PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA PEMUDA DAN OLAHRAGA DI KABUPATEN KAYONG UTARA Oleh: MUR ARIPIN NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Pontianak Tahun 2016 Email:
[email protected]
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah Komunikasi Kepala Dinas Pariwisata pada Bidang Pariwisata kurang maksimal sehingga promosi Wisata Bahari Pantai Pulau Datok tidak terlaksana dengan optimal, Sumber daya yang menepati posisi kerja tidak sesuai dengan standar keahlian, Tidak adanya komitmen yang maksimal untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Kayong Utara Nomor 27 tahun 2010, Mekanisme (belum maksimal berjalanya Standar Oprasional Prosedur) dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 27 tahun 2010 Penyelenggaraan Usaha Pariwisata Kabupaten Kayong Utara. Peneliti menggunakan teori George C. Edward III yang menyebutkan terdapat empat aktivitas dalam Hasil Implementasi yakni Komunikasi, Sumber daya, Disposisi atau Perilaku, Struktur Birokrasi. Penulisan Skripsi ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil implementasi Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan DISBUDPARPORA di Kabupaten Kayong Utara masih belum optimal. Hal ini ditunjukan dengan standar oprasional prosedur (SOP) yang dijalankan DISBUDPARPORA Kabupaten Kayong Utara, terkait dengan Pengelolaan Wisata Bahari Pantai Pulau Datok oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga belum berjalan secara baik. Selain itu kepemilikan lahan Wisata yang masih dimiliki individu yang menjadi kendala dalam Pembangunan dan Pengembangan Wisata Bahari Pantai Pulau Datok. Saran dari hasil penelitian ini Komunikasi tidak hanya sebatas antara Kepala Dinas dan Kasinya saja tetapi melibatkan pihak terkait seperti Kecamatan Sukadana dan desa sutera yang merupakan wilayah Wisata tersebut, mengupayakan bagaimana menarik investor agar menanm modal di wisata tersebut, adanya kerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan dan DPPKD dalam komitmen pengembangan wisata tersebut, memberi keterangan atas kejelasan tentang alur proses kerja tanggung jawab dan staf Kata-kata kunci: Implementasi, Kebijakan, Kepariwisataan, komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, Struktur Birokrasi.
Abstract The problem in this research are: Communication the head of tourism department in the field of tourism was less maximal that promotion of nautical tourism Pulau Datok Beach was not performing optimally, resource keep working position is not in accordance with the standards of expertise Lack of maximum commitment to implement the District Regulation in Kayong Utara Numbers 27, 2010. the mechanism (not maximum the processed of standard oprasional procedure) in the implementation of Kayong Utara District Regulation Number 27 of 2010 Implementation of Tourism Business District of Kayong Utara. The researcher used the theory of George C. Edward III who says there are four activities in the implementation of the outcome Communications, Resource, Disposition or Behavioral , Bureaucratic Structure. this thesis writing used descriptive method with qualitative approach. The results showed that the Implementation of Regional Regulation Numbers 27, 2010 regarding business
1 MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
tourism in the district of Kayong Utara DISBUDPARPORA still not optimal. This is evidenced by standard oprasional procedure (SOP) run DISBUDPARPORA District of Kayong Utara, related to the management of Marine Tourism Pulau Datok Beach by the Department of Tourism Culture Youth and Sports has not run well. Besides the ownership of land is still owned individual travel is a constraint in the Construction and Development of Marine Tourism Pulau Datok Beach. Suggestions and the purpose from this research are communication is not only limited to the heads of departments and the manager only but involve relevant stakeholders such as township and village silk which is a region of tourist, seeking how to attract investors to invest in the tourism, cooperation with the Department of Fisheries and Marine and also DPPKD to commit the development of tourism, comments upon the clarity of the work processes and staff responsibilities Keywords: Implementation, Policy, tourism, communication, resources, disposition, Bureaucratic Structure.
Pariwisata berkaitan erat
A. PENDAHULUAN
pelestarian
nilai-nilai
dengan
kepribadian
dan
Pariwsata merupakan industri terbesar
pengembanngan budaya banngsa, dengan
pada abad ini, Pariwisata telah menjadi
memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan
sektor
ekonomi
kekayaan alam.
berbagai wilayah dengan cara menngenalkan
Provinsi
andalan
dalam
sektor
Kalimantan
Barat
tempat wisatanya pada berbagai media
mempunyai banyak potensi alam dan seni
kepada wisatawan baik dari dalam negri
budaya yang dapat dimanfaatkan untuk
maupun luar negri.
dijadikan
Pengembangan sektor
sebagai
produk
wisata
oleh
pariwisata merupakan salah satu usaha untuk
pemerintah daerah kabupaten atau kota
meningkatkan perekonomian daerah yang
dalam
bersangkutan termasuk kalimantan barat,
daerahnya. Kemudian provinsi kalimantan
dapat
barat telah menetapkan daerah-daerah tujuan
dikembangkan
sebagai
aktifitas
meningkatkan
perekonomian yang dapat menghasilkan
wisata
devisa negara dengan cepat. Sebagai sektor
memajukan
multisektoral, pariwisata berada dalam suatu
untuk
sistem besar yang komponennya saling
masyarakat Kalimantan Barat.
terkait antara satu dengan yang lain. Sejak beberapa
dasawarsa
terakhir,
yang
pendapatan
potensial
dalam
pembangunan
kesejahteraan
dan
asli
rangka
perekonomian kemakmuran
Kabupaten Kayong Utara merupakan
pariwisata
salah satu Kabupaten yang terdapat di
bahkan sudah menjadi salah satu prime
Provinsi Kalimantan Barat, dimana Ibukota
mover didalaam perubahan sosial budaya
Kabupatenya terletak di Sukadana, Didalam
terutama didaerah tujuan wisata.
peraturan pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 2
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
tentang
penyelenggaraan
usaha
melestarikan dan meningkatkan mutu objek
peraturan
pariwisata dan daya tarik wisata, memupuk
Pemerintah Kabupaten Kayong Utara No 27
rasa cinta tanah air dan meningkatkan
Tahun 2010 tentang penyelenggaraan usaha
persahabatan antar bangsa, memperluaskan
kepariwisataan. Ketentuan umum pasal 1
dan memeratakan kesempatan berusaha dan
ayat 8 usaha pariwisata adalah usaha yang
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan
menyediakam barang dan atau jasa serta
daerah
fasilitas lainya bagi pemenuhan kebutuhan
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
wisatawan
penyelenggaraan
rakyat, mendorong pendayagunaan produksi
pariwisata, selanjutnya ayat 9 usaha daya
nasional. Wisata Bahari, Wisata Budaya, dan
tarik
Wisata Sejarah. pariwisata di Kabupaten
kepariwisataan.
Dan
dalam
dalam
wisatawan
adalah
usaha
yang
dan
nasional
dalam
kegiatanya mengelola daya tarik wisata alam,
Kayong Utara sampai
budaya, dan wisata buatan manusia, ayat 11
menujukan hasil sebagaimana diharapkan
usaha jasa transportasi wisat adalah usaha
dan belum mampu menjadi salah satu daya
khusus yang menyediakan angkutan untuk
dorong
kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan
perekonomian masyarakat. Oleh karena itu
angkutan transportasi reguler/umum, dan
tantangan pariwisataan di Kabupaten Kayong
ayat 19 usaha jasa informasi pariwisata
Utara
adalah usaha yang menyediakan data, berita,
meningkatkan kontribusi pariwisata dalam
feature, foto, video, dan hasil penelitian
menerimaan
mengenai kepariwisataan yang disebarkan
peneyerapan tenaga kerja, dan pemerataan
dalam
pembanngunan.
bentuk
bahan
cetak
dan/
atau
dalam
pada
saat
rangka
uapaya
tahun
belum
meningkatkan
2013-2017
pendapatan
adalah
asli
Tantangan
tersebut
dihadapkan
dengan asas dan tujuan, penyelenggaraan
persaingan antara daerah Kabupaten/Kota
kepariwisataan berdasarkan asas manfaat,
dalam menciptakan distinasi wisata yang
asas
mampu
keseimbangan partisipatif,
adil
kemandirian, berkelanjutan,
kesetaraan,
dan
peraturan
daerah
memperkenalkan,
kesatuan.
dan
merata,
mendatangkan
semakin
daerah,
elektronok. Peraturan daerah ini dibentuk
kekeluargaan,
dengan
ini
ketatnya
wisatawan
lokal
kelestarian,
maupun nasional. Disamping itu tantangan
demokratis,
dari dalam adalah belum siapnya distinasi
dari
wisata daerah Kabupaten Kayong Utara
dimaksudkan
untuk bersaing dengan daerah lain serta
mendayagunakan,
masih rendahnya kualitas dan kuantitas serta
ini
Tujuan
3 MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
profesionalisme
sumberdaya
manusia
pariwisata dalam bersaing ditingkat daerah. Manfaat teoritis Menambah khasanah pengembangan Administrasi kajian
ilmu Negara
Kebijakan
pengetahuan,
Khususnya Publik
pada
dalam hasil
Selanjutnya Agustino,
James 2006:7)
Anderson
(dalam
memberikan
definisi
kebijakan publik, yaitu “serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor
atau
sekelompok
aktor
yang
implementasi yaitu: Komunikasi, Sumber
berhubungan dengan suatu permasalahan
Daya, Disposisi, Struktur Birokrasi. dan
atau suatu hal yang diperhatikan”. Dari dua
menfokuskan hasil implementasi peraturan
definisi
daerah No 27 Tahun 2010 Penyelenggaraan
kebijakan publik, dapat diketahui bahwa
Usaha Kepariwisataan Kabupaten Kayong
kebijakan publik merupakan serangkaian
Utara. Dan Memberikan masukan kepada
usulan kegiatan yang dibuat kemudian
Dinas Pariwisata khususnya pada Bidang
diusulkan
Pariwisata
tertentu yang berhubungan dengan suatu
supaya
bisa
mengimplementasikan Peraturan Daerah No
yang
mengemukakan
untuk
dilaksanakan
mengenai
bertujuan
permasalahan.
27 Tahun 2010 Usaha Kepariwisataan dapat lebih maksimal.
2.
Implementasi Kebijakan Publik Ripley dan Franklin (dalam Winarno,
2014:148) berpendapat bahwa implementasi adalah “apa yang terjadi setelah undang-
B. TINJAUANPUSTAKA
undang ditetapkan yang memberikan otoritas 1.
program, kebijakan, keuntungan (benefit),
Kebijakan Publik Carl
Friedrich
(dalam
Winarno,
2014:20) memandang kebijakan sebagai
atau
suatu
jenis
keluaran
yang
nyata
(tangible output
”suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan
Proses Implementasi Ripley dan Franklin (dalam Winarno,
peluang-peluang
2014:148) berpendapat bahwa implementasi
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
adalah “apa yang terjadi setelah undang-
menggunakan dan mengatasi dalam rangka
undang ditetapkan yang memberikan otoritas
mencapai
program, kebijakan, keuntungan (benefit),
suatu
dan
3.
maksud
tertentu”.
4 MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
atau
suatu
jenis
keluaran
yang
nyata
C. METODE PENELITIAN
(tangible output)”. Dalam
Kerangka Pikir Penelitian Hasil Implementasi Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2010 di DISBUDPARPORA Kasi Pariwisata dalam pembangunan Wisata Bahari Pantai Pulau Datok Kabupaten Kayong Utara
Identifikasi Masalah : 1. Komunikasi kepala dinas pariwisata pada bidang pariwisata kurang maksinal baik sehingga promosi wisata bahari pantai pulau datok tidak terlaksana 2. Sumber daya yang menepati posisi kerja tidak sesuai dengan standar keahlian, sehingga Praturan Daerah Kabupaten Kayong Utara nomor 27 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata belum terlaksana 3. Tidak adanya komitmen yang maksimal untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Kayong Utara nomor 27 tahun 2010 Penyelenggaraan Usaha Pariwisata Kabupaten Kayong Utara. 4. Mekanisme (belum berjalan secara makksimal SOP) dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kayong Utara nomor 27 tahun 2010 Penyelenggaraan Usaha Pariwisata Kabupaten Kayong Utara.
Implementasi oleh George C. Edward III (dalam Winarno 2014: 117) ada 4 variabel: 1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi Atau Perilaku 4. Struktur Birokrasi
penelitian
menggunakan
ini,
peneliti
jenis penelitian deskritif
kualitatif. Jenis penelitian ini digunakan untuk
menggambarkan
fenomenayang
terjadi
dengan hasil data dilapangan yang
kemudian dipaparkan dalam bentuk tulisan maupun tabel dan disajikan.
Waktu yang
digunakan untuk penyusunan laporan dan konsultasi dilakukan dari bulan Maret 2015 hingga
April
2016.
Subjek
penelitian
menggunakan teknik purposiv dengan Subjek penelitian Kepala Dinas DISBUDPAPORA, Kasi Pariwisata, Camat Sukadana, Kepala Desa Sutera dan teknik aksidental subjeknya Wisatawan. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu
observasi,
wawancara
dan
dokumentasi. Dalam teknik analisis data, Tujuan penelitian : 1. Terlaksanakan dengan maksimal peraturan daerah No 27 Tahun 2010 Penyelenggaran Usaha Kepariwisataan Kabupaten Kayong Utara oleh Dinas Pariwisata pada Bidang Pariwisata. 2. Adanya keterlibatan pihak infestor dalam pelaksanaan Pengelolaan Wisata Bahari Pantai Pulau Datok. 3. terciptanya pemberdayaan masyarakat sekitar Wisata Bahari Pantai Pulau Datok dalam meningkatkan peerekonomian. 4. Untuk meningkatkan PAD dan menambah lapangan kerja
penulis menggunakan olahan data secara kualitatif.
Teknik analisis yang peneliti
gunakan adalah teknik Bogdan (dalam Sugiyono, 2010: 244) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari data dan penyusunan secara sistemaatis data yang ddiperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temunya dapat diinformasikan kepada orang lain. 5
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
mempunyai tujuan untuk menjadikan wisata
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadikan wisata bertarap internasional.” Hasil implementasi sebuah kebijakan,
Lebih lanjutnya informasi tentang
menurut para ahli mengidentifikasi berbagai
komunikasi dari kepala dinas ke kasi
akivitas
hasil
pariwisata
pada
denagn tema yang sama ke kepala kasi
peraturan daerah no 27 tahun 2010 tentang
Pariwisata Bapak Ari Artiyan SE selaku
penyelenggaraan usaha kepariwisataan.
kepala kasi Pariwisata
yang
implementasi
mempengaruhi sebuah
kebijakan
maka
peneliti
mewawancarai
“wisata yang ada di KKU ini kami 1.
selaku kasi pengelolanya, dan ini juga
Komunikasi Menurut George C Edward III (dalam
berdasarkan kewenangan dan peraturan
Winarno 2014:117 ) yaitu menunjuk bahwa
daerah nomor 27 tahun 2010 tentang
kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan
penyelenggaraan usaha kepariwisataan yang
baik jika terjadi komunikasi efektif antara
di
pelaksana program (kebijakan) dengan para
DISBUDPARPORA kepada kasi pariwisata
kelompok sasaran (target group) Berikut
dengan sebagaimana asas dan tujuanya.,
pernyataan kepala DISBUDPARPORA Drs.
saya sebagai kepala kasi Pariwisata yang
Mas
Yuliandri
DISBUDPARPORA
limpahkann
oleh
kepala
selaku
Kepala
mengelola berbagai wisata yang ada di KKU
Kabupaten
Kayong
ini, Dengan tugas pokok meningkatkan
Utara. Beliau mengatakan bahwa :
kualitas pariwisata yang ada di KKU dan
“Dalam melakukan perkerjaan atau
impian kami yang ingin dicapai pada tahun
tugas, kantor kami selalu didasarkan dengan
2016 nanti menjadikan wisata bahari pantai
peraturan yang ada pada peraturan daerah
pulau datok dan wisata-wisata yang ada di
nomor
KKU
27
penyelenggaraan
tahun usaha
2010
tentang
kepariwisataan.
dalam bidang atau kasi tentu mempunyai tugasnya masing-masing dan mempunyai
ini
sebagai
salah
satu
tujuan
wisatawan baik local maupun luar dengan wisata bertarap internasional” Komunikasi
pada
kepala
tanggung jawab masing-masing yang saya
DISBUDPARPORA ke kasi Pariwisata ini
serahkan kepada kepala kasinya. seperti
merupakan komunikasi
itulah komunikasi yang kami laksanakan,
wewenag yang dilimpahkan oleh Kepala
Wisata Bahari Pantai Pulau Datok, kami
DISBUDPARPORA
ke
yang berkaitan
kasi
Pariwisata 6
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
dalam melaksanakan kebijakan peraturan
mampu
daerah nomor 27 tahun 2010 tentang
maksimal, dan ini dibuktikan pada wisata
penyelenggraan
bahari pantai pulau datok ini, dahulu
usaha
kepariwisataan
menjalankan
merupakan
kasi Kariwisata dalam meningkatkan kualitas
Kabupaten Ketapang, karena dulu belum
pariwisata Wisata bahari pantai pulau datok
memisahkan diri dari kabupaten kayong
maupun
utara dari kabupaten ketapang dan wisata
yang
ada
diseluruh
Kabupaten kayong Utara.
dikelola
oleh
bahari pantai pulau datok ini belum ada perkembangan,
2.
yang
dengan
melalui program-program yang dibuat oleh
wisata
wisata
tugasnya
dan
sekarang
setelah
dikelola DISBUDPARPORA tentunya Kasi
Sumber Daya Sumber daya menurut George C.
Pariwisata mengalami perkembangan karena
Edward III (dalam Winarno 2014:117) yaitu
melalu pembangunan infrastruktur
peneunjuk setiap kebijakan harus didukung
sarana pendukung seperti adanya wahana
oleh sumber daya yang memadai, baik
permainan banana but sehingga wisatawan
sumber daya manusia maupun sumber daya
lebih meningkat dari sebelumnya”.
finansial.
dan
Selanjutnya peneliti mewawancarai
Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala DISBUDPARPORA bapak Drs, Mas
bapak Drs. Mas Yuliandri selaku kepala
Yuliandri dengan pertanyaan : Apakah
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
pembiayaan dalam pelaksanaan peraturan
Olahraga Kabupaten Kayong Utara terkait
derah
dengan pertanyaan Apaka sudah sesuai
penyelenggraan usaha kepariwisataan dalam
penempatan kerja pada staf khususnya di kasi
pembangunan wisata bahari pantai pulau
pariwisata
datok,
dalam
pelaksanaan
peraturan
nomor
berikut
27
tahun
adalah
2010
hasil
tentang
kutipan
daerah nomor 27 tahun 2010 tentang
wawancaranya:
penyelenggaraan usaha kepariwisataan dalam
“pembiayaan wisata yang ada di KKU ini
pembangunan wisata baharri pantai pulau
kami menggunakan anggaran APBD murni
datok, sebagai pelaksana kebijakamn berikut
termasuk pembiayaan wisata bahari pantai
adalah hasil kutipan wawancaranya:
pulau datok tanpa adanya pihak ketiga atau
“penempatan di posisi kasi pariwisata yaitu
swasta
Ari Artiyan SE, Sudah sesuai karena beliau
Selanjutnya peneliti mewawancarai
lulusan sarjana ekonomi, dan beliau juga
kasi Pariwisata DISBUDPARPORA bapak 7
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
Ari Artiyan SE dengan pertanyaan yang
“komitmen
DISBUDPARPORA
ini
sama:
bedasarkan visi kami, yaitu memantapkan
“soal pembiayaan wisata pantai pulau datok
KKU sebagai daerah tujuan wisata yang
ini kami menggunakan APBD murni tanpa
berbasis Eko wisata dan Budaya serta
campur tangan pihak swasta ini berlaku
terwujudnya masyarakat yang berbudaya,
semua wisata yang ada di KKU”
sehat jasmani dan berprestasi.dan ingin menjadikan wisata yang ada di KKU ini
3.
menjadi wisata yang bertarap internasional”
Disposisi Disposisi menurut George C. Edward
III
(dalam
Winarno
(kecendrungan)komitmen
2014:117) Implementor
Selanjutnya peneliti
mewawancarai kasi
Pariwisata bapak Ari Artiyan,SE dengan pertanyaan yang sama berikut kutipanya:
Dalam Kebijakan Peraturan Daerah nomor
“komitmen kami selaku pengelola wisata
27 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
bahari pantai pulau datok akan menjadikan
Usaha Kepariwisataan, Pengaruh disposisi
wisata bahari pantai pulau datok ini menjadi
atau
dalam
wisata yang bertarap internasional, tetapi
implementasi kebijakan menimbulakan suatu
kami mempunyai kendala dalam pengelolaan
akibat-akibat
terhadap
ini seperti kepemilikan wilayah wisata bahari
implementasi Kebijakan Peraturan Daerah
ini masih dimiliki individu dan anggaran
nomor
untuk membangun masih mengandalakan
kecendrungan-kecendrungan
27
yang
nyata
tahun
2010
tentang
Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan di DISBUDPARPORA. Berdasarkan
APBD” Komitmen
peneliti
dalam pengelolaan wisata bahari pantai pulau
dengan pertanyaan Bagaiamana komitmen
datok ini sesuai dengan visi dan misinya dan
dalam pelaksana peraturan daerah nomor 27
menjadikan wisata bahari ini menjadi wisata
tahun 2010 dalam pembangunan wisata
yang berbasis internasional pada tahun 2016
bahari pantai pulau datok khususnya kasi
Selanjutnya peneliti mewawancarai kepala
pariwisata,
DISBUDPARPORA
kepala
wawancara
DISBUDPARPORA
DISBUDPARPORA
bapak
Drs,
Mas
bapak Drs. Mas Yuliandri tentang sosialisasi
Yuliandri dengan pertanyaan : Kegiatan-
seminar pariwisata seluruh KKU
kegiatan apa saja yang dilakukan dalam
dilakukan oleh kasi Pariwisata yaitu:
yang
meningkatkan kualitas wisata bahari pantai pulau datok ini dalam pelaksanaan peraturan 8
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
daerah nomor 27 tahun 2010 tentang usaha
seminar, promosi dan sosialisasi sadar akan
kepariwisataan ini, berikut adalah hasil
wisata
kutipan wawancaranya:
meningkatkan mutu wisata yang ada dan
“kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
memperkenalkan wisata pada masyarakat
kasi Pariwisata DISBUDPARPORA yaitu
bahwa
berbagai
seminar
meningkatkan PAD daerah selain itu juga
pariwisata, program sadar akan pariwisata
bias menambah lapangan kerja masyarakat
kepada kelompok-kelompok yang membuat
sekitar wisata tersebut.
program
seperti,
ini
merupakan
wisata
itu
program
perlu
karena
untuk
bias
komunitas pariwisata pada pencinta alam dan perbaikan fasilitas wisata seperti jalan tempat-tempat santai wisatawan kursi pantai dan home stay” Pertanyaan
4.
Struktur Birokrasi Struktur birokrasi menurut George C.
Edward III (dalam Winarno 2014:117) yang
peneliti
mencangkup aspek-aspek seperti struktur
pariwisata
organisasi, pembagian wewenag, hubungan
DISBUDPARPORA bapak Ari Artiyan, SE
antar unit-unit organisasi yang ada, dan
berikut kutipanya :
hubungan organisasi dengan organisasi luar..
mewawancarai
kasi
sama
“kegiatan-kegiatan kami untuk meningkatkan
Struktur antar Unit-Unit Organisasi
kualitas wisata bahari pantai pulau datok maupun wisata yang ada diseluruh KKU ini
Kepala DIBUDP ARPORA
Kasi Pariwisata
Camat Sukadana
Kepala Desa Sutera
seperti sosialisasi sadar akan pentingnya wisat dan seminar-seminar yang mengenai
Standar Operasional dan Prosedur
wisata, dan pelatihan kerajinan khas daerah,
(SOP) dalam Implemtasi Kebijaka Peraturan
meskipun kegiatan kerajinan khas daerah ini
Daerah Nomor 27 tahun 2010 Tentang
dilaksanakan pas ada iven saja, kami sudah
Penyelenggaraan
menyiapkan
yaitu
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
terrdapat di pantai pulau datok yang bernam
Olahraga Kabupaten Kayong utara. Dalam
grai kerajinan daerah khas kayong utara”
menjalankan
tempat
pelatihanya
Disposisi pada komitmen programprogram
yang
dilaksanakan
oleh
Usaha
Kepariwisataan
kegiatannya,
DISBUDPARPORA Bagaimana oprasional
pelaksanaan prosedur)
SOP
DISBUDPARPORA oleh kasi Pariwisata
(standar
dalam
adalah kegiatan yang dilaksanakan seperti
peraturan daerah nomor 27 tahun 2010 9
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
tentang
penyelenggaraan
usaha
berdasarkan stadar tersebut selesai, makan
kepariwisataan dalam pembangunan wisata
kami
bahari pantai pulau datok, dengan Bapak Drs.
memanatau kinerja yang belum sesuai
Mas
targetnya dan begitu setiap tahunya
Yuliandri
DISBUDPARPORA
selaku
Kepala
Kabupaten
Kayong
lakukan
Evaluasi
kerja
untuk
Pariwisata merupakan salah satu dari
Utara. Beliau mengatakan bahwa :
industri
“Dalam melakukan perkerjaan, kantor kami
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang
selalu didasarkan dengan peraturan yang
cepat
ada.
pendapatan,
Tentunya kami punya SOP yang
gaya
dalam
baru,
hal taraf
yang
mampu
kesempatan hidup
kerja,
dan
dalam
menjadi dasar panduan pekerjaan kami dan
menggantikam sektor produksi lain dalam
berkerja sesuai dengan SOP tersebut. Kami
Negara penerima wisatawan.
kelola
diDinas
Kebudayaan
Pariwisata
Pemuda dan Olahraga ini bukan khusus untuk
wisata
Kebudayaan,
saja
tapi,
pariwisata,
tapi
seperti
pemuda,
E. KESIMPULAN
dan
Olahraganya yang memiliki SOP yang
Faktor penyebab kurang berhasilnya hasil
berbeda-beda pada setiap kasinya.”
Implementasi Peraturan Daerah nomor 27
Lebih lanjutnya informasi tentang
tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha
SOP (standar oprasional prosedur) maka
Kepariwisataan
yaitu
mempunya
empat
saya melakukan wawancara dengan kepala
indikasi masalah yang dikemukakan oleh
kasi Pariiwisata dengan Bapak Ari Artiyan
George C. Edward III.
SE selaku kepala kasi Pariwisata, dengan pertanyaan yang sama:
1.
Komunikasi
“dalam pelaksanaan kinerja kami memiliki
DISBUDPARPORA
pada
standarnya yaitu berdasarkan SOP (standar
komuniksai pelaksanaan peraturan ini kurang
oprasional prosedur) dalam pengelolaan
optimal
wisata yang ada di KKU termasuk wisata
peraturan daerah oleh kepala desa sutera
bahari, dari beberapa tahap kerja yang pada
pada peraturan daerah nomor 27 tahu 2010
SOP ini kami melakasanakan pekerjaanya
tentang
berdasarkan target kerja yang sesui dengan
kepariwisataan
tahapan kerjanya, apabila kinerja yang
DISBUDPARPORA,
karena
ketidak
tahuan
tentang
penyelenggaraan yang
dilaksanakan sedangkan
usaha oleh wisata 10
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
bahari pantai pulau datok ini merupakan
wewenag,
wilayah wewenangnya.yaitu di sesa Sutera.
unitorganisasi. standar oprasional prosedur (SOP)
2.
akan
antar
unit-
memudahkan
dan
menyeragamkan tindakan dari para pelaksana
Sumber Daya Sumber
yang
hubungan
kasi
kebijakan dalam melaksanakan kebijakan,
Pariwisata sudah sesuai karena memiliki
apa yang menjadi bidang tugasnya. Pada
keahlian dalam bidangnya dan pengalamanya
proses implementassi kebijakan peraturan
juga, sedangkan sumber daya finansialnya
daerah nomor 27 tahun 2010 tentang
yaitu kurang memadai karena pembiayaan
penyelenggaraan usaha kepariwisataan di
wisata yang ada di seluruh KKU maupun
DISBUDPARPORA
wisata
bahari
daya
penempatan
pantai
pulau
datok
menggunakan APBD murni, apabila sumber daya manusia memadai atau mendukung tapi
F. SARAN-SARAN/REKOMENDASI
sumberdaya finansialnya tidak maka sebuah kebiajak akn timpang, karena tidak ada biaya dalam pelaksanaanya.
1) Komunikasi
yang
dilkukan
oleh
DISBUDPARPORA kepariwisataan tidak hanya sebatas Kepala Dinas dan Kasi
3.
Pariwisata saja, tetapi libatkan aparatur
Disposisi komitmen
yang
dilakukan
daerah seperti kelurahan sutera .
DISBUDPARPORA berdasarkan visi sebuah
2) Sumber Daya KKU sedangkan Sumber
dinas, yang ingin mewujudkan wisata yang
Daya finansial atau pembiayaan pada
ada di KKU menjadi tujuan wisata dan
pelaksana
bertarap internasioanl, tetapi wisata bahari
menggunakan APBD murni dilaksanakan
pantai pulau datok ini dalam pengelolaanya
oleh implementer dalam pembangunan
memiliki kendala seperti kepemilikan lahan
wisata bahari pantai pulu datok dan
wisata yang masih dimiliki individu, dan
mengupayakan
pembiayaan wisata hanya mengandalkan
investor agar menanamkan modal..
APBD murni. 4.
Struktur Birokrasi Struktur birokrasi mencangkup aspek-
aspek seperti struktur organisasi, pembagian
sebuah
kebijakan
bagaimana
yang
menarik
3) Disposis Komitmen DISBUDPARPORA pada Wisata Bahari Pantai Pulau Datok menjadi
wisata
yang
bertarap
internasional dan agar Dinas-Dinas terkait 11
MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2016 http://jurmafis.untan.ac.id
lain sepreti Dinas Perikanan dan Kelautan dan DPPKAD bisa ikut andil dalam
Nugroho. 2003, Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi Jakarta : PT Elex Media Komputindo
pelaksanaan tersebut. 4) Struktur Birokrasi Dalam melaksanakan SOP
(standar
memberi
oprasional
keterangan
prosedur),
atas
kejelasan
tentang alur proses kerja tanggung jawab dan staf terkait dalam proses kerja tersebut dan
mempermudah
birokrasi
Pearce II, Jhon A dan Jr. Robinson, Richar B, 2009, Manajemen Strategis:Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Edisi 10 Buku 1, Jakarta: Penerbit Selemba Empat Parson, 2011, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktek Analisis Kebijakan, Jakarta : Prenada Media Group.
dalam
mengethui inefesiensi proses dalam satuan prosedur kerja.
Purwanto, Sulistyastuti. 2012, Implementasi Kebijakan Publik:konsep dan aplikasinya diIndonesia, Yogyakarta: Penerbit Gava Media Siagian. 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Bumi Aksara
G. REFERENSI Abidin. 2012 Kebijakan Publik, Jakarta: Selemba Humanika
Subarsono. 2005, Analisis Kebijakan Publik , Konsp,Teori Dan Aplikasi Yogyakarta: Pustaka pelajar
Agustino. 2006, Dasar-Dasar Kebijakan, Bandung : CV Alvabeta
Sugiyono. 2009, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alvabeta
Indiahono. 2009, Perbndingan Administrasi Publik Model Konsep dan Aplikasi , Yogyakarta : GAVA MEDIA
Sugiyono. 2012. Metode Administrai, Bandung: Alvabeta
Jeddawi, 2008. Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Yogyakarta: Kreasi Total Media Yogyakarta Mas’ud. 2013, Birokrasi Birokratis, Malang, Muhammadiyah
di Negara Universitas
Morissan, 2013, Teori Komunikasi, Jakarta: Ghalia Indonesia
Penelitian
Suharto. 2006, Analisis Kebijakan Publik, jawa barat: Alvabeta Satori. Komariah, 2011, Metodologi Penelitan Kualitatif, Bandung: alvabeta Tachjan. 2006, Implementasi Publik, Bandung : ALPI
Kebijakan
Winarno. 2014, Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus, Yogyakarta : CAPS
Nogi, Hassel S, Tangkilisan. 2004 Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Birokrasi Public, Yogyakarta YPAPI 12 MUR ARIPIN, NIM. E01111062 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN