Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014 DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Diana dan Maria Magdalena .....................................................
1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Shanti S. ............................................................................
13
Pengaruh Sikap Kepada Komputer, Sikap Kepada Merek Web Browser, Kepuasan Dari Web Browser, Hubungan Dengan Merek Web Browser, Dan E-Scape Web Browser Terhadap Loyalitas Web Browser Nuno Sutrisno ......................................................................
29
Pengaruh Independensi Auditor, Komite Audit, Ukuran Perusahaan Dan Faktor Lainnya Terhadap Integritas Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Nurhaiyani .........................................................................
41
Pengaruh Komunikasi Visi, Pemberdayaan Karyawan Dan Motivasi Karyawan Terhadap Kepuasan Karyawan Di Pt.Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) Divisi Enterprise Service Jakarta Nurwanti ............................................................................
51
Pengaruh Beta, Firm Size, Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Return On Asset Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Non Keuangan R. Wasisto Roeswidiono .........................................................
61
Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Dengan Konsekuensi Nilai Perusahaan Ricardo S Wirjawan ..............................................................
81
Pengaruh Komitmen Organisasi, Kompensasi, Budaya Organisasi, Motivasi Dan Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Rr Niken Purbasari ...............................................................
93
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Unqualified With Modified Paragraph Going Concern Rudi Riady ..........................................................................
105
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern Rutji Satwiko ......................................................................
121
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Wenny ...............................................................................
137
Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKELS Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail :
[email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 1-12
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DIANA dan MARIA MAGDALENA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The objective of this research is to test and analyse the effect of auditor’s independency, corporate governance mechanisms, auditor’s reputation, and audit opinion to financial statement’s integrity. The population of this research is all manufacturing companies which listed in the Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia) from 2007 until 2011. The data type is secondary data consists of annual financial statements collected from IDX website. The sample consists of 100 manufacturing companies. This research uses multiple linear regression as the statisctial analysis method. The result show that auditor’s independency, corporate governance mechanisms, auditor’s reputation and audit opinion does not influencing the financial statement’s integrity. Keywords: Financial Statement’s Integrity, Auditor’s Independency, Corporate Governance Mechanisms, Auditor’s Reputation, and Audit Opinion. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh independensi auditor, mekanisme tata kelola perusahaan, reputasi auditor, dan opini audit terhadap integritas laporan keuangan. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai 2011. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder terdiri dari laporan keuangan tahunan yang diperoleh dari website BEI. Sampel terdiri dari 100 perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda sebagai metode analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi auditor, mekanisme tata kelola perusahaan, reputasi auditor dan opini audit tidak mempengaruhi integritas laporan keuangan. Kata kunci: Integritas Laporan Keuangan, Independensi Auditor, Mekanisme Corporate Governance, Reputasi Auditor, dan Opini Audit. PENDAHULUAN
pertumbuhan dibidang ekonomi khususnya pasar modal. Hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya perusahaan yang sudah
Pada era globalisasi saat ini Indonesia banyak mengalami
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
publik, sehingga kebutuhan akan laporan keuangan semakin meningkat. Pelaporan keuangan merupakan proses penyampaian informasi laporan keuangan perusahaan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan guna mendukung pencapaian tujuan ekonomi perusahaan. Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi bagi para pengguna yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan tersebut. Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan secara benar dan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya yang menjadi kepentingan banyak pihak. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi. Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur (Mayangsari 2003). Motivasi penelitian dari penulis adalah penulis merasa tertarik untuk mengetahui apakah hasil penelitian yang akan diperoleh memiliki hasil yang sama atau berbeda dengan peneliti sebelumnya. Perumusan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah independensi, mekanisme corporate governance, reputasi auditor, dan opini audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, reputasi auditor, dan opini audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
2
November 2014
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Untuk meminimalkan agency conflict, ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengendalikan agency conflict tersebut, yaitu the monitoring expenditure by the principal, the bonding cost, dan the residual cost. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Menurut Shleifer dan Vishny (1997) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), dalam Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyekproyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
ISSN: 1410 -9875
Integritas Laporan Keuangan Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan yaitu sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukan informasi yang benar dan jujur. Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Menurut DeFond dan Subramanyam (1998) dalam Susiana dan Herawaty (2007) beberapa peneliti menyatakan bahwa auditor lebih menyukai pelaporan yang konservatif. Di dalam prinsip konservatisme, ketika terdapat dua atau lebih alternatif akuntansi yang memiliki kemampuan sama dalam memenuhi obyektivitas dari laporan keuangan, maka yang dipilih adalah alternatif yang memiliki dampak yang paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Dengan demikian konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat,mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Godfrey et al. 2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan Independensi adalah landasan dari profesi audit, dimana auditor harus mempunyai sikap netral dan obyektif (Boynton dan Johnson 2006). Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang
Diana dan Maria Magdalena
meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan 2002 dalam Hardiningsih 2010). Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas (Alim et al. 2007). Dengan demikian jaminan atas keandalan laporan yang diberikan oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan karena memiliki laporan keuangan yang berintegritas (Singgih dan Bawono 2010). Menurut Indaryanto (2004) dalam Setyaningrum (2005) mendefinisikan corporate governance yang disimpulkan dari beberapa peneliti dan lembaga sebagai suatu mekanisme atau aturan yang mengarahkan atau mengontrol tindakan manajemen sehingga dapat memaksimalkan profitabilitas dan nilai perusahaan melalui monitoring kinerja manajemen dan akuntabilitas manajemen terhadap stakeholders. Elemen-elemen yang terkandung untuk pengukuran corporate governance di dalam penelitian ini adalah kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham manajerial, keberadaan komite audit dalam perusahaan, dan keberadaan komisaris independen dalam perusahaan. Kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer sehingga integritas laporan keuangan terjaga dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya pengawasan tersebut maka
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan laporan keuangan (Faisal 2005). Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer akan cenderung bertindak dalam kepentingan pemegang saham karena mereka juga merupakan bagian dari pemegang saham, antara lain dengan tidak memanipulasi informasi yang ada dalam laporan keuangan (Mayangsari 2003). Sesuai dengan fungsi dan tujuan dibentuknya komite audit, yang salah satunya yaitu memastikan laporan keuangan yang dihasilkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum, maka sedikit banyak keberadaan dan efektivitas komite audit dalam perusahaan berpengaruh terhadap kualitas dan integritas laporan keuangan yang dihasilkan (Hardiningsih 2010). Komite audit akan melakukan pengawasan terhadap kinerja yang dilakukan dalam suatu perusahaan agar laporan yang dihasilkan berintegritas tinggi. Keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Hal ini dikarenakan keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi untuk mengawasi dan melindungi pihak-pihak diluar manajemen perusahaan, menjadi penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan
4
November 2014
manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen, sehingga komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance dan menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas (Hardiningsih 2010). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit. Penelitian-penelitian sebelumnya membedakan kualitas auditor berdasarkan perbedaan big four dan non big four dan ada juga yang menggunakan spesialisasi industri auditor untuk memberi nilai bagi kualitas audit ini seperti penelitian Mayangsari (2003). KAP yang besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil (Lenox 2000 dalam Susiana dan Herawaty 2007). Dengan demikian reputasi auditor dapat dijadikan sebagai jaminan atas penyajian laporan keuangan yang memiliki integritas yang dapat dipertanggungjawabkan (Isnanta, 2008 dalam I Guna dan Herawati, 2010). Auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang akan diaudit. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Bagian dari laporan audit
ISSN: 1410 -9875
Diana dan Maria Magdalena
yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit (Petronela 2004). Opini audit atas suatu laporan keuangan yang disajikan secara wajar mengindikasikan laporan keuangan yang berintegritas karena sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU), sedangkan selain opini wajar tanpa pengecualian memiliki risiko salah saji laporan keuangan lebih tinggi sehingga menyebabkan tidak terintegritasnya laporan keuangan (Arens 1996 dalam Petronela 2004). Pengembangan Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan sebagai berikut: Ha1 Independensi berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. saham Ha2 Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ha3 Kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
No. 1.
2.
3.
Komite audit berpengaruh Ha4 terhadap integritas laporan keuangan. Ha5 Komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ha6 Reputasi auditor berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ha7 Opini audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. METODA PENELITIAN Populasi dari obyek penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan metoda non probabilitas berdasarkan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel secara tidak acak dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Berikut proses pemilihan sampel
Tabel 1 Sampel Penelitian Perusahaan Kriteria Seleksi Perusahaan anufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 sampai 2011 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah selama periode 2009 sampai 2011 Perusahaan yang tidak mempunyai akhir tahun buku per 31 Desember Total perusahaan dan data yang digunakan dalam penelitian
Data
115
345
(10)
(30)
(5)
(15)
100
300
Sumber: Hasil olahan data penelitian
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Integritas laporan keuangan diukur dengan menggunakan indeks conservatism yang di kemukakan oleh Penmann dan Zhang (1999). Rumusnya adalah : (RP res it + DEPR res it) Cit = NOA it Dimana: = indeks konservatisme Cit perusahaan i pada tahun t RP it = jumlah biaya riset dan pengembangan yang ada dalam laporan keuangan perusahaan i pada tahun t depresiasi yang DEPR it= biaya terdapat dalam laporan keuangan perusahaan i pada tahun t NOA it= net operating assets, yang diukur dengan rumus kewajiban keuangan bersih (total hutang + total saham + total dividen) – (kas + total investasi) perusahaan i pada tahun t Variabel independensi diukur menggunakan skala nominal dengan variable dummy. Angka 1 digunakan untuk mewakili perusahaan yang menggunakan auditor yang sama dalam 3 tahun, yang berarti tidak memiliki sikap independen. Angka 0 digunakan untuk perusahaan yang mengganti auditornya dalam waktu kurang dari 3 tahun, yang berarti memiliki sikap independen (Guna dan Herawaty 2010). Kepemilikan saham institusional adalah kepemilikan saham perusahaan swasta maupun pemerintah yang dimiliki perusahaan lain baik di dalam maupun yang di luar negeri. Variabel ini diukur dengan menggunakan persentase saham
6
November 2014
yang dimiliki oleh institusi (Susiana dan Herawaty 2007). Kepemilikan saham manajerial adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun yang dimiliki anak cabang perusahaan beserta afiliasinya. Karena terdapat kecenderungan data di Indonesia bersifat binominal (ada atau tidak ada), maka variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy yang diberi nilai 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan manajerial nilai 0 untuk perusahaan yang tidak terdapat kepemilikan manajerial (Seftianne dan Handayani 2011). Menurut Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan terhadap manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Komite Audit diukur dengan banyaknya jumlah anggota komite audit di dalam perusahaan (Liu dan Sun 2010). Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan diukur dengan variable dummy yang diberi nilai 1 jika perusahaan memiliki komisaris independen dan nilai 0 jika perusahaan tidak memiliki komisaris independen (Susiana dan Herawaty 2007). Reputasi auditor ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP big-four dan KAP non big-four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP big four dan 0 jika ternyata perusahaan diaudit oleh KAP non big four (Susiana dan Herawaty 2007).
ISSN: 1410 -9875
Diana dan Maria Magdalena
Opini audit diukur dari hasil audit atas laporan keuangan dimana auditor memberikan suatu opini tentang kewajaran dari laporan keuangan tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinions) diberi nilai 1, dan sebaliknya jika mendapat opini selain opini wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinions) maka diberi nilai 0 (Iskandar dan Trisnawati 2010). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model hubungan variabel akan dianalisis sesuai dengan persamaan regresi: ILK = α + β1 MSKERJit+ β2 INSTit+ β3 MANJit + β4 KAit + β5 KIit + β6 REPAUit+β7 OAit + e
HASIL PENELITIAN Hasil pengujian statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Variabel ILK MSKERJ INST MANJ KA KI REPAU OA
N 300 300 300 300 300
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean 0,00051 0,23341 0,0418097 0 1 0,18 0,07932 0,99913 0,7131922 0 1 0,45 3,00000 4,00000 3,0933333
300
0
1
Std. Deviation 0,02916869 0,385 0,18366547 0,498 0,29138504
0,91
0,291
300 0 1 0,39 300 0 1 0,53 Sumber: Pengolahan data SPSS versi 11.5
0,489 0,500
Tabel 3 Tabel Frekuensi Independensi
Valid
Frequenc y
Percen t
246 54 300
82,0 18,0 100,0
Independen Tidak indpenden Total
Valid Percen t 82,0 18,0 100,0
Cumulativ e Percent 82,0 100,0
Tabel 4 Tabel Frekuensi Kepemilikan Manajerial Valid
Tidak ada kepemilikan manajerial
Frequency
Percent
166
55,3
Valid Percent 55,3
Cumulative Percent 55,3
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Ada kepemilikan manajerial Total
Valid
Valid
November 2014
134
44,7
44,7
300
100,0
100,0
Tabel 5 Tabel Frekuensi Komisaris Independen Frequenc Percen Valid y t Percen t Tidak memiliki 9,3 9,3 28 komisaris independen Memiliki komisaris 272 90,7 90,7 independen Total 300 100,0 100,0 Tabel 6 Tabel Frekuensi Reputasi Auditor Frequenc Percen Valid y t Percen t Non big four 183 61,0 61,0 Big four 117 39,0 39,0 Total 300 100,0 100,0
100,0
Cumulativ e Percent 9,3
100,0
Cumulativ e Percent 61,0 100,0
Tabel 7 Tabel Frekuensi Opini Audit Frequenc Percen Valid Cumulativ y t Percen e Percent t Valid Selain unqualified 141 47,0 47,0 47,0 opinion Unqualified opinion 159 53,0 53,0 100,0 Total 300 100,0 100,0 Hasil uji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Uji Hipotesis Standardize d Unstandardized Coefficient Model Coefficients s Std. B Error Beta (Constant 0,065 0,021 MSKERJ -0,008 0,004 -0,103
8
t
Sig.
3,066 -1,779
0,002 0,076
ISSN: 1410 -9875
INST MANJ KA KI REPAU OA
Diana dan Maria Magdalena
-0,013 0,010 -0,081 -1,300 0,005 0,003 0,084 1,425 -0,004 0,006 -0,043 -0,738 0,001 0,006 0,009 0,158 0,002 0,004 0,034 0,561 -0,006 0,003 -0,104 -1,776 Sumber: Pengolahan data SPSS versi 11.5
Independensi (MSKERJ) memiliki nilai signifikan 0,076 lebih besar dari alpha (α =0,05) berarti Ha1 gagal diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh secara individual terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan saham institusional (INST) memiliki nilai signifikan 0,194 lebih besar dari alpha (α =0,05) berarti Ha2 gagal diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham institusional tidak berpengaruh secara individual terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan saham manajerial (MANJ) memiliki nilai signifikan 0,155 lebih besar dari alpha (α = 0,05) berarti Ha3 gagal diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh secara individual terhadap integritas laporan keuangan. Komite audit (KA) memiliki nilai signifikan 0,461 lebih besar dari alpha (α = 0,05) berarti Ha4 gagal diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap integritas laporan keuangan. Komisaris independen (KI) memiliki nilai signifikan 0,875 lebih besar dari alpha (α =0,05) berarti Ha5 gagal diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa komisaris
0,194 0,155 0,461 0,875 0,575 0,077
independen tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap integritas laporan keuangan. Reputasi auditor (REPAU) memiliki nilai signifikan 0,575 lebih besar dari alpha (α = 0,05) berarti Ha6 gagal diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap integritas laporan keuangan. Opini audit (OA) memiliki nilai signifikan 0,077 lebih besar dari alpha (α =0,05) Ha7 gagal diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa opini audit tidak memiliki pengaruh secara individual terhadap integritas laporan keuangan. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan pada 300 data selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, maka diperoleh kesimpulan variabel independensi, mekanisme corporate governance, reputasi auditor, dan opini audit tidak mempengaruhi integritas laporan keuangan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Populasi yang digunakan dalam sampel penelitian ini terbatas pada perusahaan manufaktur
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel independensi, mekanisme corporate governance, reputasi auditor dan opini audit terhadap integritas laporan keuangan. Variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan tidak diuji dalam penelitian ini. 3. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian relatif pendek yaitu periode 2009 sampai 2011. Rekomendasi yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian selanjutnya antara lain:
November 2014
1. Populasi sampel penelitian diperluas, sehingga tidak terbatas pada perusahaan manufaktur saja. 2. Penelitian selanjutnya hendaknya menambahkan variabel lainnya yang mungkin mempengaruhi integritas laporan keuangan untuk meningkatkan ketepatan hasil penelitian. 3. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat jangka waktu data sampel yang digunakan harus lebih panjang.
REFERENSI Agrianti. 2009. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kualitas Auditor, Pergantian Auditor, dan Independensi Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14, No. 2, Juli 2009, hlm. 187-198. Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Makalah Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar 26-28 Juli, hlm. 1-26. Anissa, Nur. 2004. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Kajian atas Kinerja Manajemen, Kualitas Auditor, dan Opini Audit. Balance 2 (September) hlm. 42-53. Boynton, William C. Dan Raymond N. Johnson. 2006. Modern Auditing 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id. Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba: Studi Empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 5, No. 1, April, hlm. 47-68. Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP310/BL/2008 Tentang Independensi Akuntan Yang Memberikan Jasa di Pasar Modal. Elder, Randal J., Mark S. Beasley, dan Alvin A. Arens. 2008. Auditing and Assurance Service an Integrated Approach 12th Edition. Pearson International Edition. Faisal. 2005. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8, No. 2, Mei, hlm. 175-190.
10
ISSN: 1410 -9875
Diana dan Maria Magdalena
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory 7th Edition. New York: John Wiley and Sons. Guna, Welvin I. dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April, hlm. 53-68. Hair, F. Joseph, William C. Black, Barry J. Babin, dan Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis: Global Edition. 7th Edition. Harlow: Pearson Education. Hardiningsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Februari, hlm. 61-76. Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, Desember, hlm. 175-186. Liu, Guoping dan Jerry Sun. 2010. Director Tenure and Independent Audit Commitee Effectiveness. International Research Journal of Finance and Economics, Issue 51, hlm. 176-189. Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan. Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober, hlm. 1225-1269. Nurhayani. 2005. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di BEJ). Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi Vol. 2, No. 1, Maret, hlm. 52-69. Payamta. 2006. Pengaruh Kualitas Auditor, independensi, dan Opini Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal bisnis dan Manajemen Vol. 6, No. 1, hlm. 81-96. Penman, Stephen, H. dan Xiao-Jun Zhang. 1999. Accounting Conservatism, the Quality of Earnings, and Stock Return. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=201048. Petronela, Thio Anastasia. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Balance 1 (Maret) hlm. 46-55. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Menpengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, hlm. 39-56. Setyaningrum, Dyah. 2005. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Peringkat Surat Utang Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, Juli-Des, hlm. 73-101. Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Audit. Makalah Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, hlm. 124. Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Makalah Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar 26-28 Juli, hlm. 1-31. Tunggal, Amin Widjaja. 2008. Laporan Auditor Setelah Sarbanes-Oxley Act. Harvarindo. Ujiyantho, Muh. Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). Makalah Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar 26-28 Juli, hlm. 1-26.
12
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 13-28
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SHANTI S. STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this study is to reach empirical evidence variables that effect capital structure of manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange. The variables are tangibility of assets, firm size, growth opportunity, profitability, liquidity, assets growth, and times interest earned. Sixty six firms were used as sample. The data were collected from financial report from four respectively years (2009-2012). Hypothesis tested by using multiple regression analysis. The results of this study indicate that tangibility of assets, firm size, growth opportunity, profitability, liquidity, and times interest earned have influence toward capital structure. However, assets growth have no influence toward capital structure. Keywords: Capital Structure, Tangibility of Assets, Firm Size, Growth Opportunity, Profitability, Liquidity, Assets Growth, and Times Interest Earned. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris variable-variabel yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel tersebut adalah aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan peluang, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan aset, dan times interest earned. Terdapat 66 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Data dikumpulkan dari laporan keuangan empat tahun (2009-2012). Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan peluang, profitabilitas, likuiditas, dan times interest earned berpengaruh terhadap struktur modal. Namun, pertumbuhan aset tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kata kunci:
Struktur Modal, Aset Berwujud, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Peluang, Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Aset dan Times Interest Earned .
PENDAHULUAN
masalah pendanaan karena lewat pendanaan tersebut perusahaan dapat melakukan kegiatan operasional, investasi, serta
Setiap perusahaan saat ini sangat bergantung dengan adanya
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
memperoleh modal yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pendanaan ini menjadi masalah yang cukup serius ketika manajemen dituntut untuk merencanakan dan mempertimbangkan struktur permodalan yang harus dilakukan agar dapat tercapai hasil yang optimal. Struktur modal merupakan salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Seringkali sumber pendanaan yang hanya berupa modal sendiri dirasa kurang sehingga hutang yang sifatnya tidak permanen dan lebih murah untuk diadakan menjadi bagian penting dalam struktur modal perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Indonesia dilanda krisis ekonomi yang cukup parah pada tahun 1997. Hal ini tercermin karena saat itu pertumbuhan PDB riil hanya menunjukkan angka 13,1%. Penurunan pertumbuhan ekonomi seiring dengan penurunan harga saham dan merupakan sinyal yang negatif bagi para pemodal. Selanjutnya, hal ini telah mengakibatkan turunnya nilai pasar dari kekayaan para pemegang saham (Kusumawati 2004). Dilihat dari sisi perusahaan, dampak dari krisis tersebut adalah peningkatan tingkat hutang terhadap asset perusahaan (Debt to Asset Ratio). Hal ini menjadi kurang baik mengingat sumber pendanaan ternyata diperoleh dari sisi eksternal, walaupun lebih mudah namun memberikan risiko yang jauh lebih besar daripada modal dari sisi internal perusahaan. Pihak manajemen harus berhatihati karena struktur modal yang optimal sangat mempengaruhi
14
November 2014
going concern dari perusahaan itu sendiri. Struktur modal yang tepat tidak dapat disamakan dan diterapkan secara menyeluruh kepada semua perusahaan, karena struktur modal tidak dapat ditentukan secara pasti antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Pihak manajemen dan kreditur sebaiknya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan sehingga diharapkan dapat dijadikan acuan sebagai bahan evaluasi manajemen. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan para pemegang saham (Kusumawati 2004). Masalah yang terjadi pada perusahaan di Indonesia adalah makin banyaknya perusahaan yang mencetak nilai tambah yang negatif dengan adanya kondisi leverage yang tinggi. Determinan struktur modal yang selanjutnya menjadi pertimbangan dalam keputusan pendanaan sampai saat ini tetap menarik untuk diteliti sebab belum diketahui bagaimana perusahaanperusahaan di Indonesia memutuskan struktur modalnya (pilihan antara pendanaan internal dan eksternal). Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah apakah struktur aktiva, ukuran perusahaan, kesempatan pertumbuhan, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan aktiva, dan times interest earned mempengaruhi struktur modal perusahaan? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa struktur aktiva, ukuran perusahaan, kesempatan pertumbuhan, profitabilitas,
ISSN: 1410 -9875
likuiditas, pertumbuhan aktiva, dan times interest earned memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Untuk mempermudah pemahaman pembaca terhadap topik yang akan dibahas, maka peneliti membagi topik menjadi 5 bagian. Bagian pertama adalah pendahuluan, kedua adalah rerangka teoretis dan pengembangan hipotesis, ketiga adalah metoda penelitian, keempat adalah analisis dan pembahasan, dan kelima adalah penutup. RERANGKA TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Manajemen selaku agen dari pemilik diharapkan dapat mempertimbangkan setiap keputusan berdasarkan keuntungan bagi pemilik perusahaan (Prabansari dan Kusuma 2005). Hubungan agensi muncul ketika pemilik perusahaan (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Pemilik perusahaan harus melakukan pengawasan terhadap manajemen untuk memastikan bahwa manajemen melakukan tugasnya dengan baik. Perbedaan kepentingan antara principal dan agent ternyata juga menimbulkan konflik diantara keduanya sehingga konflik ini justru akan meningkatkan biaya agensi (biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi kerja agen). Pihak manajemen sebaiknya menghindari terjadinya biaya agensi ini.
Shanti S.
Teori Trade-Off Trade-off theory mengasumsikan bahwa investor dan manajemen memiliki informasi yang sama. Kenyataannya, sulit bagi investor untuk mendapatkan informasi dengan porsi yang sama dengan pihak manajemen sehingga menghambat kemampuan perusahaan untuk melakukan penambahan dana dengan mengandalkan penerbitan emisi saham baru (Joni dan Lina 2010). Teori Pecking Order Teori pecking order mengemukakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan sumber pendanaan internal (retained earnings) sebanyak mungkin untuk membiayai proyek-proyek di dalam perusahaan. Utang menjadi pilihan kedua setelah sumber pendanaan internal kemudian convertible bond, preffered stock, dan pada akhirnya apabila masih memerlukan dana, perusahaan akan menerbitkan common stock (external equity). Hal ini terjadi karena adanya transaction cost di dalam mendapatkan dana dari pihak eksternal (Seftianne dan Handayani 2011). Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan utang (Firnanti 2011). Teori Assymmetric Information Teori assymmetric information mengungkapkan bahwa adanya ketidaksamaan informasi antara informasi yang dimiliki oleh pemegang saham dengan informasi
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
yang dimiliki oleh manajemen. Hal ini disebabkan karena pihak manajemen yang memiliki lebih banyak informasi dibandingkan pemilik perusahaan. Manajemen memiliki informasi dimana merupakan informasi yang secara detail menggambarkan keadaan dari nilai perusahaan sesungguhnya serta potensi risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan (Godfrey 2010, 415). Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak (Seftianne dan Handayani 2011). Asymmetric information dapat mempengaruhi keputusan struktur modal yang dibuat oleh manajer, dengan asumsi keputusan dibuat dengan tujuan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Adanya asymmetric information theory membuat manajer lebih leluasa dalam pengambilan keputusan untuk strategi struktur modal karena manajer lebih menguasai informasi yang ada dalam perusahaan. Informasi baru dalam perusahaan tercermin dalam harga pasar saham dan harus tersedia bagi semua pihak (Wimelda dan Marlinah 2013). Struktur Modal Struktur modal suatu perusahaan merupakan gabungan modal sendiri dan hutang perusahaan. Modal sendiri berasal dari common stock, paid in capital, retained earning, dan dikurangi treasury stock (internal equity). Modal sendiri juga dapat berupa external equity, yaitu apabila perusahaan menjual sebagian saham kepada investor. Hutang
16
November 2014
perusahaan (debt) berasal dari hutang kepada kreditur maupun penerbitan obligasi perusahaan. Bermacam ragam sumber pendanaan perusahaan menurut manajer keuangan agar dapat memenuhi komposisi sumber pendanaan yang tepat bagi perusahaan. Masing-masing keputusan sumber pendanaan tersebut mempunyai konsekuensi dan karakteristik keuangan yang berbeda terhadap perusahaan (Margaretha dan Ramadhan 2010). Struktur modal harus direncanakan dengan baik agar stabilitas keuangan perusahaan dapat terjamin. Perusahaan memiliki ukuran struktur modal yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan akan pembiayaannya sehingga setiap ukuran dari struktur modal akan berbeda pula. Setiap perusahaan harus menetapkan struktur modal yang terbaik agar tercapai pembiayaan yang maksimal. Struktur modal yang optimal adalah suatu kondisi dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan kombinasi utang dan ekuitas secara ideal, yaitu menyeimbangkan nilai perusahaan dan biaya atas struktur modalnya. Struktur modal dapat berubah sepanjang waktu, yang dapat mempengaruhi biaya modal tertimbang (weighted average cost of capital) (Firnanti 2011). Struktur Aktiva Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau
ISSN: 1410 -9875
dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Awan et al. (2011), Mas’ud (2008), dan Indrajaya et al. (2011) mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal, makin tinggi struktur aktiva suatu perusahaan maka makin tinggi pula leverage perusahaan tersebut. Di sisi lain, menurut hasil penelitian Seftianne dan Handayani (2011), struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin (2007) dan Kusumawati (2004). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan ukuran atau besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva (Seftianne dan Handayani 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2008) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Makin besar ukuran suatu perusahaan (firm size) yang diindikatori oleh total aktiva, akan menggunakan hutang dalam struktur modal yang makin besar pula. Hal tersebut juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Kusumawati (2004),
Shanti S.
Harjanti dan Tandelilin (2007), serta Wimelda dan Marlinah (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Di sisi lain, menurut hasil penelitian Joni dan Lina (2010), ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini konsisten dengan teori yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki fleksibelitas untuk mengakses pasar modal untuk mendapatkan dana eksternal (Joni dan Lina 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Margaretha dan Ramadhan (2010), Awan et al. (2011), dan Utami (2009) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kesempatan Pertumbuhan Kesempatan pertumbuhan menunjukkan tekanan pembiayaan untuk proyek-proyek investasi dan perusahaan harus mendanai kesempatan investasi tersebut dengan sumber dana internal atau eksternal (Kusumawati 2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2008) mengatakan bahwa kesempatan pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, makin tinggi growth opportunity suatu perusahaan maka makin tinggi pula leverage perusahaan tersebut. Penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Harjanti dan Tandelilin (2007), Awan et al. (2011), dan Wimelda dan Marlinah (2013) yang menyatakan bahwa kesempatan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya sendiri. Selain itu, profitabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang dan bunganya. Profitabilitas yang tinggi juga merupakan daya tarik bagi penanam modal (Firnanti 2011). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), profitability memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal, hal ini konsisten dengan hasil penelitian Mas’ud (2008) dan Utami (2009). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memiliki tingkat hutang yang tinggi, hal ini sejalan dengan trade-off theory. Perbedaan terdapat pada hasil penelitian Hasan (2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini mendukung pecking order theory, yang mengatakan bahwa makin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan maka sumber dana internal yang tersedia makin besar sehingga penggunaan dana eksternal (hutang) menjadi lebih rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indrajaya et al. (2011), Kusumawati (2004), Wimelda dan Marlinah (2013), dan Firnanti (2011). Likuiditas Likuiditas dapat menjadi ukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek dapat dilihat dari hutang lancar
18
November 2014
perusahaan yang termasuk di dalamnya kewajiban atas bunga hutang dan cicilan atas pokok hutang serta kewajiban atas pembayaran dividen (cash dividend payable). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011), menyatakan bahwa makin tinggi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya maka hal tersebut dapat mengindikasikan perusahaan berada dalam keadaan yang sehat sehingga mempermudah dalam memperoleh kewajiban jangka panjang yang berasal dari pihak luar perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) menunjukkan bahwa tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Wimelda dan Marlinah (2013). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2004). Hasil penelitian Kusumawati (2004) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan Aktiva Pada dasarnya pertumbuhan aktiva menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang dimiliki untuk kegiatan operasi dan investasi. Peningkatan jumlah aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva jangka panjang membutuhkan dana, dengan alternatif pendanaan internal atau dengan pendanaan eksternal (Joni dan Lina 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), menunjukan bahwa pertumbuhan aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur
ISSN: 1410 -9875
modal, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Joni dan Lina (2010) yang memberikan hasil bahwa makin tinggi tingkat pertumbuhan aktiva maka makin besar jumlah hutang perusahaan. Di sisi lain, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Daulay (2009) dan Utami (2009) yang mengatakan pertumbuhan aktiva perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Times Interest Earned Times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini juga diartikan sebagai alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio. Penelitian yang dilakukan Firnanti (2011) menyatakan bahwa times interest earned berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan static trade-off theory. Makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar bunga atas kewajibannya maka makin besar pula kesempatan perusahaan untuk memperoleh pendanaan berupa pinjaman dari pihak lain. Penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Baral (2004) yang menyatakan bahwa times interest earned tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Pengembangan Hipotesis dan Model Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha1: Struktur aktiva memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan.
Shanti S.
Ha2:
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Ha3: Kesempatan pertumbuhan memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Ha4: Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Ha5: Likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Ha6: Pertumbuhan aktiva memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Ha7: Times interest earned memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Model dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (Masukkan Gambar 1.) METODA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan atas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengambilan sampel adalah selama empat tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode nonprobability sampling. Pemilihan sampel berdasarkan tujuan atau target tertentu (purposive sampling), dengan jenis judgement sampling yang merupakan pemilihan sampel secara tidak acak dan informasi yang akan didapatkan adalah dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Variabel struktur modal diberikan simbol DAR. Struktur modal diukur dengan menggunakan total debt to total assets ratio yang menggambarkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, dihitung dengan membagi total debt (current dan non-current liabilities) dengan total assets (Weygandt 2011, 676). Skala yang digunakan untuk variabel struktur modal adalah skala rasio. ����� ���� DAR = ����� ������ Adapun variabel independen yang digunakan terdiri atas: Variabel struktur aktiva diberikan simbol FAR, diproksikan dengan FAR (fixed assets ratio) (Joni dan Lina 2010). Struktur aktiva merupakan variabel yang berskala rasio. Fixed Assets Ratio = Total Fixed Assets Total Assets
Ukuran perusahaan merupakan gambaran kemampuan finansial perusahaan dalam suatu periode tertentu, yang diproksikan dengan menggunakan natural logaritma (ln) dari total aktiva Nilai buku per lembar saham = Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan kemampuan perusahaan untuk mendatangkan keuntungan atau menghasilkan laba. Pengukuran variabel profitabilitas menggunakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap total penjualan. Profit margin mengukur persentase dari setiap Net Income yang dihasilkan penjualan (Weygandt 2011, 672). Skala yang digunakan untuk variabel profitabilitas adalah skala rasio. Net Profit Margin = Net Income Net Sales
20
November 2014
(Seftianne dan Handayani 2011). Variabel ukuran perusahaan merupakan data yang berskala rasio. Ukuran perusahaan = Ln (total aktiva) Kesempatan Pertumbuhan merupakan kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mengembangkan dirinya dalam pasar (Seftianne dan Handayani 2011). Pengukuran variabel kesempatan pertumbuhan perusahaan menggunakan rasio harga pasar per lembar saham per 31 Desember dibagi nilai buku per lembar saham per 31 Desember. Kesempatan pertumbuhan diukur dengan skala rasio yang menggunakan rumus: Growth =
����� ����� ��� ������ ����� ����� ����� ���� ��� ������ ����� �����
Nilai buku per lembar saham dapat dihitung dengan cara:
����� ������� �������� ����� ����� ����� ������ ����� ����� ���� �������
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Skala yang digunakan untuk variabel liquidity adalah skala rasio. ������� ������ Current Ratio = ������� ����������� Pertumbuhan aktiva adalah perubahan kenaikan atau peningkatan atas aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, yang diukur dengan menghitung proporsi peningkatan total aktiva dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan tahun berjalan. Skala pengukuran yang digunakan merupakan skala rasio.
ISSN: 1410 -9875
Shanti S.
Pertumbuhan aktiva = Total Aktivat – Total Aktivat-1 Total Aktivat-1 Times interest earned menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjamannya kepada kreditor dengan menggunakan pendapatan operasionalnya (Firnanti 2011). Pengukuran variabel times interest Times interest earned =
earned menggunakan perhitungan laba sebelum bunga dan pajak dibagi dengan beban bunga (Weygandt 2011, 676). Skala yang digunakan untuk variabel times interest earned adalah skala rasio.
Earning before interest and tax Interest expense
Untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka pengujian dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda. Pengujian yang dilakukan terdiri atas statistik deskriptif, uji normalitas residual, uji outlier, uji asumsi klasik (autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas), uji hipotesis, koefisien korelasi, koefisien determinasi, menguji kelayakan model regresi, dan uji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai alfa yang digunakan adalah sebesar 0,05. HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel sebanyak 66 perusahaan. Ringkasan prosedur pemilihan sampel dapat dilihat
pada Tabel 1. (Masukkan Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel) (Masukkan Tabel 2.) (Masukkan Tabel 3.) (Masukkan Tabel 4.) (Masukkan Tabel 5.) (Masukkan Tabel 6.) (Masukkan Tabel 7.) (Masukkan Tabel 8.) (Masukkan Tabel 9.) (Masukkan Tabel 10.) (Masukkan Tabel 11.) Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hasan (2006), Mas’ud (2008), dan Indrajaya et al. (2011). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Seftianne dan Handayani (2011), Harjanti dan Tandelilin (2007), Margaretha dan Ramadhan (2010), serta Kusumawati (2004) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005),
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Wimelda dan Marlinah (2013), serta Seftianne dan Handayani (2011). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Joni dan Lina (2010), Utami (2009), dan Firnanti (2011) yang memberikan hasil ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kesempatan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mas’ud (2008), Kusumawati (2004), dan Seftianne dan Handayani (2011). Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Harjanti dan Tandelilin (2007), Awan et al. (2011), serta Wimelda dan Marlinah (2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal perusahaan. Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hasan (2006), Wimelda dan Marlinah (2013), Firnanti (2011), serta Awan et al. (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Di sisi lain, tidak sejalan dengan hasil penelitian Prabansari dan Kusuma (2005), Mas’ud (2008), dan Utami (2009) yang mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Namun, hasil penelitian tidak konsisten dengan penelitian Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
22
November 2014
Likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Margaretha dan Ramadhan (2010) dan Kusumawati (2004), namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Pertumbuhan aktiva tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Daulay (2009) dan Utami (2009) yang mengatakan bahwa assets growth tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Di sisi lain, tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Joni dan Lina (2010), dan Firnanti (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Times interest earned berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firnanti (2011). Namun, tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baral (2004) yang menyatakan bahwa times interest earned tidak berpengaruh terhadap struktur modal. PENUTUP Struktur aktiva, ukuran perusahaan, kesempatan pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, likuiditas, times interest earned berpengaruh
ISSN: 1410 -9875
terhadap struktur modal perusahaan. Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya terbatas pada 66 perusahaan selama tahun 2009 sampai 2012, penelitian hanya terbatas pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga kurang mencerminkan kondisi struktur modal dan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan hanya meneliti 7 faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan, serta terdapat beberapa variabel yang masih memiliki masalah
Shanti S.
heteroskedastisitas yaitu pertumbuhan aktiva. Penelitian selanjutnya hendaknya menambah jumlah sampel perusahaan yang akan dijadikan obyek penelitian, agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik seperti memperluas jenis perusahaan dan juga menambah periode pengambilan sampel, menambah jumlah data yang digunakan untuk penelitian untuk meminimalisir adanya masalah heteroskedastisitas pada data penelitian. Kemudian bagi peneliti selanjutnya yang membahas tentang struktur modal diharapkan dapat menambah dan lebih memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan seperti dividend payout ratio (Joni dan Lina 2010).
REFERENSI Amanah, Lailatul. 2006. Analisis Struktur Modal dan Nilai Perusahaan yang diukur dengan TOBINS’Q. Ekuitas, Vol. 11 No.2, hlm. 255-268. Awan, Tariq Naeem, Majed Rashid, and Muhammad Zia-ur-Rehman. 2011. Analysis of the determinants of Capital Structure in sugar and allied industry. International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No. 1. Baral, Keshar Jung. 2004. Determinants of Capital Structure: A Case Study of Listed Companies of Nepal. The Journal of Nepalese Business Studies, Vol. 1 No. 1. Daulay, M. Toyib. 2009. Pengaruh Size, Profitability, dan Growth of Assets terhadap Struktur Modal pada Industri Makanan dan Minuman yang GoPublic di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 2 No. 2, hlm. 190-208. Firnanti, Friska. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 2, hlm. 119-129. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 Cetakan V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J. dan Chad J. Zutter. 2011. Principles of Managerial Finance 13th edition. Prentice Hall.
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2010. Accounting Theory 7th edition. Wiley. Harjanti, Theresia T. dan Eduardus Tandelilin. 2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth, Profitability, and Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi Kasus di BEJ. Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol. 1 No. 1, hlm. 1-10. Hasan, Mudrika A. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI, Vol. 6 No. 6, hlm. 1-21. Indrajaya, Glenn, Herlina, dan Rini Setiadi. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Akurat jurnal Ilmiah Akuntansi, No. 6. Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No.2, hlm. 81-96. Kusumawati, Dini. 2004. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Publik yang Tercatat di BEJ. Jurnal Ekonomi STEI, No. 4,/Thn. XIII, hlm. 22-48. Margaretha, Farah dan Aditya R. Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 2, hlm. 119-130. Mas’ud, Masdar. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan. Manajemen dan Bisnis, Vol. 7, No. 1, hlm. 82-99. Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Kajian Bisnis dan Manajemen, Edisi Khusus on Finance, hlm. 1-15. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No. 1, hlm. 39-56. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business, Edisi 4. Buku 2, Jakarta: Salemba Empat. Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Fenomena, Vol. 7 No. 1, hlm. 39-47. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel, dan Donald E. Kieso. 2011. Financial Accounting, IFRS Edition. Wiley. Wimelda, Linda dan Aan Marlinah. 2013. Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Non Keuangan. Media Bisnis, Edisi Khusus November, hlm. 200-213.
24
ISSN: 1410 -9875
Shanti S.
STRUKTUR AKTIVA UKURAN PERUSAHAAN KESEMPATAN PERTUMBUHAN PROFITABILITAS
STRUKTUR MODAL
LIKUIDITAS PERTUMBUHAN AKTIVA TIMES INTEREST EARNED
Variabel Independen
Variabel Dependen Gambar 1. Model Penelitian
Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur yang tidak secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki periode tutup buku per 31 Desember. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah. Perusahaan manufaktur yang tidak memperoleh net income positif selama periode penelitian. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki interest expense selama periode penelitian. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dalam
Jumlah Jumlah Perusahaan Data 155
620
(31)
(124)
(3)
(12)
(17)
(68)
(31)
(124)
(7)
(28)
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
penelitian ini dari tahun 2009 sampai 2012. Data Outlier. Data penelitian. Sumber: www.idx.co.id
November 2014
66
264 (26) 238
Tabel 2. Data Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maksimum
DAR 238 ,1281903 ,8722138 FAR 238 ,0051576 ,7879993 SIZE 238 25,0114063 32,8365321 MBV 238 ,22 31,12 NPM 238 ,0005984 ,2754942 CR 238 ,1249845 6,7043423 ASSET_GR 238 -,3235294 ,6223277 TIER 238 1,0481950 238,9693433 Sumber: Hasil pengolahan data dari SPSS 20
(dalam satuan penuh) Deviasi Rerata Standar ,4494969 ,3515021 27,9585932 2,0739 ,0739355 2,0006580 ,1239541 22,0992667
,15759931 ,17645265 1,55988649 2,56483 ,06005746 1,14563254 ,16072209 41,9927259
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Residual sebelum Outlier Kesimpulan Asymp. Sig (2-tailed) 0,000 Data tidak berdistribusi normal Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas VIF Kesimpulan Variabel Tolerance FAR 0,868 1,152 Tidak terjadi multikolinearitas SIZE 0,756 1,323 Tidak terjadi multikolinearitas 1,606 Tidak terjadi MBV 0,623 multikolinearitas 1,795 Tidak terjadi NPM 0,557 multikolinearitas CR 0,596 1,677 Tidak terjadi multikolinearitas 1,110 Tidak terjadi ASSET_GR 0,901 multikolinearitas 2,251 Tidak terjadi TIER 0,444 multikolinearitas Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20
26
ISSN: 1410 -9875
Shanti S.
Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Kesimpulan Variabel Signifikansi Tidak terjadi FAR 0,385 heteroskedastisitas Tidak terjadi SIZE 0,391 heteroskedastisitas Tidak terjadi MBV heteroskedastisitas 0,107 Tidak terjadi NPM 0,879 heteroskedastisitas Tidak terjadi CR heteroskedastisitas 0,711 ASSET_GR 0,004 Terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi TIER 0,290 heteroskedastisitas Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20 Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi Bruesch-Godfrey Variabel Nilai Sig. Kesimpulan Tidak terjadi RES_2 0,597 autokorelasi Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20 Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Model R 1 0,724 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20 Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi Adjusted R Model Square 1 0,509 Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20
M 1
Tabel 9. Hasil Uji-F Model F 1 36,162 Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20
Sig. 0,000
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Tabel 10. Hasil Uji-t Signifikansi
B Variabel 0,264 Constant -0,092 FAR 0,014 SIZE 0,009 MBV -0,717 NPM -0,067 CR 0,014 ASSET_GR -0,001 TIER Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 20
28
0,036 0,007 0,009 0,000 0,000 0,770 0,007
November 2014
Kesimpulan Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh Berpengaruh
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 29-40
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH SIKAP KEPADA KOMPUTER, SIKAP KEPADA MEREK WEB BROWSER, KEPUASAN DARI WEB BROWSER, HUBUNGAN DENGAN MEREK WEB BROWSER, DAN E-SCAPE WEB BROWSER TERHADAP LOYALITAS WEB BROWSER NUNO SUTRISNO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the influence of attitude toward computers, attitude toward search engine brand, satisfaction from engine brand, relationship with the search engine brand, and e-scape search engine toward loyalty.The purposive sampling is used as sampling technique. This research was conducted on 200 respondents taken at Thamrin and Sudirman.The research method. The research method used in this study were factor analysis and multiple regression analysis.The result of this research shows that attitude toward computers, attitude toward search engine brand, satisfaction from engine brand, relationship with the search engine brand, and e-scape search engine influence loyalty. The result of multiple linear regression analysis indicate that factors affected significantly to loyalty. Keywords: attitude toward computers, attitude toward search engine brand, satisfaction from engine brand, relationship with the search engine brand, e-scape, loyalty, Google Chrome
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji secara empiris terhadap pengaruh sikap terhadap computer, sikap terhadap merek web, kepuasan dari web browser, hubungan dengan web browser, dan e-scape web browser terhadap loyalitas web browser. Sebanyak 200 responden dipilih dalam penelitian ini yang merupakan para pekerja yang familiar dengan web browser dan bekerja di bilangan Thamrin dan Sudirman. Data dari responden kemudian diuji dengan menggunakan analisis factor dan regresi berganda. Hasil akhir penelitian menunjukan bahwa sikap terhadap computer, sikap terhadap merek web, kepuasan dari web browser, hubungan dengan web browser, dan e-scape web browser terbukti berpengaruh terhadap loyalitas web browser. Kata kunci: sikap terhadap computer, sikap terhadap merek web, kepuasan dari web browser, hubungan dengan web browser, e-scape web browse, loyalitas web browser.
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
PENDAHULUAN Sejarah internet Indonesia dimulai pada awal tahun 1990-an. Saat itu jaringan internet di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network, dimana semangat kerjasama, kekeluargaan dan gotong royong sangat hangat dan terasa di antara para pelakunya. Internet di Indonesia pertama kali didaftarkan oleh Universitas Indonesia pada 24 Juni 1998. RMS Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupakan beberapa nama-nama legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia pada tahun 1992 hingga 1994. Masing-masing personal telah mengkontribusikan keahlian dan dedikasinya dalam membangun cuplikan-cuplikan sejarah jaringan komputer di Indonesia. Jaringan komputer yang memadai mendukung perkembangan internet di Indonesia. Perkembangan yang perlu diperhitungkan adalah trend ke arah e-commerce dan banyaknya warung internet. Banyaknya warung internet dan dan kemudahan mengakses internet membuahkan masyarakat Indonesia yang lebih solid dalam dunia informasi dan komunikasi. Bukan hanya informasi dan komunikasi yang semakin meningkat, transaksi ekonomi pun banyak terjadi melalui internet. Semakin banyaknya pengguna internet di Indonesia bisa menjadi lahan subur atau potensi menguntungkan bagi media online. Menurut Pandu Wiryawan dari Agensi Media Online, yang menyampaikan materi seminarnya
30
November 2014
bertajuk "Pertumbuhan Pengakses, Bisnis dan Problem Etika" di hotel Morrissey Jakarta pada hari Kamis, 7 Maret 2013 mengungkapkan bahwa pengguna bisa menghabiskan 35 jam per pekan untuk mengakses internet. Ini setara dengan mengakses internet sekitar 5 jam per hari dan keadaan ini akan terus bertumbuh. Web Browser atau dalam bahasa indonesia peramban web adalah software yang mempunyai fungsi menampilkan halaman sebuah website. Web browser adalah ujung tombak pengakses internet dalam berinteraksi degan berbagai dokumen yang disediakan server web. Web browser memungkinkan pengguna untuk menampilkan dan berinteraksi dengan teks, gambar, video, musik, dan informasi lainnya yang biasanya terletak pada halaman web pada sebuah situs web di world wide web atau jaringan area local. Kitapun dapat menggunakan web browser untuk membuat akun seperti twitter, blog, facebook, dan lainnya. Pilihan untuk menjatuhkan web browser bergantung banyak faktor. Mulai tampilan, kecepatan untuk melakukan browsing, ketersediaan plugins dan add ons, dan lainnya. Masing-masing browser memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Misalnya saja Mozilla Firefox memiliki banyak fitur tambahan add- on, umudah melakukan update, serta sistem security yang kuat. Namun di sisi lain karena memiliki banyak add-on saat melakukan loading untuk memulai start awal cukup lama. Berbeda dengan Google Chrome yang dirilis
ISSN: 1410 -9875
tanggal 2 September 2008 yang lalu ini memiliki kemampuan browsing yang cepat dan dapat secara otomatis membookmark situs yang pernah dibuka sebelumnya. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki masing-masing web browser membuat pengguna setia web browser tersebut tetap mempertahankan loyalitasnya. Sebagian lagi lebih memilih untuk berpindah ke web browser yang lain karena merasa kebutuhan dan kenyamanan dalam melakukan browsing lebih terpuaskan. Banyaknya pilihan web browser sekarang ini membuat perusahaan web browser sendiri meningkatkan daya saingnya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan peluncuran versi terbaru untuk melengkapi kekurangan versi yang lama. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasarnya supaya tidak ditinggalkan oleh para usernya. Semakin banyak iklan yang ditampilkan dan semakin banyak user yang masuk ke situs yang ada di halaman web dapat dikatakan bahwa pengguna web browser tersebut semakin banyak. Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012 berdasarkan hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencapai 63.000.000 orang atau sekitar 24,23% penduduk Indonesia dan diperkirakan akan mencapai 82.000.000 atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia. Survei APJII itu menunjukkan penduduk berusia berusia 12 - 34 tahun mendominasi pengguna Internet di Indonesia dengan porsi 64,2%. Sedangkan kelompok pengguna berusia 20-24 tahun mencapai 15,1% dari total pengguna. Kebanyakan dari mereka
Nuno Sutrisno
adalah orang-orang yang masih bekerja dengan lama kerja antara satu hingga dua tahun mencapai 53,3 % dari total pengguna, yang disusul ibu rumah tangga, dan pelajar. Data survei APJII memperlihatkan jumlah terbesar pengguna internet di Indonesia berada di pulau Jawa, tetapi angka penetrasi internet di pulau ini relatif sama dengan daerah-daerah lain. Sedangkan survey MarkPlus Insight (dailysocial.net pada tanggal 13/11/2012), mencatat ada sekitar 40% dari pengguna Internet di Indonesia (24,2 juta orang) mengakses Internet lebih dari 3 jam setiap harinya. Mayoritas pengguna Internet di Indonesia berada di rentang usia 15-35 tahun dan 56,4% termasuk “bargain hunter” yang rela berjam-jam berselancar di Internet untuk mencari informasi dan penawaran terbaik tentang kebutuhannya. Menurut Kotler et al. (2009, 259), remaja millennium sekarang termasuk generasi Y dimana mereka lahir sekitar tahun 1977– 1994. Tidak jauh berbeda dengan generasi X yang lahir pada tahun 1966-1976, generasi Y juga tumbuh dengan resesi, orang tua tunggal rumah tangga, TV kabel, internet dan teknologi pribadi lainnya. Pemasar berusaha untuk melakukan berbagai kegiatan pemasaran untuk menarik generasi X dan Y. Berkomunikasi dengan mereka melalui saluran pemasaran tradisional sangat sulit. Dalam kombinasi dengan pemasaran online, direct mail, iklan cetak, dan iklan televisi adalah cara pemasaran untuk kedua generasi X dan Y. Generasi Y cenderung kepada kolaborasi dan hubungan antara satu sama lain, interaktif
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
serta inginkan sesuatu secara pantas. Mereka sangat sadar tentang sebab-sebab sosial termasuk lingkungan, hak-hak hewan, dan kelaparan dunia dan fasih dalam teknologi. Mereka ingin tahu bahwa perusahaan sejalan dengan penyebab yang menciptakan hubungan emosional dengan mereka. Ketatnya persaingan antar web browser membuat peneliti tertarik untuk menggunakan web browser sebagai objek penelitian. Switching cost yang rendah membuat pengguna mudah berpindah dari satu web browser ke web browser yang lain. Apalagi kemampuan untuk melakukan download dan upgrade versi terbaru web browser dapat dilakukan secara gratis. Di sisi lain remaja era millennium bukanlah sasaran mudah untuk menjadi target pemasaran karena sifatnya yang aktif, kritis, high tech. Oleh karena hal tersebut peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sikap kepada Komputer, Sikap kepada Merek Web Browser, Kepuasan dari Web Browser, Hubungan dengan Merek Web Browser, dan E-scape Web Browser terhadap Loyalitas Web Browser Google Chrome.” RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Sikap kepada Komputer Menurut Kotler dan Keller (2009, 210) sikap adalah evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. Melalui pengalaman dan pembelajaran,
32
November 2014
orang memperoleh kepercayaan dan sikap. Hal ini mempengaruhi perilaku pembelian.Sedangkan Schiffman dan Kanuk (2007, 232) menyatakan bahwa sikap adalah reaksi positif atau negatif terhadap hal tertentu melalui pembelajaran. Rowley et al. (2005) menyatakan bahwa organisasi memiliki peluang untuk mengembangkan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Pelanggan yang memiliki sikap yang relatif tinggi memiliki tindakan yang relatif tinggi juga. Hubungan atara sikap yang relatif dan dukungan yang terus menerus dan hal itu dimiliki elemen sikap dan perilaku merupakan penentu loyalitas. (Dick dan Basu, 1994) Sikap kepada Merek Web Browser MacKenzie dan Lutz (1989) menyatakan “attitude is defined as a learned predisposition to respond in a consistently favorable or unfavorable manner toward the object or idea in general. Sikap pengguna web browser menunjukkan pernyataan psikologis yang merefleksikan afektif atau evaluasi perasaan berkaitan dengan web browser dan mempengaruhi respon baik secara positif maupun negatif kepada web browser. Terdapat empat dimensi karakteristik yang mempengaruhi sikap terhadap loyalitas terhadap internet yaitu web design, customer service, assurance, dan order management (Christobal., et al 2007). Menurut Semeijin dan Van Riel (2005) adalah penting untuk mengembangkan user-friendly website yang memudahkan konsumen untuk melakukan pembelian dan pencarian. Manajer
ISSN: 1410 -9875
juga harus meningkatkan loyalitas jasa, sensitifitas konsumen, personalized service, dan respon cepat terhadap keluhan konsumen. Kepuasan dari Web Browser Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja produk yang dipikirkan dengan kinerja produk yang diharapkan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan akan merasa puas (Kotler dan Keller 2009, 164) Menurut Oliver (1999) “satisfaction is defined as pleasurable fulfillment”. Sedangkan Van Riel et al. (2005) menyatakan “satisfaction is considered a key antecedent of a whole battery of desired behavioural intentions such as recommendation of the provider, repurchase behaviour and a preference for a particular provider compared to its competitors”. Dalam pengembangan eloyalitas menurut Ribbink et al.(2004) kepuasan mempengaruhi kepercayaan. Pengalaman pelanggan yang puas mendorongnya untuk percaya. Kepercayaan itulah yang akhirnya membawa pelanggan untuk melakukan pembelian berulang. Hubungan dengan Merek Web Browser Gronroos (1996) menyatakan bahwa, “relationship marketing is to identify and establish, maintain, and enhance relationships with customers and other stakeholders, at a profit, so that the objectives of all parties involved are met and
Nuno Sutrisno
that this is done by a mutual exchange and fulfilment of promises” Tujuan utama pemasaran relasi adalah membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan semua pihak yang memiliki kepentingan (pelanggan, pemasok, distributor) dalam rangka mendapatkan serta mempertahankan preferensi dan kelangsungan bisnis jangka panjang (Kotler dan Keller 2009, 60). Bukan hanya merek berpengaruh pada konsumen melalui sistem pengetahuan saja tetapi juga menjadi bagian dalam konteks psiko-sosial-cultural (Fornier, 1998). Esch et al. (2006) mendefinisikan hubungan sebagai interaksi sepanjang waktu, inti dari hubungan adalah ketergantungan diantara kesatuan yang terlibat didalamnya. Hubungan dengan merek mempengaruhi pembelian di masa mendatang. E-scape Web Browser Wolfinbarger dan Gilly (2003) menyatakan bahwa, “website design includes all elements of the consumer’s experience at the website (except for customer service), including navigation, information search, order processing, appropriate personalization and product selection” Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wolfinbarger dan Gilly (2003) menunjukkan bahwa persepsi konsumen dipengaruhi oleh kualitas situs online. Kualitas situs online ini berkaitan erat dengan faktor desain dari website sendiri. Menurut Van Riel et al. (2005) pengguna website harus
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
merasa nyaman ketika menggunakan jasa yang ada. Melalui perspektif ini semua aspek nyata yang terlihat dari yang dihadapi pengguna dapat dibandingkan dengan apa yang disebut servicescape. Oleh karena itu Van Riel menyarankan pengalaman estetika dari pengguna saat menavigasi e-scape. Loyalitas Kotler (2009, 163) menyatakan bahwa “loyalty as a deeply held commitment to rebuy or repatronize a preffered product or service in future despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior” Aaker (1996, 8) menyatakan bahwa brand loyalty adalah salah satu kategori aset dari brand equity selain brand awareness, perceived quality, dan brand association.
November 2014
Konsumen yang loyal adalah konsumen yang dapat dianggap dapat memberikan nilai karena dapat memberikan efek positif karena menghasilkan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan (Ribbink, 2004). Sedangkan menurut Pitta et al. (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen. Kepercayaan adalah salah satunya. Konsumen harus percaya pada produk atau jasa yang ditawarkan. Misalnya dengan adanya keamanan data personal pengguna web browser. Kedua, transaksi dan hubungan harus menciptakan nilai positif yang lebih besar dibandingkan dengan yang dapat diberikan oleh pesaingnya. Ketiga adalah adanya respon emosional positif yang dimiliki konsumen sehingga konsumen memiliki komitmen untuk bertahan atau tidak berpaling pada merek lainnya
Sikap kepada komputer
Sikap kepada merek web browser Kepuasan dari web browser
Loyalitas
Hubungan dengan merek web browser E-scape web browser
Gambar 1. Model Penelitian
34
ISSN: 1410 -9875
Nuno Sutrisno
METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berusia 19-36 tahun dan menggunakan internet minimal 20 jam/minggu. Responden juga harus memiliki akun email Gmail dan sudah pernah menggunanakan Google Chrome. Teknik penarikan sample menggunakan metode purposive sampling adalah metode
pengambilan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian). Jenis metode ini termasuk dalam metode penarikan sampel non probability sampling. Berikut merupakan indikator dalam penelitian ini dimana skala penggukurannya menggunakan skala likert
Tabel 1 Operasional Variabel
Variabel Sikap kepada komputer (X1)
Sikap kepada merek web browser (X2)
Kepuasan dari web browser (X3)
Hubungan dengan merek web browser (X4) E-scape web browser (X5)
Loyalitas (Y)
Indikator Keterlibatan dengan komputer Kebiasaan dengan web browser Penerimaan web browser Penggunaan internet Keinovatifan Fitur/service tambahan Kualitas dan kecepatan pencariaan Personalisasi Reputasi Memenuhi keinginan Kesesuaian dengan harapan Memenuhi kepuasan Komunikasi dua arah Pertukaran emosi Tampilan informasi Layout dan warna Desain Lebih disukai daripada pesaingnya Lebih baik dari pesaingnya Komitmen untuk loyal Positif word of mouth Menggunakan di masa mendatang
Sumber: Veloutsou et al., 2012
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
HASIL PENELITIAN Tabel 2 Karakteristik Responden Jumlah(%) Keterangan 40 Jenis Kelamin Pria 60 Wanita 4.5 Usia 19-21 Tahun 11 22-24 Tahun 57 25-28 Tahun 27.5 29-32 Tahun 5.5 Pendidikan SMA 69.5 S1 9 S2 16 Lainnya 5.5 Pekerjaan Pelajar 75 Karyawan Swasta 4 Pegawai Negeri 13 Wiraswasta 2.5 Lainnya Tidak 5.5 Penghasilan berpenghasilan 36 <3jt 46 3jt - 6jt 10 7jt - 10jt 2.5 >10jt 5.5 Bidang pekerjaan Tidak bekerja 27 Telekomunikasi 13 Perbankan Informasi & 33 teknologi 21.5 Lainnya 100 Penggunaan internet Ya Tempat penggunaan 64 internet Kantor 15.5 Rumah 10.5 Warnet 3 Kampus 7 Lainnya 4.5 Peralatan yang digunakan Laptop 38.5 Smartphone 55 PC/Komputer 2 Note/Tablet 100 Menyukai browsing Ya 15.5 Lama waktu browsing 3 Jam 66 4 Jam 18.5 >5 Jam
36
ISSN: 1410 -9875
Nuno Sutrisno
Keterangan Mengetahui ragam web browser
Jumlah(%) 100
Ya
Tabel 3 Hasil Uji t Variabel X1 X2 X3 X4 X5 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa t hitung X1, X2, X3, X4, X5 > t tabel maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang berarti X1, X2, X3, X4, X5 secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap Y. Sedangkan F hitung > F tabel 47.145 > 2.26yang berarti Ho ditolak yang dapat dikatakan bahwa X1, X2, X3, X4, dan X5 secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap Y. Untuk uji validitas dilihat dari Corrected Item Total Correlation dibandingkan dengan tabel R (Pearson Product Moment) dimana dinyatakan valid jika n = 200 dengan tingkat sig 0.05 (two tailed) harus ≥ 0.1388. Variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan Y memiliki nilai ≥ 0.1388, maka dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan adalah valid. Untuk mengukur reliabilitas digunakan koefisien Cronbach’s Alpha. Jika nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0.70 maka pertanyaan dinyatakan reliabel. Cronbach’s Alpha variabel X2 , X3 , X4 , X 5, danY X 1, menunjukkan hasil ≥ 0.70 maka dapat disimpulkan semua pertanyaan adalah realibel.
t hitung 10.150 9.865 8.589 8.702 7.524
t tabel 1.972 1.972 1.972 1.972 1.972
PENUTUP Berdasarkan analisis dan penjelasan maka diperoleh beberapa simpulan yaitu: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap kepada komputer terhadap loyalitas web browser Goggle Chrome. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap kepada merek web browser terhadap loyalitas web browser Goggle Chrome. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan dari web browser terhadap loyalitas web browser Goggle Chrome. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara hubungan merek web browser terhadap loyalitas web browser Goggle Chrome. 5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara e-scape web browser terhadap loyalitas web browser Goggle Chrome. 6. terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap kepada komputer, sikap kepada merek web browser, kepuasan dari web browser, hubungan dengan merek web browser, dan e-
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
scape web browser terhadap loyalitas web browser Google Chrome Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah Jumlah responden yang terbatas hanya 200
November 2014
orang, keterbatasan waktu, dana, dan tenaga sehingga penelitian ini hanya dilakukan pada wilayah tertentu dan pada waktu yang terbatas.
REFERENSI: Aaker, D. 1996, Building Strong Brands, New York: The Free Press. Cristobal, E., Flavia´n, C. and Guinalı´u, M. 2007. “Perceived e‐service quality (PeSQ) – measurement validation and effects on consumer satisfaction and website loyalty”. Managing Service Quality. Vol. 17 No. 3, pp 317-40. Dick, A.S. and Basu, K. 1994. “Customer loyalty: toward an integrated conceptual framework”. Journal of theAcademy of Marketing Science, Vol. 22, pp 99-113. Esch, F.R., Langner, T., Schmitt, B. and Geus, P. 2006. “Are brands forever? How knowledge and relationships affect current and future purchases. Journal of Product and Brand Management”. Vol. 15 No. 2, pp 98-105. Fournier, S. 1998. “Consumers and their brands: developing relationship theory in consumer research”. Journal of Consumer Research. Vol. 24, March, pp 343-73. Gro¨nroos, C. 1996. “Relationship marketing: strategic and tactical implications”. Management Decision. Vol. 34 No. 3, pp 5-14. Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2006. Basic Econometric. USA : McGraw Hill. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Ralph E. Anderson, Ronald L Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2009. Marketing Management. New Jersey : Prentice Hall. Lam, R. and Burton, S. 2006. “SME banking loyalty (and disloyalty): a qualitative study in Hong Kong”. International Journal of Bank Marketing. Vol. 24 No. 1, pp. 37-52. Oliver, R.L. (1999), “Whence consumer loyalty?”, Journal of Marketing, Vol. pp. 33-44.
38
ISSN: 1410 -9875
Nuno Sutrisno
Pitta, D.A., Franzak, F.J. and Fowler, D. 2006. “A strategic approach to building online customer loyalty: integrating customer profitability tiers”. Journal of Consumer Marketing. Vol. 23 No. 7, pp. 421-9. Ribbink, D., van Riel, A., Liljander, V. and Streukens, S. (2004), “Comfort your online customer: quality, trust and loyalty on the internet”. Managing Service Quality. Vol. 14 No. 6, pp. 446-56. Rowley, J. (2005), “The four Cs of customer loyalty”. Marketing Intelligence & Planning. Vol. 23 No. 6, pp. 574-81. Sekaran, Uma. 2003. Research Method for Business. Wiley: USA. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Method for Business. Wiley: United Kingdom. Semeijn, J. and Van Riel, A.C.R. 2005. “E-services and offline fulfilment: how e-loyalty is created”. Managing Service Quality. Vol. 15 No. 2, pp. 182-94. Shiffman, Leon G., dan Lesue Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behavior. New Jersey : Prentice Hall. Sugiyono.2012.Metode Penelitian Bisnis.Alfabeta: Bandung. Veloutsou, Cleopatra dan Alan McAlonan. 2013. “Loyalty and or disloyalty to search engine: the case of young millenials”. Journal of Consumer Marketing. Vol.29 No.2, pp. 125-135. Wolfinbarger dan Gilly. 2003. “eTailQ: dimensionalizing, measuring and predicting etail quality”. Journal of Retailing. Vol 79, Feb, 183-198. http://kafegue.com/statistik-pengguna-browser-sepanjang-2005-hingga2011-dari-w3schools/ http://techno.okezone.com/read/2013/03/07/55/772441/63-jutapengguna-internet-indonesia-suburkan-bisnis-media-online http://teknologi.kompasiana.com/internet/2013/01/07/18-19-jutapengguna-baru-internetdi-2013-didominasi-kalangan-middle-class517133.html http://wibialwis.blogspot.com/2013/02/kelemahan-dan-kelebihanbeberapa-web.html http://www.gadtime.com/news/1979/persaingan-ketat-antar-browser.html
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Halaman ini sengaja dikosongkan
40
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 41-50
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMITE AUDIT, UKURAN PERUSAHAAN DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
NURHAIYANI STIE Trisakti
[email protected] Abstrack: The objectives of this research to analyze of influence of auditor’s independency, audit committee, company size and other factors toward financial statement integrity in manufacturing companies. The sample of this research consisting 97 manufacturing companies which listed in Indonesia Stock Exchange with period from 2009 until 2011 has been selected using purposive sampling method. Data are taken from website Indonesia Stock Exchange. The statistical used in this research was multiple regression. The result of research concluded that auditor’s independency, audit committee, independent commissioner, size board of commissioner, institutional ownership, managerial ownership, audit reputation and company size have no influence to financial statement integrity. Keywords:
Integrity, auditor’s independency, independent commissioner, audit reputation.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh independensi auditor, komite audit, ukuran perusahaan dan faktor-faktor lain terhadap integritas Laporan keuangan pada perusahaan manufaktur. Sampel penelitian ini terdiri 97 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode tahun 2009 sampai 2011 telah dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Data diambil dari situs Bursa Efek Indonesia. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa independensi auditor, komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, reputasi audit dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kata kunci: Integritas, independensi auditor, komisaris independen, reputasi audit. PENDAHULUAN
memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak diluar perusahaan. Pihak luar perusahaan membutuhkan informasi yang
Laporan keuangan digunakan sebagai alat atau cara untuk
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
akurat akan hasil laporan keuangan tersebut. Kewajaran atau keakuratan laporan keuangan tersebut perusahaan memerlukan pihak ketiga, yaitu akuntan publik untuk menilai hasil laporan keuangan. Peran auditor mempunyai kontribusi yang besar terhadap kualitas laporan keuangan, karena untuk meminimalkan kecurangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan disajikan secara benar dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Para pengguna laporan keuangan akan menilai perusahaan dari laporan keuangan dan dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan itu akan berdampak terhadap keputusan dari pelaku pasar. Standar yang baru mengenai Jasa Akuntan Publik dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, bahwa seorang auditor/akuntan publik hanya diperbolehkan untuk mengaudit klien yang sama maksimal tiga tahun dan untuk kantor akuntan publik maksimal enam tahun. Tujuan dari peraturan ini adalah agar auditor bisa menjaga independensinya sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun. Dalam keputusan ketua Bapepam No.: Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004 menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar dalam BEI di wajibkan untuk memiliki komite audit paling kurang tiga orang yang memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan. Yang dimana ketiga komite audit tersebut harus independen dan minimal salah satunya memiliki kemampuan
42
dalam bidang keuangan.
November 2014
akuntansi
atau
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya (Ujiyantho dan Pramuka 2007). Dalam membuat laporan keuangan pihak agen sering mengalami permasalahan, diantaranya adalah terdapat perbedaan kepentingan antara principal dengan pihak agen. Terdapat tiga biaya keagenan yaitu biaya monitoring, biaya bonding, residual loss. Biaya monitoring adalah biaya yang dikeluarkan principal untuk mengawasi aktivitas yang dilakukan oleh manajer, salah satunya dengan cara membayar auditor untuk memeriksa laporan keuangan yang dibuat oleh manajer. Biaya bonding adalah biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk memastikan bahwa agen bertindak atas kepentingan principal, caranya adalah dengan membuat laporan triwulan keuangan perusahaan. Residual loss adalah biaya yang tidak bisa dikendalikan oleh principal. Dari perbedaan kepentingan ini dibutuhkan mekanisme pengawasan oleh pihak-pihak auditor, komisaris independen, komite audit, dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial untuk menyelaraskan kepentingan berbagai pihak. Integritas Laporan Keuangan Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya.
ISSN: 1410 -9875
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut memiliki pengaruh terhadap pembaca laporan keuangan untuk membuat keputusan. Laporan keuangan dikatakan berkualitas atau memiliki integritas jika laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberikan manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan (Indriani dan Khoiriyah 2010). Independensi Auditor Menurut Christiawan (2002) dalam Hardiningsih (2010) independensi berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik atau auditor diharuskan untuk jujur bukan hanya kepada manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan, melainkan juga kepada pihak kreditur dan pihak lain. Auditor independen adalah orang yang mempunyai kewenangan dalam memberi opini atas laporan keuangan yang diauditnya (Boyton & Kell 1997 dalam Payamta 2006). Terdapat pengaruh Ha1 : independensi auditor terhadap integritas laporan keuangan. Komite Audit Menurut Supriyono (1998) dalam Hardiningsih (2010) komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting
Nurhaiyani
dalam corporate governance. Komite audit bersifat mandiri dalam menjalankan tugas maupun pelaporan dan bertanggung jawab langsung kepada komisaris. Tanggung jawab komite audit kepada komisaris adalah tanggunga jawab laporan keuangan, tata kelola perusahaan dan pengawasan usaha. Ha2 : Terdapat pengaruh komite audit terhadap integritas laporan keuangan. Komisaris Independen Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain. Ha3 : Terdapat pengaruh komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan. Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris berasal dari tanggung jawab pengaturan (governance) suatu badan usaha yang dimiliki oleh kelompok yang berbeda dengan yang mengelola. Dewan komisaris berfungsi untuk memberikan pengarahan terhadap manajemen yang bersifat strategik dan mengawasi pelaksanaan hasilhasil kinerja manajemen. Ha4 : Terdapat pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap integritas laporan keuangan.
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Kepemilikan Institusional Menurut Siregar dan Utama (2005) dalam Guna dan Herawaty (2010) kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan lain, perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking baik di dalam negri maupun luar negri. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak institusional dapat membatasi perilaku manajer dalam pengelolaan laba. : Terdapat pengaruh Ha5 kepemilikan institusional terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah saham yang dimiliki oleh manajemen secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan yang meliputi komisaris dan direksi. Kepemilikan manajerial salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. : Terdapat pengaruh Ha6 kepemilikan manajerial terhadap integritas laporan keuangan. Reputasi Audit Reputasi audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan
melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik yang relevan (Hardiningsih 2010). Ha7 : Terdapat pengaruh reputasi audit terhadap integritas laporan keuangan. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat mengkalsifikasikan besar kecilnya perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan dikategorikan menjadi 3 yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan dan akan berdampak terhadap perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan 2007 dalam Pagalung 2011). Ha8 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan. METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2011. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Berikut proses pemilihan sampel
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel No. Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan 1 Perusahaan manufaktur yang 118 konsisten terdaftar di BEI dari tahun 2009 sampai 2011 2 Perusahaan manufaktur yang tidak (9)
44
November 2014
Jumlah Data 354
(27)
ISSN: 1410 -9875
Nurhaiyani
No. Kriteria Sampel
3 4 5 6 7 8
mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember 2009 sampai 2011 Perusahaan yang tidak memiliki laporan auditor independen Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional Total data sebelum uji outlier Total data di outlier Jumlah data yang digunakan sebagai sampel
Berdasarkan tabel diatas, jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel adalah sebanyak 97 perusahaan. Jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 291 data dan setelah uji outlier sebanyak 23 data diperoleh sampel sebanyak 268 data. Data dapat diperoleh dari
Jumlah Perusahaan
Jumlah Data
(2)
(6)
(9)
(27)
(1)
(3)
97
291 23 268
Indonesia Capital Market Directory dan Indonesia Stock Exchange selama tahun 2009-2011. Integritas laporan keuangan yang akan diukur menggunakan konservatisme yang dikemukakan oleh Penmann dan Zhang (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007) yang dirumuskan sebagai berikut:
( RP + DEPR ) C = Dimana: C = indeks konservatisme RP = jumlah biaya riset dan pengembangan yang ada dalam laporan keuangan DEPR = biaya depresiasi yang terdapat dalam laporan keuangan NOA = net operating asset, yang diukur dengan rumus kewajiban keuangan bersih (total hutang + total saham – total dividen) – (kas + total investasi) Independesi auditor diukur dengan hubungan auditor atau lamanya KAP bekerjasama dengan perusahaan klien menggunakan variavel dummy. Dimana 0 untuk
NOA perusahaan yang menggunakan auditor yang sama selama tiga tahun berturut-turut yang berarti tidak memiliki sikap independen dan 1 untuk perusahaan yang mengganti auditornya kurang dari tiga tahun yang berarti auditor memiliki sikap independen (Guna dan Harleen 2010). Komite audit diukur dengan jumlah anggota di dalam Komite Audit (Kristanti dan Syafruddin 2012). Semakin besar komite audit, semakin kecil penyimpangan yang dilakukan manajemen, sehingga kontrol terhadap manajemen semakin besar (Putra dan Muid 2012). Komisaris independen diukur dengan jumlah komisaris
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
independen dengan seluruh total anggota dewan komisaris perusahaan. Jika perusahaan memiliki jumlah komisaris independen diatas 30% dari seluruh jumlah dewan komisaris, maka perusahaan tersebut sudah memenuhi pedoman tata kelola perusahaan yang baik yang sesuai dengan Kep-350/BEJ/07-2004. Ukuran dewan komisaris diukur dari jumlah anggota dewan
November 2014
komisaris perusahaan (Japarudin dan Achmad 2012). Komposisi dewan komisaris akan berdampak terhadap keputusan dan kebijakan yang dibuat pihak manajemen. Kepemilikan institusional adalah presentase saham yang dimiliki oleh perusahaan lain baik perusahaan dalam negri maupun luar negri dan saham yang dimiliki pemerintah dalam maupun luar negri (Susiana dan Herawaty 2007).
Jumlah saham yang dimiliki oleh institusi Kepemilikan Institusional = Jumlah saham yang beredar 3. Ernst and Young (EY), dengan afiliasinya di Indonesia KAP Kepemilikan manajerial Purwantono, Suherman dan diukur dengan variabel dummy, Surja. dimana 1 untuk perusahaan yang 4. Klynveld Peat Marwick memiliki kepemilikan manajerial Goerdeler (KPMG) dengan dan 0 untuk perusahaan yang tidak afiliasinya di Indonesia KAP memiliki kepemilikan manajerial Siddharta dan Widjaja. (Seftianne dan Handayani 2011). Reputasi Audit diukur Pengukuran yang digunakan dengan variable dummy. Jika untuk ukuran perusahaan adalah perusahaan menggunakan KAP Big logaritma total asset (Fanani 2009). Four maka akan diberi nilai 1 tetapi Ukuran perusahaan dinilai dari total jika perusahaan menggunakan KAP asset karena asset adalah modal Non Big Four akan diberi nilai 0 dalam kegiatan operasional (Susiana dan Herawaty 2007). KAP perusahaan. Big Four tahun 2012 yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : HASIL PENELITIAN 1. PricewaterhouseCoopers Hasil statistik deskriptif (PwC) dengan afiliasinya di menunjukkan jumlah sampel Indonesia KAP Tanudiredja, perusahaan yang digunakan dalam Wibisana dan Rekan. penelitian, nilai minimum, nilai 2. Deloitte Toche Tohmatsu maksimum, nilai mean, dan standar dengan afiliasinya di deviasi dari masing-masing Indonesia KAP Osman Bing variabel. Satrio.
46
ISSN: 1410 -9875
Nurhaiyani
Variabel
N
Tabel 2 Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean
ILK IA KOMA KI UDK INST MANJ RA SIZE
268 268 268 268 268 268 268 268 268
0,01063 0 3 0,2000 2 0,14206 0 0 10,07
0,99168 1 4 0,8000 9 0,99913 1 1 13,73
Std. Deviation 0,3696248 0,21682162 0,84 0,368 3,05 0,223 0,3804771 0,08028794 4,08 1,689 0,6913048 0,18996425 0,42 0,495 0,35 0,478 11,9402 0,63519
Tabel 3 Hasil Uji t
Variabel (constant) Independensi Auditor Komite Audit Komisaris Independen Ukuran Dewan Komisaris Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Reputasi Audit Ukuran Perusahaan
Sig 0,275 0,927 0,746 0,250 0,078 0,980
Keterangan Tidak mempunyai pengaruh Tidak mempunyai pengaruh Tidak mempunyai pengaruh Tidak mempunyai pengaruh Tidak mempunyai pengaruh
0,333 Tidak mempunyai pengaruh 0,178 Tidak mempunyai pengaruh 0,791 Tidak mempunyai pengaruh
Hasil menunjukkan bahwa independensi auditor memiliki nilai signifikansi 0,927. Nilai ini lebih besar sama dengan alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan Ha1 tidak dapat diterima, yaitu independensi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Komite audit memiliki nilai signifikansi 0,746. Nilai ini lebih besar sama dengan alpha (0,05) sehingga dapat tidak dapat disimpulkan Ha2 diterima, yaitu komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
Komisaris independen memiliki nilai signifikansi 0,250. Nilai ini lebih besar sama dengan alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan Ha3 tidak dapat diterima, yaitu komisaris independen tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi 0,078. Nilai ini lebih besar dari sama dengan alpha (0,05) sehingga dapat dapat disimpulkan Ha4 tidak diterima, yaitu ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
keuangan. Kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi 0,980. Nilai ini lebih besar sama dengan alpha (0,05) sehingga dapat dapat disimpulkan Ha5 tidak diterima, yaitu kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,333. Nilai ini lebih besar sama dengan alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan Ha6 tidak dapat diterima, yaitu kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Reputasi audit memiliki nilai signifikansi 0,178. Nilai ini lebih besar sama dengan alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan Ha7 tidak dapat diterima, yaitu reputasi audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,791. Nilai ini lebih dari sama dengan alpha (0,05) sehingga Ha8 tidak dapat diterima, yaitu ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
PENUTUP Penelitian ini mendapatkan bukti empiris bahwa independensi auditor, komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, kepemilikan
November 2014
institusional, kepemilikan manajerial, reputasi audit dan ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Keterbatasan dalam penilitian ini adalah : (1) Penelitian yang dilakukan terbatas hanya pada delapan faktor yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu independensi auditor, komite audit, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, reputasi audit dan ukuran perusahaan; (2) Dalam penelitian ini masih terdapat variabel yang terjadi heteroskedastistas, sehingga masih terdapat perbedaan varians data residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Berdasarkan dari keterbatasan di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah faktor lain yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yang belum diuji dalam penelitian ini seperti manajemen laba, likuiditas, leverage. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan uji normalitas data untuk setiap variabel yang dimasukkan dalam model penelitian untuk memastikan bahwa data semua variabel normal sehingga bebas dari masalah heteroskedastisitas.
REFERENSI Fanani, Zaenal. 2009. Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan Konsekuensi Ekonomis. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 6, No. 1, Juni, Hlm. 20-45.
48
ISSN: 1410 -9875
Nurhaiyani
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Mutrivariate dengan Program SPSS 19. Edisi Kelima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April, Hlm. 53-68. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta Hardiningsih, Pancawati. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Februari, Hlm. 61-76. Haryono, Slamet. 2005. Struktur Kepemilikan Dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis,Vol. 5, No. 1, Februari, Hlm. 63-71. Ikatan Komite Audit Indonesia. 2013. http://www.komiteaudit.org/komite.htm Indriani, Rini dan Wahiddatul Khoiriyah. 2010. Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Informasi Asimetri. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Hlm. 1-22. Japarudin dan Tarmizi Ahcmad. 2012. Analisa Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Non-Unqualified. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-11. Kadir, Abdul. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April, Hlm. 1-12. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No: Kep-20/PM/2002. Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No: Kep-29/PM/2004. Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2009. Pedoman Good Corporate Governance Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Indonesia. Kristanti, Martina Eny dan Muchamad Syafruddin. 2012. Pengaruh Karateristik Komite Audit Pada Kondisi Financial Distress Perusahaan, Studi Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 1, No. 2, Hlm. 1-14. Makhdalena. 2009. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Internal Control. Pekbis Jurnal, Vol. 1, No. 1, Maret, Hlm. 58-65. Makhdalena. 2007. Peran Komite Audit Dalam Pengelolaan Perusahaan. Jurnal Ichsan, Vol. 2, No. 3, Agustus-Oktober, Hlm. 979-985. Mayangsari, Sekar. 2003. Analisa Pengaruh Independensi, Kualitas Audit, serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI, Hlm. 1255-1273 Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisa Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI, Hlm. 176-199. Mulyadi. 1990. Pemeriksaan Akuntansi. Edisi Ketiga. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta.
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Pagalung, Robert Jao Gagaring. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Payamta. 2006. Pengaruh Kualitas Auditor, Independensi dan Opini Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 6, No. 1, Hlm. 81-96. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008. Jasa Akuntan Publik. Putra, Daniel Salfauz Tawakal dan Dul Muid. 2012. Pengaruh Independensi, Menkanisme Corporate Governance, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 2, Hlm. 1-11. SAK No. 1. 2009. Penyajian Laporan Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo. Jakarta. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, April, Hlm. 39-56. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2011. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Supriyanto, Eko dan Falikhatun. 2008. Pengaruh Tangibility, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 1, April, Hlm. 13-22. Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Hlm. 1-31. Turley, Stuart dan Mahbub Zaman. 2004. The Corporate Governance Effects of Audit Committes. Journal of Management and Governance, Vol. 8, Hlm. 3005-332. Ujiyantho, Muh.Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Juli, Hlm. 1-26.
50
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 51-60
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMUNIKASI VISI, PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN MOTIVASI KARYAWAN TERHADAP KEPUASAN KARYAWAN DI PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk (TELKOM) DIVISI ENTERPRISE SERVICE JAKARTA NURWANTI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: Leadership style applied to the PT. Telkom is a leadership style that adjust with the work situation, needs of the organization as well as the subordinate condition. It can be seen in the provision of duty, in which all employees of PT. Telkom is able to perform tasks in a structured without instructions from his superiors. Directing the work done in a participatory manner, the leader in this case attempted to ask and use the suggestions from subordinates, but it pemimpinpun provide guidance in the form of breakthroughs that will be done for the sake of advancement PT. Telkom. The purpose of this study was to determine the effect of vision communication, employee empowerment and motivation of employees. Object of this research is PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Division Enterprise Service Jakarta. The sample was selected using purposive sampling method. The data used in this study came from a sample of 100 employees of PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Division Enterprise Service Jakarta. The statistical methods used to test the hypothesis is a simple regression and multiple regression. The results showed a vision of communication and motivation of employees affected by the gratification of employees, while empowering employees is not influenced by employee satisfaction. Keywords:
vision communication, empowerment of employee, motivation employee, and employees satisfaction.
Abstrak : Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh PT Telkom adalah gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Selain itu karyawan PT Telkom mempunyai skill yang baik dimana tidak terikat dengan instruksi dari pimpinannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh dari visi komunikasi, pemberdayaan karyawan, serta motivasi karyawan terhadap kepuasan karyawan. Responden penelitian sejumlah 100 orang, dimana menggunakan teknik statistika regresi berganda. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh visi komunikasi dan motivasi
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
karyawan terhadap kepuasan karyawan. Adapun pemberdayaan karyawan tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kata kunci : visi komunikasi, motivasi karyawan, pemberdayaan karyawan, dan kepuasan kerja karyawan.
PENDAHULUAN Gaya kepemimpinan yang diterapkan pada PT. Telkom adalah gaya kepemimpinan yang menyesuaikan dengan situasi kerja, kondisi bawahan serta kebutuhan organisasi. Hal ini dapat dilihat dalam pemberian tugas, dimana semua pegawai PT. Telkom dianggap mampu melakukan tugas secara terstruktur tanpa harus menunggu perintah dari atasannya. Pengarahan kerja yang dilakukan secara partisipatif tersebut, pemimpin dalam hal ini berusaha meminta dan menggunakan saransaran dari bawahannya, selain itu pemimpinpun memberikan pengarahan berupa terobosanterobosan yang akan dilakukan demi majunya PT. Telkom. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya, dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat atau ciriciri tertentu yang sangat penting seperti kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas (Paramitha 2010, 6). Komunikasi Visi, pemberdayaan karyawan, dan motivasi karyawan langsung mempengaruhi peningkatan kepuasan karyawan (Kantabutra et al. 2011, 1007). “Leadership is also belived to play a crucial role in
52
driving employee satisfaction for goverments of the twenty-first century and beyond. In terms of relationship between employee satisfaction and performance outcomes” (Zhu et al. 2005, 39). Komunikasi visi secara langsung mempengaruhi peningkatan kepuasan karyawan. Pemimpin mempunyai peran yang sangat penting sebagai yang mendelegasikan atau menyampaikan rencananya dengan tepat (Kantabutra et al. 2011, 1007). “Vision Communication has been extensively studied as determinants of the success of the entrepreneur as a leader” (Baum and Locke 2004, 587). Rencana ketenagakerjaan PT. Telkom Group difokuskan pada peningkatan produktifitas dengan merujuk pada acuan yang kompetitif. Rencana ketenagakerjaan termasuk penjelasan mengenai profil sumber daya yang dihitung berdasarkan aktifitas bisnis dan perusahaan di jajaran Telkom Group, serta penjelasan berdasarkan pekerjaan, posisi, umur dan latar belakang pendidikan. “In Thai retail stores, empowerment of staff was an indirect predictor of improved staff satifaction“ (Kantabutra 2009, 165). Sumber daya manusia selain sebagai salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi, disisi lain juga sebagai makhluk yang mempunyai
ISSN: 1410 -9875
pikiran, perasaan, kebutuhan dan harapan-harapan tertentu. Hal ini sangat memerlukan perhatian tersendiri karena faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi prestasi, dedikasi dan loyalitas serta kecintaan terhadap pekerjaan dan organisasinya. Selain komunikasi visi ada faktor lain yaitu motivasi karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi karyawan berpengaruh terhadap kepuasan karyawan (Nurgiati 2013, 12). Pemberian motivasi karyawan mutlak diperlukan untuk mencapai kepuasan karyawan yang akan mempunyai dampak positif atau baik bagi organisasi (Tobing et al. dalam jurnal Nurgiati 2013, 12). KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Komunikasi Visi Setyati (2005, 27), mengemukakan bahwa proses mengkomunikasikan visi, dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya tujuan organisasi dan dapat memberi informasi kepada orang lain tentang sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini didukung jika dapat memberikan informasi tambahan tentang tujuan-tujuan dan harapan–harapan, serta meningkatkan kuatnya kenyakinan para pengikutnya tentang kemampuan pemimpin dalam mencapai tujuan. Menurut Suprihanto et al. (2003, 82) pada pokoknya komunikasi terdiri atas tiga unsur utama, yaitu pengiriman pesan, saluran komunikasi, dan penerima pesan: (1) Pengirim Pesan, merupakan pihak yang memiliki ide untuk dikomunikasikan kepada pihak lain (penerima), (2)
Nurwanti
Saluran Komunikasi, informasi ditransmisikan melalui saluran komunikasi yang menghubungkan antara pengirim dengan penerima pesan, (3) Penerima Pesan, adalah pihak yang menerima simbol-simbol komunikasi, menerjemahkannya dan memahaminya. Kesimpulan, komunikasi visi adalah proses berkomunikasi dalam penyampaian visi dari atasan kepada bawahannya melalui lisan, tulisan dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang tujuan dari perusahaan. H1: Terdapat pengaruh Komunikasi Visi terhadap Kepuasan Karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. Pemberdayaan Karyawan Daft (2011, 217), mengemukakan bahwa “to power sharing, the delegation of power or authority to subordinates in the organization.” Menurut Wilberforce (2000), dalam Martuti (2004, 10), pemberdayaan dapat meningkatkan komitmen karyawan terhadap organisasi karena pemberdayaan akan menimbulkan rasa kepemilikan karyawan terhadap organisasi tersebut. Kesimpulan pemberdayaan karyawan adalah dimana seorang atasan atau pimpinan dituntut untuk dapat mendelegasikan pekerjaa, menyediakan sumber daya dan layanan pendukung dan mendorong bawahan untuk membuat suatu keputusan tentang pekerjaannya sehari-hari. Terdapat pengaruh H2: Pemberdayaan Karyawan terhadap Kepuasan Karyawan
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. Motivasi Karyawan Awamleh and Gardner (1999, 345), mengemukakan bahwa “Obviously, motivation plays a critical role in the visionary leadership process. Visionary leaders motivate their followers to implements their visions, particularly in times of difficulty.” Hirarki Kebutuhan Maslow, Menurut Suprihanto et al. (2003, 43), Maslow mendasarkan konsep hirarki pada dua prinsip yaitu yang pertama adalah bahwa kebutuhankebutuhan manusia dapat disusun dalam satu hirarki dari kebutuhan yang terendah sampai yang tertinggi. Kedua, suatu kebutuhan yang telah terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku. (1) Fisiologis, kebutuhan sandang, pangan, dan bebas dari rasa sakit, (2) Keselamatan dan keamanan kebutuhan akan rasa bebas dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian dan lingkungan, (3) Rasa keikutsertaan, sosial dan cinta kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi, dan cinta, (4) Penghargaan (esteem) kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain, (5) Aktualitas diri (self actualiation) kebutuhan untuk memanfaatkan/mengembangkan potensi diri. Kesimpulan, motivasi karyawan adalah dimana seorang pemimpin dituntunt untuk dapat dan bisa bertindak sebagai panutan bagi bawahannya, dapat membangun rasa percaya diri bawahan, membuat tantangan
54
November 2014
untuk bawahannya, dan dapat bertindak secara konsisten dengan tujuan perusahaannya. Terdapat pengaruh Motivasi H3: Karyawan terhadap Kepuasan Karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. Kepuasan Karyawan Menurut Jewel et al. (1998), dalam Syaiin (2008, 35) kepuasan karyawan, menggunakan 5 (lima) dimensi kepuasan terhadap pekerjaan itu yaitu dari aspek pekerjaan itu sendiri, pengawasan, penggajian, kesempatan promosi, dan aspek rekan kerja sebagai penentu kepuasan. Menurut Sopiah (2008, 172), dalam Hasan (2012, 68) aspek-aspek kerja yang mempengaruhi kepuasan karyawan adalah : (1) Gaji, (2) Pekerjaan itu sendiri, (3) Teman kerja, (4) komunikasi, (5) Administrasi/kebijakan perusahaan, (6) Pengakuan, (7) Prestasi kerja. Kesimpulan, kepuasan karyawan adalah dimana faktor remunerasi, tunjangan, otonomi, tugas persyaratan, kebijakan organisasi, interaksi, status profesional kualitas pengawasan, rekan, pengakuan keberhasilan, dan karir merupakan faktor yang sangat penting dalam tingkat kepuasan kerja karyawan. Sehingga seorang atasan atau pemimpin dituntut untuk mampu memahami apa yang dibutuhkan oleh karyawannya. pengaruh H4: Terdapat Komunikasi Visi, Pemberdayaan Karyawan, dan Motivasi Karyawan terhadap Kepuasan Karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
ISSN: 1410 -9875
(TELKOM) Divisi Model Penelitian
Komunikasi Visi (X1) Pemberdayaan Karyawan
Nurwanti
Enterprise
Service Jakarta.
H1 H2 H3
Kepuasan Karyawan (Y)
(X2) Motivasi Karyawan
H4
(X3)
Gambar 1 Model Penelitian Perumusan Hipotesis Ha4: Terdapat pengaruh Komunikasi Visi, Pemberdayaan Karyawan, dan Motivasi Karyawan terhadap Kepuasan Karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. METODE PENELITIAN Jenis metode ini termasuk dalam metode penarikan sampel nonprobability sampling yang merupakan desain pengambilan sampel dimana unsur-unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama atau telah ditentukan untuk terpilih sebagai subjek sampel (Sekaran dan Bougie 2010, 442). Jenis metode ini termasuk dalam metode penarikan sampel nonprobability sampling yang merupakan desain pengambilan
sampel dimana unsur-unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama atau telah ditentukan untuk terpilih sebagai subjek sampel (Sekaran dan Bougie 2010, 442). Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (Sekaran dan Bougie 2010, 263). Jumlah sample yang diambil oleh peneliti adalah sebanyak 100 responden. Menurut Hair et al. (2010, 102) berkaitan dengan sampel adalah “The researcher generally would not factor analyze a sample of fewer than 50 observation and preferably the sample size should be 100 or large”. Untuk itu dalam penarikan sample menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2009, 122), kriteria dalam pengambilan sampel adalah : (1)
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Karyawan yang bekerja di Divisi Enterprise Service Jakarta, (2) Karyawan yang memiliki jenjang pendidikan Minimal SMA, (3) Karyawan yang berusia minimal 23 tahun. Jenis metode ini termasuk dalam metode penarikan sampel nonprobability sampling yang merupakan desain pengambilan sampel dimana unsur-unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama atau telah ditentukan untuk terpilih sebagai subjek sampel (Sekaran dan Bougie 2010, 442). Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Komunikasi Visi adalah proses berkomunikasi dalam penyampaian visi dari atasan kepada bawahannya melalui lisan, tulisan dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang tujuan dari perusahaan. Pemberdayaan karyawan, dimana seorang atasan atau pimpinan dituntut untuk dapat
Usia 26 – 35 thn 36 – 45 thn 46 – 55 thn
Total
56
November 2014
mendelegasikan pekerjaan, menyediakan sumber daya dan layanan pendukung dan mendorong bawahan untuk membuat suatu keputusan tentang pekerjaannya sehari-hari. Motivasi karyawan, dimana seorang pemimpin dituntunt untuk dapat dan bisa bertindak sebagai panutan bagi bawahannya, dapat membangun rasa percaya diri bawahan, membuat tantangan untuk bawahannya, dan dapat bertindak secara konsisten dengan tujuan perusahaannya. Kepuasan karyawan, dimana faktor remunerasi, tunjangan, otonomi, tugas persyaratan, kebijakan organisasi, interaksi, status profesional kualitas pengawasan, rekan, pengakuan keberhasilan, dan karir merupakan faktor yang sangat penting dalam tingkat kepuasan kerja karyawan. Sehingga seorang atasan atau pemimpin dituntut untuk mampu memahami apa yang dibutuhkan oleh karyawannya.
Hasil Penelitian Tabel 1 Karakteristik Responden Lama Frequency Pendidikan Frequency Bekerja Terakhir 14 SMA 2 1 – 3 thn
Frequency 5
46
Diploma
2
3,1 – 5 thn
4
40
S1
52
>5 thn
91
S2
44
100
100
100
ISSN: 1410 -9875
Nurwanti
Tabel 2 Hasil Pengujian Hipotesis t B t Hitung Sig. 0.622 3.364 0.001 0.241 0.926 0.357
Variabel Komunikasi Visi Pemberdayaan Karyawan Motivasi Karyawan
0.412
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2 diatas diatas diketahui bahwa komunikasi visi memiliki koefisien positif yaitu sebesar 0.622. Diperoleh t hitung sebesar 3.364 lebih besar dari t table yaitu 1.984 dan didukung dengan nilai Sig. 0.001 kurang dari alpha 0.05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh komunikasi visi terhadap kepuasan karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2 diatas diatas diketahui bahwa pemberdayaan karyawan memiliki koefisien positif yaitu sebesar 0.241. Diperoleh t hitung sebesar 0.926 lebih kecil dari t table yaitu 1.984 dan didukung dengan nilai Sig. 0.357 lebih dari
Uji F Visi Komunikasi. Pemerdayaan Karyawan, Motivasi Karyawan
2.914
0.004
Berdasarkan hasil uji F tabel 3 diperoleh F hitung 6.869 dan F tabel sebesar 2.70 untuk α = 5%, karena nilai F hitung tersebut lebih besar dibandingkan nilai F tabel didukung dengan nilai Sig. sebesar 0.000 lebih kecil dari alpha 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh komunikasi visi, pemberdayaan karyawan, dan
1.984
alpha 0.05. Hal ini menunjukan bahwa berarti tidak terdapat pengaruh pemberdayaan karyawan terhadap kepuasan karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2 diatas diatas diketahui bahwa motivasi karyawan memiliki koefisien positif yaitu sebesar 0.412. Diperoleh t hitung sebesar 2.914 lebih besar dari t table yaitu 1.984 dan didukung dengan nilai Sig. 0.004 kurang dari alpha 0.05. Hal ini menunjukan bahwa berarti terdapat pengaruh motivasi karyawan terhadap kepuasan karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta.
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis F F hitung F tabel 2.70
t Tabel 1.984 1.984
6.869
Sig. 0.000
motivasi karyawan secara bersamasama terhadap kepuasan karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis t, maka dapat ditarik
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
kesimpulan bahwa komunikasi visi, pemberdayaan karyawan, dan motivasi karyawan terhadap kepuasan karyawan. Pada uji F dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh komunikasi visi, pemberdayaan karyawan, dan motivasi karyawan secara bersamasama terhadap kepuasan karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Divisi Enterprise Service Jakarta. Keteratasan dalam penelitian ini adalah Jumlah responden sebanyak 100 responden, dikarenakan waktu dan rutinitas karyawan Divisi Enterprise yang sangat padat, sehingga sulit bagi peneliti untuk memperoleh data dari responden. Divisi Enterprise Service berdiri pada tahun 2006, yang terdiri dari tiga area yaitu Jakarta, Bandung dan Surabaya. Melihat luasnya area Divisi Enterprise Service dan terbatasnya waktu dan biaya dari peneliti, maka
November 2014
obyek penelitian hanya dilakukan di Divisi Enterprise Service Jakarta. Peneliti menetapkan ruang lingkup penelitian hanya pada Divisi Enterprise Service yang terdapat pada wilayah Jakarta saja. Variabel yang diteliti Komunikasi Visi, Pemberdayaan Karyawan, dan Motivasi Karyawan terhadap Kepuasan Karyawan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah Jumlah responden dapat lebih diperbanyak untuk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat lebih memperluas ruang lingkup penelitian agar tidak hanya di wilayah Jakarta. Menambah variabel penelitian yang dapat mempengaruhi Kepuasan Karyawan. Dalam hal penyampaian Komuikasi Visi sebaiknya PT. Telkom harus lebih memanfaatkan media teknologi sebagai sarana penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan.
REFERENSI Avery, G.C. 2004. Understanding Leadership, Sage, London. Awamleh, R. and Gardner, W. 1999. Perceptions of leader charisma and effectiveness: the effect of vision content, delivery, and organizational performance, Leadership Quarterly, Vol 10 No. 3. Baum, J.R., Locke, E.A. 2004. The relationship of entrepreneurial traits, skill, and motivation to subsequent venture growth in enterpreneurial firms, Journal of Applied Psychology, Vol. 89. Carson, C.M. and King, J.E. Jr. 2005, Leaving Leadership: solving leadership problems through empowerment, Management Decision, Vol. 43. Daft, R.L. 2005. The Leadership Experience, Thomson South-Westerm, Mason, OH. Densten, I.L. 2002. Clarifying the relationship between inspirational motivation and extra effort, The Leadership & Organizational Development Journal, Vol 22 No.1. Gilmore, T.N. and Shea, G.P. 1997. Organizational learning and the leadership skill of time travel, Journal of Management Development, Vol 16 No.4.
58
ISSN: 1410 -9875
Nurwanti
Gujarati, Damodar.N. 2009. Basic econometric. Five edition. MC Grawhill. International. Hair, Jr., Joseph, F., Black, C., William, Babin, J., Barry, Aderson, Raphe and Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis seventh edition. Pearson Prentice Hall. Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-7. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kantabutra, S. And Vimolratana, P. 2009. Vision-based leadership: relationships and consequences in Thai and Australian retail stores, Asia Pasific Journal of Business Administration, Vol 1 No.2. Larwood, L., Falbe, C.M., Kriger, M.R. and Miesling, P. 1995. Structure and meaning of organizational vision, Academy of Management Journal, Vol 38 No.3. Maciariello, J.A. 2006. Peter F. Drucker on executive leadership and effectiveness, in Hesselbein, F. and Goldsmith, M. (Eds), The Leader of the future, Jossey-Bass, san Francisco, CA. Manullang, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Ghalia Indonesia. Martuti. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Karyawan sebagai Strategi terhadap Komitmen Organisasional (Studi Empiris pada Industri Jamu di Kota Semarang), Universitas Diponegoro Program Studi Magister Manajemen., Semarang. Nurgiati. 2013. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Karyawan Terhadap Kepuasan Karyawan (Studi kasus pada PT. Sinar Amaril Factory Ltd Batanng. Fakultas Ekonomi Universitas Semarang) Oliver, J. 1998. Invest in people and improve profitability and productifity, Management Today. Paramitha, Savitry. 2010. Penerapan Gaya Kepemimpinan Dalam Upaya Menciptakan Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Pada PT. TELKOM, TbkKANDATEL Malang). Sashkin, M. 1985. Creating a corporate excellence culture: identifying levers and how to use them, Emprender, Vol 21 No. 145. Sabarudin. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan pada PTPN II Kebun Batang Serangan. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository 2008. Sekaran, uma and Bougie. 2010. Research Methods for Business fifth edition. Wiley. Setyati, Woro. 2005. Visi Organisasi dan Komunikasi Kepemimpinan di Dalam Organisasi (Studi di PT. Elnusa), Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik., Depok. Sooksan Kantabutra, and Molraudee Saratun, 2011. Identifying vision realization factors at a Thai state enterprise, Management Research Review, Vol. 34 Iss: 9 pp. 996 – 1017 Spreitzer, G.M. 1995. Psychological empowerment in the workplace: dimensions, measurements and validation, Academy of Management Journal, Vol 38. Sugiyono, Prof., Dr. 2008. Metode Penelitian Bisnis. ALFABETA.
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Suprihanto, John., TH. Agung M. Harsiwi, and Prakosa Hadi. 2003. Perilaku Organisasional, edisi pertama, STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara., Yogyakarta. Syaiin, Subakti. 2008. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Klinik Spesialis Bestari Medan tahun 2007, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tunjungsari, Peni. 2011. Pengaruh Stress Kerja terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Kantor Pusat PT. POS INDONESIA (PERSERO) BANDUNG. Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Vol. 1 No. 1, Maret 2011. Wahyuningsih, Sri. 2004. Hubungan antara Kepemimpinan, Iklim Organisasi, dan Pemberdaya Karyawan dengan Kepuasan Kerja Karyawan Yayasan Pelita Ilmu, Universitas Indonesia. Zhu, W., Chew, LK.H. and Spangler, W.D. 2005. CEO transformational leadership & organizational outcomes: the mediating role of humancapital-enhancing human resource management, The Leadership Quarterly, Vol 16 No. 1. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=-716&submit.y=15&submit=prev&page=1&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkp e%2Fs1%2Feman%2F2008%2Fjiunkpe-ns-s1-2008-31402381-11724untung_bersama-chapter2.pdf http://www.telkom-csr.com/telkom/sekilas-tentang-telkom http://riaristianti.wordpress.com/tentang-kami/organisasi-divisi http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2010-1-00455mn%20bab%202.pdf http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/definisi-visi-misi-dan-strategidan.html
60
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 61-80
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH BETA, FIRM SIZE, CURRENT RATIO, TOTAL ASSET TURNOVER, NET PROFIT MARGIN, RETURN ON ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN R. WASISTO ROESWIDIONO STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract :The aim of this research is to test and analyze the effect of beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset, and debt to equity ratio to Bonds rating. The data used are the data of non-banking and non-financial company bonds listed on the Indonesia Stock Exchange and assessed by a rating agency PEFINDO in the year 2007-2011. Description statistic and logistic regression with random effect model for panel data were performed to test the hypotheses with EViews 7. The result of this research shows that net profit margin and return on asset are affecting bonds rating. Beta, firm size, current ratio, total asset turnover, and debt to equity ratio are not affecting bonds rating. Altogether, there is an effect of beta, firm size, current ratio, total asset trunover, net profit margin, return on asset, and debt to equity ratio simultaneously to bonds rating. Keywords:
Beta, Firm Size, Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Return on Asset, Debt to Equity Ratio, Bonds Rating.
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset, and debt to equity ratio to Bonds rating. Data yang digunakan berasal dari data bukan bank dan bukan perusahaan keuangan. Analisis data dengan menggunakan statistika deskriptif dan logistic regression dengan menggunakan e views. Berdasarkan penelitian didapat kesimpulan bahwa net profit margin dan return on assets berpengaruh terhadap bond rating, adapun beta, firm size, current ratio, total asset turnover, and debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap bonds rating Kata kunci: Beta, Firm Size, Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin, Return on Asset, Debt to Equity Ratio, Bonds Rating
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
PENDAHULUAN Obligasi merupakan “a longterm debt instrument indicating that the corporation has borrowed a certain amount of money and promises to repay it in the future under clearly defined term” (Gitman dan Zutter 2012, 231). Dalam berinvestasi pada obligasi, para investor selalu akan melihat peringkat obligasi. Menurut Rahardjo (2004, 100), proses pemeringkat adalah memberikan informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri perseroan yang menerbitkan surat utang (obligasi) dalam bentuk peringkat kepada calon investor. Jika mengacu pada PT PEFINDO, obligasi dibagi dalam dua yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non-investment grade (BB, B, CCC, D). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Faktor-faktor tersebut antara lain : beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset dan debt to equity ratio. Adapun perumusan masalah penelitiannya adalah apakah terdapat pengaruh beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset, dan debt to equity ratio terhadap peringkat obligasi pada perusahaan non keuangan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia pada periode 2007-2011. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat peringkat obligasi, beta, current ratio, firm size, current ratio,
62
November 2014
total asset turnover, net profit margin, return on asset, dan debt to equity ratio. Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Peringkat Obligasi Menurut Gitman dan Zutter (2012, 534), Signaling theory adalah “a financing action by management that is believed to reflect its view of the firm’s stock value”. Signaling theory dikemukakan dan dikembangkan oleh Ross pada tahun 1979. Manajemen perusahaan memberikan sinyal berupa laporan keuangan dan informasi lainnya kepada lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat menerbitkan peringkat obligasi suatu perusahaan untuk menunjukkan sinyal mengenai kualitas dari obligasi tersebut kepada calon investor. Menurut Hartono (2008, 166), peringkat obligasi adalah simbolsimbol karakter yang diberikan oleh agen pemeringkat untuk menunjukkan resiko dari obligasi.
Beta Menurut Gitman dan Zutter (2012, 329), beta adalah “the relevant portion of an asset’s risk attributable to market factors that affect all firms; cannot be
ISSN: 1410 -9875
eliminated through diversification”. Ha1 : Terdapat pengaruh beta terhadap peringkat obligasi Firm Size Menurut Lin dan Zhu (2007, 33), firm size dapat diproksi dengan menggunakan logarithm natural dari total penjualan. Semakin besar perusahaan maka potensi mendiversifikasi risiko nonsistematik juga akan semakin besar sehingga membuat risiko obligasi perusahaan tersebut menurun (Magreta dan Nurmayanti, 2009). Oleh karena itu, perusahaan dengan firm size yang besar akan mendapat peringkat obligasi yang baik (investment grade). Ha2 : Terdapat pengaruh beta terhadap peringkat obligasi. Current Ratio Menurut Gitman dan Zutter (2012, 71), Current ratio merupakan “a measure of liquidity calculated by divided the firm’s current assets by its current liabilities”. Semakin tinggi current ratio maka semakin tinggi peringkat obligasi (Raharja dan Sari, 2008). Ha3 : Terdapat pengaruh current ratio terhadap peringkat obligasi. Total Asset Turnover Menurut Harahap (2011, 309), total asset turnover menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi total asset turnover maka semakin tinggi juga peringkat obligasi perusahaan tersebut (Raharja dan Sari, 2008).
R. Wasisto Roeswidiono
Ha4 : Terdapat pengaruh total asset turnover terhadap peringkat obligasi. Net Profit Margin Menurut Harahap (2011, 304), net profit margin menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi net profit margin maka peringkat obligasi akan semakin tinggi peringkat obligasi. Ha5 : Terdapat pengaruh net profit margin terhadap peringkat obligasi. Return on Asset Return on asset merupakan “measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets” (Gitman dan Zutter 2012, 81). Return on asset disebut juga return on investment. Menurut Harahap (2011, 305), semakin besar return on asset semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba sehingga peringkat obligasinya akan semakin tinggi juga. Ha6 : Terdapat pengaruh business risk terhadap leverage Debt to Equity Ratio Menurut Harahap (2011, 303), Debt to equity ratio adalah menggambarkan sampai sejauhmana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Jika rasio ini cukup tinggi, maka hal tersebut menunjukkan tingginya penggunaan hutang,
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan biasanya memiliki risiko kebangkrutan yang cukup besar (Manurung et al, 2009). Ha7 : Terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap peringkat obligasi. Didalam penelitian ini juga dilakukan uji pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen.
November 2014
Ha8 : Terdapat pengaruh beta, firm size, current ratio, total asset trunover, net profit margin, return on asset, dan debt to equity ratio secara bersamasama terhadap peringkat obligasi. Berikut Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Beta
Firm Size
Current Ratio Total Asset Turnover
Peringkat Obligasi
Net Profit Margin Return on Asset
Debt to Equity Ratio
Gambar 1 Model Penelitian
METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia dan peringkat obligasinya
64
diperingkat oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PT Pefindo) yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dari tahun 2007-2011. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
Jumlah
Obligasi perusahaan non keuangan yang berturut-turut di peringkat oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) Perusahaan non keuangan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki laporan keuangan yang lengkap sesuai variabel penelitian Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki laporan keuangan dalam mata uang rupiah Perusahaan non keuangan yang laporan keuangannya tidak berturutturut tercatat di Indonesia Capital Market Directory (ICMD) Obligasi perusahaan non keuangan yang tidak berenominasi dalam mata uang rupiah Total perusahaan non keuangan yang dijadikan sampel Total data yang dijadikan sampel
22
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Peringkat Obligasi Menurut Sundjaja dan Barlian (2003, 334), peringkat obligasi digunakan untuk menentukan peringkat suatu obligasi dengan simbol tertentu yang dapat memberi gambaran mengenai kualitas investasi dari obligasi yang dinilai. Pengukuran variabel ini menggunakan skala nominal berdasarkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo. Menurut Kilapong dan Setiawati (2011) pemberian nilai peringkat obligasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu investment grade (AAA,AA,A, BBB) dengan nilai 1 dan non investment grade (BB, B, CCC, D) dengan nilai 0 karena model penelitian ini merupakan model regresi logistik. Beta Menurut Gitman dan Zutter (2012, 329), beta adalah “the
4 0 0 1 0 17 85
relevant portion of an asset’s risk attributable to market factors that affect all firms; cannot be eliminated through diversification”. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Menurut Anastasia et al (2003), secara sistematis beta dapat dirumuskan sebagai berikut: Ri = Rfr + β (Rm – Rfr) Keterangan : Ri = Return saham perusahaan Rfr = Risk free rate (Tingkat suku bunga Bank Indonesia) β = Beta / resiko sistematik Rm = Return pasar (IHSG) Firm Size Menurut Lin dan Zhu (2007, 33), “firm size is a measurement of a company’s market power, indicated from the logarithm natural of net sales”. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Menurut Lin dan Zhu (2007,
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
33), secara sistematis firm size dapat dirumuskan sebagai berikut : Firm Size = Ln (Total Sales)
Current Ratio Menurut Gitman dan Zutter (2012, 71), current ratio adalah “a measure of liquidity calculated by divided the firm’s current assets by its current liabilities”. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 71), secara sistematis current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
November 2014
with which the firm uses its assets to generate sales.” Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 75), secara sistematis total asset turnover dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Asset Turnover Menurut Gitman dan Zutter (2012, 75), Total asset turnover adalah “indicates the efficiency
Net Profit Margin Menurut Gitman dan Zutter (2012, 80), net profit margin merupakan “measures the percentage of each sales dollar remaining after all costs and expenses, including interest, taxes, and preferred stock dividends, have been deducted”. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 81), secara sistematis net profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut :
Return on Asset Menurut Gitman dan Zutter (2012, 81), Return on asset merupakan “measures the overall effectiveness of management in generating profits with its
available assets”. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 81), secara sistematis return on asset dapat dirumuskan sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio Menurut Harahap (2011, 303), debt to equity ratio menggambarkan sampai sejauhmana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak
luar. Skala pengukurannya menggunakan skala rasio. Menurut Harahap (2011, 304), secara sistematis debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
66
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Metode Analisis Data Pengujian dalam penelitian ini ini menggunakan program eviews menggunakan regresi logistik versi 7 untuk mengolah data. (logistic regression). Data yang Model regresi yang digunakan digunakan dalam penelitian ini dalam penelitian ini dapat merupakan data panel. Penelitian dirumuskan sebagai berikut : = Zi = C + βBeta + βFS + βCR + βTAT + βNPM + βROA + βDER + e Keterangan : = Probabilitas investment Pi grade non 1-Pi = Probabilitas investment grade = Peringkat Obligasi Zi C = Konstanta β = Koefisien dari masing‐ masing variabel
Beta FS CR TAT NPM ROA DER e
= = = = = = = =
Beta (resiko sistematik) Firm size Current ratio Total asset turnover Net profit margin Return on asset Debt to equity ratio error
HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif
Variabel Peringkat Obligasi Beta Firm size Current Ratio Total Asset Turnover Net Profit Margin Return On Asset Debt to Equity Ratio Sumber : Hasil Olahan
N
Tabel 2 Statistik Deskriptif Maksimum Mean
85 0.929412 85 -2.302213 85 15.45344 85 1.414000 85 0.697294 85 1.550593 85 3.577176 85 2.083589 EViews 7
1.000000 13.18927 17.62953 3.170000 2.360000 18.46000 50.79000 7.750000
Minimum 0.000000 -336.2078 -13.55000 0.200000 0.160000 -1.613235 -49.19000 -7.203696
Standar Deviasi 0.257656 36.80261 1.062579 0.757372 0.529239 4.657278 9.608375 1.902890
Uji Hausman Tabel 3 Hasil Uji Hausman Chi-Sq. Chi-Sq. Statistic d.f. Test Summary Cross-section random 12.544969 7 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Prob. 0.0840
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Dari hasil uji hausman, didapatkan bahwa nilai statistik uji hausman adalah 12.544969, sedangkan nilai kritis yang ada pada tabel dengan α sebesar 0.05 dan degree of freedom (df) 7 adalah 14.0671. Dengan demikian, nilai statistik < dari nilai kritis, sehingga H0 tidak dapat ditolak. Ini berarti model penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah random
November 2014
effect. Hasil yang sama juga ditunjukkan dari nilai probabilitasnya, dimana nilai probabilitas lebih besar dari α (0.0840 > 0.05) yang berarti H0 tidak dapat ditolak sehingga model yang digunakan dalam penelitian ini adalah random effect. Analisis Data Hipotesis H1
dan
Pengujian
Tabel 4 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H1 McFadden R -0.082668 McFadden R0.006834 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 4 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu -0.082668 artinya hubungan beta dengan peringkat obligasi adalah sangat rendah dan negatif karena nilai McFadden R berada diantara (-0.01) – (-0.199). Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared) adalah
Variabel C BETA
Tabel 5 Hasil Analisis Koefisien Regresi H1 Coefficient Std. Error z-Statistic 2.650914
0.488605
5.425478
-0.045116 0.112826 -0.399876 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Pada tabel 5 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Zi = C + β1X1 + e PO = 2.650914 -0.045116Beta + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut : C = 2.650914 artinya jika variabel beta adalah nol, maka
68
0.006834 atau 0.6834% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel beta adalah sebesar 0.6834% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Prob. 0.0000 0.6892
variabel peringkat obligasi bernilai 2.650914. artinya jika β1 = -0.045116 variabel beta naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan turun sebesar 0.045116.
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Nilai statistik z dari beta berada di region of acceptance dimana H0 tidak dapat ditolak. Dimana –zα/2 ≤ z ≤ zα/2 (‐1.96 ≤ ‐ 0.399876 ≤ 1.96) dengan α = 0.05. Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari beta lebih besar
dari nilai α (0.6892 > 0.05). Hal ini berarti H0 tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh beta terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H2 Tabel 6 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H2
McFadden R 0.077968 McFadden R0.006079 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 6 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu 0.077968 artinya hubungan firm size dengan peringkat obligasi adalah sangat rendah dan positif karena nilai McFadden R berada diantara 0.01 – 0.199. Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared) adalah
0.006079 atau 0.6079% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel firm size adalah sebesar 0.6079% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Tabel 7 Hasil Analisis Koefisien Regresi H2
Variabel C FS
Coefficient Std. Error -0.589456
6.166509
z-Statistic
Prob.
-0.095590
0.9238
0.206266 0.403234 0.511528 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Pada tabel 7 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Zi = C + β2X2 + e PO = -0.589456 + 0.206266FS + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut : C = -0.589456 artinya jika variabel firm size adalah nol,
0.6090
maka variabel peringkat obligasi bernilai -0.589456. artinya jika β2 = 0.206266 variabel firm size naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 0.206266.
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Nilai statistik z dari firm size berada di region of acceptance dimana H0 tidak dapat ditolak. Dimana –zα/2 ≤ z ≤ zα/2 (‐1.96 ≤ 0.511528 ≤ 1.96) dengan α = 0.05. Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari firm size lebih
November 2014
besar dari nilai α (0.6090 > 0.05). Hal ini berarti H0 tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh firm size terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H3 Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H3
McFadden R 0.080517 McFadden R0.006483 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 8 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu 0.080517 artinya hubungan current ratio dengan peringkat obligasi adalah sangat rendah dan positif karena nilai McFadden R berada diantara 0.01 – 0.199. Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared)
adalah 0.006483 atau 0.6483% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel current ratio adalah sebesar 0.6483% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Tabel 9 Hasil Analisis Koefisien Regresi H3
Variabel
Coefficient Std. Error 0.874450
Prob.
2.470303
0.0135
C
2.160157
CR
0.311405 0.601912 0.517360 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Pada tabel 9 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Zi = C + β3X3 + e PO = 2.160157 + 0.311405CR + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut : C = 2.160157 artinya jika variabel current ratio adalah nol,
70
z-Statistic
0.6049
maka variabel peringkat obligasi bernilai 2.160157. β3 = 0.311405 artinya jika variabel current ratio naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 0.311405.
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Nilai statistik z dari current ratio berada di region of acceptance dimana H0 tidak dapat ditolak. Dimana –zα/2 ≤ z ≤ zα/2 (1.96 ≤ 0.517360 ≤ 1.96) dengan α = 0.05. Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari current ratio lebih
besar dari nilai α (0.6049 > 0.05). Hal ini berarti H0 tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh current ratio terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H4 Tabel 10 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H4
McFadden R 0.256472 McFadden R0.065778 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 10 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu 0.256472 artinya hubungan total asset turnover dengan peringkat obligasi adalah rendah dan positif karena nilai McFadden R berada diantara 0.20 – 0.399. Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared)
adalah 0.065778 atau 6.5778% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel total asset turnover adalah sebesar 6.5778% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Tabel 11 Hasil Analisis Koefisien Regresi H4 Variabel C TAT
Coefficient Std. Error 1.497325
0.773759
z-Statistic
Prob.
1.935131
0.0530
2.059974 1.567875 1.313864 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Pada tabel 11 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Zi = C + β4X4 + e PO = 1.497325 + 2.059974TAT + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut : C = 1.497325 artinya jika variabel total asset turnover adalah nol, maka variabel peringkat obligasi bernilai 1.497325.
0.1889
artinya jika β4 = 2.059974 variabel total asset turnover naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 2.059974. Nilai statistik z dari total asset turnover berada di region of acceptance dimana H0 tidak dapat ditolak. Dimana –zα/2 ≤ z ≤ zα/2 (-
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
1.96 ≤ 1.313864 ≤ 1.96) dengan α = 0.05. Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari total asset turnover lebih besar dari nilai α (0.1889 > 0.05). Hal ini berarti H0
November 2014
tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh total asset turnover terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H5 Tabel 12 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H5
McFadden R 0.597040 McFadden R0.356457 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 12 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu 0.597040 artinya hubungan net profit margin dengan peringkat obligasi adalah sedang dan positif karena nilai McFadden R berada diantara 0.40 – 0.599. Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared) adalah
0.356457 atau 35.6457% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel net profit margin adalah sebesar 35.6457% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Tabel 13 Hasil Analisis Koefisien Regresi H5
Variabel C NPM
Coefficient Std. Error 2.776009
0.548851
Prob.
5.057851
0.0000
5.541534 2.471722 2.241973 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Pada tabel 13 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Zi = C + β5X5 + e PO = 2.776009 + 5.541534NPM + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut : C = 2.776009 artinya jika variabel net profit margin adalah nol,
72
z-Statistic
0.0250
maka variabel peringkat obligasi bernilai 2.776009. β5 = 5.541534 artinya jika variabel net profit margin naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 5.541534. Nilai statistik z dari net profit margin berada di region of rejecion
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
dimana H0 ditolak. Dimana z ≥ zα/2 (2.241973 ≥ 1.96) dengan α = 0.05. Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari net profit margin lebih kecil dari nilai α (0.0250 <
0.05). Hal ini berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh net profit margin terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H6 Tabel 14 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H6
McFadden R 0.603853 McFadden R0.364638 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 14 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu 0.603853 artinya hubungan return on asset dengan peringkat obligasi adalah kuat dan positif karena nilai McFadden R berada diantara 0.60 – 0.799. Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared) adalah
0.364638 atau 36.4638% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel return on asset adalah sebesar 36.4638% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Tabel 15 Hasil Analisis Koefisien Regresi H6
Variabel C ROA
Coefficient Std. Error 2.536539
0.540184
z-Statistic
Prob.
4.695692
0.0000
0.214722 0.089272 2.405268 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Pada tabel 15 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Zi = C + β6X6 + e PO = 2.536539 + 0.214722ROA + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut : C = 2.536539 artinya jika variabel return on asset adalah nol,
0.0162
maka variabel peringkat obligasi bernilai 2.536539. β6 = 0.214722 artinya jika variabel return on asset naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 0.214722. Nilai statistik z dari return on asset berada di region of rejecion
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
dimana H0 ditolak. Dimana z ≥ zα/2 (2.405268 ≥ 1.96) dengan α = 0.05. Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari return on asset lebih kecil dari nilai α (0.0162 <
November 2014
0.05). Hal ini berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh return on asset terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H7 Tabel 16 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H7
McFadden R 0.146683 McFadden R0.021516 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 16 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu 0.146683 artinya hubungan debt to equity ratio dengan peringkat obligasi adalah sangat rendah dan positif karena nilai McFadden R berada diantara 0.01 – 0.199. Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared) adalah
0.021516 atau 2.1516% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel debt to equity ratio adalah sebesar 2.1516% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Tabel 17 Hasil Analisis Koefisien Regresi H7
Variabel C DER
Coefficient Std. Error 2.222695
0.517432
Prob.
4.295628
0.0000
0.200137 0.198401 1.008754 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7.
Pada tabel 17 dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Zi = C + β7X7 + e PO = 2.222695 + 0.200137DER + e Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut : C = 2.222695 artinya jika variabel debt to equity ratio adalah
74
z-Statistic
0.3131
nol, maka variabel peringkat obligasi bernilai 2.222695. β7 = 0.200137 artinya jika variabel debt to equity ratio naik satu satuan, maka variabel peringkat obligasi akan naik sebesar 0.200137.
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Nilai statistik z dari debt to equity ratio berada di region of acceptance dimana H0 tidak dapat ditolak. Dimana -zα/2 ≤ z ≤ zα/2 (1.96 ≤ 1.008754 ≤ 1.96) dengan α = 0.05. Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari debt to equity
ratio lebih besar dari nilai α (0.3131 > 0.05). Hal ini berarti H0 tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh debt to equity ratio terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis H8 Tabel 18 Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H8
McFadden R 0.800333 McFadden R0.640533 squared Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Pada tabel 18 menjelaskan bahwa besarnya koefisien korelasi (McFadden R) yaitu 0.800333 artinya hubungan beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset, dan debt to equity ratio dengan peringkat obligasi adalah sangat kuat dan positif karena nilai McFadden R berada diantara 0.80 – 0.999. Besarnya koefisien determinan (McFadden R-squared) adalah
0.640533 atau 64.0533% artinya variasi variabel peringkat obligasi yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset, dan debt to equity ratio adalah sebesar 64.0533% dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
Tabel 19 Hasil Analisis Koefisien Regresi H8
Variabel
Coefficient Std. Error
z-Statistic
Prob.
C
44.84724
27.37334
1.638354
0.1013
BETA
-0.412278
0.254075
-1.622662
0.1047
FS
-1.991304
1.431805
-1.390765
0.1643
CR
-4.598796
2.769136
-1.660733
0.0968
TAT
2.684533
3.187343
0.842248
0.3996
NPM
23.02540
20.91339
1.100988
0.2709
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
ROA
-0.080165
0.658188
DER -0.846367 0.502705 Sumber: Hasil Pengolahan EViews Zi = C + βBeta + βFS + βCR + βTAT + βNPM + βROA + βDER + e PO = 44.84724 - 0.412278BETA – 1.991304FS – 4.598796CR + 2.684533TAT + 23.02540NPM – 0.080165ROA – 0.846367DER + e
November 2014
-0.121796
0.9031
-1.683628
0.0923
7. Arti dari persamaan regresi diatas adalah jika variabel beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset, dan debt to equity ratio adalah nol, maka variabel peringkat obligasi bernilai 44.84724.
Tabel 20 Hasil Uji Statistik Likelihood Ratio (LR)
27.78432 LR statistic Prob(LR statistic) 0.000241 Sumber: Hasil Pengolahan EViews 7. Nilai statistik likelihood ratio (LR) berada di region of rejecion dimana H0 ditolak. Dimana LR statistic ≥ χ2 dengan α = 0.05 dan degree of freedom (df) 7 adalah 14.0671 (27.78432 ≥ 14.0671). Hasil ini juga didukung oleh probabilitas dari likelihood ratio (LR) lebih kecil dari nilai α (0.000241 < 0.05). Hal ini berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh variabel beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset, dan debt to equity ratio secara bersama-sama terhadap peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa net profit margin dan return on asset berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Sementara beta,
76
firm size, current ratio, total asset turnover, dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on asset dan debt to equity ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasanketerbatasan tersebut, antara lain : 1. Terbatasnya periode penelitian, dimana periode penelitian ini hanya berfokus pada periode 2007 – 2011. 2. Terbatasnya obyek penelitian, dimana obyek penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan non keuangan. 3. Terbatasnya variabel penelitian, dimana variabel penelitian ini hanya berfokus pada beta, firm size, current ratio, total asset turnover, net profit margin, return on
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
asset, dan debt to equity ratio. Berdasarkan keterbatasanketerbatasan yang telah disebutkan diatas, maka penelitian memberikan rekomendasi sebagai berikut : 1).Peneliti selanjutnya dapat menggunakan periode penelitian yang lebih panjang sehingga sampel yang digunakan semakin banyak. 2).Peneliti selanjutnya dapat menggunakan obyek penelitian yang lain seperti lembaga keuangan. 3). Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel yang lain seperti umur obligasi, jaminan obligasi, atau rasio keuangan lainnya.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
REFERENSI Anastasia, Njo, Yanny Widiastuty Gunawan, Imelda Widiyanti. 2003. “Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Universitas Kristen Petra. Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id/. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/. Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Salemba Empat. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor : Ghalia Indonesia. Gibson, Charles. 2009. Financial Reporting and Analysis, Eleven Edition. South Western : A Part of Cengage Learning. Gitman, Lawrence dan Chad Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Inggris : Pearson Education. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika, Buku 1, Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat. Hair, Black, Babin, Anderson, dan Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. United States of America : Pearson Education. Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers. Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta. Kilapong, Greacee Janly Victoria dan Lulu Setiawati. 2011. “The Effect of Accounting and Non-Accounting Information to the Rating of company’s bond”. Surabaya : Pelita Harapan University of Surabaya. Lin, Shuang dan Xiaodong Zhu. 2007. Private Enterprises and China’s Economics Development. New York : Routledge. Magreta dan Poppy Nurmayanti. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Universitas Riau. Manurung, Adler, et al. 2009. “Hubungan Rasio-rasio Keuangan dengan Rating Obligasi.” Jurnal Keuangan. Nieto, Begona Gutierrez dan Carlos Serrano Cinca. 2007. “Factors Explaning the Rating of Microfinance Institutions”. Saragossa : Association for Research on Nonprofit Organizations and Voluntary Action. Rahardjo, Sapto. 2004. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Pefindo. http://www.pefindo.com/. Raharja dan Maylia Pramono Sari. 2008. “Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi (PT Kasnic Credit Rating).” Jurnal Maksi. Semarang.
78
ISSN: 1410 -9875
R. Wasisto Roeswidiono
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Sekaran, Uma dan Bougie Roger. 2010. Research method for business, 5th edition. John Wiley and Sons Inc. Setiawan dan Dwi Endah Kusrini. 2010. Ekonometrika.Yogyakarta : ANDI. Sujianto. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFEYogyakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Sumodiningrat, Gunawan. 2002. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta : BPFEYogyakarta. Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta : Literata Lintas Media. Susilowati, Luky dan Sumarto. 2010. “Memprediksi Tingkat Obligasi Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI”. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis. UPN Veteran Jatim. Tampubolon, Manahan. 2005. Manajemen Keuangan. Bogor : Ghalia Indonesia. Utomo, Yuni Prihadi. 2007. Eksplorasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta : Ekonisia. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Halaman ini sengaja dikosongkan
80
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 81-92
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KONSEKUENSI NILAI PERUSAHAAN
RICARDO S WIRJAWAN STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to examine the effect of corporate governance, such as, institutional ownership, managerial ownership, presence of independent of director, size of director and firm size to earnings management. This research also examine the influence consequences of earnings management to firm value. The sample in this research consist of 33 manufacturing companies that have been listed in Indonesia Stock Exchange (BEI) from period 2009 until 2011. Samples selected based on purposive sampling method. This study uses multiple regression method and simple regression method. The results of this research indicates that institutional ownership, managerial ownership, presence of independent of director, firm size do not significant influence to earnings management. Only size of director that have significant influence to earnings management. The result of this research also indicates that earnings management do not significant influence to firm value. Keywords:
Institutional Ownership, Managerial Ownership, Presence of Independent of Director, Size of Director, Firm Size, Earnings Management, Firm Value.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tata kelola perusahaan, seperti, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, keberadaan komisaris independen, jumlah dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian ini juga mengkaji konsekuensi pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 33 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009 sampai 2011. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda dan metode regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, keberadaan komisaris independen, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hanya jumlah dewan komisaris yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Kata Kunci: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Keberadaan Komisaris Independen, Jumlah Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan, Manajemen Laba, Nilai Perusahaan.
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen yang dapat memberikan informasi yang berguna kepada pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya untuk meningkatkan kepercayaan investor dalam melakukan investasi. Pada praktiknya laporan keuangan seringkali disalahgunakan dengan melakukan praktik manipulasi laba untuk memaksimalkan keuntungan pihak-pihak tertentu. Motivasi dalam penelitian ini adalah pentingnya good corporate governance bagi perusahaan untuk menekan manajemen laba, banyak faktor yang mempengaruhi manajemen laba, seberapa besar dampak manajemen laba terhadap nilai perusahaan, hasil penelitian yang tidak konsisten dari penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah atas penelitian ini adalah “Apakah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba? Dan apakah manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan?”
82
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Konsep manajemen laba tidak terlepas dari teori keagenan (agency theory). Konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan manajer (agent) terjadi karena kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost) (Bangun dan Vincent 2008). Manajemen Laba Manajemen laba merupakan usaha pihak manajer yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang dibolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan pihak manajer (Meutia 2004). Good Corporate Governance Menurut Cadbury Committee, sebuah lembaga bentukan Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992 (Bangun dan Vincent 2008), corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
ISSN: 1410 -9875
pertanggungjawaban stakeholders.
Ricardo S Wirjawan
kepada
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank dana pensiun dan investment banking, (Siregar dan Utama 2005). Semakin besar kepemilikan institusional pada perusahaan, maka semakin rendah kecenderungan manajer melakukan aktivitas manajemen laba, karena adanya fungsi pengawasan yang lebih baik dari investor yang shophisticated (Utami dan Rahmawati 2008).
Ukuran Dewan Komisaris
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan 2007). Semakin besar kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka akan semakin rendah kecenderungan manajer melakukan aktivitas manajemen laba karena adanya keselarasan tujuan manajer dengan tujuan pemegang saham (Utami dan Rahmawati 2008). Proporsi Dewan Independen
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance 2004 dalam Guna dan Herawaty 2010). Perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga, jika anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary accrual (Cornett et all. 2006).
Komisaris
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak terafiliansi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat
Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Beiner et al. 2003 dalam Vincent dan Bangun 2008). Ukuran dewan komisaris di dalam perusahaan menjadi penting terkait dengan pengawasan yang dilakukan terhadap manajer. Semakin sedikit dewan komisaris maka tindak manajemen laba makin banyak dilakukan karena sedikitnya dewan komisaris memungkinkan bagi organisasi tersebut untuk didominasi oleh pihak manajemen dalam menjalankan perannya. Sebaliknya semakin banyak dewan komisaris maka pembatasan atas tindak manajemen laba dapat dilakukan lebih efektif (Yu 2006 dalam Nasution dan Setiawan 2007). Ukuran Perusahaan Semua ukuran perusahaan senantiasa melaporkan positive earnings, untuk menghindari
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
earnings losses atau earnings decreases (Handayani dan Rachadi 2009). Ukuran perusahaan sebagai proksi dari political cost, dianggap sangat sensitif terhadap perilaku pelaporan laba. Perusahaan besar secara politis, lebih besar melakukan transfer political cost dalam kerangka politic process, dibandingkan dengan perusahaan kecil (Watt dan Zimmerman 1986 dalam Handayani dan Rachadi 2009).
November 2014
Nilai Perusahaan Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan earnings management untuk meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya. Laba yang lebih besar diyakini dapat meningkatkan nilai perusahaan (Herawaty 2008).
Model Penelitian Berdasarkan teori diatas, model penelitian atas penilitian ini sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajerial Proporsi dewan Komisaris Independen Ukuran Dewan Komisaris
Manajemen Laba
Nilai Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Gambar 1 Model Penelitian Kepemilikan manajerial Ha2 : Pengembangan Hipotesis berpengaruh terhadap Berdasarkan teori dan model manajemen laba. penelitian diatas, pengembangan Ha3 : Proporsi dewan komisaris hipotesis atas penelitian ini antara independen berpengaruh lain: Kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. Ha1 : berpengaruh terhadap Ha4 : Ukuran dewan komisaris manajemen laba. berpengaruh terhadap manajemen laba.
84
ISSN: 1410 -9875
Ha5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. laba Ha6 : Manajemen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. METODA PENELITIAN Penelitian menggunakan sampel yang diperoleh dengan menggunakan metode Pemilihan Sampel Bertujuan (Purposive Sampling Method) dengan menggunakan kriteria antara lain Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian 2009-2011, perusahaan manufaktur yang menggunakan periode laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember, perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangan, perusahaan manufaktur yang memiliki nilai atas kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional selama periode penelitian 2009-2011, Perusahaan manufaktur yang menyediakan informasi laporan keuangan yang dibutuhkan secara lengkap selama periode penelitian 2009-2011. Manajemen Laba 1. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai total accruals : = α1(1/AitTAit/Ait-1 )+α (∆REV /A )+α (PPE 1 2 it it-1 3 it/Ait1)+e 2. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai nondiscretionary accruals : NDAit = α1(1/Ait-1)+α2(∆REVit/Ait1)+α3(PPEit/Ait-1)
Ricardo S Wirjawan
3. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai discretionary accruals : DAit = TAit / Ait-1- NDAit Nilai Perusahaan Herawaty (2008) mengemukakan bahwa nilai perusahaan merupakan variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q yang dihitung dengan menggunakan rumus: MVE + D Q= BVE + D Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional diukur dengan skala rasio melalui jumlah saham yang dimiliki oleh investor instusional dibandingkan dengan total saham perusahaan (Guna dan Herawaty 2010). Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajemen diukur menggunakan skala rasio melalui presentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Guna dan Herawaty 2010). Proporsi Dewan Komisaris Independen Komisaris independen diukur dengan menggunakan skala rasio melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran dewan komisaris perusahaan (Isnanta 2008 dalam Guna dan Herawaty 2010). Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris, yaitu jumlah total anggota dewan komisaris baik yang berasal dari
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel (Nasution dan Setiawan 2007). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan hasil logaritma dari total asset. Total asset digunakan sebagai proksi ukuran perusahaan dengan pertimbangan total asset perusahaan relatif lebih stabil dibandingkan dengan jumlah penjualan dan nilai kapitalisasi pasar (Sudarmaji dan Sularto 2007). Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan jenis data berupa data dokumenter yaitu dengan menggunakan sumber data berupa data sekunder. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dan informasi-informasi mengenai perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu http://www.idx.co.id Metoda Analisis Data Statistik deskriptif yang digunakan adalah nilai terkecil (minimum), nilai terbesar (maksimum), nilai rata-rata (mean), dan deviasi standar. Selain itu dilakukan uji normalitas data residual, uji asumsi klasik (multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi).
86
November 2014
Pengujian hipotesis menggunakan multiple regression analysis dengan model persamaan sebagai berikut: DA = β0 + β1 INST + β2 KPMJ + β3 PDKI + β4 UK_DK + β5 UK_PRSH + e Keterangan: DA Discretionary accruals, INST Kepemilikan Institusional, KPMJ Kepemilikan Manjaerial, PDKI Proporsi Dewan Komisaris Independen, UK_DK Ukuran dewan Komisaris, UK_PRSH Ukuran Perusahaan. Pengujian berikutnya adalah dengan menggunakan simple regression dengan model persamaan sebagai beerikut: NP = β0 + β1 DA + e Keterangan: NP Nilai Perusahaan, DA Discretionary accruals. Setelah itu dilakukan analisa korelasi, koefisien determinasi (adjusted R square), uji F dan uji t. HASIL PENELITIAN Sampel yang digunakan dan yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah data sebanyak 99 data penelitian. Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai karakteristik variabel dari data penelitian serta sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
ISSN: 1410 -9875
Ricardo S Wirjawan
Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif Model 1 Variabel INST
Valid
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
90
.322156
.976924
.67928510
.179184548
KPMJ
90
.000049
.280965
.08827921
.093308051
PDKI
90
.1667
.6667
.394737
.0981725
UK_DK
90
2
11
4.29
2.366
UK_PRSH
90
24.9687
32.6649
27.604598
1.6886068
DA
90
-.240120
.297490
.0000004
.087089015
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 20.0 Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Model 2 Valid
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DA
99
-.24012
.38090
-.0000002
.10575850
NP
99
.43767
3.42624
1.2242517
.63349200
Variabel
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 20.0 Hasil uji t dari penelitian ini adalah sebagai berikut Tabel 3 Hasil Uji t Model 1 Model
B
Sig
Constant
.396
.120
INST
-.058
.339
KPMJ
-.123
.314
PDKI
.121
.237
UK_DK
.021
.001
UK_PRSH
-.018
.067
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 20.0 Berdasarkan uji t pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel kepemilikan institusional (INST) sebesar 0.339,
lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha1 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan bahwa variabel kepemilikan institusional (INST)
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
tidak berpengaruh terhadap manjemen laba (DA). Berdasarkan uji t pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel kepemilikan manajerial (KPMJ) sebesar 0.314, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha2 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan bahwa variabel kepemilikan manajemen (KPMJ) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (DA). Berdasarkan hasil uji t pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel proporsi dewan komisaris independen (PDKI) sebesar 0.237, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha3 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen (PDKI) tidak
November 2014
berpengaruh terhadap manajemen laba (DA). Berdasarkan uji t pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel ukuran dewan komisaris (UK_DK) sebesar 0.001 lebih kecil dari alpha (α = 0,05) artinya Ha4 dapat diterima. Hal ini menunjukan bahwa variabel ukuran dewan komisaris (UK_DK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (DA). Berdasarkan uji t pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel ukuran perusahaan (UK_PRSH) sebesar 0.067, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha5 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan (UK_PRSH) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (DA).
Tabel 4 Hasil Uji t Model 2 Model
B
Sig
Constant
1.224
.000
DA
.199 .780
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 20.0 Berdasarkan uji t pada tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel manajemen laba (DA) sebesar 0.199, lebih besar dari alpha (α = 0,05) artinya Ha6 tidak dapat diterima. Hal ini menunjukan bahwa variabel manajemen laba (DA) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (NP).
88
PENUTUP
maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba. Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
Keterbatasan dalam penelitian ini antarta lain sampel
ISSN: 1410 -9875
yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga hasil penelitian kurang dapat digeneralisasi, periode penelitian yang digunakan terlalu singkat yaitu hanya dari tahun 2009 sampai 2011, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terbatas yaitu hanya 6 variabel independen, pada model 1 data dalam periode penelitian ini tidak terdistribusi normal, pada model 2 data dalam periode penelitian ini tidak terdistribusi normal, data tidak fit serta terjadi autokorelasi.
Ricardo S Wirjawan
Rekomendasi yang diberikan untuk penelitian selanjutnya dengan topik sejenis antara lain Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas sampel penelitian dan tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja, memperpanjang periode penelitian dalam penelitian selanjutnya, menguji variabel-variabel lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap manajemen laba seperti komite audit, independensi auditor, leverage, kualitas audit atau profitabilitas, memperbanyak jumlah sampel penelitian sehingga data fit, terdistribusi normal serta mengatasi masalah autokorelasi.
REFERENSI Bangun, Nurainum dan Vincent. 2008. Analisi Hubungan Komponen Good Corpotare Governance Terhadap Manajemen Laba Dengan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. 12, No. 3. Budiono, Gideon Setyo B. 2005. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Dampaknya Pada Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi, Th IX, 3 September 2005. Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei 2007: 1-8. Cornett, Marcia Millon, Alan J. Marcus, dan Hassan Tehranian. 2006. Corporate governance and pay-for-performance: The impact of earnings management. Journal of Financial Economics 87 (2008) 357– 373, Received 12 May 2006; received in revised form 30 January 2007; accepted 2 March 2007, www.elsevier.com/locate/jfec. Ferdawati. 2009. Pengaruh Manajemen Laba Real Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi & Managemen, Vol. 4, No.1 Juni 2009, ISSN 18583687, Hal 59-74. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corpotare Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April 2010, Hlm. 53-68.
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Handayani, RR. Sri dan Agustono Dwi Rachadi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April 2009, Hlm. 33-56. Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corpotare Governance Sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Manajemen Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No.2, November 2008:97-108. Meutia, Inten. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 3, September 2004, Hal. 333-350. Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. Nuraini, A dan Sumarno Zain. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Maksi, Vol. 7, No. 1, Januari 2007: 19-23. Palestin, Halimah Shatila. 2009. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corpotare Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba. http://eprints.undip.ac.id/8045/1/Halima_Sathila_Palestin.pdf Sanjaya, I Putu Sugiartha. 2008. Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba. Jural Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 11, No. 1, Januari 2008, Hal 97-116. Shah, Syed Zulfiqar Ali, Safdar Ali Butt dan Arshad Hasan. 2009. Corporate Governance and Earnings Management an Empirical Evidence From Pakistani Listed Companies. European Journal of Scientific Research, ISSN 1450-216X Vol.26 No.4(2009), pp.624-638, © EuroJournals Publishing, Inc. 2009, http://www.eurojournals.com/ejsr.htm Siallagan, Hamonangan. 2009. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings Manajemen) Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol.12, No. 1, April 2009, Hal. 61-70. Silaen, Sakti. 2010. Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corpotare Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9, No. 3, September 2006, Hal 307-326. Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2009. Analisis Laporan Keuangan: Financial Statement Analysis. Penerbit Salemba Empat. Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. ISSN : 1858-2559, Vol 2, 21-22 Agustus 2007. Suprapto. 2009. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Suwito, Edi dan Arleen Herawaty. 2005. Analisi Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh
90
ISSN: 1410 -9875
Ricardo S Wirjawan
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII Solo, 15-16 September 2005. Utami, Rini Budi dan Rahmawati. 2008. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktifitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. SKEN, UPN “Veteran” Yogyakarta, 24-25 Oktober 2008. Ujiyanto, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corpotare Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Halaman ini sengaja dikosongkan
92
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 93-104
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, KOMPENSASI,BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN Rr NIKEN PURBASARI STIE Trisakti Npurbasari @stietrisakti.ac.id Abstract: The important resource for hospitality industry is human resource, because HR here is to be a milestone to providing good services to customers. Before company get customers satisfaction, company must think first about their employee job satisfaction because job satisfaction is a major problem that many company have to face it. The purpose of this study is to investigate the influence of organization commitment to employee, job satisfaction, compensation to employee job satisfaction, organization culture to employee job satisfaction, motivation to employee job satisfaction and organization climate to employee job satisfaction along with the influence of organization commitment, compensation, organization culture, motivation and organization climate to employee job satisfaction. The object in the research is Hotel Grand Cempaka. One of many four-stars hotel in Jakarta. The sample is selected using purposive sampling method. The data for this research are from 80 samples from employees of Hotel Grand Cempaka. The statistical methods used to test the hypothesis are simple regression and multiple regression.The results showed that the organization commitment are partially influenced employee job satisfaction, compensation partially influenced employee job satisfaction, organization culture are partially influence employee job satisfaction, motivation are partially influenced employee job satisfaction, organization culture are partially influence employee job satisfaction and organization climate are partially influence employee job satisfaction along with organization commitment, compensation, motivation, organization culture, and organization climate are simultaneously influenced employee job satisfaction. Keywords:
organization commitment, compensation, organization culture, motivation, organization climate, employee, job satisfaction
Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan meneliti pengaruh dari pengaruh komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi,motivasi dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan. Sampel yang digunakan sebanyak 80 karyawan. Adapun hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi,motivasi dan iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, baik secara parsial maupun secara bersama-sama.
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Kata kunci : komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi,motivasi dan iklim organisasi, kepuasan kerja karyawan.
PENDAHULUAN Hotel telah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat. Tersebarnya area aktivitas masyarakat yang menuntut masyarakat untuk bepergian dari satu wilayah ke wilayah lain, membuat hotel menjadi tempat yang dibutuhkan bagi masyarakat dengan aktivitas tinggi di bidang bisnis dan hiburan. Berputarnya roda bisnis perhotelan tentu perlu didukung dengan adanya berbagai sumber daya. Sumber-sumber tersebut adalah sumber daya alam, manusia serta sumber daya yang lain. Sumber daya yang paling penting untuk industry perhotelan, adalah sumber daya manusia, karena SDM disini adalah asset yang menjadi tonggak dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan. SDM diperlukan pelayanannya agar dapat menunjang jalannya perusahaan. Agar karyawan dapat memberikan yang terbaik dari diri mereka untuk perusahaan, maka karyawan tersebut harus terlebih dahulu merasakan kepuasan kerja. Permasalahan kepuasan kerja karyawan penting menjadi perhatian terutama pada sektor perhotelan yang menjadikan kepuasan pelanggan sebagai tolak ukur keberhasilan bisnisnya. Sebelum perusahaan mendapatkan kepuasan pelanggan, terlebih dahulu perusahaan perlu memikirkan kepuasan kerja para karyawannya agar karyawan dapat mengerjakan pekerjaannya secara
94
senang serta tenang dan membawa kepuasannya saat mereka bekerja. Kondisi kepuasan kerja yang rendah dapat menyebabkan karyawan bosan dengan tugas-tugasnya, cepat atau lambat tidak dapat diandalkan, menjadi mangkir atau buruk prestasi kerjanya (Kussriyanto dalam jurnal Arishanti 2009,1). Kepuasan kerja merupakan masalah yang dihadapi banyak perusahaan. Perusahaan harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja untuk mengurangi dampak negatif dari tidak tercapainya kepuasan kerja. Komitmen organisasi adalah sejauh mana seorang karyawan mengidentifikasi dengan organisasi tertentu tujuan serta keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi (Robbins 2013, 109). Komitmen organisasi diperlukan dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja karyawan secara berkesinambungan untuk tetap konsisten melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan ketetapan yang ada ( Mulyanto dan Suryani, 2011). Singodimedjo (2000) dalam Sutrisno (2009,199) mengemukakan bahwa kompensasi adalah semua balas jasa yang diterima seorang karyawan dari perusahaan sebagai akibat dari jasa/tenaga yang telah diberikannya pada perusahaan tersebut. Jika karyawan diliputi oleh rasa tidak puas atas kompensasi yang diterimanya dampaknya bagi organisasi akan negative, artinya apabila
ISSN: 1410 -9875
permasalahan kompensasi tidak terselesaikan dengan baik maka dapat menurunkan kepuasan kerja (Siagian dalam Fathonah dan Utami, 2011). Menurut Kreitner dan Kinicki (2007, 76), budaya organisasi adalah nilai bersama dan kepercayaan yang mendasari identitas perusahaan. Budaya organisasi membantu perkembangan pemberdayaan karyawan dan rasa percaya pada pihak manajemen sehingga berhubungan dengan kepuasan kerja yang tinggi (Laschinger et.al dalam Arishanti, 2009). Artinya semakin jelas suatu budaya organisasi, maka kepuasan kerja akan semakin tinggi. Namun, jika tidak ada kejelasan budaya organisasi, kepuasan kerja tinggi akan sulit dicapai. Motivasi adalah proses psikologi yang langsung mengarah pada tujuan perilaku (Kreitner dan Kinicki 2007, 236). Apabila seseorang mempunyai dorongan yang kuat secara psikologis yang positif, maka akan menghasilkan perilaku yang baik, kemudian tingkat usaha yang baik dan menjadi gigih. Sehingga benar apabila seseorang walaupun mendapat tekanan atas pekerjaan mereka, masih merasa memiliki kepuasan kerja tinggi (Kartika dan Kaihatu, 2010). Menurut Simamora (2004,81), Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi, karena iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. Jadi iklim organisasi yang kondusif dapat membuat pegawai merasakan kepuasan tersendiri karena dapat
Rr Niken Purbasari
terhubung dengan organisasi serta rekan kerja (Sari, 2009). RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Komitmen Organisasi Robbins (2013, 109) mengemukakan bahwa “Organizational commitment are the degree to which an employee identifies with a particular organization and its goals and wishes to maintain membership in the organization”. Karyawan merasa ada keselarasan antara apa yang menjadi tujuan dan keinginan karyawan dengan organisasi untuk tetap berada dalam organisasi. Robbins juga mengemukakan bahwa karyawan akan rela berkorban untuk organisasi serta memiliki perasaan suka atau senang memilih organisasi tersebut jika karyawan memiliki komitmen yang cukup. Kesimpulannya, komitmen organisasi adalah tingkat dimana karyawan memihak pada suatu organisasi karena karyawan merasakan adanya keselarasan antara tujuan dan keinginan karyawan dengan organisasi. Sikap komitmen organisasi ditunjukkan dengan adanya rasa kebanggaan, kesenangan, kepedulian kepada organisasi serta kemauan karyawan untuk bekerja lebih keras dan memilih untuk mempertahankan keanggotaannya dalam perusahaan. Kompensasi Dessler (2013, 379) mengemukakan bahwa “Employee compensation is all forms of pay and rewards going to employees and arising from their employment”. Dessler menjelaskan bahwa ada dua komponen dalam
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
kompensasi yaitu direct financial payments seperti gaji, insentif, tunjangan dan bonus-bonus, dan indirect financial payments yang bentuk pembayarannya seperti keuntungan untuk karyawan seperti asuransi tenaga kerja, cuti, pembayaran biaya sakit dan lainlain. Jadi, segala bentuk, baik yang nyata maupun tidak, dapat dihitung sebagai kompensasi sebagai balas jasa ke pegawai. Kesimpulannya, kompensasi adalah sesuatu yang didapat oleh karyawan dalam bentuk keuangan (gaji, insentif dan lain sebagainya) ataupun penghargaan lainnya (asuransi, cuti dan lain sebaginya) karena karyawan telah memberikan tenaganya kepada perusahaan. Budaya Organisasi Kreitner dan Kinicki (2007. 76) mengemukakan bahwa “Organizational Culture are the social knowledge within an organization regarding the rules, norms, and values that shape the attitudes and behaviors of its employees”. Budaya organisasi menanamkan pernyataanpernyataan formal seperti filosofi, visi, misi, tujuan serta pengevaluasian dalam hal rekruitmen, seleksi dan bersosialisasi (Kreitner dan Kinicki, 2007, 89). Kesimpulannya, budaya organisasi adalah merupakan norma, nilai dan aturan yang terbentuk dalam sebuah perusahaan yang bertindak sebagai batasan perilaku yang dapat diterima dalam organisasi yang dinyatakan secara formal maupun informal seperti penetapan pemberian penghargaan, penetapan
96
November 2014
tujuan, peraturan yang berlaku dalam organisasi serta penetuan kriteria evaluasi karyawan. Motivasi McClelland dalam Sopiah (2008, 174) mengemukakan bahwa Motivasi adalah suatu keinginan individu yang didorong oleh suatu kebutuhan yang kuat dan akan menggunakan tingkah lakunya untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Tiga kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Kesimpulannya, motivasi adalah suatu keinginan individu yang didorong oleh suatu kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan yang kuat yang menghasilkan perilaku untuk mendapatkan keinginan atau memuaskan kebutuhannya tersebut. Iklim Organisasi Wirawan (2008, 122) mengemukakan bahwa Iklim Organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi yang mengenai tentang apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi. Kesimpulannya, iklim organisasi adalah suatu persepsi karyawan yang didapat dari apa yang terjadi pada lingkungan organisasi yang terus berlangsung
ISSN: 1410 -9875
Rr Niken Purbasari
yang nantinya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku baik antar personal dan dengan organisasi, yang dapat dilihat dari keadaan lingkungan organisasi, tujuan organisasi yang terbentuk dan ada dalam organisasi, hubungan antar karyawan, manajemen konflik yang ada dalam organisasi serta dukungan organisasi.
kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kesimpulannya, kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai suatu respon suka atau senang terhadap suatu pekerjaan, baik dalam pekerjaan (kompensasi/gaji, kesempatan untuk maju/promosi dan pekerjaan itu sendiri), luar pekerjaan (rekan kerja, supervisor dan lain-lain) dan kombinasi keduanya.
Kepuasan Kerja Hasibuan (2001, 202) mengatakan bahwa : Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
Model Penelitian Komitmen Organisasi (X1) H1 Kompensasi (X2)
Kepuasan Kerja (Y)
H2 H3
Budaya Organisasi (X3) H4 Motivasi (X4)
H5
Iklim Organisasi (X5)
H6 Gambar 1 Model Penelitian karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. pengaruh Ha1: Terdapat Tidak terdapat pengaruh komitmen organisasi komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja terhadap kepuasan kerja
Perumusan Hipotesis Ho1:
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Ho2:
Ha2:
Ho3:
Ha3:
Ho4:
Ha4:
Ho5:
Ha5:
Ho6:
98
karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Tidak terdapat pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Terdapat pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Tidak terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Tidak terdapat pengaruh antara motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Terdapat pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Tidak terdapat pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Terdapat pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Tidak terdapat pengaruh komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi, motivasi dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta.
Ha6:
November 2014
Terdapat pengaruh komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi, motivasi dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah manggunakan metode penelitian deskriptif dan kausalitas. Sekaran dan Baugie (2010,105) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah “Descriptive study is undertaken in order to ascertain and be able to describe in the characteristics of the variables of interest in a situation.” Penelitian kausalitas menurut Sekaran dan Bougie (2010,110) “a study in which the researcher wants to delineate the cause of one or more problems”. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap yang berada di lingkungan Hotel Grand Cempaka. Populasi pada Hotel Grand Cempaka berjumlah 165 orang. Penelitian ini menggunakan sampel untuk mewakili populasi. Menurut Mardalis (2008, 56) Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Sampel dalam penelitian ini bersifat homogen. Sampel homogen berfokus pada pemilihan kasus pada subgroup tertentu dimana anggotanya memiliki kesamaan atau unsur yang dimiliki sama ( Saunders et al, 2009. 240). Unsur-unsur tersebut adalah merupakan karyawan pada level lower management dan supervisor ( staff non managerial ),
ISSN: 1410 -9875
merupakan karyawan tetap dan mengerti serta menjalankan Standard Operational Procedure dalam budaya hospitality management seperti salah satunya mengutamakan keramah-tamahan kepada tamu/pelanggan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah nonprobability sampling yaitu teknik penentuan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi tidak dipilih menjadi sample (Sugiyono, 2009, 122). Sampling Purposive adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sampel. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel objek dalam penelitian yang akan diambil sebagai sampel adalah dengan kriteria sebagai berikut : 1. Pendidikan minimal DIII 2. Berusia minimal 23 tahun 3. Telah bekerja minimal 3 tahun Peneliti menggunakan sampel sebanyak 80 karyawan, karena menurut Hair et al. ( 2010, 176 ) “Multiple regression requires minimum sample of 50 and preferably 100 observations for most research situations.” Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Komitmen Organisasi adalah tingkat dimana karyawan memihak pada suatu organisasi karena karyawan merasakan adanya keselarasan antara tujuan dan keinginan karyawan dengan organisasi. Sikap komitmen organisasi ditunjukkan dengan adanya rasa kebanggaan, kesenangan, kepedulian kepada organisasi serta kemauan karyawan
Rr Niken Purbasari
untuk bekerja lebih keras dan memilih untuk mempertahankan keanggotaannya dalam perusahaan. Kompensasi adalah sesuatu yang didapat oleh karyawan dalam bentuk keuangan (gaji, insentif dan lain sebagainya) ataupun penghargaan lainnya (asuransi, cuti dan lain sebaginya) karena karyawan telah memberikan tenaganya kepada perusahaan. Budaya organisasi adalah norma, nilai dan aturan yang terbentuk dalam sebuah perusahaan yang bertindak sebagai batasan perilaku yang dapat diterima dalam organisasi yang dinyatakan secara formal maupun informal seperti penetapan pemberian penghargaan, penetapan tujuan, peraturan yang berlaku dalam organisasi serta penetuan kriteria evaluasi karyawan. Motivasi adalah suatu keinginan individu yang didorong oleh suatu kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan yang kuat yang menghasilkan perilaku untuk mendapatkan keinginan atau memuaskan kebutuhannya tersebut. Iklim organisasi adalah suatu persepsi karyawan yang didapat dari apa yang terjadi pada lingkungan organisasi yang terus berlangsung yang nantinya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku baik antar personal dan dengan organisasi, yang dapat dilihat dari keadaan lingkungan organisasi, tujuan organisasi yang terbentuk dan ada dalam organisasi, hubungan antar karyawan, manajemen konflik yang ada dalam organisasi serta dukungan organisasi.
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai suatu respon suka atau senang terhadap suatu pekerjaan, baik dalam pekerjaan
November 2014
(kompensasi/gaji, kesempatan untuk maju/promosi dan pekerjaan itu sendiri), luar pekerjaan (rekan kerja, supervisor dan lain-lain) dan kombinasi keduanya.
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik Responden Usia 23-30 th 31-38 th 39-46 th Total
Freque ncy 39 26 15 80
Pendidikan terakhir D III D IV S1 Total
Variabel Komitmen Organisasi Kompensasi Budaya Organisasi Motivasi Iklim Organisasi
Frequency 47 4 29 80
Freque ncy 30 30 20 80
Tabel 2 Hasil Pengujian Hipotesis t hitung B 0,729 11,481 0,686 6,654 0,726 6,618 0,947 7,337 0,686 5,818
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2, dapat diketahui bahwa Komitmen Organisasi memiliki nilai 0,729. Diperoleh t hitung sebesar 11,481 lebih besar dari t tabel yaitu 1,991 dan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2, dapat diketahui bahwa Kompensasi memiliki nilai 0,686. Diperoleh t hitung sebesar 6,654 lebih besar dari t tabel yaitu 1,991 dan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kompensasi
100
Lama Bekerja 3-5 th 5,1-7 th >7 th Total
Gaji 1,5-2 jt 2,1-3 jt >3 jt Total
Frequ ency 27 45 8 80
t sig 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
t tabel 1,991 1,991 1,991 1,991 1,991
terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2, dapat diketahui bahwa Budaya Organisasi memiliki nilai 0,726. Diperoleh t hitung sebesar 6,618 lebih besar dari t tabel yaitu 1,991 dan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2, dapat diketahui bahwa Motivasi memiliki nilai 0,947. Diperoleh t hitung sebesar 7,337 lebih besar dari t tabel yaitu 1,991 dan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. Hal
ISSN: 1410 -9875
Rr Niken Purbasari
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2, dapat diketahui bahwa Iklim Organisasi memiliki nilai 0,686. Diperoleh t hitung sebesar
Uji F Komitmen Organisasi, Kompensasi, Budaya Organisasi, Motivasi, Iklim Organisasi
5,818 lebih besar dari t tabel yaitu 1,991 dan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta.
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis F F hitung F tabel
2,33
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 3 diperoleh F hitung 35,386 dan diperoleh F tabel untuk α = 5% adalah 2,33, dapat diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel, serta sig sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi, motivasi dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian hipotesis t, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi, motivasi dan iklim organisasi berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka. Pada uji F dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi, motivasi dan iklim
35,386
sig.
0,000
organisasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan Hotel Grand Cempaka Jakarta. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan waktu, biaya serta tenaga sehingga penelitian ini hanya dilakukan di Hotel Grand Cempaka Jakarta dan variabel independen dalam penelitian ini komitmen organisasi, kompensasi, budaya organisasi, motivasi dan iklim organisasi untuk mempengaruhi variabel dependen yaitu kepuasan kerja. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian ini dapat di generalisasikan serta sebaiknya pada penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah perusahaan sehingga didapat hasil yang lebih akurat dan optimal dan diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambah variabel dependen.
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
REFERENSI Arishanti, Klara Innata. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasional terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal PESAT Universitas Gunadarma Volume 3 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559. Colquitt., A. Jason, Lepine., A. Jeffrey, and Wesson., J. Michael. 2011. Organizational Behaviour : Improving Performance and Commitment in the Workplace. McGraw-Hill/Irwin Second Edition. Elviera, Sari. 2009. Pengaruh Kompensasi dan Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi Jan-Apr 2009, ISSN 0854-3844. Ernawan, Erni R., Dr., Hj., S.E., M.M. 2011. Organizational Culture : Budaya Organisasi dalam Perspektif Ekonomi dan Bisnis. Penerbit Alfabeta Bandung. Fathonah, Siti dan Utami, Ida. 2011. Pengaruh Kompensasi, Pengembangan Karir, Lingkungan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten KarangAnyar dengan Keyakinan Diri (Self Efficiacy) sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Excellent edisi 1 nomor 1 Maret 2011 ISSN 2252-7028. Fuad, Mas’ud. 2004. Survai Diagnosis Organisasional : Konsep dan Aplikasi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. Fifth edition. McGraw Hill New York. Hair, Jr., Joseph, F., Black, C., William, Babin, J., Barry, Aderson, Raphe and Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis seventh edition. Pearson Prentice Hall. Hasibuan, H. Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara Jakarta. Jogiyanto, Prof., Dr ., HM., MBA., AKT,. 2010. Metolit bisnis salah kaprah dan pengalaman-pengalaman. Edisi pertama. BPFE Jogja. Kartika, Endo Wijaya dan Kaihatu, Thomas S. 2010. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Kasus pada Karyawan Restoran di Pakuwon Food Festival Surabaya). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan volume 12 nomor 1 tahun 2010 ISSN 1411-1438. Koesmono, Teman.,H. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Ekspor di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Petra Volume 7 No.2 (2005) ISSN 1411-1438. Kountur, Ronny, DMS., Phd. Metolit untuk penulisan skripsi dan tesis. Penerbit PPM anggota IKAPI. Kreitner. Robert , and Angelo Kinicki. 2007. Organizational Behaviour. Mcgraw Hill Irwin. Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara. Milkovich, George T, and Jerry M Newman. 2008. Compensation. Mcgraw Hill. McShane, L.Stevem, and VonGlinow,Mary Ann. 2008. Organizational Behaviour Fourth Edition. Mcgraw Hill.
102
ISSN: 1410 -9875
Rr Niken Purbasari
Mulyanto, dan Eny Dwi Suryani. 2010. Pengaruh Komitmen Organisasi, Kompensasi, Budaya Kerja, Motivasi dan Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Studi Kasus pada Guru SD di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar). Excellent STIE AUB Surakarta. Nawawi., Prof.Dr.H., Nadari. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Gajah Mada University Press. Newstrom, W.John and Davis, Keith. 2002. Organizational Behaviour at Work. Mcgraw-Hill Eleventh Edition. Nimran, Umar. 2004. Perilaku Organisasi. Cetakan Ketiga. Surabaya: CV. Citra Media. Prasetyo, Triguno. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Pabundu, Tika. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Bumi Aksara Jakarta. Robbins, Stephen P, and Timothy A judge. 2013. Organizational Behaviour. Pearson. Sardjono, Tuti Setyowati dan Alwi, Syafarudin. 2004. Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap perubahan studi kasus pada dinas kesehatan kota Yogyakarta setelah diberlakukannya otonomi daerah. Jurnal Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen Volume 7 No. 1, 2004 ISBN : 1410-9018. Sarwono, Jonathan. 2005. Teori dan Riset Pemasaran dengan SPSS. Yogyakarta : ANDI. Saunders, Mark., Philip Lewis, and Adrian Thornhill. 2009. Research Methods for Business Students, fifth edition. Prentice Hall. Schein, Edgar H. 2010. Organizational Culture and Leadership. John Wiley & Sons, Inc. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sutrisno, Eddy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Prenada Media Group. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research methods for business a skill building approach. John Wiley & Sons Ltd. Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. STIE YKPN Yogyakarta. Sopiah, Dr., MM., M.Pd, 2008. Perilaku Organisasional. Penerbit ANDI Yogyakarta. Suliyanto, Dr. 2011. Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit ANDI Yogyakarta. Tampubolon, Manahan, P. 2008. Perilaku Keorganisasian. Cetakan Kedua, Bogor: Ghalia Indonesia. Triyono F.,Anto. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Kompensasi dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Klaten. Jurnal Excellent STIE AUB Surakarta. Wirawan, 2008. Budaya dan Iklim Organisasi, Teori Aplikasi dan Penelitian. Cetakan kedua. Penerbit Salemba Empat.
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Wibisono, Anjar. 2008. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja (studi tentang pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pegawai Puskesmas Turen di Malang). Jurnal Universitas Balikpapan ISBN : 1693-5241. http://edukasi.kompas.com/read/2011/10/13/2000130/Industri.Perhotelan.d i.Jakarta.Tumbuh.Pesat. http://industri.kontan.co.id/news/pertumbuhan-hotel-bujet-bisa-melesattahun-depan
104
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 105-120
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI UNQUALIFIED WITH MODIFIED PARAGRAPH GOING CONCERN RUDI RIADY STIE Trisakti
[email protected] Abstract: Unqualified opinion with modified going concern paragraph is the important thing to analyze because it is being the consideration to debt holders and stakeholders in funding their money to the company. The objective of this research is to test and analyze the effect of debt default, audit quality, opinion shopping, financial distress, prior audit opinion, growth and size to acceptance unqualified opinion with modified going concern paragraph. The population of this research is all non financial companies listed in the Indonesia Stock Exchange from 2008 until 2011. Samples have been selected by using purposive sampling method and there are 47 non financial companies which suit with the criteria. This research uses logistic regression as the statistical analyze method.The empirical result of this research shows that prior audit opinion has effect to acceptance unqualified opinion with modified going concern paragraph. Debt default, audit quality, opinion shopping, financial distress, growth and size have no effect to acceptance unqualified opinion with modified going concern paragraph decision. Keywords : Debt Default, Audit Quality, Opinion Shopping, Financial Distress, Prior Audit Opinion and Size. Abstrak: Opini unqualified with modified paragraph going concern adalah hal penting dalam menganalisis yang menjadi pertimbangan bagi pemegang utang dan pemegang saham perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh debt default, kualitas audit, opinion shopping, kesulitan keuangan, opini audit sebelumnya, pertumbuhan dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan pendapat opini unqualified with modified paragraph going concern. Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2011. Sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling dan terdapat 47 perusahaan non keuangan yang sesuai dengan kriteria. Penelitian ini menggunakan regresi logistik sebagai metode analisis statistik. Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit sebelumnya memiliki pengaruh terhadap opini unqualified with modified paragraph going concern. Debt default, kualitas audit, opinion sampling, kesulitan keuangan, pertumbuhan dan ukuran perusahaan tidak
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. Kata kunci:
Debt default, kualitas audit, opinion shopping, kesulitan keuangan, opini audit sebelumnya dan ukuran perusahaan.
PENDAHULUAN Eksistensi sebuah perusahaan dalam industri merupakan hal penting yang ingin dicapai setiap perusahaan, hal itu dapat terlihat dari bagaimana sebuah perusahaan dapat unggul dan bertahan dalam persaingan industri, yang hasilnya terlihat dari performa perusahaan dan pelaporan keuangan perusahaan (Praptitorini dan Januarti, 2007). Perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang sehat jika perusahaan tersebut memiliki performa keuangan yang baik serta opini audit wajar tanpa pengecualian yang diberikan oleh auditor independen. Tetapi terkadang suatu perusahaan tidak yakin akan eksistensinya sendiri dan auditor bisa keliru dalam memberikan opini audit, beberapa penyebabnya adalah, pertama, keengganan auditor dalam pengungkapan status going concern perusahaan yang dalam asumsi auditor pengungkapan tersebut dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang mengakibatkan percepatan kebangkrutan perusahaan. Kedua tidak adanya penetapan peraturan atau kebijakan yang menyatakan kriteria going concern yang tepat bagi perusahaan (Praptitorini dan Januarti, 2007). Motivasi penelitian ini adalah topik mengenai penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern yang akan
106
diterima perusahaan menarik untuk diteliti mengingat pentingnya laporan keuangan auditan bagi calon investor dalam pengambilan keputusan investasi. Masalah going concern perusahaan merupakan hal penting yang harus diungkapkan, agar perusahaan dapat mengambil tindakan selanjutnya dan pertimbangan keputusan yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris bahwa debt default, kualitas audit, opinion shopping, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern Penelitian ini dibuat untuk memberikan bukti dan masukan bagi perusahaan, sebagai peringatan awal untuk melihat kondisi perusahaan sebagai pencegahan untuk menindaklanjuti masalah kebangkrutan ataupun menerima opini audit yang buruk dari variabel masalah going concern. Bagi investor untuk mengetahui apakah suatu perusahaan layak dijadikan tempat untuk berinvestasi dan bagi auditor untuk menindaklanjuti masalah going concern perusahaan. Pembahasan masalah yang ada dalam penelitian ini akan diuraikan secara garis besar sistematika pembahasannya. Pertama,
ISSN: 1410 -9875
mengenai latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Kedua, mengenai rerangka teoritis yang menjelaskan teori-teori yang mendukung penelitian dan pandangan teoritis yang mejadi dasar pembahasan permasalahan. Ketiga, menjelaskan bentuk penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data dan metode analisis data. Keempat, mengenai pembahasan yang meliputi cara menghitung serta hasil output. Terakhir, mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan serta rekomendasi bagi peneliti selanjutnya. RERANGKA TEORITIS Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Praptitorini dan Januarti (2007) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih prinsipal untuk melaksanakan beberapa layanan dalam pengambilan keputusan kepada agen, disini prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional yang termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik dimana memungkinkan agen takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecendrungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymmetric
Rudi Riady
information (Praptitorini Januarti, 2007).
dan
Opini Audit Opini audit adalah hasil akhir dari proses pengauditan yang dilakukan oleh auditor independen. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahapan audit yang merupakan hasil kesimpulan atas pemeriksaan dari laporan keuangan klien (Amilin dan Indrawan, 2008). Going Concern Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas (SPAP, 2011). Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan di likuidasi dalam jangka pendek (Januarti dan Fitrianasari, 2008). Opini: Unqualified with Modified Paragraph Going Concern Opini audit Unqualified with Modified Paragraph Going Concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Diyanti, 2010). SPAP seksi 341:06 (2011) menyatakan auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukan adanya kesangsian yang besar atas kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan hidupnya.
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Debt Default Default dalam Praptitorini dan Januarti (2007) didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada jatuh tempo. Kualitas Audit Januarti (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai “probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan”. Pada dasarnya kualitas audit memiliki hubungan dengan reputasi auditor, reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati (Setyarno et.al, 2006). Opinion Shopping Opinion Shopping didefinisikan oleh SEC dalam Januarti (2007) sebagai “aktivitas untuk mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan”. Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan (Praptitorini dan Januarti, 2007). Kondisi Keuangan (Financial Distress)
Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan merupakan suatu tampilan atau keadaan utuh atas keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu.Tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat
108
November 2014
dari kondisi keuangan perusahaan. Pada perusahaan yang kondisi keuangannya baik maka auditor cendrung untuk tidak mengeluarkan opini audit going concern (Ramadhany, 2004). Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya didefinisikan oleh Setyarno et.al (2006) sebagai “opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya”. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Penjualan yang meningkat menunjukan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya. Dengan demikian, penjualan yang meningkat akan memberikan peluang kepada perusahaan dalam meningkatkan laba dan mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) (Rudyawan dan Badera, 2009). Ukuran Perusahaan Warnida (2011) menyatakan ukuran perusahaan sebagai “besaran atau luasnya suatu perusahaan dan merupakan suatu indikator yang dapat menunjukan kondisi atau karakterisitik perusahaan”.
ISSN: 1410 -9875
METODA PENELITIAN Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel perusahaan non-keuangan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode pengamatan 2008-2011. Prosedur pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan perusahaan nonkeuangan. Selama periode tersebut tercatat sebanyak 279 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI dan hanya 47 perusahaan yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Teknik pengumpulan dan sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang masuk sebagai kriteria sampel penelitian. Data yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini berjumlah 188. Opini audit unqualified with modified paragraph going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan perusahaan mampu menjalankan perusahaan dalam jangka waktu 12 bulan kedepan (SPAP, 2011). Variabel ini adalah variabel dummy. Dimana perhitungannya adalah kategori 1 untuk perusahaan non keuangan yang menerima opini audit unqualified with modified paragraph going concern dan 0 untuk perusahaan non keuangan yang tidak menerima / selain opini
Rudi Riady
audit unqualified with modified paragraph going concern. Debt default merupakan suatu kondisi dimana perusahaan yang memiliki banyak hutang beserta bunganya yang tidak dapat secara penuh untuk dilunasi sehingga pengalihan aset yang digunakan untuk menutupi hutang semakin menipis dan akhirnya habis. Variabel ini dihitung menggunakan variabel dummy (1= status debt default, 0 = tidak debt default) untuk menunjukan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit (Januarti, 2007). Kualitas audit merupakan ukuran auditor untuk menilai klien dalam pekerjaannya untuk melihat adanya penyimpangan yang terjadi pada perusahaan. Variabel ini didukung dengan menggunakan variabel dummy yang digunakan pada penelitian Wijaya et.al, (2009) serta Amilin dan Indrawan (2008). Nilai 1 diberikan jika auditor termasuk dalam KAP Big Four dan 0 jika Non Big Four. Opinion shopping merupakan suatu kondisi dimana perusahaan melakukan pergantian auditor untuk menghindari penerimaan opini going concern. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Angka 1 untuk perusahaan diaudit oleh auditor independen yang berbeda untuk tahun selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan opini audit unqualified with modified paragraph going concern. Sedangkan angka 0 untuk perusahaan diaudit oleh auditor independen yang sama untuk tahun
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan opini audit unqualified with modified paragraph going concern. Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan yang sesungguhnya (Santosa dan Wedari, 2007). Dalam penelitian ini digunakan model untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu Revised Altman Model. Model ini mengalami revisi agar model prediksinya tidak hanya digunakan pada perusahaan manufaktur. Model adalah sebagai berikut: Z’ = 0.717 Z1 + 0.847 Z2 + 3.107 Z3 + 0.420 Z4 + 0.998 Z5 Dimana: Z1
=
working asset
capital/total
Z2
=
retained asset
earning/total
Z3
=
earning before interest and taxes/total asset
Z4
=
book value of equity/book value of debt
November 2014
Z5 = sales/total asset Opini audit tahun-tahun sebelumnya dijadikan faktor dalam penelitian ini karena kemungkinan besar auditor akan mengeluarkan opini yang sama tahun setelahnya. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Opini audit unqualified with modified paragraph going concern akan diberi kode 1 dan untuk opini non unqualified with modified paragraph going concern diberi kode 0. Pertumbuhan perusahaan diartikan sebagai kinerja yang dicapai perusahaan. Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) (Setyarno et al. 2006). Variabel ini menggunakan rasio sebagai berikut:
Laba bersih t – Laba bersih t-1 Pertumbuhan Penjualan = ------------------------------------------- x 100% Laba bersih t-1 Ukuran perusahaan adalah dihitung menggunakan logaritma variabel untuk mengukur seberapa natural dari total aktiva (Santosa dan Wedari, 2007). besar atau kecilnya perusahaan sampel. Pengukuran variabel Ukuran Perusahaan = Ln (Total aktiva). Pada penelitian ini pengujian model dan hipotesis diuji menggunakan analisis multivariat
110
menggunakan regresi logistik (logistic regression). Dengan model sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
LN
�� ����
Rudi Riady
= α + β1 DEFAULT + β2 AQ + β3 OS + β4 ALTMAN + β5 PRIOP + β6 GROWTH + β7 SIZE + ε HASIL PENELITIAN
Tabel 2. Statistik Deskriptif Pada Tabel 2 menunjukan bahwa: 1. Probabilitas penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern memiliki nilai rata-rata sebesar 0,49 dengan standar deviasi 0,501. Selama tahun penelitian 2008-2011 terdapat 49,5% atau 93 data yang menerima opini unqualified with modified paragraph going concern, sedangkan sisanya sebanyak 50,5% atau sebanyak 95 data yang menerima opini selain unqualified with modified paragraph going concern. 2. Debt default (DEFAULT) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,24 dengan standar deviasi 0,428. Selama tahun penelitian 2008-2011 terdapat 76,1% atau 143 data yang tidak mengalami debt default, sedangkan sisanya sebanyak 23,9% atau 45 data yang mengalami debt default. 3. Kualitas audit (AQ) memiliki nilai rata-rata 0,20 dengan standar deviasi 0,403. Selama tahun penelitian 2008-2011 terdapat 79,8% atau 150 data yang diaudit oleh KAP non big four, sedangkan sisanya sebanyak 20,2% atau 38 data yang diaudit oleh KAP big four. 4. Opinion shopping (OS) memiliki nilai rata-rata 0,25 dengan standar deviasi 0,404. Selama tahun 2008-2011 terdapat 25,0%
5.
6.
7.
8.
atau 47 data yang diperkirakan mengalami opinion shopping, sedangkan sisanya sebanyak 75,0% atau 141 data yang tidak mengalami opinion shopping. Kondisi keuangan perusahaan (ALTMAN) diproksikan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Revised Altman Z Score dalam pengukurannya memiliki nilai rata-rata sebesar 2,702279677, standar deviasi 17,28776067, nilai minimum sebesar -12 dan nilai maksimum sebesar 169,1737226. Opini audit tahun sebelumnya (PRIOP) memiliki nilai rata-rata 0,50 dengan nilai standar deviasi 0,501. Selama tahun 2008-2011, terdapat 50,0% atau 94 data yang opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit unqualified with modified paragraph going concern, sedangkan sisanya sebanyak 50,0% atau 94 data yang opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit selain unqualified with modified paragraph going concern. Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) memiliki nilai ratarata -7,362512107, dengan standar deviasi sebesar 44,31277317, nilai minimum 540,329603 dan nilai maksimum 48,4930801. Ukuran perusahaan (SIZE) memilki nilai rata-rata 26,86852670, dengan standar deviasi sebesar 1,879697108,
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
nilai minimum 22,6592019 dan nilai maksimum 31,0894815. Tabel 3. Overall Model Fit Tabel 3. menunjukan bahwa block 0 : beginning block mempunyai nilai -2 Log Likelihood sebesar 260,602 sedangkan pada block 1 : Method=Enter mempunyai nilai -2 Log Likelihood sebesar 162,897. Output SPSS menunjukan selisih kedua -2 Log Likelihood sebesar 97,705 (260,602 – 162,897), sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan variabel independen ke dalam model memperbaiki model fit. Hal ini berarti penambahan variabel independen, yaitu debt default, kualitas audit, opinion shopping, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan ke dalam model memperbaiki model fit atau model fit dengan data. Pengujian Nagelkerke’s R Square Tabel 4. Hasil Pengujian Nagelkerke’s R Square Tabel 4. menujukan nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0,540 yang berarti hanya 54% variasi dari variabel dependen, yaitu penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen, yaitu debt default, kualitas audit, opinion shopping, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan dalam model ini, sedangkan sisanya 46% dijelaskan oleh variabel-variabel independen lain diluar model.
November 2014
Tabel 5. Hosmer and Lemeshow’s Test Tabel 5. diatas menunjukan nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit dengan probabilita signifikansi sebesar 0,415 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis nol tidak dapat ditolak yang berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Tabel 6. Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model Pada tabel 6. diprediksikan perusahaan yang menerima opini audit unqualified with modified paragraph going concern adalah 93 perusahaan, sedangkan hasil observasi hanya 75 jadi ketepatan klasifikasi 80,6% (75/93) dan sisanya 18 perusahaan (19,4%, 18/93) tidak tepat diprediksi yang merupakan kesalahan tipe I. Sedangkan menurut prediksi perusahaan yang menerima opini audit selain unqualified with modified paragraph going concern adalah 95 perusahaan, sedangkan hasil observasinya hanya 79 jadi ketepatan klasifikasi 83,2% (79/95) dan sisanya sebanyak 16 perusahaan (16,8%, 16/95) tidak tepat diprediksi yang merupakan kesalahan tipe II. Secara keseluruhan ketepatan prediksi berdasarkan model sebesar 154 perusahaan (81,9%, 154/188). Tabel 7. Hasil Estimasi Parameter dan Interprestasinya Tabel 7 menunjukan bahwa variabel debt default memiliki nilai signifikansi sebesar 0,007. Nilai ini
112
ISSN: 1410 -9875
lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan Ha diterima yang berarti variabel debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. Variabel kualitas audit memiliki nilai signifikansi 0,135. Nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak yang berarti variabel kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. Variabel opinion shopping memiliki nilai signifikansi 0,428. Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak yang berarti variabel opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini uqualified with modified paragraph going concern. Variabel kondisi keuangan perusahaan yang diproyeksikan dengan rumus Altman memiliki nilai signifikansi 0,105. Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak yang berarti variabel kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. Variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki nilai signifikansi 0,000. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha diterima yang berarti variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,588. Nilai ini lebih
Rudi Riady
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak yang berarti variabel pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,011. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan Ha diterima yang berarti variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2011, maka dapat disimpulkan bahwa: Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern, Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern, Opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern, Kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern, Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern, Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
paragraph going concern, Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern. Dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh penulis, antara lain: Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan 4 tahun, yaitu 2008-2011, hanya menggunakan 7 variabel independen, sedangkan dalam penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern
November 2014
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor lainnya. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, maka untuk penelitian mendatang peneliti memberikan rekomendasi yaitu: Pada penelitian selanjutnya dapat memperpanjang masa penelitian, menambahkan variabel independen lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap penerimaan opini unqualified with modified paragraph going concern seperti profitabilitas, audit report lag, audit client tenure.
REFERENSI Amilin dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan dan Opini Audit KAP Big Four dengan KAP Non Big Four (Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi, September, Vol. XVIII No. 2, Hlm. 72-83. Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fokus Ekonomi. Vol. 6 No. 1, Juni, Hal. 81-104. Diyanti, Fitri Tri. 2010. Effect of Company’s Debt Default, Auditors Turnover and Size to Acceptance of Audit Opinion Concern. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi- Universitas Gunadarma. Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta). SNA VIII Solo, 15-16 September, Hlm. 966-978. Foroghi, Daruosh, dan A.M. Shahshahani. 2012. Audit Firm Size and Going Concern Reporting Accuracy. Journal IJCRB, Vol. 3, No. 9, Hlm. 1093-1098. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariative dengan Program SPSS 19. Edisi Lima. Jakarta : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Hani, Clearly dan Muklasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. 16-17 Oktober. Hal. 1221-1233. Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit BPFE Yogyakarta. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
114
ISSN: 1410 -9875
Rudi Riady
Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XII, 4-6 November. Palembang. Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yan terdaftar di BEJ tahun 2000-2005). Jurnal MAKSI, Vol. 8 No. 1, Januari, Hlm. 43-58. Junaidi dan Jogiyanto Hartono. 2010. Non- Financial Factors in the GoingConcern Opinion. Journal of Indonesian Economy and Business Vol. 25, No. 3, 369-379. Kartika, Andi. 2012. Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol. 1 No.1. Mei. Hal. 25-40. Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Proceedings Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli, Hlm. 1-27. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi. Vol. 4, Agustus. Rahayu, Puji. 2007. Assesing Going Concern Opinion: A Study Based on Financial and Non-Financial Informations. SNA X Makassar, 26-28 Juli, Hlm. 1-23. Rudyawan, Arry P. dan I.D. Nyoman Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage dan Reputasi Auditor. Audi (Jurnal Akuntansi dan Bisnis), Vol. 4, No. 2, Juli, Hlm. 129-138. Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi kecendrungan penerimaan opini audit going concern. JAAI. Vol. 11, No.2. 141-158. Standar Profesional Akuntan Publik. 2011. 31 Maret 2011. Salemba Empat. Jakarta. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus. Setyowati, Widhy. 2009. Overview: Perkembangan Standar Audit yang Relevan Dengan Keputusan Opini Going Concern. Kajian Akuntansi, Vol.1 No. 1, Febuari, Hlm. 58-68. Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember, Hlm. 155-173.
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Warnida. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan yang Listing di BEI). Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol. 6 No. 1, Juni, Hal 30-43. Wijaya, Okie Indra, Y.U. Assegaf dan Rahmawati. 2009. Pengaruh Kualitas Audit dan Proxy Going Concern Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Non Regulasi di Bursa Efek Jakarta (BEI). Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol. 20 No. 3, Desember, Hlm.141-156.
116
ISSN: 1410 -9875
Rudi Riady
Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah Perusahaan Perusahaan non keuangan yang terdaftar secara 279 konsisten selama tahun penelitian 2008-2011 (6) Perusahaan yang mengalami delisting selama periode penelitian 2008-2011 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan (8) auditor independen dan memiliki data laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian 2008-2011 Perusahaan yang laporan keuangannya berakhir (5) per 31 Desember secara konsiten selama tahun penelitian 2008-2011 Perusahaan yang mata uangnya tidak (15) menggunakan rupiah secara konsisten selama tahun penelitian 2008-2011 Perusahaan yang tidak memiliki laba bersih (198) setelah pajak negatif minimal dua tahun penelitian pada periode 2008-2011 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 47 sampel penelitian Kriteria Seleksi Sampel
Jumlah Data 1116 (24) (32)
(20)
(60)
(792)
188
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Tabel 2. Statistik Deskriptif Tabel 2. Statistik Deskriptif N GC DEFAULT AQ OS ALTMAN PRIOP GROWTH
18 8 18 8 18 8 18 8 18 8 18 8 18 8
Maksimum 0
1
,49
Std. Deviation ,501
0
1
,24
,428
0
1
,20
,403
0
1
,25
,434
-12 169,1737226
2,702279677
17,28776067
Minimum
Mean
0
1
,50
,501
540,329603
48,4930801
-7,362512107
44,31277317
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
SIZE
18 8
22,6592019
31,0894815
November 2014
26,86852670
1,879697108
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
Tabel 3. Overall Model Fit Tabel 3. Overall Model Fit Keterangan Block 0 : Beginning Block Block 1 : Method=Enter
-2 Log Likelihood 260,602 162,897
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
Tabel 4. Hasil Pengujian Nagelkerke’s R Square Tabel 4. Hasil Pengujian Nagelkerke’s R Square Step
Model Summary Cox & Snell R Square 0,405
-2 Log Likelihood
1
162,897
Nagelkerke’s R Square 0,540
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
Tabel 5. Hosmer and Lemeshow’s Test Tabel 5. Hosmer and Lemeshow’s Test Step
Chi-square
Df
Sig.
1
8,187
8
0,415
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
Tabel 6. Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model Tabel 6. Hasil Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model
Observed Ste p1
GC
Classification Table Predicted GC UNQ UNQ-GC
UNQ
79
16
UNQ-GC Overall Percentage
18
75
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
Tabel 7. Hasil Estimasi Parameter dan Interprestasinya
118
Percentage Correct 83,2 80,6 81,9
ISSN: 1410 -9875
Rudi Riady
Tabel 7. Hasil Estimasi Parameter dan Interprestasinya Step 1
B Debt Default 1,467 Kualitas Audit 0,809 Opinion Shopping 0,423 Kondisi keuangan perusahaan 0,017 Opini audit tahun 3,048 sebelumnya Pertumbuhan perusahaan 0,004 Ukuran perusahaan 0,366 Constant 7,748
Sig. 0,007 0,135 0,428 0,105
Keterangan Berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh
0,000
Berpengaruh
0,588 0,011
Tidak berpengaruh Berpengaruh
0,043
Sumber: Pengolahan data SPSS 11.5
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Halaman ini sengaja dikosongkan
120
November 2014
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 121-136
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN UNQUALIFIED OPINION WITH MODIFIED PARAGRAPH GOING CONCERN RUTJI SATWIKO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this study is to investigate the acceptance of unqualified opinion with modified paragraph going concern which can be performed by variables auditor reputation, company’s financial condition, company’s growth, prior opinion, debt default, leverage ratio, firm size, auditor client tenure. Samples are obtained by purposive sampling method. Data for this study comprises of the financial statement and audit statement of the public companies except financial companies in Indonesia over the four years period 2008 until 2011 and the result obtained 96 observations. The logistics regressions used to examine the factors that are predicted to affect acceptance of unqualified opinion with modified paragraph going concern. The research finding can be summarized as follows. Prior opinion is significantly affect acceptance of unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor reputation, company’s financial condition, company’s growth, debt default, leverage ratio, firm size, auditor client tenure, do not so. Keywords : Unqualified opinion with modified paragraph going concern, auditor reputation, company’s financial condition, company’s growth, prior opinion, debt default, leverage ratio, firm size, auditor client tenure Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern yang dapat ditunjukkan melalui variabel reputasi auditor, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opini audit sebelumnya, debt default, rasio leverage, ukuran perusahaan, auditor client tenure. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling. Data untuk penelitian ini berasal dari laporan keuangan dan laporan audit perusahaan publik kecuali perusahaan keuangan di Indonesia selama periode empat tahun 2008 sampai 2011 dan hasil yang diperoleh terdapat 96 pengamatan. Regresi logistik digunakan untuk menguji faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi penerimaan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern. Temuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Opini audit sebelumnya secara signifikan mempengaruhi penerimaan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
paragraph modifikasi going concern. Reputasi auditor, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, debt default, rasio leverage, ukuran perusahaan, auditor client tenure, tidak berpengaruh. Kata Kunci: Opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf modifikasi going concern, reputasi auditor, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opini audit sebelumnya, default utang, rasio leverage, ukuran perusahaan, auditor client tenure. PENDAHULUAN Kondisi perekomian Indonesia banyak mengalami hambatan dan tantangan, sejak krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 dan krisis global pada akhir tahun 2008 disusul dengan krisis multidimensi yang berhubungan antara krisis ekonomi dengan krisis politik yang terjadi pada saat ini sangat mempengaruhi keberadaan entitas bisnis di negara ini. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya banyak sekali perusahaan yang melakukan manipulasi akuntansi sehingga cukup banyak kasus hukum yang melibatkan akuntan independen atau akuntan publik. Sebagai contoh ada beberapa kasus hukum yang dialami perusahaan besar yang terjadi di Amerika Serikat, seperti Enron, Worldcom, Madoff Investment Securities dan lain-lain. Kasus hukum yang terjadi di Asia dan sangat besar pada tahun 2009 terdapat di India, perusahaan yang bernama Satyam Computers. Kasus seperti ini sangat merusak reputasi profesi akuntan publik. Reputasi suatu kantor akuntan publik dipertaruhkan pada saat opini yang diberikan ternyata tidak sesuai dengan suatu keadaan perusahaan yang sesungguhnya pada saat opini audit diterbitkan. Kesangsian terhadap kelangsungan hidup perusahaan merupakan
122
indikasi terjadinya kebangkrutan. Altman dan McGough (1974) menemukan bahwa tingkat prediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu model prediksi mencapai tingkat keakuratan 82% dan menyarankan penggunaan model prediksi kebangkrutan sebagai alat bantu auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan ada persepsi manajemen bahwa suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan (Solikhah dan Kiswanto 2010). Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dan seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang baik akan lebih besar. Perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu alasan bagi auditor untuk memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern (Santosa dan Wedari 2007). Perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah
ISSN: 1410 -9875
kebangkrutan (Santosa dan Wedari 2007). Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Indikator lain dalam penelitian ini mengenai unqualified opinion with modified paragraph going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan akhir adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitur (perusahaan) untuk membayar utang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Praptitorini dan Januarti 2007). Rudyawan dan Badera (2009) mengatakan bahwa secara de facto sebetulnya sekitar 80% dari lebih 280 perusahaan go public praktis bisa dikategorikan bangkrut. Hal ini disebabkan oleh utang perusahaan yang sudah jauh melebihi asetnya. Semakin tinggi rasio leverage yang ditandai dengan meningkatnya total utang terhadap total aset, semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Mutchler et al. (1997) dalam penelitian faktor-faktor yang
Rutji Satwiko
berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung tikar, memberikan bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor–client tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Peneliti menyadari bahwa topik ini penting untuk dibahas karena opini audit yang diberikan auditor merupakan hal yang sangat penting bagi bahan pertimbangan dan pembuatan keputusan di perusahaan oleh manajamen, sehingga apabila ada kesalahan dalam pemberian opini audit akan mengakibatkan hal yang fatal bagi perusahaan. Permasalahan yang akan diteliti adalah apakah “faktor reputasi auditor, model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, debt default, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan auditor-client tenure berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern ?”. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menguji secara empiris pengaruh reputasi auditor, model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, debt default, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan auditor-client tenure terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan yang
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
menjelaskan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan serta organisasi penulisan. Kedua, menguraikan teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Teori agensi atau keagenan adalah suatu hubungan kontrak antara pihak manajemen yang bertindak sebagai agen dan pemilik saham yang bertindak sebagai prinsipal yang tentunya kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda sehingga memunculkan konflik kepentingan. Agen sebagai pihak yang diberikan wewenang oleh pihak prinsipal memiliki lebih banyak informasi yang sering disebut sebagai ketimpangan informasi (asymmetric information). Permasalahan timbul ketika pihak agen tidak mengungkapkan seluruh informasi yang dimilikinya sehingga berdampak misleading information bagi pihak prinsipal (Januarti 2009). Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan. Untuk
124
November 2014
itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan (Rudyawan dan Badera 2009). Reputasi Auditor Dalam penelitian ini reputasi auditor diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik. Craswell et al. (1995) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasionallah yang memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. (Rudyawan dan Badera 2009). Hipotesis yang diajukan adalah: auditor Ha1: Reputasi berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Model Prediksi Kebangkrutan Fanny dan Saputra (2005) menemukan bahwa penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Penelitian oleh Setyarno et al. (2006) juga berhasil membuktikan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
ISSN: 1410 -9875
yang terancam bangkrut berpeluang mendapatkan unqualified opinion with modified paragraph going concern dari auditor (Rudyawan dan Badera 2009). Hipotesis yang diajukan adalah: Ha2: Model prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Pertumbuhan Perusahaan Dalam penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang baik akan mampu meningkatkan volume penjualannya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya sehingga memberikan peluang kepada perusahaan dalam meningkatkan laba dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (Rudyawan dan Badera 2009). Hipotesis yang diajukan adalah: perusahaan Ha3: Pertumbuhan berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Opini Audit Tahun Sebelumnya Unqualified opinion with modified paragraph going concern yang diterima pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan unqualified opinion
Rutji Satwiko
with modified paragraph going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berjalan (Santosa dan Wedari 2007). Hipotesis yang diajukan adalah: audit tahun Ha4: Opini sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Debt Default Indikator unqualified opinion with modified paragraph going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya. Pada Statement on Auditing Standard No. 59 menyatakan bahwa default utang dan restrukturisasi utang sebagai indikator potensial dalam hubungannya dengan dikeluarkannya unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha5: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Rasio Leverage Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya, mengukur sejauh mana aset perusahaan dibelanjai dengan hutang yang berasal dari kreditur. Semakin tinggi rasio leverage, semakin
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hipotesis yang diajukan adalah: Ha6: Rasio leverage berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Ukuran Perusahaan Mutchler et al. (1997) dalam penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung tikar, memberikan bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Perusahaan dengan pertumbuhan yang positif memberikan suatu tanda bahwa ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan mengurangi kecenderungan kearah kebangkrutan. Perusahaan besar akan lebih mampu untuk menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (Januarti 2009). Hipotesis yang diajukan adalah: perusahaan Ha7: Ukuran berpengaruh terhadap
penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor–client tenure Auditor-client tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP melakukan perikatan audit dengan auditee yang sama. Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern akan sulit, atau justru akan membuat KAP lebih memahami kondisi keuangan dan akan lebih mudah mendeteksi masalah kelangsungan hidup perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah: tenure Ha8: Auditor-client berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Dari 257 perusahaan non keuangan yang terdapat di BEI terdapat 33 perusahaan yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini.
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah Deskripsi Kriteria Sampel per Tahun Perusahaan non keuangan yang terdaftar di 257 BEI secara konsisten dan menyampaikan
126
November 2014
Jumlah Sampel 1.028
ISSN: 1410 -9875
Rutji Satwiko
Deskripsi Kriteria laporan keuangan dari tahun 2008 sampai 2011 Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih yang negatif sekurangnya dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan dari tahun 2008 sampai 2011 Perusahaan yang laporannya tidak berakhir 31 Desember Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember yang tidak melampirkan laporan audit dari tahun 20082011 Perusahaan yang tidak memiliki nilai penjualan Perusahaan yang dijadikan sampel Sumber: Data yang dikumpulkan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dan melalui media perantara yaitu laporan keuangan dan laporan auditor independen untuk perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 sampai dengan 2011. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Unqualified Opinion with Modified Paragraph Going Concern Pengukuran atas opini audit ini menggunakan skala nominal dengan menggunakan variabel dummy, yaitu perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern atas laporan keuangannya diberi kode 1. Sedangkan perusahaan yang
Jumlah Sampel per Tahun
Jumlah Sampel
(4)
(16)
(198)
(792)
(3)
(12)
(18)
(72)
(1)
(4)
33
132
tidak menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern atas laporan keuangannya diberi kode 0. Reputasi Auditor Dalam penelitian ini reputasi auditor diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik (KAP) yang menggunakan variabel dummy. Jika KAP termasuk dalam kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 1, sedangkan jika tidak termasuk kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 0. Model Prediksi Kebangkrutan Dalam penelitian ini, kondisi keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Revised Altman Model (1993) dan skala pengukuran yang digunakan dalam variabel ini adalah skala rasio. Revised Altman Model (1993) ini
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
lebih dikenal dengan istilah Z score yang merupakan suatu formula yang dikembangkan oleh Altman untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan pada beberapa periode sebelum terjadinya kebangkrutan dan telah direvisi dari model yang sebelumnya, tujuannya agar model prediksinya tidak hanya digunakan oleh perusahaan manufaktur tetapi juga dapat digunakan oleh perusahaan selain manufaktur. Model prediksi kebangkrutan Revised Altman Model adalah sebagai berikut: Z’ = 0.717Z1 + 0.847Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4 + 0.998Z5 Keterangan : Z1 = Working capital/total asset Pertumbuhan Penjualan �
Z2 = Retained earnings/total asset Z3 = Earnings before interest and taxes/total asset Z4 = Book value of equity/book value of debt Z5 = Sales/total asset Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan ditunjukkan dengan melakukan pengukuran rasio pertumbuhan penjualan guna mengukur kemampuan perusahaan dalam meningkatkan penjualannya dari tahun sebelumnya. Pengukuran atas pertumbuhan penjualan ini menggunakan skala rasio. Rumus rasio pertumbuhan penjualan dapat dihitung sebagai berikut:
Penjualan Bersih � � Penjualan Bersih ��� Penjualan Bersih ���
Opini Audit Tahun Sebelumnya Pada variabel ini, digunakan skala nominal dengan menggunakan variabel dummy. Unqualified opinion with modified paragraph going concern diberi kode 1, sedangkan non unqualified opinion with modified paragraph going concern diberi kode 0, untuk mengukur apakah perusahaan menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern pada tahun berjalan Debt Default Pengukuran atas variabel ini menggunakan skala nominal dengan menggunakan variabel dummy. Variabel dummy digunakan untuk menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit. Kode 1 untuk status debt default
128
November 2014
dan kode default.
0
untuk
status
non
Rasio Leverage Leverage mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari hutang perusahaan kepada kreditur. Rasio leverage diukur dengan menggunakan rasio debt to total assets. Rasio ini mengukur sejauh mana aset perusahaan dibelanjai dengan hutang yang berasal dari kreditur dan modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Debt to total assets = total hutang / total asset Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel. Skala yang digunakan dalam variabel ini adalah skala
ISSN: 1410 -9875
Rutji Satwiko
rasio. Pengukuran variabel dihitung dengan menggunakan natural logaritma dari total aktiva. Ukuran Perusahaan (size) = Log Natural (Total Aktiva)
Akuntan Publik) dan auditor 3 tahun yang mengaudit sebuah perusahaan secara berturut-turut (Bapepam 2002). HASIL PENELITIAN
Auditor–client tenure Variabel ini diproksikan dengan lamanya auditor bekerja untuk klien dalam hitungan jumlah tahun. Di Indonesia peraturan mengharuskan adanya pergantian Kantor Akuntan Publik 6 tahun buku berturut-turut (PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Statistik Deskriptif Berdasarkan analisa statistik deskriptif maka diperoleh jumlah sampel yang diteliti, nilai minimal, maksimal, rerata (mean), dan deviasi standar. Dari data yang ada diperoleh statistik deskriptif sebagai berikut:
Tabel 2 Statistik Deskriptif N OPINI REPUTASI ZSCORE GROWTH PRIOR DEFAULT LEVERAGE SIZE
Minimum Maximum 132 132
0 0
1 1
132 -18.9485 169.1640 132 132 132 132
-.9196 214.9551 0 0 .0025
1 1 4.5900
132 23.0730
31.0895
TENURE 132 1 Valid N 132 (listwise) Sumber: Pengolahan Data SPPS 16
3
Mean
Std. Deviation
.39 .490 .15 .360 5.28337 22.7413727 3 2.55939 19.9219649 2 .35 .478 .46 .500 .767285 .6731352 26.8329 1.8680655 8 1.65 .781
Uji Hipotesis Uji Iteration History (-2 log likelihood) Tabel 3 Uji Iteration History (-2 log likelihood) Nilai -2 log likelihood Awal (Block 0) 177.006 Akhir (Block 1) 80.008 Sumber: Pengolahan Data SPPS 16 nilai -2 log likelihood mengalami Hasil uji iteration history (-2 penurunan nilai -2 log likelihood log likelihood) menunjukkan bahwa
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
dari blok 0 ke blok 1 sebesar 96,998. Nilai -2 log likelihood pada block 0 (hanya memasukkan konstanta saja) dibandingkan
November 2014
dengan iterasi pada block 1 (iterasi yang mengikutkan semua variabel independen), hal ini menunjukkan indikasi adanya model yang baik.
Nagelkerke R2 Tabel 4 Uji Nagelkerke R2 Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell Nagelkerke R Square R Square
1 80.008a .520 Sumber: Pengolahan Data SPPS 16 Hasil uji Nagelkerke R2 menunjukkan nilai Nagelkerke R2 sebesar 0,705, yang berarti bahwa hanya 70,5 persen variasi dari variabel dependen yang dapat
.705
dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model penelitian ini dan sisanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yang tidak terdapat dalam model.
Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Tabel 5 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
df
Sig.
1 11.707 8 .165 Sumber: Pengolahan Data SPPS 16 Hasil uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,165 > 0,05 maka ini menunjukkan bahwa model fit
dengan data observasi penelitian. Hasil penelitian ini tidak menerima hipotesis (Ha) yang menyatakan bahwa model tidak fit dengan data perusahaan.
Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model Tabel 6 Uji Tingkat Ketepatan Prediksi Model Classification Tablea Predicted OPINI Observed Step 1 OPINI NONGC GC Overall Percentage Sumber: Pengolahan Data SPPS 16
130
NONGC
Percentage Correct
GC
76
4
95.0
9
43
82.7 90.2
ISSN: 1410 -9875
Rutji Satwiko
Hasil uji ketepatan prediksi model menunjukkan bahwa data yang diperoleh ada 52 perusahaan yang menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern akan tetapi yang tepat diprediksi berdasarkan model sebesar 43 perusahaan (82,7%, 43/52) dan sisanya 9 perusahaan (6,8%, 9/132) tidak tepat diprediksi yang merupakan kesalahan tipa I. Untuk perusahaan yang tidak
menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern sebanyak 80 perusahaan akan tetapi yang tepat diprediksi berdasarkan model sebesar 76 perusahaan (95%, 76/80) dan sisanya 4 perusahaan (3%, 4/132) tidak tepat diprediksi yang merupakan kesalahan tipa II. Secara keseluruhan ketepatan prediksi berdasarkan model sebesar 119 perusahaan (90,2%, 119/132).
Uji Signifikansi Parameter Individual Tabel 7 Uji Signifikansi Parameter Individual Variables in the Equation B Step 1a REPUTASI
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-.704
.935
.566
1
.452
.495
ZSCORE
-.002
.017
.008
1
.927
.998
GROWTH
-.002
.018
.011
1
.918
.998
PRIOR
4.558
.723
39.774
1
.000
95.409
DEFAULT
.461
.645
.510
1
.475
1.585
LEVERAGE
.872
.650
1.798
1
.180
2.391
SIZE
-.277
.197
1.970
1
.160
.758
TENURE
-.201
.412
.238
1
.626
.818
Constant 4.944 5.152 Sumber: Pengolahan Data SPPS 16
.921
1
.337 140.344
Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual, variabel reputasi auditor memiliki nilai sig sebesar 0,452 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima hipotesis pertama (Ha1) yang menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor,
baik dari KAP besar maupun kecil, akan tetap memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern apabila auditor tersebut meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Variabel model prediksi kebangkrutan memiliki nilai sig sebesar 0,927 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
penelitian ini tidak menerima hipotesis kedua (Ha2) yang menyatakan bahwa model prediksi kebangkrutan perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor tidak akan memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern jika perusahaan hanya mengalami masalah keuangan dalam menjalankan usahanya saja, harus ada masalah lain dalam perusahaan sehingga auditor merasa perusahaan tersebut memang layak mendapatkan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai sig sebesar 0,918 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima yang hipotesis ketiga (Ha3) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Tidak adanya jaminan bahwa perusahaan yang mengalami peningkatan pada penjualan bersihnya juga akan mengalami peningkatan pada laba bersihnya menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum bisa lepas dari permasalahan keuangan yang dihadapinya. Hal itu berarti bahwa rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk tidak menerima unqualified opinion with modified paragraph going concern begitu pula sebaliknya.
132
November 2014
Variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini menerima hipotesis keempat (Ha4) yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor akan sangat mempertimbangkan opini audit tahun sebelumnya untuk memberikan opini audit bagi perusahaan yang sedang diaudit. Variabel debt default memiliki nilai sig sebesar 0,475 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima yang hipotesis kelima (Ha5) menyatakan bahwa debt default berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor belum tentu memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern kepada perusahaan yang mendapatkan status debt default karena bagaimanapun juga kreditur akan tetap menagih dan perusahaan akan tetap berusaha meningkatkan penjualan dan usahanya agar setiap hutang terbayarkan dan perusahaan berjalan terus. Variabel rasio leverage memiliki nilai sig sebesar 0,180 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap
ISSN: 1410 -9875
unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima hipotesis keenam (Ha6) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Auditor dalam memberikan unqualified opinion with modified paragraph going concern perusahaan, auditor tidak hanya mempertimbangkan rasio leverage, tetapi juga melihat faktor-faktor lain, seperti potensi kebangkrutan perusahaan, kerugian operasi yang berulang terjadi, ataupun dampak kondisi ekonomi nasional. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai sig sebesar 0,160 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima yang hipotesis ketujuh (Ha7) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memilki aktiva besar belum tentu akan lebih mampu dalam mengatasi kesulitan keuangan dan sebaliknya. Variabel auditor-client tenure memiliki nilai sig sebesar 0,626 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil penelitian ini tidak menerima
Rutji Satwiko
hipotesis kedelapan (Ha8) yang menyatakan bahwa auditor-client tenure berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Hasil ini menunjukkan seberapa lamanya auditor tersebut mengaudit perusahaan yang sama tidak akan berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. PENUTUP Dari data yang diolah dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi auditor, model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, debt default, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan auditor-client tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan unqualified opinion with modified paragraph going concern. Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan periode penelitian yang relatif pendek yaitu sebanyak 4 tahun, sebagian besar dari variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya Rekomendasi atau saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya antara lain menambah jumlah tahun penelitian misalnya menjadi 6 tahun agar data yang didapat lebih akurat, menggunakan variabel lainnya dalam melakukan penelitian yang akan datang.
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
REFERENSI Amilin dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan dan Opini Audit oleh KAP Big Four dengan KAP Non Big Four (Studi pada Emiten di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi: Analisis Ilmiah Ekonomi, Manajemen, Keuangan, dan Akuntansi, Vol. 18, No. 2, Hlm. 72-83. Altman, E dan McGough, T. 1974. “Evaluation of a Company as a Going Concern”. Journal of Accountancy. December. 50-57. Arens, Alvin A, dan James K Lobbecke. 2002. Auditing : Pendekatan Terpadu (Judul Asli : Auditing : An Integrated Approach) Edisi Revisi, Jilid I. Penerjemah Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta. Arifin, Johar. 2008. Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. , 229-252 Boynton, William C, Johnson, Raymond. N, Kell, Walter. G. 2002. Modern Auditing. Edisi Ketujuh. Jakarta. Erlangga. Carcello, J.V. and Neal, T.L., 2000. Audit Committe Composition and Auditor Reporting The Accounting Review. Volume 75 No. 4 hal 453-467 Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler. 2001. Research Methods. McGraw Hill International Edition. Damayanti, Shulamite dan Made Sudarma. 2008. ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Fanny, Margareta dan Sylvia Saputra. 2005. ”Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric. McGraw Hill. Hani, Clearly., dan Mukhlasin. 2003. Going Concern dan Opini Audit : Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI. 1221-1233. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Iksan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Graha Ilmu. Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee. Jurnal Maksi Universitas Diponegoro Vol. 8 No.1. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang.
134
ISSN: 1410 -9875
Rutji Satwiko
Junaidi dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Non Keuangan pada Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokwerto. LaSalle, R.E. & Anandarajan, A. 1996. Auditor View on the Type of Audit Report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties. Accounting Horizons, 10, 51-72 Lubis, Ade Fatma, dan Syahputra, Adi. 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis. Penerbit Waty Grafika, Medan. McKeown, J. Mutchler, J., dan Hopwood W. 1991. Towards an Explanation of Auditor Failure to Modify the audit Opinion of Bankrupt Companies. Auditing : A Journal Practice & Theory. Supplement. 1-13. Mutchler, J. F., W. Hopwood, and J.C. McKeown. 1997. The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. Autumn. Nawari. 2010. Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. Nogler, G.E. 1995. “The Resolution of Auditor Going Concern Opinions.” Auditing : A Journal of Practice & Theory. Fall. Pp. 54-73 Palmrose, Z. 1984. The Demand for Quality Differentiated Audit Services in an Agency Cost Setting: An Empirical Investigation. 1984 Auditing Research Symposium, 229-252 Petronela, T. 2004. Perkembangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit. Jurnal Balance, 47-55 Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar. Rahayu, Puji. 2007. “Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on Financial and Non-Financial Information”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar. Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi Volume 4. Rudyawan, AP, Badera, I Dewa Nyoman. 2008. Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, Dan Reputasi Auditor. Jurnal Akuntansi & Bisnis Volume 4, 2 Juli 2009. 129-138. Santosa, Arga Fajar. dan Wedari, L.K. 2007. Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI Volume 11 No. 2, Desember 2007 : 141-158. Sartono, dan R. Agus., 1997. Manajemen Keuangan, Edisi 3. BPFE Yogyakarta. Setiawan, Santy, 2006. Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Volume V No. 1, Mei 2006. 59-67. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang.
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2002. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Solikah, Badingatus, 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern. Jurnal Maksi, Vol.4. Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Hlm. 155-173. Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. ”Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar. Umar, Husein, 2003, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Watts, R. & Zimmerman, J. (1986). Positive Accounting Theory. New York, NY: Prentice Hall. Weston, J. Fred dan Eugene F.Brigham, 1993. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid I. Edisi ke-9. Jakarta : Erlangga
136
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 16, No. 1a, Is. 7, November 2014, Hlm. 137-148
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA WENNY STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The main objective of this reaserch is to test and analyze the effect of firm growth, free cash flow, return on assets, gross profit margin, insider ownership, and business risk to corporate debt policy. The population used in this study are manufacturing firms listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses for the period of 2009 to 2012 as the sample. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The result shows that firm growth, free cash flow, return on asset, and insider ownership variable does not have influence towards debt policy. In the other hand, gross profit margin, and business risk have influence towards debt policy. Keywords: Debt policy, firm growth, free cash flow, return on assets, gross profit margin, insider ownership, and business risk. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan penjualan, arus kas bebas, return on asset, gross profit margin, kepemilikan manajer dan risiko bisnis terhadap kebijakan hutang perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX) yang terdaftar dari tahun 2009 sampai 2012. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan data dianalisis menggunakan analisi regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan penjualan, arus kas bebas, return on asset dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang sementara gross profit margin dan risiko bisnis berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Keywords: Kebijakan Hutang, Pertumbuhan perusahaan, Arus kas bebas, Return on asset, Gross profit margin, Kepemilikan manajerial dan risiko bisnis.
PENDAHULUAN Antisipasi persaingan yang makin tajam dalam dunia usaha
mengakibatkan makin luasnya ruang lingkup dan peran seorang manajer dalam mengelolah
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
keuangan perusahaan. Menurut Joko (2011), kegagalan perusahaan dalam mengelolah keuangan, memiliki implikasi jangka panjang yang pada akhirnya menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Dalam bidang keuangan terdapat dua bentuk pendanaan yaitu sumber pendanaan internal dan eksternal perusahaan. Sumber internal berupa laba ditahan dan keuntungan perusahaan. Sumber eksternal berupa utang, obligasi, dan penjualan saham. Oleh karena itu, untuk dapat memaksimalkan nilai perusahaan, manajer harus teliti dalam menggunakan sumber pembiayaan yang sehat dan berimbang. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah mekanisme pemanfaatan hutang tersebut. Pemahaman tentang kebijakan hutang sangat penting dimiliki oleh suatu perusahaan dalam rangka memahami cara memaksimumkan nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sadeghian et al. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah penambahan empat variabel independen yaitu insider ownership, free cash flow, dan pertumbuhan perusahaan yang didasarkan pada penelitian Indahningrum dan Handayani (2009). Variabel tambahan lain yaitu risiko bisnis yang didasarkan pada penelitian Yeniatie dan Destriana (2010). RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pecking Order Theory Menurut Siregar (2005) dalam Steven dan Lina (2011),
138
November 2014
pecking order theory melihat bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide teori dasar ini sangat sedarhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan sumber dana yang diutamakan adalah hutang, bukan saham. Static Trade off Theory Frensidy dan Setyawan (2007) dalam Steven dan Lina (2011) menyatakan bahwa banyaknya masalah mengenai financial distress yang diakibatkan oleh pendanaan hutang yang tinggi memunculkan trade-off theory. Teori ini dikenal juga sebagai balancing theory. Menurut Laksana (2009) dalam Surya dan Rahayuningsih (2012), trade-off theory adalah teori yang menjelaskan struktur modal ditentukan berdasarkan keseimbangan manfaat (keunggulan) dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan hutang. Agency Theory Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal), yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi), yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract (Susanto 2011). Menurut Syafi`i (2011), dengan adanya dua kelompok individu yang berbeda ini akan memungkinkan terjadi perbedaan keinginan dan kepentingan, karena masing-masing kelompok akan cenderung untuk
ISSN: 1410 -9875
memenuhi keinginan dan kepentingannya sendiri-sendiri. Pemilik modal menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer (Surya dan Rahayuningsih 2012). Menurut Masdupi (2005), kondisi tersebut terjadi karena adanya pemisahan fungsi pengambilan keputusan dan fungsi penanggung risiko. Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Hutang Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat dapat diidentifikasikan bahwa sedang mengadakan ekspansi dan membutuhkan dana yang cukup besar. Oleh karena itu, perusahaan sering kali menggunakan berbagai cara dalam pemenuhan pengembangan termasuk melalui hutang. Penelitian Joko (2011), Syafi`i (2011), dan Yeniatie dan Destriana (2010), menjelaskan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh positif. Di sis lain, penelitian Steven dan Lina (2011), Susanto (2011), Indahningrum dan Handayani (2009), serta Surya dan Rahayuningsih (2012) menunjukkan pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut : Pertumbuhan Perusahaan Ha1: berpengaruh terhadap kebijakan hutang
Wenny
Free Cash Flow dan Kebijakan Hutang Menurut hipotesis Jensen (1996) dalam Indahningrum dan Handayani (2009) mengenai free cash flow menyatakan bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham. Nasrizal et al. (2010) mengemukakan bahwa penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manajer dapat dikendalikan melalui hutang. Dengan adanya hutang ini, manajemen akan bekerja lebih efisien agar tidak terjadi kegagalan keuangan. Hasil penelitian Indahningrum dan Handayani (2009), Syafi`i (2011), Susilawati et al. (2012), membuktikan bahwa free cash flow berpengaruh positif. Di sisi lain, penelitian Nasrizal et al. (2010) menunjukkan free cash flow tidak memiliki pegaruh terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut : Ha2: Free Cash Flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang Return on Assets dan Kebijakan Hutang Menurut Susanto (2011), perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan menghasilkan dana bagi perusahaan yang lebih banyak sehingga dapat digunakan bagi perusahaan sebagai penutup kewajiban atau pendanaan sehingga akan dapat berdampak pada berkurangnya tingkat penggunaan hutang oleh perusahaan. Hasil Penelitian Steven dan Lina (2011), Susanto (2011), Sadeghian et al. (2012), Joko
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
(2011), Surya dan Rahayuningsih (2012), Yaniatie dan Destriana (2010), Indahningrum dan Handayani (2009), serta Murtiningtyas (2012) menemukan bahwa ROA memiliki pengaruh negatif. Di sisi lain, pada penelitian Masdupi (2005) diperoleh hasil bahwa ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut : Ha3: Return on Assets berpengaruh terhadap kebijakan hutang Gross Profit Margin dan Kebijakan Hutang Gross profit margin menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan engendalikan produktivitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Hasil penelitian Sadeghian et. al. (2012), gross profit margin menunjukkan hubungan negatif terhadap kebijakan hutang perusahan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut : Gross Profit Margin Ha4: berpengaruh terhadap kebijakan hutang Insider Ownership dan Kebijakan Hutang Menurut Makmun (2003) dalam Murni dan Andriana (2007), para pemegang saham mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai dewan komisaris atau direktur disebut insider ownership. Adanya kepemilikan saham oleh pihak
140
November 2014
manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan, termasuk kebijakan menggunakan hutang. Makin besar persentase kepemilikan manajer dalam suatu perusahaan maka manajer tersebut akan turut merasakan dampak dari pengambilan keputusan yang dibuatnya sebagai salah satu pemegang saham perusahaan. Hal ini dapat menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sehingga dapat mengurangi konflik keagenan (Yeniatie dan Destriana 2010). Penelitian Syafi`i (2011), Steven dan Lina (2011), Yaniatie dan Destriana (2010), serta Susilawati et al. (2012) menunjukkan insider ownership tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Di sisi lain, penelitian Susanto (2011), Masdupi (2005), dan Wahidahwati (2002) membuktikan bahwa insider ownership tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut : Insider Ownership Ha5: berpengaruh terhadap kebijakan hutang Risiko Bisnis dan Kebijakan Hutang Antisipasi dalam penggunaan hutang diperlukan oleh perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi. Menurut Joko (2011), tingginya tingkat risiko, memaksa perusahaan untuk mengelolah laba bersih yang diperoleh sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan. Selain itu perusahaan
ISSN: 1410 -9875
Wenny
juga berhati-hati dalam membayarkan dividen ke pemegang saham agar tidak membebani perusahaan di masa mendatang. Hasil penelitian Murtiningtyas (2012) menemukan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil penelitian tersebut tidak konsisten
dengan penelitian Susanto (2011), dan Surya dan Rahayuningsih (2012) yang mengungkapkan bahwa risiko bisnis memiliki arah pengaruh yang searah terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut : Ha6: Risiko Bisnis berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Model penelitian adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Perusahaan Free Cash Flow Return on Assets Kebijakan Hutang Gross Profit Margin Insider Ownership Risiko Bisnis Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel
diterapkan dengan menggunakan metode purposive sampling, Adapun proses pemilihan sampel sebagai berikut:
Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel No. 1
2 3
Kriteria Perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009 – 2012 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki periode tutup buku per 31 Desember Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam satuan mata uang Rupiah
Jumlah perusahaan
Jumlah data
124
496
(3)
(12)
(20)
(80)
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
4
Perusahaan manufaktur yang tidak memperoleh operating income positif selama periode penelitian Total data yang digunakan dalam penelitian
Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan. Dengan demikian akan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to equity ratio diperthitungkan dengan rumus sebagai berikut (Syafi`i 2011):
November 2014
(32)
(128)
69
276
DER = Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran mengenai perkembangan perusahaan dan menggunakan skala rasio. Variabel ini diukur dengan menghitung tingkat petumbuhan total aktiva (Murni dan Andriana 2007 dalam Susanto 2011).
GROWTH = Sebagaimana dijelaskan dalam Syafi`i (2011) free cash flow pada prinsipnya merupakan sisa lebih dari hasil operasi yang siap dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, kepada kreditur dalam bentuk pembayaran
bunga atau bahkan untuk kepentingan investasi pada periode selanjutnya. Dengan demikian menurut Syafi`i (2011) pengukuran modal kerja dapat digunakan rumus sebagai berikut:
FCFit = EBITit – TAXit + DEPit ‐ ∆CIit ‐ ∆WCit Mengacu pada penelitian Yaniatie dan Destriana (2010), yang mengemukakan bahwa return on assets merupakan kemampuan
perusahaan memanfaatkan asset yang ada untuk menghasilkan pendapatan. Variabel ini diukur dengan rumus :
DER = Gross profit margin atau margin keuntungan kotor merupakan perbandingan antara keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.
Perusahaan dapat mengukur kemampuan untuk berproduksi secara efisien Reilly dan Brown (2012: 275). Variabel gross profit margin dirumuskan sebagai berikut:
GPM = Insider Ownership (INSD) adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan
142
Komisaris). Mengacu pada Susanto (2011), pengukuran Insider Ownership menggunakan variabel dummy, kode 1 berarti terdapat saham yang dimiliki oleh pihak
ISSN: 1410 -9875
Wenny
managerial sedangkan kode 0 tidak dimiliki. Mengacu pada penelitian Yeniatie dan Destriana (2010) yang menjelaskan bahwa, Risiko Bisnis merupakan indikator ketidakpastian Risk = STD Retur
harga saham dan return yang diterima pemegang saham. Risiko bisnis diukur melalui standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun. Variabel ini diukur dengan :
Pi,t Closing Price bulanan Pi,t-1 closing price bulanan sebelumnya Penelitian ini menggunakan Multiple Regression Analysis.
Pengujian yang dilakukan antara lain statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
HASIL PENELITIAN Tabel 2 HasilUjiStatistikDeskriptif
Maximum Variabel N Minimum DEBT 276 -1,83336 6,82557 GROWTH 276 -0,32354 0,95373 FCF 276 -7,05E12 2,17E13 ROA 276 0,00138 0,59665 GPM 276 0,03379 0,71864 INSD 276 0 1 RISK 276 0,02237 0,83987 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 19
Tabel 3 Hasil Uji Statistik t T Sig. Model B 1 (Constant) 1,549 8,550 0,000 -0,265 - 0,433 GROWTH 0,785 FCF 1,927E-14 0,715 0,475 -0,570 - 0,391 ROA 0,859 -2,175 - 0,000 GPM 4,699 -0,190 - 0,120 INSD 1,558 RISK 1,480 3,030 0,003 Dependent Variable: Kebijakan Hutan Sumber: Output Data SPSS 19
Mean 1,03326 0,13646 5,84E11 0,14326 0,25674 0,4928 0,16371
Standar Deviasi 1,08282 0,17919 2,33E12 0,11152 0,15647 0,50086 0,12626
Keterangan Ha1 tidak diterima Ha2 tidak diterima Ha3 tidak diterima Ha4 diterima Ha5 tidak diterima Ha6 diterima
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Hasil pengujian Ha1 menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,265 dan nilai signifikansi sebesar 0,433 dimana lebih besar dari α= 0,05 yang berarti Ha1 tidak diterima. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Steven dan Lina (2011) yang mengemukakan bahwa tidak semua perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi memilih hutang sebagai sumber pendanaannya. Perusahaan akan tetap memilih sumber pendanaan yang mempunyai borrowing cost yang lebih murah dan lebih mengandalkan dana internal. Hasil pengujian Ha2 memperlihatkan free cash flow memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,927E-14 dan nilai signifikansi sebesar 0,475 lebih besar dari α= 0,05 yang berarti Ha2 tidak diterima. Dengan demikian free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrizal et al. (2010) yang mengemukakan bahwa free cash flow belum mampu untuk mempengaruhi tingkat penggunaan hutang perusahaan dalam rangka untuk mengurangi agency cost. Hasil pengujian Ha3 menunjukkan return on assets mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,570 dan nilai signifikansi sebesar 0,391 dimana lebih besar dari α= 0,05 yang berarti Ha3 tidak diterima. Dengan demikian ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil
144
November 2014
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Masdupi (2005) yang mengemukakan bahwa hasil tersebut dikarenakan profitabilitas perusahaan belum dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam kebijakan hutang perusahaan. Hasil pengujian Ha4 menunjukkan gross profit margin mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -2,175 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari α= 0,05 yang berarti Ha4 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa GPM berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Makin tinggi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien akan mampu menurunkan tingkat penggunaan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sedeghian et al. (2012) yang mengemukakan bahwa peningkatan gross profit margin akan menyebabkan penurunan kebijakan hutang perusahaan. Hasil pengujian Ha5 menunjukkan insider ownership mempunyai nilai koefisien regresi sebesar -0,190 dan nilai signifikansi sebesar 0,120 dimana lebih besar dari α= 0,05 yang berarti Ha5 tidak diterima. Hal ini menunjukkan bahwa insider ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafi`i (2011), yang mengemukakan bahwa faktor ketidak signifikanan kemungkinan disebabkan karena tingkat kepemilikan manajerial pada perusahaan di Indonesia umumya masih relatif kecil, sehingga secara fungsional kepemilikan manajerial ini belum mampu memberikan
ISSN: 1410 -9875
pengaruh terhadap keputusan dalam kebijakan hutang. Hasil pengujian Ha6 menunjukkan risiko bisnis mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 1,480 dan nilai signifikansi sebesar 0,003 dimana lebih kecil dari α= 0,05 yang berarti Ha6 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini kosisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Murtiningtyas (2012). Arah pengaruh yang positif mengindikasikan bahwa makin tinggi ketidakpastian proyeksi pendapatan di masa mendatang akan mendorong perusahaan untuk dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan yaitu melalui penggunaan hutang. PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan, free cash flow, return on assets, gross profit margin, insider ownership, dan risiko bisnis terhadap kebijakan hutang pada periode penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2012. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah (1) Dalam penelitian ini sampel yang digunakan hanya perusahaan
Wenny
manufaktur yang terdaftar di BEI, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat berlaku pada perusahaan sektor lain. (2) Periode penelitian, yang relatif pendek dimulai dari tahun 2009 - 2012, sehingga kurang dapat menggambarkan keadaan populasi. (3) Penelitan ini hanya mampu menjelaskan 15,5% variasi variabel dependen. Dengan demikian banyak faktor lain yang masih berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. (4) Terjadi masalah heteroskedastisitas pada pertumbuhan perusahaan, gross profit margin dan risiko bisnis. (5) Data yang digunakan dalam sampel penelitian tidak berdistribusi normal. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya berdasarkan keterbatasan di atas adalah, (1) Memperluas obyek penelitian sampai mencakup seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI. (2) Peneliti selanjutnya dapat menambah periode penelitian, sehingga dapat digunakan untuk analisis jangka panjang juga diharapkan dapat mengatasi masalah heteroskedastisitas dan masalah normalitas data yang terjadi pada penelitian selanjutnya. (3) Melakukan penambahan variabel-variabel yang diharapkan dapat memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang seperti struktur aset, dan kebijakan dividen.
REFERENSI Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
November 2014
Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Hlm. 189-207. Joko, Fx. Agus. 2011. Analisis Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Go Public di BEI. Media Mahardhika, Vol. 9, No. 3, Hlm. 25-40. Larasati, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 16, No. 2, Hlm. 103-107. Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 20, No.1, Hlm.57-69. Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Dividen Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 07, No. 1, Hlm. 15-24. Murtiningtyas, Andhika Inova. 2012. Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Risiko Bisnis Terhadap Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, Vol. 01, No. 2, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj/article/view/597/645 (diakses pada tanggal 4 Januari 2014) Nasrizal, Kamilah, dan Tika Rahmi Syafitri. 2010. Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Saham Manajerial, dan Kepemilikan Saham Institusional Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Ekonomi, Vol. 18, No. 04, http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/view/784/777 (diakses pada tanggal 10 Desember, 2013). Reilly, Frank K. dan Keith C. Brown. 2012. Analysis of Investment & Management of Portofolios, Tenth International Edition. SouthWestern: Cengage Learning. Sadeghian, Nima Seperhr, Mohammad Mehdi Latifi, Saeed Soroush, dan Zeinab Talebipour Aghabagher. 2012. Debt Policy and Corporate Performance: Empirical Evidence from Tehran Stock Exchange Companies. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No. 11. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business. Edisi 4. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business: A Skill Building Approach 3th edition: John Wiley and Son. Steven, dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, Hlm. 163-181. Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Klaten: Literata Lintas Media. Surya, Dennys dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.14, No. 3, Hlm. 213-225. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Rasio Sistematik, Set Peluang Investasi dan
146
ISSN: 1410 -9875
Wenny
Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 3, Hlm. 195-210. Susilawati, Christine Dwi Karya, Lidya Agusrina, dan Se tin. 2012. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2, Hlm. 178-187. Syafi`i, Imam. 2011. Managerial Ownership, Free Cash Flow dan Growth Opportunity Terhadap Kebijakan. Media Mahardhika, Vol. 10 No. 1, Hlm. 1-21. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Hlm. 116. Yeniatie, dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, Hlm. 1-16.
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 16, No. 1a, Is. 7
Halaman ini sengaja dikosongkan
148
November 2014