PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS IV MI AL-ISLAM SIDOREJO KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MUH YASIN NIM. 11410033
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara : Nama
: Muh Yasin
NIM
: 11410033
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: PENERAPAN METODE COOPERATIVE
LEARNING DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS IV MI AL-ISLAM SIDOREJO KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG
Telah kami setujui untuk di munaqosahkan.
Salatiga, 10 September 2012
Pembimbing
Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag NIP. 19570812 198802 2001
SKRIPSI PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS IV MI AL-ISLAM SIDOREJO KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG
DISUSUN OLEH MUH YASIN NIM : 11410033 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada hari ........, tanggal .... Agustus 2012 dan dapat diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana S1 dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag
………………………….
Sekretaris Penguji
: Benny Ridwan, M.Hum
………………………….
Penguji I
: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag
………………………….
Penguji II
: Fatchurrohman, M.Ag
………………………….
Penguji III
: Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag ………………………….
Salatiga, 10 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
SURAT PERNYATAAN Dengan ini, saya:
Nama
: MUH YASIN
NIM
: 11410033
Jenjang
: Strata Satu (S1)
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Cooperative Learning dalam meningkatkan kerjasama dan hasil belajar materi Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa Kelas IV MI AL-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ” adalah hasil penelitian/karya saya. Kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Magelang, 10 September 2012
Saya yang menyatakan.
MUH YASIN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Belajarlah sesuatu terhadap apapun, karena ilmu penyubur iman
PERSEMBAHAN Hasil yang didapat dari untaian kata-kata ini penulis persembahkan kepada orang yang terhormat, termulia dan tercinta. 1. Yang mulia Abi dan Umi , baik kandung maupun mertua yang telah bersusah payah mengasuh, mendidik serta memberikan nasehat-nasehatnya dan tak bosan mendo’akan dengan tulus ikhlas pada penulis agar dapat menyelesaikan kuliah ini 2. Yang terhormat seluruh Ibu dan Bapak Dosen STAIN Salatiga yang telah mencurahkan ilmu-ilmunya. 3. Yang tercinta istriku Hesy M. yang telah mencurahkan pengorbanan do’aserta dukungan moril materiil demi suksesnya peneliti dengan penuh kesabaran dan kasih sayang 4. Anak-anakku tersayang , Haidar A.M, Tegar A.N, Nabila L.A , yang selalu menghibur dengan penuh canda dan tawa. 5. Adik-adikku, Amin, Hidayah, Robi, Marzani yang selalu memotifasi peneliti. 6.
Teman-temanku yang secara langsung maupun tidak langsung yang memberikan bantuan semangat dan inspirasi demi soksesnya dalam menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini, semoga Alloh SWT, membalas semua jasa-jasanya dengan kebaikan di dunia dan akhirat.
7. Almamaterku STAIN Salatiga. Keluarga besar MI Al-Islam Sidorejo, utamanya Bp.Kyai Acmadi yang mendukung sepenuhnya dalam melakukan penelitian.
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul “Penerapan Metode Cooperative Learning dalam meningkatkan kerjasama dan hasil belajar materi Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa Kelas IV MI AL-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ” tepat waktu. Shalawat dan salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam kegelapan dan kebodohan menuju alam ilmiah yaitu Dinul Islam. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Sekolah tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dan sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis peroleh selama di bangku kuliah. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, perkenankan penulis
menyampaikan terima kasih kepada.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun Skripsi.ni
MI AL Islam Sidorejo, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di lembaga tersebut
Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sejak berada di bangku kuliah
Kawan-kawan seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam Ekstensi angkatan 2010, yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna.
Begitu juga dalam penulisan Skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan Skripsi ini. Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Magelang,
September 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................ Cov Halaman Judul....................................................................................................
i
Halaman Persetujuan ..........................................................................................
ii
Halaman Pengesahan ........................................................................................
iii
Halaman Pernyataan...........................................................................................
iv
Halaman Motto dan Persembahan ....................................................................
v
Kata Pengantar ...................................................................................................
vi
Daftar Isi.............................................................................................................
viii
Abstrak ...............................................................................................................
x
DaftarTabel ........................................................................................................
xi
Daftar Gambar ...................................................................................................
xii
Daftar Lampiran .................................................................................................
xiii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………... ....
5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan…………….. ..
6
E. Manfaat Penelitian .....................................................................
6
F. Definisi Istilah ............................................................................
8
G. Metode Penelitian………………………………………………
9
H. Sistematika Penulisan………………………………………….. 17 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pengajaran ...................................................
20
B. Pengertian Cooperative Learning ...............................................
23
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Cooperative Learning…… 28 D. Penerapan Metode Cooperative Learning dalam Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar…………………………………… 29 E. Model Evaluasi Dalam Cooperative Learning…………………
43
F. Rencana Tindakan Setiap Siklus……………………………….
46
G. Kerangka Berfikir……………………………………………… 52 BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Siklus I ......................................................................
54
B. Deskripsi Siklus II .....................................................................
58
C. Deskripsi Siklus III……………………………………………
63
BAB IV : PAPARAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ..........................................................................
67
B. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................
86
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................
93
B. Saran ...........................................................................................
94
Daftar Pustaka ....................................................................................................
95
Lampiran
ABSTRAK YASIN, MUH. 2012 ; Penerapan Metode Cooperative Learning Dalam Meningkatkan Kerjasama Dan Hasil Belajar Materi Sejarah Kebudayaan Islam Pada Siswa Kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, 2012. Dosen Pembimbing Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag Kata kunci : Peningkatan, Kerjasama, Hasil belajar, Metode, Cooperative Learning.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang sahih ( valid ), benar dan dapat dipercaya untuk membuktikan apakah Penerapan Metode Cooperative Learning Dapat Meningkatkan Kerjasama Dan Hasil Belajar Materi Sejarah Kebudayaan Islam Pada Siswa Kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Data diperoleh dengan angket, studi dokumen dan wawancara dari sample sebanyak 10 orang siswa di MI AL-Islam Sidorejo, yang diambil secara acak/random. Data dianalisis menggunakan Analisa Deskriptif Kuantitatif Hasil observasi menunjukkan peningkatan kerjasama siswa dari sebelum pelaksanaan tindakan ke siklus I sebesar 47, 05 % , dari Siklus I ke Siklus II sebesar 20 % , dari Siklus II ke Siklus III 16,67 %. Data tersebut menunjukkan bahwa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran Siklus I, II, dan III, kerjasama belajar siswa meningkat 105, 8 % dari kerjasama belajar siswa sebelum pelaksanaan tindakan. Sedangkan Hasil observasi menunjukkan nilai rata-rata hasil evaluasi pre test siswa sebesar 54,5 , dan nilai ratarata hasil evaluasi post test siswa sebesar 76 . Data tersebut menunjukkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran Siklus I, II, dan III Hasil belajar siswa meningkat sebesar 21,4 poin atau 30, 27 %. Dengan demikian, maka Metode Cooperative Learning dapat meningkatkan Kerjasama dan Hasil belajar Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas IV MI AL-Islam SIdorejo kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
.
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 ............................................................................................................
68
Tabel 4.2 ............................................................................................................
69
Tabel 4.3 ............................................................................................................
72
Tabel 4.4 ............................................................................................................
73
Tabel 4.5 ............................................................................................................
77
Tabel 4.6 ............................................................................................................
78
Tabel 4.7 ............................................................................................................
82
Tabel 4.8 ............................................................................................................
83
Tabel 4.9 ............................................................................................................
85
Tabel 4.10 ..........................................................................................................
87
Tabel 4.11 ..........................................................................................................
90
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 ........................................................................................................
52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP ...............................................................................................
97
Lampiran 2 Profil Sekolah ................................................................................ 102
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kemajuan suatu bangsa dan Negara. Sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang tentang Standar Nasional Pendidikan (UU Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2) sebagai berikut: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Dalam meningkatkan mutu pendidikan yang sesuai cita-cita bangsa Indonesia yakni mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah sangat diharapkan pada lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai mutu pendidikan yang benar-benar berkualitas maka diperlukan adanya metode belajar mengajar, dan belajar mengajar merupakan keseluruhan prosedur yang harus ditempuh oleh guru dan siswa, yang memungkinkan dalam memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Metode apa yang dipilih dan digunakan, pada hakekatnya bergantung pada kemampuan guru sendiri dengan ditandai oleh tingkat pengetahuan, keterampilan
sikap dan pengalamannya, serta bertalian dengan ruang lingkup proses belajar mengajar umumnya dan strategi belajar mengajar khususnya (Muhaimin dkk, 1998:3). Di dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, khususnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam seorang pendidik dituntut untuk menggunakan metode dalam menyampaikan mata pelajaran yang akan yang akan disajikan agar siswa merasa tertarik dengan mata pelajaran tersebut. Dan setiap penggunaan metode sangatlah membantu pendidik untuk mempermudah tugasnya dalam menyampaikan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Sebagian besar kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam selama ini terkesan monoton yang akan menimbulkan tingkat kebosanan bagi siswa dan berimbas pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Ini dikarenakan kurang keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Out put dari lembaga pendidikan yang masih tergolong rendah saat ini salah satunya adalah akibat dari kurangnya motivasi siswa untuk belajar yang dikarenakan kurang efektifnya metode pembelajaran yang digunakan. Adapun salah satu usaha untuk menciptakan kondisi yang efektif dan kondusif adalah dengan adanya kreativitas dari guru dalam memilih dan menentukan suatu metode pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang efektif, seorang guru di samping menguasai metode yang digunakan juga harus bisa menguasai teknik pengelolaan kelas, penguasaan materi pembelajaran,
penguasaan media pembelajaran dan beberapa aspek yang dapat menunjang tercapainya kegiatan pembelajaran yang efektif dan kondusif. Adapun upaya untuk dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa serta tercapainya kualitas pembelajaran yang lebih baik dari siswa, maka perlu diupayakan pengembangan metode pembelajaran dengan memperhatikan tingkat keaktifan dan kreativitas siswa. Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam selain menjadikan lebih menarik, perlu juga diperhatikan beberapa aspek seperti bagaimana metode yang digunakan dapat menjadikan siswa lebih aktif, kreatif dan prestasinya dalam kegiatan pembelajaran lebih baik. Dari apa yang telah dipaparkan tersebut maka dalam upaya mencapai kegiatan pembelajaran yang lebih baik, perlu sekiranya memperhatikan aspekaspek yang dapat menjadikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih menarik bagi siswa, meningkatkan kreativitas siswa, dan dapat memberikan hasil belajar siswa lebih baik. Hal ini tentunya dengan penggunaan metode yang bisa menjembatani tujuan yang ingin dicapai tersebut. Terkait dengan hal itu, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang "Penerapan Metode Cooperative Learning Pada Materi Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Meningkatkan Kerjasama Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang". Salah satu metode yang peneliti gunakan yaitu metode Cooperative Learning atau yang lebih dikenal dengan metode gotong royong. Penggunaan metode ini sangat membantu siswa untuk meningkatkan keaktifan belajarnya
dalam mempelajari mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam serta menanamkan sikap gotong royong dalam kehidupan mereka. Metode Cooperative Learning ini dapat dikatakan hampir sama dengan metode kelompok, namun dalam aplikasi pengelompokannya tidak ada pengklasifikasian antara siswa yang pandai dan yang kurang, karena hal tersebut akan menimbulkan suasana persaingan dan pengisolasian siswa. Siswa yang lebih pintar akan lebih mendominasi kelas, sedangkan siswa yang kurang mampu akan merasa terkucilkan atau terisolasi dari teman-temannya yang pintar, suasana seperti ini dirasa sangat tidak efektif dalam proses belajar mengajar dengan metode Cooperative Learning. (Anita Lie : 27) Alasan penting penggunaan metode Cooperative Learning yaitu untuk lebih menyiapkan siswa dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat. Untuk menarik keaktifan belajar siswa dalam membangun pribadi yang bergotong royong, maka Metode Cooperative Learning sangat mendukung siswa agar dapat mengerjakan tugas dari guru dengan pasangan kelompoknya yang mana masing-masing anggota mempunyai rasa tanggung jawab yang diberikan oleh guru. Dan dengan penerapan metode ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam meningkatkan kemampuan dan sikap gotong royong siswa. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tentang tentang metode Cooperative Learning tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam? 2. Apakah metode Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang pada materi Sejarah Kebudayaan Islam?.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan beberapa permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah dengan metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang pada materi Sejarah Kebudayaan Islam antara sebelum tindakan dengan setelah pelaksanaan tindakan. 2. Untuk mengetahui apakah dengan metode Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang pada materi Sejarah Kebudayaan Islam antara sebelum tindakan dengan setelah pelaksanaan tindakan.
D. Hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan Metode Cooperative Learning ini menjelaskan tentang bentuk kerjasama dalam kegiatan belajar antara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam satu kelas untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Apabila metode ini diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas, maka setiap siswa akan lebih mudah dalam belajar dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru serta mempermudah komunikasi dan interaksi antar sesama siswa. Oleh karena itu dengan diterapkannya metode Cooperative Learning ini, siswa juga akan merasa lebih senang dan tidak merasa bosan dengan materi pelajaran yang akan mereka pelajari. Indikator untuk mengukur keberhasilan dalam penelitian ini 70 % keaktifan siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam antara sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan, dan minimal 70 % hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebelum dan sesudah diterapkannya metode Cooperative Learning.
E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian berikut ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil, antara lain: 1. Manfaat teoritis penelitian
a) Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan baik secara umum maupun secara khususyang berhubungan dengan Pendidikan Agama Islam. b) Sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya dalam strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2. Manfaat Praktis Penelitian a) Lembaga 1) Masukan terhadap sekolah untuk dijadikan pertimbangan dalam penggunaan metode untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat berjalan efektif. 2) Membantu sekolah dalam pelaksanaan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. b) Guru 1) Memberikan wacana dalam pemilihan metode untuk meningkatkan aktifitas kerjasama dan hasil belajar siswa. 2) Memberikan alternatif bagi guru dalam menilai tingkat keaktifan dan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar. c) Siswa 1) Membantu memudahkan siswa dalam memahami dan penguasaan terhadap materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 2) Menumbuhkan semangat belajar siswa agar memberikan hasil belajar yang lebih baik dengan ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
d) Peneliti 1) Memberikan wacana tentang ilmu pengetahuan dalam pemilihan metode pembelajaran yang efektif dan efisien. 2) Motivasi untuk lebih banyak belajar dalam mengetahui tentang sejarah dan wawasan di dalam dunia pendidikan.
F. Definisi Istilah Untuk menghindari timbulnya pengertian ganda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diperjelas batasan istilah sebagai berikut: 1. Penerapan adalah usaha yang dilakukan terhadap suatu metode atau strategi 2. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang disusun untuk membantu mengembangkan kerjasama dan interaksi antar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa-siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan tanggung jawab terhadap pencapaian hasil balajar yang baik secara individu maupun kelompok 3. Kerjasama belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama penerapan metode Cooperative Learning berlangsung, seperti: bekerja sama, mengerjakan tugas, menyumbangkan ide, menghargai pendapat, berinteraksi, bertanya, menjawab dan menanggapi.
4. Hasil/ prestasi belajar adalah skor atau nilai yang diperoleh siswa melalui tes hasil/ prestasi belajar. G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan karena guru menemukan beberapa masalah yang ditemui pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Masalah – masalah yang sering terjadi berupa : a. Rendahnya kerjasama belajar siswa b. Rendahnya motivasi belajar siswa c. Aktivitas belajar siswa yang cenderung pasif d. Kreativitas pembelajaran yang cenderung monoton e. Hasil prestasi belajar siswa maupun pemahaman terhadap materi pelajaran masih dibawah KKM f. Atas dasar keprihatinan tersebut peneliti berkeinginan melakukan perbaikan dalam upaya meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa melalui kegiatan yang dilakukan secara sistematik dalam penelitian tindakan kelas. 2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV (Empat) Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam Sidorejo kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan individu atau penduduk dalam wilayah peneliti yang nantinya akan dikenai hasil peneliti. Populasi ini mencakup siswa-siswa MI AlIslam Sidorejo sejumlah 10 siswa. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 10 orang. 3. Langkah – langkah Penelitian Tindakan kelas a. Perencanaan Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, penulis membuat perencanaan yang berupa persiapan – persiapan yang dibutuhkan dalam proses belajar pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode Cooperative Learning, diantaranya : 1) RPP
2) Media
pembelajaran
serta
perlengkapan
yang
dibutuhkan,
misalnya : materi, lembar kerja siswa dan instrument penelitian. 3) Lembar observasi dan perlengkapan untuk dokumentasi. b. Pelaksanaan Pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini di adaptasikan dari RPP yang telah di buat. Dalam tahap ini, PTK dilaksanakan dalam dua siklus. Masing – masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan, yang akan dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2012, serta 25 Juni 2012 dan 9 Juli 2012. Pada tahap pelaksanaan ini meliputi Pelaksanaan Belajar Mengajar dengan menggunakan metode Cooperative Learning, evaluasi, observasi serta refleksi sebagai satu kesatuan proses belajar mengajar c. Observasi Observasi merupakan suatu bentuk usaha dalam merekam kegiatan belajar mengajar yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu cara dalam pengumpulan data. Observasi tersebut dilaksanakan secara langsung oleh penulis di dalam kelas selama pelaksanaan belajar mengajar berlangsung dan untuk mempermudah kegiatan observasi ini, penulis terlebih dahulu mempersiapkan lembar observasi untuk mengambil data mengenai kesiapan perlengkapan untuk aktifitas pelaksanaan belajar mengajar dan keaktifan siswa selama pelaksanaan belajar mengajar. d. Refleksi
Refleksi dalam hal ini adalah interpretasi terhadap semua data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya analisis terhadap data yang diperoleh, maka peneliti akan dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau kekurangan terhadap metode yang digunakan (refleksi). Adapun data yang telah dianalisis dapat menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, di mana dengan penggunaan metode Cooperative Learning pada materi Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkatkan hasil/ prestasi belajar siswa kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang yaitu adanya data yang mendukung seperti: 1) Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 2) Kerjasama siswa dalam kelompok 3) Keaktifan siswa dikelas baik dalam kelompok maupun dalam kegiatan pembelajaran sehingga kelas terlihat aktif. 4) Unjuk kerja siswa, dimana siswa menjadi kreatif dan mampu mendemonstrasikan alat dan bahan dengan baik dan benar sehingga tercipta kondisi belajar yang menyenangkan 5) Hasil belajar siswa dimana dari tes ataupun ulangan harian rata-rata baik. 4. Instrumen Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas dengan penggunaan metode Cooperative Learning ini, peneliti adalah sebagai pemegang peranan utama atau instrumen utama dalam melakukan tindakan kelas. Hal ini dikarenakan peranannya sangat urgen, dimana peneliti adalah sebagai perencana dan pelaksana kegiatan tindakan. Di samping itu, peneliti juga berperan sebagai pengumpul data, mengolah data atau menganalisis terhadap data yang diperoleh. Namun, di samping instrumen utama tersebut, ada beberapa instrumen penunjang terhadap metode Cooperative Learning ini, yang dalam hal ini adalah berupa observasi terhadap kegiatan siswa di lapangan dan tes/ ulangan siswa. 5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu a. Observasi Dalam melakukan observasi, peneliti mencatat semua data yang dapat diamati di lapangan dengan memperhatikan semua aktivitas siswa kelas IV MI Al-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dalam pelaksanaannya, yang lebih ditekankan adalah pada saat kegiatan, diskusi, siswa. Dalam hal ini dapat dilihat unjuk kerja siswa terkait dengan metode yang digunakan oleh peneliti.
b. Wawancara Penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru bidang studi sejarah kebudayaan Islam. Wawancara ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui problem yang dihadapi anak dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islamselama pembelajaran berlangsung sebelum diterapkannya metode Cooperative Learning. c. Tes Pengumpulan data dengan menggunakan bentuk tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran pada Sejarah Kebudayaan Islam. Tes ini dilakukan pada satu kompetensi dasar dan pada tiap pokok bahasan setelah satu bahasan tersebut selesai. Dari sini akan dapat dilihat tingkat keberhasilan belajar siswa dari prestasi belajarnya. 6. Teknik Analisis Data Sebelum menganalisis data, penulis membuat hipotesis yang digunakan sebagai jawaban sementara yaitu Penerapan Metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar pada materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV MI Al-Islam Sidorejo, Kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. Penulis melakukan penelitian tindakan kelas penulis menemukan kurangnya kerjasama dan hasil belajar pada materi Sejarah Kebudayaan Islam
kelas IV MI Al-Islam Sidorejo, Kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang yang meliputi : a. Rendahnya kerjasama belajar siswa b. Rendahnya motivasi belajar siswa c. Aktivitas belajar siswa yang cenderung pasif d. Kreativitas pembelajaran yang cenderung monoton e. Hasil prestasi belajar siswa maupun pemahaman terhadap materi pelajaran masih dibawah KKM Atas dasar keprihatinan tersebut guru berkeinginan melakukan perbaikan dalam upaya meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa melalui metode Cooperative Learning. Metode pembelajaran ini mayoritas siswa bersikap antusias, termotivasi, siswa lebih aktif dan semangat dalam mengikuti Sejarah Kebudayaan Islam. Setelah melakukan penelitian tindakan kelas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswakelas IV di MI Al-Islam Sidorejo, Kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang tahun ajaran 2011/2012. Dalam teknik analisa data, penulis mengolah hasil wawancara, observasi serta hasil evaluasi dengan mendeskripsikannya kemudian menganalisa dan menyimpulkan. Untuk jenis data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif sebagai berikut: a. Data Hasil Wawancara dan Observasi
Wawancara dilakukan untuk mengukur kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan, sedangkan observasi dilakukan untuk mengukur kerjasama siswa selama proses tindakan berlangsung. Aspek pengamatan yang digunakan baik dalam wawancara maupun observasi terdiri dari 10 item yang masing-masing item diberi skor (1-4). Skor 4 jika amat baik, skor 3 jika baik, skor 2 jika cukup baik, skor 1 jika kurang baik. Pengkategorian keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya sebelumnya diukur dengan mencari jarak interval kelas hitung terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
i = (X max – X min) + 1 ∑ kelas
Keterangan : i
= interval (lebar kelas)
X max
= Jumlah Skor maksimum
X min
= Jumlah skor minimum
Pengkategorian keaktifan siswa dapat dinyatakan sebagai berikut : 1) Kerjasama siswa amat baik (A) jika jumlah skor antara 32 – 40 2) Kerjasama siswa baik (B) jika jumlah skor antara 24 – 32 3) Kerjasama siswa cukup (C) jika jumlah skor antara 16 – 24 4) Kerjasama siswa kurang (D) jika julah skor antara 8 – 16
Prosentase tingkat kerjasama siswa dalam proses pembelajaran diukur dengan menggunakan rumus :
P = F x 100% N Keterangan: P = Prosentase F = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimum b. Data Hasil Evaluasi Pre Test dan Post Test Hasil evaluasi pre test dan post test digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa antara sebelum dan sesudah tindakan. Untuk mengukur seberapa besar tingkat keberhasilan siswa dengan mencari rata – rata yang diperoleh siswa dengan rumus : Mean = ∑ X N
Keterangan : Mean
= nilai rata – rata
∑X
= jumlah seluruh nilai siswa
N
= jumlah siswa
Prosentase untuk mengukur ketuntasan belajar siswa baik untuk siswa yang telah berhasil mencapai nilai KKM maupun siswa yang belum mencapai nilai KKM digunakan rumus statistik sebagai berikut: P = ( ∑ siswa yang tuntas / belum tuntas belajar) x 100 % ∑ siswa
H. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami skripsi ini maka sistematika penulisan skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu bagian awal, bagian inti yang terdiri dari lima bab, dan bagian akhir. Pada bagian awal skripsi ini terdiri dari halaman sampul, lembar berlogo, halam judul, persetujuan pembimbing, lembar pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, abstrak. Bagian inti skripsi ini terdiri dari lima bab dimana bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini berisi tentang gambaran umum keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari sub bab diantaranya : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi istilah, metode penelitian serta sistematika penulisan. Bab kedua berisi tentang kajian pustaka. Dalam bab ini akan dibahas landasan teori yang mendasari terwujudnya keabsahan judul skripsi. Bab ini terbagi menjadi beberapa sub bab : pertama Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, kedua metode Cooperative Learning,
ketiga Penerapan Metode
Cooperative Learning dalam Meningkatkan Aktifitas Kerjasama Belajar Siswa, keempat rencana tindakan setiap siklus, dan yang kelima kerangka berfikir. Bab ketiga memuat tentang pelaksanaan tindakan. Dalam bab ini akan dibahas tenang keseluruhan pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan selama proses pembelajaran siklus I dan siklus II yang nantinya dalam tiap siklusnya akan dibahas dalam beberapa sub bab yakni diskripsi pelaksanaan siklus I dan diskripsi pelaksanaan siklus II. Bab keempat memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang hasil laporan penelitian yang telah dilaksanakan selama proses tindakan. Bab keempat ini terbagi menjadi beberapa sub bab : pertama hasil penelitian yang memuat tentang analisa hasil sebelum pelaksanaan tindakan, analisa tindakan siklus I dan siklus II, kedua pembahasan hasil penelitian. Bab kelima adalah bagian penutup. Pada bagian ini memuat tentang kesimpulan dan saran. Dan selanjutnya adalah bab akhir. Dalam bagian akhir ini memuat tentang daftar pustaka dan lampiran – lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Pengajaran Metode dapat diartikan dari dua sudut pandang. Adapun secara etimologis, istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu "metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "metha" yang berarti melalui atau melewati dan kata "hodos" yang berarti jalan. Dengan kata lain metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan (Tardif dalam Syah, 1989:54). Adapun secara terminologi, metode diartikan sebagai cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu perubahan-perubahan pada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi bila dipandang secara lebih jelasnya, metode dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksankan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif dalam Syah, 1989:55). Namun berbeda dengan strategi mengajar, metode mengajar tidak langsung berhubungan dengan hasil belajar yang dikehendaki. Artinya, dibandingkan dengan strategi metode pada umumnya kurang berorientasi pada tujuan karena metode dianggap sebagai konsep yang lebih luas daripada strategi. Gagasan ini
tidak berarti mengurangi signifikansi metode mengajar, lantaran strategi mengajar itu ada dan berlaku dalam kerangka metode mengajar (Syah, 1995:56). Pada prinsipnya, tidak ada satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Oleh karena itu, guru yang professional dan kreatif akan memilih suatu metode mengajar yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan (Syah, 1995:63). Sedangkan kata pengajaran adalah berarti proses penyajian bahan pelajaran yang akan disajikan, jadi metode pengajaran yaitu suatu cara yang harus dilalui untuk mencapai bahan pengajaran. Metodologi pengajaran tidak akan ada artinya jika tidak akan dilakasanakan dalam praktik pendidikan, pelaksanaan metodologi pengajaran dalam pendidikan disebut dengan metode mengajar. Jadi metode pengajaran merupakan alat dalam dunia pendidikan. Hasan Langgulung mengemukakan tiga prinsip yang mendasari metode mengajar dalam Islam. Yaitu : 1. Sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengakui sebagai hamba Allah. 2. Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsip-prinsipnya terdapat dalam Al-Qur’an atau disimpulkan dari padanya.
3. Membangkitkan motivasi dan adanya kedisiplinan yang dalam istilah dalam Al-Qur’an disebut ganjaran Tsawab dan hukuman I’qab. Metode pendidikan islam merupakan jembatan dan sarana mencari keseimbangan antara kepentingan siswa dan masyarakat (termasuk di dalamnya guru) dalam proses belajar mengajar. Metode pendidikan Islam sangatlah menghargai kebebasan individu selama kebebasan itu sejalan dengan fitrahnya. Sebaliknya, guru harus bertanggung jawab dalam membentuk karakter peserta didiknya. Agar metode pengajaran dapat diaplikasikan secara efektif dalam proses belajar mengajar, maka perlu diperhatikan beberapa faktor dalam memilih metode yang lebih tepat untuk diterapkan. Antara lain : 1. Tujuan yang hendak dicapai Tujuan merupakan pengarah dari tindakan dalam menjalankan fungsinya sebagai guru serta sebagai criteria pemilihan dan penentuan alat-alat yang akan digunakan dalam mengajar. 2. Peserta didik Penggunaan metode yang tepat akan mempermudah siswa dalam menyerap materi pelajaran, seperti belajar kelompok. 3. Bahan atau materi yang disajikan Dalam hal ini metode yang akan digunakan harus sesuai dengan bobot, isi dan sifat mata pelajaran yang akan diajarkan
4. Fasilitas Faktor fasilitas seperti alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, buku dan lain sebagainya turut menentukan metode mengajar yang akan disampaikan. 5. Guru Berhasil atau tidaknya suatu metode adalah tergantung kemampuan dan keterampilan seorang guru dalam mengelola metode. 6. Situasi Situasi disini berarti keadaan para siswa yang nantinya sangatlah berpengaruh terhadap penerapan suatu metode. 7. Partisipasi Partisipasi yaitu tutur aktif dalam suatu kegiatan. Apabila guru ingin agar semua siswa turut aktif secara merata dalam suatu kegiatan, tentunya seorang guru akan menggunakan metode kerja kelompok. Dari uraian tersebut, jelas menunjukkan bahwa pemilihan metode tersebut sangatlah penting guna mencapai tujuan dari dari pendidikan atau proses belajar mengajar yang akan diinginkan. Pemilihan metode ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan dan keterampilan seorang guru dalam mengapliksikan serta mengembangkan metode yang akan dipilihnya.
B. Pengertian Cooperative Learning
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993:76), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah
yang
mendasari
metode
pembelajaran
gotong
royong
(Cooperative Learning) dalam pendidikan adalah falsafah “Homo Homini Socius”. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu : 1. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan
tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka. Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan. 4. Komunikasi antar anggota. Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan
mereka
untuk
mengutarakan
pendapat
mereka.
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Metode gotong royong ini sangat tepat digunakan dalam beberapa keadaan, yaitu apabila : 1. Kelas memiliki alat atau sarana yang sangat terbatas 2. Terdapat perbedaan kemampuan individual anak-anak dalam belajar 3. Terdapat perbedaan kemampuan individual anak-anak dalam minat belajar 4. Beberapa unut pekerjaan perlu diselesaikan dalam waktu yang bersamaan, atau bila pekerjaan lebih tepat untuk diperinci sehingga kelas dapat dibagi dalam beberapa kelompok. (Imansjah Alipandie 1984 : 92) Ironisnya, metode ini
belum banyak diterapkan dalam pendidikan
walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, kebanyakan para pengajar enggan menerapkan metode ini karena beberapa alasan. Pertama, kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak akan belajar. Kedua, banyak siswa merasa tidak senang disuruh bekerjasama dengan temannya yang lain. (Anita Lie 2002 : 27) Roger dan Davidson (2002 : 28) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai belajar secara Cooperative Learning. Dan untuk mencapai hasil yang maksimal, perlu diterapkan lima unsur pembelajaran gotong royong, yaitu : 1) Saling ketergantungan positif
2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka 4) Komunikasi antar anggota 5) Evaluasi proses kelompok
C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Cooperative Learning Dalam penerapan metode ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu : 1. Kelebihan a) Dapat meningkatkan kualitas kepribadian anak-anak dalam hal kerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berfikir kritis, disiplin dan sebagainya. b) Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan konstruktif, karena dalam kelompoknya, masing-masing anak akan lebih giat dan sungguhsungguh bekerja. c) Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi, sebab anak yang pandai dalam kelompoknya akan membantu temannya yang memiliki kemampuan kurang dari dia demi nama baik kelompoknya. 2. Kekurangan 1. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila dibandingkan dengan metode-metode yang lain.
2. Bilamana terjadi persaingan yang negatif baik antar individu dalam kelompok maupun antar kelompok dalam kelas atau kelompok besar, maka hasilnya akan lebih buruk. 3. Bila terdapat anak yang pemalas atau anak yang ingin berkuasa dalam kelompok besar, kemungkinan akan mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (Imansjah Alipandie 1984 : 94) D. Penerapan Metode Cooperative Learning dalam Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar 1. Kerjasama Belajar Siswa Sebagai orang yang professional, seorang guru haruslah mempunyai strategi atau teknik dalam proses belajar mengajar, agar materi yang akan disampaikan dapat diserap dan dicerna dengan mudah oleh siswanya. Teknik tersebut tentunya harus sesuai dengan karakteristik siswa, sesama rekan guru, dan atasan dengan pengetahuan tentang teori dan penelitian yang berhubungan dengan pengajaran dibidangnya. Guru bisa memilih dan memodifikasi teknikteknik yang ada dalam metode pembelajaran. Dalam pembelajaran metode Cooperative Learning terdapat beberapa teknik yang harus diterapkan agar memperoleh hasil yang optimal, menurut Anita Lie (2002 : 54) ada beberapa teknik dalam pembelajaran Cooperative Learning. antara lain : 1) Mencari Pasangan
Teknik ini dikembangkan oleh Corna Curran (1994). Bahwa keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. 2) Bertukar Pasangan Teknik ini dapat memberi kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran.
3) Berfikir Berpasangan Berempat Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri atau bekerja dengan orang lain serta optimalisasi partisipasi siswa. 4) Berkirim Salam Dan Soal Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan meras lebih terdorong belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya. 5) Keliling Kelompok Teknik ini akan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan ini masing-masing anggota
kelompok
mendapatkan
kesempatan
untuk
memberikan
konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran orang lain. 6) Kancing Gemerincing
Teknik belajar ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua tingkatan usia anak didik. Dan dalam teknik ini, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. 7) Keliling Kelas Dalam teknik ini, masing-masing kelompok dapat memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok. 8) Lingkaran Kecil Dan Lingkaran Besar Teknik ini memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Bahkan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. 9) Jigsaw Teknik ini dikembangkan oleh Aronson Etal sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pembelajran membaca menulis, mendengarkan ataupun berbicara seperti mata pelajaran agama. Dan dalam teknik ini. Guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman. Sedangkan siswa dapat membantu temannya yang lain untuk mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. 10) Bercerita Berpasangan
Teknik ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antar siswa, pengajar dan mata pelajaran (Anita Lie 2002 : 70). Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran. Dan dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran akan lebih bermakna. 2. Pengertian Hasil Belajar Prestasi adalah hasil yang dicapai, sedangkan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik. Slameto (1984: 8) mendefinisikan prestasi sebagai bukti keberhasilan suatu usaha yang dapat dicapai oleh seseorang. Jadi yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan serangkaian aktivitas belajar yang berupa perubahan tingkah laku baik berupa kognitif, psikomotorik maupun afektif yang bisa dilihat dari prestasi belajar di sekolah (Barlow, 1985:44 dalam Syah, 1995:54). Bahkan untuk bisa disebut sebagai hasil belajar seseorang harus mempunyai syarat-syarat tertentu sebagaimana disebutkan oleh Cronbach Yaotu, adanya pencapaian tujuan tertentu dalam belajar merupakan buah dari proses kegiatan yang disadari, sebagai hasil latihan atau uji coba yang
disengaja, merupakan tindak tanduk yang berfungsi aktif dalam kurun waktu tertentu dan berfungsi positif bagi pengembangan tindak tanduk lainnya (Dimyati dan Mudjiono, 1999:72). Namun demikian seseorang yang sedang belajar kadang-kadang mengalami kesulitan belajar. Ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang dimilikinya. Kesulitan belajar itulah yang dapat menyebabkan suatu kegagalan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah segala wujud hasil belajar yang ditandai dengan adanya perubahan prilaku dalam diri, baik secara kognitif, psikomotorik dan afektif. 3. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Muhaimin dkk (1996:47), ada beberapa prinsip belajar antara lain: a. Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku. Tidak setiap perubahan tingkah kalu merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah: 1) Perubahan disadari Ini berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu, atau sekurang kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 2) Perubahan bersifat kontinyu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus tidak statis. Satu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan maupun proses belajar berikutnya. 3) Perubahan bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan – perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar yang dilakukan makin banyak perubahan yang di peroleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan bukan bersifat temporer Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan anak dalam memainkan piano setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang jika terus digunakan. 5) Perubahan bertujuan dan terarah Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya sebuah tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar – benar disadari. b. Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku c. Belajar merupakan suatu proses d. Adanya dorongan dan tujuan yang hendak dicapai
e. Belajar merupakan bentuk pengalaman 4. Tujuan Belajar Tujuan belajar dalam proses belajar mengajar secara umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai oleh kemampuan berfikir siswa. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, begitu pula sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. 2) Penanaman konsep dan ketrampilan Penanaman konsep juga memerlukan suatu ketrampilan baik ketrampilan jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmani adalah ketrampilan yang dapat dilihat dan diamati yang menitik beratkan pada kemampuan gerak penampilan dari anggota tubuh. Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit karena lebih abstrak, yaitu menyangkut persoalan penghayatan dan ketrampilan
berpikir
serta
kreativitas
untuk
menyelesaikan
dan
merumuskan suatu masalah. 3) Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi siswa, guru harus lebih bijak dan hati – hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Oleh karena itu guru tidak hanya sekedar sebagai “pengajar”, akan tetapi betul – betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai – nilai kepada siswa ( Sardiman, 1994: 28-29 ). Melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari belajar disini adalah suatu usaha untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, dan penanaman sikap mental atau nilai – nilai. Pencapaian tujuan belajar, akan menghasilkan hasil belajar atau prestasi belajar yang nantinya diharapkan dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari – hari siswa. 5. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1) Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu. Faktor intern ini dapat digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: a) Faktor Jasmaniah Faktor jasmaniah adalah faktor individu yang berhubungan dengan jasmani atau tubuh siswa, seperti faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar seseorang, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu pula. Sama halnya dengan seseorang yang menderita cacat tubuh, hal ini juga sangat mempengaruhi belajarnya. Apabila terjadi
demikian hendaknya siswa tersebut belajar pada lembaga pendidikan khusus yang sesuai dengan jenis penyakitnya. b) Faktor Psikologis Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa, diantaranya : (1) Intelegensi, yaitu kecakapan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. (2) Perhatian, yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu sematamata tertuju pada satu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baikm naka siswa harus mempunyai perhatian yang tinggi terhadap materi yang dipelajarinya. (3) Minat, yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhastikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya karena tidak ada daya tarik baginya. (4) Bakat, adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah siswa belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa
sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan baik karena ia senang belajar. (5) Motivasi, Motivasi disini erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya usaha atau berbuat dari seorang siswa dan yang menjadi sebab munculnya usaha atau berbuat itu adalah motivasi siswa itu sendiri untuk menyelesaikan masalah atau problem yang dihadapi dalam proses belajar. (6) Kematangan, yaitu suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan siswa, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Siswa yang sudah siap (matang) belum dapat menyelesaikan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan jauh lebih baik jika siswa sudah siap (matang). (7) Kesiapan, yaitu kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini berhubungan dengan kematangan. Jika siswa dalam belajar sudah memiliki kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik. c) Faktor Kelelahan Kelelahan sangat mempengaruhi belajar seseorang. Seperti, kelelahan jasmani yang terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kemudian kelelahan rohani yang dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan
sehingga minat untuk menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu hilang. 2) Faktor ekstern Faktor ekstern ini dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. a) Faktor Keluarga Peran keluarga sangat besar pengaruhnya dalam belajar dan hasil belajar siswa. Seperti cara orang tua mendidik, hal ini sangat berpengartuh terhadap minat dan hasdil belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga erat kaitannya dengan cara orangtua mendidik anak dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih saying serta bimbingan yang baik dari orang tua kepada anakknya. Selain itu faktor keluarga yang lain meliputi suasana atau situasi keadaan rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi proses belajar anak meliputi : 1) Metode mengajar yang diterapkan guru dalam pembelajaran disekolah. Metode yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Untuk itu guru perlu mempersiapkan metode yang cocok dan sesuai dengan karakter atau pribadi siswa.
2) Relasi antara Guru dengan siswa. Relasi yang baik anatara guru dan siswa ataupun sebaliknya sangat berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran disekolah. 3) Relasi siswa dengan siswa. Menjalin relasi yang baik diantara siswa sangatlah diperlukan agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. 4) Disiplin sekolah. Dalam hal ini agar siswa dapat belajar lebih maju dan disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan diperpustakaan, haruslah ghuru dan staf yang lain juga harus disiplin. 5) Alat atau media pembelajaran. Media yang memadai sangat berpengaruh dengan kelancaran proses belajar siswa baik disekolah maupun di rumah. 6) Waktu sekolah, maksudnya adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu sekolah ataupun jam pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi psikologi siswa karena hal ini berpengaruh terhadap kondisi siswa dalam belajar. 7) Tugas Rumah. Tugas atau pekerjaan rumah yang terlalu banyak sangat membebani siswa, hal ini akan mengakibatkan kejenuhan karena anak tidak mempunyai waktu lagi untuk beristirahat maupun bermain. c) Faktor Masyarakat
Masyarakat juga salah satu faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam mastarakat, misalnya kegiatan siswa di dalam masyarakat, masmedia, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggal siswa (Slameto, 1991:56-74) 6. Belajar yang efektif Dalam belajar ada cara-cara yang efisien dan tidak efisien. Banyak siswa yang gagal dan tidak mendapatkan hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Kebanyakan dari mereka hanya mencoba mengahafal pelajaran yang mereka terima dari guru tanpa menghiraukan maksud dan tujuan dari materi yang mereka pelajari. Metode belajar juga sangat berpengaruh terhadap kebiasaan belajar siswa. Salah satu metode belajar yang efektif dan baik untuk diterapkan dalam kegiatan belajar siswa diantaranya : a. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya Pembuatan jadwal belajar sangat diperlukan oleh siswa untuk membagi waktu belajarnya dengan kegiatan yang lain. Pembuatan jadwal juga harus dilaksanakan sesuai dengan waktiu yang telah direncanakan. Dengan pembuatan jadwal, waktu belajar siswa tidak akan habis terbuang karena sibuk dengan kegiatan yang lain semisal bermain. Oleh karena itu pembuatan jadwal belajar sangat diperlukan oleh siswa agar waktu belajarnya dapat terkontrol.
b. Membaca dan membuat catatan Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar. Hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar siswa dapat membaca dengan efisien perlulah memiliki kebiasaan-kebiasaan membaca yang baik seperti memperhatikan kegiatan membaca, ada jadwal, membuat tanda-tanda atau catatan, memanfaatkan perpustakaan, membaca sungguh-sungguh bulu mata pelajaran sampai menguasai isinya dan membaca denghan konsentrasi penuh. c. Mengulangi bahan pelajaran Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar karena dengan adanya pengulangan (review) “ Bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan” akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Casra ini dapat ditempuh dengan membuat ringkasan, kemudian untuk mengulang cukup belajar dari ringkasan atau dari mempelajari soal jawab yang pernah dibuatnya. d. Konsentrasi Konsentrasi adalah pemusatan fikiran terhadap suatu hal dengan mengkesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar konsentrasi berarti pemiusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran. e. Mengerjakan tugas
Agar siswa dapat berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes atau ulangan harian, ulangan umum dan ujian (Slameto, 1991 : 84-89) 7. Batasan Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas IV Batasan dalam penelitian yang nantinya akan dilaksanakan dalam proses tindakan, lebih mengacu pada bidang studi sejarah kebudayaan islam untuk MI kelas IV semester genap tentang materi Isra’ Mi’raj.
E. Model Evaluasi dalam Pembelajaran Cooperative Learning Dalam setiap kegiatan belajar mengajar tentu akan diadakan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar. Berhasil tidaknya seorang guru dalam menyampaikan mata pelajaran serta untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyerap mata pelajaran dapat diketahui melalui sebuah evalusi Yang dimaksud dengan evaluasi yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dalam program (Muhibbin Syah 2000 : 141). Adapun program yang dimaksudkan oleh peneliti di sini yaitu meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, serta meningkatkan kerjasama dan interaksi serta komunikasi antar siswa dalam kelas. Tujuan diadakannya evaluasi menurut Muhibbin Syah (2000 : 141) yaitu untuk mengetahui :
1) Tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa dalam kelompok belajarnya 2) Posisi siswa dalam kelompok belajarnya 3) Tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar 4) Sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya untuk keperluan belajar 5) Tingkat daya guna dan keberhasilan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar berlangsung. Adapun fungsi dari evaluasi antara lain yaitu : a) Fungsi administratif b) Fungsi promosi c) Fungsi diagnostik, untuk mengidentifikasi kesulitasn belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan) d) Sumber data bimbingan konseling (BK) e) Bahan pertimbangan pada masa yang akan datang, yang meliputi pengembangan kerikulum, metode dan alat-alat belajar mengajar Dalam penerapan metode Cooperative Learning juga terdapat evaluasi untuk mengetahui efektifitas kerja gotong royong yang diterapakan. Menurut Anita Lie (2002 : 84) dalam pembelajaran metode Cooperative Learning terdapat tiga model evaluasi yang dapat digunakan oleh guru sebagai acuan untuk mengukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar, yaitu :
1) Model Evaluasi Kompetisi
Sistem pringkat yang ada di sekolah selama ini jelas menanamkan jiwa kompetitif. Sejak awal pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman sekelasnya. Siswa yang yang jauh melebihi teman sekelasnya, maka ia dianggap sebagai siswa yang berprestasi. Sedangkan kemampuan yang ada di bawah rata-rata dianggap gagal. Pada akhirnya system ini mengajarkan nilai-nilai Survivel Of The Fit Test atau siapa yang kuat dialah yang menang. Karena ketatnya system kompetisi, dunia pendidikan telah melahirkan manusia-manusia yang siap untuk bertanding dengan lawannya demi kesuksesan pribadinya. Homo homini lupus merupakan prinsip dasar dalam denia kompetisi. Orang-orang ini sedikit sekali dibekali kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain. Padahal dalam kehidupan bermasyarakat termasuk dalam dunia pekerjaan, kemampuan untuk bersinergi merupakan kunci keberhasilan. 2) Model Evaluasi Individual Berbeda dengan sistem penilaian pringkat, dalam pengukuran individual guru menetapkan standart untuk setiap murid. Nilai seseorang tidak ditentukan oleh nilai rata-rata teman sekelas, melainkan oleh usaha sendiri dan standart yang diterapkan oleh guru dan dianggap merupakan kemampuan maksimalnya. Setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya sendiri dan harus memperjuangkan nasibnya sendiri juga. Tidak ada orang yang bisa membantu dan sebaliknya tak perlu merepotkan diri untuk membantu orang lain.
Tampaknya system penilaian individual lebih menarik dibanding dengan sistem kompetisi. Dalam hal ini, anak didik bisa diharapakan belajar sesuai dengan kemampuan mereka sendiri dan berbeda dengan stress yang mewarnai system kompetisi. Namun jika sikap individual tertanam dalam jiwa anak didik kemungkinan
besar
mereka
akan
mengalami
kesulitan
untuk
hidup
bermasyarakat. 3) Model Evaluasi Cooprative Learning Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi dan masyarakat. Dan juga, tempat kerjasama keseimbangan lingkungan hidup akan terancam punah. Dalam penelitian Evaluasi Cooperative Learning, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan cara gotong royong. Mereka saling memantu dalam mempersiapkan diri untuk test. Kemudian masing-masing mengerjakan tes dengan sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok dapat dibentuk dengan beberapa cara, yaitu : Pertama, nilai kelompok dapat diambil dari nilai terandah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok bisa diambil dari nilai rata-rata semua “sumbangan” dari setiap anggota. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga rasa keadilan dalam kelompok serta menghilangkan rasa minder terhadap anggota yang mendapat nilai kurang bagus atau dibawah jauh dibawah rata-rata.
Model evaluasi ini sangat perlu diterapkan dalam dunia pendidikan. Karena system pendidikan gotong royong ini merupakan alternatif menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam system kompetisi dan rasa ketersaingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
F. Rencana Tindakan Setiap Siklus Rencana tindakan berikut ini merupakan keseluruhan rencana yang akan di implementasikan pada tindakan penelitian yang terdiri dari tiga siklus. Dalam setiap tindakan persiklus terdapat: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1. Siklus I a. Perencanaan Tahap awal dalam perencanaan tindakan ini, terlebih dulu menyediakan instrumen penelitian yang terdiri dari : 1) Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisikan tentang : a) Pokok bahasan Isra Mi’raj b) Sub pokok bahasan peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW c) Kegiatan belajar mengajar, mengulang pokok bahasan yang telah diajarkan oleh guru bidang studi sebelumnya. d) Sumber, alat atau metode yang terdiri dari: materi pelajaran, buku pelajaran sebagai media pembelajaran, metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Cooperative Learning.
e) Penilaian dan evaluasi 2) Lembar observasi siswa 3) Lembar kerja siswa b. Pelaksanaan tindakan 1) Kegiatan awal meliputi perkenalan dan mengabsen siswa, apersepsi dan pretest yaitu mengulang sedikit pelajaran yang telah diajarkan guru bidang studi sebelumnya. 2) Kegiatan inti meliputi: guru membentuk kelompok-kelompok belajar, guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan setiap kelompok dan pelaksanaan tindakan meliputi penerapan metode Cooperative Learning. Disamping itu berlangsung dalam kegiatan dilakukan observasi selama tindakan baik oleh peneliti maupun observer. 3) Kegiatan akhir terdiri dari evaluasi, kesimpulan dan yang terakhir resitasi (tugas) dilanjutkan penutup. c. Observasi Observasi yang dilakukan selam pembelajaran berlangsung mengacu pada lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi disini dilakukan untuk mengetahui kerjasama siswa selama pelaksanaan tindakan berlangsung. d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dalam kegiatan dan hasil belajar siswa diatas maka peneliti bersama observer menetapkan: 1) Bagaimana tingkat pemahaman dan kerjasama siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi sebelumnya. 2) Hambatan apa saja yang terjadi selama proses tindakan berlangsung 3) Apa yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran dalam siklus berikutnya. 2. Siklus II a. Perencanaan Pertama menyediakan instrumen penelitian yang terdiri dari : 1) Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisikan tentang : a) Pokok bahasan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW b) Sub pokok bahasan Perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika Isra Mi’raj, Tanggapan masyarakat Makkah terhadap Isra’ Mi’raj c) Kegiatan belajar mengajar (KBM). d) Sumber, alat atau metode yang terdiri dari: materi pelajaran, buku pelajaran sebagai media pembelajaran, metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Cooperative Learning. e) Penilaian atau evaluasi 2) Lembar observasi siswa 3) Lembar kerja siswa b. Pelaksanaan tindakan
1) Kegiatan awal meliputi pendahuluan salam dan mengabsen siswa, kemudian apersepsi. 2) Kegiatan inti meliputi: guru membentuk kelompok-kelompok belajar, guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan setiap kelompok dan pelaksanaan tindakan meliputi penerapan metode Cooperative Learning. Disamping itu berlangsung dalam kegiatan dilakukan observasi selama tindakan baik oleh peneliti maupun observer. 3) Kegiatan akhir terdiri dari evaluasi, kesimpulan dan yang terakhir resitasi (tugas) dilanjutkan penutup. c. Observasi Observasi yang dilakukan selam pembelajaran berlangsung mengacu pada lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi disini dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan berlangsung pada siklus kedua. d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui: 1) Bagaimana keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 2) Apa saja hambatan yang terjadi selama proses tindakan berlangsung 3) Apa yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran dalam siklus berikutnya. 3. Siklus III
a. Perencanaan Pertama menyediakan instrumen penelitian yang terdiri dari : 1) Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisikan tentang : a) Pokok bahasan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW b) Sub pokok bahasan Proses penerimaan perintah shalat, hikmah Isra Mi’raj, shalat sebagai pesan utama Isra Mi’raj c) Kegiatan belajar mengajar (KBM). d) Sumber, alatatau metode yang terdiri dari: materi pelajaran, buku pelajaran sebagai media pembelajaran, metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode Cooperative Learning. e) Penilaian atau evaluasi 2) Lembar observasi siswa 3) Lembar kerja siswa b. Pelaksanaan tindakan 1) Kegiatan awal meliputi pendahuluan salam dan mengabsen siswa, kemudian apersepsi. 2) Kegiatan inti meliputi: guru membentuk kelompok-kelompok belajar, guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan setiap kelompok dan pelaksanaan tindakan meliputi penerapan metode Cooperative Learning. Disamping itu berlangsung dalam kegiatan dilakukan observasi selama tindakan baik oleh peneliti maupun observer.
3) Kegiatan akhir terdiri dari evaluasi, kesimpulan dan yang terakhir resitasi (tugas) dilanjutkan penutup. c. Observasi Observasi yang dilakukan selam pembelajaran berlangsung mengacu pada lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi disini dilakukan untuk mengetahui keaktifan siswa selama pelaksanaan tindakan berlangsung pada siklus ketiga. d. Refleksi Refleksi yang dilakukan pada siklus ketiga ini merupakan akhir refleksi dari siklus-siklus sebelumnya. Kemudian hasil dari refleksi tiap siklus peneliti bersama observer menyimpulkan untuk menjawab hipotesis tindakan yang telah dikemukakan sebelumnya.
G. Kerangka Berpikir Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan alur pemikiran sebagai berikut: Untuk mengetahui keterangan lebih lanjut tentang gambar alur PTK diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambardari 2. 1refleksi awal ditemukan akar Siklus I, pelaksanaan siklus I ini dimulai Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral permasalahan bahwa kemampuan siswa dalam materi Sejarah Kebudayaan Islam bagi siswa kelas IV MI Al Islam Sidorejo Magelang adalah minimnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dari refleksi awal di buat rencana awal. Rencana awal di tindak lanjuti dengan pelaksanaan proses pembelajaran siklus I. untuk mengetahui perubahan yang diharapkan dilakukan observasi baik terhadap guru maupun siswa. Perubahan yang diharapkan adalah meningkatnta prestasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Akhir pelaksanaan siklus I dilakukan refleksi. Hasil refleksi pelaksanaan proses pembelajaran siklus I dibuat pedoman untuk menyusun rencana yang direvisi. Dari rencana yang direvisi tersebut dilaksanakan proses pembelajaran siklus II. Supaya diketahui perubahan yang diharapkan selama proses tindakan berlangsung, dilakukan observasi seperti pada siklus I. Akhir pelaksanaan siklus II dilaksanakan reflaksi kembali.
Hasil refleksi pelaksanaan siklus II dibuat pedoman untuk menyusun rencana siklus III yang disebut dengan rencana yang direvisi. Hasil rencana yang direvisi tersebut dilaksanakan proses pembelajaran siklus III. Agar diketahui perubahan yang diharapkan dilakukan observasi seperti pada siklus Idan II. Akhir pelaksanaan siklus III dilaksanakan refleksi yang dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Siklus I 1. Perencanaan Siklus I Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan Siklus I adalah : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pertemuan siklus I. 2) Menyusun alat evaluasi berupa lembar pre tes siswa yang memuat tentang soal-soal latihan pada sub bahasan Isra’ Mi’raj. 3) Menyusun angket motivasi siswa. 4) Menyiapkan bahan pelajaran, yaitu materi Isra’ Mi’raj. 5) Menyusun media pembelajaran berupa gambar masjid sebagai gambaran masjidil haram dan masjidil aqsha serta tulisan sidrotul muntaha. 6) Menyiapkan alat observasi meliputi observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus I dan observasi kerjasama siswa selama proses pembelajaran. 2. Pelaksanaan Siklus I Siklus I dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 Juni 2012 jam pelajaran ke 1-2 di mulai pukul 07.00 s.d pukul 08.20 Selama 80 menit. Materi SKI pada siklus I adalah Isra’ Mi’raj sub pokok bahasan Nabi Muhammad hijrah ke Taif.
Jalannya proses pembelajaran adalah : 1) Kegiatan Pendahuluan 1) Guru membuka pelajaran dengan member salam, kemudian memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a. 2) Guru mengabsen siswa yang hadir. 3) Guru memberikan apersepsi kepada siswa seputar pengetahuan tentang materi Isra’ Mi’raj beserta manfaat mempelajari materi tersebut. 4) Guru melakukan Pretest dengan memberikan lembar evaluasi yang membuat materi seputar Isra’ Mi’raj. 2) Kegiatan Inti 1) Mengajak siswa mengubah posisi tempat duduk membentuk sebuah lingkaran. 2) Guru
menjelaskan
pembelajaran
langkah-langkah
berlangsung,
yaitu
permainan
dengan
selama
menerapkan
proses metode
Cooperative learning 3) Oleh guru, siswa di bagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok siswa diberi media berupa gambar masjid yang di ibaratkan masjidil haram dan masjidil aqsha serta tulisan sidrotul muntaha. 4) Guru memberikan tugas pada tiap kelompok untuk berdiskusi merangkai kalimat untuk menceritakan kembali peristiwa Isra’ Mi’raj dalam jangka waktu 20 menit.
5) Setiap kelompok membuat tulisan kisah Isra’ Mi’raj sesuai kalimat di kelompoknya pada selembar kertas yang diberikan oleh guru. 6) Salah satu siswa mewakili kelompok menceritakan kembali kisah Isra’ Mi’raj di depan kelas secara bergantian tiap kelompok. 7) Di sela-sela siswa maju mempresentasikan hasil tulisannya, guru memberikan keterangan singkat tentang kekurangan dan kelebihan hasil tulisan tiap kelompok. 3) Kegiatan Penutup 1) Guru memberi kesimpulan atas materi yang telah selesai dibahas pada siklus I. 2) Guru menutup pembelajaran dengan memberi tugas kepada siswa tentang materi Isra’ Mi’raj kemudian dilanjutkan dengan salam. 3. Pengamatan Siklus I Kegiatan pengamatan pada Siklus I adalah observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi bertujuan memperoleh data kemampuan guru mengelola
proses
pembelajaran
SKI
dengan
menggunakan
metode
Cooperative Learning serta keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil pengamatan secara umum adalah : 1) Observasi terhadap Guru 1) Kelebihan Guru aktif sejak awal pembelajaran hingga penutup, terutama dalam memberikan motivasi dan bimbingan.
2) Kekurangan a) Guru
masih
sulit
mengkondisikan
kelas
dalam
suasana
berkelompok. b) Siswa masih malu untuk maju membacakan hasil tulisan kisah Isra’ Mi’raj dengan bahasa kelompoknya. 2) Observasi terhadap siswa 1) Kelebihan a) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajarannampak sejak awal pembelajaran hingga akhir b) Aktif dalam mengikuti diskusi kelompok c) Sangat antusias ingin mendapatkan hasil yang terbaik d) Suasana proses pembelajaran Nampak lebih hidup 2) Kekurangan a) Dalam pembentukan kelompok, siswa masih pilih-pilih teman b) Siswa masih saling mengejek ketika diantara satu kelompok ternyata ada laki-laki dan perempuan. c) Karena
siswa
masih
memilih-milih
teman,
maka
dalam
pembentukan kelompok membutuhkan waktu yang lebih lama. d) Kegaduhan yang timbul membuat waktu penyampaian materi semakin sedikit. 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan Siklus I adalah :
1) Hasil observasi proses pembelajaran 2) Hasil pre test siswa 3) Dokumen berupa RPP, lembar pretest siswa, daftar nilai, daftar absensi, dan catatan pelaksanaan proses pembelajaran. 5. Refleksi Pelaksanaan proses pembelajaran siklus I telah diselesaikan sesuai dengan perencanaan, akan tetapi masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah : 1) Perlu adanya pembekalan materi sebelumnya kepada siswa, sehingga ketika dalam menulis kisah kembali Isra’ Mi’raj siswa bias lebih mudah dalam diskusi. 2) Untuk mengantisipasi keributan dalam penentuan dan pemilihan rekan kelompok di siklus I, perlu adanya pembentukan kelompok sejak awal oleh guru secara demokratif bersama siswa. Apabila ini dilaksanakan pada Siklus II tentu kegaduhan yang terjadi akan bisa dicegah bahkan bisa dihindari.
B. Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan Siklus II Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan Siklus II adalah : 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pertemuan siklus II.
2) Menyiapkan bahan pelajaran, yaitu materi Isra’ Mi’raj. 3) Menyusun media pembelajaran berupa gambar masjid sebagai gambaran masjidil haram dan masjidil aqsha serta tulisan sidrotul muntaha. 4) Menyiapkan alat observasi meliputi observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus II dan observasi kerjasama siswa selama proses pembelajaran. 2. Pelaksanaan Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Juni 2012 jam pelajaran ke 1-2 di mulai pukul 07.00 s.d pukul 08.20 Selama 80 menit. Materi SKI pada siklus II adalah Isra’ Mi’raj. Jalannya proses pembelajaran adalah : 1) Kegiatan Pendahuluan 1) Guru membuka pelajaran dengan memberi salam, kemudian memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a. 2) Guru mengabsen siswa yang hadir. 3) Guru memberikan apersepsi kepada siswa seputar pengetahuan tentang materi Isra’ Mi’raj beserta manfaat mempelajari materi tersebut. 4) Guru melakukan Pre Test dengan memberikan lembar evaluasi yang membuat materi seputar Isra’ Mi’raj. 2) Kegiatan Inti 1) Mengajak siswa mengubah posisi tempat duduk membentuk sebuah lingkaran.
2) Guru
menjelaskan
pembelajaran
langkah-langkah
berlangsung,
yaitu
permainan
dengan
selama
menerapkan
proses metode
Cooperative learning 3) Oleh guru, siswa di bagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok diberi media berupa gambar masjid yang diibaratkan masjidil haram dan masjidil aqsha serta tulisan sidrotul muntaha. 4) Guru memberikan tugas pada tiap kelompok untuk berdiskusi merangkai kalimat untuk menceritakan kembali peristiwa Isra’ Mi’raj dalam jangka waktu 20 menit. 5) Setiap kelompok membuat tulisan kisah Isra’ Mi’raj sesuai kalimat di kelompoknya pada selembar kertas yang diberikan oleh guru. 6) Salah satu siswa mewakili kelompok menceritakan kembali kisah Isra’ Mi’raj di depan kelas secara bergantian tiap kelompok. 7) Di sela-sela siswa maju mempresentasikan hasil tulisannya, guru memberikan keterangan singkat tentang kekurangan dan kelebihan hasil tulisan tiap kelompok. 3) Kegiatan Penutup 1) Guru memberi kesimpulan atas materi yang telah selesai dibahas pada siklus II. 2) Guru melakukan postes kepada siswa untuk segera dikerjakan oleh siswa.
3) Guru menutup pembelajaran dengan kesimpulan materi kepada siswa tentang materi Isra’ Mi’raj kemudian dilanjutkan dengan salam. 3. Pengamatan Siklus II Kegiatan pengamatan pada Siklus II adalah observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi bertujuan memperoleh data kemampuan guru mengelola
proses
pembelajaran
SKI
dengan
menggunakan
metode
Cooperative Learning serta kerjasama siswa selama mengikuti pembelajaran. Hasil pengamatan secara umum adalah : 1) Observasi terhadap Guru 1) Kelebihan Guru mampu memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa tampak aktif sejak awal pembelajaran hingga akhir. 2) Kekurangan Guru masih sulit mengkondisikan kelas dalam suasana berkelompok ketika terjadi sedikit kegaduhan. Selain itu juga masih ada sedikit siswa yang malu untuk membacakan tulisan diskusi kelompoknya di depan kelas. 2) Observasi terhadap siswa 1) Kelebihan a) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran nampak sejak awal pembelajaran hingga akhir b) Kerjasama yang baik dalam mengikuti diskusi kelompok
c) Sangat antusias ingin mendapatkan hasil yang terbaik d) Suasana proses pembelajaran nampak lebih hidup 2) Kekurangan a) Dalam pembentukan kelompok, siswa masih pilih-pilih teman b) Karena siswa masih malu untuk maju ke depan kelas, maka membutuhkan waktu yang lebih lama. 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan Siklus II adalah : 1) Hasil observasi proses pembelajaran 2) Hasil postes siswa 3) Dokumen berupa RPP, lembar pre test siswa, daftar nilai, daftar absensi, dan catatan pelaksanaan proses pembelajaran. 5. Refleksi Pelaksanaan proses pembelajaran siklus II telah diselesaikan sesuai dengan perencanaan. Hasil proses pembelajaran meningkat jauh lebih baik dari pada siklus I, namun tetap masih ada beberapa hal yang harus di perbaiki dan ditingkatkan. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah : 1) Guru perlu menyiapkan pembagian kelompok guna menghilangkan kemungkinan gaduh saat siswa berkelompok 2) Keaktifan siswa dan kerjasama dalam kelompok cukup baik, terbukti siswa ditiap kelompoknya lebih mudah dan lebih singkat waktunya dalam
membuat catatan kisah Isra’ Mi’raj dengan bahasa kelompoknya sendiri sesuai media gambar masjid yang telah dibagikan C. Deskripsi Siklus III 1. Perencanaan siklus III Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan siklus III adalah: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pertemuan siklus III. 2) Menyiapkan bahan pelajaran, yaitu materi Isra’ Mi’raj. 3) Menyusun media pembelajaran berupa gambar masjid sebagai gambaran masjidil haram dan masjidil aqsha serta tulisan sidrotul muntaha. 4) Menyiapkan lembar evaluasi postest siswa 5) Menyiapkan alat observasi meliputi observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus II dan observasi kerjasama siswa selama proses pembelajaran. 2. Pelaksanaan siklus III Siklus III dilaksanakan pada hari senin tanggal 9 Juli 2012 jam pelajaran ke 1-2 dimulai pukul 07.00 s.d pukul 08.20 selama 80 menit. Materi yang dibahas dalam siklus III adalah Isra’ Mi’raj sub pokok bahasan hikmah Isra’ Mi’raj. Jalannya proses pembelajaran siklus III adalah sebagai berikut 1) Kegiatan Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran dengan memberi salam, kemudian memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a.
b) Guru mengabsen siswa yang hadir. c) Guru melakukan Pre Test dengan memberikan lembar evaluasi yang membuat materi seputar Isra’ Mi’raj. d) Guru memberikan apersepsi kepada siswa seputar pengetahuan tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan hari ini tentang hikmah Isra Mi’raj. 2) Kegiatan Inti a) Mengajak siswa mengubah posisi tempat duduk membentuk sebuah lingkaran. b) Guru
menjelaskan
pembelajaran
langkah-langkah
berlangsung,
yaitu
permainan
dengan
selama
menerapkan
proses metode
Cooperative learning c) Oleh guru, siswa di bagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok diberi media berupa kertas soal tentang hikmah Isra Mi’raj. d) Guru memberikan tugas pada tiap kelompok untuk berdiskusi merangkai kalimat untuk menceritakan kembali hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj dalam jangka waktu 20 menit. e) Setiap kelompok membuat tulisan hikmah Isra’ Mi’raj sesuai kalimat di kelompoknya pada selembar kertas yang diberikan oleh guru. f) Salah satu siswa mewakili kelompok menceritakan hikmah Isra’ Mi’raj di depan kelas secara bergantian tiap kelompok.
g) Di sela-sela siswa maju mempresentasikan hasil tulisannya, guru memberikan keterangan singkat tentang kekurangan dan kelebihan hasil tulisan tiap kelompok. h) Setelah sekiranya cukup, guru melakukan postest dengan membagi soal evaluasi kepada siswa untuk dikerjakan segera. 3) Kegiatan Penutup a) Setelah selesai siswa mengerjakan soal evaluasi b) Guru menutup pembelajaran dengan memaparkan pesan dan kesan selama mengikuti proses pembelajaran dilanjutkan dengan do’a dan salam penutup. 3. Pengamatan siklus III Pengamatan pada siklus III adalah : 1) Kelebihan 1) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran nampak sejak awal pembelajaran hingga akhir 2) Sangat kompak kerjasama dalam mengikuti diskusi kelompok 3) Antusias siswa dalam menyelesaikan tugas juga tinggi. 4) Suasana proses pembelajaran nampak lebih hidup 2) Kekurangan Kecakapan siswa dalam melaksanakan perintajh dari guru kurang, sehingga banyak waktu yang terbuang ketika proses pembelajaran berlangsung.
4. Pengumpulan data Data yang berhasil dikumpulkan pada siklus III adalah: 1) Hasil observasi proses pembelajaran 2) Hasil evaluasi postes 3) Dokumen berupa RPP, alat evaluasi yaitu lembar postes, daftar nilai, daftar absensi, bahan pembelajaran dan catatan pelaksanaan proses pembelajaran. 5. Refleksi Pelaksanaan penelitian siklus III telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan rencana. Hasil belajar dari proses pembelajaran tiap siklus selalu mengalami peningkatan lebih baik. Siswa aktif selama mengikuti proses pembelajaran dikelas. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran
dengan
metode
Cooperative
Learning
dapat
meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran dikelas.
BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 1. Kerjasama dan hasil belajar siswa sebelum tindakan. Dalam latar belakang masalah telah disampaikan bahwa masih rendahnya kerjasama dan hasil belajar siswa masih rendah dalam proses pembelajaran, sebagian besar guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran dikelas terutama dalam pembelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam). Kerjasama siswa dalam mata pelajaran SKI terhitung hanyalah 40%. Hal ini yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena dalam pembelajaran Cooperative Learning sangat membutuhkan kerjasama siswa. Supaya dapat diketahui peningkatan kerjasama serta hasil belajar siswa setelah mengikuti proses siklus I, siklus II dan siklus III, maka berikut ini disampaikan kondisi awal siswa sebelum pembelajaran. a. Kerjasama belajar siswa dalam proses pembelajaran SKI sebelum pelaksanaan tindakan
Untuk mengetahui kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan, berikut adalah hasil wawancara dengan guru bidang studi SKI.
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Mengenai Kerjasama Siswa Sebelum Pelaksanaan Tindakan
No
Indikator Kerjasama Siswa
1
Kesiapan siswa ketika mengikuti pembelajaran SKI nampak sejak awal Tidak mau ketinggalan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Berusaha mengatasi kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran Mencatat sendiri hal-hal yang penting ketika guru menerangkan Mampu bekerjasama dengan teman Antusias siswa selama pembelajaran tinggi Berpartisipasi dalam penggunaan media pembelajaran Berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan Berusaha mencapai hasil yang terbaik Suasana pembelajaran nampak hidup Jumlah Skor
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2
Skor 3
Jumlah Skor 1
2
2
2
2
1
1 2 2
2 2
1
1 2
2
10
1 3 17
1 4
4
3 3
Tabel 4.1: Hasil wawancara mengenai kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan. Sumber : Data Primer
Tabel 4.1 tentang hasil wawancara mengenai kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan memberikan penjelasan bahwa : 1) Skor kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh 17.
2) Skor maksimal kerjasama siswa adalah 10 item x 4 (skor maksimal tiap item) = 40 3) Pengkategorian kerjasama siswa adalah: a) Kerjasama siswa amat baik (A) jika jumlah skor antara 32-40 b) Kerjasama siswa baik (B) jika jumlah skor antara 24-32 c) Kerjasama cukup (C) jika jumlah skor antara 16-24 d) Kerjasama kurang (D) jika jumlah skor antara 8-16 4) Berdasarkan ketentuan pengkategorian di atas maka kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan adalah cukup 5) Tingkat kerjasama siswa adalah 17/40 x 100% = 42,5% b. Hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran SKI sebelum pelaksanaan tindakan. Hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran SKI sebelum pelaksanaan tindakan ditunjukkan dari hasil nilai evaluasi belajar. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan pretes tentang materi Isra Mi’raj yang dikerjakan siswa sebelum pelaksanaan tindakan berlangsung, hasil penilaiannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Belajar Pretes Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran SKI Sebelum Pelaksanaan Tindakan
No
Nama
Nilai
1
Setyo Budi Rohman
50
2
Rohmad Widiyanto
45
3
Rifki Susandi
60
4
Miftachudin
75
5
Noviyanti
55
6
Khoirun Nasikin
45
7
Dani Gunawan
40
8
Ahmad Susanto
50
9
Sodiq Maksudul M
60
10
Wahyudi
65 Jumlah
545
Rata-rata kelas
54.5
Tabel 4.2 : Hasil Evaluasi Belajar Pretes Hasil Belajar Siswa dalam Pelajaran SKI Sebelum Pelaksanaan Tindakan Sumber : Data Primer
Tabel 4.2 tentang hasil evaluasi pretes hasil belajar siswa dalam pembelajaran SKI sebelum pelaksanaan tindakan dapat diketahui bahwa : 1) Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 54,5 2) Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa taraf serap siswa dalam mengikuti pembelajaran SKI sebelum pelaksanaan tindakan sebesar 54,5% 3) Nilai rata-rata yang diperoleh siswa masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 4) Hanya 1 siswa yang mampu mencapai nilai KKM sehingga persentase nilai KKM yang diperoleh siswa adalah 1/10 x 100% = 10% 2. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Siklus I
1) Kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh guru untuk pelaksanaan siklus I adalah: 2) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
untuk
pertemuan siklus I. 3) Menyusun alat evaluasi berupa lembar pre tes siswa yang memuat tentang soal-soal latihan pada sub bahasan Isra’ Mi’raj 4) Menyiapkan bahan pelajaran, yaitu materi Isra’ Mi’raj. 5) Menyusun media pembelajaran berupa gambar masjid sebagai gambaran masjidil haram dan masjidil aqsha serta tulisan sidrotul muntaha. 6) Menyiapkan alat observasi meliputi observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus I dan observasi kerjasama siswa selama proses pembelajaran. b. Proses Pembelajaran Siklus I Pelaksanaan proses pembelajaran siklus I telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, yaitu: 1) Kegiatan pendahuluan, guru melakukan appersepsi. Member informasi kepada siswa tentang pentingnya proses pembelajaran yang akan dilaksanakan serta memberikan motivasi. 2) Kegiatan inti, guru berusaha menciptakan suasana yang interaktif dalam proses pembelajaran. 3) Metode yang digunakan oleh guru adalah Cooperative Learning.
4) Guru berusaha mengelola kelas dengan pembelajaran yang aktif 5) Evaluasi pembelajaran dilaksanakan dengan postes seputar materi yang telah selesai dibahas. c. Hasil Observasi Siklus I 1) Observasi Terhadap Guru Hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran SKI pokok bahasan Isra Mi’raj adalah:
Tabel 4.3 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Siklus I No
Aspek Pengamatan (Indikator)
Skor
1
Memeriksa kesiapan siswa (mengabsen, memeriksa alat
4
pembelajaran dsb) 2
Apersepsi
4
3
Penguasaan bahan pelajaran
5
4
Menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki
5
belajar 5
Melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
kompetensi
4
(tujuan) yang akan dicapai 6
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4
7
Menguasai kelas
4
8
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
3
kebiasaan positif 9
Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang
4
ditentukan 10
Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien
4
11
Menghasilkan kesan yang menarik
5
12
Melibatkan siswa dalam pembelajaran Cooperative Learning
5
13
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
4
14
Menumbuhkan sikap terbuka terhadap respon siswa
3
15
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
3
16
Memantau kemajuan belajar selama proses
4
17
Penilaian akhir sesuai kompetensi(tujuan)
5
18
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan
5
benar 19
Melakukan
refleksi
atau
rangkuman
selama
proses
4
memberikan
4
pembelajaran 20
Melaksanakan
tindak
lanjut
dengan
arahan/kegiatan/tugas sebagai remidi/pengayaan Jumlah Skor
83
Tabel 4.3 : Hasil observasi terhadap guru dalam siklus I Sumber data : Data primer
Berdasarkan tabel 4.3 tentang hasil observasi terhadap guru dalam siklus I dapat diketahui bahwa : a) Skor yang diperoleh sebesar 83 b) Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus I adalah 83% karena skor tertinggi observasi adalah 100 c) Pengkategorian kemampuan guru adalah : Kemampuan guru amat baik (A) jika jumlah skor 85-102 Kemampuan guru baik (B) jika jumlah skor 68-85 Kemampuan guru cukup (C) jika jumlah skor 51-68 Kemampuan guru kurang baik (D) jika jumlah skor 34-51 Kemampuan guru tidak baik (E) jika jumlah skor 17-34
d) Berdasarkan pengkategorian kemampuan guru diatas, maka kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus I dapat dikategorikan baik (B) dengan skor 83. 2) Observasi Terhadap Siswa Observasi terhadap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran siklus I adalah: Tabel 4.4 Hasil Observasi Terhadap Kerjasama Siswa dalam siklus I No
Indikator Kerjasama Siswa
1
Kesiapan siswa ketika mengikuti pembelajaran SKI nampak sejak awal Tidak mau ketinggalan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Berusaha mengatasi kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran Mencatat sendiri hal-hal yang penting ketika guru menerangkan Mampu bekerjasama dengan teman Antusias siswa selama pembelajaran tinggi Berpartisipasi dalam penggunaan media pembelajaran Berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan Berusaha mencapai hasil yang terbaik Suasana pembelajaran nampak hidup Jumlah Skor
2 3 4 5 6 T a7 b e8 l
1 1
Skor 2 3
4
2
Jumlah Skor 1 2
3
3
1
1 4 3
4 3
3
3
2
49 . 10 4 2 4 : Hasil Observasi Terhadap Kerjasama siswa dalam Siklus I Sumber : Data Primer
2 3 3 15
4
3 3 25
Tabel 4.4 tentang hasil observasi terhadap kerjasama siswa dalam pembelajaran siklus I dapat diketahui bahwa:
a) Skor kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh 25. b) Pengkategorian kerjasama siswa adalah: Kerjasama siswa amat baik (A) jika jumlah skor antara 32-40 Kerjasama siswa baik (B) jika jumlah skor antara 24-32 Kerjasama cukup (C) jika jumlah skor antara 16-24 Kerjasama kurang (D) jika jumlah skor antara 8-16 c) Berdasarkan ketentuan pengkategorian di atas maka kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan adalah baik (B). d) Tingkat kerjasama siswa adalah 25/40 x 100% = 62,5% d. Hal-hal yang menghambat dan mendukung proses pembelajaran Siklus I.
1) Hal yang menghambat a) Guru
masih
sulit
mengkondisikan
kelas
dalam
suasana
berkelompok b) Siswa masih malu dalam penyampaian kelompoknya 2) Hal yang mendukung a) Guru aktif sejak awal pembelajaran hingga penutup, terutama dalam memberikan motivasi dan bimbingan. b) Antusias siswa dalam mengikuti pelajaran nampak sejak awal c) Aktif dalam mengikuti diskusi kelompok d) Sangat antusias ingin mendapatkan hasil yang terbaik
3. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Siklus II Kegiatan perencanaan siklus II yang dilaksanakan oleh guru yaitu: 1) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
untuk
pertemuan siklus II. f) Menyiapkan bahan pelajaran, yaitu materi Perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika Isra Mi’raj, Tanggapan masyarakat Makkah terhadap Isra’ Mi’raj. 2) Menyusun media pembelajaran berupa gambar masjid sebagai gambaran masjidil haram dan masjidil aqsha serta tulisan sidrotul muntaha. 3) Menyiapkan alat observasi meliputi observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus II dan observasi keaktifan siswa selama proses pembelajaran. b. Proses Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan proses pembelajaran siklus II telah dilaksanakan sesuai perencanaan: 1) Kegiatan Pendahuluan, guru melakukan pretes tentang meteri pembelajaran yang telah selesai dibahas pada pertemuan yang lalu, kemudian melakukan appersepsi dengan memberikan informasi serta motivasi akan pentingnya pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini
2) Kegiatan Inti, berlangsungnya proses pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning. dalam hal ini guru berusaha menciptakan
suasana
interaktif
selama
proses
pembelajaran
berlangsung. 3) Kegiatan Penutup, Guru menutup pembelajaran dengan memberikan postes secara singkat seputar materi yang di bahas. c. Hasil Observasi 1) Observasi Terhadap Guru Hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran SKI pokok bahasan Isra Mi’raj adalah:
Tabel 4.5 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Siklus II No 1
Aspek Pengamatan (Indikator)
Skor
Memeriksa kesiapan siswa (mengabsen, memeriksa alat
5
pembelajaran dsb) 2
Apersepsi
5
3
Penguasaan bahan pelajaran
5
4
Menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki
4
belajar 5
Melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
kompetensi
5
(tujuan) yang akan dicapai 6
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
4
7
Menguasai kelas
4
8
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
4
kebiasaan positif 9
Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang
5
ditentukan 10
Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien
4
11
Menghasilkan kesan yang menarik
4
12
Melibatkan siswa dalam pembelajaran Cooperative Learning
5
13
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
4
14
Menumbuhkan sikap terbuka terhadap respon siswa
3
15
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
4
16
Memantau kemajuan belajar selama proses
4
17
Penilaian akhir sesuai kompetensi(tujuan)
4
18
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan
4
benar 19
Melakukan
refleksi
atau
rangkuman
selama
proses
4
memberikan
5
pembelajaran 20
Melaksanakan
tindak
lanjut
dengan
arahan/kegiatan/tugas sebagai remidi/pengayaan Jumlah Skor
86
Tabel 4.5 : Hasil observasi terhadap guru dalam siklus II Sumber data : Data primer
Berdasarkan tabel 4.5 tentang hasil observasi terhadap guru dalam siklus II dapat diketahui bahwa : a) Skor yang diperoleh sebesar 86 b) Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus I adalah 86% karena skor tertinggi observasi adalah 100 c) Pengkategorian kemampuan guru adalah : Kemampuan guru amat baik (A) jika jumlah skor 85-102 Kemampuan guru baik (B) jika jumlah skor 68-85
Kemampuan guru cukup (C) jika jumlah skor 51-68 Kemampuan guru kurang baik (D) jika jumlah skor 34-51 Kemampuan guru tidak baik (E) jika jumlah skor 17-34 d) Berdasarkan pengkategorian kemampuan guru diatas, maka kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus II dapat dikategorikan amat baik (A) dengan skor 86. 2) Observasi Terhadap Siswa Observasi terhadap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran siklus II adalah: Tabel 4.6 Hasil Observasi Terhadap Kerjasama Siswa dalam siklus II
No
Indikator Kerjasama Siswa
1
Kesiapan siswa ketika mengikuti pembelajaran SKI nampak sejak awal Tidak mau ketinggalan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Berusaha mengatasi kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran Mencatat sendiri hal-hal yang penting ketika guru menerangkan Mampu bekerjasama dengan teman Antusias siswa selama pembelajaran tinggi Berpartisipasi dalam penggunaan media pembelajaran Berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan Berusaha mencapai hasil yang terbaik Suasana pembelajaran nampak hidup Jumlah Skor
2 3 4 5 6 T a 7 b e 8 l 4 9 . 10 6 :
1
2 2
Skor 3
4
3
3 4
2
4
4 2
4
0
Jumlah Skor 2
3
4 3
3
3
3
3
3 3 18
3 3 30
8
Hasil Observasi Terhadap Kerjasama siswa dalam Siklus II Sumber : Data Primer
Tabel 4.6 tentang hasil observasi terhadap kerjasama siswa dalam pembelajaran siklus II dapat diketahui bahwa: a) Skor kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh 30. b) Pengkategorian kerjasama siswa adalah: Kerjasama siswa amat baik (A) jika jumlah skor antara 32-40 Kerjasama siswa baik (B) jika jumlah skor antara 24-32 Kerjasama cukup (C) jika jumlah skor antara 16-24 Kerjasama kurang (D) jika jumlah skor antara 8-16 c) Berdasarkan ketentuan pengkategorian di atas maka kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan adalah baik (B). d) Tingkat kerjasama siswa adalah 30/40 x 100% = 75% d. Hal-hal yang menghambat dan mendukung proses pembelajaran siklus II antara lain : 1) Hal yang Menghambat Guru masih sulit mengendalikan kelas dalam suasana berkelompok ketika terjadi kegaduhan. Dan masih ada sedikit siswa yang malu untuk membacakan tulisan diskusi kelompoknya di depan kelas. 2) Hal yang mendukung a) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran nampak sejak awal pembelajaran
b) Aktif dalam mengikuti diskusi kelompok c) Sangat antusias untuk mendapatkan hasil yang terbaik d) Siswa lebih cepat menyelesaikan tugasnya.
4. Diskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan Siklus III Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan oleh guru untuk pelaksanaan siklus III adalah 1) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
untuk
pertemuan siklus III. 2) Menyiapkan bahan pelajaran, yaitu materi Isra’ Mi’raj. 3) Menyusun media pembelajaran 4) Menyiapkan lembar evaluasi postest siswa 5) Menyiapkan alat observasi meliputi observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus II dan observasi kerjasama siswa selama proses pembelajaran. b. Proses Pelaksanaan Siklus III Pelaksanaan proses pembelajaran siklus III telah dilaksanakan sesuai perencanaan : 1) Kegiatan Pendahuluan, guru melakukan pretes tentang meteri pembelajaran, kemudian melakukan appersepsi dengan memberikan
informasi akan pentingnya pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan kali ini 2) Kegiatan Inti, berlangsungnya proses pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning. dalam hal ini guru berusaha menciptakan
suasana
interaktif
selama
proses
pembelajaran
berlangsung. 3) Kegiatan Penutup, Guru menutup pembelajaran dengan melakukan evaluasi postes kepada siswa. c. Hasil Observasi 1) Observasi Terhadap Guru Observasi terhadap kemampuan guru dalam
mengelola proses
pembelajaran SKI pokok bahasan Isra Mi’raj pada siklus III adalah: Tabel 4.7 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Siklus III No 1
Aspek Pengamatan (Indikator)
Skor
Memeriksa kesiapan siswa (mengabsen, memeriksa alat
5
pembelajaran dsb) 2
Apersepsi
5
3
Penguasaan bahan pelajaran
4
4
Menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki
4
belajar 5
Melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
kompetensi
5
(tujuan) yang akan dicapai 6
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
5
7
Menguasai kelas
4
8
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
5
kebiasaan positif 9
Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang
5
ditentukan 10
Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efisien
4
11
Menghasilkan kesan yang menarik
5
12
Melibatkan siswa dalam pembelajaran Cooperative Learning
5
13
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
5
14
Menumbuhkan sikap terbuka terhadap respon siswa
3
15
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
5
16
Memantau kemajuan belajar selama proses
4
17
Penilaian akhir sesuai kompetensi(tujuan)
4
18
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan
5
benar 19
Melakukan
refleksi
atau
rangkuman
selama
proses
4
memberikan
5
pembelajaran 20
Melaksanakan
tindak
lanjut
dengan
arahan/kegiatan/tugas sebagai remidi/pengayaan Jumlah Skor
91
Tabel 4.7 : hasil observasi terhadap guru dalam siklus III Sumber data : Data primer
Berdasarkan tabel 4.7 tentang hasil observasi terhadap guru dalam siklus II dapat diketahui bahwa : a) Skor yang diperoleh sebesar 91 b) Tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus I adalah 91% karena skor tertinggi observasi adalah 100 c) Pengkategorian kemampuan guru adalah : Kemampuan guru amat baik (A) jika jumlah skor 85-102 Kemampuan guru baik (B) jika jumlah skor 68-85 Kemampuan guru cukup (C) jika jumlah skor 51-68
Kemampuan guru kurang baik (D) jika jumlah skor 34-51 Kemampuan guru tidak baik (E) jika jumlah skor 17-34 d) Berdasarkan pengkategorian kemampuan guru diatas, maka kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus III dapat dikategorikan amat baik (A) dengan skor 91. 3) Observasi Terhadap Siswa Observasi terhadap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran siklus III adalah: Tabel 4.8 Hasil Observasi Terhadap Kerjasama Siswa dalam siklus III
No
Indikator Kerjasama siswa
1
Kesiapan siswa ketika mengikuti pembelajaran SKI nampak sejak awal Tidak mau ketinggalan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Berusaha mengatasi kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran Mencatat sendiri hal-hal yang penting ketika guru menerangkan Mampu bekerjasama dengan teman Antusias siswa selama pembelajaran tinggi Berpartisipasi dalam penggunaan media pembelajaran Berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan Berusaha mencapai hasil yang terbaik Suasana pembelajaran nampak hidup Jumlah Skor
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
Skor 2 3 3
4
Jumlah Skor 3
4
4
4
4
2
2 4
4 3
4
4
4
4
4 24
3 4 35
3
3 0
2
9
Tabel 4.8: Hasil Observasi Terhadap Kerjasama siswa dalam Siklus III Sumber : Data Primer
Tabel 4.8 tentang hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus III dapat diketahui bahwa: a) Skor kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh 35. b) Pengkategorian kerjasama siswa adalah: Kerjasama siswa amat baik (A) jika jumlah skor antara 32-40 Kerjasama siswa baik (B) jika jumlah skor antara 24-32 Kerjasama cukup (C) jika jumlah skor antara 16-24 Kerjasama kurang (D) jika jumlah skor antara 8-16 c) Berdasarkan ketentuan pengkategorian di atas maka kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan adalah amat baik (A). d) Tingkat kerjasama siswa adalah 35/40 x 100% = 87,5% d. Hal-hal yang menghambat dan mendukung proses pembelajaran siklus III 1) Hal yang Menghambat Kecakapan siswa dalam melaksanakan perintah guru kurang, sehingga banyak waktu yang terbuang ketika proses pembelajaranberlangsung. 2) Hal yang Mendukung a) Siswa nampak antusias mengikuti pembelajaran sejak awal hingga akhir b) Suasana pembelajaran sangat hidup karena keaktifan siswa yang terjalin. e. Hasil Belajar setelah Pelaksanaan Tindakan
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses pelaksanaan tindakan berlangsung, diakhir proses pembelajaran siklus III guru membagikan lembar postes kepada siswa sebagai evaluasi proses pembelajaran dari siklus I, siklus II dan siklus III. Berikut adalah hasil postes setelah proses pelaksanaan tindakan berlangsung: Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Postes Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran SKI setelah pelaksanaan tindakan No
Nama
Nilai
1
Setyo Budi Rohman
75
2
Rohmad Widiyanto
70
3
Rifki Susandi
80
4
Miftachudin
95
5
Noviyanti
80
6
Khoirun Nasikin
70
7
Dani Gunawan
65
8
Ahmad Susanto
75
9
Sodiq Maksudul M
70
10
Wahyudi
80 Jumlah
760
Rata-rata kelas 76 Tabel 4.9: Hasil Evaluasi Postes Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran SKI setelah pelaksanaan tindakan Sumber : Data Primer
Tabel 4.9 tentang hasil evaluasi pretes hasil belajar siswa dalam pembelajaran SKI setelah pelaksanaan tindakan dapat diketahui bahwa: 1) Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 76
2) Rata-rata tersebut menunjukkan bahwa taraf serap siswa dalam mengikuti pembelajaran SKI setelah pelaksanaan tindakan sebesar 76% 3) Nilai rata-rata yang diperoleh siswa masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 4) Siswa yang mampu mencapai nilai KKM ada 9 anak 5) Siswa yang belum mampu mencapai nilai KKM ada 1 anak 6) Persentase siswa yang mampu mencapai nilai KKM adalah 9/10x100% = 90 % 7) Persentase siswa yang belum mampu mencapai nilai KKM adalah 1/10 x 100% = 10%
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kemampuan Guru dalam Pembelajaran SKI dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning. Guru mampu membelajarkan materi SKI dalam sub pokok bahasan Isra Mi’raj kepada siswa dengan menggunakan metode Cooperative Learning secara
maksimal.
Hasil
observasi
dalam
tiga
siklus
pembelajaran
menghasilkan 83 untuk siklus I, 86 untuk siklus II dan 91 untuk siklus III. Rata-rata ketiga siklus mendapatkan skor 87. Dengan skor ini maka dapat dikategorikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran SKI selama proses tindakan amat baik(A).
Skor tersebut dapat pula diartikan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran SKI dengan menggunakan metode Cooperative Learning sebesar 87%. 2. Kerjasama Siswa dalam Proses Pembelajaran SKI Dalam situasi pembelajaran setiap siklus, siswa menunjukkan kerjasama yang baik meskipun dalam proses pembelajaran kadang menimbulkan kegaduhan dan sebagainya. Akan tetapi ini terjadi masih tetap dalam konteks pembelajaran interaktif, sebab tidak akan mungkin terjadi proses pembelajaran yang sempurna tanpa cacat sedikitpun dari semua komponen pembelajaran. Peningkatan kerjasama sejak proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan dengan kerjasama selama proses pembelajaran tindakan dari siklus I, II, III dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.10 Perbandingan Kerjasama siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sebelum dan selama tindakan. Skor kerjasama setiap siklus No
1 2 3 4
Indikator Kerjasama siswa
Kesiapan siswa ketika mengikuti pembelajaran SKI nampak sejak awal Tidak mau ketinggalan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Berusaha mengatasi kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran Mencatat sendiri hal-hal yang penting ketika guru menerangkan
Pra
I
II
1
1
2
2
2
3
2
3
4
1
1
2
III 3 4 4 2
5
Mampu bekerjasama dengan teman
2
4
4
6
Antusias siswa selama pembelajaran tinggi
2
3
3
7
1
3
3
2
2
3
9
Berpartisipasi dalam penggunaan media pembelajaran Berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan Berusaha mencapai hasil yang terbaik
1
3
3
10
Suasana pembelajaran nampak hidup
3
3
3
4
Jumlah Skor
17
25
30
35
8
4 3 4 4 3
Tabel 4.10: Perbandingan Kerjasama siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sebelum dan selama tindakan. Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.10 tentang Perbandingan Kerjasama siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sebelum dan selama tindakan dapat diketahui bahwa : a. Skor kerjasama 17 adalah perolehan skor kerjasama siswa sebelum pelaksanaan tindakan. Skor 25 adalah perolehan skor kerjasama siswa dalam pembelajaran siklus I. 30 adalah perolehan skor kerjasama siswa dalam pembelajaran siklus II. Sedangkan 35 adalah perolehan skor kerjasama siswa dalam pembelajaran siklus III. b. Kenaikan demi kenaikan skor kerjasama siswa dapat dianalisa sebagai berikut: 1) Skor siklus I mampu meningkatkan skor kerjasama sebelum pelaksanaan tindakan dari 17 menjadi 25. Dengan demikian pada
proses pembelajaran siklus I ada kerjasama skor 8 poin atau sebesar 47,05% 2) Siklus II mampu meningkatkan skor kerjasama siswa dalam pembelajaran siklus I dari 25 menjadi 30. Dengan demikian terdapat kenaikan skor sebesar 5 poin atau 20% dari siklus I. sedangkan kenaikan skor kerjasama siswa dari sebelum pelaksanaan tindakan 17 menjadi 30 terdapat kenaikan 13 poin atau 76,47%. 3) Siklus III mampu meningkatkan skor kerjasama siswa dalam pembelajaran siklus II dari 30 menjadi 35. Dengan demikian terdapat kenaikan skor sebesar 5 poin atau 16,67% dari siklus II. sedangkan kenaikan skor kerjasama siswa dari sebelum pelaksanaan tindakan 17 menjadi 35 terdapat kenaikan 18 poin atau 105,8%. 4) Data diatas menunjukkan bahwa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran siklus I, II, dan III, kerjasama siswa meningkat sebesar 105,8% dari kerjasama belajar sebelum pelaksanaan tindakan. 5) Bukti peningkatan diatas membenarkan hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa dengan diterapkannya metode Cooperative Learning dapat meningkatkan kerjasama siswa selama mengikuti proses pembelajaran SKI di MI Al Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. 3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran SKI
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran SKI ternyata mengalami peningkatan dari sebelum pelaksanaan tindakan sampai setelah diterapkannya proses pembelajaran siklus I, II dan III. Peningkatan hasil belajar siswa disini dapat dilihat dari perbandingan hasil evaluasi pretes dan postes siswa yang telah dilaksanakan siswa sebelum dan setelah pelaksanaan tindakan. Berikut data hasil evaluasi pretes dan postes siswa: Tabel 4.11 Perbandingan Nilai Hasil Evaluasi Pretes dan Postes Siswa dalam Proses Pembelajaran SKI No
Nama
Hasil Evaluasi Pretes
Postes
1
Setyo Budi Rohman
50
75
2
Rohmad Widiyanto
45
70
3
Rifki Susandi
60
80
4
Miftachudin
75
95
5
Noviyanti
55
80
6
Khoirun Nasikin
45
70
7
Dani Gunawan
40
65
8
Ahmad Susanto
50
75
9
Sodiq Maksudul M
60
70
10
Wahyudi Jumlah
65
80
545
760
Rata-rata kelas 54.5 76 Tabel 4.11: Perbandingan Nilai Hasil Evaluasi Pretes dan Postes Siswa dalam Proses Pembelajaran SKI Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.11 tentang perbandingan nilai hasil evaluasi pretes dan postes siswa dalam proses pembelajaran SKI dapat diketahui bahwa :
a. Nilai hasil evaluasi pretes siswa sebelum pelaksanaan tindakan belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. b. Dalam hal pencapaian nilai KKM 70 hanya satu siswa yang mampu mencapai nilai KKM pada penilaian sebelum pelaksanaan tindakan. Akan tetapi setelah pelaksanaan tindakan terdapat 9 siswa atau 90% siswa yang berhasil mencapai KKM c. Dalam hal pencapaian nilai rata-rata adalah sebagai berikut: 1) Nilai rata-rata hasil evaluasi pretes siswa dalam pembelajaran SKI sebelum pelaksanaan tindakan adalah 54,5 2) Nilai rata-rata hasil evaluasi postes siswa dalam pembelajaran SKI setelah pelaksanaan tindakan adalah 76 3) Nilai hasil belajar siswa dari sebelum dan setelah pelaksanaan tindakan mengalami pengingkatan sebesar 21,4 poin atau 30,27%. Data- data tersebut diatas merupakan bukti dari pernyataan hipotesis yang menyatakan bahwa dengan diterapkannya metode Cooperative
Learning
dalam
proses
pembelajaran
SKI
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di MI Al Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Dengan demikian hipotesis tindakan dapat diterima. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi pretes dan postes memang mengalami peningkatan, akan tetapi walaupun hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 21,4 poin atau 30,27%,
dalam hal pencapaian KKM yaitu 70 masih ada 1 siswa yang belum bisa mencapai nilai KKM sewaktu mengerjakan evaluasi postes. Hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap lima siswa mengatakan bahwa: a. Hampir semua siswa mengatakan ketika akan melaksanakan evaluasi postes guru tidak memberitahukan sebelumnyakepada siswa, sehingga siswa belum sempat belajar b. Penjelasan guru tertalu cepat c. Ketika guru menjelaskan saya tidak mendengarkan d. Ada yang tidak berangkat ke sekolah pada salah satu pertemuan sehingga ketinggalan pelajaran
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisa tindakan yang diperoleh setelah proses pembelajaran Siklus I, II, dan III dapat disimpulkjan bahwasanya : 1. Metode Cooperative Learning dapat mendukung peningkatan kerjasama dan keaktifan siswa kelas IV MI AL-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran SKI Materi Isra’ Mi’raj antara sebelum dengan setelah pelaksanaan tindakan. Hasil observasi
menunjukkan
peningkatan
kerjasama
siswa
dari
sebelum
pelaksanaan tindakan ke siklus I sebesar 47, 05 % , dari Siklus I ke Siklus II sebesar 20 % , dari Siklus II ke Siklus III 16,67 %. Data tersebut menunjukkan bahwa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran Siklus I, II, dan III, kerjasama belajar siswa meningkat 105, 8 % dari kerjasama belajar siswa sebelum pelaksanaan tindakan. 2. Metode Cooperative Learning dapat mendukung peningkatan hasil belajar siswa kelas IV MI AL-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2011/2012 dalam pembelajaran SKI Materi Isra’ Mi’raj antara Pre Test dan Post Test. Hasil observasi menunjukkan nilai ratarata hasil evaluasi pre test siswa sebesar 54,5 , sedangkan nilai rata-rata hasil evaluasi post test siswa sebesar 76 . Data tersebut menunjukkan setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran Siklus I, II, dan III Hasil belajar siswa meningkat sebesar 21,4 poin atau 30, 27 %.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu disampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Kepada siswa diharapkan senantiasa meningkatkan kerjasama dalam pembelajaran SKI sehingga apa yang diharapkan dari tujuan pembelajaran SKI dapat terlaksana dengan baik. Hendaklajh apa yang telah dipelajari di kelas, direalisasikan dalam klehidupan sehari-hari sehingga nantinya bisa bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. 2. Kepada sesama rekan guru MI AL-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran kabupaten Magelang marilah kita tingkatkan proses pembelajaran siswa di kelas dan selalu mencoba menerapkan metode-metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan yang sesuai dengan karakter siswa untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran pada umumnya. 3. Kepada pengelola MI AL-Islam Sidorejo Kecamatan Kajoran kabupaten Magelang mohon dukungan dan fasilitasnya untuk mengembangkan kemampuan guru-guru seluruhnya melalui penelitian tindakan kelas yang lain untuk menuju peningkatan kualitas pendidikan.
4. Kepada para pembaca maupun para peneliti tindakan kelas selanjutnya, apabila ingin mencoba menerapkan metode Cooperative Learningdalam penelitiannya, guru harus siap dengan situasi dan kondisi yang nantinya akan dihadapi ketika pelaksanaan toindakan penelitian berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, Imansjah. 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya : Usaha Nasional Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Dimyati dan Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo Maleong, J.Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rosdakarya M. Echos, dkk. 1995. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Muhaimin,
dkk.
1996.
Strategi
Belajar
Mengajar
(Penerapannya
dalam
Pembelajaran Pendidikan Islam). Surabaya : CV. Citra Media Partanto, Pius A. dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo : Ramadani Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru). Bandung: Remaja Rosda Karya Suryanto, dkk. 2004. Sejarah dan Kebudayaan Islam Kelas 4. Jawa Tengah: DEPAG Slameto. 1984. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sardiman. 1994.Guru Sebagai Pendidik bukan Pengajar. Jakarta: Usaha Jaya Tafsir, Ahmad. 2002. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya Zuhairini, dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Surakarta: Ramadani