No. 37/08/36/ Th.VIII, 4 Agustus 2014
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2014 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) JULI 2014 SEBESAR 104,54 ATAU NAIK 0,18 PERSEN NTP Banten Juli 2014 sebesar 104,54 atau naik 0,18 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang sebesar 0,97 persen, lebih cepat daripada laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang sebesar 0,79 persen. Pada Juli 2014 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,98 persen terutama disebabkan oleh naiknya indeks kelompok sandang sebesar 2,09 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten Juli 2014 sebesar 107,98 atau naik 0,85 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Pada Bulan Juli 2014 dari 33 provinsi di Indonesia, NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai indeks sebesar 105,72 yang diikuti Provinsi Bali sebesar 105,14 dan Provinsi Lampung sebesar 104,84. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 96,61.
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada Juli 2014, NTP secara umum naik 0,18 persen dibandingkan NTP Juni 2014, yaitu dari 104,35 menjadi 104,54. Kenaikan NTP pada Juli 2014 disebabkan laju kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian (It) yang sebesar 0,97 persen berjalan lebih cepat dibanding indeks harga barang dan jasa
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
1
yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang naik sebesar 0,79 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Juli 2014 (2012=100) Bulan
Subsektor
Persentase Perubahan
Juni
Juli
(2)
(3)
(4)
a. Indeks yang diterima (It)
115.22
116.34
0.97
b. Indeks yang d dibayar (Ib)
110.42
111.29
0.79
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga
111.41
112.50
0.98
d. Indeks BPPBM
107.60
107.74
0.12
e. Nilai Tukar Petani (NTP)
104.35
104.54
0.18
(1) Gabungan / Banten
Kenaikan NTP Juli 2014 terutama disebabkan oleh naiknya NTP Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,60 persen, subsektor peternakan 0,93 persen, serta subsektor perikanan yang naik sebesar 1,05 persen. Subsektor hortikultura dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan NTP masing masing sebesar 0,53 persen dan 0,73 persen.
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (I t)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Juli 2014, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen dibanding It Juni 2014, yaitu dari 115,22 menjadi 116,34. Kenaikan It pada Juli 2014 disebabkan naiknya It pada subsektor tanaman pangan yang naik sebesar 1,43 persen, subsektor hortikultura 0,21 persen, It subsektor Tanaman perkebunan rakyat naik 0,19 persen, subsektor peternakan naik 1,56 persen, dan perikanan naik 1,06 persen. Grafik 2 Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Juni- Juli 2014 1.43 0.97
0.72
1.00 0.07 0.21
0.14
0.19
0.00 -0.28
-1.00
-1.08
-2.00 -3.00
-2.60
Juli
2
Juni
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (I b)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumahtangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (I b) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Juli 2014 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen dari 114,41 menjadi 112,50. Indeks BPPBM juga mengalami kenaikan 0,12 persen dari 107,60 menjadi 107,74. Kenaikan indeks kelompok ini disebabkan naiknya indeks pada seluruh kelompok yaitu kelompok bibit naik 0,23 persen, kelompok pupuk, obat-obatan dan pakan sebesar 0,05 persen, transportasi naik 0,25 persen, penambahan barang modal 0,32 persen dan upah buruh tani 0,11 persen. Grafik 3 Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan Juli 2014
1.00
1.00
0.97
0.93
0.98
0.90
0.82
0.79
0.77
0.74 0.62
0.50 0.27
0.30
0.27 0.12
0.05
0.00 T. Pangan
-0.50
3.
-0.01
Hortikultura Ib
Perkebunan Konsumsi RT
Peternakan
Perikanan
Gabungan
BPPBM
Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P) Pada bulan Juli 2014 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 0,60 persen dari 103,00 menjadi 103,62, hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,43 persen lebih cepat dari laju kenaikan pada indeks harga yang di bayar petani yang sebesar 0,82 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena adanya kenaikan indeks pada subkelompok padi sebesar 1,45 persen dan kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 1,00 persen. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi naiknnya harga gabah sebesar 1,45 persen, sedang kenaikan indeks pada subkelompok palawija disebabkan naiknya harga ubi kayu 0,23 persen, dan ubi jalar 2,97 persen, jagung 1,36 persen. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen karena pengaruh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,97 dan naiknya indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen. Untuk BPPBM kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bibit 0,44 persen, kelompok transportasi naik 0,22 persen, kelompok penambahan barang modal naik 0,27 persen, dan kelompok upah buruh naik 0,01 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
3
Tabel 2 Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten PerSubsektor & Perubahannya Mei – Juli 2014 (2012=100) Bulan Mei
Juni
Juli
Persentase perubahan Juli 2014 thd
(2)
(3)
(4)
Juni 2014 (5)
114.34
114.34
115.97
1.43
- Padi
114.66
114.59
116.25
1.45
- Palawija
108.46
109.74
110.84
1.00
110.31
111.01
111.92
0.82
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
110.81
111.58
112.66
0.97
- Indeks BPPBM
107.85
108.21
108.26
0.05
103.66
103.00
103.62
0.60
108.21
109.64
109.87
0.21
- Sayur-sayuran
107.23
108.29
106.36
-1.79
- Buah-buahan
108.72
110.44
112.09
1.50
- Tanaman Obat
112.95
113.11
112.92
-0.17
109.40
110.10
110.91
0.74
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
110.35
111.17
112.29
1.00
- Indeks BPPBM
106.80
107.15
107.13
-0.01
98.91
99.58
99.06
-0.53
123.49
125.14
125.39
0.19
123.49
125.14
125.39
0.19
110.16
110.82
111.84
0.93
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
110.68
111.43
112.61
1.06
- Indeks BPPBM
107.66
107.87
108.16
0.27
112.10
112.93
112.11
-0.73
111.51
112.78
114.53
1.56
- Termak Besar
112.52
113.78
115.58
1.58
- Ternak Kecil
115.25
116.48
116.79
0.26
- Unggas
110.03
111.09
113.42
2.11
- Hasil Ternak
110.04
111.86
113.54
1.50
b. Indeks Dibayar Petani
108.17
108.70
109.37
0.62
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
110.48
111.22
112.22
0.90
- Indeks BPPBM
105.72
106.03
106.35
0.30
103.09
103.75
104.72
0.93
113.87
115.02
117.13
1.83
- Penangkapan
122.63
124.34
128.43
3.29
- Budidaya
107.05
107.76
108.34
0.53
109.60
110.17
111.02
0.77
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
110.47
111.28
112.49
1.09
- Indeks BPPBM
108.23
108.43
108.72
0.27
103.90
104.40
105.51
1.05
Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
(1) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani
c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani
c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Juli 2014 mengalami penurunan sebesar 0,53 persen dari 99,58 menjadi 99,06. Hal ini terjadi karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,21 persen, lebih lambat dibandingkan laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,74 persen. Kenaikan It pada subsektor hortikultura disebabkan karena naiknya indeks pada kelompok buah-buahan sebesar 1,50 persen, sementara kelompok sayur-sayuran dan tanaman obat mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,79 persen dan 0,17 persen sehingga menghambat kenaikan It. Kenaikan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan oleh naiknya harga semangka, nangka, pisang, melon, pada kelompok sayur-sayuran penurunan harga disebabkan turunnya harga cabe rawit, cabai merah, melinjo, petai, sawi, dll. Penurunanan pada kelompok tanaman obat disebabkan turunya harga kunyit. Di sisi lain kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi oleh kenaikan pada IKRT sebesar 1,00 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) Pada Bulan Juli 2014 NTP-R sebesar 112,11 mengalami penurunan sebesar 0,73 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,19 persen, lebih cepat dibandingkan laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,93 persen. Kenaikan It terjadi karena adanya kenaikan pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,19 persen dari 125,14 menjadi 125,39 yang dipengaruhi oleh naiknya harga kelapa sawit, lada/merica, kelapa, kakao, kopi, dan karet. Di sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,06 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,27 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-T) Pada bulan Juli 2014 NTP-T mengalami kenaikan sebesar 0,93 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,56 persen, lebih cepat dibanding laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,62 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada seluruh kelompok yakni kelompok ternak besar naik 1,58 persen, kelompok ternak kecil naik 0,26 persen, unggas naik 2,11 persen, dan kelompok hasil ternak naik 1,50 persen. Kenaikan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh naiknya harga sapi potong dan kerbau. Kenaikan harga pada kelompok ternak kecil dipengaruhi naiknya harga domba. Pada kelompok unggas yang mengalami kenaikan harga adalah itik, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan ayam buras. Pada kelompok hasil ternak kenaikannya disebabkan naiknya harga telur ayam ras, dan telur ayam buras. Sedangkan yang mempengaruhi kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,62 persen adalah kenaikan indeks pada BPPBM sebesar 0,30 persen dan kenaikan IKRT sebesar 0,90 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTNP) NTN pada bulan Juli 2014 mengalami kenaikan indeks sebesar 1,05 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,83 persen, lebih cepat dari pada laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,77 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada kelompok penangkapan sebesar Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
5
3,29 persen dan kelompok budidaya 0,53 persen. Di sisi lain Ib mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen disebabkan indeks KRT mengalami kenaikan sebesar 1,09 persen dan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,27 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Juli 2014, NTN naik sebesar 2,45 persen dari 113,01 menjadi 115,78. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 3,29 persen, lebih cepat dibandingkan laju kenaikan pada Ib yang sebesar 0,81 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain ikan teri, layur, sebelah, pari,tembang, layar, manyung, peperek, japuh, dll. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks kelompok KRT naik sebesar 1,09 persen dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,37 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Juli 2014, NTPi turun sebesar 0,21 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,53 persen, bergerak lebih lambat dari pada laju kenaikan Ib yang sebesar 0,74 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 1,04 persen khususnya komoditi lele, dan nila dan mas dihambat oleh penurunan kelompok budidaya air payau yang mengalami penurunan 0,13 persen (khususnya komoditi ikan bandeng). Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT naik sebesar 1,08 persen dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,18 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan Juli 2014 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,98 persen. Pemicu inflasi terbesar adalah kelompok sandang yang mengalami inflasi sebesar 2,09 persen diikuti kelompok bahan makanan sebesar 1,43 persen, kelompok perumahan 0,64 persen, kelompok kesehatan 0,63 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,54 persen kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,52 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,49 persen. Tabel 3 IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Juli 2014 (2012=100) KELOMPOK IKRT UMUM 1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 7. Transportasi & Komunikasi
6
IKRT Juni
IKRT Juli
Inflasi Perdesaan (persen)
111.41
112.50
0.98
113.27
114.89
1.43
108.92
109.45
0.49
111.38
112.10
0.64
106.74
108.97
2.09
110.14
110.83
0.63
110.04
110.62
0.52
115.20
115.82
0.54
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
5.
Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan Juli 2014 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 23 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan nilai indeks sebesar 105,72 yang diikuti Provinsi Bali sebesar 105,14 dan Provinsi Lampung sebesar 104,84. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 96,61. NTP nasional sebesar 102,12 mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,98. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsidi Indonesia Juli 2014 (2012=100) Provinsi
NTP
Rangking
Provinsi
NTP
Rangking
Sulawesi Selatan
105.72
1
Maluku
100.90
18
Bali
105.14
2
NTT
100.78
19
Lampung
104.84
3
Sumatera Barat
100.53
20
Jawa barat
104.79
4
Jawa Tengah
100.22
21
Maluku Utara
104.61
5
NTB
100.13
22
Banten
104.54
6
Papua barat
100.13
23
Jawa Timur
104.32
7
Sumatera Utara
99.82
24
Sulawesi Tengah
102.87
8
Sulawesi Utara
99.73
25
Sulawesi Barat
102.85
9
Kalimantan Timur
99.71
26
Sumatera Selatan
102.77
10
NAD
99.58
27
DI Yogyakarta
102.54
11
Kalimantan Selatan
99.40
28
Sulawesi Tenggara
102.27
12
Jambi
98.24
29
Kepri
101.77
13
Papua
97.77
30
Gorontalo
101.75
14
Riau
97.55
31
Bangka Belitung
101.75
15
Bengkulu
96.81
32
DKI
101.27
16
Kalimantan Barat
96.61
33
Kalimantan Tengah
101.11
17
Nasional
102,12
6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor Pada Juli 2014 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,85 persen. Hal ini karena laju kenaikan pada It yang sebesar 0,97 persen, bergerak lebih cepat dari pada laju kenaikan indeks BPBBM yang naik sebesar 0,12 persen. Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada empat subsektor penyusun NTUP terutama subsektor perikanan naik 1,56 persen, diikuti subsektor tanaman pangan yang naik 1,37 persen, subsektor peternakan naik sebesar 1,25 persen, dan subsektor hortikultura naik 0,22 persen. Sementara NTUP pada subsektor tanaman tanaman perkebunan rakyat turun 0,08 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
7
Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian perSubsektor, dan Persentase Perubahannya, Juli 2014 (2012=100) Subsektor
Juni 2014
Juli 2014
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
105.67
107.12
1.37
2. Hortikultura
102.33
102.55
0.22
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
116.01
115.93
-0.08
4. Peternakan
106.37
107.70
1.25
5. Perikanan
106.08
107.74
1.56
a. Tangkap
115.09
118.43
2.90
b. Budidaya
99.11
99.45
0.35
107.08
107.98
0.85
Gabungan
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
Berdasarkan observasi sebanyak 41 transaksi gabah di 3 Kabupaten (Pandeglang, Serang dan Lebak), rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Juli 2014 dibandingkan keadaan Juni 2014 untuk Gabah Kering Giling (GKG) naik sebesar 7,53 persen, Gabah Kering Panen (GKP) naik sebesar 4,43 persen, dan gabah kualitas rendah juga naik sebesar 5,17 persen.
Rata-rata harga gabah bulan Juli 2014 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG Rp 4.538,- per kg, kualitas GKP Rp. 4.156,- per kg dan gabah kualitas rendah rata-rata Rp 3.714,- per kg.
Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 3.300 per kg dijumpai di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Serang dengan kualitas GKP (varietas Ciherang), sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 4.600,- per kg dijumpai di Kecamatan Pontang Kabupaten serang untuk kualitas GKG (varietas ciherang).
Pada Juli 2014, survei harga produsen gabah yang masuk berasal dari 41 observasi di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lebak. Pemantauan harga ini dilakukan melalui pencacahan rutin bulanan. Observasi yang dilakukan ditemukan kelompok kualitas GKG sebanyak 4 observasi (9,76 persen), GKP sebanyak 25 observasi (60,98 persen), dan kualitas rendah sebanyak 12 observasi (29,27 persen). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 5 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Juli 2014 Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.)
Rata-rata Harga Tingkat Penggili ngan (RP/Kg)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.)
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
Terendah
Tertinggi
RataRata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
9.76%
4.200 Kec. Warunggunung Kab.Lebak
4.600 Kec. Pontang Kab.Serang
4.450
4.538
4.150
25
3.300
4.550
4.060
4.156
Petani 3.300
GKP
60.98%
Kec. Warunggunung Kab. Lebak
Kec. Kramatwatu, Kab. Serang
Gabah Kualitas Rendah
12 29.27%
3.450 Kec. Cimanuk Kab. Pandeglang
3.775 Kec. Ciruas Kab. Serang
GKG
4
Penggilingan 3.350
3.593
3.714
-
Keterangan: GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤ 3 persen. GKP: kadar air (14,01-25 persen) dan kadar lain (3,01-15 persen). Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15 persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 3 TAHUN 2012 TANGGAL 27 FEBRUARI 2012
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
9
2.
Harga Terendah, Tertinggi dan Rata – rata Komponen Mutu
Pada Bulan Juli 2014, dari 41 observasi diperoleh harga gabah terendah ditingkat petani sebesar Rp.3.300,- per kg untuk kualitas GKP dijumpai di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak dengan varietas Ciherang. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 4.600,- per kg untuk kualitas GKP di Kec. Pontang Kabupaten Serang (varietas Ciherang). Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya sebesar 12,68 persen dan KH sebesar 2,93 persen. Untuk kualitas GKP KA nya sebesar 15,22 persen dan KH nya 5,57 persen sedangkan untuk Kualitas Rendah KA nya 18,33 persen dan KH 12,92 persen. Tabel 3 Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Mei – Juli 2014 Kadar Air (persen)
Kelompok Kualitas
3.
Kadar Hampa/Kotoran (persen)
Mei
Juni
Juli
Mei
Juni
Juli
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
GKG
11.37
11.60
12.68
2.03
2.61
2.93
GKP
14.71
15.21
15.22
6.15
6.27
5.57
Kualitas Rendah
21.55
21.52
18.33
14.15
14.05
12.92
Persentase Jumlah Observasi harga Gabah di bawah HPP di Tingkat Penggilingan Pada Bulan Juli 2014 ini tidak ditemukan observasi harga gabah di bawah HPP, sedangkan
observasi gabah kualitas rendah sebesar 29,27 persen. Tabel 4 Persentase Observasi Harga Gabah di Tingkat Penggilingan di Bawah HPP dan Gabah Kualitas Rendah, Februari – Juli 2014 Di Tingkat Penggilingan (persen)
Rincian Februari’14
Maret’14
April’14
Mei’14
Juni’14
Juli’14
Observasi Di bawah HPP
-
-
0,77
-
9,09
-
Obs. Gabah Kualitas Rendah
34,15
47,37
35,00
31,58
15,38
29,27
4.
Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di Provinsi Banten sebesar Rp.4.538- per kg di tingkat penggilingan mengalami kenaikan sebesar 7,05 persen dibanding Bulan Juni 2014 dan di tingkat petani sebesar Rp. 4.450,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.156,- per kg atau naik sebesar 4,23 persen sementara di tingkat petani rata-rata harga GKP sebesar Rp. 4.060- per kg atau naik 4,43 persen. Untuk gabah kualitas rendah di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 2,89 persen sementara di tingkat petani mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 5,17 persen.
10
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
Tabel 5 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Mei- Juli 2014 Tingkat Peng gilinga n (Rp/ Kg) K ualitas
Tingkat Petan i (Rp/Kg)
Mei
Juni
Juli
persen Perub. Kol (8) thd (7)
Mei
Juni
Juli
persen Perubaha n Kol (4)thd(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
GKG
4,257
4,239
4,538
7.05
4,157
4,139
4,450
7.53
GKP
4,082
3,987
4,156
4.23
3,961
3,887
4,060
4.43
K ualitas r endah
3,596
3,609
3,714
2.89
3,465
3,417
3,593
5.17
Grafik 4 Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Di Provinsi Banten (Juli 2013 – Juli 2014) 5000
4500
4000
GKG GKP
3500
Non Kwalitas HPP GKG
3000
HPP GKP
2500
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
11
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN JULI 2014 SEBESAR Rp. 36.127,
Upah nominal buruh tani pada Juli 2014 dibanding upah buruh tani April 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen atau naik dari Rp. 36.127,- menjadi Rp. 36.199,-per hari. Namun secara riil*) mengalami penurunan sebesar 0,77 persen.
Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Juli 2014 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 68.412,-per hari, secara riil*) mengalami penurunan sebesar 0,79 persen
*)Perubahan upah riil menggambarkanperubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh dan sebaliknya
1.
Perkembangan Upah Buruh Pertanian
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Juli 2014 dibanding upah buruh tani Juni 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen atau naik dari Rp. 36.127,- menjadi Rp. 36.199,-per hari. Secara riil mengalami penurunan sebesar 0,77 persen dibanding Juni 2014 yaitu dari Rp. 32.427,- menjadi Rp. 32.177,- per hari. Tabel 6 Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Mei - Juli 2014 Bulan Rincian (1)
Provinsi
Mei 2014
Juni 2014
Juli 2014
% Perubahan Juli 2014 thd Juni 2014
(3)
(4)
(5)
(6)
Upah Nominal
35,777
36,127
36,199
0.20
Upah Riil *)
32,339
32,427
32,177
-0.77
Jenis Upah (2)
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
2.
Perkembangan Upah Buruh Informal
a.
Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per hari Secara nominal, rata-rata upah buruh bangunan di Provinsi Banten pada Bulan Juli 2014 tidak mengalami perubahan yakni Rp. 68.412,-per hari. Secara riil, upah Juli 2014 dibanding Juni 2014 turun sebesar 0,79 persen, yaitu dari Rp. 59.191,- menjadi Rp. 58.723,- per hari.
b.
Upah Pembantu Rumah Tangga Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah pembantu rumah tangga di Provinsi Banten pada Juli 2014 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 450.407 per bulan. Dan secara riil upah Juli 2014 dibanding Juni 2014 mengalami penurunan sebesar 0,79 persen, yaitu turun dari Rp. 389.692,menjadi Rp. 386.615,- per bulan.
12
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
Tabel 7 Ringkasan Upah Buruh Informal Perkotaan Provinsi Banten Per Hari/Bulan (rupiah) Mei - Juli 2014
Juli
% Perubahan Juli 2014 thd Juni 2014
(3)
(4)
(5)
(6)
Upah Nominal
68,412
68,412
68,412
0.00
Upah Riil *)
59,412
59,191
58,723
-0.79
Upah Nominal
441,575
450,407
450,407
0.00
Upah Riil*)
383,478
389,692
386,615
-0.79
(1)
(2)
Pembantu rumah tangga per bulan
Juni
Jenis Upah
Bangunan per hari
Bulan Mei
Rincian
*) Upah riil = upah nominal/IHK Umum Perkotaan di Banten (2012=100)
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014
13
BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Dr. Syech Suhaimi, SE.,M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail :
[email protected] Website : banten.bps.go.id
14
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 37/08/36/Th.VIII, 4 Agustus 2014