Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013 DAFTAR ISI
Effect Of Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation And Brand Trust To Brand Relationship At Tiki Delivery Services In Jakarta Arief Alfiandri ......................................................................
1
Pengaruh Company Size, Variability Of Earnings, Debt-Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Dan Tobin’s Qterhadap Priceearnings Ratio Pada Saham Perusahaan A.Sri Wahyudi....................................................................
13
The Effects Of Satisfaction, Experience, Incetives, And Source On Consumers Of Garuda Indonesia In Jakarta’s Willingness To Generate Positive Word-Of-Mouth Aulia Danibrata ......................................................................
27
The Effects Of Satisfaction, Commitment, Social Benefits And Special Treatment Benefits Of Customer Loyalty Denny Farabi .......................................................................
41
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Aries Jonathan ..................................................................
51
Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Dan Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan Nurti Widayati..................................................................
59
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Agustin Palupi .......................................................................
71
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada PerusahaanPerusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Anwar Harsono.....................................................................
87
Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Struktur Modal Pada Perusahaan Non Keuangan Anton Herdianto ..................................................................... 103 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Alfian Arifin .......................................................................... 123 Deterinants Of Dividend Policy On Listed Manufacturing Companies Arleen Herawaty .................................................................... 137
Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail :
[email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal ( bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 1-12
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
EFFECT OF BRAND AWARENESS, PERCEIVED QUALITY, BRAND DIFFERENTIATION AND BRAND TRUST TO BRAND RELATIONSHIP AT TIKI DELIVERY SERVICES IN JAKARTA
ARIEF ALFIANDRI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The competition on service delivery logistic at nowdays is getting thigh even local and foreign company they’ve compete each other. As logistic service company they’ve distribute their service as their main service, With maintain good service and keep the customers trust. A good image from a logistic service company will shown the quality and give something difference to their customers. The purpose of this research is to known the influence of Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, and Brand Trust to Brand Relationship. The Object of this research is TIKI and as one of the biggest logistic service company in Indonesia they have to improve their service quality and built the customers confidence. The research method used on this research is the descriptive and causal research in which variables are measured with likert scale. The data collection technical of primary data is by distributing questioners. The method for analysis data is multiple regressions. The result showed that the independent variables Brand Awareness have a positive correlation to Brand Relationship and Perceived Quality have a positive correlation to Brand Relationship, Brand Differentiation have a negative correlation and Brand Trust have a negative correlation. Keywords:
Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, Brand Trust, Brand Relationship
Abstrak: Persaingan dalam pelayanan logistik saat ini semakin tinggi bahkan persaingan juga terjadi antar perusahaan lokal maupun asing. Perusahaan logistik mendistribusikan jasa utama mereka dengan memelihara pelayanan yang baik dan menjaga kepercayaan konsumen. Image yang baik dari perusahaan pelayanan logistik akan menunjukan kualitas yang membedakan perusahaan tersebut di mata konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, dan Brand Trust terhadap Brand Relationship. Objek penelitian adalah TIKI sebagai salah satu perusahaan pelayanan logistik
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
terbesar di Indonesia yang telah meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan kenyamanan terhadap konsumennya. Metode penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif dan metode kausal dimana variabelvariabel penelitian diukur dengan skala likert. Data yang digunakan merupakan data primer dimana data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner. Data dianalisa dengan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel independen Brand Awareness dan Perceived Quality memiliki korelasi positif terhadap Brand Relationship sedangkan Brand Differentiation dan Brand Trust memiliki korelasi negatif. Kata Kunci:
Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Differentiation, Brand Trust, Brand Relationship
PENDAHULUAN Jakarta sebagai ibukota Indonesia dimana seluruh kegiatan bisnis dan perekonomian berpusat di kota tersebut, membuat seluruh penduduk ibukota sangat sibuk dalam kegiatan sehari-hari. Kehadiran jasa pengiriman barang tersebut tentu berguna untuk menghemat waktu masyarakat kota jakarta yang padat dan melelahkan, keadaan tersebut tentu membuat efektifitas mereka menurun dan kemudian mempercayakan barang mereka untuk dititipkan kepada jasa pengiriman untuk kemudian dikirim melalu kurir mereka. Seiring dengan meningkatnya perekonomian di indonesia pada
tahun 2011 yang mencapai 6,5% meningkat sebesar 0,4% dibandingkan dengan diperiode yang sama tahun 2010 sebesar 6,1% dengan PDB tahun 2010 sekitar Rp 6.422,9 Triliun (BPS, Desember 2011) banyak yang memprediksi bahwa penggunaan jasa ekspedisi akan semakin meningkat. Tandatanda ini sudah mulai dilihat para pelaku bisnis karena adanya pertumbuhan penggunaan jasa ini di Indonesia di tiap tahunnya. Berikut market kiriman ekspress barang dan dokumen di Indonesia selama 3 tahun terakhir dimana tingkat pertumbuhan industri ini mengalami peningkatan sebesar 10% per tahunnya.
Tabel 1 Pasar kiriman ekspress komunitas ASPERINDO dan NON-ASPERINDO Tahun Kiriman ekspress
2009 Rp 7.058.462.115.000,-
2010 Rp 7.764.308.326.500,-
2011 Rp 8.540.739.158.650,-
Rata-rata Rp 7.787.836.533.383,33
Sumber : ASPERINDO 2011 data diolah Berdasarkan data data tersebut dimana setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sebesar 10%, Jasa pengiriman ekspress memiliki prospek yang menjanjikan. Banyak pelaku usaha
2
membuat jasa pengiriman barang baik antar kota maupun antar wilayah, dengan keunggulan yang ditawarkan masing masing produsen. Peluang yang tersedia membuat pelaku bisnis jasa
ISSN: 1410 -9875
pengiriman barang tanggap dengan cepat bahwa peluang untuk bisnis pengiriman barang ini mempunyai prospek cerah kedepannya. Saat ini, persaingan antar pelaku usaha dibidang jasa pengiriman barang ini memang sangat ketat, mulai dari pengusaha lokal maupun luar negeri bersaing untuk menjadi yang terdepan. Berbagai layanan ditawarkan untuk memuaskan pelanggan dari perang harga bahkan jenis pengiriman. Kondisi inilah yang sedang dihadapi salah satu merek Jasa pengiriman barang ekspress, TIKI. Perusahaan yang didirikan dengan nama PT. Citra Van Titipan Kilat pada 1 September 1970 oleh Bpk.Soeprapto dan Ny. Nuraini Soeprapto, memang merupakan perintis usaha dan pionir di industri pengiriman barang. Kepedulian menjadi pondasi yang kuat dalam mencapai tujuan utama TIKI, yaitu untuk selalu bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Kepercayaan pelanggan berarti optimalisasi pelayanan untuk seluruh lapisan masyarakat demi pengiriman paket tepat waktu, aman dan nyaman, dengan cara tersebut TIKI mengelola brand relationship mereka terhadap pelanggan. Visi untuk selalu menjadi yang terbaik dalam jasa pengiriman barang tercermin pada sistem manajemen professional TIKI dan menjadi asas asas yang melandasi filosofi TIKI, yaitu: 1). Kualitas dan loyalitas sumber daya manusia merupakan kunci sukses dalam menjalankan usaha. 2). Menciptakan bentuk layanan yang inovatif dan berorientasi kepada kebutuhan pelanggan. 3). Pengunaan teknologi modern dan komputerisasi merupakan syarat
Arief Alfiandri
mutlak dalam menjalankan roda usaha. 4). Kepuasan pelanggan, mitra usaha, pemerintah dan masyarakat umum sangat diutamakan. TIKI mengelola brand relationship dengan baik sebab pelanggan merupakan hal utama, pendekatan kepada pelanggan menjadi fokus pada bidang ini ketimbang fokus pada produk yang dihasilkan karena sulit menemukan diferensiasi produk pada industri ini. Dengan pemain lokal dalam industri ini antara lain : Pos Indonesia dan JNE, namun kini timbul banyak pemain asing dalam pasar yang sama, seperti DHL, TNT, FED EX, dan Jasa jasa ekspedisi antar kota lainnya. Tidak mengherankan kini persaingan di industri ini semakin ketat. Sekalipun para pesaingnya merupakan merek-merek internasional namun tidak dipungkiri tingkat kesadaran konsumen dengan merek pesaing local mulai meningkat. Hal ini diperkuat dengan manfaat yang ditawarkan pada produk ini sama, harga yang ditetapkan masingmasing produsen tidak jauh berbeda. KERANGKA TEORITIS PENGEMBANGAN HIPOTESIS
DAN
Brand Awareness Brand Awareness merupakan kemampuan konsumen dalam mengingat suatu merek tertentu. Semakin tingginya tingkat kesadaran konsumen akan suatu merek, maka merek tersebut akan selalu berada di benak konsumen. Apabila sebuah perusahaan bisa menciptakan sebuah merek dengan tingkat awareness yang tinggi,
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
maka pelanggan tidak akan berpaling ke merek yang lain karena kesadaran mereka akan meningkat terhadap suatu merek, Aaker (1991). Seperti yang diungkapkan Kotler dan Keller (2012, 504) brand awareness adalah “is consumer ability to recognize or recall the brand within category, in sufficient detail to make a purchase”. Pendapat ini menunjukkan bahwa brand awareness merupakan kemampuan konsumen mengidentifikasi merek dalam kondisi tertentu secara cukup rinci untuk melakukan pembelian. Menurut Kotler dan Pfoertsch (2006, 183) menyebutkan brand awareness sebagai ” Brand Awareness consist of brand recognition which can be defined as the “customer’s ability to confirm prior exposure to the brand when given a brand as a cue”. Kemampuan suatu pelanggan mengkonfirmasi merek ketika diberikan sebuah merek sebagai petunjuk. Dengan demikian perusahaan dapat mengurangi resiko kehilangan pelanggan apabila dapat mengelola brand awareness dengan baik. Begitu juga yang diungkapkan Aaker (1991, 61) yang mendefinisikan brand awareness sebagai “brand awareness is the ability of a potential buyer to recognize or recall that a brand is a member of certain product category”. Brand awareness kemampuan calon pelanggan untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek yang merupakan bagian kategori produk. Brand awareness ini terbagi menjadi 4 tingkatan yang menurut Aaker (1991, 62) sebagai berikut :
4
November 2013
A. Top of mind : Merek yang mempunyai tempat khusus dibenak konsumen. Dalam arti yang sangat nyata, merek tersebut mendahului merek lain dalam pikiran seseorang. B. Brand recall : Keadaan yang mencerminkan tentang suatu merek yang dapat diingat oleh konsumen tanpa adanya bantuan. C. Brand recognition : Merupakan tingkat minimal dari brand awareness. Hal ini sangat penting ketika pembeli memilih suatu merek pada saat pembelian. D. Unware of brand : Suatu keadaan ketika konsumen tidak menyadari akan keberadaan atau eksistensi suatu merek. Berdasarkan pendapat peneliti diatas, dapat disimpulkan bahwa brand awareness merupakan kemampuan suatu merek sehingga pelanggan dapat mengingat dan mengenali keberadaan merek tersebut. H1 : Terdapat pengaruh brand awareness terhadap brand relationship TIKI di wilayah Jakarta. Brand Differentiation Brand differentiation merupakan psikologis dan sisi emosional dari pelanggan terhadap perbedaan yang ditawarkan oleh suatu merek dengan merek pesaing. Dengan nila nilai yang ditawarkan oleh perusahaan terhadap pelanggan, akan membuat pelanggan merasa mendapatkan manfaat lain bukan hanya keuntungan setelah menggunakan produk tersebut. Sehingga dengan adanya diferensiasi merek, relasi
ISSN: 1410 -9875
yang terjalin antara merek dengan pelanggan akan baik. Randall (1993, 105) memberikan pengertian brand differentiation sebagai “The brand must have something which differentiates it from its competitors”. Dengan memberikan sesuatu yang berbeda kepada pelanggan yang tidak dapat diberikan oleh merek lain, maka suatu merek akan menjadi istimewa dibenak pelanggan. Differensiasi dibangun oleh suatu merek dengan menciptakan manfaat emosional dan psikologis melalui program pemasaran, dengan menampilkan sesuatu yang berbeda dari merek pesaing. Menurut Shimp (2007, 366) pengertian brand differentiation adalah “although commercial for new brands and those with new feature are more persuasive on average, advertising for established brands also can be very persuasive”. Pada penelitian Terence A. Shimp diungkapkan bahwa pendekatan secara halus untuk meyakinkan pelanggan dapat dilakukan dengan iklan meskipun merek pesaing juga menampilan fitur fitur baru untuk menampilkan sesuatu yang berbeda. Hooley, Piercy dan Nicoulaud (2008, 316 ) menyebutkan brand differentiation sebagai “brand positioning place the customer at the center of building a maintanable hold on the marketplace”. Brand differentiation diungkapkan bahwa pelanggan ditempatkan ditengah tengah pasar untuk dijadikan pegangan utama dalam membangun suatu merek. Perusahaan mempercayakan pelanggan untuk terus mempertahankan eksistensi
Arief Alfiandri
merek dengan persepsi positif atas merek dengan menempatkan pelanggan ditengah tengah pasar, hal tersebut dapat menjadi kekuatan merek untuk berbeda dengan merek lain. H2 : Terdapat pengaruh brand differentiation terhadap brand relationship TIKI di wilayah Jakarta. Perceived Quality Perceived quality menjadi satu hal yang ingin dicapai oleh setiap pemasar karena pelanggan akan merasa puas apabila kebutuhan mereka dapat dipenuhi oleh produk yang ditawarkan oleh suatu merek. Sehingga pelanggan akan merasa yakin dengan kualitas suatu merek dan persepsi mereka kedepannya akan merek tersebut akan baik dan mempengaruhi relasi yang baik kedepannya. Kotler dan Keller (2012, 153) memberikan pengertian perceived quality sebagai “quality is the totally of features and characteristic of product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs”. Penelitian mengenai perceived quality menurut Schiffman dan Kanuk (2010, 195) adalah “consumer often judge the quality of a product or service on the basis of a of informational cues that they associate with the product”. Perceived quality diperoleh dari persepsi pelanggan mengenai kualitas dari jasa atau produk. Informasi yang didapat mengenai suatu merek akan membuat pikiran pelanggan merasa dipengaruhi. Terdapat hal lain yang mempengaruhi persepsi pelanggan berupa harga, image suatu merek dan pesan pesan dalam promosi
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
suatu merek. Persepsi pelanggan dari pelayanan yang baik dan tingkat kepuasaan pelanggan yang tinggi membawa suatu merek ke tingkat yang lebih tinggi untuk membuat pelanggan tertarik untuk menkonsumsi produk atau jasa suatu merek dan bahkan melakukan pembelian berulang. Perceived quality seperti yang diungkapkan Menurut Aaker (1991, 85) adalah “Perceived quality can be defined as the customers perception of the overall quality or superiority of a product or service with respect to its intended purpose, relative to alternatives”. Perceived quality akan mempengaruhi secara langsung keinginan membeli terhadap jasa atau produk yang ditawarkan dan kesetiaan pelanggan terhadap merek. Khususnya ketika seorang pelanggan tidak termotivasi untuk melakukan pembelian atau tidak mempedulikan detail yang spesifik. Dalam bukunya David A. Aaker (1991, 93) mengemukakan bahwa terdapat beberapa dimensi pada perceived quality dalam konteks jasa, yaitu : 1. Competence. Kompetensi dari pelayanan sesuai dengan dimensi performance dala kualitas produk, karena mengacu kepada fungsi dasar yang dicari oleh pelanggan. 2. Tangible. Dimensi tangible mirip dengan fit and finish di kualitas produk, dimensi ini sangat penting karena berperan sebagai pendukung competence atau performance. 3. Reliability. Reliability dalam konteks service berbeda, karena pelanggan terlibat secara langsung, dimana
6
November 2013
service harus berubah karena service yang spesifik pada setiap konsumen. 4. Responsiveness. Berhubungan dengan interaksi secara langsung antara penyedia jasa dengan konsumen, dalam dimensi ini sangat penting untuk memahami dan berperilaku baik terhadap konsumen. 5. Empathy. Dimensi ini merupakan interaksi yang diberikan langsung kepada konsumen, mencerminkan kepedulian terhadap konsumen. Berdasarkan penelitian para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Perceived Quality merupakan pandangan konsumen terhadap produk suatu yang akan diperoleh untuk memenuhi kebutuhannya. H3 : Terdapat pengaruh perceived quality terhadap brand relationship di wilayah Jakarta. Brand Trust Brand Trust merupakan suatu tingkat kepercayaan pelanggan akan suatu produk atau jasa. Kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek timbul karena telah menggunakannya dimasa lalu atau karena eksistensi merek di suatu industri yang diikutinya. Turner dan Godin (2010, 95) menjelaskan bahwa brand trust adalah “brand trust is a vague, but soft and safe form of product confidence that consumers feel when interacting with a brand that’s spent a ton of money on consistent, frequent interruptive messages”. Kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek dikarenakan pengalaman dimasa lalu dan interaksi sebelumnya, Dan karena
ISSN: 1410 -9875
perkembangan dari waktu ke waktu pelanggan dapat mempercayai kualitas dari suatu merek baik atau tidak. Menurut Morgan dan Hunt (1994) Brand trust didefinisikan “confidence that a consumer can rely on the brand implies the behavioural intention to rely”. Brand trust diungkapkan bahwa kepercayaan terhadap kualitas dipengaruhi oleh merek untuk memberikan rasa nyaman, dapat diandalkan dan kejujuran untuk menunjukkan kemampuannya merupakan faktor penting dalam kepercayaan. Kepercayaan terhadap suatu merek dapat membuat pelanggan terus mengandalkan merek tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Brand trust menurut Chaudhuri dan Holbrook (2001) didefinisikan sebagai “The willingness of the average consumer to rely on the ability of the brand to perform its stated function”. Brand trust timbul dikarenakan kepercayaan pelanggan dimasa lalu yang berpendapat bahwa suatu merek menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan apa yang disampaikan. Sehingga menimbulkan keyakinan untuk menggunakan merek tersebut. Berdasarkan studi literature diatas brand trust dapat disimpulkan sebagai kepercayaan yang diberikan konsumen untuk sebuah merek, yang terbentuk karena pengalaman konsumen menggunakan merek tersebut di masa lalu yang membuat konsumen puas serta dapat memelihara hubungan yang lebih baik.
Arief Alfiandri
H4 : Terdapat pengaruh brand trust terhadap brand relationship TIKI di wilayah Jakarta. Brand Relationships Brand relationship merupakan relasi suatu merek dengan pelanggan, hubungan yang harmonis suatu merek terhadap pelanggan akan berdampak terhadap kesetiaan pelanggan. Relasi yang baik timbul karena komunikasi yang positif. Hubungan suatu merek dengan pelanggan seperti semua orang, dimana hubungan merek didasarkan kepada kepercayaan, pemenuhan janji – janji. Merek akan memberikan fitur dan nilai nilai kepada pelanggan. Berry ( 2000 ) menjelaskan bahwa brand relationship sebagai “ A strong service brand is a promise of future satisfaction”. Bahwa konsumen yang puas akan terlibat lebih dalam terhadap aktivitas suatu merek dan menjaga hubungan positif mereka dimasa mendatang. Menurut Duncan dan Mckenna (2005, 83) menyebutkan bahwa brand relationship didefinisikan sebagai ”a successful brand is nothing more than a special relationahip”. Perusahaan melalui pemasar menyampaikan informasi informasi mengenai merek, untuk membangun relasi positif kepada pelanggan. Informasi yang disampaikan untuk menjelaskan kepada pelanggan bagaimana suatu merek dapat memenuhi janji janji yang ditawarkan, sehingga pada akhirnya merek dengan pelanggan saling terkait satu sama lain. Pendapat lain juga dikemukakan Keller & Fournier (2003, 471) yang menyatakan
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
bahwa brand relationship sebagai “brand personality not as a set of interpersonal attributes, but as the relationship role enacted by the brand its partnership with customer”.
November 2013
H5 : Terdapat pengaruh brand awareness, perceived quality, brand differentiation, brand trust terhadap brand relationship TIKI di wilayah Jakarta.
Model Penelitian
Brand Awareness (X1) Perceived Quality Brand Relationship
(X2)
(X5) Brand Differentiation (X3)
Brand Trust (X4)
Gambar 1 Model Penelitian METODA PENELITIAN DefinisiOperasional Dalam hal ini variabel yang mempengaruhi adalah brand awareness, perceived quality, brand differentiation, brand trust. variable yang dipengaruhi adalah brand relationship. Brand Awareness adalah kemampuan suatu konsumen untuk
8
mengingat suatu merek dan menjadikannya berbeda bila dibandingkan dengan merek lainnya.. Perceived Quality adalah persepi konsumen secara keseluruhan mengenai kualitas yang dirasakan dari suatu merek untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Brand Differentiationa adalah kemampuan suatu merek untuk
ISSN: 1410 -9875
Arief Alfiandri
cukup untuk mewakili populasi. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah Hair (2006 : 741) dimana tidak terdapat cukup sampel yang benar sehingga diajukan ukuran sampel yang digunakan adalah 100-200 sampel. Responden dalam penelitian ini memiliki criteria antara lain pernah menggunakan TIKI, menggunakan untuk keperluan pribadi dan bukan pelajar. Dalam penelitian ini, responden dipilih berdasarkan metode pengambilan
dapat membuat perbedaan nilai nilai pada merek dibandingkan dengan merek merek lainnya. Brand Trust adalah kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk atau jasa suatu merek setelah melakukan pembelian dan pengalaman dimasa lalu. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini, jumlah responden yang penulis gunakan adalah sebanyak 150 responden, dimana jumlah tersebut dirasa Pengujian Hipotesis Tabel 2 Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 12.474 762.259 774.733
ANOVAb
df 4 145 149
Mean Square 3.118 5.257
F .593
Sig. .668
Sumber: Data kuesioner yang diolah dengan program SPSS
Sig = 0.668> Alpha 0.05 Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa brand awareness (X1), perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) memiliki tingkat signifikan sebesar 0.668 , oleh karena tingkat signifikan Tabel 3
diatas 0.05 maka brand awareness (X1), perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brandtrust (X4) tidak memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap brand relationship (Y) Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) ba_ttl
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t -.423 .918
Sig. .673 .360
-1.279 .074
3.023 .081
pq_ttl
.053
.082
.079 .055
.648
.518
bd_ttl
.093
.128
.060
.726
.469
bt_ttl
.013
.042
.025
.301
.764
Sumber: Data kuesioner yang diolah dengan program SPSS
Persamaan regresi berganda pada table diatas adalah sebagai berikut : Y=a+bX1+bX2+bX3+bX4+e
Y=1.279+ 0.074X1 + 0.093X3 + 0.013X4 + e Keterangan :
0.053X2
+
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
1. Nilai konstanta sebesar 1.279 artinya jika brand awareness (X1), perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) adalah 0, maka nilai brand relationship (Y) yang dihasilkan sebesar 1.279. 2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai brand awareness (X1) akan meningkatkan brand relationship (Y) sebesar 0.074 satuan, jika nilai variable perceived quality (X2), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) dianggap konstan. 3. Setiap kenaikan 1 satuan nilai perceived quality (X2) akan meningkatkan brand relationship (Y) sebesar 0.053 satuan, jika nilai variable brand awareness (X1), brand differentiation (X3), dan brand trust (X4) dianggap konstan. 4. Setiap kenaikan 1 satuan nilai brand differentiation (X3) akan meningkatkan brand relationship (Y) sebesar 0.093 satuan, jika nilai variable brand awareness (X1), perceived quality (X2), dan brand trust (X4) dianggap konstan.
November 2013
5. Setiap kenaikan 1 satuan nilai brand trust (X4) akan meningkatkan brand relationship (Y) sebesar 0.013 satuan, jika nilai variable brand awareness (X1), perceived quality (X2), dan brand differentiation (X3) dianggap konstan. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa, diketahui bahwa brand awareness, perceived quality, brand differentiation, dan brand trust tidak berpengaruh terhadap brand relationship. Hal ini berarti brand relationship dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar variabel penelitian yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor diluar variabel-variabel dimaksud. Demikian juga dengan responden yang harus lebih diperluas cakupannya, serta diperbanyak kuantitasnya lagi, sehingga hasilnya dapat digeneralisir.
REFERENSI Gujarati, Damodar, N. 2009. Basic Econometrics. 5th edition. New York: The Mc Graw-Hill Companies. Hair, Joseph F., Roph E. Anderson, Ronald,L., Tathan, William, C. Black.2010. Multiriate Data Analysis. Pearson Pretience Hall Hui Fang Yui, Min Chiu Chao, Wang T.G Eric “Understanding customers' satisfaction and repurchase intentions: An integration of IS success model, trust, and justice” Journal Of Marketing, Pp20-30.2011 Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 14th. Global Edition Person. Kotler, Philip, “Marketing Management Internasional Edition”, The Millenium Edition, South Western Publishing, 2003
10
ISSN: 1410 -9875
Arief Alfiandri
Morgan, Robert M. And Shelby D.Hunt. The Commitment.”Trust Theory of Relationship Marketing”.Journal Of Marketing, Pp20-30.1994 Rofiq Ainur, Pengaruh Dimensi Keperayaan (Trust) Terhadap Partisipasi Pelanggan E-Commerce Schiffman, Leon and Kanuk, Leslie Lazar.2008. New jersey: Prentice hall Consumer Behaviour. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business. John Willey & Sons Ltd. Sugiyono, prof Dr.2009 Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistik 19. Penerbit PT Elex Media Komputindo Walter, et al. 2002. Delivering Relationship Value: Key Determinant For Customers’ Commitment. Study of Business Markets
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan a
12
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 13-26
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH COMPANY SIZE, VARIABILITY OF EARNINGS, DEBT-EQUITY RATIO, DIVIDEND PAYOUT RATIO, DAN TOBIN’S QTERHADAP PRICEEARNINGS RATIO PADA SAHAM PERUSAHAAN
A.SRI WAHYUDI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to test and analyze empirically the effect of company size, variability of earnings, debt equity ratio, dividend payout ratio, and tobin’s q toward price earnings ratiowhich is proxied by divided closing price to its earnings per share. This study was also to compare result of the previous research within the research. Data for this study of price earnings ratiocalculated from the annual financial statement of the listed property and real estate companies in Indonesia Stock Exchange over the five years period 2009-2013. The data used in this study are pooled time series and cross section data. This research explores five variables set as predictors of PER. The purposive sampling is used as sampling technique, where nine companies met the criterias and were analyzed using descriptive statistics and panel data regressions with fixed effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that company size, debt- equity ratio, and Tobin’s Q influence price earnings ratio, while dividend payout ratio and variability of earnings do not influence price earnings ratio. In addition, overall the independent variables influence price earnings ratio simultaneously. Keywords:
Company Size, Variability of Earnings, Debt Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Tobin’s Q,Price Earnings Ratio
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis secara empiris pengaruh company size, variability of earnings, debt equity ratio, dividend payout ratio, and tobin’s q terhadap price earnings ratio yang diproksikan dengan membagi harga penutupan saham dengan laba per lembar saham. Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil penelitian dengan hasil yang didapatkan dari penelitian sebelumnya. Data price earnings ratio didapatkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun periode penelitian 2009-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data pooled time series dan cross section. Penelitian ini
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
menguji 5 variabel sebagai prediktor dari PER. Metode pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dimana terdapat 9 perusahaan yang memenuhi kriteria yang kemudian data tersebut digambarkan dengan statistik deskriptif. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisa regresi data panel dimana metode fixed effect adalah yang sesuai untuk data penelitian. Penelitian menunjukkan bahwa company size, debt equity ratio, and Tobin’s Q mempengaruhi price earnings ratio, sedangkan dividend payout ratio dan variability of earnings tidak berpengaruh terhadap price earnings ratio. Secara keseluruhan seluruh variabel independen memiliki pengaruh simultan terhadap price earnings ratio. Kata Kunci: Company Size, Variability of Earnings, Debt Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Tobin’s Q, Price Earnings Ratio PENDAHULUAN Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang positif, Indonesia menikmati masuknya arus investasi asing dalam beberapa tahun terakhir. Kestabilan iklim politik di Indonesia serta banyaknya kebutuhan akan modal yang jumlahnya cukup besar membuat arus investasi di Indonesia berkembang pesat. Kegiatan investasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Investasi jangka panjang dapat berupa saham dan obligasi yang dapat diperoleh di pasar modal. Investasi melalui saham biasanya memiliki potensi tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada obligasi, karenanya di Indonesia banyak investor yang lebih memilih saham sebagai pilihan investasinya. Di dalam pemilihan saham, biasanya investor menggunakan beberapa model perhitungan untuk menilai kinerja perusahaan tertentu agar investasi yang dilakukan dapat diperhitungkan dengan cermat baik resiko maupun tingkat pengembaliannya. Salah satu parameter yang sering
14
digunakan bagi investor didalam menentukan saham mana yang akan dipilih adalah price-earnings ratio (PER). PER menjelaskan seberapa besar pasar akan membayar pendapatan (earnings) suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai PER memiliki makna bahwa investor atau pasar semakin ingin membayar pendapatan perusahaan tersebut. Beberapa investor menafsirkan PER yang tinggi sebagai overpriced stock dimana artinya investor akan semakin lama mendapatkan pengembalian dari investasi yang dibayarkan dan hal ini tercermin dari tingginya harga saham tersebut. Namun disisi lain hal ini juga mengindikasikan bahwa pasar memiliki harapan yang tinggi akan nilai saham tersebut di waktu yang akan datang dan harga sahamnya akan naik, sehingga investor dapat mengharapkan pengembalian melalui capital gain (Kumar dan Warne, 2009). Pada dasarnya, nilai sebuah saham ditentukan oleh kondisi fundamental suatu perusahaan. Investor membuat keputusan menanam uangnya dengan membeli saham setelah mempertimbangkan laba emiten, pertumbuhan
ISSN: 1410 -9875
penjualan dan aktiva selama kurun waktu tertentu. Disamping itu, prospek perusahaan dimasa mendatang sangat penting dipertimbangkan (Hayati 2010). Oleh sebab itu, PER juga merupakan bagian dari pengaruh jaringan yang luas, karena harga saham perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh factor karakteristik tertentu suatu perusahaan, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pergerakan harga di pasar secara keseluruhan, sektor di mana perusahaan beroperasi, seberapa besar ukuran perusahaan (company size), variabilitas laba (variability in earnings), dan rasio fundamental lainnya seperti dividend payout ratio, dan debt-equity ratio (Kumar dan Warne, 2009). Beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa dividend payout ratio dan Tobins’q termasuk determinan yang paling penting yang mempengaruhi PER baik pada data pooled (panel) maupun time-series (Afza dan Tahir, 2012). Bursa Efek Indonesia mengelompokan 424 emiten kedalam 10 sektor yaitu Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan, Sektor Industri Dasar, Sektor Aneka Industri, Sektor Barang Konsumsi, Sektor Properti Real Estate dan Konstruksi, Sektor Infrastruktur, Sektor Keuangan, Sektor Perdangangan dan Jasa, dan Sektor Manufaktur. Dari sisi jumlah volume saham, sektor yang paling banyak di transaksikan oleh investor selama empat tahun terakhir adalah sektor property, real estate dan building construction dengan subsektor properti dan real estate yang memiliki nilai volume terbesar
A. Sri Wahyudi
selama 4 tahun terakhir berturutturut . Hal ini menandakan bahwa banyak investor yang memilih subsektor properti dan real estate sebagai pilihan investasi sahamnya. Dari sini, ada fenomena yang cukup menarik untuk dilihat apakah sudah tepat atau belum penilaian investor -yang didasarkan pada price earnings ratio- untuk memilih saham subsektor properti dan real estate sebagai pilihan investasi. Maka dari itu, perlu diteliti hal-hal apa saja yang mempengaruhi price earnings ratio. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah Company Size (CS), Variability of Earnings (VE), DebtEquity Ratio (DER), Dividend Payout Ratio (DPR), dan Tobin’s Q (Q) berpengaruh terhadap Price Earnings Ratio (PER). KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Efficient Capital Market Theory Gitman dan Zutter (2012, 39) menyatakan bahwa “A market that allocates funds to their most productive uses as a result of competition among wealthmaximizing investors dan that determines dan publicizes prices that are believed to be close to their true value.” Menurut konsep pasar efisien Megginson (1997, 83), pasar dikatakan efisien bilamana hargaharga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada. Menurut Fama (1970) dalam Megginson (1997, 85), ada tiga bentuk tingkat efisiensi pasar berdasarkan pada tingkat penyerapan informasinya, yaitu pasar efisien bentuk lemah, pasar efisien bentuk semi kuat, pasar efisien bentuk kuat.
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Company Size (CS) terhadap Price Earnings Ratio (PER) Menurut Aji dan Pangestuti (2012, 4) Firm size atau ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan nilai total aktiva. Firm size dihitung dengan nilai log dari total asset. Company size atau ukuran perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki nilai penjualan dan total asset perusahaan, maka laba perusahaan akan cenderung lebih stabil yang artinya nilai EPS (earnings per share) perusahaan dapat mengikuti nilai harga saham perusahaan, atau nilai PER dapat turun dikarenakan nilai EPS naik. Kumar dan Warne (2009) dan Retyansari (2005) mengemukakan bahwa company size berpengaruh terhadap nilai PER. Ha1 : Company Size berpengaruh terhadap Price Earnings Ratio (PER) Variability of Earnings (VE) terhadap Price Earnings Ratio (PER) Scott (2003) menyatakan “Fluctuations in a corporation's net income or earnings per share during a given period. Past earnings variability is generally considered undesirable because it makes investors less certain of future earnings per share and dividend.” Variability of earnings adalah nilai standar deviasi dari EPS perusahaan dimana hal ini dapat dijadikan acuan sebagai proksi pengukur resiko. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Kumar dan Warne (2009) tidak terdapat pengaruh variability
16
November 2013
of earnings terhadap PER. Namun hasil ini bertentangan dengan Marli (2010) dan Rasuli (2012) dimana hasilnya variability of earnings berpengaruh terhadap PER. Ha2 : Variability of Earnings berpengaruh terhadap Price Earnings Ratio (PER) Debt-Equity Ratio (DER) terhadap Price Earnings Ratio (PER) Menurut Aji dan Pangestuti (2012, 4) Debt to equity ratio merupakan rasio yang mengukur tingkat penggunaan hutang (leverage) terhadap total sharehoder’s equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara total hutang perusahaan terhadap total sharehoder’s equity. Semakin besar debt equity ratio mencerminkan solvabilitas perusahaan yang semakin rendah, sehingga risiko perusahaan relatif tinggi. Risiko tinggi menyebabkan investasi saham kurang menarik dan hal ini menjadi pertimbangan bagi para investor sehingga akan mempengaruhi pergerakan harga di pasar yang juga akan mempengaruhi nilai PER. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Pangestuti (2012) debt equity ratio berpengaruh terhadap PER. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar dan Warne (2009) dimana debt equity ratio berpengaruh terhadap PER. Ha3 : Debt-Equity Ratio berpengaruh terhadap Price Earnings Ratio (PER)
ISSN: 1410 -9875
Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earnings Ratio (PER) Gitman dan Zutter (2012, 577) menyatakan “Dividend payout ratio indicates the percentage of each dollar earned that a firm distributes to the owners in the form of cash. It is calculated by dividing the firms’s cash dividend per share by its earning per share”. Dividend payout ratio adalah rasio yang dapat dihitung dengan membagi nilai dividend per share dengan earnings per share nya. Dividend payout ratio erat kaitannya dengan kebijakan dividen yang merupakan keputusan apakah laba akan dibagikan dalam bentuk dividen atau ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Investor lebih menyukai saham yang terdapat jaminan dimana dividen akan dibagikan dan hal ini akan mempengaruhi nilai PER. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Pangestuti (2012) dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap PER. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar dan Warne (2009) dimana dividend payout ratio berpengaruh terhadap PER.
A. Sri Wahyudi
Ha4 : Dividend Payout berpengaruh terhadap Earnings Ratio (PER)
Ratio Price
Tobin’s Q (Q) terhadap Price Earnings Ratio (PER) Afza dan Tahir (2012) menyatakan “Tobin’s Q, measured by ratio of total market value of firm to total book value of asset, of firm i for time period t”. Semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afza dan Tahir (2012) Tobin’s Q berpengaruh terhadap PER. Ha5 : Tobin’s Q (Q) berpengaruh terhadap Price Earnings Ratio (PER) METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling di mana prosedur pemilihan sampel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah perusahaan properti dan real estate tahun 2013 yang terdaftar di BEI Perusahaan properti dan real estate yang tidak terdaftar di BEI pada periode 1 Januari 2009-31 Desember 2013. Tidak membagikan dividen selama minimal 4 tahun berturut-turut pada
Jumlah 46 (12) (25)
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Kriteria Pemilihan Sampel periode 2009-2013. Perusahaan properti dan real estate yang memenuhi kriteria Periode penelitian dari 2009 sampai 2013 Jumlah sampel.
Jumlah 9 5 45
Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Price-Earnings Ratio (PER) Variabel dependen yang digunakan adalah price-earnings ratio dimana dapat dihitung dengan cara ��� �
membagi harga pasar saham dengan laba per lembar saham (earnings per share) nya. Menurut Gitman dan Zutter (2012, 82-83), priceearnings ratio dapat diukur dengan rumus :
������ ����� ��� ����� �� ������ ����� �������� ��� �����
Company Size Company size dapat dihitung dengan cara menghitung nilai log dari total asset perusahaan. Rumus untuk menghitung company size menurut Aji dan Pangestuti (2012) adalah sebagai berikut: ������� ���� � ��� ����� �����
Variability of Earnings Variability of earnings dapat dihitung dengan menggunakan standar deviasi dari nilai earning per share (EPS). Rumus menghitung variability of earnings menurut Kumar dan Warne (2009) adalah sebagai berikut:
����������� �� �������� � � Debt-Equity Ratio Debt-Equity Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rasio hutang-modal yaitu dengan cara membagi total equity dengan total
18
���
��1
debt perusahaan. Rumus menghitung debt-equity ratio menurut Kumar dan Warne (2009) adalah sebagai berikut:
���� � ������ ����� � Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan membagi cash dividend yang dibayar dari
∑� � ���� � ��� ��
����� ���� ����� ������
keseluruhan total pendapatan yang tersedia oleh perusahaan. Rumus untuk menghitung dividend payout
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
ratio menurut Kumar dan Warne
(2009) adalah sebagai berikut:
�������� ������ ����� � Tobin’s Q Tobin’s Q dapat dihitung dengan cara total nilai pasar perusahaan dibagi dengan total
������ � � �
HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Hasil statistik deskriptif penelitian menunjukkan sampel yang digunakan
���� ��������� ��� ������
nilai buku asset perusahaan. Rumus untuk menghitung Tobin’s Q menurut Afza dan Tahir (2012) adalah sebagai berikut:
����� ������ ����� �� ���� ����� ���� ����� �� �����
sampel jumlah dalam
penelitian ini, nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean dan nilai standar deviasi masing-masing variabel. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel
N
Price Earnings Ratio 45 Company Size 45 Variability of 45 Earnings Debt-Equity Ratio 45 Dividend Payout 45 Ratio Tobin’s Q 45 Sumber: Hasil pengolahan
Mean
Maksimum
Minimum
17,59658 12,78243 27,52776
33,07224 13,46711 122,7160
6,485149 12,23033 2,138385
Standar Deviasi 6,710215 0,327035 30,22176
0,901586 0,205607
2,269620 0,972829
0,063176 0,000000
0,518843 0,166718
1,021610 Eviews 7
3,173099
0,398530
0,559551
Tabel 3 Hasil Analisis Korelasi Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Variabel CS VE DER -0,737724 -0,619276 -0,668350 R R-Squared 0,544237 0,383503 0,446692 Korelasi Kuat - Kuat - Kuat Negatif Negatif Negatif Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Pada Tabel 3, nilai dari koefisien determinasi (R2) yang dilihat dari nilai R-squared sebesar 0,544237 berarti sebanyak
DPR Q -0,635458 0,757729 0,403807 0,574153 Kuat - Kuat Negatif Positif
54.4237% dari variabel PER dapat dijelaskan oleh variabel CS, dan sisanya yaitu (0,455763 atau 45,5763%) dapat dijelaskan oleh
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Nilai dari koefisien determinasi (R2) yang dilihat dari nilai R-squared sebesar 0,383503 berarti sebanyak 38.3503% dari variabel PER dapat dijelaskan oleh variabel VE, dan sisanya yaitu (0,616497 atau 61.6497 %) dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Nilai dari koefisien 2 determinasi (R ) yang dilihat dari nilai R-squared sebesar 0,446692 berarti sebanyak 44.6692% dari variabel PER dapat dijelaskan oleh variabel DER, dan sisanya yaitu (0,553308 atau 55.3308%) dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Variable C CS
November 2013
Nilai dari koefisien 2 determinasi (R ) yang dilihat dari nilai R-squared sebesar 0,403807 berarti sebanyak 40,3807% dari variabel PER dapat dijelaskan oleh variabel DPR, dan sisanya yaitu (0,596193 atau 59.6193%) dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Nilai dari koefisien determinasi (R2) yang dilihat dari nilai R-squared sebesar 0,574153. Berarti sebanyak 57.4153% dari variabel PER dapat dijelaskan oleh variabel Q, dan sisanya yaitu (0,425847 atau 42.5847%) dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian.
Tabel 4 Hasil Koefisien Coefficient Std. Error 255,4356 59,67074 -18,60671 4,667808
Regresi H1 tProb. Statistic 4,280751 0,0001 0,0003 3,986177
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Hasil dari t-statistik pada Tabel 4 bernilai -3,986177 kurang dari t-tabel -2,017 dan perhitungan p‐value 0,0000 ≤ alfa
0,05. Hal ini berarti Ha1 dapat diterima dan dapat disimpulkan bahwa CS berpengaruh terhadap PER.
Tabel 5 Hasil Koefisien Regresi H2 Variable Coefficient Std. Error C 20,95178 2,251577 VE -0,121884 0,075278 Sumber: Hasil pengolahan Eviews Hasil dari t-statistik pada Tabel 5 bernilai -1.619132 lebih dari t-tabel -2,017 dan perhitungan p-value 0,1144 > alfa
20
tStatistic 9,305381 1,619132
Prob. 0,0000 0,1144
7 0,05. Hal ini berarti Ha2 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa VE tidak berpengaruh terhadap PER.
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
Tabel 6 Hasil Koefisien Regresi H3 Variable Coefficient Std. Error tProb. Statistic C 26,56735 3,511197 7,566467 0,0000 DER -9,949998 3,782941 0,0126 2,630228 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Hasil dari t-statistik pada 0,05. Hal ini berarti Ha3 dapat Tabel 6 bernilai -2.630228 kurang diterima dan dapat disimpulkan dari t-tabel -2,017 dan bahwa DER berpengaruh terhadap perhitungan p‐value 0,0126 ≤ alfa PER. Tabel 7 Hasil Koefisien Regresi H4 Variable Coefficient Std. Error tProb. Statistic C 20,66363 1,777691 11,62386 0,0000 DPR -14,91702 7,550771 0,0561 1,975563 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Hasil dari t-statistik pada 0,05. Hal ini berarti Ha4 ditolak dan Tabel 7 bernilai -1.975563 lebih dapat disimpulkan bahwa DPR tidak dari t-tabel -2,017 dan berpengaruh terhadap PER. perhitungan p-value 0,0561 > alfa Tabel 8 Hasil Koefisien Regresi H5 Variable Coefficient Std. tProb. Error Statistic C 9,045953 2,071683 4,366476 0,0001 Q 8,369755 1,897095 4,411880 0,0001 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Hasil dari t-statistik pada berarti Ha5 dapat diterima dan Tabel 8 bernilai 4.366476 lebih dari dapat disimpulkan bahwa Q t-tabel 2,017 dan perhitungan pberpengaruh terhadap PER. value 0,0001 ≤ alfa 0,05. Hal ini Tabel 9 Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi H6 R 0,915208 R-squared 0,837606 Adjusted R- 0,769505 squared Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,915208. Artinya hubungan
antara variabel CS, VE, DER, DPR, dan Q secara simultan terhadap PER sangat kuat karena letak
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
koefisien korelasi berada diantara 0,80 – 0,999. Nilai dari koefisien determinasi (R2) yang dilihat dari nilai Adjusted R-squared adalah 0,769505. Artinya sebanyak 76.9505% dari variabel PER dapat
dijelaskan oleh seluruh variabel independen penelitian (CS, VE, DER, DPR, dan Q) dan sisanya yaitu (0,230495 atau 23.0495%) dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian.
Tabel 10 Hasil Koefisien Variable Coefficient Std. Error C 216.6415 56.19254 CS -16.07402 4.534345 VE
-0,055150
0,066886
DER
-0,548788
3.691579
DPR
-6.012547
6.017849
Q 9.464719 1.292249 Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Berikut persamaan regresi berganda berdasarkan Tabel 10: PER = 216.6415 - 16.07402CS 0,055150VE - 0,5487880DER 6.012547DPR + 9.464719Q + εit Arti dari persamaan tersebut yaitu: b0 = 216.6415. Artinya jika variabel CS, VE, DER, DPR, dan Q bernilai nol, maka nilai variabel PER sebesar 216.6415. b1 = - 16.07402. Artinya jika nilai variabel CS naik 1 satuan, maka nilai PER akan turun sebesar 16.07402 satuan, dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai konstan. b2 = - 0,055150. Artinya jika nilai variabel VE naik 1 satuan, maka nilai PER akan turun sebesar 0,055150 satuan,
22
November 2013
Regresi H6 tStatistic 3.855343 3.544947 0,824548 0,148659 0,999119 7.324225
Prob. 0,0005 0,0013 0,4159 0,8828 0,3255 0,0000
dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai konstan. b3 = - 0,5487880. Artinya jika nilai variabel DER naik 1 satuan, maka nilai PER akan turun sebesar 0,5487880 satuan, dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai konstan. b4 = - 6.012547. Artinya jika nilai variabel DPR naik 1 satuan, maka nilai PER akan turun sebesar 6.012547 satuan, dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai konstan. b5 = 9.464719. Artinya jika nilai variabel Q naik 1 satuan, maka nilai PER akan naik sebesar 9.464719 satuan,
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai konstan. Tabel 11 Hasil Analisis Uji-F Pada H6 F-statistic 12.29952 Prob(F-statistic)
0,000000
Sumber: Hasil pengolahan Eviews 7 Hasil dari F-statistik pada Tabel 11 bernilai 12,29952 lebih dari F-tabel 2,46 dan perhitungan p-value 0,000000 ≤ alfa 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel CS, VE, DER, DPR, dan Q berpengaruh terhadap PER secara simu PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah company size (CS), debt-equity ratio (DER), dan Tobin’s Q (Q) berpengaruh terhadap price earnings ratio (PER). Sedangkan variability of earnings (VE), dan dividend payout ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap price earnings ratio. Seluruh variabel independen berpengaruh terhadap price earnings ratio secara simultan.
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah pertama, penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel independen yang diperkirakan dapat mempengaruhi PER. Kedua, Jumlah sampel yang digunakan hanya terbatas pada subsektor properti dan real-estate, jadi hanya sedikit mewakili dari keseluruhan emiten yang terdaftar di Bursa Efek indonesia. Ketiga, Penelitian ini hanya mengambil 5 tahun periode dari tahun 2009 hingga tahun 2013, karenanya dimungkinkan data tidak mencerminkan pada keadaan perusahaan yang sesungguhnya dalam jangka waktu yang panjang. Berdasarkan keterbatasan yang ada maka penulis memberikan beberapa rekomendasi, antara lain yaitu pertama, Gunakan beberapa variabel independen lainnya (sebagai variabel tambahan yang tidak digunakan pada penelitian ini) yang mungkin bisa mempengaruhi PER seperti variability of market price, earnings growth, dan current ratio. Kedua, Sampel yang digunakan pada penelitian bisa diperluas tidak hanya perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia. Ketiga, Periode penelitian dapat diperpanjang tidak hanya lima tahun agar hasil yang didapat lebih tepat dan konsisten didalam menemukan pengaruh variabel-variabel tertentu terhadap PER.
REFERENSI Afza, Talat Dr, Samya Tahir. 2012. Determinants of Price-Earnings Ratio: The Case of Chemical Sector of Pakistan.International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences Vol. 2, No. 8, ISSN: 22226990.
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Aji, Megyawan Nurseto dan Irene Rini Demi Pangestuti. 2012. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 20072010). Diponegoro Journal of ManagementVol. 1, No. 1, pp.382-391. Arifin, Johar dan Muhammad Fakhrudin. 2001. Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Brown, K. C., & Reilly, Frank K. 2011. Analysis of Investment and Management of Portfolios (10th ed.). Canada: South Western Cengage Learning. C.M. Thompson, “Tables of the Percentage Points of the x2 Distribution,” Biometrika 32(1941), pp. 88-89. Reproduced by permission of the Biometrika Trustees. Gen. 2014. Asing Rekomendasikan Saham Ketimbang Obligasi. JPNN.com. http://www.jpnn.com/read/2014/02/20/217514/Asing- RekomendasikanSaham-Ketimbang-Obligasi- (diakses Juni 2014). Gitman, L. J., & Zutter, C. J. 2012. Principles of Managerial Finance. New York: Pearson Education. Hayati, Nurul. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen dan Akuntansi STIE Banjarmasin Vol. 11, No. 1, 2010. Hair, J.F., et al. (2010). Multivariate data analysis. (7th edition). New Jersey : Pearson Education Inc. Kumar, Sushil, D P Warne. 2009. Parametric Determinants of Price-Earnings Ratio in Indian Capital Markets.The IUP Journal of Applied Finance Vol. 15, No. 9. Marli et. al. 2010. Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Dalam Penilaian Harga Saham di Bursa Efek Jakarta (Tahun 1998 – 2001). Jurnal Wacana Vol. 13, No.2., ISSN: 1411-0199. Megginson, W.L. 1997. Corporate Finance Theory. Reading, MA : Addison – Wesley Educational Publishers, Inc. Gujarati, Damodar N., Porter , Dawn C.. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika Buku 2-Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Rasuli, La Ode. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Retyansari, Elka. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Saham Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis Magister Manajemen pada Universitas Diponegoro : Semarang. Riyanto, Bambang. 2003. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi keempat . Yogyakarta: Yayasan Penerbit FE UGM. Ryan, H. A. (1996), “The Use of Financial Ratio as Measure of Risk in The Determination of Bid-Ask Spread,” Journal of Financial and Srategic Decision, Vol. 9. No. 2, Summer, hal. 33-41.
24
ISSN: 1410 -9875
A. Sri Wahyudi
Scott, David L. 2003. Wall Street Words: An A to Z Guide to Investment Terms for Today's Investor. USA: Houghton Mifflin Harcourt. Scott, William R. 2000.Financial Accounting Theory 2nd Ed. Canada: Prentice Hall. Sekaran, Uma, dan Roger Bougie. 2010. Research Method For Business A Skill Building Approach. Fifth Edition, John Wiley & Sons: United Kingdom. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:. CV.Alfabeta. Sukamulja, Sukmawati. 2004. "Good corporate governance di Sektor Keuangan: Damapak GCG terhadap Kinerja Perusahaan (kasus di Bursa Efek Jakarta)". BENEFIT. Weston, J.F dan Copeland. 2008. Dasar–Dasar Manajemen Keuangan Jilid II. Jakarta : Erlangga. Widarjono, Agus. 2013, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Penerbit UPP STIM, YKPN, Yogyakarta.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
26
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 27-40
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE EFFECTS OF SATISFACTION, EXPERIENCE, INCETIVES, AND SOURCE ON CONSUMERS OF GARUDA INDONESIA IN JAKARTA’S WILLINGNESS TO GENERATE POSITIVE WORD-OF-MOUTH AULIA DANIBRATA STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract :Word-of-mouth has long since been known as one of the most effective but unpredictable marketing tool. Complete understanding of what generates word-of-mouth has always managed to evade marketers. The object of this study are consumers of Garuda Indonesia that has spread positive word-of-mouth about the company previously. There is a gap between what should’ve happened and what really happened within the airline industry. Lion Air is the current airline market leader in Indonesia, whose market share exceeds Garuda Indonesia’s by more than 20%. It makes sense that Lion Air should be the company with the highest Net Promoter Score among them. Yet, it is Garuda Indonesia that takes the title. This study’s objective is to analyze what really generates positive word-of-mouth. The variables analyzed for their influence on customer’s propensity to generate positive word-of-mouth are satisfaction, experience, incentives, and source. Data for this study comes from primary source garnered by distributing Five-Point Likert-Scale questionnaires to garner 100 legitimate samples. The data is then analyzed with SPSS (Statistical Package for Social Science) program using Multiple Regression Analysis. The research findings can be summarized as follows: All of the observed variables have effects on customer’s willingness to generate positive word-of-mouth: satisfaction, experience, incentives, and source. The implication is that in order to become a company which ranks high in the consumers’ heart, said company needs to put down effort to further their cause in those aspects of the firm’s value offering. Keywords: Word-of-Mouth, Satisfaction, Experience, Incentives, Source of WOM. Abstrak: Word of mouth telah lama dikenal sebagai salah satu alat pemasaran yang paling efektif tetapi tak terduga. Pemahaman lengkap tentang apa yang menghasilkan Word of mouth selalu berhasil menghindari pemasar. Objek penelitian ini adalah konsumen Garuda Indonesia yang telah menyebarkan berita dari mulut ke mulut yang positif tentang perusahaan. Ada kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dan apa yang sebenarnya
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
terjadi dalam industri penerbangan. Lion Air adalah pemimpin pasar penerbangan di Indonesia saat ini, yang pangsa pasarnya melebihi Garuda Indonesia dengan lebih dari 20%. Masuk akal bahwa Lion Air menjadi perusahaan yang memiliki Promoter Score Net tertinggi di antara mereka. Namun ternyata adalah Garuda yang memiliki nilai tertinggi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah yang benar-benar menghasilkan Word of mouth positif. Variabel yang dianalisis untuk melihat pengaruh mereka pada kecenderungan pelanggan untuk menghasilkan Word of mouth yang positif adalah satisfaction, experience, incentives, dan source. Data untuk penelitian ini merupakan data primer yang dikumpulkan dengan mendistribusikan kuesioner dengan 5 poin skala likert untuk mengumpulkan 100 sampel yang sah. Data tersebut kemudian diolah dengan SPSS (Statistical Package for Social Science) program menggunakan Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut: Semua variabel yang diamati memiliki pengaruh pada keinginan pelanggan untuk menghasilkan word of mouth yang positif: satisfaction, experience, incentives, dan source. Implikasinya adalah bahwa untuk menjadi perusahaan yang menempati nilai tinggi dalam hati konsumen, perusahaan perlu melakukan upaya agar konsumen memiliki alasan untuk memilih apa yang ditawarkan oleh perusahaan. Kata Kunci: Word-of-Mouth, Satisfaction, Experience, Incentives, Source of WOM. INTRODUCTION The object of this study is consumer of Garuda Indonesia Airline that has promoted Garuda Indonesia through positive word-ofmouth before. The indicator that shows said consumers have really put in a good word for Garuda is the ownership of Garuda Frequent Flyer membership card. The idea is that if said consumer really has a high enough emotional attachment to Garuda Indonesia to spread positive word-of-mouth about it, said consumer would certainly feel it necessary to become a participant in the company’s membership program. Word-of-Mouth Marketing is a marketing phenomenon that facilitates and encourages people to pass along a marketing message voluntarily. WOM is the least
28
expensive, yet at the same time, the most credible form of advertising (Clow and Baack, 2007). There is no doubt about how important and powerful word-ofmouth is. We must not forget, however, that Word-of-Mouth Marketing is a double-edged sword. People who hear about a bad shopping experience are less likely than the people who actually had the bad experience to ever set foot in the store (Sernovitz, 2012). Word-of-mouth must be handled with care. It can either be the salvation or the bane of a company. In relation to that, the purpose of this study is to help companies better understand word-of-mouth and what generates it, so that mistakes can be avoided and the proper buzz can be created. Researches about word-of-mouth have always been
ISSN: 1410 -9875
few and far between, especially in a developing country like Indonesia. It’s a paradox, considering that according to Nielsen Global Internet Survey, Indonesia ranked third on a list of countries that rely
Aulia Danibrata
on word-of-mouth most. Understanding how word-of-mouth works can really redefine how marketing programs are executed here.
Table 1 Top Countries to Rely on Someone Else’s Recommendations Rank Country Reliance on WOM 1 Hong Kong 93% 2 Taiwan 91% 3 Indonesia 89% 4 India 87% 5 South Korea 87% 6 Philippines 86% 7 United Arab Emirates 84% Source: Nielsen Online Global Consumer Study April 2007 The object of this research is consumers of Garuda Indonesia airline. Garuda Indonesia is chosen as the target company because according to SWA magazine, Garuda Indonesia is the airline with the best Net Promoter Score (NPS) in the entirety of airlines category. Garuda Indonesia also ranks first in Net Emotional Value (NEV). Consumers have a great emotional attachment to Garuda Indonesia, and in turn they promote it actively. The problem is there is a gap between what’s supposed to happen and reality. Theoretically, the airline with the highest market share should also be the one with the highest Net Promoter Score. Lion Air’s market share exceeds Garuda Indonesia’s by around 20%. Yet Garuda Indonesia is the airline with the highest NPS. Lion Air and Garuda Indonesia’s Net Emotional Values are admittedly close together (5,567 and 5,605 respectively) but their Net Promoter Scores are far apart
(3,21% and 8,92%). As such, the purpose of this study is to analyze what really generates word of mouth. This study focuses on Jakarta, the capital city and central hub in Indonesia. Jakarta houses the busiest airport in Indonesia, Soekarno-Hatta airport. Most airborne activities occur there. In addition to that, most of Garuda Indonesia’s target market resides in Jakarta, since it is both the capital city, business central, and also most populated city in Indonesia. This paper begins with theoretical framework and hypotheses development, followed by research methodology, research findings and interpretations, conclusions, implications, and constraints, and finally, references. THEORETICAL FRAMEWORK AND HYPOTHESES DEVELOPMENT Below is the research framework of this study. The variables that are analyzed for
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
their effects on customers’ willingness to generate positive
November 2013
word-of-mouth are satisfaction, experience, incentives, and source.
Satisfaction Willingness to Generate Word‐ of‐Mouth
Experience
Incentive
Source
Picture 1 Research Model Satisfaction Satisfaction means the feeling of happiness and delight a person acquires as a result of the fulfillment of some need, goal, or desire that generally occurs when a product’s performance exceeds the person’s initial expectation. Abundant empirical studies have identified a positive association between customers’ satisfaction and WOM. Evidence also indicates that WOM is often related to consumers’ satisfaction or dissatisfaction with previous purchasing experiences. As such, the first hypotheses are as follows: H1: Satisfaction has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. Experience Expertise is the combination of self-enhancement characteristics
30
that would ultimately grant an individual knowledge and skills that distinguish experts from novices and less experienced people that would allow them to convince others more effectively of their opinion. According to Clow and Baack (2012, 197), appeals by celebrities and other similar reference groups are used very effectively by advertisers to communicate with their markets. Four types of sources and spokespersons are: 1. Celebrities Spokespersons is A firm that decides to employ a celebrity to promote its products or services has the choice of using the celebrity to give a testimonial or an endorsement as an actor in a commercial or as a company spokesperson.
ISSN: 1410 -9875
2. CEO Spokespersons; Instead of celebrities, advertisers can use a CEO as the spokesperson or source. 3. Experts Expert sources include physicians, lawyers, accountants, and financial planners. Experts provide backing for testimonials, serve as authoritative figures, demonstrate products, and enhance the credibility of informative advertisements. 4. Typical Persons Typical persons are one of two types. The first includes paid actors or models who portray or resemble everyday people. The second is actual, typical, everyday people. As such the hypotheses following the theoretical framework between expert and willingness to generate positive word of-mouth are: H2: Experience has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. Incentives Incentive is a system of offering inducement in advance in order to give value to the consumer. Incentive is a sales promotion technique that incorporates concession, inducement, or contribution that can be used to shape behavior. According to Clow and Baack (2012, 330), sales promotions take two forms: consumer promotions and trade promotions. Consumer promotions are the incentives that are directly offered to a firm’s customers or potential customers.
Aulia Danibrata
Trade promotions are only used in the distribution channel. There are several types of incentives in consumer promotions: 1. Coupons A coupon offers a price reduction to the consumer. It may be a percentage off the retail price or an absolute amount. 2. Premiums Premiums are prizes, gifts, or other special offers consumers receive when purchasing a product. The consumer pays full price for the good or service with a premium. 3. Contests and Sweepstakes Contests normally require the participant to perform some type of activity. Often, contests require a participant to make a purchase to enter. No purchase is required to enter a sweepstake. 4. Refunds and Rebates Refunds are cash return on what are called “soft goods” such as food or clothing. Rebates are cash returns on “hard goods,” which are major ticket items such as automobiles and appliances. 5. Sampling Sampling is the actual delivery of a product to consumers for their use or consumption. 6. Bonus Packs When an additional or extra number of items are placed in a special product package, it is a bonus pack. 7. Price-offs A price-off is a temporary reduction in the price of a product to the consumer. In other words, incentives can function as an extrinsic motivator, and this motivation may increase as the incentive increases.
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
The hypotheses following that relationship are: H3: Incentives have an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. Source According to Khraim (2011, 280), source here means the strength of ties a person have with the source of the WOM. There is an assumption that customer’s willingness to spread word-of-mouth about a product or service depends on who they heard about product from. Source is the strength of ties a person has with the sender of a message that has information to share with another person or group of people. According to Schiffman and Kanuk (2010, 283), a recent study identifies three dimensions underlying consumers’ engagement in e-WOM in the social networks: 1. Tie Strength Tie strength means the degree of intimacy and frequency of contacts between the information seeker and the source. 2. Similarity Similarity among the group’s members in terms of demographics and lifestyles. 3. Source Credibility Source credibility is the information seeker’s perceptions of the source’s expertise in the area of sought advice. As such, the hypotheses involved are: Ha4: Source has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth. Lastly, to test the overall relationship between all the
32
November 2013
variables simultaneously with the dependent variable, there are the hypotheses below: H5: Satisfaction, experience, incentives, and source have a simultaneous effect consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth. RESEARCH METHODS Definitions of Operational Variables In summary of the definition of satisfaction by Hansemark and Albinsson (2004), Kotler and Keller (2012), and Hoyer and MacInnis (2008), satisfaction means the feeling of happiness and delight a person acquires as a result of the fulfillment of some need, goal, or desire that generally occurs when a product’s performance exceeds the person’s initial expectation. . According to the journal this study is based upon, experience here means the expertise of the source of WOM. The more the source is considered an expert, the more people would be inclined to believe that the WOM is true and thus would spread it to other people too. In summary of the definition of expertise by Khraim (2011), Colquitt et al. (2011), and Germain (2006), expertise is the combination of self-enhancement characteristics that would ultimately grant an individual knowledge and skills that distinguish experts from novices and less experienced people that would allow them to convince others more effectively of their opinion.
ISSN: 1410 -9875
In summary of the definition of incentives by Kotler (2012), Khraim (2011), and Jay Heizer and Barry Render (2011), incentive is a system of offering inducement in advance in order to give value to the consumer and shape behavior. According to the journal this study is referred to, source here means the strength of ties a person has with the source of the WOM. In summary of the definition of ties by Khraim (2011), Parmelee and Bichard (2012), and Granovetter (2004), source is ties are relationships that include closeness, intimacy, support, and association, that spurs from combination of the amount of time, the emotional intensity, the intimacy (mutual confiding), and the reciprocal services which characterize the tie, that include a person’s family and friends. In summary of the definition of word-of-mouth by Khraim (2011, 273), Schiffman and Kanuk (2010, 281), and Lovelock and Wirtz (2010, 206), word-of-mouth means a form of communication between friends about a service made by one individual to another that has valuable source of credibility. Data Gathering Technique Such data gathered for research from the actual site of occurrence of events are called primary data (Sekaran and Bougie 2009, 37). Primary data will have to be gathered through fieldwork. Questionnaires will be distributed to select respondents. The questionnaire used comprised a five-point Likert-type format related to WOM. The Likert scale is designed to examine how strongly subjects agree or disagree with
Aulia Danibrata
statements on a five-point scale with the following anchors (Sekaran and Bougie 2009, 152): 1 = Strongly Disagree 2 = Disagree 3 = Partially Agree 4 = Agree 5 = Strongly Agree The first section contains questions about respondents’ demographics, while the second contains questions related to WOM. Sample Collection Technique The samples of this study are collected with Nonprobability Sampling, and to be exact, Judgement Sampling. The respondents should be those who fulfill the following criterias: 1. Have been a passenger of Garuda Indonesia before. 2. Have spread word-of-mouth about Garuda Indonesia. 3. Resident of Jakarta. 4. Owns a Garuda Frequent Flyer membership card. In Garuda Indonesia’s annual report 2012, it is specified that there are 715.646 members of Garuda Frequent Flyer program. As such, with a population of 715.646 members, we can conclude the sample size needed to maximally generalize the inferential statistics from the samples to the population would be 100 respondents. Data Analysis Methods Data analysis method used in this study is Multiple Regression Analysis. According to Hair et al. (2010, 155), “Multiple regression analysis is a statistical technique that can be used to analyze the relationship between a single dependent (criterion) variable and
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
several independent (predictor) variables.” Multiple regression is the appropriate method of analysis when the research problem involves a single metric dependent variable presumed to be related to two or more metric independent variables (Hair et al. 2010, 17). RESEARCH FINDINGS AND INTERPRETATIONS Research Object Description The object of this study is consumer of Garuda Indonesia Airline that has promoted Garuda Indonesia through positive word-ofmouth before. The indicator that shows said consumers have really put in a good word for Garuda is the ownership of Garuda Frequent Flyer membership card. The source of data is primary, coming from a questionnaire spread to 100 respondents. The questionnaire uses a five-point Likert Scale format and is distributed through Judgmental Sampling. The respondent were asked to give scores based on how strongly they agree or disagree with the statements, with five being strongly agree and one being strongly disagree. 115 questionnaires are distributed, of which 15 are discarded due to incomplete responses.
34
November 2013
Descriptive Statistics Descriptive research method in this study is used to describe the characteristics of the respondents based on the questionnaire. This is intended to give a brief insight to the demographics of the population. Among the respondents, 61% are male, whereas 39% are female. 15% of the respondents are within the age group of 20 – 29 years old, 31% are within the age group of 30 – 39 years old, 28% are within the age group of 40 – 49 years old, and 26% are above or equal to 50 years old. 65% or 65 people from the 100 respondents prefer to use domestic flights, whereas the rest 35% prefer to use international flights. 29% of the respondents who are selfemployed, 41% of whom are employees, 9% of whom are students, 9% of whom are professional workers, 10% of whom are homemakers, and 2% of whom are retired. 41% of the respondents who hold a Blue-tier Garuda Frequent Flyer membership, 44% who hold Silver-tier, 11% who hold Gold-tier, and 4% who hold Platinum-tier. All the respondents have flown at least five times. None of them have number of flights of less than five. 18% of the respondents only use Garuda Indonesia and no other airline, whereas 82% of the respondents have other airlines they also like to board.
ISSN: 1410 -9875
Aulia Danibrata
Hypothesis Testing Hypothesis 1 Table 2 Coefficients Variable t Sig Satisfaction 5,245 0,000 Source: Questionnaire that has been analyzed with SPSS program There are two ways to test the null hypothesis, to figure whether there is an effect between the independent variable and the dependent variable or not:
Ho rejected
1. t-value = 5,245 t-value > Critical Value, reject Ho. Degree of Freedom = N – (k + 1) = 100 – (4 + 1) = 95
Ha rejected
‐ 1,661
Ho rejected
1,661
0
5,245
5,245 > 1,661, Ho is rejected. Conclusion= Satisfaction has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth.
2. P-value = 0,000 P‐value ≤ α, reject Ho. 0,000 < 0,10, Ho is rejected. Conclusion= Satisfaction has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth.
Hypothesis 2 Table 3 Coefficients Variable t Sig Experience 3,000 0,003 Source: Questionnaire that has been analyzed with SPSS program There are two ways to test the null hypothesis, to figure whether there is an effect between the independent variable and the dependent variable or not:
1. t-value = 3,000 t-value > Critical reject Ho.
Value,
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Ho rejected
November 2013
Ha rejected
‐ 1,661
Ho rejected
1,661
0
3,000
3,000 > 1,661, Ho is rejected. Conclusion= Experience has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth. 2. P-value = 0,003
P‐value ≤ α, reject Ho. 0,003 < 0,10, Ho is rejected. Conclusion= Experience has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth.
Hypothesis 3 Table 4 Coefficients Variable t Sig Incentives 3,781 0,000 Source: Questionnaire that has been analyzed with SPSS program There are two ways to test the null hypothesis, to figure whether there is an effect between the independent variable and the dependent variable or not:
Ho rejected
1. t-value = 3,781 t-value > Critical reject Ho.
Ha rejected
‐ 1,661
0
Value,
Ho rejected
1,661 3,781
3,781 > 1,661, Ho cannot be rejected.
36
Conclusion= Incentives have an effect on consumers of
ISSN: 1410 -9875
Aulia Danibrata
Conclusion= Incentives have an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth.
Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth. 2. P-value = 0,000 P‐value ≤ α, reject Ho. 0,000 < 0,10, Ho cannot be rejected. Hypothesis 4
Table 5 Coefficients Variable t Sig Source 6,437 0,000 Source: Questionnaire that has been analyzed with SPSS program There are two ways to test the null hypothesis, to figure whether there is an effect between the independent variable and the dependent variable or not:
Ho rejected
1. t-value = 6,437 t-value > Critical reject Ho.
Ha rejected
‐ 1,661
0
Value,
Ho rejected
1,661 6,437
6,437 > 1,661, Ho is rejected. Conclusion= Source has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth. 2. P-value = 0,000
P‐value ≤ α, reject Ho. 0,000 < 0,10, Ho is rejected. Conclusion= Source has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-ofmouth.
Hypothesis 5 Table 6 ANOVA Model F Sig 1 24,321 0,000 Source: Questionnaire that has been analyzed with SPSS program
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
There are two ways to test the null hypothesis, to figure whether there is an effect between the independent variable and the dependent variable or not: 1. F-value = 24,321 F-value > Critical Value, reject Ho.
November 2013
With a confidence level in the upper tail of 0,10 and numerator of 4 (5-1), and denominator of 95 (100-5) the critical value would be 2,00.
H rejected
a
H 0 rejected
2,00 24,321
24,321 > 2,00, Ho is rejected. Conclusion= Satisfaction, experience, incentives, and source have a simultaneous effect consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. 2. P-value = 0,000 P‐value ≤ α, reject Ho. 0,000 < 0,10, Ho is rejected. Conclusion= Satisfaction, experience, incentives, and source have a simultaneous effect consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. CONCLUSIONS Based on the analyses done in chapter four, the conclusions of this study are:
38
1. Ho1 is rejected. Satisfaction has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. 2. Ho2 is rejected. Experience has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. 3. Ho3 is rejected. Incentives have an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. 4. Ho4 is rejected. Source has an effect on consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s willingness to generate positive word-of-mouth. 5. Ho5 is rejected. Satisfaction, experience, incentives, and source have a simultaneous effect consumers of Garuda Indonesia in Jakarta’s
ISSN: 1410 -9875
willingness to generate positive word-of-mouth. 6. This study is consistent with the results obtained in the previous research by Khraim. In the previous research, incentive is the only one without an effect on consumer’s propensity to generate positive word-of- mouth. This study also gathered the same findings, save for the part where incentives have an effect on willingness to generate positive word-of- mouth. In the previous research, incentives do not have an effect. There are several constraints that limit the results of this study: This study only includes 100 sample respondents; Due to time and budget limitations, this study is
Aulia Danibrata
only done in Jakarta; Only four independent variables are analyzed for their influence on dependent variables: satisfaction, experience, incentives, and source; This study is only done on those with Garuda Frequent Flyer membership Garnering from the overall constraints and limitations involved along the entirety of this study, there are several recommendations the writer would like to suggest to future researches: Future researches would do well to utilize a bigger number of samples, so that the result would be more generalizable to the population; Future researches would do well to observe other variables that might affect consumer’s propensity to generate positive word-of-mouth; Future researches would do well to expand the scope of the study to other regions further than Jakarta.
REFERENCES Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011. Statistics for Business and Economics. Stamford: Cengage Learning. Belch, George E., and Michael A. Belch. 2012. Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communications Perspective. New York: McGrawHill/Irwin. Clow, Kenneth E., and Donald Baack. 2007. Integrated Advertising, Promotion, and Marketing Communications. New Jersey: Pearson Education. Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine, and Michael J. Wesson. 2011. Organizational Behavior, 2nd Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Germain, Marie-Line. 2006. Development and preliminary validation of a psychometric measure of expertise: The Generalized Expertise Measure (GEM). Unpublished Doctoral Dissertation. Barry University, Florida. Grewal, R., T. W. Cline, and A. Davies. 2003. Early-Entrant Advantage, Wordof-Mouth Communication, Brand Similarity, and the Consumer DecisionMaking Process. Journal of Consumer Psychology 13, no. 3. Groebner, David F., Patrick W. Shannon, Phillip C. Fry, and Kent D. Smith. 2008. Business Statistics: A Decision-Making Approach, 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Hair. Joseph F., and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Perspective, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education, Limited. Hansemark, Ove C., and Marie Albinsson. 2004. Managing Service Quality, 14th Edition. Sweden: MCB University Press. Hoyer, Wayne D., and Deborah J. MacInnis. 2008. Consumer Behavior, 5th Edition. Stamford: Cengage Learning. Khraim, Hamza Salim. 2011. The Willingness to Generate Positive Word of Mouth Marketing: The Case of Students in Private Universities in Jordan. Malaysia: Universiti Putra Malaysia Press. Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management, 14th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Kuokkanen, Juhani. 2009. Customer Satisfaction and Word-of-Mouth Behavior. Saarbrucken: LAP Lambert Academic Publishing. Lovelock, Christopher , Jochen Wirtz. 2010. Services Marketing, 7th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Parmelee, John H., and Shannon L. Bichard. 2012. Politics and the Twitter Revolution: How Tweets Influence the Relationship Between Political Leaders and the Public, 16th Edition. Lanham, MD: Lexington Books Pelita Magazine. Garuda Luncurkan GFF Edisi Liverpool. July 20, 2013. http://ekonomi-bisnis.pelitaonline.com/news/2013/07/20/garudaluncurkan-gff-edisi-liverpool#.UvIrISiqrIU. Perreault, William D. Jr., Joseph P. Cannon, and E. Jerome McCarthy. 2009. Basic Marketing: A Marketing Strategy Planning Approach, 17th Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. Schiffman, Leon G., and Leslie Kanuk. 2010. Consumer Behavior, 10th Edition. New Jersey: Pearson Education. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, 5th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons. Semenik, Richard J., Chris Allen, Thomas C. O’Guinn, and Hans Rudiger Kaufmann. 2012. Advertising and Promotions: An Integrated Brand Approach, 6th Edition. Stamford: Cengage Learning. Sernovitz, Andy. 2012. Word of Mouth Marketing: How Smart Companies Get People Talking. Texas: Greenleaf Book Group Press. Silverman, David. 2001. Doing Qualitative Research. London: Sage Publications. Singh, Harkiranpal. 2006. The Importance of Customer Satisfaction in Relation to Customer Loyalty and Retention. University College of Technology & Innovation Working Paper. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. SWA Magazine. Indonesia Net Promoter Score and Net Emotional Value 2012. December 20, 2012. Http://swa.co.id/ranking/indonesia-net-promoterscore-net-emotional-value-2012.
40
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 41-50
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE EFFECTS OF SATISFACTION, COMMITMENT, SOCIAL BENEFITS AND SPECIAL TREATMENT BENEFITS OF CUSTOMER LOYALTY DENNY FARABI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract : The purpose of this research is to explore the effect of satisfaction, commitment, social benefits and special treatment benefits of customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan In Central Jakarta. A survey was conducted in order to collect relevant empirical data. Samples used in this study amotmted to 100 people to do purchases cars Toyota at Tunas Toyota Pecenongan in central Jakarta. The Data was analyzed using simple and multiple regression analysis. The method used in this research is descriptive and causal research in which variables are measured with a Likert scale. This study uses primary data and secondary data. Hypothesis testing showed that satisfaction, commitment, social benefits and special treatment benefits of customer loyalty either partially or simultaneously. Based on this research it can be concluded that commitment, social benefits and special treatment benefits and the effect on costomer loyalty. Keywords:
Satisfaction, Commitment, Social Benefits, Special Treatment Benefits, Customer Loyalty.
Abstrak: Tujuan dari penelitin ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari kepuasan, komitmen, benefit sosial dan benefit perlakuan khusus terhadap loyalitas konsumen Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. Survei dilakukan untuk mengumpulkan data empiris yang relevan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang membeli mobil bermerek Toyota di Tunas Toyota Pecenongan Jakarta Pusat. Data dianalisis menggunakan analisis regresi sederhana dan berganda. Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif dan penelitian kausal dimana variabelvariabel diukur dengan skala Likert. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh kepuasan, komitmen, benefit sosial dan benefit perlakuan khusus terhadap loyalitas konsumen baik secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komitmen, benefit sosial dan benefit perlakuan khusus memiliki pengaruh terhadap loyalitas konsumen. Kata Kunci :
Kepuasan, komitmen, benefit sosial, benefit perlakuan khusus, loyalitas konsumen
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
PENDAHULUAN
fenomena yang digemari pada saat ini. Dengan keadaan tersebut maka Pada era modern saat ini dengan masyarakat membutuhkan berkembang pesatnya aktivitas masyarakat yang tinggi, maka kendaraan pribadi yang efisien dan membutuhkan fasilitas yang sesuai efektif untuk menjalankan aktifitas yang padat. Dalam hal tersebut untuk mendukung segala kinerja menjadikan para produsen otomotif masyarakat saat ini. Salah satunya melihat suatu peluang bisnis yang adalah sarana transportasi yang sangat besar akan tingginya memiliki berbagai fungsi di permintaan kendaraan bermotor perjalanan pada mobilitas khusus kendaraan roda empat yang masyarakat khususnya di daerah berfungsi untuk melindungi dari perkotaan. Hal tersebut timbul hujan dan panas. dikarenakan keadaan lingkungan dan zaman yang terus berkembang. Dengan melihat sisi tersebut Dengan tanggapan pemerintah menjadikan para produsen otomotif roda empat satu sama lain saling melihat kebutuhan transportasi bersaing berkompetisi untuk untuk masyarakat banyak, maka memenuhi permintaan akan pemerintah menyediakan berbagai keinginan dan kebutuhan transportasi umum salah satunya masyarakat luas. transportasi darat. Dengan keadaan fasilitas umum yang kurang Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Tahun memadai, maka kendaraan pribadi 2008 – 2012 jumlah kendaraan menjadi salah satu pilihan bagi bermotor jenis roda dua dan roda masyarakat dan kini masyarakat empat terus berkembang setiap lebih mempentingkan kenyamanan tahunnya di Indonesia sebagai dibandingkan efesien menjadi berikut: Tabel 1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Tahun 2008 - 2012 Kendaraan Roda Kendaraan Roda Empat Dua Tahun 2008 7.489.852 47.683.681 2009 7.910.407 52.767.093 2010 8.891.041 61.078.188 2011 9.548.866 68.839.341 2012 10.432.259 76.381.183 Sumber: Kantor Kepolisian Republik Indonesia, di akses tahun 2014
Salah satunya jumlah data kendaraan bermotor jenis roda dua pada tahun 2008 jumlah kendaraan roda dua berjumlah 47.683.681, tahun 2009 jumlah kendaraan roda dua naik berjumlah 52.767.093, tahun 2010 jumlah kendaraan roda dua naik berjumlah 61.078.188,
42
tahun 2011 jumlah kendaraan roda dua naik berjumlah 68.839.341, tahun 2012 jumlah kendaraan roda dua naik berjumlah 76.381.183. Dan jumlah data kendaraan bermotor jenis roda empat pada tahun 2008 jumlah kendaraan roda empat berjumlah 7.489.852, tahun
ISSN: 1410 -9875
2009 jumlah kendaraan roda empat naik berjumlah 7.910.407, tahun 2010 jumlah kendaraan roda empat naik berjumlah 8.891.041, tahun 2011 jumlah kendaraan roda empat naik berjumlah 9.548.866, tahun 2012 jumlah kendaraan roda empat naik menjadi berjumlah 10.432.259. Sehingga melihat dari data tersebut masyarakat memiliki permintaan alat transportasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun khusus kendaraan roda dua dan roda empat. Dapat kita lihat dari data Badan Pusat Statistik tersebut bahwa jumlah kendaraan roda dua memiliki angka yang tertinggi
Denny Farabi
dibandingkan kendaraaan roda empat. Sehingga dalam perkembangan populasi tersebut menjadikan kendaraan roda dua memiliki perkembangan yang luar biasa mempimpin dibandingkan jumlah kendaraan roda empat. Akan tetapi dari aktivitas tinggi masyarakat tetap memilih kendaraan roda empat dikarenakan perusahaan otomotif saling memberikan penawaran dengan harga, produk serta kualitas menarik untuk masyarakat luas dalam kategori kendaraan roda empat. Dari hasil data peneliti memperoleh jumlah unit penjualan mobil per merek sebagai berikut:
Tabel 2 Jumlah Unit Penjualan Car Brand Jan – Nov 2013 Toyota 399.414 Daihatsu 171.195 Mitsubishi 145.371 Suzuki 148.967 Honda 86.817 Nissan 56.341 Isuzu 29.016 Others 95,009
Mobil Per Merek Jan – Nov 2012 370.987 150.183 138.778 117.927 63.203 61.549 31.069 92.906
Sumber:Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), diakses tahun 2014
Dari data gabungan industri kendaraan bermotor Indonesia (GAIKINDO) Toyota menjadi pemimpin unit penjualan mobil per merek pada pesaing kompetitor yang ada, mengapa bisa terjadi dikarenakan Toyota bisa memberikan alternative kreatif dalam memproduksi dan menjual mobil di Indonesia. Produk Toyota di Indonesia selain mengutamakan kualitas produk dan teknologi terbaik juga serta mengutamakan unsur lokal. Sedangkan untuk sumber daya manusia dipakailah prinsip kaizen yakni, perbaikan berkelanjutan dan saling
menghargai setiap individu dalam kerjasama tim. Pada layanan pura jual atau servis sudah menjadi andalan Toyota untuk menjamin pelanggan Toyota dalam merawat kendaraan Toyota dimana pun mereka berada. PT. Toyota Astra Motor (TAM) didirikan sejak tahun 1971 merupakan perusahaan penggabungan dua badan usaha yang didirikan dalam satu bentuk usaha menggunakan modal bersama, dengan tujuan utama menghasilkan keuntungan lebih besar antara PT. Astra International Tbk (saham 51%) dengan Toyota
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Motor Corporation (saham 49%), Jepang. Selama kurang lebih 30 tahun, PT. Toyota Astra Motor telah berperan penting dalam pengembangan industri kendaraan otomotif di Indonesia serta membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat luas termasuk dalam industri pendukungnya. Saat ini, PT. Toyota Astra Motor telah memiliki pabrik produksi di area industri Sunter, Jakarta. Untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuan produksi, Pabrik Karawang yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia, telah selesai dibangun pada tahun 1998 berikut termasuk sistem manajemen kualitas dan lingkungan (Sumber: Kiprah Toyota Melayani Indonesia 2002-2014). PT. Toyota Astra Motor juga telah melahirkan keberhasilan dalam membangun jaringan penjualan dan purna jual di seluruh Indonesia. Terdiri dari 5 agen utama, yaitu AUTO 2000, New Ratna Motor, Hadji Kalla, Hasjrat Abadi, dan Agung Automall serta 75 gerai yang mengoperasikan 142 gerai penjualan dan 101 gerai purna jual. Dimana AUTO 2000 juga memiliki kelompok tidak langsung yaitu Tunas Group (PT. Tunas Ridean Tbk.) dan Astrido Group (Astrido Toyota). Dengan jaringan yang sangat luas tersebut, TAM berhasil meraih kesuksesan penjualan terbanyak dalam industri kendaraan otomotif dalam beberapa tahun terakhir ini. PT. Tunas Ridean Tbk di wilayah Jakarta Pusat cabang Tunas Pecenongan dalam menjual produk Toyota mampu mempertahankan pangsa pasar untuk berkompetisi dengan Toyota Auto 2000 Juanda dan Toyota Astrido Batu Tulis
44
November 2013
dalam customer loyalty dimana pelanggan mampu berulang kali untuk membeli produk Toyota di Tunas Pecenongan Jakarta Pusat. Pelanggan bukan hanya mempercayai pada kualitas penjualan produk saja tetapi pelayanan juga mempengaruhi atas satisfaction, commitment, social benefits dan special treatment benefits. Dari hasil observasi penelitian pada peringkat pertama penjualan unit per tahun 2012-2013 di Toyota Auto 2000 Juanda memimpin unit penjualan kemudian pada peringkat ke dua penjualan unit per tahun 2012-2013 di Tunas Toyota Pecenongan serta pada peringkat ke tiga di Toyota Astrido Batu Tulis. PT. Tunas Ridean Tbk di wilayah Jakarta Pusat cabang Tunas Pecenongan bertujuan untuk memberikan suatu satisfaction agar para pelanggan mendapatkan layanan terbaik, promosi spesial, dikenal oleh karyawan penjual, jujur dapat dipercaya dan menepati janji. Tunas Pecenongan di Jakarta Pusat berusaha untuk commitment kepada para pelanggan mempertahankan dan menjaga hubungan sebaik mungkin. Tunas Pecenongan di Jakarta Pusat memberikan suatu social benefits dengan memiliki data para pelanggan agar mudah dikenali dan dipahami suatu akan kebutuhan para pelanggan. Tunas Pecenongan di Jakarta Pusat memiliki suatu pelayanan dengan special treatment benefits agar para pelanggan merasakan akan prioritas lebih tinggi, mendapatkan pelayanan lebih baik serta mendapatkan spesial diskon dari para pelanggan dan para pesaing lainnya. Tunas Pecenongan di
ISSN: 1410 -9875
Jakarta Pusat berusaha sebaik mungkin memberikan suatu customer loyalty dalam produk maupun layanan agar para pelanggan merasakan dampak yang luar biasa sehingga di benak para pelanggan mudah diingat suatu perusahaan otomotif dan mampu mempengaruhi dalam keputusan pembelian produk maupun layanan pada kendaraan otomotif berulang kali. Dapat dipahami dari satisfaction menurut Schiffman dan Kanuk (2010, 29) customer satisfaction adalah persepsi pelanggan individu dari kinerja produk atau jasa dalam kaitannya dengan harapan. Commitment menurut Morgan dan Hunt, dalam Buttle (2007, 22) mengemukan bahwa commitment dalam hubungan adalah keyakinan dari salah satu mitra akan pentingnya arti membangun hubungan jangka panjang yang selaras dengan mitra lainnya, yang mendorong pihaknya untuk menempuh upaya maksimum untuk memelihara hubungan itu; atau dengan kata lain, pihak yang memegang teguh komitmen itu akan menempuh segala upaya untuk mempertahankan hubungan itu agar terus berlangsung dalam waktu yang tidak terbatas. Menurut Tjiptono (2014, 419) menyatakan bahwa social benefits adalah berkaitan dengan familiaritas dan relasi sosial antara pelanggan dan penyedia jasa. Menurut Lovelock et al. (2011, 81) mengatakan bahwa special treatment benefits merupakan penerapan harga lebih murah, diskon untuk penawaran khusus yang tidak disediakan bagi pelanggan biasa, layanan ekstra, prioritas yang lebih tinggi ketika
Denny Farabi
harus mengantri dan layanan lebih cepat dibandingkan pelanggan lainnya. Menurut Sheth dan Mittal, dalam Tjiptono (2014, 393) customer loyalty adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Pada penelitian tersebut adalah hasil replikasi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Briliana (2013) terhadap suatu Satisfaction, Commitment, Social Benefits dan Special Treatment Benefits yang dituju sebagai variable independent dan Customer Loyalty dituju sebagai variable dependent. Jurnal tersebut di dapatkan dari Sumber Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.15. No.1, Juni 2013 Hlm. 57-64. Oleh karena itu, melihat dari fenomena dan permasalahan yang pahami, maka peneliti merasa tertarik untuk mengukur antara lain pada variable satisfaction, commitment, social benefits dan special treatment benefits Terhadap customer loyalty pada objek Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. Peneliti dengan ini ingin mengetahui pelanggan merasakan satisfaction, commitment, social benefits, special treatment benefits serta customer loyalty terhadap produk sehingga pelanggan melakukan lebih dari satu kali transaksi. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Satisfaction Menurut Kotler dan Keller (2012, 150) menyatakan bahwa
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
“Satisfaction is a person’s feelings of pleasure or disappointment that result from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relationship to his or her expectation.” Commitment Menurut Buttle (2007, 22) commitment adalah “ Modal yang amat penting dalam membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan.” Social Benefits Menurut Lovelock et al. (2011, 81) menyatakan bahwa Social Benefits adalah mencakup pengakuan bersama antara pelanggan dan pegawai jasa, mengetahui nama masing – masing, jalinan pertemanan dengan penyedia jasa dan kenikmatan atas aspek sosial tertentu dari hubungan ini. Special Treatment Benefits Selanjutnya menurut Tjiptono (2014, 419) menyatakan bahwa “Special Treatment Benefits adalah berwujud harga khusus, penawaran spesial dan perlakuan istimewa kepada pelanggan spesial.” Customer Loyalty Menurut Kotler and Keller (2012, 149) “Loyalty is a deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistently in the future, thereby causing repetitive samebrand or same brand-set purchasing, despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior”. Teori ini menyatakan bahwa pelanggan yang loyal.
46
November 2013
Pengembangan Hipotesis Hipotesis yang dapat dikembangkan dari model penelitian ini antara lain: Ha1: Terdapat pengaruh satisfaction terhadap customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. Ha2: Terdapat pengaruh commitment terhadap customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. Ha3: Terdapat pengaruh social benefits terhadap customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. Ha4: Terdapat pengaruh special treatment benefits terhadap customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat.. Ha5: Terdapat pengaruh satisfaction, commitment, social benefits, special treatment benefits terhadap customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Menurut Sekaran dan Bougie (2010, 126) menyatakan penelitian kausal merupakan metode penelitian dalam menjelaskan pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen, dimana setiap variabel menjelaskan hubungan sebab-akibat. Variabel - variabel yang membantu dalam penelitian adalah Satisfaction, Commitment, Social Benefits, dan Special Treatment Benefits sebagai
ISSN: 1410 -9875
Denny Farabi
Variabel Independen dan Customer Loyalty sebagai Variabel Dependen. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Dalam penelitian ini terdapat enam variabel utama yang diteliti yaitu Satisfaction (X1), Commitment (X2), Social Benefits (X3), dan Special Treatment Benefits (X4), yang merupakan variabel independen dan dinotasikan sebagai X dan Customer Loyalty yang merupakan variabel dependen dinotasikan sebagai Y.
Teknik Pengumpulan Data Skala yang digunakan dalam penelitian adalah skala Likert (Likert Scale). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pendapat ini sejalan dengan Sekaran dan Bougie (2010, 152) “designed to examine how strongly subjects agree or disagree with statements on a fivepoint scale with the following anchors.”.
HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Valid
Frequency 88 12 100
PRIA WANITA Total
Percent 88.0 12.0 100.0
Uji Hipotesis Hipotesis 1 Ha1: Terdapat pengaruh antara Satisfaction terhadap Customer
Valid Percent 88.0 12.0 100.0
Cumulative Percent 88.0 100.0
loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat.
Tabel 4 Analisa R dan R² Variabel X1 Model Summaryb R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .313a .098 .088 .86524 a. Predictors: (Constant), Satisfaction b. Dependent Variable: Customer_Loyalty Model
R
Dari tabel 4 nilai R (coefficient correlation) sebesar 0.313. Dimana R= 0.313 diantara 0,20 – 0,399, yang artinya secara statistik hubungan variabel Satisfaction dan Customer loyalty adalah rendah.
Hipotesis 2 Ha2: Terdapat pengaruh antara Commitment terhadap Customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat.
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Tabel 5 Tabel uji R dan R² Variabel X2 Model Summaryb R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .357a .128 .119 .85070 a. Predictors: (Constant), Commitment b. Dependent Variable: Customer_Loyalty Model
R
Dari tabel diatas nilai R (coefficient correlation) sebesar 0.357. Dimana R= 0.357 diantara 0,20 – 0,399, yang artinya secara statistik
hubunga n variabel Commitment dan Customer loyalty adalah rendah. Hipotesis 3 Ha3:Terdapat pengaruh antara Social Benefits terha
Tabel 6 Tabel uji R dan R² Variabel X3 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .439a .192 .184 .81858 a. Predictors: (Constant), Social_Benefits b. Dependent Variable: Customer_Loyalty
Dari tabel 6 nilai R (coefficient correlation) sebesar 0.439. Dimana R= 0.439 diantara 0,40 – 0,599, yang artinya secara statistik hubungan variabel Social Benefits
dan Customer sedang.
loyalty
adalah
Hipotesis 4 Ha4:Terdapat pengaruh antara Special Treatment B
Tabel 7 Tabel uji R dan R² Variabel X4 Model Summaryb R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .433a .187 .179 .82120 a. Predictors: (Constant), Special_Treatment_Benefits b. Dependent Variable: Customer_Loyalty Model
R
Dari tabel 7 nilai R (coefficient correlation) sebesar 0.433. Dimana R= 0.433 diantara 0,40 – 0,599, yang artinya secara statistik hubungan variabel Special Treatment Benefits dan Customer loyalty adalah sedang.
Hipotesis 5 Ha5: Terdapat pengaruh antara Satisfaction, Commitment, Social Benefits, Special Treatment Benefits terhadap Customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat.
Tabel 8 Tabel Uji R dan R² Variabel X1, X2, X3, X4 Terhadap Y Model Summary Std. Error of the R Square Adjusted R Square Estimate 1 .570a .325 .296 .76026 a. Predictors: (Constant), TTL_STB, TTL_Stsfction, TTL_Comtmn, TTL_SB Model
48
R
ISSN: 1410 -9875
Dari tabel 8 nilai R (coefficient correlation) sebesar 0.570. Dimana R= 0.570 diantara 0,40 – 0,599, yang artinya secara statistik hubungan Commitment, Social Benefits, Special Treatment Benefits dan Customer loyalty adalah sedang. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh antara lain : : 1. Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh Satisfaction (X1) terhadap Customer loyalty (Y) Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. 2. Ha2 diterima, artinya terdapat pengaruh Commitment (X2) terhadap Customer loyalty (Y) Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. 3. Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh Social Benefits (X3) terhadap Customer loyalty (Y) Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. 4. Ha4 diterima, artinya terdapat pengaruh Special Treatment Benefits (X4) terhadap Customer loyalty (Y) Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. 5. Ha5 diterima, artinya terdapat pengaruh Satisfaction (X1), Commitment (X2), Social Benefits (X3), Special Treatment Benefits (X4) terhadap Customer
Denny Farabi
loyalty (Y) Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat. Dalam hal ini peneliti menemukan keterbatasan yang di peroleh selama proses penyusunan skripsi sebagai berikut: Dalam proses penelitian ini responden yang digunakan hanya 100 orang; Pada penelitian ini hanya dilakukan pada Customer loyalty Tunas Toyota Pecenongan di Jakarta Pusat; Peneliti mengalami keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka penelitian ini hanya dilakukan di wilayah Pecenongan di Jakarta Pusat; Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Customer loyalty yang dipengaruhi oleh variabel independen Satisfaction, Commitment, Social Benefits, Special Treatment Benefits. Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk dapat digunakan pada kegiatan penelitian selanjutnya antara lain : Penelitian selanjutnya menggunakan sampel yang lebih dari 100 orang agar sampel yang diambil mewakili populasi dengan lebih baik; Pada penelitian selanjutnya menggunakan faktor-faktor lain untuk mempengaruhi Customer loyalty; Dalam melakukan penelitian ini sebaiknya meluangkan waktu agar menjadi lebih baik untuk penelitian selanjutnya.
REFERENSI Aji Riska S. 2014. Kiprah Toyota Melayani Indonesia 2002-2014. Jakarta :PT. Infometro Mediatama. Badan Pusat Statistik RI. 2012. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Tahun 1987-2012, http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subye k=17¬ab=12 (diakses 12 Oktober 2014).
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Bagja.
November 2013
2012. Penjualan Mobil di Indonesia Tembus 1 Juta Unit, Otomotifnet.com, 6 Desember, http://mobil.otomotifnet.com/read/2012/12/06/336831/12/2/Penjual an-Mobil-di-Indonesia-Tembus-1-Juta-Unit (diakses 6 Agustus 2014). Briliana, Vita 2013. Pengaruh Kepuasan, Komitmen, Manfaat Sosial Dan Special Treatment Benefits Terhadap Loyalitas Pelanggan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.15, No.1: 57-64. Buttle, Francis. 2007. Manajemen Hubungan Pelanggan. English Language edition published by Elsevier Ltd: Penerbit Bayumedia Publishing. Ghozali Imam. 2013. Apalikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Universitas Diponegoro Gujarati, Damodar and Dawn Porter. 2009. Basic Econometrics. 5th Edition. New York: Mc-Graw Hill. Hair, Joseph F., Rolph, Anderson, Ronald. L, Babin, Barry. J, William. (2010). Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. 7th Edition. New Jersey: Pearson Erentice Hall. Hennig-Thurau, T., Gwiner, K.P. dan Gremler, D.D 2002. Understanding relationship marketing outcomes: an integration of relational benefits and relationship quality. Journal of service Research, Vol.4, No.3: 23047. Jones, M A., Reynolds, K E , Mothersbaugh , D L dan Beatty, S.E 2007. The Positive and Negative Effects of Switching Costs on Relational Outcomes. Journal Of Services Research, Vol.9, No.4: 335-355. Kevin Yu Siu-lung dan Yang Song, 2009. Determinants of Customer Loyalty: An Exploratory Investigation on Relational Benefits in the Context of Customer Club. ANZMAC: 1-8. Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. 14th Edition. Global Edition: Pearson Prentice Hall. Kurniawan, Agung. 2013. Telah Terjual 1.135.742 Mobil di Indonesia. Kompas.com, 16 Desember, http://otomotif.kompas.com/read/2013/12/16/10909/2013.Telah.Terj ual.1.135.742.Mobil.di.Indonesia (diakses 6 Agustus 2014). Lovelock, Christopher, and Jochen Wirtz. 2011. Service Marketing: People, Technology, Strategy. “7th Edition: Pearson Prectice Hall. Safitri, Yunita Arum. 2011. Kepercayaan, Komitmen, Komunikasi, Penanganan Konflik, Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Bank BCA Di Surabaya. Journal Of Business and Banking, Vol 1, No.2: 117-130. Schiffman Leon and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior. Global Edition. 10th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. 5th Edition. United Kingdom : John Wiley & Sons, Ltd. Sugiyono. 2010 Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Tjahyadi, Rully Arlan. 2009. Pengujian Komitmen Multideminisional Allen Dan Meyer Dalam Konteks Pemasaran Jasa. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol, No.3: 195-219. Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi. Zeithaml, Valarie A., and Mary Jo Bitner. 2003. Service Marketing: Integrating Focus Across the Firm. Global Edition: McGraw-Hill.
50
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 51-58
ISSN: 1410 -875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
ARIES JONATHAN STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The objective of this research is to test and analyze whether profitability, firm size, non-debt tax shield, asset structure, growth opportunity, liquidity, and managerial ownership influence public manufacturing firm’s capital structure. Listed manufacturing companies in Indonesian Stock Exchange from year 2010 to 2012 were examined. Seventy two companies met the criteria and were analyzed and multiple regression were performed to test the hypotheses. The conclusion showed that firm size, asset structure, and liquidity influence firm capital structure of manufacturing companies. Profitability, non-debt tax shield, growth opportunity, and managerial ownership do not influence firm capital structure. Keywords: Profitability, Firm Size, Non-debt Tax Shield, Asset Structure, Growth Opportunity, Liquidity. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis apakah profitabilitas, ukuran perusahaan, non-debt tax shield, struktur aktiva, kesempatan pertumbuhan, likuiditas, dan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap struktur modal perusahaan manufaktur publik. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012 diperiksa. Tujuh puluh dua perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis dan regresi berganda dilakukan untuk menguji hipotesis. Kesimpulan menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan likuiditas mempengaruhi struktur modal perusahaan perusahaan manufaktur. Profitabilitas, non-debt tax shield, peluang pertumbuhan, dan kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi struktur modal perusahaan. Kata kunci: Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Non-Debt Tax Shield, Struktur Aktiva, Kesempatan Pertumbuhan, Likuiditas. sangat ketat. Hal ini akan mendorong manajer perusahaan dalam meningkatkan produktivitas kegiatan produksi, pemasaran, dan strategi perusahaan. Dalam
PENDAHULUAN Kondisi ekonomi global yang terus maju pada saat ini, akan dapat menimbulkan persaingan usaha yang
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
pemenuhan tujuan tersebut, maka diperlukan pengambilan keputusan yang tepat dari manajer perusahaan baik keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Keputusan dan pengelolaan struktur modal berkaitan dengan nilai perusahaan dan jumlah biaya modal yang harus dikeluarkan. Struktur modal yang optimal adalah suatu kondisi dimana sebuah perusahaan dapat menggunakan kombinasi utang dan ekuitas secara ideal, yaitu menyeimbangkan nilai perusahaan dan biaya atas struktur modalnya. Motivasi penelitian ini adalah melakukan pengembangan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal di perusahaan. Berdasarkan pengembangan penelitian, masalah penelitian ini adalah apakah profitabilitas, ukuran perusahaan, non-debt tax shield, struktur aktiva, kesempatan pertumbuhan, likuiditas, dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, non-debt tax shield, struktur aktiva, kesempatan pertumbuhan, likuiditas, dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, motivasi, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan organisasi penulisan. Kedua, menguraikan teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian terdiri dari pemilihan sampel dan pengumpulan
52
November 2013
data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang berisi hasil dan interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Asymmetric Information Theory Menurut Indrawati dan Suhendro (2006) dalam Seftianne dan Handayani (2011) Asymmetric Information Theory merupakan suatu kondisi dimana manajer perusahaan mempunyai lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek perusahaan ke depan dibandingkan dengan pihak lainnya seperti pemegang saham dan kreditur. Perhitungan yang dilakukan manajer akan lebih akurat dan cepat manakala menghitung harga saham overvalued atau undervalued. Adanya Asymmetric Information Theory membuat manajer lebih leluasa dalam pengambilan keputusan untuk strategi struktur modal karena manajer lebih menguasai informasi yang ada dalam perusahaan. Teori Keagenan Menurut Mayangsari (2001) dalam Joni dan Lina (2010) biaya agensi adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur maupun dengan pemegang saham. Pengawasan manajemen dapat dilakukan dengan audit laporan keuangan dan pembatasan
ISSN: 1410 -9875
pembuatan keputusan manajemen. Salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan pemegang saham. Pecking Order Theory Menurut Seftianne dan Handayani (2011) perusahaan akan cenderung mempergunakan sumber pendanaan internal sebanyak mungkin untuk membiayai proyekproyek di dalam perusahaan. Utang menjadi pilihan kedua setelah sumber pendanaan internal kemudian convertible bonds, preffered stock, dan pada akhirnya apabila masih memerlukan dana, perusahaan akan menerbitkan common stock (external equity). Profitabilitas dan Struktur Modal Tingkat profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya sendiri. Selain itu profitabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang dan bunganya. Menurut Sheikh dan Wang (2011) profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan Seftianne dan Handayani (2011), Ramlall (2009), Bangun dan Surianty (2008) mendapatkan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal Apabila perusahaan membutuhkan pendanaan dari pihak luar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, ukuran perusahaan mempengaruhi jumlah dana yang
Aries Jonathan
dibutuhkan perusahaan dan bagaimana cara perusahaan memperoleh pendanaan tersebut. Menurut Sheikh dan Wang (2011) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan. Menurut Seftianne dan Handayani (2011) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Non-debt Tax Shield dan Struktur Modal Perusahaan dengan Non-debt Tax Shield yang lebih besar diharapkan menggunakan pendanaan melalui hutang lebih sedikit. Menurut Sheikh dan Wang (2011) non-debt tax shield berpengaruh terhadap struktur modal. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan Ramadhan (2010) mendapatkan hasil bahwa non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Struktur Aktiva dan Struktur Modal Perusahaan dengan struktur aktiva yang lebih besar akan lebih mudah dalam memperoleh pinjaman jangka panjang. Menurut Sheikh dan Wang (2011) struktur aktiva memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Menurut Seftianne dan Handayani (2011), struktur aktiva tidak memiliki pengaruh terhadap sruktur modal perusahaan. Kesempatan Pertumbuhan dan Struktur Modal Kesempatan pertumbuhan perusahaaan menjadi salah satu tanda dalam menilai kemampuan perusahaan untuk membayar utangutangnya dan kemudahan perusahaan untuk memperoleh pendanaan eksternal. Menurut
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Sheikh dan Wang (2011) kesempatan pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan Seftianne dan Handayani (2011) menunjukkan kesempatan pertumbuhan memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Likuiditas dan Struktur Modal Menurut Sheikh dan Wang (2011) likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Karena perusahaan dengan likuiditas lebih besar lebih memilih untuk menggunakan dana internal untuk pembiayaan investasi barunya. Penelitian yang dilakukan Seftianne dan Handayani (2011) menunjukkan likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Kepemilikan Manajerial dan Struktur Modal Penelitian yang dilakukan Bangun dan Surianty (2008) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah struktur modal. Dengan adanya pemegang saham yang ikut menjadi dewan direksi maka sebagian besar biaya yang akan dikeluarkan untuk ekspansi berasal dari hutang jangka panjang. METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang diperoleh merupakan data sekunder, sebab data tersebut
54
November 2013
tidak diperoleh dari sumber informasi utama, melainkan sudah tersedia dan dipublikasikan pada masyarakat luas. Data yang dikumpulkan adalah data untuk tahun 2010 hingga tahun 2012. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive, dimana sampel yang diambil dari populasi harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, memiliki akhir periode fiskal 31 Desember, menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah, melaporkan laba berturut-turut dari tahun 2010 sampai tahun 2012, tidak melakukan share split dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel struktur modal dalam penelitian ini merupakan variabel terikat yang dilambangkan dengan DR. Mengacu pada penelitian Sheikh dan Wang (2011), struktur modal dalam penelitian ini adalah perbandingan antara jumlah utang perusahaan (total debt) dengan total aktiva (total assets). Variabel profitabilitas merupakan variabel bebas yang dilambangkan dengan ROA. Mengacu pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011), profitabilitas adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas dalam penelitian ini adalah perbandingan antara income dan total aktiva. Variabel ukuran perusahaan dilambangkan dengan SIZE. Mengacu pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011) ukuran
ISSN: 1410 -9875
perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan, yang di-proxy dengan nilai logaritma dari total aktiva. Variabel non-debt tax shield dilambangkan dengan NDTS. Mengacu pada penelitian Sheikh dan Wang (2011) non-debt tax shield diukur dengan membandingkan beban depresiasi dengan total aktiva perusahaan. Variabel struktur aktiva dilambangkan dengan SA. Mengacu pada penelitian Joni dan Lina (2010) struktur aktiva menggambarkan besarnya aktiva yang dapat dijaminkan perusahaan sebagai kolateral ketika perusahaan melakukan pinjaman kepada pihak kreditur. Struktur aktiva dihitung dengan membandingkan aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan. Variabel kesempatan pertumbuhan dilambangkan dengan GROWTH. Mengacu pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011) kesempatan pertumbuhan adalah kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mengembangkan dirinya dalam pasar. Kesempatan pertumbuhan dapat dihitung dengan membandingkan harga saham per lembar dengan nilai buku per lembar. Variabel likuiditas dilambangkan dengan CR. Mengacu pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011) likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Likuiditas dihitung dengan membandingkan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang lancar yang harus dibayarkan perusahaan.
Aries Jonathan
Variabel kepemilikan manajerial merupakan variabel bebas yang dilambangkan dengan KPM. Mengacu pada penelitian Seftianne dan Handayani (2011) kepemilikan manajerial adalah jumlah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Variabel ini menggunakan pengukuran dummy variabel dimana 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan saham manajerial dan 0 untuk perusahaan yang tidak terdapat kepemilikan saham manajerial. CSit = β0it + β2ROAit + β3SIZEit + β4NDTSit + β5SAit + β6GROWTHit + β7CRit +β8KPMit εit Keterangan: CS Capital Structure (total debt / total aktiva) ROA Profitabilitas (income / total aktiva) SIZE Ukuran Perusahaan (Ln (total aktiva) ) NDTS Non-debt Tax Shield (beban depresiasi / total aktiva) SA Struktur Aktiva (aktiva tetap / total aktiva) GROWTH Kesempatan Pertumbuhan (harga saham per lembar/ nilai buku) CR Tingkat Likuiditas (aktiva lancar / hutang lancar) KPM Kepemilikan Manajerial (dummy) β Koefisien variabel ε Error HASIL PENELITIAN Hasil pengujian pada perusahaan yang bergerak dalam
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
bidang manufaktur adalah sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Pengujian Variabel Konstanta Profitabilitas Ukuran Perusahaan Non-debt Tax Shield Struktur aktiva Kesempatan Pertumbuhan Likuiditas Kepemilikan Manajerial
B 0.273 -0.228 0.018 0.447 -0.266
Std. Error 0.213 0.169 0.008 0.763 0.085
Sig. 0.201 0.178 0.036 0.558 0.002
0.000
0.000
0.261
-0.081 0.007
0.008 0.022
0.000 0.737
Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi profitabilitas sebesar 0,178 dimana berada di atas nilai alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha1 tidak terdukung. Nilai signifikansi ukuran perusahaan sebesar 0,036 dimana berada di bawah nilai alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha2 terdukung. Hal ini berarti semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin berpengaruh terhadap keputusan pendanaan dimana perusahaan besar cenderung lebih mudah mendapatkan pendanaan eksternal. Nilai signifikansi non-debt tax shield sebesar 0,558 dimana berada di atas nilai alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha3 tidak terdukung. Nilai signifikansi struktur aktiva sebesar 0,002 dimana berada di bawah nilai alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel struktur aktiva
56
memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha4 terdukung. Hal ini berarti perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih banyak akan lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan eksternal karena aktiva tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan. Nilai signifikan kesempatan pertumbuhan sebesar 0,261 dimana berada di atas alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel kesempatan pertumbuhan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha5 tidak terdukung. Nilai signifikan likuiditas sebesar 0,000 dimana berada di bawah alpha sebesar 0,05 yang berarti variabel likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha6 terdukung. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan likuiditas yang lebih besar lebih memilih untuk menggunakan dana internal untuk pembiayaan investasi barunya. Nilai signifikan kepemilikan manajerial sebesar 0,737 dimana berada di atas alpha sebesar 0,05 yang berarti tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hal ini berarti Ha7 tidak terdukung.
ISSN: 1410 -9875
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas, non-debt tax shield, kesempatan pertumbuhan dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian hanya berfokus pada perusahaan sektor manufaktur. Selain itu periode penelitian hanya selama
Aries Jonathan
tiga tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Penelitian juga hanya dilakukan dengan tujuh variabel independen yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Oleh karena itu diharapkan bahwa penelitian lebih lanjut dilakukan dengan mambandingkan struktur modall dari seluruh sektor di Indonesia dengan jangka waktu penelitian yang lebih panjang, serta menggunakan variabel-variabel independen lainnya. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran yang lebih menyeluruh dalam pengambilan keputusan struktur modal perusahaan.
REFERENSI: Bangun, Nurainun dan Vivi Surianty. 2008. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (studi empiris terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ). Jurnal Akuntansi. Tahun XII, No.1, Hlm. 35-47. Firnanti, Friska. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.13, No.2, Hlm. 119-128. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., dan Chad J Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance13th edition. New York. Pierson Prentice Hall. Joni dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No. 2, Hlm 81-96. Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.2, Hlm. 119-130. Ramlall, Indranarain. 2009. Determinants of capital structure among nonquoted Mauritanian firms under specificity of leverage: Looking for a modified pecking order theory. International Research Journal of Finance and Economics. Issue 31: 83-92. Ruslim, Herman. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal: Analisis empiris terhadap saham LQ-45. Jurnal Akuntansi. Tahun XIV. No.03, Hlm: 301-316. Santoso, Singgih. 2012. Buku latihan SPSS Statistik Multivariate. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13, No.1, Hlm. 39-56. Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam perspektif pecking order theory studi pada industri makanan dan minuman di BEJ. Majalah Ekonom. Tahun XVI, No.3, Hlm. 318-331. Sheikh, Nadeem Ahmed dan Zhongjun Wang. 2011. Determinants of capital structure: An empirical study of firms in masnufacturing industry of Pakistan. Managerial Finance. Vol.37, No.2, Hlm. 117-133. Supriyanto, Eko dan Falikhatun. 2008. Pengaruh tangibility, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan terhadap struktur keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 10, No.1, Hlm 13-22. Weygant, Jerry J., Paul D. Kimmel dan Donald B Kiesso. 2010. Financial Accounting IFRS Edition. Wiley International Edition. Widjaja, Indra dan Faris Kasenda. 2008. Pengaruh kepemilikan institusional, aktiva berwujud, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan dalam industri barang konsumsi di BEI. Jurnal Manajemen. Tahun XII, No. 02, Hlm. 139-150.
58
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 59-70
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP KINERJA KARYAWAN
NURTI WIDAYATI STIE TRISAKTI
[email protected] Abstract: The purpose of this research was to explore the effect of leadership, motivation, and physical work environment on employee performance at LPP TVRI Jakarta. The sample used in this study amounted to 100 people who work at LPP TVRI Jakarta. The method used in this research is descriptive and causal research in which variables are measured with a Likert scale. This study uses primary data and secondary data. The research methods for the data analysis is regression which are simple regression and multiple regression. The results of this study show the positive influence either partially or simultaneously variable leadership, motivation, and physical work environment to employee performance. based on this research it can be concluded that leadership, motivation , and physical work environment affect the performance of the employe . Keywords :
Leadership, Motivation, Physical Work Environment, Employee Performance.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan. Sampel yang digunakan sejumlah 100 orang. Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dan kausal. Teknik statistika yang digunakan adalah simple regression dan regresi berganda. Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan. Kata kunci:
Kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja fisik, karyawan.
kinerja
sudah sangat pesat. Masyarakat sangat mendukung dengan adanya perkembangan teknologi untuk mendapatkan informasi yang
PENDAHULUAN Pada era globalisasi saat ini perkembangan teknologi informasi
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
terbaru dalam segala bidang. Tanpa adanya suatu informasi, masyarakat tidak dapat mengikuti perkembangan zaman dari waktu ke waktu. Salah satu contoh perkembangan teknologi informasi saat ini adalah televisi. Televisi merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan informasi guna menciptakan pesan dan kesan, serta memberikan hiburan kepada masyarakat luas. Televisi memiliki jangkauan yang luas dan kecepatan penyampaian berita dan informasi, sehingga dapat dengan mudah dinikmati oleh seluruh masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota. Di Indonesia terdapat stasiun televisi swasta dan stasiun televisi milik pemerintah yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Televisi Republik Indonesia (TVRI) sekarang sudah memasuki gelanggang kompetisi yang cukup kuat. Dalam persaingan itu, TVRI harus berhadapan dengan rival-rivalnya yang cukup kuat, baik modal, keberanian, infrastruktur, maupun dukungan para SDM nya. Dalam keharusannya bersaing dengan TV swasta, dewasa ini TVRI mulai ditinggalkan pemirsanya karena di mata para pemirsa, tayangan TVRI kurang atau bahkan tidak menarik, cenderung monoton dan membosankan, sedangkan tayangan TV swasta lebih kreatif, segar, baru, dan karenanya juga lebih menarik. Masyarakat memang mempunyai pilihan dalam menentukan acaraacara yang akan dinikmati, namun masyarakat harus dilindungi juga dari acara-acara yang tidak bermanfaat dan hanya mengedepankan nilai jual. Kecenderungan itu dilakukan
60
November 2013
karena mereka berusaha merebut penonton sebanyak-banyaknya. Berbeda dengan televisi swasta yang marak beredar dengan berbagai program hiburan, LPP TVRI tetap disajikan dengan berbagai konten pendidikan, berbudaya dan mengedepankan nilai moral yang berlaku di masyarakat. (Jupriono dan Darmawan, 2009). Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial. Dalam era Reformasi terbitlah Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2000 yang menetapkan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan di bawah pembinaan Departemen Keuangan . Kemudian melalui Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI (Persero) di bawah pembinaan Kantor Menteri Negara BUMN. Selanjutnya, melalui UndangUndang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara. Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi,
ISSN: 1410 -9875
pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait dengan kinerja LPP TVRI ke depan, LPP TVRI perlu terus bekerja keras mengembangkan potensi. Untuk mengembangkan potensi tersebut, LPP TVRI perlu pemimpin yang kuat, inovatif dan mempunyai integritas baik di pusat maupun di daerah. Kepemimpinan dalam suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi gerak laju dari perusahaan itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena pemimpin perusahaan yang menentukan akan dibawa kemana perusahaan itu bergerak. Menurut Daft (2011; 5), “Leadership is an influence relationship among leaders and followers who intend real changes and outcomes that reflect their shared purposes”. Kepemimpinan merupakan pengaruh antarpribadi yang dilakukan dalam suatu situasi, melalui proses komunikasi dan diarahkan kepada pencapaian tujuan (Suprihanto 2003, 93). Disamping itu, kinerja seorang karyawan dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya tentunya tidak terlepas dari motivasi yang ada dalam diri karyawan tersebut. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan (Robbins dan Judge dalam Diana Angelica 2008, 222). Motivasi merupakan masalah kompleks dalam suatu perusahaan,
Nurti Widayati
karena kebutuhan dan keinginan setiap karyawan berbeda satu dengan yang lainnya (Suprihanto 2003, 41). Perusahaan harus mampu memotivasi karyawan agar mau dan bersemangat dalam mengerjakan pekerjaannya, perusahaan juga harus mampu menentukan pimpinan yang tepat, yang mampu mengarahkan dan membimbing bawahannya dengan baik sehingga perusahaan semakin baik (Simanjuntak 2012, 52). Salah satu cara yang dilakukan LPP TVRI untuk meningkatkan motivasi karyawannya adalah dengan melakukan mutasi jabatan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan yang lain agar karyawan tersebut terhindar dari kejenuhan pada rutinitas kerja dan situasi yang monoton. Selain faktor kepemimpinan, dan motivasi, lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor yang memang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan, karena hal ini akan sangat menentukan baik untuk kenyamanan karyawan maupun untuk suasana yang kondusif di perusahaan. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Sedarmayanti 2011, 26). Karyawan akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila di antaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti 2011, 27) Keadaan lingkungan kerja fisik di LPP TVRI hampir seperti suasana perkantoran pada umumnya dimana antar meja karyawan diberi pembatas sebatas bahu dalam posisi duduk, sehingga para karyawan masih bisa berinteraksi secara berhadapan. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah. Kedua, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat, Kepemimpinan, Motivasi, Lingkungan Kerja Fisik dan Kinerja Karyawan. Ketiga, metode penelitian yang memuat metode pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kepemimpinan Robbins dan Judge dalam Diana Angelica (2008, 49) menyatakan bahwa Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut
62
November 2013
Daft (2011, 5) “Leadership is an influence relationship among leaders and followers who intend real changes and outcomes that reflect their shared purposes”. Selain itu menurut Yukl (2010, 8) Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Ha1 : Terdapat pengaruh antara Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan. Motivasi Robbins dan Judge dalam Diana Angelica (2008, 222) menyatakan bahwa Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Daft (2011, 200) menyatakan bahwa “Motivation is the power from within or outside of a person who stimulates enthusiasm and perseverance to continue to perform a particular action”. Kreitner dan Kinicki (2008, 210) menyatakan bahwa Motivasi adalah kumpulan proses psikologis yang menyebabkan pergerakan, arahan, dan kegigihan dari sikap sukarela yang mengarah pada tujuan. Menurut Usman (2006, 281) Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan – tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku. Ha2 : Terdapat pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Karyawan.
ISSN: 1410 -9875
Lingkungan Kerja Fisik Konradus (2006, 180) menyatakan bahwa Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas rutin. Menurut Sedarmayanti (2011, 26) Lingkungan kerja fisik adalah Semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan menurut Sarwono (2005, 35) mengemukakan bahwa Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya. Ha3 : Terdapat pengaruh antara Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Karyawan. Kinerja Karyawan Menurut Dessler (2011, 127) Kinerja karyawan adalah prestasi
Nurti Widayati
aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dengan karyawan. Sedangkan menurut Simamora (2008, 7) Kinerja karyawan adalah tingkat hasil kerja karyawan dalam pencapaian persyaratan pekerjaan yang diberikan. Menurut Daft dalam Diana Angelica (2007, 13) menyatakan bahwa Kinerja adalah kemampuan organisasi untuk mempertahankan tujuannya dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Wirawan (2009, 5) mengemukakan bahwa Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikatorindikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Ha4 : Terdapat pengaruh antara Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Karyawan.
Model Penelitian
Kepemimpinan (X1)
Motivasi (X2)
Kinerja Karyawan (Y)
Lingkungan Kerja Fisik (X3)
METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengolahan Data
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu sampling
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
purposive. Non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono 2010, 120). Sedangkan, sampling purposive merupakan teknik penentuan anggota sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010, 122), yaitu karyawan yang memiliki masa kerja minimal satu tahun di LPP TVRI. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini, maka peneliti menentukan jumlahnya dengan menggunakan asumsi Joseph Hair (2010, 102) yaitu, bahwa jumlah sampel yang baik menurut MLE (Maxi Likelihood Estimation) berkisar antara 100-150 orang, artinya sampel antara 100-150 orang sudah dapat mewakili suatu populasi. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari wawancara (interview) dan daftar pertanyaan (questionaire). Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari penelitian dilapangan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kepemimpinan, motivasi, lingkungan kerja fisik, dan kinerja karyawan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kepemimpinan Suatu sikap yang dimiliki oleh kepala bagian agar dapat mempengaruhi serta mengarahkan karyawan untuk dapat bekerja sama melaksanakan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
64
November 2013
Motivasi Dorongan-dorongan yang timbul di dalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Lingkungan Kerja Fisik Segala sesuatu yang fisik di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya. Kinerja Karyawan Hasil kerja yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan dalam suatu badan usaha sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan. Skala yang digunakan dalam penelitian adalah skala Likert (Likert Scale). Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2010, 132). HASIL PENELITIAN Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan dan lama kerja. Uji Normalitas Metode Grafik Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode grafik dengan cara melihat pola titik-titik penyebaran data pada garis diagonal yang terdapat pada Normal P-P Plot.
ISSN: 1410 -9875
Nurti Widayati
normalitas dari normal P-P Plot, menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi ini dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Hasil Uji Normalitas P- Plot Dari gambar diatas menunjukkan bahwa hasil uji Variabel Kepemimpinan Motivasi Lingkungan Kerja Fisik Kinerja Karyawan
Metode Non Grafik Metode kedua untuk uji normalitas yaitu metode non grafik yang dilakukan dengan cara menganalisa Skewness dan Kurtosis.
Z Skewness -0.689 -0.493 -0.134 0.302
Dilihat dari hasil tersebut nilai Z hitung dibandingkan dengan nilai kritisnya yaitu untuk significant level 0,05 atau 5% adalah sebesar ±1,96 di dapat dari Z tabel yaitu diantara -1,96 sampai +1,96. Berdasarkan data di atas nilai z hitung berada diantara nilai 1.96 dan +1.96 maka dapat
Z Kurtosis -1.314 -0.897 -1.804 -1.836
Hasil Normal Normal Normal Normal
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas dilihat dari nilai Tolerance > 0.1 dan VIF < 10, maka data disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dan data baik digunakan dalam model regresi.
Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(constant) 1
Kepemimpinan
.107
9.337
Motivasi
.607
1.647
.114
8.741
Lingkungan_Kerja_Fisik a.
Dependent Variable: Kinerja_Karyawan
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Uji Heteroskedastisitas Metode Grafik Uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik dilakukan dengan mengamati grafik Scatter Plot. Jika data menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu y maka data tidak terjadi heteroskedastisitas dan data baik digunakan dalam model regresi. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan metode grafik. Metode Non Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Non Grafik Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error
model
1
(constant) Kepemimpinan Motivasi Lingkungan Kerja Fisik
16.370 .377 .060 .397
4.793 .237 .127 .454
Standardized Coefficients Beta .389 .049 .207
t
3.415 1.591 .476 .873
Sig.
.001 .115 .635 .385
a. Dependent Variable: ares_1
Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai sig dari variabel Kepemimpinan 0.115 > 0.05, nilai sig dari Motivasi 0.635 > 0.05, dan nilai sig dari Lingkungan Kerja Fisik 0.385 > 0.05, maka data disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga data baik digunakan dalam model regresi.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode yang satu (periode t) dengan periode sebelumnya (periode t-1).
Hasil uji Autokorelasi Model Summaryb Adjusted Std. Error of the Durbin-Watson R Square Estimate 1 .620a .384 .365 5.227 2.040 a. Predictors: (Constant), Lingkugan Kerja Fisik, Motivasi, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Model
66
R
R Square
ISSN: 1410 -9875
Nurti Widayati
Uji t Hipotesis 1 Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model
(Constant) 16.834 Kepemimpinan .595 Dependent Variable: Kinerja_Karyawan
Standardized Coefficients Beta
3.483 .077
1
T
Sig.
4.833 7.714
.615
.000 .000
Hipotesis 2 Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error
(Constant) 19.780 Motivasi .512 Dependent Variable: Kinerja_Karyawan
Standardized Coefficients Beta
5.257 .113
1
T
Sig.
3.763 4.523
.416
.000 .000
Hipotesis 3 Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model
(Constant)
1
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
21.791
2.941
7.409
.000
1.156
.155
.602 7.468
.000
Lingkungan_Kerja_Fisik Dependent Variable: Kinerja_Karyawan
Uji F ANOVAa Df
Model
1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1636.694 2623.306
Mean Square 3 96
4260.000
99
545.565 27.326
F 19.965
Sig. .000b
Dependent Variable: Kinerja_Karyawan Predictors: (Constant), Lingkungan_Kerja_Fisik, Motivasi, Kepemimpinan
PENUTUP Pada pengujian hipotesis 1 mendapatkan suatu kesimpulan dimana Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, artinya terdapat pengaruh antara Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada LPP TVRI Jakarta. Pada pengujian hipotesis 2 mendapatkan suatu kesimpulan dimana Ho2 ditolak dan Ha2 diterima, artinya terdapat
pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada LPP TVRI Jakarta. Pada pengujian hipotesis 3 mendapatkan suatu kesimpulan dimana Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, artinya terdapat pengaruh antara Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Karyawan pada LPP TVRI Jakarta. Pada pengujian hipotesis 4 mendapatkan suatu kesimpulan dimana Ho4 ditolak dan Ha4 diterima, artinya
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
terdapat pengaruh antara Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Karyawan pada LPP TVRI Jakarta. Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka penelitian ini hanya dilakukan di PT. LPP TVRI Jakarta. Variabel independent dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan, motivasi, dan lingkungan kerja untuk mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja karyawan. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel bebas yang lain (seperti:
November 2013
budaya organisasi, disiplin kerja dll), melakukan penyempurnaan kuesioner ini, serta melakukan pemilihan waktu yang tepat ketika menyebar kuesioner. Hal ini dikarenakan sebagian besar kuesioner dalam penelitian ini yang tidak kembali dikarenakan para calon responden tidak punya cukup waktu. Penelitian sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan. Memasukkan variabel-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
DAFTAR REFERENSI Daft, Richard L. 2011. The Leadership Experience. 5th Edition. International Editions South – Cengage Learning. Daft, Richard L. 2007. Manajemen. edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Dessler, Gary. 2011.Human Resources Management12th edition. Person Education Limitednometrics. Fourth edition. McGraw Hill International. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter.2009. Basic Econometrics.Fifth Edition. Mc Graw Hill International Edition. Hair, Joseph F.,William C. Black,Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis.Seventh edition. Pearson Prentice Hall. Jupriono, D dan Arif Darmawan. 2009. Pemberdayaan TVRI di Tengah Kompetisi Pertelevisian. Konradus, Danggur. 2006. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swadaya. Kreitner, Robert and Kinicki, Angelo. 2008. Perilaku Organisasi. Terjemahan: Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie. Jakarta: Salemba Empat Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2006. Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia). Edisi 10. Terjemahan: Diana Angelica. Jakarta : Salemba empat. Robbins,Stephen P., dan Timothy A.Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi keduabelas. Terjemahan: Diana Angelica, Ria Cahyani, Abdul Rosyid. Jakarta: Salemba Empat. Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju.
68
ISSN: 1410 -9875
Nurti Widayati
Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building. Simamora, Henry. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Simanjuntak, Payaman. J. 2012. Managemen dan Evaluasi kinerja. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta. Suprihanto, John. 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Usman, Husaini. 2006. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Utami, Setyaningsih Sri. 2010. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Komunikasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Wahyudi, Amin. 2006. Analisis pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat. Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi 5. Jakarta: PT. Indeks
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
70
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 71-86
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA AGUSTIN PALUPI STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the factors which influence debt policy. Independent variables used in this research are managerial ownership, institutional ownership, dividend, profitability, firm growth, asset structure and business risk to debt policy. The population used in this study are non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that chooses for the period of 2009 to 2011 as the sample. Sample selection procedure carried out by implementing purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis. The results show that managerial ownership, institutional ownership, asset structure and profitability have influence toward debt policy. Dividend, firm growth and business risk have no influence toward debt policy. Keywords:
Managerial Ownership, Institutional Ownership, Dividend, Profitability, Firm Growth, Asset Structure, Business Risk, Debt Policy.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva dan risiko bisnis. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dipilih periode 2009-2011 sebagai sampel. Prosedur pemilihan sampel dilakukan dengan menerapkan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dividen, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang. Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva, Risiko Bisnis, Kebijakan Hutang
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
PENDAHULUAN Pada saat ini masyarakat ekonomi dunia usaha sedang menyongsong era globalisasi yang mengarah kepada perdagangan bebas dan iklim investasi yang terbuka. Pesatnya perkembangan di bidang ekonomi menuntut perusahaan untuk dapat terus bertahan dalam persaingan global yang semakin kompetitif, serta mampu menghasilkan keuntungan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan dituntut untuk dapat menyusun kebijakankebijakan dan membuat keputusan yang tepat dalam berbagai bidang kegiatan perusahaan, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai (Irawan 2009). Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Brigham dan Gapenski 1999). Untuk mencapai tujuan tersebut, pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada manajer. Namun, seringkali pihak manajer perusahaan atau insider mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut, sehingga timbul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingankepentingan yang terkait tersebut. Pihak pemilik dapat membatasi
72
November 2013
divergensi kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada manajer dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah hazard dari manajer. Akibat dari munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan suatu kos yang disebut agency cost (Wahidahwati 2002). Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost. Pertama, dengan meningkatkan kepemilikan dari dalam (insider ownership) atau kepemilikan manajerial. Kedua, dengan menggunakan kebijakan hutang. Ketiga, melalui peningkatan dividend payout ratio atau rasio dividen terhadap laba bersih. Keempat, dengan cara mangaktifkan monitoring melalui investor-investor institusional (Wahidahwati 2002). Mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indahningrum dan handayani (2009), penulis termotivasi untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada penelitian sebelumnya terdapat enam variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan free cash flow. Penulis melakukan penambahan variabel berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Destriana (2010) yaitu struktur aset dan risiko bisnis . Penelitian ini disusun dengan urutan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat
ISSN: 1410 -9875
penelitian. Kedua, menguraikan pandangan yang bersifat teoritis dan hasil penelitian terdahulu. Ketiga, mendeskripsikan tentang bentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional variabel dan pengukurannya, Keempat, membahas prosedur pemilihan sampel, serta pembahasan hasil pengujian. Terakhir, membahas mengenai kesimpulan hasil analisis. Selain itu juga adanya keterbatasan penelitian serta rekomendasi dan saran untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Teori agensi menyatakan adanya hubungan antara manajer dan pemegang saham dalam perusahaan. Manajer tidak selalu bertindak demi kepentingan pemegang saham sehingga terjadi konflik antara manajer perusahaan dengan pemegang saham. Manajer perusahaan lebih mengutamakan kesejahteraan para manajer. Sedangkan Pemegang saham menginginkan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran. Untuk mengurangi konflik tersebut, diperlukan mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut yang dapat dilakukan dengan cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap pengambilan keputusan oleh manajemen. Dengan melakukan pengawasan tersebut maka diperlukan biaya keagenan atau sering disebut dengan agency cost (Wahidawati 2002). Masalah agensi yang terjadi di suatu perusahaan akan
Agustin Palupi
menimbulkan biaya agensi. Biaya agensi meliputi montoring cost, bonding cost dan residual cost (Godfrey et al. 2010). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Indahningrum dan Handayani (2009), menyatakan bahwa agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepetingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan dan pendanaan. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari pemisahaan fungsi pengelola dengan fungsi kepemilikan, manajemen tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam mengambil keputusan, resiko tersebut sepenuhnya ditanggung pemegang saham. Oleh karena itu manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan status. Pecking Order Theory Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961. Pecking order theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal perusahaan (internal financing) yang bersumber dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi daripada yang berasal dari eksternal perusahaan (eksternal financing). Penggunaan dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber dari eksternal. Penggunaan sumber pendanaan eksternal oleh
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
perusahaan dilakukan apabila pendanaan sumber internal tidak mencukupi. Dalam pecking order theory manajer konsisten dengan tujuan utama perusahaan yaitu memakmurkan kekayaan pemegang saham (Indahningrum dan Handayani 2009).
meningkatkan resiko technical insolvency dan (2) bila bisnis perusahaan tidak bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik menjadi berkurang (Wihananto 2009)
Kebijakan Hutang Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahaan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka akan semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena rnanfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkannya (Diana dan Irianto 2008). Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh perusahaan dalam rangka memperoleh dana yang berasal dari pihak eksternal. Kebijakan hutang dapat mengurangi agency cost. Hutang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku manajemen yang dapat merugikan pemegang saham. Penggunaan pendanaan yang berasal dari hutang juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa keuntunganya adalah: (1) Biaya bunga mengurangi beban pajak; (2) Bondholder hanya mendapat bunga yang relatif tetap, sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan (3) Bondholder tidak mempunyai hak suara sehingga pemilik dapat mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil. sedangkan beberapa kekuranganya adalah (1) Hutang yang semakin tinggi
Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang Kepemilikan Manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui hutang berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat sehingga akhirnya akan meningkatkan rasio (Wahidahwati 2002). Kepemilikan manajerial (insider) atas sekuritas perusahaan dapat menyamakan kepetingan insider dengan pihak ekstern dan akan mengurangi peranan hutang sebagai mekanisme untuk meminimumkan agency cost. Semakin meningkatnya kepemilikan oleh insider, akan menyebabkan insider semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang dan menghindari perilaku opportunistik karena mereka cenderung menggunakan hutang yang rendah (Faisal 2000 dalam Indahningrum dan Handayani 2009). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha1 Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
74
ISSN: 1410 -9875
Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang Kepemilikan institusional menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun. Semakin tinggi kepemilikan institusional perusahaan maka akan semakin kecil hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Hal ini disebabkan karena timbulnya suatu pengawasan oleh institusi lain seperti bank dan asuransi terhadap kinerja perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang besar untuk mendanai proyek yang berisiko tinggi mempunyai kemungkinan kegagalan, maka pemegang saham institusional tersebut dapat langsung menjual saham yang dimilikinya (Yeniatie dan Destriana 2010). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha2 Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Dividen dan Kebijakan Hutang Dividen dapat berbentuk dividen kas ataupun dividen saham, merupakan laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (Darmaji dan Fakhruddin 2001 dalam Amirya dan Atmini 2008). Bagi investor atau pemegang saham, dividen merupakan salah satu keuntungan yang akan diperolehnya selain keuntungan lain yang berupa capital gain. Secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing
Agustin Palupi
pemegang saham. Kebijakan dividen ini akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen yang tetap tersebut (Murni dan Andriana 2007). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha3 Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Hutang Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengidentifikasikan bahwa perusahaan sedang mengalami ekspansi. Hal ini menyebabkan timbulnya kebutuhan dana yang besar. Untuk itu, perusahaan menggunakan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut (Yeniatie dan Destriana 2010). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha4 Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang Profitabilitas dan Kebijakan Hutang Profitabilitas adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aset yang tersedia. Profitabilitas merupakan hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dari penggunaan aset dalam aktivitas produksi. Semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
(Gitman 2012). Selain itu sesuai dengan pecking order theory, perusahaan pertama kali akan menggunakan pendanaan dari sumber internal seperti laba ditahan. Setelah itu baru menggunakan pendanaan eksternal seperti hutang. Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha5 Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Struktur Aset dan Kebijakan Hutang Struktur aset berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel (Yeniatie dan Destriana 2010). Perusahaan yang memiliki aktiva yang bisa diserahkan sebagai jaminan pinjaman, cenderung menggunakan hutang dalam jumlah yang besar Berikut model penelitian:
November 2013
(Weston et al. 1986). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha6 Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Risiko Bisnis dan Kebijakan Hutang Risiko merupakan ukuran ketidakpastian pengembalian yang akan diperoleh dari suatu investasi. Tingkat risiko bisnis harus menjadi perhatian badan usaha dalam membentuk struktur modalnya. Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi tentunya akan menghindari penggunaan hutang dalam mendanai perusahaan karena dengan menggunakan hutang risiko likuiditas perusahaan akan semakin meningkat (Gitman 2012). Dari penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha7 Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Dividen
Pertumbuhan Perusahaan Kebijakan Hutang Profitabilitas
Struktur aset Risiko Bisnis
76
Gambar 1 Model Penelitian
ISSN: 1410 -9875
Agustin Palupi
METODA PENELITIAN Metoda pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
purposive sampling. Di bawah ini merupakan hasil dari proses pemilihan sampel:
Tabel 1 Pemilihan Sampel Penelitian Kriteria Sampel Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011 Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir 31 Desember Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah Perusahaan yang memiliki operating income negatif selama periode penelitian Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional secara konsisten selama periode penelitian Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten selama periode penelitian Perusahaan yang tidak memiliki hutang jangka panjang Perusahaan yang menjadi sampel Total data penelitian
Jumlah 326 (5) (21) (86) (2) (128) (32) 52 156
Sumber: data yang dikumpulkan
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Kebijakan hutang (DEBT) menggambarkan total hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Hutang Jangka Panjang DEBT = Hutang Jangka Panjang + Ekuitas
Kepemilikan manajerial (INSD) merupakan besarnya kepemilikan manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial merupakan variabel dummy yang diwakili dengan angka 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan
perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan nilai 1 menunjukkan perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal (Yeniatie dan Destriana 2010). Kepemilikan institusional (INST) menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional pada akhir tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Jumlah Saham yang dimiliki Institusional INST =
Jumlah Saham yang Beredar
Dividen (DIVD) Secara umum dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Variabel ini merupakan rasio pembayaran dividen terhadap
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
earnings after tax (Dividen payout ratio). Pembayaran dividen dirumuskan dengan skala rasio sebagai berikut (Indahningrum dan Handayani 2009) : Dividen
DIVD =
Laba bersih setelah pajak
Pertumbuhan perusahaan (GROWTH) adalah tingkat perubahan total aset dari tahun ke tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Total Aktiva Akhir Tahun GROWTH =
Total Aktiva Awal Tahun
Profitabilitas (PROF) Profitabilitas (PROF) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa yang akan datang. Profitabilitas dirumuskan dengan skala rasio sebagai berikut (Indahningrum dan Handayani 2009) : PROF =
Operating Income Total Asset
Struktur aset (AST) merupakan komposisi jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): AST =
Aktiva Tetap Total Aktiva
HASIL PENELITIAN Hasil dari statistik deskriptif untuk menjelaskan mengenai
78
November 2013
Risiko bisnis (RISK) merupakan indikator ketidakstabilan harga saham dan return yang diterima pemegang saham. Risiko bisnis dihitung sebagai standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio (Yeniatie dan Destriana 2010): Riskit = STD Returnit Pi,i – Pi,t-1 Returnit = Pi,t-1 Keterangan Pi,i: Closing Price Bulanan Pi,t-1: Closing Price Bulan Sebelumnya Metoda Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression). Persamaan regresi dari hipotesis tersebut sebagai berikut: DEBT = a + b1(INSD) + b2(INST) + b3(DIVD) + b4(GROW) + b5(PROF) + b6(AST) + b7(RISK) + e Keterangan DEBT : Kebijakan hutang a : Konstanta b1-8 : Koefisien regresi INSD : Kepemilikan manajerial INST : Kepemilikan institusional DIVD : Kebijakan dividen GROW : Pertumbuhan perusahaan PROF : Profitabilitas AST : Struktur aset RISK : Risiko bisnis e : error term gambaran data penelitian dijelaskan sebagai berikut:
dapat
ISSN: 1410 -9875
Agustin Palupi
Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif N 156 156 156 156 156 156 156 156
INSD INST DIV GROW PROF AST RISK DEBT
Minimum 0 0,0512 0,0027 0,4941 0,0016 0,0092 0,0317 0,0001
Maximum 1 0,9818 1,3131 3,6481 0,6474 0,8711 0,7243 0,7154
Mean 0,49 0,656223 0,351525 1,185545 0,146733 0,316719 0,149344 0,199599
Std. Deviation 0,502 0,2183192 0,2164955 0,2996670 0,0962807 0,2091616 0,0919953 0,1651971
Sumber: Pengolahan data SPSS 15
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kepemilikan Manajerial (INSD) Frequency Percent Valid Cumulative Percent Percent Tidak Ada 79 50,6 50,6 50,6 Ada 77 49,4 49,4 100,0 Total 156 100,0 100,0 Sumber: Pengolahan data SPSS 15
Hasil dari pengujian normalitas residual dengan uji kolmogorov smirnov dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Residual Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan 0,193 Data berdistribusi normal Sumber: pengolahan data SPSS 15
Hasil pengujian normalitas residual menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada tabel 4 menunjukkan nilai asymp. sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal
Variabel INSD INST DIV GROW PROF
Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji asumsi dilakukan dengan multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi berikut ini:
klasik uji uji uji
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance VIF Keterangan 0, 882 0,923 0,843 0,933 0,835
Tidak terjadi 1,133 multikolinearitas Tidak terjadi 1,084 multikolinearitas Tidak terjadi 1,187 multikolinearitas Tidak terjadi 1,072 multikolinearitas Tidak terjadi 1,198 multikolinearitas
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Variabel AST RISK
Tolerance 0,889 0,805
VIF
November 2013
Keterangan
Tidak terjadi 1,124 multikolinearitas Tidak terjadi 1,243 multikolinearitas
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), pertumbuhan perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK) memiliki nilai
tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) dibawah 10. Hal ini berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen atau tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig Keterangan INSD 0,808 Tidak terjadi heteroskedastisitas INST 0,638 Tidak terjadi heteroskedastisitas DIV 0,535 Tidak terjadi heteroskedastisitas GROW 0,738 Tidak terjadi heteroskedastisitas PROF 0,283 Tidak terjadi heteroskedastisitas AST 0,536 Tidak terjadi heteroskedastisitas RISK 0,356 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: pengolahan data SPSS 15
Pada tabel 6 bisa dilihat bahwa variabel kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), pertumbuhan perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK)
Model
Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Sig Keterangan
1 RES_2
0,832
Sumber: pengolahan data SPSS 15
80
memiliki sig lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini menjelaskan bahwa adanya kesamaan varians pada variabelvariabel tersebut.
Tidak autokorelasi
terjadi
ISSN: 1410 -9875
Agustin Palupi
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa nilai sig res_2 adalah sebesar 0,832 lebih besar dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi pada penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Korelasi (R) Model R 1 0,487 Sumber: pengolahan data SPSS 15
Pada tabel 8 dapat dilihat nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,487. Nilai R kurang dari 0,5 menunjukkan hubungan yang lemah antara variabel kebijakan hutang (DEBT) sebagai variabel dependen dengan variabel independen yang
terdiri dari kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), pertumbuhan perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK)
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-square) Model Adjusted R-square 1 0,201 Sumber: pengolahan data SPSS 15
Tabel 9 menunjukkan nilai adjusted R-square sebesar 0,201 yang berarti variasi variabel dependen yaitu kebijakan kebijakan hutang (DEBT) dapat dijelaskan oleh variabel independen kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), dividen (DIV), pertumbuhan Tabel 10 Hasil Uji F Model 1
F 6,584
perusahaan (GROW), profitabilitas (PROF), struktur aset (AST) dan risiko bisnis (RISK) sebesar 20,1%, sedangkan sisanya sebesar 79,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dianggap tetap dan tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini.
Sig 0,000
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Tabel 10 menunjukkan nilai sig 0,000. Nilai sig lebih kecil dari 0,05 yang berarti model fit. Hal ini
menunjukkan bahwa data layak untuk digunakan dalam penelitian.
Tabel 11 Hasil Uji t Variabel INSD INST DIV
B 0.059 -0.158 -0.015
Sig 0.021 0.006 0.803
Keterangan Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Variabel GROW PROF AST RISK
B 0.068 -0.498 0.224 0.056
Sig 0.100 0.000 0.000 0.695
November 2013
Keterangan Tidak berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh
Sumber: pengolahan data SPSS 15
Persamaan regresi untuk variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: DEBT = 0,193 + 0.059INSD – 0,158INST – 0,015DIV + 0,068GROW –0,498PROF + 0,224AST + 0,056RISK + e Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan bahwa Variabel kepemilikan manajerial (INSD) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,021. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha1 diterima. Semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan semakin tinggi hutang, hal ini dikarenakan adanya kontrol yang baik dari manajerial sebagai pemegang saham untuk dapat melakukan investasi dengan lebih baik. Variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,006. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha2 diterima. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akan menurunkan menurunkan hutang. Hal ini menunjukkan dengan adanya kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan yang yang optimal sehingga pihak manajemen dapat berhati-hati
82
dalam pengambilan keputusan pendanaan melalui hutang. Variabel dividen (DIV) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,803. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha3 tidak dapat diterima. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang karena perusahaan melakukan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, kenaikan hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROW) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,100. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang sehingga Ha4 tidak dapat diterima. tidak semua Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi menggunakan hutang, karena perusahaan lebih memilih menggunakan dana internal untuk menjalankan kegiatan usahanya. Variabel profitabilitas (PROF) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variable profitabilitas terhadap kebijakan
ISSN: 1410 -9875
hutang sehingga Ha5 diterima. Perusahaan yang memiliki profitabilias tinggi akan menghasilkan dana yang yang banyak bagi perusahaan sehingga dapat menutup kewajiban ataupun pendanaan. sehingga dapat berkuranganya tingkat hutang pada perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan pertama kali perusahaan akan memilih pendanaan internal seperti laba ditahan, selanjutnya baru mencari pendanaan dari ekternal seperti hutang dan penerbitan saham. Variabel struktur aset (AST) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh dari variable struktur aset terhadap kebijakan hutang, yang berarti Ha6 diterima. Perusahaan yang mimiliki aset dalam jumlah yang banyak dapat mempermudah perusahaan dalam mendapatkan hutang, hal ini dikarenakan aset tersebut harus dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh hutang dari kreditur. Variabel risiko bisnis (RISK) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,695. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh dari variabel risiko bisnis terhadap kebijakan hutang sehingga Ha7 tidak dapat diterima. Hal ini disebabkan risiko bisnis perusahaan merupakan suatu keadaan yang sulit untuk diukur atau ditentukan secara pasti.
Agustin Palupi
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode penelitian hanya tiga periode, sehingga dirasakan terlalu singkat. Penelitian ini hanya menggunakan delapan variabel independen, padahal masih banyak variabel yang terkait terhadap kebijakan hutang. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah menambah periode penelitian, sehingga dapat memberikan hasil yang lebih berpengaruh antara variabel independen terhadap kebijakan hutang. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lainnya seperti ukuran perusahaan dan nilai perusahaan..
REFERENSI Amirya, Mirna dan Sari Atmini. 2008. Determinan Tingkat hutang sert Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai perusahaan: Persepektif Pecking Order Theory. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, No.2.
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Brigham, E. F., Louis C. Gapenski,. dan Michael C. Ehrhardt., 1999, Financial Management, Ninth Edition, New York: The Dryden Press Diana, Devi Nurvida Avri dan Gugus Irianto. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau dari Teori Keagenan. Emisi Vol. 1, No. 1, April, Hlm. 1 – 16. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence. 2010. Principle of Managerial Finance, (Thirteenth Edition). Boston: Pearson Education. Inc. Godfrey, at al. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Australia: John Willey. Gujarati, Damonar N. 2003. Basic Econometrics, (fourth edition). USA: McGraw-Hill. Harjito, D. Agus dan Nurfauziah. 2006. Hubungan Kebijakan Hutang, Insider Ownership dan Kebijakan Dividen dalam Mekanisme Pengawasan Masalah Agensi di Indonesia. JAAI Vol. 10, No. 2, Desember, Hlm. 121 – 136. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 11, No. 3, Desember, Hlm. 189 – 207. Indrawati, Titik dan Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada Perisahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000 – 2004. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 3, No. 1, Januari – Juni, Hlm. 77 – 105. Irawan, Arry. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan hutang dan Dampaknya pada Economic Value Added Perusahaan. Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi Vol. 1, No. 2, November, Hlm. 233 – 248. Kahar, Soleman H. Abdul. 2008. Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol. 12, No. 3, September, Hlm. 399 – 410. Larasari, Eva. 2011. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, kepemilikan Institusional dan kebijakan dividen terhadap kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis, TH. 16, No. 2, Juli. Michael dan Liliana Inggrit Wijaya. 2010. Pengaruh Risiko, Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, dan Aset Tetap Terhadap Kebijakan Dividen dan Kebijakan Utang. Manajemen & Bisnis, September, Vol. 9, No. 2, Hlm. 202 – 214. Moh’d et al. 1998. The Impact of Ownership Structure On Corporate Debt Policy: a Time-Series Cross-Sectional Analysis. The Financial Review, August, Page: 85 – 98. Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 7, No. 1, Pebruari, Hlm. 15 – 24.
84
ISSN: 1410 -9875
Agustin Palupi
Puryandani, Siti. 2011. Perbedaan kebijakan Hutang dari Sudut Pandang Managerial Ownership dan Free Agent. Dinamika Sosial Ekonomi Vol. 7, No. 2, Edisi November. Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, September, Vol. 12, No. 3, Hlm. 384 – 398. Steven dan Lina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember, Vol. 13, No.3, Hlm. 163 – 181. Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Kepemilikan Saham, Kebijakan Dividen, Karakteristik Perusahaan, Risiko Sistematik, Set Peluang Investasi dan Kebijakan Hutang. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 3, Desember, Hlm. 195 – 210. Susilawati, R. Anastasia Endang. 2010. Analisis Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi Modernisasi Vol. 6, No. 2, Juni. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Januari, Hlm. 1 – 16. Weston, J. Fred dan Brigham Eugene F.. 1986. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2 Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. Wihananto. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur Publik. Kajian Akuntansi Volume 4, No. 1, Juni, Hlm. 40 – 52. Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 12, No. 1, April, Hlm. 1 – 16.
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
86
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 87-102
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAANYANGTERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANWAR HARSONO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The objective of this research is to analyze factors that influence dividend payout ratio in firms listed at Indonesian Stock Exchange. Factors that might influence dividend payout ratio, such as debt to equity, earning per share, price per share, return on investment, cash position, net profit margin, inventory turnover, return on equity, firm size, and growth potential. Samples in this research use 35 firms from non financial companies listed at Indonesian Stock Exchange besides Bank that issued audited financial statement for period of 2007-2011. This research use descriptive statistic, normality test by one sample kolmogorov-smirnov, tests on classical assumptions, and multiple regression. The result of this research is return on investment and cash position variabel had significant influence fowards dividend payout ratio. Whereas the other variables, debt to equity, earning per share, price per share, net profit margin, inventory turnover, return on equity, firm size, and growth potential had not significant influence to dividend payout ratio. Keywords: Debt to Equity, Earning Per Share, Price Per Share, Return on Investment, Cash Position, Net Profit Margin, Inventory Turnover, Return on Equity,Firm Size, and Growth Potential. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi rasio pembayaran dividen, seperti debt to equity, laba per kembar saham, harga per saham, laba atas investasi, posisi kas, net profit margin, perputaran persediaan, return on equity, ukuran perusahaan, dan potensi pertumbuhan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 35 perusahaan dari perusahaan keuangan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selain Bank, yang mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk periode 2007-2011. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji normalitas dengan satu sampel kolmogorov smirnov, tes pada asumsi klasik, dan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah variabel laba atas investasi dan posisi kas memiliki pengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen. Sedangkan variabel lain, debt to equity, laba per
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
lembar saham, harga per saham, net profit margin, perputaran persediaan, return on equity, ukuran perusahaan, dan potensi pertumbuhan memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap rasio pembayaran dividen. Kata kunci: Debt to Equity, Laba per Lembar Saham, Harga Per Saham, Laba atas Investasi, Posisi Kas, Net Profit Margin, Perputaran Persediaan, Return on Equity, Ukuran Perusahaan, dan Potensi Pertumbuhan. PENDAHULUAN Investasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong perusahaan agar dapat memaksimalkan nilai dari suatu perusahaan. Manajemen mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan, yaitu dalam memilih sumber-sumber investasi mana yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaannya, serta menetapkan kebijakan dividen. Isu riset terpenting dari penelitian ini adalah kebijakan dividen merupakan penentu besar nya porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai retained earning serta kebijakan dividen sangat penting karena berkaitan dengan kesejahteraan pemegang saham dan kelangsungan hidup perusahaan (Hui-hui dan Lina 2011). Berbagai pertimbangan mengenai penetapan jumlah yang tepat untuk dapat dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen (Ross 1997 dalam Suharli 2006). Untuk dapat menyatakan opsi investasi dimasa yang akan datang tidak hanya sekedar ditunjukkan dengan adanya suatu proyek yang didukung dengan pengembangan riset saja tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam
88
mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam suatu kelompok industri (Gaver dan Gaver 1993 dalam Sinarahardja dan Yuningsih 2006). Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian besar didanai internal equity maka akan mempengaruhi jumlah dividen yang dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang jumlah dividen. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar (Surasmi 1998 dalam Sinarahardja dan Yuningsih 2006). Untuk itulah manajer harus dapat menentukan kebijakan dividen yang memberikan keuntungan kepada investor, di sisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Manajemen harus dapat menentukan komposisi yang tepat antara besarnya laba yang akan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dan digunakan untuk membeli saham kembali atau laba tersebut akan ditahan sebagai sumber pendanaan internal (Waluyo 2006). Keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak seluruhnya untuk
ISSN: 1410 -9875
keperluan pendanaan operasional, perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya dividen yang akan diberikan kepada pemegang saham dan juga besarnya laba yang akan ditahan untuk dapat mengembangkan perusahaannya (Fahrurrozi 2007). Setiap perubahan yang terjadi dalam kebijakan dividen akan memilih dua dampak berlawanan dimana jika dividen dibayarkan seluruhnya maka kepentingan laba ditahan akan terabaikan. Sebaliknya, jika laba ditahan semua maka kepentingan pembayaran dividen bagi pemegang saham akan terabaikan. Dalam hal ini perusahaan harus dapat membuat keputusan kebijakan dividen yang optimal agar dapat menciptakan keseimbangan antara dividen dan laba yang akan ditahan. (Hui-hui dan Lina 2011). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Fahrurrozi (2007) diperluas dan dikembangkan lagi dari penelitian yang ada sebelumnya, dengan menambah 2 variabel baru yaitu firm size dan growth potential. Ukuran perusahaan (Firm Size) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen lebih besar kepada pemegang saham. Variabel ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Nuringsih (2005). Potensi pertumbuhan (Growth Potential) perusahaan menyatakan bahwa semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai perluasan. Semakin
Anwar Harsono
besar kebutuhan dana dimasa yang akan datang semakin besar pula perusahaan untuk menahan labanya sebagai laba ditahan sehingga pembayaran dividen menjadi berkurang. Penelitian ini mengacu kepada penelitian Hui-hui dan Lina (2011). Pada penelitian sebelumnya data yang digunakan adalah selama empat tahun berturut-turut, dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Sedangkan dalam penelitian ini data yang digunakan adalah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, yakni selama empat tahun berturut-turut. Penelitian ini menggunakan data tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 agar informasi yang dapat dilaporkan dalam penelitian ini lebih akurat dan aktual. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah ingin memberikan bukti empiris mengenai pengaruh debt to equity, earning per share, price earning ratio, return on investment, cash position, net profit margin, inventory turnover, return on equity, firm size, dan growth potential terhadap kebijakan dividen. Teori Keagenan. Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham sering bertentangan sehingga dapat terjadi konflik diantaranya. Hal tersebut sering terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi sedangkan pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manager karena hal tersebut menambah biaya bagi perusahaan dan akan menurunkan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
saham. Akibat dari perbedaan itulah maka terjadi konflik yang biasa di sebut agency conflict. Untuk mengawasi dan menghalangi perilaku oportunis manager maka pemegang saham harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan tersebut yang disebut cost agency (Dewi, 2008). Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konfilik antara prinsipal dan agen. Dalam teori keagenan, prinsipal adalah pemegang saham dan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. salah satu hipotesis teori agensi ini menyatakan manajemen berupaya untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri dengan meminimumkan koskos keagenan yang timbul dari pemantauan dan penyelanggaraan kontrak. Ketika manajemen berupaya untuk meningkatkan kompensasinya, manajemen harus melakukannya dalam rangka meningkatkan income bersih. Pengertian Dividen. Dividen adalah sebagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk cash dividend atau stock dividend. Sedangkan capital gain adalah selisih antara harga jual saham dengan harga beli saham, dimana harga jualnya lebih tinggi daripada harga belinya (Sunarto dan Kartika 2003). Didalam melakukan suatu usaha kegiatan berinvestasi merupakan kegiatan spekulasi dengan memperhitungkan tingkat keuntungan (return) dan resiko (risk) yang mungkin akan terjadi. Dividen ini dikaitan dengan reaksi
90
November 2013
pasar. Reaksi pasar ini dapat dilihat dari tingkat perubahan harga saham atau perubahan volume saham yang diperdagangkan. Kebijakan Dividen. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Dewi 2008). Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan (Hatta 2002). Debt to Equity. Debt to equity mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Sudarsi 2002). Earning per share. Earning per share menggambarkan laba bersih yang diperoleh selama periode tertentu untuk setiap lembaran saham yang dimiliki perusahaan (Fahrrurozi, 2007). Pada umumnya, nilai perusahaan biasanya menjadi perhatian bagi calon pemegang saham. Earning per share yang tinggi umumnya yang diinginkan
ISSN: 1410 -9875
oleh pemegang saham perusahaan (Detiana 2009).
Anwar Harsono
dan
Price earning ratio. Price earning ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Price earning ratio digunakan untuk menilai saham perusahaan untuk mengetahui jumlah uang dimana investor bersedia membayar untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. Price earning ratio menggambarkan besarnya porsi harga per lembar saham terhadap laba perusahaan (Hui-hui dan Lina 2011). Return on investment. Return on investment merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi semakin besar. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen dan capital gain. (Sunarto dan Kartika 2003). Cash position. Cash position mencerminkan bahwa perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan besar kemampuannya untuk membayar dividen. Sudarsi (2002) menyatakan cash position merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan langsung bagi kebijakan dividen. Net profit margin. Net profit margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. (Gitman 2006 dalam Deitiana 2009). Inventory Turnover. Inventory Turnover menurut Gitman (2006) dalam Deitiana (2009) menyatakan bahwa perputaran persediaan (inventory turnover) umumnya mengukur aktivitas, atau disebut juga sebagai likuiditas dari suatu perusahaan adalah persediaan tersebut. Return on equity. Return on equity (ROE) mengukur berapa besar pengambilan yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal yang dia setorkan untuk bisnis tersebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya (Deitiana 2009). Firm Size. Firm Size (Ukuran perusahaan) dapat diproksi dari besarnya sales perusahaan. Perusahaan yang total salesnya besar biasanya sudah mencapai kemapanan, sehingga memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, demikian sebaliknya (Waluyo 2006). Growth Potential. Growth Potential (Potensi Pertumbuhan) menyatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
membayar dividen, sehingga potensi pertumbuhan sebagai salah satu faktor penentu terpenting terhadap dividen (Lintner 1956 dalam Sunarto dan Kartika 2003). Debt to equity perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrrurozi (2007) menemukan bahwa Debt to equity mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan kebijakan dividen. DER yang semakin tinggi akan menunjukkan utang perusahaan yang semakin tinggi akibatnya dividen yang akan dibagikan menjadi berkurang. Deitiana (2009) menemukan bahwa debt to equity tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Rasio ini merupakan perbandingan antara dana dari pihak luar dengan dana perusahaan yang dimasukkan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas hipotesis alternatif yang akan diuji adalah sebagai berikut: Ha1 : Debt to equity berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Earning per share terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrrurozi (2007) menemukan hubungan antara earning per share memiliki hubungan yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi EPS maka semakin tinggi juga dividennya dan sebaliknya jika EPS rendah maka dividennya akan rendah. Hal ini konsisten dengan Sunarto dan Kartika (2003) menemukan bahwa earning per share berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Ha2 : Earning per share berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
92
November 2013
Price earning ratio terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrrurozi (2007) menemukan bahwa hubungan antara price earning ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan apabila PER tinggi berarti harga pasar akan tinggi dengan laba persaham juga tinggi. Penelitian ini juga didukung dengan penelitian Hui-hui dan Lina (2011) yang menemukan bahwa price earning ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kebijakan dividen hal ini dikarenakan semakin tinggi PER semakin tinggi pula dividend yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Ha3 : Price earning ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Return on investment terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrrurozi (2007) menemukan bahwa hubungan antara return on investment memiliki hubungan yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti apabila ROI semakin tinggi maka kebijakan pembagian dividennya semakin tinggi juga. Hal ini didukung oleh penelitian Sunarto dan Kartika (2003) menemukan bahwa return on investment tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini mengindikasikan bahwa ROI tidak dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pembayaran besarnya dividen kas, sehingga para pemegang saham tersebut tidak terlalu penting untuk mempertimbangkan ROI ketika pemegang saham tersebut mengharapkan besarnya dividen kas
ISSN: 1410 -9875
yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Ha4 : Return on investment berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Cash Position terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarsi (2002) menemukan bahwa hubungan antara cash position tidak berpengaruh secara signifikan dengan kebijakan dividen. Hal ini berarti semakin kuatnya posisi kas perusahaan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Hui-hui dan Lina (2011) yang menemukan bahwa hubungan antara cash position berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan semakin tinggi posisi kas suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk membayarkan dividen. Ha5 : Cash position berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Net profit Margin terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrrurozi (2007) menemukan hubungan antara net profit margin berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini berarti NPM yang semakin tinggi menunjukkan laba yang diperoleh perusahaan dari penjualan yang tinggi. Dikarenakan dividen berasal dari bagian laba yang dibagikan, tentunya besarnya nilai laba akan sangat menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan. Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Hui-hui dan Lina (2011) yang menemukan hubungan antara Net
Anwar Harsono
profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha6 : Net profit margin berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Inventory turnover terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang diluakan oleh Fahrrurozi (2007) menemukan bahwa hubungan antara inventory turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti semakin tinggi inventory turnover maka kebijakan pembagian dividen semakin tinggi juga. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Deitiana (2009) menemukan bahwa inventory tunover tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Ha7 : Inventory turnover berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Return on equity terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan Detiana (2009) menemukan bahwa hubungan antara return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini berarti ROE untuk mengetahui berapa besar pengembalian yang diperoleh oleh pemilik bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Fahrrurozi (2007) yang menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, semakin besar ROE menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian return yang semakin besar.
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Ha8 : Return on berpengaruh terhadap dividen.
equity kebijakan
Firm Size perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Hatta (2002) menemukan bahwa hubungan antara ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti besarnya perusahaan memainkan peran penting dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan. Penelitian ini tidak konsisten dengan Nuringsih (2005) menemukan hubungan antara ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar akan mudah untuk memasuki pasar modal sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar ini kepada pemegang saham. Ha9 : Firm size berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Growth Potential perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Huihui dan Lina (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap kebijakan
November 2013
dividen. Potensi pertumbuhan menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan kebijakan dividen yang akan dibayarkan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Taswan (2003) menemukan bahwa hubungan antara pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Menyatakan bahwa pertumbuhan aset masa lalu akan merefleksikan profabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan datang sehingga manajer tidak segan-segan untuk menginvestasikan dananya sebagai modal perusahaan. Ha10 : Growth Potential berpengaruh terhadap kebijakan dividen. METODE Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2007-2010 dengan jumlah sampel sebanyak 35 perusahaan. data yang digunakan adalah laporan keuangan dari tahun 2007-2011.
Tabel 1. Prosedur Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaaan Perusahaan-perusahaan Non Keuangan yang terdaftar 372 di BEI dari tahun 2007-2011
94
Perusahaan-perusahaan Non Keuangan yang data laporan keuangannya tidak tersedia secara konsisten.
(78)
Perusahaan-perusahaan Non Keuangan yang tidak membagikan dividen tunai secara konsisten dari tahun 2008-2011 Total perusahaan Non Keuangan yang dijadikan sampel
(259) 35
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Keterangan Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini pada periode 2007-2010 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya. Debt to equity ratio menunjukkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat memenuhi seluruh kewajibannya Debt to equity
Perusahaaan 140
kepada pihak luar. Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya porsi kewajiban terhadap modal sendiri yang dimiliki perusahaan (Fahrurrozi, 2007): Total Debt
= Total Equity
Earning per share merupakan proporsi laba bersih yang diperoleh selama periode tertentu untuk setiap lembaran saham yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur Earning Earning Per Share = Number of Price Earning Ratio menggambarkan tingkat ekspektasi investor terhadap earning yang mungkin akan dihasilkan oleh perusahaan dimasa yang akan
pendapatan per lembar saham yang dihitung dari total keuntungan (EAT) terhadap jumlah lembar saham yang beredar (Sunarto dan Kartika, 2003): available for common stockholders shares of common stock outstanding datang. Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya porsi harga perlembar saham terhadap laba perusahaan (Fahrurrozi, 2007): Closing Price
Price Earning Ratio = Earning Per Share
Return on investment menunjukkan besarnya laba yang diperoleh dari investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio ini merupakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan (Sunarto dan Kartika, 2003): Earning After Tax
Return on investment
= Total Asset
Cash position merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan
oleh manajemen pengaruhnya dapat
sehingga dirasakan
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
secara dividen. outflow kuatnya semakin
langsung Dividen dengan posisi kas besar
bagi kebijakan merupakan cash demikian makin perusahaan akan kemampuannya
November 2013
untuk membayar dividen Rasio ini merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax (Sudarsi, 2002): Ending Cash Balance
Cash Position
= Earning After Tax
Net Profit Margin menunjukkan besarnya porsi laba bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan yang dilakukan Net Profit Margin
perusahaan. Rasio ini merupakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih (Fahrurrozi, 2007): Earning After Tax
=
Inventory Turnover menunjukkan tingkat perputaran persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini
Net Sales merupakan untuk mengukur harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata (Fahrurrozi, 2007): Cost of Good Sold
Inventory Turnover = Average Inventory Return on Equity menunjukkan kemampuan perusahaan dari modal perusahaan itu sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi para
pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih dengan modal (Fahrurrozi, 2007):
Earning available for common stockholders Return on Equity
= Common stock equity
Firm size menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditinjau dari nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun. Firm size dapat di ukur dengan menggunakan log natural dari total asset perusahaan (Nuringsih, 2005): Firm Size = Log Natural (Total Asset) Growth Potential menunjukkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan suatu perusahaan.
96
Faktor ini berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena, semakin besar tingkat pertumbuhan perusahaan akan dapat membiayai perluasan dari usahanya. Kebutuhan dana yang semakin besar dimasa yang akan datang membuat perusahaan menahan labanya, bukan membayarkannya sebagai dividen. Rasio ini digunakan untuk mengukur potensial pertumbuhan dari suatu perusahaan dengan menggunakan total asset (Sudarsi ,2002):
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Total Asset t – Total Asset t-1 Growth Potential
= Total Asset t-1
Variabel Dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Dividend payout ratio adalah rasio pembayaran dividen
yang diukur dengan perbandingan dividen kas dengan laba bersih (Huihui dan Lina, 2011): Cash Dividend
Dividend payout ratio
= Net Income
Penelitian ini menggunakan model empiris untuk menguji hipotesis yang diilustasikan sebagai berikut : Y=a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4 X4 + b5X5+ b6 X6 + b7X7+ b8X8+ b9X9+ b10X10+e Dalam hal ini Y= Kebijakan dividen, X1=Debt to Equity, X2=Earning per
Share, X3=Price Earning Ratio, X4= Return on Investment, X5= Cash Position, X6= Inventory Turnover, X7= Net Profit Margin, X8= Return on Equity, X9= Firm Size, X10= Growth Potential, e = Error
Tabel 2. Statistik Deskriptif N 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140
DPR DER EPS PER ROI CP NPM IT ROE FS GP
Minimum Maximum Mean 0,015 1,215 0,408 0,077 7,448 1,171 0,18 1.480.000 204,681 0,048 66,667 3,239 0,008 0,392 0,118 0,033 6,285 1,581 0,004 1,409 0,102 0,634 12,392 3,341 0,003 3,236 0,23 8,064 14,053 12,29 -1.000 0,826 0,137
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
Std. Error
(Constant)
-.286
.323
DER
-.007
.021
EPS
0,000001
.000
Std. Deviation 0,246 1,108 280,418 9,021 0,076 1,203 0,129 2,284 0,288 0,875 0,206
t
Sig.
Beta -0,886
0,377
-.033
-0,347
0,729
-.133
-1,572
0,118
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Unstandardized Coefficients B
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
PER
-.001
.002
-.022
-0,253
0,801
ROI
1.825
.408
.565
4,471
0,000
CP
.052
.019
.255
2,78
0,006
NPM
-.244
.164
-.128
-1,486
0,14
IT
-.007
.009
-.068
-0,836
0,405
ROE
-.161
.084
-.189
-1,915
0,058
FS
.044
.025
.157
1,753
0,082
GP
-.176
.098
-.148
-1,795
0,075
Debt to Equity nilai signifikan Debt to Equity lebih besar yaitu 0.729 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke satu tidak dapat diterima, artinya variabel Debt to Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Fahrrurozi (2007) dan Suharli (2007) tetapi tidak konsisten dengan penelitian Nuringsih (2005) dan Dewi (2008). Earning per share nilai signifikan Earning per share lebih besar yaitu 0.118 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke dua tidak dapat diterima, artinya variabel Earning per share tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Fahrrurozi (2007) dan Sunarto dan Kartika (2003). Price Earning Ratio nilai signifikan Price Earning Ratio lebih besar yaitu 0.801 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke tiga tidak dapat diterima, artinya variabel Price Earning Ratio tidak berpengaruh secara signifikan
98
November 2013
terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Fahrrurozi (2007), tetapi tidak konsisten terhadap penelitian Detiana (2009). Return on Investment nilai signifikan Return on Investment lebih kecil yaitu 0.000 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke empat dapat diterima, artinya variabel Return On Investment berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Fahrrurozi (2007) dan Sunarto dan Kartika (2003). Cash Position nilai signifikan Cash Position lebih kecil yaitu 0.006 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke lima dapat diterima, artinya variabel Cash Position berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Sudarsi (2002), akan tetapi konsisten dengan hasil penelitian Hui-hui dan Lina (2011). Net Profit Margin nilai signifikan Net Profit Margin lebih besar yaitu 0.140 dari 0,05. Hal ini
ISSN: 1410 -9875
menunjukkan bahwa hipotesis ke ke enam tidak dapat diterima, artinya variabel Net Profit Margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Fahrrurozi (2007). Inventory Turnover nilai signifikan Inventory Turnover lebih besar yaitu 0.405 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke tujuh tidak dapat diterima, artinya variabel Inventory Turnover tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Fahrrurozi (2007. Return on Equity nilai signifikan Return on Equity lebih besar yaitu 0.058 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke delapan tidak dapat diterima, artinya variabel Return on Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Detiana (2009). Firm Size nilai signifikan Firm Size lebih besar yaitu 0.082 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke sembilan tidak dapat diterima, artinya variabel Firm Size tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nuringsih (2005), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Hatta (2002) dan Dewi (2008). Growth Potential nilai signifikan Growth Potential lebih besar yaitu 0.075 dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ke sepuluh tidak dapat diterima, artinya variabel Growth Potential tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil
Anwar Harsono
penelitian ini konsisten dengan Huihui dan Lina (2011) dan Sudarsi (2002). PENUTUP Kesimpulan, Keterbatasan, dan Rekomendasi. Setelah melakukan penelitian ini makan diperoleh kesimpulan sebagai berikut bahwa return on investment, dan cash position berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan variabel debt to equity, earning per share, price earning ratio, net profit margin, inventory turnover, return on equity, firm size, dan growth potential tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya sebahai berikut 1). Periode penelitian yang digunakan relatif singkat yaitu dari tahun 2007-2010, 2). Dalam pengujian sampel perusahaan tidak dikelompokan sesuai dengan jenis industrinya, 3). Dalam penelitian ini hanya menggunakan 10 variabel yang dianggap berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Beberapa rekomendasi yang diperlukan dalam rangka mengatasi keterbatasan yang ada adalah 1). Menggunakan sampel dengan tahun pengamat yang lebih panjang atau luas, 2). Melakukan pengelompokkan sesuai dengan jenis usaha masing-masing perusahaan, 3). Melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor penentu kebijakan dividen secara lebih luas, misalnya memperhatikan agency cost dan kepemilikan majerial yang mungkin dapat memberikan variasi yang lebih besar dalam menjelaskan variasi dalam penelitian selanjutnya.
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
DAFTAR REFERENSI Almilia, Luciana Spica dan Meliza Silvi. 2006. Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial dengan Teknik Analisis Multinomial Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 6, No. 1, hlm. 13-23. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11, No. 1, hlm 57-64. Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.10, No. 1, hlm. 47-58. Fabrurrozi. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Kebijakan Pembagian Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen, Vol.7, No. 7, hlm 29-42. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hatta, Atika J. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 6, No. 2, hlm 1-22. Hui-Hui dan Lina. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. XV, No. 03, hlm 344-359. Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisinis edisi pertama. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM. Inneke, Theoral Maria dan Supatmi. 2008. Analisis Investment Opportunity Set (IOS) Dan Profitabilitas Dalam Memoderasi Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Tingkat Leverage Perusahaan. Jurnal Akuntansi, No. 3, hlm 277-288. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfeild. 2007. Intermediate Accounting. 12 Edition, USA: Wiley International Edition. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, Roa dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No.2, hlm. 103-123. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sinarahardja dan Isnani Yuningsih. 2006. Analisis Perbedaan Nilai Perusahaan Tumbuh Dan Tidak Dapat Tumbuh Melalui Pendekatan Pengaruh IOS
100
ISSN: 1410 -9875
Anwar Harsono
Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Telaah Manajemen, Vol.1, No.2, hlm 79-93. Sudarsi, Sri. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Industri Perbankan Yang Listed Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9, No.1, hlm 76-88. Suharli, Michell. 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dan Harga Saham Terhadap Jumlah Dividen Tunai: Studi 2002-2003. Jurnal Akuntansi, Vol.6 No.2, hlm 224-242. Sunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 10, No. 1, hlm. 67-82. Vidyantie, Deasy Nathalia dan Ratih Handayani. 2006. The Analysis Of The Effect Of Debt Policy, Dividend Policy, Institutional Investor, Bussiness Risk, Firm Size, And Earning Volatility To Managerial Ownership Based On Agency Theory Perspective. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.8, No.2, hlm 19-33. Waluyo, Fx. Agus Joko. 2006. Analisis Dividend Policy Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi, Vol. 6, No. 2, hlm. 185-194.
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
102
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 103-122
ISSN: 1410 -9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN ANTON HERDIANTO STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze empirically the influence of sales growth ratio, tangibility, return on asset ratio, dividend payout ratio, growth of asset, size, liquidity, times interest earned, and business risk toward capital structure. This study wants to compare the result from previous research with this research. Sample of this research are listed non- financial company in Indonesia Stock Exchange from 2010–2012. The samples are collected using purposive sampling method and there are 59 companies meet those criteria for samples. This research uses multiple regression method for data analysis. The result of this research shows that tangibility, return on asset, growth of asset, and liquidity have influence toward capital structure, the other independent variables sales growth rate, dividend payout ratio, size, non-debt tax shield, times interest earned, business risk do not have influence toward capital structure. Keywords:
Capital Structure, Sales Growth Ratio, Tangibility, Return on Asset, Dividend Payout Ratio, Growth of Asset
Abstract: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara empiris pengaruh rasio pertumbuhan penjualan, tangibility, return on asset ratio, rasio pembayaran dividen, pertumbuhan aset, ukuran, likuiditas, times interest earned, dan risiko bisnis terhadap struktur modal. Penelitian ini ingin membandingkan hasil dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Sampel penelitian ini adalahperusahaan non keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2012. Sampel dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling dan ada 59 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tangibility, return on asset, pertumbuhan aset, dan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal, variabel independen lainnya tingkat pertumbuhan penjualan, rasio pembayaran dividen, ukuran, non-debt tax shield, times interest earned, risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Kata kunci: Struktur Modal, Rasio Pertumbuhan Penjualan, Tangibility, Return on Asset, Rasio Pembayaran Dividen, Pertumbuhan Aset
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan yang semakin ketat tentu tidak dapat dielakkan. Perusahaan-perusahaan semakin gencar untuk melakukan ekspansi atau perluasan yang dimulai dari dalam negeri hingga mencapai ke luar negeri. Perusahan harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada serta stabilitas keuangan di perusahaan agar dapat tetap bertahan dan bersaing dalam bisnis di era globalisasi ini. Perusahaan tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk mengembangkan usahanya serta menjaga stabilitas keuangan perusahaan. Sukses atau gagalnya suatu bisnis tentu akan sangat ditentukan oleh ketersediaan modal pada awal didirikan atau saat berkembangnya suatu bisnis. Hal ini dikarenakan perusahaan akan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menjadi stabil yang sering diukur dengan perolehan laba. Dalam periode ini perusahaan tentu akan membutuhkan dana yang tidak sedikit, baik untuk pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang. Peran manajemen keuangan tentu akan sangat dibutuhkan. Manager keuangan dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hal pembiayaan modal perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan (kontinuitas) perusahaan. Manager keuangan diharapkan mampu memperoleh dana yang dibutuhkan dengan biaya (cost) rendah dan syarat-syarat yang menguntungkan pihak perusahaan. Masing–masing dana tersebut tentu memiliki sifat dan risiko
104
November 2013
sendiri, karena itu seorang manager keuangan harus cermat dalam mempertimbangkan sumber dana yang akan dipilih. Terdapat beberapa sumber dana yang dapat dipilih oleh manager keuangan, seperti hutang,saham preferen, saham biasa, ataupun retained earning. Dalam hal ini perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pendanaannya melalui kombinasi antara pendanaan internal dan eksternal tergantung pada kondisi perusahaan guna tercapainya struktur modal yang optimal. Berbagai teori mengenai struktur modal dapat menjelaskan perilaku pengambilan keputusan struktur modal oleh pihak manajeman perusahaan, seperti agency theory, trade-off theory, agency theory, signaling dan asymmetric information. Peneliti termotivasi untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu mengetahui pengaruh apakah rasio pertumbuhan penjualan, tangibilitas, return on asset ratio, dividend payout ratio,rasio pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, non-debt tax shield, likuiditas, times interest earned, dan risiko bisnis sebagai faktor yang akan diteliti secara parsial terhadap keputusan struktur modal perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen yaitu struktur modal. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan yaitu pertama pendahuluan yang menguraikan mengenai isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah, dan
ISSN: 1410 -9875
tujuan serta sistematika penulisan. Kedua yaitu rangkaian teoritis yang memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan untuk mengembangkan hipotesis. Ketiga yaitu metoda penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operational, dan pengukuran variabel. Keempat yaitu hasil penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan penelitian. kelima yaitu bagian penutup yang menguraikan mengenai simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pecking Order Theory Pecking Order Theory merupakan salah satu teori mengenai struktur modal. Pecking Order dapat didefinisikan sebagai hierarki pendanaan yang dimulai dengan laba ditahan (pendanaan internal), yang kemudian diikuti oleh pendanaan melalui hutang dan terakhir pendanaan eksternal ekuitas (Gitman 2012). Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan cenderung lebih banyak menggunakan hutang (Firnanti 2011). Agency Theory Agency theory merupakan sebuah teori yang menekankan terhadap hubungan antara pemegang saham dengan agen
Anton Herdianto
(manajer perusahaan). Jensen dan Meckling mendeskripsikan hubungan agensi timbul saat terdapat kontrak di antara satu pihak (principal) dengan pihak lain (agent) untuk menjalankan beberapa jasa untuk kepentingan principal (Godfrey et al. 2010). Agency problem terbentuk dari hubungan ini, bukan hanya hubungan antara pemilik dan manager tetapi juga hubungan antara pemilik perusahaan dengan pemberi pinjaman dana (Gitman 2012). Berkaitan dengan hubungan antara manager dan pihak-pihak tersebut, tentu dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh manager. Trade-off Theory Trade-off Theory pada struktur modal dapat menjelaskan perbedaan struktur modal yang ditargetkan perusahaan. Financial distress, bankruptcy cost dan agency cost menjadi dasar atas trade-off theory. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, di mana penghematan pajak (tax shield) dari tambahan hutang sama dengan biaya yang berasal dari peningkatan probabilitas financial distress (Seikh dan Wang 2011). Trade-off Theory mempunyai implikasi bahwa manager akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya financial distress dalam penentuan struktur modal. Rasio hutang yang optimal ditentukan berdasarkan perimbangan antara manfaat dan biaya kebangkrutan karena perusahaan memiliki hutang.
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Asymetric Information Theory dan Signaling Theory Teori ini menyatakan bahwa dalam pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Dalam Asymetric Information theory mengemukakan manajer memiliki informasi yang lebih banyak mengenai prospek dan risiko yang dihadapi perusahaan (Gitman 2012). Kondisi tersebut memungkinkan manajer untuk mengambil keputusan termasuk keputusan mengenai pendanaan dalam perusahaan. Firnanti (2011) menyatakan bahwa bagi teori ini besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi lebih tertutup atau terbukanya perusahaan untuk membagi informasi perusahaan ke pihak informasi kepada pihak luar. Signaling theory melihat bagaimana reaksi investor terhadap kenaikan hutang. Seorang investor yang rasional kemungkinan menyimpulkan nilai suatu perusahaan dari tingkat hutang yang lebih tinggi (Ross et al. 2009). Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi dapat dianggap sebagai perusahaan yang memiliki kredibilitas tinggi serta yakin dengan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Investor diharapkan menangkap sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus. Rasio Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Rasio pertumbuhan penjualan menunjukkan persentase kenaikan atau penurunan penjualan perusahaan jika dibandingkan antara periode yang sekarang dengan periode sebelumnya. Dalam
106
November 2013
penelitian Riaz dan Afzal (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh yang positif. Sumani dan Rachmawati (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara rasio pertumbuhan penjualan dengan struktur modal. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Furi dan Saifudin (2012) menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha1 Rasio Pertumbuhan Penjualan mempengaruhi keputusan struktur modal. Tangibilitas dan Struktur Modal Tangibilitas suatu perusahaan ditunjukkan oleh rasio aset tetap dari perusahaan tersebut untuk melihat berapa komposisi aset tetap perusahaan dari keseluruhan aset yang dimiliki yang dapat dijadikan jaminan dalam menerbitkan hutang. Pada penelitian Riaz dan Afzal (2011) tangibilitas memberikan pengaruh yang positif terhadap struktur modal terutama untuk textile, sugar, and chemical sectors. Hasil tersebut juga terdukung dengan hasil penelitian Awan et al. (2011), Joni dan Lina (2010), Liem et al. (2013) serta Kartika (2009). Penelitian Seikh dan Wang (2011) menyatakan bahwa tangibilitas berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal perusahaan. Namun, hasil penelitian Liu dan Ning (2009), Furi dan Saifudin (2012), serta Seftianne dan Handayani (2011) menyatakan tidak terdapat pengaruh antara tangibilitas dan struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut.
ISSN: 1410 -9875
Ha2 Tangibilitas pada asset mempengaruhi keputusan struktur modal. Return on Asset Ratio terhadap Struktur Modal Return on Asset merupakan salah satu rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan dalam mengendalikan profit melalui aset yang tersedia. Return on asset ratio merupakan salah satu rasio yang mengukur profitabilitas perusahaan. Menurut penelitian Riaz dan Afzal (2011) Return on Asset berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Seikh dan Wang (2011), Awan et al (2011), Kartika (2009), Liem et al. (2013), Baral (2004) serta Joni dan Lina (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Sumani dan Rachmawati (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara profitabilitas dan struktur modal. Seftianne dan Handayani (2011) serta Furi dan Saifuddin (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara return on asset dan struktur modal perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha3 Return on Asset Ratio mempengaruhi keputusan struktur modal Dividend Payout Ratio terhadap Struktur Modal Dividend payout Ratio merupakan persentase dari laba perusahaan didistribusikan oleh perusahaan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas (Gitman 2012). Riaz dan Afzal (2011) dalam hasil penelitiannya
Anton Herdianto
menunjukkan bahwa Dividend Payout memiliki pengaruh yang negatif terhadap struktur modal. Penelitian Sumani dan Rachmawati (2012) serta Maftukhah (2013) menyatakan terdapat pengaruh positif antara dividend payout ratio dengan struktur modal. Joni dan Lina (2010) dan Baral (2004) yang menyatakan bahwa dividend payout ratio tidak mempengaruhi keputusan struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha4 Dividend Payout Ratio mempengaruhi keputusan struktur modal. Rasio Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal Rasio pertumbuhan aktiva merupakan suatu rasio yang menunjukkan persentase kenaikan aset yang dimiliki perusahaan pada periode sekarang jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Firnanti (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara pertumbuhan aktiva dengan struktur modal. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian dari Liu dan Ning (2009) serta Joni dan Lina (2010). Awan et al. (2012). Hasil yang berbeda diungkapkan dalam penelitian Riaz dan Afzal (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara rasio pertumbuhan aset dengan struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan Wijayati dan Jannie (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara rasio pertumbuhan aset dengan struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut.
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Ha5 Rasio pertumbuhan asset mempengaruhi keputusan struktur modal. Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Perusahaan yang sudah wellestablished akan lebih mudah memperoleh modal dibanding perusahaan yang kecil di samping memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Penelitian yang dilakukan oleh Furi dan Saifudin (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Hasil yang sama juga diungkapkan oleh Kartika (2009), Wijayati dan Janie (2012), Baral (2004), Seikh dan Wang (2011) serta Najjar dan Petrov (2011). Penelitian yang dilakukan Riaz dan Afzal (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Firnanti (2011), Liu dan Ning (2009), serta Joni dan Lina (2010) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha6 Ukuran Perusahaan mempengaruhi keputusan struktur modal. Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal Non-debt tax shield merupakan perlindungan pajak yang didapat perusahaan selain pengaruh dari pembayaran beban bunga. Depresiasi merupakan salah satu dari komponen non-debt tax shield yang biasanya ditemui dalam laporan laba rugi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Liem et al. (2013) menyatakan bahwa
108
November 2013
terdapat pengaruh negatif antara non-debt tax shield dengan struktur modal. Penelitian Hidayat dan Sudarno (2013) yang yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara non-debt tax shield dan struktur modal. perlindungan pajak yang didapat perusahaan selain pengaruh dari pembayaran beban bunga. Seikh dan Wang (2011) menyatakan bahwa variabel non debt tax shield tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha7 Non Debt Tax Shield mempengaruhi keputusan struktur modal. Likuiditas terhadap Struktur Modal Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Penelitian yang dilakukan oleh Seikh dan Wang (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara struktur modal dengan likuiditas. Hasil yang sama juga diungkapkan oleh Najjar dan Petrov (2011) serta Kila dan Mahmud (2009). Furi dan Saifudin (2012). Mereka menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara likuiditas dengan tingkat struktur modal perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha8 Likuiditas mempengaruhi keputusan struktur modal. Times Interest Earned terhadap Struktur Modal Times Interest Earned merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan suatu
ISSN: 1410 -9875
Anton Herdianto
perusahaan untuk memenuhi kewaiban membayar bunga tahunan dari suatu. Hasil penelitian Firnanti (2011) menunjukkan bahwa times interest earned memberikan pengaruh yang positif terhadap struktur modal. Hidayat dan Sudarno (2013) serta Kila dan Mahmud (2009) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara times interest earned dengan struktur modal. Namun hasil penelitian Baral (2004) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Times interest earned terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha9 Times Interest Earned mempengaruhi keputusan struktur modal. Risiko Modal
Bisnis
terhadap
Struktur
Penelitian yang dilakukan oleh Furi dan Saifudin (2012) menunjukkan pengaruh yang negatif antara risiko bisnis dengan struktur modal. Penelitian Baral (2004) menunjukkan bahwa risiko bisnis memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil yang berbeda dinyatakan dalam penelitian Firnanti (2011), Joni dan Lina (2010), Kartika (2009), serta Seftianne dan Handayani (2011). Mereka menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara risiko bisnis dan struktur modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis alternatif yang diuji adalah sebagai berikut. Ha10 Risiko bisnis mempengaruhi keputusan struktur modal.
METODA PENELITIAN Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Penelitian ini mengambil sampel berupa perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2012.npemilihan sampel menggunakan metoda purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasatkan pertimbangan. Adapun proses pemilihan sampel disajikan dalam tabel 1. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan auditan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2012 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal yang terdapat di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari www.idx.co.id Definisi Opersional dan Pengukurannya Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang dan saham yang digunakan perusahaan dalam pendanaannya. Struktur modal ini menggunakan skala rasio dan dilambangkan dengan DTA. Dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Riaz dan Afzal (2011), struktur modal dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: ����� ���� ���� �� ����� ����� � ����� ����� Rasio pertumbuhan penjualan menunjukkan persentase perubahan tingkat penjualan sebuah perusahaan dengan membandingkan antara tingkat penjualan pada
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
periode sekarang dengan tingkat penjualan periode yang lalu. Rasio pertumbuhan penjualan ini diukur dengan skala rasio dan dilambangkan dengan SGR dengan mengacu pada penelitian Riaz dan Afzal (2011). Rasio pertumbuhan penjualan dapat diformulasikan sebagai berikut: ����� ������ �
������ � � ����� �� � 1�� ����� � � 1
Tangibilitas dari aset menunjukkan nilai aset tetap yang dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan dalam mencari pendanaan dalam bentuk hutang (Sartono 2009). Variabel ini dilambangkan dengan TANG. Di dalam pengukuran atas tangibilitas ini menggunakan skala rasio. Konsisten terhadap penelitian Riaz dan Afzal (2011) pengukuran tangibilitas menggunakan fixed asset ratio, maka dalam penelitian ini tangibilitas dapat diformulasikan sebagai berikut: ����������� �
��� ����� ����� ����� �����
Return on Asset menunjukkan tingkat profitabilitas dari perusahaan. Rasio ini memperlihatkan seberapa efisien dan efektif perusahaan dalam menghasilkan profit dengan memanfaatkan aset yang ada (Riaz dan Afzal 2011). Variabel ini diukur dengan skala rasio dan dilambangkan dengan ROA. ��� �
������� ������ �������� ��� ����� ���� ����� �� ����� �����
Dividend payout ratio menunjukkan persentase dari laba
110
November 2013
yang dapat didistribusikan kepada para pemegang saham. Perusahaan membutuhkan kas untuk membagikan dividen. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan dilambangkan dengan DPR. Dalam penelitian ini variabel dividend payout ratio diproksikan pada penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010). Formula atas Dividend Payout Ratio ditunjukkan sebagai berikut: �������� ������ ����� �
���� �������� ��� ������
Rasio pertumbuhan aset atau yang sering disebut dengan asset growth merupakan persentase perubahan atas nilai buku total asset yang dibandingkan antara periode ini dengan periode sebelumnya Data keuangan yang digunakan untuk mengukur rasio ini diambil dari tahun 2009 hingga 2012. Variabel ini menggunakan skala rasio dalam mengukur perubahan aset setiap periode dan dilambangkan dengan GAR. Formula dalam menghitung nilai rasio pertumbuhan aktiva mengacu pada penelitian Riaz dan Afzal (2011) sebagai berikut: ����� ������ �
������ ����� � � ����� ����� �� � 1�� ����� ����� � � 1
Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besarnya kapasitas suatu perusahaan. Pengukuran ukuran perusahaan dapat menggunakan natural logaritma atas total penjualan atau natural logaritma atas total aset. Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Riaz dan Afzal (2011). Variabel ini dilambangkan dengan SIZE. Ukuran perusahaan
ISSN: 1410 -9875
Anton Herdianto
dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Size = Ln total aset Non-debt tax shield merupakan perlindungan pajak selain beban bunga atas hutang. Salah satu non-debt tax shield adalah beban depresiasi. Dalam penelitian Seikh dan Wang (2011) menggunakan formula pembagian antara beban depresiasi dengan total aset dalam mencari non debt tax shield. Variabel ini diukur dengan skala rasio dan dilambangkan dengan NDTS. Dalam penelitian ini peneliti memformulasikan non-debt tax shield sebagai berikut: ��� ���� ��� ������ �
������������ ������� ����� �����
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Penulis mengacu pada penelitian Seikh dan Wang (2011) yang memformulasikan likuiditas dengan pembagian antara aset lancar dengan hutang lancar. Variabel ini dilambangkan dengan LIQ. Dalam mengukur variabel likuiditas ini digunakan skala rasio. Penulis memformulasikan likuiditas sebagai berikut: Aset Lancar Likuiditas � Hutang Lancar Times interest earned dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar bunganya terkait dengan pendanaan yang dilakukan perusahaan. Times Interest earned diukur dengan menggunakan skala
rasio dan dilambangkan dengan TIE. Variabel Times interest earned diformulasikan dengan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Firnanti (2011) sebagai sebagai berikut: ������� ������ �������� ��� ����� ����� �������� ������ �
�������� �������
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Dengan mengacu pada penelitian Firnanti (2011), risiko bisnis dihitung dengan cara membagi persentase perubahan earnings before interest and taxes dengan persentase perubahan penjualan. Variabel ini diukur dengan skala rasio dilambangkan dengan RISK. Formula risiko bisnis dapat dijabarkan sebagai berikut: % perubahan EBIT �������� ���� � % perubahan penjualan
Metoda Analisis Data Penelitian ini menggunakan uji multiple regression (regresi berganda), termasuk uji R, Adjusted R2, uji F,dan uji t. Tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah 5%. Model persamaan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: DTA = β0 + β1 SGR + β2TANG + β3ROA + β4DPR + β5GAR + β6SIZE + β7NDTS + β8LIQ + β9TIE + β10RISK + ε Keterangan: DTA Debt to Asset ratio Β0 intersep atau konstanta SGR Rasio pertumbuhan penjualan TANG Tangibilitas
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
ROA DPR GAR SIZE NDTS LIQ TIE RISK ε
Return On Asset Dividend Payout Ratio Rasio pertumbuhan asset Ukuran Perusahaan Non-Debt Tax Shield Likuiditas Times Interest Earned Risiko Bisnis Error
HASIL PENELITIAN Menurut Ghozali (2011) statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness. Hasil statistik deskriptif disajikan pada tabel 2. Dari hasil pengujian normalitas residual pada tabel 3, maka diperoleh nilai asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,925 dimana nilainya lebih besar dari tingkat kesalahan (α) yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Hal ini menyatakan bahwa data residual berdistribusi normal sehingga baik digunakan dalam penelitian. Tabel 4 menunjukkan semua variabel bebas dari multikolinearitas sehingga data baik digunakan dalam model regresi. Berdasarkan tabel 5, nilai signifikansi untuk semua variabel di atas 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas untuk semua variabel tersebut. Berdasarkan tabel 6, menunjukkan sig LAGRES_2 sebesar 0,700 yang lebih besar dari 0,05. Berarti model penelitian tidak mengalami masalah autokorelasi. Berdasarkan tabel 7, nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,768. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen adalah sangat kuat karena nilai R lebih dari 0,5. Nilai adjusted R square pada
112
November 2013
tabel 8 sebesar 0,565 yang menunjukkan besarnya presentase variasi dari variabel dependen yaitu struktur modal yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu rasio pertumbuhan penjualan, tangibilitas, return on asset ratio, dividend payout ratio, rasio pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, non-debt tax shield, likuiditas, times interest earned, dan risiko bisnis adalah sebesar 56,5%. Sisanya sebesar 43,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi pada penelitian ini. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai F adalah sebesar 23,816 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi pada tabel tersebut lebih rendah daripada α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan adalah fit. Hal ini berarti variabel independen yaitu rasio pertumbuhan penjualan, tangibilitas, return on asset ratio, dividend payout ratio, rasio pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, non-debt tax shield, likuiditas, times interest earned, dan risiko bisnis berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu struktur modal. Tabel 10 menunjukkan variabel rasio pertumbuhan penjualan (SGR) memiliki nilai koefisien -0,009 dan nilai signifikansi 0,887 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel rasio pertumbuhan penjualan (SGR) tidak berpengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama tidak terdukung. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi dapat
ISSN: 1410 -9875
memanfaatkan pendanaan internal dibandingkan dengan pendanaan eksternal. Namun di sisi lain investor akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi ataupun stabil sehingga dapat meningkatkan tingkat pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, tingkat pertumbuhan penjualan tidak dapat menunjukkan secara pasti sumber pendanaan yang dipilih perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel tangibilitas (TANG) memiliki nilai koefisien -0,148 dan nilai signifikansi 0,029 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel tangibilitas memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis kedua terdukung. Dalam penelitian ini terlihat bahwa terdapat pengaruh negatif antara tangibilitas dan struktur modal. Jika nilai tangibilitas perusahaan menurun berarti perusahaan memiliki komposisi aset lancar yang lebih banyak. Hal ini tentu saja memungkinkan manajer untuk mengambil keuntungan pribadi dengan menggunakan aset lancar peusahaan. Berdasarkan agency theory, untuk menghindari hal tersebut salah satu langkah yang dapat digunakan adalah dengan menerbitkan hutang, sehingga menyebabkan terjadinya hubungan yang negatif antara tangibilitas dan struktur modal. Hasil uji t menunjukkan variabel return on asset ratio (ROA) memiliki nilai koefisien -0,422 dan nilai signifikansi 0,000 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel return on asset (ROA) memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis ketiga terdukung. Hal ini konsisten dengan pecking
Anton Herdianto
order theory yang menyatakan bahwa pendanaan internal lebih disukai oleh perusahaan. Semakin tinggi porsi dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan dan kesempatan investasi yang berasal dari laba ditahan, maka tingkat leverage semakin kecil (Joni dan Lina 2010). Hasil uji t menunjukkan variabel dividend payout ratio (DPR) memiliki nilai koefisien 0,081 dan nilai signifikansi sebesar 0,098 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel dividend payout ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis keempat tidak terdukung. Hal ini relevan dengan agency theory, untuk menurunkan biaya keagenan salah satu langkah yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan pengadaan hutang dan pembagian dividen yang bersifat dapat saling menggantikan (Joni dan Lina 2010). Melalui pengadaan hutang menyebabkan tingkat pendanaan eksternal berupa hutang meningkat, sebaliknya dengan pembagian dividen secara teratur membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaan yang dapat meningkatkan pendanaan eksternal berupa saham. Dengan demikian dividend payout ratio tidak dapat menjelaskan secara pasti sumber pendanaan yang dipilih perusahaan. Hasil uji t menunjukkan variabel rasio pertumbuhan aset (GAR) memiliki nilai koefisien 0,185 dan nilai signifikansi sebesar 0,006 di bawah alpha (α= 0.05). Artinya variabel rasio pertumbuhan aset memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal sehingga hipotesis kelima terdukung. Tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
meningkatkan jumlah aktiva yang digunakan, sehingga meningkatkan jumlah dana yang dibutuhkan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pecking order theory, yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat lebih banyak mengandalkan modal eksternal (Firnanti 2011). Hasil uji t menunjukkan variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai koefisien -0,002 dan nilai signifikansi sebesar 0,771 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis keenam tidak terdukung. Ukuran perusahaan tidak menjamin kelangsungan hidup perusahaan maupun lancarnya kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian, ukuran perusahaan tidak menjamin minat investor maupun kreditor dalam menanamkan dananya ke perusahaan, sehingga ukuran perusahaan tidak mempengaruhi struktur modal (Firnanti 2011). Hasil uji t menunjukkan variabel non-debt tax shield (NDTS) memiliki nilai koefisien -0,207 dan nilai signifikansi sebesar 0,633 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis ketujuh tidak terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa nilai depresiasi yang dimiliki perusahaan tidak cukup bermakna jika dijadikan sebagai pengurang pajak sehingga jarang diperhitungkan dalam menentukan pengurangan tingkat pendanaan hutang perusahaan. Dengan demikian non-debt tax shield tidak mempengaruhi
114
November 2013
keputusan struktur modal perusahaan. Hasil uji t menunjukkan variabel likuiditas (LIQ) memiliki nilai koefisien -0,076 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 di bawah alpha (α= 0.05). Artinya variabel likuiditas berpengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis kedelapan terdukung. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara variabel likuiditas dan variabel struktur modal. Hasil ini konsisten dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memanfaatkan pendanaan internal melalui dana yang tersedia untuk operasional perusahaan. Di samping itu semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar hutang jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, sehingga nilai hutang jangka pendek akan menurun dan mengakibatkan turunnya tingkat leverage perusahaan. Hasil uji t menunjukkan variabel times interest earned (TIE) memiliki nilai koefisien -3,745E-5 dan nilai signifikansi sebesar 0,584 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel times interest earned tidak berpengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis kesembilan tidak terdukung. Perusahaan yang memiliki tingkat times interest earned yang tinggi mencerminkan adanya tingkat earning before interest and taxes (EBIT) yang tinggi pula. Berdasarkan pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki dana untuk membiayai operasional perusahaan akan lebih suka menggunakan pendanaan internal.
ISSN: 1410 -9875
Namun disisi lain, dengan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga ada kemungkinan perusahaan akan melakukan pendanaan melalui hutang. dengan demikian, tingkat times interest earned tidak dapat menjelaskan secara pasti sumber pendanaan yang digunakan oleh perusahaan. Hasil uji t menunjukkan variabel risiko bisnis (RISK) memiliki nilai koefisien sebesar 0,000 dan nilai signifikansi sebesar 0,264 di atas alpha (α= 0.05). Artinya variabel risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap variabel struktur modal sehingga hipotesis kesepuluh tidak terdukung. Meskipun risiko bisnis yang besar dapat mengarah pada kebangkrutan perusahaan, namun tingkat risiko yang tinggi dapat memungkinkan kreditor untuk menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan kreditor dapat mengandalkan aktiva tetap perusahaan sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan. Sehingga tingkat risiko bisnis suatu perusahaan tidak dapat menunjukkan secara pasti sumber pendanaan yang akan dipilih perusahaan (Firnanti 2011). PENUTUP Rasio pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadinugroho dan Delisandri (2012), Furi dan Saifudin (2012), Hidayat dan Sudarno (2013) serta Najjar dan Petrav (2011). Tangibilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Seikh dan Wang (2011)
Anton Herdianto
serta Wijayati dan Janie (2012). Return on asset ratio memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Riaz dan Afzal (2011), Seikh dan Wang (2011), Awan et.al (2011) serta Joni dan Lina (2010), Kartika (2009), serta Baral (2004). Dividend payout ratio tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Joni dan Lina (2010) serta Baral (2004). Rasio pertumbuhan aset memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Firnanti (2011), Liu dan Ning (2009), Awan et al. (2011) serta Joni dan Lina (2010). Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Firnanti (2011), Liu dan Ning (2009), serta Joni dan Lina (2010). Non-debt tax shield tidak memiliki pengaruh terhadap variabel struktur modal. hal ini konsisten dengan hasil penelitian Liu dan Ning (2009) serta Seikh dan Wang (2011). Likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Seikh dan Wang (2011), Kila dan Mahmud (2009) serta Najjar dan Petrav (2011). Times interest earned tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Baral (2004). Risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Firnanti (2011), Joni dan Lina (2011), Seftianne dan Handayani (2011) serta Kartika (2009). Adapun keterbatasan dari penelitian ini antara lain Tahun
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
penelitian terlalu pendek hanya selama tiga tahun penelitian yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2012 serta masih banyak variabelvariabel independen yang dapat digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap struktur modal. Dari keterbatasanketerbatasan yang ada pada penelitian ini, maka penulis ingin memberikan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya, yaitu
November 2013
penelitian selanjutnya diharapakn menambahkan periode penelitian yaitu lebih dari 3 tahun. Di samping itu diharapkan penelitian selanjutnya menambahkan beberapa variabel independen lain untuk melihat pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan, seperti growth opportunity, free cash flow, earning volatility, dan sebagainya.
REFERENSI: Awan, Tariq Naeem, Mejed Rashid, Muhammad Zia-ur-Rahman. 2011. Analysis od Determinant of Capital Structure in Sugar and Allied Industry. International Journal of Business and Social Science Vol.2, No.1 (January). http://www.ijbssnet.com/journals/Vol._2_No._1;_January_2011/22.pdf Baral, Keshar J. 2004. Determinant of Capital Structure: A Case of Listed Companies of Nepal. The Journal of Nepalese Business Studies Vol. 1, No.1 (December) : 1-13 http://www.nepjol.info/index.php/JNBS/article/view/34 Firnanti, Friska. 2011. Faktor-fakror yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis & Akuntansi Vol. 13 No. 2 (Agustus): 119-128. Fury, Vina Ratna, Saifudin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi Vol.1, No.2 (Febuari): 49-62 journal.usm.ac.id/jurnal/juraksi/368/detail/. Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. New Jersey: Pearson Education Inc. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Janet Hamilton, Scott Holmes. 2010. Accounting theory 7th Edition, United State of America : John Willey & Sons, Inc. Hadinugroho, Listijowati dan Agathi Amalia Delisandri.2012. Analisis FaktorFaktor Internal Perusahaan yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Sektor Barang Konsumsi.Pekan ilmiah Dosen FEB (Desember). Hidayat, Riza Fatoni dan Sudarno. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 2. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/accounting
116
ISSN: 1410 -9875
Anton Herdianto
Joni dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis & Akuntansi Vol.12, No. 2 (Agustus): 81-96. www.stietrisakti.ac.id/jba/JBA12.../2_artikel_JBA12.2Agustus2010.pdf Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI. Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol.1, No.2 (Agustus): 105-122. www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe1/article/view/177/128 Kila, Suhaila Mat and Wan Mansor Wan Mahmood. 2008. Capital Structure and Firm Characteristics: Some Evidence from Malaysian Companies (13 April 2009). http://mpra.ub.uni-muenchen.de/14616 Liem, Jemmi Halim, Werner R. Murhadi, Bertha Silvia Sutejo. 2013. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1: 1-11. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/182/161 Lim, Thian Cheng. 2012. Determinants of Capital Structure Empirical Evidence from Financial Service Listed Firms in China. International Journal of Economics and Finance, Vol. 4, No.3 (March): 192-202. www.ccsenet.org/ijef Liu, Yuanxin dan Xiangbo Ning. 2009. Empirical Research of the Capital Structure Influencing Factors of Electric Power Listed Companies. International Journal of Marketing Studies Vol. 1, No. 1 (May): 43-49. http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijms/article/download/16 46/155 Maftukhah, Ida. 2013. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kinerja Keuangan Sebagai Penentu Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 4, No. 1, pp: 69-81. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jdm Najjar, Naser , Krassimir Petrov. 2011. Capital Structure of Insurance Companies in Bahrain. International Journal of Business and Management Vol. 6, No. 11 (November): 138 – 145. http://dx.doi.org/10.5539/ijbm.v6n11p138 Riaz, Farah, Muhammad Afzal. 2011. Financial Factors in Capital Structure Decision: Panel Data Analysis of Pakistan’s Major Manufacturing Sectors. Journal of Contenpory Research in Business Vol.3,No. 1 (May): 310-326. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1909546 Ross, Westerfield, Jaffe, Jordan. 2009. Modern Financial Management. Singapura: Mc. Graw Hill Santoso, Singgih.2012. Aplikasi SPSS Statistik Parametric. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Sartono, Agus. 2009. Management Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 1 (April): 39-56. Sheikh, Nadeem Ahmed, Zongjun Wang. 2011. Determinants of Capital Structure an Empirical Study of Firms in Manufacturing. Managerial Finance Vol. 37, No.2: 117-133.
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1905551&show =html Subramanyam, K.R., and John J. Wild. 2009. Financial Statement Analysis. Singapura: Mc. Graw Hill. Sumani dan Lia Rachmawati. 2012. Analisis Struktur Modal dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMAS, Vol. 6, No. 1 (November): 30-41. http://library.unej.ac.id/client/search/asset/387 Wijayati, Patri, Dyah Nirmala Arum Janie. 2012, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010. Juraksi Vol.1, No. 1 (Januari): 29-42. http://journal.usm.ac.id/jurnal/191/penulis/patri-wijayati.html
118
ISSN: 1410 -9875
Anton Herdianto
LAMPIRAN Tangibilitas Return on Asset Ratio Dividend Payout Ratio Rasio Pertumbuhan Asset Struktur Modal Ukuran Perusahaan Non Debt Tax Shield Likuiditas Times Interest Earned Risiko Bisnis Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 – 2012. Perusahaan non-keuangan yang tidak memiliki tahun buku berakhir pada 31 Desember. Perusahaan non-keuangan yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam satuan mata uang Rupiah tahun 2009-2012. Perusahaan non-keuangan yang tidak secara konsisten memperoleh profit selama tahun 20092012. Perusahaan non-keuangan yang tidak secara konsisten membagikan dividen selama tahun 20102012. Perusahaan non-keuangan yang tidak secara konsisten memiliki beban bunga selama tahun 2010-2012. Perusahaan non-keuangan yang tidak menerbitkan data keuangan yang lengkap selama periode pengamatan yang berhubungan dengan penelitian Data Penelitian Sumber: Data yang dikumpulkan
Total Perusahaan 317
Total Data 951
(5)
(15)
(32)
(96)
(84)
(252)
(123)
(369)
(13)
(39)
(1)
(3) 177
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Minimum Maksimum Mean
N
DTA 177 0,1264 SGR 177 -0,2644 TANG 177 0,0171 ROA 177 0,0288 DPR 177 0,0503 GAR 177 -0,1247 SIZE 177 25,0825 NDTS 177 0,0006 LIQ 177 0,5155 TIE 177 1,2682 RISK 177 -39,2073 Sumber: Output data SPSS IBM 19
Model
0,8827 0,8958 0,8249 0,5636 1,3131 1,2863 32,8365 0,1929 10,6423 1144,1201 462,8977
0,475407 0,176227 0,273959 0,170852 0,407371 0,192774 28,948474 0,031722 2,146422 70,180882 4,752032
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Unstandardized Residual
1 Sumber: Hasil Variabel SGR TANG ROA DPR GAR SIZE NDTS LIQ TIE RISK Sumber:
0,925 Output data SPSS IBM 19 Tabel 4 Uji Multikolinearitas Tolerance VIF 0,718 1,393 0,613 1,632 0,559 1,789 0,637 1,570 0,719 1,390 0,921 1,085 0,638 1,568 0,802 1,248 0,705 1,419 0,968 1,034 Output data SPSS IBM 19
Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sig. Constant 0,496 SGR 0,285 TANG 0,099 ROA 0,655 DPR 0,698 GAR 0,889
120
Std. deviation 0,1823093 0,1734367 0,1720037 0,1059719 0,2331647 0,1611856 1,4632047 0,0262748 1,4707178 158,2688456 35,4373927
ISSN: 1410 -9875
Anton Herdianto
SIZE 0,128 NDTS 0,111 LIQ 0,422 TIE 0,866 RISK 0,134 Sumber : Output data SPSS IBM 19 Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Variable Sig. LAGRES_2 0,700 Sumber: Output data SPSS IBM 19 Tabel 7 Hasil Uji Analisis Korelasi Model R 1 0,768 Sumber : Output data SPSS IBM 19 Tabel 8 Hasil Uji Analisis Determinasi Model Adjusted R Square 1 0,565 Sumber : Output data SPSS IBM 19
Model
Sum of Square Regression 3,447 Residual 2,403 Total 5,850 Sumber: Output data SPSS IBM 19
Tabel 9 Hasil Uji F df Mean Square 10 ,345 166 ,014 176
F 23,816
Sig. ,000a
Tabel 10 Hasil Uji t (constant) SGR TANG ROA DPR GAR SIZE
B
t
Sig.
0,750 -0,009 -0,148 -0.422 0,081 0,185 -0,002
4,074 -0,142 -2,203 -3,687 1,663 2,791 -0,292
0,000 0,887 0,029 0,000 0,098 0,006 0,771
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
NDTS -0,207 LIQ -0,076 TIE -3,745E-5 RISK 0,000 Sumber: Output data SPSS IBM
122
-0,479 -11,072 -0,549 -1,121
November 2013
0,633 0,000 0,584 0,264
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 123-140
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ALFIAN ARIFIN STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The objective of this research is to obtain empirical evidence about the influence of big (kap size), size (company size), leverage, return on assets, institusional ownership, managerial ownership, independent commissioner, and audit committee on earnings management. Data is collected from non financial companies, which are listed in Indonesia Stock Exchange during 2009-2012. Sample were selected by using purposive sampling method. Only 169 companies meet the criteria and taken as sample. The Hypotheses were tested by using multiple regressions. The result of this research showed that leverage and return on assets have influence to earnings management but big (kap size), size (company size), institusional ownership, managerial ownership, independent commissioner and audit committee have no influence earnings management. Keywords: Audit Committee, Leverage, Earnings Management Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh ukuran kap, ukuran perusahaan, leverage, return on asset, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite audit terhadap manajemen laba. Data dikumpulkan melalui perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2012. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Hanya 169 perusahaan yang memenuhi kriteria dan digunakan sebagai sampel. Hipotesis diuji dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage dan return on assets berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi ukuran kap, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kata kunci: Komite Audit, Leverage, Manajemen Laba diberikan oleh manajemen kepada pihak-pihak eksternal seperti: investor, kreditor, pelanggan, dan masyarakat luas. Laporan ini digunakan sebagai dasar
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan suatu bentuk laporan pertanggung-jawaban yang harus
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu, seluruh informasi yang terdapat pada laporan keuangan harus relevan dan tidak terdapat kesalahan yang material sehingga tidak menyesatkan pengguna dalam menginterprestasikannya. Namun pada prakteknya laporan keuangan sering kali disalahgunakan oleh manajemen dengan melakukan manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan bagi pemakai laporan keuangan. Hal yang mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba karena biasanya laporan keuangan digunakan untuk mengukur kinerja para manajer dan manajer memiliki kepentingannya sendiri. Salah satu informasi laporan keuangan yang menjadi pusat perhatian pemakai laporan keuangan adalah laporan mengenai informasi laba. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Acoounting Concepts (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai yang prediktif. Laporan laba merupakan produk informasi yang dihasilkan oleh perusahaan. Manajemen menyadari bahwa pemakai laporan keuangan cenderung memperhatikan laba, karena itu manajemen melakukan manajemen laba agar perusahaan dinilai berada dalam kondisi yang baik dan dapat menguntungkan para investor.
124
November 2013
Praktik manajemen laba dapat dipandang dari dua perspektif yang berbeda, yaitu sebagai tindakan yang seharusnya dilakukan manajemen (positif) dan tindakan yang salah (negatif). Manajemen laba dikatakan positif atau memberikan keuntungan bagi pemegang saham jika manajemen laba digunakan untuk memberikan sinyal tentang informasi privat yang dimiliki oleh manajer atau untuk mengurangi biaya politik. Tetapi pemegang saham akan dirugikan jika manajemen laba digunakan untuk menghasilkan keuntungan abnormal pribadi bagi manajer untuk meningkatkan kompensasi bonus atau mengurangi kemungkinan pencatatan ketika kinerja manajer yang bersangkutan rendah. Selain itu, praktik-praktik manajemen laba dapat mempengaruhi relevansi penyajian laporan keuangan sehingga laporan keuangan bukannya membantu tetapi justru menyesatkan para penggunanya. Hal ini mengakibatkan laporan keuangan tidak dapat diandalkan karena laporan keuangan tidak memiliki informasi yang sebenarnya. Dengan adanya manajemen laba maka kualitas laporan keuangan menjadi tidak baik. Untuk itu audit yang berkualitas mampu membatasi praktik manajemen laba sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Motivasi penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Big (Ukuran KAP), Size (Ukuran Perusahaan), Leverage, ROA, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen, dan Komite Audit
ISSN: 1410 -9875
berpengaruh terhadap manajemen laba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh Big (Ukuran KAP), Size (Ukuran Perusahaan), Leverage, ROA, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Memis dan Cetenak (2012) mengenai pengaruh kualitas audit yang diukur dengan Big (Ukuran KAP), Size (Ukuran Perusahaan), Leverage, ROA, TobinQ dan mengukur kualitas sistem hukum dan efektifitas dengan menggunakan aturan hukum dan pengendalian korupsi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini tidak menggunakan pengukuran dengan Tobin Q dan pengukuran mengenai kualitas sistem hukum dan efektifitas yang menggunakan aturan hukum dan pengendalian korupsi, karena variabel tersebut tidak sesuai untuk penelitian di Indonesia. Tetapi penelitian ini menambahkan variabel independen Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen dan Komite Audit yang merupakan bagian dari Good Corporate Governance yang mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010), alasan penambahan variabel tersebut karena mekanisme Good Corporate Governance dianggap dapat meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tahun penelitian dan tempat penelitian, pada penelitian
Alfian Arifin
sebelumnya dilakukan pada tahun 2012 di Turkey. Bagi Manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aspek pengaruh peranan corporate governance terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan bagi investor, dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan investasi dalam bentuk penanaman modal serta menambah wawasan mengenai pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap manajemen laba pada perusahaan di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi akademisi sebagai bahan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama pengetahuan yang berkaitan dengan akuntansi keuangan dan perilaku manajemen, khususnya dibidang manajemen laba. Organisasi penulisan dalam penelitian ini terdiri dari pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, motivasi dan perumusan tujuan, masalah dan kontribusi penelitian serta organisasi penulisan. Kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis yang menguraikan landasan teori, dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Selanjutnya metode penelitian yang membahas mengenai bentukbentuk penelitian, obyek penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel. Sedangkan dalam hasil penelitian, memuat
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
hasil penelitian yang berasal dari statistik deskriptif yang terdiri dari uji normalitas residual dan uji outlier, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis beserta dengan penjelasan atas hasil yang diperoleh dari hipotesis yang diuji. Dan penutup yang berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Agensi Konsep mengenai praktik manajemen laba tidak dapat dipisahkan dengan Teori Agensi (Agency Theory). Teori agensi merupakan suatu perjanjian yang terjadi antara pihak principal (pemilik) dan agent (manajer), dimana pihak agent (manajer) diminta untuk melakukan sesuatu hal demi kepentingan pihak principal. Pihak principal dan pihak agent memiliki kepentingan yang berbeda-beda maka dapat menimbulkan terjadinya masalah keagenan (agency problem). Agency problem merupakan suatu masalah yang timbul karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki oleh pihak principal dan pihak agent, atau yang sering disebut dengan asimetri informasi. Asimetri informasi ini bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki, dimana salah satu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Big (Ukuran KAP) dan Manajemen Laba Ukuran KAP dapat menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh auditor untuk bersikap
126
November 2013
independen dan melaksanakan audit secara professional. KAP big four memiliki auditor dengan keahlian yang lebih baik dibandingkan KAP non-big four karena dalam proses penyeleksian karyawan tentunya KAP big four lebih selektif dan memiliki standard yang baik. Auditor yang bekerja di KAP big four juga lebih sering mendapatkan pelatihan-pelatihan dibandingkan auditor yang bekerja di KAP non-big four sehingga dalam proses audit tentunya akan lebih cepat menemukan tindakan manajemen laba (Guna dan Herawaty 2010). Menurut Amijaya dan Prastiwi (2013), reputasi yang dimiliki KAP big four lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non-big four sehingga auditor KAP big four dalam pelaksanaan prosedur audit akan lebih independen daripada auditor KAP non-big four. Oleh karena itu, dalam pendeteksian manajemen laba auditor KAP big four akan lebih dini menemukannya dan dapat mengurangi tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amijaya dan Prastiwi (2013) hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Big (Ukuran KAP) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan menunjukkan hubungan yang negatif maka keputusan diterima. Hal ini karena KAP Big Four dengan keahlian dan reputasi yang dimiliki mampu memberikan jaminan kualitas audit yang lebih baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kono dan Yuyetta (2013), yang menyatakan bahwa Big (Ukuran KAP) tidak berpengaruh
ISSN: 1410 -9875
terhadap manajemen laba karena pihak manajemen tetap melakukan manajemen laba walaupun perusahaan diaudit oleh auditor baik dari KAP big four dan non-big four. Ha1 : Big (Ukuran KAP) berpengaruh terhadap Manajemen Laba Size (Ukuran Perusahaan) dan Manajemen Laba Dalam penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) menganggap bahwa ukuran perusahaan dapat dilihat melalui berbagai proksi seperti total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Jika suatu perusahaan memiliki nilai aktiva yang besar, maka modal yang dimiliki perusahaan cenderung besar. Selain itu, semakin besar jumlah penjualan dan kapitalisasi pasarnya maka perputaran uang diperusahaan tersebut akan semakin cepat dan perusahaan akan semakin dikenal dikalangan masyarakat. Moses (1997) dalam penelitian yang dilakukan oleh Yendrawati dan Nugroho (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan cenderung lebih besar melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Karena perusahaan yang lebih besar membutuhkan biaya politik yang lebih besar pula. Dengan adanya hubungan politik perusahaan dengan masyarakat hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan pada metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tentunya suatu metode yang dapat menurunkan income. Sehingga semakin besar perusahaan, perputaran uang yang semakin besar akan menimbulkan
Alfian Arifin
praktik manajemen laba yang lebih besar pula. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Amijaya dan Prastiwi (2013) adalah Size (Ukuran Perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaanperusahaan besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba karena memiliki biaya politik yang besar pula. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yendrawati dan Nugroho (2012) yang menunjukkan bahwa Size (Ukuran Perusahaan) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Dengan demikian dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa besar kecilnya perusahaan belum menunjukkan adanya kecenderungan perusahaan akan melakukan manajemen laba atau tidak. Ha2: Size (Ukuran Perusahaan) berpengaruh terhadap Manajemen Laba Leverage dan Manajemen Laba Menurut Guna dan Herawaty (2010) Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Dengan adanya penilaian para investor yang menganggap bahwa asset yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh hutang, maka semakin tinggi nilai leverage risiko yang akan dihadapi oleh investor akan semakin tinggi. Sehingga para investor menginginkan keuntungan yang semakin besar. Oleh karena
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
itu, semakin besar nilai leverage maka kemungkinan manajer untuk melakukan manajemen laba akan semakin besar pula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba, jika leverage semakin besar maka akan memotivasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba untuk menunjukkan kondisi perusahaan dan laporan keuangan yang baik kepada para investor. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amijaya dan Prastiwi (2010) yang menyatakan bahwa Leverage tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Ha3: Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba Return On Assets (ROA) dan Manajemen Laba Dalam penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010), Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dapat menjadi penyebab terjadinya praktik manajemen laba karena nilai laba biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja para manajemen. Oleh karena itu, hal ini dapat mendorong tindakan para manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba demi memperoleh penilaian kinerja yang baik dan demi mencapai kepentingan yang telah diharapkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ROA berpengaruh terhadap manajemen
128
November 2013
laba. Jika kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semakin tinggi, maka kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba akan lebih rendah, dan sebaliknya jika kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba rendah, maka kemungkinan terjadinya praktik manajemen laba akan semakin tinggi. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Memis dan Cetenak (2012) yang menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Ha4: Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap Manajemen Laba Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba Menurut Guna dan Herawaty (2010), Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitori perusahaan, semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan karena kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuan untuk mengawasi manajemennya lebih baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati dan Gusnardi (2012), Kepemilikan institusional dipandang memiliki kemampuan dalam mengendalikan pihak manajemen sehingga dapat meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba dengan melakukan monitoring secara rutin. Kepemilikan institusional juga memiliki kemampuan untuk
ISSN: 1410 -9875
mengurangi tindakan para manajer yang mementingkan diri sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati dan Gusnardi (2012) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional mempunyai hubungan negatif terhadap Manajemen Laba. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara kepemilikan institusional dengan manajemen laba, semakin naik kepemilikan institusional maka semakin turun manajemen laba karena jika kepemilikan institusionalnya semakin besar maka monitoring terhadap kinerja perusahaan semakin ketat, sehingga para manajer akan mengalami kesulitan untuk melakukan praktik manajemen laba. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Ha5: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Manajemen Laba Kepemilikan Manajemen dan Manajemen Laba Menurut Susiana dan Herawaty (2005) dalam Guna dan Herawaty (2010), Kepemilikan manajemen merupakan sejumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan yang bersangkutan beserta afiliasinya. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen
Alfian Arifin
yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal ini sangat mempengaruhi manajemen laba, karena kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan serta pengambilan keputusan terhadap metode akuntasi yang digunakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba. Menurut Boediono (2005) dalam Hayati dan Gusnardi (2012), jika porsi saham yang dimiliki manajemen cukup besar maka akan meminimalisir tindakan manajer dalam melakukan praktik manajemen laba, karena manajemen tentunya tidak hanya mementingkan kepentingannnya sendiri sebagai pihak manajemen karena ia juga sebagai pihak pemilik perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayati dan Gusnardi (2012) menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajemen mempunyai hubungan negatif terhadap Manajemen Laba. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara kepemilikan manajemen dengan manajemen laba, semakin naik kepemilikan manajemen maka semakin turun manajemen laba karena jika persentase kepemilikan manajemen semakin besar maka perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dan pihak principal semakin berkurang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007) hasil yang diperoleh adalah Kepemilikan Manajemen
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
berpengaruh negatif signifikan terhadap Manajemen Laba. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme Corporate Governance yang dapat mengurangi ketidak selarasan kepentingan antara manajemen dengan pemilik atau pemegang saham. Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa Kepemilikan Manajemen tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Ha6: Kepemilikan Manajemen berpengaruh terhadap Manajemen Laba Komisaris Independen dan Manajemen Laba Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk bertindak independen demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance 2004 dalam Guna dan Herawaty 2010). Komisaris independen ini juga berhubungan dengan ketentuan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), yaitu jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30 persen dari seluruh jumlah anggota komisaris. Menurut Hayati dan Gusnardi (2012), dewan komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi setiap tindakan yang dilakukan oleh manajemen
130
November 2013
dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen dalam melakukan manajemen laba. Melalui peranannya dalam fungsi pengawasan, komposisi dewan komisaris independen dapat meminimalisir tindakan manajemen untuk melakukan manipulasi laba. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati dan Gusnardi (2012) hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Komisaris Independen mempunyai hubungan negatif terhadap Manajemen Laba. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara komisaris independen dengan manajemen laba, semakin naik komisaris independen maka manajemen laba semakin turun karena komisaris independen bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan sehingga kesempatan manajemen untuk melakukan manajemen laba akan semakin sulit. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Restuningdiah (2011) yang menunjukkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ha7: Komisaris Independen berpengaruh terhadap Manajemen Laba Komite Audit dan Manajemen Laba Komite audit menurut Kep. 29/PM/2004 dalam Guna dan Herawaty (2010) merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Komite audit yang dibentuk oleh perusahaan berfungsi untuk memberikan pandangan serta
ISSN: 1410 -9875
pendapat mengenai masalahmasalah yang terjadi di dalam perusahaan terutama terhadap masalah yang berhubungan dengan kebijakan metode akuntansi, kebijakan keuangan dan pengendalian internal. Selain itu menurut Hayati dan Gusnardi (2012), keberadaan komite audit juga berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengawasi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan. Fungsi Komite Audit yang berlangsung efektif, dapat membuat kontrol perusahaan menjadi lebih baik sehingga dapat meminimalisir tindakan manajemen yang mementingkan kepentingannya sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hayati dan Gusnardi (2012) hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Komite Audit mempunyai hubungan positif terhadap Manajemen Laba. Ketidakkonsistenan dalam penelitian ini terjadi karena keberadaan komite audit dalam perusahaan tidak dapat menjalankan tugasnya dalam memonitor pelaporan keuangan sehingga keberadaan komite audit gagal dalam mendeteksi manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Restuningdiah (2011) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ha8: Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba METODE PENELITIAN
Alfian Arifin
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kausalitas yaitu adanya pengujian atas pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Obyek penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009 sampai 2012. Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah diklasifikasikan dengan kriteria tertentu. Definisi Operasional Pengukuran Variabel
dan
Manajemen Laba: Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Manajemen Laba. Pada penelitian ini manajemen laba diukur dengan menggunakan Discretionary accruals. Discretionary accruals yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Jones (1991). Model Jones menggunakan total accruals yang dibagi menjadi dua yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals. Untuk menghitung total accrual adalah: TACi,t = NIBEi,t – CFOi,t Keterangan: TACi,t = Total accruals NIBEi,t = Net Income Before Extraordinary CFOi,t = Cash Flow from Operation Selanjutnya untuk mencari angka koefisien β1, β2, β3 diperoleh dengan menggunakan model berikut:
Bentuk Penelitian dan Obyek Penelitian
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
���� � 1 � � �� �Δ��� � ∆��� � � �� � ��� � � �� ���� � �� ���� ���� ���� Perhitungan untuk non-discretionary accruals menurut model Jones yang dimodifikasi, dirumuskan sebagai berikut: 1 ��� Δ��� � ∆��� � � �� � ���� � �� � � � �� � � � � ��� � ��� ��� Keterangan: TACt = total akrual perusahaan i pada tahun t NDAt = non discretionary accruals perusahaan i pada tahun t DACt = discretionary accruals perusahaan i pada tahun t At-1 = total asset perusahaan pada tahun t-1 Δ��� = pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan t-1 ∆��� = piutang bersih perusahaan i pada tahun t dikurangi piurang t-1 PPEt = asset tetap perusahaan (gross property plant and equipment) i pada tahun t ε = error term perusahaan i tahun t Dari persamaan diatas, discretionary accruals dapat dihitung dengan rumus: ���� ��� � � � ���� � ��� � � Big (Ukuran KAP): Ukuran KAP dibedakan menjadi dua, yaitu KAP big four dan KAP non-big four. Ukuran KAP diukur dengan menggunakan skala nominal melalui variabel dummy yakni angka 1 digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan angka 0 digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP non-big four (Guna dan Herawaty 2010). Big (Ukuran KAP), diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu: 1= perusahaan yang diaudit oleh KAP big four. 0 = perusahaan yang diaudit oleh KAP non-big four. Size (Ukuran perusahaan): Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu perusahaan besar dan perusahaan
132
kecil. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan hasil logaritma dari total asset (Guna dan Herawaty 2010). Size = log dari total assets Leverage: perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva suatu perusahaan (Guna dan Herawaty 2010). Skala pengukuran yang digunakan dalam pengukuran ini adalah skala ratio. Rumus yang digunakan untuk mengukur variabel leverage adalah: Leverage =
����� ������ ����� �����
Return On Assets (ROA): Profitabilitas merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total asset (Guna dan Herawaty 2010). Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Asset yang dirumuskan sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
Alfian Arifin
Return On Assets (ROA) =
���� ������ ������� �����
Kepemilikan Institusional: merupakan proporsi saham yang dimiliki oleh pihak investor institusi terhadap jumlah saham perusahaan yang beredar (Guna dan Herawaty 2010). Kepemilikan institusional Kepemilikan Institusional =
diukur dengan menggunakan skala ratio melalui persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor institusi dibandingkan dengan total saham perusahaan yang beredar.
������ ����� ���� �������� �������� ��������� ����� ����� ����� ���������� ���� �������
Kepemilikan Manajemen: adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan dengan principles. Kepemilikan manajemen ini diiukur dengan menggunakan skala nominal melalui variabel dummy yakni angka 1 mewakili jika ada kepemilikan manajerial di perusahaan, dan angka 0 jika tidak ada kepemilikan manajerial di perusahaan. Kepemilikan Manajemen diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu: 1 = Mewakili jika ada kepemilikan manajerial di perusahaan. Komisaris Independen =
����� �����
0 = Mewakili jika tidak ada kepemilikan manajerial di perusahaan. Komisaris Independen: merupakan anggota dewan komisaris yang bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya dengan anggota perusahaan sehingga tingkat independensi yang dimiliki tidak dapat dipengaruhi oleh hal lainnya. Komisaris Independen diukur dengan menggunakan skala ratio melalui persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan. Pengukuran ini sesuai dengan pengukuran yang dilakukan oleh Isnanta (2008) dalam Guna dan Herawaty (2010).
������ ������� ����� ��������� ���� ���� ���������� ������� ������� ����� ��������� ����������
Komite Audit: merupakan sekelompok anggota komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertujuan untuk mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajer. Komite audit diukur dengan menggunakan skala ratio jumlah anggota komite audit (Al-Matari et al. 2012).
Komite Audit anggota Komite Audit
=
Jumlah
HASIL PENELITIAN Hasil Pemilihan Sampel Metode yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu purposive sampling method dimana pemilihan sampel dilakukan berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
digunakan dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 169 perusahaan
November 2013
yang dipilih berdasarkan kriteria berikut ini:
Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel Keterangan
Perusahaan
Data
Total seluruh perusahaan non keuangan selama tahun 2009-2012 Perusahaan non keuangan yang tidak terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia
416
1664
(99)
(396)
Perusahaan non keuangan yang tidak mengalami laba positif
(122)
(488)
Perusahaan non keuangan yang tidak memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember
(3)
(12)
Perusahaan non keuangan yang tidak mengeluarkan laporan keuangan tahunan dengan menggunakan mata uang rupiah Total perusahaan dan data yang digunakan dalam penelitian
(23)
(92)
169
676
Hasil pengujian normalitas residual yang menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai asymp. Sig <
Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Minimum Maximum Mean
Variabel
N
MAN_LABA
676
0,00002132
Big Size
676 676
Leverage
676
0 10,3917985 9 0,01947071
ROA
676
0,00066300
KEP_INST
676
0,02078946
KEP_MAN KOM_INDP
676 676
0 0,16666667
KOM_AUD
676
2
0,5814208 7 1 14,330401 60 0,8664402 5 0,4161995 9 0,9896587 3 1 1,0000000 0 7
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 21.0
134
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual data yang digunakan tidak berdistribusi normal.
Std. Deviation
0,0732843474
0,0757266770
0,37 12,26481170
0,484 0,6993485973
0,4453992878
0,1829882192
0,0873909482
0,0744593508
0,6630032408
0,2039505511
0,48 0,3947879044
0,500 0,1101491754
3,13
0,509
ISSN: 1410 -9875
Alfian Arifin
Tabel 3. Hasil Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas Multikolinearitas Variabel Big Size Leverage ROA KEP_INST KEP_MAN KOM_IND KOM_AUD
Sig. 0,191 0,126 0,000 0,000 0,114 0,108 0,042 0,172
Tolerance 0,694 0,681 0,859 0,764 0,918 0,966 0,961 0,889
RES_2
VIF 1,441 1,468 1,164 1,308 1,089 1,035 1,040 1,125
Autokorelasi Sig.
0,159
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 21.0
Hasil pengujian heteroskedastisitas, ditunjukkan bahwa nilai signifikansi pada variabel independen Leverage, ROA dan Komisaris Independen lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan, nilai signifikansi pada variabel Big, Size, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, dan Komite Audit lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian Multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang saling berhubungan yang ditunjukkan dengan nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan uji Breusch-Godfrey. Nilai signifikansi (sig.) dari RES_2 sebesar 0,159 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan nilai R sebesar 0,231 sehingga
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen yaitu Big (Ukuran KAP), Size (Ukuran Perusahaan), Leverage, Return On Assets (ROA), Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen, dan Komite Audit dengan variabel dependen yaitu Manajemen Laba memiliki hubungan yang rendah dan positif. Sedangkan, nilai dari Adjusted R Square (R2) adalah 0,042 yang berarti besarnya variasi dari variabel dependen yaitu Manajemen Laba yang dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen yaitu Big (Ukuran KAP), Size (Ukuran Perusahaan), Leverage, Return On Assets (ROA), Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen, dan Komite Audit adalah sebesar 4,2% dan sisanya sebesar 95,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan oleh model regresi dalam penelitian ini. Uji F dilakukan untuk menunjukkan kelayakan suatu model untuk dilakukan pengujian. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 maka
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
dapat disimpulkan bahwa model
November 2013
penelitian fit.
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi, uji F, dan Uji t Uji Korelasi Uji F R
R Square
0,231
0,054
Variabel (Constant)
B 0,017
Adjusted R Square 0,042 Uji t Sig.
Size Leverage ROA
0,292 0,000 0,088 0,159 0,011
KEP_INST KEP_MAN KOM_INDP KOM_AUD
0,924 0,000 0,000 0,450
-0,010 -0,025 0,002
Sig.
4,713
0,000
Kesimpulam
0,774
-0,007 Big
F
0,090 0,335 0,677
Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh Tidak Berpengaruh
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS 21.0
Big (Ukuran KAP) memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,292. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,292 > α = 0,05 maka Ha1 tidak diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Big (Ukuran KAP) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini mengidentifikasi bahwa praktik Manajemen Laba tetap dilakukan oleh perusahaan walaupun perusahaan tersebut diaudit oleh KAP big-four. Karena ukuran KAP tidak dapat menjamin dapat meminimalisir terjadinya praktik Manajemen Laba di dalam perusahaan. Size (Ukuran Perusahaan) memiliki nilai signifikan (sig.)
136
sebesar 0,924. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,924 > α = 0,05 maka Ha2 tidak diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Size (Ukuran Perusahaan) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya nilai suatu perusahaan belum dapat mencerminkan adanya kecenderungan perusahaan akan melakukan Manajemen Laba atau tidak. Leverage memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,000. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,000 < α = 0,05 maka Ha3 diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Leverage
ISSN: 1410 -9875
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini menunjukkan jika nilai leverage semakin besar maka akan memotivasi manajemen untuk melakukan Manajemen Laba demi mempertahankan penilaian yang baik dari para investor mengenai kondisi perusahaan, serta menciptakan laporan keuangan yang baik agar dapat menarik perhatian para investor. Return On Asset (ROA) memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,000. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,000 < α = 0,05 maka Ha4 diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Return On Asstes (ROA) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan dapat menjadi indikator terjadinya praktik Manajemen Laba dalam suatu perusahaan karena profitabilitas merupakan suatu indikator yang digunakan dalam menentukan kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kepemilikan Institusional memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,450. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,450 > α = 0,05 maka Ha5 tidak diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya saham yang dimiliki oleh pihak-pihak institusi tidak menutup
Alfian Arifin
kemungkinan terjadinya praktik Manajemen Laba. Walaupun pihak institusi dinilai dapat memonitoring kinerja perusahaan dengan lebih intensif namun pihak manajemen tetap memiliki kesempatan untuk melakukan praktik Manajemen Laba, karena walau bagaimanapun pihak Manajemen lah yang paling memahami kondisi internal perusahaan. Kepemilikan Manajemen memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,090. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,090 > α = 0,05 maka Ha6 tidak diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Kepemilikan Manajemen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini menunjukkan walaupun pihak manajemen memiliki persentase kepemilikan didalam perusahaan namun tidak menutup kemungkinan adanya perbedaaan kepentingan dengan para investor lainnya. Dengan adanya perbedaan kepentingan inilah yang dapat menimbulkan praktik Manajemen Laba di suatu perusahaan. Komisaris Independen memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,335. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,335 > α = 0,05 maka Ha7 tidak diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini dikarenakan keberadaan komisaris independen tidak dapat meminimalisir terjadinya praktik Manajemen laba walaupun komisaris independen telah mengawasi kinerja para manajemen secara rutin, namun
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
pihak manajemen tetap bisa melakukan praktik Manajemen Laba. Komite Audit memiliki nilai signifikan (sig.) sebesar 0,677. Nilai signifikansi (sig.) sebesar 0,677 > α = 0,05 maka Ha8 tidak diterima, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Komite Audit tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba secara individual. Hal ini dikarenakan masih terdapat perusahaan yang memposisikan keberadaan komite audit sebagai salah satu instrumen GCG yang hanya dilakukan untuk memenuhi syarat regulasi saja tanpa dimaksudkan menegakkan GCG didalam perusahaan yang dilakukan secara efektif dan efisien. PENUTUP Big (Ukuran KAP) tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kono dan Yuyetta (2013). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Amijaya dan Prastiwi (2013). Size (Ukuran Perusahaan) tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Yendrawati dan Nugroho (2012). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Amijaya dan Prastiwi (2013). Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten
138
November 2013
dengan penelitian Amijaya dan Prastiwi (2013). Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Memis dan Cetenak (2012). Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Hayati dan Gusnardi (2012). Kepemilikan Manajemen tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Ujiyantho dan Pramuka (2007). Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Hayati dan Gusnardi (2012). Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba secara individual. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Guna dan Herawaty (2010). Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Makhdalena (2012). Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yakni: Sampel penelitian yang digunakan hanya terbatas pada perusahaan
ISSN: 1410 -9875
manufaktur maupun perusahaan non manufaktur (kecuali perbankan, lembaga keuangan dan perusahaan efek) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan selama 4 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbesar sampel penelitian dengan menggunakan sampel dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia termasuk perbankan, lembaga keuangan dan perusahaan efek ke dalam penelitian agar dapat mengungkapkan hasil yang lebih menyeluruh, Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode penelitian sehingga hasil penelitian dapat mewakili keseluruhan populasi yang ada. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada delapan
Alfian Arifin
variabel, yaitu Big (Ukuran KAP), Size (Ukuran Perusahaan), Leverage, Return on Assets (ROA), Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajemen, Komisaris Independen, dan Komite Audit, Adanya data variabel dalam penelitian ini yang tidak berdistribusi normal dan terjadi masalah heteroskedastisitas pada variabel independen Leverage, Return On Assets (ROA) dan Komisaris Independen. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini seperti: variabel audit tenur, variabel audit industri spesialisasi, dan variabel jumlah dewan direksi, Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan jumlah data penelitian, sehingga diharapkan data dapat berdistribusi normal dan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
REFERENSI Al-Matari, Ebrahim Mohammed et al,. 2012. “The Impact of Board Characteristic On Firm Performance : Evidence From Nonfinancial Listed Companies in Kuwaiti Stock Exchange”. International Journal of Accounting and Financial Reporting, Vol. 2, No. 2. Amijaya, Muhammad Dody dan Andri Prastiwi 2013. “Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba”. 3Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 2, No. 3, Hlm. 1-13. Bangun, Nurainun dan Vincent 2008. “Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dengan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi, Vol. XII, No. 3, Hlm. 289-302. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Universitas Diponegoro. Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty 2010. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, Hlm. 53-68.
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Handayani, RR Sri dan Agustono Dwi Rachadi 2009. “Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, Hlm. 33-56. Hayati, Annur Fitri dan Gusnardi 2012. “Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi, Vol. XVI, No. 3, Hlm. 364-379. Herawaty, Vinola 2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, Hlm. 97108. Kono, Fransiska Dian Permatasari dan Etna Nur Afri Yuyetta 2013. “Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi Industri KAP, Audit Tenur, dan Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba”. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No. 3, Hlm. 1. Makhdalena. 2012. “Pengaruh Proporsi Komisaris Independen dan Komposisi Komite Audit terhadap Earnings Management”. Jurnal Akuntansi, Vol. XVI, No. 3, Hlm. 336-349. Memis, Mehmet Unsal dan Emin Huseyin Cetenak 2012. “Earnings Management, Audit Quality and Legal Environment : An International Comparison”. International Journal of Economic and Financial Issues, Vol. 2, No. 4, pp. 460-469. Restuningdiah, Nurika 2011. “Komisaris Independen, Komite Audit, Internal Audit, dan Risk Management Committee Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 15, No. 3, Hlm. 351-362. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik. Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi X. Widyaningdyah, Agnes Utari 2001. “Analisis Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3, No. 2, Hlm. 89-101. Yendrawati, Rena dan Wahyu Agung Setyo Nugroho 2012. “Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16, No. 2, Hlm. 188-195.
140
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 1a, Is. 1, November 2013, Hlm. 141-156
ISSN: 1410 -9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
DETERINANTS OF DIVIDEND POLICY ON LISTED MANUFACTURING COMPANIES ARLEEN HERAWATY STIE Trisakti
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to find the influence of managerial ownership, institutional ownership, debt policy, profitability, firm size, solvability, growth potential and collateral assets on dividend policy. This research is developed based on the previous research carried out by Dewi (2008). Data population of this research were all companies listed in Indonesia Stock Exchange. The data were taken from manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange for three years (2008-2010). The sample selection was based on purposive sampling. Only 31 companies met the criteria and taken as sample. The research used regression for examining the hypothesis. The result of this research indicate that managerial ownership, firm size, growth potential and collateral assets do not have any influence on dividend policy while institutional ownership, debt policy, profitability and solvability have influence on dividend policy. Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability, Firm Size, Solvability, Growth Potential, Collateral Assets and Dividend Policy Abstract: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, solvabilitas, potensi pertumbuhan dan aset jaminan terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2008). Populasi data penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun (2008-2010). Pemilihan sampel berdasarkan purposive sampling. Hanya 31 perusahaan yang memenuhi kriteria dan diambil sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan regresi untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, potensi pertumbuhan dan aset jaminan tidak memiliki pengaruh pada kebijakan dividen sementara kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan solvabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Kata kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Potensi Pertumbuhan, Aset Jaminan dan Kebijakan Dividen PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini, keadaan ekonomi dunia yang terus meningkat mengakibatkan tingginya minat para investor dalam negeri maupun investor asing untuk melakukan investasi seperti properti, mata uang asing, deposito, emas, saham, obligasi, dan lain-lain. Salah satu bentuk investasi yang banyak diminati adalah saham. Dividen menjadi salah satu daya tarik utama bagi para investor dalam menginvestasikan modalnya melalui saham. Besar kecilnya dividen yang diberikan suatu perusahaan akan menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dipandang dari sisi eksternal. Kebijakan dividen merupakan pertimbangan yang penting yang harus dilakukan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen akan mempertimbangkan apakah sebaiknya laba yang diperoleh dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, atau ditahan yang kemudian digunakan untuk membiayai investasi di masa yang akan datang. Menentukan kebijakan dividen berkaitan dengan perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham, atau dikenal dengan konflik keagenan. Oleh karena begitu banyak faktor-faktor pertimbangan dalam menentukan kebijakan dividen, pihak manajemen harus berhati-hati dan bijaksana karena setiap keputusan memiliki risiko masing-masing, baik kepada pihak internal maupun dipandang dari pihak eksternal.
142
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2008). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: (1) Penelitian sebelumnya menggunakan lima variable independen yaitu kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan. Sedangkan pada penelitian ini penulis menambah tiga variabel lain yaitu growth potential, solvabilitas, dan collateral asset. (2) Periode pengambilan data dalam penelitian sebelumnya menggunakan tahun 2002 sampai dengan 2005, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2008 sampai dengan 2010 agar hasil penelitian lebih mencerminkan keadaan terkini. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, growth potential, solvabilitas, dan collateral asset terhadap kebijakan dividen. Secara garis besar penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yang saling berkaitan. Bagian pertama yaitu pendahuluan membahas tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bagian kedua yaitu rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis membahas pokok landasan teori yang berkaitan dengan
ISSN: 1410 -9875
penelitian, model penelitian, dan pengembangan hipotesis meliputi kebijakan dividen, kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, solvabilitas, growth potential, dan collateral asset. Bagian ini juga akan membahas perumusan hipotesis yang dikembangkan dari penelitian sebelumnya. Bagian ketiga yaitu metoda penelitian membahas mengenai bentuk penelitian, objek penelitian, definisi operasional masing-masing variabel dan pengukurannya, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Bagian keempat analisa dan pembahasan membahas mengenai statistik deskriptif, hasil uji kualitas data dan pengujian hipotesa penelitian. Dan bagian penutup memuat rangkuman hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya untuk menjawab masalah penelitian, mengemukakan keterbatasan penelitian, serta rekomendasi yang berisi masukan bagi penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Tarjo dan Hartono (2003) dalam Dewi (2008) menyatakan teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemilik saham sering kali bertentangan sehingga dapat terjadi konflik diantaranya. Hal tersebut sering terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi, sedangkan pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal tersebut akan menambah biaya bagi
Arleen Herawaty
perusahaan dan akan menurunkan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. Akibat dari perbedaan itulah maka terjadi konflik yang biasa disebut agency conflict (Dewi, 2008). Masalah keagenan terkait dengan penelitian ini adalah masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Pemegang saham (principal) bertujuan untuk memaksimumkan kekayaan dengan melihat nilai sekarang dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi perusahaan, sedangkan manajer seringkali memiliki tujuan yang berbeda yakni pada peningkatan pertumbuhan dan ukuran perusahaan (Fadah dan Rian,2007). Suhartono (2004) mengatakan bahwa salah satu cara untuk menurunkan agency cost adalah mempergunakan lebih banyak debt financing. Cara lain untuk menurunkan agency cost bagi perusahaan adalah dengan cara membayar proporsi yang lebih besar dari penghasilannya sebagai dividen bagi para pemegang saham. Begitu juga bila pemegang saham juga sekaligus pemegang kendali perusahaan (manajemen), selama manajer mengharapkan efek kesejahteraan yang lebih pada keputusannya, maka semakin besar kepemilikan oleh manajemen akan semakin menurunkan agency cost. Bird in the Hand Theory Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Mengutip pendapat Gordon dan Lintner dari Suhartono (2004: 44) bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. Merton Miller dan Franco Modigliani (MM) (1961) dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan keuntungan modal.Mereka menamakan pendapat GordonLintner sebagai kekeliruan bird-inthe-hand theory, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula. Dividen Menurut Kimmel et al. (2010: 608) dividen merupakan distribusi kas ataupun saham oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya berdasarkan proporsi kepemilikan atau pro rata. Dividen dapat dinyatakan dengan dua cara: (1) sebagai persentase dari nilai par saham, atau (2) sebagai nilai mata uang per lembar saham. Pada umumnya dividen dinyatakan sebagai nilai mata uang per saham. Kepemilikan Managerial Nuringsih (2005) menyatakan pendapat Chen dan Steiner (1999) bahwa manajer mendapat kesempatan untuk terlibat pada kepemilikan saham dengan tujuan
144
November 2013
untuk menyetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen yang rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi. Kepemilikan Institusional Menurut Listyani (2003) dalam Dewi (2008) kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi pada akhir tahun yang diukur dalam persentase. Scott (2000) dalam Dewi (2007) menyatakan tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingannya sendiri. Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003), Crutchley et al. (1999) menyatakan bahwa dari sudut pandang perusahaan, kepemilikan institusional mampu mengurangi konflik keagenan dan karenanya manajer akan mengurangi kepemilikannya, kebijakan hutang, dan dividen. Namun dari sudut pandang pemilik (investor) institusional mungkin akan lebih tertarik untuk berinvestasi saham pada perusahaan dengan mekanisme kontrol yang tinggi dan dividen yang tinggi. Hal ini dapat dipahami karena sebagai pemilik apalagi dengan kepemilikan yang relatif tinggi berharap investasinya di suatu perusahaan aman, mempunyai return yang tinggi baik dalam bentuk dividen maupun capital gain.
ISSN: 1410 -9875
Kebijakan Hutang Keputusan pendanaan bertujuan untuk memperoleh dana dengan biaya yang paling murah. Sumber pendanaan tersebut dapat berasal dari bank maupun pasar modal. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan obligasi maupun saham (Hadianto dan Herlina, 2010). Ketika perusahan melakukan peminjaman uang lewat bank maupun penerbitan obligasi lewat masyarakat, maka perusahaan harus berkomitmen untuk membayarkan bunga beserta pokok pinjamannya secara periodik. Namun pada kenyataannya, bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih, 2005). Risiko yang tinggi ini mendorong perusahaan untuk menjaga aliran kasnya untuk membayar hutang beserta pokok pinjamannya sehingga perusahaan menurunkan pembayaran dividen pada pemegang saham. Perusahaan yang tidak membayar dividen diprediksi memiliki rasio hutang yang tinggi karena harus berkonsentrasi dalam membayar bunga dan pokok pinjamannya sedangkan perusahaan yang membayar dividen diperkirakan memiliki rasio hutang yang rendah. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sekaligus juga sebagai indikator utama yang menunjukkan kapasitas perusahaan dalam membayarkan dividen (Hadianto dan Herlina, 2010). Menurut Lintner (1956) dalam Marpaung dan Hadianto (2009), laba tahun berjalan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Arleen Herawaty
pembayaran dividen saat ini selain dividen tahun sebelumnya. Perusahaan penghasil profit mampu membayar dividen sekaligus menyimpan dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai investasinya. Semakin tinggi laba maka semakin tinggi aliran kas dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat membayar dividen lebih tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar keuntungan sebagai sumber dana internal. Pada Return on Asset (ROA) tinggi dibayarkan dividen rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Ukuran Perusahaan Pada tahun 1994 Vogt mengidentifikasikan bahwa ukuran atau besarnya perusahaan memainkan peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan (Dewi, 2008). Hal tersebut juga dinyatakan oleh Jeong (2008) dalam Ahmed dan Javid (2009). Perusahaan yang besar cenderung untuk lebih mature dan mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal sehingga akan mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan internal dan akan memberikan pembayaran dividen yang tinggi (Dewi, 2008). Menurut Dewi (2008), Chang dan Ree (1990) menyatakan tujuan pembayaran dividen yang tinggi adalah untuk menjaga reputasi perusahaan di mata investor potensial maupun aktual. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aset rendah akan membagikan dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit dialokasikan pada laba ditahan yang
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
digunakan untuk menambah aset. Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah. Solvabilitas Solvabilitas atau kemampuan membayar hutang didefinisikan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang (Setiati, 2006). Robert Ang (1997) dalam Shitawati (2006) menyatakan bahwa apabila dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan lebih kecil daripada dana yang disediakan para kreditor berarti perusahaan sangat bergantung pada para kreditor, sehingga kreditor mempunyai peranan yang lebih besar untuk mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio solvabilitas rendah berarti perusahaan tersebut mempunyai risiko kerugian lebih kecil ketika keadaan ekonomi merosot dan juga mempunyai kesempatan memperoleh laba yang rendah ketika ekonomi melonjak dengan baik, begitu pula sebaliknya. Jika perusahaan telah memiliki kewajiban hutang, maka akan membatasi perusahaan untuk mempertahankan atau mengubah dividennya. Oleh karena itu kebijakan dividen harus benar-benar memperhatikan posisi hutang dan aktivanya (Setiati, 2006). Growth Potential Jeong (2008) dalam Ahmed dan Javid (2009) menyatakan bahwa faktor pertumbuhan memainkan peran yang sangat penting dalam kelancaran pembagian dividen. Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin
146
November 2013
besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut (Marpaung dan Hadianto, 2009). Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang, perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham. Pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi jika kondisi perusahaan sangat baik. Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan. Collateral Asset Collateral asset adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Menurut Wahidawati (2001) dalam Fauz dan Rosidi (2007), kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Collateral asset diukur dengan membagi antara aktiva tetap terhadap total aktiva. Tingginya collateral asset yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga perusahaan dapat membayar dividen dalam jumlah besar, sebaliknya semakin rendah collateral asset yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga kreditor akan menghalangi perusahaan untuk membayar dividen dalam jumlah besar kepada
ISSN: 1410 -9875
Arleen Herawaty
pemegang saham karena takut piutang mereka tidak dibayar. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha₁ : Kepemilikan managerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha� : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Ha� : Ha� Ha� Ha� Ha�
Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. : Solvabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. : Growth potential berpengaruh terhadap kebijakan dividen. : Collateral asset berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Kepemilikan Managerial Kepemilikan Institusional Kebijakan Hutang Profitabilitas Kebijakan Dividen
Ukuran Perusahaan Solvabilitas Growth Potential Collateral Asset Gambar 2.1 Model Penelitian METODA PENELITIAN Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi penelitian. Sampel yang dipilih dari populasi adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Unit yang dianalisis
dalam penelitian ini adalah perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk memilih sampel penelitian. Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan sampel berdasarkan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan syarat-syarat tertentu. Adapun kriteria yang ditetapkan
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
dalam memilih sampel, antara lain: (1) Perusahaan manufaktur yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan 2010. (2) Perusahaan memiliki laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. (3) Perusahaan memiliki laporan keuangan yang berakhir 31 Desember setiap tahunnya. (4) Perusahaan memiliki laba setelah pajak secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. (5) Perusahaan membayarkan dividen secara konsisten setiap tahun selama periode pengamatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang berjumlah 133 perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat 4 perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah, 47 perusahaan yang tidak memiliki laba secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, dan 51 perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sehingga sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan yang berjumlah 93 data. Definisi Operasional Pengukuran Variabel Kebijakan Dividen ����������� ������������� �
148
dan
November 2013
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang menggunakan skala rasio dan proksi dividend payout ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Pengukuran atas dividend payout ratio ini menggunakan dengan skala rasio. Dividend payout ratio (DPR) dihitung dengan cara membagi dividen per lembar saham dengan earnings per lembar saham (Kusmini, 2003). �������� ������ ����� �
�������� ��� ����� ������� ��� �����
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Hatta, 2002). Variabel kepemilikan manajerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan manajerial. . D = 1 untuk perusahaan yang terdapat kepemilikan manajerial dan D = 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder, yaitu kepemilikan individu atau atas nama perorangan di atas 5%, tetapi tidak termasuk ke dalam golongan kepemilikan insider (Ismiyanti dan Hanafi, 2003).
������ ����� ��������� � ������ ����� ����������� ������ �����
ISSN: 1410 -9875
Arleen Herawaty
Kebijakan Hutang Smith dan Skousen (1992) dalam Dewi (2008) menyatakan hutang (liabilities) telah didefinisikan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika Serikat sebagai pengorbanan manfaat ekonomi yang kemungkinan besar akan terjadi di masa mendatang akibat adanya keharusan badan usaha tertentu pada saat ini untuk mentransfer aktiva dan memberikan pelayanan kepada badan usaha lain di masa mendatang sebagai akibat dari transaksi dan peristiwa masa lalu. Kebijakan hutang menggunakan skala rasio yang diproksi dengan DER (debt equity ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total ekuitas pemegang saham (Hadianto dan Herlina, 2010). ���� ������ ����� �
����� ����
����� ������
Profitabilitas Profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan penjualan, total aktiva, dan total ekuitas (Hanafi, 2004). Mengikuti Dewi (2008), Suharli (2007), Marpaung dan Hadianto
(2009), maka profitabilitas menggunakan skala rasio yang diproksi dengan return on asset (ROA). ROA merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. ��� ������ ��� � ����� ������ Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan didefinisikan sebagai tingkat penjualan, jumlah tenaga yang terlibat dan total asset atau menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan (Dewi, 2008). Proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset (Chrutchley dan Hansen, 1989) atau natural log market capitalization (Chen dan Steiner, 1999). Penelitian ini menggunakan proksi log natural dari total aset (Ln TA) tiap tahun. Solvabilitas Daya pinjam (solvabilitas) didefinisikan dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Daya pinjam perusahaan dapat diukur dengan rasio Debt to Asset yaitu dengan membandingkan total hutang perusahaan dengan total aset perusahaan.
���� �� ����� �
����� ���� ����� �����
2002). Pengukuran growth potential Growth Potential Growth potential adalah potensi menggunakan skala rasio. Indikator pertumbuhan perusahaan yang untuk faktor ini adalah tingkat diukur dengan rasio selisih total pertumbuhan campuran yang diatur assets pada tahun t dengan total tiap tahun dalam total assets. assets pada tahun t-1 (Sudarsi, ����� ������ � � ����� ������ ��� ������ ��������� � ����� ������ ���
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang berjumlah 133 perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan data, terdapat 4 perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang Rupiah, 47 perusahaan yang tidak memiliki laba secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, dan 51 perusahaan yang tidak membagikan dividen secara konsisten dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sehingga sampel perusahaan yang
Collateral Assets Collateral assets adalah aset perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan peminjaman. Kreditor seringkali meminta jaminan berupa aktiva ketika memberi pinjaman kepada perusahaan yang membutuhkan pendanaan (Fauz dan Rosidi, 2007). Collateral assets diukur menggunakan skala rasio dengan membagi antara aktiva tetap terhadap total aktiva. ���������� ������ �
November 2013
����� ������
����� ������
digunakan dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan yang berjumlah 93 data. Dikarenakan data berdistribusi normal maka tidak dilakukan uji outlier. Statistik Deskriptif Hasil pengolahan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
ANALISA DAN PEMBAHASAN Deskriptif Objek Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
150
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DPR
93
.031908
1.421666
.42995652
.272336092
KEPMNJR
93
0
1
.48
.502
KEPINS
93
32.33
98.18
72.8885
18.94759
DER
93
.026056
2.753286
.63919814
.552086154
ROA
93
.007657
.406695
.13229961
.076371003
SIZE
93
11.298989 30.361885
23.12843445
5.534271232
DAR
93
.094303
.948193
.38566761
.206904677
GP
93
-.323544
.703425
.12215404
.141200197
CA
93
.002047
.681725
.29771084
.145619170
Valid N (listwise)
93
ISSN: 1410 -9875
Arleen Herawaty
Hasil uji statistik t dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Statistik t Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Model 1
(Constant) KEPMNJR KEPINS DER ROA SIZE DAR GP CA
B .268 -.016 .003 .133 .898 -.009 -.402 .087 .292
Std. Error .230 .058 .001 .056 .400 .005 .172 .185 .190
Berdasarkan Tabel di atas variabel kepemilikan manajerial (KEPMNJR) memiliki nilai signifikansi 0.788 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau kepemilikan manajerial (KEPMNJR) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio (DPR). Variabel kepemilikan institusional (KEPINS) memiliki nilai signifikansi 0,040 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau kepemilikan institusional (KEPINS) berpengaruh secara positif terhadap dividend payout ratio (DPR). Sehingga apabila kepemilikan institusional suatu perusashaan meningkat, maka dividen yang dibayarkan juga akan mengalami peningkatan. Variabel kebijakan hutang (DER) memiliki nilai signifikansi 0,019 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau kebijakan hutang (DER) berpengaruh secara positif terhadap dividend payout
Sig.
Beta -.029 .213 .270 .252 -.175 -.305 .045 .156
1.166 -.270 2.091 2.389 2.242 -1.697 -2.335 .472 1.537
.247 .788 .040 .019 .028 .093 .022 .638 .128
ratio (DPR). Sehingga apabila perusahaan mampu membayarkan hutangnya dengan lancar, maka dividen yang dibayarkan akan mengalami peningkatan. Variabel profitabilitas (ROA) memiliki nilai signifikansi 0,028 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau profitabilitas (ROA) berpengaruh secara positif terhadap dividend payout ratio (DPR). Sehingga semakin meningkat profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin meningkat pula tingkat pembayaran dividen. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai signifikansi 0,093 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio (DPR). Variabel solvabilitas (DAR) memiliki nilai signifikansi 0,022 lebih kecil dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� diterima atau solvabilitas (DAR) berpengaruh secara negatif
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
terhadap dividend payout ratio (DPR). Sehingga semakin tinggi nilai solvabilitas suatu perusahaan, semakin rendah tingkat pembayaran dividennya. Variabel growth potential (GP) memiliki nilai signifikansi 0,638 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau growth potential (GP) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio (DPR). Variabel collateral assets (CA) memiliki nilai signifikansi 0,128 lebih besar dari alpha (α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha� gagal diterima atau collateral assets (CA) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio (DPR). PENUTUP Berdasarkan hasil uji statistik t, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepemilikan manajerial (KEPMNJR) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhan (2011), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Dewi (2008). 2. Kepemilikan institusional (KEPINS) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi (2008), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Ramadhan (2011). 3. Kebijakan hutang (DER) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ismiyanti dan Mahadwartha (2005), akan tetapi tidak
152
November 2013
konsisten dengan penelitian Ramadhan (2011). 4. Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Dewi (2008), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Ismiyanti dan Hanafi (2003). 5. Ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nuringsih (2005), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Dewi (2008). 6. Solvabilitas (DAR) berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kadir (2009), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Arilaha (2007). 7. Growth potential (GP) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sudarsi (2002), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Wahyudi dan Baidori (2008). 8. Collateral assets (CA) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Wahyudi dan Baidori (2008) serta Fauz dan Rosidi (2007). Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan penelitian sebagai berikut: (1) Data yang digunakan dalam penelitian mengandung heteroskedastisitas pada variabel kebijakan hutang (DER) dan profitabilitas (ROA). (2) Data yang digunakan dalam penelitian terdapat autokorelasi. (3) Penelitian
ISSN: 1410 -9875
hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (4) Sampel penelitian hanya mengambil periode 3 tahun penelitian. (5) Penelitian hanya menggunakan 8 variabel independen yang diduga memberikan pengaruh terhadap variabel dependen yaitu dividend payout ratio. Adapun rekomendasi yang disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: (1) Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel agar tidak terjadi heteroskedastisitas. (2) Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel agar tidak
Arleen Herawaty
terjadi autokorelasi. (3) Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas populasi penelitian dan tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja agar semakin banyak sampel yang diteliti sehingga lebih mencerminkan keadaan sebenarnya. (4) Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas periode penelitian agar memperoleh hasil penelitian yang lebih baik. (5) Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel-variabel independen lain yang sekiranya mempengaruhi dividend payout ratio seperti risiko pasar, investment opportunity dan lainlain.
REFERENSI Ahmed, Hafeez, dan Attiya Javid. 2009. Dynamics and Determinants of Dividend Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial Listed Firms. International Research Journal of Finance and Economics: 148-171. Anil, K., dan Kapoor, S. 2008. Determinant of Dividend Payout Ratio – A Study of Indian Information Technology Sector, International Research Journal of Finance and Economics: 63-71. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April 2009: 5764. Dewi, S. C. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, 47-58. Fadah I., dan Rian D. 2007. Analisis Faktor-faktor Penentu Kebijakan Dividen (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ). Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No.1, April 2007: 14-29. Fauz, A., dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajeral, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang, dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 8, No. 2, Juni 2007: 259-267. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J. 2008. Principles of Managerial Finance. Twelfth Edition. Pearson Education: Prentice Hall. Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Ecometrics. Fifth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
November 2013
Hadianto, B., dan Herlina. 2010. Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan Utang dan Profitabilitas terhadap Kemungkinan Dibayarkannya Dividen (Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 3, No. 1, 53-73. Hanafi, M.M. 2004. Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE-UGM. Handayani, Dwi R., dan Bambang Hadinugroho. 2009. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2001-2005). Fokus Manajerial, Vol. 7, No. 1, 2009: 64-71. Ismiyanti dan Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposum Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober 2003: 260-277. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting, Vol. 2. IFRS Edition. John Willey and Sons Inc. Kimmel, Paul D., Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald D. 2010. Acoounting Principles. Ninth Edition. John Willey dan Sons Inc. Marpaung, E. I., dan Hadianto. 2009. Pengaruh Solvabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol. 1, No. 1, Mei 2009: 70-84. Nuringsih, K. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen : Studi 19951996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, 103-123. Ramadhan, Syahril. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. AKTIVA, Volume 4 Nomor 6 Februari 2011: 80-100. Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Parametrik. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Setiati, Fita. 2006. Analisis Pengaruh Sejumlah Faktor Terhadap Perubahan Dividen di Perusahaan Go Publik. SOSIAL, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial ISSN 1858-2265, Vol. 2, No. 1, Februari 2006: 36-40. Shitawati, F. Artin. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris: Bank Umum di Indonesia Periode 2001-2004). Semarang: Universitas Diponegoro. Sudarsi, Sri. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9, No. 1, Maret 2002: 76-88. Suharli, M. 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Jurnal Maksi Vol. 6, No. 2, Agustus 2006: 243-256. Suhartono. 2004. Pengaruh Insider Ownership, Net Organizational Capital, dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Deviden. Kajian Bisnis Vol. 12, No. 1, 1 Januari 2006: 53-64.
154
ISSN: 1410 -9875
Arleen Herawaty
Sumaldiman, dan Aziz, Ahmad. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 1, No. 1, Januari 2006: 53-64. Sumani. 2012. Analisis Pengaruh Return on Equity, Current Ratio, Debt to Asset Ratio, dan Earning Per Share terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Non Jasa Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 101, Nomor 11, Maret 2012: 60-70. Tarigan, Immi Fiska, dan Toto Sugiharto. 2010. Influence of ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Debt To Total Asset and Earnings Pershare on Dividend Policy (House / Dividend Payout Ratio). Universitas Gunadarma. Wahyudi, Eko, dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateral Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 3, Desember 2008:474-483. Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel and Donald E. Kieso. 2010. Financial Acoounting. IFRS Edition. John Willey and Sons Inc.
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 1
Halaman ini sengaja dikosongkan
156
November 2013