GEMA REDAKSI
Membangun Usaha Sejak Sekolah Para pembaca yang budiman,
D
ALAM bulan Agustus lalu, bertepatan sekitar satu tahun sejak pertemuan Paguyuban Rektor seluruh provinsi Jawa Timur, di mana Gubernur Jatim Pakde Karwo, setelah mendengarkan paparan para Rektor tentang keberhasilan pengembangan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya dalam membentuk, membina dan mengisi Posdaya melalui upaya pemberdayaan keluarga, merasa kagum dan memberikan apresiasinya yang tinggi. Pakde Karwo secara spontan memberi petunjuk agar 1813 SMK di seluruh Jatim segera bebenah dan ikut serta membaur dengan masyarakat desa, melatih siswanya bersama masyarakat desa dan memberikan bhakti sosialnya kepada masyarakat di desa. Pakde Karwo memberi petunjuk agar siswa-siswi SMK segera bisa membantu membangun industri atau perdagangan bersama masyarakat di desa. Sejak saat itu telah diadakan pertemuan dan kegiatan bersama di mana siswa-siswi SMK berbaur dan mengembangkan industri mikro, perdagangan kecil dan kegiatan lainnya di desa. Kegiatan tersebut bervariasi dan belum seragam dalam setiap SMK, tetapi usaha ke arah yang lebih baik terus dijalankan. Bahkan Pakde Karwo telah menambah anggaran bagi sekitar 200 SMK dengan masing-masing Rp 250 juta agar memungkinkan keluarga desa ikut kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh SMK Mini yang berjumlah 200 di seluruh Jatim. Sering Kepala Dinas Pendidikan mengumpulkan para pejabat daerah guna mendapat pencerahan dan bergerak bersama masyarakat desa. Pada akhir bulan Agustus yang lalu para koordinator SMK itu berkumpul di Pasuruan guna mendengarkan pengalaman pendidikan seperti SMK itu dari Jerman dan pencerahan yang lebih luas tentang pemberdayaan keluarga. Para Koordinator SMK diajak mengambil manfaat dari pengalaman negara maju dan mengambil ancang-ancang agar bisa memanfaatkan kesempatan bersama lembaga keuangan per-Bank-an yang membuka kredit untuk usaha mikro dan kecil di pedesaan. Para guru dan siswa SMK dapat berlatih bersama rakyat dan sekaligus membangun industri atau perdagangan dengan kredit dari perBank-an. Siswa-siswi SMK bisa magang dan
menjadi pemilik bersama keluarga desa mitra kerjanya. Anak-anak menjadi pengusaha justru sebelum lulus sekolah sehingga kesempatan inovasi dan kolaborasi menjadi andalan yang sangat menguatkan kepercayaan akan masa depan yang lebih cemerlang. Di samping kegiatan dari kelompok SMK Tersebut, ada perkembangan baru yang menarik dari perluasan perkembangan KKN Tematik Posdaya sejak enam bulan terakhir ini. Kegiatan yang semula dibantu oleh Yayasan Damandiri berkembang makin mandiri. KKN tematik Posdaya berbasis Masjid yang menjadi bagian dari UIN/IAIN atau perguruan tinggi Islam lainnya ternyata menggerakkan berbagai kegiatan amal ibadah dari pengurus dan jamaah Masjid. Perkembangan terbaru adalah dukungan yang diberikan oleh Baznas melalui DNIKS dalam acara siaran Plengkung Gading TVRI Yogyakarta dan daerah lainnya. Kegiatan ini mengajak keluarga sejahtera III menjadi makin peduli dan akhirnya berubah menjadi keluarga sejahtera III plus yang berbagi dengan keluarga prasejahtera atau keluarga yang berhak menerima dukungan dari keluarga yang lebih sejahtera lainnya. Kalau upaya dan himbauan ini berjalan baik, Insya Allah pengentasan kemiskinan secara mandiri akan berjalan makin lancar dan membawa hasil yang luar biasa. Prof Dr Haryono Suyono Pemimpin Umum
Siswa-siswi SMK segera bisa membantu membangun industri atau perdagangan bersama masyarakat di desa. Mereka berbaur dan mengembangkan industri mikro, perdagangan kecil dan kegiatan lainnya di desa. [FOTO: DOK GEMARI]
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. (HC) Drs. Subiakto Tjakrawerdaja Penasehat: Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah A Sudrajat Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
40
Kemandirian Pangan Menuju Bangsa Berkualitas, Sehat dan Kuat Sudah 71 tahun Indonesia menyatakan diri sebagai negara merdeka dan berdaulat. Namun, sudah berdaulat, mandiri dan merdekakah dalam urusan pangan kita?
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
CERITA SAMPUL
43
KH Fathul Huda Konsep Petani Entrepreneurnya, Dongkrak Kemajuan Daerah Masyarakat Kabupaten Tuban, Jawa Timur, beruntung memiliki bupati yang ramah dan religius berlatar belakang pengusaha sekaligus ulama. Ia mengajak masyarakatnya mengubah mindset petani untuk menjadi seorang entrepreneur. Semua yang dilakukannya ini butuh keberanian dan kesabaran. Di tangan Huda, demikian sapaan akrab KH Fathul Huda, kabupaten yang dikenal dengan ikon tokoh kharismatik Ronggolawe dari cerita sejarah Kerajaan Majapahit ini, dengan penduduk berjumlah 1,2 juta jiwa itu terus berkembang pesat. Jiwa kewirausahaan masyarakat Tuban semakin terasa. Basic masyarakat Tuban adalah petani. Kalau produk pertaniannya ditingkatkan tentu akan lebih mantap. Pendapatan petani pun akan naik,’’ ujar pria kelahiran 5 Juni 1954 saat mengawali perbincangan dengan Hari Setyowanto Majalah Gemari.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
LAPORAN DAERAH
56
Kebumen Kembangkan Kampung KB PENDIDIKAN
48
Universitas Trilogi Peduli Ketahanan dan Kemandirian Pangan Ketersediaan pangan merupakan hal penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, khususnya kebutuhan makanan sebagai kebutuhan dasar manusia. Apalagi melihat perkembangan masyarakat yang kian meningkat, kebutuhan akan ketersediaan pangan yang cukup, aman dan berkualitas semakin menjadi tuntutan. Oleh karena itu, peningkatan ketahanan pangan harus dilakukan secara terus menerus.
POSDAYA MASYARAKAT
12
Posdaya Sejahtera Cilacap Melongok Wisata edukasi di Kampung Bibit Wisata edukasi di Kampung Bibit, terealisasi pada Tahun 2017. Nama kampung Bibit muncul karena warga RW 02 Desa Kuripan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, ini menanami lahan rumahnya dengan tanaman buah dan sayur. Pembuat ide wisata edukasi adalah PT Holcim Tbk di Cilacap, yang merupakan bagian dari kegiatan sosial perusahaan. Tak pelak, kiprah para kader Posdaya Sejahtera Cilacap binaan Unsoed Purwokerto ini tepatnya pada Rabu siang 24 Agustus 2016 lalu, menjadi pusat perhatian, karena dikunjungi langsung petinggi PT Holcim Tbk Cilacap dan tokoh nasional yang juga Penasehat Pembina Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Presiden Joko Widodo mengganti program pemberian beras untuk masyarakat miskin atau raskin dengan voucher belanja digital (e-voucher). Penggunaan voucher belanja ini ditargetkan mulai berlaku awal 2017 mendatang. Melalui progam ini, masyarakat miskin yang tadinya menerima raskin berubah menerima bantuan pangan lain. Voucher belanja itu nantinya bisa digunakan untuk membeli aneka kebutuhan pokok seperti beras, minyak, telur, dan bahan pokok lainnya di pasar dan toko.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
17
Posdaya Pemerintah
31
Posdaya Lembaga Keuangan
34
Kolom Khusus
46
Forum Kita
54
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Hari Setiyowanto
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
«WONG NDESO» JADI PEMIMPIN
K
ISAH HM Tasdi, SH, MM menjadi menarik. Dan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, beruntung memiliki pemimpin masa depan yang mumpuni. Tidak saja pintar berpolitisi, HM Tasdi, SH, MM, Bupati Purbalingga periode 2015 – 2020 ini juga sangat dekat dengan masyarakat desa. “Saya memang wong ndesa. Desa saya, Karangreja berada di kaki Gunung Slamet. Ayah saya petani yang cuma punya sawah satu bahu (sekitar 7.000 meter persegi). Namun, saya ingin menunjukkan bahwa orang dari desa pun bisa memimpin Purbalingga,” katanya seperti dikutip Majalah Gemari edisi 187 terbitan Agustus lalu. Pria kelahiran Dusun Bayeman Kidul, Desa Tlahab Lor Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, 11 April 1968 silam tidak banyak yang tahu bagaimana latar belakang tokoh politik paling fenomenal di Kabupaten Purbalingga ini. Sekilas, orang hanya mengenalnya sebagai pria yang sudah aktif di politik dan menjadi anggota DPRD Purbalingga. Padahal ia memulai semua itu dari bawah, dari seorang wiraswastawan muda yang mencari terobosan usaha yang memiliki banyak pangsa pasar. Memulai karir usaha di bidang penyediaan diesel Perusahaan Listrik Tenaga Diesel (PLTD) tingkat dusun
hingga tingkat desa, awalnya cukup cemerlang. Namun saat Perusahaan Listrik Negara (PLN) masuk ke desa-desa, usahanya pun bangkrut. Tasdi pun beralih usaha di bidang niaga dengan kredit Suzuki Carry 1000. Setelah kredit pertama lunas, Tasdi ambil lagi mobil niaga L300, dan setelah lunas ambil lagi truk engkel. Setelah lunas Tasdi kredit lagi armada truk. Sementara itu, karirnya di dunia politik dimulai saat dipercaya menjabat sebagai Bendahara Pimpinan Anak Cabang sebuah partai politik besar nasional. Tasdi juga pernah menjabat sebagai wakil rakyat di DPRD Purbalingga pada 1999 hingga 2004 dan menjadi Ketua DPRD Purbalingga sejak 2004 hingga 2014. Tasdi juga pernah menjadi Wakil Bupati Purbalingga sejak 16 Mei 2014, menggantikan jabatan Wakil Bupati Purbalingga yang ditinggalkan Sukento Ridho Marhaendrianto karena menjadi Bupati Purbalingga. Hal ini setelah bupati sebelumnya Heru Sudjatmoko terpilih sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah. Kini sebagai Bupati Purbalingga priode 2015 – 2020, ia sedang berusaha meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat dan perekonomian Purbalingga. Sehingga masyarakat Purbalingga tidak lagi gemar berurbanisasi ke kota-kota besar. Ia merupakan tokoh
politik juga birokrat yang lahir dari kalangan wong cilik di Purbalingga. Dalam memimpin daerah tempat asal Panglima Besar Jenderal Besar TNI Soedirman ini, bersama Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengajak seluruh jajarannya untuk terus berupaya menjaring berbagai program yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat. Utamanya, program pengentasan kemiskinan yang dilakukan lembaga-lembaga yang ada di Indonesia maupun mancanegara, termasuk juga Yayasan Damandiri. Tangkap saja peluang itu demi untuk mempercepat pengentasan kemiskinan masyarakat. Seperti yang tersirat dalam sesanti (semboyan) masyarakat Purbalingga, “Prasetyaning Nayaka Amangun Praja”. Artinya, Pembangunan hanya bisa berhasil karena adanya sinergi, bergotong royong dalam mamayu hayuning bawana. Salah satunya program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang telah dianggarkan dalam APBD Kabupaten Purbalingga 2015 sebesar Rp 17 miliar. Sungguh menarik kisah Bupati Purbalingga periode 2015 – 2020 ini yang juga sangat dekat dengan masyarakat desa. Terima kasih informasi berharga ini. Sukses untuk Majalah Gemari. Larasati Dharsono Jl Gandaria, Kebayoran Lama Selatan Jakarta Selatan.
Formulir Berlangganan N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
POSDAYA MASYARAKAT
Budidaya Ternak Kambing
Tingkatkan Ekonomi Masyarakat Pacitan Melalui Relawan Posdaya, Tim Pembina Posdaya Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pacitan, khususnya keluarga pra sejahtera. Salah satunya, program ternak kambing menjadi salah satu prioritas utama.
Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Pacitan dan Wabup Pacitan serta sejumlah tamu undangan dari PWRI Wonogiri saat meninjau budidaya ternak kambing yang dikembangkan para kader Posdaya Pacitan, di Kp Ledok, Pacitan, Jatim.
D
ENGAN kecermatannya, Dian Budi Anggraeni selaku Konsultan Penghubung Yayasan Damandiri Pacitan melihat mayoritas pencaharian warga Pacitan adalah petani, dan sebagian besar juga sebagai peternak kambing, sebagai peluang untuk diberdayakan. “Potensi besar itulah yang membuat program ini dirasa sangat cocok untuk diterapkan pada masyarakat Pacitan. Mengingat potensi alam Pacitan juga sangat mendukung,” ujarnya. Lebih lanjut Dian, demikian ibu satu anak ini akrab disapa, upaya yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan program tersebut pada 6-7 Februari 2016 lalu. “Tim Pembina Posdaya dengan didampingi Relawan Posdaya mengikuti pelatihan ternak kambing yang dilaksanakan di Jombang,” katanya seraya menambahkan saat itu, peserta diikuti oleh 14 orang dari perwakilan Posdaya dan Dinas Pertanian dan Peternakan. Kemudian, sebagai tindak lanjut pelatihan ternak kambing di Jombang 7-8 februari 2016 yang lalu, Posdaya Pacitan mendorong peternak kambing binaan gunakan pakan fermentasi. Hal itu dimaksudkan agar kualitas ternak
yang dimilikinya semakin meningkat. Sudah saatnya masyarakat Pacitan sadar, mau, dan mampu memanfaatkan sisa-sisa limbah pertanian menjadi pakan ternak yang bernutrisi tinggi. Menurutnya, selama ini masyarakat terlena dengan melimpahnya pakan dari hijauan alami. Mereka belum sadar bahwa banyak sekali limbah-limbah pertanian yang ada di sekitar kita dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebut saja janggel jagung. Limbah dari tanaman jagung ini ternyata juga menyimpan nutrisi yang baik sebagai bahan makanan ternak. Tentu saja melalui proses fermentasi dengan bahanbahan yang lain. Di Jombang, rombongan dari Pacitan ini, menjadikan Pak Somad sebagai narasumber pelatihan ternak kambing Posdaya mengatakan, menggunakan pakan fermentasi pada ternak kambingnya dapat menghemat waktu dan tenaga. Pak Somad, seperti dikatakan Dian menurunkan, menghemat waktu karena perbandingan berat kambing usia 8 bulan dengan pakan fermentasi sama atau mengimbangi berat kambing usia 10-11 bulan yang hanya makan rumput saja. ”Kalau dari tenaga kita untung, karena kita Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
7
Prof Dr Haryono Suyono saat melihat cara pembuatan pakan ternak permentasi untuk kambing yang sekarang sudah bisa dilakukan di Pacitan, Jatim.
hanya perlu tambahan sedikit rumput. Asupan nutrisi sudah banyak dipenuhi oleh pakan fermentasi. Saya hanya perlu dua ikat rumput untuk 50 ekor kambing per hari,” kata Pak Somad seperti ditirukan Dian.
Peternakan rakyat mendukung gerakan revolusi peternakan.
8
Pakan fermentasi menguntungkan Alasan sederhana Pak Somad menggunakan pakan fermentasi, pertama karena pembuatannya mudah dan bahan dapat diambil disekitar kita. Kedua, kita tidak akan dipusingkan dengan pencarian rumput jika musim kemarau tiba, bersahabat dengan semua musim. Kebutuhan nutrisi kambing tetap tercukupi walau rumput susah dicari. Ketiga, menghemat waktu dan tenaga karena pakan fermentasi ini bisa dibuat dalam sekali waktu dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama serta hanya membutuhkan sedikit rumput setiap harinya. Keempat, kambing lebih cepat besar. Kehebatan pakan fermentasi ini sudah
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
dibuktikan oleh Somad di peternakannya. Awalnya lumayan sulit untuk membiasakan kambing dengan pakan fermentasi, perlu 2-3 hari. Namun setelah kambing sudah mulai terbiasa memelihara kambing menjadi sangat mudah. Kini dia mampu memelihara 50 ekor yang hanya dikelola oleh satu orang setiap harinya. Setiap pukul 12 kambing diberi pakan fermentasi dan pada pukul 4 sore kambing baru diberi rumput, 2 ikat untuk 50 ekor kambing. Pakan fermentasi menjadi andalannya. Oleh karenanya dalam waktu dekat sosialisasi khususnya untuk anggota Posdaya terkait pakan fermentasi perlu digalakkan. Hal itu dirasa sangat penting agar masyarakat sadar dan mau membuat dan menggunakan pakan fermentasi untuk kambing ternaknya. Sehingga kualitas ternak mereka dapat berkembang secara maksimal. Belajar dari Pak Somad Fajar Isnawan selaku perwakilan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pacitan mengungkapkan bahwa pelatihan ternak ke Pak Somad di Jombang itu dinilai sangat bagus. Adanya pelatihan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam dunia ternak kambing. Para peternak selama ini masih menjalankan sistem ternak tradisional baik dari sistem kandang, pakan, maupun sistem management nya. “Semoga sistem yang kita pelajari di Jombang dapat diterapkan di Pacitan, begitu tuturnya!” Wawasan dari pelatihan inilah yang nantinya akan dijadikan sebuah batu loncatan khususnya dunia peternakan kambing Pacitan dalam upaya pengentasan keluarga pra sejahtera. Harapannya para perwakilan yang mengikuti pelatihan ini dapat menjadi tutor untuk menularkan ilmunya kepada para peternak kambing di wilayah Posdaya masingmasing. Pelatihan ini disambut positif oleh para peserta. Eko Budi Prasetyo, ketua Relawan Posdaya mengatakan bahwa sudah saatnya pengetahuan masyarakat Pacitan terkait bagaimana cara ternak kambing yang baik dan benar dibuka selebar-lebarnya. Di Jombang satu orang mampu mengurus sampai 50
ekor kambing seorang diri. Itu dirasa mustahil namun begitulah kenyataannya. “Dengan sistem yang baik itu bukanlah suatu hal mustahil, di sanalah buktinya!” ucap Eko. Seperti diketahui, Posdaya Pacitan sebelumnya telah berhasil mengembangkan budidaya Udang Vannamei. Hasil panen dalam budidaya tambak udang dengan sistem busmetik atau budidaya udang skala mini empang plastik sangat baik. Kerja keras dan kerja cerdas Posdaya Pacitan dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat di pacitan mendapat apresiasi Prof Dr Haryono Suyono, yang tak lain sebagai penggagas program pemberdayaan berbasis keluarga di tingkat dusun/RW maupun pedesaan ini. Prof Haryono memang menganjurkan agar para relawan Posdaya Pacitan, bersama-sama studi banding ke Kabupaten Jombang, Jatim, untuk melihat langsung budidaya ternak kambing tanpa menggunakan rumput sebagai bahan ternak sebagai antisipasi kalau musim kemarau. Dan yang menarik, sistem pemeliharaan kambing ternyata menguntungkan masyarakat prasejahtera sebagai pemelihara kambing. Karena dari hasil ternak kambing itu, kalau
melahirkan bagi si pemelihara dua kambing sedangkan pemilik satu kambing. “Mudah-mudahan cara semacam itu bisa diterapkan di Pacitan melalui dukungan Pak Bupati dan kepala dinasnya,” ujarnya saat itu. “Syukur Alhamdulillah mereka, para Relawan Posdaya Pacitan telah melakukan dan mempraktekkan beternak kambing seperti yang dilakukan Pak Somad di Jombang,” katanya bersyukur. HARI
Budidaya ternak kambing dengan pakan ternak sistem permentasi menarik perhatian sejumlah tamu undangan.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
9
POSDAYA MASYARAKAT
Revolusi Ternak Kambing Ala Somad “Kambingnya bagus-bagus. Terbukti ini terawat. Ini program bagus dan patut dicontoh untuk kegiatan Posdaya,” puji Prof Dr Haryono Suyono seraya mengelus-elus kambing pejantan, saat berkunjung ke tempat peternakan kambing yang berada di Desa Kebon Dalem, Kecamatan Bareng, Ploso Rejo, Jombang, Jawa Timur.
Pak Somad sedang memberi penjelasan kepada Prof Haryono di kandang kambing miliknya. [FOTO-FOTO: DOK]
M
ANTAN Menko Kesra di era Presiden Soeharto ini pun saat itu dibuat terkejut saat melihat langsung peternakan kambing ala rakyat desa itu. Pasalnya, pemilik peternakan itu ternyata pria berusia 50-an tahun asal Jombang, yang bernama Somad, yang selama ini selalu mengantarkan dirinya dalam setiap kunjugan kerja di Jawa Timur. Selain kini dikenal sebagai ‘juragan kambing’, ternyata Somad merupakan karyawan Bank Jatim. Di samping kesehariannya mengantar para tamu VIP dari bank milik pemerintah Jatim itu, Somad dengan dibantu beberapa ‘mitranya’ beternak kambing di belakang rumahnya yang berada di Desa Kebon Dalem, Kecamatan Bareng, Ploso Rejo, Jombang. Walaupun total kambingnya telah mencapai 700 ekor, namun tak seluruhnya ia ternak sendiri, melainkan berbagi hasil 2:1 dengan penduduk yang ada di sekitar tempat tinggalnya. “Meski kecil-kecilan, saya ingin belajar berbagi dengan tetangga dan masyarakat sekitar”
10
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
ujar Somad merendah. Di belakang rumahnya, tampak puluhan ekor kambing, berada di kandang bambu berukuran 3◊2 meter, yang berderet. Di bawah kandang terdapat wadah tempat menampung kotoran kambing yang akan dijadikan pupuk. Di antara kambing yang terlihat gemuk dan terawat, seekor kambing tampak bongsor. Kambing besar inilah yang dijadikan pejantan, yang bisa membuahi delapan ekor kambing betina dalam sehari. Terkait kegiatan belajar peduli dan berbagi untuk membantu masyarakat, terutama mereka yang berasal dari keluarga miskin itu, ternyata Somad mengakui dirinya diam-diam ‘mencuri’ ilmu dari Prof Haryono ketika ia mengantar mantan Menko Kesra dan Taskin itu berkeliling ke Posdaya yang ada di wilayah Jawa Timur. “Terus terang saya sering dengar ceramah dan obrolan tentang pemberdayaan dan kemandirian. Saya serap ilmunya. Kebetulan, saya punya kambing di desa. Saya pelihara dengan memakai ilmu dari Prof Haryono,” aku
Somad. Somad menekuni profesi sambilannya mulai dari hanya satu ekor kambing betina. Lalu, dengan uang tabungannya, Somad membeli kambing jantan jenis Etawa untuk membuahi satu kambing betinanya itu. “Dari modal kambing jantan itu, saya coba mengawinkan beberapa jenis kambing. Saya sendiri tidak bisa menjelaskan jenis apa kambing yang saya miliki. Pokoknya ya beranak pinak terus,” paparnya. Karena ketekunannya menggeluti profesi sampingan, kini Somad memiliki 700 ekor. “Yang berada di kandang belakang rumah hanya sekitar 60 kambing, selebihnya di kelola oleh keluarga pra sejahtera dengan sistem bagi hasil 2:1,” jelasnya. Maksudnya, jika kambing beranak maka yang beternak kambing memiliki satu ekor dan Somad mendapatkan dua kambing. Namun kambing-kambing itu langsung bisa dihargai. “Yang dua milik saya, kalau pengelola berani beli ya dibeli, atau kambing pengelola saya beli,” jelasnya. Meski cara pola pemberian makan, Somad mempelajarinya secara otodidak. Kambingkambing itu diberi makan dua kali sehari. Siang, kambing-kambing makan campuran dari bonggol jagung yang dihaluskan. “Kambing tidak boleh terlalu kenyang. Saya jatah dua jam untuk makan. Kalau terlalu kenyang nanti kambing betina jadi mandul, tak bisa punya anak banyak,” ungkapnya. Jatah makan yang kedua, sore berupa rumput-rumput hijau. Somad tidak perlu menjual kambingkambingnya ke Pasar. “Saya tidak mau menjual kambing ke pasar untuk menghindari para calo. Sebab, kalau ke pasar lalu ber-
Prof Dr Haryono Suyono saat mengelus kambing milik Pak Somad.
urusan dengan para calo harga kambing jadi mahal. Pembeli bisa langsung beli di sini,” paparnya, sambil menyebutkan harga satu ekor kambing antara Rp 2 juta sampai Rp 6 juta. Itulah salah satu wujud partisipasi dan kerja nyata orang desa seperti Somad dalam mendukung tekad pemenuhan swasembada pangan, selain beras dan bahan pokok lainnya. Sumbangsih nyata wong cilik ini pun patut ditiru dan menginspirasi masyarakat lainnya yang lebih mampu dan maju. HARI
Kepala Desa Kebon Dalem juga turut memberi penjelasan kepada Prof Haryono seputar budidaya ternak kambing yang dilakukan warganya.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
11
POSDAYA MASYARAKAT
Melongok Wisata edukasi di Kampung Bibit, Cilacap Wisata edukasi di Kampung Bibit, terealisasi pada Tahun 2017. Nama kampung Bibit muncul karena warga RW 02 Desa Kuripan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, ini menanami lahan rumahnya dengan tanaman buah dan sayur. Pembuat ide wisata edukasi adalah PT Holcim Tbk di Cilacap, yang merupakan bagian dari kegiatan sosial perusahaan. Tak pelak, binaan Posdaya Sejahtera Cilacap ini tepatnya pada Rabu siang 24 Agustus 2016 lalu, menjadi pusat perhatian, karena dikunjungi langsung petinggi PT Holcim Tbk Cilacap dan tokoh nasional yang juga Penasehat Pembina Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Prof Dr Haryono Suyono dan rombongan PT Holcim Tbk Cilacap mendapat sambutan hangat dari masyarakat Kampung Bibit di RW 02 Desa Kuripan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah. [FOTO-FOTO: MULYONO]
Masyarakat Kampung Bibit tampak sumringah wilayahnya menjadi pusat perhatian tamu undangan.
12
A
WALNYA warga RW 02 Kuripan Kidul ini membuat kelompok tani. Mereka semakin berkembang ketika bersatu dalam Posdaya Sejahtera yang dibina langsung oleh PT Holcim di Cilacap. Ada dua universitas yang KKN di RW 02 Desa Kuripan Kidul ini yaitu, Universitas Soedirman
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
(UnSoed) dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Kusdiharto, Humas PT Holcim Tbk mengungkapkan, pihaknya memberikan pupuk kemasan untuk setiap kepala keluarga, hingga kini tanaman sayur dan buah berkembang pesat. Sudah dipasarkan sampai keluar Kabupaten Cilacap. Sehingga ini menjadi alasan kuat pihak Holcim membuat wisata edukasi di kampung bibit. “Saya lihat di sini cocok untuk edukasi. Di sini sudah terbukti pembibitan sudah dilakukan secara baik. Pemasarannya pun sudah dilakukan sampai keluar kota,” kata Kusdiharto. “Jika ada kegiatan outing anak-anak TK, SD dan SMP akan kita arahkan ke sini untuk menanam sayuran atau pembibitan. Harapannya, setelah dewasa mereka akan bisa menanam di rumahnya sendiri,” tambahnya, yang dihadiri Pena-
sehat dan Pembina Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Kusdiharto sangat berharap generasi muda Kampung Bibit bisa turut mewujudkan wisata edukasi. Untungnya Sarno, yang merupakan Ketua RW dan dijuluki Mbah Bibit, kepiawaiannya dalam hal bertani dan cocok tanam ditularkan kepada masyarakat desa setempat. “Dari 360 Kepala Keluarga (KK), delapan puluh persennya sudah menanami lahan pekarangan dengan tanaman sayur dan buah,” paparnya. “Awalnya baru ada kelompok tani. Ketua kelompoknya saya. Lima tahun kemudian berkembang. Masuk Departemen Pertanian. Ada binaannya. Berjalan tiga tahun dan berhasil. Orang Holcim tahu dan kemudian merangkul kita dan membina kita. Mereka sering membantu kita, berupa material. Di sini ada 360 KK. Awalnya Holcim membina 50 KK. 80% sudah ikut,” ungkap Sarno. Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie Prof Dr Haryono Suyono yang hadir dalam pertemuan tersebut mengajak masyarakat desa Kuripan Kidul untuk memunculkan lebih banyak tanaman sayur dan buah di lahan pekarangan. “Karena bunga hias di pekarangan rumah sudah biasa,” dalihnya.
Prof Dr Haryono Suyono dan Humas PT Holcim Tbk Kusdiharto saat tiba di Kampung Bibit, terealisasi pada Tahun 2017. Nama kampung Bibit muncul karena warga RW 02 Desa Kuripan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah.
Banyak masyarakat di luar desa Kuripan Kidul datang pada Sabtu Minggu. Ada yang sekadar ingin berekreasi atau membeli bibit yang ada. Pihak HOLCIM berencana membuat Wisata Edukasi di desa Kuripan Kidul pada 2017 -2018. Bekerja sama dengan pihak pendidikan. Tujuannya untuk belajar menanam dan pembibitan. Itulah sebabnya, bantuan dari PT Holcim bukan uang tapi material seperti bibit sachet, polybag. HOLCIM awalnya memberikan bibit sayuran (Cabai, Oyong, Kubis, Terong dll). Saat ini ada lebih dari 60 jenis tanaman baik tanaman sayuran, bunga, maupun tanaman keras. Mien/ADS/DH
Suasana Kampung Bibit di RW 02 Desa Kuripan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, Jateng, yang tampak asri dan harmonis.
Bibit sachet, polybag dari PT Holcim Awalnya desa Kuripan Kidul memiliki sentra pembuatan kerupuk kulit ikan hiu yang rasanya terkenal enak. Pihak PT Holcim Tbk awalnya, ingin mengembangkan kerupuk kulit ini tapi ternyata ikan hiu dilindungi. Akhirnya mereka mencari potensi lain di desa itu. Akhirnya potensi yang dipakai adalah pemanfaatan lahan pekarangan rumah yang ditanami sayuran dan buah. Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
13
POSDAYA MASYARAKAT
Revolusi Peternakan Rakyat untuk Swasembada Daging Selain bahan pokok, masyarakat Indonesia juga membutuhkan daging. Salah satunya adalah daging sapi. Sapi sebenarnya sudah banyak diternakan di tanah air. Seperti di daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun Jawa Timur.
Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten, Abdurrahman Usman saat peluncuran program Kampoeng Ternak Banten di Cipocok Jaya. [FOTO-FOTO: DOK]
N
AMUN, mengapa dalam beberapa tahun terakhir ini muncul permasalahan akan tingginya harga daging sapi yang tidak dapat diselesaikan hanya dari hilir saja, tetapi juga harus melibatkan dari sektor hulu. Terkait pembenahan menyeluruh dari hulu ke hilir dalam permasalahan daging ini, Direktur Kesehatan masyarakat Vetenier (Kesmavet) Direktorat Jenderal Peternakan dan Pertanian Kementrian Pertanian (Kementan) Sri Mukartini mengungkapkan, pemerintah menerima semua masukan dari kalangan pengusaha. Pemerintah membuka diri untuk segala masukan dari pelaku usaha, khususnya bagaimana dari sektor hulu agar bisa segera memenuhi kebutuhan daging yang paling tidak mendekati antara 80-90% dari kebutuhan nasional. Partisipasi masyarakat Adalah pendeklarasian Gerakan Revolusi 14
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Peternakan Rakyat untuk Swasembada Daging, yang dimotori Parni Hadi mantan Direktur Utama RRI dan wartawan senior, Irman Gusman, Ketua DPD RI, Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Haryono Suyono, Ismail dan kawan-kawannya dari Dompet Dhuafa, serta banyak khalayak lainnya, di Auditorium RRI, Jakarta. Deklarasi ini menjadi wujud gerakan masyarakat yang diilhami pengalaman dari Dompet Dhuafa yang setiap tahun menolong rakyat banyak menyediakan dan mengantar hewan korban untuk Hari Raya Idhul Adha ke seluruh pelosok tanah air. Kegiatan pendeklarasian gerakan yang cukup menarik ini dilakukan sebagai rangkaian Peringatan Hari Raya Idul Adha 2015 lalu, setelah menyaksikan pemotongan hewan korban beberapa ekor sapi dan kambing, suatu kelompok kecil yang menaruh perhatian terhadap perkembangan daging di Indonesia.
Kebutuhan hewan korban, sapi dan kambing, untuk banyak daerah yang membutuhkan, dengan syaratsyarat yang ditentukan, ternyata tidak mudah diperoleh. Atau kalau diperoleh di pasaran harganya tinggi sehingga jumlah hewan korban yang dibutuhkan oleh rakyat banyak menjadi tidak terbeli atau terbeli tetapi dalam jumlah dan ukuran yang tidak memadai.Atau, bahwa rancangan yang bersangkutan untuk membeli hewan korban, sapi atau kambing, terpaksa pada akhirnya dikurangi atau diurungkan karena pada saatsaat Hari Raya harganya sudah tidak terjangkau lagi. “Dari pengalaman itu, dengan dukungan berbagai kalangan, Dompet Dhuafa mengembangkan cara yang sangat menarik. Beberapa tahun atau bulan sebelum tibanya Hari Raya dibeli kambing dan sapi kemudian dititipkan pada peternak untuk digemukkan selama waktu tertentu, satu tahun atau sekedar dua bulan saja, dan pada suatu Hari Raya dibeli kembali oleh para anggota masyarakat yang menyerahkan kewajiban zakatnya kepada Dompet Dhuafa untuk dikirim kepada sanak saudara yang membutuhkan di manapun tempatnya,” papar mantan Menko Kesra dan Taskin Haryono Suyono. Menurutnya, cara seperti ini memungkinkan Dompet Dhuafa memperkirakan daerahdaerah yang akan menyerahkan pelaksanaan kewajibannya kepada lembaganya. Program yang semula sekedar memenuhi daerah-daerah yang sukar mendapatkan supply yang cukup itu, kata Haryono telah berkembang dengan baik sehingga menjadi program tahunan yang menguntungkan peternak yang berasal dari keluarga miskin serta sekaligus dengan mudah memenuhi kebutuhan akan hewan korban untuk daerah-daerah yang membutuhkan dengan cepat dan tepat sehingga pelayanan Dompet Dhuafa dapat dilaksanakan tanpa menyalahi aturan kaidah Agama. Usaha yang semula dilakukan secara kecil-kecilan itu berkembang dengan pesat karena akhirnya meluas dan pihak karyawan dan sukarelawan Dompet Dhuafa terpak-
Masyarakat perlu didukung dalam pembudidayaan ternak kambing agar mampu membantu terwujudnya swasembada daging bagi pemenuhan gizi masyarakat.
sa tidak bisa melepaskan begitu saja hewan yang dititipkannya untuk penggemukan. Diperlukan pembinaan peternak yang harus memenuhi syarat-syarat hygienis dan keuntungan yang sepadan dengan kerja keras yang dilakukan setiap peternak untuk memelihara hewan. Dalam jangkauan jangka panjang setiap peternak dianjurkan memelihara tidak hanya seekor kambing, tetapi dua tiga sampai empat ekor sehingga dalam jangka tertentu bisa menghasilkan anak dan berbagi dengan pemiliknya. Anak-anak yang dipelihara itu menambah jumlah hewan yang tersedia. Karena pembinaan yang baik, lanjut Profesor kelahiran Pacitan 6 Mei 1938 silam ini, maka hasil penangkaran hewan itu dalam jangka waktutertentu menambah berat badannya untuk cukup besar bagi keperluan
Peternakan Sapi menjadi pendukung semangat swasembada pemenuhan kebutuhan daging.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
15
Edukasi dan pendampingan sangat penting untuk masyarakat peternak.
16
korban pada hari yang ditentukan. “Para peternak pun mendapat manfaat dan dengan demikian mendapat dukungan untuk pemberdayaan keluarganya secara ganda. Yang pertama belajar menjadi peternak yang baik, dan hasil peternakan itu menghasilkan keuntungan untuk pemberdayaan keluarganya melepaskan diri dari lembah kemiskinan,” katanya. Dari kelompok-kelompok kecil itu muncul kampung ternak yang memelihara ternak dengan pendampingan yang rapi untuk menjamin bahwa ternak tidak dilaporkan mati menuju hari H atau dijamin tetap utuh tidak dijual untuk keperluan lain kecuali untuk Hari Raya Idul Adha. Gagasan itu menarik karena peternak dijamin pembeli yang pasti yang memberikan harga menguntungkan. Gagasan Kampung Ternak makin menggelitik setelah pengalaman bertambah luas karena tenaga pendamping juga bertambah banyak dan kebutuhan yang dipenuhi dengan sistem itu bertambah meyakinkan.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
“Melihat gelagat akhirahir ini bahwa kita tetap mengimpor daging untuk keperluan konsumsi, padahal di lapangan masih banyak penduduk yang siap untuk menjadi peternak, bahkan konon masih banyak kampung dan desa yang penduduknya siap untuk diberdayakan menjadi peternak dengan jaminan yang pasti, menghasilkan nilai tambah yang pasti dan dapat menjamin kehidupan keluarganya,” beber Prof Haryono Suyono yang penah sukses membawa program kependudukan keluarga berencana (KB) Indonesia mendunia. Gagasan yang menarik itu kemudian disambut beberapa kalangan yang berkumpul dan RRI di Jakarta yang siap menjadi corong untuk menganjurkan kepada khalayak agar beramai-ramai mendukung Gerakan Revolusi Peternakan Rakyat untuk swasembada daging. Oleh karena itu, sejak dicanangkannya, para aktifis gerakan ini akan menginformasikan gagasan ini secara luas, mengajak semua kalangan mengulurkan tangan dan dengan gotong royong secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap impor daging dan keperluan dari hasil peternakan lainnya. Dikatakan Haryono, sebagai calon peternak, pemilik modal, ahli-ahli peternakan dan mereka yang mempunyai tanggung jawab mengembangkan infrasruktur dan perdagangan daging diajak bersatu membangun kebulatan tekad dan melaksanakannya dengan sungguhsungguh menuju swasembada daging di tanah air tercinta ini. HARI
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Perguruan Tinggi Harus Jadi Penggerak
Pemberdayaan Keluarga untuk Tingkatkan Perekonomian Pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas PGRI Ronggolawe (KKN Unirow) tahun akademik 2015-2016 berlangsung di pendopo Kabupaten Tuban, Jatim, pertengahan Agustus lalu. Menurut Rektor Unirow Dr Supiana Dian Nurtjahyani, MKes, pada KKN tahun ini mengambil tema “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penguatan Tridharma Perguruan Tinggi”. Mengapa?
Rektor Unirow Dr Supiana Dian Nurtjahyani, MKes menyerahkan cinderamata kepada Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Bupati dan Wabup Kabupaten Tuban, Jatim. [FOTO-FOTO: DEDE H]
“K
ARENA, keterpaduan aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi dan terlaksananya KKN harus kita kuatkan sebab Tridarma KKN itu menjiwai Pemberdayaan Masyarakat, membangun kepribadian mahasiswa dan pengembangan institusi,” papar Rektor Unirow Dr Supiana Dian Nurtjahyani, MKes. Dasar pelaksanaan dari KKN ini adalah Peraturan Pemerintah No.4 tahun 2014 tentang Pengelolaan otonomi Perguruan Tinggi, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 44 Pasal 27 Ayat 2 Tahun 2015. ”Tujuan KKN adalah bagaimana meningkatkan kepedulian, keterpaduan dan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengimplementasikan ilmu yang didapat dibangku kuliah, untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat,” ujarnya.
KKN Unirow, lanjutnya, mempunyai karakteristik yang pertama Gagasan bersama, kedua dana bersama, ketiga fleksible dan yang keempat berkelanjutan. Tentang gagasan bersama ini adalah gagasan yang terdiri dari, gagasan universitas, gagasan pemerintah; serta gagasan masyarakat. “Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Bupati Tuban yang pada saat kami menghadap dan pada saat beliau hadir di Acara Wisuda, beliau selalu berpesan: “Perguruan Tinggi harus bisa menjadi wadah pengembangan dan peningkatan SDM sehingga bisa menghasilkan SDM yang bisa dipakai,” urainya. Gagasan ini, kata rektor, mengilhami untuk membentuk KKN ini. “Sekaligus juga kepada yang terhormat Bapak Prof Dr Haryono Suyono yang telah menginspirasi kami dengan bermitra dengan program Posdaya yang mana di sini Perguruan Tinggi harus bisa menjadi penggerak dalam pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan perekonomian. Perekonomian harus diGemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
17
Bupati Tuban KH Fathul Huda dan Wakil Bupati Tuban Ir Noer Nahar Husein menerima Prof Haryono dan rombongan dari Jakarta serta tamu-tamu lainnya.
18
bangun dari mulai ekonomi kerakyatan menuju Indonesia sejahtera,” ujarnya yang disambut tepuk tangan meriah. Pada KKN kali ini, menurutnya, merubah suatu paradigma yang tadinya KKN itu mahasiswa pasif, tetapi sekarang KKN adalah mahasiswa harus aktif. “Ini juga memenuhi harapan Bapak Bupati bahwa sebagai mahasiswa penggerak roda pembangunan jangan menjadi penonton di kotanya sendiri, tetapi harus mampu memiliki SDM yang mengambil peran di pembangunan masyarakat Kota Tuban. Sehingga mahasiswa harus sadar diri. Artimya, lanjut dia, tidak secara emosinal mengedepankan emosi kalau memang mau melamar kerja di suatu daerah, karena tidak dipungkiri Kota Tuban adalah daerah industri. Tetapi SDM-nya harus SDM yang bisa dipakai. Sehingga KKN di sini sebagai fasilitasi bagaimana mahasiswa bisa mengembangkan kompetensinya sehingga bisa menjadi lulusan yang bisa dipakai. KKN Unirow kali ini diikuti 1.362 mahasiswa, yang diterjunkan di 65 desa, dalam 13 Kecamatan. Rektor Unirow menyatakan terima kasih kepada Bupati Tuban atas segala fasilitasnya, dan dengan segala kerendahan hati kami mohon Bapak Bupati berkenan melepas dan menyerahkan mahasiswa-mahasiswa kami kepada para camat dan kepalakepala desa, sebagai tempat mahasiswa ber KKN. KKN dimulai tanggal 8 Agustus sampai 8 September 2016. “Dan KKN ini merupakan mata kuliah wajib yang equifalen dengan 120 jam. Sehingga kalau kita hitung satu minggunya 30 jam sehingga KKN nanti akan dilaksa-
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
nakan selama satu bulan,” tambahnya. Hadir dalam kesempatan itu Bupati Tuban KH Fathul Huda, Wakil Bupati Tuban Ir Noer Nahar Husein, Penasehat Pembina Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Ketua DPRD Tuban, Sekda Tuban, Kepala SKPD, Ketua Bappeda, para Camat, Kepala Desa di Kabupaten Tuban, Pembantu Rektor, Dekan, Kaprodi, Kepala Biro, Kepala UPT, Ketua LPM Dra Tabitha Sri Hartati Wulandari, MKes, serta para mahasiswa Unirow dan undangan lainnya. Salah satu faktor kemiskinan Bupati Tuban KH Fathul Huda menyatakan rasa syukur dan bangga, karena hari ini bisa silaturahmi dengan warga Unirow secara komplit dalam rangka pelepasan KKN. “Saya benar-benar tergetar karena baru kali ini Perguruan Tinggu di Tuban ada pelepasan dan program-programnya sudah pasti sejalan dengan gerak program Pemerintah,” ucap bupati yang disambut tepuk tangan meriah. “Mudah-mudahan ini menjadi Uswatun khasanah. Mudah-mudahan perguruan tinggi yang lain nanti bisa bersama-sama. Ini merupakan inovasi Ibu Rektor yang luar biasa. Mudah-mudahan perguruan tinggi lain nanti bersama-sama bisa mengikuti. Karena ini mewujudkan peduli terhadap Tuban, peduli terhadap masyarakat Tuban untuk menata agar menjadi lebih sejahtera.” Acara seperti ini, menurut bupati, sangat bermanfaat dan juga sangat bermanfaat untuk mahasiswa itu sendiri. Kenapa? Atau manfaat apa yang akan diperoleh Pemkab? “Sesungguhnya program-program Pemkab itu butuh sosialisasi butuh pendampingan, butuh evaluasi. Maka saya harapkan KKN Tematik Posdaya ini dapat menyosialisasikan programprogram Pemkab,” dalihnya. “Bisa mendampingi program-program Pemkab, sekaligus bisa mengevaluasi program Pemkab yang tidak pas diterapkan di masyarakat itu seperti apa. Sehingga nanti pembangunan ini betul-betul produktif, sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ucapnya lagi. Tentang manfaat un-
tuk mahasiswa, lanjutnya, bahwa ketika belajar di bangku kuliah, ini sikapnya masih pengetahuan. Belum sampai ke ilmu. “Saya menggambarkan atau memahami kalau pengetahuan itu adalah sekedar tahu, tetapi kalau ilmu itu sudah diterapkan. Jadi kalau Bapak Profesor Haryono Suyono, itu adalah pengetahuannya sudah ilmu, diterapkan,” harapnya. Dalam penerapan pengetahuannya itu, tambah bupati, adalah belum tentu sesuai dengan yang ada di lapangan. Kenapa belum sesuai dengan apa yang ada di lapangan? “Banyak hal,” ucapnya seraya merinci, pertama, pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah itu adalah baru stimulan. Belum tentu betul sampai detail rinci. Sehingga, saat terjun di masyarakat tahu permasalahannya, bahan-bahan atau fondasi yang diperoleh di sekolahan itu dikembangkan dengan referensi-referensi yang lain. Tidak mungkin hanya dalam waktu empat tahun itu, jelasnya, ilmu yang diperoleh cukup untuk menghadapi mayarakat yang bermacam- macam itu. Kemudian yang kedua, adalah sebagai teskis, mampu tidak diri kita atau mahasiswa menerjemahkan ilmunya itu yang nanti semuanya akan terjun di masyarakat. “Untuk hal itulah tadi saya sampaikan beberapa hal yang krusial,” ungkapnya. Hal krusial yang perlu diperhatikan adalah tentang kemiskinan; Kemiskinan kita itu masih tinggi meskipun sudah turun dari 22 ke 16 . Tetapi angka kemiskinan masih tetap tinggi. Kemudian kemiskinan ini kenapa? Salah satu faktornya kemiskinan adalah memang keterbelakangan pendidikan masyarakat Tuban. “Kita di Tuban sudah membuat Desa Muda. Ini maksudnya kita akan evaluasi. Ingin tahu persis bagaimana desa yang miskin? sebabnya apa?, Dan instrumen yang diterapkan apa? Di sini memang, beberapa, misalnya, masyarakatnya ada yang sulit diajak maju. Ini saya minta nanti adik-adik mahasiswa yang KKN bisa memahami masalah di masyarakat. Terutama yang sulit diajak maju itu,” harap Bupati Tuban H Fathul Huda. Contohnya apa? “Sudah kita beri instrumen misal beternak kambing, beternak sapi, beternak ayam, juga perikanan. Stimulan yang
Sambil berjabatan tangan Bupati Tuban KH Fathul Huda berdialog dengan Prof Haryono disaksikan Wakil Bupati Tuban Ir Noer Nahar Husein.
kita berikan itu harapan kita dikembangkan. Tetapi oleh mereka dijual. Ini kenapa?” ujarnya balik bertanya. “Ini kita juga tidak bisa langsung menyalahkan mereka. Ini harus kita pahami. Memang pertama, mereka tidak mau seperti yang kita harapkan. Karena bebannya berat mungkin, sehingga mereka tidak mau diajak maju. Kedua, memang di situ dia tidak sempat berbuat, karena saking miskinnya pengetahuan mereka. Tidak mampu merawat apa yang kita berikan, saking miskinnya. Sehingga beberapa yang dihadapi akan beda,” kilahnya. “Masalah lain adalah program yang kita berikan itu tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Ini saya minta nanti dievaluasi. Mengapa sampai tidak sesuai? Seperti kita memberikan program pelatihan. Program keterampilan. Perlukan sesudah program itu lalu pelatihan dilakukan? Termasuk hasil produksinya tidak laku dijual? Sehingga program itu hilang begitu saja,” beber bupati. “Kemudian yang menyebabkan angka kemiskinan ini adalah kurang kepedulian. Contohnya kalau di desa sekarang ini Raskin itu dibagi rata. Ini adalah bagaimana menanamkan kepada masyarakat itu, kalau tidak bisa membantu mbok yao diharapkan tidak memberatkan orang lain. Ini berarti masalah moral,” ungkapnya. Kemudian lagi kepedulian. Di Tuban ini yang menengah ke atas sudah di atas 60%. Tetapi kenapa angka kemiskinan masih tinggi? Karena yang mampu (60%) ini belum mempunyai kepedulian terhadap orang yang miskin. Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
19
Mahasiswa Unirow yang berjalan kaki di Pendopo Kabupaten Tuban, Jatim. tampak ribuan mahasiswa berduyunduyun menuju lokasi acara pelepasan KKN Posdaya.
20
Itu salah satu masalah krusial yang harus, saya mohon nanti bisa betul-betul yang namanya pendampingan, evaluasi kemudian memfasilitasi itu dilakukan oleh para mahasiswa. Agar KKN ini betul-betul sesuai yang diharapkan,” harap Bupati Tuban H Fathul Huda. “Kalau sekarang ini dibuka dengan acara signifikan, dihadiri oleh Bapak Prof Dr Haryono Suyono, diadakan di Pemkab yang selama ini belum pernah terjadi, kami minta nanti betul-betul ada perubahan nyata, dari hasil KKN ini,” harapnya. “Tadi disampaikan oleh Bu Rektor bahwa KKN ini fleksibel harus berkelanjutan. Ini nanti hasil dari empat KKN dibuatkan grafik. Sehinga terbaca ketika KKN masuk itu angka kemiskinan sekian, angka pengangguran sekian, sekarang sudah diberi stimulan seperti ini, sehingga sesudah KKN itu nanti grafiknya jelas. Misal angka pengangguran sudah berkurang, angka keterbelakangan sudah berkurang, sehingga mengalami peningkatan terus menerus,” harap bupati tegas. “Dan ini nanti akan kita tindak lanjuti. Dan kita mengambil filsafat: ‘kalau kita naik pesawat, kalau tiba-tiba udara atau oksigen agak turun. Ketika turun selamatkan dirimu lalu menolong anakmu.’ Ini saya ambil filsafatnya. Kalau belum bisa memberikan kontribusi secara keseluruhan, maka bagaimana kita menyelamatkan yang sebagian itu dulu. Tidak mungkin kita akan menyelamatkan kesemuanya,” urainya. “Dalam kondisi yang ada ini, selamatkan, fokuskan pada satu titik, sehingga titik ini bisa selamat yang akhirnya dapat menyelamatkan
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
yang lain. Jadi tidak perlu diratakan tetapi bertahap. Dengan pengentasan kemiskinan demikian nantinya akan bisa membantu yang lain. Maaf Prof kalau pemikiran saya kurang pas, mohon diulas,” ucap bupati. Demikian juga KKN ini. kalau 1300-an ini memang cukup banyak. Kalau ini diratakan saya khawatir ini nanti tidak ada bekasnya. Tolong difokuskan kalau kecamatan berapa desa, dibikin grafik sehingga betul-betul ada hasil yang nyata, sehingga nanti yang namanya berkelanjutan itu ada hasil nyata. Nanti saya minta Pak Sekda dan SKPD menindak lanjuti hasil KKN ini,” ujarnya tandas. Kepada para mahasiswa ia berpesan bahwa di dunia kampus dan di dunia masyarakat sangat beda. Karakter masyarakat itu macammacam. “Ketika saya mendekati petani, petani bicara, “Kapan jadi petani bocah dek wingi kok mulang aku”. (kapan jadi petani, anak kemarin kok mengajar saya tentang pertanian-red). Itu akan terjadi seperti itu dalam KKN Tematik Posdaya. Itu semua bisa dijawab dengan pembuktian,” paparnya. Ketika jagung itu putih, karena disemprot. Sebetulnya menanam jagung putih karena bisa dimakan, produksiya hanya 1 + ton per hektar, itu dirubah menjadi jagung kuning, susahnya bukan main. Karena apa, jagung kuning tidak banyak yang makan, yang senang hanya orang Madura. Tetapi sesudah dibuktikan dengan jagung kuning yang saat ini di Tuban sudah 6,5 ton, sehingga sekarang ini Tuban produsen jagung terbesar di seluruh Jawa Timur. Sesudah dibuktikan, sekarang tidak ada yang mau menanam jagung putih,” papar bupati Tuban semangat yang disambut tepuk tangan meriah. “Jadi nanti kalau mahasiswa menghadapi masyarakat yang seperti itu jangan emosi kemudian putus asa. Kita harus telaten. Toh akhirnya akan menjadi bekal sesudah nanti mahasiswa sudah kembali ke masyarakat,” ujarnya seraya mengatakan, “Kepada Professor Dr Haryono Suyono, saya berharap Posdaya yang saat ini sudah sangat membantu kami, bisa dikembangkan terus. Dan kami doakan beliau diberi umur panjang. Amiin.” HNUR/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Prof Dr Haryono Suyono pada KKN Tematik Posdaya Unirow
5 Pesan Khusus untuk Mahasiswa KKN Unirow Di Pendopo Kabupaten Tuban, Penasehat Pembina Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, “Secara khusus saya sengaja hari ini membatalkan beberapa acara karena dibujuk oleh rektor yang cantik ini untuk datang ke Tuban.”
M
ENURUT Prof Haryono, dirinya sudah stop menjadi menteri. “Saya bercita-cita tadinya menjadi presiden, tetapi begitu ketemu Pak SBY samasama orang dari Pacitan, saya ngalah. Lalu saya dorong Pak SBY menjadi Presiden. Alhamdulillah Pak SBY itu adalah anak Kepala BKKBN jaman saya menjadi Menteri Kependudukan dan Kepala BKKBN. Saya punya kebanggaan bahwa anak atau cucu saya menjadi Presiden RI,” ujar Pria kelahiran Pacitan, Jatim, ini berseloroh, sama dengan SBY yang juga dari Pacitan, Jatim. Pada waktu beliau mencalonkan presiden dan menjadi presiden, Posdaya yang kita bina sudah mencapai jumlah 55.000 di seluruh Indonesia. Saya datang lagi kepada Presiden Jokowi. Saya katakan kepada beliau. Pak Jokowi sebenarnya kalau saya tega, presiden RI itu saya. Bukan Pak Jokowi. Kenapa? Saya katakan kalau saya perintahkan Posdaya itu mencoblos presiden, Posdayanya 55.000, anggotanya kalau masing -asing seratus, berarti saya terpilih jadi presiden. Apa yang dilakukan Pak Jokowi? Pak Jokowi mengangkat tangannya, salut begitu lalu dipotret. Potretnya
saya bawa kemana-mana. Bahwa Presiden Posdaya diberi hormat oleh presiden RI,” kilah Prof Haryono, disambut tepuk tangan meriah. “Jadi Pak Bupati, ada kenikmatan tersendiri untuk bersama-sama dengan rakyat. Oleh karena itu kalau diperkenankan oleh Pak Bupati. Ada waktu barang setengah jam, saya tidak sekedar sambutan pendek pak, tetapi akan saya pergunakan setengah jam ini untuk dua hal, dengan perkenan Pak Bupati. Karena saya sangat terkesan Pak Bupati tadi mendoakan saya umur panjang. Mudah mudahan umurnya panjang dan bisa membantu Pak Bupati dalam lima tahun masa jabatan kedua ini lebih sering ke Kabupaten Tuban,” paparnya dan diberi tepuk tangan yang meriah. “Kalau ini di terima Pak Bupati, Insya Allah saya akan sering ke Kabupaten Tuban. Kalau tidak diterima ini kunjungan terakhir pak,” seloroh Prof Haryono lagi yang kunjungannya kali ini didampingi Staf Ahli Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. Menurut Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini, ada lima pesan khusus, untuk para mahasiswa yang akan ber-KKN di Kabupaten Tuban, sebanyak lebih 1300 maha-
Penasehat Pembina Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pembekalan KKN Tematik Posdaya di hadapan mahasiswa dan tamu undangan. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
21
Ketua LPM Dra Tabitha Sri Hartati Wulandari, MKes, (paling kanan) menyaksikan acara pembekalan mahasiswa KKN Unirow.
22
siswa di 65 desa, di Kabupaten Tuban. Yang pertama, kata Prof Haryono, ia mohon para mahasiswa sesuai harapan Pak Bupati tadi mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri yang sangat tinggi. “Karena harapan Pak Bupati para mahasiswa ini diharapkan menjadi pendamping rakyat Tuban yang selama 5 tahun telah dibina oleh Pak Bupati menjadi rakyat yang siap membangun,” dalihnya. Kepercayaan kepada diri sendiri ini diwujudkan dengan bekerja dengan iklas, bekerja dengan keras, dan bekerja dengan tuntas. “Karena harapan Pak Bupati tadi adalah bahwa mahasiswa menjadi pendamping yang tidak main-main. Karena bupatinya sekarang baru beberapa bulan memasuki masa jabatan yang kedua. Bukan yang pertama, tapi yang kedua. Artinya, beliau telah membantu dan membuat suatu roadmap pembangunan di Tuban. Jadi pendampingnya para mahasiswa harus punya percaya diri yang kuat,” kilahnya. “Apakah saudara siap?” tanya Prof Haryono. “Siaaap,” jawab para mahasiswa Unirow serempak. “Pak Bupati Amiinnya kurang keras. Apakah saudara siaaap?” tanyanya lagi. “Siaaaap,” jawab para mahasiswa Unirow serempak lagi. “Nah, ini agak lebih yakin,” ujar Prof Haryono seraya tersenyum.” Yang kedua, lanjut Prof Haryono, para mahasiswa harus menaruh kepercayaan yang tinggi kepada teman sejawatnya. Tidak boleh menyatakan bahwa temannya dalam kelompok itu mahasiswa ecek-ecek. Mahasiswa sekedarnya, tidak. Tetapi harus membangun kepercayaan yang tinggi sesama teman sejawat,” harap
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Prof Haryono meyakinkan. Teman sejawat itu termasuk Pak Camat dan Kepala Desa. Tidak boleh mahasiswa menyatakan Camatnya Bupati Tuban itu ternyata cuma begitu saja. Tidak boleh. Karena sekali menyakiti teman sejawat itu maka rusaklah persatuan, kesatuan yang ada di sekitar Kabupaten Tuban. Sekali lagi apakah saudara siap?” tanyanya lantang. “Siaaaaaaap,” para mahasiswa Unirow di pendopo Bupati menjawabnya dengan sigap. “Nomer satu apa? Percaya pada diri sendiri. Nomer dua? Percaya pada teman. Karena ini biasanya kuliah dua semester pak. Saya ringkas dalam sepuluh menit,” ujarnya. “Lalu nomor tiga? Permintaan Pak Bupati tadi adalah bahwa Institusi kabupaten Tuban telah dibangun Pak Bupati bersama aparatnya selama lima tahun. Unirow telah dibangun selama bertahun-tahun. Oleh karena itu para mahasiswa harus menaruh kepercayaan kepada dua institusi pengawal para mahasiswa terjun ke desa,” harapnya. “Kalau ada apa-apa jangan segan-segan untuk menelepon atau datang kembali ke kampus dan minta tolong bahwa penyelesaian masalah di desa bisa diselesaikan secara cerdas, secara tuntas,” harap Prof Haryono lagi. “Kalau di Unirow tidak cukup, Pak Bupati tadi menawarkan seluruh aparat SKPD, camat, lurah dan seluruh kekuatan pemerintah daerah siap untuk membangun dan bekerja sama dengan mahasiswa. Oleh karena itu tidak boleh satu pun mahasiswa menjelek-jelekkan kedua institusi pendukung mahasiswa di desa,” pintanya semangat. “Bahwa ternyata pemerintah kabupaten brengsek, ternyata manajemen Unirow brengsek, tidak boleh ada a kata-kata seperti itu. Kita harus menjunjung tinggi bahwa kedua institusi pendukung itu adalah pendukung yang terpercaya dan pendukung yang hebat untuk membangun keluarga dan masyarakat desa. Siaaap? Tanya Prof Haryono. ‘’Siaaaap,” jawab para mahasiswa semangat. “Siaap?” tanya Prof Haryono lagi. “Siaaap,” mereka menjawab lagi. “Are you ready?” tanya Prof Haryono lagi dalam bahasa Inggris. “Ready,” mereka menjawab
lagi juga dalam bahasa Inggeris. “Karena ini merupakan kekuatan persatuan, kesatuan antara mahasiswa, kampus dan pemerintahan daerah. Seperti diharapkan Pak Bupati tadi kalau ini tidak kuat, bupati sekuat apa pun waktunya hanya 24 jam, tangannya hanya dua, kakinya hanya dua dan anggarannya terbatas. Setiap sen yang dikeluarkan harus di SPJ-kan. Sedangkan masyarakat mempunyai kekuatan yang hampir tidak terbatas,” papar mantan Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN ini. “Satu, apa? Percaya diri. Dua? Percaya degan teman. Tiga? Percaya kepada Institusi pendukung. Karena ini adalah warisan dari para profesor. Yang ke empat, setiap mahasiswa tidak boleh menjelek-jelekkan masyarakat desa yang dikunjunginya. Karena Pak Bupati tadi setelah 5 tahun menjadi bupati, ternyata masyarakat desa itu ada yang lebih hebat dari bupatinya. Hanya kebetulan tidak-ikut Pilkada. Lebih hebat, lebih kaya dari bupatinya. Karena ternyata tidak membuka depositonya. Begitu saja. Jadi tidak boleh para mahasiswa ini menjelek-jelekkan masyarakat yang dikunjunginya,” harap Prof Haryono. Selama jadi mahasiswa, lanjutnya, para mahasiswa kuliah dan kalau ujian dinilai oleh para dosennya mendapatkan A atau B. Tetapi masyarakat desa akan mempunyai wisdom, akan mempunyai kearifan lokal, yang kadangkadang lebih hebat dari kearifan dosennya. “Selama saya menjadi pejabat, lebih dari 30 tahun menjadi menteri, lebih dari 3 kali, saya tahu bahwa kapasitas saya yang didukung oleh presiden, didukung oleh menteri lain dan sebagainya. Kadang-kadang bisa jebol menghadapi para ulama atau masyarakat desa,” ungkapnya. “Masyarakat desa yang tadinya saya kira bodoh ternyata jauh lebih arif, jauh lebih mempunyai kemampuan dari pemerintah yang ada. Pemerintah kita jatuh, tetapi masyarakat desa sepanjang sejarah tidak pernah punah. Itulah sebabnya para mahasiswa jangan sekali-kali menganggap bahwa masyarakat desa adalah bodoh, atau masyarakat desa jelek, masyarakat desa tidak responsif atau tidak kreatif,” harapnya. “Siaap? Tanyanya. “Siaap,” jawab para mahasiswa itu. “Yang terakhir, yang kelima. Saudara
jangan kaget kalau pergi ke desa tidak disanjung oleh masyarakat desa. Hari ini saudarasaudara mendapatkan karpet merah, yang digelar oleh Pak Bupati di Kabupaten Tuban. Berikan penghargaan yang luar biasa. Kita beri tepuk tangan yang gegap gempita,” sambut Prof Haryono. “Bawalah ini sebagai modal para mahasiswa terjun ke desa, bahwa sesungguhnya Pak Bupati menaruh harapan yang sangat tinggi terhadap mahasiswa universtas yang kita cintai ini. Andaikan tidak disambut oleh masyarakat desa, saudara selama satu bulan harus berbuat sebaik-baiknya. Sehingga yang cantik-cantik kalau nanti mau berpamitan, antri perjaka yang paling ngganteng dari pedesaan menahan anda untuk jadi pacarnya di desa,” ujarnya. “Orang tua-orang tua yang paling kaya di desa akan mencegat dengan segala rayuan. Agar gadis mahasiswa ini menjadi menantunya di desa. Usahakan bagi mahasiswa pria agar pada waktu berpamitan, gadis-gadis yang paling cantik dari desa itu akan menahannya untuk menjadi calon suaminya,” kata Prof Haryono sambil berkelakar. “Orang tua yang paling prospektif di desa akan menahannya menjadi menantunya. Siaaap?” tanya Prof Haryono. “Siaaaap,” jawab para mahasiswa seraya tertawa. “Saudara akan diantar dengan kasih sayang, akan diantar bukan sekedar dengan gegap gempita, tetapi akan diharapkan kembali lagi ke desa. Andaikan tidak jadi mantu, persis seperti harapan Bapak Bupati tadi saudara akan diharap menjadi Pemimpin yang tetap cinta kepada masyarakat di desanya. Siaaap?” tanyanya lagi. “Siaap,” jawab mereka. HNUR/DH
Ribuan mahasiswa Unirow Tuban saat menerima pembekalan dari Prof Dr Haryono Suyono dan sejumlah narasumber lainnya di Pendopo Kabupaten Tuban, Jatim.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
23
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
789 Mahasiswa Universitas Pakuan Ikut KKN Posdaya Sekitar 789 mahasiswa Universitas Pakuan (Unpak) Bogor, Jawa Barat, siap terjun ke masyarakat kembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Kegiatan ini menjadi salah satu visi Unpak dalam mewujukan mahasiswa yang unggul, mandiri dan berkarakter.
Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pembekalan kepada para mahasiswa KKN Unpak Bogor, Jabar. [FOTO-FOTO: RAHMA]
“D
I dalam hidup ini yang paling bermakna adalah sejauh mana anda bisa berbuat yang terbaik untuk masyarakat. Artinya, kita ini memang tidak dituntut tapi harus memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Orang bilang ilmu sulit diperoleh, tetapi mereka yang berilmu bisa menjalankan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari Di masa sekarang, ilmu mudah didapat melalui jenjang pendidikan SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Tetapi sangat jarang orang yang menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang menyebabkan banyak orang yang memiliki kesalehan spiritual tapi tidak diimbangi kesalehan sosial,” ungkap Rektor Unpak Bogor Dr H Bibin Rubini, MPd saat memberikan arahan kepada seluruh mahasiswa-nya dalam acara pelepasan mahasiswa KKN. Acara pelepasan ini dihadiri Ketua P2SDM IPB, Penasihat Pembina Yayasan Damandiri sekaligus Penggagas Posdaya Prof Dr Haryono Suyono. Menurutnya, memburuknya kondisi bangsa tidak terlepas dari bagaimana masyarakat mengaplikasikan ilmu sehingga bermanfaat
24
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
untuk masyarakat. Oleh karena itu Universitas Pakuan memiliki visi menghasilkan lulusan unggul, mandiri dan berkarakter. “Bila kita tidak berkarakter maka hidup ini menjadi tidak bermakna. Terjun di masyarakat label almamater akan terus menempel. Bila prilaku baik almater ikut baik, bila prilaku buruk, almamater pun ikut buruk. Jadi, mulailah belajar ilmu kehidupan di masyarakat yaitu, kejujuran, kebenaran, disiplin, tanggungjawab,” pesannya kepada seluruh mahasiswa. Kondisi suatu negara ditentukan karakter yang identik dengan akhlak seseorang. Artinya, apa gunanya menghasilkan sumber daya manusia yang pintar, terampil tapi tidak berkarakter, justru akan membahayakan keselamatan bangsa dan negara. Dalam kegiatan KKN, mahasiswa dituntut untuk belajar dan menimba ilmu di masyarakat berkaitan dengan tata pergaulan, sikap prilaku kehidupan di pedesaan yang lebih mengedepankan kearifan lokal. Juga menunjukkan sikap hormat dan santun terhadap orangtua dan lingkungannya. “Itu yang kita harapkan, menimba ilmu. Sehingga ilmu dari bangku kuliah dan penerapan ilmu di masyarakat menjadikan visi Uni-
versitas Pakuan yaitu unggul, mandiri dan berkarakter bisa terbina.” Selain itu, sejak mahasiswa masuk Unpak sudah dihadapkan pada mata kuliah Pendidikan Bela Negara. Penanaman karakter mencintai negara, masyarakat gotong royong, silih asah, silih asih, silih asuh. “Kekhawatiran kita terhadap kelangsungan bangsa dan negara tergantung bagaimana sikap masyarakat di lapangan. Kalau masyarakatnya tawuran, saling benci tidak menunjukkan kelestarian negara justru yang timbul adalah perpecahan,” jelasnya. Tingkatkan IPM Menurut Ketua KKN Universitas Pakuan Bogor Dr H Nedin Badruzzaman, KKN Tematik Posdaya 2016 berjuang membiasakan mahasiswa mencintai masyarakat, mengabdi di masyarakat dan memahami jenjang-jenjang pendidikan, mulai SD, SMP hingga SMA. Tema KKN tahun 2016 ini Melalui KKN dapat ditingkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui KKN. Terutama di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur memberi manfaat bagi mahasiswa. KKN yang dilaksanakan pada 15 Agustus hingga 24 September 2016 ini sebenarnya sudah dilakukan observasi lapangan KKN sejak Maret ke kecamatan masing-masing. Lokasi KKN meliputi di Kabupaten Bogor 6 kecamatan dengan 35 desa, Kota Bogor 4 kecamatan 18 kelurahan, Kabupaten Sukabumi 6 kecamatan 35 desa dan Kabupaten Cianjur 2 kecamatan 11 desa. “Jadi totalnya ada 18 kecamatan dan 100 desa/kelurahan. Jumlah peserta KKN program studi bahasa inggeris 160 orang, prodi Bahasa Indonesia 164 orang, biologi 89 orang dan pendidikan guru 376 orang. Dari 789 mahasiswa, 75% nya adalah perempuan. sedang jumlah dosen yang terlibat ada 88 orang,” Nedin. Program KKN Tematik Posdaya merupakan hasil observasi para koordinator kecamatan, bukan kelurahan atau desa masingmasing. Programnya antara lain; meningkatkan Posdaya yang sudah ada, dan mendorong Posdaya agar dapat memanfatkan Koperasi Tabur Puja serta pembentukan Posdaya baru di wilayah RW di desa yang belum ada atau melanjutkan Posdaya yang sudah ada. Saat ini, Posdaya binaan mahasiswa KKN Unpak sebelumnya yang bisa dijadikan per-
contohan adalah Posdaya Gunung Badigul di Kelurahan Kertamaya, Bogor Selatan, Posdaya Batara di Kleurahan Ciguar, Bogor Utara dan Posdaya Amanah Sejahtera di Desa Gunung Geulis, Kabupaten Bogor. Ketiga Posdaya ini mendapat pernghargaan dari Rektor Universitas Pakuaan pada pelepasan mahasiswa KKn Unpak. Selain membentuk dan mengembangkan Posdaya, mahasiswa KKN juga memiliki program kegiatan mendata anak putus sekolah mulai SD, SMP dan SMA untuk membentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau paket A, B, C. Ada pula Pembelajaran PBA (Pemberantasan Buta Aksara) yang biasanya diikuti orangtua usia 30-50 tahun yang masih ingin terus belajar serta pemetaan keluarga pra keluarga sejahtera, keluarga sejatera 1, 2 dan 3. Sebagai calon pendidik, mahasiswa KKN Unpak akan mengadakan pelatihan untuk guru dalam membuat satuan pelajaran, membuat karya tulis ilmiah bagi guru SD untuk meningkatkan Proses Belajar Mengajar. Di bidang lingkungan, akan dilakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk pemanfaatan lahan kosong sekitar rumah, penyuluhan jenis penyakit yang diakibatkan tumpukan sampah, penyuluhan kesehatan pendidikan seks bagi remaja, penyuluhan bahaya obat terlarang, demam berdarah dengue (DBD), pembuatan pupuk organik cair, pelatihan keterampilan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan lelang lelang kepedulian di wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.
Rektor Unpak Bogor Dr H Bibin Rubini, MPd memakaikan jaket almamater kepada perwakilan mahasiswa KKN Tematik Posdaya sebagai tanda dimulainya kegiatan KKN Posdaya.
Tugas mahasiswa KKN Rektor Universitas Pakuan Bogor yang juga mengemban tugas sebagai dosen pembimbing Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
25
Prof Dr Haryono Suyono bersama Rektor Unpak Bogor Dr H Bibin Rubini, MPd (kedua dari kiri) dan Ketua KKN Universitas Pakuan Bogor Dr H Nedin Badruzzaman (kiri) bergambar bersama kader Posdaya Bogor.
26
lapangan mahasiswa KKN di Desa Sukaraja menyampaikan rasa sukanya atas keinginan Prof Haryono Suyono yang akan bersamasama mengunjungi mahasiswa KKN pasca 2 minggu setelah mereka terjun langsung di masyarakat. Bahkan Prof Haryono yang tetap memiliki jiwa muda dalam setiap paparan pidatonya ini, menyampaikan lima pesan kepada mahasiswa KKN yang akan terjun ke masyarakat. Yaitu, percaya pada diri sendiri, percaya pada sahabat dan teman, percaya pada institusi, beri penghargaan tinggi pada masyarakat desa dan dapat merubah sikap dan tingkah laku masyarakat desa. Adapun tugas tugas mahasiswa di desa adalah membuat peta masyarakat desa yang pra sejahtera dan sejahtera, mencari masyarakat yang kaya dan pintar untuk dijadikan
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
pendamping. “Seakan-akan kita menemukan masyarakat pra sejahtera itu seperti ulat bulu. Kita harus bisa merubahnya menjadi kupu-kupu yang apabila menempel di bunga akan memberi sari buah pada bunga.” Prof Haryono Suyono juga menganjurkan agar selama dua bulan melaksanakan KKN Posdaya, mahasiswa juga masuk ke sekolah-sekolah SMK/SMA. “Anggap mereka seperti kepompong. Isi pendidikan, penyuluhan, sehingga di dalam kepompong ulat bulu berubah menjadi kupukupu.” Sekolah-sekolah SMK/SMA ini, kata Prof Haryono Suyono harus menjadi sekolah yang dicintai anak muda di desa. “Caranya, anjurkan para siswanya membuat kebun bergizi, isi dengan tanaman dan sayuran, bukan dengan bunga. Wajibkan para siswa membawa bibit ke desa, ditanam di rumah masing-masing. Budaya sekolah ini menjadi budaya keterampilan dan praktek,” ujarnya. Diusahakan pula agar setiap siswa mulai bekerja sama secara bergotongroyong membentuk super tim membangun inovasi yang muncul di sekolah. Inovasi ini kemudian dibawa ke masyarakat desa. “Sebagai calon pendidik, harus bisa merubah kultur pendidikan menjadi pendidikan yang penuh dinamika. Karena saudara menyiapkan sekolah tanpa dinding, sekolah bersama warga. Apa yang terjadi di desa akan berubah menjadi medan pemberdayaan luar biasa.” RW
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Angkat Potensi Daerah Bupati Tuban H Fathul Huda sangat mengapresiasi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) Tuban. Pasalnya, baru kali ini ia melihat ada perguruan tinggi di Tuban mengadakan pelepasan mahasiswa KKN yang programprogramnya sudah bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Tuban.
M
ENURUTNYA, langkah ini adalah langkah inovatif untuk mensinergikan program Pemkab dengan pihak Perguruan Tinggi, karena Pemkab juga perlu adanya evaluasi ataupun koreksi dari sudut pandang akademisi. “Semoga para mahasiswa yang melaksanakan KKN mampu mensosialisasikan program-program Pemkab Tuban, termasuk mengevaluasi program-program yang sudah berjalan. Sebab hal itu sangat bermanfaat bagi Pemkab Tuban demi kemajuan lima tahun ke depan,” jelasnya. Dia juga berharap kegiatan partisipasi dari perguruan tinggi ini bisa membantu mengembangkan potensi daerah. Kabupaten Tuban memiliki Batik Tulis dan Tenun Gedog. Batik Gedog tidak bisa dilepaskan dari sejarah Tuban. Batik ini pertama kali dibawa langsung Laksamana Cheng Ho dari China (Tiongkok) pada masa pemerintahan Majapahit. Nuansa China dari Batik ini sangat melekat. Itu terlihat dari gambar Burung Hong yang menjadi kekhasan batik tersebut. Setelah masuk Tuban, batik ini diadopsi Ki Jotro, pengikut Ronggolawe. Saat Ronggolawe memberontak Majapahit, dia dan pengikutnya bersembunyi di hutan. Dalam persembunyian itulah, Jotro yang kemudian namanya dipakai nama alat tenun tradisional membuat pakaian untuk pasukannya. Semula, pakaian dari kain tenun tersebut bermotif garis-garis sesuai alur benang. Namun setelah pengaruh batik dari Laksamana Cheng Ho, kain batik ini juga dipakai oleh pengikutnya. Selain batik ada pula anyaman. Jenis anyaman terdapat lima jenis, yaitu : anyaman bambu, anyaman daun lontar, anyaman pandan, anyaman rembulung, dan anyaman sabut kelapa. Unit usaha yang memproduksi anyaman sebanyak 888 unit usaha, yang sebagian besar terdapat di Desa Rahayu, Kecamatan Soko dan Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak.
Prof Dr Haryono Suyono berjabatan tangan dengan Bupati Tuban KH Fathul Huda disaksikan Wabup Tuban Noor Nahar Hussein. [FOTO: HARI]
Juga ada gerabah. Produksi Kerajinan gerabah (tembikar) di samping untuk memenuhi kebutuhan peralatan dapur dan pemasaran ikan olahan, juga mulai dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar pariwisata yakni berbagai aksesoris ruangan berupa guci, vas bunga, pot bunga, asbak dan berbagai desain lainnya. Sentra kerajinan gerabah ini terdapat di kecamatan Tuban, Semanding, Rengel, Bangilan dan Soko. HAR/RW
Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Tuban KH Fathul Huda saat bergambar bersama perwakilan mahasiswa KKN Unirow Tuban, Jatim.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
27
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Dari Masa Pengenalan Akademik STIKes MRH
6 Syarat Mahasiswa Meraih Sukses Hari pertama perkuliahan kerap waktu yang ditunggu-tunggu para mahasiswa baru berbagai perguruan tinggi. Sejumlah rangkaian acara yang digelar saat mengawali kegiatan itu selalu diikutinya dengan penuh semangat . Kondisi itulah yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra Ria Husada (MRH) Cibubur, Jakarta Timur. Ratusan mahasiswa barunya dengan antusias mengikuti Masa Pengenalan Akademik STIKes MRH pada Senin pagi 29 Agustus 2016 lalu.
Ketua Pembina YKBRP Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan pesan kepada para mahasiswa baru STIKes MRH Cibubur agar meraih sukses selama mengikuti perkuliahan. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA yang mengangkat tema “Menjadi Pribadi yang Kuat, Berkualitas dan Berdaya Saing Tinggi” ini mendapat sambutan dan perhatian yang antusias dari ratusan mahasiswa baru STIKes MRH. Tercatat 220 mahasiswa baru yang datang dari berbagai provinsi di tanah air ini tampak penuh gegap gempita setiap mengikuti rangkaian acara. Apalagi menghadirkan langsung Ketua Pembina Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan (YKBRP) Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Utama Lt 1 STIKes MRH, Jl Karya Bhakti No 3 Cibubur, Jakarta Timur ini tampak penuh kesan berharga. Pada kesempatan itu, mengawali kuliah umumnya, Ketua Pembina YKBRP Prof Dr Haryono Suyono memaparkan seputar pengalaman pendidikannya. Dirinya yang pernah kuliah di Fakultas Kedokteran UGM namun karena alasan tertentu dia tidak menyelesaikannya sampai lulus. Dirinya melanjutkan ke 28
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Sekolah Statistik hingga lulus. Karena dianggap mempunyai prestasi yang mengagumkan dirinya pun dikirim ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan. “Di Amerika, saya menyelesaikan pendidikan S1, S2 dan S3 dalam kurun waktu 3 tahun,” ungkap pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 6 Mei 1938 ini yang langsung mendapat aplaus dari seluruh mahasiswa seraya kagum akan prestasi dan kemampuan Prof Dr Haryono Suyono yang luar biasa. “Jadi, saya sebenarnya tidak pintar, tetapi saya cerdik. Dan apa yang saya kerjakan, saya sangat disiplin. Dan saya mempergunakan waktu dengan sangat baik. Tidak pernah ada waktu libur saya pakai untuk libur. Tetapi selalu saya pergunakan untuk kegiatan kemahasiswaan. Sehingga di Amerika dalam waktu 3 tahun itu, saya keliling beberapa negara bagian Amerika Serikat untuk menyebarluaskan ilmu, membawa banyak mahasiswa Amerika berlibur ke dari satu tempat ke tempat lain,” paparnya di hadapan ratusan mahasiswa dari berba-
gai provinsi di tanah air, 53 mahasiswa di antaranya dari Provinsi Papua. Dirinya pun berpesan kepada seluruh mahasiswa baru STIKes MRH, pertama, para mahasiswa harus membuat apa sebanyak mungkin jaringan pada saat ia masih muda. Karena kakinya dan tangannya serta mulutnya masih sangat bisa dipergunakan untuk berpidato. “Jaringannya harus dibuatu di mana-mana. Sehingga para mahasiswa jangan tinggal di tempat kuliah saja. Para mahasiswa agar lebih dekat dengan masyarakat di sekitar kampus,” imbuh Menko Kesra dan Taskin Era Presiden HM Soeharto dan BJ Habibie ini. “Siap?” tanyanya “Siappp...,” jawab ratusan mahasiswa serempak. “Are you ready?” tanyanya lagi. “Readyyy...,” jawab ratusan mahasiswa lagi semangat. Kedua, lanjut Prof Haryono, para mahasiswa harus sanggup meningkatkan kepercayaan diri sendiri dengan luar biasa. Jangan sampai kuliah dari para dosen tidak dibaca lebih dari tiga. Pertama, didengarkan saat dosen memberi kulaih, begitu sampai di tempat pondokan baca lagi. Begitu malamnya mau tidur baca lagi dan besok pagi bangu tidur baca lagi. Maka kuliah dosen itu akan nacep di kepala kita. Maka pada saat ujian tinggal dibaca sedikit saja akan bisa. “Itulah upaya untuk memperkuat kepercayaan kepada diri sendiri,” jelas Penasehat Pembina Yayasan Damandiri ini di hadapan ratusan mahasiswa baru STIKes MRH. Ketiga, jelas Prof Haryono, seluruh mahasiswa harus percaya kepada temannya sendiri. “Hidup ini tidak bisa sendirian, hidup ini harus berteman. Makin banyak teman makin baik. Oleh karena itu, mulai sekarang hingga seterusnya para mahasiswa harus belajar mempercayai temannya. Karena dalam hidup ini akan merebah ke-
Ketua Umum YKBRP Milangoni Subiakto Tjakrawerdaja saat memberi sambutan.
pada teman di sekitar kita. Kepercayaan kepada teman adalah modal yang paling penting dalam hidup di masa mendatang,” ujarnya seraya menegaskan kepercayaan kepada teman tidak bisa dilakukan secara spontan perlu dipupuk dengan kasih sayang, kepercayaan diri dan penuh rasa hormat kepada temannya. Keempat, lanjut Prof Haryono, para mahasiswa harus percaya kepada sekolah tinggi di mana para mahasiswa belajar. “Tidak boleh para mahasiswa di luar institusi ini menjelekjelekkan sekolah tinggi ini. Tetapi justru, para mahasiswa harus bangga belajar di sekolah tinggi,” tukasnya. Kelima, ujar Prof Haryono, para mahasiswa juga harus percaya kepada masyarakatnya.
Dari kanan ke kiri: Dr Mulyono D Prawiro, Priadi Santosa, Dr Srihartati P Pandi, MPH, Milangoni Subiakto Tjakrawerdaja, Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG dan sejumlah pimpinan serta dosen STIKes MRH Cibubur.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
29
Ketua STIKes MRH Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG, saat memberi pembekalan kepada para mahasiswa barunya di hari pertama perkuliahan.
30
“Para bidan dan para tenaga kesehatan lulusan sekolah tinggi harus berusaha mengenali masyarakatnya. Jadi, para mahasiswa harus mengenal masyarakatnya dan dan memperkenalkan diri kepada masyarakatnya. Akhirnya, bidan-bidan dan para tenaga kesehatan akan sangat berguna bagi masyarakatnya,” jelasnya. Dan keenam, kata Prof Haryono, para mahasiswa harus percaya dengan kemampuan yang dimiliki, yakin dirinya akan laku jual dan dibutuhkan masyarakat bangsa ini. “Laku jual tidak tergantung dengan ijazah, tetapi laku jual tergantung pada hati nurani kita. Kalau cinta kita pada bangsa ini adalah cinta yang penuh tidak saja sikap tetapi cinta yang diwujudkan dengan tingkah laku. Maka saudara-saudara akan tetap laku jual sepanjang masa. Saudarasaudara akan dibutuhkan masyarakat bangsa ini bahkan masyarakat dunia, insya Allah,” paparnya. “Hari ini saudara-saudara mulai dengan belajar. Saudara-saudara harus mempunyai tekad, saya siap belajar kepada siapa saja yang pasti akan mencintai saya. Karena saya kader bangsa Indonesia. Insya Allah, saudara akan sukses dengan luar biasa,” pungkas Prof Haryono. Hadir dalam acara kuliah perdana mahasiswa baru STIKes Kepala Biro Umum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Priadi Santosa, Ketua STIKes MRH Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG, Ketua Umum YKBRP Milangoni Subiakto Tjakrawerdaja, Ketua Dewan Penyantun Dr Srihartati P Pandi, MPH, Staf Ahli Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Wakil Ketua I Dra Hj Asmuyeni Mutas, MKes, Wakil Ketua II Ir Ida Ismail Nasution, MBA, Wakil Ketua III
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Emilia, SSIT, MKM, para dosen STIKes MRH dan ratusan mahasiswa STIKes. Sedangkan Ketua STIKes MRH Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG berharap di hari pertama perkuliahan tahun 2016/2017 mahasiswa STIKes MRH benar-benar menguasai dan mampu merealisasikan segala yang dicontohkan Prof Dr Haryono Suyono. “Mudahmudahan semangat yang beliau contohkan bukan ajarkan bisa diserap dan diamalkan para mahasiswa,” ujar Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG. Dirinya menjelaskan, paparan yang disampaikan Prof Haryono adalah contoh bukan mengajarkan. Karena mengajarkan adalah pekerjaan yang paling mudah. Contohnya, ada sepasang suami istri terlibat percekcokan di rumahnya, kemudian suami ke luar rumah, di perjalanan ditanya orang lain mengenai cara menggapai keluarga yang bahagia. Dia bisa mengajarkan dengan berbagai macam cara. Namun, dia tidak bisa mencontohkan. “Jadi, memberi nasehat adalah pekerjaan yang paling mudah dilakukan. Tetapi memberi contoh tidak semua orang mampu melakukannya. Nah, Profesor Haryono Suyono adalah memberi contoh. Tiada hari tanpa kebiasaan. Umur beliau sudah 30 tahun ditambah pengalaman 49. Jadi usia beliau 79 tahun,” ungkapnya yang sontak mendapat aplaus dari ratusan mahasiswa. “Oleh karena itu, saya berpesan kepada seluruh mahasiswa baru. Di negeri ini kita kehilangan satu untaian kata. Kita punya pemimpin yang memberi semangat yang menggebu-gebu. Kita bisa punya pemimpin yang penampilannya sangat meyakinkan. Tetapi kita kehilangan sosok pemimpin yang bermoral dan mampu memberi contoh. Namun, beliau, tetap konsisten pemimpin yang bermoral dan terus memberi contoh kepada seluruh rakyat Indoneisa,” paparnya. “Kita bersyukur, beliau jauh sebelum mulai acara sudah hadir di sini. Itulah salah satu contoh moral yang beliau tunjukkan. Beliau tampil sederhana tetapi memikat,” ungkap Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG bangga seraya mengajak seluruh mahasiswa mampu mengikuti jejak langkah Prof Dr Haryono Suyono. ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Pemberdayaan Keluarga Komunitas Sahabat Damandiri Rambah NTB Pemberdayaan keluarga Komunitas Sahabat Damandiri terus menuai sambutan positif dari berbagai daerah di tanah air. Kali ini Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menyepakati program kewirausahaan disinergikan antara Pemerintah Provinsi NTB dan Yayasan Damandiri serta BPR Nusamba melalui program kemitraan Sahabat Damandiri. Ia sangat menyambut baik dan memberi apresiasi positif gagasan itu. Tak pelak, agenda peluncuran program kemitraan tersebut pun segera diluncuran di NTB pada 9 Oktober 2016 mendatang. Ketua Yayasan Damandiri Dr (HC) Drs Subiakto Tjakrawerdaja didampingi Dirut PT Sentra Modal Harmoni Holding Company BPR Mitra Harmony dan BPR Nusamba Group Joko Suyanto SE, MM, saat beraudiensi dengan Gubernur NTB Dr KH TGH Muhammad Zainul Majdi, MA, di Kantor Pemprov NTB, Jl Pejanggik No 12 Kota Mataram pada 30 Agustus 2016 lalu.
K
EPEDULIAN Yayasan Damandiri terhadap pemberdayaan masyarakat di Indonesia cukup tinggi, utamanya dalam pengentasan kemiskinan. Yayasan Damandiri ini sendiri didirikan tahun 1996 oleh almarhum Presiden Soeharto. Tujuanya membantu mempercepat proses pengentasan kemiskinan. Salah satu perwujudannya adalah untuk mengantarkan anak keluarga pra sejahtera agar memiliki keterampilan ekonomi sebelum mereka berkeluarga melalui model pemberdayaan penguatan ekonomi kerakyatan yang dikembangkan Yayasan Damandiri dalam bentuk Program Sahabat Damandiri. Demikian kemitraan penting yang disambut baik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagai wujud Damandiri dalam membantu mengentaskan kemiskinan di daerah ini.
Hal tersebut terungkap dalam pertemuan Ketua Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja didampingi Direktur Utama PT Sentra Modal Harmoni - Holding Company BPR Mitra Harmony dan BPR Nusamba Group Joko Suyanto SE, MM, dengan Gubernur NTB Dr KH TGH Muhammad Zainul Majdi, MA, bertempat di Kantor Pemerintahan Provinsi N TB, Jl Pejanggik No12 Kota Mataram pada tanggal 30 Agustus 2016 lalu. Dalam pertemuan yang juga dihadiri beberapa stafnya, Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr KH TGH Muhammad Zainul Majdi, MA sepakat bahwa program kewirausahaan perlu disinergikan antara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Yayasan Damandiri serta BPR Nusamba. “Salah satu perwujudannya adalah untuk Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
31
Gedung KantorPemprov NTB, di Jl Pejanggik No12 Kota Mataram, NTB tampak asri dan mempesona. [FOTO: DOK]
Dalam pertemuan tersebut nampak pula beberapa staf Gubernur NTB turut hadir.
32
mengantarkan anak keluarga pra sejahtera agar memiliki keterampilan ekonomi sebelum mereka berkeluarga melalui model pemberdayaan penguatan ekonomi kerakyatan yang dikembangkan Yayasan Damandiri dalam bentuk Program Sahabat Damandiri,” kata Ketua Yayasan Damandiri. Program Sahabat Damandiri adalah model penguatan ekonomi kerakyatan ini dilakukan melalui pembentukan dan penguatan komunitas usaha, peningkatan kapasitas komunitas usaha, pembangunan jejaring komunitas usaha dan pemberian akses modal usaha dengan tujuan terbentuknya komunitas Sahabat Damandiri yang mampu mengakses modal usaha (bankable) dan akhirnya dapat mening-
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
katkan kesejahteraan masyarakat. Direktur Utama PT Sentra Modal Harmoni - Holding Company BPR Mitra Harmony dan BPR Nusamba Group Joko Suyanto SE, MM mengungkapkan, dalam Program Sahabat Damandiri ada proses pendampingan dan bantuan, termasuk dari BPR Nusamba. “Untuk pendampingan kami akan melakukan peningkatan kapasitas masyarakat desa atau capasity building. Itu diperuntukkan bagi mereka, baik layak atau visible usahanya maupun yang belum layak atau belum bankable,” jelas Joko Suyanto. Program ini, sebut dia, mempunyai karakter yang berbeda dari program lain yang dijalankan perbankan pada umumnya, dalam hal ini perbankan akan melakukan penilaian jika visible dibiyai, kalau tidak visible tidak dibiyai, sementara ini, kita akan ikut meningkatkan kapasitas mereka sehingga semua layak dibiyai. “Jadi, BPR akan memberikan bantuan modal kerja secara kontinu, akses permodalan yang kompetitif, serta pembinaan sehingga para pelaku usaha tergabung dalam komunitas bisa berkembang dan tercipta pengusahapengusaha UMKM baru, sekaligus kegiatan program ini akan membantu pelaku usaha kecil dan menengah itu ini untuk membantu tugas pemerintah,” katanya. Program Sahabat Damandiri pertama kali diluncurkan di Kabupaten Kendal 3 April 2016, dan di Boyolali, Jawa Tengah, pada 22 Mei lalu. Peluncuran program tersebut disambut baik kedua pemerintah daerah. Dalam kesempatan itu pula Ketua Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, menawarkan peluncuran Program Sahabat Damandiri di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tanggal 9 Oktober 2016 mendatang. Gubernur sangat menyambut baik dan memberi apresiasi yang positif. Pada kesempatan tersebut, Zainul Majdi juga
menyampaikan program pemerintah NTB yang sudah diperuntukkan bagi masyarakat dan sudah dijalankan dengan baik. Di antaranya, di bidang pendidikan misalnya kami telah melaksanakan program BSM (bantuan untuk siswa miskin, di bidang kesehatan ada program aksi seribu hari (ashar), yang menyasar 30.000 ibu hamil di 300 desa di NTB. “Program ini adalah integrasi dari program akino dan gerakan nasional sadar gizi serta gerakan nasional seribu hari pertama kehidupan. intinya, saya akan dukung segala sesuatu yang akan membawa kebaikan bagi masyarakat,” ujarnya. NTB merupakan salah satu daerah yang pernah mendapat apresiasi Menteri Koperasi dan UKM karena hasil kongkrit Pemprop NTB dalam program kewirausahaan dengan menurunkan angka gini ratio menjadi 0,29 persen dari sebelumnya 0,36 persen pada 2014. Ini membuktikan bahwa ada koordinasi yang baik antara Gubernur NTB dengan para Bupati dan Walikota di wilayah Provinsi NTB. Gubernur NTB Zainul Madji berharap bahwa ke depan NTB tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata dan lumbung pangan nasional. Melainkan juga dikenal sebagai wilayah yang mampu melahirkan entrepreneur-enterpreneur tangguh. “Ekonomi NTB tumbuh 6,2 persen jauh di atas rata-rata nasional. Nah, dalam PDRB NTB, wirausaha menyumbang cukup besar. Saya akui bahwa warga NTB begitu bergairah untuk menjadi wirausaha,” kata Gubernur NTB. Program kewirausahaan di NTB terus diprioritaskan untuk membuat ‘naik kelas’. Dari wirausaha pemula menjadi kelas mikro,
dari mikro menjadi usaha kecil. Untuk itu, Di NTB, rata-rata pelatihan yang dibutuhkan para wirausaha adalah ketrampilan usaha. Misalnya pelatihan untuk usaha kerajinan, makanan, dan transportasi. Gubernur NTB yang satu ini juga mengungkapkan rasa bangga dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pelaku usaha di NTB yang secara langsung telah membantu program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui kewirausahaan. Perkembangan wirausaha di NTB, mulai dari usia remaja, mahasiswa, pelaku bisnis kecil, menengah dan koperasi sangat membantu penurunan kesenjangan penghasilan antar masyarakat. “Kontribusi anda di UMKM untuk NTB sesungguhnya sangatlah besar, sehingga pertumbuhan ekonomi NTB naik menjadi 6,2 %, jauh di atas pertumbuhan ekonomi Nasional. Di tengah upaya kita membangun, syukurnya kita bisa mempersempit ketimpangan di masyarakat dari 0,36% menjadi 0,29%,” ujar Zainul Majdi. DONI/HARI
Dr (HC) Drs Subiakto Tjakrawerdaja saat menyimak paparan Gubernur NTB Dr KH TGH Muhammad Zainul Majdi, MA, seputar program yang telah dijalankan di NTB.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
33
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Syukur dan Gembira Napiah akan Berumah Layak Bantuan dari Yayasan Damandiri sangat dirasakan manfaatnya oleh semua keluarga prasejahtera penerima program kredit Tabur Puja. Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menjadi salah satu kabupaten/kota yang tergolong tertinggi angka kemiskinannya di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan, kabupaten yang berada di pantai utara (Pantura) Jawa ini menjadi yang tertinggi.
Napiah menerima Tim Pendata di rumahnya yang belum layak. [FOTO-FOTO: DONI]
S
EBAGAI salah satu kabupaten yang bermitra dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri), terdapat sekitar 25 Posdaya yang dibina Koperasi Serba Usaha (KSU) Windu Kencana Brebes selaku mitra Damandiri. KSU Windu Kencana Brebes yang beralamat di jalan Veteran nomor 10 Brebes, menjadi mitra yang menginisiasi skim Tabungan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja). Kredit ini merupakan skim pembiayaan alternatif yang di kembangkan melalui koperasi. Prioritas wilayah tabur puja berada di 3 Kecamatan yaitu Brebes, Wanasari dan Jatibarang, di luar 3 kecamatan ini belum ada dukungan platfond. Sampai dengan hari ini yang sudah di gulirkan 12 Posdaya dari 3 kecamatan dari target 15 Posdaya dengan nilai 1,3 milyar padahal dana yang ada sebanyak 3 milyar. Selain Brebes, skim ini juga dikembangkan di Purbalingga dan Cilacap. Daerah lainnya, tersebar di kabupaten/kota di Jawa. Untuk Brebes sendiri, program ini dimulai pada 10 Pebruari 2014 lalu. Hingga saat ini, Unit Tabur Puja Windu Kencana Brebes membina cukup banyak ke34
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
luarga miskin yang tergabung dalam kelompok Posdaya. Salah satunya adalah Napiah. Ia merupakan salah satu keluarga prasejahtera penerima bantuan dari Yayasan Damandiri yang merasakan manfaatnya. Bantuan yang diterima antara lain, program kredit Tabur Puja yang disalurkan melalui KSU Windu Kencana Brebes. Selain Tabur Puja, anggota Posdaya Nusa Indah yang tinggal di Desa Sawojajar, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah juga masuk dalam kandidat keluarga yang rumahnya akan mendapat bantuan program perbaikan rumah dari Damandiri. Tinggal di rumah kumuh berdinding bilik bambu, dengan lantai separuh tanah, tentu bukan keinginan Napiah, perempuan paruh baya, warga yang tinggal di RT 02, RW 03 Desa Sawojajar itu. Namun, apa hendak di kata, suratan nasib memberinya keadaan ini. Suami Napiah sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan dan mereka mempunyai tiga anak yang masih kecil. Napiah hidup dari berjualan nasi setiap pagi di pinggiran jalan. Untungnya sekitar Rp
50.000 sehari. Suaminya hanya buruh bangunan yang lebih sering menganggur daripada dapat pekerjaan, sedangkan anaknya ada 3 orang, sehingga keluarga Napiah membutuhkan cukup banyak biaya untuk hidup dan sekolah anakanaknya. Kehadiran Posdaya yang digagas Yayasan Damandiri, di kampungnya, membuat Nafiah berhimpun untuk mendapat bantuan usaha. Anggota Posdaya Nusa Indah ini, kini mendapat tambahan modal dari kredit Tabur Puja sebesar Rp 2 juta. Dana tersebut untuk menambah jualannya. Berkat pinjaman Tabur Puja itu, penghasilannya kini mengalami perubahan lebih baik. Ia pun mulai mampu memasukkan salah satu anaknya ke Madrasah Tsanawiyah. “Selama ini saya belum tersentuh lembaga perbankan,” ujarnya. Ia mengakui bantuan ini amat berharga baginya. Seklaigus memotivasi dirinya untuk lepas dari kemiskinan. Rumah Napiah hanya seluas 30 m2. Dengan penghuni 5 orang tentu terasa sumpek. Selain kamar mandi tidak ada, begitu juga jamban. Air bersih yang mereka dapatkan dari sumur di belakang rumah airnya berasa payau. Karena kondisi inilah, baru-baru ini Yayasan Damandiri memberinya bantuan perbaikan rumah. Bantuan itu harus dikerjakannya secara bergotong royong oleh anggota Posdaya bersama warga masyarakat setempat. Selain Napiah, ada juga Dasmi seorang buruh tani, serta Muniroh, buruh tani, yang anggota Posdaya Delima, RT 04 RW 06 Desa Pesantunan, maupun Sainah, pedagang jajan keliling, anggota Posdaya Dahlia Desa Kupu, Kecamatan Wanasari, yang merupakan keluarga miskin dengan rumah tinggal yang kurang layak. Warga Brebes seperti mereka yang masuk dalam golongan ke-
Dasmi yang rumahnya sama seperti Napiah, belum layak huni mendapat kunjungan dari Tim Pendata.
luarga prasejahtera untuk mendapatkan bantuan perbaikan rumah dari Yayasan Damandiri, selain skim Tabur Puja. Seperti diketahu, selain akan terus menyalurkan kredit Tabur Puja, Damandiri di tahun 2016 ini juga akan menyalurkan bantuan bantuan perbaikan rumah untuk membantu keluarga mendapatkan tempat tinggal yang layak huni. Bantuan diberikan dalam bentuk bahan bangunan, seperti semen, batu bata, kayu dan sebagainya. Sedangkan perbaikan rumahnya dilakukan secara bergotong royong melibatkan seluruh anggota kelompok. Di tahun ini ditargetkan bisa memberikan
Rujak Bu Atun pemanfaat Tabur Puja Brebes, kini terus berkembang dengan semakin banyaknya peminat rujaknya.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
35
Sunarto pelaku usaha telor asin dari keluarga prasejahtera pemanfaat Tabur Puja Brebes.
bantuan perbaikan rumah untuk 100 keluarga. Selain bantuan perbaikan rumah, Damandiri juga akan memberikan bantuan pembentukan jamban umum yang tahun ini ditargetkan dapat membangun 1.000 jamban. Tidak hanya itu, di daerah-daerah wisata,
Damandiri juga akan memberikan bantuan khusus kepada masyarakat kecil untuk membangun satu kamar di rumahnya yang bisa disewakan bagi wisatawan, sehingga dapat membantu memberinya penghasilan ekonomi keluarganya. Bantuan Damandiri ini diberikan bukan dalam bentuk uang tetapi berupa semen, pasir, dan lain-lain untuk menutup lantai tanah dan membuat kamar mandi serta jamban keluarga. “Saya bersyukur dan gembira menjadi salah satu keluarga yang telah didata untuk diusulkan akan mendapat bantuan perbaikan rumah agar rumah saya menjadi layak,” aku Napiah sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Doni/HARI
Tabur Puja Berdayakan Masyarakat dan Dukung Pembangunan Daerah
P
ROSEDUR untuk mendapatkan skim Tabur Puja antara lain, memiliki usaha, menjadi anggota Posdaya, memiliki usaha di domisili Posdaya, telah berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah, bersedia menjadi anggota koperasi dan membayar simpanan wajib, simpanan pokok yang disesuaikan dengan Koperasi Windu Kencana. Manajer Tabur Puja KSU Windu Kencana LukmanA Dwi Putra, SE Muniroh, keluarga pra sejahtera saat menerima Tim Pendata. menuturkan, selaku peHal senada juga disampaikan Pengelola skim ini akan melaksangurus KSU Windu Kencana. Qomar, nakan sesuai prosedur yang sudah SE selaku Ketua KSU Windu Kencana di tetapkan melalui pengecekan mengungkapkan, skim Tabur Puja ini langsung ke peminjam di mana untuk kesejahteraan umat. “Melalui domisili Posdaya yang di intervensi. 36
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
skim yang digulirkan ini bisa memberdayakan masyarakat yang menerima paket ini, dan mendukung pembangunan daerah”, katanya. KSU Windu Kencana sebagai Program Yayasan Damandiri dalam pengembangan Program, Tabur Puja di Brebes ini didukung jajaran pengurus antara lain, Ketua KSU Windu Kencana Qomar, SE, Sekretaris Bambang Setiawan, SP, MSi, Bendahara Dra Rini Pujiastuti. Sedangkan menjabat sebagai Manager Tabur Puja adalah Lukmana Dwi Saputra, SE dan Adi Nurul Hafidz menjabat sebagai Supervisor dari Perwakilan PT SUDARA. Doni/HARI
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Konsistensi Cucu Pak Harto
Kepedulian Membantu Pengentasan Kemiskinan Kiprah kakeknya menjadi inspirasi untuk meneruskan kepedulian dan menggiatkan kembali semangat gotong royong mengentaskan kemiskinan. Melalui Yayasan Damandiri, dua cucu Pak Harto berkreatif terus menyalurkan Kredit Tabur Puja, di samping akan memberikan bantuan perbaikan rumah serta bantuan jamban keluarga keluarga miskin yang telah didata tim survey.
Danty dan Enno bersama pengurus Damandiri melihat pabrik tempe yang dibina Koperasi Posdaya Indonesia Bogor, Jabar. [FOTO-FOTO: HARI]
K
ERJA keras, kerja cerdas dan kebersamaan semua pihak dalam memberikan sumbangsih dalam penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia menjadi satu energi dan kekuatan positif. Selain pemerintah, peran lembaga swadaya masyarakat ataupun yayasan diperlukan untuk mengatasi salah satu masalah sosial yang masih menimpa bangsa Indonesia setelah 71 tahun merdeka tersebut. Salah satu yayasan yang terus berperan aktif mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut adalah Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Yayasan Damandiri) yang didirikan almarhum Presiden ke-2 RI Soeharto pada 1996. Damandiri merupakan salah satu yayasan yang kegiatannya untuk membantu rakyat kecil atau kaluarga miskin. Di antaranya dilakukan melalui program yang disebut dengan Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja).
“Selama ini keluarga-keluarga miskin memang belum tersentuh oleh institusi keuangan dan perbankan,” kata Danty Indriastuti Purnamasari, cucu Pak Harto. Sejak Maret 2016, dua cucu Pak Harto yakni Danty Indriastuti Purnamasari (Danty) serta Retnosari Widowati Harjojudanto (Eno) terlibat aktif dalam kegiatan yayasan. Danty menjabat sebagai wakil bendahara dan Eno wakil sekretaris. Keduanya terdorong mengabdikan diri mengurus yayasan lantaran hendak meneruskan cita-cita almarhum Pak Harto yang ingin ada pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. “Eyang selalu berpikiran ingin semua masyarakat Indonesia makmur dan sejahtera. Salah satu tujuan yayasan ini didirikan untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan, terutama di daerah tertinggal,” tutur Danty. Eyang, lanjut putri Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut itu. selalu menanamGemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
37
Danty Indriastuti Purnamasari dan Retnosari Widowati Harjojudanto berfoto di dekat foto pendiri Yayasan Damandiri.
Enno bersama pengurus Yayasan Damandiri saat mengunjungi kegiatan masyarakat di Bogor, Jabar.
38
kan rasa kepedulian terhadap orang kecil, pada diri anak cucunya. “Semasa menjabat presiden dulu, beliau kan sangat memperhatikan rakyat kecil dengan membuat berbagai program pembangunan untuk mengentaskan kemiskinan,” ujarnya. Sebagai kreatif, Danty dan Eno bersama pengurus lainnya, salah satu upaya yang dilakukan Damandiri di antaranya memberi bantuan
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
pemberian kredit tanpa agunan untuk keluarga miskin yang ingin menambah pendapatan mereka melalui usaha ekonomi produktif. Program itu diberi nama Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja). “Kredit itu diberikan melalui kesepakatan anggota kelompok yang ingin memulai usaha. Meski diberikan tanpa agunan, penerimanya tetap harus bertanggung jawab membayar dengan sistem tanggung renteng,” tutur Danty yang pernah terpilih menjadi anggota Paskibraka pada 1991 bahkan menjadi pembawa baki bendera ini. Tabur Puja merupakan program pemberian kredit tanpa agunan kepada keluarga miskin agar mereka mampu menambah pendapatannya melalui usaha ekonomi yang produktif. Meskipun kredit diberikan tanpa agunan, namun penerima kredit harus bertanggung jawab secara tanggung renteng. Artinya, kredit diberikan melalui persetujuan teman-teman sekelompoknya. Jumlah kredit yang diberikan maksimal Rp 2 juta untuk setiap anggota kelompok. Kredit Tabur Puja diluncurkan Yayasan Damandiri sejak tahun 2007, dan hingga kini telah tersalur lebih dari Rp 32 milyar, dengan jumlah penerima 32.600 orang, terdiri dari 3.800 kelompok di lebih dari 300 desa. Umumnya mereka keluarga miskin yang sudah memiliki usaha ekonomi produktif dan merupakan anggota Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) maupun anggota kelompok pemberdayaan masyarakat dukuh atau desa yang dikembangkan Damandiri. Danty dan Eno mengatakan, melalui Tabur Puja, Damandiri akan terus membantu masyarakat mengembangkan usahanya yang bisa menghasilkan barang-barang bermutu. “Mereka diharapkan bisa memproduksi barang yang
bervariasi, dan berkualitas, sehingga dapat diterima tidak saja oleh pasar lokal tetapi juga pasar ekspor,” kata Eno. Selain akan terus menyalurkan kredit Tabur Puja, Danty menyebut di tahun 2016 ini, Damandiri juga akan menyalurkan bantuan-bantuan perbaikan rumah untuk membantu keluarga mendapatkan tempat tinggal yang layak huni. Bantuan diberikan dalam bentuk bahan bangunan, seperti semen, batu bata, kayu dan sebagainya. Sedangkan perbaikan rumahnya dilakukan secara bergotong royong melibatkan seluruh anggota kelompok. “Tahun ini ditargetkan bisa memberikan bantuan perbaikan rumah untuk 100 keluarga,” katanya. Selain bantuan perbaikan rumah, Damandiri juga akan memberikan bantuan pembentukan jamban umum yang tahun ini ditargetkan dapat membangun 1.000 jamban. Tidak hanya itu, di daerah-daerah wisata, Damandiri juga akan memberikan bantuan khusus kepada masyarakat kecil untuk membangun satu kamar di rumahnya yang bisa disewakan bagi wisatawan, sehingga dapat membantu memberinya penghasilan. Mulai aktif ke daerah Dua cucu mantan Presiden Soeharto yang kini bergabung dalam kepengurusan Yayasan Damandiri mulai aktif melakukan kegiatan sejak Maret 2016 silam. Kegiatan ini sekaligus menunjukkan kesiapan keduanya bekerja untuk menyukseskan program-program kerja Yayasan Damandiri dalam upaya memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Sejak April lalu, keduanya aktif telah mulai berkunjung ke daerah-daerah menghadiri kegiatan-kegiatan Damandiri. Pada beberapa waktu lalu, Danty dan Eno hadir pada acara peluncuran Program Komunitas Sahabat Damandiri, baik di Pendopo Kabupaten Kendal maupun Kabupaten Boyolali, dan Solo, Jawa Tengah. Program ini bertujuan mendukung pengembangan ekonomi masyarakat desa melalui bantuan permodalan dan pen-
dampingan usaha, yang dilaksanakan Damandiri bekerjasama dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba Group. Selain dihadiri Danty dan Eno, peluncuran Program Komunitas Sahabat Damandiri tersebut dihadiri Ketua Dewan Pembina Damandiri Bob Hasan, Ketua Yayasan Damandiri Subiakto Tjakrawerdaja dan Direktur Utama BPR Nusamba Group, Joko Suyanto. Selain ke Jawa Tengah, kedua cucu Pak Harto bersama beberapa pengurus yayasan juga sudah meninjau langsung kegiatan pemberdayaan masyarakat di Posdaya binaan P2SDM IPB Bogor serta Koperasi Posdaya Indonesia. Dalam kunjungannya tersebut juga dilakukan dialog dengan kelompok-kelompok pemberdayaan masyarakat di daerah. Sebagai pengurus, Danty dan Eno menegaskan, semua bantuan yang diberikan Damandiri memang tidak terlalu besar. Namun, jika semua pihak peduli melakukan hal yang sama untuk membantu mereka yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, tentu upaya mengentaskan kemiskinan niscaya akan membuahkan hasil yang memuaskan, dan cita-cita mewujudkan kesejahteraan bersama akan cepat tercapai. “Semua bantuan yang diberikan Damandiri memang tidak terlalu besar. Tapi, bila semua pihak peduli melakukan hal yang sama untuk membantu mereka yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, tentu upaya mengentaskan kemiskinan niscaya akan membuahkan hasil yang memuaskan, dan cita-cita mewujudkan kesejahteraan bersama akan cepat tercapai,” kata Danty. HARI
Dr (HC) Drs Subiakto Tjakrawerdaja, Wakil Danty Indriastuti Purnamasari (kedua dari kiri) dan Retnosari Widowati Harjojudanto bergambar bersama Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Prof Dr Ir Sari Bahagiarti (ketiga dari kanan) dan sejumlah mahasiswa UPN Veteran usia acara Talk show Plengkung Gading Yogyakarta di Studio TVRI Yogyakarta beberapa waktu lalu. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
39
LAPORAN UTAMA
Kemandirian Pangan Menuju Bangsa Berkualitas, Sehat dan Kuat Sudah 71 tahun Indonesia menyatakan diri sebagai negara merdeka dan berdaulat. Namun, sudah berdaulat, mandiri dan merdekakah dalam urusan pangan kita?
Mentan Andi Amran Sulaiman bersama Wakil Gubernur Jatim H Saifullah Yusuf, Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Sumardi, serta Komandan Kodim 0815 Letkol Inf Riksay Gumay melakukan panen raya padi di area persawahan Desa Senggreng Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang, Jatim. [FOTO-FOTO: DOK]
40
B
UMI Indonesia dikaruniai beragam sumber daya alam melimpah. Karunia ini berpotensi untuk menciptakan suatu Negara yang makmur, maju dan unggul. Untuk merujudkan hal itu perlu didukung sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Agar berkualitas, sejak dini SDM yang salah satunya harus mendapat perhatian kualitas pangan yang dikonsumsinya. Undang-Undang (UU) Nomor 18/2012 menyatakan, pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam UUD 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan SDM berkualitas. Mengacu pada UU tersebut, maka sangat jelas ditegaskan bahwa pangan menjadi salah satu penentu kualitas SDM. Dalam UU Nomor 18/2012 ini juga ditegaskan pula bahwa Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang,
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
baik pada tingkat nasional maupun daerah. Bahkan hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal. Sebagai Negara dengan jumlah penduduk yang besar dan di sisi lain memiliki sumber daya alam dan sumber pangan yang beragam, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan secara berdaulat dan mandiri. Kemandirian pangan adalah kemampuan Negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin kebutuhan pangan yang cukup sampai tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, ekonomi dan kearifan lokal secara bermartabat, seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 3 UU Nomor 18/2012 tersebut. Dengan ketersediaan sumber daya alam melimpah dan didukung sumber pangan beragam yang dimiliki Indonesia, sejatinya sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan secara baik, berdaulat dan mandiri bagi sekitar 250 juta jiwa penduduknya. Jumlah penduduk Indonesia ini merupakan terbesar keempat di dunia, setelah China, India dan Amerika Serikat. Namun kenyataannya, tidak semua pangan untuk masyarakat dihasilkan dari dalam negeri saja, tetapi terdapat sejumlah pangan yang diimpor dari luar negeri. Indonesia pernah dinyatakan oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) Perserikatan bangsa-Bangsa, tepatnya pada tahun 1984 mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras atau mencapai swasembada pangan. Sebagai apresiasi Organisasi Pangan Dunia pun mengundang Presiden RI saat itu, Soeharto untuk menerima penghargaan atas prestasinya. Prestasi tersebut mampu dicapai, berkat
kerja keras pemerintah saat itu yang mengawali masa-masa pemerintahannya dengan bertumpu pada sektor agraria dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengarah pada revolusi pangan. Berbagai aturan diberlakukan melalui program intensifikasi massal, bimbingan massal untuk meningkatkan produksi pertanian. Bibit unggul padi diberikan, teknologi tanam juga diterapkan sehingga jika secara tradisional sawah-sawah biasanya hanya menghasilkan satu kali panen dalam setahun, maka setelah revolusi itu pun diterapkan, panen padi bisa berlangsung dua hingga tiga kali dalam setahun. Itu menjadi salah satu prestasi besar yang pernah diterima Indonesia sebagai negara agraris di kancah internasional. Sebagai wujud rasa syukurnya, saat itu Presiden Soeharto pun membawa buah tangan, yaitu gabah sebanyak 100.000 ton yang dikumpulkan secara gotong royong dan sukarela oleh petani Indonesia untuk diteruskan kepada warga-warga yang mengalami kelaparan di berbagai belahan dunia, khususnya di Afrika. Sehingga, bantuan antar petani ini merupakan sejarah yang pertama kali terjadi di dunia, sekaligus merupakan indikasi, keberhasilan pertanian saat itu di Indonesia. Prestasi itu membalik kenyataan, dari negara agraria yang mengimpor beras, kini Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam negeri. Pada tahun 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton, beras kemudian tahun 1984 bisa mencapai 25,8 juta ton. Untuk meningkatkan produksi pangan dengan memperluas lahan garapan adalah sangat sulit, karena memerlukan dana yang besar, di samping keterbatasan lahan di sejumlah lumbung padi seperti Jawa, Bali dan Sumatra. Kebijakan yang ditempuh kemudian adalah menitikberatkan kepada usaha intensifikasi, dengan menaikkan produksi terutama produktivitas padi pada areal yang telah ada. Sebagai negara agraris dengan memiliki banyak penduduk bermatapencaharian sebagai petani, Indonesia pun mempunyai hari khusus untuk memperingati Hari Tani Nasional, tepatnya 24 September. Dengan potensi agraris yang dimiliki, apakah saat ini tekad berswasembada pangan masih digaungkan? Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui program Nawa Cita mencanangkan program swasembada pangan dalam kurun waktu 3
tahun sampai 5 tahun sehingga negara ini memiliki kedaulatan pangan. “Kita akan utamakan beras, kedelai, dan jagung, pada tahun ke empat atau lima baru masuk ke gula dan selanjutnya daging,” kata Presiden RI Jokowi. Untuk itulah Presiden RI ke tujuh ini mengaku telah memasang target kepada para menteri terkait dalam hal ini salah satunya menteri pertanian untuk segera membenahi Ir Joko Widodo sistem pertanian di Indonesia. Pembenahan tersebut juga akan didukung dengan perbaikan sarana irigasi. Jokowi menuturkan, sebanyak 52 persen saluran irigasi di Indonesia sudah rusak. Presiden Jokowi berpesan kepada seluruh pimpinan baik pusat maupun daerah untuk lebih bersinergi dalam membangun sarana irigasi tersebut dari hulu hingga hilir secara bersamaan. “Waduk itu yang bangun pemerintah pusat, nanti masuk saluran irigasi itu sudah dibagi-bagi, ada yang pemerintah provinsi, ada yang pemerintah kota, di sini yang sering tidak jalan. Jadi kita harus kompak, bagaimana itu bisa selesai bareng semuanya. Bagaimana mau swasembada kalau ini tidak diperbaiki secepatnya,” papar Jokowi. Semangat pemerintah dalam mengupayakan swasembada pangan sudah dimulai dan mencapai target pada 2017. Swasembada untuk komoditas unggulan, yakni padi, jagung dan kedelai. “Sudah prioritas, irigasinya sudah, peralatannya, kemudian benih, itu menjadi faktor prioritas. Komoditasnya padi, jagung, kedelai. Ini adalah tambah tanam tertinggi selama 10 tahun terakhir, tambah tanam padi, itu 640 ribu tambahan tanam,” ujar Menteri Pertanian Kabinet Kerja Andi Amrin Sulaiman. Menurut catatan Badan Pertanahan Nasional, hingga 2014 lahan untuk tanaman padi nasional mencapai 14 juta hektar dan luas tersebut dinilai tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan pangan sekitar 240 juta orang di Indonesia. Untuk mendukung tekad Presiden dalam mewujudkan, Menteri Pertanian mengajak seluruh petani secara nasional untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas Andi Amrin Sulaiman produk pertanian guna mencapai Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
41
target swasembada pangan pada tahun 2018 mendatang. “Sesuai program nasional, pemerintah dalam hal ini kementriannya menghimbau kepada petani untuk fokus pada tujuh komunitas strategis. Empat di antaranya yakni padi, jagung, kedelai dan sapi,” katanya. Menurutnya, seluruh kebijakan yang menghambat tercapainya swasembada pangan dirombak total. Kementrian Pertanian juga Herry Suhardiyanto menindaklanjuti keluhan petani, khususnya soal kelangkaan pupuk. Amran menegaskan, pupuk tidak boleh terlambat. Ia pun mengapresiasi jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang komit dalam pengawasan terhadap distribusi pupuk agar manfaatnya dapat dirasakan petani. Kasihan kalau ada petani tidak dapat pupuk. Mentan menjelaskan, berdasarkan survei yang dilakukan INDEF pada Maret 2016 di 9 provinsi menyebutkan, tingkat kepuasan responden terhadap kebijakan pembangunan pertanian sebesar 76,80%, terhadap 75,83%, pembangunan infrastruktur 71,99%, subsidi benih dan pupuk 79,99%. “Menurut BPS, kita produksi tertinggi selama 10 tahun. Kemudian INDEF yang selalu menyalahkan pertanian aku beri tugas cek ke lapangan. Nilainya adalah 75% bahkan ada yang 90% puas atas kinerja Kementerian Pertanian”, tutur Mentan. Namun demikian Mentan mengharapkan agar tidak lekas puas dengan hasil tersebut. Capai terus hingga hasil yang maksimal. Apa yang diupayakan selama ini merupakan hasil kerja keras bersama. Kepada wartawan, Menteri Pertanian kembali memberikan pujian atas kenaikan ekspor. “Pak Dirjen Hortikultura ini ada lompatan. Dulu kita impor bawang. 2015, ekspor kita naik 90%, impor kita turun 77%. Tahun ini sampai dengan hari ini belum ada yang impor.”, ucap Mentan bangga. Guna mendukung swasembada cabai dan bawang merah berjangka panjang, Mentan menugaskan Tim Kerja untuk membuat perencanaan hingga 29 tahun ke depan. Program ini dibentuk dari 2019 hingga 2045. Tepat 100 tahun kemerdekaan RI. “Tidak ada lagi cerita impor, kita harus ekspor, tutup itu rekomendasi impor. Buat rencana distribusi.Tolong kerja sama dengan Bulog”, perintah Mentan. 42
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Dalam 2 – 3 minggu ke depan, tepatnya pada bulan Agustus, Mentan berharap bawang merah dapat mulai diekspor sebanyakbanyaknya. Sentra bawang merah di Cirebon atau Bima menjadi target awal ekspor ke luar negeri. “Mudah-mudahan 2-3 minggu ke depan kita ekspor sebanyak-banyaknya. Kita harus lebih tinggi ekspornya dari pada tahun lalu.”, tambah Mentan. Mentan menambahkan, untuk kategori ketahanan pangan Indonesia masuk dalam urutan ke 66 di dunia. Mentan berharap suatu saat Indonesia dapat menjadi lumbung dunia. “Kita cukup berbangga. Ketahanan pangan kita urutan ke 66 di dunia, tadinya 76. Kalau kita lakukan ini, kalau perlu kita bisa urutan 10 besar dunia. Dan pasti bisa. Kerja keras dulu”, kata Mentan. Mentan juga menghimbau agar swasembada beras makin cepat kalau rajin makan buah. Untuk itu Kementan pun bertekad mengurangi serbuan impor buah. Salah satu upayanya dengan pengembangan buah lokal lewat ‘Revolusi Orange’. Program ini menargetkan bisa mencetak 100.000 lahan baru untuk perkebunan buah dalam setahun. “Peningkatan produksi buah lokal tak hanya akan mengurangi peredaran buah impor, tapi juga bisa mengurangi konsumsi beras yang pada akhirnya mempercepat swasembada beras. Kalau makan buah biaya kesehatan turun. Terlebih swasembada beras bisa lebih cepat, karena orang jadi berkurang makan nasi,” kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. Selain itu, Amran menuturkan, dengan peningkatan produksi buah lokal, akan banyak sekali manfaat berantai seperti kesehatan masyarakat yang lebih karena berkurangnya konsumsi karbohidrat, dan peningkatan ekonomi di daerah. Serta penghasilan masyarakat pun meningkat. Berkurangnya konsumsi beras dengan peningkatan konsumsi buah juga diamini oleh Rektor Istitut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto. Menurutnya, peningkatan produksi buah juga jadi bagian dari upaya diversifikasi pangan yang sangat tengah digalakkan pemerintah. “Ini (Revolusi Orange) juga merupakan bagian dari program diversifikasi pangan. Jangan hanya bergantung pada karbohidrat terus, itu kan bisa kurangi diabetes juga,” ungkap Herry. HARI
CERITA SAMPUL
Bupati Tuban KH Fathul Huda
Konsep Petani Entrepreneurnya, Dongkrak Kemajuan Daerah Masyarakat Kabupaten Tuban, Jawa Timur, beruntung memiliki bupati yang ramah dan religius berlatar belakang pengusaha sekaligus ulama. Ia mengajak masyarakatnya mengubah mindset petani untuk menjadi seorang entrepreneur. Semua yang dilakukannya ini butuh keberanian dan kesabaran. Di tangan Huda, demikian sapaan akrab KH Fathul Huda, kabupaten yang dikenal dengan ikon tokoh kharismatik Ronggolawe dari cerita sejarah Kerajaan Majapahit ini, dengan penduduk berjumlah 1,2 juta jiwa itu terus berkembang pesat. Jiwa kewirausahaan masyarakat Tuban semakin terasa.
“B
ASIC masyarakat Tuban adalah petani. Kalau produk pertaniannya ditingkatkan tentu akan lebih mantap. Pendapatan petani pun akan naik,’’ ujar pria kelahiran 5 Juni 1954 saat mengawali perbincangan dengan Hari Setyowanto Majalah Gemari. Bupati yang berlatar belakang sebagai seorang pengusaha ini memang sangat ingin menerapkan jiwa kewirausahaan dimiliki para petani, khususnya di Tuban. Terobosan menarik ini pun berhasil mendongkrak hasil panen petani, terutama padi dan jagung yang mengalami kenaikan panen per tahun 3,9 persen dan sudah surplus 54,9 persen. Hal ini pula yang membawa Kabupaten Tuban ditetapkan sebagai salaih satu kabupaten penghasil Lumbung Pangan Nasional. Bukan Huda namanya, kalau konsep petani entrepreneur yang kini diterapkan ke seluruh masyarakat Tuban tidak menuai sukses dijalankan. “Alhamdulillah berkat konsep petani entrepreneur itu menjadikan pertumbuhan ekonomi semakin maju,” aku pemilik jiwa kewirausahaan yang sangat kental ini seraya bersyukur. Selain pertanian, petani Tuban juga diajak mengembangkan hortikultura, seperti belimbing, duku, kelengkeng, melon dan semangka. “Dengan menanam tanaman holtikultura, kesejahteraan petani bisa lebih terjamin. Hanya saja dibutuhkan keberanian untuk bisa menanam hortikultura. Sebab, modal yang dibutuhkan sangat besar. Harga jual hortikultura
sangat tinggi dibanding padi maupun jagung. Tetapi, risikonya jika gagal panen ruginya sangat besar. B e r b e d a dengan padi dan jagung. Jika gagal panen, petani tidak begitu meru g i , ’’ jelasnya. Dia mencontohkan, dalam satu hektar tanah, jika ditanami
Bupati Tuban KH Fathul Huda [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
43
Bergambar bersama dengan Prof Dr Haryono Suyono, Wabup Tuban Noor Nahar Hussein, Rektor Unirow Tuban Dr Supiana Dian Nurtjahyani, M Kes, Kapolres Tuban AKBP Fadly Samad, Direktur Bank UMKM Jatim Purnomo dan beberapa pejabat daerah di pendopo Kab Tuban.
44
duku bisa mencapai 400 pohon. Per pohon bisa menghasilkan 100 kilogram. Satu hektar tanah bisa memproduksi 40 ton buah. Jika dijual per kilogram sekitar Rp 9.000. Artinya, penghasilannya mencapai 360 juta. ”Keuntungannya lebih besar,’’ ujarnya. Memang sukses itu tidak diraih dalam waktu sekejap. Untuk mengubah mindset masyarakat, butuh perjuangan panjang. Untuk meyakinkan masyarakat agar mau menanam hortikultura, Huda pun menjanjikan ganti rugi dari uang pribadinya. Bahkan, pegawai negeri sipil (PNS) juga dilibatkan dalam program tersebut dan diwajibkan berjiwa entrepreneur. Seperti camat-camat yang dijadikan entrepreneur. Misalnya, camat belimbing, camat jeruk, camat sapi, camat kambing dan camat melon. Dengan memanfaatkan potensi kesuburan tanah di Tuban yang tidak kalah bagus dengan kawasan dataran tinggi untuk holtikura. Sebelum membuat program hortikultura, itu terlebih dahulu melakukan uji coba menanam beberapa komoditas holtikultura di belakang Pendopo Krido Manunggal. Hasilnya, tanaman tersebut berbuah banyak dan bagus. Bahkan, beberapa komoditas pertanian unggulan mendapat pengakuan di tingkat nasional. Antara lain, kacang tanah Tuban melalui SK Menteri Pertanian Nomor 398/KPTS/ SR.120/8/2003. Begitu juga dengan duku Prunggahan yang telah mendapat SK Menteri Pertanian Nomor 171/KPTS/SR.120/8/2006 dan belimbing Tasikmadu dengan SK Menteri
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Pertanian Nomor 314/KPTS/SR.120/5/2007. Total produksi pada 2011 mencapai 15.479 kuintal dengan populasi 42.526 pohon. Gajinya untuk bantu rakyat KH Fathul Huda merupakan Bupati ke-52 bagi Kabupaten Tuban, sejak R Adipati Dandang Watjono/Kyai Gede Papringan sebagai Bupati Tuban pertama pada 1264-1282. Pria kelahiran Tuban, 5 Juni 1954 ini mulai memajukan daerah dengan menumbuhkan iklim investasi di Tuban. Yakni dengan menyediakan kawasan untuk industri seluas 12.832 hektar dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Beberapa perusahaan mulai berinvestasi. Mulai dari PT Semen Indonesia, PT Holcim Indonesia, PT Trans Pasific Petrochemical Indotama, PT Pertamina dan lain-lain. Masuknya investasi ke Tuban mampu mendongkrak Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tuban melebihi target yang telah ditetapkan. Pada 2014, dari target PDRB Rp 24,8 triliun, realisasinya mencapai Rp 27,8 triliun. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Tuban mencapai 7,12 persen dan tercatat sebagai nomor 2 terbaik di Jatim. Karena tidak mau hanya mengandalkan industri-industri besar, Huda pun mengimbanginya dengan inovasi baru. Bidikan utamanya adalah di sektor pertanian. Bidang pertanian ini tetap dipertahankan untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Sebagai seorang pengusaha dan memiliki 16 perusahaan, sudah sangat cukup untuk menghidupi keluarganya. Sehingga, gajinya sebagai bupati disalurkan untuk membantu warga miskin yang kesusahan. Misalnya, warga yang sulit mendapatkan pengobatan atau yang serba kekurangan. Tugas bupati pun tetap dijalankan dengan rasa pengabdian yang tinggi. Bagi Huda, dia harus bisa membedakan mana pekerjaan dan pengabdian. “Menjadi bupati adalah pengabdian. Pekerjaan saya adalah pengusaha. Lalu, apa yang saya cari? Saya ingin selamat dunia dan akhirat,’’ ucapnya seraya bersyukur pada Tuhan telah diberikan kecukupan secara materi dan di-
beri kepercayaan untuk memimpin pembangunan di tanah kelahirannya, Tuban. Sebagai Bupati, Huda mengaku sangat senang turun langsung ke pelosok desa dan mencari warga yang sangat miskin untuk dibantu meningkatkan ekonominya. Tujuannya, sebagai pilot project. Mereka dibantu hingga benar-benar mandiri. Sehingga, warga tersebut bisa menjadi contoh di lingkungan sekitar untuk mandiri. Sejak dilantik menjadi Bupati Tuban berpasangan dengan Wakil Bupati Tuban Ir Noor Nahar Hussein periode 2016 - 2021 di Gedung Grahadi Surabaya, keduanya sangat fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Tuban dan mengentaskan kemiskinan. Juga melaksanakan pesan Gubernur Jawa Timur bahwa ada tiga faktor agar pemerintahan memiliki daya saing, yaitu sumber daya manusia (SDM) berkualitas, pembenahan insfrastruktur dan perbaikan pelayanan publik. Ketiganya, harus dijalankan bersama-sama sehingga pertumbuhan dan pembangunan, khususnya Kabupaten Tuban, agar menjadi lebih baik serta berkualitas di masa mendatang. Banjir prestasi Masa kanak-kanak KH Fathul Huda banyak dihabiskan di Jetak, Kecamatan Montong, Tuban. Ketika kecil ia harus berjalan kaki sejauh 1,5 km untuk mencapai sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Banin Banat Khusnaniyyah Jetak dan melanjutkan sekolah menengah pertamanya di Madrasah Tsanawiyah Jetak. Sebagai orang desa, anak pedagang palawija ini beruntung memiliki kesempatan meneruskan pendidikannya ke Jombang setamatnya dari MTs Jetak. Jiwa kepemimpinan Huda mulai tumbuh selepas menjalani pendidikan di Jombang. Bahkan ketika mendapat amanat sebagai orang nomer satu di Bumi Wali sejak 2011 ini, Kabupaten Tuban kebanjiran penghargaan. Di antaranya, pada 2014 menerima Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Bhakti Praja Nugraha dari Presiden Republik Indonesia, yang merupakan keberhasilan kepala daerah mencapai kinerja terbaik berdasarkan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah selama tiga tahun, yaitu
tahun 2011, 2012 dan 2013. Pada 2014 itu juga ia memperoleh penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha (WTN) Kategori Lalu Lintas dari Menteri Perhubungan RI EE Mangindaan di Jakarta; Penghargaan Wahab Chasbullah Award Kategori Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan oleh Menko Kesra Agung Laksono di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang; Penghargaan Piala Adipura Kencana 2013-2014 kategori Kota Kecil; Penghargaan Bhakti Koperasi dan UKM dari Menteri Negara Koperasi dan UKM diserahkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak peringatan HUT Koperasi ke-67 di Medan, Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan Presiden RI Joko Widodo, Fathul Huda juga menerima penghargaan Parasamiya Purna Karya Nugraha dari Presiden RI. Dan belum lama ini memperoleh penghargaan Pemberdayaan Sekolah sebagai Laboratorium Budi Pekerti melalui Program “Langit Biru”. Kurang lebih ada sekitar 26 penghargaan regional dan nasional diterima Kabupaten Tuban dari berbagai kategori. Belum lagi sejumlah penghargaan yang diterima oleh PKK Kabupaten Tuban dari sejumlah kegiatan regional. “Penghargaan ini tidak lepas dari dukungan masyarakat Kabupaten Tuban serta kinerja yang baik di semua SKPD lingkungan Pemkab Tuban. Penghargaan ini harus menjadi motivasi untuk terus bekerja sebaik-baiknya demi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tuban,” kata Bupati Tuban, KH Fathul Huda dengan tetap rendah hati. HARI/RW
Bupati Tuban KH Fathul Huda saat memberi santunan kepada sejumlah anak yatim di Tuban, Jatim.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
45
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Kegiatan KKN Mendapat Dukungan Internasional Pertengahan bulan Agustus lalu, menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-71, UIN Sunan Ampel Surabaya, yang dipimpin oleh Rektor Prof Dr H Abd A’la, MAg, menggelar suatu Konperensi Internasional tentang “University-Community Engagement” dalam pembangunan dengan mengundang semua Rektor UIN/IAIN dari seluruh Indonesia dan tamu-tamu internasional dari berbagai negara, antar lain dari Canada, Malaysia, Australia dan lainnya. UIN Sunan Ampel yang sejak beberapa tahun ini menggelar kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya itu memiliki pengalaman yang menarik dan unik untuk bersama rekan-rekannya UIN dan IAIN lainnya menggelar pengalaman mereka di lapangan, saling bertukar pengalaman dan hasil-hasil positif yang diperoleh dalam praktek para dosen pembimbing dan mahasiswanya di lapangan.
Ummat yang melakukan engagement bersama mahasiswa dan kampusnya bertambah makmur, diikuti anakanak keluarga miskin yang bersekolah, berdampak tingkat kesehatan makin baik dan usaha ekonomi keluarga makin marak. [FOTO: SULAEMAN]
46
S
ALAH satu pengalaman yang menarik digelar sebagai pameran di lobby kampus UIN Sunan Ampel yang megah itu, adalah hasil karya mahasiswanya dalam praktek bisnis. Salah satu yang modern adalah bagaimana para mahasiswa dengan cara sederhana melayani penjualan saham berbagai perusahaan terkenal, bank dan usaha lainnya. Para mahasiswa dengan teknologi canggih melalui seperangkat komputer memberi penjelasan kepada calon nasabah dengan bahasa sederhana menjelaskan harga saham beberapa perusahaan yang dilayaninya dan fluktuasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Dengan gaya seperti seorang penjual saham yang sudah lihai, ditawarkannya saham beberapa perusahaan dengan prospek menarik. Tidak itu saja, dengan
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
gaya seakan mahasiswa itu adalah pemilik perusahaan yang “go public” diajaknya calon pembeli saham menikmati bahwa dengan modal sangat minimal, seorang pembeli bisa menjadi pemilik perusahaan yang memiliki nama besar dan bisa menghasilkan untung yang besar pula. Di samping itu, mahasiswa yang seakan piawai itu dengan cekatan memberikan contoh apabila seseorang ingin membeli saham tidak perlu ruwet mengisi formulir tetapi cukup menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan memberikan tanda tangannya. Para mahasiswa akan memakai data dalam KTP itu, dan menolong mengisi rentetan isian yang cukup ruwet itu setelah mereka meng-copy kartu itu dengan cepat. Keterangan lain yang biasa diperlukan untuk mendapatkan “kode rahasia” seperti kepada siapa saham akan diwariskan kalau terjadi sesuatu, dan ditanyakan dengan sederhana. Begitu juga identitas lain yang kebetulan tidak tercantum dalam KTP ditanyakan seakan mahasiswa tidak bermaksud membongkar rahasia nasabahnya. Cepat, tidak lebih dari limabelas menit, seseorang peminat sudah akan siap terdaftar sebagai calon pemilik suatu perusahaan. Keterangan lain tentang simpanan yang dimiliki calon pemilik bisa dikirim kemudian melalu e-mail yang alamatnya dikirim melalui handphone pembeli saham, tanpa harus merasa menyesal karena dokumen itu tidak terbawa pada waktu mendaftar. Suatu transaksi yang dikerjakan oleh mahasiswa sebelum mereka menjadi sarjana, suatu pekerjaan praktek yang sangat diperlukan agar mahasiswa “engage”
dalam suatu usaha bisnis nyata. Pada bagian lain digelar pameran batik bergaya Madiun dengan ragamnya yang menarik. Kalau biasanya batik selalu diembel embeli “label” batik Yogyakarta, Solo atau Pekalongan, dengan berani para mahasiswa memunculkan alternatif pilihan lain batik model Madiun, Madura dan lainnya, suatu inovasi dagang yang mengundang warna tersendiri. Kegiatan ini memberi gambaran betapa bhineka tunggal ikanya tanah air Indonesia dengan ragamnya yang muncul dalam berbagai bentuk produk makanan, pakaian dan ragam seni kebutuhan hidup lainnya. Mahasiswa yang menggelar pameran sederhana itu memiliki talent yang memadai untuk menarik para peserta Konperensi Internasional di Kampus dengan Tower kembarnya itu, sebagai kampus inovatif dengan basis keagamaan tetapi muncul lengkap dalam kegiatan bisnis yang menarik dan merangsang peserta untuk mampir dan membeli. Bagian lain lagi dari pameran sederhana yang menarik itu adalah hasil karya para dosen dan mahasiswa dalam bentuk publikasi ilmiah dengan konten sederhana dan praktis. Ada tuntunan membuat karya penelitian yang bisa dipergunakan oleh para dosen dan mahasiswa yang ingin mengikuti persaingan melimpahnya dana riset yang menantang. Ada publikasi tentang hasil pengembangan yang bisa menjadi garapan dengan prospek keuntungan yang melimpah. Ada publikasi lain hasil pengembangan program engagement bersama masyarakat di sekitar kampus dan dalam lapangan luas yang hasilnya prospektif menarik. Garapan itu ditulis secara ilmiah tetapi ternyata mudah dicerna. Kalau hasil karya seperti ini menjadi kebiasaan ilmiah rekan-rekan dosen pembimbing dan mahasiswa yang melakukan engagement bersama masyarakat luas, kiranya perguruan tinggi kita akan diperkaya dengan bahan kuliah baru dengan referensi yang makin membumi dengan muatan lokal tetapi kaya sehingga karya ilmiah masa depan bisa makin menggali kekayaan alam dan “wisdom” yang selama ini terpendam dalam tidak tersentuh, kaya muatan budaya dan kearifan tradisional masyarakat yang tidak kalah dibanding muatan asing. Dari dalam arena Konperensi yang kebetulan terlihat sepintas pada hari terakhir, terkesan bahwa peserta internasional menaruh perhatian yang tinggi terhadap perkembangan penjabaran teori dan konsep global seperti kesetaraan gender yang cenderung diukur dari konsep-konsep formal dokumen komitmen dari lingkungan kampus atau pimpinan kampus, tidak dilihat
dari banyaknya dosen dan mahasiswa perempuan yang makin menonjol dan banyak berkiprah menduduki jabatan atau mampu bersaing dengan rekannya sesama mahasiswa pria. Kelebihan ini perlu ditonjolkan sebagai pembanding dari komitmen berupa dokumen resmi yang merupakan ukuran dari pengembangan policy option yang dibanyak belahan bumi sangat menarik. Lebih dari itu ada pula kecenderungan yang mengukur opsi kesetaraan gender dari kemenangan kaum perempaun atas laki-laki dalam suatu proses persaingan, tidak atas kesediaan kedua gender untuk membangun suatu Super Tim yang dipesankan oleh nilai luhur bangsa kita sebagai bangsa yang mengetengahkan gotong royong Pancasila sebagai model kemasyarakatan yang damai dan penuh kebersamaan. Yang menarik lainnya adalah bahwa konsepkonsep “engagement” yang dikembangkan oleh kalangan internasional telah dipraktekkan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan hasil yang positif. Salah satunya disajikan oleh Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr H Musafir Pababbari, MSi yang dari paparannya dibawakan dampak positif dari pengembangan konsep “engagement” oleh mahasiswa dan masyarakat luas di wilayahnya. Konsep-konsep itu, menurut ratusan pengalaman Ibu Dr Hj Mufidah, MAg dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, bisa sinergis dan akan memberikan dampak positif apabila dipadukan dengan praktek pengembangan pemberdayaan keluarga melalui KKN Tematik Posdaya berbasis Masjid yang akhir-akhir ini dilakukan oleh ratusan UIN, IAIN dan Perguruan Islam lainnya di Indonesia dengan berhasil. Kegiatan terakhir ini diikuti dan menghasilkan nilai partisipasi yang tinggi dari Takmir Masjid dan ummat Islam pengikutnya serta membawa dampak yang sangat menguntungkan dalam memakmurkan Masjid dan sekaligus mengentaskan ummat dari lembah kemiskinan. Akibatnya Masjid yang ummat yang melakukan “engagement” bersama mahasiswa dan kampusnya bertambah makmur, diikuti anak-anak keluarga miskin yang bersekolah, tingkat kesehatan makin baik dan usaha ekonomi keluarga makin marak. Suatu engagement positif muncul dari gagasan dan praktek yang digali dari local wisdom bersumber kearifan dari leluhur di tanah air tercinta. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, Ketua Umum Hipprada, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
47
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi
Peduli Ketahanan dan Kemandirian Pangan Ketersediaan pangan merupakan hal penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, khususnya kebutuhan makanan sebagai kebutuhan dasar manusia. Apalagi melihat perkembangan masyarakat yang kian meningkat, kebutuhan akan ketersediaan pangan yang cukup, aman dan berkualitas semakin menjadi tuntutan. Oleh karena itu, peningkatan ketahanan pangan harus dilakukan secara terus menerus.
Pelatihan pengolahan pangan dari bahan dasar ikan hasil budidaya.
M
AKANAN merupakan bahan, berasal dari tumbuhan atau hewan yang dikonsumsi oleh manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bertahan hidup, menambah nutrisi dan energi. Makanan yang dibutuhkan oleh manusia adalah makanan yang didapatkan dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan sumber daya alam lainnya. Makanan yang kita konsumsi setiap harinya mengandung unsur atau senyawa, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, enzim dan lain sebagainya. Ada 2 kategori makanan yang bisa kita konsumsi setiap hari, makanan sehat atau makanan tidak sehat. Makanan sehat diolah dengan menggunakan bahan dan bumbu dapur yang segar dan berkualitas baik yang mana baik untuk tubuh sedangkan makanan tidak sehat merupakan makanan yang diolah dengan bahan makanan dan bumbu dapur yang kurang berkualitas. 48
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Bahan makanan bisa berasal dari berbagai macam, termasuk kedelai. Kedelai bisa diolah menjadi tahu dan tempe. Nama makanan ini tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dari anak kecil sampai orang dewasa dan dari orang kaya sampai orang miskin pasti sudah mengenal dan merasakannya. “Makanan yang terbuat dari kedele ini sangat diminati kebanyakan masyarakat karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Namun, tidak semua masyarakat bisa membuatnya,” kata Ir Hisworo Ramdani, MSi. Dosen Bidang Teknologi Pangan Universitas Trilogi Jakarta ini menambahkan, tahu mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Bahkan, dengan tahu bisa menghidupi keluarga serta tidak sedikit menampung tenaga kerja. Universitas Trilogi Jakarta sebagai salah satu perguruan tinggi swasta nasional yang ada di Ibukota yang dulu lebih dikenal dengan STEKPI (Sekolah Tinggi Ekonomi dan Keuang-
an Indonesia) ini sering menggelar pelatihan pengolahan pangan, selain pelatihan yang terkait dengan dunia entrepreneur, termasuk pelatihan pengelolaan keuangan model mikro seperti skim Kredit Tabur Puja. Sebagai sebuah universitas, di Universitas Trilogi juga ada Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP). Ilmu merupakan ilmu terapan yang sangat interdisipliner yang menggabungkan konsep-konsep dari berbagai bidang termasuk Kimia Pangan, Biokimia Pangan, Mikrobiologi Pangan, dan Rekayasa Proses Pangan. Lulusan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Trilogi memiliki kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lain sebagai berikut: Kompetensi utama dan kompetensi pendukung (terkait dengan success skills) yang telah memenuhi kompetensi inti minimal dari lulusan Prodi Ilmu dan Teknologi pangan yang direkomendasikan oleh Institute of Food Technologists (IFT) dan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI). Untuk menghasilkan Food Scientists dan Food Technologists yang berkontribusi terhadap produk pangan yang baik, aman, dan bermutu, lulusan program studi Ilmu dan Teknologi Pangan akan dibekali sertifikat nasional misalnya ahli K3 umum (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Dengan mengusung visi menjadi program studi Ilmu dan Teknologi Pangan yang terkemuka di Indonesia dalam bidang ilmu dan teknologi pangan berbasis Teknopreneur pada tahun 2020, akan mendorong misi guna menghasilkan lulusan yang ahli di bidang ilmu dan teknologi pangan yang berkarakter teknopreneur, kolaboratif, dan mandiri, selain mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjawab tantangan nasional bidang pangan, dan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Para lulusannya akan mendapatkan gelar yang Sarjana Teknologi Pertanian (STP), yang nota bene akan menjadi pelaku usaha mandiri (business owner) dalam industri pangan (technopreneur) Indonesia. Meliputi tekno-
preneur pengolahan buah dan sayur, teknopreneur roti, kue dan bakeri, serta teknopreneur produk susu, dan sebagainya. Para lulusannya juga siap menjadi pelaku utama dalam bidang industri swasta yang meliputi supervisor/staf di perusahaan pangan nasional/internasional di divisi pengembangan produk pangan baru (R&D), divisi produksi, divisi quality control/quality assurance, divisi pengembangan sistem keamanan pangan dan sistem jaminan halal, divisi regulasi, divisi procurement. Selain itu, lulusan jurusan ini juga bias berkiprah di pemerintahan meliputi Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi & UKM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertanian, kementerian kelautan dan perikanan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sedangkan, profesional meliputi tenaga ahli di bidang proyek pemerintahan seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Selain itu sebagai konsultan di berbagai Perusahaan Swasta dalam menerapkan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), Good Manufacturing Practice (GMP), International Organization for Standardization (ISO). Hisworo Ramdani mengungkapkan, beberapa kegiatan pelatihan pengolahan pangan yang digelar bertujuan untuk melatih para kader maupun kelompok masyarakat membuat bahan-bahan makanan, seperti misalnya dari kedelai, tahu tanpa limbah ini adalah agar nantinya dijadikan usaha-usaha
Peserta pelatihan tampak penuh semangat mengikuti kegiatan.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
49
Ir Hisworo Ramdani, MSi mendampingi peserta pelatihan pengolahan pangan di Universtias Trilogi Jakarta.
50
di Posdaya binaan Universitas Trilogi dan perguruan tinggi mitra lainnya di sekitar wilayah Jakarta. “Program ini cukup bagus dan mengena sekali. Yang selalu kita lakukan pendekatan ini bagaimana para ibu-ibu ini senang,” katanya. Ia berharap, selesai mengikuti pelatihan ilmunya akan dibagikan kepada anggota Posdayanya, selain bisa membuat tahu sendiri dengan lebih higienis atau bersih dan bisa langsung dimakan. Beberapa waktu lalu Univeritas Trilogi Jakarta memberi kesempatan kepada kaderkader kelompok Posdaya yang ada di DKI Jakarta untuk mengikuti pelatihan mengolah kedelai dibuat tahu, susu kedelai, perkedel, kecap dan lain-lain tanpa limbah yang barubaru ini dilakukan di kampus Kalibata, Jakarta Selatan. Kegiatan ini juga mendapat apresiasi Seksi Pelatihan dan Pendampingan Bidang Pengembangan Program Yayasan Damandiri di kepengurusan periode 2016-2021, Ir Anna Murnijati, MMA. Kegiatan pelatihan yang digelar Universitas Trilogi bekerjasama dengan Yayasan Damandiri dalam pengolahan pangan, sangat penting dan mempunyai peran strategis utamanya dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam hal pangan. Mantan Asisten Deputi Direktur Pengumpulan dan Pemanfaatan Data Yayasan Damandiri, sebagai nara sumber dalam “Work Shop Mengolah Kedelai Tanpa Limbah” misalnya, yang menjadi salah satu tema kegiatan yang diselenggarakan Universitas Trilogi Jakarta itu menegaskan, dalam pengolahan makanan perlu memperhatikan pula soal kebersihan
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
dari alat-alat yang dipergunakan, seperti mesin giling, air mendidih hingga 100 drajat, saringan dan alat-alat penunjang lainnya. Anna demikian biasa disapa, mengingatkan dalam mengolah kedelai baik menjadi tahu dan lain-lainnya tidak boleh dicampuri dengan bahan-bahan pengawet yang berbahaya. “Jauh-jauh bahan pengawet berbahaya harus kita hindari seperti menggunakan boraks, obat pemutih atau pengawet bahaya lainnya,” katanya. Orang, lanjut Anna, memberikan pengawet dengan bahan berbahaya itu tidak diperbolehkan karena akan merusak organ tubuh manusia ciptaan Tuhan dan itu adalah dosa. Pembuatan tahu nir limbah atau tidak ada limbah yang selama ini dikenal dengan ekonomi biru “blue economy”. “Selama ini ampas tahu digunakan untuk pakan ternak karena dianggap ampas tahu sudah tidak ada proteinnya lagi, padahal ampas tahu itu masih ada protein sekitar 40%. Sayang sekali kalau dibuang karena bisa dibuat berbagai macem makanan seperti, perkedel, nuget, bakso, kue kering, roti dan jenis makanan lainnya,” imbuhnya. Menurut Ibu Anna, demikian dia sering dipanggil, membuat Tahu tanpa limbah tidak susah. Pertama bahan baku kedele sesuai ukuran direndam air selama 8 jam. Selama direndam sering dilakukan ganti air. Setiap ganti air rendam kedelai sambil digosokgosok agar bersih dari kulit dan kotoran lainnya, sementara kedelai yang mengapung dibuang. Setelah kedelai bersih kemudian dicampur dengan air panas dan digilling dengan mesin khusus. Hasil gilingan berupa cairan kedelai yang disebut susu kedelai. Dari susu kedelai itu dapat dibuat macam-macam makanan atau minuman sesuai kreasi masing-masing. Diharapkan, selesai mengikuti pelatihan ilmunya akan dibagikan kepada anggota kelompok, juga bisa membuat tahu sendiri dengan lebih higienis atau bersih dan bisa langsung dimakan. Dengan demikian akan menjadi partisipasi nyata dalam keikutsertaanya menyuskseskan tekad mewujudkan kemandirian pangan nasional. HARI
PENDIDIKAN
Prodi PAUD Universitas Trilogi
Inisiasi Pemantapan Nilai-Nilai Pancasila Sejak Dini “Krisis identitas dalam diri generasi muda semakin mengarah pada tingkat yang berbahaya. Gejala ini dapat dengan jelas kita perhatikan dengan berbagai perilakunya. Padahal, mereka adalah generasi penerus yang akan membawa perjalanan bangsa ini. Apa yang terjadi kemudian terhadap nasib bangsa, jika generasi harapan itu sudah semakin mengkhawatirkan”.
D
EMIKIAN disampaikan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin saat membuka acara Seminar Interaktif Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Auditorium Universitas Trilogi, Jl Kalibata, Jakarta Selatan pada Rabu pagi 24 Agustus 2016 lalu. “Apakah benar pendidikan kita sudah bisa membentuk manusia seutuhnya, manusia yang kreatif, inovatif, pekerja keras, mampu bekerja sama, rajin dan cerdas? Kita perlu merenungkan kembali hakekat pendidikan saat ini,”ujar guru besar bidang statistika yang juga pemerhati pendidikan nasional ini di hadapan peserte seminar. Dalam cara yang mengangkat tema “Kurikulum PAUD 2013, Berbasis Nilai-nilai Pancasila” Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, juga berharap pendidikan sekarang jangan sampai direduksi karena bisa berakibat fatal bagi masa depan bangsa. “Oleh karena itulah, hal yang penting untuk diperhatikan bersama adalah usaha kita untuk menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila sejak dini. Jika tidak, kita hanya akan melahirkan generasi yang sebatas pintar, namun durhaka dengan bangsanya sendiri. Apakah kita mau?” ujar pria kelahiran Garut, Jabar, 16 Maret 1957 ini di hadapan ratusan peserta seminar yang merupakan para guru PAUD di DKI Jakarta. Hal senada juga disampaikan Walikota Jakarta Selatan yang diwakili Sekda Jakarta Selatan Desi Putra. Dirinya berharap agar para guru PAUD yang hadir bisa memperdalam ilmu dari seminar serta mengimplementasikannya. Menurutnya, PAUD mempunyai kedudukan yang sangat urgen baik dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa, dan bernegara. “PAUD mempunyai posisi yang sangat urgen. Semoga anak-anak kita menjadi lebih baik. Sebagaimana kita ketahui, negara barat sendiri hari ini sedang mengalami krisis generasi muda,” ungkapnya prihatin. Hadir dalam acara ini Ketua Pembina Ya-
yasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Prof Dr Haryono Suyono, pemateri pakar PAUD yang juga dosen Universitas Trilogi Dr Roostrinawahti, MPd, sejumlah dosen Universitas Trilogi, para guru PAUD seDKI Jakarta dan undangan lainnya. Sedangkan menurut pakar PAUD yang juga dosen Universitas Trilogi Dr Roostrinawahti, MPd, pengembangan Kurikulum dengan berbasis nilai-nilai Pancasila harus dimulai dari perencanaan pembelajaran. Untuk diketahui, tambahnya, Universitas Trilogi sendiri telah memiliki Pusat Studi Ekonomi Pancasila. “Melalui pusat studi tersebut Universitas Trilogi konsisten membumikan kembali nilai-nilai dari ideologi bangsa ini. Salah satunya adalah dengan melahirkan mata kuliah Sistem Ekonomi Pancasila yang nantinya akan diajarkan dan disebarluaskan ke seluruh perguruan tinggi,” tegas Dr Roostrinawahti, MPd meyakinkan. ADE S
Ketua Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor Universitas Trilogi bergambar bersama Sekda Kota Administratif Jakarta Selatan Desi Putra.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
51
PENDIDIKAN
Damandiri Bantu Operasi Katarak Gratis Dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-71, Yayasan Damandiri bekerja sama dengan Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) pada 20 Agustus 2016 lalu menggelar Bakti Sosial Operasi Katarak gratis bagi warga kurang mampu dari beberapa wilayah di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Sesuai misinya meningkatkan kesejahteraan keluarga-keluarga miskin, Yayasan Damandiri secara bertahap juga akan memberikan pelatihan wirausaha bagi penderita katarak yang telah memiliki kemampuan melihat secara normal untuk lebih ditingkatkan kesejahteraannya.
Irvansyah (kiri) saat menanti namanya dipanggil untuk dilakukan operasi katarak. [FOTO-FOTO: RAHMA]
52
“K
AMI dari Yayasan Damandiri yang didirikan Pak Harto (Presiden RI ke-2) punya misi menyejahteran keluarga miskin. Kami bersyukur bisa membantu keluarga yang menderita katarak. Ini salah satu misi kami membantu mereka agar lebih sehat, dapat meningkatkan usaha dan pendapatannya secara bertahap tidak lagi miskin tetapi menjadi keluarga sejahtera,” ungkap Ketua Yayasan Damandiri Subiakto Tjakrawerdaja. Tidak hanya membantu operasi katarak gratis, Yayasan Damandiri bekerja sama de-
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
ngan Pertuni juga akan membantu mengikutsertakan mereka mengikuti latihan kewirausahaan. Terutama, apabila mereka sudah bisa melihat dengan jelas, bisa meningkatkan keterampilannya untuk usaha. Yayasan Damandiri juga akan membantu di bidang permodalan, apabila mereka membutuhkan modal usaha. “Semoga langkah ini dapat diteruskan, karena masih ratusan ribu rakyat Indonesia yang butuh operasi katarak. Acara ini juga bisa menjadi momentum menggerakkan masyarakat yang punya kemampuan untuk membantu mereka, sehingga ratusan ribu penderita katarak dapat disembuhkan,” ujarnya. Rasa syukur tak terhingga ikut terlontar dari bibir dilontarkan Irvansyah (41), salah satu pasien penderita katarak yang pada hari itu mendapat pelayanan operasi katarak gratis di Klinik Mata Matanya, Teber, Jakarta Selatan. “Saya sudah pernah operasi mata kanan sebelumnya, biayanya cukup mahal sekitar 16 juta. Jadi saya sangat bersyukur mendapat pengobatan gratis di sini,” ungkap bapak tiga anak yang sehari-harinya bekerja sebagai outsoursing di Kemayoran, Jakarta Pusat. Irvansyah yang sudah menderita katarak selama hampir 5 tahun ini mengaku sakit yang dirasakannya ini memang cukup mengganggu konsentrasinya dalam bekerja, terutama siang hari. “Kadang ada bayang-bayang di retina mata, sehingga saya lebih nyaman memakai kaca mata hitam pada siang hari,” cetusnya.
Pertuni Menggugah Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang dapat dicegah dan ditanggulangi jika penderitanya mendapatkan penangan medis pada saat yang tepat. Oleh karena itu, tujuan dilaksanakan operasi katarak gratis ini adalah menekan dan menanggulangi tingginya tingkat kebutaan di Indonesia yang menurut Kementerian Kesehatan adalah 1,5 persen dari jumlah penduduk. Dalam hal ini, Wakil Ketua Pembina Pertuni Syafrie Syamsudin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Yayasan Damandiri yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat penyandang disabilitas, khususnya tuna netra. “Tahun 2016 ini Pertuni mempunyai program Pertuni Menggugah,” ungkapnya. Pertuni Menggugah ini mengandung makna sangat dalam. Pertama, Pertuni yang biasa menangani penyandang disabilitas bisa menggugah masyarakat untuk peduli memperhatikan disabilitas. Kedua, Pertuni sebagai organisasi sosial kemasyarakatan ikut partisipasi menyejahterakan masyarakat sebagian kecil beban yang dipikul masyarakat. “Melalui Baksos ini Pertuni terus mengikuti program dari waktu ke waktu menggugah semuanya agar memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Pertuni yang disabilitas saja bisa memperhatikan masyarakat penyandang tuna netra, apalagi mereka yang normal,” cetusnya. Sebelum menggelar Bakti Sosial operasi katarak gratis, Pertuni juga sudah melaksanakan Bakti Sosial Donor Darah. “Bayangkan, mereka penyandang tuna netra. Satu hal yang perlu dibanggakan, bangsa ini tidak hanya yang normal, tapi penyandang disabilitas pun bisa ikut berbakti untuk menyejahterakan bangsanya,” ungkapnya haru. Menurut Ketua Ketua DPP Pertuni Mahretta Maha, operasi katarak diikuti 40 warga tidak mampu dan dilaksanakan secara tiga tahap pemeriksaan sejak 15 – 18 Agustus di Klinik Mata Matanya, Tebet, Jakarta Selatan. Mereka yang benar-benar harus mendapat
pertolongan operasi katarak dilaksanakan pada 20 Agustus sebanyak 18 orang. Operasi dilaksanakan oleh tim ahli yang tergabung dalam Pehimpunan Dokter Mata Indonesia (Perdami). RW
Ketua Yayasan Damandiri Dr (HC) Drs Subiakto Tjakrawerdaja menyapa pasien katarak.
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
53
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Konflik Bisa Membuat Keadaan Lebih Baik Tidak semua orang nyaman dengan adanya perubahan dalam organisasi, apalagi kalau terjadinya perubahan itu terkesan mendadak dan tidak direncanakan sebelumnya. Hal ini akan mengguncangkan organisasi dengan segala aspeknya, termasuk dengan organisasi lain yang menjadi mitra kerjanya. Biasanya seorang pemimpin baru akan mengatakan kepada bawahannya, dan meminta untuk memilih, apakah bergabung dengan gerbong baru dan mengikuti kebijakan baru atau mengundurkan diri. Di sini akan terjadi adanya ke luar masuk karyawan, karena bisa saja yang lama tidak sepaham dengan kebijakan pimpinan baru, sehingga mereka mengundurkan diri dan mencari pekerjaan yang dirasa cocok dan nyaman. Bagian masa lalu, sebaik apa pun kadang dianggap kuno dan tidak perlu diteruskan, karena mungkin tidak ada gunanya bagi organisasi yang pimpinannya baru. Program-program yang tidak menguntungkan organisasi, kalau perlu ditiadakan atau dihapus, sehingga mencari terobosan baru dan program-program baru yang memungkinkan organisasi itu bisa menguntungkan, baik secara materiel maupun secara kelembagaan.
Mendorong orang untuk memberikan respons akan membantu kita mengerti masalahnya dengan baik, hal ini juga memberikan peluang kepada kita untuk memproses persoalan secara emosional. Hal ini sangat penting, apabila kita bisa membesarkan hati mereka untuk memberikan respons yang otentik kepada kita. [FOTO: MULYONO]
D
ENGAN munculnya perubahan, biasanya terjadi kondisi yang menimbulkan konflik, dan tidak semua konflik itu berakhir dengan positif, tetapi ada juga yang berakhir buruk. Bila konflik itu bertujuan untuk menyayangi orang lain atau berusaha untuk menolongnya, maka konflik itu akan berakhir dengan baik. Meskipun demikian, menurut John C Maxwell, konflik itu sebenarnya bisa dihindari, salah satu cara untuk menghindari konflik adalah mengucilkan diri sendiri dari semua orang. Kita sering mendengar tentang konflik, baik di dalam se54
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
minar-seminar atau dalam kehidupan seharihari. Di dalam organisasi, banyak sekali muncul konflik kepentingan dan tidak sedikit yang berkelanjutan, sehingga terjadi konflik yang cukup hebat dan menggetarkan organisasi. Hampir semua orang pernah mengalami konflik, namun agak jarang yang mau untuk dikonfrontasi dan biasanya selalu menghindar. Secara intelektual, pemecahan konflik sebenarnya tidak terlalu sulit, namun secara emosional memang bisa saja sulit. Masih menurut John C Maxwell, pemecahan konflik membutuhkan kejujuran, kerendahan hati, dan dedi-
kasi pada hubungan. Ada beberapa langkah penting untuk membantu menghadapi konfrontasi. Pertama, konfrontasilah dengan seseorang yang hanya jika kita mempunyai hati untuk orang itu. Dalam hampir semua situasi hubungan, melakukan konfrontasi akan paling produktif jika kita memperhatikan kepentingan orang lain, dan mencoba melakukan konfrontasi dengan sasaran menang bagi semua atau menang bersama. Jika kita berusaha memastikan orang lain untuk menang terlebih dahulu, maka kita akan memiliki perspektif yang paling baik. Ketika kita bersiap-siap menghadapi seseorang, harus dipastikan orang itu memiliki perasaan yang sama terhadap kita. Kedua, kita berusaha untuk bertemu secepat mungkin. Kapan pun konflik itu muncul, biasanya kita berusaha untuk menghidarinya, menunda-nunda untuk menghadapinya, atau kadang-kadang meminta orang lain untuk membantu memecahkannya. Bila setiap kali kita membiarkan konflik, apa pun alasannya, maka konflik itu akan menjadi kian memburuk, apalagi bila menunda-nunda konfrontasi. Persoalan akan semakin membesar dan akhirnya akan semakin menumpuk. Tidaklah baik untuk menyimpan berbagai persoalan dan kemudian memberikan pelajaran sejarah selama konfrontasi, akan lebih baik bila bertemu secara langsung dan saling berhadapan, itu merupakan hal yang sangat baik dan positif serta perlu dipertimbangkan. Ketiga, carilah pengertian terlebih dahulu dan tidak harus suatu kesepakatan. Hambatan utama pada pemecahan konflik yang positif adalah masuk ke dalam konfrontasi dengan terlalu banyak gagasan yang dipikirkan sebelumnya. Ada pepatah yang mengatakan, bahwa orang yang mempunyai pendapat sebelum mereka mengerti adalah manusiawi, namun bila orang yang mempunyai penilaian sebelum mereka mengerti, mereka itu adalah dungu. Abraham Lincoln yang memiliki keterampilan yang hebat dalam menjalin hubungan dengan orang lain mengatakan “Ketika saya siap untuk berunding dengan seseorang, saya menghabiskan sepertiga waktu berpikir tentang diri sendiri dan apa yang akan saya katakan, dan dua per tiga berpikir tentang itu serta apa yang akan ia katakan. Hal ini merupakan pedoman yang sangat baik, karena kita tidak dapat tercapai apabila fokus kita adalah diri kita sendiri”. Keempat, uraikan persoalan. Berbicara dan membuat diri kita mudah dimengerti, penting untuk mengambil pendekatan yang positif.
Menggambarkan persepsi dan menjauhkan kesimpulan atau pernyataan tentang motif orang lain, serta memaparkan masalah kita yang disebabkan karena hal itu. Bercerita bagaimana persoalan ini mempengaruhi perasaan kita dan mengungkapkan secara jelas serta tanpa menuduh. Di samping itu harus menjelaskan mengapa hal ini penting bagi kita, dan menyampaikan bahwa hal ini merupakan prioritas. Hal ini akan membuat mereka bisa berubah. Dalam proses ini sebaiknya tanpa merasa panas atau getir secara Dr Mulyono D Prawiro emosional sangatlah penting. Kita tidak harus mematikan emosi kita, tetapi perlu memastikan, bahwa kita tidak melakukan serangan verbal kepada orang yang sedang kita hadapi. Kelima, dorongan untuk memberi respons. Alangkan indahnya bila kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk memberikan responsnya. Kita sebaiknya peduli dan mau mendengar, seperti yang diutarakan oleh Dean Rusk, seorang politikus terkenal Amerika Serikat, bahwa “Salah satu cara terbaik untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan telinga kita dan dengan mendengarkan mereka”. Mendorong orang untuk memberikan respons akan membantu kita mengerti masalahnya dengan baik, hal ini juga memberikan peluang kepada kita untuk memproses persoalan secara emosional. Hal ini sangat penting, apabila kita bisa membesarkan hati mereka untuk memberikan respons yang otentik kepada kita. Jika mereka bisa menyampaikan pendapatnya, maka mereka tak kan mampu bergerak ke arah pemecahan masalah, mereka akan terfokus pada respons mereka sendiri, sehingga mereka tidak mendengar hal lainnya. Keenam, setuju akan rencana tindakan. Tidak sedikit orang yang tidak suka dengan konfrontasi, namun banyak yang menginginkan resolusi atau pemecahan. Salah satu cara untuk mencapai pemecahan adalah dengan cara mengambil tindakan positif. Dengan mengembangkan dan menyetujui suatu rencana tindakan, maka kita menempatkan fokus pada masa depan, bukan pada masalah di masa lalu. Jika orang yang kita konfrontasi ingin berubah, maka mereka akan condong pada kemungkinan untuk membuat keadaan lebih baik. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama dan Universitas Trilogi, Jakarta Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
55
LAPORAN DAERAH
Kebumen Kembangkan Kampung KB Kampung KB terus dikembangkan di 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen. Kampung KB sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan program kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) secara utuh di lapangan.
Warga dan ibu-ibu PKK di Desa Depokrejo, Kebumen, Jateng, mengikuti pencanangan Kampung KB.
S
EJAK Februari 2016, Kabupaten Kebumen mulai membangun Kampung Keluarga Berencana (KB). Diawali dengan pembangunan Kampung KB di RW 04 Dukuh Luwihpari, Desa Wonotirto, Kecamatan Karanggayam dan berkembang ke wilayah lainnya, yaitu di Dukuh Gesikan, Desa Depokrejo, Kecamatan Kebumen, dan di Dukuh Kethileng Desa Tanjungrejo Kecamatan Buluspesantren yang diresmikan 13 Agustus 2016. Kegiatan Kampung KB ini melibatkan seluruh bidang dan mitra kerja instansi terkait sesuai kebutuhan dan kondisi wilayah. “Program kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga ini menjadi sangat penting karena jumlah penduduk bertambah terus. Sementara kita ingin mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan kehidupan keluarga yang berkualtias, bahagia, sejahtera,” kata Plt Kepala UPT Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kebumen, Indrono Sumartono, SIP, MM. Menurut Indriono, Kampung KB merupakan upaya membangkitkan kembali program 56
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
KB. Oleh karena itu, Kampung KB dibentuk di wilayah terpencil, tertinggal, di perbatasan, di pesisir, miskin, padat penduduk, kumuh, peserta KB aktifnya rendah, pengguna kontrasepsi MKJP-nya rendah, dan unmet need-nya tinggi. Di daerah yang dinilai “minus” Kampung KB menjadi sebuah gerakan program KB dan pembangunan keluarga. Untuk itu perlu ada sinergi dengan program pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan lainnya. Dukuh Gesikan yang berada di wilayah sentra sangkar burung ini terpilih menjadi Kampung KB. Alasannya, wilayah ini berada di sekitar persawahan dengan jumlah penduduk banyak dengan lokasi tempat tinggal padat, kesertaan KB MKJP (metoda kontrasepsi jangka panjang) masih rendah, total peserta KB aktif belum mencapai 60 persen. “Program ini juga akan memberi arah dan pedoman bagi para tanggungjawab program KB di tingkat kecamatan dan desa. Dengan ber-KB dan cukup dua anak saja, diharapkan kebutuhan pendidikan bagi anak akan dipenuhi dengan baik. Keluarga akan mampu merawat dan mencukupi segala kebutuhan
yang diperlukan keluarga,” kata Indriono. Indriono yang juga menjabat UPT BPPKB Buluspesantren mengatakan, keberadaan Kampung KB di Dukuh Kethileng, Desa Tanjungrejo, Kecamatan Buluspesantren diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan melalui keluarga berencana diharapkan keluarga menjadi keluarga kecil bahagian dan sejahtera. “Kepada para petugas KB diharapkan maksimal dalam melakukan sosialisasi dan pelayanan kepada masyarakat,” tuturnya. Sementara itu, Seorang Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Kebumen, Indah Retnowati mengatakan wilayah kerjanya sampai di Desa Depokrejo. Wilayah yang terkenal dengan produk sangkar burung ini berpenduduk sekitar 1.067 jiwa terdiri dari 547 perempuan dan 520 laki-laki. Wilayah padat penduduk dengan tempat tinggal saling berdekatan, dan berdekatan dengan persawahan itu, memiliki PUS (pasangan usia subur) sebanyak 158 tetapi yang ber-KB hanya 97 PUS. Sedangkan kegiatan tribina baru terbentuk Bina Keluarga Balita (BKB) dengan jumlah balita sekitar 75 balita, namun kegiatannya belum rutin. Oleh karena itu, menurut Indah, semua kegiatan harus segera diaktifkan lagi. Selain meningkatkan kegiatan KB yang sudah ada. Hadirnya Kampung KB juga mewujudkan kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Kegiatan Tribina ini bertujuan meningkatkan ketahanan keluarga. Ditambah lagi dengan pembentukan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja. “Yang lainnya adalah bagaimana bisa meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui kelom-
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat meninjau hasil produk UPPKS kader PKK Desa Depokrejo, Kebumen, Jateng.
pok UPPKS (upaya peningkatan pendapatan keluarga sejahtera – red), menurunkan angka KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) dan meningkatkan kualitas sekolah penduduk usia sekolah,” ujarnya. Kepala Desa Depokrejo Suhadi menyambut baik dikembangkannya Kampung KB di wilayahnya. Harapannya, program Kampung KB ini akan mampu meningkatkan kesejahteraan desa yang mempunyai julukan seribu
PLKB Indah Retnowati (paling kanan) saat membina Kelompok Bina Lansia (BKL)
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
57
Kepala UPT BPPKB Kecamatan Kebumen Indriono Sumartono saat pencanangan Kampung KB di Desa Depokrejo, Kebumen, 13 Agustus 2016 lalu.
bambu itu. “Masyarakat diharapkan mendukung kegiatan Kampung KB. Jika program ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat maka semuanya akan berjalan dengan baik,”
58
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
kata Suhadi. Kepala Bidang KB BPPKB Kebumen, Gangsar Wahyudi mengatakan bersinerginya Kampung KB dengan berbagai program memerlukan dukungan peran pemerintah, lembaga non pemerintah, swasta, dan seluruh lapisan masyarakat. Untuk membangkitkan Program KKBPK, peran PLKB juga sangat penting. Namun, jumlah PLKB di Kabupaten Kebumen saat ini hanya tersisa 70 PLKB. Jumlah ini kurang memadai atau sangat kurang dibandingkan dengan desa sebanyak 460 desa. Jadi, satu PLKB harus membina 5-6 desa, bahkan ada yang 7 desa. Untuk membantu tugas PLKB disetiap desa ada satu orang PPKB Desa dan di setiap RW ada satu orang Sub PPKB Desa. Sementara itu, untuk menghasilkan kualitas keluarga yang baik dimulai dari ibu yang sehat yang akan melahirkan anak yang sehat, dan kemudian menjadi generasi yang sehat, berkualitas, dan berbudi luhur. Kepala Puskesmas III Kebumen H Tri Tunggal Eko Sapto, SKM, MPH, mengimbau agar ibu-ibu hamil memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan. Di Kebumen, mulai diberlakukan ibu hamil memakai untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu. Gelang warna tiga warna untuk kehamilan sehat. Warna kuning untuk kehamilan resiko tinggi (resti) bagi warga mampu, dan gelang warna merah untuk kehamilan resti bagi warga miskin. “Gelang karet harus dipakai ibu hamil untuk memudahkan petugas melakukan penanganan,” kata Eko. Berkaitan program KB, Eko pun menyampaikan bahwa pelayanan program KB di Puskesmas III Kebumen gratis bagi semua warga yang mempunyai BPJS. Semua alat kontrasepsi meliputi pil, suntik, IUD/spiral, implant/susuk, kondom diberikan tanpa dipungut biaya. DEWI PURNAMASARI/HARI/HNUR
LAPORAN DAERAH
Lansia Jangan Berhenti Beraktivitas Dicari tiga jenis keluarga, setelah sebelumnya di setiap kelompok dilakukan pemetaan. Siapa sajakah mereka? “Yang pertama adalah keluarga pra sejahtera, keluarga yang miskin, keluarga yang perlu bantuan, keluarga yang perlu semangat. Tidak saja lansia tetapi juga yang tidak lansia, yang muda juga yang masih balita. Keluarga-keluarga tersebut harus dibantu supaya menjadi keluarga sejahtera,” Kata Ketua Umum Pengurus Besar PWRI Prof Dr Haryono Suyono pada acara peringatan Hari Lansia Kota Administrasi Jakarta Pusat.
P
ADA peringatan Hari Lansia Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan Tema Lansia Sehat, Lansia Aktif dan Produktif, pada 9 Agustus 2016, Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan hal itu di Ruang Serbaguna Kantor Walikota Administrasi Jakarta Pusat, Jalan Tanah Abang I No 1, Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Hadir pada acara tersebut Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) yang juga Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono, Walikota Administrasi Jakarta Pusat Drs Mangara Pardede, M.Si, Asisten Kesra Jakarta Pusat, Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Pusat drg Yudhita Endah, PMKes, Kepala Sudin Sosial Jakarta Pusat Susana Budi dan sejumlah lansia seJakarta Pusat. Menteri Kependudukan dan Kepala BKKBN era Presiden HM Soeharto mengatakan, dirinya akan menambahkan beberapa hal.
Pertama, apakah ibu-ibu siap untuk setiap kali kumpul di RPTRA? “Nanti saya bersama kawan-kawan bergiliran dari RPTRA satu ke RPTRA lainnya memberikan ceramah, memberikan motivasi, memberikan pelatihan. Jadi nanti bersama-sama ibu Kepala Sudin saya akan atur beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi. Jadi ibu-ibu datang syukur dengan bapaknya, dengan anaknya atau dengan mantunya untuk siap tetap sehat, semangat dan sejahtera,” ujarnya. Kedua, lanjut Prof Haryono, carilah keluarga-keluarga yang sudah kaya, sudah makmur tetapi agak pelit. Keluarga-keluarga ini kita ajak supaya berubah dari pelit menjadi tidak pelit. Karena apa? Karena keluarga-keluarga yang pelit bisa dengan mudah berubah menjadi tidak pelit kalau dia mau menolong keluarga miskin. Syaratnya gampang, keluarga pelit itu kalau mau menolong keluarga yang miskin, kalau nanti dipanggil oleh Allah SWT nanti langsung masuk surga. Tetapi kalau tetap
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pencerahan dan motivasi kepada para lansia di acara peringatan hari Lansia Jakarta Pusat. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
59
Prof Dr Haryono Suyono mendapat sambutan yang ramah dan luar biasa dari peserta peringatan hari Lansia Jakarta Pusat.
Walikota Jakarta Pusat Drs Mangara Pardede, MSi saat memberikan sambutan pada acara peringatan Hari Lansia Jakarta Pusat.
60
pelit, nanti kalau dipanggil akan mengikuti fit and profer test. Keluarga yang ketiga adalah keluarga kaya tetapi sangat dermawan. Suka ikut menjadi pengurus PKK, suka ikut menjadi pengurus lansia, suka ikut olah raga, suka ikut membantu membayar zakat bagi orang Islam, kalau bukan Islam memberi sumbangan. Tidak diminta sudah memberi. Orang-orang seperti ini kalau diundang, persilakan duduknya di depan, supaya menjadi contoh dan dipotret. Kalau ketemu walikota langsung dikenalkan Pak Walikota. Orang-orang seperti ini kita do’akan umurnya panjang dan berguna untuk masyarakat. Lebih lanjut Pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini menjelaskan, “Apa yang harus kita lakukan setelah kita pilah-pilah? Pertama, jangan ada di DKI Jakarta ini anak balita yang tidak masuk PAUD. Jadi ibu-ibu lansia ini kalau pagi setelah sholat shubuh usahakan mengantar anak balita masuk ke PAUD. Kalau tidak punya cucu balita, cucu tetangganya
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
diantar ke PAUD. Kenapa? Karena di PAUD itu, namanya bunda PAUD, itu orang terbaik sedunia. Tidak pernah menyalahkan anak didiknya. Anak didik nyanyinya salah diberi tepuk tangan.” Harus ada di setiap tempat, di sekeliling RPTRA yang namanya PAUD. Supaya keluarga miskin itu laki, perempuan bisa ikut pelatihan keterampilan karena anak balitanya sudah masuk PAUD sehingga ibunya bebas dan bisa dilatih. Lansianya momong di PAUD, dan momong di PAUD itu lansianya bisa ikut latihan nyanyi bersama bunda PAUD. Makin sering lansia itu nyanyi makin panjang umurnya. Karena dia gembira, kalau gembira tidak ada stres dan umurnya panjang. Beramal dengan SIIS “Ingat!” lanjut Prof Haryono. Ia menguraikan, ada PAUD, ada BKB (Bina Keluarga Balita), ada kebun bergizi. Jadi ibu-ibu yang punya halaman rumahnya sempit bisa bikin kebun bergizi di rumah masing-masing dengan menggunakan pot atau hidroponik. Belajarnya di mana? Di RPTRA. Ada juga kegiatan ekonomi. Kalau perlu bikin koperasi. Jadi ibu-ibu nanti bisa berlatih di RPTRA khusus bikin kue, bikin macam-macam, karena di Jakarta ini apa saja yang dibuat laku jual. Bahkan barang-barang bekaspun bisa diubah menjadi sesuatu yang laku jual. Jadi ada koperasinya, ada kebun bergizinya, ada PAUDnya, ada macam-macam, itu semua sudah pernah berlatih bahkan sekarang sering menjadi juara. Itu namanya Pos-pos Pemberdayaan Keluarga. Pada akhir ceramahnya, penggagas Posdaya ini menegaskan, “Saya nanti akan datang, insya Allah kepada ibu-ibu membawa kawan-kawan saya untuk berlatih. Mari kita siapkan diri untuk setiap kali dalam hati kecil kita, kita niatkan pada usia yang lansia ini untuk beramal. Beramal dengan apa? Beramal dengan SIIS yaitu, Sabar, Ikhtiar, Ikhlas dan Syukur.” Pada kesempatan yang sama, Walikota Administrasi Jakarta Pusat Drs Mangara Pardede, MSi mengatakan, “Saya ingin menggambarkan Prof Haryono Suyono ini. Barangkali saya masih SMA, beliau sudah sangat populer di ingatan saya. Karena mungkin jaman orde baru Pak Haryono Suyono orang yang paling
dikenal dengan KB,” jelasnya. “Saya pikir selama ini BKKBN itu lebih dikenal dengan sosok Prof Haryono Suyono mulai dari lagunya tentang KB dari yang kecil sampai yang tua hafal lagu itu, sehingga para keluarga yang masih produktif selalu mikir dan kemudian mulai mengatur diri sehingga orang seusia saya atau mungkin di atas saya sudah jarang yang memiliki putra putri lebih dari tiga. Karena begitu merasuknya lagu KB dalam kehidupan setiap orang. Itu peninggalan Prof Haryono yang luar biasa. Pada setiap hari Keluarga Berencana saya selalu menyindir BKKBN, kenapa lagu ini jarang dinyanyikan di RRI atau radio-radio,” tambah Mangara Pardede. Kemudian setelah orde baru, lanjut Mangara Pardede, “Prof Dr Haryono Suyono tetap muncul di publik dan sampai dengan sekarang. Kalau kita kumpul seluruh dokumen pergerakan orde baru ke reformasi mungkin dan hampir pasti pejabat yang tidak pernah dihujat salah satunya adalah Prof Dr Haryono Suyono ini. Karena apa? Karena memang beliau bisa membuat bangsa ini bagus. Satu warisan yang kami terima dari Bapak adalah pikiran positif. Itulah saya kira yang membuat Prof Haryono Suyono ini yang sudah berusia 78 tahun masih tetap sehat, masih terus berkegiatan. Mudah-mudahan Bapak panjang umur dan sehat selalu.” Walikota Jakarta Pusat yang menjabat sejak 2 Juni 2015 menuturkan, “Orang yang sudah menamakan dirinya lansia tidak boleh berhenti beraktivitas. Beraktifitas pada kegiatan yang dia sukai. Karena kalau kita berikan kegiatan yang bukan pada habitatnya, itu membuat dia terganggu psikologisnya. Jadi tetaplah berkegiatan sehingga tema kegiatan lansia tahun ini Lansia yang sehat, Lansia yang aktif dan Lansia yang produktif.” Di Jakarta Pusat, tambah Mangara Pardede, “Kami sudah memiliki tidak kurang dari 80 Posbindu Lansia. Saya pernah berkunjung ke Posyandu Lansia di Paseban, luar biasa. Saya salut, setiap kali mereka dibimbing oleh Puskesmas mulai dari bernyanyi, berkegiatan dan terlihat auranya betul-betul aura sehat.” Dalam rangka memperingati hari lanjut usia, saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam satu program membangun banyak RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak). Di Jakarta Pusat sendiri sudah terbangun RPTRA sebanyak 13. Dan kemudian tahun 2016 ini akan diresmikan lagi sebanyak 11 RPTRA,
sehingga tahun 2016 kami sudah memiliki 24 RPTRA. Dan tahun depan kita akan membangun 16 RPTRA lagi. “Pesan saya kepada Kepala Puskesmas melalui Posbindu yang ada supaya lebih aktif lagi memperkenalkan RPTRA. Di RPTRA selalu ada tempat olah raga, ada tempat bermain untuk anak, ada tempat untuk kongkow-kongkow baik untuk anak atau lansia. Di RPTRA dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan. Buku-buku yang ada di sana ada yang untuk komunitas anak-anak, remaja dan lansia. Kalau saat ini kita mengambil tema Lansia yang sehat, Lansia yang aktif dan Lansia yang produktif maka RPTRA bisa kita jadikan laboratoriumnya. Kami undang seluruh komunitas lansia untuk memanfaatkan RPTRA yang ada dan paling dekat dengan tempat tinggal. Di RPTRA berbagai kegiatan peningkatan kemampuan pun juga disediakan,” ujarnya Sementara itu Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Pusat drg Yudhita Endah, P.Mkes yang juga panitia peringatan Hari Lansia untuk tingkat Kota Administrasi Jakarta Pusat menguraikan, “Kegiatan Hari Lansia Nasional diperingati setiap tanggal 29 Mei. Tetapi pada tanggal 29 Mei kemarin, Bapak dan Ibu lansia ini sudah mengikuti acara senam lansia. Pada hari ini kami kumpulkan kembali para lansia dari delapan kecamatan di Jakarta Pusat di mana peserta yang hadir ada 200 lansia se-Jakarta Pusat. Adapun tema hari lansia tahun ini adalah Lansia Sehat, Lansia Aktif dan Produktif.” Yudhita berpesan dengan kegiatan ini diharapkan para lanjut usia akan tetap bersemangat dan tetap produktif, hidup penuh semangat di usia senja bersama anak, cucu dan sahabat. Ini akan membuat lansia lebih segar dan awet muda serta jauh dari berbagai penyakit. SUL/DH
Prof Dr Haryono Suyono dan Walikota Jakarta Pusat Drs Mangara Pardede, MSi berfoto bersama dengan para lansia Jakarta Pusat.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
61
LAPORAN DAERAH
Dukungan Gubernur Banten untuk DNIKS Gubernur Banten Rano Karno mengajak seluruh Bupati dan Walikota se-Provinsi Banten untuk lebih meningkatkan kemitraan dan memberikan perhatian yang maksimal kepada Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS)/Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BK3S) di wilayahnya.
Pemukulan gong tanda diresmikannya Rakernas DNIKS oleh Gubernur Banten Rano Karno. [FOTO-FOTO: RAHMA]
H
AL tersebut disampaikan Gubernur Banten Rano Karno saat membuka secara resmi pelaksanaan Rakernas Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) pada 29 Agustus 2016 lalu, di Grand Serpong Hotel Tangerang, Jawa Barat. Hadir dalam acara itu, Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat Bambang Sudibyo, Sekda Banten Ranta Suharta, Walikota Tangerang Arif Wismansya, Ketua Umum LKKS Provinsi Banten Dewi Indriati Rano dan Pengurus LKKS seluruh Indonesia. “Dengan peran yang strategis ini, mari kita bekerja nyata dalam peningkatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai upaya menanggulangi permasalahan kesejahteraan sosial,” kata Gubernur Banten. Gubernur Banten mengharapkan kepada LKKS Provinsi Banten ke depan dapat dijadikan pusat informasi dan koordinasi kegiatan kesejahteraan sosial yang memungkinkan semua pihak yang berkepentingan bisa mengakses data dan informasi tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial. “Rakernas ini 62
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
membahas tentang kesejahteraan sosial, kita memerlukan input-input dari Rakernas ini,” ungkapnya. Sementara Ketua Umum DNIKS, Prof DR Haryono Suyono mengatakan, dengan digelarnya Rakernas di Provinsi Banten, diharapkan Banten menjadi daerah kedua setelah Sumatera Barat dalam gerakan Posdaya secara konfrehensif. “Di Sumatera Barat telah dideklarasikan, gerakan Posdaya hingga ke nagarinagari, dan ke jorong-jorong. Harapannya di Banten juga akan sama, gerakan Posdaya bisa sampai ke desa-desa,” katanya. Pada kesempatan ini juga dilakukan MoU antara DNIKS dengan BAZNAS Pusat dan Kompasiana dalam pembangunan kesejahteraan sosial, serta MoU antara LKKS Banten dengan IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten tentang Posdaya di Provinsi Banten. DNIKS akan ikut mendorong masyarakat kalangan atas agar membayar zakat. Dengan taat membayar pajak akan menjadikan kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia bisa dipersempit. “Kesenjangan sosial di Indonesia saat ini
masih mencapai 0,43 sampai 0,45 persen. Itu sebuah proses yang tidak mudah, kita ingin mengadakan konsolidasi super dana dari berbagai penjuru. Penjuru pemerintah dari Kementerian Sosial maupun kementerian lain kita undang untuk masuk ke desa,” ungkap Prof Haryono Suyono. Menurutnya, sebagai upaya mempersempit kesenjangan sosial itu, pihaknya mengajak orang-orang kaya agar membayar zakat. “Itulah sebabnya hari ini, kita menandatangani kerja sama dengan BAZNAS dengan maksud agar saudarasaudara bisa membagikan zakat pada rakyat banyak. Karena zakat merupakan salah satu upaya kita dalam menolong saudara kita,” ungkapnya. Dijelaskan mantan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di era Persiden Soeharto ini, Rakernas DNIKS bertujuan untuk meningkatkan kinerja untuk mengatasi tingkat kemiskinan, kelaparan dan mendekatkan jarak terhadap keluarga miskin dan keluarga kaya. “Kita semua sebagai relawan sosial harus bahu membahu dan bergotong royong membantu mereka. Hari ini kita mengadakan Rakernas agar saudara bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja tuntas,” ucapnya. Ketua Umum LKKS Banten yang juga Ketua Panitia Acara Rakernas Dewi Indriati Rano mengatakan, Rakernas DNIKs ini merupakan forum komunikasi dan konsultasi Badan Pengurus dengan anggotanya, merupakan tindaklanjut serta kesepakatan hasil Rakernas DNIKS di Padang, Sumatera Barat tahun lalu. Sedikitnya, 300 orang hadir menjadi peserta Rakernas dan Semiloka yang digelar di Banten selama tiga hari. Menurutnya, terdapat beberapa tujuan utama Rakernas. Diantaranya
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono saat membuka acara Rakernas DNIKS.
mengkonsolidasikan peran LKKS/BK3S dan Orsosnas dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial dengan melakukan pencerahan tentang manajemen organisasi secara teori dan praktek. Sharing pangalaman dalam pengelolaan organisasi, termasuk di dalamnya peningkatan kapasitas SDM dan pengembangan organisasi, serta mencari dukungan dana (fund raising) dari sumber-sumber yang dapat dilakukan di daerah. Dan tujuan lainnya adalah menyusun rencana kerja masing-masing LKKS dan BK3S serta Orsosnas. RW/HANUR
Ketua BAZNAS Prof Dr Bambang Sudibyo, MBA, menandatangani MoU kerja sama dengan DNIKS dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
63
LAPORAN DAERAH
Menteri Desa PDT dan Transmigrasi
Beri Apresiasi Tinggi PWRI Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo memberikan apresiasi yang besar terhadap keberadaan Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI). Melalui organisasi yang beranggotakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil ini diharapkan bisa ikut membangun desa.
Ketua Umum PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya di hadapan anggota PWT. [FOTO-FOTO: RAHMA]
64
“K
ITA beruntung ada di satu organisasi yang dibentuk oleh senior kita. Mereka telah meletakkan satu fondasi yang kukuh, tinggal menjalankan dan menyempurnakan membuat terobosan saja,” ungkap Menteri PDT dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo dihadapan sekitar 300 pensiunan PNS unit Departemen Transmigrasi yang tergabung dalam Persatuan Wredatama Transmigrasi (PWT) dalam acara Halal Bilhahal yang digelar di Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi Jakarta beberapa waktu lalu. Lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di pedesaan. Apabila masyarakat desa diberdayakan, akan ada kekuatan triliunan rupiah yang masuk ke kantong-kantong desa setiap bulannya. “Membela orang kecil bukan melarang sesuatu yang besar. Dalam arti, besar tidak ditempati sekelompok orang, tapi besar yang bisa dinikmati secara besar oleh rakyat
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
desa,” jelasnya. Halal bihalal yang diselenggarakan PWT ini dihadiri Mayjen Purnawirawan Sulaeman mantan Gubernur Sulawesi Tengah, Fuad Bawazir mantan menteri keuangan ini juga mendapat apresiasi besar dari Ketua Umum Pengurus Besar PWRI Prof Dr Haryono Suyono yang selama satu jam memberikan arahan bagaimana peran lansia membangun desa. “Silaturahmi membuat usia saya seperti 25 tahun. Sebenarnya semakin tua, semakin kita menjadi barang antik. Kalau barang antik pasti tidak dipakai, hanya dielus-elus tapi harganya mahal,” cetus Prof Haryono Suyono yang langsung mendapat sambutan meriah dari para pensiunan. Mantan Menko Kesra yang tidak mengenal lelah untuk bersilaturahmi dengan masyarakat desa ini mengatakan, keberadaan PWT diharapkan segera “menikah” dengan kementerian
lain, sehingga bisa menyatu dengan para pensiunan dari berbagai disiplin pemerintahan. Joko Sidik Pramono yang merupakan Ketua PWT digadang-gadang akan menggantikan posisi Prof Haryono Suyono sebagai Ketua Umum PB PWRI. Hal tersebut diucapkan Prof Haryono Suyono dihadapan Menteri PDT dan Transmigrasi dan peserta halal bihalal. “Pak Joko begitu pensiun saya tarik ke PWRI Pusat, saya gadang-gadang jadi ketua umum PWRI yang baru. Karena dalam waktu singkat ini jabatan saya akan berakhir,” ucapnya. Dijelaskannya, PWRI bukan organisasi sembarangan, karena setiap bulan mengadakan pertemuan rutin dengan anggotanya. PWRI juga memiliki Kerta Wredatama yang khusus menangani kaum perempuan. Pada tingkat kabupaten ada mekanisme bernama Silver College yang memiliki acara mengadakan pertemuan setiap bulan. Pada pertemuan tersebut, para anggota PWRI mendapat fasilitas ruang pertemuan di tiaptiap bank pembayaran pensiunan tingkat kabupaten. Hal ini terealisasi sejak 2011 lalu saat Prof Haryono Suyono dipercaya sebagai ketua Umum PB PWRI. “Ternyata Silver College ini ditiru pensiunan TNI ABRI dan POLRI di Kabupaten Maluku Utara. Karena ini merupakan forum silaturahmi, pada tingkat perguruan tinggi pun sudah mulai dibuat. Prof Clara dari IPB membentuk jaringan silver college di kalangan perguruan tinggi yang sejajar dengan bikinan PWRI,” ujarnya bangga. Manfaat Silver College lanjut Prof Haryono Suyono adalah menjadi forum untuk mencintai tiga generasi, yaitu gene-
Ketua Umum PWRI Prof Dr Haryono Suyono berjabatan tangan dengan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Eko Putro Sandjojo.
rasi sesama lansia, generasi di bawah lansia atau penduduk dewasa dan generasi di bawah 15 tahun. “Kemudian semua itu saya bagi menjadi tiga kelompok, yaitu usia 80 tahun ke atas sebagai kelompok lansia paripurna, usia 60-70 tahun sebagai lansia muda dan kelompok usia 70-80 tahun kelompok lansia dewasa, seperti saya,” jelas Prof Haryono yang tetap sehat jelang usia 80 tahun. Dijelaskannya lagi, lansia sebagai aset itu memang benar. Warisan terakhir lansia biasanya berupa rumah dan sawah yang bisa dijadikan sentral untuk pendidikan anak usia
Para pensiunan PNS unit Departemen Transmigrasi yang tergabung dalam Persatuan Wredatama Transmigrasi (PWT) bergambar bersama Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Eko Putro Sandjojo.
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
65
hasilnya menakjubkan. Keluarga desa jangan dikasih pabrik robot. Mereka kita jadikan warung sembako, kita beri modal dari pinjaman bank, rumah mereka dijadikan gudang sembako. Sembakonya dari Bulog kita sampaikan ke anakanak pensiun. Di Wonogiri, Semarang, para pensiunan ini antri untuk ikut mendirikan warung sembako,” jelasnya.
Silaturahmi membuat usia mereka terlihat lebih muda.
dini. Para pensiunan juga bisa menjadi aset ekonomi, SK pensiunnya bisa dijadikan agunan pada bank diberikan pada anaknya untuk mendapat pinjaman dari bank. “Saya sedang mengadakan percobaan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat,
66
Gemari Edisi 188/Tahun XVII/September 2016
Sekilas tentang PWT Persatuan Wredatama Transmigrasi atau yang disingkat PWT berdiri sejak 1986 dikomandani Menteri Muda Transmigrasi Martono saat itu yang mengumpulkan seluruh pejabat eselon I dan II, namun ada beberapa yang tidak hadir karena sudah pensiun. Menurutnya, para pensiunan itu sebenarnya bisa dihimpun menjadi satu kekuatan untuk bisa membangun melalui program transmigrasi. Karena itu, dikeluarkanlah Surat Keputusan (SK) pada 17 Mei 1986 untuk pendirian pensiunan pegawai transmigrasi yang kemudian menjadi Persatuan Wredatama Transmigrasi (PWT). “Ini adalah mikul duwur, mendem duwur, ini adalah amanahnya Pak Martono. Ada tiga hal yang harus kita kawal bersama. Pertama, pensiunan harus guyub, harus ada kepedulian dan harus ada kerjasama yang baik. Kedua, pensiunan harus menjalin hubungan dengan teman-teman yang masih aktif. Ketiga, pensiunan harus memberikan saran pada kementerian agar semakin baik,” jelas Joko Sidik Pramono. Pada peringatan Halal Bihalal ini, Joko juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap dua tokoh yang telah ikut memberi inspirasi dan kontribusi untuk para pensiunan lainnya. Yaitu, Dewi Ratih yang dikenal aktif menggerakkan Kerta Wredatama di Jawa Timur dan Bambang yang setelah pensiun justru aktif melukis. Hasil lukisan Bambang yang memiliki nilai seni tinggi ini diberikan secara khusus untuk Menteri PDT dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo dan Ketua Umum PB PWRI Prof Haryono Suyono. RW