Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013 DAFTAR ISI
Pengaruh Brand Trust, Perceived Value, Dan Brand Image Terhadap Brand Loyalty Arief Alfiandri Dan Denny Farabi ..............................................
1
Effect Of Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation And Brand Trust To Brand Image Denny Septa Haryanti ..........................................................
15
Pengaruh Dari Brand Awareness, Product Quality, Corporate Social Responsibility, Dan Country Of Origin Terhadap Price Premium Dilla Noverita .........................................................................
27
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Endra Yaman .......................................................................
43
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Edric Kurniadi ...................................................................
59
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Ferry Suhardjo .................................................................
69
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Bino Sulaksono .....................................................................
83
Pengaruh Kompetensi, Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Setia Tjahyanti .....................................................................
101
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Dian Primartanto ..................................................................
115
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Dewi Agustina ......................................................................
131
Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail :
[email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 1-14
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH BRAND TRUST, PERCEIVED VALUE, DAN BRAND IMAGE TERHADAP BRAND LOYALTY ARIEF ALFIANDRI dan DENNY FARABI STIE TRISAKTI
[email protected] [email protected] Abstract: The purpose of this research is to know how the influence of brand trust, perceived value, and brand image toward brand loyalty of the brand Teh Botol Sosro in Tangerang City. The research design used in this research is causality and descriptive research. The sampling in this study was convenience sampling. Data for this study is used the primary data, where the questionnaire spreaded to 152 respondents for gathering the datas, and the sample that can be used in this research is 100 datas (round figures using Slovin (99,9)). And the methods for the data analysis is regression, which are simple regression and multiple regression. The result on this research is brand trust has positive influence to brand loyalty, perceived value has positive influence to brand loyalty, and brand image has positive influence to brand loyalty. And simultaneously, all the independents variable (brand trust, perceived value, and brand image) are have influence to the dependent variable (brand loyalty). Keywords:
Brand trust, perceived value, brand image, brand loyalty
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh brand trust, perceived value, dan brand image terhadap brand loyalty Teh Botol Sosro di Kota Tangerang. Disain penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal dan deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Data yang digunakan bersifat primer, dimana kuesioner disebarkan sebanyak 152 responden dan sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah 100 data berdasarkan Slovin. Metode analisis data adalah regresi sederhana dan berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa brand trust, perceived value dan brand image memiliki pengaruh positif terhadap brand loyalty. Secara simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh terhadap dependen variabel. Kata Kunci: Brand trust, perceived value, citra merk, loyalitas merk
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN Perkembangan jaman, teknologi, dan perekonomian membuat pola hidup masyarakat dalam berkonsumsi pun ikut berubah.Kepraktisan merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan dalam berkonsumsi. Produk-produk yang bersifat siap saji mulai diminati di pasar, salah satunya adalah minuman ringan. Salah satu kategori industri makanan dan minuman yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat adalah kategori minuman ringan (soft drink). Adapun pengertian minuman ringan (soft drink) berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 tanggal 9 Oktober 2006 tentang kategori pangan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, yang merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya, baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam bentuk kemasan siap untuk dikonsumsi. Secara umum, minuman ringan digolongkan menjadi dua jenis, yaitu minuman ringan berkarbonasi (carbonate soft drink) dan minuman ringan tanpa karbonasi. Jenis produk minuman ringan yang cukup dikenal di Indonesia adalah minuman teh. Teh merupakan minuman yang sangat familiar dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia.Besarnya daya konsumsi masyarakat terhadap minuman teh menyebabkan banyak perusahaan yang memproduksi minuman teh
2
November 2013
dalam kemasan muncul. Beberapa pemain dalam industri teh terlihat agresif untuk memasuki pasar dengan berbagai cara, maka tidak heran jika persaingan di industri ini terasa lebih ketat dibandingkan sebelumnya. Jumlah penduduk yang tinggi dan daya beli yang cukup tinggi pula membuat perusahaan tertarik untuk memasuki pasar dalam industri ini. Kondisi persaingan yang ketat inilah yang sedang dihadapi oleh salah satu merek teh dalam kemasan siap minum, Teh Botol Sosro. PT Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi minuman teh dalam kemasan yang pertama di Indonesia dan di dunia, namun kini ada beberapa produk yang ada dalam industri ini, yaitu Frestea, Mountea, Ultra Teh Kotak, ABC Teh Kotak, TeKita dan sebagainya. Teh Botol Sosro merupakan sebuah produk teh siap saji dalam kemasan dari PT Sinar Sosro. Posisi Teh Botol Sosro dalam industri teh dalam kemasan sudah mencapai market leader dengan pangsa pasar 59,5% (TOP BRAND INDEX 2013). Posisi yang didapatkan oleh Teh Botol Sosro saat ini berkat kemampuannya dalam mengelola konsumennya dengan baik.Selain itu, citra yang baik dari Teh Botol Sosro membuat merek tersebut menjadi pilihan utama di masyarakat.Karena Teh Botol Sosro selalu mempertahankan kualitasnya. Kondisi ini dibuktikan dengan kedudukannya yang selalu berada di peringkat nomor 1 dalam Top Brand dalam 5 tahun terakhir seperti yang termuat di TOP BRAND INDEX dalam majalah Marketing. Kuatnya posisi Teh Botol Sosro dalam benak masyarakat karena
ISSN: 1410 -9875
merek tersebut terbilang sudah lama dan menjadi produk pertama dalam industri teh siap minum dalam kemasan, sehingga tingkat kepercayaan dan kesadaran
Arief Alfiandri Dan Denny Farabi
konsumen pada merek ini sudah sangat tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan adanya tagline dari Teh Botol Sosro “Setiap saat, saatnya Teh Botol Sosro”.
Tabel 1 Market Share Teh dalam Kemasan Siap Minum Tahun 2009-2013 Market Share (%) No Merek 2009 2010 2011 2012 2013 1 Teh Botol Sosro 62,5 51,8 59,5 49,6 59,5 2 Fruit Tea 12,5 12,9 5,8 6,4 3,9 3 Frestea 9,8 14,8 10,7 14,4 10,4 4 Ultra Teh Kotak 4,7 5,2 4,0 5,9 4,8 5 ABC Teh Kotak 4,5 4,6 4,4 4,5 6 Mountea 7,7 8,3 5,0 7 TeKita 3,8 3,8 8 Teh Gelas 4,3 Sumber :Majalah Marketing (Top Brand Index) 2009-2013 Posisi Teh Botol Sosro mengalami banyak tantangan dari para pesaingnya. Sekalipun pesaingnya merupakan merekmerek baru namun tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kesadaran konsumen dengan merek pesaing mulai meningkat. Hal tersebut diperkuat dengan manfaat inti yang ditawarkan pada produk ini sama, harga yang ditetapkan pun sangat kompetitif, dan kegiatan promosi yang gencar dari kompetitor. Meskipun Teh Botol Sosro dinyatakan sebagai merek peraih Top Brand selama beberapa tahun berturut-turut dan berhasil menguasai pangsa pasar terbesar untuk kategori ready to drink tea, namun berdasarkan tabel tersebut terlihat naik turunnya market share dari tahun 2009-2013. Hal ini mengindikasikan beberapa konsumen Teh Botol Sosro mulai berpindah ke merek yang lain.
KERANGKA TEORITIS PENGEMBANGAN HIPOTESIS Brand Trust
DAN
Brand (merek) merupakan salah salah satu bagian terpenting dari suatu produk. Merek dapat menjadi suatu nilai tambah bagi produk, baik itu produk yang berupa barang maupun jasa. Definisi brand menurut Kotler dan Keller (2012, 263) “Brand as a name, term, sign, symbol, or design or a combination of them, intended to identify the goods or services of one seller or group of seller and to differentiate them from those of competitors”. Sebagai contoh, Apabila terdapat 2 (dua) buah botol air mineral yang diisi dengan jenis air yang sama baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, maka air yang diberi merek akan lebih dianggap bernilai, lebih bagus dan lebih berkualitas dibandingkan dengan air yang tidak diberi merek. Hal tersebut menjelaskan bahwa merek
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
merupakan identitas dari suatu produk yang dapat menarik konsumen. Merek sebagai identitas dari suatu produk dapat menimbulkan kepercayaan. Dan kepercayaan akan membuat konsumen merasa terikat terhadap suatu produk. Berikut adalah beberapa definisi tentang brand trust : Menurut Chaudhuri dan Holbrook (2001, 81-93) mendefinisikan “Brand trust as the willingness of the average consumer to rely on the ability of the brand to perform its stated function”. Menurut Doney dan Cannon (1997, 35-51) dalam Kabadayi dan KoÇak Alan (2012), “If companies provide beliefs of safety, honesty and reliability about their brands to consumers, brand trust will be generated subsequently”. Menurut yang diungkapkan oleh Ashley dan Leonard (2009, 212-220) dalam Anber Abraheem Shlash Mohammad (2012), “consumers, develop trust in a brand based on positive beliefs regarding their expectation for the behaviour of the organization and the performance of products a brand represents”. Dimensi dari brand trust dalam penelitian ini menurut Anber Abraheem Shlash Mohammad (2012), yaitu: 1. Trust Brand 2. Rely on Brand 3. Safe 4. Honest Brand 5. Meets Consumer Expectation Perceived Value Pemasar harus mampu memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan pasar. Kebutuhan
4
November 2013
dan keinginan akan menjadi permintaan apabila didukung oleh kemampuan konsumen untuk melakukan pembelian. Agar pembelian suatu produk dapat memuaskan, produk yang ditawarkan harus memberikan manfaat yang bernilai bagi konsumen. Definisi customer perceived value menurut Kotler dan Keller (2012, 147), “Is the difference between the prospective customer’s evaluation of all the benefits and all the costs of an offering and the perceived alternatives”. Definisi perceived value menurut Zeithaml (1988, 2-22) “as the judgment or evaluation made by the customer of the comparison between the advantage of, or the utility obtained from, a product, service or relationship and the perceived sacrifices or costs”. Menurut Anderson dan Srinivasan (2003, 123-138) “State that when the perceived value decrease, customers tend to buy competitive products in order to increase their perceived value, the less the perceived value, the less the loyalty”. Dimensi dari perceived value dalam penelitian ini menurut Anber Abraheem Shlash Mohammad (2012), yaitu: 1. Worthy 2. Reasonably price 3. Offers value of the money 4. Good product for the price Brand Image Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui atau
ISSN: 1410 -9875
tentang perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itulah perusahaan yang sama belum tentu memiliki citra yang sama pula dihadapan orang. Citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting. Contoh: keputusan untuk membeli suatu barang, keputusan untuk menentukan tempat bermalam, keputusan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman, pengambilan kursus, sekolah, dan lain-lain. Citra yang baik akan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan, sedangkan citra yang buruk melahirkan dampak negatif dan melemahkan kemampuan perusahaan dalam persaingan. Citra merek merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalam benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen. Konsumen lebih sering membeli produk dengan merek yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan halhal yang sudah dikenal, adanya asumsi bahwa merek terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang tidak diragukan, sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering dipilih konsumen daripada merek yang tidak.
Arief Alfiandri Dan Denny Farabi
Menurut Davis (2000, 21) brand image “the stronger the brand image and the more opportunities for brand growth”. Menurut Keller (2013, 72) brand image adalah “consumers perceptions about a brand, as reflected by the brand associations held in consumer memory”. Menurut Peter dan Olson (2002, 47) brand image adalah “is defined as consumer perceptions and preferences on the brand, as reflected by a variety of brand association that exists in consumer memory”. Dimensi brand image dalam penelitian ini menurut Kurniawan dan Haryanto (2011), yaitu: 1. Famous brand 2. Quality product 3. The best product Brand Loyalty “Brand loyalty is the commitment of the customer to buy a product in a durable manner in the future” (Liu 2007, 19-35). Seperti yang telah diberitahukan sebelumnya, hasil yang di harapkan dari kepercayaan merek adalah didapatkannya loyalitas. Loyalitas inilah yang dapat membuat konsumen mengambil keputusan untuk melakukan pembelian ulang pada waktu yang akan datang dan memberitahukan pada orang lain atas kinerja produk atau jasa yang dirasakan. Berikut adalah beberapa definisi brand loyality menurut para ahli : Menurut Kotler dan Keller (2012, 242) “Brand loyalty provides predictability and security of demand for the firm and it creates barriers to entry that make it
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
difficult for other firms to enter the market”. Menurut O’Malley (1988, 49) brand loyalty “Suggest that behavioral measure of loyalty provide us with a more realistic image about how brand works in comparison with those of competitors”. Menurut Schiffman and Kanuk (2010, 235), “Brand loyalty is a synergy among such attitudinal components as perceived product superiority, customer satisfaction, and the purchase behavior itself”. Dimensi brand loyalty dalam penelitian ini menurut Anber Abraheem Shlash Mohammad (2012), yaitu: 1. Buy the brand in the near future 2. Buy other products of the brand
November 2013
3. The brand is the first choice in the category 4. Buy the same brand 5. Continue to be loyal consumer of the brand 6. Willing to pay a price premium over competing products to be able to purchase the brand again 7. Only consider purchasing the brand 8. Say positive things about the brand to other people 9. Recommended the brand to someone who seeks the advice 10. Intend to recommend this brand to other people 11. Consider this brand is first choice in the next few years 12. Good value for money
MODELPENELITIAN H1
Brand Trust
Perceived Value
H2
Brand Loyalty
H3
Brand Image H4
Gambar 1 Model Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Terdapat pengaruh brand Ha1: trust terhadap brand loyalty pada Teh Botol Sosro Terdapat pengaruh Ha2: perceived value terhadap brand loyalty pada Teh Botol Sosro
6
Ha3:
Ha4:
Terdapat pengaruh brand image terhadap brand loyalty pada Teh Botol Sosro Terdapat pengaruh brand trust, perceived value, dan brand image secara bersamasama terhadap brand loyalty pada Teh Botol Sosro
ISSN: 1410 -9875
Arief Alfiandri Dan Denny Farabi
METODA PENELITIAN Objek Penelitian Rancangan Penelitian Objek dalam penelitian ini Metode penelitian adalah adalah merek teh siap minum metode yang digunakan untuk dalam kemasan yang dikeluarkan mengumpulkan, mengolah, dan oleh PT. Sinar Sosro. Dalam menganalisa data, dilakukan penelitian ini metode pengumpulan dengan cara ilmiah yang bertujuan data yang digunakan adalah untuk memecahkan masalah kuesioner. Dengan respondennya penelitian. Metode yang digunakan adalah orang yang memilih, dalam penelitian ini adalah membeli dan mengkonsumsi Teh deskriptif dan kausalitas. Penelitian Botol Sosro. deskriptif menurut Sekaran dan Variabel dan Pengukurannya Bougie (2013, 97) “Descriptive Skala yang digunakan dalam studies are often design to collect penelitian ini adalah skala likert. data that describe characteristics Menurut Sekaran dan Bougie (2013, of persons, events, or situations”. 220) “The likert scale is designed Penelitian deskriptif dalam to examine how strongly subjects penelitian ini adalah untuk agree or disagree with statements menggambarkan karakteristik on a five point scale”. Dalam responden penelitian yang terdiri penelitian ini, pengukurannya dari usia dan frekuensi pembelian diberi tanda: dalam satu bulan. 1. Angka 1 : Sangat Tidak Setuju Penelitian kausalitas 2. Angka 2 : Tidak Setuju menurut Sekaran dan Bougie (2013, 3. Angka 3 : Cukup setuju 98) “Delineating one or more 4. Angka 4 : Setuju factors that are causing the 5. Angka 5 : Sangat Setuju problem”. Penelitian kausal dari Berikut adalah tabel variabel dan penelitian ini adalah untuk pengukurannya: mengidentifikasi pengaruh brand trust, perceived value, dan brand image terhadap brand loyalty pada merek Teh Botol Sosro. Tabel 2 Variabel dan pengukurannya Skala Pengukuran Variabel Indikator Brand Trust 1. Trust brand Likert 2. Rely on brand 3. Safe 4. Honest brand 5. Meets consumer expectations Perceive Value 1. Worthy Likert 2. Reasonably price 3. Offers value of the money 4. Good Product for the price Brand Image 1. Famous brand Likert 2. Quality product
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Brand Loyalty
3. The best product 1. Buy the brand in the near future 2. Buy other products of the brand 3. The brand is the first choice in the category 4. Buy the same brand 5. Continue to be loyal consumer of the brand 6. Willing to pay a price premium over competing products to be able to purchase the brand again 7. Only consider purchasing the brand 8. Say positive things about the brand to other people 9. Recommend the brand to someone who seeks the advice 10. Intend to recommend this brand to other people 11. Consider this brand is first choice in the next few years 12. Good value for money
November 2013
Likert
Sumber: Anber Abraheem Shlash Mohammad (2012) dan Kurniawan dan Haryanto (2011) Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh datadata yang relevan pada penelitian ini maka digunakan sumber-sumber data, antara lain: 1. Data primer merupakan sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menurut Sekaran dan Bougie (2013, 113) “Primary data refer information obtained first-hand by the researcher on the variables of interest for the specific purpose of the study”. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada konsumen yang memilih, membeli, dan mengkonsumsi Teh Botol Sosro.
8
Tempat penyebaran pertama di Pusat Wisata Kuliner Laksa di Cikokol Tangerang, tempat tersebut merupakan tempat wisata kuliner khas Tangerang, letaknya yang dekat dengan jalan protokol dan dekat dekat tempat hiburan, sekolah, dan perkantoran membuat tempat ini tidak pernah sepi. Dan tempat penyebaran kedua adalah Pusat Wisata Kuliner Pasar Lama, di tempat tersebut terdapat banyak tempat makanan, pertokoan, dan menjadi pusat kegiatan warga Tangerang, letaknya yang strategis karena berada di pusat Kota Tangerang dan dekat dengan stasiun membuat tempat ini selalu
ISSN: 1410 -9875
ramai dikunjungi dari pagi hingga malam. 2. Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menurut Sekaran dan Bougie (2013, 116) “Secondary data refer to information gathered by someone other than the researcher conducting the current study”. Pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jurnal penelitian, situs internet, majalah, dan buku perpustakaan. Teknik Pengambilan Sampel Prosedur penarikan sampel dilakukan secara non-probability sampling. Non-probability sampling menurut Sekaran dan Bougie (2013, 252) “The elements in the population do not have any probabilities attached to their being chosen as sample subjects”. Sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience sampling menurut Sekaran dan Bougie (2013, 252), yaitu “The collection of information from members of the population who are conveniently available to provide it”. Teknik Penentuan Sampel Adapun dalam menentukan jumlah minimum anggota sampel dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu: N n = 1 + Ne2 Dimana: n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena
Arief Alfiandri Dan Denny Farabi
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan Pada penelitian ini, peneliti melakukan perkiraan perhitungan jumlah populasi mulai dari 28 Juni 2013 sampai 4 Juli 2013. Berdasarkan data didapat bahwa selama seminggu angka penjualan Teh Botol Sosro di Pusat Wisata Kuliner Laksa Cikokol dan Pusat Wisata Kuliner Pasar Lama Tangerang sebanyak 2112 botol, asumsi dalam sehari selama 4 jam Teh Botol Sosro yang terjual sebanyak 384 botol (akhir pekan) dan 240 botol (hari kerja). Angka ini selanjutnya dikalikan dengan 52 minggu untuk mengetahui kisaran jumlah pembeli dalam 1 tahun, yaitu 109.824 pembeli. Penghitungan ukuran sampel dalam penelitian ini adalah : n = 109.824 = 99,9 1 + 109.824 (0,1)2 Dari hasil penghitungan diatas, maka ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 99,9 responden dibulatkan menjadi 100 reponden. Penyebaran kuesioner dimulai di Pusat Wisata Kuliner Laksa Cikokol pada hari Jumat, 5 Juli 2013 dengan memperoleh 12 responden, Sabtu 16 responden, dan Minggu 21 responden. Setelah itu dilakukan pre-test dan memperoleh data yang normal, valid, dan reliabel. Penyebaran kuesioner dilanjutkan ditempat yang sama pada hari Rabu, 10 Juli 2013 dengan memperoleh 13 responden dan Kamis 17 responden. Dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner di Pusat Kuliner Pasar Lama Tangerang pada hari Jumat 19 responden, Sabtu 23 responden dan
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Minggu 31 reponden. Total kuesioner yang didapat berjumlah 152 kuesioner, namun yang digunakan dalam penelitian ini hanya 100 kuesioner karena kuesioner lainnya tidak memenuhi kriteria penelitian. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah: 1. Responden yang memilih Teh Botol Sosro
2. 3. 4. 5.
November 2013
Responden yang membeli Teh Botol Sosro Responden yang mengkonsumsi Teh Botol Sosro Responden yang berusia 17 tahun sampai 55 tahun Responden yang membeli dan mengkonsumsi Teh Botol Sosro minimal 5 kali dalam sebulan
HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Tabel 3 Sampel Keterangan Jumlah kuesioner yang disebar di tempat pertama periode I (5- 7 Juli 2013) Jumlah kuesioner yang disebar di tempat pertama periode II (10-11 Juli 2013) Jumlah kuesioner yang disebar di tempat kedua (12-14 Juli 2013) Total jumlah kuesioner yang disebar Jumlah kuesioner yang tidak memenuhi kriteria Jumlah sampel yang dapat digunakan sebagai data penelitian menggunakan rumus Slovin (dibulatkan menjadi:100)
Jumlah 49 30 73 152
52 99,9
Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Valid Frequency Percent Cummulative Percent Percent Valid 17-26 tahun 72 72.0 72.0 72.0 27-36 tahun 15 15.0 15.0 15.0 37-46 tahun 9 9.0 9.0 9.0 47-55 tahun 4 4.0 4.0 4.0 Total 100 100.0 100.0 Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS Analisa Regresi Tabel 4 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) Hipotesis 1 Model R R square 1 0,580 0,336 Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS
10
ISSN: 1410 -9875
Model
Arief Alfiandri Dan Denny Farabi
Tabel 5 Coefficients Hipotesis 1 Unstandardized Coefficients B 24,775
t
Sig.
1 (Constant) BT 1,072 7,041 0,000 Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS Tabel 6 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2)Hipotesis 2 Model R R Square 1 0,529 0,280 Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS
Model
Tabel 7 Coefficients Hipotesis 2 Unstandardized Coefficients B 22,829
t
Sig.
1 (Constant) PV 1,373 6,171 0,000 Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) Hipotesis 3 Model R R Square 1 0,556 0,309 Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS
Model
Tabel 9 Coefficients Hipotesis 3 Unstandardized Coefficients B 26,333
t
Sig.
1 (Constant) BI 1,670 6,627 0,000 Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Tabel 10 Hasil Uji Koefisien korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Hipotesis 4 Adjusted R Model R Square 1
0,697
0,469
Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS
Model
1
Tabel 11 Hasil Uji Regresi Berganda Unstandardized Coefficients B Constant 12,246 BT 0,645 PV 0,684 BI
0,778
Sumber: Hasil kuesioner yang telah diolah dengan program SPSS
PENUTUP Setelah dilakukan penelitian yang menguji keempat hipotesis yang diajukan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan atas keempat hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis ke-1 menunjukan bahwa terdapat pengaruh brand trust terhadap brand loyalty pada merek Teh Botol Sosro 2. Hasil pengujian hipotesis ke-2 menunjukan bahwa terdapat pengaruh perceive value terhadap brand loyalty pada merek Teh Botol Sosro 3. Hasil pengujian hipotesis ke-3 menunjukan bahwa terdapat pengaruh brand image terhadap brand loyalty pada merek Teh Botol Sosro 4. Hasil pengujian hipotesis ke-4 menunjukan bahwa terdapat
12
pengaruh brand trust, perceive value, dan brand image secara bersama-sama terhadap brand loyalty pada merek Teh Botol Sosro Dalam penelitian ini terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan penelitian, berikut ini adalah keterbatasan yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya: Dalam penelitian ini hanya terdapat 3 variabel independen yaitu brand trust, perceive value, dan brand image, sehingga masih ada variabel independen lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap brand loyalty namun tidak diteliti dalam penelitian ini. Sampel penelitian ini hanya terbatas pada 100 sampel dan satu merek saja, yaitu Teh Botol Sosro, sehingga hasil penelitian ini belum tentu dapat diaplikasikan pada merek lain.
ISSN: 1410 -9875
Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka penelitian ini hanya terbatas pada ruang lingkup Kota Tangerang. Adapun saran yang dapat peneliti berikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, sehinga dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. Bagi peneliti yang selanjutnya memilih
Arief Alfiandri Dan Denny Farabi
topik yang sama sebaiknya menambah variabel-variabel lain karena masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi brand loyalty. Penelitian selanjutnya agar dapat menambah jumlah sampel. Disarankan pada penelitian selanjutnya agar tidak hanya meneliti Teh Botol Sosro tapi juga merek-merek lainnya.
DAFTAR REFERENSI Gujarati, Damodar, N. 2009. Basic Econometrics. 5th edition. New York: The Mc Graw-Hill Companies. Hair, Joseph F., Roph E. Anderson, Ronald,L., Tathan, William, C. Black.2010. Multiriate Data Analysis. Pearson Pretience Hall Hui Fang Yui, Min Chiu Chao, Wang T.G Eric “Understanding customers' satisfaction and repurchase intentions: An integration of IS success model, trust, and justice” Journal Of Marketing, Pp20-30.2011 Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 14th. Global Edition Person. Kotler, Philip, “Marketing Management Internasional Edition”, The Millenium Edition, South Western Publishing, 2003 Morgan, Robert M. And Shelby D.Hunt. The Commitment.”Trust Theory of Relationship Marketing”.Journal Of Marketing, Pp20-30.1994 Rofiq Ainur, Pengaruh Dimensi Keperayaan (Trust) Terhadap Partisipasi Pelanggan E-Commerce Schiffman, Leon and Kanuk, Leslie Lazar.2008. New jersey: Prentice hall Consumer Behaviour. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business. John Willey & Sons Ltd. Sugiyono, prof Dr.2009 Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistik 19. Penerbit PT Elex Media Komputindo Walter, et al. 2002. Delivering Relationship Value: Key Determinant For Customers’ Commitment. Study of Business Markets Zeithaml, Valeria A, Mary Jo Bitner, “ Service Marketing”. International edition, second edition, the Mc Graw Hill.Co.inc, 2000 http://www.BCGrepot.com http://www.internetwordstats.com http://www.irwancahyo15.wordpress.com
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
14
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 15-26
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
EFFECT OF BRAND AWARENESS, PERCEIVED QUALITY, BRAND DIFFERENTIATION AND BRAND TRUST TO BRAND IMAGE DENNY SEPTA HARYANTI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The competition on service delivery logistic at nowdays is getting thigh even local and foreign company they’ve compete each other. As logistic service company they’ve distribute their service as their main service, With maintain good service and keep the customers trust. A good image from a logistic service company will shown the quality and give something difference to their customers. The purpose of this research is to known the influence of Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, and Brand Trust to Brand Image. The Object of this research is TIKI and as one of the biggest logistic service company in Indonesia they have to improve their service quality and built the customers confidence. The research method used on this research is the descriptive and causal research in which variables are measured with likert scale. The data collection technical of primary data is by distributing questioners. The method for analysis data is multiple regressions. The result showed that the independent variables Brand Awareness have a positive correlation to Brand Relationship and Perceived Quality have a positive correlation to Brand Image, Brand Differentiation have a negative correlation and Brand Trust have a negative correlation. Keywords: Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, Brand Trust, Brand Image Abstrak: Persaingan dalam pelayanan logistik saat ini semakin tinggi bahkan persaingan juga terjadi antar perusahaan lokal maupun asing. Perusahaan logistik mendistribusikan jasa utama mereka dengan memelihara pelayanan yang baik dan menjaga kepercayaan konsumen. Image yang baik dari perusahaan pelayanan logistik akan menunjukan kualitas yang membedakan perusahaan tersebut di mata konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, dan Brand Trust terhadap Brand Image. Objek penelitian adalah TIKI sebagai salah satu perusahaan pelayanan logistik terbesar di Indonesia yang telah meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan kenyamanan terhadap konsumennya. Metode penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif dan metode kausal dimana variabel-variabel penelitian diukur dengan skala likert. Data yang digunakan merupakan data primer dimana data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner. Data
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
dianalisa dengan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel independen Brand Awareness dan Perceived Quality memiliki korelasi positif terhadap Brand Image sedangkan Brand Differentiation dan Brand Trust memiliki korelasi negatif. Kata Kunci:
Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, Brand Trust, Brand Image
PENDAHULUAN Kehadiran jasa pengiriman barang tersebut tentu berguna untuk menghemat waktu masyarakat kota jakarta yang padat dan melelahkan, keadaan tersebut tentu membuat efektifitas mereka menurun dan kemudian mempercayakan barang mereka untuk dititipkan kepada jasa pengiriman untuk kemudian dikirim melalu kurir mereka. Seiring dengan meningkatnya perekonomian di indonesia pada tahun 2011 yang mencapai 6,5% meningkat sebesar 0,4% dibandingkan dengan diperiode yang sama tahun 2010 sebesar 6,1% dengan PDB tahun 2010 sekitar Rp (BPS, Desember 6.422,9 Triliun 2011) banyak yang memprediksi bahwa penggunaan jasa ekspedisi akan semakin meningkat. Tandatanda ini sudah mulai dilihat para pelaku bisnis karena adanya pertumbuhan penggunaan jasa ini di Indonesia di tiap tahunnya. Berikut market kiriman ekspress barang dan dokumen di Indonesia selama 3 tahun terakhir dimana tingkat pertumbuhan industri ini mengalami peningkatan sebesar 10% per tahunnya. Berdasarkan data data tersebut dimana setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sebesar 10%, Jasa pengiriman ekspress memiliki prospek yang
16
menjanjikan. Banyak pelaku usaha membuat jasa pengiriman barang baik antar kota maupun antar wilayah, dengan keunggulan yang ditawarkan masing masing produsen. Peluang yang tersedia membuat pelaku bisnis jasa pengiriman barang tanggap dengan cepat bahwa peluang untuk bisnis pengiriman barang ini mempunyai prospek cerah kedepannya. Saat ini, persaingan antar pelaku usaha dibidang jasa pengiriman barang ini memang sangat ketat, mulai dari pengusaha lokal maupun luar negeri bersaing untuk menjadi yang terdepan. Berbagai layanan ditawarkan untuk memuaskan pelanggan dari perang harga bahkan jenis pengiriman. . Merek akan meningkatkan brand image kepada pelanggan untuk menjaga kesetiaan dan kenyamanan pelanggan agar tetap menggunakan merek tersebut. Relasi yang terjalin baik antar merek dengan pelanggan pada akhirnya tidak hanya membuat pelangga setia dengan suatu merek tetapi akan membuat pelanggan selalu senang dengan suatu merek sehingga merek juga mempunyai kesempatan mendapatkan pelanggan baru apabila dapat membangun relasi yang baik. Pelanggan yang puas akan pelayanan suatu merek dan iklan yang disampaikan akan membagi pengalaman tersebut kepada
ISSN: 1410 -9875
banyak orang. Apabila banyak konsumen dari suatu merek masuk dalam kategori ini berarti merek tersebut memiliki brand image yang tinggi. Iklan memiliki pengaruh besar untuk membangun brand image, tidak hanya dengan hubungan langsung antara suatu merek dengan pelanggan, komunikasi dalam iklan menjadi sesuatu yang penting untuk menjaga relasi dengan pelanggan. Pelanggan yang puas dengan suatu merek akan mempengaruhi keputusannya dimasa yang akan datang. Sebaliknya jika relasi keduanya buruk akibat penyampaian pesan yang buruk pelanggan tidak akan menggunakan suatu merek. Ketatnya persaingan di industri ini mendorong para produsen untuk berlomba-lomba mempertahankan loyalitas pelanggan yang sudah ada dan kesadaran pelanggan untuk terus menggunakan merek mereka. Iklan dan berbagai promosi dari suatu merek dapat membuat pelanggan tetap sadar akan keberadaan suatu merek dan membuat merek tersebut tetap eksis. (Kottler & Keller 2012:504) mengungkapkan bahwa brand awareness is consumer ability to recognize or recall the brand within category, in sufficient detail to make a purchase. Suatu ukuran kemampuan pelanggan mengenali kembali suatu merek. Ukuran ini mampu memberi gambaran tentang mungkin tidaknya pelanggan mengingat kembali merek tersebut. Perlunya membangun brand awareness karena kesadaran tinggi pelanggan akan menjaga dan mengingat kembali suatu merek
Denny Septa Haryanti
akan memungkinkan terjadinya intensitas pembelian konsumen dan dapat menarik minat pembelian pelanggan baru. Namun sebaliknya, apabila brand awareness tidak terbangun akan memungkinkan pelanggan berpaling ke produk pesaing yang menarik minatnya. Pelanggan yang memiliki tingkat kesadaran tinggi akan suatu merek pada umumnya akan selalu menggunakan merek tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternatif merek yang diberikan oleh pesaing. Semakin tinggi tingkat kesadaran pelanggan menggunakan merek tersebut, maka ancaman dari merek pesaing dapat dengan mudah diatasi oleh perusahaan. Bila banyak konsumen dari suatu merek masuk dalam kategori ini berarti merek tersebut memiliki brand awareness yang tinggi. Brand Awareness timbul dari kemampuan seseorang yang merupakan calon pembeli untuk mengenali atau menyebutkan kembali suatu merek merupakan bagian dari suatu kategori produk ( Aaker, 1991: 61). Pentingnya iklan dan brand relationship berpengaruh untuk membangun dan menjaga kesadaran konsumen akan suatu merek. Iklan membutuhkan perencanaan yang matang, karena jika salah langkah, bisa-bisa produk yang diiklankan bisa gagal dipasaran. Pada umumnya konsumen cenderung membeli produk dengan brand yang sudah dikenalnya atas dasar pertimbangan kenyamanan, keamanan dan lainlain. Berarti dapat dikatakan iklan memegang peranan penting. Bagaimanapun juga, brand yang sudah kita kenal menghindarkan kita dari resiko pemakaian dengan
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
asumsi bahwa merek yang sudah dikenal dapat diandalkan. Kondisi persaingan usaha yang ketat menuntut para pemasar membuat mereknya menjadi identik di benak konsumen agar mudah dibedakan dari merek pesaing. Suatu merek ingin selalu memberikan yang terbaik untuk pelanggannya dengan tujuan akhir agar pelanggan tetap sadar bahwa merek mereka tetap yang pertama di benak konsumen dengan menghasilkan layanan yang lebih baik dari pesaing. Inilah pentingnya Brand Differentiation yang membuat merek berbeda dengan pesaing. Merek yang berbeda dari pesaing dimana merek tersebut memberikan nilai nilai bagi pelanggan yang bermanfaat bagi mereka sehingga pelanggan merasa nyaman, yang dapat mempertahankan mereka ditengah tengah persaingan dengan merek lain. Suatu merek mempertahankan pelanggan dengan memberikan iklan sebagai bentuk informasi informasi mengenai suatu merek. Dan bila suatu merek tidak dapat memberikan sesuatu yang berbeda dari merek lainnya, maka besar kemungkinan pelanggan tidak akan lagi menggunakan merek tersebut. Keuntungan bagi suatu merek yang berhasil membangun perceived quality adalah persepsi pelanggan positif sehingga merasa kebutuhan pelanggan akan terpenuhi oleh merek tersebut. Persepsi pelanggan akan suatu merek positif didapat dari kualitas dari produk yang ditawarkan dengan suatu merek serta informasi informasi positif mengenai merek tersebut. Persepsi positif pelanggan akan suatu merek terjadi karena dipicu oleh brand image, iklan dan
18
November 2013
komunikasi positif suatu merek kepada pelanggan membuat merek tersebut dipercaya oleh pelanggan untuk digunakan. Adanya persepsi positif pelanggan terhadap kualitas yang ditawarkan suatu merek membuat mereka akan terus memilih merek tersebut untuk digunakan dan tidak terpengaruh oleh merek merek lain. Sehingga apapun yang terjadi dengan merek tersebut pelanggan akan tetap memilihnya untuk digunakan. Kepercayaan yang tinggi terhadap suatu merek oleh pelanggan akan membuat suatu merek terus digunakan dan akan menciptakan brand image yang baik. Diungkapkan bahwa kepercayaan terhadap kualitas dipengaruhi oleh merek untuk memberikan rasa nyaman, dapat diandalkan dan kejujuran untuk menunjukkan kemampuannya merupakan faktor penting dalam kepercayaan ( Morgan dan Hunt , 1994 ) . Brand trust dapat meningkatkan maupun menghancurkan hubungan suatu merek dengan konsumen ( Kotler, 2003) tergantung dari pemasar yang mengelola brand trust tersebut. Dengan terbangunnya kepercayaan merek yang tinggi maka akan menghasilkan hubungan merek yang baik. Sehingga mengurangi resiko yang dipersepsikan pelanggan sebelum melakukan keputusan pembelian. Adanya brand trust berarti suatu merek memberikan sesuai dengan apa yang dijanjikan. Hal inilah yang membuat konsumen terikat untuk menggunakan produk suatu merek. Oleh karena itu, merek yang mengelola brand trust dengan baik maka akan menghasilkan brand image yang baik.
ISSN: 1410 -9875
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Brand Awareness Brand Awareness merupakan kemampuan konsumen dalam mengingat suatu merek tertentu. Semakin tingginya tingkat kesadaran konsumen akan suatu merek, maka merek tersebut akan selalu berada di benak konsumen. Apabila sebuah perusahaan bisa menciptakan sebuah merek dengan tingkat awareness yang tinggi, maka pelanggan tidak akan berpaling ke merek yang lain karena kesadaran mereka akan meningkat terhadap suatu merek, Aaker (1991). Menurut Kotler dan Pfoertsch (2006, 183) menyebutkan brand awareness sebagai ” Brand Awareness consist of brand recognition which can be defined as the “customer’s ability to confirm prior exposure to the brand when given a brand as a cue”. Kemampuan suatu pelanggan mengkonfirmasi merek ketika diberikan sebuah merek sebagai petunjuk. Dengan demikian perusahaan dapat mengurangi resiko kehilangan pelanggan apabila dapat mengelola brand awareness dengan baik. Begitu juga yang diungkapkan Aaker (1991, 61) yang mendefinisikan brand awareness sebagai “brand awareness is the ability of a potential buyer to recognize or recall that a brand is a member of certain product category”. Brand awareness kemampuan calon pelanggan untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek yang merupakan bagian kategori produk.
Denny Septa Haryanti
Berdasarkan pendapat peneliti diatas, dapat disimpulkan bahwa brand awareness merupakan kemampuan suatu merek sehingga pelanggan dapat mengingat dan mengenali keberadaan merek tersebut. Brand Differentiation Brand differentiation merupakan psikologis dan sisi emosional dari pelanggan terhadap perbedaan yang ditawarkan oleh suatu merek dengan merek pesaing. Dengan nila nilai yang ditawarkan oleh perusahaan terhadap pelanggan, akan membuat pelanggan merasa mendapatkan manfaat lain bukan hanya keuntungan setelah menggunakan produk tersebut. Sehingga dengan adanya diferensiasi merek, relasi yang terjalin antara merek dengan pelanggan akan baik. Menurut Shimp (2007, 366) pengertian brand differentiation adalah “although commercial for new brands and those with new feature are more persuasive on average, advertising for established brands also can be very persuasive”. Pada penelitian Terence A. Shimp diungkapkan bahwa pendekatan secara halus untuk meyakinkan pelanggan dapat dilakukan dengan iklan meskipun merek pesaing juga menampilan fitur fitur baru untuk menampilkan sesuatu yang berbeda. Hooley, Piercy dan Nicoulaud (2008, 316 ) menyebutkan brand differentiation sebagai “brand positioning place the customer at the center of building a maintanable hold on the marketplace”. Brand differentiation diungkapkan bahwa
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
pelanggan ditempatkan ditengah tengah pasar untuk dijadikan pegangan utama dalam membangun suatu merek. Perusahaan mempercayakan pelanggan untuk terus mempertahankan eksistensi merek dengan persepsi positif atas merek dengan menempatkan pelanggan ditengah tengah pasar, hal tersebut dapat menjadi kekuatan merek untuk berbeda dengan merek lain. Berdasarkan studi literature dapat disimpulkan bahwa Brand Differentiation sebagai perbedaan suatu merek dalam menunjukan nilai nilai dasar dari atribut suatu merek kepada pelanggan, Sehingga pelanggan memiliki pengalaman yang berbeda dibandingkan merek pesaing. Perceived Quality Perceived quality menjadi satu hal yang ingin dicapai oleh setiap pemasar karena pelanggan akan merasa puas apabila kebutuhan mereka dapat dipenuhi oleh produk yang ditawarkan oleh suatu merek. Sehingga pelanggan akan merasa yakin dengan kualitas suatu merek dan persepsi mereka kedepannya akan merek tersebut akan baik dan mempengaruhi relasi yang baik kedepannya. Penelitian mengenai perceived quality menurut Schiffman dan Kanuk (2010, 195) adalah “consumer often judge the quality of a product or service on the basis of a of informational cues that they associate with the product”. Perceived quality diperoleh dari persepsi pelanggan mengenai kualitas dari jasa atau produk. Informasi yang didapat mengenai suatu merek akan membuat pikiran pelanggan merasa
20
November 2013
dipengaruhi. Terdapat hal lain yang mempengaruhi persepsi pelanggan berupa harga, image suatu merek dan pesan pesan dalam promosi suatu merek. Persepsi pelanggan dari pelayanan yang baik dan tingkat kepuasaan pelanggan yang tinggi membawa suatu merek ke tingkat yang lebih tinggi untuk membuat pelanggan tertarik untuk menkonsumsi produk atau jasa suatu merek dan bahkan melakukan pembelian berulang. Brand Trust Brand Trust merupakan suatu tingkat kepercayaan pelanggan akan suatu produk atau jasa. Kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek timbul karena telah menggunakannya dimasa lalu atau karena eksistensi merek di suatu industri yang diikutinya. Kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek dikarenakan pengalaman dimasa lalu dan interaksi sebelumnya, Dan karena perkembangan dari waktu ke waktu pelanggan dapat mempercayai kualitas dari suatu merek baik atau tidak. Saat pengalaman konsumen dengan sebuah merek sangat sedikit yang mereka andalkan dalam keputusan pembelian adalah kepercayaan mereka terhadap perusahaan dan bagaimana posisi brand tersebut di mata konsumen lain. Sehingga sangat penting bagi sebuah merek untuk konsisten membangun relasi yang baik serta membentuk word of mouth yang positif. Menurut Morgan dan Hunt (1994) Brand trust didefinisikan “confidence that a consumer can rely on the brand implies the
ISSN: 1410 -9875
behavioural intention to rely”. Brand trust diungkapkan bahwa kepercayaan terhadap kualitas dipengaruhi oleh merek untuk memberikan rasa nyaman, dapat diandalkan dan kejujuran untuk menunjukkan kemampuannya merupakan faktor penting dalam kepercayaan. Kepercayaan terhadap suatu merek dapat membuat pelanggan terus mengandalkan merek tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Brand trust menurut Chaudhuri dan Holbrook (2001) didefinisikan sebagai “The willingness of the average consumer to rely on the ability of the brand to perform its stated function”. Brand trust timbul dikarenakan kepercayaan pelanggan dimasa lalu yang berpendapat bahwa suatu merek menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan apa yang disampaikan. Sehingga menimbulkan keyakinan untuk menggunakan merek tersebut. Berdasarkan studi literature diatas brand trust dapat disimpulkan sebagai kepercayaan yang diberikan konsumen untuk sebuah merek, yang terbentuk karena pengalaman konsumen menggunakan merek tersebut di masa lalu yang membuat konsumen puas serta dapat memelihara hubungan yang lebih baik. Brand Image Brand image merupakan relasi suatu merek dengan pelanggan, hubungan yang harmonis suatu merek terhadap
Denny Septa Haryanti
pelanggan akan berdampak terhadap kesetiaan pelanggan. Relasi yang baik timbul karena komunikasi yang positif. Hubungan suatu merek dengan pelanggan seperti semua orang, dimana hubungan merek didasarkan kepada kepercayaan, pemenuhan janji – janji. Merek akan memberikan fitur dan nilai nilai kepada pelanggan. Menurut Duncan dan Mckenna (2005, 83) menyebutkan bahwa brand image didefinisikan sebagai ”a successful brand is nothing more than a special image”. Perusahaan melalui pemasar menyampaikan informasi informasi mengenai merek, untuk membangun relasi positif kepada pelanggan. Informasi yang disampaikan untuk menjelaskan kepada pelanggan bagaimana suatu merek dapat memenuhi janji janji yang ditawarkan, sehingga pada akhirnya merek dengan pelanggan saling terkait satu sama lain. Pendapat lain juga dikemukakan Keller & Fournier (2003, 471) yang menyatakan bahwa brand image sebagai “brand personality not as a set of interpersonal attributes, but as the relationship role enacted by the brand its partnership with customer”. Berdasarkan studi literature diatas dapat disimpulkan bahwa Brand image sebagai hubungan suatu merek dengan pelanggan untuk membangun citra yang positif dari merek tersebut, dan akhirnya menciptakan loyalitas pelanggan untuk mengkonsumsi produk atau jasa dari merek tersebut.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Metode Penelitian Brand Awareness (X1) Perceived Quality (X2)
Brand Image (X5)
Brand Differentiation (X3)
Brand Trust (X4)
METODA PENELITIAN Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, responden dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel yang bersifat nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sample yang tidak memberi peluang / kesempatan yang sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009:120). Peneliti menggunakan Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009: 122).
22
Dalam penelitian ini, jumlah responden yang penulis gunakan adalah sebanyak 150 responden, dimana jumlah tersebut dirasa cukup untuk mewakili populasi. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah Hair (2006 : 741) dimana tidak terdapat cukup sampel yang benar sehingga diajukan ukuran sampel yang digunakan adalah 100-200 sampel. Responden dalam penelitian ini memiliki criteria antara lain pernah menggunakan, menggunakan untuk keperluan pribadi dan bukan pelajar.
ISSN: 1410 -9875
Denny Septa Haryanti
HASIL PENELITIAN Pengujian Hipotesis Tabel 1 Uji F Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
12.474
4
3.118
Residual
762.259
145
5.257
Total
774.733
149
F
Sig. .593
.668
Sumber: Data kuesioner yang diolah dengan program SPSS
Sig = 0.668> Alpha 0.05 Berdasarkan Tabel 4.28 diatas dapat dilihat bahwa brand awareness (X1), perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) memiliki tingkat signifikan sebesar 0.668 , oleh karena tingkat signifikan
diatas 0.05 maka brand awareness (X1), perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brandtrust (X4) tidak memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap brand image (Y)
Tabel 2 Uji t Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Error
B (Constant)
Standardized Coefficients
-1.279
3.023
ba_ttl
.074
.081
pq_ttl
.053
bd_ttl bt_ttl
Beta
t
Sig.
-.423
.673
.079
.918
.360
.082
.055
.648
.518
.093
.128
.060
.726
.469
.013
.042
.025
.301
.764
Sumber: Data kuesioner yang diolah dengan program SPSS
Persamaan regresi berganda pada table diatas adalah sebagai berikut : Y=a+bX1+bX2+bX3+bX4+e Y=1.279+ 0.074X1 + 0.053X2 + 0.093X3 + 0.013X4 + e Keterangan : 1. Nilai konstanta sebesar 1.279 artinya jika brand awareness (X1), perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) adalah 0, maka nilai brand image (Y) yang dihasilkan sebesar 1.279.
2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai brand awareness (X1) akan meningkatkan brand image (Y) sebesar 0.074 satuan, jika nilai variable perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) dianggap konstan. 3. Setiap kenaikan 1 satuan nilai perceived quality (X2) akan meningkatkan brand image (Y) sebesar 0.053 satuan, jika nilai variable brand awareness (X1), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) dianggap konstan.
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
4. Setiap kenaikan 1 satuan nilai brand differentiation (X3) akan meningkatkan brand image (Y) sebesar 0.093 satuan, jika nilai variable brand awareness (X1), perceived quality (X2), dan brand trust (X4) dianggap konstan. 5. Setiap kenaikan 1 satuan nilai brand trust (X4) akan meningkatkan brand image (Y) sebesar 0.013 satuan, jika nilai variable brand awareness (X1), perceived quality (X2), dan
November 2013
brand differentiation dianggap konstan.
(X3)
Dari gambar tabel diatas, maka dapat diketahui f hitung terletak pada daerah penerimaan Ho. Karena f hitung < f table (0.593 < 2.43), maka dapat dikatakan bahwa Ho5 diterima dan Ha5 ditolak yang artinya tidak terdapat pengaruh brand awareness(X1), perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4)secara bersama-sama terhadap brand image (Y)
REFERENSI Clow, Kenneth E., and Donald Baack. 2012. “Integrated Advertising, Promotion and Marketing Communication.” 4th Edition. Pearson International Edition. Dessler, Gary. 2011. “Human Resource Management.” 12th Edition. Global Edition. Pearson International Edition. Gujarati, Damodar N. 2009. “Basic Econometric.” 5th Edition. International Edition. Mc Graw-Hill International Edition. Hair, Joseph F., Wiliam C. Black., Barry J. Babin, Rolph E. Anderson., and L. Tatham. 2010. “Multivariate Data Analysis.” 7th Editional Pearson Prentice. Hawkins, Del I. Roger J Best., And Kenne A Coney. 2007. “Consumer Behavior : Building Marketing Strategy.” 10th Edition. McGraw-Hill Higher Education. Islami, Faizal A. 2012. Analisis Pengaruh Hard Skill, Soft Skill dan Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan PT. Bumiputera Wilayah Semarang), Program Sarjana pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis., Universitas Diponegoro Kotler, Philip., and K. Lane Keller. 2012. “Marketing Management.” 14th Edition. Pearson International Edition. Lovelock, Chistoper., and Jochen Wirtz. 2011. Service Marketing: “People, technology, startegy.” 7 th Edition. Pearson International Edition. Liu, A.H. and Leach, M.P. 2001. “Developing Loyal Customer with Value Adding Sales Force: Examining Customer Satisfaction and Perceived Credibility of Consultative Salespeople.” Journal of Personal Selling and Sales Management, Vol. 21 Murdoko, E. Widijo H. 2007. “Melayani dari Hati.” PT. Elex Media Komputindo. Palilati, A. 2007. Pengaruh Nilai Pelanggan, Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan Di Sulawesi Selatan. Dosen Fakultas
24
ISSN: 1410 -9875
Denny Septa Haryanti
Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 9 No. 1 Maret : 73-8. Prameswari, Nanda Putri., dan Sri Rahayu Tri Astuti SE.,MM., 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen pada ansuransi prudential di kota semarang. Diponegoro University Institutional Repository. Fokus Ekonomi Vol. 6 No. 2 Desember. Rentz, Joseph O., C. David Shepherd., Armen Tashchian., Pratibhan A. Dabholkar and Robert T. Ladd. 2002. ”A Measuren of Selling Skill: Scale Development and Validation”. Journal of Personal Selling and Sales Management, Vol. XXII (1), Winter: 13-21. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistik 19. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Sekaran, Umar., and Bougie. 2010. “Research Methods for Business: A skillBuilding Approach.” 5th Edition. Jhon Wiley & Sons, Inc. Setiobudi, Bayuaji Darus. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi selling skill terhadap kinerja tenaga penjual (Studi Kasus Pada PT. Asuransi Sinar Mas). Program Studi Magister Manajemen, program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Schiffman, Leon G., and Leslie Lazar Kanuk. 2010. “Consumer Behavior.” 10th Edition. Pearson International Edition. Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis.” Alfabeta. Bandung. Shermon, Ganesh. 2004. “Competency based HRM-a strategic resource for competency mapping assessment and development centres”. McGrawHill.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
26
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 27-42
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH DARI BRAND AWARENESS, PRODUCT QUALITY, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, DAN COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP PRICE PREMIUM DILLA NOVERITA STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to know and analyze the influence of brand awareness, product quality, corporate social responsibility, and country of origin with price premium bra Wacoal brand – Bekasi. This research is also to improve the results of prior researches.Population of this research is buyer and user consumer bra Wacoa, fee standing in four Mall locations in Bekas, Jawa Barat : Metropolitan Mall, Grand Metropolitan Mall, Galaxy Metropolitan Mall, and Summarecon Mall Bekasi .Researcher choose 200 respondens women as the sample research using convenience sampling, This research use multiple regression analysis with SPSS. 20. The result have show that there are influence among brand awareness, Product quality, corporate social responsibility, and country of origin with price premium bra Wacoal brand-Bekasi.
Keywords: Brand Awareness ,Product Quality, Corporate Social Responsibility, Country Of Origin, and Price Premium Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari brand awareness, product quality, corporate social responsibility, dan country of origin terhadap price premium bra Wacoal brand – Bekasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan hasil dari penelitian sebelumnya. Populasi dari penelitian ini adalah pembeli dan pengguna bra Wacoal di empat mal yang berada di Bekasi, Jawa Barat, yaitu Metropolitan Mall, Grand Metropolitan Mall, Galaxy Metropolitan Mall, dan Summarecon Mall Bekasi. Peneliti mengambil 200 responden wanita sebagai sampel penelitian menggunakan metode convenience sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS 20. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh brand awareness, product quality, corporate social responsibility, dan country of origin with price premium bra Wacoal brand – Bekasi. Kata Kunci: Brand Awareness ,Product Quality, Corporate Responsibility, Country Of Origin, dan Price Premium
27
Social
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN Di era globalisasi pergerakan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik setiap tahunnya hal itu telah mendorong kenaikan pendapatan perkapital dan pertumbuhan jumlah penduduk perkota. Pendapatan perkapita nasional meningkat dari Rp. 27 juta ditahun 2010 menjadi Rp. 41,7 juta ditahun 2014 (bps.go.id,2014) Disamping itu, penduduk Indonesia keadaan Juni 2014 menunjukkan penduduk Indonesia berjumlah 252.164,8 ribu orang terdiri dari 126.715,2 ribu orang laki-laki dan 125.449,6 ribu orang perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk 2010-2014 sekitar 1,40 persen per tahun. (Data Social Ekonomi, Desember 2014). Peningkatan pendapatan perkapita dan jumlah penduduk memberikan hal yang positif terhadap laju pertumbuhan, dikarenakan adanya dari laju pertumbuhan dan distribusi Produk Domestik Bruto Non Migas tahun 2010 sebesar 92,1 meningkat pada tahun 2014 menjadi 93,09 yang didominasi pada lapangan usaha pada sektor Industri Pengelolaan (Data social Ekonomi 2014, Edisi
November 2013
55) dapat ditunjukkan pada Tabel 1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia menurut lapangan Usaha pada periode 20102014. Pertumbuhan Industri pengelola di Indonesia dibedakan menjadi 24 industri yang di kategorikan industri pengelolaan pada skala besar dan sedang tahun 2014 Industri Makanan 6,13%, Industri Minuman7,10%, Industri Pengolahan Tembakau 4,76%, Industri Tekstil 10,35%, Industri Pakaian Jadi 2,47% , Barang dari Kulit dan Alas Kaki 3,56%, Industri Kayu , Barang dari Kayu dan Gabus 10,68%, Industri Kertas dan Barang dari Kertas -4,58% , Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 10,97%, Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia -5,51%, Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional – 1,73%, Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik -0,92%, Industri Barang Galian Bukan Logam 3,04%, Industri Logam Dasar 6,58%, Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya -0,67%, Industri Komputer, Barang 10,68%, Industri Kertas dan Barang dari Kertas 4,58%,
Tabel 1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Non Migas menurut Lapangan Usaha pada periode 2010-2014. 2011 2012 2013 2014 Lapangan Usaha 2010 Pertanian, 14,70 14,44 14,43 15,21 15,29 Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan 11,16 11,85 11,78 11,24 10,49 penggalian Industri pengelolaan 24,80 24,33 23,94 23,69 23,37 Listrik, air, gas, dan 0,76 0,77 0,79 0,77 0,81 air bersih Konstruksi 10,25 10,16 10,45 9,99 9,76
28
ISSN: 1410 -9875
2011 Lapangan Usaha 2010 Perdagangan, Hotel 13,69 13,80 dan Restoran. Penangkutan dan 6,56 6,62 Komunikasi Keuangan, real 7,24 7,23 estate, dan jasa perusahaan Jasa-Jasa 10,24 10,56 PDB 100,00 100,00 PDB Non-Migas 92,17 91,58 Sumber : Badan Pusat Statistik 2014 Barang Elektronik dan Optik -0,73%, Industri Peralatan Listrik 17,36%, Industri Mesin dan Perlengkapan ytdl 8,36%, Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 6,73%, Industri Alat Angkutan lainnya -7,36%, Industri Furniture 2,65%, Industri Pengolahan lainnya, dan subsektor terakhir -3,38%, Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan -2,18% (Data Sosial Ekonomi 2014, BPS edisi 55). Industri Pakaian adalah segala macam pakaian dari bahan tekstil untuk laki-laki, wanita, anak-anak dan bayi. Bahan bakunya adalah kain tenun atau kain rajutan dan produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t shirts, polo shirt, sportswear), pakaian dalam (underwear) Industri pakaian jadi merupakan salah satu industri yang penting di Indonesia. Industri pakaian jadi yang bisanya di kenal dengan Industri Tekstil dan produk tekstil (TPT) yang merupakan komponen utama pembangunan industri nasional, dengan tiga perannya yaitu penyumbang devisa ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja, dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Asosiasi Pertektilan Indonesia melihat
Dilla Noverita
2012 13,90
2013 14,33
2014 14,26
6,66
7,01
7,29
7,26
7,52
7,49
10,78 100,00 92,27
11,02 100,00 92,65
11,32 100,00 93,09
bahwa di pasar internasional sendiri, produk tekstil Indonesia telah memiliki posisi yang cukup bagus, dengan pangsa antara tiga persen sampai empat persen dari total nilai ekspor dunia. Disamping itu, industri garment bersifat padat karya sehingga menjadikan posisi industri tekstil sangat penting bagi perekonomian Indonesia setelah minyak dan gas bumi (Migas). (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2012) Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kebutuhan baik kebutuhan rohani dan jasmani. Salah satu kebutuhan jasmani adalah kebutuhan berpakaian yang diperlukan baik wanita, pria, anakanak, dan bayi. Pada jaman sekarang fungsi pakaian tidak hanya melindungi tubuh saja tetapi sudah menjadi gaya hidup atau lifestyle, terutama pada masyarakat moderen di Indonesia. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya dan gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresikan diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang seperti gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global. Pakaian yang digunakan antara lain adalah pakaian dalam dan pakaian luar. Salah satu pakaian dalam yang digunakan wanita adalah BH (Buste Houder) atau bra (Brassiere) atau kutang (coutant). Pakaian dalam adalah pakaian yang menyentuh langsung dengan kulit seseorang dan budaya asia juga sangat memberlakukan cara berpakaian yang baik seperti wajib menggunakan pakaian dalam. Oleh karena itu, kebersihan pakaian dalam dan kesehatan kulit harus terjaga. Bahan dasar dari pakaian dalam tersebut sangat beragam sedangkan sensitifitas kulit seseorang berbeda. Bra adalah pakaian dalam yang digunakan oleh wanita dimana bra ini berfungsi sebagai penyangga payudara. Fungsi bra bagi seorang wanita sangatlah penting guna mempertahankan bentuk dan kesehatan payudara. Pada negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara masih kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan dari petugas kesehatan yang dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan payudara serta Industri pakaian jadi yang memproduksi bra juga harus memberikan informasi secara
30
November 2013
lengkap (Hassan, 2014). Konsumen juga menyadari lebih dapat mengingat atau mengenal akan suatu merek dalam benak pikiran konsumen tersebut (Kotler, 2012:504) dalam hal ini merekmerek bra menurut hasil survei yang dilakukan oleh Li & Fung Research Centre (2006), the top brands ladies’ underwear bra’yang outletnya khusus menjual underwear wanita di raih oleh merek Wacoal 22,2%, diikuti oleh Sorella 14,1%, Marks & Spencer 9,3%, Calvin Klein 8,4%, Piere Cardin 6,7%, dan La senza 3,0%. Kemudian merek Wacoal juga mendapatkan ISO 9002 tahun 2013 dengan kategori manufacture of women’s bra. Kesadaran konsumen wanita saat memilih merek bra wanita jatuh pada pilihan bra Wacoal, dalam benak konsumen sendiri mengetahui sudah 60 tahun Underwear Wacoal berkomitmen helping women to become more beautiful (Corporate Profile Wacoal, 2014). Bagi Wacoal yang perusahaan berkonsentrasi pada produksi pakaian underwear wanita seperti bras, panties, nightware, shapewarer yang produknya tidak perlu dikhawatirkan lagi oleh para wanita dalam menggunakan bra, biasanya melihat dari bentuk tubuh, ukuran, dan usia bila saat menggunakan Wacoal dapat memberikan kenyamanan dan rasa percaya diri di tempat yang para wanita butuhkan dan dari itu menjadi jiwa dari setiap ini inovasi dan riset Wacoal yang ingin memastikan untuk setiap wanita yang mengenakan Wacoal menyadari bahwa penampilan akan dikagumi bila pemakaian bra
ISSN: 1410 -9875
yang benar dan baik yang sesuai pemakaian bra sesuai dengan usianya akan dapat membuat penampilan wanita menjadi cantik sesuai dengan umurnya. Pertumbuhan bentuk tubuh wanita seiring usia dan senantiasa berubah karena berbagai faktor maka Wacoal Science Study Center telah meneliti 40.000 wanita sejak tahun 1946 untuk mendapatkan teknologi untuk menghasilkan bra yang paling tepat bagi wanita dengan menyesuaikan kualitas Menurut Armstrong (2006:299), kualitas produk adalah kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk waktu kegunaan dari produk, keandalan, kemudahan, dalam penggunaan dan perbaikan, dan nilai-nilai yang lainya. Wacoal menemukan teknologi yang menggambarkan secara keseluruhan terhadap atribut produk bra Wacoal dengan membantu wanita Indonesia untuk berpenampilan cantik dimanapun dengan menggunakan bra sesuai dengan usia 20-an, 30an, dan 40-an dengan teknologi yang merancang bra bernama Wacoal in_Shape. Bra Wacoal sendiri selama 3 tahun dalam menciptakan produk bra belakangan ini berkomitmen untuk menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang didefinisikan merupakan kewaiban yang mengharuskan organisasi untuk menjadi etis, bertanggung jawab, dan reaktif terhadap kebutuhan masyarakat. Ini berarti perusahaan meluruskan nilai untuk kebaikan masyarakat yang lebih besar mengambil tingkatan yang memiliki efek positif. (Baack, 2014) dan
Dilla Noverita
Wacoal dengan program CSR yang bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat terutama masyarakat wanita, Wacoal dalam memproduksi bra dengan membuat komitmen Breast Cancer Awareness berdasarkan hasil survey kementerian Kesehatan tahun 2013 dari pengamatannya Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada seluruh Rumah Sakit di kota-kota besar di Indonesia mencatat angka kematian pada perempuan disebabkan karena kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks) pada akhir tahun 2013, jumlah kematian kanker payudara pada wanita yaitu 12.014 orang 28,7% dan kanker serviks pada wanita 5.349 orang 12,8% berdasarkan ini maka Wacoal mengadakan program untuk para wanita yaitu Wacoal Think Pink dengan berlambang pita pink pink ribbon bentuk kegiatan yang dilakukan untuk membuat para wanita peduli akan kesehatan payudara memberikan donasi ke Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ), dalam talk show di radio, talk show event, support Fun Walk, dan fund raising semua programnya untuk para wanita Indonesia. Lokasi yang menjadi setting penelitian ini adalah kota Bekasi, Jawa Barat. PDRB Kota Bekasi pada 2013 bertumbuh 13,13% dibandingkan 2012 yang mencatat Rp45,86 triliun. Laju pertumbuhan PDRB pada 2013 sedikit melambat sebab pertumbuhan pada 2012 mencapai 31,52% dibandingkan 2011. Adapun, subsektor industri pengolahan yang menyumbang porsi terbesar pada PDRB 2013 adalah tekstil, barang kulit dan
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
alas kaki yang mencapai Rp7,98 triliun. Menyusul subsektor makanan, minuman dan tembakau dengan raihan Rp3,77 triliun. Sedangkan, subsektor perdagangan besar dan eceran dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran mencetak sumbangsih terbesar dengan Rp14,40 triliun bagi PDRB 2013 sedangkan Subsektor peternakan dan subsektor tanaman bahan makanan masing-masing menyumbang Rp233,99 miliar dan Rp160,93 bagi PDRB 2013 (Badan Pusat Satistik Kota Bekasi, 2014). Secara geografis, sesuai dengan Perda Kota Bekasi nomor 04 tahun 2004 tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km² dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai yang terluas (24,73 km²) sedangkan kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49km²). Batas-batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kota Bekasi adalah Kabupaten Bekasi di sebelah utara, Kabupaten Bogor di sebelah selatan, Provinsi DKI Jakarta di sebelah barat, dan Kabupaten Bekasi di sebelah timur. (Data “Kota Bekasi Dalam Angka 2013”, BPS). Laju Pertumbuhan Ekonomi tahun 2011 merupakan pertumbuhan ekonomi (LPE) yaitu mencapai 7,08%, mengalami penurunan 2012 sebesar 6,85%, dan 2013 sebesar 6,81% perlambatan pada tahun 2013 lebih banyak dilatar belakangi kenaikan upah minimum regional (UMR) sebesar 13,32% sedangkan tahun 2012 sebesar 12,96%.
32
November 2013
Berdasarkan pada jumlah penduduk yang berdampak pada laju pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2012 jumlah penduduk lakilaki 1.189.733 juta, perempuan 1.144.409 juta. Pada tahun 2013 penduduk laki-laki 1.132.289 juta, perempuan 1.080.056 juta, pada tahun 2014 ini mengalami peningkatan sebesar 2.381.053 juta penduduk (BPS Bekasi, 2014). Di Bekasi juga pembangunan Gender pada tahun 2013, selama tahun 2013 di ketahui dari Indeks Pembangunan Gender (IPG) di kota Bekasi tercatat sebesar 67,79 naik 0,81 poin dibanding IPG tahun 2012 yang mencapai 66,98 poin. Angka IPG Kota Bekasi lebih tinggi dari rata-rata IPG yang dicapai Jawa Barat yang sebesar 64,61. Peningkatan IPG ini menunjukkan indeksi keberhasilan dalam membangun gender. Tingkat pemberdayaan gender juga terlihat pada peran perempuan di Kota Bekasi sebagai tenaga manager, profesional, administrasi, teknisi di tahun 2013 cukup tinggi yakni sebesar 42,19 persen hal ini masih lebih tinggi dibandingkan Jawa Barat yang lain mencapai 38,44 persen. Sementara peran perempuan dikota Bekasi dalam memberikan pendapatan kerja rata-rata sebesar 27,40 persen dalam memenuhi kebutuhannya dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. (Berita Resmi Statistik Kota Bekasi No. 03/11/Th.XIV, 12 November., 2014). Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini akan mengkaji permasalahan sebagai berikut (1) Apakah terdapat pengaruh brand awareness
ISSN: 1410 -9875
terhadap Price Premium bra merek Wacoal ? (2) Apakah terdapat pengaruh product quality terhadap Price Premium bra merek Wacoal ? (3) Apakah terdapat pengaruh corporate social responsibility terhadap Price Premium bra merek Wacoal ? (4) Apakah terdapat pengaruh country of origin terhadap Price Premium bra merek Wacoal ? (5) Apakah terdapat pengaruh brand awareness, product quality, social image, corporate social responsibility, dan country of origin secara bersama-sama terhadap price premium bra merek wacoal? KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Brand Awareness Menurut Amstrong (2012:504) menyatakan “Brand awareness is often taken for granted but it can be a key strategy asset provides a sustainable competitive difference. It serves to differentiate the brands along a recall/familiarity dimension”. Menurut Keller (2014) menyatakan “Brand awareness is consumers ability to identify the brand under different conditions as reflected by their brand regcognition or recall performance”. Menurut Anselmsson (2007) menyataka “Brand awareness is consumers associate well-known brands with security and trust. They are much more sceptical about the values of unknown brands. In practical terms it has an impact on point-of purchase decisions, in a more abstract sense it determines the strength of brand associations customers feel” . Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan
Dilla Noverita
bahwa brand awareness adalah kemampuan otak dalam mengingat brands pada berbagai kondisi. Pada umumnya konsumen cenderung membeli produk dengan merek yang sudah dikenalnya atas dasar pertimbangan tertentu seperti rasa aman, menghindari resiko karena sudah pernah menggunakan produk, kenyamanan. Terdapat tiga dimensi dalam mengukur awareness untuk bra merek merek Wacoal (Anselmsson, 2014). Pertama Existence of this brand, kedua looks like brand, dan ketiga brand judgment is Good. : Tidak terdapat pengaruh ��� Brand Awareness terhadap Price premium bra merek Wacoal. ��� : Terdapat pengaruh Brand Awareness terhadap Price premium bra merek Product Quality Menurut Kotler dan Amstrong (2012:230) bahwa “The characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied customer need is one of the marketer’s major positioning tools. Quality has a direct impact on product or service performance; thus, it is closely linked to customer value and satisfaction”. Menurut Kotler dan Keller (2012:153) bahwa “Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs ”. Menurut Anselmsson (2014) “quality is strength as a competitive tool”. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa product quality merupakan kondisi ketika perusahaan menciptakan suatu produk yang sesuai dengan standar penciptaan produk, dimana manusia,
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
proses produksi, dan lingkungan penciptaan produk memiliki keunggulan sehingga produk yang diciptakan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Terdapat tiga dimensi dalam mengukur quality untuk bra merek merek Wacoal (Anselmsson, 2014). Pertama brand are well made, kedua high standard brand, ketiga consistent quality brand. ��� : Tidak terdapat pengaruh Product Quality terhadap Price premium bra merek Wacoal. Terdapat pengaruh ��� : Product Quality terhadap Price premium bra merek Wacoal. Corporate Social Responsibility Menurut Dima (2007) menyatakan “Corporate Social Responsibility (CSR) is a concept that has attracted world wide attention and acquired a new resonance in the global economy “. Menurut Keegan (2012) menyatakan “CSR is a company’s obligation and commitment to the pursuit of goals and polices that are in sociaty’s best interest”. Menurut Goran (2009) menyatakan “Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the work force and their families as well as of the local community and society at large”. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tindakan yang dapat mensejahterakan lingkungan disekitar perusahaan baik dari kesejahteraan karyawannya,
34
November 2013
masyarakat disekitar perusahaan, maupun terhadap sumber daya alam. Terdapat tiga dimensi dalam mengukur corporate social responsibility untuk bra merek merek Wacoal (Anselmsson, 2014). Pertama environmentally brand friendly, kedua healthy for brand, ketiga produced under good woking conditions for brand. ��� : Tidak terdapat pengaruh Corporate social responsibility terhadap Price premium bra merek Wacoal. Terdapat pengaruh ��� : Corporate social responsibility terhadap Price premium bra merek Wacoal. Country Of Origin Menurut Belch (2012) menyatakan “Country of origin is the impact on consumers perceptions of products and/or brands that results from where the products are manufactured”. Menurut Souiden (2011) menyatakan “Country of origin (COO) is widely recognized as having a significant impact on consumer decision-making”. Menurut Schiffman (2009) menyatakan “Country of origin is original country from which a product is produced can be an important piece of information in the decision-making process”. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Country of origin merupakan tanda pengenal dari suatu produk dengan dapat melihat daerah asal dari suatu produk tersebut diproduksi adanya “tanda pengenal” tersebut yang dimiliki oleh suatu produk dapat membantu konsumen untuk dapat
ISSN: 1410 -9875
melakukan pertimbangan sebelum melakukan keputusan pembelian atas suatu produk. Terdapat tiga dimensi dalam mengukur Country of Origin untuk bra merek merek Wacoal (Anselmsson, 2014) Pertama definietly a brand, kedua brand a manufactured, ketiga made of ingredients. ��� : Tidak terdapat pengaruh Country Of Origin terhadap Price premium bra merek Wacoal Terdapat pengaruh ��� : Country Of Origin terhadap Price premium bra merek Wacoal Price Premium Menurut Hasan (2014) “Expensive the relative price remain high mainly done by the manufacturer to create the image of the prestigious, exclusive, and the superior”. Menurut Anselmsson (2014) “relative measure that needs to be compared to relevant competitors”. Menurut Sumarwan (2010) menyatakan “The price is the most benefit”. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan Price Premium merupakan harga yang paling banyak memberikan keuntungan dan harga relatif tetap mahal-tinggi terutama dilakukan oleh produsen untuk menciptakan prestius, eksklusif, dan superior. Terdapat tiga dimensi dalam mengukur price premium untuk bra merek merek Wacoal (Anselmsson, 2014) pertama willing to pay a higher price, kedua willing to pay a lot more in this category, ketiga
Dilla Noverita
willing to pay less or more for brand. ��� : Tidak terdapat pengaruh Country Of Origin terhadap Price premium bra merek Wacoal Terdapat pengaruh ��� : Country Of Origin terhadap Price premium bra merek Wacoal
METODE PENELITIAN Variabel yang digunakan dalam penelitian variabel dependent, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012:59), yaitu variabel Price Premium (Y) variabel Independent, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). (Sugiyono, 2010:59). Variabel Brand Awareness (�� ), Variabel Product Quality (�� ), Variabel Corporate Social Responsibility (�� ), Variabel Country of Origin (�� ). Dalam penelitian ini menggunakan skala likert dalam mengukur variabelnya, dimana menurut Sugiyono (2010 :132), skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomenal social.Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah a five-point Likert scale. Skala Likert adalah “designed to examine how strongly subjects agree or disagreewith statements (Sekaran & Bougie 2012, 152).
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Tabel 2 Variabel dan pengukur Variabel Indikator Brand Awareness · Aware of this bra brand. (X1) · Looks like bra brand. · Bra brand stands. Product Quality · Brand are well made bra . (X2) · High standard bra. · A consistent quality bra. Corporate Social · Environmentally bra friendly. Responsibility · Healthy for bra. (X3) · Produced under good working conditions for bra. Country Of Origin · Definitely a brand for bra. (X4) · Brand a manufactured for bra . · Made of ingredients for bra. Price Premium · Willing to pay a higher price (Y) for bra. · Willing to pay a lot more in this category for bra. · Willing to pay less or more for brand bra. Sumber : Anselmsson,2014 TEKNIK DATA Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan teknik pengisian kuesioner oleh sampel. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010:199), dimana seperangkat pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner tersebut disebarkan kepada responden yang memiliki dan menggunakan bra merek wacoal di Kota Bekasi. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
36
November 2013
Pengukuran Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun itemitem instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2010:132). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling, dimana elemen yang terdapat didalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk ditentukan sebelumnya sebagai subjek sampel (Sekaran dan Bougie, 2010:268). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan convenience sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,bila dipandang
ISSN: 1410 -9875
orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010: 122).dimana pembagian sampel dilakukan dari pengguna produk yang mudah diakses dan bersedia menjadi responden misalnya dengan membagikan kuesioner secara langsung. Pada tahap ini ditentukan rangka sampling yakni sertifikasi konsumen seperti menurut usia, pekerjaan. (Sekaran dan Bougie, 2010:278) merupakan metode pengambilan sampel dimana informasi dapat mudah diperoleh secara mudah dari anggota populasi. Penentuan jumlah sampel berdasarkan pada asumsi (Hair et, al., 2006:741) yaitu bahwa jumlah sampel yang baik menurut MLE (Maxi Likelihood Estimation) berkisar antara 100-150 sudah dapat mewakili suatu populasi dan adapun rumus yang digunakan dengan rumus Solvin (Umar, 2008:141), yakni ukuran sampel yang merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentasi kelonggaran, ketidak telitian, karena dalam pengambilan sampel dapat ditolerir atau dinginkan. Dalam pengambilan sampel ini digunakan taraf kesalahan 10%. Adapun rumus yang digunakan yaitu: ���� n = � ������ ��,��
n
=
92,307 responden
Hasil perhitungan tersebut ukuran sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebesar 92,307 responden. Dari hasil penjualan yang didapat dari Wacoal maka dapat diketahui data transaksi penjualan pada event akhir tahun yang dilakukan pada bulan Oktober-Desember di kota
Dilla Noverita
Bekasi sebanyak 1200 transaksi yang dilakukan pada outlet-outlet Wacoal di kota Bekasi.Penyebaran kuesioner dilakukan di outlet-outlet Wacoal di kota Bekasi yang berada di empat mall-mall daerah Bekasi dari Mall Metropolitan, Grand Metropolitan Mall, Grand Galaxy Park Mall, dan Summarecon Mall Bekasi. Penyebaran Kuesioner dilakukan di mulai dari bulan Oktober awal event Wacoal terkumpul 64 kuesioner, sedangkan pada bulan November 50 kuesioner, dan pada bulan terakhir di bulan Desember penyebaran kuesioner sebanyak 86 kuesioner. Kuesioner yang dapat digunakan dan akan diolah data kuesionernya adalah sebanyak 150 responden, maka penulis menggunakan 150 responden, dimana seluruhnya adalah masyarakat perempuan yang pengguna serta membeli bra Wacoal pada event akhir tahun di kota Bekasi. HASIL PEMBAHASAN STATISTIK DESKRIPTIF Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrument kuesioner, Data-data umum yang terdapat dalam penelitian ini meliputi data-data mengenai responden yang menggunakan dan membeli underwear bra Wacoal di kota Bekasi, responden yang telah membeli maupun yang telah menggunakan bra Wacoal dalam jangka waktu tertentu, informasi underwear bra yang pernah digunakan responden yang menggunakan dan membeli underwear bra Wacoal berdasarkan usia, dan pekerjaan. Jumlah Kuesioner yang disebarkan pada
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
saat event di bulan OktoberDesember ini sebanyak 200 buah kuesioner, Dari 200 buah kuesioner yang disebarkan maka dapat dibuat ikhtisarnya. Jumlah seluruh kuesioner yang disebarkan 200 Kuesioner, Jumlah kuesioner yang tidak dikembalikan 36 Kuesioner, Jumlah kuesioner yang tidak dapat dipakai 14 Kuesioner. Jumlah Kuesioner yang digunakan 150 Kuesioner. Responden perempuan yang dijadikan data dan di tetapkan untuk mengisi kuesioner yang
November 2013
diajukan oleh peneliti adalah pengguna setia dari bra Wacoal di buktikan dengan saat melakukan wawancara maupun observasi.Responden mengungkapkan bahwa tidak hanya sekali pembelian dan menggunakan sudah secara turun temurun dan menjadi pelanggan setia Wacoal, dan responden perempuan menyatakan mereka mempunyai value yang baik tentang bra Wacoal.
Tabel 3 Hasil Uji Deskripif Karakteristik Responden menurut Usia Frequency 46
Usia Percent
Valid Percent 30,7
30,7 20-29 Tahun 30-39 Ta53 35,3 35,3 hun > 40 Ta51 34,0 34,0 hun Total 150 100,0 100,0 Sumber : Hasil Kuesioner yang diolah dengan program SPSS. Valid
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia 20-29 tahun (46 Orang /30,7 %), usia 3039 tahun (53 Orang/ 35,3%), dan usia > 40 Tahun (51 Orang/34,0%) yang dilihat berdasarkan hasil penelitian pada masyarakat perempuan yang menggunakan dan membeli bra merek Wacoal di Kota Bekasi. Pengujian Hipotesis 1 Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan angka 0,675 yang berarti hubungan antara Brand Awareness dengan Price premium adalah hubungan yang Kuat karena berada diantara 0,60-
38
Cumulative Percent 30,7 66,0 100,0
0,799. Besarnya koefisien determinan (R Square) sebesar 0.495 menunjukkan bahwa 49,5% besarnya variabel Price premium (Y) yang dapat dijelaskan oleh dan Brand Awareness (X� ) sedangkan sisanya 50,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Brand Awareness (X� ) memiliki tingkat signifikansi (Sig.) sebesar 0.000, dimana tingkat signifikansi dibawah alpha sebesar 0.05 maka Brand Awareness memiliki pengaruh terhadap price premium bra merek Wacoal. Jika Brand Awareness (�� ) sama dengan nol, maka Price Premium (Y) sebesar 10,392.
ISSN: 1410 -9875
Kenaikan satu-satuan Brand Awareness (�� ) akan meningkatkan Price Premium (Y) sebesar 0,561. Maka dapat disimpulkan bahwa ��� ditolak dan ��� diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh Brand Awareness (�� ) terhadap Price Premium (Y) bra merek Wacoal. Pengujian Hipotesis 2 Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan angka 0,850 yang berarti hubungan antara Product Quality dengan Price premium adalah hubunganya Sangat Kuat karena berada diantara 0,800,999. Besarnya koefisien determinan (R Square) sebesar 0,722 menunjukkan bahwa 72,2% besarnya variasi Price premium (Y) yang dapat dijelaskan oleh Product Quality (X � ) dan sedangkan sisanya 27,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Product Quality (�� ) memiliki tingkat signifikansi (Sig.) sebesar 0.000, dimana tingkat signifikansi dibawah alpha sebesar 0.05 maka Product Quality memiliki pengaruh terhadap price premium bra merek Wacoal. Jika Product Quality (�� ) sama dengan nol, maka Price Premium (Y) sebesar 9,544. Kenaikan satu-satuan Product Quality (�� ) akan meningkatkan Price Premium (Y) sebesar 0,738. Maka dapat disimpulkan bahwa ��� ditolak dan ��� diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh Product Quality (�� ) terhadap Price Premium (Y) bra merek Wacoal. Pengujian Hipotesis 3 Nilai Koefisien korelasi (R) menunjukkan angka 0,655 yang berarti hubungan antara Corporate social responsibility dengan Price
Dilla Noverita
premium adalah hubungan yang Kuat karena berada diantara 0,600,799. Besarnya koefisien determinan (R Square) sebesar 0,429 menunjukkan bahwa 42,9% besarnya variabel Price premium (Y) yang dapat dijelaskan oleh Corporate Social Responsibility (X� ) dan sedangkan sisanya 57,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Corporate Social Responsibility (�� ) memiliki tingkat signifikansi (Sig.) sebesar 0.000, dimana tingkat signifikansi dibawah alpha sebesar 0.05 maka Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh terhadap price premium bra merek Wacoal. Jika Corporate Social Responsibility (�� ) sama dengan nol, maka Price Premium (Y) sebesar 9,036. Kenaikan satusatuan Corporate Social akan Responsibility (�� ) meningkatkan Price Premium (Y) sebesar 0,889. Maka dapat disimpulkan bahwa ��� ditolak dan ��� diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh Corporate Social Responsibility (�� ) terhadap Price Premium (Y) bra merek Wacoal. Pengujian Hipotesis 4 Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan angka 0,555 yang berarti hubungan antara Country Of Origin dengan Price premium adalah hubungannya yang Sedang karena berada diantara 0,40-0,599. Besarnya koefisien determinan (R Square) sebesar 0.308 nunjukkan bahwa 30,8% besarnya variabel Price premium (Y) yang dapat dijelaskan oleh Country Of Origin ��� � dan sedangkan sisanya 69,2 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada penelitian
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
ini. Country Of Origin (�� ) memiliki tingkat signifikansi (Sig.) sebesar 0.000, dimana tingkat signifikansi dibawah alpha sebesar 0.05 maka Country Of Origin memiliki pengaruh terhadap price premium bra merek Wacoal. Jika Country Of Origin (�� ) sama dengan nol, maka Price Premium (Y) sebesar 8,851. Kenaikan satusatuan Country Of Origin (�� ) akan meningkatkan Price Premium (Y) sebesar 0,954. Maka dapat disimpulkan bahwa ��� ditolak dan Ha4 diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh Country Of Origin (�� ) terhadap Price Premium (Y) bra merek Wacoal. Analisis Regresi Berganda Nilai adjusted R square sebesar 0,732 yang artinya besarnya variasi variabel Price Premium (Y) yang dapat dijelaskan oleh Brand Awareness (X� ), Product Quality (X� ), Corporate Social Responsibility (X � ), dan Country Of Origin (X� ) sebesar 73,2% dan sisanya 26,8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Brand Awareness (�� ), Product Quality (�� ), Corporate Social Responsibility (�� ), dan Country Of Origin (�� ) memiliki tingkat signifikansi (Sig) sebesar 0.000, dimana tingkat signifikansi dibawah alpha sebesar 0.05 maka Brand Awareness, Product Quality, Corporate Social Responsibility, dan Country Of Origin memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap Price Premium bra merek Wacoal. Nilai konstanta sebesar 3,000, artinya jika Brand awareness Product quality (�� ), (X� ), Corporate Social Responsibility (�� ), dan Country Of Origin (�� )
40
November 2013
adalah 0, maka nilai price premium (Y) yang dihasilkan sebesar 3,000. Kenaikan satu satuan nilai Brand Awareness (�� ), akan meningkatkan price premium (Y) sebesar 0,054, jika Product Quality (�� ), corporate social responsibility (�� ), dan country of origin (�� ) dianggap konstan. Kenaikan satu satuan nilai Product Quality (�� ), akan meningkatkan price premium (Y) sebesar 0,633 jika Brand Awareness (�� ), Corporate Social Responsibility (�� ), dan Country Of Origin (�� ) dianggap konstan. Kenaikan satu satuan nilai Corporate Social Responsibility (�� ), akan meningkatkan Price Premium (Y) sebesar 0.087, jika Brand Awarness (�� ), Product Quality (�� ), dan Country of Origin (�� ) dianggap konstan. Kenaikan satu satuan nilai Country of origin (�� ), akan meningkatkan price premium (Y) sebesar 0,001, jika Brand Awareness (�� ), Product Quality (�� ), dan corporate social responsibility (�� ) dianggap konstan. Dari uji F terdapat F tabel 2,46 dan F hitung sebesar (99,084<0,05) terlihat dari kurva diatas, F hitung jatuh pada daerah penerimaan ��� jadi kesimpulan ��� ditolak, ��� diterima, yang artinya terdapat pengaruh Brand Awareness, Product Quality, Corporate Social Responsibility, Country Of Origin secara bersamasama terhadap price premium. PENUTUP Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan sebuah model untuk menganalisa pengaruh Brand Awareness, Product Quality, Corporate social responsibility,
ISSN: 1410 -9875
dan country of origin terhadap price premium bra merek Wacoal. Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil-hasil yang didapatkan pada penelitian, dilanjutkan dengan pembahasan kesimpulan mengenai 76 diterima atau tidaknya hipotesis. Hasil pegujian Hipotesis ke-1 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Brand Awareness terhadap price premium bra merek Wacoal. Hasil pegujian Hipotesis ke-2 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Product Quality terhadap price premium bra merek Wacoal. Hasil pegujian Hipotesis ke-3 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap price premium bra merek Wacoal. Hasil pegujian Hipotesis ke-4 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Country Of Origin terhadap price premium bra merek Wacoal. Hasil pegujian Hipotesis ke-5 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Brand Awareness, Product Quality, Corporate Social Responsibility, dan Country Of Origin secara bersama-sama terhadap price premium bra merek Wacoal. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan–keterbatasan yang
Dilla Noverita
antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut pertama sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada responden yang menggunakan bra merek Wacoal, sehingga kurang bisa menggeneralisasikan bra merek Wacoal pada umumnya di kota Bekasi. Data-data yang dibutuhkan untuk mendukung penyempurnaan penelitian tidak dapat diberikan secara penuh oleh pihak management Wacoal. Penulis di batasi hanya dapat melakukannya dengan cara observasi, wawancara, ataupun menyebarkan kuesioner di outletoutlet di Kota Bekasi. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya adalah sebagai berikut Pertama menambah sampel penelitian, dengan begitu jumlah data akan akan lebih banyak, Kedua melakukan penelitian di wilayah geografis yang berbeda untuk melihat permintaan bra pada masyarakat perempuan, Ketiga Penelitian selanjutnya dapat menambah model yang diusulkan dengan memasukkan variabelvariabel seperti Social image, Uniqueness, loyalty, dan juga faktor-faktor lainnya.
REFERENSI Anselmsson, J. 2007. “Understanding price premium for grocery products: a conceptual model of customer-based brand equity”, Journal of product and Brand Management, Vol. 16 No. 6, pp. 401-414. Anselmsson, J. 2014. “Brand image and customers’ willingness to pay a price premium for food brand”, Journal of product and Brand Management, pp. 90-102. Badan Pusat Statistik, 2014. Data Pendapatan nasional Indonesia 2010-2014. Badan Pusat Statistik, November 2014. Berita Resmi Statistik Kota Bekasi No.03/11/Th.XIV.
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Blech, George E.Blech dan Michael A. Blech. 2012. Advertising and Promotion,Edition 9e. With Jorg Dietzel. Back, Kenneth E Clow dan Donald Back. 2014 Integreted Advertising Promotions, and marketing Communication. Corporate Profile Wacoal,Edisi Desember 2014 Cynthia D, Silvira, H. 2008. Event Marketing That Sells. Devisi riset PPM. Seminar. 29 Mei 2008. Dima, Jamali. 2006. “Corporate Social Responsibility theory and pratice in a eveloping country context”, Journal of business ethics. Fung dan Li.2006. Research Center the brands ladies’ underwear. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisa Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi ketujuh, ISBN, Semarang. Gujarati, Damodar.N., dan Dawn C. Porter. 2013. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. Hasan, Ali. 2014, Marketing dan Kasus-kasus Pilihan, Edisi Kedua, CAPS, Yogyakarta. Keegan, W.J. 2002 Global Marketing Management, 7 Editions, Prentice Hall. Global Edition. Kotler, Philip dan Amstrong. 2012 Marketing Management Edisi 14, Global Edition Pearson Prentice Hall. Kotler, Phillip dan Keller. 2012.Marketing Management Edisi 14e, Global Edition.Pearson Prentice Hall. Schiffman L.G., Kanuk, 2010, Consumer Behavior, International Edition, Prentice Hall. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2011. Research Methods for Business: A skil lBuilding Approach, 5th edition. New York: John Wiley and Sons. Souiden, Nizar. 2011.“Marketing high-tech product in emerging markets: The differential impactof country image and country of origin’s image”, Journal of product and Brand Management Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. ALFABETA, CV., Cetakan 16 Maret 2010, Bandung. Untung, Budi. 2012. CSR dalam bisnis , Penerbit :ANDI, Yogyakarta. Urip, Sri. 2013. Strategi CSR tanggung jawab perusahaan, Bandung. Wacoal Co., September 2014. Corporate Profile Wacoal. Sumber Internet : Wacoal Indonesia. http://www.wacoal.co.id// Kurniawan, Sigit. 2011. Membaca “Wacoal, Merek yang dicintai perempuan muda”. Marketer.com, April 2011, http://markteersmagazine.com// (diakses (10 Oktober 2014).
42
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 43-58
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ENDRA YAMAN STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to identify factors affecting audit report lag. Audit report lag is the time range between the end of fiscal year and the date of auditor report. There are seven factors used in this study: profitability, solvability, firm size, age of the company, auditor’s opinion, public ownership, and public accounting firm. This research used data from audited financial statements of manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange in the periode of 2008-2011. Sampling technique employed in this study is the purposive sampling with the total sample of 61 companies. The data analysis uses multiple regressions. The result shows that solvability, age of the company, and registered public accountant have significant influence towards audit report lag. On the other hand, profitability, firm size, auditor’s opinion, and public ownership have no influence on audit report lag. Keywords: Audit Report Lag, Profitability, Solvability, Firm Size, Age of the Company, Auditor’s Opinion, Public Ownership, and Registered Public Accountant. Abstract: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi keterlambatan laporan audit. Keterlambatan laporan audit adalah rentang waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan auditor. Ada tujuh faktor yang digunakan dalam penelitian ini: profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, opini auditor, kepemilikan publik, dan kantor akuntan publik. Penelitian ini menggunakan data dari laporan keuangan yang telah diaudit perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2011. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini sampel adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 61 perusahaan. Analisis data menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa solvabilitas, umur perusahaan, dan kantor akuntan publik terdaftar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan laporan audit. Di sisi lain, profitabilitas, ukuran perusahaan, opini auditor, dan kepemilikan publik tidak memiliki pengaruh pada keterlambatan laporan audit.
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Kata kunci:
Keterlambatan Laporan Audit, Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Opini Auditor, Kepemilikan Publik, dan Kantor Akuntan Publik.
PENDAHULUAN Di era globalisasi sekarang ini, informasi disadari sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap perusahaan mengelola informasi tersebut menjadi data yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia harus menaati peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yaitu dalam menyampaikan laporan keuangan. Pentingnya laporan keuangan sangat terlihat jelas bagi pihak investor dalam mengambil keputusan tentang berlanjut tidaknya kegiatan penanaman modal di perusahaan. Laporan keuangan yang tersaji terlebih dahulu harus diperiksa kebenarannya oleh seorang auditor kemudian auditor memberikan pendapat yaitu opini audit. Pemeriksaan laporan keuangan betujuan untuk memberikan keyakinan kepada investor terhadap penyajian laporan keuangan tersebut. Auditor harus memeriksa laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jarak waktu antara pemeriksaan laporan dan pelaporan hasil audit harus tepat waktu karena keterlambatan dapat menimbulkan spekulasi dini tentang ketidakvalidan atas laporan keuangan yang tersedia. Keterlambatan pelaporan keuangan akan berpengaruh terhadap pelaku pasar modal untuk memprediksikan nilai dalam perusahaan tersebut
44
November 2013
dikarenakan informasi yang diberikan dapat menunda pengambilan keputusan.
KERANGKA TEORITIS Audit Report Lag Menurut Ubaidillah dan Venny (2005), audit report lag merupakan interval jumlah hari dari tanggal laporan keuangan hingga tanggal laporan auditor ditandatangani. Ketepatan waktu merupakan batasan penting pada publikasi laporan keuangan untuk memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Ketepatan waktu tidak hanya menunjukkan bahwa laporan keuangan disajikan secara teratur dan tepat waktu, tetapi juga menjaga konsistensi transaksi sehingga laporan keuangan memiliki daya banding. Informasi dalam laporan keuangan akan lebih bermanfaat bagi pemakai jika disampaikan tepat waktu. Rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit, seperti yang dikemukakan oleh Aryati dan Theresia (2005). Berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK dengan Kep36/PM/2003 dijelaskan bahwa penyajian laporan keuangan untuk
ISSN: 1410 -9875
perusahaan go public harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan disertai laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Profitabiltas Probabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam periode tertentu (Kasmir, 114). Tingkat profitabilitas diperkirakan dapat mempengaruhi audit report lag. Menurut Lianto dan Kusuma (2010), jika perusahaan mengalami laba, maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu karena ingin menyampaikan berita baik kepada publik dan jika mengalami rugi, maka manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu. Auditor yang mengaudit perusahaan yang mengalami kerugian cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan proses auditnya. Hal serupa ditemukan oleh Carslaw & Kaplan (1991) dalam Rachmawati (2008) bahwa perusahaan yang mengalami rugi operasional cenderung meminta auditornya untuk melakukan proses audit lebih lambat dari biasanya. Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin agar mengumumkan berita baik kepada publik lebih awal. Audit report lag akan lebih cepat saat tingkat profitabilitas perusahaan tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah.
Endra Yaman
Terdapat pengaruh Ha1 profitabilitas terhadap audit report lag. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya dan melunasi seluruh hutang dengan menggunakan asetaset yang dimilikinya. Lianto dan Kusuma (2010) menyatakan bahwa proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen dan kecurangan. Auditor memerlukan waktu yang lama dalam pemeriksaan solvabilitas yang tinggi untuk mendapat kepastian atas niai wajar dari perusahaan tersebut. Dengan demikian, semakin tinggi nilai solvabilitas suatu perusahaan maka audit report lag semakin lama dan sebaliknya bila solvabilitas rendah maka audit report lag akan lebih cepat. Ha2 Terdapat pengaruh solvabilitas terhadap audit report lag. Ukuran Perusahaan Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan dapat dinilai dari kegiatan operasional serta banyaknya transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Perusahaan yang besar cenderung melakukan proses pengauditan lebih cepat daripada perusahaan yang kecil sehingga ukuran perusahaan dapat mempengaruhi audit report lag (Petronila, 2007). Menurut Bean dan Bernardi (2001), perusahaan yang
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
besar memiliki sumber daya dalam menggunakan internal control dan teknologi sehingga menghasilkan sedikit kesalahan dan lebih cepat melaporkan keuangan serta informasi perusahaan. Ha3 Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit report lag. Umur Perusahaan Halim (2000) menyatakan bahwa umur perusahaan atau lamanya menjadi klien dari Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap laporan audit.Perusahaan yang dahulu terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih lama jangka waktunya menjadi klien dari suatu KAP dibanding dengan perusahaan yang baru terdaftar dalam BEI. Terdapat pengaruh negatif antara umur perusahaan dengan audit report lag. Menurut Lianto dan Kusuma (2010), semakin lama umur perusahaan maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin lama dan sebaliknya jika semakin singkat umur perusahaan maka jangka waktu pelaporan auditnya akan semakin cepat. Adanya pengaruh positif antara umur perusahaan dengan audit report lag dikarenakan perusahaan yang lama terdaftar di BEI dipastikan perusahaan tersebut telah lama berdiri pula. Perusahaan memperluas jaringan seperti membuka banyak cabang ke beberapa daerah dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini yang menyebabkan audit report lag semakin lama ketika umur perusahaan lebih lama daripada umur perusahaan yang lebih singkat terdaftar di BEI.
46
November 2013
Ha4 Terdapat pengaruh umur perusahaan terhadap audit report lag. Opini Audit Menurut Iskandar dan Trisnawati (2010) opini audit merupakan pendapat yang diberikan seorang auditor atas kewajaran dari laporan keuangan. Laporan audit merupakan sarana auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan memiliki suatu kepentingan dengan kliennya. Jadi laporan audit berisi tentang opini auditor yang merupakan pernyataan kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting dalam pengauditan karena merupakan informasi utama kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Menurut Utami (2006), perusahaan yang menerima pendapat qualified atau wajar dengan pengecualian maka audit report lag cenderung lebih lama daripada yang menerima pendapat unqualified. Ha5 Terdapat pengaruh opini audit terhadap audit report lag.
ISSN: 1410 -9875
Kepemilikan Publik Kepemilikan publik adalah kepemilikan masyarakat umum terhadap saham perusahaan publik. Menurut Hilmi dan Syaiful (2008), perusahaan publik menjual surat berharga melalui pasar modal yang berbentuk saham. Kepemilikan saham publik disebut juga shareholder’s dispersion karena merupakan perwakilan dari para pemegang saham yang dipertimbangkan sebagai kelompok atau perorangan.Dengan adanya penjualan surat berharga tersebut, menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu berubah menjadi uang kas. Menurut Suharli dan Rachpriliani (2006), semakin banyak kepemilikan saham yang beredar di masyarakat, maka audit report lag semakin lama dikarenakan pengawasan terhadap kegiatan manajemen relatif rendah serta perusahaan lebih berhati-hati dalam menampilkan informasi keuangannya kepada publik. Sebaliknya, bila kepemilikan saham publik sedikit, pengawasan terhadap manajemen atas laporan keuangan terjaga sehingga audit report lag semakin cepat. Ha6 Terdapat pengaruh kepemilikan publik terhadap audit report lag. Ukuran KAP ( Kantor Akuntan Publik) Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. Menurut
Endra Yaman
Suharli dan Rachpriliani (2006), kantor akuntan publik besar yang dapat berlaku universal adalah big four world wide accounting firm. Terdapat kecenderungan bahwa KAP The Big Four lebih cepat menyelesaikan proses audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara tepat dan akurat diimbangi dengan intensitas pengalaman dan fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk melakukan audit tepat pada waktunya. Adapun The Big Four di Indonesia adalah: 1. Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan 2. Ernst & Young, bekerjasama dengan KAP Purwanto, Sarwoko & Sandjaja 3. Deloitte Touche Tohmatsu (DTT), bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio & Rekan 4. Klynveldt Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja Kartika (2009) menyatakan bahwa KAP besar lebih cepat memberikan laporan atas pemeriksaan yang dilakukan, sedangkan KAP yang kecil melakukan pengauditan lebih lama dikarenakan jumlah karyawan yang sedikit serta memiliki jadwal yang kurang fleksibel sehingga memungkinkan adanya keterlambatan dalam memberikan audit report lag. Ha7 Terdapat pengaruh ukuran KAP terhadap audit report lag.
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Model penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah: Profitabilitas
Solvabilitas Ukuran Perusahaan Umur Perusahaan
Audit Report Lag
Opini Audit Kepemilikan Publik Ukuran KAP
METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi atau objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2011. Metoda pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metoda purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara konsisten dari tahun 20082011, mempublikasikan laporan keuangannya pada akhir periode, menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya, menerbitkan laporan auditor atas perusahaannya, memiliki laporan keuangan serta informasi lengkap selama periode penelitian dan
48
melaporkan laba selama periode 2008-2011. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah 61 perusahaan. Secara keseluruhan, data yang digunakan sebanyak 244 data perusahaan. Oleh karena data yang digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji outlier untuk melihat data yang menyimpang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan serta laporan auditor yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Data tersebut diperoleh melalui situs www.idx.co.id yang merupakan situs dari PT. Bursa Efek Indonesia.
ISSN: 1410 -9875
Endra Yaman
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Audit Report Lag
Audit report lag dapat diukur dengan menggunakan skala rasio.Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Audit Report Lag (ARL) = tanggal laporan audit – tanggal laporan tutup buku Profitabilitas Skala yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas ini menggunakan skala rasio yaitu Return on Asset (ROA). Menurut Gitman (2012, 81), ROA merupakan rasio yang digunakan untuk Return on Asset = Solvabilitas Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala rasio yang dapat diukur dengan menggunakan
mengukur keseluruhan dari efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan profit atau keuntungan dengan menggunakan aktiva yang tersedia. Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Profit After Tax Total Assets
rasio total debt to total assets. Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Debt proportion =
����� ���� ����� �������
Ukuran Perusahaan Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan skala rasio yaitu dengan perhitungan natural logaritma (Ln) dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Variabel dapat dirumuskan sebagai berikut: Ukuran Perusahaan = Ln (total aktiva)
perusahaan terdaftar di BEI (bulan) Opini Audit Opini audit dapat diukur dengan menggunakan dummy variable, yaitu nilai 0 untuk perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified dan nilai 1 untuk perusahaan yang mendapatkan opini unqualified.
Umur Perusahaan Dalam penelitian ini, umur perusahaan dihitung dengan menggunakan skala rasio. Menurut Lianto dan Kusuma (2010), umur perusahaan dapat diukur sejak perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun penelitian.Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Umur Perusahaan = tahun penelitian (bulan) -
Kepemilikan Publik Skala yang digunakan adalah skala rasio. Dalam penelitian ini, kepemilikan publik dapat diukur berdasarkan persentase kepemilikan publik yaitu seberapa besar saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Kepemilikan Publik =
November 2013
������ ����� ���� �������� ���� ������
Ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik) Dalam penelitian ini, KAP dapat diukur dengan dummy
����� �����
variable,yaitu nilai 0 untuk KAP nonbig four dan nilai 1 untuk KAP big four.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan data penelitian yang ada maka diperoleh hasil statistik deskriptif sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Std. Variabel N Minimum Maximum Mean Deviation ARL 244 30 142 74.75 15.783 ROA 244 0.0002 0.4162 0.103919 0.0981123 DEBT 244 0.0053 0.9482 0.411493 0.1836320 UKUR 244 24.8502 32.6649 27.810184 1.5746075 UMUR 244 3 366 200.89 69.798 OPINI 244 0 1 0.99 0.090 PUBLIK 244 0.0000 0.9686 0.256093 0.1778082 KAP 244 0 1 0.45 0.499
Nilai minimum dari audit report lag adalah 30 berarti audit yang dilakukan paling cepat selama 30 hari, dan nilai maksimumnya adalah 142 dimana audit yang dilakukan paling lama selama 142 hari. Nilai rata-ratanya adalah 74,75 dengan standar deviasinya adalah 15,783, berarti rata-rata audit report lag yang terjadi pada periode penelitian adalah 74,75 hari. Nilai minimum dari probabilitas adalah 0,0002, nilai maksimumnya adalah 0,4162, nilai rata-ratanya adalah 0,103919 dan standar deviasinya adalah 0,0981123. Nilai minimum dari solvabilitas adalah 0,0053, nilai maksimumnya adalah 0,9482, nilai rata-ratanya adalah 0,411493 dan standar deviasinya adalah 0,1836320. Nilai minimum dari ukuran perusahaan adalah 24,8502, nilai
50
maksimumnya adalah 32,6649, nilai rata-ratanya adalah 27,810184 dan standar deviasinya adalah 1,5746075. Nilai minimum dari umur perusahaan adalah 3 hari, nilai maksimumnya 366 hari, nilai rataratanya adalah 200,89 hari dan standar deviasinya adalah 69,798 hari. Nilai minimum dari opini audit adalah 0 berarti sedikit perusahaan yang diberikan opini selain unqualified opinion dan nilai maksimum adalah 1 dimana banyak perusahaan diberikan opini unqualified opinion oleh auditor. Nilai rata-ratanya adalah 0,99 dan standar deviasinya adalah 0,90. Nilai minimum dari kepemilikan publik adalah 0,000, nilai maksimumnya adalah 0,9686, nilai rata-ratanya adalah 0,256093 dan
ISSN: 1410 -9875
Endra Yaman
standar deviasinya adalah 0,1778082. Nilai minimum dari ukuran KAP adalah 0 berarti sedikit perusahaan yang diaudit oleh KAP selain big four dan nilai maksimumnya adalah 1 dimana dalam penelitian banyak perusahaan yang diaudit oleh KAP
big four. Nilai rata-ratanya adalah 0,45 dengan standar deviasinya adalah 0,499. Hasil dari uji normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dapat dilihat pada tdi bawah ini:
Tabel 2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Kesimpulan Residual Asymp. Sig. (2-tailed) 0,170 Terdistribusi Normal Sumber: Output Data SPPS 11.5
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai asymp. sig (2-tailed) adalah 0,170 berada diatas 0,05 yang berarti bahwa model regresi secara residual
Variabel Profitabilitas Solvabilitas Ukuran Perusahaan Umur Perusahaan Opini Audit Kepemilikan Publik KAP
terdistribusi normal. Sehingga, tidak perlu untuk melakukan uji outlier. Hasil dari uji multikolinearitas tertuang dalam tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Kesimpulan Tolerance VIF 0,626 1,598 Tidak Terjadi Multikolinearitas 0,851 1,175 Tidak Terjadi Multikolinearitas 0,560 1,787 Tidak Terjadi Multikolinearitas 0,739 0,981 0,738
1,352 Tidak Terjadi Multikolinearitas 1,020 Tidak Terjadi Multikolinearitas 1,355 Tidak Terjadi Multikolinearitas
0,439
2,275 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Sumber: Output Data SPPS 11.5
Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Model 1
Variabel RES_2
Sig 0,679
Sumber: Output Data SPPS 11.5
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi atau terdapat kesalahan pengganggu
pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Kesimpulan Profitabilitas 0,033 Terjadi Heteroskedastisitas Solvabilitas 0,999 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Ukuran Perusahaan 0,747 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Umur Perusahaan 0,582 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Opini Audit 0,400 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Kepemilikan Publik 0,678 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas KAP 0,187 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas Sumber: Output Data SPPS 11.5
Hasil dari uji R ditunjukkan oleh tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) Model
R
1
0,340
Sumber: Output Data SPPS 11.5
Nilai dari koefisien korelasi (R) bernilai 0,340 lebih kecil dari 0,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang lemah dan positif antara profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, opini audit, kepemilikan publik, dan ukuran KAP terhadap audit report lag. Hasil dari uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 7 Hasil Uji Adjusted R Square Adjusted R Model Square 1 0,089 Sumber: Output Data SPPS 11.5
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 7 diatas, besarnya variasi variabel dependen yaitu audit report lag yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, opini audit, kepemilikan publik, dan ukuran KAP adalah sebesar 8,9% dan sisanya 91,1% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini.
Tabel 8 Hasil Uji F Model
F
Sig.
1
4,398
0,000
Sumber: Output Data SPPS 11.5
52
ISSN: 1410 -9875
Endra Yaman
Pada tabel uji F terdapat nilai signifikasi sebesar 0,000. Nilai tersebut berada dibawah 0,05 sehingga menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini fit dan data sesuai dengan model. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Konstanta ROA DEBT UKUR UMUR OPINI PUBLIK KAP
B 55.830 -4.449 16.244 0.458 0.041 -3.871 -1.394 -8.995
Profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,721.Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,577. Opini audit juga tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,720. Kepemilikan publik tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag karena memiliki nilai signifikan sebesar 0,826. Maka dalam hal ini bahwa Ha1,Ha3,Ha5 dan Ha6 tidak terdukung. Solvabilitas memiliki pengaruh terhadap audit report lag karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005. Umur perusahaan juga berpengaruh terhadap audit report lag karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0,012. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh terhadap audit report lag karena memiliki nilai signifikansi 0,002. Hal ini berarti Ha2, Ha4, dan Ha7 terdukung.
T 2.419 -0.357 2.841 0.559 2.547 -0.358 -0.220 -3.079
Sig 0.016 0.721 0.005 0.577 0.012 0.720 0.826 0.002
PENUTUP Dari hasil pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini konsisiten dengan penelitian Cahyadi dan Nurkholis (2006), penelitian Rachmawati (2008) dan penelitian Ubaidillah dan Venny (2008). Namun hal ini bertolak belakang dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010),serta Suharli dan Rachpriliani (2006) yang menyatakan bahwa semakin tinggi secara signifikan berpengaruh terhadap audit report lag. 2. Solvabilitas memiliki pengaruh positif terhadap audit report lag. Semakin tinggi nilai solvabilitas perusahaan maka audit report lag semakin lama. Hal ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan Lianto dan Kusuma (2010), penelitian Suharli dan Rachpriliani (2006) serta penelitian yang dilakukan oleh Ubaiddilah dan Venny
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
(2008). Namun hal ini bertolak belakang dengan penelitian Meiden (2007), penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) serta penelitian Rachmawati (2008) bahwa solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. 3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini konsisiten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010), penelitian Rachmawati (2008), serta penelitian Meiden (2007).Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Theresia (2005) serta penelitian oleh Halim (2000) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit report lag karena semakin besar ukuran perusahaan semakin lama proses audit yang terjadi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit report lag. 4. Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap audit report lag. Semakin lama umur perusahaan maka audit report lag semakin lama. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lianto dan Kusuma (2010) serta penelitian Halim (2000). Namun hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Courtis dalam Petronila (2007), dan penelitian Saleh (2004) bahwa tidak terdapat pengaruh
54
November 2013
antara umur perusahaan dengan audit report lag. Hal ini juga tidak konsisten dengan penelitian oleh Ashton (1987) dalam Halim (2000) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan yaitu semakin lama umur perusahaan maka semakin pendek audit report lag. 5. Opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Iskandar dan Trisnawati (2010) serta penelitian oleh Cahyadi dan Nurkholis (2006). Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Meiden (2007), penelitian Ubaidillah dan Venny (2008) serta penelitian Kartika (2009) yang menyatakan bahwa opini audit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit report lag yaitu perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian akan memiliki audit report lag yang lama. 6. Kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharli dan Rachpriliani (2006). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ang (1997) dalam Suharli dan Rachpriliani (2006) serta penelitian oleh Hilmi dan Syaiful (2008) bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemilikan publik terhadap audit report lag. Kepemilikan publik yang besar membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam
ISSN: 1410 -9875
7.
ini 1.
2.
menampilkan laporan keuangan kepada publik sehingga audit report lag lebih lama. Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Perusahaan yang diaudit oleh KAP big four akan menghasilkan audit report lag lebih cepat daripada KAP selain big four. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010), penelitian Suharli dan Rachpriliani (2006), dan penelitian Kartika (2009). Namun hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabandari dan Rustiana (2006), penelitian Aryati dan Theresia (2005) serta penelitian Sumiadji (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara ukuran KAP terhadap audit report lag. Keterbatasan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Penelitian ini hanya menggunakan data perusahaan manufaktur saja sehingga objek penelitian belum mencakup keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periodepenelitian relatif pendek yaitu tahun 2008 sampai 2011.
Endra Yaman
Penelitian ini hanya menggunakan tujuh variabel independen. Sementara berdasarkan uji koefisien determinasi, variasi variabel independen hanya bisa dijelaskan oleh variabel dependen sebesar 8,9% dan sisanya sebesar 91,1% dijelaskan oleh variabel lain. Sehingga ketujuh variabel ini belum menggambarkan audit report lag perusahaan secara keseluruhan. 4. Terjadinya Heteroskedastisitas pada salah satu variabel dalam penelitian ini yaitu profitabilitas. Dari keterbatasan-keterbatasan penelitian di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas objek penelitian, tidak hanya terbatas pada perusahaan-perusahaan manufaktur saja. 2. Penelitian selanjutnya dapat memperluas periode penelitian. 3. Penelitian selanjutnya dapat memperluas variabel-variabel penelitian yang diperkirakan berpengaruh terhadap audit report lag, misalnya, total revenue, jenis industri, arus kas operasi, dan sebagainya. 3.
REFERENSI Ahmad, Hamzah, M.Naisrul Alim dan Imam Subekti. 2005. Pengujian Empiris Audit Delay Menggunakan Client Cyle Time dan Firm Cycle Time. Artikel SNA VIII. hlm. 941-954. Aryati, Titik dan Maria Theresia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi: Auditing dan Informasi. Vol 5. hlm 271-287.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Bean, David dan Richard A. Bernardi. 2001. Improvements In Audit Report Lag and Reporting Timeliness: A Non-Event For Technology Advances. Journal of Business and Economics Research. Vol.1, Number 2. Cahyadi, Arief dan Nurkholis. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.Vol 16. No.25. hlm 911-926. Ghozali, H. Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence. 2012. Principle of Managerial Finance 13th edition. Prentice Hall. Halim, Abdul. 2007. Persepsi Investor dan Kreditor di Indonesia terhadap Audit Report Milik Perusahaan Terbuka yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol 8. Nomor 2. Halim, Varianada. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 2. No.1. hlm 63-75. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers. Hilmi FH, Utari dan Ali, Syaiful. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yng Terdaftar di BEJ Periode 20042006). Simposium Nasional Akuntansi XI. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.1). Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Insitut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntansi Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. hlm 1-17. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lianto, Novice dan Budi H. Kusuma. 2010. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12. hlm 97106. Meiden, Wenny Carmel. 2007. Variabel Total Lag Laporan Keuangan Perusahaan Manufakur di BEJ. Akuntabilitas. hlm 18-22. Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan Umur Perusahaan atas Audit Delay. Akuntabilitas. hlm 129-141. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 10. hlm 1-10. Rudyawan, A.P dan I Dewa Nyoman Badera. 2009. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.Vol 4. No.2. hlm 129-138. Rustiana dan J.D. Meity Prabandari. 2007. Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ). Kinerja. Vol 11. Hlm 27-39.
56
ISSN: 1410 -9875
Endra Yaman
Saleh, Rachmat. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar Bali. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A skill Building Approach. 2010. John Wiley and Sons Ltd. Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis. McGraw Hill International Edition. Suharli, Michell dan Awaliawati Rachpriliani. 2006. Studi Empiris Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 8. hlm 34-55. Sumiadji. 2009. Hubungan antara Audit Delay dan Kantor Akuntan Publik yang Memiliki Kerjasama Internasional. Polibis: Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 7. Trisnawati, Estralita dan Meylisa J. Iskandar. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.Vol 12. hlm 175-186. Ubaidillah dan M.G. Venny. 2008. Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus: BAPEPAM Tahun 2005). Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi. Vol 2. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta.Bulletin Penelitian.
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
58
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 59-68
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA EDRIC KURNIADI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of some variables toward firm leverage. The variables are profitability, sales growth, company size, asset tangibility, firm growth, dividend policy and managerial ownership. This research was using 33 manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange during 2008-2011. The data are collected using purposive sampling method. The analysis and decision making about the hypothesis using multiple regression analysis. The results of this research indicate that sales growth and asset tangibility have an influence towards firm leverage. Profitability, firm size, firm growth, dividend policy and managerial ownership have no influence to the firm leverage. Keywords: Profitability, Sales Growth, Company Size, Asset Tangibility, Firm Growth, Dividend Policy, Managerial Ownership, and Leverage. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel terhadap leverage perusahaan. Variabel- variabel tersebut adalah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, keberwujudan aset, pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial. Penelitian ini menggunakan 33 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia selama 2008-2011. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis dan pengambilan keputusan tentang hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan dan keberwujudan aset memiliki pengaruh terhadap leverage perusahaan. Profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap leverage perusahaan. Kata Kunci: Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Keberwujudan Aset, Pertumbuhan Perusahaan, Kebijakan Dividen Kepemilikan Manajerial, Leverage
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN Persaingan bisnis dewasa ini sudah semakin sangat ketat, selain perusahaan harus pintar-pintar melakukan inovasi agar tetap bisa bertahan, kekuatan financial juga menjadi hal yang penting dalam rangka membangun, mempertahankan, atau mengembangkan sebuah usaha bisnis. Dalam rangka memenuhi kebutuhan keuangannya tersebut, perusahaan bisa mendapatkannya dari modal sendiri (equity) si pemilik usaha, mengajak orang lain untuk ikut serta menjadi bagian pemilik perusahaan, atau dari sumber pembiayaan eksternal berupa pinjaman atau yang sering disebut dengan hutang (debt). Melihat banyaknya faktor – faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan kebijakan hutang dan banyaknya penelitian serupa dengan variabel yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Salah satu penyebab masalah keagenan adalah bahwa adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan para pemegang saham. Pihak manajemen tidak menyukai pendanaan menggunakan
60
November 2013
hutang, karena mempunyai risiko yang tinggi, sedangkan pihak pemegang saham lebih menyukai pendanaan dengan menggunakan hutang. Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), penyebab lain konflik antara manager dengan pemegang saham adalah dalam hal pengambilan keputusan pendanaan. Para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversivikasi dengan baik, Sedangkan manager lebih peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan. Pecking Order Theory Pecking order theory menilai bahwa perusahaan cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Perusahaan memerlukan dana eksternal jika dana internal yang dimiliki tidak cukup dan sumber daya yang diutamakan adalah hutang (Surya dan Rahayuningsih, 2012). Kebijakan Hutang Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan yang penting bagi perusahaan. Kebijakan hutang (leverage) merupakan keputusan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak ketiga untuk melakukan investasi dan perluasan usahanya. Menurut Setiabudi dan Agustia (2012), kebijakan hutang diukur dengan menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR), yaitu dengan membagi total hutang dengan total aset.
ISSN: 1410 -9875
Profitabilitas Profitabilitas memiliki pengaruh penting dalam performa bisnis perusahaan, karena profitabilitas merefleksikan laba yang didapat oleh perusahaan. Profitabilitas adalah standar dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan hal tersebut mengindikasikan efektivitas dari manajemen perusahaan dalam mengggunakan aset untuk menghasilkan laba sebesar mungkin (Setiabudi dan Agustia, 2012). Pada tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai operasional, sebaliknya pada tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengurangi penggunaan hutang
Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan pada periode masa lalu dan dapat dijadikan prediksi pertumbuhan di masa yang akan datang. Murni dan Andriana (2007) menyatakan bahwa pendekatan pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah sebuah ilustrasi dari besar atau kecilnya skala perusahaan yang dipengaruhi oleh total asetnya (Setiabudi dan Agustia, 2012). Ukuran perusahaan secara langsung mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas operasi suatu perusahaan. Semakin besar perusahaan tersebut
Edric Kurniadi
maka semakin banyak dana yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan, salah satu sumber pendanannya adalah dengan hutang. Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah semua aktiva berbentuk yang dimiliki oleh perusahaan (Setiabudi dan Agustia, 2012). Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva yang besar, pasti bisa dengan mudah memperoleh pendanaan dengan menggunakan hutang, karena aktiva yang besar tersebut dapat dijadikan jaminan. Aktiva menjelaskan seberapa besar nilai dari aset yang dapat digunakan sebagai jaminan. Aset yang digunakan tersebut merupakan permintaan dari kreditor sebagai jaminan untuk pinjaman (Sudiyatno dan Sari, 2013).
Pertumbuhan Perusahaan Suatu perusahaan yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan akan memerlukan dana yang cukup besar, sehingga kemungkinan pengunaan hutang untuk kebutuhan dana juga meningkat. Menurut Sudiyatno dan Sari (2013), Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan eksternal lebih besar dibandingkan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah. Kebijakan Dividen Dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
emiten kepada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan (Susanto, 2011). Perusahaan dengan kebijakan deviden yang stabil, bahkan cenderung sangat tinggi pasti akan membutuhkan dana lebih untuk melakukan pembayaran dividen tersebut, salah satunya dengan adalah dengan menggunakan hutang. . Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan banyaknya jumlah saham beredar yang dimiliki oleh manajer yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Wahidahwati, 2002 dalam Steven dan Lina, 2011). Pengembangan Hipotesis berpengaruh Ha1 Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang.
November 2013
Penjualan Ha2 Pertumbuhan berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Perusahaan Ha3 Ukuran berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Ha4 Struktur Aktiva berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Perusahaan Ha5 Pertumbuhan berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Dividen Ha6 Kebijakan berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. Manajerial Ha7 Kepemilikan berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang. METODA PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kausalitas. Populasi atau obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut proses pemilihan sampel:
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2011. Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan tanggal 31 Desember. Perusahaan yang memiliki net income after tax negatif Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah Perusahaan yang tidak membagikan dividen kas secara berturut-turut Total data yang digunakan dalam penelitian Sumber: Hasil Pengumpulan Data
62
Jumlah Perusahaan
Jumlah Sampel
126
504
(2)
(8)
(51)
(204)
(5)
(20)
(35)
(140)
33
132
ISSN: 1410 -9875
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan rata-rata tingkat pengembalian atas aset Return on assets (ROA). Menurut Setiabudi dan Agustia (2011), profitabilitas diukur dengan skala rasio dengan rumus: ROA= Net income after tax Average Total Assets Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan perusahaan didefinisikan sebagai pertumbuhan level penjualan yang dialami oleh perusahaan dari satu tahun ke tahun selanjutnya. Pertumbuhan diukur dengan skala rasio dengan rumus sebagai berikut (Setiabudi dan Agustia 2012): Sales= Salest – salest-1 Salest-1 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diukur dari total aktiva perusahaan dengan skala pengukuran rasio dan rumus sebagai berikut (Setiabudi dan Agustia (2012): FirmSize= Natural logarithm of total asset Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah semua aktiva berwujud yang dimiliki perusahaan. Struktur aktiva diukur dengan skala pengukuran rasio dan rumus sebagai berikut (Setiabudi dan Agustia, 2012):
Edric Kurniadi
Asset tangibility=
Total Fixed Asset Total Asset
Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan dirumuskan sebagai berikut (Murni dan Andriana, 2007 dalam Indahningrum dan Handayani (2009): GROW=
Total aset akhir tahun Total aset awal tahun
3.3.1.1. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen diukur dengan dividend payout ratio (DPR). DPR diukur dengan skala rasio dan dihitung dengan rumus (Wahidahwati, 2002 dalam Susanto, 2011): DPR= Dividend EAT Keterangan: DPR : Dividend Payout Ratio EAT : Earnings after tax Kepemilikan manajerial Pengukuran variabel kepemilikan manajerial menggunakan variabel dummy, kode 1 berarti saham yang dimiliki oleh pihak managerial sedangkan kode 0 tidak dimiliki. Variabel ini menggunakan skala nominal. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang diukur dengan menggunakan leverage ratio (DAR). Menurut Setiabudi dan Agustia (2012), kebijakan hutang diukur dengan debt to asset ratio (DAR), yaitu: DAR=
Net Liabilities Total Assets
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Variable
N
DAR ROA SG CS AT FG DPR MO
132 132 132 132 132 132 132 132
November 2013
HASIL PENELITIAN Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maximum Mean 0,9482 0,4536 0,5301 32,6649 0,7313 1,5440 1,4217 1
0,0943 0,0056 -0.2901 24,8502 0,0507 0,8068 0,0027 0
0,369027 0,156513 0,143354 28,292505 0,3217000 1,127271 0,479808 0,46
Std. Deviation 0,1892417 0,1098870 0,1493471 1.6230749 0,1582524 0,1176513 0,3051119 0,500
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5
Tabel 3 Hasil Uji t Variabel
B
Std Error
Constant
-0,196
0,287
Return on asset
-0,214
0,163
Sales growth
0,300
0,121
Company size
0,009
Asset tangibility
t 0,682 1,313
Sig
Kesimpulan
0,497 0,192
Ha ditolak
2,490
0,014
Ha diterima
0,010
0,952
0,343
Ha ditolak
0,406
0,098
4,160
0,000
Ha diterima
Firm growth
0,131
0,161
0,811
0,419
Ha ditolak
Div_pay_ratio
0,024
0,056
0,435
0,665
Ha ditolak
Managerial_own
0,005
0,032
0,150
0,881
Ha ditolak
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 11.5
Y=
Persamaan model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: -0,196 – 0,214 ROA + 0,300 SG + 0,009 CS + 0,406 AT + 0,131 FG + 0,024 DPR + 0,005 MO + e.
PENUTUP
bahwa
64
Hasil penelitian menunjukan variabel profitabilitas,
ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen, dan kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh yang
ISSN: 1410 -9875
signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sudiyatno dan Sari (2013), Hidayat (2013), Surya dan Rahayuningsih (2012), Murtiningtyas (2012), dan Steven dan Lina (2011). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh dilakukan oleh Setiabudi dan Agustia (2012), Sudiyatno dan Sari (2013), Yeniate dan Destriana (2010), Joko (2011), dan Susanto (2011) yang menunjukan hasil bahwa variabelvariabel tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiabudi dan Agustia (2012) dan Hidayat (2013). Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya mengambil sampel dari perusahaan manufaktur saja, sehingga objek penelitian belum mencakup keseluruhan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian ini hanya menggunakan 7 variabel independen saja, sehingga ketujuh variabel tersebut
Edric Kurniadi
belum menggambarkan variabel yang mempengaruhi kebijakan hutang secara keseluruhan. 3. Periode penelitian yang dilakukan dalam melakukan pengujian hanya 4 tahun saja, yaitu periode 2008-2011. 4. Model regresi dalam penelitian ini terjadi masalah autokorelasi. Dari beberapa keterbatasanketerbatasan penelitian di atas, maka rekomendasi yang dapat diberikan bagi penelitian selanjutnya adalah: 1. Objek penelitian diperluas, sehingga tidak terbatas pada perusahaan manufaktur saja. 2. Melakukan penambahan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan hutang.. 3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memperluas periode penelitian dan menggunakan periode penelitian terbaru. 4. Dengan memperluas objek penelitian, melakukan penambahan variabel lain, dan memperluas periode penelitian dengan menggunakan periode penelitian terbaru, maka dapat diharapkan masalah autokorelasi dapat diatasi.
REFERENSI Anggraini, Novita dan Ceacilia Srimindarti. 2009. Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional dan Kebijakan Hutang Terhadap Kepemilikan Manajerial. Kajian Akuntansi, Vol. 1, No. 2, Agustus, hlm. 133-152.
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Algifari. 2010. Statistika deskriptif plus untuk ekonomi dan bisnis, edisi I. Yogyakarta: Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Godfrey, Jayne., Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, dan Scott Holmes. 2009. Accounting theory, 7th edition. John Wiley and Sons Ltd. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19, edisi V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hajiha, Zohreh., Hasan Ali Akhlaghi. 2012. The determinant of debt maturity structure in Iranian firm. World Applied Sciences Journal, Vol. 18, No. 5, Hlm. 624-632. Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. 2012. Determinant Kebijakan Hutang (Dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory) . Dinamika Akuntansi, keuangan dan perbankan, Vol. 1, No. 1, Mei, hlm. 11-24. Hastalona, Dina. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5, No.1, Maret, hlm. 60-72. Hidayat, M.Syafiudin. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang. 2013. Jurnal Ilmu Managemen, Vol. 1, No.1, Januari, hlm. 12-24. Indahningrum, Rizka putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan, free cash flow, dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang perusahaan. Jurnal bisnis dan akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember, hlm. 189-207. Joko, Agus. 2011. Analisis Kebijakan Hutang pada Perusahaan Go Public di BEI. Media Mahardika, Vol. 9, No. 3, Mei, Hlm. 25-40. Kartikahadi, Hans., Rosita Uli Sinaga, Merliyana Syamsul, Sylvia Veronica Siregar. 2012. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS, edisi I. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Morissan, Andy Corry, dan Farid Hamid. 2012. Metode penelitian survei, edisi pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Murtiningtyas, Andhika Ivona. 2012. Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Resiko Bisnis terhadap kebijakan hutang. Accounting Analysis Journal, Vol 1, No. 2, November. Narita, Rona Mersi. 2012. Analisis Kebijakan Hutang. Accounting Analysis Journal, Vol. 1, No. 2, November. Nabela, Yoandhika. 2012. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang pada perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen, Vol. 1, No.1, September, hlm. 1-8. Nengsi, Widya Hesti. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang dalam Perspektif Agency Theory Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Vol. 2, No. 1, hlm. 1-13.
66
ISSN: 1410 -9875
Edric Kurniadi
Setiabudi, Andy dan Dian Agustia. 2012. The Effect of Company Fundamental Factor to the Firm Leverage. Jurnal of basic and applied scientific research, Vol 2 (11), Hlm 11917-11923. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Steven dan Lina. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 13, No.3, Desember, hlm 163-181. Sudiyatmo, Bambang and Septavia. 2013. Determinants of debt policy: an empirical studying Indonesia stock exchange. International Research Journal. Educational Research (ISSN:2141-5161), Vol. 4(1), Februari, hlm 98-108. Surya, Dennys dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan non keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No.3, Desember, Hlm 213-225. Susanto, Yulius. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistimatik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No.3, Desember, hlm 195210. Wiliandri, Ruly. 2011. Pengaruh Blackholder Ownership dan Firm Size terhadap kebijakan hutang perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis, TH.16, No.2, Juli. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, April, hlm 1-16.
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
68
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 69-82
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA AUDITOR FERRY SUHARDJO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to determine whether the Independence, Organization Commitment, Good Governance, Leadership Style, Organization Culture and Motivation have a relationship with the auditor performance. The population in this study is the external auditor on the Public Accountant in Jakarta by using purposive sampling method. Data obtained by distributing directly to the external auditor. Questionnaires were distributed and about 240 pieces that can be used as sample for analysis as much as 167 pieces. Data analysis used multiple regression analysis. The test result showed two independent variables are: Leadership Style and Organization Culture have a positive on Performance of Auditor. While the Independence, Organizational Commitment, Good Governance and Motivation do not have a significant influence to Performance of Auditor. Keywords: Independence, Organization Commitment, Good Governance, Leadership Style, Organization Culture, Motivation, Performance of Auditor. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah independensi, Komitmen Organisasi, Tata Kelola yang Baik, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi memiliki hubungan dengan kinerja auditor. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor eksternal pada Akuntan Publik di Jakarta dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang diperoleh dengan membagikan langsung kepada auditor eksternal. Kuesioner didistribusikan sekitar 240 buah dan yang dapat digunakan sebagai sampel untuk analisis sebanyak 167 buah. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan dua variabel independen adalah: Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi memiliki pengaruh positif pada Kinerja Auditor. Sementara Independensi, Komitmen Organisasi, Tata Kelola yang Baik dan Motivasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Auditor. Kata kunci: Independensi, Komitmen Organisasi, Tata Kelola yang Baik, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Motivasi, Kinerja Auditor.
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN Menurut Agoes (2004), auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, serta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya, dan menjadi salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik atau mungkin sebaliknya. Kinerja auditor akan menjadi perhatian utama, baik untuk publik ataupun klien, dalam menilai hasil audit yang dilakukan. Profesi akuntan adalah yang harus/ paling penting bertanggung jawab atas laporan keuangan, terlebih lagi profesi akuntan dituduh sebagai pihak yang paling besar memberikan kontribusi terhadap kemerosotan perekonomian Indonesia (Ludigdo, 2006). Akan tetapi, kemerosotan perekonomian Indonesia sebagian besar dikarenakan tata kelola yang buruk (bad governance). Peran profesi akuntan selama ini belum optimal dalam mewujudkan good governance (Sunarsip, 2001). Prinsip dasar konsep pemahaman good governance pada KAP terkait antara lain dengan beberapa hal. Prinsip dasar tersebut terdiri dari fairness (keadilan), transparency
70
November 2013
(transparansi), accountability (akuntabilitas), dan responsibility (pertanggungjawaban Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi kinerja. Gaya kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi mungkin hal tersebut tidak disenangi (Luthans, 2002). Lok dan Crawford (2004) meneliti tentang pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap komitmen organisasi ditinjau dari tingkat pekerjaan dan budaya antar Negara. Gaya kepemimpinan berpengaruh lebih kuat terhadap komitmen organisasi di Australia, sedangkan di Hongkong gaya kepemimpinan berpengaruh negarif pada kepuasan kerja dan berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Komitmen organisasi memediasi hubungan antara perilaku kepemimpinan dengan kinerja, di mana anggota organisasi lebih puas dengan pekerjaannya dan kinerja mereka menjadi tinggi (Yousef , 2000). Di samping itu budaya organisasi memoderasi hubungan perilaku pimpinan dengan kepuasan kerja. Temuan Yousef ini mendukung penelitian Meyer et al. (1984) serta didukung oleh Lok dan Crawford (2004), Fernando et al (2005). Peneliti ingin membuktikan apakah komitmen organisasi akan mempengaruhi kinerjanya atau tidak, untuk mendukung penelitian Somers dan Bimbaum (1998) bahwa komitmen organisasi (affective and
ISSN: 1410 -9875
continuance) tidak berhubungan dengan kinerja. Penelitian sebelumnya membahas tentang Penerapan Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai mediasi pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor (Trisnaningsih, 2007). Akan tetapi, karena adanya beberapa pendapat yang berbeda dari beberapa peneliti. Hal itu lah yang menjadikan motivasi bagi peneliti untuk meninjau lebih jauh akan kebenaran variabel-variabel yang mempengaruhi Kinerja Auditor. Agar penelitian ini memberikan nilai yang berbeda atas penelitian sebelumnya, maka kali ini peneliti berupaya untuk menguji satu variabel tambahan yang mempengaruhi Kinerja Auditor yaitu Motivasi dan menjadikan variabel Motivasi menjadi variabel independen. Tujuan peneliti atas penelitian ini adalah membuktikan secara empiris bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, pemahaman good governance, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor RERANGKA TEORITIS Kinerja Auditor Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
Ferry Suhardjo
diberikan (Mangkunegara, 2005).
kepadanya
Independensi Dalam melaksanakan tugasnya dan tanggung jawabnya secara profesional, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis seorang auditor, ia tidak dibenarkan memihak kepada siapapun (IAPI: 2011). Komitmen Organisasi Komitmen organisasi adalah suatu keadaan di mana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan dan keinginanya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak kepada pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut (Robbins, 2002). Pemahaman Good Governance Pemahaman Good Governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha atau bekerja (Trisnaningsih, 2007). Pemahaman good governance dapat didefinisikan dengan seberapa jauh pemahaman atas konsep tata kelola perusahaan atau organisasi yang baik oleh para auditor. Pemahaman good governance merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik.
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Gaya Kepemimpinan Menurut Luthans (2002) dan Siagian (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis perilaku kepemimpinan yang saling berbeda di antara para manajer, yaitu perilaku berorientasi pada tugas (task oriented behavior), perilaku yang berorientasi pada tugas hubungan (relationship oriented behavior), dan perilaku berorientasi pada kepemimpinan partisipasif. Budaya Organisasi Budaya organisasi adalah suatu sistem nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang unik, dimiliki secara bersama oleh anggota suatu organisasi (Gibson, 1996). Budaya organisasi dapat menjadi kekuatan positif dan negatif dalam mencapai prestasi organisasi yang efektif. Kultur organisasi memiliki pengaruh yang kuat dalam suatu organisasi melalui penanaman nilai-nilai, pengharapan dan perilaku yang kemudian mempengaruhi individu, kelompok dan proses organisasi (Gibson, 1996). Motivasi Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Handoko,1995). Teori Motivasi Human Relations mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya. Dikatakan bahwa seseorang akan berprestasi, bila diterima dan diakui dalam lingkungannya. Teori ini menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak-
72
November 2013
kontak pribadi dengan bawahannya (Gibson, 1996). Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kinerja Auditor Trisnaningsih (2007) meneliti dengan judul Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor dengan uji SEM dengan hasil bahwa Independensi Auditor mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Temuan ini mendukung penelitian Bhagat dan Black (2001) tetapi berlawanan dengan penelitian Sukriah et al. (2009). Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor Trisnaningsih (2007) meneliti dengan judul Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor dengan uji SEM dengan hasil bahwa Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Temuan ini mendukung penelitian Meyer et al. (1984) tetapi berlawanan dengan penelitian Yuskar dan Devisia (2011) serta Somers dan Bimbaum (1998). Pengaruh Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor Trisnaningsih (2007) meneliti dengan judul Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
ISSN: 1410 -9875
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor dengan uji SEM dengan hasil bahwa Pemahaman Good Governance tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Temuan ini mendukung penelitian Young (2003) tetapi berlawanan dengan penelitian Yuskar dan Devisia (2011) serta Klapper dan Love (2002). Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor Trisnaningsih (2007) meneliti dengan judul Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor dengan uji SEM dengan hasil bahwa Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Temuan ini mendukung penelitian Wardani (2006) tetapi berlawanan dengan penelitian Marganingsih dan Martani (2009). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor Budaya Organisasi tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor (Trisnaningsih, 2007). Temuan ini mendukung penelitian Marganingsih dan Martani 2009 tetapi berlawanan dengan penelitian Yuskar dan Devisia (2011) serta Flamholtz dan Narasimhan (2005). Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Auditor Trisnaningsih (2003) meneliti dengan judul Pengaruh Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja Auditor: Motivasi sebagai Variabel
Ferry Suhardjo
Intervening (Studi Empiris Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur) menyatakan bahwa motivasi mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja. Temuan ini mendukung penelitian Bajuri (2009). Pengembangan Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan secara sementara untuk kemudian dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan model penelitian di atas maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: berpengaruh Ha1: Independensi terhadap Kinerja Auditor. Organisasi Ha2: Komitmen berpengaruh terhadap Kinerja Auditor. Good Ha3: Pemahaman Governance berpengaruh terhadap Kinerja Auditor. Kepemimpinan Ha4: Gaya berpengaruh terhadap Kinerja Auditor. Organisasi Ha5: Budaya berpengaruh terhadap Kinerja Auditor. berpengaruh Ha6: Motivasi terhadap Kinerja Auditor. METODA PENELITIAN Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah user atau staf eksternal auditor dari KAP yang ada di Jakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah nonprobability sampling, dengan pendekatan purposive sampling. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu: 1. Pendidikan terakhir minimal S1 Akuntansi 2. Lama bekerja di KAP minimum 2 tahun
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
3. Bidang Pekerjaan Akuntansi Auditing Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada eksternal auditor dengan mendatangi langsung beberapa KAP di Jakarta. Kinerja auditor adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Mengukur kinerja auditor tersebut digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Trisnaningsih (2007). Independensi adalah suatu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi, 2002). Komitmen organisasi dikatakan sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu (Robins, 1996). Pemahaman Good Governance dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara terbuka, transparan, akuntabel, equitable, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat (Widyananda, 2008). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu,
74
November 2013
mengarahkan, dan mengontrol pikiran, perasaan, atau prilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu (Effendi, 1992). Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Hofstede, 1990). Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Handoko, 1995). Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan regresi berganda. Adapun persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: KA = a + b1.IND. + b2.KO + b3.PGG + b4.GP + b5.BO + b6.MO + e Keterangan: KA : Kinerja Auditor a : Konstanta b1-b6 : Koefisien IND : Independensi KO : Komitmen Organisasi PGG : Pemahaman Good Governance GP : Gaya Kepemimpinan BO : Budaya Organisasi MO : Motivasi e : Error HASIL PENELITIAN Auditor yang menjadi objek pada penelitian ini adalah para Eksternal Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang tersebar di Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
Ferry Suhardjo
Tabel 1 Rincian jumlah sampel dan rincian pengembalian kuisioner Keterangan Total kuisioner yang dibagikan Total kuisioner yang tidak kembali Total kuisioner yang kembali Total kuisioner yang tidak lengkap Total kuisioner yang tidak memenuhi syarat penelitian Total kuisioner yang dapat digunakan Adapun profil 167 responden yang berpartisipasi pada penelitian ini disajikan data deskriptif demografi responden. Berdasarkan umur dapat diketahui responden berumur 20-25 tahun sebanyak 17,90%, 2630 tahun sebanyak 54,50%, 31-35 tahun sebanyak 17,40%, 36-40 tahun sebanyak 9%, dan di atas 40 tahun sebanyak 1,20%. Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui sebagian besar dari responden berjenis kelamin pria sebanyak 55.70% sedangkan wanita sebanyak 44.30%. Berdasarkan pendidikan dapat diketahui responden S1 Akuntansi sebanyak 69.50% dan
Jumlah 240 21 219 11
Persentase 100% 9% 91% 5%
41 167
17% 70%
responden S2 Akuntansi sebanyak 30,50%. Berdasarkan jabatan dapat diketahui responden Auditor Junior sebanyak 50,90%, Senior Auditor sebanyak 40,10%, dan Manager sebanyak 9%. Berdasarkan bidang pekerjaan semua responden bekerja di bidang auditing sebanyak 100%. Berdasarkan lama bekerja semua responden telah bekerja minimal 2 tahun sebanyak 100%. Untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai data penelitian berikut disajikan statistik deskriptif data sampel keseluruhan sebagai berikut:
Tabel 2 Tabel Statistik Deskriptif
INDEPENDENSI KOMITMEN ORGANISASI PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE GAYA KEPEMIMPINAN BUDAYA ORGANISASI MOTIVASI KINERJA AUDITOR Valid N (listwise)
N Minimum Maximum 167 33 55 167 24 56
Mean 44.39 47.32
Std. Deviation 3.724 6.005
167
27
39
33.88
2.447
167 167 167 167 167
25 19 21 46
45 38 48 57
36.90 30.20 40.13 50.29
3.677 3.638 4.710 2.656
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen.
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Tabel 3 Hasil Uji Regresi Parsial ((Uji t)
Variabel
Unstanda rdized Coefficie nts
Sig.
Kesimpulan
B (Constant)
31.193
0,000
INDEPENDENSI
-0.008
0.873 Ha1 gagal diterima
KOMITMEN ORGANISASI
0.036
0.408 Ha2 gagal diterima
PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE
0.008
0.91 Ha3 gagal diterima
GAYA KEPEMIMPINAN
0.152
0.005 Ha4 dapat diterima
BUDAYA ORGANISASI
0.278
0,000 Ha5 dapat diterima
MOTIVASI
0.087
0.079 Ha6 gagal diterima
Variabel independensi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.873. Tingkat signifikansi 0.873 > 0,05. Hal ini berarti Ha1 gagal diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, karena demografi para responden dominan menjabat sebagai junior auditor dan umur yang relatif muda (20-25 tahun 17,90% dan 26-30 tahun 54,50%) sehingga mereka belum benar-benar memahami bahwa pentingnya si kap independensi sebagai seorang auditor. Variabel komitmen organisasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.408. Tingkat signifikansi 0.408 > 0,05. Hal ini berarti Ha2 gagal diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, karena demografi para responden dominan menjabat sebagai junior auditor dan umur yang relatif muda (20-25 tahun 17,90% dan 26-30 tahun 54,50%) sehingga kurang keterlibatan dalam
76
masalah organisasi, mereka belum banyak berkomitmen terhadap organisasi dan cenderung mengejar karir (mencari batu loncatan). Variabel pemahaman Good Governance memiliki nilai signifikansi sebesar 0.910. Tingkat signifikansi 0.910 > 0,05. Hal ini berarti Ha3 gagal diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel pemahaman Good Governance tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, karena pemahaman yang baik tentang tata kelola organisasi dan kepatuhan tidak lagi mempengaruhi bagaimana seseorang melakukan tugas pekerjaannya. Variabel pemahaman gaya kepemimpinan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.005. Tingkat signifikansi 0.005 < 0,05. Hal ini berarti Ha4 dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel pemahaman gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, karena semakin baik gaya kepemimpinan yang ada
ISSN: 1410 -9875
di dalam organisasi (Kantor Akuntan Publik) maka akan meningkatkan kinerja auditor. Hal ini berarti bagaimana seorang atasan bersikap, menganyomi, mendukung, menegur atau bahkan mencemooh bawahannya. Variabel budaya organisasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000. Tingkat signifikansi 0.000 < 0,05. Hal ini berarti Ha5 dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, karena budaya organisasi memberikan arahan ataupun pedoman berperilaku bagi auditor dalam organisasi, di mana auditor tersebut tidak dapat berperilaku sekehendak hatinya melainkan harus menyesuaikan diri dengan siapa dan di mana mereka berada, sehingga akan berpengaruh kepada kinerja kerja. Semakin baik budaya yang dianut organisasi (Kantor Akuntan Publik) maka akan meningkatkan kinerja auditor. Variabel motivasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.079. Tingkat signifikansi 0.079 > 0,05. Hal ini berarti Ha6 gagal diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, karena keinginan dan kebutuhan auditor belum terpenuhi sehingga auditor kurang terpacu atau termotivasi untuk melaksanakan pekerjaannya semaksimal mungkin. PENUTUP Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menginvestigasi dan menguji beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja auditor di dalam Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan hasil analisis data yang telah
Ferry Suhardjo
dikumpulkan dan diolah, simpulan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor di dalam Kantor Akuntan Publik. Penelitian ini selaras dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah et al. (2009) tetapi berlawanan dengan penelitian Trisnaningsih (2007) dan Bhagat dan Black (2011). 2. Komitmen Organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor di dalam Kantor Akuntan Publik. Penelitian ini selaras dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuskar dan Devisia (2011) dan Somers dan Bimbaum (1998) tetapi berlawanan dengan penelitian Trisnaningsih (2007). 3. Pemahaman Good Governance tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor di dalam Kantor Akuntan Publik. Penelitian ini selaras dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) dan Young (2003) tetapi berlawanan dengan penelitian Klapper dan Love (2002) dan Yuskar dan Devisia (2011). 4. Gaya Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor di dalam Kantor Akuntan Publik. Penelitian ini selaras dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) dan Wardani (2006) tetapi berlawanan dengan penelitian Marganingsih dan Martani (2006). 5. Budaya Organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor di dalam Kantor Akuntan Publik.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Penelitian ini selaras dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuskar dan Devisia (2011) dan Flamholtz dan Narasimhan (2005) tetapi berlawanan dengan penelitian Trisnaningsih (2007) dan Marganingsih dan Martani (2006) 6. Motivasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja Auditor di dalam Kantor Akuntan Publik. Penelitian ini berlawanan dengan penelitian Trisnaningsih (2003) dan Badjuri (2009). Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan ini meliputi: 1. Responden dalam penelitian ini hanya ditujukan untuk responden yang bekerja pada perusahaan yang berada di sekitar DKI Jakarta saja, belum mencakup responden di wilayah lainnya. 2. Jumlah responden dalam penelitian ini hanya 167
November 2013
responden saja, sehingga tidak mampu menggambarkan jumlah eksternal auditor di wilayah DKI Jakarta. 3. Variabel independen dalam penelitian ini terbatas sehingga penelitian kurang representatif. Di lain sisi, keterbatasanketerbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini. Saran-saran yang dapat disampaikan kepada penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Menambah jumlah responden untuk berpartisipasi dari berbagai KAP yang ada di Jakarta ataupun wilayah lainnya. 2. Menambah beberapa variabel independen yang dapat mempengaruhi kinerja auditor untuk penelitian selanjutnya seperti Locus of Control, Pengalaman Auditor, Kompetensi Auditor, Kode Etik Auditor, dan Profesionalisme Auditor.
REFERENSI Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Badjuri, Achmad. 2009. “Pengaruh Komitmen Organisasional dan Profesional Terhadap Kepuasan Kerja Auditor dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening (Studi pada KAP di Jawa Tengah dan DIY)”. Jurnal Kajian Akuntansi. Universitas Stikubank, Semarang. Bhagat, S dan Black, B. 2001. The Non-Correlation Between Board Independence and Long Term Firm Performance. Journal of Corporation Law (27). Effendi, Onong U. 1992. Kepemimpinan dan Komunikasi. Jakarta: Mandar Maju. Fernando, J., Mulki, J.P., dan Marshall, G.W. 2005. A Meta-Analysis of The Relationship Between Organizational Commitment and Salesperson Job Performance. Journal of Business Research, (58).
78
ISSN: 1410 -9875
Ferry Suhardjo
Flamholtz, E., dan Narasimhan, R.K. 2005. Differential Impact of Cultural Elements on Financial Performance. European Management Journal, (23): 50-64 Fleishman, A dan Peters, D.R. 1962. Leadership Attitudes and Managerial “Success”, Personel Psychology. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan ke V Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Gibson James. L, Ivancevich John M dan Donnely James H, Jr. 1996. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Terjemahan. Jilid 1. Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. New Jersey. Pearson Prentice Hall. Handoko, T.H. 1995. Management Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi II, BPFE, Yogyakarta. Hofstede, G., Bram, N., Denise, D.O. and Geert, S. 1990. Measuring Organizational Culture: A Qualitative and Quantitative Study Across Twenty Cases. Administrative Science Quarterly. (35): 286-316. Husnan, Suad dan Heidjrachman. 2000. Manajemen Personalia. Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta. Indriantoro, Nur dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Erlangga, Edisi Pertama. Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Kreitner dan Kinichi. 1998. Organization Behavior. Irwin. McGraw-Hill. Boston. Larkin, Joseph M. 1990. Does Gender Affect Internal auditors’ Performance ? The Women CPA, Spring : 20 – 24 Lok, Peter dan Crawford, John. 2004. The effect of Organizational Culture and Leadership Style on Job Satisfaction and Organizational Commitment. The Journal of Management Development (23). Ludigdo, Unti. 2006. Sturkturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik; Sebuah Studi Interpretif. Simposium Nasional Akuntansi IX. Universitas Andalas, Padang. Luthans, Fred. 2002. Organizational Behavior. Ninth Edition. McGraw-Hill. Inc., New York. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Cetakan Pertama. PT. Refika Aditama, Bandung. Marganingsih, Arywarti dan D. Martanti. 2009. Analisis Variabel Anteseden Perilaku Auditor Internal dan Konsekuensinya Terhadap Kinerja. Simposium Nasibal Akuntansi XII, Palembang. Mautz, R.K. dan Sharaf, H.A. 1961. The Philosophy of Auditing. American Accounting Association. Meyer, J and N. Allen. 1984. Testing the “side bet theory” of organizational commitment: some methodological consideration, Journal of applied Psychology, (69): 372-378. Mayer, Roger C. dan F.D.Schoorman. 1992. Predicting Participation and Production Outcome through a Two-Dimensional Model Organizational
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Commitment. Journal the Academyof Management, Vol.35. No. Agustus, hlm.671-684. Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Nunnaly, J. dan Bernstein, IH. 1994. Psychometric Theory. New York. McGraw-Hill. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Robbins Stephen. 1996. Perilaku Organisasi. PT. Bhuana Ilmu Komputer Jakarta. Robbins Stephen. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga, Jakarta. Sapariah, Rina Ani, 2011. Pengaruh Good Governance dan Independensi Auditor terhadap Kinerja Auditor dan Komitmen Organisasi (Survey pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta). Jurnal Ekonomi Bisnis dan Perbankan. Vol.19, No.16. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, Fifth Edition. London: Wiley. Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta. Somers, M.J. dan Birnbaum, Dee. 1998. Work-Related Commitment and Job Performance; It’s Also The Nature of The Performance That Counts. Journal of Organizational Behavior, (19). Sukriah, Akram dan Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, ObSukriah, Akram dan Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. SNA XII. Palembang. Sunarsip, 2001. Corporate Governance Audit Paradigma Baru Profesi Akuntan dalam Mewujudkan Good Corporate Governance. Media Akuntansi, Edisi 17, April-Mei, Tahun VIII. Trisnaningsih, Sri. 2003. Pengaruh Komitmen terhadap Kepuasan Kerja Auditor: Motivasi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6. Hlm 199-216 Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Hlm 1-56. Wardani, Utari Tri. 2006. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Konflik Peran dan Ketidakjelasan Peran serta Kinerja Karyawan di Lingkungan Dinas Pendapatan Kota Batam. Widyananda. Herman. 2008. Revitalisasi Peran Internal Auditor Pemerintah untuk Penegakan Good Governance di Indonesia. Publikasi. Seminar, makalah, dan Sambutan. Universitas Padjajaran. Yousef, A. Davish. 2000. Organizational Commitment; A Mediator of the Relationship of Leadership Behavior With Job Satisfaction and Performance in A Non-Western Country. Journal of Management Pshychology, (15).
80
ISSN: 1410 -9875
Ferry Suhardjo
Young, Beth. 2003. Corporate Governance and Firm Performance: Is there a Relationship?. Ivey Business Journal. Yuskar, Dr. H., dan Selly Devisia. 2011. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Intergritas Auditor, Budaya Organisasi, dan Etos Kerja Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011.
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
82
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 83-100
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAANMANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA BINO SULAKSONO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to test and analyse the effect of tangibility of Assets, profitability, firm size, revenue growth, liquidity, nondebt tax shield, and managerial ownership to firm capital structure. The sample of this research was manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange from period 2010 until 2012. It consisted of 79 companies selected using purposive sampling method. The research resource were take from Indonesian Stock Exchange website. This study used multiple regression method to test the effect of each variable in influencing capital structure. The empirical result indicated that tangibility of assets, profitability, liquidity, and managerial ownership had a significant influence on capital structure. However, firm size, revenue growth and non-debt tax shield had no influence on capital structure. Keywords: Capital Structure, Tangibility of assets, revenue growth, non-debt tax shield. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh keberwujudan aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan pendapatan, likuiditas, keuntungan atas pajak yang bukan berasal dari hutang, dan kepemilikan manajerial untuk perusahaan struktur modal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode 2010 hingga 2012. Sampel ini terdiri dari 79 perusahaan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Sumber data diambil dari situs Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk menguji pengaruh masingmasing variabel dalam mempengaruhi struktur modal. Hasil empiris menunjukkan bahwa keberwujudan aset, profitabilitas, likuiditas, dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Namun, ukuran perusahaan, pertumbuhan pendapatan dan keuntungan atas pajak yang bukan berasal dari hutang tidak mempengaruhi struktur modal.
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Kata Kunci: Struktur Modal, Keberwujudan Aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Pendapatan, Likuiditas, Keuntungan Atas Pajak Yang Bukan Berasal Dari Hutang
PENDAHULUAN Dalam situasi perekonomian global saat ini, negara-negara dalam bidang ekonomi dan perdagangan sudah hampir tidak ada batasnya lagi. Sehingga menimbulkan persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin ketat. Hal ini akan mendorong manajer perusahaan untuk tetap menjaga kelangsungan hidup perusahaan agar senantiasa berproduksi lebih efisien dan berkembang di masa mendatang. Dalam menghadapi persaingan yang ada perusahaan harus memperhatikan unsur-unsur penting dalam keuangan yaitu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan dan mengembangkan usaha mereka dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, modal merupakan salah satu factor penting dalam perencanaan dan pengembangan bisnis demi mendukung keunggulan daya saing yang dimiliki perusahaan. Menurut Daulay (2009), pendanaan ada 2 (dua), yang bersumber dari dalam dan luar perusahaan. Pendanaan dalam perusahaan dapat berupa laba ditahan dan akumulasi penyusutan sedangkan pendanaan dari luar perusahaan berupa utang dari para kreditur, maupun dengan pengeluaran saham baru. Manajer harus mampu menentukan seberapa besar utang, saham preferen dan saham biasa yang dibutuhkan
84
perusahaan dalam struktur modalnya (Utami, 2009). Menurut Utami (2009), saat perusahaan menggunakan dana yang berasal dari utang maka biaya modal akan sebesar biaya bunga sedangkan jika perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pihak internal maka akan timbul opportunity cost dari dana atau modal yang akan digunakan. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang positif dapat menjadi dasar pertimbangan manajer untuk memilih opsi utang sebagai sumber pendanaannya karena perusahaan yakin dapat melunasi utangnya tersebut. Setiap keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dapat mempengaruhi risiko yang terkandung dalam harga saham perusahaan, profitabilitas dan risiko keuangan yang meliputi ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya dan ketidakmampuan perusahaan mencapai nilai perusahaan yaitu memaksimumkan harga saham bagi para pemegang saham. Oleh karena itu, keputusan struktur modal merupakan keputusan yang sangat penting bagi perusahaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut dari penelitian sebelumnya yang mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Najjar dan Petrov (2011). Penelitian Najjar dan Petrov (2011), menggunakan variabel independen yang terdiri dari struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan
ISSN: 1410 -9875
penjualan, dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah yang pertama dengan adanya penambahan variabel independen baru non-debt tax shield (Murhadi 2011), dan kepemilikan manajerial (Seftiani dan Handayani 2011), serta menggunakan data-data terbaru pada variabel yang akan diteliti yaitu periode 2010 sampai 2012. Alasan penambahan variabel non-debt tax shield adalah untuk menguji apakah pengurangan pajak dari depresiasi akan mendistribusikan manfaat pajak dari pendanaan secara kredit, dan penambahan variabel kepemilikan manajerial dianggap penting karena adanya perubahan struktur kepemilikan dalam perusahaan dapat menyebabkan perubahan struktur modal, dimana sebagian besar kekayaan mereka diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Alasan pemilihan struktur modal ini dikarenakan mengingat pentingnya struktur modal dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk mampu bersaing, bertahan hidup, dan berkembang dalam menentukan jumlah proporsi modal dan utang yang optimal. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Pecking Order Teori ini menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan pembiayaan yang dimulai dari urutan laba ditahan, utang kepada
Bino Sulaksono
pihak ketiga baik dengan pinjaman atau obligasi, dan yang terakhir dengan mengeluarkan saham baru (Brealey dan Myers 2013, dalam muhari 2011). Manajer keuangan perlu mempertimbangan faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal agar dapat memenuhi komposisi utang dan modal yang optimal. Sumber pendanaan internal akan menjadi prioritas utama bagi perusahaan dalam pendanaan investasi karena pendanaan internal memiliki risiko yang paling kecil dan tidak perlu “membuka diri” dari sorotan pemodal luar. Apabila perusahaan masih memerlukan dana untuk membiayai proyek-proyek di dalam perusahaan mereka lebih menyukai dana eksternal dalam bentuk utang dari pada modal sendiri. Karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama dan kekhawatiran manajer sebagai kabar buruk oleh para pemodal yang dapat menurunkan harga saham yang kemungkinan disebabkan asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak pemodal (Nurrohim 2008). Teori Keagenan Agency Theory yang dikemukakan oleh Horme (1995) menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen (sebagai agen) dan pemegang saham (sebagai pemilik). Pertentangan ini dapat terjadi karena manajer lebih mengutamakan kepentingan mereka sehingga dapat menyebabkan cost perusahaan meningkat dan menurunkan keuntungan perusahaan. Para pemegang saham berharap agar agen dapat bertindak untuk
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan keuntungan kepada pemegang saham. Untuk melakukan fungsinya dengan baik manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Menurut Rahayu dan Faisal (2005), terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menghilangkan permasalahan agensi dan menurunkan biaya yang berkenaan dengan agensi. Pertama, menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham dengan cara meningkatkan kepemilikan manajer pada perusahaan (Jensen dan Meckling 1976). Kedua, dengan meningkatkan penggunaan pendanaan melalui utang. Penggunaan utang tidak hanya menyelaraskan kepentingan kedua pihak, namun juga meningkatkan kemungkinan terjadinya kebangkrutan dan kehilangan pekerjaan bagi manajer. Dengan adanya risiko ini menjadikan manajer termotivasi untuk meningkatkan efisiensi. Teori Informasi Asimetris Menurut Gitman (2009), teori informasi asimetris (asymmetric Infomation theory) adalah suatu kondisi dimana manajer perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek perusahaannya ke depan dibanding dengan pihak lainnya. Menurut Nurdin (2004), signaling theory didasari pada informasi yang tidak simetris (asymmetric information) antara manajer yang mengelola perusahaan dan pihak investor. Manajer akan menggunakan signal yang memiliki kandungan informasi untuk membedakannya dari perusahaan lain. Implikasi dari teori
86
November 2013
ini adalah setiap tindakan yang diambil oleh manajer akan ditangkap sebagai sinyal oleh investor, yaitu: 1. Tindakan manajer menerbitkan saham baru akan ditangkap sebagai signal negatif (bad news) oleh para investor karena para investor menganggap kondisi keuangan perusahaan tidak stabil. 2. Tindakan manajer menerbitkan utang baru akan ditangkap sebagai signal yang positif (good news) oleh para investor karena hal itu mengindikasikan bahwa manajer percaya kondisi keuangan perusahaan akan meningkat di masa yang akan datang. Manajer akan beroperasi pada tingkat utang lebih rendah dari tingkat utang yang mungkin untuk menjaga bahwa manajer dapat menerbitkan utang untuk menutupi kebutuhan dana (Brigham et al. 1999 dalam Nurdin 2004). Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal Perubahan struktur aktiva dapat mengakibatkan perubahan struktur modal, karena pada dasarnya aktiva tetap dibelanjai dari sumber jangka panjang (utang). Salah satu persyaratan pengajuan pinjaman adalah adanya aktiva tetap berwujud yang dijaminkan, semakin besar nilai aktiva berwujud yang dimilik semakin besar pinjaman yang dapat diperoleh. Hasil penelitian Najjar dan Petrov (2011) konsisten dengan hasil penelitian Murhadi (2011) yang menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil penelitian Seftianne dan Handayani (2011)
ISSN: 1410 -9875
serta Wijaya dan Hadianto (2008) menyatakan bahwa struktur aktiva tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha1 : Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Profitabilitas terhadap Struktur Modal Menurut Utami (2009), profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan untuk membiayai investasi dan menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Penelitian Najjar dan Petrov (2011) menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap struktur modal. Namun penelitian menurut Muhardi (2011), serta Widjaja dan Kasenda (2008), profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya aset yang dimiliki perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang berukuran besar cenderung membutuhkan dana yang besar dalam membiayai kegiatan operasionalnya. Perusahaan yang
Bino Sulaksono
besar lebih mudah memasuki pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini karena para investor menganggap bahwa perusahaan yang besar akan memiliki finansial yang baik dan diyakini mampu memenuhi semua kewajiban-kewajiban yang ada. Menurut penelitian Najjar dan Petrov (2011), beserta Widjaja dan Kasenda (2008) menunjukkan terdapatnya pengaruh positif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Namun, penelitian menurut Margaretha dan Ramadhan (2010) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ukuran perusahaan Ha3 : berpengaruh terhadap struktur modal. Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Menurut Supriyanto dan Falikhatun (2008), perusahaan yang pertumbuhan penjualannya cepat akan menambah jumlah aktiva tetap perusahaan sehingga pertumbuhan perusahaan yang tinggi menyebabkan perusahaan mencari dana yang lebih besar (Pandey 2001). Menurut penelitian Najjar dan Petrov (2011), pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Menurut penelitian Elim dan Yusfarita (2010), tingkat pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Pertumbuhan penjualan Ha4 : berpengaruh terhadap struktur modal.
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Likuiditas terhadap Struktur Modal Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek. Menurut Pecking Order Theory, perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi tidak akan menggunakan utang sebagai pembiayaan aktivitas perusahaan. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi menggunakan dana internalnya terlebih dahulu dalam membiayai investasinya sebelum mengunakan pembiayaan eksternal melalui utang karena biaya internal lebih murah dibanding sumber eksternal yang berupa utang. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan memiliki kesempatan yang besar dalam mencari investor atau lembaga perbankan (Setiawan 2006). Berdasarkan penelitian Najjar dan Petrov (2011), dan Setiawan (2006) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Sementara hasil penelitian Seftianne dan Handayani (2011) menunjukkan bahwa likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. berpengaruh Ha5 :Likuiditas terhadap struktur modal. Non-debt Tax Shield terhadap Struktur Modal Menurut Rozikin (2008), Nondebt Tax Shield (NDTS) adalah pengurangan pajak untuk depresiasi dan kredit pajak investasi. Menurut Modigliani dan Miller (1958) dalam penelitian Lim (2012), bunga yang timbul dari utang dapat
88
November 2013
diperlakukan sebagi beban untuk menyeimbangi perpajakan. Selain utang, penyusutan aktiva tetap, dan kredit pajak investasi juga mampu mengkompensasi pembayaran pajak. Investasi dalam aktiva tetap didanai dari pinjaman jangka panjang akan menimbulkan biaya pinjaman yang berupa bunga pinjam dan beban penyusutan dari aktiva tetap. Penelitian menurut Murhadi (2011) serta Margaretha dan Ramadhan (2010), variabel non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap stuktur modal. Penelitian Lim (2011) serta Tekker et al. (2009) menyatakan bahwa non-debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Non-debt tax shield Ha6 : berpengaruh terhadap struktur modal. Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Modal Stuktur kepemilikan manajerial merupakan perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak luar dan dalam perusahaan. Jumlah kepemilikan dapat mempengaruhi struktur kepemilikan perusahaan oleh karena itu, untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah saham perusahaan yang diberikan kepada pihak manajemen. Menurut hasil penelitian Rahayu dan Faisal (2005), kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Namun, hasil penelitian menurut Seftianne dan Handayani (2011) menunjukkan kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
ISSN: 1410 -9875
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Kepemilikan manajerial Ha7 : berpengaruh terhadap struktur modal. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012. Penelitian ini mengambil sampel berupa perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2012. Pemilihan sampel menggunakan metoda purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan. Adapun proses pemilihan sampel disajikan pada tabel 1. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal yang terdapat di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari www.idx.co.id dan jurnal atau publikasi lain yang memuat informasi yang relavan dari penelitian ini. Definisi Operasional dan Pengukurannya Struktur modal adalah sumber pendanaan perusahaan yang terdiri dari kewajiban utang jangka panjang dan utang jangka pendek dengan total kewajiban yang digunakan untuk mendanai investasi-investasi asetnya (Najjar dan Petrov 2011). Variabel struktur
Bino Sulaksono
modal menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan rumus (Najjar dan Petrov 2011): Debt Rasio = Total Liabilities : Total Assets Struktur aktiva adalah rasio yang mengukur porsi 2(dua) komponen aktiva secara garis besar yaitu porsi aktiva tetap dari total aktiva (Najjar dan Petrov 2011). Tinggi rasio menunjukkan banyak aktiva tetap dan modal kerja yang relatif kecil, yang dapat mengurangi kemampuan perusahaan untuk mempertahankan persediaan. Variabel struktur aktiva menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan rumus (Najjar dan Petrov 2011): Tangibility of Assets =Fix Assets : Total Assets Profitabilitas adalah ukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu (Najjar dan Petrov 2011). Dalam penelitian ini, tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio Return on Assets (ROA). ROA adalah rasio profitabilitas yang mengukur efisiensi perusahaan untuk mengelola aset dan memanfaatkannya untuk menghasilkan keuntungan. Variabel profitabilitas menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan rumus (Najjar dan Petrov 2011): ROA= Net Income : Average Total Assets Ukuran perusahaan adalah ukuran yang menggambarkan besar kecilnya aset yang dimiliki perusahaan (Seftianne dan Handayani 2011). Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan dalam memgambil keputusan dalam membelanjai
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
aktivanya. Pada umumnya perusahaan besar lebih berani menggunakan utang dalam membelanjai aktivanya, dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil. Variabel ukuran perusahaan menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan rumus (Seftiani dan Handayani 2011): SIZE = Log natural Total Assets Pertumbuhan penjualan mencerminkan produktivitas perusahaan yang menggambarkan naik atau turunnya penjualan setiap tahun (Daulay 2009). Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan semakin tinggi juga pengunaan utangnya.Variabel pertumbuhan penjualan menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan rumus (Elim dan Yusfarita 2010): Revenue Growth = Sales(t+1) Sales(t) Sales(t) Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam mengunakan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancar (Najjar dan Petrov 2011). Variabel likuiditas menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan rumus (Najjar dan Petrov 2011): Quick Rasio = Short-Term Assets – Total Liabilities Non-debt tax shield merupakan pengurangan pajak untuk depresiasi dan kredit pajak investasi (Lim 2012). Variabel nondebt tax shield menggunakan skala rasio dan dapat diukur dengan rumus (Muhardi 2011): NDTS = Depreciation – Total Assets
90
November 2013
Kepemilikan manajerial adalah manajemen pemegang saham yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan (Seftianne dan Handayani 2011). Kepemilikan manajerial menggunakan dummy variabel untuk menunjukkan ada atau tidaknya pengaruh kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Di mana D 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan manajerial dan 0 untuk perusahaan yang tidak ada kepemilikan manajerialnya. Skala yang digunakan dalam kepemilikan manajerial adalah skala nominal. Metoda Analisis Data Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression) dalam pengujian hipotesisnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. DR i,t = α + ß1 TAi,t +ß2 PRi,t + ß3 Sizei,t + ß4 RGi,t + ß5 LQi,t + ß6 NDTSi,t + ……………ß 7 Kep_Mani,t + e Dalam hal ini, DR Struktur modal α Konstanta b1-b7 Koefisien regresi linear TA Struktur Aktiva PR Profitablitas Size Ukuran Perusahaan RG Pertumbuhan Penjualan LQ Likuiditas NDTS Non debt tax shield Kep_manj Kepemilikan manajerial e Error term yang merupakan variabel lain di luar model penelitan
ISSN: 1410 -9875
HASIL PENELITIAN Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan data seperti mencari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, minimum. Statistik deskriptif berfungsi mereduksi data agar lebih mudah diinterpretasikan. Hasil statistik deskriptif disajikan pada tabel 2. Tabel 3 menunjukan jumlah data yang memiliki kepemilikan manajerial adalah sebanyak 96 (Sembilan puluh enam) data dan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial adalah sebanyak 111 (seratus sebelas belas) data. Dari hasil pengujian normalitas residual pada tabel 4, maka diperoleh nilai asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,000 dimana nilainya lebih kecil dari tingkat kesalahan (α) yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Hal ini menyatakan bahwa data residual tidak berdistribusi normal. Karena data residual tidak berdistribusi normal, maka dilakukan outlier data dengan batas z-score sebesar 3. Namun setelah dilakukan outlier hasil pengujian kolmogorovsmirnov menunjukan nilai asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,144 sehingga data tersebut terdistribusi secara normal seperti pada tabel 5. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan data setelah dilakukan outlier. Tabel 6 menunjukkan bahwa dalam model regresi menunjukan bahwa variabel struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, likuiditas, non-debt tax shield dan kepemilikan manajerial memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal
Bino Sulaksono
ini dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas, yang artinya model regresi ini baik untuk digunakan karena tidak terdapat korelasi antara variabel struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, likuiditas, non-debt tax shield dan kepemilikan manajerial. Berdasarkan tabel 7, nilai sig dari struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, likuiditas, non-debt tax shield dan kepemilikan manejarial diatas 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan tabel 8, menunjukan nilai sig. res_2 sebesar 0,832 yang lebih besar dari 0,05. Berarti model penelitian tidak mengalami masalah autokorelasi. Berdasarkan tabel 9, nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,825. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen adalah kuat karena nilai R lebih dari 0,5. Nilai Adjusted R Square pada tabel 8 sebesar 0,669 yang menunjukan bahwa 66,9% variansi variabel struktur modal yang dapat dijelaskan oleh variabel struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, likuiditas, non-debt tax shield dan kepemilikan manajerial adalah sebesar 66,9% dan sisanya sebesar 33,1% dijelaskan oleh variasi variabel lainnya yang tidak terdapat dalam model penelitian. Dari tabel 10 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
fit dan sesuai dengan model penelitian. Tabel 11 hasil uji t menunjukkan bahwa struktur aktiva memiliki nilai koefisien negatif, yaitu sebesar 0,364. Hal ini berarti semakin tinggi struktur aktiva suatu perusahaan maka struktur modalnya semakin rendah. Begitupun sebaliknya, semakin rendah struktur aktiva suatu perusahaan maka struktur modalnya semakin tinggi. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih besar, akan menggunakan lebih sedikit utang, dalam kondisi pasar yang tidak stabil penggunaan utang dapat menurunkan nilai perusahaan. Variabel struktur aktiva memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti struktur aktiva (Ha1) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan bahwa struktur profitabilitas memiliki nilai koefisien negatif, yaitu sebesar 0,307. Hal ini berarti semakin tinggi nilai profitabilitas perusahaan semakin kecil struktur modalnya. Begitupun sebaliknya semakin kecil profitabilitas perusahaan semakin tinggi pula struktur modalnya. Penelitian ini mendukung pecking order theory yang mengasumsikan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi lebih menyukai pendanaan internal, sehingga akan mengurangi modal ekternal. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti memiliki profitabilitas (Ha2) pengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki
92
November 2013
nilai koefisien positif, yaitu sebesar 0,006. Hal ini berarti semakin tinggi ukuran perusahaan semakin tinggi pula struktur modalnya. Begitupun sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan semakin kecil pula struktur modalnya. Perusahaan yang berukuran besar akan lebih mudah dalam mencari investor yang hendak menanamkan modalnya dalam perusahaan dan juga dalam rangka memperoleh kredit dibandingkan perusahaan berukuran kecil, karena perusahaan yang berukuran besar cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada investor. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,273 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti ukuran perusahaan (Ha3) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki nilai koefisien positif, yaitu sebesar 0,068. Hal ini berarti semakin tinggi pertumbuhan penjualan semakin tinggi pula struktur modalnya. Begitupun sebaliknya semakin kecil pertumbuhan penjualan semakin kecil pula struktur modalnya. Perusahaan yang pertumbuhan penjualan tinggi akan menyebabkan perusahaan untuk terus mengembangkan usahanya, hal tersebut akan membutuhkan dana yang lebih banyak, sehingga dalam rangka hal tersebut, perusahaan akan melakukan pinjaman dari pihak luar untuk mendanai kegiatannya. Variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai signifikansi 0,063 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti pertumbuhan penjualan (Ha4) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
ISSN: 1410 -9875
Hasil uji t menunjukkan bahwa likuiditas memiliki nilai koefisien negatif, yaitu sebesar 0,126. Hal ini berarti perusahaan yang likuiditasnya tinggi, tidak memerlukan pendanaan berupa utang, sehingga struktur modalnya akan rendah. Begitupun sebaliknya semakin kecil likuiditas perusahan semakin besar pula struktur modalnya. Semakin tinggi likuiditas perusahaan dapat mengidentifikasikan perusahaan berada dalam kondisi yang sehat. Hal ini akan mempermudah perusahaan memperoleh kewajiban jangka panjang dari pihak luar perusahaan. Variabel likuiditas memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti likuiditas (Ha5) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan bahwa non-debt tax shield memiliki nilai koefisien positif, yaitu sebesar 0,862. Variabel non-debt tax shield memiliki nilai signifikansi 0,183 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti non-debt tax shield (Ha6) tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil uji t menunjukkan bahwa kepemilikan manejerial memiliki nilai koefisien negatif, yaitu sebesar 0,033. Hal ini berarti semakin tinggi kepemilikan manejerial yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah struktur modalnya. Begitupun sebaliknya semakin kecil kepemilikan manejerial yang dimiliki perusahan semakin besar pula struktur modalnya. Dengan adanya pemegang saham yang ikut menjadi dewan direksi yang memiliki saham yang cukup besar dalam perusahaan akan lebih mementingkan kepentingan
Bino Sulaksono
pribadinya, hal tersebut akan semakin memperkecil struktur modal dalam perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,018 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti kepemilikan manejerial (Ha7) memiliki pengaruh terhadap struktur modal. PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah variabel struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan penjualan, likuiditas, non-debt tax shield, dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap 76 (tujuh puluh enam) perusahaan dan 228 (dua ratus dua puluh delapan) data dari tahun 2010 sampai 2012, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Struktur aktiva memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Najjar dan Petrov (2011) dan Muhardi (2011),namun tidak konsisten dengan penelitian Wijaya dan Hadianto (2008). Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wijaya dan Kasenda (2008) serta Muhardi (2011), namun tidak konsisten dengan penelitian Najjar dan Petrov (2011). Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Margaretha dan Ramadhan (2010), namun tidak konsisten dengan penelitian Najjar dan Petrov (2011) serta Wijaya dan Kasenda (2008).
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Najjar dan Petrov (2011), namun tidak konsisten dengan penelitian Elim dan Yusfarita (2010) serta Tomasila (2009). Likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Najjar dan Petrov (2011) dan Setiawan (2006), namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Seftianne dan Handayani (2011). Non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Muhardi (2011) serta Margaretha dan Ramadhan (2011), namun tidak konsisten dengan penelitian Lim (2011) serta Tekker et al. (2009). Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian konsisten dengan penelitian Rahayu dan Faisal (2005) serta Tomsila (2009), namun tidak konsisten dengan penelitian Seftiani dan Handayani (2011). Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya mengambil sampel selama tiga tahun yaitu dari tahun 2010
November 2013
sampai dengan tahun 2012.Variabel bebas yang diteliti hanya terbatas pada struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan penjualan, likuiditas, non-debt tax shield, dan kepemilikan manajerial.Penelitian hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur sebagai obyek penelitiannya sehingga belum mencakup keseluruhan jenis perusahaan yang ada. Dari keterbatasanketerbatasan yang ada pada penelitian ini, maka penulis ingin memberikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya, yaitu Periode penelitian ditambah agar sampel menjadi lebih banyak sehingga memberikan hasil penelitian yang lebih memadai. Melakukan penambahan variabelvariabel lain yang ikut mempengaruhi struktur modal tapi belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti risiko bisnis, umur perusahaan, kontrol kepemilikan, dan dividen. Memperluas populasi penelitian tidak hanya perusahaan manufaktur tapi juga perusahaan dagang, jasa keuangan, properti, transportasi, dan pertambangan.
REFERENSI: Daulay, M. Toyib. 2009. Pengaruh Size, Profitability, dan Growth of Assets Terhadap Struktur Modal pada Industri Makanan dan Minuman yang GoPublic di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu, Vol. 2, No.2, hlm. 189-208. Elim, Meyulinda Aviana, dan Yusfarita. 2010. Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan Penjualan, dan Return On Assets Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 1. No. 1. Juni 2010. Hlm. 88-103.
94
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, edisi V. Semarang:Undip. Gitman, Lawrence J. And Chad J.Zutter. 2012. Principiles of Managerial Finance. 13th Global edition.Peanson. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010. Accounting Theory. Seventh Edition. United States of America: John Wiley & Sons Australia, Ltd. Hair, Joseph F. Jr, William C. Black, Barry J, Babin, and Rolph E. Anderson, 2010. Multivariate Data Analysis.Seventh Edition. United States of America: Pearson Prentice Hall.
Hasan, H. Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (studi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI, Vol. 6. No. 6. November. hlm. 1-21. Lim, Thian Cheng. 2012. Determinants of Capital Structure Empirical Evidence from Financial Service Listed Firms in China. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4. No. 3. Maret. Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12. No. 2. Agustus. hlm. 119-130. Mayangsari, Sekar. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hypotesis. Media Risel Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 1, No. 3, hlm. 1-26. Mowen, Hansen, Hertger.2012. Managerial Accounting: The Cornerstone of Business Decisions, International Edition, 4th Edition. South Western. Mozes, Tomasila. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Vol. 3. No. 1. Maret. Muhardi, Werner Ria. 2011. Determinan Struktur Modal: Studi di Asia Tenggara. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 13. No. 2. September. hlm. 91-98. Najjar, Naser, dan Krassimir Petrov. 2011. Capital Structure of Insurance Companies in Bahrain. International Journal of Business and Management, Vol. 6. No. 11.
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Nurdin. 2004. Pengaruh Resiko Bisnis, Profitabilitias, Pertumbuhan, dan Securable Asset terhadap Tingkat Leverage Perusahaan. Vol. 1, No. 1, hlm. 1-37. Nurrohim, Hasa KP. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan, dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Kajian Bisnis dan Manajemen. hlm. 11-18. Rahayu, Sih Dyah, dan Faisal. 2005. Pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial dan Institusional pada Sttuktur Modal Perusahaan. Vol. 7, No. 2, hlm. 190-203. Rozikin, Khoirur. 2008. Determinan-determinan Struktur Modal. Kompak, Vol. 1, No. 2, hlm. 13-21. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13. No. 1. April. hal. 39-56. Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam perspektif pecking order theory studi pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Jakarta. Majalah Ekonomi, Tahun. XVI. No. 3. Desember. Supeno, Bambang. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Tepak Manajemen Bisnis, Vol. 1, No. 1, hlm. 92110. Supriyanto, Eko dan Falikhatun. 2008. Pengaruh Tangibility, Pertumbuhan Penualan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No. 1, hlm. 13-22. Teker, Dilek, Ozlem Tasseven, dan Tukel Ayca. 2009. Determinants of Capital Structure for Turkish Firms: A Panel Data Analysis. International Research Journal of Finance and Economics. Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-faktor mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur. Fenomena. Vol. 7. No. 1. Maret, hlm. 39-47. Widjaja, Indra dan Faris Kasenda. 2008. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Aktiva Berwujud Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Dalam Industri Barang Konsumsi di BEI. Jurnal Manajemen, Tahun XII, No. 02, hlm. 139-150.tf
96
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
Tabel 1 Distribusi Sampel Penelitian Keterangan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai 2012. Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir 31 Desember. Perusahaan yang earnings after tax-nya negatif Total data sebelum outlier Data outlier Total data setelah outlier yang digunakan dalam penelitian
N
ST_MD ST_AK PROFIT UK_PER REV_GR LIKUID NDTS KEP_MANJ
Jumlah Perusaha an 122
Jumlah Sampel
(23) (3)
(69) (9)
(20) 76
(60) 228 (21) 207
Tabel 2 Statisitik Deskriptif Variabel Minimum Maximum Mean
207 207 207 207 207 207 207 207
0,12819 0,01104 0,00030 25,08254 -0,39876 0,36302 0,00211 0,00000
366
0,81115 0,42657 0,78800 0,34416 0,37410 0,09623 32,36161 27,81293 0,80074 0,15878 5,69417 1,67304 0,07501 0,03035 1,00000 0,46377
Std. Deviation 0,16811 0,17894 0,07901 1,48611 0,19290 1,14118 0,01451 0,49989
Tabel 3 Frekuensi Variabel Kepemilikan Manjerial Frequency
Valid Tidak ada kepemilikan manajerial Ada (0) kepemilikan manajerial (1) Total
111
96 207
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Sebelum Data Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Asymp. Sig. (2-tailed)
228 0,000
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Setelah Data Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Asymp. Sig. (2-tailed)
ST_AK PROFIT UK_PER REV_GR LIKUID NDTS KEP_MENJ
Tabel 6 Hasil Uji Multikolonieritas Model Collinearity Statistics Tolerance 0,405 0,595 0,798 0,930 0,502 0,519 0,939
Tabel 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sig Model ST_AK 0,738 PROFIT 0,909 UK_PER 0,355 REV_GR 0,254 LIKUID 0,282 NDTS 0,408 KEP_MANJ 0,404
Model Res_2
98
Tabel 8 Hasil Uji Autokorelasi Sig. 0,832
207 0,144
VIF 2,472 1,679 1,268 1,075 1,992 1,927 1,065
ISSN: 1410 -9875
Bino Sulaksono
Tabel 8 Hasil Analisis Korelasi dan Koefisien Determinasi Model R Adjusted R Square 1 0,825 0,992
Model Regression
Model (Constant) ST_AK PROFIT UK_PER REV_GR LIKUID NDTS KEP_MANJ
Tabel 9 Hasil Uji F F 60,586
Tabel 10 Hasil Uji t B 0,651 -0,364 -0,307 0,006 0,068 -0,126 0,862 -0,033
Sig. 0,000
Sig 0,000 0,000 0,006 0,273 0,063 0,000 0,183 0,018
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
100
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 101-114
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMPETENSI, KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
SETIA TJAHYANTI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The important resource for a bussiness is human resources. The success of an organization comes from the ability of employees to meet performance standards that have been made by the management of operational activities to be running well. Employee performance can be impacted by many factors, such as competency, compensation, and work environment (Sanjaya and Indrawati 2013, 205-224). This research is to determine the effect of competency, compensation, and work environment to employee performance in PT. Amcor Flexibles Indonesia. The samples of this research are 37 observations from employee of PT. Amcor Flexibles Indonesia. The sampling technique used was purposive sampling method, and data testing techniques used in this research include test validity, reliability testing with cronbach alpha, classic assumption test, and hypotesis test. The result showed that competency are partially influenced employee performance, compensation are partially influenced employee performance, work environment are partially influenced employee performance, along with competency, compensation, work environment are simultaneously influenced employee performance. Keywords:
Competency, performance
compensation,
work
environment,
employee
Abstrak: Pentingnya sumber daya untuk bisnis yaitu sumber daya manusia. Kesuksesan organisasi berasal dari kemampuan karyawan dengan standar kinerja yang dibuat dari aktivitas manajemen operasional untuk menjadi lebih baik. Employee performance bisa dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu seperti competency, compensation dan work environment (Sanjaya dan Indrawati 2013, 205-224). Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh competency, compensation dan work environment terhadap employee performance PT Amcor Flexibles Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 37 observasi dari karyawan PT Amcor Flexibles Indonesia. Teknik sampling yang digunakan adalah Metode Teknik Purposive Sampling, dan teknik pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk uji validitas, uji reliabilitas, dengan cronbach alfa,uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil menunjukkan bahwa
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
competency secara partial mempengaruhi employee performance. Compensation secara partial mempengaruhi employee performance dan work environment secara partial mempengaruhi employee performance serta competency, compensation dan work environment secara simultan bersama-sama mempengaruhi employee performance. Kata kunci: Competency, compensation, work environment, employee performance PENDAHULUAN Era globalisasi mendorong berbagai pertumbuhan dan adanya tantangan dalam dunia perindustrian khususnya manufaktur. Persaingan bisnis merupakan salah satu tantangan dunia industri manufaktur yang harus dihadapi berbagai perusahaan termasuk PT. Amcor Flexibles Indonesia. PT. Amcor Flexibles Indonesia merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang industri kemasan plastik. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Lembaga Badan Berita Milik Negara bahwa omset penjualan industri kemasan tahun 2014 mencapai Rp.50,6 triliun, naik 10% dari penjualan tahun 2013 (Indonesia Packaging Federation, imq21) serta data dari Lembaga Perindustrian menyatakan bahwa permintaan kemasan plastik didorong oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 60% (Panggah Susanto, kemenperin). Dari artikel berikut juga menyatakan bahwa omset industri kemasan nasional diperkirakan tumbuh 8% menjadi sekitar Rp.30 triliun pada semester I-2014 dibanding periode sama tahun 2013 (Rahajeng KH, investor daily). Meningkatnya omset dan bertumbuhnya industri kemasan
102
tersebut dapat memberikan peluang bagi perusahaan yang bergerak dibidangnya serta menimbulkan persaingan bisnis yang melonjak antara perusahaan industri kemasan. Beberapa pelaku bisnis yang menjadi pesaing bisnis dari PT. Amcor Flexibles Indonesia yaitu PT.Dainippon, PT.Supernova, PT.Navapack. Permasalahan yang dihadapi secara umum oleh semua perusahaan industri kemasan termasuk PT. Amcor Flexibles Indonesia yaitu bagaimana mengelola kinerja karyawan. Kinerja karyawan menjadi salah satu tonggak dalam mencapai kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga perusahaan mampu unggul dalam bersaing di dunia industri tersebut. Sehubungan dengan SDM yang merupakan aset dan mempunyai peran penting dalam menempatkan keunggulan bersaing, maka perlu adanya Manajemen SDM. Manajemen SDM adalah kegiatan yang dilakukan untuk menarik, mengembangkan dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif di dalam organisasi. (Daft 2006, 67). Saat ini perusahaan harus mampu mengelola kinerja SDM secara efektif, oleh sebab itu perusahaan perlu mengidentifikasi
ISSN: 1410 -9875
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Suwatno dan Priansa (2011, 196) kinerja merupakan hasil dari suatu proses kerja yang dilakukan oleh manusia. Rudman (2000, 1-2) menyatakan, “Performance can be defined very simply as focused behavior or purposeful work”. Kinerja merupakan perilaku sederhana yang berfokus pada tujuan kerja. Suatu perusahaan yang memiliki kinerja karyawan yang baik maka besar kemungkinan kinerja perusahaan tersebut akan baik. Kinerja berhubungan dengan proses yang dilakukan manusia dengan sederhana dalam mencapai tujuan kerjanya secara fokus. Menurut jurnal Sanjaya dan Indrawati (2013) yang berjudul Pengaruh Kompetensi, Kompensasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pande Agung Sedara Dewata bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh kompetensi, kompensasi dan lingkungan kerja. “Competency is an underlying characteristic of an individual, which is causally related to a criterion referenced as effective and/or superior performance in a job or a situation,” (Shermon 2004, 22). Kompetensi merupakan karakteristik individual yang berkaitan dengan kinerja yang unggul dalam pekerjaan atau situasi. Banyaknya kompetensi yang digunakan oleh sumber daya manusia akan meningkatkan kinerja (Wibowo 2012, 323). Kompetensi merupakan salah satu unsur penting yang dapat membangun kemampuan karyawan dalam meningkatkan kinerjanya. Namun, jika kompetensi karyawan rendah
SETIA TJAHYANTI
maka dapat menghambat kinerja karyawan dalam perusahaannya. “Compensation refers to all forms of financial returns and tangible services and benefits employees receive as part of an employment relationship” (Milkovich et all 2014, 13). Kompensasi mengacu pada semua bentuk pengembalian keuangan, jasa dan manfaat nyata pada karyawan sebagai penerimaan bagian dari hubungan pekerjaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu et al. (2013, 94) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja. Kompensasi yang diberikan diharapkan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di dalam perusahaan. Sebaliknya, ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola kompensasi akan dapat menurunkan kinerja karyawannya. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang terkait dengan kenyamanan kerja yang menentukan tinggi rendahnya kinerja karyawan (Kristiawan dan Suprayitno 2009). Penelitian sebelumnya oleh Dhermawan et al. (2012) menyatakan bahwa peningkatan kinerja karyawan dipengaruhi oleh lingkungan kerja secara signifikan. Karyawan akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman. Sebaliknya, ketidaknyamanan lingkungan kerja akan menghambat kinerja karyawan dalam pekerjaannya. Peneliti tertarik memilih PT. Amcor Flexibles Indonesia sebagai
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
objek penelitian karena PT. Amcor Flexibles Indonesia merupakan salah satu perusahaan industri kemasan plastik yang berkembang di daerah Tangerang dan memiliki beberapa ISO yaitu ISO 9001 (Quality Management System), ISO 14001 (Maintenance Environment), OHSAS 18001 (Health & Safety), dan ISO 22000 (food safety). Perusahaan telah mencapai pertumbuhan produksi tahun 2014 yaitu 19%. Sebagai perusahaan industri kemasan, penting bagi pihak manajemen perusahaan memberi perhatian terhadap permasalahan kinerja karyawan sebagai upaya mewujudkan visi perusahaan yaitu we believe in responsible packaging. Perusahaan ingin menjadi kepercayaan pelanggan dengan produk kemasan yang dapat dipertanggung jawabkan, serta mencapai berbagai misi perusahaan yaitu we passionately and retenhessly apply art and science to enhance the products people use in everyday like – today and tomorrow. PT. Amcor Flexibles Indonesia menyadari perlunya pengelolaan kinerja SDM secara efektif untuk menghadapi persaingan global. Perusahaan harus terus berupaya dalam meningkatkan kinerja karyawan dengan memahami dan memperhatikan bagaimana kompetensi karyawan, kompensasi yang diberikan pada karyawan serta lingkungan kerja karyawan akan
Variabel Kompetensi
104
November 2013
mempengaruhi karyawannya.
kinerja
METODA PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di PT. Amcor Flexibles Indonesia, yang beralamatkan di Jalan Gatot Subroto Km 5.4 Banten 15134. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 215 orang, maka penelitian ini menggunakan metode sensus dimana sebanyak 37 orang karyawan dijadikan responden. Sumber data penelitian ini didapat dari data sekunder dan data primer. Wawancara, observasi, dan kuesioner adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Penelitian ini dalam menguji hipotesisnya menggunakan teknik analisis inferensia. Analisis statistik inferensia yang digunakan ialah analisis regresi linear berganda. Analisis ini bertujuan mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti. Teknik analisis ini akan memberikan jawaban terhadap hipotesis yang menyatakan variabel bebas dan variabel terikat berpengaruh simultan dan parsial. HASIL PENELITIAN Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Undstandardize Standardized Coefficient d Coefficient thitung Sig. Std. B Beta Error 1,069 0,167 0,702 6,380 0,000
ttabel 2.035
ISSN: 1410 -9875
SETIA TJAHYANTI
0,183 Kompensasi 0,239 0,173 0,075 Lingkungan 0,059 0,106 kerja Constant = 7,654 R = 0,800 R Square = 0,641 Adjusted R Square = 0,608 = 19,606 Fhitung Ftabel = 2,89 Sig. Fhitung = 0,000 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2014 Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
1,383 0,557
0,176 0,581
2,035 2,035
Ù
= 7,654 + 1,069X1 + 0,239X2 + 0,059X3 + e Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut. Y
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
N Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2014 Tabel 2. menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. 0,969 lebih besar dari
Unstandardized Residual 37 0,000 2,345 0,081 0,081 -0,078 0,491 0,969
0,05 maka syarat normalitas telah dipenuhi.
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas No. Variabel
Collinearity Statistic
Tolerance 1 Kompetensi 0,900 2 Kompensasi 0,623 3 Lingkungan kerja 0,594 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2014 Tabel 3. menunjukan bahwa seluruh variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance
VIF 1,111 1,606 1,683
lebih besar dari 0,1 maka syarat multikolinearitas telah dipenuhi.
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Variabel
Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Undstandardized Standardized Coefficient Coefficient t Std. B Beta Error
(Constant) 6,462 1,838 Kompetensi -0,203 0,092 Kompensasi -0,371 -0,028 0,095 Lingkungan -0,060 -0,012 0,058 kerja -0,043 Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2014 Tabel 4. menunjukan bahwa seluruh variabel memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka syarat heteroskedastisitas telah dipenuhi. 1) Uji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Pengujian hipotesis pertama menggunakan uji regresi (F-test) yang menyatakan bahwa kompetensi (X1), kompensasi (X2), dan lingkungan kerja (X.3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja (Y). Hasil analisis data memperoleh nilai Fhitung 19,606 dengan nilai sig 0,000. Hal ini menandakan bahwa nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel (2,89) dan nilai sig lebih kecil dari 0,05 yang artinya bahwa kompetensi kompensasi (X2), dan (X1), lingkungan kerja (X3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Pande Agung Segara Dewata. Hasil analisis juga memperoleh nilai R2 sebesar 0,641 yang artinya bahwa sebesar 64,1 persen variasi kinerja karyawan dipengaruhi oleh variasi kompetensi, kompensasi, dan lingkungan kerja karyawan dan variabel lain mepengaruhi sebesar 35,9 persen.
106
November 2013
3,516 -2,212 -0,299 -0,208
Sig.
0,001 0,034 0,767 0,836
Pengaruh cukup besar yang diberikan oleh variabel kompetensi, kompensasi, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan membuat perusahaan harus memahami dengan baik akibat yang akan ditimbulkan dari tiga variabel tersebut. Pemberian pelatihan yang baik, pemberian kompensasi yang adil dan layak, dan penataan ruang kerja yang baik serta membina hubungan yang baik antara atasan dengan karyawan dan karyawan dengan karyawan lainnya harus dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan semangat dan kepercayaan diri karyawan dalam bekerja. Kondisi seperti ini akan membuat karyawan lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik karena sudah dibekali dengan pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja. Pemberian kompensasi yang dinilai sudah adil dan layak dapat menentramkan hati karyawan dalam bekerja sehingga karyawan dapat bekerja secara maksimal tanpa adanya rasa perbedaan terhadap pemberian kompensasi kepada seluruh karyawan. Penataan ruang kerja yang baik dan terbinanya hubungan yang baik antara atasan dengan karyawan serta karyawan dengan
ISSN: 1410 -9875
karyawan membuat kondisi di dalam lingkungan kerja perusahaan menjadi semakin nyaman, sehingga seluruh karyawan dapat bekerja dengan baik. Ketika ketiga hal tersebut dilaksanakan secara bersama-sama oleh perusahaan akan membuat karyawan semakin bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaanya, hal tersebut akan menigkatkan kepercayaan diri karyawan sehingga kinerja karyawan di perusahaan akan meningkat. 2) Uji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji regresi (t-test) yang menyatakan bahwa kompetensi (X1), kompensasi (X2), dan lingkungan kerja (X.3) secara parsial berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja (Y). (1) Pengaruh kompetensi (X1) terhadap kinerja (Y). Hasil analisis data memperoleh nilai thitung 7,081 dengan nilai sig 0,000. Hal ini menandakan bahwa nilai thitung lebih besar daripada ttabel (2,0345) dan nilai sig lebih kecil dari 0,05 yang artinya bahwa kompetensi (X1), berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Kompetensi yang baik dari karyawan akan menambah kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan lancar sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan. (2) Pengaruh kompensasi (X2) terhadap kinerja (Y). Hasil analisis data memperoleh nilai thitung 2,513 dengan nilai sig 0,017. Hal ini menandakan bahwa nilai thitung lebih besar
SETIA TJAHYANTI
daripada ttabel (2,0345) dan nilai sig lebih kecil dari 0,05 yang artinya bahwa kompensasi (X2), berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Karyawan dapat meningkatkan kinerjanya apabila diberikan kompensasi yang layak dan adil oleh perusahaan. Pemberian kompensasi dapat menentramkan hati karyawan dalam bekerja sehingga pekerjaan yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik.
(3) Pengaruh lingkungan kerja (X3) terhadap kinerja (Y). Hasil analisis data memperoleh nilai thitung 2,628 dengan nilai sig 0,013. Hal ini menandakan bahwa nilai thitung lebih besar daripada ttabel (2,0345) dan nilai sig lebih kecil dari 0,05 yang artinya bahwa lingkungan kerja (X3), berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Kondisi lingkungan kerja yang baik akan mampu meningkatkan kinerja karyawan. Seorang karyawan akan memiliki kinerja yang baik apabila lingkungan kerja disekitarnya terasa aman dan nyaman baik lingkungan kerja fisik maupun non fisik. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Hasil analisis data statistik dapat membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dan positif dari variabel kompetensi terhadap kinerja karyawan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,767. Hal ini menunjukan kompetensi memiliki pengaruh yang searah terhadap kinerja. Kompetensi
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
karyawan yang baik sangat penting manfaatnya untuk perusahaan, semakin tinggi tingkat kompetensi seorang karyawan, maka kemampuan dalam penyelesaian pekerjaan akan semakin baik. Karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi akan memiliki kepercayaan diri yang baik untuk tidak membuat kesalahan pada saat bekerja dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Hasil penelitian ini ditunjang oleh penelitian Setiawati (2009) yang menyatakan bahwa kompetensi memiliki korelasi positif dengan kinerja. Menurut Ley et al. (2008) kompetensi wajib dimiliki individu untuk menyelesaikan masing-masing tugas yang dibebankan perusahaan. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kesesuaian kompetensi dengan kinerja. Sriwidodo dan Haryanto (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja, berarti apabila kompetensi semakin ditingkatkan maka kinerja pegawai akan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Vathanophas and Thai-ngam (2007) bahwa untuk mendapatkan kinerja yang efektif pada setiap jabatan, karyawan harus dilengkapi dengan kompetensi yang baik agar kinerja yang dihasilkan memuaskan. Hasil penelitian berikutnya yang dilakukan Ismail and Abidin (2010) menunjukan bahwa kompetensi pekerja mempunyai berpengaruh terhadap kinerja secara signifikan.
108
November 2013
Selain itu, penelitian ini didukung oleh teori yang dipaparkan oleh Wibowo (2012:324) yang mengemukakan bahwa kompetensi adalah keahlian yang dimiliki oleh seseorang dalan melaksanakan pekerjaan. Teori lain yang mendukung adalah teori yang dipaparkan oleh Sutrisno (2011 : 202) yang menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai perilaku, keahlian, dan kemampuanyang dimiliki seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Hasil analisis data statistik dapat membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dan positif secara parsial dari variabel kompensasi terhadap kinerja karyawan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,391. Hal ini menunjukan kompensasi memiliki pengaruh yang searah terhadap kinerja. Pemberian kompensasi yang layak dan disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing karyawan dapat menentramkan hati karyawan dalam bekerja sehingga pekerjaan yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik. Sebaliknya, pemberian kompensasi yang tidak adil dan layak akan menimbulkan kecemburuan sosial diantara karyawan yang dapat menyebabkan perselisihan dan akan mengganggu konsentrasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, yang nantinya dapat menurunkan kinerja karyawan di perusahaan. Hasil penelitian ini ditunjang oleh penelitian Dhermawan, dkk. (2012) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja. kinerja akan meningkat apabila
ISSN: 1410 -9875
jumlah kompensasi ditingkatkan. Penelitian lain yang mendukung adalah Widyatmini dan Hakim (2008) menyatakan kompensasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja, yang artinya bahwa kinerja karyawan akan tinggi apabila kompensasi yang diberikan juga tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aktar, et al. (2012) mengatakan terdapat hubungan positif diantara kompensasi dengan kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh Muljani (2002) menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan berdasarkan keterampilan karyawan dapat memuaskan karyawan, hal ini menyebabkan karyawan akan semakin meningkatkan kinerjanya agar mendapatkan kompensasi yang semakin tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Abbas and Yaqoob (2009) mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kompensasi. Lewa dan Subowo (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kompensasi mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan. Rahayu, dkk. (2013) menyatakan kompensasi seperti gaji, bonus, insentif, tunjangan, penghargaan dan dana pensiun yang diberikan oleh perusahaan secara adil dan layak dapat meningkatkan kinerja karyawan. Selain itu, penelitian ini didukung oleh teori yang dipaparkan oleh Ardana, dkk. (2012:153) kompensasi adalah balas jasa yang diterima karyawan atas hasil kerjanya. Kompensasi yang diberikan diharapkan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di dalam perusahaan. Teori lain yang mendukung adalah
SETIA TJAHYANTI
teori yang dipaparkan oleh Suwatno dan Priansa, (2011:220) yang menyatakan bahwa kompensasi akan diberikan oleh perusahaan kepada karyawan untuk membalas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan kepada perusahaan. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Hasil analisis data statistik dapat membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dan positif secara parsial dari variabel lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,406. Hal ini menunjukan lingkungan kerja memiliki pengaruh yang searah terhadap kinerja. Lingkungan kerja yang nyaman akan membuat karyawan merasa tenang dalam bekerja, hubungan yang baik dengan atasan maupun rekan kerja dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam bekerja. Ini berarti seluruh hal yang berkaitan dengan lingkungan kerja fisik maupun non fisik dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hasil penelitian ini ditunjang oleh penelitian Artana (2012) yang menyatakan lingkungan kerja dapat mempengaruhi karyawan pada saat melakukan pekerjaanya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Taiwo (2010) lingkungan kerja yang tidak baik dapat menyebabkan masalah terhadap produktivitas yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dari karyawan. Utami dan Hartanto (2010) menyatakan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Salwa, dkk.
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
(2012) menyatakan bahwa secara parsial lingkungan kerja mempengaruhi kinerja karyawan. Chandrasekar (2011) dalam penelitiannya menyatakan terdapat pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kinerja dimana dengan ketidak nyamanan yang terjadi di tempat kerja dapat mengakibatkan tingkat kesalahan karyawan meningkat dan akan mempengaruhi kinerja karyawan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Leblebici (2012) menyatakan bahwa lingkungan kerja memainkan peran penting bagi karyawan di tempat kerja yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Selain itu, penelitian ini didukung oleh teori yang dipaparkan oleh Sedarmayanti (2011:26) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja yang baik akan mendukung kinerja karyawan saat bekerja. Kurang nyamannya lingkungan kerja dapat menurunkan kinerja karyawan yang berdampak pada kurang efisiennya hasil pekerjaan. Teori lain yang mendukung adalah teori yang dipaparkan oleh Sutrisno (2011:118) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah seluruh sarana dan prasarana serta hubungan dengan karyawan yang ada di sekitar saat melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai baerikut. 1) H01 ditolak, Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh Kompetensi (x1) terhadap Kinerja Karyawan (y) PT Amcor Flexibles Indonesia.
110
November 2013
2) H02 ditolak, Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh terhadap Kompensasi (x2) Kinerja Karyawan (y) PT Amcor Flexibles Indonesia. 3) H03 ditolak, Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh Lingkungan Kerja (x3) terhadap Kinerja Karyawan (y) PT Amcor Flexibles Indonesia. 4) H04 ditolak, Ha4 diterima yang berarti terdapat pengaruh Kompetensi (x1), Kompensasi (x2), dan Lingkungan Kerja (x3) secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan (y) PT Amcor Flexibles Indonesia. Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1) Perusahaan harus dapat memberikan sebuah pelatihan dan pengarahan yang rutin dilakukan, Hal ini dikarenakan kurangnya kompetensi karyawan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya masingmasing. Jika perusahaan memberikan pelatihan dan pengarahan sebelum memulai pekerjaan maka karyawan akan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai tugas dan pekerjaannya sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri dan meningkatkan kinerjanya dengan baik. 2) Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan pemberian kompensasi untuk seluruh karyawan. Pemberian kompensasi berupa tunjangan hari raya dan bonus sebaiknya diberikan kepada seluruh karyawan di semua bagian atau jabatan. Pemberian kompensasi yang layak dan adil cenderung
ISSN: 1410 -9875
dapat meningkatkan semangat karyawan dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kinerjanya di perusahaan. 3) Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan kondisi lingkungan kerja fisik dan non fisik seperti melakukan penataan alat-alat dan ruangan agar memudahkan gerak karyawan dalam melakukan pekerjaan.
SETIA TJAHYANTI
Menjaga kebersihan ruang kerja agar karyawan merasa nyaman ketika sedang bekerja. Perusahaan juga harus membina hubungan antara karyawan dengan karyawan lain dan juga hubungan karyawan dengan atasan agar tercipta lingkungan kerja yang baik yang nantinya dapat berpengaruh kepada kinerja karyawan di perusahaan.
REFERENSI Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Blanchard, P. Nick and James W. Thacker. 2010. Effective Training. America: Prentice Hall. Choiriyah dan Dendi Suhendar. 2013. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Tutor Pendidikan Kesetaraan Kelompok Belajar UPTD. SKB. Jurnal Orasi Bisnis edisi IX, h:68-77. Daft, Richard L, terjemahan. 2006. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Dessler, Gary. 2011. Human Resources Management. Pearson Education Limitednometrics. 12th edition. McGraw Hill International. ....................... 2006. Human Resources Management. Pearson Education Limitednometrics. Fourth edition. McGraw Hill International. Dhermawan, Anak Agung Ngurah Bagus, I Gde Adnyana Sudibya dan I Wayan Mudhiarta Utama. 2012. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan, 6(2): hal:173184. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. Fifth Edition. Mc Graw Hill International Edition. Hadiyatno, Didik. 2012. Pengaruh Kompetensi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Ciomas Adisatwa Balikpapan. Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Hair, Joseph F.,William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis. Seventh edition. Pearson Prentice Hall. Kadarisman, M. 2012. Manajemen Kompensasi. Jakarta: Rajawali Pers. Kristiawan, Dody dan Suprayitno. 2009. Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepemimpinan Sebagai
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Variabel Moderating. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, 3(2): h:115-121. Mangkunegara, A. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya. Milkovich, George, Jerry Newman and Barry Gerhart. 2014. Compensation. Americas: McGraw Hill International Edition. Nitisemito, Alex. S. 2000. Manajemen Personalia : Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rahayu, Vebriana Tri, Vivi Ariyani dan Soni Kurniawan. 2013. Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan di PT. PLN Cabang Madiun. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi, 1(1): h:89-95. Robbins, Stephen. P. 2001. Organizational Behaviour. New Jersey: Prentice Hall Inc. Rudman, Richard. 2000. Performance Planning & Review. Australia: Business & Professional Publishing. Sanjaya, I Kadek Edy dan Ayu Desi Indrawati. 2013. Pengaruh Kompetensi, Kompensasi, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Pande Agung Segara Dewata. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, 3(1): h:205-224. Saunders, Mark, Philip Lewis and Adrian Thornhill. 2009. Research Methods for Business Students, fifth edition. Prentice Hall. Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju. Shermon, Ganesh. 2004. Competency Based HRM. New Delhi: Tata McGrawHill. Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku 1 Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat. Sekaran, Uma. 2009. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Buku 2 Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. United Kingdom: Wiley. Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10.00 for Windows. Bandung: Alfabeta. ............... 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suwatno dan Donni Juni Priansa. 2011. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja edisi 3. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Widyatmini dan Luqman Hakim. 2008. Hubungan Kepemimpinan, Kompensasi dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok. Jurnal Ekonomi Bisnis, 2(13): h:163-171. www.amcor.com www.investor.co.id/home/semester-i-industri-kemasan-tumbuh-8/87381
112
ISSN: 1410 -9875
SETIA TJAHYANTI
www.imq21.com/news/read/120593/20130121/175013/penjualan-industrikemasan-meningkat-10-.html www.kemenperin.go.id/artikel/4704/industri-makanan-dorong-permintaanplastik-kemasan
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
114
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 115-130
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA DIAN PRIMARTANTO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the factors that influence the debt policy (leverage). Factors affecting the leverage in this study were non debt tax shield, asset structure, profitability, growth, firm size, managerial ownership and dividend policy.The research using manufacturing firms. The research size for 30 manufacture companies firms listed in Indonesia Stock Exchange during 2009 until 2012. The sample of research collected using purposive sampling and used multiple regression as the analysis method.The result of research shows that asset structure has influence to debt policy. While non debt tax shield, profitability, growth, firm size, managerial ownership and dividend policy have not influence to debt policy. Keywords:
Agency theory, pecking order theory, trade off theory, debt policy, non debt tax shield, asset structure, profitability, growth, firm size, managerial ownership and dividend policy.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang (leverage). Faktor yang mempengaruhi leverage dalam penelitian ini adalah keuntungan atas pajak yang bukan berasal dari hutang, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen. Penelitian ini menggunakan 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 hingga 2012. Sampel penelitian diambil menggunakan metode purposive sampling dan digunakan regresi berganda sebagai hasil metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aset memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Sementara keuntungan atas pajak yang bukan berasal dari hutang, profitabilitas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kata Kunci: Teori Agensi, Teori Pertukaran, Teori Pecking Order, Kebijakan Hutang, Keuntungan atas Pajak yang Bukan Berasal dari Hutang, Struktur Aset, Profitabilitas, Pertumbuhan, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
PENDAHULUAN Perusahaan yang memiliki kredibilitas yang baik memiliki struktur modal dan pendanaan yang baik. Dengan adanya struktur modal dan pendanaan yang baik maka perusahaan biasanya akan mendapatkan pinjaman dari berbagai pihak dalam mendanai perusahaan saat perusahaan membutuhkannya. Aktivitas pendanaan adalah metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang untuk membayar kebutuhan-kebutuhan tersebut (Subramanyam dan Wild 2010 Buku 1, 19). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien (Sari, 2012). Sumber dana dapat berasal dari dua sumber yaitu, sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Pendanaan internal perusahaan dapat berasal dari modal atau laba ditahan. Sedangkan pendanaan eksternal dapat berasal dari dua sumber yaitu, investor ekuitas (disebut juga pemilik saham atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman) (Subramanyam dan Wild 2010 Buku 1, 19). Salah satu sumber dana yang berasal dari hutang akan digunakan apabila perusahaan mengalami kekurangan dana dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, karena seringkali dikatakan bahwa pendanaan yang berasal dari internal kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Kebijakan ini disebut sebagai kebijakan hutang. Akan tetapi kebijakan hutang rentan terhadap konflik kepentingan anatara pemegang saham
116
November 2013
(stockholder), manajer (manager), dan kreditor (creditor) yang biasa disebut dengan konflik keagenan (agency conflict) (Yeniatie dan Destriana, 2010). Oleh karena itu, dalam hal ini perusahaan harus memilih manajer terbaik dalam mengelola perusahaannya. Manajer perusahaan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan utama perusahaan termasuk dalam hal pencairan dana dan bagaimana memanfaatkan dana tersebut Wahidahwati (2002) dalam Yeniatie dan Destriana (2010). Dengan kewenangan yang dimiliki, manajer bisa melakukan tindakan yang lebih menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan (Diana dan Irianto 2008). Hal inilah yang dapat menyebabkan konflik keagenan (agency conflict) terjadi. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingankepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency cost (Wahidahwati 2002). Ada beberapa alternatif yang digunakan untuk meminimalisir agency cost, salah satu nya adalah meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan konflik keagenan dan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen Wahidahwati (2002) dalam
ISSN: 1410 -9875
Indahningrum dan Handayani (2009). Setiap perusahaan harus mengatur struktur modal dan struktur pendanaan nya dengan baik. Karena dengan struktur modal dan struktur pendanaan yang baik maka akan mempermudah perusahaan dalam memperoleh dana yang dibutuhkan saat perusahaan kekurangan dananya. Dan juga struktur aset yang dimiliki perusahaan juga menentukan bagaimana tingkat kekayaan perusahaan tersebut. Karena beberapa perusahaan biasanya menjadikan aset yang dimilikinya untuk dijadikan sebagai jaminan kepada pihak kreditor. Penelitian ini menggunakan leverage sebagai proksi dari kebijakan hutang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh non debt tax shield, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang. Rumusan masalah penelitan ini adalah apakah non debt tax shield, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan adalah pertama, pendahuluan menguraikan latar belakang permasalahan, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Kedua, rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis menjelaskan rerangka teoritis, penelitian terdahulu, model
Dian Primartanto
penelitian, dan pengembangan hipotesis. Rerangka teoritis akan membahas tentang pengertian non debt tax shield, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kebijakan dividen serta teori-teori yang mendukung penelitian ini. Perumusan hipotesis pada bab ini menjabarkan hipotesis penelitian. Ketiga, metoda penelitian menjelaskan pemilihan bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional variabel dan pengukuran, teknik pengumpulan data, dan metoda analisis data. Keempat, membahas mengenai gambaran umum sampel, statistik deskriptif, responden yang digunakan, statistik deskriptif variabel, hasil uji kualitas data, dan pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian. Terakhir, penutup mengenai kesimpulan dari penelitian, keterbatasan yang ada selama penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Menurut teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) dinyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilian akan rentan terhadap konflik keagenan (Wahidahwati, 2002). Wahidahwati 2002 mengatakan bahwa penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuat keputusan yang berkaitan dengan 1). Aktivitas pencairan dana (financing decision) dan 2). Pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
yang diperoleh tersebut di investasikan. Kondisi tersebut membuat keputusan-keputusan yang diambil manajer cenderung bertindak melindungi dan memenuhi kepentingan mereka terlebih dahulu daripada memenuhi kepentingan pemilik seperti melakukan ekspansi untuk meningkatkan status dan gaji sehingga sudah tidak ada lagi berdasarkan pada tujuan perusahaan (memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham) (Steven dan Lina, 2011). The Pecking Order Theory Dalam keuangan perusahaan, teori pecking order menjelaskan bahwa biaya pendanaan meningkat bersama dengan informasi asimetris. Pembiayaan berasal dari tiga sumber, dana internal, utang dan ekuitas baru. Perusahaan memprioritaskan sumber-sumber pembiayaan, pertama memilih pendanaan internal, dan kemudian utang, akhirnya meningkatkan ekuitas sebagai "last resort". Perusahaan membutuhkan dana eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan sumber dana yang diutamakan adalah hutang, bukan saham Siregar (2005) dalam Steven dan Lina (2011). Menurut teori ini struktur pendanaan suatu perusahaan mengikuti suatu hirarki dimulai dari sumber dana termurah, dana internal hingga saham sebagai sumber terakhir (Indahningrum dan Handayani 2009). Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi
118
November 2013
justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Trade-off Theory Menurut trade-off theory, perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankrupty costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Banyaknya masalah mengenai financial distress yang diakibatkan oleh pendanaan hutang yang tinggi memunculkan trade-off theory (Steven dan Lina, 2011). Menurut Godfrey, et. al. ( 2010, 363) Jensen dan Meckling membagi biaya keagenan (agency cost) kedalam: monitoring costs, bonding costs dan residual loss. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006) dalam Steven dan Lina (2011), trade-off theory menyebutkan bahwa debt-equity decision merupakan trade-off antara interest tax shield dengan agency cost of debt. Esensi dari balanching theory adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan hutang (Steven dan Lina 2011). Non-debt Tax Shield dan Kebijakan Hutang Menurut hasil penelitian Sunarsih (2004), Non-debt Tax Shield berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat hutang. Sedangkan hasil penelitian yang
ISSN: 1410 -9875
dilakukan oleh Sudiyatno dan Sari (2013) memberikan hasil yaitu nondebt tax shield tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap leverage. Berbeda dengan hasil penelitian dari Sari (2012) yang menunjukan bahwa non debt tax shield tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat hutang. Non Debt Tax Shield Ha1: berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Struktur Aktiva dan Kebijakan Hutang Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Semakin tinggi jumlah fixed asset dalam total asset perusahaan maka akan semakin mempermudah perusahaan untuk mendapatkan hutang karena fixed asset tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan bagi kreditur. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Sudiyatno dan Sari (2013) serta Susilawati (2007). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari Soesetio (2008) bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Ha2: Struktur Aktiva berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas dan Kebijakan Hutang Dari hasil penelitian Yeniatie dan Destriana (2010) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan hasil penelitian dari Sudiyatno dan Sari (2013) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Serta hasil penelitian Steven dan Lina (2011)
Dian Primartanto
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkaitan dengan pecking order theory, semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin banyak dana yang tersedia untuk digunakan bagi perusahaan, sehingga perusahaan akan cenderung memanfaatkan dana internalnya yang bersumber dari profit dibanding hutang. Berbeda dengan hasil penelitian dari Masdupi (2005) bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ha3: Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan dan Kebijakan Hutang Perusahaan yang sedang bertumbuh akan membutuhkan banyak dana. Salah satu cara untuk memenuhi dana tersebut adalah mealui hutang. Oleh karena itu, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Hal ini dikemukakan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) yang memberikan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hal ini juga serupa dengan hasil dari penelitiaan Sudiyatno dan Sari (2013) yaitu bahwa pertumbuhan berpengaruh positif terhadap leverage yang digunakan sebagai proksi dari kebijakan hutang. Berbeda dengan penelitian Steven dan Lina (2011) serta Indahningrum dan Handayani (2009) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
memiliki perngaruh terhadap kebijakan hutang. Ha4: Pertumbuhan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Hutang Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat hutang. Hal ini serupa dengan penelitian Sudiyatno dan Sari (2013) bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap leverage, dimana leverage merupakan proksi dari kebijakan hutang. Sedangkan hasil penelitian dari Steven dan Lina (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan bukanlah penentu sumber pendanaan yang dipilih oleh perusahaan, sebab yang dipikirkan perusahaan adalah bagaimana memperoleh dana atau modal yang mempunyai borrowing cost sekecil mungkin. Ukuran Perusahaan Ha5: berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang Menurut Steven dan Lina (2011), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Tidak adanya pengaruh kepemilikan manajerial dapat disebabkan karena masih rendahnya jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial sehingga tidak mempengaruhi kepurusan pendanaan. Hal ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan
120
November 2013
Destriana (2010) serta Indahningrum dan Handayani (2009). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Soesetio (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Manajerial Ha6: berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Menurut Steven dan Lina (2011), kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal tersebut terbukti bahwa kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar dividen tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai banyak hutang, maka perusahaan akan mengurangi jumlah dividen karena sebagian besar keuntungan akan digunakan untuk membayar bunga dan cicilan pinjaman. Hasil penelitian dan Yeniatie dan Destriana (2010) serta Indahningrum dan Handayani (2009) menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan Manajerial Ha7: berpengaruh terhadap kebijakan hutang. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan unit analisis adalah perusahaan.Sampel yang digunakan adalah perusahaan
ISSN: 1410 -9875
manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2009 sampai dengan 2012. Pemilihan sampel dengan metode non probabilitas berdasarkan purposive sampling dengan tipe Judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo 1999, 131). Adapun proses pemilihan sampel disajikan pada tabel 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah soft copy summary financial statement perusahaan manufaktur periode 2009 sampai dengan 2012 yang diperoleh dari www.idx.co.id. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL Variabel Dependen Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang perusahaan adalah salah satu kunci kebijakan yang dapat menentukan bagaimana perusahaan dapat mengatasi krisis ekonomi dan krisis keuangan (Citak, Levent, et. al., 2012) dalam (Sudiyatno dan Sari 2013). Kebijakan hutang dalam penelitian ini menggunakan proksi leverage, sesuai dengan penelitian Sudiyatno dan Sari 2013, dimana leverage diukur dengan menggunakan skala rasio dan diperoleh rumus sebagai berikut: Total Debt DTA � Total Asset Variabel Independen Non Debt Tax Shield Non-Debt Tax Shield Perusahaan diberi simbol (NDTS). Non-Debt Tax Shield adalah
Dian Primartanto
komponen biaya yang mempunyai dampak keuntungan perpajakan selain biaya bunga pinjaman. Contohnya biaya depresiasi (Sari, 2012). Penelitian ini mengacu pada penelitian Sari (2012), sehingga variabel ini diukur menggunakan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut: Depreciation NDTS � Total Asset Struktur Aktiva Aset tetap dalam komposisi aset perusahaan juga berfungsi sebagai efek dari collateral hypothesis, yakni semakin tinggi nilai aset perusahaan, maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memperoleh hutang dan juga melunasinya (Steven dan Lina 2011). Tangibility dapat diukur dengan menggunakan skala rasio dengan rumus sebagai berikut: Net Fixed Asset TANG � Total Asset Profitabilitas Profitabilitas diberi simbol (PROF). Menurut Sudiyatno dan Sari (2013), profitabilitas adalah tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan atas kesuksesan menjalankan aktivitas operasinya dalam suatu periode. Sehingga profitabilitas dapat didefinisikan sebagai ratio of operating income to total asset. Variabel ini diukur dengan skala rasio dengan rumus sebagai berikut: Operating Income PROF � Total Asset Pertumbuhan Pertumbuhan perusahaan diberi simbol (GRO). Menurut Murni dan Andriana (2007) dalam Susanto
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
(2011), perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari pihak eksternal dari pihak eksternal yang lebih besar. Variabel ini mengacu pada Susanto (2011), menggunakan skala rasio dengan rumus sebagai berikut: ��� �
�Aktiva akhir tahun � Aktiva awal tahun� Aktiva awal tahun
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan diberi simbol (SIZE). Ukuran perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam mengambil peluang bisnis yang ada (Rahardjo dan Hartantiningrum, 2006) dalam (Steven dan Lina, 2011). Ukuran perusahaan dalam periode penelitian ini ditinjau menggunakan total aset. Ukuran perusahaan diukur dengan skala rasio dan dihitung menggunakan pengukuran (Steven dan Lina 2011) sebagai berikut: SIZE = LN (total aset) Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Manajerial diberi simbol (MOWN). Menurut Wahidahwati (2002) dalam Steven dan Lina (2011), kepemilikan manajerial merupakan banyaknya jumlah saham beredar perusahaan yang dimiliki oleh manajer secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Dalam penelitian ini, kepemilikan manajerial merupakan variabel dummy yang diwakili dengan angka 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan nilai 1 menunjukkan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial. Variabel
122
November 2013
ini diukur dengan menggunakan skala nominal. Kebijakan Dividen Menurut Yeniatie dan Destriana (2010), secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten keoada masing-masing pemegang saham. Kebijakan dividen ini memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Variabel ini diukur dengan skala rasio, menggunakan rumus Dividend Payout Ratio (DPR) yang mengacu pada penelitian Yeniatie dan Destriana (2010) yang dijabarkan dengan rumus sebagai berikut: Dividen per Lembar Saham DPR � Laba per Lembar Saham Metoda Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan alpha 5%. Dan pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain, statistik deskriptif, uji normalitas data, uji outlier, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Model empiris dalam penelitian ini adalah: LEV=b0+b1 NDTS + b2TANG + b3PROF + b4GRO + b5SIZE + b6 MOWN + b7DPR + e Keterangan: LEV Leverage sebagai proksi dari kebijakan hutang dengan menggunakan rasio Debt to Asset Koefisien regresi b0-b7 NDTS Non-debt Tax Shield TANG Struktur Aktiva PROF Profitabilitas GRO Pertumbuhan SIZE Ukuran Perusahaan MOWN Kepemilikan Manajerial
ISSN: 1410 -9875
DPR e
Dividend Payout Ratio term
HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali 2011, 19). Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian yaitu non-debt tax shield, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen. Dalam penelitian ini, data yang diinginkan adalah deskripsi data yang dilihat dari nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan nilai standar deviasi. Hasil statistic deskriptif disajikan pada tabel 2. Dari hasil pengujian normalitas residual pada tabel 3, maka diperoleh hasil bahwa nilai assymp sig dari nilai residual adalah sebesar 0,098 dimana nilainya lebih besar dari 0,05. Hal in menyatakan bahwa data berdistribusi normal. Tabel 4 menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan tabel 5 variabel struktur aktiva dan kepemilikan manajerial mengalami terjadinya heteroskedastisitas karena nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 0,05. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa nilai lag residual sebesar 0,743 dimana nilai ini lebih besar dari nilai alpha 0,05 yang berarti tidak terjadi masalah autokorelasi. Berdasarkan tabel 7 nilai korelasi R sebesar 0,442 hal ini
Dian Primartanto
menunjukkan hubungan antara variabel indeoenden dengan variabel dependen adalah lemah dan positif. Karena nilai korelasi dibawah 0,5. Pada tabel 8 nilai Adjusted R Square sebesar 0,145 yang menunjukkan bahwa 14,5% variasi variabel dependen (kebijaan hutang) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (non debt tax shield, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen). Sedangkan sisanya sebear 85,5% dujelaskan oleh faktor lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian. Pada tabel 9 dapat dilihat nilai signifikansi 0,001. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan model regresi fit untuk dilakukan penelitian. Berdasarkan tabel 10, menunjukkan bahwa non debt tax shield tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang karena nilai signifikansi sebesar 0,495. Berarti Ha tidak diterima. Nilai ini lebih besar daripada nilai alpha 0,05. Hasil uji t menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap kebijakan hutang, karena nilai signifikansi sebesar 0,006 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Berarti Ha diterima. Hal ini berarti variabel struktur aktiva berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Semakin tinggi struktur aktiva yang dimiliki perusahaan, maka perusahaan akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dengan jaminan berupa aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan adalah aktiva yang diminta oleh kreditur sebagai jaminan atas pinjaman.
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Hasil uji t menunjukkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Karena nilai signifikansi yang dimiliki sebesar 0,406 yang berarti nilai ini lebih besar daripada nilai alpha 0,05. Berarti Ha tidak diterima. Hasil uji t menunjukkan pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Berarti Ha tidak diterima. Nilai signifikansi nya adalah sebesar 0,103 dimana nilai ini lebih besar daripada nilai alpha 0,05. Hasil uji t menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang, karena nilai signifikansi yang dimiliki sebesar 0,126 yang berarti nilai ini lebih besar daripada nilai alpha 0,05. Berarti Ha tidak diterima. Hasil uji t menunjukkan bahawa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang karena nilai signifikansi yang dimiliki sebesar 0,784. Hal ini nerarti nilai signifikansi yang dimiliki lebih besar darpada nilai alpha 0,05. Berarti Ha tidak diterima. Hasil uji t juga menunjukkan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang karena nilai signifikansi sebesar 0,835 dimana nilai ini lebih besar dari nilai alpha sebsar 0,05. Hal ini berarti Ha tidak diterima. PENUTUP Non debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudiyatno dan Sari (2013). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sunarsih (2004). Struktur aktiva memiliki
124
November 2013
pengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Yeniatie dan Destriana (2010), Sudiyatno dan Sari (2013) serta Susilawati (2007). Profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Masdupi (2005). Tapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumya oleh Yeniatie dan Destriana (2010), Steven dan Lina (2011) serta Sudiyatno dan Sari (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Steven dan Lina (2011) serta Indahningrum dan Handayani (2009). Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) serta Sudiyatno dan Sari (2013) yaitu pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Steven dan Lina (2011). Hasil penelitian ini idak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) dan Sudiyatno dan Sari (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap
ISSN: 1410 -9875
kebijakan hutang. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Steven dan Lina (2011), Yeniatie dan Destriana (2010) serta Indahningrum dan Handayani (2009). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Soesetio (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Yeniatie dan Destriana (2010) serta Indahningrum dan Handayani (2009) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Tetapi, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Steven dan Lina (2011), bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Didalam penelitian ini adanya beberapa keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan yaitu penelitian ini hanya sebatas pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga kurang mencerminkan kebijakan hutang perusahaan serta faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan hutang secara keseluruhan, Terdapat beberapa variabel independen yang masih memiliki masalah heteroskedastisitas yaitu struktur aktiva dan kepemilikan manajerial, dan penelitian yang dilakukan hanya meneliti 7 faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan hutang.
Dian Primartanto
Dari keterbatsan-keterbatasan yang ada, maka penulis ingin memberikan rekomendasi kepada peneliti selanjutnya yaitu peneliti selanjutnya dapat memperluas objek penelitian, agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik seperti memperluas jenis perusahaan, menambah jumlah data yang digunakan untuk penelitian untuk meminimalisir adanya masalah heteroskedastisitas yang terjadi pada data penilitian, dan diharapkan menambah dan lebih memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kebijakan hutang yaitu seperti kepemilikan institusional.
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
REFERENSI: Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, Thomas A. Williams, Jeffrey D. Camm, dan James J. Cochran. 2012. Statistic for Business and Economics. 12th. South Western: Cengage Learning. Diana, Devi Nurvida Avri dan Gugus Irianto. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan Sebaran Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau Dari Teori Keagenan. Emisi, April, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-16. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Godfrey, Jayne, et al. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Australia: John Wiley & Sons Ltd. Indahningrum, Rizka P. dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember, Vol. 11, No. 3, Hlm. 189-207. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Januari, Vol. 20, No. 1, Hlm. 57-69. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sari, Lia. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Hutangnya. Ilmiah, Vol. 5, No. 1, Hlm. 20-29. Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business: A Skill Buliding Approach. Australia: John Wiley & Sons Ltd. Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial Dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, September, Vol. 12, No. 3, Hlm. 384-389. Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember, Vol. 13, No. 3, Hlm. 163-181. Subramanyam, K. R. dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Subramanyam, K. R. dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Sudiyatno, Bambang dan Septavia Mustika Sari. 2013. Determinans of Debt Policy: An Empirical Studying Indonesia Stock Exchange. Educational Research International Research Journal, February, Vol. 4, No. 1, Hlm. 98-108. Sugiarto dan Fongnawati Budhijono. 2007. Telahaan Indikasi Keagenan Pada Kebijakan Leverage Perusahaan Keluarga di BEJ. Akuntabilitas, Maret, Vol. 6, No. 2, Hlm. 165-178.
126
ISSN: 1410 -9875
Dian Primartanto
Sunarsih. 2004. Analisis Simultanitas Kebijakan Hutang dan Kebijakan Maturitas Hutang Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Siasat Bisnis, Juni, Vol. 1, No. 9, Hlm. 65-84. Susanto, Hadi. 2011. Struktur Kepemilikan Saham Dan Kondisi Keuangan Perusahaan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Ne-O Bis, Juni, Vol. 5, No.1, Hlm. 89-101. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi Dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Desember, Vol. 13, No. 3, Hlm. 195-210. Susilawati, R. Anastasia Endang. 2007. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Agency Theory. Jurnal Ekonomi Modernisasi, Juni, Vol. 3, No. 2, Hlm. 86-102. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Januari, Vol. 5, No. 1, Hlm. 1-16. www.idx.co.id Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Nonkeuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, April, Vol. 12, No. 1, Hlm. 1-16
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel Keterangan
Perusahaan manufaktur yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 sampai dengan 2012. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak membagikan dividen tunai setiap tahun selama periode penelitian. Laporan keuangan perusahaan yang tidak berakhir tanggal 31 Desember untuk periode 2009 sampai dengan periode 2012. Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah selama periode penelitian. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dari tahun 2009 sampai 2012. Data outlier. Data Penelitian
November 2013
Jumlah Perusahaa n 123
Jumlah Data
(86)
(344)
(2)
(8)
(5)
(20)
30
120
492
(0) 120
Tabel 2 Data Statistik Deskriptif
LEV NDTS TANG PROF GRO SIZE MOWN DPR Valid N (listwise )
128
N 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0 12 0
Minimum ,094303295 ,001851838 ,050714490 ,026991298 -,121596366 25,01140600 0 0 ,043314500
Maximum ,865983500 ,084377535 ,731322300 ,596653300 ,500240700 32,83653300 0 1 2,665245300
Mean ,35632331337 ,03353488733 ,31588767081 ,20788437893 ,13096298993 28,4448091416 7 ,52 ,47125493057
Std. Deviasi ,176753395514 ,017725968302 ,164262512895 ,124695810353 ,109011715009 1,72589707054 2 ,502 ,348071734770
ISSN: 1410 -9875
Dian Primartanto
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Residual One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) ,098 Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas
Model 1
Coefficientsa Collinearity Statistic Tolerance VIF 1,722 ,581 NDTS 1,644 ,608 TANG 1,478 ,677 PROF 1,305 ,766 GRO 1,242 ,805 SIZE 1,153 ,867 MOWN 1,575 ,635 DPR
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Sig. 1 (Constant) ,204 NDTS ,017 TANG ,761 PROF ,765 GRO ,467 SIZE ,019 MOWN ,060 DPR Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Coefficientsa Model Sig. RES_2 ,743
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Tabel 7 Hasil Uji R Model Summary R ,442a
Tabel 8 Hasil Uji Adjusted R Square Model Summary Adjusted R Square ,145 Tabel 9 Hasil Uji F ANOVAb Model Sig. Regression ,001a
Model
Unstandardize d Coefficients B
1(Constant ) NDTS TANG PROF GRO SIZE MOWN DPR
130
-,216 ,760 ,331 -,122 ,258 ,015 ,009 ,011
Std. Error ,270 1,109 ,117 ,146 ,157 ,010 ,032 ,054
Tabel 10 Hasil Uji t Coefficientsa Standardize d Coefficients Beta
t
-,800 ,076 ,685 ,307 2,827 -,086 -,834 ,159 1,643 ,145 1,541 ,025 ,274 ,022 ,209
Sig.
,425 ,495 ,006 ,406 ,103 ,126 ,784 ,835
Kesimpulan
Ha tidak diterima Ha diterima Ha tidak diterima Ha tidak diterima Ha tidak diterima Ha tidak diterima Ha tidak diterima
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 2, November 2013, Hlm. 131-148
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM DEWI AGUSTINA STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the factors that affect on stock return. That factors include net profit margin, return on equity, current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, price to book value, total assets, cash flow from operation, and earnings per share. This research used manufacturing firms listed in Indonesian Stock Exchange during 20082011 as the population. There are 32 companies meet the criteria by using purposive sampling method. The model used in this research is multiple regression analysis. The result shows that net profit margin, return on equity, current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, price to book value, total assets, cash flow from operation, and earning per share do not have significant influence to the stock return.
Keywords: Net Profit Margin, Return On Equity, Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Assets Turnover, Stock Return. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return saham. Faktor-faktor tersebut termasuk marjin laba bersih, pengembalian ekuitas, rasio lancar, rasio hutang terhadap ekuitas, total perputaran aset, rasio harga terhadap nilai buku, total aset, arus kas dari operasi, dan laba per saham. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 20082011 sebagai populasi. Ada 32 perusahaan memenuhi kriteria dengan menggunakan metode purposive sampling. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa marjin laba bersih, pengembalian ekuitas, rasio lancar, rasio hutang terhadap ekuitas, total perputaran aset, rasio harga terhadap nilai buku, total aset, arus kas dari operasi, dan laba per saham tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kata Kunci: Marjin Laba Bersih, Pengembalian Ekuitas, Rasio Lancar, Rasio Hutang terhadap Ekuitas, Total Perputaran Aset, Return Saham. PENDAHULUAN
melakukan pinjaman untuk menutupi pengeluaran tersebut. Tetapi sebaliknya, saat pendapatan lebih besar daripada pengeluaran,
Jika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, maka akan
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
maka pihak tersebut akan memiliki simpanan atas kelebihan dananya tersebut. Investasi adalah suatu cara yang digunakan oleh para pemilik dana yang berlebih. Tujuan utama dalam berinvestasi adalah mendapatkan return dari investasinya, dengan demikian untuk mendapatkan return yang sesuai dengan keinginan, investor harus tepat dalam menentukan investasi. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh calon investor adalah analisis nilai-nilai dalam laporan keuangan. Salah satu analisis laporan yang dapat digunakan adalah analisis rasio. Menurut Meythi (2007), analisis laporan keuangan mempunyai pengaruh yang cukup besar. Meythi (2007) menambahkan bahwa terdapat dua alasan membutuhkan laporan keuangan, yaitu: 1) Mengurangi ketidakpastian, 2) Sumber informasi yang dapat diperbandingkan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Martani et al. (2009) yang mengungkapkan hubungan antara net profit margin, return on equity, current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, price to book value, total assets, dan cash flow from operation terhadap return saham. Penelitian ini menambahkan variabel tambahan, yaitu earnings per share, dan menggunakan periode pengamatan selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Signalling Theory Setiap perusahaan akan berusaha menghasilkan laporan
132
November 2013
keuangan yang baik, karena seiring dengan sinyal atau tanda tersebut dapat menjadi sinyal yang baik pula bagi para investor. Return Saham Return saham terdiri dari current income dan capital gain, dimana current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran periodik, seperti dividen, sedangkan capital gain merupakan keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dengan harga beli saham dari suatu investasi (Susilowati dan Turyanto, 2011). Rasio Keuangan Menurut Weygandt et al. (2010:667), analisa rasio menyatakan hubungan antara itemitem terpilih pada data laporan keuangan. Rasio keuangan yang menunjukkan hasil perbandingan atau hubungan di dalam laporan keuangan dapat membantu untuk mengetahui keadaan dan perkembangan perusahaan. Net Profit Margin dan Return Saham Net profit margin menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada (Harahap, 2011:304). Semakin tinggi rasio net profit margin, maka laba perusahaan semakin tinggi dimana para investor akan semakin tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut demi mengharapkan keuntungan yang dapat diperoleh saham dalam bentuk return (Nathaniel, 2008). Martani et al. (2009) menyatakan bahwa variabel net profit margin memiliki
ISSN: 1410 -9875
pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Nathaniel (2008) dan Susilowati dan Turyanto (2011), variabel net profit margin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Ha1: Net profit margin berpengaruh terhadap return saham. Return on Equity dan Return Saham Menurut Widodo (2007), perusahaan yang semakin efisien dalam menggunakan modal dalam menghasilkan laba akan berdampak terhadap meningkatnya return saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martani et al. (2009), Sutanto (2007), Widodo (2007), dan Wijaya (2008) menunjukkan bahwa variabel return on equity memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011), variabel return on equity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Ha2: Return on equity berpengaruh terhadap return saham. Current Ratio dan Return Saham Meythi (2007) menyatakan bahwa current ratio mampu menunjukkan tingkat keamanan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Meythi (2007) menambahkan semakin tinggi current ratio, maka semakin tinggi tingkat keamanan perusahaan, sehingga return saham meningkat, sebaliknya semakin rendah current ratio, maka perusahaan akan sulit memperoleh return yang tinggi. Berdasarkan
Dewi Agustina
penelitian Martani et al. (2009), Sutanto (2007), dan Nugroho (2009), variabel current ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Menurut Farkhan dan Ika (2012), current ratio memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return sahamMenurut Meythi (2007), current ratio merupakan rasio yang paling baik untuk memprediksi return saham. Ha3: Current ratio berpengaruh terhadap return saham Debt to Equity Ratio dan Return Saham Menurut Nathaniel (2008), debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Semakin meningkat beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber dana perusahaan bergantung terhadap pihak kreditur, sehingga mengurangi minat investor untuk menanamkan dananya di perusahaan tersebut, akibatnya akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return perusahaan menurun (Nathaniel, 2008). Menurut Martani et al. (2009), Nathaniel (2008), dan Astuti (2006) menyimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yunanto dan Medyawati (2009), Arista dan Astohar (2012), Susilowati dan Turyanto (2011), dan Nugroho (2009) menyimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Ha4: Debt berpengaruh saham
to equity ratio terhadap return
Total Assets Turnover dan Return Saham Semakin besar rasio total assets turnover semakin baik, artinya aktiva perusahaan dapat lebih cepet berputar dan meraih laba (Harahap, 2011:305). Widodo (2007) menyatakan total assets turnover yang tinggi menunjukkan semakin efisien suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk melakukan penjualan dalam kaitannya untuk mendapatkan laba. Investor berharap melalui penjualan yang tinggi, maka return yang dihasilkan tinggi (Astuti, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martani et al. (2009), variabel total assets turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Menurut Widodo (2007) dan Astuti (2006), total assets turnover memiliki pengaruh positif yang signifikan. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thrisye dan Simu (2013) yang menyatakan bahwa total assets turnover tidak berpengaruh positif dan signifikan pada return saham. Total assets turnover Ha5: berpengaruh terhadap return saham Price to Book Value dan Return Saham Astuti (2006) menyatakan bahwa jenis rasio pasar yang sering dikaitkan dengan return saham adalah price to book value, yang mengukur kinerja harga saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang telah beroperasi dengan baik
134
November 2013
memiliki nilai price to book value di atas 1, nilai tersebut menunjukkan nilai saham suatu perusahaan dihargai di atas nilai bukunya, dimana semakin tinggi nilai price to book value, maka semakin tinggi penilaian investor terhadap perusahaan tersebut (Ang, 1997 dalam Nathaniel, 2008). Semakin tinggi harga saham, maka meningkat pula return perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2006), variabel price to book value memiliki pengaruh signifikan positif terhadap return saham, sedangkan Widodo (2007) menyatakan bahwa variabel price to book value memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap return saham. Menurut Wijaya (2008), variabel price to book value tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yunanto dan Medyawati (2009) menunjukkan bahwa variabel price to book value tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Price to book value Ha6: berpengaruh terhadap return saham Total Assets dan Return Saham Menurut Martani et al. (2009), total assets dapat digunakan sebagai indikator untuk mencari tahu ukuran perusahaan (firm size). Semakin besar total assets, maka perusahaan semakin mampu dalam menghasilkan laba (Adiwiratama, 2012). Menurut Husnan (1993:332) dalam Adiwiratama (2012), jika kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan
ISSN: 1410 -9875
meningkat. Adiwiratama (2012) menyatakan bahwa size mempunyai hubungan yang positif dengan return saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Martani et al. (2009), Adiwiratama (2012), Solechan (2009), Munte (2009), variabel total assets tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2011) yang menyatakan bahwa total assets berpengaruh terhadap return saham. Ha7: Total assets berpengaruh terhadap return saham. Cash Flow from Operation dan Return Saham Arus kas dari aktifitas operasi melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang mengakibatkan penentuan laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta membayar beban (Adiwiratama, 2012). Linda (2005) dalam Trisnawati (2009), return menyebabkan investor mampu untuk membandingkan tingkat pengembalian yang sebenarnya atau yang diharapkan dari berbagai investasi. Menurut Martani et al. (2009), Trisnawati (2009), dan Adiwiratama (2012), variabel cash flow from operation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pradhono dan Christiawan (2004) menunjukkan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Dewi Agustina
Ha8: Cash flow from operation berpengaruh terhadap return saham. Earnings per Share dan Return Saham Menurut Harahap (2011:306), rasio earnings per share menunjukkan seberapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Earnings per share (EPS) tentu menjadi poin penting yang akan diperhatikan oleh investor, karena nilai dari earnings per share mencerminkan bagian laba perusahaan per lembar saham. Menurut Arista dan Astohar (2012), dan Susilowati dan Turyanto (2011), variabel earnings per share tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nathaniel (2008), earnings per share berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Ha9: Cash flow from operation berpengaruh terhadap return saham METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan metoda purposive sampling. Kriteria yang digunakan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah: 1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2007-2011. 2) Perusahaan
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
manufaktur tersebut mempublikasikan data laporan keuangan per 31 Desember. 3) Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan data laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. 4) Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba bersih selama tahun 2008-2011. 5) Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen selama periode 2008-2011. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Return Saham Return saham merupakan selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dijumlahkan dengan dividen yang dibagikan pada periode berjalan kemudian dibandingkan dengan harga saham periode sebelumnya (Hartono, 2008:197), dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: Ri : Pt : berjalan : Pt-1 sebelumnya Dt : berjalan
November 2013
Return on Equity Return on equity (ROE) mencerminkan seberapa efektif manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan melalui profitabilitas yang diperolehnya (Subramanyam dan Wild, 2009:37), dirumuskan sebagai berikut:
Current Ratio Current ratio (CR) merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities) (Weygandt et al., 2010:668), dirumuskan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders’ equity (Ang, 1997 dalam Nathaniel, 2008), maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Return saham Harga saham periode Harga saham periode Dividen
periode
Net Profit Margin Net profit margin (NPM) adalah margin laba atas penjualan yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan bersih (Weygandt et al., 2010:672), dirumuskan sebagai berikut:
Total Assets Turnover Total assets turnover (TATO) digunakan untuk mengetahui seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan pendapatan (Weygandt et al., 2010:672), dirumuskan sebagai berikut:
Price to Book Value Price to book value (PBV) merupakan salah satu rasio pasar
136
ISSN: 1410 -9875
yang digunakan untuk mengukur apakah harga saham diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut (Hartono, 2000 dalam Wijaya, 2008), dirumuskan sebagai berikut:
Total Assets Total assets (TA) pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui ukuran perusahaan, dimana jumlah total aset perusahaan akan dilogaritmakan (Martani et al., 2009), dirumuskan sebagai berikut:
Cash Flow from Operation Menurut Trisnawati (2009), cash flow from operation (CFO) adalah arus kas masuk dan keluar pada periode tertentu dari kegiatan operasi. Dirumuskan sebagai berikut (Martani et al., 2009):
Earnings per Share Earnings per share (EPS) merupakan penghitungan laba bersih yang dibayarkan untuk masing-masing saham biasa Weygandt et. al. (2010:674), dirumuskan sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN
Dewi Agustina
dalam penelitian perusahaan.
ini
ada
112
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif Hasil Uji Normalitas Residual Hasil pengujian normalitas residual menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada tabel 3 menunjukan nilai assym. Sig. (2-tailed) sama dengan 0,030, nilai Asym. Sig. (2tailed) < 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa data residual tidak berdistribusi normal. Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Residual Berdasarkan hasil tersebut, maka dilakukan uji outlier, dengan nilai batas 3,00. Data outlier yang dihapus sebanyak 16 data, sehingga total data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 112 data. Sig. (2-tailed) sama dengan 0,101, nilai Asym. Sig. (2-tailed) > 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa data residual berdistribusi normal. Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Residual Setelah Uji Outlier
Dari proses pengumpulan data dengan teknik purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi kriteria)
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Tabel 5 menunjukan bahwa variabel independen net profit margin (NPM), return on equity (ROE), current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets turnover (TATO), price to book value (PBV), total assets (TA), cash flow from operation (CFO), dan earning per share (EPS) memiliki nilai tolerance di atas 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) di bawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi yang tinggi antar variabel independen atau tidak terjadi multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada tabel 6 bisa dilihat bahwa variabel NPM, ROE, CR, DER, TATO, CFO, dan EPS memiliki nilai sig lebih besar sama dengan dari 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil tersebut menjelaskan bahwa terdapat kesamaan varians antara pengamatan yang satu dengan pengamatan lainnya. Variabel PBV dan TA memiliki nilai sig kurang dari 0,05, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. Hasil tersebut menjelaskan bahwa terdapat ketidaksamaan varians antara pengamatan yang satu dengan pengamatan lainnya. Uji Autokorelasi Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Hasil uji bruesch-godfrey, maka pada penelitian ini didapatkan hasil dimana nilai signifikan kurang dari alpha (α = 0,05). Maka dapat disimpulkan
138
November 2013
bahwa pada penelitian ini terdapat masalah autokorelasi. Uji Hipotesis Analisis Korelasi Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi (R) Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi (R) pada tabel 8 menunjukkan nilai R sebesar 0,296. Nilai R tersebut lebih dari 0 dan kurang dari 0,5 menunjukkan hubungan antara variabel return saham (Return) dengan variabel net profit margin (NPM), return on equity (ROE), current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets turnover (TATO), price to book value (PBV), total assets (TA), cash flow from operation (CFO), dan earning per share (EPS) adalah lemah. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Tabel 9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi (adjusted Rsquare) pada tabel 9 menunjukkan nilai adjusted R-square sebesar 0,007. Nilai adjusted R-square tersebut menjelaskan bahwa variasi variabel dependen, yaitu return saham (Return) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen, yaitu net profit margin (NPM), return on equity (ROE), current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets turnover (TATO), price to book value (PBV), total assets (TA), cash flow from operation (CFO), dan earning per share (EPS) sebesar 0,7%, sedangkan sisanya sebesar 99,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk di dalam model penelitian ini.
ISSN: 1410 -9875
Uji Statistik F Tabel 10 Hasil Uji Statistik F Tabel 10 menunjukan nilai sig 0,380. Nilai sig lebih besar dari 0,05 yang berarti model tidak fit. Hal ini menunjukan bahwa model tidak layak untuk digunakan dalam penelitian. Uji Statistik t Tabel 11 Hasil Uji Statistik t Persamaan regresi untuk model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Net profit margin (NPM) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,894. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel net profit margin tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H1 gagal diterima. Variabel return on equity (ROE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,068. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel return on equity tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H2 gagal diterima. Variabel current ratio (CR) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,927. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel current ratio tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H3 gagal diterima. Variabel debt to equity ratio (DER) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,750. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio tidak
Dewi Agustina
berpengaruh terhadap return saham, sehingga H4 gagal diterima. Variabel total assets turnover (TATO) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,400. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel total assets turnover tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H5 gagal diterima. Variabel price to book value (PBV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,567. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel price to book value tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H6 gagal diterima. Variabel total assets (TA) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,765. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel total assets tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H7 gagal diterima. Variabel cash flow from operation (CFO) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,086. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel cash flow from operation tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H8 gagal diterima. Variabel earning per share (EPS) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,650. Nilai signifikansi yang lebih besar dari alpha (α=0,05) menunjukkan bahwa variabel earning per share tidak berpengaruh terhadap return saham, sehingga H9 gagal diterima. PENUTUP Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan terhadap 112 perusahaan selama periode 2008 sampai dengan 2011
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
dapat diperoleh kesimpulan bahwa variabel NPM, ROE, CR, DER, TATO, PBV, TA, CFO, dan EPS tidak berpengaruh terhadap return saham. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel independen hanya terbatas pada 9 variabel dan return saham menggunakan total return tahunan, sehingga model tidak fit, serta obyek penelitian hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja. Berdasarkan keterbatasan peneliti
November 2013
tersebut, maka peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya adalah penelitian selanjutnya menambahkan variabel lain yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap return saham, seperti price earning ratio dan return on assets, dan menggunakan pengukuran return menggunakan return harian, serta penelitian selanjutnya menambah obyek penelitiannya, tidak hanya perusahaan manufaktur.
REFERENSI Adiwiratama, Jundan. 2012. Pengaruh Informasi Laba, Arus Kas, dan Size Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika JINAH, vol 2(1): hlm 1-25 Arista, Desy dan Astohar. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham (Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI periode tahun 2005 – 2009). Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, vol 3(1): hlm 1-15 Astuti, Subekti Puji. 2006. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA Terhadap Return Saham. Thesis., Universitas Diponegoro Farkhan dan Ika. 2012. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage). Value Added, vol 9(1): hlm 1-18 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit-Universitas Diponegoro Gitman, Lawrence J. 2008. Principles of Managerial Finance. Twelfth Edition. United States of America: Prentice Hall Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Scott Holmes, Ann Tarca, dan Jane Hamilton. 2010. Accounting Theory Seventh Edition. United States of America: John Wiley and Sons Inc Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juni 2012. Jakarta Martani, Dwi, Mulyono, dan Rahfiani Khairurizka. 2009. The Effect of Financial Ratios, Firm Size, and Cash Flow from Operating Activities in the
140
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Interim Report to the Stock Return. Chinese Business Review, vol 8(6): hlm 44-55 Meythi. 2007. Rasio Keuangan yang Paling Baik Untuk Memprediksi Return Saham: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol 9(1): hlm 47-65 Munte, Mei Hotma Mariati. 2009. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Thesis., Universitas Sumatera Utara Nathaniel, Nicky. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate And Property di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006). Thesis., Universitas Diponegoro Nugroho, Inung Adi. 2009. Analisis Pengaruh Informasi Fundamental Terhadap Return Saham. Thesis., Universitas Diponegoro Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi Terhadap Return yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi Keuangan, vol 6(2): hlm 140-165 Reilly, F.K dan K.C Brown. 2009. Investment Analysis and Portfolio Management. Seventh Edition. South-Western College Publishing: Ohio Rosa, Marvina dan Erly Mulyani. 2013. Pengaruh Profitabilitas, OCF, dan EVA Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Wahana Riset Akuntansi, vol 1(2): hlm 219-242 Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business. Fifth Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd Solechan, Achmad. 2009. Pengaruh Earning, Manajemen Laba, IOS, Beta, Size, dan Rasio Hutang Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Auditing, vol 6(1) Subramanyam, K. R. Dan John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis. Tenth Edition. New York: McGraw-Hill Sugiarto, Agung. 2011. Analisis Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER, dan PBV Ratio Terhadap Return Saham. Jurnal Dinamika Akuntansi, vol 3(1): hlm 8-14 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta Sunardi, Harjono. 2010. Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, vol 2(1): hlm 70-92 Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas Dan Rasio Solvabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, vol 3(1): hlm 17-37 Sutanto, Michael Wibowo. 2007. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Return Saham. Thesis., Universitas Diponegoro Thrisye, Risca Yuliana dan Nicodemus Simu. 2013. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham BUMN Sektor Pertambangan Periode 2007-2010. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, vol 8(2): hlm 75-81
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Trisnawati, Ita. 2009. Pengaruh Econonic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added Terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol. 11(1): hlm 65-78 Weygandt, Jerry, Paul Kimmel, dan Don Kieso. 2010. Financial Accounting. IFRS Edition. United States of America: John Wiley & Sons. Inc Widodo, Saniman. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar Terhadap Return Saham Syariah dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2003-2005. Thesis., Universitas Diponegoro Wijaya, David. 2008. Pengaruh Rasio Modal Saham Terhadap Return Saham Perusahaan-Perusahaan Telekomunikasi Go Public di Indonesia Periode 2007. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol 10(2): hlm 136-152 Yunanto, Muhammad dan Henny Medyawati. 2009. Studi Empiris Terhadap Faktor Fundamental dan Teknikal yang Mempengaruhi Return Saham pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Bisnis, vol 14(1): hlm 28-38 Yuyetta, Etna Nur Afri. 2010. Pengaruh Perubahan Book to Market Value, Nilai Tukar, dan Ukuran Perusahaan terhadap Perubahan Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Auditing, vol 7(1): hlm 80-93
142
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Jumlah Perusahaan
Kriteria Pemilihan Sampel Perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011 Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan per tanggal 31 Desember Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian antara tahun 2008-2011 Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan dividen selama periode 2008-2011 Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap untuk penelitian ini Total perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel Total perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel selama tahun 2008-2011 sebelum outlier Data yang dikeluarkan dari sampel berdasarkan uji outlier Total data yang digunakan dalam penelitian
123 (4) (10) (39) (32) (6) 32 128 (16) 112
Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
Return NPM ROE CR DER TATO PBV TA CFO EPS
112 112 112 112 112 112 112 112 112 112
-0,74264 0,00499 0,03003 0,75686 0,11594 0,72256 0,01844 10,79231 -0,06431 6,58701
3,35071 0,30350 0,79000 9,44106 3,11015 2,64936 16,75559 14,18617 0,47878 10171,69
0,5715323 0,1050808 0,2247495 3,0931320 0,7225656 1,3644441 1,7741101 12,29579 0,1176472 1290,845
Std. Deviation 0,84486778 0,06278309 0,12955968 2,00957072 0,59560556 0,44297981 2,27793825 0,72718284 0,08930094 2263,371953
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Residual Sebelum Uji Outlier Asymp. Sig. (2-Tailed) 0,030
Keterangan Tidak berdistribusi normal
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data Residual Setelah Uji Outlier Asymp. Sig. (2-Tailed) 0,101
Keterangan Berdistribusi Normal
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel NPM ROE CR DER TATO PBV TA CFO EPS
Tolerance 0,164 0,190 0,454 0,410 0,316 0,450 0,546 0,446 0,678
VIF 6,086 5,256 2,204 2,441 3,165 2,220 1,830 2,243 1,475
Keterangan Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel NPM ROE CR DER TATO PBV TA CFO EPS
Sig 0,151 0,106 0,052 0,585 0,966 0,040 0,003 0,253 0,994
Keterangan Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Terjadi heteroskedastisitas Terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Model LAGRES
B 0,368
Sig 0,000
Keterangan Terdapat autokorelasi
Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi (R) Model 1
R 0,296
Tabel 9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) Model 1
Adjusted R-square 0,007
Tabel 10 Hasil Uji Statistik F Model 1
144
Sig 0,380
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
Tabel 11 Hasil Uji t Variabel NPM ROE CR DER TATO PBV TA CFO EPS
B 0,419 2,608 -0,005 -0,067 -0,271 -0,030 -0,044 -2,323 1,95
Sig 0,894 0,068 0,927 0,750 0,400 0,567 0,765 0,086 0,650
Keterangan Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh
Output SPSS Uji Normalitas Data Residual Sebelum Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual
N
128
Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean
,0000000
Std. Deviation
,94339716
Absolute
,128
Positive
,128
Negative
-,068
Kolmogorov-Smirnov Z
1,449
Asymp. Sig. (2-tailed)
,030
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Uji Normalitas Data Residual Setelah Outlier One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
112 Mean
Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Std. Deviation
,0000000 ,80710462
Absolute
,116
Positive
,116
Negative
-,077
Kolmogorov-Smirnov Z
1,222
Asymp. Sig. (2-tailed)
,101
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
November 2013
Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Collinearity Statistics Model 1
Tolerance ,164 ,190
NPM ROE
VIF 6,086 5,256
CR
,454
2,204
DER
,410
2,441
TATO
,316
3,165
PBV
,450
2,220
TA
,546
1,830
CFO
,446
2,243
EPS
,678 a Dependent Variable: Return
1,475
Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
-3,027
1,234
NPM
-2,712
1,875
ROE
1,378
,844
CR
,069
DER TATO
Beta
t
Sig.
B
Std. Error
-2,453
,016
-,326
-1,446
,151
,341
1,632
,106
,035
,267
1,969
,052
,069
,125
,078
,548
,585 ,966
,008
,192
,007
,043
PBV
-,065
,031
-,283
-2,080
,040
TA
,272
,089
,378
3,065
,003
CFO
,921
,800
,157
1,151
,253
EPS
1,92E-007
,000
,001
,007
,994
a Dependent Variable: ABRES
Uji Autokorelasi Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
146
B
Std. Error
Standardized Coefficients
t
Beta
B
Sig. Std. Error
(Constant)
,143
LAGRES
,368
,095
,369
3,858
,000
NPM
,188
2,961
,015
,064
,949
ROE
-,288
1,327
-,047
-,217
,829
CR
-,046
,057
-,114
-,808
,421
DER
-,067
,197
-,050
-,340
,735
1,933
,074
,941
ISSN: 1410 -9875
Dewi Agustina
TATO
,012
,300
,007
,041
PBV
-,006
,049
-,018
-,126
,967 ,900
TA
,005
,139
,005
,036
,971
CFO
,125
1,255
,014
,099
,921
EPS
1,21E-005
,000
,034
,300
,764
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summary
Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
,296(a)
,087
Std. Error of the Estimate
,007
,84195957
a Predictors: (Constant), EPS, TA, TATO, DER, CFO, PBV, CR, ROE, NPM
Uji Statistik F ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
6,925
9
,769
Residual
72,307
102
,709
Total
79,232
111
F
Sig.
1,085
,380(a)
a Predictors: (Constant), EPS, TA, TATO, DER, CFO, PBV, CR, ROE, NPM b Dependent Variable: Return
Uji Statistik t Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
1,225
2,067
NPM
,419
3,140
ROE
2,608
CR
-,005
DER
Standardized Coefficients
t
Beta
B
Sig. Std. Error ,592
,555
,031
,133
,894
1,414
,400
1,844
,068
,059
-,013
-,092
,927
-,067
,210
-,047
-,319
,750
TATO
-,271
,321
-,142
-,845
,400
PBV
-,030
,052
-,081
-,575
,567
TA
-,044
,149
-,038
-,299
,765
CFO
-2,323
1,340
-,246
-1,733
,086
EPS
1,95E-005
,000
,052
,455
,650
a Dependent Variable: Return
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 2
Halaman ini sengaja dikosongkan
148
November 2013