Lokakarya Akhir
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jeneponto 2010-2030 Kerjasama Universitas Hasanuddin
Kabupaten Jeneponto Makassar, 23 November 2010
TIM AHLI UNHAS (LP2M) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil (Perencanaan Wilayah) Prof. Dr. rer nat. Ir. A.M. Imran (Geology) Prof. Dr. Nurul Ilmi Idrus, MA (Sosial Budaya) Dr. Ir. Anwar Umar, MS (Kehutanan) Dr. Ir.Muh Nathan, M.Agr.Sc (Pertanian/Tanah) Ir. Totok Prawitosari , MS (Hidrology dan Sumberdaya Air) Ir. Muchtar Salam Solle, M.Sc (Pertanian) Ir. Abd. Haris Djalante, MT (Transportasi) Ir. Darwis Ali, MS (Ekonomi Pembangunan) Ir. Samsu Arief, M.Si (Geographic Information System, GIS) Ir. Suradi Nadjamuddin, MT (Sarana/Prasarana) Ir. Andi Ramlan (Survey & Mapping)
Proses Penyusunan RTRW Kab Jeneponto 2010: Buku I (Fakta dan Analisis) & Peta-Peta Buku II (Rencana) Buku III (Album Peta A3 dan A1) Draft Raperda RTRW KAB. Jeneponto 2010-2030
Naskah Akademis MATERI: 1. kebijakan dan strategi penataan ruang, 2. rencana struktur ruang, 3. rencana pola ruang, 4. rencana kawasan strategis, 5. pemanfaatan ruang, dan 6. pengendalian pemanfaatan ruang.
Tujuan RTRW Kab Jeneponto Tujuan umum perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Jeneponto adalah untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Tujuan khusus dari perencanaan tata ruang wilayah kabupaten Jeneponto adalah mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang: memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya, berwawasan lingkungan, serta menciptakan peluang pembangunan melalui alokasi investasi secara efisien, bersinergi antar wilayah, dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan wilayah Kabupaten Jeneponto untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.
SKALA:
RTRW Nasional (1 : 1.000.000) RTR Pulau Sulawesi (1 : 500.000) RTRW Provinsi Sulawesi Selatan (1 : 250.000-100.000) RTRW Kabupaten Jeneponto (1 : 100.000-50.000) Renacana Detail Kawasan-Kawasan (Bervariasi Lebih Rinci dari 1 : 50.000)
Lingkup Wilayah Luas 749,79 Km2 (74.979 ha). 11 Kecamatan: Bangkala Bangkala Barat Tamalatea Bontoramba Binamu Turatea Batang Arungkeke Kelara Rumbia Tarowang
Peta Wilayah Sebaran Penduduk
Peta Wilayah Iklim
Peta Wilayah Lereng
RTRW Jenjang Hierarkhi di atas (Kab. Jeneponto): Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP 26 2008)
Kab. Jeneponto termasuk dalam tahapan pengembangan baru untuk
Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Nasional Kategori: Pengembangan/Peningkatan fungsi
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi:
Posisi Kabupaten Jeneponto dalam RTR Pulau Sulawesi, baik dalam kebijakan struktur maupun pola ruang adalah sebagai berikut: Pengembangan PKW di Pulau Sulawesi: mendorong pengembangan kotakota …..Jeneponto, ….. Sebagai pusat pelayanan sekunder; Pembangunan jaringan Jalan dengan prioritas sedang yang menghubungkan kota-kota ..... Makassar – Sungguminasa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng - Bulukumba; Pelabuhan Regional di Jeneponto dengan prioritas sedang. Pembangunan bendungan-bendungan baru dan embung-embung besar dengan prioritas tinggi : Kelara-Karaloe di Kabupaten Jeneponto Pengembangan Kawasan Agropolitan
Rencana Struktur Ruang Kab Jeneponto
Rencana Struktur Ruang Kab Jeneponto SISTEM PERKOTAAN (PUSAT PEMUKIMAN) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Jeneponto (dengan ibukota Bontosunggu) ditetapkan sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) [RTR Pulau Sulawesi dan RTRW Provinsi Sulsel]. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) SULSEL PKL-PKL di wilayah Provinsi Sulsel (RTRW Provinsi): Malili, Masamba, Rantepao, Makale, Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai, Sungguminasa, dan Bantaeng. Sub Pusat Kegiatan Lokal (SPKL) Setara Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP): Pa’biringa (Kecamatan Binamu), Bunging (Kecamatan Batang), Allu (Kecamatan Bangkala) Tolo (Kecamatan Kelara)
Analisis Struktur Ruang Kab (cont…) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK): Rumbia Tarowang Turatea Arungkeke Tamalatea
Pusat Pelayanan Lingungan (PPL): • Bontoramba • Bangkala Barat
JARINGAN TRANSPORTASI JARINGAN TRANSPORTASI DARAT
Kebutuhan Minimal jaringan Jalan di Kab. Jeneponto Tahun 2010 – 2030
Sumber : Hasil analisis, 2010
RENCANA JARINGAN TRANSPORTASI
Sumber : Hasil analisis, 2010
JARINGAN TRANSPORTASI JARINGAN TRANSPORTASI DARAT:
1. Jalan nasional kolektor primer yang berada dalam wilayah Kabupaten Jeneponto meliputi Jalan Lintas Selatan Sulawesi yang terdiri atas jalur Sungguminasa – Jeneponto – Bantaeng – Bulukumba, dan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Jeneponto terdiri dari: Takalar – Jeneponto sepanjang 44,47; Jl. Takalar (Jeneponto) 1,35 km; Jl. Lanto Daeng Pasewang (Jeneponto) sepanjang 4,80 km; Jl. Pahlawan (Jeneponto) sepanjang 1,50 km; Jl. Bantaeng (Jeneponto) sepanjang 1,35 km; dan Jeneponto – Bantaeng sepanjang 23,72 km. 2. Jalan provinsi kolektor sekunder yang melintas mulai dari Jeneponto – Sapaya Palangga sepanjang 87,00 km yang terdiri atas Jeneponto – batas Kabupaten Gowa sepanjang 35,00 km; dan batas Kabupaten Jeneponto - Sapaya sepanjang 52,00 km. 3. Jalan yang menghubungkan Rumbia (Jeneponto) dengan Loka (Bantaeng).
Sumber : Hasil analisis, 2010
JARINGAN TRANSPORTASI JARINGAN TRANSPORTASI DARAT:
Jalan alternatif pertama dalam Kecamatan Binamu (Kota Bontosunggu), (bagian utara jalan eksisting) sekitar 7,5 km. Jalan alternatif kedua mulai dari Kecamatan Bangkala Barat (perbatasan dengan Kabupaten Takalar) melewati zona tengah: Bangkala-Bontoramba-Turatea-Batang, dengan panjang sekitar 43 km.
Sistem jaringan transportasi kereta api nasional adalah jalur kereta api trans Provinsi Sulawesi Selatan bagian selatan, sepanjang 52 km. Rencana pengembangan sistem angkutan dan terminal meliputi: penataan angkutan umum; pengembangan sistem angkutan massal; pengembangan terminal tipe B di Kota Jeneponto (Bontosunggu), dan sub-terminal di wilayah kecamatan, dan pengembangan terminal tipe C di PKLp: Allu, Bungeng, dan Tolo.
Sumber : Hasil analisis, 2010
RENCANA JARINGAN TRANSPORTASI LAUT
RENCANA SISTEM SUMBERDAYA AIR DAS:
Irigasi: Di Kabupaten Jeneponto, sistem jaringan iirigasi saat ini berasal dari bagian Utara: Kecamatan Rumbia dan Kecamatan Kelara. DI Kelara (Kewenangan Pusat) melayani 7.199 ha sawah
Sejak tahun 2007, telah ada rencana pembangunan Bendungan Kelara-Karaloe, Proyeksi Kebutuhan Air Kab. Jeneponto: Uraian
Nama DAS Binanga Cikoang Binanga Lumbua Binanga Pangkajene Binanga Topa Binangapapa Jene Ponto Das Tarowang Total
Luas (Ha) 2.085 13.058 17.012 5.130 7.087 12.259 18.349 74.979
2010
Kabupaten Jeneponto 2015 2020 2025
2030
Penduduk
342,312
356,593
372,053
388,788
406,900
KK
85,578
89,148
93,013
97,197
101,725
Kebutuhan RT
317
330
344
360
377
Fasilitas Sosial
32
33
34
36
38
Perdagangan & Jasa
48
50
52
54
57
Industri Rumah Tangga
48
50
52
54
57
Kebocoran Jumlah
32 475
33 495
34 517
36 540
38 565
RENCANA SISTEM ENERGI Listrik: KAWASAN Strategis MALASORO Rencana pembangunan PLTU Lakatong 3x30 MW dan Rencana pembangunan PLTU Punagaya 4x100 MW (operasi 2012) (Sumber: RTRW Provinsi Sulsel). Optimalisi pemanfaatan berbagai potensi sumber daya energi: angin, ombak, dan sungai-sungai kecil untuk pembangkit listrik mikro hidro. Tabel 4.34 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Listrik di Kabupaten Jeneponto (Kilo Volt Ampere) Uraian Penduduk KK Domestik Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Non-Domestik Penerangan Jalan Jumlah
2010 342,312 85,578 56,481 10,269 23,106 23,106 16,944 1,130 74,556
Kab. Jeneponto 2015 2020 2025 356,593 372,053 388,788 89,148 93,013 97,197 58,838 61,389 64,150 10,698 11,162 11,664 24,070 25,114 26,243 24,070 25,114 26,243 17,651 18,417 19,245 1,177 1,228 1,283 77,666 81,033 84,678
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2010.
2030 406,900 101,725 67,139 12,207 27,466 27,466 20,142 1,343 88,623
RENCANA SISTEM TELEKOMUNIKASI & INFORMASI Pengembangan Stasiun Telepon Otomat (STO) Jeneponto dengan kapasitas 900 SST. Selain komunikasi sistem kabel, pengembangan teknologi komunikasi adalah dengan peningkatan luas daerah jangkuan dan kualitas pelayanan serta menggunakan teknologi terkini. Kapasitas pelayanan sistem telekomunikasi direncanakan sampai menjangkau : desa-desa yang letakanya berada di daerah tidak terjangkau sinyal telepon seluler (daerah blank spot); desa-desa yang jaraknya jauh dari jaringan kabel telepon dan kondisi topografi alamnya sulit (khususnya daerah bagian utara) untuk dilalui jaringan teresterial telekomunikasi; dan desa-desa yang dapat diakses oleh jaringan kabel telepon atau sinyal telepon seluler tetapi tergolong miskin.
Rencana Sistem Persampahan Rencana Pengembangan Sistem Persampahan Wilayah Kabupaten terdiri dari: Rencana pengembangan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berada di Kampung BontoBonto, Kelurahan Panaikang, Kecamatan Binamu dengan luas kurang lebih 15 hektar. Pengembangan TPA Bonto-Bonto sebagai tempat pemrosesan sampah dan industri daur ulang Pengembangan TPA Bonto-Bonto didukung oleh lokasi-lokasi Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang tersebar merata pada Kecamatan Bangkala Barat, Kecamatan Turatea, Kecamatan Bontoramba, Kecamatan Binamu.
Rencana RTH Pasal 29 ayat (2) dan (3) UU No 26 2007, berturut-turut dengan tegas mengatakan bahwa “proporsi ruang terbuka hijau (RTH) pada wilayah kota minimal 30% dari luas wilayah kota”, dan proporsi RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota.
Rencana sarana ruang terbuka hijau (RTH) untuk wilayah perkotaan Bontosunggu meliputi: Kawasan hijau pertamanan kota Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olahraga) Kawasan hijau pertanian Kawasan hijau jalur hijau Kawasan hijau pekarangan pengembangannya Hutan kota minimal 0,25 ha yang kompak, yang terletak di wilayah perkotaan (Kota Bontosunggu)
Rencana Pola Ruang
Pola ruang adalah ruang dalam suatu peruntukan ruang dan peruntukan budidaya.
distribusi peruntukan wilayah yang meliputi untuk fungsi lindung ruang untuk fungsi
Pola Ruang Kawasan Lindung
Pola ruang adalah ruang dalam suatu peruntukan ruang dan peruntukan (Status Kawasan Hutan) budidaya. Unsur penting:
distribusi peruntukan wilayah yang meliputi untuk fungsi lindung ruang untuk fungsi
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Jenis Fungsi Kawasan
Luas (ha)
%
1. Hutan Produksi Biasa (HPB)
117
1,2
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT)
140
1,5
6.676
69,2
2.512
26,0
206
2,1
9.651
100
3. Hutan Lindung (HL) 4. Suaka Margasatwa Komara &Taman Buru Komara 5. Hutan Lindung (Mangrove) Jumlah
Sumber: Peta Status Kawasan Hutan (RTRW ProvSulsel, 2009)
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jeneponto, 2008
KODE WIL.
KECAMATAN
(1) 010 011 020 021 030 031 040 041 042 050 051 7304
(2) BANGKALA BANGKALA BARAT TAMALATEA BONTORAMBA BINAMU TURATEA BATANG ARUNGKEKE TAROWANG KELARA RUMBIA JENEPONTO 2008
HUTAN LINDUNG / (ha)
(3) 2.289 3.300 3.600 9.189
HUTAN PRODUKSI TERBATAS / (ha)
HUTAN PRODUKSI BIASA / (ha)
(4)
(5)
JUMLAH / (Ha)
140 -
117 -
(6) 2.289 3.300 257 -
140
117
3.600 9.446
Rencana Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana)
No 1
Jenis Kebencanaan Gerakan Tanah/Batuan
Lokasi (Sebaran) Seluruh wilayah utara: kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Rumbia, dan Kelara
2
Banjir
3
Tsunami
dataran pantai di sebelah barat, Kecamatan Bangkala (Allu), Tamalatea (Topa, Kelurahan Tonrokassi Timur), Bontoramba, Tarowang, Binamu bagian selatan, dan dataran sebelah timur: Arungkeke dan Batang. Sepanjang pesisir
4
Kebakaran
Semua wilayah
5
Angin puting beliung
Terutama di sepanjang pesisir, khususnya Tamalatea, Arungkeke, Bontoramba, dan Binamu
6
Gempa
Semua wilayah
Sumber: Analisis, 2010, RTRW Prov. Sulsel 2009 Laporan LPPD, 2009
Land Use Eksisting
Sumber: Analisis Citra 2010 BPS Kab Jeneponto 2009
Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Basah
Sawah existing: 23.408 ha
Sumber: Analisis 2010
Pola Ruang Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Kering (semusim)
Total 19,592 ha
Sumber: Analisis 2010
Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan
Total 5.243 ha
Sumber: Analisis 2010
Rencana Pola Ruang Kawasan Hortikultura
Seluas 2.826 ha, dan terkonsentrasi di Kecamatan Rumbia
Sumber: Analisis 2010
Rencana Pola Ruang Kawasan Peruntukan Perikanan P.Tangkap: Laut Flores, T. Bone Budidaya perikanan terdiri dari : Rumput laut 8.150 ha di
Kecamatan Bangkala Barat, Kecamatan Bangkala, Kecamatan Tamalatea, Kecamatan Binamu, Kecamatan Arungkeke, Kecamatan Batang, dan Kecamatan Tarowang. Pertambakan udang dan ikan bandeng seluas 3.178 di Kecamatan Binamu, Kecamatan Bangkala, dan Kecamatan Tamalatea. Pengolahan ikan di Pabiringa (Areal TPI, Kawasan KIPPT)
Sumber: Analisis 2010
Rencana Pola Ruang
Seluas 10.540 ha
Kawasan Peternakan (pdg Pengembalaan)
Sumber: Analisis 2010
Rencana Pola Ruang Pengembangan Pariwisata
Sumber: Analisis 2010
Rencana Pola Ruang
Kawasan peruntukan Industri terdiri atas :
Kawasan Industri Industri besar di Kawasan Industri Malasoro, yang saat ini baru mulai dibangun adalah PLTU Punagaya dan PLTU Lakatong, seluas kurang lebih 258 ha. Industri sedang adalah Tambak Garam di Nassara, Bangkala, seluas 48 ha Industri kecil dijumpai di semua kecamatan.
Sumber: Analisis 2010
Rencana Pola Ruang Pengembangan Pertambangan
No.
Jenis Sumberdaya Mineral
Potensi (Hipotetik)
Lokasi
1
Pasir Besi
2
Bentonit
2.504.928 ton (alluvial Deposite) 45.600.000 m3
3
Lempung
27.000.000 m3
4
Batu Gamping
1.500.000.000 m3
5
Batu Gamping Dolomitan
57.800.000 ton
6
Oker
500.000 m3
7 8
Mika Andesit
70.000 m3 1.500.000.000 m3
9
Basal
13.400.000.000 m3
10
Breksi
2.800.000.000 m3
11
Tufa
1.800.000.000 m3
12
Sirtu
23.000.000 m3
13
Kaldeson
9.040.000 m3
Tamalatea dan Bangkala
14
Zeloit
23.000.000 m3
Turatea, Binamu, Bontoramba, Tamalatea, Bangkala
Binamu dan Arungkeke Bangkala Binamu, Bangkala, Tamalatea Bangkala Barat, Bangkala, Tamalatea Tamalatea (Kel. Bontotangga) Rumbia (Desa Kassikassi) Bangkala Barat Batang Bangkala, Tamalatea, Rumbia, Bontoramba Bangkala Barat, Kelara, Turatea, Batang Bontoramba, Bangkala Turatea, Binamu, Bontoramba, Tamalatea, Bangkala
Sumber: Dinas Pertam & Perind 2010
Analisis Kawasan Strategis 1. KS Provinsi Sulsel
Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/utau lingkungan. Lingkup: Nas, Prov, Kab/Kota
Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Jeneponto: KS dari segi Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung dalam bentuk Kawasan Lindung Nasional (KLN) Suaka Margasatwa Komara dan Taman Buru Komara di Bangkala Barat (sebahagian di Kabupaten Takalar).
Sumber: RTRW Provinsi Sulsel, 2009
Penetapan Kawasan Strategis KS Provinsi Sulsel KS Kabupaten
Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/utau lingkungan. Lingkup: Nas, Prov, Kab/Kota
•
1. Kawasan Agropolitan RumbiaKelara
•
2. Kawasan Industri Perikanan dan Pariwisata Terpadu (KIPPT)
•
3. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agro-minapolitan Arungkeke-Tarowang
•
4. Kawasan Strategis Industri Malasoro dan sekitarnya
•
5. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Agropolitan berbasis Pesantren (Turatea)
•
6. Kawasan Strategis (Rencana) Bendungan Kelara-Karaloe
Pemanfaatan Ruang Kabupaten PROGRAM INDIKATIF: Tahapan pengembangan sampai dengan tahun 2030 dibagi ke dalam 4 tahap, yaitu: tahap pertama adalah dari tahun 2010 sampai 2015, tahap kedua adalah dari tahun 2015 sampai 2020, tahap ketiga adalah dari tahun 2020 sampai 2025 dan tahap keempat adalah dari tahun 2025 sampai 2030.
Program Indikatif : Program Perwujudan Struktur Ruang Program Perwujudan Pola Ruang Program Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Program Pengendalian dan Pengembangan Kelembagaan Program Pengembangan Sistem Informasi Tata Ruang (SIMTARU).
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten: • Ketentuan Peraturan Zonasi • Ketentuan Perizinan • Ketentuan Insentif dan Disinsentif