Salam hangat dari redaksi. Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Buletin Proklamasi School Edisi Februari kembali hadir untuk kita semua. Semoga artikel pada edisi ini dengan Tema : “ Nakal kah Anakku” dapat menambah wawasan kita semua orangtua maupun para pendidik Proklamasi School untuk mengenali fase‐fase pertumbuhan pada anak‐anak di usia dini dan bagaimanakah kita harus bersikap pada saat mereka berada dalam fase pertumbuhan mereka. Akhir kata kami mengucapkan selamat datang untuk orangtua dan murid kami yang baru bergabung dengan kami di Proklamasi School.
NAKAL KAH ANAKKU?? Pada masa usia dini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental yang sangat cepat. Masa anak usia dini masa peka dan amat penting bagi perkembangan anak. Masa usia dini (0‐ 6tahun) disebut juga sebagai usia emas (golden age) dimana ROSEAU (Slamet Suyanto, 2003) menggambarkan bahwa masa usia dini sebagai masa peka tersebut ibarat saat yang tepat bagi tukang besi untuk menempa besi yang dipanaskan. Para penempa besi tahu benar kapan besi harus ditempa. Terlalu awal ditempa, besi sulit dibentuk dan dicetak. Sebaliknya apabila terlambat menempa, maka besi akan hancur. Jadi saat yang tepat adalah usia dini. Apa saja yang dialami anak pada usia dini ini tentu setiap hari akan menakjubkan bagi orangtua sekaligus juga merupakan kekhawatiran bagi orangtua bila melihat perubahan sikap pada anaknya, yang tadinya anak manis berubah menjadi keras kepala, ego dan mudah mengambek bila keinginannya tidak dikabulkan. Benarkah anak anda berubah menjadi anak yang nakal? ataukah dia sedang berada dalam fase perkembangannya? Fase‐fase perkembangan anak usia dini akan menjawab pertanyaan tersebut.
Fase‐fase perkembangan anak usia dini a. Anak usia 0‐2 tahun Pada usia ini anak sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang berupa : Keterampilan Lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak, dan berjalan), Keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan) maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial terhadap orang‐orang di sekitarnya. Pemberian stimulus verbal yang terus‐ menerus juga akan memudahkan anak untuk belajar melafalkan suara‐suara dan mengekspresikan perasaan meskipun anak belum memahami kata‐kata. Menurut Monks (1992;74‐75) mengatakan bahwa stimulus verbal ternyata sangat penting untuk perkembangan bahasa. Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas vokalisasi seorang anak bertambah dengan pemberian stimulus verbal. b. Anak usia 2‐3 tahun Pada usia ini anak sangat aktif mengeksplorasi benda‐benda di sekitarnya. Mereka memiliki kekuatan observasi yang tajam. Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru, mulai belajar tentang jumlah, membedakan konsep satu dengan banyak dan senang mendengarkan cerita‐cerita sederhana. Kemampuan anak menguasai beberapa patah kata juga mulai berkembang. Selain itu sikap egosentrik anak sangat menonjol. Anak belum bisa memahami persoalan‐persoalan yang dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak cenderung melakukan sesuatu menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang lain, sebagai contoh : anak sedang merebut mainan dari orang lain jika ia menginkan. c. Anak usia 3‐4 tahun Secara umum anak pada fase ini masih mengalami peningkatan dalam berperilaku, motorik, sosial, kognitif, berpikir fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi. Akan tetapi, sifat egosentriknya masih melekat. Tingkat frustasi anak cenderung menurun, hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan kemandirian dalam mengatasi kesulitan‐kesulitan yang dimilikinya mulai membuat anak tidak mau banyak diatur dalam kegiatan‐kegiatannya. Pada fase ini anak juga memperlihatkan kesiapannya untuk mendengarkan cerita lebih lama dan bahkan sudah mampu mengingatnya.
d. Anak usia 4‐6 tahun Ciri yang menonjol pada usia ini adalah anak mempunyai sifat berpetualang yang kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang apa yang ia lihat atau di dengarnya. Sejalan dengan perkembangan fisiknya anak pada usia ini makin berminat terhadap teman sebayanya. Anak sudah menunjukkan hubungan dengan kemampuan bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki kesenangan dan aktifitas yang sama. Kemampuan lain yang ditunjukan anak adalah sudah mampu memahami pembicaraan dan pandangan orang lain, hal ini disebabkan semakin meningkatnya keterampilan komunikasi. Dengan mengenal dan mengikuti fase‐fase pertumbuhan anak yang terus berkembang, kita pun orangtua dan pendidik lebih siap mengantar anak untuk melangkah ke tahap kehidupan berikutnya. Perubahan perilaku pada anak tidak selalu karena dia berubah menjadi anak yang nakal atau keras kepala, tetapi karena anak sedang berada pada fase perkembangan sesuai usianya, hanya tinggal kembali ke orangtua bagaimana mengarahkan perilaku mereka menjadi sesuatu yang positif.(YF)
1. Kegiatan di kelas
2. Kegiatan di luar kelas a. Belajar kemandirian b. Physical Exercise
PENANGGUNG JAWAB REDAKSI : YANIFILI ZILIWU,S.Th. WAKIL PENANGGUNG JAWAB : SYANDRA LAYALIA, SE REDAKSI
: NITA MEIRINA IRENE HAKH ADE IRWANI
ALAMAT REDAKSI
: Jl. PROKLAMASI NO.62, MENTENG, JAKARTA-PUSAT