IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG MENYENANGKAN BAGI SISWA KELAS 1ADAN1B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ASIH WARDANI NIM: 11508056
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
i
ii
IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG MENYENANGKAN BAGI SISWA KELAS 1ADAN1B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ASIH WARDANI NIM: 11508056
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706, 323433 Fax 323433Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Emal:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: Asih Wardani
NIM
: 11508056
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Judul
:IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG MENYENANGKAN BAGI SISWA KELAS 1A DAN 1BDI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN 2013
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 13 Februari 2013 Dosen Pembimbing
Drs. Bahroni, M. Pd. NIP. 196408181994031004
iv
SKRIPSI IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG MENYENANGKAN BAGI SISWA KELAS 1A DAN 1B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN 2013 DISUSUN OLEH ASIH WARDANI NIM : 11508056 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 11 Maret 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Prof. Dr. Mansyur, M.Ag.
________________
Sekertaris Penguji
: Miftachurrif’ah, M.Ag.
________________
Penguji 1
: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. ________________
Penguji 2
: Dra. Maryatin
________________
Penguji 3
: Drs. Bahroni, M.Pd
________________
Salatiga, 11 Maret 2013 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 19580827 198303 1002
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO “Bila saja ku mampu kan ku berikan keindahan yang sejati, bila ku bisa kan ku tata kehidupan ini dengan kebeningan yang ku pahami, bila ku bisa kan ku ajak semua ke jalan Muhammad untuk saling mengasihi dan berdaya solusi, tapi inilah aku yang harus rela menerima takdir ku apapun itu, dan hanya bisa berkata, dengan bahasa manusia terimakasih allah... Atas apa yang telah, sedang, dan kan kau berikan kepada ku”.
PERSEMBAHAN Kedua Orang tuaku yang amat ku sayangi Anakku tercinta yang selalu jadi pelita hidup dan penyemangat ku, Teman-teman mahasiswa seperjuanganku.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama
: Asih Wardani
Nim
: 11508056
Program studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,13 Februari 2013 Yang Menyatakan
Asih Wardani
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Suatu kebanggaan tersendiri, jika tugas dapat terselesaikan dengan sebaikbaiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bentuannya, khususnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan
viii
kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 3. Miftachurrif’ah, M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 5. Siti Rohmini, M.Pd.I. selaku kepala MI Mangunsari Salatiga yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian madrasah yang beliau pimpin. 6. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di madrasah tersebut. 7. Murid-murid kelas 1A dan 1B MI Ma’arif Mangunsari yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Bapak dan Ibu tercinta (Darji&Darmi) yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan dukungan demi keberhasilan penulis. 9. Anakku tersayang (Fakhri Ramadhani) yang selalu jadi semangat ketika ku mulai mengeluh. 10. Teman Kuliahku Ika jixa jixu, Yu Indah, Titik, Mudah, dan Zizah yang selalu bersama-sama dalam keadaan suka maupun duka. 11. Teman seperjuangan PGMI 2008, yang selama ini telah berjuang bersama. 12. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian.
ix
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 13 Februari 2013 Penulis
Asih Wardani
x
ABSTRAK Wardani, Asih. 2012. Implementasi Classroom Managemen untuk Mewujudkan Suasana Belajar yang Menyenangkan bagi siswa Kelas 1A dan 1B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd. Kata kunci: Classroom Management dan Suasana Belajar Menyenangkan. Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang dijadikan perhatian oleh guru. Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah tentang tentang ICM di MI Ma’arif Mangunsari tahun 2013. Ada empat fokus dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimana pemahaman guru tentang ICM di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013?, (2) bagaimana cara guru dalam melaksanakan ICM di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013?, (3) apa kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan ICM di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013? (4) Bagaimana solusinya dalam pelaksanaan ICM di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013?. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari ketiga teknik tersebut ditafsirkan dan dianalisis. Keabsahan data diuji dengan teknik triangulasi. Selain itu dengan menggunakan teknik ketekunan pengamatan. Temuan peneliti ini yaitu (1) pemahaman guru tentang ICM yaitu ketrampilan guru untuk menciptakan sebuah kelas sehingga teratur demi tercapainya tujuan pembelajaran. (2) cara guru dalam melaksanakan ICM yaitu harus sesuai dengan perencanaan awal, sebelum mengajar guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi, metode, anak, serta menyiapkan fasilitas (3) kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan ICM yaitu (a) guru belum bisa memahami karakter siswa satu sama lain (b) kurangnya kesadaran siswa tentang menghormati hak-hak orang lain (c) fasilitas di MI yang kurang memadahi dalam menunjang proses pembelajaran (d) Orang tua yang kurang memperhatikan belajar anak, (4) solusi dalam pelaksanaan ICM yaitu (a) setiap hari kamis guru mengadakan pertemuan antar guru (b) setiap pagi guru mengadakan ice breaking yaitu anak disuruh mengungkapakan seluruh isi hatinya baik lisan maupun tertulis (c) fasilitas, guru harus lebih berinovatif dalam menciptakan media pengajaran (d) orang tua, adanya kerjasama antar guru dan orang tua membantu belajar anak di rumah.
xi
DAFTAR ISI Sampul Judul.....................................................................................................
i
Lembar Berlogo................................................................................................
ii
Judul..................................................................................................................
iii
Persetujuan Pembimbing...................................................................................
iv
Pengesahan Kelulusan.......................................................................................
v
Motto dan Persembahan....................................................................................
vi
Pernyataan Keaslian Tulisan.............................................................................
vii
Kata pengantar..................................................................................................
viii
Abstrak..............................................................................................................
xi
Daftar Isi...........................................................................................................
xii
Daftar Tabel......................................................................................................
xv
Daftar Lampiran................................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Fokus Penelitian ............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................
5
E. Penegasan Istilah............................................................................
6
F. Metode Penelitian...........................................................................
7
G. Sistematika Penulisan.....................................................................
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
18
xii
A. Manajemen Kelas..........................................................................
18
B. Suasana Kelas yang Menyenangkan.............................................
21
C. Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas yang 33 Menyenangkan………............................................................ BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.........................
48
A. Gambaran Umum, Lokasi dan Subjek Penelitian .........................
48
1. Sejarah berdiri dan Profil MI Ma’arif Mangunsari................
48
2. Subjek Penelitian...................................................................
50
3. Visi dan Misi..........................................................................
50
B. Paparan Data Temuan Peneliti.......................................................
55
1. Pemahaman Guru Tentang Classroom Management............
55
2. Pelaksanaan Classroom Management...................................
58
3. Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Manajemen 61 Kelas...................................................................................... 4. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas.. BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................
66 69
A. Pemahaman Guru Tentang Classroom Management.....................
69
B. Pelaksanaan Classroom Management...........................................
71
C. Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas...
73
D. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas..........
75
xiii
BAB V PENUTUP............................................................................................
77
A. Kesimpulan....................................................................................
77
B. Saran .............................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
82
LAMPIRAN......................................................................................................
83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... 146
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga 2013…………………………………………………….......
xv
56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Pedoman wawancara
Lampiran 2
:Reduksi Wawancara
Lampiran 3
: Triangulasi Data
Lampiran 4
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5
: Nota Pembimbing
Lampiran 6
: Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lampiran 7
: Lembar Konsultasi
Lampiran 8
: Surat Keterangan Keaktifan (SKK)
Lampiran 9
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 10 : Dokumentasi Foto
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering menjadi perhatian oleh para calon guru, guru baru bahkan para guru yang telah berpengalaman. Karena mereka ingin agar peserta didik dapat belajar dengan optimal.Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik. Di dalam proses belajar mengajar terdapat dua masalah yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Yaitu masalah pengajaran (instructional problem) dan masalah manajemen kelas (classroom management).Keduanya diyakini mempunyai implikasi dan pencapaian hasil pembelajaran. Masalah pengajaran itu akan berhasil dalam arti tercapai tujuan-tujuan pengajarannya akan sangat tergantung pada masalah manajemen kelas. Dengan kata lain, masalah manajemen kelas itu perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan atau mempertahankan kondisi optimal yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif.
1
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru bahwa dalam kegiatan belajar siswa di sekolah siswa membutuhkan suasana yang wajar tanpa tekanan, siswa membutuhkan suasana yang merangsang, siswa juga sangat membutuhkan bimbingan dan bantuan guru. Yang tidak kalah penting dalam kegiatan belajar mengajar siswa membutuhkan kesempatan untuk berkomunikasi baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. Sebagai guru harus tahu apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik.Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis.Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masingmasing.Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran. Berkaitan dengan hal tersebut guru harus mampu mengoptimalkan pengajarannya. Karena kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik serta mengendalikannya dalam suasana yang
menyenangkan
untuk
mencapai
tujuan
pengajaran.Untuk
mewujudkan manajemen kelas di Sekolah Dasar, lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
2
Manajemen kelas di Sekolah Dasar tidak hanya pengaturan belajar, fasilitas fisik dan rutinitas, tetapi menyiapkan kondisi kelas dan lingkungan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik, dan menciptakan iklim belajar yang menunjang. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan
tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Sampai sekarang masih banyak kita jumpai sekolah-sekolah yang belum
melaksanakan managemen kelas dengan baik. Kalaupun ada
sekolah yang telah menerapkannya hanyalah sebagian kecil dari guru-guru yang ada di sekolah tersebut. Hal itu disebabkan kurangnya pengetahuan guru tentang pentingnya memanagemen kelas dalam pencapaian prestasi siswa serta pencapaian keberhasilan pembelajaran. Survei awal peneliti, implementasi classroom management belum dapat dilaksanakan oleh semua guru kelas dan guru mata pelajaran di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga. Untuk mengetahui penerapan manajemen kelas lebih lanjut, maka dapat kita ketahui melalui penelitian ini. Berangkat dari persoalan di atas maka peneliti mengangkat judul IMPLEMENTASI
CLASSROOM
MANAGEMENT
UNTUK
MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG MENYENANGKAN BAGI 3
SISWA KELAS 1A DAN 1B DI MI MA`ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN 2013. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pemahaman guru tentang classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013? 2. Bagaimana cara guru dalam melaksanakan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013? 3. Apa
kesulitan/hambatan
guru
dalam
pelaksanaan
classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013? 4. Bagaimana solusinya dalam pelaksanaan classroom managementuntuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
4
1. Mengetahui pemahaman guru tentang classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. 2. Mengetahui cara guru dalam melaksanakan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. 3. Mengetahui kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan classroom management ntuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. 4. Mengetahui solusinya dalam pelaksanaan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. D. ManfaatPenelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis Sebagai pengembangan disiplin ilmu, berupa penyajianinformasi ilmiah dalam classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013, mulai dari pemahaman guru, cara guru dalam pelaksanaan, kesulitan/hambatan, dan solusi dalam pelaksanaanya. 2. Praktis
5
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam proses belajar mengajar mencakup pemahaman guru, cara guru dalam pelaksanaan, kesulitan/hambatan,
dan
solusi
dalam
pelaksanaan
classroom
managementuntuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang istilah yang digunakan dalam judul skripsi di atas, maka disini perlu dikemukakan batasan dan penjelasan judul sebagai berikut: 1. Implementasi/Penerapan Menurut
Purwadarminta
dalam
kamus
umum
bahasa
Indonesiaimplementasi atau penerapan berarti pemasangan atau pengenaan atau perihal mempraktekkan. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. 2. Classroom/Kelas Kelas menurut Hamalik dalam Martinis Maisah (2009:34) adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. 3. Management/Pengelolaan Menurut Mulyadi (2009:2) manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. 4. Implementasi Classroom Management
6
Paparan di atas dapat dipahami bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya
yaitu
classroom
management.Implementasi
classroom
management menurut peneliti yaitu seperangkat aktifitas baru yang dikelola dan dilakukan di dalam kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang efektif. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Implementasi Classroom Management adalah penerapan menciptakan sumber daya yang ada di kelas agar menyenangkan bagi siswa untuk mencapai sasaran pembelajaran. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk mendapatkan pemahaman yang substantif terhadap permasalahan implementasi
classroom
management
di
MI
Ma`arif
Mangunsari
Salatiga.Maka jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan dll, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memnfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2008:6) Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan dan sebagainya dalam
7
waktu tertentu.tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untukmenghasilkan teori. 2. Kehadiran Penelitian Untuk mendapatkan data-data yang valid dan obyektif tehadap apa yang diteliti maka kehadiran peneliti dilapangan dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai pengamat langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang akan diteliti sangat menentukan hasil penelitian, maka dengan cara riset lapangan sebagai pengamat penuh secara langsung pada lokasi penelitian peneliti dapat menemukan dan mengumpulkan data secara langsung. Jadi dalam penelitian ini, insrtumen penelitian adalah peneliti sendiri yang sekaligus sebagai pengumpul data. Sedangkan instrument-instrumen yang lain merupakan instrument pendukung atau instrumen pelengkap oleh karena itu kehadiran peneliti dilapangan sangatlah diperlukan.
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat
sekaligus pemeranserta.Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum.Karena itu maka segala macam informasi termasuk rahasia sekalipun dapat dengan mudah diperoleh (Moleong, 2008:177). Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati secara langsung keadaan-keadaan atau kegiatan-kegiatan yang berlangsung, fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis yang terjadi di sekolah.
8
Hal tersebut dimaksudkan untuk mengamati langsung apakah kejadiankejadian tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara. 3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. Subjeknya adalah guru kelas 1A dan 1B. Waktu penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan selesai dalam memperoleh data yang dibutuhkan. 4. Sumber data Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam
data
yang
berhubungan
dengan
Implementasi
classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013.Menurut Lofland dalam Moleong (2008:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.Maka sumber data pada penelitian ini oleh peneliti secara langsung dari objek yang diteliti. Data Sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan oleh peneliti yang meliputi: 1) Kondisi umum MI Ma’arif Mangunsari Salatiga 2) Profil sekolah. 3) Kurikulum sekolah. 5. Prosedur Pengumpulan Data 9
a. Metode Interview Metode ini disebut juga dengan metode wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dengan sumber data.Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186) Dalam wawancara secara mendalam dilakukan oleh peneliti terhadap informan yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu guru kelas 1A dan 1B dalam penerapan managemen kelas. Wawancara ini bertujuan untuk memeperoleh informasi yang ada relevansinya dengan pokok persoalan penelitian yaitu mengetahui proses pemahaman guru, mengetahui cara guru dalam pelaksanaan, mengetahui kesulitan/hambatan guru dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. b. Metode Observasi (Pengamatan). Pada metodepegamatan ini, penulis terjun langsung untuk mengamati secara langsung terhadap pelaksanaan Manajemen Kelas. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalm objek penelitian (Nawawi dalam Saebani, 2009:134).
10
Observasi dibutuhkan untuk memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi dilakukan terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti, dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara (Afifuddin & Saebani, 2009:134). Data yang diperlukan dalam metode pengamatan ini adalah, mengamati secara langsung konsep pemahaman guru, mengetahui pelaksanaan guru, mengetahui kesulitan/hambatan guru dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa kelas 1A dan 1B di MI Ma`arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi yang dimaksud adalah metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia. Sumber tersebut misalnya dari buku-buku dan beberapa literatur yang berhubungan dengan penerapan manajemen kelas, arsip sekolah, foto, dan sebagainya. 6. Analisis Data Analisis data penelitian kualitatif pada dasarnya sudah dilakukan sejak awal kegiatan penelitian sampai akhir penelitian. Dengan cara ini diharapkan terdapat konsistensi analisis data secara keseluruhan. Karena mengingat
11
penelitian ini bersifat deskriptif, maka digunakan analisa data filosofis atau logika yaitu analisa induktif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2008:248). Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada. Sedangkan mengenai data yang telah terkumpul, maka dalam hal ini digunakan dua langkah dalam menganalisis data tersebut antara lain yaitu: a. Persiapan Dimana dalam persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu: 1) Mengenai nama dan kelengkapan interview (sumber informasi) dan benda-
benda yang merupakan sumber data yang telah dikumpulkan. 2) Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa isi instrumen pengumpul data
dan isian-sisian data yang terkumpul dari sumber informasi penelitian, 12
termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal interview dan tanggal dilakukan observasi. b. Penerapan Dalam penyusunan skripsi ini, penerapan yang digunakan adalah penerapan yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yang lebih cenderung menggunakan analisa induktif yang berangkat dari khusu keumum, maksudnya ialah mengungkapkan proses pemahaman guru, mengetahui pelaksanaan guru, mengetahui kesulitan/hambatan guru dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan manajemen kelas di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga tahun 2013. 7.
Pengecekan Keabsahan Temuan Setelah penafsiran data, maka akan dilakukan pemeriksaan kredibilitas data. Ada beberapa teknik pemeriksaan kredibilitas data, diantaranya memperpanjang
keikutsertaan,
ketekunan
pengamatan,
triangulasi,
pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan reprensial, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing (Moleong, 2009:326-228). Tehnik penelitian ini penulis memilih dua tehknik utama yaitu: a. Tehnik triangulasi atau pengecekan kebenaran data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data sebagai pembanding. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehknik triangulasi dengan sumber data yang menjadi
subyek
penelitian.
Dengan
kata
lain,
peneliti
akan
membandingkan dan mengecek balik derajat keabsahan data pada waktu
13
yang berbeda serta dengan alat dan metode yang berbeda dalam penelitian kualitatif. b. Teknik pembahasan teman sejawat melalui diskusi, hasil analisis sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data atau informasi baru yang diperoleh dari sumber yang lain. Prosesur ini juga akan dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari berbagai sumber data tentang implementasi Classroom Managementdi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. 8. Tahap-tahap Penelitian Dalampelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut : a. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan implementasiClassroom Management di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013. Data tersebut diperoleh dengan observasi,
wawancara
dan
dokumentasi
dengan
cara
melihat
implementasiClassroom Management di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga tahun 2013 terlaksana secara maksimal, sedang/cukup atau kurang.
14
c. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan guru kelas 1A dan 1B. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan disini penulis akan mencoba membagi dari beberapa Bab: Bab I
: Bab Pertama merupakan Pendahuluan, yang didalamnya berisi tentang: Latar Belakang Penelitian, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
15
Bab II
: Bab Kedua merupakan Kajian Pustaka dan Kerangka berfikir terdiri classroom management, suasana kelas menyenangkan dan classroom managementuntukmewujudkan suasana kelas yang menyenangkan.
Bab III : Bab Ketiga merupakan Paparan Hasil Penelitian berisi tentang classroom managementgambaran umum MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun 2012 (letak geografis, subjek penelitian, visi dan misi danprofil sekolah), hasil penelitian. Bab IV : Bab Keempat merupakan Pembahasan Hasil Penelitian berisi konsep pemahaman guru tentang implementasi di MI Ma’arif Mangunsari salatiga tahun 2013, cara guru dalam melaksanakan classroom management di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga tahun 2013, kesulitan/hambaran guru dalam pelaksanaan classroom managemen di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga tahun 2013, solusinya dalam pelaksanaan classroom management di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga tahun 2013. Bab V
: Bab kelima ini ditutup dengan kesimpulan dan saran-saran.
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Kelas Manajemen kelas berasal dari dua kata yaitu kata management, yang diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Menurut Syaifuddin dkk (2007:3), manajemen adalah proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Mulyadi (2009:2) manajemen sama dengan pengelolaan sedang pengelolaan sendiri adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Menurut Maisah (2009:34) manajemen dapat diartikan sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan dari pada sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pengertian kelas menurut Hamalik dalam Martinis Maisah (2009:34) adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.
17
Sementara Suharsimi dalam Martinis Maisah (2009:34) menyebutkan bahwa kelas berarti sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran dari guru yang sama. Jadi secara sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas menurut Yamin (2009:34) adalah (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) berfariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri. Keterampilan pengelolaan kelas memiliki komponen sebagai berikut: 1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal. a. Menunjukkan sikap tanggap dengan cara; memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap gangguan di kelas. b. Membagi perhatian secara visual dan verbal. c. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran. d. Memberi petunjuk yang jelas. e. Memberi teguran secara bijaksana f. Memberi penguatan ketika diperlukan 2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
18
a. Modifikasi perilaku 1) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan 2) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan 3) Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman b. Pengelolaan kelompok dengan cara: 1) Peningkatan kerjasama dan keterlibatan. 2) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul. c. menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah. 1) Pengabdian yang direncanakan 2) Campur tangan dengan isyarat 3) Mengawasi secara ketat 4) Mengakui perasaan negatif peserta didik 5) Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan
perasaannya
6) Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi 7) Menyusun kembali program belajar 8) Menghilangkan ketegangan dengan humor 9) Mengekang secara fisik
19
Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi,bersih, sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata dengan rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
B. Suasana Kelas yang Menyenangkan Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasisiswa di dalam kelas. Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia suasana yang menyenangkan adalah merasa puas (lega tidak susah, tidak kecewa), betah, bahagia, suka, mudah dalam keadaan baik. Menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya sehingga, mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau halyang lebih berat lagi (Ahmadi, 2011:31). Menurut pendekatan pembelajaran suggestopedia, kondisi kelas yang nyaman dan kondisi siswa yang rileks serta tidak stress dapat menjadi sugesti dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran (Pardiyono, 2010:11). Setiap pembelajaran yang berlangsung harus menyenangkan penegasan itu tercantum dalam PP 19/25 tentang Standar Nasoinal Pendidikan (SNP). Pakar pendidikan Prof. Dr Arief Rachman mengemukakan banyak kasus di
20
sekolah yang membuat anak kehilangan semangat belajar, padahal pada dasarnya tidak ada seorangpun yang dilahirkan jadi pemalas atau pemarah. Karena itu perlu suasana belajar yang menyenangkan. “Jika sekolah menjadi tempat yang membosankan, mengakibatkan minat belajar siswa rendah, “ kata psikolog Universitas Indonesia Mayke S Tedjasaputra. Guru adalah manejer kelas. Pengelolaan kelas berada di tangannya. Ia berperan menjadi fasilitator untuk peserta didiknya. Fasilitas yang disediakan bisaperencanaan yang baik, pelaksanaan yang bermakna, dan penyediaan konteks belajar yang memberikan motivasi. Menciptakan suasana yang menyenangkan adalah bagian integral dan paling vital dari tugas guru dalam pembelajaran. Suasana belajar menyenangkan diawali dari guru. Guru masuk kelas dalam keadaan total, terintegrasi, terfokus. Ketika kakinya melangkah ke dalam kelas, seyogyanya ia memutuskan hubungan dunia luar. Permasalahan yang bergalau diluar kelas ditinggalkan. Masalah pribadi, masalah rumah tangga, masalah kemasyarakatan, dan masalahmasalah lain dia lupakan. Kini ia ada di kelas sebagai pelayan peserta didiknya, sebagai fasilitator peserta didiknya agar mereka dapat,mau, dan mampu belajar. Guru masuk ke ruang kelas membawa suasana hati yang menyenangkan. Dari suasana hati seperti itulah pembelajaran dimulai,
21
dilaksanakan, dan diakhiri. Guru yang baik adalah guru yang “masuk senang, keluar senang, dan di dalam bergairah”. Suasana menyenangkan dapat diawali dengan membina kontak batin dengan peserta didik. Guru menciptakan hubungan batin yang harmonis dengan peserta didiknya. Hubungan atau kontak batin itu dapat tercipta melalui berbagai media. Ekspresi wajah, gerakan anggota badan dan sorot mata merupakan bahasa tubuh yang ditangkap oleh peserta didik. Kemudian bahasa yang digunakan dan senyum yang dilontarkan merupakan wahana riil untuk menciptakan suasana yang menyenangkan. Kemampuan guru menggunakan bahasa tubuh dan bahasa lisan merupakan kompetensi dasar untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Melangkah cepat dan pasti ke dalam kelas menggambarkan semangat yang dimiliki oleh guru. Setiap gerak-gerik guru, melangkah masuk kelas, sorot mata, ekspresi air muka, dan gerakan-gerakan kecil lainnya akan sangat bermakna dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Jika hal itu dilakukan setiap kali masuk kelas, suasana kelas yang menyenangkan akan tercipta. Nuansa-nuansa gerakan itu akan menilar pada peserta didik dan semangat belajarnyapun akan muncul. Sebaliknya gerakan tidak pasti, ragu-ragu, dan tidak bersemangat akan membias ke dalam suasana kelas. Hal itu akan berpengaruh negatif pada peserta didik.
22
Penggunaan bahasa juga akan berpengaruh terhadap suasana kelas. Bahasa yang monoton, bahasa yang tidak berfariasi akan membosankan peserta didik. Tiap hari mereka hanya mendengar kalimat itu-itu saja dari mulut gurunya. Akhirnya ia menerima sebagai suatu yang rutin sehingga tidak
memberikan
dorongan
dan
tenaga
untuk
memotifasinya
berkonsentrasi dalam pembelajaran. Apalagi pengulangan kalimat yang sama setiap kali masuk kelas. Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran secara aktif dapat membangun kompetensi karena siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya (Ahmadi,2011:22). Selain untuk membangun komunikasi dengan siswa, pengajar juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan bagi para siswa. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi siswa akan merasa canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa. Beberapa tips yang dapat menjadi panduan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan: 1. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik sesama guru maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga bisa mendorong 23
siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi antara pendidik dan anak didik dapat terbangun. Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada siswa lain yang akan mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan bertanya, akan memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal daripada hanya diam mendengarkan. 2. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang diajukan oleh siswa Anda. Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang percaya diri sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas.Nah, tugas Anda sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan. 3. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”. 4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk mengajukan
24
pertanyaan memancing yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di dalam kelas.Pastikan pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk berbicara. Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa canggung yang biasa ia perlihatkan. 5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya akan Anda tanyakan. Sehingga, ia akan mempersiapkannya terlebih dulu. Jika saat ada bertanya dan para siswa tidak merespon, ubah format pertanyaan anda yang hanya membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak". 6. Controlling Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki.Gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan beberapa siswa yang tingkat partisipasinya dalam kelas sangat kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu ia akan merasa percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan kurang percaya yang menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.
25
Seorang guru hendaknya juga memahami karakteristik masingmasing siswa. Menganalisis karakteristik siswa dimaksudkan untuk mengetahui
ciri-ciri
perseorangan
siwa.
Dengan
begitu
akan
memberikan dampak terhadap keefektifitasan belajar (Budiningsih, 2004:17). Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lain. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro. Seluruh sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, jumlah siswa dibatasi dalam setiap kelas maksimal 32 siswa. Hal ini ditetapkan agar guru bisa lebih mudah memberikan pelajaran dengan
26
baik dan siswa juga akan mudah menangkap yang nantinya akan mendapatkan hasil yang baik pula. Selain itu juga bagian sarana dan prasarana disekolah akan lebih mudah menyediakan alat praktikum sesuai dengan jumlah siswa seperti komputer, alat praktik IPA, peralatan olahraga, labor bahasa dan lain-lain. Dan juga guru menyampaikan materi pembelajaran dikelas dengan menggunakan alat multimedia.Bagi guru yang kreatif mereka membuat animasi karikatur dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh.Bagian kurikulum juga harus memikirkan bagaimana agar siswa juga dapat menerima pembelajaran siswa jangan diberikan pelajaran yang berumus, harus diselingi dengan mata pelajaran yang lainnya. PAIKEM merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa membuat suasana kelas menjadi asyik dan efektif. PAIKEM singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan. Setiap guru dalam melaksanakan pembelajaran diharapkan selalu menerapkan pendekatan PAIKEM. Pengertiannya bahwa setiap pembelajaran harus berjalan lebih menunjukkan aktivitas siswa (baik fisik maupun mental), sehingga memberikan kesempatan lebih besar berkembangnya daya kreativitas, berhasil guna dan tentu saja berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Menurut pendapat para ahli keberhasilan PAIKEM terletak pada kata ‘menyenangkan’. Menyenangkan hendaknya dijadikan kunci
27
utama dalam penerapan PAIKEM.
Menyenangkan hendaknya
dijadikan kunci utama dalam penerapan PAIKEM. Artinya, suasana menyenangkan itu seharusnya sudah dibangkitkan sejak awal pembelajaran. Kegembiraan disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh. Kegembiraan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berati membuat suasana ribut atau hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan yang sembrono, kemeriahan yang dangkal, terciptanya pemahaman atas materi yang dipelajari, dan nilai yang membahagiakan, penciptaan kegembiraan jauh lebih penting daripada segala tehnik metode maupun media yang digunakan. Beberapa komponen pembangun suasana yang menyenangkan antara lain; (1) bangkitnya minat, (2) adanya keterlibatan penuh, (3) terciptanya makna, (4) adnya pemahaman atau penguasaan materi, (5) adanya nilai yang membahagiakan. Komponen komponen terserbut diuraikan sebagai berikut: a. Bangkitnya minat. Seperti kita ketahui, minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehendak atau keinginan hati. Minat juga sering dipadankan dengan gairah atau keinginan yang kuat. Sekarang cobalah anda hubungkan antara ‘bangkitnya minat’ ini dengan ‘kegembiraan’. Jika sejak awal dalam diri siswatelah bangkit minat atau gairah untuk
28
mempelajari sesuatu,
niscaya
kegiatan
belajar
tersebut
akan
menyenangkan bagi siswa tersebut. Jadi hubungan antara minat atau gairah dengan menyenangkan sangat erat dan saling mempengaruhi. Jika minat belajar telah tumbuh, maka pembelajaran akan menjadi menimbulkan gairah dan suasana akan semakin menyenangkan. Suasana
menyenangkan
yang
terpelihara
sepanjang
proses
pembelajaran akan berpengaruh terhadap gairah belajar selama pembelajaran berlangsung. b.
Adanya keterlibatan penuh. Komponen ini dependen terhadap komponen pertama.
Seorang siswa tidak akan mungkin terlibat secara sepenuh hati dalam pembelajaran jika didalam diri siswa tidak ada gairah atau minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian harus ditumbuhkan hubungan yang kuat antara yang akan belajar dengan apa yang akan dipelajari. Agar siswa bergairan dan terlibat secarapenuh dalam pembelajaran, guru sangat perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan rinci dan jelas pada awal pembelajaran. Sampaikan pada siswa bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu yang sangat penting, mudah dan akan dipelajari secara menyenang. Penyampaian tujuan, penjelasan apa-apa yang yang akan dilakukan dalam mempelajari materi sangat perlu disampaikan pada para siswa agar secara psikologis siswa mempersiapkan mentalnya. c.
Terciptanya makna.
29
Pengertian makna disini bukan dalam konteks umum yang sering dipandankan dengan kata ‘arti’. Makna tidak mudah untuk didefinisikan karena berkaitan erat dengan masing-masing pribadi dan kadang muncul sangat kuat dalam konteks yang personal. Dalam konteks pembelajaran PAIKEM, kata ‘makna’ lebih dekat dengan pengertian ‘kesan’. Maksudnya, bahwa pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran yang dapat menghadirkan sesuatu yang mengesankan. Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran yang tidak mampu memberikan kesan yang mendalam tidak mungkin akan bermakna. Untuk menghadirkan makna pembelajaran harus mengesankan. Selanjutnya,
agar
pembelajaran
dapat
mengesankan
maka
pembelajaran itu harus dalam suasana yang menyenangkan. Karena ‘makna’ seringkali muncul dalam konteks yang sangat personal, maka guru harus benar-benar mengerti dan menghargai
perbedaan
individu setiap siswa-siswanya. d. Pemahaman atau penguasaan materi. Ketika minat atau gairah belajar siswa tumbuh, kemudian ia terlibat secara penuh dalam mempelajari materi-materi pelajaran, dan selanjutnya ia terkesan dengan apa yang dipelajari, maka pemahaman atas apa yang dipelajari akan tertanam kuat. Penguasaan materi akan tertanam sangat kuat apabila siswa berminat, terlibat dan terkesan. Dengan melihat hubungan
30
komponen pertama, kedua dan ketiga yang kemudian melahirkan komponen keempat, menurut saya sudah mampu menjawab keragu-raguan kita atas hasil belajar dalam pembelajaran pakem. Hubungan keempat komponen tersebut menjadi sangat logis dan meyakinkan. e.
Nilai yang membahagiakan. Membahagiakan
artinya
membuat
hati
merasa
tenteram.Hati yang tenteram adalah yang bebas dari rasa takut, rasa tertekan dan jauh dari perasaan terancam. Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan terbebas dari tekanan,ketakutan dan ancaman. Perasaan takut, tertekan, dan terancam tidak akan muncul dan menghantui perasaan siswa jika pembelajaran berjalan dalam suasana yang menyenangkan. Ketiga perasaan tersebut (takut, tertekan, dan terancam) hanya akan menjadi kendala bagi munculnya minat belajar. Rasa bahagia pada diri siswa antara lain dapat muncul karena ia memperoleh makna dari mempelajari sesuatu. Dirinya menjadi merasa berharga, mampu tumbuh dan berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Ketika seorang siswa mampu memecahkan persoalan dalam proses belajarnya dalam dirinya akan tumbuh rasa bangga dan percaya diri. Perasaan bangga dan percaya diri ini akan menyadarkan siswa tersebut bahwa dirinya memiliki potensi sebagaimana orang lain. Dengan
31
demikian, dalam rangka membantu siswa memperoleh nilai yang membahagiakan dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha terus-menerus membantu menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri padasetiap siswanya (Panggabean.blogspot.com. diakses pada 16 januari 2013). C. Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan 1. Pengertian Manajemen Kelas Untuk memperjelas pengertian manajemen kelas, Cooperdalam Classroom Teaching Skills (dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1993), dalam Mulyadi (2009:2) yaitu: a. Manajemen
kelas
ialah
seperangkat
kegiatan
guru
untuk
menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. b. Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan memaksimalkan kebebasan siswa. c. Manajemen
kelas
ialah
seperangkat
kegiatan
guru
untuk
mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. d. Manajemen
kelas
ialah
seperangkat
kegiatan
guru
untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif.
32
e. Manajemen kelas ialah seperangkat kegiatan untuk menumbuhkan dan mempertahankan organsasi kelas yang efektif. Dari kelima definisi di atas manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang evektif dan produktif. Menurut Djamarah & Zaini dalam Suwardi (2008:108),secara sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajara5n. Dari beberapa pendapat ahli tersebut peneliti berpendapat bahwa pengelolaan kelas yaitu suatu kegiatan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menarik untuk kepentingan pengajan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah 1) kehangatan dan keantusiasan,2) tantangan, 3) bervariasi, 4) luwes, 5) penekanan pada hal-hal positif, 6) penanaman disiplin diri. 2. Fungsi dan Tujuan Manajemen Kelas Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus di miliki guru dalam memutuskan, memahami dan mendiaknosis dan kemempuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis. Aspek yang perlu
33
diperhatikan guru dalam dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas tindakan, dan kreatifitas. Selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal manajemen kelas juga berfungsi: (1) memberi dan melengkapi fasilitas utuk segala macam tugas (2) memelihagxrfra agar tugas itu dapat berjalan lancar. Adapun tujuan manajemen kelas adalah: (1) mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin, (2) menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, (3) menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual mereka dalam kelas, (4) membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,budaya dan sifat-sifat individunya. Johndalam Suwardi (2009:5) mengatakan manajemen kelas yang efektif bertujuan membantu siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik tidak hanya akan meningkatkan pembelajaran yang berarti, tetapi juga membantu mencegah berkembangnya problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat siswa sibuk dengan
34
tugas-tugas yang menantang dan akan memberikan aktivitas dimana siswa menjadi terserap di dalam nya, termotivasi belajar, memahami aturan dan regulasi yang harus dipatuhi. Sebaliknya, kelas yang dikelola dengan buruk, problem akademik dan emosional akan lebih mudah muncul. Siswa yang termotivasi secara akademik akan menjadi makin tidak termotivasi. Siswa yang pemalu akan terus jadi pemalu dan siswa yang bandel akan makin kurang ajar.
3. Penghambat Manajemen Kelas Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat yaitu: a. Faktor Guru 1). Format belajar mengajar yang monoton Faktor
belajar
dan
mengajar
yang
monoton
akan
menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi, dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin. 2). Kepribadian guru Kepribadian guru yang utuh dan berkwalitas sangat penting karena dari sinilah muncul tanggung jawab profesional sekaligus menjadi inti kekuatan profesional dan kesiapan untuk selalu
35
mengembangkan diri (Nurdin, 2003:24). Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap adil, hangat, objektif, dan fleksibel sehingga terbina susana emosional yang menyenangkan akan dalam proses belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa. 3). Terbatasnya kesempatan guru utuk memahami tigkah laku siswa dan latar belakangnya Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya, mungkin tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di luarbatas kemampuan yang wajar. 4). Terbatasnya Pengetahuan guru tentang pendekatan
manajemen
baik
yang
masalah manajemen dan sifatnya
teoritis
maupun
pengalaman praktis. Untuk mengatasi problema ini, salah satu upaya yang disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para kolega. Diharapkan dengan cara ini membantu mereka dalam meningkatkan keteramppilan manajemen proses belajar mengajar. a. Faktor Siswa
36
Setiap siswa harus memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar agar mampu ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelasyang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing. Disamping itu mereka juga harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat, disamping itu mereka juga harus menghormati hak-hak orang lain yaitu teman-teman sekelasnya. Siswa harus sadar bahwa kalau mereka mengganggu temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota satu masyarakat kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar. Kekurang sadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota satu kelas atau satu sekolah merupakan faktor utama penyebab masalah manajemen kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa penuh kesadaran akan membawa siswa menjadi tertib. b. Faktor Keluarga Keluarga sebagai unit terkecil dalam suatu masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami istri). Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih yang luhur
37
membina kehidupan sang anak. Relasi antara orang tua dengan anak dalam keluarga menunjukkan adanya keragaman yang luas. Oleh karena itu sukar dan berbahaya untuk menarik garis umum mengenai hubungan-hubungan satu penggolongan yang bersifat kaku (Munawar Soleh, 2005:145). Menurut Conny R. Semiawan, (2008:57) bahwa dalam proses pendidikan setiap orang tua wajib dalam pendidikan mengembangkan potensi anak, dan banyak tergantung dari suasana pendidikan. Tingkah laku anak di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarga. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku anak yang agresif atau apatis. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga, seperti tidak patuh pada disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan, ataupun terlampau dikekang akan menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas. Jadi jelaslah bahwa bila tuntutan di kelas atau di sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga, akan merupakan kesukaran tersendiri bagi siswa untuk menyesuaikan diri. c. Faktor Fasilitas Faktor fasilitas merupakan pembatasan dalam managemen kelas. Fasilitas tersebut meliputi besar kelas, besar rungan kelas dan ketersediaan alat belajar.Kelas yang jumlah siswanya sangat besar merupakan masalah manajemen.
38
Ruang siswa yang kecil dibandingkan dengan jumlah siswa dan kebutuhan siswa untuk bergerak dalam kelas merupakan salah satu problema yang terjadi pada manajemen kelas. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibanding dengan banyaknya kelas dan
jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan seperti
laboratorioum, ruang kesenian, ruang gambar, ruang olahraga, dan sebagainya diperlukan manajemen sendiri. Jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah siswa akan menimbulkan masalah dalam manajemen kelas. 4. Masalah-masalah dalam Manajemen Kelas Masalah dalam manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitumasalah perorangan dan masalah kelompok. a. Masalah Perorangan/individu Masalah perorangan muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Cassedalam Mulyadi (2009:12) mengatakan bahwa penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Dalam konteks ini Cassemembedakan empat kelompok masalah manajemen kelas yang bersifat individual, yaitu:
39
1) Attension-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian orang lain). 2) Power- seeking behaviors (tingkah laku mencari kekuasaan). 3) Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas). 4) Peragaan ketidak mampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya. Ada empat tehnik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan seperti diurikan di atas pada diri siswa. Pertama, apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan siswa, maka kemungkinan siswa yang bersangkkutan ada pada kategori attention getting behaviors (tingkah laku ingiun menarik perhatian orang lain). Kedua, apabila guru mersasa dikalahkan atau terancam, maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada kategori power-seeking behaviors (tingkah laku mencari kekuasaan). Ketiga jika guru merasa tersinggung atau terluka hati, maka kemungkinan pelakunya ada pada kategori revenge seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas). Keempat, jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal ini merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalamiu masalah ketidak mampuan. Guru hendaknya benar-benar mampu mengenal dan memahami secara tepat arah tingkahlaku siswa yang mengarah ke mencari perhatian,
40
mencari kekuasaan, menuntut balas atau memerlihatkan ketidak mampuan agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula. b. Masalah kelompok Lois dalam Mulyadi (2009:15) mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas.Masalah-masalah yang dimaksud adalah: 1). Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkah sosial ekonomi, dan sebagainya. a) Penyebalan terhadap norma-norma tingkahlaku yang disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan. b) Kelas
mereaksi
negatif
terhadap
salah
seorang
anggotanya,misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi dengan suara sumbang. c) Membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pembinaan semangat kepada badu kelas. d) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatianya dari tugas yang tengah dikerjakan. e) Semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada guru karena menganggap yang diberikan kurang fair.
41
f) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan sebagainya. 5. Prosedur Manajemen Kelas Manajemen kelas merupakan salah satu aspek dari manajemen proses belajar mengajar yang paling rumit, tetapi menarik perhatian, baik oleh guru yang sudah berpengalaman maupun guru-guru muda yang barubertugas. Rumit karena dalam manajemen ini memerlukan berbagai criteria ketrampilan, pengalaman, bahkan dari sikap dan kepribadian guru cukup berpengaruh terhadap manajemen kelas. Misalnya, dua guru yang sama pintar dan berpengalaman, tetapi berbeda dalam sikap dan kepribadian mereka, maka akan lain sekali situasi yang dihasilkan oleh keduanya. Di sinilah letaknya seni dalam manajemen proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru merupakan kunci keberhasilan dalam dalam manajemen proses belajar mengajar, sehingga sudah seharusnya guru harus memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan manajemen kelas. Dengan demikian maka prosedur manajemen kelas merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan pekerjaan manajemen kelas itu dengan baik. Hal ini mengandung pengertian bahwa langkah-langkah yang harus diambil itu harus didahului dengan suatu pertimbangan yang masak (reflection) lalu mulai merencanakan
42
(planning) serta merumuskan langkah-langkah yang dilaksanakan (action). Adapunprosedur manajemen kelas dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan (preventif). b. Prosedur manajemen direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (1993). Menurut Mulyani Sumantri dalam Mulyadi (2009:20), dalam mengembangkan ketrampilan manajemen siswa yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara sebagai berikut: a.
Menunjukkan sikap tanggap Baik kepada siswa yang memiliki perilaku positif maupun negatif.
b.
Membagi perhatian Guru harus mampu membagi perhatian kepada seluruh siswa baik verbal maupun visual.
c.
Memusatkan perhatian kelompok Selalu menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab atas tugas-tugasnya.
d.
Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
Untuk materi yang disampaikan dan tugas-tugas yang diberikan. e.
Menegur
43
Menegur siswa yang berperilaku menyimpang baik langsung maupun tidak langsung pada pelajaran. f.
Memberikan penguatan Agar perilaku yang positif muncul kembali dan perilaku negatif tidak terjadi kembali. Sedangkan
pendapat
lain
mengemukakan
bahwa
prosedur
manajemen kelas dimensi pencegahan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a.
Peningkatan kesadaran diri sebagai guru Merupakan langkah sangat strategis karena akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.
b.
Peningkatan tanggung jawab siswa Untuk meningkatkan kesadaran tanggung jawab siswa, maka kepada mereka perlu diberi pengertian tentang kewajiban dan hakhaknya sebagai anggota kelompok/kelas.
c.
Sikap tulus dari guru Guru perlu bersikap dan bertindak secara wajar, tulus dan tidak berpura-pura terhadap siswa. Karena sikap dan tindakan yang demikian sangat membantu dalam manajemen kelas.
d.
Mengenal dan menentukan alternatif manajemen
44
Guru hendaknya berusaha untuk menggunakan pendekatan manajemen kelas yang dianggapnya tepat untuk mengatasi satu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang telah dipilihnya. e. Membuat kontak sosial Guru dan siswa mendiskusikan aturan-aturan yang mungkin dapat diterapkan di kelas. 6.
Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan Merupakan
langkah-langkah
tindakan
penyembuhan
terhadap
tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi-kondisi optimal dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Berkenaan dengan kegiatan yang bersifat penyembuhan ini, Johar dalam Mulyadi (2009:25) mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi masalah siswa Pada langkah ini, guru mengenal masalah masalah penelolaan kelas yang
yimbul dalam kelas.
Berdasarkasn masalah tersebut
guru
mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut. b. Menganalisis masalah Pada langkah ini guru menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang serta sumber-suber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan alternatif penanggulangannya.
45
Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah. c. Mendapat balikan Langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan tujuan menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan untuk mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan peserta didik. Maksud pertemuan itu perlu di jelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakandengan penuh ketulusan semata untuk perbaikan peserta didik, maupun lembaga. 7. Pengorganisasian Kelas Pada suatu organisasi kegiatan pelajaran, seorang guru seharusnya sudah tercantum dalam kurikulum sekolah. Proses belajar mengajar di kelas berlangsung dengan kegiatan utama yang diselenggarakan oleh guru yang seluruh nya berpusat pada materi ajar. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan seseuai tujuan maka harus diorganisir dengan baik meliputi langkah-langkah : 1). Persiapan pelajaran, 2). Pelaksanaan pelajaran, 3). Penyelenggaraan evaluasi. a. Persiapan Pelajaran Hal-hal yang harus dilakukan gurudalam persiapan pembelajaran yaitu pengembangan silabus dan pembuatan RPP
46
b. Pelaksanaan Pelajaran Ditinjau dari segi managerial bahwa dalam proses penyajian pelajaran memiliki kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup c. Penyelenggaraan Evaluasi Pada akhir pelajaran guru harus membiasakan dirimengadakan evaluasi terhadap pelajaran yang telah diselenggarakan. Baik evaluasi guru terhadap siswa, maupun evaluasi siswa terhadap guru.
47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum, Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah berdiri dan Profil MI Ma’arif Mangunsari Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Lembaga Ma’arif Cabang Salatiga. Madrasah Ibtidaiyah adalah nama yang diambil dari bahasa arab yang artinya Sekolah Dasar. Sesuai dengan namanya, maka Madrasah Ibtidaiyah dalam pengajarannya lebih menonjolkan Pendidikan Agama Islam disamping mata pelajaran umum yang diajarkan di sekolah dasar pada umumnya. Yang mendorong berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari adalah keinginan masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya sekolah pada waktu itu masih sangat jarang. Karena terdorong rasa tanggung jawab yang besar atas kewajiban untuk mempersiapkan generasi muda yang berpengetahuan umum dan agama yang luas serta bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka atas prakarsa oleh para tokoh agama pada waktu itu didirikanlah pendidikan dasar yang berlandaskan Islam. Maka pada tanggal 15 Januari 1969 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari. Dengan segala keterbatasannya, dimana Madrasah yang baru tersebut dalam awal proses belajar mengajarnya sering menempati rumah-rumah penduduk di sekitarnya, hal ini karena Madrasah belum memiliki bangunan sendiri.
48
Sekilas mengenai MI Ma’arif Mangunsari yang menjadikan pendidikan sebagai moral asasi bagi setiap orang dalam menjalani hidup sebagai khalifah fil ard. Sungguhpun pendidikan bukan segala-galanya, tapi semua segala berasal dari pendidikan, maka dari itu MI Ma’arif Mangunsari tampil sebagi salah satu alternatif pendidikan berbasis agama yang berusaha memadukan kepentingan umum dan kepentingan agama. Dibawah ini adalah profil MI Ma’arif Mangunsari a. Nama Madrasah
: MI Ma’arif Mangunsari
b. NPSN
: 20328495
c. NSM
: 111233730008
d. Alamat Madrasah
: Jl Abdul Syukur No.3 Cabean Mangunsari Sidomukti Kota Salatiga
e. No telepon
: 0298328782
f. Status sekolah
: Swasta
g. Nama Yayasan
: Ma’arif NU
h. Tahun berdiri
:1969
i. Luas tanah
: 1169 m
j. Status tanah
: Wakaf
k. Nomer sertifikat
: SK.126/HGB/67
l. Status Akreditasi/tahun: B/2008 m. Nama Kepala Sekolah: Siti Rohmini, M.Pd.I
49
2. Subjek Penelitian Peneliti memilih MI Ma’arif Mangunsari Salatiga karena MI Ma’arif Mangunsari Salatiga telah melaksanakan manajemen kelas dengan baik, hal ini dapat dilihat melalui perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi yang dilakukan pada kelas 1B. Pelaksanaan Manajemen kelas sangat didukung oleh tenaga kependidikan yang benar-benar berpotensi dibidangnya. Selain itu hubungan guru kepada orang tua siswa, guru kepada siswa dan siswa kepada orang tua sangat mempengaruhi tercapainya manajemen pengelolaan kelas. Akan tetapi hubungan yang erat dengan masyarakat sekitar juga tidak kalah pentingnya dalam pencapaian manajemen pengelolaan kelas ini. Manajemen pengelolaan kelas ini sebenarnya telah diterapkan di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga sejak lama. Akan tetapi belum teradministrasi dengan baik dikarenakan banyak faktor yang menghambatnya tapi hal ini tidak menjadikan keraguan bagi peneliti bahwa MI Ma’arif Mangunsari Salatiga telah berpengalaman di bidang menejemen kelas. Maka dari itu peneliti memilih MI Ma’arif Mangunsari Salatiga sebagai subjek penelitian. 3.
Visi dan Misi a. Visi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga CERRIA : Cerdas, Religius dan Berakhlakul karimah
50
b. Misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga 1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup bersama sepanjang hayat 2) Mengembangkan model pembelajaran enjoy (Efektif, Nyaman, Jelas, Objektif dan Islami) 3) Memantik potensi kecerdasan siswa secara Multi Kecerdasan. 4) Menimbuhkan wawasan patriotisme kebangsaan 5) Mengembangkan pola kehidupan yang menunjang tinggi nilai Islamiyah Budaya lokal yang baik secara Nasionalisme. 6)
Mengembangkan potensi masyarakat peduli Pendidikan
7) Mengembangkan
datalingkungan
yang
mendukung
proses
pendidikan. 4. Data prestasi yang di raih selama dua tahun terakhir antara lain : a. Juara I Olimpiade IPA dan Matematika MI Se kota Salatiga 2011 b. Juara I Pesta Siaga Kecamatan Sidomukti 2011 c. Juara Catur PORSENI MI 2011 d. Juara Tartil Pekan Maulid Nabi Se kota Salatiga 2012 e. Juara III Azdan Pekan Maulid Nabi Se Kota Salatiga 2012 f. Juara Komite Karate Putri Tingkat Kota Salatiga 2012 5. Struktur Organisasi MI Ma’arif Mangunsari memiliki 15 orang pengajar dan 1 orang karyawan serta 225 peserta didik, dengan rincian sebagai berikut:
51
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga 2013 NO
NAMA
NIP
JABATAN
1 2
Siti Rohmini, M.Pd.I Yasin
197203311993032001 197007212005011004
Kepala Guru BS
3 4
Ismiyati, S. Pd. Dra. Nurul Aini
197307241998032009 196503132005012001
Guru Kelas Guru BS
5 6
Fathul Ghufron, S.Pd.I Tri Puji Hastuti, S.Ag.
198208182007101002 197205162007102003
Guru Kls Guru Kls
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Siti Nasiroh, S.Ag. A. Sabiqul Umam, S. Ag. M. Turis Niagawan, S.H. Fatkhul Rahman Khabibi Fauziah, M.Ag. Dian Mariani,S.pd. Susriana Wahyu I.L, S.Ag. Arifatul Farida, S.Pd. Tri Handayani, S.Pd.I. Mahmud
197706012007012030 GTT GTT GTT GTT GTT GTT GTT GTT PTT
Guru BS Guru BS Guru BS Guru BS Guru Kls Guru Kls Guru Kls Guru Kls Guru Kls Penjaga
Sumber: data MI Mangunsari 2012/2013 Guru kelas
: Guru Kls
Guru Bidang Study: Guru BS Penjaga 6.
: PTT Kegiatan Ekatra Kurikuler
Disamping kegiatan Belajar Mengajar ( KMB ) MI Ma’arif Mangunsari Salatiga memiliki kegiatan program ekstrakurikuler sebagai sarana penunjang bakat bagi siwa-siswinya. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut yaitu:
52
a.
Pramuka
b.
Seni Tari
c.
Rebana
d.
Seni Lukis
e.
Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)
f.
Karate Kegiatan ekstrakurikuler ini sangatlah menyenangkan bagi siswa-siswi
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Kegiatan ini sangat menunjang berbagai bakat minat yang ada dalam diri masing-masing siwa. Kegiatan ekstrakurikuler diadakan setiap hari sabtu. Pada hari sabtu anak-anak bebas mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang diminatinya. Pengampu ekstra kurikuler juga diambilkan tenaga dari luar yang benar-benar berponteisi tinggi di masing-masing bidangnya. 7. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga meliputi: a. Ruang Kepala Sekolah Memiliki sepasang meja kursi sebagai tempat untuk menerima tamu kepala sekolah b. Ruang Guru Di dalam ruang guru terdapat 14 meja guru, dan satu pasang meja kursi yang disiapkan untuk menerima tamu.
53
c. Ruang UKS Terdapat ruang UKS yang memiliki dua tempat tidur, yang lengkap dengan obat-obatan yang dibutuhkan siswa.
d. Perpustakaan Perpustakaan diguanakan sebagai penunjang keberhasilan atas tujuan pembelajaran. Setiap anak yang ingin meminjam buku harus menggunakan kartu perpustakaan. Perpustakaan ini kerap dijadikan tempat KBM juga. e. Kantin Sekolah Kantin terdapat di depan ruang guru yang menyediakan makan kecil untuk siswa agar anak tidak jajan di luar dengan makanan kecil yang kurang sehat. f.
Ruang Komputer Terdapat 12 komputer yang digunakan untuk sarana belajar siswa.
g. Antar Jemput Fasilitas antar jemput disediakan untuk anak-anak yang orang tuanya tidak bisa mengantar anaknya dikarenakan memiliki kesibukan lain di pagi hari.
54
B. Paparan Data Temuan Peneliti a. Pemahaman Guru Tentang Classroom Management Implementasi Classroom Management di MI Ma’arif Mangunsari telah tersusun dengan baik. Kebanyakan guru telah memahami dan mengetahui pentingnya pengelolaan kelas. Khususnya di kelas 1A dan 1B. Kelas tersebut dikelola oleh empat guru yang benar-benar kompeten di kelas satu. Mengapa kelas 1A dan 1B terdiri dari empat guru? Karena pada kelas satu menggunakan pembelajaran dengan menggunakan metode team teching. Tidak mungkin pembelajaran akan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran apabila manajemennya tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh guru kelas 1A Susriana Wahyu I. L, S.Ag. bahwa “Manajemen kelas adalah segala macam perencanaan tentang proses berjalannya pembelajaran baik itu dalam administrasi, lingkungan belajar, dan segala pendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut” Hal senada juga diungkapkan oleh guru kelas 1B Fauziah, M.Ag. “Manajemen kelas adalah memanage sebuah kelas sehingga teratur agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan syarat guru harus berkeyakinan tinggi dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas. Mengatasi kelas besar dengan dibuat kelompok maupun belajar dengan teman sejawat”.
55
Masalah pengajaran akan berhasil dalam arti tercapai tujuan pembelajaran akan sangat tergantung pada manajemen kelas. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Arifatul Farida, S.Pd selaku guru kelas 1A ”Manajemen
kelas
adalah
menciptakan
sasana
kelas
yang
sedemikian rupa untuk memaksimalkan kegiatan KBM demi tecapainya tujuan pembelajaran yang sesungguhnya”. Ketiga pendapat itu dikuatkan oleh pendapat guru kelas 1B yaitu Tri Handayani, S.Pd.I. “Manajemen kelas itu menurut saya adalah cara mengelola semua hal yang ada di dalam kelas baik siswa, guru, maupun bahan ajarnya agat tercipta kelas yang aktif dan efektif”. Dari keempat hasil wawancara guru tersebut di atas dapat diketahui bahwa pengajaran akan berhasil dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran akan tergantung pada manajemen kelas itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas itu pengatur an terhadap faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran itu sendiri sehingga dapat menciptakan atau mempertahankan kondisi optimal yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mewujudkan suasana yang kondusif guru harus mampu membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, kondisi kelas yang yang rileks serta tidak
56
stress dapat menjadikan sugesti dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran Pardiono (2010:11). Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Susriana Wahyu I.L, S.Ag. “Suasana yang menyenangkan itu ya suasana yang senang bagi anak, senang bagi pengajar, anak tidak bosan, tertarik dan menikmati proses KBM dengan senang”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Fauziah, M.Ag. “Suasana yang menyenangkan adalah suasana dimana siswa dan guru sama enjoy, tidak ada penekanan, penuh dengan motivasi sehingga tidak terasa waktu belajar telah selesai dan pembelajaran itu tidak membosankan dan dengan menerapkan Multiple intelegence atau kecerdasan majemuk sehingga siswa akan merasa dihargai”.
Senada dengan apa yang diungkapkan Fauziah, M.Ag, Arifatul Farida, S.Pd. juga menambahkan “Dapat dikatakan suasana kelas menyenangkan apabila anak-anak antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga anak-anak tidak sadar bahwa hal yang dilakukan itu adalah belajar”. Tri Handayani,S.Pd.I selaku guru kelas 1B juga menambahkan “Suasana yang menyenangkan itu adalah suasana yang aktif antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Antara mereka ada saling interaksi yang baik”.
57
Dari berbagai hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan itu adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas dan adanya kerjama dan komunikasi yang baik antara guru dengan murid maupun murid dengan murid yang lain. b. Pelaksanaan Classroom Management Bertolak dari berbagai hasil wawancara di atas maka bagaimanakah pengelolaan kelas yang baik ? Pelaksanaan manajemen kelas harus disesuaikan dengan perkembangan anak dan tidak boleh dipaksakan. Karena seperti kita ketahui belajar merupakan kepentingan siswa bukan kepentingan guru. Untuk mensukseskan pelaksanaan menajemen kelas itu sendiri perlu diadakan pengorganisasian baik dari pengorganisasian kegiatan-kegiatan pelajaran, pengorganisasian siswa di kelas, dan pengorganisasian sarana-sarana pelajaran. Pembelajaran di kelas 1A dab 1B di MI Ma’arif Mangunsari telah menggunakan pengelolaan kelas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan siswa mulai dari awal masuk kelas. Dapat dilihat dari petikan catatan lapangan sebagai berikut: “Pada saat siswa mulai masuk kelas dari pintu masuk sudah ada anak yang memintai infaq harian, hal ini secara tidak langsung memdidik siswa untuk berlaku dermawan dan saling memberi, disela pemberian infaq siswasiswa kelas 1A dan 1B ditanya tentang hafalan surat-surat pendek maupun doa harian. Secara tidak sadar mereka telah belajar karena anak-anak melakukannya dengan gembira”.
58
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar dapat dilakukan dengan sambil melakukan aktivitas lain. Hal ini ternyata lebih menyenangkan bagi siswa. Persiapan pelajaran dilakukan dengan membaca doa bersama yang dipimpin oleh siswa sendiri. Sebagaimana hasil pengamatan saya di lapangan: “Zaki, siswa kelas 1B dengan lantang memimpin berdo’a kemudian di lanjutkan tepuk anak sholeh”. Kesimpulannya secara tidak langsung hal tersebut adalah mendidik kepemimpinan anak. Anak belajar memimpin teman lain dan melatih keperpcayaan diri. Pembelajaran di kelas 1A maupun 1B merupakan kelas besar, maka masing-masing kelas diampu oleh dua guru. Kelas dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok X,Y,Z sebagaimana pengamatan yang saya lakukan. “Anak-anak, ayo kita bermain tebak angka, belajar matematika materi mengurutkan angka, bu guru akan menggunakan metode lempar bola dan juga tembak angka, disinilah kompetisi antar kelompok dimulai, kelompok mana yang mampu menebak dan menembak angka lalu mengucapkan angka selanjutnya dengan benar dan waktu yang paling singkat maka kelompok itulah yang menang”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menciptakan suasana yang menyenangkan bisa melalui berbagai metode dan media sehingga siswa akan antusias mengikuti pembelajaran. Susriana Wahyu I.L, S.Ag. mengungkapkan :
59
“Pelaksanaan manajemen kelas hendaknya dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pembelajaran, yaitu mempersiapkan persiapan mengajar dengan sebaik-baiknya”. Hal ini senada dengan Fauziah, M.Ag, selaku guru kelas 1B mengungkapkan bahwa pelaksanaan manajemen kelas itu “Guru harus terlebih dahulu menyiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada kemudian melaksanakan pembelajaran sesuai rencana serta menggunakan metode yang sesuai dengan materi kemudian mengemas sedemikian rupa sehingga belajar dirasa menyenangkan bagi siswa dan yang terahir mengevaluasi atas apa yang diajarkan guru kepada siswa”. Senada dengan pendapat Fauziah, M.Ag, Arifatul Farida, S.Pd juga mengungkapkan “Pelakasanaan nya harus sesuai dengan perencanaan awal sebelum mengajar guru harus terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatunya mulai dari menyiapkan materi , menyiapkan metode yang tepat serta menyiapkan anak itu sendiri, menyiapkan fasilitas seperti tempat duduk siswa agar siswa merasa nyaman dan dapat belajar dengan baik. Agar pembelajaran menyenangkan guru harus memiliki inovasi baru sehingga anak tidak jenuh dengan pembelajaran yang begitu-begitu saja”. Tri Handayani, S.Pd.I selaku gurukelas 1B juga menambahi “ Sebelum dilaksanakan guru harus tahu betul tentang materi ajar dan guru harus menyiapkan terlebih dahulu tentang seperti apa kelas yang akan diciptakan nanti, kemudian diulaksanakan sesuai dengan rencana awal sehingga dapat mengena dengan tujuan pembelajaran. kemudian diakhiri dengan evaluasi atas apa yang telah diajarkan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan siswa pada materi ajar”. Dari keempat guru yang mengungkapkan hasil pemikiranya masing-masing memiliki kesimpulan yang sama bahwa pelaksanaan manajemen kelas harus direncanakan terlebih dahulu, mulai dari pengaturan siswa maupun fasilitas serta kondisi fisik seperti ruang belajar, pengaturan tempat duduk, dan sebagainya. Selain kondisi fisik juga harus memperhatikan kondisi sosial-
60
emosional tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan report. Hal yang tidak kalah pentingnya pelaksanaan manajemen kelas harus memperhatikan kondisi Organisational seperti pergantian pelajaran, masalah antar peserta didik dan lain sebagainnya. Setelah semua perencanaan itu matang baru dilaksanakan sesuai rencana. 3.
Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas Dalam pelaksanaan manajemen kelas tentunya tidak terlepas dari berbagai masalah, hambatan dan kesulitan. Tiap guru mempunyai pengalaman yang berbeda-beda terhadap masalah yang ditemui. Tidak hanya masalah individu tetapi juga masalah kelompok siswa begitu juga dengan kesulitan dan hambatan yang ada di dalamnya seperti hambatan dari diri guru sendiri, hambatan fasilitas, maupun hambatan keluarga siswa, Susriana Wahyu I.L, S.Ag mengungkapkan : ”Ternyata dalam pengorganisasian kelas banyak masalah yang saya hadapi baik masalah individu maupun masalah kelompok. Masalah individu antara lain: kemampuan dan pengalaman anak berfariasi sehingga guru harus dapat menyesuaikan. Sedangkan masalah kelompok seperti maunya anak hanya dengan teman yang dicocokinya, teman yang kurang menguasai materi menggantungkan terhadap teman yang lebih bisa”. Hal senada juga disampaikan oleh Fauziah, M.Ag bahwa “Masalah individu saya kira banyak sekali ya, sering kita jumpai anak yang ramai sendiri bahkan mengganggu teman yang sedang berkonsentrasi, anak memiliki karakter yang berbeda-beda, anak ingin segera istirahat padahal waktu istirahat belum tiba, dan lain sebagainya. Sedangkan masalah kelompok ada anak yang tidak mau diajak bekerja sama karena suatu hal misalnya anak sudah memiliki masalah
61
sebelumnya dengan teman satu kelompok. Tidak semua anak suka bekerja dalam sistim belajar kelompok”. Sesuai pendapat di atas juga disampaikan oleh Arifatul Farida, S.Pd. “Baik masalah individu dan masalah kelompok saya kira itu saling berhubungan satu sama lain, masalah individu siwa misalnya, siwa merasa tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan pada guru dan ia tak mau mencobanya, siwa bertingkah laku tidak wajar hanya untuk mencari perharian siwa lain dan juga guru. Sedangkan masalah kelompok saya melihat adanya ketidak cocokan antara siswa satu dengan yang lain berkaitan dengan perbedaan kelas ekonomi, perbedaan jenis kelamin kerap juga menjadikan masalah kelompok. Pernah juga saya temui ada salah satu siswa yang menjadi bahan ejekan teman sekelompoknya karena sakunya sobek, hal ini menyebabkan kurang evektifnya pembelajaran saat itu”. Demikian pula yang disampaikan oleh Tri Handayani, S.Pd.I. “Dilihat dari masalah individu siswa guru melihat ada siswa yang kurang aktif di kelas, tidak semua siswa mampu memahami materi dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan masalah kelompok saya menjumpai anak yang kurang bertanggung jawab atas tugas kelompok yang pembagiannya tidak adil, atau bisa saya sebut kurangnya kekompakan dalam kelompok itu sendiri”. Dari keempat guru diatas sebenarnya memiliki kesimpulan yang sama yaitu bahwa siswa memiliki sifat yang
menunjukkan ketidak mampuan.
Tingkah mencari kekuasaan terlihat saat anak merasa mampu bekerja sendiri tanpa membutukkan kerja sama dari teman lain. Walaupun berbagai masalah dihadapi, namun itu hanya sebagai suatu riak kecil agar dapat dijadikan guru sebagai bahan belajar untuk lebih baik lagi. Sebagaimana tujuan manajemen kelas yang di sampaikan oleh Susriana Wahyu I.L, S.Ag. ”Dalam pelaksanaan manajemen kelas tentunya banyak hal yang ingin dicapai diantaranya 1). Untuk mencapai indikator pembelajaran, 2). Biar
62
anak tahu betul apa yang diharapkan dalam pembelajaran, 3). Anak akan menguasai betul tentang materi yang diajarkan”. Fauziah, M.Ag. selaku guru kelas1B juga menambahkan: “Saya kira untuk tujuan manajemen kelas itu sesuai dengan tujuan pembelajaran pada umumnya, yaitu agar hasil pembelajaram maksimal”. Senada dengan pendapat mereka berdua Arifatul Farida, S.Pd. selaku guru kelas1A juga menambahkan: “Pengelolaan kelas sendiri memiliki tujuan antara lain: mengoptimalkan kondisi kelas sebagai tempat belajar siswa, meminimalisir hal-hal yang dapat mengganggu belajar siswa, mengoptimalkan kemampuan siswa dan lain sebagainya”. Begitu juga dengan apa yang diuraikan oleh Tri Handayani, S.Pd.I “Agar terwujud suasana kelas yang kondusif, sehingga memudahkan anak untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya”. Jelas bahwa tujuan manajemen kelas adalah mewujudkan situasi dan kondisi
kelas
yang
kondusif
sebagai
lingkungan
pembelajaran
yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Meski demikian guru kerap menemui masalah-masalah untuk mencapai keberhasilan manajemen kelas itu sendiri baik dari masalah guru, siswa, fasilitas, keluarga. Di bawah ini adalah uraian tentang hasil wawancara saya dengan Susriana Wahyu I.L, S.Ag selaku guru kelas 1A.
63
“Dilihat dari faktor guru saya kira karena kurangnya pengalaman guru tentang managerial kelas yang sesungguhnya itu seperti apa, ada juga guru yang memiliki sifat-sifat yang tidak disukai oleh siswa. Dilihat dari faktor siswa ada siswa yang belum cukup umur sehingga belum bisa mengikuti KBM sesuai harapan, sehingga di dalam kelas mereka suka mengganggu teman lain yang sedang belajar. Dari segi fasilitas saya melihat kurangnya fasilitas yang disediakan sekolah. Dari faktor keluarga, kurangnya perhatian orang tua terhadap tugas yang diberikan kepada anak”. Senada dengan apa yang disampaikan oleh Susriana Wahyu I.L, S.Ag, Fauziah, M.Ag. juga mengemukakan sebagai berikut: “Kemalasan guru dalam membuat rencana pembelajaran sering menjadi masalah utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru yang kurang inovatif tidak bisa menciptakan suasana kelas menjadi lebih hidup. Dilihat dari faktor siswa, ada anak yang telah membawa masalah dari rumah sehingga di kelas anak tidak mau berinteraksi dengan teman lain sehingga ia tidak bisa fokus mengikuti pembelajaran. Kurangnya pendanaan di MI dalam hal fasilitas sehingga tidak maksimal dalam pncapaian tujuan pembelajaran. Masalah keluarga sering dialami siswa khususnya siwa yang broken home. Keadaan ekonomi siswa juga menjadi hambatan dalam kelancaran manajemen kelas. Orang tua yang sibuk mencari nafkah sehingga kurang memperhatikan anaknya saat di rumah”. Arifatul Farida, S.Pd sebagai guru kelas 1A juga menambahkan: “Guru yang memiliki sifat otoriter dan kurang demokratis kerap kali menjadikan masalah bagi siswa, kurangnya memahami karakter masingmasing siwa juga merupakan hambatan bagi pelaksanaan manajemen kelas. Kurangnya kesadaran siwa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, kurang siapnya siswa mengikuti pelajaran, masih banyaknya siswa yang melanggar tatatertib kelas. Fasilitas sudah menjadi masalah umum di sekolah ini, kurangnya fasilitas pendukung membuat kurang maksimalnya pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Kurangnya perhatian orang tua di rumah terhadap proses belajar siswa dirumah, ada orang tua yang tidak tanggap terhdap tugas yang diberikan siwa di kelas karena anak sepenuhnya telah diserahkan kepada guru untuk di didik di sekolah”. Sejalan dengan pemikiran mereka, Tri Handayani, S.Pd.I. selaku pengampu kelas 1B menambahkan:
64
”Guru belum bisa memahami karakter siswa satu sama lain sehingga guru sering memberi perlakuan sama antara siswa satu dengan yang lainya, gaya mengajar guru yang kurang berfariatif, untuk menciptkan metode yang baru dan sesuai materi guru kadang menemui jalan buntu atau mengalami stagnasi. Kurangnya kesadaran siswa tentang menghormati hak-hak orang lain, karena untuk usia anak kelas satu sikap dan tingkah lakunya masih semaunya sendiri. Fasilitas di MI yang kurang memadahi dalam menunjang proses pembelajaran. Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan belajar anak seperti apa, tidak mau tahu tentang apa yang di alami anak di kelas”. Dari kesemua masalah dapat disimpulkan bersama bahwa masalah guru adalah format belajar mengajar guru yang monoton, kepribadian guru yang tidak sesuai keinginan siswa, sedang masalah siswa dapat disimpulkan bahwa kurangnya kesadaran siswa dalam melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa, dari segi fasilitas jelas bahwa kurangnya dana dari pemerintah untuk mengembangkan fasilitas sekolah, sedangkan dari masalah keluarga yaitu kurangnya perhatian orang tua dikarenakan orang tua sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
4. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Kelas Dapat kita lihat bersama solusi apa yang tepat untuk mengatasi masalahmasalah pengelolaan kelas sebagaimana yang diungkapkan oleh Susriana Wahyu I.L, S.Ag di bawah ini: “Untuk mengatasi masalah-masalah di atas yang berkaitan dengan guru hendaknya guru sering mengikuti pelatihan-pelatihan, serta memulainya dengan administrasi yang tertib. Sedang siswa yang masih kurang memenuhi harapan hendaknya diberi waktu tambahan. Untuk kurangnya fasilitas jika kurang memungkinkan untuk menambah fasilitas bisa saja anak diajak belajar di luar dengan memanfaatkan SDA yang ada sesuai
65
dengan materi ajar. Untuk masalah keluarga hendaknya orang tua yang sibuk sekalipun harus meluangkan waktu untuk mengecek tugas-tugas yang diberikan oleh guru”. Hal senada diungkapkan oleh Fauziah, M.Ag “Setiap hari kamis guru mengadakan pertemuan antar guru yang disitu membahas berbagai masalah kelas maupun sekolah sehingga muncul motivasi-motivasi baru untuk menciptakan iklim yang lebih menarik lagi dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedang untuk masalah siswa, setiap pagi guru mengadakan ice breking yaitu anak disuruh mengungkapakan seluruh isi hatinya baik lesan maupun tertulis. Ada juga anak yang mengungkapkannya melalui gambar. Untuk fasilitas yang kurang memadahi maka guru harus lebih berinovatif karena banyak sumberdaya lain yang bisa digunakan dengan tanpa harus mengeluarkan biaya, tentunya disesuaikan dengan materi ajar. Sedangkan untuk masalah yang berkaitan dengan keluarga adalah adanya kerjasama antar guru dan orang dimana hal tersebut sudah menjadi kesepakatan untuk sebisa mungkin orang tua menanyakan tugas rumah dan membantu mengerjakannya”. Menanggapi jalan keluar terhadap masing-masing
masalah yang
ditemukan Arifatul Farida, S.Pd selaku guru kelas 1A berpendapat: “Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang demokratis dan sebelum pembelajaran dimulai hendaknya membicarakan dengan siswa pembelajaran yang seperti apa yang diinginkan mereka, jadi guru tidak semata mata mengajar sesuai keinginan nya sendiri. Pemberian tanggung jawab kepada masing-masing siswa dalam mengerjakan tugas serta diberi sangki yang mendidik agar siswa tidak melanggar tatatertib kelas. Menambah fasilitas merupakan jalan keluar namun jika hal itu tidak memungkinkan guru bisa menggunakan sumber daya lain yang ada di lingkungan untuk mendukung pelaksanaan pembelaran. Di MI ini memiliki buku penyalur aspirasi orang tua berkenaan dengan keadaan siswa di rumah, ada catatan khusus untuk kegiatan keagamaan siswa seperti jadwal sholat wajib dan dhuha, jadwal mengaji dan lain sebagainya”. Sejalan dengan ketiga pemikiran mereka Tri Handayani, S.Pd.I mengemukakan. “Sebagai seorang guru hendaknya berusaha lebih dekat dengan siswa agar guru dapat lebih memahami karakter masing-masing siswa, mengikuti pelatihan tentang mengajar yang bervariatif, dan mengundang 66
nara sumber setiap satu bulan sekali. Siswa yang kurang bisa menghargai teman harus diberi pengertian tentang penting nya menghargai satu sama lain, guru memberi pengarahan dan kesadaran bahwa di kelas itu merupakan suatu keluarga kecil yang harus saling menghargai satu sama lain”. Dari wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya pertemuan rutin antara pihak sekolah dan wali murid dapat memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang ada. Dengan adanya pertemuan-pertemuan maka akan terjalin komunikasi antara sekolah dengan wali murid. Wali murid dilibatkan secara langsung dalam mengatasi masalah yang ada. Dengan begitu wali murid akan mendukung secara penuh. Seperti bila masalah anak dirumah dapat memberikan perhatian penuh terhadap anaknya di rumah. Satu hal yang tidak boleh diabaikan oleh guru adalah Bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik agar pembelajaran itu menyenangkan untuk siswa. Susriana Wahyu I.L, S.Ag berpendapat bahwa banyak upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar menarik dan menyenangkan untuk siswa. “Banyak sekali hal yang harus dilakukan guru agar pembelajaran itu menyenangkan diantaranya: siswa diajak mengalami sendiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran, guru dengan sepenuh hati mencintai siswa, guru mampu menciptakan metode-metode yang baru sehingga menarik untuk siswa”. Senada dengan pendapat di atas Fauziah, M.Ag mengatakan: “Adapun cara meningkatkan manajemen kelas adalah seperti meningkatkan kesadaran pendidik sebagai guru, mengadakan pertemuan rutin antar pendidik, meningkatkan dan menumbuhkan motifasi siwa dengan cara mengundang nara sumber dari luar. Adanya sikap saling menyayangi antara guru bengan siswa dan masih banyak lagi yang lainnya”. Arifatul Farida, S.Pd juga mengungkapkan:
67
“Hal yang harus dilakukan yaitu meningkatkan intreraksi antar siswa dengan guru, guru memahami karakter masing-masing siwa sehingga tahu betul apa yang harus langkah apa yang dilakukan. Anak dihadapkan langsung pada kenyataan sehingga anak mengalami sendiri dan ia akan merasa senang”. Ketiga pendapat itu dikuatkan oleh Tri Handayani, S.Pd.I yang mengemukakan: “Adapun cara guru dalam meningkatkan pembelajaran agar menyenangkan yaitu kurang lebih seperti ini, ciptakan suasana yang nyaman dan saling menyayangi, mendengarkan dan menghargai terhadap komentar siswa baik dalam hal pembelajaran ataupun yang lainnya, berikan reward terhadap siswa yang telah bertanggung jawab atas tugas sehingga anak menjadi lebih bersemangat dalam belajar”. Dari keempat pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan pembelajaran agar menyenagkan maka ditenpuh langkah-langkah sebagai berikut: ciptakan suasana yang nyaman dan hangat untuk siswa, beri pertanyaan yang mudah dijawab siswa, jangan segan memberi reward untuk menumbuhkan motivasi siswa, pahami karakter masing-masing siswa, anak terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas.
68
BAB IV PEMBAHASAN A. Pemahaman Guru Tentang Classroom Management Pada dasarnya usaha guru dalam mencapai kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: pertama, diketahui secara cepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya
kondisi yang menguntungkan dalam proses
pembelajaran, kedua, mengenal masalah-masalah yang yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim pembelajaran, ketiga, dikuasinya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Hasil penelitian di MI Ma’arif Mangunsari mengenai pemahaman guru tentang manajemen kelas bahwa keberhasilan tujuan pembelajaran tidak terlepas dari manajemen kelas itu sendiri sebagaimana yang diungkapkan oleh “Manajemen kelas itu ya memanage serta menciptakan sebuah kelas sehingga teratur demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan syarat guru harus memiliki dengan penuh keyakinan dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas” (Fauziah, 28 Januari 2013, 10:3011:22). Berdasarkan hasil temuan dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah pengaturan terhadap faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran itu sendiri sehingga dapat menciptakan atau mempertahankan kondisi optimal yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif demi tercapainya tujuan pembelajaran.
69
Untuk menciptakan suatu iklim guna pembentukan para siswa di dalam komunitas
belajar
yang kohesif dan
mendukung,
maka para guru
memperlihatkan sifat-sifat pribadi yang akan membuat mereka mangkus contoh (model) dan pengatur pergaulan: watak yang menyenangkan, ramahtamah, kematangan emosional, keiklasan, dan kepedulian terhadap siswa-siswi, baik sebagai perorangan ataupun sebagai warga belajar. Guru memperhatikan perhatian dan kasih sayang kepada para siswa, memperhatikan kebutuhan dan emosional mereka dan mengarahkakn pergaulan siswa-siswi, agar mereka juga memperlihatkan ciri-ciri yang sama di dalam interaksinya. Menurut pendekatan pembelajaran suggestopedia, kondisi kelas yang nyaman dan kondisi siswa yang rileks serta tidak stress dapat menjadi sugesti dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran (Pardiyono, 2010:11) Sebagaimana yang diungkapkan dalam hasil wawancara di bawah ini: “Suasana yang menyenangkan adalah suasana dimana siswa dan guru sama enjoy, tidak ada penekanan, penuh dengan motivasi sehingga tidak terasa waktu belajar telah selesai dan pembelajaran itu tidak membosankan dan dengan menerapkan Multiple intelegenci atau kecerdasan majemuk sehingga siswa akan merasa dihargai” (Fauziah M.Ag, 28 Januari, 10:30-11:22). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan itu adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelas dan adanya kerjama dan komunikasi yang baik antara guru dengan murid maupun murid dengan murid yang lain. Sebagaimana yang diungkapkan Amri (2011:31)
menyenangkan
berarti
sifat
terpesona
dengan
keindahan,
kenyamanan dan kemanfaatannya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam
70
belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat B. Pelaksanaan Classroom Management Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang yang sangat erat hubungannya namun dapat dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengelolaan pembelajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan lain sebagainya, maka manajemen kelas menunjukkan pada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi
terjadinya
proses
pembelajaran,
pembinaan
“report”,
menghentikan perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, memberi ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif, dan sebagainya. Pelaksanaan manajemen kelas harus disesuaikan dengan perkembangan anak dan tidak boleh dipaksakan. Karena seperti kita ketahui belajar merupakan kepentingan siswa bukan kepentingan guru. Untuk menyukseskan pelaksanaan menajemen kelas itu sendiri perlu diadakan pengorganisasian baik dari pengorganisasian kegiatan-kegiatan pelajaran, pengorganisasian siswa di kelas, dan pengorganisasian sarana-sarana pelajaran.
71
Pembelajaran di kelas 1A dab 1B di MI Ma’arif Mangunsari telah menggunakan pengelolaan kelas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan siswa mulai dari awal masuk kelas sampai akhir pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara berikut: “Pelakasanaan nya harus sesuai dengan perencanaan awal mengajar guru harus terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatunya mulai dari materi ajar, menyiapkan metode yang tepat serta menyiapkan anak itu sendiri agar pembelajaran menyenangkan guru harus memiliki inovasi baru sehingga anak tidak jenuh dengan pembelajaran yang begitu-begitu saja”. (Arifatul Farida, S.Pd 29 Januari 2013, 12:05-12:55). Dari hasil pemikiran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan manajemen kelas harus direncanakan terlebih dahulu, mulai dari kondisi fisik seperti ruang belajar, pengaturan tempat duduk, dan sebagainya. Selain kondisi fisik juga harus memperhatikan kondisi sosial-emosional tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, dan pembinaan report. Hal yang tidak kalah pentingnya pelaksanaan manajemen kelas harus memperhatikan kondisi organisational seperti pergantian pelajaran, masalah antar peserta didik dan lain sebagainnya. Setelah semua perencanaan itu matang baru dilaksanakan sesuai rencana.
C. Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management Dalam
pelaksanaan
manajemen
kelas
ditemui
berbagai
faktor
penghambat. Hambatan tersebut bisa berasal dari guru sendiri. Dari peserta
72
didik, lingkungan keluarga ataupun dari faktor fasilitas. Sebagaimana hasil wawancara berikut : “Guru yang memiliki sifat otoriter dan kurang demokratis kerap kali menjadikan masalah bagi siswa, kurangnya memahami karakter masingmasing siwa juga merupakan hambatan bagi pelaksanaan manajemen kelas. Kurangnya kesadaran siwa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, kurang siapnya siswa mengikuti pelajaran, masih banyaknya siswa yang melanggar tata tertib kelas. Fasilitas sudah menjadi masalah umum di sekolah ini, kurangnya fasilitas pendukung membuat kurang maksimalnya pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Kurangnya perhatian orang tua di rumah terhadap proses belajar siswa dirumah, ada orang tua yang tidak tanggap terhadap tugas yang diberikan siwa di kelas karena anak sepenuhnya telah diserahkan kepada guru untuk dididik di sekolah” (Arifatul Farida, S.Pd, 29 Januari, 12:0512:55). Dari kesemua masalah dapat disimpulkan bersama bahwa masalah guru adalah format belajar mengajar guru yang monoton, kepribadian guru yang tidak sesuai keinginan siswa, sedang masalah siswa dapat disimpulkan bahwa kurangnya kesadaran siswa dalam melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa, dari segi fasilitas jelas bahwa kurangnya dana dari pemerintah untuk mengembangkan fasilitas sekolah, sedangkan dari masalah keluarga yaitu kurangnya perhatian orang tua dikarenakan orang tua sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan dua kategori yaitu masalah individu dan masalah kelompok. Tindakan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat masalah yang sedang dihadapi. Sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Sebagaimana hasil wawancara berikut:
73
“Dilihat dari masalah individu siswa guru melihat ada siswa yang kurang aktif di kelas, tidak semua siswa mampu memahami materi dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan masalah kelompok saya menjumpai anak yang kurang bertanggung jawab atas tugas kelompok yang pembagiannya tidak adil, atau bisa saya sebut kurangnya kekompakan dalam kelompok itu sendiri” (Tri Handayani, S.Pd.I, 29 Januari, 2012). Berdasarkan hasil temuan peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki sifat yang kekuasaan terlihat
menunjukkan ketidak mampuan. Tingkah mencari saat
anak merasa mampu bekerja sendiri tanpa
membutukkan kerja sama dari teman lain. Rudolf dalam Maisah (2009:38), membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yaitu: tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain, tingklah laku yang ingin menujukkan kekuasaan, tingkah laku yang bertujuan ingin menyakiti orang lain, dan tingkahlaku peragaan ketidak mampuan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya berbai macam hambatan-hambatan, akan menjadikan sekolah harus selalu berfikir, berkreasi, berinovasi untuk dapat terwujudnya visi, misi dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
D. Solusi dalam Pelaksanaan Classroom Management Hambatan dalam pelaksanaan manajemen kelas dapat diselesaikan dengan solusi sebagai berikut:
74
1.
Setiap hari kamis guru mengadakan pertemuan antar guru yang disitu membahas berbagai masalah kelas maupun sekolah sehingga muncul motivasi-motivasi baru untuk menciptakan iklim yang lebih menarik lagi dalam pelaksanaan pembelajaran.
2.
Setiap pagi guru mengadakan ice breaking yaitu anak disuruh mengungkapakan seluruh isi hatinya baik lesan maupun tertulis. Ada juga anak yang mengungkapkannya melalui gambar. Dengan mengetahui masalah siswa maka guru akan lebih mudah menganalisis pemecahan atas masalah tersebut.
3.
Fasilitas yang kurang memadahi, guru harus lebih berinovatif karena banyak sumber daya lain yang bisa digunakan dengan tanpa harus mengeluarkan biaya, tentunya disesuaikan dengan materi ajar.
4.
Adanya kerjasama antar guru dan orang tua dimana hal tersebut sudah menjadi kesepakatan untuk sebisa mungkin orang tua menanyakan tugas rumah dan membantu mengerjakannya. Dengan adanya pertemuan rutin antara pihak sekolah dan wali murid dapat
memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang ada. Dengan adanya pertemuan-pertemuan maka akan terjalin komunikasi antara sekolah dengan wali murid. Wali murid dilibatkan secara langsung dalam mengatasi masalah yang ada. Dengan begitu wali murid akan mendukung secara penuh. Seperti bila masalah anak di rumah dapat memberikan perhatian penuh terhadap anaknya di rumah.
75
Dari uraian solusi pemecahan masalah tersebut membuktikan bahwa, pihak sekolah selalu berusaha semaksimal mungkin dan bertanggung jawab mengupayakan tercainya tujuan, visi dan misi sekolah yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Ada upaya-upaya yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar pembelajaran itu menyenangkan untuk siswa. Susriana Wahyu I.L, S.Ag berpendapat bahwa banyak upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar menarik dan menyenangkan untuk siswa. “Banyak sekali hal yang harus dilakukan guru agar pembelajaran itu menyenangkan diantaranya: siswa diajak mengalami sendiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran, guru dengan sepenuh hati mencintai siswa, guru mampu menciptakan metode-metode baru sehingga menarik untuk siswa” (Susriana Wahyu I.L, S.Ag 28 Januari 12:30-13:25). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan pembelajaran agar menyenangkan maka ditenpuh langkah-langkah sebagai berikut: ciptakan suasana yang nyaman dan hangat untuk siswa, beri pertanyaan yang mudah dijawab siswa, jangan segan memberi reward untuk menumbuhkan motivasi siswa, pahami karakter masing-masing siswa, anak terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas.
76
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman guru tentang Classroom Management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan memiliki makna yang bervariasi antara guru satu dengan yang lain, hal ini dapat kita lihat dari keempat hasil wawancara guru yang saya temui di lapangan. Sebagaimana yang diungkapkan guru kelas 1A Susriana Wahyu I. L, S.Ag Manajemen Kelas adalah segala macam perencanaan tentang proses berjalannya pembelajaran baik itu dalam administrasi, lingkungan belajar, dan segala pendukung pelaksanaan
pembelajaran tersebut. Pendapat
selanjutnya dari guru kelas 1B Fauziah, M.Ag mengemukakan bahwa Manajemen Kelas adalah memanage sebuah kelas sehingga teratur agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan syarat guru harus berkeyakinan tinggi dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas. Mengatasi kelas besar dengan dibuat kelompok maupun belajar dengan teman sejawat. Senada dengan yang disampaikan Arifatul Farida, S.Pd selaku guru kelas 1A Manajemen Kelas adalah menciptakan sasana kelas yang sedemikian rupa untuk memaksimalkan kegiatan KBM demi tecapainya tujuan pembelajaran
77
yang sesungguhnya. Sedangkan Tri Handayani, S.Pd.I berpendapat bahwa Manajemen Kelas itu adalah cara mengelola semua hal yang ada di dalam kelas baik siswa, guru, maupun bahan ajarnya agat tercipta kelas yang aktif dan efektif. Dari keempat pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa Manajemen kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, tercipta kenyamanan sehingga siswa terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagi. Meskipun pemahaman guru berfariatif, pada hakekatnya telah sesuai dengan konsep manajemen kelas yang ada. 2. Cara guru dalam melaksanakan Classroom Management untuk mewujudkan suasana kelas yang menyenangkan meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari: a. Pengaturan siswa Saat anak-anak mulai gaduh itu menandakan bahwa mereka mulai jenuh belajar dari situ Fauziah M.Ag selaku guru kelas langsung tanggap dan di tengah pelajaran bercerita tentang kisah “kerbau dan buaya” yang sontak membawa kelas yang gaduh menjadi tenang. Disitu anak-anak kelihatan amat menikmati cerita tersebut karena bu Fauziah membawakkan cerita tersebut dengan penuh penjiwaan. Setelah siswa bisa dikondisikan baru pelajaran dapat dilanjutkan kembali. Pelaksanaan menejemen kelas dilaksanakan sesuai dengan 78
perencanaan
pembelajaran,
yaitu
mempersiapkan
persiapan
mengajar dengan sebaik-baiknya. b. Pengaturan fasilitas Hal ini dapat saya lihat di kelas dari pengaturan tempat duduk siswa yang dibuat menjadi tiga kelompok yaitu kelompok X,Y, dan Z. Langkah ini ternyata dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa. 3. Kesulitan dan Hambatan dalam pelaksanaan Classroom Management Dari keempat guru berpendapat bahwa dalam Managemen Kelas ditemui berbagai faktor penghambat yang berasal dari guru, siswa, fasilitas maupun keluarga. Guru belum bisa memahami karakter siswa satu sama lain sehingga guru sering memberi perlakuan sama antara siswa satu dengan yang lainya, gaya mengajar guru yang kurang bervariatif, untuk menciptakan metode yang baru dan sesuai materi guru kadang menemui jalan buntu atau mengalami stagnasi. Kurangnya kesadaran siswa tentang menghormati hak-hak orang lain, karena untuk usia anak kelas satu sikap dan tingkah lakunya masih semaunya sendiri. Fasilitas di MI yang kurang memadahi dalam menunjang proses pembelajaran. Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan belajar anak seperti apa, tidak mau tahu tentang apa yang alami anak di kelas.
79
4. Solusi atas masalah yang dihadapi dalam Classroom Management a. Setiap hari kamis guru mengadakan pertemuan antar guru yang disitu membahas berbagai masalah kelas maupun sekolah sehingga muncul motivasi-motivasi baru untuk menciptakan iklim yang lebih menarik lagi dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Setiap pagi guru mengadakan ice breaking yaitu anak disuruh mengungkapakan seluruh isi hatinya baik lesan maupun tertulis. Ada juga anak yang mengungkapkannya melalui gambar. Dengan mengetahui masalah siswa maka guru akan lebih mudah menganalisis pemecahan atas masalah tersebut. c. Fasilitas yang kurang memadahi, guru harus lebih berinovatif karena banyak sumber daya lain yang bisa digunakan dengan tanpa harus mengeluarkan biaya, tentunya disesuaikan dengan materi ajar. d. Adanya kerjasama antar guru dan orang tua dimana hal tersebut sudah menjadi kesepakatan untuk sebisa mungkin orang tua menanyakan tugas rumah dan membantu belajar anak.
B. Saran Sehubungan hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
80
1. Bagi guru kelas 1A dan 1B hendaknya lebih memahami karakter masing-masing siswa sehingga mampu menyesuaikan langkahlangkah yang tepat dalam pelaksanaan Classroom Management serta berinovasi tinggi dalam menciptakan metode pembelajaran sehingga tidak monoton dan menjadi menarik bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2. Bagi orangtua siswa, sebaiknya orang tua memberikan perhatian yang besar pada belajar anak selama di rumah dan menjalin komunikasi yang baik dengan guru untuk mengetahui perkembangan dan masalah belajar anak. 3. Bagi peneliti lain, agar dapat meneliti Classroom Management dengan menggali lebih dalam tentang segala aspek yang berhubungan dengan Classroom Management demi lebih sempurnanya penelitianpenellitian selanjutnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin & Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: CV. Pustaka Setia. Ahmadi Abu & Sholeh Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta Ahmadi & Sofyan Amri. 2011. cet pertama. PAIKEM GEMBROT Jakarta: PT Prestasi Puatakarya Budi Ningsih Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Aneka Cipta Mulyadi. 2009. Classroom Managemen Mwujudkan Suasana Kelas Yang Menyenangkan Bagi Siswa. Malang: Malang Press. Moleong, Lexi J. 2008. Metodologi Penelitian Kwalitatif. Bandung: Rosdakarya Nurdin Syaifudin. 2003. Guru Prifesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press Panggabean, D. 25 Januari 2012. Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan, (Panggabean.blogspot.com, 16 Januari 2013) Pardiyono. 2010. The art of teaching. Yogyakarta: CV Andi Poerwadarminta. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rohani Ahmad. cet ke2. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Semiawan R Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Syaifudin Muhammad. 2007. Manajemen Berbasis sekolah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Yamin, Martinis & Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas (Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung Persada
82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS A. Identitas Diri 1. Nama
: AsihWardani
2. Tempat/Tangal Lahir : Semarang, 10 Januari 1987 3. Jenis Kelamin
:Perempuan
4. Alamat
: Karang Balong, Bener, Tengaran, Semarang
5. Tempat Penelitian
: MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
B. Pendidikan 1. SD Cebongan 02 Salatiga, Kec. Argomulyo, Salatiga Tahun 2000 2. SMP N 1 Grabag, Magelang Tahun 2003 3. MAN 1 Salatiga,Tahun 2006 4. S1 STAIN Salatiga Tahun 2013
Asih Wardani
83