LONTAR: MEMBANGUN LITERASI LINTAS SEKOLAH
Disajikan dalam Simposium Nasional Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016
Jenjang pendidikan menengah
Drs. Hendro Martono, M.Pd. NIP 19640329 198703 1 006 Guru SMA Negeri 2 Temanggung
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TEMANGGUNG SMA NEGERI 2 TEM ANG GUNG JL. PAHLAWAN TEMANGGUNG JAWA TENGAH 2016
PENGANTAR Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik. Perbedaan tugas mengajar, membimbing, dan melatih mengakibatkan terdapat perbedaan jenis guru yaitu guru mata pelajaran/guru kelas, guru bimbingan, dan guru praktik. Guru dinyatakan profesional apabila telah memenuhi syarat-syarat kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru dan diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang harus dikuasai guru mencakupi empat jenis kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan
berhak
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi (pasal 14 Bab IV Undang-Undang tentang Guru dan Dosen), sekaligus berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan (pasal 20 Bab IV UU 14/2005).
MASALAH Guru yang ideal mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi, dan pada saat yang bersamaan dapat menunaikan kewajiban profesionalnya. Peningkatan kompetensi berkaitan erat dengan tingkat literasi guru. Guru harus membaca teori-teori pembelajaran, penilaian, dan penelitian dalam meningkatkan kompetensi pedagogik. Guru pun memerlukan bacaan yang berkaitan dengan penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran (Permendiknas No 16 Tahun 2007, Lampiran). Semakin tinggi
1
tingkat literasi guru diperkirakan semakin tinggi pula unjuk kerja kompetensinya. Tabel 1. Hasil UKG Guru SMA Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Jml Kompetensi Pedagogik Kompetensi Profesional PersentaMapel Peserta se Tertinggi Terendah Rata-Rata Tertinggi Terendah Rata-rata UKG Kelulusan TIK 15 79,36 43,65 60,84 100 69,72 86,34 86,67% Sosiologi 14 83,33 35,71 60,94 90,13 51,02 72,76 42,86% Seni Rupa 8 79,36 51,58 63,49 90,13 62,92 71,85 50,00% Seni Musik 6 67,46 47,61 56,87 100 56,12 83,84 83,33% Sejarah 17 95,23 47,61 72,59 100 66,32 85,11 88,24% PPKn 18 74,40 34,72 52,91 97,78 68,02 81,72 61,11% Penjas 18 83,33 11,90 54,89 86,73 22,10 58,76 27,78% Matematik 34 99,20 33,06 67,88 100 36,84 70,13 44,12% Kimia 21 99,20 33,06 74,95 100 39,68 74,13 66,67% Geografi 15 99,20 54,56 73,74 99,91 74,40 84,46 93,33% Fisika 18 85,97 39,68 61,36 100 34,01 63,97 27,78% Ekonomi 22 94,24 44,64 67,86 99,91 65,90 81,65 86,36% Biologi 22 85,97 39,68 59,22 90,70 48,18 69,31 36,36% BK 22 59,52 23,80 44,91 93,53 51,02 72,27 36,36% Bhs Ing. 29 92,59 19,84 68,87 90,70 42,51 66,95 51,72% Bhs Ind 26 100 26,45 75,86 90,70 34,01 73,91 73,08% Bhs Jawa 8 84,32 49,60 62,00 95,66 68,02 82,36 75,00% Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung
Hasil uji kompetensi guru SMA Kabupaten Temanggung tahun 2015
menunjukkan
gambaran
akan
tingkat
literasi
yang
belum
memuaskan. Salah satu kemungkinan yang menjadi penyebab adalah guru jarang membaca. Seorang guru Penjas ketika ditanya mengaku bahwa selama menjadi guru (32 tahun) hampir tidak pernah membaca. Apabila guru jarang membaca niscaya tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan yang dimiliki tidak berkembang dan tentu memengaruhi pola pembelajaran yang dilakukan dalam kelas. Ini adalah ciri guru dengan tingkat literasi yang rendah. Gejala tersebut pada umumnya berlaku di semua sekolah dan semua warga. Maksudnya tidak hanya guru yang jarang membaca. Peserta
didik
pun
akibat
ketatnya
jadwal
pelajaran
tidak
bisa
menyempatkan waktu istirahat untuk membaca. Masih beruntung apabila guru memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar.
2
Untuk mengembangkan budaya literasi di Kabupaten Temanggung sejak tahun 2006 telah diterbitkan Tabloid Lontar. Untuk pertama kali tabloid berada di bawah santunan Dewan Pendidikan Kabupaten Temanggung bekerjasama dengan Forum Ikatan Kadang Temanggungan. Forum ini adalah perkumpulan para perantau dari Temanggung yang tersebar di berbagai tempat. Moto
Tabloid
Lontar
adalah
”Forum
belajar
masyarakat
pendidikan”. Tabloid Lontar menyediakan wadah bagi siapa saja yang berkepentingan dengan upaya memajukan pendidikan di Kabupaten Temanggung melalui kegiatan publikasi di media massa. Tidak hanya guru SMA. Guru SMP, SD, dan TK pun berkesempatan berlatih menulis. Tulisan yang dihasilkan dapat dikirim untuk kemudian dimuat di Tabloid Lontar yang terbit secara berkala. Peserta didik pun demikian. Tidak hanya peserta didik SMA yang berkesempatan menulis dan mengirimkan tulisan ke tabloid. Peserta didik SMP, bahkan peserta didik SD pun mempunyai hak yang sama untuk membaca dan menulis di Tabloid Lontar. Dengan demikian masalah pokok yang perlu dikemukakan dalam makalah ini adalah bagaimanakah Tabloid Lontar membangun budaya literasi lintas sekolah? Dengan kata lain apa sajakah yang dilakukan Tabloid Lontar guna membangun budaya literasi bagi guru dan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah? PEMBAHASAN DAN SOLUSI Tabel hasil uji kompetensi guru SMA Kabupaten Temanggung tahun 2015 memperlihatkan data yang kurang menggembirakan. Dilihat persentase kelulusan di atas 50 persen, hanya guru-guru Teknologi Informasi dan Komunikasi, Seni Musik, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Jawa yang memenuhi syarat. Apabila dilihat hasil rata-rata pada masing-masing jenis kompetensi dan diukur berdasarkan syarat kelulusan UKG data yang diperoleh lebih
3
buruk lagi. Guru-guru TIK, Sosiologi, Seni Rupa, Seni Musik, PPKn, Penjas, Matematika, Fisika, Ekonomi, Biologi, BK, Bahasa Inggris ratarata rendah kompetensi pedagogiknya. Sebaliknya
untuk
penguasaan
kompetensi
profesional
yang
berhubungan dengan penguasaan materi, konsep, struktur, dan pola pikir keilmuan, hanya guru Penjas, Fisika, Biologi, dan Bahasa Inggris yang rata-ratanya tidak memenuhi syarat kelulusan UKG (70). Data tersebut adalah data rata-rata per kelompok mata pelajaran. Apabila dilihat per individu, variasi datanya lebih menarik. Sebagai ilustrasi, dua orang guru Penjas mendapat skor UKG untuk kompetensi pedagodik masing-masing hanya sebesar 11,904762. Untuk dua orang guru yang sama, skor UKG untuk kompetensi profesionalnya masingmasing 40,816327 dan 49,319728. Kompetensi pedagogik yang memuat pengetahuan tentang teoriteori belajar dan pembelajaran memiliki dinamika yang tinggi. Baik pengetahuan tentang pendekatan, strategi, model, maupun metode pembelajaran berkembang pesat dalam tiga dasawarsa terakhir. Apabila guru tidak memutakhirkan pengetahuannya niscaya gagal dalam UKG. Aktivitas literasi tidak hanya penting dalam menghadapi uji kompetensi. Aktivitas tersebut justru lebih penting pada saat guru menyajikan pembelajaran yang berkualitas. Guru (Penjas), misalnya, tidak hanya berkalung peluit di leher lalu menyuruh peserta didik berlari sejauhjauhnya. Guru (Penjas) pun perlu memperbarui model pembelajarannya. Betapa penting kegiatan literasi, jauh sebelum ada uji kompetensi guru, dan hampir bersamaan dengan lahirnya undang-undang guru telah tumbuh inisiatif untuk membangun budaya baru yaitu budaya literasi. Inisiatif ini tumbuh karena ditengarai karier kepangkatan guru sebagian besar terhenti pada golongan ruang IV/A akibat kurang membaca. Ada dua kegiatan penting yang berkaitan dengan penumbuhan budaya literasi lintas sekolah di Kabupaten Temanggung. Kegiatan pertama penerbitan tabloid, dan yang kedua pameran buku. Penerbitan
4
tabloid direncanakan berkala setiap bulan, sedangkan pameran buku dilakukan setiap tahun. A. Tabloid Lontar Nama tabloid “Lontar” mengingatkan kita pada tradisi masyarakat Indonesia lama dan yang masih terpelihara dengan ketat di dalam puripuri istana dan bangsawan di Pulau Bali, Lombok dan Sulawesi. Nama “Lontar” dipilih karena pertimbangan moto, visi, misi, dan tujuan penerbitan (Martono, 2006: 4) Tabloid Lontar bermoto „forum belajar masyarakat pendidikan‟ yang dimaksudkan sebagai tempat belajar bagi semua warga pembelajar yaitu guru dan peserta didik. Dengan moto ini diharapkan Tabloid Lontar dapat menampung keinginan guru yang hendak memupuk kepercayaan diri dalam mengekspresikan gagasan dan melatih keterampilan menulis. Sesuai dengan visi penerbitan yakni terbentuknya masyarakat pembelajar, Tabloid Lontar berkeinginan kuat mendorong tumbuhnya iklim belajar
di
kalangan
guru
maupun
peserta
didik
dengan
mentransformasikan semua sumber belajar dari alam besar ke dalam alam kecil kita. Masyarakat pembelajar adalah masyarakat yang memandang kebutuhan belajar sebagai prioritas tertinggi dalam hidupnya. Guru yang pembelajar adalah guru yang selalu memutakhirkan pengetahuan guna mematangkan
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial,
dan
kompetensi profesional. Guna mewujudkan visi itu, misi penerbitan Tabloid Lontar adalah menumbuhkan dan membudayakan keberaksaraan, yakni kemampuan membaca dan menulis. Membaca dan menulis apa saja, di mana saja, dan kapan saja. (Martono, 2006:4). Pendeknya, membaca dan menulis harus menjadi budaya baru sebagai pembayar „utang budaya‟ yang hilang akibat lompatan budaya lisan ke budaya menonton. Untuk mewujudkan gagasan tersebut secara resmi Dewan Pendidikan Kabupaten Temanggung menerbitkan surat keputusan nomor
5
133.B/SKT/DP/IX/2006 tanggal 25 September 2016 tentang Penerbitan Media Massa Cetak Bidang Pendidikan. SK tersebut menunjuk Hendro Martono sebagai pemimpin redaksi. Sesuai dengan surat keputusan tersebut rubrik yang disiapkan dalam Tabloid Lontar meliputi “Wajah Kita”, “Wacana”, “Telaah Pustaka”, “Suara Tokoh”, “Sastra dan Budaya”, “Infonet”, “Debat Siswa”, “Debat Guru”, “Cermin”, dan “Catatan Redaksi”. Namun ketika terbit perdana (Oktober 2006), hanya lima rubrik yang sesuai yakni “Wajah Kita”, “Wacana”,”Suara Tokoh”, “Cermin”, dan “Debat Guru”. 1. Rubrik “Wajah Kita” Rubrik ini dibuka untuk memuat informasi tentang profil guru dan peserta didik yang layak mendapat apresiasi karena berprestasi. Pemuatan
profil
orang-orang
yang
berhasil
diharapkan
dapat
memberikan inspirasi bagi pembaca Tabloid Lontar. Pembaca Lontar sebagian besar kalangan pendidikan, dan mereka tersebar di daerah perdesaan yang miskin informasi. 2. Rubrik “Wacana” Rubrik ini berisi artikel yang ditulis guru dengan tema bebas. Dalam terbitan perdana justru tidak ada artikel yang mengisi. Dalam edisi kedua, kolom “Wajah Kita”, “Wacana”, “Debat Guru”, bertumpang tindih karena sulit membedakan jenis tulisan yang akan dimuat. Kolom “Debat Guru” akhirnya hanya dua kali terbit karena sulitnya mendapatkan naskah. Contoh kolomnya sebagai berikut.
6
3. Kolom “Puisi” Materi tulisan yang paling banyak dibuat dan dikirim ke Tabloid Lontar adalah puisi. Puisi ciptaan para peserta didik maupun guru selalu memenuhi ruangan yang disediakan oleh Redaktur. Rata-rata setiap terbit dimuat antara lima, enam, atau tujuh puisi. Separuh jumlah puisi berasal dari peserta didik, dan hanya kadang-kadang sisanya ditempati puisi karya guru. Salah satu sebab puisi membeludak adalah masa pembuatan yang
relatif
pendek,
penulisnya
cenderung
tidak
melakukan
kontemplasi lebih dahulu sehingga menimbulkan kesan puisi yang ditulis sekadar kerajinan kata-kata. Untuk taraf awal dalam konteks menumbuhkan budaya literasi, hal ini harus dihargai. Salah satu contoh puisi yang dimuat dalam edisi terakhir sebagai berikut. Mawar Mawar ini semakin layu Seperti aku yang kini terjatuh Tak bisa lagi menjadi merah Dan takkan bisa seindah dulu Dulu yang jadi hiasan Kini telah dibuang Disingkirkan dan tak dihiraukan …. (Fifi, Oktober-November 2016:9). 4. Kolom “Cerpen”
Sumber: Tabloid Lontar edisi September 2013, hal. 12.
7
Ismoyo (Sindu Lintang Ismoyo, 2013:12) merupakan salah satu anak berbakat dalam bidang penulisan kreatif. Selain menulis cerita pendek, ia juga menulis cerita bersambung. Keduanya sama-sama dimuat di Tabloid Lontar. Terjadi pertemuan yang serasi dalam konteks literasi. Tabloid Lontar menyediakan wadah berekspresi, Ismoyo berkesempatan menuangkan bakatnya. Sama seperti peserta didik mencipta puisi maupun cerita pendek, guru juga demikian. Contohnya cerita pendek yang dibuat oleh guru SMP Negeri 5 Temanggung berjudul “Eyang” sebagaimana dimuat dalam Tabloid Lontar edisi nomor 05 tahun IV Februari 2010 (hal 10). 5. Kolom “Klinik Guru” Satu rubrik yang terpenting untuk diketengahkan adalah kolom “Klinik Guru”. Rubrik ini terhitung jarang ada pada media massa cetak seperti koran atau majalah. “Klinik Guru” sebagaimana namanya dimaksudkan untuk memberikan ulasan dan saran perbaikan terhadap artikel yang dimuat dalam kolom “Wacana”. Redaktur menyediakan waktu khusus untuk mengulas artikel yang secara teknis masih memerlukan perbaikan. Pengasuh rubrik ini bergantian antara Darmadi, guru Bahasa Indonesia dari SMA Negeri 3 Temanggung (sejak 2014 diangkat menjadi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung) dan Hendro Martono, pimred Lontar.
Sumber: Lontar edisi April 2007, November 2007, Januari 2008.
8
Dalam pengantar rubrik disebutkan bahwa semua artikel guru yang dimuat pada kolom “Wacana” pada dasarnya dimuat seutuhnya, tanpa penyuntingan dari Redaksi. Untuk mengimbangi artikel-artikel tersebut dari sisi teknis, kolom “Klinik Guru” dimaksudkan sebagai ruang untuk mendiagnosis kekurangan atau kelebihan artikel pada kolom “Wacana”. Selain itu, apabila memungkinkan, disertakan juga terapi praktis untuk perbaikan artikel. Ini pun jika terapi itu dianggap tepat, sebab pembetulan yang dilakukan oleh redaksi jangan-jangan malah hiperkorek. Kendati demikian, semangat yang terkandung dalam rubrik ini adalah semangat untuk salih asah, saling asuh. Inilah esensi dari proses belajar menulis. B. Pameran Buku (Temanggung Book Fair) Pameran buku dilaksanakan sebagaimana lazimnya dengan mengundang sejumlah penerbit, khususnya dari Yogyakarta. Pameran diadakan di Pendapa Pengayoman, rumah dinas Bupati Temanggung. Pemilihan tempat karena letaknya strategis, dan terutama karena tidak dipungut biaya sehingga bisa menghemat anggaran. Pameran buku telah diselenggarakan sejak 2011 dan hingga 2016 telah diadakan sebanyak enam kali. Berbagai acara selingan menghiasi pameran buku. Namun ada yang menarik dikemukakan dalam pameran buku 2011 yakni penerbitan voucher belanja buku dari SMK Negeri 2 Temanggung yang dibagikan kepada seluruh peserta didik dan guru (Martono, 2011: 10-11). 1. Prosedur penggunaan voucher belanja buku a. Setiap siswa, guru, dan karyawan SMK Negeri 2 Temanggung berhak mendapatkan 1 (satu) lembar kartu voucher belanja senilai Rp 50.000,b. Setiap siswa, guru, dan karyawan SMK Negeri 2 Temanggung berhak mendapatkan 1 (satu) lembar kartu voucher diskon dari 1 penerbit senilai 50%. Jadi, setiap pemegang voucher belanja
9
dan voucher diskon dapat berbelanja buku senilai Rp 75.000,(Tujuh puluh lima ribu rupiah). c. Setiap pemegang voucher belanja dan voucher diskon hanya diperkenankan berbelanja pada penerbit yang tertera pada voucher belanja dan voucher diskon. d. Setiap voucher belanja dan voucher diskon hanya dapat digunakan 1 (satu) kali. e. Setelah berbelanja buku, 1) Pemegang
voucher
(Siswa,
Guru,
dan
Karyawan)
menyerahkan voucher belanja dan voucher diskon kepada PENERBIT. 2) Selanjutnya, PENERBIT membuatkan Nota Tagihan kepada SMK
Negeri
2
Temanggung
dan
diberikan
kepada
pemegang voucher. 3) Pemegang
voucher
(Siswa,
Guru,
dan
Karyawan)
menyerahkan Nota Tagihan kepada Bendahara Sekolah. 4) Bendahara Sekolah akan membayar sejumlah tagihan. f. Pendistribusian buku hasil belanja diatur sebagai berikut. 1) Setengah jumlah buku yang didapat boleh dipakai untuk koleksi pribadi (dibawa pulang) 2) Setengah
jumlah
buku
sisanya
diserahkan
kepada
Perpustakaan Sekolah.
10
2. Pelaksanaan kegiatan belanja buku a. Sosialisasi Program
pengembangan
perpustakaan
dengan
model
pemberian voucher belanja buku telah direncanakan dalam program kerja sekolah beserta anggarannya. Dengan demikian, sejak awal tahun pelajaran program ini telah disampaikan kepada semua warga sekolah, baik guru, karyawan maupun peserta didik dalam rapat dinas maupun upacara bendera. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan melalui jejaring sosial (face book) yang telah populer digunakan warga sekolah. b. Pameran buku (Temanggung Book Fair II 2011) Untuk memastikan program berjalan sesuai dengan rencana, telah diundang beberapa penerbit dari Yogyakarta melalui Paguyuban
Penerbit
Jogja
(PARJO)
untuk
mengadakan
pameran buku di Temanggung. Disepakati bahwa pihak penerbit dari Yogyakarta bersedia menyelenggarakan pameran dengan jaminan tersedianya calon pembeli / pengunjung pameran dengan imbalan penerbit menerbitkan voucher diskon senilai 50 persen. Pameran buku diselenggarakan pada tanggal 21 sampai dengan 25 Mei 2011, bertempat di Pendopo Pengayoman, yang merupakan rumah dinas Bupati Temanggung. Terdapat 13 peserta pameran yang menempati 23 stand. Dalam pameran itulah kegiatan berbelanja buku untuk pengembangan koleksi perpustakaan SMK Negeri 2 Temanggung berlangsung.
11
Sebagai catatan penting, Tabloid Lontar bersama Yayasan Cendekia Mandiri (pengasuh anak-anak yang telantar pendidikannya), Forum Ikatan Kadang Temanggungan, dan Agupena (Asosiasi Guru Penulis Nusantara) Komisariat Temanggung untuk pertama kali telah merintis penyelenggaraan pameran buku. Penyebab Tabloid Lontar
menjadi perintis penyelenggaraan
pameran karena pada tahun-tahun 2010 ke belakang memang belum pernah ada inisiatif untuk menyelenggarakan pameran. Pihak penerbit juga berpandangan bahwa untuk ukuran sebuah kegiatan pameran, Temanggung termasuk pasar yang sepi. Guna meyakinkan para peserta pameran, dalam hal ini Paguyuban Penerbit Jogja (PARJO), panitia pameran memberikan jaminan bahwa buku yang akan dipamerkan laku terjual. Penerbitan voucher belanja buku yang dilakukan SMK Negeri 2 Temanggung senilai 50 juta rupiah memang antara lain dimaksudkan sebagai jaminan kepada pihak penerbit. Sesudah mendapat keyakinan bahwa pasar buku Temanggung cukup potensial maka voucher tersebut tidak dikeluarkan lagi. Penerbit cukup optimis bahwa tanpa voucher pun mereka tidak rugi.
12
C. Kontribusi Tabloid Lontar dalam Membangun Literasi Tidak ada alat ukur untuk menghitung besar kontribusi Tabloid Lontar dalam menumbuhkan budaya literasi lintas sekolah di Kabupaten Temanggung. Karena misi pokok Tabloid Lontar adalah melahirkan generasi literat yang senang membaca dan menulis dapatlah disajikan sekadar gambaran sebagai berikut. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kecamatan Bansari Bejen Bulu Candiroto Gemawang Jumo Kaloran Kandangan Kedu Kledung Kranggan Ngadirejo Parakan Pringsurat Selopampang Temanggung Tembarak Tlogomulyo
Karya Peserta Didik 0 0 0 2 0 1 1 1 2 9 2 1 5 4 1 103 12 0
Karya Guru 0 4 0 0 1 2 2 10 3 6 1 2 2 2 2 0 53 0
13
19 Tretep 20 Wonoboyo Jumlah
0 0 207
6 4 94
Berdasarkan tabel tersebut hanya dapat dinyatakan bahwa di satu sisi persebaran Tabloid Lontar sebenarnya telah merata di semua kecamatan di Kabupaten Temanggung. Akan tetapi tingkat partisipasi pembaca untuk menulis di Tabloid Lontar belum serata distribusinya. Salah satu kemungkinan, tabloid yang dilanggan satu eksemplar tiap SD itu tidak sampai kepada guru (Maksudnya dibawa pulang oleh Kepala SD). Berdasarkan informasi dari Dinas Pendidikan, hal ini sejalan dengan frekuensi pelatihan guru di luar Kecamatan Temanggung yang juga terhitung jarang. Kecamatan Temanggung memang paling padat karena jumlah sekolah paling banyak dan tingkat melek huruf paling tinggi. Kota Kecamatan Temanggung adalah ibukota kabupaten. Satu hal yang perlu dikemukakan betapapun sedikit kontribusi yang diberikan, salah satu penulis produktif di Tabloid Lontar telah menerbitkan novel. Dialah Sindu Lintang Ismoyo. Memang mungkin tidak ada kaitan sama sekali dengan kehadiran Tabloid Lontar. Paling tidak dia pernah juga mengisi kolom tetap “Cerita Bersambung”.
Sumber: Tabloid Lontar edisi Maret-April 2016, hal. 14
14
KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS Tabloid Lontar telah memasuki tahun kesebelas dalam upaya berkontribusi menumbuhkan literasi lintas sekolah. Tidak hanya di sekolah menengah, tetapi juga di sekolah dasar (TK, SD, SMP). Selain hadir dalam bentuk terbitan periodik (kadang-kadang terbit dua bulan sekali), Tablois Lontar juga memegang inisiatif mengadakan pameran buku untuk mendekatkan produsen dan konsumen buku. Diharapkan kegiatan yang telah dirintis Tabloid Lontar dapat dijadikan pemantik guna menyalakan api literasi. Kegiatan pameran buku dewasa ini selain diadakan di Pendapa Pengayoman oleh Tabloid Lontar, juga diikuti dengan sangat bersemangat oleh Kantor Perpustakaan Daerah. Hampir setiap bulan dibuka lapak buku dari beberapa penerbit. Diharapkan selain Sindu L Ismoyo akan lahir penulis novel yang lain, penulis puisi yang lain, dan penulis-penulis lain. Dari kalangan guru pun diharapkan lahir penulis-penulis yang berhasil. Apalagi bagi guru PNS yang semakin banyak dituntut oleh Peraturan Menteri Negara PAN&RB nomor 16 tahun 2009. DAFTAR PUSTAKA Lontar edisi April, November 2007 Lontar edisi Februari 2010 Lontar edisi September 2013 Lontar edisi Oktober-November 2016 Martono, Hendro. 2006. “Sebuah Nama”. Tabloid Lontar. No. 1 Tahun I Oktober 2006. Temanggung: Dewan Pendidikan Kabupaten Temanggung. Martono, Hendro. 2011. “Penggunaan Voucher Belanja Buku dalam Mengembangkan Perpustakaan”. Naskah Best Practices Kepala Sekolah. (Makalah tidak dipublikasikan). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
15