Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI TANAMAN KEMALAKIAN (Croton tiglium) TERHADAP KEONG MAS (Pomacea canaliculata) SEBAGAI MOLUSKISIDA BOTANI DALAM UPAYA PENGGANTI MOLUSKISIDA SINTETIK (The effectivity of croton tiglium extra to golden snail (Pomacea canaliculata) as a botanical moluscisidee in order to subtitute the synthetic molusciside) YUNINGSIH, R. DAMAYANTI dan R. FIRMANSYAH Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor 16114
ABSTRACT One of synthetic moluscisiddde consists of methaldehyde and tri calcium arsenate which is toxic to animals, specially cats and dog which consumed pelleted molusciside. In order to substitute the synthetic molusciside, in this study we tried to use botanical molusciside, croton tiglium. The effectivity of the substance was tested to kill golden snail, Pomacea canaliculata. In this study, Croton tiglium was extracted with water and petroleum ether respectively. Ten groups of 10 snails were each treated with Croton tiglium extract diluted in water (0.01; 0.02; 0.03; 0.04 and 0.05%) and petroleum ether (0.01; 0.02; 0.03; 0.04 and 0.05%). The results showed that the lethal concentration (LC) 100 for water extract was 0.03% (death within 2-3 hours) and petroleum extract was 0.02% (death within less than 1 hour). Key Words: Croton Tiglium, Water Extract, Croton Tiglium Petroleumm Extract, Golden Snail ABSTRAK Salah satu jenis moluskisida sintetik mengandung metaldehida dan arsenik (tricalcium arsenate) yang dapat menyebabkan keracunan pada hewan, terutama pada anjing dan kucing yang mengkonsumsi bentuk pelet moluskisida. Sebagai upaya pengganti moluskisida sintetik ini adalah moluskisida botani, yaitu dengan mencoba efektivitas larutan ekstrak biji tanaman kemalakian (Croton tiglium) terhadap keong mas. Pada penelitian ini dilakukan percobaan perendaman keong mas dalam 2 bentuk ekstrak, yaitu ekstrak air dan ekstrak petroleum eter biji tanaman kemalakian. Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi larutan ekstrak air yang paling efektif adalah 0,03% (letal konsentrasi 100 atau LC100) dari percobaan perendaman dalam beberapa macam konsentrasi larutan ekstrak air: 0,01, 0,02, 0,03, 0,04 dan 0,05% terhadap 10 ekor keong mas (bobot hidup 3-5 g) untuk masing- masing konsentrasi dan lama waktu kematian dalam 2-3 jam. Sedangkan percobaan perendaman dalam larutan ekstrak petroleum eter biji kemalakian dengan perlakuan yang sama, menunjukkan konsentrasi larutan ekstrak yang paling efektif adalah 0,02% (LC100) dan lama waktu kematian rata - rata kurang dari 1 jam. Kata Kunci: Biji Tanaman Kemalakian, Ekstrak Air, Ekstrak Petroleum Eter, Keong Mas
PENDAHULUAN Moluskisida adalah senyawa yang dipergunakan untuk membunuh jenis keong atau kerang- kerangan. Ada 3 jenis moluskisida sintetik yang diperdagangkan, yaitu senyawasenyawa copper sulfat, pentachlorophenol (PCP) dan metaldehida (BARTIK dan PISKAC, 1981). Diantara ketiga jenis moluskisida
tersebut yang paling berbahaya baik bagi manusia maupun hewan, adalah moluskisida metaldehida karena komponennya terdiri 3,15% metaldehida dicampur dengan 5% tricalcium arsenate (arsenik) dengan perparasinya dalam bentuk cairan dan pelet. Bentuk pelet inilah yang paling disenangi oleh hewan, karena bentuk dan rasanya disukai terutama oleh anjing dan kucing, sehingga
979
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
dapat mengakibatkan keracunan bila mengkonsumsi dalam jumlah banyak (OSWEILER et al., 1976). Para petani banyak menggunakan moluskisida sintetik tersebut dalam penanggulangan hama keong mas (Pomacea canaliculata) yang berkembang biak secara cepat di area pesawahan dan merusak atau memakan batang padi ketika masa awal tanam (padi muda). Dengan demikian keong mas ini selalu muncul tiap tahun, terutama ketika masa tanam padi di sawah yang mengakibatkan para petani akan mengalami gagal panen. Moluskisida sintetik ini cukup berbahaya terutama yang mengandung senyawa metaldehida. Oleh karena itu, banyak dilakukan penelitian terhadap beberapa tanaman (botani) yang mempunyai sifat moluskisida, sebagai upaya pengganti moluskisida sintetik tersebut. Sebagai contoh diantaranya adalah daun tanaman sembung (Blumea balsamifera), akar tuba (Derris elliptica) dan patah tulang (Ephorbia tirucalli) (SOENARYO et al., 1989; MAINI dan REJESUS, 1993). KARDINAN dan ISKANDAR (1997) telah dicoba penelitian pengaruh pemberian akar tuba dan daun sembung terhadap keong mas dan metaldehida digunakan sebagai pembanding. Ternyata nilai letal konsentrasi 50% (LC50) terhadap masingmasing tanaman adalah sebagai berikut: akar tuba 400 ppm, daun sembung: 11000 ppm, dan metaldehida: 11,78 ppm. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan sintetik (metaldehida) tetap jauh lebih toksik dari bahan botani, terlihat dari nilai LC50 metaldehida yang lebih kecil dibandingkan nilai LC50 kedua ekstrak tanaman yang telah disebutkan diatas. Kemudian MASHIGUCHI (1977) melaporkan bahwa tanaman kemalakian mempunyai sifat moluskisida yaitu dapat membunuh Oncomelania quadrasi (sejenis moluska). Maka dalam penelitian ini dicoba efektivitas ekstrak biji tanaman kemalakian (Croton tiglium) terhadap keong mas dan salah satu upaya untuk mencari moluskisida botani yang murah dan mudah diperoleh. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kematian keong mas dengan perlakuan perendaman dalam 2 macam ekstrak biji kemalakian, yaitu ekstrak air dan ekstrak petroleum eter dalam beberapa macam konsentrasi.
980
MATERI DAN METODE Sebagai bahan percobaan adalah berupa biji yang diambil dari buah tanaman kemalakian (Croton tiglium). Tanaman kemalakian diperoleh dengan menanam bijinya dan dalam waktu umur penanaman 1 tahun sudah dapat dipanen. Kemudian pengambilan biji kemalakian dipilih biji yang tua, biasanya berwarna hitam dan keras. Sebagai hewan percobaan adalah keong mas yang dikoleksi dari daerah pesawahan di Dramaga, Bogor dengan rata-rata bobot hidup: 3–5 g dan danau Citayam, Bogor dengan ratarata bobot hidup: 9–12 g. Keong mas yang dikoleksi mempunyai ciri-ciri cangkang kuning, bagian dalam badan kuning dan telurnya berwarna pink. Preparasi bahan ekstrak Buah kemalakian dikupas untuk mengeluarkan biji dengan hati-hati, karena akan terasa panas dan pedih bila kena kulit. Kemudian biji dihaluskan dengan alat blender. Kemudian pembuatan 2 macam ekstrak dari biji yang telah dihaluskan, yaitu: ekstrak air dan ekstrak petroleum eter. Ekstrak air Timbang 50 g biji yang telah dihaluskan dan tambahkan 100ml air (konsentrasi 50%), kemudian kocok dengan mempergunakan alat shaker selama 2 jam. Hasil ekstraksi diperas dengan menggunakan kain tipis untuk memisahkan ekstraknya. Ekstrak petroleum eter Timbang 100 g biji yang telah dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan 1 liter petroleum eter dengan cara mengocok dengan alat shaker selama 2 jam. Hasil saringan diuapkan dengan alat evaporator dan residu yang dihasilkan berupa minyak. Minyak ini dicampur dengan larutan Tween 80 (9 + 1) sebelum dilakukan pengenceran dengan air dalam pembuatan larutan yang diinginkan (konsentrasi tertentu) dalam perlakuan perendaman.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Perlakuan perendaman keong mas Perendaman dalam larutan ekstrak air dibagi dalam 5 group Group 1 Siapkan gelas piala (500 ml) sebanyak 5 buah yang berisi 200 ml larutan ekstrak air dengan konsentrasi masing-masing: 1,00; 0,50; 0,25; 0,125 dan 0,062%. Masukkan keong mas dengan rata-rata bobot hidup 3–5 g, sebanyak 5 ekor (sebagai uji screening) untuk masingmasing gelas piala yang berisi larutan ekstrak air tersebut dan pengamatan dilakukan selama 24 jam, kemudian catat total keong mas yang mati dan lama waktu kematiannya. Group 2 Metode sama dengan Group 1, namun dengan konsentrasi masing-masing: 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 dan 0,05%. Group 3 Metode sama dengan Group 2, namun masing-masing gelas piala diisi 400ml larutan ekstrak dan perendaman terhadap 10 ekor keong mas. Group 4 Metode sama dengan Group 3, namun ratarata keong mas mempunyai bobot hidup 9-12 g dengan konsentrasi larutan 0,09%. Group 5 Blanko, gelas piala yang berisi 400 ml air (tanpa larutan ekstrak) dan perendaman terhadap 10 ekor keong mas. Perendaman dalam larutan ekstrak petroleum eter (Group PE): metode sama dengan group 3, namun dalam 4 macam konsentrasi ekstrak petroleum eter: 0,03, 0,02, 0,01 dan 0,05%. HASIL DAN PEMBAHASAN Biji tanaman kemalakian mengandung bahan aktif phorbol diester yang dapat membunuh Oncomelania quadrasi (sejenis
moluska) (DUKE, 1983). Begitu juga menurut MOTT (1987), bahwa ekstrak air biji Croton tiglium dapat mematikan jenis moluska Oncomelania hubensis dan O. quadrasi dengan konsentrasi 0,7 ppm dalam waktu kurang dari 24 jam. Berdasarkan sifat moluskisida tersebut, maka dicoba efektivitas larutan ekstrak air biji kemalakian terhadap keong mas. Perlakuan bentuk ekstrak petroleum eter biji kemalakian (berupa minyak) terhadap moluska belum banyak dilaporkan. Menurut DUKE (1983), ekstrak petroleum eter (minyak) tersebut merupakan ekstrak yang cukup efektif. Maka dalam penelitian ini dicoba juga efektivitas ekstrak petroleum eter biji kemalakian terhadap keong mas. Sesuai dengan tujuan percobaan moluskisida botani untuk membasmi (membunuh) hama keong mas, maka moluskisida botani harus bersifat dapat membunuh moluska 90 atau 100% (LC90 atau LC100). Kemudian sebagai kriteria moluskisida botani yang efektif yaitu dapat membunuh moluska (mati) secara akut dalam pengamatan selama 24 jam (MOTT, 1987). Sebagai pembanding dalam percobaan ini dibuat blanko (tanpa perlakuan larutan ekstrak) yaitu perendaman keong mas dalam aquades. Berdasarkan pengamatan perlakuan perendaman keong mas dalam beberapa macam konsentrasi larutan ekstrak air dan ekstrak petroleum eter dari biji kemalakian, dapat diketahui total dan lama waktu kematian keong mas pada masing-masing konsentrasi dan hasilnya (Tabel 1 dan 2). Perendaman dalam ekstrak air Group 1 Uji screening yaitu sebagai penjajakan untuk mencari konsentrasi larutan ekstrak yang efektif, yaitu dengan mencoba perlakuan perendaman dibawah konsentrasi 1% terhadap 5 ekor keong mas. Sebagai penjajakan dicoba beberapa konsentrasi larutan ekstrak air biji kemalakian, masing-masing yaitu: 1, 0,5. 0,25, 0,125 dan 0,062%. Ternyata semua perlakuan perendaman dari kelima macam konsentrasi larutan ekstrak air tersebut menyebabkan kematian 100% (mati 5 dari 5 ekor keong mas) tertera pada Tabel 1.
981
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 1. Hasil pengamatan kematian keong mas terhadap perlakuan perendaman dalam larutan ekstrak air biji kemalakian (Croton tiglium) selama 24 jam Konsentrasi larutan ekstrak air (%)
Total mati keong mas (ekor)
Lama waktu kematian (jam)
1.
1,000
5 dari 5 (100%)
<1
2.
0,500
5 dari 5 (100%)
<1
3.
0,250
5 dari 5 (100%)
<1
4.
0,125
5 dari 5 (100%)
<1
5.
0,062
5 dari 5 (100%)
<1
1.
0,01
4 dari 5 (80%)
2- 3
2.
0.02
3 dari 5 (60%)
2- 3
3.
0,03
5 dari 5 (100%)
2- 3
4.
0,04
5 dari 5(100%)
2- 3
5.
0,05
5 dari 5 (100%
1
1.
0,01
7 dari 10 (70%)
3
2.
0,02
5 dari 10 (50%)
3
3.
0,03
10 dari 10 (100%)
3
4.
0,04
10 dar 10 (100%)
3
5.
0,05
10 dari 10 (100%)
1
0.09
10 dari 10 (100%)
4
Larutan aquades tanpa larutan ekstrak
0 dari 10 (0%)
-
(10 ekor tetap hidup)
No. group Group 1*
Group 2*
Group 3.*
Group 4.** 1. Group5* (blanko)
* : bobot hidup keong mas 3–5 g ** : bobot hidup keong emas 9–12 g
Group 2 Mencoba perendaman dalam konsentrasi larutan ekstrak air di bawah konsentrasi terkecil pada perlakuan Group 1 (di bawah 0,062%), yaitu 0,05, 0,04, 0,03, 0,02 dan 0,01%. Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi kematian 100% (mati 5 dari 5 ekor) secara akut dalam 2–3 jam pada perendaman dengan konsentrasi larutan ekstrak air: 0,03%, kemudian tidak bergerak lagi sampai pengamatan selama 24 jam. Group3 Untuk perlakuan
982
konfirmasi Group 2,
hasil pengamatan dicoba perlakuan
perendaman dalam larutan dengan konsentrasi yang sama seperti perlakuan group 2, tetapi perlakuan terhadap 10 ekor keong mas pada masing-masing konsentrasi. Hasilnya menunjukkan reaksi yang sama yaitu terjadi kematian 100% (10 dari 10 ekor keong mas) dengan perendaman dalam larutan dengan konsentrasi ekstrak air: 0,03%. Pengulangan perlakuan perendaman dalam konsentrasi 0,03% masing- masing terhadap 5 dan 10 ekor keong mas tersebut, dengan tujuan untuk membuktikan bahwa nilai letal konsentrasinya = 0,03% (300ug/ml). Untuk nilai LC100 ekstrak air biji kemalakian terhadap keong mas, dapat dihitung sebagai berikut: Letal konsentrasi =
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
300ug/ml terhadap 5 g berat badan keong mas, maka: LC100 = 60000ug/L atau 60mg/L (60 ppm). Group 4 Perlakuan ini untuk konfirmasi nilai letal konsentrasi pada Group 3, yaitu dengan mencoba perlakuan perendaman dengan konsentrasi ekstrak 0,03% terhadap 10 ekor keong mas dengan bobot hidup yang berlainan, yaitu dengan bobot hidup keong mas sekitar 9– 12 g. Pada Group 4, bobot hidup keong mas 3 x bobot hidup keong mas perlakuan pada Group 3, maka perkiraan konsentrasi larutan perendaman yang dipergunakan harus 3 x letal konsentrasi bobot hidup 3–5 g yaitu 0,09%. Hasil perendaman 0,09% tersebut juga dapat mematikan 100% (10 dari 10 ekor keong mas) secara akut dan pengamatan selama 24 jam. Group 5 Perlakuan pada blanko tidak terjadi kematian keong mas setelah pengamatan selama 24 jam. Perendaman dalam ekstrak petroleum eter Group PE Dicoba perendaman dengan konsentrasi di bawah nilai letal konsentrasi ekstrak air karena sifat ekstrak petroleum eter lebih toksik dibandingkan dengan ekstrak air. Perendaman dilakukan dengan konsentrasi mulai dari 0,03,
0,02, 0,01 dan 0,05%. Hasil pengamatan menunjukkan terjadi kematian 10 dari 10 ekor keong mas (100%) pada konsentrasi larutan ekstrak 0,02% tertera pada Tabel 2. Nilai letal konsentrasi ekstrak petroleum eter biji kemalakian terhadap keong mas= 0,02% (LC) dan LC100 dapat dihitung sebagai berikut: Letal konsentrasi = 200 ug/ml (0,02%) terhadap 5 g bobot hidup keong mas maka: LC100 = 40000 ug/L atau 40 mg/L (40 ppm). Menurut KUO (1987), bahwa perlakuan ekstrak alkohol biji Croton tiglium terhadap moluska mengakibatkan kematian 100% dan 93% masing-masing dengan konsentrasi 100ppm dan 30ppm, setelah pengamatan 24 jam. Maka nilai LC100 ekstrak petroleum eter maupun ekstrak air biji kemalakian dari hasil percobaan ini tidak jauh berbeda. (dibawah 100 ppm), disamping perhitungan nilai LC 100 tersebut dipengaruhi oleh bobot hidup moluska. Sifat biji Croton tiglium dalam ekstrak petroleum eter, air dan alkohol yang cepat mematikan. Sesuai dengan sifat bahan aktif phorbol ester dalam biji kemalakian yang terdiri dari komposisi kimia yaitu 3,4% resin toksik yang bersifat katartik, dan asam-asam oleat dan linoleat, masing- masing 37,0% dan 19,0%, yang keduanya mempunyai sifat iritasi. (DUKE, 1983). Dengan sifat iritasi ini mempengaruhi osmoregulation pada moluska yang menyebabkan kelainan keseimbangan air dalam tubuh moluska, sehingga terjadi pembengkakan sebagai indikator terjadinya keracunan atau kematian pada moluska (MOTT, 1987).
Tabel 2. Hasil pengamatan kematian keong mas terhadap perlakuan perendaman dalam larutan ekstrak petroleum eter biji kemalakian (Croton tiglium) selama 24 jam Konsentrasi larutan ekstrak petroleum (%)
Total mati keong mas (ekor)
Lama waktu kematian (jam)
1.
0,005
6 dari 10 (60%)
3
2.
0,01
8 dari 10 (80%)
3
Nama group Group PE*
3
0,02
10 dari10 (100%)
<1
4.
0,03
10 dari 10 (100%)
<1
* bobot hidup keong mas 3–5 g
983
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengamatan dari hasil percobaan perendaman keong mas dalam larutan ekstrak air dan ekstrak petroleum eter, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Konsentrasi ekstrak air biji kemalakian (Croton tiglium) yang mematikan 100% (LC100) terhadap keong mas adalah 60mg/L. 2. Konsentrasi ekstrak petroleum eter biji kemalakian (Croton tiglium) yang mematikan 100% (LC100) terhadap keong mas adalah: 40mg/L. 3. Penggunaan perendaman dalam larutan bentuk ekstrak air lebih efektif karena murah dan mudah dalam pembuatan ekstraknya dibandingkan dengan bentuk ekstrak petroleum eter (pemakaian bahan kimia yang cukup mahal), disamping itu nilai LC ekstrak air tidak jauh berbeda dengan nilai LC ekstrak petroleum eter. 4. Sebagai saran yaitu biji kemalakian yang dikoleksi, sebaiknya harus langsung diekstraksi dan hasil ekstraksi baru disimpan dalam refrigerator, karena pada suhu kamar struktur biji cepat kering (kosong) yang menyebabkan senyawa bahan aktif dalam biji berkurang (tidak ada).
BARTIK, M dan A. PISKAC. 1981. Molluscicides. Veterinary Toxicology. Elsevier Sci. Pub. Co. N.Y. pp. 163–164. DUKE, J. A. 1983. Croton tiglium L. Hanbook of Energy crops (Unpublished). KARDINAN, A dan M. ISKANDAR. 1997. Pengaruh beberapa jenis ekstrak tanaman sebagai moluskisida nabati terhadap keong mas (Pomacea Canaliculata). J. Perlindungan Tanaman Indonesia 3(2): 86–92. KUO, Y.H. 1987. Plant Molluscicide Studies In The People’s Republic of China. Plant Molluscicides. A Waley Med. Pub. p. 289. MAINI, P.N. dan B. M. REJESUS. 1993. Molluscicidal activity of derris elliptica (Fam. Leguminosae). Phill. J. Sci. 122(1): 61–74. MOTT, K.E. 1987. Guidelines for evaluation of Plant Molluscicides. Plant Molluscicides. A Wiley Med. Pub. Pp. 321-323. OSWEILER, G.D., T.L. CARSON., W.B. BUCK dan G.A. VAN GELDER. 1976. MolluscacidesMetaldehyde. Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology. Kendall/Hunt Publishing Co. Texas. pp. 325–326. SOENARYO, E., P. PANUJU dan M. SYAM. 1989. Siput murbei: Siput indah yang dapat menimbulkan malapetaka bagi pertanaman padi sawah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan RI XI(5): 1–4.
DISKUSI Pertanyaan: Apa zat aktif dalam biji kemalakian? Bagaimana penentuan dosis lethal dalam percobaan ini? Jawaban: Bahan aktif yang terkandung adalah phorbal ester. Karena sifatnya membunuh hama keong mas maka dicari penentuan dosis lethal konsentrasi 100 (LC 100), mematikan 100%.
984