GEMA REDAKSI
Pembangunan Berkelanjutan Para pembaca yang budiman,
P
ADA tanggal 26 September lalu Sidang Umum PBB memutuskan mengakhiri acuan program dan upaya pencapaian sasaran Pembangunan Abad Millennium (MDGs) dan melanjutkannya dengan acuan baru Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Acuan MDGs yang mengusung 8 sasaran pembangunan tidak seluruhnya berhasil secara merata di seluruh dunia, tetapi telah menjadi bagian penting dan mendorong perhatian yang tinggi terhadap upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan, kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, kewirausahaan dan lingkungan. Acuan SDGs memberi prioritas pada 17 sasaran dibagi dalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama meliputi pengentasan kemiskinan, kelaparan dan keamanan pangan; kesehatan; pendidikan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta akses terhadap air dan sanitasi, termasuk juga perlindungan sosial. Kelompok kedua difokuskan pada bidang ekonomi dan lingkungan hidup yang pada umumnya merupakan penyempurnaan dari sasaran yang tertuang dalam MDGs, utamanya menggaris bawahi peranan yang dapat diberikan oleh sektorsektor produktif yang dipadukan dengan upaya pembangunan berkelanjutan. Dalam kelompok ini diberikan tekanan pada upaya pembangunan berrkelanjutan, kesempatan kerja yang menguntungkan; akses pada sumber energy; infrastruktur; industrialisasi dan inovasi; kota yang aman dan permukiman; perubahan iklim; kelautan, laut dan kekayaannya; serta ekosistem dan keaneka ragaman alam. Kelompok ketiga ditujukan pada upaya meningkatkan sasaran MDGs dalam hal mengatasi kesenjangan antar dan dalam setiap Negara; kebutuhan untuk memperkenalkan pola konsumsi dan produksi; pengembangan masyarakat yang inklusif dan damai; akses pada keadilan yang efektif untuk semua, serta dorongan pada pengembangan lembaga yang akuntabel dan inklusif pada semua tingkatan. Berakhirnya acuan pembangunan MDGs tersebut bersamaan waktunya dengan telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan Posdaya melalui Haryono Suyono Center yang ke 100 pada tanggal 28 September 2015 di Jakarta. Bulan depan akan dimulai dengan pelatihan pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang ke 101. Mulai pada pelatihan ke 100 itu sasaran program yang dilatihkan bergeser bukan hanya pada pembentukan Posdaya di desa dan pedukuhan, tetapi
pada upaya mengajak masyarakat mepokuskan kegiatan pada upaya pengembangan ekonomi mikro guna menjamin pembangunan berkelanjutan secara mandiri dalam menuntaskan upaya menurunkan kemiskinan dalam segala bentuk. Pengurus Posdaya diharapkan lebih tekun memberikan fokus pada pemberdayaan keluarga prasejahtera untuk berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui partisipasi dalam pelatihan ketrampilan untuk usaha mikro. Tekanan pada keluarga prasejahtera diperlukan karena kemajuan di negara berkembang dalam penurunan kemiskinan ternyata bersifat semu karena kemajuan pembangunan ekonomi di China. Di banyak negara berkembang upaya pengentasan kemiskinan itu hampir tidak bergerak, bahkan akhir-akhir ini mengalami kemunduruan yang tidak kecil. Disamping itu kita perlu menggalakkan pengembangan kemampuan ketrampilan keluarga karena ternyata banyak kejadian masuknya suatu wilayah dalam era bonus demografi belum atau bahkan tidak diikuti upaya peningkatan ketrampilan dari luapan penduduk usia 15-60 tahun di banyak provinsi dan kabupaten. Perhatian terhadap upaya mempersempit kesenjangan sosial ekonomi akan menjadi perhatian, termasuk perhatian terhadap penduduk lansia dan disabilitas, perubahan iklim dan suasana akuntabilitas terhadap pelayanan pembangunan di daerah pedesaan yang makin menguntungkan keluarga prasejahtera. Marilah kita hantar pemerintah menyikapi petunjuk PBB tersebut dengan tetap menempatkan keluarga prasejahtera sebagai sasaran utama untuk mendapat dukungan pemberdayaaan agar bisa menikmati suasana yang makin mendukung kebersamaan dan keadilan dunia. Haryono Suyono Pemimpin Umum
Berakhirnya acuan pembangunan MDGs tersebut bersamaan waktunya dengan telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan Posdaya di Haryono Suyono Center yang ke-100 pada Senin, 28 September 2015 lalu di Jakarta. Pelatihan itu kini mepokuskan kegiatannya pada upaya pengembangan ekonomi mikro. [FOTO: DOK HAESA]
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Pemuda Kuatkan Sinergitas Tekad Bangun Keluarga Posdaya Desa Jika dulu kekompakan remaja, pemuda dan mahasiswa berjuang menyatukan sumpah membulatkan satu tekad “Indonesia”. Kini, bersinergi berkolaborasi membantu keluarga miskin di pedesaan membangun kesejahteraan. Selain menjadi Bulan Bahasa, Bulan Oktober merupakan Bulan Pemuda. Setiap Bulan Oktober bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpa Pemuda.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
32
CERITA SAMPUL
35
Iskandar, SE Posdaya Bangun Kesejahteraan Desa Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) nampak seperti sebuah program yang diibaratkan sebagai gadis cantik, menarik dan lincah tetapi tetap ramah dan tidak tinggi hati. Karena selalu mengedepankan kebersamaan dan musyawarah. Silahturhami sebagai ruh utamanya. Partisipasi sebagai tulang penguatnya. Keserdahanan, simpel namun pro rakyat, program Posdaya itulah mampu menarik simpati seorang Iskandar yang berlatar belakang sebagai seorang pengusaha, yang kini mendapat amanah dan kepercayaan rakyat Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan. Iskandar menyebut, Posdaya bergerak dalam pemberdayaan masyarakat yang intinya adalah bekerja sama dengan PKK, PMD untuk menggerakan masyarakat.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
LAPORAN DAERAH
56
Masjid Nurul Iman Ndalem Kalitan, Solo Masjid Kombinasi Antara Indonesia, Islam dan Jawa PENDIDIKAN
40
Universitas Trilogi Jadikan Tahun 2015 sebagai Tahun Budaya Mutu Memasuki tahun ajaran 2015-2016, Universitas Trilogi Jakarta berhasil menaikkan jumlah mahasiswa melampaui target yang diharapkan. Universitas yang belum lama berdiri ini kini telah menerima sekitar 1037 mahasiswa baru untuk siap dididik menjadi teknopreneur baru. Sebuah angka yang cukup fantastis, karena pihak universitas sebelumnya hanya menargetkan menerima 930 mahasiswa baru.
POSDAYA MASYARAKAT
12
Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera Wadah Gotong Royong Masyarakat Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Kebumen Gemilang Sejahtera makin dirasakan manfaatnya bagi masyarakat RT 30 RW 11 Kelurahan Ilir 2, Palembang, Sumatera Selatan. Semangat gotong royong yang dilakukan seluruh anggotanya dalam berbagai aktivitas kini telah membuahkan hasil menggembirakan. Dari hasil jual terong, cabe dan aneka budidaya kebun bergizi lainnya mampu untuk membayar cicilan pinjaman kredit di bank.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Masjid Nurul Iman yang berada di Ndalem Kalitan, Surakarta, Jawa Tengah, merayakan Idul Adha 1436 H kali ini berbeda dengan tempat-tempat lain. Bukan mengapa, pasalnya Masjid yang dibangun oleh keluarga Cendana, atau keluarga alm Pak Harto, ini mengadakan syukuran setelah berhasil direnovasi. Maka tak pelak, sebelum shalat Ied diadakan acara seremonial yang dihadiri putra-putri mantan Presiden Soeharto dan sejumlah undangan lainnya.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
15
Posdaya Pemerintah
21
Posdaya Organisasi Sosial
29
Kolom Khusus
38
Forum Kita
54
DNIKS
65
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Hari Setiyowanto
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
POSDAYA DAN KIPRAH PROF NELSON
M
AJALAH Gemari edisi bulan lalu memunculkan tokoh yang cukup disegani, Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd. Memang harus diakui, di Provinsi Gorontalo, pemilik nama lengkap Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd ini cukup terkenal, baik di kalangan politisi, pemerintahan maupun akademika. Pengabdiannya sebagai rektor selama sepuluh tahun di Univesitas Negeri Gorontalo (UNG) dan kini menjabat rektor di Universitas Muhamadiyah Gorontalo selalu membuat gebrakan baru di dunia pendidikan. Salah satunya adalah menggerakkan Pospos Pemberdayaan Keluarga di Provinsi Gorontalo. Prof Nelson juga merupakan salah satu tokoh pencetus berdirinya Provinsi Gorontalo. Sejak Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) bergulir di Provinsi Gorontalo pada 2009, perkembangan Posdaya kian maju pesat. Bukan hanya jumlah Posdaya yang terus meningkat, dari 100 Posdaya dan kini menjadi 500 Posdaya, tetapi kegiatannya bervariasi tersebar di seluruh kabupaten bahkan sampai di luar Provinsi Gorontalo. Semua itu tak lepas dari peran perguruan tinggi yang bersinergi dengan pemerintah daerah untuk turun ke desa-desa. Tokoh penggeraknya tak lain adalah Prof Dr Ir H Nelson Pomalingo, MPd.
“Karena mahasiswa kita tidak hanya KKN di Provinsi Gorontalo, tetapi ada yang di Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, sehingga penyebarannya lebih luas, tidak hanya di satu kabupaten,” ungkap lelaki kelahiran Gorontalo, 24 Desember 1962 ini, saat ditemui Tim Majalah Gemari di Jakarta beberapa waktu lalu, seperti dikutip dalam berita Cerita Sampul majalah ini. Menariknya lagi, perguruan tinggi yang menanganinya pun sekarang bertambah, dari satu perguruan tinggi menjadi delapan perguruan tinggi, sehingga program Posdaya ditangani hampir di semua perguruan tinggi di Provinsi Gorontalo. “Kita berharap Posdaya sudah menjadi Gerakan Kampus dan juga Gerakan Masyara-
kat terkait pemberdayaan masyarakat,” kata Prof Nelson, lulusan terbaik S-1 Pertanian Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dan melanjutkan S2 dan S3 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Universitas Negeri Jakarta. Dengan bertambahnya perguruan tinggi, dosen-dosen yang terlibat dalam gerakan pemberdayaan ini juga berkembang. Otomatis, gerakan pemberdayaan yang dimulai dari bawah untuk mengentaskan kemiskinan ini akan meningkatkan standar mutu pendidikan dan bisa menjangkau daerah-daerah pinggiran yang sulit dijangkau. Prof Nelson berharap Gorontalo itu menjadi model. Karena di Sulawesi Utara yang dekat dengan Gorontalo, belum berjalan dengan baik. Baru pinggirannya yang memang telah kita lakukan KKN. Begitu pula di Sulawesi Tengah, masih di perbatasan. Sebagai Ketua Administrator Posdaya di Gorontalo, Prof Nelson punya target jitu; Posdaya di Gorontalo harus menyebar ke daerah lain, terutama daerah-daerah yang belum ada Posdaya. Selamat kepada Prof Nelson atas kiprahnya. Dan selamat juga kepada Prof Dr Haryono Suyono karena Posdaya semakin meluas. Drs Heru Darsono Jl Jatayu, Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Nasio
Kuatkan Kemandirian dan Kesejahteraan Posdaya Nasio merupakan wadah kegiatan silahturahmi yang terus mengembangkan pemberdayaan berbasis keluarga. Keberadaannya tumbuh dari rasa kebersamaan. Berdiri di RW 015 Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Tepatnya, di Perumahan Bumi Nasio Indah.
Ibu Indriyati Hendar Sutisna bersama kader satu tim Posdaya Nasio tengah melakukan kegiatan pembersihan lahan untuk Kebun Bergizi.
S
EBAGAI warga perumahan yang sebagian besar merupakan banyak beraktivitas di Ibukota Jakarta ini, merasa perlu adanya kegiatan pemberdayaan yang mudah dilaksanakan dan gampang untuk dikembangkan. Model pemberdayaan yang melibatkan seluruh partisipasi dan lapisan masyarakat itu dilakukan melalui pospos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Posdaya Nasio, demikian forum kegiatan warga Perumahan Bumi Nasio Indah sepakat ini menamakannya. Kegiatan pemberdayaan itu sendiri telah dilakukan sejak 2012 lalu. Kegiatan Posdaya ini dilakukan warga RW 015 bersama Kelurahan Jatimekar. Posdaya Nasio yang keberadaaanya diawali adanya lokakarya mini pada 22 Oktober 2012 lalu, di Balai RW 015, diikuti 25 orang terdiri dari unsur-unsur pengurus RW 015, PK Posyandu, PAUD, tokoh masyarakat, pengurus Dewan Kemakmuran Masjid serta aparatur Kelurahan Jatimekar. Pendirian Posdaya Nasio dikukuhkan berdasrkan SK Kelurahan Jatimekar bernomor 840/35/Kep-KI.Jtm/IX/2012. “Sejak didirikan Posdaya Nasio, warga Perumahan bersama
masyarakat sekitar terus menggiatkan berbagai aktifitas pemberdayaan,” kata Dra Endang Susilawati selaku Ketua Posdaya Nasio. Kegiatan itu, di antaranya mengoptimalkan Posyandu yang tadinya sebatas untuk kegiatan ibu dan bayi serta balita, kini dikembangkan hingga remaja dan juga lanjut usia (lansia). BKB (Bina Keluarga Balita) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) juga dikembangkan lebih menarik dengan penuh motivasi yang dilengkapi dengan alat-alat peraga permainan eduktif. “Sehingga peserta anak bermain ini bukan saja lebih menyenangkan tetapi mendorong anak menjadi kreatif. Kegiatan lainnya, kewirausahaan yang menggali potensi masyarakat kader Posdaya berkreasi dengan memanfaatkan barang bekas menjadi barang berharga dan berdaya guna,” paparnya. Demikian pula pemanfaatan lingkungan, kata Ibu Endang demikian akrab disapa, yang tadinya lebih pada mempercantik halaman dengan tanaman bunga, kini kader Posdaya Nasio menambahkan dengan tanamantanaman yang bermanfaat untuk menambah gizi keluarga. Sehingga disebut Kebun Bergizi. Di area Kebun Bergizi ini nampak ada Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
7
Seorang kader sedang menimbang bayi dalam kegiatan pemberdayaan kesehatan Posyandu di Posdaya Nasio.
8
tanaman cabai, tomat, bayam, sawi, terong dan sebagainya. Bahkan, ada kolam mini yang digunakan untuk beternak lele maupuan ikan mujair. Dalam Kebun Bergizi juga ada tanamantanaman kesehatan yang dulunya dikenal dengan nama Toga (Tanaman Obat Keluarga). Karena orientasi positifnya unyuk kesehatan, makanan tanaman itu pun akrab disebut dengan tanaman kesehatan. Seperti apa berbagai kegiatan pemberdayaan Posdaya Nasio yang dikembangkan oleh, dari, dan untuk warga masyarakat di Perumahan Bumi Nasio Indah itu? Kegiatan Bidang Kesehatan. Untuk melaksnaakan kegiatan bidang kesehatan, Posdaya Nasio memiliki Posyandu yang dikelola secara baik dan proporsional. Ibu Indriyati Hendar Sutisna, yang menangani bidang kesehatan Posdaya Nasio mengungkapkan, di Posdyanya ada 78 balita yang mesti ditimbang setiap bulan. Namun, hanya dihadiri setengahnya. “Selebihnya, kami jemput bola,” tuturnya. Ada 6 Kader dan 4 kader PKK yang melaksanakan dibantu oleh petugas Puskesmas. Ia juga mengatakan, seluruh warga telah mengikuti BPJS, dan data yang diperoleh dari pendataan tidak terdapat keluarga Pra Sejahtera, kecuali pensiunan yang iruan BPJS nya dibantu. Lebih lanjutkan dikatakan, kegiatan bidang kesehatan Posyandu ini dilakukan secara rutin.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Kegiatannya meliputi Rapat Kader Posyandu dengan tujuan untuk lebih memantapkan program. Sedangkan kegiatan non rutinnya melalui pemberian pelayanan kesehatan kerjasama dengan Puskesmas Jatiasih. Kemudian kegiatan penyelenggaraan rutin Posyandu dengan penimbangan, pemberian makanan tambahan dan vitamin A Balita. Di bidang pendidikan yang menjadi tanggungjawab Ibu Wasis, Enny Sudjiono dan Anna Komari ini, aktifitas kegiatanya pada kegiatan PAUD. Dalam kegiatan PAUD meliputi proses belajar bermain dan mengajar. Kegiatan lainnya, pelatihan guru, tutor PAUD dan majelis Taklim. PAUD Posdaya Nasio memiliki 45 siswa dan 12 siswa lulus di 2015, dengan 4 Guru yang pensiunan Kepala Sekolah dan Guru SD SMP, sementara guru muda terdapat 2 orang. Dengan prosentase 1 guru menangani 10 siswa sangat memadai. Dalam kegiatannya, misalnya, saat memperingati hari Kartini mengajak anak-anak PAUD berbusana daerah mendekatkan mereka dengan budaya sendiri. Mengenalkan anakanak cara membatik di Musium Nasional. Selain itu, Posdaya Nasio juga menekankan pada upaya untuk memperdalam pengetahuan dan ketrampilan membuat blog. Seperti yang dilaukan dengan mengirim,beberapa kadernya mengikuti pelatihan di STMIK Bani Saleh Bekasi. Kegiatan ini diikuti kader yang mampu membuat dan mengoperasikan blog. Sehingga Posdaya Nasio bisa mempublikasikan berbagai kegiatannya. Di sisi lain lain akan meningkatkan daya saing Posdaya Nasio di lingkungan Posdaya, khususnya yang ada di Kota Bekasi. Sedangkan di bidang ekonomi kewirausahaan, Posdaya Nasio mengadvokasi dan memberikan batuan teknis maupun modal usaha bagi keluarga-keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I di RW 015. Di antaranya dengan menggiatkan usaha ekonomi produktif dari kelompok ibu-ibu. Seperti kelompok usaha Pimpinan Ibu Siti Zubaidah di RT 09/RW 015. Kelompok ini memanfaatkan limbah gelas plastik air mineral maupun minumandan kotak mika pembungkus kue diolah menjadi bunga plastik dan pigura hiasan dinding. Pemanfaatan limbah plastik tersebut merupakan upaya menekan pembuangan sampah plastik untuk mengurangi polusi. Di samping memanfaatkan limbah gelas plastik dan potongan mika, kelompok wira-
usaha Posdaya Nasio juga menjadikan kain perca untuk dibuat lukisan tempel yang cantik nan indah. Kelompok ini memanfaatkan kain perca untuk hiasan tempel. Bahkan berkat potensi talenta tangan-tangan kreatif, bahan limbah pelastik dan perca dikombinasikan menjadi barang-barang hiasan rumah bernilai yang sangat indah. Karyakarya daur ulang ini pun memperindah rumah sehingga suasananya lebih menarik. Seperti dikembangkan Kelompok Usaha Pimpinan Ibu Wiwik Sri Mulyani dari RT 07/15 yang membuat bross manik yang kecil, bunga akrilik dan kalung batu yang anggun, gelang batu yang menawan dan keranjang aqua. Selain produk-produk untuk menambah keindahan tampilan ruangan rumah, kelompok kreatif Posdaya Nasio juga membuat barang-barang hantaran untuk mempelai. Barang-barang hantaran itu selain menarik dan indah juga mampu meyakinkan kedua mempelai akan hantarannya yang “berkelas” karena dikemas dengan begitu menarik. Adalah kreasi hantaran Ibu Mia dari RT 08/ 15 yang merupakan hadiah atau persembahan yang diberikan keluarga calon pengantin lakilaki kepada calon pengantin wanita sebagai bentuk kasih sayang dan penghormatan. Pun demikian dengan kreasi Ibu Iin Legowo RT 02/15. Selain usaha ekonomi produktif berbahan baku barang bekas maupun akriliki, Posdaya Nasio juga memanfaatkan daging sapi untuk membuat bakso. Pentol bakso, demikian biasa disebut, menjadi salah satu produksi masakan khas Ibu Indri Hendar dari RT 06. Produk Bakso dan tahu bakso ibu Indri RT 06/15, rasa daging sapi yang gurih dan nikmat serta membuat ketagihan. Sedanhkan produk kelompok usaha pimpinan ibu Nunik Dodon RT 02/15 berupa tas, taplak, selimut dari kain perca, kue kering dan basah. Ibu Evi RT 06/15 yang memproduksi puding cantik, Ibu Ratna Delima yang memproduksi minuman jus segar. Sedangkan Ibu Rio memproduksi kue kering, dan Ibu Agita dengan aneka kuenya. Kegiatan pemberdayaan Posdaya Nasio lain, selain kesehatan, pendidikan dan kewirausahaan yang dilakukan, forum silaturahmi pemberdayaan keluarga di masyarakat Perumahan Bumi Nasio Indah juga melakukan kegiatan pemberdayaan lingkungan.
Pembentukan Kebun Bergizi, diawali kegiatan kerja bakti warga. Selain bertujuan Beberapa hasil karya menjaga lingkungan bersih dan indah, juga kelompok wirausaha memanfaatkan lahan di lingkungan untuk Posdaya Nasio siap ditanami dengan berbagai tanaman sayur mempercantik ruangan menjadi lebih berwarna mayor dan buah tomat, dan lainnya. Pengolahan sampah lingkungan dimanfa- dan menarik. atkan untuk pupuk. Pupuk dihasilkan dari pengolahan secara mandiri sebagai hasil praktik nyata peserta pelatihan pembuatan kompos. Menjadikan Bank Sampah sebuah sarana yang mengaktifkan gairah warga. Dengan berlatih di Rumah Sopan yang melatih mengelola lingkungan, 40 warga belajar mengelola sampah. Biaya angkutan sampah berkisar 2700 Rupiah perbulan, Kehadiran Bank Sampah dapat mengurangi pengeluaran, Sampah dibuat pupuk atau dijual di Bank Sampah. Di Jati Mekar, Bank sampah bukan hanya terima sampah dan bayar, melainkan juga membuat composting dari sampah yang diterima. Bergiatnya dan gegap gempitanya pemberdayaan di Posdaya Nasio merupakan satu bentuk sinergi gotong royong dan kebersamaan yang terbangun dengan penuh kesadaran bersama. Adalah Ibu Susi bersama tim, menyatukan Posdaya dengan PKK sehingga dapat bersinergi. “Posdaya Nasio semakin meramaikan gerakan masyarakat melakukan pemberdayaan dan memicu kreatifitas dan kebersamaan warga, selain ingin mewujudkan visi misi Kota Bekasi, sekaligus ingin mengubah Nasio yang dikenal sebagai perumahan banjir tetapi memiliki kelebihan, dan upaya Gotong Royong dalam Posdaya sebagai forum silaturahmi sangat tepat membangun Nasio,” kata Bapak Asep selaku Ketua RW 15 Kelurahan Jati Mekar. HARI Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
9
POSDAYA MASYARAKAT
Senam Posdaya Keluarga Indonesia
Meriahkan Launching 15 Posdaya Kota Bekasi Kontribusi Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dalam membantu pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan terus menuai hasil positif. Keberadaannya telah memotivasi masyarakat di tanah air menggelorakan kembali budaya gotong royong dan peduli sesama anak bangsa. Tak pelak, berbagai daerah di tanah air pun terus mengembangkan Posdaya. Pada Minggu pagi 6 September 2015 lalu, sebanyak 15 Posdaya baru kembali dilaunching di Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. Yang menarik, Senam Keluarga Indonesia berbasis Senam Tera menyeramakan acara ini.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Ketua TP PKK Kota Bekasi Hj Lili Wachidah Syaikhu dan Asda 2 Setda Kota Bekasi Edy Rosadi, SH, bergambar bersama sejumlah pimpinan Posdaya di Kecamatan Mustika Jaya yang baru dikukuhkan. [FOTO-FOTO: ADE S]
10
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemerintah Kota Bekasi, Senam Tera Indonesa dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Tidak kurang dari 1000 peserta Senam Keluarga Indonesia berbasis Senam Tera dari warga Mustika Jaya Kota Bekasi ikut menyaksikan dan mensukseskan pengukuhan Posdaya tersebut. Apalagi dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, acara yang berlangsung di lapangan BKKBN Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jabar, ini tampak semarak. Acara semakin berkesan, sebanyak 15 Posdaya yang dikukuhkan itu menerima sejumlah bibit pisang kavendish untuk ditanam para kader dan anggotanya. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan sejumlah pejabat Pemkot Bekasi secara simbolis menyerahkan bibit pisang kavendish kepada Posdaya Mustika Kencana, Posdaya Nusa Sari, Posdaya Muda Gemilang, Posdaya
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Nurul Yakin Berbasis Masjsid, Mustika Hikmah berbasis Masjid dan yang lainnya. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam sambutan singkatnya mengajak warga Kota Bekasi untuk saling berbagi terhadap sesama untuk mencapai keluarga yang sejahtera. Tak ketinggalan mengajak ribuan warga Mustika Jaya menyanyikan lagu “Posdaya Kita”. “Mari kita gelorakan kembali semangat gotong royong dan saling berbagi terhadapa sesama. Untuk itu, mari kita nyanyikan lagu Posdaya,” tutur penggagas Posdaya ini di hadapan ribuan peserta Senam Posdaya Keluarga Indonesia. “Siap?” tanya Prof Haryono. “Siap...,” jawab peserta serempak. “Are you ready?” tanya Prof Haryono. “Ready...,” jawab ribuan peserta semangat. “Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya. Ada Koperasi, ada BKL, kebun bergizi. Posdaya,
Posdaya, Posdaya milik kita. Posdaya, Posdaya, keluarga sejahtera...,” lantun Prof Haryono seraya mengajak seluruh hadirin menyanyi bersama. Hadir dalam acara ini Deputi Direktur Umum Yayasana Damandiri Dr Mulyono Daniprawiro, Asda 2 Setda Kota Bekasi Edy Rosadi, SH, Ketua TP PKK Kota Bekasi Lili Wachidah Syaikhu, Camat Mustika Jaya Hj Aty Rosaty, SIP, Atase Perdagangan Keduataan Perancis Rachid Bellaouni, para lurah, tokoh masyarakat setempat dan undangan lainnya. Sedangkan Walikota Bekasi Rahmat Effendi yang diwakili Asda 2 Setda Kota Bekasi, Edy Rosadi, SH, dalam dalam sambutannya mengatakan, Posdaya adalah ide brilian yang digagas oleh Prof Haryono Suyono. “Isi Posdaya adalah pemberdayaan dengan keluarga sebagai sasaran utama. Diharapkan bersama Posdaya keluarga mampu turut berpartisipasi mengentasan kemiskinan dengan azas gotong royong sebagai milik bangsa yang saat ini dirasakan mulai memudar,” tutur Edy Rosadi, SH. Diakuinya, Kedudukan Posdaya sebagai motivator penggerak dan fasilitator pemberdayaan keluarga telah menuai hasil menggembirakan. “Ada delapan fungsi keluarga dalam upaya pemderdayaan yang menjadi konsep penggerakan Posdaya yaitu, keagamaan, kebudayaan, cinta kasih, lngkungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi dan lingkungan hidup,” jelas Edy Rosadi, SH. Menurut Edy Rosadi, SH, delapan fungsi kelurga tersebut selaras dengan misi dan visi Kota Bekasi yang maju sejahtera dan ihsan. “Maju bermakna, warga yang dinamis inovatif dan kreatif yang didukung ketersediaan prasarana dan sarana. Sejahtera bermakna, ter-
penuhinya kebutuhan dasar pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja dan usaha serta lingkungan fisik sosial dan religius. Dan Ishsan bermakana memiliki nilai sikap dan prilaku untuk berbuat baik dalam lingkup keluarga dan masyarakat,” paparnya. Diungkapkannya, Kota Bekasi tidak mempunyai sumberdaya alam tetapi sumberdaya Kota Bekasi terletak pada sumberdaya manusianya. “Kota Bekasi banyak tinggal pengusaha besar dan pemikir dan kalau ini digerakkan dalam sasaran yang fokus merupakan gerakan yang sangat dahsyat dan salah satu penggeraknya adalah Posdaya,” tegas Edy Rosadi optimis. Sementara itu Ketua Posdaya Muda Gemilang, Melia Gustini, SPd, yang juga sebagai Ketua Panitia pengukuhan Posdaya tersebut berharap, setelah dikukuhkan PosdayaPosdaya ini menjadi lebih maju dan bermanfaat bagi warga Mustika Jaya. “Karena sebaikbaik amal adalah peduli kepada orang lain yang masih memerlukan pertolongan,” ujarnya. Selamat! ADE S
Prof Haryono didampingi Hj Lili Wachidah Syaikhu dan Edy Rosadi, SH, saat melepaskan balon menandai pengukuhan secara resmi 15 Posdaya baru di Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi.
Sejumlah pejabat Kota Bekasi bersama pimpinan Yayasan Damandiri dan Warga Mustika Jaya antusias mengikuti Senam Keluarga Indonesia.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
11
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera
Wadah Gotong Royong Masyarakat Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Kebumen Gemilang Sejahtera makin dirasakan manfaatnya bagi masyarakat RT 30 RW 11 Kelurahan Ilir 2, Palembang, Sumatera Selatan. Semangat gotong royong yang dilakukan seluruh anggotanya dalam berbagai aktivitas kini telah membuahkan hasil. Dari hasil jual terong, cabe dan aneka budidaya kebun bergizi lainnya mampu untuk membayar cicilan pinjaman kredit di bank.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi Camat Ilir Timur Syahrulguna, Lurah Erwin Saputra dan Rektor UMP Dr HM Idris bergambar bersama sejumlah kader Posdaya, mahasiswa KKN dan Relawan Posdaya UMP. [FOTO-FOTO: HARI]
12
S
ORE itu kawasan pemukiman di RT 30 RW 11 Kelurahan Ilir 2, Kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang, Sumatera Selatan yang dikenal sebagai daerah langganan banjir di kala musim penghujan tiba ini nampak tidak seperti biasanya. Lebih ramai dan gegap gempita. Di halaman sebuah rumah terlihat banyak orang berkumpul dan kursi tertata siap menyambut tamu istimewa terhormat. Sekumpulan remaja yang tergabung dalam seni hadroh bersiap dengan alat keseniannya. Demikian pula mahasiswa-mahasiswa KKN tematik Posdaya bersama Relawan Posdaya Universitas Muhammadiyah Palembang sibuk melakukan sentuhan akhir bagi karya Posdaya yang telah berhasil didirikannya bersama masyarakat Jalan Zaini di RT 30 RW 11 Kelurahan Ilir 2, kota empek-empek itu. Dalam peresmian Posdaya “Kebumen Gemilang Sejahtera” tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berkelakar yang membangkitkan semangat warga desa.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
“Silahkan jual terong atau cabe. Hasilnya untuk bayar cicilan pinjaman anggota posdaya di bank,” kata penggagas program pemberdayaan keluarga model Posdaya yang disambut gelak tawa dan tepuk tangan hadirin. Sore itu, “Presiden Posdaya” mendapat kehormatan didaulat warga “Kebumen” – (karena sebagian besar masyarakatnya merupakan keturunan masyarakat Kebumen di Jawa Tengah), meresmikan Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera. Di Posdaya Kebumen Gemilang, Prof Haryono Suyono, Camat Ilir Timur Syahrulguna dan Lurah Erwin Saputra bersamasama membuka selubung papan bertuliskan “Menuju Kemandirian Pangan dan Kehidupan Lebih Baik” - Kampung Gemilang menuju Palembang Emas. Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera ini merupakan hasil swadaya masyarakat setempat di bawah pendampingan KKN Tematik Posdaya Universitas Muhammadyah Palembang (UMP).
Yang menarik dari posdaya ini, anggotanya digerakkan untuk menanam kebun gizi, tanaman holtikultura dan membuat usaha makanan bernuansa tradisional seperti empek-empek, kripik, bakso dan lain lain. “Kalau kebun gizi yang saudara saudara tanam ini panen, hasilnya bisa dijual dan dinikmati anggota untuk membantu keluarga miskin,” kata Ketua Yayasan Damandiri seraya memperkenalkan Dirut Bank BPR Sumsel Nazirwan Delamat yang siap menggelontorkan kredit untuk Posdaya di Sumsel. Selain dibantu mahasiswa KKN UMP, anggota Posdaya juga dibimbing konsultan pertanian dan mendapat dukungan CSR Pupuk Sriwijaya. “Hasilnya luar biasa, banyak war ga kami menjadi wirausaha dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Lurah Erwin Saputra. Latar belakang digerakkan anggota Posdaya menanam kebun gizi, sederhana. Masyarakat pernah mengalami krisis cabe sehingga membuat harga lombok ini mahal yang imbasnya berpengaruh pada harga-harga kebutuhan lainnya. “Hampir seluruh warga di sini menanam cabe. Bahkan ada yang menyediakan halaman rumahnya untuk kebun bergizi. Sekarang, warga kami tidak pernah mengalami krisis cabe, bahkan kalau panen hasilnya bisa untuk menggerakkan usaha perekomian anggota Posdaya,” kata Erwin. Karenanya, ujar Lurah Ilir 2 ini, saat peresmian Posdaya, pihaknya berani mengangkat tema “Menuju Kemandirian Pangan dan kehidupan lebih baik” dan “Menuju Palembang EMAS”. Palembang EMAS merupakan motto Ibukota provinsi kependekan dari elok, madani, aman, dan sejahtera. Sementara itu Camat Ilir Timur Syahrulguna menyatakan Posdaya di wilayahnya cukup maju dan bisa diandalkan ber geraknya roda ekonomi. Salah satunya, pernah meraih penghargaan Damandiri Award di Yogya 2014. Sedangkan Rektor UMP Dr HM Idris menyebutkan
Jumlah Posdaya dibawah pendampingan mahasiswanya sebanyak 696 kelompok. Di Palembang sendiri berh asil dibentuk 249 kelompok dan OKI sebanyak 200 kelompok. Masing masing kelompok beragam usahanya dan keberadaanya untuk memberdayakan masyarakat dan mengangkat kehidupan keluarga prasejahtera (miskin). Pada peresmian ini, Prof Haryono Suyono didampingi Deputi Wirausaha Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin dan Deputi Umum Dr Mulyono D Prawiro. Forum kebersamaan Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera, akan menjadi wadah urun rembug warga Kelurahan Ilir 2 utamanya yang berada di RW 11, dalam berbagai kegiatan pembangunan masyarakat. “Kami akan memegang teguh amanah yang sudah disampaikan Bapak Prfesor
Prof Haryono Suyono bersama Camat Ilir Timur Syahrulguna, Lurah Erwin Saputra, Rektor UMP Dr HM Idris, Dirut Bank BPR Sumsel Nazirwan Delamat dan Ketua Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera Amri saat bersama-sama membuka selubung papan nama Posdaya.
Aneka tanaman Kebun Bergizi di Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
13
Deputi Wirausaha Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Dr Riny Loawu, MA dan Dirut Bank BPR Sumsel Sumsel Nazirwan Delamat mendampingi Prof Dr Haryono Suyono saat melihat anak-anak PAUD Pos PAUD Nurul Husna RT 27 RW 11 di lingkungan Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera.
14
Haryono Suyono yang mengatakan, Posdaya ini menjadi wadah gotong royong seluruh anggota masyarakat mulai dari anak balita hingga yang lanjut usia, baik yang miskin maupun yang kaya,” ujar Ketua Posdaya Kebumen Gemilang, Amri. Posdaya Kebumen Gemilag Sejahtera sudah tertata dengan organisasi kepengurusannya. Sebagai Ketua Amri, Wakil Ketua Siti Muzayanah, Sekretaris Taty Puspitawaty, Bendahara Nurnai, lengkap pula dengan lima Seksi (pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sosial). Amri bersama jajaran kepegurusan Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera sangat berterima kasih dengan kehadiran mahasiswa dalam membantu membentuk, mengisi dan mengembangkan entrepeurner dalam Posdayanya baik sebelum maupun setelahnya nanti. Mewakili pengurus, Ketua Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera sangat senang mendapat suntikan moral dan semangat Prof
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Haryono Suyono yang menyemangati, agar masyarakat dan mahasiswa terus bekerja sama. Bersama pengurus lainnya, Amri pun bertekad akan menguatkan kegiatan pemberdayaan di Posdayanya. Amri bersama warga “Kebumen” dengan telaten menanam berbagai tanaman dalam mengisi Kebun Bergizi. Aneka jenis sayuran tumbuh subur, seperti nampak dalam pot-pot yang tertata rapi sehingga membuat sejuk bagi setiap mata yang memandang. Bukan hanya di pelataran rumah Amri saja yang tampak hijau dan ramai dengan kegiatan pemberdayaan. Di Pos PAUD Nurul Husna RT 27 RW 11 di lingkungan Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera pun terlihat anak dari kelompok bermain dan belajar usia dini antusias menyambut Prof Haryono Suyono bersama rombongan yang didampingi pejabat setempat. Dengan gaya dan celotehnya, anak-anak PAUD Nurul Husna yang mengenakan berbagai seragam “profesi” ini mempertunjukkan kemampuannya sambil bernyanyi gembira. Pun demikian dengan warga yang mengajak Prof Haryono melihat langsung pemanfaatan lahan pekarang yang tidak begitu luas disamping rumahnya untuk Kebun Bergizi serta budidaya kambing. Tanaman-tanaman di kebun bergizinya yang diberi asupan pupuk kandang yang telah diolah sedemikian rupa sehingga nampak subur dan “bergairah” menyambut harapan kehidupan keluarga-keluarga di wilayah Posdaya Kebumen Gemilang Sejahtera untuk hidup sejahtera. HARI
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Posdaya UMP Palembang
Bantu Percepat Daerah Membangunan Desa Pelaksanaan kegiatan KKN Mahasiswa Tematik Posdaya UMP Palembang sangat membantu daerah mengentaskan kemiskinan. Pemerintah daerah pun memfasilitasi pendirian Posdaya oleh masiswa. Sebagai wujud dan sumbangsing pengabidan perguruan tinggi dalam mendukung program keja, kerja dan kerja serta keberlanjutan pembangunan pasca pembangunan millennium sebagai gerakan percepatan pembangunan di era baru, perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) terus menggiatkan semangat mahasiswa melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) tematik Posdaya.
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Ketua LPPM UMP Ir Alhananasir, MSi (kanan), menyalamai mahasiswa peserta kegiatan kuliah kerja nyata dari Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah berhasil mendirikan Posdaya. [FOTO-FOTO HARI]
K
EGIATAN ini merupakan kegiatan pembangunan berbasis keluarga di pedesaan. Program posotif yang mengupayakan pembangunan berkeadilan dan pro rakyat ini merupakan perwujudan dari kemitraannya dengan Yayasan Damandiri. Kegiatan kemitraan ini secara telaten bersama ribua mahasiswa yang tergabung dalam gerakan KKN tematik Posdaya UMP berusaha menyegarkan kembali budaya gotong royong dan kebersamaan di pedesaan. “Melalui kegiatan KKN Posdaya ini, keluarga desa yang kaya dan kurang mampu dipersatukan dalam wadah Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang diposisikan sebagai forum untuk saling berbagi dan peduli sesamanya,” kata Dr HM Idris, SE, MSi. Dari kegiatan KKN Tematik Posdaya ini, Rektor UMP Dr HM Idris menyebutkan jumlah Posdaya dibawah pendampingan mahasiswanya sebanyak 696 Posdaya. Di Palem-
bang sendiri berhasil dibentuk 249 Posdaya dan OKI sebanyak 194 Posdaya. Masing-masing Posdaya beragam usahanya dan keberadaanya untuk memberdayakan masyarakat dan mengangakat kehidupan keluarga prasejahtera (miskin). Rektor UMP menuturkan, sebelum mahasiswa diterjunkan ke desa-desa terlebih dahulu mendapat pembekelan-pembekalan. Selanjutnya berkoordinasi dengan lurah/kepala desa dan camat serta bupati, mereka siap melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyatanya bersama kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok terdiri dari mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, sehingga saling mengisi menjalankan tugas pengabdiannya kepada masyarakat sesuai bidang masing-masing. Mahasiswa ekonomi, kata HM Idris, menjalankan tugas pendampingan di bidang ekonomi kewirausahaan ekonomi produktif pedesaan. Demikian pula mahasiswa pendidikan Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
15
Bupati OKI Iskandar mengembalikan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang kepada Rektor UMP Dr HM Idris, SE, MSi, untuk ke kampusnya seusai menunaikan kegiatan KKN tematik Posdaya selama 45 hari.
Ketua LPPM UMP Ir Alhananasir, MSi saat melaporkan pada Bupati Iskandar, mahasiswa KKN tematik Posdaya tahun 2015 yang diterjunkan ke Kabupaten OKI berjumlah 112 orang dari 1000 lebih mahasiswa yang diterjunkan se Propinsi Sumatera Selatan.
16
melakukan kegiatan pemberdayaan pendidikan utamanya PAUD. “Setiap mahasiswa dalam kelompoknya mempunyai tugas dan peran kegiatan masing-masing sesuai disiplin ilmu yang dipelajarinya di kampus. Dengan sinergi mereka dapat melakukan pendampingan kegiatan pemberdayaan di bidang pendidikan, kesehatan, kewrausahaan, maupuun lingkungan kebun bergizi dalam pendirian Posdaya,” papar rector yang rajin menulis artikel di media massa ini. Sedangkan untuk pengisian Posdaya yang sudah terbentuk dari hasil kegiatan KKN Posdaya itu, kata HM Idris, akan didatangkan tutor-tutor dari Universitas Muhammadiyah Palembang. Tutor-tutor UMP itu akan memberikan pembekalan dan pelatihan pada kader-kader anggota Posdaya.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Menurutnya, pembekalan tersebut dalam upayanya menguatkan pemberdayaan masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi kreatif serta pemanfaatan lahan dan pekarangan rumah sebagai kebun bergizi. Semua itu dari mereka sendiri, sehingga benarbenar muncul dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat. “Sehingga dengan pelatihanpelatihan yang diberikan para tutor dari UMP tersebut dapat membangkitkan kegiatan-kegiatan produktif dan positif dari anggota Posdaya itu sendiri, dan manfaat dari hasil kegiatannya juga untuk mereka sendiri. Jadi kegiatan dari mereka, untuk kesejahteraan mereka. Maka kegiatan ini sesungguhnya berasal dari masyarakat tingkat bawah yang secara sungguh-sungguh berusaha mengentaskan kemiskinannya,” kata Rektor UMP yang satu ini. Sebagai sebuah gerakan, Posdaya yang sudah berhasil dibentuk itu, ujar HM Idris, memang ada yang berkembang dan tumbuh, tetapi ada pula yang tidak ada kegiatannya. Sebagai perguruan tinggi, UMP setiap melaksanakan KKN akan melakukan kunjungan dan pendampingan sehingga Posdaya tersebut kembali hidup dengan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakatnya. “Posdaya ini merupakan hasil swadaya masyarakat setempat dibawah pendampingan KKN Tematik Posdaya Universitas Muhammadyah Palembang. Artinya, kegiatan KKN Posdaya UMP Palembang ikut membantu pemerintah daerah di Sumater Selatan dalam mempercepat daerah membangunan mulai dari desa,” tandasnya. Posdaya dampingan UMP banyak melakuan kegiatan dengan memanfaatkan kearifan dan potensi lokal, seperti memanfaatkan tanah pekarangan maupun halaman umah untuk menanam kebun gizi, tanaman holtikultura, serta membuat usaha ma-
kanan tradisional seperti empek empek, kripik, bakso dan lain lain. Sementara itu Ketua LPPM UMP Ir Alhananasir, MSi menambahkan, jumlah mahasiswa KKN tematik Posdaya tahun 2015 yang diterjunkan dari 1000 lebih mahasiswa yang diterjunkan se Propinsi Sumatera Selatan, 112 orang di antaranya ke Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Selama pelaksanaan KKN tematik Posdaya, kata Alhanan, demikian akrab disapa, mahasiswa UMP sudah berhasil membentuk 696 Posdaya se Sumatera Selatan. Sekitar 194 Posdaya ada di Kabupaten OKI. ”Kehadiran mahasiswa ke desa-desa ini bersama masyarakat untuk membentuk, mengisi dan mengembangkan entrepeurner dalam Posdaya. Jadi, mahasiswa bisa belajar, bekerja, punya kesempatan membantu rakyat yang tidak dapat diterima di perguruan tinggi,” katanya menegaskan. Kegiatan KKN UMP yang dilaksanakan ke bebagai desa di beberapa kabupaten/kota di Sumsel mendapat apresiasi. Tidak saja pemerintah tetapi juga masyarakat setempat serta lembaga keuangan pun mulai melirik hasil usaha ekonomi kreatif dari Posdaya-Posdaya binaannya. Universitas Muhammadiyah Palembang pantas bangga karena kerja nyata mahasiswa dalam melaksanakan tugas tugas wajibnya itu menguatkan semangat berbagai daerah di Sumatera Selatan dalam menuju kemandirian pangan dan kehidupan lebih baik ”Menuju Palembang EMAS”. Palembang EMAS mer upakan motto Ibukota provinsi kependekan dari elok, madani, aman, dan sejahtera. Adalah Camat Ilir Timur Syahrulguna
menyatakan Posdaya hasil bentukan mahasiswa KKN UMP di wilayahnya cukup maju dan bisa diandalkan berg eraknya roda ekonomi. Salah satunya, pernah meraih penghargaan Damandiri Award di Yogya pada Januari 2014 lalu. Hal senada juga disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten OKI Sekda H Husin, SPd, MSi maupun Bupati OKI Iskandar SE yang mengapresiasi terbentuk Posdaya Posta Agung di Kayu Agung sebagai salah satu dari ratusan Posdaya yang didirikan di OKI oleh mahasiswa KKN UMP. ”Kami sangat mengapresiasi keberhasilan mahasiswa KKN UMP mendirikan Posdaya Posta Agung yang peresmiannya disaksikan dan dihadiri oleh penggagas Posdaya, Bapak Prof Dr Haryono Suyono,” kata Camat Kayuagung, Ogan Komering Ilir Deni Agung Ariefson SSTP, Msi, usai peresmian. Selain Posdaya Posdaya Posta Agung di Kayu Agung, OKI, penggas Posdaya – Prof Haryono juga menyaksikan dan hadir dalam peresmian Posdaya Kebumen Gemilang di RT 30, RW 2 Kecamatan Ilir 2, Kota Palembang, sebagai binaan dari UMP. HARI
Penggagas Posdaya foto bersama dengan seluruh pendukung Posdaya yang menjadi wadah gotong royong.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
17
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Rektor PGRI Madiun Dr Parji, MPd:
Posdaya Kita Kembangkan untuk Entaskan Kemiskinan Pada 12-13 September 2015 lalu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Jawa Timur mengadakan sarasehan. Dengan tema “Strategi Pengembangan Pengurus PGRI Menghadapi Ketatnya Regulasi dan Asean Economic Community”, di Graha Cendekia IKIP PGRI Madiun, Jatim, dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, yang juga menjadi pembicara dengan memaparkan tentang Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Acara dibuka secara resmi oleh H Bambang Irianto, SH, MM, Walikota Madiun, Jatim, periode 2009-2014 dan 2014-2019
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan sambutan di hadapan peserta Sarasehan dan pengurus PGRI Provinsi Jatim. [FOTO-FOTO: DEDE H]
18
U
SAI sarasehan, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan, ia bersama-sama dengan tiga PGRI yaitu di Pacitan, Tuban dan Tulungagung, mengadakan kerja sama. “Rupa-rupanya ketiga rektor ini bahwa pengalaman dalam pemberdayaan keluarga di desa itu membawa manfaat. Sehingga, mereka mengusulkan kepada Rektor PGRI di Madiun dalam pertemuan ini saya diundang ke sini,” papar Prof Haryono yang diwawancarai para wartawan. “Ternyata peminat dari PGRI lainnya, di luar dari tiga yang sudah bekerja sama, sudah tinggi. Bahkan saya sangat terharu dari pihak yayasan, pimpinan yayasan di Jawa Timur menghendaki adanya dialog dan kerja sama, sekaligus tadi saya tawarkan kita tandatangani MoU,” tambahnya, yang kunjungan kerja ke
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Madiun didampingi Dr Mulyono D Prawiro. Sehingga nantinya, lanjut Prof Haryono, bahkan diadakan mekanisme pertemuan tiga bulanan. “Di samping adanya manajemen pendidikan, penelitian dan pengelolaan universitas, saya usulkan untuk manajemen mengadakan evaluasi dan tukar pendapat, tukar pengalaman tentang pengabdian kepada masyarakat. Sehingga, PGRI tidak saja menjadi pendidik dan pengembang pengetahuan bangsa, tetapi menularkan karakter luar biasa,” urainya, didampingi Rektor PGRI Madiun, Dr Parji, MPd. Maksud Prof Haryono, karakter Pancasila yaitu gotong royong karena PGRI menyatu dengan rakyat di desa. Bekerja tidak saja untuk rakyat di desa tetapi bersama rakyat di desa, sehingga pendidikan pun bukan hanya mendidik calon-calon sarjana, tetapi “meluber”
mendidik rakyat untuk saling cinta sesamanya, untuk saling memberi perhatian sesamanya, saling berbagi sesamanya. Seperti guru, ungkapnya, guru itu berbagi tanpa tanda jasa. Guru itu adalah pahlawa tanpa tanda jasa. Dengan terjun ke desa, bahwa setiap rakyat mempunyai jiwa seperti guru. Memberi tanpa pamrih. Memberi tanpa mengharap tanda jasa seakan-akan akan bertepuk tangan, akan gembira kalau rakyat itu sama pintarnya, sama rajinnya dan sama bisa membangun masa depan bangsa. Di tempat sama, Rektor PGRI Madiun Dr Parji, MPd mengatakan, jadi kami perguruan tinggi mempunyai tugas utama tiga, pendidikan pengajaran, penelitan dan pengabdian masyarakat. “Nah, program dari Yayasan Damandiri adalah pemberdayaan masyarakat, tentu sangat cocok dengan Tri Darma kita yang ketiga, yaitu pengabdian masyarakat. Oleh karena itu kita sandingkan bahwa saya sangat terhormat Bapak Haryono datang ke madiun bisa dialog dengan teman-teman PGRI,” ungkapnya. Doktor Parji menambahkan, akan terus dikembangkan kerja sama ini sehingga tujuan dari perguruan tinggi untuk dekat dengan rakyat, mengabdi kepada masyarakat itu betul-betul tidak hanya pada tatanan teoritis. Tapi, betul-betul aplikatif dan mengena mengentaskan kemiskinan. “Saya rasa ini program luar biasa dan kita akan terus kembangkan melalui program Posdaya,” dalihnya. Ditanya sudah berapa banyak Posdaya di Madiun ini? Ia menjawab, “Di Madiun ini program baru, baru perintisan, insya Allah setiap terjun KKN akan meliputi tiga kabupaten. Jadi Magetan
Prof Haryono menyerahkan cinderamata kepada Rektor PGRI Madiun Dr Parji, MPd disaksikan sejumlah pengurusYayasan PGRI dan lainnya.
bisa, juga Kabupaten Madiun. Kota Madiun sendiri tahun ini saja kita menerjunkan 1 300 mahasiswa, jadi kalau nanti terealisasi Insya Allah cukup signifikan lah.” Diakui, di PGRI Madiun ada 13 program studi. Jadi sangat lengkap. Tentu LPPM-nya juga sudah punya rintisan. Bina desa selama ini ada sanggar-sanggar belajar. Dengan ada Posdaya ini nanti kita kembangkan untuk mengentaskan kemiskinan. Lalu. tolok ukur keberhasilannya apa? “Selama ini tolok ukur keberhasilan kan selalu ada evaluasi. Tiap tahun selalu kita evaluasi bagaimana progresnya. Nah, akan kita lihat selalu sehingga keberhasilan itu benar-benar
H Bambang Irianto, SH, MM, Walikota Madiun,Jatim, membuka resmi acara sarasehan PGRI Provinsi Jatim.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
19
Suasana saa berlangsungnya acara sarasehan.
bisa dirasakan masyarakat. Saya kira yang terpenting begitu,” jawabnya lugas. “Saya sangat setuju dengan Prof Haryono. Jadi bukan Pilot Projec. Tapi seting goal-nya itu. Betul-betul bermanfaat untuk rakyat, terutama teman-teman kita yang berada di bawah garis kemiskinan,” harap Dr Parji. 2 M mengapit 3 W Saat sarasehan, Prof Haryono memaparkan tentang Posdaya secara panjang lebar, yang dikaitkan dengan istilah kepompong dan ulat bulu. Antara lain ia mengungkapkan tentang 2M 3W. “Ini saya ringkaskan menjadi 2 M yang mengapit 3 W,” katanya. Secara singkat dan gamblang ia menguraikan, “M yang pertama, saya namakan Maton. Maton beragama, maton berbudaya. Jadi kita ajarkan, kita tunjukkan, kita praktekkan pada masyarakat di daerah itu adalah masyarakat yang maton. Kepompong yang berubah dari ulat bulu diisi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saudara isi dengan pelajaran-pelajaran keagamaan, saudara isi dengan kuliah-kuliah, ajakanajakan untuk mendalami budaya Indonesia, budaya Pancasila, bukan pidato menghapalkan Pancasila.” W yang pertama, kata Prof Haryono, yaitu Waras. Ajaklah keluarga di desa untuk berbudaya hidup sehat mulai dari rumahnya. Anjurkan keluarga di desa rumahnya berjendela dan berlantai keras bukan tanah dan bukan itu saja, begitu melihat halamannya, halamannya penuh dengan kebun sayuran, kebun cabe, kebun bayam. Jadi kesehatan itu bukan harus pergi ke dokter, bukan harus pergi ke bidan tetapi hidupnya ditata begitu
20
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
rupa sehingga dia waras. W kedua yaitu Wasis, artinya pintar. Semua anak-anak keluarga tersebut harus didorong untuk bersekolah, harus di dorong mulai usia di bawah lima tahun masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Kalau belum ada semasa KKN dirikanlah PAUD di desadesa daerah perbatasan. Ajak anak-anak SMA, anak-anak mahasiswa yang ada di desa untuk menjadi guru PAUD. Karena kalau anak-anak balita masuk PAUD maka ibunya bisa berlatih keterampilan dan bisa membangun ekonomi daerah perbatasan. W ketiga adalah Wareg. Wareg itu kenyang, untuk kenyang harus bekerja, untuk kenyang harus punya waralaba, untuk kenyang harus punya usaha. “Oleh karena itu para mahasiswa yang KKN saya anjurkan dalam setiap anggota keluarga yang ada di desa menguasai kepintaran-kepintaran tertentu, keterampilanketerampilan tertentu sehingga bisa bekerja, sehingga bisa membuka wirausaha dari apa saja. Seakan-akan ubahlah sampah menjadi berkah. Ubahlah apa yang tidak berharga jadi berharga. Jangan sekadar ambil singkong tetapi singkong satu hari rusak, busuk. Singkong dijadikan keripik bisa umur seminggu, bisa umur sebulan dan seterusnya,” paparnya. M yang kedua, kata Prof Haryono semangat, yaitu Mapan, lingkungannya sejuk, lingkungannya memberikan kesempatan kepada keluarga itu untuk berkembang. Oleh karena itu bikinlah lingkungan desa begitu menariknya sehingga program-program apapun yang masuk desa bisa berlangsung dengan baik. KKN pun, lanjut Prof Haryono, bertujuan untuk menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Kalau bisa kelompokkelompok keluarga yang ada desa itu bentuklah dalam kelompok-kelompok desa yang dinamakan Pos-pos pemberdayaan keluarga atau Posdaya. Kelompok-kelompok desa itu membentuk Posdaya-Posdaya sebagai wadah yang dalam kepompong itu dinamakan bungkus kepompong,” harapnya. Acara sarasehan pun dilanjutkan dengan tanya jawab. DH
POSDAYA PEMERINTAH
Wagub Jabar Tangkap Peluang Pisang Cavendis Pisang cavendis yang diberikan kepada keluarga-keluarga miskin di Jawa Barat membawa berkah bagi keluarga miskin di sekitarnya. Menanamnya cepat, hasilnya pun cepat. Peluang yang bagus untuk menyejahterakan keluarga miskin ini menumbuhkan sikap optimis Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar untuk segera merealisasikan koperasi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemprov Jawa Barat, agar para petani pisang cavendis bisa memasukkan produk olahannya ke koperasi.
“D
ALAM setahun, koperasi PNS Pemprov Jawa Barat ini bisa terkumpul Rp 48 milyar dari potongan gaji pegawai setiap bulannya. Kalau koperasi berkembang bagus, tidak perlu stres lagi. Semua perencanaan pembangunan desa bisa pinjam dari koperasi,” kata Wagub Jabar Deddy Mizwar saat memberi kata sambutan dihadapan para pensiunan PNS yang tergabung dalam Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Provinsi Jawa Barat yang merayakan HUT ke-53 PWRI di Gedung Sate Bandung, Jawa Barat pada 31 Agustus 2015 lalu. Puncak peringatan HUT PWRI di Jawa Barat ini diikuti dengan penganugerahan piagam penghargaan dan tanda kehormatan Wredatama Nugraha Madya dan Utama kepada Bu-
pati Indramayu Hj Ana Sopanah, Plt Bupati Karawang Dr Selika Nurhafina dan Sekretaris Pemkab Sukabumi Ajo Sarjono, MM. Pemberian penganugerahan ini diberikan Wagub Jabar Deddy Mizwar didampingi Ketua Umum Pengurus Besar PWRI Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua PWRI Provinsi Jawa Barat Endang Suwarna. Acara penganugerahan ini juga dihadiri para pini sepuh yang pernah ikut memajukan Provinsi Jawa Barat, seperti Ibu Yogi S Memet dan Dani Setiawan. Menurut Wagub Jabar, sekarang ini koperasi yang berkembang besar justru bukan di Indonesia, tetapi adanya di Amerika Serikat dan Eropa. “Kenapa Bung Hatta mendeklarasikan koperasi di Tasikmalaya padahal dia orang Sumatera. Ini bukan sebuah kebetulan
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyematkan tanda kehormatan Wredatama Nugraha Utama kepada Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah. [FOTO-FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
21
Pengurus PWRI Jawa Barat bergambar bersama Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah.
tapi ketetapan Allah. Jadi kita harus kembangkan koperasi seoptimal mungkin,” tegasnya. Pensiunan kembali ke desa, bukanlah slogan baru. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki para pensiunan bisa dimanfaatkan untuk membangun desa. Apalagi konsep sekarang adalah bagaimana membangun desa. Pemerintah saat ini akan mengalirkan dana bantuan ke desa-desa sebesar Rp 1 milyar sampai Rp 1,4 milyar. “Dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada, saya kira para pensiunan ini bisa berkiprah membangun desa, sebagaimana sudah dilakukan dengan Posdaya,” cetusnya. Mengikuti anjuran Gubernur Jawa Barat
Ketua Pengda PWRI Jawa Barat Dr H Endang Suwarna, MSi, saat menyampaikan hasil laporannya.
22
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
tahun lalu, PWRI Jawa Barat telah membagi-bagikan 2500 bibit pisang cavendis ke keluarga-keluarga miskin di Jawa Barat. Dari beberapa daerah yang menanam pisang cavendis, Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah yang hasil pisangnya sudah dikembangkan menjadi produk olahan yang laku jual. Hal ini dimanfaatkan Posdaya Plamboyan yang mengolah pisang cavendis menjadi banana cake yang disukai banyak orang. “Ada yang unik, penanaman pisang cavendis di Bandung Barat ini kita namakan pisang barokah. Karena pada umumnya pisang beranak kalau sudah berbuah, ini baru ditanam empat bulan sudah bisa beranak. Jadi ini mudah sekali,” ungkap Ketua PWRI Provinsi Jawa Barat Endang Suwarna. Menanamnya pun, lanjut Endang, tidak memerlukan tanah yang luas. Menanam 10 bibit pisang tidak perlu waktu lama sudah beranak 15. Pisang yang sudah berbuah panjangnya bisa menghasilkan 12 sisir. “Karena itu di Amerika Latin dengan pisang cavendis bisa membayar hutang,” ujarnya. Ulang tahun PWRI yang sebenarnya jatuh pada 24 Juli ini menurut Ketua Umum PB PWRI ini memang dilaksanakan setahun penuh. Karena ulang tahun merupakan kegembiraan bersilaturahmi sehingga bisa dilakukan di tiap-tiap daerah. “Ada peristiwa tragis, saya dengan temanteman menteri setelah pensiun ada yang melakukan mengisi Teka Teki Silang (TTS). Ternyata ini bukan TTS biasa, tetapi sedang sedang mencoret sahabat saya yang meninggal dunia. Maka kita lakukan silaturahmi bersyukur bahwa ternyata sahabat saya masih ada.” Ketua Yayasan Damandiri ini juga mengakui apa yang dilakukan Kabupaten Bandung Barat telah ditiru oleh banyak kabupaten lain dan berhasil dengan baik. “Tapi ada satu yang membuat kejutan. Anak dari pisang cavendis yang kita berikan kepada keluarga pra sejahtera dari 2-4 bulan sudah berbuah, sepertiga hasilnya dibagikan kepada keluarga pra sejahtera, dan dua per tiganya
boleh dijual. Di desa yang kita bagi pisang cavendis itu terjadi proses menyentuh. Tiba-tiba keluarga miskin melaksanakan upacara menyerahkan bantuan kepada keluarga miskin lainnya,” jelasnya haru. Rasa haru tersebut diungkap Ketua Posdaya Plamboyan Nani Yuningsih yang memberikan sepertiga hasil pisang cavendisnya dari keluarga miskin kepada keluarga miskin lainnya dengan berlinang air mata. “Jadi tidak hanya PWRI, anggota rakyat biasa juga bisa. Ini juga menunjukkan bahwa antara pensiunan dan tidak pensiunan mulai bersatu lagi,” tegas Prof Haryono Suyono. Pensiunan menjadi sesepuh di desa bisa dilakukan dengan menyediakan rumahnya yang tidak lagi dihuni oleh anaknya menjadi tempat pertemuan warga desa atau menjadi
pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau bahkan tempat pertemuan Posdaya di desa. Hal ini seperti yang dianjurkan Bupati Indramayu, menggerakkan para pensiunan masyarakat desa, camat maupun kepala desa menjadi penggerak Posdaya. “Dengan adanya PAUD yang menyebar di banyak pedesaan, ibu-ibu keluarga miskin bisa menyekolahkan anak-anak balitanya, si ibunya pun bisa ikut pelatihan keterampilan. Lansia yang tadinya tidak berguna, sekarang mengantar cucunya ke PAUD. Ikut menyanyi bersama cucu di tempat PAUD. Dengan bernyanyi, membuat kita tambah sehat, usia tambah panjang,” ujar Prof Haryono seraya mengajak seluruh anggota PWRI bernyanyi bersama menyanyikan lagu Hymne Posdaya. RW
H
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
23
POSDAYA PEMERINTAH
Pencanangan Satu Juta Jamban Posdaya dan TNI “Inti dari kita masuk desa bersama-sama adalah mari kita bangun gotong royong pedesaan,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono belum lama ini. Yang kedua, tambahnya, mari kita bangun kesehatan desa yang sangat luar biasa. Yang ketiga, mari kita didik anak kita setinggi-tingginya sehingga tidak lagi menjadi Dandim saja, tidak lagi menjadi camat saja tetapi bisa menjadi bupati, menjadi menteri, menjadi presiden. Karena ternyata anak gunung dari Pacitan bisa jadi Presiden Republik Indonesia.
Prof Dr Haryono Suyono berfoto bersama dengan Dandim 0801 Pacitan, Sekda Kabupaten Pacitan, Camat Kayuagung dan unsur kepolisian saat pencanangan satu juta jamban.
24
I
NI dikemukakan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada acara Pencanangan Program Satu Juta Jamban kerja sama Posdaya dengan Kodim 0801 Pacitan pada 27 Agustus 2015 di Posdaya Sumber Makmur IV, Dusun Wetih, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebon Agung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan Drs Suko Wiyono, MM, Komandan Kodim 0801 Pacitan Letkol Inf Yudhi Diliyanto, SIP, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang XV, Camat Kebonagung M Fatkhur, S.Sos, MSi, Kepala Desa Purwoasri Andhi Rahmanto dan undangan lainnya. Pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini menjelaskan, “Satu juta jamban sebenarnya awal dari perdamaian keluarga dan tetangganya. Karena kalau pagi hari kita bangun tidur tidak jamban itu bisa berkelahi, rebutan lobang karena bersama-sama mencari lobang untuk membuang kotoran yang sudah disimpan satu hari satu malam dan tidak bisa diwakilkan.” “Sekarang dengan rekan-rekan TNI, gotong royong dengan rakyat sekitar dipimpin dengan Pak Camat, Pak Lurah sekarang dibikinkan jamban. Hari ini sekaligus TNI Saya ajak agar
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
di seluruh Pacitan dan Jawa Timur ada lebih banyak keterpaduan. Keterpaduan itu adalah untuk melawan peristiwa naiknya dolar, naiknya kebutuhan pokok dan sebagainya dengan membangkitkan kekuatan di tingkat desa,” ujar mantan Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie. Lebih lanjut, Prof Haryono memaparkan, kekuatan di tingkat desa yang pertama adalah menyegarkan hidup gotong royong. Dan hidup gotong royong bisa disegarkan mulai dari tidak berkelahi antara suami, istri dan anak-anaknya pada waktu pagi karena TNI membawa program Satu Juta Jamban. Dan ini saya anggap awal dari kembalinya TNI-ABRI Masuk Desa. Ini adalah awal bahwa gotong royong harus dihidupkan di tingkat desa, harus dihidupkan di tingkat kampung, harus dihidupkan di tingkat kecamatan dan harus dihidupkan di tingkat bangsa. Oleh karena itu saya mengajak Kepala Dinas Pendidikan, Plh Kepala Kantor Kementerian Agama untuk bersama-sama memadukan antara murid dan guru-guru SMK, SMA dan lain-lainnya untuk masuk desa bersama-sama dengan TNI. Dan pak camat dan lurah menyambut di desa dengan tangan terbuka karena beliau-beliau yang masuk desa ini akan membantu mulai dari jamban, mulai bikin onde-onde, nuget dan macam-macam sehingga orang desa dapat makan dari apapun yang ada di desa dengan harga yang murah. “Untuk itu mari kita membantu pak bupati membangun Pacitan ini dengan gegap gempita dalam bidang agama, bidang kesehatan, bidang ekonomi, bidang lingkungan hidup dan juga bidang pendidikan,” imbuhnya dengan penuh semangat. Pada kesempatan yang sama Bupati Pacitan Drs Indartato, MM sangat gembira dan memberikan apresiasi yang tinggi atas upaya yang dilakukan Dandim 0801 Pacitan dan Yayasan Damandiri. “Terkait dengan jamban
keluarga saya sangat senang lagi bahwa yang jelas dengan Kodim ikut di dalamnya, karena Babinsanya itu luar biasa gerakannya dan pekerjaannya mungkin lebih intensif,” ucapnya. Menurutnya untuk program jamban ini sebetulnya sudah tuntas, namun untuk mengganti yang kurang layak. “Alhamdulillah setiap apa yang dibantu Prof Dr Haryono Suyono dari Yayasan Damandiri, saya sangat terima kasih sekali. Dan ini ada gerakan 1.000 jamban itu setiap saat saya senang sekali. Jadi untuk mempermudah rakyat kita yang tadinya jambannya kurang baik menjadi lebih baik lagi,” kata pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 27 September 1954. Sementara itu Komandan Kodim 0801 Pacitan Letkol Inf Yudhi Diliyanto, SIP menuturkan, “Ini merupakan program dari Angkatan Darat, kemudian di dalam pelaksanaannya kita menggandeng dari unsur pemerintahan, dari Pemda Kabupaten Pacitan, kemudian kami juga menggandeng dari Yayasan Damandiri dalam hal ini Ketuanya adalah Prof Dr Haryono Suyono. Kemudian program yang kita lakukan adalah di tingkat nasional program Sejuta Jamban. Pelaksanaan di lapangan kami nanti akan selalu bersinergi dengan terutama dari tim teknis dari Yayasan Damandiri. Kemudian pada data terutama Gakin (keluarga miskin) yang layak dan perlu mendapatkan fasilitas jamban yang sederhana ini.” “Kita memang sudah memilih jamban yang kita alokasikan itu memang harus sesuai dengan sasaran. Seperti yang disampaikan oleh Prof Haryono, jangan rumah yang sudah bagus dikasih jamban nanti malah tidak ada manfaatnya, jadi kita betul-betul selektif. Yang bekerja Babinsa kami, saya bilang Babinsa kami orang super hebat di Pacitan ini karena pekerjaannya banyak,” ujarnya. Lebih lanjut Yudhi Diliyanto menjelaskan, “Di samping jamban sebenarnya banyak pekerjaan yang harus kami selesaikan. Kami juga membantu Kementerian Pertanian dalam peningkatan produksi padi. Alhamdulillah untuk Jawa Timur kita surplus beras, kita juga membantu melakukan dan mendukung kegiatan penyerapan beras. Alhamdulillah kalau di Pacitan ini sesuai dengan prosentase 54 persen.” Kegiatan jambanisasi ini bertujuan yang pertama adalah dalam rangka kemanunggalan TNI dan rakyat. Kami turunkan para Babinsa untuk mengidentifikasi mana keluarga-
keluarga yang layak dan perlu mendapatkan bantuan jamban akan kita bantu semaksimal mungkin. Yang kedua, kami juga membantu pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam hal kesehatan dan sanitasi lingkungan. “Kami juga menghimbau kepada masyarakat khususnya masyarakat Desa Purwoasri ini apabila ada masyarakat yang mendapatkan bantuan pembuatan jamban, masyarakat yang ada di sekitar juga diharapkan membantu. Karena ini sifatnya adalah swadaya, jadi kita memanfaatkan apa yang bisa kita berdayakan di wilayah sekitar kita. Sehingga dengan biaya yang kecil kita bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” cetusnya seraya menambahkan, pada akhirnya adalah menciptakan kemanunggalan antara TNI dan rakyat, itulah citacita hakiki dari seorang TNI. Program satu juta jamban merupakan program keseluruhan dari TNI Angkatan Darat. Untuk Pacitan melanjutkan dari tahun 2014 ada sekitar 1.200 ditambah program dari Angkatan Darat sekitar 250, jadi ada sekitar 1.450. SUL/DH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memberikan paparan pada acara Pencanangan Program Satu Juta Jamban di wilayah Kabupaten Pacitan.
Dandim 0801 Pacitan Letkol Inf Yudhi Diliyanto, SIP disaksikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat peletakan pertama jamban untuk keluarga prasejahtera.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
25
POSDAYA PEMERINTAH
Siswo Pembatik Seragam Posdaya Pemkab Brebes Selain dikenal sebagai daerah penghasil bawang merah dan telor bebek asin, ternyata Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mempunyai potensi lain. Batik Salem sebagai salah satu unggulan usaha ekonomi kreatif.
Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMd, SE, mengenakan Batik “Posdaya”, Batik Salem yang diproduksi RT 1 RW 3, Desa Bentar, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. [FOTO-FOTO: HARI]
B
ATIK Salem, demikian biasa disebut. Hasil karya kreatif asal Kecamatan Salem ini merupakan potensi penting yang selama ini banyak mensuplai batik-batik ke daerah lainnya di luar Brebes. Bahkan, Batik Salem yang diproduksi RT 1 RW 3, Desa Bentar, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ini, tidak saja banyak mengisi pasar di Yogyakarta, Semarang,Cirebon, Jakarta, tetapi juga diminati pasar di luar Jawa, seperti Sumatera, Batam, Bali maupun Kalimantan. Karya-karya tangan terampil yang dikerjakan dengan ketekunan ini, menjadi ikon daerah Salem. Siswo, salah satu juragan (boss) pengrajin batik itu menuturkan karya batik pengrajinnya yang terus menerima banyak pesananan, termasuk pesanan dari petinggipetinggi di lingkungan Pemda Brebes. Siswo pula yang membuat baju batik seragam Posdaya untuk Pemda Brebes, seperti dikenakan Bupati beserta jajarannya dan Prof Dr Haryono Suyono (Ketua Yayasan Damandiri dan penggagas model pemberdayaan keluarga untuk keluarga-keluarga di pedesaan). Seragam Posdaya bernuansa batik cukup menyolok di tengah kegiatan Gebyar Intensifikasi Posdaya 26
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
yang berlangsung di pendopo Kabupaten Brebes, beberapa waktu lalu. “Alhamdulillah, batik “Posdaya” kami dipakai Bapak Profesor Haryono Suyono yang dikenal sebagai Bapak Menteri BKKBN (Menteri Koordinator Bidang Kesra dan Kepala BKKBN) serta Ibu Bupati Brebes dan pejabat di jajaran Pemda Brebes. Rasanya senang sekali,” aku Siswo bangga. Sebagai pengrajin, Siswo bukan saja bangga tetapi bersyukur dengan dipakainya karya batik usahanya sebagai Batik Posdaya, tentu akan mengundang instansi-instansi lain di luar Brebes untuk membuat Batik Posdaya untuk daerah lainnya itu. “Kami siap jika daerah lain memesan untuk dibuatkan seragam Posdaya batik,” kata Siswo seraya menawarkan kesediannya. Masalah harga, tambah Siswo, harga terjangkau dan bisa dinegoisasikan apalagi apabila pesanannya dalam partai besar. Sejak Hj Idza Priyanti, AMd, SE, terpilih sebagai Bupati Brebes, Batik Salem selalu mendapat perhatian dan tempat serta kesempatan mempromosikan diri dalam berbagai kegiatan. Bupati Idza Priyanti memang terus member perhatian dan
mendorong berbagai usaha-usaha ekonomi kreatif yang dikelila masyarakat di Brebese untuk tumbuh dan berkembang. Dengan tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi kreatif di wilayahnya akan sangat membantu dalam peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat serta pengentasan kemikiskinan. “Alhamdulillah usaha batik kami cukup membantu mengurangi pengangguran yang ada di wilayah desa Bentar. Selain itu dengan berkembangnya usaha batik bisa mencegah terjadinya urbanisasi tenaga potensial ke kotakota untuk mencari pekerjaan,” ungkap Siswo seperti mengamini tekad Bupati Brebes mendorong tumbuh dan berkembangnya industry kreatif yang saat ini banyak dikelola keluargakeluarga, termasuk keluarga di pedesaan. Kegiatan usaha Batik Salem, saat ini mampu menyerap 400 tenaga kerja. Sebagian pekerja merupakan ibu-ibu rumah tangga di Desa Bentar dan Jemputih yang suaminya merantau ke Jakarta maupun ke kota-kota besar lainnya. Padahal, masih berstatus home industry. Seiring meningkatkan permintaan karya batiknya terus mendorong banyak tenaga kerja potensial direkrutnya. Untuk mengenalkan dan mensosialisaikan batiknya, Siswo pun acap kali mengenalkan seni batik ke sekolah-sekolah maupun instansi-instansi. “Mereka kami kenalkan sekaligus ajarkan bagaimana cara membatik yang benar. Dengan melihat langsung cara membuat batik, mereka pun akan tahu cara menghargai untuk sebuah karya batik itu,” ujar Siswo. Membuat batik itu butuh beberapa proses, mulai dari pemilihan bahan, membuat disain, melukis dengan lilin hingga sampai proses pewarnaan dan proses tulis lilin ulang sampai dikemas secara khas sebagai sebuah karya batik tulis. Dalam pengembangan usaha batik tulisnya, Siswo beruntung karena mendapat dukungan dan bantuan pemda setempat, seperti dinas koperasi, dinas perdagangan dan industri, dan lain-lainnya. Acap kali pula pemda melalui dinas-dinas terkait memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas maupun management dan pemasarannya. Sebagai pengrajin usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Siswo pun berharap perhatian kepada pengrajin UMKM seperti dirinya tidak sebatas dari bupati saja tetapi juga dari Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah. “Kami berharap Pak Ganjar juga memberi perhatian pada kami, dengan memberikan tambah modal usaha. Berkembangnya usaha
kami juga membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan mengatasi persoalan pengangguran,” tuturnya. Tidak saja berharap pada Gubernur Jawa Tengah, Siswo pun berharap perhatian pula dari Presiden Joko Widodo agar memberikan supportnya pada UMKM batik di Brebes. Belum lama ini, Ibu Hj Atiqoh (istri Gubernur Ganjar Pranowo) memberikan bantuan 500 kompor gas untuk membantu proses produksi. Memang bantuan sejumlah 500 kompor terbilang cukup vabyak, tetapi diakui Siswo belum cukup untuk mendukung proses produksi di Batik Salem Cahaya Batik Putra. Siswo pun siap diundang oleh Posdaya-Posdaya untuk berbagai pengalaman dan ilmu. Bahkan Siswo pun sangat berharap wilayahnya bisa menjadi daerah wisata batik di Brebes, termasuk sebagai daerah kunjungan kegiatan observation study tour (OST) Posdaya. Ia sangat membuka diri untuk kaderkader Posdaya datang dan belajar membatik sekaligus berinteraksi dengan para pengrajin batik yang banyak dilakukan ibu-ibu rumah tangga di rumahnya masing-masing sambil mengurus keluarga. Sebagai pengrajin, ternyata Siswo pun tidak pelit berbagi informasi. Untuk sepotong bahan baku kain berukuran 220 cm kualita terbaik, bisa untuk satu baju. Ongkos produksi per
Bupati Brebes dengan bangga mengenakan Batik “Posdaya” Salem.
Siswo memperlihatkan Batik Salem yang banyak mengisi pasar di Yogyakarta, Semarang, Cirebon, Jakarta, juga Sumatera, Batam, Bali maupun Kalimantan.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
27
Batik Salem yang diproduksi RT 1 RW 3, Desa Bentar, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ini, tidak saja banyak mengisi pasar di Yogyakarta, Semarang,Cirebon, Jakarta, tetapi juga diminati pasar di luar Jawa, seperti Sumatera, Batam, Bali maupun Kalimantan.
potong yang sebelumnya Ro 50.000 dinaikan menjadi Rp 65.000. Sementara ongkos yang tadinya Rp 70.000 dinaikan Rp 90.000. “Dengan kenaikan itu bisa menambah penghasilan ibu-ibu pengrajin batik untuk keluarganya. Mereka pun terus bersemangat,” ujarn bapak dua anak ini. Jika, telor bebek asin menjadi salah satu
28
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
pilihan kelompok Posdaya untuk jenis usaha wirausaha ekonominya, maka kini batik, seperti Batik Salem ini pun dilirik menjadi salah satu potensi untuk dikembangkan. Batik Salem yang selama ini menjadi andalan Siswo dengan pesanan mencapai 4500 lembar kain. Sehari mampu diproduksi sebanyak 25 potong. Harga per potong untuk sebuah batik tulis Rp 200.000, Rp 450.000 per lembar kain. Batik Salem yang khas menambah ‘tentengan’ oleh-oleh khas Brebes. “Alhamdulillah, Brebes itu sugih (kaya) akan potensi lokal. Setiap lebaran tiba oleh-oleh khas Brebes selalu dijadikan tentengan oleh para pmudik maupun tamu-tamu yang dating ke wilayah Brebes ini,” tutur Siswo bersyukur. Walau hanya lulusan sekolah menengah pertama (SMP) tetapi berkat jiwa wirausahanya, Siswo berhasil mengembangkan usaha batiknya, karena punya tipsnya. Tips itu, di antaranya sebagai pelaku usaha harus jujur, menghormati dan argai orang lain sebelum orang lain menghormati dan menghargai dirinya. “Selain itu harus mampu menjaga situasi lingkungan kerja kemitraan, silahturahmi harus dijaga dirawat sehingga tetap terjalin harmonis demi terjaga dan terus terjaganya harmonisasi kerja kreatif sebagai pelaku kerajinan batik,” papar Siswo panjang lebar. Karyawan sama Siswo juga dijaga rasa bahagianya. Mitra karyawan disenangkan, jangan sampai merasa terlukai. Jadikan mereka sebagai keluarga dan mitra penting dan strategis sahabat bisnisnya. Setiap lebaran, karyawan mendapat tunjangan hari raya (THR) yang layak. Bahkan, apabila mau mengadakan tour pun difasilitasinya. Tidak itu saja, jika ada anggota keluarganya yang sakit, tak segan-segan Siswo pun memberikan bantuan untuk membantu meringakan biaya pengobatannya. “Kami juga saling menjaga rasa percaya. Ini sangat penting dalam dunia usaha,” imbuhnya. Selain itu, menjaga lingkungan dan tidak mencemari lingkungan itu yang juga utama dilakukan Siswo bersama mitra karyawannya. Bagi yang berminat dengan Batik Salem bisa menghiubungi Siswo dinomor 081903306173. Monggo. HARI
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
JEN, Nilai Posdaya Positif Jaringan Epidemiologi Nasional (JEN) sebagai fasilitator dalam melangsungkan kampanye besar-besaran, dengan membuat berbagai jaringan simpatisan pembangunaan yang berbasis penduduk. Untuk itu diharapkan bisa perkuat jaringan dengan menjadikan Posdaya titik sentral pemberdayaan keluarga di desa RT dan RW.
Prof Dr Haryono Suyono memaparkan materinya pada seminar pertemuan tahunan Jaringan Epidemiologi Nasional (JEN) dengan tema “Kesenjangan Kesehatan, Kependudukan dan Keluarga Berancana” di Pusdiklat Humaniora Kemenkes RI Surabaya, Jatim. [FOTO-FOTO: HARI]
D
EMIKIAN ungkap Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi pembicara dalam seminar pertemuan tahunan JEN dengan tema “Kesenjangan Kesehatan, Kependudukan dan Keluarga Berancana” di Pusdiklat Humaniora Kemenkes RI Surabaya, Selasa (22/9). Mantan Kepala BKKBN yang sukses membawa program keluarga berencana (KB) mendapat penghargaan dunia ini mengatakan, menghadapi masalah kesenjangan sosial terutama kesehatan seiring pertambahnya jumlah penduduk khususnya usia 15-60 tahun, maka perlu digencarkan kembali kampanye gerakan Keluarga Berancana nasional serta pemetaan terhadap keluarga miskin. “Kita sedang menghadapi kegawatan jumlah penduduk yang tiga kali lipat dibanding kondisi penduduk di tahun 1970. Maka solusinya segarkan dan gencarkan kembali kampanye pelayanan kemudahan program KB hingga ke tingkat pedesaan,” paparnya. Maestro pemberdayaan keluarga yang juga mantan Menko Kesra dan Taskin, mengajak semua pihak untuk memsukseskan gerakan pemberdayaan masyarakat melalui program KB, termasuk peran JEN sebagai fasilitator dalam melangsungkan kampanye besar-be-
saran, dengan membuat berbagai jaringan simpatisan pembangunaan yang berbasis penduduk. Selain melakukan pemetaan keluarga miskin dengan ikut mensertakan peran siswa SMK dalam memberdayakan masyarakat desa. “Semua ukurannya adalah penduduk bukan diukur dari berapa besarnya nilai sebuah banguna gedung, tetapi seberapa banyak orang bisa mengambil manpaat dari program itu. Jaringan itu bisa yang ada di BKKBN, UPPKS, Pos KB dan jaringan yang diadakan di tingkat dinas/kecamatan. Tetapi jangan sampai mengulang kesalahan dimana ada Kementerian ingin memusatkan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten, karena itu salah besar karena pelayanan KB dan kesehatan lain harus didekatkan dengan konstituennya adalah rakyat di desa,” tegas Prof Haryono. Ditambahkan, perkuat jaringan dengan menjadikan Posdaya titik sentral pemberdayaan keluarga di desa RT dan RW. Program utamanya,rivitalisasi lingkaran kecil sepeeti Posyandu, Pelayanan Kontrasepsi, PAUD, Pusat Pusat pelatihan keterampilan kerja dan usaha pengembangan UPPKS dan Koperasi serta kebun bergizi. Di Indonesia ungkap Prof Haryono yang juga mantan Kepala BKKBN Pusat, ada sekitar Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
29
Prof Haryono mengajak seluruh peserta menyanyikan lagu “Posdaya Kita”.
30 juta akseptor KB yang kini mungkin sudah menopouse. “Mereka sebaiknya turun gunung dijadikan penggerak melangsungkan kampanye keluarga berencana dimulai dari memberitahu anak-anak dan masyarakat di desa. Karena ada kegawatan membludaknya jumlah penduduk khususnya yang berusia 15-50 tahun yang jumlah tiga kali lipat dibanding ketika di tahun 1970,”kata Prof Haryono. Jumlah penduduk yang membludak ini kondisinya sangat mengerikan karena setiap hari mereka berbondong bondong untuk mencari pekerjaan untuk masa depannya.Prof Haryono meminta agar pemetaan keluarga miskin mulai digalakkan di desa. Carilah data saran Prof Haryono, ditingkat RT/RW dan kemudian lakukan sosialisasi tetapi jangan sampai muluk muluk, karena orang di desa memerlukan informasi pelayanan yang mudah. “Hampir semua desa saat ini tidak ada lagi poster baru
Dekan Fakultan Kedokteran Unair Prof Dr Agung Pranoto dr, MSc, SpPD membuka acara seminar JEN.
30
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
tentang pelayanan KB. Yang ada hanya poster-poster lama, sehingga hampir mustahil masyarakat desa mendapatkan pelayanan KB, terutama bagi peserta baru,” ujarnya. Padahal kesadaran tentang KB hampir mirif dengan kesadaran tentang uang, sudah mencapai hampir 99 persen. Sehingga menurut dia, bukanlah kesadaran yang harus ditingkatkan, tetapi kemudahan untuk mendapatkan pelayanan. Jangan pelayanan di persulit seperti mau nikah harus mencari saksi dsbnya, tetapi mudahkan pelayanan dan jika ditemukan ada penyimpangan, maka penyalahgunaan itu yang dicegah bukan pelayanannya. “Jika semua kemudahan itu diperoleh masyarakat desa, maka 70 persen peserta KB aktif akan setia ber-KB, apalagi sampai ada pelayanan dengan mengantarkan Pil KB hingga kerumah-rumah,”ujar Prof Haryono. Kekuatan lingkaran kecil dan Posdaya menyatu dengan program yang berbasis penduduk (population centre development), akan semakin mendekatkan lingkaran kecil itu dalam program pembangunan untuk melayani kepentingan penduduk meningkatkan keluarga miskin menjadi sejahtera. Sehingga jika semua itu dijalankan, maka indeks pembangunan manusia dengan 8 fungsi keluarga akan berubah dan itu sejalan dengan program baru PBB dan target MDGs yang tidak lama lagi akan berakhir. “Semua juga sudah sesuai fungsi keluarga sebagaimana amanat di dalam UU No 10 dan UU No52/2009,”tutur Prof Haryono. Dalam sesi tanya jawab Prof Haryono mengatakan,sangat optimis dalam mengembangkan Posdaya yang telah memasuki tingkatan perluasan jangkauan dimana melibatkan kampus dengan jumlah 45.000 Posdaya. “Memang sukar membandingkan lingkaran kecil dan besar, tetapi kita optimis seperti batu kalu ditetesi air terus menerus akan berlubang, karena saya memakai pedoman SIIS (Sabar, Ikhtiar, Ikhlas dan Syukur),”ujar Prof Haryono. Hadir dalam acara yang dibuka oleh Dekan Fakultan Kedokteran Unair, Prof Dr Agung Pranoto dr, MSc, SpPD, Ketua JEN Prof Bhisma Murti, dr MPH, MSc, Phd, Ketua Panitia Dr F Sustini, dr, MS. Nampak pula Kepala Perwakilan BKKBN Propinsi Jawa Timur Ir Dwi Listyawardani, MSc, Deputi Direktur
Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, dr Herlin Ferliana dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dosen ITS Drs Kresnayana Yahya MSc, Anggota jaringan JEN serta anggota Kelompok Studi Epidemiologi FK Unair Surabaya. Selain Prof Haryono Suyono, tampil sebagai pembicara lainnya, Prof Laksono Trisnantoro dr, Msc, PhD (Dosen FK UGM Yogjakarta), Drs Apt Ghazali Situmorang MSi (BPJS), Drs Kresnayana Yahya, MSc, Dr Pusdji Lestari dr, MKes (PDKI Jawa Timur) serta Dr Raden Chasny Noviane dari WHO. Sedangkan moderatornya, Prof Dr Charles Suryadi, dr, MPH, Ghufron Ali Mukti, dr, MSc, PHd. JEN pemecahan masalah kesehatan JEN merupakan perwakilan sekelompok lembaga yang berdarma bakti untuk menemukan alternatif pemecahan masalah kesehatan masyarakat melalui pendekatan epidemiologi, sosial dan dengan metoda pengelolaan kesehatan. JEN menjalin hubungan antar Lembaga Anggota (LA) dengan pembuat kebijakan kesehatan pada tingkat lokal dan para manajer program. Jaringan dibentuk berdasarkan pertimbangan pandangan dari aspek sosial, budaya, ekonomi, dan demografi di Indonesia. Masalah kesehatan nasional sebaiknya ditangani secara tepat dan disampaikan dengan baik melalui peningkatan kemampuan daerah dalam memahami masalah, menciptakan program yang inovatif, serta menggunakan sumberdaya daerah yang tersedia. JEN didirikan pada tahun 1987 oleh perwakilan 12 lembaga di 6 provinsi. Jaringan mengukuhkan diri sebagai sebuah organisasi mandiri pada tahun 1994 dan pada tahun 1998. Saat ini JEN beranggotakan 31 unit penelitian kesehatan yang berlokasi di 7 provinsi. ”Jaringan Epidemiologi Nasional merupakan lembaga jejaring nirlaba beranggotakan lembaga-lembaga di bidang kesehatan masyarakat akan memperluas anggotanya di seluruh Indonesia untuk memberikan advokasi mengatasi berbagai masalah kesenjangan kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana,” tutur Ketua JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional), Prof Bhisma Murti, dr, MPH, MSc, PhD. Menurutnya, disamping itu JEN juga berperan aktif memberikan advokasi yang akan dimulai dari level terbawah keluarga sampai ketingkat kabupaten. Di Kabupaten kota-pun, unit analisisnya akan dilakukan di level Posyandu dimana anggota JEN didaerah
akan merealisasi kerja samanya untuk merivitalisasi kembali menghidupkan program Keluarga Berencana termasuk di dalamnya membentuk Posdaya. ”Kami setuju rivitalisasi terhadap program Kependudukan dan Keluarga Berencana, karena sudah ada bukti bahwa program tersebut di era Orde Baru sudah sangat berhasil dalam mengatasi masalah kependudukan dan kesehatan termasuk masalah sosial lainya dan Keluarga Berancana,” tutur Prof Bhisma Murti. Untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat yang dimulai dari level lokal bawah adalah keluarga. JEN sendiri menurut Prof Bhisma sangat mendukung apa yang dikemukakan Prof Dr Haryono, bahwa pendekatan dimulai dari level keluarga lebih kepada orang dan keluarga. Itu lebih bisa diimplementasikan nantinya dan itu dimulai dengan pusat pembangunan orang orang dan keluarga. Meskipun demikian untuk mengubah dan status kesehatan tetap dilakukan dengan intervensi atau pemecahan masalahnya dengan berbagai level. ”Tidak hanya level individu atau hilir, tetapi lebih kepada kebijakan makro yang disebut hulunya, dengan menghidupkan pelayanan dan advokasi yang meluas menghidupkan Posyandu, Pelayanan KB dan Kependudukan dan membentuk Posdaya yang bersipat multi sektoral,” kata Prof Bhisma. Usai menjadi pembicara, Prof Haryono Suyono juga menyempatkan melihat langsung Musium Kesehatan yang ada di lingkungan komplek Pusdiklat Humaniora Kemenkes RI Surabaya. HARI
Ketua JEN Prof Bhisma Murti, dr MPH, MSc, Phd, foto bersama dengan Prof Dr Haryono Suyono, Drs Kresnayana Yahya MSc dan Prof Dr Charles Suryadi, dr, MPH.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
31
LAPORAN UTAMA
Pemuda Kuatkan Sinergitas
Tekad Bangun Keluarga Posdaya Desa Jika dulu kekompakan remaja, pemuda dan mahasiswa berjuang menyatukan sumpah membulatkan satu tekad “Indonesia”. Kini, bersinergi berkolaborasi membantu keluarga miskin di pedesaan membangun kesejahteraan.
Kini pelajar dan mahasiswa serta pemuda Indonesia memperjuangkan kemajuan rakyat dengan akal dan menyumbangkan inovasi kreatifnya. [FOTO: ADE S]
S
ELAIN menjadi Bulan Bahasa, Bulan Oktober merupakan Bulan Pemuda. Setiap Bulan Oktober bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpa Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan satu tonggak utama dalam sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan buah dari hasil keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia, nama Jakarta saat itu. Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Satu tekad Indonesia, seperti tertuang dalam Sumpah Pemuda; Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Jika dulu, remaja dan pemuda Indonesia dalam memperjuangkan bangsanya dari penjajajahnya banyak menggunakan fisik dan politik pemuda, namun kini pelajar dan mahasiswa serta pemuda Indonesia memperjuangkan kemajuan rakyat dengan akal dan menyumbangan inovasi kreatifnya. Maha32
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
siswa-mahasiswa kuliah kerja nyata yang terjun melaksanakan kegiatannya mendampingi keluarga-keluarga di pedesaan dengan mempraktekkan berbagai disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) atau mahasiswa perguruan tinggi mampu menularkan berbagai keterampilan pada anggota keluarga prasejahtera di pedesaan. Bahkan, mahasiswa atau siswa membentuk, mengisi, mengembangkan jiwa enterpreneur dalam Posdaya. “Mahasiswa dengan ilmu yang dimiliki bisa melatih manajemen produksi, sistem keuangan serta pemasaran. Sedangkan siswa SMK melatih membuat produksi dengan bahan baku lokal sekaligus pemasaranya,” ucap Prof Dr Haryono Suyono. “Selain mahasiswa kuliah kerja nyata Tematik Posdaya dari sekitar 325 perguruan negeri maupun swasta yang membantu mendampingi keluarga-keluarga pra sejahtera meningkatkan kesejahteraannya, gerakan siswasiwa SMK akan segera diikutsertakan turun ke desa bersinergi dengan KKN tematik mahasiswa,” kata Prof Dr Haryono Suyono. Saat ini, kata Ketua Yayasan Damandiri ini, yayasan yang dipimpinnya telah menggandeng perguruan tinggi PGRI se Jawa Timur untuk menjalin kerja sama dengan SMK se Jawa Timur turun ke desa. Hal sama juga dila-
kukan dengan Dinas Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Jawa Tengah. Tujuannya untuk bersama-sama mendorong perguruan tinggi dan SMK memadukan kegiatan SMK pada masing-masing pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) di daerahnya masing-masing. Mantan Menko Kesra dan Taskin ini kagum kepada siswa-siswa SMK yang dulu dikenal STM (Sekolah Teknik Menengah), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) maupun SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas) yang menciptakan berbagai karya per alatan, ketrampilan untuk masyarakat, seperti alat pemotong kripik, pembuat bakso hingga mobil serta alat canggih lainnya. Namun sayangnya, karya-karya tersebut hanya tersim pan di gudang tidak terpakai sampai berkarat. “Kalau pun alat-alat itu keluar hanya dari pameran ke pameran. Setelah pameran alatalat tersebut kembali ke gudang. Karena taruh di gudang masyarakat tidak tahu, kalau ada anak-anak muda, anak Indonesia, siswa SMK yang cerdas,” kata Prof Dr Haryono Suyono. Penggagas model pemberdayaan keluarga Posdaya ini mengajak siswa praktek di desa agar alat-alat tidak rusak di gudang. Selain menjadikan masyarakat tahu alat cipataan siswa SMK, katanya, juga akan terjadi alih teknologi sehingga ilmu yang dimiliki akan sangat bermanfaat bagi keluarga pedesaan. “Namun saya mengingatkan agar alat–alat yang diciptakan harus teknologi sederhana tepat guna. Melalui alat-alat yang sederhana akan laku dipasaran, sedangkan teknologi yang canggih percuma dibuat karena masyarakat di pedesaan tidak dapat menggunakannya,” tuturnya. Alat-alat sederhana tersebut, kata Prof Haryono, diutamakan yang mampu mendorong ekonomi pedesaan, seperti alat pembuat baso, parut kelapa, pemotong kripik singkong dan lain sebagainya, nantinya melalui Posdaya, keluarga pra sejahtera dapat membeli alatalat tersebut melalui kredit pinjaman dari Bank UMKM, tanpa agunan dengan bunga rendah. “Kita utamakan keluarga yang belum punya usaha. Mereka yang belum memiliku usaha, melalui berbagai pelatihan, kita dorong agar menjadi pengusaha-pengusaha baru di pedesaan. Dengan demikian keberadaan SMK dapat dirasakan masyarakat,” katanya. Wadah membumikan kreativitas Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), Drs R Kadarmanto Baskara Aji menilai program siswa praktek di desa Prof Dr Haryono Suyono melalui kelurga-keluarga prasejahtera yang dengan bangga ada di Posdaya merupakan kegiatan yang memperlihatkan salah bagus untuk mendekatkan antara dunia nyata satu karya siswa SMK dan dunia belum nyata. Karena menurutnya, Yosonegoro Magetan, pendidikan itu masih bersifat akademik dengan adanya pemaduan antara Posda- Jawa Timur. ya dengan SMK dan per gutuan tinggi sebagai [FOTO: DOK] suatu wadah untuk bisa membumikan apa yang selama ini dipadukan dengan program di masyarakat. Kar ena SMK itu programnya pas untuk masyarakat. “Pemaduan antara Posdaya dengan SMK dan pergutuan tinggi sebagai suatu wadah untuk bisa membumikan apa yang selama ini dipadukan dengan program di masyarakat. Apalagi, SMK itu programnya pas untuk masyarakat,” ujarnya. Kadinas Disdikpora DIY menilai SMK ini banyak mempunyai keunggulan seperti SMK Perikanan dan Kelautan bisa mengembangkan potensi laut yang ada dan bisa sinergi dengan para nelayan. Kepala Sekolah SMK Y osonegoro, Magetan, Jawa Timur, Nahari Surur pun menyambut gagasan yang sebelum tidak masuk dalam benaknya itu. “Gagasan seperti penambahan te naga bagi SMK untuk turut pengabdian kepada masyarakat ini sangat bagus dan membantu siswa mengenal lingkungan kehidupan masyarakat desa,” ujarnya. Nantinya, Nahari menambahkan, SMK dan PT akan melatih masyarakat Drs R Kadarmanto Baskara Aji Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
33
agar dapat mengaplikasikan alat-alat yang telah diciptakan siswa-siswanya. Untuk itu pihaknya sedang singkronisasi antara SMK dan PT serta yayasan Damandiri. Karena selama ini, kegiatan SMK single player. Begitu melakukan aksi nyata di desa, selesai tidak ada tindak lanjut. Maka nantinya kegiatan akan terintegrasi dan berkesinambungan. Agar alat-alat tepat guna dan bermanfaat bagi masyarakat.
sekali sehingga anak-anak itu setelah lulus bisa mengembangkan diri sendiri tidak membebani keluarga dan bisa mandiri,” ujarnya. Akhirnya ke-1 1 anak SMK itu berhasil dan sudah banyak yang sarjana dan banyak yang bekerja di luar negeri, hidup sejahtera dan dapat membantu keluarganya yang masih belum berkemampuan. Menurutnya, SMK di Yogyakarta mempunyai keahlian dan pengalaman yang luar biasa karena dilatih bermacam-macam keterampilan, tataboga, tatabusana dan wisata, tatarias Sri Paduka Paku Alam IX Pemda mendukung dan lainnya. Untuk itu Sri Paduka Paku Alam Wakil Gubernur Daerah Istimewa ke X berharap SMK di Yogyakarta diminta agar Yogyakarta (DIY) Sri Paduka PakuAlam ke X bisa sinergitas dengan program Posdaya agar Seorang siswa SMK menyoroti betapa pentingnya pendidikan dapat ikut berperan dan memberi warna jurusan tataboga saat yang berketerampilan. Karena melalui pendi- kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera. memperlihatkan dikan dan keterampilan bisa meningkatkan taSementara itu, Pelaksana T ugas (Plt) Sekrekeahliannya menyajikan rap hidup seseorang lebih baik. Beliau mendo- taris Daerah Magetan, Mei Sugihartini, SH aneka masakan. rong agar pendidikan anak-anak sekolah lebih menyatakan, pemerintah daerah akan mendu[FOTO: DOK] banyak menempuh pada pendidikan Sekolah kung sepenuhnya setap program pengenMenengah Kejuruan.Sebagai pengalaman, Sri tasan kemiskinan, seperti gerakan Posdaya Paduka Paku Alam IX menuturkan, beberapa yang sinergi antara perguruan tinggi dengan puluh tahun silam Patih Keraton Ngayogya- SMK. “Kami mengapresiasi Prof Haryono karto ini mengangkat 11 anak dari keluarga Suyono yang menggagas Posdaya. Semoga tidak mampu untuk disekolahkan di SMK. dengan Posdaya masyarakat desa makin ber“Kenapa saya milih di SMK? Kar ena per- daya dan semakin tahu kantong-kantong ketama, di SMK itu waktu pendidikan pendek miskinan di Magetan agar tidak salah sasaran,” tidak telalu lama. Kedua, jurusannya banyak tegasnya. HARI
Suherman, Staf Redaksi ≈Majalah GemariΔ Mantu
S
TAF Redaksi Majalah Gemari Suherman pada Sabtu, 3 Oktober 2015 lalu menikahkan putri bungsunya Geni Pratiwi, SIKom dengan Ranu Wijaya. Geni, demikian panggilan akrab putri ketiga dari pasangan Suherman dan Mulyati, SPd ini menikah dengan dengan Ranu, sapaan akrab putra pertama dari pasangan Sopandi dan Sri Hertina. Akad nikah dan resepsi yang berlangsung di Aula Al-Huda Ceng-
34
kareng, Jl Utama Raya 2 Cengkareng Barat, Jakarta Barat, ini dihadiri Ibu Hj Astuty Hasinah Haryono, istri Pemimpin Umum Majalah Gemari Prof Dr Haryono Suyono. Hadir pula Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA dan Dra Ria Indrastuti (istri), Pemred Majalah Gemari Drs Dadi Parmadi, MA, Drs Fajar Wiryono, Rudi Lubis, para keluarga besar dari kedua mempelai, para kerabat, para wartawan Majalah
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Gemari, Staf Radio DFM 103,4 serta undangan lainnya. Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari mengucapkan selamat atas pernikahan Geni dan Ranu. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah dan barokah. Dikaruniai anak-anak yang sholeh dan sholehah. Selalu dalam bimbingan dan perlindungan Allah SWT. Aamiin. ADE S
CERITA SAMPUL
Bupati OKI Iskandar, SE
Posdaya Bangun Kesejahteraan Desa Posdaya nampak seperti sebuah program yang diibaratkan sebagai gadis cantik, menarik dan lincah tetapi tetap ramah dan tidak tinggi hati. Karena selalu mengedepankan kebersamaan dan musyawarah. Silahturhami sebagai ruh utamanya. Partisipasi sebagai tulang penguatnya. Keserdahanan, simpel namun pro rakyat, program pos pemberdayaan keluarga itulah mampu menarik simpati seorang Iskandar yang berlatar belakang sebagai seorang pengusaha, yang kini mendapat amanah dan kepercayaan rakyat Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
“H
ARAPAN saya, Posdaya ini menjadi suatu pil tambahan untuk menambah energi pembangunan di Kabupaten OKI guna mempercepat pembangunan dari desa,” ujar adik Hatta Radjasa (Menko Perekonomian era Pemerintahan Presiden SBY), saat Majalah Gemari melontarkan pertanyaan pertama, usaia menyerahkan kembali ratusan mahasiswa KKN tematik Posdaya berbasis masyarakat kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang di kantornya, di Kayu Agung, OKI belum lama ini. Iskandar menyebut, Posdaya bergerak dalam pemberdayaan masyarakat yang intinya adalah bekerja sama dengan PKK, PMD untuk menggerakan masyarakat agar masyarakat nantinya betul-betul tidak ada waktu luang untuk menganggur. Bahkan, menurutnya semua dengan Posdaya melalui berbagai kegiatan pemberdayaannya menjadi aktif, produktif dan partisipatif. “Sehingga, semua tumbuh, pekarangan tumbuh, kebun tumbuh, halaman rumah tumbuh, lahan sempit dis ekitar rumah tumbuh menjadi kebun-kebun bergizi dengan berbagai tanaman sayuran, seperti cabai, tomat, terong, bayam, kangkung, sawi, dan sebagainya,” tuturnya mengalir dengan khas Wong Kito. Selain itu, ada kolam mini untuk beternak ikan. Maupun beternak ayam, atau ternak lainnya yang bisa menambah gizi keluarga, bahkan dapat membantu menambah ekonomi
keluarga. “Sehingga dengan banyak yang tumbuh dengan adanya gerakan masyarakat melalui Posdaya akan menumbuhkan pula ekonomi keluarga secara lebih produktif,
Iskandar, SE [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
35
Lindasari SE mendampingi Prof Dr Haryono Suyono dan Dr HM Idris saat melihat wirausaha ekonomi produktif Kelompok Posdaya Posta Agung.
dan akan mengurangi pengangguran serta kemiskinan,” ujarnya. Angka kemiskinan di Kabupaten OKI pada tahun 2015 ini turun menjadi menjadi 15,47 persen dibandingkan tahun 2013 sebesar 15,82 persen atau turun sebesar 0,35 persen menempati posisi kesepuluh di Sumatera Selatan. “Alhamdulillah Kabupaten OKI terus mengalami kemajuan dan perkembangan di sejumlah sektor termasuk turunnya angka kemiskinan, dengan kondisi kesejahteraan masyarakat yang makin bagus ini menggam-
Bupati OKI Iskandar, SE, bersama istri tercinta Lindasari, SE.
36
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
barkan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,” katanya. Pertumbuhan ekonomi juga meningkat menjadi 6,80 persen dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,45 persen. Untuk laju inflasi meningkat menjadi 7,90 persen pada tahun 2014 dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 7,53 persen. Begitu juga dengan pendapatan per kapita penduduk atas dasar harga berlaku (ADHB) meningkat menjadi Rp 12.665.509,dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp 10.470.544. Sedangkan untuk pengangguran terbuka dari 6,11 persen menurun menjadi 3,48 persen, angka harapan hidup dari 68,71 meningkat menjadi 68,75, ratarata lama sekolah 6,77 meningkat 7,05, dan indeks pembangunan manusia (IPM) meningkat menjadi 72,26 dibandingkan tahun 2013 sebesar 71,82. Terkait perkembangan dan gairah masyarakat dalam membangun kesejahteraannya, Iskandar optimis, terlebih adanya support dari Prof Dr Haryono Suyono dengan Posdayanya. “Kota OKI harus dibangun dari bawah. Itu saya sudah didengungkan sejak 2008. saya siap bersama dukungan Posdaya membangun kesejahteraan masyarakat dimulai dari desa,” ujarnya. Iskandar dikenal ramah dan santun ini menuturkan, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan kita semua di sini sedang bekerja keras untuk mewujudkan kedaulatan dan kesejahteraan masyarakat mewujudkan pembangunan yang merata menyentuh masyarakat. Saat ini jumlah penduduk di Kabupaten OKI hampir mencapai 1 juta jiwa. Ini merupakan jumlah penduduk yang besar. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualitasnya, justru akan menjadi beban.
Untuk itu berbagai upaya meningkatkan kualitas penduduk harus dilakukan, salah satunya dengan membentuk pospos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Yaitu sebuah forum silahturahmi yang bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. ”Dengan adanya Posdaya ini diharapkan dapat menjadi wadah koordinasi masyarakat yang dapat mendorong dan merangsang terbentuknya masyarakat yang mandiri jauh dari kemiskinan,” tuturnya seraya menmabahkan, berbicara pemberdayaan maysarakat yang terberat adalah mengubah maindset masyarakat. ”Saya berharap melalui Posdaya dapat merangsang agar masyarakat menjadi kreatif dan bukan masyarakat yang selalu tergantung pada pemberian pemerintah. Walaupun dari sisi waktu maih kurang, namun paling tidak para mahasiswa mampu memanfaatkan momentum ini,” imbuhnya. Ia berharap, masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan Posdaya dengan sebaik-baiknya untuk membangun kesejahteraan secara partisipatif. Itulah inovasi membuka diri dari Bupati Iskandar yang ingin menjadikan OKI sebagai kabupaten yang produktif, efektif, ramah, amanah dan unggul (Perahu) seperi tagling saat kampanyenya dulu. Saat ini sudah berdiri 167 Posdaya hasil kegiatan KKN mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang. Posdaya yang sudah berdiri ini harus diisi, dikuatkan dan selanjutnya didorong untuk mandiri. ”Saya harapankan Posdaya akan bisa menjadi motor penggerak kegiatan pemberdayaan masyarakat di OKI. Posdaya menjadi motor penggerak para pejuang di desa-desa,” tuturnya bersemangat. Sebagai kepala daerah yang pro pembangunan berkeadilan yang pro rakyat, erkait perkembangan serta tumbuh kembang Posdaya, Bupati Iskandar pun ke depan akan selalu welcome terhadap kehadiran mahasiswa,
Iskandar, SE menerima paket Buku Posdaya dari Ketua Yayasan Damandiri dan Penggagas Posdaya Prof Dr Haryono Suyono.
seperti yang dilakukan mahasiswa peserta kegiatan kuliah kerja nyata dari Universitas Muhammadiyah Palembang yang bersama masyarakat dan tokoh setempat berhasil mendirikan Posdaya. “Kami akan welcome terus terhadap mahasiswa-mahasiswa yang akan melakukan kegiatan kuliah kerja nyata di daerah kami. Karena OKI merupakan salah satu sasaran daripada kegiatan kuliah kerja nyata mahasiswa perguruan tinggi baik universitas maupun sekolah-sekolah tinggi lainnya,” katanya. Semoga saja kehadiran Posdaya juga bisa membantu membangun keasadaran semua pihak sehingga ke depan tak ada lagi musibah kabut asap yang menyesakan pernapasan dan kesehatan akibat pembakaran lahan di setiap musim kemarau. Meski tak saling berkait, namun setidaknya peresmian Posdaya dan keberadaan Posdaya menjadi “penyambut” bagi rencana kedatangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke Kabupaten OKI untuk melakukan panen raya bersama Gubernur Sumsel H Alex Noerdin dan Bupati OKI H Iskandar SE, pada Oktober ini. Pada 17 Oktober, Presiden Joko Widodo direncanakan bakal menghadiri kegiatan Panen Raya Padi di Desa Tapus, Kecamatan Pampangan. Pada tanggal tersebut bersamaan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia, dan untuk tingkat nasional dipusatkan di Jakabaring, Palembang. HAR Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
37
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Rumusan «Sustainable Development Goals» Diterima PBB Pada hari Jumat tanggal 26 September 2015, Program Abad Millennium (MDGs) secara resmi dianggap berakhir. Melalui Sidang PBB di New York, yang dihadiri tidak kurang dari 193 negara anggota diputuskan kelanjutan Pembangunan Abad Millennium MDGs itu melalui kesepakatan program dunia dengan sasaran dan target-target baru yang lebih luas sebagai Sustainable Development Goals (SDGs) untuk masa lima belas tahun yang mendatang.
P
Program baru Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu komitmen guna meningkatkan kemajuan ummat manusia melalui upaya pemenuhan kebutuhan dalam lingkungan sumber daya alam yang terbatas. [FOTO: ADE S]
38
ROGRAM Pembangunan Abad Millennium (MDGs) memberi pengaruh kepada banyak Negara dalam mengembangkan program pembangunan melalui suatu paket multisektor yang luar biasa. Paket pembangunan itu memberikan fokus kepada upaya pengentasan kemiskinan, kelaparan, perhatian terhadap masalah kesehatan, pendidikan, ketidak setaraan gender dan kelestarian lingkungan. Paket MDGs secara sederhana mudah dimengerti sehingga melalui pemetaan keadaan yang dihadapi, para pengambil keputusan dapat dengan mudah memilih prioritas dan mengarahkan pembangunan di wilayahnya dengan tepat. Namun demikian karena berbagai alasan, keberhasilan pembangunan abad Millennium sangat variatif. Banyak Negara dapat mencapai target MDGs, namun banyak pula yang masih mengalami kendala untuk mencapai target pada akhir tahun ini. Sebagian pencapaian target bersifat semu, misalnya berkat keberhasilan pemba-
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
ngunan ekonomi di China misalnya, angka kemiskinan di Negara berkembang dapat diturunkan separonya. Namun dapat dicatat bahwa janji Negara maju untuk memberikan bantuan dana pembangunan tidak seluruhnya dapat direlisasikan. Kegagalan pencapaian target MDGs menjadi bahan diskusi yang menarik pada kalangan perguruan tinggi maupun pada kalangan masyarakat madani. Sebagian menyalahkan tidak adanya kebijakan yang terfokus, sebagian lainnya menyalahkan tidak ditepatinya janji oleh Negara maju untuk membantu Negara berkembang. Sebagian lain menyalahkan adanya perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya musibah bencana alam yang merugikan rakyat banyak di Negara-negara berkembang. Namun pengalaman pengembangan program global seperti MDGs itu merangsang banyak Negara tetap berminat mengembangkan skema baru yang kemudian disebut sebagai Sustainable Development Goals (SDGs). Disepakati bahwa program baru Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu komitmen guna meningkatkan kemajuan ummat manusia melalui upaya pemenuhan kebutuhan dalam lingkungan sumber daya alam yang terbatas. Kemajuan upaya pembangunan manusia biasanya diukur melalui Human Development Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia (IPM). Sedangkan peningkatan kebutuhan manusia akan sumber daya alam yang terbatas biasanya diukur melalui Ecological Footprint. Melalui dua macam cara pengukuran tersebut para ahli dunia meng-
ukur keberhasilan upaya manusia untuk meningkatkan pembangunan manusia tanpa harus mengorbankan kemampuan sumber daya alam yang terbatas. Biasanya disepakati bahwa dalam keadaan IPM sampai ke tingkat tinggi, misalnya 0,8, disertai penggunaan sumber daya alam sampai batas yang dianggap tidak membahayakan, merupakan pedoman yang perlu dianut dan dipergunakan oleh setiap Negara agar pembangunan berkelanjutan dapat berjalan dengan baik. Biarpun secara umum tingkat kesadaran atas pembangunan berkelanjutan meningkat tajam, tetapi dari suatu studi diketahui bahwa pada tahun 2003 hanya ada satu saja dari 93 negara menganut batas yang dianggap wajar. Di Negara maju misalnya tercatat ada perbaikan angka IPM tetapi umumnya diikuti oleh kenaikan angka Ecological Footprint. Keadaan itu menggambarkan adanya kekhawatiran atas kerusakan sumber daya alam dan makin menjauhkan upaya pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya ada juga negara-negara berkembang yang mengalami kenaikan nilai IPM tetapi tidak diikuti naiknya kebutuhan rata-rata penduduknya atas sumber daya alam yang tersedia di negaranya. Dari 17 tujuan SDGs 2015 yang menjadi bahan laporan PBB dan diresmikan pada tanggal 26 September lalu, umumnya dibagi secara kasar menjadi tiga kelompok yang sangat penting. Kelompok pertama meliputi pengentasan kemiskinan, kelaparan dan keamanan pangan; kesehatan; pendidikan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta akses terhadap air dan sanitasi, termasuk juga perlindungan sosial. Pada kelompok kedua difokuskan pada bidang ekonomi dan lingkungan hidup yang pada umumnya merupakan penyempurnaan dari sasaran yang tertuang dalam MDGs, utamanya menggaris bawahi peranan yang dapat diberikan oleh sektor-sektor produktif yang dipadukan dengan upaya pembangunan berkelanjutan. Dalam kelompok ini diberikan tekanan pada upaya pembangunan berkelanjutan, kesempatan kerja yang menguntungkan; akses pada sumber energy; infrastruktur; industrialisasi dan inovasi; kota yang aman dan permukiman; perubahan iklim; kelautan, laut dan kekayaannya; serta ekosistem dan keaneka ragaman alam. Kelompok ketiga ditujukan untuk meningkatkan sasaran MDGs dalam hal mengatasi kesenjangan antar dan dalam setiap Negara; kebutuhan untuk memperkenalkan pola
konsumsi dan produksi; pengemDunia memasuki era bangan masyarakat yang inklusif dan damai; akses pada keadilan yang baru yang memberi efektif untuk semua, serta lembaga harapan di mana yang akuntabel dan inklusif pada manusia memegang semua tingkatan. peranan penting untuk Secara khusus dirahkan agar suatu pembangunan upaya melalui SDGs dapat menghilangkan atau setidaknya menguyang berkelanjutan. rangi kelemahan yang terjadi selama Lebih dari itu masa pelaksanaan pembangunan diperlukan komitmen Abad Millennium yang lalu. Banyak politik yang sangat diamati bahwa kegagalan di masa tinggi dalam suatu dan lalu menjadi sangat berat bagi negara dengan pendapatan rendah antar negara untuk berupa kesalahan pada pelaksanaan saling membantu dan di tingkat lapangan. Oleh karena itu menggerakkan sebelum dilakukan Sidang PBB pada partisipasi masyarakat hari hari Jumat lalu, telah dilakukan yang luas, dukungan persiapan yang cukup panjang disertai diskusi yang sangat luas. dana serta kearifan lokal Sekretaris Jendral PBB Ban Kiyang memberi Moon telah mengadakan pertemuan dukungan pencapaian tingkat tinggi sejak tahun 2012 yang yang merata dan luas. menghasilkan laporan khusus tentang SDGs disertai sasaran-sasaran yang direkomendasikan. Telah pula dibentuk Panitia tingkat tinggi untuk membahas sasaran SDGs yang akan dijadikan bahasan global yang dipimpin bersama oleh Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Liberia Ellen Johnson. Dengan diterimanya konsep SDGs oleh PBB, yang memberi perhatian pada pembangunan ekonomi, lingkungan dan tujuan-tujuan pembangan sosial dapat dianggap sebagai langkah maju untuk ummat manusia. Langkah itu diharapkan segera diperkenalkan secara luas dan diadopsi oleh setiap anggota PBB agar gagasan serta indikator operasionalnya dapat dijadikan pedoman untuk mengarahkan pembangunan limabelas tahun kedepan. Dunia memasuki era baru yang memberi harapan di mana manusia memegang peranan penting untuk suatu pembangunan yang berkelanjutan. Lebih dari itu diperlukan komitmen politik yang sangat tinggi dalam suatu dan antar Negara untuk saling membantu dan menggerakkan partisipasi masyarakat yang luas, dukungan dana serta kearifan lokal yang memberi dukungan pencapaian yang merata dan luas. *) Penulis adalah Ketua Yayasan Damandiri, Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
39
PENDIDIKAN
Universitas Trilogi
Jadikan Tahun 2015 sebagai Tahun Budaya Mutu Memasuki tahun ajaran 2015-2016, Universitas Trilogi Jakarta berhasil menaikkan jumlah mahasiswa melampaui target yang diharapkan. Universitas yang belum lama berdiri ini kini telah menerima sekitar 1037 mahasiswa baru untuk siap dididik menjadi teknopreneur baru. Sebuah angka yang cukup fantastis, karena pihak universitas sebelumnya hanya menargetkan menerima 930 mahasiswa baru.
Ketua Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono menggelorakan semangat para mahasiswa baru untuk melahirkan kreasi-kreasi baru. [FOTO: MULYONO]
40
“S
AYA melihat ini suatu prestasi yang harus disyukuri oleh civitas akademika, karena memang sejak dulu kami menginginkan di atas 900. Jangan sampai hanya sebagian kecil orang saja yang bisa menikmati konsep-konsep Universitas Trilogi ini, yaitu teknopreneur, kolaborasi dan kemandirian. Sehingga keinginan lebih dari 900 itu cita-cita dari segi jumlah. Tapi tentunya jumlah ini baru tahap awal,” jelas Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc di sela acara acara Program Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (PPKMB) di Kampus Universitas Trilogi beberapa waktu lalu. Hadir dalam acara ini Ketua Pembina Yayasan Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Prof Dr Haryono Suyono yang ikut memompa semangat mahasiswa untuk lebih menggali unsur kresasi dan unsur ciptaan-ciptaan baru agar melahirkan interpreneur-interpreneur baru dari Univer-
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
sitas Trilogi. “Mahasiswa Universitas Trilogi harus sanggup meningkatkan kemampuan universitas, ikut menyempurnakan, punya kemampuan menciptakan sarjana peduli pada masyarakat. Percaya pada masyarakat akan menjadi kekuatan luar biasa untuk bangsa Indonesia,” ungkap Prof Haryono Suyono penuh semangat di hadapan sekitar seribu-an mahasiswa baru. Untuk diketahui, Universitas Trilogi merupakan pengembangan dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) yang didirikan 1988, di bawah naungan Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ). Namun mulai “berganti baju” menjadi Universitas Trilogi baru sekitar dua tahun lalu, yaitu Maret 2013, yang memiliki komitmen pada pengembangan kewirausahaan berbasis penguasaan teknologi (teknopreneur), kemampuan bekerjasama dan mengelola
teamwork yang solid serta jejaring yang luas (kolaborasi) dan memiliki kreativitas serta adaptif, sehingga mampu membangun potensi diri (kemandirian). Pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2015-2016 ini, Rektor Universitas Trilogi mengatakan akan lebih meningkatkan mutu dari sumber daya mahasiswa. Dengan terjadinya peningkatan jumlah mahasiswa yang fantastis ini, Universitas Trilogi akan memberikan pelayanan excelent yaitu pelayanan prima agar mahasiswa belajar dengan baik. Selain itu, mahasiswa Universitas Trilogi juga diharapkan bisa menerapkan konsep trilogi, mulai dari ilmu pengetahuan dan teknologinya sehingga bisa meningkatkan hard skillnya juga kolaborasi dan kerja sama. “Pelayanan yang baik ini akan disiapkan oleh dosen di kelas atau pun di luar kelas melalui program yang pada tahap awal ini sudah membentuk tahap belajar, dibimbing dosen yang kita sebut Tim Bimbingan dan Konseling,” jelasnya. Guna menanamkan satu kesatuan, Tim Bimbingan dan Konseling ini sejak awal dilaksanakan dalam satu kelompok dengan bermacam-macam program studi (prodi). “Dalam setiap kelompoknya, satu dosen akan membina 10 -15 mahasiswa multi prodi. Kemampuan keras diberikan prodi-nya, kemampuan lunak diperoleh dari bimbingan dan konseling. Ini yang kami siapkan agar mereka menjadi bagian dari budaya mutu. Itu sebabnya tahun akademik 2015 – 2016 ini kami sebut tahun budaya mutu,” tukasnya. Kalau tahun akademik 2015-2016 disebut Tahun Budaya Mutu, Universitas Trilogi menyebut tahun sebelumnya adalah Tahun Budaya Riset dan Interpreneur. ”Tahun budaya riset tidak dihilangkan. Artinya, semua harus memahami konsep mutu, pelayanan bermutu dan proses belajar mengajar yang bermutu,” cetusnya. Tahun Budaya Mutu akan dibarengi fasilitas dalam ruangan yang semuanya dilengkapi infocus, WIFI dan AC. Para dosennya juga pintar berkreasi supaya mahasiswanya bisa diajak berdiskusi dengan baik, penyampaian materi yang baik dan mencari bahan bebas dari
berbagai sumber. Di bidang administasi pendidikan juga sudah menyiapkan fasilitas sistem informasi akademik yang cepat, mudah, tidak complikated dan mahasiswa cepat menggunakannya. Pengenalan Posdaya Pada acara Program Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru yang dilaksanakan selama tiga hari ini belum termasuk program studi, baru tahap pembinaan tingkat dasar. Seperti kedisiplinan dan kolaborasi. “Pada hari ketiga, kita akan meningkatkan keakraban dengan mahasiswa termasuk makan bersama dalam satu daun, supaya antara dosen dan mahasiswa merasakan kerjasama,” tandasnya. Upacara resmi penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan seminggu setelah program Pengenalan Mahasiswa Baru selesai, yaitu pada 22 September 2015 dalam bentuk sidang senat terbuka, melibatkan Guru Luar Biasa, Guru Besar Tamu, seluruh anggota senat dan para ketua pusat. “Setelah peresmian mahasiswa baru ini barulah dimulai perkuliahan di kampus,” ujarnya. Dalam program pengenalan kampus bagi mahasiswa baru atau yang lazimnya dikenal dengan Ospek (Orientasi studi pengenalan kampus), tidak ada yang sifatnya penggodokan oleh mahasiswa senior. Program Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru Universitas Trilogi dilakukan oleh dosen dibantu mahasiswa seniornya. “Mahasiswa senior sudah diberi instruksi dan mereka memahaminya. Kalau mereka ada kekerasan fisik, bisa menyebabkan cedera batin yang panjang. Bisa saja mahasiswa baru
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc saat mendemontrasikan tongkat narsis untuk berselfie ria bersama para mahasiswa baru. [FOTO-FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
41
Mahasiswa Universitas Trilogi dipersiapkan menjadi teknopreneur, teamwork yang solid dan mandiri.
42
ini akan membuat hal sama pada adik kelasnya. Ini yang akan kami potong. Jadi kami betul-betul memotong tidak ada lagi mahasiswa senior melakukan kekerasan psikologis maupun fisik,” imbaunya. Selain pengenalan program studi, Program
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Pengenalan Kampus juga diisi dengan pengenalan kelembagaan, termasuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) agar mahasiswa mau berkolaborasi dengan masyarakat. “Sejak awal, para mahasiswa diberi pemahaman bahwa Universitas Trilogi adalah universitas yang terbuka, universitas yang tidak saja ada ruang kuliah di alam tapi ke luar juga. Jadi sejak awal nanti kami mengingatkan mereka bahwa kita bagian dari Posdaya,” tegasnya. Program Studi yang paling diminati adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, jurusan manajemen dan akutansi. Program Studi baru yang juga diminati adalah Desain Komunikasi Visual dan Ilmu Teknologi Pangan. Untuk meningkatkan belajar mahasiswa, Universitas Trilogi juga menyalurkan beasiswa dari Yayasan Supersemar dan Yayasan Damandiri yang memprioritaskan untuk mahasiswa berprestasi dan berasal dari keluarga yang ekonominya kurang mampu. Ada pula beasiswa dari pemerintah dalam program bidik misi, yaitu memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang memerlukan biaya. “Beasiswa prestasi memang selalu kita berikan dalam bentuk keringanan pembayaran bagi mahasiswa yang IPK nya selalu di atas 3,5. Ada yang diringankan SKS nya, bahkan dihapus SKS nya,” jelasnya. Saat ini, Universitas Trilogi juga sudah merintis kerja sama dengan sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengusulkan kegiatan mahasiswa yang memerlukan CSR. Paling tidak, dalam bentuk kemudahan melakukan kegiatan bersama BUMN diberikan intensif atau gaji. Intensif juga diberikan di luar negeri. Respon di Jepang itu juga akan menjadi bagian proses pendidikan mahasiswa untuk lebih meningkatkan pengalamannya dan memberi nilai tambah. Karena tidak semua kampus melakukan ini. RW
PENDIDIKAN
Talkshow Resusila Fair 2015 Universitas Pancasila
Posdaya, Ide Berpikir Besar Mulai dengan Hal Kecil Mahasiswa di era reformasi kerap disebut sebagai agen perubahan. Namun disayangkan yang terjadi saat ini para mahasiswa seringkali lebih mementingkan diri sendiri, bahkan sangat jauh terlibat dari kepentingan sosial dan masyarakat. Persoalan besar itulah yang menjadi pembahasan dalam acara Talkshow Resusila Fair 2015 yang digelar mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pancasila (UP) Jakarta pada Rabu pagi 23 September 2015 lalu. Melalui tajuk itu mahasiswa diharapkan mampu berpikir besar dengan hal yang kecil di antaranya melalui gagasan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Ketua Bidang Relawan PMI Pusat HM Muas, SH (kanan) dan Staf Ahli Bidang Otonomi Daerah Kemensos RI Drs Wawan Mulyawan, MM (kedua dari kanan) yang dipandu moderator Dr Ir Iha Haryani Hatta, SE, MM (kiri) saat mengisi acara Talkshow Resusila Fair 2015 Universitas Pancasila. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA yang mengangkat tema “Mengenal dan Menentukan Langkah Strategis kepada Mahasiswa untuk Ekonomi dan Sosial Masyarakat terhadap Pemberdayaan Desa” ini sebagai upaya mahasiswa Universitas Pancasila dalam menyikapi pentingnya koneksi antara mahasiswa dengan pemberdayaan desa. Sebagai mahasiswa dituntut untuk peduli dan turut andil dalam pemberdayaan masyarakat sebagaimana diwajibkan dalam Tri Dharma perguruan tinggi. Acara yang diprakarsai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Kementerian Sosial RI dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian para mahasiswa FEB UP. Ratusan mahasiswa tampak antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi menghadirkan narasumber yang ahli
dibidangnya. Seperti, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Bidang Relawan PMI Pusat H Muhammad Muas, SH dan Staf Ahli Bidang Otonomi Daerah Kementerian Sosial RI Drs Wawan Mulyawan, MM yang dipandu moderator Dr Ir Iha Haryani Hatta, SE, MM. Tak pelak, acara yang berlangsung di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Kampus UP Jl Serengseh Sawah, Jagarkasa, Jakarta Selatan ini tampak menarik dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan, tentang besarnya persoalan yang dihadapi seluruh eleman bangsa saat ini. Dirinya mengajak para mahasiswa untuk berpikir besar. “Dalam berpikir besar itu, saudarasaudara baik yang senior maupun mahasiswa baru, saya ajak untuk berbuat sekecil apapun tanpa menunggu komando,” ujar Prof Haryono Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
43
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya di hadapan ratusan mahasiswa FE Universitas Pancasila.
Panitia penyelenggara bergambar bersama para narasumber acara.
44
di hadapan ratusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila. “Kalau saudara berhadapan dengan rakyat banyak di desa jangan berikan yang terlalu tinggi. Karena kalau terlalu tinggi rakyat tidak bisa berpartisipasi. Ajak rakyat mengunyah sesuatu yang sederhana, sehingga dalam waktu yang singkat rakyat bisa langsung menguasai dan mahir. Ini prinsip, masalah besar, berpikir besar tetapi memulai dengan hal-hal yang kecil,” tegas Prof Haryono. Yang penting, lanjut Prof Haryono, adalah partisipasi dari seluruh raykat desa. Baik dalam upaya pengentasan kemiskinan atau upaya sukarela menjadi relawan PMI. “Jadi yang penting adalah partisipasi dari sasaran pembangunan kita,” tegas Prof Haryono. Indonesia dewasa ini, ungkap Prof Haryono, mempunyai persoalan penduduk yang sangat besar. “Penduduk yang sangat besar ini diba-
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
rengi dengan ledakan usia penduduk 15 tahun dan 60 tahun. Itu yang menjadi sasaran kita, bukan satu atau dua juta penduduk tetapi lebih dari 250 juta penduduk. Dari jumlah itu, sebanyak 200 jutanya adalah usia seperti saudara-saudara, 15 sampai 60 tahun,” jelas Prof Haryono. Dan hal ini, tambah Prof Haryono, merupakan ledakan penduduk yang luar biasa. “Namun yang menjadi persoalan besar, dari 200 juta yang berusia 15 sampai 60 tahun itu mayoritas kondisi pendidikan dan sosial ekonominya rendah. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik, red) angka kemikiskinan Indoneisa sekitar 11 hingga 12 persen namun menurut bank dunia sebesar 40 persen. Jadi kita dihibur angka BPS tetapi orang di dunia memandang negara kita hampir setengahnya miskin. Inilah yang harus dicari jalan keluarnya,” tukas Prof Haryono. Solusinya, lanjut Prof Haryono, para mahasiswa harus berani mulai melakukan sesuatu dari tingkat desa untuk memajukan anak bangsa. “Para mahasiswa harus turun ke desa, tidak usah jauh-jauh tetapi desa yang berada di sekitar tempat kost para mahasiswa atau kampus. Berbuatlah sebagai relawan di sekeliling tempat suadara-saudara dengan membuat forum pertemuan rakyat desa yang disebut Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya, red),” imbuh Prof Haryono. “Posdaya ini, bisa diisi oleh apa saja. Bias diisi dengan kegiatan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), kegiatan ekonomi, kegiatan kesehatan dan berbagai kegiatan lainnya,” ujar Prof Haryono seraya menjelaskan sasaran dari keberadaan Posdaya itu adalah anak-anak usia muda dan pasangan-pasangan muda. Yang harus dimasukkan, lanjut Prof Haryono, kepada anak-anak usia muda dan pasangan-pasangan muda itu pertama, harus dihidupkan dan disegarkan kembali hidup gotong royong dan peduli kepada sesama. “Kedua, carilah di sekitar saudara-saudara dalam lingkup Posdaya agar keluarga-keluarga itu tetap
sehat, halaman rumahnya bersih, solokan-solokan bersih, airnya mengalir. Ketiga, carilah anak-anak usia sekolah agar anak-anak itu sekolah,” papar Prof Haryono. Keempat, lanjut Prof Haryono, sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi diharapkan para mahasiswa mengadakan pelatihan keterampilan, produksi, manajemen, pelatihan accounting yang sederhana maupun pelatihan pemasaran sederhana. Jadilah guru, sebab menjadi guru rakyat, kalau rakyatnya pintar maka dengan sendirinya saudara saat ujian nanti akan lebih lancar,” tukar Prof Haryono. Kelima, tutur Prof Haryono, jadikan lingkungan desa di mana para mahasiswa menjadi relawan agar menjadi asri dan indah dipenuh dengan berbagai pohon. “Keberadaan lingkungan yang asri dan indah akan memberikan rasa sejuk dan damai di sekitar lingkungan asri dan indah itu. Saudara memberikan kedamaian kepada penduduk kampung,” tutur Prof Haryono seraya menambahkan perlunya keberadaan jamban di setiap keluarga di desa. “Karena jamban keluarga awal dari perdamaian dalam kehidupan di desa,” tegasnya. Dijelaskannya, ada lima syarat agar para mahasiswa mampu mewujudkan langkahlangkah di atas. “Pertama, para mahasiswa harus percaya kepada diri sendiri. Kedua, percaya kepada teman. Ketiga, percaya kepada institusi, yaitu Universitas Pancasila. Keempat, percaya kepada masyarakat. Dan kelima, para mahasiswa harus yakin bahwa saudara adalah mahasiswa dan calon pemimpin yang laku jual,” pungkas Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Kepala LPPM Universitas Pancasila Dra Hj Dewi Trirahayu, MM, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Wakil Dekan III Universitas Pancasila, ratusan mahasiswa FEB Universitas Pancasila dan undangan lainnya. Sedangkan Ketua Bidang Relawan PMI Pusat H Muhammad Muas, SH, menjelaskan seputar kiprah PMI yang lahir bukan dari hasil politik, namun PMI lahir sebagai pelobi Indonesia di tingkat dunia. Ditambahkannya lagi, PMI juga sebagai pendiri Resusila 7791 FEB Universitar Pancasila yang mendukung
para mahasiswa Universitas Pancasila kegiatan sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. “Namun yang penting, dalam melaksanakan setiap aksinya PMI tidak mengenal isitiah ras. Baik agama, suku dan golongan. Dalam menolong di mata PMI semua sama dan tidak dibeda-bedakan,” tukas H Muhammad Muas, SH Sementara Staf Ahli Bidang Otonomi Daerah Kementerian Sosial RI Drs Wawan Mulyawan, MM, menyampaikan seputar dua kegiatan yang saat ini menjadi fokus Kementerian Sosial, yaitu membina potensi sumberdaya manusia dan mengatasi kemiskinan. Sedangkan programnya ada empat bagian yang harus dijalankan. Program rehabilitasi sosial, program perlindungan sosial, program pemberdayaan masyarakat dan Program jaminan sosial. “Dalam melaksanakan program-program ini Kemensos bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi melalui kegiatan masyarakat yang dilakukan oleh para mahsiswa dan dosen,” tutur Drs Wawan Mulyawan, MM. Hal senada juga disampaikan Yosep, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila yang juga Ketua Panitia penyelenggara menjelaskan, Resusila 7791 merupakan organisasi kebanggaan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila yang kini berumur 24 tahun. Organisasi ini telah berperan aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan di bawah binaan Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Selatan. Melalui kegiatan talkshow ini diharapkan para mahasiswa mampu memahami apa yang harus dilakukan, apa saja manfaat dan dampak dalam merealisasikan pengabdian masyarakat. Semoga! ADE S
Salah seorang mahasiswi FE Universitas Pancasila antusias menanyakan seputar pemberdayaan kepada para narasumber.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
45
PENDIDIKAN
Percaya Diri Siswa SMK Cakranenggala Brebes
Liput Gebyar Intensifikasi Posdaya Kini, siswa SMK dari desa berani membuktikan potensi dan ilmu yang didapatkan di sekolahnya. Mereka mempertunjukkan jiwa dan semangat sebagai pemuda potensial dan kreatif yang bertanggung jawab. Liputan Gebyar Intensifikasi Posdaya di Pendopo Kabupaten Brebes menjadi buktinya.
Aji saat mengajari adik kelasnya saat meliput Gebyar Intensifikasi Posdaya di Pendopo Kabupaten Brebes, Jateng. [FOTO-FOTO: HARI]
T
AWURAN itu kuno. Tawuran tindakan tidak produktif. Tawuran hanya membuat diri sendiri maupun orang lain terluka bahkan jiwanya terancam. Tindakan kurang cerdas dan cenderung emosional serta egois tersebut mempermalukan diri sendiri, sekolah muapun orang tua. Dari pada tawuran lebih baik belajar menjadi reporter, kameramen maupun foto grapher. Itu yang dituturkan seorang pemuda desa, yang bisa jadi mewakili remaja-remaja lainnya. Sebagai pemuda menjadi kreator yang memberikan hasil karya potisif dan produktifnya dinikmati dan ditonton orang lain adalah sebuah kebanggan. Adalah Aji Muktoha, siswa kelas 11 SMK Cakranenggala Brebes, Jawa Tengah, memipin tim kecilnya meliput kegiatan akbar di Pendopo Kabupaten Brebes, yang dihadiri Bupati Hj Idza Priyanti, Prof Dr Haryono Suyono, anggota DPRD, jajaran Muspida, camat, lurah, kepala desa, pengusaha, petinggi perguruan tinggi, kepala sekolah, mahasiswa dan kader-kader Posdaya. Mengabadikan peristiwa penting bukan sekadar butuh kesiapan yang matang, tetapi juga keberanian dalam mengambil setiap
46
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
keputusan di lapangan. Siswa Kelas 11 atau kelas II yang baru berusia 16 tahun ini dengan sigap memimpin adik-adik kelasnya mewawancarai tokoh nasional sekelas Pof Dr Haryono Suyono yang bukan saja Menko Kesra, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, tetapi seorang jenius yang berhasil menyelesaikan strata S1, S2 dan S3nya hanya dalam kurun waktu 3 tahun di Universitas Chicago, Amerika Serikat. “Kami harus percaya diri. Harus yakin dalam setiap melakukan kegiatan. Bagaimana mungkin seorang cameramen, reporter maupun foto grapher dapat mendapatkan hasil optimal jika dirinya tidak percaya diri?” kata Aji usai meliput Gebyar Intensifikasi Posdaya di pendopo Kabuapetn Brebes melontarkan satu tipsnya. Sebagai siswa SMK jurusan broadcast, Aji memang melakukan sebanyak mungkin kegiatan praktek lapangan. Ilmu teori yang didapatkan di kelas tidak lebih dari 30 persen. Aji bersama teman-teman sekelas, bahkan acapkali mengajak adik-adik kelasnya praktek lapangan. Tentu kegiatan di luar sekolah sepengatahuan dan seijin dari sekolah. Pasalnya, Aji bersama
tim kecilnya, tidak saja membawa peralatan kamera foto tetapi juga kamera yang biasa dipakai televisitelevisi merekam dan mengambil gambar. Meski dengan kesederhanaan yang Nampak dalam tamilan sebagaimana pelajar pada umumnya, tetapi kecakapan dan kegesitannya cukup mendapat acungan empol. Mental Aji dan teman-temannya juga cukup bagus. Meskipun “tampil” bersama para “guru” bahkan “dosennya” demikian bisa dikatan. Karena disamping Aji dan kawankawannya, Tim TVRI Jawa Tengah serta Tim TV swasta nasional dari Jakarta tengah meliput kegiatan besar “Gebyar Intensifikasi Posdaya” di Pendopo Kabupaten Brebes, pada akhir akhir Agustus lalu. “Alhamdulillah berkat banyak melakukan kegiatan praktik lapangan, kami sudah tidak canggung lagi. Kami tidak lagi demam panggung lagi. Karena kami sudah tidak minder,” ujarnya. Bahkan, saat berdampingan dengan beberapa cameramen dari TVRI mapun TV Swasta nasional, Aji sangat bangga. Aji pun berterima kasih karena mendapat kesempatan menimba ilmu langsung dari Kameramen-kameramen maupun crew penata lampu senior dari TV. “Bapak-bapak kameramen TV maupun piñata lampunya tidak pelit membagi ilmu dan pengalaman. Sehingga menambah pengetahuan kami. Ini sangat berarti bagi pengayaan tentang dunia broadcast yang sesungguhnya di lapangan dan bagaimana cara memanaj baik pelasanaan secara normal maupun jika ada kendala di lapangan yang seringkali terjadi di luar perhitungan kami sebagai siswa,” tutur Aji, anak seorang pedagang dan petani di desa yang menggemari dunia pertelevisian. Sebagai remaja yang tengah giat belajar di dunia pertelevisian, Aji juga rajin menggali informasi untuk lebih mengenal kamera standar broadcast, seperti kamera semi broadcast, kamera home use, kamera handy cam hingga kamera jimmy jip cranes. Bukan sekali ini Aji dan timnya meliput kegiatan di pendopo. Kegiatan-kegiatan lainnya
Aji juga rajin menggali informasi untuk lebih mengenal kamera standar broadcast.
juga pernah diliputnya. Kegiatan upacara peringatan ulang tahun Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2015 di alunalun Kota Brebes pun diliputnya. Karena baginya, semakin banyak melakukan praktek lapangan akan semakin baik bagi penguasaan kemampuan dan mematangkan manajerialnya di dunia broadcasting yang sejak dulu dicita-citakannya. Ia ingin mempunyai production house (rumah produksi) sendiri. Bahkan, bukan sekadar ingin menambah maupun untuk mengisi kantongnya, Aji acapkali diajak guru maupn bersama temannya memenuhi pesanan mendokumentasikan perhelatan acara keluarga baik pernikahan maupun sunatan serta acara ulang tahun. “Kami juga sering ikut kegiatan memenuhi undangan untuk mendokumentasikan acaraacara keluarga, seperti sunatan, pernikahan maupun ulang tahun, bahkan acara perhelatan yang diselenggarakan oleh instansi maupun perusahaan. Kami harus siap kalu ingin benar-
Aji dan kawankawannya, praktek sambil belajar pada Tim TVRI Jawa Tengah serta Tim TV swasta nasional dari Jakarta yang tengah meliput “Gebyar Intensifikasi Posdaya” di Pendopo Kabupaten Brebes, Jateng.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
47
Berbagai acara besar sudah sering diliput Aji dan kawan-kawan.
benar mau menekuni dunia broadcast,” kata Aji yang juga senang pada seni peran dan terbilang rajin mengikuti kegiatan workshop, termasuk workshop perfileman. Selain terus belajar mendalami tentang pencahayaan, fokus, tata suara, blocking, komposisi, maupun manajerial biaya produksi, Aji maupun yang lainnya, seperti yang dituturkan siswa kelas 11 SMK Cakraneggala Brebes ini, melatih rasa percaya diri menjadi hal yang tak kalah penting dalam setiap kegiatan. Apa pun kegiatannya rasa percaya diri itu wajib. “Rasa percaya diri itu wajib. Kami harus percaya diri. Harus yakin dalam setiap mela-
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
48
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
kukan kegiatan. Bagaimana mungkin seorang kameramen, reporter maupun foto grapher dapat mendapatkan hasil optimal jika dirinya tidak percaya diri?” kata Aji yang bangga menimba ilmu di SMK Cakranenggala sebagai sekolah broadcast yang cukup kesohor, karena hanya satu-satunya ada di kota penghasil bawang merah dan telor asin ini, bahkan Tegal. Aji pun sangat senang ketika Ketua Yayasan Damandiri usai diwawancarai untuk News TV SMK Cakraneggalanya, agar terus rajin belajar dan banyak melakukan kegiatan praktek lapangan, termasuk meliput kegiatan-kegiatan Posdaya sebagai pembelajaran mendokumentasikan kegiatan pemberdayaan. “Aji, dan juga siswa-siswa SMK lainnya berbagai daerah merupakan calon mitra baru Posdaya. Karena Yayasan Damandiri dan pemerintah daerah bersama mitra perguruan tinggi mengajak tenaga siswa SMK potensial untuk ikut membagi pengetahuan ketrampilan pada keluarga pra sejahtera termasuk di Posdaya di pedesaan,” kata Prof Dr Haryono Suyono pada Aji dan teman-temannya. Dengan membentuk Posdaya berbasis SMK, nantinya mahasiswa yang melaksanakan KKN Tematik Posdaya tidak saja dihubungkan dengan masyarakat melalui PAUD sampai dengan SMK dan sekolah menengah atas lainnya. Tetapi, dipadukan sehingga berbagai ketrampilan yang diajarkan ditingkat SMK bisa dipraktekkan kepada keluarga para sejahtera yang ada di desa. Tenaga muda terampil SMK ini menjadi asset yang bisa menghasilkan sumbangan besar terhadap pembangunan keluargakeluarga pra sejahtera di pedesaan, bahkan secara tidak langsung membantu mewujudkan kemakmuran keluarga-keluarga secara nasional untuk bangsanya. ”Remaja dan pemuda Indonesia lebih baik rajin berlatih menjadi kreator daripada tawuran. Dengan rajin berlatih, sama arinya kita belajar berusaha menjadi pemuda potensial yang bisa memberikan sumbangsih terbaik sesuai bidang dan keahlian baik buat masa depan kita sendiri maupun keluarga serta bangsa ini,” pungkas Aji seraya menjulurkan tangannya untuk bersalaman karena harus segera berbegas kembali ke sekolahnya di SMK Cakranenggala Brebes. Sukses ya, Aji! HARI
PENDIDIKAN
Harapan Prof Dr Haryono:
Karya Siswa SMK Yosonegoro Magetan Bisa Laku Jual Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono terus mengadakan Sosialisasi Posdaya. Kali ini Sosialisai Posdaya di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, sekaligus pembukaan pelatihan teknik sepeda motor, dalam rangka pemberdayaan masyarakat di SMK Yosonegoro. Acara berlangsung pada 12 September 2015 lalu itu sangat menarik. Pasalnya, para siswa SMK Yosonegoro unjuk kebolehan dalam menampilkan karya-karyanya berbagai otomotif juga mesin-mesin lainnya.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya tentang Posdaya. [FOTO-FOTO: DEDE H]
H
ARAPAN Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam kesempatan itu, tak lain, mesin-mesin yang diciptakan para siwa SMK Yosonegoro bisa “laku jual”. Dalam artian, masyarakat desa memang membutuhkan mesinmesin karya anak-anak bangsa yang cukup cerdas. Memang SMK Yosonegoro telah berhasil menciptakan berbagai mesin seperti pemotong keripik singkong dengan potongan tipis. Juga tampak sejumlah mesin yang mampu membantu masyarakat desa untuk wirausaha. Selain itu, para siswa SMK Yosonegoro berhasil menciptakan motor atau mobil balap produksi siswa SMK Yosonegoro sendiri dengan tenaga mesin gas lpg. Di samping menarik bentuk karya mereka, motor dan mobil balap itu mampu berjalan sesuai yang diharapkan, meskipun harus diperbaiki lagi di sana-sini karena masih terdapat kekurangan. Dalam pameran di lapangan sekolah SMK Yosonegoro terdapat juga mesin
terkait hp yang dapat digunakan untuk menyalakan lampu rumah jarak jauh. Artinya, pemakai handphone menyalakan dan mematikan lampu rumah bisa dari jauh misal sedang bermalam di luar rumah. Ini termasuk karya mereka terbaik karena cukup canggih. Juga cetak cangkir dari foto yang banyak dipasarkan di supermarket. Yang pasti ini semua hasil buatan anak-anak siswa SMK
Prof Dr Haryono Suyono memberi ucapan selamat kepada sejumlah siswa SMK Yosonegoro Magetan.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
49
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Dr Mulyono D Prawiro saat menyaksikan aksi SMK Yosonegoro Magetan dalam menyalakan lampu dari jarak jauh melalui handphone.
Para siswa SMK Yosonegoro Magetan dengan bangga memamerkan hasil kreativitasnya.
50
Yosonegoro yang dibantu oleh para guru pembimbing mereka. Usai pertemuan, Prof Haryono yang ditemui sejumlah wartawan mengatakan, keluargkeluarga desa yang memakai alat-alat atau membuat perbaikan instalasi listrik dan sebagainya kalau perlu dapat mengambil kredit dari Bank UMKM. Dan inisiasi dari alatalat itu, yang misal harganya tidak seberapa dibantu SMK di sini, yang nanti akan memproduksi dari apa yang ada sekarang untuk penggunaan-penggunaan masyarakat. “Karena diproduksi maka tiap kali diprodukasi akan lebih baik. Dan akhirnya nanti kita harapkan alat-alat itu nanti dipatenkan. Sehingga, nanti dapat dijual secara umum dengan harga yang baik, tapi menolong rakyat desa untuk memulai industrialiasi, kegiatan-
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
kegiatan jasa atau lainnya,” harap Prof Haryono, yang ke Magetan di dampingi Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. Tenaganya berasal dari tenaga-tenaga SMK, tambah Prof Haryono, tetapi bermitra dengan keluarga-keluarga yang ada di desa, baik Keluarga-keluarga Pra Sejahtera, atau keluarga kaya yang mengambil tenaga kerja dari Keluarga Pra Sejahtera. “Sehingga gerakan dari universitas dan SMK ini, harapan Pak Gubernur Jawa Timur adalah gerakan yang tidak saja menyejahterakan, meningkatkan keterampilan masyarakat desa, tapi mengentaskan kemiskinan secara gegap gempita,” harapnya lagi. “Karena SMK itu hampir ada di semua kecamatan di Jawa Timur. Jumlahnya sekarang melebihi 1.600-an. Kalau ini kita gerakan dengan serempak maka Jawa Timur ini menjadi model upaya pengentasan, dengan memberikan kesempatan anak muda menjadi pengusaha atau pemimpin atau menjadi mitra usaha-mitra usaha yang ada di desa,” papar Menko Kesra dan Taskin di era Presiden BJ Habibie ini. Ditanya tentang ke depannya SMK bagaimana dan mengapa memilih SMK, Prof Haryono menjawab, karena ternyata SMK selama ini pelatihan dan prakteknya di sekolah. Dan hasilnya seperti yang kita tinjau, dipasang dan disimpan di dalam ruanganruangan tertentu. “Nah daripada praktek di sekolah sekarang prakteknya langsung di desa dengan bermitra masyarakat desa. Oleh karena itu kemitraan ini lalu membangun masyarakat desa di samping membangun kemampuan dari siswa SMKnya sendiri. Karena selama 3 tahun siswa dari SMK itu diawasi dan dituntun oleh gurunya. Dan gurunya produksi bukan menurut kepintaran guru tetapi menurut kebutuhan masyara-
PENDIDIKAN
kat yang laku jual dan menguntungkan,” harap Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN di era Orde Baru ini. “Nah, ini bedanya. Jadi bukan gurunya yang pintar, gurunya nanti harus belajar apa yang akan laku jual. Kalau ngga laku jual, misal bikin mesin tapi untuk ke bulan, ini ngga laku jual. Bikin robot tapi ngga laku jual, ya ngga usah bikin robot. Jadi bikin alat yang laku jual dan tepat guna dan menguntungkan,” harap Prof Haryono semangat. Di tempat sama, Kepala SMK Yosonegoro Drs Nahari Syurur mengatakan, dengan adanya bapak Prof Haryono ini, kegiatan kita semakin bertenaga ke masyarakat. “Selama ini kelemahan kita setelah pelatihan kan tidak ada lagi. Dengan motivasi dan juga bantuan dari Yayasan Damandiri ini, insya Allah setelah dilatih, masyarakat bisa langsung mengaplikasikan apa yang kita latih dan yang diproduksi,” tambahnya. “Dan harapannya nanti bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Inilah yang menjadi tujuan kami di SMK sebenarnya agar keberadaan kami, SMK, umumnya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Itulah yang menjadi tujuan goal kami,” harap Kepala Sekolah SMK Yosonegoro ini, tak kalah semangat. Go Car Fauzan dan Hadi bersama dua temannya yang lain hari itu terlihat sumringah. Pasalnya, motor ciptaan mereka dipamerkan dan menjadi unggulan produksi para siswa SMK Yosonegoro. Yang tak kalah menarik juga Go Car bertampilan mobil balap mini ini tampak keren. Larinya pun lumayan kencang ketika diuji coba di halaman sekolah itu. “Ini kami bikin bersama saepuluh siswa lainnya selama 2 bulan. Go Car ini dibiayai oleh SMK, kami hanya merancang dan membuatnya dibimbing oleh guru pembimbing,” kata Fauzan yang diwawancarai Dede Haeruddin dari Majalah Gemari di sebelah Go Car hasil produksi bersama teman-temannya yang memiliki hobi sama, yaitu otak-atik mesin mobil. “Mendatang kami mau bikin motor listrik atau dengan Pertamax sebanyak 12 liter,” harap Hadi, yang masih duduk di kelas XII TKR. Ia pun berharap, baik motor atau mobil karyanya nantinya bisa laku jual dan dipakai para pemuda Indonsia. Paling tidak, para siswa SMK Yosonegoro berhasil dengan karya gemilangnya. Semoga! DH
Sinergi Posdaya dan SMK Tingkatkan Kesejahteraan Pendidikan keterampilan diiringi pemberdayaan mampu memberi sumbangan berharga bagi kemajuan suatu bangsa. Salah satunya melalui kolaborasi Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dengan siswasiswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh tanah air. Langkah ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan keterampilan siswa SMK untuk meningkatkan ekonomi keluarga prasejahtera terutama di pedesaan. Dalam upaya merealisasikan gagasan itu, pada Selasa pagi 8 September 2015 lalu Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Workshop Sinergitas SMK dengan Program Posdaya Tahun 2015.
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Dikpora DIY dan Yayasan Damandiri ini disambut antusias para pendidik di seluruh DIY. Puluhan kepala SMK se-DIY tampak semangat mengikuti kegiatan ini. Apalagi dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai pembicara utama. Bahkan acara pun dibuka langsung Wakil Gurbernur DIY Sri Paduka Paku Alam IX. Tak pelak, acara yang berlangsung di Sasana Krida Dikpora Jl Cendana No 9 Yogyakarta ini penuh
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya tentang Sinergitas Posdaya dan SMK di hadapan para Kepala SMK se-DIY. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
51
Ponorogo, di Ponorogo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Dijelaskannya, program KKN Tematik Posdaya merupakan program yang sesuai dengan rumusan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). “Dalam paket Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Millennium Development Goals (MDGs) sebagai program pembangunan berkelanjutan. Posdaya, nantinya akan mendata dan memetakan keluarga prasejahtera. Mereka akan diberi pemberdayaan sesuai dengan kebutuhan,” tutur Menko Kesra dan Taskin era Presiden HM Soeharto dan Prof Dr Haryono Suyono didampingi Wagub DIY Sri Paduka Paku Alam IX dan Kadikpora DIY Drs R Kadarmanta Baskara Aji saat menyampaikan paparannya.
Pimpinan Yayasan Damandiri berbincang santai bersama Kadikpora DIY Drs R Kadarmanta Baskara Aji di ruang Kadikpora sebelum acara dimulai.
52
kesan dan bermakna. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono berharap program Posdaya dapat disinergikan dengan program keterampilan yang ada di SMK. Menurut penggagas Posdaya ini, program itu dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam ikut membantu meningkatkan perekonomian keluarga, khususnya keluarga prasjahtera atau keluarga yang kurang mampu di pedesaan. “Sinergitas antara siswa atau mahasiswa dan Posdaya sangat dibutuhkan, mengingat program di perguruan tinggi maupun di SMK dalam pemberdayaan masih ada yang ketinggalan,” ujar pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan para kepala SMK se-DIY seraya menambahkan langkah ini juga telah disampaikan kepada ratusan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
BJ Habibie ini. Selain itu, lanjut Prof Haryono, Posdaya juga akan mendata keluarga anggotanya sesuai kriteria yang ditentukan. Setelah itu akan dilakukan program pemberdayaan. “Dengan begitu, mahasiswa atau siswa bersama pengurus Posdaya membuat kegiatan sesuai potensi anggota Posdaya. Agar menarik minat masyarakat, anggota Posdaya diberi modal,” tegasnya. Bantuan modal itu, tambah Prof Haryono, bisa stimulus. “Dengan adanya program dan kegiatan ini, maka mahasiswa atau siswa bersama keluarga prasejahtera anggota Posdaya mengembangkan kegiatan bisnis yang menguntungkan, selain berbagai program lain,” ungkapnya. Kegiatan itu, jelasnya, antara lain, menggalakkan kembali pola hidup gotong royong dan peduli sesama, menganut pola hidup bersih, sehat, dan keluarga berencana, membuat kebun bergizi, menyekolahkan anak-anak sejak dari usia dini melalui PAUD, meningkatkan keterampilan keluarga serta bekeirja keras dan cerdas. Diakuri Prof Haryono, pilihan jatuh pada sekolah menengah kejuruan (SMK) atau perguruan tinggi, karena para mahasiswa atau siswa SMK mampu untuk menular-
kan berbagai keterampilan pada anggota keluarga prasejahtera. “Mahasiswa atau siswa membentuk, mengisi, mengembangkan jiwa enterpreneur dalam Posdaya. Para mahasiswa dengan ilmu yang dimiliki bisa melatih manajemen produksi, sistem keuangan serta pemasaran. Sedangkan siswa SMK melatih membuat produksi dengan bahan baku lokal sekaligus pemasaranya,” paparnya. Hadir dalam acara Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam IX, Kepala Dinas Pendidikan Dan Olahraga DIY Drs R Kadarmanta Baskara Aji, Sekretaris Dikpora Dra Irawati, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, para Kepala SMK seDIY, para guru SMK dan SMA se-DIY dan undangan lainnya. Potensi SMK luar biasa Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Paduka Paku Alam IX menyatakan betapa pentingnya pendidikan yang berketrampilan. Karena melalui pendidikan dan ketrampilan bisa meningkatkan tarap hidup seseorang lebih baik. Dan lembaga pendidikan seperti ini adanya di SMK. “Oleh karena itu pontensi SMK itu sangat luar biasa,” ujar Sri Paduka Paku Alam IX di hadapan para kepala SMK dan para guru SMK se-DIY seraya mendorong agar pendidikan anak-anak sekolah lebih banyak menempuh pada pendidikan SMK. Sebagai gambaran, Sri Paduka Paku Alam IX mencerikan pengalamannya beberapa puluh tahun silam saat dirinya mengangkat 11 anak dari keluarga tidak mampu yang disekolahkan di SMK. “Kenapa saya milih di SMK? Karena pertama, di SMK itu waktu pendidikan pendek tidak telalu lama. Kedua, jurusannya banyak sekali sehingga anak-anak itu setelah lulus bisa mengembangkan diri sendiri tidak membebani keluarga dan bisa mandiri,” jelasnya. “Alhamdulillah, akhirnya kesebelas anak itu berhasil dan sudah banyak yang sarjana dan banyak yang bekerja di luar negeri hidup
sejahtera dan dapat membantu keluarganya yang masih belum berkemampuan,” ungkap Sri Paduka Paku Alam IX bangga. Diakuinya, SMK di Yogya mempunyai keahlian dan pengalaman yang luar biasa karena dilatih bermacam-macam ketrampilan, tata boga, tata busana dan wisata, tata rias dan lainnya. “Oleh karena itu, SMK yang ada di Yogyakarta agar bisa sinergitas dengan program Posdaya supaya dapat ikut berperan dan memberi warna kehidupan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan,” pinta Sri Paduka Paku Alam IX. Sedangkan Kepala Dikpora Drs R Kadarmanta Baskara Aji menambahakan, program ini sangat bagus untuk mendekatkan antara dunia nyata dan dunia belum nyata. “Karena pendidikan di SMK itu masih bersifat akademik. Dengan adanya pemaduan antara Posdaya dengan SMK dan perguruan tinggi bisa menjadi suatu wadah untuk bisa membumikan program-program yang selama ini ada di SMK dipadukan dengan program yang ada di masyarakat. Karena SMK itu programnya pas untuk kepentingan masyarakat,” jelasnya. Acara mendapat antusias seluruh peserta dengan banyaknya pertanyaan dan tukar pengalaman. Para kepala SMK se-DIY terutama SMK yang mempunyai program keahlian yang diharapkan bisa sinergitas dengan Posdaya bergantian menyampaikan pertanyaan dan usul. Di antaranya agar semua SMK di DIY diadakan pemetaan tentang keunggulan masing-masisng SMK sehingga keunggulann tersebut bisa ditularkan kepada SMK lainnya. Dan diharapkan hasil pertemuan itu segera dapat ditindaklanjuti dengan perguruan tinggi yang ada. Semoga! ADE S
Puluhan Kepala SMK dari berbagai daerah di DIY tampak dengan seksama menyimak paparan narasumber.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
53
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Banyak yang Belum Terungkap Akhir-akhir ini program pengentasan kemiskinan terkesan stagnan, kalau tidak mau dikatakan tidak berhasil, karena jumlah orang miskin di Indonesia bukannya berkurang, melainkan terus bertambah dari tahun ke tahun. Banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan sulit untuk berkurang, padahal sudah banyak dana yang digulirkan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan ini. Saat ini sudah mulai banyak teknologi sederhana ciptaan siswa-siswa SMK di beberapa daerah yang apabila dimanfaatkan dengan baik oleh rakyat desa akan membawa manfaat yang besar dan mereka bisa keluar dari kemiskinan. Siswa-siswa SMK tidak sedikit yang berhasil menciptakan alat sederhana dan apabila dipergunakan akan membantu rakyat desa memproduksi bahan-bahan lokal dan merubahnya menjadi bahan yang laku jual dan menguntungkan.
Keterpaduan antara masyarakat, mahasiswa KKN Tematik Posdaya dan para siswa SMK pada proses pemberdayaan di desa-desa akan memiliki dampak positif menuju kemandirian bangsa. [FOTO:MULYONO]
54
S
ELAMA ini hasil karya ciptaan siswasiswa SMK berupa alat teknologi sederhana atau alat teknologi tepat guna, hanya disimpan dan dipamerkan apabila ada tamu yang berkunjung ke sekolah. Hal ini sungguh memprehatinkan, alat yang diciptakan seharusnya bisa lebih dimanfaatkan dengan baik dan membawa manfaat, justru hanya dipajang dan dipamerkan saja serta tidak difungsikan sebagaimana mestinya. Alat teknologi sederhana ciptaan siswa-siswa SMK itu bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan perekonomian di lingungan Posdaya dan bisa
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
mengurangi kemiskinan di desa-desa. Apabila alat tersebut bisa dikirim dan dipergunakan di desa-desa, maka orang desa akan memiliki keterampilan dan mempermudah mereka untuk merubah sesuatu yang memiliki nilai jual yang lumayan dan akan membantu menciptakan lapangan kerja baru dan akhirnya bisa mengurangi kemiskinan. Sifat terpaduan antara masyarakat, mahasiswa KKN Tematik Posdaya dan para siswa SMK pada proses pemberdayaan di desa-desa akan memiliki dampak positif menuju kemandirian bangsa, maka dari itu forum Posdaya merupakan wahana praktek yang sangat tepat bagi siswa SMK untuk berlatih keterampilan dan sekaligus mendorong rakyat desa bergerak maju membangun bangsa dengan kerja keras dan cerdas. Menurut laporan Ibu Wien Sukarsi, konsultan Yayasan Damandiri yang berada di Semarang, Jawa Tengah bisa dijadikan role model dalam gerakan KKN Tematik Posdaya yang disinergikan dengan kegiatan peserta didik SMK dengan memanfaatkan produk teknologi tepat guna, hal ini dikarenakan ada
sekitar 40 perguruan tinggi mitra Yayasan Damandiri di Jawa Tengah telah berhasil membentuk tidak kurang dari 12.500 Posdaya di wilayah Jawa Tengah. Hal ini sungguh menarik, sementara pemerintah sedang giat-giatnya memberantas kemiskinan, Yayasan Damandiri dengan Posdayanya telah menerobos ide segar dengan petunjuk Bapak Gubenur Jawa Timur, agar SMK-SMK diikut-sertakan dalam program pemberdayaan keluarga melalui Posdaya. Banyak hal yang bisa disenergikan antara SMK, Perguruan Tinggi dan Posdaya. Kalau selama ini para mahasiswa yang melakukan KKN di desa dengan membentuk dan mengembangkan Posdaya, setelah para mahasiswa itu kembali ke kampusnya masingmasing, maka siswa-siswa SMK dapat melanjutkan dan mengisi berbagai kegiatan yang belum tuntas, dan mengisinya dengan praktek-praktek nyata yang selama ini dilakukan di dalam sekolah, bisa dialihkan praktekpraktek tersebut di desa sekaligus mengajari rakyat desa membuat produk-produk yang laku jual dan menguntungkan. Melihat kegiatan ini nantinya akan menolong rakyat banyak, maka Wakil Gubernur Jawa Tengah, Bapak Drs H Heru Sudjatmoko, MSi, merasa kagum, bahwa keterpaduan ini akan membawa manfaat yang luar biasa dan harus dijadikan tauladan bagi kita semua untuk mengabdi kepada bangsa dan negara tercinta. KKN tematik Posdaya diharapkan menjadi penggerakan perekonomian desa dan membangun kebersamaan. Karena sinergi ini akan membawa dampak positif bagi siswasiswa SMK maupun bagi rakyat di desa, maka beberapa Kepala Dinas Pendidikan mulai tertarik untuk mensinergikan kegiatan praktek SMK dengan kegiatan KKN Tematik Posdaya yang selama ini dilakukan oleh berbagai perguruan tinggi yang menjadi mitra Yayasan Damandiri, khususnya untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat. Dalam sinergi mahasiswa KKN Tematik Posdaya, dengan para peserta didik SMK dapat dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui keadaan keluarga di desa yang mereka kunjungi. Bila mendapatkan anak-anak usia sekolah yang belum sekolah, para mahasiswa dibantu oleh keluarga yang lebih mampu memberikan dorongan agar anak-anak tersebut dikirim ke sekolah. Apabila diketemukan ada keluarga yang tergolong miskin dan perlu dibantu, secara gotong-royong mereka diajak
untuk memulai usaha kecil-kecilan dan apabila memerlukan modal, bankbank mitra Yayasan Damandiri siap membantu dana untuk modal dengan tanpa agunan, namun secara gotongroyong dalam tanggung renteng. Dengan adanya KKN Tematik Posdaya, menurut Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, perguruan tinggi bukan lagi seperti menara gading, tetapi ikut membumi melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan ikut serta mengentaskan kemiskinan. Dr Mulyono D Prawiro Selain itu bagi para mahasiswa sendiri kegiatan ini akan menambah pengalaman untuk bekal terjun ke masyarakat bila telah lulus nantinya. Hal ini mahasiswa benar-benar dituntut untuk dapat menggerakan masyarakat dan mengimplementasikan kehidupan nyata di masyakarat khususnya di lingkungan Posdaya. Praktek lapangan siswa SMK pada Posdaya membawa harapan baru dalam mewujudkan tujuan SMK yaitu menyiapkan tenaga trampil yang memiliki jiwa kewirausahaan sehingga tidak hanya memiliki kompetensi yang siap bekerja tetapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan ikut memberdayakan rakyat desa dan membantu pengentasan kemiskinan. Siswa SMK langsung terjun dan tinggal bersama masyarakat dalam Posdaya yang akan memperoleh berbagai keuntungan antara lain memahami kebutuhan dan potensi masyarakat yang dapat dikembangkan khususnya untuk kegiatan kewirausahaan, memamahi kegiatan pemberdayaan keluarga, melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dan menggerakan masyarakat dan bisa menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha. Apabila diberi kesempatan, para siswa SMK dapat diterjunkan ke desa-desa untuk membantu pengembangan pemberdayaan, termasuk upaya pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan keluarga agar keluarga prasejahtera atau miskin dapat mandiri dan sejahtera. Mereka bisa menjadi pelopor dan pendamping pemberdayaan handal, karena mereka memiliki teknologi sederhana yang mudah diterapkan oleh keluarga desa yang akan memulai usaha dan berlatih keterampilan, serta secara bertahap akan menjadi usaha yang mandiri dan sejahtera. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
55
LAPORAN DAERAH
Masjid Nurul Iman Ndalem Kalitan, Surakarta, Peninggalan alm Pak Harto
Masjid Kombinasi Antara Indonesia, Islam dan Jawa Masjid Nurul Iman yang berada di Ndalem Kalitan, Surakarta, Jawa Tengah, merayakan Idul Adha 1436 H kali ini berbeda dengan tempat-tempat lain. Bukan mengapa, pasalnya Masjid yang dibangun oleh keluarga Cendana, atau keluarga alm Pak Harto, ini mengadakan syukuran setelah berhasil direnovasi. Maka tak pelak, sebelum shalat Ied diadakan acara seremonial yang dihadiri putra-putri mantan Presiden Soeharto dan sejumlah undangan lainnya.
Ketua YAMP dr Soelastomo, MPH saat menyampaikan sambutannya seputar riwayat renovasi Masjid Nurul Iman Ndalem Kalitan, Solo, Jateng. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Mantan Ketua PB NU KH Hasyim Musadi saat memimpin doa usai selesainya renovasi Masjid Nurul Iman.
56
M
ESKIPUN matahari belum terbit, sejumlah jamaah masjid mulai berdatangan. Acara yang jatuh pada 24 September 2015 lalu itu menjadi demikian menarik karena Masjid Nurul Iman di Ndalem Kalitan, Surakarta, akan diresmikan penggunaannya. Tampak hadir Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono,
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdja, Deputi Direktur ¨mum ¥yasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro,, Ketua Yayasan Supersemar Soebagyo, SH, dan putraputri alm Pak Harto-Bu Tien yaitu Hj Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Hj Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih. Menurut Ketua Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila (YAMP) dr Soelastomo, MPH yang dalam sambutannya menyampaikan riwayat renovasi Masjid Nurul Iman. Pada bulan April 2014 saat Rapat Tahunan Pengurus Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila, Mbak Mamiek berkenan menyampaikan ide untuk melakukan renovasi Masjid Nurul Iman yang telah berdiri sejak tahun 1996. “Kami berdiskusi dan Alhamdulillah dalam waktu
tiga bulan, arsitek kami seorang putra Makasar Ir Yosful, berhasil merumuskan ide dasar daripada hasil renovasi itu,” kata Soelastomo. “Pada bulan Desember kami memperoleh persetujuan bahwa mulai Januari 2015 mulai dirintis ubarampe (kelengkapan persiapan) mendirikan masjid. Dari tanda tangan persetujuan lingkungan/jamaah, kami menyampaikan ucapan terima kasih, dari persyaratan yang hanya harus disetujui minimal 300 orang, ternyata kami mendapat tandatangan 500 jemaah, atau warga di lingkungan yang mendukung rencana pembangunan masjid ini.” Alhamdulillah, lanjutnya, juga mendapat rekomendasi dari FKUB atau Forum Komunuikasi Umat Beragama, demikian juga Bapak Lurah sampai Camat, dan kemudian juga izin dari Bapak Walikota Surakarta. “Maka, Bismillah dimulai meskipun kami, mohon maaf, agak terlambat sebenarnya,” ungkap Soelastomo, yang dalam acara itu dihadiri pula kerabat Pura Kasunanan, juga kerabat Pura Mangkunegaran, dari Muspida, juga KH Hasyim Musadi dan lainnya. “Bangunan ini menurut yang kami dengar dikatakan megah, indah dan betulbetul saya sebagai warga Solo, saya ini juga dari Solo ikut bangga, memiliki masjid yang seperti ini. Indahnya masjid ini, tidak lepas daripada arahan mbak Mamiek, yang begitu teliti sampai menentukan warna warni, bahanpun beliau memperhatikan, sehingga menjadi masjid yang kita lihat sekarang ini,” paparnya. Masjid Nurul Iman berkururan 25 x 20 M2. Total luas bangunan adalah 824 M2. Masjid bisa memuat 800 jamaah di dalam. Tetapi jika bertepatan untuk sholat Idul Fitri atau Idul Adha, halaman depannya bisa digunakan untuk menambah jamaah. “Saya dengar pada saat Idul Fitri melampaui kapasitas dari masjid ini. Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian, kami menghaturkan terima kasih atas kepercayaan
Hj Siti Hardiyanti Hastutidan Hj Siti Hediati Herijadi didampingi Ketua YAMP dr Soelastomo, MPH setelah membuka selubungtulisan kenangan alm Pak Harto, di depan Masjid Nurul Iman.
untuk membangun masjid ini. Dan masjid ini seluruhnya adalah wakaf dari keluarga Bapak Haji Muhammad Soeharto,” urainya di hadapan para jamaah shalat Ied Adha. Sebagai pelaksana pembangunan masjid ini, Soelastomo mengucapkan mohon maaf kalau ada hal-hal yang kurang lengkap, kurang berkenan dan itulah barangkali apa yang bisa ia lakukan. “Pada kesempatan ini kami juga menghaturkan terima kasih kepada Bapak Maftuh Basyuni, yang berkenan untuk
Tampak pula hadir Prof Dr Haryono Suyono bersama Dr Subiakto Tjakrawerdaja (duduk kiri), Soebagyo, SH (duduk kedua dari kiri), Syaukat Banjaransari (duduk kedua dari kanan) dan Dr Mulyono D Prawiro.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
57
Selesainya renovasi Masjid Nurul Iman yang bertepatan dengan Idul Adha 1436 H langsung dimakmurkan para jamaah masjid untuk menunaikan sholat Idul Adha.
menjadi Khotib Idul Adha dan Bapak Masrur yang menjadi Imam. Kedua Bapak kita ini adalah Pengasuh Masjid At-Tien di Jakarta,” ungkapnya. Pada kesempatan itu Soelastomo meminta Mbak Tutut atau Siti Hardiyanti Rukmana untuk menandai, membuka selubung sebagai secara resmi masjid bisa digunakan untuk umum. “Meskipun sudah dipakai terlebih dahulu, tapi resminya pada hari ini bertepatan dengan wafatnya almarhumah Ibu Tin Soeharto, untuk membuka tabir nama Nurul Iman dan juga prasasti,” ucap Soelastomo. Menurut Soelastomo, masjid ini nanti dalam prasasti pun akan nampak, inilah masjid kombinasi antara Indonesia, Islam dan Jawa. “Jadi bapak-bapak dan ibu-ibu jangan
Prasasti Masjid Nurul Iman Ndalem Kalitan, Solo, yang berisi petuah dari Almarhum HM Soeharto.
58
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
heran kalau nanti di prasasti ada huruf Jawa, yang saya sendiri tidak bisa membaca. Tapi ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia, itu adalah salah satu amanah atau pituduh (petunjuk), yang ditulis Bapak Haji Muhammad Soeharto untuk peninggalan kita semuanya,” kata Soelastomo mengakhiri sambutannya. Usai acara seremonial dilanjutkan dengan shalat Ied Adha dan kutbah oleh HM Maftuh Basyuni. Dalam khutbahnya antara lain menyebutkan YAMP berhasil membangun 999 masjid, salah satunya Masjid Nurul Iman ini yang baru saja diresmikan pemakainannya setelah direnovasi. Dilakukan penyembelihan hewan kurban sapi dan kambing di halaman masjid. Baik Mbak Tutut maupun Mbak Titiek yang diwawancarai wartawan mengatakan rasa syukurnya, karena masjid yang direnovasi tersebut tampak semakin indah, megah dan menjadi kebanggan masyarakat sekitarnya. “Keluarga besar Pak Harto senang karena bisa melaksanakan amanah almarhum, membangun masjid atau merenovasinya. Sehingga masyarakat dari berbagai daerah yang datang ke Ndalem Kalitan bisa beribadah dengan nyaman,” ujar Mbak Titiek. Di tempat yang sama, Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, meski sudah meninggal 8 tahun lalu, kebaikan hati Pak Harto selalu dikenang masyarakat. Bahkan makam almarhum di Giribangun, Metasih, Karanganyar hingga kini masih didatangi dari berbagai kalangan. “Pak Harto ingin masyarakat bisa sejahtera. Pak Harto tidak pernah memberi ‘ikan’ tetapi lebih suka memberi ‘kail’. Karena itu berbagai program pemberdayaan dibuat agar makin banyak orang tak mampu menjadi sejahtera,” kata Prof Haryono mengenang Pak Harto. DH/H NUR
LAPORAN DAERAH
Posdaya Dorong Keluarga Miskin Punya Usaha
H
AL tersebut disampaikan Direktur Sentra Perkulakan Posdaya (Senkudaya) Sutarto Alimoeso di hadapan peserta pelatihan Observation Study Tour (OST) terkait Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dari Kabupaten Solok, Sumatera Barat yang diselenggarakan Haryono Suyono Center (HSC) di Gedung Siti Padmirah, Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut mantan Kepala Badan Usaha Logistik (Bulog) ini, kendala utama keluarga miskin ini adalah sulitnya mengakses perbankan. “Saya sudah 30 – 35 tahun di pertanian. Saya tahu persis bagaimana sulitnya mengakses modal. Akhirnya usaha kecil keluarga pra sejahtera ini bukan berkembang, tapi dimakan oleh yang besar. Mudah-mudahan di Solok tidak ada mart-mart yang baru, karena itu sebetulnya akan makan yang kecil-kecil. Jadi anggota-anggota Posdaya inilah yang harus diselamatkan,” jelas Sutarto. Dengan bergabung dalam Posdaya, masalah modal dan pasar sebenarnya bisa teratasi. Modal berasal dari anggota kelompok Posdaya yang terdiri dari keluarga sejahtera plus sehingga bisa ikut mendorong membantu yang prasejahtera. Bahkan pasarnya pun bisa dari kelompok Posdaya. Saat Sutarto menjabat Kepala Bulog sempat membangun Bulog Mart sebagai pusat distribusi pangan. Istilah Bulog Mart ini untuk menyaingi keberadaan mart-mart baru seperti Indomaret, alfamart. “Inilah yang kita harapkan, pusat-pusat distribusi ini mampu menjadi jaringan dengan yang kecil-kecil tadi,” tukasnya. Skim Tabur Puja Pengentasan kemiskinan dari keluarga pra sejahtera hanya dapat diwujudkan dengan menciptakan akses usaha mereka kepada lembaga keuangan dan perbankan mikro (financial inclusion), sehingga mereka dapat melaksanakan usaha ekonomi produktif. Untuk mengatasi masalah tersebut, Yayasan Damandiri meluncurkan skim Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja) yang diperuntukan bagi keluarga pra sejahtera untuk mendapatkan pembiayaan yang cepat dan mudah. Tujuannya, menyediakan fasilitas modal usaha ekonomi produktif keluarga pra sejahtera yang akan dan sedang melaksanakan usaha dengan prosedur yang mudah dan persyaratan yang ringan melalui skim kredit
Orang miskin sebenarnya bukan tidak memiliki sesuatu, tetapi sangat tidak bisa melakukan sesuatu. Persoalan yang dihadapi, dia tidak punya modal, tapi punya keinginan. Mereka harus didorong untuk menciptakan suatu usaha dan dia harus bisa mengakses usaha itu.
tabur puja. Keluarga Posdaya juga dapat melakukan usaha ekonomi produktif guna peningkatan kesejahteraan dan kemandiriannya. Sasarannya keluarga dan atau kelompok anggota Posdaya pra sejahtera yang akan mulai berusaha, sedang berusaha dan anggota Posdaya sejahtera yang peduli terhadap anggota Posdaya pra sejahtera/miskin. Posdaya merupakan wadah gotong royong antar keluarga yang memiliki kedekatan tempat tinggal dan secara bersama-sama memberdayakan diri menjadi keluarga sejahtera dan mandiri. Kelompok Posdaya mengembangkan sistem tanggung renteng berdasarkan nilai-nilai kebersamaan, keterbukaan, komitmen, konsistensi/disiplin dan kemandirian. Kredit diberikan kepada anggota atau kelompok anggota Posdaya berdasarkan domisili dan usaha. Disesuaikan dengan kemampuan usaha peminjam. Kredit diberikan berdasarkan pertimbangan hasil seleksi atas kelayakan usaha dan rekomendasi dari Ketua Posdaya. Plafond kredit maksimum Rp 2 juta per anggota denga bunga 18 persen per tahun flat atau 1,5 persen per bulan, jangka waktu pinjaman maksimum 1 tahun. Pinjaman diberikan tanpa jaminan, sehingga setiap anggota diwajibkan menabung dan bersedia menjadi calon anggota koperasi dengan membayar simpanan pokok dan simpanan wajib. Posdaya juga mendapat fee sebesar 2 persen pertahun dari jumlah realisasi pemanfaatan kredit. HANUR/RW
Direktur Senkudaya Ir Sutarto Alimoeso, MM saat menyampaikan paparannya di hadapan peserta OST dan Pelatihan Posdaya di Gedung Siti Padmirah Silver College Jakarta. [FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
59
LAPORAN DAERAH
HUT PWRI ke-53
Gerakkan «Sail Indonesia» (Lagi) Pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) yang diadakan di Jakarta beberapa waktu lalu, para Pengurus Besar (PB) PWRI pusat maupun daerah sepakat akan menggiatkan kembali gerakan meninjau pulau-pulau Indah yang sebelumnya selalu dilakukan. Bahkan, kunjungan PWRI ke Raja Ampat beberapa tahun lalu, kini menjadi destinasi turis yang luar biasa.
Pemotongan tumpeng menandai rasa syukur kepada Tuhan YME telah mengantarkan PWRI memasuki usia ke-53 tetap berkiprah dan semangat membangun bangsa. [FOTO-FOTO: RAHMA]
60
“T
AHUN 2015 ini gerakan untuk meninjau pulau-pulau atau Sail Indonesia akan dilakukan kembali. Ini menarik, tinggal di kapal meninjau pulau-pulau yang indah. Kegiatan PWRI ini menarik perhatian karena adanya pelayaran yang monumental tersebut,” jelas Ketua PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono pada puncak peringatan HUT PWRI ke 53 di Jakarta belum lama ini. Hadir dalam acara itu Wakil Gubernur Jawa Tengah, Drs HHeru Sujatmoko MSi, Sekjen Pengurus Besar PWRI, Progo Nurjaman dan sejumlah pengurus teras PWRI, di antaranya Subiakto Tjakrawerdaja, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri, Dr Mulyono D Prawiro serta pengurus cabang dan anggota PWRI sejabodetabek. Peringatan HUT PWRI tahun ini selain dengan pemotongan tumpeng, PB PWRI memberikan piagam dan tanda kehormatan Wredatama Nugraha kepada Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmiko, MSi. Melalui tema “Dengan semangat Persatuan dan Kesatuan serta Kekompakan PWRI Mendukung Pembangunan Bangsa dan Negara”,
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Menko Kesra di era Pemerintahan Presiden Soeharto ini mengatakan, Misi PWRI Peduli kepada Tiga Generasi yaitu peduli generasi anak anak,keluarga muda dan sesama lansia semakin diwujudkan dengan berbagai program, baik ekonomi, sosial dan budaya, serta kegiatan senam tera. Ia juga mengimbau bank-bank penyalur memberi fasilitas untuk kumpul-kumpul biarpun pengambilan dana pensiun bisa dengan kartu. Di tempat pertemuan disediakan ruangan khusus agar setiap bulan bisa berkumpul dengan rekanan, dapat saling bertukarpikiran, tukar pengalaman untuk melakukan pengabdian pada masyarakat di bawahnya. Hal tersebut sudah dilakukan oleh para pensiunan di DI Yogyakarta. Mereka mengambil dana pensiun melalui Bank Bukopin secara teratur. Menariknya, mereka juga bisa mengambil pinjaman dengan agunan SK pensiun senilai Rp 50 juta sampai Rp 100 juta. Para pensiunan tidak semata pinjam uang, tapi dianjurkan memberikan pinjaman kepada kelompok Posdaya yang ada di desa sebesar Rp 1 – Rp 5 juta sebagai dana bergulir. “Kegiatan ini bisa ditiru oleh cabang lain dan bank lainnya,” ujarnya. Sementara di Jawa Tengah, pengurus PWRI Provinsi Jawa Tengah sudah membentuk sekitar 700 Posdaya di semua kabupaten. Sedang beberapa Posdaya binaan PWRI Provinisi DKI Jakarta sudah pernah mendapat kunjungan dari lima perguruan tinggi di Jakarta. di Jawa Timur, pengurus PWRI cabang Jawa Timur akan menggelar Posdaya di seluruh Jatim. Di Jawa Barat telah menanam pisang cavensdis yang dalam waktu delapan bulan sudah berbuah. “Mula-mula di Kabupaten Bandung Barat, sekarang sudah di Subang, Indramayu, Sukabumi dan menyebar di seluruh Jawa Barat.
Bahkan, kue pisang PWRI bisa menggantikan dodol garut yang terkenal itu,” selorohnya. Ada pula kegiatan senam keluarga Indonesia berbasis senam tera. Senam yang melibatkan tiga generasi, tua, muda dan anak-anak ini, tidak memerlukan lapangan luas, lebih mengutamakan kebersamaan kesatuan. Dalam upaya membangun ekonomi keluarga, para peserta senam itu tidak disediakan konsumsi tetapi keluarga miskin ini membangun warung-warung sementara di pinggir lapangan yang bisa dibeli oleh para peserta senam. Semarak senam keluarga Indonesia ini sudah dilakukan oleh masyarakat DKI Jakarta, Bekasi, Metro Lampung dan lainlain yang tiap kali menggelar senam keluarga Indonesia, warung-warung jajanan keluarga itu dalam 1,5 jam sudah ludes terjual. Contohnya, di Pacitan, diundang 1.500 orang, yang datang 3.450 orang. Momentum 1 Oktober Ketua Umum PB PWRI juga meminta Ketua Kerta Wreda untuk bekerjasama dengan Yayasan Karya Bakti peninggalan almarhum Ibu Tien Soeharto membentuk institusi silver college yang akan dijadikan satu momentum pada 1 Oktober 2015 bertepatan Hari Lansia Internasional untuk memperkuat kemampuan diri sendiri dalam rangka mengembangkan bakti sosial kita kepada masyarakat. “Saya terkesan silver college di Jepang. Ada bekas direktur perusahan besar belajar menyanyi, kemudian saya tanya kenapa? Katanya, karena di dalam rumah yang kosong tidak ada anak, isteri hanya pembantu, akan saya dirikan kursus menyanyi. Dengan sendirinya saya harus bisa membetulkan nyanyian itu,” jelasnya. Menurut Prof Haryono Suyono, hidup yang tersisa akan lebih baik bila berada dalam lingkungan keluarga. Dalam rangka peringatan Hari Lansia Internasional, diharapkan bisa dilakukan inisiasi untuk mengembangkan silver college ke masing-masing daerah, agar menjadi bagian upaya memperkuat percaya diri dan dalam rangka mengembangkan bakti sosial ke masyarakat. Program lainnya adalah mengimbau pengurus PWRI pusat dan daerah untuk ikut merumuskan
Ketua PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat memberi sambutan pada puncak peringatan HUT PWRI ke-53 di Jakarta.
pemikiran membangun desa dan pengentasan kemiskinan. “Di antara kita pasti ada yang kampiun selama menjadi pegawai yang tidak sempat menjadi pejabat struktural. Seperti teman-teman di Juang Kencana BKKBN bisa merumuskan program KB supaya berhasil. Rumusan itu kita sumbangkan ke kantor BKKBN,” jelasnya. Dia juga meminta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) untuk mengimbau sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan BPJS Kesehatan untuk memperluas kamar-kamar gratis keluarga miskin. PWRI memang sudah menjadi corong BPJS Kesehatan sejak mulai terbentuk. “Keluhan tidak saja dari anggota tapi dari masyarakat yang kita bantu. Kamar gratis sedikit, ada kecenderungan supaya cepat keluar. Kalau obatnya obat ampuh biasanya bukan obat yang disediakan secara gratis oleh BPJS. Apalagi kalo sedang sakit, harus ada rujukan dulu ke puskesmas. Ini harus dihilangkan karena keadannya sudah gawat menurut pasien,” imbaunya. RW
Dengan semangat Persatuan dan Kesatuan serta Kekompakan, PWRI siap mendukung pembangunan bangsa dan negara.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
61
LAPORAN DAERAH
Bupati Pacitan Drs Indartato, MM:
Ke Depan Ada Pak SBY Lagi di Kabupaten Pacitan Dalam bela negara kalau diamati ini ada dua hal. Yang pertama, kata Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, adalah bela negara secara fisik, dan yang kedua adalah non fisik. “Bela negara dengan fisik ini adalah kalau di negara kita kaitannya dengan hankam. Dan kalau non fisik walaupun kegiatannya juga dengan fisik tapi prosesnya berbeda yaitu Ipoleksosbud (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya). Sehingga, saya menyimpulkan bahwa ternyata yang paling utama itu adalah di bidang pendidikan kaitannya dengan bela negara ini, sehingga ada MoU dengan Dandim,” urai Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, yang pertemuan ini dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Bupati Pacitan Drs Indartato, MM saat memberikan sambutan kepada peserta sosialisasi Posdaya di Pendopo Kabupaten Pacitan. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
62
“Y
ANG kedua kaitannya dengan bela negara ini tujuan pokoknya menurut saya adalah mempertahankan eksistensi Negara Republik Indonesia yang sudah barang tentu wujudnya adalah kecintaan kita terutama kepada NKRI yang mempunyai dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itulah dalam kesempatan ini kami mencoba sesuai dengan visi Kabupaten Pacitan bahwa bela negara ini adalah hukumnya wajib. Ini diwujudkan yang pertama menurut saya adalah bagaimana masyarakat Kabupaten Pacitan khususnya dan negara kesatuan Republik Indonesia ini rakyatnya sejahtera,” ucap pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 27 September 1954. Lebih lanjut, Indartato mengatakan, “Sejahtera ini menurut Prof Haryono Suyono dibagi tiga. Yang pertama bagaimana kesehatannya, sesuai dengan visi misi Kabupaten Pacitan. Yang kedua adalah pendidikan. Jadi
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
rakyat sehat, rakyatnya pintar-pintar, artinya pendidikannya maju. Dan yang ketiga adalah ekonominya maju. Ini merupakan wujud dari kita membela negara.” Kalau kita kaitkan dengan pelajaran di sekolah bahwa dibentuknya negara ini ada tiga hal. Yang pertama setelah dibentuknya negara ini persoalan keamanan ini harus harga mati sehingga di Kabupaten Pacitan ini ada Bapak Dandim, ada Kepolisian dan sebagainya. Yang kedua adalah kesejahteraan, bagaimana kebutuhan negaranya aman sejahtera. Dan yang terakhir bagaimana negara ini menjadi wasit. Menjadi wasit artinya kalau ada pertikaian antar penduduk ada wasitnya untuk menengahi semua permasalahan yang dihadapi, sehingga ada kejaksaan, ada pengadilan. Berkaitan dengan itu semua dengan apa yang harus kita capai rakyat sejahtera tadi kendalanya banyak sekali. Yang pertama adalah penduduk, dan Alhamdulillah kita mempunyai tokoh seperti Prof Dr Haryono Suyono.
Pada waktu beliau menjadi Kepala BKKBN, seandainya beliau tidak menjabat mungkin penduduk kita melebihi dari yang sekarang ini. Dan ini adalah konsep beliau semua. Ada empat hal untuk mengatasi kendala tersebut. Yang pertama adalah bagaimana kesadaran kita semua melestarikan kekayaan budaya yang ada. Yang kedua bagaimana para pemuda yang masih sekolah rajin belajar. Yang ketiga adalah patuh dan taat hukum yang berlaku. Dan yang terakhir adalah kejujuran. Kaitannya dengan wawasan kebangsaan, wawasan ini adalah pandangan. Cara pandang bagaimana kita terhadap kebangsaan kita ini. tujuan utamanya adalah bagaimana wawasan kebangsaan dan kehidupan kita lebih sejahtera. Saya berterima kasih kepada Prof Dr Haryono Suyono dengan Posdayanya yang bisa mengembangkan di Kabupaten Pacitan. Sementara itu terkait dengan MoU tentang Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara, Komandan Kodim 0801 Kabupaten Pacitan Letkol Inf Yudhi Diliyanto, SIP menjelaskan, “Kita berkeinginan memberikan wawasan kebangsaan kepada anak-anak SMA, anak-anak SMK, perguruan tinggi maupun anak-anak dari madrasah. Dari dasar itulah kami koordinasi dengan Dinas Pendidikan, kemudian kantor Kementerian Agama bagaimana kalau kemudian membuat naskah perjanjian kerja sama. Dari perjanjian kerja sama ini kemudian dirangkai dengan kegiatan Pak Haryono Suyono.” Secara umum MoU itu harus dilaksanakan. Hal ini sebagai wujud keprihatinan. Generasi muda ini adalah calon pemimpin bangsa, calon pemimpin yang nantinya meneruskan tongkat estafet kepemimpinan. Alangkah sayangnya kalau generasi muda yang dipersiapkan menjadi pemimpin bangsa ke depan itu mempunyai mental, nilai kejuangan nasionalisme tidak seperti yang kita harapkan. Yang kedua, kita menginginkan generasi-generasi muda menjadi pemimpin-pemimpin
Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Pacitan Drs Indartato, MM, Dandim 0801 Pacitan Letkol Inf Yudhi Diliyanto, SIP saat mengunjungi stand bazaar produk Posdaya.
bangsa di masa yang akan datang mempunyai nilai kejuangan seperti pahlawan-pahlawan kita. Pahlawan-pahlawan kita yang berjuang ketika memperebutkan kemerdekaan dengan mengorbankan jiwa dan raga, harga bendanya untuk meraih kemerdekaan. Sehingga nilainilai dan semangat juang itulah yang akan kita tanamkan kepada generasi muda kita. Yang terakhir kita menginginkan generasi muda khususnya di Kabupaten Pacitan ini ke depan menjadi generasi muda yang unggul. Seperti kita ketahui di Pacitan ini kita mempunyai salah satu tokoh nasional, mantan Presiden Republik Indonesia ke-6 yang merupakan asli orang Pacitan. Dengan potensi yang ada ini kita berusaha dari Kodim membuat suatu kegiatan memberikan materi wawasan kebangsaan maupun bela negara dengan tujuan agar ke depan ada Pak SBY-Pak SBY lagi di Kabupaten Pacitan yang akan memimpin bangsa Indonesia. SUL/DH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Pacitan Drs Indartato, MM dan Dandim 0801 Pacitan Letkol Inf Yudhi Diliyanto, SIP serta undangan lain saat mengikuti acara Sosialisasi Posdaya.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
63
LAPORAN DAERAH
Bupati Bungo Siap Canangkan Posdaya Kabupaten Bungo, Jambi, dalam waktu dekat akan menerapkan program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Semua itu bertujuan untuk mengatasi masalah kemiskinan di desa atau dusun dengan melibatkan universitas yang ada di Kabupaten Bungo.
Jajaran Pimpinan Yayasan Damandiri bergambar bersama Pimpinan Pemkab Bungo di ruang Rapat Yayasan Damandiri Gedung Granadai Lt 11 Jakarta. [FOTO: MULYONO]
64
“M
UDAH-mudahan dengan Posdaya ini, kita bisa melakukan pemberdayaan masyarakat yang dianggarkan dari dana APBD setiap tahunnya sesuai kemampuan Kabupaten Bungo,” ujar Bupati Bungo H Sudirman Zaini, usai melakukan penandatanganan naskah kerjasama dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Yayasan Damandiri di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dijelaskannya, Kabupaten Bungo memiliki Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) yang dilaksanakan sejak 2011 ini lebih difokuskan pada pembangunan sarana jalanan dan lingkungan, dengan dana sebesar Rp 100 juta per desa/dusun. “Karena pembangunan jalan pada umumnya sudah selesai, sekarang mengarah pada pembangunan manusia. Ada yang membangun Posyandu, PAUD, madrasah, semua tergantung keperluan masyarakat yang ada di dusun,” ungkap Bupati Bungo yang menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Oleh karena itu, lanjut Sudirman, pengembangan Posdaya dilaksanakan sesuai potensi masing-masing desa. Contohnya, masyarakat di Kampung Kuning, sudah mulai tumbuh Posdaya berbasis masjid. Masyarakat desanya terbilang aktif mendata keluarga yang kemudian diupayakan bagaimana mengatasi masalahnya. “Tapi itu baru sebatas desa. Kami ingin Posdaya ada di semua desa/ dusun,” cetusnya.
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
Prosentase kemiskinan masyarakat Kabupaten Bungo memang tergolong rendah, yaitu 5,2 persen berdasar hasil sensus 2014. Namun dengan menurunnya harga perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dikhawatirkan jumlah kemiskinan akan bertambah. “Melalui MoU hari ini, kita lihat potensi di desa masing-masing dan harus kita kembangkan Posdaya. Kita adakan pemetaan di dusundusun, karena kondisinya tidak sama. Tugas pemerintah dan masyarakat untuk meminimalisir kemiskinan yang ada di Kabupaten Bungo,” ungkap Bupati Bungo yang pernah mengikuti pelatihan OST Posdaya beserta seluruh SKPD nya dan civitas perguruan tinggi dari STIA Bungo, Universitas Muaro Bungo. Salah satu upaya menumbuhkan kepedulian terhadap keluarga miskin, Kabupaten Bungo bekerjasama dengan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Kabupaten Bungo telah mengeluarkan peraturan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan 3A ke atas untuk dipotong gajinya sebesar 2,5 persen, sedang PNS golongan 1 dan 2 dikenakan infaq sukarela. “Sehingga setiap tahunnya di kalangan birokrasi bisa terkumpul Rp 2 miliar lebih. Selain dibagikan untuk mustahik (penerima zakat), juga bisa diberikan untuk masyarakat yang ingin berusaha, tetapi tidak ada modal, seperti penjual sayuran, pedagang gerobak untuk angkut barang,” ungkap Sudirman yang telah menjalankan program ini sejak 2007 sampai sekarang. RW
DNIKS
Deklarasi GAUN 2015 dihadiri sejumlah pejabat dari instansi terkait. [FOTO-FOTO: RAHMA]
GAUN, Simbul Keberpihakan Terhadap Disabilitas Guna membangun kesadaran baru tentang penggunaan jalan bagi penyandang disabilitas, Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) dan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) meluncurkan Gerakan Aksebilitas Umum Nasional (GAUN), yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Perhubungan Nasional, 17 September 2015 lalu di halaman Kantor DNIKS, Jakarta.
“K
AMI sangat bangga dan optimis akan terlaksananya dengan adanya dukungan dari berbagi pihak, terutama donor dari pengusaha yang telah ikut partisipasi,” ungkap Ketua Umum HWDI Dewi Aryani bangga. Dalam acara ini, hadir perwakilan dari Kementerian Sosial, Kementerian Perusahaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kementerian Perhubungan. Dinas-dinas terkait lainnya seperti, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Askesmas DKI Jakarta, Dewan Transportasi Kota, Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) dan berbagai organisasi sosial lainnya, menjadi saksi perjuangan kaum disabilitas dalam memperjuangkan haknya. Peluncuran GAUN yang diresmikan oleh Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono, didampingi Wakil Ketua Umum DNIKS Siswadi, MBA, Sekjen DNIKS Dr Rochadi Haryanto dan Staf Ahli Menteri Kementerian Perusahaan Umum Dr Ir Lana Winayanti, MCP ini, ditandai dengan dengan pemotongan pita, diikuti dengan uji coba putaran S yang bisa dilalui para penyandang disabilitas.
“Setelah uji coba di sini, kita segera memasang putaran S di Balaikota dan Kebon Sirih pada awal Oktober nanti. Rencananya, akhir Oktober nanti juga akan dipasang penyeberangan bebas hambatan bagi disabilitas,” tukas Aryani. Pada peluncuran GAUN ini juga dilakukan penyerahan secara simbolis berupa buku-buku pedoman, booklet dan video GAUN untuk dikirim ke seluruh Indonesia. Di dalam buku tersebut ada beberapa contoh penyeberangan jalan bebas hambatan, sarana transportasi yang ramah disabilitas untuk kereta api dan busway. Dalam sambutannya, Ketua Umum DNIKS mengatakan perlunya transportasi yang bermartabat, yaitu manusia yang memakai transportasi sangat peduli terhadap disabilitas dan lansia. “Kita harus menempatkan manusianya sebagai orang yang diorangkan, bukan manusia yang dipepet dengan jalan sempit, transportasi yang tidak ramah,” tegas Prof Haryono Suyono. Manusia adalah modal pembangunan bangsa yang terhormat. Meskipun ada di antaranya yang memiliki keterbatasan fisik, psikis, penyandang disabilitas banyak memiliki Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
65
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono menyaksikan uji coba putaran S yang bisa dilalui para penyandang disabilitas.
prestasi membanggakan, bahkan bisa membawa medali emas ke tanah air. “Contohnya Bu Aryani, meski tidak bisa melihat, tapi bisa melaporkan kegiatan tanpa teks. Sebenarnya andaikan tidak disabilitas, Bu Aryani bisa menjadi salah satu menteri,” tukas Prof Haryono Suyono yang mendapat sambutan tepuk tangan dari seluruh peserta yang hadir, termasuk para penyandang disabilitas. Harus sabar Menanggapi pertanyaan sejumlah wartawan terkait realisasi transportasi bermartabat yang ramah disabilitas dan lansia, Prof Haryono Suyono mengatakan perlunya kesabaran dari semua pihak. “Sebenarnya yang dihadapi para pemangku jabatan adalah biaya renovasi berkejaran dengan membuat fasilitas baru. Jadi semua itu harus sabar.” Perlu disadari, arsitek didesak kebutuhan yang mendesak kebutuhan gedung baru dan jalur baru, sehingga mereka mengejar yang baru. Tetapi memperbaiki yang sudah ada memerlukan waktu dan biaya yang tidak murah. “Regulasi tanpa anggaran tidak akan berjalan. Kita dukung dengan semangat menggebu dari pemakai jalan maupun disabel dan lansia,” tegasnya. Menurut Staf Ahli Menteri Kementerian Perusahaan Umum Dr Ir Lana Winayanti, MCP, pihaknya sudah menerbitkan beberapa peraturan menteri terutama mengenai meningkatkan aksebilitas masyarakat disabilitas
66
Gemari Edisi 177/Tahun XVI/Oktober 2015
ke bangunan dan gedung. Kementerian PU PR juga sudah menerbitkan peraturan menteri untuk jalur penyandang cacat yang lebih ramah. “Contohnya di Kementerian PU PR sudah dilengkapi dengan rem, semua jalur pendestrian sudah ada patokan yang disabel, bisa jadi contoh untuk dilihat.” Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Yusmada Faizal yang menyaksikan peluncuran GAUN, menyambut baik apresiasi acara ini untuk membangun transportasi yang bermartabat dan memiliki keberpihakan terhadap penyandang disabilitas. “Komitmen Pemda DKI sangat kuat. Kita harus memulai dengan menggerakkan orang, bukan menggerakkan kendaraan.” Salah satunya program mengadakan tranportasi masal yang bisa menggerakkan orang, sudah dimulai dengan pengadaan busway sebanyak 13 koridor. Saat ini sedang berlangsung pembangunan kereta bawah tanah mulai dari Lebak Bulus, Blok M, Dukuh Atas sampai ke Kota Tua yang akan mulai operasi pada 2018 nanti. Dan akan berlanjut membangun koridor Tangerang sampai Sunter, Pulo Gadung. Pemerintah juga rencananya sudah mencanangkan wilayah transit, Cibubur-Cawang, Kuningan-Senayan, Cawang-Bekasi. Semua itu dilakukan sebagai upaya menggerakkan orang, dengan harapan jumlah kendaraan pribadi di jalan semakin sedikit, kemacetan berkurang. “Memang butuh waktu, tapi komitmen yang kuat sudah ada dari Pemprof DKI Jakarta. Ketika menggerakkan orang mulai dari menuju, awal hingga akhir pasti berjalan kaki. Untuk itu mulai sekarang sudah mulai kita kuatkan keberpihakan pada pejalan kaki termasuk penyandang disabilitas. Sehingga program utama nantinya adalah melebarkan trotoar kita.” Jalan-jalanan yang ada umumnya hanya satu meter atau dua meter, banyak diisi dengan tiang pohon, pot bunga untuk mempercantik. Seiring dengan program pembangunan MRT koridor Sudirman- Tamrin, akan siapkan pula jalur pejalan kaki minimal 8 meter – 10 meter. Sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta, pohonpohon yang ada di jalan terpaksa harus dibuang, sehingga hanya ada jalur busway dan jalur lambat untuk pejalan kaki. “Yang penting adalah komitmen yang kuat untuk mulai menata kota lebih ramah, bermartabat terutama sektor transportasi, baik sarananya maupun infrastrukturnya,” tegasnya. RW