PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PERMANDIAN DANAU MATA AIR WAKANTE DESA LATUGHO KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Konsentrasi Pariwisata
Oleh JOBIR A1A1 12 192
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ABSTRAK JOBIR (A1A112192) judul “Partisipasi Masyrakat Dalam Pengembngan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante Kabupaten Muna Kecamata Lawa Desa Latugho”. Dibimbing oleh bapak Prof.Dr. La Taena, M.Si. dan bapak Drs. Abdullah Igo B.D.,M.Si Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana partisipasi masayarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Penelitian ini dilakukan di objek wisata permandian danau mata air wakante, desa latugho, kecamatan lawa, kabupaten muna barat.Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan tekhnik analisis data menggunakan model miles dan hiberman yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang akan dilakukan secara bersamaan dan berlangsung selama proses pengumpulan data. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante yang didalamnya terdapat berbagai macam partisipasi, seperti partisipasi Perencanaan, partisipasi dalam perencanaan terdapat dua tahapan, yaitu: Penyerapan aspirasi/usulan masyaraat dan kegiatan musyawarah rencana pengembangan objek wisata. Partisipasi dalam bentuk uang ada dua sumber, yaitu dana dari masyarakat dan dana dari luar masyarakat, bentuk partisipasi tenaga terbagi tiga, yaitu parisipasi dalam pembangunan, partisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan, partisipasi dalam menjaga keamanan lingkungan. Dan Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pengembangan objek wisata. Daya tarik objek wisata permandian danau mata air wkante, yaitu perkelahian kuda, atraksi menunggangi kuda, dan atraksi pemancingann ikan. Selain itu, dalam menunjang pariwisata kabupaten muna barat, terbukti dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante sudah beberapa kali dihadiri oleh wisatawan mancanegara, yaitu sebanyak 7 orang, pada tahun 2010 satu orang dan 2013 enam orang. Bahkan masuk dalam kalender pariwisata internasional karna adanya atraksi perkelahian kudanya. Untuk masyarakat kabupaten muna barat yang terkhusus masyarakat desa latugho dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante bisa mengangkat taraf perekonomian masyarakat desa latugho dan menambah uang kas desa latugho. Kata kunci : Parisipasi Masyarakat, Pengembangan Objek Wisata.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul “ Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante Desa Latugho Kecamtan Lawa Kabupaten Muna Barat” dapat terselesaikan. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studu di universitas halu oleo kendari guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan ekonomi konsentrasi pariwisata jurusan pendidikan ekonomi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu dengani segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimah kasih yang tak terhingga kepada bapak bapak Prof.Dr. La Taena, M.Si selaku pembimbing I dan bapak Drs. Abdullah Igo B.D., M.Si selaku pembmbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang tidak ternilai harganya. Dalam penulisan skripsi ini banyak mendaptkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth : 1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S, selaku Rektor Universitas Halu Oleo, yang telah memberikan sumbangsinya berupa sarana dan prasarana belajar sehingga penulis bisa menyelesaikan studi.
vi
2. Dr. H. Jamiludin, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan demi terselesainya skripsi ini. 3. Rizal, S.Pd., M.Hum, selaku ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi FKIP UHO yang telah meluangkan waktunya demi terselesainya skripsi ini. 4. Drs. H. Muh. Syafa Abdullah, M.Pd., selaku Kordinator Jurusan Pendidikan Ekonomi Konsentrasi Pariwisata Fakultas Keguruan Dann Ilmu Pendidikan. 5. Bapak Ibu Dosen Serta Staf Karyawan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Khususnya Jurusan Pendidikan Ekonomi. 6. Bapak Dan Ibu Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk hadir dalam ujian skripsi pada kesempatan ini. 7. Kepada Bapak Kepala Dinas Pariwisata Kab. Muna Barat, Kepala Desa Latugho, beserta Masyarakat Desa Latugho yang telah membantu kelancaran pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Pengharagaan istimewa kepada ayahanda tercinta La Palute dan ibunda tercinta Wa Lentu yang telah mendidik dan membesarkan ananda serta doa restu dan pengorbanan yang tidak ternilai baik bersifat moril dan material. Ucapa terimah kasih saya yang mendalam kepada adik-adik saya, La Aki, La Risal Dan Wa Upa, dan ucapan terimah kasih saya kepada seluruh jajaran keluarga yang selalu memberikan motivasi selama penulis duduk dibangku kuliah hingga penyusunan karya tulis ini selsesai. Ucapa terimah kasih saya kepada teman-teman leting SMA N 1 LAWA, terutama Jordan, La Ode Dediswandi yang sampe saat ini selalu memberikan
vii
motivasi dan selalu menjadi teman terbaik dalam keadaan susah maupun senang selama penulis duduk dibangku kulia hingga penyusunan karya tulis ini. Dan ucapan terimah kasih kepada teman satu temapat tinggal penulis Nirwan Sudirman, dan ucapan terimah kasih kepada Jumarita SH, yang selalu memperhatikan penulis dalam kondisi apapun selama duduk dibbangku perkuliahan. Kepada teman-teman Pendidikan Ekonomi, Try Yudi Sudarman, Rudi Hartono, Husli, Irmayanti, Eka Israhayu, Karmilawati, La Ode Muhamad Subandria, Sudarman, dan yang lain-lain yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang tiada henti memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini, terimah kasih atas kebersamaan kita selama duduk dibangku kuliah hingga saat ini. Dengan penuh kerendahan hati, disadari masih adanya kekurangan dalam penulisan karya tulis ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Dengan demikin semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kendari,
agustus 2016
Penyusun
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…….…………………..………..……………………..…....i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………..……ii HALAMAN PENGESAHAN……….………………...………….……...…..…iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………………….…iv ABSTRAK……………………………………………………………………..…v KATA PENGANTAR………………………………………………….….……vi DAFTAR ISI………………………...……………………………………….…..ix DAFTAR TABEL………………………………………………….…..………xii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………...……..…………..xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................8 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................8 1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi masayarakat…………………….…………..…………...….10 2.1.2 Bentuk partisipasi masyarakat..........................................................12 2.1.3 Tingkat partisipasi masyarakat.........................................................17 2.1.4 Faktor pendudkung dan penghambat partisipasi mmasyarakat……...18 2.2 Konsep pengembangan objek wisata…………………...…………….20 2.2.1 Pengembangan objek wisata……………………..………….……..20 2.2.2 Strategi pengembnagan pariwisata…...…………………………….27 2.2.3 Unsur-unsur pokok pengembangan pariwisata……………....…….27 2.2.4 Faktor-faktor pendorong pengembangan obyek wisata...................28
ix
2.3 Penelitian relevan……………..….………………………..…………..30 2.4 Kerangka pikir…………………..…..………………...………….……..33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian................................................................35 3.2 Jenis Penelitian........................................................................................35 3.3 Jenis Data................................................................................................36 3.4 Informan Penelitian.................................................................................36 3.5 Teknik Pengumpulan Data.....................................................................37 3.6 Teknik Analisis Data………...................................................................38 3.7 Teknik Keabsahan Data..........................................................................39 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………….…………………..41 4.1.1 Data Adminiistratif……………………….………….….…….…...…41 4.1.2 Penduduk……………………………………………………….…….41 4.1.3 Potensi Sumber Daya Alam………………………………………….43 4.1.4 Pendidikan……………………………………………………………43 4.1.5 Sejarah Permandiann Danau Mata Air Wakante……………………44 4.1.6 Kunjungan Wisatawan……………………………………………….46 4.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante…………………………..………………….51 4.2.1 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengembangan objek wisata…..……………………………………………………...….50 4.2.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pengembangan Objek Wisata………………………………………………………...…….52
x
4.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pembangunan Objek Wisata…………….………………………………...…………...……...56 4.2 Daya Tarik Objek Wisata Permandia Dannau Mata Air Wakante….…62 4.3 Factor Pendukung Dan Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante……………………………………………………………..….65 BAB V PENUTUP 5.1 Kesmpulan……...…………………………..…………………………69 5.2 Saran…...………………………………………………..…………….69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL 1.1 Jumlah pengeunjung objek wisata permandian danau mata air wakante…….6 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Menurut Desa/Kelurahan 2014……….41 4.2 Tingkatan Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2014……………….42 4.3 Pemasukan Uang Kas Desa Latugho…………………………………...……48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar informan………………………………………………………………… 2. Panduan wawancara……………………………………………………………. 3. Kutipan wawancara……………………………………………………………. 4. Surat ijin penelitian……………………………………………………………. 5. Gambar-gambar…………………………………………………………………
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata saat ini mengalami berbagai perubahan, baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berfikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Di Negara maju pariwisata sudah bukan hal yang baru lagi bahkan orang melakukan suatu perjalanan merupakan kebutuhan hidup suatu manusia. Namun demikian di negara-negara sedang berkembang atau yang sering disebut Negara Dunia Ketiga Pariwisata baru dalam taraf perkembangan. Pengembangan pariwisata di dunia ketiga lebih berorientasi kepariwisata alternatif dan pariwisata ekonomi, kita sudah merasakan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan internasional terutama yang mengunjungi Indonesia terus meningkat sehingga kita di hadapkan pada persoalan untuk menata produk-produk wisata sehingga dapat meningkatkan dari minat wisatawan untuk berkunjung. Salah satu potensi sumber-sumber penerimaan daerah yang memiliki peluang dan prospek yang tinggi adalah sektor pariwisata. Semenjak merosotnya penerimaan negara terutama dari sumber alam minyak dan gas bumi pada periode tahun 1980-an, pemerintah serta pakar mulai mengarahkan pandangan dan perhatian untuk mencari potensi dan memanfaatkan potensi dari sektor lain yang dirasakan cukup potensial.
2
Amdani
(2008: 26)
berpendapat
mengenai keutamaan pariwisata
bahwa “Temuan dari sumber alam yang lain selain dari sektor migas diharapkan mampu membantu bahkan mengalih fungsikan sebagai dukungan perekonomian dan diperkirakan mempunyai peluang besar, baik di pasaran Nasional maupun Internasional adalah sektor pariwisata atau industri”. Dalam konteks pengembangan ekonomi, sosial dan budaya di daerah, pengembangan sektor pariwisata memiliki pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu sektor pariwisata dapat membantu pelestarian nilai dan budaya lokal, serta berpotensi menjebatani perbedaan sosial budaya dan kesenjangan ekonomi. Namun jika tidak dikembangkan secara terencana dan hatihati, industri pariwisata juga memberikan peluang bagi munculnya berbagai dampak nagatif yang merugikan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di daerah yang bersangkutan. Oleh sebab itu, kebijakan pengembangan sektor pariwisata daerah haruslah memperhitungkan secara cermat baik dampak positif maupun negatifnya. Peran pemerintah daerah sebagai inisiator, motivator, fasilitator dan advokator dalam konteks ini sangat menentukan kebarhasilan pengembangan pariwisata. Selain itu sub sektor pariwisata pun diharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan
dalam
suatu
strategi
pemberdayaan
masyarakat
melalui
pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan atau Community Based Tourism Development (CBTD).
3
Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat diberdayakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri. Lebih penting lagi adalah adanya keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satu faktor keberhasilan pengembangan pariwisata. Tanpa melibatkan masyarakat, pembangunan pariwisata hanya akan melahirkan produk-produk wisata yang kurang berarti bagi masyarakat dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Partisipasi masyarakat menjadi kata kunci pada setiap program pengembangan pariwisata, seolah-olah menjadi label baru yang harus melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proyek pengebangan pariwisata (Wardiyanto, 2011 :82). Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan
dengan
potensi
sumber daya
lokal
berdasarkan kajian
musyawarah. Musyawarah dilakukan dalam rangka peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program pembangunan yang telah disusun.
4
Oleh karena itu pemerintah beserta seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus bersama-sama menyelenggarakan kepariwisataan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, budaya, lingkungan hidup dan kearifan lokal serta senantiasa menjunjung tinggi norma agama, tradisi, adat istiadat, kesusilaan dan hak asasi manusia, sehingga diperoleh nilai tambah yang tinggi. Selanjutnya dalam aspek ekonomi, kepariwisataan diharapkan mampu untuk memberdayakan masyarakat setempat, menumbuhkan potensi ekonomi daerah tujuan wisata dan memberikan trickle down effect (efek menetes ke bawah yang memberikan manfaat) bagi kesejahteraan masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Permandian danau mata air wakante merupakan salah satu danau yang dibangun dan dikembangkan untuk menjadi salah satu objek wisata di kecamatan lawa. Objek Wisata Permandian danau mata air Wakante merupakan satu-satunya objek wisata yang ada di Kecamatan Lawa, pengembangan objek wisata permandiann danau mata air wakante harus didasarkan pada pengelolaan yang baik dan melibatkan berbagai skatholder yang ada, agar kemudian semua potenisi yang ada pada objek wisata permandian danau mata air wakante bisa diberdayakan secara optimal. Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta), tokoh adat (budaya) maupun pihak pejabat pemerintah sendiri. Lebih penting lagi adalah adanya keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satu faktor keberhasilan pengembangan
pariwisata.
Tanpa
melibatkan
masyarakat,
pembangunan
pariwisata hanya akan melahirkan produk-produk wisata yang kurang berarti bagi
5
masyarakat dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Partisipasi masyarakat menjadi kata kunci pada setiap program pengembangan pariwisata, seolah-olah menjadi label baru yang harus melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proyek pengebangan pariwisata (Wardiyanto, 2011: 82). Permandian danau mata air wakante memiliki daya tarik lain yang sudah dikenal di dunia internasional, yaitu salah satu daya tarik yang sudah mendunia perkelahian kuda. Hal tersebut dibuktikan pada tahun 2013 telah berkunjung salah satu wisatawan mancanegara yang berasal dari selandia baru, dia berkunjung di objek wisata wakante untuk menonton dari pada perkelahian kuda. Wisatawan tersebut juga memperlihatkan kamus objek wisata dunia yang dimana dia memperlihatkan bahwa objek wisata wakante yang terletak disulawesi tenggara kabupaten muna sebagai tempat perkelahian kuda. Ini membuktikan bahwa permandian danau mata air wakante bukan hanya terkenal dengan permandian mata airnya saja tetapi juga terkenal dengan faktor pedukung lainya sebgai salah satu objek wisata ungulan. Kemudian pada tahun 2013 juga telah berkunjung wisatawan mancanegara yang berasal dari berbagai negara yaitu dari australia, dan dari kanada, jumlah mereka adalah 6 orang dan tiggal selama 5 hari di permandian danau mata air wakante. Setiap dua kali satu tahun banyak wisatawan yang berkunjung pada objek wisata permandian danau mata air wakante, yaitu pada saat lebaran idul fitri dan lebaran idul adha. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
6
Table 4.3 Jumlah pengujung permanadian objek wisata permandian danau mata air wakante dalam satu minggu setelah lebaran idul fitri dan idul adha, tahun 2014, 2015, dan 2016. Jumlah Pengunjung Dalam 1 minggu setelah lebaran No
Tahun
Idul fitri/orang
Idul adha/orang
1
2014
1.773 orang
900 orang
2
2015
2.006 orang
933 orang
3
2016
2.226 orang
766 orang
Sumber: buku catatan sekertaris desa latugho 2016.s Objek wisata permandian danau mata air wakante kini menjadi suatu objek wisata yang perlu perhatian dari berbagai sektor, mengingat objek wisata ini menjadi salah satu objek wisata yang banyak diminati wisatawan. Dimana setiap tahunnya pengunjug jika pada saat hari libur idul fitri bisa mencapai kisaran ±2.000 orang/satu minggu setelah lebaran, sedangkan pada saat hari libur idul adha bisa mencapai kisaran ±900 orang/satu minggu setelah lebaran. Objek wisata permandian danau mata air wakante merupakan objek wisata yang punya daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga perlu perhatian lebih baik itu dari pemerintah maupun dari kalangan masyarakat. Dalam pengembangannya objek wisata permandian danau mata air wakante Sampai sekarang masih belum mendapat perhatian secara optimal dari pemerintah setempat, bahkan dalam pengembanganya dan pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante masyarakat setempat merupakan pihak
7
utama yang berpartisipasi secara aktif dalam pengembangannya. Sehingga atas dasar
itulah
peneliti
mengambil
judul
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengembangan Objek Wisata Permandian danau mata air Wakante, Desa Latugho, Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat. 1.2 Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana partisipasi masayarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. 1.3 Tujuan penelitian Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. 1.4 Manfaat penelitian Dalam penyusunan proposal ini penulis berharap tidak hanya sebagai syarat untuk mendapat nilai yang bagus, tetapi penulisan proposal ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, adapun manfaatnya adalah : 1. Teoritis Bagi ilmu kepariwisataan diharapkan dapat digunakan sebagai dasar studi lanjutan yang dapat dikaji dan dikembangkan lebih lanjut khususnya optimalisasi kawasanwisata yang terkait karena memberikan manfaat positif bagi partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata.
8
2. Praktis a.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Permandian danau mata air wakante yang karena potensi yang dimiliki mampu memberikan manfaat positif bagi wisatawan yang berkunjung.
b. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat bahwa kegiatan pariwisata yang terjadi di permandian danau mata air wakante telah mampu memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat di sekitarnya, maka untuk kebijakan pengembangan dan pengelolaan di kawasan Permandian danau mata air wakante perlu melibatkan masyarakat. c. Dapat sebagai percontohan bagi daerah-daerah lain untuk membantu masyarakat dalam memahami begitu pentinngnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi Masyarakat Dalam konsep parisipasi masyarakat, ada beberapa pendapat para ahli yang menjelaskan tentang paritisipasi masyarkat. Seperti yang dijelaskan oleh Veitzel Rivai (2000: 61) partisipasi adalah keterlibatan mental, pikiran dan emosi (perasaan) seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut serta bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Salah satu faktor yang mampu mendorong keterlibatan masyarakat yaitu terciptanya persepsi positif dari masyarakat, khususnya yang terkait dengan aspek nilai tambah yang mampu diberikan pariwisata pada perekonomian masyarakat. Maka upaya menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan perlu adanya peningkatan peran serta masyarakat baik sebagai pelaku maupun penerima manfaat (Dinas Pariwisata Jawa Tengah, 2002: II: 16). Menurut Mastur (2003: 3) secara garis besar mengelompokkan tiga tahapan dalam partisipasi yaitu partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasilnya. Diantara ketiga tahapan itu yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajad keterlibatannya adalah partisipasi pada tahap perencanaan. Dalam tahap perencanaan orang sekaligus diajak turut membuat keputusan. Menurut Sumarto dalam Sembodo (2006: 21) bahwa partisipasi merupakan suatu proses yang memungkinkan adanya interaksi yang lebih baik antar stakeholders sehingga kesepakatan-kesepakatan dan tindakan yang bersifat
10
inovatif lebih mungkin tercipta dalam proses deliberatif, dimana ruang untuk mendengarkan, belajar, refleksi dan memulai suatu aksi bersama terjadi” Dalam konteks pembangunan Adisasmita (2006: 38) mengatakan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek. Menurut Adisasmita (2006: 42) juga mengatakan bahwa partisipasi masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program/proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi kesedia dan kemauan masyar akat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi pembangunan. Menurut Isbandi (2007: 27) Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi.
Menurut Rahardjo dalam Mardijono (2008: 19) mengemukakan partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan.
11
Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi yang bersifat simobilisasikan. Partisipasi swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri, sementara partisipasi yang dimobilisasikan memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain.
Menurut koentjaraningrat (2009: 117), ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan. Lagipula, pola itu harus besifat mantap dan kontinu. Dengan kata lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain, yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka memang merupakan auatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya.
2.1.1 Bentuk-Benntuk Partisipasi Masyarakat
Menurut Purnamasari (2008: 51-52), menyatakan bahwa Perencanaan pembangunan tanpa memperhatikan partisipasi masyarakat akan menjadi perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari 2 hal, yaitu :
a. Partisipasi dalam perencanaan Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah program-program pembangunan yang telah direncanakan bersama sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan antar
12
kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. Disini daoat ditambahkan bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan hanya dapat dilaksanakan dalam masyarakat kecil, sedangkan untuk masyarakat yang besar sukar dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan sistem perwakilan. Masalah yang perlu dikaji adalah apakah yang duduk dalam perwakilan benar-benar mewakili masyarakat. b. Partisipasi dalam pelaksanaan Segi positif dari Partisipasi dalam pelaksanaan adalah bahwa bagian terbesar dari program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah kecenderungan menjadikan warga negara sebagai obyek pembangunan, dimana warga hanya dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan keinginan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat tidak secara emosional terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari.
Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mutlak harus dilakukan dalam partisipasi dan bukan hanya keterlibatan mental semata, tetapi harus disertai dengan keterlibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Satropoetro dalam Apriyani (2012: 34), mengemukakan ada tiga buah unsur penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan partisipasi, yaitu :
13
a. Bahwa
partisipasi,
keikutsertaan,
keterlibatan
atau
peranserta,
sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah. b. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota dengan segala nilainya. c. Unsur ketiga adalah unsur tanggungjawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Diakui sebagai anggota artinya ada rasa (sense of belongingnes).
Senada dalam Purnamasari (2008:56-57), mengemukakan kriteriakriteria dari perencanaan partisipatif sebagai berikut:
a. Adanya pelibatan seluruh stakeholder. b. Adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan legitimate. c. Adanya proses politik melalui negosiasi yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan kesepakatan bersama (collective agreement). d. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran kolektif yang merupakan bagian dari proses demokratisasi.
Menurut Cohen dan Uphoff dalam Siregar (2001: 19) menyatakan bahwa partisipasi dapat dilihat dalam berbagai pandangan.
14
a. Kontribusi secara sukarela dari komunitas terhadap suatu program untuk masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam implementasi program serta menikmati bersama keuntungankeuntungan dari program pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komunitas mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka. b. Meningkatkan kontrol terhadap sumber daya dan mengatur lembagalembaga dalam situasi sosial yang ada. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, maka keterlibatan masyarakat dalam berbagai program dalam pembangunan
terutama
menyangkut
pengambilan
keputusan
pembangunan dalam tingkat komunitas sangat penting. Menurut Ndraha (2002: 103-104) ada beberapa bentuk partisipasi, sebagai berikut: a. Partisipasi dalam/melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan sosial; b. Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (mentaati, memenuhi, melaksanakan), mengiakan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya; c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan. Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin di dalam masyarakat;
15
d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan; e. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan; f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai sejauhmana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauhmana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Holil (dalam Isbandi, 2007: 21) mengemukakan adanya beberapa bentuk partisipasi, antara lain : a. Partisipasi dalam bentuk tenaga adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. b. Partisipasi dalam bentuk uang adalah bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian suatu program pembangunan. Partisipasi ini dapat berupa sumbangan berupa uang tetapi tidak dipaksakan yang diberikan oleh sebagian atau seluruh masyarakat untuk suatu kegiatan atau program pembangunan. c. Partisipasi dalam bentuk harta benda adalah partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alatalat kerja atau perkakas. Adapun menurut Chapin (dalam abe, 2002: 43) mengemukakan adanya bentuk partisipasi masyarakat, antara lain : a. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usahausaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.
16
b. Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. c. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama. d. Partisipasi
representatif.
Partisipasi
yang dilakukan
dengan
cara
memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia. Partisipasi masyarakat juga terefleksikan dalam berbagai bentuk, Rusidi dalam Siregar (2001: 21) mengatakan ada empat dimensi dalam berpartisipasi: a. sumbangan pikiran (ide atau gagasan) b. sumbangan materi (dana, barang dan alat) c. sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja) d. memanfaatkan dan melaksanakan pelayanan pembangunan. 2.1.2 Tingkatan Partisipasi Masyarakat Untuk pengembangan partisipasi masyarakat, perlu pemahaman dasar mengenai tingkatan partisipasi. Menurut Cohen dan Uphoff dikutip oleh Soetomo (2008:12) membagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan ke dalam 4 tingkatan, yaitu :
17
a. Partisipasi dalam perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan dan penetapan program pembangunan dan sejauh mana masyarakat memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk saran untuk pembangunan. b. Partisipasi dalam pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi berupa: partisipasi dalam bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi dalam bentuk harta benda. c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek setelah proyek tersebut selesai dikerjakan. Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang telah dibangun. d. Partisipasi dalam evaluasi, yang diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan masyarakat dalam menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta hasilhasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil-hasilnya. Penilaian ini dilakukan secara langsung, misalnya dengan ikut serta dalam mengawasi dan menilai atau secara tidak langsung, misalnya memberikan saran-saran, kritikan atau protes. 2.1.3 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Ada beberapa faktor yang dapat mendukung dan menghambat partisipasi masyarakat dalam suatu program, Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk melakukan suatu tindakan, dimana perwujudan dari
18
perilaku tersebut didorong oleh adanya tiga faktor utama yang mendukung, yaitu (1) kemauan; (2) kemampuan; dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi, Dorodjatin (dalam Slamet, 2003: 18). Selain itu ada juga faktor yang menghambat partisipasi masyarakat menurut Watson (dalam Soetomo, 2008: 214) mengatakan bahwa ada beberapa kendala (hambatan) yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan antara lain kendala yang berasal dari kepribadian individu salah satunya adalah ketergantungan. Ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan merupakan hambatan dalam mewujudkan partisipasi atau keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa ketergantungan ini masyarakat tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan atau prakarsa mereka sendiri. Faktor-faktor yang menghambat partisipasi masyarakat tersebut dapat dibedakan dalam faktor internal dan faktor eksternal, dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor internal Menurut Slamet (2003: 137-143), untuk faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi. Sedangkan,
19
b. Faktor-faktor Eksternal Menurut Sunarti (dalam jurnal Loka, 2003: 9), faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu Dalam hal ini stakeholder yang mempunyai kepentingan dalam program ini adalah pemerintah daerah, pengurus
desa/kelurahan
(RT/RW),
tokoh
masyarakat/adat
dan
konsultan/fasilitator. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program. 2.2 Konsep pengembangan objek wisata 2.2.1 Pengembangan Objek Wisata Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi” atau lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain pan
orama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah,
ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik,peningalan purba kala, musium budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya, peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002: 20). Dalam Undang-undang No.9 tahun 1990 disebutkan bahwa obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kegiatan wisata biasanya merupakan kegiatan yang bisa memberikan respon yang menyenangkan dan dapat
20
memberikan kepuasan. Oleh karena itu suatu obyek wisata hendaknya dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga menimbulkan kesan yang mendalam. Sedangkan objek wisata Menurut Fandeli dalam (Widyasmi 2012: 17), objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumberdaya alam dan tata lingkungannya.
Sujali dalam (Sari 2011: 46) mengemukakan bahwa bahan dasar yang perlu dimiliki oleh industri pariwisata dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a. Objek wisata alam (natural resources): bentuk dari objek ini berupa pemandangan alam seperti pegunungan, pantai, flora dan fauna atau bentuk yang lain. Contohnya adalah pantai Kuta, Tangkuban perahu, dan lain-lain. b. Objek wisata budaya atau manusia (human resources): objek ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan/kehidupan manusia seperti museum, candi, kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, upacara pemakaman atau bentuk yang lain. Contohnya adalah candi Borobudurdan upacara Rambu Solo. c. Objek wisata buatan manusia (man made resources): objek ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia sehingga bentuknya tergantung pada kreativitas manusianya seperti tempat ibadah, alat musik, museum, kawasan wisata yang dibangun seperti Taman Mini Indonesia Indah dan kebun binatang.
21
Menurut (Suwantoro 2004: 3) pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, agama, kesehatan maupun kepentingan lainnya seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
Menurut Mariotto dalam (Arsyadha 2002: 27) yang merupakan objek dan atraksi wisata adalah :
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang istilah pariwisata disebut dengan natural amenities b. Hasil cipta manusia (man made supply) c. Tata cara hidup (the way of life)
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restaurant, warung, pedagang asongan, sarana dan olahraga, jasa dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya (Suwantoro dalam Aziz, 2003: 17).
Poerwadarminta (2002:474) lebih menekankan kepada suatu proses atau suatu cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik sempurna dan berguna.
22
Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Dengan adanya pembangunan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000: 46-47) bahwa pengembangan pariwisata merupakan gerak keseluruhan dari bermacam-macam kegiatan, keterpaduan dari berbagai fasilitas dan pelayanan, serta keterkaitan secara langsung tanpa keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya dan bergerak secara berkesinambungan. Dalam pengembangan pariwisata di perlukan strategi pengembangan pariwisata,
adapun
strategi
pengembangan
pariwisata
bertujuan
untuk
mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap. Beberapa kebijakan pengembangan pariwisata antara lain : a. Promosi Pelaksanaan upaya pemasaran dan promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu, baik dalam negeri maupun luar negeri. b. Aksesibilitas Merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, karena menyangkut lintas sektoral, kemudahan dan keefektifan mencapai kawasan. c. Kawasan Pariwisata Pengembangan kawasan pariwisata dimaksudkan untuk:
23
1) Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan pariwisata. 2) Memperbesar dampak positif pembangunan. 3) Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan. d. Wisata Bahari Merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan komperatif yang tinggi terhadap produk wisata sejenis di luar negeri. e. Produk Wisata Upaya untuk menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai daya saing yang tinggi. f. Sunber Daya Manusia Merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata, sumber daya manusia harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang di perlukan untuk memberi jasa pelayanan pariwisata. g. Kampanye Nasional Sadar Wisata Untuk pengembangan kepariwisataan daerah atau tingkat nasional di kenal dengan “SAPTA PESONA”. Sapta pesona atau yang dikenal dengan istilah K7 adalah merupakan tujuh hal yang harus di siapkan untuk menunjang kepariwisatan
yakni:
keindahan,
kesejukan,
keamanan, keramahtamahan dan ketenangan.
kebersihan,
kenyamanan,
24
Pasar adalah target pemasaran obyek wisata Transportasi cara membawa wisatawan ke obyek
Pengembangan Pariwisata
Obyek wisata Adalah obyek Yang dijual
Keterangan :
promosi adalah metode menjual obyek wisata
Pelayanan adalah pendukung daya tarik obyek wisata :Hubungan timbal balik (saling mempengaruhi) :Hubungan searah
Gambar. Sistem Pengembangan Pariwisata (Sumber: Santoso, 2000 : 56) Dari bagan di atas dapat di jelaskan bahwa dalam pengembangan pariwisata terdapat lima komponen yang dapat di jadikan sebagai strategi dalam pengembangan kepariwisataan. Komponen-komponen tersebut meliputi pasar. transportasi, obyek wisata, pelayanan dan promosi. Kelima komponen tersebut saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri, kelima komponen tersebut merupakan input (masukan) bagi pengembangan pariwisata yang di tunjukan dengan anak panah yang searah, sedangkan masing-masing input tersebut akan berhubungan satu sama lain secara timbal balik atau saling mempengaruhi yang di tunjukan dengan anak panah yang berlawanan arah.
25
Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi” atau lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik,peningalan purba kala, musium budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya, peringatan perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002: 20). Pengembangan Obyek wisata alam sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktifitas sumber daya alam dalam konteks pembangunan ekonomi, sehingga selalu dihadapkan pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah daerah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalam suatu sistem tata ruang wilayah. Kendala pengembangan obyek wisata alam berkaitan erat dengan: (a) Instrumen kebijaksanaan dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi obyek wisata alam; (b) Efektifitas fungsi dan peran obyek wisata alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait; (c) Kapasitas institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata alam di kawasan hutan; dan (d) Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam.
26
2.2.2 Satrategi pengembangan pariwisata Menurut Suryono (2004: 80) strategi pada prinsipnya berkaitan dengan persoalan: Kebijakan pelaksanaan, penentuan tujuan yang hendak dicapai, dan penentuan cara-cara atau metode penggunaan sarana-prasarana. Strategi selalu berkaitan dengan 3 hal yaitu tujuan, sarana, dan cara. Oleh karena itu, strategi juga harus didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata. 2.2.3 Unsur-Unsur Pokok Pengembangan Pariwisata. Unsur pokok yang dapat menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi: a. Atraksi Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan merka di tempat atraksi dalm waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan kepada wisatawan yang berkunjung (Soekadijo, 2000: 70). Atraksi wisata adalah salah satu factor utama yang menarik wisatawan untuk datang ke suatu daerah wisata. Yang termasuk dalam atraksi wisata yaitu. 1) Natural Attraction : terasering sawah, terumbu karang, pantai, danau, sungai, pegunungan, cuaca/suhu dan kondisi geografis lainnya.
27
2) Cultural Attraction : sejarah dan warisan budaya, agama, seni kerajinan, pertunjukan/hiburan, museum, dan pola pemukiman masyarakat. 3) Social attraction : tingkah laku masyarakat dalam bersosialisasi, bahasa, dan cara/gaya hidup masyarakat. 4) Built Attraction : bangunan bersejarah, arsitektur bangunan, lapangan, kebun, monument, dan museum. (Yoeti, 2002 : 5) b. Sarana Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Suwantoro (2004: 22). 2.2.4 Faktor-Faktor Pendorong Pengembangan Obyek Wisata Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online). Modal kepariwisataan (torism assets) sering disebut sumber kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataaan (Setianingsih, 2006 : 39). Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada
28
apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo dalam Setianingsih (2006: 39) modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga diantaranya : a. Modal dan potensi alam, alam merupakan salah satu faktor pendorong seorang melakukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya. b. Modal dan potensi kebudayaannnya. Yang dimaksud potensi kebudayaan disini merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan keratin dll. Akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga diharapkan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik. c. Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia. Dengan demikian, dari beberapa pendapt para ahli yang di kutip diatas yang berubungan dengan judul proposal ini, penulis dapat menarik suatu kesimpulann, bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata adalah peranan atau keikut sertaan masyarakat dalam proses pengembangan atau pembangunan pada objek wisata tertentu,baik itu secara fisik maupun non fisik. Dalam hal ini masayarakat bukan hanya
29
seabgai penikmat wisata, tapi masyarakat juga berkewajiban memberikan sumbansi pemikiran, ataupun ikut serta dalam memperhatikan ketertiban dan kenyaman pada objek wisata tertentu. 2.3 Penelitian Relevan. Adapun penelitian yang relevan yang kaitannya erat dengan penelitian penulis yaitu :
1. A. Oktami Dewi A. A. P, Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Bahari Di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, 2013. Tujuan Penelitian adalah (1) mengetahui pengembangan objek wisata bahari di Pulau Kapoposang, (2) mengetahui potensi sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam menunjang pengembangan wisata bahari, (3) mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata bahari.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Pengembangan wisata bahari di Pulau Kapoposang sudah banyak dikembangkan tetapi masih memerlukan perbaikan terutama dalam kondisi sosial ekonomi masyarakat. (2) Berbagai potensi sosial budaya masyarakat dapat dijual sebagai daya tarik wisatawan. (3) Masyarakat Pulau Kapoposang tidak mampu mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi dipulaunya. (4) Keterlibatan masyarakat masih berkisar pada kelompok-kelompok masyarakat dan penyediaan sarana prasarana oleh pihak swasta. (5) Masyarakat hanya dilibatkan sebatas
30
perencanaan sedangkan pada proses pelaksanaan dan pemanfaatan masyarakat sudah tidak terlibat. Dalam partisipasi masyarakat inilah disebut “partisipasi pasif” karena berdasarkan hasil analisis dengan ada beberapa point yang belum terpenuhi oleh masyarakat.
2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Farikhah Elida (2005) dengan judul Pola Pengembangan Pariwisata Yang Berbasis Masyarakat Di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki tujuan untuk mengidentifikasi potensi obyek wisata, atraksi wisata dan pengembangan pariwisata di Kepulauan Karimunjawa, menganilisis pengembangan pariwisata, peranserta masyarakat dan preferensi wisatawan domestik dalam pengembangan pariwisata serta menganalisis pola pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat. Dari hasil penelitian pola pengembangan pariwisata di Karimunjawa harus didasarkan pada prinsip konservasi, partiipasi masyarakat dan ekonomi sejalan dengan keberadaannya sebagai Taman Nasional selain itu lebih memperhatikan aspek keberagaman atraksi wisata. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Susanti (2012) dengan judul Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Objek Wisata Goa Tabuhan Sebagai Daerah Tujuan Wisata (Tourist Destination Area) Di Desa Wareng Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui model perencanaan dan pengembangan pariwisata pada objek wisata Goa Tabuhan sebaagai daerah tujuan wisata dan mengetahui partisipasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata pada objek wisata. Hasil penelitian dapat disimpulkan Goa Tabuhan merupakan
31
salah satu objek wisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi Daerah Tujuan Wisata, Masyarakat memiliki peran strategis sebagai pelaku usaha pariwisata, mayarakat dilibatkan dalam pembangunan dan pengembangan Goa Tabuhan baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan, dan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan objek wisata sudah baik namun belum dapat disebut “partisipasi yang sesungguhnya” karena berdasarkan hasil analisis dengan ada beberapa point yang belum terpenuhi oleh masyarakat. 4. Mona El Sahawi (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Ekonomi Masyarakat. Indonesia sendiri memiliki berbagai potensi daya tarik wisata. Oleh karena itu, berbagai potensi daya tarik wisata dikembangkan agar masyarakat mendapat manfaat terkait potensi desa yang ada dengan menjadikannya kawasan desa wisata. Desa wisata merupakan salah satu bentuk penerapan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan.
Pengembangan desa
wisata yang berbasis lokal memerlukan kepedulian dan partisipasi masyarakat sendiri untuk senantiasa berinovasi dan kreatif dalam mengembangkan desanya. Selanjutnya, kegiatan pengembangan desa wisata dapat memberikan kehidupan yang standart pada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Peningkatan ekonomi dari pengembangan desa wisata sendiri dapat berupa dampak langsung dan dampak tidak langsung. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsep partisipasi masyarakat, pengembangan desa wisata, partisipasi masyarakat
32
dalam
pengembangan
desa
wisata,
pengembangan
wisata
terhadap
peningkatan ekonomi, dan menganalisis partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata dan dampaknya terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. 2.4 Kerangka piker
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam perencanaan Penyerapan aspirasi/usulan masyarakat
Kegiatan musyawarah rencana pengembangan objek wisata
Partisipasi dalam pelaksanaan
Partisipasi dalam bentuk tenaga
Partisipasi dalam pemnfaatan hasil
Partisipasi dalam bentuk uang
Pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante
Berdasarkan diagram diatas maka dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante yaitu: yang pertama yaitu partisipasi masayarakat dalam penyerapan aspirasi/usulan masyarakat, partisipasi masyarakat dalam musyawarah
33
rencana pengembangan objek wisata. Yang ke dua partisipasi dalam pelaksanaan yang didalamnya terdapat partisipasi dalam bentuk tenaga dan partisipasi dalam bentuk uang. Yang ke tiga yaitu partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang dimana dalam
partisipasi
ini
masyarakat
memanfaatkan
pembangunan
atau
pengembangan yang ada unutk merawat dan mengambil kentungan. Sehingga dengan adanya tiga tahapan partisipasi yang ada pada diagram diatas bisa melihat sejauh mana partisipasi masyarakat dalamm pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Diagram diatas sesuai dengan apa yang dikutip oleh Soetomo (2008: 12) membagi parisipasi menjadi 3 tingkatan, yaitu (a) partisipasi dalamm perencanaan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalamm rapat-rapat. Sejauh mana masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan dan penyerapan program pembangunan dan sejauh mana masyarakat memberikan sumabangan pemikiran dalam bentuk saran untuk pemanguan. (b) partisipasi dalamm pelaksanaan dalam wujud nyata partisipasi berupa: partisipasi dalamm bentuk tenaga, partisipasi dalam bentuk uang, partisipasi dalam bentuk harta benda. (c) partisipasi dalam penfaatan hasil, yang diwujudkan keterlibatan seseorang pada tahap pemanfaatn proyek setelah proyek itu selesai dikerjaann. Partisipasi pada tingkatan ini berupa uang dan tenaga untuk memelihara dan memanfatkan proyek yang telah dibangaun.
34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini terletak di objek wisata permandian danau mata air wakante desa latugho, kecamatan lawa, kabupaten muna barat. Di pilihnya lokasi Objek Wisata permandian danau mata air wakante karena objek wisata tersebut memiliki potensi alam yang sangat menarik dan unik serta memiliki nilai jual. Adapun waktu Penelitian ini dilakukan selama 4 Bulan, di karenakan banyaknya data yang akan diambil untuk di analisis sebagai dasar untuk memberikan informasi tentang Partisipasi Masayarakat dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakantee. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif menyajikan suatu gambaran dari suau partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Pemilihan jenis penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara mendalam kondisi partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante berdasarkan dukungan fakta dan informasi yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber, dengan kata lain tujuan dari penelitian kualitatif untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis. Faktual dan akurat mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante.
35
3.3 Jenis data Jenis data dalam penelitiann ini, terdiri dari dua jenis , yaitu data primer dan data sekunder. Berikut ini akan dijelaskan data primer dan data sekuder yang berhubungan dengan penelitian ini. a. Data primer, penulis dapatkan secara langsunng dari objek penelitiann atau narasumber, untuk memperoleh data primer dilakukan dengan cara wawancara mendalam sehingga menghasilkan catatan dan rekaman wawancara. b. Data sekunder, penulis tidak mendapatkan langsung dari obyek penelitian, teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengann cara studi dokumentasi, yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku literature dan penelitian terdahulu dan peraturan perundang-undangan. Studi kepustakaan ini digunakan untuk endaptkan kerangka teori yang sesuai dengan topic penelitian agar terarah dan sistematis. 3.3 Informan Penelitian Berdasarkan sumber perolehan data dan kebuutuhan penelitian, informan penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Pertimbangan bahwa iforman tersebut dapat memberikan keterangan sehubungan dengan parisipasi masyarakat dlam pengembangan objek wisata permandian kali air tawar wakante. Adapapun informan dalam peelitian ini yaitu : a. Kepala dinas pariwisata muna barat (Drs. Abdul Nasir Kola. M.Si). b. Masyarakat ( la ode kaimudin, la ode sagala, junida S.Pd, wa mini, wa nana, la andri, la ode takim,)
36
c. Kepala desa (La Ode Baru) d. Pengunjung (wiji, ilmin). 3.4 Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan tujuan penelitian dan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka saya menggunakan tiga tekhnik penggumpulan data, yaitu: a.
Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung untuk menggetahui bagaiman pengembangan obyek wisata permandian danau mata air wakante.
b.
Teknik wawancara, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada informan
guna
untuk
mengetahui
partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. c.
Teknik
dokumentasi,
yaitu
suatu
teknik
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen, dan rekaman seperti surat kabar, buku harian, naskah pribadi, foto-foto, catatan kasus, dan lain sebagainya. Sehubungan degan penelitian adanya keterbatasan mengenai referensi seperti buku yang belum memuat mengenai pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante, maka peneliti dalam teknik pengumpulan data berdasarkan dokumentasi hanya berfokus pada rekaman dan foto-foto yang memuat partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. 3.6 Tekhnik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh dikumpulkan
37
melalui berbagai sumber yang layak dan sesuai (signifikan) kemudian diiolah, mengklasifikasikan, menilai, mereduksi dan selanjutnya menyajikan data serta menyimpulkan data. Teknik analisis data dalam penelitiann ini menggunakan model analisis interaktis yang dikemukakan oleh miles dan huberman.
Pengumpulan data
Penilaian data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan kesimpulan
Sumber : miles dan huberman Gambar : analisis data model interakti Dari hasil pengumpulan data, lalu data dinilai untuk kemudian direduksi yaitu dirangkum dan dipilah hal yang pokok, difokuskan pada innformasi yang penting dan terkaid dengan maksud tujuan penelitian. Reduksi data dilakukan teruus menerus, selama proses penelitian berlangsunngg. Setelah itu, data disajikan untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu yang relevan dan penting. Selanjutnya data menjadi bahan pertimbangan kesimpulan akhir dan penelitian yang mampu menjawab rumusan masalah secara menyeluruh.
38
Dari alur yang digambarkan diatas terlihat proses analisis data mulai dari pengumpullan data kemudian data tersebut direduksi dan disajikan. Ketiiga proses ini saling erkait dan dapat diklarifikasi untuk memeriksa sampe seberapa jauh keabsahan suatu data dan bagaimana kekuatan data tersebut menggambarkan secara kualitatif dan menjawab ppermasalahn yang telah diurumuskan. 3.7 Teknik Pengecekan Keabsahan Data Banyak hasil penelitiaan diragukan kebenarannya karna beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karna itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu dengan teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (kredibilitas). Teknik ini dapat dilakukan dengan jalan : a. Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen (alat) tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti seingga
memungkinkan
peningkatan
derajat
kepercayaan
data
yang
dikumpulkan perpanjangan pengamatan ini dilakukan ± 1 bulan. Hal ini dilakukan peneliti untuk memperdalam hasil penelitian dengan mengecek kembali kebenaran data dilapangan. b. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding.
39
Teknik yang paling banyak dilakukan ialah pemeriksaan terhadap sumbersumber lainnya. Kecukupan referensi yakni bahan-bahan yang tercatat dan terekam dapat digunakan sewaktu-waktu diadakan analisis dan interpretasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 teknik triangulasi dengan menggunakan sumber adalah membandingkan apa yang dikatakan informan yang satu dengan informan yang lain. Dan triangulasi dengan menggunaan metode yaitu mengecek kebenaran data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan dokumentasi.
40
BAB 1V PEBAHASAN HASIIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak geografis penelitian peneliti terletak di objek wisata permandiann danau mata air wakante yang terdapat di desa latugho kecamatan lawa kabupaten muna barat. 4.1.1 Data Administratif Desa latugho merupakan salah satu desa yang berada dibawah administrasi Pemerintah Kecamatan lawa Kabupaten Muna Barat
Provinsi Sulawesi
Tengaara. Desa latgho memiliki luas wilayah 518 Ha dan juga terbagi 2 dusun dengan ketinggian 200 M dari permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah desa latugho adalah sebagi berikut. -
Sebela utara desa barangka
-
Sebela selatan desa watumela
-
Sebela timur desa sawerigadi
-
Sebela barat kelurahan wamelai.
4.1.2 Penduduk Pada dasarnya penduduk dapa mejadi subjek pembangunan dan sekaligus menjadi beban pembangunan itu sendiri. Penduduk sebagai subjek mempunyai arti bahwa sebagai sumber daya potensial dalam pelaksanaan pembanguunan, sebaliknya penduduk sebagai objek berarti bahwa dalam
41
kebijakan pelaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk meninngkatkann kesejahteraan penduduk. Berdasarkan hasil sensus tahun 2014, jumlah penduduk desa latgho yang terdiri dari : -
Laki - laki sejumlah 692 orang
-
Perempuan sejumlah 754 orang Dengann demikian jumalah total penduduk desa latugho adalah 1446 orang
dengan jumlah kepala keluarga 386 KK. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Menurut Desa/Kelurahan 2014 Usia
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
0-5 tahun
28
71
6-10 tahun
62
64
11-15 tahun 16-20 tahun
98 74
73 68
21-25 tahun
51
60
36-30 tahun
70
72
31-35 tahun
49
78
36-40 tahun
49
60
41-45 tahun
57
46
46-50 tahun
34
31
51-55 tahun
89
30
56-60 tahun
37
43
61-65 tahun
27
25
66-70 tahun
29
23
42
71-75 tahun
2
9
Diatas 75 tahun
2
2
Total
692
754
Sumber: Buku Catatan Desa/Kelurahan, Desa Latugho 2014. 4.1.3 Potensi sumber daya alam -
Lahan pertanian jagung, kacang, ubi kayu, dan rambutan dengan luas 89 Ha.
-
Lahan Hutan Negara dan lahan Pekarangan serta halaman sekitar 7,5 Ha.
-
Populasi Ternak (Sapi/349 ekor, Kuda/4 ekor, Ayam kampung/1580 ekor, kambig/4 ekor.
-
Jenis dan sarana produksi budidaya ikan air tawar, (karamba 2 unit, empang 20.000 m2
4.1.4 Pendidikan Di desa latugho tidak terdapat sekolah swasta, sekolah negri pun hanya terdapat dua lembaga sekolah negri yaitu TK dan SD. Pada tingkat SD haya terdapat 1 unit sekolah dan TK hanya terdapat 1 unit scola. Demikian tingkat pendidikan di desa latugho pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2. Tingkatan Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2014 Tingkat pendidikan
Laki-laki (orang)
Perempuan (orang)
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
12 17 5 177
13 23 4 169
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah
-
1
43
sekolah Usia 18-56 tahun yang tidak tamat SD
-
3
Tamat SD/sederajat
37
43
Tamat SMP/sederajat
97
Tamat SMA/sederajat
125
93
Tamat D-2/sederajat
7
8
Tamat S1/sederajat
7
0
Tamat S2/sederajat
1
-
Sumber: Buku Catatan Desa/Kelurahan, Desa Latugho 2014. 4.1.5 Sejarah Permandian Danau Mata Air Wakante Dulu wakante adalah sebuah laa balano (sungai besar) sebagai tempat rendam kolope (ubi hutan), yang dimaksud disini adalah sebagai tempat untuk menghilangkan racun yang ada pada ubi hutan dan kemudian bisa dijadikan makanan pokok mereka. Permandian danau mata air wakante juga memiliki mata air yang jernih yang dulu dijadikan sebagai tempat untuk mengambil air masyarakat untuk kebutuhan hidup, baik itu untuk di minum, dan juga untuk pake memasak. Yang memnfaatka air ini bukan hanya dari masyarkat setempat atau masyarakt dari desa la tugho saja, tetapi juga masyarakat dari kampung lama, seperti masyarakat dari kampung watumela, wa lelei, dan gusi. Menurut cerita yang beri nama adalah orang-orang yang rendam ubi hutan, pada saat itu mereka mencari siput disekitaran mata air amohowi untuk di konsumsi, ternyata orang yang masuk antara mata air amohowi dengan kali itu menemukan sebuah batu besar yang membatasi mata air amohowi dengan mata air laa balano (sungai besar). Dengan demikian karna adanya pembatas sebuah batu besar antara mata air amohowi dengan sebuah mata air yang tak
44
diketahui namanya itu yang secara umum baik sungai ataupun danau yang tidak diketahui namanya dikenal dengan sebutan laa balano atau sungai besar. Maka orang-orang yang rendam ubi hutan memberi nama kali atau laa balano dengan sebutan wakantee. Yang dimana wakante berasal dari kata kantee yang artinya dalam bahasa indonesia adalah pemisah atau pembatas. Jadi danau mata air wakante ini menembus liku wandoke dan liku tambaga, kali laano bangka sampai bermuara di kambara. (Tutur salah satu tokoh masyarakat la ode kaimudin, hasil wawancara tnggl 7 mei 2016.) Wilayah lahan permanndian danau mata air wakantee adalah merupakan milik pemerintah sesuai dengan ketentuan UU No 41 tentang lingkungan hidup, dan sekeliling permandian danau mata air wakante adalah lahan masyarakat yang sebagian dihibahkan untuk pendukung dari pada perkembangan permandian danau mata air wakante sebagai objek wisata unggulan. Permandian danau mata air wakante mulai dikembangkan dari sebelum kabupaten muna barat dimekarkan dari kabupaten muna, yaitu pada tahun 2010 oleh mayarakat yang mendapat bantuan dari PNPM melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang pada saat itu diketuai langsung La Ode Baru yang sekarng menjabat sebagai kepala desa latugho. Pengembangan Wakante yang memiliki volume 190 × 225 × 120 × 0.30M, dengan anggaran 285.827.600, dari anggaran tersebut telah dibagnun tanggul-tanggul samping wakante, gajebo, wc, kolam renang mini bagi anak-anak ,dan juga tempat peristirahatan yang biasanya digunkan untuk tempat seminar dan juga tempat
45
dialog. Dengan keberhasilan pembangunan itu menjadikan pembangunan yang sukses bagi objek wisata disulawesi tenggara kabupaten muna pada periode 2009-2010 dan turun langsug ditinjau oleh bank dunia, ( hasil wawancara bersama la ode baru 6 mei 2016). Dalam pengembangan permandiann danau mata air wakante Pemerintah kabupaten muna barat belum berperan aktif dalam pembangunan ataupun dalam pengembangan objek wisata wakante, di karenakan kabupaten muna barat merupakan daerah otonom baru yang belum lama mekar yaitu pada tahun 2013 kemarin. Di sampig itu juga muna barat belum mempunyai pimpinan defenitif yang mempunyai wewenang untuk membangun segala sektoral yang ada di muna barat yang salah satunya bidang pariwisata. Saat ini pemerintah ataupun kebijakan anggaran yang ada di muna barat di tujukan pada pembangunan infrastruktur dasar, seperti pembangunan jalan dan juga perkantoran. Sehingga sampe saat ini objek wisata permandian danau mata air wakante belum mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah tetapi sudah masuk dalam perencanaan pembangunan yang akan dikembangkan oleh pemerintah pada 2017. 4.1.6 Kunjungan wisatawanan. Kunjungan wisatawan objek wisata permandian danau mata air wakante dapat dilihat dari pemasukan uang kas desa latugho dari hasil penagihan uang masuk, selama satu minggu yaitu idul fitri dan idul adha dari tahun 2014-2016. Dari tahun ketahun jumlah wisatawan yang datang
46
berkunjung pada objek wisata permandian danau mata air wakante setiap tahunnya selalu meningkat. a. Jumlah kunjungan wisata Kunjungan wisatawan pada objek wisata permandian danau mata air wakante sangat pesat. semenjak adanaya pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante pada tahun 2012, objek wisata ini menjadi salah satu objek wisata yang banyak diminati wisatawan lokal jika dihari-hari libur, melonjaknya pengunjung dapat dilihat dihari-hari libur lebaran idul fitri dan lebaran idul adha, lebaran idul fitri lebih banyak pengunjung dari pada lebaran idul adha, dikarenakan jika lebaran idul fitri banyak orang pulang kampung untuk berlibur, sedangkan jika hari lebaran idul adha tidak banyak yang pulang kampung untuk berlibur. Jumlah kumjungan wisata yang berkunjung pada objek wisata permandian danau mata air wakante Dapat dilihat dan diperkirakan dari penagihan uang masuk selama satu minggu setelah lebaran idul fitri dan idul adha pada tahun 2014, tahun 2015 dan tahun 2016. Pada tahun 2014 mencapai 5.200.000 rupiah, sementara lebaran idul adha hanya mencapai 2.700.000 rupiah. Dengan demikian bisa diperkirakan pengunjung pada tahun 2014 pada saat lebaran idul fitri mencapai 1.733 orang dalam 1 minggu setelah lebaran, sementara pada saat lebaran idul adha 2014 pengunjung hanya mencapai 900 orang dalam 1 minggu setelah lebaran. Pada lebaran idul fitri tahun 2015 pemasukan kas desa bertambah menjadi 6.200.000 ribu rupiah sedangkan pemasukan uang kas desa pada saat idul
47
adha 2015 sedikit meningkat
yaitu 2.800.000 ribu rupiah. ini
menggambarkan bahwa pengunjung pada saat idul fitri 2015 sekitar 2.066 orang dalam satu minggu setelah lebaran, sedangkan pengunjung pada saat idul adha 2015 sebanyak 933 orang satu minggu setelah lebaran. Pada idul fitri tahun 2016 pemasukan kas desa sedikit meningkat lagi yaitu 6.800.000 ribu rupiah, sedangkan pemasukan uang kas desa idul adha 2016 hanya mencapai 2.300.000 ribu rupiah. Dalam hal ini pengunjung idul fitri 2016 kembali meningkat yaitu sebanyak 2.266 orang dalam satu minggu setelah lebaran, sedangkan pada lebaran idul adha 2016 pengunjung hanya sekitar 766 orang satu minggu setelah lebaran. b. Pendapatan Desa Dalam partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante, yang berperan penting dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante adalah masyarakat dan pemerintah desa. Sementara pemerintah daerah belum berpartisipasi dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Sehingga dengan demikian pengeolaan objek wisata permandian danau mata air wakante dikelola oleh pemerintah desa dan masyarakat. Dengan demikian dalam pengelolaan anggaran yang didapatkan dari hasil penagihan uang masuk dari para pengunjung hanya menjadi pendapatan desa. Pendapatan desa dapat dilihat dari table dibawah.
48
Table 4.3 Pemasukan Uang Kas Desa Latugho Pemasukan No
Tahun
Idul fitri (Rp)
Idul adha (Rp)
1
2014/1 minggu
5.200.000
2.700.000
2
2015/1 minggu
6.200.000
2.500.000
3
2016/1 minggu
6.800.000
2.100.000
Sumber: buku catatan bendahara desa/kelurahan, desa latugho 2016. Dengan kujungan wisatatawan yang begitu menjanjikan sehingga pemerintah desa jika di hari-hari libur menugaskan kepada remaja untuk menjaga digerbang masuk objek wisata permandian danau mata air wkante untuk menagih uang masuk, dimana per orangnya dikenakan biaya 3.000 rupiah/orang. Penagihan yang dilakukan pun hanya berlangsung pada saat hari lebaran dan berlangsung selama satu minggu setelah lebaran. Hasil wawancara peneliti bersama La Ode Baru, informan mengatakan bahwa, sejak adanya pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante 2012, pengunjung setiap tahunnya semakin meningkat, sehingga saya sebagai kepala desa latugho berpikiran yang kepala desa sebelumnya tidak pikirkan, yaitu dengan memanfaatkan objek wisata permandian danau mata air wakante sebagai salah satu objek untuk menambah hasil uang kas desa. Setelah saya terpilih menjadi kepala desa latugho pada tahun 2013, pada idul fitri dan idul adha 2014 Saya menugaskan kepada beberapa remaja desa latugho untuk menjaga dan menagih uang masuk dipintu masuk permandian danau mata air wakante yaitu hanya pada saat hari raya idul fitri dan hari raya idul adha, dengan biaya masuk yang dikenakan pada setiap pengunjung 3.000 rupiah pe orangnya. Karena di hari-hari tersebut wisatawan banyak yang datang berkunjung pada objek wisata permandian danau mata air wakante. ( hasil wawancara 6 mei 2016).
49
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triagulasi dengan menanyakan pertanyaan yang sama pada lima informan peneliti. Dengan demikian penelitian ini akan terus berlanjut sampai menemukan kecocokan jawabann dari masingmasing informan dengan pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante yaitu: 4.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante
Partisipasi masyarakat yang terdapat dalam pengembangan objek wisata permandian objek wisata permandiann objek wisata permandian danau mata mata air wakante adalah : 4.2.1 Partisipasi masyarakat dalam Perencanaan pengembangan Partisipasi masyarakat dalam perencanaann pengembangan objek wisata permanndian danauu mata air wakante, masyarakat menunjukan beberapa partisipasinya dalam perencanaan pengembangan objek wisata, yaitu: a. Penyerapan aspirasi/usulan masyaraat. Bentuk partisipasi yang diharapkan dalam tahap ini adalah, masyarakat tidak hanya berpartisipasi dengann hanya meyampaikan usulan kegiatan pengembangan objek wisata, tetapi juga mampu menggali memahami dan mengungkapkan persoalan atau permasalahan yang sebenarnya mereka hadapi dalam rencana pengembangan objek wisata permandian danau mata air wkante.
50
Berdasarkan hasil temuan peneliti, pemerintah desa memberikan peluang bagi masyarakat di desa latugho untuk terlibat dalam kegiatan penyerarapan aspirasi masyarakat dilapangan dengan menujuk kepala RT sebagai kordinator lapangan dan penanggung jawab dalam pelaksanaan setiap kegiatan rapat. Dalam hal ini kepala RT mempunyai tanggung jawab untuk menghubungi masyarakat jika akan diadakan rapat dalam tahap pengembngan objek wisata permandian danau mata air wakante. Adapun hasil wawancara peneliti dengan informan, bersama (la mentanga 54 tahun), informan mengatakan bahwa, dalam penyerapan aspirasi masyarakat,masing-masing kepala RT desa latugho punya tangung jawab untuk menghadirkann warganya, jadi dalam setiap rapat pembahasan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante masyarakat banyak yang hadir, sehinga ide-ide atau gagasan yang diusulkan kepada kepala desa dan kepada LSM bisa langsung didiskusikan secara terbuka dan mencarikan jalan yang baik dalam rencana pengembngan objek wisata permandian danau mta air waknte. ( wawancara12 mei 2016) b. Kegiatan musyawarah rencana pengembangan objek wisata Berdasarkan hasil temuan peneliti,bahwa
masyarakat desa latugho
sangat berinisiatif untuk terlibat dalam kegiatan musyawarah rencana pemgembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Hal itu terlihat dari kehadiran masyarakat yang di undang pada setiap rapat yang diadakan oleh kepala desa, kemudian orang-orang yang terlibat dalam langsung musyawarah rencana pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante ikut memberikan masukan-masukan terhadap berbagai macam rumusan usulan pengembangunan berddasarkan skala prioritas yang akan diajukan oleh LSM kepada pemerintah. Hasil wawancara peneliti bersama la awal 37 tahun, informan mengatakan bahwa masyarakat yang dilibatkan dalam perencanaan
51
pengembangan atau pembangunan objek wisata permandian danau mata air wkante tidak semua masayarakat ikut terlibat, diakibatkan sebagian masyarakat banyak kesibukan lain, tetapi selebihnya masyarakat banyak yang ikut berpartisipasi. Meskipun dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan panduan pelaksanaan musrembang desa/kelurahan yang dikeluarkan oleh mentri pembangunan nasional/kepala bappenas dan mentri Dalam negeri yang mengatakan bahwa setiap unsur yang ada dalam masyarakat harus dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan melalui musyawarah rencana pembangunan objek wisata. ( wawancara11 mei 2016) Berhubungan dengan musyawarah dalam rencana pengembngan objek wisata permandian danau mata air wakante, hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama (la ode baru 46 tahun) mengatakan bahwa masyarakat selalu dilibatkan dalam setiap rapat yang diadakan untuk mendiskusikan tentang bagaimana tahap-tahap pengembangan objek wisata pwrmandian danau mata air wakante. Informan juga mengatakan bahwa masyarakat selalu memberikan sumbangan pemikiran atau ide-ide dalam setiap rapat yang diadakan terhadap tujuan yang lebih baik dalam pengembangan objek wisata. Informan juga mengatakan dalam perencanaan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante setiap keputusan adalah hasil keputusan bersama, keputusan dari hasil-hasil rapat yang diadakan sehingga tidak ada kesenjangan antara masyarakat dengan pihak pemerintah desa dalam proses berjalannya pembngunan objek wisata permandian danau mata air wkante, (Hasil Wawancara 6 mei 2016). 4.2.2 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan objek wisata Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante, masyarakat menunjukan pastisipasinya dengan cara berpartisipasi dalam bentuk uang dan partisipasi dalalm bentuk tenaga, a. Partisipasi dalam bentuk uang Bentuk keterlibtan masyarakat dalam pelaksanaann pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante bukan hanya keterlibatan secara emosional semata tetapi ketelibatan masyarakat juga dalam memberikan kontribusi yang bebentuk uang guna menunjang pelaksanaan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Dalam
52
keterlibatan masyarakat dalam bentuk uang, proses dalam pengembangan ojek wisata permandian danau mata air wkante ada yang didapat dana dari masayarakat dalam bentuk sumbangan, dan dana dari luar masyarakat yaitu dana hibah dari PNPM. 1) Dana Dari Masyarakat. Dalam hal pencarian anggaran Masyarakat ikut menyumbang dalam pembangunan objek wisata permandian danau mata air waknte. Sumbangan yang dimaksud yaitu sumbangan dalam bentuk uag dengan tujuan sebagai modal awal dalam pengembangan dan pembangunan objek wisata permandian danau mata air wkante. Hasil wawancara peneliti dengan bapak La ode baru, informan menyatakan bahwa masyarakat ikut menyumbang dengan mengumpulkan uang 15 ribu/orang, dana yang dikumpul dari masayarakat sekitaran 4.500.000 rupiah. Uang yang dikumpul ini dimaksdukkan sebagai dana awal dalam pembangunan objek wisata permanndian danau mata air wakante sebelum cair anggaran yang di usulkan oleh masyarakat melalui LSM kepada dana PNPM untuk pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Informan juga mengatakan bahwa anggaran yang dikumpulkan oleh masyarakat dikembalikan setelah anggaran dari PNPM keluar, namun dikemblikan yang dimaksud bukan dikembalikan sama masyrakat langsung melainkan dikembalikan sebagai uang tabungan desa atau uang kas desa. 2) Dana Dari Luar Masyarakat Hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, dalam hal
pembanguanann objek wisata permandian danau mata air wakante, selain dana yang disumbangkan oleh masayarakat ada dana dari luar masayarakat yang diamana dana tersebut dana yang di usulkan oleh masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM) kepada PNPM yang didukung langsung oleh Direktorat Jendral Pemberdayaan Masayarakat Desa
53
Kementrian Dalam Negri. Anggaran ini yang kemudian dipake untuk pengembangan objek wisata permandian mata air wkante. Hasil wawancara peneliti bersama la ode baru, Informan mengatakann bahwa dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wkante, masyarakat yang mengatas namakan lembaga swadaya masyrakat (LSM) mengajukan proposal kepada pemerintah pusat untuk mendapat bantuan dana PNPM, dana tersebut terdi dari dana BLM dan dana SWADAYA, dimana dana BLM sekitar 276.452.600 ribu sedangkan dana SWADAYA sekitar 9.315.000, jadi total anggarann yang dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante adalah 285.767.600 rupiah. Dengan anggaran yang ada pemerintah desa mengoptimalkan untuk pembangunan tanggul, gajebo, kamar mandi, kolam kanak-kanak, dan juga vila terbuka yang bisa digunakan untuk rapat atau seminar. (wawancara 6 mei 2016). Dengan pemaparan informan diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat berpartisipasi aktif dan juga berinisiatif dalam uapaya pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante terbukti masyrakat membuktikan partisipasinya dengan bentuk sumbangan maupun mencari anggaran melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk mmendapatkan bantuan anggaran PNPM. b. Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaa usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan sauatu program. 1) Partisipasi masyarakat dalam membantu Pembangunan Pembangunan
sangatlah
memerlukan
partisipasi
masyarakat,
dikarenakan partisipaasi masyarakat memiliki peranan penting sebuah suksesnya sebuah pembangunan, baik itu partisipasi secara fisik maupun non fisik.
54
Hasil observasi dan wawancara peneliti, (la ode sagala umur 42tahun)mengatakan bahwa patisipasi tenaga dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante adalah partisipasi secara fisik yang dimana pembangunan dilakukan dengan cara gotong royong untuk mempercepat pembuatan tanggul-tanggul dipinggir-pinggir permandian dan juga pembuatan gajebo, ataupun fasilitas lain yang menunjang berkembangnya objek wisata permandian danau mata air wakante. Informan juga mengatakan bahwa meski ada tukang yang ditugaskan untuk pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante, tetapi kepala desa dan masyarakat tetap mengadakan kerja sama untuk mempercepat pebangunannya. Disisi lain dengan adanya pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante membuka lapangan kerja bagi sebagian remaja yang menganggur, dikarenaka mereka dipanggil untuk bekerja untuk menjadi buruh atau kuli, dan mereka digaji per hari, gaji mereka lumyan besar yaitu 60 ribu perharinya, hal itu menambah sebagian penghasilan masayarakat. Informan juga mengatakan bahwa dampak dari semenjak berkembangnya objek wisata permandian danau mata air wakante dibandingkan dengan hari sebelum dikembangkan, pengunjung lebih meningkat, pengunjung setiap harinya makin bertambah khususnya diahari-hari libur. ( hasil wawancara 7 mei 2016). Dari pernyataan informan daitas, peneliti dapat megambil kesimpulan bahwa pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante dilakukakan secara bersama-sama, dan selain itu pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante bisa menambah sebagian penghasilan masyarakat setempat. Ini sama halnya yang di kemukakn oleh soekanto (2005: 437) dikatakan bahwa pembangunan sebenarnya merupaka suatu proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki. Dari pendapat ini dikemukakan bahwa pembangunan dari segi perubahan, dimana perubahan terlihat setelah pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante di kembangkan.
55
2) Menjaga Kebersihan lingkungan Kebersihan yang di maksud adalah bagaimana partisipasi masyarakat menjaga kebersihan objek wisata permandian danau mata air wakante. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada bulan juli, peneliti melihat bahwa hari-hari libur idul fitri dan idul adha dibandingkan dengan harihari biasa tampak dari objek wisata permandian danau mata air wakante terlihat sangat beda, jika dihari-hari libur objek wisata permandian danau mata air wakante terlihat rapi dan bersih, sementara diahari-hari biasa kebrsihan objek wisata permandian danau mata air wakante tidak terllu diperhatikan. Kegiatan gotong royong yang mereka lakukakn misalnya, membersihkan rumput-rumput yang tinggi disamping permandian, memngut kotoran yang mengurangi keindahan dari objek wisata permandian danau mata air wakante. Hasil wawancara peneliti yang dilakukan dengan informan, (la ode kaemudin umur 56 tahun) mengatakan bahwa yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kebersihan objek wisata permandian danau mata air wakante, masyarakat biasanya mengadakan jumat bersih, dan hari-hari kerja rutin masyarakat desa latugho. Namun informan mengatakan bahwa kegiatan jumat bersih atau kerja bakti tdk dilakukan secara rutin dan tanpa waktu yang ditetapkan, masyarakat melakukan kegiata jumat bersih dan kerja bakti pada saat menjelang hari-hari libur, misalnya tahun baru, menjelamg idul fitri, menjelang 17 agustus, dan juga hari-hari libur besar lainya. (hasil wawancara 9 juli 2016). Dari pernyataan informan diatas dan hasil observasi yang peneliti lakukan, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa, objek wisata permandian danau mata air wakante ditinjau dari sisi kebersihan masi cukup terjaga dengan baik, apa lagi dihari-hari libur.
56
3) Menjaga Keamanan Lingkungan Hasil wawancara peneliti mengenai keamanan lingkungan, la ode takim 31 tahun mengatakan bahwa desa latugho masi jarang terjadi konflik, ini dikarenakan masayarakat dan remaja bekerja sama untuk menjaga keamanan kampung mereka serta menjaga keamanan permandian danau mata air wakante sehingga memungkinkann wisatawan yang berkunjung tidak merasa was-was dengan adanya konflik, atau keadaan mmereka merasa terancam karna orang-orang yang tidak bertanggung jawab. (hasil wawancara 6 mei 2016) Hasil observasi peneliti, secara kondisi tempat objek wisata permandian danau mata air wakante berada ditengah-ditengah perumahan warga yang sehingga keamanannya bisa terjaga dengan baik. keamanan yang ada di desa latugho masi terbilang aman, dan juga keamanan untuk objek
wisata
permandian
danau
mata
air
wakante
semenjak
dikembangkannya belum ada konflik ataupun kejadian-kejadian yang mengancam atau mengganggu dari kenyamanan pengunjung. Begitu juga hasil wawancara dari beberapa pengunjung yang berkunjung di permandian danau mata air wakante, mereka adalah wiji dan ilmin, informan adalah pengunjung yang berasal dari desa-desa tetangga yang hampir setiap hari-hari libur berkunjung di permandian danau mata air wakante yaitu wa naan 28 tahun dan wa ilminn 20 tahun. informan mempunyai pernyataan yang sama, sehingga saya mengambil kesimpulan dari pernyataan mereka bahwa objek wisata permandian danau mata air wakante sangat aman, tidak ada hal-hal yang bisa mengancam keselamtan pengunjung selama berada di desa latugho atau berada di objek wisata permandian danu mata air wakante. (hasil wawancara 8 juli 2016) Dari pernyataan informan daiatas, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat setempat yang berada di desa latugho memiliki partisipasi atau keterlibatan yang signifikan untuk menjaga keamanan dan ketertiban objek wisata yang ada demi kenyamanan wisatawan yang berkunjung di objek wisata permandian danau mata air wakante.
57
4.2.3 Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan pembangunan objek wisata Setiap anggota masyarakat berhak dalam berpartisipasi menikmati setiap usaha bersama yang ada. Demikian pula halnya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, rakyat atau masyarakat daerah harus pula dapat menikmati hasil yang mereka kerjakan secara adil. Dari adanya pengembangan atau pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante, diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat desa latugho. Berdasarkan hasil observasi dan temuan yang saya dapatkan, bahwa dalam pembangunan yang telah dihasilkan dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante memberikan manfaat yang besar bagi sebagian masyarakat setempat. Karena dengan adanya pembangunan objek wisata, pengunjung semakin bertambah, sehingga dengan banyaknya pengunjung masyarakat akan memanfaatkan kesempatan bagi masyarakat untuk menjajakan jualannya dipermandian objek wisata permandian danau mata air wakante. Adanya objek wisata pemandian danau mata air wakante telah memberikan peluang bagi sebagian masyarakat untuk menambah pengehasilan mereka, yang dimana mereka setiap hari-hari libur lebaran idul fitri dan hari libur idul adha mereka melakukan pekerjaan sampinngan, seperti misalanya mereka membuka warung makan yang hanya dibuka pada hari-hari besar, dan berbagai pedagang lainnya yang menjual disekitaran objek wisata permandian danau mata air wakante. Walaupun yang diperioritaskan dapat mencari penghasilan di kawasan obyek wisata pemandian danau mata air wakante adalah para warga di sekitar ,
58
namun ternyata jika dihari-hari libur banyak penjual dari desa-desa sekitar yang datang menjajakan dagangannya. Ini dikarenakan adanya kesadaran dari masyarakat bahwa dengan adanya obyek wisata permandian danau mata air wakante bisa memberi mereka keuntungan ataupun bisa menambah dari penghasilan mereka. Misalnya saja (Junida S.Pd umur 31 tahun. yang merupakan lulusan jurusan pendidikan ekonomi koperasi, informan mengatakan bahwa dia lebih memilih membuka warung disamping jalan masuk permandian wakante dari pada menjadi guru honorer disekolah. Informan memilih membuka toko mini disamping gerbang masuk objek wisata permandian danau mata air wakante yang di dalamnya bisa memenuhi kebutuhan pengunjung, informan mengatakan bahwa keuntungan yang dia dapatkan perhari, jika dihari-hari biasa dia bisa mendapat keuntungan 1 juta per hari, namun kalu di hari-hari besar atau hari libur dia bias mendapat keunntungan 3 juta per hari. Bahkan dengan hasil berjualan informan bisa menghidupi istri dan seorang anaknya, dan sekarang lagi dalam perencanaan membangun rumah untuk tempat tinggal mereka. (Hasil wawancara tanggal 8 mei 2016). Dari hasil observasi peneliti, saya melihat bahwa adanya objek wisata permandian danau mata air wakante selain memberikan kesempatan sama masyrakat yang punya jiwa usaha untuk menjajakan jualannya, masyarakat juga dapat membuka usaha yang berhubungan dengan jasa-jasa seperti jasa kuda dan ban sewa. Setiap hari-hari libur dan hari biasa sebagian masyrakat menawarkan jasa kuda pada pengunjung yang ingin berkeliling obyek wisata wakante, dan sebagian masyarakat menawarkan ban sewa untuk keperluan mandi-mandi. Hasil wawancara bersama la ode sagala yang merupakan salah satu dari keluarga yang punya kuda, dia menuturkan bahwa adanya objek wisata permandian danau mata air wakante bisa membuka secara luas peluang kerja untuk masayarakat terutama yang punya kuda, dimana kuda yang mereka miliki tidak hanya dimnanfaatkan sebagai untuk pergi berburu di hutan, ataupun hanya dimanfaatkan untuk acara perkelahian kuda, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk menabah penghasilan ekonomi bagi masyarakat yang punya kuda dengan menyewakan jasa kuda.
59
Hasil wawancara peneliti bersama la andri, informan mengatakan bahwa penghasilan yang bisa diraut dalam satu hari dalam hari-hari besar atau hari libur biasanya bisa mencapai Rp150.000/hari untuk satu ornag, sementara biaya yang di bebankan bagi pengunjung yang menggunakan jasa kuda adalah Rp5.000/putaran. Namun penggunaan atau penyediaan jasa kuda ini hanya hanya di sediakan pada hari-hari libur atau hari-hari besar. (hasil wawancara tanggal 9 juli 2016). Hasil observasi peneliti dari berbagai informasi yang saya dapatkan, dimana masyarakat menginginkan agar pemerintah ikut ambil bagian dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante untuk menjadi salah satu objek wisata yang punya daya jual, sehingga bisa mengundang rasa ingin wisatawan untuk selalu datang berkunjung di obyek wisata permandian danau mata
air wakantee, bukan hanya wisatawan lokal tetapi juga wisata
mancanegara. Informan juga mengatakan bahwa masyarakat menginginkan agar pemerintah bisa berpartisipasi secara aktif dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengoptimalkan segala potensi yang ada pada objek wisata permandian danau mata air wakante agar masyarakat sekitar bisa lebih banyak lagi mengambil keuntungan dan juga masyarakat bisa merasakan kesejahteraan secara menyeluruh dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante. Hasil observasi peneliti, bahwa dengan adanya Objek wisata pemandian danau mata air wakante membawa perubahan disisi penghasilan bagi sebagian masyarakat sekitar objek wisata permandian danau mata air wakante, karena dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakantee masyarakat punya ksempatan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka. Disamping membuka lapangan pekerjaan ternyata bisa memberikan sedikit kontribusi bagi masyarakat
khususnya
berkaitan
dengan
pendapatan
masyarakat
yang
60
memanfaatkan peluang dengan adanya objek wisata pemandian danau mata air wakante pada hari-hari libur atau hari-hari besar dan memperoleh penghasilan dari hasil penjualan mereka. Pada hari-hari libur banyak masyarakat yang datang berjualan untuk menjajakan jualannya. Karena mereka memperkirakan bahwa hari-hari libur banyak yang akan datang berkunjung sehingga jualan yang mereka miliki akan banyak yang laku, dan juga harga yang ditawarkan pada hari-hari libur atau hari-hari besar bertambah dua kali lipat sehingga masyarkat bisa meraut keuntungan yang lebih besar, misalnya saja aqua kalau dihari biasa harga aqua hanya 500/gelas, dihari libur dijual 100/gelasnya. Hasil wawancara peneliti bersama wa mini 38 tahun, informan mengatakan bahwa dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante memberikan kesempatan kepada masyarakat luar desa latugho untuk datang menjajakan jualanya pada pengunjung, informan merasa senang denga adanya objek wisata permandian danau mata air wakante, apa lagi semenjak adannya pembangunan yang mengkibatkan adanya perkembangan bagi objek wisata permandian danau mata air wakante. Informan juga mengatakkan semenjak berkembangnya objek wisata permandian danau mata air wakante informan setiap hari-hari libur rutin datang untuk menjual. Informan juga mengungkapkan bahwa keuntungan yang diraut lebih besar dari pada keuntungan hanya menjual dirumahnya, dimana keuntungan jika menjual pada objek wisata permandian objek wisata permandian wakante bisa mencapai 1 juta sampai 2 juta rupiah/hari. Ini yang memotifasi saya unutk datang menjual di objek wisata permandian dana mata air wakante. (Hasil wawancara 9 juli 2016 ). Seperti halnya yang di ungkapkan oleh bapak la ode kaemudin salah satu penjual ikan yang mempunyai empang disekitaran objek wisata permandian danau mata air wkante, dia mengungkapkan bahwa dia merasa senang dengan adanya pengembangan objek wisata permandian mata air wakante, karena dengan adanya pengembangan objek wisata ini, penghasilan beliau jika di harihari libur bisa naik 2 kali lipat dari pada penghasilannya dihari-hari biasa, dikarenakan banyaknya pesanan ikan dari pengunjung baik itu ikan rebus maupun ikan bakar untuk di nikmati oleh pengunjung, maka melihat kondisi yang menguntungkan bagi dirinya, sehingga dia membangun rumah makan kuliner yang menyediakan santapan ikan rebus dan juga ikan bakar yang masi segar yang di buka khusus untuk hari-hari libur. (Wawancara tanggal 7 mei 2016).
61
Dari hasil wawancara bersama informan diatas mengeneai partisipasi dalam pengambilan manfaat, peneliti dapat mengambil kesimplan bahwa dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat setempat, dikaarenakan bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan juga bisa bisa meningktakan penghasilan masyarakat Partisipasi masyarakat pada tingkatan ini diwujudkan dengan cara memberikan bantuan berupa tenaga, dimana masyarakat mengadakan gotong royong untuk memelihara hasil pembangunan yang ada dengan cara memelihara bebagai macam fasilitas demi kelangsungan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante yang berdaya saing. 4.3 Daya Tarik Objek Wisata Permandia Dannau Mata Air Wakante Objek wisata permandiann dannau mata air wkante, memiliki beberapa daya tarik yang bisa memberikan kepuasan tersendiri bagi pengunjung, seperti a. Atraksi Perkelahian kuda. Hasil observasi peneliti, objek wisata permandian danau mata air wakante selain kita bisa menikmati kesejukan alam, menikmati jernihnya air, mandimandi, diahari-hari tertentu kita bisa menikmati salah satu atraksi perkelahian kuda yang merupakan salah penunjang dari pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante, ini juga merupakan salah satu kebudayaan kabupaten muna yang biasa diadakan di objek wisata permandian danau mata air wakante. Perkelahian kuda yang sering diadakan di objek wisata permandian danau mata air wakante sudah menjadi daya tarik tersendiri
62
bagi bagi objek wisata permandian danau mata air wakante, apalagi perkelahian kuda ini merupakan salah satu ifen yang sangat dinanti bagi seluruh lapisan masyarakat di kabupaten muna. Hasil wawancara peneliti bersama (la ode kajiro 57 tahun , Informan mengatakan bahwa kuda yang serig dipake dalam perkelahian kuda tersebut sebagian adalah kuda milik masyarakat desa latugho, karena didesa la tugho ada beberapa orang yang mempunyai kuda. Jadi mereka sering mengikutkan kuda mereka dalam ifen-ifen perkelahian kuda. La ode sagala juga mengatakan bahwa pekelahian kuda yang diadakan diwakante tidak memiliki kalender yang tetap, tapi kerap diadakan pada hari-hari keagamaan, atau hari 17 agustus, ataupun penyambutan tamu-tamu besar yang datang berkunjung di desa mereka. (hasil wawancara 7 mei 2016). b. Atrakasi Menunggangi Kuda Hasil observasi yang dilakukann peneliti, di objek wisata permandian danau mata air wakante selain wisatawan dipertontonkan dengan atraksi perkelahian kuda, wisatawan juga bisa mencoba atraksi lainnya yaitu dengan menunggangi kuda mengelilingi objek wisata permandian danau mata air wakante. Atraksi menunggangi kuda merupakan atraktsi yang unik dan langka di sulawaesi tenggara. Disamping itu desa latugho merupakan salah satu desa yang ada dikabupaten muna barat yang masyarakatnya mempunyai potensi besar dalam pemberdayaan ternak kuda, sehingga mereka tidak menyianyikan kesempatan dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante untuk menjadikan kuda mereka sebagai alat untuk meraut keuntungan dan menjadikan kuda mereka sebagai salah satu alat untuk menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Hasil observasi peneliti dibenarkan oleh salah satu informan, yaitu (la andri 23 tahun) dimana ia mengatakan bahwa wisatawan yang datang
63
berkunjung bisa menikmati keindahan objek wisata dengan mengelilingi objek wisata permandian danau mata air wakante secara keseluruhan dengan menunggangi kuda, La andri juga mengatakan bahwa bagi yang sudah mahir dalam menunggangi kuda, pengunjung bisa joki sendiri, bagi yang belum mahir dia ditemani dengan seorang joki yang mahir dalam menunggangi kuda untuk mengelilingi objek wisata permandian danau mata air wakante Informan juga mengatakan bahwa, biaya dalam menunggangi kuda satu kali putaran hanya dikenakan biaya 5.000 rupiah. Ini juga merupakan (wawncara 9 juli 20016). c. Atraksi pemancingan ikan Sesuai dengan observasi
yang dilakukan peneliti, selain atraksi
perkelahian kuda dan menunggangi kuda, objek wisata permandian danau mata air wakante memiliki atraksi lain yang bisa diminati pengunjung. Permandiian danau mata air wakante memiliki air yanng jernih yang di dalamnya terdapt berbgai jenis ikan, seperti ikan mas, ikan lele dan juga ikan mujair. Sehingga objek wisata ini selain bisa menikmati wahana airnya yang jernih untuk mandi-mandi, pengunjung juga biasanya memanfatkan waktunya untuk memancing ikan. Hasil wawancara peneliti bersama (La ode kaemudin), Informan mengatakan bahwa ikan yang ada didalam permandian danau mmata air wakante merupakan ikan milik masyarakat, yang sengaja dibiarkan sebagai hiasan dari permandian objek wisata permandiaan danau mata air wakante untuk dinikmati pengunjung. Namun saat ini ikan yang ada pada objek wisata permandian danau mata air wakante dijadikan sebagai kegiatan pengunjung untuk memancing. Informan juga mengatakann bahwa masayarakat sekitaran objek wisata permandian danau mata air wakante menawarkan kolam ikannya atau empangnya untuk kegiatan memancing, ikan yang didapat bisa dibawa pulang namun harganya disesuaikan dengan besar ikan yang di dapat, harga ikan bisa mencpai 50-150 ribu rupiah/ekornya. (hasil wawancara 7 mei 2016). Dari masing-masing pemaparan informan diatas dari segi pengadaan atraksi, peneliti menyimpulkan bahwa pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante memiliki daya tarik yang unik untuk
64
dikmati
pengunjung
baik
itu
atraksi
perkelahian
kuda,
atraksi
menunggangi kuda, dan atraksi mancing ikan, dan juga ban renang. 4.4 Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante a. Faktor Pendukung Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wkante Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi dari perilaku manusia itu sendiri untuk melakukan suatu tindakan untuk terlihat didalam suatu kegiatan pelaksanaan pembangunan perwujudan dari perilaku tersebut didorong oleh factor utama yang mendukung yaitu salah satunya adalah kemauan. Kemauan dari masyarakat itulah yang sebenarnya mendorong seseorang untuk dapat terlihat didalam suatu kegiatan pembangunan, apalagi kegiatan pembangunan tersebut merupakan kebutuhan dan menjadi prioritas mereka sebagai masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan, penelitian tergambar bahwa masyarakat didesa latugho umumnya ikut berpartisipasi dalam pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante. Pada
dasarnya
masyarakat
desa
latugho
sudah
memiliki
keamauan/keinginan untuk terlibat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante, yang diwujudkan melalui keikut sertaan masyarakat dalam memberikan bantuan dalam bentuk tenaga ataupun dalam bentuk uang. Sedangkan keterlibtan masyarakat dalam memberikan bantuan dalam bentuk sumbangan dana atas dasar kemauan
65
dari masyarakat yang melalui kesepakat dalam rapat. Masayarakat juga ikut berpartisipasi dalam mencari anggaran melalui kelompok masayarakat yang dimotori oleh Lembaga swadaya masayarakat (LSM). Faktor pendorong lainnya masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante adalah dikarenakan kepala desa latugho sangat dekat dengan mmasyarakatnya, sehingga jika mengadakan kerja bakti atau untuk melakukan pembenahan terhadap permandian danau mata air wakante, kepala desa turun langsung lapangan untuk ikut kerja bakti. Dilain sisi msyarakat punya menyadari bahwa dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante memberikan keuntungan bagi sebagian masyarakat, dalam hal segi ekonomi. Bahkan masyarakat punya rasa memiliki yang sangat besar terhadap objek wisata permandian danau mata air wakante sehingga masyarakat menginginkan pemerintah untuk ambil bagian dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wkante, agar objek wisata ini menjadi objek wisata unggulan dimuna barat. b. Faktor Penghmabt Partisipasi Masayarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante Berdasarkan hasil temuan penelitian, pengetahuan dan wawasan masyarakat yang masih terbatas juga merupakan hambatan dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Selain itu masayarakat pada umumnya belum paham dengan peran serta mereka dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante.
66
Dengan demikian masyarakat hanya melakukan sesuatu yang mereka bisa, dikarenakan tidak mempunyai wawasan yang luas tentang bagaiman langkah-langkah yang baik dalam pengembangan objek wisata yang sebenarnya. Hambatan yang dialami oleh masyarakat dalam berpartisipasi dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante yaitu ketidak pahaman masyarakat dalam pengembangan objek wisata yang baik, yang dikarenakan pemerintah belum berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante, sehingga partisipasi masyarakat untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki objek wisata permandian danau mata air wakante masi terbatas.
67
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penenlitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dimpulkan bahwa Partisipasi masyarakat yang terdapat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante yaitu: -
partisipasi dalam perencanaan pengembngan objek wisata, dimana partisipasi dalam perencanaan terdapat dua tahapan, yaitu: Penyerapan aspirasi/usulan masyaraat dan kegiatan musyawarah rencana pengembangan objek wisata.
-
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan, partisipasi dalam pelaksanan terbagi atas diu partisipasi yaitu partisipasi dalam bentuk uang dan partisipasi dalam bentuk tenaga. Partisipasi dalam bentuk uang ada dua sumber, yaitu dana dari masyarakat dan dana dari luar masyarakat. Smentara partisipasi dalam bentuk tenaga terbagi tiga, yaitu parisipasi dalam pembangunan, partisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan, dan partisipasi dalam menjaga keamanan lingkungan.
-
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pengembangan objek wisata
-
Daya tarik objek wisata permandian danau mata air wkante, yaitu perkelahian kuda, atraksi menunggangi kuda, dan atraksi pemancingann ikan.
-
ada faktor penghambat dan factor penunjang dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante, diataranya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
68
1. Dalam menunjang pariwisata kabupaten munna barat, objek wisata permandian danau mata air wakante membawa pengaruh yang positif, terbukti dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante sudah beberapa kali dihadiri oleh wisatawan mancanegara, bahkan masuk dalam kalender pariwisata internasional karna adanya atraksi perkelahian kudanya. Untuk masyarakat kabupaten muna barat yang terkhusus masyarakat desa latugho dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante bisa mengangkat taraf perekonomian masyarakat desa latugho dan juga bisa menambah pendapatan daerah (PAD), dan uang kas desa latugho. 5.2 Saran Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi pemerintah pusat atau pemerintah daerah
agar bekerjasama dengan
masyarakat dalam menfasilitasi pengembangan objek wisata yang ada dikabupaten muna barat yang terkhusus objek wisata permandian danau mata air wakante, karna kabupaten muna barat memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai pusat pariwisata nasional yang salah satunya di desa latugho dengan objek wisatanya permandian danau matai air wakante. 2. Bagi masyarkat desa latugho, agar tetap menjaga dan meningkatkan pengembangan objek wisata danau mata air wakante, untuk menjadi salah satu aicon pariwisata kabupaten muna barat. 3. Bagi penulis diharapkan, setelah penulisan ini bisa bekerja sama dengan masyarkat atau dengan pemerintah daerah untuk bisa merekomendasikan objek wisata-objek wisata yang ada dikabupaten muna barat dan terkhusus
69
permandian danau mata air wakante, agar dikemudian hari bukan hanya masyarakat yang berperan aktif dalam penngembangann objek wisata permandian danau mata air wakante tetapi juga pemeritah daerah bisa ikut ambil bagian dalam pengembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Alaxander, abe. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif, Solo: Pondok Apriyani, Rini. 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam pelestarian Hutan Mangrove Di Desa Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Universitas Pendidikan Indonesia. Arsyadha, Gita Alfa. 2002. Kajian Prospek Dan Arahan Pengembangan Atraksi Wisata Kepulauan Karimunjawa Dalam Perspektif Konservasi. Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Aziz, Azril. 2003. Kajian Pengembangan Pariwisata Bahari Di Kelurahan Pulau Kelapa Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Program Pasca Sarjana, Institusi Pertanian Bogor. Isbandi Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan, Depok: FISIP IU Press. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta . Mardijono. 2008. Persepsi dan Partisipasi Nelayan terhadap Pengelolaan kawasan Konservasi Laut Kota Batam. Program Pasca sarjana Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro, Semarang. M, Manullang. 2006. Manajemen Personalia. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia. Mastur, Maslia. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembangunan Fisik Kelurahan Pisang Candi Kecamatan Sukun Malang. Jurnal penelitian Universitas Merdeka Malang Vol. xv No.2 2003. ISSN : 1410-7295. Ndraha, Taliziduhu. 2002. Pembangunan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. Purnamasari, Irma. 2008. Studi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Program Pascasarjana Universitas Diponeoro, Semarang. Pendit, S.Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Poerwadarminta, W.J.S. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar. 2000: 46-47. Pariwisata. Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Sari, Dewi Kusuma. 2011. Pengembangan Pariwisata Obyek Wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Siregar. I. 2001, Tesis Penanggulanagn kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat nelayan, Universitas Indonesia, Depok. Sunarti, 2003. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Perumahan Secara Kelompok. Jurnal Tata Loka, Semarang: Planologi UNDIP. Suryono. 2004. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta. Suryono, 2004. Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta. Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit ANDI Offset. Sembodo, Heru. 2006. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Universitas Barawijaya. Malang. Slamet. 2003. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi, Surakarta: Sebelas Maret University Press. Setianingsih,Wahyu.2005.Pengembangan Obyek Wisata Serulingmas Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banjarnegara. Skripsi Universitas Negeri Semarang Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwista. Jakarta : Gramedia. Soetomo. 2008. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widyasmi, Kartika. 2012. Strategi Pengelolaan Pariwisata Bahari Di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang.
LAMPIRAN
DAFTAR INFORMAN NAMA Drs.Abdul
UMUR Nasir 47 tahun
Kola. M.Si
PEKERJAAN Kepala
ALAMAT
dinas Kecamatan laworo
pariwisata
La ode Kaimudin
56 tahun
Petani empang
Desa latugho
La Ode Sagala
42 tahun
- Kasad pol PP Desa lattugho muna barat, - Guru karate
Junida S.Pd
31 tahun
Wirausaha
Desa latugho
Wa Mini
38 tahun
Wi rausaha
Desa watumela
La Ode Baru
46 tahun
Kepala desa
Desa latugho
Wa nana S.Pd.
28 tahun
Guru honor
Desa latugho
Ilmin
21 tahun
Mahasiswa
Desa watumela
La andri
23 tahun
- pengangguran
Desa latugho
- Joki kuda Wiji A.Md. Keb.
26 tahun
Bidan honorer
Desa wuna
Fasman. S.HUT
36 tahun
Sekdes. PNS
Desa latugho
La ode takim
31 tahun
Petani
Desa latugho
La ode kajiro
47
petani
Desa latugho
PANDUAN WAWANCARA Pemeritah: 1. Sejak kapan pemerintah kabupaten muna barat berpartisipasi dalam mengembangakan objek wisata permandian danau mata air wakante ? 2. Sebagai objek wisata alam, apakah permandian danau mata air wakante memiliki daya tarik sehingga dapat menarik minat wisatawann unntuk berkunjuung ke objek wisata tersebut? 3. Kalau memnag ada seperti apa partisipasi masyarakat setempat dalam pengembangan objek wisata permanndian danau mata air wakante ? 4. Kerja sama seperti apa yang dilakukan oleh pihak pemerintah setempat dengan masyrakat dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante ? Masyarakat: 1. Apakah selama ini pihak masyarakat dilibatkan dalam pegembangan objek wisata permandian danau mata air wakante ? 2. Bagaimana partisiasi yang dilakukan
oleh masyarakt setempat terkait
dengan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante ? 3. Bentuk-bentuk Partisipasi seperti apa
yang dilakuka oleh masyarakat
dalam mengembangkan objek wisata permandian danau mata air wakante? 4. Apa asas manfaat bagi masyarakat dengan adanya objek wisata permandian danau mata air wakante?
KUTIPAN WAWANCARA La ode kaimudin: Dulu wakante adalah sebuah laa balano (sungai besar) sebagai tempat rendam kolope (ubi hutan), yang dimaksud disini adalah sebagai tempat untuk menghilangkan racun yang ada pada ubi hutan dan kemudian bisa dijadikan makanan pokok mereka. Permandian danau mata air wakante juga memiliki mata air yang jernih yang dulu dijadikan sebagai tempat untuk mengambil air masyarakat untuk kebutuhan hidup, baik itu untuk di minum, dan juga untuk pake memasak. Yang memnfaatka air ini bukan hanya dari masyarkat setempat atau masyarakt dari desa la tugho saja, tetapi juga masyarakat dari kampung lama, seperti masyarakat dari kampung watumela, wa lelei, dan gusi. Menurut cerita yang beri nama adalah orang-orang yang rendam ubi hutan, pada saat itu mereka mencari siput disekitaran mata air amohowi untuk di konsumsi, ternyata orang yang masuk antara mata air amohowi dengan kali itu menemukan sebuah batu besar yang membatasi mata air amohowi dengan mata air laa balano. Dengan demikian karna adanya pembatas sebuah batu besar antara mata air amohowi dengan sebuah mata air yang tak diketahui namanya itu yang secara umum baik sungai ataupun danau yang tidak diketahui namanya dikenal dengan sebutan laa balano atau sungai besar. Maka orang-orang yang rendam ubi hutan memberi nama kali atau laa balano dengan sebutan wakantee. Jadi danau mata air wakante ini menembus liku wandoke dan liku tambaga, kali laano bangka sampai bermuara di kambara. Untuk menjaga kebersihan mata air wakante, masyarakat biasanya mengadakan jumat bersih, dan hari-hari kerja rutin masyarakat desa latugho. kerja bakti tdk dilakukan secara rutin, masyarakat melakukan kegiata jumat bersih dan kerja bakti pada saat menjelang hari-hari libur idul fitri dan idul adha, misalnya tahun baru, menjelamg idul fitri, menjelang 17 agustus. Saya merasa senang dengan adanya pengembangan permandian wakante, penghasilan saya jika di hari-hari libur bisa naik 2 kali lipat dari pada dihari-hari biasa, karena banyaknya pesanan ikan dari pengunjung baik itu ikan rebus maupun ikan bakar untuk di nikmati oleh pengunjung, itu ada rumah makan yang saya bangun untuk menjual disaat hari-hari libur, ikan yang didapat bisa dibawa pulang namun harganya disesuaikan dengan besar ikan yang di dapat, harga ikan bisa mencpai 50-150 ribu rupiah/ekornya
La ode baru
: sejak adanya pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante 2012, pengunjung setiap tahunnya semakin meningkat, sehingga saya sebagai kepala desa latugho berpikiran yang kepala desa sebelumnya tidak pikirkan, yaitu dengan memanfaatkan objek wisata permandian danau mata air wakante sebagai salah satu objek untuk menambah hasil uang kas desa. Setelah saya terpilih menjadi kepala desa latugho pada tahun 2013, pada idul fitri dan idul adha 2014 Saya menugaskan kepada beberapa remaja desa latugho untuk menjaga dan menagih uang masuk dipintu masuk permandian danau mata air wakante yaitu hanya pada saat hari raya idul fitri dan hari raya idul adha, dengan biaya masuk yang dikenakan pada setiap pengunjung 3.000 rupiah pe orangnya. Masyarakat selalu dilibatkan dalam setiap rapat yang diadakan untuk mendiskusikan tentang tahap-tahap pengembangan objek wisata pwrmandian danau mata air wakante. Masyarakat juga selalu memberikan sumbangan pemikiran atau ide-ide dalam setiap rapat yang diadakan terhadap tujuan yang lebih baik dalam pengembangan objek wisata. perencanaan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante setiap keputusan adalah hasil keputusan bersama, keputusan dari hasil-hasil rapat yang diadakan sehingga tidak ada kesenjangan antara masyarakat dengan pihak pemerintah desa dalam proses berjalannya pembngunan objek wisata permandian danau mata air wkante. Dalam pembangunan objek wisata masyarakat ikut menyumbang dengan mengumpulkan uang 15 ribu/orang, dana yang dikumpul dari masayarakat sekitaran 4.500.000 rupiah. Uang yang dikumpulsebagai dana awal dalam pembangunan objek wisata permanndian danau mata air wakante. sebelum cair anggaran yang di usulkan oleh masyarakat melalui LSM kepada dana PNPM untuk pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante. Uang masyarakat yang dikumpul dikembalikan setelah anggaran dari PNPM keluar, namun dikemblikan yang dimaksud bukan dikembalikan sama masyrakat langsung melainkan dikembalikan sebagai uang tabungan desa atau uang kas desa. Pada waktu itu saya dan masyarakt bekerja sama dengan LSM, mengajukan proposal kepada pemerintah pusat untuk mendapat bantuan dana PNPM, dana tersebut terdi dari dana BLM dan dana SWADAYA, dimana dana BLM sekitar 276.452.600 ribu sedangkan dana SWADAYA sekitar 9.315.000, jadi total anggarann yang dalam pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante adalah
285.767.600 rupiah. Dengan anggaran yang ada pemerintah desa mengoptimalkan untuk pembangunan tanggul, gajebo, kamar mandi, kolam kanak-kanak, dan juga vila terbuka yang bisa digunakan untuk rapat atau seminar. La mentanga
: Dalam setiap rapat yang akan diadakan, kepala RT yang bertugas memberitahukan kepada warga bahwa pada hari ini ad rapat, jadi dalam setiap rapat pembahasan pengembangan objek wisata permandian danau mata air wakante masyarakat banyak yang hadir, sehingga banyak masukan dari masyarakat.
La awal
:Masyarakat yang dilibatkan dalam perencanaan pengembangan atau pembangunan objek wisata permandian danau mata air wkante tidak semua masayarakat ikut terlibat, diakibatkan sebagian masyarakat banyak kesibukan lain, tetapi selebihnya masyarakat banyak yang ikut berpartisipasi. Meskipun dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan panduan pelaksanaan musrembang desa/kelurahan yang dikeluarkan oleh mentri pembangunan nasional/kepala bappenas dan mentri Dalam negeri yang mengatakan bahwa setiap unsur yang ada dalam masyarakat harus dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan melalui musyawarah rencana pembangunan objek wisata.
La ode sagala
:Pembanguan objek wisata dilakukan dengan cara gotong royong untuk mempercepat pembuatan tanggul-tanggul dipinggir-pinggir permandian dan juga pembuatan gajebo, ataupun fasilitas lain. Meski ada tukang yang ditugaskan untuk pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante, tetapi kepala desa dan masyarakat tetap mengadakan kerja sama untuk mempercepat pebangunannya. Disisi lain dengan adanya pembangunan objek wisata permandian danau mata air wakante membuka lapangan kerja bagi sebagian remaja yang menganggur, dikarenaka mereka dipanggil untuk bekerja untuk menjadi buruh atau kuli, dan mereka digaji per hari, gaji mereka lumyan besar yaitu 60 ribu perharinya. : Desa latugho masi jarang terjadi konflik, ini dikarenakan masayarakat dan remaja bekerja sama untuk menjaga keamanan kampung mereka serta menjaga keamanan permandian danau mata air wakante sehingga memungkinkann wisatawan yang berkunjung tidak merasa was-was dengan adanya konflik, atau keadaan mmereka merasa terancam karna orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
La ode takim
Wiji
: Saya melihat keamanan yang ada di permandian objek wisata permandian danau mata air wakante, bisa dibilang sangat aman, pokonya kalau kami datang disini biasanya bersama keluarga dan teman-teman tidak ada hal-hal yang membahayakan.
Junida
:Saya lebih memilih membuka warung disamping jalan masuk permandian wakante dari pada menjadi guru honorer disekolah. karena membuka toko mini disamping gerbang masuk objek wisata permandian keuntungan yang saya dapatkan perhari, jika dihari-hari biasa dia bisa mendapat keuntungan 1 juta per hari, namun kalu di hari-hari besar atau hari libur dia bias mendapat keunntungan 3 juta per hari. Saya
La andri
: Penghasilan dalam satu hari dalam hari-hari besar atau hari libur biasanya bisa mencapai Rp150.000/hari untuk satu ornag, sementara biaya yang di bebankan bagi pengunjung yang menggunakan jasa kuda adalah Rp5.000/putaran. Namun penggunaan atau penyediaan jasa kuda ini hanya hanya di sediakan pada hari-hari libur atau hari-hari besar, yaitu hari lebaran idul fitri dan idul adha.
Wa mini
: Denga adanya objek wisata permandian danau mata air wakante, keuntungan yang saya dapatkan lebih besar dari pada keuntungan hanya menjual dirumah, dimana keuntungan jika menjual pada objek wisata permandian objek wisata permandian wakante bisa mencapai 1 juta sampai 2 juta rupiah/hari dalam suasan idul fitri dan idul adha. Ini yang memotifasi saya unutk datang menjual di objek wisata permandian dana mata air wakante.
La ode kjiro
: Kuda yang serig dipake dalam perkelahian kuda adalah kuda milik masyarakat desa latugho, karena didesa la tugho ada beberapa orang yang mempunyai kuda. Jadi mereka sering mengikutkan kuda mereka dalam ifen-ifen perkelahian kuda. pekelahian kuda yang diadakan diwakante tidak memiliki kalender yang tetap, tapi kerap diadakan pada hari-hari keagamaan, atau hari 17 agustus, ataupun penyambutan tamutamu besar yang datang berkunjung di desa latugho.
Gambar Papan Nama Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante
Gambar Tampak keseluruha objek wisata permandian danau mata air wakante
Gambar Fasilitas Wc Objek Wisata Permandian Dana Mata Air Wakante
Gambar Fasilita Gajebo Di Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante
Gamabar Papan Proyek Pengembangan Objek Wisata Danau Mata Air Wakante
Gambar Tempat Peristirahana, Yang Biasa Digunakan Untuk Pertemuan Dan Seminar
Gambar Warung Makan Di Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante
Gambar Foto bersama wa mini penjual yang berasal dari watumela.
Gambar Kondisi Keramayan Yang Menjul Dihari Libur
Gambar Foto Di Tempat Permandian Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante
Gambar Tampak Ornag Melakukan Kegiat Mandi-Mandia Di Obejk Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante
Gambar Kuda Yang Di Sewakan Di Objek Wisata Permandian Danau Mata Air Wakante
Gambar Empang Yang Ada Disekitar Permandian Danau Mata Air Wakante
Gambar Kegiatan Memancing Dipermandian Danau Mata Air Wakante
Gambar Ikan produksi yang ada dipermandian danau wakante
Gambar Wawancara bersama kadis pariwisata kabupaten muna barat
Gambar Informan Penelitian, Bapak La Ode Sagala
Gambar Tampak Warung Jualan Junida S,pd.
GAMBAR Informan Peneltian, Junida S,p
Gambar Informan penelitian, kepdes latgho la ode baru
Gambar Informan penelitian, laode kaimudin bersama piala penghargaan terbaik ke 3 dari kemetrian perikanan RI,
Gambar. Kegiatan gotong royong membersihkan jalan objek wisata peramndian danau mata air wakante
Gambar Rapat masayrakat dibalai desa latugho bersama LSM
Gambar Perkelahian kuda
Keramayan pengunjung