No. 09/2/13/Th XIX, 1 Februari 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP SUMATERA BARAT JANUARI 2016 SEBESAR 97,50 ATAU TURUN 0,26 PERSEN
NTP Sumatera Barat bulan Januari 2016 tercatat sebesar 97,50 atau turun sebesar 0,26 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 97,75 (Desember 2015). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen.
Pada bulan Januari 2016 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 96,99 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 94,29 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 95,48 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 102,80 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 106,50 untuk subsektor perikanan (NTN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 101,61 dan 107,71.
Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Januari 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,63 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (1,16 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,76 persen), kelompok perumahan (0,62 persen), kelompok sandang (0,55 persen), kelompok kesehatan (0,74 persen), kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,26 persen). Sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi sebesar 1,74 persen.
A. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan Januari 2016, NTP Sumatera Barat mengalami penurunan sebesar 0,26 persen dibanding bulan Desember 2015, yaitu dari 97,75 menjadi 97,50. Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (0,23 persen), lebih kecil dari kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (0,49 persen).
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
1
Tabel 1 Nilai Tukar Petani per Subsektor dan Perubahannya Desember 2015 – Januari 2016 (2012=100) Bulan Kelompok dan Sub kelompok (1)
Desember 2015
Januari 2016
Persentase Perubahan (%)
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan 98,30
96,99
-1,33
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
a. NilaiTukar Petani (NTPP)
104,69
103,51
-1,13
c. Indeks Harga yang Diterima Petani
119,43
118,54
-0,75
- Padi
119,54
118,50
-0,87
- Palawija
119,06
118,69
-0,32
121,50
122,22
0,59
- Indeks Konsumsi RumahTangga
124,07
124,89
0,66
- Indeks BPPBM
114,08
114,52
0,39
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani
2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani (NTPH)
93,66
94,29
0,68
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
102,69
103,75
1,03
c. Indeks Harga yang Diterima Petani
112,89
114,13
1,10
- Sayur-sayuran
118,57
120,28
1,44
- Buah-buahan
102,72
103,07
0,34
- Tanaman Obat
105,24
107,27
1,93
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani
120,54
121,04
0,42
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
122,84
123,44
0,49
- Indeks BPPBM
109,94
110,01
0,06
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani (NTPR)
96,07
95,48
-0,62
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
105,78
105,50
-0,26
c. Indeks Harga yang Diterima Petani
117,96
117,98
0,01
- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR)
117,96
117,98
0,01
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani
122,78
123,56
0,64
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
124,83
125,70
0,70
- Indeks BPPBM
111,52
111,83
0,28
a. Nilai Tukar Petani (NTPT)
101,87
102,80
0,91
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
108,62
110,04
1,31
c. Indeks Harga yang Diterima Petani
117,59
118,87
1,09
- Ternak Besar
113,58
115,13
1,36
- Ternak Kecil
110,34
109,62
-0,65
- Unggas
127,75
128,64
0,70
- Hasil Ternak
4. Peternakan
129,02
130,02
0,78
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani
115,44
115,64
0,18
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123,29
123,98
0,56
- Indeks BPPBM
108,26
108,02
-0,22
a. Nilai Tukar Petani (NTN)
105,73
106,50
0,72
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
114,20
115,81
1,41
c. Indeks Harga yang Diterima Petani
123,46
124,78
1,07
- Tangkap
119,84
121,33
1,24
- Budidaya
124,33
125,61
1,03
116,76
117,16
0,34
- Indeks Konsumsi RumahTangga
122,89
123,85
0,78
- Indeks BPPBM
108,11
107,74
-0,34
5. Perikanan
d. Indeks Harga yang Dibayar Petani
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
2
Kelompok dan Sub kelompok (1)
Bulan Desember 2015
Januari 2016
Persentase Perubahan (% )
(2)
(3)
(4)
5.a. Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Petani
99,55
101,61
2,08
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
102,25
106,83
4,47
c. I ndeks Harga yang Diterima Petani
119,84
121,33
1,24
- Penangkapan Perairan Umum
119,56
121,85
1,92
- Penangkapan Laut
119,85
121,32
1,22
120,39
119,40
-0,82
- Indeks Konsumsi RumahTangga
122,75
123,72
0,79
- Indeks BPPBM
117,20
113,58
-3,09
a. Nilai Tukar Petani
107,29
107,71
0,39
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
117,40
118,13
0,63
c. I ndeks Harga yang Diterima Petani
124,33
125,61
1,03
124,33
125,61
1,03
d. I ndeks Harga yang Dibayar Petani
115,88
116,62
0,64
- Indeks Konsumsi RumahTangga
122,92
123,88
0,78
- Indeks BPPBM
105,90
106,33
0,40
d. I ndeks Harga yang Dibayar Petani
5.b. Perikanan Budidaya
- Budidaya Air Tawar
Gabungan a. Nilai Tukar Petani (NTP)
97,75
97,50
-0,26
b. NilaiTukar Usaha Pertanian
105,80
105,87
0,07
c. I ndeks Harga yang Diterima Petani
117,66
117,93
0,23
d. I ndeks Harga yang Dibayar Petani
120,36
120,95
0,49
- Indeks Konsumsi RumahTangga
123,88
124,66
0,63
- Indeks BPPBM
111,21
111,39
0,15
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Januari 2016 pada dua subsektor mengalami penurunan, subsektor tanaman pangan (1,33 persen) dan subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,62 persen). Sedangkan pada tiga subsektor lainnya mengalami peningkatan yaitu: subsektor hortikultura (0,68 persen), subsektor peternakan (0,91 persen), dan subsektor perikanan (0,72 persen).
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2016 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,23 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 117,66 menjadi 117,93. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada empat subsektor, yaitu subsektor hortikultura (1,10 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,01 persen), subsektor peternakan (1,09 persen) dan subsektor perikanan sebesar 1,07 persen. Sedangkan It pada subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 0,75 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Januari 2016 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 120,36 menjadi 120,95. Meningkatnya nilai Ib disebabkan oleh naiknya nilai Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,59 persen), subsektor hortikultura (0,42 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,64 persen), subsektor peternakan (0,18 persen), dan subsektor perikanan (0,34 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
3
Grafik 1 NTP Sumatera Barat Bulan Januari 2015 – Januari 2016 (2012=100)
4.
NTP Subsektor a.
Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Januari 2016 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,33 persen dari 98,30 menjadi 96,99. Hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,75 persen) sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar (0,59 persen). Menurunnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,75 persen disebabkan oleh menurunnya indeks subkelompok padi sebesar 0,87 persen, dan subkelompok palawija sebesar 0,32 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,59 persen diakibatkan oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,66 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Januari 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,68 persen dari 93,66 menjadi 94,29. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani (1,10 persen) lebih lebih besar dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (0,42 persen). Menaiknya nilai It sebesar 1,10 persen disebabkan menaiknya nilai indeks subkelompok sayur-sayuran sebesar 1,44 persen, subkelompok buah-buahan sebesar 0,34 persen dan subkelompok tanaman obat sebesar 1,93 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,42 persen disebabkan naiknya indeks harga subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,49 persen dan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,06 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
4
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) NTPR pada bulan Januari 2016 mengalami penurunan sebesar 0,62 persen, yaitu dari 96,07 menjadi 95,48. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,01 persen), lebih rendah dibanding peningkatan indeks yang dibayar petani (0,64 persen). Meningkatnya nilai Ib sebesar 0,64 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,70 persen, dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,28 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT pada Januari 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen, yaitu dari 101,87 menjadi 102,80. Kenaikan NTP ini terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (1,09 persen) lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,18 persen). Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,09 persen terjadi karena kenaikan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 1,36 persen, subkelompok unggas (0,70 persen) dan subsektor hasil ternak (0,78 persen). Sedangkan subkelompok ternak kecil mengalami penurunan yakni sebesar 0,65 persen. Peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,18 persen diakibatkan oleh peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,56 persen, sedangkan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,22 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTN) Pada bulan Januari 2016, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTN) mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen, yaitu dari 105,73 menjadi 106,50. Kondisi ini diakibatkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (1,07 persen) lebih besar dari kenaikan indeks yang dibayar petani (0,34 persen). Peningkatan nilai It sebesar 1,07 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada subsektor tangkap sebesar 1,24 persen dan indeks harga pada subsektor budidaya sebesar 1,03 persen. Kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.34 persen diakibatkan kenaikan pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,78 persen sedangkan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,34 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Januari 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,63 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terjadinya inflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada kelompok bahan makanan (1,16 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,76 persen), kelompok perumahan (0,62), kelompok sandang (0,55 persen), kelompok kesehatan (0,74 persen) dan kelompok pendidikan rekreasi, olahraga (0,26 persen), sedangkan kelompok transportasi dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 1,74 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
5
Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Desember 2015 - Januari 2016 (2012=100) IHK Rincian Pengeluaran
Perdesaan Desember 2015
IHK Perdesaan Januari 2016
Inflasi
Laju Inflasi
Perdesaan Pedesaan Januari 2016 Tahun Kalender
Inflasi Pedesaan Tahun ke
*)
**)
Tahun ***)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Konsumsi Rumah Tangga
123,88
124,66
0,63
0,63
3,73
Bahan Makanan
134,78
136,34
1,16
1,16
3,23
116,67
117,56
0,76
0,76
6,19
Perumahan
116,71
117,43
0,62
0,62
4,02
Sandang
113,75
114,37
0,55
0,55
5,37
Kesehatan
114,24
115,08
0,74
0,74
3,98
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
110,99
111,27
0,26
0,26
2,79
Transportasi dan Komunikasi
120,39
118,30
-1,74
-1,74
-0,29
(1)
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Januari 2016 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Januari 2016 terhadap Bulan Desember 2015 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Januari 2016 terhadap Bulan Januari 2015
Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Januari 2016 sebesar 0,63 persen sama dengan inflasi pedesaan bulan Januari 2016, sedangkan inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,73 persen. Grafik 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Januari 2015 – Januari 2016 (2012=100)
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
6
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAHJANUARI 2016 HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 2,84 %
Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Januari 2016, didominasi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .
Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 6.700,- per kg yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang , yaitu senilai Rp 4.000,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.
Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Januari 2016 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 2,84 persen dari Rp 5.431,05,- per kg (Desember 2015) menjadi Rp 5.276,67,- per kg ( Januari 2016), dan di tingkat penggilingan turun 2,86 persen dari Rp 5.536,27,- per kg (Desember 2015) menjadi Rp 5.377,82,- per kg (Januari 2016). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.
Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Januari 2016 dibanding bulan Desember 2015 untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 2,84 persen dari Rp 5.431,05 per kg (Desember 2015) menjadi Rp 5.276,67 per kg (Januari 2016). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 2,86 persen dari Rp 5.536,27,- per kg (Desember 2015) menjadi Rp 5.377,82,- per kg (Januari 2016). Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Januari 2016 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
HHarga Pembelian Rata-rata HargaP Pemerintah Tkt Penggilingan ( (Rp/Kg) (Rp/Kg) Rata-rata
Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Terendah
Tertinggi
Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7) (Rp/kg)
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
GKG
0 (0,00%)
--
--
--
--
4.600,00,-
--
-42,61
4000,00-
3.700,00,(Petani)
1576,67
GKP
99 (100%)
3.750,00,(Penggilingan)
1786,27
43.41
0 (0 %)
--
--
--
--
--
--
--
99 (100,00)
--
--
--
--
--
--
--
KualitasRendah
Total
6700,00,-
5.276,67-
5.377,82,-
Harga gabah kualitas GKP terendah pada Januari 2016 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.000,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.100,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Tanah Datar , yaitu sebesar Rp6.700,00,- per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Tanah Datar yaitu sebesar Rp 6.750,- per kg. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
7
Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat November 2015 s/d Januari 2016 Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) No.
Kabupaten
Nov’15
Des’15
Tingkat Petani (Rp/Kg)
% Perubahan Bulan Jan 2016 thd.Des 2015
Jan’16
Nov.’15
Des.’15
Jan.’16
% Perubahan Bulan Des 2015 thd.Nov 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
Pes, Selatan
5.479 64
5 369, 53
5 464, 20
1,76
5.436,67
5.308,42
5.374,56
1,25
2
Solok
5490,43
5 628,13
5 465,38
-2,89
5.375,57
5.539,80
5.362,69
-3,20
3
Tanah Datar
5.081,88
5.912,19
5.702,45
-3,55
5.040,38
5.863,01
5.613,80
-4,25
4
Pdg, Prmn.
5.514,66
5.551,93
5.543,80
-0,15
5.399,04
5.334,58
5.444,26
2,06
5
Agam
5.135,00
5.362,50
5.372,36
0,18
5.085,00
5.290,00
5.280,28
-0,18
6
50 Kota
4.960,00
5.336,67
5.303,13
-0,63
4.813,33
5.170,00
5.193,09
0,45
7
Pasaman
4.733,33
5.592,95
4.793,43
-14,30
4.633,33
5.511,52
4.668,04
15,30
5.199,28
5.536,27
5.377,82
- 2,86
5.111,90
5.431,05
5.276,67
-2,84
(1)
Sumbar
Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Jan 2014 – Jan 2016 5800 5795,8
5300
5127,0 4981,4
4912,66
Rata-rata Harga (Rp/Kg)
5536,3
5538,7
4800
4656,8 4698,9
4994,9
4579,2
4584,4
4300
5199,3
4553,5
4966,1
4609,1
4649,5
4413,4
4681,0
5377,8
4711,3
4890,8 4450,3
4631,1
4643,3 4360,2
3800 3300 2800
2300
Jan-16
Des-15
Nop-15
Okt-15
Sep-15
Agust-15
Jul-15
Jun-15
Mei-15
Apr-15
Mar-15
Feb-15
Jan-15
Des-14
Nop-14
okt-14
Sep-14
Agust-14
Jul-14
Jun-14
Mei-14
Apr-14
Mar-14
Feb-14
Jan-14
1800
Bulan Rata-rata harga gabah di Pen ggilingan
HPP gabah di tingkat Penggilingan
Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 Maret 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00,- per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp4.600,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan September 2015 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada di bawah HPP.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
8
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Informasi lebih lanjut hubungi:
Azwir, S.Si Kepala Bidang Statistik Distribusi JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id Email :
[email protected]
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 09/2/13/Th XIX,
1 Februari 2016
9