KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dibentuk untuk menangani persoalan penculikan beberapa aktivis yang diduga berhubungan dengan kegiatan politik yang mereka lakukan. Dalam perjalanannya KontraS tidak hanya menangani masalah penculikan dan penghilangan orang secara paksa tapi juga diminta oleh masyarakat korban untuk menangani berbagai bentuk kekerasan yang terjadi baik secara vertikal di Aceh dan Papua maupun secara horizontal seperti di Maluku, Sambas, Sampit dan Poso. Selanjutnya, ia berkembang menjadi organisasi yang independen dan banyak berpartisipasi dalam membongkar praktik kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai akibat dari penyalahgunaan kekuasaan. KontraS diprakasai oleh beberapa LSM dan satu organisasi mahasiswa, yakni: AJI, CPSM, ELSAM, KIPP, LPHAM, PIP HAM, YLBHI dan PMII. Badan Pekerja: Koordinator: Usman Hamid Anggota BP: Edwin, Sri, Ndrie, Nining, Abu, Victor, Haris, Harits, Papang Bonang, Adit, Helmi, Islah, Sinung, Nur’ain, Nia, Dini, Togi, Maya, Guan Lee, Agus, Rohman, Heri, Federasi: Mouvty, Ori Gianmoko, Bustami, Iqbal (Aceh), Oslan (Sumatera Utara), Pieter (Papua). Badan Pekerja dibantu oleh relawan-relawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Redaksi Berita KontraS menerima kritik, saran dan tulisan untuk isi Berita KontraS.
Salam Dari Borobudur 14 Bulan September 2004 adalah bulan kelabu bagi Keluarga Besar Munir, KontraS, para aktivis HAM (Hak Asasi Manusia), seluruh korban dan keluarga korban pelanggaran HAM, rekan-rekan Munir, bahkan sebagian rakyat Indonesia. Pejuang HAM ini dipanggil ke hadapan Ilahi pada 7 September 2004, dalam perjalanannya ke Belanda. Rencananya Beliau akan menimba ilmu selama satu atau dua tahun di negeri tersebut. Namun takdir tak dapat ditolak, Beliau pergi untuk selamanya. Kepulangan Beliau ke pangkuanNya merupakan kehilangan yang mendalam bagi kami yang selama ini telah mengenal Beliau secara langsung ataupun tidak langsung. Kesedihan dan isak tangis tidak dapat kami pisahkan ketika mendengar kabar ini. Kami tidak menyangka Munir akan pulang ke Rahmatullah dengan cepat, mendadak dan tak dapat diduga sebelumnya. Munir yang akrab disebut Cak Munir adalah pendiri, Ketua Dewan Pengurus dan mantan Koordinator KontraS. Perjuangannya dalam membela korban pelanggaran HAM telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari KontraS. Konsistensi dan kegigihannnya merupakan jiwa dan semangat yang “menular” pada para anak muda di KontraS hingga saat ini. Maka, walaupun kami menangis, sedih, kehilangan dan terluka, tapi kami yakin ini semua tidak akan mematahkan semangat juang kami yang ditinggalkan. Perjuangannya akan selalu menyala dan menginspirasi setiap langkah KontraS ke depan. Kesedihan akan kehilangan Munir semakin bertambah ketika dua hari berikutnya, ledakan bom di depan Kedutaan Australia terjadi. Ledakan yang menewaskan sembilan orang tersebut, merupakan duka yang tidak bisa terpisahkan dari kepergian Munir. Munir selalu meneriakkan “kita lelah dengan kekerasan”, namun hingga saat ini kekerasan-kekerasan tersebut masih terus terjadi. Terjadi tidak hanya di Jakarta, tapi terjadi di seluruh nusantara dimana berbagai peristiwa kekerasan di Aceh, Papua, Poso, dan Mamasa merupakan wajah dari ketidakmampuan Negara untuk melindungi masyarakatnya dari segala ketakutan dan tidak aman. Upaya untuk menghentikan kekerasan adalah bagian dari komitmen KontraS dalam memperjuangkan penegakan HAM dan demokrasi di Indonesia, walaupun tidak semudah membalikkan tangan. Selamat Jalan Cak Munir. Kami tidak akan berhenti. Kami akan teruskan perjuanganmu.
Redaksi Berita KntraS Diterbitkan oleh: KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). Penanggung Jawab: Usman Hamid, Pemimpin Redaksi: Nining Nurhaya, Redaktur Pelaksana: Hanny Sukmawati, Sidang Redaksi: Cahyadi Satriya, Haris Azhar, Indria Fernida, Edwin Partogi dan Moufty Makaarim. Alamat Redaksi: Jl. Borobudur No.14 Menteng Jakarta Pusat 10320, Indonesia. Telp: 62-21-3926983, 62-21-3928564 Fax: 62-21-3926821 Email:
[email protected], website : www.kontras.org KontraS sebuah lembaga Advokasi, yang berdiri bersama para korban untuk membela hak asasi manusia dan menentang segala bentuk kekerasan, menerima segala jenis bantuan yang bersifat tidak mengikat dan memiliki konsekuensi dalam bentuk apapun yang akan menghambat, mengganggu dan berakibat pada berubahnya substansi dan atau pelaksanaan visi dan misi organisasi. Bantuan dapat dikirimkan ke rekening atas nama KontraS di BII Cab. Proklamasi No. Rek. 2-072-267196. Atau dapat dikirim langsung ke alamat redaksi. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Nining di 3926983 atau
[email protected].
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
2
Berita Utama
doc.Kontras
SEUNTAI KISAH PERJALANAN HIDUP SANG AKTIVIS Apakahsejatinyakematianitu,jikabukan telanjangditengahanginsertamenyatu dengansinarmatahari?Danapakaharti nafasberhenti,selainmembebaskannyadari pasangdansurutombakyanggelisah sehinggabangkitmengembanglepas,tanpa rintanganmenujukeheninganillahiyang abadi? (SangNabi,KahlilGibran) 3
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
Kepergian Munir, yang oleh banyak orang Indonesia diindentikkan sebagai pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), mengejutkan banyak orang. Bahkan banyak orang terlihat dan terkabarkan mengalami kondisi shock karena secara manusiawi tidak bisa menerima keniscayaan yang muncul secara mendadak itu, yakni dalam pesawat yang mengantarnya untuk melanjutkan studi di belanda. Bahkan sebagian dari mereka yang terkejut itu berasal dari kalangan yang tidak pernah bersentuhan langsung dengan sepak terjang Munir. “Apa boleh buat” Munir dan seluruh cara hidupnya memang terlanjur identik dengan perjuangan HAM sekaligus simbol bagi banyak orang dalam perkara perjuangan HAM. Simbol bukan hanya bagi mereka yang telah didampingi dan berjuang bersama Munir, melainkan juga simbol bagi mereka yang mungkin hanya mendengar kabar dan kisah tentang berbagai perkara hidup yang dijalaninya. (Buku: Cak Munir, engkau tak pernah pergi, Willy Pramudya)
Berita Utama Munir dilahirkan di Malang, Jawa Timur, tepatnya 8 Desember 1965. Ia adalah anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan Said Thalib (almarhum) dan sang ibu Jamilah. Sejak kecil, Munir sudah menjadi sosok anak yang kritis di keluarganya. Sang kakak, Mufid, mengatakan bahwa Munir kecil selalu menuntut alasan yang logis bila keinginannya ditolak. Sejak kecil pula Munir tak mau merepotkan ibunya dalam soal uang. Karena itu, untuk menambah uang sakunya, ia rela menajdi tukang servis elektronik selepas jam kuliah. Semua itu dijalani dengan enteng karena ia sudah terbiasa mandiri. Munir mengantongi ijazah sarjana hukumnya di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, pada tahun 1990. Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, Munir telah terlibat dalam banyak organisasi, baik dalam kampus maupun diluar kampusnya. Beberapa jabatan penting semasa ia kuliah pernah didudukinya. Sebagai Sekretaris Badan Perwakilan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (1988), Sekretaris AlIrsyad Kabupaten Malang (1989), Ketua Senat Mahasiswa FH Universitas Brawijaya (1989), Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
kewilayah konflik ketika pertempuran sedang berlangsung, semata-mata karena ia ingin semua manusia diperlakukan sama dan adil, sesuai dengan martabat kemanusiaanya. Maka, sangat wajar jika banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri sempat dianugerahkan kepadanya. Diantaranya, ia dinobatkan oleh majalah Asiaweek sebagai salah satu dari 20 Pemimpin Muda Asia pada Millenium Baru (Oktober 1998). Menerima The Right Livelihood Award - pengabdian di bidang pemajuan hak asasi manusia dan kontrol sipil terhadap militer - dari Yayasan the Right Livelihood Award Jakob von Uxkull, Stockholm, Swedia (8 Desember 2000) dan dinobatkan sebagai Man of The Year 1998 versi majalah Umat. Sementara dalam kepemimpinannya Kontras meraih penghargaan Yap Thiam Hien Award pada 1999.
Ketika ia Pergi Cak Munir sedianya akan mengikuti pendidikan di Universitas Utrecht Belanda untuk memperkaya khasanah pengetahuannya dalam pembelaan HAM. Tentu saja dengan harapan, sekembalinya dari belajar nanti, ilmu itu akan lebih meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya dalam melakukan perjuangan terhadap HAM, Supremasi Sipil dan Demokrasi. Munir mulai Mahasiswa Tapi di hari Selasa tepatnya 7 September 2004 Gambaran diatas hanyalah sekelumit kisah perjalanan seorang Munir semasa mahasiswa, sedang perjuangannya berita duka itu datang. Cak telah pergi menghadap Illahi, dalam perjalanannya menuju Belanda di pesawat perjalanan karier lelaki berpostur kecil tapi bernyali harus tetap Garuda bernomor penerbangan GA 974. Cak pergi besar ini, yang akrab disapa dengan sebutan Cak diteruskan, meninggalkan isteri tercinta Suciwati dan dua buah Munir, dimulai pada tahun 1989 saat menjadi karena itulah sukarelawan LBH di Surabaya. Menjadi Ketua LBH penghormatan hatinya, yakni Alif Allende (6) dan Diva Suukyi Larasati (2) serta meninggalkan kita semua yang Surabya Pos Malang (1991), Kepala Bidang terhadap Hak mengasihi dan mencintainya. Operasional LBH Surabya (1993-1995), Anggota Asasi Manusia Munir memang tidak akan pernah kembali…tapi, LBH Malang (1991), Koordinator Divisi Perburuhan yang paling ia tetap dan terus hidup dalam kenangan kita semua. dan Divisi Hak Sipil Politik LBH Surabaya (1992Cak harapkan Kepergiannya menyisakan banyak persoalan. Dan 1993), Ketua Bidang Operasional LBH Surabaya dari kita semua perjuangannya harus tetap diteruskan, karena itulah (1993-1995), Direktur LBH Semarang (1996), penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia yang Sekretaris Bidang Operasional di YLBHI (1996), paling Cak harapkan dari kita semua. Berjuang untuk Wakil Ketua Bidang Operasi YLBHI (1997), Wakil mereka yang tertindas dan teraniaya serta tetap berjuang Ketua Pengurus YLBHI. menegakkan hak asasi manusia. Satu hal yang sering diucapkannya Hingga akhirnya mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan dan patut kiranya menjadi renungan kita bersama bahwa, “HakKorban Tindak Kekerasan (KontraS) pada tanggal 20 Maret 1998. hak Asasi Manusia dalam pengertian solidaritas manusia, telah Saat itulah namanya mulai mencuat ke permuakaan dan dikenal menciptakan suatu bahasa baru yang universal, yang melintasi masyarakat nasional maupun internasional ketika ia tak hentibatas-batas ras, gender, etnis atau religi.” hentinya mencari, melakukan pembelaan dan menuntut dikembalikannya aktivis pro demokrasi/orang-orang yang Kabar itu begitu tiba-tiba… dihilangkan secara paksa, disaat orde baru sedang kuat-kuatnya. Lalu… Disaat inilah KontraS dikenal dan identik dengan Munir. Tetapi Lara itu datang menusuk tajam nama besar dan kedudukan yang disandangnya tidak membuatnya Bagai belati sakitnya… lupa segalanya. Disaat namanya sedang melambung ini, Munir Hingga ke ulu hati. malah meletakkan jabatannya di KontraS dan mempercayakannya pada mereka/rekannya yang lebih muda. Meski ia tetap menjadi Akhirnya.. Koordinator Badan Pekerja KontraS (16 April 1998-2001), lalu Aku hanya dapat mengeluh tanpa kesedihan menjadi Ketua Dewan pengurus KontraS (2001). Dan bersama Merintih tanpa kesakitan teman lainnya Munir mendirikan dan akhirnya menjadi Direktur Tertawa tanpa kelucuan dan Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Mengais tanpa derai air tawa. bernama Imparsial, hingga akhir hayatnya. Berbagai ancaman dan teror telah diterimanya sejak awal ia Seandainya lara dapat kucegah.. melakukan perjuangan, namun hal itu tak menyurutkan langkahnya Seandainya sakit dapat kutepis.. untuk tetap mengabdikan dirinya dalam melakukan perjuangan Tapi…. terhadap Hak Asasi Manusia. Dan sepanjang karier hidupnya, Cak Nyatalah realitas yang tak dapat kuelakkan… Munir telah mengbadikan dirinya bagi perjuangan HAM di Selamat jalan Cak… Indonesia. Bukan hanya itu Munir terjun langsung dan telah masuk
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
4
Berita Utama
TUTURAN SANG ISTRI
Mengenal Munir dari Dekat Mencintai Munir seperti mencintai kehidupan itu sendiri. Saya bangga Munir yang saya kenal adalah seorang suami yang mau mengambil peran domestik (berbagi tugas, mencuci pakaian, memasak bersama, memandikan , menceboki dan menyuapi makan serta meninabobokan dan mengajari anak). Dia memberikan kebebasan ketika istrinya perlu refreshing untuk m e n i k m a t i kesendiriannya ketika jenuh dengan rutinitas. Sebagai seorang yang sangat menghargai doc.Imparsial perempuan, saya tidak dianggap ‘konco wingking’ tetapi ia menghargai saya sebagai pribadi yang mempunyai pendapat. Sehingga apabila mempunyai masalah apapun akan dibahas bersama. Bagi dia istrinya yang akan memberi pandangan dari sudut yang berbeda. Istri bukan saja dianggap sebagai motivator, tapi dia selalu menganggap saya sebagai partnernya. Dalam menulis artikel, ia selalu meminta pendapat saya dan tidak jarang saya dimintai untuk mengeditnya. Saya selalu senang untuk hadir dalam acara diskusinya, apalagi sesudah itu saya dapat mengkritiknya atau memujinya. Beberapa kali dia membicarakan pilihan-pilihan sulit yang menuai banyak kritik dari berbagai kalangan aktivis, misalnya ketika dia harus ikut menjadi iklan salah satu capres. Perlu saya pertegas hari ini, Munir memilih salah seorang capres karena
rasionalitas. Bukan karena ingin punya jabatan dan kekuasaan. Yang dia pikirkan adalah bagaiman a mengajak masyarakat agar tidak salah memilih serta tidak hanya emosi sesaat yang sering menyesatkan langkah kedepan. Bagi Munir, concern kami adalah memberikan kebenaran meski itu pahit. Dan bukan hal baru Munir dituduh macam-macam dari yang miring sampai jahat, semua itu pernah kami alami. Dan kita tidak akan mundur untuk hal-hal seperti itu. Hidup itu memilih. Mungkin sekedar diketahui bahwasanya pada awalnya saya juga tidak suka untuk mendukung capres itu. Tapi karena kita memikirkan ke depan serta ketakutan apabila kita golput, maka yang diuntungkan adalah tetap capres yang track record dosanya tinggi dan itu akan mengancam proses transisi demokrasi. Pilihan melakukan pembelaan terhadap korban memang bukan hal yang mudah. Pilihan itu kadang harus berhadapan dengan kekerasan itu sendiri. Saya akan sangat menyesal jika kerja-kerja yang sudah dilakukan Munir tidak dilanjutkan oleh para pembela HAM lainnya. Oleh karenanya sudah menjadi keharusan untuk tetap terus secara gigih memperjuangkan korban-korban kekerasan. Karena kekerasan bukanlah untuk ditakuti tetapi untuk dihadapi dan dilawan.*
* Dikutip dari acara “Peluncuran Kampanye 16 hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan”, Komnas Perempuan 25 November 2004.
5
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
Berita Utama MASYARAKAT
INDONESIA
UNTUK
doc.Kontras
DARI
SMS ini berasal dari responden acara bedah Editorial Metro TV, edisi Rabu, 08 September 2004 “Selamat Jalan Munir”. (Hanya sebagian kecil SMS yang kami tampilkan kembali, serta tidak termasuk sms kepada kawan-kawan Kontras)
628157904xxx Semoga lahir lagi 100 Munir atau lebih byk pejuang HAM di RI 628159026xxx Innalillahi wa innailaihi roji’un. Slmat jalan Munir. Engkaulah sedikit mutiara yang ada dinegeri ini. 628161868xxx U n t u k Munir paling pantas Pahlawan Reformasi sekaligus memotivasi lahirnya Munir-Munir baru 628159257xxx Seluruh Mahasiswa Indonesia berduka, kibarkan bendera ½ tiang, maju trus reformasi 628156569xxx Men inggalnya Munir lambang hancurnya hukum & bgs ini 6281535234xxx keluarga besar sarjana hukum turut berduka cita atas meninggalnya
pendekar hukum, Munir SH. 628153586xxx Selamat jalan Ca kMun ir, semoga diterima disisiNya. Bagi aktivis lainnya jangan gentar, teruskan perjuanganmu. Akan lahir Munir-Munir lainnya 628163116xxx S l m t jalan pahlawan, jasamu kan slalu jadi pembakar semangat kami generasi bangsa ini, semoga engkau bahagia disisiNya, damailah jiwamu sahabatku...! 6281346506xxx Be l u m ada tokoh seperti Munir yang dgn gigih berjuang demi hak orang lain. Slmt jalan pahlawan HAM. Turut berdukacita 6281346230xxx M u n i r manusia baja HaM
Indonesia, adakah Munir2 lain? 6281586428xxx O r a n g yg berjuang demi kebenaran di ng ini slalu terancam 6281317011xxx Perjuangan dan kebaikan seseorang terkadang baru terasa ketika dia dipanggil Sang Kuasa 6281555679xxx Kenapa hrs Munir? Bukannya Akbar Tanjung! Slmt Jln Munir 6281513223xxx Bangsa Indonesia telah kehilangan kembali seorang pejuang setelah Lopa meninggalkan kt. Mudah2an diterima & tenang disisi-Nya & muncul Munir2 yg baru. Amien. 628127837xxx S a y a turut berduka cita atas meninggalnya mas munir. Semoga arwah beliau diterima disisi Allah SWT. Sebaiknya jenazah munir diotopsi karena kematian Munir tdk wajar. 6281584221xxx C a k Munir telah membuat korban jd berani melawan ketidak-adilan, kami
b e rit a
MUNIR
sangat kehilanganmu. Kel. korban Aceh. 62811710xxx M a s Munir anda telah mengangkat HAM yang tlah diinjk-injak penguasa slama puluhan thn, slamat jalan mas. 6281342564xxx Slmt jln saudaraku. Engkau mutiara ditengah badai. 628125743xxx K a m i berduka atas kepergiaanmu...siapa lagi sebagai motor & corong HAM. 628164577xxx Baharudin Lopa mati diluar negeri.Munir mati di luar negeri. Ada apa ini? Disantet koruptor kah? Atau diracuni di pesawat? 628155773xxx I n a l i l l a h i wainalillahirojhi’un...! Slamat Jalan bang. Kami akan melanjutkan perjuanganmu. 6281315247xxx Smoga Alloh melimpahkan rahmatnya kpd Ruh abang Munir. Ketua-KOMPI BADR-Jakarta 628152057xxx M u n i r pejuang muda yang ikhlas, inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Perjuanganmu tdk sia-sia, disisiNya insya Allah en gkau lebih dimuliakan. 6281328748xxx Slamat jalan Munir menuju surga. Para koruptor segera menunggumu di pintu neraka. 6281523632xxx T u r u t berduka sedalam2nya. Tuhan, knp org2 terbaik diambil lebih dulu? 628127807xxx K i t a kehilangan salah satu dari sedikit orang besar yg ada dinegara kita saat ini. Kita sepatutnya berduka sangat dalam.
Kontra s No.05/IX-X/2004
6
Berita Utama 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76.
doc.Kontras
77. 78. 79. 80. 81. 82.
Karangan Bunga untuk Munir
83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
7
Megawati Soekarnoputri Susilo Bambang Yudhoyono Kontras Lemba ga Stu di Pers dan Pembangunan (LSPP) Rizal Malarangeng (Freedom Institute) Ir. Samuel Koto (DPR RI) Komnas HAM Lembaga Studi dan Advokasi HAM Sulawesi Tengah PAHAM Indonesia Koalisi Perempuan Indonesia DPP Barisan Muda PAN Keluarga Besar FKR Center for International Forestry Research (CIFOR) Kel. Besar T he Ridep Institute Kel. Besar YLBHI Voice of Human Rights Seluruh Jajaran RCTI Soegeng Sarjadi Syndicated Seknas KOPBUMI DPP PDIP ELSAM H. Matori Abdul Jalil PSHK (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan) LeIP LBH Jakarta Serikat Pengacara Indonesia Bamus Betawi Kel. Lapera Indonesia PT. Garuda Indonesia Amir Syamsuddin, SH.MH Dr. Hermawan Sulistyo Ir. Akbar Tanjung Yys. Pemantau Hak Anak
b e rit a
34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64.
Kel. Besar. DPP KNPI Desmond J Mahesa Korban Penculikan ‘98 Hasdan Nover Zandi Majalah Pilars Harian Jakarta Surya Paloh Metro TV Media Indonesia Ketua Mahkamah Konstitusi Asisten Hakim Konstitusi TV 7 Kel. Besar DPW PK Sejahtera DKI Jakarta Kel. Besar Yappika DR. H. Hamzah HAZ Keduataan Besar Jerman Jakarta RACA Institute Petani Mandiri PT. Newmont Pacific Nusantara Dirjen Pajak (Hadi Poernomo & Kel) Menteri Keuangan (Boediono) Yayasan Bina Swadaya Andrew Steer & Kel. Besar Bank Dunia Sekolah Darurat Kartini (Rossy & Rian) Muchtar Pakpahan dan Keluarga PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Institute for Policy Studies Metro TV Sandyawa n, SJ (Sanggar Ciliwung) Ir. Iskandar Hoesin (Kalitbang Depkeh & HAM RI) Tim Anti Korupsi PP Muhammadiyah
Kontra s No.05/IX-X/2004
91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103.
104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118.
Perhimpunan INTI Goeroeh Soekarno Putra Indosiar Visual Mandiri Hartono Tanuwidjaya, SH (Prof. DR Jur Andi Hamzah & Partner) Tjahyo Kumolo Fraksi PDIP DPR RI Direktur & Staf ANTV Walhi Ide Indonesia (Wiranto, dkk) IMAPALA Unibraw IPS (Institute For Policy Studies) APHI (Asosiasi Pena sehat Hukum dan HAM Indonesia) Edy Wijaya & Kel Pimpinan & Anggota Komisi II DPR RI Anggota Komisi I DPR RI DPP APJATI TK, SD, SMP, SMA Tunas Jaka Sampurna School P3 M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) DPP Partai Kebangkitan Bangsa Su barkah, Madu rani, Wirjohoetomo Law Firm Yayasan Bitra Medan Indonesia Parlement Watch Pemerintah Daerah Kota Bekasi H.M. Taufik Kiemas Bp. M. Firmansyah (Anggota DPRD Jakarta) Ik ata n Jurnalis Televisi Indonesia Bapak Ali Sadikin La w Firm Adna n Buyu ng Nasution I. Ismartono/Benny PR (Komisi Hak KWI) Kardinal J. Darmaatmadja, SJ (Uskup Agung Jakarta) Prof. Hembing Adnan Buyung Nasution dan Keluarga LBH Konsumen P3 I (Perhimpu nan Pembela Publik Indonesia) Serikat Pengacara Rakyat LBH Pers South East Asia Press Association (SEAPA) Institute Titian Perdamaian H. Feisa l Tamin (Menteri Penda yagunaan Apa ratur Negara) Drs. Paray Said, MM, MBA DPP SBSI (Serik at Buruh Sejahtera Indonesia) Sekretariat Bina Desa DW 8 Rental Care Sucimadio,SH & Associate Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) Demos Indonesia Corruption Watch Imparsial PBHI ICEL FOBMI PB. HMI Televisi Pendidikan Indonesia Aji Indonesia
119. Aji Jakarta 120. PT. Tempo Inti Media 121. Lubis, Santosa & Maulana Law Firm 122. IKOHI 123. Kel. Zulfan Lindan 124. Komnas HAM 125. DPP Partai Amanat Nasional 126. Institute Studi Arus Informasi 127. DPP KNPI 128. The Wahid Institute 129. KH.Abdurrahman Wahid dan Keluarga 130. Kantor Berita Radio 68 H 131. Jaringan Islam Liberal 132. Direksi dan Staff Bank DKI 133. M. Sholeh Amin, A. Fickar Hadjar (DPC Ikadin Jak Pus) 134. Gerakan Pro Keadilan Timor Leste 135. Renetil Timor Leste 136. Debt Watch 137. PIAR Kupang 138. Ambassade v/h Koninkrijk der Nederlanden 139. Indonesia Mark eting Association 140. Keluarga Besar Marhaenis (KBM/ DR. Hadori Yunus) 141. Komite Bersa tu Pemenangan Mega-Hasyim 142. Pergu rua n Tinggi Ilmu Kepolisian 143. Direk si dan Sta f Radio Ramako Group 144. Kel. Besar Ford Foundation 145. OC. Kaligis, SH 146. Camat Bekasi Barat 147. H. Ju naedi, Lu rah Jaka Sampurna 148. Ma sda r F Ma s’udi (PLH Ketua Umum PB NU) 149. The Jakarta Post 150. Alumni SMAN I Batu 151. AM. Fatwa 152. Harian Rakyat Merdeka 153. Kel. Besar ILUNI FH-UI 154. Kel. M. Pattinaja 155. Trans TV 156. Dr. Hafid Abbas (Dirjen Perlindungan HAM) 157. H. Sabri Saiman 158. LSM Pusa t Penga kjian Pembangunan Daerah Kalsel 159. Consulate General of Japan, Surabaya 160. Yayasan India Surabaya 161. Kel. Besar Law Firm M.Luthfie Hakim 162. LP3ES 163. Bp. Djuanda 164. Lembaga Kajian Indonesia
*Dikirimkan ke Kontras, Imparsial dan Rumah Almarhum di Bekasi. Tidak seluruhnya tercatat, tidak terma suk di LBH Surabaya, Univesitas Brawijaya Malang dan Rumah Almarhum di Malang
Berita Utama yang
dekat
MM Billah – Komnas HAM Sangat sulit bagi saya untuk menerobos suasana bathin saya saat ini. Tapi baiklah , saya akan mengawali ungkapan saya ini dengan menggunakan doktrin yang pernah saya terima. Tanpa bermaksud memonopoli Munir sebagai kelompok Islam karena seorang Munir telah melewati semua hal itu. Dalam doktrin Islam ada sebuah ayat yang artinya “Jadilah engkau seorang yang mulia. Mulia disisi Tuhan dan berjuang di jalan Tuhan”. Banyak orang yang tidak bisa memilih keduanya. Tidak bisa menjadi mulia dan tidak berani menentang (dalam Islam istilahnya amar ma’ruf nahir mungkar), yakni menentang segala bentuk kekerasan, penindasan dan kejahatan dimuka bumi ini. Banyak orang yang tidak bisa memilih keduanya. Dan banyak diantara kita tidak bisa masuk atau menjadi ke dalam dua golongan itu. Ada sedikit orang yang memilih salah satunya, menjadi mulia di sisi Tuhan, memberikan ilmu yang bermanfaat bagi sesama, melakukan amal shaleh, berbuat baik bagi sesama. Hanya itu. Tapi tidak bisa menjadi seorang martil, menjadi syahid, yang mati didalam kebenaran. Atau ada banyak orang yang memilih menjadi syahid, menjadi syuhada, mati atau meninggal dalam melakukan pertempuran. Tapi hanya sedikit orang bisa memilih menjadi kedua-duanya. Menjadi orang yang mulia dan sekaligus mati syahid. Munir termasuk kelompok kedua itu. Meskipun kami mengantar roh Munir menuju sisi Tuhan Yang Maha Kuasa dengan tangis, dengan kesedihan, tapi saya yakin, Munir, telah berada di sisi Tuhan. Dan itulah pilihan Munir sekaligus pilihan yang diridhai oleh Tuhan. Selamat jalan Munir. Dan semoga engkau diatas sana bisa melihat bahwa perjalanan yang sedang kau rintis akan ditapaki oleh teman-teman yang ada disini. Dan saya yakin teman-teman akan berjanji meneruskan perjuangan Munir. Bagi dia sudah selesai. Bagi kita awal dari pemulaan. Karena kehidupan disekitar kita masih banyak sekali persoalan-persoalan yang sudah dirintis Munir. Munir telah mempersembahkan jiwa raganya bagi perjuangan kebebasan umat manusia. Ini tidak boleh berhenti dengan meninggalnya Munir. Saya terharu bahwa Munir telah tuntas. Yang belum tuntas adalah bagaimana kita sebagai teman-teman seperjuangan Munir memberikan perhatian bagi yang ditinggalkan oleh Munir yaitu istrinya, Suciwati dan anaknya, Alif Allende dan Diva Suukyi Larasati. Waluyo Jati – Direktur VHR Harus dipahami pertama adalah dampak psikologi dari korban pasca peristiwa pelanggaran HAM yang dialami yaitu, entah penculikan, pembunuhan, atau korban
doc.Kontras
doc.Kontras
Mereka
dengan
Almarhum
yang dipenjarakan. Pada persoalan tersebut, Cak Munir, cukup bisa menjadi teman yang empati dan memberi support terhadap para korban pelanggaran HAM ini. Dia bersedia memberikan waktunya bahkan 24 jam untuk menerima keluhan, apapun dari persoalan para korban itu, bukan hanya empati. Dalam merencanakan aksi-aksi dan strategi kampanye, saya selalu mendapatkan parter yang tepat untuk membicarakan itu. Dengan kata lain saya ingin mengatakan kualitas yang ada dalam diri Cak Munir cukup lengkap. Mulai dari kualitas dia sebagai human defender yang punya pemahaman yang cukup mendalam terhadap bidang pekerjaannya, tidak hanya bidang pekerjaanya tapi juga aspek-aspek lain yang menentukan kondisi hak asasi manusia itu sendiri. Seperti misalnya kita diskusi dengan Cak Munir tentang produk kebijakan pemerintah, dia tidak akan mengupas dari sisi legal formalnya saja tapi bisa juga memberikan referensi hal-hal yang menyangkut latar belakang, mengapa produk kebijakan itu lahir, atau digagas . Dengan kata lain dia mempunyai pemahaman yang komprehensif di bidang pekerjaannya, jadi tidak parsial di bidangbidang teknik hukum human rights tapi juga teori-teori sosial, ekonomi politik, teori gerakan sosial. Sehingga dalam memposisikan misi gerakannya selalu tidak kehilangan konteks politik, tidak kehilangan konteks ekonomi dan lain-lain. Itu satu dimensi tentang sosok siapa Munir di sisi intelektualitas dan karyakaryanya di bidang kemanusiaan. Kemudian disisi dia sebagai manusia, saya pikir dialah orang yang salah satu dari sedikit aktivis Human Rights yang bisa menunda jadwal pertemuannya dengan seorang petinggi negara hanya untuk bisa menghadiri jadwal pertemuan dengan keluarga korban. Dan ini menjadi sebuah support yang berarti untuk selalu memberikan semangat di tengah ketidakpastian prospek penyelesaian masalah mereka.. Di dimensi moral, Cak Munir tidak pernah melaksanakan standar moral ganda artinya dia selalu konsisten terhadap apa yang ada dipikiran dan sikap. Ini terbukti dengan adanya jaringan yang dimiliki Munir yang sangat sangat luas sekali. Baik dari mereka yang berseberangan kepentingan politiknya maupun berseberangan gagasan-gagasannya. Dia mempunyai jaringan informasi yang sangat luas. Bahkan boleh saya bilang dia yang mempunyai jaringan yang paling luas diantara pekerja hak asasi manusia. Dari mulai birokrat militer, kepolisian, sipil, kelompok-kelompok yang “ajaib”, kelompok-kelompok preman dan semacamnya. Pertanyaannya kenapa mereka mempercayakan memberikan data-data penting itu pada Cak Munir. Karena, menurut saya, mereka melihat Cak Munir orang yang bisa dipercaya meneruskan informasi mereka buka untuk kepen tin gan pribadi, bukan un tuk memeras seseorang, bukan untuk interest politik dan kekuasaan. Karena itu siapapun yang mempunyai data dan kepentingan agar data itu tersebar luas dia selalu memberikannya pada Cak Munir. Mulai dari data korupsi, data yang paling sepele hingga menyelamatkan jiwanya sendiri
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
8
Berita Utama yang
dekat
doc.Kontras
hingga jaringan politik. Sampai Cak Munir meninggal dunia, hal in i masih tetap terjaga. Dan Cak Munir paling tahu mendistribusikan informasi itu. Kita tidak akan pernah merasa kehilangan Cak Munir kalau kita bisa mentrasformasikan semua karya-karyanya dia menjadi inspirasi buat kita. Warisan yang ditinggalkan adalah Cak Munir menjadi inspirasi moral buat kita untuk menilai moral perjuangan kita sendiri. Mugiyanto – Ketua IKOHI Kami dari IKOHI betulbetul merasa kehilangan seorang pahlawan. Bagi kami Munir adalah orang pertama yang berani mengkampanyekan besarbesaran bahwa penghilangan paksa atau penculikan di tahun 1998, adalah suatu yang tidak bisa ditolerir dan karena itu harus diungkap supaya tidak terulang lagi. Tapi kini Cak Munir telah pergi. Ia meninggalkan kami para korban, tetapi kami yakin dan kita telah sepakat, untuk terus (berjuang) dan harus melanjutkan apa yang selama ini telah dilakukan oleh Cak Munir, memperjuangkan tegaknya HAM dan demokrasi di Indonesia. Kami kehilangan Cak Munir. Kami mendapat informasi Cak Munir meninggal di Belanda. Pada saat yang sama ketika kami mendengar kabar tersebut, kami juga terpukul karena disahkannya RUU KKR, yang menurut kami lebih berpihak pada pelaku. Kami sadar sebagaimana yang telah disampaikan Cak Munir kepada kami pada hari Kamis 2 Agustus kemarin, ketika kami para korban pelanggaran HAM berkumpul di KontraS melepas kepergian Cak Munir untuk studi. Cak Munir mengingatkan kepada kami semua bahwa perjuangan untuk menegakkan HAM di Indonesia akan susah dalam waktu yang akan datang dan untuk itu Cak Munir mengingatkan kepada kami untuk tetap gigih membangun solidaritas diantara kami para korban dan siapapun yang berjuang di jalan keadilan bagi para korban. Dan saya meminta kepada saudara-saudara sekalian, siapapun untuk berdoa untuk Cak agar beliau diterima disisi Allah dan supaya keluarganya diberi ketenangan dan kekuatan. Kami para korban pelanggaran HAM dan siapapun yang merasa kehilangan juga diberikan kekuatan untuk terus memperjuangkan apa yang diperjuangan oleh Cak Munir.
Karlina Supelli – Dosen STF Driyarkara Kita punya perasaan yang sama. Kehilangan yang sama. Kepergian Munir meninggalkan tanggungjawab terutama kepada teman-teman. Kepergian Munir merupakan pelimpahan tanggungjawab kepada kita semua, untuk meneruskan kebenaran, keberaniaan, ketegaran dia, yang telah diajarkan pada kita semua.
9
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
dengan
doc.Kontras
Mereka
Almarhum Asmara Nababan – Direktur Demos Bagi kita kepergian Munir merupakan satu kehilangan pejuang HAM yang sudah teruji kredibilitasnya. Ia telah meninggalkan kita. Satu
kehilangan yang luar biasa. Kekosongan yang cukup besar ditinggalkan oleh saudara Munir. Bagi mereka yang ditinggalkan mempunyai kewajiban untuk meneruskannya. Inilah utang kita pada para korban-korban kejahatan, baik itu yang disponsori oleh negara atau dibiarkan oleh negara. kita harus tetap memajukan, memulihkan hak-hak korban yang menjadi pendorong utama dan seluruh kiprah Munir dalam kemajuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia. Kita berutang pada seluruh korban-korban dan keluarga Munir. Stanley - ISAI Saya terkejut dan tidak percaya ketika kemarin ada sms yang mengatakan Munir telah meninggal dunia. Terakhir ketemu beliau, waktu itu saya bertanya, kalau anda diminta untuk menjadi jaksa agung pada pemerintahan yang baru, anda harus menghentikan studi anda dan harus segera pulang karena itu mandat dari rakyat Indonesia. Munir hanya tertawa dan tidak menjawab. Bagi saya Munir memberikan pengabdian yang begitu dalam pada masyarakat Indonesia dalam kategori korban. Kini, tugas kita semua adalah melanjutkan cita-cita Munir yang belum selesai. Karena Munir sengaja datang ke Belanda untuk mendalami studi tentang hukum-hukum internasional. Menyangkut juga soal kekerasan, termasuk untuk membangun kembali melawan kekerasan itu dan kesewenang-wenangan khususnya yang dilakukan oleh negara. Tugas ini tidak mudah bagi kita semua dan saya pikir teman-teman harus mengambil alih apa yang diberikan oleh Munir dan tugas kita semua juga untuk memberikan perhatian yang besar pada istri dan anaknya agar mereka tidak sendiri. Binny Buchory - INFID Bagi saya Munir adalah pejuang HAM yang sejati. Karena di dalam membela ketidakadilan, di dalam membela korban, di dalam menjalankan visi dan misinya, di dalam memperjuangkan keadilan, Munir tidak pernah memandang ras, agama dan orangorang yang dibelanya. Bagi kami, kawan-kawan Munir, kawankawan yang selama ini bersama-sama dengan Munir, ini adalah sebuah kehilangan besar. Tadi malam ketika saya bertemu dengan teman-teman Munir sempat terlontar ucapan dari saya. Saya merasa seperti orang kalah, karena orang seperti Munir sangat langka di Indonesia. Ketika ditelepon saya katakan kepada Pak Asmara, kematian Munir bukan berarti bahwa kita harus berhenti tapi kebimbangan tetap ada dihati saya. Apakah ada Munir lain yang akan muncul? Dan semoga kita sama-sama berdoa dan berjuang akan ada MunirMunir lain yang muncul sehingga kita tidak merasa sendirian. Dan saya juga berharap pada teman-teman untuk tidak melupakan keluarga Munir, Suci dan anak-anaknya.
Berita Utama Sosok
Munir
dalam
Kenangan
Rekan-Rekan
KontraS
Cukup banyak pengalaman yang berkesan dengan Cak dan hampir setiap moment saya punya kesan tersendiri, karena beliau orangnya cukup banyak menyampaikan ide-ide atau gagasan untuk advokasi kasus orang hilang. Menurut saya, ide dan gagasangagasan itu, membuat keluarga korban ataupun teman-teman KontraS akhirnya semangat dan juga gigih untuk melakukan advokasi. Berapa pengalaman diantaranya, ketika kasus orang hilang, dimana Munir pada waktu itu begitu gigih untuk menemui keluarga korban dan menemui korban ketika mereka sudah dipulangkan. Karena terus-terang saja, saya juga sangat merasakan, pada masa-masa itu cukup sulit untuk mengungkapkan kasus orang h ilang. Karena, orang yang dihilangkan ini ternyata dilakukan oleh orang yang terlatih, disiplin dan tentunya orang hilang ini tidak mungkin diambil ditengah-tengah orang banyak, tapi ditempat yang sepi, dimalam hari dan tidak diketahui pula hilangnya oleh pihak keluarga.Tapi karena upaya yang dilakukan oleh keluarga korban, Munir dan teman-teman yang lain, kasus ini mulai terungkap sedikit demi sedikit. Misalnya gagasan awal dimana kita mulai melakukan mencari infomasi dari keluarga korban, temen dekatnya bahkan ke kamarnya.untuk memeriksa apakah dia punya catatan, atau mungkin dia pernah diteror atau menyebutkan nama seseorang. Dari situlah mulai terungkap sedikit demi sedikit dan akhirnya kita mengkampanyekan hingga akhirnya sebagian mereka yang diculik itu dipulangkan. Tapi ini menjadi satu kerja berat lainnya, karena mereka yang sudah pulang ini juga diancam, bukan hanya dirinya tapi juga keluarganya. Sehingga cukup sulit juga membuat mereka yang dipulangkan ini mau bicara. Tapi akibat kegigihan Munir, 9 orang yang dipulangkan ini mau juga berbicara. Mereka semua bercerita dengan segala resiko yang ditangguh bersama-sama tentang apa yang terjadi. Dari situlah tersingkap bahwa kasus orang hilang ini dilakukan oleh negara secara sistematis, terencana dan dilakukan oleh suatu institusi yang terlatih yaitu Kopassus, yang waktu itu ancaman dan teror sangat keras. Baik itu pada lembaga KontraS maupun kepada orang-orangnya termasuk Munir. Salah satu kelebihan Munir dibandingkan dengan aktivis lain, mampu membuat suasana yang mencekam ketakutan menjadi orang tidak takut, suasana kecemasan orang bisa tertawa, Munir memang humoris. Hal ini juga yang membuat keluarga korban, teman-teman KontraS akhirnya semangat lagi dengan gaya bercanda dan gaya humornya. Apa yang diucapkan bisa membuat orang yang lelah kemauannya jadi bangkit lagi, yang takut jadi doc.Kontras
Ori Rahman Saya kenal Munir pada tahun 1996 pada saat saya menjadi pengacara di LBH Jakarta. Kebetulan beliau menjadi Kepala Bidang Operasi di YLBHI. Pada tahun 1997 saya bergabung di YLBHI atas permintaan beliau dan pada saat itu saya mulai kenal lebih akrab dengan Munir karena kebetulan kami satu ruangan kerja. Memang pada tahun 1996-1998 adalah masa-masa dimana masyarakat mulai kritis terhadap pemerintahan Soeharto. Apalagi saat itu Soeharto ingin tetap menjadi presiden dan tetap ingin mempertahankan kekuasaanya dengan berbagai cara, dengan melakukan kekerasan, penculikan, dan menangkap orang-orang yang melakukan demontrasi. Pada saat itu memang masa-masa yang penuh kekerasaan. Saat itu saya dan Munir bersama-sama melakukan upaya-upaya advokasi HAM. Dan pada tahun 1997 dibentuklah Komisi Independent Pemantau HAM (KIP-HAM) yang menajdi cikal bakal berdirinya KontraS, karena pada 1998 awal terjadi penculikan terhadap aktivis prodemokrasi sehingga pada waktu itu seorang ibu korban, Toeti Koto, menyampaikan keinginannya agar ada satu lembaga yang menangani kasus-kasus penculikan/ orang hilang. Karena waktu itu intensitasnya sangat tinggi, dalam seminggu bisa hilang 3 aktivis dan minggu depan bertambah lagi. Akhirnya KIP-HAM diubah menjadi KontraS dan KontraS dibentuk oleh beberapa lembaga mahasiswa, lembaga pers AJI dan LSM lainnya. Disitulah saya bersama-sama dengan Munir ikut mendirikan KontraS dan kami sama-sama melakukan advokasi orang hilang dan banyak mengalami ancaman dan teror pada waktu itu. Tetapi berkat kegigihan keluarga korban untuk mencari dan juga teman-teman LSM di KontraS akhirnya menemui titik hasil, dimana beberapa orang yang hilang dikembalikan.
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
10
Berita Utama Sosok
Munir
dalam
Kenangan
Rekan-Rekan
KontraS
doc.Kontras
Munir dalam Aksi bersama: Hentikan Perang Irak berani, kemudian kita bisa tertawa lagi. Saya melihat bahwa upaya Munir untuk melakukan perubahan ditingkatan keluarga korban yang takut jadi berani, disitu saya melihat berhasil. Dimana orang tidak hanya berani mengadu tapi berani secara bersama-sama melakukan advokasi dan berani menghadapi pelakunya sendiri. Munir juga orang yang realitis. Artinya, dia sebagai manusia juga bukan orang yang berani. Dia juga punya rasa takut. Dia juga pernah menceritakan ketika melakukan advokasi pada buruh dia juga pernah ditangkap, disiksa. Dia tetap punya rasa takut, tapi rasa takut itu bisa hilang ketika dia melihat suatu ketidakadilan atau orang lain terancam. Satu hal yang menurut saya cukup positif dari sifat Munir, dia tidak mau menceritakan tentang apa yang dialami. Karena dia khawatir kalau menceritakan hal tersebut, orang lain akan jadi takut. Maka ketika orang menanyakan ancaman teror, dia menceritakan banyak menerima teror tapi tidak menceritakan secara detil. Saya merasa salah seorang yang paling beruntung yang bisa kenal dengan Munir, walaupun sebentar. Karena saya cukup banyak mendapatkan pengalaman dan ilmu dari Munir. Munir tidak hanya sebagai kawan, sahabat, guru dan keluarga. Pertama kali saya kenal dia orangnya sederhana, punya keberanian yang luar biasa, jujur dan tetap ‘istiqomah’ untuk terus semangat melakukan advokasi-advokasi. Tentang kematian Cak, sebenarnya kita pernah mendiskusikan soal kematian, karena kematian itu bisa kapan saja. Yang penting bagaimana kita terus berbuat untuk orang lain. Kalau saya bicara kematian bagi Munir, dia sebetulnya telah siap dan telah tahu semua resikonya. Mengenai agenda kedepan, Munir ternyata tidak tampil sebagai sosok sendiri yang melakukan upayaupaya advokasi, tapi juga telah mempersiapkan apakah itu lembaga, atau orang-orang yang akan meneruskan perjuangan HAM ini. Ke depan, dengan semangat yang ditinggalkan, dengan organisasi yang dtinggalkan, perjuangan ini akan tetap diteruskan
11
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
sesuai dengan keinginannya. Karena Munir telah membangun apa itu semangat, membangun teman-teman dan lembaga ini. Saya tidak menyalahkan KontraS identik dengan Munir. Karena sosok Munir unik dan tidak tergantikan dan tetap konsisten sampai akhir hayatnya memperjuangkan KontraS. Hingga orang mengenal kontraS identik dengan Munir. Tapi selama perjalanan saya di KontraS dan dipercaya menjadi Koordinator KontraS (2001-2003) sampai sekarang ke Usman, Kontras tidak bisa dikatakan identik dengan Munir. Karena KontraS sebagai lembaga sudah melakukan banyak hal. Juga karena Munir meninggalkan kader-kader yang meneruskan perjuangan KontraS. Jadi, KontraS sebagai sebuah lembaga yang memperjuangkan HAM juga diakui. Kepergian Munir juga tidak berubah banyak, karena dua tahun setelah menjadi Ketua, dia juga sadar bahwa KontraS harus dibangun berdasarkan kualitas orang dan lembaganya. Maka setelah dua tahun menjabat sebagai Koordinator KontraS, dia mengundurkan diri dan minta diganti oleh anak muda lain. Berbeda dengan banyak lembaga yang koordinatornya menjabat cukup lama, bahkan sampai dua-tiga periode. Dengan ini, Munir ingin mencetak kader atau menonjolkan KontraS sebagai lembaga kerja bersama dan bukan oleh Munir atau personal. Dan itu terbukti, setelah empat periode pemilihan itu, saya melihat selama periode itu KontraS tetap diakui sebagai lembaga HAM. Usman Hamid Saya kira dia orang yang tak pernah lelah untuk berpikir mencari ide-ide baru. Tidak pernah merasa frustasi, meskipun banyak sekali kegagalan-kegagalan dalam kerja- kerja nasib para korban.. Di awal-awal saya kenal dengan KontraS, banyak gagasangagasan Munir yang membuka pikiran saya. Dia bukan hanya teman kerja, tetapi seorang sahabat dan guru. Guru bukan dalam
Berita Utama Sosok
Munir
dalam
Kenangan
pengertian yang dipakai sehari-hari dalam masyarakat, tapi orang yang mampu memberi insiprasi bagi orang untuk terus bekerja, berpikir dan bertindak. Interaksi saya dengan Munir selama ini cukup aktif. Banyak sekali interaksi yang saya bangun, baik itu melalui komunikasi telepon, mampir kerumahnya atau sekedar bicara, atau diskusi hingga tengah malam. Dari pengalaman-pengalaman ini saya jadi belajar langsung, dari masalah atau tantangan yang saya hadapi, ketimbang saya belajar secara komvensional dari sosok Munir yang mungkin sudah dikenal masyarakat secara luas. Tapi, sikapnya yang memaksa saya untuk menghadapi tantangan, untuk menghadapi kenyataan membuat saya jadi jauh lebih dewasa. Meskipun saaat tertentu saya merasa sedikit pesimis. Di saat-saat itu dia bisa memberi semangat. Tapi dia pernah memberi penjelasan kepada saya bahwa ada saat-saatnya orang memang akan merasa sendiri, merasa takut dan itu normal. Saya teringat ketika tahun 2002 ada berbagai benturan avokasi dengan tentara, dengan preman-preman. Banyak hal yang menjadi refeksi saya berdua dengan Munir, untuk banyak memberi saya belajar dari pengalaman yang dia miliki. Meskipun sebenarnya Cak Munir punya kelemahan, tapi dia jauh memiliki lebih banyak kelebihan-kelebihan ketimbang kelemahankelemahan. Sosoknya yang sederhana, yang tidak sibuk dengan penampilan membuat orang bisa menunjukkan sosok dirinya sendiri. Munir itu seperti tempat untuk berefleksi, tempat untuk mengugat sesuatu kebenaran yang biasanya orang yakini tapi bisa jadi salah. Dia juga orang yang memberi insiprasi ketika orang mengalami kebuntuan untuk berpikir. Dia juga bisa menggerakkan orang, tanpa meminta orang untuk bergerak. Dia memberi suatu ide-ide yang sangat cerdas dalam pengalaman-pengalaman hidup yang pernah saya lalui dalam pekerjaan. *** Edwin Partogi Waktu itu saya masih aktif di HMI sekitar tahun 1998-1999. Kami ingin mengadakan acara “Peduli Aceh” dan memutuskan untuk mengundang Cak Munir untuk memberikan masukan dan membahas masalah ini. Kami langsung mendatangi YLBHI dan bisa langsung ketemu dia tanpa ada janji bertemu sebelumnya. Pertemuan pertama saya dengan Cak meninggalkan kesan tersendiri. Saya mengundang Cak kembali untuk diskusi soal HAM di Indonesia. Acara saat itu kita adakan di Mess HMI Jl. Cilosari. Ketika itu Cak datang sendirian tanpa bawa kendaraan. Saya tergetar sekali melihat kedatangannya, dalam hati saya berkata, bagaimana mungkin orang yang sedang top saat ini dan dikenal banyak orang, datang sendirian, dan berjalan kaki pula. Saat itulah saya melihat sendiri, bagaimana bersahajanya seorang Munir. Di tahun 1999, saya bersama aktivis yang lain sedang seruserunya melakukan demonstrasi menolak RUU PKB. Suatu ketika kami bentrok dengan aparat, dan saya termasuk salah satu korban yang dipukuli oleh tentara dari segala unsur dan kesatuan. Lalu saya dibawa ke Polda dan disana mendapat perawatan ala kadarnya, untuk kemudian dibawa ke RS Kramat Jati. Ternyata, saat itu juga teman-teman sudah menghubungi Cak dan Kontras,
Rekan-Rekan
KontraS
yang kemudian mengutus Victor dan Abu melakukan l o bby- l ob by pendekatan . Malam itu juga saya bisa dibawa ke RS. Calorus. Bergabung di KontraS adalah cita-cita saya. Tapi sulit memisahkan Munir dengan KontraS. Jujur saja, daya tarik Munir-lah yang men jadi daya tarik besar saya bergabung di organisasi ini. Selama di doc.Kontras KontarS, saya melihat Cak tidak pernah memposisikan diri layaknya bos. Ia malah menjadikan dirinya Guru. Sisi menarik lain seorang Munir, gaya bicaranya yang membius, membuat orang terpana dan terpaku. Imajinasi politiknya sangat luas. Ia bahkan bisa menemukan katakata kunci dalam sebuah dokumen atau penyataan. “Bila orang melihat sebagai sebuah kalimat yang biasa saja, Munir bisa menemukan kata kunci dan akhirnya bisa menjabarkan logika dari kalimat tersebut menjadi menarik”. Dimata saya, Munir adalah sosok aktivis HAM yang menguasai dan berkecimpung di dalam semua problem-problem dan isu HAM di Indonesia. Mulai dari pertanahan, perburuhan, gender, demokrasi, militer, polisi. Sisi lain yang tak mungkin dipunyai orang lain, bagaimana ia membangun hubungan dengan korban, yang ia anggap seperti saudara dan keluarganya sendiri. Korban menjadi begitu mempercayai dirinya. Terakhir ketika Pengadilan HAM Tanjung Priok membebaskan Sriyanto, korban begitu frustasi dan terpukul, bahkan ada yang berteriak-teriak menunjukkan rasa ketidakpuasannya atas keputusan bebas tersebut. Ketika itu setelah selesai konfrensi pers, Cak bergabung dengan keluarga korban. Suasana langsung berubah. Karena, seperti biasa ia mengajak mereka bicara sambil bercanda kecil, hingga korban tenang bahkan mereka bisa tertawa mendengar guyonan Cak Munir. Bagi saya pribadi, hubungan saya dengan almarhum bukan hanya sebatas dalam organisasi, tapi telah masuk dalam hubungan pribadi. Dia saya minta untuk menjadi saksi dalam pernikahan saya. Ini menjadi satu kebanggaan bagi saya, karena Cak bisa ada dan hadir dalam moment-mement khusus hidup saya.
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
12
Berita Utama Sosok
Munir
dalam
Kenangan
Rekan-Rekan
siapa saja. Apalagi dengan keluarga korban. Munir mendatangi langsung rumah keluarga korban dan tidak hanya sekedar bicara di konperensi pers. Dia tidak hanya bermain diatas, tapi juga terjun langsung ke bawah. Bagi saya pribadi, dia adalah spirit. Memacu orang menjadi maju. Hingga saya ingin menjadi sosok seperti dirinya. Saya belajar banyak dari dirinya. Akhirnya, sebuah perjuangan selalu ada tantangan, semuanya tidak muluk, tapi Cak telah menjadi contoh, jadi pegangan kita. Orang seperti Cak Munir adalah pilar sebuah perlawanan. Dan perjuangan itu tidak berhenti sampai disini. Kerja-kerja yang telah dia lakukan harus kita semua teruskan. Kita tidak boleh putus asa dengan kepergiannya. Termasuk pula menularkan semangat perjuangan Munir pada generasi muda.
Victor Da Costa Pertemuan pertama dengan Munir ketika saya baru bebas dari penjara. Saya dibawa oleh pengacara saya dan diperkenalkan dengan teman-teman YLBHI termasuk Munir. Karena saat itu situasi politik masih sangat panas dan sedang ada pencarian para aktivis politik yang hilang, maka saya ditempatkan di rumah singgah YLBHI yang ada di daerah Jatinegara, dimana Munir juga tinggal disana dengan istrinya. Sejak bergabung di KontraS, hubungan kami kian dekat. Ketika terjadi kerusuhan Mei, saya dengan Munir terjun langsung ke lapangan melihat kondisi yang ada dan mendatangi beberapa rumah sakit untuk melihat korban-korban yang meninggal. Disana kami membalik-balik mayat yang sudah menjadi arang, dan melakukan pencatatan dan membantu keluarga yang mencari keluarganya yang hilang. Gejolak situasi saat itu membuat kami sering tidur bersama di kantor Kontras. Munir tidur di mejanya sendiri saya tidur di bawah beralaskan koran. Munir adalah orang yang mempunyai karakteristik kuat. Bila bicara tidak mulukmuluk dan langsung ke pokok persoalan. Dia juga orang yang suka humor dan bercanda. Dia bisa bekerjasama dengan
13
b e rit a
Abu Said Pelu Saya bertemu Munir tahun 1999. Munir bagiku adalah teman yang cerdas di dalam melakukan pembelaan-pembelaan bagi mereka yang tertindas. Dimana dia selalu memberikan spirit pada kami, korban, untuk melakukakan penuntutan terhadap pertanggungjawaban negara. Pada saat-saat tertentu, saat kami menghadapi sebuah persoalan yang perlu jalan keluarnya, Munir dengan brilian mengeluarkan ide-ide yang cepat dan luar biasa. Dia memberikan spirit kepada kami untuk bisa melakukannya. Karena menurutnya, sebuah kesempatan tidak berlaku dua kali. Orang-orang bisa menjadi besar apabila bisa menghadapi persoalanpersoalan besar. Saya punya satu pengalaman yang sangat sulit untuk dilupakan, ketika bersama Mouvty melakukan investigasi di Ambon. Kami menghadapi satu persoalan yang besar. Kami diusir sekelompok orang yang menamakan dirinya Laskar Jihad. Mereka datang sekitar jam satu malam dan mereka minta kami segera keluar dari Ambon. Pada saat itu tidak ada seorangpun yang bisa kami hubungi, kecuali Munir. Dengan respon yang sangat cepat dia berusaha menghubungi Kapolri. Kemudian kami dievakuasi oleh aparat Brimob hingga bisa sampai di Jakarta dengan selamat. Kenangan lainnya, ketika kami menangani advokasi kebijakan mengenai
Kontra s No.05/IX-X/2004
KontraS
amandemen UUD 1945. Saat itu terjadi perdebatan tentang azas retroaktif. Munir mengatakan “Kalau menyangkut pasal retroaktif di dalam konstitusi kita itu, berarti perjuangan kita terhadap pertanggungjawaban negara terhadap kasus-kasus masa lalu final dan tutup buku.” Tapi Munir tetap mengatakan bahwa kita tidak boleh menyerah. Esoknya kami bersama-sama bertemu dengan Amien Rais memperdebatkan soal itu. Dan Munir orang yang sangat sensitif, yang bagi orang lain itu hanya masalah kecil tapi itu menjadi persoalan besar baginya. Saat itu Amien Rais berujar, “bahwa apa yang diperjuangkan oleh Munir adalah sesuatu yang patalmistik. Artinya, sesuatu yang betul-betul sangat fundamental tapi terlewatkan begitu saja.” Meninggalnya Cak merupakan pukulan luar biasa. Karena dalam kerjakerja advokasi lahir dari ide-ide brilan dia. Tapi bukan berarti akan mematahkan semangat kami untuk memperjuangkan nasib para korban. Munir tetap menjadi “alat” percaya diri kami. Sri Suparyati Waktu itu sekitar tahun 1999 aku mulai bergabung di KontraS dan secara otomatis mengenal sosok Munir lebih dekat. Banyak yang bisa aku dapatkan dari Cak. Dari pengetahuannya, rasa keingintahuannya, hal-hal kecil yang coba diperdalaminya. Akhirnya kami semua yang masih muda, yang baru memulai, terlebih aku pribadi, awalnya sempat kewalahan mengikuti gaya kerjanya yang begitu dinamis. Meski sangat kerepotan untuk mengikuti gaya kerjanya, tapi semua malah jadi pengalaman yang mengasyikkan, karena kami selalu menemukan sesuatu yang baru. Aku melihat Cak kadang sebagai teman, kadang sebagai bapak. Satu hal yang paling terkesan Cak Munir punya cara tersendiri bagaimana orang bisa maju. Cak Munir sudah membangun kepercayaan diriku, terutama KontraS saat itu sudah dikenal publik, dikenal banyak orang. Saat itu aku diberi kepercayaan untuk mewakili anggota AFAD yan g fokus pada isu “penghilangan paksa”. Aku merasa kemampuanku masih sangat kurang, mengenai human rights. Pokoknya aku merasa belum saatnya berangkat. Tapi Cak
Berita Utama Munir
dalam
Kenangan
Rekan-Rekan
terus memotivasi dan mengatakan bahwa ini suatu pengalaman baru dan kamu akan bisa mendapat pengetahuan yang sangat banyak Munir bukan hanya pintar atau bisa membuat gebrakan dengan melibatkan ‘pasukannya’ yang masih muda dan kadang masih jauh kemampuannya dari dia. Bagiku, kepribadian dan tanggungjawab Cak baik terhadap keluarga dan organisasi begitu besar dan tinggi. Termasuk ketika KontraS dalam masa-masa kritis, Cak tetap memotivasi sambil mengatakan “Kalian masih sangat muda. Sudah waktunya kalian yang membangun kontraS dan bukan aku lagi. Bukan masaku lagi.” Ini menjadi satu kekuatan, satu kepercayaan, yang diberikan oleh beliau pada kita yang masih muda. Ke depan, tanpa Cak, ini menjadi beban dan tantangan buat KontraS, karena biar bagaimanapun publik telah punya kepercayaan tersendiri untuk KontraS. Meski kita telah mencoba membangun untuk menghilangkan image tersebut. Yang jelas kita berharap KontraS tetap ada dimata publik dan kepercayaan yang diberikan oleh publik tidak luruh, bahkan bisa mengharumkan nama Cak Munir, karena biar bagaimanapun Cak yang mendirikan KontraS, termasuk meneruskan perjuangan dan kerja serta PR yang ditinggalkan Cak.
KontraS
Bonang Saya mengenalnya ketika KontraS masih berkantor di Jalan Mendut. Sebelumnya hanya membacanya di koran, melihat di televisi. Pertama kali bertemu, saya sangat segan sekali, mengapa orang ini kecil-kecil berani. Menurut saya, Cak Munir pemimpin yang mau berdiskusi dengan anak buah, tidak merasa pintar sendiri. Kehilangan Cak besar sekali artinya. Seperti makanan yang hambar kekurangan bumbu. Kurang mantap. Ada Cak kami merasa yakin melakukan apapun. Bukan berarti sekarang kurang yakin, ada Cak semangatnya lain. Cak orang yang konsisten dengan omongannya. Dengan gaya hidupnya yang tidak seperti orang lain. Cak tetap sederhana walaupun terkenal. Ada yang lain yang tetap konsisten, tapi gaya hidupnya mewah, jauh dengan masyarakat. Jauh dengan korban. Ada satu kata Cak Munir yang terus saya ingat. “Jangan pernah takut. Keyakinan yang benar. Kalau kita yakin maju terus.”
pertimbangan dan pemikiran yang matang. Dia tegas, kalau salah ya dibilang salah, kalau benar ya di bilang benar. Salutnya dia tidak pernah marah dan mengejek akan kesalahan seseorang di waktu orang itu bekerja. Malah ia selalu membantu agar kita dapat belajar dan mengerti, maksudnya nanti kita disuruh belajar sendiri. Dia juga suka memberikan support buat setiap orang agar orang tersebut dapat percaya diri walau terkadang dicampur dengan bercandanya. Jika di luar kantor, ia selalu berbaur dengan siapa saja, tidak memandang suku, agama ataupun ras. Berbicara spontan tanpa dipikir dan mengeluarkan ide-ide yang kreatif. Cak Munir dikenal oleh orang banyak di Indonesia maupun di luar Indonesia. Sebenarnya yang harus dicari presiden di Indonesia yang seperti ini, yang tidak pilih kasih. Dengan orang tua jadi, dengan anak muda ayo, dengan orang menengah keatas oke, dengan orang menegah ke bawah kena, dengan orang pintar bisa, dengan orang bodoh sekalipun ia tidak pernah mengecilkan. Jadi idealnya presiden yang kita cari sebenarnya seperti dia. Walalupun ia tidak dapat jadi Presiden Indonesia, minimal negara ini harus punya konselir atau penasehat seperti dia. Andai saja ia mencalonkan diri jadi presiden pasti negara ini tidak akan kacau balau, minimal hukum dinegara ini perlahan-lahan akan ditegakkan dengan seadil-adilnya. Saya berharap ada orang pengganti seperti Cak Munir di Indonesia, untuk membela yang lemah dan tertindas. Mungkin banyak orang yang selalu membela kaum lemah dan tertindas, mungkin banyak orang yan g berani menyuarakan aspirasinya untuk rakyat kecil, mungkin banyak orang yang rela berkorban apapun demi perjuangan tapi menurut saya belum ada satu orangpun di Indonesia yang seperti sosok Cak Munir. Mungkin dalam waktu dekat kita akan mendapatkan sosok seprti Cak Munir, kita doakan saja. Amin.
Helmi Cak Munir itu orangnya baik, dia selalu mengajarkan bagaimana caranya menulis laporan investigasi ataupun turun ke lapangan untuk investigasi. Dia tidak pernah memaksakan sesuatu yang menurut dia tidak dimungkinkan. Dia punya
Indria FA Harus saya akui, pertemuan saya dengan Cak Munir sedikit banyak telah merubah hidup saya. Sebelum bertemu dengan Cak, saya adalah orang biasa yang hanya bisa ikut prihatin terhadap segala hal yang terjadi di Indonesia ini, mulai dari
doc.Kontras
Sosok
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
14
Berita Utama Sosok
Munir
persoalan kekerasan, kemiskinan, dan situasi politik yang penuh gonjang-ganjing tanpa bisa melakukan apapun. Namun pada 1999, pertemuan dengan Cak telah membuat saya ikut terjun langsung untuk melakukan kerja-kerja real untuk mengadvokasi korban atau masyarakat yang mengalami tindak kekerasan. Sepanjang perkenalan saya dengan cak, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran yang cukup berarti, khususnya penanganan terhadap korban. Pendampingan yang dilakukan bukan sekedar mengadvokasi kasus yang ada di pengadilan, tapi pada penanganan yang bersifat human/ kemanusiaan, bagaimana kita terjun langsung dengan mereka dan berdiskusi bersama-sama. Bahkan mengunjungi tempat tinggal mereka ataupun berusaha untuk lebih memahami kondisi real mereka. Buat saya Cak Munir adalah seorang in spirator, artinya banyak sekali ide-ide atau gagasan Cak yang membuat saya terpacu dan tertulari untuk terus doc.Kontras berkecimpung dalam “dunia human rights” in i. Gagasan atas strategi advokasinya serta kemampuan analisisnya yang tinggi seakan tidak pernah habis sehingga selalu dapat menumbuhkan semangat baru, baik untuk korban maupun pendamping langsungnya.Walaupun, kadangkala dia bukan orang yang intens melakukan bimbingan terhadap kami, tapi dia memberikan peluang yang besar pada kami untuk terus belajar dan berkembang. Dia memberikan kesempatan yang besar pada kami untuk berani mencoba hal-hal yang baru, yang kadang menurut kami itu tidak mungkin bisa kami lakukan. Sebagai anak muda, kadang kami dituntut menjadi bisa dan mampu ketika harus menggantikan posisi Cak Munir ketika ia menjadi pembicara atau menjadi salah seorang undangan dalam seminar/workshop. Tapi sebenarnya hal-hal itulah yang membuat
15
b e rit a
dalam
Kenangan
kami jadi ingin belajar atau mencari tahu lebih dalam dan akhirnya menjadi konsisten terhadap persoalan penegakan HAM di Indonesia. Kematian Cak Munir yang sangat mendadak ini, terus terang sangat mengagetkan. Namun beberapa saat setelah kabar itu datang, saya kemudian berpikir banyak, apakah dengan meninggalnya aktivis HAM sekelas Cak Munir, upayaupaya penegakan HAM yang selama ini kami lakukan juga harus ikut meninggal? Ada satu hal yang justru menjadi kekuatan dalam diri saya bahwa meninggalnya Cak
Munir membuat saya semakin yakin, bahwa saya ada di jalan yang benar. Bahwa apa yang selama ini saya lakukan untuk mendampingi para korban tindakan kekerasan atau mengavokasi kasus-kasus kekerasan negara merupakan bagian dari kerja-kerja kemanusiaan yang memang sebenarnya ingin saya dalami sejak dulu, walaupun kesempatan itu baru datang lima tahun belakang ini. Terima kasih, Cak! Hardini Cak Munir adalah sosok seorang pemimpin yang patut untuk dicontoh. Selama ini belum pernah aku menemukan seorang pimpinan atau atasan seperti Cak. Beliau sangat peduli sekali dengan bawahannya, baik dalam suka maupun duka. Aku pribadi diluar pekerjaan sering
Kontra s No.05/IX-X/2004
Rekan-Rekan
KontraS
berdiskusi banyak menyangkut masalah pribadi. Aku sangat bersyukur bisa bekerja di KontraS dan berkenalan dengan Cak. Walau hanya sebentar, buatku pribadi Cak Munir bukan hanya sebagai atasan atau pimpinan tapi beliau sebagai seorang saudara dan sahabat terbaikku. Dimana selama bekerja dengan beliau, aku juga banyak belajar banyak. Salah satunya bagaimana kami-kami yang ada di KontraS diajar untuk selalu menjaga hubungan baik dengan keluarga korban. Mouvty Makarim Saya bertemu Cak tahun 1998 akhir, dan mulai intens ketika bergabun g dalam Lembaga Rekon siliasi dan Perdamaian Indonesia (Lerai) 1999 yan g kemudian melebur dalam Kontras. Dari cara kerja Cak, ada beberapa hal yang sangat khas. Pertama, dia selalu memberikan apresiasi secara langsung atau mengajak kita untuk merespon secara cepat semua kasus atau informasi yang dianggap pen tin g untuk ditindaklanjuti. Artin ya, apapun caranya bagi Cak, yang penting memberikan respon seminimal apapun, karena bila kita diamkan justru menyebabkan akan muncul kasus berikutnya atau konsekuensi berikutnya yang justru kadang kontraproduktif. Pada 1999 pecah konflik di Maluku, ketika orang-orang masih bertanya apa yang sesungguhnya terjadi di Maluku, KontraS telah mengirimkan orang kesana. Cara kerja KontraS yang menjadi pola kerjanya Cak Munir adalah merepons di segala tempat dan secara langsung. Waktu itu Cak mengatakan “kedatangan kita dan informasi actual yang kita dapatkan, jauh lebih penting ketimbang kita berharap bahwa publik memberikan dukungan atau berharap elit politik akan menyelesaikan masalah. Karena, biar bagaimanapun juga,
Berita Utama Munir
dalam
Kenangan
Rekan-Rekan
doc.Kontras
Sosok
sedikit celah yang kita masuki jauh lebih mudah untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemerintah”. Pengalaman yang paling membekas ketika jalan bersama almarhum dari Malang ke Jakarta sekitar tahun 2001. Luar biasa bagi saya kesediaan dia untuk naik kereta ekonomi dalam suasana tahun baru yang padat. Termasuk rasa menyatu dengan kehidupan kereta ekonomi, karena sepanjang perjalanan dia bisa ngobrol dengan seorang ibu yang tiba-tiba menghampiri dan mengatakan “ Pak Munir ini anak saya ingin salaman” lalu Munir salaman dan lalu mengobrol. Munir tersenyum sambil berkata “kangen udah lama nggak naik kereta seperti ini.” Bahkan ada orang yang datang dari gerbong lain, sengaja untuk mendatangi Cak atau sekedar berkenalan diterima dengan baik. Munir benar-benar menyatu dengan kehidupan kereta api tersebut. Ada beberapa hal yang penting untuk tetap dipikirkan oleh KontraS (setelah tidak ada Cak Munir). Soal image, karena selama ini KontraS plus Cak Munir positif terutama dalam soal-soal kerja kemanusiaan. Sampai kemudian orang beranggapan pasca Cak Munir, KontraS mengalami disorientasi atau cenderung tidak konsisten. Soal style atau soal gaya tidak bisa sama termasuk soal pengalaman,
tidak sama dengan almarhum. Bagi saya yang penting imagenya bisa terjaga. Munir bagi kita teladan, upaya untuk mencapai “seperti Munir” suatu hal yang tidak mudah. Tapi minimal temen-teman di KontraS tetap menjaga agar tidak bertentangan dengan teladan atau apa yang sudah dicontohkan oleh Munir. Haris Azhar Saya bertemu dengan Cak pada tahun 1998 di depan LBH Jakarta, sore hari, pada saat peristiwa pengepungan Pamswakarsa di Tugu Proklamasi. Saat itu ada keramaian dan tiba-tiba Munir keluar. Saya sempat menegur Cak “Mau kemana Mas?” dengan lugas Munir menjawab “Menenangkan massa dulu” akhirnya saya tahu kemudian, bahwa Cak yang merendam massa yang dijebak di Tugu Proklamasi. Munir menjadi mediator sehingga pamswakarasa yang dikepung massa di tempat tersebut bisa keluar. Bagi saya, Munir orang yang simple dan sederhana. Munir bisa dilihat dari pribadinya, aktivitas kerjanya dan sebagai publik figur. Saya merasa orang yang mudah dekat dengan orang, sama halnya dengan Cak. walau tidak ada satu momentum individual saya dengan Cak yang merelasikan saya dengan Cak sebegitu romantisnya. Tapi, bila bertemu pasti kami akrab-akrab saja. Kadang saya
b e rit a
KontraS
bisa cerita sesuatu yang rahasia, sambil bercanda. Aktivitas kerjanya begitu baik karena jika ia menangani sesuatu ia akan mendalaminya. Sebagai publik figur juga cukup menarik. Munir seorang yang terbuka, akses mencari informasi tentang dia cukup mudah, soal naik motor dan pakaian yang sangat sederhana. Munir nyaris tidak punya ruang private karena ruangnya sudah menjadi ruang publik dan ia orang yang membuka diri untuk semua orang. Jika ada hal-hal tertentu yang tidak terbuka itu wajar, tapi untuk hal yang lain ia cukup terbuka. Ini juga berhubungan dengan karakter individualnya yang gemar berbicara. Dia bersedia diskusi panjang lebar hingga melewati jam makan, asal dia sudah kenal kita. Saya pribadi, lebih tertarik menjadikan dia sebagai sosok guru. Yang paling menarik soal ilmu dan aktivitas kerjanya dalam menganalisa sesuatu. Dalam hal ini, metode yang dilakukan oleh Munir tidak sama antara satu kasus dengan yang lain, mungkin karena Cak mempunyai pengalaman yang cukup banyak. Munir punya pengalaman mengadvokasi banyak jenis kasus, ditunjang pula oleh kemampuannya untuk ‘mendekati’ banyak orang, hin gga mempermudah ia mengadvokasi kasus-kasus tersebut. Ia punya kemampuan untuk membungkus semua itu menjadi sesuatu hal yang menarik dan jadi perhatian banyak orang. Yang paling menonjol adalah kemampuan oral-nya yang luar biasa. Munir secara individual, secara aktivis dan secara publik figur, tiga-tiganya nyaris diketahui semua orang. Karena ia terbuka, Munir muncul dengan bahasa yang ‘sensual’ dan punya kemampuan atau pengalaman yang baru Ditambah kemauannya untuk belajar. Ia selalu mengajarkan pada kita dan mengingatkan bahwa , “Bila mau ngomong harus dilihat dulu, apa sudah diomongin oleh orang lain. Biasakan untuk bicara sesuatu yang baru, punya manfaat, punya daya dobrak, punya daya pengaruh dan “segala macem”. Ini juga yang membuat Munir selalu dicari oleh wartawan-wartawan, dbahkan oleh kelompok-kelompok lain. Munir tetap dicari dari mulai persoalan hukum, HAM, militer, soal politik negara. Semuanya enak dan logis didengar jika keluar dari Munir.
Kontra s No.05/IX-X/2004
16
Berita Utama Sosok
Munir
Sosok Munir lainnya juga menajdi nilai berita, mulai soal motor buntutnya hingga keluarganya. KontraS dan Munir lahir dari satu ruang dan waktu. KontraS sendiri sebenarnya tidak mau dibayang-bayangi oleh nama besar almarhum, karen a KontraS sendiri punya misi dan visi. Lalu punya rencana kerja yang harus dilaksanakan dalam skala waktu tertentu. Persoalannya sekarang, bagaiman a mendudukan visi, misi dan hidup dengan rencana yang sudah KontraS susun dalam waktu berkala itu. Ada pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Munir, seperti mau duduk sama-sama, tidak memaksakan kehendak, berdiskusi memecahkan masalah dan juga menciptakan kepemimpinan dalam saat-saat yang genting. Metode-metode seperti ini yang diwariskan oleh Cak. Ini yang sebetulnya bisa terus kita lakukan. Sedang misi dan visi bisa berubah sesuai dengan tantangan dan hambatan serta konteks perjuangan HAM yang ada di Indonesia. Nining Nurhaya Pada 7 September 2004, pukul 14.00 saat saya sedang menonton film dokumenter Shadow Play di JMC (Jakarta Media Center). Tiba-tiba masuk pesan singkat yang berisi “Ning, saya sedang panik, saya dengar Munir meninggal dunia di pesawat”, dari salah seorang kawan. Membaca pesan tersebut, saya terhenyak dan panik juga, karena baru semalam saya dengar dari Poengky dan Ratna yang mengantar kepergian Munir sampai di Bandara Soeka r no- Ha t t a mengatakan bahwa
17
b e rit a
dalam
Kenangan
Cak berangkat dalam keadaan sehat dan penuh dengan suka cita. Berita sedih tersebut segera saya tanyakan pada Usman yang kebetulan saat itu ada di JMC sebagai narasumber diskusi mengenai RUU TNI. Usman tidak dapat memastikan berita tersebut saat itu, dia cuma berkata “kita tunggu konfirmasi dari Garuda”. Setelah itu hp saya mulai dipenuhi pertanyaan melalui sms ataupun telepon tentang berita tersebut. Saya hanya bisa bilang, nanti akan saya kabari setelah saya dapat kepastiannya. Saya mulai menangis dan berharap bahwa berita itu bohong, saya coba kirim sms ke hp Cak untuk menanyakan berita tersebut yang isinya “Cak, saya dengar rumor kalo Ca meninggal di pesawat. Ga kan Cak? Selamat belajar ya Cak”, namun sms tersebut tidak pernah terkirim sampai akhirnya diterima oleh Mbak Suci, saat menjemput jenazah Cak dari Belanda. Sedih atas kehilangan Cak, itu yang saya rasakan hingga saat ini. Namun tidak akan mematahkan semangat yang telah ditanamkan oleh Cak pada kami untuk meneruskan cita-cita Beliau, untuk
doc.Kontras
Kontra s No.05/IX-X/2004
Rekan-Rekan
KontraS
menjadikan Indonesia Negara yang damai tanpa kekerasan. Analisa dan kritik Cak yang tajam terhadap situasi terkini, selalu saya kagumi dan pelajari walaupun masih jauh sekali agar saya bisa seperti itu. Cak selalu mendorong kami untuk maju dan berkembang. Dalam banyak hal, ia telah memberikan kesempatan berharga bagi saya untuk berkembang dan bisa seperti sekarang, walaupun saya kuran g memanfaatkan waktu untuk lebih banyak lagi menimba ilmu darinya. Kedekatan saya dengan Cak berbeda dengan kawan-kawan di KontraS. Bisa dibilang saya tidak jauh tapi juga tidak dekat dengan Cak. Namun kehadiran Cak dalam hidup saya selama mengenalnya sangat berarti, karena Cak adalah potret dari Human Rights Defender yang sejati. Dia sangat perhatian dengan orang-orang yang ada disekitarnya, tidak sombong dan mau diajak bicara ketika kita butuh bertukar pikiran, sangat fleksible. Perhatiannya tidak hanya berlaku untuk orang lain saja tapi khususnya istri dan anaknya. Seringkali Ia memberikan nasihat-nasihat tentang berumah tangga
Berita Utama Sosok
Munir
pada kami walaupun ada diantara kami yang masih lajang. Ketika berbicara soal ini, terpancar diwajahnya betapa dia sangat mencintai keluarganya. Islah Munir adalah seorang yang sangat berani, keberanian yang didukung oleh kecerdasan. Setiap langkah yang akan dia lakukan ia telah analisa termasuk dampaknya. Sebagai manusia dia mungkin mempunyai rasa takut, tapi dia tidak tunduk pada rasa takutnya itu. Sebagai sosok manusia dia sangat sederhana dan tidak sombong. Munir juga menjadi sebuah spirit dan menjadi sebuah contoh yang baik bahkan menjadi ikon hak asasi manusia dan penegakan keadilan. Dan yang terpenting, Ia selalu konsisten dalam pekerjaannya menegakkan keadilan.
dalam
Kenangan
Rekan-Rekan
KontraS
Aku Ada Disini Kita bertemu lagi, Cak… Setelah 7 tahun tiada bersua dan bercengkrama Kau melihat kearahku dengan senyum hampa Saat itu ku tahu, kau tlah melupakan aku, Cak Kurasa…tiada yang salah disana Begitu banyak yang tlah kau lalui dan jalani Jadi…wajarlah kiranya kau tiada mengenaliku lagi Akupun berbuat hal yang sama, Cak.. Agar tiadalah beban dihatimu dan rasa malu karena kealpaanmu Dahulu 7 tahun yang silam, kita pernah bercengkrama Tentang negri tercinta ini Tentang selaksa ide gila di kepalamu, Cak Dan aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya Karena kau hendak mencabut “Pohon Beringin” sampai keakar-akarnya Dan aku kembali tertawa, karena akar “Pohon Beringin” itu ada di pucuknya Pohon Beringin keramat. Dimana para “dedemit” bersemayam Bergelantungan di setiap serabut Bertengger di setiap helai daun Pohon Beringin keparat,”ujarku Seperti biasa kau pun berujar “good, good,…good” Dan akupun tertawa terbahak-bahak Tapi kini…aku bekerja disini, Cak… Walaupun kau tiada mengenaliku lagi Aku bekerja dari apa yang kau bangun dengan ide-ide gilamu dahulu Hidup ini memang menggelikan, Cak Seperti kau tertawa geli, dengan pola pikir primitif (menurut pendapatmu) Nyatanya sekarang…aku ada disini
KontraS, akhir Ramadhan 2004 Raden Agus Suparman Sahabat yang terlupakan
doc.Kontras
Dibarisan depan: dalam Karnaval Anti Kekerasan, Maret 2002 b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
18
Berita Utama Sosok
Munir
dalam
Kenangan
Rekan-Rekan
KontraS
Baru saja aku melihat engkau melambaikan tanganmu Tak kusangka itu akhir dari semua lambaian tangan darimu Tak tahu kapan pertama kali engkau melambaikan tangan Untuk melangkah bersama Demi sebuah arti kemanusiaan Yang selama ini tidak ada harga yang pasti Karena memang tidak ada penghargaan selama ini Kami baru saja mencoba untuk mengerti arti sebuah kemanusiaan Dan itu juga belum mencukupiku untuk mengerti Seutuhnya tentang arti sebuah kemanusiaan Lambaian tangan terakhirmu Sejenak menghentikan segumpal organ di kepalaku Namun, tidak menghentikan pondasi yang ada Yang engkau bangun selama ini yakni” Kemanusiaan” Aku tahu engkau pasti tidak mau langkah-langkah kami Terhenti sampai disini Kami tahu engkau pasti ingin kami meneruskan langkah-langkah Yang seejak kemarin enngkau mulai Yang mungkin tak tahu akan berujung dimana? Meski kami tahu kami akan melangkah diantara tembok tirani Yang tak lagi mengenal nurani Dan kami berjanji akan tetap melangkah untuk sampai tujuan Meskipun kami tahu tujuan bukan lah akhir dari sebuah langkah
doc.Kontras
Lambaian tangan terakhirmu Akan terus menuntun langkah-langkah kami Dan akan terus melangkah bersama kami Menjadi mesiu dalam langkah-langkah kami Terima kasih atas semua pelajaran yang kau berikan Dan terima kasih atas semuanya ...... (M Harits)
Aksi Seribu Lilin untuk Mengenang Munir, Bunderan HI, September 2004
628128374xxx 6281328740xxx 6281586086xxx 6281586072xxx 628125711xxx 62811119xxx 6281315247xxx 628124169xxx 6281335516xxx Amien
19
Selamat datang....kesedihan..... Bung Munir patut kita hormati sebagai pahlawan penegakan hukum dibumi nusantara ini. Innalillahi Indonesiaku berduka cita atas meninggalnya simbol HAM negara. Semoga demokrasi HAM tetap abadi Selamat Jalan pahlawanku. Kepada pejuang HAM lainnya teruskan perjuanganmu!... Dunia kehilangan atas meninggalnya pendekar HAM Munir Selamat jalan Cak Munir, doa kami menyertaimu. Slmat jalan Munir. Semoga akan muncul Munir2 yang punya keberanian yang besar. Selamat jalan Munir. Jutaan Munir akan lahir untuk menegakkan HAM. Sepak terjangmu mengilhami kami semua, kami akan teruskan perjuanganmu. Semoga rahmat Alloh sll bersamamu.
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
doc.Kontras
penghargaan: Walikota Batu menyerahkan penghargaan terhadap Almarhum Munir yang diterima oleh keluarga
doc.Kontras
Todung Mulya Lubis: memberikan Pesan terakhir mewakili kawan-kawan Almarhum pada upacara pemakaman
Mengantar Pahlawan: Ribuan orang berbondong mengantar almarhum ke pemakaman b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
20
s
u
a
r
a
K O R B A N
PILIHAN TUHAN Engkau terlahir sebagai manusia pilihan Tuhan Pembela umat, menentang ketidakadilan Kini nafasmu telah berhenti Untuk menghadap Illahi Robbi Namun perjuangan dan semangatmu Kan selalu mengalir di nadiku Tanjung Priok, 7 September 2004 Tuti Koto (Ibunda Yani Afri, korban penculikan aktivis 1998)
Dedy Bagus Budi Hartono (keluarga Korban Mei 1998)
Awal mula pertemuan saya dengan Cak ketika kerusuhan Mei 1998, dengan beberapa kawan dari NGO. Kami, keluarga korban bertemu dengan Munir di Team relawan. Saya sendiri ikut dengan KontraS sudah cukup lama dalam melakukan advokasi-advokasi kasus Mei dan hingga sekarang. Ketika kami meminta untuk dibentukknya satu KPP HAM untuk Mei oleh Komnas HAM,
21
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
saya berdiskusi tentang kerugian dan keuntungan bila KPP HAM ini terbentuk Cak memberikan saran, “Kalau sudah menjadi komitmen suara korban, dorong saja selagi baik.” Dia juga berpesan agar korban jangan sampai pecah. Seperti pengalaman korban Priok. Ini membuat motivasi saya untuk melakukan konsilidasi terus-menerus dengan korban-korban yang lain agar tidak menjadi titik lemah kita yang bisa dilihat oleh para pelaku pelanggaran HAM. Bagi saya, Munir orang yang sangat konsisten. Yang tidak bisa dilupakan, dalam keadaan serius apapun ia masih tetap bisa bercanda. Seberat dan sebesar apapun resiko yang ada tetap ia terima. Munir membuat kita berpikir tidak takut terhadap apapun dan dalam situasi apapun. Sosok pribadi Munir tetap tidak bisa tergantikan. Tapi apa yang dilakukan oleh Munir bisa menjadi tolok ukur dan diteruskan oleh teman-teman yang lain, dengan satu tujuan mementingkan korban dan mereka-mereka yang tertindas.
UNDANG-UNDANG KOMISI KEBENARAN & REKONSILIASI UNTUNGKAN PELANGGAR HAM Begitu disahkan DPR pada 7 September 2004 UU Komisi Kebenaran dan Rekon siliasi (KKR) langsung mendapat kritik. UU No. 27 tahun 2004 ini ternyata tetap tidak memberikan keadilan bagi korban, sebagaimana telah diprediksi sebelumnya. Harapan akan terjadinya pengungkapan perkara HAM di masa lalu, diragukan akan dapat terwujud. Pasalnya, RUU itu justru dianggap lebih menguntungkan para pelaku pelanggaran HAM. Penilaian itu berangkat dari beberapa ketentuan dalam UU KKR, antara lain yang mengatur soal pembelian amnesti dan rehabilitasi. Dinyatakatakan bahwa amnesti dan rehabilitasi baru dapat diberikan jika korban sudah memaafkan pelaku. Pengajar Filsafat HAM, Frans Magnis Susen o, mengaku terkejut dengan munculnya pasal yang mengharuskan pemberian maaf. Menurutnya, keharusan itu justru akan menghambat pengungkapan apa yang terjadi dalam suatu peristiwa. Pengungkapan suatu kebenaran tidak dapat dilakukan dengan cara memaksa seperti itu. Sementara itu korban kejahatan negara juga menolak UU KKR yang telah disetujui DPR ini. Sumarsih, orang tua dari Wawan, korban Semanggi I yang juga Tim Perumus Deklarasi Korban Kejahatan Negara menyatakan bahwa UU KKR banyak mengandung pasal-pasal yang memberi kekebalan pada pelaku. Selain itu, UU itu juga tidak mengatur pemanggilan paksa. Padahal, dari pengalaman Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM, sangat sulit memanggil para jenderal yang diduga sebagai pelaku kejahatan Forum Koordinasi Tim Advokasi dan Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Peristiwa ’65 menyatakan, lembaganya tidak menolak secara keseluruhan UU KKR tetapi hanya menolak pasal 27 dari UU tersebut. Menurut Koordinator Forum, Witaryono S Reksoprodjo, pasal 27 itu tidak adil karena telah mereduksi hak korban untuk mendapatkan kompensasi dan rehabilitasi karena hak-hak tersebut
dikaitkan dengan keharusan pelaku untuk terlebih dahulu mendapatkan amnesti. Witaryono mengusulkan agar kebenaran yang terungkap melalui KKR digunkan menjadi bahan pelurusan sejarah nasional Indonesia. Ia juga mengusulkan agar pemerintah segera mengeluarkan peraturan pemerintah agar pelaksanaan teknis UU KKR dapat secepatnya ditindaklanjuti. Prioritas utama yang harus segera dilaksanakan adalah dihapuskannya peraturan diskriminatif, baik diskriminatif secara politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Anggota Komnas HAM, MM Billah menyatakan bahwa kecenderungan KKR yang lebih menekankan rekon siliasi ketimbang pengungkapan kebenaran justru masuk wilayah yang diperjuangkan Komnas HAM dalam berbagai kasus dugaan pelanggaran HAM berat. “KKR dan Komnas HAM akan saling berebut melakukan penyelidikan kasus yang diduga diwarnai pelanggaran HAM berat. Karena sifatnya yang lebih memihak pelaku daripada korban pelanggaran HAM berat, maka KKR akan mengambil alih tugastugas penyelidikan Komnas HAM,” kata Billah. Kecenderungan terjadinya persaingan wewenang menurutnya disebabkan belum adanya mekanisme yang mengatur wewenang serta kewajiban KKR-Komnas HAM di wilayah abu-abu (grey area). Tumpang tindih peran KKR dan Komnas HAM ini menurutnya disebabkan adanya indikasi para wakil rakyat di DPR kurang serius membuat undang-undang yang mengatur kedua lembaga negara itu. Jadi, jika dulu Komnas HAM merasa ditelikung DPR dan Kejaksaan Agung, maka sekarang tambah lagi yang mau menelikung Komnas HAM, ya KKR itu. “Daripada kacau balau tidak keruan begini kenapa DPR tidak membubarkan Komnas HAM sekalian aja,”ujar Billah.
b e rit a
Berdasarkan catatan Kontras, UU No. 27 tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi ini merupakan produk hukum yang mengindahkan hak-hak korban serta menjadi alat impunity baru yang menguntungkan pelaku. Beberapa poin penting yang patut dikritisi adalah : 1. Konsep kebenaran lebih mengacu pada kebenaran formal-yuridis yang sangat positivistic (Pasal 1 ayat 1). Padahal untuk mengungkapkan kasus pelanggaran HAM berat yang telah berlangsung cukup lama, sulit untuk mencari pelaku atau barang bukti definitif. Kebenaran di sini tidak mencakup kebenaran yang lebih substansial, seperti mengungkapkan pola, metode dan sistem pelanggaran HAM-nya, motif politik, logika politik di balik peristiwa, dan pertanggungjawaban negara. Kebenaran yang seharusnya menjadi tujuan KKR ini lebih bersifat politis dan sosial. Yang lebih penting justru pengungkapan kebenaran adanya suatu rezim politik yang memiliki sistem, struktur, kebijakan, atau pendekatan politik yang represif dan yang memiliki intensitas tinggi dalam pelanggaran HAM. 2. Konsep rekonsiliasi hanya mengedepankan pengampunan (amnesty). Padahal unsur terpenting rekonsiliasi adalah negosiasi atau kompromi antar kepentingan, dalam hal ini pelaku dengan korban. Den gan menonjolkan pengampunan pada konsep rekonsiliasi maka ada posisi yg tidak seimbang, dengan pelaku mendapat banyak keuntungan dan korban termarginalkan. Semestinya, rekonsiliasi tidak sekedar berujung pada amnesti, namun harus menjangkau rekonsiliasi di tingkat nasional, komunitas, hingga individual. 3. Hanya mendefinisikan korban sebagai orang perseorangan atau kelompok orang dan men cakup ahli warisnya yang mengalami langsung suatu pelanggaran HAM berat. Padahal sesuai dengan prinsip-prinsip Hak Korban, definisi korban seharusnya lebih luas, mencakup siapa saja – termasuk keluarga, sahabat, pendamping korban- yang juga ikut mengalami penderitaan sebagai hasil turunan penderitaan korban tersebut. 4. Tidak dijelaskan definisi pelaku. Hal ini mengaburkan kebenaran substansial dalam suatu kasus pelanggaran HAM berat. Biasanya dalam penuntasan kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia pelaku yang bisa dijerat dan dibuktikan oleh hukum adalah pelaku lapangan saja.
Kontra s No.05/IX-X/2004
22
Padahal sesuai dengan hukum kebiasaan HAM internasional berlaku prinsip “pertanggungjawaban komando” dan “aktor negara/state actor. Dengan tidak adanya definisi yang jelas dan rezim yang otoriter, pelaku yang mungkin diklarifikasi adalah aktor-aktor non-negara/non-state actor yang justru nantinya melanggengkan ketegangan antar kelompok, sementara pelaku yang merupakan institusi negara justru tidak terjamah. 5. Periode waktu 1945 sampai 2000, yang sangat panjang. Kesaksian, korban, barang bukti, dan pelaku dari periode 1940-an akan sulit dilakukan. Para saksi, korban maupun pelaku itu sudah terlalu tua bahkan mungkin telah meninggal dunia, sementara barang bukti juga telah hilang dan sulit ditemukan. 6. Hanya menyelesaikan kasus pelanggaran HAM (gross human rights violations) berat sesuai dengan UU 26/2000 (pasal 9). Padahal seharusnya juga mencakup pelanggaran HAM lainnya, termasuk hukum humaniter in ternasional maupun pelanggaran atas Hak-hak Ekonomi, Sosial, Budaya. 7. Mengabaikan hak-hak korban atas keadilan, karena tertutup pintu diadakannya pengadilan HAM bagi para pelakunya (pasal 44). Padahal semestinya KKR dan pengadilan HAM menjadi hal yang komplementer upaya penegakkan HAM pada negara transisi. 8. Kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi (KRR) sebagai bentuk pemulihan hak korban tidak dijelaskan sencara rinci. Dengan mencantumkan kalimat “sesuai dengan kemampuan keuangan negara” dikhawatirkan hak atas pemulihan tidak akan maksimal. Juga tidak diperinci metode penghitungan kerugian korban secara rinci, oleh subkomisi kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi. Ketentuan pemberian KRR diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 3/2002 tentang KRR sudah terbukti sangat tidak operasional dalam pengadilan HAM yang telah berlangsung. Selain itu kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi diberikan hanya bila permohonan amnesti dikabulkan (Pasal 27). Padahal pemberian kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi bagi korban tidak berkaitan dengan amnesty karena itu merupakan hak korban yang harus didapat dalam keadaan apapun. 9. Memungkinkan pemaksaan (lewat pengadilan) bagi korban yang menolak untuk memberikan kesaksian. Artinya korban wajib memberikan keterangan di depan KKR dan akan dihukum jika tidak memenuhinya. 10. Terdapat kontradiksi dan dualisme kerja antara KKR ini dengan Komnas HAM menyangkut fungsi dan peran penyelidikan. Dalam UU KKR, tugas penyelidikan atas pelanggaran HAM berat adalah subkomisi penyelidikan dan klarifikasi (pasal 17), sementara dalam UU Pengadilan HAM, tugas itu dipikul oleh Komnas HAM.
23
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
AGENDA BARU UNTUK PERDAMAIAN ACEH Rapat Koordinasi Politik dan Keamanan telah memutuskan agar status darurat sipil yang akan berakhir 19 November 2004 di Aceh menjadi ‘PR’ pertama pemerintahan baru, namun kontak senjata dan nuansa kekerasan masih berlangsung sampai saat ini. Kondisi ini men cerminkan kegagalan menciptakan kondisi terciptanya proses perdamaian di Aceh. Hal ini juga dicerminkan dengan masih banyaknya pelan ggaran terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia, seperti yang disebutkan dalam laporan Human Rights Watch tentang praktek penyiksaan dan perlakukan tidak manusiawi terhadap tawanan GAM serta proses pengadilan yang tidak fair terhadap mereka. Sementara itu, darurat sipil yang berlaku sejak Mei 2004 memang telah mempersempit berbagai peristiwa kontak senjata. Akan tetapi darurat sipil tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap proses perdamaian yang dinantikan oleh segenap rakyat Aceh. Ini dapat dilihat dengan semakin kuatnya pengawasan terhadap kelompok masyarakat sipil. Akibatnya, kondisi ini menimbulkan dampak ketidakamanan dan perasaan takut yang berlebihan yang mengakibatkan terhambatnya proses penciptaan kondisi perdamaian dan perbaikan ruang gerak masyarakat sipil. Pengawasan yang ketat telah memberikan dampak sejumlah pelanggaran prinsip proteksi human rights defenders. Selama darurat militer dan darurat sipil, tercatat kasus-kasus korupsi baik di kalangan sipil (Pemda dan DPRD) serta kalangan TNI. Hal ini menunjukkan kondisi pemerintahan darurat seperti itu justru menyuburkan praktek korupsi sebagai suatu kejahatan serius yang mengorbankan hak-hak ekonomi, sosial, budaya rakyat Aceh, seperti problem pen didikan dan kesehatan bagi masyarakat Aceh. Berangkat dari berbagai hal tersebut, Kontras menyatakan bahwa
penting bagi pemerintahan baru ke depan untuk membenahin ya. Pemerintah baru hendaknya dapat belajar dari pengalaman berbagai konflik di negara lain, seperti Srilanka dan Irlandia, untuk mendoron g terciptanya prakondisi terlaksananya proses perdamaian di Aceh, dengan melakukan beberapa hal: Petama, Sesegera mungkin mencabut darurat Sipil di Aceh dan melaporkan evaluasi dan pertanggungjawaban hasilnya kepada publik. Kedua, Pemerintahan baru juga harus mendorong dan menjamin terciptanya suatu kondisi menuju proses perdamaian Aceh dengan mengambil berberapa langkah berikut: - Memberikan ruang gerak lebih luas kepada masyarakat sipil untuk melakukan aktifitasnya dengan tidak membebani mereka dengan ‘politik perijinan dan identitas’ yang selama ini diberlakukan oleh penguasa darurat Sipil. - Menyelesaikan berbagai persoalan pelanggaran hak asasi manusia dan penyelewengan yang berlawanan dengan prin sip pemerin tahan yang baik (good governance), seperti kasus korupsi, dan penyelewengan dana kemanusiaan, pendidikan, dan kesehatan. - Memberikan jaminan kepada semua masyarakat Aceh untuk menikmati rasa aman dan terbebas dari ketakutan. - Membuka akses seluas luasnya terhadap dunia international untuk terlibat dalam usaha proses perdamaian Aceh. - Mengadakan dialog antara pemerintah dengan berbagai kalangan di Aceh terutama kelompok masyarakat sipil untuk memulai membangun kondisi menuju proses perdamaian. Ketiga, memasukkan agenda rencana penyelesaian konflik Aceh dan dalam masa 100 hari pemerintahan sebagai salah satu indikator penting kinerja pemerintahan baru.
Tujuh Pengurus Koperasi Pasar Ditangkap Pemda Tangerang Sejumlah pedagang kaki lima pasar Taman Kotabumi, Pasar Kamis, Kabupaten Tangerang melakukan protes terhadap Pemda, perihal ditangkapnya beberapa pedagang pasar. Permasalahan berawal ketika adanya perjanjian awal antara Pemerintah Kabupaten Tangerang dengan Koperasi Pasar (KOPPAS) untuk melakukan renovasi pasar. Dalam kerjasama tersebut disepakati pembangunan pasar diatas lahan fasilitas musholah, kantor Koppas dan truk pengangkat sampah, namun kenyataannya pembangunan telah selesai dan pemerintah telah menarik cicilan kepada pedagang tapi pembangunan fasilitas yang disepakati tidak dipenuhi dan tidak ada tanda-tanda akan dibangun.
Buntut dari hal tersebut, pedagang yang tergabung dalam Koppas memprotes pembangunan yang tidak memadai, adapun ketidakpuasan ini disampaikan pada pedagang kaki lima lewat tulisan spanduk yang berbunyai “Stop manipulasi, hentikan cicilan sampai ada keputusan dari Kabupaten untuk menghentikan manipulasi dalam pasar Taman Kota Bumi.” Akan tetapi protes tersebut dijawab Pemerintah Kabupaten dengan mengerahkan pihak keamanan setempat untuk menangkap tujuh orang pengurus Koppas yang dianggap menghasut pedagang kaki lima lainnya untuk tidak mentaati aturan yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten, dengan dasar pasal 160 KUHP. Padahal AD/ART Koperasi menerangkan pemasangan spanduk dan
Aksi Todong Pistol Petugas LP Sementara itu, telah terjadi aksi todong pistol oleh petugas LP kepada pengacara Kontras dan LBH Jakarta. Hal ini bermula dari kedatangan tim pengacara ke LP Tangerang (28/10) pukul 13.00 WIB, untuk menemui klien, para terdakwa pedagang pasar Kutabumi Tangerang. Layaknya tamu yang berkunjung, tim meminta izin kepada petugas untuk memperbolehkan masuk agar dapat bertemu dengan klien Tapi, petugas jaga tidak memperkenankan tim masuk dengan alasan sedang aplus. Setelah lama menunggu di luar, tim kembali meminta petugas LP agar menerima tim masuk (kebetulan saat itu sedang Ramadhan dan cuaca sangat panas di luar). Tapi petugas malah mengatakan “Silakan, jika ingin adem menunggu diwarung saja, didalam tidak ada ruang tunggu.” Hingga setelah lama menunggu, tim dipersilahkan masuk. Tetapi tim dikejutkan oleh teriakan petugas LP yang bernama Ferly. Sambil bertolak pinggang, Ferly berteriak,” Diam! Ini wilayah saya!! Ini wilayah saya !!! ini kekuasaan saya!!! Merasa terganggu, tim menanyakan maksud teriak itu. Tapi, entah mengapa Ferly malah membentak dan kembali
segala macamnya diperbolehkan kepada Koppas selama masih dalam wilayah pasar. Penangkapan itu dilakukan secara sewenang-wenang, mendadak dan tanpa dilengkapi dengan surat perin tah penangkapan. Ketujuh tersangka sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri setempat dan menjadi tahanan Kejaksaan sejak tanggal 20 Oktober sampai dengan 8 November 2004, dan dititipkan di LP Tangerang mulai tanggal 21 Oktober dalam dua tempat terpisah. Atas pengaduan masyarakat ini, dan untuk menindaklanjutinya, KontraS dan LBH Jakarta telah men gunjungi Lembaga Pemasyarakatan Kota Tangerang tempat dititipkan para tersangka untuk menanyakan duduk persoalan yan g sebenarnya dan untuk mengambil langkah hukum selanjutnya.***
berteriak “Kalau masuk, ngga usah ngomong! Jika tidak silahkan ambil KTP kalian dan keluar dari sini,! Ujarnya mengusir. Tim sempat berdebat dan puncaknya Petugas Ferly merampas pistol petugas penjaga pintu LP dan mengacungkan pistol keatas lantas menodongkannya kearah team, sambil tetap berteriak mengusir. Keadaan menjadi gaduh, para petugas LP lainnya datang, termasuk KALAPAS. Saat itulah tim menjelaskan langsung pada KALAPAS, siapa tim dan maksud tujuannya. Setelah itu KALAPAS berjanji akan menindak bawahannya Ferly dan mempersilahkan tim menemui klien. Berdasarkan peristiwa ini, Kontras dan LBH Jakarta menyatakan (1). Mengutuk keras aksi ‘koboy’ Ferly yang diselubungi seragam Lembaga Permasyarakatan Tangerang, (2). Meminta kepada Menteri Kehakiman dan HAM Cq.Dirjen LAPAS untuk memberikan sanksi tindakan, (3). Meminta kepada aparat LP Tangerang agar menghormati hak-hak kuasa hukum yang diatur dalam Undang-Undang Adokat No.18 tahun 2003 dan undang-undang lainnya, (4). Mendesak Kapolri untuk menindak tegas petugas LP Tangerang yang menyalahgunakan senjata api untuk mengancam melakukan pembunuhan terhadap aktivis LBH Jakarta dan KontraS.
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
24
BENTROK ANTAR WARGA DI LAMPUNG SELATAN Ratusan warga Desa Bandarejo, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, terlibat bentrok dengan Pengurus cabang Lembaga Dakwah Islamiah Indonesia (LDII) setempat, (8/9). Dalam bentrok tersebut, satu orang tewas, delapan lainnya luka-luka. Warga yang luka-luka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Abdoel Moeloek (RSAM). Mereka adalah Suyut (35), Uut (34), Miswanto (25), dan Agus Priyo (25). Keempatnya warga desa Bandarejo. Korban luka dari pihak LDII adalah Abdul Wahid (40) dan Solihin (35). Dua korban yaitu Nurkanto (30) dan Miran (30) sudah diperbolehkan pulang, sedangkan korban tewas adalah Suhemi (45). Menurut warga Desa Bandarejo, Erwin (27), keributan terjadi karena warga tidak setuju dengan keinginan pengurus cabang LDII yang akan mendirikan masjid di daerah itu dengan alasan di tempat tersebut sudah ada masjid. Pihak LDII tidak senang dengan penolakan itu. Karena jumlah pengurus cabang LDII tidak banyak, mereka meminta bantuan anggota LDII wilayah lain. “Kita tidak tahu kalau LDII minta bantuan sebab mereka datang pada malam hari. Pada pagi hari kami terkejut karena disekitar lokasi pembangunan masjid sudah banyak berkumpul massa yang tidak dikenal,”kata Erwin. Melihat kehadiran puluhan massa dari luar Desa Bandarejo, warga setempat marah dan bentrokan tidak bisa dihindari. Polres Lampung Selatan menahan 41 orang warga dan dari pihak LDII, polisi menahan 77 orang untuk didengar keterangannya. Selain itu polisi menyita senjata tajam berupa golok dan pisau, kayu serta sepeda motor sebanyak 27 unit yang digunakan anggota LDII yang datang dari luar desa. Menurut Kapolres Lampung Selatan Ajun Komisaris besar (AKB) Budi Santoso, polisi belum melihat adanya pihak lain yang sengaja menyulut keributan di desa tersebut. Sementara itu Wakil Bupati Lampung Selatan, Muchtar Husin menawarkan kepada kedua belah pihak untuk berdamai. “Kalian berasal dari satu desa, coba berdamai saja dan kita cari jalan keluarnya,”ujar Muchtar. Akhirnya kedua belah pihak sepakat berdamai dengan perjanjian masjid tersebut harus dibongkar. Setelah berembuk, pihak LDII yang diwakili pengurus cabangnya, Sutrisno, menyetujui masjid dibongkar, tetapi mereka juga minta jaminan dari warga agar tidak dendam kepada mereka. Warga Desa Bandarejo setuju atas permintaan pihak LDII. Akhirnya masjid dibongkar disaksikan Wakil Bupati Lampung Selatan, Kapolres, Camat, dan warga masyarakat serta pihak LDII.
25
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
PERLINDUNGAN BAGI SANG TIMUR Kasus penutupan sekolah Sang Timur (3/10) yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Karya Sang Timur, Tangerang, oleh sekelompok massa yang menyebabkan sekitar 2.417 siswa TK, SD, SMP, dan SLB tak bisa melakukan proses belajar mengajar, disinyalir dilakukan oleh sekelompok massa yang menggunakan agama sebagai alasan untuk menutup sekolah tersebut. Juru bicara Gusdur yang juga mewakili Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Adhi Marsaardi, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil monitoring dan investigasi, sepertinya memang ada provokator, karena sebagian dari mereka yang melakukan penutupan tersebut adalah orang-orang yang asalnya dari luar daerah tersebut. Secara tidak langsung, dari peristiwa ini menurut Adhi, ada gerakan yang ingin menggunakan agama sebagai pemicu konflik yang berbau SARA. “Mengenai sekolah tersebut digunakan sebagai tempat ibadah dan kebaktian bagi umat Khatolik, kita harusnya menyikapinya dengan bijaksana. Kita mestinya bertanya, kenapa sampai terjadi begitu, dan jawabannya karena untuk mendirikan gereja itu sekarang sangat sulit prosesnya. Mestinya yang menangani masalah keagamaan itu harus yang mengerti soal keagamaan,” ujar Adhi. Sementara pengurus Yayasan Sang Timur, Suster Sylvia PIJ, mengatakan, Sang Timur mendidik anak menjadi pintar. “Tidak ada maksud selain hanya mendidik anak mereka agar menjadi manusia yang baik, cerdas dan berbakti kepada bangsa dan negara,” katanya. Suster Sylvia mengharapkan pemerintah segera turun tangan agar sekolah Sang Timur menjalankan proses belajarmengajar tanpa gangguan. Anak-anak mengikuti pelajaran dengan jiwa merdeka. Di tempat lain, Forum Orang Tua Murid Yayasan Sang Timur, Ciledug, Tangerang, meminta pemerintah agar secepat mungkin mengembalikan proses belajar mengajar di sekolah Sang Timur seperti sediakala. Dalam penyataan sikap yang ditandatangani oleh Ketua Forum Orang Tua Murid, Hillon I Goa, para orang tua murid meminta pemerintah memberikan perlindungan bagi murid, orangtua, guru dan karyawan Sang Timur demi kelancaran proses belajar-mengajar.
KamiBerdukaCita
doc.Kontras
Mengantar Jenasah: ribuan orang dari berbagai penjuru, bersama mengantar jenasah kepemakaman. Batu Malang, September 2004
KAMI SEGENAP BADAN PEKERJA KONTRAS BERDUKA SEDALAMDALAMNYA ATAS MENINGGALNYA BAPAK KAMI, GURU KAMI, SAHABAT TERBAIK KAMI CAK MUNIR. SEMOGA ARWAHNYA DITERIMA DI SISI-NYA. AMIEN.
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
26
40HariWafatnyaMunir 7 September 2004, Indonesia, khususnya keluarga Besar Munir, KontraS, Imparsial, YLBHI, VHR, Komunitas korban pelanggaran HAM dan lain-lain kehilangan ayah, anak, kakak, adik dan sahabat yakni Munir. Munir adalah salah seorang pendiri KontraS dan banyak lembaga lainnya. Beliau wafat dalam perjalanannya menuju negeri Belanda. Rencananya Munir akan menimba ilmu di negeri Belanda, namun Tuhan berkehendak lain. Munir dipanggil pulang lebih awal. Wafatnya Munir yang mendadak merupakan kesedihan yang mendalam bagi para aktivis. Munir telah menginspirasi dan memberi harapan akan adanya perubahan dalam penegakan HAM di Indonesia. Bagi mantan Presiden Abdurrahman Wahid, yang ikut mengisi acara tersebut, Munir adalah sosok yang ikut mempengaruhi pemikiran dan perjuangan dalam menegakkan demokrasi di Indonesia. Munir adalah seorang pemberani yang konsisten dalam ucapan maupun tindakannya. Gus Dur yang mengaku hanya sempat bertemu beberapa kali dengan Munir, terpengaruh oleh perjuangan Munir yang dengan gigih mendengar dan berbuat atas kekuasaan yang dialami beberapa anak negeri ini. Menurutnya, perjuangan Munir tidak cuma teoritik dan konseptional, tetapi nyata. Munir dengan berani membuka hati dan telinganya, untuk mendengar dan mendampingi orang-orang yang kesusahan. Sedangkan penegasan secara teologis Kristen tentang Munir yang masih hidup diungkapkan oleh Pendeta Nathan Setiabudi. Munir, menurutnya, memang sudah hilang.
27
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
perjuangan Munir tidakcumateoritik dankonseptional, tetapinyata.Munir dengan berani membuka hati dan telinganya,untuk mendengar dan mendampingiorangorangyangkesusahan.
“Tetapi, benarkah dia hilang? Tidak. Dalam arti tertentu Munir memang hilang. Tetapi sesungguhnya dia selalu hadir. Munir selalu hidup.” Demikian ditegaskan oleh Pendeta Nathan. Peringatan acara 40 hari wafatnya Munir diselenggarakan di Perpustakaan Nasional pada tanggal 16 Oktober 2004. Acara dimulai dengan sekitar jam lima sore diawali dengan pemutaran film dokumentasi Garuda yang dipandu oleh Usman Hamid. Acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama, shalat magrib, tahlilan, shalat isya dan acara dilanjutkan dengan obituari dari Gus Dur, Nurhasanah (orangtua korban) dan Pendeta Nathan Setiabudi (Ketua PGI). Pada acara tersebut juga diluncurkan buku Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi yang secara simbolik diberikan oleh Suciwati, isteri Munir, kepada Gus Dur, Nurhasanah (ibu dari Yadin Muhidin-salah satu korban hilang) dan Budiman Sudjatmiko. Juga pemutaran film tentang kisah perjalanan hidup Munir hingga akhir hayatnya. Acara ini dihadiri lebih kurang 400 orang. Acara ditutup oleh pembacaan puisi oleh Jose Riza Manua, musik oleh Oppie Andaresta dan Pesantren Jalanan.
daridiskusi.....
Perlindungan Hak Korban Abepura-Papua asus pelanggaran HAM Abepura telah diproses di pengadilan HAM Makassar sejak Mei 2004. Kasus yang menimbulkan jatuhnya korban meninggal dan luka-luka tersebut mendudukkan Jhony Waenal Usman dan Daud Sihombing menjadi terdakwa. Sejak awal terbetik harapan jalannya pengadilan yang jujur sehingga akan mewujudkan adanya kebenaran atas peristiwa dan penghukuman kepada pelaku. Untuk itu, maka negara juga wajib untuk menjamin pemulihan atas hak-hak korban. Apalagi, selesainya pengadilan HAM Adhoc Timor Timur dan Tanjung Priok tidak menunjukkan perubahan dan perkembangan yang cukup signifikan atas adanya perlindungan terhadap hak-hak korban ini. Namun di pengadilan HAM Abepura, kembali hal itu menjadi kendala. Jaminan perlindungan keamanan terhadap korban, tampaknya tidak menjadi hal yang cukup penting bagai aparatur negara, karena mereka akhirnya menyerahkan upaya perlindungan korban kepada pendamping dari Abepura. Hal ini juga tidak didukung oleh perangkat logistik yang memadai. Pengadilan juga tetap membiarkan hadirnya polisi yang notabene adalah kawan-kawan pelaku, yang tentu saja menimbulkan efek psikologis (ketakutan) terhadap korban. Sementara, pengadilan juga tidak menyediakan penerjemah resmi, sehingga dalam pemeriksaan saksi, hakim mendapatkan kesulitan untuk mengerti isi kesaksian korban. Maka menjadi pertanyaan besar, akankah ada pemen uhan terhadap pemulihan hak-hak korban yang memenuhi rasa keadilan menjadi bagian dari putusan pengadilan HAM Abepura. Akahkah proses penegakan hukum dan HAM terus menerus stagnan dengan dalih minimnya aturan perundang-undangan. Permasalahan diatas yang melandasi diskusi publik dengan dengan mengangkat
tema “Perlindungan hak-hak korban pelanggaran HAM Abepura”. Diskusi ini diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober 2004, yang diadakan oleh KontraS bekerjasama dengan Koalisi sipil untuk Kasus Abepura. Diikuti lebih kurang 100 peserta dari berbagai kalangan mulai dari advokat, NGO, akademisi, buruh dan masyarakat umum. Acara ini salah satunya menghadirkan H. Maelan Syarif (Jaksa Penuntut Umum Adh oc) yang mengatakan bahwa kendalanya adalah teknis yuridis dan tata
dinyatakan bersalah telah melakukan pelanggaran HAM berat di Indonesia. Belum lagi dalam konteks perlindungan korban, untuk menilai seberapa besar ganti kerugian yang harus diperoleh itu sangat sulit, paling tidak yang bisa diberikan adalah mendapatkan rasa aman kembali. Kepala Divisi.Adokasi KontraS Indria Fernida menyoroti bahwa pada dasarnya ada lima hak mendasar yang harus diberikan kepada korban HAM berat, antara lain,. hak untuk mengetahui kasusnya, hak untuk mendapatkan keadilan, hak untuk mendapatkan pemulihan terhadap hak-haknya, dan jaminan tidak berulangnya lagi serta proses pemuasan. Aturan nasional dalam PP.No.3/tahun 2002 hanya menyatakan bahwa reparasi (kompensasi, restitusi dan rehabilitasi) diberikan dalam amar putusan tapi tidak ada mekanisme yang mengatur bagaimana memperoleh reparasi tersebut. Khusus dalam kasus Abepura di Makassar, Indria, menyoroti doc. Kontras bah wa gugatan pengabungan perkara yang diajukan oleh Koalisi Masyarakat Sipil untuk Abepura cara bagaimana pelaksanaan perlindungan yang bertindak selaku kuasa atas korban, hak-hak korban ini. Walaupun telah ada PP ditolak dengan alasan bahwa reparasi telah No.3/2002 tentang Kompensasi, Restitusi diatur oleh PP. Karena tidak adanya dan Rehabilitasi, tetapi tidak diatur mekanisme pemberian reparasi, maka mekanisme pengajuannya, serta tidak diatur berbagai upaya pemenuhan hak korban teknis permintaan ganti rugi kepada dilakukan oleh korban maupun pendamping Departemen Keuangan. secara coba-coba. Dapat dipastikan maka Lebih lanjut ia mengatakan , keadilan bagi korban juga menjadi tak pasti. sebenarnya partisipasi masyarakat memang Maka sudah selayaknya negara memberikan sangat dibutuhkan dalam penanganan perhatian yang besar bagi pemenuhan hakmasalah pelanggaran HAM Abepura, hak korban pelanggaran HAM berat ini. namun ini juga tidak maksimal misalnya Sementara DR.Aswanto Ketua Dewan masih ada kendala di lapangan di dalam Pendiri YLBH Makassar, mengatakan melacak keberadaan saksi dari aparat yang bahwa kasus Abepura adalah violence by terlibat saat itu. omission karena telah terjadi pembiaran. Sementara Martinus mengatakan Sehingga yang perlu dikuatkan adalah bahwa persoalan HAM itu sifatnya membangun komitmen yang pihak yang universal. Penegakkannya bersifat memiliki anak buah dan anak buah yang situasional. Di Indonesia penengakkanya melakukan disuruh atau tidak, bukanlah hanya setengah-tengah, ini dapat dilihat masalah. Yang penting ia bisa dibuktikan belum adanya satu pun pejabat yang sebagai atasan.***
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
28
DebatPublik
trauma dan mengalami gagap bicara serta tangan kanannya bergetar terus. M.M Billah menyoroti bahwa berdasarkan hasil sementara penyelidikan yang dilakukan, ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah terjadi pelanggaran HAM biasa yang tidak berat, sejauh mana proses tersebut bisa memenuhi dan kemungkinan kedua telah terjadi rasa keadilan masyarakat. Misalnya pelanggaran berat HAM. Dalam kasus UMI terhadap dugaan pelanggaran HAM, telah terjadi tindakan kekerasan yang nyata. Komnas HAM perlu Komnas HAM hingga akhir ini masih dalam mempertanggungjawabkan kepada publik tahapan menyelesaikan laporan akhir hasil tentang penyelidikan Kasus UMI, demikian penelitian atas kasus UMI. pula pertanggungjawaban publik oleh Polri Sementara Haris Azhar menegaskan terhadap proses peradilan pidana terhadap bahwa masyarakat harus berani mengatakan anggota Polisi dan tersangka, yang sedang bahwa ada penyerangan terhadap populasi berjalan di Pengadilan Negeri Makassar. sipil, ada pertanggungjawaban komando, Apakah pengadilan telah memen uhi ada temuan penggunaan HT dan lain-lain. prinsip-prinsip standard criminal justice Jadi sebetulnya ada kegagalan melakukan pen cegahan terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak buah, dan ada penggunaan senjata oleh Intel. Bukan pada tempatnya Polri melakukan penyerangan terhadap masyarakat sipil?. Untuk itu telah terjadi pelanggaran HAM dalam kasus UMI, sehingga harus didorong pen yelesaiannya Komnas HAM. Kepolisian tidak perlu merasa terhina, karena kejadian seperti ini mampu menjadi nilai untuk perbaikan ke depan. doc. Kontras Senada dengan Haris Azhar, Daniel Panjaitan mengatakan bahwa system seperti prinsip fair trial, imparsialitas bahwa Kasus UMI sudah merupakan dan lain sebagainya. pelanggaran berat HAM, karena sudah Berangkat dari pemaparan diatas, melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Polisi maka diadakan sebuah Debat Publik yang sendiri sudah jelas punya tugas dan fungsi mengambil tema “Quo Vadis Kasus UMI”, masing-masing bahkan lebih rinci lagi yang diadakan pada 7 Oktober bertempat sebelum melakukan tindakan harus sudah di Hotel Bumi Asih Jaya, Makassar. Acara diperkirakan keadaannya. Ini yang harus yang merupakan kerjasama Kontras dengan dijelaskan oleh kepolisian. Menurutnya, LBH Makassar ini menghadirkan Irjen semestinya peraturan-peraturan internal Polisi Saaf (Kapolda Sulsel), DR. Natsir polisi tidak hanya disimpan oleh polisi Hamzah (Rektor UMI), MM Billah (Ketua tetapi masyarakat juga harus mengetahui Tim Penyelidikan Komnas HAM untuk untuk kemudian dinilai. Apakah sudah kasus UMI), Daniel Panjaitan ,SH (Kabid teratur dan terencana. Inilah yang Advokasi BP YLBHI) serta Haris Azhar merupakan faktor atau unsur yang dikatakan (Kepala Divisi Kajian dan Dokumentasi sistematis, jadi secara organisasi Kontras). kelembagaan ada orang yang Abdul Latief yang mewakili kampus bertanggungjawab. Berbicara ke depan, UMI menyatakan bahwa buntut dari tragedi bagaimanapun beratnya harus mengambil UMI adalah adanya traumatik tersendiri pelajaran. Jangan peristiwa ini menjadi yang dialami oleh para korban tindak celah buat polisi. Yang paling tidak kekerasan, satu dian taranya adalah terbantahkan, seluruh mahasiswa telah mahasiswa Fak.hukum yaitu Lokopadang mengalami kerugian. yang terkena tembakan, yang rencananya Acara ini berlangsung interaktif dan akan menghadiri acara tersebut, tapi masih dihadiri lebih dari 100 orang peserta, termasuk para mahasiswa UMI Makassar.
“Quo Vadis Kasus UMI” raktek kekerasan oleh negara (state by violence) nampaknya tidak pernah mengenal kata akhir. Dari waktu ke waktu praktek kekerasan terus terjadi dan semakin terlembagakan. Harkat dan martabat manusia menjadi sesuatu yang tidak berharga dan menjadi terabaikan. Padahal secara konstitusional negara bertanggungjawab dan berkewajiban untuk menjamin dan menghormati hak warga negaranya. Kondisi ini menjadi tantangan dan pekerjaan berat terutama bagi mereka yang selama ini concern dalam penegakan hak asasi manusia. Pada tingkat domestik kekerasan oleh negara lewat aparat terus mewarnai gerak perubahan yang diusung lewat mainstream reformasi. Terjadinya berbagai tindak kekerasan aparat dan pelanggaran HAM di tanah air menunjukkan bagaimana negara tidak punya willness dan iktiar dalam penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia. Kelompok yang sering menjadi sasaran korban dari kekerasan aparat mahasiswa, buruh, petani dan masyarakat miskin kota serta aktivis prodemokrasi lainnya. Mereka yang selama ini sering melakukan kontrol social dan mendesak perubahan sistem dan kebijakan selalu dihadapi dengan pendekatan refressif. Ironisnya cara-cara seperti ini masih terus berlangsung sampai sekarang di tengahtengah proses demokratisasi dan perubahan dengan mainstream reformasi berjalan. Satu lagi lagi tin dak kekerasan dilakukan oleh aparat terjadi di Makassar tahun ini yakni Kasus UMI. Kasus UMI yang kemudian dikenal Tragedi 1 Mei dianggap peristiwa yang memalukan karena telah mencederai kampus sebagai lembaga ilmiah dan sekaligus menodai dan menambah kebusukan koprs kepolisian sendiri, yang semen tara mengadak perubahan internal. Insiden tersebut telah menambah deret ukur kekerasan aparat kepolisian. Prosesnya sementara berjalan dengan pendekatan dan implikasi hukum yang berbeda. Pertanyaan kemudian adalah
29
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
“Agenda Politik PENEGAKAN HAM” Catatan Politik KontraS untuk SBY-JK 20 Oktober 2004, Indonesia memasuki babak baru. MPR melantik Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden dan M Yusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Pemilihan Umum ini merupakan pemilihan langsung yang dilakukan rakyat Indonesia dalam menentukan pemimpinnya. Dalam pundak merekalah segala harapan akan kehidupan berbangsa ini tertumpu. Oleh karenanya, Komisi Untuk Orang Hilang & Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mendesak Pemerintah Baru untuk mengagendakan penegakan HAM sebagai standar kehidupan bernegara. Di masa lalu, pengabaian hak asasi manusia telah melahirkan rejim politik yang korup dan menindas. Maka, dengan terbentuknya pemerintah baru, tidaklah serta merta menghapus semua tanggung jawab negara untuk menyelesaikan masalah HAM yang terjadi di masa lampau, meski itu dilakukan oleh rezim sebelumnya. Kewajiban negara menegakkan HAM tidak hilang dengan bergantinya kepemimpinan pemerintahan. Kewajiban n egara tersebut bersifat imperative. Sehingga, pelanggaran HAM masa lalu tetap harus dituntaskan. Juga merupakan tugas pemerintahan yang baru
untuk melakukan promosi, perlindungan, dan pemenuhan HAM. Meski ada kekhawatiran pemerintahan baru tidak terlalu memprioritaskan penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu, sebagai organisasi yang membela para korban, KontraS tetap akan memberikan desakan dan rekomendasi bagi pemerintah untuk menjunjung prinsip HAM dalam sistem ketatanegaraan yang baru. Sebab hal ini merupakan tanggungjawab negara menyangkut nasib ratusan juta rakyatnya terutama para korban pelanggaran HAMdan juga di muka komunitas internasional yang telah menetapkan prinsip HAM sebagai salah satu prinsip ketatanegaraan modern. Desakan dan rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mendesak Pemerintahan SBY-JK menuntaskan kasus-kasus masa lalu. Sejak mundurnya rezim Soeharto, kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu belum sepenuhnya dipertanggungjawabkan oleh negara, dalam hal ini pemerintahan berikutnya. Meski ada berbagai perubahan dan inovasi dari pemerintahan berikutnya, penyelesaian masalah pelanggaran HAM lalu masih jauh dari harapan ideal, terutama
Bersatu, Menggalang Solidaritas Bersama Menjelang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, korban kejahatan negara mengadakan Pertemuan Nasional Masyarakat Korban Kejahatan Negara, di Jakarta, 15-17 September 2004. Lebih dari 100 orang korban dari kasus-kasus pelanggaran hak sipil dan politik serta hak ekonomi, social dan budaya hadir bersatu dan menggalang solidaritas untuk merumuskan tuntutan kepada negara atas penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM dan kekerasan yang terjadi. Korbankorban yang hadir berasal dari seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua dan sepakat untuk menyatakan : “Merebut kembali Hak Warga Negara Sebagai Hak Warga Negara”. Dalam pertemuan tersebut
juga direkomendasikan adanya pertemuan yang rutin baik tingkat nasional maupun regional, adanya distribusi informasi serta bersama untuk mengkampanyekan kasuskasus pelanggaran HAM. Deklarasi Nasional Korban Kejahatan Negara Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menyatakan bahwa setiap warga negara sama kedudukannya di mata hukum dan negara wajib melindungi, menghormati, mengakui dan memenuhi hak-hak warga negara tanpa diskriminasi. Namun kenyataannya negara justru melakukan kejahatan secara sistematis dibidang politik, ekonomi dan sosial-
menyangkut prinsip keadilan dan penanganan nasib para korban. 2. Mendesak Pemerintahan SBY-JK untuk memilih jalan demokratis dan mengakhiri pendekatan keamanan bagi solusi konflik Aceh dan Papua. Penegasan masalah Aceh dan Papua sebagai prioritas kerja di awal pemerintahannya, harus diikuti rencana jangka panjang mencakup solusi politik, solusi kemanusiaan dan solusi hak-hak asasi manusia. 3. Mendesak Pemerintahan SBY-JK untuk mereview kebijakan-kebijakan politik negara yang menyimpangi, menghalangi, atau membahayakan upaya penegakkan HAM, terutama kebijakan yang mengancam proses demokrasi (militeristik). Selama enam tahun, dominannya kekuatan politik lama yang konservatif masih sangat menentukan. Mulai dari proses pembuatan kebijakan, penerapan kebijakan, hingga penegakkan hukum. Mereka juga masih menguasai lembaga-lembaga pen ting negara, mulai dari eksekutif, legislative, yudikatif, hingga lembaga negara khusus lainnya. 4. Menjadi penting bagi SBY untuk meratifikasi beberapa instrumen hukum internasional pokok bila mengharapkan adanya pengakuan dari komunitas internasional, sekaligus mengubah citra buruk Indonesia dalam masalah HAM. Sebab Indonesia masih dipandang sebagai negara yang buruk dalam mempromosikan HAM sebagai standar kenegaraan.
budaya terhadap warga negaranya demi mempertahankan kekuasaanya. Kami, sebagai korban, melihat kejahatan negara adalah tindakan yang biadab, mengancam harkat dan martabat, prinsip-prinsip demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu segala bentuk kejahatan negara harus segera diakhiri. Untuk mengakhiri semua bentuk kejahatan negara tersebut, kami korban dan keluarga korban bertekad berjuang untuk mewujudkan keadilan yang meliputi pengungkapan kebenaran, pengadilan yang jujur, serta pemulihan bagi para korban, sampai tidak jatuh lagi korban akibat berbagai praktek kejahatan negara. Jakarta, 17 September 2004 Korban Kejahatan Negara
b e rit a
Kontra s No.05/IX-X/2004
30
Dirgahayu TNI ke-59! Catatan 59 tahun TNI
Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) melihat dalam usianya yang ke-59, TNI masih menyisakan beberapa persoalan dalam proses demokratisasi dan penegakan hak asasi manusia. Sekalipun patut disyukuri pada saat ini keberadaan TNI di parlemen sudah diakhiri. Namun hal ini tidak berarti ruang politik TNI untuk mempengaruhi kebijakan pemerintahan telah berakhir. Hal ini disebabkan tidak tegasnya Negara untuk mengakhiri keberadaan Komando teritorial maupun fungsi kekaryaan pada UU TNI yang baru disyahkan 30 September 2004. Tugas men jadikan TNI yang profesional tentu saja bukan hanya tugas TNI, tapi juga tugas negara dalam menempatkan TNI sebagai tentara yang profesional melalui regulasi perundangan dan kebijakan lainnya. Dari sudut pandang inilah, Kontras membuat catatan selama 1 tahun September 2003-Oktober 2004. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan cermin untuk melihat profesionalisme TNI: 1. Pada wilayah penegakan hukum dan Hak asasi manusia: a. TNI masih menampilkan posisi sebagai kekuatan yang tidak mau tunduk sepenuhnya pada proses hukum yang berjalan. Penolakan yang dilakukan oleh TNI terhadap pemanggilan yang dilakukan oleh KPP HAM Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II, dan Mei menunjukkan membuktikan hal tersebut. TNI malah melakukan deligitimasi terhadap proses hukum tersebut dengan mengatakan KPP HAM sebagai tindakan ilegal.
31
b e rit a
b. TNI tanpa sungkan memobilisir dukungan terhadap Terdakwa Pelanggaran HAM dalam persidangan-persidangan di Pengadilan HAM Adhoc Jakarta Pusat. Termasuk didalam melakukan teror terhadap saksi korban pada persidangan pengadilan HAM Adhoc Tanjung priok. c. Pelanggaran Hak Asasi Manusia masih terjadi di Aceh (120 Kasus meliputi: 76 kasus pembunuhan, 2 kasus penyiksaan, 35 kasus penahanan sewenang-wenang dan 7 kasus intimidasi.) dan Sumatera Utara (1 kasus), Jakarta (4 kasus), Jawa Timur (2 kasus) dan Sulawesi (1 kasus). 2. Pada wilayah kebijakan sistem pertahanan terutama dalam UU TNI, masih mengemban beberapa persoalan. Antara lain; a. Tidak tegasnya penghapusan keberadaan Komando Teritorial (Koter). b. Masih dilibatkannya TNI dalam pengamanan atas pemogokan maupun konflik komunal c. Masih diakomodasinya ruang berpolitik tentara pada sepuluh departemen dan non departemen d. Masih diletakannya sishankamrata sebagai sistem pertahanan indonesia. e. serta ketidak jelasan penghapusan bisnis-bisnis Militer. Dari catatan diatas menunjukan bahwa: 1. TNI belum dapat memisahkan antara kejahatan yang dilakukan oleh para aparaturnya dengan TNI sebagai institusi. Dukungan all out TNI terhadap para anggotanya yang didakwa melakukan pelanggaran HAM malah membuktikan tidaknya perspektif demokrasi, penegakan hukum dan hak asasi manusia pada institusi ini.
Kontra s No.05/IX-X/2004
2. Pemerintah dan DPR tidak menunjukkan keseriusan un tuk menundukkan institusi TNI dibawah hukum. Sikap diam yang dilakukan oleh pemerintah dan DPR selama ini menjadi pembenaran TNI melakukan tindakantindakan yang diluar fungsi dan tugasnya. Termasuk melakukan mobilisisasi dukungan terhadap terhadap para terdakwa di pengadilan HAM ad hoc Timtim dan Tanjung Priok. 3. Pemerintah dan DPR masih memberi ruang TNI untuk terlibat pada urusan-urusan pemerintah sipil dengan tidak dihapuskannya komando teritorial dan dibolehkanya TNI menduduki jabatan di departemen dan non departemen. Hal ini menunjukkan rendahnya kepercayaan politisi sipil untuk mengambil alih urusannya sendiri. 4. TNI masih menjadi aktor pelanggaran HAM dinegeri ini. Hal ini rendahnya pengawasan atas operasi yang dilaksanakan TNI oleh pemerintah. Gagalnya pengadilan HAM ad hoc Timtim dan Tanjung Priok memberi efek jera untuk tidak terulangnya lagi pelanggaran HAM. Berdasarkan uraian diatas KontraS meminta kepada pemerintahan baru (Susilo Bambang Yudhoyono) kedepan untuk : (1). Tidak mengulangi kegagalan yang telah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya dalam melakukan reformasi TNI, (2). Membuka ruang untuk dilakukannya amandemen terh adap UU TNI, (3). Melakukan audit terhadap bisnis TNI selama ini secara transparan dan memenuhi akuntabilitas publik, dan mengambil alih bisnis-bisnis tersebut.