Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK RUMINANSIA KECIL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DALAM MEMANFAATKAN PELUANG PASAR PADA MASA MENDATANG (KAJIAN DI KABUPATEN DELI SERDANG–SUMATERA UTARA) (Contribution of Small Ruminant Farming System on Household Income and its Prospect in Using Market Probability in the Future Case Study in Deli Serdang Regency, North Sumatera) ADANG AGUSTIAN dan A. ROZANNY NURMANAF Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor ABSTRACT The purpose of this study is to identify small ruminant farming system characteristics (Sheep and Goat) and its contribution on household income. Study was operated in Galang and Percut Sei Tuan Sub District of Deli Serdang Regency, North Sumatera. Primary data were collected by interview with structure questioner from 60 farmer selected by random method. The finding of study were: (1) Small ruminant population growth in North Sumatera were 10,2 and 8,7% of sheep and goat, respectively; (2) The ownership of these ruminant were 12 and 7 head per household; (3) Most of the farmers age were in class of (15-50) years; (4) 477% of sheep farmers and 45.0% of goat farmers have the education in primary school level; (5) easy to handle is the main reason why the farmers decide to choose small ruminant farming system as the activity; (6) Benefit level are Rp. 680,069 and Rp. 127,328 for sheep and goat farming system, respectively; (7) Contribution of farming system on total household income were 37,1% and 8,8%, and 47,4% and 9,56% on agricultural income for sheep and goat farming system, respectively; (8) Sheep farming system was catagorized as the main source of household income, while goat farming system was catagorized as the additional source of the household income. Based on the potency and prospect, sheep and goat development can be operated intesively. Several appropriate technologies applicated in order to increase farming system efficiency and competitiveness in anticipating global economy, especially for small ruminant product commodity.
Key words: Contribution of farming system, small ruminant, household income ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengetengahkan karakteristik usahatani ternak Ruminansia Kecil (domba dan kambing) dan kontribusinya terhadap pendapatan rumahtangga. Penelitian dilakukan di Kecamatan Galang dan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang-Sumatera Utara. Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara terhadap 60 responden peternak yang dipilih secara random dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur. Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut: (1) Perkembangan populasi ternak ruminansia kecil (mencakup ternak domba dan kambing) di propinsi Sumatera Utara cukup tinggi yaitu masing-masing sebesar 10,2 dan 8,7% per tahun; (2) Dipandang dari segi kepemilikannya, tercatat bahwa rata-rata pemilikan ternak domba dan kambing masing-masing sebanyak 12 dan 6 ekor; (3) Umumnya responden peternak berada pada kelompok usia produktif (umur 15-50 tahun), sehingga produktivitas kerja peternak dapat lebih tinggi; (4) Sebagian besar peternak ruminansia kecil (47,7% pada peternak domba dan 45,0% pada peternak kambing) memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar; (5) Sementara itu, alasan utama peternak dalam pemeliharaan ternak ruminansia kecil adalah karena mudahnya pemeliharaan; (6) Keuntungan yang diperoleh dari total pemilikan usaha ternak domba dan kambing masing-masing sebesar Rp. 680.069,00 dan Rp. 127.328,00 per tahun; (7) Dilihat dari kontribusinya terhadap total pendapatan rumah tangga pada usaha ternak domba dan kambing masing-masing
474
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
sebesar 37,11 dan 8,84%, sedangkan kontribusinya terhadap pendapatan usaha di sektor pertanian (komoditas pangan, perkebunan, dan peternakan) masing-masing sebesar 47,41 dan 9,56%; (8) Dengan melihat kontribusi usaha ternak tersebut khususnya terhadap pendapatan di sektor pertanian, maka usaha ternak domba tergolong sebagai cabang usaha, dan usaha ternak kambing tergolong sebagai usaha sambilan. Adanya potensi dan peluang pengembangan ternak domba dan kambing tersebut maka sudah seyogyanya pengembangan kedua jenis ternak tersebut lebih diintensifkan lagi. Berbagai introduksi teknologi usahaternak terus diupayakan terhadap para peternak sehingga kinerja usaha ternak yang selama ini dijalankan dapat lebih berkembang dan semakin efisien, sehingga memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi era persaingan pasar global khususnya untuk komoditas ternak ruminansia kecil dimasa mendatang.
Kata kunci: Kontribusi usahatani, ruminansia kecil, pendapatan rumah tangga PENDAHULUAN Selama lima tahun terakhir (1994-1999), populasi ternak ruminansia kecil nasional mengalami peningkatan sebesar 1,5% per tahun untuk ternak domba dan 1,7% per tahun untuk ternak kambing. Pada tahun 1999, populasi ternak domba dan kambing masing-masing sebanyak 7.502.000 dan 14.121.000 ekor. Sementara itu di Propinsi Sumatera Utara, pada kurun waktu yang sama populasinya mengalami peningkatan sebesar 5,8% per tahun umtuk ternak domba dan 3,7% per tahun untuk ternak kambing. Sementara itu, hasil penelitian SEDJATI et al. (1995) melaporkan bahwa usaha ternak domba di pedesaan merupakan komoditi strategis dalam upaya pengembangan agribisnis ternak. Dengan kondisi penguasaan lahan yang cukup terbatas, usaha ternak domba masih dapat bertahan dan bahkan berkembang populasinya. Sementara itu WAHYONO et al. (1994) mengungkapkan bahwa usahatani ternak domba dan kambing cukup potensial memberikan pendapatan bagi para petani yang memeliharanya sekaligus sebagai salah satu upaya mengentaskan kemiskinan. Profil peternakan rakyat biasanya memiliki ciri-ciri seperti: modal usahanya yang kecil, keterampilan yang dimiliki peternak rendah, dan tatalaksana pemeliharaannya masih sederhana dan tradisional. Oleh karena itu, upaya mendorong untuk meningkatkan usaha peternakan rakyat menjadi sangat penting. Disamping untuk meningkatkan pendapatan peternak yang umumnya adalah para peternak kecil, juga dapat dijadikan sebagai usaha yang berorientasi ekspor yang dapat mendatangkan devisa nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keragaan karakteristik usahatani ternak ruminansia kecil dan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga usahatani. METODE DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan Kecamatan Galang dan Percut Sei Tuan sebagai Kecamatan sampel. Pemilihan lokasi didasarkan atas potensi populasi ternak domba dan kambing di wilayah tersebut. Total sampel responden peternak sebanyak 60 peternak yang dipilih secara random dari populasi peternak yang terdapat di wilayah tersebut. Dari peternak sampel tersebut digali data primer dengan kuesioner terstruktur yang meliputi: karakteristik peternak, kinerja usahatani ternak domba dan kambing, serta bagaimana kontribusi usahatani ternak tersebut terhadap pendapatan rumah tangga secara agregat. Disamping itu, juga dikumpulkan informasi sekunder dari berbagai instansi seperti: Dinas Peternakan, Kantor Statistik dan Instalasi Penelitian Pengkajian Teknologi 475
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Pertanian Sungai Putih-Sumut. Data-data yang telah terkumpul selanjutnya ditabulasikan ke dalam Tabel Analisis. Analisis Usahatani dilakukan dengan analisis finansial dengan teknik budgeting sederhana untuk menghitung keuntungan usahatani baik berasal dari usahatani ternak domba dan kambing serta usahatani non ternak. Dihitung pula kontribusi usaha ternak terhadap pendapatan rumah tangga secara keseluruhan. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama lima tahun terakhir (1994-1999), populasi ternak domba dan kambing di Indonesia mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,5 dan 1,7% per tahun. Pada tahun 1999, populasi ternak domba dan kambing masing-masing 7.502.000 dan 14.121.000 ekor (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan populasi ternak domba dan kambing di Indonesia dan di Propinsi Sumatera Utara, 1994-1999 (000 ekor) Indonesia
Sumatera Utara
Tahun Domba
Kambing
domba
Kambing
1994
6.741
12.770
120
586
1995
7.168
13.167
139
649
1996
7.724
13.840
146
714
1997
7.698
14.163
154
785
1998
7.144
13.560
159
691
1999
7.502
14.121
166
725
1,5
1,7
5,8
3,7
Pertumbuhan (%/tahun) Sumber:
1) Ditjen Peternakan–Statistik Peternakan (1997a) 2) Deptan-Profil Pertanian Dalam Angka (1999)
Sementara itu, di Propinsi Sumatera Utara meskipun populasinya masih relatif kecil namun pertumbuhannya cukup tinggi yaitu sebesar 5,8% pertahun pada ternak domba dan 3,7% pada ternak kambing. Dari pertumbuhan tersebut, kiranya merupakan suatu hal yang sangat positif terhadap perkembangan populasi di masa mendatang. Pengembangan ternak ini di Propinsi Sumatera Utara cukup potensial, yang didukung oleh ketersedian hijauan pakan ternak (rumput) dalam jumlah yang besar serta prospek permintaan terhadap produk kedua jenis ternak ini masih cukup tinggi. Bila dilihat dari kondisi agroekosistemnya, bahwa dilokasi penelitian potensi lahan kering (mencakup tegal/kebun, ladang penggembalaan, perkebunan dan hutan rakyat) cukup besar yang luasnya mencapai 579.251 hektar. Oleh karena itu, hijauan pakan ternak (rumput) masih mudah diperoleh disekitar pemukimam peternak. Sementara itu, mengenai mata pencaharian responden meliputi usaha disektor pertanian dan non pertanian. Mata pencaharian disektor pertanian meliputi usahatani dilahan kering (pangan dan perkebunan), berburuh tani dan beternak, sedangkan mata
476
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
pencaharian non pertanian meliputi usaha perdagangan, jasa, pegawai, buruh non pertanian dan usaha lainnya. Karakteristik peternak domba dan kambing dan alasan pemeliharaannya Dilihat dari segi umur, umumnya responden peternak berada pada kisaran umur 15-54 tahun yaitu sekitar 95% pada peternak domba dan 92% pada peternak kambing (Tabel 2). Hal ini berarti bahwa para peternak umumnya berada pada kelompok usia produktif. SOEKARTAWI dalam WAHYONO dan SOEPENO (1995) melaporkan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi teknologi introduksi pun juga tinggi. Tabel 2. Penyebaran responden menurut umur di lokasi penelitian propinsi Sumatera Utara, 1998 Kelompok Umur (tahun) 14 15-54 >55 Jumlah
Peternak domba (%)
Peternak kambing (%)
0,0
0,0
95,0
92,0
5,0
8,0
100,0
100,0
Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif (15-54 tahun) maka kecenderungan produktivitasnya pun juga tinggi. Tenaga kerja produktif pada rumah tangga peternak meliputi: kepala keluarga, istri dan anak. Curahan waktu tenaga kerja umumnya teralokasi untuk beragam aktivitas pada pemeliharaan ternak yang diusahakan. Kepala keluarga atau anak biasanya melaksanakan kegiatan seperti dalam hal: menyabit rumput/menggembalakan ternak, memandikan ternak (khusus ternak domba). Sementara itu istri biasanya melakukan kegiatan seperti: memberi makan ternak, dan membersihkan kandang. Oleh karena itu, tingkat produktivitas tenaga kerja rumah tangga akan sangat menentukan kinerja usahatani. Sementara itu, dipandang dari segi tingkat pendidikan formal terungkap bahwa sebagian besar responden yaitu sekitar 47,7% pada peternak domba dan 45,0% pada peternak kambing menyelesaikan pendidikan dasar (6 tahun). Urutan kedua, baik pada peternak domba maupun peternak kambing proporsinya sebesar 24,5 dan 25,0% pendidikannya tidak tamat sekolah dasar. Sementara itu peternak yang berpendidikan SLTP keatas proporsinya masing-masing sebesar 22,8 dan 30,0% (Tabel 3). Tabel 3. Penyebaran responden menurut tingkat pendidikan formal di lokasi penelitian Propinsi Sumatera Utara, 1998 Pendidikan Tidak sekolah SD tidak tamat SD tamat SLTP SLTA Jumlah
Peternak domba (%) 5,0 24,5 47,7 16,5 6,3 100,0
Peternak kambing (%) 0,0 25,0 45,0 10,0 20,0 100,0
477
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Hal yang cukup menarik dari penyebaran tingkat pendidikan formal ini adalah bahwa jumlah responden peternak yang tidak sekolah ternyata paling kecil yaitu sekitar 5,0% pada peternak domba dan 0,0% (tidak ada yang tidak sekolah) pada peternak kambing. Sementara itu, terdapat sekitar 6,3% pada peternak domba dan 20,0% pada peternak kambing yang memiliki pendidikan SLTA keatas. Dengan semakin baiknya tingkat pendidikan peternak merupakan suatu indikator dalam hal kualitas sumberdaya manusia (SDM) di lokasi penelitian. Menurut PASSAY dalam SYAFAAT et al. (1995), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi kualitas Sumberdaya Manusia dan pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan para peternak maka diharapkan kinerja usaha ternak ruminansia kecil di masa mendatang akan lebih berkembang lagi. Selanjutnya, dilihat dari segi penguasaan ternak domba dapat diketahui bahwa rataan penguasaan ternak domba sebanyak 12 ekor yang meliputi: 6 ekor ternak dewasa, 2 ekor ternak muda dan 4 ekor ternak anak. Sementara itu penguasaan ternak kambing sebanyak 6 ekor, yang meliputi: 3 ekor ternak dewasa, 1 ekor ternak muda dan 2 ekor ternak anak (Tabel 4). Tabel 4. Rataan penguasaan ternak domba dan kambing dari beberapa responden di lokasi penelitian Propinsi Sumatera Utara, 1998 (ekor) Uraian
Domba
Kambing
Dewasa
6
3
Muda
2
1
Ternak anak
4
2
Total
12
6
Disisi lain diketahui bahwa sebagian besar peternak, menyatakan alasan utama memelihara ternak domba dan kambing adalah mudahnya pemeliharaan, seperti ditunjukkan oleh sebesar 82,3% responden peternak domba dan 55,0% responden peternak kambing. Alasan lainnya adalah bahwa pada usahaternak domba dirasakan lebih mudah dalam hal penjualan ternak (11,7%). Penjualan ternak umumnya dilakukan ke pedagang pengumpul yang setiap saat banyak mengunjungi para peternak di pedesaan. Sedangkan pada sebagian peternak kambing (18,3%) menyatakan bahwa usaha ternak ini dirasakan lebih menguntungkan dan selanjutnya hanya sekitar 4,5% menyatakan mudah dalam hal penjualannya (Tabel 5 ). Tabel 5. Alasan responden rumahtangga peternak ruminansia kecil di lokasi penelitian Propinsi Sumatera Utara, 1998 Alasan Pemeliharaan mudah Agroekosistem cocok Lebih menguntungkan Penjualan hasil mudah Penghasil utama pupuk kandang Menambah penghasilan rumahtangga Mengisi waktu luang Ikut-ikutan tetangga yang memelihara ternak lebih
478
Usaha ternak domba (%) 82,3 0,0 0,0 11,7 0,0 6,0 0,0 0,0
Usaha ternak kambing (%) 55,0 4,5 18,3 4,5 0,0 4,0 0,0 13,7
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
dahulu
479
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani ternak domba dan kambing Penerimaan usahatani ternak domba dan kambing di lokasi penelitian bersumber dari hasil penjualan ternak, nilai tambah ternak dan penjualan pupuk kandang. Penjualan ternak umumnya dilakukan peternak ke para pedagang pengumpul desa yang ada setiap saat. Penjualan pupuk kandang dilakukan kepada pembeli yang datang dari Brastagi-Medan untuk pupuk sayuran. Penerimaan utama usahatani berasal dari penjualan ternak. Rataan total penerimaan pada usahtani ternak domba sebesar Rp.817.213,00 dan pada usahatani ternak kambing sebesar Rp.178.298,00 per tahun. Lebih tingginya penerimaan usahatani ternak domba disebabkan skala kepemilikannya relatif lebih besar dibandingkan dengan ternak kambing (Tabel 6). Tabel 6. Struktur penerimaan, biaya usahatani dan keuntungan usaha ternak ruminansia kecil di lokasi Penelitian Propinsi Sumatera Utara, 1998 (Rp/tahun)1) Uraian
Usahaternak domba Nilai (Rp) 2)
Penerimaan
%
817.213
Usahaternak kambing Nilai(Rp)
%
178.298
Biaya Usahatani Ternak Pakan, Mineral dan obat-obatan
48.586
35,4
7.269
14,3
Penyusutan dan perawatan kandang serta peralatan
49.387
36,1
29.393
57,7
3)
Biaya tenaga kerja
39.171
28,5
14.308
28,0
Sub Total
137.144
100,0
50.970
100,0
Keuntungan Usaha ternak(1-2) Keterangan:
680.069
127.328
1). Analisis Usahatani dari total skala pengusahaan ternak
2). Meliputi hasil penjualan , nilai tambah ternak & penjualan pupuk kandang 3). Meliputi ongkos/upah tenaga kerja, upah tenaga kerja=Rp 4000 per HK
Komponen biaya usahatani ternak domba dan kambing meliputi biaya pakan, mineral dan obatobatan, nilai penyusutan dan perawatan kandang, penyusutan alat dan biaya tenaga kerja. Total biaya usahatani dari total skala kepemilikan mencapai Rp.137.144,00 pada usahatani ternak domba dan Rp.50.970,00 pada usahatani ternak kambing. Biaya usahatani ternak terbesar berasal dari penyusutan dan perawatan kandang serta alat sebesar Rp.49.387,00 (36,1%) pada usahatani ternak domba dan Rp.29.393,00 (57,7%) pada usahatani ternak kambing. Selanjutnya mengenai biaya pakan, mineral dan obat-obatan pada usahatani ternak domba mencapai Rp.48.586,00 (35,4%). Biaya pakan yang dikeluarkan pada usahatani ini adalah untuk membeli pakan tambahan yaitu ampas tahu yang setiap hari dibeli dari industri rumah tangga di sekitar lokasi penelitian. Sementara itu biaya pada usahatani kambing meliputi biaya pakan, konsentrat dan obat-obatan mencapai Rp.7.269,00 (14,3%). Biaya tenaga kerja sebesar Rp.39.171,00 (28,5%) pada usahatani ternak domba dan Rp.14.308,00 (28,5%) pada usahatani ternak kambing. Umumnya tenaga kerja yang digunakan pada usahatani ternak ini adalah tenaga kerja dalam keluarga. Dengan menghitung biaya (pengeluaran) dan penerimaan (manfaat) maka diperoleh keuntungan sebesar Rp.680.069,00 pada usahatani ternak domba dan Rp.127.328,00 pada usahatani ternak kambing. 480
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Kontribusi usahatani ternak domba dan kambing terhadap pendapatan rumahtangga Pada dasarnya usahatani ternak yang telah dikembangkan dapat meliputi peternakan sebagai: Usaha sambilan, cabang usaha, usaha pokok dan industri (DITJEN PETERNAKAN, 1997b). Usaha ternak dikatakan sebagai usaha sambilan jika pendapatan usaha ternak sumbangannya terhadap pendapatan usahatani kurang dari 30%. Usaha ternak hanya merupakan pendukung komoditas pertanian. Jika sumbangannya mencapai 30-70%, usaha ternak dikatakan sebagai cabang usaha. Dalam kegiatan ini, peguasahan ternak bersifat campuran dengan usahatani lainnya. Selanjutnya, jika pengusahaanya bersifat tunggal dan sumbangannya terhadap pendapatan usahatani mencapai 70-100% maka digolongkan sebagai usaha pokok. Pada usaha ini, aspek kualitas belum dipertimbangkan secara baik. Sementara itu usahatani yang memelihara ternak saja (tunggal) dengan mempertimbangkan aspek kualitasnya serta sumbangannya terhadap pendapatan usahatani mencapai 100% digolongkan sebagai usaha industri. Pendapatan rata-rata agregat rumah tangga peternak dari beragam sumber kegiatan usaha yaitu sebesar Rp.1.832.629,00 pada peternak domba dan Rp.1.441.014,00 pada peternak kambing (Tabel. 7). Kontribusi pendapatan usaha di sektor pertanian (mencakup) komoditas pangan, perkebunan, dan peternakan) masih memegang peranan utama dalam ekonomi rumah tangga, yaitu 78,27% pada peternak domba dan 92,40% pada peternak kambing. Pendapatan usaha di sektor pertanian mencapai Rp. 1.434.411,00 pada peternak domba dan Rp.1.331.475,00 pada peternak kambing. Dari jumlah pendapatan tersebut sebesar Rp.680.069,00 (47,41%) berasal dari usahatani ternak domba (peternak domba), dan Rp.127.328,00 (9,56%) berasal dari usaha ternak kambing (peternak kambing). Kontribusi usahatani ternak domba dan kambing terhadap total pendapatan rumahtangga agregat Tabel 7. Struktur pendapatan rata-rata rumahtangga peternak dari berbagai sumber kegiatan usaha di lokasi penelitian, 1998 (rp/tahun) Kegiatan Usaha Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan: Ternak domba/kambing Ternak lainnya 1) Buruh di sektor pertanian Sub Total: Non Pertanian Perdagangan dan industri Jasa, PNS/ABRI, Pensiunan Angkutan, buruh non pertanian dan lainnya Sub Total Total
Peternak domba
Peternak kambing
Pendapatan
%
Pendapatan
%
285 238 155 714 0
15,56 8,50 0,00
36 000 899 574 0
2,50 62,43 0,00
680 069 (47,41 ) * 80 952 232 438 1 434 411
37,11 4,42 12,68 78,27
127 328 (9,56) * 103 077 165 496 1 331 475
8,84 7,15 11,48 92,40
359 266 5 714 33 238 398 218 1 832 629
19,61 0,31 1,81 21,73 100,00
0 71 077 38 462 109 539 1 441 014
0,00 4,39 2,67 7,60 100,00
Keterangan: *) Proporsi pendapatan dari usahatani ternak domba/kambing terhadap pendapatan dari usaha pertanian 1) Meliputi: ternak unggas, ternak besar dan kecil selain ternak domba/kambing. masing-masing mencapai 37.11 dan 8,84%
481
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Dengan melihat nilai kontribusi usahatani ternak domba terhadap pendapatan usaha di sektor pertanian, maka dapat dikategorikan usahatani ternak domba tergolong sebagai cabang usaha, dan usahatani ternak kambing tergolong sebagai usaha sambilan. Selain pengembangan domba lokal, juga terdapatnya usaha intensifikasi Domba Garut dengan tujuan agar dengan pemeliharaan jenis domba ini dilaksanakan dengan lebih intensif sehingga lebih meningkatkan pendapatan keluarga dan memanfaatkan peluang ekspor (DINAS PETERNAKAN SUMUT, 1995) Potensi dan tantangan pemasaran ternak ruminansia kecil Kawasan Timur Tengah merupakan salah satu pasar internasional potensial bagi negara-negara pengekspor daging dan domba hidup. Hasil kajian Disnak Jabar dan PSP IPB (1996) melaporkan bahwa dengan laju rata-rata kebutuhan 3% pertahun, maka diperkirakan tahun 2005 kawasan ini akan membutuhkan impor daging domba sebesar 128,5 ribu metrik ton. Disamping itu, juga diperkirakan bahwa impor domba hidup akan meningkat menjadi sekitar 24 juta ekor. Hasil studi pasar oleh KARO-KARO et al. (1995) melaporkan bahwa di Saudi Arabia (negara di kawasan Timur Tengah) domba yang paling banyak diminati yakni memiliki berat antara 40-50 kg per ekor. Selain pasar internasional, pasar domba domestik juga masih terbuka. Hasil kajian Disnak Jabar dan PSP-IPB (1996) juga melaporkan bahwa pada tahun 1994 pasar domba nasional mampu menyerap sekitar 294 000 ekor, di proyeksikan pada tahun 2005 akan menyerap sekitar 794 000 ekor. Melihat potensi pasar tersebut, sebenarnya Indonesia cukup berpeluang besar dalam memanfaatkannya. Hal yang terpenting ke depan dalam membangun agribisnis domba nasional adalah: (1) bagaimana mendorong peningkatan produksi domba didaerah sentra produksi sehingga menghasilkan ternak domba dengan kualitas baik dan mampu memenuhi tuntutan pasar, dengan tingkat efisiensi dan daya saing yang lebih baik dan (2) bagaimana menarik investor baru untuk menanamkan modalnya pada agribisnis domba baik pada sentra produksi yang telah ada maupun pengembangan sentra baru, dan hal ini tentunya memerlukan iklim investasi yang kondusif. KESIMPULAN Bila dilihat dari karakteristik usahatani ternak, diperoleh informasi bahwa rataan pemilikan ternak domba dan kambing di lokasi penelitian masing-masing sebanyak 12 ekor dan 6 ekor. Umumnya responden peternak berada pada kelompok usia produktif (umur 15-50 tahun), serta sebagian besar peternak (47,7% peternak domba dan 45,0% peternak kambing) memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Selanjutnya, alasan utama peternak dalam pemeliharaan ternak ruminansia kecil adalah karena mudahnya pemeliharaan. Keuntungan usaha ternak domba dan kambing masing-masing sebesar Rp.680 069,00 dan Rp.127 328,00. Kontribusi keuntungan usaha ternak domba dan kambing terhadap total pendapatan rumahtangga sebesar 37,11 pada peternak domba dan 8,84% pada peternak kambing. Sementara, kontribusinya terhadap pendapatan usaha di sektor pertanian masing-masing sebesar 47,41 dan 9,56%. Dengan melihat kontribusi usaha ternak tersebut terhadap pendapatan disektor pertanian, maka dapat disimpulkan usaha ternak domba tergolong cabang usaha dan usaha ternak kambing tergolong usaha sambilan.
482
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Di Propinsi Sumatera Utara, selain pengembangan ternak domba lokal juga terdapatnya usaha intensifikasi Domba Garut, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan memanfaatkan peluang untuk ekspor di masa mendatang.
483
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
SARAN Dengan melihat terdapatnya potensi dan peluang pengembangan ternak domba dan kambing di lokasi penelitian tersebut, maka seyogyanya pengembangan kedua jenis ternak tersebut lebih diintensifkan lagi. Berbagai introduksi teknologi usahaternak terus diupayakan terhadap para peternak sehingga kinerja usaha ternak yang selama ini dijalankan dapat lebih berkembang dan semakin efisien. DAFTAR PUSTAKA DEPTAN. 1999. Profil Pertanian Dalam Angka. Departemen Pertanian. Jakarta. DITJEN PETERNAKAN. 1997a. Statistik Peternakan. Jakarta. DITJEN PETERNAKAN. 1997b. Bahan pidato dan Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Tanggal 16 Agustus 1997. Ditjen Peternakan–Deptan. Jakarta. hal. 56. DINAS PETERNAKAN. 1995. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara. Medan. DITJEN PETERNAKAN Jabar dan PSP IPB. 1996. Pengkajian Tataniaga Ternak Domba Regional, Nasional dan Internasional di Jabar dan Daerah Lainnya. Bandung. KARO-KARO. 1995. Kajian Pemasaran Ternak Domba. Sub Balitnak Sei Putih. Medan SEDJATI, W.K, R.S.G. SIANTURI dan A. SALEH. 1995. Profil Usaha Ternak Domba di Kec. Kertajati Kab. Majalengka. Prosiding Seminar Nasional Saint dan Teknologi Peternakan. Balitnak-Ciawi. Bogor: 495499. SYAFAAT, N, A.AGUSTIAN, T.PRANADJI, M. ARIANI, I. SETIADJIE, WIRAWAN. 1995. Studi Kajian SDM dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Rakyat Terpadu di KTI. Puslit Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. hal. 306 WAHYONO, D.E, SOEPENO, K. MA`SUM dan SUGIYONO. 1994. Pola Gaduhan Sumba Kontrak Bergulir Ternak Domba dan Kambing sebagai salah satu Upaya Mengentas Kemiskinan. Majalah SAINTEKS. Universitas Semarang. Semarang. Th. I No.3: 46-52. WAHYONO, D.E dan SOEPENO. 1995. Tingkat Adopsi Teknologi Peternakan Kaitannya dengan Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi Potong di Daerah Padat penduduk dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Balitnak-Ciawi. Bogor: 477-482.
484