RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
sungai besar dan sungai kecil, yaitu kurang lebih 3.830,18 ha. Nama sungai di Kabupaten Ngawi yang mempunyai sempadan sungai dapat dilihat pada Tabel
11 JUMLAH
Kali Kuluhan
14 000 419 018
16 558
Sumber : Hasil Rencana
5.1 berikut ini. Tabel 5.1. Sungai di Kabupaten Ngawi No A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laporan Akhir
Nama Sungai
Panjang (m) DPS BENGAWAN SOLO Bengawan Solo 63 000 Kali Sidodadi 2 000 Kali Parang 3 000 Kali Palem Wulung 3 000 Kali Tambaklulang 13 000 Kali Sawahan 12 000 Kali Ladolo 17 000 Kali Selang 7 000 Kali Crawuk 8 000 Kali Ngiyong 16 000 Kali Soko 18 000 Kali Ngale 10 000 Kali Andong 42 000 Kali Sadang 17 000 Kali Sawur 32 000 Kali Ngencong 3 000 DPS KALI MADIUN Kali Madiun 17 000 Kali Manggong 8 000 Kali Ketonggo 25 000 Kali Pang 15 000 Kali Gurdo 12 000 Kali Padas 8 000 Kali Dero 13 000 Kali Purwodadi 3 000 Kali Jungke 18 Kali Tune 38 000
Lebar (m) 118 8 14 13 12 11 13 2 9 14 12 10 18 17 23 14 86 8 25 12 24 16 15 10 16 22
Gambar 5.2. Kawasan Sempadan Sungai Pengelolaan kawasan sempadan sungai antara lain dilakukan dengan : 1.
Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;
2.
Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;
3.
Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;
4.
Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata alam-petualangan seperti arung jeram, out bond, dan kepramukaan;
5.
Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata; serta
6.
Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.
V - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Gambar 5.3
C. Kawasan Sekitar Danau Atau Waduk
Konservasi Sungai Di Kawasan Terbangun Dan Diluar Terbangun
Kawasan sekitar waduk atau bendungan adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk atau bendungan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau bendungan. Adapun kriteria penetapan sempadan bendungan/waduk adalah daratan sepanjang tepian waduk/bendungan yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik bendungan/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk dilakukan untuk melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat menganggu kelestarian fungsi danau/waduk. Di Kabupaten Ngawi terdapat 3 (tiga) waduk/bendungan yaitu Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo. Luas sempadan waduk di Kabupaten Ngawi kurang lebih 368,53 Ha. Guna meminimasi adanya erosi dan sedimentasi pada waduk, maka perlu upaya perlindungan sepanjang sungai dari kerusakan lingkungan terutama mulai dari hulu sungai dan kawasan lindung bawahannya. Pengamanan terhadap sepanjang DAS Bengawan Solo juga perlu dilakukan dengan menerapkan ketentuan-ketentuan sempadan sungai yang dilakukan secara lintas wilayah. Pengelolaan kawasan sempadan danau/waduk dilakukan dengan : 1.
Perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
2.
Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
3.
Waduk yang digunakan untuk pariwisata seperti di Waduk Pondok Kecamatan Bringin, untuk kepentingan pariwisata diijinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
4.
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta
Laporan Akhir
V - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
5.
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
1.
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk.
Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
2.
Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
3.
Sumber air yang digunakan untuk pariwisata seperti di Kecamatan Bringin, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan sumber air lainnya. Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunakan untuk pariwisata peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada. Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu
Gambar 5.4 Kawasan Sempadan Waduk Pondok
dibuat kolam tersendiri; 4.
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap
D. Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria penetapan kawasan sekitar mata air adalah perlindungan sekurangkurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
air; serta 5.
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
E. Kawasan Sempadan Irigasi Kawasan sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang kanan-kiri
Keberadaan sumber mata air di wilayah Kabupaten Ngawi lokasinya
saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertangggul maupun tidak.
cukup banyak dan tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Sine ada
Kawasan ini bermanfaat untuk pelestarian saliran irigasi, baik dari sisi kualitas
61 mata air, Kecamatan Ngrambe ada 44 mata air, Kecamatan Jogorogo ada 3
air maupun manfaat bagi area yang diairi. Adapun kawasan sempadan irigasi di
mata air, Kecamatan Kendal ada 12 mata air, Kecamatan Bringin 1 mata air,
Kabupaten Ngawi adalah meliputi :
Kecamatan Padas ada 8 mata air, Kecamatan Paron ada 2 mata air, Kecamatan
1. Garis sempadan pada jaringan irigasi diukur dari batas luar tepi atas atau
Kedunggalar ada 22 mata air, Kecamatan Widodaren ada 27 mata air. Luas
kaki tanggul sebelah luar atau bangunan pengairan yang ada dengan jarak:
kawasan sempadan mata air secara keseluruhan di Kabupaten Ngawi kurang
a. 5
lebih 3.960 ha.
(lima)
meter
untuk
saluran
irigasi
dan
pembuangan
dengan
kemampuan 4 m3/det (empat meter kubik per detik) atau lebih ;
Perlindungan terhadap sumber mata air dilakukan dengan pembatasan
b. 4 (empat) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan
kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan
kemampuan 1 (satu) sampai 4 m3/det (empat meter kubik per detik) ;
sekitarnya. Pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain dilakukan dengan
atau
:
c. 3
(tiga)
meter
untuk
saluran
irigasi
dan
pembuangan
dengan
kemampuan kurang dari 1 m3/det (satu meter kubik per detik).
Laporan Akhir
V - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
2. Garis sempadan jaringan irigasi untuk pagar diukur dari batas luar tepi atas
5.
saluran atau bangunannya dengan jarak: a. 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m3/det (empat meter kubik per detik) atau lebih ; b. 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 (satu) sampai 4 m3/det (empat meter kubik per detik) ; atau
Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; serta
6.
Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi. Gambar 5.6 Garis Sempadan Saluran Irigasi Kabupaten Ngawi
c. 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang dari 1 m3/det (satu meter kubik per detik).
Gambar 5.5 Kawasan Sempadan Irigasi Pengelolaan kawasan lindung setempat sempadan irigasi dilakukan dengan : 1.
Perlindungan sekitar saluran irigasi atau sebagai sempadan saluran irigasi dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air irigasi;
2.
Bangunan sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan irigasi dilarang untuk didirikan;
3.
Saluran irigasi yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan yang tidak langsung mengairi sawah maka keberadaannya dilestarikan dan dilarang untuk digunakan sebagai fungsi drainase;
4.
Melestarikan kawasan sumber air untuk melestarikan debit irigasi;
Laporan Akhir
V - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
V - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
5.1.4. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi : kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka
3.
Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dari
ancaman
kepunahan
yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia;
margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut,
Pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam yang mengalami
kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut,
perubahah fungsi, maka dilakukan pembatasan pengembangan, pengembalian
taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan
rona awal, disertai pengawasan yang ketat terhadap penetapan fungsi kawasan.
cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan
Di Kabupaten Ngawi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi cagar budaya.
pelestarian
alam
merupakan
kawasan
lindung
yang
pemanfaatannya untuk menjaga kelestarian dan atau menyempurnakan unsurunsur yang menunjang kemantapan fungsi lindungnya yang di landaskan pada
Pada prinsipnya kawasan cagar alam ini merupakan kawasan lindung
mekanisme
saling
Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo, Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo,
keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
Desa Dero Kecamatan Bringin.
kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan. Jenis
alam
yaitu
kawasan
yang
ditunjuk
mempunyai
keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan tipe ekosistem, mewakili formasi
sejauh
tetap
alam
dengan
kesempatan
digunakan
pelestarian
eksternal
langka dan dilindungi. Di Kabupaten Ngawi kawasan cagar alam terdapat di
untuk
Kawasan
lingkungan
mahkluk
cagar
didalamnya.
antara
yang ditetapkan fungsinya untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa
Kawasan
hidup
menguntungkan
menjaga
dan
memberikan melindungi
dan kriteria kawasan pelestarian alam yang ada di wilayah Kabupaten Ngawi meliputi obyek wisata alam dan cagar budaya.
biota tertentu dan atau unit-unit penyusun, mempunyai kondisi alam baik biota
Perlindungan Obyek Wisata Alam dilakukan untuk kebutuhan berwisata
maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum terganggu manusia,
yang didukung oleh arsitektur bentang alam yang baik. Keberadaan Obyek
mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
Wisata Alam di wilayah Kabupaten Ngawi terdapat di Waduk Pondok (Desa Dero
dengan daerah penyangga yang cukup luas, mempunyai ciri khas dan dapat
Kecamatan Bringin), Taman Rekreasi dan Pemandian Tawun (Desa Tawun
merupakan
keberadaanya
Kecamatan Kasreman), Bumi Perkemahan Selondo, Air Terjun Srambang (Desa
memerlukan upaya konservasi. Rencana pengelolaan kawasan cagar alam
Girimulyo Kecamatan Jogorogo) dan Perkebunan Teh Jamus (Desa Girikerto
antara lain dilakukan dengan :
Kecamatan Sine). Kondisi Obyek wisata alam yang ada di Kabupaten Ngawi
1.
Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
masih baik dan tetap terawat. Mengingat fungsinya sebagai kawasan hutan
beserta ekosistemnya;
lindung, maka keberadaannya dilindungi. Luas keseluruhan untuk obyek wisata
Mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun
alam adalah kurang lebih 936,84 Ha.
2.
satu-satunya
contoh
disuatu
daerah;
serta
fisiknya melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam dan upaya konservasi;
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Ngawi sekaligus merupakan kawasan dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kawasan pelestarian alam jenis cagar budaya terdapat di Museum Trinil (Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar), Benteng Van Den Bosch (Kelurahan Pelem Kecamatan Ngawi),
Laporan Akhir
V - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat (Desa Kauman Kecamatan Widodaren),
3.
Penerapan
sistem
Makam Patih Pringgokusumo (Dusun Banjar Desa Ngawi Kecamatan Ngawi),
pemberlakuan
Makam PH. Kertonegoro (Desa Sine Kecamatan Sine), Makam Patih Ronggolono
perubahan fungsi.
insentif
sistem
bagi
disinsentif
bangunan bagi
yang
bangunan
dilestarikan yang
dan
mengalami
(Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe), Arca banteng (Dusun Reco Banteng
Penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun
Desa Wonorejo Kecamatan Kedunggalar), Candi Pandem (Dusun Pandem Desa
perdesaan disekitar benda cagar budaya. Juga menjadikan benda cagar budaya
Krandegan Kecamatan Ngrambe), petilasan Kraton Wirotho (Desa Tanjungsari
sebagai orientasi bagi pedoman pembangunan pada kawasan sekitarnya.
Kecamatan Jogorogo). Luas kawasan cagar budaya di Kabupaten Ngawi adalah kurang lebih 1.715,85 Ha.
5.1.5. Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan bencana alam meliputi kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, kawasan rawan bencana letusan gunung berapi, daerah rawan tsunami, dan kawasan rawan bencana alam lainnya A. Kawasan Rawan Longsor Kawasan
rawan
longsor
lebih
disebabkan
oleh
adanya
kegiatan
eksploitasi berlebih pada kawasan perbukitan atau pegunungan yang sebagian besar disebabkan adanya aktivitas penebangan/penggundulan hutan (alih fungsi lahan) akibat kegiatan pembangunan. Daerah rawan longsor di Gambar 5.7. Cagar Budaya di Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi yaitu wilayah perbukitan dan daerah aliran sungai yang masuk dalam tipologi A.
Rencana pengelolaan kawasan konservasi budaya dan sejarah meliputi : 1.
Museum Trinil, Benteng Van Den Bosch dan Arca Banteng juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian benda purbakala dan tujuan pendidikan dasar-menengah;
2.
Benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, sepertiMuseum Trinil dan Benteng Van Den Bosch, perumahan dan berbagai bangunan peninggalan Belanda harus dikonservasi dan direhabilitasi bagi bangunan yang sudah mulai rusak; serta
Laporan Akhir
V - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
1. PENCEGAHAN TERJADINYA BENCANA TANAH LONGSOR
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman(gb. Kiri)
Buatlah
terasering
(sengkedan)
pada
lereng
yang
terjal
bila
membangun permukiman (gb.kanan)
Tipologi zona berpotensi longsor berdasarkan hasil kajian hidrogeomorfologi Kecamatan di Kabupaten Ngawi yang rawan longsor diantaranya adalah Kecamatan
Sine
(Desa
Gendol),
Kecamatan
Jogorogo
(Desa
Girimulyo),
Kecamatan Ngrambe, Kendal, Karangjati, Padas, Pitu dan Karanganyar. Dari kecamatan
tersebut,
Kecamatan
Sine,
Jogorogo,
Ngrambe
dan
Kendal
merupakan wilayah paling rawan bencana tanah longsor karena wilayah ini berdekatan dengan hutan gundul dan kritis disamping lokasinya berada di
ke dalam tanah melalui retakan.(gb.kiri)
lereng Gunung Lawu dengan luas total kurang lebih sebesar 2.022,71 Ha. Guna mengantisipasi adanya bahaya-bahaya tanah longsor dan tanah
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.(gb.kanan)
Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri)
Jangan membangun rumah di bawah tebing. (gb. kanan)
bergerak, maka perlu adanya penghijauan dengan melakukan pengembangan jenis
tanaman
tahunan
dan
didukung
dengan
adanya
upaya-upaya
perlindungan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat di sekitarnya. Bentuk penanggulangan terhadap terjadinya bencana longsor dapat dilihat pada gambar 5.8 berikut :
Laporan Akhir
V - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak. (gb.kiri)
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
(gb.kanan)
2. TAHAPAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR
Pemetaan Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam
Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal (gb.kiri)
Pembangunan rumah yang benar di lereng bukit. (gb.kanan)
di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten
dan
provinsi
sebagai
data
dasar
untuk
melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
Penyelidikan Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
Pemeriksaan Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal. (gb.kiri)
Pembangunan rumah yang salah di lereng bukit. (gb.kanan)
Pemantauan Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Sosialisasi Memberikan
pemahaman
kepada
Pemerintah
Kabupaten
atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah
Pemeriksaan bencana longsor Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana
Laporan Akhir
V - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda
diperlukan
pengelolaan
bersama
antara
pemerintah
atau
PTP
dengan
bencana tanah longsor.
masyarakat baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan. Selanjutnya dilakukan pemilihan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari sisi hasil
3. SELAMA DAN SESUDAH TERJADI BENCANA
buah seperti durian, kopi, bunga seperti cengkeh, dan getahnya seperti karet..
a. Tanggap Darurat Yang
harus
Selanjutnya pada daearah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur
dilakukan
dalam
tahap
tanggap
darurat
adalah
tajam atau terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor. Untuk
penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban
ini diperlukan pengelolaan DAS dengan membuat terasering dan penanaman
tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara
tanaman keras produktif bersama masyarakat. Mengingat kawasan sepanjang
lain:
DAS
ini
sekaligus
merupakan
kawasan
penyangga
untuk
mencegah
Kondisi medan
pendangkalan waduk yang disebabkan oleh longsor dan erosi, maka upaya
Kondisi bencana
penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga harus diikuti
Peralatan
oleh pengembangan tutupan tanah atau ground cover yang juga memiliki fungsi
Informasi bencana
ekonomi seperti rumput gajah yang dapat digunakan untuk pakan ternak.
b. Rehabilitasi
Untuk pencegahan terjadinya bencana longsor dapat dilihat pada gambar 5.9 di
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi,
dan
sarana
transportasi.
Selain
itu
dikaji
bawah ini.
juga
perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan. c. Rekonstruksi Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunanbangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%. Pengelolaan lahan pada kawasan rawan longsor ini diarahkan pada pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki kerapatan tanaman yang tinggi. Mengingat di Kabupaten Ngawi banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka
Laporan Akhir
V - 20