UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB MELALUI PENGGUNAAN SARANA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII MTS MA’ARIF 3 GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010
SEKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : PRAMONO NIM : 11408197
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
i
ii
iii
MOTTO
(٣ : )ا زرف. ن َ ْ َر ًِّ َ َ َّ ُآمْ َ ْ ُِ و َ ًْ َ ْ َ ُﮦ ُر َ ِإ Artinya : “ Sesungguhnya kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)”,(QS. Al-Zukhruf :3),
. زد ') ال$% &' (وا ار# “ Pelajarilah bahasa arab karena bahasa arab itu akan menambah (ketajaman) daya nalar”.
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk : 1.
Istri dan anak tercinta yang selalu memberi motivasi, mendo’akan dan mencurahkan segala apa yang ia miliki baik dlahir maupun bathin demi terwujudnya cita-cita dan harapan.
2.
Sahabat-sahabat yang budiman Mahasiswa Tarbiyah STAIN Salatiga.
3.
Rekan-rekan guru MTs Ma’arif 3 Grabag Kabupaten Magelang yang selalu memberi dukungan baik moral maupun spiritual.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Ălamîn penulis ucapkan, serta segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt, senantiasa yang telah dan akan selalu memberi taufiq, hidayah, dan rahmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis sangat meyadari atas segala bentuk kekurangannya, tanpa ada dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan bisa berbuat banyak dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, dan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2.
Bapak Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingannya dengan penuh keikhlasan hingga tersusunnya skripsi ini.
3.
Kepala MTs Ma’arif 3 Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4.
Rekan-rekan Mahasiswa STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi kepada penulis. Atas segala bantuan apapun yang telah dicurahkan kepada penulis, penulis
hanya bisa mendo’akan را-را آ, زاآم ا. Penulis menyadari bahwa sekripsi ini masih banyak kekurangan.
vi
Kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun terhadap kesempurnaan skripsi ini, penulis sangat menerima hal ini dengan penuh rasa hormat. Mudahmudahan skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca. Amĭn.
Salatiga, Agustus 2010 Penulis
Pramono
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………...................
i
NOTA PEMBIMBING ………………………………………………….……..
ii
PENGESAHAN ………………………………………………………………..
iii
MOTTO ………………………………………………………………….……..
v
PERSEMBAHAN ……………………………………………………….……..
v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………….…………..
viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………...
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………
1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………..
4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………...
4
D. Definisi Istilah ………………………………………………...
4
E. Manfa'at Penelitian …………………………………………...
5
F. Hipotesis ………………………………………………………
6
KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan faktor yang mempengaruhinya …………………..
8
B. Prestasi Belajar ……………………………………………….
22
C. Metode Mengajar ……………………………………………..
23
D. Belajar Bahasa Arab ………………………………………….
27
E. Metode al-Sam'iyyah Wa al-Safawiyyah ……………………..
33
F. Penggunaan Sarana Audio Visual …………………………….
37
G. Hasil Belajar …………………………………………………..
39
viii
H. Penilaian Hasil Belajar ………………………………………. BAB III
BAB IV
BAB V
41
PELAKSANAAN PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………
46
B. Subyek Penelitian ……………………………………………..
46
C. Prosedur Penelitian ……………………………………………
46
D. Deskripsi Persiklus ……………………………………………
49
E. Instrumen Penelitian ……………………………………….….
51
F. Kriteria Penelitian ……………………………………………..
53
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……………………………………………….
54
B. Pembahasan …………………………………………………...
72
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………...
75
B. Saran …………………………………………………………..
75
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
77
DAFTAR TABEL
Tabe I
Nilai Setelah Siklus I ……………………………………………… 57
Tabel II
Nilai Evaluasi Siklus I ……………………………………………. 59
Tabel III
Nilai Setelah Siklus II ……………………………………………. 62
Tabel IV
Hasil Evaluasi Setelah Siklus II ………………………………….. 63
Tabel V
Nilai Setelah Siklus III …………………………………………… 67
Tabel VI
Hasil Evaluasi Siklus III ………………………………………….. 68
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Grafik Nilai Siklus I ……………………………………………… 60
Gambar 2
Grafik Nilai Siklus II …………………………………………….. 64
Gambar 3
Grafik Nilai Siklus III ……………………………………………. 69
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Bahasa Arab memiliki peranan penting, dalam gerakan Nabi Muhammad
SAW, dan para sahabat, mereka mengajarkan al-Qur’an dan menyebarluaskan ajaran agama dengan bahasa Arab. Dewasa ini bahasa Arab bukan hanya menjadi bahasa agama saja, melainkan telah menjadi bahasa ilmu pengetahuan, dan pergaulan antar bangsa (Dirjenbinbagais, 1974 : 60). Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh ratusan juta orang umat manusia. Bahasa ini digunakan oleh lebih dari puluhan negara. Bahasa Arab juga menjadi bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu saja ia merupakan bahasa yang paling besar signifikasinya bagi ratusan juta muslim sedunia, baik yang berkebangsaan Arab maupun bukan (Arsyad, 1997 : 1). Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat istimewa dibanding dengan bahasa lainnya karena ia sekaligus telah menjadi bahasa Islam, bahasa sumber Islam, bahasa kitab suci Islam, sehingga dengan demikian sangat erat kaitannya dengan kaum muslimin. Oleh karena itu, sangat masuk akal kalau di mana ada kaum muslimin disitu dipelajari bahasa Arab, belajar bahasa Arab akan menambah ketajaman daya nalar (Arsyad , 1997 : 136). Mata pelajaran bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan
2
memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
baik secara lisan maupun secara tertulis. Kemampuan
berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting bagi peserta didik dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadits, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkitan dengan Islam. Pembelajaran bahasa Arab di Madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat ketrampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan dasar (elementary) dititikberatkan pada kecakapan menyimak ( ) اdan berbicara ( ) ا وsebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (intermediate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang. Sedangkan pada tingkat pendidikan lanjut (advanced) dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis, sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berbahasa Arab. Siswa yang telah lulus dari sekolah menengah diharapkan mampu membaca dan berbahasa Arab dengan baik. Namun faktanya tidak seperti apa yang diharapkan. Pembelajaran bahasa Arab di tingkat sekolah menengah/Madrasah Tsanawiyah kurang menarik siswa bahkan kurang diminati. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran bahasa Arab terutama disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru menggunakan metode pengajaran tidak tepat, minimnya sarana
atau media
pembelajaran, dan alat bantu lainnya. Pembelajaran guru masih banyak menggunakan
3
metode tradisional dan monoton sehingga siswa kurang bisa memahami materi atau sub pokok bahasan tertentu yang di berikan oleh guru. Siswa sulit mencapai kecakapan dan kemampuan. Penggunaan sarana audio visual adalah upaya guru untuk memudahkan pembelajaran siswa dan untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa dalam memahami bahasa Arab dengan memahami kosa kata, pola kalimat, dan struktur kalimat secara terurai melalui sarana audio visual tersebut. Upaya ini dilakukan agar siswa mampu memahami dan mengidentifikasi bahasa Arab dengan benar sehinnga siswa bisa mencapai dan memiliki kecakapan dan kemampuan. Upaya tersebut menjadi inspirasi dan motivasi bagi guru untuk melakukan penelitian (research). Dengan demikian research melalui penggunaan sarana audio visual ( ا ت ا
) واini untuk menampilkan materi bahasa Arab secara langsung dan sepintas. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mengatasi ketidakberhasilan dalam pembelajaran bahasa Arab. Penggunaan media ini bertitik tolak dari teori yang mengatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang di miliki seseorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat ( ) اdan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedangkan selebihnya melalui indra dengar ( ) ا, media pengajaran tersebut dapat membangkitkan rasa senang dan gembira, siswasiswa dapat meperbaharui semangat mereka, rasa suka hati mereka untuk kesekolah akan timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak para siswa, menghidupkan pelajaran karena pemakaian media pengajaran membutuhkan gerak dan karya (Arsyad, 1997 : 75-76).
4
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan,
maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : 1.
Apakah penggunaan sarana audio visual dapat meningkatkan minat belajar bahasa Arab bagi siswa kelas VII MTs Ma’arif 3 Grabag ?
2.
Apakah penggunaan sarana audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Arab ?
C.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui penerapan (application) penggunaan sarana audio visual dalam pembelajaran bahasa Arab siswa Kelas VII MTs Ma’arif 3 Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun 2010.
2.
Untuk mengetahui pengaruh (impact) penerapan penggunaan sarana audio visual terhadap peningkatan prestasi belajar bahasa Arab siswa Kelas VII MTs Ma’arif 3 Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang tahun 2010.
3.
Untuk mengetahui bagaimana kemampuan (prosperity) siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Arab melalui penggunaan sarana audio visual.
D.
Definisi Istilah
1.
Upaya Upaya
adalah
usaha,
tertentu ( Fajri, 2005 : 852).
ikhtiyar,
untuk mencapai maksud
5
2.
Meningkatkan
Meningkatkan berasal dari kata “tingkat“ yang berarti susunan, berlapis-lapis, tinggi rendah kedudukan, tinggi rendah jabatan, tinggi rendah peradaban (Fajri, 2005 : 820).
3.
Prestasi
Prestasi yaitu hasil yang telah dicapai atau dari yang telah dilakukan, dikerjakan (Depdiknas, 2007 : 895). Prestasi dalam penelitian ini tolok ukurnya adalah nilai bahasa arab.
4.
Belajar Belajar adalah suatu perilaku. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha memperoleh kepandian atau ilmu (Depdiknas, 2007 : 17). Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran bahasa Arab.
5.
Audio Visual Audio visual berasal dari kata audio dan visual, audio yang berarti alat peraga yang bersifat dapat didengar, dan visual berarti alat yang dapat dilihat dengan indra penghayatan (mata) berdasarkan penglihatan (bentuk sebuah metode pengajaran bahasa) (Depdiknas, 2007 : 1262).
6
E.
MANFA’AT PENELITIAN Dengan melakukan penelitian tentang penggunaan sarana audio visual pada mata pelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII A MTs Ma’arif 3 Grabag, dapat diperoleh beberapa manfaat, dan diharapkan dapat berguna bagi : a. MTs Ma’arif 3 Grabag Dengan hasil penelitian ini diharapkan MTs Ma’arif 3 Grabag dapat lebih meningkatkan pemberdayaan menggunakan sarana Audio visual agar prestasi siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain. b. Guru Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan gagasan untuk pengembangan
dan
peningkatan
ketrampilan
mengorganisasi,
memformulasi, dan mengkondisikan kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran bahasa Arab sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
F.
HIPOTESIS Kebanyakan
penyelidikan
ditujukan
untuk
menguji kebenaran
sesuatu dugaan yang dilakukan sebelum penyelidikan dilakukan. Dugaan semacam itu mungkin terbukti benar, mungkin juga tidak. Jika suatu dugaan ternyata terbukti, ia akan diterima, sedang jika ternyata tidak terbukti, ia akan ditolak atau tidak diterima (Hadi, 1981 : 316). Penelitian ini berangkat dari
7
asumsi dasar bahwa berhasil dan tidaknya suatu Proses Belajar (PBM)
dipengaruhi
juga
oleh
metode
Mengajar
pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, teknik pembelajaran, strategi pembelajaran, taktik pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas hipotesis dalam tindakan penelitian ini dapat dirumuskan bahwa : 1.
Pembelajaran melalui penggunaan sarana Audio visual dapat meningkatkan hasil (prestasi) belajar bahasa Arab bagi siswa kelas VII A MTs Ma’arif 3 Grabag.
2.
Pendekatan melalui penggunaan sarana audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, dan untuk meningkatkan ketrampilan mengorganisasi, memformulasi, dan mengkondisikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Belajar, Proses Belajar Mengajar (PBM) dan Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.
1. Difinisi Belajar Belajar adalah kebutuhan manusia yang penting dalam usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Hilgard mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh keadaan seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan (Pasaribu, 1983 : 59). Menurut Mulyati (2005 : 5) belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan. Sementara menurut Slameto (1987 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
9
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya. Belajar menjadi kebutuhan yang penting karena makin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penyesuaian dan pembaharuan dalam segala aspek kehidupan manusia. Upaya pembaharuan harus dilakukan melalui proses perubahan pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Belajar pada dasarnya adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun, dan belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru. Belajar adalah proses perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 1983 : 28). Para ahli psikologi berpendapat bahwa dalam belajar, ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan tersebut relatif permanen, dalam arti tidak hilang, dan terjadi bukan semat-mata karena kematangan atau pertumbuhan. Belajar berarti pembentukan atau shaping tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan. Sebaliknya, pertumbuhan merupakan hasil yang diterima setelah organisme matang. Artinya, belajar adalah suatu kegiatan yang memang diupayakan agar terjadi perubahan pada diri individu.
10
Menurut Mulyati (2006 : 2-4) sebuah kegiatan dapat disebut sebagai kegiatan belajar bila memenuhi beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut adalah : a. Asosiasi. Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan didalam otak, antara hal satu dengan lainnya. b. Motivasi. Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal. c. Variabilitas. Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatau masalah, tergantung pada stimulus belajar. d. Kebiasaan. Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat di gunakan
untuk
menghadapi
situasi
berbeda
dam
memerlukan
pertimbangan. e. Kepekaan. Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh dan merupakan penentu keberhasilan belajar pula. f. Pencetakan (imprinting) atau merekam. Dalam hal ini
pencetakan
berarti semacam proses ”memperlihatkan“, sesuatu (yang dipelajari) pada kesan atau otak. g. Hambatan, Dalam proses belajar, hambatan tentu terjadi. Contoh, suatu dalil ahli psikologi berpendapat bahwa pengulangan suatu respon berarti membuat suatu hambatan pada respon tersebut.
11
2. Tujuan Belajar Belajar dapat didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan
yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseoarang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa : 1) Belajar adalah suatu usaha, 2) Belajar bertujuan mengadakan perubahan didalam diri antara lain tingkah laku, 3) Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, 4) Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat mrenjadi hormat, tidak sayang menjadi sayang, 5) Dengan belajar bisa mengubah ketrampilan, 6) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu (Dalyono, 1997 : 49). Belajar memiliki tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan ketrampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan, kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri ( Slameto, 1987 : 84). Tujuan belajar perlu diketahui oleh siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran, tujuan itu penting diketahui terlebih dahulu, sebab jika siswa sudah mengetahui tujuan itu maka mental siswa pun akan siap menerima, memproses dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan tujuan itu. Secara garis besar tujuan belajar dapat dikelompokkan mejadi dua, yaitu : 1) Tujuan Instruksional (instructional ejffects). Hal ini berbentuk ketrampilan dan pengetahuan, 2) Tujuan pengiring (nurturant effects), yang merupakan hasil sampingan belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif dan sikap terbuka.
12
3. Proses Belajar Mengajar Dalam proses belajar mengajar (PBM) bahasa Arab akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari dan penerima pelajaran yang dibutuhkannya. Pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar-mengajar dan seperangkat peranan lainnya, yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajarmengajar yang efektif. Kegiatan belajar-mengajar bahasa Arab melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode pembelajaran, media, dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar, baik perubahan secara psikologis dalam tingkah laku (over behaviour), motorik, maupun gaya hidupnya. Sementara itu, tujuan pembelajaran bahasa Arab secara umum adalah agar peserta didik mampu mengusai empat ketrampilan (skills) bahasa,
yaitu
keterampilan
menyimak,
keterampilan
membaca,
keterampilan berbicara, dan ketrampilan menulis. Untuk memperoleh keempat keterampilan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu di antaranya yang paling penting adalah metode mengajar.
13
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tidak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metode mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik karena keberhasilan proses pelajar-mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar. Jika cara mengajar gurunya baik menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, dan antusias menerima pelajaran yang diberikan sehingga diharapkan akan terjadi perubahan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar bahasa terdapat “dikotomi” yang dimaksudkan adalah suatu pembagian dua ide yang hakekatnya berlawanan, yaitu ; 1) Performence reflektif dan produktif, 2) Sikap belajar defensif dan reseptif. Bila yang satu dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar, maka
yang
lainnya
sangat
menghambat
dan
kurang
atau
tidak
sebagaimana
yang
memberhasilkan siswa belajar (Arsyad, 1997 : 30). 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Untuk
mencapai
prestasi
belajar
siswa
diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
14
Keberhasilan
seseorang
dalam
mempelajari
sesuatu
sangat
dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu (Slameto, 1983 : 56-74).
A. Faktor Intern Faktor intern ini dibagi menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniyah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. 1.
Faktor Jasmaniyah a) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas
dari
penyakit.
Kesehatan
adalah
keadaan atau hal yang sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengha buta, tuli, setengah tuli, patah kaki dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
15
2.
Faktor psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah : inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Uraian faktor-faktor tersebut adalah: a)
Inteligensi Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi
yang
baru
dengan
cepat
dan
efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. b) Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. c) Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. d) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
16
e) Motif Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. f)
Kematangan Kematangan
adalah
suatu
tingkat/fase
dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. g) Kesiapan Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk member response atau bereaksi. 3.
Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelahan jasmani dan kelahan rohani (bersifat psikis).
B. Faktor-Faktor Ekstern Faktor ekstern ini terbagi menjadi tiga faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Uraian faktor tersebut adalah : 1. Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
17
2. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siwa, relasi siwa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3. Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat, yang berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar anak. 5. Belajar Tuntas Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajar dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Secara operasional perwujudannya adalah nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara siswa yang cepat dan lambat belajar menjadi semakin pendek, Proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas tidak lain adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan
18
memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, dan perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, maka dapat dikemukakan
prinsip-prinsip
utama
pembelajaran
tuntas
adalah
;
(Dirjendikdasmen, 2003 : 14). 1. Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis. 2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feed back. 3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan. 4. Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam KBK dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu (Dirjendikdasmen, 2003 : 12). Dalam model yang paling sederhana, jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut dapat dinyatakan bahwa tingkat penguasaan kompetensi
19
(degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benarbenar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu. Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar tuntas, yaitu : a) Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu, b) Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya, c) Menggunakan prinsip belajar siswa aktif, d) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil, e) Menggunakan sistem evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan, f) Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan. Tindak
lanjut
diperlukan
untuk
melakukan
perbaikan
dan
penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian. Hasil penilaian disesuaikan dengan batas ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah. Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai nilai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir
20
sama. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka 0-100, Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum
pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Pemerintah tidak lagi menetapkan kurikulum secara nasional seperti pada periode sebelumnya. Satuan pendidikan harus mengembangkan sendiri kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan serta potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik. Batas ketuntasan hasil belajar menggambarkan tingkat pembelajaran yang obyektif dari hasil penilaian dan disesuaikan dengan batas ketuntasan
21
yang ditetapkan di sekolah berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe ketuntasan dengan sistem poin yaitu ; (Munawati, 2009 : 17).
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Kriteria A B C D E
Poin 90-100 80-89 70-79 60-69 < 60
Poin 95-100 85-94 75-84 65-74 < 65
Poin 91-100 86-90 81-85 75-80 < 75
Sesuai dengan ketuntasan dalam KBK, siswa tuntas belajar bila telah mencapai 75 % menguasai kompetensi atau sekurang-kurangnya harus mencapai skor minimal 75. Namun dengan demikian batas ketuntasan yang ditetapkan di sekolah-sekolah belum sesuai dengan harapan yang ditetapkan pemerintah
karena
masih
banyak
masalah-masalah
yang
harus
dipertimbangkan dalam menetapkan batas ketuntasan 75 %, masalah tersebut seperti belajar siswa di kelas, alat bantu, media, sumber belajar, sistem assessment dan evaluasi proses. Sehingga setiap sekolah menetapkan batas ketuntasan belajar yang berbeda-beda, kurang dari 75 % dari standar Ketuntasan Batas Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pemerintah.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar Berhasil atau tidaknya siswa dalam pencapaian hasil belajar disebabkan oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar dirinya. Untuk memudahkan pembahasan dapat diklasifikasikan sebagaimana bagan berikut :
22
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUNTASAN BELAJAR
Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama yang lain. Bila aspek fisiologis siswa tidak baik maka akan mempengaruhi aspek psikologis. Begitu juga bila lingkungan (baik sosial maupun non sosial) di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada proses dan hasil belajar.
B.
Prestasi Belajar Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu proses evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah prestasi belajar siswa. Imformasi ini sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran.
23
Prestasi belajar dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan aktual dan efektivitas pembelajaran yang dapat diukur secara langsung. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan guru (Depdiknas, 2007 : 17). Prestasi belajar siswa ini merupakan implementasi hasil belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran yang diterimanya. Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar dapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya. Prestasi dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar (PBM) di kelas serta perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah menerima pelajaran (Sujana, 2001 : 27). Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses belajar praktek tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa dalam satu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut dengan prestasi belajar. Perlu diketahui faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak, sehingga guru dan orang tua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan ; 1) faktor dari dalam, yaitu meliputi kesehatan, inteligensi, minat dan motovasi dan
24
cara belajar, 2) faktor dari lingkungan, yaitu meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Terkait dengan prestasi belajar siswa, dalam KBK tahun 2004, hasil belajar siswa diukur berdasarkan standar yang dikenal dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini dinyatakan dalam bentuk persentase berkisar antara 0-100. Dalam menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator dan kemampuan sumber daya pendukung. Dari standar KKM yang menunjukkan batas minimal pencapaian ketuntasan yang dicapai siswa, maka prestasi belajar siswa diukur berdasarkan kemampuan siswa mencapai standar ketuntasan tersebut yang berarti bahwa nilai prosentase ketuntasan siswa merupakan hasil belajar siswa yang tinggi rendahnya menunjukkan prestasi belajar yang dicapai siswa untuk mata pelajaran tertentu.
C.
Metode Mengajar Dalam pembelajaran bahasa Arab, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Metode ( ) اریadalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada suatu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semua berdasarkan atas approach yang telah dipilih. Sifatnya prosedural, (Arsyad, 1997 : 19). Jika demikian halnya, maka metode itu harus ada pada setiap proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau tenaga pendidik. Metode dianggap sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau materi
25
pelajaran kepada peserta didik dan dianggap lebih signifikan dari aspek materi sendiri. Dalam dunia pendidikan metode perlu dimiliki oleh pendidik karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Melihat berbagai konsep tentang metode di atas, maka keberadaan sebuah metode dalam interaksi belajar-mengajar sangat penting. Dalam kurikulum studi bahasa arab Madrasah Tsanawiyyah (MTs) dan Madrasah ‘Aliyah (MA) di cantumkan “metode” dengan berbagai jenisnya yang lazim yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan bahasa Arab. Dalam mengajarkan bahasa arab guru tidak akan lepas dari pelajaran muthala’ah, insya’, muhadatsah dan sebagainya. Pada masa lampau masing-masing berdiri sendiri dengan metode berbeda antara satu mata pelajaran dengan lainnya. Setelah terjadi penyatuan dalam mata pelajaran bahasa arab, metodenya sedikit berbeda ialah dengan metode global walaupun dalam mengajarkan alMuthala’ah metodenya masih tetap sebagaimana yang umum dalam pengajaran al-Muthala’ah, insya’ dan sebagainya. Metode global adalah bagian dari kurikulum pengajaran bahasa arab dengan rincian sebagai berikut (Fahcrudin, 2006 : 127). a.
Membaca Membaca
adalah
metode
yang
digunakan
oleh
guru
dalam
menyampaikan pelajaran bahasa arab. b.
Penugasan Penugasan adalah metode yang digunakan oleh guru dengan cara member tugas kepada siswa baik membaca, menulis, menjawab soal dan
26
lainnya. Guru memberikan tugas membaca bisa secara langsung seorang diantara mereka atau guru terlebih dulu membaca kemudian memberi tugas. c.
Tanya Jawab Tanya jawab dapat dilakukan oleh guru dalam pelajaran muhadatsah dengan cara guru langsung mengajak bicara dengan siswa dengan menggunakan bahasa Arab atau sesama siswa maju ke depan kelas dilakukan oleh dua atau tiga orang untuk bertnyajawab berkisar maudlủ’ yang sedang diberikan. Metode ini sangat menarik, siswa yang lain akan lebih terkesan.
d.
Ceramah Ceramah berlaku untuk pengajaran bahasa Arab yang bisa diterapkan pada bidang tertentu misalnya pada pelajaran terjemah khususnya kata-kata sukar yang sulit untuk diperagakan misalnya ( اﺱkemanusiaan), ( اواhobi/kegemaran), ( ا دekonomi) dan sebagainya.
e.
Drama Drama digunakan guru bahasa Arab dalam kaitannya dengan penggunaan kosa kata dalam kalimat.
f. Sinonim Sinonim merupakan salah satu pengajaran bahasa Arab yang tidak kalah pentingnya. Metode tersebut diterapkan dibidang pelajaran terjemah. Dalam menghadapi kata sulit guru tidak terburu-buru memberikan arti ke
27
dalam bahasa Indonesia melainkan mencari sinonim atau persamaan kata terlebih dahulu.
g.
Asosiasi
Asosiasi
diterapkan dalam pengajaran bahasa Arab tatkala guru
menyajikan kosa kata ( ) ارداتyang terangkai dalam kalimat, atau sewaktu ia mengajarkan terjemah kalimat yang mengandung kosa kata baru.
h. Penemuan Sendiri
Penemuan sendiri adalah salah satu di antara berbagai metode pengajaran bahasa Arab. Penerapannya adalah jika sesuatu bab telah dibahas tuntas dan jam pelajaran sudah habis, untuk menginjak pelajaran selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk mempelajari sendiri bab yang belum diajarkan. Mereka mempelajari di rumah secara individu maupun kelompok. i.
Terjemah Terjemah digunakan secara timbal balik dari bahasa arab ke dalam bahasa Indonesia
dan
sebaliknya
dinamakan
Translation
Metode
pengajar
sewaktu
atau ( ) ری ار. j.
Drill Drill
(latihan)
sering
digunakan
oleh
mengerjakan berbagai pola kalimat dengan menggunakan antara lain ا ل اbaik marfủ’, mansủb, maupun majzủm. Metode Drill kaitannya
28
dengan pengajaran bahasa arab antara lain membahas bagaimana cara membuat . k.
Aplikasi Aplikasi adalah usaha guru untuk memperbaiki siswa yang ketinggalan dalam bahasa Arab.
l.
Penjelasan Penjelasan digunakan dalam hal yang belum dikuasai.
m. Diskusi Diskusi merupakan percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat dengan berbagai permasalahan yang timbul dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran bahasa Arab memiliki peranan penting, dan metode diskusi tidak hanya diterapkan sewaktu akan mencatat, menyalin kata-kata ataupun kalimat. Namun demikian, keunggulan suatu metode dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, anatara lain ; tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi (setting), perbedaan pribadi dan kemampuan guru, sarana dan prasarana. Begitulah pentingnya sebuah metode dalam proses belajar-mengajar, bahasa Arab khususnya, dan pertimbangan yang harus dilakukan oleh guru. Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses belajar-mengajar yang pada akhirnya berfungsi sebagai determinasi kualitas pendidikan.
D.
Belajar Bahasa Arab
29
1.
Pengertian Bahasa Arab
Menurut rumusan Kementrian Agama RI yaitu :
را "م و دهم#ن إ# ار ه' اآ) ا(' ر ارب+ا Artinya : Bahasa arab ialah ungkapan yang dipergunakan oleh bangsa Arab untuk menyatakan maksud dan tujuan mereka. (Depag RI, 1982 : 113). Sedangkan bahasa arab yang digunakan atau dipelajari di madrasah adalah bahasa Arab fǔsha yang digunakan oleh orang-orang Arab terpelajar dalam pembicaraan resmi, diskusi, tulisan-tulisan buku dan dalam hubungan internasional. 2.
Tujuan Mempelajari Bahasa Arab Bahasa Arab tidak hanya milik bangsa Arab saja, akan tetapi milik seluruh umat Islam di seluruh dunia, karena ia merupakan bahasa kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits yang keduanya berbahasa Arab dan merupakan sumber pokok ajaran Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam alQur’an ; ( ٢ : ) ووف. šχθè=É)÷ès? öΝä3‾=yè©9 $wŠÎ/ttã $ºΡ≡uöè% çµ≈oΨø9t“Ρr& !$‾ΡÎ) Artinya :“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya “, (Q.S, Yusuf : 2) (Depag RI : 1989 : 348).
( ٣ : ) از<رف. ن َ ْ َر ِّیً َ ََّ ُآمْ َ ْ ُِو# َ ًﻥ9ْ َ ْﻥَ ُﮦ ُر َ 7ِإﻥ Artinya : “Sesungguhnya kami menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)”, (QS. Al-Zukhruf : 3 ) (Depag RI, 1989 : 794).
30
Sementara Abdul Hamid bin Yahya dalam al-Hasyimmiy berkata; aku mendengar syu’bah berkata (Arsyad, 1997 : 7).
. وا اری ? زید ' ال “Pelajarilah bahasa arab karena bahasa arab itu akan menambah (ketajaman) daya nalar”. Akkawi menulis bahwa Amir al-Mu’min Umar bin al-Khattab r.a berkata (Arsyad, 1997 : 7).
مA ن د ﻥB ار ? ﻥ ز+' (م ا# أ<روا “Hendaklah kamu sekalian tamak (keranjingan) mempelajari bahasa Arab karena bahasa Arab itu merupakan bagian dari agamamu”. Selanjutnya, Abdul Alim Ibrahim berkata :
مC ارو و ا+ ' ار ه+ا “bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab sekaligus juga merupakan bahasa agama Islam”. Berdasarkan hal tersebut maka orang yang hendak memahami hukum-hukum (ajaran) agama Islam dengan baik haruslah berusaha mempelajari bahasa Arab (Arsyad, 1997 : 7). Maka nampak jelas bahwa umat Islam wajib mempelajari dan mengajarkan bahasa Arab kepada umat Islam lainnya, dengan harapan nantinya dapat mengetahui isi, maksud dan tujuan kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits serta kitab lain yang ditulis dengan bahasa Arab. Melihat peranan bahasa Arab bukan hanya untuk memahami, mengkaji al-Qur’an dan al-Hadits serta merupakan bahasa
ilmu
pengetahuan saja namun lebih dari itu bahasa Arab sebagai juga sebagai
31
bahasa dalam hubungan Internasional, maka dipandang perlu untuk menjadikannya sebagai bahasa aktif dalam percakapan, tulisan, pidato dan lain-lain bagi para pelajar, cendikiawan muslim dalam waktu dan tempat yang diperlukan. Maka hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan mempelajari bahasa Arab ada dua tujuan : a. Mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa pasif untuk alat memahami kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits serta memahami buku-buku yang ditulis dalam bahasa Arab. b. Bahasa Arab sebagai bahasa aktif, yang dapat dipergunakan dalam percakapan, mengarang, menulis, berpidato dan sebagainya.
3.
Fungsi dan Faedah Belajar Bahasa Arab
Dapat dimaklumi, bahwa bahasa Arab merupakan alat berekspresi, alat komunikasi, alat untuk mengungkap dan memahami pikiran dan perasaan seseorang. Oleh karenanya bahasa Arab memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan ini. Melihat pentingnya bahasa Arab, maka perlu bahasa Arab itu dipelajari dan dikembangkan. Sehubungan dengan hal itu penulis kemukakan peranan bahasa Arab, yaitu : a.
Peranan bahasa Arab dalam agama
32
Islam adalah agama wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yang dihimpun dalam bahasa Arab, demikian juga al-Hadits yang merupakan penjelasan dan penafsiran al-Qur’an yang dihimpun dan disusun pula dalam bahasa Arab. Perlu penulis terangkan bahwa dalam sejarah perkembangan agama samawi atau agama wahyu, tidak ada kitab suci yang masih asli bahasanya kecuali al-Qur’an. Maka mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an dan al-Hadits bagi kaum muslimin di dunia merupakan kebutuhan utama. Di samping itu mempelajari bahasa Arab memiliki tujuan yang suci, yaitu untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman agama Islam dari sumber yang asli (Dirjenbinmais, 1976 : 63). Dari uraian di atas jelaslah bahwa bahasa Arab dapat memegang peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan agama Islam. b.
Peranan bahasa Arab dalam ilmu pengetahuan Peranan bahasa Arab sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu ; 1. Penterjemahan buku-buku pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Melalui suatu abad yang dikenal dengan abad terjemah yaitu zaman Khalifah Abbasiyah (132-656 H atau 750-1258 M) dimana dilakukan penterjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat ke dalam bahasa Arab, (Dirjenbinmais, 1976 : 66).
33
2. Penterjemahan buku-buku bahasa Arab kedalam bahasa Eropa. Segala ilmu yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab berkembang dengat pesatnya sampai ke Sepanyol di saat itu negeri dikuasai oleh orang-orang Islam. Bedirilah di sana Universitasuniversitas, di antaranya Universitas Toledo, yang merupakan pusat sekolah tinggi dalam ilmu pengetahuan islam. Banyak orang Eropa yang belajar di sana kemudian kembali dan menterjemahkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh kedalam bahasa Eropa seperti bahasa Latin, Inggris, dan lain-lain. Pusat pertama tempat orang Eropa mempelajari ilmu Pengetahuan yang ditulis bahasa Arab, didirikan di Toledo (Spanyol) di bawah pimpinan Uskup Raymond (Dirjenbinmais, 1976 : 20). Dari keterangan diatas jelaslah bahwa bahasa Arab merupakan jembatan bagi bangsa Eropa untuk mempelajari bermacam-macam bidang ilmu pengetahuan dan penterjemah ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani. c.
Peranan bahasa Arab dalam hubungan Internasional Dunia Arab terdiri dari beberapa Negara dengan bentuk dan sistem pemerintah masing-masing. Walaupun terdapat perbedaanperbedaan kepentingan antara negara satu dengan Negara lainnya. Namun mereka dalam satu ikatan persatuan bahasa, yaitu bahasa Arab. Gerakan Nasional Arab juga memberi pengaruh yang kuat terhadap
34
kesadaran dan keinsafan sebagai satu bangsa. Di antaranya tampak dalam bidang penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa persatuan yang digunakan di seluruh pelosok dunia Arab, bahkan bahasa Arab digunakan sebagai bahasa resmi. Jadi, administrasi negara, surat menyurat, dan nota diplomatis dari departemen luar negeri negaranegara Arab menggunakannya. Dalam surat menyurat, surat kabar dan majalah yang dipakai adalah bahasa Arab Fǔsha. Sedangkan yang diucapkan sehari-hari adalah dengan menggunakan dialek menurut tempat masing-masing. d.
Peranan bahasa Arab dalam kebudayaan Nasional Kedudukan dan peranan bahasa Arab kebudayaan
Indonesia
telah mengambil
didalam masyarakat,
bagian penting sejak
berkembangnya agama Islam di nusantara sekitar pada abad ke VIII. Selain itu bahasa Arab juga sering dipakai dalam upacara adat seperti sekaten, perkawinan, mantra-mantra yang masih sering dipercayai dan dipakai sebagian masyarakat Indonesia, ungkapan yang sering di gunakan seperti Assalaamu’alaikum, Bismillah, Alhamdulillah dan sebagainya yang banyak dipergunakan oleh masyarakat maupun pejabat pemerintah.
35
E. Metode al-Sam’iyyah wa al-Syafawiyyah
Metode pengajaran bahasa asing untuk pengajaran bahasa Arab di Madrasah dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat ketrampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan menengah (intermediate) tetap dititikberatkan pada kecakapan menyimak ( ) اdan berbicara ( ) ا وsebagai landasan berbahasa, keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang. Hal
ini
diupayakan
terus,
untuk
mengembangkan
dan
mensosialisasikan materi bahasa Arab dalam proses belajar mengajar yang kontekstual di sebagian lembaga pendidikan di Indonesia, samapai saat ini masih tetap berlangsung. Hadirnya LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) di Jakarta sejak tahun 1980 dipandang mempunyai kontribusi dan peran besar dalam mencetak tenaga-tenaga pengajar bahasa Arab yang cenderung mengembangkan metode al-sam’iyyah al-syafawiyyah (audio-oral approach). Metode ini sudah cukup banyak memberi andil dalam “pembaharuan” pendekatan dari yang bercorak gramatikal menjadi sam’i syafawi, sehingga empat keterampilan berbahasa (mendengar, bercakap, membaca dan menulis) mendapat porsi yang relatif memadai (Abdurrahman, 2009 : 3). Proses pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan Metode audiooral approach ( ای و ا ویD ) ریmerupakan metode terbaru dalam bidang pengajaran Bahasa Arab dan sebagai penyempurna metode sebelumnya, yang
36
dilengkapi dengan pendekatan global, sehingga bisa menghasilkan kemampuan belajar yang sangat fantastis. Metode ini lahir pada tahun 60-an abad XX di Amerika serikat, dan berdasar kepada hasil studi serta penelitian para linguist (ahli bahasa) terhadap sistem bunyi, bentuk kata, struktur kalimat berbagi bahasa di dunia dan studi perbandingan serta studi konstrustif antara berbagai bahasa. Dengan kegiatan semacam ini terdapat kesimpulan, bahwa : 1. Bahasa itu adalah percakapan bukan tulisan. 2. Bahasa itu adalah kebiasaan yang teratur. 3. Yang perlu dipelajari pertama kali adalah bahasa bukan (analisa bahasa yang bisa ditemui dalam buku-buku qawa’id) 4. Bahasa adalah apa yang diucapkan oleh penutur asli (abna lughah), bukan apa yang seharusnya mereka katakan. 5. Bahasa-bahasa didunia ini berbeda satu dengan yang lain Kelima prinsip ini berpengaruh sekali terhadap metode sam’iyyah safawiyyah (aural oral approach), dan tampak dalam ciri-ciri metode ini sebagai berikut: 1. Kegiatan peroses belajar mengajar pertama kali dilakukan bertujuan agar pelajar menguasai bahan pelajaran secara lisan terlebih dahulu, sebelum diperlihatkan kepada mereka bagaiman bentuk tulisannya, dalam hubungan ini guru hendaknya betul-betul melatih mereka bagaimana cara mengucapkan huruf dan kalimat dengan intonasi yang baik.
37
Jadi metode ini mengajarkan 4 (empat) keterampilan bahasa secara seimbang dengan urutan-urutan sebagai berikut : Istimặ’ (menyimak), kalặm (berbicara), qirỏ’ah (membaca), kitặbah (menulis). 2. Langkah pertama dalam mengajar bahasa asing dengan metode ini ialah mengajarkan dialog- dialog yang mengandung ungkapan-ungkapan sebagai berikut : a. Yang digunakan oleh penutur asli sehari-hari. b. Yang meliputi pola kalimat atau susunan kalimat yang banyak frekwensinya. Sedangkan kosa kata yang diberikan masih terbatas pada tingkat permulaan sebab yang paling penting disini adalah pelajaran menguasai struktur atau pola kalimat lebih dahulu. 3.
Susunan atau pola kalimat diajarkan dengan cara meniru dan menghafalkan secara insentif, dengan tujuan agar pelajar semua menguasai benar susunan atau pola kalimat itu, sehingga mempu mengucapkannya secara otomatis setiap kali diperlukan.
4.
Materi dan peroses belajar mangajar berjalan dari yang mudah kepada yang sulit.
5.
Metode ini tidak menggunakan terjemahan atau bahasa pengantar dalam bahasa ibu /nasional pelajar. Dalam menjelaskan makna sesuatu kata atau kalimat guru menggunakan berbagai media pengajaran yang sesuai (sebagaimana metode langsung), kecuali bila hal itu sulit difahami jika tanpa
38
terjemahan. Namun demikian kegiatan terjemah tetap harus dilakukan secara ekonomis. Kelebihan dan kekurangan metode al-sam’iyyah wa al-safawiyyah : 1. Kelebihannya: a.
Dapat membuat murid lancar bebicara dalam bahasa asing (Arab) yang dipelajari sejak dini, walaupun dengan materi pelajaran yang masih terbatas.
b.
Dengan demikian drill E ریF yang intensif, daya ingat dan menyimak murid menjadi terlatih, juga kemampuan dalam membedakaan bunyibunyi serta penggunaanya secara baik dengan kecepatan yang wajar.
c.
Umumnya motivasi belajar murid besar sekali.
d.
Memungkinkan murid berperan serta secara aktif dan effektif dalam proses belajar mengjar.
e.
Dengan menggunakan pita rekaman dilembaga bahasa guru dapat memberikan perhatian khusus terhadap perbedaan perorangan dan mengajar masing-masing.
2. Kekurangannya antara lain : a. Latihan otomatis kadang-kadang membuat murid membeo, dalam penguasaan bahasa asing (Arab)yang dipelajarinya. b. Menghafal dan mengikuti ucapaan guru (pita rekaman) kadang-kadang menimbulkan rasa bosan dikalangan sementara murid. c. Pengalaman menujukkan, metode ini amat cocok untuk murid-murid yang senang kegiatan-kegiatan drama dan peragaan, metode ini bermanfaat
39
sekali bagi murid-murid yang daya serapnyanya lemah, tidak begitu untuk yang pintar. d.
Metode ini membutuhkan guru yang baik ucapan serta intonasinya dalam penguasaan bahasa asing (Arab) yang diajarkannya, luas pandangan serta daya khayalnya, dan mampu memanfaatkan segala kesempatan dan situai dalam kelas untuk kepentingan tugasnya.
F. Penggunaan Sarana Audio Visual Audio visual adalah merupakan salah satu media pembelajaran bahasa. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, dan juga media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Djamaroh, 1997 : 136). Media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan , dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Selain itu, media yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Menurut sejarah, media pengajaran pertama kalinya disebut visual education (alat peraga pandang), kemudian menjadi audio-visual aids
(bahan
pengajaran), seterusnya menjadi audio-visual communication (komunikasi pendang dengar), dan selanjutnya berubah menjadi education technology
40
(teknologi pendidikan) atau teknologi pengajaran. Media pengajaran secara luas dapat diartikan sebagai berikut ; (Arsyad, 1997 : 74). Setiap orang, bahan, alat atau kejadian yang memantapkan kondisi memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media.
Didalam bahasa Arab, media pengajaran kurang lebih adalah ی" حIا
لG و
atau menurut istilah Dr. Abdul Alim dalam bukunya yang dikutip oleh
Prof. Dr, Azhar Arsyad adalah sebagai یJل ا(و"یG او
. Ada beberapa
kalangan yang menyebutnya ( ا ت ا واalat pandang dengar) (Arsyad, 1997 : 75). Media audio visual ini di bagi menjadi dua macam : 1) audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slide), film rangkai suara, cetak suara. 2) audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette (Djamroh, 1997 : 141). Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini penulis gunakan media Audio visual gerak, yang dimaksud disini adalah sebagai alat audio visual gerak untuk pelajaran. Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan audio visual gerak (film bersuara) sebagai media untuk menyampaikan pelajaran terhadap anak didik. Diantara manfaat audio visual gerak (film bersuara) sebagai media pengajaran antara lain ; (Asnawir, 94-96). 1. Film dapat menggambarkan suatu proses.
41
2. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu. 3. Pengambarannya bersifat tiga demensi. 4. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni. 5. Dapat menyampaiakn suara seseorang sekaligus melihat penampilannya. 6. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi. Kekurangannya : 1. Film bersuara (audio visual gerak) tidak dapat diselingi dengan keteranganketerangan yang diucapkan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu konsentrasi audien. Audien tidak dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar dengan cepat. 2. Apa yang telah lewat sulit diulang. 3. Biaya pembutannya cukup tinggi dan mahal.
G. Hasil Belajar Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006 : 30). Kegiatan belajar mengajar (PBM) dikatakan tepat guna (efisien) jika hasil belajar yang diinginkan bisa tercapai dengan usaha yang sebaik mungkin. Suatu proses belajar mengajar tentang suatau bahan pengajaran
42
dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan tersebut (Djamaroh, 1997 : 119). Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati, 2002 : 250-251). Keberhasilan belajar biasanya dipengaruhi adanya perubahan-perubahan keterampilan, pengetahuan dan sikap serta cita-cita, hal sering disebut hasil belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
43
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
H. Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian, inti penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek tertentu berdasarkan kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment.
44
Interpretasi dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan ada interpretasi. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun waktu pengambilan nilai sebagai hasil belajar di tentukan menjadi enam : 1) tes akhir pertemuan, 2) tes akhir pokok bahasan, 3) tes mingguan, 4) tes tengah semester, 5) tes akhir semester, 6) ujian akhir sekolah/madrasah. Tes dari hasil belajar tersebut juga dibedakan berdasarkan materi yang telah di ukur sesuai dengan mata pelajaran, misalnya bahasa arab. Hasil belajar bisa diperoleh melalui suatu mekanisme tertentu yang berupa penilaian hasil belajar. Dalam system pendidikan nasional,
rumusan tujuan pendidikan
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah inilah yang digunakan dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum berbasisis kompetensi (KBK). Penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas/tingkat yakni ; (Dimyati, 2002 : 202-206).
45
1. Pengetahuan merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengtahuan tenatng fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2. Pemahaman merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya. 3. Penggunaan/penerapan merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkretdan/atau situasi baru. 4. Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian yang menjadi unsur pokok. 5. Sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-usnur pokok ke dalam struktur yang baru. 6. Evaluasi merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. Ranah afektif sebagai berikut : 1. Menerima merupakan tingkat terrendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap simulasi secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. 2. Merespon merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulan dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan. 3. Menilai merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merispon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat menggambil bagian atas apa yang terjadi.
46
4. Mengorganisasi merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai ke suatu organisasi yang lebih besar. 5. Karakterisasi merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan masingmasing nilai pada waktu merespon, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan. Kilber, Barket, dan Mils mengemukakan ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut ; (Dimyati, 2002 : 207-208). 1. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, ketepatan tubuh yang mencolok. 2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan ketrampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan, biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga dan badan. 3. Perangkat komunikasi nonverbal, merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata. 4. Kemapuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan. Penilaian yang di gunakan dalam kurikulum 2004 adalah penilaian berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep belajar tuntas (Mastery Learning). Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif dilaksanakan melalui ujian praktikum atau menggunakan penilaian unjuk kerja pada saat pembelajaran berlangsung. Aspek afektif dilaksanakan melalui pengamatan pada lembar pengamatan dan kuisioner.
47
Mutu (kualitas) hasil belajar dari siswa dapat diketahui setelah siswa menerima pelajaran melalui sub pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu. Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh
siswa setelah
mengikuti pembelajaran, pendidikan dan atau latihan tertentu. Hal ini bisa ditentukan dengan tes pada akhir pembelajaran atau akhir pendidikan. Dengan kata lain hasil belajar siswa merupakan bagian dari prestasi belajar. Betapa tingginya nilai suatau keberhasilan, sampai-sampai seorang guru
berusaha
sekuat
tenaga
dan
pikiran
mempersiapkan
program
pengajarannya dengan baik dan sistimatik. Namun terkadang, keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor yang dimaksud adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi (Djamarah, 1997 : 123).
48
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Ma’arif 3 Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang khusus kelas VII A semester
II
Tahun Pelajaran
2009/2010. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2010 untuk siklus I, 19 Mei 2010 untuk siklus II, dan pada tanggal 26 Mei 2010 untuk seklus III.
B. Subjek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di kelas VII A MTs Ma’arif 3 Kleteran Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dengan jumlah siswa 42 orang anak pada semester II Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris diartikan dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, dan ada tiga pengertian pula yang diterangkan; 1) peneltian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti, 2) tindakan adalah sesuatau gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini yang berbentuk siklus kegiatan, 3) kelas
49
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari seseorang guru (Aqib, 2006 : 12). Menurut McNiff dalam Arikunto (2008 : 102). PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan (Aqib, 2006 : 18). Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 (tiga)
siklus. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan kelas (classroom action research), ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran, maka peneliti menggunakan model penelitian tindakan dari Hopkins (Arikunto, 2008 : 105). Pada penelitian tindakan setiap siklus diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah dilakukan revisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus
50
I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar beikut:
Perencanaan
Refleksi
Tindakan / Observasi
Perbaikan Rencana
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Perbaikan Rencana
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Dan seterusnya
Gambar alur PTK. Penjelasan alur di atas adalah: a.
Rancangan rencana awal , sebelum mengadakan peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
51
b.
Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari penerapan metode al-sam’iyyah wa al-syafawiyyah melalui sarana audio visual.
c.
Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
d.
Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi menjadi tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana putaran dilakukan dengan sama dan membahas satu sub pokok bahasan yang setiap akhir putaran diakhiri dengan tes formatif.
D. Diskripsi Persiklus Secara terperinci prosedur penilitian tindakan kelas ini meliputi : (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi dalam setiap siklus. Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan dalam uraian berikut : 1. Perencanaan Kegiatan ini meliputi :
52
a. Menentukan
pilihan atau
alternatif terhadap
upaya
meningkatkan
kemampuan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Arab melalui penggunaan sarana audio visual. b. Membuat perencanaan yang mengacu terhadap pembelajaran bahasa Arab melalui sumber-sumber pembelajaran yang ada. c. Menyiapkan perlengkapan alat media pembelajaran berupa audio visual. d. Melakukan peragaan pembelajaran melalui penggunaan saran audio visual. e. Membuat lembar observasi. f. Merancang alat evaluasi. 2. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melakukan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. 3. Observasi Pada tahap ini dilakukan pengamatan (observation) terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan daftar pengamatan (observation schedule) yang telah disiapkan. Observasi dilakukan oleh peneliti serta rekan guru sejawat untuk melakukan observasi selama peneliti melakukan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menjaga obyektivitas dalam penelitian itu sendiri.
53
4. Refleksi Data-data yang didapat melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil observasi peneliti bisa melakukan refleksi terhadap diri sendiri tentang kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilakukan. Dengan hasil refleksi ini bisa diketahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti sehingga bisa digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. Penelitian ini akan dilakukan tiga siklus, sehingga pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini betul-betul memberikan hasil yang sangat baik terhadap upaya meningkatkan prestasi belajar bahasa Arab melalui penggunaan sarana audio visual.
E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
yaitu
merupakan
pelaksanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pegangan dan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang telah tersusun untuk dipergunakan setiap putaran dalam pembelajaran. Tiap-tiap rencana pelaksanaan pembelajaran berisi standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), idikator pencapaian (IP), tujuan pembelajaran, dan proses kegiatan belajar mengajar. Adapun isi uraian rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan metode as-sam’iyyah wa al-syafawiyyah melalui penggunaan sarana audio visual ( ) اﻥ ت ا و ارdapat digambarkan sebagai berikut :
54
a. Perencanaan Pada kegiatan perencanaan peneliti dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Mempersiapkan ruang belajar dengan baik 2. Mempersiapkan sarana atau media pembelajaran berupa Laptop, LCD Proyektor, CD, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar tes formatif. b. Pelaksanaan 1. Apersepsi Mengucapkan salam, do’a bersama, membaca buku, menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa, dan memberi motivasi. 2. Kegiatan Inti •
Guru memutarkan atau menampilkan materi bahasa Arab yang berupa keping CD melalui sarana audio visual yang sudah dipersiapkan, kemudian guru menyuruh siswa untuk melihat dan menyimak materi qiră’ah pada audio visual, siswa disuruh mengidentifikasi kata-kata yang sulit.
• Setelah pemutaran selesai guru menjelasakn mufradăt atau uraian kalimat, yang terdapat dalam materi tersebut. Contoh: ر+ا, ایت ادرا, فLا"ی
55
• Mengucapkan kalimat-kalimat sederhana berstruktur ; khabar muqaddam, mubtadăk muakhkhar dan na’at. Contoh : M' ارف آ یرةOآ • Guru
menjelaskan
tentang
kedudukan
khabar
muqaddam,
mubtadăk muakhkhar dan na’at. • Guru memberi tugas kepada siswa. 3. Kegiatan Akhir •
Memberi motivasi kepada siswa.
c. Observasi Hal ini dilakukan oleh peneliti beserta teman sejawat untuk mengetahui dan melihat kekurangan-kekurangan dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian dilaksanakan.
F. Kriteria Penilaian Untuk memudahkan evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketentuan dengan sistem poin 100 yaitu :
56
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Kriteria A B C D E
Poin 90-100 80-89 70-79 60-69 < 60
Poin 95-100 85-94 75-84 65-74 < 65
Poin 91-100 86-90 81-85 75-80 < 75
Prosentase dan jumlah kategori mununjukkan tingkat keberhasilan pembelajaran. Untuk mengetahui ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas dikatakan tuntas bila mencapai 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ siswa tuntas belajar P=
x 100 %
∑ siswa
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Dalam tahap
penelitian ini, peneliti memepersiapka perangkat
pembelajaran yang terdiri dari pembelajaran I, soal test formatif I dan sarana pembelajaran audio visual berupa CD, Laptop, LCD Proyektor, lembar observasi dan alat-alat pembelajaran yang mendukung lainnya. Sebelum
melakukan
perbaikan siklus
I
guru
dominan
sekali
menggunakan metode ceramah karena metode ceramah ini menjadi bagian integral dari pada pelaksanaan pembelajaran. Dengan adanya penggunaan sarana audio visual metode ceramah akan menjadi berkurang, sebab siswa terlibat langsung dan fokus terhadap sarana audio visual dalam pembelajarannya. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk siklus I dilakukan pada tanggal 12 Mei 2010 di kelas VII dengan jumlah siswa 42 orang siswa. Pada penelitian ini, peneliti berlaku sebagai guru. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) peneliti mengacu terhadap rencana pembelajaran yang sudah dipersiapkan.
58
Pada siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dipersiapkan dan direncanakan dipusatkan pada penerapan pembelajaran melalui pengguanaan sarana audio visual. Sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar bahasa Arab pada siswa. Maka pusat penelitian ini ialah suatu hal yang berhubungan dengan pembelajaran menggunakan sarana audio visual serta dampak (impact) terhadap hasil pembelajaran. Selama kegiatan belajar mengajar (PBM) dalam keadaan baik (in a fine condition) siswa
tampak
memperhatikan
dengan
khidmat
dan
antusias
(enthusiastically) terhadap materi yang disampaikan oleh guru tentang qiră’ah, penjelasan mufradăt, terjemah, tarkĭb, dan cara mengidentifikasi kedudukan khabar muqaddam dan mubtadăk muakhkhar dengan tepat. Dengan pembelajaran melalui penggunaan sarana audio visual sangat menarik perhatian siswa sehingga selama dalam proses pembelajaran siswa kelihatan khidmat, fokus terhadap materi, dan merasa senang dan terinspirasi. Guru kelas melakukan observasi selama kegiatan proses belajar mengajar (PBM) berlangsung. Guru memeberi tugas kepada siswa berupa tes formatif I, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar (PBM) selesai dilaksanakan. Hasil dari siklus pertama yang telah dilakukan adalah:
59
Tabel .I Nilai Siklus
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa Adrian Putra C. Anis Muthohar Anisa Nurin N. Anwar Fuadi Ahm. Apriyanto Apri P. Bayu Hidayatullah Dwi Agus Prasetyo Iin Azizah Iin Indar W. Khairur Rosidi Khakam Musafak Khasan Muktafi Khoirul Anas Khoirul Anisah Kholifatul K. Lutfi Yunita M. Afifudin M. Ichsan Makhasin Misbachul Huda Nailul Author Nasruroh Neny Fatimah Nila Khoirinisa Nur Chasanah Nur Wahyudi Putri Suryani Qurrotul Aini Rahayu Widodo Rawi Purwanto
Nialai 50 60 70 60 60 60 40 80 70 80 40 70 50 50 80 70 80 40 80 60 60 70 70 70 80 60 80 60 60 70
Keterangan BT BT BT BT BT BT BT T BT T BT BT BT BT T BT T BT T BT BT BT BT BT T BT T BT BT BT
60
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Resta Indrianty Riska Fidianita Saidatur Roziqoh Santi Fitriyani Septiyantoro Shofkhan Kunain Siti Arofah Siti Nur Khayatun Slamet Sunaeri Usman Yunia Adiyanti Yunita Jumlah Rata-rata Ketuntasan Klasikal
60 80 80 80 80 80 60 80 40 40 80 80 2770 65,95
BT T T T T T BT T BT BT T T
35,71 %
Tabel .2 HASIL EVALUASI SIKLUS I
No 1 2 3 4 5 6
Rentang Nilai 40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 Jumlah
Dalam Tabel I
Jumlah Siswa 5 3 11 8 15 42
bisa dilihat bahwa nilai paling rendah yang di
peroleh siswa adalah nilai 40 sedangkan nilai yang paling tinggi adalah 80. Kemudian data nilai melalui perolehan nilai siswa tersedia 6 rentang nilai, dengan penerimaan (asumsi) rentang nilai 40-46 sejumlah 5 siswa,
61
rentang nilai 47-53 sejumlah 3 siswa, rentang nilai 54-60 sejumlah 11 siswa, rentang nilai 61-67 tidak ada, rentang nilai 68-74 sejumlah 8 siswa, 75-81 sejumlah 15 siswa. Berdasarkan perolehan nilai dari evaluasi sebelum perbaikan bisa dijelaskan melalui diagram berikut ini : 25 20 15 10 5 0 40-46 47-53 54-60 61-67
68-74 75-81
Rentang Nilai
Gambar. I Grafik Nilai Siklus I
c. Observasi Siklus I Guru melakukan observasi terhadap siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keaktifan, keberanian dan inisiatif siswa dalam proses belajar mengajar (PBM), penilaian observasi ini guru menggunakan nilai huruf. Adapun hasil observasi dari siklus pertama yang telah dilakukan adalah:
62
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Aspek Yang Dinilai Keaktifan Keberanian Inisiatif Adrian Putra C. C B B Anis Muthohar B B B Anisa Nurin N. B C B Anwar Fuadi Ahm. C B B Apriyanto Apri P. C B B Bayu Hidayatullah B B C Dwi Agus Prasetyo C C B Iin Azizah B C B Iin Indar W. B C C Khairur Rosidi B B B Khakam Musafak C B C Khasan Muktafi B C B Khoirul Anas C B B Khoirul Anisah B C B Kholifatul K. C B B Lutfi Yunita B C B M. Afifudin B B B M. Ichsan C B B Makhasin B B B Misbachul Huda B B C Nailul Author B C B Nasruroh B C B Neny Fatimah B C B Nila Khoirinisa C B B Nur Chasanah B B B Nur Wahyudi C B B Putri Suryani B C B Qurrotul Aini B B C Rahayu Widodo B B C Rawi Purwanto B B C Resta Indrianty C C B Riska Fidianita B B B Saidatur Roziqoh B C B Santi Fitriyani B B B Septiyantoro B B C Shofkhan Kunain B C B Nama Siswa
Ket
63
37 38 39 40 41 42
Siti Arofah Siti Nur Khayatun Slamet Sunaeri Usman Yunia Adiyanti Yunita
B B C B B B
C C B C B B
B B C B C C
Keterangan : A : Baik Sekali B : Baik C : Cukup
Observasi pada siklus I adalah bisa dilihat bahwa nilai paling rendah yang di peroleh siswa adalah nilai C sedangkan nilai yang paling tinggi adalah B. d. Refleksi Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (PBM) didapatkan informasi dari hasil pengamatan pembelajaran sebagai berikut : 1. Materi yang disampaikan melalui sarana audio visual agak sulit sehingga siswa masih kurang memahami materi tersebut. 2. Siswa kesulitan memahami terjemahan bahasa Arab. 3. Siswa kesulitan cara menentukan syakal pada setiap huruf Arab 4. Siswa kesulitan mengidentifikasi fi’il dan isim. 5. Siswa kesulitan mengidentifikasi dan membedakan kedudukan khabar muqaddam, mubtadak muakhkhar dan na’at.
64
6. Sebagian siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas, terutama menggabungkan kalimat yang belum sempurna menjadi kalimat sempurna. e. Perbaikan Pada kegiaan pembelajaran siklus I terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya. 1. Guru harus lebih profesional dalam memilih materi melalui sarana audio visual. 2. Guru harus lebih jelas di dalam menyampaikan tujuan pembelajaran serta motivasi kepada siswa, agar siswa bisa terlibat secara aktif pada setiap kegiatan pembelajaran. 2.
Siklus II a. Tahap Perencanaan Dalam tahap ini peneliti menyiapkan perangkat perencanaan pelaksanaan pembelajaran 2, lembar observasi, soal evaluasi berupa tes formatif dan alat media pembelajaran berupa audio visual dan alat pembelajaran lain yang relevan, seperti Film Strip dan Slide Show. b. Kegiatan dan tahap pelaksanaan Siklus II dilaksanakan dengan mengacu siklus I dimana siswa masih ada yang mengalami kesulitan dalam memahami materi bahasa Arab yang diberikan, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus II dilakukan pada tanggal 19 Mei 2010 di kelas VII A dengan jumlah siswa 42 siswa. Proses belajar mengajar (PBM) mengacu terhadap rencana pelaksanaan
65
pembelajaran dengan menyesuaikan revisi siklus I, sehingga kekurangkekurangan pada pelaksanaan siklus I tidak akan terulang lagi. Kemudian observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM). Selanjutnya siswa dikasih evaluasi berupa tes formatif II dengan tujuan untuk melihat dan mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa pada proses belajar mengajar (PBM) yang sudah dilakukan. Data hasil penilaian siklus II adalah sebagai berikut: Tabel .3 Nilai Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Adrian Putra C. Anis Muthohar Anisa Nurin N. Anwar Fuadi Ahm. Apriyanto Apri P. Bayu Hidayatullah Dwi Agus Prasetyo Iin Azizah Iin Indar W. Khairur Rosidi Khakam Musafak Khasan Muktafi Khoirul Anas Khoirul Anisah Kholifatul K. Lutfi Yunita M. Afifudin M. Ichsan Makhasin Misbachul Huda
Nialai 80 80 90 80 80 80 70 90 80 80 60 80 70 80 90 80 90 60 80 70
Keterangan T T T T T T BT T T T BT T BT T T T T BT T BT
66
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Misbachul Huda Nailul Author Nasruroh Neny Fatimah Nila Khoirinisa Nur Chasanah Nur Wahyudi Putri Suryani Qurrotul Aini Rahayu Widodo Rawi Purwanto Resta Indrianty Riska Fidianita Saidatur Roziqoh Santi Fitriyani Septiyantoro Shofkhan Kunain Siti Arofah Siti Nur Khayatun Slamet Sunaeri Usman Yunia Adiyanti Yunita Jumlah Rata-rata Ketentuan Klasikal
70 80 80 70 70 90 70 80 70 70 70 70 100 80 100 80 80 70 90 70 80 90 90 3320 79,94
BT T T BT BT T BT T BT BT BT BT T T T T T BT T BT T T T
66,66 %
67
Tabel .4 Hasil Evaluasi Siklus II
No Rentang Penilaian 59-64 1 65-70 2 71-76 3 77-82 4 83-88 5 89-94 6 95-100 7 Jumlah
Jumlah Siswa 2 12 18 8 2 42
Nilai terendah yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus II ini adalah 50 dan yang tertinggi adalah 100. Uraian data nilai yang diperoleh melalui perbaikan pembelajaran siklus II terdapat 7 kelas interval, yaitu : 1. Kelas interval pertama 59-64, siswa yang mendapat nilai pada rentang ini sebanyak 2 orang siswa. 2. Kelas interval pertama 65-70, siswa yang mendapat nilai pada rentang ini sebanyak 12 orang siswa. 3. Kelas interval pertama 71-76, siswa yang mendapat nilai pada rentang ini tidak ada. 4. Kelas interval pertama 77-82, siswa yang mendapat nilai pada rentang ini sebanyak 18 orang siswa. 5. Kelas interval pertama 83-88, siswa yang mendapat nilai pada rentang ini tidak ada.
68
6. Kelas interval pertama 89-94, siswa yang mendapat nilai pada rentang ini sebanyak 8 orang siswa. 7. Kelas interval pertama 95-100, siswa yang mendapat nilai pada rentang ini sebanyak 2 orang siswa.
Tabel 3 dan 4 dapat digambarkan melalui diagram berikut : 25 20 15 10 5 0 59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100 Rentang Nilai
Grafik Nilai Siswa Setelah Melakukan Perbaikan Siklus II
c. Observasi Siklus II Adapun hasil observasi dari siklus II yang telah dilakukan adalah:
69
Aspek Yang Dinilai Ke aktifan Ke beranian Inisiatif 1 Adrian Putra C. C B B 2 Anis Muthohar B B B 3 Anisa Nurin N. B C B 4 Anwar Fuadi Ahm. C B B 5 Apriyanto Apri P. C B B 6 Bayu Hidayatullah B B C 7 Dwi Agus Prasetyo C C B 8 Iin Azizah B C B 9 Iin Indar W. B C C 10 Khairur Rosidi B B B 11 Khakam Musafak C B C 12 Khasan Muktafi B C B 13 Khoirul Anas C B B 14 Khoirul Anisah B C B 15 Kholifatul K. C B B 16 Lutfi Yunita B C B 17 M. Afifudin B B B 18 M. Ichsan C B B 19 Makhasin B B B 20 Misbachul Huda B B C 21 Nailul Author B C B 22 Nasruroh B C B 23 Neny Fatimah B C B 24 Nila Khoirinisa C B B 25 Nur Chasanah B B B 26 Nur Wahyudi C B B 27 Putri Suryani B C B 28 Qurrotul Aini B B C 29 Rahayu Widodo B B C 30 Rawi Purwanto B B C 31 Resta Indrianty C C B 32 Riska Fidianita B B B 33 Saidatur Roziqoh B C B 34 Santi Fitriyani B B B 35 Septiyantoro B B C 36 Shofkhan Kunain B C B 37 Siti Arofah B C B 38 Siti Nur Khayatun B C B 39 Slamet Sunaeri C B C 40 Usman B C B 41 Yunia Adiyanti B B C 42 Yunita B B C
No
Nama Siswa
Ke t
70
Keterangan : A : Baik Sekali B : Baik C : Cukup
Hasil observasi pada siklus II bisa dilihat bahwa nilai paling rendah yang di peroleh siswa adalah nilai C sedangkan nilai yang paling tinggi adalah B, dalam observasi ini ternyata mengalami perubahan yang semula nilainya C meningkat menjadi B begitu pula sebaliknya.
d. Refleksi Pada pelaksanaan proses belajar mengajr (PBM) siklus II dapat diketahui hasil pengamatan sebagai berikut ; 1. Siswa banyak yang sudah dapat memusatkan pada materi pembelajaran yang di sampaikan oleh guru melalui sarana audio visual. 2. Siswa bisa mengidentifikasi fi’il, isim, dan kedudukan khabar muqaddam, mubtadăk muakhkhar serta na’at. 3. Siswa masih tetap saja kesulitan membaca tulisan yang tidak menggunakan harakat. 4. Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menggabungkan kata yang diacak menjadi kalimat sempurna.
71
e. Revisi Proses belajar mengajar pada siklus ini masih ditemui beberapa kekurangan. Perlu ada perbaikan seperlunya dalam siklus II ini, adapun perubahan sebagai berikut : 1. Guru
harus
lebih
mampu
dan
tangkas
(competent)
ketika
mengoperasikan audio visual-nya. 2. Guru harus tepat sasaran ketika menampilkan materi melalui sarana audio visual agar tidak menimbulkan mis communication terhadap siswa agar tidak menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. 3. Guru harus lebih sabar didalam memotivasi dan membimbing siswa di dalam mengidentifikasi fi’il, isim, mufradăt, terjemahan dan tarkĭbnya (meliputi khabar muqaddam, mubtadăk muakhkhar dan na’at). 4. Guru harus banyak memberikan tamrinat yaitu dengan memberikan soal kepada siswa pada setiap kegiatan pembelajaran.
3.
Siklus III a. Tahap Perencanaan Dalam hal ini peneliti menyediakan perangkat pembelajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 3, lembar observasi, sarana audio visual dan alat-alat pengajaran lainnya yang relevan dan mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini. b. Tahap Kegiatan dan Pengamatan
72
Proses dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (PBM) pada siklus III ini dilakukan pada tanggal 26 Mei 2010 diikuti sejumlah siswa 42 orang siswa. Pada kegiatan ini peneliti berperan aktif sebagai guru, dan kegiatan proses belajar mengajar (PBM) ini dilakukan mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta mengikuti perubahan (revisi) pada siklus II supaya kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus II tidak terjadi dan tidak terulang kembali pada siklus berikutnya. Adapun observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajr dan dilakukan oleh guru mata pelajaran (mapel). Pada akhir kegiatan proses belajr mengajar (PBM) siswa diberi evaluasi berupa tes formatif III unutuk mengukur dan mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar (PBM) yang sudah dilakukan. Hasil belajar mengajar pada siklus ini adalah sebagai berikut :
Tabel. 5 Nilai Siklus III
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Anwar Fuadi Ahm. Apriyanto Apri P. Bayu Hidayatullah Dwi Agus Prasetyo Iin Azizah Iin Indar W. Khairur Rosidi Khakam Musafak Khasan Muktafi Khoirul Anas Khoirul Anisah
90 80 80 70 90 80 90 70 80 70 90
T T T BT T T T BT T BT T
73
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Kholifatul K. Lutfi Yunita M. Afifudin M. Ichsan Makhasin Misbachul Huda Nailul Author Nasruroh Neny Fatimah Nila Khoirinisa Nur Chasanah Nur Wahyudi Putri Suryani Qurrotul Aini Rahayu Widodo Rawi Purwanto Resta Indrianty Riska Fidianita Saidatur Roziqoh Santi Fitriyani Septiyantoro Shofkhan Kunain Siti Arofah Siti Nur Khayatun Slamet Sunaeri Usman Yunia Adiyanti Yunita Jumlah Rata-rata Ketentuan Klasikal
90 80 80 70 90 80 80 80 80 80 100 80 90 80 80 90 90 100 100 100 90 80 80 100 80 80 90 100 3560 84,76
T T T BT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
88,09 %
74
Tabel. 6 Hasil Evaluasi Siklus III
No 1 2 3 4 5 6
Rentang Penilaian 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100 Jumlah
Jumlah Siswa 5 18 13 6 42
Perbaikan pada proses pembelajaran siklus III nilai terendah yang diperoleh adalah 70 dan nilai tertinggi adalah 100. Kemudian data nilai yang diperoleh dari pembelajaran siklus III terdapat 6 kelas interval nilai, yaitu : 1. Kelas interfal pertama 65-70, yang memperoleh nilai pada rentang ini 5 orang siswa. 2. Kelas interfal pertama71-76, tidak ada. 3. Kelas interfal pertama 77-82, yang memperoleh nilai pada rentang ini 18 orang siswa. 4. Kelas interfal pertama 83-88, tidak ada. 5. Kelas interfal pertama 89-94, yang memperoleh nilai pada rentang ini 13 orang siswa. 6. Kelas interfal pertama 95-100, yang memperoleh nilai pada rentang ini 6 orang siswa.
75
25 20 15 10 5 0 65-70
71-76
77-82
83-88
89-94
95-100
Rentang Nilai Grafik Nilai Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus III c. Observasi Siklus III Adapun hasil observasi dari siklus II yang telah dilakukan adalah:
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Dwi Agus Prasetyo Iin Azizah Iin Indar W. Khairur Rosidi Khakam Musafak Khasan Muktafi Khoirul Anas Khoirul Anisah Kholifatul K. Lutfi Yunita M. Afifudin M. Ichsan Makhasin Misbachul Huda Nailul Author Nasruroh Neny Fatimah Nila Khoirinisa Nur Chasanah Nur Wahyudi
C B B B C B C B B B B C B B B B B C B C
C B C B B C B B B C B B B B C C B B B B
B B C B C B B B B B B B B C B B B B B B
76
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Putri Suryani Qurrotul Aini Rahayu Widodo Rawi Purwanto Resta Indrianty Riska Fidianita Saidatur Roziqoh Santi Fitriyani Septiyantoro Shofkhan Kunain Siti Arofah Siti Nur Khayatun Slamet Sunaeri Usman Yunia Adiyanti Yunita
B B B B B A A A B B B B C B B B
C B B B C B B B B C C B B C B B
B C C C B B B B C B B B C B C B
Keterangan : A : Baik Sekali B : Baik C : Cukup
Hasil observasi pada siklus III bisa dilihat pula bahwa nilai paling rendah yang di peroleh siswa adalah nilai C sedangkan nilai yang paling tinggi adalah A, dalam observasi ini mengalami perubahan yang semula nilainya C meningkat menjadi B, dan nilai B meningkat menjadi A.
B.
Pembahasan 1. Siklus I
77
Dalam perbaikan (correction of performance) pada pembelajaran siklus I adalah aplikasi pembelajaran bahasa Arab melalui penggunaan sarana audio visual. Penggunaan sarana ini merupakan cara dimana siswa dituntut mampu memahami bahasa Arab, sehingga penguasaan guru dalam proses pembelajaran akan berkurang dan siswa akan terlibat langsung secara aktif dalam proses belajar mengajar (PBM). Pada kegiatan pembelajaran inti, seluruh siswa melalui bimbingan guru mengidentifikasi fi’il, isim, terjemah, tata bahasa dan tarkĭb yang meliputi khabar muqaddam, mubtadăk muakhkhar dan na’at. Kemudian pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberi evaluasi kepada siswa untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar mencapai 35,71 % dengan nilai rata-rata 65,95.
2. Siklus II Hasil (output) pada evaluasi siklus I ketuntasan belajar belum tercapai dengan baik, disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurang maksimalnya penggunaan audio visual, peran siswa dalam pembelajaran kurang baik, kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang di pelajari. Pada siklus II siswa yang tuntas belajar mencapai 66,66 % dengan nilai rata-rata 79,04. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa yang selalu aktif dan komunikatif akan lebih paham dan mengerti dengan materi yang disampaikan dari pada siswa yang hanya sekedar melihat materi yang
78
ditampilan melalui audio visual-nya saja. Keterlibatan dan keikutsertaan dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah merupakan bagian dari faktor keberhasilan belajar siswa. Oleh sebab itu guru harus berupaya lebih aktif dan komunikatif agar siswa bisa menemukan draft, ide, dan konsep yang sesuai dengan apa yang ia pelajari. Dengan hasil pemeriksaan yang diteliti (analysis) di atas, guru sangat perlu mengadakan perbaikan dalam kegiatan proses pembelajaran berikutnya. Guru juga harus banyak memberi dorongan yang sekiranya bisa meningkatkan minat belajar siswa sehingga ia memiliki percaya diri yang lebih dalam proses pembelajaran. Guru harus melakukan interaksi dan pendekatan kepada siswa secara obyektif dengan baik agar guru bisa mengetahui kekurangan-kekurangan dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Kemudian guru harus selalu berusaha membuat suasana yang kondusif
selama
pembelajaran
sehingga
pembelajaran
menjadi
menyenangkan bagi siswa.
3. Siklus III Pada perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II peran guru mengalami peningkatan, baik meningkat dalam pembelajaran maupun dalam ketuntasan belajar, akan tetapi hasil (output) belajar siswa belum maksimum. Dalam pelaksanaan siklus III penelitian perbaikan dipusatkan pada penggunaan sarana audio visual secara maksimal, selama proses kegiatan
79
belajar siklus III siswa tampak lebih aktif. Hasil (output) ketuntasan belajar siswa mencapai 88,09 % walaupun belum bisa mencapai 100 %, hasil ini bisa dikatakan tuntas karena sudah memenuhi standar ketuntasan belajar.
80
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melalui pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa : 1.Penggunaan sarana audio visual yang dilakukan oleh guru dengan cara menampilkan materi bahasa Arab yang akan dipelajari melalui sarana audio visual ternyata sangat efektif menarik minat siswa. 2.
Penggunakan sarana
audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar
bahasa Arab siswa Kelas VII MTs Ma’arif 3
Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang Tahun 2010. Ada peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan
sarana audio visual ini, yakni ketuntasan klasikal
siswa pada siklus I 35,71 %, siklus II meningkat menjadi 66,66 % dan pada siklus III mencapai hingga 88,,09 %.
B.
Saran - saran Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru maupun sekolah dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa antara lain yaitu : 1.
G uru harus mampu mencari inovasi baru dalam pembelajaran baik pada
81
metode, pendekatan, sistem, teknis, strategi dan media pembelajaran, agar siswa bisa meningkatkan pretasi dan minat belajarnya secara efektif. 2.
Se kolah harus berusaha dan berupaya memberikan fasilitas pembelajaran yang terbaik dan memadahi kepada guru sesuai dengan kebutuhan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Maman, dkk. (2010). Pengembangan Materi Ajar Bahasa Arab Terpadu Untuk Meningkatkan Penguasaan Kemahiran Berbahasa Arab Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum, “Makalah dalam penelitian”, lembaga penyelenggara, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetensi, Nomor : 269/SP2H/PP/DP2M/V/2009, UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, 30 Maret. Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, Bandung : Yrama Widya. Arikunto, Suharsini, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. (1997). Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Asnawir, dkk. (2002). Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Pers. Dalyono. M. (1997). Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta. Depag RI. (1989). Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang : Toha Putra. ________. (1982). Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Depag RI. Depdiknas. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. ________. (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Depdiknas RI. Dimyati, dkk.(2002). Belajar dan Pembelajarnnya, Jakarta : Rineka Cipta. Djamaroh, Saiful Bahri, dkk. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Fahrudin. H. (2006). Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, Yogyakarta : Pustaka Utama. Fajri, Zul. ( 2005 ). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publiser. Hadi, Sutrisna. (1981). Metodologi Research, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Hamalik, Omar. (1983). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Cipta.
83
_____________. (2006). Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Aksara. Mulyati. (2005). Pesikologi Pendidikan, Yogyakarta : Andi. Munawti. (2009). Peningkatan Kemampuan Membaca al-Qur’an Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Pada Siswa SD Negeri 2 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2009. Sekripsi Tidak Diterbitkan. Salatiga : Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Pasaribu, I.L, dkk. (1983). Proses Belajar Mengajar, Bandung : Tarsito. Poerwodarminto. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Slameto. (1987). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta. Sujana, Nana. (2001). Pesikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta. Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa. Direktorat Bimbingan Masysarakat Islam. (1974). Pedoman Pengajaran Bahasa Arab, Jakarta : Depag RI. Tim Penyusun Buku Pedoman Bahasa Direktorat Jendral Bimbingann Masyarakat Islam. (1976). Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada PTAI/IAIN, Jakarta : Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama Departemen Agama RI.