RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
V - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
5.2.2.7.
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Selanjutnya juga bisa dikembangkan wisata religius dimana selain untuk
Kawasan peruntukan di Kabupaten Ngawi terdiri atas: kawasan
minat rekreasi juga untuk minat spiritual adapun potensi wisata tersebut
pariwisata budaya, kawasan pariwisata alam dan kawasan pariwisata buatan.
adalah Pesanggrahan Srigati dan Gunung Liliran.
Adapun Kawasan pariwisata budaya dengan luas kurang lebih 1.597,48
Diluar wisata ungulan tersebut juga banyak potensi lain yang bisa
ha meliputi:
dikembangakan seperti obyek wisata Tempat Pemandian Tawun dimana
a. Arca Banteng;
konsepnya tidak hanya sebagai tempat hiburan, taman yang biasanya
b. Candi Pendem;
sebagai tempat untuk berekreasi, menghilangkan kepenatan dari rutinitas
c. Pertapaan jaka tarub;
dapat juga difungsikan sebagai tempat untuk melakukan konservasi
d. Petilasan Kraton Wirotho;
terhadap satwa langka. Selain itu ada objek wilata budaya antara lain: Arca
e. Makam PH Kertonegoro dan Patih Ronggolono;
Banteng, Candi Pendem, Pertapaan jaka tarub, Petilasan Kraton Wirotho,
f.
Makam
Makam Patih Pringgokusum;
PH
Kertonegoro
dan
Patih
Ronggolono,
Makam
Patih
g. Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat;
Pringgokusumo, Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat.
h. Monumen Suryo;
Selain itu juga dikembangkan Desa wisata dengan menawarkan kehidupan
i.
Pesanggrahan Srigati;
petani yang masih alamiah dan sebisanya berdekatan dengan obyek wisata
j.
Gunung Liliran;
yang
memiliki
nilai
jual
tinggi.
Adapun
desa
wisata
yang
dapat
k. Musem Trinil; dan
dikembangkan antara lain adalah: desa wisata Perkebunan Teh Jamus,
l.
Bumi Perkemahan Selondo, dengan memanfaatkan hortikultura dan ternak
Benteng Van Den Bosch. Kawasan pariwisata alam dengan luas kurang lebih 12,50 ha, meliputi :
sapi serta pemandangan alam, dengan mengembangkan wisata alam, ritual,
a. Air Terjun Srambang; b. Gunung Liliran;
perkebunan. 2.
Arahan Pengembangan Pariwisata Regional (Yogyakarta – Bali) : Untuk
c. Waduk Pondok;
arahan pengembangan pariwisata regional dapat dilihat dari potensi wisata
d. Bumi Perkemahan Selondo; dan
yang berada di dekat jalur ateri misalnya Monumen Suryo, Pemandian
e. Kebun teh Jamus.
Tawun, Benteng Ven Den Bosch, Musium Trinil, Waduk Pondok.
Kawasan pariwisata buatan, yaitu Tempat Pemandian Tawun.
3.
Arahan Pengembangan Pariwisata Lokal : Pengembangan dan peningkatan lokasi-lokasi yang dapat diwisatakan
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ngawi dikembangkan melalui pembentukan minat wisata wisata, yaitu : 1.
Membentuk link wisata lokal
Pengembangan aktivitas wisata yang lebih beragam beserta zonasi-
Pengembangan wisata di Kabupaten Ngawi dilakukan dengan membentuk
zonasinya guna untuk menghindari titik konflik pengembangan:
wisata unggulan daerah antara lain adalah : Waduk Pondok, Monumen
a. Utama yaitu sebagai wisata rekreasi, even wisata budaya dan juga
Suryo, Air Terjun Srambang, Musem Trinil, Benteng Van Den Bosch.
Laporan Akhir
sebagai pusat akomodasi wisata.
V - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
b. Pendukung yaitu sebagai wisata berbelanja dan juga sebagai kota transit.
Pengembangan dan peningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata
Peningkatan pelayanan jaringan air bersih, telepon dan pelayanan jaringan listrik.
4.
Pengembangan dan peningkatan promosi wisata
5.
Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia dalam bidang kepariwisataan baik melalui penyuluhan maupun pelatihan
6.
Mengembangkan
promosi
wisata,
kalender
wisata
dengan
berbagai
peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan sarana-prasarana wisata sehingga Kabupaten Ngawi menjadi salah satu tujuan wisata; 7.
Obyek wisata alam dikembangkian dengan tetap menjaga dan melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata;
8.
Tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang pohon;
9.
Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah;
10. Meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah koleksi budaya. 11. Merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan; serta 12. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.
Laporan Akhir
V - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
RENCANA TAT RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
V - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
5.2.2.8.
Kawasan Peruntukan Permukiman
menjadi kaswasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan
Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
pengembangan untruk kawasan terbangun.
kelompok yakni permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan. Luas kawasan
permukiman
di
Kabupaten
Ngawi
secara
keseluruhan
Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai
adalah
penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi
16.655,51 ha. Kawasan permukiman di biagi atas kawasan permukiman
akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan.
perdesaan dan kawasan permukiman perkotaan.
Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk
A. Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan
untuk
Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri
permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian,
atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang,
produksi
jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada.
ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan
Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Ngawi terletak di
sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Kawasan agropolitan di Kabupaten
pergunungan dan dataran tinggi, dataran rendah. Setiap lokasi memiliki
Ngawi adalah Kecamatan Karangannyar dengan ditunjang Kecamatan Geneng,
karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-
Widodaren, mantingan, Kedunggalar dan Pitu. Luas kawasan permukiman
masing.
perdesaan di Kabupaten Ngawi kurang lebih 11.038,47 ha.
Kawasan pegunungan diarahkan
dan pada
permukiman
sentra industri kecil.
perdesaan
permukiman dataran pertanian
adalah
perdesaan
tinggi
yang
kegiatan,
terletak
pada
pengembangan
pengelolaan
sumber
daya
alam
tertentu
yang
wilayah
permukiman
B. Kawasan Permukiman Perkotaan kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan
Geneng,
ini
orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan
perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan
permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi merupakan bagian dari kawasan
pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.
perkotaan dengan perkembangan dan kondisi yang sangat beragam, dengan
dan
Kendal.
Pada
dan
dan
hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di Kecamatan Jogorogo, Ngrambe
perkebunan
pertanian
Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi
Sine,
keras,
kawasan
sebagian
Karangannyar,
tanaman
suatu
kawasan
Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk
rencana pengembangan kawasan ini kurang lebih 6.559,17 ha dari luas wilayah kabupaten.
peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang
Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Ngawi, rencana
terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong
penataan dan pengembangannya sebagai berikut :
yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan
1.
kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian
Seiring
pengembangan
Perkotaan
Ngawi
sebagai
ibukota
Kabupaten, maka permukiman di perkotaan Ngawi ini akan meningkat pesat,
Laporan Akhir
dengan sehingga
perlu
peningkatan
kualitas
permukiman
melalui
V - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
penyediaan
infrastruktur
yang
memadai
pada
permukiman
padat,
2.
penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang
2.
dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai; 3.
oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan
dihuni;
Kasiba/Lisiba
Pengembangannya adalah untuk permukiman dengan kepadatan rata-rata
pengembangan perumahan secara vertikal; 4.
Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan
5.
saluran
pembuangan
air
hujan,
6.
pengadaan
7.
penyatuan
Pengembangan
antar
kawasan
permukiman
permukiman,
perkotaan
dan
kecil
diantara
dilakukan
cluster melalui
Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang
lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan
produktif sebagai basis kegiatan usaha; 8.
Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan
dan
permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
sarana
air bersih;
permukiman
pembentukan pusat pelayanan kecamatan;
Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas setapak,
kualitas
Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
jalan
Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil.
9.
Permukiman
perdesaan
yang
berlokasi
di
dataran
rendah,
basis
drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan
pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat,
sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari
serta pengolahan hasil pertanian. Selanjutnya perdesaan di kawasan pesisir
pola enclove; serta
dikembangkan pada basis ekonomi perikanan dan pengolahan hasil ikan;
Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno, bangunan
tersebut
harus
dilestarikan
dan
dipelihara;
Selanjutnya
5.2.2.9.
bangunan dapat dialihfungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi bangunannya. Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi : 1.
perbaikan
seluas 80 Ha.
lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan
6.
Sendiri,
dan
sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;
5.
Berdiri
yang sudah ditentukan lokasi dan luasannya yaitu di Kecamatan Ngawi
pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya 4.
Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan
memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk
tinggi, dan sebagian kawasan dapat digunakan untuk kawasan siap bangun
3.
Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan
Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya ini adalah kawasan peternakan yang banyak berkembang dan mempunyai potensi untuk dikembangan di Kabupaten Ngawi.
Secara umum kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat
Pengembangan Breeding Centre yang dapat berfungsi sebagai lokomotif
menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif,
penggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang peternakan, yang
serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;
dilokasikan di Kecamatan Sine, Jogorogo, Kendal, Paron, Mantingan, Ngawi,
Laporan Akhir
V - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Kedungggalar, Padas, Widodaren, Ngrambe, Pitu, Padas, Bringin, Karanganyar,
komersial ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar susu segar. Sehingga
Karangjati, Geneng, Pangkur, Kedunggalar, Kasreman, untuk ternak besar
dipasaran tidak tersedia susu segar. Maka Sapi Perah memiliki prospek
seperti sapi potong dan sapi perah . Sedangkan untuk pengembangan ternak
investasi yang sangat cerah. Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten
kecil (ayam ras, ayam buras/kampung) pendistribusian sudah cukup merata
Ngawi adalah:
pada masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi dan setiap
1.
Sentra ternak sapi perah di Kecamatan Kasreman
penduduk rata-rata memiliki ternak ini meskipun dalam jumlah kecil.
2.
Ternak unggulan: Kecamatan Karangjati, Kendal, Kasreman, Sine, Bringin.
3.
Kawasan peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat
Melihat populasi yang ada dan lokasi penyebaran ternak sapi kereman manunjukkan banyaknya masyarakat yang memilih usaha dibidang ini. Potensi lahan yang cukup luas merupakan salah satu modal dasar untuk menjalankan
distribusi pakan ternak; 4.
Kawasan ternak unggas banyak tersebat di permukiman penduduk harus
usaha di sektor peternakan. Hingga saat ini kebutuhan pangan yang berasal
dipisahkan dari permukiman penduduk untuk mencegah penyebaran
dari ternak masih jauh untuk dapat memenuhi baik kebutuhan lokal maupun
penyakit ternak seperti flu burung; serta
nasional.Untuk dapat meng-antisipasi kebutuhan pangan ternak, maka perlu
5.
terobosan untuk melakukan kerjasama pengadaan pakan ternak.
Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak, seperti pembuatan industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.
Adapun arahan pengelolaan peternakan di Kabupaten Ngawi diarahkan sebagai berikut: 1.
Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan padang penggembalaan, dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau kehutanan;
2.
Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri, diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi
Gambar 5.13 Salah satu jenis ternak besar yang ada di Kabupaten Ngawi Melihat populasi sapi perah yang jumlahnya sedikit, sementara lahan
pakan ternak; 3.
Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan;
4.
Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi;
5.
Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas
yang ada utamanya didaerah selatan ( kaki Gunung Lawu) bisa dikembangkan usaha ternak sapi perah. Kebutuhan susu sapi segar selama ini relatif kurang dan disuplai dari luar daerah antara lain Madiun.
ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta 6.
Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman;
Sapi perah merupakan penghasil susu segar yang banyak diminati oleh masyarakat. Selama ini belum banyak budidaya ternak Sapi Perah yang secara
Laporan Akhir
V - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
5.2.2.10 .
Kawasan Pertahanan Keamanan
Di Kabupaten Ngawi terdapat kawasan pertahan dan keamanan yang
Dari kondisi lapangan yang ada, diperlukan upaya dalam memecahkan
meliputi Kawasan Komando Distrik Militer beserta seluruh jajarannya di tingkat
konflik melalui penerapan sistem pertanian konservasi (SPK), yaitu sistem
Koramil, kawasan Artileri Medan 12 dan tempat latihan kemiliteran.
pertanian yang mengintegrasikan teknik konservasi tanah dan air dalam sistem
Tabel 5.4
pertanian.
Rencana Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Ngawi No Rencana Pola Ruang RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA 1 Kawasan peruntukan hutan produksi 2 Kawasan hutan rakyat 3 Kawasan peruntukan pertanian a. Peruntukan pertanian pangan berkelanjutan b. Peruntukan tegalan c. Peruntukan pertanian lahan kering d. Peruntukan holtikultura 4 Kawasan peruntukan perkebunan 5 Kawasan peruntukan perikanan a. Peruntukan perikanan tangkap (perairan umum) b. Peruntukan budidaya perikanan c. Peruntukan kawasan pengolahan ikan 6 Kawasan peruntukan pertambangan a. Peruntukan mineral dan batu bara b. Peruntukan minyak dan gas bumi c. Peruntukan panas bumi d. Peruntukan air tanah di kawasan pertambangan 7 Kawasan peruntukan industri a. Peruntukan industri besar b. Peruntukan industri sedang c. Peruntukan industri rumah tangga 8 Kawasan peruntukan pariwisata a. Peruntukan pariwisata budaya b. Peruntukan pariwisata alam c. Peruntukan pariwisata buatan 9 Kawasan peruntukan permukiman a. Peruntukan permukiman perkotaan b. Peruntukan permukiman perdesaan 10 Kawasan peruntukan lainnya
Luas (Ha) 34.979,00 14.135,43 41.523,00 9.188,21 5.621,20 10.788,68 1.351,00 22,95 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.628,27 1.597,48 12,50 0,00 6.559,17 11.038,47 0,00 102.597,58
Tabel 5.5. Jenis Konflik dan Alternatif Pemecahannya
% 35,00% 10,91% 0,00% 21,03% 7,09% 4,34% 8,32% 0,00% 1,04% 0,02% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 1,26% 0,00% 1,23% 0,01% 0,00% 0,00% 5,06% 8,52% 0,00% 79,17%
NO
JENIS
ALTERNATIF PEMECAHAN
KONFLIK 1
Permukiman
Penduduk disekitar hutan harus dilibatkan dalam
dengan
pemeliharaan
kawasan
merasa ikut memiliki;
lindung
Membatasi
dan secara
pengelolaan tegas
hutan
sehingga
pertumbuhan
areal
pemukiman, diikuti pengawasan yang ketat; serta
Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan dan kawasan lindung.
2
Kebun dengan
Membatasi secara tegas pertumbuhan areal kebun
kawasan
disertai pengawasan yang ketat;
Lindung
Melibatkan petani kebun dalam pengelolaan dan pemeliharaan hutan;
Mengusahakan
petani
agar
menanam
tanaman
tahunan (perkebunan) disertai tindakan konservasi yang intensif agar fungsi lindung tetap terpelihara; serta 3
Tegal dengan
Agroforestry dan pembuatan hutan kemasyarakatan.
Membatasi secara tegas pertumbuhan areal tegal,
kawasan Lindung
disertai pengawasan yang ketat;
Melibatkan
petani
dalam
pemeliharaan
dan
pengelolaan hutan disekitarnya;
Sumber : Hasil Rencana
Laporan Akhir
V - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
NO
JENIS
C. Kawasan Khusus Pengembangan Sektor Informal
ALTERNATIF PEMECAHAN
Kawasan khusus pengembangan sektor informal meliputi penyediaan
KONFLIK
Menerapkan
sistem
pertanian
konservasi
dalam
kebawah di perkotaan. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh tiap wilayah
budidaya pertanian ditanah tegal;
4
dan
perkotaan masing-masing kecamatan adalah, minimal menyediakan lahan
tanaman semusim menjadi tanaman tahunan dalam
seluas 5 % sebagai pusat perdagangan sektor informal yang dipenuhi oleh
jangka waktu panjang/bertahap; serta
negara. Sedangkan developer untuk perumahan dengan skala besar di
Agroforestry dan membuat hutan kemasyarakatan.
kemudian hari, dipersyaratkan untuk mengalokasikan lahan untuk kawasan
Mengganti
jenis
tanaman
yang
dibudidaya
Sawah dengan
Membatasi dengan tegas pertumbuhan areal sawah
kawasan
dikawasan hutan tersebut;
Lindung
PKL bagi masyarakat, khususnya untuk masyarakat marginal/ menengah
Melibatkan
petani
dalam
pemeliharaan
khusus pengembangan sektor informal ini minimal seluas 1 hingga 2 Ha.
dan
penelolaan hutan sehingga merasa ikut memiliki;
Dalam jangka panjang, secara bertahap tanah sawah dialih fungsikan menjadi tanah perkebunan dan hutan kemasyarakatan (konservasi sawah bersifat khusus untuk areal sawah di kawasan hutan; serta
Agroforestry secara bertahap pada tanah sawah tersebut.
Dalam penanganan konflik penggunaan tanah menggunakan kombinasi teknik sipil dan vegetatif. Metode yang digunakan adalah: 1.
Pembuatan teras : Teras kridit (kemiringan 3 - 10 %), teras gulud (Tgl) kemiringan 10 - 50 %, teras bangku (Tbk) kemiringan 10 - 30 %, teras Kebun (TBn) kemiringan 30 - 50 %, teras individu (Tin) kemiringan 30 - 50 %; dan
2.
Penggunaan vegetatif dalam konservasi tanah adalah : penanaman tanaman penutup tanah (TPT), penempatan/ mengatur penanaman dalam jalur (strip cropping), pergiliran anaman (pt), penggunaan tanaman penguat teras (ptp), Agroforestry (Agf), hutan kemasyarakatan (Hkm).
Laporan Akhir
V - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 – 2030
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
5.8
Laporan Akhir
V - 49