STUDI TENTANG PEMAHAMAN DAN SIKAP TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI TAHUN 2015
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1)
Oleh: FERRY FIRGYWAN F1D2 11 077
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasihNya, limpahan rezki, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam menyelesaikan hasil penelitian ini karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada Drs. La Dupai,. M.Kes sebagai Pembimbing I dan Dr. Yusuf Sabilu,.M.Si sebagai Pembimbing II, yang telah banyak memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis persembahkan pula kepada Ayahanda tercinta Hanafid dan Ibunda Yuliati Chair yang telah melahirkan, membina, mendidik dan memberikan doa restu serta dukungan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Para Wakil Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 3. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UHO Kendari. 4. Para Wakil Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UHO Kendari.
v
5. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat FKM UHO Kendari. 6. Kordinator Program Studi FKM UHO Kendari. 7. Dosen Pengajar dan Staf Pengelola Jurusan Kesmas, Ibu Hartati Bahar S.KM,. M.Kes dan Putu Eka Meiyana Erawan S.KM,. M.Ph yang telah banyak memberikan masukan, bantuan serta arahan-arahan selama mengikuti pendidikan. 8. Tim Penguji, Ambo Sakka S.KM., M.AR.S, Laode Ali Imran Ahmad., S.KM,. M.Kes, Putu Eka Meiyana Erawan S.KM,. M.Ph, atas arahannya selama ini. 9. Adikku tercinta Firman Afrianto dan Figrah Rahmadani, serta semua keluargaku yang telah memberikan motivasi selama ini. 10. Teman seperjuangan yang setia menemani dari awal hingga akhir dirampungkannya penelitian ini, khususnya Muh. Nur Iskandar Syah, Dwi Reski C, Abdul Muthalib, Asriani S.KM, Muh. Agun Gunarsa S.KM, Abdul Hamid S.KM, Wiati S.KM, Susanto Hadi Saputra S.KM. 11. Buat sahabat-sahabatku Abdul Rafid dan Fitrian yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi dalam menyusun hingga dirampungkannya penelitian ini. 12. Keluarga besar kelas B angkatan 2011 Andi Ratna Sintia, Nurul Safaati, Feby Ourelia, Ningtias Eka, Allail Nuzran, Marfin, Asriana, Tinka Hesti dan yang lainya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 13. Keluarga besar peminatan Promkes 2011 Andri Jupri, Abdul Wahid, Okky Yacob Poapa, Rois Kurnia, Herlan, Rusman, Asrin, Iswanto, Iwan Jefry,
vi
Adriana Sallo, Wd Hasnawati, Risnawati, Dian, Hj Yuliana, Hasria Moita dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu. 14. Buat teman-teman Tomo Dirgantara, Asgar Suardi, Rizal N.J, Abdul Kadir, Ratih Anggaraeni terima kasih atas dukungannya. Akhirnya penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi dan melimpahkan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangunan Kesehatan Masyarakat, Bangsa, Negara dan Agama. Amin.
Kendari, April 2016
Penulis
vii
STUDI TENTANG PEMAHAMAN DAN SIKAP TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI TAHUN 2015
OLEH:
FERRY FIRGYWAN F1D2 11 077
ABSTRAK Merokok merupakan suatu perilaku yang berdampak negatif terhadap kesehatan, bukan hanya untuk perokok saja, tetapi juga untuk orang-orang yang berada di sekelilingnya yang ikut terpapar. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok, sangat berperan untuk menurunkan perokok pasif, dan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan yang tercemar asap rokok, terutama di lingkungan universitas. Dukungan dari stakeholder terhadap kebijakan KTR pada lingkup universitas sangat penting untuk menanamkan rasa memiliki, menanamkan kesadaran sehingga terjadi perubahan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan pemahaman mahasiswa terhadap (KTR) di lingkungan Universitas Halu Oleo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode stratifield Random Sampling karena populasinya tidak homogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau 69% responden memahami dengan baik tentang KTR. Hal ini mempengaruhi sikap responden terhadap kebijakan KTR. Secara umum, responden lebih banyak yang berpemahaman baik dan bersikap baik terhadap KTR di lingkungan kampus kesehatan. Kesimpulan penelitian ini adalah sebesar 61,0% responden di fakultas kesehatan berpemahaman baik tentang KTR, sebesar 58,0% responden mempunyai sikap baik tentang KTR dan sebesar 79,0% responden non-kesehatan tentang KTR di Universitas Halu Oleo. Pemahaman dan sikap, merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan terciptanya peraturan KTR. Untuk meningkatkan pemahaman dan sikap yang lebih perlu dilakukan upaya-upaya sosialisasi atau pendidikan kesehatan tentang KTR secara berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman serta sikap terhadap KTR. Kata Kunci : pemahaman, sikap, Kawasan Tanpa Rokok
viii
STUDY OF UNDERSTANDING AND ATTITUDE TOWARDS NO SMOKING AREA IN HALU OLEO UNIVERSITY KENDARI IN 2015
BY:
FERRY FIRGYWAN F1D211077 ABSTRACT Smoking is a behavior that gives negative impact on health, not only for smokers but also for the people who are around them will get exposure. No Smoking Area is a room or area which is avowed prohibition for production, sale, advertising, promotion and consumption of cigarettes, it is so useful to reduce passive smokers and protection for the people towards threat risk of health problems because of the polluted environment of cigarette smoke, especially in university environment. Support from stakeholders to the policy of No Smoking Area at university is very important for implanting an owning sense, implanting the awareness for occurrence of behavior change. This study aimed to determine attitude and understanding of university students towards No Smoking Area in Halu Oleo University environment. Method of this study used descriptive method with quantitative approach so it did statistical analysis. The sampling in this study used Stratifield Random Sampling method because the population was not homogeneous. The results showed that most of respondents or 69% understand well about No Smoking Area. It influences respondents’ attitude towards policy of No Smoking Area. Generally, respondents had more good understanding and being kind to No Smoking Area in environment of the health campus. The conclusion of this study was amounted 61,0% respondents in Health Faculty had good understanding about No Smoking Area, amounted 58,0% respondents had good attitude about No Smoking Area and amounted 79,0% respondents nonhealth about No Smoking Area in Halu Oleo University. Understanding and attitude were factors that influence the decision of creation of No Smoking Area regulation. To improve the understanding and attitude is more good, need to do socialization or health education about No Smoking Area by sustainably to improve the understanding and attitude towards No Smoking Area. Keywords: understanding, attitude, no smoking area
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGAJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KATA PENGANTAR ABSTRAK viii ABSTRACK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR xiii DAFTAR LAMBANG xiv
I.
II.
iii iv v
ix x xi xii LAMPIRAN DAN
SINGKATAN
PENDAHULUAN
1
A. B. C. D. E. F. G.
1 5 5 6 7 7 7
Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Definisi dan Istilah Organisasi Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
8
A. B. C. D. E. E. F.
8 10 20 24 30 33 37
Tinjauan Tentang Kawasan Tanpa Rokok Tinjauan Tentang Rokok Tinjauan Tentang Perilaku Merokok Tinjauan Tentang Pemahaman Tinjauan Tentang Sikap Tinjauan Penelitian Sebelumnya Kerangka Teori, Kerangka Konsep
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F.
39
Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Pengumpulan Data Variabel Penelitian Definisi Operasional dan Kriteria Objektif x
39 39 39 42 42 43
G.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN`
V.
43
46
A. Gambaran Umum Lokasi B. Hasil Penelitian C. Pembahasan PENUTUP
46 53 63 75
A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
75 75 77
xi
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman 1.
Definisi operasional dan Kreteria objektif
36
2.
Distribusi Responden menurut Umur
42
3.
Distribusi Responden menurut Jnis Kelamin
43
4.
Distribusi Responden menurut Pekerjaan
44
5.
Distribusi Responden menurut Kebiasaan Merokok
44
6.
Distribusi Responden menurut Merokok saat Beraktifitas
45
7.
Distribusi Responden menurut Merokok Saat Dirumah
45
8.
Distribusi Responden menurut Alasan Merokok
45
9.
Distribusi
Responden
menurut
Kebiasan
Dilingkungan Fakultas 10.
Merokok 47
Distribusi Responden menurut Pengetahuan Bahaya Rokok
11.
47
Distribusi Responden menurut Pemahaman Kawasan Tanpa Rokok
12.
48
Distribusi Responden menurut Pemhaman Kawasan tanpa Rokok Menurut Jenis Kelamin
13.
49
Distribusi Responden menurut Sikap Terhadap Kawasan Tanpa Rokok
14.
50
Distribusi Responden menurut Sikap Terhadap Kawasan Tanpa rokok Berdasarkan Jenis Kelamin
15.
Distribusi
Responden
menurut
Dukungan
50 Terhadap
Kawasan Tanpa Rokok 16.
51
Distribusi Responden menurut Dukungan Kawasan Tanpa Rokok Berdasarkan Jenis Kelamin
17.
Distribusi
Responden
menurut
Kawasan Tanpa Rokok
52 Dukungan
Terhadap 53
xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Judul
Halaman 1.
Kerangka Teori
31
2.
Kerangka Konsep
32
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Keterangan Persetujuan Menjadi Responden Penelitian (Informed Consent)
2.
Kuisioner Penelitian
3.
Master Tabel Spss
4.
Master Tabel Karakteristik Responden
5.
Master Tabel Karakteristik Balita
6.
Dokumentasi Penelitian
xiv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN Lambang dan Istilah
Arti dan Keterangan
()
Dalam kurung
.
Titik
,
Koma
%
Persen
-
Hingga/sampai
>
Lebih besar dari
<
Lebih kecil dari
≤
Lebih kecil sama dengan
≥
Lebih besar sama dengan
?
Tanda Tanya
:
Titik dua
=
Sama dengan
x
Kali
_
Kurang
/
Atau
IQ
Intelligence Quotient
Kemenkes WHO
Kementrian Kesehatan World
Health
Organization,
Badan
Kesehatan Dunia Riskesdas RI KTR NAPZA
Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia Kawasan Tanpa Rokok Narkotika, Prikotropika, dan Zat Adiktif
CSR
Corporate Social Responsibiliti
UHO
Universitas Halu Oleo
FKM
Fakultas Kesehatan Masyarakat
xv
CO
Carbon Monoksida
PB
Peraturan Bersama
PP
Peraturan Pemerintah
SIDS
Sudden Infant death syndrome
BBLR
Berat Bayi Lahir Rendah
xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini rokok menjadi salah satu produk yang tingkat konsumsinya relatif tinggi di masyarakat. Masalah rokok masih menjadi masalah nasional dan diprioritaskan upaya penanggulangannya karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial politik dan terutama aspek kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Saat ini terdapat banyak penyakit yang tidak hanya disebabkan oleh bakteri ataupun virus, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat.Mengonsumsi rokok merupakan salah satu pola hidup yang tidak sehat. Berdasarkan data dari, World Health Organization (2008) bahwa risiko penyakit jantung pada perokok terjadi 2-4 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.Pada perokok risiko terkena katarak (yang dapat menyebabkan kebutaan) 50% lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok.Kematian karena kanker paru 20 kali lebih besar terjadi pada perokok. Rokok yang dikonsumsi menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan si perokok sendiri sebagai perokok aktif, maupun orang lain yang ada di sekitarnya sebagai perokok pasif. Pada dasarnya asap rokok terdiri dari asap utama yang mengandung 25% kadar berbahaya dan asap sampingan yang mengandung 75% kadar berbahaya. Perokok pasif menghisap 75% bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan. Dari sebatang rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik. Sehingga rokok dan lingkungan yang tercemar asap rokok
1
2
dapat membahayakan kesehatan. Kandungan bahan kimia tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung dan gangguan pembuluh darah, stroke, kanker paru, dan kanker mulut. Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan penurunan kesuburan, pertumbuhan janin baik fisik maupun IQ (Intelegent Quotient) yang melambat, gangguan imunitas bayi, dan peningkatan kematian (Aditama, 2006). Data epidemik tembakau di dunia menurut World Health Organization (who) menunjukan 1 kematian karena merokok di seluruh dunia terjadi tiap 6 detik. Kematian karena merokok pada tahun 2005 tercatat sebanyak 5,4 juta jiwa dan selama abad ke 20 terjadi sebanyak 100 juta kematian akibat merokok. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi 8 juta kematian pada tahun 2030 dan diperkirakan akan terjadi kematian sebanyak 1 milyar jiwa akibat merokok selama abad ke 21. Pada tahun 2030 diproyeksikan 80% kematian terkait merokok terjadi di negara berkembang (WHO, 2008). Hasil Riskesdas tahun 2013, di Indonesia perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, bahkan cenderung meningkat dari 34,2% tahun 2007 menjadi 36,3% tahun 2013. Dijumpai 64,9% laki-laki dan 2,1% perempuan masih menghisap rokok pada tahun 2013. Ditemukan 1,4% perokok umur 10-14 tahun, 9,9% perokok pada kelompok tidak bekerja, dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang, bervariasi dari yang terendah 10 batang di DI Yogyakarta dan tertinggi di Bangka Belitung (18,3 batang).
3
Sedangkan untuk di Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri, proporsi penduduk umur ≥10 tahun yang memiliki kebiasaan merokok untuk perokok saat ini yakni perokok setiap hari sebanyak 21,8% dan perokok kadang-kadang 4,2%. Sedangkan untuk yang tidak merokok yakni mantan perokok 2,1% dan bukan perokok 71,1% (Riskesdas, 2013). Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan merokok, atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan,
promosi,
dan
atau
mempromosikan
produk
tembakau.Kawasan-kawasan tanpa merokok tersebut diantaranya adalah tempat belajar mengajar atau biasa disebut dengan kampus. Kampus adalah tempat dimana sebuah perguruan tinggi atau universitas dan bangunan institusional terkait terletak. Biasanya kampus termasuk perpustakaan, ruang kuliah, asrama dan taman. Definisi ini menggambarkan koleksi bangunan yang milik lembaga yang diberikan, baik akademik maupun non-akademik. KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Secara umum, penerapan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok, dan secara khusus tujuan penetapan KTR adalah mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman, memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok, menurunkan angka perokok, mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA).
4
Perguruan tinggi yang merupakan tempat pendidikan paling tinggi bagi generasi muda, seharusnya bisa membantu menanggulangi masalah rokok ini dengan ikut menerapkan KTR. Selain itu, kampus juga cenderung menjadi sasaran utama industri rokok, sehingga jika insan kampus banyak yang merokok hal itu bisa menjadi promosi gratis bagi industri rokok. Karena itu perguruan tinggi perlu memelopori dan menciptakan gerakan untuk mengendalikan konsumsi rokok ini. Industri rokok gencar menyerbu kalangan muda dengan berbagai iklan dan mensponsori kegiatan seperti musik, olahraga yang diadakan oleh mahasiswa bahkan menyediakan beasiswa. Kaum muda merupakan target pasar utama industri rokok untuk dijadikan sebagai perokok tetap. Selain itu, industri rokok juga mengemas program Corporate Social Responsibility (CSR) yang memiliki tanggung jawab sosial guna membangun citra bahwa perusahaannya baik dan mempunyai kepedulian pada masyarakat industri rokok dapat diterima di masyarakat (Juanita,2011). Universitas Halu Oleo (UHO) merupakan salah satu institusi pendidikan. Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor.36 Tahun 2009 Pasal 115 menyatakan bahwa institusi pendidikan merupakan tempat yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Namun hingga saat ini UHO belum menerapkan KTR di lingkungan kampus, karena masih banyaknya para perokok yang dengan bebas merokok di dalam lingkungan kampus. Hal ini juga terlihat dari masih banyaknya kegiatan di lingkungan kampus yang didukung oleh produsen rokok, seperti kegiatan sponsorship antara pihak UHO dengan produsen rokok.
5
Universitas Halu Oleo memiliki 12 fakultas, 9 program diploma, 63 program studi strata 1, 16 program studi strata 2 dan 3 program studi strata 3 dengan 38.475 mahasiswa aktif, dosen sebanyak 955 orang dan kependidikan sebanyak 422 orang di dalamnya. Namun, belum seluruhnya fakultas di UHO telah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Di dalam Peraturan Daerah tentang KTR dinyatakan bahwa orang yang bertanggung jawab terhadap penerapan di kawasan masing-masing adalah pengelola. Faktor pengelola mendapat perhatian penting karena mereka merupakan penentu kebijakan dan penanggung jawab pelaksanaan kawasan tanpa rokok pada tempat yang dikelola. Dilaksanakan atau tidak perda ini pada suatu kawasan sangat tergantung pada kebijakan pengelola, termasuk pada kawasan Universitas, maka dari itu Perlu adanya dukungan dari stakeholder untuk terciptanya peraturan KTR yang nyata. Dukungan yang terbentuk merupakan sebuah landasan awal untuk menjadi bahan keputusan dari pemengang kebijakan Universitas, sehingga mampu menciptakan terbentuknya peraturan tentang KTR tertulis dan terikat oleh Regulasi S.K dan pengawasan selalu berjalan baik untuk orang-orang luar maupun didalam. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis ingin melihat bagaimanakah dukungan stakeholder terhadap KTR UHO. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Pemahaman dan Siap Terhadap KTR di Universitas Halu Oleo Kendari?
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman dan sikap terhadap KTR di Universitas Halu Oleo 2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui Pemahaman Mahasiswa terhadap KTR.
b.
Untuk mengetahui Sikap Mahasiswar terhadap KTR.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktisi Sebagai alternatif bagi masyarakat untuk dapat menerapkan kawasan tanpa rokok yang lebih efektif untuk pengendalian rokok baik di maupun di lingkungan rumah. 2. Manfaat Teoritis Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu kaitannya dengan upaya pengendalian rokok. 3. Manfaat bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman, wawasan, serta pengetahuan mengenai KTR dan pengendaliaannya dari segala aktifitas mengenai rokok. E. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat luasnya pembahasan mengenai Pemahaman dan Sikap terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Halu Oleo, penelitian ini membatasi pada:
7
1. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah Wilayah Universitas Halu Oleo. 2. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan penelitian ini berkaitan dengan Pemahaman dan sikap mahasiswa terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Halu Oleo. F. Organisasi dan Sistematika Penelitian ini berjudul Studi Tentang Pemahaman Dan Sikap Terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Halu Oleo Kendari, yang dibimbing oleh Pembimbing I Drs. La Dupai, M.Kes dan Pembimbing II Dr. Yusuf Sabilu, M.Si serta tim penguji oleh Ambo Sakka, S.KM., M.A.R.S, Laode Ali Imran Ahmad, S.KM., M.Kes dan Sartini Risky MS, S.KM., M.Kes.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kawansan tanpa rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok yaitu sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Manfaat penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan yang tercemar asap rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2010). KTR juga dijelaskan dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011, KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan dan/atau memproduksikan produk tembakau (Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok). Didalam peraturan ini, telah disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di setiap wilayahnya. Kawasan tanpa rokok antara lain : 1. Fasilitas pelayanan kesehatan 2. Tempat proses belajar mengajar 3. Tempat anak bermain
8
9
4. Tempat ibadah 5. Angkutan Umum 6. Tempat kerja 7. Tempat umum Tempat lainnya yang ditetapkan Pengaturan pelaksanaan KTR oleh pemerintah ini bertujuan untuk : 1. Memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kawasan tanpa rokok. 2. Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok. 3. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat. 4. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana diatur didalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 199 ayat 2 yang berbunyi : Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 dipidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Didalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok juga memuat sanksi yang diterapkan kepada pelanggar kawasan tanpa rokok, yaitu :Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dikenakan sanksi kepada: 1.
Orang perorangan berupa sanksi tindak pidana ringan; dan
2.
Badan hukum atau badan usaha dikenakan sanksi administratif dan/atau denda.
10
Maka dari itu Pemerintah harus menyiapkan tempat khusus merokok sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, yaitu : 1.
KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf f dan huruf g dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok.
2.
Tempat khusus untuk merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: a. Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik b. Terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas; c. Jauh dari pintu masuk dan keluar; dan d. Jauh dari tempat orang berlalu-lalang.
B. Tinjauan umum mengenai Rokok 1. Definisi Rokok Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Peraturan Pemerintah No. 19, 2003). Jenis rokok yang ada saat ini diantaranya rokok putih dan rokok kretek. Rokok kretek berbeda dengan jenis rokok lainnya karena mengandung campuran cengkeh.
11
Menurut Kesowo (2003), rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisnya. Sedangkan menurut Aditama (2006) asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan infeksi pada paru dan telinga serta kanker paru. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Wiki, 2000). 2. Bahaya Merokok Merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya kepada kesehatan manusia, dan kebiasaan merokok tidak hanya merugikan perokok itu sendiri, tetapi juga mengancam masyarakat disekitarnya. Asap rokok yang dihirup oleh perokok atau mereka yang berada di sekelililngnya, akan memasuki rongga mulut dan hidung melalui kerongkongan, bronkus, dan paru-paru. Kandungan asap rokok akan menyebabkan kerusakan tisu di sepanjang perjalanan di ruang ini, dan boleh menyebabkan berbagai penyakit di mulut seperti periodontitis (infeksi pada gusi), penyakit kerongkongan seperti faringitis (infeksi faring),dan laringitis (infeksi laring atau pita suara), penyakit di bronkus
12
seperti bronkitis (infeksi bronkus), dan penyakit pada paru-paru seperti kanker paru, penyakit paru obstruktif, dan emfisema (Martin,2008). 3. Bahaya Merokok Secara Fisik Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainya. Selain itu adalah kanker mulut, tenggorokan, pankreas dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah, ulkus peptikum dan lain-lain.Satu-satunya penyakit yang menunjukan asosiasi negatif dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru,bronchitis kronik dan emfisema, penyakit jantung iskemik dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum, kanker mulut, kanker tenggorokan,penyakit pembuluh darah otak dan gangguan janin dalam kandungan(Aditama, 1997). a.
Penyakit kardiovaskuler Menurut jurnal kardiologi Indonesia tahun 1995 penyakit kardiovaskuler meduduki urutan penyebab utama kematian di Indonesia,hal ini dapat dilihat pada peningkatan presentase penyebab kematian kardiovaskuler dari 9,7% pada tahun 1992 menjadi 16% pada tahun 2000. Merokok adalah salah satu resiko utama timbulnya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler yaitu meningkatnya kadar kolesterol serum, penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah perifer (Sitepoe, 2000).
13
b.
Kanker paru Penyakit kanker paru ini lebih berbahaya dai pada penyakit TBC paru. Apalagi bila kanker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak ditemukan dan paling sering ditemukan pada kaum pria. Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70% pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris menunjukan bahwa sekitar 87% kematian akibat kanker paru. Sementara itu, paparan asap rokok pada mereka yang tidak merokok atau perokok pasif ternyata meningkatkan terjadinya kanker paru sampai 30% lebih tinggi. Penyakit kanker paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di dalam dan di luar negeri (Aditama, 1997).
c. Kehamilan Menurut Aditama (1997), “ berat badan bayi dan ibu yang merokok, rendah dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40- 400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang bukan perokok. sekitar 7% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan prosentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus rokok sehari”. Penurunan berat badan bayi dapat terjadi karena beberapa hal, rokok yang dihisapsi ibu akan mengganggu oksigenisasi ditubuh janin
14
dan
adanya
gangguan
enzim-enzim
pernafasan
janin
dalam
kandungan. Nikotin juga merupakan zat vasokonstriktor yang berikatan mengganggu metabolisme protein dalam tubuh janin yang sedang berkembang, serta nikotin dapat menyebabkan jantung janin berdenyut lebih lambat dan menyebabkan gangguan pada system saraf. Kelainan bawaan pada bayi yang baru lahir seperti kelainan kantup kantung, ternyata juga lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang perokok dibanding yang tidak merokok. Para ahli mulai mendeteksi adanya kecendrungan gangguan tumbuh kembang anak dari ibu perokok, baik dari sudut fisik, emosi maupun kecerdasan. Semua keadaan tersebut terjadi karena pengaruh bahanbahan dalam asap rokok seperti gas CO, sianida, tiosianat, nikotin dan karbonik anhidrase, selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat menembus plasenta dan mengganggu kesehatan janin dalam kandungan (Aditama,1997). d. Penyakit gangguan perkembangbiakan Seperti yang dikatakan oleh Chanoine J.P (1991), merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi atau memiliki anak, fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok. Merokok juga dapat menimbulkan impotensi (Sitepoe, 2000).
15
e. Gangguan alat pencernaan Seperti yang dikatakan oleh Harisson (1987), sakit maag atau gastritis
lebih
banyak
dijumpai
pada
mereka
yang
merokok,dibandingkan dengan yang bukan perokok. Merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang merokok. Merokok juga mengurangi rasa lapar atau nafsu makan (Sitepoe, 2000). 4. Bahaya merokok secara ekonomi Penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang diterima negara dari industri rokok (pajak dan sebagainya) mungkin saja berjumlah besar, tapi kerugian langsung dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya tinggi harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama karena mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok. Biaya besar lainnya yang tidak mudah untuk dijabarkan termasuk berkurangnya kualitas hidup para perokok dan mereka yang menjadi perokok pasif. Selain itu penderitaan juga bagi mereka yang harus kehilangan orang yang dicintainya karena merokok. Semua ini merupakan biaya tinggi yang harus ditanggung.(Astuti lindia ,2004)
16
5. Bahan – bahan yang terkandung dalam rokok Tembakau merupakan kandungan rokok yang terdiri dari campuran ratusan zat kimiawi. Yang khas dari tembakau adalah nikotin dan eugenol, yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang dihasilkan. Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya. Dengan menganalisa asap yang dihasilkan ditemukan bahwa sekitar 60%-nya adalah gas dan uap yang terdiri dari 20 jenis gas, diantaranya: karbon monoksida, hidro sianida, nitrit acid, nitrogen dioksida fluorocarbon, asetone dan amonia. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (Pdpersi, 2003). a.
Nikotin Menurut Husaini (2007) Nikotin adalah sebuah zat yang bersifat zat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk bisa selalu merokok. Zat ini sangat berbahaya, bagi kesehatan tubuh manusia maupun binatang. Selain itu, nikotin adalah suatu penyebab penyakit jantung koroner dan kanker. Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin merupakan
17
alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk
mengalami
kenikmatan,
sehingga
perokok
akan
selalu
membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan jarang adanya jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (PDPERSI, 2003). Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan
pada
pemakainya.
Jumlah
nikotin
yang
dihisap
dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan, lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak. b. Karbon Monoksida Menurut Ibrahim (2011) Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada
18
oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Jadilah, hemoglobin yang berikatan dengan gas CO. Karbon
monoksida
yang
dihisap
oleh
perokok
tidak
akan
menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, 1997). c. Tar Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Menurut Ibrahim (2011) Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
19
permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru (Sitepoe, 1997). d. Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. (Ibrahim, 2011). Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada terhadap pemajanan jangka panjang. Gangguan kesehatan yag diakibatkan bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan hemoglobin. Gejala keracunan akut didapati bila tertekan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan. Konstipasi, lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan (Depkes, 2010).
20
C. Tinjauan Umum Tentang Merokok Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu sendiri ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada rokok sigaret atau cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari hari. Gaya hidup atau life style ini menarik dan banyak dilakukan oleh pria maupun wanita. Kecenderungan umur mulai merokok semakin muda, 30 % perokok di Amerika Serikat merokok pada usia dibawah 20 tahun (Bustan, 2000). Penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa faktor yang mendorong untuk mulai merokok amat beragam, baik berupa faktor dari dalam dirinya sendiri (personal), sosio-kultural, dan pengaruh lingkungan. Faktor personal yang paling kuat adalah mencari jati diri. Iklan-iklan kebiasaan merokok digambarkan sebagai lambang kematangan, kedewasaan, popularitas, dan bahkan lambang kecantikan, kehidupan yang seksi serta feminisme. Kebiasaan merokok juga dianggap sebagai penghilang stress, menghilangkan kecemasan, dan menenangkan jiwa anaknya yang bergejolak (Bustan, 2000). Tipe-tipe perokok Menurut Mu’tadin (2010) perokok dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu : a.
Secara umum tipe perokok dibedakan atas dua, yaitu :
21
1. Perokok aktif (active smoker) Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya, sehingga rasanya tak enak bila sehari saja tidak merokok. Oleh karena itu, ia akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok, kemudian merokok. 2. Perokok pasif (passive smoker) Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada di dekatnya. b. Adapun berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, tipe perokok dikategorikan menjadi : 1. Perokok sangat berat yakni yang mengonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun. 2. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang perhari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. 3. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang perhari dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. 4. Perokok ringan menghabiskan rokok 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit setelah bangun pagi (Mu’tadin, 2002) . Tipe perokok menurut Bustan (2000) dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, yakni : 2. Perokok ringan (< 10 batang/hari) 3. Perokok sedang (10-20 batang/hari)
22
4. Perokok berat (20 batang/hari) Perilaku Merokok Mahasiswa Universitas Halu Oleo Mahasiswa dapat dikategorikan ke dalam perkembangan dewasa awal. Menurut Potter dan Perry (2005) mendefinisikan masa dewasa awal sebagai periode antara remaja akhir dan pertengahan sampai akhir 30 an. Masa dewasa awal diketahui sebagai masa yang penuh tantangan dan krisis. Perubahan karakter dan sikap individu sejalan dengan perkembangan kedewasaan. Karakter yang sudah terbentuk sebelumnya akan membentuk perilaku dan karakter selanjutnya. Pada masa dewasa awal ini juga terjadi periode pergantian stabilitas dan perubahan (Potter&Perry, 2005). Stabilitas dilakukan dengan membuat berbagai pilihan sedangkan pilihan tersebut dievaluasi pada periode perubahan. Masa dewasa awal ditandai dengan berpisahnya individu dengan keluarga. Perpisahan ini memberikan kebebasan individu untuk mengembangkan pergaulan dengan teman sebaya. Selain itu, nilai dan identitas pribadi mulai dikembangkan. Perkembangan ini menuntut individu dewasa awal untuk mampu beradaptasi dengan pengalaman baru. Mahasiswa UHO termasuk ke dalam periode dewasa awal. Kehidupan perkuliahan dan pergaulan menuntut mahasiswa UHO untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Namun, tidak semua mahasiswa dapat beradaptasi dengan baik. Adakalanya, adaptasi yang tidak berhasil justru membuat mahasiswa melakukan hal yang tidak baik seperti merokok. Masa perkuliahan juga merupakan usia yang berisiko untuk melakukan kebiasaan merokok Karena
23
berkaitan dengan masa perkembangan yakni mengidentifikasi, mengeksplorasi, tidak stabil, dan mengambil jalan tengah (Nichter, 2006). Mahasiswa merokok dengan berbagai alasan. Stres merupakan salah satu penyebab yang membuat mahasiswa merokok. Bagi mahasiswa laki-laki, merokok menegakkan identitas sebagai laki-laki dan terlihat lebih jantan atau memberikan sedikit kesan ‘bad boy’ (Nichter et al, 2010). Sedangkan Merokok memberikan kesan bahwa wanita tidak takut mengambil risiko (Nichter et al, 2010). Selain itu, seorang anak yang memiliki orang tua perokok akan memiliki kecenderungan untuk merokok (Kestila et al, 2005). Mahasiswa yang merokok tidak hanya membahayakan kesehatan diri sendiri. Namun, ada orang-orang di sekitar perokok tersebut yang merasakan dampaknya. Rokok juga berbahaya jika dipandang dari sisi agama. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok dalam seminar Kata Siapa Rokok Haram? (26 Mei 2012) menyatakan kerugian merokok diantaranya merusak kesopanan, perbuatan yang mubadzir, boros, merusak kesehatan, dan tindakan bunuh diri tanpa disadari. Selain itu, rokok juga berdampak pada ekonomi. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2011) menunjukkan rokok merupakan konsumsi rumah tangga miskin terbesar kedua setelah beras. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah regulasi yang melindungi individu dari bahaya rokok dan asap rokok. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan kawasan tanpa rokok, khususnya di lingkungan pendidikan. Penerapan ini dilakukan guna melindungi dari bahaya secondhand smoke dan menyediakan udara bersih dan
24
segar bagi warga UHO. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan et al. (2010) menyatakan 99% mahasiswa membutuhkan udara bersih untuk bernafas. Penerapan kawasan tanpa rokok (KTR) tidak akan berjalan tanpa peran nyata mahasiswa. Penerapan KTR bertujuan untuk melindungi mahasiswa dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan mendukung program ini. D. Tinjauan Umum Tentang Pemahaman 1.
Pengertian Pemahaman Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga ranah kgnitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Menurut Bloom Taksonomi (penggolongan) ranah kognitif ada 6 tingkatan yaitu : 1) Pengetahuan yaitu tingkatan dari ranah kognitif yang berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsiprinsip. 2) Pemahaman yaitu tingkatan berikutnya berua kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. 3) Penggunaan atau penyerapan yaitu kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situai baru.
25
4) Analisis yaitu kemamuan menjabarkan isi pelajaran kedalam struktur yang baru. 5) Sintesis yaitu kemampuan menggabungkan unsur-unsur okok ke dalam struktur yang baru. 6) Evaluasi yaitu kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud tujuan tertentu. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu, penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar dan keterampilan dan kemampuan untuk bertindak. Ada 6 aspek dalam ranah psikomotorik yaitu gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan (ketetapan), gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif, interpretatif Dari penjelasan diatas tentang ketiga ranah, dapat diambil kesimpulan bahwa proses pendidikan yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa, untuk selanjutnya menuju tahapan afeksi, yakni terjadinya proses dalam menghayati dan meyakini. Dan melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak mengamalkan (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Pemahaman adalah hasil belajar, misalnya anak didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimat sendiri atas apa yang dibacanya atau didenganrnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru atau menggunakan
26
etunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu : 1) Tingkat terendah yakni pemahaman terjemahan mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. 2) Tingkat sedang yakni pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik kejadian. 3) Tingkat tertinggi yakni pemahaman ekstrapolasi. Denngan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang ditulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya. Jadi pengertian pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat memahami apabila siswa mengerti serta mampu untuk menjelaskan kembali kata-katanya sendiri tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru serta mampu menerapkan ke dalam konsep-konsep lain serta mamu menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemahaman
sekaligus
keberhasilan siswa ditinjau dari segi komponen pendidikan adalah sebagai berikut:
27
1) Tujuan Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi juga kepada kegiatan siswa. 2) Guru Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu engetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesionalnya. Dalam satu kelas antara anak didik satu dengan yang lainnya berbeda. Nantinya akan berpengaruh pula terhadap keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang demikian itu seorang guru dituntut untuk memberikan sustu pendekatan belajar sesuai dengan keadaan anak didik sehingga akan tercaai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 3) Anak didik Anak didik adalah orang yang sengaja datang kesekolah. Anak didik yang berkumpul
disekolah mempunyai
karakteristik
kepribadian
sehingga daya serap (pemahaman) siswa yang didapat juga berbedabeda, dalam setiap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, karena itu dikenallah adanya tingkat keberhasilan yaitu tingkat maksimal, optimal, minimal atau kurang. 4) Kegiatan pengajaran Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar8. Kegiatan belajar
28
mengenai bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan, pendekatan-pendekatan, metode dan media embelajaran serta evaluasi pengajaran. Dimana hal-hal tersebut jika dipilih dan digunakan secara tetap, maka akan mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. 5) Bahan dan alat evaluasi Bahan dan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari siswa dalam rangka evaluasi. Penguasaan emahaman siswa tergantung pada evaluasi yang diberikan guru kepada siswa. Hal ini berarti jukasiswa mampu menjawab dan mempraktekkan dengan baik, maka siswa dapat dikatakan faham terhadap materi yang diberikan. 6) Suasana belajar Keadaan kelas yang tenang, aman, disiplin juga mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi, karena dengan pemahaman materi berpengaruh pula terhadap jawaban yang diberikan siswa jika tingkat pemahaman siswa tinggi, maka keberhasilan proses belajar mengajar pun akan tercapai. Adapun faktor-faktor lain yang mempengarhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa adalah : 1) Faktor Internal (dari inividu sendiri) a) Faktor Jasmaniyah (fisiologi) meliputi : keadaan panca indera yang sehat, tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang tidak sempurna.
29
b) Faktor Psikologi, meliputi : intelektual (kecerdasan), minat bakat dan potensi yang dimiliki. 2) Faktor Eksternal (dari luar individu) a) Faktor sosial, meliputi : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan kelompok dan lingkungan masyarakat. b) Faktor budaya, meliputi : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. c) Faktor lingkungan spiritual (keagamaan). Aspek jasmani berpengaruh dalam pemahaman karena didalam tubuh yang sehat terdaat jiwa yang sehat. Bagaimana mungkin jasmani seseorang yang penuh beberapa penyakit bisa berfikir serius, melaksanakan skema pemikirannya menerobos dunia oleh karena itu dengan fisik yang kuat seseorang akan mampu melaksanakan dan memahami atas apa yang dimengerti. Aspek psikologi sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Manusia dengan akalnya mampu mengubah dunia dan membangun dan merambah kehidupan manuju sebuah kehidupan yang hakiki. Dengan akal seseorang dapat berfikir, melihat dan merenung sehingga dengan itu ia sampai kepada keimanan kepada Allah SWT, malaikat-Nya, kitab-kitab suciNya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, Qadha dan qadar serta dapat menangkap sunnah-sunnah Allah di alam semesta. Dengan akal juga seseorang akan terjaga dari sikap pembangkangan, penyimpangan, kesesatan, dan tenggelam
30
dalam kesesatan dunia yang membuat ia tersesat dari kebenaran dan kehilangan akhirat. E. Tinjauan Umum Mengenai Sikap 1.
Pengertian Sikap Merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sifat hanya ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu secara merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap mempengaruhi proses berfikir atau respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya. Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Menurut Mar’at (1981) sikap merupakan produk dari proses sosialisasi darimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya sebelum orang mendapat informasi atau orang melihat obyek itu tidak mungkin terbentuk sikap. (11) Meskipun dikatakan mendahului tindakan aktif tetapi merupakan prediksi posisi (melandasi / mempermudah) untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap sesuatu tertentu mencakup komponen kognitif, afeksi dan kognotif. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek, misalnya bagaimana pendapat seseorang tentang pelayanan di suatu Rumah Sakit. Secara tidak langsung dapat
31
dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan impetensi kemudian ditanyakan pendapat responden 2.
Karakteristik Sikap Sikap merupakan respon evaluative yang dapat respon positif maupun respon negatif, dan sikap mempunyai karakteristik sebagai berikut : a) Sikap mempunyai arah arti, sikap akan menunjukan apakah seseorang menyetujui atau tidak, apakah mendukung atau tidak. Sesorang akan mempunyai sikap mendukung terhadap suatu obyek tersebut. Seseorang yang tidak memihak atau tidak mendukung suatu obyek berarti mempunyai
sikap
yang arahnya negatif terhadap obyek
yang
bersangkutan. b) Intensitas artinya kekuatan pada seseorang belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif, belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak stuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim. c) Keluasan artinya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu obyek. Hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik, akan tetapi dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada obyek sikap. d) Konsitensi maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan respondennya terhadap obyek yang sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antara waktu untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu
32
untuk waktu yang relatif panjang. Konsisten yang diperlihatkan oleh tidak adanya keseimbangan dalam bersikap. Konsisten dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap obyek sikap. Sikap yang tidak konsisten dan perilakunya / yang mudah berubah-ubah dari waktu kewaktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam
memahami
serta
memprediksi
perilaku
individu
yang
bersangkutan. 3.
Komponen Sikap Sikap terdiri dari tiga komponen : a) Komponen Kognitif (Cognitive) Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai obyek sikap. Kepercayaan dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide/ gagasan mengenai sifat karakteristik umum suatu obyek. b) Komponen Afektif (Affective) Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. c) Komponen Perilaku (Kognotive) Komponen perilaku atau komponen kognotif dalam sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang mempengaruhi perilaku. Maksudnya orang akan berperilaku dalam
33
situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaan terhadap stimulus tersebut merupakan kecenderungan perilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan,sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk perilaku obyektif. 4.
Tingkatan Sikap a) Menerima (Receiving) Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subyek)
mau
dan
mengerjakan
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b) Merespon (Responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut. c) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
34
F. Tinjauan Umum Tentang Penelitian Sebelumnya 1.
Penelitian yang dilakukan oleh “AGUS SUPRYADI” dengan judul “Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Perlindungan Masyarakat Terhadap Paparan Asap Rokok Untuk Mencegah Penyakit Akibat Rokok” Penerapan Kawasan Tanpa Rokok dapat membatasi ruang gerak perokok aktif, ini juga membuat perokok akhirnya berusaha berhenti merokok. Dampak yang lebih penting adalah makin luasnya perlindungan terhadap perokok pasif. Namun dengan adanya KTR sekarang ini masih belum dapat menurunkan perokok aktif. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok yang efektif adalah yang dapat dilaksanakan dan dipatuhi. Karena dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa: a. Asap rokok orang lain mematikan. b. Tidak ada batasan aman bagi paparan asap rokok orang lain. c. Setiap warga Negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan asap rokok orang lain. d. Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yang dapat memberikan perlindungan penuh bagi masyarakat
2.
Penelitian yang dilakukan oleh “RIZKIA AMALIA SOLICHA” dengan judul “Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pengunjung Di Lingkungan RSUP Dr. KARIADI Tentang Kawasan Tanpa Rokok”. Bahwa Setelah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap tentang kawasan tanpa rokok pada pengunjung di kawasan RSUP Dr. Kariadi terhadap 90 responden dapat disimpulkan sebagai berikut:
35
a. Berdasarkan analisis hasil pembahasan dalam penelitian ini, menunjukkan 35 responden atau 38,9% merupakan responden berpengetahuan baik, sedangkan responden berpengetahuan cukup berjumlah 44 responden atau 48,9% dan responden berpengetahuan kurang sebesar 11 responden atau 12,2% Jumlah kategori tingkat pengetahuan baik lebih banyak dari tingkat pengetahuan kurang dan tingkat pengetahuan cukup lebih besar dibandingkan kategori baik . b. Kemudian didapatkan prosentase sikap untuk mematuhi aturan lebih tinggi yaitu 77 responden atau 85,6% dibanding sikap tidak patuh sebesar 13 responden atau 14,4%, sementara itu dengan nilaip=0,001 terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap pengunjung di RSUP Dr. Kariadi tentang kawasan tanpa rokok. 3. Penelitian yang dilakukan oleh “AMALIA PUSWITASARI” dengan judul “Faktor Kepatuhan Mahasiswa dan Karyawan Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan Kampus Kedokteran Universitas Diponegoro”. Bahwa Setelah dilakukan penelitian tentang faktor pengaruh kepatuhan mahasiswa dan karyawan terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Latar belakang perilaku merokok berpengaruh terhadap kepatuhan mahasiswa dan karyawan terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok.
36
b. Pengetahuan mengenai bahaya kandungan rokok tidak berpengaruh terhadap kepatuhan mahasiswa dan karyawan terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok. c. Pengetahuan mengenai peraturan Kawasan Tanpa Rokok berpengaruh terhadap kepatuhan mahasiswa dan karyawan terhadap peraturan Kawasan Tanpa Rokok. 4.
Penelitian yang dilakukan oleh “ESTI GIATRININGGAR” dengan judul “Persepsi Mahasiswa FIB UI Terhadap Surat Keputusan Rektor Nomor 1805/SK/UI/2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Universitas Indonesia Tahun 2012” telah
mengemukakan 7 kesimpulan dari hasil
penelitian yang di lakukan : a. Surat keputusan rektor dapat mencegah perokok di UI. b. Walaupun masih banyak perokok di UI, sebagian besar menyatakan SK Rektor dapat membuat udara bersih dari asap rokok. c. Civitas akademika dapat terlindungi dari bahaya secondhand smoke. d. Surat keputusan rektor melindungi hak asasi manusia untuk mendapatkan udara bersih. e. Hampir semua tempat di FIB UI tercemar asap rokok. f. Keberadaan petunjuk KTR masih belum banyak terdapat di FIB. g. Hanya sedikit mahasiswa yang mengetahui SK Rektor sudah disahkan. 5.
Penelitian yang dilakukan oleh “ANNISA FIRDIANA” dengan judul “Gambaran Sikap Mahasiswa Unpad Terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Kampus Unpad” bahwa Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa
37
mahasiswa Unpad memiliki sikap yang cenderung positif terhadap kawasan tanpa rokok di kampus Unpad. Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, sebanyak 40.3% responden memiliki sikap yang positif, 44.2% responden memiliki sikap yang cenderung positif, 11.7% responden memiliki sikap yang netral, 3.2% responden memiliki sikap yang cenderung negatif, dan 0.6% responden memiliki sikap yang negatif terhadap kawasan tanpa rokok. Hal ini berarti secara garis besar mahasiswa Unpad cukup menyukai dan cenderung akan melakukan hal-hal yang diatur di dalam kawasan tanpa rokok di kampus Unpad. Dari ketiga komponen pembentuk sikap, yaitu kognitif, afektif, dan behavioral, dapat diketahui bahwa komponen afektif lah yang paling banyak memberikan kontribusi dalam pembentukan sikap cenderung positif. Berdasarkan dimensi kawasan tanpa rokok-yaitu larangan merokok di kampus, larangan menjual rokok di kampus, larangan mengiklankan rokok di kampus, dan larangan mempromosikan rokok di kampus-dapat dilihat bahwa dari masing-masing dimensi, sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap keempat dimensi tersebut. Hal ini mengartikan bahwa responden bisa menerima adanya larangan yang diterapkan untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok.
38
G. Kerengka Konsep Predisposing factor • Pengetahuan • Sikap • Kepercayaan • Nilai • Persepsi Enabling factor Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan Keterjangkauan/kemudahan untuk mencapainya
Perilaku spesifik : Partisipasi mahasiswa dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Reinforcing factor Keluarga Teman sebaya Petugas kesehatan Gambar 1. Kerangka Konsep Modifikasi Green dalam Rizkia Amalia Solicha, 2011
H. Kerangka Konsep Stakeholder sebenarnya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan.Oleh karena itu, kekuatan stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya kekuatan yang mereka miliki atas sumber tersebut. Kekuatan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, maupun kemampuan mengatur perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007) Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
39
Pemahaman terhadap Kawasan Tanpa Rokok MAHASISWA
Gambar 2. Kerangka Konsep Kerangka Konsep Keterangan :
: Variabel terikat (Dependent) : Variabel bebas (Independent)
Sikap terhadap Kawasan Tanpa Rokok
40
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian tentang Study tentang pemahaman dan sikap terhadap Kawasan Tanpa Rokok Di Universitas Halu Oleo Tahun 2015 ini menggunakan metode penelitian Deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian. Penelitian Deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik (Basuki, 2006) B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November sampai desember 2015 di Universitas Halu Oleo Kendari. C. Populasidan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah dari Mahasiawa Universitas Halu Oleo yang terbagi menjadi Fakultas kesehatan dan fakultas non-kesehatan di Universitas Halu Oleo yang berjumlah 30.649 2. Sampel Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo; 2005). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunaka metode stratifield Random Sampling, teknik ini digunakan karena populasinya Heterogen,
41
mengacu pada pendapat sugiyono 2011, bahwa proportionate stratifield random sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional, strata yang di maksud dalam penelitian ini yakni birokrasi, staf, dosen, dan mahasiswa (Sugiyono 2011). Jumlah anggota Sampel ditentukan melalui rumus Taro Yaname dan Solvin, hal ini mengacu pada pendapat Riduan dan Engkos (2011) “bahwa tehnik pengambilan sampel menggunakan rumus Taro Yamane dan Solvin apabila populasi sudah diketahui” dengan rumus sebagai berikut ;
Keterangan : n : Besar sampel N : Besar Populasi d : Tingkat kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Maka :
= 100 Jumlah anggota sampel bertingkat dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara propotional stratifield random sampling yaitu menggunakan rumus alokasi proposional ;
42
ni = jumlah anggota sampel menurut stratum n = jumlah anggota sampel seluruhnya Ni = jumlah anggota populasi menurut stratum N = jumlah anggota populasi seluruhnya Maka jumlah anggota sampel menurut strata adalah ; =5
=3
=3
=8
=5
= 14
= 18
=7
=4
= 33
43
Penentuan anggota sampel dilakukan secara acak sehingga diperoleh sesuai jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu sebanyak 100 responden D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket yang memuat : Informed-consent, Identitas responden, Pertanyaan pemahaman, sikap dan dukungan responden. Total keseluruhan pertanyaan adalah 25 butir pertanyaan. E. Teknik Pengumpulan Data 1.
Data primer Diperoleh dari daftar pertanyaan (kuesioner/angket) yang telah disusun
sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian, kemudian diberikan dan diisi sendiri oleh responden. Angket atau kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2002). Data ini berupa pertanyaan mengenai pemahaman, sikap, dukungan, dan daftar pertanyaan lainnya. 2.
Data skunder Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data jumlah mahasiswa, di
universitas halu oleo, serta data dari dinas kota kendari dan riset kehatan dasar tahun 2013 3.
Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk membantu penulis dalam memperoleh
informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai landasan teori. Penulis melakukan studi pustaka dengan membaca, mencatat, dan
44
mempelajari buku pelengkap atau referensi seperti, jurnal, website, skripsi, karya tulis ilmiah. F. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas yaitu variabel pemahaman dan variabel sikap G. Definisi Operasioanl dan Kriteria Objektif Definisi operasioanl adalah definisi atau batasan dari variabel yang telah ditetapkan. Sedangkan criteria objektif adalah ukuran variabel-variabel, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Adapun definisi operasioanl variabel dan criteria objektif penelitian ini adalah :
Variabel
Definisi
Pemahama n
Pemahaman responden tentang Perda KTR yang meliputi tujuan pelaksanaan peraturan KTR, tempattempat yang diatur, kriteria kepatuhan, tanggung jawab pelaksanaan Perda KTR pada masing-masing kawasan dan sanksi terhadap pelanggaran. Pengetahuan dinilai menggunakan 8 pertanyaan tentang pemahaman sikap responden terhadap KTR di UHO yang meliputi pendapat responden, kebijakan pelarangan kegiatan merokok di dalam ruangan di tempat manapun, tujuan KTR, tentang tanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan KTR dan pendapat mereka terhadap dampak pelaksanaan Perda KTR terhadap pendapatan (pemasukkan) dan kelangsungan UHO di masa depan. Sikap dinilai dengan 7 pertanyaan skala sikap.
Sikap
Kriteria objektif Wawancara terstruktur menggunakan kuesioner
Skala Ordinal
Kriteria Objektif: ≥ 5 = Baik <4 = Buruk
Wawancara terstruktur menggunakan kuesioner Kriteria Objektif: ≥ 5 = Baik <4 = Buruk
Ordinal
45
H. Teknik Analisis Data Dilakukan secara deskriptif pada masing-masing variabel dengan analisis pada distribusi frekuensi Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan bantuan program komputer dan analisis data menggunakan analisis univariat, analisis univariat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi serta narasi untuk mengetahui proporsi masing-masing dari variabel untuk melihat gambaran karakteristik responden penelitian. I.
Pengolahandan Penyajian Data
1.
Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS. Pengolahan data menurut Hasan (2006) meliputi kegiatan : 1. Editing Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuan data untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi. 2. Coding Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. 3. Tabulasi Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan
46
tabulasi dipelukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk : a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai arsip. b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentu dan tujuan tertentu. c. Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisa (Hasan, 2006). 2. Penyajian Data Penyajian data dilakukan secara Kualitatif dalam bentuk tabel hasil wawancara dan observasi, yang disertai dengan narasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian Universitas Haluoleo (Unhol) didirikan pada tahun 1964 sebagai perguruan tinggi swasta filial dari Universitas Hasanuddin Makassar. Setelah tujuh belas tahun berselang, Universitas Haluoleo diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri pertama di Sulawesi Tenggara oleh Dirjen Pendidikan Tinggi; Prof. Dr. Doddy Tisnaamidjaja mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang masa itu dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada tangggal 19 Agustus 1981 sebagai perguruan tinggi negeri ke 42 di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1981 yang terdiri dari:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Fakultas Ekonomi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Fakultas Pertanian. Ketika diresmikan, Universitas Haluoleo menempati kampus Kemaraya yang
arealnya hanya seluas 7 Ha. Kondisi kampus yang relatif sempit ini mengharuskan para pendiri untuk mencari kampus alternatif sekaligus sebagai perluasan daya tampung`dan
mengantisipasi
pertambahan
fakultas.
Seiring
dengan
itu,
kepercayaan masyarakat pun semakin besar terhadap Universitas Haluoleo, kendati hanya didukung oleh 17 orang tenaga dosen tetap.
Setelah dua tahun diresmikan, dimulailah pembangunan kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu yang menempati areal 250 Ha, yang ketika itu berada di
47
48
pinggiran Kota Kendari, berjarak 14 kilometer dari pelabuhan laut Teluk Kendari. Setelah perluasan Kota Kendari, kampus Anduonohu saat ini berada di jantung kota. Bersamaan dengan itu, Senat Universitas Haluoleo menyhetujui singkatan Universitas Haluoleo berubah menjadi UNHALU.
Pembangunan kampus yang relatif luas ini membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun untuk merampungkan gedung perkulihan dan gedung perkantoran serta fasiltas penunjang lainnya. Menandai rampungnya pembangunan kampus Anduonoho ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada tanggal 4 April 1994 melakukan penandatanganan prasasti peresmian.
Menjelang penyelesaian
pembangunan
Kampus
Anduonohu,
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan menutup pengoperasian Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah Guru Olahraga (SGO), sehingga semua fasilitas berikut tenaga pengajar dan karyawannya dialihkan ke Universitas Haluoleo. Sejak saat itu Universitas Haluoleo memiliki dua kampus perkuliahan utama, yakni; Kampus Kemaraya dan Kampus Anduonohu, ditambah dua kampus pendukung perkuliahan bekas SPG dengan luas areal 4 ha dan 3 ha bekas SGO.
Sebagai Perguruan Tinggi terkemuka di jazirah tenggara Pulau Sulawesi, Universitas Haluoleo secara aktif memberi sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan 1528 desa, 67 kecamatan, 4 kabupaten, 2 Kotamadya dan 1 Kota Administratif yang ada di wilayah ini. Termasuk pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara yang mencapai 2,72% per tahun, jauh di atas pertumbuhan rata-rata
49
penduduk nasional yakni; 1,92. Saat ini penduduk Sulawesi Tenggara berjumlah 1,72 juta jiwa yang sebagian besar bermukim di pedesaan.
Kata Halu Oleo diambil dari nama salah seorang raja pada Kerajaan Konawe yang hidup sekitar abad tujuh belas yang dikenal sebagai pemimpin yang bijak, kesatria yang tak kenal menyerah sebagai pemersatu di Sulawesi Tenggara. Secara harfiah Halu Oleo berarti delapan hari dalam bahasa Tolaki. Dipandang dari sisi tugas Universitas dalam pengembangan tridharma, Halu Oleo dimaknai dengan delapan penjuru mata angin.
Sejak diresmikan menjadi perguruan tinggi negeri sampai saat ini, Universitas Halu Oleo telah memiliki 5 Lokasi kampus terdiri dari:
No 1
2
3 4 5
Lokasi Anduonohu (Kampus Hijau Bumi Tridharma) Jl. H.E,A Mokodompit Kel. Kambu
Peruntukan Rektorat, FKIP, FEB, FISIP, FP, FMIPA, FT, FH, FPIK, FKM, FF, FK, FTIP, PPv, Perpustakaan, FIB, FIA dan Laboratorium, dan Sarana Olahraga Kampus Dua Kemaraya Program Pascasarjana, Fakultas (Kompleks Abdullah Silondae) Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Jl. Mayjen S. Parman Kemaraya Kampus Tiga WuaWua PGSD Kampus Empat, Eks SGO di Gedung Kuliah Fakultas Ilmu Poasia Jl. Mayjen Sugiono Teknologi Kebumian (FITK) Kampus Lima Moramo Kab Pusat Penelitian Agrokompleks Konawe Selatan
Luas 252 Ha
7 Ha
4 Ha 3 Ha 224 Ha
50
1. Visi dan Misi a.
Visi Visi Universitas Halu Oleo 2019 Menjadi perguruan tinggi unggul di Indonesia, bermartabat, berbudaya akademik, menghasilkan SDM cerdas komprehensif dalam pengembangan pesisir, kelautan, dan perdesaan Visi Universitas Halu Oleo 2045 Menjadi 250 perguruan tinggi terdepan di dunia dalam IPTEKS untuk benua maritim, harmonisasi dan kesejahteraan berkelanjutran. Maju
adalah
kemampuan
untuk
mencapai nilai atau standar tententu yang
diakui
tridharma pengajaran,
dalam
yaitu
pelaksanaan
pendidikan penelitian
dan dan
pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. Standar disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Universitas Haluoleo yang maju dapat juga dilihat/diukur dari kualitas karya ilmiah yang dihasilkan termasuk kiprah civitas akademika dalam berbagai kegiatan ilmiah dan kemasyarakatan ditingkat regional, nasional dan internasional. Bermartabat adalah tingkat harkat kemanuasiaan atau harga diri. Universitas yang bermartabat adalah universitas yang menjadikan sivitas akademikanya mempunyai harga diri yang tinggi berpedoman kepada keyakinan dasar nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur.
51
Berbudaya akademik, berarti dalam semua kegiatannya, sivitas akademika akan senantiasa berinovasi untuk menemukan cara yang efektif dan efisien, memiliki kompentensi dan kapabilitas, berwawasan, memahami cara mengimplementasi IPTEKS dengan baik, serta menjunjung tinggi profesionalisme. Cerdas komprehensif meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Berikut deskripsi lengkap yang dimaksud dengan cerdas komprehensif. Beraktualisasi Cerdas spiritual
diri
melalui
olah
hati/kalbu
untuk
menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul
Cerdas emosional sosial
Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan dan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang (a) membina dan memupuk hubungan timbal balik; (b) demokratis; (c) empatik dan simpatik; (d) menjunjung tinggi hak asasi manusia; (e) ceria dan percaya diri; (f) menghargai kebinekaan dalam
bermasyarakat
dan
bernegara;
(g)
berwawasan
kebangsaan degan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara;
52
Cerdas
Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh
intelektual
kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif dan imajinatif
Cerdas kinestetis Beraktualisasi diri melalui olahraga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar dan berdaya tahan, sigap, trampil, dan trengginas
b.
Misi 1.
Mengembangkan pendidikan berbasis
riset
dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi sehingga lulusannya mampu bersaing, dan beradaptasi dalam kancah global 2.
Mengembangkan penelitian unggulan yang berorientasi pada publikasi dan perolehan hak paten
3.
Menerapkan hasil-hasil penelitian dan produk unggul lainnya bagi kesejahteraan institusi, masyarakat dan kemajuan IPTEKS
4.
Menguatkan sistem tata kelola universitas yang transparan dan akuntabel sehingga mampu memberikan layanan prima dalam pendidikan
5.
Mengembangkan potensi mahasiswa dibidang penalaran, olahraga, seni budaya, dan kewirausahaan, untuk membangun citra Universitas Haluoleo di tingkat nasional dan internasional
53
6.
Mengembangkan lingkungan universitas yang nyaman, aman, dan berwawasan lingkungan
7.
Meningkatkan kualitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu perguruan tinggi untuk menjamin kepastian layanan kepada stakeholders
3.
Sarana dan Fasilitas Sejak tahun 2005 sampai dengan saat ini, pembangunan gedung kuliah,
perkantoran, laboratorium dan perpustakaan terus digalakan. Untuk tahun 20142015. Ada tambahan ruang kuliah yang signifikan untuk Fakultaas Kedokteran, Farmasi, MIPA, Adapun fasilitas pendukung Universitas Halu Holeo antara lain
Jaringan Internet
Perpustakaan
Laboratorium
Aksesibilitas
Gedung Pertemuan
Sarana Olahraga
Asrama mahasiswa, Poliklinik, dan Radio
Poliklinik
Radio Kampus
Sarana Ibadah Universits Halu Oleo dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat dari
berbagai wilayah di tanah air baik melalui jalur transportasi darat yakni terminal Puuwatu dan Sub Terminal Baruga; jalur transportasi udara yakni Bandara
54
Haluoleo dan jalur transportasi laut yaitu Pelabuhan Kendari melalui Pelabuhan Murhum Bau-Bau sebagai pelabuhan transit penghubung kawasan Barat dan Timur Indonesia. Adapun batas wilayah Universitas Halu Oleo (Kampus Hijau Bumi Tridharma); 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Mangkarai 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Abdurauf Tarimana 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan H.E.A. Mokodompit 4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Martandu
B. Hasil penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Universitas Halu Oleo Kendari, mulai november – desember tahun 2015. Populasi adalah semua mahasiswa, dosen, staf hingga birokrasi yangada di Universitas halu Oleo kendari. Sampel keseluruhan sebanyak 100 responden yang diperoleh dengan cara Proporsional Random Sampling, sehingga dari setiap strata dapat ditarik beberapa sampel sesuai dengan besaran populasi yang ada di tiap – tiap strata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan setiap variabel yang ingin diteliti kemudian ditanyakan kepada responden. Data yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan komputer dengan menggunakan aplikasi spss. Hasil analisis kemudian disajikan dalam
55
bentuk tabel disertai dengan paparan tabel. Maka hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut : 1.
Karakteristil responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis klamin, dan pekerjaan. a. Jenis kelamin Jenis kelamin yaitu sesuatu hal yang mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki, perbedaan secara biologis ini dibawa sejak lahir dan tidak bisa diubah. Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi responden Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) 1. Laki-Laki 75 75,0 2. Perempuan 25 25,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer diolah Januari 2016 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel 2 menunjukkan hasil bahwa jenis kelamin responden pada kelompok responden ini paling banyak berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 75,0%, dan disusul dengan responden perempuan dengan persentase 25,0%. Dari 100 responden.
56
b. Pekerjaan responden Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau proses yang di lakukan seseorang atau kelompok yg bertujuan untuk menambah penghasilan, pengetahuan ataupun meningkatkan derajat seseorang untuk membuatnya menjadi lebih baik. Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut asal fakultas fakultas kesehatan dan non kesehatan) No 1. 2.
Fakultas Fakultas kesehatan Non-kesehatan Total
Jumlah (n) 11 89 100
Persentase (%) 11,0 89,0 100
Sumber : Data Primer diolah januari 2016 Karakteristik responden berdasarkan asal fakultas pada tabel 3 menunjukkan hasil bahwa pekerjaan responden pada kelompok mahasiswa non-kesehatanlah yang paling banyak dengan persentase 89,0%, dan disusul dengan kelompok fadkultas kesehatan dengan persentase 11,0%. 2. Daftar pertanyaan responden Daftar pertanyaan responden dalam penelitian ini meliputi perilaku merokok dan bahaya rokok a.
kebiasaan merokok Distribusi Responden berdasarkan kebiasaan merokok dalam penelitian ini di sajikan pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok No. Kebiasaan merokok Jumlah (n) Persentase (%) 1. Merokok 36 36,0 2. Tidak merokok 61 61,0 Total 100 100,0
57
Sumber : Data Primer, diolah 01 Janiari 2016 Karakteristik Responden berdasarkan kebiasaan merokok pada tabel 4 menunjukkan hasil di dapat bahwa responden yang merokok pada penelitian ini berjumlah dengan persentase 36,0%, sedangkan yang tidak merokok dengan persentase 61,0%. Dari 100 responden. b. Merokok saat beraktifitas (kuliah/kerja) distribusi Responden berdasarkan merokok saat beraktifitas dalam penelitian ini di sajikan pada tabel 5 Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan merokok saat beraktifitas (kuliah/kerja) No. Aktifitas merokok Jumlah (n) Persentase (%) 1. Ya 15 15,0 2. Tidak 85 85,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer, diolah 01 Januari 2016 distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok saat beraktifitas (kuliah/kerja) pada tabel 5 menunjukkan hasil yangdi dapat bahwa responden yang merokok saat beraktifitas (kuliah/kerja) pada penelitian ini berjumlah dengan persentase 15,0%, sedangkan yang tidak dengan persentase 85,0%. c. Merokok saat di rumah Distribusi Responden berdasarkan merokok saat di rumah penelitian ini di sajikan pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan merokok saat di rumah No. Aktifitas merokok Jumlah (n) Persentase (%) 1. Ya 33 33,0 2. Tidak 67 67,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer, diolah 01 Januari 2016
58
Tabel 6 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokoksaat berada di rumah pada tabel 6 menunjukkan hasil yang di dapat bahwa responden yang merokok saat di rumah pada penelitian ini berjumlah dengan persentase 33,0%, sedangkan yang tidak dengan persentase 67,0%. Dari 100 responden d. Alasan responden merokok distribusi Responden berdasarkan alasan responden merokok apakah karena di pengaruhi orang lain pada penelitian ini di sajikan pada tabel 7 Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan alasan merokok merokok karena terpengaruhi orang lain No. Alasan merokok Jumlah (n) Persentase (%) 1. Pengaruhi Orang lain 20 20,0 2. Tidak Terpengaruh 80 80,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer, diolah 01 Januari 2016 Tabel 7 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan alasan merokok menunjukkan hasil yang di dapat bahwa responden yang merokok beralasan karena pengaruh orang lain pada penelitian ini berjumlah dengan persentase 20,0%, sedangkan yang tidak dengan persentase 80,0%. e. Kebiasaan merokok di lingkungan fakultas Distribusi Responden berdasarkan adanya kebiasaan merokok di lingkungan fakultas responden pada penelitian ini di sajikan pada tabel 8.
59
Tabel 8. Distribusi Responden berdasarkan kebiasaan merokok di lingkungan fakultas No. Perokok di Jumlah (n) Persentase (%) lingkungan fakultas 1. Ya 65 65,0 2. Tidak 35 35,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer, diolah 01 Januari 2016 Tabel 8 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan adanya kebiasaan merokok di lingkungan fakultas menunjukkan hasil yangdi dapat bahwa responden dengan adanya kebiasaan merokok di lingkungan fakultas pada penelitian ini berjumlah dengan persentase 65,0%, sedangkan responden yang tidak ada perokok di lingkungan fakultasnya dengan persentase 35,0%. f. Bahaya rokok Distribusi Responden berdasarkanpengetahuan responden terhadap bahaya rokok pada tubuh pada penelitian ini di sajikan pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan bahaya rokok No. Bahaya rokok Jumlah (n) Persentase (%) 1. Tahu 93 93,0 2. Tidak Tahu 7 7,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer, diolah 01 Januari 2016 Distribusi responden berdasarkan pengatahuan akan bahaya rokok menunjukkan hasil yangdi dapat bahwa responden dengan mengetahui bahaya rokok pada penelitian ini berjumlah dengan persentase 93,0%, sedangkan responden yang tidak tahu akan bahaya rokok dengan persentase 7,0%.
60
3. Analisis univariat Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dari tiap variabel yang diteliti. Data-data yang dianalisis adalah dukungan sebagai variabel dependen dan asupan pemahaman dan sikap sebagai variabel independen. a. Tingkat pemahaman responden terhadap Kawasan tanpa Rokok Distribusi Pemahaman Responden terhadap kawasan tanpa rokok dalam penelitian ini disajikan pada tabel 10 berikut ini : Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan pemahaman kawasan tanpa rokok No. pemahaman Jumlah (n) Persentase (%) 1. Baik 69 69,0 2. Buruk 31 31,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer, diolah 01 Januari 2016 Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 100 responden yang berpemahaman baik pada penelitian ini sebanyak 69 responden (69,0%), Sedangkan responden yang berpemahaman kurang pada responden sebanyak 31 responden (31,0%) Lebih jelasnya di tinjau dari indikator jenis klamin tentang pemahaman kawasan tanpa rokok di Universitas Halu Oleh tahun 2015 ini di peroleh hasil pada tabel berikut ini; Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin menurut pemahaman kawasan tanpa rokok Pemahaman No Jenis kelamin Total Baik Kurang n % n % N % 1. Laki-laki 51 51,0 24 24,0 75 75,0 2. Perempuan 18 18,0 7 7,0 25 25,0 Total 69 69,0 31 31,0 100 100.0 sumber : Data Primer diolah Januari 2016
61
Dapat di lihat pada tabel 11 menunjukkan bahwa distribusi pemahaman responden menurut jenis klamin yang berpemahaman cukup pada penelitian ini sebanyak 69 responden (69,0%), yang diantaranya 51 responden laki-laki (51,0%) dan 18 untuk responden perempuan (18,0%),Sedangkan responden yang berpemahaman kurang pada responden sebanyak 31 responden (31,0%), yang diantaranya adalah 24 responden laki-laki (24,0%) dan 7 responden perempuan (7,0%). Sedangkan di tinjau dari indikator berdasarkan asal fakultas tentang pemahaman kawasan tanpa rokok di Universitas Halu Oleh tahun 2015 ini di peroleh hasil pada tabel berikut ini Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan asal fakultas menurut pemahaman kawasan tanpa rokok Pemahaman No Fakultas Total Baik Kurang n % n % N % 1. Kesehatan 10 10,0 3 3,0 13 11,0 2. Non59 59,0 28 28,0 89 89,0 kesehatan Total 69 69,0 31 31,0 100 100.0 sumber : Data Primer diolah Januari 2016 Dapat di lihat pada tabel 12 menunjukkan bahwa distribusi pemahaman
responden
berdasarkan
asal
fakultas
yang
berpemahaman cukup pada penelitian ini sebanyak 69 responden (69,0%), yang diantaranya 10 responden kesehatan (10,0%) dan 59 untuk responden Non-kesehatan (59,0%), Sedangkan responden yang berpemahaman kurang pada responden sebanyak 31 responden
62
(31,0%), yang diantaranya adalah 3 responden kesehatan (3,0%) dan 28 responden non-kesehatan (28,0%). b. Tingkat sikap responden terhadap Kawasan tanpa Rokok Distribusi Sikap Responden terhadap kawasan tanpa rokok dalam penelitian ini disajikan pada tabel 13. Tabel 13. Distribusi responden berdasarkan sikap terhadap kawasan tanpa rokok No. Sikap Jumlah (n) Persentase (%) 1. Baik 58 58,0 2. Buuruk 42 42,0 Total 100 100 Sumber : Data Primer, diolah 01 Januari 2016 Berdasarkan tabel 12 untuk distribusi sikap menunjukkan bahwa dari 100 responden yang sikapnyabaik terhadap kawasan tanpa rokok pada penelitian ini sebanyak 58 responden (58,0%), Sedangkan responden yang sikapnya kurang terhadap kawasan tanpa rokok sebanyak 42 responden (42,0%) dari 100 responden. Lebih jelasnya di tinjau dari indikator jenis klamin tentang sikap responden terhadap kawasan tanpa rokok di Universitas Halu Oleh tahun 2015 ini di peroleh hasil pada tabel berikut ini; Tabel 14. Distribusi responden berdasarkan sikap terhadap kawasan tanpa rokok menurut jenis klamin Sikap No Jenis kelamin Total Baik Kurang n % n % N % 1. Laki-laki 43 43,0 32 32,0 75 75,0 2. perempuan 15 15,0 10 10,0 25 25,0 Total 58 58,0 42 42,0 100 100.0 sumber : Data Primer diolah Januari 2016
63
Dapat di lihat pada tabel 13 menunjukkan bahwa distribusi sikap responden menurut jenis klamin yang mempunyai sikap baik pada penelitian ini sebanyak 58 responden (58,0%), yang diantaranya 43 responden laki-laki (43,0%) dan 15 untuk responden perempuan (15,0%), Sedangkan responden yang mempunyai sikap kurang pada penelitian ini sebanyak 42 responden (42,0%), yang diantaranya adalah 32 responden laki-laki (32,0%) dan 10 responden perempuan (10,0%). Sedangkan di tinjau dari indikator berdasarkan asal fakultas tentang sikap kawasan tanpa rokok di Universitas Halu Oleh tahun 2015 ini di peroleh hasil pada tabel berikut ini Tabel 12. Distribusi responden berdasarkan asal fakultas menurut sikap kawasan tanpa rokok Pemahaman No Fakultas Total Baik Kurang n % n % N % 1. Kesehatan 6 6,0 7 7,0 11 11,0 2. Non52 52,0 35 35,0 89 89,0 kesehatan Total 58 69,0 42 31,0 100 100.0 sumber : Data Primer diolah Januari 2016 Dapat di lihat pada tabel 12 menunjukkan bahwa distribusi sikap responden berdasarkan asal fakultas yang mempunyai sikap cukup pada penelitian ini sebanyak 58 responden (58,0%), yang diantaranya 6 responden dari Fakultas kesehatan (6,0%) dan 52 untuk responden dari Fakultas Non-kesehatan (52,0%), Sedangkan responden yang berpemahaman kurang pada responden sebanyak 43 responden (42,0%), yang diantaranya adalah 7 responden pada
64
fakultas kesehatan (7,0%) dan 35 responden fakultas non-kesehatan (35,0%). C. Pembahasan Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Zat adiktif lain sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan atau masyarakat sekelilingnya (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan). Perilaku merokok merupakan perilaku yang membahayakan kesehatan tetapi masih banyak orang yang melalukan kebiasaan tersebut. Dari data yang diperoleh, merokok juga dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang cukup serius dan bahkan menyebabkan kematian. Namun masih banyaknya masyarakat yang belum dan kurang akan pemahaman mengenai masalah yang dapat ditimbulkan oleh rokok itu sendiri, sehingga perilaku merokok masih belum bias dihilangkan terlebih lagi pada generasi muda saat ini, inilah alasan mengapa pemerintah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Untuk
mengurangi
dan
mengatasi
masalah
tersebut,
Pemerintah
mengeluarkan peraturan terbaru berupa Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No.7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksaan Kawasan Tanpa
Rokok meningat
dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2003 dan Undang-Undang
65
Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang kesehatan terlebih dahulu (Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No. 7 tahun 2011) Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 Nomor 7 Tahun 2011 pasal 6 menyebutkkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Kawasan Tanpa Rokok di provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten atau kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keikutsertaan mahasiswa dalam pemahaman dan sikap peraturan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan kampus Universitas Universitas Halu Oleo Kendari. Kawasan Tanpa Rokok atau disingkat KTR adalah ruangan atau area yang
dinyatakan
memproduksi,
dilarag
menjual,
untuk
kegiatan
mengiklankan,
dan
merokok atau
atau
kegiatan
memproduksikan
tembakau (PP No.109 Tahun 2012). 1.
Karakteristik Responden Secara statistik responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Jumlah ini tidak ditentukan sebelummnya melainkan melalui proses penyaringan menggunakan stratifield Random Sampling, tehnik ini di gunakan karena populasinya tidak homogen, mengacu pada pendapat sugiono 2011, bahwa proprtionate stratifield random sampling digunakan bila populasi mempunya anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional, strata yang di maksud dalam penelitian ini yakni
66
mahasiswa fakultas kesehatan dan mahasiswa non-kesehatan (sugiono 2011). Dari segi umur, kelompok penelitian lebih didominasi oleh responden berumur kurang dari 30 tahun dan paling terendah pada mahasiwa umur 19 tahun. Kemudian karakteristik berdasarkan pekerjaan responden pada kelompok penelitian ini responden Rata-rata berstaatus mahasiswa. Sedangkan karakteristik berdasarkan jenis kelamin berbeda jumlahnya dengan selisih 50 (lima puluh) responden antara responden laki-laki dan responden perempuan. Penentuan responden dilakukan tanggal 23 desember Tahun 2015. Penentuan responden penelitian diikuti dengan pemberian kuesioner, maksudnya ketika responden penelitian telah ditentukan maka peneliti langsung memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden. Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dikumpulkan pada peneliti. Penentuan responden dan pengisian kuesioner berlangsung selama ±15 menit tiap responden, dimana dimulai pada pukul 07.30 WITA – selesai, dan berlanjut pada hari berikutnya hingga kuota sampel yang di tentukan tercapai. 2. Tingkat pemahaman responden terhadap Kawasan tanpa Rokok Pemahaman adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pengetahun dan potensi untuk menindaki yang diketahui atau disadari yang kemudian melekat di benak seseorang. Pemahaman tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang benar atau berguna.
67
Dalam pengertian lain, pemahaman adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pemahaman muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pada umumnya, pemahaman memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data
sekedar
berkemampuan
untuk
menginformasikan
atau
bahkan
menimbulkan kebingungan, maka pemahaman berkemampuan untuk mengarahkan tindakan (Notoatmodjo Soekidjo, 2011). Pemahaman ini berkaitan dengan pengenalan ataupun pengetahuan menganai Kawasan Tanpa Rokok terutama bagi generasi muda di lingkup Universitas sehingga dapa menimbulkan tindakan positif dengan cara memahami arti dari Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebanyak 69 responden (69%) yang memahami dengan baik mengenai Kawasan Tanpa Rokok itu sendiri yang tentunya akan berdampak positif pada sikap mereka mengenai kawasan tanpa rokok. Namun perilaku merokok di lingkungan universitas, seperti di kantin, belakang fakultas maupun di kamar mandi masih tetap harus selalu diperhatikan karena akan menjadi kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan, walaupun Kawasan Tanpa Rokok telah diterapkan. Penelitian Naing, mahasiswi IPB, Istyawati, yang melalukan penelitian tentang persepsi perokok aktif di Kelurahan Pela Mampang terhadap peraturan larangan merokok mendapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan
68
tentang dampak merokok tidak berhubungan dengan persepsi peraturan larangan merokok. Walaupun tingkat pengetahuan perokok aktif tinggi namun tidak berkeinginan untuk berhenti merokok karena merokok sudah menjadi kebiasaan dan untuk menguranginya memerlukan waktu yang cukup lama (Istyawati, 2008). Pemahaman maupun pengetahuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku seseorang karena perilaku terbentuk didahului oleh pengetahuan dan sikap yang positif (Notoatmodjo, 2003). Pemahaman tentang Kebijakan KTR bisa didapat melalui penglihatan seperti melihat dan membaca berita tentang kebijakan KTR melalui media massa ataupun membaca peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu bisa juga didapat melalui berbagai sosialisasi yang dilakukan oleh pihak universitas terkait kebijakan KTR. Dalam penelitian ini pengetahuan didefinisikan sebagai pemahaman masyarakat lingkup universitas tentang rokok dan bahaya merokok, zat-zat yang terkandung dalam rokok, penggolongan perokok, prinsip KTR, area KTR, serta arti lambang larangan merokok. Perbedaan pemahaman juga dapat di lihat pada tiap fakultas, fakultas kesehatan maupun fakultas non-kesehatan, sekitar 80% pada fakultas kesehatan memahami dengan baik terhadap KTR, sedangkan hanya sekitar 60% pada fakultas non-kesehatan yang memahami dengan baik, sehingga dapat diliat pebedaan yang signifikan terhadap pemahaman KTR tiap fakultas, ini di dasari karena fakulta kesehatan merupakan yang mementingkan hal-hal yang menyangkut apa saja mengenai kesehatan baik
69
itu program, pelaksanaan maupun evaluasi,dan banyaknyaknya mahasiswa non-kesehatan yang merokok merupakan sebuah cerminan bahwa mereka tidak memperdulukan masalah kesehatan 3. Tingkat sikap responden terhadap Kawasan tanpa Rokok Dari hasil pengisian kuesioner
pada responden, sikap terbanyak
menunjukkan sikap baik terhadap aturan kawasan tanpa rokok, yaitu sebesar 58 orang dari 100 responden (100%) sedangkan sikap kurang terhadap aturan kawasan tanpa rokok sejumlah 42 responden atau (42%). Pada sebagian besar orang di kelompok responden yang memiliki sikap kurang terhadap aturan kawasan tanpa rokok mengaku belum pernah melihat adanya larangan tersebut pada universitas dan sebagian lagi mengaku bahwa baru kali pertama mendengar adanya kawasan tanpa rokok. Responden yang memiliki tingkat pemahaman yang baik dan mau mematuhi aturan kawasan tanpa rokok memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pengunjung yang memiliki tingkat pemahaman yang kurang dan sikap kurang. Sehingga, tingkat pemahaman seseorang akan mempengaruhi perubahan sikap. Karena sikap dipengaruhi oleh komponen afektif dan kognitif, komponen afektif selalu berhubungan dengan komponen kognitif. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat pada keadaan tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu berubah. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa berhubungan terhadap suatu objek yang dapat dipelajari dan sikap dapat berkaitan dengan suatu objek (Rezkia, 2012).
70
Perbedaan sikap juga dapat di lihat pada tiap fakultas, fakultas kesehatan maupun fakultas non-kesehatan, sekitar 80% pada fakultas kesehatan mempunyai sikap dengan baik terhadap KTR, sedangkan hanya sekitar 60% pada fakultas non-kesehatan yang mempunyai sikap dengan baik, sehingga dapat diliat pebedaan yang signifikan sikap terhadap KTR tiap fakultas, ini di dasari karena fakulta kesehatan merupakan yang mementingkan hal-hal yang menyangkut apa saja mengenai kesehatan baik itu program, pelaksanaan maupun evaluasi,dan banyaknyaknya mahasiswa non-kesehatan yang merokok merupakan sebuah cerminan bahwa mereka tidak memperdulukan masalah kesehatan Sikap masyarakat terhadap kebijakan KTR diartikan sebagai reaksi/ respon dari masyarakat lingkup universitas tentang adanya perokok disekitarnya, di ruangan kuliah maupun kantin, serta sikapnya terhadap adanya penyuluhan, peraturan KTR dan sanksi yang akan diterapkan. Di beberapa penelitian mengenai kepatuhan terhadap peraturan KTR, faktor pemahaman, sikap, dan persepsi memang menjadi faktor yang berpengaruh dalam kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. Seperti pada penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan sikap pengunjung di lingkungan RSUP dr. Kariadi tentang kawasan tanpa rokok yang menyatakan bahwa, sikap responden terhadap aturan kawasan tanpa rokok, yaitu sebesar 77 responden atau 85,6% bersikap patuh dan 13 responden atau 14,4% bersikap tidak patuh terhadap aturan kawasan tanpa rokok. Berbagai penelitian lain juga menunjukkan hasil serupa yakni bahwa sikap masyarakat
71
terhadap kebijakan KTR sebagian besar baik (Solicha, 2012). Dan pada penelitian mengenai tingkat partisipasi mahasiswa dalam implementasi kawasan tanpa rokok (ktr) di universitas dian nuswantoro semarang menunjukan
Sebagian besar mempunyai sikap baik (83,3%), artinya
mahasiswa menyadari bahwa keberhasilan implementasi KTR di UDINUS sangat tergantung pada kemauan civitas akademika untuk mewujudkannya. Hasil FGD menunjukkan bahwa respon mahasiswa mengenai upaya menciptakan KTR sudah tergolong baik, pada yang merokok maupun tidak merokok. Mahasiswa yang merokok berpendapat bahwa untuk mewujudkan hak pada perokok maupun bukan perokok harus ada tempat yang dikhususkan bagi mereka untuk merokok. Tempat tersebutpun mestinya dibuat senyaman mungkin seperti halnya pada yang tidak merokok, sehingga kedua kelompok tersebut sama-sama tidak terabaikan haknya. Hal tersebut didukung hasil kuesioner yang menunjukkan sebesar 37,5% berpendapat bahwa merokok adalah hak dimana orang boleh merokok dimana saja (Fani tiara 2013). Dapat dilihat bahwa sikap baik yang di lihatkan oleh mahasiswa Universitas Dian Nusantoro Semarang menunjukan dapat menjadi awal sebuah dukungan untuk membentuk kawasan tanpa rokok, penilitian mengenai pengaruh faktor pengelola terhadap kepatuhan pelaksanaan peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok pada hotel berbintang di kabupaten badung juga dengan Hasil penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar (63,5%) sikap pengelola hotel berbintang tentang Perda KTR tergolong baik. Hal ini tentu merupakan hasil yang positif mencerminkan pendapat dan
72
persepsi pengelola yang baik terhadap pelaksanaan Perda KTR. Teori tentang terjadinya perilaku menyebutkan bahwa terbentuknya perilaku didahualui terbentuknya sikap dan didahului adanya pengetahuan. Walaupun ada perbedaan dengan hasil penilaian pengetahuan dimana masih sebagian kecil pengelola dengan pengetahuan baik, bukan berarti hasil penilaian sikap ini tidak valid. Sikap pengelola yang sebagian besar baik ini tentu merupakan suatu potensi yang besar dalam menyukseskan penerapan Perda KTR. Berdasarkan hasil analisis terbukti ada perbedaan peluang kepatuhan hotel antara hotel berbintang dengan pengelola yang memliliki sikap baik dibandingkan hotel berbintang dengan pengelola yang memliliki sikap kurang. Perbedaan peluang ini tercermin dari nilai perbandingan prevalen atau prevalen ratio (PR) sebesar 2,5 Walaupun secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna tetapi bukan berarti kita bisa abaikan begitu saja. Sebagai praktisi kesehatan masyarakat sangat penting menilai besarnya pengaruh melalui prevalens ratio dibandingkan hanya melihat kemaknaan. Nilai prevalens ratio yang sebesar itu menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang memiliki sikap baik 2,5 kali dibandingkan pengelola yang memiliki sikap kurang Seseorang dengan pengetahuan yang kurang belum tentu akan bersikap yang negatif (kurang). Bila suatu hal memang dianggap baik seperti tentang Perda KTR yang bertujuan untuk melindungi orang-orang dari bahaya asap rokok tentu akan sangat wajar jika sebagian besar dari mereka mepunyai sikap yang baik (Putu Delfi, 2011)
73
Pengaruh sikap yang baik terhadap perubahan perilaku kearah yang lebih baik sudah dibuktikan pada beberapa penelitian kesehatan. Berdasarkan hasil penelusuran belum ada penelitian sejenis (mirip), yang meneliti pengaruh sikap terhadap kepatuhan Perda KTR. Walaupun demikian salah satu penelitian yang dilakukan oleh Karina Avianti tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap gaya hidup sehat mahasiswa dapat digunakan untuk bahan bahasan. Penelitian ini mendapatkan bahwa mahasiswa yang memiliki sikap yang baik tentang kesahatan maka akan memliki perilaku atau gaya hidup sehat yang lebih baik pula termasuk untuk tidak merokok (Avianti K, 2009). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nyi Nyi Naing tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada laki-laki dewasa di Kelantan, Malaysia juga menyebutkan bahwa proporsi merokok pada lelaki dewasa yang setuju bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan 13,6% lebih rendah dibandingkan pada yang tidak setuju bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan. (Naing N, et al, 2004). Hasil penelitian ini yang didukung beberapa hasil penelitian lainnya tentang pengaruh sikap tentu akan sangat bermanfaat. Temuan ini mempunyai implikasi dalam penguatan program implementasi Perda KTR di masa depan. Sosialisasi tidak terbatas hanya memberi pengetahuan tentang penerapan Perda KTR tetapi diberikan juga pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dan tujuan implementasi Perda KTR supaya dapat memperbaiki sikap pengelola. Selain itu dalam setiap berakhirnya sosialisasi penting dievaluasi peningkatan sikap pengelola dan selanjutnya menilai kepatuhan mereka.
74
Dukungan masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan KTR. Dukungan muncul setelah seseorang paham dengan tujuan ditetapkannya Kebijakan KTR. Dukungan muncul secara tulus setelah seseorang paham dampak positif yang didapat setelah melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Dukungan bisa juga muncul setelah orang tersebut membuktikan sendiri manfaat yang didapat dari pelaksanan kebijakan KTR (Devhy, 2014). Untuk menilai dukungan adalah dengan ditanyakan langsung kepada masyarakat apakah mendukung pelaksanaan Kebijakan KTR. Faktor dukungan dari masyarakat berbeda dengan sikap, dukungan selain dinyatakan dalam pernyataan resmi juga ditunjukkan dari kebijakan atau keputusan yang diambil dalam pengelolaan tempat-tempat umum yang mendukung penerapan kawasan tanpa rokok. Sedangkan sikap berupa pendapat secara personal atau pribadi. Diharapkan masyarakat yang mendukung pelaksanaan Kebijakan KTR akan lebih patuh dengan kriteria kawasan tanpa rokok (Devhy, 2014). Kebijakan KTR berdasarkan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian kepatuhan (compliance study) tentang kawasan tanpa rokok didapatkan ada beberapa tempat yang sudah pernah melakukan. Seperti penelitian tentang kepatuhan terhadap kebijakan kawasan tanpa rokok di Kota Bogor yang dilakukan oleh oleh komunitas No Tobacco Community (NoTC) pada Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kepatuhan kawasan di Kota Bogor sejak mulai diterapkannya Perda KTR tingkat Kota sejak tahun 2009. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa tingkat
75
kepatuhan pada awal Tahun 2011 hanya sebesar 26%, sedangkan pada akhir tahun 2011 meningkat menjadi 78%. Penelitian ini memonitor semua jenis kawasan dengan jumlah gedung yang diobervasi sebanyak 4.453 gedung yang ada di Kota Bogor. Selain di dalam negeri ada pula penelitian yang dilakukan di luar negeri, salah satunya adalah penelitian tentang kesuksesan kebijakan kawasan tanpa rokok di lima provinsi di Yunani. Berbeda dengan penelitian di Indonesia yang menggunakan observasi terhadap kriteria KTR, disana kesuksesan kebijakan kawasan tanpa rokok dinilai menggunakan kualitas udara dengan indikator particulate matter berukuran kurang dari 2,5 mikrometer (PM 2,5). Penelitian tersebut mendapatkan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan kebijakan kawasan tanpa rokok yaitu tidak disediakannya asbak dan pemasangan tanda dilarang merokok (Devhy, 2014). Dukungan masyarakat dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pernyataan atau jawaban dari responden lingkup universitas yang secara tidak langsung mendukung sepenuhnya penerapan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang di lihat dari segi pemahaman dan sikap serta adanya partisipasi aktif responden dalam kegiatan yang dibuat oleh pemerintah yang mendukung Kebijakan KTR.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang Pemahaman dan Sikap terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Halu Oleo, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pemahaman mengenai peraturan Kawasan Tanpa Rokok terhadap mahasiswa fakultas kesehatan rata-rata memahami dengan baik, berbeda dengan mahasiswa fakultas non-kesehatan yang hanya sebagian lebih dari jumlah keseluruhan mahasiswa fakultas non-kesehatan yang memahami dengan baik terhadap kawasan tanpa rokok.
2.
Sikap mengenai peraturan Kawasan Tanpa Rokok
terhadap Mahasiswa
fakultas kesehatan maupun fakultas non-kesehatan rata-rata hanya sebagian dari jumlah masing-masing fakultas yang memiliki sikap baik terhadap kawasan tanpa rokok. B. Saran Hasil Penelitian ini merupakan survei pendahuluan tentang pemahaman dan sikap terhadap Kawasan Tanpa Rokok sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam bentuk penelitian kualitatif yang lebih mendalam khususnya pada perokok untuk menggali opini perokok untuk secara bersama-sama mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok di kampus, mengingat mayoritas perokok dijumpai pada usia muda. penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
76
77
1.
Perlu adanya sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Halu Oleo baik pada dosen maupun mahasiswa dalam bentuk banner maupun tulisan larangan merokok di semua area Universitas.
2.
Pihak Rektorat sebagai pimpinan tertinggi di lingkungan universitas diharapkan membuat kebijakan dan memberikan arahan kepada dekan dari setiap fakultas terkait penerapan kawasan tanpa rokok di lingkungan Universitas agar dapat terciptanya lingkungan Universitas Halu Oleo yang bebas dari asap rokok.
78
DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tjandra. 2006. Tuberkulosis, rokok, dan perempuan.: Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Aditama. 2009. Rokok dan kesehatan, edisi 3. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Azkha, Nizwardi. 2013. Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Ktr) Dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif Di Sumatera Barat Tahun 2013. Universitas Andalas. Bustan. 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta. Devhy, Ni Luh Putu. 2014. Pengaruh Faktor Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Hotel Berbintang Di Kabupaten Badung. Universitas Udayana. Dimyati dan Mudjiono, 1999, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,) Depkes. 2011. Mediakom : Info Sehat Untuk Semua. Edisi XXVIII Februari 2011. Febriani, Tria. 2014. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Dukungan Penerapannya Di Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Giatrininggar, Esti. 2012. Persepsi Mahasiswa Fib Ui Terhadap Surat Keputusan Rektor Nomor 1805/Sk/R/Ui/2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Ktr) Universitas Indonesia Tahun 2012. Skripsi.Universitas Indonesia, Depok. Hidayati, Titiek., Santoso, Sadar. 2011. Hubungan Skor APGAR Keluarga Dan Tingkat Pengetahuan Satpam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dengan Respon Surat Keputusan Rektor Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ibrahim, Zaim. Dampak bagi Kesehatan bila anda suka merokok. Diakses tanggal 05 April 2012 dari http://blog.elearning.unesa.ac.id Juanita. 2011. Kampus Bebas Rokok. http://www.kompasiana.com (diakses pada tanggal 16 Maret 2015) Kemenkes RI. 2010. Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok .Jakarta
79
Kemenkes RI. 2011.Binder Pedoman Kawasan Tanpa Rokok. Kemenkes RI : Jakarta Komalasari, D & Helmi AF. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, Vol 37 (No 1), Yogyakarta Universitas Gadjah Mada Press. Lasmaria, Kristina. 2014. Pengaruh Stakeholder Engagement Terhadap Pengungkapan Sustainability report. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Lisa, E.A. 2010, Stop Merokok! Sekarang Atau Tidak Sama Sekali. Garailmu, Yogyakarta. Monica virly. 2013. Hubungan persepsi tentang bahaya Merokok dengan perilaku merokok pada Karyawan di pt sintas kurama perdana Kawasan industri pupuk kujang cikampek. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Mu’tadin, Zainun. 2002. Remaja dan Rokok. Munda, Turbani., Mujetahid M., Junus Mas’ud. 2012. Pemahaman Dan Sikap Dukungan Stakeholder Terhadap Pemanfaatan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (Khdtk) Untuk Wisata Pendidikan Lingkungan. Universitas Hasnuddin. Naionggolan, R., 1998, Anda Mau Berhenti Merokok?, Indonesia Publishing House, Bandung. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/MENKES/PB/I/2011 No. 7 tahun 2011.
Puswitasari, Amalia. 2012. Faktor Kepatuhan Mahasiswa Dan Karyawan Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal, Universitas Diponegoro, Semarang. Rasti, 2008, Bahaya Rokok, http://knoey.dagdig.dug.com/2008/05/05/bahayamerokok/, 30 Desember 2008. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.Jakarta :Kemenkes RI (diakses pada tanggal 16 Maret 2015)
80
Rohmad, Pingpong S. 2012. Pemahaman Tentang Bahaya Narkoba Dan Rokok Pada Siswa Sma N 1 Kayen Kabupaten Pati. Universitas Negeri Semarang.
Saptorini, Kriswiharsi. Fani, Tiara. 2013. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Dalam Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (Ktr) Di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Supriyadi, Agus. 2014. Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Perlindungan Masyarakat Terhadap Paparan Asap Rokok Untuk Mencegah Penyakit Terkait Rokok. Skripsi. Universitas Dian Nuswantoro, Semarang. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Solicha, Rizkia A. 2012. Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pengunjung Di Lingkungan Rsup Dr. Kariadi Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Skripsi. Universitas Diponegoro. Tobacco Control Support Centre (TCSC) Indonesia, 2010, Buku Kendali Tembakau Tani, Jakarta. WHO .2008. M power Upaya Pengendalian Konsumsi Tembakau. Jakarta WHO (World Health Organisation) (2011). WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2011. Accessed 11 December Available from: http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789240687813_eng.pdf Wina Sanjaya, 1998, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,)
81
82
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini Responden: Nama :................................................. Alamat :................................................. PENGANTAR “Nama saya ferry firgywan, mahasiswa Fakultas FKM Universitas Halu oleo, yang saat ini sedang melakukan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “dukungan Stakeholder terhadap kawasan tanpa rokok di Universitas Halu Oleo tahun 2015” . Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana dukungan stakeholder terhadap KTR di Universitas haluoleo. Jawaban yang Anda berikan dalam kuesioner ini akan dirahasiakan. Hasil penelitian ini tidak akan disebarluaskan secara umum, hanya akan dibahas pada diskusi ilmiah. Dengan demikian, kerahasiaan identitas Anda akan terjamin sesuai dengan pernyataan kesediaan yang Anda isi. Saya memohon bantuan Anda untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya, sebab keberhasilan penelitian ini bergantung pada kerja sama Anda. Terima kasih atas perhatian dan partisipasi Anda.” Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, bersama ini saya menyatakan Bersedia untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner dalam penelitian yang berjudul “Dukungan Stakeholder Terhadap Kawasan Tnapa Rokok Di Universitas Halu Oleo Tahun 2015”, oleh mahasiswa Program Sarjana Universitas Halu Oleo. Kendari, ....................... 2015 Peneliti,
Ferry Firgywan
83
Lampiran 2;
Kuesioner Penelitian Dukungan stakeholder Terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Halu Oleo tahun 2015 A. Karakteristik 1. Umur : 2. Jenis Kelamin : 3. Pendidikan : 4. Jabatan :
B. Pengetahuan 1. Apakah anda tau tentang adanya istilah kawasan Tanpa Rokok? a) Ya b) Tidak 2. Menurut anda, apakah Perda KTR bertujuan untuk melarang orang merokok? a) Ya b) Tidak 3. Menurut anda, apakah kampus juga masuk dalam KTR? a.) Ya
b) tidak
4. Menurut anda, merokok di tempat umum dilarang dalam perda KTR a) Ya
b) tidak
5. Menurut anda, menyediakan asbak di dalam gedung dilarang dalam KTR? a) Ya
b)Tidak
6. Menurut anda apakah diperbolehkan membuat area khusus merokok didalam gedung pada KTR? a) Ya
b) Tidak
7. Menurut anda pengelola universitas bertanggung jawab dalam penerapan Perda KTR di tiap kawasan? a) Ya
b) Tidak
8. Menurut anda apakah pelanggar Perda KTR dapat dikenakan sanksi?
84
a) Ya
b) Tidak
C. Sikap 1.
Asap rokok tidak hanya berdampak pada perokok tetapi juga pada orang disekitarnya a) Setuju
b) Tidak Setuju
2. Menurut anda apakah perilaku merokok mengganggu aktiffitas orang lain? a) Ya 3.
Kegiatan merokok di dalam ruangan di tempat apapun harus dilarang a) Setuju
4.
b) Tidak
b) Tidak Setuju
Perda KTR dibuat bukan untuk melarang orang merokok tetapi untuk mengatur. a) Setuju
5.
b) Tidak Setuju
Penerapan Perda KTR pada masing-masing kawasan merupakan tanggung jawab pengelola a) Setuju
6.
b) Tidak Setuju
Apakah anda setuju untuk memberikan sanki moral kepada pelanggar perda KTR? a) Setuju
7.
b) Tidak setuju
Menurut pendapat anda bagaimanakah dampak penerapan perda KTR terhadap pendapatan universitas? a) meningkat
8.
b) menurun
c) tidak berdampak apa-apa
Menurut anda bagaimanakah dampak penerapan perda KTR terhadap kelangsungan universitas di masa depan? a) positif
b) negatif
c) tidak berdampak apa-apa
D. Daftar Pertanyaan merokok 1.
Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok? a) Ya
2.
b) Tidak
Apakah anda juga merokok saat beraktifitas (kuliah/kerja)?
85
a) Ya 3.
Apakah anda juga merokok saat berada dalam rumah? a) Ya
4.
b) Tidak
Apakah di lingkungan fakultas anda mempunyai kebiasaan merokok? a) Ya
6.
b) Tidak
Apakah alasan anda merokok karena terpengaruh orang lain? a) Ya
5.
b) Tidak
b) Tidak
Apakah anda tau rokok itu berbahaya bagi kesehatan pada tubuh? a) Ya
b) Tidak
86
Lampiran 3; Lampiran 4. Master Tabel Karakteristik Responden No
Nama Responden (inisial)
Jenis Kelamin
Pekerjaan
1
AK
Laki-Laki
Mahasiswa
2
S
Perempuan
Mahasiswa
3
UB
Laki-Laki
Mahasiswa
4
SL
Laki-Laki
Mahasiswa
5
MNI
Laki-Laki
Mahasiswa
6
KS
Laki-Laki
Mahasiswa
7
AB
Laki-Laki
Mahasiswa
8
A
Perempuan
Mahasiswa
9
AR
Laki-Laki
Mahasiswa
10
UKF
Laki-Laki
Mahasiswa
11
RN
Laki-Laki
Mahasiswa
12
RF
Laki-Laki
Mahasiswa
13
EK
Perempuan
Mahasiswa
14
IM
Perempuan
Mahasiswa
15
YL
Perempuan
Mahasiswa
16
ZH
Laki-Laki
Mahasiswa
17
HL
Laki-Laki
Mahasiswa
18
SM
Perempuan
Mahasiswa
19
YH
Perempuan
Mahasiswa
20
EK
Perempuan
Mahasiswa
21
DT
Laki-Laki
Mahasiswa
22
TH
Laki-Laki
Mahasiswa
23
AJ
Laki-Laki
Mahasiswa
24
AS
Laki-Laki
Mahasiswa
25
YN
Perempuan
Mahasiswa
26
DM
Laki-Laki
Mahasiswa
27
AR
Laki-Laki
Mahasiswa
28
MC
Laki-Laki
Mahasiswa
29
MRH
Laki-Laki
Mahasiswa
30
RS
Laki-Laki
Mahasiswa
31
RD
Laki-Laki
Mahasiswa
32
HR
Laki-Laki
Mahasiswa
33
RL
Laki-Laki
Mahasiswa
34
YA
Perempuan
Mahasiswa
35
SA
Perempuan
Mahasiswa
36
AM
Laki-Laki
Mahasiswa
37
LS
Laki-Laki
Mahasiswa
87
38
UL
Laki-Laki
Mahasiswa
39
IW
Laki-Laki
Mahasiswa
40
IM
Laki-Laki
Mahasiswa
41
IP
Perempuan
Mahasiswa
42
RS
Laki-Laki
Mahasiswa
43
DN
Laki-Laki
Mahasiswa
44
KR
Perempuan
Mahasiswa
45
AB
Laki-Laki
Mahasiswa
46
AK
Laki-Laki
Mahasiswa
47
NH
Perempuan
Mahasiswa
48
UL
Laki-Laki
Mahasiswa
49
ES
Perempuan
Mahasiswa
50
RS
Perempuan
Mahasiswa
51
ID
Perempuan
Mahasiswa
52
AH
Perempuan
Mahasiswa
53
RZ
Laki-Laki
Mahasiswa
54
BR
Laki-Laki
Mahasiswa
55
MR
Laki-Laki
Mahasiswa
56
D
Perempuan
Mahasiswa
57
H
Laki-Laki
Mahasiswa
58
R
Laki-Laki
Mahasiswa
59
IN
Laki-Laki
Mahasiswa
60
WW
Laki-Laki
Mahasiswa
61
AJ
Laki-Laki
Mahasiswa
62
YS
Laki-Laki
Mahasiswa
63
HM
Laki-Laki
Mahasiswa
64
AN
Laki-Laki
Mahasiswa
65
IM
Laki-Laki
Mahasiswa
66
FD
Laki-Laki
Mahasiswa
67
SS
Perempuan
Mahasiswa
68
FAJ
Perempuan
Mahasiswa
69
MAJ
Laki-Laki
Mahasiswa
70
DN
Laki-Laki
Mahasiswa
71
RT
Laki-Laki
Mahasiswa
72
LW
Laki-Laki
Mahasiswa
73
LA
Laki-Laki
Mahasiswa
74
RF
Laki-Laki
Mahasiswa
75
DN
Laki-Laki
Mahasiswa
76
AM
Laki-Laki
Mahasiswa
77
ID
Laki-Laki
Mahasiswa
78
AW
Laki-Laki
Mahasiswa
79
WH
Laki-Laki
Mahasiswa
88
80
WY
Laki-Laki
Mahasiswa
81
RH
Perempuan
Mahasiswa
82
BH
Laki-Laki
Mahasiswa
83
NV
Perempuan
Mahasiswa
84
TP
Laki-Laki
Mahasiswa
85
KM
Laki-Laki
Mahasiswa
86
AM
Laki-Laki
Mahasiswa
87
ER
Perempuan
Mahasiswa
88
SA
Laki-Laki
Mahasiswa
89
LOA
Laki-Laki
Mahasiswa
90
KD
Laki-Laki
Mahasiswa
91
CL
Laki-Laki
Mahasiswa
92
AP
Laki-Laki
Mahasiswa
93
AJ
Laki-Laki
Mahasiswa
94
CZ
Perempuan
Mahasiswa
95
MI
Laki-Laki
Mahasiswa
96
AM
Laki-Laki
Mahasiswa
97
IK
Laki-Laki
Mahasiswa
98
RS
Laki-Laki
Mahasiswa
99
LOF
Laki-Laki
Mahasiswa
100
AS
Laki-Laki
Mahasiswa
89
Lampuran 4; Lampiran 8. Master Tabel Variabel Penelitian
No.
Variabel Penelitian
Nama Responden(inisial)
Pemahaman
Sikap
nilai
Ket
nilai
Ket
1
AP
5
baik
4
kurang
2
AK
8
baik
2
kurang
3
MR
4
kurang
8
baik
4
S
5
baik
8
baik
5
UB
4
kurang
1
kurang
6
SL
6
baik
4
kurang
7
AJ
3
kurang
4
kurang
8
MNI
8
baik
2
kurang
9
KS
6
baik
6
baik
10
AB
7
baik
5
baik
11
NH
5
baik
6
baik
12
A
8
baik
6
baik
13
LOA
7
baik
4
kurang
14
D
4
kurang
8
baik
15
H
4
kurang
6
baik
16
R
4
kurang
3
kurang
17
AR
6
baik
7
baik
18
CZ
3
kurang
4
kurang
19
MI
3
kurang
4
kurang
20
UKF
7
baik
5
baik
21
IN
5
baik
0
kurang
22
LW
1
kurang
2
kurang
23
RN
7
baik
0
kurang
24
RF
7
baik
4
kurang
25
EK
8
baik
4
kurang
26
CL
7
baik
8
baik
27
IM
5
baik
8
baik
28
LA
6
baik
7
baik
29
YL
7
baik
8
baik
30
RS
1
kurang
4
kurang
31
KD
6
baik
4
kurang
32
ZH
8
baik
6
baik
33
HL
6
baik
3
kurang
34
SM
8
baik
8
baik
35
WW
6
baik
4
kurang
90
36
YH
7
baik
7
baik
37
RF
5
baik
7
baik
38
UL
6
baik
6
baik
39
DN
0
kurang
7
baik
40
EK
7
baik
8
baik
41
DT
7
baik
6
baik
42
AJ
6
baik
6
baik
43
ES
6
baik
7
baik
44
AM
5
baik
8
baik
45
ID
5
baik
4
kurang
46
AW
6
baik
4
kurang
47
RS
4
kurang
6
baik
48
TH
6
baik
6
baik
49
YS
5
baik
5
baik
50
AJ
8
baik
8
baik
51
HM
6
baik
6
baik
52
WH
0
kurang
4
kurang
53
ID
5
baik
7
baik
54
WY
0
kurang
4
kurang
55
AS
6
baik
3
kurang
56
YN
7
baik
0
kurang
57
DM
6
baik
8
baik
58
AR
6
baik
4
kurang
59
AN
5
baik
6
baik
60
MC
5
baik
4
kurang
61
MRH
6
baik
7
baik
62
RS
7
baik
7
baik
63
RD
6
baik
4
kurang
64
HR
6
baik
4
kurang
65
RL
4
baik
4
kurang
66
AM
4
kurang
8
baik
67
RH
3
kurang
4
kurang
68
LOF
1
kurang
4
kurang
69
IM
5
baik
8
baik
70
AH
3
kurang
4
kurang
71
AS
1
kurang
3
kurang
72
FD
3
kurang
4
kurang
73
SS
3
kurang
6
baik
74
FAJ
2
kurang
7
baik
75
MAJ
2
kurang
7
baik
76
YA
6
baik
7
baik
77
SA
6
baik
8
baik
91
78
AM
6
baik
4
kurang
79
BH
2
kurang
4
kurang
80
LS
7
baik
8
baik
81
DN
4
kurang
7
baik
82
UL
6
baik
7
baik
83
IW
8
baik
7
baik
84
IM
7
baik
7
baik
85
NV
5
baik
4
kurang
86
RZ
5
baik
6
baik
87
IP
6
baik
7
baik
88
TP
3
kurang
2
kurang
89
RS
6
baik
4
kurang
90
RT
4
kurang
4
kurang
91
KM
4
kurang
8
baik
92
BR
7
baik
8
baik
93
AM
3
kurang
4
kurang
94
ER
3
kurang
7
baik
95
DN
7
baik
7
baik
96
SA
4
kurang
8
baik
97
KR
7
baik
6
baik
98
AB
6
baik
6
baik
99
AK
7
baik
8
baik
100
IK
5
baik
6
baik
92
Lampiran 5;
Lammpiran Master Tabel Spss
Nama Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
AB
1
1.0
1.0
1.0
AH
1
1.0
1.0
2.0
AJ
3
3.0
3.0
5.0
AK
2
2.0
2.0
7.0
AM
4
4.0
4.0
11.0
AN
1
1.0
1.0
12.0
AP
2
2.0
2.0
14.0
AR
2
2.0
2.0
16.0
AS
2
2.0
2.0
18.0
AW
1
1.0
1.0
19.0
BH
1
1.0
1.0
20.0
BR
1
1.0
1.0
21.0
CL
1
1.0
1.0
22.0
CZ
1
1.0
1.0
23.0
D
1
1.0
1.0
24.0
DM
1
1.0
1.0
25.0
DN
3
3.0
3.0
28.0
DT
1
1.0
1.0
29.0
EK
2
2.0
2.0
31.0
ER
1
1.0
1.0
32.0
ES
1
1.0
1.0
33.0
FAJ
1
1.0
1.0
34.0
FD
1
1.0
1.0
35.0
FI
1
1.0
1.0
36.0
H
1
1.0
1.0
37.0
93
HL
1
1.0
1.0
38.0
HM
1
1.0
1.0
39.0
HR
1
1.0
1.0
40.0
ID
2
2.0
2.0
42.0
IK
1
1.0
1.0
43.0
IM
3
3.0
3.0
46.0
IN
1
1.0
1.0
47.0
IP
1
1.0
1.0
48.0
IW
1
1.0
1.0
49.0
KD
1
1.0
1.0
50.0
KM
1
1.0
1.0
51.0
KR
1
1.0
1.0
52.0
LA
1
1.0
1.0
53.0
LOA
1
1.0
1.0
54.0
LOF
1
1.0
1.0
55.0
LS
1
1.0
1.0
56.0
LW
1
1.0
1.0
57.0
MAJ
1
1.0
1.0
58.0
MC
1
1.0
1.0
59.0
MI
1
1.0
1.0
60.0
MNI
1
1.0
1.0
61.0
MR
2
2.0
2.0
63.0
MRH
1
1.0
1.0
64.0
NH
1
1.0
1.0
65.0
NV
1
1.0
1.0
66.0
R
1
1.0
1.0
67.0
RD
1
1.0
1.0
68.0
RF
2
2.0
2.0
70.0
RH
1
1.0
1.0
71.0
RL
1
1.0
1.0
72.0
RN
1
1.0
1.0
73.0
94
RS
4
4.0
4.0
77.0
RT
1
1.0
1.0
78.0
RZ
1
1.0
1.0
79.0
S
1
1.0
1.0
80.0
SA
2
2.0
2.0
82.0
SL
1
1.0
1.0
83.0
SM
1
1.0
1.0
84.0
SS
1
1.0
1.0
85.0
TH
1
1.0
1.0
86.0
TP
1
1.0
1.0
87.0
UB
1
1.0
1.0
88.0
UKF
1
1.0
1.0
89.0
UL
2
2.0
2.0
91.0
WH
1
1.0
1.0
92.0
WW
1
1.0
1.0
93.0
WY
1
1.0
1.0
94.0
YA
1
1.0
1.0
95.0
YH
1
1.0
1.0
96.0
YL
1
1.0
1.0
97.0
YN
1
1.0
1.0
98.0
YS
1
1.0
1.0
99.0
ZH
1
1.0
1.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Umur Cumulative Frequency Valid
>30
97
Percent 97.0
Valid Percent 97.0
Percent 97.0
95
<30 Total
3
3.0
3.0
100
100.0
100.0
100.0
Fakultas Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
fkm
5
5.0
5.0
5.0
f. kedokteran
3
3.0
3.0
8.0
f. farmasi
3
3.0
3.0
11.0
f. tehnik
8
8.0
8.0
19.0
f.hukum
5
5.0
5.0
24.0
fekon
14
14.0
14.0
38.0
fisip
18
18.0
18.0
56.0
f. mipa
7
7.0
7.0
63.0
f. kehutanan
4
4.0
4.0
67.0
33
33.0
33.0
100.0
100
100.0
100.0
fkip Total
Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-Laki
75
75.0
75.0
75.0
Perempuan
25
25.0
25.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
apakah anda tau tentang adanya istlah tanpa rokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
71
71.0
71.0
71.0
tidak
29
29.0
29.0
100.0
96
apakah anda tau tentang adanya istlah tanpa rokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
71
71.0
71.0
71.0
tidak
29
29.0
29.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
Menurut anda apakah Perda KTR bertujuan untuk melarang orang merokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
55
55.0
55.0
55.0
tidak
45
45.0
45.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
menurut anda apakah kampus juga masuk dalam KTR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
63
63.0
63.0
63.0
tidak
37
37.0
37.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
menurut anda, merokok ditempat umum dilarang dalam perda KTR? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
57
57.0
57.0
57.0
tidak
43
43.0
43.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
menurut anda menyediakan asbak dalam gedung dlarang dalam KTR?
97
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
50
50.0
50.0
50.0
tidak
50
50.0
50.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
menurut anda apakah diperbolehkan membuat area khusus merokok didalam gedung pada KTR? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
63
63.0
63.0
63.0
tidak
37
37.0
37.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
menurut anda pengelola universitas bertanggung jawab dalam penerapan perda KTR di tiap kawasan? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
73
73.0
73.0
73.0
tidak
27
27.0
27.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
menurut anda apakah pelanggar perda KTR dapat dikenakan sanksi? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
78
78.0
78.0
78.0
tidak
22
22.0
22.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
asap rokok tidak hanya berdampak pada perokok tetapi juga pada orang sekitarnya
98
Cumulative Frequency Valid
setuju
Valid Percent
Percent
97
97.0
97.0
97.0
3
3.0
3.0
100.0
100
100.0
100.0
tidak setuju Total
Percent
kegiatan merokok didalam ruangan ditempat apapun harus dilarang Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
setuju
70
70.0
70.0
70.0
tidak setuju
30
30.0
30.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
perda KTR diuat bukan untuk melarang orang merokok tetapi untuk mengatur Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
setuju
83
83.0
83.0
83.0
tidak setuju
17
17.0
17.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
penerapan perda KTR pada masing-masing kawasan merupakan tanggung jawab pengelola Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
setuju
79
79.0
79.0
79.0
tidak setuju
21
21.0
21.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
apakah anda setuju untuk memberikan sanksi moral keapada pelanggar perda KTR
99
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
setuju
74
74.0
74.0
74.0
tidak setuju
26
26.0
26.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
menurut pendapat anda bagaimanakah dampak penerapan perda KTR terhadap pendapatan universitas Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
meningkat
16
16.0
16.0
16.0
menurun
14
14.0
14.0
30.0
tidak berdampak apa-apa
70
70.0
70.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
menurut anda bagaianakah dampak penerapan perda KTR terhadap kelangsungan universitas di masa depan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
positif
47
47.0
47.0
47.0
negatif
8
8.0
8.0
55.0
45
45.0
45.0
100.0
100
100.0
100.0
tidak berdampak apa-apa Total
apakah anda mempunyai kebiasaan merokok? Cumulative Frequency Valid
Percent
Percent
Valid Percent
Percent
ya
39
39.0
39.0
39.0
tidak
61
61.0
61.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
apakah anda juga merokok saat beraktivitas (kuliah/kerja)?
100
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
15
15.0
15.0
15.0
tidak
85
85.0
85.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
apakah anda juga merokok didalam rumah? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
33
33.0
33.0
33.0
tidak
67
67.0
67.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
apakah alasan anda merokok karena terpengaruh orang lain? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
20
20.0
20.0
20.0
tidak
80
80.0
80.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
apakah dilingkungan fakultas anda mempunyai kebiasaan merokok? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
65
65.0
65.0
65.0
tidak
35
35.0
35.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
menurut anda apakah perilaku merokok mengganggu aktifitas orang lain?
101
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
90
90.0
90.0
90.0
tidak
10
10.0
10.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
apakah anda tau merokok itu berbahaya bagi kesehatan pada tubuh? Cumulative Frequency Valid
ya
Percent
Valid Percent
Percent
95
95.0
95.0
95.0
tidak
5
5.0
5.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
apakah anda tahu asap rokok berbahaya bagi kesehatan orang lain yang tidak merokok? Cumulative Frequency Valid
ya
Percent
Valid Percent
Percent
95
95.0
95.0
95.0
tidak
5
5.0
5.0
100.0
Total
100
100.0
100.0
Pemahaman Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
69
69.0
69.0
69.0
kurang
31
31.0
31.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sikap
102
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
58
58.0
58.0
58.0
kurang
42
42.0
42.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
103
Lampiran 6;
Dukumentasi Pengisian kuisioner
104
105
106
107
108
109
110