EDISI 14, FEBRUARI 2015 BMKG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
BULETIN KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan menilik hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Februari 2015 akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Januari 2015, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Februari 2015. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologI di wilayah Kepulauan Riau .
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
TIM REDAKSI PELINDUNG : PHILIP MUSTAMU, M.Si.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PENANGGUNGJAWAB : TRI AGUS PRAMONO, S.Kom
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA TIM : YAYAN HERMAWAN DUDI JUHANDINATA, S.Stat., M.M. SRI SULISMIYATI, A.Md. AGITA DEVI PRASTIWI, A.Md. DEBORA TRULY MARPAUNG, S.ST. SABILA RAHMABUDHI, A.Md. TATA NASKAH NANGSIP CAHYANA, S.SI. DUATI WARDANI, S.SI. MOHAMMAD TAUFIQ, S.SI.
STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM
Jl. Hang Nadim Batu Besar, batam 29466 Phone : +62-778-761507 ext 1025 Fax. +62-778-761401 E-mail :
[email protected] Web: hangnadim.kepri.bmkg.go.id Web: bmkg.bpbatam.go.id
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR I.
RINGKASAN
II. PENGERTIAN
4 5
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN
5
B. DINAMIKA ATMOSFIR & LAUTAN BULAN JANUARI 2015
7
1.
Monsun
2.
El Nino - Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
3.
Madden - Julian Oscilation (MJO)
4.
IOD (Indian Ocean Dipole)
C. ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2015 1.
Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Januari 2015 Stamet
7 9 10 12 12 15
Hang Nadim IV. PRAKIRAAN BULAN FEBRUARI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR
17
1.
Tekanan Udara dan Angin
17
2.
ENSO (El Nino - Southern Oscilation)
18
3.
MJO
19
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
21
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN FEBRUARI 2015 1.
Prakiraan Hujan Dasarian
23
2.
Prakiraan Hujan Bulanan
24
V. PRAKIRAAN ANGIN, GELOMBANG DAN ARUS LAUT BULAN FEBRUARI 2015
26
VI.PREDIKSI PASANG SURUT BULAN FEBRUARI 2015
30
VII.INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM FEBRUARI 2015
35
VIII.DAFTAR ISTILAH
38
Page 4
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
I. RINGKASAN 1.
Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2015 yang diterima dari stasiun/pos hujan di Barelang yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi curah hujan dan sifat hujan bulan Januari 2015 adalah sebagai berikut :
Bahwa kejadian hujan di kota Pulau Batam cukup merata yang ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 1-50 mm. Angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 35 km/jam, kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan.
Untuk kondisi atmosfer di bulan Januari 2015 adalah sebagai berikut : MJO pada bulan Januari 2015 berada pada fase 5 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5. Dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia dan pada akhir Januari MJO aktifitasnya mulai menguat di wilayah Indonesia. Secara umum nilai OLR pada bulan Januari 2015 bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut. Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Januari 2015 berkisar antara 27.0 0C hingga 30.0 0C. Suhu muka laut ini dikategorikan hangat (>27.0 0
C). Nilai anomali Suhu Muka Laut di wilayah perairan Indonesia secara umum merata,
termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5 terhadap normalnya. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. II.
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Stamet Hang Nadim periode Februari 1998 s.d Januari 2015 dan dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92736 dan RMSE (error) 17.3379 menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Februari 2015 diprakirakan bersifat normal.
Page 5
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
II. PENGERTIAN A. SIFAT HUJAN Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %. B. NORMAL CURAH HUJAN 1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun. 2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN : Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Februari 1901 s/d 31 Februari 1930, 1 Februari 1931 s/d 31 Februari 1960, 1 Februari 1961 s/d 31 Februari 1990, dan seterusnya. C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH) KRITERIA CH
CH/hari
CH/Jam
Sangat Lebat
> 100 mm
> 20 mm
Lebat
50 - 100 mm
10 - 20 mm
Sedang
20 - 50 mm
5 - 10 mm
Ringan
5 - 20 mm
1 - 5 mm
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM A. KERAGAMAN HUJAN Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia.
Page 6
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Agustusan Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%. Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
Page 7
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN JANUARI 2015 1. Monsun Pada bulan Januari 2015 matahari sudah berada jauh melewati garis equator dan sudah berada di wilayah Bumi Bagian Selatan dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 3.5° yaitu dari 23.5°LS menuju 20.0°LS. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Januari 2015 tercatat ada dua kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Jangmi dan Mekkhala. Siklon tropis ini menarik massa udara menuju wilayah Siklon Tropis tersebut sehingga mempengaruhi kondisi pola cuaca di Indonesia. Dimana hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Indonesia bagian utara termasuk Kepulauan Riau. Gbr.1 Peta Rata-rata Suhu Muka Laut bulan Januari 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monsstv2.png
Gbr.2 Peta Anomali Suhu Muka Laut bulan Januari 2015
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/ sst_analysis/images/monanomv2.png
Page 8
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Kepulauan Riau pada bulan Januari 2015 berkisar antara 27.0 0C hingga 30.00C (Gbr.1). Suhu muka laut yang hangat (>27.00C) mengindikasikan ketersediaan uap air yang lebih banyak. Kondisi yang demikian ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembentukan awan-awan yang menjulang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali Suhu Muka Laut (Gbr.2) di wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Kepulauan Riau sebesar -0.5 - 1.5 terhadap normalnya hal ini menunjukan pada bulan Januari 2015 kondisi suhu muka laut masih berada dalam kisaran normalnya. Keadaan seperti ini kurang mendukung dalam proses pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau sehingga jumlah curah hujan cenderung sedikit pada bulan tersebut. Gbr.3 Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut bulan Januari 2015
Sumber : : http://www.bom.gov.au/cg-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=mslp&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
Pada bulan Januari 2015, tekanan udara di BBU secara umum masih lebih tinggi daripada BBS menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (bertekanan tinggi) menuju BBS (bertekanan rendah) sehingga menyebabkan pola angiin di sekitar wilayah Kepulauan Riau dominan bertiup dari arah barat laut hingga timur laut serta membentuk pola belokan angin (shearline) dan pusaran angin (eddy) Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan dan petir.
Page 9
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.4 Klimatologi Arah Angin 3000 Feet bulan Januari 2015
Berdasarkan hasil analisa (Gbr.5), angin bertiup dengan kecepatan 10 hingga 35 km/jam di daerah Kepulauan Riau. Kondisi angin ini kurang signifikan dalam mendukung proses pembentukan awan. Gbr.5 Rata-rata Arah dan Kecepatan Angin 850 mb bulan Januari 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=850wind&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Pada bulan Januari ENSO berada pada kondisi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Januari 2015 adalah +0.50 °C. Sedangkan kondisi SOI (Southern Oscillation Index) pada Januari 2015 berada pada kondisi normal. Nilainya pada akhir Januari 2015 sebesar -7.6 Hal ini tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan pada bulan Januari di wilayah Kepulauan Riau.
Page 10
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.6 Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr.7 Grafik indeks ENSO / SOI
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
3. Madden-Julian Oscillation (MJO) a. Outgoing Longwave Radiation (OLR) OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai OLR akan kecil. Secara umum nilai OLR pada bulan Januari bernilai relatif rendah di wilayah Indonesia termasuk Kepulauan Riau, yaitu sekitar 220. Nilai OLR yang kecil menunjukkan bahwa semakin banyak tutupan awan konvektif di wilayah tersebut.
Page 11
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.8 Rata-rata OLR bulan Januari 2015
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi? page=map&variable=olr&vstatus=mean&period=month&area=rsmc
b. Fase MJO (Medden Julian Oscilation) MJO pada bulan Januari 2015 berada pada fase 5 hingga 8 dengan sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia berada fase 3 sampai 5 dalam hal ini MJO melewati wilayah Indonesia, pada akhir Januari MJO aktifitasnya mulai menguat di wilayah Indonesia. Dalam Hal ini aktifitas MJO cukup berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khusunya Batam. Gbr.9 Fase MJO
Page 12
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran dibawah normal dengan kondisi netral (-0,5°C s.d 0,5°C). Pada akhir Januari 2015 nilai IOD memiliki kondisi normal yang bernilai -0.340C. Sehingga bisa diketahui bahwa selama bulan Januari 2015, secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau Gbr.10 Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2015 Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2015 yang diterima dari stasiun dan AWS (Automatic Weather Station) di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Januari 2015 adalah sebagai berikut:
Page 13
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Tabel.1 Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan Januari 2015 Lokasi
RR Januari 2015 (mm)
Rata - rata (mm)
Sifat Hujan
Hang Nadim
17.3 22.8
283.3 92.3
Bawah Normal
Nongsa Tg. Uncang
11.6
65.3
Bawah Normal
Pagoda
15.8 31.4
36.7 46.4
Normal
Sengkuang Piayu
12.6
139.4
Bawah Normal
Bawah Normal
Normal
Dari tabel di atas tampak bahwa kejadian hujan di Pulau Batam cukup merata ditandai dengan sifat hujan secara umum berada pada kisaran di bawah normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam berkisar antara 10-32 mm. Gbr.11 Evaluasi Curah Hujan Bulan Januari 2015
Page 14
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.12 Evaluasi Sifat Hujan Bulan Januari 2015
Dari gambar peta isohyet di atas dapat diketahui konsentrasi hujan di Barelang yang terjadi selama bulan Januari 2015. Sebaran hujan cukup merata di wilayah Pulau Batam, Rempang dan Galang. dengan nilai antara 1-50 mm. konsentrasi jumlah curah hujan tertinggi terdapat di wilayah Sengkuang.
Page 15
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
1. Analisa Unsur Cuaca Signifikan Bulan Januari 2015 Stamet Hang Nadim a. Hujan Sifat hujan bulan Januari 2015 di Barelang Bawah Normal (B) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 2,4 mm - 31,4 mm atau antara 1,0 % - 12,5 %. Curah hujan terendah terjadi di Sungai Ladi dan tertinggi di Sengkuang. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Januari 2015 terdapat 5 hari hujan terukur dan 4 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 17,3 mm atau berkisar 6,9% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Bawah Normal (B). Pada dasarian I terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 17,3 mm, dasarian II terjadi 2 hari hujan dengan jumlah curah hujan tidak terukur (ttu), dan dasarian III tidak terjadi hujan dengan jumlah curah hujan 17,3 mm. Curah hujan tertinggi 7,0 mm terjadi pada tanggal 01 Januari 2015. Gbr.13 Grafik Curah Hujan bulan Januari 2015 di Hang Nadim
Page 16
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,5—26,1 ° C. Suhu udara terendah dalam bulan Januari adalah 24.0 °C terjadi pada tanggal 17 Januari 2015 pagi hari dan suhu udara tertinggi 32,0 °C terjadi pada tanggal 07 Januari 2015 siang hari. Gbr.14 Grafik Suhu Udara bulan Januari 2015 di Hang Nadim
C.
Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 71 % - 87 %. Kelembaban udara terendah mutlak 52% terjadi pada tanggal 31 Januari 2015
siang hari, sedangkan
kelembaban udara tertinggi 95% terjadi tanggal 7, 8 dan 10 Januari pagi hari. Dengan demikian udara pada bulan Januari 2015 lebih kering dibandingkan bulan Desember 2014. Gbr.15 Grafik Kelembaban Udara Bulan Januari 2015 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Januari 2015 angin permukaan secara umum didominasi dari arah Utara sampai Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 07 km/jam – 24 km/ jam, arah dan kecepatan sekitar 40 km/jam terjadi pada tanggal 18 dan 23 Januari 2015.
Page 17
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
IV. PRAKIRAAN BULAN FEBRUARI 2015 A. DINAMIKA ATMOSFIR 1. Tekanan Udara dan Angin. Pada bulan Februari 2015, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 10.2° yaitu dari 20.0°LS menuju 9.8° LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada Februari 2015 akan berada di wilayah Bumi Bagian Selatan (BBS). Gbr.16 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Februari 2015 Prediksi Anomali Suhu Muka Laut
Rata-rata Tekanan Udara
periode Februari 2015
Bulan Februari 2015
Sumber: http://pred.ldeo.columbia.edu/forecast/sst/12/ glbbld_DJF_nov2012.html
Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/cgi-bin/data/composites/
Hal tersebut mengakibatkan pola angin rata-rata bulan Februari 2015 secara umum akan bertiup dari Bumi Bagian Utara (BBU) menuju Bumi Bagian Selatan (BBS). Angin dari wilayah BBU akan bertemu dengan angin dari wilayah BBS yang akan menyebabkan konvergensi di wilayah tropis dan dinamakan sebagai ITCZ (Inter Tropical Convergance Zone) Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar 2, pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah belokan angin (shearline) . Pola angin ini cenderung mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Page 18
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.17 Rata-rata Streamline 3000 feet Februari 2015
2. ENSO (EL Nino-Southern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia), BMKG, dan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa ENSO untuk bulan Februari 2015 berada dalam kondisi normal. Dengan demikian, di Wilayah Indonesia diprediksi tidak terdapat adanya penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan. Gbr.18 Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Page 19
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga Januari akhir masih menunjukkan kondisi normal dengan nilai mencapai -7.5. Sehingga diprakirakan untuk bulan Februari 2015 di wilayah Indonesia tidak akan terdapat penambahan jumlah curah hujan yang signifikan. Gbr.19 Grafik SOI Februari 2012 sampai dengan awal Februari 2015
3. MJO (Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan atau disebut MJO. Berdasarkan data dari NOAA, diprakirakan pada tanggal 30 Januari s.d 13 Februari 2015 MJO mengalami penurunan aktivitas. Pada Akhir Januari hingga pertengahan Februari MJO melewati wilayah Indonesia namun tidak bersifat kuat. Saat Pada saat MJO bersifat kuat posisinya sedang tidak melewati wilayah Indonesia. Sehingga diprediksi tidak mempengaruhi jumlah curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan berdasarkan data anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang merupakan salah satu indikator MJO menunjukkan nilai -5 s.d -10 Wm-2 di sekitar Indonesia Bagian Barat. Hal ini berarti tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau cukup banyak.
Page 20
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.20 Grafik Fase MJO pada Bulan Januari 2015 dan Prakiraan Bulan Februari 2015
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/
foregfs.shtml
Gbr.21 Anomali OLR sampai dengan 31 Januari 2015 dan prakiraan 15 hari kedepan
Sumber: http://cawcr.gov.au/staff/mwheeler/maproom OLR_modes/
Page 21
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, grafik indeks IOD akhir Januari berada pada kondisi normal dengan nilai terakhir -0.34 (gambar 7) dibandingkan dengan nilai normalnya kisaran -0,50 C s.d 0,50 C dan BMKG memprediksi nilai indeks dipole mode pada bulan Februari 2015 bernilai -0,06 yang juga termasuk dalam kondisi normal (Gbr 23). Secara umum berdasarkan data prakiraan yang didapat dari BMKG dan BoM keduanya menunjukan bahwa nilai IOD pada bulan Februari tidak berpengaruh terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia Bagian Barat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IOD masih dalam kondisi normal sehingga penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat kurang signifikan. Gbr.22 Grafik indeks IOD sampai dengan akhir Februari 2015 dari BoM
Sumber:www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gbr. 23 Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
Page 22
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Februari 2015 di Batam berdasarkan data klimatologis selama 22 tahun (1993-2014) diketahui:
minimum rata-rata maksimum
SUHU UDARA KELEMBAPAN UDARA ANGIN HARI HUJAN
21.5°C
27.0°C
33.6°C
47%
81%
100%
11 Km/jam
NE
2
8*
65 Km/jam 19
*3 hari disertai petir
Secara umum curah hujan merata di seluruh wilayah Batam berkisar antara 0 – 100 mm selama bulan Februari. Wilayah Batam bagian Barat hingga Selatan merupakan daerah dengan konsentrasi hujan tertinggi yaitu sekitar 50 – 100 mm. Sedangkan daerah Batam bagian Utara hingga Timur dengan konsentrasi hujan terendah yaitu sekitar 0 –50 mm. Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada bulan Februari 2015 cenderung lebih kecil dibandingkan pada bulan Januari dan peluang jumlah intensitas curah hujan juga cukup kecil.
Page 23
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN FEBRUARI 2015 1. Prakiraan Hujan Dasarian Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Januari 2015 hingga Febuari 2016. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Februari 1998 s.d Januari 2015. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.92736 dan RMSE (error) 17.3379 Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Februari 2015 diprakirakan :
Sifat Hujan
Jumlah Curah Hujan
Dasarian Pertama Bawah Normal
61.0
Dasarian Kedua
Bawah Normal
60.8
Dasarian Ketiga
Bawah Normal
69.3
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II, dan III berada pada bawah normalnya terhadap rata-rata.
Page 24
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
2. Prakiraan Hujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Februari 2015 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel.2 Prakiraan Curah Hujan Bulan Februari 2015
JUMLAH CURAH HUJAN
0 mm - 150 mm 150 mm - 300 mm 300 mm - 450 mm 450 mm - 600 mm
WILAYAH
Batam, Rempang, Galang -
Gbr.24 Peta Prakiraan Curah Hujan Bulan Februari 2015
Page 25
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Februari 2015 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut: Tabel.3 Prakiraan Sifat Hujan Bulan FEBRUARI 2015
SIFAT HUJAN
WILAYAH
Atas Normal Normal Bawah Normal
Batam, Rempang, Galang
Gbr.25 Peta Prakiraan Sifat Hujan Bulan Februari 2015
Page 26
V.
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
PRAKIRAAN ANGIN DAN GELOMBANG LAUT FEBRUARI 2015 Berdasarkan peta prakiraan angin dan gelombang laut mingguan di wilayah perairan Kepulauan Riau pada bulan Februari 2015 yang dibuat Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menggunakan Software Windwave – 05, dapat disampaikan prakiraan angin permukaan dan tinggi gelombang laut serta arus laut perairan Kepulauan Riau dan sekitarnya sebagai berikut: Tabel.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Bulan Februari 2015 TINGGI
ARUS LAUT
(m)
ARAH & KECEP. ANGIN ( km/jam )
Batam - Tanjung Pinang
1–2
Utara – 20
Utara – 20
Batam - Tarempa
1– 3
TImur Laut – 35
Timur Laut - 60
Batam - Natuna
1–3
Timur Laut – 35
Barat Daya - 70
Batam - Karimun
1–2
Utara – 10
Barat - 10
Batam - Lingga
1– 3
Utara – 25
Utara – 50
Batam - Singapura
1–2
Utara – 10
WILAYAH PERAIRAN
GELOMBANG
( cm/s )
Utara – 20 Batam - Dumai
0,5 – 1
Utara – 10
Selatan - 5
Batam - Tambelan
1–3
Barat Laut – 35
Barat – 40
Page 27
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.26 Peta Prakiraan Angin Minggu I Februari 2015
Gbr.27 Peta Analisa Angin Bulan Januari 2015
Page 28
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.28 Peta Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Minggu I Februari 2015
Gbr.29 Peta Analisa Tinggi Gelombang Laut Bulan Januari 2015
Page 29
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Gbr.30 Peta Prakiraan Arus Laut Minggu I Februari 2015
Gbr.31 Peta Analisa Arus Laut Bulan Januari 2015
Page 30
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
VI. PREDIKSI PASANG SURUT (TIDAL) A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari. B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semidiurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide. Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertical dan sumbu mendatar menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai Rata-rata ini dapat
dihitung
anomaly pasang naik dan pasang surut air. C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka phenomena Pasang Surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti Bongkar Muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota Sebagai Berikut :
Page 31
I. KOTA BATAM 1. Batu Ampar, Februari 2015
2. Sekupang, Februari 2015
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
1 2
Page 32
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
II. KABUPATEN BINTAN 1. Tanjung Uban, Februari 2015
2. Tanjung Pinang, Februari 2015
3 4
Page 33
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
III. KABUPATEN KARIMUN 1. Tanjung Balai Karimun, Februari 2015
5
IV. KABUPATEN LINGGA 1. Dabo Singkep, Februari 2015
6
Page 34
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
IV. KABUPATEN ANAMBAS 7
1. Selat Peninting, Februari 2015
V. KABUPATEN NATUNA 1. Sedanau, Februari 2015
8
Page 35
VII.
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
INFORMASI MATAHARI TERBIT/TERBENAM DAN BULAN TERBIT/TERBENAM FEBRUARI 2015 1. Stasiun Meterorologi Hang Nadim Batam Location : E104 07, N01 07, February 2015 SUN
MOON
DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2 3 4 5 6 7 8
0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615
1819 1819 1819 1820 1820 1820 1820 1820
1614 1702 1749 1834 1918 2001 2044 2126
0351 0440 0527 0613 0657 0740 0822 0904
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615 0615
1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820
2210 2255 2342 000 0032 0125 0220 0318 0416 0515 0613 0709 0804 0859
0946 1030 1115 1203 1254 1348 1444 1543 1642 1741 1839 1935 2031 2126
23 24 25 26 27 28
0614 0614 0614 0614 0614 0613
1820 1819 1819 1819 1819 1819
0952 1045 1138 1230 1321 1411
2220 2313 000 0006 0058 0148
2. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang Location : E104 32, N00 55, February 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2
0613 0613
1818 1818
1612 1701
0349 0438
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0613 0613 0613 0613 0613 0614 0614 0614 0614 0614 0614 0613 0613 0613
1818 1818 1818 1818 1818 1818 1819 1819 1819 1819 1819 1819 1819 1819
1747 1833 1916 1959 2042 2124 2208 2253 2340 000 0030 0123 0218 0316
0526 0611 0655 0738 0820 0902 0945 1028 1114 1202 1253 1346 1443 1541
17 18 19 20
0613 0613 0613 0613
1819 1818 1818 1818
0414 0513 0611 0707
1640 1739 1837 1934
21 22 23 24 25 26 27 28
0613 0613 0613 0612 0612 0612 0612 0612
1818 1818 1818 1818 1818 1818 1817 1817
0803 0857 0951 1044 1137 1229 1320 1410
2029 2124 2218 2311 000 0004 0056 0147
Page 36
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
3. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna Location : E108 24, N03 55, February 2015 SUN MOON
4.
DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601
0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601 0601
1552 1641 1728 1814 1859 1943 2026 2109 2154 2239 2327
0337 0426 0513 0558 0641 0723 0805 0846 0927 1010 1055
12 13 14
0601 0601 0601
0601 0601 0601
000 0018 0111
1142 1233 1326
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0601 0601 0600 0600 0600 0600 0600 0559 0559 0559 0559
0601 0601 0600 0600 0600 0600 0600 0559 0559 0559 0559
0206 0304 0402 0500 0557 0652 0746 0840 0932 1025 1117
1423 1521 1621 1721 1820 1917 2014 2109 2204 2258 2352
26 27 28
0559 0558 0558
0559 0558 0558
1209 1300 1350
000 0044 0135
4. Stasiun Meteorologi Tanjung Balai Karimun Location : E103 23, N01 03, February 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2
0618 0618
1822 1822
1617 1705
0354 0443
3 4
0618 0618
1822 1823
1752 1837
0530 0616
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618 0618
1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823 1823
1921 2004 2047 2129 2213 2258 2345 000 0035 0128 0223 0321 0419 0518
0700 0743 0825 0907 0949 1033 1118 1206 1257 1351 1448 1546 1645 1744
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
0618 0618 0618 0617 0617 0617 0617 0617 0617 0616
1823 1823 1823 1823 1823 1822 1822 1822 1822 1822
0616 0712 0808 0902 0955 1049 1141 1233 1324 1414
1842 1938 2034 2129 2223 2316 000 0009 0101 0151
Page 37
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
5. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep Location : E104 34, N00 28, February 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0611 0611 0611 0612 0612 0612 0612 0612 0612 0612 0612 0612
1819 1819 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820 1820
1614 1702 1749 1834 1917 2000 2042 2124 2207 2252 2339 000
0347 0436 0524 0610 0654 0737 0820 0902 0945 1029 1115 1203
13 14 15
0612 0612 0612
1820 1820 1820
0028 0121 0216
1254 1348 1445
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
0612 0612 0612 0612 0612 0612 0612 0611 0611 0611 0611
1820 1820 1819 1819 1819 1819 1819 1819 1819 1818 1818
0314 0413 0512 0610 0707 0803 0858 0952 1045 1138 1230
1543 1642 1740 1837 1934 2029 2123 2216 2309 000 0002
27 28
0611 0611
1818 1818
1322 1411
0054 0144
6. Stasiun Meteorologi Tarempa Location : E106 15, N03 12, February 2015 SUN MOON DATE
Rise hm
Set hm
Rise hm
Set hm
1 2 3 4
0609 0609 0609 0609
1808 1808 1808 1809
1602 1651 1738 1824
0345 0434 0521 0606
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
0609 0609 0609 0609 0609 0609 0609 0609 0609 0609 0609 0609 0608 0608 0608
1809 1809 1809 1809 1809 1809 1809 1810 1810 1810 1810 1810 1810 1810 1810
1908 1952 2035 2118 2202 2248 2335 000 0026 0119 0214 0312 0410 0508 0605
0650 0732 0813 0855 0936 1020 1104 1152 1242 1336 1433 1531 1631 1730 1829
20 21 22 23 24 25 26 27 28
0608 0608 0608 0607 0607 0607 0607 0606 0606
1810 1810 1810 1810 1809 1809 1809 1809 1809
0701 0755 0849 0942 1034 1127 1218 1310 1400
1926 2023 2118 2213 2307 000 000 0052 0143
Page 38
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian
:
Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean Dipole)
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
DMI (Dipole Mode Index)
:
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika. Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation) Gelombang
:
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
Page 39
La Nina
EDISI 14 — FEBRUARI 2015
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (MaddenNovemberan Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggitekanan rendah)
di kawasan tropik yang
terkait dengan
penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation) Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation).
:
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971 -1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) Standar Normal
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan fenomena cuaca