RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
1.1.
LATAR BELAKANG Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh
berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan
dan
teknologi,
dinamika
kegiatan
ekonomi,
perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang. Secara alamiah, gejala perubahan iklim global telah memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan di berbagai tempat, termasuk Kabupaten Ngawi. Lingkungan, terutama tanah, bereaksi atas perubahan suhu, curah hujan dan siklus musim. Proses ionisasi, kemampuan resapan, kepekaan erosi dari tanah
Laporan Akhir
I-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
terganggu. Kerusakan fungsi hutan di daerah hulu dan daerah-daerah
mulai dari UU no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Perda Provinsi
berkelerengan tinggi mempercepat proses instabilitas lingkungan. Bentuk-
Jawa Timur No. 02 Tahun 2006 tetang RTRW Provinsi Jawa Timur telah
bentuknya yang nyata terjadi beberapa waktu terakhir ini adalah bencana
melahirkan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Jawa Timur yang
longsor dan banjir, kekeringan, penurunan debet air waduk, dan sebagainya.
baru. Akibatnya terjadi perubahan pada sistem kegiatan, struktur ruang, sistem
Di
dalam
perkembangannya,
kegiatan
pembangunan
di
Ngawi
kewilayahan dan sistem prasarana wilayah di wilayah Provinsi Jawa Timur.
dihadapkan pada berbagai masalah, baik masalah fisik spasial, sosial, ekonomi maupun
lingkungan.
Permasalahan
tersebut
antara
lain
adalah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi menjadi hal yang perlu
belum
untuk segera dilaksanakan, didorong oleh adanya perubahan yang signifikan
optimalnya sarana prsarana wilayah dalam mendukung kegiatan yang ada, baik
berdasarkan UU No 26 tahun 2007, Perda Provinsi Jawa Timur No 2 tahun 2006
yang disebabkan oleh faktor keterbatasan kemampuan anggaran maupun
maupun perkembangan yang ada di Kabupaten Ngawi sendiri. Selanjutnya
pertumbuhan alami. Kondisi ini berimplikasi terhadap semakin meningkatnya
dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tersebut, Pemerintah
penyediaan fasilitas dan sarana prasarana wilayah di Kabupaten Ngawi.
Provinsi, Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten seluruh Indonesia harus
Disamping itu perkembangan penggunaan lahan dan persebaran sarana
melakukan
prasarana wilayah yang cepat menuntut pengaturan yang optimal dengan
penyesuaian produk-produk rencana tata ruang adalah 3 (tiga) tahun.
penyesuaian.
Tenggat
waktu
yang
ditetapkan
untuk
proses
menyesuaikan antara demand dan supply dalam pemanfaatan ruang. Untuk
RTRW akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian
itulah diperlukan suatu arahan alokasi ruang yang tertuang dalam Rencana
pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi
Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW Kabupaten ini
Faktor-faktor
eksternal
adalah
adanya
perubahan
dan/atau
dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih rinci yakni penyusunan
penyempurnaan peraturan dan/atau rujukan sistem penataan ruang; adanya
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang
perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau sektoral dari tingkat
Kawasan Perdesaan, dan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana -
Provinsi maupun kabupaten yang berdampak pada pengalokasian kegiatan
rencana ini merupakan perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Ngawi.
pembangunan yang memerlukan ruang berskala besar; adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem pembangunan dan
1.2.
Penyusunan RTRW Kabupaten dilakukan dengan berazaskan kaidah-
pemerintahan serta paradigma perencanaan tata ruang; adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan kerusakan lingkungan; serta adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana. Peninjauan kembali RTRW Kabupaten Ngawi telah mendesak untuk dilakukan, karena adanya perubahan perundangan yang ada di tingkat atas,
AZAS PENATAAN RUANG
kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkup kabupaten dan kaitannya dengan Provinsi dan
kabupaten
sekitarnya,
dengan
tidak
mengesampingkan
wawasan
perlindungan lingkungan terhadap sumber daya yang dimiliki daerah. RTRW Kabupaten juga harus berlandaskan azas keterpaduan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan kerberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan hukum, kepastian hukum dan keadilan serta akuntabilitas.
Laporan Akhir
I-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Berikut ini penjelasan dari asas penataan ruang berdasarkan Undang-
9.
undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang : 1.
Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.
Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
1.3.
Selanjutnya Kabupaten Ngawi telah menetapkan arah pembangunan
wilayah dan lintas pemangku kepentingan. 2.
Keselarasan
atau
keserasian
adalah
bahwa
penataan
ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan
pola
ruang,
keselarasan
antara
kehidupan
manusia
dengan
lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar
yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Ngawi dengan visi pembangunan yakni ”Terwujudnya Kabupaten
Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang sumber
daya
yang
terkandung
di
dalamnya
serta
menjamin
Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan
akses
yang
seluas-luasnya
kepada
masyarakat
untuk
Kebersamaan
dan
kemitraan
adalah
bahwa
penataan
ruang
Perlindungan
kepentingan
hukum
adalah
bahwa
penataan
ruang
Kepastian
hukum
diselenggarakan
dan
dengan
keadilan
adalah
berlandaskan
bahwa
penataan
hukum/ketentuan
ruang
peraturan-
perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
Laporan Akhir
Unggulan
Kabupaten Ngawi yang dapat menyejahterakan rakyatnya dengan Bertumpu Potensi
Pertanian,
Industri
dan
Perdagangan
yang
Maju
dan
Berkelanjutan”. Kabupaten Ngawi memiliki 3 sektor ekonomi utama yang diunggulkan, yaitu meliputi potensi Pertanian, Industri dan Perdagangan, yang bila di dalam tersebut mampu dipertahankan atau semakin ditingkatkan, maka dapat membawa masyarakat Kabupaten Ngawi menuju kepada kesejahteraan yang yang mulai berkembang pada masing-masing sektor saat ini dapat mengganggu pertanian hingga saat ini masih belum berada pada zona stabil, disebabkan oleh semakin berkurangnya jumlah lahan persawahan yang ada di Kabupaten Ngawi
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. 8.
Potensi
terwujudnya visi tata ruang dari Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan pada sektor
diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. 7.
Pada
adil dan merata. Namun demikian, terkait dengan permasalahan tata ruang
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang. 6.
Bertumpu
jangka waktu selama 20 tahun mendatang tren positif pada ketiga sektor
terwujudnya tata ruang yang berkualitas. 5.
Dengan
maka visi tata ruang Kabupaten Ngawi adalah “Terwujudnya Tata Ruang pada
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
dan
Sejahtera
Berdasarkan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Ngawi tersebut
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung 4.
Ngawi
Pertanian, Industri dan Perdagangan yang Maju dan Berkelanjutan”.
daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan. 3.
VISI DAN MISI PENATAAN RUANG KABUPATEN NGAWI
karena adanya kegiatan alih fungsi lahan yang signifikan. Pada sektor industri dan perdagangan, tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan juga masih belum dapat memenuhi target yang diharapkan karena terkendala oleh keterbatasan infrastruktur daerah, pusat pelayanan yang masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan dan lain sebagainya.
I-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Visi
pembangunan
Kabupaten
Ngawi
diejawantahkan
dalam
misi
pembangunan jangka panjang yaitu :
4. Mewujudkan tata ruang wilayah yang unggul di bidang agraris. 5. Mewujudkan tata ruang wilayah yang memiliki infrastruktur yang baik yang
1. Mengembangkan integrasi usaha dalam rangka optimalisasi pemberdayaan
mendukung pengembangan agraris.
potensi pertanian, industri dan perdagangan secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Meningkatkan
kualitas
sumber
daya
Berdasarkan
berbagai
hal
tersebut
diatas,
diharapkan
dengan
tersusunnya RTRW Kabupaten Ngawi yang baru diharapkan akan menjadikan
manusia
melalui
kemudahan
arahan pembangunan yang lebih harmonis, serasi, selaras dan seimbang antar
mendapatkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan yang maju dan
sektor,
berkualitas.
pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Selanjutnya pelaksanaan
3. Mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang peduli terhadap kualitas
pelayanan
masyarakat
dan
penerapan
prinsip-prinsip
penatausahaan pemerintahan yang baik (good governance).
antar
wilayah,
maupun
antar
pemangku
kepentingan
dalam
pembangunan yang mengacu pada RTRW Kabupaten Ngawi ini diharapkan akan semakin mendorong kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Ngawi secara keseluruhan.
4. Mengembangkan hubungan kekerabatan yang harmonis sehingga mampu menciptakan iklim kondusif bagi peningkatan kegiatan sosial ekonomi
1.4.
masyarakat.
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP Pengertian dan ruang lingkup ini diambil dari peraturan tata ruang yang
Dalam upaya untuk mewujudkan Visi dan misi pembangunan serta visi penataan ruang tersebut di atas ditetapkan misi penataan ruang Kabupaten
baru yaitu UU No. 26 tahun 2007. adapun pengertian ruang adalah sebagai berikut :
Ngawi sebagai berikut : 1. Mengembangkan tata ruang yang dapat mendukung integrasi usaha dalam rangka
optimalisasi
dan
Ketentuan umum ini disesuaikan dengan Undang-undang No. 26 Tahun
meningkatkan
2007, yakni memuat tentang pengertian-pengertian yang digunakan dan
kesejahteraan masyarakat dalam bentuk struktur ruang dan pola ruang
berkaitan dengan Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten
serta kawasan strategis yang didukung oleh fasilitas, sarana dan prasarana
Ngawi, sebagai berikut :
pendukung yang merata di seluruh wilayah sesuai dengan kebutuhan setiap
1.
Kabupaten adalah Kabupaten Ngawi.
kawasan.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ngawi.
3.
Bupati adalah Bupati Ngawi.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
perdagangan
secara
pemberdayaan
potensi
berkelanjutan
pertanian,
dalam
rangka
industri
1.4.1. Pengertian
2. Mengembangkan struktur ruang dan pola ruang yang dapat mendukung peningkatan
kualitas
sumber
daya
manusia
melalui
kemudahan
mendapatkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan yang maju dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi sebagai unsur
berkualitas.
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Mewujudkan pola ruang wilayah yang seimbang antara kawasan lindung dan budidaya sesuai dengan daya dukung wilayah.
Laporan Akhir
5.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
I-4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
16. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
memelihara kelangsungan kehidupannya.
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
6.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
program beserta pembiayaannya.
7.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
8.
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
18. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
fungsional;
19. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
9.
17. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Ngawi. 20. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
untuk fungsi budidaya.
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
administratif dan/atau aspek fungsional.
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. 10. Penyelenggaraan
penataan
ruang
adalah
kegiatan
21. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai yang
meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang. 11. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah. 22. Wilayah Pengembangan yang selanjutnya disebut WP adalah
suatu
wilayah yang terdiri atas satu atau beberapa kecamatan yang memiliki satu kesatuan sistem pelayanan sosial, ekonomi, dan masyarakat 23. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
12. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
24. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah,
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam
dan masyarakat.
dan sumberdaya buatan.
13. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
25. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
14. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
26. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi
undangan.
kawasan
15. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan pan penetapan rencana tata ruang.
sebagai
tempat
permukiman
pedesaan,
pelayanan
jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. 27. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
Laporan Akhir
I-5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
dan sistem agrobisnis.
ditanam.
28. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian
permukiman
dengan
perkotaan,
susunan
fungsi
pemusatan
dan
kawasan distribusi
sebagai
tempat
pelayanan
jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai pemasaran,
yang
dilaksanakan
dalam
suatu
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 37. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
29. Kawasan perikanan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan yang
dengan
36. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
sistem
bisnis
perikanan
38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang. 39. Masyarakat
adalah
orang
perseorangan,
kelompok
orang
termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
30. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang
40. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses
ditetapkan untuk melindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
perencanaan
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan
pemanfaatan ruang.
pangan nasional.
tata
ruang,
pemanfaatan
ruang,
dan
pengendalian
41. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
31. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
Ruang dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam
sosial,
koordinasi penataan ruang di wilayah kabupaten.
budaya
dan/atau
lingkungan,
termasuk
wilayah
yang
telah
ditetapkan sebagai warisan dunia. 32. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
1.4.2. Ruang Lingkup Perencanaan Lingkup
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup 33. Kawasan strategis Daerah adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. secara
nasional yang digunakan untuk kepentingan nasional. 35. Ruang
terbuka
hijau
adalah
area
memanjang/jalur
atau
lokasi
pekerjaan
Penyusunan
Kabupaten Ngawi. Secara geografis wilayah Kabupaten Ngawi terletak di antara 1110 07’ - 1110 40’ Bujur Timur dan 70 21’ - 7031’ Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara
:
Kab.
Bojonegoro
Grobogan, dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
Laporan Akhir
perencanaan
Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi meliputi seluruh wilayah
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
34. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan
ruang
(Jawa
Timur),
Kab.
Kab. Blora (Jawa Tengah)
Sebelah Selatan
:
Kab. Madiun dan Kab. Magetan
Sebelah Timur
:
Kab. Madiun
I-6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Sebelah Barat
:
Kab. Karanganyar dan Kab. Sragen (Jawa Tengah)
Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,98 Km2 atau 2,71% dari
1.4.4. Waktu Perencanaan
luas Provinsi Jawa. Secara administratif Kabupaten Ngawi terbagi dalam 19 Kecamatan dan 217 Desa. Adapun kecamatannya adalah sebagai berikut :
Waktu perencanaan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi yaitu selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 5
1. Kecamatan Sine
11. Kecamatan Padas
2. Kecamatan Ngambe
12. Kecamatan Kasreman
Penyusunan
: 2008 - 2009
3. Kecamatan Jogorogo
13. Kecamatan Ngawi
Tahap I
: 2010 - 2015
4. Kecamatan Kendal
14. Kecamatan Paron
Tahap II
: 2016 - 2020
5. Kecamatan Geneng
15. Kecamatan Pitu
Tahap III
: 2021 - 2025
6. Kecamatan Gerih
16. Kecamatan Kedunggalar
Tahap IV
: 2026 – 2030
7. Kecamatan Kwadungan
17. Kecamatan Widodaren
8. Kecamatan Pangkur
18. Kecamatan Mantingan
9. Kecamatan Karangjati
19. Kecamatan Karanganyar
10. Kecamatan Bringin
tahunan, yaitu :
1.5.
DASAR HUKUM Dasar hukum yang digunakan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
di Wilayah Kabupaten Ngawi ini berlandaskan pada : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Peta 1.1. Orientasi Wilayah
daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara
Kabupaten Ngawi Lingkup Provinsi Jawa Timur dan Peta 1.2. Batas Administrasi
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah
Kabupaten Ngawi.
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
1.4.3. Lingkup Kegiatan Perencanaan Lingkup kegiatan yakni materi yang akan dikaji atau output yang akan dihasilkan dari Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi, yang sesuai dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, meliputi :
Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
1.
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
3.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten;
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia
4.
Penetapan kawasan strategis kabupaten;
Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
5.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; serta
Nomor 2824);
6.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Laporan Akhir
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
I-7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
12. Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
2002
tentang
Pertahanan
Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan
Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); Ketenagalistrikan
13. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317);
Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
5. Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
1985
tentang
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469) ; 8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881); 11. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
14. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 16. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433); 17. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 18. 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 19. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132); 20. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkereta-apian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65 ); 21. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723 );
Indonesia Nomor 4412);
Laporan Akhir
I-8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030
1.1 Peta Bakosurtanal
Laporan Akhir
I-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
I - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
22. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
32. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
23. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 );
Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966) ; Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4); Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96) ; 32
Tahun
2009
34. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
tentang
Perlindungan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385); 35. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
26. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Nomor
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
25. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
27. Undang-undang
33. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang
dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan LN Nomor 5059);
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur; 37. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran
28. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149) ;
Negara Republik Indonesia Nomor 4624); 38. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86);
29. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
39. Peraturan
Pemerintah
Nomor
39
Tahun
2006
tentang
Tata
Cara
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
30. Peraturan Pemerintah Nomor
35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445); 31. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 40. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 41. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana
Pengelolaan
Hutan,
serta
Pemanfaatan
Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696);
Laporan Akhir
I - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
42. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
50. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
21);
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 43. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 44. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 45. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48); 46. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 47. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859); 48. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 49. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Pereturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran
51. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); 52. Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
8
Tahun
1998
tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah; 53. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 54. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah. 55. Peraturan
Menteri
Komunikasi
02/PER/M.KOMINFO/2008
tentang
dan Pedoman
Informatika
Nomor
Pembangunan
dan
Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi; 56. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 57. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 59. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri; 60. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1);
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88);
Laporan Akhir
I - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
61. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014. 62. Peraturan
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah. 61. Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi;
Gubernur
Jawa
Timur
Nomor
61
Tahun
2006
tentang
Pemanfaatan Ruang pada Kawasan PengendalianKetat Skala Regional di Provinsi Jawa Timur; 63. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan lndustri. 64. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 33 tahun 1989 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya. 65. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 52. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal. 53. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri. 54. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional. 55. Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. 56. Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai dan Daerah Penguasaan Sungai. 57. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1986, tentang Pelaksanaan Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia. 58. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan
62. Peraturan Menteri P.U. No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten. 63. Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
837/Kpts/UM/1980
dan
No.
683/Kpts/UM/II/1981 tentang Klasifikasi Kemampuan Lahan. 64. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. 65. Keputusan
Menteri
Perhubungan
No.
54
Tahun
2002
tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan Laut; 66. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan. 67. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 50 Tahun 1997 tentang Standar Teknis Kawasan Industri. 68. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2002 tentang Penetapan Pedoman Bidang Penataan Ruang. 69. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau. 70. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 11 Tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung di Provinsi Dati I Jawa Timur. 71. Perda Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di Jawa Timur. 72. Perda Provinsi Jawa Timur No. 6 Tahun 2005 tentang Penertiban dan Pengendalian Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur;
Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
73. Perda Provinsi Jawa Timur No. 8 Tahun 2005 tentang RPJM Daerah.
dalam Penataan Ruang.
74. Perda Provinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006 tentang RTRW Provinsi Jawa
59. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Timur.
Penataan Ruang di Daerah;
Laporan Akhir
I - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
75. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 61 Tahun 2006 Tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa
Maka sistematika penyajian dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
Timur. 76. Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 38 Tahun 1988
BAB I
PENDAHULUAN
tentang Penetapan Lokasi/Letak Tempat dan Pembebasan Tanah untuk
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang; rumusan masalah;
Usaha/Kegiatan Bukan Pertanian.
azas penataan ruang, visi dan misi penataan ruang, pengertian dan
77. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No. 295 Tahun 1984 tentang Tata Cara Penyediaan Pembebasan Hak Atas Tanah bagi
ruang lingkup, dasar hukum, dan sistematika penyajian. BAB II
Perusahaan yang Tidak Menggunakan Fasilitas Penanaman Modal;
Pada bab ini menggambarkan potensi, masalah dan prospek sesuai
78. Peraturan Kepala BPN No. 2 Tahun 1993, tentang Tata Cara bagi
dengan kondisi yang ada, yang nantinya akan digunakan untuk
Perusahaan untuk Memperoleh Pencadangan Tanah, Ijin Lokasi, Pemberian Perpanjangan
dan
Pembaharuan
Hak
Atas
Tanah
serta
POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH
Penerbitan
mengisi bagian strategi. BAB III
Sertifikatnya.
TUJUAN,
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
PENATAAN
RUANG
WILAYAH KABUPATEN NGAWI Pada bab ini berisikan tentang tujuan, sasaran, kebijakan dan
1.6.
SISTEMATIKA PENYAJIAN
strategi penataan ruang yang digunakan untuk mencapai rencana
Berdasarkan pada Undang-undang No. 26 Tahun 2007, penyusunan
pengembangan sesuai dengan prospek pengembangan di Kabupaten
Rencana Tata Ruang Kabupaten meliputi :
Ngawi.
1.
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan
Pada
nasional
pemanfaatan ruang kawasan perkotaan; sistem pusat kegiatan
3.
yang
terkait
dengan
kawasan
perdesaan
dalam
BAB IV wilayah
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI bab
ini
berisikan
tentang
rencana
sistem
struktur
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana utama;
perdesaan dan perkotaan; rencana sistem jaringan prasarana
Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
wilayah serta rencana pengelolaan kawasan.
kabupaten dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis kabupaten;
BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI
4.
Penetapan kawasan strategis kabupaten;
Bab ini berisikan tentang rencana pola pemantapan kawasan
5.
Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka
lindung; rencana pengembangan kawasan budidaya; pola ruang
menengah lima tahunan; dan
wilayah; rencana pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya.
6.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN NGAWI
indikasi arahan peraturan zonasi sistem kabupaten, arahan perizinan,
Pada bab ini berisikan tentang penetapan kawasan strategis
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
meliputi, kawasan ekonomi, kawasan sosio-kultural, dan kawasan penyelamatan lingkungan hidup.
Laporan Akhir
I - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI Pada bab ini berisikan tentang perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan
strategis
penataan
ruang;
berisikan
prioritas
berisikan serta
koordinasi
prioritas
pelaksanaan
dan
penataan tahapan
pembangunan
ruang
dan
pembangunan dan
indikasi
program. BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI Pada bab ini berisikan tentang pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengaturan zonasi; ketentuan perizinan yang berisikan izin lokasi dan izin peruntukan penggunaan tanah (IPPT); ketentuan insentif dan disinsentif; serta arahan sanksi.
BAB IX
HAK,
KEWAJIBAN
DAN
PERAN
MASYARAKAT
DALAM
PENATAAN RUANG Bab ini berisikan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang; sanksi administratif yang diberikan jika ada pelanggaran serta partisipasi / peran serta masyarakat. BAB X
PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari Laporan Rencana kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang di Wilayah Kabupaten Ngawi sebagai arahan pengembangan pada masa yang akan datang, serta rekomendasi yang seharusnya dilakukan guna menunjang kegiatan pembangunan dan pengembangan wilayah.
Laporan Akhir
I - 15