PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2011)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Defriandio Rahiim NIM: 107082002049
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
i
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Data Pribadi Nama
: Defriandio Rahiim
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 8 Desember 1989
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Nama Ayah
: Budi Irianto
Nama Ibu
: Ony Maryana
Anak Ke Dari
: 1 dari 3 bersaudara
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Komplek Pondok Kacang Prima Blok F1 No. 20, RT/RW 003/08, Jl. Melati. Pondok Aren – Tangerang Selatan. Banten.
No. Telp
: 0898-995-7909 / 0888-0836-6767
E-mail
:
[email protected]
II. Pendidikan Formal 1994 – 1995
: TK Islam Bustanul Atfal Aisiyah
1995 – 2001
: SD Islam Al-Hasanah
2001 – 2004
: SMP Islam Al-Hasanah
2004 – 2007
: SMAN 1 Pondok Aren / sekarang SMAN 5 Tangsel
2007 – 2013
: S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi 2009 – 2010
: Ketua Forum Halaqah Qur’an Al-Ishlah
2011 – 2013
: Ketua Karang Taruna RW 08 Pondok Aren
v
IV. Seminar dan Training 1. Training Motivasi “Sukses Kuliah dan Organisasi”, UIN Syarif Hidayatullah 2. Training Tahsin Tilawah bersama Ust. H. Ahmad Muzammil, Al-Hafidz.
vi
THE EFFECTS OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, AND THE QUALITY OF PUBLIC ACCOUNTING FIRMS ON THE INTEGRITY OF FINANCIAL STATEMENTS
ABSTRACT The purposes of this research was to analyze the effect of corporate governance mechanisms and the quality of public accounting firms on the integrity of financial statements. This research used a sample of companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2009 to 2011. Number of manufacturing firms sampled this research were 66 companies with over 3 years of observation. Based on purposive sampling method, the total sample was 198 financial statements or annual reports. But the researchers reduced the number of samples to discard as many as 28 pieces of data outliers to improve the normality of the data, so that the end of the research the total sample is 170 financial statements or annual reports. Testing this hypothesis using multiple regression analysis. The result showed that the manajerial ownership and firm size influences significantly on the integrity of financial statements. On the other hand, institutional ownership, audit committee, independent commissioner and quality public accounting firm business entity (number of patners accountant permission) had no significant effect on the integrity of financial statements. Keywords: Manajerial ownership, firm size, institutional ownership, audit committee, independent commissioner, quality public accounting firm business entity (number of patners accountant permission), and the integrity of financial statements.
vii
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai 2011. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 66 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 198 laporan keuangan atau laporan tahunan. Namun peneliti mengurangi jumlah sampel dengan membuang data outlier sebanyak 28 buah untuk memperbaiki normalitas data, sehingga total sampel akhir penelitian adalah 170 laporan keuangan atau laporan tahunan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan kepemilkan institusional, komite audit, komisaris independen dan kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan) tidak berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Kata kunci:
Kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan), integritas laporan keuangan
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2009-2011)” ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak dan Ibu yang dengan keringatnya dan tetesan air matanya dalam mendoakan kebaikan untuk anaknya, serta nasehat dan arahan penuh kasih sayang dalam keadaan susah dan senang. Beliau berdualah yang menjadi tali kasih sayang Allah SWT kepada penulis di dunia ini. Yang selalu sabar membimbing dan memberi semangat anaknya untuk sabar dan semangat dalam menyelesaikan masalah apapun yang dalam hal ini adalah skripsi. Semoga Allah SWT membalas jasa tanpa pamrih mu bapak dan ibu ku tercinta. Semoga Allah SWT memberikan berkah untuk masa depan penulis dengan diakhirinya skripsi ini T_T. 2. Ridho Rianfo dan Alda Nurarian Dhea adik-adik ku tersayang yang sangat berharap agar penulis dapat segera lulus dan membangun masa depan yang lebih baik. Terimakasih atas sindiran dan motivasi yang diberikan. Walau emosi tapi cukup menendang sekali. Terimakasih adik-adik ku tersayang. 3. Pakde Budi Safari, Pakde Glendy, Pakde Budiman, Pakde Darmanto, Bibi Asih, Om Didit dan keluarga yang luar biasa mendukung penulis T_T.
ix
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai dosen pembimbing I yang memberikan bimbingan mengenai pembahasan hasil penelitian ini. Terima kasih pak. 5. Ibu Soliyah Wulandari SE, MSi sebagai dosen pembimbing II yang memberikan banyak masukan dan arahan serta dengan sabar menghadapi penulis yang cukup lama dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ya mba wulan.. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ibu Rahmawati SE, M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 8. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang telah memberikan ilmu dan motivasi bagi penulis yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjalani hidup ke depan. 9. Teman-teman Akuntansi UIN Jakarta segala angkatan. Herdis Setiawan, Rahayu Suminarni, Ani, Imam, Andry, Lalu, Ahdi, Hendra, Joni, Wildan, Febri, Saepul Mansyur, Eko, Faisal, Doni dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 10. Teman-Teman Ikhwah dan Liqo Salman Al-Farisi, akhi Deni, Danu (Alm), Aris, Wahyu, Alter, Anggoro, Bang Dedi yang kucintai, Bang Awang, Bang Malik Mujahid biru, Mas Sofyan, Widi teman dalam iman dll. 11. Larasati, perempuan yang kucintai yang dengan sabar menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selesainya skripsi ini menjadi pembuka jalan dalam hubungan kami. Terimakasih ayas. 12. Bos terbaik Bpk. Dongan Butar-Butar SE, MM. Pembuka wawasan penulis tentang dunia audit, pembuka rezeki Allah, dan tangan yang penuh rasa kasih sayang dan kedermawanan. Kawanku Resi Abdullah Arfi dan Frengky Lumbantoruan yang menjadi rekan kerja terbaik dalam hidupku. Terimakasih kawan, tanpamu apalah diriku.
x
13. Mba Shella dan Lucia Eka Putri yang sangat perhatian dengan skripsi penulis ini. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Tangerang Selatan, 21 Mei 2012
Defriandio Rahiim
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI..................................................... iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v ABSTRACT ...................................................................................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10 A. Landasan Teori .......................................................................... 14 1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................... 14 2. Teori Sinyal (Signaling Theory) ............................................ 16
xii
3. Integritas Laporan Keuangan...................................................18 a.
Pengertian Integritas Laporan Keuangan ..........................18
b.
Konservatisme Akuntansi .................................................22
4. Mekanisme Corporate Governance.........................................27 a.
Kepemilikan Institusional .................................................32
b.
Kepemilikan Manajerial ...................................................33
c.
Komite Audit ...................................................................34
d.
Komisaris Independen ......................................................35
5. Kualitas Kantor Akuntan Publik..............................................36 6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .............................................. 37 B. Penelitian Sebelumnya.................................................................38 C. Kerangka Pemikiran ....................................................................42 D. Hipotesis......................................................................................43 1. Mekanisme Corporate Governance.........................................43 a.
Kepemilikan Institusional .................................................43
b.
Kepemilikan Manajerial ...................................................44
c.
Komite Audit ...................................................................45
d.
Komisaris Independen ......................................................46
2. Kualitas Kantor Akuntan Publik..............................................47 3. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .............................................. 47 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................49 A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................49 B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................50
xiii
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 51 D. Metode Analisis Data ................................................................. 51 1. Statistik Deskriptif ................................................................ 52 2. Uji Dasar Asumsi Klasik ....................................................... 53 a.
Uji Normalitas Data ........................................................ 53
b. Uji Multikolonieritas ...................................................... 54 c.
Uji Autokorelasi ............................................................. 54
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 54 3. Uji Hipotesis ........................................................................ 55 a.
Uji Adi R2 ....................................................................... 56
b. Uji F ............................................................................... 56 c.
Uji t ................................................................................ 57
E. Operasional Variabel ................................................................. 57 1. Variabel Dependen ................................................................ 57 2. Variabel Independen ...............................................................58 a.
Kepemilikan Institusional ................................................59
b. Kepemilikan Manajerial ..................................................59 c.
Komite Audit ...................................................................59
d. Komisaris Independen ......................................................59 e.
Kualitas Kantor Akuntan Publik Badan Usaha Jumlah Patner dan Izin Akuntan ....................................................59
f.
Ukuran Perusahaan (Firm Size) ....................................... 60
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 65 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 65 B. Analisis Hasil dan Pembahasan .................................................. 66 1. Statistik Deskriptif ................................................................ 66 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 69 a.
Hasil Uji Normalitas ....................................................... 69
b.
Hasil Uji Multikolonieritas ............................................. 73
c.
Hasil Uji Autokorelasi .................................................... 74
d.
Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................ 75
3. Hasil Uji Hipotesis ................................................................ 77
BAB V
a.
Hasil Adj R2 ................................................................... 77
b.
Hasil Uji F ...................................................................... 79
c.
Hasil Uji t ....................................................................... 79
PENUTUP........................................................................................ 88 A. Kesimpulan ................................................................................ 88 B. Implikasi .................................................................................... 89 C. Saran …...................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92 LAMPIRAN .................................................................................................... 95
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian sebelumnya
38
3.1
Operasional variabel
61
4.1
Rincian sampel penelitian
65
4.2
Hasil uji statistik deskriptif
66
4.3
Hasil uji normalitas
70
4.4
Hasil uji statistik deskriptif (skewness dan kurtosis)
71
4.5
Hasil uji normalitas (Data Baru)
73
4.6
Hasil uji multikolonieritas
74
4.7
Hasil uji autokorelasi
75
4.8
Hasil uji heteroskedastisitas
76
4.9
Hasil Uji Adjusted R Square
78
4.10
Hasil uji F
79
4.11
Hasil uji t
80
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
2.1
Kerangka pemikiran
Halaman 42
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
97
2
Daftar Tabulasi Data Penelitian
102
3
Grafik Histogram
112
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tahun 2009 dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
Informasi
dalam
laporan
keuangan
hendaknya
menyajikan informasi yang benar, jujur, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholder dan shareholder. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi. Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 2 (SFAC No. 2) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai penjelasan yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditor, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum, dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap perusahaan.
1
1
Dalam mewujudkan integritas informasi laporan keuangan, di dalam PSAK tahun 2009 ditetapkanlah karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2003) dalam Indriani dan Khoiriyah (2010:2-3), karakteristik kualitatif yang harus dimiliki laporan keuangan adalah bermanfaat untuk pengambilan keputusan, relevan (mempunyai nilai prediksi, nilai umpan balik, dan tepat waktu), reliabel (bisa didiversifikasi, netral, dan representatif), bisa diperbandingkan (termasuk konsistensi), manfaat lebih besar dibandingkan biaya. Di dalam PSAK tahun 2009 dijelaskan bahwa informasi akuntansi yang mudah dipahami akan memberikan kemudahannya segera kepada pengguna, sedangkan informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa yang lalu. Kemudian informasi itu adalah andal (reliable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Sedangkan karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
2
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pengguna harus memperoleh kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya banding. Integritas adalah jujur dan apa adanya. Laporan keuangan yang memiliki integritas adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya, tanpa ada yang ditutup-tutupi atau disembuyikan (Hardiningsih, 2010:65). Sedangkan menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC No. 2) adalah kualitas informasi yang menjamin bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan bias serta secara jujur menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan. Untuk
dapat
menghasilkan
laporan
keuangan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya maka lahirlah konsep konservatisme untuk menyempurnakan laporan keuangan tersebut. Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan adalah berupa mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009:1). Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat
3
menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan. Namun pada kenyataannya mewujudkan integritas laporan keuangan itu adalah hal yang berat. Terbukti banyak sekali terjadi kasus-kasus manipulasi akuntansi. Banyak perusahaan menyajikan informasi dalam laporan keuangan dengan tidak adanya integritas, di mana informasi yang disampaikan tidak benar dan tidak adil bagi beberapa pihak pengguna laporan keuangan. Dimulai pada akhir tahun 2001 di mana Wall Street, pusat keuangan Amerika, dibuat tercengang setelah dikejutkan dengan berita bangkrutnya perusahaan raksasa bisnis energi Amerika, Enron, yang kemudian disusul dengan kasus penipuan miliaran dolar yang melibatkan raksasa telekomunikasi Amerika, WorldCom. Apa sesungguhnya yang melatarbelakangi skandal akuntansi yang melibatkan begitu banyak perusahaan besar dan membuat begitu besar kerugian-kerugian bagi pemegang saham publik? Kenapa yang terkena adalah perusahaan publik seperti Enron, WorldCom, Xerox, Merck, Tyco Intl, dan sebelumnya Global Crossing, dan yang terakhir Adelthin (Widijanto, 2009:2). Salah satu contohnya pada kasus Enron, kasus yang banyak mengejutkan banyak pihak, karena kecurangan yang dilakukan Enron juga melibatkan kantor akuntan publik (KAP) internasional Arthur Andersen (AA). Banyak pihak yang menempatkan auditor sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap masalah ini. AA telah melakukan tugas pengauditan keuangan Enron hampir 20 tahun, seharusnya AA dapat mengetahui masalah yang dihadapi kliennya, Enron. Mengapa KAP sebesar AA tidak mampu
4
mengungkap permasalahan di dalam organisasi Enron dan secara sadar atau tidak sadar ikut terlibat dalam suatu konspirasi dengan Enron (Giri, 2010:1). Namun ada juga pihak yang menyesalkan sikap yang dilakukan manajemen yang melakukan kecurangan tersebut. Seperti yang diungkapkan Widijanto (2009:3) yang mengungkapkan kekecewaannya dengan berkata, Mengapa orang-orang yang menjadi kunci dalam perusahaan bertindak tidak beretika (mementingkan diri sendiri, oportunis, self serving), sehingga banyak pihak yang dirugikan? Apa yang melatar belakangi tindakan mereka tersebut? Apakah pembelajaran yang mereka jalani selama ini telah membentuknya demikian? Beberapa skandal akuntansi juga terjadi di Indonesia. Pertama adalah PT. Kimia Farma yang diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa di mana manajemen menggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan senilai Rp 32.400.000.000. Jumlah laba yang seharusnya adalah sebesar Rp 99.600.000.000 namun dinyatakan sebesar Rp 132.000.000.000. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku, yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstate persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstate penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kedua, adalah kasus Bank Lippo di mana pada 28 November
2002
disebutkan
bahwa
total
aktivanya
sebesar
Rp
24.000.000.000.000 dengan laba bersih Rp 98.000.000.000. Namun dalam laporan ke BEJ 27 Desember 2002, total aktivanya berkurang menjadi
5
22.800.000.000.000 dan rugi bersih Rp 1.300.000.000.000. Kasus ketiga adalah PT. Great River International Tbk (2003) yang diaudit oleh KAP Johan Molanda dan Rekan yang diduga melakukan overstatement di mana pencatatan untuk akun penjualan menggunakan metode yang berbeda dari ketentuan yang ada, indikasi penggelembungan akun penjualan, piutang dan asset hingga ratusan miliar rupiah, serta penipuan dalam penyajian laporan keuangan. Kasus keempat adalah komisaris PT. Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut di mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan. Dan yang terbaru adalah Allianz (2012) yang diaudit oleh KAP Siddharta dan Widjaja: KPMG. SEC menduga sebanyak 295 kontrak asuransi terkait proyek pemerintah berhasil diperoleh Allianz dengan menyuap oknum pejabat di beberapa
instansi
pemerintah
hingga
$
650.626
atau
sekitar
Rp
6.270.000.000, dengan melakukan penyuapan tersebut perusahaan meraup laba sebesar lebih dari US$ 5.300.000, penyuapan tersebut dilakukan selama kurun waktu 2001-2008. Hancurnya integritas informasi laporan keuangan, memicu tumbangnya perusahaan-perusahaan besar di atas, akibat dari banyaknya kasus dari auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di bawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh kepentingan manajerial senior perusahaan (CEO, dewan komisaris, komite audit, internal auditor).
6
Kasus-kasus tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan (corporate governance). Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai negara acuan penerapan tata kelola perusahaan yang baik, menjadi diragukan dengan merebaknya kasuskasus manipulasi akuntansi di negara tersebut. Di Indonesia, corporate governance sedang menjadi isu yang hangat. Terutama sejak terjadi krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia termasuk Indonesia, dan semakin menjadi perhatian akibat banyak terungkapnya kasus-kasus manipulasi laporan keuangan. Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, isu mengenai good corporate governance (GCG) telah menjadi bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan kegiatan dunia usaha dan pertumbuhan perekonomian setelah masa-masa krisis tersebut seperti yang diungkapkan Hidayah (2008) dalam (Haryani et al., 2011:8).
Berbagai pihak menyatakan bahwa lemahnya
corporate governance menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan faktor penting dalam pemulihan krisis ekonomi, mengingat GCG merupakan alat terpenting dalam menciptakan organisasi yang efisien dan efektif. GCG digunakan sebagai sistem dan struktur yang mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas maupun minoritas suatu perusahaan dengan kata lain sebagai bentuk perlindungan investor atas adanya perbedaan kepentingan pemegang saham (principle) dengan pihak manajemen
7
(agent). Penerapan corporate governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama pemegang saham minoritas (Sulistiyowati et al., 2010:3). Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem keuangan yang baik akan menghasilkan hal-hal positif yaitu, pertama adalah informasi yang luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang saham secara efektif, dan kedua memungkinkan bagi dewan komisaris untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran, penentuan keputusan-keputusan dan aktivitas-aktivitas manajerial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah satu kunci dalam mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan akuntabilitas dan nilai perusahaan. Laporan tahunan adalah sebuah produk informasi yang sangat penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaan, keandalan dari informasi yang terkandung sangatlah penting bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Almilia (2007) dalam Haryani et al., (2011:2) menyatakan
bahwa
perusahaan
diharapkan
lebih
transparan
dalam
mengungkapkan informasi mengenai corporate governance, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan oleh investor, kreditor, dan pemakai informasi lainnya.
8
Semakin
baik penerapan
corporate governance
yang dilakukan
perusahaan maka akan diharapkan mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Fenomena skandal keuangan yang terjadi juga dapat menunjukkan suatu bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Komite Nasional Good Corporate Governance
(KNGCG),
memonitor kualitas kerja auditor eksternal dalam melaksanakan tugasnya dan memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tepat merupakan tugas dari komite
audit.
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
auditor
memerlukan
kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang KAP sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau
9
kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi. Giri (2010:2) menjelaskan bahwa KAP yang berkualitas akan menjaga independensi auditornya dalam melaksanakan tugas audit. KAP besar identik dengan KAP yang bereputasi tinggi dalam hal ini menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dalam melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien, sehingga klien juga kurang dapat mempengaruhi opini auditor. Penyebab dari hal tersebut adalah kelebihan yang dimiliki oleh KAP besar yaitu besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, adanya afiliasi internasional, dan banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugas dengan bertindak jujur, tegas tanpa pretensi sehingga auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya (Komsiyah dan Indriantoro, 1998) dalam (Jama’an, 2008:7). Informasi yang diperoleh dari laporan auditor yang profesional akan memberikan kepastian yang lebih memadai sehingga dapat memberikan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi terhadap laporan keuangan yang akan diterbitkan (Widarjo et al., 2010:8). Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan.”
10
B. Perumusan Masalah 1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 3. Apakah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 4. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 5. Apakah kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner izin akuntan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 6. Apakah variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan? 7. Apakah variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan variabel kontrol ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh: a.
Bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
11
b.
Bukti empiris bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
c.
Bukti empiris bahwa komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
d.
Bukti empiris bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
e.
Bukti empiris bahwa kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP), badan usaha jumlah patner dan izin akuntan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
f.
Bukti empiris bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
g.
Bukti empiris bahwa variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner dan izin akuntan) dan variabel kontrol ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan.
12
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam
rangka
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
untuk
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya di bidang pengauditan. 3) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan bagi penulis dalam konsep-konsep, teori-teori mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, kualitas kantor akuntan publik dan reputasi auditor terhadap integritas laporan keuangan. b. Manfaat Praktis 1) Penelitian ini menjadi motivasi bagi auditor agar senantiasa meningkatkan profesionalitasnya dalam audit, dan menjaga reputasi
dirinya
sendiri
dan
profesinya,
dan
KAP terus
meningkatkan kualitasnya. Juga bagi manajemen perusahaan agar meningkatkan
penerapan
prinsip
corporate
governance
di
lingkungan perusahaannya. 2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan untuk lebih memperhatikan pelaksanaan
Good
Corporate Governance. 3) Dapat menjadi spirit baru bagi profesi auditor yang mulia dan terhormat untuk terus menjadi pengawal aktivitas pemeriksaan akuntansi secara professional.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Agen (manajer) mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahaan dan mengambil keputusan atas nama investor. Masalah keagenan adalah munculnya konflik kepentingan antara harapan investor (memperoleh return maksimal) dan harapan para manajer. Manajer yang seharusnya mengelola organisasi bisnis dengan baik agar kepentingan investor menjadi optimal, ternyata dalam faktanya sering kali lebih mengedepankan kepentingan dirinya sendiri yang sering disebut tindakan moral hazard (Haryani et al., 2011:3). Salah satu masalah keagenan (agency problem) yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham adalah pemegang saham lebih menyukai pembayaran dividen daripada diinvestasikan lagi. Sebaliknya, manajer menginginkan dividen yang dibayarkan diinvestasikan kembali untuk menambah modal perusahaan (Mursalim, 2011:2). Uraian di atas terkait dengan teori keagenan (agency theory), di mana antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal masing-masing ingin memaksimumkan kemakmurannya. Namun, manajer lebih menguasai informasi dibanding pemegang saham karena manajer
14
14
mengelola perusahaan secara langsung sedangkan pemegang saham sulit memperoleh informasi secara efektif tentang operasionalisasi perusahaan sehingga terjadi information asymmetry. Hal ini memicu manajer sebagai agen untuk melakukan tindakan-tindakan oportunistik seperti; melakukan inefisiensi, investasi pada proyek dengan net present value yang negatif dan sebagainya. Tindakan manajer demi kepentingannya dan mengabaikan kepentingan para pemegang saham perusahaan, sehingga menimbulkan terjadinya agency problem dalam perusahaan (Mursalim, 2011:2). Untuk mengurangi agency problem antara manajer dengan pemegang saham dapat dilakukakan dengan berbagai cara. Pertama, adanya monitoring oleh investor institusional, seperti dana pensiun, perusahaan asuransi dan perseroan terbatas maupun institusi independen yang memiliki otoritas menilai kinerja manajemen perusahaan. Kedua, tidak cukup kepemilikan saham saja, akan tetapi diperlukan adanya aktivisme institusi untuk menekan manajer agar tidak melakukan tindakan opportunistic. Ketiga, adanya peningkatan kepemilikan manajerial atas saham perusahaan sebagai insentif dalam upaya menekan tindakan oportunistiknya. Keempat, adanya kebijakan dividen perusahaan. Kelima, adanya kebijakan utang. (Mursalim, 2011:3). Menanggapi adanya konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajer dengan menyatakan bahwa corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap konflik tersebut. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan
15
institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan.
2...Teori Sinyal (Signaling Theory) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Jama’an, 2008:4). Signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetric Information) antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan (agent) mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi
16
keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Hal
ini
senada
dengan
pendapat
Rustiarini
(2010:3)
yang
mengungkapkan bahwa teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesarbesarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. (Jama’an, 2008:4-5). Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan.
17
Sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP) merupakan signal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah di audit. Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan signal kepercayaan pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan. Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. (Jama’an, 2008:5). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (principal). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi sinyal informasi yang disampaikan agent terkadang diterima principal tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran keberhasilan perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) yang sudah dijelaskan di atas.
18
3. Integritas Laporan Keuangan a. Pengertian Integritas Laporan Keuangan Integritas secara terminologi berarti mutu, sifat, atau keadaaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kejujuran. Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara manajemen dengan pihak luar perusahaan tentang data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut selama periode tertentu. Di dalam PSAK tahun 2009 disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan ekonomi oleh para pengguna laporan keuangan apabila informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut memenuhi karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2 mengenai Qualitative Characteristic Of Accounting Information, terdapat dua hal yang menjadi kualitas primer
19
dalam suatu laporan keuangan, yaitu relevansi (relevance) dan keandalan (reliability). Relevansi merujuk pada kemampuan informasi akuntansi untuk mempengaruhi
keputusan
pembaca
laporan
keuangan
dengan
mengubah atau membantu mengkonfirmasi harapan merek tentang hasil atau konsekuensi suatu tindakan/kejadian. Relevansi informasi dapat diukur dalam kaitannya dengan maksud penggunaan informasi tersebut. Artinya jika sutu informasi tidak relevan dengan kebutuhan pengambil
keputusan,
maka
informasi
akuntansi
yang
dapat
diandalkan, yaitu informasi akuntansi yang bebas dari kesalahan dan penyimpangan serta merupakan suatu penyajian yang jujur. Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Menurut Schroeder (2001) dalam Saputri (2010:48-49) reliability memiliki kualitas sebagai berikut: 1) Verifiability Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain, akan mendapat opini yang sama jika diaudit oleh auditor yang berbeda. 2) Representational faithfullness Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada dan benar-benar terjadi.
20
3) Neutrality Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan. Terkait dengan integritas laporan keuangan, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang memiliki integritas yang tinggi maka telah memenuhi dua karakteristik utama dalam suatu laporan keuangan. Informasi akuntansi yang memiliki integritas yang tinggi akan dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur sehingga memungkinkan pengguna informasi akuntansi bergantung pada informasi tersebut. Oleh karena itu, informasi yang memiliki integritas yang tinggi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan untuk membantu membuat keputusan. Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan
prinsip
konservatisme
dan
penggunaan
earning
21
management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan laporan keuangan tersebut tidak overstate supaya tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam laporan keuangan tersebut. b. Konservatisme Akuntansi Konservatisme menurut FASB Statement of Concept No. 2 didefinisikan dengan reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian.
Hal
ini
dilakukan
untuk
memastikan
bahwa
ketidakpastian dan resiko yang melekat pada situasi bisnis telah cukup dipertimbangkan. Konservatisme identik dengan kehati-hatian dalam pelaporan keuangan di mana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan hutang yang mempunyai kemungkinan akan terjadi. Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi ditunjukkan pada metode yang melaporkan laba atau aktiva lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas resiko menurun (downside risk) dari neraca yang menyajikan aset bersih understatement dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu. Para kreditur mendesak agar laporan keuangan disusun dengan berpedoman pada konsep konservatisme. Maksud utama mereka adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu
22
berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Jika ditinjau lebih jauh ke dalam laporan keuangan, setiap metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda-beda. PSAK tahun 2009, menyebutkan ada berbagai metode yang menerapkan prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK No. 16 mengenai aktiva tetap dan penyusutan, PSAK No. 19 mengenai aktiva tidak berwujud yang berkaitan dengan amortisasi dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan. Pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan tersebut. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang berfluktuatif, dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang (Sari dan Adhariani, 2009:2). Terdapat pro dan kontra sehubungan dengan penerapan prinsip konservatisme. Pengkritik konsep konservatisme menyatakan bahwa prinsip ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi resiko perusahaan. Semakin tinggi konservatisme, maka nilai buku yang dilaporkan akan semakin bias. Di lain pihak, terdapat pihak yang mendukung konsep konservatisme ini, diantaranya adalah Ahmed et
23
al., (2002:867-890) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3) yang menyatakan bahwa konservatisme dapat mengurangi konflik antara bondholders-shareholders seputar kebijakan dividen. Pembayaran dividen yang terlalu tinggi menjadi ancaman bagi debtholders karena akan mengurangi aktiva yang seharusnya tersedia untuk pelunasan utang. Untuk mengatasi masalah ini, tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan melakukan pembatasan pembagian dividen berdasarkan perolehan laba perusahaan. Untuk itu dibutuhkan penyajian laba yang konservatif demi membatasi pembayaran dividen yang terlalu tinggi serta penyajian aktiva yang konservatif untuk memberikan gambaran kepada debtholders tentang ketersediaan aktiva untuk pembayaran hutang. Watts (2003) dalam Haniati dan Fitriany (2010:3-4) yang juga merupakan pendukung konsep konservatisme berpendapat bahwa konservatisme merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya. Para pemegang saham mempunyai harapan agar manajemen bertindak atas kepentingan mereka. Untuk itu dibutuhkan pengawasan seperti pemeriksaan laporan keuangan serta pembatasan keputusan yang dapat diambil manajemen. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengawasan tersebut disebut sebagai biaya agensi.
24
Peneliti lain yang mendukung konservatisme adalah LaFond dan Watts (2006) dalam Haniati dan Fitriany (2010:4) yang berpendapat bahwa laporan keuangan yang mengaplikasikan prinsip konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan serta mengurangi deadweight loss (biaya agensi) yang muncul sebagai akibat dari asimetri informasi (kondisi dimana pihak manajemen memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor). Asimetri informasi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan manipulasi laporan keuangan. Manipulasi yang paling sering dilakukan adalah overstate laba. Hal ini karena laba dapat mencerminkan kinerja operasional perusahaan dan menjadi perhatian bagi pengguna laporan keuangan dalam menilai perusahaan. Kinerja perusahaan akan mempengaruhi harga saham, sehingga menjadi alasan tambahan bagi manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan apabila tidak mampu mencapai apa yang diinginkan. Kesempatan untuk dapat memilih beberapa metode akuntansi membuka peluang manajer melakukan manipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menghindari manipulasi laporan keuangan adalah dengan menggunakan prinsip akuntansi konservatif.
25
4. Mekanisme Corporate Governance Dalam Kurniawan (2012:20-21) terdapat beberapa definisi mengenai corporate governance. Diantaranya sebagai berikut: Menurut OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang menyatakan bahwa: “Corporate governance relates to the internal means by which corporations are operated and controlled. While governments play a central role and shaping the legal, institutional and regulatory climate within which individual corporate governance systems are developed, the main responsibility lies with the private sector”. Sedangkan Berlin Initiative Code berpendapat bahwa corporate governance adalah: “Corporate governance describe the legal and factual regulatory framework for managing and supervising a company”. Kemudian menurut Recommendation of Federation of Companies, Corporate Governance adalah: “The organization of the administration and management of companies, which is better known under the term “corporate governance,” has to meet the expectations of the shareholders and the requirements of the economic process”. Selanjutnya definisi corporate governance menurut Cadbury Comitte dalam Jama’an (2008:36) adalah: “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan”. Tujuan corporate governance adalah “untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”.
26
Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi
pihak-pihak
minoritas
(outside
investors/minority
shareholders) dari ekspropriasi yang dilakukan para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan penekanan pada mekanisme legal Shleiver dan Vishny (1997) dalam (Wawo, 2010:3). Pendekatan legal dari corporate governance memiliki arti bahwa mekanisme kunci dari corporate governance adalah proteksi investor eksternal (outside investors), baik pemegang saham maupun kreditor, melalui sistem legal yang dapat diartikan dengan hukum dan pelaksanaannya (Wawo, 2010:3). Menurut baridwan dalam Jama’an (2008:37) prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah sebagai berikut: a.
Transparancy Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua stakeholders perusahaan baik yang terlibat secara langsung di dalam perusahaan atau yang tidak terlibat langsung. Di sini para pengelola perusahaan harus berbuat secara transparan kepada pemegang saham, jujur apa adanya dalam membuat laporan usaha dan tidak manipulatif. Keterbukaan informasi dalam proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang dianggap penting dan relevan.
b.
Accountability Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana
27
secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description yang jelas kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian. Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan tanggung jawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan perusahaan. c.
Responsibility Yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang membawa dampak pada lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Di
sini
perusahaan
harus
memperhatikan
amdal,
keamanan
lingkungan, dan kesesuaian diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat. Perusahaan harus apresiatif dan proaktif terhadap setiap gejolak sosial masyarakat dan setiap yang berkembang di masyarakat. d.
Independency Yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat. Perusahaan harus memiliki otonominya secara penuh sehingga pengambilan-pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan otoritas yang ada secara penuh. Perusahaan harus berjalan dengan menguntungkan supaya bisa memelihara keberlangsungan bisnisnya, namun demikian bukan keuntungan yang tanpa melihat orang lain yang juga harus untung. Semuanya harus untung dan tidak ada satu pun yang dirugikan.
28
e.
Fairness Yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap stake holder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan harus membuat sistem yang solid untuk membuat pekerjaan semuanya seperti yang diharapkan. Dengan pekerjaan yang fair tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna melindungi
semua
orang
yang
punya
kepentingan
terhadap
keberlangsungan bisnis kita. Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol/pengawasan terhadap keputusan tersebut. Walsh dan Seward (1990) dalam Jama’an (2008:36) menyatakan bahwa terdapat 2 (dua) mekanisme untuk dapat membantu menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan GCG, diantaranya mekanisme pengendalian internal perusahaan dan mekanisme pengendalian eksternal berdasarkan pasar. Mekanisme pengendalian internal perusahaan adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan dengan membuat seperangkat aturan yang mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Salah satu pilihan mekanisme pengendalian internal untuk menyamakan
29
kepentingan pemegang saham dan manajer adalah kontrak insentif jangka panjang. Kontrak jangka panjang ini dilakukan dengan memberikan insentif pada manajer apabila nilai perusahaan atau kemakmuran pemegang saham meningkat, salah satunya dengan cara memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Dengan demikian, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan atau meningkatkan kemakmuran
pemegang
saham
karena
hal
tersebut
juga
akan
meningkatkan kekayaan manajer sendiri. Mekanisme
pengendalian
eksternal
berdasarkan
pasar
adalah
pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar menurut teori pasar untuk pengendalian perusahaan (market for corporate control), pada saat diketahui bahwa manajemen berperilaku menguntungkan diri sendiri, kinerja perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham perusahaan. Pada kondisi tersebut, kelompok manajer lain akan menggantikan manajer yang sedang memegang jabatan. Dengan demikian bekerjanya market for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri manajer sendiri. Mekanisme pengendalian lain yang secara luas digunakan dan diharapkan dapat menyelaraskan tujuan prinsipal dan agen adalah mekanisme melalui pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan yang merupakan tanggungjawab manajer, pemilik dapat menilai, mengukur sekaligus dapat mengawasi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana manajer telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik. Selain
30
itu pemilik dapat memberikan kompensasi kepada manajer berdasarkan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat berdasarkan angkaangka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (Arifin, 2005) dalam (Jama’an, 2008). Dalam hubungannya dengan jenis informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan, terdapat dua jenis sifat informasi yang diungkapkan, diantaranya adalah informasi yang bersifat mandatory disclosure, yaitu merupakan informasi yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan kerena memang diwajibkan oleh peraturan atau undangundang. Kemudian informasi yang bersifat voluntary disclosure, yaitu merupakan jenis informasi yang secara sukarela diungkapkan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk menambah kegunaan informasi mengenai kekayaan dan hasil operasi suatu perusahaan kepada para pemakai laporan keuangannya. Dewan komisaris dan komite audit, sebagai struktur corporate governance, mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam rangka memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Berjalannya fungsi dewan komisaris dan komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham mayoritas dan manajemen dengan
31
pemegang saham minoritas dapat diminimalisasi. Oleh karena itu untuk menghindari penyalahgunaan wewenang antara pihak manajemen dengan kepentingan pemegang saham, perusahaan menyepakati penerapan good corporate governance sebagai suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik untuk mencapai tujuan dan mengawasi kinerja perusahaan (Sulistiyowati et al., 2010:2-3). Mekanisme tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan haruslah mampu mengurangi asimetri informasi melalui pengungkapan informasi dalam laporan keuangan dengan benar dan jelas. Sistem keuangan yang baik akan menghasilkan yaitu: pertama, informasi yang luas dan murah yang dapat memfasilitasi pemonitoran oleh pemegang saham secara efektif, dan kedua, memungkinkan bagi dewan komisaris untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui pemberian saran, penentuan
keputusan-keputusan
dan
aktivitas-aktivitas
manajerial.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah satu kunci dalam mekanisme perusahaan yang berfungsi meningkatkan akuntabilitas dan nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran mekanisme tata kelola perusahaan adalah: a.
Kepemilikan Institusional Jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi atau perusahaan. Organisasi memiliki kemampuan untuk bertahan apabila terdapat pemisahan antara pemilik dan pengendalinya. Struktur
32
kepemilikan saham dalam suatu perusahaan dapat terdiri atas kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi dan kepemilikan saham oleh manajerial. Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman dibandingkan dengan investor individual. Dengan demikian akan semakin membatasi manajemen dalam memainkan angka-angka dalam laporan keuangan. (Sriwedari, 2009:31). b.
Kepemilikan Manajerial Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Sriwedari (2009:32-33), yang menyatakan bahwa dengan semakin besarnya proporsi kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Sedangkan menurut Widarjo et al., (2010:10) kepemilikan manajerial adalah situasi di mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus pemilik atau pemegang saham perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan, karena dengan meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang diterima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya
33
apabila kepemilikan manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan manajer akan melakukan tindakan yang tidak memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan cenderung memanfaatkan sumber-sumber perusahaan untuk kepentingannya sendiri. c.
Komite Audit Komite audit merupakan komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor serta anggota independen, yang memiliki tugas untuk memberikan pengawasan auditor, memastikan manajemen melakukan tindakan korektif yang tepat terhadap hukum dan regulasi (Jati, 2009) dalam (Suryono dan Prastiwi, 2011:10). Peraturan mengenai komite audit
dikeluarkan
oleh
Bapepam
SE/03/PM/2000, Keputusan
pada
Mei
2000,
melalui
Ketua Bapepam Kep-29/PM/2004,
Peraturan Bapepam-LK No. IX. 1.5, Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-09/MBU/2012. Berdasarkan peraturan ini dijelaskan bahwa komite audit harus memiliki sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedang anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen di mana sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan (Wardhani et al., 2010:5).
34
Tujuan pembentukan komite audit adalah memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum, memastikan bahwa internal kontrol perusahaan memadai, menindaklanjuti dugaan adanya penyimpangan yang material di bidang keuangan dan implikasi hukumnya, dan merekomendasikan seleksi auditor eksternalnya (Jama’an, 2008:47). d.
Komisaris Independen Di dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance). Dewan komisaris adalah pihak yang berperan penting dalam menyediakan laporan keuangan perusahaan yang reliable. Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dapat dikatakan sebagai indikator independensi dewan dari manajemen. Kehadiran komisaris independen dalam dewan dapat menambah kualitas aktivitas pengawasan dalam perusahaan, karena mereka tidak terafiliasi dengan perusahaan sebagai pegawai (Andarini dan Januarti, 2010:8).
35
Beasley (1996) menguji hubungan antara proporsi dewan komisaris
dengan
kecurangan
pelaporan
keuangan.
Dengan
membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan, mereka menemukan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki persentase dewan komisaris eksternal yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.
5. Kualitas Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik (KAP), yang dimaksud berkualitas dalam penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1 dan termaktub pula di dalam UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Sehingga dalam penelitian ini jumlah patner (sekutu) yang mempunyai izin akuntan
36
dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor akuntan publik yang menjadi sampel penelitian.
6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan large (besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an (2008:56) melihat ukuran perusahaan dari nilai total asset.
37
B. Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Peneliti/Judul Penelitian/Tahun Dian Tri Lestari, Dharma Tintri/ “Effect of Corporate Governance Mechanism and Quality Audit Report on The Integrity of Financial State Owned Enterprises (SOEs) Listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)”, 2010
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan 1. Menggunakan 1. Menambahkan variabel variabel independen independen mekanisme kualitas KAP corporate dan variabel governance kontrol LnAsset 2. Menggunakan 2. Menggunakan data sekunder variabel dependen integritas laporan keuangan dengan pengukuran Cskor indeks konservatisme 3. Mengganti periode penelitian dari tahun 20022008 menjadi tahun 20092011 4. Mengganti data sampel perusahaan publik dari BUMN menjadi perusahaan manufaktur di BEI
Hasil Penelitan 1. Kepemilikan Manajerial tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan 2. Kepemilikan Institusional tidak mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan perusahaan BUMN 3. Komisaris Independen tidak mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan perusaahaan BUMN 4. Komite Audit mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan perusahaan BUMN 5. Kualitas Audit tidak mempengaruhi terhadap Integritas Laporan Keuangan perusahaan BUMN
Bersambung pada halaman berikutnya 38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti/Judul Penelitian/Tahun
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan 1. Menggunakan 1. Menambahka variabel n variabel independen independen mekanisme kualitas KAP corporate dan variabel governance kontrol LnAsset
Indah Saputri/Pengaruh Reputasi Auditor, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan, 2010 2. Menggunakan variabel dependen integritas laporan keuangan dengan pengukuran indeks konservatisme
3. Menggunakan data sekunder
2. Mengganti periode penelitian dari tahun 20042009 menjadi tahun 20092011
3. Merubah sampel penelitian dari perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI menjadi perusahaan manufaktur di yang terdaftar BEI
Hasil Penelitan 1.
Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Sedangkan reputasi auditor, kepemilikan manajerial dan ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan 2. Secara bersamasama (simultan) reputasi auditor, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran dewan direksi berpengarih signifikan terhadap integritas laporan keuangan
Bersambung pada halaman berikutnya 39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Peneliti/Judul Penelitian/Tahun Pancawati Hardiningsih “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Intergritas Laporan Keuangan”, 2010
Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan 1. Variabel 1. Menambahka independen n variabel corporate independen governance kualitas KAP dan variabel 2. Menggunakan kontrol variabel LnAsset dependen integritas 2. Mengganti laporan periode keuangan penelitian dari dengan tahun 2005pengukuran 2008 menjadi konservatisme tahun 20092011 3. Menggunakan data sekunder 3. Merubah sampel penelitian dari perusahaan manufaktur yang tidak teregulasi yang terdaftar di BEI menjadi perusahaan manufaktur seluruhnya di yang terdaftar BEI
Hasil Penelitan 1.
2.
Independensi auditor (lamanya hubungan auditee auditor), keberadaan komite audit, keberadaan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan Hanya variabel kepemilikan manajerial yang berpengaruh signifikan terhadap konservatisme (integritas laporan keuangan)
Bersambung pada halaman berikutnya
40
Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metode Penelitian Sebelumnya Persamaan Perbedaan Jama’an/ 1. Menggunakan 1. Mengganti “Pengaruh variable periode Mekanisme independen penelitian dari Corporate mekanisme tahun 2003Governance, dan corporate 2006 menjadi Kualitas Kantor governance tahun 2009Akuntan Publik dan kualitas 2011 Terhadap KAP dan Integritas Laporan variabel Keuangan” (2008) kontrol ukuran 2. Merubah sampel perusahaan penelitian dari (firm size) seluruh perusahaan 2. Menggunakan yang terdaftar variabel di BEI dependen menjadi integritas perusahaan laporan manufaktur keuangan seluruhnya dengan yang terdaftar pengukuran di BEI konservatisme Peneliti/Judul Penelitian/Tahun
3. Menggunakan data sekunder
Hasil Penelitan 1.
2.
3.
4.
(Kepemilikan Insttusional, Komisaris Independen dan Komite Audit) menunjukkan hasil yang positif signifikan Kualitas KAP (Spesialisasi Auditor) menunjukkan hasil yang positif signifikan Variabel kontrol firm size menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan Selain itu Audit Brand Name dan jumlah patner dan izin akuntan Ho gagal ditolak, atau tidak signifikan
Sumber: Data dari berbagai referensi
41
C. Kerangka Pemikiran Dari uraian di atas, dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Judul Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Perusahaan Sektor Manufaktur di BEI
Variabel Independen Mekanisme Corporate Governance Terdiri dari 4 dimensi variabel: 1. Kepemilikan Institusional (X1) 2. Kepemilikan Manajerial (X2) 3. Komite Audit (X3) 4. Komisaris Independen (X4) Kualitas Kantor Akuntan Publik Terdiri dari 1 Dimensi Variabel: 1. Kualitas KAP Badan Usaha (Jumlah Patner Izin Akuntan) (X5)
Variabel Dependen
Integritas Laporan Keuangan (Y)
Variabel Kontrol: Firm Size (Ukuran Perusahaan) / (X6)
Metode Analisis: Regresi Berganda Paired Sampel T Test Hasil Pengujian dan Pembahasan 42 Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
D. Hipotesis
1. Mekanisme Corporate Governance Corporate governance digunakan sebagai sistem dan struktur yang mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik baik mayoritas maupun minoritas. Penerapan Corporate governance menuntut adanya perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham terutama pemegang saham minoritas. Pelaksanaan corporate governance diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang akhirnya dapat meningkatkan daya informasi akuntansi. Kualitas laporan keuangan dapat diukur dari reaksi pasar atas pengumuman laporan keuangan (Wawo, 2010:2). a.
Kepemilikan Institusional Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan Adhi (2002) dalam (Rawi, 2010:4). Namun sebagaimana dalam teori keagenan (Agency theory), perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Kepemilikan institusional meningkatkan tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional yang dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri dan juga dapat membatasi perilaku para manajer untuk melakukan pengelolaan laba. Hal senada juga
43
diungkapkan oleh Rustiarini (2010:6) yang menyatakan bahwa dalam proporsi yang besar kepemilikan intitusional dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang diwujudkan dengan terciptanya pengawasan yang efektif sehingga laporan keuangan yang dibuat memiliki integritas yang tinggi. Ha1: Proporsi
kepemilikan
institusional
berpengaruh
terhadap
integritas laporan keuangan. b.
Kepemilikan Manajerial Menurut Widarjo et al., (2010:10) kepemilikan manajerial adalah situasi di mana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus pemilik atau pemegang saham perusahaan. Manajer yang memiliki saham dalam perusahaan akan berusaha
meningkatkan
kinerja
perusahaan,
karena
dengan
meningkatnya laba perusahaan maka insentif yang diterima oleh manajer akan meningkat pula. Sebaliknya apabila kepemilikan manajer turun, maka biaya keagenannya akan meningkat. Hal ini dikarenakan
manajer
akan
melakukan
tindakan
yang
tidak
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, manajer akan cenderung
memanfaatkan
sumber-sumber
perusahaan
untuk
kepentingannya sendiri. Hasil
penelitian
menyimpulkan
yang
dilakukan
bahwa terdapat
oleh
hubungan
Safiq
antara
(2010:18) kepemilikan
44
manajerial dengan konservatisme akuntansi (integritas laporan keuangan). Ha2: Proporsi
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
integritas laporan keuangan. c.
Komite Audit Menurut
Komite
Nasional
Good
Corporate
Governance
(KNGCG) (2002) dalam Jama’an (2008:14), Komite audit merupakan komite
yang
dibentuk
oleh
dewan
direksi
yang
bertugas
melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal. Klien (2002:375-400) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual dikrisioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen. Hal ini senada dengan Mc Mullen (1996) dalam Wawo (2010:4) yang menemukan bahwa
45
perusahaan yang tidak ada kecurangan lebih mungkin memiliki komite audit dibanding yang ada kecurangan. Ha3: Keberadaan dan jumlah komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. d.
Komisaris Independen Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dikatakan sebagai
indikator
independensi
dewan.
Kehadiran
komisaris
independen dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena tidak terafiliasi dengan perusahaan sehingga bebas dalam pengambilan keputusan. Teori ini sering disebut dengan the monitoring effect theory Fama dan Jensen (1983) dalam (Maizaroh et al., 2011:7). Penelitian Beasley (1996) dalam Maizaroh et al., (2011:7-8) menunjukkan adanya hubungan terbalik antara proporsi komisaris independen
dengan
tingkat
kecurangan
pelaporan
keuangan.
Perusahaan dengan proporsi komisaris independen yang tinggi cenderung lebih memperhatikan risiko perusahaan dibandingkan proporsi komisaris independen yang rendah O’Sullivan (1997) dalam (Maizaroh et al., 2011:8). Ha4: Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
46
2. Kualitas Kantor Akuntan Publik Kualitas kantor akuntan publik, didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 yang mengatur kembali Jasa Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 1. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini. Sehingga dalam penelitian ini jumlah patner (sekutu) yang mempunyai izin akuntan dalam badan usaha menjadi ukuran kualitas kantor akuntan publik yang diduga berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis kualitas KAP badan usaha (jumlah patner izin akuntan) diharapkan dapat diterima. Dengan demikian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Ha5: Kualitas kantor akuntan publik, badan usaha (jumlah patner izin akuntan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
3. Firm Size (Variabel Kontrol) Para peneliti masih belum memiliki tolak ukur yang jelas mengenai ukuran perusahaan. Kim et al., (2003) dalam Jama’an (2008:50) membagi ukuran perusahaan menjadi 3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan large
47
(besar) berdasarkan market value perusahaan. Sedangkan Jama’an (2008:56) melihat ukuran perusahaan dari nilai total asset. Seperti yang disarankan oleh Smith dan Watts (1992) dalam Jama’an (2008:50) bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan berbagai macam tipe corporate governance control seperti debt covenant, kebijakan dividen dan kompensasi manajemen. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis firm size, diharapkan berpengaruh dan diterima. Dengan demikian maka hipotesis alternatif yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Ha6: Ukuran Perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Ha7: Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan) dan ukuran perusahaan secara bersamasama (simultan) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya melainkan melalui media perantara. Data tersebut dapat berupa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, laporan tahunan perusahaan, laporan hasil RUPS, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dari mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik sebagai variabel independen terhadap integritas laporan keuangan sebagai variabel dependen. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan dan laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan yang diambil dari situs www.BEI5000.com, kemudian situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Fact Book dan diambil langsung dari Indonesian Capital Market Electronic Library (ICMEL) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Dan sebagai data
49
49
tambahan berupa daftar KAP yang diambil dari situs Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Dengan periode pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling atau judgement sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel yang didasarkan atas pertimbangan pribadi (Nazir, 2011). Untuk memenuhi pembahasan permasalahan dalam penelitian ini maka sampel yang dipilih adalah sampel dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan kriteria terdaftar sebagai perusahan publik selama periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011. 2. Perusahaan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yang dimaksud lengkap adalah perusahaan harus memiliki data sebagai berikut: a. Laporan keuangan (audited) atau laporan tahunan (apabila laporan keuangan tidak diperoleh) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 sampai dengan 31 Desember 2011. b. Data susunan dewan komisaris dan komite audit.
50
c. Nama akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan perusahaan, tertera dengan jelas pada laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI. 3. Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak melakukan transaksi akuisisi dan merger selama 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011. 4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini diperoleh dengan cara: 1. Penelusuran secara manual, untuk data dalam bentuk kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam bentuk kertas hasil cetakan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berupa buku dan jurnal ilmiah. 2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data berbentuk data elektronik. Data ini antara lain berupa laporan keuangan yang terdapat di ICMEL BEI dan yang dipublikasikan di situs BEI yang berupa data elektronik dari internet.
D. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
51
versi 16. Analisis ini bertujuan untuk menentukan pengaruh antara variabel mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik.
1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistik deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistik deskriptif yang sering muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah atau koran. Dengan statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapih serta dapat memberikan informasi-informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini adalah ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecendrungan suatu gugus data. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dengan demografi responden. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban pada setiap variabel yang diukur dari minimum, maksimum rata-rata dan standar deviasi, juga untuk mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, pendidikan, posisi, dan lama bekerja (Ghozali, 2009:19).
52
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketehui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160). Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skore yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol (Ghozali, 2011: 2930). Cara lain adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi dengan normal (menceng ke kiri atau menceng ke kanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik.
53
Dalam penelitian ini digunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov yang merupakan salah satu alat pendeteksi normalitas data (Ghozali, 2011:30-32). b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor
(VIF).
Tolerance
mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011: 105-106). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada dinamakan problem autokorelasi (Ghozali, 2011:110). Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson (DW test) yang merupakan salah satu alat pendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2011:111). d. Uji Heteroskedastisitas
54
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini digunakan uji statistik Glejser yang merupakan salah satu alat pendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139-143). 3. Uji Hipotesis Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode regresi berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun rumus regresi berganda sebagai berikut. Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4 + βX5 + βX6 + e Dimana: Y= Integritas Laporan Keuangan α = Konstanta, harga Y bila X= 0 β= Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X) X1= Kepemilikan Instituisonal X2= Kepemilikan Manajerial
55
X3= Komite Audit X4= Komisaris Independen X5=Kualitas KAP Badan Usaha Jumlah Patner dan Izin Akuntan X6= Ukuran Perusahaan (Firm Size) sebagai Variabel Kontrol e = Error Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan Adjusted R Square (Adj R2), uji F dan uji t. a.
Uji Adj R2 Koefisien determinasi (Adj R2) pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai Adj R2 adalah diantara nol dan satu. Jika nilai Adj R2 berkisar hampir satu, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya jika nilai Adj R2 semakin mendekati angka nol, berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
b. Uji F Uji ini pada dasarnya menunujukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima dan sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak.
56
c.
Uji t Uji ini pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam menerangkan variasi-variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Langkah yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menentukan level of significance-nya. Level of significance yang digunakan adalah sebesar 5 % atau (α) = 0,05. Jika sign. t > 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign. t < 0,05 maka Ha diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2011:99).
D. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan. Dalam penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan menggunakan konservatisme. Alasan untuk menggunakan konservatisme sebagai proksi integritas laporan keuangan adalah konservatisme identik dengan laporan keuangan yang understate yang resikonya lebih kecil daripada laporan keuangan yang overstate sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan lebih reliabel, memenuhi kriteria karakteristik kualitatif informasi akuntansi sesuai dengan ketentuan SFAC No. 2 Penman dan Zhang (2002) dalam (Jama’an, 2008:18).
57
Instrumen penelitian menggunakan model indeks conservatism yang dikemukakan oleh Penman dan Zhang (2002) dan diadopsi oleh Jama’an (2008:18) yang menjelaskan kualitas laba yang dihasilkan tergantung dari pertumbuhan investasi perusahaan. Variabel pengukuran integritas laporan keuangan memiliki rumus sebagai berikut: C it = (RP res it + DEPR res it) NOA it
Keterangan: C it
= Indeks conservatism perusahaan i pada tahun t.
RP it
= jumlah biaya riset dan pengembangan yang ada dalam laporan
keuangan perusahaan i pada tahun t. DEPR
it
= biaya depresiasi yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan i pada tahun t. NOA
it
= net operating assets, yang diukur dengan rumus kewajiban
keuangan bersih (total utang + total saham + total dividen) – (kas + total investasi ) perusahaan i pada tahun t.
2. Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance yang didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari proses pengelolaan dan proses pengawasan terhadap pengelolaan (Kurniawan, 2012:22). Variabel ini merupakan variabel yang
58
tidak diukur secara mandiri, tetapi diukur dengan menggunakan empat dimensi variabel, yaitu:
a. Kepemilikan Institusional (X1) Diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. b. Kepemilikan Manajerial (X2) Diukur dengan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (komisaris dan direksi) dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Saputri, 2010:64). c. Komite Audit (X3) Diukur dengan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah komite audit. d. Komisaris Independen (X4) Diukur
dengan
persentase
anggota
dewan
komisaris
independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan. Variabel independen selanjutnya adalah kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terbagi dalam: e. Kualitas KAP Badan Usaha (Jumlah patner izin akuntan) (X5) Variabel ini menggunakan ukuran KAP proporsi jumlah patner dalam badan usaha persekutuan paling sedikit 3 (tiga) rekan yang mempunyai nomor izin akuntan dan atau 75 % dari jumlah patner
59
adalah akuntan publik yang diukur dengan menggunakan variabel dummy dan diberi nilai 1 jika patner sekutu mempunyai nomer izin akuntan lebih dari 3 (tiga) orang dan 0 jika jumlah sekutu akuntan kurang dari 3 (tiga) rekan dan atau kurang dari 75 % jumlah patner adalah akuntan publik (Jama’an, 2008:55-56). Variabel independen yang merupakan variabel kontrol selanjutnya adalah: f. Ukuran Perusahaan (firm size) (X6) Variabel ini merupakan variabel kontrol dalam penelitian ini. Variabel ini peneliti masukkan ke dalam model, karena peneliti percaya atau menduga bahwa variabel-variabel tersebut juga berpengaruh terhadap variabel terikat dan variabel bebas. Firm size diproksi ke dalam LnAsset perusahaan pada tiap akhir tahun pengamatan. Ukuran perusahaan diwakili dengan nilai logaritma dari assets. Logaritma natural dari total aset perusahaan dapat menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset perusahaan berarti semakin besar juga angka ekponesial atau logaritmanya.
60
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel VARIABEL Variabel Dependen (Y):
KONSEP Integritas
SKALA UKUR
PROKSI
laporan Konservatisme
dengan
keuangan di proksikan rumus:
Integritas
dengan konservatisme. C it = (RP res it + DEPR res it)
Laporan
Karena
Keuangan (Lestari dan Tintri, 2010), (Jama’an,
konservatisme
(Hardiningsih, 2010)
NOA it
sendiri identik dengan Keterangan: laporan keuangan yang C understate
= Indeks
it
yang conservatism perusahaan i
resikonya lebih kecil pada tahun t.
2008), (Saputri, dibanding 2010) dan
Rasio
laporan RP it
keuangan
= jumlah biaya riset
yang dan pengembangan yang ada
overstate. jadi laporan dalam keuangan
laporan
yang perusahaan i pada tahun t.
memenuhi karakteristik DEPR di
atas
keuangan
akan
reliabel.
it
= biaya depresiasi
lebih yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan i pada tahun t. NOA
it
= net operating
assets, yang diukur dengan rumus kewajiban keuangan bersih (total utang + total saham + total dividen) – (kas +
total
investasi
)
perusahaan i pada tahun t.
Bersambung pada halaman berikutnya
61
Tabel 3.1 (Lanjutan) VARIABEL Variabel Independen (X) Mekanisme Corporate Governance X1: Kepemilikan Institusional X2: Kepemilikan Manajerial X3: Komite Audit X4: Komisaris Independen
KONSEP
PROKSI
Mekanisme Corporate 1.
Proporsi
kepemilikan
Governance merupakan institusional sistem pengelolaan dan dengan
yang
diukur
Persentase
saham
pengawasan
dari yang dimiliki oleh institusi
pengelolaan
yang dari seluruh modal saham
dilakukan. upaya
SKALA UKUR Rasio
Dengan yang beredar. mewujudkan 2.
Good
Proporsi
kepemilikan
Rasio
Corporate manajemen diukur dengan
Governance diharapkan Persentase perusahaan
akan dimiliki
saham oleh
yang
manajemen
memiliki akuntanbilitas dari seluruh modal saham (Lestari dan Tintri, 2010), (Jama’an, 2008), (Saputri, 2010) dan (Hardiningsih, 2010)
yang
baik
integritas
sehingga yang beredar. laporan 3. Keberadaan dan jumlah
Rasio
keuangan yang menjadi komite audit, diukur dengan inti krusial dari dunia persentase jumlah komite akuntansi terwujud.
dapat audit
yang
berasal
dari
komisaris independen dari seluruh jumlah komite audit. 4.
Keberadaan
independen,
komisaris
yang
Rasio
diukur
dengan persentase anggota dewan komisaris independen dari
seluruh
jumlah
komisaris perusahaan.
Bersambung pada halaman berikutnya
62
Tabel 3.1 (Lanjutan) VARIABEL
KONSEP
SKALA UKUR
PROKSI
Kualitas Kantor Kualitas
Kantor Kualitas KAP badan usaha,
Akuntan Publik: Akuntan
Publik variabel ini menggunakan
diwujudkan
dengan ukuran KAP proporsi jumlah
X5: Kualitas
jumlah patner (sekutu) patner dalam badan usaha
KAP Badan
yang mempunyai izin persekutuan paling sedikit 3
Usaha Jumlah
akuntan
Patner dan Izin
dianggap
Akuntan
publik (tiga)
rekan
dapat mempunyai
mempengaruhi
Jama’an (2008) integritas
Nominal
yang
nomor
izin
akuntan dan atau 75% dari laporan jumlah
keuangan perusahaan.
patner
adalah
akuntan publik yang diukur dengan
menggunakan
variabel dummy dan diberi nilai 1 jika patner sekutu mempunyai
nomor
izin
akuntan lebih dari 3 (tiga) orang dan nilai 0. Jika jumlah
sekutu
akuntan
kurang dari 3 (tiga) rekan dan atau kurang dari 75% jumlah
patner
adalah
akuntan publik.
Bersambung pada halaman berikutnya
63
Tabel 3.1 (Lanjutan)
VARIABEL Variabel Independen
KONSEP
SKALA UKUR
PROKSI
Variabel kontrol dalam Firm size diproksi ke dalam penelitian
ini adalah LnAsset
perusahaan
Rasio
pada
Kontrol:
variabel
yang tiap akhir tahun pengamatan.
Ukuran
dimasukkan ke dalam Ukuran perusahaan diwakili
Perusahaan
model
yang
(Firm Size)
percaya atau menduga assets.
Jama’an (2008) bahwa
peneliti dengan nilai logaritma dari Logaritma
variabel- eksponen dari total aset
variabel tersebut juga perusahaan berpengaruh variabel
atau
dapat
terhadap menunjukkan
terikat
bahwa
dan semakin besar ukuran atau
variabel bebas. Dalam aset
perusahaan
berarti
penelitian ini variabel semakin besar juga angka kontrol adalah ukuran ekponensial perusahaan SIZE)
atau
angka
(FIRM logaritmanya. dimasukan
kedalam model untuk memperoleh
bukti-
bukti empiris apakah variabel berinteraksi
tersebut secara
positif
signifikan
terhadap
integritas
informasi
laporan
keuangan perusahaan. Data yang diolah 2013
64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pemilihan perusahaan-perusahaan publik yang masuk kategori perusahaan manufaktur ini didasarkan pada pertimbangan akan homogenitas dalam aktivitas produksinya dan kelompok industri ini yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain di BEI. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 perusahaan manufaktur yang listing di BEI dengan periode pengamatan selama 3 tahun sehingga diperoleh data observasi sebanyak 198. Kriteria-kriteria perusahaan yang djadikan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 dibawah ini: Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian
No
Kriteria Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dari Tahun 2009 1 sampai dengan 2011 Perusahaan tersebut memiliki data lengkap terkait dengan variabel 2 yang diteliti Perusahaan melakukan transaksi akuisisi dan merger selama 1 Januari 3 2009 sampai 31 Desember 2011 Perusahaan menyajikan laporan keuangan selain dalam bentuk 4 Rupiah 5 Perusahaan yang memenuhi kriteria 6 Total sampel penelitian selama 3 periode Sumber: Data sekunder yang diolah 2013
65
Jumlah 123 94 (20) (8) 66 198
65
B. Analisis Hasil dan Pembahasan 1. Statistik Deskriptif Sebelum melakukan pengujian secara kemaknaan pengaruh variabel mekanisme corporate governance dan kualitas kantor akuntan publik terhadap integritas laporan keuangan terlebih dahulu akan ditinjau mengenai deskripsi variabel penelitian dengan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
CON INST MANJ KA KI KKAPPIZA LNASSET Valid N (Listwise)
N
Minimum
Maximum
Mean
198 198 198 198 198 198 198 198
-2.0085 .0000 .0000 .2500 .2000 .0000 24.9700
5.5194 .9818 .7000 .5000 1.0000 1.0000 31.3000
.086634 .688177 .040344 .332882 .411320 .984848 2.7505E1
Std. Deviation .4776410 .1902788 .1028563 .0330541 .1252263 .1224651 1.2667957
Sumber: Data sekunder diolah 2013 Tabel 4.2 di atas menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan Tabel 4.2, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap integritas laporan keuangan (CON) menunjukkan nilai minimum sebesar -2,0085, nilai maksimum sebesar 5,5194 dengan rata-rata sebesar 0,086634 dan standar deviasi
66
0,4776410. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kepemilikan institusional (INST) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000, nilai maksimum sebesar 0,9818 dengan rata-rata sebesar 0,688177 dan standar deviasi 0,1902788. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kepemilikan manajerial (MANJ) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000, nilai maksimum sebesar 0,7000 dengan rata-rata sebesar 0,040344 dan standar deviasi 0,1252263. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap komite audit (KA) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,2500, nilai maksimum sebesar 0,5000 dengan nilai rata-rata 0,332882 dan standar deviasi 0,0330541. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap komisaris independen (KI) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,2000, nilai maksimum sebesar 1,0000 dengan nilai rata-rata 0,411320 dan standar deviasi 0,0330541. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan (KKAPPIZA) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0000, nilai maksimum sebesar 1,0000 dengan nilai rata-rata 0,984848 dan standar deviasi 0,1224651. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap variabel kontrol LNASSET menunjukkan nilai minimum sebesar 24,9700,
67
nilai maksimum sebesar 31,3000 dengan nilai rata-rata 2.7505E1 dan standar deviasi 1.2667957. Variabel integritas laporan keuangan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen dan LnAsset menggunakan skala pengukuran rasio. Dari variabel di atas tersebut, terdapat variabel yang memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasinya, yang menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut cukup baik, karena nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai standar deviasinya. Variabel tersebut diantaranya adalah kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen dan LnAsset. Sedangkan variabel integritas laporan keuangan dan kepemilikan manajemen memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dari standar deviasinya, yang menunjukkan bahwa kualitas data dari variabel tersebut kurang baik. Sedangkan untuk variabel kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan yang menggunakan skala pengukuran nominal, nilai rata-rata dan standar deviasi tidak tepat digunakan sebagai alat analisis kualitas data, karena kode angka yang digunakan dalam skala pengukuran nominal hanya berfungsi sebagai label kategori semata tanpa nilai instrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa (Ghozali, 2011:4).
68
2. Hasil Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik diperlukan agar model regresi menjadi suatu model yang lebih reperesentatif. Analisis data uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain melalui uji normalitas, multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160). Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate, khususnya jika tujuannya adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan score yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai means sama dengan nol (Ghozali, 2011: 29-30). Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Di bawah ini adalah hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov.
69
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negatif
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. b.
Unstandardized Residual 198 .0000000 .46504049 .290 .290 -.255 4.081 .000
Test distribution is Normal Calculated from data
Sumber: Data sekunder diolah 2013 Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji normalitas data untuk tahun 2009 sampai dengan 2011, dapat dilihat bahwa data dalam penelitian ini tidak terdistribusi dengan normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Di bawah ini adalah langkah screening dan perbaikan terhadap normalitas data yang kemudian dimaksudkan untuk menjadikan data yang residualnya tidak terdistribusi dengan normal menjadi data yang residualnya terdistribusi dengan normal. Berikut langkah yang dilakukan oleh peneliti: 1)
Peneliti melakukan screening secara statistik melalui dua komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis (Ghozali, 2011: 30). Berikut adalah hasil uji statistik deskriptifnya:
70
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif (Skewness dan Kurtosis) Descriptive Statistics N
Skewness
Statistic
Statistic
Kurtosis
Std. Error
Statistic
Std. Error
ZSkewness
ZKurtosis
CON
198
7.195
.173
87.759
.344
41.33213
252.0685
INST
198
-.624
.173
.057
.344
-3.58461
0.16372
MANJ
198
4.476
.173
24.408
.344
25.71266
70.10664
KA
198
2.424
.173
16.326
.344
13.92482
46.89286
KI
198
2.234
.173
6.683
.344
12.83335
19.19546
KKAPPIZA
198
-7.999
.173
62.616
.344
-45.9508
179.8508
LNASSET
198
.368
.173
.242
.344
3.682265
0.695092
Valid N (listwise)
198
Sumber: Output SPSS dan data sekunder diolah 2013
Diketahui bahwa data untuk alpha 0,05 nilai kritisnya + 1,96. Dari hasil screening secara statistik di atas, dapat kita lihat bahwa variabel yang terdistribusi dengan normal adalah variabel INST dan LNASSET karena zskewness atau zkurtosisnya mendekati nilai kritis 1,96. Sedangkan variabel yang lain berada jauh dari titik kritis 1,96 sehingga variabel tersebut tidak terdistribusi dengan normal. 2)
Peneliti melakukan screening normalitas dengan grafik histogram. Peneliti melakukan hal ini sebagai dasar untuk melakukan transformasi data untuk memperbaiki normalitas
71
data yang ada (Ghozali, 2011:34). (Output grafik histogram akan dilampirkan di bagian belakang). 3)
Untuk memperbaiki distribusi variabel CON,
maka
dilakukan tindakan transformasi Ln, sehingga menjadi LNCON, kemudian variabel MANJ dilakukan tindakan transformasi
SQRT,
sehingga
menjadi
SQRTMANJ,
selanjutnya variabel KA dilakukan tindakan transformasi Ln, sehingga menjadi LNKA, kemudian variabel KI dilakukan tindakan transformasi SQRT, sehingga menjadi SQRTKI, dan yang terakhir adalah variabel KKAPPIZA dilakukan tindakan transformasi SQRT, sehingga menjadi SQRTKKAPPIZA. 4)
Setelah peneliti melakukan transformasi data pada variabel yang tidak terdistribusi normal, peneliti melakukan langkah penting yang menjadikan data dalam penelitian ini menjadi terdistribusi dengan normal. Yaitu peneliti melakukan pembuangan data outlier atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi. Panduan dalam melakukan hal ini terdapat dalam Ghozali (2011:41) yang sangat membantu peneliti dalam mendapatkan data yang terdistribusi dengan normal.
72
Setelah peneliti melakukan screening dan langkah perbaikan di atas, sebanyak 28 sampel data dibuang oleh peneliti. Sehingga jumlah sampel tidak lagi 198 melainkan 170 sampel data. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negatif
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. b.
Unstandardized Residual 170 .0000000 1.20355323 .092 .088 -.092 1.202 .111
Test distribution is Normal Calculated from data
Sumber: Data sekunder diolah 2013 Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji normalitas data untuk tahun 2009 sampai dengan 2011, dapat dilihat bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,111 atau lebih besar dari 0,05. b. Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dan model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah tersebut. Selengkapnya mengenai hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
73
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas a
Coefficients
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) INST
.741
1.350
SQRTMANJ
.696
1.437
LNKA
.977
1.023
SQRTKI
.909
1.100
SQRTKKAPPIZA
.938
1.066
LNASSET
.808
1.237
a. Dependent Variable: LNCON
Sumber: Data sekunder diolah 2013 Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui nilai tolerance masingmasing variabel di atas 0,1 dan nilai VIF masing-masing variabel juga di bawah 10 dan mendekati 1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi dalam penelitian ini. c. Hasil Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (D-W). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan periode sebelumnya. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah autokorelasi. Selengkapnya mengenai hasil uji autokorelasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini. 74
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.352
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.124
.092
Durbin-Watson
1.22550
1.897
a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJ b. Dependent Variable: LNCON
Sumber: Data sekunder diolah 2013 Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai D-W adalah sebesar 1,897. Dengan jumlah predictors sebanyak 6 (enam) buah dan sampel penelitian sebanyak 170 perusahaan (n=170). Berdasarkan tabel di atas nilai D-W berada pada area tidak ada autokorelasi, di mana perhitungan yang bersumber dari tabel 13 Durbin-Watson (Ghozali, 2011:433) adalah sebagai berikut. Syarat dikatakan tidak ada autokorelasi adalah du < d < 4-du. Diketahui du = 1,831 dan d = 1,897, selanjutnya 4-du adalah 4 – 1,831 = 2,169. apabila diperhatikan, terlihat bahwa nilai d lebih besar dari nilai du, dan nilai d lebih kecil dari nilai 4-du. Jadi kesimpulannya bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. d. Hasil Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
75
homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2011: 139). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji yang digunakan adalah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
Selengkapnya
mengenai hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error 3.242
2.022
.023
.458
-.585
Coefficients Beta
t
Sig.
1.603
.111
.005
.051
.959
.539
-.101
-1.087
.279
.208
1.021
.016
.204
.839
SQRTKI
-.879
.964
-.074
-.912
.363
SQRTKKAPPIZA
-.245
.535
-.037
-.458
.648
LNASSET
-.049
.060
-.070
-.817
.415
INST SQRTMANJ LNKA
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber: Data sekunder diolah 2013
76
Dari tabel 4.8 dengan jelas menunjukkan bahwa 6 (enam) variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES). Variabel
independen
yang
signifikan
secara
statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (ABS_RES) dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3. Hasil Uji Hipotesis a. Hasil Adj R2 Pada model regresi berganda penggunaan adjusted R2 (Adj R2), atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan, lebih baik dalam melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen
bila
dibandingkan
dengan
R2
(koefisien
determinasi). Kelemahan dalam menggunakan nilai R2 adalah karena adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 penelitian dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
77
Tabel 4.9 Hasil Uji Adj R2 b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.352
.124
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .092
Durbin-Watson
1.22550
1.897
a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJ b. Dependent Variable: LNCON
Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,092 atau sebesar 9,2%. Hal ini berarti 9,2% dari variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan, serta variabel kontrol LNASSET). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 90,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti independensi auditor dan kualitas audit Hardiningsih (2010:61-76), ukuran dewan direksi dan reputasi auditor Saputri (2010:91), kualitas kantor akuntan publik audit brand name, kualitas kantor akuntan publik spesialisasi auditor, ukuran dewan komisaris Jama’an (2008:32) dan lain-lain. Dari tabel 4.9 di atas juga diketahui bahwa nilai R adalah 0,352 yang berarti bahwa terjadi hubungan yang tidak kuat antara kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit,
78
komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan dan variabel kontrol LNASSET terhadap integritas laporan keuangan karena memiliki nilai R < 0,5. b. Hasil Uji F Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat di tabel 4.10 di bawah ini: Tabel 4.10 Hasil Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
34.637
6
5.773
Residual
244.803
163
1.502
Total
279.440
169
F
Sig. a
3.844
.001
a. Predictors: (Constant), LNASSET, SQRTKKAPPIZA, LNKA, INST, SQRTKI, SQRTMANJ b. Dependent Variable: LNCON
Sumber: Data sekunder diolah 2013 Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,844 dengan nilai sig. sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi integritas laporan keuangan karena nilai sig. < alpha (α = 5%). Maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini. c. Hasil Uji t
79
Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual (parsial), yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan dan LNASSET dalam menerangkan variabel dependen, yaitu integritas laporan keuangan. Selengkapnya mengenai hasil uji t penelitian dapat dilihat di tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji t Coefficients
Model 1
(Constant)
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
-14.636
2.784
INST
1.161
.630
SQRTMANJ
1.770
LNKA SQRTKI
Beta
t
Sig.
-5.258
.000
.157
1.843
.067
.742
.210
2.387
.018
-1.743
1.405
-.092
-1.241
.217
-2.246
1.327
-.130
-1.693
.092
SQRTKKAPPIZA
.561
.737
.058
.762
.447
LNASSET
.342
.083
.335
4.114
.000
a. Dependent Variable: LNCON
Sumber: Data sekunder diolah 2013 Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa koefisien model regresi memiliki nilai konstanta sebesar -14,636 dengan nilai t hitung sebesar -5,258 dan nilai sig. sebesar 0,000. Konstanta sebesar -14,636
80
menandakan bahwa jika variabel independen konstan maka rata-rata integritas laporan keuangan adalah sebesar -14,636. Kepemilikan institusional (INST) mempunyai t hitung sebesar 1,843 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,067. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa (INST) tidak bepengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti Ha1 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jama’an (2008:31-32) yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namun, hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Tintri (2010:14), Saputri (2010:95) dan Hardiningsih (2010:70) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pandangan atau konsep yang menyatakan bahwa institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current earning (Porter, 1992 dalam Hardiningsih, 2010:70). Akibatnya manajer terpaksa melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba (Saputri, 2010:93). Kepemilikan institusional menjadikan manajer menjadi terikat dengan sebuah target yang diinginkan oleh investor dalam mendapatkan
laba
sehingga
manajer
apabila
terdesak
besar
kemungkinan akan melakukan tindakan manipulasi.
81
Hasil ini tidak membuktikan hipotesis yang dikemukakan peneliti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan dengan integritas laporan keuangan dikarenakan investor institusional akan mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri serta membatasi perilaku manajemen seperti melakukan pengelolaan laba. Kepemilkan manajerial (MANJ) mempunyai t hitung sebesar 2,387
dengan
probabilitas
signifikansi
0,018.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa (MANJ) berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti Ha2 diterima. Hasil dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Tintri (2010:14) dan menyimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajemen tidak bepengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namun hasil penelitian ini sejalan dan mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2010:89-90) dan Hardiningsih (2010:69-71) yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian mengenai pengaruh persentase kepemilikan saham manajerial ini berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti diterima.
82
Kepemilikan saham oleh manajerial terkadang menjadi opsi yang diberikan dalam pembagian dividen berupa hak untuk memiliki saham perusahaan kepada manajemen perusahaan. Hal ini memiliki maksud besar agar pihak manajemen memiliki rasa tanggung jawab dalam memiliki perusahaan dengan mengelola perusahaan dengan baik untuk mendapatkan nilai lebih (dividen) dari apa yang telah mereka investasikan. Di Indonesia, perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menurut data yang dikumpulkan peneliti memiliki rata-rata jumlah kepemilikan manajerial yang kecil. Jumlah persentase yang kecil memberikan dampak positif bagi integritas laporan keuangan, dan jumlah persentase yang besar justru memberikan dampak yang negatif bagi integritas laporan keuangan. Positif dikarenakan, persentase kepemilikan manajerial dalam jumlah kecil akan menekan manajerial untuk bertindak tidak opportunistic, self serving dan manipulasi. Selain itu dampak positif ini dikarenakan juga, kepemilikan yang ada walaupun kecil menjadikan manajerial merasa bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan untuk memberikan nilai lebih (dividen) bagi investasinya dalam perusahaan. Dampak negatif justru akan terjadi apabila jumlah persentase kepemilikan saham oleh manajerial besar. Karena manajer perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik. Sehingga manajer diwajibkan memberikan
83
sinyal
mengenai
pengungkapan
kondisi
informasi
perusahaan akuntansi
kepada
seperti
pemilik
laporan
berupa
keuangan.
Berdasarkan teori agensi di atas menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen ada kecendrungan akan semakin rendahnya integritas laporan keuangan (Hardiningsih, 2010:70-71). Keberadaan komite audit (KA) mempunyai t hitung sebesar 1,241 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,217. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaaan komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan karena probabilitasnya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak. Secara intuitif sebenarnya hasil penelitian ini meragukan mengingat fungsi dari komite audit yang secara eksplisit seharusnya dapat meningkatkan integritas laporan keuangan yang disajikan. Hasil pengujian ini bertentangan dengan Keputusan Ketua BAPEPAM, Keputusan Menteri BUMN, dan Undang-undang BUMN yang menyatakan bahwa pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan, dimana komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa peran komite audit belum efektif pada rentang waktu penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari Lestari dan Tintri (2010:14) dan
84
Jama’an
(2008:31-32),
namun
mendukung
hasil
penelitian
Hardiningsih (2010:69-71). Keberadaan komisaris independen (KI) mempunyai t hitung sebesar -1,693 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,092. Hal ini menunjukkan
bahwa
berpengaruh
terhadap
keberadaaan integritas
komisaris independen laporan
keuangan
tidak karena
probabilitasnya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha4 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Jama’an (2008:31-32), yang menyatakan bahwa
semakin besar
proporsi komisaris independen maka semakin tinggi nilai integritas laporan keuangan. Dan hasil ini juga tidak mendukung hasil penelitian dari Beasley (1996) dalam Hardiningsih (2010:69) yang menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektifitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan pelaporan keuangan dan lebih efektif daripada kehadiran komite audit. Kemudian, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Lestari dan Tintri (2010:14) dan Hardiningsih
(2010:69-71)
didukung
oleh
penelitian
Asean
Development Bank yang menyatakan bahwa pemegang saham mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting sehingga menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan komisaris menjadi tidak efektif. Sylvia dan Siddharta (2005) dalam
85
Hardiningsih (2010:70) juga menyatakan bahwa keberadaan dan pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin saja dilakukan
untuk pemenuhan regulasi saja tetapi tidak
dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Kualitas kantor akuntan publik badan usaha izin akuntan (KKAPPIZA) mempunyai t hitung sebesar 0,762 dengan probabilitas signifikansi 0,447. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa (KKAPPIZA)
tidak
berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan. Hal ini berarti Ha5 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan penulis yang menduga bahwa kantor akuntan publik yang memiliki jumlah minimal 3 rekan yang memiliki izin akuntan dan atau 75% dari jumlah patner adalah akuntan publik berpengaruh
signifikan
terhadap
integritas
laporan
keuangan.
Sehingga diduga memiliki kadar yang cukup untuk menjalankan tugasnya dalam mengaudit laporan keuangan yang berkualitas pada perusahaan yang menjadi kliennya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Jama’an (2008:31-32) yang memperoleh hasil yang tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Menurut analisa penulis, kualitas kantor akuntan publik badan usaha izin akuntan (KKAPPIZA) memperoleh hasil yang tidak signifikan terhadap integritas laporan keuangan karena KAP yang
86
yang memiliki jumlah patner minimal 3 orang yang memiliki izin akuntan dan atau 75% dari jumlah patner adalah akuntan publik, sebagai pengukuran kualitas KAP pada penelitian ini tidak menjamin kualitas dari masing-masing patner dalam tataran praktek dalam mengaudit. Faktor lain seperti independensi auditor, review berjenjang di KAP, spesialisasi auditor yang mengaudit dan kemampuan auditor mendeteksi kesalahan atau kecurangan menjadi bagian yang terpisah namun sangat penting dalam menjaga integritas laporan keuangan. Oleh karena itu izin akuntan publik yang dimiliki tidak menjamin sepenuhnya kualitas audit yang maksimal dapat terpenuhi. Ukuran perusahaan (LNASSET) mempunyai t hitung sebesar 4,114 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya di bawah 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (LNASSET) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti Ha7 diterima. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Jama’an (2008:31-32). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Smith dan Watts (1992) dalam Jama’an (2008:31-32) yang menyarankan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan berbagai macam tipe corporate governance control seperti debt covenant, kebijakan dividen, dan kompensasi manajemen.
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 2. Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
terhadap
integritas
laporan
keuangan. 3. Komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 4. Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 5. Kualitas kantor akuntan publik badan usaha (jumlah patner izin akuntan) tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 6. Ukuran Perusahaan (Firm Size) berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 7. Secara bersama-sama (simultan), kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas kantor akuntan publik badan usaha jumlah patner dan izin akuntan serta variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan
88
88
keuangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.
B. Implikasi Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu akuntansi yang khususnya membahas mengenai integritas laporan keuangan. Di bawah ini adalah kontribusi dan implikasi tersebut, yaitu: 1. Pihak pemegang saham harus meningkatkan penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan dengan memaksimalkan instrumeninstrumen GCG seperti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, sekretaris perusahaan, komite GCG dan lain-lain, serta menjamin peran dari fungsi-fungsi instrumen di atas berjalan dengan efektif. 2. Pihak manajemen perusahaan harus bersikap profesional atas segala tanggung jawabnya walaupun mereka memiliki ataupun tidak memiliki saham pada perusahaan. 3. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), harus terus meningkatkan kompetensi dan kecakapan profesinya seperti mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) yang diadakan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) karena melihat belum sepenuhnya integritas laporan keuangan yang baik dapat diwujudkan, dan melihat tantangan audit ke depan yang membutuhkan tenaga akuntan publik yang tidak hanya profesional tetapi
89
juga menjunjung tinggi kode etik profesi akuntan publik yang harus dijaganya. 4. Pihak kreditor, investor, supplier dapat menganalisis tingkat integritas laporan keuangan yang dibuat perusahaan, karena jika tingkat integritas laporan keuangan perusahaan sudah dianalisis maka keputusan dapat diambil dengan tepat.
C. Saran 1. Untuk penelitian selanjutnya, objek penelitian dapat dirubah menjadi perusahaan pada jenis yang lain seperti perbankan, properti dan real estate atau dan lain-lain guna melengkapi khasanah hasil penelitian ilmiah yang dilakukan terhadap integritas laporan keuangan pada perusahaan pada jenis yang lainnya atau ditambah menjadi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi. 2. Untuk penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti dengan proxy yang lain ataupun ditambah dengan variabel yang lain seperti mekanisme ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, sekretaris perusahaan, spesialisasi auditor, kualitas audit, independensi auditor, ukuran perusahaan dan lain sebagainya. 3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan periode penelitian yang lebih panjang.
90
4. Bagi perusahaan agar dapat memberikan informasi laporan keuangan yang disajikan secara benar dan apa adanya. 5. Bagi para investor dan calon investor yang hendak melakukan investasi sebaiknya berhati-hati dalam memilih perusahaan.
91
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. “Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik)”, Salemba Empat, Jakarta, 2012. Andarini, Putri dan Indira Januarti. “Hubungan Karakteristik Dewan Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee (RMC) Pada Perusahaan Go Public Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Arens, Alvin A., et al. “Auditing and Assurance Service, An Integrated Approach”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 2011. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Badan Pusat Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Giri, Efraim Ferdinan. “Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP Terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Hardiningsih, Pancawati. “Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Kajian Akuntansi, Februari 2010, hal 61-76, 2010. Haryani, et al. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja: Transparansi sebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 2011. Horngren, Charles T., et al. “Akuntansi”, Edisi ke-6, Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2009. Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Indriani, Rini dan Wahiddatul Khoiriyah. “Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Informasi Asimetri”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, hal 2, 2010. Jama’an. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Publik yang Listing di BEJ) ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. Kurniawan, Wahyu. “Corporate Governance (Dalam Aspek Perusahaan)”, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2012.
Hukum
92
Lestari, Dian Tri dan Dharma Tintri. “Effect of Corporate Governance Mechanism and Quality Audit Report on The Integrity of Financial State Owned Enterprises (SOEs) Listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)”, Ungraduate Programe, Faculty of Economics Gunadarma University, Depok, 2010. Mulyadi, “Auditing”, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Mursalim. “Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Deviden dan Utang Dalam Mengurangi Konflik Keagenan (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang, 2009. Nazir, Moh. “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011. Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. “Auditing (Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. Rawi dan Munawar Muchlish. “Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi, Leverage, dan Corporate Social Responsibilty”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Rustiarini, Ni Wayan. “Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Safiq, Muhamad. “Kepemilikan Manajerial, Konservatisma Akuntansi, dan Cost of Debt”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Saputri, Indah. “Pengaruh Reputasi Auditor dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta, 2010. Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. “Konservatisme Perusahaan-Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang, 2009. Sriwedari, Tuti. “Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009. Sulistiyowati, Indah, et al. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
93
Suryono, Hari dan Andri Prastiwi. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance (CG) Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report (SR) (Studi Pada Perusahaan yang Listed (Go Publik) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2009”, Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 2011. Susiana dan Arleen Herawaty. “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, 2007. Wardhani, Ratna dan Herunata Joseph. “Karakteristik Pribadi Komite Audit dan Praktik Manajemen Laba”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Wawo, Andi. “Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Daya Informasi Akuntansi”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Widarjo, Wahyu, et al. “Pengaruh Ownership Retention, Investasi Dari Proceeds, dan Reputasi Auditor Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial dan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010. Widijanto, Hermadi. “Penganggaran Partisipatif: Efek Pembelajaran Teori Keagenan dan Penatalayanan Terhadap Kinerja Manajer, dengan Sikap dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Pemediasi (Suatu Penelitian Ekperimental”, Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang, 2009. http://www.idx.co.id http://www.wikipedia.org http://www.google.com http://www.BEI5000.com
94
LAMPIRAN
95
LAMPIRAN 1 DATA SAMPEL
96
Lampiran 1 DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR NO
TAHUN
1
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
NAMA PERUSAHAAN
KODE
ARWANA CITRAMULIA Tbk.
ARNA
BETON JAYA MANUNGGAL Tbk.
BTON
INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk.
INAI
JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk.
JKSW
JAYA PARI STEEL Tbk.
JPRS
PELANGI INDAH CANINDO Tbk.
PICO
DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk.
DPNS
BERLINA Tbk.
BRNA
TRIAS SENTOSA Tbk.
TRST
MALINDO FEEDMILL Tbk.
MAIN
FAJAR SURYA WISESA Tbk.
FASW
SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk.
SAIP
GAJAH TUNGGGAL Tbk.
GJTL
MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.
LPIN
NIPRESS Tbk.
NIPS
ARGO PANTES Tbk.
ARGO
POLYCHEM INDONESIA Tbk.
ADMG
RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk.
RICY
UNITEX Tbk.
UNTX
SAT NUSAPERSADA Tbk.
PTSN
BUDI ACID JAYA Tbk.
BUDI
CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk.
IGAR
LION METAL WORKS Tbk.
LION
LIONMESH PRIMA Tbk.
LMSH
CAHAYA KALBAR Tbk.
CEKA
MAYORA INDAH Tbk.
MYOR
ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk.
ALMI
TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.
TBMS
ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk.
APLI
YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk.
YPAS
SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.
SULI
KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk.
KBRI
SUPARMA Tbk.
SPMA
ASTRA OTOPARTS Tbk.
AUTO
INDO KORDSA Tbk.
BRAM
MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk.
MASA
97
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
PRIMA ALLOY STEEL Tbk.
PRAS
SELAMAT SEMPURNA Tbk.
SMSM
APAC CITRA CENTERTEX Tbk.
MYTX
EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk.
ESTI
SEPATU BATA Tbk.
BATA
KABELINDO MURNI Tbk.
KBLM
KMI WIRE AND CABLE Tbk.
KBLI
DELTA JAKARTA Tbk.
DLTA
SIANTAR TOP Tbk.
STTP
ULTRA JAYA Tbk.
ULTJ
GUDANG GARAM Tbk.
GGRM
HM SAMPOERNA Tbk.
HMSP
DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk.
DVLA
KALBE FARMA Tbk.
KLBF
KIMIA FARMA Tbk.
KAEF
MERCK Tbk.
MERK
PYRIDAM FARMA Tbk.
PYFA
TEMPO SCAN PACIFIC Tbk.
TSPC
MANDOM INDONESIA Tbk.
TCID
KEDAUNG INDAH CAN Tbk.
KICI
KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk.
KDSI
LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk.
LMPI
ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk.
AMFG
INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk.
IKAI
ASIA PACIFIC FIBERS Tbk.
POLY
ERATEX DJAJA Tbk.
ERTX
JEMBO CABLE COMPANY Tbk.
JECC
SUCACO Tbk.
SCCO
VOKSEL ELECTRIC Tbk.
VOKS
SEKAR LAUT Tbk.
SKLT
ARWANA CITRAMULIA Tbk.
ARNA
BETON JAYA MANUNGGAL Tbk.
BTON
INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk.
INAI
JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk.
JKSW
JAYA PARI STEEL Tbk.
JPRS
PELANGI INDAH CANINDO Tbk.
PICO
DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk.
DPNS
BERLINA Tbk.
BRNA
TRIAS SENTOSA Tbk.
TRST
MALINDO FEEDMILL Tbk.
MAIN
98
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
FAJAR SURYA WISESA Tbk.
FASW
SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk.
SAIP
GAJAH TUNGGGAL Tbk.
GJTL
MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.
LPIN
NIPRESS Tbk.
NIPS
ARGO PANTES Tbk.
ARGO
POLYCHEM INDONESIA Tbk.
ADMG
RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk.
RICY
UNITEX Tbk.
UNTX
SAT NUSAPERSADA Tbk.
PTSN
BUDI ACID JAYA Tbk.
BUDI
CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk.
IGAR
LION METAL WORKS Tbk.
LION
LIONMESH PRIMA Tbk.
LMSH
CAHAYA KALBAR Tbk.
CEKA
MAYORA INDAH Tbk.
MYOR
ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk.
ALMI
TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk.
TBMS
ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk.
APLI
YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk.
YPAS
SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.
SULI
KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk.
KBRI
SUPARMA Tbk.
SPMA
ASTRA OTOPARTS Tbk.
AUTO
INDO KORDSA Tbk.
BRAM
MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk.
MASA
PRIMA ALLOY STEEL Tbk.
PRAS
SELAMAT SEMPURNA Tbk.
SMSM
APAC CITRA CENTERTEX Tbk.
MYTX
EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk.
ESTI
SEPATU BATA Tbk.
BATA
KABELINDO MURNI Tbk.
KBLM
KMI WIRE AND CABLE Tbk.
KBLI
DELTA JAKARTA Tbk.
DLTA
SIANTAR TOP Tbk.
STTP
ULTRA JAYA Tbk.
ULTJ
GUDANG GARAM Tbk.
GGRM
HM SAMPOERNA Tbk.
HMSP
DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk.
DVLA
KALBE FARMA Tbk.
KLBF
99
117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
KIMIA FARMA Tbk.
KAEF
MERCK Tbk.
MERK
PYRIDAM FARMA Tbk.
PYFA
TEMPO SCAN PACIFIC Tbk.
TSPC
MANDOM INDONESIA Tbk.
TCID
KEDAUNG INDAH CAN Tbk.
KICI
KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk.
KDSI
LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk.
LMPI
ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk.
AMFG
INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk.
IKAI
ASIA PACIFIC FIBERS Tbk.
POLY
ERATEX DJAJA Tbk.
ERTX
JEMBO CABLE COMPANY Tbk.
JECC
SUCACO Tbk.
SCCO
VOKSEL ELECTRIC Tbk.
VOKS
SEKAR LAUT Tbk.
SKLT
ARWANA CITRAMULIA Tbk.
ARNA
BETON JAYA MANUNGGAL Tbk.
BTON
INDAL ALUMINIUM INDUSTRY Tbk.
INAI
JAKARTA KYOEI STEEL WORKS Tbk.
JKSW
JAYA PARI STEEL Tbk.
JPRS
PELANGI INDAH CANINDO Tbk.
PICO
DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk.
DPNS
BERLINA Tbk.
BRNA
TRIAS SENTOSA Tbk.
TRST
MALINDO FEEDMILL Tbk.
MAIN
FAJAR SURYA WISESA Tbk.
FASW
SURABAYA AGUNG INDUSTRY PULP Tbk.
SAIP
GAJAH TUNGGGAL Tbk.
GJTL
MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.
LPIN
NIPRESS Tbk.
NIPS
ARGO PANTES Tbk.
ARGO
POLYCHEM INDONESIA Tbk.
ADMG
RICY PUTRA GLOBALINDO Tbk.
RICY
UNITEX Tbk.
UNTX
SAT NUSAPERSADA Tbk.
PTSN
BUDI ACID JAYA Tbk.
BUDI
CHAMPION PASIFIC INDONESIA Tbk.
IGAR
LION METAL WORKS Tbk.
LION
LIONMESH PRIMA Tbk.
LMSH
100
157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
CAHAYA KALBAR Tbk. MAYORA INDAH Tbk. ALUMINDO LIGHT METAL INDUSTRY Tbk. TEMBAGA MULIA SEMANAN Tbk. ASIAPLAST INDUSTRIES Tbk. YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. KERTAS BASUKI RAHMAT IND Tbk. SUPARMA Tbk. ASTRA OTOPARTS Tbk. INDO KORDSA Tbk. MULTISTRADA ARAH SARANA Tbk. PRIMA ALLOY STEEL Tbk. SELAMAT SEMPURNA Tbk. APAC CITRA CENTERTEX Tbk. EVER SHINE TEXTILE INDUSTRY Tbk. SEPATU BATA Tbk. KABELINDO MURNI Tbk. KMI WIRE AND CABLE Tbk. DELTA JAKARTA Tbk. SIANTAR TOP Tbk. ULTRA JAYA Tbk. GUDANG GARAM Tbk. HM SAMPOERNA Tbk. DARYA VARIA LABOLATORIA Tbk. KALBE FARMA Tbk. KIMIA FARMA Tbk. MERCK Tbk. PYRIDAM FARMA Tbk. TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. MANDOM INDONESIA Tbk. KEDAUNG INDAH CAN Tbk. KEDAWUNG SETIA INDUSTRIAL Tbk. LANGGENG MAKMUR INDUSTRI Tbk. ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk. INTIKERAMIK ALAMSARI INDUSTRI Tbk. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk. ERATEX DJAJA Tbk. JEMBO CABLE COMPANY Tbk. SUCACO Tbk. VOKSEL ELECTRIC Tbk. SEKAR LAUT Tbk.
CEKA MYOR ALMI TBMS APLI YPAS SULI KBRI SPMA AUTO BRAM MASA PRAS SMSM MYTX ESTI BATA KBLM KBLI DLTA STTP ULTJ GGRM HMSP DVLA KLBF KAEF MERK PYFA TSPC TCID KICI KDSI LMPI AMFG IKAI POLY ERTX JECC SCCO VOKS SKLT
101
LAMPIRAN 2
TABULASI DATA PENELITIAN TAHUN 2009 NO
KODE PERUSAHAAN
NAMA KAP
CON
INST
MANJ
KA
KI
KKAPPIZA
ASSET
LN ASSET
1
ARNA
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0776
0,7669
0
0,3333
1
1
822.686.549.168
27,44
2
BTON
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
-0,1218
0
0,0958
0,3333
0,5
1
69.783.877.404
24,97
3
INAI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0185
0,6587
0,0003
0,3333
0,2
1
470.415.971.203
26,88
4
JKSW
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0,0002
0,5923
0,0133
0,3333
0,5
1
270.966.547.227
26,33
5
JPRS
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,0384
0,6842
0,1553
0,3333
0,5
1
353.951.009.577
26,59
6
PICO
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,0442
0,9401
0,0008
0,3333
0,3333
1
542.660.240.316
27,02
7
DPNS
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0245
0,6646
0,0646
0,3333
0,3333
1
142.551.475.929
25,68
8
BRNA
Hendrawinata Gani & Hidayat
0,0114
0,5142
0,1051
0,3333
0,25
1
507.226.402.680
26,95
9
TRST
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,1003
0,5946
0
0,3333
0,3333
1
1.921.660.087.991
28,28
10
MAIN
Anwar & Rekan
0,0525
0,8167
0
0,25
0,3333
1
885.347.531.000
27,51
11
FASW
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0459
0,757
0
0,3333
0,3333
1
3.671.234.906.908
28,93
12
SAIP
Anwar & Rekan
0,0202
0,8879
0
0,3333
0,25
1
2.413.702.901.350
28,51
13
GJTL
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0577
0,6172
0,0008
0,3333
0,4285
1
8.877.146.000.000
29,81
14
LPIN
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
-0,0480
0,2971
0
0,3333
0,3333
1
137.909.659.938
25,65
15
NIPS
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0299
0,3711
0,109
0,3333
0,3333
1
314.477.779.213
26,47
16
ARGO
Rama Wendra
0,0437
0,5315
0
0,3333
0,4
1
1.461.055.966.000
28,01
17
ADMG
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0503
0,8992
0
0,3333
0,4
1
3.719.872.147.000
28,94
18
RICY
Joachim Sulistyo & Rekan
0,0321
0,3494
0
0,3333
0,3333
1
599.719.424.656
27,12
19
UNTX
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0140
0,8738
0,0001
0,3333
0,3333
1
143.664.943.150
25,69
20
PTSN
Johan Malonda Mustika & Rekan
0,0763
0,2207
0,7
0,3333
0,3333
1
899.685.312.962
27,53
21
BUDI
Johan Malonda Mustika & Rekan
0,0605
0,514
0
0,3333
0,4
1
1.598.824.000.000
28,10
22
IGAR
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,4771
0,6751
0
0,3333
0,3333
1
317.808.701.451
26,48
23
LION
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
-0,1918
0,577
0,0023
0,3333
0,3333
1
271.366.371.297
26,33
102
24
LMSH
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0320
0,3222
0,2561
0,3333
0,3333
1
72.830.915.980
25,01
25
CEKA
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0306
0,9201
0
0,3333
0,3333
26
MYOR
Mulyamin Sensi Suryanto
0,0773
0,3293
0
0,3333
0,3333
1
568.603.115.385
27,07
1
3.246.498.515.952
28,81
27
ALMI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0225
0,8098
0,0159
0,3333
28
TBMS
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0180
0,8623
0
0,3333
0,4
1
1.481.610.908.727
28,02
0,4
1
996.064.870.315
27,63
29
APLI
Tanubrata Sutanto & Rekan
0,0547
0,5631
0,1537
30
YPAS
Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja
0,0446
0,8947
0,0032
0,3333
0,3333
1
302.381.110.626
26,43
0,3333
0,3333
1
191.136.146.962
25,98
31
SULI
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0508
0,5702
32
KBRI
Drs. Moch. Zainuddin
0,0026
0,3333
0
0,3333
0,4
1
2.009.536.359.513
28,33
0,0002
0,3333
0,5
0
1.098.500.240.760
27,72
33
SPMA
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0479
0,853
0
34
AUTO
Haryanto Sahari dan Rekan (PWC)
-0,2114
0,9565
0,0004
0,3333
0,6
1
1.432.637.490.340
27,99
0,3333
0,3333
1
4.644.939.000.000
29,17
35
BRAM
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0,1572
0,6582
36
MASA
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0589
0,5
0,254
0,3333
0,2857
1
1.349.630.935.000
27,93
0
0,3333
0,6
1
2.536.045.000.000
28,56
37
PRAS
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0,0455
38
SMSM
Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja
0,1090
0,4524
0,0627
0,3333
0,3333
1
420.714.339.156
26,77
0,5813
0,0604
0,3333
0,3333
1
941.651.276.002
27,57
39
MYTX
Mulyamin Sensi Suryanto
40
ESTI
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0579
0,7972
0,0000001
0,25
0,5
1
1.803.398.349.671
28,22
0,0592
0,7258
0
0,3333
0,5
1
518.857.361.261
26,97
41
BATA
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
42
KBLM
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,1281
0,858
0
0,3333
0,4
1
416.679.147.000
26,76
0,0291
0,8176
0
0,3333
0,5
1
354.780.873.513
26,59
43
KBLI
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0140
0,8144
0
0,3333
0,4
1
490.721.608.249
26,92
44 45
DLTA
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,1303
0,846
0
0,3333
0,4
1
760.425.630.000
27,36
STTP
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,1385
0,5676
0,074
0,3333
0,3333
1
548.720.445.825
27,03
46
ULTJ
Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih
0,0886
0,4682
0,1797
0,3333
0,3333
1
1.732.701.994.634
28,18
47
GGRM
Siddharta & Widjaja (KPMG)
0,0794
0,7306
0,008
0,3333
0,8
1
27.230.965.000.000
30,94
48
HMSP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0,0513
0,9818
0
0,3333
0,4
1
17.716.447.000.000
30,51
49
DVLA
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,0602
0,9266
0
0,3333
0,3333
1
783.613.064.000
27,39
50
KLBF
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (EY)
0,7657
0,5674
0
0,3333
0,3333
1
6.482.446.670.172
29,50
51
KAEF
Rama Wendra
0,0403
0,9003
0,0027
0,3333
0,6
1
1.565.831.266.274
28,08
52
MERK
Siddharta & Widjaja (KPMG)
0,0710
0,74
0
0,3333
0,3333
1
433.970.635.000
26,80
53
PYFA
Tanubrata Sutanto & Rekan
0,1373
0,5385
0,2308
0,3333
0,3333
1
99.937.383.195
25,33
103
54
TSPC
Tanubrata Sutanto & Rekan
-1,1254
0,9511
0
0,3333
55
TCID
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,4644
0,7923
0,0018
56
KICI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0111
0,75
0,05
57
KDSI
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0304
0,7481
58
LMPI
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0358
0,7753
59
AMFG
Siddharta & Widjaja (KPMG)
0,3193
0,8454
60
IKAI
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0415
0,7428
61
POLY
Hendrawinata Gani & Hidayat
0,0503
0,6623
62
ERTX
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0089
0,6068
63
JECC
Tanubrata Sutanto & Rekan
0,0260
64
SCCO
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,0275
65
VOKS
Hendrawinata Gani & Hidayat
66
SKLT
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
104
0,6666
1
3.263.102.915.008
28,81
0,3333
0,4
1
994.620.225.969
27,63
0,3333
0,3333
1
84.276.874.394
25,16
0
0,5
0,5
1
550.691.466.904
27,03
0,0001
0,3333
0,5
1
540.513.720.495
27,02
0
0,3333
0,4285
1
1.972.397.000.000
28,31
0,0367
0,3333
0,5
1
764.903.018.446
27,36
0
0,3333
0,3333
1
4.569.623.653.917
29,15
0
0,3333
0,3333
1
97.775.952.000
25,31
0,9015
0
0,3333
0,6666
1
587.380.790.000
27,10
0,6726
0
0,3333
0,5
1
1.042.755.037.722
27,67
0,0210
0,4291
0,0078
0,25
0,5
1
1.237.957.685.071
27,84
0,0566
0,96
0
0,3333
0,3333
1
196.186.028.659
26,00
TABULASI DATA PENELITIAN TAHUN 2010 NO
KODE PERUSAHAAN
NAMA KAP
CON
INST
MANJ
KA
KI
KKAPPIZA
ASSET
LN ASSET
1
ARNA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0961
0,7427
0,0000
0,3333
1,0000
1
873.154.085.922
27,50
2
BTON
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
-0,0639
0,7987
0,0958
0,3333
0,5000
1
89.824.014.717
25,22
3
INAI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0200
0,6586
0,0000
0,3333
0,4000
1
389.007.411.195
26,69
4
JKSW
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0,0002
0,5923
0,0133
0,3333
0,5000
1
289.987.562.836
26,39
5
JPRS
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,0595
0,6842
0,1553
0,3333
0,5000
1
411.281.598.196
26,74
6
PICO
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,0286
0,9401
0,0008
0,3333
0,3333
1
570.360.266.065
27,07
7
DPNS
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0289
0,6809
0,0687
0,3333
0,3333
1
175.682.792.596
25,89
8
BRNA
Hendrawinata Gani & Hidayat
0,1064
0,5142
0,1051
0,3333
0,5000
1
550.907.477.000
27,03
9
TRST
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0963
0,5946
0,0000
0,3333
0,3333
1
2.029.558.232.720
28,34
10
MAIN
Anwar & Rekan
0,0495
0,5910
0,0000
0,2500
0,3333
1
966.318.649.000
27,60
11
FASW
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0385
0,7574
0,0000
0,3333
0,3333
1
4.495.022.404.702
29,13
12
SAIP
Anwar & Rekan
0,0209
0,8879
0,0000
0,3333
0,3333
1
2.211.701.041.860
28,42
13
GJTL
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0572
0,5889
0,0008
0,3333
0,3750
1
10.371.567.000.000
29,97
14
LPIN
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
-0,0104
0,2971
0,0000
0,3333
0,3333
1
150.937.167.032
25,74
15
NIPS
Muhaemin
0,0413
0,3711
0,1090
0,3333
0,3333
0
337.605.715.524
26,55
16
ARGO
Anwar & Rekan
0,0608
0,5464
0,0480
0,3333
0,4000
1
1.428.233.566.000
27,99
17
ADMG
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0517
0,8992
0,0000
0,3333
0,4000
1
4.794.199.216.000
29,20
18
RICY
Joachim Sulistyo & Rekan
0,0301
0,4804
0,0000
0,3333
0,3333
1
613.323.196.638
27,14
19
UNTX
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0128
0,8738
0,0001
0,3333
0,2500
1
153.901.724.876
25,76
20
PTSN
Johan Malonda Mustika & Rekan
0,0880
0,2207
0,7000
0,3333
0,3333
1
825.566.764.849
27,44
21
BUDI
Mulyamin Sensi Suryanto
0,0565
0,5120
0,0000
0,3333
0,4000
1
1.967.633.000.000
28,31
22
IGAR
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
-0,2306
0,8482
0,0000
0,3333
0,3333
1
347.473.064.455
26,57
23
LION
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
-0,1249
0,5770
0,0023
0,3333
0,3333
1
303.899.974.798
26,44
24
LMSH
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0441
0,3222
0,2561
0,3333
0,3333
1
78.200.046.845
25,08
25
CEKA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0208
0,9201
0,0000
0,3333
0,3333
1
850.469.914.144
27,47
105
26
MYOR
Mulyamin Sensi Suryanto
0,0075
0,3293
0,0000
0,3333
0,3333
1
4.399.191.135.535
29,11
27
ALMI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0409
0,8383
0,0160
0,3333
0,4000
1
1.504.154.332.712
28,04
28
TBMS
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0138
0,8623
0,0000
0,3333
0,4000
1
1.239.043.088.831
27,85
29
APLI
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
0,0744
0,6666
0,1333
0,3333
0,3333
1
334.950.548.997
26,54
30
YPAS
Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja
0,0489
0,8947
0,0032
0,3333
0,3333
1
200.856.257.619
26,03
31
SULI
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,1233
0,5235
0,0000
0,3333
0,4000
1
1.955.535.689.750
28,30
32
KBRI
Hananta Budianto & Rekan
0,0003
0,5900
0,0700
0,3333
0,3333
1
786.163.546.488
27,39
33
SPMA
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0509
0,8530
0,0000
0,3333
0,6000
1
1.490.033.771.432
28,03
34
AUTO
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
-0,3730
0,9565
0,0007
0,3333
0,3333
1
5.585.852.000.000
29,35
35
BRAM
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,1252
0,6582
0,2540
0,3333
0,4285
1
1.492.727.607.000
28,03
36
MASA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0534
0,4470
0,0000
0,3333
0,5000
1
3.038.412.000.000
28,74
37
PRAS
Bismar, Muntalib, dan Yunus
0,0470
0,4524
0,0591
0,3333
0,3333
0
461.968.722.867
26,86
38
SMSM
Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja
0,1031
0,5813
0,0604
0,3333
0,3333
1
1.067.103.249.531
27,70
39
MYTX
Mulyamin Sensi Suryanto
0,0607
0,7972
0,0000
0,5000
0,5000
1
1.882.934.081.017
28,26
40
ESTI
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0571
0,7258
0,0000
0,3333
0,6666
1
583.252.944.571
27,09
41
BATA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0948
0,8400
0,0000
0,3333
0,4000
1
484.252.555.000
26,91
42
KBLM
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,0254
0,7559
0,0640
0,3333
0,5000
1
403.194.715.268
26,72
43
KBLI
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0102
0,7172
0,0000
0,3333
0,4000
1
958.737.367.619
27,59
44
DLTA
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
1,4824
0,8460
0,0000
0,3333
0,4000
1
708.583.733.000
27,29
45
STTP
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,1182
0,5676
0,0424
0,3333
0,5000
1
649.273.975.548
27,20
46
ULTJ
Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih
0,0968
0,4662
0,1797
0,3333
0,3333
1
2.006.595.762.260
28,33
47
GGRM
Siddharta & Widjaja (KPMG)
0,0772
0,7555
0,0080
0,3333
0,7500
1
30.741.679.000.000
31,06
48
HMSP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0,0365
0,9818
0,0000
0,3333
0,4000
1
20.525.123.000.000
30,65
49
DVLA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0820
0,9266
0,0000
0,3333
0,5000
1
854.109.991.000
27,47
50
KLBF
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
5,5194
0,5674
0,0000
0,3333
0,3333
1
7.032.496.663.288
29,58
51
KAEF
Hendrawinata Gani & Hidayat
0,0400
0,9003
0,0000
0,3333
0,6000
1
1.657.291.834.312
28,14
52
MERK
Siddharta & Widjaja (KPMG)
0,1262
0,7400
0,0000
0,3333
0,3333
1
434.768.493.000
26,80
53
PYFA
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
0,1188
0,5385
0,2308
0,3333
0,3333
1
100.586.999.230
25,33
54
TSPC
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
-2,0085
0,9503
0,0000
0,3333
0,6666
1
3.589.595.911.220
28,91
55
TCID
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,7476
0,7377
0,0015
0,5000
0,4000
1
1.047.238.440.003
27,68
106
56
KICI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0124
0,7500
0,0500
0,3333
0,3333
1
85.942.208.666
25,18
57
KDSI
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0331
0,7481
0,0000
0,5000
0,5000
1
557.724.815.222
27,05
58
LMPI
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0351
0,7753
0,0001
0,3333
0,5000
1
608.920.103.517
27,13
59
AMFG
Siddharta & Widjaja (KPMG)
0,8193
0,8466
0,0000
0,2500
0,3333
1
2.372.657.000.000
28,50
60
IKAI
Griselda, Wisnu & Arum
0,0430
0,7874
0,0303
0,3333
0,5000
1
643.787.995.738
27,19
61
POLY
Hendrawinata Gani & Hidayat
0,0517
0,6595
0,0000
0,3333
0,3333
1
3.948.489.966.146
29,00
62
ERTX
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0083
0,6069
0,0000
0,3333
0,3333
1
115.327.584.000
25,47
63
JECC
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
0,0257
0,9015
0,0000
0,3333
0,3333
1
561.998.694.000
27,05
64
SCCO
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,0259
0,6726
0,0000
0,3333
0,3333
1
1.157.613.045.585
27,78
65
VOKS
Hendrawinata Gani & Hidayat
0,0247
0,7060
0,0078
0,2500
0,4000
1
1.126.480.755.028
27,75
66
SKLT
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0643
0,9609
0,0012
0,3333
0,3333
1
199.375.442.469
26,02
107
TABULASI DATA PENELITIAN TAHUN 2011 NO
KODE PERUSAHAAN
NAMA KAP
CON
INST
MANJ
KA
KI
KKAPPIZA
ASSET
LN ASSET
1
ARNA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,1148
0,6927
0,0000
0,2500
1,0000
1
831.507.593.676
27,45
2
BTON
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
-0,0294
0,8154
0,0958
0,3333
0,5000
1
118.715.558.433
25,50
3
INAI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0141
0,6586
0,0000
0,3333
0,4000
1
544.282.443.363
27,02
4
JKSW
Muhammad Sofwan & Rekan
0,0002
0,5923
0,0133
0,3333
0,5000
1
287.131.908.141
26,38
5
JPRS
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,0372
0,6842
0,1553
0,3333
0,5000
1
437.848.660.950
26,81
6
PICO
Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry
0,0310
0,9401
0,0008
0,3333
0,3333
1
561.840.337.025
27,05
7
DPNS
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0369
0,6662
0,0571
0,3333
0,3333
1
172.322.620.690
25,87
8
BRNA
Hendrawinata Eddy & Siddharta
0,1030
0,6073
0,1051
0,3333
0,5000
1
643.963.801.000
27,19
9
TRST
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0955
0,5946
0,0000
0,3333
0,3333
1
2.132.449.783.092
28,39
10
MAIN
Anwar & Rekan
0,0496
0,5910
0,0000
0,2500
0,3333
1
1.327.801.184.000
27,91
11
FASW
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0400
0,8074
0,0000
0,3333
0,3333
1
4.936.093.736.569
29,23
12
SAIP
Anwar & Rekan
0,0230
0,9202
0,0000
0,3333
0,3333
1
2.067.405.320.348
28,36
13
GJTL
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0572
0,5970
0,0008
0,3333
0,3750
1
11.554.143.000.000
30,08
14
LPIN
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
-0,0078
0,3945
0,0000
0,3333
0,3333
1
157.371.466.252
25,78
15
NIPS
Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan
0,0316
0,3711
0,1090
0,3333
0,3333
1
446.688.457.381
26,83
16
ARGO
Anwar & Rekan
0,0572
0,5464
0,0246
0,3333
0,4000
1
1.452.870.714.000
28,00
17
ADMG
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0499
0,7966
0,0000
0,3333
0,4000
1
5.247.203.768.000
29,29
18
RICY
Joachim Sulistyo & Rekan
0,0308
0,4804
0,0000
0,3333
0,3333
1
642.094.672.040
27,19
19
UNTX
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0094
0,8738
0,0002
0,3333
0,2500
1
160.639.854.610
25,80
20
PTSN
Johan Malonda Mustika & Rekan
0,0996
0,2207
0,7000
0,3333
0,3333
1
756.919.614.745
27,35
21
BUDI
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny
0,0588
0,5104
0,0000
0,3333
0,3333
1
2.123.285.000.000
28,38
22
IGAR
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,3440
0,8482
0,0000
0,3333
0,3333
1
355.579.996.944
26,60
23
LION
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
-0,1396
0,5770
0,0023
0,3333
0,3333
1
365.815.749.593
26,63
24
LMSH
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0532
0,3222
0,2561
0,3333
0,3333
1
98.019.132.648
25,31
25
CEKA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0295
0,9201
0,0000
0,3333
0,3333
1
823.360.918.368
27,44
108
26
MYOR
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny
0,0457
0,3293
0,0000
0,3333
0,4000
1
6.599.845.533.328
29,52
27
ALMI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0350
0,8383
0,0160
0,3333
0,4000
1
1.791.523.164.727
28,21
28
TBMS
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0133
0,8623
0,0005
0,3333
0,4000
1
1.464.965.579.262
28,01
29
APLI
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
0,1108
0,7999
0,0000
0,3333
0,3333
1
333.352.457.870
26,53
30
YPAS
Teramihardja, Pradhono & Chandra
0,0580
0,8947
0,0032
0,3333
0,3333
1
223.509.413.900
26,13
31
SULI
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0450
0,5280
0,0000
0,3333
0,4000
1
1.695.019.360.412
28,16
32
KBRI
Hananta Budianto & Rekan
0,0059
0,5612
0,1020
0,3333
0,3333
1
744.581.030.849
27,34
33
SPMA
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0533
0,8530
0,0000
0,3333
0,6000
1
1.551.777.407.073
28,07
34
AUTO
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0,9221
0,9565
0,0007
0,3333
0,4000
1
6.964.227.000.000
29,57
35
BRAM
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,1193
0,6582
0,2540
0,3333
0,4285
1
1.660.119.065.000
28,14
36
MASA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0398
0,6740
0,0000
0,3333
0,4000
1
4.736.349.000.000
29,19
37
PRAS
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0468
0,4524
0,0591
0,3333
0,3333
1
481.911.700.412
26,90
38
SMSM
Teramihardja, Pradhono & Chandra
0,1288
0,5813
0,0604
0,3333
0,3333
1
1.136.857.942.381
27,76
39
MYTX
Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny
0,0559
0,7972
0,0000
0,2500
0,5000
1
1.848.394.822.216
28,25
40
ESTI
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0491
0,7258
0,0000
0,3333
0,6666
1
636.930.474.525
27,18
41
BATA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,1029
0,8770
0,0000
0,3333
0,4000
1
516.649.305.000
26,97
42
KBLM
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,0191
0,7471
0,0641
0,3333
0,3333
1
642.954.768.386
27,19
43
KBLI
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,0212
0,7172
0,0000
0,3333
0,4000
1
1.083.523.642.816
27,71
44
DLTA
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,4608
0,8460
0,0000
0,3333
0,4000
1
696.166.676.000
27,27
45
STTP
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0711
0,5676
0,0424
0,3333
0,5000
1
934.765.927.864
27,56
46
ULTJ
Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih
0,1088
0,4662
0,1797
0,3333
0,3333
1
2.179.181.979.434
28,41
47
GGRM
Siddharta & Widjaja
0,0545
0,7555
0,0085
0,3333
0,7500
1
39.088.705.000.000
31,30
48
HMSP
Tanudiredja, Wibisana & Rekan (PWC)
0,0353
0,9818
0,0000
0,3333
0,4000
1
19.376.343.000.000
30,60
49
DVLA
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
0,0979
0,9266
0,0000
0,3333
0,4285
1
928.290.993.000
27,56
50
KLBF
Purwantono, Suherman & Surja (EY)
1,2434
0,5663
0,0000
0,3333
0,3333
1
8.274.554.112.840
29,74
51
KAEF
Hendrawinata Eddy & Siddharta
0,0433
0,9003
0,0000
0,2500
0,4000
1
1.794.242.423.105
28,22
52
MERK
Siddharta & Widjaja (KPMG)
-0,2679
0,7400
0,0000
0,3333
0,3333
1
584.388.578.000
27,09
53
PYFA
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
0,1296
0,5385
0,2308
0,3333
0,3333
1
118.033.602.852
25,49
54
TSPC
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
-1,2774
0,9506
0,0000
0,3333
0,6666
1
4.250.374.395.321
29,08
55
TCID
Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte)
0,3738
0,7377
0,0014
0,5000
0,4000
1
1.130.865.062.422
27,75
109
56
KICI
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0113
0,7502
0,0000
0,3333
0,3333
1
87.419.114.499
25,19
57
KDSI
Kosasih, Nurdiyaman, Tjahjo & Rekan
0,0328
0,4913
0,0000
0,3333
0,5000
1
587.566.985.478
27,10
58
LMPI
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0324
0,7753
0,0001
0,3333
0,5000
1
685.895.619.326
27,25
59
AMFG
Siddharta & Widjaja (KPMG)
0,7433
0,8467
0,0000
0,2500
0,3333
1
2.690.595.000.000
28,62
60
IKAI
Hadori Sugiarto Adi & Rekan
0,0168
0,7874
0,0303
0,3333
0,5000
1
548.789.990.320
27,03
61
POLY
Hendrawinata Eddy & Siddharta
0,0382
0,6557
0,0000
0,3333
0,3333
1
3.683.205.736.554
28,93
62
ERTX
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0089
0,7634
0,0000
0,3333
0,3333
1
171.870.252.000
25,87
63
JECC
Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
0,0283
0,9015
0,0000
0,3333
0,6666
1
627.037.935.000
27,16
64
SCCO
Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
0,0246
0,6726
0,0000
0,3333
0,3333
1
1.455.620.557.037
28,01
65
VOKS
RSM Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto
0,0198
0,4865
0,0000
0,3333
0,4000
1
1.573.039.162.237
28,08
66
SKLT
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
0,0677
0,9609
0,0012
0,3333
0,3333
1
214.237.879.424
26,09
110
LAMPIRAN 2 HASIL OUTPUT
111
LAMPIRAN GRAFIK HISTOGRAM DASAR TRANSFORMASI DATA
112
113
114
115
116
117