EDITORIAL Penasehat :
Pengantar Redaksi
Ketua STIKes Prima
Salam hangat,
Pengarah :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI Vol.5 No.02 Edisi Desember 2016 telah dapat diterbitkan. Penantian yang panjang untuk terkumpulnya naskah ilmiah sebagai materi utama terbitan kita. Untuk itu penelitian ilmiah di lingkup STIKes PRIMA JAMBI harus lebih kita gerakkan sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kepada penulis yang telah mempercayakan kepada kami untuk menerbitkan karyanya kami mengucapkan terima kasih.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Ketua HAKLI Provinsi Jambi Ketua IAKMI Provinsi Jambi Puket I STIKes Prima Puket II STIKes Prima Puket III STIKes Prima Ketua Program Studi IKM Prima Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Prima Ketua Program Studi D-III Kebidanan Direktur Akademi Keperawatan Prima
Ketua LPPM STIKes Prima Jambi
Untuk edisi kali ini kami sajikan beberapa karya ilmiah dari bidang kebidanan, Bidan Klinik, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat. Selain itu juga turut menampilkan karya ilmiah dari dosen pengajar dari beberapa sekolah dan akademi kesehatan lain. Akhir kata, maju terus dan selamat berkarya.
Mitra Bestari :
Semoga Bermanfaat.
Penanggung Jawab :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dr. Pantun Bukit, SE., MSi Dr. Sukarno, M.Pdi dr. I. Nyoman Ehrich Lister, M.Kes, AIFM dr. Adrianto Ghazali, M.Kes Marinawati Ginting, SKM., M.Kes Chrismis Novalinda Ginting, S.SiT, M.Kes Erni Girsang, SKM, M.Kes
Editor/Editing : 1. 2. 3.
Ns. Andica, S.Kep., M.Gizi Norliana Karo-Karo, SST Johanes Ginting, SKM
Dewan Redaksi : 1. 2.
Pimpinan Redaksi Redaktur
: Saut Siagian, S.T. : Marta Butar-Butar, SKM
Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian dan Pengadian Kepada Masyarakat Kampus STIKes Prima Jl. Sersan Muslim Thehok Kecamatan Jambi Selatan Telp/Fax : 0741 – 5915501 Email
:
[email protected]
Website
: www.stikesprima-jambi.ac.id
Salam Sehat,
Redaksi
Volume 5 | No. 2 | Desember 2016
ISSN 2302 - 9862
SCIENTIA JOURNAL DAFTAR ISI 1.
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015 Ade Oktarino.....................................................................................................................................
108
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU Saut Siagian................................................................................................................................
118
DESIGNING AN ESP COURSE FOR MIDWIFERY STUDENTS IN STIKES PRIMA JAMBI Resi Silvia......................................................................................................................................
126
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015 Erris, Rahman..................................................................................................................................
131
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015 Adila Solida.................................................................................................................................
137
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016 Irmayanti Harahap, Heni …..…..........................................................................................................
144
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA JAMBI TAHUN 2015 Subang Aini Nasution..............................................................................................................................
153
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016 Devi Arista, Hozana…..............................................................................................................
157
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016 Nia Nurzia, Raja Seftia……....................................................................................................................
167
10. HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016 Margareta Pratiwi, Eka....................................................................................................................
173
11. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016 Marinawati, Siti……………....................................................................................................................
180
12. HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016 Dewi Riastawaty, Bella…....................................................................................................................
187
13. HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016 Lidya Kurniasari, Zilawati....................................................................................................................
193
14. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016 Sri Mulyati, Novi...... ...............................................................................................................
200
15. HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016 Matda Yunartha, Nita………....................................................................................................................
206
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015 ANALISYS AND DESIGN INFORMATION SYSTEM PURCHASING AND SALES IN APOTEK PEMBINA JAMBI 2015 Ade Oktarino STIKes Prima Jambi Korespondensi Penulis :
[email protected]
ABSTRAK Apotek Pembina Jambi merupakan salah satu usaha dalam bidang farmasi/obat-obatan terutama dalam bidang pembelian dan penjualan. Apotek tersebut masih menggunakan buku agenda serta nota sebagai bukti penjualan. Sehingga ditemukan beberapa kelemahan dalam proses pengolahan datanya. Seperti lambatnya dalam melakukan pencarian data yang dibutuhkan, sering terjadi kerangkapan data sehingga hal ini menyebabkan inkonsistensi dalam laporan yang dihasilkan, keamanan data kurang terjamin seperti nota bisa hilang dan rusak tanpa ada backup. Stok obat yang dicatat sering tidak akurat dengan kenyataan. Untuk itu dirancang sistem informasi pembelian dan penjualan yang berbasis website. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data seperti pengamatan langsung, wawancara dan dokumentasi/arsip serta menggunakan metode pengembangan sistem Waterfall agar perancangan lebih terarah dan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya sistem yang baru ini, maka lebih mudah dalam melakukan proses pencarian data dan pembuatan laporan sehingga mempermudah dalam mencari dan mengakses informasi yang diperlukan, serta data stok yang dihasilkan lebih akurat karena didapatkan secara otomatis. Kata Kunci : Perancangan, Sistem Informasi, Pembelian, Penjualan, Website ABSTRACT Apotek Pembina Jambi was one of the business in the field of pharmacy and medicine especially in the field purchasing and sales. This apothecary was still using as memorandum and book sales. Found some weaknesses in the process so that the data processing. As the slow in conducting the searching data needed, often occurring redundancy data so that this leads to inconsistency in the report produced, not guaranteed as the security data can be lost and damaged without any backup. The stock of medicine noted often inaccurate by the fact. The application if information system is designed to purchasing and sales based a database which will be designed with Microsoft Visual Basic.Net 2008. This study using data collection method as direct observation, interviews and documentation and archive using a method system development Waterfall directed more to design and in accordance with the expected. With the existence of this new system, and more easily in conducting the search data and making the report so as to simplify in search of and access information required, as well as the stock of data produced more accurate because obtained automatically. Keywords : Designing, Information System, Purchasing, Sales, Website
108 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
PENDAHULUAN Dewasa ini teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat, salah satunya adalah teknologi di bidang komputer, yang pada saat ini memegang peranan yang sangat penting dalam memproses data, dikarenakan dengan komputer data dapat diproses dengan lebih cepat, tepat dan akurat. Hal ini dikenal dengan nama Sistem informasi berbasis komputer atau Computer Based Information System (CBIS) merupakan suatu sistem pengolahan data menjadi informasi dan sebagai alat bantu pengambilan keputusan. Penerapan sistem informasi yang berbasis komputer menjadi kebutuhan dikarenakan dapat memberikan keunggulan yang kompetitif dalam bidang bisnis baik perusahaan besar maupun kecil telah banyak menggunakannya. Salah satunya sistem informasi pembelian dan penjualan yang merupakan suatu sistem yang dapat membantu pekerjaan yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan dan dapat memberikan solusi dan kemudahan dalam melakukan pengolahan data pembelian dan penjualan. Apotek Pembina merupakan suatu usaha yang bergerak dalam penjualan obat, alat dan barang kesehatan. Dalam melakukan pengolahan data transaksi pembelian dan penjualan obat, Apotek tersebut masih menggunakan buku agenda serta nota sebagai bukti penjualan. Sehingga
ditemukan beberapa kelemahan dalam proses pengolahan datanya. Seperti lambatnya dalam melakukan pencarian data yang dibutuhkan, sering terjadi kerangkapan data sehingga hal ini menyebabkan inkonsistensi dalam laporan yang dihasilkan, keamanan data kurang terjamin seperti nota bisa hilang dan rusak tanpa ada backup. Stok obat yang dicatat sering tidak akurat dengan kenyataan. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan sebuah penelitian pada Apotek Pembina mengenai data transaksi yang berhubungan dalam pembelian dan penjualan obat, alat dan barang kesehatan dengan menggunakan website dan akan merangkumnya dalam bentuk penelitian yang berjudul “ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015 ”. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Kerja Penelitian Untuk memberikan panduan dalam penyusunan penelitian ini, maka perlu adanya susunan kerangka kerja (framework) yang jelas tahapan– tahapannya. Kerangka kerja penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep kerja yang satu terhadap konsep kerja yang lainnya dari permasalahan yang sedang diteliti. Adapun kerangka kerja penelitian yang digunakan terlihat pada Gambar 1:
109 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
Gambar 1. Kerangka Kerja Penelitian
Metode Pengembangan Sistem Pada pengembangan sistem adalah metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan dan aturanaturan untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Dengan metode pengembangan sistem yang baik, maka diharapkan suatu sistem yang akan dikembangkan dapat mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Segala sesuatu yang kita kembangkan harus memiliki kerangka kerja penelitian, demikian pula dengan langkah-langkah pengembangan sistem. Agar dapat menghasilkan sistem yang penulis gunakan dalam pembuatan laporan penulisan skripsi adalah model air terjun (waterfall) yang mengacu pada bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).
Gambar 2. Model Waterfall 110 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Sistem yang Sedang Berjalan
Gambar 4. Analisis Sistem yang sedang berjalan ( Pembelian ) Gambar 3. Analisis Sistem yang berjalan ( Penjualan )
111 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
Analisis yang Sedang Dikembangkan
Gambar 5. Diagram Use Case ( Sistem yang akan dikembangkan )
112 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
Gambar 6. Class Diagram
113 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
Analisis Output Analisis output data pada sistem informasi pembelian dan penjualan pada Apotek Pembina Jambi adalah sebagai berikut : Data Barang, dan Data Penjualan. Gambar 7. Tampilan Form Login
Analisis Input Analisis input data pada sistem informasi pembelian dan penjualan pada Apotek Pembina Jambi adalah sebagai berikut : Faktur Pembelian, Nota Penjualan. Analisis Kebutuhan data Untuk menggambarkan kebutuhan data untuk perangkat lunak yang dihasilkan penulis menggunakan alat bantu Class Diagram. Dari analisis output dan input yang diperoleh, maka data yang diperlukan adalah data pelanggan, jenis barang, barang/obat, supplier, pemakai, penjualan, jual detail, retur penjualan, retur jual detail, pembelian, beli detail, retur pembelian, retur beli detail dan hutang. Berikut adalah analisis data pada Class Diagram: Data Pelanggan, Data Jenis barang, Data Barang, Data Supplier, Data Pemakai, Data Penjualan, Data Jual Detail, Data Retur Penjualan, Data Retur Jual-Beli, Data Pembelian, Data beli detail, Data Retur Pembelian, Data retur beli detail, dan Data Hutang.
Gambar 8. Tampilan Form Menu
Gambar 9. Tampilan Form Input Data Barang/Obat
Rancangan Sistem Tahap perancangan sistem merupakan pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan mempersiapkan rancang bangun untuk implementasi. Terdiri dari Rancangan Input, Rancangan Output, dan Rancangan Struktur Data, Rancangan Struktur Program. Implementasi
Gambar 10. Tampilan Form Input Data Jenis Barang
114 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
Gambar 11. Tampilan Input data Pelanggan Gambar 15. Tampilan Form Input Transaksi Penjualan
Gambar 12. Tampilan Form Input Data Supplier
Gambar 16. Tampilan Laporan Obat
Gambar 13. Tampilan Form Input Pemakai
Gambar 14. Tampilan Form Input Transaksi Pembelian
ANALISIS HASIL PERANGKAT LUNAK Kelebihan program Setelah melakukan pengujian terhadap program yang dibuat dapat dijabarkan mengenai kelebihan program yang dapat dilihat sebagai berikut : Sistem yang dirancang adalah sistem informasi pembelian dan penjualan obat, alat dan barang kesehatan yang fungsinya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada sistem yang lama; Mempercepat pembuatan nota dan perhitungan transaksi penjualan, juga menyediakan proses pencarian data sehingga mempermudah dalam proses pencarian data dan mengakses informasi yang diperlukan; Data yang dihasilkan oleh sistem lebih akurat baik itu data penjualan maupun data stok karena didapatkan secara otomatis dan memiliki backup terhadap data sehingga tidak khawatir bila terjadi kehilangan data; Sistem mampu memberikan informasi mengenai laporan yang lengkap yang dibutuhkan dan berguna bagi pemilik.
115 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
Kekurangan program Setelah di analisis dan dilakukan pengujian terhadap program yang dibuat dapat dijabarkan mengenai kekurangan program yang dapat dilihat sebagai berikut : Tampilan program yang masih standar dan belum adanya animasi yang membuat tampilan menjadi lebih menarik; Program belum mencakup laporan labarugi penjualan. SIMPULAN Sistem yang dirancang adalah sistem pengolahan data penjualan barang yang terkomputerisasi yang fungsinya dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada sistem yang lama; Sebaiknya sistem dapat dikembangkan baik dari segi desain grafis maupun dari fitur-fitur program seperti penyediaan laporan labarugi penjualan. DAFTAR PUSTAKA Umamah., 2011, Tinjauan Atas Pembelian dan Penjualan Mata Uang Asing Pada PT.Danpac Bandung, http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/ 524/Jbptuni kompp-gdlivansidaba-26153-4-unikom_ii.pdf. November 2014.
Budi Sutedjo Utomo., 2006, Perancangan Dan Pembangunan Sistem Informasi, Yogyakarta : Andi. Djoko
Pramono., 2011, Manajemen Database Relasional Dengan Access 2010, Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Edhy Sutanta., 2011, Basis Data Dalam Tinjauan Konseptual, Yogyakarta : Andi. Eko
Priyo Utomo., 2006, Membuat Aplikasi Database Dengan Visual Basic.Net, Bandung : yrama widiya.
Hannif, Al Fatta., 2007, Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta : Andi Offset Yogyakarta.
Abu
Adi
Nugroho., 2005, Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Dengan Metode Berorientasi Objek, Bandung : Informatika Bandung.
Agus Mulyanto., 2009, Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ashton, Robert., 2005, How To Sell Cara Cepat Menjual. Jakarta : Erlangga. Bambang Hariyanto., 2004, Rekayasa Sistem Berorientasi Objek , Bandung: Informatika Bandung. Bambang Wahyudi., 2008, Konsep Sistem Informasi dari BIT sampai ke DATABASE, Yogyakarta : Andi
Hapzi
Ali., 2010, Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta : hasta cipta mandiri.
Hapzi Ali dan Tonny Wangdra., 2010, Sistem Informasi Bisnis SI-Bis (Dalam Prospektif Keunggulan Kompetitif). Jakarta : Baduose Media. Hendrayudi., 2009, Vb 2008 Untuk Berbagi Keperluan Programming, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Irnawan dan Yesni Malau., 2011, Crystal Report, Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Ivan Sidabalok., 2011, Tinjauan Atas Pembelian dan Penjualan Mata Uang Asing Pada PT.Danpac Bandung,http://elib.unikom.ac.id/f iles/disk1/524/Jbptuni kompp-gdl-ivansidaba-26153-4-unikom_ii.pdf. November 2014. Janner Simarmata., 2007, Perancangan Basis Data, Yogyakarta : Andi. 116
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI DAN PENJUALAN PADA APOTEK PEMBINA JAMBI 2015
Junindar., 2010, Learning And Practicing Visual Basic 10 Dan Ms. Access 2010, Yogyakarta : PT . Skripta Media Creative.
Yogyakarta : Unit Penerbit Dan Percetakan. Yakub.,
2006, Sistem Basis Yogyakarta : Graha Ilmu.
Data,
Kamus Kesehatan., 2014, Definisi Apotek . (http://kamuskesehatan.com /arti/apotek/), November 2014. Kusrini dan Andri Koniyo., 2007, Tuntutan praktis membangun Sistem Informasi akuntansi dengan visual dan microsoft SQL, Yogyakarta : Andi. Martin Fowler., 2005, Uml Distilled Edisi 3.Panduan Singkat Bahasa Pemodelan Objek Standar, Yogyakarta : Andi. MADCOMS., 2004, Aplikasi Database Visual Basic 6.0 Dengan Crystal Report, Yogyakarta : Andi. Nana Suarna., 2009, Microsoft office 2007, Bandung : Yrama widya. Prabowo Pudjo Widodo dan Herlawati., 2011, Menggunakan UML, Bandung : Informatika Bandung. Rosa
dan M. Shalahuddin., 2011, Rekayasa Perangkat Lunak , Modula : Bandung.
Rudi Tantra., 2012,Manajemen Proyek Sistem Informasi, Yogyakarta : Andi Soetam
risky., 2011, Konsep Dasar Rekayasa Perangkat Lunak , Jakarta : Prestasi Pustaka.
Sholiq., 2010, Analisis Dan Perancangan Berorientasi Obyek, Bandung : CV. Muara indah. Wahana
Komputer., 2008, Cepat Menguasai Visual Studio.Net 2008 Express, Yogyakarta : Andi.
Wing Wahyu Winarno., 2006, System Informasi Manajemen, 117 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU ANALISYS AND DESIGN INFORMATION SYSTEM MEDICAL RECORD IN PUSKESMAS PAKUAN BARU Saut Siagian STIKes Prima Jambi Korespondensi Penulis :
[email protected]
ABSTRAK Teknologi informasi membawa dampak yang positif dan penting bagi setiap instansi pemerintahan. Salah satu contoh dari teknologi informasi yaitu Database Management System (DBMS) yang dapat menghasilkan data dan informasi secara tepat, cepat dan akurat sehingga memudahkan dalam proses pengolahan data. Puskesmas Pakuan Baru Kecamatan Jambi Selatan merupakan salah satu instansi pemerintah di bawah Dinas kesehatan Kota Jambi yang bergerak di bidang kesehatan yang bertanggung jawab dan bertugas melayani kesejahteraan masyarakat. Puskesmas Pakuan Baru Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi di dalam pengolahan data rekam medik belum memanfaatkan sistem informasi berbasis komputer, dimana dalam pengolahan semua data masih dilakukan secara manual dengan menggunakan pencatatan pembukuan. Sistem seperti ini masih mempunyai kelemahan-kelamahan, diantaranya : sering mengalami kesalahan-kesalahan dalam pencatatan, pencarian data yang lama, kehilangan data, duplikasi data, penyimpanan data yang tidak terkoordinasi dengan baik, pengolahan data yang kurang efektif dan efisien, dan data tidak konsisten. Untuk itu diperlukan sebuah rancangan pengolahan data yang dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan secara cepat, tepat dan akurat dalam penyampaian laporan kepada pimpinan. Kata Kunci : Perancangan, Sistem Informasi, Pembelian, Penjualan, Website ABSTRACT Information technology brings a positive and important impact to every government agency. One example of information technology is the Database Management System (DBMS) that can generate data and information accurately, quickly and accurately so as to facilitate the process of data processing. Puskesmas Pakuan Baru Kecamatan Jambi Selatan is one of the government agencies under the Jambi City Health Office that is engaged in responsible health and serving the public welfare. Puskesmas Pakuan Baru Kecamatan Jambi Selatan Jambi City in medical record data processing has not utilized computer based information system, where in processing all data still done manually by using bookkeeping record. Such systems still have weaknesses, including: frequent errors in recording, old data retrieval, data loss, data duplication, uncoordinated data storage, ineffective and efficient data processing, and inconsistent data . For that required a data processing design that can produce the information needed quickly, precisely and accurately in the delivery of reports to the leadership. Keywords : Designing, Information System, Purchasing, Sales, Website
PENDAHULUAN
dalam terlaksananya suatu informasi yang sangat cepat, tepat.
Perkembangan teknologi informasi pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dimana perubahan secara besarbesaran terjadi hampir di setiap bentuk aspek pengetahuan dan teknologi informasi. Teknologi informasi khususnya komputer sangat berpengaruh besar
Pengunaan komputer pada dunia kerja dan bidang-bidang lainya sudah sangat diperlukan, hal ini karna sudah banyaknya instansi baik pemerintah maupun swasta yang mengunakan jasa komputer. Jasa komputer digunakan untuk membantu
118 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
mempermudah kerja atau usaha yang dilakukan. Teknologi informasi membawa dampak yang positif dan penting bagi setiap instansi pemerintahan. Salah satu contoh dari teknologi informasi yaitu Database Management Sistem (DBMS) yang dapat menghasilkan data dan informasi secara tepat, cepat dan akurat sehingga memudahkan dalam proses pengolahan data. Puskesmas Pakuan Baru Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi merupakan salah satu instansi pemerintah di bawah Dinas kesehatan Kota Jambi yang bergerak di bidang kesehatan yang bertanggung jawab dan bertugas melayani kesejahteraan masyarakat. Puskesmas Pakuan Baru Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi di dalam pengolahan data rekam medik belum memanfaatkan sistem informasi berbasis komputer, dimana dalam pengolahan semua data masih dilakukan secara manual dengan menggunakan pencatatan pembukuan. Sistem seperti ini masih mempunyai kelemahan-kelamahan, diantaranya : sering mengalami kesalahan-kesalahan dalam pencatatan, pencarian data yang lama, kehilangan data, duplikasi data, penyimpanan data yang tidak terkoordinasi dengan baik,
pengolahan data yang kurang efektif dan efisien, dan data tidak konsisten. Untuk itu diperlukan sebuah rancangan pengolahan data yang dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan secara cepat, tepat dan akurat dalam penyampaian laporan kepada pimpinan. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengembangkan sistem yang baik, yang penulis tuangkan dalam penelitian yang berjudul “Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Rekam Medis Pada Puskesmas Pakuan Baru”. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Kerja Penelitian Untuk memberikan panduan dalam penyusunan penelitian ini, maka perlu adanya susunan kerangka kerja (framework) yang jelas tahapan– tahapannya. Kerangka kerja penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep kerja yang satu terhadap konsep kerja yang lainnya dari permasalahan yang sedang diteliti. Adapun kerangka kerja penelitian yang digunakan terlihat pada Gambar 1:
Gambar 1. Kerangka Kerja Penelitian
119 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
Metode Pengembangan Sistem Dalam pengembangan sistem ini penulis menggunakan model waterfall atau Sekuensial linier. Model Sekuensial linier sering disebut model air terjun rekayasa perangkat lunak yang paling awal dan paling banyak dipakai. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang sistematis dan sekuensial yang dimulai
pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis desain, kode, pengujian dan pemeliharaan. Adapun bentuk model proses yang digunakan yaitu model proses Waterfall yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Model Waterfall
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Puskesmas Pakuan Baru pada saat ini di dalam pengolahan data rekam medik masih manual yaitu masih menggunakan catatan-catatan. Dimana dengan menggunakan sistem tersebut dinilai masih kurang efektif dan efisien di dalam pencatattan dan pencarian data rekam medik. Analisa sistem adalah suatu cara atau teknik untuk menguraikan masalah dan mencari gambaran dari sistem yang ada atau sedang berjalan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang berjalan saat ini. Sistem yang selama ini digunakan oleh pihak Puskesmas Pakuan Baru yaitu
sistem yang masih manual yaitu masih dengan cara pencatatan pembukuan. Dimana sistem kerja terkait yaitu data register, data pasien, data kunjungan, data paramedis, data penyakit, data Obat, dan data rekam medik. Adapun proses kerja dari sistem yang sedang berjalan adalah sebagai berikut : (1) Proses pemasukan data masih dilakukan dengan cara pencatatan (2) Memerlukan banyak tempat untuk menyimpan berkas-berkas yang berhubungan dengan informasi rekam medik (3) Sering terjadi kesalahankesalahan dan kekeliruan data. Dengan adanya permasalahan tersebut secara tidak langsung akan menghambat proses sistem informasi rekam medik pada Puskesmas Pakuan Baru.
120 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
Analisis yang Sedang Dikembangkan
Gambar 5. DFD Level 1 Proses 2
Gambar 3. Diagram Konteks
Gambar 6. DFD Level 1 Proses 5
Analisis Input (Masukan) Analisis input yang dibutuhkan pada pengolahan data Rekam medic adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Diagram Level 0
1. Input data kk Input data kk berasal dari data kk yang dimiliki oleh puskesmas. 2. Input data pasien Input data pasien berasal dari data pasien yang dimiliki oleh puskesmas. 3. Input data kunjungan Input data kunjungan berasal dari data kunjungan pasien yang dimiliki oleh puskesmas. 4. Input data paramedis 121
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
Input data paramedis berasal dari data paramedis yang dimiliki oleh puskesmas. 5. Input data penyakit Input data penyakit berasal dari data penyakit yang ada di puskesmas. 6. Input data Pemeriksaan Input data pemeriksaan berasal dari data pemeriksaan pasien oleh paramedis. Analisis output (keluaran) Analisis output yang dihasilkan berupa informasi yang dibutuhkan oleh Pengolahan data register. Adapun analisis output berupa. 1. Informasi Data KK Data kk merupakan penjelasan mengenai informasi data kk di Puskesmas. Item data yang dimiliki adalah no KK, nama KK, no Index, alamat, rt, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, kode pos. 2. Informasi Data Pasien Data pasien merupakan penjelasan mengenai informasi data pasien di Puskesmas. Item data yang dimiliki adalah nik, no index, nama keluarga, jns kelamin, tempat lahir, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status dalam keluarga, kewarganegaraan, orang tua. 2. Informasi Data kunjungan Data kunjungan merupakan penjelasan mengenai informasi data pengunjung di Puskesmas. Item data yang dimiliki di dalam pengolahan data pengunjung adalah tgl_kunjungan, kode kunjungan, anemnesis, jenis pelayanan, jenis kunjungan, nik. 3. Informasi Data Paramedis Data Paramedis merupakan penjelasan mengenai informasi petugas medis di Puskesmas. Item data yang dimiliki adalah nip, nama paramedis, jabatan, jenis kelamin, agama, status, alamat, no tlp, pesan. 4. Informasi data penyakit Data penyakit merupakan penjelasan mengenai Data-data penyakit yang di derita pasien. Item data yang dimiliki adalah kd penyakit, nama penyakit. 6. Informasi Data Pemeriksaan Data Rekam medik menjelaskan informasi mengenai data pemeriksaan pasien yang dilakukan oleh paramedis. Item data yang dimiliki adalah tgl pemeriksaan, kd
pemeriksaan, jns pemeriksaan, kd kunjungan, nik, no index, nama pasien, anemnesis, dianogsa, hasil labor, resep. Rancangan Sistem Rancangan input Untuk menghasilkan suatu output, tepatnya diperlukan data yang dimasukan (Input) dalam proses pamasukan data penulis merancangnya dalam suatu aplikasi data. Rancangan input akan dikembangkan dengan menggunakan Visual Basic .NET, yang terdiri dari input data antara lain : input data registrasi, input data pasien, input data kunjungan, input data paramedis, input data penyakit, input data obat, input data rekam medik. Hasil dari sistem tidak lepas dari data yang dimasukan, rancangan masukan yang diperlukan yaitu : 1. Rancangan Menu Utama 2. Rancangan Login 3. Rancangan Input data KK 4. Rancangan Input Data Pasien 5. Rancangan Input Data Kunjungan 6. Rancangan Input Data Paramedis 7. Rancangan Input Data Penyakit 8. Rancangan Input Data Pemeriksan 1. Rancangan Menu Utama Rancangan Output Pada tahap rancangan keluaran (Output) secara umum, rancangan output dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan output pada sistem yang baru. Dalam rancangan keluaran (Output) yang akan di buat telah di rancang dengan menggunakan konsep notice report, artinya laporan dibuat sederhana tapi jelas, karena dimaksudkan supaya permasalahan-permasalahan yang terjadi tampak dengan jelas sehingga langsung ditangani. Adapun rancangan output program yang telah didesain oleh penulis antara lain sebagai berikut : 1. Rancangan Output Data KK 2. Rancangan Output Data Pasien 3. Rancangan Output Data Kunjungan 4. Rancangan Output Data Paramedis 5. Rancangan Output Data Penyakit 6. Rancangan Output Data Pemeriksaan 122
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
Rancangan Tabel Rancangan tabel atau file design merupakan gabungan dari record-record yang menggambaran suatu kesatuan data yang sejenis. Yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan Pengolahan Data Rekam medik. File dapat menampung record-record data secara permanen dan file dapat di update sesuai kebutuhan. Adapun rancangan struktur file dari pengolahan data rekam medic adalah sebagai berikut : 1. Rancangan tabel Data KK 2. Rancangan tabel Data Pasien 3. Rancangan tabel Data Kunjungan 4. Rancangan tabel Data Paramedis 5. Rancangan tabel Data Penyakit 6. Rancangan tabel Data Pemeriksaan Rancangan Database Database yang dirancang dalam program ini menggambarkan hubungan antar data register, data pasien, data paramedis, data pemeriksaan, data apotek, data rekam medik. Dalam rancangan database ini dapat dilihat satu kesatuan data yang sejenis tergabung dalam satu tabel. Adapun tabel yang digunakan dalam perancangan program ini terdiri dari tabel register, tabel pasien, table kunjungan, tabel paramedis, table penyakit, tabel obat, dan table rekam medik. Berikut ini merupakan rancangan antar tabel (relationship) dapat dillihat pada gambar di bawah ini.
Implementasi
Gambar 8. Tampilan Form Login
Gambar 9. Tampilan Form Data Registrasi
Gambar 10. Tampilan Form Input Data Pasien
Gambar 7. Rancangan Database
Gambar 11. Tampilan Form Input Data Kunjungan
123 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
Gambar 16. Tampilan Output Kartu Status Pasien Gambar 12. Tampilan Input data Paramedis
Gambar 13. Tampilan Form Input Data Penyakit
Gambar 17. Tampilan Output Data Pasien
Gambar 18. Tampilan Output Data Kunjungan
Gambar 14. Tampilan Data Rekam Medik
Gambar 15. Tampilan Output Kartu Berobat
Gambar 19. Tampilan Output Data Paramedis
ANALISIS HASIL PERANGKAT LUNAK Kelebihan Dari Software Kelebihan dari software ini adalah: 1. Mampu beroprasi lama,dalam pekerjaan pencatatan dan penyimpanan data dan laporan, untuk menghasilkan 124 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIK PADA PUSKESMAS PAKUAN BARU
suatu informasi yang akurat, tepat, releven dan efisien. 2. Dalam pekerjaan melakukan pencatatan dan pencarian data dilakukan secara berurutan, sehingga penyimpanan dan pencarian data menjadi lebih mudah. 3. Mampu mengubah sistem lama, yaitu sistem yang dilakukan secara pencatatan buku besar/buku induk menjadi secara terkomputerisasi dengan menggunakan Visual Basi .NET dan microsoft access. Kekurangan Software Kekurangan dari software ini adalah: 1. Hanya dapat diterapkan dalam bidang kesehatan khususnya sistem informasi Rekam Medik. 2. Tidak terdapat layanan back up data. 3. Hanya dapat dioperasikan dalam satu unit komputer saja, tidak dapat dioperasikan ke banyak komputer/jaringan. SIMPULAN Dengan menggunakan sistem komputerisasi, pada sistem informasi Rekam Medik dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dan kelemahankelemahan yang sering terjadi di dalam pengolahan data yang ditemukan dari penggunaan sistem secara manual; Program untuk pengolahan data Rekam Medik yang dirancang dengan menggunakan program Visual Basic.NET dapat menjadi mudah dalam menginformasikan Data Rekam medik pasien pada Puskesmas Pakuan Baru; Program yang dikembangkan memiliki keterkaitan antar tiap-tiap proses dimana setiap proses harus dilakukan secara berurutan, sehingga tidak terjadi kemungkinan ada proses yang terlewatkan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih proses atau perulangan proses, dimana proses yang sama dengan data yang sama tidak akan terjadi lebih dari satu kali.
Jogiyanto Hartono., 2001, Analisa dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi. Bambang Hariyanto., 2004, Rekayasa Sistem Berorientasi Objek. Bandung : Informatika Abdul Kadir., 2003, Dasar Perancangan dan Inplementasi Database Relasional. Yogyakarta : CV. Andi Offset. Budi Sutedjo Dharma Oetomo., 2002, Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi Yogyakarta : Andi. Sudarti,
Afroh Fauziah.,2010, Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Offset.
Agus Mulyanto.,2009, Sistem Informasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Raymond
McLeoad., 2001, Sistem Inforamasi Manajemen. Jakarta : PT. Prenhallindo.
Ketut Darma Yuda., 2010, Pemrograman Aplikasi Dastabase. Bandung : Informatika Nana Suarna., 2004, Pedoman panduan pratikum microsoft access. Yogyakarta : CV. Yrama Widya
DAFTAR PUSTAKA Tata
Sutabri.,
2004, Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi.
125 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
DESIGNING AN ESP COURSE FOR MIDWIFERY STUDENTS IN STIKES PRIMA JAMBI
DESIGNING AN ESP COURSE FOR MIDWIFERY STUDENTS IN STIKES PRIMA JAMBI Resi Silvia STIKes Prima Jambi Korespondensi Penulis :
[email protected]
ABSTRACT Designing teaching material is the process of selecting, adapting and evaluating of teaching based on specific terms of reference. Need Analysis is very important before designing teaching materials for English for Specific Purpose. Much attention should be drawn to the design of ESP courses which can help to prepare learners for future professional in workplaces. The study aims at exploring the learning needs of 36 midwifery students in STIKes Prima Jambi, and designing ESP materials for midwife based on Need Analysis. When designing an ESP course, the primary issue is the analysis of learners’ specific needs. Other issues addressed include: determination of realistic goals and objectives; integration of grammatical functions and acquisition skills; and assessment and evaluation. Although ESP contexts view these issues from their own perspectives, the proposed framework for ESP course development is argued as being of benefit to teachers who may encounter problems in ESP course design. Key words: ESP, Course Design, Needs Analysis, Midwifery Students.
INTRODUCTION Materials play an important role in teaching English for Specific Purposes (ESP) and materials writing is an indispensable element of ESP practice. With the adoption of English as the international language for communication and its wide use all over the world, more and more colleges and universities place an emphasis on running different kinds of English courses for their students to enable them to become competitive and competent enough in their future career. ESP courses have become popular recently in Indonesia, and many institutions and universities offer ESP courses for midwifery students, for years the instruction has been limited to specialized lexicon and sentence structures, an approach which fundamentally ignores the learners’ personal interests. This often leads to low motivation in their English studies and, in turn, poor performance later when they use English in their future profession in their workplaces. The availability of ESP teaching materials designed for such a range of contexts of language study is limited and conditioned by marketing interests and predicted sales, currency or import restrictions. As a result, ESP teachers are frequently confronted with the task of either designing needs-specific materials
or adapting commercially produced ones to fit various needs and goals. Also, in many cases, ESP course materials are either completely replaced or only partly complemented with Web-based language lessons. These classes offer a great potential for developing foreign language proficiency since they allow teachers to exploit authentic and motivating language input and engage learners in interesting and pedagogically sound tasks (Krajka, 2007). In response to these problems, it is important to help students adapt to today’s competitive society, meaning that colleges need to design ESP courses that can best prepare learners for future professional communication, not just presenting general English for the sake of passing the exam on the English subject. Designing a new ESP course involves issues such as what to teach, how to teach or where to start. Based on an integrated approach, this paper puts forward a sample ESP course framework and critically analyses the core elements of ESP course design: needs analysis; course goals and objectives; course details; materials design; and finally, assessment and evaluation. At this time, there are few ESP books for Midwifes in Indonesia. From this book, there is no book that contains material that is really needed by the midwives to support their professional 126
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
DESIGNING AN ESP COURSE FOR MIDWIFERY STUDENTS IN STIKES PRIMA JAMBI
career in the medical field in the future. To overcome this, the author decided to design materials based on ESP Needs Analysis. Assessment and evaluation are also two important issues that should be included in the course design process. Assessment is a process of measuring what learners know and what they can do, whereas evaluation reveals how well the ESP course works with emphasis not only on successful factors but also on modifying less successful aspects (Dudley-Evans & St John, 1998). METHODOLOGY Thirty six midwifery students (36 females) aging 19-20 at first grade students at STIKes Prima Jambi became participants in this study. To ensure validity and reliability of the results, data
were collected from multiple sources including midwifery students, ESP lecturers that provide different viewpoints, which enables researchers to look at something from a variety of perspectives. The instruments used to collect data were tests, questionnaire and interview. The data collected from the needs analysis were combined to design the new materials and experts evaluation served to improve it. The instruments used to elicit compliments responses were firstly, questionnaires and secondly interview with ESP Lecturers. A combination of precourse, mid-course and post-course analysis is conducted in order to see what students need to learn and improve upon through this course. The following (Table 1) shows the structure of the needs analysis:
Table 1. The Structure of the Needs Analysis - Questionnaire - Interview - Informal Discussion Mid-course Needs Analysis Feedback from learners’ performance and assignments Mid-term Test Results Post-course Need Analysis Final Test Result THE RESULTS OF THE STUDY Pre-course Needs Analysis The use of questionnaires can produce a large amount of information about many different issues such as communication difficulties, preferred learning styles, preferred classroom activities, attitudes and beliefs (Richards, 2001). In this particular research context, questionnaires are initially used to elicit information about learners’ attitudes towards this course, and what they want to learn in this Medical English course before the semester commences. Moreover, informal discussion allows students to convey their ideas and thoughts spontaneously and does not take much time to plan or prepare. Interviewing the teachers who taught the general English course in the previous year enables the course designer to gain insights into the learners’ current English proficiency, their specific weaknesses and strengths in the four skills.
Mid-course Needs Analysis & Postcourse Needs Analysis Assessing learners’ performances and assignments during the course can be an effective means in ascertaining their real problems during this course. After analysing the feedback, readjustment in the subsequent course is useful for both teachers and learners. Furthermore, a mid-term test and end of semester examination are also important to check their progress, since this shows what they already know as well as what they do not know. Course framework After getting information from questionnaire and interview, the next step is to design learning materials of ESP for midwifes based on Need Analysis. A course framework is useful as a guide for ESP teachers in presenting materials relevant to the students’ needs in relation to workplaces. For the sake of ease, the 127
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
DESIGNING AN ESP COURSE FOR MIDWIFERY STUDENTS IN STIKES PRIMA JAMBI
following table is a course grid for Medical English course. The guide is very useful
for team teachers in case of addition while the course is in progress.
Table 2. Course Grid for Medical English Course Rhetorical Language usage awareness and skill Grammar Vocab areas Writing patient Structuring Tenses Positive summary, pain paragraphs action verbs, report and , describing modal verbs symptom symptom report and pain Introduction, Taking and Tenses Phone telephoning, leaving numbers, patient messages, spelling examination making names, and giving offers and propositions, instruction request, modal verbs agreeing and disagreeing , instruction, assessing a patient Reading Skimming Tenses Medical medical for gist, vocabulary materials scanning (verbs, for nouns), first information, aid guessing words from contexts Understanding Listening Tenses Medical the for specific and vocabulary conversation information Sentence (verbs, and patient and gist Pattern nouns, record adjectives) The starting point for this Medical English course framework are the target events in the four language skills in which the midwifery students need to perform in their future professions. These target events are broken down into rhetorical awareness and related skill areas, along with associated functions. The framework also considers linguistic aspects-grammar and vocabulary involved in each target event, because those linguistic aspects are involved in each context. However, the course does not simply concern linguistic items and micro skills, but also materials
Functions
Topics
Enquiring, apologizing, questioning
Patient summary, pain report, symptom report Admitting a patient, accidents and emergencie s
Mainly textbooks, visuals
Pregnancy
Mainly textbooks, visuals, copies of authentic materials
Turn-taking, describing, comparing
Medication, monitoring the patient, job interview
and career content individual class.
topics
Materials
Mainly textbooks, visuals, copies of authentic materials
Mainly textbooks, visuals, copies of authentic materials for each
Assessment Self-assessment and peer assessment result in increased motivation, autonomy, direct involvement through the implementation of the following: oral production (student self-checklist; peer checklist; listening to tape-recorded oral production to detect pronunciation or grammar mistakes); self-revision or peer editing; and listening comprehension (Brown, 2001). Dudley-Evans and St John 128
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
DESIGNING AN ESP COURSE FOR MIDWIFERY STUDENTS IN STIKES PRIMA JAMBI
(1998) also state that peer assessment is greatly effective as a learning aid which is beneficial in large classes because teachers are frequently burdened with grading assignments. A range of class activities focusing on achievement, involvement and progress can be provided for assessment such as asking them to grade their efforts made in class and attitude to learning. Students can also be requested to reflect upon how well they use the target language to fulfil tasks, and identify what they are not able to do (Graves, 2001). Achievement assessment can be used to examine the extent to which learners have learned what has been taught. Furthermore, the result of the assessment can inform teachers about individual learner’s achievement of the learning objectives as well as provide the feedback on the effectiveness and quality of this course (Brown, 1996). Course evaluation Observation Robinson (1991) points out that observing past students who are working may be an effective means in seeing to what extent the ESP course has fully prepared them for workplace needs. After such observation, the course designer is then able to reorganize the course materials for the following year students. Mid-course and end-of-course evaluation Since this course lasts 1 academic semesters, a mid-course evaluation questionnaire in the semester can be given to learners in order to fine-tune the course before it finishes (Feez, 1998). End-of–course evaluation can be achieved through analysing learners’ outcomes, particularly, their final examination results and performance. They can also be asked to review their work and keep diaries of what they think easy/hard, interesting/uninteresting. The findings from such diary input can be analysed periodically (Hedge, 2000).
Student feedback and teacher selfevaluation
After each class, it is helpful to ask the learners to evaluate the class to provide feedback to the teacher (Hedge, 2000). However, informal discussion with individual students could be a more appropriate and spontaneous means for students to express what they really think about the course because in a more formal situation such as interviewing a group of students may feel inhibited. It could also be valuable for teachers to evaluate themselves by filling in a selfassessment sheet or keeping a log book (Hedge, 2000). CONCLUSIONS In almost all college all over Indonesia, there is a compulsory subject in General English. Especially, in STIKes Prima Jambi, the students have to take Medical English. The purpose is to raise their English proficiency in medical settings as well as to prepare them for successful communication in their future profession. This paper has investigated the ESP course design development. ESP course design start from analysing learners’ particular needs and wants. Based on learners’ needs and their future language use, goals and objectives of the course can be determined, a process which involves consideration of specific grammatical functions, terminology comprehension, and the abilities required for future workplace communication. Last but not least, assessment and evaluation should also be integrated into the design process to ensure that these goals and objectives are achievable. This article finally puts forward a proposal for an ESP course framework targeted to the midwifery students. It is hoped that this study may bring benefits to other ESP course designers in Indonesian colleges in facing the competition era. REFERENCES Brown, J.D. 1996. Testing in Language Programs. Upper Saddle River: Prentice Hall Regents. Brown, H.D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman. 129
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
DESIGNING AN ESP COURSE FOR MIDWIFERY STUDENTS IN STIKES PRIMA JAMBI
Dudley Evans, T. & St John, M. J. (1998). Developments in English for. Specific Purposes: A multidisciplinary approach. Cambridge: Cambridge University Press. Feez, S. 1998. Text-based Syllabus Design. National Centre for English Language Teaching and Research, Macquarie University. Graves, K. 2001. A framework of course development processes. In Hall, D.R. & Hewings, A. (Eds). Innovation in English Language Teaching. New York: Routledge. Hedge, T. 2000. Teaching and Learning in the Language Classroom. Oxford: Oxford University Press.
Krajka,
J.
2007. English Language Teaching in the InternetAssisted Environment. Issues in the Use of the Web as a Teaching Medium. Lublin: Maria Curie-Skłodowska University Press. Richards, J.C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press Robinson, P. 1991. ESP Today: A Practitioner’s Guide. New York: Prentice-Hall. Xenodohidis, T. H. 2002. An ESP Curriculum for Greek EFL Students of Computing: A New Approach. ESP World, Issue 2, Vol. 1. Retrieved November 29th, 2006 from http:// www. esp-world.info/index.html.
130 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015 THE RELATIONSHIP OF FAMILY HISTORY, AND THE STRESS LEVELS OF PATIENTS WITH HYPERTENSION INCIDENCE IN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI BY 2015 *¹ Erris, 2Rahman 1 2
Jurkesling Poltekkes Kemenkes Jambi STIKes Prima Jambi Progam Studi S1 Kesmas
*Korepondensi :
[email protected] ABSTRAK Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat keluarga dan tingkat stres pasien dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2015. Penelitian dilakukan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2015. Populasi dalam penelitian yaitu pasien yang berkunjung ke Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi bulan Januari s/d Mei tahun 2015 sebanyak 4.886 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara accidental sampling. Pengambilan sampel menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Data yang diperoleh kemudian di analisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara riwayat keluarga pasien dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan nilai p value 0,037 dan adanya hubungan antara tingkat stres pasien dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan nilai p value 0,022. Diharapkan petugas kesehatan untuk terus melakukan promosi dan poster dalam memberikan penyuluhan tentang kejadian hipertensi menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan melakukan seminar serta diskusi dalam membahas kejadian hipertensi. Kata Kunci
: Riwayat Keluarga, Tingkat Stres, Hipertensi
ABSTRACT Basic Health Research results (Riskesdas) 2007 shows, the majority of cases of hypertension in the community yet undiagnosed. This is apparent from the results of measurements of blood pressure at age 18 years and over found the prevalence of hypertension in Indonesia amounted to 31,7%, where only 7,2% of the population who already know have hypertension and only 0,4% of cases the medication of hypertension. It shows, 76% of cases of hypertension in the community yet undiagnosed or 76% of the public do not know that they are suffering from hypertension. This research is the research of analytic approach of cross sectional that aims to find out the relationship of family history and stress level of patients with hypertension incidence in Jambi City Putri Ayu health centers by 2015. Research carried out in Public Health Center Putri Ayu city of Jambi. Research has been carried out in December 2015. The population in the study i.e. patients who visited the Clinic Putri Ayu city of Jambi in January until May 2015 as much 4,886 people and the number of samples in the study as many as 42 people. Sampling technique is the way accidental sampling. Sampling using the questionnaire by means of filling the questionnaires by respondents. Data obtained later in the analysis are Univariate and bivariat. The results showed that the existence of the relationship between family history of hypertension incidence in patients with Putri Ayu Jambi City Public Health Center with the highest p value 0.037 and the existence of a relationship between stress level of patients with hypertension incidence in Jambi City Putri Ayu Public Health Center with the highest p value 0.022.
131 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015
Health officials are expected to continue to do the promotion and posters provide guidance about the genesis of hypertension explained using an easy to understand language so that respondents can understand well and do seminars and discussions in discussing happenings hypertension. Keywords : Family History, Stress Level, Hypertension
PENDAHULUAN Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain (Kemenkes RI, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi (Kemenkes RI, 2012). Indonesia belum ada data yang akurat mengenai angka kematian akibat hipertensi, tetapi sudah ada penelitian metodologis yang dilakukan secara berbeda-beda oleh para ahli. Dari hasil penelitian diperkirakan bahwa penduduk di atas 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8-2,86%. Namun sebagian besar penelitian menyatakan 8,6-10% yang menderita penyakit hipertensi (Dalimartha, 2008). Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang ringan. Gejala dan keluhan mungkin dapat diabaikan. Namun perlu diketahui bahwa hipertensi merupakan faktor risiko utama
dari penyakit jantung dan stroke. Lakukanlah pencegahan dan pengobatan hipertensi sebelum penyakit sekunder tersebut muncul (Dalimartha, 2008). Faktor genetik memberikan peranan terhadap timbulnya hipertensi. Hal ini terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi terhadap orang kembar. Kondisi dimana seorang penderita dengan hipertensi primer (esensial), apabila dibiarkan secara alamiah bersama lingkungannya, maka akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul gejala-gejala terjadinya hipertensi. Apabila riwayat hipertensi ditemukan pada kedua orangtuanya, dugaan terjadinya hipertensi sesensial akan lebih besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur), apabila salah satunya adalah penderita hipertensi, dugaan bahwa kembarannya juga mengalami hipertensi sangatlah besar (Dalimartha, 2008). Hubungan stres, yang meningkatkan aktivitas saraf simpastis, mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila terjadi stres berkepanjangan, maka tekanan darah akan berada pada kondisi yang tinggi yang berarti terjadi tekanan darah tinggi. Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh adanya interaksi berbagai faktor dan faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui secara pasti. Stres sendiri adalah rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak mengirimkan “peringatan” dan hormon ke kelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah, yang dirasakan adalah degup jantung yang 132
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015
berpacu lebih cepat dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk (Agustina, 2014). Kebanyakan pria lebih banyak mengalami kemungkinan terjadinya hipertensi daripada kebanyakan wanita. Hipertensi berdasarkan faktor jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu psikologi. Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku yang tidak sehat seperti merokok, kelebihan berat badan depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis yang kuat (Dalimartha, 2008). Pola hidup sehat akan meningkatkan potensi untuk terhindar dari hipertensi. Jauhi minuman yang beralkohol, jangan biasakan anda merokok, hindari stres, pola makan yang sehat (konsumsi protein tinggi, hindari konsumsi berlebih makanan yang mengandung hidrat arang dan garam berlebih) dan berolahragalah. Selain itu bisa mengkonsumsi beberapa makanan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti coklat, ikan buah jeruk, buah pisang dan ikan. Lakukan kontrol rutin dan ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter. Cara mencegah hipertensi sebaiknya dilakukan sejak dini, untuk mengonsumsi herbal alami, herbal ini mampu mengobati hipertensi hingga akarnya. Namun untuk mungkin jangan, akan tetapi kita bisa melakukannya mulai sekarang demi mencegah hipertensi yang terjadi, itu akan sangat berbahaya (Agustina, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, menunjukkan bahwa kejadian hipertensi tertinggi yaitu Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi, yaitu pada tahun 2013 sebanyak 3.050 orang dan tahun 2014 sebanyak 3.568 orang (10,1%). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan mengadakan penelitian mengenai “Hubungan Riwayat Keluarga dan Tingkat Stres Pasien Dengan
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2015”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat keluarga dan tingkat stres pasien dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2015. Penelitian dilakukan di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2015. Populasi dalam penelitian yaitu pasien yang berkunjung ke Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi bulan Januari s/d Mei tahun 2015 sebanyak 4.886 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara accidental sampling. Pengambilan sampel menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner oleh responden. Data yang diperoleh kemudian di analisis secara univariat dan bivariat (Arikunto, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bersumber dari data yang diperoleh melalui pembagian kuisioner terhadap 42 responden untuk mengetahui “Hubungan Riwayat Keluarga, dan Tingkat Stres Pasien Dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2015”. Pengumpulan data dilakukan peneliti sendiri dan dibantu oleh beberapa teman mahasiswa STIKes Prima. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Desember tahun 2015 di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan cara pengisian kuesioner menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Gambaran kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 23 responden (54,8%) tidak mengalami hipertensi dan sebanyak 19 responden (45,2%) mengalami hipertensi.
133 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Putri Ayu (n=42) Kejadian Hipertensi
Jumlah
Persentase (%)
19 23 42
45,2 54,8 100
Mengalami Tidak Mengalami Total Hasil yang didapat menunjukkan bahwa sebagian kecil responden mengalami kejadian hipertensi, dikarenakan pola hidup yang salah dan pola makan yang kurang baik sering diacuhkan oleh sebagian responden. Pola hidup sehat akan meningkatkan potensi untuk terhindar dari hipertensi. Jauhi minuman yang beralkohol, jangan biasakan anda merokok, hindari stres, pola makan yang sehat (konsumsi protein tinggi, hindari konsumsi berlebih makanan yang mengandung hidrat arang dan garam berlebih) dan berolahragalah. Penyakit hipertensi merupakan sebuah keadaan dimana tekanan darah menjadi tinggi. Cairan darah menekan arteri dengan kuat hingga akhirnya menyebabkan masalah kesehatan. Tekanan darah merupakan jumlah banyaknya darah yang dipompa menuju jantung dan jumlah darah yang melakukan resistensi terhadap aliran darah yang menuju arteri (Abidin, 2014).
Upaya yang harus dilakukan agar responden dapat memahami permasalah kejadian hipertensi dan mengurangi atau mencegah kejadian hipertensi yaitu menjauhi minuman yang beralkohol, jangan biasakan anda merokok, hindari stress, pola makan yang sehat (konsumsi protein tinggi, hindari konsumsi berlebih makanan yang mengandung hidrat arang dan garam berlebih) dan berolahragalah. Selain itu bisa mengkonsumsi beberapa makanan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti coklat, ikan buah jeruk, buah pisang dan ikan. Lakukan kontrol rutin dan ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter. Gambaran kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 23 responden (54,8%) tidak mengalami hipertensi dan sebanyak 19 responden (45,2%) mengalami hipertensi.
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Pasien Terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas Putri Ayu (n=42) Kejadian Hipertensi
Jumlah
Persentase (%)
19 23 42
45,2 54,8 100
Ada Riwayat Tidak Ada Riwayat Total Gambaran riwayat keluarga pasien terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 26 responden (61,9%) tidak ada riwayat hipertensi dan sebanyak 16 responden (38,1%) ada riwayat hipertensi. Gambaran tingkat stres pasien terhadap kejadian hipertensi di
Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden (42,9%) tidak mengalami stres dan sebanyak 24 responden (57,1%) mengalami stres. Upaya yang harus dilakukan yaitu responden yang memiliki riwayat hipertensi sebaiknya melakukan berbagai cara untuk menghindari dan mencegah hipertensi salah satunya mengonsumsi 134
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015
makanan sehat, mengurangi konsumsi garam dan kafein, berolahraga secara teratur, serta menurunkan berat badan, jika diperlukan. Gambaran tingkat stres pasien terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi diperoleh melalui pengisian kuesioner, menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 18 responden (42,9%) tidak mengalami stres dan sebanyak 24 responden (57,1%) mengalami stres. sebagian besar responden mengalami stres, hal ini dikarenakan setiap mengalami permasalahan sering tidak bisa mengontrol emosi dan amarah, sehingga mengakibatkan responden bertambah stres, responden tidak aktif melakukan cara untuk menyelesaikan diri agar mengurangi stres dalam dirinya. Selain itu responden juga tidak memiliki kesadaran untuk mencari informasi tentang cara mengatasi stres, baik dari media massa maupun media elektronik. Stres merupakan istilah yang dikenal luas dalam masyarakat. Batasan atau pengertian tentang istilah stres sendiri beragam. Umumnya yang dimaksudkan dengan stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi berhasil dan stres yang dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan timbul stres. Baru bila gagal dan terjadi ketidakmampuan menimbulkan stres. Menurut Hans Selye; Stres tidak selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu menjadi terganggu dan kewalahan serta menimbulkan stres, barulah stres itu merupakan hal yang merugikan (Nugraha, 2013). Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar responden tidak mengalami stres adalah dilakukannya penyuluhan kesehatan mengenai pengaruh stres terhadap kejadian, menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan dapat menggunakan leaflet atau brosur agar responden dapat mengingat bahwa stres merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.
Hasil penelitian tersebut juga membongkar informasi bahwa kenaikan risiko hipertensi terhadap pria dengan ibu pengidap tekanan darah tinggi adalah 50%. Sedangkan bagi mereka yang memiliki ayah dengan hipertensi, kenaikan risikonya sebesar 80%. Jika kedua orang tua memiliki riwayat darah tinggi, kenaikan risiko terkena penyakit yang sama adalah sebesar 150%. Meski hasil penelitian ini juga mendukung penelitian dengan topik yang mirip namun riwayat keluarga adalah faktor risiko yang tidak bisa dikontrol. Hal yang menarik lainnya adalah keterkaitan stres dan melonjaknya tekanan darah. Anda pasti sering mendengar bahwa penderita hipertensi pantang menerima stres sebab akan memperburuk tekanan darahnya dan berpengaruh terhadap kesehatan jantung (Mahartati, 2014). Namun ternyata, hipertensi dan depresi atau stres saling terkait hanya pada orang dengan riwayat keluarga hipertensi. Orang-orang yang tidak memiliki orang tua dengan darah tinggi tidak menunjukkan keterkaitan antara hipertensi dan depresi. Meskipun fakta menunjukkan bahwa memang benar ada keterkaitan antara riwayat keluarga pengidap penyakit darah tinggi dengan tingginya risiko keturunannya memiliki darah tinggi namun riwayat keluarga adalah sesuatu yang tak bisa dikontrol. Dan tak perlu panik jika mengetahui bahwa orang tua atau salah satu keluarga besar mengidap hipertensi. Mungkin tidak bisa mengontrol gen tetapi bisa mengontrol aktivitas untuk menjaga tekanan darah. Cara terbaik untuk melindungi diri Anda dari penyakit tekanan darah tinggi adalah tidak merokok, berolahraga, dan menjaga berat badan. Hal yang menarik lainnya adalah keterkaitan stres dan melonjaknya tekanan darah. Anda pasti sering mendengar bahwa penderita hipertensi pantang menerima stres sebab akan memperburuk tekanan darahnya dan berpengaruh terhadap kesehatan jantung. Namun ternyata, hipertensi dan depresi atau stres saling terkait hanya pada orang dengan riwayat keluarga hipertensi. Orang-orang yang tidak memiliki orang tua dengan darah tinggi tidak menunjukkan keterkaitan antara hipertensi dan depresi. 135
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, DAN TINGKAT STRES PASIEN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015
Upaya yang harus dilakukan yaitu responden yang memiliki riyawat hipertensi sebaiknya melakukan berbagai cara untuk menghindari dan mencegah hipertensi salah satunya mengonsumsi makanan sehat, mengurangi konsumsi garam dan kafein, berolahraga secara teratur, serta menurunkan berat badan, jika diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa besar responden mengalami stres, hal ini dikarenakan setiap mengalami permasalahan sering tidak bisa mengontrol emosi dan amarah, sehingga mengakibatkan responden bertambah stres, responden tidak aktif melakukan cara untuk merelaksasikan diri agar mengurangi stres dalam dirinya. Selain itu responden juga tidak memiliki kesadaran untuk mencari informasi tentang cara mengatasi stres, baik dari media massa maupun media elektronik. Stres merupakan istilah yang dikenal luas dalam masyarakat. Batasan atau pengertian tentang istilah stres sendiri beragam. Umumnya yang dimaksudkan dengan stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi berhasil dan stresor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan timbul stres. Baru bila gagal dan terjadi ketidakmampuan menimbulkan stres. Menurut Hans Selye: Stres tidak selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu menjadi terganggu dan kewalahan serta menimbulkan distres, barulah stres itu merupakan hal yang merugikan (Nugraha, 2013). Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar responden tidak mengalami stres adalah dilakukannya penyuluhan kesehatan mengenai pengaruh stres terhadap kejadian, menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan dapat menggunakan leaflet atau brosur agar responden dapat mengingat bahwa stres merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Selain itu diharapkan responden untuk aktif mencari informasi tentang cara
menghadapi masalah dan tidak mengalami stres agar menambah informasi responden yang kurang baik. Jika hanya pasif saja, maka akan berdampak kurang baik pada responden tersebut. Bagi responden yang telah mempunyai informasi yang baik tentang cara menghadapi stres, harus selalu dipertahankan dan diingat materi-materi yang telah diberikan sebelumnya, agar mereka dapat menghadapi masalah yang dihadapi dan berusaha selalu tenang dalam menghadapi masalah. SIMPULAN Adanya hubungan antara riwayat keluarga pasien dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan nilai p value 0,037 dan adanya hubungan antara tingkat stres pasien dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan nilai p value 0,022. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal, 2014. Gejala Hipertensi. Dalam http://gejalahipertensi.com/. (Diakses tanggal 19 Juli 2015). Agustina, Fenita, 2014. Mencegah Hipertensi. Dalam http://www.ibudanmama.com/kehamil an/mencegah-hipertensi/. (Diakses Tanggal 20 Juli 2015). Arikunto, Suharsimi, 2010. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. PT Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Penerbit Penebar Plus. Jakarta. Kemenkes RI, 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia. Dalam http://www.depkes.go.id/article/view/1 909/masalah-hipertensi-diindonesia.html. (Diakses tanggal 19 Juli 2015). Mahartati, Sri, 2014. Penyebab Hipertensi Dalam http://www.depkes.go.id/article/view/1 909/masalah-hipertensi-diindonesia.html. Nugraha, 2013. Tingkat Stres. http://www.depkes.go.id/article/view/1 909/masalah-hipertensi-diindonesia.html. (Diakses tanggal 19 Juli 2015). 136
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015 THE ROLE OF PARENTS IN THE IMPLEMENTATION OF MEASLES IMMUNIZATION IN SCHOOL CHILDREN IN A GREAT BASIC SCHOOL IN JAMBI CITY 2015 Adila Solida STIKes Prima Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Korespondesi Penulis :
[email protected] ABSTRAK Pemberian imunisasi campak pada anak sekolah dasar di Kota Jambi belum mencapai target. Pada pelaksanaan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) capaian imunisasi campak anak sekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Kota Jambi hanya 87,5% tahun 2014. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa peran aktif orang tua menentukan tingkat kesehatan anak berkebutuhan khusus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran peran orang tua meliputi pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pemberian imunisasi pada anak sekolah dasar di SDLB Kota Jambi Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis univariat. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan wawancara. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling sehingga seluruh populasi menjadi responden penelitian yaitu 49 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63% responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dan 37% responden memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi campak pada anak sekolah. Sementara itu 47% responden memiliki sikap negatif dan 53% responden memiliki sikap positif terhadap pemberian imunisasi campak pada anak sekolah. Pengetahuan yang kurang baik memberi dampak pada kurangnya peran orang tua dalam pemberian imunisasi pada anak sekolah di SDLB Kota Jambi. Diperlukan peran guru maupun petugas kesehatan untuk memberikan informasi pada orang tua tentang pentingnya imunisasi campak pada anak sekolah dasar di SDLB Kota Jambi. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Imunisasi Campak. ABSTRACT Immunization of measles in primary school children in Jambi City has not reached the target. In the implementation of the BIAS (School Immunization Month) the achievement of measles immunization of school children in Elementary School Elementary School (SDLB) Jambi City only 87.5% in 2014. Previous research shows that the active role of parents determine the level of health of children with special needs. The purpose of this study to determine the description of the role of parents include knowledge and attitudes of parents to the provision of immunization in elementary school children in SDLB Kota Jambi Year 2015. This research is a descriptive research with univariate analysis. Data collection using questionnaires and interviews. The sample technique used is the total sampling so that the entire population becomes the respondent of the research that is 49 respondents. The results showed that 63% of respondents who have poor knowledge and 37% of respondents have a good knowledge about measles immunization in school children. Meanwhile 47% of respondents had negative attitude and 53% of respondents had positive attitude toward giving measles immunization to school children. Inadequate knowledge has an impact on the lack of parental role in providing immunization to schoolchildren in SDLB of Jambi City. Required role of teachers and health workers to provide information to parents about the importance of measles immunization in primary school children in SDLB of Jambi City. Keywords: Knowledge, Attitude, Measles Immunization
137 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015
PENDAHULUAN Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kematian khususnya pada anak. Data The United Nations Childrens Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak-anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah (Riskesdas 2010). Penyakit infeksi yang cukup tinggi memerlukan upaya pencegahan, salah satunya dengan imunisasi. Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia (WHO, UNICEF, & World Bank, 2009). Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Imunisasi sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti tuberkulosis (TB), difteri, pertusis (penyakit pernapasan), campak, tetanus, polio dan hepatitis-B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat (population immunity) (Depkes, 2005). Perlindungan terhadap penyakit melalui imunisasi dasar belum cukup jika hanya diperoleh pada masa bayi, sementara itu dibutuhkan imunisasi lanjutan sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar. Hal ini disebabkan adanya penurunan tingkat kekebalan tubuh anak yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Pemerintah melalui kementerian kesehatan republik indonesia sejak tahun 1984 telah mulai melaksanakan program imunisasi pada anak sekolah. Program ini kemudian dikenal dengan istilah Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diresmikan pada 14 November 1987 melalui surat keputusan bersama dari Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.
BIAS adalah bentuk operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran semua anak kelas 1,2 dan 3 di seluruh Indonesia sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. Campak merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak dan dapat dicegah melalui imunisasi campak pertama pada bayi usia 9 bulan dan pemberian imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar kelas 1. Anak sangat rentan terhadap penyekit campak, karena wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak sekolah dasar. Penyakit campak memerlukan penangan yang serius. Pada tahun 2002 sebanyak 777.000 di antaranya 202.000 berasal dari Negara ASEAN, dan 15% dari kematian akibat penyakit campak berasal dari Indonesia. Diperkirakan 30.000 anak Indonesia meninggal tiap tahunnya disebabkan komplikasi campak, artinya 1 anak meninggal tiap 20 menit karena setiap tahunnya lebih dari 1 juta anak Indonesia belum terimunisasi campak (Depkes, 2005). Pada tahun 2013 pelaksanaan imunisasi campak di Provinsi Jambi masih 79.7% artinya pelaksanaan imunisasi campak belum memenuhi target dan capaian ini masih berada di bawah rata-rata capaian imunisasi campak di Indonesia yaitu 82.1% (Riskesdas, 2013). Target pelaksanaan BIAS di Kota Jambi pada tahun 2014 adalah 100%. Pemberian imunisasi campak pada anak sekolah dasar di Kota Jambi sudah mencapai target kecuali di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) hanya mencapai 87,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa capaian BIAS terutama imunisasi campak masih belum memenuhi target di Kota Jambi. Pelaksanaan imunisasi menjadi salah satu upaya memenuhi hak setiap anak karena mendapatkan imunisasi 138
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015
merupakan hak asasi anak sesuai UU perlindungan anak Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU Nomor 23 tahun 2002 menyebutkan bahwa yang dimaksud hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM) yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi. Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap upaya kesehatan yang dilakukan merupakan tanggung jawab bersama, oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. UUD 1945 pasal 28B ayat (2) yaitu setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hak mendapatkan imunisasi akan sama berlaku pada anak berkebutuhan khusus di SDLB Kota Jambi. Salah satu upaya agar pemberian imunisasi campak dapat mencapai target adalah adanya dukungan dan peran orang tua terhadap pemberian imunisasi campak pada anak di SDLB Kota Jambi. Keluarga dalam hal ini orang tua merupakan lingkungan terdekat anak. Bagi anak berkebutuhan khusus, peran aktif orangtua ini merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangannya, baik secara fisik maupun psikologis. Dukungan orang tua dalam pemberian imunisasi campak pada anak di SDLB merupakan bentuk dukungan yang menentukan kesehatan anak tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu observasi tentang peran orang tua dalam pemberian imunisasi campak pada anak SDLB di Kota Jambi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap orang tua tentang Imunisasi Campak pada Anak Sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan peran orang tua dalam pemberian imunisasi campak pada anak sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015. Variabel yang diteliti yaitu pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pemberian imunisasi campak. Penelitian dilakukan di SDLB Kota Jambi yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh orang tua siswa-siswi kelas I SDLB Kota Jambi tahun ajaran 2015-2016 berjumlah 49 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Imunisasi Campak Pada Anak Sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015 Gambaran pengetahuan dan sikap orang tua tentang imunisasi campak pada anak sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015 diukur dengan menggunakan 12 item pertanyaan. Distribusi frekuensi jawaban pertanyaan tentang pengetahuan orang tua sebagaimana pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Tentang Imunisasi Campak Pada Anak Sekolah Di SDLB Kota Jambi Tahun 2015
139 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015
Pertanyaan Apa yang dimaksud dengan Pencegahan penyakit Apakah yang dimaksud Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) Apakah tujuan dari pemberian imunisasi bagi anak sekolah Siapa saja yang mendapat imunisasi dalam program BIAS Imunisasi apa saja yang khusus diberikan pada anak sekolah dasar kelas 1 Apa fungsi pemberian imunisasi campak untuk anak Imunisasi campak untuk anak diberikan melalui Apakah ibu mengetahui efek samping imunisasi campak yang bisa terjadi setelah pemberian imunisasi anak sekolah Bagaimana cara mengatasi efek samping yang bisa terjadi setelah pemberian imunisasi anak sekolah Siapa saja yang sebaiknya diikutsertakan dalam program pemberian imunisasi anak sekolah Apakah anak yang mengalami demam, batuk atau pilek dapat diberikan imunisasi campak Apakah pemberian imunisasi anak sekolah sangat bermanfaat untuk anak ibu
Distribusi Benar Salah f % f % 39
79,6
10
20,4
16
32,7
33
67,3
38
77,6
11
22,4
40
81,6
9
18,4
11
22,4
38
77,6
42
85,7
7
14,3
44
89,8
5
10,2
29
59,2
20
40,8
46
93,9
3
6,1
34
69,4
15
30,6
41
83,7
8
16,3
42
85,7
7
14,3
Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban pertanyaan pada tabel di atas diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang imunisasi campak yaitu 31 responden (63%) dan pengetahuan baik yaitu 18 responden (37%). Hasil distribusi frekuensi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang baik yaitu 31 responden (63%). Pengetahuan responden yang kurang baik dapat dipengaruhi oleh pendidikan responden yang rendah karena terdapat 6 responden (12,2%) berpendidikan SD/sederajat dan 13 responden (26,5%) berendidikan SMP/sederajat.
Tangga (IRT) yaitu 39 responden (95,9%) sehingga kurang mendapatkan informasiinformasi dalam masalah kesehatan khususnya mengenai imunisasi campak. Sedangkan baiknya pengetahuan responden yang dapat disebabkan dari tingkat pendidikan responden yang tinggi, karena terdapat 24 responden (49,0%) memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat dan 6 responden (12,2%) berpendidikan perguruan tinggi. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2012) mengenai pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak disekolah didapat hasil bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 55 responden (76%). Dalam penelitian ini sebagian besar responden masih memiliki pengetahuan yang kurang baik. Pengetahuan responden yang masih kurang bisa dipengaruhi beberapa faktor seperti pendidikan, pengalaman dan informasi. Dalam penelitian ini pendidikan responden sebagian besar berpendidikan tinggi namun pengetahuan responden masih kurang baik. Maka pengetahuan yang dimiliki responden dipengaruhi karena kurangnya informasi yang didapatkan responden mengenai pemberian imunisasi pada anak sekolah. Gambaran Sikap Orang Tua Tentang Imunisasi Campak Pada Anak Sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015 Gambaran sikap orang tua tentang imunisasi campak pada anak sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015 diukur dengan menggunakan 10 item pertanyaan, diperoleh hasil sebagaimana pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Orang Tua Tentang Imunisasi Campak Pada Anak Sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015
Berdasarkan data karakteristik responden diketahui bahwa sebagian besar ibu siswa kelas I SDLB Kota Jambi tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah 140 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015
Pernyataan
Distribusi Sikap SS
%
S
%
TS
%
STS
%
Pemberian imunisasi pada anak disekolah dapat membuat ibu merasa tenang karena anak dapat terlindung dari penyakit campak
26
53,1
23
46,9
0
0
0
0
Imunisasi campak penting dilakukan karena dapat mencegah penyakit campak
29
59,2
20
40,8
0
0
0
0
Penjelasan mengenai imunisasi campak dari petugas kesehatan sangat penting didengarkan karena bermanfaat bagi ibu dan anak
27
55,1
22
44,9
0
0
0
0
Sebaiknya orang tua ikut serta saat pelaksanaan imunisasi anak sekolah
5
10,2
41
83,7
3
6,1
0
0
Imunisasi campak dapat membuat anak ibu menjadi demam
1
2,0
31
63,3
15
30,6
2
4,1
Pemberian imunisasi campak tidak dapat diberikan jika anak ibu sudah mengalami campak
10
20,4
11
22,4
24
49,0
4
8,2
Ibu harus segera memberikan obat jika anak ibu mengalami demam
23
46,9
24
49,0
2
4,1
0
0
Imunisasi campak dapat diberikan jika anak ibu sakit
5
10,2
33
67,3
11
22,4
0
0
Anak yang menangis dan memberontak sebaiknya tidak diberikan imunisasi
6
12,2
17
34,7
26
53,1
0
0
Imunisasi campak tidak diberikan jika anak ibu telah diberi imunisasi campak pada saat bayi
12
24,5
17
34,7
20
40,8
0
0
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa responden yang memiliki sikap positif yaitu 26 responden (53%) dan responden yang memiliki sikap negatif yaitu 23 responden (47%). Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Khamilah (2007) mengenai sikap ibu dengan praktek imunisasi campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati Semarang responden didapat bahwa sebagian besar responden responden yang mempunyai sikap positif terhadap imunisasi yaitu 66,7% dan negatif yaitu 33,3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang kurang baik tidak mempengaruhi sikap responden karena berdasarkan hasil penelitian lebih banyak responden yang memiliki sikap positif terhadap pemberian imunisasi campak disekolah, namun hasil wawancara menunjukkan bahwa pengerahuan orang tua yang kurang baik tentang imunisasi memberi dampak rendahnya peran orang tua dalam mendukung anaknya memperoleh imunisasi campak. Seharusnya orang tua sebagai lingkungan terdekat anak berkebutuhan khusus yang sekolah di SDLB menyadari bahwa anak memiliki hak mendapatkan imunisasi. Menyadari bahwa hak tersebut akan sama berlaku pada anak berkebutuhan khusus. Peran aktif orangtua ini merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkembangan anak berkebutuhan khusus baik secara fisik maupun psikologis. Dukungan orang tua dalam pemberian imunisasi campak pada anak di SDLB merupakan bentuk dukungan yang menentukan kesehatan anak tersebut. Orang tua juga seharusnya paham bahwa pentingnya imunisasi adalah untuk menghindari anak mereka dari serang penyakit campak 141
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015
yang berbahaya bagia kesehatan dan kelangsungan hidup anaknya, karena penyakit campak merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular dan dapat mengakibatkan komplikasi penyakit lainnya. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap orang tua dapat dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua terhadap pemberian imunisasi, selain itu juga diharapkan keikutsertaan
dari keluarga, guru dan petugas kesehatan dalam mempengaruhi dukungan orang tua terhadap pemberian imunisasi sehingga membuat sikap menjadi lebih positif. Selain itu pengalaman juga dapat mempengaruhi sikap ibu yaitu pemberian imunisasi campak pada saat bayi sehingga ibu beranggapan positif terhadap imunisasi campak disekolah. 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang pedoman penyelenggaraan imunisasi. Jakarta : Depkes R.I
SIMPULAN Berdasarkan penelitian gambaran pengetahuan dan sikap orang tua tentang imunisasi campak pada anak sekolah di SDLB Kota Jambi Tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 31 responden (63%) dan pengetahuan baik yaitu 18 responden (37%). Responden yang memiliki sikap positif yaitu 26 responden (53%) dan responden yang memiliki sikap negatif yaitu 23 responden (47%). Pengetahuan yang kurang baik memberi dampak pada kurangnya peran orang tua dalam pemberian imunisasi pada anak sekolah di SDLB Kota Jambi. Diperlukan peran guru maupun petugas kesehatan untuk memberikan informasi pada orang tua tentang pentingnya imunisasi campak pada anak sekolah dasar di SDLB Kota Jambi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharmisi. 2012. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta. Budiarto. 2003. Pengantar Epidemiologi. EGC. Jakarta
Dinkes Provinsi Jambi. Pelatihan. Provinsi Jambi.
2013.
Modul
Kepmenkes. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dalam penyelenggaraan BIAS. Jakarta Marimbi,
Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Nuha Medika.Yogyakarta.
Marmi, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, S. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Cahyono. S. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Kanisius. Yogyakarta.
Notoadmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Proverawati, 2010. Vaksinasi. Yogyakara.
Imunisasi dan Nuha Offset.
142 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
PERAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA KOTA JAMBI TAHUN 2015
Putra,
Sitiatava, P. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk Keperawatan dan Kebidanan. DMedika. Jakarta
Ranuh, I.G.N, 2011. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta Rukiyah. A.Y. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Trans Info Media. Jakarta.
143 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016 RELATION BETWEEN MOTIVASION AND FAMILY’S SUPPORT TO GET MEASLES IMMUNIZATION TOWARTD BABY IN PAAL MERAH II PUBLIC HEALTH CENTER JAMBI CITY 2016. *1
2
Irmayanti Harahap, Heni STIKes Prima Jambi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat 2 STIKes Prima Jambi Program Studi D-III Kebidanan * Korespondensi Penulis :
[email protected] 1
ABSTRAK Kasus campak di dunia lebih dari 56 juta anak. Perbandingan kejadian campak pada anak adalah 210 berbanding 100.000 jumlah anak di dunia. Cakupan imunisasi campak terendah di Kota Jambi pada tahun 2015 terdapat di Puskesmas Paal Merah II dengan jumlah bayi yang mendapat imunisasi campak berjumlah 398 bayi (82,33%) dari jumlah total 481 orang bayi. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 Januari – 12 Januari 2016 bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia > 9 bulan – 12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi periode bulan Mei 2016 berjumlah 151 orang ibu bayi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Proportional to Population Size (mengambil porsi atau jatah dari populasi tiap-tiap wilayah kerja) sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 69 sampel. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian diperoleh Sebanyak 31 responden (52,5%) mempunyai bayi yang telah diberikan imunisasi campak. Sebanyak 32 responden (54,2%) mempunyai motivasi rendah dan sebanyak 33 responden (55,9%) mempunyai peran keluarga mendukung. Ada hubungan antara motivasi ibu dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Ada hubungan antara peran keluarga dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Diharapkan kepada Pihak Puskesmas Paal Merah II Memberikan penyuluhan dan informasi tentang manfaat imunisasi dasar terutama imunisasi campak sehingga motivasi ibu dan peran keluarga akan meningkat tentang tindakan mendapatkan imunisasi campak. Kata Kunci
: Motivasi Remaja Putri, Peran Keluarga, Pencegahan Keputihan
ABSTRACT There are 56 millions measles cases in the world. Ratio of measles cases for child is 2010 : 100.000 in the world. The lowest scope of measles immunization in Jambi city 2015 is in PaalMerah II public Health Center area. There are 398 babies (82,33%) received measles immunization from 481 total babies in that area. th th This research is analytic survey with cross sectional approach. This research took from 5 – 12 January 2016 in PaalMerah II public Health Center Jambi City working area. Population of this research are 151 mothers with 9 – 12 months old babies, period May 2016 in PaalMerah II Public Health Center working area. Sampling technique in this research is using proportional population size (took each portion from each working area) to get 69 samples. Result of this research analyzed by univariat and bivariat with chisquare statistic test. Result of this research found that there are 31 participants or 52,5 % mother that received measles immunization for their babies. There are 32 participants or 54,2 % mother with low motivation and there are 33 participants or 55,9 with supporting families. There is relation between mother’s motivation & action to get measles immunization for baby in public health center PaalMerah II Jambi City working area. There is relation between family’s support and action to get measles immunization for baby in PaalMerah II Public Health Center Jambi City working area.
144 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
Expect to PaalMerah II Public Health Center to give more socialization & information about advantage of basic immunization especially for measles, so mother motivation & family’s support will increase their action to get measles immunization. Keyword : Motivation for teenager, family’s support, white discharge prevent
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan Indonesia yang mutlak menjadi hak azasi setiap penduduk Indonesia adalah mendapatkan derajat kesehatan yang layak, baik dalam segi pencegahan penyakit, pengobatan dan pelayanan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan Indonesia harus didukung dengan program-program pemerintah dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular (Depkes RI (2007). Kesehatan adalah kebutuhan dasar masyarakat, oleh sebab itu untuk menjaga kesehatan masyarakat sangat perlu menjaga kesehatan setiap individu dalam masyarakat tersebut, dalam usaha menjaga kesehatan seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu jatuh sakit. Usaha demikian dapat dicapai dengan peningkatan daya tahan tubuh, secara khusus peningkatan daya tahan terhadap penyakit menular dapat dicapai dengan memberikan obat khusus yang disebut vaksin dan cara pemberian vaksin kepada tubuh disebut imunisasi (Irianto, 2007). Pencegahan penyakit yang diprogramkan oleh pemerintahan adalah dengan pelaksanaan program imunisasi. Program imunisasi pada bayi, balita, ibu hamil dan pasangan usia subur bertujuan untuk memberikan suatu kekebalan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Bayi sebagai kelompok yang rentan terhadap penyakit perlu mendapatkan perhatian khusus untuk meningkatkan sistem kekebalan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya (Maryanti, 2008). Imunisasi campak merupakan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan.
Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang kasus campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Kejadian penyakit campak sangat berkaitan dengan keberhasilan program imunisasi campak. Indikator yang bermakna untuk menilai ukuran kesehatan masyarakat di negara berkembang adalah imunisasi campak. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi pada tanggal 9 Januari 2016, dari 10 orang ibu bayi, 6 orang diantaranya kurang mengetahui manfaat imunisasi campak bagi pertumbuhan dan perkembangan bayinya dan kurang terdorong mengimunisasi campak bayinya dikarenakan anjuran dari keluarga dan tetangga dengan alasan bayi yang diimunisasi campak pun dapat terkena campak, sehingga ibu tidak melengkapi imunisasi bayinya. Sedangkan 4 orang ibu bayi lainnya mengetahui manfaat imunisasi campak untuk memberikan kekebalan dan perlindungan terhadap penyakit campak dan terdorong untuk mengimunisasi bayinya dikarenakan ingin bayinya sehat. Sedangkan dari 2 orang tenaga kesehatan yang penulis wawancarai mengatakan bahwa pihak Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi rutin melakukan penyuluhanpenyuluhan tentang imunisasi dasar yang diadakan pada waktu penimbangan bayi dan balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Motivasi dan Peran Keluarga Dengan Tindakan Mendapatkan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016. 145
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional (penelitian satu waktu atau penelitian sesaat) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dan peran keluarga dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi (> 9 - 12 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi periode bulan Juni 2016 berjumlah 151 ibu bayi. Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan Proportional to Population Size dengan Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 65 sampel . Data primer yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner secara langsung antara peneliti dengan responden untuk mengetahui hubungan motivasi ibu bayi dan peran keluarga Tabel 1
dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016. Data sekunder berupa data jumlah imunisasi bayi dari Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Setelah data yang didapatkan dari hasil pengisian kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas komputer selanjutnya dianalisis kedalam analisis univariat dan Bivariat HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Responden berdasarkan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Gambaran responden berdasarkan imunsiasi campak dapat dapat dilihat pada tabel berikut berikut ini :
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016 Imunisasi Campak Tidak Diberikan Diberikan Total
Dari tabel 1 diketahui bahwa dari 59 responden, sebanyak 31 responden (52,5%) mempunyai bayi yang telah diberikan imunisasi campak. Menurut asumsi peneliti, ibu yang telah mendapatkan imunisasi campak pada bayinya dikarenakan faktor kerutinan ibu untuk mendapatkan informasi mengenai imunisasi dasar terutama imunisasi campak dari tenaga kesehatan. Semakin banyak informasi yang diterima ibu tentang imunisasi campak dari sumbersumber yang dapat dipercaya (seperti tenaga kesehatan) maka akan terbentuk sebuah tindakan untuk berperilaku khususnya perilaku mendapatkan imunisasi campak pada bayi. Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus
Frekuensi 28 31 59
% 47,5 52,5 100
Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita. Gejalagejalanya adalah : demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul di pipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya (Marimbi, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2009), tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Muko-Muko Lampung Selatan Tahun 2009, dimana dari 108 ibu bayi sebanyak 93,5% ibu bayi memberikan imunisasi campak pada bayi. faktor-faktor yang menyebabkan ibu bayi mempunyai 146
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
perilaku yang baik adalah faktor dukungan datang adalah dengan meningkatkan keluarga ibu bayi yang baik. penyuluhan-penyuluhan secara terus Penelitian ini tidak sejalan dengan menerus oleh tenaga kesehatan agar ibu penelitian yang dilakukan oleh Martinah mengetahui manfaat dari imunisasi (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, campak dari sumber yang dapat Motivasi dan Dukungan Keluarga Dengan dipercaya. Riwayat Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Sawahan Kota Surabaya Gambaran Motivasi Ibu Dengan Tahun 2011, dari 100 ibu bayi sebanyak Tindakan Mendapatkan Imunsiasi 59 (59%) ibu bayi tidak memberikan Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas imunisasi campak. Faktor yang Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016 menyebabkan ibu bayi tidak memberikan Hasil penelitian tentang gambaran motivasi imunisasi campak adalah faktor motivasi ibu dengan tindakan mendapatkan ibu bayi yang rendah. Imunisasi Campak dapat dilihat pada tabel Upaya yang bisa dilakukan untuk berikut ini : meningkatkan tindakan ibu dalam pemberian imunisasi campak di masa Tabel 2 Berdasarkan Kategori Motivasi Dengan Tindakan Mendapatkan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016. Kategori Motivasi
Frekuensi
%
Rendah
32
54,2
Tinggi
27
45,8
Total
59
100
Dari tabel 2, diketahui bahwa dari 59 responden, sebanyak 32 responden (54,2%) mempunyai motivasi rendah. Menurut asumsi peneliti, motivasi ibu rendah dikarenakan takut bayi akan demam setelah diimunisasi campak, pengalaman keluarga ibu yang bayinya demam setelah diimunisasi campak merupakan faktor yang juga mempengaruhi ibu dalam kelengkapan imunisasi campak. Menurut Notoatmodjo, (2007) motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang itu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi baik dari dalam diri ibu maka dengan sendirinya ibu akan tergerak berperilaku baik dalam pemberian imunisasi campak. Pengetahuan dan peran keluarga dan petugas kesehatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi ibu dalam perilaku kesehatan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang diperoleh melalui proses belajar dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan, terhadap suatu
obyek tertentu baik dari media televisi, radio, majalah. Makin tinggi pengetahuan seseorang makin tinggi pula motivasi yang didapatkan sehingga tebentuklah perilaku yang baik terutama dalam tindakan mendapatkan imunisasi campak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martinah (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, Motivasi dan Dukungan Keluarga Dengan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Sawahan Kota Surabaya Tahun 2011, dari 100 ibu bayi sebanyak 59 (59%) ibu bayi mempunyai motivasi yang kurang baik tentang imunisasi campak. Faktor yang menyebabkan motivasi ibu kurang baik adalah faktor kurangnya keaktifan ibu untuk mencari informasi-informasi tentang imunisasi campak. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2009) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Muko-Muko Lampung Selatan Tahun 2009, dari 108 ibu bayi 147
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
sebanyak 85,3% ibu bayi mempunyai motivasi tinggi terhadap pemberian imunisasi campak. Faktor penyebab motivasi ibu tinggi adalah faktor pengetahuan ibu tentang imunisasi campak yang tinggi. Menurut peneliti, upaya yang bisa dilakukan oleh responden agar motivasi responden tinggi tentang tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi adalah dengan meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi dasar terutama imunisasi campak dengan aktif Tabel 3.
mencari informasi-informasi imunisasi campak.
mengenai
Gambaran Peran Keluarga Dengan Tindakan Mendapatkan Imunsiasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016. Hasil penelitian tentang gambaran peran keluarga dengan tindakan mendapatkan Imunisasi Campak dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Berdasarkan Kategori Peran Keluarga Dengan Tindakan Mendapatkan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016.
Kategori Motivasi Frekuensi % Tidak mendukung 26 44,1 Mendukung 33 55,9 Total 59 100 Dari tabel 3, diketahui bahwa dari seseorang dalam kehidupan 59 responden, sebanyak 33 responden kemasyarakatan. (55,9%) mempunyai peran keluarga Penelitian ini sejalan dengan mendukung. penelitian yang dilakukan oleh Nurul Berdasarkan hasil jawaban (2009) tentang Faktor-Faktor Yang kuesioner peran keluarga sebagian besar Berhubungan Dengan Kelengkapan responden mempunyai peran keluarga Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah mendukung terhadap Keluarga Kerja Puskesmas Muko-Muko Lampung menganjurkan ibu untuk mengimunisasi Selatan Tahun 2009, dari 108 ibu bayi campak bayi ibu ke RS atau Puskesmas sebanyak 87,5% ibu bayi mempunyai jika tidak datang pada jadwal imunisasi di peran keluarga tinggi terhadap pemberian Posyandu dengan distribusi responden imunisasi campak. Faktor penyebab peran yang menjawab ”Ya” sebanyak 49 keluarga tinggi adalah faktor pengetahuan responden (83,1%). Berdasarkan hasil keluarga tentang imunisasi campak yang penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tinggi. peran keluarga begitu besar pengaruhnya Penelitian ini tidak sejalan dengan terhadap perilaku kesehatan ibu penelitian yang dilakukan oleh Martinah khususnya pemberian imunisasi campak (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, pada bayi. Peran keluarga dapat berbentuk Motivasi dan Dukungan Keluarga Dengan pemberian dorongan, anjuran dan perilaku Riwayat Imunisasi Dasar Pada Bayi di kepada ibu untuk mengimunisasi bayinya. Puskesmas Sawahan Kota Surabaya Menurut Deny (2011), peran berarti Tahun 2011, dari 100 ibu bayi sebanyak sesuatu yang menjadi bagian atau 78 (78%) ibu bayi mempunyai peran memegang pimpinan yang terutama. keluarga yang kurang baik tentang Peran menurut Levinson sebagaimana imunisasi campak. Faktor yang dikutip oleh Soejono Soekamto, sebagai menyebabkan peran keluarga kurang baik berikut : peran adalah suatu konsep prihal adalah pengetahuan keluarga responden yang dapat dilakukan individu yang tentang imunisasi campak. dikembangkan dengan posisi atau tempat Menurut peneliti, upaya yang bisa seseorang dalam masyarakat, peran dilakukan oleh responden agar peran dalam arti ini merupakan rangkaian keluarga dapat meningkat tentang tindakan peraturan-peraturan yang membimbing mendapatkan imunisasi campak pada bayi 148 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
adalah mengikutsertakan keluarga untuk berkunjung ke pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas maupun posyandu untuk diberi penjelasan tentang manfaat imunisasi campak pada bayi.
Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016. Hasil penelitian tentang hubungan motivasi ibu dengan tindakan mendapatkan Imunisasi Campak dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Hubungan Tindakan
Motivasi Ibu Dengan Mendapatkan Imunsiasi
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Dengan Tindakan Mendapatkan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016
Motivasi Rendah
Imunisasi Campak Tidak Mendapatkan mendapatkan f % f % 20 71,4 8 25,8
Jumlah f 28
% 100
PValue
0,001
OR 95%/CI 7,188
Tinggi
8
29,6
23
74,2
31
100
(2,279-
Total
28
100
31
100
59
100
22,669)
Hasil analisis distribusi responden berdasarkan analisis motivasi ibu dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak, dari 28 responden yang mempunyai motivasi rendah, 20 responden (71,4) tidak mendapatkan imunisasi campak pada bayi dan sebanyak 8 responden (25,8%) mendapatkan imunisasi pada bayi. Sedangkan dari 31 responden yang mempunyai motivasi tinggi, sebanyak 8 responden (29,6%) tidak mendapatkan imunisasi campak pada bayi dan sebanyak 23 responden (74,2%) mendapatkan imunisasi campak pada bayi. Hasil Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil nilai Pvalue = 0,001 < 0,05 (H0 ditolak) yang berarti ada hubungan motivasi ibu dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016. Nilai OR (Odd Ratio) didapatkan hasil 7,00 yang berarti ibu yang memiliki motivasi rendah akan berperluang 7 kali tidak memberikan imunisasi campak pada bayinya dibandingkan ibu yang mempunyai motivasi tinggi.
Menurut asumsi peneliti, motivasi ibu yang rendah dapat mempengaruhi tindakan untuk mendapatkan imunisasi campak pada bayi. Semakin rendah motivasi. ibu, maka ibu akan beresiko tidak memberikan imunisasi campak pada bayi dan sebaliknya jika motivasi ibu tinggi maka ibu akan memberikan imunisasi campak pada bayi. Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang itu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi baik dari dalam diri ibu maka dengan sendirinya ibu akan tergerak berperilaku baik dalam pemberian imunisasi campak pada bayi. Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Martinah (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, Motivasi dan Dukungan Keluarga Dengan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Sawahan Kota Surabaya Tahun 2011, bahwa terdapat hubungan antara motivasi ibu dengan pemberian imunisasi campak dengan p-value (0,004). Faktor penyebab adanya hubungan dikarenakan rendahnya motivasi ibu akan mempengaruhi 149
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
rendahnya perilaku ibu untuk mendapatkan imunisasi campak. Hasil penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurul (2009) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Muko-Muko Lampung Selatan Tahun 2009, bahwa tidak terdapat hubungan antara motivasi ibu dengan imunisasi campak dengan P-value (0,081). Faktor penyebab tidak adanya hubungan dikarenakan motivasi ibu sangat dipengaruhi oleh peran keluarga dikarenakan keluarga merupakan orang terdekat ibu. Tabel 5.
Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi ibu adalah dengan memberikan arahan dan pengertian tentang manfaat imunisasi campak oleh keluarga dikarenakan keluarga merupakan orang terdekat dengan ibu. Hubungan Peran Keluarga Dengan Tindakan Mendapatkan Imunsiasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016 Hasil penelitian tentang hubungan peran keluarga dengan tindakan mendapatkan Imunisasi Campak dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Keluarga Dengan Tindakan Mendapatkan Imunisasi Campak Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2016
Imunisasi Campak Tidak P- Value Jumlah Mendapatka Peran mendapatka OR n n 95%/CI f % f % f % Tidak Mendukung 21 75,0 5 16,1 26 100 0,000 Mendukung 7 25,0 26 83,9 33 100 15,600 Total 28 100 31 100 59 100 (4,322-56,313) Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Hasil analisis distribusi responden Tahun 2016. Nilai OR (Odd Ratio) berdasarkan analisis peran keluarga didapatkan hasil 15,6 yang berarti ibu dengan tindakan mendapatkan imunisasi yang memiliki peran keluarga mendukung campak, dari 26 responden yang peran akan berperluang 15,6 kali memberikan keluarganya tidak mendukung, 21 imunisasi campak pada bayinya responden (75,0%) tidak mendapatkan dibandingkan ibu yang mempunyai peran imunisasi campak pada bayi dan keluarga tidak mendukung. sebanyak 5 responden (18,1%) Menurut asumsi peneliti tentang mendapatkan imunisasi pada bayi. hubungan peran keluarga dengan Sedangkan dari 33 responden yang tindakan mendapatkan imunisasi campak mempunyai peran keluarganya pada bayi, peran keluarga yang tidak mendukung, sebanyak 7 responden mendukung akan menyebabkan ibu bayi (25,0%) tidak tidak memberikan imunisasi campak pada bayi dan sebaliknya jika peran keluarga mendapatkan imunisasi campak pada mendukung maka ibu bayi akan bayi dan sebanyak 26 responden (83,9%) memberikan imunisasi campak pada bayi. mendapatkan imunisasi campak pada pengaruh keluarga sangat besar artinya bayi. Hasil Analisis bivariat menggunakan terhadap perilaku kesehatan ibu, uji Chi-Square didapatkan hasil nilai Pdikarenakan keluarga merupakan orang value = 0,000 < 0,05 (H0 ditolak) yang terdekat ibu sehingga pendapat-pendapat berarti ada hubungan peran keluarga maupun saran-saran keluarga sangat dengan tindakan mendapatkan imunisasi mempengaruhi motivasi ibu. campak pada bayi di wilayah kerja 150 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
Menurut Biddle dan Thomas dalam Arisandi (2011), peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurul (2009) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Muko-Muko Lampung Selatan Tahun 2009, bahwa terdapat hubungan antara peran keluarga terhadap imunisasi campak dengan p-value (0,006). Faktor penyebab adanya hubungan dikarenakan peran keluarga yang tinggi sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi campak. Hasil penelitian diatas tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Martinah (2011) tentang Hubungan Pengetahuan, Motivasi dan Dukungan Keluarga Dengan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Sawahan Kota Surabaya Tahun 2011, bahwa terdapat tidak ada hubungan antara peran keluarga dengan pemberian imunisasi
campak dengan p-value (0,059). Faktor penyebab tidak ada hubungan dikarenakan faktor motivasi ibu yang tinggi tentang pemberian imunisasi campak pada bayi berasal dari dalam diri ibu sendiri. Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peran keluarga guna meningkatkan kesadaran tentang imunisasi adalah dengan memberikan pengarahan-pengarahan atau anjurananjuran oleh tenaga kesehatan pada saat anggota keluarga terutama suami menemani ibu melakukan kunjungan ke puskesmas tentang manfaat imunisasi campak. SIMPULAN Sebanyak 31 responden (52,5%) mempunyai bayi yang telah diberikan imunisasi campak; Sebanyak 32 responden (54,2%) mempunyai motivasi rendah; Sebanyak 33 responden (55,9%) mempunyai peran keluarga mendukung; Ada hubungan motivasi ibu dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi; Ada hubungan peran keluarga dengan tindakan mendapatkan imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Irianto, 2007. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Rineka Cipta, Jakarta..
DAFTAR PUSTAKA Arisandi, 2011. “Peran, Tugas, Hak dan Kewajiban Keluarga Dalam Kesehatan”. Trans Info Media, Yogyakarta. Deny, 2011. Karakteristik Keluarga dan Sosialisasi Keluarga Dengan Lingkungan. Srikandi Press, Yogyakarta. Depkes RI, 2007. “Program Imunisasi Dasar Bagi Bayi”. Depkes RI, Jakarta. Depkes RI. 2008.”Manfaat Imunisasi”. Depkes RI, Jakarta.
Maryanti, 2008. Problematika Program Imunisasi di Indonesia. http.//health. co.id. diakses tanggal :10 Mei 2015 Marimbi, 2010. “Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Nuha Medika : Yogyakarta. Martinah, 2011 Hubungan Pengetahuan, Motivasi dan Dukungan Keluarga Dengan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas Sawahan Kota Surabaya Tahun 2011. http://skripsistikes. Wordpress. Com/2011/05/03/ikpiii 69f. Diakses Tanggal 22 Agustus 2016. 151
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016
. Notoatmodjo, 2007. Ilmu Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Nurul,
2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Muko-Muko Lampung Selatan Tahun 2009. http://digilib. Unsri.ac. id/gdl59/gdl.php?modbrowse&op=read&id=gdlhub.Diaka ses Tanggal 21 Agustus 2016.
152 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA JAMBI TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA JAMBI TAHUN 2015 Subang Aini Nasution Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Korespondensi Penulis :
[email protected] ABSTRAK Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal dan hal yang penting dilakukan oleh wanita yang berumur di atas 20 tahun untuk mendeteksi perubahan abnormal pada payudara dan dilakukan setiap bulan setelah haid pada minggu pertama. Sebagian wanita mengetahui tentang SADARI tetapi karena kurangnya sikap peduli dengan kesehatan payudara sendiri sehingga penanganan dan pengobatan menjadi lebih sulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri terutama pada wanita usia subur berdasarkan pengetahuan dan sikap. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang dirawat di Rumah Sakit Royal Prima Jambi pada bulan Juli Tahun 2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil secara accidental sampling dengan jumlah sampel 30 responden. Penelitian ini menggunakan data primer yang kemudian dilakukan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan, ada hubungan yang sangat signifikan (kuat) antara pengetahuan wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015, dimana X²hitung 23,77 > X²tabel 9,48 dan nilai p value = 0,000. Ada hubungan yang sangat signifikan (kuat) antara sikap wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015, dimana X²hitung 15,067 > X²tabel 5,99 dan nilai p value = 0,001. Diharapkan kepada wanita berumur 20 tahun keatas melakukan pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan setelah haid pada minggu pertama. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan payudara dihadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Kata kunci
: Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan sudah di pandang sebagai masalah yang kompleks khususnya kaum wanita. Oleh sebab itu, pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensip (Notoadmodjo, 2010). Kesehatan wanita banyak terkait dengan aspek fisiologis tubuh wanita dimana sebagian besar kehidupan wanita dilalui dengan berbagai proses alami pada organ reproduksi seperti menstruasi, kehamilan, persalinan, menyusui, kontrasepsi hingga menopause. Dalam setiap proses tersebut bukan tidak mungkin timbul masalah bagi wanita. Wanita tidak terlepas dari ancaman kanker, terutama kanker yang berhubungan dengan organ reproduksi
dan faktor hormonal yang dimiliknya (Sari, 2012). Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara, yaitu kanker nomor dua terbanyak diderita wanita Indonesia (Nisman, 2011). Jumlah penderita kanker di seluruh dunia terus mengalami peningkatan, baik pada daerah insiden tinggi di negara-negara Barat, maupun pada insiden rendah seperti di banyak daerah di Asia (Purwoastuti, 2008). Insidens kanker di Indonesia masih belum dapat diketahui secara pasti, karena belum ada registrasi berbasis populasi yang dilaksanakan. Tetapi dari data Globocan 2002, IARC (International Agency for Research on Cancer) didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan, dan kanker leher rahim sebesar 16 per 100.000 perempuan. Sedangkan data dari SIRS (Sistem Informasi Rumah sakit) di 153
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA JAMBI TAHUN 2015
Indonesia tahun 2004 diketahui bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap (15,4%) dan pasien rawat jalan (15,78%), sedangkan berdasarkan data dari Badan registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahu 1998 di 13 rumah sakit di Indonesia, kanker leher rahim menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker sebesar 17,2% diikuti kanker payudara 12,2% (Riskesdas, 2007). Sudah saatnya wanita sudah lebih peka dan mulai memperhatikan organ payudara secara khusus. Semakin dini kita mengetahui masalah yang terjadi pada payudara maka semakin awal deteksi payudara dapat dilakukan. Sebagian besar kenker payudara (77%) menyerang wanita yang sudah berusia lebih dari 50 tahun (Nisman, 2011). Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan melakukan pemeriksaan sendiri (SADARI), pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi deteksi ini dapat menekan angka kematian sebesar 25%30%. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan oleh wanita diatas usia 20 tahun (Pramitasari, 2009). SADARI (periksa payudara sendiri) sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin karena sekitar 86% benjolan payudara ditemukan oleh individu yang bersangkutan. Pemeriksaan ini sangat mudah dan tidak memerlukan biaya. Sebaiknya SADARI dilakukan setiap bulan setelah menstruasi yaitu pada hari ke 7-10 sejak menstruasi pertama. Pada saat tersebut pengaruh hormon esterogen dan progesterone sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara dalam keaadaan tidak bengkak sehingga mudah meraba adanya benjolan atau kelainan (Indrawati, 2012). Kanker payudara merupakan tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, dan sampai saat ini penyebab kanker payudara belum diketahui namun ada beberapa cara untuk mengetahui tanda
dan gejala yang tampak pada penderita kanker payudara diantaranya adanya benjolan pada payudara yang tidak dapat digerakan dari dasar/jaringan sekitar, pada awalnya tidak terasa sakit atau nyeri sehingga kurang mendapat perhatian dari penderita, semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar dan terasa nyeri atau sakit pada payudara, payudara mengalami perubahan bentuk dan mulai timbul luka, terkadang keluar cairan, darah atau nanah dari puting susu, sehingga keadaan umum semakin memburuk akibat metastase ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain (Purwoastuti, 2008). Sikap peduli tentang pengetahuan terhadap kesehatan payudara sangat penting hal ini dilakukan dengan cara SADARI untuk mendeteksi dini sehingga kita punya harapan besar bahwa masalah yang kita temui adalah masalah yang sangat ringan, bisa diobati dan penyembuhannya dapat dilakukan dengan baik. Terbukti 95% wanita yang terdiaknosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI secara rutin (Lusa, 2015). Hasil survey data di Rumah Sakit Royal Prima Jambi tahun 2014 ditemukan 90 wanita yang menderita kanker payudara dalam setahun yang di rawat di di Rumah Sakit Royal Prima Jambi dan sangat sedikit yang mengetahui tentang SADARI sehingga kebanyakan penderita mengetahui penyakitnya setelah mencapai stadium II – sampai stadium IV. Sebagian wanita mengetahui tentang SADARI tetapi karena kurangnya sikap peduli dengan kesehatan payudara sendiri sehingga penanganan dan pengobatan menjadi lebih sulit. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik memilih judul ‘’ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita dengan Pemeriksaaan Payudara Sendiri Rumah Sakit Royal Prima Jambi.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini memakai metode survey analitik dengan tekhnik penelitian cross sectional yang berguna untuk
mempelajari dinamika korelasi dan menjelaskan objek yang diteliti dengan hubungan kekuatan pengaruh antara variable. 154
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA JAMBI TAHUN 2015
Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Pebelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Royal Prima Jambi. Alasan peniliti memilih Rumah Sakit ini karena ingin melihat bagaimana pengetahuan dan sikap kaum wanita dalam melakukan SADARI terutama kaum wanita. Sampel memenuhi kriteria dan belum pernah dilakukan penelitian. 2. Waktu Pebelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Juli – 30 Juli 2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 2 Juli – 30 Juli 2015 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015, maka distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Wanita dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Rumah Sakit Royal Prima Jambi Tahun 2015 Variabel Pengetahuan Pasien Baik Cukup Kurang Total Sikap a. Positif b. Negatif Total SADARI a. Sering Dilakukan b. Jarang Dilakukan c. Tidak Dilakukan Total
Jumlah Sampel (n)
Persentase (%)
9 15 6 30
30 50 20 100
15 15 30
50 50 100
7 15 8 30
23.3 50 26.7 100
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa, mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 15 orang (50%), dan minoritas pasien memilki pengetahuan kurang sebanyak 6 orang (20%). Responden yang memiliki sikap positif dan negatif masingmasing sebanyak 15 orang (50%). Responden yang memiliki SADARI, mayoritas responden memiliki SADARI jarang dilakukan sebanyak 15 orang (50%), dan minoritas responden memilki SADARI seing dilakukan sebanyak 7 orang (23, 3%). Analisa Bivariat 1. Hubungan Pengetahuan Wanita dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015 Tabel 2
Hubungan Pengetahuan Wanita dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015 SADARI Sering Jarang Tidak Total X² Pengetahuan Dilakukan Dilakukan Dilakukan df X²Tabel p value hitung n % n % n % N % Baik 6 66,7 3 33,3 0 0 9 100 Cukup 1 6,7 11 73,3 3 20 15 100 4 23,77 9,48 0,000 Kurang 0 0 1 16,7 5 83,3 6 100 154 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI DI RUMAH SAKIT ROYAL PRIMA JAMBI TAHUN 2015
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat 9 wanita yang memiliki pengetahuan baik, dari 9 wanita tersebut mayoritas yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 6 orang (66,7%), minoritas wanita yang jarang melakukan pemeriksaan payudara sendiri jarang dilakukan 3 orang (33,3). Wanita yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak15 orang, dari 15 wanita tersebut mayoritas yang jarang melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 11 orang (73, 3). Dan minoritas wanita yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 1 orang (6,7%). Wanita yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 6 orang, dari 6 wanita tersebut tidak ada yang sering melakukan
pemeriksaan payudara sendiri, mayoritas wanita yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 5 orang (83,3) dan minoritas wanita yang jarang pemeriksaan payudara sendiri jarang dilakukan sebanyak 1 (16,7). Berdasarkan hasil uji chi square hubungan pengetahuan wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015 dengan derajat kemaknaan (α) = 0, 05 dan df = 4 diperoleh hasil perhitunganyaitu X²hitung 23, 77> X²tabel9, 48 dan nilai p value = 0,000,maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya ada hubungan yang sangat signifikan (kuat) antara pengetahuan wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015.
2. Hubungan Sikap Wanita Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi Tahun 2015 Tabel 3.
Hubungan Sikap Wanita Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015
SADARI Sering Jarang Pengetahuan Dilakukan Dilakukan N % n % Positif 7 46,7 8 53,3 Negatif 0 0 7 46,7
Tidak Dilakukan n % 0 0 8 53,3
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat ada 15 wanita yang memiliki sikap positif, dari 15 wanita tersebut mayoritas wanita yang jarang melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 8 orang (53,3), minoritas wanita yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 7 orang (46,7%). Wanita yang memiliki negative sebanyak 15 wanita, dari 15 wanita mayoritas wanita yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 8 orang (53,3) dan minoritas wanita yang pemeriksaan payudara sendiri jarang dilakukan sebanyak 7 orang (46,7). Berdasarkan hasil uji chi square hubungan sikap wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015 dengan derajat kemaknaan (α) = 0, 05 dan df = 2 diperoleh hasil perhitungan yaitu X²hitung
Total N 15 15
% 100 100
df
X² hitung
2
X²Tabel
15,067 5,99
p value 0,001
15, 067> X²tabel 5, 99 dan nilai p value = 0, 001, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya ada hubungan yang sangat signifikan (kuat) antara sikap wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015. Hubungan Pengetahuan Wanita dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ada hubungan pengetahuan wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015. Dari hasil data diatas dapat ditemukan, bahwa lebih banyak wanita yang memilki pengetahuan baik sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri 153
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
dari wanita yang jarang melakukan pemeriksaan payudara sendiri, dan tidak ada yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengetahuan baik, maka tidak ada wanita yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Wanita yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak ditemukan jarang melakukan pemeriksaan payudara sendiri (11 orang), dan yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri hanya 1 wanita. Wanita yang memiliki pengetahuan kurang lebih banyak ditemukan yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri (5 orang), dan yang jarang melakukan pemeriksaan payudara sendiri hanya 1 wanita. Dari keterangan diatas terdapat perbandingan dan kesenjangan antara wanita yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak yang sering melakukan SADARI, pengetahuan cukup lebih banyak yang jarang melakukan SADARI dan wanita yang memilki pengetahuan kurang lebih banyak yang tidak melakukan SADARI. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengetahuan kurang, maka tidak ada wanita yang pemeriksaan payudara sendiri sering dilakukan. Hal ini disebabkan karena pendidikan yang rendah,, wanita pekerja sehingga waktunya terbatas, kurangnya sikap peduli pada kesehatan diri sendiri. Menurut Nursalam (2009), pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Drs. Sidi Gazalba, mengemukakan bahwa pengetahuan ialah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil daripada : kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu semua milik atau isi pikiran. Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan dengan kebenaran (knowledge and truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi. SADARI merupakan pengembangan kepedulian wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini dilengkapi dengan langkahlangkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara. Kegiatan
ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh wanita tanpa perlu merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, dan bagi wanita yang sibuk hanya perlu menyediakan waktu selama kurang lebih lima menit (Nisman, 2011). Payudara merupakan asset milik wanita yang sangat berharga. Tetapi sering dianggap sebagai bagian tubuh yang paling tabu sehingga tidak boleh dibicarakan. Oleh karena itu, banyak yang tidak mengetahui apa saja yang harus dilakukan terhadap kesehatan payudara. Berbagai macam permasalahan payudara dari mulai puting susu yang tidak menonjol bahkan kanker payudara dapat sewaktu-waktu menghampiri wanita apabila tidak cermat dalam melakukan perawatan payudara (Pramitasari, 2009). Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita. Pada umumnya penderita kanker payudara sudah tidak dapat ditolong karena sudah terlambat diketahui (Purwoastuti, 2008). Bagi wanita yang memiliki latar belakang keluarga yang menderita kanker payudara, hendaknya sedini mungkin memeriksakan diri dan terus melakukan pemeriksaaan minimal dua tahun sekali. Melakukan perawatan payudara secara teratur dan SADARI bermanfaat selain untuk menjaga keindahan payudara juga untuk mendeteksi abnormalitas pada payudara. Jangan anggap remeh jika merasa ada yang kurang nyaman pada payudara, segeralah lakukan pemeriksaan untuk menjaga kesehatan payudara (Kristiyanasari, 2011). Menurut asumsi peneliti, semakin tinggi pengetahuan wanita tentang pemeriksaan payudara sendiri, maka pemeriksaan payudara sendiri akan sering dilakukan oleh wanita. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian wanita yang memiliki pengetahuan baik ada 9 orang, terdapat 6 (66,7%) wanita yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan tidak ada yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Berarti wanita dengan pengetahuan baik, mampu menjaga keindahan payudara dan sering mendeteksi abnormalitas pada payudara, serta tidak menganggap remeh jika 154
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
merasa ada yang kurang nyaman pada payudara untuk menjaga kesehatan payudara. Semakin rendah pengetahuan wanita tentang pemeriksaan payudara sendiri, maka pemeriksaan payudara sendiri tidak dilakukan oleh wanita. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian wanita yang memiliki pengetahuan kurang ada 6 wanita, terdapat 5 (83,3,%) wanita yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri dan tidak ada yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Berarti wanita dengan pengetahuan kurang, tidak mampu menjaga keindahan payudara dan menganggap remeh dengan kesehatan payudara. B. Hubungan Sikap Wanita dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ada hubungan sikap wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015. Dari keterangan diatas dapat dilihat wanita yang memiliki sikap positif ditemukan lebih banyak yang jarang melakukan SADARI sebanyak 8 wanita (53,3 %) dan yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri sebanyak 7 wanita (46,7 %). Dalam hal ini tidak ada yang tidak melakukan pemeiksaan payudara sendiri.. Hal ini menunjukkan bahwa dengan sikap positif, maka tidak ada wanita yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Wanita yang memiliki sikap negatif ditemukan lebih banyak yang tidak melakukan pemeriksaan payudara sendiri, dan yang jarang melakukan pemeriksaan payudara sendiri memiliki sedikit kesenjangan dengan wanita yang tidak melakukan SADARI.. Hal ini menunjukkan bahwa dengan sikap negatif, maka tidak ada wanita yang sering melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Menurut Sarwono dalam Jamitun (2011), sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan), oleh karena itu sikap dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan juga diubah. Sikap mengandung tiga domain yaitu, kognitif
(pengetahuan dan kepercayaan), afektif (menimbulkan perasaan), dan kecenderungan bertingkah laku. Sikap peduli tentang pengetahuan terhadap kesehatan payudara sangat penting hal ini dilakukan dengan cara SADARI untuk mendeteksi dini sehingga kita punya harapan besar bahwa masalah yang kita temui adalah masalah yang sangat ringan, bisa diobati dan penyembuhannya dapat dilakukan dengan baik. Terbukti 95% wanita yang terdiaknosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI secara rutin (Lusa, 2015). Sudah saatnya wanita sudah lebih peka dan mulai memperhatikan organ payudara secara khusus. Semakin dini kita mengetahui masalah yang terjadi pada payudara maka semakin awal deteksi payudara dapat dilakukan. Sebagian besar kenker payudara (77%) menyerang wanita yang sudah berusia lebih dari 50 tahun (Nisman, 2011). Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan melakukan pemeriksaan sendiri (SADARI), pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi deteksi ini dapat menekan angka kematian sebesar 25%30%. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan oleh wanita diatas usia 20 tahun (Pramitasari, 2009). SADARI (periksa payudara sendiri) sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin karena sekitar 86% benjolan payudara ditemukan oleh individu yang bersangkutan. Pemeriksaan ini sangat mudah dan tidak memerlukan biaya. Sebaiknya SADARI dilakukan setiap bulan setelah menstruasi yaitu pada hari ke 7-10 sejak menstruasi pertama. Pada saat tersebut pengaruh hormon esterogen dan progesterone sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara dalam keaadaan tidak bengkak sehingga mudah meraba adanya benjolan atau kelainan (Indrawati, 2012). Menurut asumsi peneliti, semakin baik sikap wanita tentang pemeriksaan payudara sendiri, maka pemeriksaan payudara sendiri akan sering dilakukan oleh wanita. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa wanita yang memiliki 155
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
sikap positif, tidak ada yang pemeriksaan payudara sendiri tidak dilakukan. Berarti wanita dengan sikap positif, mampu menjaga keindahan payudara dan sering mendeteksi abnormalitas pada payudara, serta tidak menganggap remeh jika merasa ada yang kurang nyaman pada payudara untuk menjaga kesehatan payudara. Semakin buruk sikap wanita tentang pemeriksaan payudara sendiri, maka pemeriksaan payudara sendiri tidak dilakukan oleh wanita. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dengan sikap negatif, maka tidak ada wanita yang pemeriksaan payudara sendiri sering dilakukan. Berarti wanita dengan sikap negatif, tidak mampu menjaga keindahan payudara dan menganggap remeh dengan kesehatan payudara. SIMPULAN Ada hubungan yang sangat signifikan (kuat) antara pengetahuan wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015; Ada hubungan yang sangat signifikan (kuat) antara sikap wanita dengan pemeriksaan payudara sendiri di Rumah Sakit Royal Prima Jambi 2015. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Bakhtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu, Rineka Cipta, Jakarta.
Kristiyasari, Weni. 2011. ASI dan Menyusui & SADARI, Muha Medika, Yogyakarta. Lusa, 2015. Pemeriksaan Payudara Sendiri. http://www.lusa.web.id/ pemeriksa a- payudara- sendiri-sadari/. Di akses 20 April 2015 Notoadmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta. Nisman, Artanty. Wenny. 2011. Lima Menit Kenali Payudara Anda, ANDI, Yogyakarta. Potter, Patricia. 2005. Fundamental Keperawatan, EGC, Jakarta. Pramitasari, Roischa, Dyah, 2009. Perawatan Payudara, Muha Medika, Yogyakarta. Purwoastuti, Endang, 2008. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Payudara, KANISIUS, Yogyakarta. Riskesdas, 2011. Sehat adalah gaya hidup, http://dinkes.jatimprov.go.id/ Sari, Wening, dkk. 2011. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita , Penebar Plus, Jakarta. Soemowinoto, Sarwoko. 2008. Filsafat Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
156 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016 THE RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION LEVEL, FAMILY SUPPORT AND THE ROLE OF HEALTH PERSONNEL WITH BASIC IMMUNIZATION HISTORY ON BABY IN THE WORKING AREA PUBLIC HEALTH CENTER PAAL V JAMBI CITY 2016 1
2
Devi Arista*, Hozana STIKes Prima Program Study D III Kebidanan 2 STIKes Prima Program Study D IV Bidan *Korespondensi penulis :
[email protected] 1
ABSTRAK Cakupan imunisasi yang rendah menjadi indikator terjadinya kematian akibat PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Oleh karena itu salah satu program yang telah terbukti efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I adalah imunisasi. Hal ini sejalan dengan kesepakatan MDG’s, dimana untuk mencapai penurunan angka kematian bayi ditandai dengan peningkatan cakupan imunisasi dasar. Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi pada tanggal 15 Agustus19 Agustus 2016. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional (penelitian satu waktu). Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari responden. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 12 bulan periode Juni 2016 berjumlah 120 orang ibu bayi. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 59 responden. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebanyak 30 responden (50,8%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayi, 31 responden mempunyai pendidikan tinggi, 31 responden (52,5%) mempunyai dukungan keluarga tinggi dan 33 responden (55,9%) mempunyai peran tenaga kesehatan tinggi. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu, dukungan keluarga ibu dan peran tenaga kesehatan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016. Diharapkan kepada Pihak Puskesmas Paal V agar tetap meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang manfaat imunisasi dasar pada masyarakat dengan melakukan kunjungan langsung ke masyarakat terutama pada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan maupun keagamaan Kata Kunci :
Pendidikan, dukungan keluarga, peran tenaga kesehatan dan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi.
ABSTRACT the low of Immunization coverage become an indicator of a death due to DPI (Disease Preventable Immunization). Therefore, one of the programs that have been proven effective to reduce morbidity and mortality from DPI is immunization. This is in line with the agreement of the MDG's, which to achieve a reduction in infant mortality is characterized by an increase in basic immunization coverage. This research has been conducted in Public Health Center Paal V Jambi City on August 15 to August 19, 2016. This research is descriptive analytic with cross sectional approach (research time). The Sources of data in this study are primary data obtained directly from respondents. The population in this study was all mothers with babies aged 12 months on the period of June 2016 totalled 120 mothers of infants. The samples in this study were 59 respondents. the Results were analyzed by univariate and bivariate using chi-square statistical test. The results showed that, from 30 respondents (50.8%) had complete immunization history of infants, 31 respondents have higher education, 31 respondents (52.5%) had high family support and 33 respondents (55.9%) have a high role of health personnel. There is a relationship between the level of maternal education, family support and the role of health personnel with a history of basic immunization on infants at Public Health Worker Paal V Jambi 2016. The Public health center Paal V is expected to increase counseling in order to keep improving counseling about the benefits of basic immunization in the community by conducting site visits to communities, especially in community activities as well as religious 157 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
Keywords: education, family support, the role of medical personnel and basic immunization history on infants.
PENDAHULUAN Pelaksanaan Imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang sekaligus menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat, seperti difteri dan tetanus. Dengan adanya imunisasi diharapkan bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta mampu mengurangi kecacatan akibat penyakit. Menurut laporan yang disampaikan oleh Medicins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas yang menyebutkan bahwa Indonesia termasuk 1 dari 6 negara yang teridentifikasi memiliki jumlah tertinggi anak-anak yang tidak terjangkau imunisasi. Menurut MSF sebanyak 70% dari anak-anak yang tidak terjangkau program imunisasi rutin tersebar di Kongo, India, Nigeria, Ethiopia, Indonesia dan Pakistan (Maya, 2012). Informasi cakupan imunisasi pada Riskesdas 2013 dinyatakan kepada ibu yang mempunyai bayi 0-59 bulan. Informasi imunisasi dikumpulkan berdasarkan empat sumber informasi, yaitu wawancara kepada ibu balita atau anggota rumah tangga yang mengetahui, catatan dalam KMS, catatan dalam buku KIA dan catatan dalam buku kesehatan anak lainnya. Apabila salah satu dari keempat sumber tersebut menyatakan bahwa anak sudah diimunisasi, disimpulkan bahwa anak tersebut sudah diimunisasi untuk jenis yang ditanyakan. Selain setiap jenis imunisasi anak tersebut sudah mendapat imunisasi lengkap bila sudah mendapat semua jenis imunisasi satu kali HB-0 satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, empat kali polio dan satu kali campak (Riskesdas 2013). Berdasarkan Riskesdas 2013, persentase imunisasi dasar di Provinsi Jambi dengan rincian untuk imunisasi HB-0 (79,1%), BCG (85,5%), DPT-HB-3 (76,7%), polio (77,4%), campak (79,7%). Jumlah imunisasi dasar lengkap sebanyak (72,5%), imunisasi tidak lengkap (27,5%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar meliputi beberapa hal, salah satunya yang disampaikan oleh Suparyanto (2011) yang
menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi balita antara lain adalah pengetahuan, motif, pengalaman, pekerjaan, dukungan keluarga, fasilitas posyandu, lingkungan, sikap, tenaga kesehatan, penghasilan dan pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Martina tahun 2012 tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Orang Tua Tentang Manfaat Imunisasi di Puskesmas Labuan Batu Kecamatan Solok Selatan Kabupaten Solok Tahun 2013 didapatkan hasil bahwa pengetahuan baik akan menghasilkan motivasi yang baik tentang manfaat imunisasi sehingga orang tua dapat lebih mengenal imunisasi secara lebih efisien. Dampak yang terjadi bila balita tidak diimunisasi dasar balita akan rentan terkena penyakit-penyakit seperti tuberculosis (TB), difteria, pertusis (batuk kokol), tetanus, poliomyelitis, campak, rubella dan hepatitis B sehingga sehingga dapat menganggu status kesehatan balita (Marimbi, 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun 2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan waktu Cross Sectional (Notoatmodjo, 2010) yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen (tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan) dengan variabel dependen (riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi) pada waktu yang bersamaan. Dengan demikian penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mencari hubungan sebab akibat secara nyata dan langsung, tetapi melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi periode Juni 2016 berjumlah 120 ibu bayi. Sampel dalam penelitian ini 158
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
menggunakan teknik Proportional to selanjutnya dianalisis kedalam analisis Population Size dengan besar sampel univariat dan bivariat. sebanyak 59 sampel. Data primer yaitu data yang diperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN melalui kuesioner secara langsung antara 1. Gambaran Responden Berdasarkan peneliti dengan responden untuk Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar mengetahui untuk mengetahui hubungan Pada Bayi Di Wilayah Kerja tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan Puskesmas Paal V Kota Jambi tenaga kesehatan dengan riwayat Hasil penelitian tentang gambaran pemberian imunisasi dasar pada bayi di responden Berdasarkan Riwayat Pemberian wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja tahun 2016. Puskesmas Paal V Kota Jambi dapat dilihat Setelah data yang didapatkan dari pada diagram berikut ini : hasil pengisian kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas komputer Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 Riwayat Imunisasi Tidak Lengkap Lengkap Total
Frekuensi 29 30 59
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 59 responden, sebanyak 30 responden (50,8%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayi. Menurut peneliti, kelengkapan imunisasi dasar yang telah dilakukan ibu sangat dipengaruhi oleh faktor dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan. Dimana faktor dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan tinggi akan menyebabkan ibu berperilaku kesehatan yang tinggi pula khususnya pemberian imunisasi dasar. Menurut peneliti ibu yang telah mendapatkan imunisasi dasar pada bayi dikarenakan faktor kerutinan ibu untuk mendapatkan informasi mengenai imunisasi dasar dari tenaga kesehatan. Semakin banyak informasi yang diterima ibu tentang imunisasi dasar dari sumber-sumber yang dapat dipercaya (seperti tenaga kesehatan) maka akan terbentuk sebuah tindakan untuk berperilaku khususnya perilaku mendapatkan imunisasi dasar pada bayi. Pelaksanaan imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang sekaligus menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat, bahkan menghilangkan suatu penyakit. Dengan adanya imunisasi, diharapkan bisa menurunkan angka
% 49,2 50,8 100
morbiditas dan mortalitas serta mampu mengurangi kecacatan akibat penyakit (Maya, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika Rianti (2015) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015, didapatkan hasil bahwa sebanyak 47 responden (57.3%) lengkap imunisasi bayinya dan 35 responden (42.7%) tidak lengkap imunisasi bayinya. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustiah (2012) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur Jawa Tengah Tahun 2010, didapatkan hasil bahwa sebanyak 67 responden (67%) tidak lengkap imunisasi bayinya dan 33 responden (33%) lengkap imunisasi bayinya. Menurut peneliti, usaha yang bisa dilakukan oleh responden adalah dengan meningkatkan keaktifan untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat kesehatan seperti Puskesmas maupun Posyandu tentang imunisasi sehingga ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar. 159
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tingkat Pendidikan dengan Riwayat Hasil penelitian tentang tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016
2. Gambaran Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Rendah Tinggi Total
Frekuensi 28 31 59
% 47,5 52,5 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari (2012) tentang Faktor-Faktor Yang 59 responden, sebanyak 31 responden Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi (52,5%) mempunyai pendidikan tinggi dan Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur pendidikan rendah sebanyak 28 responden Jawa Tengah Tahun 2010, didapatkan hasil (47,5%). bahwa sebanyak 78 responden (78%) Menurut hasil penelitian tingkat mempunyai pendidikan rendah dan 22 pendidikan ibu yang rendah sangat responden (22%) mempunyai pendidikan mempengaruhi perilaku ibu dalam tinggi. pemberian imunisasi dasar pada balita. Menurut peneliti, usaha yang bisa Semakin rendah pendidikan akan dilakukan oleh responden untuk melengkapi mempengaruhi informasi yang datang pada imunisasi dasar pada bayinya di waktu yang ibu. akan datang adalah dengan aktif mengikuti Menurut Andrew E. Sikula dalam penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh Mangkunegara (2003) tingkat pendidikan tenaga kesehatan baik di Puskesmas adalah suatu proses jangka panjang yang maupun Posyandu. menggunakan prosedur sistematis dan 3. Gambaran Responden Berdasarkan terorganisir Dukungan Keluarga Dengan Riwayat Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pemberian Imunisasi Dasar Pada yang dilakukan oleh Rika Rianti (2015) Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Paal V Kota Jambi Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Hasil penelitian tentang gambaran dukungan Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini Jambi Tahun 2015, didapatkan hasil bahwa : sebanyak 56 responden (70.3%) mempunyai pendidikan tinggi dan 24 responden (30,7%) mempunyai pendidikan rendah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustiah Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Dukungan Keluarga Rendah Tinggi Total Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 59 responden, sebanyak 31 responden (52,5%) mempunyai dukungan keluarga tinggi dan dukungan keluarga rendah sebanyak 28 responden (47,5%).
Frekuensi 28 31 59
% 47,5 52,5 100
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dukungan keluarga didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden menjawab “tidak” pada pernyataan ibu diingatkan oleh keluarga tentang jadwal 160
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
imunisasi sehingga ibu ingat untuk mengimunsiasi bayi ibu sebanyak 47 responden (79,7%). Alasan responden keluarga tidak mengingatkan jadwal imunisasi adalah kesibukan keluarga responden dimana anggota keluarga responden sibuk dengan rutinitas sehari seperti suami harus mencari nafkah.
mempunyai dukungan keluarga kurang baik dan 17 responden (17%) mempunyai dukungan keluarga baik. Menurut peneliti, upaya yang bisa dilakukan oleh responden agar dukungan keluarga dapat meningkat tentang perilaku imunisasi dasar pada bayi adalah mengikutsertakan keluarga untuk berkunjung ke pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas maupun posyandu untuk diberi penjelasan tentang manfaat imunisasi dasar pada bayi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika Rianti (2015) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar 4. Gambaran Responden Berdasarkan Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Peran Tenaga Kesehatan Dengan Paal V Kota Jambi Tahun 2015, didapatkan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar hasil bahwa sebanyak 62 responden Pada Bayi Di Wilayah Kerja (75,6%) mempunyai dukungan keluarga Puskesmas Paal V Kota Jambi positif dan 20 responden (34.4%) Hasil penelitian tentang gambaran peran mempunyai dukungan keluarga negatif. tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel Penelitian ini tidak sejalan dengan berikut ini : penelitian yang dilakukan oleh Mustiah (2012) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur Jawa Tengah Tahun 2010, didapatkan hasil bahwa sebanyak 83 responden (83%) Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Peran Tenaga Kesehatan Rendah Tinggi Total Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 59 responden, sebanyak 33 responden (55,9%) mempunyai peran tenaga kesehatan tinggi dan sebanyak 26 responden (44,1%) mempunyai peran tenaga kesehatan rendah. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner peran tenaga kesehatan, sebagian besar responden menjawab “Tidak” pada pernyataan Ibu diberi jadwal imunisasi oleh tenaga kesehatan agar ibu tidak lupa untuk mengimunisasi bayi sebanyak 44 responden (74.6%), Alasan responden menjawab ”tidak” dikarenakan ibu mendapatkan jadwal imunisasi dasar dari kader-kader posyandu ketika kegiatan posyandu dilaksanakan.
Frekuensi 26 33 59
% 41,1 55,9 100
Menurut Hariyani (2011), pendidikan kesehatan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan diperlukan untuk membentuk perilaku positif dalam hal menciptakan perilaku kesehatan sebagai salah satu unsur penting yang mendukung status kesehatan seseorang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika Rianti (2015) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015, didapatkan hasil bahwa sebanyak 72 responden (87,8%) mempunyai peran tenaga kesehatan baik dan 10 responden (12,2%) mempunyai dukungan keluarga negatif. 161
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustiah (2012) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur Jawa Tengah Tahun 2010, didapatkan hasil bahwa sebanyak 56 responden (56%) mempunyai peran tenaga kesehatan rendah dan 44 responden (44%) mempunyai peran tenaga kesehatan tinggi. Upaya yang bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan secara langsung mengenai manfaat imunisasi dasar dengan mendatangi ibu bayi, sehingga ibu yang kurang aktif melakukan kunjungan ke Tabel 5
Puskesmas maupun Posyandu mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang imunisasi dasar. Tingkat Pendidikan 5. Hubungan Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 Hasil penelitian tentang tingkat pendidikan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 Pendidikan Rendah Tinggi Total
Imunisasi Dasar Tidak Lengkap Lengkap f % f % 25 86,2 3 10,0 4 13,8 27 90,0 34 29 100 30
Hasil analisis distribusi responden berdasarkan analisis tingkat pendidikan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi, dari 28 responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah, 25 responden (86,2) mempunyai riwayat imunisasi dasar tidak lengkap pada bayinya dan sebanyak 3 responden (10,0%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayinya. Sedangkan dari 31 responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi, sebanyak 4 responden (13,8) mempunyai riwayat imunisasi dasar tidak lengkap pada bayinya dan sebanyak 27 responden (90,0%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayinya. Hasil Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil nilai P-Value = 0,000 < 0,05 (Ha diterima) yang berarti ada hubungan tingkat pendidikan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016. Nilai OR (Odd Ratio) didapatkan hasil 56,250 yang berarti ibu yang memiliki pendidikan rendah akan berperluang 56 kali memberikan imunisasi dasar pada bayinya
Jumlah f 28 31 100
% 100 100 59
PValue 0,000
OR 96%/CI 56,250 (11.440276,590)
dibandingkan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi. Menurut asumsi peneliti, ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan menimbulkan perilaku kesehatan yang baik khususnya hal ini adalah ibu melengkapi imunisasi dasar pada bayinya. Sebaliknya ibu dengan tingkat pendidikan rendah akan menimbulkan perilaku kesehatan yang kurang baik sehingga ibu tidak melengkapi imunisasi dasar pada bayinya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar. Semakin rendah pendidikan ibu, maka ibu akan beresiko tidak melengkapi imunisasi dasar pada bayi dan sebaliknya jika pendidikan ibu tinggi maka ibu akan memberikan imunisasi dasar pada bayi. Menurut Soekidjo Notoatmodjo, (2010), tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku dikarenakan pengetahuan seseorang tentang sesuatu informasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat 162
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
pendidikan semakin mudah untuk menerima informasi dan sebaliknya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika Rianti (2015) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi (P-Value = 0,004). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustiah (2012) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur Jawa Tengah Tahun 2010, didapatkan hasil bahwa tidak ada Hubungan antara tingkat pendidikan dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada bayi (P-Value=0,08), Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada bayi Tabel 6
walaupun ibu mempunyai pendidikan rendah yaitu dengan meningkatkan keaktifan responden untuk melakukan kunjungan ke pusat-pusat kesehatan seperti Posyandu maupun Puskesmas serta bagi tenaga kesehatan dapat meningkatkan penyuluhanpenyuluhan tentang imunisasi dasar kepada ibu yang berpendidikan rendah sehingga pengetahuan ibu mengenai manfaat imunisasi dasar dapat ditingkatkan. Dukungan Keluarga 6. Hubungan Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 Hasil penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluraga Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016
Dukungan Keluarga Rendah Tinggi Total
Imunisasi Dasar Tidak Lengka Lengkap p f % F % 22 75,9 6 20,0 7 24,1 27 80,0 29 100 30 100
Hasil analisis distribusi responden berdasarkan analisis dukungan keluarga dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi, dari 28 responden yang mempunyai dukungan keluarga rendah, 22 responden (75,9%) mempunyai riwayat imunisasi dasar tidak lengkap pada bayinya dan sebanyak 6 responden (20,0%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayinya. Sedangkan dari 31 responden yang mempunyai dukungan keluarga tinggi, sebanyak 7 responden (24,1%) mempunyai riwayat imunisasi dasar tidak lengkap pada bayinya dan sebanyak 27 responden (80,0%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayinya. Hasil Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square didapatkan
Jumlah f 28 31 59
% 100 100 100
PValue
OR 95%/CI
0,000
12,571 (3,65843,199)
hasil nilai P-Value = 0,000 < 0,05 (Ha diterima) yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016. Nilai OR (Odd Ratio) didapatkan hasil 12 kali yang berarti ibu yang memiliki dukungan keluarga rendah akan berperluang 12 kali memberikan imunisasi dasar pada bayinya dibandingkan ibu yang mempunyai dukungan keluarga tinggi. Berdasarkan analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi terdapat pengaruh antara dukungan keluarga terhadap ketidaklengkapan status imunisasi pada bayi 163
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
atau balita. Terdapat adanya hubungan ini dikarenakan responden yang memilki bayi atau balita dengan status imunisasi tidak lengkap sebagian besar tidak mendapat dukungan dari keluarganya, dan hal itu bertolak belakang dengan responden yang memilki bayi atau balita dengan status imunisasi lengkap yang sebagian besar mendapat dukungan dari keluarga, namun ada pula keluarga didalamnya tidak mendukung tetapi pengetahuan ibu tergolong baik sehingga ibu dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi bayi atau balitanya. Dan dukungan keluarga juga berkaitan dengan tradisi, apabila tradisi dikeluarga terbiasa memberikan imunisasi maka secara otomatis keluarga yang ada didalamnya juga mendukung untuk pemberian imunisasi. Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang bertempat tinggal di dalam satu rumah karena adanya hubungan darah maupun ikatan pernikahan, sehingga terdapat interaksi antara anggota keluarga satu dengan anggota keluarga lainnya, apabila salah satu dari anggota keluarga memperoleh masalah kesehatan, maka akan dapat berpengaruh kepada anggota keluarga lainnya. Sehingga keluarga merupakan focus pelayanan kesehatan yang strategis karena keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga, dan masalah keluarga saling berkaitan, keluarga juga dapat sebagai tempat pengambil keputusan (decision making) dalam perawatan kesehatan (Mubarak, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika Rianti (2015) Tabel 7
tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi (P-Value = 0,002). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustiah (2012) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur Jawa Tengah Tahun 2010, didapatkan hasil bahwa tidak ada Hubungan antara dukungan keluarga dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada bayi (P-Value=0,09), Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan dukungan keluarga adalah dengan mengikutsertakan keluarga khususnya suami dalam melakukan kunjungan-kunjungan ke pusat-pusat kesehatan seperti Posyandu maupun Puskesmas sehingga pengetahuan keluarga tentang kelengkapan imunisasi dasar dapat meningkat.
7. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 Hasil penelitian tentang hubungan peran tenaga kesehatan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Riwayat Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 Peran Tenaga Kesehatan Rendah Tinggi Total
Imunisasi Dasar Tidak Lengkap Lengkap f % F % 22 75,9 4 13,3 7 24,1 26 86,7 29 100 30 100
Jumlah f 26 31 59
% 100 100 100
PValue
OR 95%/CI
0,000
20,429 (5,27879,065)
164 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
Hasil analisis distribusi responden berdasarkan analisis peran tenaga kesehatan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi, dari 26 responden yang mempunyai peran tenaga kesehatan rendah, 22 responden (75,9%) mempunyai riwayat imunisasi dasar tidak lengkap pada bayinya dan sebanyak 4 responden (13,3%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayinya. Sedangkan dari 31 responden yang mempunyai dukungan keluarga tinggi, sebanyak 7 responden (24,1%) mempunyai riwayat imunisasi dasar tidak lengkap pada bayinya dan sebanyak 26 responden (86,7%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayinya. Hasil Analisis bivariat menggunakan uji ChiSquare didapatkan hasil nilai P-Value = 0,000 < 0,05 (Ha diterima) yang berarti ada hubungan peran tenaga kesehatan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016. Nilai OR (Odd Ratio) didapatkan hasil 20,42 kali yang berarti ibu yang memiliki peran tenaga kesehatan rendah akan berperluang 20,42 kali memberikan imunisasi dasar pada bayinya dibandingkan ibu yang mempunyai peran tenaga kesehatan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dari 26 responden yang mempunyai peran tenaga kesehatan rendah, sebanyak 4 responden (13,3%) mempunyai riwayat imunisasi lengkap pada bayinya. Hal ini dikarenakan responden yang mempunyai peran tenaga kesehatan rendah tetapi riwayat imunisasi dasar pada bayinya lengkap lebih disebabkan oleh dukungan keluarga responden yang mendukung. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa peran tenaga kesehatan sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Semakin baik peran tenaga kesehatan akan memotivasi ibu bayi untuk melengkapi imunisasi dasar. Berdasarkan teori Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan dapat juga ditentukan oleh ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rika Rianti (2015) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi (P-Value = 0,000). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustiah (2012) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur Jawa Tengah Tahun 2010, didapatkan hasil bahwa tidak ada Hubungan antara peran tenaga kesehatan dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada bayi (P-Value=0,062). Usaha yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran ibu untuk melengkapi imunisasi dasar pada masa yang akan datang adalah dengan meningkatkan keaktifan kader-kader kesehatan khususnya kader posyandu untuk melakukan kunjungan rumah ke rumah sehingga target pencapaian imunisasi dapat tercapai dengan baik. SIMPULAN Diketahuinya gambaran riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016; Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan peran tenaga kesehatan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016; Diketahui ada hubungan tingkat pendidikan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 (p-value = 0,000< 0,05); Diketahui ada hubungan dukungan keluarga dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 (p-value = 0,000< 0,05); Diketahuinya hubungan peran tenaga kesehatan dengan riwayat pemberian imunisasi dasar pada bayi di 165
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DENGAN RIWAYAT PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL V KOTA JAMBI TAHUN 2016
wilayah kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2016 (p-value = 0,000< 0,05). DAFTAR PUSTAKA Marimbi, 2010. “Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Nuha Medika : Yogyakarta. Martina, 2012. tentang Gambaran Pengetahuan, Persepsi Dan Motivasi Orang Tua Tentang Manfaat Pemberian Imunsiasi pada bayi di Puskesmas Labuan Batu Kecamatan Solok Selatan Kabupaten Solok. Http://www.journal.health.co.id. Diakses tanggal .15 April 2016 Maya, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. D-Medika, Yogyakarta. Mubarak, 2012. Konsep Dasar Keluarga. Trans Info Media, Yogyakarta. Mustiah, 2012. tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidak lengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Suka Makmur Jawa Tengah Tahun 2012. http ://www
.ejournal .stikes muhamddiyah .php??/789. Diakses tanggal : 21 Agustus 2016. Notoatmodjo, 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo ,2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo ,2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Rianti, 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Paal V Kota Jambi Tahun 2015. STIKes HI Kota Jambi : tidak dipublikasikan. Riskesdas. 2013. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Imunisasi. http://www.depkes . go. Id / resources /dowload /general /hasil% 20Riskesdas%202013.pdf. Suparyanto, 2011. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi. EGC. Jakarta.
166 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016 1
2
* Nia Nurzia, Raja Seftia 1 STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan 2 STIKes Prima Jambi Program Studi D IV Bidan *Korespondensi penulis :
[email protected] ABSTRAK Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik untuk mengetahui Hubungan Status Ekonomi, Pendidikan, dan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan Anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 - 29 Agustus. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Simple Random Samping dengan jumlah sampel 50 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 50 responden terhadap pencegahan anemia sebanyak 15 responden (30%) yang baik, sebanyak 35 responden (70%) kurang baik, dan status ekonomi terhadap pencegahan anemia selama kehamilan sebanyak 30 responden (60%) berpenghasilan rendah dan 20 responden (40%) berpenghasilan tinggi, pendidikan terhadap pencegahan anemia sebanyak 32 responden (64%) yang berpendidikan rendah dan 18 responden (36%) berpendidikan tinggi, dukungan keluarga positif sebanyak 17 responden (34%) dan negative sebanyak 33 responden (66 %). Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi dapat meningkatkan pelayanan antenatal, memberikan informasi pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam program pelayanan KIA, meningkatkan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada ibu hamil. Serta pentingnya kebutuhan nutrisi selama kehamilan sehingga dapat menurunkan angka kejadian anemia selama kehamilan. Kata Kunci
: Status Ekonomi, Pendidikan, Dukungan Keluarga, Pencegahan Anemia
ABSTRACT Based on the results of Health Research (Riskesdas) in 2013, the prevalence of anemia in pregnant women in Indonesia amounted to 37.1%. Giving tablet Fe in Indonesia in 2012 amounted to 85%. This percentage has increased compared to the year 2011, which amounted to 83.3%. Although the government has been doing relief programs anemia in pregnant women is to give Fe 90 tablets to pregnant women during pregnancy with the aim of reducing the number of maternal anemia, but anemia is still high. This study uses research methods to determine Relationship Status Analytical Economics, Education, and Family Support the Prevention of anemia in pregnant women in Puskesmas Tanjung Pinang city of Jambi in 2016 with Cross Sectional approach. Research on 25-29 Agustus.Sampel in this study were taken with the technique Simple Random Side with a sample size of 50 respondents. Shows that of 50 respondents to the prevention of anemia sebanyak15 respondents ( 30 % ) were good, as many as 35 respondents ( 70 % ) are less good , and the economic status of the prevention of anemia during pregnancy as much as 30 respondents ( 60 %), low income and 20 respondents (40%) of high-income, education on the prevention of anemia by 32 respondents (64%) with low education and 18 respondents (36%) of highly educated, positive family support as many as 17 respondents (34%) and negative sebanyak 33 respondents (66%) The conclusion of this study are expected PHC Tanjung Pinang Jambi city can improve antenatal care, providing information to pregnant women to enhance the knowledge, skills, and behavior in the KIA service program, increase KIE (Communication, Information, Education) to pregnant women. As well as anemia importance of nutritional needs during pregnancy in order to reduce the incidence during pregnancy . Keywords
:
Anemia
Prevention,
Economic
Status,
Education,
Support
family 167
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016
PENDAHULUAN Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Menurut WHO, kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11 g% sebagai dasarnya (Manuaba, 2010). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi. (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Anemia pada umumnya terjadi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan menyusui karena banyak yang mengalami defisiensi zat besi. Secara keseluruhan anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju, seperti di Amerika, 12% Wanita Usia Subur (WUS) (15 – 49 tahun) dan 11% wanita hamil mengalami anemia.(Fatmah, 2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Jambi diseluruh Puskesmas Kota Jambi Tahun 2014 dari 857 ibu hamil yang datang memeriksa kehamilannya, ibu yang mengalami anemia sebanyak 168 ibu hamil dan pada Tahun 2015 dari 929 ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas, ibu yang mengalami anemia sebanyak 924 ibu hamil. Hipotesis dalam penelitian ini adalah, ada hubungan status ekonomi terhadap pencegahan anemia di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016, ada hubungan pendidikan terhadap pencegahan anemia di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016, dan ada hubungan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016. Mengetahui hubungan status ekonomi, pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun 2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik untuk mengetahui Hubungan Status Ekonomi, Pendidikan, dan Dukungan Keluarga Terhadap Pencegahan Anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini telah dilaksanakan pada taggal 25 -29 Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berjumlah 141 datang berkunjung dan memeriksakan kehamilannya pada bulan Januari – Juni 2016 diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Simple Random Samping dengan jumlah sampel 50 responden. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat.
168 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 Tabel 1. Hubungan status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun 2016 Status Ekonomi
Pencegahan Anemia Negatif
Jumlah P-value
Positif
N
%
N
%
N
%
Tinggi
8
16
12
24
20
40
Rendah
27
54
3
6
30
60
Total
35
70
15
30
50
100
Berdasarkan tabel hasil analisis hubungan antara status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 bahwa dari 20 responden status ekonomi tinggi, terdapat 8 (16%) ibu hamil yang tidak melakukan pencegahan anemia dan sebanyak 12 (24%) ibu hamil yang melakukan pencegahan anemia. Sebanyak 30 responden status ekonomi rendah, terdapat 27 (54%) ibu hamil yang tidak melakukan pencegahan Anemia dan sebanyak 3 (6%) ibu yang melakukan pencegahan anemia. Hasil statistik diperoleh nilai p-value 0,00 < (0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pencegahan anemia dengan status ekonomi ibu yang rendah (ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi ibu dengan pencegahan anemia pada ibu hamil pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun 2016) dengan demikian bahwa adanya hubungan antara status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang berdasarkan tersebut memang ekonomi masyarakatnya adalah menengah kebawah sehingga dengan penghasilan yang rendah tidak akan terpenuhinya kebutuhan yang mendasar ( pangan yang berkualitas) dalam kehidupan sehari – hari, apalagi dengan warga tersebut dengan rata – rata memiliki anak lebih dari dua sehingga belum lagi
0,00
terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga sehingga berdampak terhadap anemia dimana dikerenakan kurangnya daya beli atau kemampuan keuangan untuk memperoleh sesuai dengan kebutuhan yang terstandar memiliki gizi untuk kebutuhan otak dan kecerdasan anak nantinya begitu juga apalagi ibu yang masih hamil harus lebih diutamakan karena pentingnya pembentukan dan perkembangan janin yang sehat. Berdasarkan hasil penelitian ini tentunya hasil uji chi – square adalah pvalue 0,00 (p< 0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakana antara variable status ekonomi ibu hamil terhadap pencegahan anemia. Berdasarkan table dapat dilihat bahwa sebagian responden memiliki status ekonomi yang rendahnya yaitu sebesar 30 (60%), hal ini bearti responden tidak dapat dengan mudah melakukan akses terhadap makanan yang bergizi dan terhadap pelayanan status gizi seseorang menjadi lebih tidak terpenuhi. Hal ini dikarenakan kemungkinan pemanfaatan uang yang beredar dalam keluarga tidak merata. Nurhayati (2005) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa mungkin sebagian besar uang yang dimiliki dimanfaatkan untuk pengeluaran non – pangan sehingga walaupun memiliki status ekonomi yang tinggi ibu hamil belum tentu dapat mengkonsumsi makanan bergizi.
169 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016
Hubungan pendidikan terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 Tabel 2. Hubungan pendidikan terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 Pendidikan
Pencegahan Anemia Negatif
Jumlah P-value
Positif
N
%
N
%
N
%
Tinggi
8
16
10
20
18
36
Rendah
27
54
5
10
32
64
Total
35
70
15
30
50
100
Berdasarkan tabel hasil analisis hubungan antara pendidikan terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 bahwa dari 18 responden pendidikan tinggi, terdapat 8 (16%) ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi kurang melakukan pencegahan anemia dan sebanyak 10 (20%) ibu hamil yang berpendidikan tinggi melakukan pencegahan anemia. Sebanyak 30 responden pendidikan rendah, terdapat 27 (54%) ibu hamil yang memiliki pendidikan rendah kurang melakukan pencegahan anemia dan sebanyak 5 (10%) ibu hamil yang berpendidikan rendah melakukan pencegahan anemia. Hasil statistik diperoleh nilai p-value 0,003 < (0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pencegahan anemia dengan pendidikan ibu yang rendah (ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pencegahan anemia pada ibu hamil pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun 2016). Berdasarkan data yang telah dianalisis terlihat bahwa responden memiliki pendidikan yang rendah dengan demikian dengan rendahnya pendidikan seseorang akan berpengaruh pengetahuan dan tingkat pengalaman dalam dalam kehidupan sehari – hari seperti dengan pendidikan yang rendah tentunya akan lebih lambat untuk
0,003
merencanakan atau keinginan jangka panjang yakni dalam pemenuhan kebutuhan atau memilih makanan yang bergizi tentunya tidak terlepas dari tingkat ketahu terhadap sesuatu yang akan dikonsumsi, apakah memiliki gizi yang tinggi dan sesuatu makanan yang dikonsumsi memberikan konstribusi terhadap pencegahan anemia pada si ibu akan tetapi seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pendidikan telah dibicarakan didepan konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, para wanita hamil harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defesiensi zat besi. Penelitian yang dilakukan Nur hayati (2005) di kecamatan seyegan, sleman, yogyakarta yaitu adanya hubungan antara kedua variabel, dalam penelitiannya tersebut diungkapkan bahwa keadaan ini mungkin disebabkan oleh tinggi rendahnya informasi mengenai kesehatan yang diterima oleh ibu hamil, dimana seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah belum tentu memiliki pengetahuan atau informasi yang kurang mengenai kesehatan.
170 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016
Hubungan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 Tabel 3. Hubungan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 Dukungan Keluarga
Pencegahan Anemia Negatif
Jumlah P-value
Positif
N
%
N
%
N
%
Negatif
27
54
6
12
33
66
Positif
8
16
9
18
17
34
35
70
15
30
50
100
Total
Berdasarkan table hasil analisis hubungan antara dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi tahun 2016 bahwa dari 33 responden dukungan keluarga negatif, terdapat 27 (54%) ibu hamil yang memiliki dukungan keluarga negatif kurang melakukan pencegahan anemia dan sebanyak 6 (20%) ibu hamil yang memiliki dukungan keluarga positif melakukan pencegahan anemia. Sebanyak 17 responden dukungan keluarga positif, terdapat 8 (16%) ibu hamil yang memiliki dukungan keluarga positif kurang melakukan pencegahan anemia dan sebanyak 9 (18%) ibu hamil yang dukungan keluarga negatif melakukan pencegahan anemia. Hasil statistik diperoleh nilai p-value 0,011 (0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pencegahan anemia dengan hubungan keluarga ibu yang rendah (ada hubungan yang signifikan antara hubungan keluarga ibu dengan pencegahan anemia pada ibu hamil pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tanjung pinang kota jambi tahun 2016) Dukungan keluarga merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang
0,011
lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Disini peran suami salah satunya memberikan support keluarga. Suami dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan memahami setiap perubahan yang terjadi pada istrinya, memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan berusaha untuk meringankan beban kerja istri. Jadi tidak ada salahnya bila suami mengingatkan jika ibu datang ke petugas kesehatan suami/keluarga selalu mengingatkan untuk selalu membawa buku KIA mengingat suami berperan penting sebagai kepala keluarga. Seperti yang kita ketahui dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh pasangannya dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Jadi bila suami atau keluarga selalu mengingatkan ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet Fe karena itu sangat bermanfaat buat ibu dan janinnya selama kehamilan maka ibu tersebut merasa dicintaidan diperhatikan oleh anggota keluarganya (Indriyani, 2014).
171 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN, DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI TAHUN 2016
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang hubungan status ekonomi, pendidikan, dan dukungan keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016 maka dapat di tarik beberapa kesimpulan bahwa status ekonomi responden p-value 0,00 < (ɑ=0,05) Ada hubungan yang bermakna antara status ekonomi terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil, Pendidikan responden pvalue 0,003 < (ɑ=0,05) Ada hubungan yang bermakna antara Pendidikan terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016 dan dukungan keluarga responden pvalue 0.011< (ɑ=0,05) Ada hubungan yang bermakna antara dukungan Keluarga terhadap pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016. DAFTAR PUSTAKA Adriani Merryana, Wirjatma di Bambang. Pengantar Gizi Masyarakat :Kencana Prenada Group : 2013 Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan :Buku Ajar IlmuGizi. EGC : Jakarta Dinkes Kota Jambi.2014 – 2015 .Cakupan Jumlah Ibu Hamil Yang Mengalami Anemia 2014. Jambi Esy, 2014 Fatmah, 2012.Gizi dan kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta Manuaba Chandranita Ayu, dkk. 2013.
Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan KB. Bukukedokteran EGC : Jakarta Notoatmodjo, 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. PT RinekaCipta, Jakarta: Proverawati atikah danas fuah siti, 2009.Gizi Untuk Kebidanan.Nuha Medika Yogyakarta Proverawati Atikah,2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. NuhaMedika : Yogyakarta Rukiyahyeyeh Ai, yuliantilia . 2010. Asuhan Kebidanan IV (patologi kebidanan : CV. Trans Info Media : Jakarta Royston Erica ,Pencegahan Wanita Hamil:OrganisasiKesehatan Dunia : Jakarta Robson Elizabeth S, Waugh Jason. Patologi Pada Kehamilan :BukuKedokteran EGC : 2013 Tarwoto dan wasnidar, 2013.Anemia Pada Ibu Hamil. Trans Info Media : Jakarta Waryana, Gizi Reproduksi :Pustaka Rihama, sewon Bantul, Yogyakarta Wawan,AdanDewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Perilaku Manusia .Nuha Medika. Jakarta http://library.stikesnh.a...bida-263-125134654-1.pdf di akses pada tanggal 15 juni 2015 pukul 21.00 wib, Sitti Abidah, Sunarti Dode , Eddyman W. ferial.
172 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016 THE RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL PREVENTIVE EQUIPMENT (PPE), PERSONAL HYGINE AND HOSPITAL SHEET WITH ALLERGY DERMATITIS DISEASE CAUSED BY WORK IN PT. PSUT JAMBI MUARO JAMBI REGENCY 2016 1
2
* Margareta Pratiwi , Eka 1 Akper Prima Jambi 2 Stikes Prima Jambi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat *Korespondensi Penulis:
[email protected] ABSTRAK Salah satu penyakit akibat kerja yang paling banyak dijumpai yaitu dermatitis alergi. Dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal, dapat berupa penebalan atau bintil kemerahan, multipel mengelompok atau tersebar, kadang bersisik, berair dan lainnya. Akibat permukaan kulit terkena bahan atau unsur-unsur yang ada di lingkungannya (faktor eksogen). Salah satu industri di bidang playwood provinsi Jambi adalah pembuatan triplek yang terletak di desa Sarang Burung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan data di PT.PSUT, pada tahun 2013 jumlah pekerja yang terkena dermatitis adalah sebanyak 20 pekerja, tahun 2014 sebanyak 23 pekerja, ditahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 24 pekerja dan pada bulan Januari-Mei 2016 sebanyak 27 pekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Case Control, bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian APD, hygiene perorangan dan riwayat penyakit terhadap penyakit dermatitis alergi. Jumlah sampel sebanyak 54 orang, 27 kasus dan 27 kontrol pada bagian pengeleman. Untuk melihat hubungan antara variabel dilakukan uji statistik dengan uji Chi-square. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan pemakaian APD dengan nilai p-Value 0,014 OR CI= 4,750, ada hubungan hygiene perorangan dengan nilai p-Value 0,000 OR CI= 10,00 dan ada hubungan riwayat penyakit dengan p-Value 0,006 OR CI= 5,714 terhadap penyakit dermatitis alergi. Perusahaan hendaknya menyediakan tempat mencuci tangan dan sabun sehingga kesehatan pekerja terjaga terutama terhindar dari penyakit dermatitis dan perusahaan untuk selalu menyediakan APD, sarung tangan terbuat dari bahan karet dan panjang sarung tangan sampai lengan, dan masker yang terbuat dari kain yang dilengkapi material penghisap zat kimia. Kata Kunci: Penyakit Dermatitis, Alat Pelindung Diri, Hygiene Peroarangan, Riwayat Penyakit. ABSTRACT One kind of diasese caused by work which most often found is dermatitis allergy. Dermatitis is inflammation of the skin which marked by itchiness, it can be thickening or reddish nodule, multiple in group or spread, sometimes scaly, watery and etc. Due to the skin surface exposed to the substance or elements that is in the environment (exogenous factors). One of the industry in the field of plywood manufacture plywood in Jambi province is located in Sarang Burung Village, Jambi Luar Kota District Muaro Jambi Regency. Based on the data in the PT. PSUT, in 2013 the number of workers affected by dermatitis were 20 workers, 23 workers in 2014, in 2015 increased become 24 workers and in January - May 2016 were 27 workers. This research was a quantitative research with case control approach. It aimed to know the relation ship between the use of PPE, Personal Hygine and Hospital Sheet with the allergy dermatitis disease. The sample of this research was 54 people, 27 as case and 27 as control in Glueing section. To know the relationship between variable it was conducted statistical test and chi-square test. The statistical result showed that there is relationship between the use of PPE with p-value 0,014 or CI= 4,750, there is relation ship between personal hygine with p-value 0,000 or CI = 10,00 and the is relationship hospital shhet with p-value 0,006 or CI=5,714 with the allergy dermatitis disease. The company should provide the hand washing place and it’s soap so the health of the workers can be kept especially from the allergy dermatitis disease. And the company should provide the PPE, the rubber gloves and the length of the gloves to the arm, and masker which made by fabrics incorporating material suction of chemicals. Key words : dermatitis disease, personal preventive equipment, personal hygne, hospital sheet. 173 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa indonesia, untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Agar berwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang (Kemenkes RI, 2011). Perlindungan tenaga kerja termasuk perlindungan atas hak-hak dasar pekerja untuk berorganisasi dan perundingan dengan pengusaha, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan khusus tenaga kerja wanita, anak, orang muda dan penyandangan cacat serta perlindungan upah dan jaminan sosial tenaga kerja (Budiono, 2003). Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian banyak pula masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Notoatmodjo, 2007). Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan/kedokteran yang mempelajari bagaimna melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerja
lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial (Tarwaka, 2008). Gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam pekerjaan dan lingkungan kerja bisa dihindarkan, asal saja pimpinan perusahaan manajemen perusahaan dan pekerjaan serta serikat pekerja ada kemauan yang kokoh-kuat untuk mencegah (Suma’mur, 2009). Berbagai risiko dalam kesehatan dan keselamatan kerja adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Salah satu penyakit akibat kerja yang paling banyak dijumpai yaitu dermatitis akibat kerja. Kelainan kulit ini dapat ditemukan sekitar 85% sampai 98% dari seluruh penyakit kulit akibat kerja. Insiden dermatitis kontak akibat kerja diperkirakan sebanyak 0,5 sampai 0,7 kasus per 1000 pekerja per tahun. Penyakit kulit diperkirakan menempati 9% sampai 34% dari penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Dermatitis kontak akibat kerja biasanya terjadi di tangan dan angka insiden untuk dermatitis bervariasi antara 2% sampai 10%. Diperkirakan sebanyak 5% sampai 7% penderita dermatitis akan berkembang menjadi kronik dan 2% sampai 4% di antaranya sulit untuk disembuhkan dengan pengobatan topikal (Garmini, 2014).
Dermatitis adalah salah satu Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) yang merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal. Terdapat berbagai macam dermatitis, dua diantaranya adalah dermatitis kontak dan dermatitis okupasi (Dailli, 2005). Penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. kontak, Dermatitis kontak iritan menduduki
urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengan 14%-20% (Taylor et al, 2008). Menurut Djunaedi dan Lokananta dalam Suryani (2011) Data dari United Stases Bureau ofLabor Statistict Annual Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988, didapatkan 24 % kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Data di Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 174
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016
95 % merupakan dermatitis kontak (Suryani, 2011). Menurut Perdoski (2009) Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik. Menurut Hudoyono dalam Suryani (2011) Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi. Dermatitis akibat kerja selalu dapat dicegah dengan memakai cara-cara pencegahan yang telah diuraikan. Selain cara-cara umum itu, perlu diperhatikan masalah kebersihan perorangan (higiene pribadi) dan sanitasi lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggaan perusahaan yang baik. Kebersihan perorangan misalnya mencuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih, berganti pakaian tiap hari, dan alat perlindung diri yang bersih (Suma’mur, 2009). Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya ditempat kerja atau kecelakan kerja. Adapun yang dimaksut dengan bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai tenaga kerja, baik secara fisik maupun mental (Kurniawati, 2013). Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadangkadang keadaan bahaya masih belum
dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga pengunaan alat-alat pelindung diri (personel protective devices) perlu digunakan. Pengunaan alat pelindung diri untuk pekerja merupakan salah satu preventif dalam meningkatkan mutu kesehatan kerja dan menunjang kinerja pekerja (Suma’mur, 2009). Salah satu industri dibidang playwood di provinsi Jambi adalah yang pembuatan triplek terletak di desa Sarang Burung Kecamatan Jambi luar kota Kabupaten Muaro Jambi. Jumlah pekerja yang bekerja dalam pabrik adalah 1156 orang, bekerja di jam shift pagi 07:00 s/d 15:00, shift siang 15: 23, shift malam 23:07 dengan waktu istirahat 1 jam. Data penyakit dermatitis alergi pertahunnya di PT PSUT Kabupaten Muaro Jambi, pada tahun 2013 jumlah pekerja yang terkena dermatitis adalah sebanyak 20 pekerja, tahun 2014 sebanyak 23 pekerja, ditahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 24 pekerja dan pada bulan Januari-Mei 2016 sebanyak 27 pekerja. Dari hasil observasi dan wawancara kepada pekerja di PT. PSUT Jambi, diperoleh informasi bahwa pekerja merasa susah berkomunikasi dan telah terbiasa tidak menggunakan APD dan pada saat selesai bekerja mereka jarang sekali mencuci tangan saat makan siang dan sampai dirumah pun terkadang pekerja tidak mandi ada yang langsung tidur karena kecapean. Riwayat penyakit mereka sebelum bekerja mereka belum pernah terkena dermatitis. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pemakaian APD, Hygiene Perorangan dan Riwayat Penyakit Dengan Penyakit Dermatitis Alergi Akibat Kerja di PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian case control yaitu yang mengalami penyakit dermatitis sebagai kasus dan tidak mengalami penyakit dermatitis sebagai
kontrol tujuannya adalah untuk melihat gambaran dan hubungan pemakaian APD, hygiene perorangan dan riwayat penyakit dengan penyakit dermatitis pada pekerja di PT. PSUT Jambi Kabupaten 175
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016
Muaro Jambi tahun 2016 (Notoatmajo, 2007). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-20 Agustus 2016 pada pekerja di bagian pengeleman di PT. PSUT Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pekerja bagian pengeleman di PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi. Penentuan sampel menggunakan rumus 1:1 dengan sampel kasus 27 dan sampel kontrol 27 dengan matching umur, jenis kelamin dan masa kerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi frekuensi dermatitis alergi pada pekerja bagian pengeleman di PT. PSUT, dari 54 responden, yang terkena dermatitis alergi karena pekerjaan sebanyak 27 orang (50%). Sedangkan responden yang tidak terkena dermatitis alergi sebanyak 27 orang (50%). Pekerja yang tidak memenuhi syarat pemakaian APD sebanyak 28 orang (51,9%), sedangkan sebanyak 26
orang (48,1%) memenuhi syarat pemakaian APD. Pekerja yang hygiene perorangannya kurang baik sebanyak 28 orang (51,9%), sedangkan sebanyak 26 orang (48,1%) hygiene perorangannya baik. Pekerja yang belum terkena penyakit dermatitis alergi sebanyak 29 orang (53,7%), sedangkan sebanyak 25 orang (32,7%) sudah terkena penyakit dermatitis alergi.
Tabel 1. Hubungan Pemakaian APD Dengan Penyakit Dermatitis Alergi Di Bagian Pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016 Pemakaian APD
Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total
Dermatitis Alergi Ya Tidak n % n %
n
19
70,4
9
33,3
28
51,9
8
29,6
18
66,7
26
48,1
27
100
27
100
54
100
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 27 terkena dematitis alergi yang APD tidak memenuhi syarat sebanyak 19 (70,4%) dan memenuhi syarat 8 (29,6%) sedangkan 27 tidak terkena dermatitis alergi yang APD tidak memenuhi syarat 9 (33,3%) dan memenuhi syarat 18 (66,7%). Dari hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan Pemakaian APD dengan penyakit dermatitis alergi dibagian pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi dengan p-Value=0,014. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saftarina dkk (2015) tentang Prevalensi Dermatitis Kontak Akibat Kerja dan Faktor yang Mempengaruhinya pada Pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Abdul
Total %
p-Value
OR CI
0,014
4,750
Moeloek, hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pemakaian APD terhadap penyakit dermatitis alergi, dengan nilai p-value = 0,02. Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Secara teknis alat pelindung diri tidak dapat melindungi tubuh secara sempurna terhadap paparan potensi bahaya (Tarwaka, 2008). Alat pelindung diri adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan 176
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016
sebuah gedung diwajibkan menggunakannya (Anizar, 2012). Dari hasil penelitian di lapangan, masih banyak pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri saat bekerja sehingga risiko terkenanya penyakit dermatitis alergi lebih besar. Kepada para pekerja di
PT.PSUT untuk selalu menggunakan alat pelindung diri saat bekerja untuk meminimalkan risiko dan menghindarkan diri dari kontak langsung dengan agenagen fisik, kimia maupun biologi yang dapat menimbulkan penyakit dermatitis alergi.
Tabel 2. Hubungan Hygiene Perorangan dengan Penyakit Dermatitis Alergi Di Bagian Pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016 Hygiene Perorangan
Dermatitis Alergi Ya Tidak n % n %
Total n %
Kurang Baik Baik
21
77,8
7
25,9
28
51,9
6
22,2
20
74,1
26
48,1
Total
27
100
27
100
54
100
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 27 responden terkena dematitis alergi yang hygiene perorang kurang baik sebanyak 21 (77,8%) dan baik 6 (29,6%) sedangkan 27 tidak terkena dermatitis alergi yang hygiene perorangan kurang baik 7 (25,9%) dan baik 20 (74,1%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan hygiene perorangan dengan penyakit dermatitis alergi dibagian pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi dengan pValue=0,000. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2011) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bagian Processing Dan Filling PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan Tahun 2011, hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara hygiene perorangan terhadap penyakit dermatitis alergi dengan nilai p-value = 0,028. Menurut Perry dalam Sajidah (2012) Hygiene Perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Hygiene Perorangan merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah
p-Value
OR CI
0,000
10,00
terjadinya penyakit dermatitis. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit. Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembap (Lestari dkk, 2007). Dari hasil penelitian, masih banyak pekerja yang tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan tidak tersedianya penyedian sabun yang digunakan untuk mencuci tangan dari perusahaan. Kepada para pekerja di PT. PSUT untuk selalu mencuci tangan baik dan benar seperti mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir saat sesudah bekerja. Bagi perusahaan hendaknya menyediakan tempat mencuci tangan dan sabun sehingga kesehatan pekerja terjaga terutama terhindar dari penyakit dermatitis.
177 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016
Tabel 3. Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Dermatitis Alergi Di Bagian Pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016 Riwayat Penyakit
Belum Terkena Sudah Terkena Total
Dermatitis Alergi Ya Tidak
Total
N
%
N
%
n
%
20
74,1
9
33,3
29
53,7
7
25,9
18
66,7
25
46,3
27
100
27
100
54
100
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 27 responden terkena dematitis alergi yang riwayat penyakit belum terkena sebanyak 20 (74,1%) dan sudah terkena 7 (25,9%) sedangkan 27 tidak terkena dermatitis alergi yang belum terkena 9 (33,3%) dan sudah terkena 18 (66,7%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan penyakit dermatitis alergi dibagian pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi dengan diperoleh nilai p-Value=0,006 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Suryo (2007) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri, hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara riwayat penyakit dengan penyakit dermatitis dengan nilai p-Value = 0,042. Menurut Putra dalam Suryani (2011) dalam melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk riwayat keluarga, aspek pekerjaan atau SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan beberapa kesimpulan yaitu Ada hubungan yang bermakna antara pemakaian APD dengan penyakit dermatitis alergi dibagian pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016 dengan nilai OR 4,750. Ada hubungan yang bermakna
pValue
OR CI
0,006
5,714
tempat kerja, sejarah alergi (misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu), dan riwayat penyakit sebelumnya. Menurut Djuanda dalam Suryani (2011). Pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita penyakit kulit akibat kerja lebih mudah mendapat dermatitis akibat kerja, karena fungsi perlindungan dari kulit sudah berkurang akibat dari penyakit kulit yang diderita sebelumnya. Fungsi perlindungan yang dapat menurun antara lain hilangnya lapisan-lapisan kulit, rusaknya saluran kelenjar keringat dan kelenjar minyak serta perubahan pH kulit. Dari hasil penelitian banyak pekerja yang belum terkena penyakit dermatitis, ini disebabkan karena bahan kimia yang digunakan pekerja sangat berbahaya jika terkena kulit pekerja. Kepada para pekerja untuk selalu memakai APD seperti sarung tangan dan masker. Bagi perusahaan untuk selalu menyediakan APD, sarung tangan terbuat dari bahan karet dan panjang sarung tangan sampai lengan, dan masker yang terbuat dari kain yang dilengkapi material penghisap zat kimia. antara hygiene perorangan dengan penyakit dermatitis alergi dibagian pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016 dengan nilai OR 10,00. Ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit pekerja dengan penyakit dermatitis alergi dibagian pengeleman PT. PSUT Jambi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2016 dengan nilai OR 5,714. 178
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PEMAKAIAN APD, HYGIENE PERORANGAN DAN RIWAYAT PENYAKITDENGAN PENYAKIT DERMATITIS ALERGI AKIBAT KERJA DI PT. PSUT JAMBI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2016
DAFTAR PUSTAKA Anizar , (2012) Teknik keselamatan dan kesehatan kerja di industri, Yogyakarta: Graha Ilmu. Budiono, dkk.2003. Hiperkes dan keselamatan kerja. Bunga rampai. Universitas Diponogoro.Semarang Garmini, R. 2014. AnalisisFaktorPenyebab Dermatitis KontakIritanPadaPekerjaPabrikTa huPrimkopti Unit Usaha Kelurahan Bukit Sangkal Palembang Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Kemenkes RI. 2011 Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Kurniawati, Dewi. (2013). Taktis Memahami Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Teknologi Informasi . Aksara Sinergi Media. Surakarta Lestari, Suryo. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan DermatitisKontak Pada Pekerja Di Pt Inti Pantja Press Industri. Jurnal Kesehatan. Volume 11(2). Notoatmodjo, (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:PT. Rineka Cipta Notoadmodjo, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), 2009, Kategori Galeri Kesehatan;
Dermatitis Kontak, www.perdoski.org Saftarina, F dkk. 2015. Prevalensi Dermatitis Kontak Akibat Kerja dan Faktor yang Mempengaruhinya pada Pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek. Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke 13. Sajida, A. 2012. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Suryani, F. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bagian Processing Dan Filling Pt. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja . PT. Sagung Seto. Jakarta Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 Di Tempat Kerja.Harapan Press. Surakarta Taylor S, Sood A. 2003. Occupational Skin Diseases. In : Fritzpatricks et al, editors Dermatology in General Medicine 6 th ed. New York : Mc Graw Hill Book co.
179 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016 THE FACTORS RELATED TO MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS ON THE WORKERS OF PALM HARVESTER SUB RANTAU RASAU VILLAGE RANTAU RASAU DISTRICT TANJUNG JABUNG TIMUR REGENCY IN 2016 1
2
*Marinawati , Siti 1 STIkes Prima Jambi 2 STIkes Prima Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat *Korespondensi penulis :
[email protected] ABSTRAK Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram serta terhindar dari penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja bagi para pekerja yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan, bedasarkan survei Departemen Kesehatan RI masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia,beban kerja dan durasi dengan keluhan muskuloskeletal .Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Juli 2016 – 2 Agustus 2016. Populasi pada penelitian ini sebanyak 47 pekerja pemanen kelapa sawit dan sampelnya sebanyak 47 pekerja, Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, dimana penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara wawancara, dan dianalisis menggunakan univariat dan bivariat Ho di tolak jika p-value < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit dengan nilai p-value 0,023 ,ada hubungan bermakna antara beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit dengan p-value 0,002, dan tidak ada hubungan bermakna antara durasi dengan keluhan muskuloskeletal dengan p-value 0,772. Terdapat hubungan usia dan beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit di desa Rantau Rasau Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Disarankan agar Puskesmas Rantau-Rasau membuat kebijakan program keselamatan dan kesehatan kerja untuk para pekerja pemanen kelapa sawit. Kata kunci : Keluhan Muskuloskeletal, Beban Kerja, Kelapa Sawit ABSTRACT Occupational safety and health is a series of efforts to create a working environment that is safe and secure and protected from occupational diseases or accidents for workers who work at the company, based on a survey of health problems the Ministry of Health in 2005 showed that about 40.5% illnesses suffered by workers associated with the job. This study aims to determine the relationship of age, workload and duration with musculoskeletal complaints. This research was quantitative research with cross sectional approach. this research was conducted on 21 July 2016 to 2 August 2016. The population in this study were 47 palm harvesting workers and the sample were 47 workers, the technique in taking the sample was by using technique total sampling, where the study was conducted using a questionnaire by interview, and analyzed using univariate and bivariate Ho is rejected if the p-value <0.05. The results showed that there was a significant relationship between age and musculoskeletal disorders in palm harvesting workers with p-value of 0.023, there is significant correlation between workload with musculoskeletal disorders in workers palm harvesting workers with a p-value of 0.002, and there is no significant relationship between duration with musculoskeletal disorders with a p-value of 0.772. There is a relationship between age and workload with musculoskeletal disorders in workers of palm harvesters in Rantau Rasau Village Rantau Rasau District Tanjung Jabung Timur regency, it was recommended to the public health centers Rantau-Rasau to make occupational program of safety and health am for workers of palm harvesters. Keywords: Musculoskeletal Complaints, Workload, Palm 180 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016
PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) adalah satu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja seperti cidera pada otot yang disebabkan oleh pekerjaan yang dilakukan masih bersifat manual tanpa ada bantuan dari mesin, para pekerja yang mengakat dan angkut dengan sifat manual serta melebihi dari kapasitas kekuatan otot jika dilakukan secara terus menerus dapat berdampak pada nyeri atau rasa sakit pada otot rangka atau yang disebut dengan muskuloskeletal. Berdasarkan hasil survei Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gngguan THT (1.5%) (Depkes RI, 2005). Dan dapat di simpulkan bahwa penyakit akibat kerja yang banyak di rasakan oleh pekerja yaitu keluhan muskuloskeletal. Gangguan sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja itu sendiri dan bagi pengusaha. Pekerja yang mengalami masalah keluhan muskuloskeletal berarti mengalami gangguan kesehatan dalam dirinya dan dapat menjadi lebih parah lagi bila tidak segera diobati dan dicegah agar tidak terjadi terus menerus. Bila kesehatan pekerja terganggu maka pekerja menjadi tidak produktif dan berdampak menurunya produktifitas dan kualitas kerja sehingga pekerja tidak mampu bekerja dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam usia di atas 35 tahun jika mengalami keluhan muskuloskeletal serta tidak segera di lakukan pencegahan maka pekerja pada usia di atas 40 tahun tidak dapat melakukan pekerjaan seperti biasa
dikarenakan keluhan muskuloskeletal yang terus berlanjut. Berdasarkan penelitian dari Guo et al (dalam Tarwaka 2011) dikatakan bahwa pada umur 35 tahun merupakan episode pertama seseorang akan mengalami nyeri punggung, hal tersebut dapat di karenakan pada usia di atas 35 tahun terjadi proses degenerasi dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berkurangnya stabilitas otot dan sendi. Semakin bertambah usia seseorang,semakin tinggi risiko terjadinya penurunan elastisitas tulang, keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu keluhan ini akan semakin cepat muncul bila terjadi pada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan aktifitas otot dan sendi dengan beban kerja berlebih. Beban kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Kerja fisik di sebut juga manual operation dimana performasi kerja sepenuhnya akan tergantung pada upaya manusia yang berperan sebagai sumber tenaga maupun pengendalian kerja. Setiap manusia memiliki beban kerja masing masing, untuk laki laki maksimal 40 kg beban yang dapat diangkat dan untuk perempuan separuh dari beban kerja laki laki yakni 20 kg, jika penggunaan otot dalam durasi lebih dari 1 jam maka akan mempercepat timbulnya keluhan muskuloskeletal. Durasi kerja adalah klasifikasi lamanya waktu penggunaan energi otot dalam bekerja di kelompokan dengan distribusi waktu kerja (work-time) dan waktu pemulihan (recover-time). Selanjutnya durasi dapat di klarifikasikan menjadi 3 klasifikasi yaitu durasi pendek (<1 jam), durasi sedang (1-2 jam) dan durasi panjang (2-8 jam ). Durasi kerja tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Durasi dalam penelitian ini seperti mendodos dan pengumpulkan Tandan Buah Sawit (TBS) ke tempat pengumpulan hasil dan memasukan TBS ke dalam bak mobil. 181
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016
Dengan melakukan uji chi square dengan taraf signifikan 95% ( α=0,05) apabila p –value <0,05 yang berarti Ho di tolak, maka ada hubungan antara variabel usia, beban kerja dan duras dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Juli 2016 – 2 Agustus 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 47 responden dan dibantu oleh 1 orang rekan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional dengan analisis univariat dan Bivariat untuk mengetahui hubungan antar usia, beban kerja durasi dengan keluhan muskuloskeletal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pemanen kelapa sawit yang ada di Desa Rantau Rasau Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2016 berjumlah 47 pekerja (Arikunto,2010). HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5 Hubungan Usia Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pemanen Kelapa Sawit Di Desa Rantau Rasau Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016. Usia
Keluhan Muskuloskeletal Ada Keluhan
Total
Tidak Ada Keluhan n %
n
%
≥35 tahun
25
83,3%
5
16,7%
30
100%
<35 tahun
8
47,1%
9
52,9%
17
100%
Total
33
70,2%
14
29,8%
47
100%
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden yang memiliki usia lebih dari 35 tahun sebanyak 30 responden dan yang merasakan keluhan muskuloskeletal sebanyak 25 ( 83,3 %) responden, sedangkan 5 ( 16,7 %) responden yang memiliki usia lebih dari 35 tahun tidak merasakan adanya keluhan muskuloskeletal serta responden yang memiliki usia kurang dari 35 tahun sebanyak 17 responden dan yang mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak 8 ( 47,1 %) sedangkan sebanyak 9 ( 52,9% ) responden tidak mengalami keluhan muskuloskeletal. Hasil uji statistik di peroleh p-value 0.023 > 0.05 maka Ho di tolak sehingga ada hubungan bermakna antara usia dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemnan kelapa sawit dengan usia di atas 35 tahun.
n
P-Value
%
0.023
Hasil uji statistik di peroleh p-value 0.023 < 0.05 maka Ho di tolak sehingga ada hubungan bermakna antara usia dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit dengan usia di atas 35 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Widyastuti (2009 ) yang mengangkat judul faktor yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada buruh angkut sayur di jalan pedamaran pasar johar Universita Negeri Semarang (UNNES),di dapatkan variabel usia memiliki hubungan dengan keluhan muskuloskeletal. Usia merupakan salah satu faktor penyebab keluhan muskuloskeletal hal ini disebabkan semakin bertambah usia maka semakin berkurang elastisitas tendon, hal ini dapat menyebabkan rasa 182
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016
nyeri pada otot rangka atau yang di sebut dengan keluhan muskuloskeletal. Responden dengan usia lebih dari 35 tahun terdapat 5 responden tidak mengalami keluhan muskuloskeletal, Hal ini bisa saja di pengaruhi oleh status gizi pekerja, Kekuatan fisik serta kesegaran jasmani, apabila responden mendapatkan asupan gizi yang baik memiliki kekuatan otot yang baik serta melakukan pemanasan atau peregangan otot sebelum melakukan pemanenan maka otot dan sendi siap melakukan pekerjaan sehingga kecil kemungkinan untuk
mengalami cidera ataupun keluhan muskuloskeletal. Sedangkan terdapat 8 responden mengalami keluhan muskuloskeletal dengan usia kurang dari 35 tahun, hal ini tidak menutup kemungkinan adanya kekuatan otot yang berbeda, asupan gizi kurang baik, ukuran tubuh yang kurus ataupun pendek meskipun usia kurang di bawah 35 tahun jika memiliki kebiasaan kurang baik maka bisa saja reponden mengalami cidera ataupun keluhan muskuloskeletal dalam setiap aktifitas pemanenan.
Tabel 6 Hubungan Beban Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pemanen Kelapa Sawit Di Desa Rantau Rasau Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016 Beban Kerja
Beban Berat Beban Ringan Total
Keluhan Muskuloskeletal Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan n % n % Kerja 31 81,6% 7 18,4%
Total
n 38
% 100%
Kerja
2
22,2%
7
77,8%
9
100%
33
70,2%
14
29,8%
47
100%
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden yang bekerja dengan beban berat sebanyak 38 responden dengan 31 (81,6%) responden mengalami keluhan muskuloskeletal sedangkan 7 (18,4%) responden dengan beban berat tidak mengalami keluhan muskuloskeletal, serta responden yang beban kerja ringan sebanyak 9 responden dengan 2 ( 22,2% ) responden beban kerja ringan mengalami keluhan muskuloskeletal sedangkan sebanyak 7 (77,8%) responden dengan beban kerja ringan tidak mengalami keluhan muskuloskeletal. Hasil uji statistik di peroleh p-value 0,002 < 0,05 maka Ho di tolak sehingga ada hubungan bermakna antara beban kerja berat dengan keluhan muskuloskeletal. Hasil penelitian terkait sejalan dengan yang di lakukan oleh Tikno Hadi Wiyatno (2010) di kawasan industri candi di Kota Semarang, Uiversitas Negeri Semarang, dengan melakukan
P-Value
0,002
pengukuran denyut nadi dan kuesioner Nordic Body Map dengan menggunakan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan antar variabel, dan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan beban kerja buruh panggul dengan keluhan muskuloskeletal. Menurut Hard & Staveland ( 1988) dalam Tarwaka ( 2011) beban kerja merupakan suatu interaksi yang muncul antara tuntutan tugas- tugas dan lingkungan kerja, keluhan muskuloskeletal juga terjadi akibat dari otot yang menerima tekanan beban kerja fisik yang terus menerus serta melebihi kapasitas beban kerja otot. Responden dengan beban kerja berat sebanyak 38 responden yang tidak mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak 7 responden hal ini bisa saja di karenaka ukuran tubuh (antropometri) setiap pekerja berbeda-beda ada yang tinggi, pendek, Gemuk dan Kurus, yang dapat mempengaruhi kekuatan otot 183
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016
sehingga pekerja dengan kondisi tubuh yang baik dapat mempengaruhi keluhan muskuloskeletal, selain itu kondisi lingkungan yang sedikit naik turun, terdapat pohon sawit yang ukuran nya rendah dan tinggi kemudian jalan yang becek dan licin bisa saja pada saat melakukan pengumpulan TBS lebih jauh atau kebih dekat ke TPH dari pohon sawit yang di panen, sehingga pekerja mengalami beban kerja yang berbeda dan
kebiasaan beberapa pekerja sebelum melakukan pemanenan meminum jamu seperti telur yang diambil kuningnya saja kemudian dicampur kan kedalam teh dan diminum, hal ini bisa mempengaruhi kekuatan otot fisik yang dapat memperkecil keluhan muskuloskeletal atau bahkan cidera.
Tabel 7 Hubungan Durasi Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pemanen Kelapa Sawit Di Desa Rantau Rasau Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016 Durasi
Keluhan Muskuloskeletal Ada Keluhan
Total
>14 menit
n 11
% 64,7%
Tidak Ada Keluhan n % 6 35,3%
<14 menit
22
73,3%
8
26,7%
30
100%
Total
33
70,2%
14
29,8%
47
100%
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden yang bekerja dengan durasi lebih dari 14 menit sebanyak 17 responden dengan mengalami keluhan muskuloskeletal 11 ( 64,7 %) responden sedangkan 6 ( 35,3 %) responden dengan durasi lebih dari 14 menit tidak mengalami keluhan muskuloskeletal sedangkan responden dengan durasi kerja kurang dari 14 menit sebanyak 30 responden dengan mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak 22 (73,3%) responden sedangkan 8 (26,7%) responden dengan durasi kerja kurang dari 14 menit tidak mengalami keluhan muskuloskeletal. Dari hasil uji statistik di peroleh p-value 0,772 > 0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada hubungan bermakna antara durasi kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Durasi kerja merupakan lama nya penggunaan otot selama melakukan pekerjaan sampai waktu istirahat, semakin lama durasi otot yang di gunakan maka semakin tinggi resiko untuk terkena keluhan muskuloskeletal.(Tarwaka 2011)
n 17
% 100%
P-Value
0.772
Dari hasil uji statistik di peroleh pvalue 0,772 > 0,05 maka Ho di terima sehingga tidak ada hubungan bermakna antara durasi kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Peneliti belum menemukan hasil penelitian yang sama dengan penelitian ini sehingga tidak dapat dibanding kan apakah durasi terdapat hubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit. Namun dari hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Tarwaka (2011) bahwa semakin lama waktu penggunaan otot yang dilakukan maka semakin tinggi resiko untuk mengalami keluhan muskuloskeletal, hasil penelitian menunjukan bahwa responden dengan durasi pendek < 14 menit masih ada yang mengalami keluhan muskuloskeletal. Pada saat melakukan penelitian rata-rata lamanya durasi pekerja berkisar 10-23 menit, peneliti menggunakan nilai mean (nilai rata-rata) yaitu 14 menit untuk menentukan durasi panjang atau pendek sehinga durasi pendek kurang 14 menit dan dursi panjang lebih dari 14 menit. 184
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016
SIMPULAN Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit di Desa Rantau Rasau Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016, Terdapat sebanyak 25 (83,3%) responden dengan usia ≥ 35 tahun mengalami keluhan muskuloskeletal dan sebanyak 5(16,7%) responden yang memiliki usia ≥35 tahun tidak mengalami keluhan muskuloskeletal. Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit di Desa Rantau Rasau Kecamatan Dari hasil analisis didapat kan dari 30 responden yang bekerja dengan durasi kurang dari 14 menit sebanyak 22 (73,3%) mengalami keluhan muskuloskeletal, hal ini dapat terjadi karena kekuatan otot responden berbeda-beda dan kebiasaan dalam melakukan pekerjaan berat dengan waktu yang lama ikut mempengaruhi, jika responden terbiasa dengan kerja berat didukung dengan kekuatan otot serta dengan cara kerja yang baik kecil
kemungkinan untuk tidak mengalami keluhan muskuloskeletal, jika responden tidak terbiasa dengan melakukan kerja berat dengan melakukan cara kerja yang kurang baik meskipun durasi kerja pendek maka otot mudah lelah sehingga memicu timbulnya keluhan muskuloskeletal atau bahkan cidera otot dan sendi. Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016, Terdapat sebanyak 31 (81,6 %) responden dengan beban kerja berat mengalami keluhan muskuloskeletal dan sebanyak 7(18,4%) dengan beban kerja berat tidak mengalami keluhan muskuloskeletal. Tidak ada hubungan yang bermakna antara durasi dengan keluhan mukuloskeletal pada pekerja pemanen kelapa sawit di Desa Rantau Rasau Kecamatan Rantau Rasau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2016, Terdapat sebanyak 11 (64,7%) responden dengan durasi ≥14 menit mengalami keluhan muskuloskeletal dan sebanyak 6 (35,3%) responden dengan durasi ≥ 14 menit tidak mengalami keluhan muskuloskeletal.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
Suharsimi (2010) prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik .jakarta : Rineka cipta.
Kementrian pertanian.statistik perkebunan indonesia kelapa sawit 20132015, jakarta:direktorat jendral perkebunan 2014. Kurniawati, Dewi (2013)keselamatan Dan Kesehatan Kerja.Surakarta : PT.Aksara Sinergi Media Irdiastadi,H, &Yassierli (2014 ) Ergonomi.Bandung :PT Remaja Rosdakarya Nurmianto, Eko (2004) Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya.Surabaya :Prima Printing
NIOSH.2007.Online.ergonomi for manual handling.columbia.
guidelines material
Pujianti.2015.resiko ergonomi dan keluhan muskuloskeletal disorders (Msds) pada pekerja pemanen kelapa sawit./publikasi/d1 1.pdf Hignettdanmcatamney.2009 Riyanto,Agus,2011.pengolahan analisis kesehatan.yogyakarta: Medika Sucipto.
dan data Nuha
Cecep Dani ( 2014 ) Keselamatan Kesehatan Kerja. Yogyakarta : Pustaka Baru
Tarwaka, (2011 ) Ergonomi Industri, Surakarta : Harapan Offset
185 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA PEMANEN KELAPA SAWIT DI DESA RANTAU RASAU KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2016
Triwibowo, C & Mitha E.P (2013 ) kesehatan lingkungan dan k3. Yogyakarta: Nuha Medika Widyastuti, (2009). Faktor yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada buruh angkut sayur di jalan pedemaran pasar johar tahun 2009.semarang: fakultas ilmu
keolahragaan Negeri Semarang.
Universitas
Wiyatno,TiknoHadi, 2010.hubungan antara beban kerja dan sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada buruh panggul di kawasan industri candi kota semarang,Fakultas Negeri semarang 2011.
186 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016 THE RELATION BETWEEN PREMATURE (PRE-LABOR RUPTURE OF MEMBRANE) AND CONTRACTION TOWARD LONG PARTURITION FOR MOTHER’S MATERNITY IN RADEN MATTAHER PUBLIC HOSPITAL JAMBI CITY 2016 *
1
2
Dewi Riastawaty , Bella STIKes Prima Program Studi DIV Bidan 2 STIKes Prima Program Studi DIII Kebidanan * Korespondensi penulis :
[email protected] 1
ABSTRAK Penyebab kematian ibu diantaranya perdarahan (25%), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus lama (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%). Adapun faktor penyebab terjadinya partus lama antara lain kontraksi dan ketuban pecah dini. Tujuan dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan ketuban pecah dini dan kontraksi dengan kejadian partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2016. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian deskriptif analitik menggunakan desain case control dengan lembar checklist. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19-25 Agustus 2016 dari data Rekam Medik dan ruang Zaal kebidanan di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini semua ibu bersalin 301 ibu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 102 ibu bersalin dengan perbandingan 1:1. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dapat ketuban pecah dini dengan kejadian partus lama 33 responden (64,7%), tidak ketuban pecah dini dengan kejadian partus lama 18 responden (35,3), ketuban pecah dini dengan kejadian tidak partus lama 8 responden (15,7), tidak ketuban pecah dini dengan kejadian tidak partus lama 43 responden (8,43). Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus lama dengan nilai P-Value = 0,00 dan OR = 9.854. Kontraksi tidak efisien dengan kejadian partus lama 37 responden (72,5), kontraksi efisien dengan kejadian partus lama 14 responden (27,5), kontraksi tidak efisien dengan kejadian tidak partus lama 12 responden (23,5), kontraksi efisien dengan kejadian tidak partus lama 39 responden (76,5). Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara kontraksi dengan kejadian partus lama dengan nilai P-Value = 0,00 dan OR = 8.589. Diharapkan perlu adanya upaya dalam peningkatan kesehatan khususnya dalam pemberian pelayanan di RSUD Raden Mattaher Kota Jambi dalam penanganan kasus ibu dengan ketuban pecah dini dan kontraksi dengan kejadian partus lama . Kata Kunci
: Ketuban pecah dini, Kontraksi, kejadian Partus Lama
ABSTRACT The cause of mother dead are hemorrhage (25%), sepsis (15%), hypertention during pregnant (12%), long partus (8%), insecure abortion complication (13%). Cause factor for long parturition case are contraction and pre-labor rupture of membrane. The aim of this resarch is to know the relation between pre-labor rupture of membrane and contraction toward long parturition for mother’s maternity in Raden Mattaher Public Hospital Jambi City 2016. This research is analytic descriptive, the design is case control with checklist paper. This research conducted during August 19th-25th 2016 from the medical record data and ward room in Raden Mattaher Public Hospital Jambi city 2015. The population of this research are 301 mothers. The sample of this research are 102 mothers with comparison 1:1. The data anlyzed by univariat and bivariat. The result of this research showed that pre-labor rupture of membrane with long parturition case are 33 participants (64.7%), there are 18 participants (35.3%) cases without pre-labor rupture of membrane and long parturition. There are 8 participants (15.7%) cases with pre-labor rupture of mebrane and without long parturition.There are 43 participants (8.43%) cases without pre-labor rupture of membrane and without long parturition. The result of this research there is a relation between pre-labor rupture of membrane with the case of long parturition, the score is P-Value= 0.00 and OR= 9.854. Ineficient contraction with long parturition are 37 participants (72.5%),eficient contraction with long parturition case are 14 participants (27.5%), Ineficient contraction with short 187 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016
parturition are 12 participants (23.5%), eficient contraction with short parturition cases are 39 participants (76.5). The result showed that relation between contraction and long parturition cases, the score is P-Value= 0.00 and OR= 8.589. Expectation of this research is hope more effort to increase the hospitality of health especially for giving hospitality in Raden Mattaher Publis Hospital Jambi city to handle mother with pre-labor rupture of membrane cases and contraction with long parturition. Key words: pre-labor rupture of membrane, long parturition
PENDAHULUAN Didalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat 2015. Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2015. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga, masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011). Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, menegaskan setiap tahun di seluruh dunia 358.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin di mana 355.000 ibu (99%) berasal dari Negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara-negara berkembang merupakan grade tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika di bandingkan dengan rasio kematian ibu di Negara maju yaitu 14 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sekitar 4 juta per tahun bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan. Seperempat dari mereka meninggal dalam 24 jam kehidupan dan 75% pada minggu pertama kehidupan (Depkes RI, 2011). Angka kematian ibu menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan Masyarakat. Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi di ASEAN ( Association of Southeast Asian Nations ) jika dibanding dengan angka kematian ibu di Negara tetangga seperti Malaysia yaitu 31 per 100.000 kelahiran hidup, Brunai yaitu 21 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam yaitu 56 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand yaitu 48 per 100.000 kelahiran hidup, Singapura yaitu 9 per 100.000 kelahiran hidup, dan Filipina 94 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2007 angka kematian ibu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Angka kematian ibu di Indonesia bervariasi, Provinsi dengan angka kematian ibu terendah adalah DKI Jakarta dan tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, ditemukan angka kematian ibu sebesar 99 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008, tahun 2009 menjadi 130 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2010 sebesar 114 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan 2009). Angka kematian ibu di Provinsi Jambi di Indonesia sebanyak 89,85 per 100.000 kelahiran hidup dan meningkat pada tahun 2011 sebanyak 111,69 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jambi, 2011). Secara global 80 % dari kematian ibu tergolong pada kematian ibu secara langsung. Di mana pola penyebab kematian ibunya sama diantaranya perdarahan (25% biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus lama (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Prawirohardjo, 2009). 188
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016
Menurut Prawirohardjo (2009), berdasarkan data tersebut di atas dapat di lihat bahwa partus lama merupakan penyebab kelima angka kematian ibu di Dunia dengan menyumbang sebesar 8%. Partus lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dan dari sebagian besar partus lama itu sendiri menunjukkan pemanjangan pada kala I pembukaan (Oxorn & Forte, 2010). Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya partus lama antara lain Disproporsi fetopelvik, malpresentasi dan malposisi, kontraksi yang tidak efisien sedangkan faktor faktor risiko lainnya di antaranya primigraviditas, ketuban pecah dini, analgesi dan anastesi dan psikologi (Oxorn & Forte, 2010). Selain itu adapun penyebab terjadinya partus lama yang lain diantaranya respon stres, presentasi/posisi janin, disproporsi sefalopelvik, pembatasan morbiditas, puasa ketat, analgesi dan paling jarang penyebab fisik ( Chapman, 2006 ). Salah satu dari penyebab partus lama yaitu ketuban pecah dini. Pecahnya kantong ketuban pada saat cervix yang masih panjang, keras, dan menutup. Hal ini menyebabkan proses persalinan sering terdapat periode laten yang lama. Hal ini juga dipengaruhi di mana ketika terjadi penyempitan pintu atas panggul yang akhirnya berpengaruh pada persalinan yaitu pembukaan servik lamban dan sering tidak lengkap pada akhirnya akan terjadi partus lama (Oxorn & Forte, 2010). Terjadinya ketuban pecah dini dikarenakan ketuban yang pecah sebelum terdapat atau dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu dalam satu jam belum ada juga tanda inpartu ( Manuaba, 2010). Selain faktor penyebab partus lama dengan ketuban pecah dini, terdapat juga faktor risiko partus lama lainnya yaitu kontraksi. Kontraksi yang tidak efisien dapat mengakibatkan ketidakmampuan servik untuk membuka secara lancar dan cepat (Oxorn & Forte, 2010). Menurut data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi didapatkan ibu bersalin dari bulan Januari sampai Desember 2015 dengan jumlah 301 ibu bersalin.
Dari data ibu bersalin yang mengalami partus lama di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2013 berjumlah 36 ibu, tahun 2014 berjumlah 30 ibu dan tahun 2015 berjumlah 51 ibu. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan ketuban pecah dini dan kontraksi dengan kejadian partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2016”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan desain Case Control dengan menggunakan pendekatan retrospective yaitu untuk mengetahui hubungan ketuban pecah dini dan kontraksi dengan kejadian partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2015 yang berjumlah 301 ibu bersalin. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 51 ibu bersalin yang mengalami partus lama sebagai populasi kasus dan populasi kontrol sebanyak 250 ibu bersalin yang tidak mengalami partus lama dengan matching usia. Maka sampel penelitian ini menggunakan total sampling adalah ibu bersalin yang mengalami partus lama sebanyak 51 ibu bersalin sebagai sampel kasus dan sampel kontrol diambil dari ibu bersalin yang tidak mengalami partus lama sebanyak 51 ibu bersalin secara random sampling dengan matching usia di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2015 dengan kriteria inklusi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari ruang Medical Record dan ruang kebidanan di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2015. Setelah data yang didapatkan dari hasil pegisian ruang Medical Record dan ruang kebidanan kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas komputer, selanjutnya di analisis ke dalam analisis bivariat untuk menganalisis adanya hubungan antara variabel independen dan dependen. 189
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016
Analisis data akan dilakukan secara univariat yaitu untuk menyederhanakan atau memudahkan interpretasi data ke dalam bentuk penyajian, baik tekstuler maupun tabtuler menurut variabel yang diteliti. Selain itu analisa univariat yang bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi dari setiap variabel yang diteliti seperti ketuban pecah dini, kontraksi dan partus lama pada ibu bersalin. Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (tabel silang) tingkat kepercayaan 95% dan batas kemaknaan 0,05 serta nilai Odds Ratio (OR) untuk memperkirakan tingkat resiko masing-masing variabel yang di selidiki (Ariani, 2014). HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan ketuban pecah dini dan kontraksi dengan kejadian partus lama pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Kota Jambi tahun 2016. Diagram 1
Berdasarkan diagram diatas, diketahui dari 102 responden sebanyak 33 responden (64,7%) ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang mengalami kejadian partus lama, ibu bersalin dengan tidak ketuban pecah dini yang mengalami kejadian partus lama 18 responden (35,3), ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang mengalami kejadian tidak partus lama 8 responden (15,7), ibu bersalin dengan tidak ketuban pecah dini yang mengalami kejadian tidak partus lama 43 responden (8,43).
Partus lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dan dari sebagian besar partus lama itu sendiri menunjukkan pemanjangan pada kala I pembukaan (Oxorn & Forte, 2010). Salah satu penyebab partus lama adalah ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (Fase laten) (Nugroho, 2010). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ibu bersalin yang mengalami partus lama lebih tinggi disebabkan oleh yang ketuban pecah dini di bandingkan dengan yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Hal ini dikarenakan ibu bersalin dengan ketuban yang sudah pecah sebelum terdapat tanda inpartu dapat berisiko tinggi menyebabkan terjadinya periode laten yang lama karena dapat menyebabkan infeksi dibandingkan dengan ketuban yang sudah pecah setelah ada tanda inpartu yang akan mendorong proses persalinan yang cepat dan merupakan hal yang normal. Hasil statistik diperoleh P-Value = 0,00, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus lama. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 9.854. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi menunjukkan bahwa adanya hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus lama. Dalam kasus ketuban pecah dini dan partus lama pencegahan preventive adalah langkah penting, hal-hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda serta persiapan persalinan menggunakan patograf untuk mengetahui kemajuan persalinan (Mochtar, 2013). Selain itu bagi petugas kesehatan sebaiknya untuk memberikan pelayanan kesehatan dan persiapan persalinan serta menganjurkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan untuk mencegah terjadinya ketuban pecah dini dan partus lama. 190
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016
Diagram 2
Berdasarkan diagram diatas, diketahui dari 102 responden sebanyak 37 responden (72,5) ibu bersalin dengan kontraksi tidak efisien yang mengalami kejadian partus lama, ibu bersalin dengan kontraksi efisien yang mengalami kejadian partus lama 14 responden (27,5), ibu bersalin dengan kontraksi tidak efisien yang mengalami kejadian tidak partus lama 12 responden (23,5), ibu bersalin dengan kontraksi efisien yang mengalami kejadian tidak partus lama 39 responden (76,5). Partus lama merupakan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi dan di latasi servik di kanan garis waspada pada partograf (Kurniawati, 2009). Salah satu penyebab partus lama adalah kontraksinya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu bersalin yang mengalami partus lama lebih tinggi disebabkan dengan yang mengalami kontraksi yang tidak efisien dibandingkan dengan yang mengalami kontraksi efisien. Hal ini dikarenakan ibu bersalin dengan kontraksi tidak efisien lebih tinggi risikonya karena dapat menyebabkan ketidakmampuan servik untuk membuka secara lancar dan cepat sehingga tidak menyebabkan terjadinya kemajuan persalinan dibandingkan ibu bersalin dengan kontraksi yang efisien yang dapat menyebabkan terjadinya kemajuan persalinan. Hasil Statistik diperoleh P-Value = 0,00, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara kontraksi dengan kejadian partus lama.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 8.589. Dalam kasus kontraksi yang tidak efisien dan partus lama pencegahan preventive adalah langkah penting, hal-hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan seperti mangajarkan ibu meneran yang baik saat persalinan serta memantau kemajuan persalinan dengan patograf untuk mengetahui tanda bahaya selama kehamilan dan persalinan . Hal ini juga dianjurkan untuk petugas kesehatan memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan mengenai pelayanan kesehatan agar mencegah terjadinya kontraksi yang tidak efisien dan partus lama. SIMPULAN Dari ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang mengalami kejadian partus lama 33 responden (64,7) dan ibu bersalin dengan tidak ketuban pecah dini yang mengalami partus lama 18 responden (35,3). Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yang tidak mengalami partus lama 12 responden (15,7) dan ibu bersalin dengan tidak ketuban pecah dini yang tidak mengalami partus lama 39 responden (84,3). Dari ibu bersalin dengan kontraksi tidak efisien yang mengalami partus lama responden 37 (72,5) dan ibu bersalin dengan kontraksi efisien yang mengalami partus lama responden 14 (27,5). Ibu bersalin dengan kontraksi tidak efisien yang tidak mengalami partus lama responden 12 (23,5) dan ibu bersalin dengan kontraksi efisien yang tidak mengalami partus lama responden 39 (76,5). DAFTAR PUSTAKA Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 191
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DAN KONTRAKSI DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2016
Depkes RI. 2011
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika
Dinkes Provinsi Jambi. 2011 Kurniawati, Desy & Mirzanie Hanifah. 2009. Obgynacea. Yogyakarta : Tosca Entreprise Manuba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Oxorn, Harry & William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica Profil Kesehatan Indonesia. 2009 Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
192 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016 THE RELATIONSHIPS BETWEEN MOTIVATION AND FAMILY SUPPORT OF PREGNANT WOMEN WITH HIGH-RISK PREGNANCY PREVENTION IN PUBLIC HEALTH CENTER RAWASARI 2016 1
2
*Lidya Kurniasari , Zilawati 1. STIKes Prima Jambi Program Studi D IV Bidan 2 STIKes Prima Jambi Program Studi D III Kebidanan *Korespondesi penulis :
[email protected] ABSTRAK Risiko tinggi penyebab kematian berkaitan langsung dengan perjalanan kehamilan, persalinan, post partum, dan masa peurperium. Bentuk penyebab kematian adalah “trias klasik” berupa: perdarahan, hipertensi / eklampsi, dan infeksi. Penyebab lainnya berupa abortus, partus lama, emboli obstetric, komplikasi masa puerpurium, dan lain-lain. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Motivasi dan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan pada di Puskesmas Rawasari Tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 324 orang ibu hamil. Teknik pengambilan sampel Accidental Sampling dengan besar jumlah sampel sebanyak 38 orang ibu. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 – 23 Agustus 2016 bertempat di Puskesmas Rawasari Kota Jambi. Analisis data yang dipergunakan adalah analisis Univariat dan Bivariat. Berdasarkan hasil penelitian terlihat hasil bahwa sebanyak 20 responden (52,6%) memiliki risiko tinggi kehamilan kurang baik, sebanyak 22 responden (57,9%) memiliki motivasi rendah, sebanyak 21 responden (55,3%) memiliki dukungan keluarga kurang baik, hasil bivariat adalah ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan risiko tinggi pada kehamilan nilai p-value = 0,001, sedangkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan risiko tinggi pada kehamilan nilai pvalue = 0,004. Disarankan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang mengelola ibu hamil di Puskesmas Rawasari Kota Jambi untuk meningkatkan peran aktif sebagai edukator dalam pemberian penyuluhan dalam tindakan upaya mengenai masalah-masalah pencegahan masalah risiko tinggi kehamilan pada ibu hamil. Kata Kunci : Motivasi dan Dukungan Keluarga ABSTRACT High risk causes of death directly related to the journey of pregnancy, childbirth, postpartum, and a peurperium. the cause of death was a "classic triad" of bleeding, hypertension / eclampsia, and infection. Other causes such as abortion, obstructed labor, obstetric embolism, complications puerpurium period, and others. This research was quantitative with cross sectional design study. it aimed to determine the relationship between Motivation and Family Support of Pregnant Women with High-Risk Pregnancy Prevention in public health center Rawasari 2016. The population in this study was 324 pregnant women. The sampling technique accidental sampling technique with a large number of samples were 38 mothers. This research had been carried out on 20th - 23rd August, 2016 taken place in Public Health Center Rawasari Jambi City. Analysis of data used was the analysis Univariate and Bivariate. Based on the results showed that 20 respondents (52,6%) have a higher risk of less good pregnancy, 22 respondents (57,9%) had low motivation, 21 respondents (55,3%) had less good family support, bivariate result there is a significant relationship between motivation with high-risk pregnancies pvalue = 0.001, while there is a significant association between family support with high-risk pregnancies p-value = 0,004. It was Suggested for health personnel, especially midwives who manage pregnant women at public health centers Rawasari Jambi to improve an active role as an educator in the provision of counseling as efforts on prevention issues high risk pregnancy in pregnant women. Keywords: Motivation and Family Support
193 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016
PENDAHULUAN Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman, namun sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahunnya. Jumlah ini diperkirakan 90 % terjadi Asia dan Afrika Sub Sahara, 10 % di negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1 % di negara-negara maju. Dibeberapa negara, risiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, di negara maju risiko ini kurang dari 1 dalam 6.000 (Saifuddin, 2012). Tingginya angka kematian tersebut dikarenakan masih banyak ibu-ibu di Indonesia saat melahirkan tidak ingin meminta pertolongan persalinan terlatih. Mereka menggangap bahwa penolong persalinan yang terlatih tidak benar-benar memperlihatkan kebutuhan dan kebudayaan tradisi, serta keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya. Alasan lain adalah sebagian besar fasilitas kesehatan memiliki peraturan dan prosedur yang asing dan menakutkan bagi para ibu (Vivian, 2011). Derajat kesehatan masyarakat di suatu negara diukur dengan menggunakan indikator diantaranya banyak ibu meninggal karena kehamilan, persalinan, masa nifas per 100.000 kelahiran disebut dengan angka kematian ibu. Masalah kesehatan ibu merupakan hal yang penting dan harus mendapat perhatian semua pihak sehingga visi Indonesia Sehat 2020 dapat tercapai (Depkes RI, 2012). Risiko tinggi penyebab kematian berkaitan langsung dengan perjalanan kehamilan, persalinan, post partum, dan masa peurperium. Bentuk penyebab kematian adalah “trias klasik” berupa: perdarahan, hipertensi / eklampsi, dan infeksi. Penyebab lainnya berupa abortus, partus lama, emboli obstetric, komplikasi masa puerpurium, dan lain-lain. Faktor penyebab kematian bersumber dari individu yang bersangkutan, seperti : grandemultipara serta penyakit yang
menyertai kehamilan, seperti : penyakit jantung, paru, ginjal, asma, dan infeksi pada kehamilan, persalinan, serta nipas. Kehamilan yang disertai penyakit ini dapat dimasukkan ke dalam kehamilan berisiko tinggi. Serta terjadinya kematian secara tidak lansung yaitu terjadi dengan 3 terlambat dan 4 terlalu (Detak Indonesia, 2012). Indonesia menghadapi masalah yang cukup serius dalam menghadapi masalah mortalitas dan morbiditas wanita hamil dan bersalin. Data SDKI (2007) menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Dengan melihat trend penurunan angka kematian bayi sesuai dengan SDKI tahun 2007 dan SDKI 2012 maka diperlukan usaha kerja keras untuk menurunkan Angka kematian bayi untuk mencapai Tujuan MGDs pada point 4, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (SDKI dalam Arsita, 2012). Angka kematian ibu di provinsi Jambi masih terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 2012, ada 16 kasus kematian ibu kasus kematian di Jambi dan ini masih cukup tinggi untuk kasus perdarahan. Sedangkan pada tahun 2014, menurun hingga 8 kasus kematian ibu. Kendati terus menurun, ini menjadi kecemasan yang besar untuk kita karena menjadi zona merah untuk provinsi Jambi. Dukungan keluarga merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu individu dalam menghadapi suatu kejadian menekan (Manuaba, 2010 dalam Indriyani, 2014). Hal ini sangat dibutuhkan dorongan dari dukungan keluarga dalam mengurangi angka dan kejadian pendarahan pada ibu hamil dengan adanya bentuk dari sumber komunikasi 194
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016
antar keluarga dalam menangani masalah ibu hamil hal ini akan mengurangi dampak risiko tinggi terjadinya risiko tinggi kehamilan serta meningkatkan upaya ibu untuk menghadapi proses persalinan dengan normal tanpa adanya komplikasi yang lanjut. Berdasarkan data Dinkes Kota Jambi bahwa jumlah ibu hamil dengan risiko kehamilan tiap Puskesmas diperkirakan sebesar 20 % dari data kunjungan ibu hamil dalam setahun, data selengkapnya jumlah ibu hamil dan risiko tinggi di tiap puskesmas sekota jambi tergambar bahwa jumlah cakupan ibu hamil yang mengalami risiko tinggi kehamilan diwilayah kerja Dinkes Kota Jambi, Puskesmas Rawasari merupakan Puskesmas yang mengalami risiko tinggi terbesar yaitu 268 atau persentase terbesar yaitu 11,4%. dibandingkan dengan beberapa puskesmas yang ada pada ibu hamil maka Puskesmas Rawasari perlu untuk dilakukan penelitian. Jumlah cakupan ibu hamil Puskesmas Rawasari pada bulan maret-april jumlah ibu hamil yang kunjungan 324 orang sedangkan yang berisiko tinggi kehamamilan adalah 62 orang. Berdasarkan survei awal dengan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang ibu hamil dengan beberapa pertanyaan pada ibu hamil di Puskesmas Rawasari Kota Jambi pada tanggal 11 Mei 2016 didapatkan hasil dari 10 orang ibu hanya 6 orang ibu hamil berpendapat bahwa risiko tinggi kehamilan adalah adanya tanda-tanda bahaya dalam masa kehamilan pada tetapi tidak mengerti bahwa masa kehamilan dapat terjadinya masalah komplikasi yang sangat serius pada masa kehamilan, dan 4 orang ibu hamil berpendapat bahwa masa kehamilan adalah masa dimana hanya mengeluh mual dan muntah saja serta mengetahui jika tidak ditangani segera akan mengakibatkan terjadinya masalah komplikasi yang serius pada masa kehamilan, karena akibat keterlambatan dalam menangani pasien setelah masa hamil sehingga dapat menyebabkan komplikasi pada masa kehamilan hal ini kurangnya motivasi ibu masa hamil terhadap mengetahui tentang masalah
pencegahan pada masa kehamilan serta faktor risiko tinggi kehamilan, dari 10 orang ibu hamil terdapat 6 orang ibu hamil tidak memiliki dukungan keluarga yang kurang terhadap mengetahui masalah pencegahan risiko tinggi pada masa kehamilan, sedangkan 4 orang ibu hamil memiliki dukungan keluarga yang baik terhadap mengetahui masalah pencegahan masalah risiko tinggi kehamilan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Motivasi dan Dukungan Keluarga Ibu Hamil dengan Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan pada di Puskesmas Rawasari Tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Rawasari Kota Jambi periode Maret-April sebanyak 324 responden 2016. Dengan jumlah sampel sebanyak 38 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Accidental Sampling. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20-23 Agustus 2016 bertempat Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016. Analisis data yang dipergunakan adalah analisis Univariat dan Bivariat (Notoatmodjo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan Kurang Baik Baik Jumlah
Jumlah
%
20 18 38
52,6 47,4 100
Hasil penelitian tabel 1 terhadap 38 responden, gambaran risiko tinggi kehamilan pada ibu hamil di Puskesmas 195
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016
Rawasari Kota Jambi, sebanyak 20 responden (52,6%) memiliki risiko tinggi kehamilan kurang baik, sedangkan 18 responden (47,4%) risiko tinggi kehamilan baik. Hal ini menunjukan bahwa sebagian responden berpendapat masalah risiko tinggi kehamilan terhadap masalah pencegahan pada ibu hamil masih kurang baik. Menurut asumsi peneliti terjadinya pencegahan risiko tinggi pada ibu hamil yang kurang baik responden mengenai pencegahan risiko kehamilan adalah hal ini dipengaruhi faktor responden untuk mengakses pelayanan kesehatan yang ada serta diruang lingkup rumah dan lingkungan rumah yang jauh serta tidak memadai sehingga untuk melakukan kontrol kehamilan terhadap pencegahan risiko tinggi kehamilan sehingga beberapa responden beranggapan bahwa masalah risiko tinggi dalam kehamilan hanya dilakukan kontrol 1 kali dalam sebulan dan beranggapan bahwa risiko tinggi kehamilan hanya diperlakukan untuk pada usia awal kandungan hal ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman responden untuk memahami yang disampaikan oleh bidan serta petugas kesehatan yang ada kurang dipahami dengan benar. Penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi (2014) tentang Hubungan antara Motivasi dan Dukungan Keluarga Pada Ibu Hamil Terhadap Pencegahan Masalah Risiko Kehamilan di Poli Kandungan di Rumah Sakit Umum Kodja Jakarta Timur Tahun 2014 didapatkan bahwa sebagian besar responden 50 (74,3%) memiliki risiko tinggi kehamilan kurang baik. Hal ini perlu adanya peningkatan masalah risiko tinggi kehamilan pasien yang kurang baik. 2. Gambaran Motivasi Ibu Hamil di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Ibu Hamil Motivasi Rendah Tinggi
Jumlah 22 16
%
57,9 42,1
Jumlah
38
100
Hasil penelitian tabel 2 terhadap 38 responden, gambaran motivasi ibu hamil di Puskesmas Rawasari Kota Jambi, sebanyak 22 responden (57,9%) memiliki motivasi rendah, sedangkan 16 responden (42,1%) motivasi tinggi. Hal ini menunjukan bahwa sebagian responden berpendapat masalah motivasi ibu hamil terhadap masalah pencegahan pada risiko tinggi ibu hamil masih cukup rendah. Menurut asumsi peneliti terjadinya motivasi rendah terhadap pencegahan risiko tinggi pada ibu hamil yang kurang baik responden mengenai motivasi adalah hal ini dipengaruhi oleh tingkat keinginan responden untuk mengakses pelayanan kesehatan yang ada serta keinginan pasien untuk melakukan pemeriksaan yang kurang terhadap risiko tinggi kehamilanya serta keadaan responden dengan ruang lingkup yang tidak memadai untuk melakukan pemeriksaan kehamilan terhadap risiko tinggi kehamilan kepelayanan kesehatan yang ada, sehingga beberapa responden beranggapan bahwa masalah motivasi terhadap risiko tinggi dalam kehamilan hanya dilakukan kontrol 1 kali selama kehamilan hal ini dipengaruhi oleh tingkat keinginan responden untuk memahami yang disampaikan oleh bidan serta petugas kesehatan yang ada kurang dipahami dengan benar oleh responden tentang masalah risiko tinggi kehamilan yang dialami oleh responden. Berdasarkan uraian diatas maka upaya untuk meningkatkan motivasi yang baik terhadap masalah risiko tinggi kehamilan adalah terutama responden harus mencari tahu tentang sumber dalam pencegahan masalah motivasi pada ibu hamil tentang risiko tinggi kehamilan dengan memberitahukan bahwa informasi dengan mengkaitkan petugas kesehatan terutama bidan harus melakukan pemberian penyuluhan atau konseling secara langsung ataupun melalui media cetak dan elektronik. Tujuanya agar responden serta pasien dapat mengetahui tentang mamfaat dalam mengatasi masalah pencegahan risiko tinggi pada masa kehamilan 196
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016
3. Gambaran Dukungan Keluarga Ibu Hamil di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Ibu Hamil Dukungan Keluarga Kurang Baik Baik Jumlah
Jumlah
%
21 17 38
55,3 44,7 100
Hasil penelitian tabel 3 terhadap 38 responden, gambaran dukungan keluarga ibu hamil di Puskesmas Rawasari Kota Jambi, sebanyak 21 responden (55,3%) memiliki dukungan keluarga kurang baik, sedangkan 17 responden (44,7%) dukungan keluarga baik. Hal ini menunjukan bahwa sebagian responden berpendapat masalah dukungan keluarga terhadap risiko tinggi kehamilan terhadap masalah pencegahan pada ibu hamil masih kurang baik. Menurut asumsi peneliti terjadinya dukungan keluarga yang kurang baik terhadap risiko tinggi pada ibu hamil adalah kurangnya dukungan keluarga terutama suami untuk memberikan keinginan untuk kontrol ke pelayanan kesehatan yang ada sehingga ibu hamil sering mengeluh seperti pusing dan nyeri kuduk hal ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman keluarga yang kurang untuk memahami tentang masalah risiko tinggi pada usia kehamilan hal ini harus adanya tanggapan dari petugas kesehatan terutama oleh bidan serta petugas kesehatan lainnya yang mampu menjelaskan tentang masalah dalam menangani masalah status kesehatan yang dialami oleh ibu hamil saat adanya keluhan. 4. Hubungan Motivasi dengan Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016 Tabel 4 Hubungan Motivasi dengan Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan
Risiko Tinggi PTotal Kehamilan Value Motivasi Kur % Baik % Ttal % Ttal Baik Rendah 17 77,3 5 22,7 22 100 100 0,001 Tinggi 3 18,8 13 81,2 16 100 100 Jumlah 20 52,2 18 47,4 38 100 100
Hasil penelitian Hasil analisis hubungan motivasi dengan risiko tinggi kehamilan diketahui dari 38 responden 22 responden yang mempunyai motivasi rendah, didapatkan 17 (77,3%) responden memiliki risiko kehamilan kurang baik dan 5 (22,7%) responden memiliki risiko kehamilan baik. Sedangkan dari 16 responden yang mempunyai motivasi tinggi, didapatkan 3 (18,8%) memiliki risiko kehamilan kurang baik dan 13 (81,2%) memiliki risiko kehamilan baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue=0,001 (p < 0,05). Hasil uji ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan risiko tinggi pada kehamilan. Bahaya kehamilan dapat terdeteksi jika ibu sering memeriksakan kehamilannya. Karena pada setiap kunjungan antenatal akan diperiksa kondisi ibu dan janin untuk mengenali tanda bahaya dalam kehamilan tiap trimesternya. Tanda bahaya dalam kehamilan jika tidak terdeteksi akan menyebabkan kematian ibu dan janin. Pada setiap kunjungan antenatal petugas medis harus mengajarkan pada ibu bagaimana cara mengenali tanda bahaya dan memberi motivasi pada ibu untuk periksa jika terdapat tanda-tanda bahaya dalam kehamilannya (Manuaba, 2010). Dalam hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil motivasi ibu hamil terjadinya masalah pencegahan risiko tinggi kehamilan banyaknya tanggapan responden kurang baik hal ini disebabkan kurangnya tanggapan dari petugas kesehatan yang baik terhadap menangani masalah kondisi pasien dan masih banyak yang beranggapan masalah risiko tinggi kehamilan pada ibu hamil adalah hal yang wajar karena dipengaruhi oleh faktor tingkat pemahaman responden tentang masalah pencegahan risiko tinggi kehamilan. 197
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016
Berdasarkan uraian diatas maka upaya untuk meningkatkan motivasi yang baik terhadap masalah pencegahan risiko tinggi kehamilan adalah terutama responden harus mencari tahu tentang sumber dalam pencegahan masalah motivasi pada ibu hamil tentang pencegahan risiko tinggi kehamilan serta masalah cara bagaimana menangani masalah keluhan yang dialami oleh ibu hamil. Hal ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan status kesehatan pada ibu hamil adalah dengan mengkaitkan petugas kesehatan terutama bidan harus memberikan penyuluhan atau konseling secara langsung ataupun melalui media cetak dan elektronik. Tujuanya agar responden dapat memahami tentang mamfaat dalam mengatasi masalah pencegahan risiko tinggi pada masa kehamilan dengan masalah keluhan yang dialami oleh setiap responden yang ada. 5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2016 Tabel 6. Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan Risiko Tinggi PTotal Kehamilan Value Dukungan Keluarga Kur % Baik % Ttal % Ttal Baik Kurang 16 76,2 5 23,8 21 100 100 0,004 Baik Baik 4 23,5 13 76,5 17 100 100 Jumlah 20 52,6 18 47,4 38 100 100
Hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan risiko tinggi kehamilan diketahui dari 38 responden 21 responden yang mempunyai dukungan keluarga kurang baik, didapatkan 16 (76,2%) responden memiliki risiko kehamilan kurang baik dan 5 (23,8%) responden memiliki risiko kehamilan baik. Sedangkan dari 17 responden yang mempunyai dukungan keluarga baik, didapatkan 4 (23,3%) memiliki risiko kehamilan kurang baik dan 13 (76,5%) memiliki risiko kehamilan baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value=0,004 (p < 0,05). Hasil uji ini
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pencegahan risiko tinggi pada kehamilan. Kehamilan membawa perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi dan serta menatalaksana kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadangkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan Saifudin dalam Rukiah, dkk (2013). Dalam hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil dukungan keluarga ibu hamil terjadinya masalah risiko tinggi kehamilan banyaknya tanggapan responden kurang baik hal ini disebabkan kurangnya tanggapan dari petugas kesehatan yang baik responden terhadap menangani masalah kondisi responden dan masih banyak yang beranggapan masalah risiko tinggi kehamilan pada ibu hamil adalah hal yang wajar dan tidak melakukan konsultasi dan mencari tahu kepada tenaga kesehatan tentang perubahan perubahan yang terkait dengan masalah risiko tinggi pada masa kehamilan. Berdasarkan uraian diatas maka upaya untuk meningkatkan dukungan keluarga yang baik terhadap masalah pencegahan risiko tinggi kehamilan adalah terutama responden mengkaitkan dukungan keluarga yang baik pada ibu hamil tentang pencegahan risiko tinggi kehamilan serta masalah cara bagaimana menangani masalah pada ibu hamil. Hal ini dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan responden disekitarnya bahwa perilaku untuk meningkatkan pemahaman serta kemauan ibu serta mengkaitkan dukungan keluarga dalam mengatasi masalah pencegahan risiko kehamilan adalah dengan memberitahukan keluarga bahwa informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan terutama bidan adalah dengan pemberian penyuluhan atau konseling secara langsung ataupun 198
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA IBU HAMIL DENGAN PENCEGAHAN RISIKO TINGGI KEHAMILAN DI PUSKESMAS RAWASARI TAHUN 2016
melalui media cetak dan elektronik. Tujuanya agar responden dapat mengetahui tentang mamfaat dalam mengatasi masalah pencegahan risiko tinggi pada masa kehamilan serta mencegah masalah-masalah keluhan yang dialami oleh ibu hamil terhadap risiko tinggi pada masa kehamilan SIMPULAN Sebanyak 38 responden, di Puskesmas Rawasari Kota Jambi, sebanyak 20 responden (52,6%) memiliki risiko tinggi kehamilan kurang baik, sebanyak 22 responden (57,9%) memiliki motivasi rendah, sebanyak 21 responden (55,3%) memiliki dukungan keluarga kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value=0,001 (p < 0,05). Hasil uji ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan pencegahan risiko tinggi pada kehamilan. Hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue=0,004 (p < 0,05). Hasil uji ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan risiko tinggi pada kehamilan
Rukiah. 2013. “Asuhan Kehamilan1 (Kehamilan)”. CV. Trans Info Media : Jakarta. Santi. 2014. Hubungan antara Motivasi dan Dukungan Keluarga Pada Ibu Hamil Terhadap Pencegahan Masalah Rsiko Kehamilan di Poli Kandungan di Rumah Sakit Umum Kodja Jakarta Timur Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah. Http://blogspot.com. (Diakses Tanggal 23 Agustus 2016, Pukul 21:30 WIB). Saifuddin, A.B. 2012. “Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo”. P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Vivian. 2011. “Buku Ajar Obsstetri”. Nuha Medika. Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA Arsita. 2012. “Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development”. Nuha Medika. Yogyakarta. Depkes, RI. 2012. “Laporan Tahunan Departemen Kesehatan Republik Indonesia”. Jakarta. Detak Indonesia, 2012. “Laporan Angka Kejadian Masalah Penyebab Lansung Kejadian Kematian Ibu dan Janin”. Kota Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Jambi, 2015. “Laporan Tahunan Data Jumlah Kunjungan Ibu RisikoTinggi Kehamilan Kota Jambi”. Kota Jambi Indriyani, 2014. “Masalah Perilaku Tumbuh Kembang Pada Remaja”. Salemba Medika : Jakarta. Manuaba, I.B.G. 2010. “Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita”. Jakarta : Arcan Notoadmodjo, 2010. “Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revis”i. Rineka Cipta : Jakarta 199 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016 THE ANALIYSIS OF RISK FACTORS TOWARD PREECLAMPSIA AT MOTHER GIVE BIRTH AT RSUD RADEN MATTAHER JAMBI 2016 1
2
* Sri, Novi 1 Akper Prima 2 STIKes Prima Program Studi Kebidanan D IV Kebidanan *Korespondensi Penulis :
[email protected] ABSTRAK Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein urin tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. Angka Kematian Ibu merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain case control. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan preeklamsia di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 sebanyak 50 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar checklist. Analisis penelitian ini menggunakan analisis bivariat. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa faktor yang berisiko secara signifikan adalah paritas (OR= 11,71), obesitas (OR=23,50) dan pekerjaan (OR=0,40). Kesimpulan dalam penelitian ini didapatkan bahwa kejadian preeklamsia mayoritas pada nullipara (11,71), ibu yang mengalami obesitas (23,50) dan pada ibu yang bekerja (0,41).Diharapkan kita dapat melakukan pemberian penyuluhan terhadap masyarakat tentang preeklamsia dan faktor-faktor yang bisa menjadi predisposisi terjadinya preeklamsia agar dapat menghindarinya sehingga angka kejadian preeklamsia dapat menurun. Kata Kunci : Paritas, Obesitas, Pekerjaan dan Preeklamsia ABSTRACT Preeclampsia is a group of the symptoms that come up in pregnant women, mothers give birth and childbed consisting of hypertension, oedema and proteinuria but showing signs of abnormality th vasculer or hypertension earlier, while symptoms usually come up after pregnancy was 28 week or more. Maternal mortality rate is indicating the success of development on health sector. Maternal mortality rate is referring to the wumber of deadmother starting from the pregnancy, mothers give birth and childbed. According to the data of Indonesian Demographics Health Survey (IDHS) 2012 that the maternal mortality rate in Indonesia is still high of 359 per 100.000 birth of life. This research is observationally analitic by using case control design on August 2016. The populations are all the preeclampsia mothers give birth at RSUD Raden Mattaher Jambi in 2015 by 50 samples. All the samples researh are by total sampling technique. Collecting data is done by checklist sheet. The analysis uses bivariat analysis. The result of this research shows that the significantly risk factors are parity (OR=11,71), obesity (OR= 23,50) and activity (OR= 0,40). As the conclusion of this research that preeclampsia majority occurs to nullipara (11,71), obesity mothers (23,50) and mothers in working (0,41). Hopefully, we can give education about preeclampsia and its factors to the peoples as predisposition of preeclampsia occurence so they can avoid them. Thus, the rate of preeclampsia decrease. Key words
: Parity, Obesity, Working and Preeclampsia
200 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016
PENDAHULUAN Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein urin tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Icesmi, 2013). Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan post partum. Gambaran klinik preeklamsia bervariasi luas dan sangat indivual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklamsia mana yang timbul lebih dahulu (Sarwono, 2010). Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Indikator ini langsung memonitor kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan (Marmi, 2013). Angka Kematian Ibu merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya (SDKI, 2012) Dalam 10 tahun terakhir ini, angka prevalensi atau kejadian obesitas diseluruh dunia menunjukkan peningkatan yang signifikan. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan lebih (overweight), dan sekurangkurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya mengalami obesitas. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari laki-laki 13,9%, dan perempuan 23,8%, sedangkan prevalensi overweight pada anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Riskesdas, 2012). Kehamilan dapat juga diikuti dengan beberapa penyulit salah satunya adalah preeklamsia. Preeklamsia ini dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preeklampsia berat. Akan tetapi yang banyak menyumbangkan angka kematian ibu yaitu preeklamsia berat (Manuaba, 2012). Umur seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2007). Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu (Sarwono, 2010). Menurut data rekam medik RSUD Raden Mattaher Jambi untuk kejadian perdarahan tahun 2012 adalah 15,45% kejadian perdarahan, tahun 2013 meningkat yaitu 17,46% kejadian 201
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016
perdarahan, tahun 2014 menurun yaitu 16,25% kemudian tahun 2015 meningkat yakni 16,96% kejadian perdarahan. Kemudian untuk kejadian preeklamsia diketahui pada tahun 2012 sebanyak 19,26% kasus, tahun 2013 meningkat menjadi 21,57% kasus, tahun 2014 mengalami penurunan yaitu 14,35% dan pada tahun 2015 menjadi 5,58%. Berdasarkan uraian pada latar belakang ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Berisiko Terhadap Preeklamsia Pada Ibu Bersalin di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain case control dengan tujuan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara variabel indipenden dengan variabel dependen dengan mengambil data sekunder yang diambil dari data rekam medis di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan preeklamsia di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 sebanyak 50 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar checklist. Analisis penelitian ini menggunakan analisis bivariat (Susila, 2015) HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 50 responden ibu tidak
mengalami obesitas sebanyak 20 responden (40%) dan obesitas sebanyak 30 responden (60%). Pada kelompok kontrol ibu tidak mengalami obesitas sebanyak 47 responden (94) dan obesitas sebanyak 3 responden (6%). Hal ini sejalan dengan penelitian dengan Wira (2010) bahwa dari 5.112 didapatkan 680 obesitas dan 4.432 tidak obesitas dengan OR 1,88. Secara teori, memang pada ibu obesitas memicu terjadinya preeklamsia. Oleh karena pemenuhan gizi yang dihasilkan dari pola makan. Upaya yang dapat dilakukan dengan penyeluhan mengenai nutirisi dan gizi seimbang selama hamil, misalkan diet rendah garam, lemak dan pola istirahat seperti sesekali berolahraga. Dari hasil penelitian didapatkan dari 50 responden bahwa pada kelompok kasus ibu yang tidak bekerja sebanyak 29 responden (58%) dan bekerja sebanyak 21 responden (42%). Sedangkan pada kelompok kontrol ibu yang tidak bekerja sebanyak 18 responden (36%) dan bekerja sebanyak 32 responden (64%). Pada hasil penelitian Nanien (2011) dari 80 responden juga mendapatkan untuk kelompok kasus, ibu yang bekerja sebanyak 70% dan tidak bekerja sebanyak 30%. sedangkan pada kelompok kontrol, ibu yang tidak bekerja sebanyak 66,3% dan bekerja sebanyak 33,8%. Dari kedua hasil tersebut memperlihatkan bahwa pada ibu yang bekerja mempunyai peluang untuk preeklamsia. Upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan ibu. Sehingga dapat mengantisipasi terhadap faktor penyulit pada kehamilan dan persalinan.
Analisis Bivariat ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016 Tabel 1. Hubungan Paritas dengan Preeklamsia pada ibu bersalin di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2015
202 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016
Kasus
Kontrol
N
%
N
%
N
≤ 3x
13
26
41
82
54
54
>3x
37
74
9
18
46
46
Variabel Independen
Paritas
Total OR
%
12,97 50
Total
10
50
0
10
10
10
0
0
0
CI 95%
4,9733,83
P value
0,000
preeklamsia. Nilai OR untuk kelompok paritas >3 kali terhadap ibu yang melahirkan ≤ 3 kali adalah 12,97. Berarti kelompok paritas > 3 kali terdapat 12,97 kali lebih besar untuk mengalami preeklamsia dibanding ≤ 3 kali. Dan karena nilai P<0,25 maka variabel paritas akan diikut sertakan dalam analisis multivariat.
Maka didapatkan proporsi ibu yang melahirkan ≤ 3 kali pada kelompok kasus adalah 26%, sedangkan paritas > 3 kali yaitu 74%. Sedangkan pada kelompok kontrol proporsi ibu yang melahirkan ≤ 3 kali yaitu 82%, sedangkan paritas > 3 kali adalah 9%. Menurut hasil uji chi square yang telah dilaksanakan, nilai P value pada variabel paritas adalah 0,000. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016 Tabel 2. Hubungan Obesitas dengan Preeklamsia pada ibu bersalin di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2015 Variabel Independen Tidak Obesitas
Kasus
Kontrol
Total
N
%
N
%
N
%
20
40
47
94
67
67
30
60
3
6
33
33
50
10
50
10
10
10
0
0
0
OR
Obesitas Obesitas
Total
0
Pada variabel obesitas didapatkan nilai P value adalah 0,000. Nilai tersebut menunjukkan ada hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian preeklamsia. Nilai OR yang didapat adalah 23,50 yang berarti ibu yang
23,50
CI 95%
6,4285,97
P value
0,000
mengalami obesitas berisiko 23,50 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami obesitas. Dan karena nilai P value variabel obesitas <0,25 maka variabel obesitas diikut sertakan dalam analisis multivariat.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016
203 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016
Tabel 3.Hubungan Pekerjaan dengan Preeklamsia pada ibu bersalin di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2015 Variabel Independen Tidak Bekerja Bekerja Total
Pekerjaa n
Kasus N % 29 58
Kontrol N % 18 36
Total N % 47 47
21 50
32 50
53 10 0
42 10 0
Didapatkan hasil bahwa status pekerjaan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian preeklamsia. Hal ini menunjukkan nilai P value >λ yaitu sebesar 0,45. Sedangkan nilai OR yang didapat adalah 0,41 yang berarti ibu yang bekerja berisiko 0,41 kali dibanding dengan tidak bekerja. Dan karena nilai P value variabel pekerjaan >0,25 maka variabel pekerjaan tidak dikut sertakan dalam analisis multivariat. Pada penelitian ini, proporsi ibu bersalin dengan preeklamsia yang paling banyak adalah pada kelompok ibu yang pernah melahirkan > 3 kali yaitu terdapat 74%. Menurut hasil uji chi square yang telah dilaksanakan, nilai P value pada variabel paritas adalah 0,000. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian preeklamsia. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yulianti (2010) yang mengatakan paritas berhubungan dengan kejadian preeklamsia dengan P value 0,002. Dari kedua hasil tersebut membuktikan bahwa paritas dapat berisiko terhadap kejadian preeklamsia. Penelitian Juwaher (2009), juga menyebutkan bahwa ibu yang memiliki paritas rendah ≤ 3 sebagian besar melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan ibu yang memiliki paritas tinggi > 3. Hal ini dikarenakan pada paritas rendah kehamilannya ini merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. Hal inilah salah satu penyebab yang bisa memicu terjadinya preeklamsia pada paritas tinggi. Penelitian Suyati (2011) juga mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan secara statistik antara paritas ibu dengan kejadian preeklamsia dengan hasil P value 0,007 dan OR 3,545. Hasil
64 10 0
53 10 0
OR
CI 95%
0,41
0,18-0,91
P value
0,45
penelitian Heny Noviyanti (2010) dengan uji statistik didapat nilai P value 0,000 < λ (0,05) dan OR 5,1 dengan demikian ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian preeklamsia dan pada primigravida memiliki peluang 5,1 kali mengalami preeklamsia. Berdasarkan dari beberapa teori yang penulis baca, penulis berasumsi bahwasanya preeklamsia dapat terjadi pada paritas tinggi karena ibu dengan paritas tinggi lebih berisiko terjadi hipertensi kronik, dan hipertensi terjadi oleh karena semakin seringnya ibu melahirkan maka akan semakin meningkatkan tekanan pada pembuluh darah yang bertumpang tindih dengan preeklamsia. Hal ini juga disebutkan dalam teori imunologik bahwa karena pada paritas tinggi adanya penurunan Human Leucocite Antigen Protein (HLA) yang berperan penting dalam modulasi repon imun sehingga ibu menolak hasil konsepsi (plasenta) sehingga terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga terjadi preeklamsia. Teori lain juga mengatakan kejadian preeklamsia makin besar pada kehamilan dan persalinan yang sering (Wikajosastro, 2006). Dimana pada multigravida keempat atau lebih terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan yang berkurang elastisitasnya termasuk pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan cairan dan timbul hipertensi disertai oedema dan proteiniuria. Upaya-upaya yang dapat dilakukan selain melakukan screening tadi, kita dapat melakukan informed consent kepada ibu yaitu memberikan bimbingan pengetahuan mengenai faktor penyulit dalam kehamilan dan persalinan. Salah satunya yaitu preeklamsia dan faktor yang mempengaruhi. 204
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERISIKO TERHADAP PREEKLAMSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2016
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan untuk menganalisa faktorfaktor yang beresiko pada kejadian preeklamsia di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2015 didapatkan kesimpulan bahwa kejadian preeklamsia sebesar 5,58% dari 50 responden, mayoritas faktor berisiko preeklamsia terjadi pada paritas > 3 kali sebesar 46%, pada obesitas sebesar 33%. Dan pada ibu yang bekerja sebesar 53%, terdapat hubungan paritas DAFTAR PUSTAKA Icesmi K, & Margareth ZH. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Nuha Medika: Yogyakarta. Juwaher, (2009), Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi Di RSUD Dr. Kariadi Semarang Tahun 2007), 11 Juni 2016 http://google.com Manuaba. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.Yogyakarta : Nuha Medika Marmi. (2013). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Noviyanti H, (2010), Hubungan Usia dan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014, 12 Juni 2016 http://google.com Nanien (2011), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kejadian Preeklampsia/Eklampsia Pada Ibu Hamil Di RS Dr. H. Soewondo Kendal, 11 Juni 2016 http://google.com Riskesdas (2012), Prevalensi Overweight (Obesitas), 12 Juni, 2016.
dengan kejadian preeklamsia dengan OR yaitu 11,714 dan P value 0,000, terdapat hubungan obesitas dengan kejadian preeklamsia dengan OR yaitu 23,500 dan P Value 0,000, terdapat hubungan secara signifikan antara pekerjaan dengan kejadian preeklamsia dengan OR yaitu 0,407 dan P value 0,045.
Susila. (2015). Studi Desain Case & Control dalam Penelitian. Jakarta: TIM Suyati, (2011), Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bangetaya Kota Semarang, 10 Juni 2016 http://google.com Wikajosastro, (2006), Faktor-Faktor Rsiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Desa Gawanan Colomadu Karanganyer, 12 Juni 2016 http://google.com Wira, (2010), Hubungan Obesitas dan Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Preeklampsia Di Puskesmas Rawat Inap Danau Panggang, 11 Juni 2016 http://google.com Yulianti, (2009), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preeklampsia Di RSUD DR. Moewardi Surakarta, 12 Juni 2016 http://google.com
Riskesdas (2013), Prevalensi Hipertensi, 12 Juni, 2016. Ruswana, (2007), prevalensi umur pada ibu bersalin, 12 Juni, 2016 http://google.com Sarwono, P. (2010). Ilmu Kebidanan (edisi 4, vol 2). PT Bina Pustaka: Jakarta. SDKI (2013), Angka Kematian Ibu, 12 Juni, 2016. 205 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016 THE RELATIONSHIP BETWEEN WORK EXPERIENCE AND FATIGUE WITH WORK ACCIDENT IN SECTION OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI 2016 1
2
* Matda Yunartha, Nita 1 STIKes Prima Jambi 2 STIKes Prima Jambi S1 Kesehatan Masyarakat *Korespondensi penulis :
[email protected] ABSTRAK PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam adalah perusahaan yang mengolah dan memproduksikan minyak dan gas yang ada di lapangan Sungai Gelam. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian. Menurut data yang diperoleh masih ditemukan kecelakaan kerja ringan sehingga penelitian ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang lebih berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengalaman Kerja dan Kelelahan dengan Kecelakaan Kerja di Bagian Operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-22 Agustus 2016 di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam di bagian operasional. Sampel sebanyak 33 orang dan untuk melihat hubungan antar variabel dilakukan uji statistik dengan chi-square. Hasil uji statistik diperoleh bahwa pekerja dengan pengalaman kerja baru < 1 tahun pernah mengalami kecelakaan kerja (91,7%) dengan nilai p-Value 0,007, Pekerja yang mengalami kelelahan pernah mengalami Kecelakaan Kerja (77,3%) dengan nilai p-Value 0,008 dengan kecelakaan kerja karena p-Value < 0,05. Perusahaan hendaknya lebih menyesuaikan waktu istirahat pekerja dengan beban kerja yang berat seperti memberikan tambahan waktu isirahat yang tepat. Mewajibkan mengikuti training atau pelatihan sesuai pekerjaan atau pelatihan k3 agar pekerja lebih menguasai pekerjaan. Kata Kunci : Pengalaman Kerja, Kelelahan, Kecelakaan Kerja ABSTRACT PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam is a companies that process and produce oil and gas in the field of work sungai gelam. Work accident is an event that clearly undesirable and often unpredictable originally that can cause harm. According to the data obtained it was found light accident so that the research is done to prevent accidents more severe. The purpose of this study was to determine the relationship between Work Experience and Fatigue with Work Accidents with Operational Section PT.Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi 2016. This research is a quantitative research with cross sectional design. This study used primary data in the form of a questionnaire. This research was conducted on 18 - 22 August 2016 in PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam in the operational section. Samples were totalled 33 worker and to see the relationship each variable which tested by statistical test with chi-square. The results of Statistical test showed that workers with new work experience <1 year ever had an accident (91,7%), with p-Value 0,007, workers who experience fatigue have ever experienced Accidents (77,3%), with p-Value 0,008 with work due to accident p-Value <0,05. Companies should further adjust break time workers with heavy workloads such as giving extra time to take rest. Requiring the training or training as a job or training in order the workers know k3 so the worker more rensponsible with the job . Keywords: Work experience, Fatigue, Work accident
PENDAHULUAN Dalam undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja. Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi(Ramli,2010) 206
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016
Menurut data ILO (International Labour Organization) 2013 satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja. tercatat lebih dari 2,34 juta orang di dunia meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.Sekitar 321.000 akibat kecelakaan kerja dan 2,02 juta akibat penyakit akibat kerja. Menurut jamsostek (2012) terjadi kecenderungan peningkatan kecelakaan kerja, pada tahun 2012 terdapat 103.300 kasus kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tertinggi terjadi di lingkungan industri. Di Indonesia hanya 2,1% dari 15.000 perusahaan berskala besar yang menerapkan Sistem Manajemen K3. Menurut survey yang dilakukan oleh ILO dalam DK3N (2007) Indonesia merupakan Negara kedua terbawah dari 100 lebih Negara yang di survei dalam hal tingkat daya saing dan pencapaian K3 (Sari,2014) Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja di Indonesia tahun 2011-2014 yang paling tinggi pada tahun 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011=9.891; Tahun 2012=21.735; Tahun 2014=24.910). Provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Jawa Timur; tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah; Tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi, Tahun 2014 adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Riau, dan Bali. Pada tahun 2013 terdapat 7.811 kasus dan pada tahun 2014 terdapat 1.159 kasus kecelakaan kerja di Provinsi Jambi. Data dari BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 50.089 kasus.(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,2015) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya(Tarwaka, 2014) Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan yang terjadi
secara tiba-tiba, tidak diduga sebelumnya, dan tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai paling berat, bahkan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total (Kurniawati,2013) Menurut Silalahi (1985) dalam sari (2014) kecelakaan kerja mempunyai tingkat kategori keparahan yang berbedabeda yaitu “ringan”, “ sedang”, dan “parah”. Namun kecelakaan dari kategori apapun harus dianggap penting oleh manajemen termasuk dalam kategori ringan. PT. EMP (Energi Mega Persada) Gelam atau yang lebih dikenal dengan EMP Gelam Muaro Jambi merupakan anak dari perusahaan EMP tbk yang bergabung dalam Bakrie Grup yang dulunya bernama PT. Insani Mitrasani Gelam dan berubah menjadi PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam pada tahun 2008. Perusahaan ini mengolah Technical Assistance Contract (TAC) dengan Pertamina Asset I Field Jambi pada 15 Mei 1997. Perusahan ini mengolah dan memproduksikan minyak dan gas yang ada di lapangan Sungai Gelam seluas 55,6 km persegi yang berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi dalam proses produksinya sehingga mempunyai risiko keselamatan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja(Energi Mega persada Gelam,2016) Dalam melakukan pekerjaan tenaga kerja dituntut bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Akan tetapi Standar Operasional Prosedur (SOP) sering diabaikan oleh tenaga kerja nya sendiri sehingga masih ditemukan kecelakaan kerja ringan seperti tergores dan luka kecil pada bagian lengan. Ada pula faktor manusia (human error) yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja terjadi seperti pengalaman kerja para pekerja juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat dilihat karena kurang profesional dalam bekerja, pengetahuan yang kurang sesuai dengan pekerjaan atau bukan 207
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016
pada bidangnya, atau masa kerja yang masih dibawah 1 tahun dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja. Kelelahan pada pekerja juga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang dapat dilihat dari lamanya bekerja, sifat/jenis kerja yang dilakukan, dan beban kerja yang terlalu berat dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti bahwa usia pekerja di PT. Energi Mega Persada masih ditemukan pekerja yang kurang professional dalam bidangnya yang masa kerjanya di bawah 1 tahun. PT. Energi Mega Persada (EMP) ada 6 Departemen yaitu SHE (she healthy environment) yang biasa disebut K3LL yang mengelola sistem manajemen
Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan, CSR atau Humas yang mewakili perusahaan untuk berhubungan dengan masyarakat, Operasional yaitu bagian produksi yang bekerja di lapangan Sungai Gelam dalam memproduksi minyak dan gas, Material yaitu pekerja yang menyediakan alat dalam hal produksi seperti pipa, besi dsb, Maintenance yaitu pekerja di bagian mesin/listrik, dan House keeping yaitu pekerja yang bertugas sebagai OB dan tukang kebun. Dilihat dari Departemen atau bagian pekerjaan di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi bagian yang memiliki sifat kerja dan beban kerja paling berat yaitu Operasional atau bagian Produksi.
Tabel 1 Jumlah Tenaga Kerja di Bagian Operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi Tahun 2013-2015.
Untuk pembagian jam kerja menggunakan sistem 3 hari masuk malam 3 hari masuk siang dan 3 hari libur, tenaga kerja hanya punya waktu istirahat
1 jam pada saat bekerja. Pembagian shift kerja pada departemen Operasional dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Shift Kerja di Bagian Operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi Tahun 2016.
Hasil data kecelakaan kerja di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi kurun waktu tiga tahun terakhir terdapat beberapa kecelakaan
kerja yang menyebabkan luka ringan pada pekerja. Data tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Tabel 3 Jumlah Data dan Jenis Kecelakaan Kerja Di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi Tahun 2013-2015.
208 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016
Berdasarkan data tersebut terdapat 3-7 orang mengalami kecelakaan kerja dalam kategori ringan dan sedang. Sehingga menjadi sebuah masalah pada perusahaan untuk lebih mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan hasil penelitian disini dapat dijadikan masukan atau pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pencegahan kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja yang lebih berat. Penelitian terdahulu yang dilakukan Riani (2014) memperlihatkan bahwa tenaga kerja yang merasa kelelahan lebih banyak ditandai dengan merasa pegal-pegal saat bekerja (87,9%) serta pernah merasa nyeri dipunggung (86,2%) serta pernah merasa berat di kepala sebanyak (81%). Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengalaman kerja dan kelelahan dengan kejadian kecelakaan kerja di bagian Operasional di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi tahun 2016. METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi di bagian Operasional.
Adapun variabel independennya adalah pengalaman kerja dan kelelahan, sedangkan variabel dependennya kecelakaan kerja. Penelitian ini dilakukan karena masih adanya angka kecelakaan kerja sehingga dapat mengetahui apakah ada hubungan dengan kecelakaan kerja agar dapat meminimalisir angka kecelakaan kerja atau zero accident. Populasi penelitian ini adalah pekerja di bagian operasional di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi tahun 2016 sebanyak 33 pekerja. Cara pengambilan sampel dengan teknik Total Sampling sebanyak 33 pekerja. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2016. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan pendekatan cross sectional melalui data primer dengan penyebaran kuisioner dan observasi. Responden penelitian ini pekerja di bagian operasional di PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi tahun 2016 sebanyak 33 pekerja. Penelitian ini dilakukan agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang lebih berat.(Arikunto,2010) Hubungan pengalaman kerja dengan kecelakaan kerja dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4 Hubungan Pengalaman Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di bagian Operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi Tahun 2016
209 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat 12 tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja baru < 1 tahun dan sebanyak 11 tenaga kerja (91,7%) yang pernah mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan 21 tenaga kerja lainnya yang memiliki pengalaman kerja lama > 1 tahun 12 tenaga kerja (57,1%) yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik chi-square (X²) diperoleh p-Value 0,007 atau (p < 0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengalaman kerja dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja di bagian operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi tahun 2016. Hubungan Kelelahan Kecelakaan Kerja
dengan
Hubungan Kelelahan dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5 Hubungan Kelelahan dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di bagian Operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi Tahun 2016
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa terdapat 22 tenaga kerja merasa lelah sebanyak 17 orang (77,3%) yang pernah mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan 11 tenaga kerja lainnya yang merasa tidak lelah sebanyak 8 orang (72,7%) yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik chi-square (X²) diperoleh p-Value 0,008 atau (p < 0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelelahan dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja di bagian operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi tahun 2016. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Ada hubungan pengalaman kerja dengan
kecelakaan kerja pada pekerja bagian operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi tahun 2016. Ada hubungan kelelahan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian operasional PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi tahun 2016. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta Kurniawati, Dewi.(2013).Taktis Memahami Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Surakarta. Aksarra Sinergi Media Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Kesehatan Kerja PT. Energi Mega Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi (2016). Profil Perusahaan PT. Energi Mega 210
SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM MUARO JAMBI TAHUN 2016
Persada (EMP) Gelam Muaro Jambi Soehatman,Ramli.( 2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta. Dian Rakyat www.Jamsostek.go.id Sari, Dewi Indah. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja ringan di PT Aqua Mississipi Bekasi. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Tarwaka
(2014). Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta. Harapan Press Surakarta Harahap,Ade Riani (2014). Hubungan Pengalaman Kerja,Pendidikan dan Kelelahan dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja di bagian Drilling PT. Pertamina EP Field Kenali Tahun 2014. Jambi : STIKes Harapan Ibu Undang-undang RI NO 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
211 SCIENTIA JOURNAL STIKES PRIMA JAMBI
Vol. 5 No. 02 Desember 2016