GEMA REDAKSI
Membangun Ekonomi Kerakyatan Para pembaca yang budiman,
D
ALAM suasana memperingati Hari Koperasi bulan Juli lalu, Hari Raya Idul Fitri 1436 H yang baru usai, kita catat dengan penuh harapan tekad Paguyuban Rektor di Jawa Timur menyambut usaha meningkatkan ekonomi kerakyatan di seluruh provinsi. Para Rektor sepakat meningkatkan kegiatan KKN Tematik Posdaya dan mengisinya dengan pengembangan ekonomi kerakyatan. Sasarannya adalah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang miskin dan siap belajar usaha. Perangkat sederhana guna membantu pengembangan manajemen produksi, keuangan serta pedoman dan praktek-praktek pemasaran akan dikembangkan dan dibawakan para mahasiswa sebagai tutor di tingkat Posdaya di desa. Keluarga desa yang disegarkan budaya gotong royongnya didorong memberi kesempatan keluarga miskin memulai usaha produksi dengan pelatihan dan praktek nyata. Keluarga mampu diharapkan secara sukarela membeli produk keluarga yang baru mulai usaha. Cinta dan peduli pemberdayaan dibuktikan membeli produk keluarga prasejahtera. Upaya peduli tidak saja dalam wacana tetapi dipraktekkan dalam kenyataan. Di Provinsi Jatim ini, dengan petunjuk Bapak Gubernur Dr Soekarwo, SH, MHum, kedua Bank Pemerintah Daerah, Bank Jatim dan Bank UMKM, disiapkan membantu memberi kredit dan merangsang kebiasaan menabung bagi keluarga prasejahtera. Budaya itu adalah dalam rangka jangka jauh agar keluarga prasejahtera pada suatu waktu bisa mandiri dan mengambil pinjaman lebih besar dengan agunan tabungannya. Keluarga Prasejahtera diharapkan menjadi warga yang mandiri dan sejahtera. Di Sumatra Barat, Gubernur Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc, tidak kalah gesit. Melalui petunjuknya telah dibangun pelayanan kredit mikro Tabur Puja disertai anjuran menabung bagi keluarga prasejahtera. Fasilitas pengembangan usaha
dibantu melalui pendirian pusat Sentra kulakan Posdaya (Senkudaya) yang memberi kemudahan bagi pengusaha baru mendapatkan bahan baku dengan sistem kredit. Banyak Bupati dan Walikota mengerjakan hal yang sama. Bupati Pacitan konon telah memberikan kredit melalui Bank UMKM sekitar Rp 20 milyar kepada keluarga prasejahtera tanpa agunan kecuali tanggung renteng. Kegiatan yang sama dilakukan juga di Grobogan dengan kecepatan yang makin tinggi. Wakil Bupati Grobogan, H Ice Baskoro, SH, menjanjikan memberikan dukungan kepada Bank BPR tingkat Kabupaten agar bisa memberikan dukungan kepada keluarga prasejahtera guna memulai usaha mikro. Kegiatan itu dilakukan dalam rangka mengisi Posdaya yang telah terbentuk di banyak daerah dan pedesaan guna memberikan akses yang lebih baik kepada keluarga pra sejahtera di desa. Bentuk kegiatan itu merupakan bukti nyata bahwa Hari Kemerdekaan yang kita peringati pada pertengahan bulan ini memberi warna tersendiri dan mengantar keluarga prasejahtera, keluarga miskin, menemukan jalan yang baik memberdayakan dirinya menjadi keluarga yang sejahtera, mandiri serta bisa menikmati kesempatan yang terbuka di negaranya.
Gubernur Sumatra Barat Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc, melalui petunjuknya telah membangun pelayanan kredit mikro Tabur Puja disertai anjuran menabung bagi keluarga prasejahtera. [FOTO: MULYONO]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pem impin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Posdaya Gerakan Keluarga Entaskan Kemiskinan Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa. Menjamin kesejahteraan menjadi tanggungjawab negara. Membangun kesejahteraan milik setiap keluarga dalam mewujudkan kemerdekaan hidup. Posdaya membantu keluarga miskin membangun kesejahteraannya.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
50
CERITA SAMPUL
53
Drs H Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM Pemberdayaan Masyarakat melalui KKN Posdaya Masjid Lebih Efektif Mengapa pemberdayaan masyarakat melalui KKN mahasiswa ini khususnya dengan Posdaya Berbasis Masjid dinilai lebih efektif dan lebih tepat? Setidaknya penilaian itu disampaikan oleh seorang Rendra Kresna, Bupati Malang, Jawa Timur, kelahiran Pamekasan, Madura, Jatim, 22 Maret 1962 ini, mempunyai jawabannya. Karena pusat-pusat pemberdayaan di masjid kesekretariatannya sudah jelas. Setiap masjid mempunyai kesekretariatan. Lain halnya, ada banyak program pemberdayaan tetapi lembagalembaga yang melaksanakan tersebut tetapi tidak memiliki kesekretariatan. Bicara tentang Posdaya, ternyata Bupati Malang yang satu ini sudah begitu memahami. Bahkan, Rendra Kresna pun begitu familiar dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya dikembangkan perguruan tinggi bekerja sama Yayasan Damandiri, seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim di Malang, Jatim.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
LAPORAN DAERAH
64
Gubernur Sumbar dalam Gemari Ranah Minang: Karakter Ketekunan dan Kesungguhan Adalah Kunci Sukses PENDIDIKAN
58
Universitas Trilogi Ajak Masyarakat Sumedang Ber-Posdaya Sebagai kampus peduli yang mengusung teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian, Universitas Trilogi Jakarta siap membantu masayarakat Sumedang, Jawa Barat, terentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraannya melalui ajakan pendirian Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
POSDAYA MASYARAKAT
7
Posdaya Nurul Iman Kota Metro Bank Sampah dan Kebun Bergizi Tingkatkan Kesejahteraan Keberadaan Posdaya Masjid Nurul Iman yang terletak di Posdaya Masjid Nurul Iman, Kelurahan Tejoagung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro, Lampung, patut mendapat acungan jempol. Pasalnya, Kebun Bergizi yang kini dikelolanya berkembang sebagai kebun pembibitan masyarakat. Yang membanggakan, upaya itu mampu mengangkat Kota Metro meraih Juara II Nasional pada lomba pemanfaatan tanah kebun dan pekarangan PKK 2014. Bukan hanya itu, pembuatan kompos permanen dan pengelolaan bank sampah yang kini ditanganinya terus menunjukkan kemajuan. Tak heran, bila kesejahteraan masyarakat di sekitar Masjid Nurul Iman terus meningkat.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Provinsi Sumatera Barat selalu saja menarik untuk disimak. Karenanya, Gemari Show kali ini menampilkan orang nomor satu di Sumatera barat, Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc. Bersama host TVRI Sumbar Sherly, Ketua Yayasan Damandiri Prof DR Haryono yang saat syuting tersebut sebagai host banyak mewawancarai Gubernur Sumbar ini, yang akan ditayangkan di TVRI Pusat Jakarta secara nasional.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
9
Posdaya Pemerintah
29
Posdaya Organisasi Sosial
41
Konvensi Posdaya
45
Kolom Khusus
56
Forum Kita
62
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Hari Setiyowanto
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
BUNG KARNO DAN PAK HARTO
T
ENTANG Bung Karno dan Pak Harto selalu saja menarik. Saya penggemar keduanya karena merekalah negeri ini merdeka dan membangun. Memang nama Bung Karno dan Pak Harto tak pernah lepas dari kebangkitan bangsa ini. Keduanya telah mengharumkan bangsa Indonesia dengan kehebatan masing-masing. Tapi, keduanya juga pernah dihujat segelintir orang, meskipun nama mereka tetap harum. Pak Soekarno (Bung Karno) sebagai presiden pertama adalah tokoh proklamator. Beliau adalah pendiri negara kita, Republik Indonesia. Beliau bergerak di masa sebelum merdeka atau masa revolusi sampai masa tumbuh di era Pak Karno berjalan bagus. Demikian kata Bupati Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Drs H Sri Purnomo Yusgiantoro, Msi, seperti dimuat Majalah Gemari edisi 174 yang lalu. Kemudian dilanjutkan di era Pak Harto, di mana di era Pak Harto itu adalah periode pembangunan, dimulai dengan pembangunan yang telah dilaksanakan periode Pak Harto
sampai sekarang sudah kita rasakan dengan kemajuan-kemajuan yang ada. “Kita harapkan berikut ini periodisasi Republik Indonesia dari Pak Karno, Pak Harto, kemudian Pak Habibie sebentar, kemudian Bu Megawati sebentar, kemudian Pak SBY, kemudian Pak Jokowi. Ini semua akan terus berlanjut, bersambung saling menguatkan, saling mengisi, saling melengkapi, sehingga di orde era reformasi berikutnya, sekarang “bekerja-bekerja” oleh Pak Jokowi semoga membawa Indonesia lebih maju lagi,” harap Drs H Sri Purnomo. Di mata Drs YB Jarot Budihardjo, Kepala Biro Organisasi Setda DI Yogyakarta, kalau ia melihat Pak Karno sebagai Proklamator dan Pak Harto
sebagai Bapak Pembangunan, itu memang luar biasa. Dengan segala keterbatasan beliau, beliau bisa membangun bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka. Pak Harto membangun bangsa ini dengan mengisi pembangunan. Kita harus angkat topi menghormati beliau. “Ya semua itu kita tidak melihat dari sisi negatifnya tetapi sisi positifnya. Karena beliau berjuang itu semata-mata tidak untuk diri beliau. Tetapi semata-mata semuanya dipersembahkan untuk bangsa dan negara ini menjadi bangsa yang merdeka, bangsa yang maju, bangsa yang sejahtera,” jelasnya lugas. Sungguh menarik melihat dua tokoh yang ditulis Gemari. Saya kira Gemari sering menurunkan tulisan seperti ini, sebab walaupun di luar kebiasaan majalah ini tapi membangkitkan semangat kaum muda untuk mencintai para pahlawannya. Salut untuk Majalah Gemari atas tulisan itu, sungguh berita menarik. Terima kasih atas penyajian yang berbobot ini. Sukses untuk Majalah Gemari. Eko Wahono Pamulang Kota Tangsel, Banten.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Nurul Iman Kota Metro
Bank Sampah dan Kebun Bergizi Tingkatkan Kesejahteraan Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Masjid Nurul Iman yang terletak di Posdaya Masjid Nurul Iman, Kelurahan Tejoagung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro, Lampung, patut mendapat acungan jempol. Pasalnya, Kebun Bergizi yang kini dikelolanya berkembang sebagai kebun pembibitan masyarakat. Yang membanggakan, upaya itu mampu mengangkat Kota Metro meraih Juara II Nasional pada lomba pemanfaatan tanah kebun dan pekarangan PKK 2014. Bukan hanya itu, pembuatan kompos permanen dan pengelolaan bank sampah yang kini ditanganinya terus menunjukkan kemajuan. Tak heran, bila kesejahteraan masyarakat di sekitar Masjid Nurul Iman terus meningkat. Ketua Posdaya Nurul Iman Siti Nurjanah tengah menjelaskan peta keluarga kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Walikota Metro Hi Lukman Hakim, SH, MM dan Anggota Komisi V DPR RI asal Lampung KH Abdul Hakim serta pejabat dan tokoh masyarakat yang turut menyaksikan. [FOTO: ADE S]
K
ETUA Posdaya Nurul Iman Siti Nurjanah mengatakan, Posdaya yang dikelolanya sudah cukup maju dan banyak hal yang sudah diperbuat. “Di antaranya pembuatan pupuk kompos yang dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup. Begitu Posdaya dikelola dan berjalan dengan baik, alhamdulillah sekarang dapat dinikmati manfaatnya,” tutur Siti Nurjanah saat berdialog di acara talk show TVRI Lampung dalam Gebyar Posdaya Kota Metro yang dipandu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono di halaman Masjid Taqwa Kota Metro beberapa waktu lalu. Dirinya bersyukur, seiring dengan berkembangkan Posdaya, ternyata banyak pihak memberikan support dan bantuannya. “Setelah adanya tempat pembuatan kompos permanen dari Dinas Lingkungan Hidup, Posdaya Nurul Iman mendapat bantuan gedung tempat pengelolaan bank sampah berada
di belakang samping masjid Nurul Iman,” ungkap Siti Nurjanah sumringah. Diakui Siti Nurjanah, Posdaya Nurul Iman yang berdiri sejak 2011 lalu terus melakukan berbagai terobosan. Dalam mengelola bank sampah sudah ada petugas dari kader Posdaya secara bergantian setiap minggu 2 orang. Mereka keliling ke rumah-rumah warga untuk mengambil barang bekas atau limbah untuk diolah menjadi barang bermanfaat. “Bagi warga yang sudah berkenan menjadi anggota didaftar dan diberi buku untuk mencatat barang limbah atau barang bekas yang akan disetorkannya dan dicatat nominalnya,” ungkapnya seraya menambahkan agar uang itu dicatat dan dikalkulasikan, begitu nanti membutuhkan uangnya bisa diambil di sekretariat Posdaya. “Kebanyakan nasabah dari bank sampah ini mengambil uangnya setiap 2 atau 3 bulan sekali guna menambahi kebutuhan membayar listrik atau pun yang lainnya,” tegasnya. Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
7
Siti Nurjanah
Bantuan komputer Aneka kemajuan yang dialami Posdaya Nurul Iman membuat decak kagum setiap tamu yang berkunjung. Begitu juga Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono yang juga penggagas Posdaya tak kuasa meluapkan kekaguman terhadap para pengurus dan anggota Posdaya Nurul Iman. Dirinya pun spontan untuk memberikan bantuan seperangkat komputer untuk pengelolaan Bank Sampah. Pasalnya, Bank Sampah yang dikelola Posdaya Nurul Iman selama ini hanya dicatat secara manual. “Dengan adanya komputer akan memudahkan mengatur administrasi. Bagaimana, mau saya beri komputer?” tanya Prof Haryono. “Mau..., mau.., mau Pak,” jawab Siti Nurjanah tampak berbinar roman mukanya menunjukkan rasa bahagia dan bangga bisa langsung berdaialog bahkan langsung mendapat bantuan dari penggagas Posdaya. Juara Posdaya tingkat nasional Kebun bergizi dengan aneka tanaman yang akrab disebut warga Tejoagung sebagai kebun
kolektif terus dikelola kader Posdaya Masjid Nurul Iman. Kelompok tanaman yang berfungsi sebagai tanaman pangan alternatif pengganti nasi, seperti pisang, ubi, talas maupun singkong terus dikembangkan. Langkah ini sangat inovatif dan sejalan dengan keinginan pemerintah dalam memasyarakatkan ketahanan pangan Tak pelak, berbagai terobosan yang dilakukan pengurus dan anggota Posdaya Nurul Iman kerap kali mendapat penghargaan membanggakan. Posdaya ini pernah meraih juara tingkat Nasional di Solo tahun 2014 lalu. Tak heran, bila dikatakan Posdaya ini jauh lebih maju dibanding tempat pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat di tempat lainnya. Padahal, Posdaya ini awalnya berguru ke Posdaya Masjid Al Manar Kelurahan Yosomulyo, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro, Lampung. Semangat kebersamaan membangun masyarakat Tejoagung melalui masjid sebagai tempat silaturahmi sekaligus musyawarah merencanakan pembangunan makin marak dilakukan para kader dan jamaah. Masjid Nurul Iman pun makin makmur baik kegiatan ibadah maupun berbagai aktivitas jamaah di luar masjid. Selamat! ADE S
Tasyakuran Ultah Pak Subiakto
M
ENTERI Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di era Presiden Soeharto, Dr Subiakto Tjakrawerdaja, yang kini aktif sebagai Sekretaris Yayasan Damandiri, pada Kamis pagi 30 Juli 2015 lalu mengadakan tasyakuran ulang tahun (ultah) ke-71 di Gedung Siti Padmirah Silver College Jl Pengadegan Barat No 4 Jakarta Selatan.
8
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Ultah pria kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 30 Juli 1944 ini dirayakan secara sederhana oleh Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono, istri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Namun demikian, tasyakuran itu terasa istimewa karena bersamaan dengan acara Observation Study Tour (OST) dan Pelatihan Posdaya Angkatan ke-96 dari Kota Metro, Lampung yang diselenggarakan Haryono Suyono Center (HSC). Hadir dalam acara ini Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Kota Metro Drs H Masnuni, MPdI, Asisten Deputi Pelatihan dan Pengembangan Posdaya Yayasan Damadiri Faozan Alfikri, SH, MKM, para sahabat, kerabat dan handai taulan serta puluhan peserta acara itu. Seluruh pimpinan, staf redaksi dan karyawan Majalah Gemari mengucapkan selamat ultah. Semoga Allah SWT senantiasa mecurahkan kesehatan, panjang umur, kebahagiaan, kesuksesan, bimbingan dan perlindungan. Aamiin. ADE S/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Workshop KKN Tematik Posdaya UIKA Bogor
Mengubah ≈Ulat Bulu Jadi Kupu-kupuΔ Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya saat ini sudah menjadi pembelajaran di luar kampus, dan hampir seluruh perguruan tinggi sudah mendedikasikan diri untuk rakyat dalam membangun masyarakat. Ini suatu bukti ada persatuan dan kesatuan bukan antara rakyat saja tapi antara intelektual bersama rakyat. Seperti halnya Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor yang menggelar acara Workshop Bagi Mahasiswa dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN Tematik Posdaya UIKA Bogor pada 23 Juni 2015 di Aula Kampus UIKA Bogor, Jawa Barat.
H
ADIR pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Dr HE Bahruddin, MAg, Kepala LPPM UIKA Bogor Dr HA Rahmat Rosyadi, SH, MH, dari Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) LPPM IPB Dr Puji Mulyono, Ir Yannefri Bachtiar, MSc dan Ir Mintarti, MSi, Pada kesempatan itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono berpesan kepada mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya, pertama mahasiswa harus percaya pada diri sendiri. “Kepercayaan diri itu harus membaca lebih banyak dari kuliah dosen, karena saudara akan diuji oleh masyarakat desa yang saudara kunjungi,” ujarnya. Kedua, lanjutnya, mahasiswa harus percaya kepada temannya. Tidak boleh sama sekali mengurangi kepercayaan kepada teman. Apabila kepercayaan kepada teman berkurang akan merusak apa yang dinamakan super tim dari Universitas Ibn Khaldun. Kebersamaan dengan
teman itu harus merupakan suatu super tim dari Universitas Ibn Khaldun. Ketiga, mahasiswa harus percaya kepada institusi di mana saudara dididik. Oleh karena itu mahasiswa harus menjunjung tinggi Universitas Ibn Khaldun. Lebih lanjut Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie mengatakan, “Keempat, saudara harus percaya kepada masyarakat yang saudara datangi. Saudara harus percaya kepada keluarga yang didatangi, tidak boleh ada satupun mahasiswa Universitas Ibn Khaldun kemudian mendadak sampai ke desa lalu berkata ternyata desa ini orangnya bodohbodoh, ternyata desa ini orangnya miskinmiskin. Saudara harus memberi kepercayaan kepada masyarakatnya apapun yang kurang. Selama satu bulan di sana ditambah secara sopan dan tahap demi tahap. Sehingga akhirnya pada waktu saudara meninggalkan masyarakat itu dengan bangga saudara akan berkata ternyata masyarakat yang saya datangi sekarang luar biasa. Yang kelima saudara harus menjadi mahasiswa yang percaya kepada pasar. Saudara selama tinggal di desa
Prof Dr Haryono Suyono memberikan pembekalan kepada mahasiswa UIKA Bogor yang akan melaksanakan KKN. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
9
Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor menyimak pemaparan Filosofi Posdaya yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
10
itu harus meyakinkan masyarakat bahwa ini adalah mahasiswa yang laku jual.” Pada kesempatan yang sama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menegaskan, “Saudara akan bertemu keluarga yang miskin, keluarga yang kurang pandai. Dalam istilah biasa saudara akan bertemu dengan ulat bulu. Ulat bulu-ulat bulu itu selama masa KKN harus saudara ubah menjadi kupu-kupu. oleh karena itu selama satu bulan bersama rakyat, saudara harus mampu seumpamanya mengubah ulat bulu tersebut. Artinya mengubah keluarga-keluarga yang belum sejalan dengan aliran pembangunan. Bagaimana caranya? Saudara kembangkan ulat bulu itu sebagai kepompong. Pada masa menjadi kepompong, selama satu bulan tinggal dengan rakyat saudara masukkan isian yang bermacam-macam.” Isian yang pertama adalah bagaimana agar meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam istilah konotasi biasa saudara harus membentuk kepompong. Arti lahiriyahnya di setiap desa saudara harus membentuk apa yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). yang kedua, memahami dan melaksanakan budaya bangsa. Artinya, tidak saja beriman dan bertakwa tetapi seluruh keluarga yang masuk dalam Posdaya hidup secara gotong royong, saling menghargai, saling peduli. Yang kaya peduli kepada yang miskin, yang miskin tidak minta-minta tetapi berjanji untuk bekerja cerdas dan keras. Yang ketiga, keluarga yang ada di dalam Posdaya harus menerima pola hidup sehat, pola hidup bersih dan pola hidup yang dina-
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
mis. Sehingga tidak saja sehat tetapi siap untuk membangun keluarga dan bangsanya. Yang keempat, keluarga yang ada di dalam Posdaya berjanji kepada dirinya dan melaksanakan, siap untuk menyekolahkan anak-anaknya sejak usia dini. Yang kelima, keluarga-keluarga yang di desa siap untuk berlatih keterampilan. Bahkan kalau perlu saudara-saudara mengadakan kursus-kursus keterampilan sederhana merubah sampah menjadi berkah. Sejarah yang Luar Biasa Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Dr HE Bahruddin, MAg menyambut baik kegiatan KKN Tematik Posdaya yang digagas oleh Prof Dr Haryono Suyono dan Yayasan Damandiri. “Hari ini adalah suatu sejarah yang luar biasa. Ibn Khaldun yang berdiri sejak tahun 1961 dan baru tahun ini dapat melaksanakan KKN secara integrasi dari seluruh program studi. Kami sejak awal membayangkan suatu hal yang indah manakala terjadi integrasi dalam KKN. Katakan dalam satu lokasi ada mahasiswa dari background pendidikan, ada mahasiswa teknik, ada mahasiswa background ekonomi kemudian hukum dan agama serta kesehatan, ini bisa menangani secara multi dimensi yang ada di masyarakat,” tuturnya. Menurutnya pelaksanaan KKN Tematik Posdaya Universitas Ibn Khaldun didasari dengan masalah-masalah yang timbul di masyarakat saat KKN. “Kalau hanya dua fakultas itu banyak masalah-masalah yang tidak tertangani, umpamanya masalah MCK, masalah kesehatan dan masalah lainnya. Sekarang secara integrasi kebersamaan ini dan masingmasing program studi ada. Insya Allah di masyarakat itu multi masalah akan bisa diselesaikan dengan lebih baik melalui KKN Tematik Posdaya yang bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat,” ujarnya. “Kami ingin sampaikan bahwa di Universitas Ibn Khaldun Bogor ini program S1 terdiri dari 6 fakultas. Yang pertama Fakultas Hukum dengan program studi ilmu hukum, yang kedua Fakultas Ekonomi dengan program studi Akuntansi Manajemen dan D2 Perbankan, yang ketiga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan program studi PLS, Pendidikan Bahasa Inggris dan Teknologi Pendidikan. Kemudian
Fakultas Teknik dengan program studi Mesin, Sipil, Elektro dan Informatika. Fakultas Agama Islam dengan program studi Pendidikan Agama Islam, Ahwalu Shahsiyah, Komunikasi Penyiaran Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Ekonomi Syariah. Dan Fakultas Ilmu Kesehatan dengan program studi Kesehatan Masyarakat. Selain itu ada empat program studi S2, Pendidikan Islam, Teknologi Pendidikan, Manajemen dan Ekonomi Syariah. Dan baru satu program S3 Pendidikan Islam,” urai Dr HE Bahruddin, MAg. Terkadang ketika mahasiswa yang dulu hanya FKIP dan FAI saja, ketika ada masyarakat yang mengeluh tentang kesehatan mereka tidak mempunyai kemampuan itu. Atau mereka ada keluhan MCK, itupun tidak punya kemampuan. Dan hal yang lain banyak ditemukan sehingga peserta KKN tidak bisa memenuhi harapan dari masyarakat yang dijadikan lokasi KKN. Tapi dengan seperti ini semua program studi ada, insya Allah akan lebih bermanfaat dan bisa mengatasi berbagai permasalahan yang timbul di tengah-tengah masyarakat. “Saudara-saudara peserta KKN, Anda nanti berangkat ke lokasi membawa Universitas Ibn Khaldun. Oleh karena itu kami berpesan jaga nama baik kita bersama. Anda dipertaruhkan nanti di lokasi harus dapat menjaga nama baik Universitas Ibn Khaldun. Jangan berbuat sesuatu yang menimbulkan suasana yang tidak baik di lokasi. Dan insya Allah anda di setiap lokasi ada dosen pembimbing lapangan yang sudah mengikuti training of trainer dan insya Allah akan lebih terarah,” pesannya seraya menambahkan, “Anda juga harus pandai berkomunikasi bukan hanya dengan masyarakat tetapi juga kepada tokoh di sana baik tokoh formal seperti RT, RW atau Kepala Desa, demikian juga tokoh non formal baik itu guru, ustadz atau tokoh masyarakat lainnya sehingga program anda bisa didukung dan berjalan dengan lancar.” Sementara itu Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UIKA Bogor Dr HA Rahmat Rosyadi, SH, MH yang juga sebagai Ketua Panitia KKN Tematik Posdaya menjelaskan, rangkaian kegiatan KKN yaitu melaksanakan workshop bagi mahasiswa dan DPL dalam rangka menghadapi KKN Tematik Posdaya yang akan
berlangsung pada 3 Agustus 2015. Dr HA Rahmat Rosyadi mengatakan, penyelenggaraan KKN merupakan bagian tri dharma perguruan tinggi yang wajib diikuti civitas akademika khususnya bagi dosen dan mahasiswa. Diharapkan dengan selesainya KKN ini dapat menghasilkan proposal riset yang berbasis pengabdian masyarakat bagi dosen dan mahasiswa. Menurutnya, KKN Tematik Posdaya UIKA Bogor tahun 2015 yang mengangkat tema Memberdayakan Potensi Keluarga melalui Partisipasi dan Kesadaran Masyarakat di Kabupaten Bogor melibatkan mahasiswa sebanyak 958 orang yang akan di tempatkan di empat kecamatan yaitu, Kecamatan Caringin 23 kelompok, Kecamatan Cigombong 9 kelompok, Kecamatan Cijeruk 18 kelompok dan Kecamatan Tamansari 16 kelompok. Adapun jumlah mahasiswa FKIP sebanyak 217 peserta, dari Fakultas Agama Islam (FAI) sebanyak 219 peserta, Fakultas Ekonomi sebanyak 242 peserta, Fakultas Teknik sebanyak 130 peserta, Fakultas Hukum sebanyak 54 peserta dan Fakultas Ilmu Kesehatan sebanyak 95 peserta. Dengan pengelompokkan mahasiswa menjadi 66 kelompok bersama Dosen Pembimbing Lapangan. Selain itu, Ketua Panitia KKN Tematik Posdaya UIKA Bogor juga menguraikan, telah melaksanakan penyusunan buku petunjuk pelaksanaan KKN Tematik Posdaya, sosialisasi bagi para pimpinan UIKA Bogor dan Training of Trainer tentang Posdaya bagi Dosen Pembimbing Lapangan. Kemudian buku 101 mengenal Posdaya juga dibagikan kepada setiap kelompok, dan survei lapangan sudah 100 persen dilaksanakan. SUL/DH
Prof Dr Haryono Suyono dan Dr Mulyono D Prawiro (kedua dari kanan) bergambar bersama Pimpinan UIKA Bogor dan Korwil dari P2SDM LPPM IPB di kantor Rektorat UIKA Bogor, Jabar.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
11
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Kolaborasi Mahasiswa KKN Posdaya dan Masyarakat
Bangun Semangat Kebersamaan Melalui KKN Tematik Posdaya, mahasiswa bersama masyarakat bergotong royong mengangkat potensi masyarakat desa. Kolaborasi keduanya yang didukung perguruan tinggi dan mendapat fasilitasi pemerintah daerah telah memotivasi mereka, sehingga mereka ternyata mampu dan bisa.
Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor UMB H A Dasan, SH, MA foto bersama dengan dua orang perwakilan mahasiswa UMB peserta KKN Tematik Posdaya, di Masjid Agung At Taqwa Bengkulu. [FOTO-FOTO: HARI]
H
AL itu diungkapkan Ir Wismalinda Rita, MP yang juga Kepala Bagian Pengabdian Masyarakat LPM Universitas Muhammadiyah Bengkulu. “Melalui KKN Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dapat membantu mengangkat potensi masyarakat desa seperti yang dilakukan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu,” kata Rita. Rita menjelaskan, kegiatan Posdaya dari Universitas Muhammadiyah Bengkulu ingin memberdayakan dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Khusus untuk Provinsi Bengkulu banyak sumberdaya alam maupun sumbedaya manusia merupakan peluang untuk dikembangkan dan diberdayakan. Tinggal bagaimana untuk berkolaborasi dari kegiatan KKN Tematik Posdaya memotivasi mereka untuk memahami bahwa dia mampu dan bisa. Contohnya, kata RismaLinda Rita, diselasela pelepasan KKN Tematik Posdaya di Masjid Agung At-Taqwa Bengkulu baru-baru ini, bahwa daerah sekitar pantai di Provinsi
12
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Bengkulu banyak seklali peluang ketika musim ikan. “Banyak ikan yang bisa dimanfaatkan mulai dari ikan rucahnya maupun membuka peluang usaha seperti membuat bahan pakan terna dari ikan dan membuat tepung ikan maupuolahn ikan lainnya,” ujarnya. Selama ini, ujar dia, hasil panen ikan hanya dijual bentuk ikan yang belum diolah. Padahal ikan itu tanpa rekayasa cepat rusak. Untuk itu UMB ikut memikirkan pengembangan pasca panen ikan. Seperti membuat kripik ikan dan bebrbagai jenis makanan dari ikan yang lebih menguntungkan dan punya nilai tambah. Contoh lain, di Kabupaten Bengkulu banyak sekali usaha industri kecil maupun menengah seperti pembuatan keripik pisang karena hasil pisang di Bengkulu juga melimpah, makanan jenis umbi-umbian yang selama ini belum tersentuh dengan teknologi. Kondisi masyarakat saat ini, kata Risma Linda Rita, perlu bimbingan dan dukungan dari stakeholder, dari pemerintah dan dari perguruan tinggi. “Dengan adanya pemberdayaan melalui Posdaya yang berbasis keluarga itu kita
ingin keluarga itu bisa memberdayakan diri mereka sendiri dengan motivasi dan fasilitator dari kita,” katanya. Oleh karena itu, kita lebih menyemangati mereka untuk meningkatkan potensi diri dan memanfaatkan potensi yang ada pada mereka. Masyrakaat sebenarnya cukup cerdas tetapi ketika terkendala dan tidak ada dukungan mereka lemah. “Ini yang kita tingkatkan dari mereka. Harapannya, dengan turunya KKN tematik Posdaya dari UMB 2015 ini sangat berterima kasih karena sudah didukung Pemda Kabupaten melalui MoU. Khusus untuk Provinsi Bengkulu UMB sudah melakukan MoU dengan 7 (tujuh) Kabupaten Kota,” tuturnya. Untuk tahun ini lokasi kabupaten yang menjadi sasaran KKN Tematik Posdaya ada 4 (empat) kabupoaten/kota, yaitu Kota Bengkulu dengan 25 kelompok, Kabupaten Bengkulu Utara 3 (tiga) kelompok, Kabuapten Suma 18 (delapan belas) kelompok, Kabupaten Kepayang 27(dua puluh tujuh) kelompok. “Empat kabupaten kota ini menjadi prioritas kami untuk tahun pertama dengan harapan Posdaya yang berpotensi dan layak dan berpeluang menurut evaluasi dan mendapat dukungan dari Yayasan Damandiri untuk dijadikan Posdaya unggulan yang nantinya akan dibina terus dengan Pemda setempat,” jelas Rita. Tahun depan, imbuh dia, KKN Tematik Posdaya akan masuk sasaran KKN yang sama. Animo dari Pemda Dinas Instansi terkait sangat positif. “Alhamdulillah sekarang dibuktikan kami sudah melakukanroad show semua Pemda untuk keja sama ini. Dan yang sudah terealisasi adalah Kabupaten Bengkulu Utara dan akan diikuti Kabaupaten yang lain,” lanjutnya. Selain itu, kata Rita, ingin semua perguruan tinggi di Bengkulu ikut bersama-sama mengembangkan Posdaya. Melihat dari hasil Observasi Study Tour (OST) di Jakarta sepertinya sangat bagus untuk membantu ketika masyarakat itu lemah. “Sebenarnya itulah peran dari perguruan tinggi dan nantinya kami berharap ada Posdaya-posdaya tangguh
Ketua Yayasan Damadiri Prof Dr Haryono Suyono secara simbolik mengenakan topi pada pada salah satu perwakilan mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya UMB.
didesa binaan,” harapnya. Pada pelepasan KKN Tematik Posdaya kali ini juga diwarnai dengan penandatangan kerja sama (MoU) antara Yayasan Damandiri dengan 6 (enam) Peguruan Tinggi, yaitu Perguruan Tinggi (PT) Poltikes Kemenkes, IAIN Provinsi Bngkulu, STIKES T rimandiri Sakti, Perguruan Tinggi Uni Ratu Samaban, PKBI Provinsi, STAIN Curup. Di samping perguruan tinggi kami ingin program Posdaya ini dikroyok bersama tidak hanya perguruan tinggi, tetapi juga dinas instansi dan dinas-dinas lain yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat, termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi yang sudah MoU dengan Universitas Muhammadiyah. “Alhamdulillah BKKBN Provinsi Bengkulu sudah memfasilitasi 20 kelompok mahasiswa KKN di Bengkulu Utara dan Kabaupaten Kepayang,” jelasnya. Selain itu UMB juga sudah bekerja sama dengan Badan Narkoba Nasional (BNN) Provinsi, PPPD, Pertamina dan Dinas Koperasi. “Kami merasa optimis mudah-mudahan langkah baik kita diridhoi Allah SWT dan Posdaya di Bengkulu bisa berjaya,” harapnya. Lebih jauh Rita menjelaskan, UMB juga turun dengan KKN Tematik Posdaya berbasis Cabang dan Ranting Muhammadiyah di Bengkulu dan didukung oleh pimpinan Muhammadiyah Daerah di Kabupaten, Pimpinan Muhammadiyah daerah di provinsi, Pimpinan Cabang Muhammadiyah di kecamatan dan Pimpinan Muhamadiyah dan Aisyah di desa. HARI Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
13
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
1.205 Mahasiswa KKN Tematik Posdaya IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Berikan Perubahan Positif Masyarakat Cirebon Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kian diminati berbagai perguruan tinggi di tanah air. Bahkan, pelaksanaannya pun kerap ditunggu-tunggu baik kalangan para mahasiswa, masyarakat maupun jajaran pemerintahan daerah. Kondisi inilah yang dirasakan para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat, saat acara pelepasan yang digelar pada Rabu pagi 29 Juli 2015 lalu. Sebanyak 1.205 mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon antusias mengikutinya. Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra, MM, MSi, yang langsung melepas para mahasiswa KKN itu pun optimis kegiatan itu memberikan perubahan positif bagi masyarakatnya.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pembekalan di hadapan ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya IAIN Syekh Nurjati Cirebon. [FOTO-FOTO: ADE S]
14
K
KN Tematik Posdaya Berbasis Masjid yang akan diikuti 1.205 mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini dimulai sejak dimuali 28 Juli sampai 8 September 2015. Tepat selama 40 hari mereka fokus dalam upaya penguatan beberapa komponen pemberdayaan, seperti bidang pendidikan, kesehatan, wirausaha, ekonomi, lingkungan hidup serta keagamaan dan budaya tentunya. Disebar di delapan kecamatan di Kabupaten Cirebon, yaitu, Kecamatan Suranenggala, Kapetakan, Panguragan, Gegesik, Kaliwedi, Jamblang, Depok, dan Kecamatan Plumbon. Terdiri 85 Kelompok yang menempati 85 desa dan didampingi 85 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Acara yang terselenggara atas kerja sama IAIN Syekh Nurjati Cirebon bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Bukan saja kalangan para mahasiswa dan seluruh civitas akademika IAIN Syekh Nurjati Cirebon, jajaran Pemkab Cirebon,
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
para tokoh masyarakat dan masyarakat luas antusias menyambut kegiatan ini. Apalagi kehadiran Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra, MM, MSi, didampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang melepas langsung ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Aula Nyi Mas Gandasari, Kantor Bupati Cirebon, Jl Sunan Kalijaga No 7 Sumber, Cirebon, Jabar, ini tampak semarak, penuh kesan dan makna. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengimbau para mahasiswa KKN setidaknya untuk mampu menguasai lima kepercayaan selama melaksanakan KKN. Pertama, mahasiswa harus percaya kepada diri sendiri. “Karena kalau mahasiswa di kampus dinilai oleh para dosen tetapi kalau dilapangan para mahasiswa akan dinilai oleh masyarakat,” ujar Prof Haryono di hadapan ribuan mahasiswa KKN Posdaya IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Untuk itu, lanjutnya, mahasiswa harus membaca lebih banyak dari apa yang diberikan para dosen. “Sebelum saudara terjun ke desa saudara harus siap untuk menghadapi dosen masyarakat. Untuk kepercayaan diri sendiri harus dibekali ilmu, teknologi dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,” papar penggagas Posdaya ini yang disambut antusias seluruh hadirin.
Kedua, lanjut Prof Haryono, harus percaya kepada teman sejawat. “Jangan ada satu orang pun mahaiswa yang terjun ke desa justru menjelekan teman sendiri. Kepercayaan kepada teman adalah awal persahabatan kita kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Cirebon ini,” tegas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini. Ketiga, lanjut Menko Kesra dan Taskin era Presiden HM Soeharto dan BJ Habibie ini, para mahasiswa KKN harus percaya kepada institusi atau percaya kepada IAIN Syekh Nurjati Cirebon. “Mahasiswa harus bangga kepada kampus ini. Karena selama 7 semester para mahasiswa telah digodok di gedung IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini. Mahasiswa KKN harus menjunjung tinggi almamater. Jangan sekali-kali kalau di tanya masyarakat, menjawab saya ini mahasiswa Universitas Indonesia atau Universitas Gadjah Mada. Tetapi harus dengan penuh kebanggaan menjawab saya adalah mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang siap memberi perubahan terbaik bagi masyarkat,” tegas Prof Haryono, yang langsung mendapat aplaus ribuan mahasiswa KKN Syekh Nurjati Cirebon. Keempat, jelas Pro f Haryono, percaya kepada masyarakat yang didatangi. “Jangan sekali-kali mahasiswa mengatakan masyarakat yang didatangani adalah masyarakat yang bodoh, masyarakat miskin, masyarakat tidak mau maju. Kalau itu yang dikatakan berarti anda tidak percaya kepada masyarakat yang saudara datangi. Masyarakat yang saudara datangi adalah masyarakat yang siap menjadi mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Karena nama IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang diambil dari guru para wali penyebar Islam di Pulau Jawa untuk membangun masyarakat yang penuh iman dan taqwa, bekerja cerdas dan keras,” paparnya. Dan kelima, lanjut Prof Haryono, para mahasiswa KKN harus menjadi mahasiswa yang laku jual. “Boleh jadi anda tidak disambut dengan karnaval, tidak disambut dengan senyum. Tetapi saudara harus mampu membuktikan, setelah 40 hari saudara bersama masyarakat, melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. Sehingga ketika
saudara pulang diantar dengan tangisan air mata, rasa sedih dan haru. Karena kedatangan manusia langka dari Syekh Nurjati Cirebon telah memberi kesan mendalam, mampu memberi kepercayaan diri bagi masyarakat. Mampu mengangkat kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Mampu memberi perubahan positif bagi masyarakat yang lebih senang untuk kerja sama dengan para kepala desa, para camat dan bupatinya. Karena Pak Bupati yang dengan ikhlas mempertaruhkan sebagai calon jenderal di republik ini untuk berbakti di masyarakat Cirebon. Saudara memberi semangat baru bagi masyarakat desa,” tegas Prof Haryono. “Are you ready...?,” tanya Prof Haryono “Ready...,” jawab ribuan mahasiswa menjawab dengan serempak. Ditegaskan Prof Haryono, kelima kepercayaan itu, harus mampu dikuasai para mahasiswa sebagai bekal selama melaksanakan KKN. Dirinya mengingatkan, para mahasiswa KKN ketika didesa akan menghadapi orang yang mungkin saja sisnis atau tidak suka yang diumpamakan sebagai ulat bulu. “Ulat bulu itu, kalau bulunya kena kulit rasanya gatal.
Ketua Yayasan Damandiri saat memberi paparan tentang Posdaya disaksikan Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra, MM, MSi (tengah) dan Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon Dr H Sumanta, MAg (kiri).
Dua mahasiswa KKN Posdaya IAIN Syekh Nurjati Cirebon bergambar bersama Pimpinan Yayasan Damandiri, Pemkab Cirebon dan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
15
Pimpinan Yayasan Damandiri bergambar bersama jajaran Pemkab Cirebon dan pimpinan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
16
Saat melihatnya pun pasti merasa jijik dan langsung diijak. Manusia seumpama ulat bulu itu juga ada di desa,” ujar Prof Haryono. Untuk itu, lanjut Prof Haryono, tugas para mahasiswa KKN, ulat bulu itu harus dimasukan dalam kepompong yang diibaratkan kepompong itu adalah Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. “Pertama, ulat bulu harus dimasukan dalam kepompong, mereka harus diberikan pelajaran keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Artinya pelajaran keimanan dan ketaqwaan bukan saja dihapal atau didengungkan di masjid tetapi dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Prof Haryono. Kedua, lanjutnya, para mahasiswa harus mampu mengupayakan semua keluarga dan anak-anak di desa itu sehat jasmani dan rohani. Dan ketiganya, semua keluarga miskin harus masuk ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), agar para ibunya bisa bebas dan bekerja keras membantu suaminya yang masih miskin. Dijelaskannya, proses pengembangan ulat bulu menjadi kupu-kupu mempunyai arti yang luar biasa. “Kupu-kupu itu sifatnya selalu terbang rendah, artinya selalu hidup bersama rakyat. Kupu-kupu itu kalau hinggap di setiap bunga, pasti akan memberi manfaat bagi bunga itu, karena bunga itu akan berkembang baik sehingga menjadi buah yang akan bermanfaat. Dan kalau kupu-kupu itu mati, bukan lagi makhluk yang menjijikan, namun akan menjadi kenangkenangan yang indah, sehingga kerap di pajang menjadi hiasan dinding. “Jadi, saudara harus mampu merubah keluarga desa yang tadinya seumpama ulat bulu menjadi keluarga desa yang seumpama kupu-kupu,” tutur Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra, MM, MSi, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon Dr H Sumanta, MAg, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon Dr H Bambang Yuniarto, MSi,
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Ketua Panitia KKN Tematik Posdaya Dr H Wawan Ahmad Ridwan, MAg, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Cirebon, para camat, para kepala desa, ribuan mahasiswa KKN dan undangan lainnya. Sedangkan Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra, MM, MSi, menyambut positif para mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang akan melaksanakan KKN di Kabupaten Cirebon. “Kegiatan KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid yang akan dilakukan di Kabupaten Cirebon ini dapat membawa hal positif bagi Kabupaten Cirebon, khususnya wilayah yang telah ditentukan sebagai tempat KKN,” tuturnya saat melakukan sambutannya. Ia berharap, agar dalam KKN ini mahasiswa dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat. “Warga di Kabupaten Cirebon itu banyak yang keras, jika ada perubahan di lingkungan mereka, jadi saya harap nanti para mahasiswa, jika ingin melakukan perubahan harus secara logis agar dapat diterima di lingkungan masyarakat,” tandas Drs H Sunjaya Purwadisastra, MM, MSi. Hal senada juga disampaikan Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon Dr H Sumanta, MAg. Dirinya memastikan, mahasiswa yang bakal melaksanakan Kuliah kerja Nyata di beberapa Kecamatan Kabupaten Cirebon siap memberikan perubahan kepada masyarakat. “KKN mahasiswa ini berbasis masjid, jadi pendekatannya secara religius dan metode semacam ini akan sangat cocok untuk merubah perilaku mayoritas masyarakat Kabupaten Cirebon yang keras,” tutur Sumanta. Ia juga berharap, mahasiswa dapat menyesuaikan diri dan bisa diterima oleh masyarakat. “Saya harap mahasiswa bisa diterima dengan baik dan mengaplikasikan ilmu yang didapat di kampus kepada masyarakat, sehingga bisa membuat perubahan positif di kalangan masyarakat,” pungkas Dr H Sumanta, MAg, seraya berpesan para mahasiswa untuk menjaga nama baik IAIN Syekh Nurjati Cirebon di mata masyarakat. ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Unsoed Lepas 2.542 Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) sebagai pionir Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), bahkan sekarang sudah banyak diikuti oleh perguruan tinggi yang lain. Dengan menyebarkan manfaat Unsoed kepada daerah-daerah sekitarnya dan direspon dengan baik. Oleh karena itu Unsoed tetap mempertahankan KKN Tematik Posdaya, selain bermanfaat bagi pemdanya untuk pemberdayaan masyarakat juga akan mempengaruhi sosial, ekonomi dan budayanya, juga manfaat bagi mahasiswanya untuk menggali potensi yang ada di desa dengan mulai belajar terjun ke desa membangun masyarakat.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Rektor dan Kepala LPPM Unsoed memberikan ucapan selamat kepada mahasiswa yang akan melaknakan KKN Posdaya. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
H
AL ini diungkapkan pada acara Pembekalan Umum oleh Ketua Yayasan Damandiri dan BNN serta Pelepasan KKN Posdaya dan Tematik Universitas Jenderal Soedirman Periode Juli dan Agustus 2015 di Graha Widya Tama Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah pada 27 Juli 2015. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Rektor Universitas Jenderal Sudirman Dr Ir Achmad Iqbal, MSi, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed Prof Dr Ir Suwarto, MS, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Purbalingga AKBP Edi Santoso, SSos, MSi, para Wakil Rektor Unsoed, Dekan Fakultas Unsoed, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan para mahasiswa KKN. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, “Mereka siap untuk terjun ke desa dan mengubah keluarga-keluarga yang tidak peduli, keluarga-keluarga yang
kadang-kadang tidak menyekolahkan anakanaknya, akan diubah oleh mahasiswa menjadi keluarga yang dinamis, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sejahtera.” Di hadapan 2.542 mahasiswa yang akan melaksanakan KKN, pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 menegaskan, “Apakah anda siap terjun ke desa? Apakah anda percaya kepada temannya sendiri? Saudara-saudara sekalian, ada lima syarat yang saya minta. Syarat yang pertama saudara-saudara harus percaya pada diri sendiri. Oleh karena itu sebelum terjun ke desa, bacalah semua catatan-catatan kuliah dari para guru besar, para dosen selama enam semester. Oleh karena itu selain membaca catatan-catatan kuliah juga saudara membaca bahan-bahan lain agar nanti saudara percaya pada diri sendiri.” Lanjut Prof Haryono, “Yang kedua saudara harus percaya pada teman sejawat yang samasama ke Brebes, ke Purbalingga, yang samasama pergi ke desa. Yang ketiga saudara harus percaya dan memberi hormat kepada institusi dari mana saudara berasal. Jangan ada satupun mahasiswa yang menjelek-jelekkan Universitas Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
17
Ketua Yayasan Damandiri disambut dengan antusias oleh mahasiswa Unsoed saat wawancara dengan media.
18
Jenderal Soedirman. Yang keempat saudara harus percaya kepada masyarakat desa yang saudara datangi. Yang kelima, saudara harus masuk ke desa dengan kepercayaan penuh. Saudara harus dipandang oleh orang desa sebagai mahasiswa yang luar biasa, mahasiswa yang laku jual. Laku jual artinya saudara dihargai oleh masyarakat.” Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie memaparkan, “Di samping itu, saudara di desa akan menemui orang-orang yang barangkali memandang sinis kepada saudara. Saudara-saudara mungkin akan ketemu dengan manusia yang tingkah lakunya sepertinya ulat bulu. Tetapi saudara harus ingat, tidak boleh menjelekkan masyarakat. Selama 40 hari saudara harus membentuk apa yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Posdaya itu seakan-akan kepompongnya ulat bulu. Ulat bulu diharapkan masuk ke dalam kepompong.” Dan di dalam kepompong selama 40 hari di desa, saudara harus membentuk dan mengisi kepompong Posdaya itu. Dengan apa? yang pertama, kita tingkatkan iman dan takwa dari keluarga-keluarga yang ada di desa. Yang kedua, jangan ada anak-anak keluarga Pra Sejahtera, keluarga miskin sampai sakit tidak ada yang ngopeni. Kesehatan, apakah setiap keluarga sudah punya jamban keluarga. Kalau belum punya jamban keluarga, saudara bantu membuat jamban keluarga. Kalau ada selokan kotor, saudara bantu untuk bersama-sama secara gotong royong membersihkan selokan kotor. Kalau ada anak yang tidak sekolah, saudara bantu untuk diantarkan ke sekolah, dicarikan sekolah. Sehingga tidak ada anak satu pun yang usia sekolah tidak sekolah di desa
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
yang menjadi binaan saudarasaudara. Masyarakat desa di dalam Posdaya harus dilatih untuk mengolah apapun yang ada di sekitar desa menjadi produk baru yang laku jual dan menguntungkan. Jangan sudah kerja keras produknya tidak laku jual. Dan kalau itu semua sudah dilakukan, maka ulat bulu yang ada di kepompong akan berubah menjadi kupukupu. kupu-kupu itu tidak pernah terbang tinggi, terbangnya selalu rendah, dekat bersahabat dengan rakyat banyak. Diakui Prof Haryono, dirinya mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Unsoed. “Pertama, kabupaten yang minta tetapi belum dapat dipenuhi, insya Allah akan dipenuhi pada bulan Januari-Pebruari yang akan datang. Kedua, secara khsusus dari kabupaten akan kita tinjau dari pelaksanaan KKN Tematik Posdaya dari kabupaten yang akan dipilih antara lain ke Brebes, Purbalingga, Cilacap atau daerah lain. Dalam waktu singkat ini akan ditentukan dan koordinasi dengan bupati yang bersangkutan untuk pada akhir bulan Agustus bertemu dengan mahasiswa yang telah membentuk Posdaya di desa-desa dari kabupaten yang bersangkutan,” ujarnya. Yang ketiga, lanjut Prof Haryono, diharapkan Unsoed menciptakan isian untuk Posdaya. Baik dalam bidang pertanian, bidang kelautan, bidang perikanan dan bidang-bidang lain agar Posdaya yang ada tidak sekedar kumpul-kumpul. Tetapi mulai memproduksi apa saja yang bisa diolah dari lahan atau dari tepi pantai yang ada. Misalnya para mahasiswa yang KKN di daerah tepi pantai akan dianjurkan tidak saja menanam rumput laut tetapi juga mulai dikembangkan pengolahan dari hasil rumput laut. Selain itu, dengan adanya Tabur Puja (Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera), daerahdaerah yang dibina oleh Unsoed antara lain di Cilacap dan Purbalingga, mereka akan melayani para anggota Posdaya yang ada. Dan Unsoed akan menciptakan suatu manajemen keuangan atau audit keuangan yang sederhana sehingga rakyat di desa yang tidak lulus SD, tidak lulus SMP atau tidak lulus perguruan tinggi, itu bisa memiliki manajemen keuangan yang dicipta oleh Universitas Jenderal Soedirman. SUL/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Unsoed Pertahankan KKN Tematik Posdaya Rektor Unsoed Dr Ir Achmad Iqbal, MSi mengatakan, Unsoed tetap mempertahankan KKN walaupun di perguruan tinggi lain ada yang tidak melaksanakan. ”Kami tetap mempertahankan KKN karena manfaatnya besar sekali. Saya ingin Unsoed ini berperan atau bekerja sama atau mempunyai sumbangsih kepada daerah-daerah di sekitar Unsoed, salah satu di antaranya melalui KKN, karena KKN ini perannya besar sekali. Apalagi KKN-nya sekarang KKN Tematik Posdaya,” ungkapnya.
Rektor Unsoed Dr Ir Achmad Iqbal, MSi saat memberikan sambutan dan melepas kegiatan KKN Posdaya dan Tematik. [FOTO: SULAEMAN]
U
NSOED sebagai pionir KKN Tematik, bahkan sekarang sudah banyak diikuti oleh perguruan tinggi yang lain. KKN Tematik sekarang ini banyak bupati yang minta. Misalnya Bupati Banyumas minta KKNnya untuk masalah kesehatan tentang ibu-ibu hamil yang mempunyai risiko yang tinggi. Bahkan pada saat bertemu dengan Ketua DPRD Pekalongan yang sampai saat ini belum sampai ke sana. Karena melayani kabupaten yang ada saja belum siap. Lebih lanjut Dr Ir Achmad Iqbal, MSi, menegaskan, “Kami ingin menyebarkan manfaat Unsoed kepada daerah-daerah sekitarnya dan direspon dengan baik. Oleh karena itu saya tetap mempertahankan KKN Tematik, selain bermanfaat bagi pemdanya untuk pemberdayaan masyarakat juga akan mempengaruhi sosial, ekonomi dan budayanya. Manfaat bagi mahasiswanya untuk menggali potensi yang ada di desa harus mulai belajar terjun ke desa, ke masyarakat.” Perkembangan KKN yang dilaksanakan Unsoed sangat bagus sekali. Ini ditandai
dengan permintaan dari kabupaten bertambah terus. Apalagi Unsoed itu Pembangunan Wilayah Pedesaan (PWP)nya. Kami minta kepada Ketua LPPM, kita harus punya blue print pedesaan yang mandiri seperti apa, Unsoed harus menghasilkan itu. Unsoed harus mandiri, maju, modern dan berkelanjutan seperti apa, harus punya konsep dan itu harus diterapkan mulai dari KKN ini, itu harapan kami. Dan insya Allah disambut baik bukan hanya di sini juga di kabupaten-kabupaten yang lain yang bisa dijangkau oleh Unsoed. Dan KKN ini sesuai dengan Pola Ilmiah Pokok (PIP) yaitu pemberdayaan pedesaan yang berkelanjutan. Ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab moral kita untuk menjadi yang terdepan, yang terpercaya sebagai kampus yang lahir, tumbuh dan berkembang di wilayah pedesaan. Dengan kata lain, inilah bukti sebagai institusi perguruan tinggi, tidak ingin menjadi menara gading tetapi memiliki kepekaan terhadap dinamika masyarakat pedesaan yang merupakan cerminan terbesar masyarakat di negara kita. Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
19
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyerahkan paket buku tentang Posdaya kepada Rektor Unsoed Dr Ir Achmad Iqbal, MSi.
Rektor Unsoed menyematkan jaket almamater kepada mahasiswa KKN Posdaya.
20
Ini sangat penting, karena desa sering kali dinilai kalah pamor dengan kota. Desa kerap dianggap tidak menjanjikan sebagai pilihan dalam kehidupan. Desa cenderung dikesankan tidak memiliki potensi untuk dikembangkan. Cara pandang inilah yang perlu diubah oleh mahasiswa KKN. Karena desa sesungguhnya memiliki segudang potensi yang menjanjikan dan cukup bersinar. Mahasiswa Unsoed harus bisa menginspirasi sekaligus terinspirasi oleh desa. Mahasiswa Unsoed juga harus mampu membaca sekaligus menerjemahkan setiap peluang di desa sebagai jalan menuju kesejahteraan. Meski tidak semudah membalik telapak tangan, insya Allah perlahan tapi pasti kita bisa melihat desa dengan segenap potensi yang ada sebagai tujuan di masa depan. Apalagi kita punya program Desa Mandiri. Oleh karena itu
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkan Kuliah Kerja Nyata menjadi kesempatan untuk belajar menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Pemimpin yang panca inderanya terbiasa melihat keseharian masyarakat. Pemimpin yang hati nuraninya tersentuh dengan kebutuhan masyarakat. Pemimpin yang pikiran dan tindakannya selalu menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dan golongan. “Saya berpesan kepada mahasiswa, anda adalah mahasiswa Unsoed, harapan saya ketika anda lulus paling tidak memiliki karakter Jenderal Soedirman. Oleh karena itu di desa di lokasi anda KKN jaga almamater Universitas Jenderal Soedirman, hormati budaya lokal, hormati kearifan lokal, jaga nilai-nilai kejuangan Jenderal Soedirman,” ujar Achmad Iqbal. Enam kabupaten Ketua LPPM Unsoed Prof Dr Ir Suwarto, MS menjelaskan, untuk KKN periode Juli-Agustus 2015 akan dilaksanakan di, 15 kecamatan dan 123 desa. Adapun enam kabupaten tersebut yaitu, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Brebes, Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Kebumen. Adapun KKN Tematik diikuti oleh mahasiswa sebanyak 2.542 mahasiswa berasal dari 12 fakultas di lingkungan Unsoed dengan rincian Fakultas Pertanian 238 mahasiswa, Fakultas Biologi 129 mahasiswa, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 411 mahasiswa, Fakultas Peternakan 245 mahasiswa, Fakultas Hukum 300 mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik 300 mahasiswa, Fakultas Teknik 202 mahasiswa, Fakultas MIPA 133 mahasiswa, Fakultas Kedokteran 211 mahasiswa, Fakultas Perikanan dan Kelautan 91 mahasiswa, Fakultas Ilmu Kesehatan 157 mahasiswa, Fakultas Sastra dan Budaya 125 mahasiswa dan 97 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Kemudian topik atau tema KKN di antaranya ada
KKN Tematik Posdaya di empat kabupaten yaitu, Kabupaten Banyumas, Cilacap, Banjarnegara dan Kabupaten Brebes . Sedangkan KKN Tematik non Posdaya di Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Kebumen. KKN Tematik non Posdaya itu ada KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat, ada KKN Mandiri yang semua dikelola oleh mahasiswa. Ada KKN Pokasi dan ada KKN tematik yang disediakan dana dari BLU Unsoed dan KKN Mitigasi Bencana. Untuk KKN Tematik Posdaya sasarannya adalah masyarakat yang tergabung dalam Posyandu kemudian ditingkatkan menjadi Posdaya. Yang tadinya pilarnya hanya satu yaitu pilar kesehatan, dengan Posdaya akan ditingkatkan menjadi empat pilar selain kesehatan ada tiga pilar lagi yaitu pendidikan, ekonomi dan lingkungan. Selain itu mahasiswa juga akan melakukan pemetaan status tingkat kesejahteraan keluarga. Dari status itulah mahasiswa diberi tugas untuk memasukkan keluarga itu dalam golongan Pra Sejahtera atau Sejahtera. Menurutnya, tugas mahasiswa selama KKN adalah mendampingi masyarakat dalam membentuk Posdaya termasuk struktur organisasi, pengelolaan atau manajemennya. Untuk pembentukan Posdaya kita akan membentuk minimal 208 Posdaya. Dan kami sudah melakukan pembekalan kepada mahasiswa maupun kepada DPL. Pembekalan kami laksanakan dengan dua macam yaitu materi proses dan materi isi. Materi proses dilaksanakan selama empat hari yaitu tanggal 6-7 Juni dan 13-14 Juni 2015, kemudian untuk materi isi dilaksanakan tanggal 27-28 Juni dan 4-5 Juli 2015. Sedangkan pelaksanaan KKN Tematik Posdaya ini akan dilaksanakan pada 28 Juli-31 Agustus 2015. Semua lokasi itu adalah atas permintaan pemerintah daerah kemudian kami mengalokasikan ke sana. Misalnya Kabupaten Cilacap menghendaki di lokasi ini, kami kirim mahasiswa ke sana. Ada tiga dasar kami mengirim mahasiswa untuk KKN yaitu, dinamika perkembangan masyarakat di mana mereka mengajukan dan kami merespon. Kemudian merespon juga kebutuhan pemerintah daerah dan juga beberapa perusahaan dan juga mengaplikasikan teknologi yang dihasilkan oleh dosen. Ini yang dinamakan KKN tematik non Posdaya yang fokusnya kepada satu aspek yaitu aspek peningkatan kesejahteraan dari segi ekonomi. Misalkan peningkatan produksi peternakan, peningkatan produksi perikanan kemudian usaha kecil dan menengah dengan bimbingan dosen. SUL/DH Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
755 Mahasiwa KKN Universitas Pakuan Bogor
Siap Bangun Posdaya Keluarga miskin saat ini harus siap menghadapi persaingan global. Tantangan yang sangat berat ini harus segera diantisipasi pemerintah dengan memperkuat koperasi dan perusahaan negara untuk melindungi mereka. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) harus ikut berpartisipasi mencerdaskan keluarga miskin, agar masalah kemiskinan dapat terentaskan.
Walikota Bogor Dr Bima Arya memberi sambutan di hadapan tidak kurang dari 755 mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya Universitas Pakuan Bogor. [FOTO-FOTO: RAHMA]
22
hanya koperasi yang bisa melindungi mereka. “Tetapi itu juga tidak cukup. Harus ada perusahaan negara yang melindungi mereka. Keberadaan perusahaan negara inilah yang akan melindungi keluarga miskin yang mau berusaha. Tanpa itu, mereka akan mati menghadapi persaingan,” cetusnya. Tujuan melakukan KKN Tematik Posdaya untuk mencerdaskan bangsa dinilai Dr Subiakto Tjakrawerdaja sangat tepat. Terutama, terutama keluarga yang ada AL tersebut disampaikan Sekretaris saat ini dalam keadaan prasejahtera. “Dan saya Yayasan Damandiri Dr Subiakto kira di daerah-daerah kabupaten maupun Tjakrawerdaja di hadapan 755 mahaKota yang menjadi sasaran KKN ini jumlahnya siswa Universitas Pakuan peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya masih cukup besar. Apa lagi dalam keadaan di lapangan Kampus Universitas Pakuan, ekonomi yang tidak terlampau baik untuk saat Bogor, pada 31 Juli 2015 lalu. Istimewanya, ini. Keluarga yang kemarin sudah agak acara pelepasan mahasiswa KKN ini juga sejahtera sekarang menjadi miskin kembali,” dihadiri Walikota Bogor Dr Bima Arya yang ungkapnya. Pelaksanaan KKN Tematik Posdaya yang ikut memakaikan topi Posdaya secara simbolik. dilandasi berkerja sama mendorong keluarga“Apa yang dikerjakan adik-adik mahakeluarga untuk membentuk kelompoksiswa adalah bagaimana meningkatkan kelompok Posdaya. Secara bertahap, partisipasi kualitas sumberdaya mereka dengan cara masyarakat dalam kelompok-kelompok mencerdaskan mereka. Ibarat menanam padi, Posdaya itu nantinya dapat membentuk bagaimana cara menanam padi yang lebih lembaga-lembaga koperasi di desa-desa. produktif, yang tadinya satu hektar mengha“Koperasi ini bukan pilihan lagi tetapi silkan 4 ton bisa meningkat menjadi 8 ton. suatu keharusan bagi keluarga ini untuk Dengan cara itu, mereka akan bisa bersaing menghadapi globalisasi. Tanpa kerja sama dengan petani lainnya. Seperti hal nya petani tanpa koperasi mereka akan mati menghadapi Vietnam dengan petani Thailan yang bisa menjual beras dengan harga Rp 6.000/kg perasingan global. Kehadiran mahasiswa ke sementara hasil petani Indonesia menjual desa ini mudah-mudahan mendapat sambutan antusias oleh rakyat. Dan keberhasilan beras Rp 10.000/kg,” tuturnya. Jalan keluar dari tugas berat tersebut, kata anda ketika mau meninggalkan desa menuju Subiakto, mau tidak mau keluarga miskin kampus dilepas dengan cucuran air mata harus menjadi anggota koperasi. Karena, karena terharu,” tandasnya.
H
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Buku, pesta dan cinta Menurut Walikota Bogor, Dr Bima Ariya, KKN Tematik Posdaya merupakan momentum yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Dalam melakukan KKN akan menemukan hal-hal luar biasa. “Zaman mahasiswa adalah buku, pesta dan cinta. Artinya kita harus baca buku agar Indek Prestasi Kumulatif (IPK)nya bagus dan berprestasi. Pesta ini bukan berarti dugem yang tidak jelas, tetapi kita bergaul jangan sampai kurang pergaulan (kuper), kurang update (kudet). Ketiga adalah cinta. Baca buku oke, gaul oke. tetapi tanpa cinta akan menjadi hampa,” pesan Walikota Bogor kepada para mahasiswa KKN. Rektor Universista Pakuan Dr H Bibin Rubini, MPd dalam sambutannya mengatakan, KKN Tematik Posdaya dilakukan dalam rangka memberdayakan masyarakat yang ada di daerah-daerah supaya bangkit perekonomiannya agar Indonesia ini bisa berjaya, makmur dan sejahtera. “Melalui KKN kalian akan belajar banyak dari masyarakat Indonesia untuk menimba ilmu tentang kearifan lokal, tentang karakter, tentang nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kebangaan yang terkadung dalam Pancasila. Kalau ada yang baik bawalah nilai-nilai tersebut kekampus dan kalau mendapat nilainilai yang tidak baik jangan disebarkan dikampus,” pesannya Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksanakan KKN Universistas Pakuan, dr H Nedin Badrudin mengatakan, KKN Tematik Posdaya sebenarnya sudah dilaksanakan sejak tiga tahun lalu walau belum ada kerja sama dengan Yayasan Damandiri. “Dari dulu program yang kita lakukan terkait program pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan yang menjadi fokus kegiatan KKN Tematik Posdaya,” jelasnya. KKN Tematik Posdaya yang dilaksanakan mulai 3 Agustus sampai 9 September 2015 ini menyisir
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja didampingi saat mengenakan topi kepada mahasiswa KKN Universitas Pakuan Bogor, Jabar.
desa-desa yang ada di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor. “Ada sekitar 100 desa dan 18 kecamatan yang kita masuki,” ungkapnya. Selain itu, untuk lebih memberikan pemahaman tentang Posdaya, pada acara pelepasan mahasiswa KKN juga menghadirkan tiga kader Posdaya yang nantinya para mahasiswa akan ber-KKN di tiga Posdaya tersebut. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini juga menjelaskan dari 755 mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya, banyak diikuti oleh mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sekitar 418. Sisanya adalah Program Studi Pendidikan Bahasa Inggeris sebanyak 144 orang dan Program studi pendidikan bahasa Indonesia 104 orang. Dalam melaksanakan tugasnya, mahasiswa didamping dosen pembimbing lapangan sebanyak 88 orang. RW
Mahasiswa KKN Universitas Pakuan Bogor siap ditempatkan di wilayah mana saja untuk bangun Posdaya.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
23
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Tematik Posdaya Inspirasi menuju Kesejahteraan KKN Tematik yang diikuti oleh mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman sebanyak 2.542 mahasiswa yang berasal dari 12 fakultas diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswanya untuk menggali potensi yang ada di desa dengan mulai belajar terjun ke desa membangun masyarakat. Mahasiswa Unsoed harus bisa menginspirasi sekaligus terinspirasi oleh desa. Mahasiswa Unsoed juga harus mampu membaca sekaligus menerjemahkan setiap peluang di desa sebagai jalan menuju kesejahteraan.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama berfoto bersama Mahasiswa KKN Posdaya Unsoed. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
S
EPERTI halnya yang disampaikan Fitri Rianti dari Fakultas Peternakan usai acara Pembekalan Umum oleh Ketua Yayasan Damandiri dan BNN serta Pelepasan KKN Posdaya dan Tematik Universitas Jenderal Soedirman Periode Juli dan Agustus 2015, di Graha Widya Tama, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah pada 27 Juli 2015. “Dengan adanya KKN Tematik Posdaya ini tentunya akan sangat membantu masyarakat desa, apalagi dari visi misi Unsoed sendiri itu, kearifan lokal tentunya. Dari program studi saya peternakan, akan membantu masyarakat melalui kearifan lokal yang ada di Brebes,” ungkap Fitri Rianti. Senada dengan Fitri Rianti, Koordinator Kelompok KKN Posdaya Panggisari Rifki Hadi Ismail yang mendapatkan tugas KKN di lokasi Desa Panggisari, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah mengatakan, akan melakukan sebuah pengabdian masyarakat dan sesuai dengan kurikulum 24
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Universitas Jenderal Soedirman. “Kami akan melakukan pengabdian masyarakat yang memuat tentang Posdaya. Kami akan menjalankan sebuah program yang mungkin bisa bermanfaat bagi masyarakat di Desa Panggisari,” ujarnya. “Sebelum memulai KKN, kami akan berkoordinasi dengan kepala desa. Kalau disetujui kita akan melakukan program itu dan jika ada yang tidak cocok bagi kepala desa, kita bisa mengubah dan mengikuti sesuai dengan apa yang kepala desa butuhkan. Dan kita juga sudah survei ke lokasi KKN sebanyak dua kali. Yang pertama survei tentang desa, bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada di desa itu dan kita melihat juga potensi-potensi yang ada di desa itu. Dan diharapkan potensi yang ada di desa itu bisa memecahkan masalah yang ada di desa itu. Survei yang kedua, kami berkoordinasi dengan kepala desa untuk program yang akan kita laksanakan. Tindak lanjutnya kita akan koordinasi selain dengan kepala desa juga
dengan aparat yang lain. Sementara itu, anggota kelompok KKN Posdaya Panggisari Inggrid, Semester VI Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman memaparkan tentang program yang akan dibawa ke lokasi KKN Posdaya, “Setelah berbincang dengan kadesnya, akan membantu masalah yang bersifat insidental, misalnya masalah akta tanah insya Allah kami siap membantu. Lebih ke bidang kelembagaan.” Lain halnya dengan Laila dari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, menuturkan, “Kalau dari Fakultas ekonomi, program kerja kita yaitu melakukan penyuluhan gemar menabung. Menurut kami itu sangat penting buat anak-anak yang ada di Desa Panggisari. Yang kedua kita juga akan melakukan penyuluhan tentang pemanfaatan limbah botol plastik. Sasarannya bagi ibu-ibu PKK dan ibu-ibu yang ada di Desa Panggisari. Tujuannya agar mereka dapat memanfaatkan limbah botol plastik untuk dibuat alat-alat rumah tangga yang bermanfaat. Kalau mereka dapat membuat itu sebaik mungkin selain bisa digunakan sendiri juga bisa dijual lagi.” Begitu juga dengan Amalia Nur Hikmawati dari Fakultas Kedokteran Semester VII. Menurutnya permasalahan kesehatan di Desa Panggisari antara lain banyak terdapat penyakit tifus. “Kebanyakan orang-orang yang datang ke rumah sakit itu yang sakit tifus atau influensa. Hal ini dikarenakan dari makanannya yang kurang terjaga sehingga perlu dilakukan penyuluhan tentang kesehatan. Selain itu juga akan dilakukan pemeriksaan
gula darah tapi hanya terbatas karena sumber dananya tidak memadai. Kemudian minta dilakukan pemeriksaan tekanan darah gratis. Kami juga akan memberikan penyuluhan tentang narkoba. Selain itu juga penyuluhan tumbuh kembang anak dan kesehatan bagi ibu-ibu hamil melalui Posyandu. Juga kita akan masuk ke Posyandu lansia dengan mengadakan senam lansia,” urainya. Selain itu Rifki dan kelompoknya juga akan melaksanakan program kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat seperti penanaman toga, pembuatan kompos dan lain sebagainya. Mahasiswa selama KKN akan mendampingi masyarakat dalam membentuk Posdaya termasuk struktur organisasi, pengelolaan atau manajemennya. Selain itu mahasiswa juga akan melakukan pemetaan status tingkat kesejahteraan keluarga. Dari status itulah mahasiswa diberi tugas untuk memasukkan keluarga itu dalam golongan Pra Sejahtera atau Sejahtera. SUL/DH
Mahasiswa Unsoed siap menjadi pelopor pembangunan masyarakat pedesaan melalui Posdaya.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
25
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Bupati Bengkulu Utara
Sambut Positif Mahasiswa KKN Posdaya Dulu, mahasiswa dianggap sebagai pekerja. Sehingga banyak kepala desa yang menolak mahasiswa masuk ke wilayahnya. Tetapi dulu, ada pula yang senang karena dengan kedatangan mahasiswa masjidnya akan dicat oleh mahasiswa karena mahasiswa dianggap sebagai pekerja. Tetapi, sesungguhnya bukan itu.
Bupati Bengkulu Utara Dr H Imron Rosyadi, MM, MSi disaksikan Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor UMB H A Dasan, SH, MA, menandatangani MoU kemitraan dalam program Posdaya. [FOTO-FOTO: HARI]
D
EMIKIAN disampaikan Bupati Bengkulu Utara Dr H Imron Rosyadi, MM, MSi. Bupati mengatakan, mahasiswa yang datang ke desa akan memberikan contoh bagaimana membuat pagar rumah yang bagus membuat pagar masjid yang bagus. Di samping, cara mendidik anakanak PAUD, cara memberikan penyuluhan kesehatan, dan lainnya. Kehadiran mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) ke Bengkulu Utara untuk melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya mendapat sambutan dan tanggapan positif Bupati Imron Rosyadi. Bupati mengucapkan terima kasih UMB telah mengirim mahasiswanya untuk melaksanakan KKN ke Bengkulu Utara. “Biasanya saya terima dulu mahasiswamahasiswa KKN UMB itu sebelum dilempar ke pelosok-pelosok desa. Tetapi kali ini, karena pelaksanaanya masih lebaran, mungkin biar kumpul dulu, baru setelah itu kami lepas
26
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
mereka belajar membangun bersama masyarakat di desa,” ujarnya. Menurut Bupati Bengkulu Utara, dengan kehadiran mahasiswa yang merupakan cikal bakal calon-calon pemimpin di masa depan nanti ke daerah Bengkulu yang merupakan daerah terpencil, tidak lain untuk memberikan nuansa, bimbingan dan pencerahan kepada masyarakat dari sisi apa pun juga. Sebagai Bupati Bengkulu Utara, bisa mengikuti pembekalan dan kuliah terbuka bagi mahasiswa KKN UMB, merasa bahagia. Apalagi, dalam satu kesempatan di hari mulia, bulan suci Ramadhan lalu bisa bertatap muka langsung dengan para mahasiswa yang tak lain merupakan calon-calon pemimpin masa depan. Bengkulu Utara merupakan satu wilayah terluas dari daerah yang ada di Provinsi Bengkulu, dengan 220 desa. Bengkulu Utara memiliki daerah pulau terpencil dan terluar, seperti Pulau Enggano itu juga masih butuh sentuhan, perlu perhatian pembangunan.
“Saya berharap, mahasiswa KKN ini, ke depan akan bisa memberi nilai tambah bagi masyarakat. Mahasiswa harus bisa memberi dan menerima. Dengan memberi boleh sedikit tapi bisa menerima lebih banyak. Artinya, betapa banyak masalah yang ada di desa yang akan dicurahkan atau disampaikan kepada mahasiswa itu nanti,” kilahnya. Tetapi, ujar Bupati Imron Rosyadi, untuk menjawab semua persoalan yang disampaikan masyarakat itu bisa dijawab pada saat itu. Namun, ada pula yang butuh waktu nanti untuk menjawabnya. Karena persoalan yang dicatatnya itu perlu disampaikan ke pemerintah. Mahasiswa yang turun ke desa akan menjadi motivasi bagi masyarakat untuk secara bersama-sama memberikan partisipasinya guna membangun kesejahteraan untuk semua. Bupati juga mengungkapkan bahwa di Bengkulu Utara jumlah masyarakat miskinnya tidak terlalu banyak karena di sana sudah banyak lapangan pekerjaan ada yang di perkebunan dan pabrik semua bisa bekerja. Kalau pendidikan hampir gratis, kesehatan hampir gratis. Kalau satu pekerjaan itu ada hasilnya kalau pendidikan gratis, kesehatan gratis tandanya sudah makmur. Apalagi mau menggunakan pekarangan untuk dijadikan kebun bergizi tidak lagi harus membeli sayur. “Adanya kerja sama dengan Yayasan Damandiri, saya sangat terharu kalau bisa meneteskan air mata, kar ena Prof Haryono yang sepuh dan pada saat beliau di zamannya berjaya dan tidak ada duanya dalam program keluarga berencana (KB),” ujarnya. Inginnya, imbuh Imron Rosyadi, Yayasan Damandiri ini untuk memberikan sumbangsih kepada pemerintah dan kepada rakyat. Mudah-mudahan kerja sama ini berjalan dengan baik. Pro f Haryono me-
Prof Dr Haryono Suyono saling berjabat tangan dengan Bupati Bengkulu Utara Dr H Imron Royasi MM MSi setelah menyerahakan buku paket Posdaya usai penandatangan MoU di Masjid At Taqwa Bengkulu.
nanggapi hal itu, kalau semua bupati seperti Bupati Bengkulu Utara maka Indonesia ini akan makmur karena perhatiannya kepada rakyat sungguh-sungguh baik dibidang kesehatan, pendidikan mapun lapangan kerja. “Ini yang sebenarnya dibutuhkan bupati, bukan kantor bupatinya yang megah, jalan di depan kantornya mulus tetapi perhatian terhadap rakyat. Karena perhatian kepada rakyat itu akan mengangkat kabupatennya,” harapnya. Bupati Bengkulu Utara bersama-sama mengajak untuk mendoakan Prof Haryono, supaya beliau lebih meningkat tidak saja jadi
Mahasiswa UMB peserta KKN Tematik Posdaya Masjid yang diharapkan Bupati Bengkulu Utara akan memberikan contoh cara mendidik anak-anak PAUD, cara memberikan penyuluhan kesehatan, dan lainnya.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
27
Bupati Bengkulu Utara mendapat sungkem dari mahasiswa UMB peserta KKN Tematik Posdaya.
bupati tetapi menjadi lebih tinggi lagi. Imron Rosyadi menilai kegiatan di bulan Ramadhan yang merupakan bulan suci dan mulia karena bersamaan dengan umat muslim menjalankan ibadah puasa Ramadhan hari ini sangat menyentuh karena dilaksanakan dalam
28
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
bulan puasa dan semua perwakilan perguruan tinggi di Bengkulu hadir belum lagi ribuan mahasiswa mendapat pencerahan dari Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono. Bupati Imron Rosyadi selama memimpin Bengku Utara, pada 4 Maret 2013 mendapat penghargaan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan sebagai Bupati Terbaik Nasional Dalam Program Perikanan Budidaya, yang ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Perikanan Budaya No. 53/KEp-DJPB/2013 tertanggal 4 Maret 2013. Penghargaan tersebut diterima karena keberhasilan Kabupaten Bengkulu di bawah kepemimpinan Bupati Dr H Imron Rosyadi dalam budidaya perikanan. Itu merupakan sekian dari kelebihan Bupati satu ini yang selalu mengajak warganya untuk menghargai jasa orang tua. Bupati Bengkulu Utara, Dr H Imron Rosyadi, MSi ini juga menyambut baik MoU dengan Yayasan Damandiri demi mengangkat potensi melalui kegiatan mahasiswa KKN Tematik Posdaya ke desa-desa di Bengkulu Utara. “Saya sangat mengapresiasi lima hal yang disampaikan Prof Dr Haryono Suyono pada mahasiswa dalam kuliah terbukanya, yakni, mahasiswa harus percaya diri, percaya pada teman satu tim, percaya pada institusi, percaya pada masyarakat, dan kelima, mahasiswa harus bisa menjadi SDM yang laku jual,” ungkapnya lagi seraya menambahkan, lima hal yang disampaikan Prof Haryono masalah kepercayaan diri. “Karena lima kepercayaan itu merupakan bekal dan bahan yang luar biasa untuk dibawa mahasiswa kepada masyarakat di desa, termasuk daerah pulau terpencil. Diharapkan dengan adanya mahasiswa melakukan KKN di desa ini bisa memberikan nilai tambah kepada masyarakat,” tegasnya. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Posdaya Bangun Keluarga Bengkulu Sejahtera Penandatanganan MoU antara Yayasan Damandiri dengan 7 perguruan tinggi dan beberapa kabupaten/kota menjadi salah satu buktinya. Penandatanganan MoU tersebut menguatkan bentuk kemitraan kesepahaman dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Bengkulu. Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Bupati Bengkulu Utara, Rektor UMB, dan Ketua LPPM serta Kabag Pengabdian Masyarakat LPPM UMB membubuhkan tandatangan pada naskah MoU, di Masjid Agung At Taqwa Bengkulu. [FOTO-FOTO: HARI]
P
OSDAYA tidak saja telah mampu menarik perhatian masyarakat mancanegara. Provinisi Bengkulu pun akan menjadikan Posdaya sebagai salah satu upaya mengentaskan kemiskinan masyarakat. Gerakan pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya yang digagas awalnya oleh Yayasan Damandiri bersama perguruan tinggi negeri maupun swasta baik perguruan tinggi umum maupun keagamaan semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Penandatanganan kesepahaman (MoU) yang dimotori Universitas Muhammadiyah Bengkulu sebagai langkah awal mewujudkan tekad nyata meningkatkan kesejahateraan keluarga, utamanya keluarga-keluarga pra sejahtera melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) di Bengkulu. “Keberadaan gerakan pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan keluarga melalui Posdaya kini semakin dinilai positif dan mendapat sambutan banyak kepala daerah bupati/walikota. Karena secara nyata Posdaya meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga mampu membantu upaya program pengentasan kemiskinan serta menumbuhkan kembali semangat gotong royong dan kebersamaan,” kata Prof Dr Haryono Suyono, usai penandatanganan MoU, yang berlangsung di
Masjid Agung At Taqwa, Kota Bengkulu, pada bulan Ramadhan lalu. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Yayasan Damandiri mengungkapkan, Posdaya telah menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong masyarakat. Nilai-nilai luhur yang kini mulai dirasakan pudar, melalui kegiatan Posdaya kembali dihidupkan seperti beberapa waktu lalu. “Gotong royong akan menjadi pemersatu kebersamaan masyarakat dalam membangun kesejahteraannya,” ujarnya. Bahkan, kata Prof Haryono, berkat tujuan program Posdaya yang menggerakan partisipasi masyarakat serta memberdayakan seluruh potensi yang ada, telah pula dibawa mahasiswa-mahasiswa asal mancanegara yang menuntut ilmu di perguruan tinggi tanah air dan dipraktekkan di negeri asalnya dengan mendirikan Posdaya. “Tidak sedikit mahasiwa asal Malaysia yang kuliah di perguruan-perguruan tinggi di Sumatera Barat membawa dan mempraktekkan pengetahuannya mengenai Posdaya dengan mendirikan Posdaya di kampung halamannya,” imbuhnya. Posdaya tidak hanya mulai diadopsi mahasiswa mancanegara, tetapi masyarakat Australia pun mulai melirik Posdaya. Sebenarnya bukan saja masayarakat asal negeri kanguru itu Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
29
Prof Dr Haryono Suyono menyaksikan Rektor UMB H A Dasan, SH, MA, saat secara simbolik mengenakan topi pada pada salah satu perwakilan mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya UMB.
Mahasiswa UMB dengan semangat dan tekad melaksanakan tugas KKN Tematik Posdaya ke desa-desa di wilayah Provinsi Benglulu.
30
saja, tetapi sudah beberapa negara di Afrika maupun Timur Tengah dan Asia Selatan mengirimkan dutanya mengikuti kujungan observation study tour ke lokasi kegiatan Posdaya di berbagai tempat baik di Jawa maupun di Sumatera. Sebentar lagi siap menyusul, Posdaya berbasis Banjar di Bali pun akan segera dikunjungi dutaduta masyarakat dari mancanegara. Hadir dalam penandatanganan MoU ini, Sekda Provinsi Bengkulu Drs Sumardi, MM, Bupati Bengkulu Utara Dr Imam Rosyadi, MM, MSi, para rektor perguruan tinggi mitra baru Yayasan Damandiri. Dari Yayasan Damandiri nampak hadir Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi dan Drs FX Riswadi. Sementara dari Universitas Muhammadiyah Bengkulu hadir Ketua LPPM Dr Ir Eva Oktavidiati, MSi, Kepala Bagian Pengabdian Masyarakat LPM Universitas Muhammadiyah Bengkulu Ir Wismalinda Rita, MP, serta dosendosen pendamping lapangan.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Lima pesan penting Sebelum penandatanganan MoU dengan beberapa perguruan tinggi dan kepala daerah, terlebih dahulu Prof Dr Haryono Suyono dalam kuliah umumnya mengajak mahasiswa untuk memegang setidaknya lima kekuatan kepercayaan. Lima kepercayaan yang harus dimiliki mahasiswa, pertama, mahasiswa harus percaya kepada diri sendiri. Karena kalau mahasiswa di kampus dinilai oleh para dosen tetapi kalau dilapangan para mahasiswa akan dinilai oleh masyarakat. Untuk itu, mahasiswa harus membaca lebih banyak dari apa yang diberikan para dosen. “Sebelum saudara terjun ke desa saudara harus siap untuk menghadapi dosen masyarakat. Untuk kepercayaan diri sendiri harus dibekali ilmu, teknologi dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,” papar Prof Dr Haryono Suyono dihadapan tidak kurang dari 1.204 mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Kedua, lanjut Prof Haryono, harus percaya kepada teman sejawat. Jangan ada satu orang pun mahaiswa yang terjun ke desa justru menjelekan teman sendiri. Kepercayaan kepada teman adalah awal persahabatan kita kepada seluruh masyarakat di Provinsi Bengkulu. Ketiga, harus percaya kepada institusi atau percaya kepada UMB. Mahasiswa harus bangga kepada Kampus, karena selama 7 smester para mahasiswa telah digodok di Kampus tersebut. Selain itu juga harus menjunjung tinggi almamater. Keempat, percaya kepada masyarakat yang didatangi. Jangan sekali kali mahasiswa mengatakan masyarakat yang didatangani adalah masyarakat yang bodoh, masyarakat miskin, masyarakat tidak mau maju. Kalau itu yang dikatakan berarti anda tidak percaya kepada masyarakat yang saudara datangi. “Masyarakat yang saudara datangi adalah masyarakat yang siap menjadi mahasiswa UMB. Karena Universitas Muhammadiyah dibangun oleh nenek moyang kita untuk membangun masyarakat yang penuh iman dan taqwa, bekerja cerdas dan keras,” pesannya.
Diusahakan mahasiswa tidak saja disambut meriah pada waktu datang ke desa tetapi juga dielu-elukan ketika mau kembali kekampus. Artinya mahasiswa harus berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. Ketika datang disambut dengan senyum dan ketika pulang diantar dengan titik air mata, dengan rasa sedih dan haru. Mahasiswa harus menjadi mahasiswa yang laku jual, mahasiswa yang pasarannya tinggi, mahasiswa yang dihargai masyarakat. Diingatkan bahwa para mahasiswa KKN ketika didesa akan menghadapi orang yang mungkin saja sisnis atau tidak suka yang diumpamakan sebagai ulat bulu. “Di mana ulat bulu, bulunya kalau kena kulit rasanya gatal. Untuk itu ulat bulu itu harus dimasukan dalam kepompong dan kempompong itu adalah Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Kalau saudara mendapatkan ulat bulu harus dimasukan dalam kepompong, harus diberikan pelajaran keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena Ulat bulu setelah dimasukkan dalam kempong akan berubah menjadi Kupu-kupu yang sangat indah,” jelas Ketua Yayasan Damandiri. Artinya, kata Prof Haryono, anggota ma syarakat yang masuk Posdaya harus kita tingkatkan keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ulat bulu yang ada di desa harus pandai, anak-anaknya harus disekolahkan dan dibuatkan peta didalam Posdaya. Anggota Posdaya harus sehat dan diajari olah ketrampilan agar dia bisa bekerja dan berusaha. Serta, kelima, imbuh mantan Menko Kesra ini, keluarga di desa harus pandai membuat kebun bergizi di halaman rumahnya sendiri. Kupu-kupu selalu berada di dekat manusia dia terbangnya rendah dan kalau makan justru menguntungkan karena bunga bisa berubah menjadi buah. Saudara siap?” “Are you ready?” tanya Prof Haryono yang dijawab mahasiswa secara serentak, kompak dengan penuh semangat, “Siap!” “We are ready, Prof !”. “Terima kasih,” balas Prof Hrayono dengan tetap semangat meskipun dalam kondisi menlajalankan ibadah puasa Ramadhan. Karena, ujar Prof Haryono, kelima syarat itu bagi mahasiswa yang akan membangun
bersama masyarakat di desa, membangun Keluarga Indonesia melalui kegiatan kuliah kerja nyata tematik Posdaya. Dalam kesempatan tersebut Prof Haryono mengajak para mahasiswa dan tamu beridiri untuk menyanyikan lagu Wajib Posdaya yaitu “ Lingkaran Kecil”. “Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, “Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran Besar, Ada Posyandu, ada BKB, ada Paudnya, Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi, Posdaya, Posdaya, Posdaya Milik Kita, Posdaya, Posdaya , Keluarga Sejahtera”. HARI
Nampak hadir Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi (nomor 4 dari kanan) dan Dr Mulyono D Prawiro (paling kanan).
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
31
POSDAYA PEMERINTAH
Posdaya Turunkan Angka Kemiskinan Di Grobogan Posdaya mempunyai andil dalam menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dari 17,38 persen menjadi 14,38 persen. Penurunan tersebut dicapai dalam kurun waktu dua tahun. Namun demikian, Pemkab Grobogan bersama seluruh elemen yang ada akan terus menjadikan Posdaya sebagai ujung tombak pengentasan kemiskinan.
Wakil Bupati Grobogan Icek Baskoro, SH MH mengakui Posdaya berandil besar dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten Grobogan. [FOTO: SULAEMAN]
P
ROGRAM pembangunan pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) sebagai model pembangunan pedesaan dalam mengentaskan kemiskinan semakin dirasakan oleh berbagai daerah. Salah satunya, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. “Progam ini sudah kami mulai sejak 2008 lalu bekerja sama dengan Damandiri dan Perusda BPR BKK. Sehingga dengan keberadaan Posdaya telah memberikan andil pada penurunan angka kemiskinan Grobogan dari 17,38 persen turun menjadi 14,38 persen dari total jumlah penduduk,” kata Icek Baskoro, SH MH, Wakil Bupati Kabupaten Grobogan. Sejak Posdaya di launching di Grobogan pada 2008 lalu, saat ini sudah berdiri sebanyak 810 Posdaya. Meskipun jumlahnya mencapai 800 Posdaya lebih tetapi di Grobogan 1.722 RW. “Di Kabupaten Grobogan sudah ada 810 kelompok Posdaya.Targetnya setiap RW ada satu Posdaya,” kata Wakil Bupati. Posdaya Grobogan, kata Icek Baskoro SH MH, sudah berhasil menerima penghargaan Damandiri Award 2013 dan 2014. Pada 2014 lalu, menerima penghargaan Damandiri Award yang diserahkan di Auditorium Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) Solo. Penghargaan itu diberikan langsung oleh
32
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan diterima langsung oleh Wakil Bupati Grobogan Icek Baskoro yang juga ketua Pembina Posdaya Kabupaten Grobogan. “Posdaya di Grobogan telah mampu mengentaskan kemiskinan. Keberadaan Posdaya mampu meningkatkan semangat gotong royong dan memunculkan kelompok usaha mandiri sehingga menjadi pioner kesejahteraan masyarakat sehingga Posdaya mampu dijadikan ujung tombak untuk pembangunan daerah,” ujarnya. Pendapat Wakil Bupati diamini Kepala BP3AKB Kabupaten Grobogan drg Lely Atasti B, MKes. “Keberadaan Posdaya mampu meningkatkan semangat gotong royong dan mengentaskan kaum miskin. Dengan begitu Posdaya mampu dijadikan ujung tombak untuk pembangunan daerah,” ujarnya. Lely menambahkan, dalam kegiatannya, Posdaya selalu melibatkan masyarakat dan untuk masyarakat, seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Posyandu Balita dan Lansia, serta bidang kewirausahaan. “Dengan adanya aktivitas Posdaya, masyarakat semakin sadar akan penting dan bermanfaatnya program keluarga berencana (KB),” imbuh Lely.
”Posdaya merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan melalui forum komunikasi, silaturahmi, advokasi, pendidikan dan sekaligus wadah kegiatan fungsi warga terpadu,” katanya lagi. Untuk program kewisausahaan, kata Drs Suparjo, MH yang Kepala Bidang PPKS BP3AKB Grobogan ini, telah mampu memunculkan kelompok usaha mandiri, sehingga menjadi pioner kesejahteraan masyarakat. Untuk lebih mengoptimalkan pengentasan kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Grobogan mengirim kembali Tim yang untuk mengikuti Observation Study Tour (OST) di Haryono Suyono Centre (HSC) di Jakarta barubaru ini. Seluruh peserta OST yang dipimpin Wakil Bupati Grobogan, Icek Baskoro SH, MA bersama seluruh camat, lurah, kepala desa, kepala dinas, Tim Penggerak PKK, dan ikut pula BPR BKK Purwodadi. Mereka mendapat materi pelatihan dari Deputi Direktur Pemberdayaan Keluarga Dr Maswar Nurdin dan Fauzan SH. Setelah melakukan pelatihan Posdaya peserta diajak untuk melihat pengembangan bibit tanaman yaitu di Biotrop di Bogor. Di Biotrop peserta OST bisa melihat bibit tanaman yang cocok ditanam di Grobogan. Yayasan Damandiri melalui Ketuanya, Prof Dr Haryono Suyono menyumbang bibit pisang Cavendish sebanyak 2.500 bibit kepada pengurus dan anggota Posdaya keluarga prasejahtera. Tanaman pisang ini setiap bulan punya anak atau bertunas dua tiga sampai empat. Para Ketua Posdaya yang diawasi lurah, kepala desa dan camat harus membagi anak anak pisang ini, 1/3 kepada keluarga miskin dan 2/3 boleh dijual. Dalam waktu 8 bulan pisang ini sudah bisa dipanen, harga di Bogor satu tandan Rp 50 ribu. Kalau nanti sudah bisa menanam pisang Cavendish dan berhasil maka bisa dilanjutkan dengan penanaman tanaman keras seperti Sengon. Pohon Sengon baru bisa dijual setelah umur 5-10 tahun. Seperti dijanjikan Prof Haryono, setelah Ramadhan nanti akan menambah dana pinjaman kepada Bank yang ditunjuk di Grobogan sebesar Rp 1 milyar untuk disalurkan kepada Posdaya keluarga
Wakil Bupati Grobogan Icek Baskoro, SH MH menerima penghargaan Damandiri Award atas nama Posdaya di HUT Damandiri ke 19. [FOTO: HARI]
prasejahtera yang dalam bulan Ramadhan nanti dilatih ketrampilan. “Keluarga yang dipeta warnanya hijau atau biru biotrop diharapkan menjadi pengagun dari keluarga prasejahtera,” kata Lely. Baik Lely maupun Wakil Bupati menegaskan, Kabupaten Grobogan, serius menangani masalah kemiskinan di daerahnya melalui Posdaya hal itu terlihat beberapa kali mengirimkan timnya mengikuti pelatihan keterampilan Posdaya di Jakarta. Wakil Bupati Grobogan, Icek Baskoro mengungkapkan, kegiatan Posdaya yang digagas Prof Haryono itu luar biasa. “Kami mengucapkan terima kasih mendapat support dari Posdaya yang digagas Prof Haryono sebagai gagasan luar biasa. Kami juga terima kasih karena telah selalu mendapat sambutan dalam mengikuti pelatihan di samping mendapatkan pelajaran dari Posdaya juga mendapat pelayanan dan fasilitas yang luar biasa dari Yayasan Damandiri,” katanya. HARI
BPR BKK Purwodadi Grobogan siap mendukung penguatan Posdaya.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
33
POSDAYA PEMERINTAH
22 Unit Mobil MTU Siap Berdayakan 45.000 Posdaya Sebanyak 22 Mobile Training Unit (MTU) atau unit pelatihan berjalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU PR) akan diturunkan ke desa-desa memberdayakan Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh Indonesia. Keterlibatan Kementerian PU PR ini dalam rangka mengisi kekosongan bonus demografi yang akan terjadi pada 2020-2030 dengan mempersiapkan tenaga-tenaga muda terampil dan berdayaguna.
Prof Dr Haryono Suyono saat memaparkan tentang bonus demografi di hadapan sejumlah pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. [FOTO-FOTO: RAHMA]
“S
AAT ini sudah ada 22 unit kendaraan MTU, dan nanti akan ditambah lagi 15 unit, sehingga dengan total 37 unit diharapkan setiap provinsi memiliki dua unit MTU. Semua tukang batu, tukang kayu, mulai dari tukang sampai mandor akan dididik menjadi tenaga terampil. Bukan untuk ekspor,” kata Menteri PUPR Dr Ir Basuki Hadimuljono, MSc. Dengan demikian, kata Menteri PUPR, para anggota Posdaya yang terpilih untuk dilatih akan mampu melakukan pekerjaan proyek infrastruktur dengan baik dan benar. Selain sebagai unit pelatihan, MTU juga sebagai fasilitas untuk uji kompetensi dan sertifikasi, serta bimbingan teknis penyuluhan kepada tenaga kerja konstruksi yang tersebar di kantong-kantong tenaga kerja konstruksi dan pusat-pusat lokasi proyek yang belum bisa dijangkau Balai Pelatihan Konstruksi. Menteri PUPR juga sangat yakin dengan kapasitas Haryono Suyono sebagai komunikator, motivator gerakan Keluarga Berencana Nasional. “Dengan adanya instrumen ini mudah-mudahan bisa lebih bermanfaat, 34
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
bekerjasama dengan Posdaya,” tegasnya. Gerakan yang dilakukan Menteri PU-PR ini mendapat sambutan gembira dari penggagas Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono, karena diyakini akan menciptakan industri-industri baru yang bisa menyerap tenaga kerja. Mulai dari tukang sampai mandor, baik tukang batu maupun tukang kayu dididik menjadi tenaga terampil melalui MTU yang didatangkan ke tiap-tiap desa. “Saya merasa bahagia. Karena tidak saja tingkat provinsi, tapi mungkin ada di tempattempat yang menetap. Sehingga 45.000 Posdaya akan kita seleksi tenaga-tenaga muda yang bisa dikirim selama tahun 2015. Tahun depan mudah-mudahan ada lagi, sehingga dengan sendirinya pengangguran tingkat desa dapat diatasi,” jelas Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono sebelum memberikan paparan sebagai pembicara utama dalam seminar bonus demografi di Kementerian PUPR di Jakarta, belum lama ini. Saat ini, sekitar 175 juta penduduk yang masuk angkatan kerja hanya 100 juta. Dari 75 juta penduduk sisanya, ada yang masih seko-
lah, tidak bekerja sehingga masuk kategori penduduk non produktif. “Saya pikir pekerjaan Menteri PU PR sampai ke daerah-daerah membuat jalan atau irigasi akan menyerap bonus demografi di beberapa provinsi secara bertahap. Dan ini merupakan suatu solusi ketenagakerjaan di Indonesia,” jelasnya. Dengan tersedianya jalanjalan yang menghubungkan ke sekolah-sekolah, pelayanan kesehatan maupun tempat-tempat penjualan ekonomi, apa yang dilakukan Kementerian PUPR telah berperanaktif dalam memfasilitasi kemiskinan, khususnya yang ada di desa-desa. “Ada gula, ada semut. Demikin kata pepatah. Kalau memang ada pekerjaan, tenaga terampil pasti akan kesana dengan sendirinya. Seperti halnya ada pekerjaan di Saudi Arabia, banyak orang-orang berbondong-bondong ke sana,” ungkap Prof Haryono Suyono seraya mengutip ungkapan Menteri PUPR. Pemanfaatan bonus demografi Saat menjadi pembicara dalam Forum Group Discussion yang memiliki tema Peran Kementeriaan PUPR dalam membentuk Bonus Demografi Generasi Muda Indoesia di Ruang Auditorium Gedung Kementerian PUPR ini, Prof Haryono Suyono menegaskan bahwa bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan tepat untuk meningkatkan pembangunan. Daerah-daerah yang memiliki bonus demografi yang tinggi dapat menjadi daerah hunian yang nyaman dan menciptakan
Menteri PUPR Dr Ir Basuki Hadimuljono, MSc, saat berbincang dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono usai melihat-lihat MTU yang akan diturunkan untuk Posdaya.
lapangan kerja baru bila segera ditunjang oleh infrastruktur PUPR. “Bonus demografi ini harus diimbangi dengan pembangunan pusat-pusat industri baru. Bukan hanya jumlah penduduk usia produktifnya yang banyak tetapi juga penyebarannya merata. Menteri PUPR juga harus memastikan pembangunan infrastruktur itu benar-benar bisa memfasilitasi bonus demografi ini menjadi mesin penggerak ekonomi,” tuturnya. Sejalan dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Bina Konstruksi Yusid Toyib mengatakan, sudah saatnya Pemerintah meningkatkan peran generasi muda sektor jasa konstruksi untuk mengatasi adanya bonus demografi. “Beberapa langkah nyata tengah kita persiapkan dan sudah kita jalankan, misalnya saja beberapa waktu lalu kita telah mensertifikasi tenaga terampil di Klaten menggunakan MTU,” jelasnya. RW
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
35
POSDAYA PEMERINTAH
Usai Pelatihan OST di HSC
Kabupaten Darmasraya Siap Giatkan Posdaya Ketua PKK Kabupaten Darmasraya, Sumatera Barat, Hj Zaksai Kasni Adi Gunawan, SE MM mengaku, sangat terkesan dengan kegiatan pelatihan Observation Study Tour (OST) yang digelar Haryono Suyono Center (HSC) Jakarta. “Kegiatan ini merupakan penguatan kegiatan-kegiatan yang selama ini sudah kita jalankan, selaku mitra kerja pemerintah dan untuk membantu staf lapangan dalam menurunkan angka kemiskinan keluarga-keluarga masyarakat di Kabupaten Darmasraya.”
Menyempatkan diri foto bareng dengan Prof Haryono Suyono dan Hj Astuty Haryono Suyono beserta para kader PKK Kabupaten Dharmasraya. [FOTO: SULAEMAN]
36
D
IA juga berjanji akan melakukan tindak lanjut di lapangan usai pelatihan OST ini. “Mungkin akan kami tindaklanjuti di setiap kecamatan, bahkan di setiap nagari yang ada di kabupaten. Harapan kami bisa segera juga membentuk Posdaya di masing-masing wilayah di jajaran paling rendah,” ungkap isteri Bupati Darmasraya Ir H Adi Gunawan, MM. Keikutsertaannya pada pelatihan ini membawa pengurus PKK Kabupaten sebanyak 14 orang, ibu-ibu camat sebanyak 11 orang, beserta ibu-ibu wali nagari sebanyak 52 orang dan SKPD terkait sebanyak 7 orang. “Merekamereka ini adalah isteri-isteri kepala pemerintahan di semua jenjang untuk nanti mereka juga kita dorong untuk mensosialisasikan Posdaya di tengah-tengah masyarakat.” Sementara di Kabupaten Darmasraya sementara ini sudah terbentuk 39 Posdaya di tiga kecamatan, bekerjasama dengan Universitas Andalas melalui KKN Tematik Posdaya. Pembentukan Posdaya di Darmasraya juga dilakukan melalui Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Kabupaten Darma-
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
sraya yang diketuai Hj Zaksai Kasni. “Harapan kami ke depan dari 11 kecamatan, 52 nagari dan 260 jorong yang ada, di setiap jenjang itu akan ada pembentukan Posdaya di masing-masing wilayah tersebut,” jelasnya. Salah satu kendala kurang berkembangnya Posdaya di Kabupaten Darmasraya karena adanya kekhawatiran dari PKK Pusat kegiatan Posdaya akan tumpang tindih dengan kegiatan PKK, sehingga kegiatan Posdaya digerakkan melalui LKKS. “Itu sebabnya gerakan Posdaya belum optimal. Tapi sekarang respon itu terbuka kembali, maka muncul lagi untuk mengembangkan Posdaya,” jelasnya. Dari 39 Posdaya yang telah terbentuk, diharapkan Posdaya- Posdaya lain ada di semua jenjang di wilayah kabupaten. “Sementara ini 39 Posdaya baru berada di 3 kecamatan. Harapan kami dengan pelatihan OST Posdaya ini karena seluruh ibu-ibu camat hadir ada tindak lanjut pembentukan Posdaya di masingmasing wilayahnya. Pembentukan Posdaya akan kita dorong untuk dibentuk di lapangan. Setelah kegiatan pelatihan Posdaya di HSC, juga akan kita dorong adanya lounching Posdaya,” tegasnya. Tiga kecamatan yang sudah berkembang Posdaya itu adalah Kecamatan Padang Lawe, Kecamatan Sungai Rumbai dan Kecamatan Sitiung. Namun dari 52 nagari yang ada di tiga kecamatan, baru sekitar tiga Posdaya. “Harapan kami, Posdaya ada di semua nagari atau ada satu contoh Posdaya di wilayah kecamatan.” Salah satu produk unggulan ibu-ibu PKK Kabupaten Darmasraya adalah ikan asap dan
keripik tempe. Namun di nagari maupun jorong penghasil ikan asap itu belum terbentuk Posdaya secara optimal. “Kelompok usaha-usaha kecil dan menengah seperti ini yang akan segera kita bentuk Posdaya. Untuk itu, ke depan akan kita dorong agar ibu-ibu semakin bersemangat untuk bergiat dalam pemberdayaan keluarga,” jelasnya. Kabupaten Darmasraya pantas mendapat predikat kabupaten terbaik daerah pemekaran se-Indonesia selama dua tahun berturut-turut, 2012-2013, karena berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari 10 persen turun menjadi 8 persen. Indek Pembangunan Masyarakat di Kabupaten Darmasraya juga terus meningkat. Didukung adanya sistem irigasi yang bagus, hasil pertanian yang sangat luas dan kaya akan hasil kebun kelapa sawit yang menambah pendapatan daerah. Kabupaten Darmasraya merupakan pemekaran dari Kabupaten Sawahlunto Sijunjung yang baru terbentuk 11 tahun lalu. Dalam menjalankan visi dan misinya, Bupati Darmasraya fokus menjalankan empat pilar yaitu pendi-
Ketua TP PKK Kabupaten Dharmasraya Hj Zaksai Kasni, SE, MM (kiri) bersama Asisten III Pemkab Dharmasraya Leliarni, SPd, MSi (kanan) saat bertandang ke redaksi Majalah Gemari. [FOTO: RAHMA]
dikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan dan infrastruktur. “Kalau kebutuhan dasar itu sudah terpenuhi, insya Allah yang lain akan bisa kita tingkatkan. Alhamdulilah, empat pilar ini sudah terpenuhi. Dulu kita punya 11 kecamatan belum semua punya SMA. Tetapi Pak Bupati mendorong setiap kecamatan punya SMA dan setiap nagari punya SMP, seluruh jorong punya SD berikut sarana dan prasarananya,” ungkapnya bangga. RW/HNUR
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
37
POSDAYA PEMERINTAH
BKKBN Bengkulu Perlu Jalin Kerja Sama dengan UMB dan BKOW “Karena saat ini Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) beralih fungsi menjadi camat, kepala desa dan sebagian sudah sepuh, BKKBN Pr ovinsi Bengkulu diharapkan bisa kerja sama dengan tidak kurang dari 1.200 mahasiswa Universistas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pos Pember dayaan Keluarga (Posdaya) dan Badan Kerja sama Organisasi Wanita (BKOW).”
Kepala BKKBN era 1983-1990-an, Prof Dr Haryono Suyono memaparkan materi pembekalan dihadapan peserta pelatihan yang terdiri dari pejabatpejabat BKKBN kabupaten/kota se Provinsi Bengkulu. [FOTO-FOTO: HARI]
H
AL itu dikatakan Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono saat mengunjungi Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu dan bersilaturahmi dengan seluruh pejabat dan karyawan BKKBN Provinsi Bengkulu baru-baru ini. Yayasan Damandiri, kata Prof Haryono, telah mengadakan MoU dengan Korp Wanita Indonesia (KOWANI) yang membawahi 86 organisasi wanita di Indonesia yang di tingkat provinsi disebut Badan Kerja sama Organisasi Wanita (BKOW) untuk mengisi Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). “Pada tahun 1970, saya mengajak untuk mengecilkan jumlah anak di bawah 15 tahun dan berhasil sehingga pada tahun 1989 Indonesia mendapat pengharagaan dari UN Population Award di PBB,” ujarnya. Karena berhasil, lanjut Prof Haryono, pada tahun 1990-an banyak provinsi yang kemudian jumlah anak di bawah 15 tahun naik 38
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
menjdi 15-60 tahun. Usia 15-60 tahun disebut ledakan pasangan muda. Kalau mereka itu mempunyai kemampuan dinamakan bonus demografi. “Dan baru BKKBN Bengkulu yang mendapat kuliah bonus demografi dari saya. Saya akan keliling seluruh provinsi untuk memberikan kuliah bonus demografi . Sejak tahun 2000 BKKBN 2000 keliru sasaran. Setelah tahun 2000, saya pensiun kemudian BKKBN dikem balikan seperti tahun 1970,” ujar mantan Kepala BKKBN itu. Sehingga, menurut Prof Haryono, BKKBN diturunkan tingkatnya seperti BKKBN tahun 1970, yaitu ngurusi ibu hamil, ibu melahirkan dan ngurusi anak Balita. Padahal, sebut dia, persoalan kependudukan bukan hanya mengurus hal seperti itu. Persoalan sejak tahun 1990 khususnya secara resmi sejak tahun 1992 didasarkan atas UU No 10 tahun 1992 BKKBN isinya pembangunan keluarga sejahtera. Oleh karena itu, pada tahun 1993 dicanang-
kan Hari Keluarga Nasional (HKN). T ahun 1994-1995 diperkenalkan dengan keluarga, dimana keluarga dibagi atas keluarga prasejahtera, sejahtera satu, sejahtera dua, prasejahtera tiga dan sejahtera tiga plus. “Ini adalah awal pembangunan keluarga,” katanya. Dalam kesempatan itu Prof Haryono juga menjelaskan pentingnya bonus demografi di suatu negara yang biasanya berlangsung 20-30 tahun. Tetapi di Indonesia tidak hanya 20 tahun tetapi bisa sampai 40 tahun atau 50 tahun. Karena ada provinsi-provinsi yang pada tahun 2035-2040 belum masukke dalam era bonus demografi. Contohnya provinsi NTT, Papua dan lainnya. Ditegaskannya, kalau keberhasilan KB-nya rendah dengan sendirinya penduduk di bawah 15 tahun jumlahnya masih besar. Karena penduduknya masih besar dan daerahnya miskin biasanya kalau dia sekolah keluar NTT atau Papua mereka tidak kembali ke daerahnya. Sehingga penduduk usia 15-60 tahun jumlahnya tidak pernah besar. “Maka di daerah itu disebut penduduk muda dan penduduk tua,” katanya, karena penduduk usia produktif tidak ada di situ. Oleh krena itu daerah ini tidak membangun. Era bonus demografi kalau negaranya sama seragam terjadinya bonus demografinya juga seragam. Karena Indonesia tidak seragam, maka datangnya bonus demografi tiap provinsi itu tidak sama. Provinsi yang maju program program KB-nya maju maka bonus demografi terjadi lebih cepat dari provinsi yang kurang maju. Provinsi yang maju program KB-nya, misalnya DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara datangnya bonus demografi lebih dulu. Bukan tahun 2020, bukan tahun 2030 tetapi tahun 1990 daerah ini sudah terjadi bonus demografi. “Kalau ada gubernur ataubupati cerita bahwa datangnya bonus demografi akan terjadi tahun 2030, itu keliru,” katanya. Oleh karena itu tahun 1990 program yang Prof Haryono menawarkan, di BKKBN bukan lagi membawa alat kontrasepsi. Karena peserta kontrasepsi yang sudah masuk bonus demografi sudah memakai alat kontrasepsi hampir 70%. Itu yang terjadi sejak tahun 2000 sampai
sekarang. Pada tahun 2000 sampai sekarang programnya dibawa seperti tahun 1970. Padahal tahun 2000 peserta aktifnya sudah 60% rata-rata nasional. “Provinsi yang maju seperti Bengkulu ini, pasti lebih dari 60%. Jadi kalau mencari aseptor yang baru itu pasti sulit. Yang harus dikerjakan bukan mencari yang baru tetapi memelihara yang ada. Bukan mengganti kontraspsi dengan “mantab”,” tuturnya. Ditambahkannya, kalau ada yang mengatakan tingkat kelahiran di Indonesia stagnan itu keliru. Kar ena tingkat kelahiran di Indonesia sekarang sudah naik dan akan naik lagi karena kepala BKKBN-nya kosong selama 8 bulan. Sementara kepala BKKBN yang baru ini memerlukan waktu setidaknya kurang dari 3 bulan baru bekerja. Karena gudang kontrasepsi pusat kosong. Selama 8 bulan belum ada tender untuk kontrasepsi. “Padahal, kalau dulu persediaan logistik tingkat kabupaten itu harus minimum 6 bulam . Karena rumusnya adalah 6336, 6 tingkat pusat, 3 tingkat provinsi, 3 tingkat Kabupaten dan 6 tingkat pedesaan. Sementara tingkat kabupaten banyak yang kosong. Akibatnya kalau kita tidak punya persediaan aspal jalan akan tetap berlubang tetapi kalau tidak punya persediaan pil KB pertunya membuncit,” paparnya. Sekarang ini menurut Prof Haryono, tingkat fertilitasnya naik. Kalau dikatakan TFR-nya 2,6 itu rata-rata 10 tahun. Tetapi beberapa kabupaten gara-gara kita turun sampai tahun 2000 itu sudah masuk bonus demografi dan penduduk umur 15-60 tahun jumlahnya meningkat sampai 3 kali lipat dibandingkan tahun 1970. Jumlahnya sekarang tidak kurang dari 175
Prof Dr Haryono Suyono memperkenalkan tiga Srikandi dari Universitas Muhammadiyah Bengkulu yang selama ini giat mensosialisasikan Posdaya di Bengkulu.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
39
Prof Dr Haryono Suyono diapit Dr Moch Soedarmadi dan Dra Maryana, MM saat menyapa kepala-kepala BKKBN dan kepala bidang BKKBN kabupaten/kota seProvinsi Bengkulu dalam satu pertemuan istimewa di Kantor BKKBN Perwakilan Provinsi Bengkulu.
40
juta. Tetapi dari 175 juta itu yang masuk angkatan kerja hanya 100 juta. Yang 75 juta tidak masuk angkatan kerja. Penduduk Lansia pada tahun 1970 hanya 2 juta tetapi sekarang sudah hampir 25 juta. Kalau dulu pensiun tidak terlalu lama dipanggil kembali oleh Tuhan Yang Maha Esa tetapi yang 25 juta itu lama sekali belum dipanggil. Jadi usia 60 tahun ke atas dari 25 juta yang miskin hanya 5 juta yang kira-kira miskin dan sakit-sakitan. Jadi sebenarnya bonus demografi bukan 1560 tahun tetapi juga ditambah 20 juta. Sehingga 175 juta ditambah 25 juta menjadi 200 juita lebih sebagai bonus tetapi yang bekerja hanya 100 juta. Yang 100 juta lagi menjadi masalahdan dijadikan proyek. ”Padahal selama saya menjadi lansia belum pernah sepeser pun menerima sumbangan. Lalu ke mana duitnya itu. Itu yang menjadi tanda tanya,” paparnya. Bagaimana menandai bahwa satu kabupaten itu sudah masuk bonus demografi? Caranya adalah menghitung penduduk dibawah 15 tahun ditamabah penduduk 60 tahun ke atas kemudian dibagi dengan penduduk 15-60 tahun . Kalau ketemunya di bawah 50% maka daerah itu sudah memasuki periode bonus demografi. DKI Jakarta ketemunya 37 Artinya penduduk usia 15-60 tahun dibagi penduduk di bawah 15 tahun plus penduduk 60 tahun ke atas ketemunya 37. Artinya sudah masuk era bonus demografi. Untuk itu Prof Haryono minta agar orang BKKBN mempelajari ini, karena BKKBN bukan Koordinasi lagi tetapi Badan Kependudukan. Indonsia belum masuk bonus demografi karena angkanya masih 50,6 dan belum di bawah 50. Diperkirakan Indonesi masuk era bonus demografi pada tahun 2030. Daerah yang
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
industrialisasi maju akan terlebih dulu memasuki bonus demografi karena akan kedatangan anak muda yang produktif mencari kerja. Seperti daerah, Jawa Timur, Kabupaten Malang lebih dulu masuk era bonus demografi. Begitu juga misalnya Provinsi Bengkulu belum masuk era bonus demografi tetapi walikotanya sudah masuk bonus demografi karena dikota banyak perguruan tinggi yang mendatangkan mahasiswa dari daerah lain. Di suatu kabupaten belum masuk bonus demografi tetapi di salah satu kecamatan sudah masuk bonus demografi. Kalau sudah ada bonus demografi harus ada komitmen politik yang dikerjakan oleh pemerintah daerah untuk tidak saja menangani anak di bawah 15 atau lansia di atas 60 tahun tetapi konsentrasi kependudukannya harus pindah ke usia 15-60 tahun. Untuk itu di tingkat desa harus segera dibentuk Posdaya, bukan lagi Pos KB. Karena umumnya di tingkat desa di Indonesia itu tingkat pendidikannya rendah, tingkat ketrampilannya rendah. Oleh karena itu harus digarap bukan pada tingkat provinsi tetapi digarap pada tingkat desa dan pedukuhan. Ini yang dinamakan lingkaran besar untuk menggarap apa yang ada dipedukuhan tersebut dengan delapan fungsi keluarga yaitu, fungsi kegamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi kesehatan dan reproduksi, fungsi pendididkan, fungsi ekonomi dan fungsi bina lingkungan. Oleh karena itu di Posdaya ada lagu wajib. Yaitu Lingkaran Kecil. “Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran kecil, Lingkaran Besar, Ada Posyandu, ada BKB, ada Paudnya, Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi, Posdaya, Posdaya, Posdaya Milik Kita, Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera”. Komitmen politik itu harus dibangun sebagai pembangunan penduduk dan pembangunan keluarga, lanjut Prof Haryono, Posdaya sebagai lingkaran besarnya. Oleh karena itu ada organisasi wanita KOWANI yang akan menggerakan 86 organisasi wanita sampai ke daerahdaerah termasuk Bengkulu. HARI
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
KOWANI Berdayakan Perempuan Indonesia melalui Posdaya Ledakan penduduk produktif atau bonus demografi tentu akan menjadi keuntungan bagi suatu negara. Dengan syarat, penduduknya pandai dan berdaya. Namun, apabila yang menjadi bonus itu keluarga miskin, pendidikannya rendah maka bonus demografi justru akan menjadi malapetaka. Kondisi inilah yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Tak pelak, berbagai komponen bangsa pun serius menangani persoalan ini. Di antaranya, Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) yang secara khusus membahas bonus demografi dalam acara Lecture Series II yang digelarnya pada Jumat siang 3 Juli 2015 lalu. KOWANI pun bertekad untuk bangkit memberdayakan perempuan Indonesia melalui Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
A
CARA yang diprakarsai pengurus KOWANI Bidang Pendidikan, IPTEK dan Seni Budaya ini menarik perhatian berbagai kalangan. Seluruh pengurus pusat KOWANI antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan menghadirkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, ahli kependudukan nasional bahkan juga internasional sebagai narasumber. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Aula Gedung KOWANI, Jl Imam Bonjol No 58 Jakarta ini memberi kesan dan makna yang berharga bagi seluruh peserta. Acara ini pun menjadi momen penting dengan dilaksanakannya penandatanganan naskah kesepahaman atau MoU antara Yayasan Damandiri dengan KOWANI. Ketua Umum KOWANI Dr Ir Hj Giwo Rubianto, MPd dan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pun langsung menandatangi
kesepakatan itu. Melalui kerja sama ini KOWANI akan turut ambil bagian dalam menangani bonus demografi di Indonesia terutama kaum perempuan melalui unit-unit Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digagas Yayasan Damandiri. Saat ini jumlahnya tidak kurang dari 45 ribu Posdaya tersebar di berbagai desa di seluruh Indonesia. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan besarnya peranan dari Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) dalam mengerem jumlah penduduk di bawah usia 15 tahun. Langkah itu sudah dirintis sejak kepemimpinan Ibu Lasiah Sutanto sampai tahun 2000. Namun demikian, lanjut Prof Haryono, masalah yang terjadi saat ini, membludaknya usia produktif tidak diimbangi dengan kualitas sumberdaya manusianya. “Jadi, persoalan kependudukannya berubah dari
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan seputar bonus demografi di hadapan para Pengurus Pusat KOWANI. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
41
24 juta. “Akibatnya, terjadinya ledakan penduduk produktif dan ledakan penduduk lansia,” ujar Prof Haryono.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berjabatan tangan dengan Ketua Umum KOWANI Dr Ir Hj Giwo Rubianto, MPd (kanan) didampingi Ketua KOWANI Bidang Pendidikan, IPTEK dan Seni Budaya Prof Dr Hj Masyithoh, MAg (kiri) usai penandatanganan MoU.
Ketua Umum KOWANI Dr Ir Hj Giwo Rubianto, MPd, saat menyampaikan sambutannya di hadapan pengurus Pusat KOWANI.
42
anak kecil yang tidak menghasilkan apa-apa di bawah 15 tahun. Dulu usianya masih di bawah 15 tahun sekarang sudah 15 tahun ke atas dan sekarang mereka menjadi masalah,” katanya. Hasil Bonus Demografi itu terjadi, kata Prof Haryono, kalau usia di bawah 15 tahun pertumbuhannya rendah dan usia di atas 1560 tahun pertumbuhannya sangat cepat. Saat ini, usia 15-60 tahun di Indonesia dibandingkan tahun 1970 jumlahnya hampir tiga kali lipat. Sedangkan usia di bawah 15 tahun sama seperti keadaan tahun 1970 program KB yang berhasil. Di samping itu, lanjutnya, terjadi juga ledakan usia 60 tahun ke atas. Dibanding tahun 1970 sekarang usia 60 tahun ke atas jumlahnya 10 kali lipat. Karena pada tahun 1970 jumlah lansia baru 2 juta sekarang sudah
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Bukan angkatan kerja Menurut Prof Haryono, bagian terbesar yang bukan angkatan kerja adalah pelajar dan mahasiswa. Bukan angkatan kerja kedua adalah ibu-ibu rumah tangga atau suami yang tidak bekerja. Karena ibu rumah tangga tidak dianggap angkatan kerja. “Kalau kita bisa mengangkat ibu rumah tangga itu sebagai pekerja baik besar atau kecil itu kontribusinya terhadap pembangunan nasional akan tinggi,” tukas Prof Haryono seraya bersyukur langkah itu akan segera mendapat perhatian dengan terjalinnya kerja sama KOWANI bersama Yayasan Damandiri. “Alhamdulillah, hari ini KOWANI dan Yayasan Damandiri melakukan kerja sama. Diharapkan KOWANI nanti akan terjun ikut menangani bonus demografi melalui unit-unit Pos Pemberdayaan Keluaraga atau Posdaya di desa yang sekarang jumlahnya tidak kurang dari 45 ribu Posdaya. Posdaya tersebut, tambah Prof Haryono, bisa menjadi organisasi asuh dari KOWANI. “Sebanyak 45 ribu Posdaya itu sebagian besar anggota maupun pengurusnya perempuan. Pengurus maupun anggota Posdaya yang lebih banyak perempuan biasanya mempunyai hati yang luhur,” ujarnya. Program utamanya, jelas Prof Haryono, adalah membantu pemberdayaan keluarga prasejahtera. “Peran KOWANI yang bisa dilakukan. Pertama, lebih separo ledakan anak muda perlu mendapat pelatihan kerja. Kedua, diperlukan dorongan seca-
ra terus menerus agar supaya anak muda angkatan kerja itu tidak putus asa,” tegasnya. Oleh karena itu, dirinya berharap, 86 organisasi wanita di bawah KOWANI ini mempunyai Posdaya-Posdaya binaan. “Sehingga setiap bulan atau dua bulan dikontrol dan ditanya tentang perkembangan Posdayanya. Program yang harus keluar sebagai bendera pemberdayaan adalah untuk pengentasan kemiskinan,” imbuh Prof Haryono menegaskan. Keluarga miskin, tambah Prof Haryono, harus menjadi prioritas utama dari empat bidang yang disepakati yaitu, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan. “Istri keluarga miskin tidak sekadar menjadi ibu rumah tangga tetapi harus ikut usaha. Bukan dapat duitnya berapa? tetapi itu akan melatih anaknya mempunyai budaya bekerja. Begitu juga memperbaiki kesehatan itu juga menjadi program yang memberi dorongan untuk menjadi sehat,” tegas Prof Haryono. “KOWANI hari ini bangkit untuk memberdayakan kaum perempuan di desa di seluruh Indonesia. Partisipasi perempuan itu menjadi ukuran. Karena kita ingin membangun “super tim bukan super women,” pungkas Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Ketua Umum KOWANI Dr Ir Hj Giwo Rubianto, MPd, Ketua KOWANI Bidang Pendidikan, IPTEK dan Seni Budaya Prof Dr Hj Masyithoh, MAg, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, para pengurus pusat KOWANI dan undangan lainnya. Sedangkan Ketua Umum KOWANI Dr Ir Hj Giwo Rubianto, MPd mengatakan, sebagai ibu bangsa pendidik yang utama dalam keluarga sangat tepat bila sosialisasi bonus demografi ini dilakukan di KOWANI. “Melalui acara ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan kaum perempuan khususnya pengurus dan organisasi anggota KOWANI tentang masalah aktual bangsa,” katanya. Kondisi seperti ini, kata Giwo Rubiato, bisa dikatakan kesempatannya hanya satu kali saja dalam 1000 tahun atau sangat langka karena hanya terjadi beberapa tahun saja. Hal ini perlu disikapi dengan penuh kehati-hatian oleh
pemerntah, stickholder dan kita semua maupun masyarakat yang bagian dari populasi. Menurutnya, KOWANI adalah gabungan dari 86 Organisasi Wanita di tingkat Pusat sebagai organisasi federasi tertuang dan terbesar di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1928. “Untuk menjadi Folentir di KOWANI perlu pengorbanan dan dipilih dari oragisasi anggota KOWANI yang berjumlah tidak kurang dari 30 juta perempuan. Kalau dilihat dari 27 Dewan Pimpinan dan ada 175 anggota bidang yang berkantor di Imam Bonjol mewakili 30 juta perempuan,” ujar Dr Ir Hj Giwo Rubianto, MPd. Untuk melaksanakan program dari Pusat sampai ke tingkat bawah, ujar Dr Ir Hj Giwo Rubianto, MPd, pihaknya telah berkerja sama dengan organisasi anggota. “Di tingkat pr ovinsi kami bekerja sama dengan Badan Kerja sama Organisasi Wanita (BKOW) dan di wilayah kabupaten/kota bekerja sama dengan Gabungan Organisasi Wanita (GOW),” jelasnya. Dalam rangka Hari Ibu 22 Desember mendatang, lanjutnya, KOWANI akan mengadakan peringatan dilaksanakan di Yogyakarta dengan meilibatkan peran serta komunitaskomunitas wilayah Yogyakarta dan sekitarnya untuk membahas tentang peranan pemberdayaan perempuan melalui Posdaya. “Ide ini sangat baik untuk bangsa dan negara khususnya perempuan dalam rangka peningkatkan kualitas hidup perempuan dan kualitas hidup anak-anak bangsa,” papar Giwo Rubianto seraya menambahkan melalui kerja sama antara KOWANI dan Yayasan Damandiri pihaknya akan lebih konsen dalam upaya pembemdayaan terutama bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang wirausaha dan bidang lingkungan. ADE S
Pimpinan Yayasan Damandiri bergambar bersama pengurus pusat KOWANI.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
43
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo saat memberikan sambutan. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memaparkan Program Pemberdayaan Keluarga dan Pengentasan Kemiskinan melalui Posdaya.
Pertemuan Kerja Paguyuban Rektor se-Provinsi Jatim
Gubernur Soekarwo Bahas Posdaya Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo, SH, MHum hadir dalam Pertemuan Kerja Paguyuban Rektor se-Provinsi Jawa Timur dengan tema “ Program Pemberdayaan Wirausaha dan Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif Keluarga pada Posdaya se Provinsi Jatim, di Gedung Bank Jatim Surabaya, Rabu, 5 Agustus 2015 lalu.
Dr H Soekarwo dan Prof Dr Haryono Suyono duduk di antara Ketua Paguyuban Rektor seJatim Prof Moh Hasan, M SC, PhD, Dirut Bank Jatim H Soeroso, SE, MM dan Dirut Bank UMKM Jatim Subawi, SE, MM. [FOTO-FOTO: HARI]
44
D
ALAM kesempatan itu Gubernur Jatim meminta para akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur yang tergabung dalam Paguyuban Rektor diminta untuk menumbuhkan semangat dan rasa optimisme pada masyarakat dalam menghadapi laju pertumbuhan ekonomi yang melambat tahun ini. “Kepada para rektor dan pengusaha, saya minta tolong betul mematahkan yang tumbuh perasaan pesimis mempercepat peluncuran pertumbuhan ekonomi,” tutur Soekarwo.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Pertemuan kerja ini yang berlangsung di ruang Bromo, kantor pusat Bank Jatim itu, dihadiri para rektor se Jawa Timur, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, dua Deputi Yayasan Damandiri, Dr Mazwar Noerdin dan Dr Mulyono D Prawiro. Serta hadir pula Dirut Bank Jatim Soeroso, SE, MM dan Dirut UMKM Jatim, Subawi, SE, MM dan Direktur PT Sudara Ir Sutarto Alimoeso, MM. Dalam pertemuan yang juga dihadiri Ketua Paguyuban Rektor seJatim, Drs Moh Hasan, MSc, PhD, Rektor Unair Surabaya Prof Dr H Muhammad Nasih, MT Ak, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr Mudjia Rahardjo, MSi dan Prof Dr H Muslich Anshori, SE, MSc, Ak, Dekan Fakultas Ekonomi Unair tersebut, Gubernur Soekarwo saat mengatakan Posdaya selalu menyebut program pemberdayaan keluarga yang digagas Prof Haryono Suyono itu dengan ABG. Artinya, dalam program pemberdayaan keluarga ini ada unsur Akademisi, Government dan Business. “Itu sebabnya Posdaya menjadi penting,” ujarnya. HARI
KONVENSI POSDAYA
Syuting Gemari Ranah Minang di Pantai Tiram, Padang Panjang, Sumbar
Konsep Posdaya Makmurkan Nelayan Pantai Tiram Ada apa di obyek wisata Pantai Tiram, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, pada Jumat sore akhir Juli 2015 itu? Pertanyaan ini menyeruak di banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat yang indah itu. Terlebih di tepi pantai yang berdekatan dengan muara sungai itu berdiri beberapa tenda, dan banyak pengunjung yang memenuhi areal tersebut. Seperti pertanyaan sejumlah turis lokal Pantai Tiram tatkala bertemu dengan Dede Haeruddin, wartawan Majalah Gemari, di sela peliputan acara syuting Gemari Ranah Minang yang dihadiri Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc dan sejumlah pejabat lainnya.
T
ERNYATA di obyek wisata Pantai Tiram, di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, selain ada pementasan artis-artis setempat dengan lagu berjudul “Posdaya” di atas pentas, termasuk tari-tarian khas Sumbar, juga berlangsung acara syuting Gemari Ranah Minang oleh TVRI Sumbar. Syuting yang berlangsung sore hari ditonton ratusan orang, bahkan nyaris ribuan penduduk, mereka berjejalan memadati areal tanah lapang yang cukup luas. Acara yang dipandu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono selaku host dan reporter TVRI Sumbar Sherly itu berjalan mulus tanpa hambatan. Hadir pula dalam kesempatan itu istri gubernur Sumbar yang juga selaku Ketua Lembaga Koordinator Kesejahteraan Sosial (LKKS) Hj Nevi Irwan Prayitno, Asisten I Pemerintahan Kabupaten Padang Pariaman H Anwar, MSI, Rektor Universitas Tamansiswa (Unitas) Pa-
dang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP, Rektor Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Dr Werry Darta Taifur, SE, MA, sejumlah pejabat Pemkab Padang Panjang, para dosen dan mahasiswa serta pengunjung obyek wisata Pantai Tiram. “Pada hari ini kita secara khusus berkunjung ke obyek wisata Pantai Tiram, sekaligus berkunjung kepada saudara-saudara kita, nelayan-nelayan kita yang sangat rajin melaut. Hari ini banyak istri-istri nelayan yang berdandan sangat cantik, sangat molek. Dan bapak-bapaknya juga tidak seperti nelayan tetapi seperti calon gubernur dari Sumbar,” ucap Prof Dr Haryono Suyono yang disambut tepuk tangan para hadirin. “Betul pak Profesor,” sambut Sherly, host TVRI Sumbar. “Bagaimana kalau kita sapa bapak gubernur?” tanya Prof Haryono kepada Sherly.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono selaku host dan reporter TVRI Sumbar Sherly saat tampil syuting Gemari Ranah Minang produksi TVRI Sumbar. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
45
Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc bersma Hj Nevi Irwan Prayitno dan Prof Haryono mewawancarai pengurus Posdaya saat syuting di Padang Panjang.
Kehadiran Gubernur Sumbar dan rombongan disambut para penari.
46
“Oke pak, siap,” sahut Gubernur Sumbar Prof Dr Iwan Prayitno, Psi, MSc. “Bapak gubernur,” kata Prof Haryono, “bagaimana perasaan bapak gubernur kalau dulu daerah ini gersang, sekarang sudah berubah menjadi desa wisata, saya lihat dan saya pantau sejak pagi, di sini makanannya lezat dan harganya murah. Hari ini masuk di televisi, nanti pasti akan banyak tamu-tamu yang berdatangan ke Padang Pariaman, terutama ke pantainya ini yang sangat luar biasa. Jalannya sudah hotmix, lalu di sini aman karena ada Polisi Perairan yang menjaga para turis. Monggo (silakan - bahasa Jawa- red) komentar bapak gubernur.” “Terima kasih bapak Prof Haryono Suyono
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
yang sudah datang ke Sumatera Barat dan sekaligus sangat peduli dengan Sumbar,” kata gubernur Sumbar, “dan hari ini hadir di Pantai Tiram, bersama masyarakat juga para nelayan. Memang betul Prof Haryono di Pantai Tiram ini jalan sudah hotmix, walaupun ada sedikit perbaikan di dekat Sekolah Pelayaran. Dan yang penting masyarakat nelayan di sini harus kita berdayakan lebih dahulu, sehingga dengan adanya Pos pemberdayaan Keluarga atau Posdaya, yang punya konsep memberdayakan masyarakat dan keluarga, antara lain memberdayakan masyarakat miskin, sehingga mereka bangkit dan ekonominya menjadi bagus.” Itulah yang menurut gubernur Sumbar sangat membanggakan dengan programnya Prof Haryono,“ yaitu Program Posdaya yang kami sambut di provinsi dan kabupaten di Padang Pariaman ini. Mudah-mudahan para nelayan di sini akan lebih sejahtera kehidupannya dengan dukungan programprogram yang kita buat, sebagai contoh nanti tentu ada berbagai usaha kegiatan. Tidak hanya kegiatan dengan nelayannya, kami dari provinsi ada kegiatan kesejahteraan untuk masyarakat pesisir, ada bantuan kapal, mesinnya dan lain-lainnya.” “Dan bapak yakin ya dengan adanya bantuan-bantuan pemberdayaan itu masyarakat nelayan akan menjadi lebih makmur?” tanya Prof Haryono. “Itulah yang kita harapkan. Karena dengan konsep pemberdayaan mereka menjadi lebih mandiri ekonominya dan pendapatan mereka akan semakin baik,” jawab Irwan Prayitno lugas. “Betul pak. Kita bertepuk tangan untuk bapak gubernur,” pinta Prof Haryono yang disambut tepuk tangan meriah oleh hadirin yang memadati acara syuting Gemari Ranah Minang. “Dan bapak gubernur tontonan ini ditonton oleh saudara-saudara kita yang tidak mendengar
dengan tepuk tangan biasa, tetapi mereka akan menyapa saudara kita yang tuna rungu. Kita tepuk tangan untuk saudara-saudara kita,” harap Prof Haryono seraya melambai-lambaikan tangannya, demikian juga para hadirin semua, sebagai tepuk tangan untuk para tuna rungu. “Bukan main bapak gubernur. Jadi mereka sangat faham, karena bapak gubernur sangat cinta pada rakyat, seakan-akan seperti kupu-kupu begitu bapak gubernur. Kupu-kupu itu tidak pernah terbang tinggi, tetapi selalu dekat dengan rakyat. Dan itulah harapan kita untuk bapak gubernur Irwan Prayitno, betul?” tanya Prof Haryono yang langsung semua audiens menjawab: “Betuuuul.” “Kupu-kupu itu kalau nemplok pada bunga, bunganya tidak akan protes. Mereka malah senang sebab bunganya akan berubah menjadi buah. Bapak gubernur juga nemplok ke Pantai Tiram dan ternyata Pantai Tiram yang tadinya susah dilalui, sekarang dengan mudah dapat dicapai. Para turis pada hari Sabtu dan Minggu dapat berkunjung ke Pantai Tiram. Makannya enak karena ikannya baru sekali mati,” kilah Prof Haryono berkelakar yang disambut tertawa para hadirin. “Kalau di Jakarta pak gubernur, matinya bolak balik. Mati di sajikan ngga ada yang beli, masuk lagi dalam kulkas. Tetapi di Pantai Tiram matinya baru sekali, betul?” tanya Prof Haryono yang dijawab semuanya: “Betuuuul…” “Kita tepuk tangan untuk Pak gubernur,” pinta Prof Haryono yang disambut tepuk tangan meriah para hadirin yang terlibat dalam syuting Gemari Ranah Minang itu. Setelah tanya jawab dengan Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc, Prof Haryono yang tampil sebagai host TVRI Sumbar beralih bertanya kepada pendamping Gubernur Sumbar, yaitu Nevi Irwan Prayitno. “Kalau ibu bagaimana melihat perkembangan Pantai Tiram ini bu?” “Sejak diluncurkan dahulu Pantai Tiram ini sebagai salah satu pusat rekreasi, dan juga kita lihat tadi ada sekolah ya. Sekolah ini juga salah
satu shelter pak. Kalau nanti ada sunami ini bisa menjadi shelter bagi masyarakat di sini, masyarakat bisa pergi ke tempat yang lebih tinggi,” ungkap Ketua LKKS Nevi Irwan Prayitno. “Jadi lebih tinggi dari pantainya sendiri bu?” tanya Prof Haryono yang kunjungannya kali ini didampingi Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro dan Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasn Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA. “Jadi dengan adanya pengembangan Pantai Tiram menjadi tempat wisata yang lebih baik, mudah-mudahan pantai jadi aman dan lebih banyak pengunjungnya. Karena banyak destinasi wisata di Padang Pariaman ini pak,” ujar Nevi seraya tersenyum dengan wajah sumringah. “Alhamdulillah. Dengan nama Tiram ini sudah membawa berkah tersendiri. Misalnya Posdaya yang ada sudah menghasilkan kulinernya. Jadi bukan hanya destinasinya yang bagus dan pantainya yang indah tetapi kulinernya juga sudah memberikan pengunjung dengan makanan yang baik pak.” Acara yang berlangsung hingga sore hari itu berjalan dengan lancar, bahkan diselingi tari-tarian ataupun lagu-lagu khas Minang. Pertanyaan pun selain kepada gubernur dan Ketua LKKS diajukan pula kepada para rektor, yaitu Rektor Universitas Tamansiswa Padang dan Universitas Andalas, dan kepada pengurus Posdaya. Maka tanya jawab pun semakin seru. Yang menarik embusan angin di Pantai Tiram begitu sejuk sehingga udara panas dalam acara itu serasa lenyap, malah menjadi sepoi-sepoi semakin terasa indahnya menatap Pantai Tiram. DH
Tarian khas Minang menyemarakkan acara Gemari Ranah Minang pada syuting sore hari itu di tepi Pantai Tiram, Padang Panjang, Sumbar..
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
47
KONVENSI POSDAYA
Deklarasi Posdaya Kabupaten Tegal
Posdaya Ujung Tombak Pembangunan Tegal Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) makin menarik dan diminati para pemimpin daerah di berbagai pelosok tanah air. Pada kamis pagi 30 Juli 2015 lalu giliran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal, Jawa Tengah, yang secara resmi mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Tegal. Pendeklarasian pun langsung dipimpin Bupati Tegal Enthus Susmono.
Bupati Tegal Enthus Susmono saat mendeklarasikan Posdaya Kabupaten Tegal sekaligus mengukuhkan Tim Koordinasi Posdaya tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan tingkat desa. [FOTO-FOTO: ADE S]
48
T
AK hanya itu, acara Deklarasi Posdaya dalam rangka Peringatan Hari Anak Nasional dan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII Tingkat Kabupaten Tegal Tahun 2015 ini juga menjadi saksi sejarah digelarnya Pengukuhan Tim Koordinasi Posdaya tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan tingkat desa. Bupati Tegal Enthus Susmono sendiri langsung mengukuhkannya. Acara yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Tegal dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan masyarakat Semarang. Dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono. Ratusan peserta yang memadati pendopo Amangkurat Kabupaten Tegal antusias menyambut hangat kedatangan tokoh nasional itu. Tak heran, bila acara yang berlangsung di pendopo Amangkurat Kabupaten Tegal, Jl Dr Sutomo No 1, Slawi, Tegal, Jateng, ini menjadi sangat menarik dan berkesan. Acara yang mengangkat tema “Hari Anak Nasional dan Harganas XXII Tahun 2015 Merupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera” itu pun menjadi momen penting
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
dengan ditandatanganinya nota kesepahaman atau MoU antara Pemkab Tegal dengan Yayasan Damandiri dan Universitas Pancasakti (UPS) Tegal, tentang peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam upaya pencapaian MDGs melalui pemberdayaan masyarakat. Bupati Tegal Enthus Susmono bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor UPS Tegal Prof Dr Wahyono, SH, MS, menandatangani langsung MoU tersebut. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas komitmen Pemkab Tegal yang mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan di Kabupaten Tegal. “Alhamdulillah, hari ini Kabupaten Tegal telah medeklarasikan untuk membangun dan membentuk Posdaya di setiap desa di Kabupaten Tegal. Alhamdulillah, upaya ini juga didukung Universitas Pancasakti (UPS) di Tegal, begitu juga berbagai lembaga sosial kemasyarakatan di Kabupaten Tegal,” tutur Prof Haryono. Yang menarik, lanjut Prof Haryono, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal juga akan ikut ambil bagian dalam mengembang-
kan kebun bergizi di lingkungan sekolah maupun di halamanhalaman rumah. “Mudahmudahan ini berhasil dan menjadi contoh bagi kabupaten-kabupaten lain yang memperingati Hari Keluarga Nasional bersama-sama dengan Hari Anak Nasional. Dan sekaligus keluarganya adalah keluarga yang bahagia dan sejahtera,” ujar Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Bupati Tegal Enthus Susmono, Ketua DPRD Kabupaten Tegal A Firdaus Assyairozi, SE, Ketua TP PKK Kabupaten Ny Nurlaelah Enthus Susmono, Rektor UPS Tegal Prof Dr Wahyono, SH, MS, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, seluruh jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Tegal, para pimpinan Muspida Kabupaten Tegal, para mahasiswa KKN UPS Tegal, para kader Posdaya, para tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Hati yang ikhlas Bupati Tegal yang juga dalang kondang, Enthus Susmono mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok pribadi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Dirinya menilai, pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 yang pernah menjabat menteri di era Presiden HM Soeharto dan Bj Habibie itu sebagai orang yang konsisten dalam program pemberdayaan masyarakat. “Kami berharap Prof Haryono terus konsisten dalam program pemberdayaan masyarakat, demi Indonesia yang lebih baik,” kata Enthus saat menyampaikan sambutan usai deklarasi Posdaya Kabupaten Tegal. Menurutnya, program Posdaya yang digagas Yayasan Damandiri sebagai program yang tepat diterapkan di Kabupaten Tegal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten ini. “Kebijakan pengembangan Posdaya dilakukan sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan yang
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berjabatan tangan dengan Bupati Tegal Enthus Susmono didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Ny Nurlaelah Enthus Susmono dan Rektor UPS Tegal Prof Dr Wahyono, SH, MS, usai penandatanganan MoU.
berkeadilan dan menyejahterakan masyarakat,” kata Enthus Susmono. Ia berharap, agar masyarakat Tegal melalui program Posdaya dapat mengatasi berbagai masalah atau tantangan yang ada. “Semua hambatan dapat diatasi dengan hati yang ikhlas,” tegas Enthus seraya bersyukur Yayasan Damandiri yang dipimpin Haryono Suyono mau mendukung upaya Pemkab Tegal mensejahterakan warganya, antara lain lewat bantuan bibit rumput laut sebanyak 3 ton untuk masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. “Alhamdulillah, dengan dideklarasikannya Posdaya di Kabupaten Tegal sekaligus pengukuhan Tim Koordinasi Posdaya tingkat kabupaten, tingkat kecamatan dan tingkat desa. Saat ini lebih dari 130 Posdaya telah terbentuk. Mereka bergerak dalam bidang pendidikan anak usia dini (PAUD, red), lingkungan hidup, pengembangan ekonomi lokal, kebun bergizi, dan kesehatan keluarga,” papar Enthus sumringah. ADE S
Acara Dekalrasi Posdaya Kabupaten Tegal yang dikemas dalam sajian talk show Arum Dalu TVRI Jawa Tengah yang dipandu langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan host TVRI Jawa Tengah Sri Indah Lestari saat menyajikan dialog dengan jajaran Pemkab Tegal.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
49
LAPORAN UTAMA
Posdaya Gerakan Keluarga Entaskan Kemiskinan Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa. Menjamin kesejahteraan menjadi tanggungjawab negara. Membangun kesejahteraan milik setiap keluarga dalam mewujudkan kemerdekaan hidup. Posdaya membantu keluarga miskin membangun kesejahteraannya.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengamati makanan ringan krupuk produksi kader Posdaya yang telah membantu pendapatan keluarga. [FOTO: HARI]
50
T
AHUN ini, bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 70 tahun. Setelah melewati perjalanan panjang untuk mencapai kemerdekaannya, usia tujuh puluh tahun merupakan momen penting bagi sebuah bangsa merdeka. Setelah, selama tiga setengah abad berada dalam kungkungan penjajah Belanda. Ditambah, tiga setengah tahun dijajah Jepang, dan selebihnya berjuang mengatasi berbagai persoalan dalam negeri, termasuk mengatasi masalah kemiskininan. Kemiskinan menjadi momok keluarga maupun masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi angka kemiskinan tidak turun secara signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25 persen. Kepala BPS Suryamin mengatakan, jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,32 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
sebesar 28,60 juta orang. Namun, jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 diprediksi mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Persoalan kemiskinan juga sangat dekat dengan persoalan pengangguran. Jumlah pengangguran pada Pebruari 2015 lalu berdasarkan data BPS mencapai 7,4 juta orang, dengan tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan untuk tingkat pendidikan tinggi. Berdasarkan data BPS, pengangguran lulusan strata satu (S1) pada Pebruari 2015 lalu tercatat 5,34 persen dibanding Pebruari 2014 lalu yang hanya 4,31 persen. Demikian pula lulusan diploma mengalami peningkatan pengangguran dari 5,87 persen menjadi 7,49 persen. Serta pengangguran lulusan setingkat SMK bertambah dari 7,21 menjadi 9,05 persen. Sementara untuk pendidikan SD, SMP dan SMA mengalami penurunan, masing-masing dari 3,69 menjadi 3,61 persen, 7,44 menjadi 7,14 persen dan 9,10 menjadi 8,17 persen. Secara persentase, tingkat pengangguran terbuka pada Pebruari 2015 sebesar 5,81 persen, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 yang mencatat 5,94 persen. Selain kemiskinan, persoalan bonus demografi juga penting untuk dicermat. Meski, secara nasional saat ini Indonesia belum memasuki bonus demografi. Karena rasio ketergantungan penduduk saat ini masih mencapai 50,9. Artinya setiap penduduk usia produktif masih menanggung lebih dari 50 penduduk usia non produktif. Tetapi sebagai negara yang penduduknya heterogen, bonus demografi tersebut akan dilalui secara bertahap dan berjenjang antar daerah.
“Karena itu pemerintah harus serius memperhatikan adanya bonus demografi ini. Era ini diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2050 mendatang,” kata Prof Dr Haryono Suyono. Lebih lanjut, kata mantan Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN di era 1990-an ini, jika negara yang biasanya berlangsung 20-30 tahun. T etapi di Indonesia tidak hanya 20 tahun tetapi bisa sampai 40 tahun atau 50 tahun. Karena ada provinsi-provinsi yang pada tahun 2035-2040 belum masuk kedalam era bonus demografi. Contohnya propinsi NTT, Papua dan lainnya. Ditegaskan, Menko Kesra era Kabinet Pembangunan ini, kalau keberhasilan keluarga berencana (KB)-nya rendah dengan sendirinya penduduk di bawah 15 tahun jumlahnya masih besar. Kar ena penduduknya masih besar dan daerahnya miskin biasanya kalau dia sekolah keluar NTT atau Papua mereka tidak kembali ke daerahnya. Sehingga penduduk usia 15-60 tahun jumlahnya tidak pernah besar. “Maka di daerah itu disebut penduduk muda dan penduduk tua, karena penduduk usia produktif tidak ada di situ, Oleh karena itu daerah ini tidak membangun,” katanya. Lain halnya propinsi yang maju program program KB-nya, maka bonus demografi terjadi lebih cepat dari provinsi yang kurang maju. Provinsi yang maju program KB-nya, misalnya DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara datangnya bonus demografi lebih dulu. Bukan tahun 2020, bukan tahun 2030 tetapi tahun 1990 daerah ini sudah terjadi bonus demografi. Namun, seperti daerah, Jawa Timur, Kabupaten Malang lebih dulu masuk era bonus demografi. Begitu juga misalnya Provinsi Bengkulu belum masuk era bonus demografi tetapi walikotanya sudah masuk bonus demografi karena di kota banyak perguruan tinggi yang mendatangkan mahasiswa dari daerah lain. Di suatu kabupaten belum masuk bonus demografi tetapi di salah satu kecamatan sudah masuk bonus demografi. Kalau sudah ada bonus demografi harus ada komitmen politik yang dikerjakan oleh pemerintah daerah untuk tidak saja menangani anak di bawah 15 atau Lansia di atas 60 tahun tetapi konsentrasi kependudukannya harus pindah ke usia 15-60 tahun. “Untuk itu di tingkat desa harus segera dibentuk pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), bukan lagi Pos KB,” tuturnya. Karena umumnya, ujar Prof Haryono, di tingkat desa di Indonesia itu tingkat
pendidikannya rendah, tingkat ketrampilannya rendah. Oleh karena itu harus digarap bukan pada tingkat provinsi tetapi digarap pada tingkat desa dan pedukuhan. Ini, kata pakar kependudukan dan KB ini, yang dinamakan lingkaran besar untuk menggarap apa yang ada di pedukuhan tersebut dengan delapan fungsi keluarga yaitu, fungsi kegamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi kesehatan dan dr Hasto Wardoyo, SpOG (K) reproduksi, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi bina lingkungan. Posdaya yang terbangun berkat partisipasi masyarakat yang secara bersama-sama bergotongroyong mengentaskan kemiskinan melalui kegiatan pemberdayaan, seperti kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan lingkungan kebun bergizi yang melibatkan keluarga miskin dan keluarga kaya. Setelah merdeka selama 70 tahun, menjadi momen untuk menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan. Penduduk menjadi andalan melalui proses pemberdayaan menjadi human capital yang luar biasa untuk bangsa dan negara yang makmur dan mampu membagi kemakmuran. Kemakmuran tidak diusung ke luar negeri, tetapi untuk sebanyakbanyaknya rakyat dan dinikmati anak cucu yang siap mempertahankan martabat, kebesaran dan nilai-nilai luhur bangsanya. Posdaya sebagai salah satu alternatif yang cukup efektif untuk mengatasi persoalan kemiskinan, seperti diungkapkan kepala daerah bupati/walikota di daerahnya? “Posdaya sebagai sebuah alternatif pilihan pengentasan kemiskinan, program pembangunan masyarakat. Posdaya hasilnya efektif, manfaatnya jelas, termasuk juga dalam rangka memerangi rentenir yang pasti ada di seluruh lapisan masyarakat,” kata Bupati Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dr Hasto Wardoyo, SpOG (K). Menurut Hasto, keberadaan Posdaya membangkitkan partisipasi dan semangat kegotongroyongan, termasuk pengentasan kemiskinan di Kulonprogo. Ketua Tim Pembina Posdaya Kulonprogo Dra Hj Sri Harmintarti MM, menambahkan, pada tahun 2015 ini Posdaya Kabupaten Kulonprogo mulai memberikan bantuan benah rumah dan ekonomi produktif bagi keluarga tidak mampu. Untuk tahun pertama, bantuan benah rumah diberikan kepada Suto Mulyo Utomo warga Pereng Bumirejo Kecamatan Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
51
Lendah, karena rumahnya tidak layak huni. Bantuan diserahkan Bupati Kulonprogo dengan wujud uang dan kambing. “Bantuan benah rumah baru pertama kali diberikan oleh Posdaya berupa uang Rp 10 juta dari CSR Paguyuban Pengelola Toko Milik Rakyat (Tomira). Bantuan ini diberikan karena rumahnya pak Suto tidak layak huni. Karena rumahnya berada di atas tanah saudaranya, maka hanya dilakukan Drs Seno Samodro benah rumah, dan saudaranya juga sudah mengizinkan untuk dibenahi,” ujar Sri Harmintarti. Selain bantuan benah rumah, karena kemiskinannya dan tidak punya usaha, Tim Pembina Posdaya setelah ada pendataan pemetaan maka Suto Mulyo Utomo diberikan bantuan untuk usaha. Bantuan berupa ternak, yakni dua ekor kambing dan kandang dari KSU Posdaya Pengasih. Selain itu, Posdaya Kabupaten Kulonprogo, juga menyelenggarakan pelatihan pendataan dan pemetaan keluarga anggota posdaya dan keluarga asuh keluarga binangun. Sasaran pendataan dan pemetaan di tujuh kecamatan yakni Temon, Wates, Lendah, Sentolo, Kokap, Girimulyo dan Kalibawang, serta sembilan desa yakni Temon Wetan, Glagah, Giripeni, Bumirejo, Ngentakrejo, Banguncipto, Hargowilis, Pendoworejo dan Banjaroya. “Pembinaan, pemetaan dan pendataan ini bertujuan untuk mengetahui data terkini anggota Posdaya dan keluarga asuh keluarga binangun (KAKB) di beberapa wilayah Kulon Progo. Pelatihan ini diharapkan akan tercipta data yang baik dan pemetaan yang optimal sehingga akan memudahkan pembinaan bagi Posdaya oleh lembaga-lembaga terkait. Selain merupakan optimalisasi anggota Posdaya dan KAKB untuk melaksanakan pendataan dan pemetaan diharapkan dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan optimalisasi manajemen internal atau kepengurusan masing-masing Posdaya,” katanya. Upaya pemerintah Kabupaten Kulonprogo ini mendapat tanggapan positif Ketua Fraksi PKS DPRD Kulonprogo Muhyadi yang menilai program KAKB merupakan program pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan ekonomi produktif Ir H Noor Nahar Hussein, MSi bagi keluarga kurang mampu dalam 52
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
rangka mempercepat pengentasan kemiskinan. Namun, menurut Muhyadi, Pembina Posdaya perlu melakukan pembenahan-pembenahan sumber daya manusia (SDM) dan sistem pengawasannya. “Selama ini, bantuan yang diserahkan ke kelompok tidak disertai pengawasan dan pendampingan serta tidak dilakukan evaluasi,” katanya. Ia mengatakan Pemkab Kulonprogo telah menggelontorkan Rp10 miliar untuk program KAKB ini. “Hal ini perlu dicermati. Anggaran KAKB ini disimpan di BPD Bank Pasar. Jangan sampai bermasalah seperti bantuan modal lembaga keuangan mikro (LKM),” katanya. Bupati Boyolali Drs Seno Samodro, pada 2015 juga gelontorkan bantuan pembinaan untuk Posdaya unggulan. Masing-masing Posdaya di 19 kecamatan di Boyolali mendapat sebesar Rp 20 juta. “Bantuan tersebut untuk memotivasi Posdaya agar lebih maju dan berkembang,” ujarnya. Menurutnya, bantuan masing-masing sebesar Rp 20 juta untuk 19 Posdaya ini merupakan bantuan Posdaya terbesar di Indonesia. Bantuan serupa akan terus dilakukan dalam tahun - tahun mendatang. Setidaknya di Boyolali sudah ada 267 Posdaya. Nantinya, disetiap kecamatan ada satu Posdaya unggulan. Di samping mendapat bantuan dana, mereka juga akan dilatih tentang manajemen, kewirausahaan mandiri, serta teknis pengolahan produk unggulan. Bupati Boyolali mengatakan, pengembangan Posdaya tak perlu mengedepankan kuantitas. Tapi yang terpenting adalah pengembangan Posdaya yang sudah ada, di mana saat ini masing-masing desa di Boyolali sudah memiliki Posdaya. “Yang penting di setiap kecamatan itu ada Posdaya yang maju dan moncer,” tuturnya. Wakil Bupati Kabupaten Tuban, Jatim Ir H Noor Nahar Hussein, MSi, juga mengungkapkan, untuk mengentaskan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja. Namun, juga menjadi tanggungjawab semua elmen masyarakat, termasuk Posdaya. “Posdaya sebagai solusi mengentaskan kemiskinan, Posdaya diharapkan mampu memberdayakan masyarakat yang kurang mampu di Kabupaten Tuban,” ujarnya seraya menegaskan Posdaya , termasuk program yang sasarannya langsung kepada keluarga, utamanya di pedesaan dan di sejumlah tempat telah terbukti ampuh dalam upaya mengentaskan kemiskinan . HARI
CERITA SAMPUL
Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM
Pemberdayaan Masyarakat melalui KKN Posdaya Masjid Lebih Efektif Mengapa pemberdayaan masyarakat melalui KKN mahasiswa ini khususnya dengan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Berbasis Masjid dinilai lebih efektif dan lebih tepat? Setidaknya penilaian itu disampaikan oleh seorang Rendra Kresna, Bupati Malang, Jawa Timur.
B
UPATI kelahiran Pamekasan, Madura, 22 Maret 1962 silam ini, mempunyai jawabannya. Karena pusat-pusat pemberdayaan di masjid kesekretariatan nya sudah jelas. Setiap masjid mempunyai kesekretariatan. Lain halnya, ada banyak program pemberdayaan tetapi lembagalembaga yang melaksanakan tersebut tetapi tidak memiliki kesekretariatan. Bicara tentang Posdaya, ternyata Bupati Malang yang satu ini sudah begitu memahami. Bahkan, Rendra Kresna pun begitu familiar dengan program kuliah kerja nyata mahasiswa KKN Tematik Posdaya yang dikembangkan Yayasan Damandiri bersama perguruan tinggi, termasuk perguruan tinggi yang ada di Malang, seperti Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. “Posdaya Masjid sudah pasti memberikan tempat yang leluasa bagi semua unsur pemberdayaan tersebut, karena ada di masjidmasjid,” tutur Bupati Malang H Rendra Kresna, usai melepas 2.847 mahasiswa peserta kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid yang didampingi 180 Dosen Pendamping Lapangan (DPL), pada Hari Setiyowanto dari Majalah Gemari di Auditorium Gedung Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Bupati Rendra Kresna yang memiliki kedekatan tersendiri dengan anggota Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Kabupaten Malang, sangat paham, di masjid-masjid itulah, mahasiswa-mahasiswa KKN Tematik Posdaya berbasis masjid mengisinya dengan kegiatan yang membuka wawasan masyarakat bahwa masjid tidak hanya semata-mata sebagai tempat beribadah tetapi masjid juga dapat dimanfaatkan sebagai pusat, sentra kegiatan pemberdayaan masyarakat. “Kegiatan pemberdayaan Posdaya Masjid membantu mempercepat pencapaian pembangunan, khususnya yang ada kaitannya Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Malang. Saat ini ada 346 Posdaya Masjid di
Kabupaten Malang,” tutur suami Hj Jajuk Sulisyawati. Bupati Kabupaten Malang ini sangat tegas bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi mutlak dilaksanakan dan digiatkan. Karena pada dasarnya, di Indonesia, khususnya Kabupaten Malang dari sisi jumlah penduduk sangat besar. Menurutnya, persoalannya jumlah penduduk yang besar itu berdaya atau tidak. Kalau hanya besar dari segi jumlah tapi tidak memiliki keberdayaan. Maka tidak ada manfaatnya penduduk yang jumlahnya besar itu. “Tetapi manakala jumlah penduduk yang besar tersebut diberdayakan, maka akan menjadi potensi pembangunan yang sangat besar dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, percepatanpercepatan pencapain pembangunan yang bertujuan akhir pada kemakmuran dan kesejahteraan,” tuturnya.
Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM. [FOTO: HARI]
15 persen Dari 3.000 masjid di Kabupaten Malang, 15 persen di antaranya sudah ada Posdaya berbasis masjid. “Saat ini di Kabupaten Malang sudah 15 persen masjid yang ada sudah menjadi pusatpusat pemberdayaan yang bernama Posdaya berbasis masjid. Semua itu terjadi berkat adanya sinergi yang baik antara Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
53
Dari kanan ke kiri: Ketua LP2M UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Cholil, MAg, Prof Dr Haryono Suyono, Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo, MSi, Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM, Dirut Bank UMKM Jatim HR Soeroso, SE, MM, Ketua Posdaya Al Amin Abdullah Syam di acara pelatihan calon relawan Posdaya beberapa waktu lalu. [FOTO: ADE S]
54
perguruan tinggi UIN Maulana Malik Ibrahim, Dewan Masjid Indonesia Kabupaten Malang, Yayasan Damandiri,” katanya. Pemerintah Kabupaten Malang, seperti disampaikan Rendra Kresna, sangat berterima kasih telah dibantu mahasiswa KKN dan Posdaya. secara jujur diakui, pemerintah belum bisa berbuat banyak. Karena memang pemerintah memiliki berbagai macam keterbatasan, terutama keterbatasan di sumber daya manusia, sumber daya financial maupun sumber daya peralatan. Rendra Kresna mengapresiasi, mahasiswa melalui tangan-tangan terampil peserta KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid yang diterjunkan ke desa-desa di wilayahnya tersebut selain membuka wawasan tentang bagaimana memanfaatkan seoptimal mungkin keberadaan masjid sebagai pusat perjuangan kesejahteraan masyarakat dalam mencapai kemakmuran seperti yang diharapkan. Serta di situlah pula bisa menjadikan masyarakat itu memiliki keleluasaan untuk kemudian mengembangkan diri berbagai macam potensi yang ada di desanya maupun pada masyarakat itu sendiri. “Sehingga masjid sebagai pusat, sentra perjuangan pun semakin meningkatkan harkat dan martabat manusia dari sisi pembangunan yang bisa dilakukan. Masjid sebagai pusat perjuangan kesejahteraan masyarakat dalam mencapai kemakmuran seperti yang diharapkan,” ujar Bupati Rendra Kresna. Alhamdulillah, ujar Rendra, berkat bantuan termasuk KKN Posdaya Berbasis Masjid UIN Maulana Malik Ibrahim menjadikan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Malang meningkat setiap tahunnya. Tahun 2014, derajat kesehatan Kabupaten Malang sudah mencapai 74. Artinya, rata-rata angka usia harapan hidup masyarakat
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
Kabupaten Malang itu 74 tahun. Itu juga merupakan bagian dari sumbangsih mahasiswa KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid dalam setiap kegiatannya telah membuat masyarakat di Kabupaten Malang lebih sadar akan pola hidup sehat dan sebagainya. “Berkat kegiatan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid dalam setiap kegiatannya telah membuat masyarakat di Kabupaten Malang lebih sadar akan pola hidup sehat dan sebagainya,” kata Bupati Rendra Kresna. Menurutnya, persoalannya jumlah penduduk yang besar itu berdaya atau tidak. Kalau hanya besar dari segi jumlah tapi tidak memiliki keberdayaan. Maka tidak ada manfaatnya penduduk yang jumlahnya besar itu. Tetapi manakala jumlah penduduk yang besar tersebut diberdayakan, maka akan menjadi potensi pembangunan yang sangat besar dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, percepatan-percepatan pencapain pembangunan yang bertujuan akhir pada kemakmuran dan kesejahteraan. Baik atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten Malang, Bupati Rendra mengucapkan terima kasih kepada UIN Maulnana Malik Ibrahim yang telah beberapa kali mengirim mahasiswanya untuk melaksanakan kegiatan KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid di Kabupaten Malang. Di Kabupaten Malang, kata Bupati Rendra, masih butuh banyak sentuhan tangan-tangan banyak pihak terutama mahasiswa untuk bisa mempercepat capaian-capaian pembangunan, khususnya yang ada kaitannya Indek Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Malang. “Saya tahu bahwa tentunya mahasiswa memiliki beberapa keunggulan-keunggulan yang nantinya bisa membantu percepatanpercepatan pembangunan di Kabupaten Malang dengan kegiatan-kegiatan kuliah kerja mahasiswa tahun 2015 ini,” ujarnya. Bupati juga menyampaikan terima kasih untuk yang kesekian kalinya karena sangat banyak program kegiatan dari UIN ini yang ditempatkan atau pun yang langsung mengena masyarakat Kabupaten Malang. “Selain itu saya juga berterima kasih kepada Prof Dr Haryono Suyono yang selama ini melalui Yayasan Damandirinya terus menggelorakan semangat pemberdayaan masyarakat melalui
Posdaya-Posdaya yang ada, terutama Posdaya berbasis Masjid yang bersinergi dengan UIN Maulana Malik Ibrahim khususnya melalui kegiatan KKN Mahasiswa Tematik Posdaya Berbasis Masjid ini,” tuturnya. Lebih lanjut, H Rendra Kresna mengungkapkan, bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi mutlak dilaksanakan dan digiatkan. Karena pada dasarnya, Indonesia, khususnya Kabupaten Malang dari sisi jumlah penduduk sangat besar. Persoalannya jumlah penduduk yang besar itu berdaya atau tidak. Kalau ahanya besar dari segi jumlah tapi tidak memiliki keberdayaan. Maka menurutnya, tidak akan ada manfaatnya penduduk yang jumlahnya besar itu. Tetapi manakala jumlah penduduk yang besar tersebut diberdayakan, maka akan menjadi potensi pembangunan yang sangat besar dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, percepatanpercepatan pencapain pembangunan yang bertujuan akhir pada kemakmuran dan kesejahteraan. Bupati segudang prestasi Bupati Malang Rendra Kresna membuat satu terobosan di bidang kesehatan. Yakni, Surveillance Epidemiology Terpadu Berbasis Masyarakat (Sutera Emas). Program tersebut kini menjadi program percontohan nasional. Kinerja bupati satu ini mendapat banyak apresisasi dari berbagai kalangan. Beberapa waktu lalu, misalnya, setelah mendapatkan kunjungan tim verifikasi dari Kementerian Dalam Negeri RI dan Kementerian Negara Perumahan Rakyat RI terkait dengan akan diberikannya penghargaan bagi pemerintah daerah yang mempunyai perhatian terhadap permukiman yang layak pada bulan Nopember 2013 lalu, akhirnya pada bulan Desember 2013, Bupati Malang Bapak H Rendra Kresna kembali menerima penghargaan tingkat nasional, yaitu Adiupaya Puritama. Kabupaten Malang terus mendapatkan penghargaan bergengsi berskala nasional. Pada acara rapat koordinasi nasional (rakornas) tim pengendali inflasi daerah (TPID) VI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, (27/5), Kabupaten Malang mendapatkan penghargaan TPID kabupaten/kota berprestasi tahun 2014. Bupati Malang H Rendra Kresna menyebut bahwa penghargaan TPID berprestasi menjadi bentuk pengakuan dari pemerintah pusat dalam hal Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dan Bank Indonesia. Kabupaten Malang dianggap memiliki kontribusi dalam hal pengendalian inflasi secara nasional. Seperti diketahui, inflasi nasional sepanjang 2014 lalu mencapai 8,36 persen. ”Ada dua indikator (yang dinilai), yakni aspek proses dan aspek keluaran. Kabupaten Malang cenderung pada aspek proses,” kata Rendra. Penghargaan prestisius juga diterima oleh Bupati Malang H Rendra Kresna. Bupati meraih penghargaan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU dan Pera). Penghargaan itu berkat kerja kerasnya menyediakan rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Penghargaan itu, berupa piagam dalam mensukseskan program pembangunan satu juta rumah untuk rakyat yang telah dicanangkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Sedangkan piagam penghargaan itu, diserahkan Dirut Pusat Pembiayaan Perumahan Kemen PU dan Pera, Budi Hartono, di rumah dinas Bupati Malang. Selain itu, penghargaan tingkat nasional dan regional diterimanya. Penghargaan bidang perumahan Adiupaya Puritama. Kemudian, dua penghargaan Otonomi Awards dari The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP) dan penghargaan lainnya. Masih banyak penghargaan yang diberikan padanya. Namun, bukan penghargaan yang dihitung oleh Rendra Kresna, tetapi seberapa besar manfaat dari program-program pembangunan yang dijalankan selama ini, dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Kabupaten Malang ini. “Mangkane, ojo lali podo ikut aktif di Posdaya”, ujarnya. Setuju! HARI
Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM saat berdialog dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
55
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Mengirim Pejuang ke Medan Bakti Mulai bulan Agustus, sebagai salah satu karya simbolis mengisi kemerdekaan bangsa, banyak sekali perguruan tinggi, mitra Yayasan Damandiri, mengirimkan ribuan mahasiswa untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya ke lapangan. Sebelum dikirm ke desa mereka menerima pembekalan dari para dosen pembimbingnya selama lebih satu minggu mengenai tujuan, sasaran dan hasil akhir yang diharapkan dalam KKN Tematik Posdaya dengan tinggal, bergaul dan bekerja bersama keluarga desa di mana mereka diterjunkan.
P
Para mahasiswa KKN Tematik Posdaya siap memberi semangat kepada anggota Posdaya mengembangkan budaya hidup sehat dan sejahtera bukan dengan pidato dan menawarkan slogan cemerlang, tetapi bekerja keras dan cerdas mengajak anak-anak keluarga prasejahtera sekolah agar makin matang menyiapkan diri untuk masa depannya. [FOTO: ADE S]
56
ESANNYA sangat jelas, para mahasiswa pertama-tama memberikan penghormatan kepada keluarga dan masyarakat desa atas keuletan keluarga desa bertahan hidup rukun dan saling tolong menolong sesamanya. Para mahasiswa tidak boleh meremehkan keluarga desa yang sederhana sebagai keluarga miskin. Para mahasiswa memberikan apresiasi bahwa dalam kesederhanaannya, setiap keluarga desa menaruh hormat dan saling menghargai. Kemiskinan keluarga desa tidak mendorong saling berkelahi tetapi tetap saling hormat menghormati. Para mahasiswa tidak boleh silau karena keluarga desa umumnya sederhana dan nampak miskin, sesungguhnya kaya akan budaya saling menghargai dan siap hidup gotong royong. Apabila diperlukan keluarga desa dengan sukarela berbagi waktu berkumpul, bermusyawarah dan mencari solusi yang berhubungan dengan keadaan kerabat dan lingkungannya. Oleh karena itu para mahasiswa
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
ditugasi mengumpulkan mereka dan membangun Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Melalui forum silaturahmi Posdaya mahasiswa dihimbau agar “kedamaian yang sejuk” dan dinikmati keluarga desa selama ini, disegarkan menjadi tekad bersama untuk mengisi kemerdekaan. Secara sederhana setiap mahasiswa perlu meyakinkan anggota Posdaya yang dibentuknya untuk mengadakan pendataan keluarga. Setiap keluarga dipilah-pilah posisi proses kemajuannya sesuai tahapan sampai bisa menjadi keluarga sejahtera yang paripurna. Seperti dalam kuliah di perguruan tinggi, keadaan paripurna itu termasuk golongan keluarga sejahtera III plus. Keluarga ini adalah keluarga yang sejahtera yang sekaligus terpanggil rajin memberi perhatian, bantuan atau pendampingan kepada keluarga lain yang sedang berjuang menjadi keluarga yang sejahtera. Sebaliknya, keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, yang menjadi perhatian utama dalam setiap Posdaya, tidak disebut sebagai keluarga miskin, tetapi sebagai keluarga prasejahtera karena sesungguhnya mereka sedang berjuang mengentaskan dirinya dari lembah kemiskinan. Keluarga seperti itu mungkin saja memiliki kendala sehingga belum siap menjadi keluarga yang sejahtera. Setiap mahasiswa perlu membantu keluarga prasejahtera mengamati unsur atau faktor apa atau kekurangan yang belum bisa dipenuhi agar bisa menjadi keluarga sejahtera. Apabila penyebabnya sudah diketahui, misalnya belum
bisa menyekolahkan anak-anaknya, mahasiswa bisa membantu mencarikan jalan keluar agar keluarga yang bersangkutan bisa melepaskan diri dari ketidakmampuan itu. Artinya, keluarga yang bersangkutan dibantu menyekolahkan anaknya. Bukan diberi uang, tetapi dihubungkan dengan Kepala Sekolah setempat agar diberi fasilitas atau kemudahan mengirim anaknya ke sekolah. Melalui kesempatan itu diharapkan di masa depan anak-anaknya akan memiliki kesempatan untuk makin sejahtera dan dapat memberi perhatian kepada keluarga lain untuk maju dan sejahtera. Para mahasiswa diajak untuk tidak memberikan bantuan dalam bentuk charity atau belas kasihan tetapi dalam proses pemberdayaan sehingga setiap keluarga prasejahtera bukan hanya menikmati bantuan sesaat, tetapi berubah menjadi keluarga yang tahan banting, memperoleh modal pengetahuan dan ketrampilan sehingga bisa bertahan dalam hantaman gelombang kehidupan yang dahsyat dan memperoleh kemenangan dengan penuh kebanggaan. Keluarga sederhana menjadi semakin tangguh, biarpun sederhana, tetapi makin percaya diri sendiri dan akhirnya bisa mengatasi kesulitannya dengan memanfaatkan kearifan lokal, berhasil dan maju. Salah satu perguruan tinggi yang akan mengisi kemerdekaan saat ini dengan mengantar ribuan mahasiswanya ke desa adalah Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang akan menyebarkan mahasiswa yang umumnya akan menjadi guru untuk SMP dan SMA. Para mahasiswa semester tujuh atau delapan itu biasanya sudah siap lulus sebagai sarjana pendidikan. Para mahasiswa akan mendapat semacam ujian akhir yang dilakukan bukan oleh dosen di kelas tetapi oleh masyarakat luas tanpa melihat bahan kuliah apa saja yang telah ditempuh oleh mahasiswa yang bersangkutan. Mereka menghadapi pertanyaan yang sebagian besar belum diajarkan atau bukan menjadi mata kuliah atau subyek yang dipelajarinya selama masa kuliah dengan tekun. Tetapi dengan kemampuan yang ada, kalau mahasiswa siap tempur, persoalan itu hampir pasti dapat dicarikan padanannya dalam kuliah. Kehadiran para mahasiswa itu, menurut Rektor Unesa Prof Dr Warsono, MS, merupakan tes terakhir sebelum mahasiswa dilepas ke masyarakat luas. Seorang mahasiswa yang lulus dalam tes terakhir dengan baik biasanya akan menjadi guru yang tanggap dan akrab dengan masyarakat di mana dia nanti mengajar dan melayani masyarakat luas. Pendidikan
memadukan guru, orang tua dan masyarakat luas sehingga budaya bangsa akan terus berkelanjutan dipelihara oleh satu generasi diteruskan kepada generasi berikutnya. Pendidikan akan berkembang bukan saja sekedar anak didik mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi mahasiswa dan anak didiknya akan merubah, setiap anak bangsa yang hari-hari ini merayakan kemerdekaannya yang ke 70, menjadi insan baru yang mampu mempraktekkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk merubah keadaan, merubah kebiasaan hidup nrimo apa adanya, menjadi kehidupan dinamis yang mampu merubah sumber daya yang melimpah di tanah airnya menjadi asset bangsa yang membawa kebahagiaan. Para mahasiswa memberi semangat kepada anggota Posdaya mengembangkan budaya hidup sehat dan sejahtera bukan dengan pidato dan menawarkan slogan cemerlang, tetapi bekerja keras membersihkan saluran air dan kotoran. Mahasiswa mengajak anak-anak keluarga prasejahtera sekolah agar makin matang menyiapkan diri untuk masa depannya. Mahasiswa mengajak anggota keluarga yang telah dewasa untuk berlatih ketrampilan agar kelak kemudian hari bisa mengubah bahan baku yang tersedia melimpah di desa bisa diolah menjadi produk laku jual dan menguntungkan. Mahasiswa mengajar agar keluarga desa tidak membiarkan halaman rumahnya kosong tidak berguna, tetapi merubahnya menjadi Kebun Bergizi ditanami tanaman sederhana seperti kangkung, slada, cabe, piara lele, ikan dan lainnya yang laku jual dan menguntungkan. Halaman kosong berubah menjadi lahan yang membawa keberuntungan. Suatu proses sederhana yang bisa dimulai dan dikerjakan oleh setiap keluarga di desa dan di dalam lingkungan di sekitar halaman rumahnya sendiri. Suatu proses kemandirian yang tidak sulit tetapi memerlukan kesabaran dan keberlanjutan untuk berhasil dan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan. *) Penulis adalah Ketua Yayasan Damandiri, Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Setiap mahasiswa KKN perlu membantu keluarga prasejahtera mengamati unsur atau faktor apa atau kekurangan yang belum bisa dipenuhi agar bisa menjadi keluarga sejahtera.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
57
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi
Ajak Masyarakat Sumedang Ber-Posdaya Sebagai kampus peduli yang mengusung technopreneur, kolaborasi dan kemandirian, Universitas Trilogi Jakarta siap membantu masayarakat Sumedang terentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraannya melalui ajakan pendirian Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
Dra Andrie Indriawaty, MSi, Koordinator Posdaya Universitas Trilogi Jakarta, menyerahkan Paket Buku Posdaya kepada Kapolsek Paseh. [FOTO-FOTO: DOK]
58
U
NIVERSITAS Trilogi Jakarta yang satu ini, serius menyiapkan mahasiswa menjadi calon pemimpin, sehingga sejak awal kuliah, mahasiswa sudah diterjunkan untuk mendampingi masyarakat, di antaranya melalui program kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Di kampus Universitas Trilogi ini mahasiswa bukan hanya belajar dalam bidangnya, tetapi belajar menjadi wirausaha yang mampu bekerjasama dengan berbagai pihak. Sehingga setiap mahasiswa dituntut membawakan triloginya yaitu technopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Karena KKN yang merupakan implementasi strategis dari pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, memang diharuskan selalu memberi manfaat yang berkelanjutan kepada masyarakat dan keluarga sekitar pelaksanaan KKN itu diadakan. Seperti yang sering diungkapkan Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Asep Saefuddin bahwa Tri Dharma itu kewajiban. “Setiap kampus harus memberikan manfaat
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
langsung kepada masyarakat. Melalui model KKN Tematik Posdaya ini, harapannya memang memberikan dampak perbaikan secara langsung tersebut. Apalagi cakupan Posdaya sangat luas. Ada yang berkaitan dengan lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, Usaha Kecil Menengan (UKM) dan lain sebagainya,” ujar Prof Dr Asep Saefuddin yang guru besar IPB ini. Universitas Trilogi selain sudah mengirim dosennya mengikuti kegiatan Observation and Study Tour (OST) dan Pelatihan Posdaya, sehingga tahu dan benar-benar menguasai berbagai kegiatan Posdaya. Bahkan, kini sudah ada 43 Posdaya binaan Universitas Trilogi. Semua Posdaya juga melakukan pendataan dan pemetaan keluarga. “Universitas Trilogi yang aktif melaksanakan pemetaan keluarga tengah meneliti berapa banyak keluarga yang pra sejahtera, sejahtera 1,2, 3 dan sejahtera 3 plus. Kemudian apakah sudah ber-KB, pendidikannya, adakah anak usia sekolah tapi tidak sekolah. Seperti apa pula kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan sebagainya,” ujar Dra Andrie Indriawaty, MSi, Koordinator Posdaya Universitas Trilogi Jakarta yang baru saja menggelar kegiatan sosialisasi pengembangan Posdaya Lingkar II perguruan tingginya di Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kegiatan Sosialisasi Posdaya di Kecamatan Paseh atas undangan Camat Paseh, yang dilaksanakan pada 19-21 Mei 2015 lalu sebagai respons dari audiensi yang dilakukan Koordinator Posdaya Universitas Trilogi Jakarta pada Bulan April 2015, dengan judul “Sosialisasi Pengembangan dan Pembentukan Posdaya Lingkar II Universitas Trilogi Jakarta”. Menurut Indri, demikian akrab disapa, kegiatan sosialisasi Pengembangan dan Pembentukan Posdaya Lingkar II Universitas Trilogi Jakarta di Kecamatan Paseh ini bertujuan
memberikan pemahaman tentang Posdaya. “Selain itu, peserta memiliki perhatian dan bersedia untuk membentuk Posdaya, serta bersedia mengisi dan mengembangkan Posdaya,” jelasnya. Peserta dalam kegiatan sosialisasi Posdaya di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, antara lain, Tripika Kecamatan Paseh dan jajarannya, kepalakepala desa dan jajarannya yang ada di Kecamatan Paseh. “Selain itu hadir pula Tim Penggerak PKK Kecamatan Paseh, Dinas Kesehatan Kecamatan Paseh, Pengurus dan anggota FKPPI Ranting Kecamatan Paseh, dan tokoh masyarakat,” lanjut Indri. Koordinator Posdaya Universitas Trilogi menuturkan, ada pun materi yang disampaikan dalam Kegiatan Sosialisasi Pengembangan dan Pembentukan Posdaya Lingkar II Universitas Trilogi Jakarta di Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang meliputi ceramah dan diskusi mengenai Pengembangan dan Pembentukan Posdaya. Dari kegiatan sosialisasi tersebut, kata Indri, diharapkan bisa memahami tentang Posdaya dan tujuan pembentukannya. “Sehingga nantinya peserta memiliki perhatian dan bersedia untuk membentuk, mengisi dan mengembangkan Posdaya,” ujarnya. Namun untuk jangka waktu dekat, imbuh Indri alangkah baiknya bila para peserta baik dari jajaran Tripika Keamatan, para kepala desa dan jajarannya, Tim Penggerak PKK Kecamatan, Dinas Kesehatan Kecamatan, pengurus dan anggota FKPPI Ranting Kecamatan, maupun para tokoh masyarakat agar kegiatan ini berkelanjutan dan diikutsertakan dalam Observation Study Tour yang dilaksanakan oleh Yayasan Damandiri. Meskpiun baru kali ini mengikuti kegiatan sosialisasi Posdaya, tapi kata Indri, peserta antusias untuk membentuk Posdaya di setiap desa, pada tahap awal akan dibentuk 1 Posdaya di setiap desa, karena di Kecamatan Paseh terdapat 10 desa. Sehingga akan dibentuk 10 Posdaya. Terlebih, di sana sudah ada pula perguruan tinggi, yakni Universitas Sebelas April yang untuk bersama-sama mendampingi dalam pembentukan. “Untuk itu perlu mengakseskan Universitas Sebelas
Dra Andrie Indriawaty, MSi, menerima kenangkenangan berupa produk hasil usaha ekonomi kreatif dari mantan TKI, Hayati Nur.
April ke Universitas Pendidikan Indonesia sebagai Korwil II Jawa Barat, untuk lebih memudahkan saja dalam pelaksanaan pendampingan dan pembinaannya,” tukas Indri. Yang menarik, kata Indri, seorang pahlawan devisa Mbak Hayati Nur yang berasal dari Desa Paseh Kaler yang hadir mengisahkan kepulangannya ke Indonesia enam bulan lalu, karena hatinya tergerak oleh Program Posdaya, enam bulan di kampung halaman. “Mbak Hayati Nur menjalin kontak dengan teman-temannya dan membuka usaha bersama,” kata Indri. Salah satu produk yang dibuatnya bersama teman-temannya diserahkan oleh Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Paseh kepada Andrie Indriawaty , Relawan Penghubung Program Pengembangan SDM Kemitraan Yayasan Damandiri yang juga Koordinator Posdaya Universitas Trilogi Jakarta. HARI
Foto bersama panitia pelaksana kegiatan bertajuk, “Sosialisasi Pengembangan dan Pembentukan Posdaya Lingkar II Universitas Trilogi Jakarta” di Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
59
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi Jadi Narasumber Sosialisasi Kampus Terkemuka Nasional Universitas Trilogi Jakarta terus menjalin kerja sama dengan berbagai kalangan. Kali ini dengan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Pertanian Cianjur, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. P4TK Pertanian Cianjur atau lebih dikenal dengan VEDCA (Vocational Education Development Center for Agriculture). Melalui kerja sama ini, konsep menjadi pengusaha sebelum sarjana akan benar-benar konkret. Momen itu makin bersejarah, pasalnya Universitas Trilogi yang disampaikan Rektornya Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, menjadi narasumber sosialisasi kampus terkemuka nasional.
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, salah satu narasumber saat menyampaikan paparannya. [FOTO-FOTO: DOK TRILOGI]
Wakil Rektor Universitas Trilogi Efendri bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Dumai dan Para Kepala Sekolah di Dumai.
60
S
ELAIN melakukan bekerja sama dengan berbagai lembaga lainnya baik dalam/luar negeri. Untuk mengakomodir para pencari kerja, Universitas Trilogi juga melakukan kerja sama dengan Kemen-
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
terian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam konteks ini, Universitas Trilogi selalu mengadakan bursa kerja yang diikuti oleh berbagai sektor swasta dan BUMN di berbagai bidang. Sementara itu, Nasrol Akmal M, Ed selaku tuan rumah sekaligus Panitia Pelaksana acara menjelaskan, sampai saat ini Dinas Pendidikan Provinsi Riau telah bekerja sama dengan 9 Universitas Terkemuka Nasional dan 2 dengan Universitas di Malaysia, jadi totalnya ada 11 Universitas. 9 (Sembilan) Universitas yang terkemuka yang berada di dalam negeri tersebut
adalah Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Insitut Teknologi Sepuluh November (ITS), Institut Pertanian Bogor (IPB), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Brawijaya (UB), dan satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta adalah Univeritas Trilogi Jakarta. “Adapun Universitas Trilogi Jakarta yang menjadi satu-satunya PTS yang menjadi pilihan dikarenakan jurusan-jurusan yang ada di Universitas Trilogi bekerja sama secara langsung dengan ITB dan IPB. Selain itu lulusan kampus ini juga cepat terserap” jelas Nasrol Acara yang berlangsung di Hotel Furaya Pekanbaru, Riau, ini secara umum bertujuan untuk menginformasikan tentang bantuan pendidikan pada Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia, menginformasikan tentang program-program studi pada Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia, dan menginformasikan tentang persyaratan penerima bantuan pendidian pada Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia. Dari acara ini diharapkan mendapatkan hasil agar para peserta yang hadir memahami konsep bantuan pendidikan pada Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia dan menyebarluaskan informasi tentang bantuan pendidikan pada Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia untuk kabupaten/kota se Provinsi Riau. Peserta yang hadir dalam sosialisasi ini terdiri dari Kepala Bidang Dinas Pendidikn kabupaten/kota se-Riau beserta stafnya. Sementara itu utusan sekolah juga dihadirkan yaitu para kepala SMA/sederajat perwakilan kecamatan dari kabupaten/kota se-Riau. Khusus untuk Riau, Universitas Trilogi tidak hanya melakukan kerja sama dengan dinas pendidikan provinsinya saja. Tetapi juga akan mencoba membangun kerja sama secara langsung ke semua dinas pendidikan kabupaten/kota yang berada di bawah Provinsi Riau. Melalui bentuk-bentuk kerjasama ini Universitas Trilogi berharap bisa memberikan yang terbaik untuk membangkitkan kualitas pendidikan anak negeri. Selamat dan sukses! ADE S
M Nasrol, MEd, Pengurus Dinas Pendidikan Riau sekaligus Panita Pelaksana Acara Sosialisasi. Rektor Trilogi dan Wakil Rektor Trilogi Diskusi bersama Pengurus Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis, Riau.
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
61
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Terobosan Baru Pemberdayaan Keluarga Berkat kerja keras semua pihak, terutama para mahasiswa yang melakukan kegiatan KKN tematik Posdaya ke desa-desa, sampai saat ini telah terbentuk lebih dari 45.000 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh Indonesia. Bukan hanya para mahasiswa aja yang membentuk Posdaya, tetapi beberapa pemerintah daerah yang Bupati/Walikotanya sangat komit terhadap pemberdayaan keluarga juga tidak mau ketinggalan untuk membentuk dan pengembangkan Posdaya di wilayahnya masing-masing.
Dengan adanya KKN Tematik Posdaya, maka para mahasiswa yang diterjunkan ke desa-desa seolah menjadi penyelamat bagi keluarga miskin dan memberikan angin segar bagi proses pemberdayaan keluarga di Indonesia. [FOTO: HARI]
L
ANGKAH penting setelah terbentuknya Posdaya adalah dilakukannya proses pemetaan dan pendataan keluarga, dengan tujuan agar mengetahui secara pasti keadaan keluarga-keluarga yang tergabung dalam Posdaya dan melakukan intervensi seperlunya agar keluarga-keluarga di dalam kelompok Posdaya menjadi lebih sejahtera dibanding sebelum adanya Posdaya. Terobosan baru proses pemberdayaan keluarga di Indonesia yang dipelopori oleh Yayasan Damandiri ini sungguh sangat membanggakan. Dalam upaya mengisi dan mengembangkan Posdaya yang sudah mulai terbentuk, Yayasan Damandiri berusaha keras untuk menggandeng mitra kerjanya yang antara lain adalah beberapa perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi yang telah melaksanakan KKN Tematik Posdaya. Tidak kurang dari 300 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta telah bekerjasama dengan Yayasan Damandiri dalam memberdayakan keluarga-keluarga, 62
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
terutama keluarga prasejahtera di pedesaan. Kerjasama itu juga dibangun melalui kerja sama dengan aparat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat serta para sesepuh desa dalam upaya melakukan proses pemetaan dan pendataan keluarga, sehingga kegiatan pemetaan dan pendataan tersebut dapat dilakukan dengan tepat dan hasilnya dapat diketahui tentang posisi tahapan keluarga dalam lingkungan Posdaya yang bersangkutan. Gagasan awal dibentuknya Posdaya adalah menghidupkan kembali semangat budaya gotong-royong dan meningkatkan kepedulian sesama anak bangsa dalam suatu kelompok, terutama kelompok-kelompok di pedesaan. Upaya itu dilakukan agar cita-cita nenek moyang pendiri bangsa ini untuk mempersatukan negeri ini agar tidak terpecah-belah satu sama lain dan bangsa Indonesia dapat hidup rukun, aman, tenteram, damai dan sejahtera. Suatu negara apabila rakyatnya bersatu, maka negara tersebut akan menjadi negara yang
kuat dan tidak mudah digoyah oleh bangsa lain. Semangat gotong-royong itulah yang menjadi dasar mengapa perlu dibentuk kelompok-kelompok Posdaya di tanah air ini. Setelah banyak kelompok-kelompok Posdaya terbentuk, tujuan dari proses pemberdayaan keluarga belumlah berakhir, masih banyak lagi tahapan yang perlu dikembangkan, termasuk di antaranya dengan mengisi berbagai kegiatan yang menguntungkan dan memberi manfaat bagi keluarga, terutama keluarga prasejahtera atau keluarga miskin. Melalui kerjasama dengan berbagai kalangan, termasuk orang kaya di desa, para pengurus Posdaya, mahasiswa dan kalangan pemerintahan di tingkat desa, gerak langkah Posdaya sudah mulai terlihat hasilnya. Kerjasama dalam tim yang kokoh dalam Posdaya ternyata mampu mengangkat keluarga prasejahtera pada posisi yang lebih sejahtera. Keluarga-keluarga di desa dibantu dan diberikan kesempatan untuk mengakses permodalan melalui lembaga keuangan atau bank, dan sudah banyak lembaga keuangan atau bank yang telah bekerjasama dengan Yayasan Damandiri. Modal yang diberikan tersebut dalam bentuk kredit tanpa agunan agar keluarga yang belum pernah memiliki usaha tidak ragu-ragu untuk memulai usaha dengan bimbingan keluarga yang lebih berhasil dalam usahanya dan mereka bekerja secara bersama-sama dan gotong-royong. Dari banyak pengalaman berbagai perguruan tinggi dalam memberikan dukungan dalam bidang ekonomi kepada keluarga-keluarga di pedesaan, diperlukan adanya petunjuk sederhana dan perlu adanya pendampingan pemberdayaan agar keluarga-keluarga, khususnya keluarga prasejahtera bisa dengan mudah mengikutinya. Keluarga sederhana yang biasanya berpendidikan rendah, belum memiliki pengalaman dan belum memiliki keterampilan, mereka diharapkan bisa dengan mudah mengikuti proses pemberdayaan yang dikembangkan. Selama ini apabila mereka membutuhkan modal untuk usaha, mereka kesulitan untuk mendapatkan akses ke bank, sehingga tidak jarang yang menempuh jalan pintas dengan melalui rentenir yang bunganya sangat memberatkan. Bukan kebahagiaan dan kesejahteraan yang didapatkan, tetapi justru malah sebaliknya. Kredit yang diluncurkan oleh Yayasan Damandiri dan bank mitranya sungguh merupakan terobosan baru dalam proses pemberdayaan keluarga di Indonesia, karena
bertujuan untuk membantu para anggota Posdaya yang sedang memulai berusaha kecil-kecilan dengan bimbingan para mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan. Dengan adanya bimbingan tersebut, keluarga-keluarga prasejahtera yang di desa-desa mulai merasa bangga dan muncul rasa percaya diri yang tinggi dan mereka dapat mengolah bahan baku lokal yang jumlahnya melimpah di sekitar rumah atau kampungnya untuk dijadikan produk yang membawa manfaat dan laku jual. Dr Mulyono D Prawiro Bahan baku lokal yang jumlahnya melimpah tersebut, dulunya belum pernah terpikir, bahwa dengan sentuhan sedikit saja dapat dirubah menjadi produk yang memberi manfaat yang luar biasa kepada keluargakeluarga di desa, dengan merubahnya menjadi bahan yang bermanfaat dan laku jual. Memang dibutuhkan adanya kesabaran dalam proses bimbingan ini, karena biasanya orang desa yang baru saja memulai usaha apabila terbentur dan menghadapi kendala bisa dengan mudah putus asa. Di sinilah peran para mahasiswa mulai diuji, termasuk mereka yang peduli terhadap sesamanya, apakah mereka mampu mengangkat keluarga miskin atau keluarga prasejahtera menjadi bangkit dari keterpurukan atau tidak. Mata kuliah yang diajarkan oleh para dosen di kampus hendaknya dipraktekkan di lapangan, sehingga para mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam proses pemberdayaan keluarga di tanah air tercinta ini. Dengan adanya KKN Tematik Posdaya, maka para mahasiswa yang diterjunkan ke desa-desa seolah menjadi penyelamat bagi keluarga miskin dan memberikan angin segar bagi proses pemberdayaan keluarga di Indonesia. Harapan rakyat desa, dengan diterjunkannya para mahasiswa yang melakukan KKN Tematik Posdaya dan dibantu oleh para aparat desa dan para sesepuh desa yang tergabung dalam Posdaya, bisa merubah keluargakeluarga yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan maupun usaha, menjadi keluarga yang bersatu untuk mampu mandiri dan bekerja secara gotong-royong dalam membangun kebersamaan. Mereka akan memiliki keterampilan dan usaha serta hidupnya akan lebih bahagia dan sejahtera. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
63
LAPORAN DAERAH
Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc dalam Gemari Ranah Minang:
Karakter Ketekunan dan Kesungguhan Adalah Kunci Sukses Provinsi Sumatera Barat selalu saja menarik untuk disimak. Karenanya, Gemari Show kali ini menampilkan orang nomor satu di Sumatera barat, Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc. Bersama host TVRI Sumbar Sherly, Ketua Yayasan Damandiri Prof DR Haryono yang saat syuting tersebut sebagai host banyak mewawancarai Gubernur Sumbar ini, yang akan ditayangkan di TVRI Pusat Jakarta secara nasional.
Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc menjawab pertanyaan Ketua Yayasan Damandiri Bapak Prof Dr Haryono Suyono yang tampil sebagai host TVRI Sumbar saat syuting tayangan Gemari Ranah Minang. [FOTO-FOTO: DEDE H]
64
“A
PA kabar Bapak Gubernur?” tanya host TVRI Sumbar Sherly saat syuting di studio TVRI Sumbar awal Agustus 2015 lalu, mengawali pertemuannya. Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno, Psi, MSc yang duduk tak jauh di sebelah kirinya seraya tersenyum menjawab dengan tenang. “Baik. Alhamdulillah,” ujarnya kalem. “Dan pemirsa, seperti biasa, juga sudah hadir Ketua Yayasan Damandiri Bapak Prof Dr Haryono Suyono,” kata Sherly lagi memperkenalkan tamunya. Selanjutnya host pun memperkenalkan Ketua Posdaya Ibu Hidayaningsih, ketua Posdaya juara I Sumatera Barat, juga Ketua Pengelola KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Bung Hatta Ir Indra Khaidir, MSc. “Sesudah Hari Raya Idul Fitri nampaknya makin cerah,” kata Prof Haryono menimpali Sherly, yang lalu menampilkan “Mars Gemari” dan lagu “Mars Posdaya” dari Kelompok Paduan Suara Universitas Taman Siswa Padang. Usai paduan suara para penonton di studio bertepuk tangan meriah menyambut lantunan lagu tadi.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
“Pak Gubernur, saya dengan Mbak Sherly ini menjadi partner, antara Generasi Tua dan Generasi Muda. Karena pembangunan Sumber Daya Manusia selalu dimulai dari yang tua kemudian diteruskan yang muda sampai ke yang masih Balita,” kata Prof Haryono, “bapak adalah Guru Besar (Profesor) yang ahli dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu saratnya adalah karakter dari sumberdaya manusia. Bapak boleh menjelaskan bagaimana?” “Karena kita berhadapan dengan mahasiswa baik dari Universitas Taman Siswa maupun dari Universitas Bung Hatta. Mereka itu dalam pengembangan Posdaya adalah pendamping–pendamping keluarga-keluarga yang ada di desa. Mangga Pak, silahkan,” ucap Prof Haryono bertanya. “Terima kasih Prof Haryono,” kata Prof Irwan Prayitno, “jadi memang untuk mengentaskan kemiskinan menjadikan masyarakat mandiri secara ekonomi dengan pendapatan yang bagus, tentu semuanya dikaitkan dengan kualitas SDM yang bersangkutan. Kalau misalnya kualitas masyarakatnya itu rendah ya akan rendah juga pendapatannya. Tetapi kalau
kualitas masyarakatnya tinggi akan tinggi pendapatannya.” Prof Irwan Prayitno menambahkan, “Rendah dan tinggi itu tidak selalu identik dengan pendidikan. Artinya lebih kepada karakter. Begini, ada pendidikan tinggi tetapi karakternya jelek, ya tidak sukses juga. Tetapi kalau misalnya karakternya bagus, hasilnya akan bagus.” Prof Irwan Prayitno menyebutkan, apa yang disebut karakter? “Misalnya sebagai contoh, orang yang mau kerja sungguhsungguh, kerja serius, ya rajin, kemudian juga ia ingin meningkatkan dirinya berubah menjadi lebih baik, lebih baik, belajar, belajar dan seterusnya, ini karakter mau bekerja sungguh-sungguh. Ini adalah karakter yang harus dimunculkan kepada kita sehingga dengan demikian melalui diri dia maka akan terjadi perubahan,” papar Gubernur Sumbar serius. “Tetapi kalau misalnya masyarakatnya malas, tidak akan mungkin dia sejahtera. Tetap saja mereka miskin. Meski kita bantu melalui subsidi pemerintah, melalui Damandiri, melalui Posdaya, tetap saja mereka tidak akan berubah, tambahnya. “Jadi, karakter yang harus dibentuk secara universal kepada manusia itu adalah kesungguhan dirinya untuk berubah menjadi lebih baik. Kalau itu sudah dibentuk maka Insya Allah akan semakin baik.” Kemudian baru masuk pendidikan, menjadikan ilmunya, skill-nya, kemampuan kompetensi, bahwa akan meningkatkan lebih lagi hasil yang diperoleh. “Tetapi, awal karakternya dari diri sendiri yang harus kita bentuk. Sehingga masyarakat miskin bisa berubah. Akhirnya kita punya kesimpulan, siapa yang miskin? Yang malas. Kalau misalnya dia tidak malas, bisa. Tidak akan miskin.” Prof Irwan Prayitno menjelaskan, pembentukan karaktrer ini harus kita awali dari keluarga. Dari pendidikan informal dalam keluarga, kemudian pendidikan formal di sekolah. “Karakter ini yang utama harus kita bentuk. Sehingga ketika dia sekolah, rajin, belajar sungguh-sungguh, sukses. Ketika dia bekerja sebagai PNS sungguh-sungguh berkinerja bagus. Ketika profesional dia menjadi orang yang sukses juga. Ketika dia menjadi pedagang dia juga sukses. Ketika dia bekerja di rumah tangga atau ibu rumah tangga dia juga sukses mendidik anak. Jadi, karakter
ketekunan dan kesungguhan adalah kunci sukses,” urainya lugas. Dalam kesempatan itu, Prof Dr Haryono Suyono kembali bertanya lagi, “Jadi Bapak tadi mengatakan bahwa inti dari karakter pertama adalah percaya diri. Percaya diri. Jadi, kita lihat Mbak Sherly itu kan masih muda. Tiap-tiap kali harus menjadi pembawa acara di acara dengan gubernur, dengan menteri, dengan pejabat harus percaya diri.” “Harus,” jawab Prof Irwan Prayitno. “Tetapi juga barangkali karakter inti bangsa Indonesia itu juga harus berteman dan percaya kepada temannya. Karena mbak Sherly dibantu oleh para kameramen dan pimpinan seluruhnya. Betul ya pak?” tanya Prof Haryono lagi. “Betul pak,” jawab Prof Irwan Prayitno. “Jadi diri sendiri tetapi juga harus membangun kepercayaan kepada temannya?” pancing Prof Haryono. “Jadi karakter itu adalah Percaya diri, kemudian berafiliasi sosial atau berteman, kesungguhan, jujur, rasa kebangsaan atau nasionalisme ini karakter yang kita perlukan. Kemudian dari segi moral beriman, bertakwa. Ini menyatu dalam diri seseorang yang akan membawa dirinya menjadi lebih baik. Dan kata kunci kesuksesannya adalah pada karakter. Biar dia profesor atau doktor, kalau karakternya jelek dia tidak akan mungkin bisa membawakan dirinya kepada yang lebih baik,” ucap Prof Irwan Prayitno yang disambut tepuk tangan meriah penonton. “Jadi selama ini dalam karier Bapak sampai Gubernur begitu? Karakter merupakan inti kekuatan untuk memimpin masyarakat Minangkabau ini ya Pak,” tanya Prof Haryono. “Ya, Kesungguhan, keseriusan, kejujuran,
Ibu Hidayaningsih, Ketua Posdaya Juara I Sumatera Barat, berbincang-bincang dengan Prof Haryono dan Gubernur Sumbar Prof Irwan Prayitno.
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
65
“Sukses dalam pemerintahan justru bukan terletak pada pemerintahnya, tapi pada karakter masyarakat,” kata Gubernur Sumbar Prof Irwan Prayitno.
66
kesantunan juga nilai-nilai universal yang sulit. Karakter itu milik semua manusia, tidak hanya orang di Sumatera Barat, tidak hanya di Indonesia. Kita lihat di dunia ini orang yang sukses pasti orang yang berkarakter. Di bidang manapun, baik di bidang bisnis, bidang politik, seni, budaya, orang-orang yang sukses adalah orang yang berkarakter. Pasti ada karakter yang sifatnya universal yang dimiliki yang membawa dia sukses. Termasuk juga merubah kemiskinan itu harus diawali dengan perubahan karakter,” ujar Prof Irwan Prayitno. “Maka dari itu Bapak Prof Haryono Suyono, lanjut Prof Irwan Prayitno, “kami punya kesimpulan bantuan-bantuan pemerintah begitu banyak. Kalau dijumlahkan, jumlah orang mungkin puluhan ribu. Kita langsung bagi dua Sukses dan Tidak Sukses. Maka kita berkesimpulan, yang sukses membuat mereka berdaya dan ekonomi pendapatan naik itu mereka yang memanfaatkan bantuan kita dengan bersungguh-sungguh. Dia rubah karakter yang malas menjadi rajin akan sukses. Tetapi yang gagal, dikasih lima tinggal satu. Dikasih satu menjadi minus, habis. Dibantu lagi akan seperti itu juga.” Jadi, kata Gubernur Sumbar Prof Irwan Prayitno, masalahnya bukan soal ada tidaknya bantuan pemerintah, tetapi masalahnya ada pada dia sendiri. Sehingga kalau sudah sampai angka kemiskinan tiga atau empat persen itu sudah susah, karena malasnya itu. “Jadi, kita harus rubah dulu karakternya. Baru bisa berubah juga kehidupannya,” katanya tegas. “Betul, karakternya harus diubah,” ucap Prof Haryono setuju. “Bapak, saya lihat, bapak melihat masyarakat itu sebenarnya cerdas. Masyarakat mau bekerja sama.”
Gemari Edisi 175/Tahun XVI/Agustus 2015
“O iya mau, mau. Masyarakat mau bekerja sama,” kata Prof Irwan Prayitno seraya menganggukkan kepala. “Jadi, ada satu karakter lagi pada kepemimpinan Bapak, bahwa Bapak tidak melihat masyarakat itu masa bodoh, tetapi masyarakat itu siap untuk bekerja keras,” ungkap Prof Haryono. “Masyarakat siap,” kata Prof Irwan Prayitno singkat. “Lalu itu Bapak lihat sebagai kunci sukses?” “Sukses dalam pemerintahan justru bukan terletak pada pemerintahnya, tapi pada karakter masyarakat. Jadi, kalau kita sudah peduli, sudah memberikan dukungan dan bantuan dalam berbagai program, masyarakat itulah sebetulnya merespon sejauh mana, itulah yang menjadi kata kunci. Pemerintah membantu, masyarakat merespon. Seperti Ibu Hidayaningsih ini pasti sukses karena beliau merespon bantuan Posdaya, langsung dikerjakan dengan arahan yang betul dan akhirnya sukses.” Ia menambahkan, “Tetapi Kalau kemudian misalnya Posdaya membantu, tetapi dia diam dan tidak semangat, uang yang disalurkan akan habis, tidak menjadi modal kegiatan usaha.” “Jadi dari pihak Bapak ada kepercayaan kepada masyarakat,” tanya Prof Haryono lagi. “Ya ada. Kita atau pemerintah harus percaya dulu kemudian masyarakat itulah kemudian yang menjalankan program kita,” jawab Prof Irwan Prayitno. “Dengan tidak terlalu curiga, janganjangan masyarakat mau curi dan sebagainya?” “O kalau begitu susah.” “Betul, betul, jadi harus ada kepercayaan kepada masyarakat sehingga masyarakat bangkit.” “Ya, harus diawali dengan kepercayaan.” “Salah satunya adalah Bu Ningsing Hidayaningsih yang aktif di Posdaya ini ya Pak?” tanya Prof Haryono lagi. “Ya,” jawab Prof Irwan Prayitno. Selanjutnya perbincanagan pun semakin menarik. Terlebih mengupas masalah Posdaya dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat di ranah Minang. HNUR/DH