Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
PENGGUNAAN BATUAN FOSFAT (NATURAL DEFLUORINATED CALCIUM PHOSPHATE ATAU NDCP) UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI HIJAUAN PAKAN RUMPUT GAMBA (ANDROPOGON GAYANUS) (The Utilization of NDCP (Natural Defluorinated Calcium Phosphate) for Increasing Forage Production of Andropogon Gayanus) SAJIMIN, T. PANGGABEAN dan LUGIYO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT An experiment was conducted to study the utilization of local rock phosphate or NDCP as phosphorus source by using TSP (Triple super phosphate) as reference. The study was designed by formulating factorial which consist of 2 phosphorus sources (TSP and NDCP) and 4 levels of P2O5 (0, 60, 80 and 100) kg/ha and three replicated. Parameters observed were number of buds, height, fresh and dry weight forage production and crude protein content. Results showed that different phosphorus levels (60, 80,100) did not significantly affect plant height and forage production. The NDCP treated could significantly gain forage weight and crude protein compared with those received TSP. It is concluded that NDCP can be used to increase forage production and quality to replace TSP as phosphorus source with 60 kg P2O5/ha. Key words: Forage production, fosfat, A.gayanus ABSTRAK Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penggunaan batuan fosfat lokal (Natural defluorinated calcium phosphate atau NDCP) sebagai sumber fosfor untuk menggantikan TSP (Triple super phosphate). Penelitian disusun dengan rancangan faktorial antara dua sumber fosfor (TSP dan NDCP) dan 4 level P2O5 (0, 60, 80, 100) kg/ha dan 3 ulangan. Pengamatan yang dilakukan adalah pertumbuhan, jumlah tunas, produktivitas berat segar dan kering setiap 6 minggu serta kandungan protein kasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan sumber dan dosis fosfor tidak menimbulkan perbedaan yang nyata terhadap produksi hijauan maupun pertumbuhannya. Pemberian fosfor dari NDCP menghasilkan hijauan dan kandungan protein kasar tidak mempunyai perbedaan yang nyata dengan penggunaan TSP. Oleh karena itu disimpulkan bahwa NDCP dapat menggantikan TSP untuk meningkatkan produksi dan kualitas rumput gamba (A. gayanus) dengan dosis terbaik 60 kg P2O5/ha. Kata kunci: Produksi hijauan pakan, fosfat, A. gayanus
PENDAHULUAN Rumput gamba (Andropogon gayanus) adalah jenis hijauan pakan yang disukai ternak dengan pertumbuhan baik dari daerah beriklim basah sampai daerah beriklim kering, distribusi rumput ini umumnya di Asia Tenggara (HUMPHREYS, 1987). Beberapa percobaan untuk meningkatkan produksi dan kualitas jenis rumput sebagai tanaman pakan ternak telah dilakukan dengan penggunaan pupuk fosfat (P2O5). Menurut WHEELER (1950) 339
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
penambahan fosfat (P2O5) dapat meningkatkan produksi tanaman karena mempercepat pertumbuhan tanaman. Persentase unsur fosfor dalam tanaman dapat mempertinggi nilai palatabilitas. Penggunaan fosfat pada tanaman pakan bervariasi, HUGHES et al. (1953), menggunakan 400 kg/ha dan SIREGAR et al. (1973) 800 kg/ha. Kemudian ANDREW dan Robin (1969) menganjurkan penggunaan pupuk super phosphate antara 492–1.230 kg/ha. Dari data tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya penggunaan pupuk fosfat, karena unsur fosfor merupakan salah satu mineral makro yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, kekebalan penyakit, pembuahan, pembelahan sel tanaman. Jika kekurangan unsur fosfor maka tanaman akan mudah rebah dan tidak tahan penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan bahan dasar fosfat telah dilakukan impor, padahal negara pemasok bahan baku fosfat cenderung memproduksi TSP sendiri untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan tambang. Di Indonesia telah ditemukan batuan mineral (fosfat alam) di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat tapi penggunaannya belum optimal, bahwa dengan pemanfaatan fosfat alam akan mengurangi ketergantungan impor pupuk fosfat (ANOM, 1994). LUKIWATI et al. (2000) melaporkan bahwa penggunaan batuan fosfat dapat meningkatkan produksitivitas biji dan bahan kering jagung pada tanah laosol. Batuan fospat lokal yang ditemukan di Indonesia yang secara alami mempunyai kandungan zat beracun yang rendah disebut natural defluorinated calcium phosphate (NDCP). Batuan fosfat lokal tersebut perlu diuji manfaat terhadap peningkatan produksi tanaman pakan sehingga tidak ragu dalam pemanfaatan untuk menggantikan triple super phosphate. Karena kandungan P2O5 pada NDCP adalah 20–39% yang sebanding dengan super phosphate, sehingga cocok sebagai pupuk karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan (ANOM, 1993). Pembuatan NDCP tidak menggunakan bahan kimia selain itu harganya juga lebih murah. Tujuan penelitian ini mempelajari penggunaan fosfat lokal pada tanaman pakan untuk menggantikan triple super fosfat. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di rumah kaca Balitnak Ciawi-Bogor tahun 1997 menggunakan tanah latosol dengan pH 5 dan kandungan Mg tinggi, menggunakan pot yang diisi tanah 10 kg dengan luas permukaan 0,2 m2. Sampel tanah dikeringkan udara selama 3 minggu kemudian dihaluskan untuk menciptakan kondisi yang homogen pada media tanam. Bahan tanam pols rumput gamba (Andropogon gayanus) setiap pot diisi satu tanaman. Rancangan percobaan split plot design menggunakan sumber fosfat dari triple super phosphate (TSP) dan natural defluorinated calcium phosphate (NDCP atau fosfat alam) dengan 7 perlakuan dan 5 ulangan yaitu: A. Kontrol (tanpa pemberian fosfat). B.60 kg/ha P2O5 dari TSP. C.80 kg/ha P2O5 dari TSP. D. 100 kg/ha P2O5 dari TSP. E. 60 kg/ha P2O5 dari NDCP. F. 80 kg/ha P2O5 dari NDCP. G.100 kg/ha P2O5 dari NDCP. Parameter yang diukur tinggi tanaman setiap minggu sampai minggu ke VI dengan mengukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi. Jumlah tunas dihitung pada minggu ke VI dilanjutkan pengukuran produksi hijauan segar dan kering serta analisa protein kasar pada akhir percobaan (setelah 5 kali pemotongan). Data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (STEEL dan TORRIE, 1980).
340
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan produksi hijauan Penggunaan fosfat lokal dan super fosfat pada rumput gamba dengan dosis berbeda secara nyata berpengaruh (P< 0,05) terhadap tinggi tanaman, jumlah tunas dan produksi per rumpun (Tabel 1, 2 dan 3). Tabel 1. Pertumbuhan tanaman Andropogon gayanus (cm/rumpun) yang diberi pupuk fosfat alam dan TSP Pengamatan minggu ke
Perlakuan I
II
III a
IV a
68,7a
-
35,4
47,7
B.60 kg/ha P2O5 dari TSP
-
33,9a
44,2a
55,9a
69,5a
77,2a
-
a
44,5
a
55,0
a
65,2
a
70,0a
a
51,3
a
62,5
a
69,0a
36,7
a
61,0
VI a
A.Kontrol (tanpa pemberian P) C.80 kg/ha P2O5 dari TSP.
53,8
V a
D.100 kg/ha P2O5 dari TSP.
-
31,7
44,5
E.60 kg/ha P2O5 dari NDCP.
-
40,7b
54,7b
72,3b
91,2b
F.80 kg/ha P2O5 dari NDCP.
-
b
38,2
53,4
b
a
a
74,7a
G.100 kg/ha P2O5 dari NDCP
-
38,7b
53,0b
68,5a
73,0a
56,9
67,8
61,0b
104,2b
Keterangan: Superskrip huruf sama pada kolom sama tidak beda nyata taraf (P<0,05) Minggu pertama pertumbuhan tanaman masih pendek (belum ada data)
Tabel 2. Rataan produksi berat segar dan berat kering A. gayanus dengan pemupukan TSP dan NDCP Dosis pupuk P(kg/ha)
TSP
NDCP
BS
BK
Rataan
BS
6,57
18,00
BK 6,80
BS
BK
17,55
6,69
39,26
9,79
0
17,70
60
32,62b
7,88b
45,90c
11,70c
80
31,62b
10,47c
38,75b
8,70b
35,19
9,59
100
30,50
b
8,90
b
41,70
c
9,60c
36,10
9,25
Rataan
27,96
8,46
36,09
9,20
a
a
a
a
Keterangan: Superskrip huruf sama pada kolom sama tidak beda nyata taraf (P<0,05) BS = berat segar, BK = berat kering
Tabel 3. Rataan jumlah tunas/rumpun A. gayanus dengan pemupukan TSP dan NDCP Dosis pupuk P(kg/ha) 0
TSP
NDCP
Rataan
14,40a
15,50a
14,91
a
16,1
60
13,3
80
16,8b
19,9b
18,3
a
c
23,3
100
14,4
Rataan
14,75
18,9
b
32,3
19,11
Keterangan: Superskrip huruf sama pada kolom sama tidak beda nyata taraf (P<0,05)
Pada Tabel di atas terlihat bahwa rata-rata tinggi tanaman dari minggu kedua sampai minggu ke enam meningkat secara nyata. Penambahan tinggi tanaman dari minggu kedua sampai ke 5 ratarata per minggu memberikan kenaikan terbesar pada perlakuan E (16,1 cm) kemudian diikuti D 341
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
(11,8 cm), B (10,8 cm), G (10,6 cm), F (9,1 cm), C (8,3 cm) dan A (8,3 cm). Sementara itu minggu kelima ke minggu ke enam tidak demikian. Hal ini disebabkan sampai minggu kelima tanaman sedang mengalami pertumbuhan vegetatif sedang minggu ke lima sampai keenam pada periode pertumbuhan generatif sehingga pertumbuhan lebih lambat. Selain itu juga pengaruh pupuk, dimana unsur fosfor yang diberikan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi hijauan. Penggunaan fosfat alam (perlakuan E, F,G) rata-rata pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B, C, D (TSP). Perbedaan tinggi tanaman dari masing-masing perlakuan juga terefleksi pada produksi hijauan segar dimana pada perlakuan E (45,9 gr) produksi tertinggi kemudian diikuti perlakuan G (41,7 g), F (38,8 g), B (32,6 g), C(31,6 g), D (30,5 g) dan A (22,9 g). Jika dibandingkan dengan kontrol, maka pemberian phosphate menunjukkan kenaikan produksi sebesar 38,8% (TSP) dan 58,8% (NDCP), kemudian jumlah tunas/rumpun 2,8% (TSP) dan 4,6% NDCP, pada tinggi tanaman 4,9% (TSP) dan 22,2% (NDCP). Pada Tabel 2 dan 3 diatas memperlihatkan bahwa berat segar maupun berat kering dan jumlah tunas per rumpun dengan pemberian fosfat alam rata-rata lebih tinggi 33,4% dari pada penggunaan triple super fosfat. Hal ini disebabkan fosfat alam memberikan respon langsung pada tanaman dan adanya mineral ikutan karena kemurniannya kurang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Hasil serupa juga dilaporkan WIDJAJA-ADHI (1985) bahwa tanaman padi yang diberi fospat alam memberikan respon secara langsung pada produksi, jumlah tunas dan pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan super fosfat. Penggunaan P2O5 dengan dosis 60, 80 dan 100 kg/ha pada NDCP maupun TSP tidak memberikan perbedaan yang nyata pada tinggi maupun produksi. Dengan tidak adanya perbedaan yang nyata diantara dosis yang digunakan, maka dianjurkan untuk menggunakan 60 kg P2O5/ha dari fosfat alam, karena harga lebih murah dan mengurangi pencemaran lingkungan. Batuan fosfat alam mentah yang umum digunakan adalah dicalcium phospat yang mengandung zat beracun dan membahayakan ternak seperti Cadmium (Cd), chromium (cr), nickel (Ni) dan fluor (F) yang cukup tinggi masing-masing 22, 246, 36 dan 235 ppm (SULLIVAN et al, 1992). Sementara itu batuan pospat (NDCP) yang digunakan dalam penelitian ini mengandung <3 ppm cadmium (Cd) dan 100 ppm Fluor (F), sehingga lebih aman. Kandungan protein Penggunaan fosfat juga memperlihatkan ada kenaikan kandungan protein rumput gamba dibandingkan dengan kontrol (A). Kandungan protein rata-rata pada pemberian TSP adalah 10,36% dan NDCP 10,94% lebih tinggi dari kontrol (5,88%) (Tabel 4). Lebih tingginya kandungan ini disebabkan unsur fosfor berperan dalam pembentukan protein dalam hijauannya. Seperti yang dikemukakan WILLIAMSON dan PAYNE (1959) bahwa unsur fosfor mempertinggi kualitas tanaman dan berperan mendorong perkembangan akar, tunas dan pertumbuhan generatif. Tabel 4. Kandungan protein kasar (%) A. gayanus dengan pemupukan TSP dan NDCP Dosis pupuk P(kg/ha) 0 60 80 100 Rataan
342
TSP 5,88 9,88 10,38 10,81 9,24
NDCP 6,10 10,13 11,63 11,06 9,73
Rataan 5,99 10,01 11,01 10,94
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Pada Tabel 4 diatas terlihat kadar protein kasar meningkat apabila dosis pupuk P ditingkatkan dari 60–100 kg/ha. Kadar protein kasar gamba dengan pemupukan fosfat alam tidak berbeda nyata dibandingkan dengan TSP. Hal ini diduga kandungan protein kasar rum[ut gamba ditentukan oleh status P dalam tanah yang dapat diserap tanaman. Menurut COATES et al. (1990) produktivitas tanaman dapat ditingkatkan dengan pemupukan P pada periode aktif tumbuh (vegetatif). KESIMPULAN Jumlah tunas, tinggi tanaman dan produksi hijauan segar/kering lebih tinggi dengan pemberian pupuk fosfat dari kontrol. Pemberian pupuk triple super pospat meningkatkan produksi sebesar 38,0% dan fospat alam 84,2% dari tanaman kontrol. Penggunaan P2O5 60 kg/ha tidak mempunyai perbedaan yang nyata dengan dosis lebih tinggi. Kandungan protein kasar rumput gamba dari perlakuan masing-masing sumber P2O5 yang digunakan tidak berbeda nyata. SARAN Dari hasil penelitian ini disarankan penggunaan yang efektif dengan dosis fosfat alam 60 kg/ha, karena harganya lebih murah. Perlu sosialisasi penggunaan fosfat alam sebagai pengganti TSP untuk tanaman pakan dan dapat mengurangi impor bahan dasar fosfat serta pencemaran lingkungan. DAFTAR PUSTAKA ANOM, 1994. Ditemukan deposit fosfat di Jatim, Jateng dan Jabar. Surabaya Post. 18 Oktober 1994. ANOM, 1993. Pupuk alam akan ringankan beban petani, tekan biaya. Suara Karya. 15 Oktober 1993. ANDREW C.S and M.F. ROBIN. 1969. The effect of phosporus on growth and chemical compositian of some tropical pasture legumes. Aust. J. Agr. 1009–1021. COATES, D.B., P.C. KERRIDGE, C.P. MILLER and W.H. WINTER. 1990. Phosphorus and beef production in Nothern Australia. 7. The effect of phosphorus on the competion, yield and quality of legume-based pastured and their relation to animal production. Trop.Grassland. 24(3): 209–220. HUMPHREYS, L.R. 1987. Tropical pastures and fodder crops. Second edition. Intermediate Tropical Agriculture series in The United States. Princeton New York. HUGHES, H.D., M.E. HEAT and D.S. METCALFE. 1953. Forage, the science of grassland Agriculture. The IOWA State college Press. USA. LUKIWATI, M. HANDAYANI dan I. SUSILOWATI. 2000. Pengaruh pupuk batuan fosfat dan superfosfat terhadap produktivitas jagung Var. Bisma. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslit. Peternakan. P. 371-376. SULLIVAN, T.W., J.H. DOUGLAS, N. J. GONZALES and P.L.JR. BOND. 1992. Correlation of biological value of feed phosphates with their solubility in water, dilute hydrogen, chloride, dilute citric acid, neutral ammonium citrate. Pult. Sci. SIREGAR, M.E, A.DJAYANEGARA dan M.H. HARAHAP. 1973. Pengaruh tingkat pemupukan TSP terhadap produksi segar rumput Setaria sphacelata, Brachiaria brizantha dan Digitaria decumbens. Bulletin. LPP. No.11. STEEL, R.G.D and J.H.TORIE. 1980. Principles on Procedures of statistics. 2nd ed. Mc.Graw.Hill Book.Co. New York.
343
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
WILLIAMSON, B. dan W. PAYNE. 1959. An Introduction to animal husbandry in Tropics. Pallantyne and Cochester. Co. London. WIDJAJA-ADHI.I.P.G., M. SEDIYARSO dan L.H. SIBUEA. 1985. Penilaian keefektifan fosfat alam sebagai pupuk yang digunakan langsung. Pemberian Penelitian Tanah dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. No.4: 25-30. WHEELER, W.A. 1950. Forage and pasture crops. A handbook of information about the grasses and legumes grown for forage in the United States. New York.
344