EDISI 022, OKTOBER 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Oktober 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Oktober 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, Ah.Mg. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. PANDE MADE RONY, S.ST. RIZKI ADZANI, S.ST. NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI. STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, Batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden—Julian Oscillation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015
7 9 10 12 12 15
Stamet Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN OKTOBER 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN OKTOBER 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN OKTOBER 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM OKTOBER 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 022 — OKTOBER 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan September 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2015 adalah sebagai berikut : - Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam secara umum berada pada kisaran dibawah normal terhadap rata-ratanya namun untuk wilayah Tanjung Uncang curah hujan bersifat normal. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-150 mm. Angin bertiup dengan kecepatan 18 hingga 28 km/jam, kondisi angin ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. - Untuk kondisi atmosfer di bulan September 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan September berada
pada fase 1 hingga 7 dengan sifat lemah hingga kuat. Wila-
yah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Dalam hal ini, MJO melewati wilayah Indonesia dengan sifat lemah sehingga pada bulan September MJO kurang mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia termasuk Batam. Secara umum nilai OLR pada bulan September 2015 bernilai cukup rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau yaitu sekitar 180 sampai 240. Nilai OLR yang cukup rendah ini menunjukkan tutupan awan konvektif yang tebal di wilayah Kepulauan Riau. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan September 2015 berkisar antara 25.0 0C hingga 31.0 0C . Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar 1.5 0C hingga 1.5 0C. Hal ini menunjukan pada bulan September 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya
II. Berdasarkan keluaran program
HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2015 hingga September 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Oktober 1999 s.d September 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.82109 dan RMSE (error) 13.8927 di prakiraan curah hujan bulan Oktober pada dasarian I di bawah normal, dasarian II normal, dan dasarian III dibawah normal.
Page 5
EDISI 022 — OKTOBER 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/ d 31 Agustus 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5° Lintang Utara ke 23.5° Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intramusiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-Agustus) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 fase. Fase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), fase-2 di samudera India bagian barat (60° BT – 80° BT), fase-3 di samudra India bagian timur (80° BT – 100° BT) fase-4 & fase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), fase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), fase-7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan fase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 022 — OKTOBER 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2015 1. Monsun Pada bulan September matahari telah berada di wilayah Bumi Bagian Utara menuju dalam penjalarannya ke Bumi Bagian Selatan dan mengalami pergerakan semu kurang lebih sejauh 13.7° yaitu dari 9.7°LU menuju 4.0°LS. Matahari melewati equator atau berada pada titik 0° atau disebut sebagai ‘September Equinox’ pada tanggal 23 September. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Selama bulan September 2015 tercatat ada satu kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Dujuan. Gbr.I Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan September 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan September 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/ images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan September 2015 berkisar antara 25.00C hingga 31.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum, termasuk Kepulauan Riau sebesar -1.5 - 1.5. Hal ini menunjukan pada bulan September 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan September 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan September, tekanan udara di BBS yang secara umum lebih tinggi dari pada BBU menyebabkan massa udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan dari arah selatan serta membentuk daerah pola belokan angin (shearline) dan pola daerah pertemuan angin (konvergensi). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara, sedangkan pola konvergen menyebabkan daerah-daerah pertemuan massa udara sehingga keduanya menimbulkan potensi pembentukan awan – awan konvektif.
Page 9
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan September 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 15 knot. Kondisi angin dengan kecepatan ini cukup mendukung dalam proses pembentukan banyak awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan September 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Selama bulan September, ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir September sebesar +2.20°C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) selama September 2015 berada pada kondisi dibawah normal dengan nilai pada akhir bulan Juli mencapai -17.1. Hal ini berpengaruh terhadap pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Juli di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino 3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Agustusan Oscillation ( MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR rata-rata pada bulan September di wilayah Indonesia, termasuk wilayah Kepulauan Riau, yaitu sekitar 180 sampai 220. Nilai OLR yang semakin kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Page 11
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan September 2015
Sumber: http://www.cpc.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/ olra_last30days-3plots.gif
b. Fase MJO (Madden Julian Oscillation) MJO pada bulan September berada pada fase 1 hingga 7 dengan sifat kuat hingga lemah. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 4. Pada gambar (9) MJO melewati wilayah Indonesia sehingga pada bulan September MJO cukup berpengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk Batam. Gbr.9 Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Page 12
EDISI 022 — OKTOBER 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir September IOD bernilai +0.810C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan September 2015, secara umum IOD kurang signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Gbr.10 Grafik IOD
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan September 2015 yang diterima dari stasiun / AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2015 adalah sebagai berikut: Lokasi
RR September 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
44.7
159.6
Bawah Normal
Mukakuning
5.2
139.5
Bawah Normal
Nongsa
87.0
147.1
Bawah Normal
Tg. Uncang
145.4
143.4
Normal
Pagoda
51.4
116.3
Bawah Normal
Piayu
0.2
132.3
Bawah Normal
Sengkua ng
63.8
148.4
Bawah Normal
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan September 2015
Page 13
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran di bawah normal hingga normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 0-150 mm.
Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan September 2015
Page 14
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan September 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Agustus 2015. Sebaran hujan tidak terlalu merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang, konsentrasi tertinggi berada di sebelah utara dan barat pulau Batam, jumlah curah hujannya berkisar antara 0-150 mm. Konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Nongsa dan Tanjung Uncang.
Page 15
EDISI 022 — OKTOBER 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan September 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan September 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 5,2 mm - 145,2 mm atau antara 2,0 % - 57,6 %. Curah hujan terendah terjadi di Mukakuning dan tertinggi di Uncang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan September 2015 terdapat 7 hari hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 44,7 mm atau berkisar 18,5% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 2,3 mm, dasarian II terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan 9,2 mm, dan dasarian III terjadi 4 hari dengan curah hujan 33,2 mm. Curah hujan tertinggi 18,1 mm terjadi pada tanggal 28 September 2015. Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan September 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 022 — OKTOBER 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,2 - 29.8 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan September adalah 23,8°C terjadi pada tanggal 30 September 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 34°C terjadi pada tanggal 23 September 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan September 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 73 % - 90 %. Kelembaban
udara terendah mutlak 43% terjadi pada tanggal 11 September 2015 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 98% terjadi tanggal 28 September 2015 pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan September 2015 lebih kering dibandingkan bulan Agustus 2015. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan September 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III September 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Tenggara sampai Selatan dengan kecepatan rata-rata 11 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Tenggara dengan kecepatan 34 km/jam terjadi pada tanggal 3 September 2015.
Page 17
EDISI 022 — OKTOBER 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN OKTOBER 2015 A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Oktober, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 4.0°LS menuju 16.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Oktober 2015 berada pada wilayah equator.
Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2015
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode September – Oktober -- November 2015
Bulan Oktober 2015
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/15/ glbbld_SON_sep2015.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/ composites/
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan September secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline). Pola angin shearline ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 18
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Oktober 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Selama bula September 2015 prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) terjadi El Nino sedang, Sedangkan menurut JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) dan BMKG menyatakan bahwa terjadi EL Nino Kuat. Dengan demikian, diprediksi akan terjadi perubahan yang cukup signifikan terdapat pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga awal Oktober menunjukkan kondisi dibawah normal dengan nilai mencapai -17.1. Sehingga diprakirakan untuk bulan Oktober 2015 di wilayah Indonesia akan terdapat pengurangan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya. Gbr.19 Grafik SOI Januari 2013 sampai dengan awal Oktober 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. MJO (Madden-Agustusan Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 01 Oktober s.d 15 Oktober 2015 MJO berada pada fase 7 sampai 8. Kondisi ini kurang mempengaruhi dalam penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO di wilayah Indonesia secara umum menunjukkan nilai -10 s.d +10 Wm-2. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau data anomali OLR pada 14 hari kedepan diprakirakan pada nilai --10 s.d +10. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Agustus cukup banyak.
Page 20
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan September 2015 dan Prakiraan Bulan Oktober 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 30 September 2015 dan prakiraan 14 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom
OLR_modes/h.6.ALL.EQ.html
Page 21
EDISI 022 — OKTOBER 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir September 2015 berada pada kisaran -0,50 C s.d 0,50 C (netral) dengan nilai terakhir +0.81 (gambar 7) dan prediksi bulan Oktober 2015 bernilai 0.91. Sedangkan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode Oktober 2015 bernilai 0.71 (gambar 8). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG menunjukan bahwa IOD pada bulan Oktober menurut BMKG dan BoM diprakirakan berada pada kondisi di atas normal sehingga diprakirakan pada bulan Oktober 2015 terjadi penambahan jumlah curah hujan dari bulan sebelumnya di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Batam. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Oktober 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/ Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Page 22
EDISI 022 — OKTOBER 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Oktober di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993 2014) diketahui:
Secara umum curah hujan di Batam terbagi menjadi dua daerah konsentrasi hujan selama bulan September, daerah Batam bagian Utara dann Timur curah hujannya 200 - 250 mm. Sedangkan Batam bagian Tengan, Selatan, Barat, Rempang dan Galang curah hujannya lebih sedikit yaitu 100 - 200 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Oktober 2015 tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan bulan September 2015, namun peluang jumlah intensitas curah hujan sedikit lebih besar.
Page 23
EDISI 022 — OKTOBER 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2015 hingga September 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Oktober 1999 s.d September 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.82109dan RMSE (error) 13.8927 Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Oktober 2015 diprakirakan:
Sifat Hujan Dasarian Pertama Di Bawah Normal
Jumlah Curah Hujan 39.2
Dasarian Kedua
Normal
45.9
Dasarian Ketiga
Di Bawah Normal
80.1
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I dan II berada di bawah normalnya, sedangkan dasarian II berada pada nilai normalnya.
Page 24
2.
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Oktober 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Rempang dan Galang Batam -
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Oktober 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2015
Page 25
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal Normal Bawah Normal
Batam, Rempang dan Galang
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2015
Page 26
V.
EDISI 022 — OKTOBER 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT OKTOBER 2015 Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan
Kepulauan Riau pada bulan Oktober 2015 yang dibuat oleh Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave-05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut:
Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Oktober 2015
TINGGI WILAYAH PERAIRAN
Batam - Tanjung Pinang
GELOMBANG (m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/Jam)
ARUS LAUT ( cm/s )
0.5 – 1.25
Tenggara – 10
Tenggara – 5
Batam - Tarempa
0.5 – 1.5
Tenggara – 10
Tenggara – 15
Batam - Natuna
0.5 – 1.5
Tenggara – 10
Utara – 15
Batam - Karimun
0.5 – 1.25
Tenggara – 5
Tenggara – 5
Batam – Lingga
0.5 – 1.5
Tenggara – 10
Tenggara – 15
Batam - Singapura
0.5 – 1.25
Tenggara – 5
Tenggara – 5
Batam - Dumai
0.5 – 1.25
Tenggara – 5
Tenggara – 5
Batam - Tambelan
0.5 – 1.5
Tenggara – 10
Utara – 15
Page 27
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Oktober 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan September 2015
Page 28
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Oktober 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan September 2015
Page 29
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Oktober 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan September 2015
Page 30
EDISI 022 — OKTOBER 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Oktober 2015
2. Sekupang, Oktober 2015
EDISI 022 — OKTOBER 2015
1 2
Page 32
EDISI 022 — OKTOBER 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Oktober 2015
2. Tanjung Pinang, Oktober 2015
3 4
Page 33
EDISI 022 — OKTOBER 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Oktober 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Oktober 2015 6
Page 34
EDISI 022 — OKTOBER 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, Oktober2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Oktober 2015
8
Page 35
VII.
EDISI 022 — OKTOBER 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM OKTOBER 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 07, N01 07, October 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0550 1756 2104 0550 1756 2200 0550 1756 2255 0549 1755 2348 0549 1755 000 0549 1755 0039 0549 1754 0128 0548 1754 0215 0548 1754 0259 0548 1753 0343 0548 1753 0426 0547 1753 0508 0547 1753 0551 0547 1752 0635 0547 1752 0720 0547 1752 0806 0546 1752 0855 0546 1751 0945 0546 1751 1036 0546 1751 1128 0546 1751 1221 0546 1751 1315 0545 1750 1408 0545 1750 1502 0545 1750 1556 0545 1750 1652 0545 1750 1748 0545 1750 1846 0545 1750 1944 0545 1750 2041 0545 1749 2137
Set hm 0836 0933 1029 1124 1216 1306 1353 1438 1522 1604 1646 1728 1811 1855 1940 2027 2116 2206 2258 2351 000 0044 0138 0233 0327 0423 0520 0617 0716 0814 0911
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 32, N00 55, October 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0549 1755 2102 0548 1754 2158 0548 1754 2253 0548 1754 2347 0548 1753 000 0547 1753 0038 0547 1753 0126 0547 1752 0213 0546 1752 0258 0546 1752 0341 0546 1752 0424 0546 1751 0507 0545 1751 0549 0545 1751 0633 0545 1751 0718 0545 1750 0804 0545 1750 0853 0544 1750 0943 0544 1750 1034 0544 1749 1126 0544 1749 1219 0544 1749 1313 0544 1749 1406 0544 1749 1500 0543 1749 1555 0543 1748 1650 0543 1748 1747 0543 1748 1844 0543 1748 1942 0543 1748 2040 0543 1748 2136
Set hm 0834 0931 1027 1122 1214 1304 1351 1436 1520 1603 1645 1727 1809 1853 1938 2025 2114 2205 2256 2349 000 0043 0137 0231 0326 0421 0518 0616 0714 0812 0909
Page 36
EDISI 022 — OKTOBER 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E108 24, N03 55, October 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0534 1739 2043 0534 1738 2138 0533 1738 2233 0533 1737 2327 0533 1737 000 0533 1737 0018 0533 1736 0107 0532 1736 0154 0532 1735 0240 0532 1735 0324 0532 1735 0408 0532 1734 0451 0532 1734 0535 0531 1734 0619 0531 1733 0705 0531 1733 0752 0531 1733 0840 0531 1732 0931 0531 1732 1022 0531 1732 1114 0531 1732 1207 0531 1731 1259 0531 1731 1352 0531 1731 1445 0530 1731 1539 0530 1730 1633 0530 1730 1729 0530 1730 1825 0530 1730 1923 0530 1730 2020 0531 1730 2116
Set hm 0821 0919 1015 1110 1202 1251 1338 1423 1506 1547 1629 1710 1752 1835 1919 2006 2054 2144 2236 2330 000 0024 0118 0213 0309 0406 0504 0602 0701 0800 0857
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E103 23, N01 03, SUN Rise Set hm hm 0553 1759 0553 1759 0553 1759 0552 1758 0552 1758 0552 1758 0552 1757 0551 1757 0551 1757 0551 1756 0551 1756 0550 1756 0550 1756 0550 1755 0550 1755 0550 1755 0549 1755 0549 1754 0549 1754 0549 1754 0549 1754 0549 1754 0548 1753 0548 1753 0548 1753 0548 1753 0548 1753 0548 1753 0548 1753 0548 1753 0548 1752
October 2015 MOON Rise hm 2107 2203 2258 2351 000 0042 0131 0218 0303 0346 0429 0511 0554 0638 0723 0809 0858 0948 1039 1131 1224 1318 1411 1505 1600 1655 1751 1849 1947 2044 2141
Set hm 0839 0936 1032 1127 1219 1308 1356 1441 1525 1607 1649 1731 1814 1858 1943 2030 2119 2209 2301 2354 000 0047 0141 0236 0331 0426 0523 0620 0719 0817 0914
Page 37
EDISI 022 — OKTOBER 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E104 34, S00 28, October 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0548 1755 2104 0548 1755 2200 0548 1754 2255 0547 1754 2348 0547 1754 000 0547 1753 0039 0546 1753 0128 0546 1753 0214 0546 1753 0259 0545 1752 0342 0545 1752 0424 0545 1752 0506 0545 1752 0549 0544 1751 0632 0544 1751 0717 0544 1751 0803 0544 1751 0851 0543 1751 0941 0543 1750 1032 0543 1750 1124 0543 1750 1218 0543 1750 1311 0542 1750 1405 0542 1750 1500 0542 1750 1555 0542 1750 1651 0542 1749 1748 0542 1749 1846 0542 1749 1944 0542 1749 2042 0541 1749 2138
Set hm 0833 0929 1025 1120 1212 1302 1349 1435 1519 1602 1644 1727 1810 1854 1940 2027 2116 2206 2258 2351 000 0044 0138 0231 0326 0421 0517 0614 0712 0810 0907
6. Stasiun Meteorologi Tarempa
DATE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Location : E106 15, N03 12, October 2015 SUN MOON Rise Set Rise hm hm hm 0542 1747 2053 0542 1747 2148 0542 1747 2243 0542 1746 2336 0541 1746 000 0541 1745 0028 0541 1745 0117 0541 1745 0204 0541 1744 0249 0540 1744 0333 0540 1744 0417 0540 1743 0500 0540 1743 0543 0540 1743 0627 0539 1742 0713 0539 1742 0800 0539 1742 0848 0539 1741 0939 0539 1741 1030 0539 1741 1122 0539 1741 1215 0539 1740 1308 0539 1740 1401 0539 1740 1454 0538 1740 1548 0538 1740 1642 0538 1739 1738 0538 1739 1835 0538 1739 1932 0538 1739 2030 0538 1739 2126
Set hm 0830 0927 1023 1118 1210 1259 1346 1431 1514 1556 1637 1719 1801 1844 1929 2015 2104 2154 2246 2339 000 0033 0128 0223 0318 0415 0512 0610 0709 0808 0905
Page 38
EDISI 022 — OKTOBER 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 022 — OKTOBER 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca