oleh seluruh pihak-pihak yang ikut terlibat dalam proses audit tersebut. Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2011) yang meneliti tentang pengaruh struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran, dan good governance terhadap kinerja auditor. Terdapat beberapa perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu pada hal waktu penggunaan sampel penelitian dimana penelitian terdahulu meneliti para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang berada di DKI Jakarta pada tahun 2011. Sedangkan dalam penelitian ini waktu penggunakan sampel penelitian para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang berada di DKI Jakarta pada tahun 2012. Selain itu dalam penelitian ini terdapat perbedaan juga dalam penggunaan variabel independennya. Adanya penambahan independen dalam penelitian terdahulu berupa independensi dan komitmen organisasi (Trisnaningsih 2007). RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kinerja auditor Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan sehingga mempengaruhi seberapa banyak
24
November 2013
mereka memberikan kontribusi kepada instansi atau organisasi termasuk kualitas pelayanan yang disajikan (Sutrisno 2009). Menurut Ramadhan (2011), pada dasarnya, kinerja dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu merupakan hasil yang didapat oleh karyawan berdasarkan peraturan yang telah ditentukan. Kinerja organisasi merupakan hasil kerja yang didapat oleh suatu kelompok dalam organisasi setelah kelompok tersebut melaksanakan seluruh tugasnya. Cara pengukuran kinerja pada umunya adalah melalui kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Auditor merupakan profesi di bidang akuntan yang membutuhkan individu-individu berkualitas dan profesional dalam melaksanakan pekerjaannya. Struktur Audit Menurut Ranson et al. (1980) dalam Bamber et al. (1989), struktur merupakan pengaturan sejumlah orang, tugas, otoritas untuk mencapai kontrol yang lebih baik dalam kinerja organisasi. Menurut Ramadhan (2011) struktur audit merupakan suatu pendekatan sistematis yang digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan proses audit. Menurut Fanani et al. (2008) struktur audit berisikan tentang langkah-langkah penentuan audit, rangkaian prosedur, keputusan, dokumentasi temuan audit berdasarkan kebijakan audit yang komprehensif dan terintegrasi untuk membantu auditor melakukan audit. Pendekatan audit yang terstruktur menekankan pada intergitas dan komprehensif
ISSN: 1410 -9875
kebijakan, prosedur dan alat keputusan untuk mentransformasikan penilaian dan bukti ke dalam suatu opini audit (Asih 2006). Semakin komplek suatu struktur audit, maka semakin baik pula hasil opini yang dikeluarkan dan semakin bagus pula kinerja auditor tersebut. Hipotesis yang digunakan adalah: Ha1: Struktur audit berpengaruh terhadap kinerja auditor. Ketidakjelasan Peran Ketidakjelasan peran merupakan adalah tidak adanya informasi yang memadai yang diperlukan seseorang untuk menjalankan perannya dengan cara yang memuaskan (Agustina 2009). Ketidakjelasan peran juga dapat didefinisikan sebagai tidak adanya prediktabilitas hasil dan tidak adanya kejelasan perilaku yang harus dilakukan sehingga menyebabkan seseorang tidak paham akan deskripsi tugasnya (Fanani et al. 2008). Karena dengan timbulnya ketidakjelasan peran dalam suatu KAP, dapat membuat kinerja auditor menjadi kurang optimal dalam menangani kliennya, sehingga dapat menurunkan kinerja seorang auditor. Ha2: Ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Konflik Peran Puspa dan Riyanto (1999) dalam Assegaf (2005) mengemukakan konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh anggota organisasi yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan secara profesional dapat
Ivan Kanel
menurunkan motivasi kerja. Konflik peran adalah suatu konflik dalam diri pribadi seseorang yang timbul akibat dari mekanisme pengendalian birokratis organisasi yang tidak sesuai dengan norma, aturan, etika dan kemandirian profesional (Amilin 2009). Menurut Ramadhan (2011), konflik peran merupakan suatu kondisi konflik yang timbul karena mekanisme pengendalian peraturan dalam organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika, dan kemandirian profesional. Konflik peran yang mungkin muncul bagi seorang auditor adalah ketika sebagai seorang auditor independen yang mengemban tugas dan bekerja di KAP, dihadapkan dengan permintaan yang disampaikan klien atas hasil temuan yang tidak sesuai dengan harapan klien. Hal ini akan menjadi permasalahan yang serius dalam kinerja auditor, akan ada tekanan yang kuat bagi seorang auditor jika menghadapi kasus ini. Hipotesis yang digunakan adalah: Ha3: Konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Pemahaman Good Governance Menurut Ramadhan (2011), good governance adalah tata kelola perusahaan yang baik berlandaskan pada etika profesional. Good governance merupakan cara pengelolaan perusahaan secara sedemikian rupa sehingga dapat mendorong kinerja perusahaan, memberikan nilai ekonomis bagi para pemegang saham maupun manajemen perusahaan. Penerapan di dalam KAP bertujuan agar auditor dapat memiliki arahan yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. Auditor yang paham akan
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
tugas dan kewajibannya akan mampu menghasilkan produk jasa yang lebih aktual dan terpercaya sehingga mampu mewujudkan kinerja yang lebih baik dan optimal. Adapun prinsip dasar konsep good governance pada organisasi KAP meliputi: 1) Fairness 2) Transparency 3) Accountability 4) Responsibility (Trisnaningsih 2007). Hipotesis yang digunakan adalah: Ha4: Pemahaman good governance berpengaruh terhadap kinerja auditor. Independensi Auditor Independensi adalah sikap mental auditor yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain dan tidak mudah dipengaruhi dalam melaksanakan pekerjaannya (Dali 2011). Independensi auditor dibagi menjadi 2, yaitu: (1) independensi sikap mental, yang menyangkut tentang sikap independen dari dalam diri auditor itu sendiri dalam mempertimbangkan bukti dan fakta yang diterima auditor secara objektif untuk menyatakan opininya; (2) independensi penampilan, yang menyangkut tentang pandangan dari sisi masyarakat dan pihak umum bahwa auditor bersikap independen. Seorang auditor yang mempertahakan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor
26
November 2013
yang mempertahankan independensinya, tidak akan terpengaruh dan dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan (Yuskar 2011, 4). Hipotesis yang digunakan adalah: Ha5: Independensi auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor. Komitmen Organisasi Menurut Mathis dan Jackson (2004) dalam Marganingsih (2010), komitmen organisasi adalah tingkat sampai dimana pegawai yakin dan menerima tujuan organisasi, serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi tersebut. Menurut Yuskar (2011, 05), komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen organisasi adalah perpaduan antara sikap dan perilaku seseorang dalam memenuhi kewajibannya. Komitmen yang tepat akan memberikan motivasi yang tinggi dan memberikan dampak yang positif terhadap kinerja auditor. Hipotesis yang digunakan adalah: Ha6: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Untuk mempermudah memahami penelitian ini, Peneliti membuat model penelitian sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Struktur Audit
Ketidak elasan Peran Konflik Peran Pemahaman Good Governance
Kiner a Auditor
Independensi Auditor Komitmen Organisasi
METODA PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di DKI Jakarta. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah penggabungan metode purposive sampling. Metode purposive sampling digunakan agar responden yang memenuhi kriteria dapat dijadikan sampel penelitian. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang memiliki latar belakang pendidikan minimal S1 jurusan akuntansi, mempunyai pengalaman kerja di KAP minimal 2 tahun dan bekerja di KAP di DKI Jakarta (Ramadhan 2011). Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel kinerja auditor dalam penelitian ini diukur menggunakan instrumen yang dikembangkan Kalbers dan Forgarty (1995) yang direplikasikan oleh Fanani et al. (2008) dengan jumlah sebanyak
tujuh butir pertanyaan . Dengan angka penilaian, yaitu: nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = agak setuju, 4 = setuju, 5 = sangat setuju Variabel struktur audit dalam penelitian ini diukur menggunakan instrumen yang dikembangkan Bowrin (1998) yang direplikasikan oleh Fanani et al. (2008) dengan jumlah sebanyak lima butir pertanyaan. Dalam kuesioner nantinya skala pengukuran yang digunakan untuk variabel struktur audit akan terbagi menjadi 2 yaitu: yang pertama, nilai 1 = sangat tidak rinci, 2 = tidak rinci, 3 = cukup, 4 = rinci, 5 = sangat rinci. Lalu yang kedua, nilai 1 = tidak pernah, 2 = pernah, 3 = kadang-kadang, 4 = sering, 5 = sangat sering. Variabel ketidakjelasan peran dalam penelitian inidiukur dengan menggunakan dengan instrumen dengan dikembangkan oleh Rizzo et al. 1970 dalam Fanani et al. 2008 yang terdiri dari 6 pertanyaan dengan teknik pengukuran skala likert. Adapun ukuran untuk menilai jawaban responden yaitu: (1) sangat tidak
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
setuju, (2) tidak setuju, (3) agak setuju, (4) setuju, (5) sangat setuju. Variabel konflik peran dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Rizzo et al. (1970) yang telah direplikasikan oleh Fanani et al. (2008) dengan jumlah sebanyak tujuh butir pertanyaan . Dengan angka penilaian, yaitu: nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = agak setuju, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. Variabel pemahaman good governance dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Indonesian Institute of Corporate Governance yang telah direplikasikan oleh Trisnaningsih (2007) dengan jumlah sebanyak delapan butir pertanyaan. Dengan angka penilaian, yaitu: nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = agak setuju, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. Variabel independensi auditor dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan Mautz dan Sharaf (1961) dalam Trisnaningsih (2007) yaitu: Independensi penyusunan program, Independensi investigatif, dan Independensi pelaporan. Variabel independensi auditor ini diukur dengan menggunakan instrumen yang terdiri dari 11 pertanyaan dengan menggunakan teknik pengukuran 5 (lima) point skala likert, antara lain 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = agak setuju, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. Variabel komitmen organisasi diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh
28
November 2013
Meyer dan Allen (1984), telah direplikasi oleh Trisnaningsih (2003). Instrumen terdiri dari 7 item komitmen organisasi affectif dan 5 item komitmen continuance dengan 5 poin skala likert. Adapun ukuran untuk menilai jawaban responden yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) agak setuju, (4) setuju, (5) sangat setuju. Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh dengan teknik kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di DKI Jakarta. Dalam penelitian ini KAP yang terpilih menjadi sampel akan dihubungi dan sebagian kuesioner dikirim sendiri oleh peneliti secara langsung kepada masing-masing KAP untuk diminta membantu penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang telah disiapkan. Metode Analisis Data Peneliti menggunakan metode kuantitatif dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan dan untuk mempermudah dalam menganalisa data yang diukur dalam penelitian. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan regresi berganda (multiple regression). Model persamaan linear berganda yang digunakan: Y = α + β1SA + β2KeP + β3KoP + β4GG + β5I + β6KO + e Dimana: Y : kinerja auditor α : konstanta β1 ‐ β6 : koefisien regresi SA : struktur audit KeP : ketidakjelasan peran KoP : konflik peran
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
GG : pemahaman governance I : independensi
good
KO : komitmen organisasi e : error (variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model)
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Statistik Deskriptif Responden SA KeP KoP GG N Valid 109 109 109 109 Missing 0 0 0 0 Mean 20,42 11,61 17,70 33,99 Std. 2,12 3,05 5,45 4,02 Deviation Minimum 13 6 7 24 Maximum 25 20 30 40
I KO 109 109 0 0 43,88 42,40 6,65 6,99 23 55
22 60
KA 109 0 25,20 5,32 14 35
Uji Kualitas Data Uji Validitas Hasil uji validitas sebagai berikut: Struktur Audit 1 2 3 4 5 Ketidakjelasan Peran 1 2 3 4 5 6 Konflik Peran 1 2 3 4 5 6 7
Sig (2-tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sig (2-tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Pemahaman Good Governance
1 2 3 4 5 6 7 8 Independensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Komitmen Organisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kinerja Auditor 1 2 3
30
November 2013
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sig (2-tailed) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Kinerja Auditor 4 5 6 7
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel, hasil uji validitas untuk setiap variabel menunjukan nilai Sig dibawah 0,05 yang memiliki arti bahwa setiap butir pertanyaan dari masing-
Variabel Struktur Audit Ketidakjelasan Peran Konflik Peran Pemahaman good governance Independensi Komitmen Organisasi Kinerja Auditor
Berdasarkan tabel, Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa semua variabel memiliki nilai Cronbach Alpha yang lebih besar dari 0,6 sehingga semua variabel
N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2tailed) Berdasarkan tabel, hasil uji normalitas menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,424 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
masing pertanyaan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas berikut: Cronbach Alpha 0,6045 0,8541 0,8770
Keterangan Reliable Reliable Reliable
0,8525
Reliable
0,9049 0,8759 0,9420
Reliable Reliable Reliable
dinyatakan reliable dan digunakan dalam penelitian. Uji Normalitas Hasil uji normalitas berikut:
sebagai
dapat
sebagai
Unstandardized Residual 109 0,878 0,424 Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas sebagai berikut:
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,822 1,216 0,563 1,776 0,893 1,120
Variabel Struktur Audit Ketidakjelasan Peran Konflik Peran Pemahaman Governance Independensi Komitmen Organisasi
Good
Berdasarkan tabel, hasil uji multikolinearitas menunjukan bahwa untuk setiap variabel independen memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari Variabel Struktur Audit Ketidakjelasan Peran Konflik Peran Pemahaman Governance Independensi Komitmen Organisasi Berdasarkan tabel, hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa nilai sig untuk setiap variabel independen lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model Variabel Res_2 Berdasarkan tabel, hasil uji autokorelasi menunjukan bahwa nilai sig pada Res_2 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini terdapat autokorelasi.
32
November 2013
0,530 0,636 0,691
1,886 1,573 1,447
10. Dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi Multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas sebagai berikut: Sig 0,200 0,637 0,079 Good 0,221 0,056 0,051 regresi ini tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi sebagai berikut:
Sig 0,001 Uji Hipotesis
2
Uji R dan Uji Adjusted R Hasil pengujian koefisien korelasi dan koefisien determinasi sebagi berikut:
ISSN: 1410 -9875
R 0,655
R Square 0,429
Ivan Kanel
Adjusted R Square 0,396
Berdasarkan tabel, menunjukan nilai R sebesar 0,655 yang artinya hubungan antar variabel independen dan variabel dependen adalah kuat karena memiliki nilai korelasi lebih besar dari 0,5. Sedangkan nilai Adjusted 2 R atau koefisien determinasi sebesar 0,396. Ini menunjukan bahwa variasi dari variabel Model Regression yang 0,000 0,05. dalam
Berdasarkan tabel, nilai sig didapatkan adalah sebesar lebih kecil dari nilai alpha Dapat disimpulkan bahwa model regresi ini fit serta Variabel Struktur Audit Ketidakjelasan Peran Konflik Peran Pemahaman Governance Independensi Komitmen Organisasi
Berdasarkan tabel, untuk variabel struktur audit, ketidakjelasan peran, konflik peran dan komitmen organisasi memiliki nilai sig di bawah 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesi Ha dapat diterima dan berarti struktur audit, ketidakjelasan peran, konflik peran dan komitmen organisasi mempengaruhi kinerja auditor. Untuk variabel pemahaman good governance dan independensi nilai
Std. Error of the Estimate 4,139 dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 39,6%. Sedangkan sisanya sebesar 60,4% dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak bisa dijelaskan dalam model regresi ini. Uji F Hasil Uji F sebagai berikut:
F 12,790
Sig 0,000
layak untuk penelitian.
digunakan
dalam
Uji t Hasil uji t sebagai berikut: B 0,524 -0,444 0,377
Sig 0,013 0,012 0,000
0,095 -0,001 0,196
0,486 0,987 0,005
Good
sig di atas 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesi Ha ditolak dan berarti pemahaman good governance dan independensi tidak mempengaruhi kinerja auditor. PENUTUP Penelitian ini menunjukan bahwa, variabel struktur audit, ketidakjelasan peran, konflik peran
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Tetapi untuk variabel pemahaman good governance dan independensi auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini masih terdapat permasalahan autokorelasi, objek penelitian hanya meliputi auditor yang bekerja di KAP di DKI Jakarta, dalam penelitian ini variabel
November 2013
independen yang digunakan lebih berfokus pada faktor eksternal auditor dan hanya menggunakan metode. Rekomendasi yang dapat peneliti berikan adalah jika mengalami permasalahan autokorelasi, dapat menambahkan variabel lain, memperluas objek penelitian, menggunakan faktor internal auditor pada variabel independen dan menerapkan metode wawancara.
REFERENSI Agustina, Lidya. 2009. Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, dan Kelebihan Peran terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor, Jurnal Akuntansi, Mei, Vol. 1, No. 1, hal 40-69. Amilin, dan Apriani. 2009. Analisis Pengaruh Orientasi Profesional terhadap Kinerja Auditor Konflik Peran Sebagai Variabel Intervening, Jurnal Ilmiah, Juli, Vol. 3, No. 2, hal 420-427. Asih, Rike Dewi. 2006. Pengaruh Interaksi Locus Of Control Auditor dan Struktur Audit terhadap Kinerja Auditor: Studi pada KAP di Kota Surabaya dan Malang, Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi, September, Vol. 3, No. 2, hal. 121-145. Assegaf, Yasmin Umar. 2005. Pengaruh Konflik Peran dan Stres Kerja Terhadap Komitmen Organisasi (Studi pada Akuntan Publik dan Akuntan Pemerintah di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005), Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Agustus, Vol. 5, No. 2, hal 91-106. Bamber, Michael. dan dkk. 1989. Audit Structure and Its Relation to Role Conflict and Role Ambiguity: An Empirical Investigation, The Accounting Review, April Vol. LXIV, No. 2, hal. 285-299. Dali, Nasrullah. 2011. Analisis Kinerja Auditor Internal Pemerintah Daerah (Studi pada Inspektorat Daerah Kabupaten Konawe Selatan), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Juni, Vol. 1, No. 1, hal 1-9. Fanani, Zaenal., Rheny Afriana Hanif, dan Bambang Subroto. 2008. Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran, dan Ketidakjelasan Peran terhadap Kinerja Auditor, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember, Vol. 5, No. 2, hal. 139-155. Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, XII. Semarang. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Hair, dan dkk. 2010. Multivariate Data Analysis – A Global Perspective. 7th Edition, New Jersey: Pearson Education, Inc.
34
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFEYogyakarta. Khikmah, Siti Noor. 2009. Komitmen Organisasi, Locus of Control, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Audit Internal, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 7, No. 2, hal 111-125. Lawalata, Josina., Darwis Said dan Mediaty. 2009. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor. Makassar. http://118.97.33.150/jurnal/files/8f673f6840d5d71f10d0e328c11de7bd .pdf Marganingsih, Arywarti. dan Dwi Martani. 2010. Anteseden Komitmen Organisasi dan Motivasi: Konsekuensinya Terhadap Kinerja Auditor Intern Pemerintah, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni, Vol. 7, No. 1, hal. 79-107. Ramadhan, Syahril. 2011. Analisa Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran dan Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor pada KAP di Jakarta, Aktiva, Oktober, Vol. 4, No. 7, hal. 1-26. Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Edisi III, Jakarta: Penerbit Gramedia. Sapariyah, Rina Ani. 2011. Pengaruh Good Governance dan Independensi Auditor Terhadap Kinerja Auditor dan Komitmen Organisasi. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Perbankan, Mei, Vol. 19, No.16. Sekaran, Uma. dan Bougie. 2010. Research Methods for Business, Fifth Edition. Wiley. Sutrisno, H. Edy. 2010. Pengaruh Budaya Organisasi, Stres Kerja, dan Komitmen Terhadap Kinerja Karyawan CV. Bintang Karya Putra di Surabaya, Ekuitas, Desember, Vol. 14, No. 4, hal. 460-477. Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor, Simposium Nasional Akuntansi X, 26-28 Juli, hal. 1-56. Yuskar dan Devisia. 2011. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya Organisasi, dan Etos Kerja terhadap Kinerja Auditor: Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Big Four yang Berafiliasi di Indonesia Tahun 2011, Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011, Juli, hal. 1-21.
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
36
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 37-48
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI, LINGKUNGAN KERJA, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
KAREL TJAHJADI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract : The important resource for logistic industry is human resource, because HR here is to be a milestone to providing good service to customers.before company get employee performance, company must think about their employee performance because employee performance is a major problem that many company have to face it. The purpose of this study is to investigate the influence of compensation to employee performance, motivation to employee performance, work environment to employee performance and leadership to employee performance. The object in the research is PT. Bina Sinar Amity.One of many big company logistic in Jakarta. The sample selected using purposive sampling method. The data for this research are from 100 samples from employees of PT. Bina Sinar Amity division HR & GA.The statistical methods used to test the hypothesis are simple regression and multiple regression. Variablesin the studywere measured usinga Likertscale.Dataanalysiswasperformed usingSPSS21. The result showed that the compensation are partially influenced employee performance, motivation partially influenced employee performance, work environment partially influenced employee performance, and leadership partially influenced employee performance along with compensation, motivation, work environment, and leadership are simultaneously influenced employee performance. Keywords: compensation, motivation, work environment, leadership, and employeeperformance Abstrak : Sumber dayapenting bagi industrilogistikadalahsumber daya manusia, karenaSDMmerupakantonggakuntukmemberikan pelayanan yang baikkepada pelanggan. Sebelum perusahaanmendapatkankinerja karyawan, perusahaanharus memikirkankinerja karyawanmereka karenakinerja karyawanadalah masalahutama yangbanyakperusahaanharus menghadapinya. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahuipengaruhkompensasiterhadap kinerja karyawan, motivasiterhadap kinerja karyawan, lingkungan kerjaterhadap kinerja karyawandan kepemimpinanterhadap kinerja karyawan. Objek dalam penelitian ini adalah PT. BinaSinarAmity. Salah satu dari banyakperusahaan terbesarlogistikdiJakarta. Sampelyang dipilihdengan
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
menggunakan metodepurposivesampling.Data untukpenelitianiniberasal dari100sampel darikaryawan PT. BinaSinarAmitydivisiHR&GA. Metodestatistik yang digunakanuntuk menguji hipotesisadalahregresi sederhanadanregresi berganda. Variabel dalam penelitian diukur dengan menggunakan skala likert. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21. Hasil menunjukkan bahwakompensasisecara parsialmempengaruhi kinerjakaryawan, motivasisecara parsial mempengaruhi kinerja karyawan, lingkungan kerjasecara parsialmempengaruhikinerja karyawan, dan kepemimpinansecara parsialmempengaruhikinerja karyawanbersama dengankompensasi, motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinansecara simultanmempengaruhikinerja karyawan. Kata Kunci : kompensasi, motivasi, lingkungan kerja, kepemimpinan, kinerja karyawan PENDAHULUAN Pertumbuhan industri nasional perlu dukungan sistem logistik yang efisien dan efektif. Sistem logistik menurut Ghiani et al. (2004, 1) merupakan suatu fasilitas yang terhubung dengan jasa pelayanan transportasi yang membahas suatu proses manufaktur, perakitan, pergudangan, pendistribusian, titik pengalihan angkutan, terminal transportasi, penjualan eceran, pusat penyortiran barang dan dokumen, pusat penghancuran dan pembuangan dari keseluruhan kegiatan industri. Pada dasarnya Logistik menurut Ghiani et al. (2004, 1) merupakan penyedia sistem produk, lokasi, dan waktu yang tepat, dengan mengoptimalkan pengukuran biaya operasional yang diberikan dan memenuhi kualifikasi yang sesuai dengan kemampuan dari konsumen dan sesuai dengan kualitas pelayanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mendorong pertumbuhan industri lebih dari 10,8% menjadi Rp1,8 triliun pada tahun 2012 dari
38
hanya Rp1,35 triliun di tahun 2011. Kondisi ini mendorong meningkatnya pasar logistik Indonesia yang menarik perusahaan penyedia jasa logistik, sehingga perusahaan-perusahaan logistik dapat bersaing untuk mendapatkan peluang yang menarik di pasar logistik yang ada. Namun, fenomena yang mucul dalam pasar logistik di Indonesia pada tahun terakhirsangat tingginya biaya logistik di Indonesia hingga mencapai 26%, sebagai perbandingan di negara Amerika Serikat dan Jepang hanya 9,9% dan 10,6%. Ada banyak hal yang perlu dibenahi sebelum Indonesia dapat mengklasifikasikan dirinya kedalam logistik kelas dunia, melalui Indonesia Supply Chain and Logistics (ISCL) 2013, akan memungkinkan perusahaanperusahaan logistik di Indonesia mendapatkan kesempatan mengetahui acuan dan networking dengan para pemimpin di bidang logistik untuk tidak hanya meningkatkan infrastruktur saja, tetapi juga meningkatkan kinerja logistik negara dengan dukungan berbagai sumber daya yang ada serta memaksimalkan kinerja
ISSN: 1410 -9875
karyawan seperti yang diungkapkan Iskandar Zulkarnain, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) (di dalam web site Asosiasi Logistik Indonesia, 2013). Permasalahan kinerja karyawan penting menjadi perhatian seluruh perusahaan logistik di Indonesia untuk mencapai kinerja yang unggul dan untuk mencapai daya saing di industri logistik secara global yang secara tidak langsung menjadikan kinerja karyawan dalam industri logistik dapat menjadi tolak ukur untuk meningkatkan pertumbuhan industri nasional. Keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh manajemen sumber daya manusia yang ada didalamnya, hal ini menjadikan sumber daya manusia merupakan aset penting dalam proses bisnis di lingkungan perusahaan. “Human resource management is the process of acquiring, training, appraising, and compensating employees, and of attending to their labor relations, health and safety, and fairness concerns” (Dessler2013, 30). Peneliti tertarik menggunakan PT. Bina Sinar Amity sebagai objek karena berdiri sejak 17 Juli 1992 dan mulai beroperasipada tahun 1993yang masih berada dalam payung besar Sinar Mas serta telahmemperolehsertifikat ISO 9001:2008sejalandenganperkemban gan dan kemajuanStandarInternasional, serta merupakan salah satu industri yang turut berperan dalam mengembangkan industri logistik di Indonesia dengan total karyawan 1082 orang yang terdiri dari 782 karyawan tetap, 100 orang karyawan outsourcing, 200
Karel Tjahjadi
karyawan harian lepas,yang bergerak dalam bidang jasa total logistik meliputi: eksport, import, pergudangan, transportasi, depot container, bongkar muat pelabuhan, dan instalasi karantina tumbuhan, yang mampu bertahan menghadapi lingkungan bisnis di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kompensasi, motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan bagi akademik, penulis, manajemen perusahaan, dan juga penelitian selanjutnya mengenai pentingnya industri logistik. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kinerja Karyawan Menurut Bernadin dan Russel dalam Gomes (2000, 135) “Performance is defined as the record of outcomes produced an specified job function or activity during time period”. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pimpinan berkewajiban memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk membina, menggerakkan, dan mengarahkan semua potensi karyawan dilingkungannya agar terwujud volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan (Miftah 2001, 47). Kompensasi Pemberian kompensasi akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Milkovich and Newman (2008, 9) mengemukakan “Compensation refers to all forms of financial returns and tangible
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
service and benefit employees receive as part of an employment relationship”. Menurut Dessler (2013, 379) “Employee compensation is all forms of pay and reward going to employees and arising from their employment”.Pemberian kompensasi dapat berdampak negative apabila dalam pelaksanaannya tidak adil dan tidak layak yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpuasan pada kinerja karyawan dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya (Hasibuan 2009, 3). Motivasi Menurut Kreitner dan Kinicki (2007, 236) “Motivation is psycholigical process that arouse and direct goal-directed behavior”, di perjelas kembali oleh Sopiah (2008, 170) motivasi adalah keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu,sehingga tujuan atau target yang ditetapkan oleh perusahaan akan tercapai dan tercapainya tujuan ini menandakan kinerja karyawan yang tinggi pada karyawan. Sebaliknya tidak tercapainya tujuan atau target perusahaan menandakan bahwa kinerja karyawan yang rendah pada karyawannya (Pramono 2009, 2). Lingkungan Kerja Setiap manusia dalam perusahaan perlu diperlakukan secara manusiawi sehingga dapat bekerja secara efektif, efisien dan produktif. Menurut Thomas (2005, 341) Lingkungan kerja adalah ”The working environment is both indoors and outdoors presenting
40
November 2013
conditions that may include exposure to adverse weather and hazardous pollutants”.Lingkungan kerja yang baik seperti yang dikemukakan oleh Pelham (2000,1) “Environment the apperance of building, landscaping, vehicle, interior furnising, equipment, staff members, signs, printed materials, and other visible cues all provida tangible evidence of a firms service quality”. Pada dasarnya lingkungan kerja yang baik apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan kerja secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan kerja yang buruk atau tidak sesuai dengan pekerjaan akan menimbulkan perasaan ketidak nyamanan pada karyawan. Rasa tidak nyaman inilah wujud dari pengaruh psikologis lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan (Pramono 2009, 5). Kepemimpinan Peran pemimpin amatlah penting bagi suatu perusahaan untuk dapat mempengaruhi dan mengispirasi karyawannya. Menurut Yulk (2009, 8) “The process of influencing others to understand and agree about what needs to be done and how to do it, and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish shared objectives”. Menurut Robbin (2006, 6) kepemimpinan merupakan kemampuan memotivasi karyawan, mengatur aktivitas individu lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan konflik di antara anggotanya.Tantangan bagi pemimpin harus memberikan kepemimpinan yang baik, yang mempunyai sikap terbuka, adil, tegas, dan memahami karyawandi
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
dalam memimpin sebuah perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja karyawannya dengan baik, sebaliknya
kepemimpinan yang buruk menimbulkan tekanan batin atau stres pada kinerja karyawan(Kurniawan 2009, 2).
Model Penelitian Kompensasi oti asi Kiner a Karya an ingkungan Ker a Kepemimpinan
Gambar 1 Model Penelitian Pengembangan Hipotesis 1. Kompensasi (X1) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y). 2. Motivasi (X2) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y). 3. Lingkungan Kerja (X3) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y). 4. Kepemimpinan (X4) berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y). METODA PENELITIAN Bentuk Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif dan kausalitas. Penelitian Deskriptif merupakan “Is to describe the characteristic of persons, event, or situations. It may involve the collection of quantitative data such as satisfaction ratings,production figures, sales figure, or demographic data”(Sekaran dan Bougie 2013, 97). Penelitian Kausal merupakan “Causal studies are the heart of the scientific approach to
research. Such studies test whether or not one variable cause another it change” (Sekaran dan Bougie 2013, 98). Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap yang berada di lingkungan PT. Bina Sinar Amity yang berjumlah 132 orang, dan sampel yang ditarik berjumlah 100 orang, tujuan penentuan sampel untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dan purposive sampling. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
pengumpul data. Data diperoleh dengan metode survei dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dibagikan setelah mendapat izin dari Assisten Manager HRD PT. Bina Sinar Amity Jakarta.Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun yang termasuk dalam data sekunder adalah gambaran umum PT. Bina Sinar Amity yang meliputi sejarah dan perkembangan serta struktur organisasi PT. Bina Sinar Amity. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran 1. Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan Karyawan dapat menjadi keunggulan bersaing dan juga dapat menjadi penghambat ketika karyawan tidak efektif dalam bekerja (Dessler 2000, 41). Indikatornya adalah sebagai berikut : a. Lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan b. Standar kualitas dari perusahaan c. Kesesuaian hasil kerja dengan target perusahaan d. Mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari pimpinanKeinginan memperbaiki produktivitas kerja 2.Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan, guna dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari (Rivai2004, 357). Indikatornya adalah sebagai berikut :
42
November 2013
a. Persepsi terhadap besarnya nilai kompensasi b. Kecukupan kompensasi dalam pemenuhan kebutuhan c. Persepsi terhadap waktu pembayaran kompensasi d. Kesesuaian kompensasi dengan UMRKesesuaian kompensasi dengan kemampuan kerja 3. Motivasiadalah keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai hasil atau tujuan tertentu (Sopiah 2008, 170). Indikatornya adalah sebagai berikut : a. Adanya penghargaan dari perusahaan b. Rasa memiliki terhadap aset perusahaan c. Perhatian dari pimpinan d. Kesempatan untuk berinisiatifKesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan 4. Lingkungan kerja adalah Suatu kondisi lingkungan kerjabaik didalam maupundiluar ruanganyangmeliputi pemaparan terhadapcuaca burukdan polusiberbahaya (Thomas 2005, 341). Indikatornya adalah sebagai berikut : a. Fasilitas kerja yang nyaman dan memadai b. Tingkat kebisingan dan polusi c. Hubungan antar karyawan d. Komunikasi antar karyawanKesempatan untuk berdiskusi dengan pimpinan. 5. Kepemimpinan merupakan kemampuan memotivasi karyawan, mengatur aktivitas individu lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif,
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
atau menyelesaikan konflik di antara anggotanya (Robbin 2006, 6). Indikatornya adalah sebagai berikut : a. Keterbukaan pimpinan b. Penyampaian instruksi pekerjaan c. Pemahaman pimpinan terhadap konflik dalam pekerjaan d. Sikap ketergasan pimpinanSikap keadilan pimpinan. HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Sampel (Obyek Penelitian) Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap divisi HR&GA PT. Bina Sinar Amity. Karakteristik responden berdasarkan usia antara 20-46th, pendidikan antara sma-s1, dan pendapatan antara Rp 2.000.000 – lebih dari Rp 4.000.000.Kriteria terdapat 100 orang yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Uji Validitas Pengujian validitas pada variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) diatas karena angka r hitung > r tabel, maka semua instrumen (item pertanyaan/indikator) dinyatakan valid, sehingga layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji Reliabilitas Pada pengujian reliabilitas, baik variabel kompensasi, motivasi kerja, lingkungan kerja dankepemimpinan serta kinerja karyawan dikatakan reliabel/handal/ajeg dan layak digunakan untuk pengujian hipotesis selanjutnya. Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu : kompensasi, motivasi kerja, lingkungan kerja dan kepemimpinan terhadap variabel terikat yaitu kinerja karyawan (Y).
Kinerja Karyawan = 0.211 + 0.248X1 + 0.212X2 + 0.330X3 + 0.261X4 + e Tabel 1 Regresi Coefficientsa
Mode l 1
(Constant) Kompensasi Motivasi Lingkungan kerja Kepemimpinan
Unstandardized Coefficients B Std. Error .211 .305 .248 .091 .212 .090 .330 .105 .261 .102
Standardized Coefficients Beta .232 .196 .297 .244
t .691 2.718 2.349 3.133 2.559
Sig. .491 .008 .021 .002 .012
a. Dependent Variable: Kinerja karyawan
1. Nilai konstanta sebesar 0.211 menunjukkan jika kompensasi (X1), motivasi (X2), lingkungan kerja (X3), dan kepemimpinan (X4) sama dengan nol, maka
variabel kinerja karyawan sebesar 0.211 satuan. 2. Variabel kompensasi memiliki nilai koefisien positif sebesar 0.248 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
variabel kompensasi akan menaikkan kinerja karyawan sebesar 0.248 satuan. 3. Variabel motivasi memiliki nilai koefisien positif sebesar 0.212 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel motivasi akan menaikkan kinerja karyawan sebesar 0.212 satuan. 4. Variabel lingkungan kerja memiliki nilai koefisien positif sebesar 0.330 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel lingkungan kerja akan menaikkan kinerja karyawan sebesar 0.330 satuan. 5. Variabel kepemimpinan memiliki nilai koefisien positif sebesar 0.261 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel kepemimpinan akan menaikkan kinerja karyawan sebesar 0.261 satuan. Pengujian Hipotesis dengan Uji t 1. Uji Pengaruh antara Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan pengujian statistik dengan SPSS didapatkan angka t hitung antara Kompensasi(X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y) sebesar 6.817 > t tabel sebesar 1.984. Nilai t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, dapat diketahui bahwa nilai sig untuk uji t adalah sebesar 0.000 artinya nilai tersebut < 0.05 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh secara signifikan dan positif antara Kompensasi (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y). 2. Uji Pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan pengujian statistik dengan SPSS didapatkan angka t
44
November 2013
hitung antara Motivasi(X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) sebesar6.254 > t tabel sebesar1.984. Nilai t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, dapat diketahui bahwa nilai sig untuk uji t adalah sebesar 0.000 artinya nilai tersebut < 0.05 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh secara signifikan dan positif antara Motivasi (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y). 3. Uji Pengaruh antara Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan pengujian statistik dengan SPSS didapatkan angka t hitung antara Lingkungan Kerja (X3) terhadap Kinerja Karyawan (Y) sebesar8.184 > t tabel sebesar 1.984. Nilai t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, dapat diketahui bahwa nilai sig untuk uji t adalah sebesar 0.000 artinya nilai tersebut < 0.05 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh secara signifikan dan positif antara Lingkungan Kerja (X3) terhadap Kinerja Karyawan (Y). 4. Uji Pengaruh antara Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan pengujian statistik dengan SPSS didapatkan angka t hitung antara Kepemimpinan(X4) terhadap Kinerja Karyawan (Y) sebesar7.808 > t tabel sebesar 1.984. Nilai t hitung berada di dalam daerah penolakan H0 , dapat diketahui bahwa nilai sig untuk uji t adalah sebesar 0.000 artinya nilai tersebut < 0.05 oleh karena itu dapat disimpulkan
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh secara signifikan dan positif antara Kepemimpinan (X4) terhadap Kinerja Karyawan (Y).
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya Semakin tinggi koefisien determinasi maka semakin tinggi variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungannya.
Tabel 2 Korelasi Model Summary Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate 1 .759a .576 .558 .47843 a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Motivasi, Kompensasi, Lingkungan kerja
Nilai R square (adjusted koefisien determinasi) = 0.576, yang artinya besarnya pengaruh variabel hubungan kompensasi, motivasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan terhadap variabel kinerja karyawan adalah sebesar 57.6% dan sisanya sebesar 42.4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. PENUTUP Hasil pengujian hipotesis menunjukkan kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat pengaruh pengaruh kompensasi (X1), motivasi (X2), lingkungan kerja (X3), dan kepemimpinan (X5) terhadap kinerja karyawan PT. Bina Sinar Amity Jakarta. Peneliti di dalam melakukan penelitian ini menemukan banyak keterbatasan. Mengingat
keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka penelitian ini menggunakan sampel yang dipilih, hanya dilakukan di PT. Bina Sinar Amity Jakarta, danvariabel independen dalam penelitian ini yaitu kompensasi, motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan untuk mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja karyawan. Terdapat beberapa hal yang mungkin saja dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya, yaitu Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian ini dapat di generalisasikan, penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah perusahaan, dan menambah variabel dependen dalam penelitian yang sama.
REFERENSI Daft, Richard L. 2011. The Leadership Experience. Ohio: Thomson – SouthWestern.
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Dessler, Gary. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks. Dessler, Gary. 2011. Human Resources Management. Job Appraisal. Twelth Edition. The MC Graw-Hill Companies, Inc. Dhermawan, A.A.N.B., Sudibya, I.G.A., Utama, I.W.M. 2012. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Pegawai di Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Jurnal Penelitian. George, J.M. & Jones, G.R. 2008. Understanding and Managing Organizational Behavior (Fifth Edition). Upper Saddle River: New Jersey, Pearson Prentice Hall. Ghiani, G., Laporte, G., and Musmanno, R. 2004. Introduction to Logistics Systems Planning and Control. England: John Wiley. Gomes, Faustino Cardoso. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. Gujarati, Damodar N. 2009. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill. Hair, Joseph. F, William. C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Prespentive, seven edition. New Jersey: Pearson Education. Hasibuan, Siti Rafika. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Insentif terhadap Komitmen Organisasi, Organizational Citizenship Behaviors dan Kepuasan Kerja Karyawan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatra Utara. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. edisi kedua. Yogyakarta: BPFE UGM. Hariandja, Marihot T.E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo. Kreitner, Robert, and Angelo Kinicki. 2007. Organizational Behaviour. Mcgraw Hill Irwin. Kurniawan, Fresh Am. 2009. Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Karyawan Kantor Pusat PT. Rajawali Nusantara Indonesia. Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. 2008. Organizational Behavior 8th ed. Boston: McGraw-Hill. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Milkovich, George T, and Jerry M Newman. 2008. Compensation. Mcgraw Hill. Muhammad, Fadel & Toruan, Rayendra. L. 2008. Reinventing Local Government: Jakarta: Elex Media Computindo. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Erlangga. Pelham, Alfred. M. 2000. Organizational Strategy: Structure And Process. New York: MC Graw-Hill. Pramono, Agus. 2009. Pengaruh Kompensasi, Motivasi, Lingkungan Kerja, dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan PT. Adi Pratama Semarang. Jurnal Penelitian. Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada. Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia
46
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
Robert L. Mathis. 2006. Human Resource Management Edisi ke-10. Jakarta: Salemba Empat. Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: PT. Mandar Maju. Sekaran, Uma and Bougie Roger. 2013. Research Methods for Business. New Jersey: Jhon Wiley and Sons. Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Edisi 1. Yogyakarta: Andi. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suwati, Yuli. 2009. Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Tunas Hijau Samarinda. Jurnal Penelitian. Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-3 cetakan pertama. Yogyakarta: STIE YKPN. Sweeney, Paul D. And Dean B. McFarlin. 2002. Organizational Behaviour Solutions for Management. McGraw Hill. Terry, George R. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Terjemahan J. Smith. D.F.M. Jakarta: PT Bumi Aksara. Thoha, Miftah. 2001.Prilaku Organisasi Konsep dasar dan aplikasi, cetakan ke6. Jakarta: PT. Rajawali Pers. Thomas, E. Gallo. 2005. Strategic Information Management Planning. Englewood Cliffs. N. J. Ptentice Hall. Winardi. 2000. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Yukl, G. 2009. Leadership in Organizations, Sixth Edition. Delhi: Dorling Kindersley. http://www.ali.web.id/ http://www.pt-bsa.co.id/
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
48
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 49-66
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAANYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ITA TRISNAWATI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to find the influence of managerial ownership, institutional ownership, debt policy, profitability, firm size, solvability, growth potential and collateral assets on dividend policy. This research is developed based on the previous research carried out by Dewi (2008). Data population of this research were all companies listed in Indonesia Stock Exchange. The data were taken from manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange for three years (2008-2010). The sample selection was based on purposive sampling. Only 31 companies met the criteria and taken as sample. The research used regression for examining the hypothesis. The result of this research indicate that managerial ownership, firm size, growth potential and collateral assets do not have any influence on dividend policy while institutional ownership, debt policy, profitability and solvability have influence on dividend policy. Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability, Firm Size, Solvability, Growth Potential, Collateral Assets and Dividend Policy Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, solvabilitas, potensi pertumbuhan dan aset jaminan terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2008). Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun (2008-2010). Pemilihan sampel berdasarkan purposive sampling. Hanya 31 perusahaan memenuhi kriteria dan diambil sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan regresi untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, potensi pertumbuhan dan aset jaminan tidak memiliki pengaruh pada kebijakan dividen sementara kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan solvabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Potensi Pertumbuhan, Aset Jaminan, Kebijakan Dividen PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini, keadaan ekonomi dunia yang terus meningkat mengakibatkan tingginya minat para investor dalam negeri maupun investor asing untuk melakukan investasi seperti properti, mata uang asing, deposito, emas, saham, obligasi, dan lain-lain. Salah satu bentuk investasi yang banyak diminati adalah saham. Dividen menjadi salah satu daya tarik utama bagi para investor dalam menginvestasikan modalnya melalui saham. Besar kecilnya dividen yang diberikan suatu perusahaan akan menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dipandang dari sisi eksternal. Kebijakan dividen merupakan pertimbangan yang penting yang harus dilakukan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen akan mempertimbangkan apakah sebaiknya laba yang diperoleh dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, atau ditahan yang kemudian digunakan untuk membiayai investasi di masa yang akan datang. Menentukan kebijakan dividen berkaitan dengan perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham, atau dikenal dengan konflik keagenan. Oleh karena begitu banyak faktor-faktor pertimbangan dalam menentukan kebijakan dividen, pihak manajemen harus berhati-hati dan bijaksana karena setiap keputusan memiliki risiko masing-masing, baik kepada pihak
50
internal maupun dipandang dari pihak eksternal. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2008). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: (1) Penelitian sebelumnya menggunakan lima variable independen yaitu kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan. Sedangkan pada penelitian ini penulis menambah tiga variabel lain yaitu growth potential, solvabilitas, dan collateral asset. (2) Periode pengambilan data dalam penelitian sebelumnya menggunakan tahun 2002 sampai dengan 2005, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2008 sampai dengan 2010 agar hasil penelitian lebih mencerminkan keadaan terkini. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, growth potential, solvabilitas, dan collateral asset terhadap kebijakan dividen. Secara garis besar penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yang saling berkaitan. Bagian pertama yaitu pendahuluan membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bagian kedua yaitu
ISSN: 1410 -9875
rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis membahas pokok landasan teori yang berkaitan dengan penelitian, model penelitian, dan pengembangan hipotesis meliputi kebijakan dividen, kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, solvabilitas, growth potential, dan collateral asset. Bagian ini juga akan membahas perumusan hipotesis yang dikembangkan dari penelitian sebelumnya. Bagian ketiga yaitu metoda penelitian membahas mengenai bentuk penelitian, objek penelitian, definisi operasional masing-masing variabel dan pengukurannya, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Bagian keempat analisa dan pembahasan membahas mengenai statistik deskriptif, hasil uji kualitas data dan pengujian hipotesa penelitian. Dan bagian penutup memuat rangkuman hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya untuk menjawab masalah penelitian, mengemukakan keterbatasan penelitian, serta rekomendasi yang berisi masukan bagi penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Tarjo dan Hartono (2003) dalam Dewi (2008) menyatakan teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemilik saham sering kali bertentangan sehingga dapat terjadi konflik diantaranya. Hal tersebut sering terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi, sedangkan pemegang
Ita Trisnawati
saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan dan akan menurunkan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. Akibat dari perbedaan itulah maka terjadi konflik yang biasa disebut agency conflict (Dewi, 2008). Masalah keagenan terkait dengan penelitian ini adalah masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Pemegang saham (principal) bertujuan untuk memaksimumkan kekayaan dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi perusahaan, sedangkan manajer seringkali memiliki tujuan yang berbeda yakni pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan (Fadah dan Rian,2007). Suhartono (2004) mengatakan bahwa salah satu cara untuk menurunkan agency cost adalah mempergunakan lebih banyak debt financing. Cara lain untuk menurunkan agency cost bagi perusahaan adalah dengan cara membayar proporsi yang lebih besar dari penghasilannya sebagai dividen bagi para pemegang saham. Begitu juga bila pemegang saham juga sekaligus pemegang kendali perusahaan (manajemen), selama manajer mengharapkan efek kesejahteraan yang lebih pada keputusannya, maka semakin besar kepemilikan oleh manajemen akan semakin menurunkan agency cost. Bird in the Hand Theory Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan,
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Mengutip pendapat Gordon dan Lintner dari Suhartono (2004: 44) bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) (1961) dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan keuntungan modal. Mereka menamakan pendapat GordonLintner sebagai kekeliruan bird-inthe-hand theory, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula. Dividen Menurut Kimmel et al. (2010: 608) dividen merupakan distribusi kas ataupun saham oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya berdasarkan proporsi kepemilikan atau pro rata. Dividen dapat dinyatakan dengan dua cara: (1) sebagai persentase dari nilai par saham, atau (2) sebagai nilai mata uang per lembar saham. Pada umumnya dividen dinyatakan sebagai nilai mata uang per saham.
52
November 2013
Kepemilikan Managerial Nuringsih (2005) menyatakan pendapat Chen dan Steiner (1999) bahwa manajer mendapat kesempatan untuk terlibat pada kepemilikan saham dengan tujuan untuk menyetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen yang rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi. Kepemilikan Institusional Menurut Listyani (2003) dalam Dewi (2008) kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi pada akhir tahun yang diukur dalam persentase. Scott (2000) dalam Dewi (2007) menyatakan tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingannya sendiri. Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003), Crutchley et al. (1999) menyatakan bahwa dari sudut pandang perusahaan, kepemilikan institusional mampu mengurangi konflik keagenan dan karenanya manajer akan mengurangi kepemilikannya, kebijakan hutang, dan dividen. Namun dari sudut pandang pemilik (investor) institusional mungkin akan lebih tertarik untuk berinvestasi saham pada perusahaan dengan mekanisme kontrol yang tinggi dan dividen yang tinggi. Hal ini dapat dipahami
ISSN: 1410 -9875
karena sebagai pemilik apalagi dengan kepemilikan yang relatif tinggi berharap investasinya di suatu perusahaan aman, mempunyai return yang tinggi baik dalam bentuk dividen maupun capital gain. Kebijakan Hutang Keputusan pendanaan bertujuan untuk memperoleh dana dengan biaya yang paling murah. Sumber pendanaan tersebut dapat berasal dari bank maupun pasar modal. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan obligasi maupun saham (Hadianto dan Herlina, 2010). Ketika perusahan melakukan peminjaman uang lewat bank maupun penerbitan obligasi lewat masyarakat, maka perusahaan harus berkomitmen untuk membayarkan bunga beserta pokok pinjamannya secara periodik. Namun pada kenyataannya, bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih, 2005). Risiko yang tinggi ini mendorong perusahaan untuk menjaga aliran kasnya untuk membayar hutang beserta pokok pinjamannya sehingga perusahaan menurunkan pembayaran dividen pada pemegang saham. Perusahaan yang tidak membayar dividen diprediksi memiliki rasio hutang yang tinggi karena harus berkonsentrasi dalam membayar bunga dan pokok pinjamannya sedangkan perusahaan yang membayar dividen diperkirakan memiliki rasio hutang yang rendah. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sekaligus juga sebagai indikator utama yang
Ita Trisnawati
menunjukkan kapasitas perusahaan dalam membayarkan dividen (Hadianto dan Herlina, 2010). Menurut Lintner (1956) dalam Marpaung dan Hadianto (2009), laba tahun berjalan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen saat ini selain dividen tahun sebelumnya. Perusahaan penghasil profit mampu membayar dividen sekaligus menyimpan dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai investasinya. Semakin tinggi laba maka semakin tinggi aliran kas dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat membayar dividen lebih tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar keuntungan sebagai sumber dana internal. Pada Return on Asset (ROA) tinggi dibayarkan dividen rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Ukuran Perusahaan Pada tahun 1994 Vogt mengidentifikasikan bahwa ukuran atau besarnya perusahaan memainkan peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan (Dewi, 2008). Hal tersebut juga dinyatakan oleh Jeong (2008) dalam Ahmed dan Javid (2009). Perusahaan yang besar cenderung untuk lebih mature dan mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal sehingga akan mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan internal dan akan memberikan pembayaran dividen yang tinggi (Dewi, 2008). Menurut Dewi (2008), Chang dan Ree (1990) menyatakan tujuan pembayaran dividen yang tinggi adalah untuk menjaga reputasi
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
perusahaan di mata investor potensial maupun aktual. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aset rendah akan membagikan dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah. Solvabilitas Solvabilitas atau kemampuan membayar hutang didefinisikan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang (Setiati, 2006). Robert Ang (1997) dalam Shitawati (2006) menyatakan bahwa apabila dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan lebih kecil daripada dana yang disediakan para kreditor berarti perusahaan sangat bergantung pada para kreditor, sehingga kreditor mempunyai peranan yang lebih besar untuk mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio solvabilitas rendah berarti perusahaan tersebut mempunyai risiko kerugian lebih kecil ketika keadaan ekonomi merosot dan juga mempunyai kesempatan memperoleh laba yang rendah ketika ekonomi melonjak dengan baik, begitu pula sebaliknya. Jika perusahaan telah memiliki kewajiban hutang, maka akan membatasi perusahaan untuk mempertahankan atau mengubah dividennya. Oleh karena itu kebijakan dividen harus benar-benar memperhatikan posisi hutang dan aktivanya (Setiati, 2006).
54
November 2013
Growth Potential Jeong (2008) dalam Ahmed dan Javid (2009) menyatakan bahwa faktor pertumbuhan memainkan peran yang sangat penting dalam kelancaran pembagian dividen. Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut (Marpaung dan Hadianto, 2009). Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang, perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham. Pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi jika kondisi perusahaan sangat baik. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan. Collateral Asset Collateral asset adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Menurut Wahidawati (2001) dalam Fauz dan Rosidi (2007), kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Collateral asset diukur dengan membagi antara aktiva tetap terhadap total aktiva. Tingginya collateral asset yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga perusahaan dapat membayar dividen dalam jumlah besar, sebaliknya semakin rendah
ISSN: 1410 -9875
collateral asset yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah besar kepada pemegang saham karena takut piutang mereka tidak dibayar. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha₁ : Kepemilikan managerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Solvabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Growth potential berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Collateral asset berpengaruh terhadap kebijakan dividen. METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian. Sampel yang dipilih dari populasi adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Unit yang dianalisis
Ita Trisnawati
dalam penelitian ini adalah perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk memilih sampel penelitian. Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan sampel berdasarkan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan syarat-syarat tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan dalam memilih sampel, antara lain: (1) Perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan 2010. (2) Perusahaan memiliki laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. (3) Perusahaan memiliki laporan keuangan yang berakhir 31 Desember setiap tahunnya. (4) Perusahaan memiliki laba setelah pajak secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. (5) Perusahaan membayarkan dividen secara konsisten setiap tahun selama periode pengamatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang berjumlah 133 perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat 4 perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah, 47 perusahaan yang tidak memiliki laba secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, dan 51 perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sehingga sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan yang berjumlah 93 data.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kebijakan Dividen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang menggunakan skala rasio dan proksi dividend payout ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Pengukuran atas dividend payout ratio ini menggunakan dengan skala rasio. Dividend payout ratio (DPR) dihitung dengan cara membagi dividen per lembar saham dengan earnings per lembar saham (Kusmini, 2003).
�������� ������ ����� � Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Hatta, 2002). Variabel kepemilikan manajerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan manajerial. . D = 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan manajerial dan D = 0 ����������� ������������� �
�������� ��� ����� ������� ��� �����
untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama perorangan di atas 5%, tetapi tidak termasuk ke dalam golongan kepemilikan insider (Ismiyanti dan Hanafi, 2003).
������ ����� ��������� � ������ ����� ����������� ������ �����
Kebijakan Hutang Smith dan Skousen (1992) dalam Dewi (2008) menyatakan hutang (liabilities) telah didefinisikan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika Serikat sebagai pengorbanan manfaat ekonomi yang kemungkinan besar akan terjadi di masa mendatang akibat adanya keharusan badan usaha tertentu pada saat ini untuk mentransfer
aktiva dan memberikan pelayanan kepada badan usaha lain di masa mendatang sebagai akibat dari transaksi dan peristiwa masa lalu. Kebijakan hutang menggunakan skala rasio yang diproksi dengan DER (debt equity ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total ekuitas pemegang saham (Hadianto dan Herlina, 2010).
���� ������ ����� �
56
November 2013
����� ���� ����� ������
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Profitabilitas Profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan penjualan, total aktiva, dan total ekuitas (Hanafi, 2004). Mengikuti Dewi (2008), Suharli ��� � Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan didefinisikan sebagai tingkat penjualan, jumlah tenaga yang terlibat dan total asset atau menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan (Dewi, 2008). Proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset (Chrutchley dan Hansen, 1989) atau natural log market capitalization (Chen dan Steiner, 1999). Penelitian
(2007), Marpaung dan Hadianto (2009), maka profitabilitas menggunakan skala rasio yang diproksi dengan return on asset (ROA). ROA merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. ��� ������ ����� ������ ini menggunakan proksi log natural dari total aset (Ln TA) tiap tahun. Solvabilitas Daya pinjam (solvabilitas) didefinisikan dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Daya pinjam perusahaan dapat diukur dengan rasio Debt to Asset yaitu dengan membandingkan total hutang perusahaan dengan total aset perusahaan. ����� ���� ����� ����� 2002). Pengukuran growth potential menggunakan skala rasio. Indikator untuk faktor ini adalah tingkat pertumbuhan campuran yang diatur tiap tahun dalam total assets.
���� �� ����� � Growth Potential Growth potential adalah potensi pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio selisih total assets pada tahun t dengan total assets pada tahun t-1 (Sudarsi,
������ ��������� �
����� ������ � � ����� ������ ���
Collateral Assets Collateral assets adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada
����� ������ ��� perusahaan yang membutuhkan pendanaan (Fauz dan Rosidi, 2007). Collateral assets diukur menggunakan skala rasio dengan membagi antara aktiva tetap terhadap total aktiva.
���������� ������ �
����� ������ ����� ������
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN Deskriptif Objek Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang berjumlah 133 perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat 4 perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah, 47 perusahaan yang tidak memiliki laba secara konsisten dari tahun 2008
November 2013
sampai dengan tahun 2010, dan 51 perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sehingga sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan yang berjumlah 93 data. Dikarenakan data berdistribusi normal maka tidak dilakukan uji outlier. Statistik Deskriptif Hasil pengolahan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
DPR KEPMNJR KEPINS DER ROA SIZE DAR GP CA Valid N (listwise)
N 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93
Minimum .031908 0 32.33 .026056 .007657 11.29898 9 .094303 -.323544 .002047
Uji Normalitas Data Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji
N Normal Parameters(a,b)
data One
Mean .42995652 .48 72.8885 .63919814 .13229961
Std. Deviation .272336092 .502 18.94759 .552086154 .076371003
30.361885
23.12843445
5.534271232
.948193 .703425 .681725
.38566761 .12215404 .29771084
.206904677 .141200197 .145619170
Sample Kolgomorov Smirnov dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolgomorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 93 Mean .0000000
Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences
58
Maximum 1.421666 1 98.18 2.753286 .406695
.22465808 .129
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian normalitas dengan menggunakan Kolgomorov-Smirnov Test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,089 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa uji normalitas dengan Kolgomorov-Smirnov Test berdistribusi normal. Sampel
Model 1
penelitian sebanyak 93 data berdistribusi normal sehingga tidak perlu melakukan uji outlier. Uji Multikolinieritas Hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients (a) Collinearity Statistics Tolerance VIF KEPMNJR .718 1.392 KEPINS .782 1.278 DER .633 1.580 ROA .642 1.557 SIZE .759 1.317 DAR .474 2.110 GP .879 1.137 CA .785 1.274
Berdasarkan tabel diatas, seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dibawah 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independennya sehingga data
Model
.129 -.080 1.248 .089
tersebut baik untuk dalam model regresi.
digunakan
Uji Heteroskedastisitas Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients (a) Standardiz ed Unstandardized Coefficient s Coefficients t Std. B Error Beta
Sig.
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
1
(Constant) KEPMNJR KEPINS DER ROA SIZE DAR GP CA
-.122 .002 .001 .076 .625 .005 -.020 .017 -.158
.131 .033 .001 .032 .229 .003 .098 .106 .109
Berdasarkan tabel diatas hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji glejser, diperoleh nilai signifikansi dari masing-masing variabel. Nilai signifikansi variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, solvabilitas, growth potential, dan collateral assets lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas dan data
.007 .153 .288 .328 .209 -.028 .017 -.158
November 2013
-.926 .065 1.401 2.375 2.727 1.886 -.200 .162 -1.452
.357 .948 .165 .020 .008 .063 .842 .871 .150
tersebut baik untuk digunakan dalam model regresi. Sedangkan nilai signifikansi variabel kebijakan hutang dan profitabilitas lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi penelitian ini adalah berikut:
dalam sebagai
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary (b) Model 1
Durbin-Watson 2.212
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil pengujian autokorelasi memperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,212. Sedangkan dari tabel DW dengan tingkat signifikansi 5% dan jumlah data (N) sebanyak 93 data, serta jumlah variabel independen (k) adalah 8 diperoleh nilai dl sebesar 1,4812 dan nilai du sebesar 1,8526. Nilai (4-du) adalah (4 –
1,8526) = 2,1474 dan nilai (4-dl) adalah (4 – 1,4812) = 2,5188. Karena nilai DW berada diantara (4-du) dan (4-dl), berarti terjadi autokorelasi. Uji Koefisien Korelasi (R) Hasil uji koefisien korelasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) Model 1
60
R .565(a)
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Berdasarkan Tabel 4.7, hasil uji koefisien korelasi atau R sebesar 0,565 lebih besar dari 0,5 artinya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat dan positif.
Uji Koefisien Determinasi (Adjutsted R Square) Hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R Square) dari variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjutsted R Square) Adjusted R Square Model 1 .255 Berdasarkan Tabel 4.8, nilai Adjusted R Square sebesar 0,255 artinya besarnya persentase variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen sebesar 25,5% dan sisanya sebesar 74,5% dijelaskan
Model 1
Regression Residual Total
oleh variasi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Hasil uji statistik F dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F Anova (b) Sum of Mean Squares df Square 2.180 8 .273 4.643 84 .055 6.823 92
F 4.930
Sig. .000(a)
Berdasarkan Tabel 4.9, nilai Uji Signifikansi Parameter signifikansi (0,000) lebih kecil dari Individual (Uji Statistik t) alpha (α=0,05), sehingga dapat Hasil uji statistik t dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: disimpulkan bahwa model fit, artinya model regresi layak digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Sig. Model 1
(Constant) KEPMNJR
B .268 -.016
Std. Error .230 .058
Beta -.029
1.166 -.270
.247 .788
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Model KEPINS DER ROA SIZE DAR GP CA
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B .003 .133 .898 -.009 -.402 .087 .292
Beta .213 .270 .252 -.175 -.305 .045 .156
2.091 2.389 2.242 -1.697 -2.335 .472 1.537
.040 .019 .028 .093 .022 .638 .128
Std. Error .001 .056 .400 .005 .172 .185 .190
Berdasarkan Tabel 4.10 variabel kepemilikan manajerial (KEPMNJR) memiliki nilai signifikansi 0.788 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau kepemilikan manajerial (KEPMNJR) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio (DPR). Variabel kepemilikan institusional (KEPINS) memiliki nilai signifikansi 0,040 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau kepemilikan institusional (KEPINS) berpengaruh secara positif terhadap dividend payout ratio (DPR). Sehingga apabila kepemilikan institusional suatu perusashaan meningkat, maka dividen yang dibayarkan juga akan mengalami peningkatan. Variabel kebijakan hutang (DER) memiliki nilai signifikansi 0,019 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau kebijakan hutang (DER) berpengaruh secara positif terhadap dividend payout ratio (DPR). Sehingga apabila perusahaan mampu membayarkan hutangnya dengan lancar, maka dividen yang dibayarkan akan mengalami peningkatan.
62
November 2013
Variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai signifikansi 0,028 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau profitabilitas (ROA) berpengaruh secara positif terhadap dividend payout ratio (DPR). Sehingga semakin meningkat profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin meningkat pula tingkat pembayaran dividen. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikansi 0,093 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio (DPR). Variabel solvabilitas (DAR) memiliki nilai signifikansi 0,022 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau solvabilitas (DAR) berpengaruh secara negatif terhadap dividend payout ratio (DPR). Sehingga semakin tinggi nilai solvabilitas suatu perusahaan, semakin rendah tingkat pembayaran dividennya. Variabel growth potential (GP) memiliki nilai signifikansi 0,638 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau growth potential (GP) tidak berpengaruh
ISSN: 1410 -9875
terhadap dividend payout ratio (DPR). Variabel collateral assets (CA) memiliki nilai signifikansi 0,128 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau collateral assets (CA) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio (DPR). Model persamaan regresi berganda pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengolahan data statistik pada Tabel 4.10 sebagai berikut: DPR = 0.268 – 0.016 KEPMNJ + 0.003 KEPINS + 0.133 DER + 0.898 ROA – 0.009 SIZE – 0.402 DAR + 0.087 GP + 0.292 CA + e
Ita Trisnawati
4.
5.
6.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik t, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepemilikan manajerial (KEPMNJR) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhan (2011), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Dewi (2008). 2. Kepemilikan institusional (KEPINS) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi (2008), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Ramadhan (2011). 3. Kebijakan hutang (DER) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ismiyanti dan Mahadwartha (2005), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Ramadhan (2011).
7.
8.
Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi (2008), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Ismiyanti dan Hanafi (2003). Ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nuringsih (2005), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Dewi (2008). Solvabilitas (DAR) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kadir (2009), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Arilaha (2007). Growth potential (GP) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sudarsi (2002), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Wahyudi dan Baidori (2008). Collateral assets (CA) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Wahyudi dan Baidori (2008) serta Fauz dan Rosidi (2007).
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan penelitian sebagai berikut: (1) Data yang digunakan dalam penelitian mengandung heteroskedastisitas pada variabel kebijakan hutang (DER) dan profitabilitas (ROA). (2) Data yang digunakan dalam penelitian terdapat autokorelasi. (3) Penelitian
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (4) Sampel penelitian hanya mengambil periode 3 tahun penelitian. (5) Penelitian hanya menggunakan 8 variabel independen yang diduga memberikan pengaruh terhadap variabel dependen yaitu dividend payout ratio. Rekomendasi Adapun rekomendasi yang disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: (1) Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel agar tidak terjadi heteroskedastisitas. (2) Penelitian selanjutnya sebaiknya
November 2013
menambah variabel agar tidak terjadi autokorelasi. (3) Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas populasi penelitian dan tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja agar semakin banyak sampel yang diteliti sehingga lebih mencerminkan keadaan sebenarnya. (4) Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas periode penelitian agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik. (5) Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel-variabel independen lain yang sekiranya mempengaruhi dividend payout ratio seperti risiko pasar, investment opportunity dan lainlain.
DAFTAR REFERENSI Ahmed, Hafeez, dan Attiya Javid. 2009. Dynamics and Determinants of Dividend Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial Listed Firms. International Research Journal of Finance and Economics: 148-171. Anil, K., dan Kapoor, S. 2008. Determinant of Dividend Payout Ratio – A Study of Indian Information Technology Sector, International Research Journal of Finance and Economics: 63-71. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April 2009: 5764. Dewi, S. C. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, 47-58. Fadah I., dan Rian D. 2007. Analisis Faktor-faktor Penentu Kebijakan Dividen (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ). Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No.1, April 2007: 14-29. Fauz, A., dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajeral, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang, dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 8, No. 2, Juni 2007: 259-267. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J. 2008. Principles of Managerial Finance. Twelfth Edition. Pearson Education: Prentice Hall. Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Ecometrics. Fifth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
64
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Hadianto, B., dan Herlina. 2010. Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan Utang dan Profitabilitas terhadap Kemungkinan Dibayarkannya Dividen (Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 3, No. 1, 53-73. Hanafi, M.M. 2004. Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE-UGM. Handayani, Dwi R., dan Bambang Hadinugroho. 2009. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2001-2005). Fokus Manajerial, Vol. 7, No. 1, 2009: 64-71. Ismiyanti dan Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposum Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober 2003: 260-277. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting, Vol. 2. IFRS Edition. John Willey and Sons Inc. Kimmel, Paul D., Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald D. 2010. Acoounting Principles. Ninth Edition. John Willey dan Sons Inc. Marpaung, E. I., dan Hadianto. 2009. Pengaruh Solvabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol. 1, No. 1, Mei 2009: 70-84. Nuringsih, K. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen : Studi 19951996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, 103-123. Ramadhan, Syahril. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. AKTIVA, Volume 4 Nomor 6 Februari 2011: 80-100. Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Parametrik. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Setiati, Fita. 2006. Analisis Pengaruh Sejumlah Faktor Terhadap Perubahan Dividen di Perusahaan Go Publik. SOSIAL, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial ISSN 1858-2265, Vol. 2, No. 1, Februari 2006: 36-40. Shitawati, F. Artin. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris: Bank Umum di Indonesia Periode 2001-2004). Semarang: Universitas Diponegoro. Sudarsi, Sri. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9, No. 1, Maret 2002: 76-88. Suharli, M. 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Jurnal Maksi Vol. 6, No. 2, Agustus 2006: 243-256. Suhartono. 2004. Pengaruh Insider Ownership, Net Organizational Capital, dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Deviden. Kajian Bisnis Vol. 12, No. 1, 1 Januari 2006: 53-64.
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Sumaldiman, dan Aziz, Ahmad. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No. 1, Januari 2006: 53-64. Sumani. 2012. Analisis Pengaruh Return on Equity, Current Ratio, Debt to Asset Ratio, dan Earning Per Share terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Non Jasa Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 101, Nomor 11, Maret 2012: 60-70. Tarigan, Immi Fiska, dan Toto Sugiharto. 2010. Influence of ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Debt To Total Asset and Earnings Pershare on Dividend Policy (House / Dividend Payout Ratio). Universitas Gunadarma. Wahyudi, Eko, dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateral Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 3, Desember 2008:474-483. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel and Donald E. Kieso. 2010. Financial Acoounting. IFRS Edition. John Willey and Sons Inc.
66
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 67-86
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA LIE YUNG YUNG STIE Trisakti
[email protected] Abstract: This research seeks to examine the association between corporate governance and earnings management. The aim of this research is to find the empirical evidence of corporate governance to earnings management. The independent variables i.e. Board of Directors, Proportion of Independent Commissioner, Audit Committee, Institutional Ownership, Auditing Firm’s Size, Auditor’s Independency, and Profitability.This research uses purposive sampling method with 65 data of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2012. The tools analysis used in this research is multiple linear regression. The result of this study shows that Board of Directors, Proportion of Independent Commissioner, Audit Committee, Institutional Ownership, Auditing Firm’s Size, Auditor’s Independency, and Profitability did not have significant influence toward earnings management. Keywords: Earnings Management, Corporate Governance, Indonesia Stock Exchange, Empirical Evidence. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tata kelola perusahaan dan manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris tata kelola perusahaan dengan manajemen laba. Variabel independen yaitu Direksi, Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran KAP, Independensi Auditor, dan Profitabilitas. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan 65 data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Direksi, Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran KAP, Independensi Auditor, dan Profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Kata Kunci: Manajemen Laba, Tata Kelola Perusahaan, Bursa Efek Indonesia, Bukti Empiris
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini telah banyak terjadi penyimpangan laporan keuangan yang merugikan banyak pihak-pihak yang berkepentingan, padahal laporan keuangan adalah alat yang digunakan manajemen untuk menyampaikan kinerja perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah karyawan, investor, kreditur, pemegang saham, dan pemerintah. Kondisi keuangan perusahaan dan kinerja manajemen dapat dilihat dari informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan tersebut yang dapat digunakan oleh kreditur maupun investor dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus memiliki kriteria sehingga dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) telah ditetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi, kriteria utama adalah relevan dan reliable. Bagi pihak investor, laporan keuangan berguna dalam pengambilan keputusan yang nantinya dapat memaksimalkan jumlah investasinya. Bagi pihak kreditur, laporan keuangan digunakan untuk membantu mereka dalam memutuskan pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Sedangkan bagi pemerintah, laporan keuangan digunakan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan untuk menyusun statistik pendapatan nasional (Ghozali, 2011). Laporan keuangan dapat juga digunakan untuk mengawasi kinerja
68
November 2013
manajer dan mencegah adanya manipulasi akuntansi untuk itu diperlukan pengungkapan yang lebih banyak tentang kondisi keuangan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan pada pihak luar yang dapat dituangkan dalam laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no.1 tentang pengungkapan kebijakan akuntansi menyebutkan bahwa laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (disajikan dalam berbagai cara, misalnya: sebagai laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Dalam perusahaan publik tentunya harus menyampaikan informasi keuangan (dalam hal ini laba perusahaan) kepada masyarakat melalui pasar modal. Laporan keuangan tidak hanya meliputi neraca, laporan laba rugi, perubahan posisi laporan keuangan, tetapi juga pengungkapan yang tidak diwajibkan mencakup profil perusahaan, informasi tentang komisaris dan direksi perusahaan, strategi dan kinerja perusahaan, prospek bisnis, informasi pegawai, tanggung jawab sosial, produk, informasi tata kelola perusahaan yang baik dan lain-lain. Dalam suatu kondisi, banyak juga perusahaan yang melakukan penyimpangan atas laporan keuangannya, dengan cara melakukan praktik manajemen laba (perataan laba) yang membuat laporan keuangannya menjadi lebih baik, dan terdapat kandungan rekayasa laporan keuangan di dalamnya, agar membuat para investor tertarik untuk melakukan penanaman dana di perusahaan tersebut, seperti yang
ISSN: 1410 -9875
akan kita lihat pada contoh kasus PT Kimia Farma. PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar danoverstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia
Lie Yung Yung
Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unitunit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut. Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar. Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru. Motivasi dalam melakukan penelitian ini adalah untuk melihat apa saja yang mempengaruhi faktor-faktor dalam melakukan manajemen laba. Di Saudi Arabia, penelitian mengenai faktor-faktor internal perusahaan yang mempengaruhi terjadinya manajemen laba dilakukan oleh Al-Abbas (2009) yang mencoba meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba dengan menggunakan 5 variabel independen seperti ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, jumlah komite audit, kepemilikan institusional, dan ukuran KAP. Peneliti akan menambahkan 2 variabel independen yaitu independensi auditor dan profitabilitas, karena peneliti ingin memperluas cakupan sampel penelitian dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan penambahan 2 variabel independen dalam penelitian ini, karena 2 variabel tersebut mengacu pada penelitian Guna dan Herawaty (2010) dan diduga bahwa independensi auditor dan profitabilitas mempengaruhi manajemen laba, karena secara langsung berhubungan dengan laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang diaudit. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory
70
November 2013
Menurut Indriastuti (2012), teori agensi mengasumsikan bahwa CEO (agen) memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal. Hal ini dikarenakan prinsipal tidak dapat mengamati kegiatan yang dilakukan agen secara terus-menerus dan berkala. Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Situasi inilah yang disebut asimetri informasi. Konflik inilah yang kemudian dapat memicu biaya agensi. Pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau selfinterested behavior (Rachmawati dan Triatmoko 2007). Watts & Zimmerman (1986) dalam Herawaty (2008) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. Dalam agensi teori juga menganalisa dampak dari konflik antara manajer dengan pemegang klaim perusahaan dan konflik antara pemegang klaim terhadap isu yang
ISSN: 1410 -9875
berhubungan untuk mengoptimalkan tingkatan investasi dan pengurangan risiko dari perusahaan. Manajemen Laba Manajemen laba merupakan setiap tindakan manajemen yang dapat mempengaruhi angka laba yang dilaporkan. Setiawati (2002) dalam Guna dan Herawaty (2010) menyatakan manajemen laba sebagai campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan menggunakan proksi Discretionary Accrual (DA) yang diukur dengan menggunakan model Jones (1991) dalam Guna dan Herawaty (2010). Davidson (1987) dalam Schipper (1989) dalam Meutia (2004) yang dikutip dari Guna dan Herawaty (2010) menyatakan manajemen laba sebagai proses dilakukannya langkah-langkah yang disengaja dalam batasan prinsip-prinsip akuntansi untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan. Healy dan Wahlenn (1999) dalam Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pemegang saham dalam menilai prestasi ekonomi yang dicapai oleh perusahaan. Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual
Lie Yung Yung
dalam penyusunan laporan keuangan. Manajemen laba timbul sebagai dampak dari penggunaan akuntansi sebagai salah satu alat komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dan kelemahan inheren yang ada pada akuntansi yang menyebabkan adanya judgement, yang dikutip oleh Setiawati (2002) dalam Guna dan Herawaty (2010). Discretionary accrual adalah komponen akrual yang memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan sehingga tidak mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan yang sesungguhnya. De Angelo (1986) dalam Meutia (2004) yang dikutip dalam Guna dan Herawaty (2010) menyatakan konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen non-discretionary dan discretionary. Komponen discretionary accruals merupakan bagian dari akrual yang memungkinkan manajer melakukan intervensinya dalam memanipulasi laba perusahaan. Hal ini disebabkan karena manajer memiliki kemampuan untuk mengontrolnya dalam jangka pendek. Komponen discretionary accruals diantaranya terdiri dari penilaian utang, pengakuan biaya garansi (future warranty expense) dan aset modal (capitalization assets). Sedangkan komponen non-discretionary accruals ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diawasi oleh manajer. Informasi laba menjadi bagian dari laporan keuangan yang dianggap paling penting, karena informasi tersebut secara umum dipandang sebagai representasi kinerja manajemen pada periode tertentu. Handayani dan Agustono (2009) menjabarkan pentingnya informasi laba bagi pihak-pihak yang
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
berkepentingan, pertama karena laba dijadikan dasar perusahaan dalam mentukan kebijakan dividen. Kedua, laba merupakan dasar dalam memperhitungkan kewajiban perpajakan perusahaan. Ketiga, laba dipandang sebagai petunjuk dalam menentukan arah investasi dan pembuat keputusan ekonomi. Keempat, laba diyakini sebagai sarana prediksi yang membantu dalam memprediksi laba dan kejadian ekonomi di masa mendatang, dan kelima, laba dijadikan pedoman dalam mengukur kinerja manajemen. Menurut Hendrikson dan Breda (1992) dalam Kustono (2009), perataan laba lebih bersifat menutupi informasi yang sebenarnya harus diungkapkan. Variabilitas aktivitas perusahaan berusaha untuk disembunyikan dan diperhalus, sehingga informasi yang disajikannya pun tidak mengungkapkan yang sebenarnya terjadi. Manajemen perusahaan bisa memanfaatkan akuntansi akrual untuk alasan tertentu yang bersifat oportunistik, dengan demikian tindakan manajemen laba (earnings management) lebih ditujukan pada usaha untuk memeroleh bonus dan kompensasi lainnya, memengaruhi keputusan pasar modal, menghindari pelanggaran perjanjian hutang dan menghindari biaya politik. Motivasi yang mendorong manajemen melakukan manajemen laba melalui penerapan akuntansi berbasis akrual menurut Healy dan Wahlen (2000) (dalam Widyastuti, 2007) dapat dilihat dari tiga perspektif motivasi pasar modal, motivasi kontrak dan motivasi regulasi. Beneish (2001) dalam Baharuddin dan Heru (2008) berpendapat bahwa terdapat tiga pendekatan yang digunakan oleh para
72
November 2013
peneliti dalam menilai keberadaan manajemen laba. Pendekatan pertama mempelajari aggregate accruals dan menggunakan model regresi untuk menghitung expected dan unexpected accruals. Pendekatan kedua memfokuskan pada specific accruals, seperti provisi untuk bad debt atau pada accruals dalam sector yang spesifik, seperti cadangan claim loss dalam industry asuransi. Pendekatan ketiga meneliti diskontinuitas dalam distribusi laba. Penelitian-penelitian yang ada dan yang mengacu pada teori akuntansi positif telah berusaha untuk menjelaskan hubungan antara variabelvariabel khusus perusahaan atau faktor-faktor ekonomi tertentu dan pemilihan akan suatu metode akuntansi. Penelitian-penelitian dimaksud menggunakan pendekatan pengukuran dengan dua metode, yaitu (1) pilihan metode akuntansi dan (2) metode akrual. Mereka yang menggunakan pendekatan pilihan metode akuntansi biasanya mengujinya dengan analisis multivariat. Sumbangan yang diperoleh dari penelitian-penelitian dimaksud sangat beragam dan meliputi penemuan atau penjelasan akan bentuk-bentuk sistematik dalam pilihan metode akuntansi, pengakuan akan pentingnya biayabiaya kontrak untuk akuntansi, dan ketentuan akan landasan untuk pemahaman pilihan-pilihan akuntansi (Gumanti 2000). Ukuran Dewan Komisaris dengan Manajemen Laba Zimmermann (2003) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance.
ISSN: 1410 -9875
Hal ini diperkuat oleh pendapat Allen dan Gale (2000) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme governance yang penting. Mereka juga meyakinkan bahwa dewan komisaris yang ukurannya besar kurang efektif daripada dewan yang ukurannya kecil. Penelitian yang dilakukan Beaslley (1996) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) juga menyimpulkan bahwa dewan komisaris yang berukuran kecil akan lebih efektif dalam melakukan tindakan pengawasan dibandingkan dewan komisaris berukuran besar. Ukuran dewan komisaris yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam komunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan. Ha1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Manajemen Laba Surat Edaran No. 9/12/DPNP tentang GCG di bank, mengharuskan tiap bank memiliki 50% anggota komisaris independen dari jumlah total anggota dewan komisaris. Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi antara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris Independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Peasnell et al. (1998) dalam Indriastuti (2012) menemukan
Lie Yung Yung
bahwa keberadaan komisaris independen membatasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Temuan ini didukung oleh Wedari (2004) dan Nasution dan Setiawan (2007) dalam Indriastuti (2012) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Ha2: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba Komite Audit dengan Manajemen Laba Komite audit menurut Kep. 29/PM/2004 merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit yang dibentuk oleh suatu perusahaan berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Selain itu, keberadaan komite audit juga berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan (Mayangsari 2004) dalam Guna dan Herawaty (2010). Tujuan dari keberadaan komite audit di perusahaan seperti yang diungkapkan dalam Susiana dan Herawaty (2007) adalah memberikan kepastian bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta disajikan secara wajar dan tidak menyesatkan, memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan telah memadai, dan melakukan pengawasan dan menindaklanjuti
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
kemungkinan penyimpangan material dalam bidang keuangan dan implikasi hukumnya, serta memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor eksternal yang akan melakukan audit di perusahaan. Ha3: Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba Kepemilikan Institusional dengan Manajemen Laba Boediono (2005) dalam Indriastuti (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Midiastuty dan Machfoedz (2003) dalam Indriastuti (2012) menemukan bahwa kepemilikan institusional berhubungan negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Cornett et al. (2006) dalam Indriastuti (2012) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Veronica dan Utama (2005) dalam Indriastuti (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dapat meminimalisir earnings management tergantung pada tingkat kecanggihan investor tersebut. Hasil ini didukung oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007)
74
November 2013
menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusional dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan earnings management. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Ha4: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba Ukuran KAP dengan Manajemen Laba Banyaknya penelitian sebelumnya telah menguji hubungan antara ukuran KAP dan manajemen laba. Bauwhede (2003) dalam Al-Abbas (2009) menemukan bahwa ukuran KAP secara negatif mempengaruhi manajemen laba dan ukuran KAP yang lebih besar, lebih kompeten dan independen daripada ukuran KAP yang kecil. Ukuran KAP diasumsikan akan berpengaruh terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditornya. Ukuran KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditornya sering dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif dibandingkan KAP non Big Four, maka dari uraian diatas dapat disimpulkan KAP non Big Four
ISSN: 1410 -9875
cenderung dapat melakukan manajemen laba (Guna dan Herawaty 2010). Ha5: Ukuran KAP berpengaruh terhadap manajemen laba Independensi Auditor dengan Manajemen Laba Independensi auditor akan berdampak terhadap pendeteksian manajemen laba. Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Independensi auditor dinilai dari lamanya penugasan auditor tersebut di perusahaan yang sama. Semakin lama auditor melaksanakan audit pada suatu perusahaan, maka auditor dianggap tidak independen dan cenderung memiliki kemungkinan untuk melakukan praktik manajemen laba (Guna dan Arleen 2010). Ha6: Independensi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba Profitabilitas dengan Manajemen Laba Profitabilitas diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal pada perusahaan tersebut. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara modal yang dicapai dengan laba operasi. Oleh karena itu keuntungan yang besar bukan ukuran bahwa perusahaan-perusahaan tersebut rendabel. Profitabilitas juga digunakan untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya, dari uraian tersebut dapat disimpulkan, profitabilitas yang semakin besar dapat memiliki kecenderungan
Lie Yung Yung
melakukan praktik manajemen laba, meskipun belum tentu dilakukan (Atarwaman 2011). Ha7: Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba METODA PENELITIAN Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kausalitas yang menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, independensi auditor dan profitabilitas. Variabel dependennya adalah manajemen laba. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, yang dipilih berdasarkan kriteria perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian, menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya. Adapun kriteria yang digunakan berkaitan dengan manajemen laba adalah: 1.
2.
3.
Perusahaan manufaktur yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 hingga 2012. Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang disajikan dalam mata uang Rupiah. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba berturut-
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
4.
turut selama periode penelitian. Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah diaudit oleh auditor independen dengan menggunakan tahun buku yang berakhir tanggal 31 Desember.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Manajemen Laba Variabel dependen diwakili oleh manajemen laba yang menggunakan rumus discretionary accruals yang digunakan sebagai proksi manajemen laba dalam penelitian ini merupakan modifikasi cross sectional, yang dapat mendeteksi manajemen laba secara konsisten. Menurut Guna dan Herawaty (2010) rumus yang digunakan untuk menentukan nilai total accruals untuk sampel perusahaan yang terpilih dengan pendekatan cash flow adalah sebagai berikut: TAit = NIt - OCFt Keterangan: TAit: Total Accruals pada periode t NIt: Laba bersih operasi (net operating income) periode t OCFt: Aliran kas dari aktivitas operasi (operating cash flow) pada periode t Setelah diperoleh nilai total accruals, dilakukan regresi untuk memperoleh angka koefisien α1, α2, dan α3 dengan variable dependen total accruals dan variabel independen adalah total aset tahun sebelumnya (t-1) dirumuskan sebagai berikut: TAit/Ait-1 = α1(1/Ait-1) + α2(∆REVit/ Ait1) + α3(PPEit/ Ait-1) + έit
76
November 2013
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals: NDAit = α1(1/Ait-1) + α2(∆REVit/ Ait-1) + α3(PPEit/ Ait-1) Langkah selanjutnya adalah mencari nilai dari discretionary accruals dengan mengurangi nilai TAit dengan nilai NDAit. DAit= TAit/Ait-1 - NDAit Keterangan: DAit : Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t TAit/Ait-1 : Total Accruals perusahaan i pada tahun t NDAit : Nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t Ait-1 : Total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir periode t-1 ∆REVit : Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t1 le tahun t PPEit : Aset tetap (gross property plant and equipment) έit : Sampel error perusahaan i pada periode t Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Bainer et al, 2003 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007). Dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen, dan memberikan nasehat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Ukuran dewan komisaris
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan.
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka 2007)
Proporsi Dewan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan Anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan PRO � Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan Komite Audit Komite Audit menurut Kep. 29/PM/2004 merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator jumlah anggota komite audit, menurut dalam Guna dan Herawaty (2010).
INST �
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking (Siregar dan Utama 2005 dalam Guna dan Herawaty 2010). Kepemilikan institusional diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki investor institusional dibandingkan dengan total saham perusahaan.
Jumlah saham yang dimiliki investor institusi Total modal saham perusahaan yang beredar
Ukuran KAP Ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik) berarti bentuk kepemilikan dari kantor akuntan yang mana saat ini secara global dikelompokkan sebagai KAP Big Four dan KAP Non Big Four. Ukuran Kantor Akuntan Publik menggunakan variable dummy dimana nilai 1 untuk KAP Big Four dan nilai 0 untuk KAP Non Big Four, dengan menggunakan skala nominal. Independensi Auditor Independensi Auditor melalui proksi lama penugasan audit diukur menggunakan skala nominal dengan variabel dummy. Angka 1 digunakan
untuk mewakili perusahaan yang menggunakan auditor yang sama dalam 3 tahun, yang berarti tidak memiliki sikap independen. Angka 0 digunakan untuk perusahaan yang mengganti auditornya dalam waktu kurang dari 3 tahun, yang berarti memiliki sikap independen. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan skala rasio Return on Assets (ROA) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap total aset
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
(Guna dan Herawaty, 2010) yang dirumuskan sebagaiberikut:
November 2013
ROA �
���� ������ ������� ����� ����� ����
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Statistik Deskriptif N
Minimum
DAC 260 0.0004 UkKom 260 2 ProDKI 260 0.2000 KomAud 260 2 INST 260 0.0371 UkKAP 260 0 InAud 260 0 P 260 0.0005 Sumber : Pengelolaan data dari SPSS Tabel diatas menunjukkan bahwa total observasi adalah 260 data, dan hasilnya sebagai berikut: 1. Variabel discretionary accruals memiliki nilai terendah (minimum) 0.0004 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0.4568. Nilai rata-rata(mean) sebesar 0.070100 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.0747446. 2. Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai terendah (minimum) 2 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 12. Nilai rata-rata(mean) sebesar 4.40 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 2.000. 3. Variabel proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai terendah (minimum) 0.2000 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 0.8000. Nilai ratarata(mean) sebesar 0.395433 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.1119456. 4. Variabel komite audit memiliki nilai terendah (minimum) 2
78
Maximum 0.4568 12 0.8000 5 1.0000 1 1 15.4777 versi 19
5.
6.
7.
8.
Mean 0.070100 4.40 0.395433 3.16 0.699945 0.43 0.57 0.169626
Std. Deviation 0.0747446 2.000 0.1119456 0.524 0.1958311 0.496 0.496 0.9577824
dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 5. Nilai ratarata(mean) sebesar 3.16 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.524. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai terendah (minimum) 0.371 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 1.0000. Nilai rata-rata(mean) sebesar 0.699945 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.1958311. Variabel ukuran KAP memiliki nilai terendah (minimum) 0 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 1. Nilai ratarata(mean) sebesar 0.43 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.496. Variabel independensi auditor memiliki nilai terendah (minimum) 0 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar1. Nilai rata-rata(mean) sebesar 0.57 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.496. Variabel profitabilitas memiliki nilai terendah (minimum)
ISSN: 1410 -9875
0.0005 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 15.4777. Nilai rata-rata (mean) sebesar
Lie Yung Yung
0.169626 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.9577824.
Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Hasil Uji Normalitas Data
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 260 0.0000000 0.07391924 0.159 0.159 -0.134 2.574 0.000
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19 Hasil dari uji normalitas menunjukan bahwa asymp. Sig berada di bawah 0.05 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Uji Outlier Hasil uji outlier dapat dilihat dari tabel berikut: Hasil Uji Outlier
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Unstandardized Residual 189 0.0000000 0.59634098 0.112 0.112 -0.077 1.538 0.018
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19 Hasil dari uji outlier memdaripada 0.05, maka untuk peniliki hasil data yang juga tidak bergujian berikutnya tetap memakai distribusi normal. Data dapat data awal yaitu 260 perusahaan. dilihat dari nilai asymp. Sig. bernilai 0.018, yang masih lebih kecil
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Uji Multikolinearitas Hasil dari uji multikolinearitas ditunjukkan dalam tabel 4.5 di bawah ini: Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan UkKom
0.705
1.419
Tidak terjadi multikolinearitas
ProDKI
0.944
1.059
Tidak terjadi multikolinearitas
KomAud
0.885
1.130
Tidak terjadi multikolinearitas
INST
0.916
1.092
Tidak terjadi multikolinearitas
UkKAP
0.704
1.421
Tidak terjadi multikolinearitas
InAud
0.960
1.041
Tidak terjadi multikolinearitas
P
0.944
1.059
Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Pengolalaan data dari SPSS versi 19 Uji Autokorelasi Dalam penelitian ini untuk pengujian autokorelasi menggunakan bruesch-godfrey atau langrange multiplier dikarenakan
jumlah data dalam penelitian ini lebih dari 100 data. Hasil uji bruesch-godfrey atau langrange multiplier ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Hasil Uji Bruesch-Godfrey Model Sig Res_2 0.013 Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19 Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa koefisien parameter untuk residual lag 2 atau res_2 memiliki nilai signifikan kurang dari 0.05 dan hal ini menunjukkan bahwa terjadi autokorelasi dalam model regresi.
80
Uji Heteroskedastisitas Dalam penelitian ini untuk pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji glejser. Hasil uji glejser ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
Hasil Uji Glejser Sig UkKom 0.078 Tidak ProDKI 0.070 Tidak KomAud 0.129 Tidak INST 0.064 Tidak UkKap 0.076 Tidak InAud 0.403 Tidak P 0.476 Tidak Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19 Hasil dari uji glejser menunjukan bahwa nilai sig pada seluruh variabel menunjukkan angka lebih dari 0.05 yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada seluruh variabel.
Keterangan terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi
heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas heteroskedastisitas
Uji Analisa Korelasi (R) Hasil dari uji analisa korelasi yang telah dilakukan peneliti, ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:
Hasil Uji Analisis Korelasi (Uji R) Adjusted Model R R.Square R Square Std. Error of the Estimate a 1 0.252 0.063 0.037 0.05086 Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19 Nilai dari koefisien korelasi (R) bernilai 0.252. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang lemah (rendah) antara variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran KAP, independensi auditor, dan
profitabilitas dengan variabel dependen yaitu manajemen laba. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) Hasil dari uji koefisien determinasi (adjusted r-square) yang telah dilakukan peneliti, ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) Std .Error of the Model R Square Adjusted REstimate Square 1 0.063 0.037 0.05086 Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19 Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai adjusted rsquare bernilai 0.037 Dari hasil ter-
sebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa besarnya variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
penelitian ini adalah sebesar 3.7%, sedangkan variasi sebesar 96.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini.
Model
Sum of Squares
Uji F (ANOVA) Hasil uji F antara variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran KAP, independensi auditor, dan profitabilitas terhadap manajemen laba ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
Hasil Uji F (ANOVA) Mean df square
1 Regression 0.032 7 0.005 Residual 1.415 252 0.006 Total 1.447 259 Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19 Uji F menghasilkan nilai sebesar dengan tingkat signifikansi sebesar 0.581. Nilai tersebut berada diatas 0.05 sehingga menunjukkan bahwa
November 2013
F
Sig
0.581a
0.808
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan model tidak fit.
Hasil Uji t Unstandardized Co- Standardized efficients Coefficients Model 1 (constant) UkKom ProDKI KomAud INST UkKAP InAud P
B 0.087
Std. Error 0.038
Beta
0.000
0.003
-0.013
-0.172
-0.032
0.043
-0.048
-0.753
-0.009
0.009
-0.063
-0.958
0.026
0.025
0.069
1.066
0.015
0.011
0.098
1.318
0.003
0.010
0.019
0.297
-0.002
0.005
-0.021
-0.332
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
82
T 2.294
Sig. 0.02 3 0.86 4 0.45 2 0.33 9 0.28 8 0.18 9 0.76 7 0.74 0
ISSN: 1410 -9875
Dari hasil uji t di atas, maka persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut: DAC = 0.087 – 0.000UkKom – 0.032ProDKI – 0.009KomAud + 0.026INST + 0.015UkKAP + 0.003InAud ‐ 0.002P + ε Nilai konstanta sebesar 0.074, menunjukkan apabila nilai dari variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran KAP, independensi auditor, dan profitabilitas adalah konstan maka manajemen laba akan meningkat sebesar 0.087. Nilai signifikan ukuran dewan komisaris sebesar 0.864 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi manajemen laba. Nilai signifikan proporsi dewan komisaris independen sebesar 0.452 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak mempengaruhi manajemen laba. Nilai signifikan komite audit sebesar 0.339 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa komite audit tidak mempengaruhi manajemen laba. Nilai signifikan kepemilikan institusional sebesar 0.288 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi manajemen laba. Nilai signifikan ukuran KAP sebesar 0.189 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa ukuran KAP tidak mempengaruhi manajemen laba.
Lie Yung Yung
Nilai signifikan independensi auditor sebesar 0.767 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa independensi auditor tidak mempengaruhi manajemen laba. Nilai signifikan profitabilitas sebesar 0.740 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi manajemen laba. PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris apakah ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran KAP, independensi auditor, dan profitabilitas mempengaruhi manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007). 2. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Indriastuti (2012) dan Ujiyantho dan Pramuka (2007). 3. Komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010), tetapi hasil penelitian ini sama dengan penelitian Susiana dan
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
4.
5.
6.
7.
Herawaty (2007) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Indriastuty (2012) dan Susiana dan Herawaty (2007). Ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Al-Abbas (2009). Independensi auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Atarwaman (2011).
Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan antara lain: 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitiannya sehingga objek penelitian belum mencakup keseluruhan jenis perusahaan yang ada.
84
2.
3. 4. 5.
November 2013
Penelitian ini hanya menggunakan rentang waktu yang relatif singkat yaitu selama 4 tahun, dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Data yang dihasilkan dari pengujian didapatkan data yang tidak normal. Terjadi autokorelasi dalam penelitian ini. Dalam uji F (anova) data yang ditunjukkan masih tidak fit (bernilai di atas 0.05
Rekomendasi Rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitianpenelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Memperluas objek penelitian sampai mencakup seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. 2. Memperpanjang tahun penelitian sehingga observasi menjadi lebih lama, misalnya 7 tahun, untuk melihat kecenderungan kondisi perusahaan-perusahaan yang terjadi dalam jangka panjang. 3. Menambahkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat berpengaruh terhadap manajemen laba, seperti kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, dan leverage.
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
DAFTAR REFERENSI Al-Abbas, Mohammed A. 2009. “Corporate Governance and Earnings Management: An Empirical study of the Saudi Market”. The Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 15 No. 1, September 2009. Atarwaman, Rita J.D. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Praktik Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage, Volume 2, nomor 2, 19 Februari 2011. Baharuddin, Ishar, dan Heru Satyanugraha. 2008. Praktik Earnings Management Perusahaan Publik Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 10, No. 2, Agustus 2008, Hlm 69-80. Belkaoui. 2000. “Accounting Theory”. Third Edition, University of Illions, USA. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS (cetakan keempat) Gumanti, Tatang A. 2000. Earnings Management : Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.2, No.2, November 2000 : 104-115 Guna, Welvin I, dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 1, April 2010, hlm. 53-68. Handayani, RR. Sri, dan Agustono Dwi Rachyadi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11 No. 1, April 2009, hlm. 33-56. Herawaty, A, dan Susiana. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November 2008: 97-108. Indahningrum, Rizka P, dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No.3, Desember 2009. Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Tahun 2009 sampai 2012 Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama.
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Indriastuti, Maya. 2012. Analisis Kualitas Auditor dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi, Vol. 4 No. 2, Agustus 2012. Kuldeep, Shastri, J. Fread Weston, Thomas E. Copeland. 2009. Financial Theory and corporate policy. 4th ed. Kustono, Alwan S. 2009. Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Risiko Spesifik,dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002–2006. Jurnal Ekonomi Bisnis No.3, Nopember 2009. Nurkholis, Indriani. 2002. Manfaat dan Fungsi Komite Audit Dalam Mewujudkan Tata Pengelolaan Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance): Persepsi Manajemen Perusahaan Go Public. TEMA, volume III, nomor 1, Maret 2002. Pramuka, Bambang Agus, dan Muh.Arief Ujiyantho. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. Sularto, Lana, dan Ardi Murdoko Sudarmadji. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil), Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007. Widyastuti, Tri. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Manajemen Laba dan Dampaknya pada Return Saham. Akuntabilitas, September 2007, Hal 38-44, Vol.7, No.1 http://kamusbisnis.com/arti/komite-audit/ http://www.idx.co.id/
86
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 87-100
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA LILLY NILAWATI STIE Trisakti
[email protected] Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis opini audit, ukuran kantor akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, debt to total asset, dan rasio hutang terhadap ekuitas pada keterlambatan laporan audit di Bursa Efek Indonesia. Sampel dari penelitian ini adalah 59 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2011. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan model regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit, ukuran kantor akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan rasio hutang terhadap ekuitas berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan laporan audit. Di sisi lain, usia perusahaan dan debt to total asset tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan laporan audit. Kata Kunci: Keterlambatan Laporan Audit, opini audit, ukuran kantor akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, debt to total asset, dan rasio hutang terhadap ekuitas. Abstract: The purpose of this research is to analyze the audit opinion, accountant firm size, profitability, firm size, company’s age, debt to total asset, and debt to equity ratio on audit report lag in Indonesia Stock Exchange. The samples of this research are 59 listed manufacturing companies in the Indonesia Stock Exchange from 2009-2011. Data collected by using purposive sampling method. The hypothesis were tested by using multiple regression models. The result of this research show that audit opinion, accountant firm size, profitability, firm size, and debt to equity ratio have significant influence to audit report lag. On the other hand, company’s age and debt to total asset have no significant influence to audit report lag. Keywords: Audit report lag, audit opinion, accountant firm size, profitability, firm size, company’s age, debt to total asset, and debt to equity ratio.
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
PENDAHULUAN Pada era globalisasi, persaingan dunia usaha semakin besar sehingga mendorong perekonomian nasional dan internasional menuju perdagangan bebas dan memperbesar persaingan antar perusahaan. Untuk tetap bertahan dalam menghadapi tantangan yang ada maka pihak dari manajemen perusahaan harus berusaha untuk mendapatkan lebih banyak dana untuk mendanai kegiatan operasionalnya yang tidak hanya bisa didapatkan dengan mengandalkan sumber dana internal dan pinjaman yang berasal dari bank saja. Menurut Iskandar dan Trisnawati (2010), hampir semua perusahaan publik yang terdaftar di BEI pada tahun 2003 sampai 2009 telah menyampaikan laporan keuangan mereka secara tepat waktu. Sedangkan Prabandari dan Rustiana (2007) mengatakan bahwa rata-rata audit report lag di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2004 adalah 71,62 hari. Isu audit report lag akan berdampak pada opini yang diberikan oleh auditor. Semakin perusahaan menunda pempublikasian laporan keuangan kepada publik, maka opini yang didapatkan juga semakin buruk. Auditor memiliki tanggung jawab untuk memastikan apakah suatu perusahaan tersebut mampu bertahan dalam suatu periode tertentu. Pentingnya ketepatan waktu (timeliness) dalam penyampaian laporan keuangan diakui oleh beberapa pihak karena hal ini bukan hanya berpengaruh pada nilai dan kualitas laporan keuangan
88
November 2013
namun juga membawa reaksi yang negatif dari pasar. Dilema ini menyebabkan kemungkinan adanya reputasi auditor yang bisa saja jatuh karena terlalu lama mengeluarkan laporan keuangan yang telah diauditnya (Lianto dan Kusuma 2010). Dalam pemeriksaan laporan keuangan biasanya terdapat perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan keuangan auditor independen. Perbedaan waktu ini disebut audit report lag. Jika perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan keuangan auditor semakin panjang, maka akan memberikan dampak negatif. Waktu penyelesaian audit yang lama bisa mempengaruhi ketepatan waktu dalam mempublikasikan laporan audit. Keterlambatan waktu dalam mempublikasikan laporan audit akan berdampak pada tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipubliksikan. Keterlambatan ini juga akan mempengaruhi para investor. Mereka akan mempertanyakan mengapa terdapat perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen. Hal ini dapat membuktikan bahwa perusahaan yang bersangkutan tidak kompeten. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah auditor tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan dan laporan auditor independen kepada perusahaan dan publik. Peneliti juga ingin mengetahui seberapa besar pengaruh audit report lag yang terjadi pada perusahaan-perusahaan publik yang
ISSN: 1410 -9875
terdaftar di BEI. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterlambatan tersebut terjadi. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010) serta Lianto dan Kusuma (2010). Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai audit report lag sebagai variabel dependen yang berpengaruh dengan memasukkan opini audit dan ukuran kantor akuntan sebagai variabel independen (Iskandar dan Trisnawati 2010). Peneliti menambahkan variabel independen dari penelitian yang dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010) yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan. Hal ini disebabkan peneliti ingin mengetahui apakah profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi audit report lag. Selain itu peneliti juga menambahkan variabel independen debt to total asset dari penelitian yang dilakukan oleh Prabandari dan Rustiana (2007). Hal ini dikarenakan variabel debt to total asset mengindikasikan kesehatan perusahaan. Selain itu, peneliti juga menambahkan variabel independen debt to equity ratio dari penelitian yang dilakukan oleh Juanita dan Satwiko (2012). Peneliti tertarik untuk meneliti variabel ini karena debt to equity ratio berhubungan dengan pengaruh pada kekuatan perusahaan. Semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi pula modal. Hal ini juga akan menyebabkan tingginya kegagalan dalam membayar hutang (Juanita dan Satwiko 2012).
Lilly Nilawati
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal, hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (Yushita 2010). Teori keagenan adalah suatu kontrak dimana terdapat satu atau lebih principal (pemilik) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan aktivitas perusahaan dan jasa untuk kepentingan pemilik serta mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada para agen (Yeniati dan Destriana 2010). Auditing Konrath dalam Agoes (2012) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan menurut Agoes (2012), auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Hal ini bertujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Audit Report Lag Menurut Lianto dan Kusuma (2010), audit report lag adalah ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan diakui oleh berbagai pihak yang berkepentingan karena hal tersebut berpengaruh besar terhadap nilai kualitas laporan keuangan dan juga membawa reaksi yang negatif dari pasar. Menurut Iskandar dan Trinawati (2010), perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen mengindikasi tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini sering disebut audit report lag. Semakin panjang suatu audit report lag, maka akan memberikan dampak negatif. Opini Audit Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan audit adalah langkah terakhir dari keseluruhan proses audit (Arens 1991). Bagian
90
November 2013
terpenting yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Ukuran Kantor Akuntan Petronila (2007) mengatakan bahwa kalangan bisnis dan pengguna jasa akuntan publik mengelompokkan KAP menjadi dua yaitu: Big Four terdiri dari Hans, Tuanakotta & Mustofa berafiliasi internasional dengan Ernst & Young LLP, Siddharta Siddharta & Widjaja berafiliasi internasional dengan KPMG LLP, dan Hariyanto Sahari & Co berafiliasi internasional dengan Price–waterhouse Coopers LLP; dan non Big Four terdiri atas beberapa KAP nasional dengan afiliasi internasional misalnya Grant Thornton yang memiliki pendapatan lebih rendah dibanding Big Four dan KAP regional dan lokal yang memiliki satu atau beberapa kantor. Profitabilitas Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari kegiatan operasinya. Profitabilitas sering digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerjaperusahaan, dan diukur dengan menggunakan profitability ratio seperti Return on Asset (ROA). Dengan demikian ratio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi normal perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk operasi normal perusahaan (net operating assets) untuk menghasilkan keuntungan tersebut (Petronila 2007).
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan biasanya memiliki pengendalian internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Hal ini memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan (Juanita dan Satwiko 2012). Selain itu perusahaan juga memiliki sumber daya keuangan untuk membayar audit fee yang lebih besar guna mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat (Prabandari dan Rustiana 2007).
perusahaan dalam tingkat resiko yang tinggi (Prabandari dan Rustiana 2007).
Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan tersebut telah beroperasi. Tetapi kenyataannya umur perusahaan tidak pasti berapa lama. Asumsi ini berpengaruh terhadap prinsip penilaian atas pospos laporan keuangan misalnya aset. Asumsi ini tidak akan berlaku jika suatu entitas usaha didirikan dengan batasan umur yang telah ditetapkan. Lianto dan Kusuma (2010) mengatakan bahwa umur perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag. Semakin lama umur perusahaan akan semakin cepat jangka waktu pelaporan laporan keuangannya.
Hipotesis Ha1 : Terdapat pengaruh opini audit terhadap audit report lag. Ha2 : Terdapat pengaruh ukuran kantor akuntan terhadap audit report lag. Ha3 : Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap audit report lag. Ha4 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag. Ha5 : Terdapat pengaruh umur perusahaan terhadap audit report lag. Ha6 : Terdapat pengaruh debt to total asset terhadap audit report lag. Ha7 : Terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap audit report lag.
Debt to Total Asset Debt to assets ratio yang tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan keuangan. Biasanya perusahaan akan mengurangi resiko dengan memundurkan publikasi laporan keuangannya dan mengulur waktu dalam pekerjaan auditnya. Ini memberikan sinyal ke pasar bahwa
Debt to Equity Ratio Rasio financial leverage digunakan untuk mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Tingginya debt to equity ratio mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Semakin tinggi debt to eqity ratio berarti proporsi hutang semakin tinggi dalam modal (Juanita dan Satwiko 2012).
METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Kriteria seleksi sampel
November 2013
adalah:
Tabel 1 Hasil Seleksi Sampel Kriteria Seleksi Sampel Perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama periode 20092011. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam nilai mata uang Rupiah. Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya tidak berakhir pada tanggal 31 Desember. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki laporan auditor independen selama periode 2009-2011. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki earning after tax positif selama periode 2009-2011. Total data yang digunakan dalam penelitian.
Jumlah Perusahaan
Jumlah Data
120
360
(8)
(24)
(2)
(6)
(28)
(84)
(23)
(69)
59
177
Sumber: Hasil Pengumpulan Data Penelitian.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit report lag yaitu perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen. Variabel ini merupakan penutupan tahun buku hingga tanggal ditandatanganinya laporan audit atau tanggal opini (Iskandar dan Trisnawati 2010). Variabel Independen Dalam penelitian ini terdapat enam variabel independen yang akan diuji. Variabel tersebut adalah opini audit, ukuran kantor akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, debt to total asset, dan debt to equity ratio.
92
Pengukuran yang digunakan untuk masing-masing independen adalah sebagai berikut: Opini Audit Opini audit adalah pendapat yang diberikan auditor atas kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan. Pengukuran opini audit dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan skor. Nilai 0 untuk perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified. Nilai 1 untuk perusahaan yang mendapatkan opini unqualified (Iskandar dan Trisnawati 2007). Ukuran Kantor Akuntan Ukuran kantor akuntan adalah jenis KAP yang mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
(Iskandar dan Trisnawati 2007). Pengukuran ukuran kantor akuntan dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan kode (dummy variabel). Nilai 0 untuk KAP non-big four. Nilai 1 untuk KAP big four. Profitabilitas
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memanfaatkan aset yang ada untuk menghasilkan pendapatan. Variabel ini dihitung dengan menggunakan ROA (Lianto dan Kusuma 2010). Perhitungan profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
Ukuran Perusahaan Ukuran suatu perusahaan diukur berdasarkan jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan (Lianto dan Kusuma 2010). Perusahaan finansial biasanya mengumumkan laporan keuangan lebih cepat karena memiliki inventory yang sedikit. Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut: Size = Log (Total Aset) Umur Perusahaan Variabel ini dihitung menggunakan hari dari pertama kali perusahaan terdaftar di Bursa Efek Total Hutang E T Total Aktiva
Indonesia sampai dengan tahun pengamatan (Lianto dan Kusuma 2010). Semakin lama umur perusahaan maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat dan demikian sebaliknya. Debt to Total Asset Variabel ini diberikan simbol DEBT. DEBT yang tinggi atas suatu perusahaan akan menyebabkan kegagalan pada perusahaan tersebut. DEBT diukur dari perbandingan hutang dengan asset pada akhir tahun akuntansi. (Prabandari dan Rustiana 2007). Pengukuran rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio Variabel ini diberi simbol dengan DER. DER mempengaruhi kekuatan perusahaan. Debt to equity ratio diukur menggunakan Total Kewajib an E Total Modal
rumus rasio hutang terhadap modal (Juanita dan atwiko 2012). Pengukuran rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Metoda Analisis Data Model persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e Keterangan:
Y a b X1 X2 X3 X4
Audit Report Lag Nilai konstanta Koefisien regresi X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Opini Audit Ukuran Kantor Akuntan Profitabilitas Ukuran Perusahaan
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
X5 X6
Umur Perusahaan Debt to Total Asset
X7 e
November 2013
Debt to Equity Ratio Tingkat kesalahan atau error
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Statistik Deskriptif Tabel 2 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif Variabel ARL OPINI UKA PROFITABILITAS UKP UP DEBT DER
N 177 177 177 177 177 177 177 177
Minimum 31 0 0 ,0001 10,8311 365 ,0004 ,0010
Maximum 267 1 1 ,4500 14,6247 10950 ,8940 8,4405
Mean 74,40 ,41 ,51 ,1137 12,1270 6091,58 ,4036 ,9599
Std. Deviation 21,451 ,494 ,501 ,1002 ,7353 2192,748 ,1878 1,0090
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Uji Normalitas Data Residual Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Residual N Normal Parameters(a,b)
Unstandardized Residual 177 .0000000
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
20.34766178
Absolute
.182
Positive Negative
.182 -.105
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
2.422 1.019
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar
dari 0,05. Dari hasil pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Model 1
Collinearity Statistics Tolerance ,858 ,645
VIF 1,165 1,550
,787
1,271
UP
,654 ,850
1,528 1,176
DEBT
,376
2,661
DER
,392
2,553
OPINI UKA Profitabilitas UKP
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
94
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Dapat disimpulkan bahawa tersebut sehingga model regresi ini tidak terjadi multikolinearitas baik digunakan dalam penelitian. dalam variabel independen Uji Heteroskedastisitas Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Std. B Error 23.055 25.245 -1.784 2.754
Model
(Constant) OPINI
DTA DTE
t
Sig.
Beta .913 -.648
.362 .518
1.297
.196
4.154
3.203
-.053 .125
-21.970
14.158
-.132
-1.552
.123
UKA PROFITABILI TAS UKP UP
Standardized Coefficients
-1.261
2.113
-.056
-.597
.551
0.8744 15.885
.001 10.947
.011 .179
.135 1.451
.893 .149
-2.251
1.996
-.136
-1.127
.261
a Dependent Variable: ARES_1
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) OPINI UKA Profitabil i tas UKP UP DEBT DER RES 2
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t -.073 .048
Sig. .942 .962
.225
.822
-.002
.998
-2.259 .164
31.111 3.399
.870
3.862
.004 .022
-.004
1.780
.000
.337
2.608
.012
.129
.897
.000
.001
-.032
-.381
.704
-.565 -.058
13.673 2.463
-.005 -.003
-.041 -.023
.967 .981
.095
.079
.096
1.200
.232
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Uji autokorelasi ini menggunakan uji Bruesch-Godfrey. Dari tabel 4.6 diatas, nilai signifikan dari res_2 lebih besar
dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokolerasi dalam model regresi.
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Uji Hipotesis Analisis Koefisien Korelasi Tabel 7 Hasil Uji Analisis Koefisien Korelasi Model Summary(b) Model 1
R ,317(a)
R Square ,100
Adjusted R Square ,063
Std. Error of the Estimate 20,765
a Predictors: (Constant), DER, Profitabilitas, UKA, OPINI, UP, UKP, DEBT b Dependent Variable: ARL
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Tabel 4.7 menunjukkan nilai R adalah 0,317. Hasil uji koefisien korelasi ini di bawah 0,5 sehingga hubungan variabel dependen dengan variabel Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Berdasarkan tabel 4.7 diatas, nilai adjusted R2 adalah sebesar
0,063. Hal ini berarti kemampuan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sangat terbatas yaitu sebesar 6,3% dan sisanya 93,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan di dalam model penelitian ini.
Uji F Tabel 8 Hasil Uji F ANOVA(b)
Model 1
Regression Residual
Sum of Squares 8113,708 72868,812
Total
80982,520
Df 7 169
Mean Square 1159,101 431,176
F 2,688
Sig. ,012(a)
176
a Predictors: (Constant), DER, Profitabilitas, UKA, OPINI, UP, UKP, DEBT b Dependent Variable: ARL
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Dari tabel 4.9 diperoleh nilai sig. 0,012. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan model ini sudah tepat (fit) yang berarti model ini dapat menjelaskan pengaruh antara variabel independen (opini audit,
96
ukuran kantor akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, debt to total asset, dan debt to equity ratio) terhadap variabel dependen (audit report lag).
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Uji t Tabel 9 Hasil Uji t Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Variabel OPINI UKA PROFITABILITAS UKP UP DEBT DER
B -6,148 -5,233 2,093 -,420 ,002 27,724 -1,993
PENUTUP Opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Iskandar dan Trisnawati (2010), Kartika (2009 dan 2011), Sari (2011), dan Petronila (2010). Tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Venny dan Ubaidillah (2008), Che-Ahmad dan Abidin (2012), dan Wiwik (2006). Ukuran kantor akuntan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Prabandari dan Rustiana (2007), Petronila (2010), dan Subekti (2005). Sedangkan Iskandar dan Trisnawati (2010), Rachmawati (2008), dan Sari (2011) mengatakan bahwa ukuran kantor akuntan berpengaruh terhadap audit report lag. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Kartika (2009 dan 2011), Venny dan Ubaidillah (2008), dan Rachmawati (2008). Tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010),
Sig. ,074 ,180 ,246 ,873 ,045 ,043 ,422
Kesimpulan Ha1 Tidak Dapat Diterima Ha2 Tidak Dapat Diterima Ha3 Tidak Dapat Diterima Ha4 Tidak Dapat Diterima Ha5 Dapat Diterima Ha6 Dapat Diterima Ha7 Tidak Dapat Diterima Indriyani dan Supriyati (2012), dan Petronila (2010). Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Juanita dan Satwiko (2012), Prabandari dan Rustiana (2007), dan Santoso (2012). Hasil penelitian ini tidak didukung oleh Lianto dan Kusuma (2010), Aryati dan Theresia (2005), Indriyani dan Supriyati (2012), dan Utami (2006). Umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Lianto dan Kusuma (2010), Petronila (2007), dan OwushuAnsah dalam Petronila (2007). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Courtis dalam Petronila (2007) mengatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Debt to total asset berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Ho dan Geum (2008) dan CheAhmad dan Abidin (2008). Penelitian yang dilakukan oleh Prabandari dan Rustiana (2010), Trisnawati dan Charistine (2008) mengatakan hal yang sebaliknya. Yaacob dan Che-Ahmad (2012) juga
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
mengatakan bahwa debt to total asset tidak terdapat pengaruh terhadap audit report lag. Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Che-Ahmad dan Abidin (2008), Juanita dan Satwiko (2012), Santoso (2012), dan Anissa (2004). Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ho dan Geum (2008), Ahmad dan Kamarudin (2001), dan Utami (2006). Keterbatasan penelitian sebagai berikut: . Periode yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya tiga tahun yaitu tahun 2009, 2010, dan 2011 . . Data yang digunakan di dalam penelitian ini terbatas yaitu hanya perusahaan manufaktur saja. . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya 7 variabel saja yaitu opini audit,
November 2013
ukuran kantor akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, debt to total asset, dan debt to equity ratio. Adapun rekomendasi penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah periode penelitian untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan optimal. 2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia agar mendapatkan data yang lebih akurat. 3. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat menguji faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap audit report lag. Misalnya kontijensi, pos-pos luar biasa, reputasi auditor, dan internal auditor.
REFERENSI Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ahmad, Hamzah, M. Nisarul Alim, dan Imam Subekti. 2005. Pengujian Empiris Audit Report Lag Menggunakan Client Cycle Time dan Firm Cycle Time. Simposium Nasional Akuntansi VIII, hlm. 941-954. Anissa, Nur. 2004. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Kajian atas Kinerja Manajemen, Kualitas Auditor, dan Opini Audit. Balance, Vol. 1, No. 2, hlm. 42-53. Arens, Alvin A., James K. Loebbecke. 1991. Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta: Salemba Empat. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2012. Auditing and Assurance Services. Pearson. Aryati, Titik dan Maria Theresia. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 5, No. 3, hlm. 271-287. Che-Ahmad, Ayoib dan Shamharir Abidin. 2008. Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia. International Business Research, Vol. 1, No. 4, hlm. 32-39.
98
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Harahap, Sofyan Safri. 1991. Auditing Kontemporer. Cetakan pertama. Erlangga. Ho, Young Lee dan Geum-Joo Jahng. 2008. Determinants of Audit Report Lag: Evidence from Korea – An Examination of Auditor-Related Factors. The Journal of Applied Business Research, Vol. 24, No. 2, hlm. 27-44. Indriyani, Rosmawati Endang dan Supriyati. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Malaysia. The Indonesian Accounting Review, Vol. 2, No. 2, hlm. 185-202. Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, hlm. 175-186 Juanita, Greta dan Rutji Satwiko. 2012. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Kepemilikan, Laba Rugi, Profitabilitas dan Solvabilitas terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 1, hlm. 31-40. Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 16, No. 1, hlm. 1-17. Kartika, Andi. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan Manufaktur yang Terdapat di BEI. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 2, hlm. 152-171. Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, hlm. 97-106. Mohamad, Marzina, Wan Mohammad Taufik Wan Abdullah, dan Mohamad Sakarnor Deris. 2012. Audit Delay in Local Authorities: An Exploratory Study in Kedah, Perak, and Klantan. IPEDR, Vol. 38, hlm. 175-179. Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba Empat. Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan Umur perusahaan atas Audit Delay. Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2, hlm. 129-141. Prabandari, Jeane Deart Meity dan Rustiana. 2007. Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ). Kinerja, Vol. 11, No. 1, hlm. 27-39. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, hlm. 1-10. Santoso, Felisiane Kurnia. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan di Sektor Keuangan. Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 2, hlm. 89-95.
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Shultoni, Moch. 2012. Determinant of Audit Delay and Associated With Investor Reaction Supervisor. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis, Vol. 1, No. 1, hlm. 55-71. Sunarto. 2009. Teori Keagenan dan Manajemen Laba. Kajian Akuntansi, Vol. 1, No. 1, hlm. 13-28. Trisnawati, Estralita dan Charistine. 2008. Pengaruh Opini Audit, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran KAP Terhadap Audit Delay. Jurnal Akuntansi, Vol. 8, hlm. 107-126. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta. BULETIN Penelitian, No. 09, hlm. 19-31. Venny, M. G. C. N. dan Ubaidillah. 2008. Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Studi Kasus: Bapepam Tahun 2005. Akuntablitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, hlm. 126-140. Wahyudi, Hendro dan Aida Ainul Mardiyah. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi 9, hlm. 1-26. Yacoob, Najihah Martha dan Ayoib Che-Ahmad. 2012. Adoption of FRS 138 and Audit Delay in Malaysia. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No. 1, hlm. 167-176. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, hlm. 1-28. Yushita, Amanita Novi. 2010. Earnings Management dalam Hubungan Keagenan, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII, No. 1, hlm. 53-62.
100
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 101-114
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE EFFECT OF INDEPENDENT COMMISSIONER, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, MANAGERIAL OWNERSHIP AND UNEXPECTED EARNING TO BOND YIELD WITH BOND RATING AS INTERVENING VARIABLE ON COMPANIES RATED BY PEFINDO
MAHMUDIN MUSLIM STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract : The purpose of this research is analyze empirically the effect of independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership and unexpected earning toward bond yield directly and indirectly by using bond rating as intervening variable. Sample of this research are drawn in purposive sampling method. The sample is all bonds that rated by PEFINDO and listed in Indonesia Stock Exchange from 2007-2011. The research method is using path analysis that will process with SPSS statistics program. Direct and indirect analysis will be examined in this research. The result of this research indicates that institutional ownership and unexpected earning have effect to bond yield but found no empirical evidence about the effect of bond rating to bond yield and also find no intervening effect from all variables to bond yield through bond rating. Keywords: Bond yield, independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership, unexpected earning, bond rating, intervening variable, path analysis Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership and unexpected earning toward bond yield secara langsung dan tidak langsung dengan menggunakan bond rating as intervening variable. Penelitian ini menggunakan Path Analysis. Sampel penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20042011. Temuan pada penelitian ini mengindikasikan bahwa institutional ownership dan unexpected earning mempunyai pengaruh terhadap bond yield, akan tetapi tidak terdapat pengaruh bond rating to bond yield dan juga tidak terdapat intervening effect dari semua variabel terhadap to bond yield melalui bond rating. Kata kunci : independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership and unexpected earning toward bond yield
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
INTRODUCTION After the nice survival from the hit of 2008 Europe and United States of America crisis, the capital market of Indonesia are continuing grow in such impresive moves. The primary and secondary market of debt instrument in Indonesia have been experiencing a significant growth. The indicator of the growth can be seen in terms of the raising of volume and frequency of market transaction, the increasing number of bond issuance, and a significant increasing demand of debt instruments from local and foreign investors (Indonesia Bond Market Directory,2011). There were several matters happen in bond market eventhough the economic condition is in good atmosphere. In 2009 afterwards the phenomenon of bond default (default risk) occurred at a company that is quite popular to public such as PT.Mobile-8 Telecom, Bakrie Telecom and Berlian Laju Tanker. In accordance of the default, Bakrie Telecom and Berlian Laju tanker suffer downgrade credit rating and suspension from Indonesia Capital Market. Bond is a long term debt instrument used by business and government to raise large sums of money, generally from diverse group of lenders (Gitman and Zutter 2012, 35). When investor decides to invest in debt, they must be considering the return they will get so that they have to choose which one from varied characteristics bond traded. The return received by investor for investing in bond called the bond yield. Normally an inverse
102
November 2013
relationship exists between the quality of a bond and the rate of return: high-quality (high-rated) bonds provide lower returns (yield) than lower quality (lower-rated) bonds. This reflected the lender’s risk-return trade-off. One way to get bond information, recommendation and for comparison is come from the bond rating announcement. Bond rating essentially determined by the probability that the firm will not be able to meet its debt obligation and issued by independent rating institution. In this research is using ranked from Pefindo that was established through the iniative of BAPEPAM (the capital market supervisory board). Pefindo is the market leading in credit rating agency in Indonesia. Rating methodology used by Pefindo in general consist of three main risk assessment, industry risk, financial risk and business risk. In this research is focus mainly in business (management aspect) risk, which is seen from the corporate governance implemented and financial risk factors. Three major elements of corporate governance is the board structure, ownership structure, and financial transparency and disclosure. So that in this research is aiming to analyze empirically the effect of independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership and unexpected earning toward bond yield directly and indirectly by using bond rating as intervening variable. The benefit for company in accordance to this research is to provide information from bond rating for company whether
ISSN: 1410 -9875
independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership, and unexpected earning are really affect their credit rating and yields, because the lower the risk the lower the cost they have to pay. For investor can be wise and know one of the ingredients of investment grade bonds is come from good corporate governance that make the company have good fundamental. Good fundamental is the basic foundation in building a success company and also honest disclosure of earning information. This research was prepared by the following sequence, first is introduction about research background, research problem, research objectives and benefits, and systematical review. Second is theoretical framework and hypothesis development, including previous research and research model. Third is research method about sampling method and data collecting technique, variables operational definition and measurement. Fourth is analysis and discussion about the research result. Fifth is closing that contains conclusion, research limitation, and recommendation for the next researcher. THEORITICAL FRAMEWORK AND HYPOTHESIS DEVELOPMENT Agency Theory Agency problem tend to occur in business organization because ownership and management control are often separate (Keown et al. 2005, 564) and also trigger asymetri information between them. Firm is a legal fiction as of contract for agreement between managers (agents), shareholders (principal),
Mahmudin Muslim
bondholders, suppliers, customers, employee and society as a whole. Shareholders give agents authority over firm to run the business daily as their duty is to maximize shareholder wealth. However as a human, agent also concerned with their personal wealth and job security. According to Gitman and Zutter (2012, 21) “the reason why agency problem arise is when managers place personal goals ahead of the goals of shareholders”. In conclusion agency problem represents the risk that management acting in its selfinterest that take actions that deviate from the goals of shareholder to maximize the firm’s value. The implication of the presence of independent commissioner, institutional ownership and managerial ownership are expected to give agents more trust from the principals that agent will not cheat for their own interest. Bond Yield The yield or rate of return is used to assess a bond’s performance over a given period of time, typically 1 year. Two most widely used are (1) current yield and (2) yield to maturity (YTM). Current yield indicates the cash return from the bond in one year, but it does ignore any change in bond value, it doesn’t measure total return, so that in this research the yield to maturity is used. Yield to maturity indicates the rate of return earned in debt securities with assumptions the bond held until maturity and the all
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
the cash flow at the computed YTM rate is all reinvested Bond Ratings Bond rating is very considerable in investing decision. In this research bond rating is conducting as intervening variables. Damodaran (2001, 122) stated that “the rating on a bond is measuring the relative default risk score”. The lower the bond rating the higher the risk so that the higher the yield. Independent Commissioner Independent commissioner is unaffiliated commissioner to monitor the board of director, provide independent oversight of management performance and keep management accountable to stakeholders for its actions. If independent commissioner is doing exactly what they suppose to do then it will align the firm’s performance with the owners’ objective. Increasing firm creditworthiness leading to higher credit ratings. It means the business risk will become lower. When the business risk is decresing the cost of capital also get decrease. Hence independent commissioner has independent effect to bond yield but also can indirectly effects bond yield through rating, because of the risk and return trade off depicted from the rating. Institutional Ownership Institutional ownership/investor is the percentage of the company’s common stock held by institutions (Bhojraj and Sengupta 2003). They have financial interest and
104
November 2013
independence to view corporate management and policies objectively. They expertise and bargaining power to vote or drawing their ownership seen as controlling power that increasing pressure on top management to improve corporate performance, even to take corrective action and avoid hazard action by management. As the business risk decreasing, the rating will increase and the yield will become lower. Managerial Ownership Managerial ownership is the board (commissioner and director) with equity ownership (Wheelen and Hunger 2012, 105). According to agency theory it is preferable when top management own more than token amounts of stock in the corporation, because it will minimize agency cost and will align the interest between the owner and agent, that eventually improve the performance to attain firm’s goal, so that managerial ownership will positively effect bond rating and negatively to yield. Unexpected Earning According to Mungniyati (2009) conclusion about unexpected earning is stated that “unexpected earning is the difference between real earning with expected earning, as the expected earning assumed the same with the previous earning”. The smaller the dispersion of unexpected earning can give confidence in earnings information published, and it can increase company value. It means the financial risk become lower. As a result has positive relationship to bond ratings and negatively to bond yields.
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
The model of this research can be
Independent
depicted as follows:
ommissioner
ond
Institutional O nership
ield
anagerial O nership
Une pected Earnings
ond
ating
Figure 1 Research Model Hypothesis Development Ha1 : There is effect of independent commissioner to bond yield Ha2 : There is effect of institutional ownership to bond yield Ha3 : There is effect of managerial ownership to bond yield Ha4 : There is effect of unexpected earning to bond yield Ha5 : There is effect of bond rating to bond yield Ha6 : There is effect of independent commissioner to bond yield through bond rating Ha7 : There is effect of institutional ownership to bond yield through bond rating Ha8 : There is effect of managerial ownership to bond yield through bond rating Ha9 : There is effect of unexpected earning to bond yield through bond rating
Ha10:
There is effect of independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership, unexpected earning, and bond rating to bond yield simultaneously
RESEARCH METHODS Research Objects The population of this research is all bonds which are rated by Pefindo and issued by companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) between 2007 until 2011. The sample for the population is chosen using purposive sampling, which is sample selected based on certain criteria and consideration. The criteria and consideration are set as:
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Table 1 Sampling Procedures No. 1. 2. 3. 4. 5.
Number of Bonds
Sampling Criteria Number of rated bonds by PEFINDO in 2007 – 2011 Number of bonds that are not listed in IDX Number of bonds which are issued after january
1,2007 and mature before December 31,2011 Number of syariah bonds Number of bonds that influence by any bond policies Number of sample for 5 years selected
6. Sources : ICMD 2007-2011, www.pefindo.co.id
Operational Variable Definitions and Measurement Bond Yield YTM is used to calculate return that will investor receive if
��� ������������� �
499 51 362 43 28 15
they hold the bond until maturity date (Mungniyati, 2009). To simplify the YTM calculation, YTM approximation is used. The formula based on Megginson (1995,170) � � �� � � 100% � � �� 2
��
Explanation: C : Coupon n : Rest period M : Par value Bo : Curent value Institutional ownership Institutional ownership/investors is the percentage of the company’s ������������� ��������� �
������ �� ������ ����� �� ������������� ����� ����������� ������
Independent commissioner According to Bhojraj and Sengupta (2003), independent commissioner is measured the ����������� ����������� �
106
common stock held by institutions (Bhojraj and Sengupta 2003). This variable measurement scale is ratio scale.
percentage number of independent commissioner to total board of commissioner.
������ �� ����������� ����������� ����� �� ����� �����������
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Managerial ownership Managerial Ownership is a condition when commissioner and director in a company owned the company’s shares (Setyapurnama and Norpratiwi, 2007). Managerial ownership is a dummy variable. Company which has managerial ownership is given score 1 and for company which has not managerial ownership is given score 0. The ���� �
reason why dummy used is because the total of managerial ownership is generally less than 1% so that the variation does not too large. Unexpected Earning Unexpected earning is the difference between real earning with expected earning, as the expected earning assumed the same with the previous earning. � �� � ����� |����� |
Explanation: UEit : Company’s unexpected earnings i in t period Eit : Company’s earning per share i in t period Eit-1 : Company’s earning per share i in t-1 period Bond Rating Bond ratings can be categorized according to their ratings. Bond ratings show the company’s credit quality, the high the rating the better the quality. According to Pefindo, investment grade is ranged between AAA until
BBB. Because all sample selected is investment grade and range from AA+ until BBB+, so in accordance to numeric the qualitative nature of bond rating is by transforming the ordinal scale to become interval scale by using method of successive interval (Sarjono and Julianita 2011, 12).
Table 2 Table of Transforming Bond Rating Interval Scale Rating AA+ AA AAA+ A ABBB+ BBB BBB-
Ordinal 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Analysis Data Method Analysis method used in this research is quantitative method in which is the method that uses
Interval 1 1.15 1.536 1.8417 1.9133 2.1125 2.2881 4.6309 32.59 numbers to illustrate the problem. Data collected will be progress use SPSS (Statistical Package for The Social Sciences) program version
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Y1 : Bond Yield 11.5 while alpha is 5% as statistical X1 : Independent commissioner data processing program. X : Institutional ownership 2 The regression models are as X : Managerial ownership 3 follow: X4 : Unexpected Earning (1) Y = b1X1 + e X5 : Bond Rating (2) Y = b2X2 + e b1 - b5 : Coefficient regression for (3) Y = b3X3 + e each variable (4) Y = b4X4 + e e : Error (5) Y = b5X5 + e (6) Y = b1X1 + b5X5 + e RESULTS AND ANALYSIS (7) Y = b2X2 + b5X5 + e Descriptive Statistics (8) Y = b3X3 + b5X5 + e The result from descriptive (9) Y = b4X4 + b5X5 + e statistic that has been done is (10) Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + summarized as following table: b5X5 + e Explanation: Table 2 Descriptive Statistics Standard Variable N Mean Maximum Minimum Deviation INDC 75 0.2500 0.5714 INST 75 0.2100 0.9900 MANOW 75 0 1 UNEX 75 -83.8571 101.50000 RATING 75 1 32.59 YIELD 75 0.0012 0.2512 Sources: SPSS 11.5 output data processing result
0.404262 0.736133 0.64 0.454580 2.536712 0.090839
0.0810237 0.1578564 0.483 15.3322736 5.0759622 0.0472790
Residual Normality Test Table 3 Result of Residual Normality Test Unstandardized Residual
Asym. Sig. (2-tailed)
Conclusion
0.400
Normaly distributed
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
The sig value is 0.400, greater than alpha (0.05), so the regression model is normaly distributed. Assumption Classic Test Multicollinearity Test Table 4 Result of Multicolinearity Test Collinearity Statistics Variable Conclusion Tolerance VIF INDC 0.950 1.052 No Multicolinearity INST 0.746 1.340 No Multicolinearity MANOW 0.956 1.046 No Multicolinearity UNEX 0.905 1.105 No Multicolinearity RATING 0.841 1.190 No Multicolinearity Sources: SPSS 11.5 output data processing result
108
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Table 4.4 shows that all independents variables have tolerance value more than 0.1 and variance inflation factor (VIF) less than 10. It means that there is no
correlation between independents variables and multicollinearity does not happen, therefore data in this research is good to be used.
Heteroscedasticity Test The result of white test is shown in table 4.6 As follow: Table 5 Result of Heteroscedasticity White Test R Square 0.220 Sources: SPSS 11.5 output data processing result
Based on the result in table 4.5 above, known that R-square value is 0.220. The value of chi square calculated is: Chi square calculated = n X R Square = 75 x 0.220 = 16.5 Explanation: n = number of data observed The value of chi square table with df is 20 and α 5% is 31.40 and it is
greater than the chi square calculated (16.5) so heteroscedasticity does not exist. Autocorrelation Test. The result of Durbin-Watson test is depicted in table and figure below:
Table 6 Result of Autocorrelation Test Model 1
Durbin-Watson 1.920
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
The result of autocorrelation test shown that Durbin Watson value is 1.920. From Durbin-Watson table with alpha 0.05, total sample 75 (n), and total independent
variables 5 (k=5), so dL= 1.49 dan dU= 1.77. The Durbin-Watson value of 1.885 is located in no evidence of autocorrelation.
t-test Variable INDC INST MANOW UNEX
Table 7 t-test Coefficient Std. Error -0.086 0.068 -0.071 0.034 0.008 0.011 -0.001 0.000
t-Statistic -1.275 -2.095 0.658 -2.420
Prob. 0.206 0.040 0.513 0.018
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Variable B_Rating
Coefficient
Std. Error
0.001 0.001 Sources: SPSS 11.5 output data processing result
Probability value from institutional ownership and unexpected earning are about 0.040 and 0.018, which are less than alpha 0.05 so it can be concluded that there are effect of institutional ownership and unexpected earning to bond yield. Meanwhile the probability value of
November 2013
t-Statistic
Prob.
1.335
0.186
independent commissioner, managerial ownership and bond rating are greater than alpha 0.05. So it can be concluded that there are no effect of independent commissioner, managerial ownership and bond rating to bond yield.
Path Analysis Table 8 Path Analysis Results Variable Direct Effect Indirect Effect │-0.141│ -0.006808 INDC │-0.210│ -0.0282 INST MANOW │0.071│ 0.005928 UNEX │-0.277│ 0.004536 Sources: SPSS 11.5 output data processing result
The indirect effect of all independent variables, which are independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership and unexpected earning to bond yield are resulted from multiplying the direct effect of each independent variable to bond
rating and the direct effect of bond rating to bond yield. Because the indirect effect of all independent variable toward bond yield through bond rating are less than the direct then it can be concluded that there are no effect of all independent variable to bond yield through bond rating.
F-test Variable
Table 9 F-test Coefficient Std. Error
C 0,140 0,038 INDC -0,086 0,067 INST -0,029 0,039 MANOW 0,007 0,011 UNEX -0,001 0,000 RATING 0,001 0,001 Sources: SPSS 11.5 output data processing result
t-Statistic
Prob.
3.697 -1,279 -0.748 0,636 -2.159 0.946
0,000 0,205 0,457 0,527 0,034 0,347
The multiple regression model as follow: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
BYIELD = 0.137 – 0.086 INDC – 0.029 INST + 0.007 MANOW – 0.001 UNEX + 0.001 RATING + e In hypothesis testing of commissioner, institutional variables independent ownership, managerial ownership,
110
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
unexpected earning and bond resulted as follow: rating to bond yield using F test, is Table 10 Result Analysis of F Test F-statistik Sig
2.196 0.065
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
F-statistic has value 2.196 which less than F-table 2.35, located in the area where H010 is not rejected. This also supported by probability value result which is 0.065 which greater than alpha 0.05. In conclusion there are no effects of independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership, unexpected earning and bond rating to bond yield simultaneously. CLOSING From the research result that only institutional ownership and unexpected earning that have effect to bond yield separately, and the rest variables which are independent commissioner, managerial ownership and bond rating have no effect to bond yield separately. The result of path analysis also does not support that bond rating give intervene effect to bond yield.
The research limitations are this research only used 4 (four) independent variables that were considered can influence bond rating from good corporate governance perspective, data only consist of 11 companies which are 15 bonds issued, this research only took 5-years period from 2007 until 2011 that all sample are categorized in investment grade level, hence the data perhaps might not reflect fully the condition of bond market in the long term. Recommendations that can be used for the next research which is related with bond yield are use some independent variables, such as financial ratio calculation that may influence bond rating, use more data so the research result can generalize better and longer research period can be used as consideration to get an accuracy of the result, depend on the optimum situation.
REFERENCES: Ajinkya, Bipin, Bhojraj, Sanjeev and Partha Sengupta. 2003. The Association between Outside Directors, Institutional Investors and The Properties Of Management Earnings Forecasts. Journal of Accounting Research, vol 43, No.3 Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics 11th Edition. South–Western: Cengage Learning.
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Ashbaugh, skaife hollis, collins daniel and lafond ryan. 2006. The Effects Of Corporate Governance on Firms’ Credit Rating. The journal of accounting and economics vol 42, page 203-243 Bhojraj, Sanjeev and Partha Sengupta. 2003. Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Dorectors. The journal of Business, Vol 76, No. 3:455-457 Damodaran, Aswath. 2001. Corporate Finance Theory and Practice 2nd Edition. Wiley and Sons, Inc. Domash, harry. 2010. Fire Your Stock Analyst: Analyzing Stocks On Your Own. Pearson education,inc Gitman, Lawrence. J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. England: Pearson Education Limited Ghozali,Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N, and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics 5th Edition. New York: McGraw – Hill Companies, Inc. Hair, Joseph F, and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education Keown, Arthur J, John D. Martin, J. William Petty, and David F Scott. 2005. Financial Management 10th Edition. United States of America: Pearson Prentice Hall. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2010. Intermediate Accounting: IFRS Edition. Volume 1. John Wiley and Sons. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Lasdini Purwanti et all. Kajian tentang Pedoman Good Corporate Governance di Negara-Negara Anggota ACMF Mafudi and Kencono, Negina Putri. The impact of Corporate Governance on Public Company Bond Rating and Yield: a Case of Indonesia. AUDCE vol 8 no.6. pp 89-99 Mungniyati. 2009. The Effect of Corporate Governance and Earning Information on Bond Ratings and Yields. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol 11, No:2:129-141 Newbold, Paul, William L. Carlson, and Betty Thorne. 2010. Statistic for Business and Economics 7th Edition. New Jersey: Pearson Education Pu Liu and Anjan V. Thakor. Interest Yields, Credit Ratings, and Economic Characteristics of State Bonds. Journal of Money, Credit and Banking vol 16. Pp 344-351 Reily, Frank K, and Keith C. Brown. 2006. Investment Analysis and Portfolio Management 8th Edition. USA: Thomson South – Western Sarjono, Haryadi and Julianita Winda. 2011. SPSS vs LISREL Sebuah Pengantar Aplikasi untuk Riset. Jakarta. Salemba Empat Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th Edition. United Kingdom: John Wiley& Sons, Ltd. Siegel, Joel G., and Jae K. Shim. 2000. Dictionary of Accounting Terms 3rd Edition. New York: Barons Educational. Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta
112
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Ziebart,D and S.Reitzer,1992. Bond Rating, Bond Yield, and Financial Information, Contemporary Accounting Research 9 (Fall). Pp 252-282 References from Web site: www.pefindo.com www.idx.com
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
114
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 115-128
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM
M. EDDY ROSYADI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to investigate the ability of dividend yield (DY), earnings yield (EY), book to market ratio (B/M), current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), price earnings ratio (PER) and operating cash flow (OCF) to predict stock return. Data for this research comprises of the financial ratios calculated from the financial statement of manufacture companies that listed in Indonesia Stock exchange (IDX) over three years period 2010-2012 and collected using purposive sampling method. The analysis and decision making about the hypothesis were using multiple regression analysis. The result of this research indicate that variable dividend yield, earnings yield, and operating cash flow have influence to the stock return. While, variable book to market ratio, current ratio, debt to equity ratio and price earnings ratio have no influence on stock return. Keywords: Stock return, financial ratios, Dividend Yield, Earnings Yield, Operating Cash Flow Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pengembalian dividen (DY), pengembalian laba (EY), rasio harga buku terhadap harga pasar (B / M), rasio lancar (CR), rasio hutang terhadap modal (DER), rasio harga pasar terhadap laba (PER) dan arus kas operasi (OCF) untuk memprediksi return saham. Data untuk penelitian ini terdiri dari rasio keuangan dihitung dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Indonesia (BEI) selama periode 2010-2012 tiga tahun dan dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis dan pengambilan keputusan tentang hipotesis yang menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengembalian dividen (DY), pengembalian laba (EY), dan arus kas operasi (OCF) berpengaruh terhadap return saham. Sementara, rasio harga buku terhadap harga pasar (B / M), rasio lancar (CR), rasio hutang terhadap modal (DER), rasio harga pasar terhadap laba (PER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Kata Kunci: Pengembalian Saham, Rasio Keuangan, Pengembalian Dividen, Pengembalian Laba, Arus Kas Operasi
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
PENDAHULUAN Tujuan utama perusahaan adalah mengoptimalkan laba dan memaksimalkan kesejahteraan dari pemegang saham. Pengukuran terhadap kinerja perusahaan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mencapai hasil yang sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Laba bersih perusahaan umumnya dapat dilihat di laporan laba-rugi perusahaan dimana disediakan angka pendapatan, laba kotor, dan laba atau rugi bersih yang menjadi dasar untuk mengukur kinerja perusahaan (Daryanti dan Ellias, 2011). Tujuan yang diinginkan oleh investor pada saat berinvestasi di pasar modal umumnya adalah mendapatkan return (pengembalian) dari investasinya dengan aman dan terjamin. Dimana return yang didapatkan maksimal dengan risiko yang minimal (Trisnawati, 2009). Analisa rasio merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan. Analisa rasio mengekspresikan hubungan antara item-item yang telah dipilih dari data yang ada di laporan keuangan (Weygandt et al. 2012, 667). Terdapat perbedaan pendapat dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu sehingga menimbulkan hasil yang tidak konsisten. Hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk melakukan pengembangan penelitian yang berjudul “Faktorfaktor yang Mempengaruhi Return Saham”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dividend yield, earnings yield, book to market ratio, current ratio, price earnings ratio,
116
November 2013
debt to equity ratio dan arus kas operasi terhadap return saham. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Sinyal Gitman dan Zutter (2012,534) menjelaskan sinyal adalah suatu tindakan pendanaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen dimana dipercaya dapat merefleksikan nilai saham perusahaan. Jika perusahaan menggunakan kebijakan hutang untuk pendanaannya, maka perusahaan tersebut memberikan sinyal positif kepada pembaca laporan bahwa harga saham perusahaan akan meningkat; sedangkan jika perusahaan sering menerbitkan saham baru untuk pendanaannya maka perusahaan tersebut di anggap memberikan sinyal negatif kepada pembaca laporan keuangan bahwa perusahaan tersebut akan mengalami penurunan nilai harga saham. Teori Agensi Jensen dan Meckling dalam buku Godfrey et al. 2010,362-363) mendeskripsikan sebuah hubungan keagenan (agency relationship) yang timbul dimana terdapat kontrak antara pihak pertama (prinsipal) mengajak pihak yang lain ( agen) untuk melakukan beberapa layanan untuk kepentingan prinsipal. Dalam kontrak tersebut, prinsipal mendelegasikan beberapa otoritas untuk mengambil keputusan kepada agen. Pada situasi tersebut kedua pihak merupakan utility maximizer dan tidak ada alasan untuk bisa percaya bahwa agen akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik pemilik (prinsipal). Return Saham
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Gitman dan Zutter (2012, 311) mendefinisikan total rate of return sebagai total laba atau rugi yang diperoleh dari suatu investasi selama periode tertentu yang dihitung dengan membagi distribusi aset secara tunai selama periode tersebut, ditambah dengan perubahan nilainya dengan perubahan nilai aset diawal periode. Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya para investor akan memastikan bahwa perusahaan mampu memberikan return dengan melakukan penilaian kinerja perusahaan (Rosa dan Mulyani 2013).
peran yang penting dalam pasar yang ada (Khan, 2012). Ha2 Terdapat pengaruh earnings yield terhadap return saham
Dividend Yield Menurut Ismanthono (2010), dividend yield adalah rasio nilai dividen terhadap harga saham dalam persen, dengan asumsi tidak terjadi kenaikan harga saham, dividend yield mencerminkan tingkat keuntungan investasi di suatu saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur keuntungan yang didapat investor dari modal yang telah ditanamkan di perusahaan. Ha1 Terdapat pengaruh dividend yield terhadap return saham
Current Ratio Current ratio analysis digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka waktu pendek (short-term) membayar kewajibannya dan untuk memenuhi kebutuhan kas yang tidak terduga. Kreditur jangka pendek seperti bank dan pemasok biasanya lebih tertarik dengan likuiditas perusahaan (Weygandt et al. 2012, 668). Ha4 Terdapat pengaruh current ratio terhadap return saham
Earnings Yield Literatur empiris meletakkan fondasi kekuatan prediksi dari earning yield pada return saham dan menemukan bahwa terdapat asosiasi antara earnings yield dan return saham terdapat hubugan yang sehat karena earnings yield berperan sebagai salah satu faktor resiko dalam hubungannya dengan return saham. Selain itu, earnings yield juga dapat mendemonstrasikan bahwa efisiensi pasar memiliki
Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio menurut Ismanthono (2012, 82) adalah: (1) total hutang dibagi dengan ekuitas pemegang saham total. Ini menunjukkan sampai seberapa jauh ekuitas dapat meredam klaim kreditur jika terjadi likuiditas; (2) total hutang jangka panjang dibagi ekuitas pemegang saham. Ini adalah ukuran leverage, atau penggunaan uang pinjaman untuk meningkatkan pendapatan atas ekuitas pemilik; (3)
Book to Market Ratio Definisi book to market ratio menurut investopedia adalah rasio yang digunakan untuk mencari nilai suatu perusahaan dengan membandingkan nilai buku perusahaan dengan nilai pasar perusahaan tersebut. Nilai buku perusahaan dinilai dari biaya historis atau nilai akuntansinya. Sedangkan nilai pasar dideterminasi dalam pasar saham melalui kapitalisasi pasarnya. Ha3 Terdapat pengaruh book to market ratio terhadap return saham
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
utang jangka panjang dan saham preferen dibagi ekuitas saham biasa. Ini menghubungkan sekuritas dengan beban ke sekuritas tanpa bea tetap. Ha5 Terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham Price Earnings Ratio Price Earnings Ratio menurut Arifin dan Fakhuruddin (1999) adalah rasio antara harga saham dibandingkan dengan keuntungan perusahaan yang dapat didistribusikan untuk setiap saham yang dimiliki (EPS). Sedangkan, menurut Farkhan dan Ika (2013) price earnings ratio menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar per saham. Dimana, price earnings ratio menghubungkan antara harga pasar per saham dengan earning per share saham bersangkutan. Ha6 Terdapat pengaruh price to earnings ratio terhadap return saham Arus Kas Operasi Arus kas dari operasi menurut Arifin dan Fakhuruddin (1999,60) adalah kas yang diterima dan digunakan perusahaan selama periode waktu tertentu; biasanya diperoleh dengan menyesuaikan laba setelah pajak untuk beban nonkas dan penerimaan nonkas. Arus kas
operasi ini dapat dilihat dari operating cash flow pada cash flow statement perusahaan dimana merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan operasional perusahaan sehari-hari termasuk: piutang dagang, persediaan barang, utang dagang, biaya yang masih harus dibayar, pajak penghasilan, biaya bayar dimuka, laba bersih setelah pajak, dan penyusutan tahun bersangkutan.Informasi arus kas entitas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan kas entitas untuk menggunakan arus kas tersebut (Rosa dan Mulyani, 2013). Ha7 Terdapat pengaruh arus kas operasi terhadap return saham METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kausalitas. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai dengan 2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non random sampling yaitu purposive sampling.Sampel penelitian diambil dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
118
November 2013
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Kriteria Sampel Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama periode 20102012 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah Perusahaan yang tidak mendapatkan laba positif Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir per 31 Desember Perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai secara konsisten Perusahaan yang melakukan pemecahan saham s Perusahaan yang dijadikan sampel Jumlah data
Jumlah Total perusahaan 124 372 (25)
(75)
(27) (0)
(81) (0)
(34)
(102)
(6) 32
(18) 96 96
Sumber: data yang dikumpulkan
Bentuk Operasional Variabel dan Pengukurannya Dependent Variable (Return Saham) Gitman dan Zutter (2012, 311) mendefinisikan total rate of return sebagai total laba atau rugi yang diperoleh dari suatu investasi Stock return =
DPS +
Keterangan : DPS : Dividend per share Capital Gain : Pt – (Pt-1) Pt : Harga saham pada tahun t DPS =
selama periode tertentu yang dihitung dengan membagi distribusi aset secara tunai selama periode tersebut, ditambah dengan perubahan nilainya dengan perubahan nilai aset diawal periode. Dalam penelitian Khan (2012) rumus yang dipakai untuk mengukur total stock return adalah: Capital Gain Market Price Pt-1
: Harga saham pada tahun t-1
Dimana DPS menurut Khan (2012) adalah:
Dividen Jumlah Saham yang Beredar
Earnings Yield Earnings dihasilkan melalui proses akuntansi dan disajikan dalam laporan laba rugi. Earnings yield merupakan perbandingan antara earnings per share dengan price of Earnings Yield =
share. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala rasio. Rumus untuk mengukur earnings yield menurut Khan (2012) adalah: Earnings per share Price of share
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Book to Market Ratio Jika sebuah perusahaan menawarkan return yang tinggi tetapi nilai bukunya lebih tinggi dibandingkan nilai pasarnya, maka perusahaan tersebut lebih beresiko Book To Market Ratio = Current Ratio Current ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah jatuh tempo, yang dimana current ratio menggabungkan antara Current Ratio = Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage dalam menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, yang dimana rasio
dan return yang akan datang akan lebih rendah dari sekarang. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala rasio. Dengan demikian, rumus untuk mengukur book to market value menurut Khan (2012) adalah sebagai berikut: Book value per share Market value per share aktiva lancar dengan kewajiban lancar untuk memperlihatkan keamanan klaim kreditur, apabila terjadi kesalahan (Farkhan dan Ika, 2013). Dalam penelitian ini rumus untuk mengukur current ratio adalah: Aktiva Lancar Hutang Lancar debt to equity ratio menghubungkan antara total hutang dengan total ekuitas (Farkhan dan Ika, 2013). Dalam penelitian ini rumus yang dipakai untuk mengukur debt to equity ratio adalah:
Debt to Equity Ratio = Price Earnings Ratio Price earning ratio merupakan rasio yang menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar per saham. Dimana price earnings ratio menghubungkan antara harga pasar per lembar saham Price Earning Ratio = Arus Kas Operasi Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan
120
November 2013
Total Debt Total Equity
dengan earnings per share-nya dari saham yang bersangkutan (Farkhan dan Ika, 2013). Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk mengukur price earnings ratio adalah:
Harga Pasar per Lembar EPS aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan pada akhir tahun. Komponen arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi dengan metode langsung
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
dari laporan arus kas (Rosa dan Mulyani, 2013). Rumus yang digunakan Operating Cash Flow =
untuk mengukur arus kas operasi dalam penelitian ini adalah: Arus Kas Operasi Total Aset
Statistik Deskriptif Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N Minimum Maximum SR 96 1.4656 24075.0613 DY 96 0.0040 2.5943 EY 96 0.0155 63.7736 B/M 96 0.0004 0.9434 CR 96 0.5805 11.7428 DER 96 0.1082 3.1867 PER 96 0.3105 48.6534 OCF 96 -0.2593 0.6627 Sumber: Pengolahan data SPSS 19. Variabel return saham memiliki nilai minimum sebesar 1.4656 dan nilai maksimum sebesar 24075.0613 dengan nilai rata-rata sebesar 1747.485601 dan standar deviasi sebesar 4356.3371661. Variabel dividend yield (DY) memiliki nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 0.0040 dan 2.5943 dengan nilai rata-rata dan standar deviasi sebesar 0.087592 dan 0.3128504. Variabel earnings yield (EY) memiliki nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 0.0155 dan 63.7736 dengan nilai rata-rata sebesar 1.053697 dan standar deviasi sebesar 6.5095095. Variabel book to market ratio (B/M) memiliki nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 0.0004 dan 0.9434 dengan nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 0.127592 dan 0.1896197.
Mean 1747.485601 0.087592 1.053697 0.127592 3.009788 0.728887 15.172551 0.160280
Std. Deviation 4356.3371661 0.3128504 6.5095095 0.1896197 2.0589923 0.6120058 8.5686262 0.1384475
Variabel current ratio memiliki nilai minimum sebesar 0.5805 dan nilai maksimum sebesar 11.7428 dengan nilai rata-rata sebesar 3.009788 dan standar deviasi sebesar 3.009788. Variabel debt to equity ratio (DER) memiliki nilai minimum sebesar dan nilai 0.1082 maksimum sebesar 3.1867 dengan nilai rata-rata sebesar 0.728887 dan standar deviasi sebesar 0.6120058. Variabel price earnings ratio (PER) memiliki nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 0.3105 dan 48.6534 dengan nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 15.172551 dan 8.5686262. Variabel operating cash flow (OCF) memiliki nilai minimum sebesar -0.2593 dan nilai maksimum sebesar 0.6627 dengan nilai ratarata dan standar deviasi masingmasing sebesar 0.160280 dan 0.1384475.
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Uji T Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel independen secara individual
November 2013
dalam menjelaskan variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 3 Hasil Uji t Variabel B T Sig Keterangan (constant) -3144.107 2.341 0.022 DY 6661.157 2.949 0.004 Ha1 diterima EY -219.543 2.090 0.039 Ha2 diterima B/M 300.884 0.109 0.913 Ha3 tidak diterima CR 219.458 1.081 0.283 Ha4 tidak diterima DER 1095.542 1.395 0.167 Ha5 tidak diterima PER 13.280 0.264 0.793 Ha6 tidak diterima OCF 17722.354 5.730 .000 Ha7 diterima Sumber: pengolahan data SPSS 19 Berdasarkan tabel 4.11 maka dapat dirumuskan model penelitian sebagai berikut: SR= -3144.107 + 6661.157DY - 219.543EY + 300.884B/M + 219.458CR + 1095.542DER + 13.280PER + 17722.354OCF + e Dari tabel 4.10 diatas menunjukan hasil uji t untuk setiap variabel sebagai berikut: Dividend yield (DY) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 1.4 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga Ha1 diterima. Hal ini berarti variabel dividend yield (DY) berpengaruh terhadap return saham dan memiliki arah yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian dividen dan seberapa besar nilai dividen yang dibagi oleh perusahaan dapat menarik minat investor dalam berinvestasi sehingga dengan banyaknya permintaan saham di pasar maka akan berpengaruh terhadap harga saham, yang menyebabkan return saham yang berubah karena peningkatan yang sesuai. Earnings yield (EY) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,039 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga Ha2 diterima. Hal ini berarti
122
variabel earnings yield berpengaruh terhadap return saham dan memiliki arah yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa harga pasar yang lebih tinggi lebih menarik minat investor dibandingkan laba per saham yang lebih tinggi. Investor lebih mengharapkan laba dari peningkatan harga saham dibandingkan laba perusahaan per lembar saham sehingga jika nilai earnings yield naik maka akan menurunkan return saham. Book to market ratio (B/M ratio) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.913 yang lebih besar dari 1.5 sehingga Ha3 tidak diterima. Hal ini berarti book to market ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan book to market ratio itu sendiri bergantung pada harga pasar saham sehingga book to
ISSN: 1410 -9875
market ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Current Ratio (CR) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.283 yang lebih besar dari 0.05 sehingga Ha4 tidak diterima. Hal ini berarti current ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini dapat disebabkan investor lebih memperhatikan masa depan perusahaan dibandingkan keadaan perusahaan saat ini. Debt to equity ratio (DER) menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.167 yang lebih besar dari 0.05 sehingga Ha.5 tidak diterima. Hal ini berarti bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor kini tidak merasa bahwa hutang yang banyak justru lebih baik dibandingkan modal perusahaan. Hal ini bertentangan dengan teori bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang struktur dananya lebih banyak bersumber dari hutang dibandingkan modal. Hal ini dapat disebabkan oleh kekhawatiran investor akan investasi terhadap perusahaan yang hutangnya banyak. Price earnings ratio (PER) menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.793 yang lebih besar dari 0.05 sehingga Ha6 tidak diterima. Hal ini berarti variabel price to earnings ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini dapat disebabkan oleh PER perusahaan tidak diikuti dengan perubahan return saham. Operating cash flow (OCF) menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga Ha7 dapat diterima. Hal ini berarti variabel operating cash flow berpengaruh terhadap return saham. Hal ini dapat menunjukka
M. Eddy Rosyadi
bahwa investor masih memperhatikan kelangsungan perusahaan dari kas perusahaan itu sendiri. Meningkatnya rasio kas terhadap total asset maka meningkat juga return yang akan diterima pemegang saham. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, pengujian terhadap ketujuh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dividend yield memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian Khan et al. (2012), Margaretha dan Darmayanti (2008). Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Wagiri (2013) dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa variabel dividend yield tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. 2. Earnings yield memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Khan(2012), Wagiri (2013) serta Pradhono dan Christiawan(2004). Tetapi, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Trisnawati (2009) yang menyatakan bahwa variabel earnings yield tidak berpengaruh terhadap return saham. 3. Book to market ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Khan (2012), Wagiri (2013), dan Yuyeta (2010) dimana book to market ratio ber-
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
pengaruh negatif terhadap return saham. Namun, hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Ismanto (2011) dimana book to market ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. 4. Current ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Budialim (2013) dan Rafik dan Asyik (2013) yaitu current ratio berpengaruh terhadap return saham. Namun, penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Malintan (2013) dan Farkhan dan Ika (2013) yaitu current ratio tidak mempengaruhi return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. 5. Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Budialim (2013), serta Suherman dan Siburian yaitu debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini juga berbeda dengan penelitian Rafik dan Asyik (2013) yaitu debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap return saham. Tetapi, penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Malintan (2013) dan Farkhan dan Ika yaitu debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. 6. Price to earnings ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Margetha dan Darmayanti
124
November 2013
(2008) serta Farkhan dan Ika (2013) dimana price eanings ratio berpengaruh terhadap return saham. 7. Arus kas operasi berpengaruh terhadap return saham. Hal ini konsisten dengan penelitian Pangemanan dan Budiarso (2011) serta Pradhono dan Christiawan (2004). Namun hal ini tidak konsisten dengan penelitian Trisnawati (2009) serta Rosa dan Mulyani (2013) yaitu arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return saham. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Periode penelitian yang digunakan hanya 3 tahun. 2. Variabel yang digunakan hanya 7 variabel. 3. Terdapat 4 variabel yang terkena masalah heteroskedastisitas, yaitu dividend yield, earning yield, debt to equity ratio, dan arus kas operasi. Rekomendasi yang dapat diberikan bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Memperpanjang periode penelitian agar hasil penelitian lebih akurat. 2. Menambahkan variabel-variabel lain dalam penelitian, seperti rasio profitabilitas, return on asset, market value added, leverage, dan economic value added. 3. Memperbanyak sampel data penelitian dalam rangka mengatasi terjadinya heteroskedastisitas.
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
REFERENSI
Arifin, Johar dan Muhammad Fakhruddin. 1999. Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan. Jakarta. Elex Media Komputindo. Budialim, Giovanni. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Surabaya Vol.2, No. 1 (2013). Daryanti, Sri dan Hardy Agustinus Ellias. Analisis Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added terhadap Retun Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi/VolumeXV,No 2 Mei 2011:170-189. Farkhan dan Ika. Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Value Added, Vol. 9, No.1, September 2012-Pebruari 2013. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th edition. Prentice Hall Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Targa, Jane Hamilton, Scott Holmes. 2010. Accounting Theory 7th edition. John Wiley&Sons. Ismanthono, Henricus W. 2010. Kamus Istilah Ekonomi dan Bisnis. Jakarta. Kompas. Ismanto, Hadi. Analisis Ukuran Perusahaan, Book to Market Value, dan Beta terhadap Return Saham di BEI . Jurnal Ekonomi & Pendidikan , Volume 8 Nomor 2, November 2011. Khan, Muhammad Bilal. Financial Ratio and Stock Return Predictability (Evidence from Pakistan). Research Journal of Finance and Accounting. Vol 3, No. 10, 2012. Kurniasih, Ninik dan Susan Andriana. Pengaruh Dividend Yield dan Price Earnings Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Level Investment Opportunity Set (IOS) yang Berbeda. Jurnal Eksos, Jan. 2011, Vol. 7, No. 1, hlm. 38-45. ISSN 1693-9093 Gunawan, I Putu Ari dan I Ketut Jati. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap return Saham pada Saham Unggulan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol 2, No 1. Januari 2013
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Malintan, Rio. Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earnings Ratio (PER), dan Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol.1 No. 1 Semester Ganjil 2012/2013 Margaretha, Farah dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 10. No. 3 Desember 2008: 149-160. Pangemanan, Sifrid dan Novi Budiarso. Pengaruh Interaksi laba dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Goodwill Fakultas Ekonomi UNSRAT. Volume 2, Nomor 2, Desember 2011, Halaman 32-51 (ISSN: 2088-8899) Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham yang diterima oleh pemegang saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 6. No 2, 2004. (ISSN 1411-0288). Rafik, Pradhana Dani dan Nur Fadjrih Asyik. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Reaksi Pasar, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 1 Nomor 1, Januari 2013:93-107. Rosa, Marvina dan Erly Mulyani. Pengaruh Profitabilitas, OCF, dan EVA terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. WRA, Vol 1, No 2, Oktober 2013 Hal. 219-242. Rusliati, Ellen dan Esti Nur Farida. Pemecahan Saham terhadap Likuiditas dan Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No.3, Desember 2010:161-174 Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business A SkillBuilding Approach 6th Edition. Wiley. Suherman dan Anwar Siburian. Pengaruh Earnings per Share, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, dan Price to Book Value terhadap Return Saham. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) Vol. 4, No. 1, 2013. Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei 2011, Hal: 17-37. ISSN: 1979-4878. Trisnawati, Ita. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added terhadap
126
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 11, No 1, April 2009, Hlm:65-78. Wagiri, William Agung. Pengaruh Dividend Yield, B/M (Book to Market) dan Earnings Yield terhadap Harga saham Perusahaan pada Sektor Aneka Industri Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol 2, No 1 (2013). Weygant, Jerry J., Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. 2010. Financial Accounting: IFRS Edition. Wiley. Yuyetta, Etna Nur Afri.2010. Pengaruh Perubahan Book to Market Value, Nilai Tukar, dan Ukuran Perusahaan terhadap Perubahan Return saham. Jurnal Akuntansi dan Auditing Volume. 7/No.1/November2010:80-93.
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
128
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 129-142
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATION, PERCEIVED QUALITY, DAN BRAND LOYALTY TERHADAP PURCHASING DECISIONS
NOVRITA ADRIANI F STIE Trisakti
[email protected] Abstract:The purpose of this research to explore the effect of brand equity (brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty) on purchasing decisions. A survey was conducted in order to collect relevant empirical data. Samples used in this study amounted to 100 people who buy the product pizza hut in Jakarta City. The data was analyzed using simple and multiple regression analysis. Hyphotesis testing showed that brand awareness, brand association, perceived quality and brand loyalty have positive effect on purchasing decisions either partially or simultaneously. Based on this research it can be concluded brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty and the effect on purchasing decisions. Keywords: Brand Equity (Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, and Brand Loyalty), Purchasing Decisions.. Abstrak:Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek (brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty) terhadap purchasing decisions. Survei dilakukan untuk mengumpulkan data empiris yang relevan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang membeli produk Pizza Hut di Jakarta. Data dianalisis menggunakan analisis regresi sederhana dan berganda. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty berpengaruh positif terhadap purchasing decisions baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini meneliti tentang brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty dan pengaruhnya terhadap purchasing decisions. Kata Kunci: Brand Equity (Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand Loyalty), Purchasing Decisions
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Menurut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dari Badan Pusat Statistik dari sisi lapangan usaha 2011-2012 dan Triwulan I tahun 2012-2013 didominasi oleh sektor keuanganreal estat-jasa perusahaan, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor industri pengolahan. Pada tahun 2011 ketiganya memberi kontribusi sebesar 64,09 persen dan pada tahun 2012 kontribusi ketiganya sedikit menurun menjadi 63,97 persen. Pada triwulan I/2013 nilainya relatif stabil pada kisaran 64 persen. Secara umum, peranan ketiganya berkisar antara 28 persen untuk sektor keuangan-real estatjasa perusahaan, 21 persen untuk sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sekitar 15 persen untuk sektor industri pengolahan.
PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha dan persaingan yang semakin ketat, mendorong setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan juga pelayanan yang dihasilkan. Persaingan di bidang makanan khususnya restoran, menyebabkan pengusaha harus mempunyai strategi yang paling baik dan tepat untuk mempertimbangkan kondisi yang ada dalam perusahaan. Setiap orang yang mempunyai aktivitas tinggi berdampak pada minimnya menyediakan makanan, oleh karena itu orang lebih menyukai untuk makan di restoran yang dapat menyajikan makanan maupun minuman dengan cepat, maka munculah restoran-restoran siap saji.
Tabel 1 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2012 dan Triwulan I Tahun 2012-2013 (Persentase) Lapangan Usaha
Triwulan I
Pertanian
2011 0,09
2012 0,09
2012 0,09
2013 0,09
Pertambangan dan Penggalian
0,50
0,47
0,45
0,46
Industri Pengolahan
15,64
15,62
15,39
15,38
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,98
0,93
0,90
0,91
Konstruksi
11,40
11,44
11,53
11,25
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi
20,81
20,66
20,62
20,63
10,29
10,35
10,40
10,41
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
27,65
27,69
27,77
28,06
12,64
12,76
12,86
12,81
PDRB DKI Jakarta
100,0
100,0
100,0
100,0
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta
130
Tahun
ISSN: 1410 -9875
Menurut PDRB triwulan I 2013 lapangan usaha keuangan, real estat dan jasa perusahaan mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai dengan 2013 dengan data terakhir di triwulan 1 pada tahun 2013 sebesar 28.06, diikuti oleh perdagangan, hotel dan restoran jika dibandingkan dengan lapangan usaha lain menduduki pringkat ke dua serta dapat dilihat pada tahun 2011 sebesar 20.81 mengalami penurunan terus menerus sampai dengan tahun 2013 sebesar 20,63. Bisnis restoran ini sangat menjanjikan jika dikelola dengan manajemen yang baik karena dapat dilihat dari data BPS restoran menduduki peringkat ke dua. Jakarta adalah salah satu kota yang terus mengalami peningkatan dari segi jumlah, proporsi, dan kepadatan penduduknya. Terdapat peningkatan jumlah dan proporsi penduduk DKI Jakarta pada tahun 1990 sebesar 8.259.600 jiwa menjadi 9.057.993 jiwa pada tahun
Novrita Adriani F
2007. Peningkatan jumlah, proporsi, dan pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta tersebut akan mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi (terutama untuk makanan) penduduk DKI Jakarta. Makanan dan minuman menempati urutan pertama untuk konsumsi makanan bagi penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010 yaitu sebesar 92.634 konsumsi dan meningkat di tahun 2011 menjadi 120.751 konsumsi. Dengan meningkatnya jumlah konsumsi makanan, dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mendirikan usaha penyedia makanan, salah satunya dalam bentuk restoran. Di Jakarta saja, menurut data dari website budaya wisata Indonesia di sebutkan pada tahun 2012 terdapat 2977 restoran yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta baik di pusat perbelanjaan/mall, hotel, maupun gedung perkantoran. Berikut adalah data tabel untuk perkembangan usaha restoran dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 :
Tabel 2 Data Perkembangan Usaha Restoran/Rumah Makan Berskala Menengah 2008-2012 Usaha/Perusahaan Tahun Jumlah gerai Jumlah Pertumbuhan(%) 2008 1.615 27 2009 2.235 38.39 27 2010 2.704 20.89 27 2011 2.916 7.8 27 2012 2.977 2.09 28 Sumber:Statistik Restoran/Rumah Makan (BPS) Besarnya pertumbuhan ratarata restoran juga diikuti dengan banyaknya restoran di DKI Jakarta
yang memiliki berbagai ragam masakan dari masakan tradisional sampai masakan internasional.
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Tabel 3 Informasi makanan siap saji pada Tahun 2010-2012 Penjualan di Indonesia Nama Restoran Jumlah gerai (Rp) Mc Donald’s 8.7 triliun 200 KFC 9.6 triliun 426 Dunkin Donuts 6.2 triliun 200 Pizza Hut 7.3 triliun 207 Hoka-Hoka Bento 6.3 triliun 120 Sumber: GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia) Didalam tabel makanan siap ketat dapat dilihat dari jumlah saji tersebut Pizza Hut merupakan gerai yang ada, hal tersebut tidak satu-satunya yang menjual Pizza menentukan apakah banyaknya sebagai core produk yang dijual. gerai menjadi penentu keberhasilan Dalam urutan posisi penjualan penjualan. Dapat dilihat Pizza Hut makanan siap saji yang ada di dengan banyaknya gerai sebanyak indonesia KFC menduduki pringkat 207 dari rentang tahun 2010 – 2012 pertama dalam penjualan, dan ternyata menduduki peringkat diikutin oleh Mc Donald’s pada ketiga, dengan Mc Donald’s berada posisi ke dua lalu Pizza Hut pada di posisi ke dua dengan jumlah posisi ke tiga. Persaingan yang gerai yang hanya 200. Tabel 4 Top Brand Index Restoran Pizza 2013 fase 2 Merek TBI Pizza Hut 89.2 % Papa Ron’s 3.8 % Dominos Pizza 2.0 % Izzi Pizza 1.4 % Sumber:http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/surveyresult/top_brand_index_2013_fase_2 Berbeda dari penjualan dari makanan siap saji dimana Pizza Hut menduduki pringkat ke tiga, ternyata dalam Top Brand Index Restoran Pizza, Pizza Hut menduduki pringkat pertama dengan jumlah persentase 89.2%. Dapat dilihat bahwa ternyata Pizza Hut dari segi perbandingan dengan restoran siap saji lainnya menduduki peringkat ke 3 setelah Mc Donald’s dan KFC. Hal ini menunjukan bahwa terdapat permasalahan di dalam Pizza Hut
132
yang menempati top brand index untuk posisi Pizza namun berada di posisi ke 3 dalam makanan siap saji dari segi minat beli konsumen. Pizza Hut merupakan salah satu restoran ternama yang menjual pizza sebagai produk utamanya. Restoran ini sudah berkembang semenjak tahun 1984 dan sudah mempunyai 207 gerai di Indonesia pada tahun 2012. Di kota DKI Jakarta sendiri terdapat 60 gerai Pizza Hut yang tersebar di area DKI Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani F
Data dari tabel tersebut memperlihatkan bahwa jumlah gerai yang ada tidak menjamin banyaknya gerai menjadi faktor suksesnya suatu penjualan. Semakin kuatnya ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya dimata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk meraup keuntungan dari waktu ke waktu (Durianto 2001, 3). Ekutias merek menciptakan nilai, baik pada perusahaan maupun pada konsumen, ekuitas merek juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup sebuah merek (Aaker 1996, 7). Aset dan liabilitas dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu : brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty, dan aset – aset hak milik yang lain, mewakili aset seperti paten, dan saluran distribusi. Keempat variable ekuitas merek diluar aset – aset merek yang lain dikenal sebagai variable utama dari ekuitas merek (Aaker 1996, 8). Banyaknya penjualan yang didapat suatu perusahaan dikarenakan adanya pembelian dari Tabel 5 Beberapa Menu Menu meriah Pizza
Menu meriah Royal Platter Menu meriah Nasi
konsumen, persentase besarnya suatu brand index juga dikarenakan adanya pembelian. Pembelian tersebut muncul karena adanya suatu keputusan pembelian. Suatu keputusan pembelian konsumen itu sendiri merupakan proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian seperti : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian sehingga jelas bahwa pemasar perlu fokus pada seluruh proses pengambilan keputusan (Susanto 2004, 16). Pizza Hut sendiri memiliki menu yang beragam dan bervariasi dari menu Pizza yang berisi daging sapi, ayam, keju, dll. Hal tersebut guna untuk mencukupi kebutuhan konsumennya. Bukan hanya itu saja, Pizza Hut juga menyediakan menu nasi yang sesuai dengan karakter orang indonesia. Dari segi harga tentunya Pizza Hut juga menyediakan menu promosi untuk menjangkau semua konsumennya. Berikut beberapa contoh menu dari Pizza Hut dari menu utama sampai dengan menu minuman yang beragam. Pizza Hut
Brazilian Pizza 1. Pan Pizza 2. Cheesy Pizza 3. Stuffed Crust Sosis 4. Crown Crust 5. Stuffed Crust Keju 1. BBQ Beef 1. Asian BBQ Chicken Rice 2. Nasi Buncis Kari Ayam 3. Nasi Zaitun Ayam Panggang
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Menu meriah Pasta Menu meriah Hidangan Pembuka Menu meriah Minuman Menu meriah hidangan penutup Sumber : Pizza Hut Jayakarta
4. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2.
Nasi Chilli Ebi Jagung Udang Tempura Ebi Pronto Spaghetti Chicken Cheese Fusilli Surimi Nyonya Curry Puff Puff Pastry Chicken Cream Soup Raspberry Lychee Black Forest Shake Peach Berry Mango Silk Pudding Coconut hot Bread Pudding
Keputusan pembelian pelanggan dapat diukur lewat ekuitas merek suatu perusahaan tersebut. Brand awarenees dimana konsumen sanggup untuk mengenali atau mengingat merek, asosiasi merek dimana segala kesan yang muncul dan terkait dengan ingatan konsumen yang kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut, produk, dll. Perceived quality yakni persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau jasa layanan yang diharapkan konsumen, brand loyalty merupakan ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek. Dengan ekuitas merek tersebutlah suatu keputusan pembelian akan terjadi yang menyebabkan adanya suatu pembelian produk/jasa. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agusli dan Kunto (2013). dengan mengambil dan mengganti variable dependennya menjadi Purchasing Decisions (Keputusan Pembelian) lewat jurnal pendukung yang ditulis oleh Marisa dan Marhayanie. Hasil dari penelitian tersebut dengan variabel independen yang sama namun variable dependennya dari minat beli diubah menjadi
134
November 2013
Purchasing Decisions (keputusan pembelian) lewat jurnal pendukung yaitu Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Loyalty masing-masing variabel tersebut mempunyai pengaruh pada variabel independen yaitu Purchasing Decision sebagai variabel dependennya. Melihat masalah dan fenomena yang ada diatas, Penulis merasa tertarik mengukur faktor Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Brand Loyalty dan Purchasing Decisons pada objek Pizza Hut di Jakarta karena Penulis ingin melihat bagaimana elemen – elemen ekuitas merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen dengan produk Pizza Hut di Jakarta. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Brand Equity Menurut Aaker (1996, 7) mendefinisikan Brand Equity sebagai “brand is a set of brand assets and liabilities linked to a brand, its name and symbol, that add to or subtract from the value provided by a product or service to
ISSN: 1410 -9875
a firm and or that firm’s customers”. Model brand equity Aaker (1996, 8) terdiri dari lima komponen : brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty and other proprietary brand assets: patents, trademarks, channel relationships,etc. Aaker menunjukan bahwa strategi penetapan merek yang baik harus berkonsentrasi pada upaya untuk mencapai brand awareness, perceived quality dan brand association untuk memenangkan brand loyalty bagi suatu merek produk. Menurut Kotler dan Keller (2012, 265) “brand equity is added value to endowed on product and service. It maybe reflected in the way cunsomer think, feel, and act with the respect to the brand, as well as in the price, market share, and profitability the brand commands to the firm”. Brand Awareness Menurut Aaker (1996, 10) mendefinisikan Brand Awareness sebagai “Awareness refers to the strength of a brand’s presence in the consumer’s mind.” Menurut Rangkuti (2004, 39) mendefinisikan Brand Awareness sebagai “Kemampuan seseorang pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu secara spontan atau setelah dirangsang dengan kata-kata kunci”. Menurut Kotler (2012, 504) Brand Awareness adalah “Fostering the consumer’s ability to recognize or recall the brand within the category, in sufficient detail to make a purchase.” Pendapat ini menunjukan bahwa brand
Novrita Adriani F
awareness merupakan awal untuk melakukan pembelian sebelumnya para konsumen harus dapat mengakui atau mengingat merek tersebut secara detail. Brand Association Menurut Kotler&Keller (2012, 186) mendefinisikan brand awareness sebagai “brand association consist of all brandrelated thoughts, feelings, perceptions, images, experiences, beliefs,attitudes,and so on that become linked to tke brand node.” Menurut Lamans (2005, 67) menyatakan bahwa “anything that connects the costumer to the brand.” Selanjutnya menurut Rangkuti (2004, 39) “segala sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek dimana assosiasi ini merupakan atribut yang ada didalam merek tersebut dan memiliki suatu tingkatan kekuatan.” Brand association menurut Aaker (1996, 25) menyatakan bahwa “Managing Brand Equity emphasised that brand equity is supported in great part by the associations that consumers make with a brand. These associations might include product attributes, a celebrity spokesperson, or a particular symbol.” Perceived Quality Secara umum definisi atau pengertian dari Perceived Quality Menurut Keller (2013, 187) menyatakan “Perceived Quality is customer’s perception of the overall quality or superiority of a product or service composed to alternatives and with respect to its intended purpose.”
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Definisi tersebut diperkuat oleh Kotler dan Keller (2012, 153) yang menyatakan bahwa “ quality is totally of features and charecteristic of procut or service that bear on it’s ability to satisfied started or implied needs”. Selanjutnya menurut Aaker (1996, 24) menyatakan bahwa “perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud diharapkan.” Menurut Schiffman&Kanuk (2010, 195) menyatakan bahwa “consumers perceived quality of a product or service is based on a variety of informational cues that they associate with the product same of these cuese are intrinsic to the product or service, other are extrinsic.” Brand Loyalty Definisi brand loyalty menurut Schiffman dan Kanuk (2010, 92) adalah “brand loyalty are frequency award programs where marketers offer rewards and special benefits to buyers who purchase their offerings consistently.” Menurut Lovelock dan Wirtz (2011, 338) menyatakan “Loyalty is customer’s willingness to continue patronizing a firm over the longterm, preferably on an exclusive basis, and recomending
136
November 2013
the firm’s products to friends and associates.” Menurut Kotler and Keller (2012, 149) menyatakan bahwa “ Loyalty is a deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistently in the future, thereby causing repetitive samebrand or same brand-set purchasing, despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior”. METODA PENELITIAN Variable dan Pengukurannya Skala yang digunakan dalam penelitian adalah skala Likert (Likert Scale). Menurut Sekaran dan Bougie (2010, 152) menyatakan bahwa skala likert adalah “Designed to examine how strongly subjects agree or disagree with statement.” Menurut Sugiyono (2009, 133) jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Angka 1 = Sangat Tidak Setuju Angka 2 = Tidak Setuju Angka 3 = Cukup Setuju Angka 4 = Setuju Angka 5 = Sangat Setuju Berikut adalah tabel yang menunjukkan pengukuran dan indikator dari variabel yang akan diteliti:
ISSN: 1410 -9875
Variabel Brand Awareness
Brand Association
Perceived Quality
Novrita Adriani F
Tabel 6 Tabel Variabel dan Pengukuran Indikator 1. Pizza Hut adalah restoran keluarga pertama yang terpikir 2. Pizza Hut diketahui sebagai salah satu restoran keluarga di jakarta 3. Pizza Hut mudah diingat diantara restoran pizza di jakarta lainnya 1. Pizza Hut selalu ramai dengan tamu yang makan untuk tujuan makan keluarga 2. Citra sebagai restoran keluarga sangat lekat dengan Pizza Hut 3. Bangunan Pizza Hut sesuai dengan peruntukan makan keluarga 4. Suasana yang dibangun Pizza Hut sesuai dengan Konsep tempat makan keluarga 5. Interior Pizza Hut memberikan kesan yang kuat sebagai tempat makan keluarga 1. Pizza Hut memiliki layanan yang sangat sesusai dengan perkembangan kebutuhan restoran keluarga saat ini 2. Pizza Hut selalu mampu memenuhi kebutuhan makan keluarga 3. Harga yang ditawarkan oleh Pizza Hut sesuai dengan kualitas yang diberikan 4. Pelayanan yang diberikan oleh Pizza Hut melebihi harapan konsumen 5. Staf Pizza Hut tanggap terhadap kebutuhan tamu 6. Fasilitas yang disediakan Pizza Hut cukup untuk
Skala Pengukuran Likert
Likert
Likert
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Variabel
Brand Loyalty
Purchasing Decisions
Indikator mengakomodasi sebagai tempat makan keluarga 7. Staf dari Pizza Hut ramah 8. Ruangan di Pizza Hut bersih
November 2013
Skala Pengukuran
1. Konsumen menceritakan Likert hal positif tentang Pizza Hut 2. Konsumen merekomendasikan Pizza Hut kepada temannya 3. Konsumen tetap memilih Pizza Hut sebagai salah satu restoran keluarga di jakarta 4. Konsumen selalu menggunakan Pizza Hut untuk tempat makan keluarga 1. Konsumen memutuskan Likert membeli produk Pizza Hut karena produk yang dijual sesuai dengan kebutuhannya 2. Konsumen mendapatkan informasi mengenai Pizza Hut dari media iklan, keluarga, teman, atau orang lain 3. Konsumen membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk memutuskan membeli di Pizza Hut dibanding restoran Pizza lainnya 4. Konsumen merasa puas memilih Pizza Hut sebagai tempat makan keluarga
Sumber : JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-8
Pemilihan Sampel Obyek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pelanggan Pizza Hut di Kota Jakarta. Kriteria respondennya
138
adalah pria/wanita, memiliki pekerjaan, sudah pernah datang ke Pizza Hut, dan yang membeli produk di restoran Pizza Hut dengan batas umur 20-50 tahun
ISSN: 1410 -9875
karena responden dengan umur tersebut dianggap dapat memberikan pendapat dan penilaian secara bijak atas pernyataan yang diberikan dalam bentuk kuesioner penelitian. Pemilihan obyek penelitian terhadap pelanggan Pizza Hut di Kota Jakarta dengan jumlah ratarata konsumen dalam 1 bulan menurut data yang didapat dari Pizza Hut pusat sebanyak 137.999 konsumen.Dari 5 wilayah yang terdapat di kota Jakarta penulis menyebar 150 kuesioner dengan penyebaran 30 kuesioner untuk masing-masing wilayah dalam penyebaran perwilayah di kota Jakarta penulis mengambil 20 responden, sehingga penulis menetapkan 100 responden dalam penelitian ini karena 100 sample sudah dapat mewakili populasi (Hair et al. 2012, 102). Untuk itu, penulis mengambil gerai Pizza Hut dengan penjualan terbesar dilihat dari purchasing decisions pelanggan masing-masing wilayah di kota
Novrita Adriani F
Jakarta. Hal tersebut dapat mewakili untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Adapun berdasarkan data dari Pizza Hut pusat berkaitan penjualan terbesar tahun 2013dari masingmasing wilayah di Jakarta yaitu gerai Pizza Hut wilayah Jakarta Pusat di mall Plaza Indonesia, wilayahJakarta Selatan di mall Pondok Indah, wilayah Jakarta Timur di mall Cijantung, wilayah Jakarta Barat di mall Taman Anggrek, wilayah Jakarta Utara di Hanamasa Sports Mall, Kelapa Gading. Metoda Analisis Data Uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda. Regresi berganda adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi dirumuskan dengan persamaan berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 dimana: Y = besarnya nilai variabel dependen Purchasing Decisions A = nilai konstanta b = Koefisien Regresi X1 = Brand Awareness X2 = Brand Association X3 = Perceived Quality X4 = Brand Loyalty E = error term HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif Responden yang berjenis kelamin pria adalah sebanyak 61 orang (61%) dan responden yang berjenis kelamin wanita adalah sebanyak 39 orang (39%). Responden yang berusia antara 20-29 tahun adalah 43 orang (43%), responden yang berusia antara 30-39 tahun adalah 30 orang
(30%), responden yang berusia antara 40-49 tahun adalah 19 orang (19%), responden yang berusia antara >50 tahun adalah 8 orang (8%). Responden yang bekerja sebagai mahasiswa/i sebanyak 44 orang (44%), responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 9 orang (9%), responden yang bekerja sebagai wirausaha
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
sebanyak 30 orang (30%), responden yang berasal dari PNS/Pegawai Swasta sebanyak 7 orang (7%) dan responden yang berasal dari Lainnya sebanyak 10 orang (10%). Responden yang memiliki pengeluaran sebanyak Rp.500.0001.500.000 dalam satu bulan
November 2013
sebanyak 34 orang (34%), responden yang memiliki pengeluaran sebanyak Rp.1.500.0003.000.000 dalam satu bulan sebanyak 55 orang (55%), dan responden yang memiliki pengeluaran sebanyak >3.000.000 sebanyak 11 orang (11%).
Pengujian Simultan (uji F) Tabel 7 Hasil Uji F Hipotesis 5 Regression
F hitung 47.681 0,000
sig
Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 19.0
Berdasarkan pada kurva penerimaan atau penolakan H5 di atas, dapat di ketahui bahwa F hitung terletak pada daerah penolakan Ho5. Dengan melihat F hitung > Ftabel, yaitu 47.681 > 2.46 maka dapat dikatakan bahwa Ho5
ditolak dan Ha5 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand loyalty terhadap Purchasing Decisions pelanggan Pizza Hut di Jakarta.
Pengujian Parsial (uji t)
total total total total
Tabel 8 Nilai Koefisien Regresi t hitung awareness 5.398 0,000 association 12.193 0,000 PQ 2.372 0.020 loyalty 3.446 0.000
Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 19.0
Seluruh variable memiliki nilai t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dikemukakan, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh antaralain : 1. Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh Brand Awareness(X1)
140
sig
terhadap Purchasing Decisions(Y) pelanggan Pizza Hut di Jakarta. 2. Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh Brand Association(X2) terhadap Purchasing Decisions(Y) pelanggan Pizza Hut di Jakarta. 3. Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh Perceived Quality(X3) terhadap Purchasing Decisions(Y) pelanggan Pizza Hut di Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
4. Ha4 diterima, artinya terdapat pengaruh Brand Loyalty(X4) terhadap Purchasing Decisions(Y) pelanggan Pizza Hut di Jakarta. 5. Ha5 diterima, artinya terdapat pengaruh Brand Awareness(X1) Brand Association(X2), Perceived Quality(X3), Brand Loyalty (X4) terhadap Purchasing Decisions(Y) pelanggan Pizza Hut di Jakarta. Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk dapat
Novrita Adriani F
digunakan pada kegiatan penelitian selanjutnya antara lain : 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak lagi agar sampel yang diambil mewakili populasi dengan lebih baik. 2. Melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan faktorfaktor lain yang mempengaruhi Purchasing Decisions.
REFERENSI Aaker, David. 1996. Managing Brand Equity. New York : Free Press Armstrong, Gary and Kotler, Philip. 2004. “Principles of Marketing”, 7th edition. Pearson Prentice Hall Clow, Kenneth E. And Donald Baack. 2012. Integrated Advertising, Promotion, and Marketing Communications 5th Edition. England : Pearson Education Durianto, Darmadi, Sugiarto, Lie Joko Budiman 2001. Strategi Memimpin Pasar. PT: Gramedia Pustaka Utama Gujarati, Damodar N and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. 5th Edition. New York: McGraw-Hill Education Hair, Joseph.F, Rolph E, Anderson, Ronald. L, Babin, Barry. J, William. 2010. Multivariate Data Analysis : A Global Perspective. 7th Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall Kotler, Phillip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. 14th Edition, USA : Pearson Educational International Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management. London : Pearson Lamons, Bob. 2005. “The Cas for B2B Branding” Lovelock, Christopher, and Jochen Wirtz. 2011. Services Marketing.7th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall Rangkuti, Freddy. 2004. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Metods For Business. 5th Edition. India: Wiley Schiffman, Leon G, and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior. New Jersey : Pearson Prentice Hall Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Susanto. Wijanarko, Himawan. 2004. Power Branding : Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Quantum Bisnis dan Manajemen. Jakarta Shahrokh, Zohreh D, Jamshid S. Sedghiani, Vali G. 2012. “ Analyzing the influence of Customer attitude toward brand extension on attitude toward parent brand. Interdisciplinary Journal of contemporary research in Business. Vol.3 (9), PP 1133-1148 Yoo et al. 2009. Business-to business brand management. Emerald Group Publishing, 2009
142
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 143-156
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN UNQUALIFIED OPINION WITH MODIFIED PARAGRAPH GOING CONCERN
M. ARIEF EFFENDI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this study is to investigate empirically the relationship between audit quality, company’s financial condition, prior audit opinion, company’s growth, company’s size, and debt default that influence the company’s acceptance of unqualified opinion with modified paragraph going concern. Data to be used is secondary data and were taken from Indonesia Stock Exchange official website. The research used 42 non-financial companies as sample by using purposive sampling method. This study used logistic regression to test the hypothesis. Data for this study comprises from the financial statement of non-financial companies in Indonesia over four year period of 20082011. The research finding can be summarized as follows. The result showed that the prior audit opinion has significant influence over unqualified opinion with modified paragraph going concern. On the other hand, audit quality, company’s financial condition, company’s growth, company’s size, and debt default don’t have influence on unqualified opinion with modified paragraph going concern. Keywords: Audit Quality, Company’s Financial Condition, Prior Audit Opinion, Company’s Growth, Company’s Size, Debt Default and Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris hubungan antara kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan kegagalan utang yang mempengaruhi penerimaan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf yang dimodifikasi terkait dengan keberlangsungan usaha bagi perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder dan diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 42 perusahaan non-keuangan sebagai sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk menguji hipotesis. Data untuk penelitian ini terdiri dari laporan keuangan perusahaan non-keuangan di Indonesia selama periode empat tahun, 2008-2011. Temuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit sebelum memiliki pengaruh signifikan atas opini wajar tanpa pengecualian dengan
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
paragraf dimodifikasi terkait dengan keberlangsungan usaha. Di sisi lain, kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan kegagalan utang tidak memiliki pengaruh pada pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf dimodifikasi going concern. Kata kunci: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Kegagalan Utang dan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf yang Dimodifikasi terkait dengan Keberlangsungan Usaha. PENDAHULUAN Banyaknya pihak yang menggunakan laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan sehingga adanya pengungkapan mengenai masalah kelangsungan hidup akan sangat berguna bagi pihak-pihak berkepentingan. Jika masalah mengenai kelangsungan hidup tidak diungkapkan, pengguna laporan keuangan akan sangat dirugikan jika auditee mengalami gulung tikar yang sama sekali tidak dapat diprediksi karena tidak adanya pengungkapan mengenai masalah kelangsungan hidup perusahaan. Selain itu, auditor juga akan mengalami kerusakan reputasi dan juga dapat dituntut oleh pengguna laporan keuangan karena tidak adanya pengungkapan mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Motivasi melakukan penelitian ini adalah untuk membantu perusahaan, investor maupun setiap pihak yang menggunakan laporan keuangan agar dapat mengidentifikasi penyebab perusahaan menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Santosa dan Wedari (2007). Alasan peneliti melakukan replikasi penelitian adalah karena
144
opini audit unqualified opinion with modified paragraph going concern merupakan masalah yang penting untuk dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi di pasar modal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan debt default berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Investor Sebagai salah satu masukan bagi investor untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan investasi. 2. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam bidang auditing agar lebih memahami faktorfaktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
ISSN: 1410 -9875
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca dan peneliti selanjutnya, juga dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Yuliana (2009) menggambarkan teori agensi sebagai teori yang berbicara mengenai perbedaan kepentingan prinsipal dan agen yang berpengaruh terhadap penyediaan informasi, kinerja, dan insentif. Karena itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator yang berfungsi untuk menjembatani kepentingan antara prinsipal dan agen. Kualitas Audit dengan Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Auditor yang memiliki kualitas audit yang lebih baik cenderung akan mengeluarkan opini going concern apabila klien mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidupnya (Santosa dan Wedari 2007). Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik daripada auditor skala kecil, termasuk dalam pengungkapan masalah going concern (Santosa dan Wedari 2007). Selain itu, auditor skala besar akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review (Craswell et al. (1995) dalam Fanny dan Saputra (2005)). Hasil penelitian Wijaya et al. (2009) dan Rahayu (2007) menunjukkan bahwa
M. Arief Effendi
kualitas audit berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern Sedangkan hasil penelitian Amilin dan Indrawan (2008), Susanto (2009), Santosa dan Wedari (2007), Setyarno et al. (2006) dan Herusetya (2008) menunjukkan hal yang sebaliknya. Ha1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Kondisi Keuangan Perusahaan dengan Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan suatu perusahaan. Salah satu media yang dapat kita pakai untuk menilai kondisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan perusahaan. Menurut Susanto (2009), auditor hanya akan memberikan opini audit going concern jika perusahaan mengalami kesulitan melanjutkan kelangsungan usahanya. Penelitian Susanto (2009), Rudyawan dan Badera (2009) dan Setyarno et al. (2006) menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern sedangan penelitian Santosa dan Wedari (2007) menunjukkan hal yang sebaliknya. Ha2 : Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern.
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Opini Audit Tahun Sebelumnya dengan Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Opini going concern tahun sebelumnya akan menjadi pertimbangan penting bagi auditor untuk menentukan opini going concern di tahun selanjutnya. Jika auditor memberikan opini audit going concern pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan besar auditor akan memberikan opini going concern pada tahun selanjutnya. Penelitian setyarno et al. (2006), Santosa dan Wedari (2007), Januarti dan Fitrianasari (2008), Susanto (2009) dan Dewayanto (2011) menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ha3 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pertumbuhan Perusahaan dengan Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Rudyawan dan Badera 2009). Pertumbuhan penjualan akan memberi peluang bagi auditee untuk meningkatkan laba dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penelitian Santosa dan Wedari (2007), Kumalawati (2012), Rudyawan dan Badera (2009) menunjukkan bahwa
146
November 2013
pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ha4 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ukuran Perusahaan dengan Kecenderungan Penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Mutcher (1985) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Penelitian Santosa dan Wedari (2007) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern sedangkan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) dan Dewayanto (2011) menunjukkan hal yang sebaliknya. Ha5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern
Debt Default dengan Kecenderungan penerimaan Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church 1992 dalam Praptorini dan Januarti 2007). Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan (Susanto 2009). Penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) menunjukkan
bahwa debt default berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern sedangkan penelitian Susanto (2009) menunjukkan hal yang sebaliknya. Ha6 : Debt default berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern.
Model Penelitian Kualitas Audit Kondisi Keuangan Perusahaan Unqualified Opinion
Opini Audit Tahun Sebelumnya
with Modified Paragraph Going
Pertumbuhan Perusahaan
Concern
Ukuran Perusahaan Debt Default Gambar 2.1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Bentuk penelitian ini adalah penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas adalah penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antar variabel (Zikmund et al. 2010, 57). Obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen seluruh perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2011. Pengambilan sampel diperoleh dengan metode purposive sampling, yang bertujuan untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteriakriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah (1) perusahaan non-keuangan yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011; (2) Perusahaan non-keuangan yang laporan keuangannya menggunakan satuan mata uang rupiah selama
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
periode penelitian; (3) Perusahaan non-keuangan yang mengalami kerugian minimal dua periode laporan keuangan selama periode penelitian; (4) Perusahaan nonkeuangan yang datanya tersedia selama periode penelitian. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Penerimaan Unqualified Opinion with Explanatory Paragraph Going Concern Pengukuran terhadap Unqualified Opinion with explanatory paragraph going concern dilakukan dengan menggunakan skala nominal dan diukur dengan variabel dummy, yaitu perusahaan non-keuangan yang menerima Unqualified Opinion with explanatory paragraph going concern atas laporan keuangannya diberi nilai “1”, sedangkan perusahaan yang menerima opini selain Unqualified Opinion with explanatory paragraph going concern akan diberi nilai “0”. Kualitas Audit Kualitas audit merupakan kualitas atas jasa yang diberikan oleh auditor kepada kliennya (Susanto 2009). Kualitas audit diproksikan dengan skala auditor (Santosa dan Wedari 2007). Auditor skala besar adalah KAP big four, sedangkan Auditor skala kecil adalah KAP non-big four. Pengukuran kualitas audit menggunakan skala nominal dan diukur dengan variabel dummy, yaitu skor “1” untuk KAP skala besar (big four) dan skor “0” untuk KAP skala kecil (non-big four). Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan
148
November 2013
perusahaan yang sesungguhnya (Ramadhany 2004 dalam Setyarno et al. 2006). Variabel kondisi keuangan perusahaan diukur dengan skala rasio dan dihitung dengan menggunakan salah satu model prediksi kebangkrutan, yaitu Revised Altman Model (1993). Revised Altman Model adalah sebagai berikut: Z = 0,717 Z1 + 0,847 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0,998 Z5 Dimana: Z1 = Working Capital / Total Assets Z2 = Retained earnings / Total Assets Z3 = Earnings before interest and taxes / Total assets Z4 = Book value of equity / Book value of debt Z5 = Sales / Total Assets Opini Audit Tahun Sebelumnya Variabel ini didefinisikan sebagai opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya. Pengukuran variabel opini audit tahun sebelumya menggunakan skala nominal, dan juga menggunakan variabel dummy, yaitu unqualified opinion with modified paragraph going concern akan diberi skor “1”, sedangkan opini selain unqualified opinion with explanatory paragraph going concern akan mendapat skor “0”. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan tingkat perubahan penjualan setiap tahunnya. Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel pertumbuhan perusahaan adalah skala rasio. Perhitungan variabel pertumbuhan perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Pertumbuhan perusahaan = Penjualan bersiht – Penjualan bersiht-1 Penjualan bersiht-1 Keterangan: Penjualan bersiht = Penjualan bersih tahun berjalan. Penjualan bersiht-1 = Penjualan bersih tahun sebelumnya. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah variabel yang mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel (Santosa dan Wedari 2007). Pengukuran variabel ini menggunakan skala rasio, dengan menggunakan natural logaritma dari total aktiva. Debt Default Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church 1992 dalam Praptitorini dan Januarti 2007). Variabel debt default diukur dengan menggunakan skala nominal. Variabel debt default diukur dengan menggunakan variabel dummy (1 = status variabel debt default, 0 = tidak debt default) (Praptitorini dan Januarti 2007). HASIL PENELITIAN Hasil Uji Normalitas Hasil pengujian normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa variabel kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan debt default memiliki asymp.Sig < 0,05 sehingga data tidak terdistribusi dengan normal (lihat tabel 1). Menurut Ghozali (2011) logistic regression tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya
sehingga data tidak terdistribusi normal.
harus
Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji Model Fit Uji model fit digunakan untuk menilai apakah model yang dihipotesakan menggambarkan data input. Menguji overall model fit menggunakan nilai -2 log likelihood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai -2 log likelihood mengalami penurunan (lihat tabel 2). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan model regresi yang baik atau menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hasil Uji Nagelkerke’s R Square Uji Nagelkerke’s R square digunakan untuk melihat seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 55,5%. Sedangkan sisanya sebesar 44,5% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Uji Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit digunakan untuk menguji apakah model fit dengan data observasi penelitian. Model dapat dikatakan fit dengan data observasi apabila nilai Sig. Hosmer and Lemeshow test > 0,05. Hasil
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
pengujian Hosmer dan Lemeshow goodness of fit test menunjukkan nilai sig >0,05 (lihat tabel 4) sehingga model dapat dikatakan fit dengan data observasi.
November 2013
tidak menerima opini unqualified opinion with modified paragraph going concern adalah 105 perusahaan, tetapi yang tepat diprediksi oleh model adalah 96 perusahaan (91,4%), sisanya yaitu sebanyak 9 perusahaan (8,6%) tidak tepat diprediksi yang merupakan kesalahan tipe II. Secara keseluruhan ketepatan prediksi berdasarkan model sebesar 144 perusahaan (96+48) atau 85,7%.
Hasil Uji Ketepatan Prediksi Berdasarkan tabel 5, dapat disimpulkan bahwa ada 63 perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern, tetapi yang tepat diprediksi berdasarkan model adalah sebanyak 48 Hasil Pengujian Hipotesis perusahaan atau sebesar 76,2%, dan Berdasarkan variables in the sisanya 15 perusahaan (23,8%) tidak equation pada tabel 6, diperoleh tepat diprediksi yang merupakan persamaan regresi logistik, yaitu: kesalahan tipe I. Perusahaan yang GC Ln = 0,748 - 0,709 K_AU - 0,005 Z_SCR + 3,580 PRIOP 1-GC + 0,000 GRWTH- 0,093 SZ – 0,182 D_DEF+ ε Variabel kualitas audit (K_AU) menunjukkan signifikansi 0,313 > 0,05 yang berarti Ha1 gagal diterima. Variabel kondisi keuangan perusahaan (Z_SCR) menunjukkan tingkat signifikansi 0,786 > 0,05 yang berarti Ha2 gagal diterima. Variabel opini audit tahun sebelumnya (PRIOP) menunjukkan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti Ha3 diterima.
Variabel pertumbuhan perusahaan (GRWTH) menunjukkan tingkat signifikansi 0,833 > 0,05 yang berarti Ha4 gagal diterima. Variabel ukuran perusahaan (SZ) menunjukkan tingkat signifikansi 0,396 > 0,05 yang berarti Ha5 gagal diterima. Variabel debt default (D_DEF) menunjukkan tingkat signifikansi 0,803 > 0,05 yang berarti Ha6 gagal diterima.
PENUTUP Kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Amilin dan Indrawan (2008), penelitian Susanto (2009), penelitian Santosa dan Wedari (2007), penelitian Setyarno et al. (2006), dan penelitian yang dilakukan oleh
Herusetya (2008), tetapi tidak konsisten dengan penelitian Wijaya et al. (2009) dan penelitian Rahayu (2007). Kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Santosa dan Wedari (2007) tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang
150
ISSN: 1410 -9875
dilakukan oleh Susanto (2009), penelitan Rudyawan dan Badera (2009), penelitian Dewayanto (2011) juga penelitian Setyarno et al. (2006). Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyarno et al. (2006), penelitian Santosa dan Wedari (2007), penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008), penelitian Dewayanto (2011), juga penelitian Susanto (2009). Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007), penelitian Kumalawati (2012), juga penelitian Rudyawan dan Badera (2009). Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph
M. Arief Effendi
going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) dan penelitian Dewayanto (2011) tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang telah dikakukan oleh Santosa dan Wedari (2007). Debt default tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Susanto (2009) tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Praptitorini dan Januarti (2007). Penelitian ini tidak memasukkan perusahaan keuangan ke dalam sampel penelitian, hanya menggunakan 6 variabel independen, dan periode pengamatan hanya 4 tahun. Penelitian selanjutnya dapat mengikutsertakan perusahaan keuangan dalam sampel penelitian, menambahkan variabelvariabel lain yang belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti opinion shopping, dan memperpanjang periode penelitian.
REFERENSI Amilin dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan dan Opini Audit Oleh KAP Big Four Dengan KAP Non Big Four (Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi, September, Vol. XVIII, No. 2, hlm. 72-83. Deloitte Touche Tohmatsu Limited. 2013. “About Us”. http://www.deloitte.com /view/en_ID/id/about-us/index.htm. Diakses Tanggal 24 April 2013. Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fokus Ekonomi, 1 Juni, Vol. 6, No. 1, hlm. 81-104. Djufri. 2011. Memahami Opini Audit Going Concern Dalam Rangka Investasi Di Pasar Modal. Aktiva, Oktober, Vol. 4, No. 7, hlm. 83-97.
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September, hlm. 966-978. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Haron, Hasnah et al. 2009. Factors Influencing Auditors’ Going Concern Opinion. Asian Academy of Management Journal, January, Vol. 14, No. 1, hlm. 119. Herusetya, Antonius. 2008. Kaitan Firm Size Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Mutu Laporan Audit Going Concern: Studi di Indonesia. Integrity – Jurnal Akuntansi dan Keuangan, April, Vol. 2, No. 1, hlm. 363-366. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik Per 31 Maret. Jakarta: Salemba Empat. . 2013. “Jakarta”. http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2013 /Jakarta.pdf. Diakses tanggal 24 April 2013. Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005). Jurnal Maksi, Januari, Vol. 8, No. 1, hlm. 43-58. KPMG. 2013. “About”. http://www.kpmg.com/id/en/about/Pages/default.aspx. Diakses tanggal 24 April 2013. Kumalawati, ely. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Going Concern: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-30. Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli, hlm. 1-25. PricewaterhouseCoopers International Limited. 2013. “About Us”. http://www.pwc.com/id/en/about-us/index.jhtml. Diakses tanggal 24 April 2013. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution) untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta: MediaKom. Rahayu, Puji. 2007. Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on Financial and Non-Financial Informations (Empirical Evidence of Indonesian Banking Firms Listed on JSX and SSX). Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli, hlm. 1-32. Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. AUDI - Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Juli, Vol. 4, No. 2, hlm. 129-138. Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
152
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Concern. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Desember, Vol. 11, No. 2, hlm. 141-158. Santosa, Purbayu Budi dan Muliawan Hamdani. 2007. Statistika Deskriptif dalam Bidang Ekonomi dan Niaga. Semarang: Penerbit Erlangga. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus, hlm. 1-25. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember, Vol. 11, No. 3, hlm. 155-173. Wijaya, Okie Indra, Yasmin Umar Assegaf dan Rahmawati. 2009. Pengaruh Kualitas Audit dan Proxy Going Concern Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Non regulasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Desember, Vol. 20, No. 3, hlm. 141156. Yuliana, Christina. 2009. Kajian Pustaka Terhadap Teori Agensi dan Akuntansi Manajemen. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, April, Vol. 20, No. 1, hlm. 61-68. Zikmund, William G., Barry J. Babin, Jon C. Carr and Mitch Griffin. 2010. Business Research Method. South-Western: Cengage Learning.
Nama Variabel Kualitas audit
Tabel 1 Uji Kolmogorov-Smirnov Asymp.Sig Keterangan 0,000
Data terdistribusi tidak normal
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Kondisi keuangan perus0,000 ahaan Opini audit tahun sebe0,000 lumnya Pertumbuhan perusahaan 0,000 Ukuran perusahaan 0,007 Debt default 0,000 Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
November 2013
Data terdistribusi tidak normal Data terdistribusi tidak normal Data terdistribusi tidak normal Data terdistribusi tidak normal Data terdistribusi tidak normal
Tabel 2 Overall Model Fit -2 Log likelihood Block 0: Beginning Block 222,285 Block 1: Method = Enter 134,526 Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0 Tabel 3 Nilai Nagelkerke’s R square Step 1
-2 Log likelihood 134,526(a)
Cox & Snell R Square ,407
Nagelkerke R Square ,555
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0 Tabel 4 Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 5,247
df 8
Sig. ,731
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
Tabel 5 Classification Table Observed
154
Predicted
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern Unqualifie Opini Selain d Opinion Unqualified With Opinion With Modified Paragraph Modified Going Paragraph GC Concern Step 1
Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern
Opini Selain Unqualified Opinion With Modified Paragraph GC Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern
Percentage Correct
96
9
91,4
15
48
76,2
Overall Percentage
85,7
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0 Tabel 6 Variables in the Equation Step 1(a)
K_AU Z_SCR PRIOP GRWTH SZ D_DEF Constant
B -,709 -,005
S.E. ,702 ,017
Wald 1,020 ,074
3,580 ,000 -,093
,472 ,000 ,110
-,182 ,748
,727 2,884
df 1 1
Sig. ,313 ,786
Exp(B) ,492 ,995
57,414 ,044 ,722
1 1 1
,000 ,833 ,396
35,872 1,000 ,911
,063 ,067
1 1
,803 ,795
,834 2,113
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
156
November 2013