GEMA REDAKSI
Membangun Usaha Sejak Sekolah Para pembaca yang budiman,
A
WAL Agustus lalu, bertepatan dengan Pertemuan Paguyuban Rektor seluruh provinsi Jawa Timur, Gubernur Jatim Pakde Karwo, setelah mendengarkan paparan para Rektor tentang keberhasilan pengembangan kuliah kerja nyata (KKN) tematik Posdaya, membentuk, membina dan mengisi Posdaya melalui upaya pemberdayaan keluarga, merasa kagum dan memberikan apresiasinya yang tinggi. Ternyata keluarga mampu dan berbagai lembaga memberi dukungan terhadap upaya pemberdayaan keluarga prasejahtera di desa. Tanpa menunggu perintah pejabat resmi, masyarakat dengan gotong royong memetakan keluarga di lingkungannya. Melalui Peta Keluarga diketahui siapa tertinggal. Keluarga mampu memberi bantuan pemberdayaan dan mengajak keluarga tertinggal ikut pelatihan kerja dan kegiatan ekonomi produktif. Secara tahap demi tahap keluarga kurang mampu tidak tinggal diam di rumahnya, tetapi aktif berusaha dan memperbaiki keadaan hidupnya. Pelatihan demi pelatihan diadakan di desa dan menghasilkan tenaga baru yang terlatih dan siap kerja. Ibu-ibu yang tinggal diam sibuk mengurusi anak balitanya mendapat kesempatan mengirim anaknya ke PAUD yang didirikan di sekitar tempat tinggalnya. Dengan tidak ada tanggungan di rumah, ibu tersebut bisa ikut kegiatan pelatihan dan mencoba ikut kegiatan yang menghasilkan perbaikan kehidupan rumah tangganya. Melihat gelagat yang menarik itu Gubernur Jatim meminta agar lebih dari 400 SMK Negeri yang segera beroperasi di seluruh Jatim dapat diikut sertakan dalam kegiatan Posdaya. Kepala Dinas Pendidikan diperintahkan memanggil seluruh Kepala Dinas dan Kepala SMK Negeri untuk berkumpul di Surabaya menerima penjelasan tentang Posdaya dan mengusahakan agar kegiatan KKN tematik Posdaya merangkul SMK dan siswanya mengadakan praktek lapangan di pedesaan. Mereka diajak berpraktek pada lingkungan Posdaya agar para guru dan siswa yang
mengerjakan pekerjaan praktek dapat berbagi dengan keluarga tertinggal di desa. Para siswa menjadi mahir dan sekaligus berbagi dengan keluarga desa yang ikut menjadi mahir. Mereka berbagi dan bermitra dengan keluarga prasejahtera di desa. Kemitraan dilanjutkan dengan dukungan Bank BPD dan Bank UMKM untuk mendapatkan kredit guna meneruskan usaha yang dirintis bersama. Keluarga desa memiliki usaha dengan dukungan Bank dan siswa SMK menjadi mitra ahli dalam lingkungan usaha. Para siswa sudah mulai menjadi bagian dari usaha keluarga desa, artinya sudah mulai menjadi pengusaha sebelum lulus sekolah. Kemitraan yang menghasilkan sinergy yang menarik karena upaya pendidikan bisa menjadi satu dengan upaya pemberdayaan di pedesaan. Upaya pembangunan yang bertujuan luhur untuk masa depan menghasilkan sinergy yang menarik karena mampu membangun usaha bersama dan sekaligus mengentaskan kemiskinan dan membangun sumber daya manusia yang tidak saja siap kerja, tetapi sudah bekerja dan menghasilkan sebelum selesai pendidikannya. Indonesia membangun dengan gotong royong dari pedesaan dan sejahtera dalam kebersamaan. Selamat mambaca.
Gubernur Jatim Dr Soekarwo setelah mendengarkan paparan para rektor tentang keberhasilan pengembangan kuliah kerja nyata (KKN) tematik Posdaya, membentuk, membina dan mengisi Posdaya melalui upaya pemberdayaan keluarga, merasa kagum dan memberikan apresiasinya yang tinggi. [FOTO: MULYONO]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Posdaya Berbasis SMK Percepat Pengentasan Kemiskinan Yayasan Damandiri bersama mitra perguruan tinggi, melalui sekolah SMK, ajak siswa SMK ikut mempercepat pengentasan kemiskinan dengan membagi pengetahuan ketrampilan pada keluarga pra sejahtera termasuk di Posdaya di pedesaan.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
48
CERITA SAMPUL
51
Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd Posdaya Kini Jadi Gerakan Kampus Di Provinsi Gorontalo, siapa yang tak mengenal Prof Nelson, demikian sapaan akrabnya. Meski memiliki postur tubuh kecil, pemilik nama lengkap Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd ini cukup terkenal, baik di kalangan politisi, pemerintahan maupun akademika. Pengabdiannya sebagai rektor selama sepuluh tahun di Univesitas Negeri Gorontalo (UNG) dan kini menjabat rektor di Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMG) selalu membuat gebrakan baru di dunia pendidikan. Salah satunya adalah menggerakkan Pos-pos Pemberdayaan Keluarga di Provinsi Gorontalo. Profesor Nelson juga merupakan salah satu tokoh pencetus berdirinya Provinsi Gorontalo.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
LAPORAN DAERAH
64
Damandiri Bantu 1000 ≈Leher AngsaΔuntuk Keluarga Miskin Brebes PENDIDIKAN
59
Universitas Trilogi Jadi Pusat Pengembangan Posdaya Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, boleh berbangga hati, karena bakal dijadikan Pusat Pengembangan Posdaya tingkat Provinsi DKI Jakarta yang dipusatkan di Kampus Universitas Trilogi. Pasalnya, pasca pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya di sekitar lingkungan kampus yang digelar Mahasiswa Universitas Trilogi di wilayah Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, pada awal Juni 2015 lalu, telah bersemi bulir-bulir Posdaya di tiap-tiap RW.
POSDAYA MASYARAKAT
7
Posdaya Lumbung Artajaya I Antar Keluarga Menuju Lumbung Kesejahteraan Di samping banyak prestasi diraih, Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Lumbung Artajaya I membuktikan bisa meningkatkan pendapatan keluarga, terutama ibu-ibu dan untuk mengurangi pengangguran. Sentra Kulakan menambah subur tumbuhnya wirausaha Posdaya. Pendirian Posdaya Lumbung Artajaya I, mendorong aktifitas keluargakeluarga di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kehadiran mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya Universitas Merdeka (Unmer) Malang memberikan pencerahan bagi masyarakat Desa Ngijo.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Provinsi Sumatera Barat selalu saja menarik untuk disimak. Karenanya, Gemari Show kali ini menampilkan orang nomor satu di Sumatera barat, Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc. Bersama host TVRI Sumbar Sherly, Ketua Yayasan Damandiri Prof DR Haryono yang saat syuting tersebut sebagai host banyak mewawancarai Gubernur Sumbar ini, yang akan ditayangkan di TVRI Pusat Jakarta secara nasional.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
10
Posdaya Pemerintah
29
Posdaya Organisasi Sosial
42
Konvensi Posdaya
45
Kolom Khusus
54
Tasyakuran
58
Forum Kita
62
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Hari Setiyowanto
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
DEKLARASI POSDAYA KABUPATEN TEGAL
T
EGAL memulai babak baru dengan keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Diam-diam Posdaya makin menarik dan diminati para pemimpin daerah di berbagai pelosok tanah air, termasuk para pejabat di Tegal. Sebagai contoh, pada kamis pagi 30 Juli 2015 lalu giliran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal, Jawa Tengah, secara resmi mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Tegal. Pendeklarasian pun langsung dipimpin Bupati Tegal Enthus Susmono. Deklarasi Posdaya dalam rangka Peringatan Hari Anak Nasional dan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII Tingkat Kabupaten Tegal Tahun 2015 ini juga menjadi saksi sejarah digelarnya Pengukuhan Tim Koordinasi Posdaya tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan tingkat desa. Bupati Tegal Enthus Susmono pun langsung mengukuhkannya. Acara ini terselenggara atas kerja sama Pemkab Tegal dan Yayasan Damandiri. Tentu saja acara ini menarik perhatian berbagai kalangan masyarakat di sana. Dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono. Ratusan peserta yang mema-
dati pendopo Amangkurat Kabupaten Tegal antusias menyambut hangat kedatangan tokoh nasional itu. Acara yang berlangsung di pendopo Amangkurat Kabupaten Tegal, Jl Dr Sutomo No 1, Slawi, Tegal, Jateng, ini menjadi sangat menarik dan berkesan. Dengan mengangkat tema “Hari Anak Nasional dan Harganas XXII Tahun 2015 Merupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera” itu pun menjadi momen penting dengan ditandatanganinya nota kesepahaman atau MoU antara Pemkab Tegal dengan Yayasan Damandiri dan Universitas Pancasakti (UPS) Tegal, tentang peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam upaya pencapaian
MDGs melalui pemberdayaan masyarakat. Bupati Tegal Enthus Susmono bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor UPS Tegal Prof Dr Wahono, SH, MS, menandatangani langsung MoU tersebut. Tentu saja Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas komitmen Pemkab Tegal yang mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di Kabupaten Tegal. “Alhamdulillah, Kabupaten Tegal telah medeklarasikan untuk membangun dan membentuk Posdaya di setiap desa di Kabupaten Tegal. Upaya ini juga didukung Universitas Pancasakti (UPS) di Tegal, begitu juga berbagai lembaga sosial kemasyarakatan di Kabupaten Tegal,” kata Prof Haryono. Selamat kepada Pemkab Tegal, semoga Posdaya dapat memberdayakan masyarakat Tegal khususnya, dan bangsa Indonesia umumnya. Sukses untuk bapak Prof Dr Haryono Suyono dengan Posdayanya. Syahril H Yanto Jl. Pariwisata No.01 Rt 01 Rw 01 Kelurahan Lempuing, Kec Ratu Agung (samping empang wisata) Bengkulu.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Lumbung Artajaya I
Antar Keluarga Menuju Lumbung Kesejahteraan Di samping banyak prestasi diraih, Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Lumbung Artajaya I membuktikan bisa meningkatkan pendapatan keluarga, terutama ibu-ibu dan untuk mengurangi pengangguran. Sentra Kulakan menambah subur tumbuhnya wirausaha Posdaya.
Ketua Posdaya Lumbung Artajaya Satu, Erlin Setyowati (kanan) bersama kadernya saat ikut gelar produk usaha ekonomi produktif Posdaya di Unmer Malang. [FOTO-FOTO: HARI]
P
ENDIRIAN Posdaya Lumbung Artajaya I, mendorong aktifitas keluargakeluarga di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kehadiran mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya Universitas Merdeka (Unmer) Malang memberikan pencerahan bagi masyarakat Desa Ngijo. Desa yang selama ini sudah dikenal dengan guyub rukun masyarakat dan semangat kebersamaanya, semakin semarak dengan adanya Posdaya. Produktifitas dan jiwa kepedulian meningkat. Bahkan dengan adanya Posdaya bisa meningkatkan pendapatan keluar ga, terutama bagi ibu-ibu dan untuk mengurangi pengangguran. Di samping banyak prestasi yang bisa diraih. Hal itu diakui Ketua Posdaya Lumbung Artajaya I, Erlin Setyowati. “Kehadiran Posdaya semakin mengantar menuju ke lumbung kesejahteraan. Karena Posdaya bekerja keras dan cerdas,” kata Erlin, demikian biasa disapa. Posdaya binaan Universitas Merd eka
(Unmer) Malang yang beralamat di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang ini, mendapat apresiasi warga masyarakat dan aparat pemerintah setempat. Pasalnya, dengan adanya Posdaya bisa meningkatkan pendapatan keluarga, terutama bagi ibu-ibu dan untuk mengurangi pengangguran. “Di samping banyak prestasi yang bisa diraih, dengan adanya Posdaya juga meningkatkan pendapatan keluarga, terutama bagi ibu-ibu dan untuk mengurangi pengangguran,” ujar Erlin. Prestasi tersebut, kata Ketua Posdaya yang satu ini, antara lain Juara II Lomba Posdaya. Selain itu, sebut dia, di dalam Posdaya juga dapat pelatihan sehingga ibu-ibu yang tadinya menganggur akhirnya bisa diber dayakan. Dari pelatihan itu, banyak ibu-ibu sudah mendapatkan ilmu sekalian untuk berwirausaha. Pelatihan tersebut, di n a taranya membuat APE (Alat Permainan Edukasi) anak P AUD. Lainnya, membuat sulam, boga, membuat minuman markisa, membuat kue kering dan Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
7
Bersama kader, Ketua Posdaya Lumbung Artajaya Satu ketika diminta tampil untuk menjelaskan usaha Senkudayanya pada rekaman varietyshow Semanggi TVRI Jawa Timur di Kampus Unmer Malang.
8
makanan lainnya yang bisa dijual. Posdaya Lumbung Artajaya I, sebut Erlin, sudah membuat Sentra Kulakan. Sentra Kulakan tersebut diperuntukan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. “Supaya mereka mendapatkan harga yang lebih rendah dibanding harga yang ada di pasaran. Karena Sentra Kulakan ini memang tujuannya untuk membantu masyarakat ekonomi lemah. Kalau di mart-mart lain bisa berkembang, kenapa ibuibu tidak bisa. Kita tentunya harus bisa,” tuturnya bersemangat. Belum lama ini Posdaya Lumbung Artajaya I mendapat bantuan sebesar Rp 50 juta (lima puluh juta) berkat kerja sama Unmer dengan Dikti (pendidikan tinggi). Serta mendapat seperangkat komputer sekaligus programnya. Sentra Kulakan Posdaya yang dipimpin Erlin sekarang sudah merambat ke Kecamatan Lawang. Posdaya Lumbung Artajaya I memiliki anggota 90 orang, dan 1 Posdaya lainnya. Berkecimpung di Posdaya, Erlin bersama kadernya mengakui mendapatkan keuntungan, selain ilmu-ilmu yang bermanfaat. Erlin menuturkan sentra kulakan yang dibangun itu untuk anggota-anggota Posdaya yang ekonomi kecil maupun besar. Didirikan di sekitar Posdayanya. “Sentra kulakan itu tujuannya untuk kulakan para ibu-ibu yang bergabung dalam Posdaya dengan harg a bersaing dengan harga pasar. Selain itu juga ibu-ibu tidak terjerat oleh rentenir,” ujarnya. Dalam sentra kulakan tersebut tersedia barang dagangan dengan cara, kalau ibu-ibu yang kurang mampu diberi tempo satu bulan baru membayar. Batasan pengambilan da-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
gangan disesuaikan dengan simpanan masingmasing. Di sentra Kulakan itu selain ada Posdaya juga ada pra koperasi di mana anggota membayar uang wajib dan menabung. Tetapi tidak mengesampingkan bagi ekonomi lemah atau ibu yang kurang mampu. “Orang miskin kita bantu dengan memberi pijaman tanpa ada bunga,” jelasnya. Selain itu, Posdaya Lumbung Artajaya I juga mendapat hibah alat masak, seperti penggorengan dan lainnya. “Pengedropan barang dilakukan melalui dua cara. Ada yang diambil ke sentra kulakan, ada pula yang diantar tetapi minimal belanjaannya di atas Rp 100 ribu-Rp 200 ribu,” kata Erlin. Terkait modal, Erlin menjelaskan, modal untuk membangun sentra kulakan ini adalah dari anggota sendiri. Dari, oleh untuk anggota. Dana digalang dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. “Jadi kita gotong royong yang uangnya banyak menabung kemudian uangnya dipinjamkan kepada yang membutuhkan,” ujarnya. Masalah dana untuk Sentra kulakan saat ini masih diatasi oleh intern belum membutuhkan uang bank dan sementara ini untuk menyadarkan anggota untuk berkoperasi. Untuk memperoleh dana, digalakkan dulu tabungan anggota. Hingga saat ini, sementara belum pinjam di bank. Tetapi didapat dari simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan sukarela atas kesadaran anggota mereka sendiri. Namun, menurut Erlin, kalau nantinya sudah jalan, sudah maju dan pembeliannya banyak, SHU meningkat mungkin akan menggandeng perbankan juga. Dia mengungkapkan, jika selama ini sudah banyak bank yang menghubungi nya dan menawarkaan dana pinjaman tetapi belum dimanfaatkan. Seperti Bank Jatim, BRI, Bank Mandiri. Dari dana hibah Unmer dan Dikti yang Rp 50 juta tadi selama tempo tiga bulan sudah bertambah menjadi Rp 60 juta. Untuk lebih mem-
perkenalkan usaha maupun kegiatan Posdayanya, Erlin sering mengikuti atau diundang dalam kegiatan bazaar. Seperti dalam kegiatan Gebyar Posdaya, Posdayanya mendapat kesempatan dan berkesempatan mendisplay barangbarang produk Posdaya yang dipimpinnya. Seperti asesoris kupu-kupu dari limbah suttle cock, aneka jamu, jamu jahe, beras kencur, temu lawak, krupuk, handycraft, minuman markisah. “Kami berharap ingin memajukan masyarakat sekitar setidaknya di Kabupaten Malang tidak ada yang miskin. Semua bisa hidup layak, tidak ada pengangguran, tidak ada urbanisasi besarbesaran. Karena sesungguhnya di desanya sudah ada Posdaya, sudah ada koperasi yang bisa menaungi mereka semua,” tuturnya. Selain itu, pemerintah diharapkan agar lebih memperhatikan UKM-UKM. Karena UKM yang ada di Malang selama ini sangat disegani kalau berlomba tingkat nasiaonal. “Karena saya sendiri sudah maju ke tingkat nasional, dan menjadi juara II dari Posdaya karena Posdaya itu lingkupnya luas. Posdaya itu bisa Posyandu, Posdaya bisa BKL. maupun UPPKS. Lalu saya mengambil dari UPPKS maju lomba dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan juara II nasional,” papar Erlin Setyowati yang selain di Posdaya juga aktif di Paguyuban Karangploso, Bendahara Kabupaten Malang, sekarang Posdaya, Sentra Kulakan, Ketua Koperasi Pundi Artajaya.
Seorang kader Posdaya Lumbung Artajaya Satu menjaga stand pamernya.
Begitu juga dalam cipta lagu. Dalam lomba BKB (Bina keluarga Balita) tingkat pr ovinsi pun berhasil juara satu, tingkat nasional harapan III. Selain itu, koperasinya juga sering menjadi juara. Memang, sejak berdiri tahun 2009 sampai sekarang tidak pernah tidak dapat juara. Prestasi selau berhasil ditorehkan. Erlin menambahkan, ada dana dari Gubernur Jawa Timur sejumlah Rp 25 juta, dan dalam jangka 4 tahun sekarang sudah ber hasil dikembangkan menjadi Rp 1 milyar. Sehingga dan ini dijadikan contoh untuk kabupaten. “Setiap anggota sudah mempunyai tabungan tidak kurang dari Rp25 juta. Dan kalau ada pembagian SHU sebagian tidak diambil tetapi ditabung kembali, bahkan ada yang sampai tiga tahun tidak mengambil SHU dan dimasukkan simpanan,” pungkasnya. HARI
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
9
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Ribuan Mahasiswa KKN Posdaya Unsika Karawang
Dorong Petani Kerja Keras, Cerdas dan Produktif Berlakuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) kini tinggal menghitung hari. Era pasar bebas di negara Asean itu akan berlaku di akhir 2015 mendatang. Tak pelak, kondisi itu kerap menjadi perhatian berbagai kalangan di negeri ini. berbagai terobosan dalam menggali sumberdaya alam seringkali menjadi pusat pembahasan. Termasuk di kalangan civitas akademika berbagai perguruan tinggi. Di antaranya Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Karawang, Jawa Barat, saat menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) pada Senin pagi 10 Agustus 2015 lalu. Mereka dituntut mampu mendorong petani Indonesia kerja keras, cerdas dan produktif.
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Plt Bupati Karawang dr Cellica Nurachadiana saat memberi ucapan selamat kepada para mahasiswa Unsika Karawang, Jabar, yang akan melaksanakan KKN Tematik Posdaya. [FOTO-FOTO: SYT]
S
EBANYAK 1.854 mahasiswa Unsika akan mengikuti kegiatan KKN Tematik Posdaya yang dimulai 10 Agustus 2015 hingga 10 September 2015. Mereka akan disebar di 8 Kecamatan dan 92 desa di Kabupaten Karawang. Para mahasiswa KKN akan dibimbing oleh 100 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Seiring dengan tema yang diusung yaitu “Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Karawang melalui Pembinaan Posdaya” para mahasiswa KKN mampu melakukan pemetaan dan pendataan keluarga untuk mewujudkan gagasan itu. Acara yang terselenggara atas kerja sama Unsika Karawang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang dan Yayasan Damandiri ini disambut antusias berbagai kalangan. Ribuan mahasiswa tampak semangat mengikuti kegiatan ini. Apalagi kehadiran Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja yang memberi pembekalan kepada para 10
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
mahasiswa KKN Tematik Posdaya. Tak pelak, acara yang berlangsung di halaman Kantor Bupati Karawang, Jl Jend A Yani, Karawang, Jabar, ini mendapat sambutan hangat dari seluruh peserta. Pada kesempatan itu, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja bersyukur karena dapat menyaksikan pelaksanaan KKN Tematik Posdaya Unsika Karawang yang kedua kalinya. “Kota Karawang yang dikenal sebagai Kabupaten Posdaya karena Ibu Bupati sudah disebut Ibu Posdaya,” tutur Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat memberi sambutan sekaligus pembekalan kepada ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsika Karawang. KKN Tematik Posdaya ini, kata Dr Subiakto Tjakrawerdaja sangat penting karena merupakan peluang Mas bagi mahasiswa untuk dipergunakan sebagai sarana menguji ketrampilan mahasiswa sejauh mana pengetahuan yang telah didapat di perguruan tinggi dapat
diterapkan di masyarakat. “Saya banyak mendengar dari para pakar pendidikan, proses belajar yang paling efektif adalah dengan bekerja. KKN Tematik ini adalah salah satu sarana belajar sambil bekerja. Oleh karena itu, peluang emas ini harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya,” imbuh Menteri Koperasi dan UKM era Presiden HM Soeharto ini menyemangati. KKN ini, lanjut Dr Subiakto, merupakan suatu peristiwa yang penting, karena KKN yang dipilih adalah KKN Tematik Posdaya. “Posdaya yang digagas oleh Prof Haryono Suyono dan kawan-kawan dari Yayasan Damandri salah satu programnya adalah untuk menjawab tantangan bangsa yang sangat besar dan berat, yaitu pengentasan kemiskinan,” ujar pria kelahiran Cilacap, Jateng, 30 Juli 1944 ini di hadapan ribuan mahasiswa KKN Unsika. “Keluarga miskin di Karawang kini jumlahnya masih cukup besar dan ini menjadi tantangan kita bersama terutama tantangan mahasiswa dalam melaksanakan KKN Tematik. Keluarga miskin saat ini bertambah berat, berbeda dengan keluarga miskin waktu Orde Baru dulu. Mengapa? karena sekarang sudah miskin tapi harus menghadapi globalisasi,” kata Dr Subiakto. Dirinya mengingatkan, sebentar lagi sudah akan berlakuMasyarakat Ekonomi Asean, yaitu era pasar bebas di negara Asean yang mulai bergulir akhir 2015 mendatang. “Berlakunya era pasar bebas di negara Asean yang sumberdaya alamnya hampir sama dengan Indonesia. Khususnya Kota Karwang akan menghadapi persaingan yang sangat berat karena petanipetani kita harus bersaing dengan petani Vietnam dan petani Thailand. Petani meraka lebih produktif dari petani kita,” ungkap Dr Subiakto khawatir. Namun demikian, ujar Dr Subiakto, hal itu bisa kita atasi bersama. Salah satunya melalui kegiatan KKN Tematik Posdaya mahasiswa Unsika Karawang. “Karena tujuan para mahasiswa melakukan KKN di antaranya untuk
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat berbicang bersama Plt Bupati Karawang dr Cellica Nurachadiana sebelum acara pelepasan KKN Tematik Posdaya Unsika Karawang, Jabar.
membuat para petani lebih kerja keras, cerdas dan produktif untuk mengolah sawahnya sehingga menghasilkan padi dengan kuwalitas yang baik dengan harga relatif murah. KKN Tematik Posdaya di samping menggerakan partisipasi masyarakat petani untuk bekerja keras dan cerdas mereka kita dorong untuk kembali menumbuhkembangkan modal sosial mereka, yaitu kerjasama dan gotong royong,” tegas Dr Subiakto. Menurutnya, tanpa kerja sama para petani kecil mikro tidak bisa menghadapi persaingan. “Tidak mungkin menghadapi tantangan ini tanpa kerja sama. Apalagi pengusaha kecil/ mikro. Jadi, para petani kecil harus bekerja sama,” tegas Dr Subiakto semangat. “Posdaya adalah merupakan upaya kita untuk mendorong mereka berkelompok, bekrja sama dalam satu lembaga yang disebut Posdaya. Modal sosial harus dikembangkan, modal sosial harus kita kembangkan sehingga
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat memberi pembekalan kepada ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsika Karawang, Jabar.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
11
Para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsika Karawang dengan senyum dan penuh semangat siap sukseskan KKN.
12
sumberdaya alam yang sangat melimpah harus didjadikan modal yang berharga dan berlanjut,” imbuhnya. Dia menganjurkan, salah satu upaya dalam menghadapi persaingan ini adalah harus menggunakan produk lokal sendiri. “Kalau makan harus makan nasi, makan singkong, makan ubi, makan jagung dan kalau perlu tidak usah makan terigu yang dari impor,” tukas Dr Subiakto seraya berharap hal itu bisa dilakukan seluruh mahasiswa KKN Unsika. Hadir dalam acara ini Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Karawang dr Cellica Nurachadiana, Wakil Rektor Unsika Dr Zaenal Arifin, para dosen pembimbing, ribuan mahasiswa KKN, jajaran SKPD Pemkab Karawang dan undangan lainnya. Sedangkan Plt Bupati Karawang dr Cellica Nurachadiana mengajak, mahasiswa KKN Unsika untuk tidak main-main dalam melakukan KKN Tematik Posdaya. “Karena musuh kita adalah menghadapi perekonomian yang akan digelontorkan oleh orang asing menjajah negeri kita. Untuk itu hari ini adalah awal untuk kembangkitan kita semua melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya dengan sungguh-sungguh,” ujar dr Cellica Nurrachdiana di hadapan 1.854 mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsika Karawang. “Kita membangun Karawang harus sepaham dan sepakat karena pembangunan Karawang bukan hanya ditangani oleh kami pemerintah kabupaten, justru keberadaan Karawang adalah di tangan kalian semua seluruh mahasiswa Unsika Karawang,” tegas dr Cellica yang langsung mendapat aplaus ribuan mahasiswa. Cellica Nurrachdiana mengingatkan, selama melaksanakan KKN, para mahasiswa pasti
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
akan melihat berbagai potensi desa yang dikunjungi. Begitu juga, akan melihat keanekaragaman keluarga yang akan dihadapi. “Kami atas nama pemerintah daerah akan mengambil kebijakan untuk mendukung upaya kalian. Dan ini adalah sesuatu hal yang harus kalian manfaatkan dengan baik agar menjadi salah satu pengalam hidup kalian,” katanya. Ditambahkannya, dalam kegiatan KKN mahasiswa akan bertemu keluarga yang heterogin dari segi kultural, perekonomian dan pekerjaan. “Oleh karena itu, kalian harus menjaga nama baik Unsika, bersikaplah yang baik, sopan, lentur dan memiliki etika serta moralitas yang baik karena kalian besok akan menjadi seseorang yang luar biasa,” pungkas dr Cellica Nurrachdiana meyakinkan. Sementara Wakil Rektor Unsika Dr Zaenal Arifin mengatakan, peserta KKN tahun 2015 berjumlah 1.854 mahasiswa. Jumlah Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) sebanyak 100 Dosen, bertempat di 8 kecamatanm dan 92 desa. Menurutnya, program utama KKN Tematik Posdaya adalah pemetaan dan pendataan keluarga. Dengan tema “Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Karawang melalui Pembinaan Posdaya”. “Sehingga para mahasiswa diharapkan mampu memperoleh data keluarga khususnya anggota Posdaya untuk kepentingan perencanaan dan pengembangan operasional. dalam rangka ikut peran serta mengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan keluarga,” tutur Dr Zaenal Arifin. Ditambahkannya, tahun 2015 ini Unsika selain melakukan KKN Tematik Posdaya juga akan mengirimkan mahasiswa dan dosen untuk magang di luar negeri. Di antaranya untuk Fakultas Pertanian, Winda di negeri Belanda, Asef Saefudin ke Jepang, Ahmad Daelami, Bayu Indrawijaya, Desi Irmawati, Edwin Akbar, Yuli Rohmah ke Jepang. Sedangkan Fakultas Ekonomi, Dian Hakim SE MM di Jerman, Siti Masitoh di Taiwan, Dania Purnamasari, Riza dan Dede di Taiwan. Dan Dosen Fakultas Teknik Winarno ke Taiwan dan Hisam Abdi Bangsa, ST, di Belanda. Selamat! ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Dari Gebyar Posdaya dan Deklarasi Posdaya Perguruan Tinggi se-Tulungagung
Posdaya Angkat Potensi SDA dan SDM Tulungagung Langit cerah diiringi teriknya sinar matahari siang itu seakan tak terasa panas. Pasalnya, hembusan angin sepoy-sepoy basah yang menempa alam sekitar kala mentari tepat di tengah hari itu, menyebabkan ratusan warga merasakan segar. Itulah suasana yang terjadi di pantai Sinai, Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, Tulungagung, Jawa Timur. Tempat itu, pada Minggu siang 16 Agustus 2015 lalu menjadi saksi sejarah saat seluruh perguruan tinggi se-Kabupaten Tulungagung menggelar acara Gebyar Posdaya dan Deklarasi Posdaya. Mereka bertekad untuk menggali potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) Tulungagung agar meningkat kesejahteraannya.
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung, perguruang tinggi se-Tulungagung, Korps Marinir Jawa Timur dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Tercatat 750 peserta mulai dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Tulungagung, para dosen dan pimpinan perguruan tinggi, SKPD Pemkab Tulungagung dan ratusan Korps Marinir Jawa Timur antusias mengikuti kegiatan itu. Apalagi dengan kehadiran langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, seluruh peserta yang memadatai Balai Perikanan Pantai Sinai dan sekitar pantai menyambut hangat kedatangan penggagas Posdaya ini. Yang menarik, acara yang dikemas dalam sajian Talkshow Semanggi Show yang disiarkan TVRI Jawa Timur ini langsung dipandu Prof Dr Haryono Suyono dan host TVRI Jawa
Timur Shinta. Dimeriahkan berbagai berbagai pentas kesenian tradisional khas Tulungagung yang disuguhkan para mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Tulungagung. Bukan itu saja, sebanyak 15 stand yang menyajikan berbagai produk para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Tulungagung dan para kader Posdaya se-Tulungagung membuat acara itu semakin berkesan dan bermakna. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukurnya atas antusiasnya seluruh perguruan tinggi di Tulungagung yang mendeklarasi pembukaan, pembentukan dan pengisian Posdaya di seluruh Kabupaten Tulungagung. “Alhamdulillah, hari ini dengan penuh rahmat dari Allah SWT dan puji syukur kepadaNya kita sukses melakukan Gebyar Posdaya dan sekaligus menyaksikan deklarasi Posdaya oleh tujuh perguruan tinggi di Kabu-
Pimpinan Yayasan Damandiri bergambar bersama pimpinan perguruan tinggi seKabupaten Tulungagung, jajaran SKPD Pemkab Tulungagung, Korps Marinir Jawa Timur dan para penari tradisional dari mahasiswa STKIP PGRI saat Gebyar dan Deklarasi Posdaya oleh seluruh perguruan tinggi se-Kabupaten Tulungagung. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
13
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi host TVRI Jawa Timur Shinta Noza saat berdialog dengan Komandan Batalyon Bekpal I Marinir Pasmar-1 Surabaya, Jatim, Letkol (Mar) Arif Miftakhudin.
Jajaran pimpinan Pemkab Tulungagung, perguruan tinggi seKabupaten Tulungagung, Korps Batalyon Bekpal I Marinir Pasmar-1 Surabaya dan sejumlah tokoh masyarakat Tulungagung tampak serius menyimak paparan narasumber saat mendeklarasikan Posdaya.
14
paten Tulungagung,” ujar Prof Haryono. Yang membanggakan, lanjut Prof Haryono, deklrasi Posdaya itu bukan saja dilakukan tujuh pergurang tinggi di Kabupaten Tulungagung, namun juga didukung Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan dikawal oleh marinir dari seluruh Jawa Timur. “Mudah-mudahan momen ini bukan hanya seremonial, tetapi segera ditindaklanjuti sehingga hasilnya bukan diukur dari gebyar, tetapi diukur dari peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat di Kabupaten Tulungagung,” jelas penggagas Posdaya di hadapan seluruh peserta gebyar Posdaya yang mamandu langsung sajian Talkshow Semanggi Show TVRI Jawa Timur. “Saudara-saudara penonton di seluruh Jawa Timur maupun di mana saja anda berada. Marilah bersama-sama mengucapkan bismillahirrohmanirrohiim sekaligus assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarakaatuh. Selama Satu setengah jam yang akan datang, saudara-saudara di manapun acara ini bisa dilihat, akan menyaksikan tujuh perguruan tinggi di seluruh Kabupaten
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Tulungagung, Marinir dari Jawa Timur akan menggelar acara pembukaan, pembentukan, pengisian dan Gebyar Posdaya di seluruh Kabupaten Tulungagung,” tutur Prof Haryono di hadapan ratusan peserta. “Kita doakan acara ini maupun pembentukan dan pengisian Posdaya untuk memberdayakan keluarga di seluruh Kabupaten Tulungagung bisa berlangsung dengan baik. Sehingga keluargakeluarga prasejahtera di Kabupaten Tulungagung bisa meningkat menjadi keluarga-keluarga sejahtera yang bahagia dan makmur, bebas dari kebodohan dan kemiskinan. Sehingga bisa menjadi pahlawan-pahlawan pembangunan bersama-sama seluruh marinir di seluruh Indonesia. Aamiin,” imbuh Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung Gatot Suprapto, Rektor IAIN Tulungagung Dr Maftukhin, MAg, Komandan Batalyon Bekpal I Marinir Pasmar-1 Surabaya Letkol (Mar) Arif Miftakhudin, Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Tulungagung Drs H Joko Ediyono, MM, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung Suharno, MPd, Direktur Operasional Bank UMKM Jawa Timur Purnomo Hadi W, SE, MM, para rektor dan ketua perguruan tinggi se-Tulungagung, jajaran SKPD Tulungagung, Camat Kalidawir, Kepala Desa Kalibatur, para kader Posdaya se-Tulungagung, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi seTulungagung dan undangan lainnya. Tampak pula Asisten Deputi Direktur Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA, pimpinan STIKes Tulungagung, para Kajur/Kaprodi berbagai perguruan tinggi se-Tulungagung, para mahasiswa KKN dari berbagai perguruan tinggi se-Tulungagung, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Tulungagung, para tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Sedangkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung Gatot Suprapto mengatakan, kelompok pemberdayaan di Kabupaten Tulungagung ini sudah ada bahkan banyak, namun
perlu untuk ditingkatkan. “Sebenarnya banyak kegiatan-kegiatan yang melekat di masing-masing dinas atau instansi Pemerintah Kabupaten Tulungagung, namun adanya gerak dan langkah Posdaya di Kabupaten Tulungagung ini akan membawa lebih banyak berkah bagi masyarakat Tulungagung,” ujar Suprapto optimis. Hal itu mendapat dukungan penuh dari Rektor IAIN Tulungagung Dr Maftukhin, MAg. “Kami dari perguruan tinggi siap untuk mengawal dan mendampingi baik secara akademik maupun secara advokasi di lapangan berbagai pemberdayaan yang ada di Tulungagung terutama melalui Posdaya. Keberadaan perguruan tinggi di Tulungagung yang sangat pariatif, khusus kami yang membidangi agama yaitu IAIN Tulungagung, konsisten mengembangkan Posdaya Berbasis Masjid,” ungkap Dr Maftukhin, MAg saat mewakili seluruh pimpinan perguruan tinggi se-Kabupaten Tulungagung untuk mendeklarasikan Posdaya. Begitu juga perguruan tinggi lainnya, lanjut Dr Maftukhin, MAg, seperti Universitas Tulungagung (Unita), STKIP PGRI, STAI Diponegoro, STAI Muhammadiyah, STAIN Tulungagung dan STIKes Hutama Abadi Husada. “Semua perguruan tinggi yang ada di Tulungagung itu siap untuk mendampapingi yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat,” tutur Dr Maftukhin di hadapan peserta Gebyar Posdaya se-Tulungagung. Diakui Dr Maftukhin, pihaknya telah melakukan survei di Kabupaten Tulungagung. “Ternyata wilayah ini mempunyai potensi yang luar biasa. Tulungagung mempunyai dataran dengan lahan-lahan yang sangat subur, seperti persawahan dan perkebunan. Ke selatan ada pegunungan, di situ juga banyak potensi yang bisa digali seperti berbagai jenis batu untuk berbagai bahan bangunan dan perhiasan,” papar Maftukhin bangga. Sedangkan potensi laut, lanjut Maftukhin, juga tidak kalah pentingnya yang dimiliki Kabupaten Tulungagung. “Potensi laut di Tulungagung ini sangat luar biasa, bukan saja berbagai hasil ikan yang dihasilkan juga kekayaan laut lainnya. Khususnya ikan tuna yang melimpah di laut Tulunggaung ini menjadi potensi yang perlu dikembangkan. Karena ikan tuna itu, bukan hanya dagingnya saja yang dikonsumsi tetapi kalau diolah dalam bentuk lain seperti minyak ikan tuna yang berguna untuk berbagai
obat tentu akan memberi manfaat lebih bagi masyarakat Tulungagung,” tutur Maftukhin Prof Haryono saat seraya menegaskan pentingnya potensi itu berdialog dengan pemilik salah satu stand Posdaya untuk digali lebih luas. Dirinya berharap, berbagai potensi besar yang memamerkan hasil yang dimiliki Kabupaten Tulungagung bisa produknya. diberdayakan, termasuk potensi yang terkenal di Tulungagung yaitu tenaga kerja Indonesia (TKI) yang merupakan penyumbang terbesar kedua setelah NTB di Indonesia yang dikirim ke luar negeri. “Ini gak main-main, hasil kiriman para TKI di luar negeri bagi keluarganya di Tulungagung bisa mencapai 1,8 triliyun pertahun. Sedangkan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, red) Kabupaten Tulungagung itu sendiri sebesar 2,2 triliyun. Ini luar biasa,” ungkap Maftukhin kagum. “Jadi, dengan hadirnya Posdaya di Kabupaten Tulungagung semoga menjadi salah satu upaya potensi-potensi yang dimiliki Tulungagung bisa digali dengan maksimal. Karena masyarakat Tulungagung ini masyarakat yang mandiri, berkreasi, yang bisa merubah batu jadi emas, batu jadi akik dan merubah apa saja sehingga menjadi berkah bagi masyarakat Tulungagung. Inilah ciri masyarakat Tulungagung. Potensi besar ini, kalau kita bisa kembangkan, insya Allah, kita Tulungagung tidak akan gentar menghadapai MEA (Masyarakat Ekonomi Asia, red),” tukas Maftukhin seraya menambahkan suatu saat Prof Haryono bisa kembali hadir di Tulungagung dengan suasana masyarakat yang lebih Dr Maftukhin, MAg maju dan sejahtera. ADE S Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Kolaborasi PT dan SMK melalui Posdaya
Angkat Kesejahteraan Masyarakat Tulungagung Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus menuai sambutan positif dari berbagai kalangan. Aktivitasnya yang selama ini kerap dilakukan kalangan pemerintah daerah, perguruan tinggi (PT), organisasi sosial dan masyarakat. Kali ini keberadaan Posdaya mendapat respon antusias dari para kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tepatnya, pada 16 Agustus 2015 lalu SMK Negeri 2 Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur, bersama para kepala SMK se-Tulungagung secara khusus menggelar Sosialisasi Posdaya. Mereka bertekad melakukan kolaborasi dengan seluruh perguruan tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tulungagung. pelajar SMK maupun SMA juga SMP, itu akan memberi pemberdayaan secara langsung kepada rakyat sekitar sekolah-sekolahnya sendiri. “Dan dengan sendirinya jangkauannya tidak setahun sekali namun bisa setiap bulan sekali atau dua kali, tiga kali bahkan bisa berulang kali. Karena Anak-anak SMK yang mempunyai keahlian khusus itu bisa bersama-sama dengan rakyat memberdayakan kekuatan yang ada di desa,” tutur Prof Haryono.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat berdialog dengan para pimpinan perguruan tinggi dan para kepala SMK seKabupaten Tulungagung serta pimpinan dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Tulungagung. [FOTO-FOTO: ADE S]
16
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung, SMK N 2 Boyolangu, seluruh perguruan tinggi Tulungagung dan Yayasan Damandiri ini mendapat perhatian antusias berbagai kalangan. Ratusan peserta dari para Kepala Jurusan (Kajur) maupun Kepala Program Studi (Kaprodi) berbagai perguruan tinggi se-Tulungagung dan para kepala SMK atau SMA juga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Binaan Lingkungan se-Tulungagung dengan semangat mengkuti kegiatan ini. Apalagi dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai narasumber utama. Tak pelak, acara yang berlangsung di Aula Gedung SMKN 2 Boyolangu, Jl Ki Mangun Sarkoro VI No 1 Tulungagung, Jatim, ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyatakan, kombinasi antara mahasiswa dan para
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Program M3W Dalam mengembangkan Posdaya, lanjut Prof Dr Haryono Suyono, setidaknya ada beberapa program yang harus menjadi perhatian seluruh peggiat Posdaya. Dirinya menamakan program M3W. Secara singkat penggagas Posdaya ini menguraikan, M yang pertama, ia namakan Maton. “Maton artinya beragama atau berbudaya. Jadi kita ajarkan, kita tunjukkan, kita praktekkan pada masyarakat itu adalah masyarakat yang maton,” jelas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan ratusan peserta sosialisasi Posdaya Tulungagung yang disiarkan juga TVRI Jawa Timur. Dijelaskannya, kepompong yang berubah dari ulat bulu diisi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. “Saudara isi dengan pelajaran-pelajaran keagamaan, saudara isi dengan kuliah-kuliah, ajakan-ajakan untuk mendalami budaya Indonesia, budaya Pancasila, bukan pidato menghapalkan Pancasila,” ucapnya.
“Tetapi dengan langkah nyata bahwa kombinasi para mahasiswa bersama-sama masyarakat, para pelajar SMK maupun SMA juga SMP menyatakan bahwa keluarga di Tulungagung adalah keluarga yang gotong royong, keluarga yang iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Keluarga yang menterjemahkan pelajaran agama dalam praktek, cinta kasih kepada sesamanya,” urainya. “Kita ajarkan juga delapan fungsi keluarga,” tutur Prof Haryono seraya mengurai, fungsi yang pertama adalah fungsi keagamaan, fungsi yang kedua adalah fungsi budaya, fungsi yang ketiga adalah cinta kasih, fungsi yang keempat fungsi saling melindungi, yang kelima fungsi kesehatan dan KB, yang keenam fungsi pendidikan, yang ketujuh fungsi kewirausahaan dan yang ke depan fungsi lingkungan. Prof Haryono menguraikan pula tentang W dari program M3W tersebut. W yang pertama menurutnya yaitu Waras. Ajaklah keluarga di desa untuk berbudaya hidup sehat mulai dari rumahnya. Anjurkan keluarga di desa rumahnya berjendela dan berlantai keras bukan tanah dan bukan itu saja, begitu melihat halamannya, halamannya penuh dengan kebun sayuran, kebun cabe, kebun bayam. Jadi kesehatan itu bukan harus pergi ke dokter, bukan harus pergi ke bidan tetapi hidupnya ditata begitu rupa sehingga dia waras. W kedua yaitu Wasis, artinya pintar. Semua anak dari keluarga di Tulungagung harus didorong untuk bersekolah, harus di dorong mulai usia di bawah lima tahun masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). “Kalau belum ada semasa KKN dirikanlah PAUD di desadesa daerah perbatasan. Ajak anak-anak SMK atau SMA, untuk menjadi guru PAUD. Karena kalau anak-anak balita masuk PAUD maka ibunya bisa berlatih keterampilan dan bisa membangun ekonomi,” papar Menteri Kependudukan/Kepala BKKBN era Presiden Soeharto ini memotivasi seluruh peserta. W ketiga, lanjut Prof Haryono adalah Wareg. Wareg itu kenyang, untuk kenyang harus bekerja. “Karena di Tulungagung banyak ikan, pertama, lakukan kerja sama dengan KKP atau Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui kegiatan KKN atau melalui SMK. Orang-orang di desa dilatih untuk membuat tambak ikan atau meproses ikan menjadi berbagai olahan
seperti abon, naget, kripik dan sebagainya. Sehingga ikan itu tidak umur sehari tetapi bisa tahan lama,” papar Prof Haryono seraya menambahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) siap mendukung upaya itu. Dirinya berjanji, kalau seluruh seluruh jajaran perguruan tinggi bersama para SMK maupun SMA se-Tulungagung mempunyai tekad besar segera akan mengirim 2.500 bibit pisang Cavendish. “Melalui para rektor di Tulungagung saya akan mengirim 2.500 bibit pisang Cavendish. Syaratnya, siapkan Posdaya, cari keluarga-keluarga prasejahtera sebagai penanam pisang Cavendish itu. Karena pisang ini dibuat melalui rekayasa jaringan sehingga besar buahnya semuanya sama, dalam waktu delapan bulan sudah berbuah. Dalam kurun dua bulan sudah menghasilkan tiga atau anak bibit pisang cavendish yang siap disebarkan. Dan yang penting harganya di pasar cukup menjanjikan bisa sampai Rp5.000 per bibit,” tutur Prof Haryono seraya mengajak seluruh masyarakat Tulungagung menggiatkan budaya berbagi terutama budaya masyarakat miskin menyumbang ke keluarga miskin lainnya. Hadir dalam acara ini Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Tulungagung Drs H Joko Ediyono, MM, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung Suharno, MPd, Rektor IAIN Tulungagung Dr Maftukhin, MAg, Kepala SMKN 2 Boyolangu Dra Agustina, MPd, Asisten Deputi Direktur Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA, Direktur Operasional Bank UMKM Jawa Timur Purnomo Hadi W, SE, MM, pimpinan STIKes Tulungagung, para Kajur/ Kaprodi berbagai perguruan tinggi se-
Prof Haryono saat memaparkan tentang pilosofi Posdaya di hadapan Ratusan peserta dari para Kepala Jurusan (Kajur) maupun Kepala Program Studi (Kaprodi) dari berbagai perguruan tinggi se-Tulungagung serta para kepala SMK atau SMA seTulungagung.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
17
Sinergi Yayasan Damandiri bersama Pemkab Tulungagung, perguruan tinggi dan SMK se-Tulungagung optimis tingkatkan kesejahteraan masyarakat Tulungagung.
18
Tulungagung, para kepala SMK maupun SMA se-Tulungagung, para kepala SMP se-Tulungagung dan undangan lainnya. Sedangkan Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Tulungagung Drs H Joko Ediyono, MM menyatakan kesiapannya sebagai koordinator dalam upaya mengembangkan Posdaya di Tulungagung, Jatim. “Saya Ketua STKIP PGRI Tulunggung, siap mendukung pengembangan Posdaya di Tulungagung yang didukung seluruh perguruan tinggi yang ada di Tulungagung. Enam perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Tulungagung salah satunya STIKes Tulungagung siap sebagai leader atau koordinatornya dalam menyukseskan Posdaya di Tulungagung,” tegasnya semangat. Sebagaimana harapan dan paparan yang disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, lanjut Drs H Joko Ediyono, MM, pihaknya akan bekerja sama secara harmonis dengan seluruh perguruan tinggi di Tulungagung dengan jajaran SMK, SMA maupun SMP di Tulungagung. “Karena kunci dari kesuksesan ini adalah kemampuan kita dalam mengkreasikan antara tugas perguruan tinggi dan sekolah. Oleh sebab itu, perguruan tinggi ibaratnya sebagai kakak atau abangnya dari para SMK atau SMA di Tulungagung ini,” ujar Drs H Joko Ediyono, MM. “Saya yakin, langkah ini akan sukses. Kami siap untuk menjadi koordinator dalam upaya menyukseskan Posdaya di Tulungagung melalui kolaborasi perguruan tinggi dengan para SMK dan SMA di Tulungagung,” tegas Drs H Joko Ediyono, MM optimis. Dijelaskannya, bentuk kolaborasi antara perguruan tinggi dengan SMK akan disingkronkan dengan tugas-tugas maupun program-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
program yang ada di SMK. “Yang jelas, di SMK kan sudah dilatih masalah entrepreneurship, artinya siswa-siswa SMK itu sebelum lulus itu sudah mempunyai pola pikir nanti akan mempunyai keahlian apa dalam kewirausahaan yang akan ditekuninya. Otomatis, melalui kegiatan entrepreneurship ini nyambung dengan Posdaya,” tukas Drs H Joko Ediyono, MM. “Intinya, Posdaya itu kan bagaimana orang-orang di desa yang masih dalam kondisi keluarga prasejahtera mampu berubah menjadi Sejahtera I dan seterusnya. Akhirnya, semua orang Indonesia itu tidak ada yang miskin,” pungkas Drs H Joko Ediyono, MM meyakinkan. Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung Suharno, MPd. Menurutnya, kehadiran Posdaya di Tulungagung sangat positif, terutama bagi jajarannya bersama para perguruan tinggi, SMK atau SMA dan lembaga pendidikan lainnya di Tulungagung. “Saya dan para kepala SMK maupun SMA se-Tulungagung sangat bersyukur bisa mengenal Posdaya sebagaimana dipaparkan Prof Dr Haryono Suyono. Apalagi mendapat peluang untuk mengikuti pelatihan Posdaya di Jakarta,” ungkap Suharno, MPd sumringah. Dijelaskannya, Posdaya sebagai salah satu program pemberdayaan masyarakat tentu harus dimulai dengan generasi baru. “Supaya generasi baru itu menjadi generasi yang produktif, kreatif dan siap menghadapi masa depannya. Oleh karena itu, Posdaya sangat penting di kalangan para pelajar SMK atau SMA,” tegas Suharno, MPd di sela acara Deklarasi Posdaya Tulungagung di Pantai Sinai, Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, Tulungagung, Jatim. Diakui Suharno, keberpihakan Posdaya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mengentaskan kemiskinan tentu akan berdampak positif bagi setiap daerah. “Saya yakin Posdaya akan berkembang pesat di Tulungagung. Apalagi didukung pemerintah daerah bersama seluruh perguruan tinggi dan seluruh SMK atau SMA yang ada di Tulungagung. Jadi, yang selama ini perguruan tinggi belum ada sinergi dengan masyarakat, dengan kehadiran Posdaya maka nantinya akan nyambung antara masyarakat dengan program-program yang ada di perguruan tinggi,” tegasnya. ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Universitas Jember
Pelopor Pengembangan Posdaya Berbasis Sekolah Sejak tahun 2009 Universitas Jember sudah berkomitmen untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posdaya. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Salah satunya adalah Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing (KKMT) dengan sasaran sekolah melalui pemberdayaan siswa-siswi SMK pada kegiatan KKN Posdaya Berbasis Sekolah. Ini merupakan strategi efektif dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Para Kepala SMK, mahasiswa Universitas Jember dan undangan lain antusias mendengarkan paparan tentang pilosofi Posdaya yang disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
I
NI dikemukakan pada Acara Kuliah Umum KKMT Posdaya Berbasis Sekolah, dengan tema Membangun bersama Masyarakat Melalui KKMT Posdaya Berbasis Sekolah oleh Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember, pada 12 Agustus 2015 di Gedung Sutarjo Universitas Jember, Jawa Timur. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. Hadir pula Rektor Universitas Jember Drs Moh. Hasan, M.Sc, Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember Prof Dr Sunardi, M.Pd, Ketua LPPM Universitas Jember selaku Koordinator Wilayah Jawa Timur III Drs Sujito, PhD, Pimpinan Bank Jatim, dan Dosen Pembimbing Lapangan dan mahasiswa peserta KK-MT Universitas Jember. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono
Suyono mengatakan, saat bertemu dengan Gubernur Jawa Timur, beliau memberi petunjuk agar kegiatan Kuliah Kerja Nyata sekaligus tidak saja dihubungkan dengan masyarakat. Tetapi, dengan sekolah utamanya dengan SMK termasuk juga dengan sekolah-sekolah lain mulai dari PAUD sampai dengan sekolahsekolah menengah atas yang lain. Menurutnya, dari semangat Gubernur Jawa Timur yang muncul, bisa dilihat semangatnya sangat menggebu, karena ternyata dengan KKN Tematik Posdaya, rakyat bersatu dan menemukan produk-produk baru yang berasal dari potensi lokal dan ternyata bisa laku jual. Dan dengan packaging yang diajarkan oleh mahasiswa dan dosen pembimbing itu menjadi sangat modern dan harganya berlipatlipat. Lebih lanjut, pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 menegaskan, “Jadi, Jember ini pertama kali akan kita laksanakan, hari ini kita akan bertemu dengan tidak saja para dosen pembimbing, tidak saja para mahasiswa tetapi juga Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
19
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Rektor Universitas Jember Drs Moh Hasan, MSc, PhD.
Universitas Jember siap menjadi pelopor pengembangan Posdaya berbasis sekolah.
20
kepala-kepala SMK dan sekolah-sekolah lain. Bagaimana memadukan pendidikan sekaligus menjadi upaya pemberdayaan masyarakat. Sehingga apa yang dipelajari di SMK itu dapat sekaligus dipraktekkan dengan keluargakeluarga pra sejahtera yang ada di desa. Dan Jember menjadi pelopor pertama untuk Jawa Timur bahkan untuk seluruh Indonesia.” Selain itu, lanjut Prof Haryono, tematiknya adalah pertama menyadarkan para mahasiswa bahwa menjadi pemimpin bangsa itu tidak mudah, harus dipelajari dari saat yang sangat dini. Karena berhadapan dengan rakyat yang pertanyaannya itu tidak sesuai dengan kurikulum yang dipelajarinya dibangku kuliah, jadi di luar konteks kurikulum. “Kalau para mahasiswa itu tahan meng-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
hadapi masyarakat berarti dia bisa nantinya menjadi pemimpin. Kalau dia hanya ditanya dosennya, itu sesuai kurikulum, pasti bisa dapat A atau B. Tapi kalau masyarakat, orang yang dapat nilai A di universitas di masyarakat dapatnya cuma C karena dia tidak mempunyai jiwa dan semangat yang akomodatif, menyerap aspirasi dan mencoba mencari solusinya,” paparnya. Yang kedua, adalah bahwa mahasiswa yang jumlahnya ribuan di seluruh Indonesia dengan praktek seperti itu bisa melakukan pemberdayaan kepada masyarakat luas. Sekaligus bisa membuat masyarakat Indonesia yang meledak generasi mudanya menjadi lebih cerdas dan mau berjuang untuk keluarga dan bangsanya. Sementara itu Rektor Universitas Jember (Unej) Drs Moh Hasan, MSc, PhD, menyambut baik pelaksanaan KKMT Posdaya berbasis Sekolah. Ini merupakan implementasi baru di bidang pendidikan dan menurut teman-teman yang mendesain ini, arahnya nanti adalah bagaimana ketika melaksanakan Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing itu mahasiswa bisa punya pengalaman bukan hanya terkait bagaimana melihat, mengamati dan juga belajar mengajar, tetapi juga persoalan apa di sana yang dihadapi. Kemudian bagaimana mengintegrasikan kepentingan masyarakat dengan sekolah. Sehingga persoalan-persoalan siswa dapat tertangani secara bersama-sama. Terkait dengan kegiatan KKMT ini maka perlu upaya bagaimana membekali mahasiswa agar betul-betul punya kompetensi yang lengkap ketika terjun ke masyarakat, secara kurikulum sudah di susun melalui program KKN. “Nah sekarang dengan program yang ada dengan rancangan-rancangan tertentu lalu sinergitas dengan Yayasan Damandiri, kita mengambil Tematik Posdaya dan itu cove-
ragenya sudah sampai empat kabupaten,” ujarnya. Moh Hasan menjelaskan, “Hasil dari pelaksanaan KKN Tematik Posdaya, ini menjadi bagian yang terus kita inventarisasi. Misalkan saja bagaimana hal yang ditangani oleh Universitas Jember, petanipetani yang kita bina yang akhirnya dengan pemupukan sederhana panennya tidak pada musim tertentu, tetapi bisa diatur. Terus pembinaan petani oleh mahasiswa KKN sampai ke Banyuwangi juga.” Di luar Kabupaten Jember, ada beberapa daerah yang menjadi garapan KKN Universitas Negeri Jember seperti, Situbondo, Bondowoso dan Probolinggo. “Mereka berkeinginan agar mahasiswa Universitas Negeri Jember bisa disebar ke daerah sana. Dan kami juga bisa konsolidasikan teman-teman perguruan tinggi se Besuki Raya. Unej yang menjadi leading sektornya dan Alhamdulillah sinergitas ini akan bersama perguruan tinggi se Besuki Raya insya Allah akan kita langsungkan. Kita ada inisiasi penerimaan mahasiswa baru bersama,” katanya. Di samping itu, Moh. Hasan menuturkan, “Saya melihat bagaimana dinamisasi dari fakultas yang saya banggakan termasuk program-program di dalamnya yang terkait bagaimana menyiapkan mahasiswa agar nantinya punya kemampuan bukan hanya yang memang dituntut dari kurikulum tetapi juga kemampuan-kemampuan yang harus disiapkan ketika berhadapan dengan masyarakat.” “Kita tahu semua, bahwa masyarakat itu backgroundnya bermacam-macam. Pendidikannya juga bermacam-macam sehingga persoalan yang dihadapi juga kompleks termasuk bagaimana cara menyampaikan persoalan itu juga bervariasi. Oleh karena itu memang tidaklah cukup mahasiswa itu hanya mendapatkan ilmu yang sudah dirancang dikurikulum tanpa bagaimana tahu persis ketika nanti berhadapan dengan masyarakat dengan berbagai background yang berbedabeda. Strategi berhadapan, berkomunikasi dengan masyarakat adalah bagian yang harus dimiliki oleh mahasiswa semuanya. Maka saya menyambut baik rancangan program yang dikembangkan oleh FKIP ini dalam bentuk
Bersama Rektor dan Pimpinan Universitas, Prof Dr Haryono Suyono menyanyikan lagu Posdaya Kita.
KKPPL dulunya kemudian sekarang dimodifikasi pada program KKMT (Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing). Ini juga sesuai dengan dinamika peraturan yang ada. Seorang guru dengan ditetapkan sebagai jabatan profesi maka memang betul-betul harus dibekali secara profesional bagaimana nanti menjadi guru yang baik. SUL/DH
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Gubernur Jatim Punya Program Bentuk SMK Mini Rektor Universitas Jember Drs Moh. Hasan, MSc, PhD memberikan apresiasi yang tinggi kepada Prof Dr Haryono Suyono. “Kegiatan ini sangat luar biasa karena Prof Dr Haryono Suyono berkenan hadir, karena kita tahu sepak terjang beliau, bagaimana konsennya beliau agar masyarakat yang kurang beruntung baik dari sisi ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain bisa mendapatkan perhatian,” tututrnya.
Pimpinan Yayasan Damandiri bergambar bersama Pimpinan Universitas Jember di Ruang Rektorat. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Prof Dr Haryono Suyono bersama Rektor dan Ketua LPPM Universitas Jember saat membahas pengembangan Posdaya berbasis sekolah.
22
A
CARA ini juga sebagai respon dari apa yang disampaikan Gubernur Jawa Timur beberapa waktu yang lalu, bahwasanya dalam rangka mengakselerasi penyiapan SDM Jawa Timur terkait dengan bagaimana mendapatkan suatu keun-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
tungan karena kita memiliki sumber daya muda yang sangat potensial dan berlimpah di Jawa Timur ini. tetapi kalau itu tidak diantisipasi betul-betul penyiapannya dengan baik maka itu bisa menjadi beban bagi Pemerintah Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu Gubernur Jawa Timur punya program untuk membentuk SMK Mini dan oleh Prof Dr Haryono Suyono langsung direspon dengan baik. Pada kesempatan yang sama, Ketua LPPM Universitas Jember Drs Sujito, PhD, menjelaskan, nanti mahasiswa akan terjun ke sekolah-sekolah, kemudian selama di sekolah akan berlatih untuk mengajar dengan dibimbing oleh dosen pembimbing lapangan. Di samping itu nanti mereka juga akan melakukan kegiatan di masyarakat dengan cara mencari keluarga-keluarga yang termasuk
dalam keluarga-keluarga yang kurang beruntung dan pra sejahtera mungkin juga keluarga sejahtera I yang kemudian dididik untuk diberdayakan melalui pemberdayaan keluarga seperti konsep Posdaya melalui empat bidang garapan yaitu, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan juga masalah lingkungan. Seperti yang selama ini kita lakukan melalui kegiatan KKN reguler. Sekolah yang menjadi sasaran Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing (KKMT) yaitu mulai dari PAUD sampai SMA dengan total sekolah sekitar 120 an sekolah. Selama tiga bulan mahasiswa berada di lapangan. Minggu pertama mereka akan melakukan observasi kemudian minggu kedua mulai menyusun program kerja, selanjutnya praktik di sekolah dan juga terjun ke masyarakat. Sujito berharap dengan kegiatan ini mahasiswa FKIP Universitas Jember diharapakan punya pengalaman. “Ke depan diharapkan menjadi guru yang baik kemudian juga berkontribusi di dalam pemberdayaan masyarakat terutama keluarga-keluarga dari orang tua siswa di mana mahasiswa KKMT ini bertugas,” ujarnya Ketua UPPL FKIP Universitas Jember yang juga Ketua Panitia Dr Sudarti, Mkes mengatakan bahwa Mahasiswa FKIP Universitas Jember yang memiliki ciri khusus sebagai calon pendidik profesional, perlu mencari bentuk kuliah kerja yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Karena itulah dilaksanakan dalam bentuk Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing (KKMT) dengan sasaran sekolah melalui pemberdayaan siswa-siswi SMK pada kegiatan KKN Posdaya Berbasis Sekolah. Ini merupakan strategi efektif meningkatkan kesejahteraan keluarga. Konsep KKMT (Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing) merupakan wujud mata kuliah yang memiliki ciri khas yaitu mengajar terbimbing yang dilaksanakan di sekolah mulai dari TK, PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK oleh mahasiswa FKIP Universitas Jember. Oleh karena itu sangat diperlukan kuliah umum.
Sejumlah guru SMK dan mahasiswa Universitas Jember siap mengembangkan Posdaya berbasis sekolah.
Kuliah umum ini diikuti oleh 986 mahasiswa FKIP yang tersebar di 67 sekolah dan diikuti oleh para beberapa Kepala Sekolah SMK dari Kabupaten Jember, Bondowoso, Probolinggo, Lumajang dan Banyuwangi serta 108 dosen pembimbing lapangan. SUL/DH
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
23
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Mahasiswa FKM Unair Siasati Bonus Demografi
Turun ke Kelompok-Kelompok Posdaya Ledakan penduduk usia 15 – 60 tahun yang sering digembar-gemborkan sebagai bonus demografi, sebenarnya telah terjadi di beberapa daerah. Terutama daerah yang sudah menikmati limpahan keuntungan penduduk usia 15-60 tahun, seperti Malang, Yogyakarta dan DKI Jakarta.
Simposium Nasional Kesehatan Masyarakat Mahasiswa FKM Universitas Airlanggsa menghadirkan Prof Haryono Suyono sebagai salah satu keynote speaker. [FOTO-FOTO: RAHMA]
24
H
AL tersebut disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memaparkan makalah tentang Bonus Demografi dan Peranan Tenaga Kesehatan dalam Simposium Nasional Kesehatan Masyarakat ke-1 dengan tema Public Health Chalenge in The Future yang diselenggarakan Mahasiswa Program Studi S3 Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat(FKM) Universitas Airlangga, pada 22 Agustus 2015 lalu di Surabaya, Jawa Timur. Menurut Prof Haryono Suyono, ledakan penduduk usia 15-60 tahun di Indonesia sebenarnya terjadi karena penurunan fertilitas yang tinggi, penurunan kematian yang tinggi serta keberhasilan pembangunan. “Ada fertilitas yang tidak turun tapi pembangunan di daerah itu begitu hebatnya, sehingga menarik anak-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
anak muda ke daerah tersebut,” tukasnya. Secara khusus, suatu ledakan penduduk usia15 – 60 tahun kalau terjadi di suatu negara atau daerah yang hampir sama penduduknya tidak akan tidak berlangsung lama, berkisar 20 sampai 30 tahun. Tetapi di Indonesia berbeda. Peningkatan usia produktif di Indonesia dari Sabang sampai Merauke berbeda. Ada daerah yang mulainya lebih cepat, ada yang sudah 30 tahun belum terjadi, bahkan dari 40 tahun tidak pernah mengalami ledakan penduduk 15 – 60 tahun. Misal, NTT, Papua, tidak pernah mengalami keuntungan meledaknya penduduk, karena penduduk muda meninggalkan daerahnya. “Banyak penduduk muda yang sekolah di luar Papua telah jadi doktor tidak pulang ke daerahnya. Banyak sarjana muda tidak pulang karena daerah NTT itu menyedihkan, banyak batu, tanah sedikit, air sedikit. Satu proses itu begitu rupa sehingga waktunya melebihi 30 tahun baru terjadi,” jelasnya miris. Sebaliknya di daerah lain seperti Malang dan Yogyakarta melimpah keuntungan penduduk 15 – 60 tahun, karena hidup mereka tenang. “Banyak oran tua yang hidup lama di Yogya. Ledakan anak muda ini kemudian diikuti ledakan orang tua. Tahun 1970, orang tua seperti saya jumlahnya hanya 2 juta. Itu pun cepat meninggal dunia. lamanya menjadi lansia itu waktunya pendek. Berbeda dengan sekarang, menjadi lansia waktunya lama sekali. Saya sudah jadi lansia lebih dari 17 tahun,” tutur Prof Haryono Suyono berseloroh. Provinsi Jawa Timur, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta memang paling awal memasuki bonus demografi, di mana angka ketergantungan di bawah angka 50. Uniknya, bonus
demografi di kabupaten suatu provinsi bisa datang lebih dahulu daripada tingkat provinsi. Dengan kata lain, bonus demografi provinsi bisa lebih dulu dari nasional. Lalu, bagaimana cara menyelesaikan bonus demografi? Yayasan Damandiri bersama 282 perguruan tinggi selama lima tahun terakhir ini telah mengembangkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) membentuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Hasil kerja sama yang solid ini telah melahirkan sekitar 45.000 Posdaya yang tersebar di seluruh Indonesia. “Jadi diperlukan komitmen politik untuk menyelesaikan bonus demografi. Sebagai ahli kependudukan, penyelesaiannya adalah semua proyek harus diarahkan people centre, bukan dari ukuran milyaran jumlah proyek,” tukasnya. Dalam proses ini, lanjut Prof Haryono Suyono, para tenaga kesehatan harus terjun ke desa-desa. “Sejak tahun 2000, program Dokter Masuk Desa, Bidan Masuk Desa sudah berkurang, sehingga angka kelahiran dan angka kematian naik drastis. Yang dulu pernah 228 per 100.000, sekarang 359 per 100.000,” ungkapnya. Sebagian bonus demografi itu adalah penduduk dengan pendidikan rendah, kondisi ekonomi rendah, sehingga kalau dibiarkan akan menjadi malapetaka kependudukan. “Malapetaka tahun 1970 adalah anak balita dan anak di bawah 15 tahun. Tidak banyak persoalan untuk ini. Tapi penduduk usia 15-60 tahun ini luar biasa,” cetusnya lagi. Oleh karenanya, kata Prof Haryono Suyono, peran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), mahasiswa dan bank harus ikut meningkatkan kualitas penduduk. Dalam hal ini, Yayasan Damandiri telah mengadakan pembicaraan dengan seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se Jawa Timur untuk menerjunkan siswa-siswanya ke desa
Prof Dr Haryono Suyono menerima piagam penghargaan dari Ketua Panitia Simposium .
mendampingi bonus demografi yang kondisi ekonomi, kesehatannya rendah. Di Jawa Timur diperkirakan ada 400 SMK yang siswanya pintar tata boga, tata busana sehingga bisa menjadi potensi ekonomi mengajarkan masyarakat desa. “Saya akan memberi pelajaran untuk rakyat desa hidup sehat bersih tapi sederhana. Contohnya, tiap keluarga membangun jamban keluarga. Karena ternyata, di kabupatenkabupaten itu membangun jamban keluarga sulit. Di Semarang, kami bekerja sama dengan ABRI membangun 5000 jamban keluarga. Ternyata belum banyak yang punya jamban.” Guru Besar Universitas Airlangga ini juga
Dekan FKM Universitas Pontianak tertarik dengan Posdaya dan ingin mengembangkan Posdaya yang sudah ada.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
25
Deputi Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro ikut menghidupkan suasana dengan memandu lagu Posdaya Kita di hadapan peserta simposium.
mengingatkan mahasiswanya untuk terjun ke desa-desa. Mahasiswa lulusan FKM harus berani masuk ke kelompok-kelompok Posdaya mengajarkan bagaimana menurunkan angka kematian anak. “Bukan teori, cukup buku petunjuk yang mengubah tingkah laku, bukan mengubah pengetahuan, agar orang desa bisa melakukan usaha menurunkan kematian pada anak.,” jelasnya.
H
26
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Pendidikan dan pelatihan para lulusan biarpun tenaga kesehatan harus bisa melatih orang desa untuk bisa melakukan sesuatu yang dia mampu menangani sendiri masalah kesehatannya. “Kegiatan membuat rumah sakit, puskesmas, BPJS , puskesmas itu bukan berorientasi sehat, tapi berorientasi sakit. Kalau tenaga kesehatan pasti lebih membersihkan got, air bersih sehingga tidak menyebabkan orang sakit, tapi sehat sepanjang masa,” tegasnya. Pemaparan Prof Haryono Suyono ini banyak mendapat apresiasi besar dari seluruh peserta symposium yang sebagian besar adalah lulusan S-2. Diantaranya Indah, Dekan Universitas Muhammadiyah Pontianak yang menginginkan adanya Posdaya berkelanjutan di daerahnya. Sementara Irwan, Stikes Mataram mengaku sangat teraspirasi oleh Prof Haryono Suyono dan berharap sinergitas mahasiswa, perguruan tinggi dan pemda bisa terbangun. RW
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Ratusan SMK se Jatim Siap Kembangkan Posdaya Para siswa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus lebih didorong untuk mampu menciptakan teknologi produksi yang justru malah menyerap tenaga kerja. Mereka harus bekerjasama dengan Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) membuat berbagai peralatan pertanian dan industry kecil di desa-desa, sehingga kesejahteraan masyarakat desa kian meningkat.
P
APARAN tersebut disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi pembicara pertemuan Kepala SMK, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Pendidikan dan Kebudayaan, sejumlah pimpinan perguruan tinggi dan Direktur Oprasional Bank Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) Poernomo di kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Jalan Genteng Kali No 33, Surabaya. Prof Haryono Suyono berharap, siswa SMK atau lulusan SMK tidak terjebak masuk dalam hal besar namun terlalu berat dijangkau, misalnya menciptakan mobil nasional. Dia menyatakan, bahwa masuk dalam industri otomotif seperti mobil, terlalu banyak kepentingan bisnis yang terlibat di dalamnya. Kemampuan anak-anak SMK di bidang teknik, lebih baik digunakan untuk membantu perkembangan industri pertanian yang ada di tanah air.
“Lebih baik ciptakan hand-tractor, angkutan pedesaan, atau alat-alat pertanian yang dibutuhkan masyarakat kita. Akan sangat luar biasa jika seluruh alat-alat pertanian di Indonesia ini ternyata ciptaan dari anak-anak SMK dari Jawa Timur,” katanya. Kreatifitas siswa SMK di sejumlah kabupaten di Jawa Timur memang pantas mendapat apresiasi dan acungan jempol. Mereka telah menghasilkan karya yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa-desa. Sejumlah siswa SMK PGRI Ponorogo yang dikomandani Ari Andika mampu menciptakan mesin pemotong padi. Kemampuan Ari dan kawan-kawan membuat mesin pemotong padi, masih jauh dari sempurna, namun telah mendapat apresiasi dari Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan ada perusahaan di sana sudah berkomitmen untuk memproduksi secara massal.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memaparkan peran Posdaya berbasis sekolah kepada pada guru SMK se-Jawa Timur, didampingi Purnomo Hadi (kiri), Dr Mulyono D Prawiro (kedua dari kiri), Hadiono (kedua dari kanan) dan Wayan Susilo (kanan).
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
27
Salah seorang kepala SMK menampilkan keunggulan sekolahnya memajukan batik khas Wonosobo.
Semangat para kepala SMK menyimak paparan Posdaya.
28
Siswa SMK Negeri 1 Kabupaten Bondowoso saat melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL), mau membantu keluargakeluarga pengrajin batik di wilayah ini, sehingga berproduksi tumbuh secara maksimal. Batik-batik buatan pengrajin kecil rumahan bersama siswa SMK itu digunakan untuk seragam seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di sana. Kemudian ratusan SMK di Jawa Timur yang difasilitasi oleh Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) dan Perguruan Tinggi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur (Jatim), sudah bekerja sama dengan industri ritel Alfamart dan industri strategis lain di wilayah ini. Bahkan sudah ada 150 SMK telah melaku-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
kan kerja sama dengan industri besar di Jepang dan Korea Selatan. “Para pimpinan perusahaan strategis sudah komitmen dengan Pak Gubernur Jatim Dr H Soekarwo (Pakde Karwo) akan memberi kesempatan kepada para siswa SMK untuk magang di Jepang dan Korea Selatan. Dalam kerja sama dengan Alfamart, para siswa dua tahun belajar di sekolah, dan satu tahun belajar di Alfamart. Mereka tidak harus menjadi karyawan Alfamart, tetapi mereka bisa mendapat pembelajaran bagaimana memahami pemasaran, administrasi dan lainlain,” kata Kepala Bidang Dikmenjur dan Perguruan Tinggi Dinas Pendidikan Jawa Timur Hudiyono. Prof Haryono Suyono dan Hudiyono sepakat sinergi SMK, Perguruan Tinggi (PT), dan masyarakat anggota Posdaya di seluruh kabupaten di Jatim terus intensifkan. “Sinergi ini akan lebih dahsyat bila siswa SMK dan mahasiswa bersama masyarakat anggota posdaya menciptakan peluang-peluang usaha dan membangun jaringan pemasaran dari hasil produksi petani, peternak, pengrajin di desadesa. Tentu mereka akan lebih sejahtera ekonominya,” kata Prof Haryono Suyono. Direktur Operasional Bank UMKM Poernomo mengatakan, Bank UMKM dan Bank Jawa Timur siap mengucurkan kredit berapa pun besarnya untuk pembiayaan hasil kreativitas siswa SMK, mahasiswa, dan masyarakat anggota Posdaya. Selama ini kepatuhan pembayaran angsuran kredit yang dilakukan oleh masyarakat kecil anggota Posdaya cukup baik. “Tingkat nilai kredit macet cukup kecil, hanya sekitar 2 persen saja,” kata Poernomo. RW
POSDAYA PEMERINTAH
Tulungagung Gelorakan Posdaya Sejahterakan Masyarakat Dukungan keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus mengalir dari berbagai pemerintahan daerah di tanah air. Kali ini giliran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung, Jawa Timur, yang mendeklarasikan Posdaya sebagai upaya mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. Tepatnya, pada Minggu malam 16 Agustus 2015 lalu Pemkab Tulungagung secara resmi menandatangani nota kesepahaman atau MoU bersama Yayasan Damandiri tentang Pengembangan Posdaya dalam upaya pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tulungagung.
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Tulungagung, seluruh perguruan tinggi se-Tulungagung dan Yayasan Damandiri ini mendapat perhatian berbagai kalangan. Seluruh pejabat Pemkab Tulungagung dan tokoh masyarakat Tulungagung antusias mengikuti acara ini. Apalagi dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE, MSi yang menandatangani MoU itu. Acara semakin khidmat karena bersamaan dengan malam tirakatan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70. Tak pelak, acara yang berlangsung di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso Tulungagung, Jl RA Kartini, Tulungagung, Jatim, ini semakin berkesan dan bermakna. Penandatanganan kesepahaman dalam pengembangan dan pengisian Posdaya pun dilakukan antara Pemkab Tulungagung dengan para pimpinan perguruan tinggi se-
Kabupaten Tulungagung. Seperti, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Universitas Tulungagung (Unita), Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Tulungagung, STAI Diponegoro Tulungagung, STAI Muhammadiyah Tulungagung, STAIN Tulungagung dan STIKes Hutama Abadi Husada Tulungagung. Seluruh rektor dan ketua dari perguruan tinggi ini menandatangani langsung MoU itu. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, program pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya ini sebagai upaya membantu program nawacita dari pemerintahan Joko Widodo. “Dalam upaya meningkatkan ekonomi daerah sekaligus membantu program nawacitanya Pak Presiden. “Melalui Posdaya ini kita akan membangun tidak saja dari provinsi atau kabupaten tetapi juga dari desa. Jadi, ini merupakan pelaksanaan pembangunan dari desa bukan hanya oleh peme-
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE, MSi, saat menandatangani MoU tentang Pengembangan Posdaya dalam upaya pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) di Kabupaten Tulungagung. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
29
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE, MSi, dan Rektor IAIN Tulungagung Dr Maftukhin, MAg, saling merekatkan tangan usai menandatangani MoU.
Para pejabat Pemkab Tulungagung bersama Pimpinan Yayasan Damandiri, para tokoh masyarakat Tulungagung saat mengikuti malam tirakatan HUT RI ke-70 yang dilanjutkan penandatangan MoU.
30
rintah tetapi juga melalui gerakan masyarakat,” tutur penggagas Posdaya ini usai penandantangan MoU bersama Pemkab Tulungagung. Setelah penandatanganan MoU ini, lanjut Prof Haryono, kegiatan pemberdayaan melalui Posdaya tentu akan langsung bergerak. “Jadi, saya sudah melatih beberapa mahasiswa asal Tulungagung di Jakarta dan Malang. Kita kirim instruktur-instruktur untuk melatih para mahasiswa itu untuk langsung melaksanakan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa,” tegas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini. Bahkan, tambah Prof Haryono, kepada jajaran Marinir Jawa Timur serta Dinas Kela-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
utan dan Perikanan Jawa Timur, dirinya menawarkan untuk menyelediki daerahdaerah payau yaitu, pertemuan antara air laut dan tawar. “Kalau ada daerah-daerah itu, nanti kita segera untuk memberi pendidikan dan pelatihan untuk menanam rumput laut sekaligus bantuan bibit rumput lautnya. Begitu juga untuk pengolahan ikan, dari Kementerian Kelautan dan Perikanan bersedia untuk mengirimkan tenaga-tenaga pelatih ke Kabupaten Tulungagung,” jelas Menko Kesra dan Taskin era Presiden HM Soeharto dan Habibie ini meyakinkan. Dirinya berharap, melalui kegiatan Posdaya ini Kabupaten Tulungagung menjadi salah satu kabupaten yang mampu mencapai target dan sasaran MDGs yang harus selesai akhir tahun ini. “Namun demikian, hampir selama sepuluh tahun terakhir ini MDGs tidak terlalu berhasil. Bahkan tingkat kematian ibu naik jadi 365, dulu masih 200 per seratus ribu. Tingkat kemiskinan masih bergerak di antara 11 hingga 12 persen. Sehingga kita akan mencoba mempercepat upaya pencapaian MDGs ini melalui berbagai kegiatan pemberdayaan melalui Posdaya. Karena akhir tahun ini, ucap Prof Haryono, pembangunan MDGs itu akan dilanjutkan oleh PBB menjadi pembangunan yang dinamakan Pembanguan Sustainable Development. “Nah, kegiatan ini adalah salah satu persiapan dari Kabupaten Tulungagung untuk menangkap opportunitas (kesempatan, red) yang baru itu,” jelasnya. Hadir dalam acara ini Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE, MSi, Wakil Bupati
Tulungagung Drs Maryoto Birowo, MM, Sekretaris Daerah (Sekda) Tulungagung Drs Indra Fauzi, MM, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung Gatot Suprapto, Rektor IAIN Tulungagung Dr Maftukhin, MAg, Komandan Batalyon Bekpal I Marinir Pasmar-1 Surabaya Letkol (Mar) Arif Miftakhudin, Ketua STKIP PGRI Tulungagung Drs H Joko Ediyono, MM, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung Suharno, MPd, Direktur Operasional Bank UMKM Jawa Timur Purnomo Hadi W, SE, MM, para rektor dan ketua perguruan tinggi seTulungagung lainnya dan jajaran SKPD Tulungagung. Tampak pula Asisten Deputi Direktur Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA, para Kajur/Kaprodi berbagai perguruan tinggi seTulungagung, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan sejumlah siswa SMA seTulungagung, para tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Sedangkan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE, MSi, menilai, penandatanganan MoU dengan Yayasan Damandiri tentang upaya pencapaian target MDGs melalui pengembangan Posdaya tentu sangat berguna bagi Kabupaten Tulungagung. “Saya atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Tulungagung mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang peduli terhadap nasib warga masyarakat Tulung-
Prof Dr Haryono Suyono menyerahkan cinderamata kepada Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE, MSi (kiri) didampingi Wakil Bupati Tulungagung Drs Maryoto Birowo, MM (tengah).
agung,” tutur Syahri Mulyo, SE, MSi, beberapa saat usai penandatanganan MoU. Melalui Posdaya ini, lanjut Syahri Mulyo, SE, MSi, tentu pihaknya akan sangat terbantu dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Tulungagung. “Mudah-mudahan kerja sama ini nanti akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tulungagung. Saya akan selalu siap mendukung program apa saja termasuk Posdaya ini yang akan membantu masyarakat Tulungagung lebih sejahtera,” tegas Syahri Mulyo, SE, MSi, optimis. Selamat! ADE S
Pimpinan Yayasan Damandiri dan Pemkab Tulungagung bergambar bersama para rektor dan ketua perguruan tinggi se-Tulungagung usai penandatangan MoU.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
31
POSDAYA PEMERINTAH
Gubernur Jatim Ajak Paguyuban Rektor se-Provinsi Jatim
Tumbuhkan Semangat Optimis dan Cermati Bonus Demografi Para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur yang tergabung dalam Paguyuban Rektor selain perlu menumbuhkan semangat dan rasa optimisme pada masyarakat dalam menghadapi laju pertumbuhan ekonomi yang melambat tahun ini, juga mencermati bonus demografi.
Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo saat memberikan sambutan, sebelum membuka pertemuan disaksikan Prof Dr Haryono Suyono Ketua Paguyuban Rektor se-Jatim Moh Hasan, MSc, PhD, Dirut Bank Jatim H Soeroso, SE, MM dan Dirut Bank UMKM Jatim Subawi, SE, MM. [FOTO-FOTO: HARI]
P
ERTEMUAN Kerja Paguyuban Rektor se-Provinsi Jawa Timur di gedung Bank Jatim Surabaya, Rabu (8/5) lalu mengangkat tema “Program Pemberdayaan Wirausaha dan Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif Keluarga pada Posdaya se Provinsi Jatim”. Pada pertemuan tersebut, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam paparannya menjelaskan pentingnya Bonus Demografi disuatu negara yang biasanya berlangsung 20-30 tahun. T etapi di Indonesia tidak hanya 20 tahun tetapi bisa sampai 40 tahun atau 50 tahun. Karena ada provinsiprovinsi yang pada tahun 2035-2040 belum masuk ke dalam era bonus demografi. Contohnya provinsi NTT, Papua dan lainnya. “Jawa Timur dengan Gubernurnya Pakde Karwo ini sudah lebih dulu memikirkan bonus demografi, ketimbang presiden,” seloroh Menko Kesra era Kabinet Pembangunan ini. Kepala BKKBN yang sukses membawa KB Indonesia mendunia dan diakui dunia ini dengan bukti Presiden Soeharto mendapat 32
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
penghargaan dan diminta pidato di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, mengatakan secara nasional bonus demografi Provinsi Jatim masih di bawah rata-rata nasional. Bahkan, menurutnya, bonus demografi Provinsi Jatim ini telah membantu menolong provinsi-provinsi lain. Prof Haryono mengungkapkan, kalau keberhasilan KB-nya rendah dengan sendirinya penduduk di bawah 15 tahun jumlahnya masih besar. Kare na penduduknya masih besar dan daerahnya miskin biasanya kalau dia sekolah keluar NTT atau Papua mer eka tidak kembali ke daerahnya. Sehingga penduduk usia 15-60 tahun jumlahnya tidak pernah besar. Maka di daerah itu disebut penduduk muda dan penduduk tua. Karena penduduk usia produktif tidak ada di situ. “Oleh karena itu daerah ini tidak membangun,” ujarnya. Era bonus demografi kalau negaranya sama seragam terjadinya bonus demografinya juga seragam. Karena Indonesia tidak sera-
gam, maka datangnya bonus demografi tiap provinsi itu tidak sama. “Pr ovinsi yang maju program program KB-nya maju maka bonus demografi terjadi lebih cepat dari provinsi yang kurang maju. Untuk itu di tingkat desa harus segera dibentuk pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), bukan lagi Pos KB,” katanya. Karena umumnya, ujar Prof Haryono, di tingkat desa di Indonesia itu tingkat pendidikannya rendah, tingkat keterampilannya rendah. Oleh karena itu, harus digarap bukan pada tingkat provinsi tetapi digarap pada tingkat desa dan pedukuhan. Ini yang dinamakan lingkaran besar untuk menggarap apa yang ada dipedukuhan tersebut dengan delapan fungsi keluarga yaitu, fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi kesehatan dan reproduksi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi bina lingkungan.
dayaan keluarga yang digagas Prof Haryono Suyono itu dengan ABG. Artinya, dalam program pemberdayaan keluarga ini ada unsur Akademisi, Government dan Business. “Posdaya sebagai program pemberdayaan keluarga itu tidak terlepas dari ABG. Artinya, dalam program pemberdayaan keluarga Posdaya ada unsur Akademisi, Government dan Business. Itu sebabnya Posdaya menjadi penting,” ujarnya.
Posdaya ABG Pertemuan Kerja Paguyuban Rektor se Provinsi Jawa Timur yang berlangsung di ruang Bromo, kantor pusat Bank Jatim Surabaya, dihadiri Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo. Hadir pula para rektor se Jawa Timur, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, dua Deputi Yayasan Damandiri, Dr Mazwar Noerdin dan Dr Mulyono D Prawiro. Serta hadir pula Dirut Bank Jatim Soeroso, SE, MM dan Dirut UMKM Jatim, Subawi, SE, MM dan Direktur PT Sudara Ir Sutarto Alimoeso, MM. Kepada para rektor dan pengusaha, Gubernur Soekarwo meminta tolong untuk betul-betul membantu mematahkan perasaan pesimis, demi mempercepat peluncuran pertumbuhan ekonomi. Dalam pertemuan yang juga dihadiri Ketua Paguyuban Rektor se-Jatim, Drs Moh Hasan, MSc, PhD, Rektor Unair Surabaya Prof Dr Muhammad Nasih, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr H Mudjia Rahardja, Msi tersebut, Gubernur Soekarwo juga mengungkapkan, Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) selalu menyebut program pember-
Dukungan perbankan Pertemuan Kerja Paguyuban Rektor se Provinsi Jawa Timur merupakan tindak lanjut dari penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Bank Jatim, Yayasan Damandiri, dan Bank UMKM Jatim perihal penyaluran kredit. Direktur Utama (Dirut) Bank Jatim, Soeroso, mengatakan, pertemuan kerja ini merupakan langkah nyata untuk mewujudkan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik. “Pertemuan ini adalah tindak lanjut dari kesamaan visi dan misi yang telah disatukan dalam bentuk kerjasama. Diharapkan dengan pertemuan ke depan bisa sinergitas kerja dapat terjalin dengan baik di antara berbagai pihak sehingga tujuan untuk memberdayakan masyarakat kecil dapat tercapai,” kata Soeroso selaku Direktur Utama Bank Jatim yang baru. Hal ini senada dengan pemikiran Gubernur Soekarwo dalam sambutannya yang mengatakan, dalam kondisi ekonomi yang melambat saat ini salah satu solusi yang tepat adalah mematahkan rasa pesimis untuk mengembangkan usaha dan perekonomian. Sebab masih banyak program yang harus dikembangkan guna mempercepat laju perekonomian.
Dr Subiakto Tjakrawerdaja menjadi moderator pada sesi diskusi yang menampilkan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Ir Dwi Listyawardani, MSc, Dip Com, serta Drs Agus Mulyaoto, MM, dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Ir Rahman Arief Dienaputra, MEng selaku Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan Ditjen Bina Kontruksi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
33
Ruangan dipenuhi peserta rapat Forum Rektor se Jatim yang dihadiri Gubenur Jatim Dr Soekarwo.
34
Tidak hanya berharap kepada para rektor, Gubernur juga berharap Bank Jatim mengajak perbankan lain serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menekan nilai margin interes guna membantu mempercepat laju perekonomian di Jatim. Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus melakukan berbagai upaya dalam menggerakkan roda usaha perekonomian di tengah krisis ekonomi saat ini. Di antaranya dengan memerintahkan Bank Jatim guna memunculkan program kredit khusus untuk usaha masyarakat sebesar 1 triliun rupiah. “1 triliun Ini dana spesial landing untuk UMKM, “ujarnya. Menurutnya, kredit 1 triliun tersebut hanya sebagian kecil atau sekitar 29 persen dari keseluruhan Landing Kredit Ratio (LDR) Bank Jatim yaitu sekitar 69 persen. Jadi menur utnya masih ada sekitar 31 persen dana yang tidak dimanfaatkan. “Saya perintahkan agar membuat program kredit 1 triliun dengan suku bungah flat 8,3 persen, kalau dibandingkan dengan Bank umum konvensional sekitar 10 persen, jadi jauh lebih rendah dari Bank umum, “tegasnya.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Ia menyadari jika saat kondisi di dunia keuangan yang masih sakit. Jadi program tersebut sangat beresiko oleh karena income masyarakat secara keseluruhan menurun. “Perbankan saat ini kredit investasinya turun dari 20 persen menjadi 11-10 persen per April,”katanya. Dalam pertemuan itu juga dipaparkan fungsi dan peranan masingmasing instansi terkait program kerja sama yang diusung. Yaitu pemberdayaan keluarga melalui pengembangan wirausaha dan peningkatan usaha ekonomi produktif keluarga pada Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) seJatim. Kegiatan rapat kerja yang berlangsung di kantor Bank Jatim pusat ini juga menghadirkan narasumber baik dari kalangan perguruan tinggi maupun kementerian serta lembaga. Di antaranya, tampil Rektor Unair, Dekan FE Unair, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Ir Dwi Listyawardani, MSc, Dip Com, serta Drs Agus Mulyoto dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Ir Rahman Arief Dienaputra, MEng selaku Direktur Kerja sama dan Pemberdayaan Ditjen Bina Kontruksi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. Narasumber lainnya, tak lain dua orang direktur utama lembaga keuangan yang baru dikukuhkan. Masing-masing Dirut Bank Jatim dan Dirut Bank UMKM Jatim. Sementara Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Menteri Koperasi era Kabinet Pembangunan dan saat ini menjadi Sekretaris Yayasan Damandiri tampil sebagai moderator. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Walikota Malang Malang H Muchammad Anton:
Posdaya Program Pemberdayaan yang Baik Melalui sebuah pembinaan lewat Pos Pember dayaan Keluarga (Posdaya), Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menawarkan sebuah program yang sangat baik. Untuk itu, Walikota Malang berterima kasih. Karena melalui Posdaya penurunan angka kemiskinan sangat signifikan. Posdaya merupakan program pemberdayaan yang baik dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Tiga mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unmer Malang tengah menuturkan pengalamannya selama di desa. [FOTO-FOTO: HARI]
H
AL itu dikatakan Walikota Malang, H Muchammad Anton. Program pemberdayaan yang digagas Prof Haryono, yang dilakukan melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Posdaya diakui telah banyak berandil dalam membantu program pemerintah Kota Malang dalam pengentasan kemiskinan. Angka itu bisa dilihat pada tahun 2013 kemiskinan 4,85 persen, sekarang sudah menjadi 4,45 persen. “Yang luar biasa adalah kemauan keluarga miskin ingin berubah menjadi lebih baik mendapat pendampingan dari perguruan tinggi untuk menekan angka pengangguran. Dengan binaan-binaan ini akhirnya mereka bisa berkarya dan mendapat nilai ekonomi yang luar biasa,”ungkap Walikota Malang pada Gebyar Posdaya dan Pameran Produk Ekonomi Kreatif Posdaya yang digelar di Aula Kampus Universitas Merdeka Malang. Melihat gelaran produk Posdaya, Abah An-
ton demikian sapaan akrab Walikota Malang yang menjabat sejak 13 September 2013 setelah dilantik Gubernur Jawa Timur H Soekarwo dalam sidang paripurna istimewa DPRD Kota Malang, menilai para “pengusaha” di Posdaya secara ekonomi mereka memberikan nilai yang sangat bagus. Karena sebelum dibina dan setelah dibina bisa dilihat di dalam pameran hasil produk Posdaya yang digelar di Kampus Unmer. “Pengusaha (pelaku wirausaha) di Posdaya secara ekonomi mereka memberikan nilai yang sangat bagus. Karena sebelum dibina dan setelah dibina bisa dilihat hasilnya. Yang tadinya limbah sekarang berubah menjadi berkah karena laku jual,” ujar walikota yang lahir di Malang, Jawa Timur, 31 Desember 1965. Pada Gebyar Posdaya dan gelar produk Posdaya yang dikemas dalam Gemari Show Semanggi TVRI Jawa Timur ini, Abah Anton Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
35
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi Prof Agus Suprapto, PhD bersama Walikota Malang Anton mencicipi makanan hasil produk kader Posdaya binaan perguruan tinggi di Kota Malang, Jatim.
Kelompok Paduan Suara Mahasiswa Unmer Malang melantunkan Mars Gemari di acara Gebyar Posdaya.
36
ke depan, ingin tidak hanya mereka sendiri yang menikmati tetapi bisa memberikan nilai manfaat kepada masyarakat yang lain, terutama mere kamereka yang belum dibina oleh Posdaya sehingga mereka bisa ikut masuk di dalam binaan Posdaya. Kegiatan yang digelar di Aula Kampus Universitas Merdeka Malang ini cukup mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Nampak hadir dalam acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai host didampingi Sinta dari TVRI Jawa Timur, juga hadir Walikota Malang, H Muhammad Anton, Rektor Universitas Merdeka Malang, Prof Dr Anwar Sanusi SE, Msi, Asisten Perekonomian menegaskan, dalam setiap pemberdayaan Kabupaten Malang, Nurman Ramdansyah SH, sangat penting kebersamaan. “Kebersamaan M Hum, Ketua LPPM Unmer Pr of Dr Agus itu paling utama. Karena kami selalu Soeprapto Ph.D, Ketua LPPM UIN Malang, Dr memberikan tekanan kepada masyarakat agar Mufidah Ch, Deputi Direktur Yayasan memberikan sosialisasi setiap dua minggu Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, para ketua sekali. Di dalam temu war ga itu kami selalu LPM perguruan tinggi se Malang Raya. Serta menekankan bahwa di dalam melakukan mahasiswa KKN Posdaya, Relawan Posdaya kreasi mereka tidak perlu takut masalah dana. dan pengurus beserta anggota Posdaya dan Karena dengan adanya Posdaya ini kami seca- undangan lainnya. ra terus menerus memberikan sosialisasi bahwa Posdaya ini siap untuk mem backup dan Pemetaan keluarga siap untuk memasarkan pr oduk-produk yang Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian telah dihasilkan oleh mereka itu,” paparnya. Kepada Masyarakat (LPPM) Unmer, Prof Dr Menurut lulusan sarjana S1 Teknik Sipil Agus Suprapto PhD dalam kesempatan gelaran Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ini, variety show Gemari ini mengatakan, berangkat dari sini pihaknya ingin menindaklanjuti pemetaan keluarga yang dibahas didalam sarasehan keluarga. “Harapannya di dalam sarasehan ini bisa memberikan solusi. Khususnya keluarga yang tidak mampu atau keluar ga prasejahtera dan sejahtera I maupun keluarga sejahtera II dan sejahtera III,” pintanya. Menurut Prof Agus Suprapto, pada saat sarasehan perlu ada-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
nya semacam kegiatan inten sifikasi dan interfensi sehingga status mer eka ini bisa berubah. Sehingga yang tadi nya keluarga prasejahtera mejadi keluarga prsejahtera satu dan seterusnya. Gelar Gebyar Posdaya di kampus Unmer, kata Agus Suprapto, merupakan tindak lanjut kerja sama antara Kota Malang dengan 32 perguruan tinggi. Ini juga merefresh kembali perguruan tinggi yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan di wilayah Malang Raya. Sementara itu, Asisten Perekonomian Kabupaten Malang, Nurman Ramdansyah SH, Mhum yang juga hadir, mengatakan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Malang siap ikut membangun pemberdayan masyarakat pedesaan. Hingga saat ini sudah banyak perguruan tinggi swasta maupun negeri yang besama-sama membangun pemberdayaan pada rakyat pedesaan. Sedangkan, Ketua LPPM Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr Hj Mufidah Ch, MAg menuturkan, UIN Malang menurunkan mahasiswa KKN Tematik Posdaya berbasis Masjid tidak kurang dari 2.857 mahasiswa dan didampingi 175 dosen pem bimbing lapangan. Sasaran kegiatan ini untuk menguatkan Posdaya berbasis masjid yang sudah ada maupun membangun Posdaya baru, serta pendampingan Posdaya lama. Dengan melibatkan 23 Perguruan Tinggi Islam di Jawa Timur, Mufidah menyebut, untuk Jawa Timur sekarang Posdaya berbasis Masjid sudah bertambah mendekati angka 2000. Pada talkshow, host juga meminta mahasiswa KKN Tematik Posdaya dari Unmer menceritakan pengalamannya turun ke desa. Salah satu mahasiswi Unmer bernama Debora Gultom pun menuturkan. Mahasiwi semester VII yang masuk di kelompok I (satu) KKN Tematik Posdaya di Kelurahan Luwukwar u, Malang, mengungkapkan sebelum melakukan KKN bersama kelompoknya lebih dahulu mendatangi lokasi dan bertemu dengan 5 ketua RW dan melaporkan bahwa kehadirannya di desa itu bersama 10 orang anggotanya untuk melakukan KKN dan mengangkat potensi lokal yang ada.
Debora Gultom mengatakan bahwa kehadirannya di desa itu diterima dengan baik oleh warga. Sehingga memudahkan untuk bekerja sama. “Karena di desa itu banyak pabrik tekstil dan banyak limbah yang belum dimanfaatkan. Oleh karena itu kami bersama kelompok menjadikan limbah-limbah itu menjadi barang berharga. Seperti dibuat kalung, br oss, banduk dan aksesoris lainnya,” ujarnya. Selain mengangkat potensi lokal para mahasiswa KKN Tematik Posdaya juga melakukan pemetaan keluarga. HARI
Walikota Malang H Muhammad Anton menyerahkan hadiah pada mahasiswa pemenang lomba videografi Posdaya yang diselenggarakan Universitas Merdeka Malang.
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
37
POSDAYA PEMERINTAH
OST Angkatan-98
Kota Jambi Bentuk Kepedulian dengan Posdaya Kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini cukup memprihatinkan harus bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk memperkuat diri. Seharusnya bangsa Indonesia sudah memperkuat ekonomi domestik sejak jauh hari.
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat membuka acara Pelatihan Posdaya dan OST angkatan ke-98 di Gedung Siti Padmirah Silver College di Jakarta. [FOTO-FOTO: RAHMA]
H
AL tersebut disampaikan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja dihadapan para peserta pelatihan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) angkatan 98 di Gedung Siti Padmirah, akhir Agustus lalu. Observation Study Tour (OST) yang diadakan oleh Haryono Suyono Center (HSC) ini diikuti sejumlah SKPD Kota Jambi, Purworejo dan Provinsi Banten. Pada masa Orde Baru, kata Subiakto, kekuatan ekonomi selalu didukung oleh kekuatan ekonomi dalam negeri, sehingga tidak banyak bergantung kepada kekuatan dari luar negeri. “Sampai-sampai dulu ada menteri untuk produksi dalam negeri. Dan ini cukup berhasil,” cetusnya. 38
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Keberhasilan itu ditandai dengan swasembada pangan, swasembada beras, swasembada kedelai dan secara bertahap diikuti dengan swasembada daging dan ayam. Hal ini kemudian diikuti dengan industri strategis membuat kapal terbang, kapal senjata dan lainnya. Pada pemerintahan Presiden RI Joko Widodo saat ini, ingin mewujudkan trisaktinya Bung Karno agar bangsa Indonesia mandiri di bidang ekonomi. “Momentum sekarang ini sebetulnya tepat sekali untuk mewujudkan itu. Cuma memang harus ada keputusan politik yang berani dari pemerintah dan seluruh rakyat kita ini.” Ditambahkannya, sumberdaya Indonesia saat ini luar biasa. Sumberdaya manusia sebe-
sar 240 juta dengan sumber daya alam melimpah sebenarnya sudah memadai untuk membangun bangsa yang makmur sejahtera dengan kekuatan sendiri. Posdaya menggerakkan kembali partisipasi masyarakat, supaya masyarakat lebih kerja keras dan kerja cerdas. Partisipasi perguruan tinggi dengan program KKN sampai ke desa-desa bisa menumbuhkan masyarakat desa yang kreatif dan inovatif. Mahasiswa perguruan tinggi juga bisa menghasilkan teknologi-teknologi sederhana yang bisa dikerjakan masyarakat, bisa dibuat oleh masyarakat. “Artinya, apa yang bisa dikerjakan oleh masyarakat bisa dibuat oleh masyarakat sendiri, bukan teknologi yang kemudian harus impor tidak ada gunanya. Yaitu, teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah,” jelasnya. Selain kerja keras dan kerja cerdas, kerja sama kelompok merupakan modal sosial yang luar biasa, karena kunci menghadapi globalisasi adalah gotong royong. “Tidak mungkin pengusaha kecil melawan globalisasi tanpa kerjasama tanpa bergabung dalam usaha bersama. Dan koperasi adalah usaha paling tepat, wadah paling tepat untuk mereka bekerja sama,” tegasnya. Menurut Ketua Staf Bidang Pembangunan Kota Jambi Drs Yan Ismar, MH, Kota Jambi memiliki visi misi terwujudnya Kota Jambi sebagai pusat perdagangan dan jasa, berbasis masyarakat yang berakhlak dan berbudaya. Karena di Jambi tidak ada sumber daya alam, tidak ada tambang dan lain-
Peserta OST dan Pelatihan Posdaya Angkatan ke-98 saat meninjau salah satu kegiatan Posdaya di lapangan. [FOTO: SULAEMAN]
lain, hanya mengandalkan jasa. Salah satu bentuk kepedulian masyarakat untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan lingkungan yang ada di sekitarnya melalui Posdaya. Dari 82 kecamatan dengan 62 kelurahan yang ada di Kota Jambi, ada sekitar 24 kelurahan yang telah terbentuk Posdaya, 11 diantaranya merupakan binaan Pemkot Jambi dan 13 di antaranya binaan LPPM Universitas Batangharim Jambi, selaku Korwil Posdaya Jambi. Posdaya Kota Jambi pertama kali dibentuk di Kecamatan Jelutung, Kelurahan Cempaka Putih pada 22 Januari 2013. RW/HANUR
Peserta Pelatihan Posdaya asyik menyimak paparan narasumber.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
39
POSDAYA PEMERINTAH
Posdaya Solusi Bela Negara Bagaimana cara bela negara secara kongkret? “Solusi bila ingin bela negara, kita harus bela orang-orang yang ada di desa,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Kenapa? “Karena separuh orang dari penduduk Indonesia itu di desa. Oleh karena itu saya ajak Pak Bupati dan bupati seluruh Indonesia dan universitas di seluruh Indonesia sudah bergerak sesuai dengan ajakan masuk ke desa dan membuat Posdaya. Posdaya yang pertama adalah bagaimana mempersatukan keluarga-keluarga di desa. Bersatu saling peduli, saling memberdayakan dan saling menolong. Itu saja intinya terhadap jawaban bela negara.”
Ketua Yayasan Damandiri saat memberikan paparan sosialisasi Posdaya dihadapan Bupati, Sekda, Dandim 0801 Pacitan dan SKPD serta Kepala Sekolah SMK. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
40
H
AL ini dikemukakan Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi pembicara pada acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara serta Sosialisasi Posdaya pada 27 Agustus 2015 di Pendopo Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang dihadiri Bupati Pacitan Indartato, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan Drs Suko Wiyono, MM, Komandan Kodim 0801 Pacitan Letkol Inf Yudhi Diliyanto, SIP, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, Plh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pacitan dan Kepala Sekolah SMK dan Madrasah. Tokoh besar kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini mengungkapkan, “Saya sebagai generasi sepuh, tidak saja melihat persoalan, tidak saja melakukan manajemen untuk menyelesaikan persoalan, karena orang sepuh tidak bisa perintah, tidak bisa memberi instruksi tetapi memberi urun-urun. Jadi yang saya sampaikan ini urun-urun, tapi biasanya kalau urun-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
urun itu dilaksanakan itu berkah.” Menurutnya, apa yang terjadi menjelang 2045, itu di Jawa Timur sudah terjadi sejak akhir tahun 90 an. Yaitu apa yang dinamakan meledaknya anak-anak usia 15 sampai 60 tahun. Provinsi lain belum, provinsi yang mendahului Indonesia adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Timur kemudian juga daerahdaerah kecil di Riau dan lain-lain. Apa yang dinamakan bonus demografi. Jadi hasil keberhasilan Kabupaten Pacitan dan Jawa Timur mengerem kelahiran, menurunkan angka kematian, akibatnya generasi muda yang menjadi sasaran Dandim yaitu sasaran untuk menjadi generasi emas tahun 2045 sekarang ini meledak jumlahnya di beberapa provinsi. Lebih lanjut, Prof Haryono Suyono menjelaskan, Jawa Timur ini memasuki ledakan anak muda itu mendahului provinsi lain. Jadi ini merupakan provinsi yang diwaspadai oleh Pak Gubernur dan jajaran Provinsi Jawa Timur. Sasaran yang meledak itu tidak saja umur 15 sampai 60 tahun tetapi umur 60 tahun ke atas.
“Orang-orang seperti saya ini di Jawa Timur banyak jumlahnya. Jadi ada pensiunan bupati, pensiunan camat, pensiunan lurah, pensiunan menteri, pensiunan presiden ada di Jawa Timur. Dan usia 60 tahun ke atas ini dulu jaman tahun 60 cepat meninggal dunia, sekarang ini tidak,” ujarnya. Keberhasilan meledaknya anak muda itu disebabkan karena kelahiran di Jawa Timur itu turun tajam sampai tahun 2000 dan kematian turun tajam sampai tahun 2000 sehingga anakanak ini sekarang menjadi anak umur 15 sampai 60 tahun. jaman tahun 70 orang seperti saya ini cuma 2 juta, sekarang sudah 28 juta. Anak-anak umur 15-60 tahun jaman dulu cuma 60 juta, sekarang sudah 175 juta. Pacitan atau Provinsi Jawa Timur mempunyai penduduk usia 15 sampai 60 tahun jumlahnya 19-20 juta. Celakanya karena kesempatan kerja dan sebagainya susah. Sebagai contoh jumlah dari 19 juta itu yang angkatan kerja hanya 9 juta, ini yang dinamakan bahaya, karena ledakan anak muda itu lebih rawan dari ledakan bayi di tahun 70. Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini mengatakan, “Pada waktu Pak Gubernur bersama saya di Surabaya, beliau memerintahkan agar anak-anak muda khususnya anak-anak SMK, anak-anak Madrasah, anakanak SMA yang kita harapkan nanti menjadi bintang pada tahun 2045 itu sekaligus diajak masuk desa. Diajak bekerja sama dengan teman-teman mahasiswa yang sekarang sudah kuliah kerja nyata ke desa. Untuk apa? Untuk ikut bersama-sama bahwa orang desa saja yang sekarang ini hidupnya sengsara, miskin, pendidikannya rendah mau membangun gotong royong, persatuan dan kesatuan. Mau berbagi dengan sesama rakyatnya.” “Itulah sebabnya diharapkan SMK-SMK masuk bersama-sama dengan para mahasiswa, bersama-sama dengan SKPD kembali ke desa. Harapan saya jajaran TNI juga ikut mengawal kembali ke desa. Dan sudah dilakukan dengan kegiatan jambanisasi dengan target 1 juta jamban sampai akhir tahun ini. dan ternyata waktu kita perkenalkan kepada TNI di
Semarang, TNI langsung menyambut. Kalau Pacitan saja bisa, pasti daerah lain juga bisa kemudian digandeng jajaran TNI sambut satu juta jamban di seluruh Indonesia,” imbuhnya. Seluruh jajaran SMK, SMA maupun sekolah-sekolah tinggi masuk ke desa pertamapertama harus fokus, yang dicari adalah keluarga pra sejahtera bukan keluarga kaya. Keluarga pra sejahtera ini harus dijadikan murid bersama atau sasaran bersama baik oleh SKPD maupun oleh guru dan siswa SMA. Sasaran keluarga pra sejahtera adalah yang tidak bisa makan sehari dua kali, yang tidak menyekolahkan anaknya, yang rumahnya masih berlantai tanah, yang kadang-kadang pakaiannya cuma satu saja, termasuk juga tidak punya jamban itu yang menjadi sasaran. Apa yang harus diajarkan untuk keluarga pra sejahtera? Pertama, ungkap Prof Haryono, keluarga di desa harus menghidupkan dan menyegarkan kembali hidup gotong royong. Yang kedua, keluarga di desa harus hidup bersih, sehat dan sejahtera, tidak ada sampah karena di desa sampah sudah diubah menjadi berkah. Yang ketiga, membuat kebun bergizi di setiap halaman rumah. Sekolah-sekolah membuat apa yang dinamakan kebun bibit, setiap siswanya diajari membawa bibit itu ke rumah. “Dan keempat, anak-anak semuanya disekolahkan, sehingga anak-anak ini nanti kalau dewasa tidak saja menjadi TKW tetapi menjadi tenaga ahli yang bersertifikat. Selanjutnya keluarga pra sejahtera mau berlatih keterampilan dan akhirnya setiap keluarga mau bekerja cerdas dan cermat,” papar Prof Haryono. SUL/DH
Proses penandatanganan MoU Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara antara Dandim 0801 Pacitan, Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag Pacitan.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
41
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Wredatama Bisa Mengasuh dan MengisiΩ Posdaya Pengalaman menolong 1 anak dari keluarga terpuruk ekonominya hingga ber hasil yang dilakukan Sri Paduka Paku Alam IX menjadi inspirasi sekaligus penyemangat bagi PWRI bersama 10 perguruan tinggi terkemuka di Jogyakarta serta dukungan dari Bank Bukopin meneruskan “program” tersebut ke depan.
Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam XI didampingi Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono membacakan surat keputusan penetapan pengurus Pengda PWRI Propinsi DIY 2015-2020. [FOTO-FOTO: HARI]
42
“K
ALAU beliau dapat sebelas anak maka kita juga bisa dapat sebelas, kali sebelas, kali sebelas, kali sebelas. Saya ingin melihat suatu hari sowan lagi pada Sri Paduka mohon kepada Sri Paduka untuk meresmikan gegap gempitanya T iga Generasi yaitu, Generasi Lansia, Generasi Muda dan kita angkat Generasi Anak-Anak untuk menjadi pemimpin bangsa yang kita banggakan,” kata Prof Dr Haryono Suyono pada sambutannya saat pengukuhan Pengurus Daerah Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, (21/8), di Bangsal Kepatihan Yogyakarta. Ketua Umum Pengurus Besar PWRI, Prof Dr Haryono Suyono mengajak PWRI DIY untuk ajak rakyat bangun desa supaya sejahtera. Dalam sambutanya, Prof Haryono mengungkapkan, sebagai kota kelahiran PWRI, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kini telah memiliki anggota tidak kurang dari 15 ribu orang. “Untuk itu kepada seluruh anggota dan pengurus PWRI untuk mengambil pengalaman dari Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam Ke-IX yang selalu merakyat,” kata Ketua Umum Pengurus Besar PWRI, Prof Dr Haryono Suyono.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Sri Paduka Paku Alam Ke-X, kata Prof Haryono, biasa memakai sepeda motor. Kemana-mana beliau membawa permen dan di dalam permen itu ada “jimatnya“. “Kamu saya kasih permen, nah sekarang orang tuamu, pamanmu, kakakmu suruh ke sini”, ungkap Prof Haryono mengutip ungkapan Sri Paku Alam. Rupanya permen ini sebagai motivasi terhadap anak-anak yang dijumpai beliau ketika keliling ke desa-desa yang jauh dari Ibukota Yogyakarta. Y aitu di desa-desa yang sangat kering. “Pada jaman saya dengan Sri Paduka Paku Alam terdahulu, desa Giriwungu di Kecamatan Panggang, Gunung Kidul itu sangat kering hampir tidak ada pohon. Kemudian dilakukan gerakan penanaman pohon. Dan baru saja desa itu saya kunjungi ternyata sekarang pohonnya sudah rindang dan hijau. Tanahnya tidak terlalu kering dan di sana disuguhkan air bersih. Karena ternyata di DIY ini beberapa waktu lalu telah membuat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang disalurkan sampai ke desa-desa itu,” tutur Ketua Umum PB PWRI ini menceritakan pengalaman mengunjungi desa yang dulu pernah dilakukannya. Prof Haryono menegaskan, permen dari Sri
Paduka ini motivasinya sangat tinggi. Sehingga ketika beliau datang ke suatu tempat tidak perlu mengerahkan para camat dan kepala desa, tetapi cukup dengan bunyi klakson dari sepeda motor beliau. Ketika motornya berhenti puluhan anak berkumpul mendekatinya. Di sinilah, beliau langsung bertemu dengan rakyat dengan penuh ceria dan kasih sayang. Apa yang terjadi? “Sri Paduka sebagai Wakil Gubernur dapat mendengarkan seluruh masalah yang timbul di daerah tersebut. Setelah kembali ke kantor di Yogyakarta, beliau bukan mengenang pertemuan sebagai nostalgia tetapi beliau memanggil selur uh SKPDnya, seluruh kepala dinasnya bahwa di desa ada masalah, mohon segera diselesaikan. Begitulah sifat raja-raja ter dahulu yang menurun kepada Raja PakuAlam yang sekarang,” ujar Prof Haryono. Dengan semangat dan seperti menemukan inspirasi setelah berjumpa dengan Sri Paduka Paku Alam XI, Prof Haryono ada gagasan yang menarik yang ingin diangkat pada pelantikan pengurus PWRIYogyakarta. Dalam sambutannya, Prof Haryono mengatakan, beliau Sri Paduka Paku Alam mengambil 11 anak-anak dari keluarga yang bukan saja miskin tetapi sangat terpuruk di desa. Sebelas anak-anak ini beliau sekolahkan dengan dukungan kasih sayang. Sekolahnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan akhirnya anak yang sebelas ini sudah banyak yang sarjana S2, dan banyak yang per gi luar negeri dan hidup sejahtera. Tidak saja Sri Paduka tetapi saudara-saudara juga bisa berbuat seperti raja Paku Alam ini. “Apakah saudara siap?”. Dengan nada sungkan sebagai wujud rasa hormat pada raja, karena ada Sri Paduka Paku Alam XI, seluruh anggota PWRI DI Yogyakarta yang hadir menjawab, “Siaaap”, ujarnya serentak. Ketua Umum PWRI yang juga Ketua Yayasan Damandiri ini ingin mengangkat pengalaman Sri Paduka dengan ijin Sri Paduka untuk pengurus maupun anggota PWRI di Yogyakarta. “Dengan perkenan beliau saya bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan DIY untuk bersama-sama PWRI Yogya dan 10 perguruan tinggi ternama di Yogya dengan sekolah SMK di Yogyakarta bahwa SMK diYogya mempu nyai keahlian dan pengalaman yang luar biasa karena dilatih keterampilan, tata boga, tata busana dan wisata,” tuturnya. Menurutnya, di Indonesia sekarang sedang
dikembangkan SMA dan SMK dalam perbandingan 60-40 persen, 40 persen SMA dan 60 persen SMK. Jumlah ini akan naik terus dan akhirnya Indonesia akan memiliki SMK yang sangat luas. Pada kesempatan itu, Prof Haryono menyampaikan, Kepala Bank Bukopin Yogyakarta berbisik kepadanya bahwa di beberapa kabupaten sekarang ada semacammeeting point (tempat pertemuan) di mana para pensiunan bisa menghambil dana pensiunnya di tempat tersebut. Kalau para pensiunan ini perlu mengadakan rapat, tempat tersebut bisa digunakan secara cuma-cuma. “Keinginan saya, adalah, bagaimana Yogyakarta ini yang telah menciptakan Gending Jawa PWRI dan ingin dikembangkan secara nasional, maka di tempat-tempat pertemuan itu kalau tidak ada gamelannya bisa diputar kaset gending tersebut untuk mengiringi pertemuan para pengambil pensiun dengan masyarakat yang sudah membentuk Posdaya di desa-desa,” ujarnya Di tempat-tempat itu, lanjut Prof Haryono, diundang para siswa SMK, Guru SMK untuk memberikan kursus keterampilan, bisa tata busana, tata boga atau keterampilan lain sehingga mereka bisa mengampu atau pengasuh Posdaya-Posdaya yang ada di desadesa yang menyebar di semua kabupaten di Yogyakarta. Menurut Prof Haryono, kalau bisa berhasil maka akan terjadi, bahwa hasil keterampilan pelajaran SMK tidak berada di rak-rak SMK tetapi menular kepada rakyat di desa-desa. Kalau Sri Paduka mengatakan 11 anak desa yang di biayai hingga berhasil maka mulai hari ini apa yang dicontohkan Sri Paduka bisa menular ke desa-desa karena difasilitasi para
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono memberikan sambutan sekaligus arahannya.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
43
Prof Dr Haryono Suyono, Sri Paduka Paku Alam XI (kanan) dan Dr Mazwar Noerdin (kiri) nampak hadir di tengah pengukuhan pengurus baru Pengda PWRI DIY bersama Ketua PWRI DIY, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta.
anggota Wredatama. “Wredatama yang ingin berjuang hingga titik darah penghabisan bisa mengasuh, bisa mengisi Posdaya yang ada di desa,” ujarnya. Dari mana duitnya itu? Prof Haryono “menantang” Bukopin Yogyakarta. “Dan ternyata Wredatama yang duduk di sini kr editnya yang tercatat di Bank Bukopin tidak kurang dari Rp 110 milyar. Dengan Rp 110 milyar ini maka bisa diperluas di desa-desa untuk membangun ekonomi pedesaan. Tidak seluruhnya dari Rp 110 milyar digunakan kalau sudah dipercaya mendapat Rp 1 0 milyar maka untuk mendapat Rp 200 milyar akan mudah kar ena anggota PWRI dipercaya,” ujarnya. Kalau nantinya sudah berkembang dengan masyarakat desa Bank Bukopin akan menyediakan dana lebih besar untuk usaha-usaha yang ada dipedesaan. Dan usaha-usaha di pedesaan akan didukung dengan tenaga yang terampil dari Siswa SMK yang ada. “Eksperimen ini sudah saya lakukan baik Jember maupun Tulungagung dan ternyata dalam waktu singkat berhasil lipat dua tiga kali karena keterampilan sudah dimiliki anggota Posdaya di desa,” katanya. Hadir pada pelantikan pengurus PWRI Provinsi DI Yogyakarta, antara lain Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam XI, Kepala Bukopin Yogyakarta, BPJS, Bank Taspen, Dr Mazwar Noerdin, Dr Mulyono D Prawiro, serta jajaran pengurus baru PWRI DIY periode 2015-2020. Sumbangsih untuk masyarakat Dalam sambutannya, Sri Paduka Paku Alam Ke XI selaku Wakil Gubernur DI Yogyakarta mengharapkan PWRI DIY bersama pengurus barunya memberikan sumbangsih
44
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
kepada masyarakat. “Selain itu agar pengurus baru Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Provinsi DIY periode tahun 20152020 dapat meningkatkan kuali tas kinerjanya untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat, nusa dan bangsa demi kemajuan bersama,” pintanya. Keberadaan para Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terhimpun dalam PWRI juga diharapkan dapat memberikan masukan untuk kelangsungan pembangunan daerah. Wagub yakin keberadaan PWRI dengan bekal pengalaman selama bertugas merupakan salah satu unsur penting dalam mensiasati keberhasilan daerah. “Untuk itu dengan keberadaan PWRI diharapkan secara terus menerus memberikan perhatiannya walau secara kedi nasan telah selesai,” ungkap Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka PakuAlam Ke-IX usai melantik Pengurus Baru Persatuan Wredata Republik Indonesia (PWRI Periode 2015-2020 di Gedung Bangsal Kepatihan, Yogyakarta yang asri itu. Selain itu, Sri Paduka PakuAlam Ke-IX juga berharap agar PWRI akan bersama-sama dengan pemerintah daerah memberikan sumbangsih. Terutama memberikan masukan dan saran dalam menyikapi satu hal yang berkembang di masyarakat. Sri Paduka Paku Alam XI menilai, menilai kepengurusan PWRI DIY termasuk dalam kategori kepengurusan yang aktif dalam penghimpunan para pensiunan maupun di dalam menjalankan program-programnya. Selain itu juga diharapkan PWRI dapat berbuat lebih banyak lagi bagi anggota maupun di dalam ikut berpartipasi di dalam proses pembangunan di DIY. Selaku Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Yogyakarta periode 2015-2020, diper cayakan kepada Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Prodjo Hardjono SH untuk memimpin kepengurusnya sesuai harapan dan keinginan Ketua Umum PB PWRI maupun Pemprov DIY. Dalam kesempatan tersebut beberapa pengurus PWRI Periode 2010-2015 diberikan piagam penghargaan oleh pengurus baru. Di antaranya yang mendapat penghargaan dr Hj KRT Aryono Husodo, Suwignyo SH, Hj Siti Amanadi BA, Drs H Soeyanto, Drs HAndik Soenarto dan Soemali Widjaja. HARI
KONVENSI POSDAYA
Kaum Ibu Desa Mundak Jaya Indramayu Ingin Wirausaha dari
Mahasiswa KKN Tematik Posdaya UPI Jurusan Tata Boga Gelar Potensi Posdaya hasil kerja keras para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat, yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya di Indramayu mulai terlihat hasilnya. Sejumlah kaum ibu mengakui hasilnya pada saat syuting Gemari Show produksi TVRI Jabar, di desa Mundak Jaya pertengahan Agustus 2015 lalu.
H
ADIR di acara syuting tersebut antara lain Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Prof H Furqon, MA, PhD yang menjabat selama 5 Tahun sejak 16 Juni 2015, Wakil Bupati Indramayu H Supendi, MSi, Kuwu Desa Mundak Jaya Sutarma, para camat dan sejumlah kepala desa lainnya. Syuting yang dipenuhi penduduk Desa Mundak Jaya dan sekitarnya itu dihadiri pula para dosen pembimbing KKN dan para mahasiswa UPI Bandung. Tampak pula sejumlah penjabat dan para tokoh masyarakat setempat dan undangan lainnya. Acara diawali dengan penampilan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, yang siang itu tampil sebagai host ditemani host TVRI Jabar dengan penuh canda dan kelakar yang segar. Misalnya ia memanggil Kuwu, yang merupakan tokoh masyarakat yang paling disegani di Desa Mundak Jaya itu, untuk berbincang-bincang di atas pentas bersama-sama Wakil Bupati dan Rektor UPI juga masyarakat sekitarnya, “Hari ini kita beruntung masuk desa di
Indramayu yang Kuwunya luar biasa. Kuwunya kalau dilihat dari potongan itu tidak pantas jadi Kuwu Indramayu,” kata Prof Haryono berkelakar. “Jadi pantasnya sebagai apa pak?” tanya host TVRI Jabar seorang perempuan yang cantik itu. “Kalau melihat kumisnya jadi Komandan Pengawal Presiden di Jakarta. Jadi kalau melihat kumisnya saja yang mau ganggu sudah ketakutan,” candanya yang disambut derai tawa para hadirin. “Apa Paspampres begitu ya pak? Tanya Ria, host TVRI Jabar itu lagi. Tempat acara di depan Masjid Jami Baiturrahim, di lapangan yang agak luas dengan sejumlah tenda. Prof Haryono tersenyum. Kemudian ia mengajak Kuwu untuk tampil di atas pentas. “Mari kita undang beliau. Kemari pak, saya sudah izin dengan bapak Wakil Bupati, mangga pak. Apa benar dulu bapak Sutarma (Kuwu, red) tadi cerita-cerita kalau dulu pernah menjadi supir?” tanya Prof Haryono, yang ke Indramayu bersama sejumlah rombongan dari
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Wakil Bupati Indramayu H Supendi, MSi, dan host dari TVRI Jabar saat tampil syuting pada acara Gelar Potensi Posdaya di Indramayu. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
45
Prof Haryono mewawancarai mahasiswa dan mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung disaksikan Rektor UPI Prof H Furqon, MA, PhD, dan lainnya.
Syuting Gelar Potensi Posdaya disaksikan sejumlah pejabat Indramayu, Jabar, rektor dan para dosen UPI Bandung, beserta para undangan.
46
Jakarta, antara lain Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA. “Benar pak, tahun 80-an,” kata Sutarma. “Sama pak, saya dulu “sopir” taxi,” kata prof Haryondo yang masih berkelakar dan disambut tawa para pejabat yang duduk di pentas, juga para hadirin. “Jadi jangan berkecil hati menjadi sopir pak. Saya pernah menjadi sopir taxi, pernah juga jadi “sopir” Keluarga Berencana. Pernah juga jadi “sopir” Menko Kesra Republik Indonesia. Jadi jangan khawatir pak. Bapak bisa naik nanti. Tunggu nanti kalau bapak Wakil Bupati pensiun bapak bisa daftar di Pemilu. Siap nggih?” tanya Prof Haryono yang disambut anggukan Sutarma dengan senyuman. “Jadi bapak bisa ceritakan desa ini desa apa dulunya?” pancing Prof Haryono,
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
“Desa ini namanya Desa Mundak Jaya pak,” jawab Sutarma. “Dulunya dibuka tahun 1984, dulunya Desa Cibereng, lalu jadi Karangasem, dan mulai tahun 1984 dibuka asal kata dari dua dusun. Satu Blok Munjul, dua Blok Badak. Jadi, dua dusun itu dimekarkan waktu wedananya pak Siswo. Ada yang komplen, maunya Desa Muncul itu Muncul Jaya, Badaknya ya Badak Jaya. Waktu itu dipending. Sekitar dua minggu atau setengah bulan mencari solusi nama desa,” ungkap Sutarma. “Dinamai Badak atau dinamai Jaya?” tanya Prof Haryono. “Dinamai Badak Jaya atau Muncul Jaya begitu. Setelah dua minggu ada solusi dari Bapak Haji Karno dengan Bapak Haji Tebun, bapaknya H Karno. Juga embah saya. Ya udah kalau begitu Munjul di ambil depannya, Badak diambil belakangnya. Jadi Mun dengan Dak. Jaya itu tambahan aja pak. Supaya Desa Mundak itu tetap Jaya sampai kapan pun,” ungkap Sutarma. “Dan Mundak itu juga naik ya,” tanya Prof Haryono. “Terima kasih pak. Jadi itu menurut pak Kuwu ya. Apa boleh saya tanya rakyatnya di sini. Seneng ngga dengan nama Mundak Jaya? Boleh ya saya tanya ini? Coba ibu yang di tengah itu, kamera siap ya? Jangan lupa yang di belakang senyum-senyum,” kata Prof Haryono yang disambut tertawa penonton syuting acara TVRI Jabar ini. “Kalau boleh bapak Bupati ikut interviu pak,” pinta Prof Haryono. “Ibu, dengan nama Desa Mundak Jaya seneng ngga bu?” Tanya pak Wakil Bupati, menimpali ajakan Prof Haryono. “Senang pak, setuju nama itu,” jawab ibu yang ditanya itu. “Apa ibu aktif di Posdaya?” tanya Wabup lagi. “Aktif pak, juga di PKK-nya,” jawabnya. “Alhamdulillah, di PKK aktif mensuport,
juga aktif di Posdaya,” “Kegiatan di PKK apa saja bu? Tanya Wakil Bupati spontan. ”Menimbang juga menangani ibu hamil,” jawabnya lagi. “Anakke pun pinten bu? (Anaknya berapa-bahasa Jawa-red),” tanya sang Wabup. “Dua pak,” jawabnya singkat. “Oh bagus. Cukup dua saja ya jangan tambah lagi.” “Jadi kegiatannya di Posyandu apa saja?” “Menimbang terus juga menangani ibu hamil.” “Terus apa lagi?” “Sudah pak, hanya itu saja.” “Ada makanan tambahan bagi ibu-ibu hamilnya bu?” tanya Prof Haryono “Ada pak, dikasih susu, juga bubur pak,” jawab ibu warga Desa Mundak Jaya ini jujur. “Ibu senang jadi kader Posyandu?” tanya Wakil Bupati lagi. “Senang pak,” jawabnya . “Ada honornya engga?” tanya Wabup yang disambut tertawa para hadirin. “Ngga ada pak, hanya ikhlas saja,” jawab ibu muda ini seraya tertawa. “Ooh bagus bu, yang penting ikhlas, dan ini demi kemajuan Desa Mundak Jaya.” Di sela tanya jawab itu Prof Haryono menimpali: “Coba ibu yang di tengah ini,” pinta Prof Haryono melanjutkan wawancara berikutnya. “Saya dari Cikedung pak,” jawab wanita yang baru ditunjuk itu. “Dengan siapa ini ibu,” tanya Ria, host TVRI Jabar. “Saya Siti Hasanah bu,” jawabnya. “Aktif apa ibu?” tanya Prof Haryono. “Saya sebagai pengajar TK pak. Juga aktif sebagai Ketua Wanita Tani,” jawabnya lagi. “Alhamdulillah anak-anak KKN Posdaya telah berpartisipasi di Kelompok Wanita Tani juga pada anak-anak TK kami. Dan mereka memberikan masukan dan juga saran-saran. Yang dari jurusan Tata Boga memberikan masukan menu-menu dan resep-resep masakan, dan bikin kue-kue memberitahukan ibu-ibu PKK juga Kelompok Wanita Tani.” “Jadi ibu dilatih masak-memasak dengan mahasiswa yang KKN?” tanya Prof Haryono.
“Ya pak, kemarin dilatih anak-anak KKN, tentang cara masak-memasak. Kebetulan ada yang dari jurusan Tata Boga itu pak.” “Terus bagaimana rencana ibu ke depan? Apakah akan mengikuti cara masak-memasak itu, misalnya akan menjual produk-produkya?” tanya Wabup. “Alhamdulillah, dari praktek kemarin itu kami ibu-ibu termotivasi untuk berwirausaha. Antara lain kaum ibunya ingin berjualan pak. Dan nanti kata mereka yang KKN akan ada resep-resep lainnya yang baru, yang belum ada di daerah kita untuk memperkaya Indramayu pak.” “Tapi pemasarannya kami belum menguasai. Barangkali nanti dari mahasiswamahasiswa yang ber-KKN bisa memberitahu kami bagaimana cara pemasarannya pak supaya berhasil laku keras,” kata ibu muda bernama Siti ini jujur. Perbincangan pun berlanjut hingga siang hari dan dalam syuting TVRI Jabar. Rektor UPI Bandung Prof H Furqon, MA., PhD juga diajak Prof Haryono turun ke bawah mimbar untuk mewawancarai sejumlah mahasiswanya. Perbincangan pun makin seru. Yang pasti masalah Posdaya makin menarik sebab semua mendukung gagasan Prof Haryono itu sebab memberdayakan kaum ibu di Indramayu, Jabar. Acara berlangsung sampai matahari di tengah-tengah di atas tenda di depan Masjid Jami Baiturrahim menyengat. Namun sebelum adzan dzuhur acara tuntas. Desa Mundak Jaya di Indramayu tetap ramai, sebab dilanjutkan dengan aneka musik dan lagu-lagu dangdut yang merakyat. DH
Pemberian bibit pisang cavendish dari Prof Dr Haryono Suyono kepada Wakil Bupati Indramayu H Supendi, MSi, juga pejabat lainnya saat syuting TVRI Jabar.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
47
LAPORAN UTAMA
Posdaya Berbasis SMK
Percepat Pengentasan Kemiskinan Yayasan Damandiri bersama mitra perguruan tinggi, melalui sekolah SMK, ajak siswa SMK ikut mempercepat pengentasan kemiskinan dengan membagi pengetahuan ketrampilan pada keluarga pra sejahtera termasuk di Posdaya di pedesaan.
Kalangan tenaga muda potensial perlu lebih banyak dilibatkan secara aktif di Posdaya. [FOTO: HARI]
48
M
ASUKNYA Indonesia dalam era bonus demografi menjadi momen akan terjadinya ledakan tenaga muda. Ledakan tenaga muda potensial yang diharapkan dengan pendidikan, pelatihan dan ketrampilan yang memadai, sehingga dapat disiapkan menjadi pendorong pembangunan nasional. Terlebih, tenaga muda potensial yang terampil dapat menjadi asset yang bisa menghasilkan sumbangan yang besar terhadap pembangunan keluarga dan kemakmuran bangsa. Menyambut era bonus demografi, Yayasan Damandiri melalui kerjasama dengan sekitar 350 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia dan ratusan Pemerintah Kabupaten/Kota, menggandeng sekolah-sekolah kejuruan di berbagai daerah untuk ikutserta dalam pendampingan kader-kader di pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Hingga saat ini angka kemiskinan dari total jumlah penduduk masih tinggi. Perlu dicari solusi. Solusi masalah kemiskinan tidak saja diperlukan adanya sinergi antara pihak pemerintah-kampus dan masyarakat, tetapi pelajar SMK perlu dilibatkan bersama mahasiswa dalam pemberdayaan. Untuk mengatasinya Yayasan Damandiri
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
bersama mitra perguruan tinggi mengajak tenaga siswa SMK potensial untuk ikut membagi pengetahuan ketrampilan pada keluarga pra sejahtera termasuk di Posdaya di pedesaan. Tenaga muda terampil menjadi asset yang bisa menghasilkan sumbangan besar terhadap pembangunan dan kemakmuran bangsa. Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) selama ini dikenal sebagai tenaga-tenaga muda potensial yang selalu siap untuk memenuhi kebutuhan akan teknisi madya sangat besar di bidang industri, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai institusi pendidikan yang menyediakan teknisi madya terbesar, siswa SMK tentu memiliki keahlian bervariasi. Dari sisi peluang kerja, SMK juga pilihan terbaik. Pada siswa jenjang pendidikan menengah, pendidikan jalur SMK diharapkan menghasilkan tamatan berkarakter, mampu mengembangkan keunggulan lokal, serta mumpuni untuk bersaing di pasar global. SMK juga harus mempunyai partner industri guna menjaga kualitas lulusan sesuai kebutuhan industri. ”Dengan berbagai ketrampilan yang dipelajari dan didapatkan di sekolahnya, maka bersama mahasiswa perguruan-perguruan tinggi siswa SMK pun juga bisa menjadi mitra bagi Posdaya di sekitar sekolah maupun yang ada di dekat tempat tinggalnya,” kata Prof Dr Haryono Suyono. Dengan membentuk Posdaya berbasis SMK, lanjut Menkjo Kesra seumur hidup ini – (karena di Kartu Tanda Penduduknya, pada kolom pekerjaan tertulis Menko Kesra, sementara KTPnya berlaku seumur hidup karena lansia), nantinya mahasiswa yang melaksanakan KKN Tematik Posdaya tidak saja dihubungkan dengan masyarakat melalui PAUD sampai dengan SMK dan sekolah menengah atas lainnya. Tetapi, imbuh Ketua Yayasan Damandiri ini,
dipadukan sehingga berbagai ketrampilan yang diajarkan ditingkat SMK bisa dipraktekkan kepada keluarga pra sejahtera yang ada di desa. Gagasannya mengundang siswa SMK untuk membagikan pengalaman ilmu ketrampilannya, mendapat respon dan apresiasi Gubernur Jawa Timur (Jatim). Dr Soekarwo menyambut baik gagasan siswa membantu membagikan ilmu ketrampilannya pada keluargakeluarga miskin, sehingga bisa membantu menjadikan keluarga miskin memiliki ketrampilan. Pasalnya, dari KKN Tematik Posdaya yang biasa saja, rakyat menemukan produk baru yang bisa laku jual. Dan dengan packaging (kemasan) yang diajarkan para mahasiswa dan dosen pembimbing yang sangat modern harganya menjadi berlipat lipat. Sehingga, kegiatan KKN Posdaya terkini ini merupakan salah satu kegiatan positif untuk mempraktikkan apa yang sudah diperoleh dari bangku kuliah dalam kehidupan sosial masyarakat. Karena itu KKN Tematik Posdaya semakin diminati dari berbagai perguruan Tinggi di Indonesia. Bahkan, pelaksanaannya pun kerap ditunggu-tunggu baik kalangan para mahasiswa, masyarakat maupun jajaran pemerintahan daerah.Karena selain mencerdaskan kehidupan masyarakat, juga mengangkat dan menjadi tolak ukur dalam memberdayakan masyarakat desa. Gubernur Soekarwo yang akrab disapa Pakde ini juga mengungkapkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim memastikan para siswa SMK di wilayahnya pun sangat siap go internasional, menyusul program sertifikasi yang terus mereka lakukan. Setidaknya menargetkan ada 10 ribu siswa SMK mendapatkan sertifikat keahlian untuk mengisi kebutuhan kerja baik lokal maupun internasional. “Apalagi dengan tersertifikasinya SMK, maka siswa SMK pun bisa membantu membagikan pengetahuan dan kemampuan ketrampilannya yang sudah dipelajari dan dipraktekkan di sekolah dibagikan kepada keluarga-keluarga miskin di desa-desa,” kata Gubernur Soekarwo. Untuk itu, lanjut Soekarwo, Pemprov Jatim telah bekerja sama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk program sertifikasi bagi 7.000 siswa SMK. Melalui sertifikasi ini diharapkan para siswa SMK mendapat pengakuan atas keahliannya masing-masing. Ini penting, jelang diberlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kerja sama sertifikasi juga dilakukan de-
ngan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga di masa depan, akan terjadi pemerataan sertifikasi di seluruh daerah di Jatim. Tidak terpusat di kota-kota besar saja seperti terjadi saat ini. Proses sertifikasi bagi siswa SMK dianggap perlu untuk mengantisipasi migrasi tenaga kerja internasional. Kondisi itu akan mempertahankan peluang tenaga kerja Indonesia di pasaran kerja. Dr Soekarwo Saat ini di SMK terdapat 6 bidang keahlian, 40 program studi, dan 121 kompetensi keahlian. Jumlah ini nantinya akan berkembang seiring diterapkannya Kurikulum 2013. Perubahan pada kurikulum ini secara umum hanya terletak pada perubahan mata pelajaran wajib saja, seperti Agama, Pancasila, Bahasa Indonesia, dan Matematika. Sementara pelajaran lainnya tetap berjalan sesuai peminatan siswa. Di SMK, yang terpenting diketahui adalah ada dua program SMK yang diselesaikan dalam waktu berbeda, yaitu program tiga tahun dan program empat tahun (satu tahun praktik lapangan). ”Jadi, memang lulusan SMK punya pangsa pasar tersendiri, yaitu partner industri. Bahkan, walaupun belum lulus, sudah ada yang memesan,” tambah Soekarwo. Pendapat Gubernur dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Dr Syaiful Rachman, MM. MPd. ”Karena memang konsep desain awal SMK, yaitu menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan bersertifikat. Sehingga proses pembelajarannya pun diarahkan pada kemandirian untuk menciptakan peluang usaha. Untuk itu, siswa diberi kebebasan untuk berinovasi dan berkreativitas sesuai dengan bidangnya,” tuturnya. Serta, lanjut Saiful Rachman, guru hanya menyampaikan permasalahannya. Sementara solusinya diserahkan kepada siswa, kemudian harus mereka presentasikan. Dengan begitu, siswa terlatih berinovasi menciptakan ide-ide baru untuk dikritisi guru dan temantemannya sendiri untuk kemudian diperbaiki. Di sisi lain, communication skill siswa juga terlatih. Seperti halnya gubernur, Syaiful Rachman pun menyambut baik gagasan Ketua Yayasan Damandiri agar siswa SMK pun bisa berbagi kemampuan pada keluarga-keluarga miskin, Drs M Hasan, MSc, PhD termasuk yang ada di pos-pos Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
49
pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang sudah didirikan melalui kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa Tematik Posdaya. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim mengakui sebagai kalangan pendidikan, kegiatan pemberdayaan yang digagas dan ditawarkan Prof Haryono Suyono untuk mengajak siswa-siswa SMK sangat bagus. “Pendidikan juga merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan. Jadi ketika Prof H Furqon, PhD anak-anak atau siswa ini sudah dibekali keterampilan, maka saat terjun ke masyarakat mereka sudah dapat mempraktekkannya,” ujarnya. Selain Gubernur dan Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Universitas Negeri Jember (UNEJ) bahkan telah merealisasikannya dengan membuat inovasi baru dan menjadi pelopor pertama melaksanakan KKN Tematik berbasis SMK di provinsi paling timur Pulau Jawa ini. Kegiatan ini bisa yang pertama di Indonesia. “Dengan demikian KKN Tematik, tidak saja dihubungkan dengan masyarakat mulai dari PAUD sampai SMK dan Sekolah Menengah atas lainnya, tetapi dipadukan sehingga apa yang diajarkan di tingkat SMK bisa dipraktikan kepada keluarga pra sejahtera yang ada di desa,” ujar Rektor UNEJ Drs M Hasan, MSc, PhD. Rektor Universitas Jember, M Hasan mengungkapkan, mahasiswa yang bakal melaksanakan KKN Tematik siap memberikan perubahan kepada masyarakat. “KKN mahasiswa ini berbasis SMK, jadi pendekatannya secara dini mulai dari PAUD,TK bahkan sampai SMK, tidak saja memberdayakan tetapi memadukan apa yang diajarkan di SMK bisa dipraktikan dalam pemberdayaan masyarakat,” katanya. Rektor menyebut, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral untuk mengembangkan pemberdayaan masyarakat.Dengan demikian, perguruan tinggi membangun kepekaan terhadap dinamika masyarakat desa yang jumlahnya lebih besar.”Bagaimana pembinaan kepada petani yang misalnya panennya tidak waktu tertentu, tetapi diatur dan telah banyak dan berhasil dibina kampus UNEJ,” ungkapnya. UNEJ, lanjut Rektor M Hasan, terus mengkaji pelaksanaan KKN Tematik dalam upaya untuk pemberdayaan masyarakat. “Implementasi dari KKN Tematik berbasis sekolah, arahnya di H Supendi, MSi. mana mahasiswa yang mengikuti 50
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
kuliah mengajar terbimbing dapat berintegrasi dalam melakukan pemberdayaan tidak saja masyarakat, tetapi dipadukan dengan sekolah,” tuturnya. Menurut M Hasan, ini design baru yang sedang dikembangkan UNEJ yang menitik beratkan pada pemberdayaan masyarakat melalui sekolah-sekolah. Dengan pelaksaan KKN Tematik berbasis SMK, diharapkan peran sekolah dan masyarakat akan saling bersinergi,sehingga bisa mengangkat keluarga di desa dan meningkatkan pemberdayaan secara keseluruhan bagi masyarakat luas. Tidak hanya di Jatim, angka kemiskinan di Jawa Barat pun masih cukup tinggi. Angkanya hampir mencapai 30 persen dari jumlah penduduk. Untuk mengatasinya, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pun bersama dengan Kadis Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Rektor UPI Bandung dan Wakil Rektor serta ketua LPPM UPI menghadirkan Posdaya berbasis SMK di seluruh pelosok wilayah pesisir Jabar. Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Prof H Furqon, PhD membenarkan, bahwa solusi masalah kemiskinan tidak saja diperlukan adaya sinergi antara pihak pemerintah, kampus dan masyarakat, tetapi pelajar SMK perlu dilibatkan bersama mahasiswa dalam pemberdayaan. Dia pun mendukung langkah pembentukan posdaya berbasis SMK di wilayah Indramayu yang mengikuti keberhasilan daerah Jawa Timur yang terlebih dulu berhasil membentuk Posdaya berbasis SMK. ”Ini akan menjadikan kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak saja melibatkan mahasiswa, tetapi juga siswa SMK dan Sekolah Menengah lainnya. Sehingga tenaga yang diterjunkan dalam KKN Tematik Posdaya akan semakin banyak,” ungkap Prof Furqon. Hal senada juga disampaikan Wakil Bupati Indramayu H Supendi, MSi. Menurutnya, gagasan melibatkan pemberdayaan melalui siswa SMK akan semakin menggiatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa. “Di momen 70 tahun Indonesia Merdeka, kami menyambut baik gagasan Profesor Haryono. Gagasan Posdaya beliau mendapat respon Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu. Seperti bersedia untuk mengumpulkan Kepala Sekolah SMK dalam rangka percepatan pemberdayaan masyarakat,” tutur H Supendi, MSi seraya menegaskan wilayahnya siap mengembangkan gagasan itu. HARI
CERITA SAMPUL
Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd
Posdaya Kini Jadi Gerakan Kampus Di Provinsi Gorontalo, siapa yang tak mengenal Prof Nelson, demikian sapaan akrabnya. Meski memiliki postur tubuh kecil, pemilik nama lengkap Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd ini cukup terkenal, baik di kalangan politisi, pemerintahan maupun akademika. Pengabdiannya sebagai rektor selama sepuluh tahun di Univesitas Negeri Gorontalo (UNG) dan kini menjabat rektor di Universitas Muhammadiyah Gorontalo selalu membuat gebrakan baru di dunia pendidikan. Salah satunya adalah menggerakkan Pos-pos Pemberdayaan Keluarga di Provinsi Gorontalo. Prof Nelson juga merupakan salah satu tokoh pencetus berdirinya Provinsi Gorontalo.
S
EJAK POS Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) bergulir di Provinsi Gorontalo pada 2009, perkembangan Posdaya kian maju pesat. Bukan hanya jumlah Posdaya yang terus meningkat, dari 100 Posdaya dan kini menjadi 500 Posdaya, tetapi kegiatannya bervariasi tersebar di seluruh kabupaten bahkan sampai di luar Provinsi Gorontalo. Semua itu tak lepas dari peran perguruan tinggi yang bersinergi dengan pemerintah daerah untuk turun ke desa-desa. Tokoh penggeraknya tak lain adalah Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd. “Karena mahasiswa kita tidak hanya KKN di Provinsi Gorontalo, tetapi ada yang di Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, sehingga penyebarannya lebih luas, tidak hanya di satu kabupaten,” ungkap lelaki kelahiran Gorontalo, 24 Desember 1962 ini, saat ditemui Tim Majalah Gemari di Jakarta beberapa waktu lalu. Menariknya lagi, kata Prof Nelson, perguruan tinggi yang menanganinya pun sekarang bertambah, dari satu perguruan tinggi menjadi delapan perguruan tinggi, sehingga program Posdaya ditangani hampir di semua perguruan tinggi di Provinsi Gorontalo. “Kita berharap Posdaya sudah menjadi Gerakan Kampus dan juga Gerakan Masyarakat terkait pemberdayaan masyarakat,” cetus lulusan terbaik S-1 Pertanian Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan melanjutkan S2 dan S3 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Univer-
sitas Negeri Jakarta. Dengan bertambahnya perguruan tinggi, dosendosen yang terlibat dalam gerakan pemberdayaan ini juga berkembang. Otomatis, gerakan pemberdayaan yang dimulai dari bawah untuk mengentaskan kemiskinan ini akan meningkatkan standar mutu pendidikan dan
Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd [FOTO: [FOTO: IMAJI IMAJI INDONESIA] INDONESIA]
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
51
bisa menjangkau daerah-daerah pinggiran yang sulit dijangkau. “Kita berharap Gorontalo itu menjadi model. Karena terus terang saja di Sulawesi Utara yang dekat dengan Gorontalo, itu belum berjalan dengan baik. Baru pinggirannya yang memang telah kita lakukan KKN. Begitu pula di Sulawesi Tengah, masih di perbatasan,” jelasnya. Sebagai Ketua Administrator Posdaya di Gorontalo, Prof Nelson memang punya target jitu; Posdaya di Gorontalo harus menyebar ke daerah lain, terutama daerah-daerah yang belum ada Posdaya. “Alhamdulilah, bupati dan gubernur sangat respon dengan program ini. Sekarang ini isteri gubernur Gorontalo selaku Ketua TP PKK Provinsi siap menjadi Ketua Pokja Posdaya Provinsi.” Kegiatan Posdaya ini, kata Prof Nelson sangat selaras dengan sepuluh program pokok PKK. Selain dengan Pokja Posdaya provinsi yang dipimpin langsung oleh isteri gubernur, gerakan pemberdayaan ini juga bekerjasama dengan Pokja Bapeda dan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) di perguruan tinggi.
Rektor Universitas Muhamadiyah Gorontalo Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd, saat menjadi narasumber dalam suatu seminar.
52
Penataan provinsi Sebagai mantan Kepala Bapeda Provinsi Gorontalo, Prof Nelson sepertinya sangat tahu banyak kondisi Gorontalo sebelum dan sesudah menjadi provinsi. Pada awal terbentuk Provinsi, angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo cukup tinggi, sekitar 35 persen atau hampir 40 persen penduduk miskin. Setelah menjadi provinsi hingga sekarang masih 20 persen penduduk miskin. “Jadi sebenarnya kalau dilihat, kecepatan untuk menanggulangi kemiskinan itu tidak terlalu besar, walaupun
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
jumlahnya turun sekitar 15 persen. Tapi karena penduduk kita sedikit, mestinya lebih enak dikeroyok.” Provinsi Gorontalo memiliki potensi alam yang sangat menguntungkan. Di bidang pertanian, ada sistem pertanian terpadu yang memadukan pertanian pangan, pertanian holtikultura dan jenis-jenis pertanian lainnya. “Intinya, apa yang sudah kita lakukan pasca panen itu adalah bagaimana hasil panen itu dikembangkan nilai tambahnya. Karena kalau bicara pertanian, petani kita sudah menghasilkan sesuatu. Tetapi bagaimana sesuatu itu bisa ditingkatkan nilai tambahnya,” ujarnya. Meski pertanian saat ini sedang tumbuh kembang, tetapi potensi yang paling baik sebenarnya peternakan. Namun kalau bicara peternakan, butuh lahan dan penggarap terampil. Sayangnya jumlah penduduk Gorontalo masih sedikit, hanya 1.097.990 jiwa. Daerahnya sudah banyak yang ditanami pohon kelapa di atas area tanah seluas 190.000 hektar. “Di bawah pohon kelapa ini “nganggur”. Ini yang harus didayagunakan dalam rangka pengembangan daerah. Potensi-potensi seperti ini kita dorong untuk didayagunakan,” cetusnya. Kerajinan ekonomi kreatif di Gorontalo juga sudah dikembangkan, seperti anyam-anyaman, meubel, bahkan kain khas Gorontalo sudah menembus pasar di luar Provinsi Gorontalo. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kemiskinan yang hingga saat ini hanya turun 15 persen, Prof Nelson berpendapat perlu adanya pemimpin yang mempunyai visi dan misi mampu mendayagunakan sumber daya alam yang ada. “Contoh konkritnya kita punya Danau Limboto, tetapi terlantar. Orang di sekitar Danau Limboto itu miskin. Padahal danau itu aset. Selain bisa untuk obyek wisata, danau itu bisa didayagunakan untuk peternakan itik,” tukasnya. Uniknya lagi, kata Prof Nelson, di pinggiran Danau Limboto ada habitat tanaman sejenis talas Bogor. Rasanya sangat enak dimakan, ada warna putih dan merah. “Maka saya pikir kalau kita anggarkan Rp 1 milyar saja, harga itik misalnya Rp 50.000 satu ekor,
akan memperoleh 200.000 ekor itik. Lalu, berapa petani peternak yang bisa terlibat. Belum lagi harga telur asin yang sekarang Rp 2000 – Rp 3000. Sayangnya selama ini selalu hanya mengandalkan dana pusat. Tidak ada dana pusat dibuat bagaimana meningkatkan trend PAD (pendapatan asli daerah) untuk menciptakan kemandirian,” kilahnya. Pemimpin visioner Sosok Prof Nelson untuk menjadikan Provinsi Gorontalo sangat maju dan berkembang itu nampaknya luar biasa. Bagaimana membangun jiwa kepemimpinan, memimpin sekian banyak orang, mengarahkan perguruan tinggi – perguruan tinggi, mitramitra sehingga menjadi seperti sekarang. Baginya, inti semua itu adalah komunikasi yang dalam bahasa agamanya adalah silaturahim. Meski baru dua tahun menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMG), tetapi kemajuannya sudah cukup banyak terutama dengan adanya KKN Tematik Posdaya. Dibanding dengan pengalaman sebelumnya menjadi Rektor Universitas Negeri Gorontalo selama sepuluh tahun, menjadi rektor di sebuah perguruan tinggi yang baru berdiri tujuh tahun menjadi kepuasan tersendiri baginya. Dalam dua tahun ini, ia berhasil “menyulap” fasilitas gedung yang tadinya hanya dua gedung menjadi 8 gedung, dari 815 mahasiswa menjadi 5000 mahasiswa, dari 50 dosen menjadi 159 dosen yang semuanya berpendidikan S-2, bahkan 30 orang di antaranya disekolahkan menjadi doktor. “Memang kampus ini kampus termuda dari 14 perguruan tinggi yang ada di Gorontalo. Waktu saya masuk, saya kan dari perguruan tinggi yang sudah stabil 10 tahun menjadi rektor di UNG. Terus saya pindah ke Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMG) yang baru tujuh tahun berdiri, pasti fasilitasnya masih terbatas, apalagi milik swasta. Tapi bagi saya di UMG saya punya kepuasan tersendiri. Karena milik masyarakat, milik umat dan dari yang tidak punya menjadi punya, itu luar biasa,” ungkapnya. Sewaktu menjadi Rektor UNG pun, Prof Nelson saat itu hanya memiliki mahasiswa berjumlah 2.500 orang dengan nama Sekolah Tinggi
Ilmu Kependidikan dan kemudian dialihkan menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berkembang menjadi Universitas Negeri Gorontalo. Seiring nafas perkembangannya, dari 2.500 berkembang menjadi 21.000 mahasiswa dengan 56 program studi dan hampir 1.000 dosen (dari hanya 215 dosen). Luar biasa. Ketika ditanya apakah ia mau beralih ke pemerintahan? Prof Nelson mengatakan, di perguruan tinggi itu banyak analisis, konseptual dan lain-lain. tetapi berapa banyak pertanyaan mereka yang didengar oleh pemerintah. “Itu sebabnya kalau ada kesempatan, kenapa tidak? Sehingga tidak sekedar bermimpi, tetapi benar-benar apa yang kita mimpikan itu kita eksekusi,” Ditambahkannya, era otonomi daerah saat ini sebenarnya menciptakan ruang gerak dan ruang untuk berkreasi lebih besar. Sehingga menjadi pemimpin daerah ini kesempatan untuk berkreasi. “Dan era politik yang carut marut ini butuh orang-orang yang mampu memperbaiki kondisi yang ada. Memperbaiki jangan hanya dari luar, tetapi sekali masuk ke dalam. Insya Alloh menjadi model pembangunan yangbenar,” tandasnya. Sewaktu pembentukan Provinsi Gorontalo, Prof Nelson merupakan Ketua Pembentukan Provinsi Gorontalo. Bahkan sebenarnya kalau saat itu dilakukan pemilihan langsung oleh rakyat, ia bakal terpilih. Ketika itu hanya dari partai yang dipilih. “Saya ikut pemilihan gubernur dari independen. Kalah, hanya dapat 29 persen. Tetapi saya bangga dengan 29 persen itu karena tidak pakai apa-apa. Semua murni atas dorongan masyarakat,” tandas pria yang bakal melenggang kembali ke pemilihan gubernur 2015. RW/HAR/HANUR
Rektor UMG Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd (kiri), bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro (kanan) saat mengikuti kegiatan Posdaya di Gorontalo. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
53
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Prestasi Remaja Disabilitas Dua hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1436 H, di sore yang cerah, sekitar sebulan menjelang Hari Olahraga Nasional 9 September lusa, Presiden RI, Bapak Ir Joko Widodo didampingi Menko PMK, Menteri Olahraga, Menteri Sosial serta Ketua SOIna Ibu Dr. Pujiastuty, Ketua Umum dan Sekjen DNIKS, Ketua PORMI, Deputi Menpora, Dirjen Kemensos dan pendamping lain menerima atlit disabilitas di Istana Negara Jakarta. Para atlit remaja itu adalah penyandang disabilitas yang akan berlaga di Olympiade Penyandang Disabilitas Dunia di Los Angeles, Amerika Serikat. Para atlit itu berpamitan mohon restu berangkat mempertahankan reputasinya yang unggul di tahun-tahun sebelumnya pada berbagai laga Olympiade Dunia.
T Olympiade 2015 di Los Angeles, Amerika Serikat kali ini, Kontingen Indonesia mengantongi 19 Medali Emas, 12 Medali Perak dan 5 Medali Perungu, suatu prestasi yang menempatkan Kontingen Indonesia pada tempat terhormat secara global. [FOTO: DOK HAESA]
54
IGA tahun lalu di Athena Yunani, rombongan atlit yang tidak terlalu banyak, telah berhasil membawa pulang ke tanah air kebanggaan yang luar biasa. Tidak kurang dari 15 medali emas, 13 medali perak dan 11 medali perunggu dipersembahkan kepada tanah air dan bangsa Indonesia tercinta. Setengah tidak percaya, tatkala atlit-atlit ini dimohonkan audensi untuk menghadap Presiden, kalangan Istana agak terkejut karena tidak menyangka anakanak muda penyandang disabilitas mampu mengukir sejarah sebagai lima besar Kontingen berasal dari Asia Pasifik di kancah dunia. Padahal atlit-atlit nasional yang beribu jumlahnya, kelakar Bapak Presiden sewaktu memberi sambutan, belum tentu sehebat para penyandang disabilitas. Atlit-atlit muda disa-
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
bilitas tidak selalu dilepas dalam upacara gegap gempita atau memperoleh liputan pers yang membahana. Bahkan untuk biaya keberangkatan para atlitnya saja, Panitia selalu mondar mandir mencari sponsor dan bantuan untuk biaya pelatihan atau tiket dan keperluan lainnya. Orang tua anak-anak selalu harus mengeluarkan uang pribadi untuk membantu mengirim anak-anak kesayangan mereka berlaga dalam forum internasional. Sebelum anak-anak remaja itu terpilih dan mengikuti berbagai pelatihan terpusat di Jakarta, di daerah masing-masing para atlit muda, yang umumnya bergabung dalam sekolah khusus anak-anak disabilitas intelektual, harus bertanding dengan sesama temantemannya. Sebelum bertanding anak-anak itu dibina oleh gurunya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang karena sifat, sikap dan tingkah lalu anak-anak yang umumnya memiliki AQ di bawah anak-anak normal itu tidak serta merta disulap menjadi atlit yang gemilang. Hanya kesabaran dan kasih sayang yang bisa mengantar anak-anak muda itu ke tingkat prestasi yang gemilang. Apabila treatment itu salah, kita tidak sabar dan melakukan pembinaan yang sembrono, maka anak muda itu akan ìngambekî dan memakan waktu lama untuk mengembalikannya pada jalur yang bisa membawa anak tersebut ke prestasi gemilang.
Pasca pemilihan pada tingkat daerah, di daerah yang umumnya maju, diadakan juga pelatihan tambahan untuk anak-anak yang dikirim ke Jakarta. Tujuannya adalah agar anak yang dikirim ke Jakarta bisa lolos dalam seleksi nasional yang lebih ketat di Jakarta. Prosedur yang biasa berlaku untuk atlit normal, dalam batas-batas tertentu, diberlakukan juga bagi anak muda atlit penyandang disabilitas tersebut. Lebih lanjut di tingkat pusat, bertempat di Sasana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), pada fasilitas khusus perguruan tinggi pendidikan yang memiliki Program Studi Olahraga itu, anak-anak yang terkumpul dari seluruh Indonesia, mengikuti pelatihan secara nasional selama empat puluh hari. Anak-anak muda itu secara khusus memperoleh pelatihan fisik, mental, keahlian khusus dalam bidangnya, pengembangan kepribadian bertindak satria dan semangat untuk berjuang memenangkan setiap pertandingan yang akan diikutinya. Mereka juga ditempa dengan Jel-jel yang memberi semangat kebersamaan dan tidak pantang menyerah. Semangat menang dalam persahabatan itu sangat penting karena yang menjadi lawan mainnya adalah sesama anak penyandang disabilitas hanya berbeda warna kulit dan kebangsaannya. Sebagai penyandang disabilitas merekapun sama-sama mengalami diskriminasi dalam lingkungan masyarakat luas sehingga kebersamaan dalam pertandingan lomba Olahraga Olimpiade Dunia merupakan suatu kesempatan indah untuk menunjukkan kekesatrian putra putri Indonesia yang berhati luhur dan seumpamanya “menang tanpa ngasorake”, menang tanpa mengalahkan, kemenangan dalam kekesatriaan dan persahabatan . Menurut Ibu Dr Pujiastuty yang melapor kepada Presiden dengan suara bergetar karena sangat terharu, rombongan para atlit muda terpaksa berangkat beberapa hari lebih dulu sebelum acara resmi dibuka karena rombongan dari Indonesia diminta untuk menyajikan berbagai nyanyian dan tarian dalam pertemuan ribuan atlit yang datang dari berbagai negara. Kesempatan itu sekaligus akan dimanfaatkan oleh anak remaja Indonesia itu untuk menunjukkan kekayaan budaya bangsa yang luar biasa. Karena penyajian acara seni dan budaya itu terbuka untuk umum, para official dari berbagai negara dan orang tua yang mengantar anak-anaknya, acara itu bisa sekaligus menjadi ajang pameran pariwisata Nusantara yang bisa menarik turis mancanegara.
Di samping keberhasilan regu Indonesia dengan medali emas, Sebagai penyandang medali perak dan medali perunggu, disabilitas merekapun regu Indonesia memperoleh kehorsama-sama mengalami matan dengan ditunjuknya beberadiskriminasi dalam pa atlit yang pernah menjadi juara lingkungan masyarakat Olympiade pemegang medali emas menjadi official MC yang mengantar luas sehingga pembukaan dan beberapa acara kebersamaan dalam resmi perhalatan dunia yang megah pertandingan lomba itu. Kehormatan itu antara lain Olahraga Olimpiade diberikan kepada Stephanie HandoDunia merupakan suatu ko, yang pada tahun 2011, tiga tahun lalu, berhasil meraih medali emas kesempatan indah untuk pada Olympiade Disabilitas menunjukkan kekesatrian (SOWSG 2011) di Athena, Yunani. putra putri Indonesia yang Pada pembukaan di Los Angeles, berhati luhur dan Stephanie menyampaikan Pidato seumpamanya “menang Selamat Datang dihadapan ribuan peserta dan pengunjung Acara tanpa ngasorake”, menang Pembukaan yang anggun. Pada tanpa mengalahkan, Olympiade London tahun 2012, kemenangan dalam anak gadis muda yang penuh kekesatriaan dan percaya diri dan lincah ini, dipercaya persahabatan . sebagai Pembawa Obor Olympiade (Torchbearer), mewakili Indonesia dalam program Internasional Inspiration kerjasama SOIna, Unicef dan British Council. Kehormatan itu merupakan perjuangan yang diantar dengan prestasi dan tidak selalu diberikan kepada setiap negara, tetapi harus diantar dengan tampilan Kontingen Indonesia yang bersatu dan kompak serta dianggap luar biasa, sehingga kehormatan itu seakan melekat sebagai kebanggaan tersendiri. Pada Olympiade 2015 di Los Angeles, Amerika Serikat kali ini, Kontingen Indonesia mengantongi 19 Medali Emas, 12 Medali Perak dan 5 Medali Perungu, suatu prestasi yang menempatkan Kontingen Indonesia pada tempat terhormat secara global. Berbagai keberhasilan itu tidak diraih dengan mudah. Pandangan masyarakat penyandang disabilitas hanya perlu dikasihani harus diubah. Mereka bisa juga membawa nama bangsa secara global. Panitia telah mengantar seluruh kontingen ke Los Angeles, Amerika Serikat dengan penuh kasih sayang. Kita bangga dan memberi hormat yang tinggi pada para official, orang tua dan utamanya anak-anak kita pahlawan bangsa. *) Penulis adalah Ketua Yayasan Damandiri, Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
55
PENDIDIKAN
Tetap Dikenang
Pak Harto di Mata Pemuda Era 2000-an Pesan khusus Bapak Soeharto, Presiden RI kedua tampak terpampang di dinding Masjid Akbar Kota Bengkulu. Pesan yang tertera tanggal dan ditandatangani Presiden RI kedua, tepatnya di Muko-Muko 1 Juli 1989 tersebut diperuntukkan bagi rakyat Bengkulu.
Muhammad Hasan Ashari mendampingi Posdaya gelar produk ekonomi produktif dalam Gebyar Posdaya di Unmer Malang.
56
P
EMBANGUNAN Masjid Akbar di Bengkulu menunjukkan betapa masyarakat Bengkulu dengan secara sungguh-sungguh berusaha membangun kehidupan agama sebagai usaha pembangunan bangsa secara keseluruhan. Karena itu, saya minta agar Masjid Akbar Bnegkulu dipelihara kebersihan dan keindahannya. Demikian pesan almarhum HM Soeharto saat meresmikan masjid itu. Makmurkanlah Masjid Akbar itu dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan. Untuk itu saya minta agar masjid ini dikelola dengan penuh kesungguhan bukan hanya dalam hal kegiatan ibadah melainkan juga dalam pembinaan jamaah. Memenuhi permintaan umat Islam di daerah ini yang disampaikan kepada saya oleh Saudara Gubernur Soeprapto, maka Masjid Akbar yang telah dibangun di Kota Bengkulu, saya beri nama At Taqwa. Mudahmudahan ketaqwaan kepada Allah SWT akan merupakan kekuatan yang tidak pernah surut dalam perjuangan besar melanjutkan pembangunan demi kemuliaan martabat kita semua. Menghargai dan menghormati pemimpin menjadi warisan budaya leluhur yang telah
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
berjalan turun temurun. Bagaimana pun, pemimpin, terlebih Pemimpin Negeri bernama Negara Republik Indonesia yang saat ini jumlah penduduknya diperkirakan mencapai angka 250 juta jiwa ini, sepertinya tetap ada walau pun jaman globalisai dan pasar bebas telah menyibukan banyak orang. Buktinya masih banyak anak-anak muda negeri yang dengan santun menghargai dan mengenang pemimpin masa lalu, meskipun kini nyaris tinggal cerita karena tergerus jaman dan derasnya arus perubahan yang didorongkan. Adalah Pitoyo Subangkit. Lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini menilai, program-program Pak Soeharto (HM Soeharto, Presiden RI kedua) yang bisa saya rasakan dulu adalah tentang swasembada pangan, utamanya beras. Program swasembada pangan ini tercapai dengan baik. Program lainnya, Sensus Penduduk, Repelita Pembangunan Lima Tahun selalu tercapai. Dalam setiap lima tahun melaksanakan pembangunan dan pemerintahan, Pak Harto selalu membuat GHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara). “Itu merupakan satu keunggulan dari program pembangunan Pak Soeharto, yang saya ketahui, dan di era-era sekarang yang tidak saya temui,” ujar Pipit demikian biasa disapa yang tengah bersiap melanjutkan studinya ini. Program Pak Harto lainnya, kata Pipit, yang tidak ditemui sekarang ini, misalnya pencatatan jumlah penduduk selalu optimal akurasinya. Padahal ini sangat penting. Terlebih, saat ini jumlah penduduk sudah melebihi dari jumlah penduduk hasil pencatatan Sensus 2010 lalu. Menurutnya, jumlah penduduk ini harus tepat karena sangat terkait dengan SDM yang berguna bagi pelaksanaan program pembangunan. Pemanfaat dan pelayanan SDM ini penting sekali. Selain pemanfaatan SDA yang melimpah dan harus terkelola dengan baik. Karena ini sangat terkait dengan pengelolaan dan penyediaan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia.
“Antara SDM yang ada dengan kekayaan SDA sangat terkait. Karena kekayaaan alam Indonesia itu untuk kemakmuran bagi seluruh penduduk Indonesia, dan bukan untuk pihak asing atau swasta. Tetapi untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat Indonesia,” tuturnya. Pitoyo Subangkit juga masih ingat dengan keberadaan SD Inpres. SD Inpres ini dibangun Pak Soeharto untuk membantu anak-anak keluarga di pedesaan agar dapat mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan. Sehingga kualitas sebagai SDM meningkat. Sangat banyak keluarga-keluarga kurang mampu menyekolahkan putra-putrinya melalui SD Inpres tersebut. Itu, kata Pipit, merupakan salah satu simbol kepedulian dan perhatian seorang pemimpin akan pendidikan rakyatnya. “Demikian pula dengan program padat karya yang dulu banyak dilakukan di desa-desa. Program ini sangat baik karena bisa mengatasi pengangguran,” ujarnya. Pemuda yang piawai dalam masalah pakan ternak ini menambahkan, Pak Soeharto sepertinya selalu dalam bidang pendidikan mengedepankan pembangunan untuk keseluruhan bangunan. Tidak invidual, seperti program BOS maupun Kartu Pintar. “Maka tak heran dan jujur saja jika banyak masyarakat Indonesia merindukan program pembangunan seperti yang dilakukan Pak Soeharto,” katanya. Sementara itu Muhammad Hasan Ashari, Relawan Posdaya yang lulusan Fakultas Teknik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mempunyai penilaian menarik. Sebagai generasi muda, Hasan, demikian biasa dipanggil, sangat terkesan dengan program pembangunan di era Pak Harto. Beberapa program Pak Harto pun mendapat apresiasi dunia internasional. Sebut saja misalnya, program KB (keluarga berencana), program pangan. Maupun pelaksanaan dan pengamalan Pancasila, di antaranya dalam pelaksanaan kehidupan toleransi beragama. “Pak Harto juga dikenal dengan program pengembangan masjid. Masjid-masjid yang didirikannya di banyak daerah serta beberapa lainnya di luar negeri yang dikenal dengan nama Masjid YAMP (Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila). Jumlahnya ada 999 unit masjid,” tuturnya. Dengan jumlah masjid sebanyak itu, lanjut Hasan, bisa dimanfaatkan selain sebagai sarana ibadah tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan baik di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, kewirausahaan maupun
lingkungan, khususnya kebun bergizi. Banyak masjid yang didirikan Pak Harto, ujar Hasan, akan dapat meningkatkan ketakwaan masyarakat, serta mendorong kreatifitas masyarakat meningkatkan kesejahteraannya. “Masjid, kini juga menjadi tempattempat mahasiswa KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid menggerakan masyarakat melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan yang dilakukan secara partisipatif dan gotong royong yang difasilitasi pePitoyo Subangkit ngurus Dewan Kemakmuran Masjid beserta pimpinan masyarakat setempat,” papar Hasan. Sebagai generasi muda, singgung Hasan Ashari, selaku penerus kesinambungan pembangunan bangsa tentu harus bisa menyikapi dan meneladani perjuangan-perjuangan beliau yang sudah diperjuangkan untuk rakyat negeri ini. mungkin memang ada segi positif dan negatif, tetapi alangkah baik, sangat arif dan indah apabila kita ambil positifnya dan jadikan sebagai energi untuk membangun kehidupan bangsa ke depan bersama-sama seluruh komponen bangsa ini. Salah satunya, ujar Hasan, dengan memberdayakan masyarakat yang produktif dan inspiratif seperti yang dulu pernah dilakukan Pak Harto di era kepemimpinannya. Sementara itu Siswanto, mantan sopir bus dan kontainer ini mengatakan, mungkin sangat jelas sekali betapa kerinduan masyarakat akan sosok Pak Harto. Bukan saja orangnya tetapi lebih pada program pembangunannya. Di zaman Pak harto, kata Siswanto, orang tidak pernah ribut soal pangan, kelangkaan air, susah sekolah. Bahkan, demo yang seperti marak saat ini juga tidak pernah ditemui. Seandainya pun ada demo yang dilakukan itu tidak membuat masyarakat cemas, karena tidak anarkis. Bahkan mata nilai uang rupiah kita sangat baik terhadap dolar. Jauh setelah era beliau lewat, nilai dollar AS terus melambung dan membuat serba sulit pertumbuhan ekonomi kita. Anak transmigran yang kedua orangtuanya dengan kesadaran sendiri mengikuti program transmigrasi ke Kalimantan Barat, dan kini telah jauh lebih maju. Bahkan, sudah mempunyai lahan tambahan sendiri yang dibelinya dari hasil mengolah lahan jatah sebagai peserta transmigrasi kala itu. “Transmigrasi di era Pak Harto begitu nyata hasilnya. Berkat program tersebut pula pemerataan sebaran penduduk jauh lebih baik,” ujar Siswanto HARI Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
57
TASYAKURAN
Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono didampingi suami tercinta Prof Dr H Haryono Suyono dan keluarga besarnya saat tasyakuran ultahnya ke-72 dan HUT pernikahan ke-52. [FOTO-FOTO: ADE S]
Mensyukuri Usia Pernikahan ke-52 Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono memberikan potongan kue pertama kepada suami tercinta Prof Dr H Haryono Suyono. Ibu Hj Astuti Hasinah dan Prof Dr H Haryono Suyono bergambar bersama Staf Yayasan Damandiri (foto bawah). [FOTO: SULAEMAN]
58
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Menapaki usia ke-72 tahun, Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono pada Jum’at sore 4 September 2015 lalu melangsungkan tasyakuran di kediamannya Jl Pengadegan Barat No 4, Jakarta Selatan. Tasyakuran hari ulang tahun (HUT) istri dari Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr H Haryono Suyono ini digelar dengan penuh rasa syukur, khidmat dan sederhana.
W
ANITA cantik asli Betawi kelahiran Jakarta, 3 September 1943 ini menikah dengan pria ganteng asal Pacitan, Jawa Timur, Prof Dr H Haryono Suyono pada 30 Agustus 1963 silam yang dikaruniai empat orang anak (Ria Indrastuti, Dewi Pujiastuti, Fajar Wiryono dan Rina Mardiana). Tak pelak, ungkapan syukur pun diungkapkan pasangan ini yang kini telah memasuki usia pernikahan ke-52 tahun. Dihadiri seluruh keluarga besar baik anakanak, para mantu dan cucu-cucunya. Tak ketinggalan sejumlah kerabat dekat, Pengurus Yayasan Damandiri, para karyawan dan wartawan Majalah Gemari, Radio DFM 103,4 serta lainnya. Segenap pimpinan, staf redaksi dan karyawan Majalah Gemari mengucapkan selamat atas ultah yang ke-72. Semoga Allah SWT melimpahkan curahan rahmat, kesehatan, panjang umur, bimbingan, perlindungan serta keselamatan dunia dan akhirat. Aamiin. ADE S
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi
Jadi Pusat Pengembangan Posdaya Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, boleh berbangga hati, karena bakal dijadikan Pusat Pengembangan Posdaya tingkat Provinsi DKI Jakarta yang dipusatkan di Kampus Universitas Trilogi. Pasalnya, pasca pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya di sekitar lingkungan kampus yang digelar Mahasiswa Universitas Trilogi di wilayah Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, pada awal Juni 2015 lalu, telah bersemi bulir-bulir Posdaya di tiap-tiap RW.
“T
ARGETNYA kalau pak lurah setuju, dalam tiga bulan ini Kecamatan Pancoran menjadi Pusat Pengembangan Posdaya. Tidak saja di DKI Jakarta, tetapi pengembangan Posdaya secara nasional,” ungkap Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Prof Dr Haryono Suyono usai memberikan arahan kepada Camat Pancoran Amin Haji beserta para lurah nya, para kader Posdaya binaan mahasiswa KKN Universitas Trilogi pada acara penarikan mahasiswa KKN Tematik Posdaya di Auditorium Kampus Universitas Trilogi baru lalu. YPPIJ merupakan yayasan yang menaungi Universitas Trilogi. Untuk memperkuat rencana ini, Prof Haryono Suyono akan mengundang para lurah se-Kecamatan Pancoran datang ke Haryono Suyono Center (HSC) dengan mengirim tenaga inti yang akan membentuk Posdaya bersama Tim Universitas
Trilogi. “Kita buat sebegitu rupa, ada peta di kecamatan. Sehingga kalau ada tamu tinggal lihat peta mau mengunjungi daerah mana saja. Ke depan, akan menjadi contoh andalan penelitian pengembangan nasional. Tidak itu saja, kursus-kursus lebih lanjut juga akan diadakan di Universitas Trilogi. “Jangan berhenti dengan kegiatan di sekitar kampus. Saya mohon di tiap-tiap kelurahan ada kebun bibit yang disiangi rumput-rumputnya untuk membuat kebun bibit sayuran saat musim hujan. Seluruh kelurahan diintruksikan supaya halaman rumah berubah menjadi kebun sayur, kalau perlu dibikin empang,” jelasnya. Dalam hal pembuatan empang ini, Universitas Trilogi sudah kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk bisa membantu secara teknis dan pancingan bibit. Dia juga mengingatkan agar menanam bibit pisang di pinggiran halaman rumah,
Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono memberikan semangat kepada seluruh kader Posdaya binaan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Trilogi. [FOTO-FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
59
Salah satu kaderPosdaya ditarik ke depan oleh Prof Dr Haryono Suyono untuk memaparkan hasil kegiatan mahasiswa KKN Tematik Posdaya.
Camat Pancoran Amin Haji saat memperkenalkan satu per satu lurah seKecamatan Pancoran yang ikut mendukung program Posdaya di wilayahnya.
terutama keluarga pra sejahtera dan keluarga miskin. Sehingga mereka tidak usah membeli cabe, sayuran dan gizinya bertambah baik karena bisa memetik dari halaman rumahnya. Salah satu pengelola Posdaya yang sudah menerima bibit sayuran tersebut adalah Posdaya Sedap malam yang telah menanam lima pot berisi bibit bayam. “Posdaya lingkar kampus itu sekarang telah berhasil di semua RW. tahap berikutnya selutuh kelurahan di Pancoran, sehingga menjadi lingkar kelurahan. Berarti kalau seluruh kecamatan tahu, ini bisa menjadi pusat studi dari tamu-tamu yang datang dari berbagai daerah,” tuturnya optimis. Pusat studi yang biasanya mengambil di Bogor atau Bekasi, nantinya bisa juga dilaku-
kan di Universitas Trilogi. “Saya minta 3 bulan sudah jadi, karena Nopember diperkirakan akan hujan. Makanya sekarang saya targetkan program studi kebun bergizi dalam 3 bulan sudah jadi,” dalihnya. “Jadi, Universitas Trilogi ini bukan sekolah untuk sarjana. Tapi kalau perlu ada tempat kursus-kursus yang dapat diikuti oleh peserta-peserta dari seluruh Indonesia. Kalau perlu kita bikin D3, kursus singkat 2 – 3 bulan, sehingga tempat ini menjadi pusat studi kemasyarakatan, kombinasi dari Universitas Trilogi dan Humanity College,” ungkapnya bangga. Kampus Universitas Trilogi juga akan dibuat tanpa pembatas pagar (campus without wall) tapi meluas ke tiap wilayah di sekitar kampus. Ada PosdayaPosdaya yang sebenarnya bagian dari kampus dengan kebun bergizi, PAUD dan koperasi. Sebagai bentuk percontohan, Universitas Trilogi sudah menyiapkan lahan seluas 900 m2 untuk kebun bergizi. Lahan percontohan ini terletak di sekitar area masjid Universitas Trilogi yang akan dijadikan tempat khusus pembibitan, display kebun bergizi dan penyediaan net house. “Kami fokus ke bibit sayuran tomat, cabe, pepaya dan buah-buahan. Saat ini sedang proses pembibitan sambil menunggu hujan turun. Menyiasati kemarau saat ini, kami membuat irigasi buatan dengan membuat sumur pantek,” ungkap Rifki Ketua Program Studi Agroteknologi Untri. Posdaya lingkar kampus Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc siap mendukung gagasan Ketua Yayasan Damandiri untuk menjadikan Universitas Trilogi sebagai Pusat Pengembangan Posdaya tingkat Provinsi DKI Jakarta. “Program KKN Tematik Posdaya yang dikembangkan
60
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
Yayasan Damandiri sejak 2006 mulai dari tiga kampus, salah satunya Institut Pertanian Bogor (IPB) sekarang menjadi 382 kampus di seluruh Indonesia. Sedang Universitas Trilogi baru memulainya tahun lalu,” ujarnya. Meski baru setahun menggelar KKN Tematik Posdaya pada 2014 di Jakarta Timur, Universitas Trilogi berhasil melakukan evaluasi kegiatan dengan Yayasan Damandiri hingga mencoba mendekatkan kampus dengan lingkaran terdekat, yang disebut desa lingkar kampus. “Program KKN Posdaya di lingkar kampus ini mendapat dukungan dari camat. Para dosen kami yang membuka Posdaya di sekitar kampus ternyata juga masih banyak yang mesti kita bantu. Jadi, bayangan Kota Jakarta tidak ada yang miskin itu salah. Ternyata banyak keluarga miskin di Kota Jakarta. Di sini lah perlu adanya kerja sama antara pemerintah, universitas dan masyarakat, sehingga kemiskinan berkurang,” tegasnya. Posdaya lingkar kampus yang dibentuk melalui KKN Tematik Posdaya ini pada prinsipnya ingin melibatkan mahasiswa dalam proses pembentukan Posdaya. Kelak, tidak hanya saat KKN saja tapi justru menjadi ajang kegiatan mahasiswa dan dosen di dalam bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kembalinya mahasiswa KKN Tematik Posdaya ke kampus ini, sekaligus menjadi ajang silaturahmi Posdaya yang telah terbentuk di lingkar kampus Universitas Trilogi dan sekaligus penutupan KKN Universitas Trilogi 2015. Dalam acara ini hadir Dewan Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono, Rektor Universitas Trilogi, Wakil Rektor Universitas Trilogi, para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Hadir pula Camat Pancoran Amin Haji yang membawa enam lurahnya; Lurah Kalibata, Lurah Pancoran, Lurah Rawajati, Lurah Durentiga, Lurah Pengadegan dan Lurah Cikoko. “Follow up nya kami yang akan mengambil inisiasi langsung pembina dan pelatihan-pelatihan dan pembimbing Posdaya hingga mandiri. Para DPL ini yang akan
menjadi penanggungjawab sekaligus yang akan memantau Posdaya yang sudah terbentuk,” jelas Ketua LPPM Muhamad Rizal Taufiqurrahman. Menurut Rizal, KKN Posdaya lingkar kampus yang diresmikan saat ini baru 26 Posdaya dari 30 RW binaan. “Posdaya milik masyarakat, bukan milik Universitas Trilogi. Tetapi Universitas Trilogi yang akan menjadi partner akan membantu mengembangkan, membina, membimbing. Karena bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Tentu saja ini nanti menjadi bagian aplikasi ilmu pengetahuan yang kami kembangkan di Universitas Trilogi.” Camat Pancoran Amin Haji bersyukur dengan adanya KKN Posdaya di daerah terdekat dengan kampus, sudah dimulai oleh Universitas Trilogi. “Kami menyambut baik program Posdaya, sekaligus pembentukan Posdaya. Harapan kami bisa terbentuk terwujud apa yg diharapkan kampus, bukan seremonial semata, tinggal bagaimana kita mengemas untuk ke depan bisa terwujud dengan sesungguhnya,” ungkapnya. Dari 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Pancoran, baru 33 RW yang berhasil dibentuk Posdaya, dari 43 RW. Karena 10 RW yang tersisa berada di lingkungan yang sulitnya dijangkau, seperti apartemen, komplek tertentu yang susah untuk dikomunikasikan. “Tapi nanti juga akan kami coba. Buktinya kita sudah bentuk Posyandu di apartemen Kalibata City. Alhamdulilah, Posyandu itu salah satu cikal bakal kita membentuk Posdaya di Kalibata City. Setelah di data ternyata ada sekitar 200 balita yang membutuhkan Posyandu,” tandasnya. RW
Para mahasiswa Universitas Trilogi tampak serius menyimak paparan narasumber.
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
61
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Banyak Strategi yang Dipergunakan Dalam beberapa bulan yang akan datang, pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak akan dilaksanakan di seluruh wilayah di Indonesia. Pilkada tahun 2015 ini berbeda dengan PilkadaPilkada sebelumnya, karena waktu pilihannya dilaksanakan secara bersama-sama dan serentak. Tidak sedikit para bupati/walikota yang baru menjabat satu periode, berlomba-loma untuk ikut kembali mendaftarkan diri sebagai bakal calon bupati/walikota untuk kedua kalinya. Bagi masyarakat biasa, yang penting jago atau calon kepala daerah yang diharapkan adalah mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan yang mumpuni dan mampu membawa rakyatnya ke arah yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Menyiapkan waktu untuk berjabat tangan dengan rakyat, memberikan senyum kepada setiap orang yang dijumpainya dan selalu menyapa dengan setiap orang serta menjadikannya sahabat di antara kiat jitu menarik simpati rakyat. [FOTO: ADE S]
H
ARAPAN yang paling diinginkan oleh rakyat banyak adalah pemimpin tersebut nantinya akan bekerja keras dan cerdas serta mampu bekerja bersama rakyat membangun daerah. Dalam membangun daerah, pemimpin daerah harus mampu memberikan kesempatan kepada rakyat banyak untuk meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan suasana sejuk dan memberi ketenangan kepada warganya. Banyak sekali strategi yang dipergunakan oleh para calon, baik melalui tim sukses maupun secara pribadi mempengaruhi tokoh-tokoh yang dianggap memiliki pengaruh besar di masyarakat. Salah satu strategi yang dipergunakan antara lain adalah dengan mengembangkan kesadaran masyarakat dan partisipasi masyarakat agar mereka mau menjatuhkan pilihan pada calon tertentu. Tujuannya bukan sekedar memperoleh kursi kepala daerah, tetapi membangun kecintaan rakyat dan kesediaannya untuk ikut 62
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
serta dalam membangun daerah. Biasanya tim sukses menyiapkan rancangan secara cermat dan terarah, serta berusaha memperluas keanggotaan dengan mengangkat sasaran calon pemilih dan menjadikannya sahabat setia dari para calon, dan mereka yang mau berjuang tanpa pamrih. Berusaha mencari pendukung yang fanatik dengan tujuan memperluas jaringan agar menjatuhkan pada calon yang dipesankan dan yang diunggulkan. Pada langkah awal untuk meningkatkan kesadaran adalah berkampanye di tempat-tempat yang diyakini bisa dijadikan sabahat yang makin lama makin banyak. Perlu juga dipelajari struktur demografi dari calon pemilih, terutama wilayah yang padat penduduk, bukan hanya di wilayah perkotaan saja, tetapi juga pemilih yang menjadi sasaran utama. Harus diyakini bahwa seorang pemilih hanya berhak satu suara, baik itu pejabat, pengusaha maupun rakyat biasa, haknya sama dan hanya satu saja.
Para tim sukses harus mampu menyakinkan rakyat, bahwa calon yang akan diusung adalah calon yang tepat dan memberi harapan yang tinggi akan adanya perubahan ke arah yang positif dan bisa menyelesaikan masalah dengan cepat apa-apa problem yang dihadapi rakyat banyak. Ini sangat penting karena berpengaruh pada kepercayaan rakyat kepada calon yang diupayakan bisa berada pada posisi sangat strategis dan tinggi. Bagian yang sangat penting adalah mengembangkan isue yang menarik agar para simpatisan dan para penyumbang dana dapat menjadi sponsor utama dan ikut serta berpartisipasi menyukseskan proses pemilihan kepala daerah tersebut. Para relawan juga sangat berperan penting dalam menyambung lidah dan menarik konstituen untuk menjatuhkan pilihannya pada calon yang dipromosikan. Dalam kampanye, tujuan utama adalah menarik sebanyak mungkin calon pemilih dan menjadikannya simpatisan yang fanatik serta mampu memberikan kepercayaan penuh kepada calon yang akan diusung. Bentuk yang dikembangkan biasanya melalui advokasi dan informasi yang merangsang komunikasi antara calon pemilih dengan para relawan dalam bentuk dialog yang ramah dan menarik agar konstituen hanya akan menjatuhkan pilihan pada satu calon saja, yaitu calon yang disodorkan. Menurut Prof Dr Haryono Suyono, tujuan kampanye sesungguhnya adalah fanatisme konstituen dan kesiapsiagaan mereka untuk “membeli” calon atau kandidat dengan kepercayaan dan harga yang sangat tinggi, sehingga konstituen tidak bersedia ditukar dengan alternatif lainnya. Tugas utama tim sukses adalah menampung aspirasi rakyat dan menjadikan rakyat adalah sahabat utama yang akan memberikan kontribusi yang tinggi dalam memenangkan pilihan guna menciptakan pembangunan demi kesejahteraan rakyat banyak. Rakyat dijadikan sahabat utama dari calon yang akan dijagokan dan berjanji akan bekerja bersama rakyat dan bekerja untuk rakyat. Sahabatsahabat itu harus sejauh mungkin diciptakan dan kalau perlu jaringannya dibentuk sampai ke tingkat RT dan RW, dan menciptakan sahabat-sahabat baru yang semakin banyak dan luas. Dalam menentukan relawan haruslah orang-orang yang dapat dipercaya dan dapat memberikan isue yang relevan dan mengakar. Memberikan informasi positif bahwa calon yang akan diusung adalah calon yang tepat dan memiliki kredibilitas tinggi.
Perlu diciptakan kesempatan agar para relawan memperoleh momentum dan mengenalkan nama calon dengan jelas dan perlu disebut berkali-kali dengan benar dan diulang-ulang sampai konstituen familier betul dengan nama calon yang diusung dan bisa menjadi idola baru yang menyentuh hati. Hal ini perlu juga dikaitkan dengan latar belakang konstituen, sehingga tidak salah dalam menempatkan posisi. Dicari kesamaan calon pemimpin dengan rakyat, sehingga kedekatan pemimpin dan rakyat akan menjadi lebih harmoDr Mulyono D Prawiro nis, serta aspirasi yang berkembang dengan cepat dapat direspon. Selain strategi di atas yang dikembangnya, yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan sarana media atau pers sebagai pendukung utama proses kampanye. Banyak media yang bisa dijadikan pendukung antara lain dengan media TV, Radio, media massa lainnya seperti benner, umbul-umbul, foto calon yang dipajang di tempat-tempat strategis. Dan yang paling penting adalah dimunculkannya gambar atau foto dari calon yang sedang melakukan kegiatan sosial, terutama kegiatan bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan usaha ekonomi mikro di pedesaan. Bila ingin berhasil calon sebaiknya mengumbar senyum dan simpatik, seolah selalu menyapa dengan setiap orang dan menjadi setiap orang adalah sahabatnya. Mereka harus siap dan menyiapkan waktu untuk berjabat tangan dengan rakyat dan memberikan senyum kepada setiap orang yang dijumpainya. Bila ada orang yang ingin minta berfoto bersama, perlu dilayani dengan baik agar menumbuhkan kesan simpatik dan akan tercipta kesan positif dari mulut ke mulut. Persahabatan dengan rekan pers perlu dijaga dengan baik dan kalau perlu ditanyakan isue apa yang sedang hangat dan perlu dikembangkan, sehingga menciptakan citra yang positif dan rakyat bisa menaruh harapan besar. Sedapat mungkin dihindari adanya perdebatan dengan pers, karena akan merugikan calon yang bersangkutan dan menurunkan kepercayaan rakyat kepada calon yang akan diusung. Mudahmudahan kita akan mendapatkan calon kepala daerah yang mampu mengemban amanah rakyat dan bekerja bersama rakyat dan untuk rakyat. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
63
LAPORAN DAERAH
Damandiri Bantu 1000 ≈Leher AngsaΔ untuk Keluarga Miskin Brebes Pencemaran lingkungan kerap mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat suatu wilayah. Salah satunya, kebiasaan membuang kotoran secara sembarangan di kebun belakang rumah atau di sungai yang seringkali dilakukan keluarga miskin yang tidak mempunyai jamban keluarga. Dalam upaya mengatasi kondisi itu sekaligus guna membantu meningkatkan kualitas kesehatan, Yayasan Damandiri menyumbang 1000 “leher angsa” untuk perbaikan jamban keluarga miskin di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, pada Sabtu, 29 Agustus 2015 lalu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menanyakan perihal hasil pendataan keluarga pada kader Posdaya Mandiri. [FOTO-FOTO: DOK]
“J
IKA lingkungan tidak terpelihara kebersihannya akan terjadi pencemaran. Pencemaran itu salah satunya disebabkan kebiasaan membuang kotoran secara sembarangan di kebun di belakang rumah, di sungai tidak jauh dari rumah, atau di tempat pembuangan kotoran yang tidak tertutup,” tutur Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada kegiatan Gebyar Intensifikasi Posdaya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Prof Haryono mengatakan, salah satu target MDGs adalah kesehatan keluarga, utamanya bagaimana mencegah kematian anak, kematian ibu hamil dan melahirkan yang ditujukan kepada usaha untuk meningkatkan usia harapan hidup. Menurut Menko Kesra dan Taskin pada pemerintahan masa lalu ini, salah satu penyakit yang mudah melanda anak-anak adalah pencemaran yang terjadi di lingkungan sekitar rumah kita, baik karena udara atau terutama karena keadaan lingkungan yang tidak
64
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
terpelihara kebersihannya. “Lingkungan yang tidak terpelihara kebersihannya itu ada kalanya disebabkan karena pencemaran yang disebabkan kebiasaan membuang kotoran secara sembarangan di kebun di belakang rumah, di sungai yang letaknya tidak jauh dari rumah, atau di tempat pembuangan kotoran yang tidak tertutup,” tuturnya, usai menjadi host bersama Iin dalam rekaman Gemari Show Arumdalu TVRI Jawa Tengah, di Pendopo Kabupaten Brebes, Jateng. “Karena itu Yayasan Damandiri akan menyumbang 1000 leher angsa untuk membantu perbaikan jamban keluarga-keluarga prasejahtera (miskin) di Kabupaten Brebes. Sehingga kualitas kesehatan lingkungan keluarga miskin akan bisa meningkat karena kebiasaan hidup sehatnya meningkat,” paparnya. Bupati Brebes Hj Ida Priyanti, AMd, SE, menyambut baik sumbangan 1000 leher angsa untuk perbaikan jamban keluarga prasejahtera di Brebes yang disampaikan Prof Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri.
“Terima kasih Bapak Prof Haryono. Bantuan 1000 leher angsa ini sangat membantu kami dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan keluargakeluarga pra sejahtera yang masih ada di Brebes ini,” ujarnya. Pada Gebyar Intensifikasi Posdaya tersebut, Bupati Brebes juga menginformasikan jika jumlah rumah tidak layak huni di daerahnya masih ada sekitar 46 ribu. Lebih lanjut dikatakan, Ida Priyanti, pada tahun 2016 dianggarkan Rp 10, 8 milyar. Namun, baru terealisasi 1.500 umah. r “Kalau 46.000 rumah maka loncatannya harus lebih tinggi lagi karena mungkin baru bisa tercapai selama 10 tahun lebih. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kepedulian dan dukungan dari berbagai pihak termasuk dari Corporate Social Resposibility (CSR) dari perusahaan yang ada di Br ebes,” katanya. Senada dengan Bupati Ida Priyanti, Bidan Hj Mahmudah dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Brebes menyambut baik sumbangan 1000 leher angsa dari Yayasan Damandiri tersebut. “Kalau Yayasan Damandiri melalui Bapak Prof Haryono Suyono selaku ketua, ingin menyumbang 1000 leher angsa guna membenahi jamban keluaraga, maka bidan-bidan di Brebes siap. Kalau boleh mengusulkan satu bidan diberi tugas salurkan satu leher angsa untuk perbaikan jamban keluarga prasejahtera di wilayahnya,” ujar Hj Mahmudah. Hj Mahmudah juga menyampaikan, IBI Brebes selama ini melakukan pembinaan terus menerus supaya bisa trampil dan bisa melayani persalinan dengan baik. Bila ditemukan adanya resiko pasien harus dikirim ke Rumah Sakit yang lebih tinggi. “Alhamdulillah, sekarang sudah ada sambungan dengan rumah sakit, sehingga bila ada kesulitan harus diserahkan ke rumah sakit. Bidan hanya boleh menolong persalinan normal,” tuturnya. Menurut bidan senior di Brebes ini, kematian itu bukan hanya dari angka kelahiran tetapi juga dari sebab lain, misalnya karena kesehatannya kurang baik akibat rumahnya masih berlantai tanah lebih mudah mendatangkan sakit termasuk belum punya jamban. Ini, ujar dia, juga tugas bidan karena selain menurunkan angka kematian juga lingkungan. Bidan menurutnya adalah ujung tom-
Hj Ida Priyanti, AMd, SE berbincang dengan Sunarto pelaku usaha telor asin pemanfaat Tabur Puja yang dikelola Koperasi Windu Kencana.
bak dan selalu siap bila diterjunkan bersama mahasiswa untuk mencari keluarga yang belum punya jamban. Pada acara yang selain dilakukan penandatangan kerja sama (MoU) antara Yayasan Damandiri dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dalam Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui Program Posdaya ini, juga diwarnai penyerahan bibit Pisang Cavendish dari Yayasan Damandiri kepada Bupati Brebes Idza Priyanti, yang diserahkan Prof Dr Haryono Suyono. Sebelumnya, Prof Haryono Suyono bersama Bupati Brebes juga meninjau beberapa stand Posdaya yang menampilkan berbagai produk unggulan potensi daerah juga melihat pendataan dan pemetaan keluarga yang dilakukan Posdaya. Intensifikasi Dalam kegiatan Gebyar Intensifikasi Posdaya dan penutupan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Brebes, Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, dengan intensifikasi, Posdaya tidak dibiarkan oleh para mahasiswa tetapi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan dengan kekuatan pembangunan lain termasuk guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hendaknya dilibatkan untuk mengisi Pos Pemberdayaan keluarga (Posdaya). Prof Haryono yang didampingi Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, Wakil Rektor III Unsoed Dr Ir V Prihananto, MSi, serta Ketua LPPM Unsoed, Prof Dr Suwarto, MSi, menambahkan Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015
65
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Brebes Hj Ida Priyanti, AMd, SE berdialog langsung dengan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unsoed yang menggelar hasil produk Posdaya pendampingannya.
66
juk, mereka bisa guyub dengan masyarakat dan pendampingan secara terus menerus khususnya pengusaha pemula untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan meningkatkan kesejahteraannya. “Tentunya tidak terlepas dari dukungan para mahasiswa ketika melakukan KKN,” imbuhnya. Bupati Idza Priyanti yang bijak dan dieknal dekat dengan rakyatnya ini, pada kesempatan ini kalau Posdya sudah bisa membuat usaha dapat mengucapkan terima kasih kepada Prof dibiayai oleh dana bukan hanya dari Tabungan Haryono yang telah beberapa kali mengunjungi Kridit Pundi Sejahtera (Taburpuja) tetapi bisa dan memberikan bantuan sebuah pemeberdajuga dari Bank Bukopin. yaan masyarakat sekaligus dana yang disalurkan Prof Haryono Suyono yang juga Ketua melalui Koperasi Windu Kencana tidak kurang Umum Persatuan Wredatama Republik dari Rp 3 milyar kepada masyarakat Brebes. Indonesia (PWRI) juga mengharapkan para Idza Priyanti menyebutkan, dalam tahun pensiunan yang tergabung sebagai anggota 2015 omset Koperasi Windu Kencana di Brebes PWRI dapat ikut serta memberikan pembia- yang tadinya hanya Rp 3 milyar, setelah yaan kepada anggota Posdaya prasejahtera dikelola dan diberdayakan kepada masyarayang memerlukan modal usaha. Untuk itu disa- kat prasejahtera dan sejahatera di Kabupaten rankan agar anggota PWRI ketika pinjam uang Brebes, sekarang omsetnya menjadi Rp 6 dari Bank hendaknya sebagian kecil pinjaman- milyar. nya dipinjamkan kepada keluarga miskin yang Begitu juga dengan Perguruan Tinggi ingin usaha tetapi tidak punya modal. Unsoed yang telah melaksanakan KKN di “Kalau anggota PWRI dapat meminjam Kecamatan Salem dan Tonjong, Universitas uang ke Bank sebesar Rp 50 juta maka yang Panca Sakti (UPS ) di Kecamatan Losari dan Rp 1 juta atau Rp 2 juta bisa dipinjamkan ke- Bulakamba, Universitas Gajah Mada (UGM) pada keluarga anggota Posdaya yang ingin di Kecamatan Larangan, Desa Pamilihan. berusaha. Dan ini sangat menolong rakyat “Harapan kami semua dukungan yang didesa untuk maju,” katanya. berikan akan membantu dan ikut menyejahMenanggapi hal tersebut Bupati Brebes terakan masyarakat Brebes,” kata istri Komimengatakan, Posdaya baik yang dilakukan saris Polisi Drs H Warsidin ini. oleh mahasiswa KKN maupun oleh Koperasi Gerakan Bupati Brebes juga mendapat Windu Kencana dengan Unit Taburpuja dukungan penuh dari suaminya. Dukungan dengan memberikan simpan pinjam ekonomi kedua, sesepuh anggota PWRI dan anggota lemah maupun Posdaya yang dilakukan oleh PWRI yang tergabung dalam ranting-ranting mahasiswa KKN memberdayakan masyarakat siap mendukung program Posdaya terjun ke yang tadinya tidak tahu soal kesehatan me- desa membantu rakyat dari tingkat kecamatan ngerti kesehatan, bisa meningkatkan pendi- sampai ketingkat kelurahan/desa. PWRI madikannya. “Hal itu sangat membantu peran suk ke ranting sekalian dengan programnya. pemerintah,” ujar Idza Priyanti. Dukungan juga datang dari DPRD yang Bupati Brebes Hj Idza Priyanti menegas- selama ini sudah saling mendukung dan kan, keberhasilan pengembangan Posdaya di mensupport, terutama untuk pemberdayaan Brebes karena berkat pembinaan secara in- masyarakat di pedesaan khususnya perbaikan tensif. Pertama, pembinaan dan dukungannya rumah tidak layak huni. Diharapkan dana itu Prof Haryono Suyono. Kedua, melalui SKPD untuk memancing, dan selanjutnya masyaraBrebes dan melalui tim-tim yang sudah ditun- kat bergotong royong. HARI
Gemari Edisi 176/Tahun XVI/September 2015