“Pengaruh Fraud Risk Assessment dan Kecakapan Auditor Terhadap Kualitas Audit Dalam Pengawasan Keuangan Daerah” (Studi pada Kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara) Oleh Dinan Azmi Solichin Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara Abstract This study aims to determine the effect of fraud risk assessment and auditor skills to audit authorities in the financial on the provinces (Study in the Regional Inspectorate of Sulawesi Tenggara Provinces). The study is a survey with census method, while spreading technique using questionnaires distributed to regional fungsional Inspectorate Sulawesi Tenggara Province were 23 respondents. Respondents perception measured by the answer of questionnairs used ordinal measurement with 5 likert scale. The statistical methods used to multiple regression analysis. The analysis showed that the significant F value 0f F 0,002 < α=0,05. In other words the fraud risk assessment and auditor skills simultaneously significantly audit quality decisions at the level of 95%. T significance value (fraud risk assessment) of 0,049 < α=0,05, indicating that the fraud risk assessment is partially significant effects on audit quality. Significant value t (auditor skills) of 0,048 < α=0,05, also indicates that the quality of the auditor skills significant effect on audit quality. Coefficient Adjust R Squre of Regressions is 46,9% while the remaining 53,1% are influence by other factor (ɛ). This case shows that the fraud risk assessment and auditor skills shall be used and to have by all APIP especially in Inspectorate Sulawesi Tenggara Province to produce a better quality. Keywords: Fraud Risk Assessment, Auditor Skills and Audit Quality I. PENDAHULUAN Fenomena-fenomena yang terjadi mengenai adanya kecurangan dan ditemukannya kasus pemeriksaan hasil laporan keuangan pada pemerintah dan ditemukannya bukti laporan yang terdeteksi oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) namun tidak ditemukan pada auditor internal. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit aparat inspektorat selaku audit internal pemerintah masih relatif kurang baik. Temuantemuan tersebut berupa ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, serta ketidakpatuhan terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (Prasetyani, 2012). Lahirnya undang-undang pemberantasan korupsi dan peraturan yang terkait telah meningkatkan tuntutan dan peran para pimpinan instansi, yang saat ini harus memandang fraud dan penyalahgunaan wewenang sebagai ancaman yang lebih besar. Mereka harus mampu mengarahkan penanganan permasalahan fraud secara lebih rinci dan dapat dioperasionalkan oleh pelaksana di lapangan. Pungujian pengendalian intern secara berkala yang dilakukan oleh para pucuk pimpinan instansi, akan menjadi tidak bermakna apabila fraud dalam skala besar terlambat diketahui terjadinya. Pimpinan instansi akan dihadapkan pada potensi kerugian yang besar, baik dari jumlah nilai uang, risiko reputasi, karir, bahkan ancaman hukum yang sangat berat (Bastian, 2003: 48).
Jurnal Akuntansi (JAk)
58
Kecakapan profesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil audit. Standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian/kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa (Batubara,2008). Penelitian Rahman (2009) memberikan bukti empiris bahwa kecakapan profesional (due professional care) merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit. Kecakapan profesional auditor yang cermat dan seksama menunjukkan kepada pertimbangan profesional (professional judgment) yang dilakukan auditor selama pemeriksaan. Hasil wawancara telah dilakukan pada Inspektorat Kota dimana salah satu auditornya mengatakan bahwa “Kami seringkali melakukan kesalahan yang kami tanpa sadari, dimana kesalahan tersebut diungkapkan oleh pihak eksternal dan juga masih adanya sifat intervensi terhadap atasan kami atas penugasaan yang kami lakukan”. Dan adanya pendapat yang bersumber langsung dari Pengawasan Pemerintah Ahli Madya Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara yang menyatakan bahwa “Pengawasan yang kami lakukan, terkadang menemui kendala/hambatan dalam pelaksanaan seperti: masih adanya kekeluargaan pada proses pemeriksaaan, waktu audit yang selalu tidak cukup, dukungan data yang tidak lengkap dari instansi yang kami periksaa dan lainnya. Kasus Kecurangan yang terjadi adalah hasil pemeriksaan Surat Pertanggung Jawaban keuangan (SPJ) bulan Mei 2014 Instansi Pemerintahan X Provinsi Sulawesi Tenggara, ditemukan pengeluaran untuk belanja rekening listrik sesuai TBK nomor 0151/Instansi/BK-GU/VI/2014 tanggal 28 Mei 2014. X dengan nilai Rp6.228.200,00, bukti pendukung dari PLN sebesar Rp4.857.298,00, sehingga terdapat kelebihan sebesar Rp1.370.902,00 atau (Rp6.228.200,00 – Rp4.857.298,00). Kondisi tersebut belum sesuai dengan Pasal 61 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang menegaskan bahwa setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengeni hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Hal inidisebabkan kelalaian bendahara pengeluaran, PPK dan lemahnya pengawasan atasan langsung, akibatnya terjadi kerugian daerah sebesar Rp1.370.902,00. Hal ini diketahui atas laporan hasil audit yang dilaksanakan oleh Inpektorat Provinsi Sulawesi Tenggara (Sumber: Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara). Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dijelaskan, maka masalah yang akan diteliti yaitu: (1) Apakah fraud risk assesment secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Inspektorat Sulawesi Tenggara dalam pengawasan keuangan daerah? (2) Apakah kecakapan auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Inspektorat Sulawesi Tenggara dalam pengawasan keuangan daerah? (3) Apakah fraud risk assesment dan kecakapan auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Inspektorat Sulawesi Tenggara dalam pengawasan keuangan daerah? Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk (1) Mengetahui secara parsial pengaruh fraud risk assessmentterhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. (2) Mengetahui secara parsial pengaruh kecakapan auditor terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. (3) Mengetahui secara simultan pengaruh fraud risk assesment dan kecakapan auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.
Jurnal Akuntansi (JAk)
59
II TINJAUAN PUSTAKA 1. Fraud Risk Assessment Menurut Arent, Randal, dan Mark (2008:437),fraud risk assessment merupakan tonggak penting dalam program anti-fraud untuk mengantisipasi (bukan sekedar bereaksi atas) terjadinya fraud dan penyalahgunaan wewenang. Instansi yang tidak menjalankan penilaian atas risiko fraud, umumnya juga jarang mengkaitkan antara aktivitas pengendalian preventif dan detektif untuk meminimalkan risiko fraud yang teridentifikasi. Untuk mengukur penilaian risiko kecurangan dapat dilihat dari lima indikator sebagai berikut ini: 1. Komunikasi antara tim audit Mengharuskan tim audit untuk melaksanakan diskusi untuk berbagi pemahaman antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan juga untuk curah pendapat. 2. Tanya jawab atau wawancara dengan Klien Mewajibkan seorang auditor untuk mengajukan pertanyaan yang spesifik mengenai kecurangan dalam setiap audit. Tanya jawab dengan manajemen dan juga pihak lainnya dalam perusahaan membuka sebuah kesempatan bagi para karyawan untuk memberitahukan informasi-informasi yang kemungkinan tidak dapat disampaikan dengan pihak lain. Tanya jawab seorang auditor terhadap manajemen haruslah menanyakan apakah manajemen mengetahui setiap tindakan kecurangan ataupun kecurigaan terhadap terjadinya tindakan kecurangan di dalam perusahaan. 3. Faktor-faktor risiko Mewajibkan seorang auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya sebuah insentif ataupun tekanan untuk melakukan tindakan kecurangan, kesempatan untuk melakukan tindakan kecurangan, ataupun sikap/rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan atau merasionalisasi tindakan kecurangan. 4. Prosedur analitis Seorang auditor haruslah melaksanakan prosedur analitis di sepanjang fase perencanaan dan juga penyelesaian audit guna membantu mengidentifikasikan transaksi atau kejadian yang tidak biasa yang dapat mengidentifikasikan adanya suatu salah saji yang cukup material dalam laporan keuangan. 5. Informasi lainnya Seorang auditor haruslah melakukan pertimbangan atas informasi yang telah mereka dapatkan dalam setiap bagian audit saat auditor mengukur risiko kecurangan. 2.
Kecakapan Auditor Menurut Batubara (2008), kecakapan auditor merupakan kemahiran/kemampuan seorang auditor dalam menyelesaikan sesuatu dimana kecakapanprofesional dari seorang pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil audit. Standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian/kemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa (Batubara,2008). Kecakapan profesional merupakan syarat yang penting untuk diimplementasikan dalam pekerjaan audit. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008, menyatakan bahwa auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih
Jurnal Akuntansi (JAk)
60
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care). 3.
Kualitas Audit Menurut Kharismatuti, Norma, dan Hadiprajitno (2012), kualitas audit merupakan profitabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kompetensi auditor sedangkan probabilitas untuk melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Dengan demikian, kompetensi, independensi, dan motivasi memiliki peranan penting dalam peningkatan kualitas audit. Auditor harus memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan baik. Jika kompetensi kurang atau tidak memadai, maka dapat diduga bahwa auditor akan sukar mencapai tujuan auditnya, sehingga berakibat pula pada kualitas audit yang dihasilkannya. AAA Financial Accounting Standard Committee (2000) dalam Christiawan (2002:82) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit dan secara potensial saling mempengaruhi. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor. Auditor harus memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menyelesaikan pekerjaan auditnya dengan baik. 4.
Penelitian Terdahulu Yunita Nurfajri Prasetyani (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Fraud Risk Assesment dan Kecakapan Auditor terhadap kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam pengawasan Keuangan Daerah (Studi kasus pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kudus dan Jepara). Hasil penelitian menunjukkan Besarnya pengaruh Fraud Risk Assesment aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu sebesar 14%, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 14 % = 86 %) dipengaruhi oleh variabel lain. Besarnya Pengaruh kecakapan auditor aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu sebesar 0,00 %, yang artinya tidak ada pengaruh antara kecakapan auditor terhadap kualitas audit aparat Inspektorat. Besarnya Pengaruh Fraud Risk Assesment dan kecakapan auditor secara simultan terhadap kualitas audit adalah sebesar 11,9 % dan sisanya (100 % - 11,9 % = 88,1 %) dipengaruhi oleh variabel lain. Mochammad Taufik (2008) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal Terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi fraud, di mana hasil pengujian menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,002, lebih kecil dari probabilitas 5% (α= 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan profesi berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi fraud, di mana hasil pengujian menunjukkan angka signifikan sebesar 0,001, lebih kecil dari probabilitas 5% (α= 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteks fraud, di mana hasil pengujian statistik F menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,001.
Jurnal Akuntansi (JAk)
61
5...................................................................................................................... Paradig ma Penelitian Paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti selaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis statistic yang akan digunakan (Sugiono, 2009). Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas, maka paradigm penelitian ini adalah sebagai berikut: Skema 1 Paradigma Penelitian H3
3 4
Fraud Risk
5
Assesment (X1)
6 7
Keterangan:
Kecakapan Auditor (X2)
8
H1
H2
Kualitas Audit (Y)
= Berpengaruh secara Parsial
6. Hipotesis Penelitian
9 Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: H1 H2 H3
: Fraud Risk Assessment secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. : Kecakapan auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. : Fraud Risk Assessment dan kecakapan auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah.
III METODE PENELITIAN Objek dalam penelitian ini adalah fraud risk assessment dan kecakapan auditor sebagai variabel independen dan kualitas audit sebagai variabel dependen pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, yang merupakan salah satu SKPD di lingkup Provinsi Sulawesi Tenggara, yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai instansi pengawasan pengelolaan keuangan daerah.Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Auditor/P2UPD, Irban Khusus, dan Irban Wilayah 1 sampai 4 yang ada di Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 23 orang.Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode sensus. Metode sensus yaitu yaitu sebuah teknik pengambilan sampel dimana semua populasi dijadikan sampel, hal ini dilakukan karena populasi relatif kecil. Pengambilan sampel dengan metode ini memungkinkan penulis untuk melakukan perhitungan statistik untuk menentukan hubungan kedua variabel yang akan diteliti. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner, yang diisi oleh Jurnal Akuntansi (JAk)
62
responden yang menjadi objek dalam penelitian ini, yaitu Auditor dan P2UPD pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengumpul data. Dalam penelitian ini, data sekunder berupa profil, sejarah, dan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, serta data yang diperoleh dari jurnal, skripsi, dan buku-buku referensi. Teknik pengumpulan data meliputi angket atau kuesioner dan dokumentasi. Untuk menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing pertanyaan yang diajukan dengan modifikasi skala likert yang mempunyai skor 1 sampai 5. Dengan skor 5 (SS=Sangat Sering), 4 (S=Sering), 3 (P=Pernah), 2 (HTP= Hampir Tidak Pernah) dan 1 (TP=Tidak Pernah). Selanjutnya dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum lokasi penelitian. Sedangkan metode pengolahan data yang digunakan adalah editing, tabulasi dan interpretasi data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase. Selanjutnya kriteria interpretasi skor kuisioner yang digunakan yaitu angka 90% 100%= sangat baik, angka 80% - 89%= baik, angka 70% - 79%= cukup baik, angka 60 - 69%= kurang baik, dan angka <59%= tidak baik (Riduwan, 2008). Selanjutnya pada pengujian hipotesis untuk mengetahui masing-masing pengaruh variabel bebas baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel terikat dengan kriteria sebagai berikut : 1. Untuk menentukkan nilai t tabel ditentukkan dengan tingkat signifikansi 5% maka : - Bila nilai thitung> ttabel atau nilai signifikansi < α = 0,05 berarti variabel bebas mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat. - Bila nilai thitung< ttabel atau nilai signifikansi > α = 0,05 berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat. 2. Untuk menentukkan nilai F tabel, tingkat signifikansi yang digunakan 5% maka : - Bila nilai Fhitung> Ftabel atau nilai signifikansi < α = 0,05 berarti variabel bebas mempunnyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. - Bila nilai Fhitung < Ftabel atau nilai signifikansi > α = 0,05 berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Adapun Hubungan antara variabel tersebut dapat digambarkan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = a+b1 X1+ b2 X2+є Ket:
Y = Kualitas Audit a = Nilai konstanta X1 = Fraud Risk Assessment X2 = Kecakapan Auditor b1, b2 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel Adapun Variabel Penelitian dan Definisi Operasional variabel dijelaskan sebagai berikut : 1.
Fraud Risk Asessment Penilaian risiko kecurangan (X1) merupakan penaksiran seberapa besar risiko kegagalan auditor dalam mendeteksi terjadinya kecurangan terkait kliennya. Penilaian risiko kecurangan merupakan Variabel Independen dalam penelitian ini. Variabel ini dapat diukur dari prosedur pendeteksian kecurangan. Model indikator untuk Fraud Risk Assesment yaitu: 1) Komunikasi terhadap tim audit, 2) Tanya
Jurnal Akuntansi (JAk)
63
jawab atau wawancara kepada instansi pemerintah terkait (klien), 3) faktor-faktor risiko, 4) prosedur analitis dan 5) informasi lainnya (Arent,Randal dan Mark 2008). 2.
Kecakapan Auditor Kecakapan Auditor (X2) merupakan kesanggupan atau kemahiran seseorang dalam melakukan sesuatu, dimana kecakapan seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualiats audit. Model yang disajikan sebagai bahan indikator untuk kecakapan auditor yaitu: 1) mengikuti training dan pengalaman (Batubara,2008). Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert 1 sampai 5.
3.
Kualitas Audit Kualitas audit (Y) merupakan probalitas yang ditunjukkan oleh seorang auditor, dimana seorang auditor mampu menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya, yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Model yang disajikan sebagai bahan indikator untuk kualitas audit adalah kesesuaian dengan standar pemeriksaan dan kualitas laporan hasil pemeriksaan. Semua item pertanyaan diukur pada skala likert 1 sampai 5.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Variabel Independen dalam penelitian ini adalah fraud risk assessment(X1) dan kecakapan auditor (X2), sedangkan kualitas audit(Y) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian deskripsi variabel komitmen organisasi menurut tanggapan responden sudah baik, yaitu nilai persepsi rata-rata keseluruhan variabel fraud risk assessment responden sebesar 3,98 atau sebesar 79,58%, sedangkan variabel kecakapan auditor dikategorikan cukup baik dengan persepsi rata-rata keseluruhan variabel sebesar 3,97 atau sebesar 79,35 %. Variabel kualitas audit dikategorikan sangat baik dengan nilai persepsi rerata keseluruhan variabel sebesar 4,11 atau sebesar 82,10 %. Adapun distribusi frekuensi jawaban responden pada masing-masing variabel tersebut disajikan pada tabel berikut: Tabel 1. Rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban responden Total Tanggapan Responden No.
Variabel
Indikator
SS(5) F
1
2
3
Fraud Risk Assessment (X1) Kecakapan Auditor (X2) Kualitas Audit (Y)
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X2.1 X2.2 Y1.1 Y1.2
(%)
S(4) F
(%)
F
(%)
HTP(2) F
(%)
12 26,09 19 41,30 14 30,44 1 4,35 13 28,26 21 45,65 12 26,09 0 0,00 7 10,14 16 34,05 13 24,84 1 4,35 17 36,96 18 37,83 11 23,91 1 4,35 22 47,83 23 57,05 1 4,35 0 0,00 Rata-rata variabel fraud risk assessment (X1) 18 62,26 14 58,70 17 61,63 0 0,00 16 60,56 15 59,08 16 60,59 2 8,70
TP(1)
Rata-rata variabel kualitas audit (Y)
(%)
F
(%)
0 0 1 0 0
0,00 0,00 4,35 0,00 0,00
78,26 80,43 76,81 82,61 89,13 79,58 79,57 79,13
3,97 4,35 4,20 0,00 4,01
79,35 83,91 81,29
4,11
82,10
3,91 4,02 3,84 4,13 4,46 3,98 3 13,04 3,98 0 0,00 3,96
Rata-rata variabel kecakapan auditor(X2) 17 61,53 12 57,08 9 30,48 1 4,35 1 16 60,56 14 58,79 4 17,39 1 14,35 0
Sumber: Hasil pengolahan data Primer, 2015 Jurnal Akuntansi (JAk)
P(3)
RataRata Skor
64
Selanjutnya pada hasil uji validitas dan reliabilitas, keseluruhan variabel penelitian menunjukkan hasil yang valid dan reliabel. Keputusan ini diambil karena nilai koefisien korelasi dari hasil cronbach’s alpha diatas 0,60, dengan tingkat sangat signifikan (0,000).Hasil uji analisis faktor menunjukan bahwa ketiga indikator dari masing-masing variabel sangat signifikan membentuk variabel tersebut dengan nilai 0,000. Hasil analisis faktor untuk variabel fraud risk assessment terlihat bahwa indikator komunikasi antara tim audit paling dominan membentuk variabel dengan loading faktor sebesar 0,887. Hal ini mencerminkan bahwa dengan mengutamakan komunikasi antara tim audit akan membantu seorang auditor dalam mendeteksi, menilai kecurangan dan meminimalisir terjadinya kecurangan. Hal ini mencerminkan bahwa auditor Inspektorat Povinsi Sulawesi Tenggara pada saat menilai risko kecurangan cara yang sering dilakukan yaitu dengan melakukan komunikasi antara tim audit. Pada variabel kecakapan auditor dimana kedua indikator yaitu training dan pengalaman memiliki bobot faktor yang samadengan membentuk variabel dengan loading factor sebesar 0,917.Hal ini mencerminkan bahwa dengan mengutamakan indikator mengikuti training dan pengalaman maka akan dapat meningkatkan kecakapan seorang auditor dan akan menghasilkan kualitas audit lebih baik. Sedangkan untuk variabel kualitas audit dimana kedua indikator membentuk variabel dengan loading factor sebesar 0,834. Hasil uji asumsi klasik untuk mendeteteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari hubungan antar variabel bebas yang ditunjukkan oleh angka Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila angka tolerance>0,10 dan VIF<10 maka menunjukkan adanya multikolinearitas dalam model regresi. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini menunjukan bahwa angka tolerance untuk masing-masing variabel berada diatas 0,10 yaitu,4,24 maka tidak terjadi multikolinearitas. Selain angka tolerance, angka pada VIF juga berada dibawah 10 yaitu 2,359 yang menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan output summary sebagaimana pada angka Durbin-Watson (D-W) adalah 1.014 dimana angka tersebut berada diantara -4 sampai +4 yang berarti tidak terjadi autokorelasi.Selanjutnya pada uji heteroskedastisitas yang dilakukan melalui scatter plot (diagram pancar), dari variabel bebas terhadap variabel terikat terpenuhi jika diantara nilai residual dan nilai prediksinya tidak membentuk pola tertentu. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada grafik scatter plot tersebut terlihatsecara visual nilai residual dan nilai prediksinya tidak membentuk pola tertentu (acak), sehingga dapat penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sehingga model regresi layak dipakai. Hasil estimasi linear berganda pengaruh fraud risk assessment dan kecakapan auditor terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah disajikan pada tabel berikut : Tabel 2. Hasil Estimasi Linear Berganda Model 1
(Constant) FraudRiskAssesment Kecakapan Fhitung 2 R Ftabel ttabel
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.001E-013 .163 .424 .203 .374 .178 8,836 .469 3,100 2,086
Standardized Coefficients Beta .394 .397
T
Sig.
.000 2.093 2.108
1.000 .049 .048
Sumber :Data Primer Diolah Tahun 2016 dengan Program SPSS bersi 21.
Jurnal Akuntansi (JAk)
65
Berdasarkan hasil koefisien regresi pada tabel 2 maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut: Y =1.001E-013+0,394X1 + 0,397X2 + € a)
b)
c)
Konstanta bernilai 1,001E-013, hal ini berarti bahwa jika variabel fraud risk assessment dan kecakapan auditor diasumsikan konstan atau sama dengan nol, maka variabel terikat kualitas audit akan meningkat 1 satuan sebesar nilai konstan. Koefisien regresi untuk variabel Fraud Risk Assessment adalah 0,394 kali, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara fraud risk assessment terhadap kualitas audit. Sehingga apabila variabel fraud risk assessment terjadi kenaikan 1 kali dan variabel bebas kecakapan diasumsikan konstan atau sama dengan nol, maka variabel terikat kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,394 kali atau 39,4%. Koefisien regresi untuk variabel Kecakapan Auditor adalah 0,397 kali, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecakapan terhadap kualitas audit. Sehingga apabila variabel kecakapan terjadi kenaikan 1 kali dan variabel bebas lainnya diasumsikan konsta atau sama dengan nol, maka variabel terikat kualitas audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,397 kali atau 39,7%.
Hasil Pengujian Hipotesis Variabel fraud risk assessment dan kecakapan auditor secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah, dapat dibuktikan dengan menggunakan uji-t dan uji-F yaitu sebagai berikut : a) Uji Parsial (Uji-t ) H1: fraud risk assessment secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan tabel 2 diperoleh t-hitung untuk fraud risk assessment yaitu sebesar 2,093 atau dengan tingkat signifikan t sebesar 0,049< pada α = 0,05, maka tolak H0 atau terima H1, yang berarti bahwa fraud risk assessment secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Dengan demikian hipotesis pertama didukung. H2: Kecakapan Auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan tabel 2 diperoleh t-hitung yaitu sebesar 2,108 atau dengan tingkat signifikan t sebesar 0,048< pada α = 0,05, maka tolak H0 terima H1, yang berarti bahwa kecakapan auditor secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Dengan demikian hipotesis kedua didukung. b) Uji Simultan (Uji-F) H3: fraud risk assessment dan kecakapan auditor secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan tabel 2 diperoleh nilai F-hitung yaitu sebesar 8,836 atau dengan tingkat signifikan F sebesar 0,002< pada α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama (simultaneously) baik itu fraud risk assessment dan kecakapan audtor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Besarnya kontribusi fraud risk assessment dan kecakapan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dalam Jurnal Akuntansi (JAk)
66
pengawasan keuangan daerah studi pada kantor Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasinnya (R2). Berdasarkan tabel 4.18 diketahui besarnya R2 (R-Square)= 0,469, hal ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung X1, X2 terhadap Y adalah 46,9 % atau dengan kata lain kontribusi variabel fraud risk assessment(X1) dan kecakapan auditor (X2) terhadap kualitas audit (Y) adalah sebesar 46,9 %. Hal ini berarti ada variabel lain atau variabel Ebselon (e) sebesar 53,1% yang mempengaruhi variabel Y namun tidak diukur dalam penelitian ini. 2. Pembahasan a) Pengaruh fraud risk assessment terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan data dari perhitungan melalui uji statistik, diperoleh hasil penelitian mengenai fraud risk assessment (penilaian risiko kecurangan) dan kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraud risk assessment secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan nilai signifikan (0,049) dimana hasil tersebut mendukung hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat fraud risk assessment (penilaian risiko kecurangan) yang dilakukan oleh aparat jabatan fungsional Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, maka kualitas audit akan semakin baik dan semakin rendah tingkat penilaian risiko kecurangan yang dilakukan oleh Aparat Jabatan Fungsional Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, maka kualitas audit akan semakin menurun. Hasil pada penelitian ini dikategorikan baik/kuat sesuai dengan standar yang dikemukakan oleh Riduan (2008). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yunita Nurfajri Prasetyani (2012) yang menyatakan bahwa apabila penilaian risiko kecurangan yang dilakukan oleh auditor baik maka akan menghasilkan kualitas audit yang semakin baik, dimana ketika penilaian risiko kecurangan auditor dalam meminimalisir terjadinya kecurangan maka kualitas seorang auditor akan semakin baik karena mampu membantu pemerintah dalam pengawasan keuangan daerah. b) Pengaruh kecakapan auditor terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan variabel kecakapan auditor pada hasil penelitian ini secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dengan signifikansi (0,048) dimana hasil tersebut mendukung hipotesis kedua di terima (H2) pada penelitian ini yang berarti bahwa semakin tinggi kecakapan yang dimiliki oleh Aparat Jabatan Fungsional, maka akan menghasilkan kualitas audit yang semakin baik, dan juga sebaliknya bahwa semakin rendah tingkat kecakapan auditor, maka akan menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang juga semakin menurun. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kecakapan auditor memiliki ranting yang dapat dikategorikan cukup baik sesuai dengan standar yang dikemukakan oleh Riduwan (2008). Penelitian ini pula sejalan dengan teori kecakapan professional akan meningkatkan kualitas audit. Begitu pula teori yang diungkapkan oleh Indra Bastian (2007) yang menyatakan bahwa audit internal yang memiliki kecakapan teknis dan keahlian professional akan menghasilkan laporan yang berkualitas dan teori yang dikemukakan oleh PERATURAN BPK RI No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan yang dinyatakan dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan audit, yaitu pemeriksaan wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penelitian mengenai Variabel ini pula
Jurnal Akuntansi (JAk)
67
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2008), yang menemukan bahwa kecakapan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. c) Pengaruh fraud risk assessment dan kecakapan auditor terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Hasil penelitian mengenai fraud risk assessment dan kecakapan auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa fraud risk assessment dan kecakapan auditor secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dimana hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga (H3) pada penelitian ini. Penelitian mengenai variabel ini pula sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastyani (2012), yang menyimpulkan bahwa secara simultan fraud risk assessment dan kecakapan auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil dalam penelitian ini juga sejalan dengan PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP dalam menyusun rencana pengawasan APIP harus memprioritaskan pada kegiatan yang berisiko terbesar dan selaras dengan tujuan organisasi. Hasil yang ditunjukkan dengan adanya pengaruh simultan fraud risk assessment dan kecakapan auditor terhadap kualitas audit, mendukung pernyataan yang ada pada PERMENPAN Nomor 4 Tahun 2008 tentang Kode Etik APIP yang mewajibkan adanya fraud risk assessment pada setiap kegiatan organisasi dan kecakapan auditor yang harus dimiliki oleh seorang auditor APIP. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Fraud Risk Assessment secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada Aparat Fungsional Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, (2) Kecakapan Auditor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada Aparar Fungsional Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, (3) Fraud Risk Assessment dan kecakapan auditor secara simultan berpengaruh positf dan signifikan terhadap Kualitas Audit pada Aparat Fungsional Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan ini, antara lain (1) Menambah jumlah sampel yang diteliti dan memperluas lokasi penelitian sehingga diharapkan tingkat generalisasi dari analisis akan lebih akurat, (2) Bagi Lokasi Penelitian yaitu Inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara peneliti menyarankan lebih sering mengikuti pelatihan (training) baik itu dalam bidang akuntansi maupun dalam bidang auditing agar lebih terlatih/mahir dalam pelaksanaan penugasan, (3) Penambahan variabel-variabel lain seperti Independensi, Skeptisme dan lain sebagainya sangat disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menemukan hasil pengujian dan pengetahuan baru. DAFTAR PUSTAKA AAA Financial Accounting Standard Committee. 2000. Commentary: SEC Auditor Independence Requirements. Accounting Horizons, Vol. 15, No.4 December 2001, 373-386. Afiah, Nunuy Nur. 2009. Pengaruh Kompetensi Anggota DPRD dan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah terhadap Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. AICPA, SAS No.99. 2002. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. New York: AICPA. Albrecht. 2006. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New Jersey: Jhon Wailey & Sons Inc.
Jurnal Akuntansi (JAk)
68
Agoes,Sukrisno. 2012. Auditing, Buku Satu(Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat. Amrizal. 2004. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Auditor Internal. Jakarta. Arens, Alvin A., James, L. Loebbecke. 2008. Auditing Pendekatan Terpadu, Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Arens, Alvin A., Mark, Randal. 2008. Auditing danJasa Assurance, Edisi Keduabelas, Jilid 1, Alih Bahasa oleh Herman Wibowo. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Bastian Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Erlangga Batubara, Rizal Iskandar. 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada Bawasko Medan). Tesis. Medan: Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Akuntansi dan Keuangan. Vol.4 No. 2 (Nov) 79-9. Carpenter, Tina, Cindy Durtschi, dan Lisa Milici Gaynor. 2002. The Role of Experience in Professional Skepticism, Knowledge Acqusition, and Fraud Detection. Kharismatuti, Norma, dan Hadiprajitno. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Semarang: Universitas Diponegoro. Taufik, Mochammad. 2008. Pengaruh Pengalalamn Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal Terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud. Skripsi. Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05 Tahun 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Prasetyani, Yunita Nurfajri. 2012. Pengaruh Fraud Risk Assesment dan Kecakapan Auditor terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah pada Inspektorat Daerah Kabupaten Kudus dan Jepara. Kudus: Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus. Rahman, A. T. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Skripsi. Bandung Suprajadi, Lusy. 2009. Teori Kecurangan, Fraud Awaeness, dan Metodologi untuk Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan, Vol. 13 (2): 52-58. Tata Kelola Pemerintah yang Bersih. Jurnal Ekonomi Manajemen vol.5 No.4. September 2010. Kuningan: Universitas Kuningan. Taufik, Mochammad. 2008. Pengaruh Pengalalamn Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud. Skripsi. Jakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah.
Jurnal Akuntansi (JAk)
69