GEMA REDAKSI
Menyegarkan Budaya Hidup Gotong Royong Para pembaca yang budiman,
B
ULAN Mei ini penuh berkah. Pada tanggal 2 Mei kita akan memperingati Hari Pendidikan Nasional. Pada akhir bulan banyak organisasi masyarakat, utamanya organisasi sosial yang tergabung dalam DNIKS dan para lansia yang tergabung dalam PWRI, bersama komponen pembangunan lain mempersiapkan Hari Lanjut Usia Nasional 2015 tanggal 29 Mei 2015. Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional itu akan ditandai dengan Gerakan Kota Peduli dan Sayang disabilitas dan penduduk lanjut usia. Gerakan ini sekaligus memperkuat gerakan GAUN, yaitu Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional yang menyerukan adanya perhatian dan kepedulian untuk mengingatkan semua orang agar memberikan kemudahan fasilitas umum kepada penduduk dengan disabilitas dan penduduk lansia. Dalam rangkaian Hari Pendidikan, para dosen dari Perguruan Tinggi, khususnya dosen program studi PAUD, akan diajak mengadakan kegiatan Safari ke berbagai kabupaten/kota guna membantu penyegaran Bunda PAUD di daerah. Upaya ini akan disertai sumbangan yang diperoleh dari para sponsor berupa alatalat permainan edukatif untuk beberapa PAUD serta peralatan produksi industri rumah tangga bagi orang tua muda yang anak balita atau batitanya sedang mengikuti PAUD. Upaya mendukung peningkatan kepedulian terhadap penduduk dengan disabilitas dan penduduk lanjut usia merupakan perwujudan kehidupan yang beradab, harmoni antar sesama, dan penghargaan terhadap umat manusia. Oleh karena itu, dalam rangka Hari Lanjut Usia tersebut banyak organisasi dan lembaga yang peduli terhadap lanjut usia dihimbau untuk membawakan tema “peduli terhadap tiga generasi” sebagai perwujudan komitmen dan tekad untuk membantu pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan bagi tiga generasi. Para lansia di Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dari 23 juta jiwa tidak boleh sekadar secara kebetulan menjadi lansia, du-
duk-duduk manis menunggu panggilan Tuhan Yang Maha Esa, tetapi harus tetap tegar berbagi kepada sesama lansia, juga menularkan pengalamannya membantu pembangunan jiwa gotong royong antar generasi demi mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, serta mengantar anak cucunya menuju masa depan yang mandiri dan sejahtera. Dalam menyongsong Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (Halun) 2015 itu, pengalaman dan hasil penyelenggaraan Kongres Nasional Kesejahteraan Sosial di Padang, Sumatra Barat, di mana pelayanan sosial yang diikrarkan dua tahun lalu, ternyata betul-betul bisa dibawa ke Nagari dan Jorong-jorong melalui pembentukan ribuan Posdaya. Pengalaman itu akan ditularkan ke daerah agar keluarga dengan disabilitas dan penduduk lanjut usia tetap diberikan peran sebagai pelaku pembangunan. Gerakan yang dimulai dari kegiatan KNKS di Padang itu akan dilanjutkan di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan daerah lainnya sebagai pelaksanaan Gerakan Nasional Lansia Peduli atau kegiatan GAUN lainnya. Semoga semarak bulan Mei itu mendapatkan kemudahan dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penyelenggaraan Kongres Nasional Kesejahteraan Sosial di Padang, Sumatra Barat, ternyata betul-betul bisa dibawa ke Nagari dan Jorong-jorong melalui pembentukan ribuan Posdaya. [FOTO: HARI]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pem impin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Prof Dr Haryono Suyono Penggagas Posdaya Sahabat Keluarga Indonesia Indonesia patut berbangga. Memiliki banyak tokoh nasional yang mampu mendunia. Salah satunya, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Di usianya yang 77 tahun masih aktif berkiprah untuk bangsa dan berkarya bagi keluarga Indonesia.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
38
CERITA SAMPUL
41
Kado Istimewa HUT ke-77 Prof Dr Haryono Suyono Posdaya Capai 45.000 di Tahun 2015 Perlahan tapi pasti, program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digagasnya berhasil memperoleh dukungan dari banyak pihak. Tidak hanya para petinggi negeri ini tapi sejatinya dukungan hampir seluruh rakyat Indonesia merupakan kado terindah di hari ulang tahunnya yang ke 77 pada 6 Mei 2015 ini. Dialah Prof Dr Haryono Suyono yang masa purna tugas sebagai Menteri Koordinator Kesejahtera Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra/Taskin), justru makin menunjukkan eksistensinya sebagai Guru Bangsa dan rasa keberpihakannya pada wong cilik. Yah, tidak semua orang mampu melewati usia 77 dengan memiliki semangat juang yang tinggi. Di usianya yang sudah tidak muda lagi ini, beliau masih mampu bersuara lantang memecahkan keheningan di sebuah acara seminar, meski saat itu sudah melewati perjalanan demi perjalanan, dari satu daerah ke daerah lain. Bahkan tak sedikit rektor maupun bupati/walikota hingga ketua DPRD bersama anggota lainnya pun datang mengunjungi ruang kerjanya di Yayasan Damandiri, Jakarta, setiap minggunya.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
LAPORAN DAERAH
58
Anggota Dewan Harus Jadi Pemimpin Visioner
PENDIDIKAN
51
Bunda PAUD Persiapkan Generasi Masa Depan Guna merangsang pertumbuhan sel otak anak, keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di hampir tiap-tiap RW sangat diminati para orangtua untuk menitipkan anakanak pra sekolahnya (usia 0 – 6 tahun) belajar di PAUD. Namun tidak sedikit penyelenggara PAUD yang kondisinya sepertinya hidup segan mati pun tak mau.
POSDAYA MASYARAKAT
10
Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 Pendataan dan Pemetaan Rangsang Tingkatkan Kesejahteraan Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 yang beralamat di Jl Sersan Misra RT 03 RW 06 Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, makin maju saja. Keberadaannya bukan saja maraknya kembali kehidupan gotong royong dan peduli sesama di antara warga, namun yang membanggakan masyarakat di daerah itu makin sejahtera dan mandiri. Tak pelak, aktivitas Posdaya ini kerap menjadi sasaran kunjungan dari berbagai daerah di tanah air. Tepatnya, pada Sabtu pagi 25 April 2015 lalu sejumlah pimpinan perguruan tinggi di tanah air, peserta Observation Study Tour (OST) Pelatihan Posdaya angkatan ke-91 yang melihat langsung aktivitas Posdaya ini.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Keberadaan DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah memang memegang peranan yang sangat penting. Kedudukannya sebagai fungsi pengawasan, legislasi dan anggaran dalam penyelenggaraan pemeritahan daerah tentu perlu dioptimalkan guna mewujudkan rakyat yang adil dan sejahtera. Kondisi itulah yang menarik perhatian Universitas Tamansiswa Padang, Sumbar, dengan menggelar Bimtek DPRD Provinsi Sumbar pada Jumat pagi 10 April 2015 lalu. Melalui kegiatan itu , setiap anggota dewan diajak agar mampu menjadi pemimpin yang visioner dan pro rakyat.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
12
Posdaya Pemerintah
14
Posdaya Lembaga Keuangan
29
Posdaya Organisasi Sosial
32
Kolom Khusus
44
Forum Kita
54
Ucapan Selamat
56
DNIKS
61
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Imaji Indonesia
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
BANGGA BELANJA DI SENKUDAYA
A
LHAMDULILLAH, Sentra Perkulakan Posdaya (Senkudaya) telah mulai berkembang di Kota Bogor, Jawa Barat. Posdaya Sauyunan, Ciherang, di Bogor ikut merasakan manfaatnya. Tidak saja gratis biaya transportasi, harga yang ditawarkan pun lumayan murah. Boleh hutang pula. Mobil Senkudaya yang mengantar produk-produk kebutuhan warung Posdaya di Kota Bogor mulai digelontorkan 17 Pebruari 2015 lalu. Masyarakat Bogor menyambut dengan suka cita, saat launching mobil ini diresmikan oleh penggagas Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono, di halaman Hotel Pajajaran Suite disaksikan sejumlah pengurus Koperasi Posdaya Indonesia (KPI) dan puluhan anggota Posdaya se-Kota Bogor. Bagi Juju Julaeha, Ketua Posdaya Sauyunan, Ciherang, Bogor, dengan adanya Senkudaya banyak orangorang yang terserap tenaga kerjanya untuk menjual barang-barang yang ada pada Posdayanya. Dari yang biasanya hanya menjual minyak curah, setelah ada Senkudaya, bisa menyediakan minyak seperti yang ada di supermarket, harganya pun bisa hampir murah. Warung-warung ini juga menyediakan bahan kebutuhan pokok lainnya yang dibutuhkan masyarakat,
seperti terigu, gula pasir dan lain-lain. Tetapi memang belum semua kebutuhan itu ada, karena masih terbatas. Mudah-mudahan ke depannya, Senkudaya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau oleh masyarakat kami. Kesejahteraan keluarga pra sejahtera bisa meningkat, kata Juju. Produk yang ditangani Senkudaya memang baru produk dari perusahaan besar, sehingga tahap selanjutnya akan mengangkat produk-produk Posdaya dan dipasarkan bersamaan. “Jadi jangan hanya di perusahaan besar saja yang diambil, tapi produk Posdaya diambil dan dibesarkan. Itu sudah ada perencanaan dari KPI,” ungkap Juju yang kini sedang mengembangkan ayam sehat sebanyak 300 ekor ayam kampung, seperti
dikutip Majalah Gemari. Istimewanya Senkudaya adalah tidak perlu pakai uang transportasi, barang sudah dikirim. Selain itu, dengan modal sedikit, bisa memiliki produk banyak. Kita bisa mengambil barang dulu, dengan jangka seminggu baru bayar. Mau kontan ataupun hutang, harganya sama. Jadi terjangkau oleh kami dan tidak menyita waktu. Tinggal sms ke Senkudaya, barang yang dibutuhkan apa saja, barang langsung dikirim, kata Juju. Saat ini baru ada beberapa warung yang secara operasional menjual barang-barang kebutuhan Pokok dari Senkudaya. Warung Posdaya ini kemudian mencukupi kebutuhan pedagang-pedagang kecil seperti dagangan donat yang difasilitasi dengan terigu dan minyak. Kata Juju, ada juga anggota Posdaya yang ingin jualan tapi belum punya modal. Saya suruh dia jualan kue keliling kampung, kami modali dia bahan terigu. Hal sama juga dirasakan Posdaya Mandiri Terpadu dan Posdaya Sabilungan. Dengan adanya Senkudaya, masyarakat kecil bisa lebih sehat dan bisa berbelanja lebih murah ketimbang di masyarakat. Semoga Senkudaya memajukan masyarakat Indonesia. Dimas Arjuna Jalan Jatayu Kebayoran Lama Selatan Jaksel.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Melongok Posdaya Sadewo
Perlu Kerja Cerdas dan Kerja Keras Hasil Pendataan Banyak Keluarga Prasejahtera Keluarga-keluarga di daerah perbukitan dan masih berbatu-batu, berniat membuat dinding rumahnya secara permanen belum mampu walaupun dilakukan berswadaya karena sama-sama prasejahtera. Bahkan masih banyak keluar ga terjangkit penyakit seperti ginjal yang disebabkan airnya mengandung kapur.
Para kader Posdaya Sadewo saat menyajikan aneka produk unggulannya. [FOTO: HARI]
I
TULAH gambaran sekilas hasil pendataan keluarga yang dilakukan Posdaya Sadewo, Dukuh Pereng, Desa Bumi Rejo, Kecamatan Nendah, Kulonprogo, Yogyakarta. Ketua Posdaya Sadewo, Wasino ketika ditemui saat mengikuti Gebyar Posdaya di Pendopo Kabupaten Kulonprogo menceritakan, hasil pendataan keluarga masih banyak yang merah atau keluarga prasejahtera. Hal itu disebabkan karena daerah ini berada di perbukitan dan masih berbatu-batu. “Keluarga ini kalau mau membuat dinding rumahnya secara permanen belum mampu walaupun dilakukan berswadaya karena sama-sama prasejahtera,” kata W asino. Bahkan, lanjut Wasino, masih banyak keluarga yang terjangkit penyakit seperti ginjal yang disebabkan disana airnya mengandung kapur. Untuk itu W asino sebagai Ketua Posdaya
berharap nantinya warrga tidak terkena penyakit akibat batu kapur . Menurut dia, keluarga yang tergolong hijau tidak banyak, karena anggotaanya kebanyakan petani dan buruh. “Walaupun yang hijau itu ikut berpartisipasi tetapi belum memadai dengan jumlah yang ada,” kata Wasino. Pelaksanaan pemetaan dilakukan oleh 10 orang terd iri dari pengurus dan anggota Posdaya. Wilayahnya terdiri dari 5 RT dan membentang sepanjang 1,5 Km. Wasino ingin memajukan daerahnya dengan program Posdaya. Sementara ini baru ada dua Posdaya yaitu Posdaya Produktif dan Posdaya Warung. Posdaya Warung berjumlah 5 Warung. Setiap warung memerlukan modal Rp 10 juta dan warung itu dikelola oleh beberapa orang. Sementara Posdaya produktif membuat Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
7
Ketua Posdaya Sadewo, Wasino memperlihatkan peta data keluarga di wilayahnya.
Aneka batik produk Posdaya Sadewo saat dipamerkan.
8
adanya Posdaya memang ada peningkatan tetapi masih sedikit, kar ena yang tadinya hanya dudukduduk di rumah sekarang sudah mulai ada yang membuat produk makanan maupun kerajinan yang hasilnya bisa untuk biaya sekolah. Setelah ada Posdaya, tambah Wasino, kami akan memanfaatkan apa yang dibantu oleh pemerintah dengan menjelaskan bahwa jumlah warganya 506 jiwa. Bersamaan dengan Ulang Tahun Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono yang ke77, W asino selaku pribadi maupun Ketua Posdaya berbagai macam produk dan hasilnya dijual Sadewo mengucapkan, Selamat Ulang Tahun, semoga Prof Haryono sukses dan terus dapat di warung. Dengan tersenyum, Wasino mengung- membantu masyarakat Indonesia dari Kemiskapkan, PAUD berjalan dengan baik tetapi kinan. “Saya mengetahui Prof Haryono adalah muridnya tidak banyak karena berdampingan dengan TK sehingga sebagian masuk TK dan pendekar KB sehingga program KB didaerah sebagian lagi masuk PAUD. Ketrampilan be- kami juga brhasil,” katanya sambil menamlum ada karena orang tua PAUD tadi membuat bahkan bahwa daerahnya hari ini mendapat makanan yang bisa dijual ke warung Posdaya bedah Rumah dari Prof Haryono Suyono. maupun ke pasar. Ada yang sifatnya perPendataan Posdaya Ngudi Maju orangan ada pula yang kelompok. Kegiatan pendataan keluarga juga dikeSementara Posyandu ada dua, yaitu Posyandu Balita dan Posyandu Lansia. Setelah mukakan Ketua Posdaya Ngudi Maju, Setiani, Nglatihan I, Ngentak Rejo Lendah, Kulonprogo. Bersama kader Posdayanya melakukan pemetaan keluarga tujuannya adalah untuk memajukan desa. Keluarga di desanya masih banyak yang prajahtera, yaitu berjumlah 18 KK, sejahtera 1 ada 85 KK Jumlah warga 900 orang terbagi 7 RT, 2 RW. Sehingga untuk melakukan pendataan tersebut cukup sulit. Untuk mendapatkan data keseluruhan
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
terlebih dulu menghubungi kepala Dukuh. Beruntung Kepala desa sangat mendukung program ini. Bahkan kepala Desa menugaskan kepada kader-kader Posdaya diwakili satu RT satu orang ikut mendata. “Pendataan berjalan lancar karena setiap warga menyerahkan foto copy KK untuk mengisi data. Warga menyambut baik pendataan ini karena kami akan mengajukan keluarga prasejahtra untuk mendapatkan dana modal untuk menaikan tarap hidup mereka,” tuturnya. Menurut Setiani, wargawarga yang kuning atau prasejahtera selama ini kendalanya pada pekerjaan, pangan, kesehatan, pendidikan dan rumah. Pekerjaan warga buruh lepas seperti tambang pasir. Kami berusaha dan mengusulkan agar warga yang merah ini jangan sampai terlalu terbelakang dan meningkat menjadi keluarga sejahtera 1 atau 2. Untuk itu, kata Setiani, keluarga prasejahtera ini diajak untuk menjadi anggota Posdaya sehingga mereka terbantu oleh kelompoknya. Dengan adanya Posdaya diharapkan agar bisa membangun kebersamaan. Sementara itu untuk usaha ekonomi, Yumar Wuragil outner Batik T ok Til, menjelaskan bahwa masuk ke Keluarga Asuh Keluarga Binangun (KAKB) wadahnya Posdaya. Yang memberikan nama “Batik Tok Til itu pak Bupati”, jelasnya. Sehingga di desanya terus diadakan Posdaya dan Batik Tok Til itu KAKB-nya. Kami selaku pengusha batik dulu mengupah untuk memiru satu lembar kain upanya hanya Rp 3.500 – Rp5.000. “Untuk itu saya berpikir untuk menciptakan sebuah batik yang sekmennya pembelinya menengah ke atas dan saya mengangkat para pembatik satu lembar diupah Rp20.000. Usaha mengangkat pembatik dengan tujuan agar pembatik ini tidak jatuh, karena pembatik ini adalah seniman kecil yang perlu dilindungi dan dibantu,” katanya. Selain itu, tambah Yumar Wuragil, kami juga menciptakan batik yang lain. Batik T ok Til adalah Batik yang diterima di pasar.
Penimbangan balita di Posyandu yang dikelola Posdaya Sadewo.
Kulonprogo itu sentral batiknya di Lendah. Selain pendapatannya meningkat pembantik diberi keleluasaan kreatifitas. Jangan takut kalau nanti ada kesalahan, dirinya yang akan membenahi dan meluruskan. HARI
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
9
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 Bogor
Pendataan dan Pemetaan Rangsang Tingkatkan Kesejahteraan Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 yang beralamat di Jl Sersan Misra RT 03 RW 06 Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, makin maju saja. Keberadaannya bukan saja maraknya kembali kehidupan gotong royong dan peduli sesama di antara warga, namun yang membanggakan masyarakat di daerah itu makin sejahtera dan mandiri. Tak pelak, aktivitas Posdaya ini kerap menjadi sasaran kunjungan dari berbagai daerah di tanah air. Tepatnya, pada Sabtu pagi 25 April 2015 lalu sejumlah pimpinan perguruan tinggi di tanah air, peserta Observation Study Tour (OST) Pelatihan Posdaya angkatan ke-91 yang melihat langsung aktivitas Posdaya ini.
Koordinator Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 untuk tingkat desa Drs M Nur Ali (kiri) didampingi Koordinator Posdaya tingkat Dusun 3 Tjahyadi Rajo (kedua dari kiri) saat menjelaskan budidaya tanaman jambu kristal kepada peserta OST angkatan ke-91. [FOTO-FOTO: ADE S]
10
M
ULAI dari pimpinan civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Janabadra, Universitas PGRI Yogyakarta, STIE YAPPAS, STIKes Fort The Cook, STAI IB Padang Panjang, STAI YDI Lubuk Sikping, STAI Balai Selasa Pessel, Universitas Trilogi Jakarta, STIE Indonesia Bangking, Universitas Yarsi Jakarta dan Universitas Al Azhar. Mereka mengungkapkan kekagumannya atas aktivitas yang dilakukan para anggota dan pengurus Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3. Posdaya berbasis kelompok tani yang berdiri sejak 30 Oktober 2009 ini memang patut mendapat acungan jempol. Melalui binaan Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) Institut Pertanian Bogor(IPB) Bogor, Jabar, mampu memberi angin segar kepada seluruh warga Dusun 3. Dibantu Drs M Nur
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Ali sebagai Koordinator Posdaya untuk tingkat desa dan Tjahyadi Rajo sebagai Koordinator Posdaya tingkat Dusun 3, berbagai kegiatan sukses dilakukan seluruh keluarga yang tergabung dalam Posdaya Dusun 3. Budidaya Jambu Kristal yang dikelola seluruh warga Dusun 3 mengawali kegiatan Posdaya ternyata menuai hasil yang membanggakan. Tak pelak, visinya untuk menuju Cikarawang sebagai Desa Wisata Posdaya pun benar-benar diwujudkan dalam berbagai bidang kegiatan. Bidang pendidikan yang diketuai Ayi M, Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 aktif menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sejumlah anak-anak aktif mengikuti kegiatan di PAUD Semai Benih Bangsa Cendana yang dikelola para pengurus Posdaya ini. Kegiatan majlis ta’lim dan pelatihan komputer merupakan aktivitas yang rutin dilakukan koordinator bidang pendidikan. Untuk bidang kesehatan yang diketuai Tuti aktif menggelar kegiatan Posyandu balita dan Posbindu lansia. Selain itu, Program Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dan lansia dalam setiap pelaksanaan kegiatan Posyandu dan Posbindu. Bukan hanya itu, klinik tradisional yang memanfaatkan tanaman obat tradisional yang turun menurun juga rutin dilaksanakan. Sedangkan bidang ekonomi yang diketuai Suhermansyah juga mengelola sejumlah kegiatan pertanian. Sebagai Posdaya berbasis kelompok tani, Suhermansyah lebih fokus mengelola pertanian dan mengolah hasil tani. Mulai dari makanan olahan seperti dodol, manisan, pangsit dan lain-lain. Selain itu, home industri seperti rengginang, kripik dan olahan lainnya menjadi salah satu produk unggulan para pengurus dan anggota Posdaya Mandiri
Terpadu Dusun 3. Keahlian kerajinan seperti merajut, daur ulang plastik dan jumputan juga kegiatan yang tak kalah giatnya dikelola Posdaya ini. Dan budidaya perikanan dan peternakan yang memang cocok dengan kondisi alam sekitar bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan bidang ekonomi Posdaya Dusun 3. Djaya yang mengetuai bidang lingkungan juga menangani sejumlah aktivitas. Pembuatan pupuk kompos, mengelola tanaman toga, dan penanaman kebun bergizi di setiap pekarangan rumah para anggota Posdaya menjadi perhatiannya. Kegiatan minggu bersih menjadi aktivitas rutinitas setiap pekan dilakukan seluruh anggota dan pengurus Posdaya Dusun 3. Dan yang membanggakan, kegiatan daur ulang sampah plastik yang dikelola Posdaya Dusun 3 menjadikan sampah yang ada berubah menjadi berkah bagi warga Dusun 3. Rangsang kerja keras dan cerdas Sejumlah aktivitas yang dilakukan para anggota dan pengurus Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 telah memberikan kontribusi yang berharga bagi warganya. Tak pelak, kegiatan pendataan dan pemetaan yang tahun ini fokus dilakukan para pengurus Posdaya di berbagai tanah air juga menjadi perhatian para pengurus Posdaya ini. Sebut saja Enin, salah seorang kader Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 bidang lingkungan, yang juga Ketua RT 03 RW 06 Dusun 3 Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jabar, mengungkapkan rasa syukur dan bangganya keberadaan Posdaya di wilayahnya. Sebagai tokoh yang menaungi segala kegiatan di wilayah RT 03, pendataan dan pemetaan yang kini gencar dilakukan setiap Posdaya langsung ditanganinya. Enin yang mendapat binaan langsung P2SDM IPB tak menunggu lama, tugas itu segera dilaksanakan dan diwujudkannya ke dalam bentuk peta. “Alhamdulillah, dengan kegiatan pendataan dan pemetaan ini kami dapat lebih mengetahui secara nyata kondisi warga. Dan yang paling penting, kegiatan itu telah mampu merangsang keluarga-keluarga di wilayah kami untuk lebih bekerja keras dan cerdas untuk me-
ningkatkan kesejahteraannya,” ungkap Enin bersyukur. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 yang membanggakan ternyata juga membuat decak kagum setiap tamu yang berkunjung. Sekretaris Direktorat UGM Dr Novi Siti Kussuji I, MHum yang memimpin rombongan OST angkatan ke91 ke Posdaya ini tak kuasa mengungkapkan rasa bangga dan kagumnya. “Saya mengucapkan terima kasih atas sambutan yang sangat meriah dari seluruh warga Posdaya Dusun 3. Disambut adik-adik PAUD, disuguhi minuman asli buatan warga yang menyegarkan, suguhan pisang goreng, jambu kristal berikut tata cara penanaman dan pemeliharaannya serta aktivitas warga yang begitu semangat,” tutur Dr Novi Siti Kussuji I, MHum. Setelah melihat langsung aktivtias Posdaya ini, lanjut Dr Novi, setiap pos menampilkan berbagai sajian dan produk unggulannya, tetapi saling bantu dan mengisi. “Namun demikian tidak berdiri sendiri tetapi saling sinergi. Ini sungguh pelajaran yang berharga bagi kami. Insya Allah, pengalaman ini menjadi tambahan ilmu bagi kami untuk diterapkan perguruan tinggi kami,” ujar Dr Novi Siti Kussuji I, MHum bangga. ADE S
Enin, Ketua RT 03 RW 06 Dusun 3 Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor, saat menjelaskan peta keluarga di wilayahnya kepada peserta OST.
Para kader Posdaya Mandiri Terpadu Dusun 3 bergambar bersama peserta OST angkatan ke-91 usai mengikuti serangkaian kegiatan.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
11
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Dari Acara Dies Natalis Unnes ke-50/Lustrum X:
Unnes Perkuat Pengembangan Posdaya melalui KKN Tematik Posdaya Usai acara Dies Natalis Unnes ke-50/Lustrum X, Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Fathur Rokhman, MHum yang diwawancarai Dede Haeruddin dari Majalah Gemari akhir Maret 2015 lalu mengungkapkan, Alhamdulillah Unnes bekerja sama dengan Yayasan Damandiri sudah berjalan 4 tahun. “Di tahun ini kita perkuat dengan pengembanganpengembangan Posdaya melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya ataupun KKN alternatif,” paparnya di auditorium kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah, 30 Maret 2015 lalu. Selain Prof Dr Haryono Suyono, empat tokoh lainnya juga menerima penghargaan Tokoh Konservasi Unggul dari Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Fathur Rokhman, Mhum , yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua MPR-RI Zulkipli Hasan, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir. [FOTO-FOTO: DEDE H]
“D
ENGAN KKN Tematik Posdaya ini bisa membantu masyarakat meningkatkan harkat hidup mereka melalui pemberdayaan masyarakat atau empowering. Mereka berdaya melalui pemberdayaan pendidikan yang kita tingkatkan. Juga kita berdayakan lingkungan dengan cara bersama-sama antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan perguruan Tinggi (PT),” dalih Prof Dr Fathur Rokhman, MHum. “Masyarakat desa juga kita tingkatkan ekonomi mereka melalui usaha kecil atau ekonomi mikro. Selain itu, kita berikan sentuhan teknologi tepat guna, sekaligus juga kita berikan modal bergulir dengan bekerja sama melalui perbankan. Juga kita dorong mereka untuk membuka pasar. Memang secara sederhana
12
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
tetapi ini bisa mengangkat harkat derajat mereka dari kemiskinan,” ucapnya semangat. Sebelumnya, di acara Dies Natalis Unnes ke50/Lustrum X ini, Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, MHum menjelaskan, Universitas Negeri Semarang (Unnes) adalah perguruan tinggi negeri di Semarang, jawa Tengah, yang telah berdiri sejak tahun 1965. Unnes saat ini telah memiliki delapan fakultas dan satu program pascasarjana yang melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu, teknologi, olahraga, seni, dan budaya. Unnes yang sebelumnya bernama IKIP Semarang, tambah Prof Dr Fathur Rokhman, telah dimulai dengan berdirinya berbagai lembaga pendidikan guru di atas SMTA. Lemba-
ga-lembaga pendidikan guru tersebut adalah: Pertama, Kursus B-1 dan Kursus B-2. Kedua, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Sekolah Tinggi Olahraga (STO). Sedangkan yang ketiga adalah, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta Cabang Semarang. “Dengan adanya penggabungan FKIP dan IPG menjadi IKIP, sedangkan FKIP UNDIP dan FKIP UNDIP Cabang Surakarta dinilai belum dapat berdiri sendiri. Maka berdasarkan Keputusan Menteri PTIP No 35 tahun 1964 tanggal 4 Mei 1964 menetapkan FKIP UNDIP menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta Cabang Semarang,” paparnya seraya menjelaskan, selama IKIP Semarang berdiri telah terjadi perkembangan-perkembangan. Di tempat sama, pada kesempatan itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menerima penghargaan Tokoh Konservasi Unggul dari Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Fathur Rokhman, Mhum di auditorium kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah. Selain Prof Haryono, empat tokoh lainnya juga menerima penghargaan yang sama, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua MPR-RI Zulkipli Hasan, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir. Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman menyambut hangat penghargaan yang diterima Prof Haryono dengan menyalami dan menyambut dengan sumringah sebelum sampai di ruang duduknya, di samping Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Prof Dr Haryono Suyono menerima penghargaan Tokoh Konservasi Unggul dari Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Fathur Rokhman, MHum di auditorium kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.
Pranowo. Pada acara puncak Dies Natalis Unnes ke50/Lustrum X ini, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman menyampaikan orasi ilmiah, yang dihadiri sejumlah rektor dan civitas akademi di Jateng dan sekitarnya, para pejabat tinggi, serta Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi dan sejumlah undangan lainnya. DH
Kesenian tarian pada acara Dies Natalis Unnes ke-50/Lustrum X Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
13
POSDAYA PEMERINTAH
Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Madiun
Bertemu Penggagas Posdaya Untuk mendukung upaya pemerintah daerah mengentaskan kemiskinan dari daerahnya, beberapa anggota DPRD Kabupaten Madiun berkunjung ke pakar pemberdayaan, Prof Dr Haryono Suyono di Damandiri.
Sejumlah anggota DPRD Kabupaten Madiun berkunjung ke pakar pemberdayaan, Prof Dr Haryono Suyono di Damandiri, Jakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
14
K
EMISKINAN masih menjadi pekerjaan rumah banyak daerah di tanah air. Demikian pula bagi Kabupaten Madiun. Sebagai gambarannya, berdasarkan Data Dinsosnakertrans Kabupaten Madiun, misalnya mencatat, jumlah penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayah setempat periode triwulan terakhir tahun 2013 lalu masih mencapai 8.000 RTSM. Meski demikian, jumlah tersebut diprediksi menurun 1.900 lebih pada periode berikutnya akibat pendataan status ulang. Untuk membantu mengentaskan kemiskinan yang masih ada di daerahnya, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Madiun Jawa Timur bersama beberapa anggotanya bertandang ke kantor Yayasan Damandiri, di Jakarta. Kunjungan ini merupakan silaturahmi setelah rombongan anggota DPRD tersebut melakukan tugas dinas ke intansi lainnya. Rombongan DPRD Kab Madiun yang didampingi Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Drs Mardi’i diterima di ruang rapat Damandiri. Di Daman-
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
diri, rombongan disambut Ketua Yayasan, Prof Dr Haryono Suyono bersama jajarannya. Nampak ikut menyambut, Direktur Pelaksana Dr Moch. Soedarmadi, Dr Mazwar Noerdin, Dr Mulyono D Prawiro, Drs Dadi Parmadi, MA. Dalam silaturahmi tersebut, Prof Haryono Suyono membeberkan program Damandiri yang tengah dilakukan bersama 315 perguruan tinggi negeri (telah bertambah dari sebelumnya 286 pada tahun 2014 lalu) melalui kegiatan pengabdian Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya. Posdaya berbasis keluarga maupun Posdaya berbasis masjid, kini telah berjumlah 45.000 Posdaya tersebar diberbagai dukuh/dusun, desa, kelurahan, jorong. Pada prinsipnya bahwa jajaran pemerintah inginnya dipadukan dengan jajaran masyarakat, termasuk perguruan tinggi. Saat ini jumlah perguruan tinggi yang sudah menandatangani MoU dengan Yayasan Damandiri jumlahnya sudah lebih dari 325. secara khusus di Jawa Timur, Ketua Yayasan Damandir baru saja mengadakan persetujuan dengan Paguyuban Rektor seluruh Jatim. Jumlahnya ada 11 rektor dari perguruan tinggi yang paling besar, seperti Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim Malang dan lainnya termasuk Unmer Madiun. Melalui jaring kemitraan tersebut mengeroyok kemiskinan dengan membuat pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) di pedesaan-pedesaan. “Posdaya itu merupakan suatu forum untuk bersilaturahmi antara semua kekuatan pembangunan pada tingkat desa,” papar Prof Haryono. Menurutnya, Posdaya merupakan jaringan yang menyatukan jaringan-jaringan kecil yang ada di desa. Seperti PAUD untuk pendidikan, Posyandu untuk kesehatan, koperasi untuk
ekonomi, dan lain sebagainya. Sehingga merupakan forum bagi masyarakat menyatu dan memadukan programnya tanpa bertentangan dengan program pemerintah. Kalau pemerintah memadukan program pemerintah, maka Posdaya memadukan program masyarakat. “Maka dananya pun dana masyarakat, dari keluarga kaya ataupun sumbangan lain seperti CSR perusahaan,” ujarnya. Sementara itu Ketua DPRD Kab Madiun Drs Djoko Setijono, istrinya merupakan seorang PLKB sejati, karena mau ditempatkan pada posisi jabatan lebih tidak mau, dan lebih senang menjadi seorang penyuluh lapangan KB. Hampir 30 tahun menjadi PLKB. “Sebagai Ketua sekaligus anggota DPRD, saya bersama-sama temannya selaku wakil rakyat, perlu berkonsultasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan Prof Haryono selaku pakar kependudukan dan pemberdayaan keluarga,” kata Djoko mewakili rombongan. Bahkan, ujar Ketua DPRD Kab Madiun ini, program KB dulu sukses ditangan Prof Haryono. Kini program Posdaya sudah merambah dibanyak daerah di berbagai wilayah. Jumlahnya saja sudah mencapai 45.000 Posdaya. “Kunjungan silaturahmi ini bertujuan untuk mendapatkan masukan langsung dari pakarnya, Bapak Prof Haryono Suyono, demi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Madiun,” tuturnya. Di Madiun, antara legislatif dan eksekutif selama ini berjalan seiring dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kami tidak terpengaruh adanya koalisi-koalisi. Yang ada koalisi Madiun yang berprinsip satu untuk bekerja bagi peningkatan kejahteraan masyarakat Madiun. “Kepentingan kami sebagai anggota DPRD adalah kepentingan rakyat, sedangkan kepentingan masing-masing pribadi adalah nomor dua,” imbuh Djoko. Dari DPRD Kabupaten Madiun antara lain nampak Suprapto (Sekretaris Komisi B – Bidang Kesra), Rudy Triswahono (Wakil Ketua Komisi B), Anang Dwi Sujatno, SH, dr Asmiati, Lely Hardyarini, SE, Miftakulhuda, SE yang juga mantan kepala desa, Rah Edi Santoso, RZ Eko Purwanto SE, Samson Muntaha (yang juga adik Bupati Madiun H Muchtarom, SSos), Sekretaris Dewan Djoko. Pada pertemuan Kepala KB dan PP Kabupaten Madiun Drs Mardi’i menginformasikan
berbagai kegiatan pemberdayaan sudah dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu melalui lembaga-lembaga seperti Badan KB dan PP. “UPPKS juga masih jalan hingga saat ini,” kata Mardi’i. Di Kabupupetan Madiun telah berdiri beberapa Posdaya. Posdaya tersebut merupakan karya mahasiswa Universitas Merdeka Madiun yang beberapa waktu lalu telah menggelar KKN Tematik Posdaya. Setidaknya ada 82 Posdaya dari sebelumnya 70 Posdaya tersebar di wilayah Kota Madiun dan Kabupaten Madiun. Seperti pernah diungkapkan Dr Hj Tatik Mulyati, MM, selaku Rektor Unmer bahwa Unmer Madiun memang terus berupaya menunjukkan eksistensi dan kiprahnya sebagai lembaga pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus ikut serta mengentaskan kemiskinan. Telah banyak lulusan kami menjadi pelaku pembangunan di bebagai sektor. Mahasiswa Unmer juga terus peduli mendampingi masyarakat meningkatkan derajat kesejahteraan melalui KKN Tematik, termasuk KKN Posdaya. Dari 82 Posdaya tersebut, diakui Bupati Madiun Muhtarom, memang tidak semua sehat karena ada beberapa yang kurang sehat, dan itu akan menjadi pekerjaan rumah pemda dan mitra terkait lainnya. “Saya senang Prof Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri dan juga penggagas Posdaya melalui Bank Jatim menggelontorkan dana pinjaman tanpa agunan yang diberikan kepada para pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok Posdaya. Sebagai awalan pertama ada 10 penerima Kredit Laguna Tabur Puja. Semoga langkah cerdas ini akan terus berkesinambungan sehingga akan menjadi lebih banyak lagi masyarakat miskin bisa terentaskan,” papar Muhtarom. HARI
Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama sejumlah pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Madiun yang berkunjung ke Yayasan Damandiri.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
15
POSDAYA PEMERINTAH
Gebyar Posdaya Kulonprogo
Gerakan Pendataan Keluarga Entaskan Kemiskinan Kondisi kemiskinan di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih lumayan banyak. Penyelesaian kemiskinan harus dimulai dari unit terkecil yaitu keluarga. Dengan adanya penyajian pendataan dan pemetaan dari setiap Posdaya akan diketahui persis keluargakeluarga prasejahtera.
Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo, SPOG (K) mendampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat meninjau pendataan dan pemetaan keluarga di Kulonprogo, DIY. [FOTO-FOTO: HARI]
P
EMERINTAH Kabupaten Kulonprogo menjadi salah satu pemerintahan daerah yang berkomitmen pentingnya melakukan pendataan dan pemetaan keluarga. Komitmen ini mendapat apresiasi Menko Kesra era Kabinet Pembangunan di masa lalu, Prof Dr Haryono Suyono. Kepala BKKBN yang sukses membawa program keluarga berencana (KB) Indonesia mendunia ini menyambut baik Bupati Kulonprogo yang meminta jajarannya melakukan kegiatan pendataan dan pemetaan keluarga sebagai upaya mempercepat pengentasan kemiskinan. “Mengetahui kemiskinan di daerahnya masih lumayan banyak, Bupati Kulonprogo melakukan upaya penyelesaian kemiskinan itu dimulai dari unit terkecil yaitu keluarga. Bukan dari dukuh, bukan dari kelurahan, bukan dari desa tetapi dari keluarga. Dan juga dari gerakan manusia yang sehat, gerakan yang pintar, gerakan wirausaha dan gerakan yang mencintai anak bangsanya,” kata Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi host di acara rekaman talkshow Plengkung Gading Gemari Show TVRI Yogyakarta, di Gedung Karsa Pemuda, Kulonprogo. 16
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Bupati Kulonprogo, dr H Hasto Wardoyo, SPOG (K) adalah ahli kandungan yang melahirkan bayi-bayi baru, maka sekarang Kulonprogo akan melahirkan manusia-manusia baru. Yaitu, manusia yang cerdas dan manusia yang berbakti kepada nusa dan bangsa. Untuk itu dari Kulonprogo diharapkan akan muncul generasi entrepreneur baru. Entrepreneur yang membangun tidak saja di Kabupaten Kulonprogo tetapi akan menjadi pembangunan di Republik Indonesia. Prof Haryono menambahkan, sebagai bupati yang bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan raknyatnya ini mempunyai komitmen tinggi untuk menjadikan keluarga berkategori merah (keluarga prasejahtera) menjadi biru (keluarga sejahtera III plus), tentunya setelah melewati jenjang keluarga kuning (sejahtera I), coklat (sejahtera II), hijau (sejahtera III), maka bupati mennyambut baik adanya kegiatan yang dilakukan kader-kader pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) bersama perguruan tinggi melakukan pendataan dan pemetaan di wilayahnya. Menurut Ketua Yayasan Damandiri ini,
dengan adanya penyajian pendataan dan pemetaan dari setiap Posdaya maka akan tahu persis siapa-siapa keluarga prasejahtera. Kekurangan-kekurangan mereka bisa diketahui. “Mungkin ada yang kurang makan, kurang pendidikan, lantai rumahnya masih tanah, kurang atap dan dinding (Aladin),” ujarnya. Pemetaan yang dilakukan Posdaya itu bisa diketahui berapa merahnya atau keluarga prasejahtera. Di masing masing Posdaya dapat diketahui ada merahnya 5 KK, 10 KK, 15 KK. Bahkan ada yang jumlah Kepala Keluarganya 60, tetapi merahnya masih 20 KK. “Dengan ditemukan fakta itu akan lebih mudah mana yang harus ditangani lebih dulu,” kata pakar kependudukan ini. Untuk itu diha rapkan Satuan Kerja Perangkat Daarah (SKPD) harus punya perasaan empati yang tinggi. “Sekarang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kuloprogo sudah mengumpulkan sodakoh satu tahun jumlahnya tidak kurang dari Rp 31 milyar. Dana itu sebagian digunakan untuk bedah rumah warga yang masih prasejahtera,” jelas Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo, sepertinya menjawab pertanyaan penting Menko Kesra seumur hidup itu (sesuai yang tertera di Kartu Tanda Penduduk (KTP, pada form keterangan pekerjaan). Dengan jumlah dana tersebut, kata Hasto Wardoyo, hampir setiap minggu SKPD bersama masyarakat dan pengusaha melakukan bedah rumah. Bedah rumah tanpa APBD. Tetapi berkat kepedulian sosial antara orang yang sudah mampu kepada yang miskin. “Jadi kalau ada data yang merah, kuning dan lainnya yang dipamerkan pada acara Gebyar Posdaya kali ini, saya tidak merasa tersinggung tetapi justru terima kasih karena dengan adanya data itu kami akan lebih mudah menyelesaikannya dan tidak harus mencaicari,” kata bupati kelahiran 30 Juli 1964 ini. Untuk itu di Kulonprogo berusaha keras untuk mempertemukan antara yang merah dengan yang hijau. Begitu yang hijau menyumbang kepada yang merah maka merahnya akan habis. Selain itu imbuh Hasto, di Kulonprogo ada Gerakan Gentong Rembes (Gerakan Gotong Royong Rakyat Bersatu). Untuk mendukung semangat Bupati Hasto Wardoyo mengentaskan kemiskinan di daerah, Ketua Yayasan Damandiri mengajak 10 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta bersatu membangun Kulonprogo dengan Posdaya. “Seiring dengan berbagai pembangunan yang terus bergulir di Kabupaten Kuloprogo
berbagai perguruan tinggi ditarik ke Kulonprogo untuk melakukan kerja sama dengan pemerintah Kulonprogo. Maka bersama Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Yayasan Damandiri bersama 10 mitra kerja perguruan tinggi menandatangani MoU untuk bersamasama membangun Kulonprogo dengan Posdaya,” kata Prof Haryono Suyono. Hadir dalam Gebyar Posdaya di Kulonprogo yang diisi pula dengan penandatangan MoU dengan 10 perguruan tinggi di DI Yogyakarta, antara 10 rektor maupun yang mewakili Universitas Gajahmada (UGM), Universitas Mercubuana Yogyakarta, Universitas PGRI Yogyakarta, Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, STPMD/ APMD Yogyakarta, Universitas JanabadraYogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan Universitas Sarjana W iyata Taman Siswa Yogyakarta. Nampak pula Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Kulonprogo Dra Harmintarti, MM, Corporate Affairs Director Alfa Mart, Solihin, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Bidang Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro dan beberapa Asisen Deputi Yayasan Damandiri, ketua-ketua LPPM/ LPM, selain dari jajaran kepolisian maupun TNI, serta camat dan lurah/kepala desa.
Pemkab Kulonprogo menjadi salah satu pemerintahan daerah yang berkomitmen pentingnya melakukan pendataan dan pemetaan keluarga.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
17
Prof Haryono didampingi Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo, SPOG (K) mengunjungi stand batik produk Posdaya.
18
suatu singkatan yaitu, Gerakan Bangun Lingkungan ekonomi kreatif Kulonprogo. Para Rektor diharapkan mulai mencitai gerakan ini. KKN harus cerdas berarti bersama tokohtokoh kelompok Posdaya. Simbul Gebelek harap Prof Surataaman bisa ditempelkan disemua produk Kulonprogo. Seperti Bakpia Geblek, Batik Gepblek, Topi Geblek, semuanya serba Geblek dan mahasiswa juga harus berjiwa Geblek. “Karena Ini adalah kearifan lokal. UGM sebagai kelompok perguruan tinggi Education for Sustainable Development (ESD) dari UNESCO maka inspirasi ini akan dibawa ke UNESCO. Prof Suratman menegaskan, tugas perguruan tinggi memfasilitasi, edukasi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sehingga peta-peta tadi tuntas menjadi hijau dan biru. “Kami bersama LPPM-LPPM akan membuan Bakpia Geblek grentplant Posdaya Istimewa sekaligus Wakil Rektor III UGM, Prof Dr Suratman roadmapnya,” katanya. berharap Posdaya di Yogyakarta itu menjadi Sementara itu Corporate Affairs Director Alfa Posdaya Istimewa. Posdaya istimewa menjadi Mart, Solihin mengatakan bahwa visi Alfa unggulan seluruh Rektor yang bergabung un- Mart sejak awal berdiri itu adalah untuk memtuk mengawal KKN LPPM Posdaya Istimewa. bantu masyarakat. Untuk itu sejak Gebyar Pos“Posdaya istimewa menjadi unggulan daya hari itu, beberapa Alfa Mart di Kulonseluruh rektor yang bergabung untuk meng- progo sudah dan dimiliki oleh oleh rakyat awal KKN LPPM Posdaya Istimewa. Ini akan yaitu, Tomira (toko milik rakyat). Selain itu segera dijadikan dasar untuk program pengen- Alfa Mart juga punya program bahwa di seketasan kemiskinan,” ujar Prof Suratman yang liling Alfa Mart keluarganya harus sejahtera. juga Ketua LPPM UGM. “Alfa Mart memiliki kewajiban untuk Dalam Gebyar Posdaya yang berlangsung membina warung-warung sekitarnya sehingmeriah dan diramikan dengan beberapa ga rakyat tidak harus berdatangan ke Tomira penampilan tarian kreasi baru nuansa lokal tetapi cukup datang ke warung-warung rakyat yang dibawakan persatuan para waria dengan harga sama dengan di Tomira,” Kulonprogo serta penyajian lagu-lagu apik jelasnya. mahasiswa Fakultas Seni Budaya UGM, Prof Menurut Solihin, warung-warung ini deSuratman mengungkapkan, ada satu jenis ngan keanggota khusus belanja untuk dijual makanan di Kuloprogo namanya “Geblek” kembali dengan harga sama di Tomira. Tomira yang menjadi inspirasi pembangunan. ini juga diwajibkan membeli produk-produk Menurut Prof Suratman Geblek adalah rakyat yang terjaga kualitasnya. HARI
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
POSDAYA PEMERINTAH
Unisma, Pemkot Bekasi dan TP Posdaya
Wujudkan Kebun Begizi di Setiap Keluarga Kota Bekasi Sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat adalah salah satu langkah jitu dalam menyelesaikan berbagai persolan bangsa. Langkah itulah yang kini tengah ditempuh Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi, Jawa Barat, saat menggelar Pelatihan Teknologi Budidaya dan Pemupukan Terpadu Berbasis Organis pada Tanaman Sayur, Selasa pagi 28 April 2015 lalu. Dengan menggandeng Pemerintah Kota Bekasi, dan Tim Penggerak (TP) Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) se-Kota Bekasi diharapkan mampu memberi aksi nyata bagi kemajuan Kota Bekasi. Mereka pun bertekad wujudkan Kebun Bergizi di setiap lingkungan rumah keluargakeluarga Kota Bekasi.
A
Acara yang diprakarsai Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unisma yang didukung Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai kalangan. Tercatat ratusan peserta mulai dari 70 para kader Posdaya dan puluhan mahasiswa Unisma antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi acara langsung dihadiri dan dibuka secara resmi Wakil Walikota Bekasi H Ahmad Syaikhu didampingi Rektor Unisma Dr Nandang N, Ir, MS. Tak pelak, acara yang berlangsung di Ruang Seminar Gedung C Fakultas Pertanian Unisma, Jl Cut Mutiah No 83 Bekasi, Jabar, ini disambut hangat para pengurus dan kader Posdaya se-Kota Bekasi. Kegiatan pelatihan pun makin menarik para kader Posdaya se-Kota Bekasi, karena menghadirkan sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya. Mereka adalah para dosen di Fakultas Pertanian Unisma. Di antaranya Dr
Nana Danapriatna, Ir, MP yang memaparkan “Selayang Pandang Pertanian Perkotaan”, Ir Ridwan Lutfiadi, MT, yang menjelaskan “Teknik Budidaya Tanaman dalam Pot” dan M Ikhwan Rahmanto, STP, MSi, yang mengutarakan “Teknik Penyiapan Media Semai dan Tanam”. Pada kesempatan itu Wakil Walikota Bekasi Akhmad Saikhu menyambut baik adanya Pelatihan Tehnologi Budidaya dan Pemupukan Terpadu Berbasis Organik pada Tanaman Sayur yang diselenggarakan Fakultas Pertanian Unisma. Menurutnya taman organik dan kebun organik, memang harus menjadi perhatian semua pihak. “Problem kita di Kota Bekasi, adalah pengelolaan sampah. Volume sampah Kota Bekasi yang di daerah Sumur Batu satu hari 1.528 ton. Belum lagi yang di Bantar Gebang 7.500 ton satu hari,” tutur Ahmad Syaikhu. Hanya sayang, keluhnya, sampah itu belum terpilah dengan baik sejak dari hulunya. “Inilah
Pemerintah Kota Bekasi, Civitas Akademika Unisma dan TP Posdaya Kota Bekasi sepakat sukseskan kegiatan pelatihan wujudkan lingkungan keluarga Kota Bekasi yang bersih, sehat dan bergizi. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
19
Wakil Walikota Bekasi H Ahmad Syaikhu (kedua dari kiri) saat menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara didampingi Rektor Unisma Dr Nandang N, Ir, MS (ketiga dari kiri) dan Kepala Bagian Agribisnis Dispera Kota Bekasi Ir Bhina Pinem (kiri). [FOTO-FOTO: ADE S]
Para narasumber Dr Nana Danapriatna, Ir, MP (kiri), Ir Riwan Lutfiadi, MT (kanan), M Ikhwan Rahmanto, STP, MSi (kedua dari kanan) dengan moderator Dra Is Zunaini Nursinah, MSi (kedua dari kiri).
20
persoalannya, pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) itu semakin hari semakin menggunung walau ditambah lahan 1,6 ha hanya mampu menampung selama 6 bulan sudah habis,” ungkap H Ahmad Syaikhu. Dirinya sangat bersyukur dan berterima kasih melalui kegiatan itu mudah-mudahan program agribisnis di rumah tangga bias berjalan dengan baik. “Karena dari situ akan menghasilkan kompos dan pupuk. Pupuk ini diproduksi dari sampah-sampah rumah tangga itu,” tegasnya. Hanya yang terjadi saat ini, lanjut Akhmad Syaikhu, bank-bank sampah yang sudah berhasil mengolah kompos ternyata tidak layak jual. “Ternyata, karena hasilnya tidak standar dan tidak sesuai dengan kebutuhan kompos dan pupuk. Untuk itu kita berkumpul di sini untuk mendapat pencerahan bagaimana mengolah sampah untuk menjadi
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
kompos dan pupuk setelah itu kita berkebun organik,” tegasnya. Dirinya sangat berharap, keberadaan sampah yang begitu melimpah di Kota Bekasi ini mampu dimanfaatkan oleh setiap keluarga. “Mudah-mudahan kita semua mampu mewujudkan cita-cita yaitu mampu mengolah sampah dan mampu memanfaatkan kompos sehingga kita tidak kekurangan sayuran dan buah-buahan,” harap H Ahmad Syaikhu. Hadir dalam acara ini Rektor Unisma Dr Nandang N, Ir, MS, Kepala Bagian Agribisnis Dispera Kota Bekasi Ir Bhina Pinem, Dekan Fakultas Pertanian Unisma yang juga penanggung jawab acara Ir Ahya Kamilah, MSi, Koordinantor Bidang Lingkungan Posdaya Kota Bekasi Ir Aswin Djuanda, Ketua TP Posdaya Kota Bekasi Ir Rika Susanti A Rasjid, puluhan pimpinan kelompok Posdaya se-Kota Bekasi, para mahasiswa Unisma dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor Unisma Dr Nandang N, Ir, MS, menegaskan pentingnya daya syukur, ikhlas dan istiqomah dari setiap akitivitas yang dilakukan. “Jangan lihat Posdaya itu kecil tumbuhannya, jangan lihat kecil lahannya, tetapi yang dilihat adalah daya syukur, daya ikhlas dan Istiqomah. Karena yang dilihat Allah SWT bukan besar dan kecil amalannya, tetapi sejauh mana istiqomahnya. Walaupun sedikit tetapi istiqomah atau terus menerus dikerjakan itulah yang lebih dicintai Allah SWT,” tutur Dr Nandang N, Ir, MS. Dirinya pun mengungkapkan keyakinannya, kalau kegiatan melibatkan kelompokkelompok Posdaya yang mayoritas dilakukan ibu-ibu kegiatan ini bisa sukses. “Saya optimis melihat insan Posdaya ada di kampus Unisma terutama ibu-ibu. Salah satu jaminan kunci sukses dari Posdaya kalau di dalamnya sudah terlibat ibu-ibu,” tegasnya. Diakuinya, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono sudah lama masuk ke Kampus Unisma. “Alhamdulillah, para pakar organik semuanya ada di Unisma. Oleh karena itu, jangan diragukan kalau bicara organik.
Alhamdulillah, Allah SWT ciptakan sampah yang banyak di Kota Bekasi begitupun air yang berlimpah sehingga bisa dibuat pupuk organic,” tutur Dr Nandang N, Ir, MS seraya mengingatkan perlunya dibarengi daya syukurnya terhadap Allah SWT. Dia menganjurkan kalau ingin menanam sayuran dan buah-buahan perlu adanya sentuhan kasih sayang, bacalah subhanallah kemudian air disiramkan sedikit-demi sedikit. “Karena dengan sentuhan kasih sayang dan dipupuk dengan organik buatan sendiri, bukan pupuk peptisida, maka tanaman akan tumbuh subur dan menghasilkan,” katanya. Oleh karena itu, lanjutnya, Posdaya itu adalah Pos syukur, Pos sabar dan Pos Ikhlas. “Tanaman harus diberi kasih sayang, Insya Allah hasilnya akan melimpah. Kalau panen pertama kumpulkan anak yatim dan santuni anak yatim Insya Allah akan berkah,” ujarnya seraya menambahkan langkah itu sesuai dengan visi Unisma membangun nilai-nilai Islam berkarakter kebangsaan dan kewirausahaan sehingga melahirkan sarjana yang berwirausaha memberdayakan masyarakat agar mandiri. Pekarangan yang hijau dan bergizi Dekan Fakultas Pertanian Unisma Ir Ahya Kamilah, MSi sangat bersyukur kegiatan ini disambut antusias para kader Posdaya se-Kota Bekasi. Acara yang awalnya hanya mengalokasikan 50 peserta saja, namun pada pelaksanaannya tidak kurang dari 70 kelompok Posdaya yang antusias mengikuti kegiatan ini. “Alhamdulillah, kegiatan ini mendapat sambutan yang luar biasa dari para kader Posdaya seKota Bekasi. Sampai menjelang pelaksanaan masih banyak yang terus mendaftar untuk mengikuti kegiatan ini. Terpaksa kami stop karena kegiatan sudah segera dilaksankan,” tutur Ir Ahya Kamilah, MSi. Menurutnya acara ini memang berkaitan dengan kewajiban setiap univesitas untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Itulah sebabnya Unisma setiap tahun mengadakan pengabdian kepada masyarakat. “Tahun 2015 ini Unisma menggandeng Posdaya dalam kegiatan pengab-
dian kepada masyarakat, karena kita berpikir banyak yang bisa diperankan dalam Posdaya. Alhamdulillah, diawali dengan Posdaya Mandiri yang diasuh oleh Ibu Rika sampai diperkenalkan dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono,” ungkap Ir Ahya Kamilah,MSi seraya bersyukur acara yang digelarnya itu juga disuport Yayasan Damandiri. Ditambahkannya, kegiatan ini akan berlanjut hari kedua dengan kegiatan di lapangan untuk membuat percontohan di pekarangan rumah Ketua Posdaya Mandiri Rika Susanti seluas sekitar 60 m untuk dijadikan percontohan kebun bergizi. “Para peserta pelatihan nantinya akan diberi bibit tanaman sayuran seperti, cabe, kangkung, kacang panjang dan lainnya. Metode pelatihan kita langsung praktik membuat pupuk organik dan mmbuat persemaian tanam dan hari berikutnya action bersama dosen dan mahasiswa di lapangan,” tuturnya seraya menambahkan langkah itu sesuai dengan pesan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. “Insya Allah, setelah tanam tidak akan ditinggal begitu saja, tetapi ada monitoring yang mengawasi sampai panen. Bahkan Profesor Haryono berpesan, kalau tiba saat panen untuk mengundangnya. Sehingga kegiatan ini tidak akan main-main, tetapi harus serius dikerjakan. Karena ini juga sesuai dengan cita-cita kami, ingin mewujudkan pekarangan-pekarangan rumah keluarga Kota Bekasi yang hijau dan bergizi,” pungkas Ir Ahya Kamilah, MSi. ADE S
Dekan Fakultas Pertanian Unisma Ir Ahya Kamilah, MSi (kiri) bersama Ketua TP Posdaya Kota Bekasi Ir Rika Susanti A Rasjid (kanan).
Para peserta pelatihan antusias menyimak paparan para pembicara.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
21
POSDAYA PEMERINTAH
Kabupaten Malang Gelar ‘Gumebyar’ Posdaya
Posdaya Gerakkan Masyarakat Jadi Sejahtera Pemerintah Kabupaten Malang bersama perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya menyadari bahwa pemberdayaan itu harus dilakukan secara bersama-sama. Dan nyata-nyata dengan Posdaya sekarang sudah berkembang seperti Posdaya Masjid yang dikembangkan melalui KKN Mahasiswa dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Hal ini ditunjukkan dengan menggelar acara Gumebyar Posdaya tahun 2015 dengan tema Intensifikasi Posdaya yang dikemas dengan acara Talk Show Gemari Semanggi TVRI Jawa Timur, di Pendopo Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada 15 April 2015 lalu.
Pengurus Posdaya Al Amin saat memaparkan hasil pendataan dan pemetaan kepada Bupati Malang dan Ketua Yayasan Damandiri. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
A
CARA yang dirangkai dengan penandatanganan buku panduan program inovatif Pemerintah Kabupaten Malang yaitu, Contra War (Contraceptive for Women At Risk) dan SKS (Surveilans Keluarga Sejahtera) serta launching buku “Menjadi Sejahtera dan Mandiri bersama Posdaya Berbasis Masjid Kabupaten Malang”. Pertemuan ini dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Direktur Kepatuhan Bank UMKM Jawa Timur Purnomo Hadi W, Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM, Ketua TP PKK Kabupaten Malang Hj Jajuk Rendra Kresna, SE, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr H Mudjia Rahardjo,MSi, Koordinator Wilayah Jawa Timur II Prof Agus Suprapto, Ketua LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj 22
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Mufidah, CH, MAg, SKPD, Camat dan Kepala Desa. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang menjadi host acara Gemari Semanggi TVRI bersama Shinta Noza mengatakan, Posdaya di Kabupaten Malang berkembang dengan luar biasa. Bupati Malang merupakan contoh pemimpin yang berani, karena membangun bukan sekedar untuk rakyat tetapi ternyata Bapak Bupati telah menginstruksikan kepada seluruh kepala desa bahwa pembangunan itu harus dilakukan oleh kepala desa dan seluruh masyarakat, untuk mengangkat keluarga-keluarga yang bertanda merah (pra sejahtera) menjadi keluarga yang lebih sejahtera sehingga diharapkan peran seluruh camat dan kepala desa di Kabupaten Malang. Mantan Kepala Kependudukan dan BKKBN ini mengharapkan dalam waktu satu tahun keluarga pra sejahtera yang ada di Kabupaten Malang dapat ditingkatkan menjadi
keluarga sejahtera, sejahtera I, sejahtera II dan Sejahtera III. Untuk itu mahasiswa yang melakukan KKN Tematik Posdaya dan terjun ke masyarakat harus dibekali dengan pikiran yang sederhana karena keluarganya adalah keluarga yang pra sejahtera, bukan dengan mendirikan pabrik karena keperluannya adalah seperti yang disampaikan bupati yaitu partisipasi, jadi partisipasinya harus sederhana. Menurutnya, Bupati Malang memimpin dengan prioritas yang luar biasa. Prioritasnya adalah bagaimana mencegah kematian ibu hamil dan kematian ibu melahirkan. Dan diharapkan Kabupaten Malang menjadi pelopor kesehatan ibu hamil, kesehatan ibu melahirkan dan kesehatan anak balita serta menjadi pelopor surveilans Posdaya. “Untuk itu kami harapkan Kepala Badan KB Kabupaten Malang dr Hadi Puspita sebagai penggagas Surveilans Keluarga Sejahtera untuk mengadakan surveilans untuk Posdaya dalam membangun keluarga pra sejahtera menjadi keluarga sejahtera, keluarga sejahtera I dan keluarga sejahtera II serta roadmap agar seluruh keluarga di Indonesia menjadi sejahtera dan dimulai dari Kabupaten Malang,” ujarnya. Lebih jauh dikatakan, bupati tidak saja bekerja untuk rakyat tetapi bekerja bersama rakyat. Rakyat perguruan tinggi, rakyat mahasiswa calon pemimpin masa depan bangsa, calon presiden, calon menteri, calon bupati, calon gubernur berasal dari kaum intelektual. Bupati Malang dengan camat, lurah dan PKKnya mempersiapkan lahan untuk mengadakan bakti sosial, penelitian sekaligus bagaimana mahasiswa sejuk menjadi pemimpin dapat diikuti oleh rakyatnya. Sementara itu Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM mengungkapkan, dalam hal pemberdayaan masyarakat dari nasional sampai daerah,
Prof Dr Haryono Suyono saat berdialog dengan Bupati Malang dan Sekda Kabupaten Malang .
pemerintah punya keterbatasan. Keterbatasanketerbatasan itu harus diambil oleh pihak lain. Bisa organisasi kemasyarakatan, kelompokkelompok masyarakat dan lain sebagainya. Dalam hal ini kemudian hadir untuk mengisi kekurangan dalam pemberdayaan masyarakat tersebut melalui program Posdaya yang di inisiasi oleh Prof Dr Haryono Suyono masuk ke dalamnya. Rendra Kresna juga menjelaskan, saat ini Kabupaten Malang bersama perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya menyadari bahwa pemberdayaan itu harus dilakukan secara bersama-sama melalui Posdaya. Dan sekarang Posdaya sudah berkem-
Bupati Malang saat menandatangani MoU dengan 7 perguruan tinggi di Kabupaten Malang tentang KKN Tematik Posdaya.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
23
Turut hadir Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Much Soedarmadi (kanan), Korwil Jatim II Prof Agus Suprapto (tengah) dan Ketua LP2M UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah, Ch, MAg.
24
bang seperti Posdaya Masjid yang dikembangkan melalui KKN Mahasiswa dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Perguruan tinggi di Kabupaten Malang banyak sekali seperti UIN Maliki Malang yang memiliki ribuan mahasiswanya terjun ke masyarakat. Pemberdayaan di masjid itu tidak hanya dalam bentuk bagaimana takmirnya menguasai manajemen kemasjidan tetapi sekaligus menempatkan masjid sebagai sentra pemberdayaan. Bagaimana mahasiswa ini kemudian masuk ke masjid-masjid, bagaimana masjid itu tidak hanya sebagai tempatnya sholat saja tetapi juga merupakan semacam sentra dari pemberdayaan masyarakat, apakah itu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial kemasyarakatan yang lainnya. Sehingga masjid betul-betul bisa berfungsi maksimal. Lebih lanjut Bupati Malang menguraikan, ada Posdaya-Posdaya yang bekerja sama dengan PKK, Posyandu, dengan kelompok-kelompok UPPKS dan lain sebagainya. Sehingga inisiasi itu perlu karena akan mengajak orang itu untuk bisa bersama-sama dan harus ada pionirnya, harus ada yang mendahului. Yayasan Damandiri tidak hanya sekedar mengajak dalam hal masalah pemberdayaan dalam konteksnya teori tetapi juga dalam hal yang bersifat praktis. Selain itu Pemerintah Kabupaten Malang juga mengajak tujuh perguruan tinggi lainnya untuk bersama-sama membangun Kabupaten Malang dengan Penandatanganan MoU tentang KKN Tematik Posdaya. Tujuh perguruan tinggi tersebut di antaranya Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Karangploso Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kuceswara Malang, Universitas Kanjuruhan Malang, Sekolah Tinggi Ilmu
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Ekonomi (STIEKEN) Jayanegara Malang, Universitas Widyagama Malang, Universitas Raden Rakhmad Kepanjen Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Maharani Malang dan Universitas Trunojoyo Bangkalan. Pemerintah Kabupaten Malang mendapatkan semangat baru dengan bergabungnya tujuh perguruan tinggi yang kemudian mengambil peran secara bersama-sama dalam masalah pemberdayaan. Perguruan tinggi tidak lepas dari yang namanya Tri Darma perguruan tinggi terutama dalam pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian masyarakatnya itu banyak sekali tidak hanya oleh LPM tetapi pemberdayaan melalui mahasiswa yang KKN sangat mengena. Karena mahasiswa memiliki semangat yang betul-betul fresh, tidak memiliki kepentingan. Karena mahasiswa hanya ingin menunjukkan ideologinya sebagai pembaharu, sebagai pemuda yang menginginkan Indonesia sesuai dengan citacitanya. Lebih jauh dikatakan, pemerintah dengan programnya dalam membangun dan memberdayakan masyarakat memiliki keterbatasan. Terbatas dana, terbatas manusianya, terbatas peralatannya. Sehingga dibutuhkan sinergitas antara pemerintah, perguruan tinggi dan institusi swasta atau masyarakat lainnya. Yayasan Damandiri pimpinan Prof Dr Haryono Suyono dengan Posdayanya menginspirasi banyak pihak yang kemudian secara bersamasama dengan pemerintah dan semuanya agar masyarakat yang masih ada di bawah garis kemiskinan dan kebodohan bisa terangkat menjadi sejahtera dan pintar. Kabupaten Malang merasa berterima kasih kepada Yayasan Damandiri dengan Posdayanya. Karena Posdaya tidak lagi sekedar hanya pemberdayaan kelompok-kelompok rakyat miskin dalam artian subyektif, tapi sudah merupakan bagaimana menggerakkan masyarakat untuk kemudian bersama-sama. Sehingga Posdaya menjadi salah satu penggerak keseluruhan masyarakat untuk kemudian mengambil perannya dalam hal pemberdayaan masyarakat itu sendiri. SULE/DH
POSDAYA PEMERINTAH
Posdaya Membantu Tumbuhkan Kemandirian Posdaya berbasis masjid dan berbasis masyarakat di bawah binaan LPPM perguruan tinggi dan Badan KB Kabupaten Malang merupakan salah satu upaya dalam rangka pemberdayaan keluarga. Sehingga, dengan kegiatan ini dapat membantu menumbuhkan kemandirian. Diharapkan dengan kegiatan ini masyarakat dapat berupaya memperbaiki kualitas kehidupannya secara pribadi sehingga dapat membentuk keluarga-keluarga yang harmonis, mandiri dalam menghadapi masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Malang saat mengunjungi stand Posdaya. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
I
TULAH yang disampaikan Kepala Badan KB Kabupaten Malang yang juga Ketua Panitia acara Gumebyar Posdaya tahun 2015 dr Hadi Puspita dalam acara Talk Show Gemari Semanggi TVRI Jawa Timur, di Pendopo Kabupaten Malang, Jawa Timur. pada 15 April 2015 lalu. Dalam acara yang mengangkat tema “Intensifikasi Posdaya” ini dr Hadi Puspita menjelaskan, pihaknya mendapat mandat dari Bupati Malang untuk melaksanakan Gumebyar Posdaya bekerja sama dengan Posdaya yang berbasis masjid dan berbasis masyarakat. “Yang berbasis masjid dikoordinir oleh UIN Maliki Malang dan yang berbasis masyarakat dikoordinir oleh Universitas Merdeka Malang. Kami sudah mempersiapkan ini sejak tiga minggu yang lalu. Karena sesungguhnya Posdaya itu leading sektornya ada di semua SKPD bukan hanya di Badan Keluarga Berencana,” ujarnya. “Kami sangat bersyukur mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan ini dengan baik dibantu oleh
seluruh SKPD yang ada, UIN Maliki dan Unmer Malang. Kemudian binaan-binaan kami, ada UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera), lembaga-lembaga LPPM dan Posdaya binaan sejumlah 1.121 Posdaya yang ada di Kabupaten Malang yang berbasis masjid dan masyarakat,” ujarnya. Menurutnya, kegiatan Posdaya berbasis masjid dan berbasis masyarakat di bawah binaan LPPM perguruan tinggi dan Badan KB
Kunjungan Prof Dr Haryono Suyono ke stand Posdaya pada acara Gumebyar Posdaya Kabupaten Malang.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
25
Anak-anak PAUD sangat antusias menyambut Prof Dr Haryono Suyono.
26
Kabupaten Malang merupakan salah satu upaya dalam rangka pemberdayaan keluarga. Sehingga, dengan kegiatan ini dapat membantu menumbuhkan kemandirian. Diharapkan dengan kegiatan ini masyarakat dapat berupaya memperbaiki kualitas kehidupannya secara pribadi sehingga dapat membentuk keluargakeluarga yang harmonis, mandiri dalam menghadapi masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, Hadi Puspita juga menjelaskan, tujuan dilaksanakannya kegiatan Gumebyar Posdaya untuk meningkatkan kepedulian dan secara terus menerus melaksanakan berbagai kegiatan Posdaya, meningkatkan peran keluarga melalui delapan fungsi keluarga sebagai dasar pembangunan dalam menghadapi abad milenium. Sementara itu Koordinator Wilayah Jawa Timur II Prof Agus Suprapto menuturkan, “Tahun 2012 sudah pernah kita laksanakan di sini bersama Yayasan Damandiri dan ini yang kedua. Alhamdulillah respon dari masyarakat maupun dari Posdaya sendiri luar biasa. Produkproduk yang di bawa UIN, Unmer juga perguruan tinggi lain juga merespon baik acara ini.”
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Prof Agus Suprapto mengatakan, di Kabupaten Malang ada 747 Posdaya yang dibentuk oleh perguruan tinggi yang ada di bawah Korwil Jatim II. Gebyar Posdaya ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa Posdaya itu dampaknya luar biasa. “Kita mengangkat keluarga tidak mampu satu saja dampaknya luar biasa. Begitu keluarga tidak mampu ini punya rasa percaya diri, ini sudah mempengaruhi semangat dari lingkungannya itu,” imbuhnya. “Kita sudah mengadakan pelatihan pendataan dan pemetaan pada bulan Maret, justru di sinilah menjadi kunci yang memetakan dan mendata adalah pengurus Posdaya sendiri, sehingga mereka tahu kondisi di sekitarnya kaya apa dan mereka mencoba mencarikan solusi dengan melibatkan stake holder yang ada. Itulah diharapkan Posdaya ini nanti bisa mandiri,” ujarnya seraya berharap turunnya angka kemiskinan di lingkungan tersebut. Potensi yang dimiliki Posdaya sangat banyak dan beragam baik yang terkait dengan pertanian, energi, seperti ada produksi kopi yang yang dilakukan oleh karang taruna dengan melibatkan remaja yang menganggur. Ada juga produksi jagung dijadikan bio ethanol dan limbahnya dijadikan pupuk yang melibatkan petani. “Jadi kita memberdayakan masyarakat yang menghubungkan dengan petani juga dengan remaja. Remaja ini perlu ada satu kegiatan,” ucapnya seraya berharap dengan kegiatan Gumebyar Posdaya ini Posdaya akan dikenal banyak orang dan mereka berupaya untuk mengembangkan. Semakin banyak yang terlibat maka keluarga tidak mampu ini akan semakin mudah untuk diangkat. SULE/DH
POSDAYA PEMERINTAH
Bonus Demografi Tiap Daerah Berbeda
Posdaya Tingkatkan Kualitas SDM Tingginya usia produktif penduduk Indonesia sejatinya membuka jendela peluang dan potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Apabila suplay penduduk usia produktif yang melimpah itu diserap oleh lapangan pekerjaan, akan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penduduk. Sayangnya baru beberapa provinsi saja yang menikmati bonus kependudukan ini. Selebihnya bisa menjadi “musibah” bila tidak ada interfensi langsung dari pemerintah dan kementerian terkait.
A
PAKAH bonus demografi itu anugerah atau musibah selalu menjadi topik perbincangan yang menarik. Pasalnya, begitu banyak peluang yang bisa dimanfaatkan atas melimpahnya penduduk usia produktif 15 – 64 tahun. Hal ini sebagai dampak positif program KB yang dilaksanakan sejak 1970, telah melahirkan transisi demografi pada struktur usia penduduk. Berdasar data Bappenas dan Badan Pusat Statistik tahun 2013, penduduk usia 0 – 14 tahun diperkirakan turun dari 28,6 persen pada 2010 menjadi 21,5 persen pada 2035. Dalam kurun waktu yang sama, penduduk usia produktif 16 – 64 tahun meningkat dari 66,5 persen menjadi 67,9 persen. Dan penduduk 65 tahun ke atas meningkat, dari 5 persen menjadi 10,6 persen pada 2035. Perubahan ini menyebabkan beban ketergantungan atau depedency ratio turun 50,5 persen pada 2010 menjadi 47,3 persen pada 2035. Apabila angka ini diabsolutkan, jumlah penduduk Indonesia pada 2035 akan mencapai 304 juta jiwa, di mana 161 juta di antaranya penduduk usia produktif 15 – 64 tahun. Menyikapi beban ketergantungan penduduk ini, Yayasan Mahkota Insan Cita yang diketuai Ir Hanifah Husen bekerja sama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar seminar eksekutif yang dihadiri sekitar 350 peserta, terdiri dari unsur kementerian, TNI, POLRI, akademisi, organisasi profesi, organisasi masyarakat, pengusaha dan pejabat BKKBN dari berbagai daerah.
Acara yang menghadirkan sejumlah pakar kependudukan seperti Prof Dr Fasli Jalal, Prof Haryono Suyono, Dr Ascobat Gani, Prof Priyono Tjiptoheryanto ini juga mendeklarasikan Resolusi Bonus Demografi yang akan diteruskan kepada Wakil Presiden RI Jusuf Kala. Saat membuka seminar ini, Plt Kepala BKKBN Ir Ambar Rahayu mengakui perlu adanya advokasi terus menerus kepada pemerintah kabupaten, kotamadya dan provinsi agar pembangunan kependudukan dan KB
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan seputar bonus demografi di tanah air. [FOTO: RAHMA]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
27
menjadi prioritas. Sehingga upaya-upaya untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk yang merupakan prasyarat untuk bisa memanfaatkan bonus demografi ini bisa dilaksanakan sebaik-baiknya. Besarnya proporsi penduduk usia produktif tersebut seharusnya menjadi potensi bagi pembangunan,” cetusnya. Menurut Ambar, ada empat syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh bonus demografi bermanfaat. Pertama, penduduk yang berkualitas. Kedua, penduduk usia produktif yang harus terserap dalam masa kerja. Ketiga, meningkatnya tabungan di tingkat rumah tangga. Dan ke empat, meningkatnya perempuan yang masuk pasar kerja. “Kita masih harus berjuang lebih keras lagi. Karena tantangan lain yang kita hadapi antara lain memasuki era AFTA (ASEAN Free Trade Area) di mana tenaga kerja dari mana pun bisa masuk dan bersaing di Indonesia dengan kompetensi profesional,” ungkap Ambar yang berharap mendapat dukungan dari semua sektor pembangunan dan masyarakat agar bonus dapat Plt Kepala BKKBN Ir Ambar Rahayu dimanfaatkan de-
Era bonus demografi di Indonesia jangan dibandingkan dengan Singapura yang negaranya kecil sehingga bisa diseragamkan untuk seluruh wilayahnya.
28
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
ngan sebaik-baiknya. Di antaranya melibatkan para kader Posdaya yang kini tersebar di berbagai pelosok tanah air turut andil memberdayakan masyarakat sehingga kualitas SDM tiap-tiap daerah meningkat. Sebagai Bapak KB Indonesia, Prof Dr Haryono Suyono selaku salah satu pembicara dalam seminar ini mengingatkan kepada seluruh peserta yang hadir, bahwa bonus demografi adalah sesuatu yang akan membawa keuntungan dan membawa kesempatan kalau dilakukan persiapanpersiapan dan pengertian yang mendalam tentang apa itu bonus demografi dan ciri dari bonus demografi. “Bonus demografi sebenarnya suatu era di mana proses penurunan angka ketergantungan tidak sama dari satu provinsi dengan provinsi lainnya. Tiap provinsi mempunyai angka ketergantungan berbeda dari tahun ke tahun, sehingga bonus demografi bagi pejabat provinsi, apalagi kabupaten/kota tidak boleh hanya melihat angka ketergantungan secara nasional,” jelasnya. Menurutnya, era bonus demografi di Indonesia jangan dibandingkan dengan Singapura yang negaranya kecil sehingga bisa diseragamkan untuk seluruh wilayahnya. Indonesia dengan lebih 500 kabupaten punya 500 era bonus yang berbeda-beda. “Bahkan sampai 2050 nanti, NTT belum tentu mengalami bonus demografi. Karena penduduk NTT yang sekolahnya tinggi dengan kemampuan kerja tinggi, begitu dewasa akan pindah ke daerah lain yang lebih menjanjikan,” ujarnya. Sebelumnya, pemanfaatan bonus demografi telah menjadi perbincangan menarik di kalangan kampus, hingga berdiri Pusat Kajian Demografi dan Kependudukan Indonesia di Universitas Trilogi Jakarta. Pusat kajian ini digagas mantan Menteri Kelautan Ir Sarwono Kusumaatmaja setelah digodok beberapa kali melalui forum grup discussion bersama sejumlah pakar kependudukan dan pemerhati masalah kependudukan. RW/HNUR
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Tabur Puja Sarana Pemberdayaan
Menuju Keluarga Sejahtera Tabur Puja dan Senkudaya menggiatkan program sosial entrepreneur yang menjadi penopang dan pendorong berkembangnya keluarga prasejahtera dan sejahtera I menjadi maju.
T
ABUNGAN dan Kredit Pundi Kesejahteraan (Tabur Puja) ditempatkan sebagai sarana untuk pemberdayaan keluarga. Sarana ini sejajar dengan sarana lain seperti koperasi. Yang membedakan sarana itu dengan koperasi adalah kalau Tabur Puja secara khusus ditujukan kepada keluarga prasejahtera. Meskipun bisa juga untuk keluarga kaya tetapi, keluarga kaya setidaknya harus menolong keluarga prasejahtera. Sementara, kalau koperasi siapa saja boleh menjadi anggota koperasi. “Skim Tabur Puja sasaran utamanya harus kepada keluarga prasejahtera. Bisa juga keluar ga prasejahtera ditolong keluarga sejahtera I maupun sejahtera II. Kalau keluarga sejahtera III menolong keluarga prasejahtera, itu berarti keluarga sejahtera III tersebut naik menjadi keluarga sejahtera III plus. Untuk itu harus dijadikan motivasi,” papar Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pengarahan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Tabur Puja dan Sistem Kulakan Posdaya (Sengkudaya) Tahun 2015, yang diselenggarakan Yayasan Damandiri dan PT Sudara Indra, di Jogyakarta baru-baru ini. Rakenas ini diikuti Direktur PT Sudara Indra Dr Sutarto Alimoeso serta managermanager Tabur Puja maupun Senkudaya, juga perguruan tinggi. Nampak pula hadir Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Bidang Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Bidang Umum Dr Mulyono D Prawiro, Asisten Deputi Program Faozan Alfikri, SH, MKM, Asisten Deputi Direktur Bidang Pengumpulan dan Pemanfaatan Data Yayasan Damandiri Ir Anna Murnijati, MMA. Serta dihadiri pula perwakilan LPPM dari beberapa perguruan tinggi. Namun kalau pun ternyata masih sulit, kata Prof Haryono, maka disitulah perguruan
tinggi harus berjuang luar biasa dan berani kerja cerdas dan berani kerja keras. Terkait program Tabur Puja, Ketua Yayasan Damandiri memaparkan, karena suksesnya pembangunan millenium yang lalu, maka di era pembangunan pasca MDGs, Posdaya harus menaikkan keluarga prasejahtera menjadi keluarga sejahtera I, sejahtera I dan seterusnya. “Karena itu intervensi untuk keluarga prasejahtera bukan uang saja tetapi keluarga prasejahtera harus sehat, pendidikannya pintar, pintar usaha dan pintar mengatur lingkungan,” kata Prof Haryono yang 6 Mei ini berusia 77 tahun. Menurut pakar sosiologi ini, dalam program Posdaya itu seluruh titik sentral keluarga harus menggarap pogram budaya, agama, sosial, ekonomi dan lingkungan. Posdaya menjadi forum semua kegiatan itu.
Direktur PT Sudara Indra Ir Sutarto Alimoeso, MM, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Bidang Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin di tengah acara Rakernas Tabur Puja dan Senkudaya. [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
29
Peserta Rakernas tampak semangat mengikuti rangkaian acara.
30
Untuk itu, lanjut Prof Haryono, mulai saat ini pasar Tabur Puja adalah Posdaya. Posdaya itu harus menjadi forum untuk jualan Tabur Puja. Contohnya di Kabupaten Brebes sudah jalan. Begitu juga di Jakarta Selatan. Di daerah lain Posdaya dijadikan pasar Tabur Puja. Oleh karena Posdaya dijadikan pasar maka pertemuan bulanan Posdaya harus dibangkitkan para mahasiswa termasuk juga oleh pengelola Posdaya. Semua gerak dari perguruan tinggi harus dilaporkan kepada kepala desa, camat sampai bupati. Kar ena pada tahun ini desa akan kebanjiran dana dari pemerintah pusat antara Rp 300 juta – Rp 1,5 milyar. “Dari bahasa lain kegiatan kita itu ngajari supaya camat dan bupatinya menyoroti keluarga prasejahtera. Kalau tidak akan salah. Sepuluh tahun terakhir ini ada kredit usaha rakyat (KUR) untuk keluarga miskin tetapi yang dapat bukan keluarga miskin KUR tetapi untuk pengusaha yang sudah mapan. Karena salah sasaran makaa dihentikan,” tutur mantan Menko Kesra dan Taskin ini. Menurut Prof Haryono, prinsip dari Tabur Puja sama prinsipnya koordinator dengan mahasiswa yaitu menjemput bola. Agar menjemputnya tidak satu-satu, katanya lagi, maka Posdaya harus dirangsang untuk mengadakan pertemuan bulanan. Karena sasarannya ada dua pilihan keluarga prasejahtera muda dan punya anak balita. Calon kandidat pelanggan Tabur Puja asal keluarga prasejahtera, setelah diberikan pelatihan menjadi pintar membuat kerupuk dan perlu modal, maka Tabur Puja bisa memberi modal. Ketua Yayasan Damandiri menegaskan Rakernas Tabur Puja ini dipadukan dengan kegiatan KKN antara perguruan tinggi yang kini jumlahnya sudah bertambah menjadi sekitar 325 dihampir seluruh Indonesia dengan pelaksanaan Posdaya khususnya dalam
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
menyebarkan kegiatan merangsang keluarga prasejahtera. Target paling penting adalah selama tahun 2015 membuat Roadmap untuk keluraga prasejahtera agar sebanyak mungkin keluarga sejahtera bisa yang kita tolong. Untuk itu penerima Kredit Tabur Puja harus membantu keluarga prasejahtera. Penerima kredit ikut aktif dalam kegiatan pemberdayaan bidang pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan seperti mengembangkan ekonomi biru di Posdaya. Sementara itu Direktur PT Sudara Indra Dr Sutarto Alimoeso, MM mengungkapkan, hubungan antara Posdaya dengan Tabur Puja dan Sentra Kulakan Posdaya (Senkudaya). Sutarto menyebut, Posdaya adalah forum silaturahmi pembangunan keluarga di pedesaan yang sudah berkembang yang juga sudah diisi dengan berbagai kegiatan, pendidikan, kesehatan, lingkungan kebun bergizi serta kewirausahaan. Kegiatan ekonomi kewirausahaan ini untuk mengangkat anggota Posdaya yang ekonominya tertinggal. Artinya yang termasuk dalam kelompok keluarga prasejahtera. Menurutnya, Yayasan Damandiri dengan program Tabur Puja-nya itu memberikan kemungkinan pinjaman kepada mereka untuk bisa melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi. Agar kondisi ekonomi keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I betul-betul bisa berubah. Kemudian hubungan antara hubungan antara Posdaya dengan Tabur Puja dan Senkudaya adalah untuk membangun ekonomi rakyat yang sebagai anggota Posdaya yang kecil-kecil ini harus ada yang memberikan dukungan, terutama dalam menyediakan bahan-bahan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka meminjam Tabur Puja untuk kepentingan membuat kegiatan ekonomi kecil-kecilan, seperti berdagang maupun membuat usaha ekonomi produktif. Untuk berdagang misalnya, dari mana barangnya. Ini tentunya harus kompetitif. Supaya kompetitif dan kontinyu kebutuhan barang dagangan tersebut bisa disuplai Sentra Kulakan Posdaya. “Kalau itu bisa disi-
nergikan dengan bagus dan basic-nya Posdaya, maka akan menjadi gerakan masyarakat sebagai satu kekuatan di luar pemerintah yang memiliki kepedulian untuk ikut mengentaskan kemiskinan pada tingkat lapangan atau mikro,” ujarnya. Lantas peran PT Sudara sebagai mitra kerja Damandiri adalah sebuah kemitraan kerja yang mendukung upaya pengentasan kemiskinan melalui Posdaya utamanya para pelaku kelompok usaha ekonomi produktif. Saat ini sudah ada 45.000 Posdaya yang tersebar di hamper 250 kabupaten/kota yang kegiataannya merupakan hasil sinergi dengan sekitar 286 perguruan tinggi negeri maupun swasta di seluruh Indonesia. Kemitraan Sudara dan Damandiri ini meskipun menjalankan bisnis tetapi bisnisnya bisnis sosial. Karena kegiatan bisnis maka ini harus dikelola dengan baik. “Tabur Puja dan Senkudaya ini harus dikelola secara bisnis tetapi tidak meninggalkan visi dan misi sosialnya. Jadi biar pun bisnis, tidak lupa aspek sosialnya. Biar pun sosial tidak lupa aspek bisnisnya, atau dikenal dengan sebutan social entrepeneur,” jelas Sutarto yang mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) serta mantan Dirjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian. Hingga akhir Februari 2015 lalu, perkembangan implementasi dari Skim Tabur Puja pada 1 Koperasi (DKI Jakarta 1 koperasi, Jawa Barat 2 koperasi), Jawa Tengah 3 koperasi, Jawa Barat 3 koperasi dan Sumatera Barat 2 koperasi) sampai tahun 2015 adalah ada sebanyak 222 Posdaya dengan jumlah kelompok sebanyak 2.504 kelompok dengan jumlah anggota 22.883 orang, dengan simpanan anggota
sebanyak Rp 2.145.764.735,Adapun jumlah pinjaman dari Yayasan Damandiri sebanyak Rp 28.019.000.000,dengan sebaran pinjaman di wilayah DKI Jakarta Rp 3 milyar, Yogyakarta Rp 5,2 milyar, Jawa Tengah Rp 7,273.5 milyar, Jawa Barat. Omset pinjaman sebesar Rp 46.768.514.637,-, dengan jenis usaha yang dibiayai sebanyak 22.538 pelaku usaha yang meliputi 15.540 pedagang kecil, 3.552 kerajinan home industri kecil, 2.843 pelaku usaha di bidang pertanian/ perikanan/peternakan, dan 603 pelaku usaha baru. Penerima skim Tabur Puja diutamakan berasal dari kelompok-kelompok wirausaha yang tergabung dalam usaha ekonomi produktif Posdaya. HARI
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan di hadapan peserta Rakernas.
Peserta Rakernas bergambar bersama usai acara.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
31
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Veteran Stroke Perlu Support
Agar Kembali Berkarya dan Bermanfaat Selain tetap menjaga kesehatan bagi yang masih sehat dan untuk para veteran stroke terus berusaha dengan semangat untuk sembuh, serta siap menjadi duta stroke wilayah Yogyakarta maupun wilayah lain dengan terjun ke desa-desa, ke Posdaya.
Bupati Sleman Sri Purnomo (kiri) berharap veteran stroke tetap berjuang untuk sembuh dan melakukan aktifitas ringan seperti olah raga, berkumpul bersama, nyanyi bersama dan melakukan kegiatan lain yang menggembirakan. [FOTO-FOTO: HARI]
32
M
ENDAPAT musibah dan cobaan berupa penyakit stroke membutuhkan ketahanan mental yang tangguh dan dukungan dari semua pihak baik keluarga, lingkungan dan pemerintah. Ketika serangan itu datang kesiapan mental penderita dan keluarga menjadi mutlak untuk dapat menerima dan menghadapinya dengan penuh ketegaran dan kesabaran. Orang dengan resiko stroke harus memahami dan mencari informasi cara untuk menjaga kesehatan dirinya agar seminimal mungkin data menghindari serangan stroke. Pun demikian pihak keluarga juga diharapkan menjadi pemantau dalam pola hidup anggota keluarga agar resiko serangan stroke dapat dihindari, sehingga informasi yang tepat sangat diperlukan oleh penderita stroke dapat memberikan pendampingan dengan baik dan tindakan yang tepat kepada anggota keluarganya jika sampai terjadi hal terburuk terjadi serangan stroke. Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Prof Dr Haryono Suyono mengatakan ada tiga hal yang perlu diperhatikan para veteran stroke. Pertama, tidak ingin menjadi veteran str oke dan berusaha dengan semangat untuk sembuh. Kedua, dengan ijin Bupati Sleman, Sri Purnomo, Yastroki yang sedang dibentuk di Jogyakarta ini pengurusnya akan dijadikan
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
duta str oke wilayah Jogyakarta maupun wilayah lain. “Yaitu secara sukarela siapa yang berkenan untuk terjun ke desadesa tidak saja mengunjungi para relawan maupun para veteran stroke tetapi untuk mengunjungi keluarga yang dikumpulkan di Posdaya menceritakan untuk menghindari stroke dengan datangnya tanda-tanda stroke,” kata Prof Dr Haryono Suyono dalam pengukuhan kepengurusan Yastroki Cabang Propinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta di Taman Embung Tambak Boyo, Condongcatur , Sleman, Yogyakarta baru-baru ini. Menurut Prof Haryono, untuk menghindari stroke perlu diketahui bahwa lima jam sebelum kena serangan strok tanda-tanda bisa diketahui seperti di antaraanya tandatandanya penghilhatan agak kabur. Selain itu diharapkan para veteran stroke kalau bertemu dengan orang sehat jangan menunjukkan bahwa dirinya terkena stroke. Dalam kesempatan tersebut Prof Haryono mengajak veteran stroke Yogyakarta untuk mengadakan siaran di TVRI Yogyakarta untuk menjelaskan apa itu stroke bagaimana terkena stroke dan apa pencegahannya. Sementara bagi pengurus Yastroki di Yogyakarta juga diajak untuk pergi ke Jakarta menghadap Menteri Kesehatan. “Para pasca stroke harus berjuang dengan ikhlas dan berjuang dengan ceria serta tetap senyum karena senyum menunjukkan ekpresi kebahagiaan. Dengan senyum akan tetap sehat dan ‘awet muda’,” ujarnya. Pada kesempatan itu yang mengusung tema “Saling Memotivasi dan Menginspirasi” tersebut, Ketua Yastroki Pusat meminta
kesediaan Ketua Yastroki Cabang Provinsi DI Yogyakarta Dr dr Ismail Setyopranoto, SpS(K) dan Wisnu Arya Wardhana (insan pasca stroke) yang juga Wakil Ketua I Yastroki Propinsi Yogyakarta menjadi Duta Yastroki di Yogyakarta. Hadir dalam pengukuhan Yatroki Cabang Provinsi Yogyakarta, Bupati Sleman Sri Purnomo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman serta Ketua Palang Merah Indonesia Provinsi DI Yogyakarta Herry Zudianto yang juga mantan Walikota Yogyakarta. Dalam pengukuhan pengurus Yastroki Provinsi Yogyakarta, Bupati Sleman Sri Purnomo ber harap veteran stroke tetap berjuang untuk sembuh dan melakukan aktivitas ringan seperti olah raga, berkumpul bersama, nyanyi bersama dan melakukan kegiatan lain yang menggembirakan. Sri Punomo sendiri mempunyai pengalaman merawat ibundanya yang juga terkena stroke selama 20 tahun. “Beliau terkena stroke usai menjalankan sholat Subuh. Tetapi karena semangat hidupnya tinggi akhirnya bisa sembuh walaupun tidak 100 persen. Alhamdulillah, yang tadinya sulit bicara sekarang bicaranya jelas, sekarang beliau bisa berjalan ke manamana,” tuturnya seraya mendukung upaya Yastroki Cabang Yogya yang disupport Prof Dr Haryono Suyono selaku Ketua Yastroki Pusat. Dalam acara pengukuhan ini ditampilkan beberapa lagu gubahan Dr dr Ismail Setyopranoto, SpS(K). setidaknya tiga lagu behasil dilantunkan dan dinyanyikan dengan penuh semangat dan ekpresi gembira insan pasca stroke bersama hadirin. Ada 35 orang baik praktisi kedokteran maupun insan pasca stroke serta masyarakat dikukuhkan menjadi pengurus Yastroki Cabang Provinsi DI Yogyakarta periode 2015-2020. Jajaran ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara diisi 7 orang. Bidang Pembinaan dan Motivasi 6 orang, Bidang Penyuluhan 4 orang, Bidang Humas dan Informasi 4 orang, Bidang Usaha dan Pengembangan Dana 4 orang. Serta Konsultasi Medis 8 orang. Sementara untuk Koordinator Muntilan dan Koordinator Kota Magelang masing-masing 1 orang. Usai pengukuhan pengurus Yastroki Cabang Yogyakarta juga dilakukan penanaman pohon sebagai penghijauan oleh Ketua
Yastroki Pusat dan Bupati Sleman. Peran keluarga Ketua Yastroki Propinsi DI Yogyakarta Dr dr Ismail Setyopranoto, SpS(K) mengatakan, orang terkena serangan stroke akan mengalami penurunan mental yang drastis bahkan sampai pada tingkat depresi tidak memiliki mental yang kuat untuk menerima keadaannya. Kehialangan fungsi sebagian atau seluruh anggota tubuh akan menjadikannya bergantung kepada orang lain membuat ia merasa seakan dunia sudah berakhir. “Support dari keluarga ataupun teman terlebih sesama penderita serangan stroke akan dapat menolong membangkitkan lagi semangat dan gairah hidupnya untuk bangkit dan mandiri, serta berkarya untuk bermanfaat bagi masyarakat maupun lingkungannya,” tutur Dokter Ismail, demikian akrab disapa. Peran dari komunitas insan pasca stroke akan dapat merubah mindset penderita bahwa stroke bukanlah akhir dari segalanya. “Meskipun stroke ia masih dapat melanjutkan hidupnya dengan gembira dan bahagia. Insan pasca stroke dapat bangkit, mandiri dan bermanfaat untuk manusia lainnya,” ujar Ketua Yastroki Cabang Provinsi Yogyakarta ini. Selain perhatian keluarga, perhatian dari masyarakat, komunitas, pemerintah dan pihak terkait juga sangat penting dalam mendampingi, mengedukasi, melatih insane pasca stroke. Perhatian itu akan menjadi modal utama dalam penanggulan stroke, serta penting dalam upaya melakukan upaya prefentif, kuratif dan rehabilitasi penyakit stroke. Sehingga akan terwujud masyarakat Indonesia sehat dan bahagia. HARI
Prof Dr Haryono Suyono dalam pengukuhan kepengurusan Yastroki Cabang Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta di Taman Embung Tambak Boyo, Condongcatur , Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
33
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Ulang Tahun Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan ke-8
Lansia Perkuat Program Posdaya Lanjut usia bukanlah hambatan bagi lansia dalam beraktifitas dan membangun bangsa dan negara. Bahkan lansia juga bisa membangun kepedulian terhadap tiga generasi, yaitu generasi sesama lansia, generasi anaknya dan generasi cucunya. Seperti halnya yang dilakukan Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan saat memperingati hari ulang tahun Dharma Wulan Jakarta Selatan ke-8 sekaligus memperingati Hari Kartini tahun 2015 di Ruang Serba Guna Kantor Walikota Administrasi Jakarta Selatan pada 11 April 2015.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan sambutan dan paparan tentang Posdaya. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
A
CARA yang dihadiri Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Asisten Kesra Kota Administrasi Jakarta Selatan Drs H Ma’mur HN, Ketua Yayasan Dharma Wulan Drs Titus K Kurniadi, Ketua Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan Sumakno Iswadi, Paguyuban Dharma Wulan Bandung, Bogor, Jakarta Timur dan undangan lainnya mengangkat tema “Dengan Semangat RA Kartini Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan Membina Kerukunan Bersama.” Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam sambutannya mengatakan, “Organisasi Dharma Wulan Jakarta Selatan ini sudah berumur 8 tahun, dan saya sudah minta Ketua Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan Sumakno Iswadi untuk membantu Posdaya-Posdaya yang ada di desa, apakah menjadi bapak angkat atau ibu angkat sehingga nanti pengalaman menjadi lansia bisa ditularkan kepada keluarga-keluarga lansia yang ada di desa-desa. Ini merupakan suatu kesempatan
34
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
lansia tetap sibuk. Karena kalau sibuk itu lansia akan berumur panjang.” Ketua Umum Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) ini juga mengungkapkan, saat ini setelah pensiun dengan kawan-kawan ternyata berhasil bekerja sama dengan hampir sekitar 235 universitas di seluruh Indonesia. “Dengan segala macam cara saya ajak mahasiswanya untuk terjun ke desa. Dan sekarang dari 235 universitas itu telah mengirim mahasiswanya tidak kurang dari puluhan ribu mahasiswa dari universitas besar seperti Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) di Purwokerto, Universitas Diponegoro dan Unes di Semarang, UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung, Unesa di Surabaya. Dan setiap tahun masing-masing perguruan tinggi mengirim 5.000 mahasiswa ke desa,” urainya. Itulah yang mungkin menarik Pak Sumakno Iswadi untuk mengajak Dharma Wulan ini untuk ikut terjun ke desa, apakah ke desa menyanyi atau sekedar memberikan bantuan kepada masyarakat desa. Karena puluhan ribu
mahasiswa itu sekarang telah membentuk apa yang dinamakan paguyuban-paguyuban, apa yang dinamakan pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang jumlahnya tidak kurang dari 45.000. Lebih lanjut pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938, “Kalau Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan ini bisa membantu Pos-pos pemberdayaan keluarga tersebut dengan buku-buku atau kunjungan, saya dengan senang hati akan berhubungan dengan teman-teman perguruan tinggi di Jakarta Selatan seperti Universitas Pancasila, Universitas Trilogi, Universitas Mercubuana dan banyak perguruan tinggi lain untuk nanti bersama-sama terjun ke desa. Bahkan di desa-desa ini intinya adalah pos pemberdayaan keluarga itu menganut program yang biasa saya singkat dengan 2M3W.” Prof Dr Haryono Suyono menguraikan, “M yang pertama barangkali sangat cocok bagi bapak dan ibu sekalian adalah Maton. Maton itu artinya mempunyai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tetapi juga menganut budaya Indonesia, budaya Pancasila, hormat kepada orang tua dan sebagainya. Selanjutnya W yang pertama adalah Waras, artinya semua keluarga yang menjadi anggota Posdaya diharapkan tidak menjadi langganan BPJS atau rumah sakit. Tetapi seperti bapak ibu sekalian sampai umur tua ternyata masih tetap sehat wal’afiat.” “W yang kedua adalah Wasis, artinya keluarga-keluarga tersebut terutama keluarga miskin kita harapkan mengirim anak-anaknya ke sekolah sehingga pada saat tuanya tidak sengsara tetapi tetap tegar. Dan W yang ketiga adalah Wareg, artinya keluarga tersebut harus berusaha keras untuk tetap bisa memberi makan dan minum, pakaian, kelengkapan pakaian istri dan anak cucunya. M yang terakhir adalah Maton, artinya keluarga tersebut mempunyai rumah yang sehat tetapi sekeliling halamannya ditumbuhi dengan kebun bergizi,” jelas mantan Menko Kesra dan Taskin. Prof Haryono Suyono berharap, “Lansia yang kebe-
Ketua Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan Soemakno Iswadi memberikan cinderamata kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
tulan saya jadi Ketua Umum PWRI, sekarang saya anjurkan tidak saja peduli terhadap lansia, tetapi peduli terhadap tiga generasi. Yaitu, generasi lansia, generasi anaknya dan generasi cucunya, sehingga lansia ini akan mencintai anak cucunya. Dan karena cinta kasih kepada anak cucunya, maka lansia ini termasuk salah satu penguat dari kegiatankegiatan Posdaya yang ada di desa.” “Bahkan para lansia ini telah saya minta, agar anak-anak keluarga miskin itu pergi ke PAUD tidak di antar oleh bapak ibunya tetapi di antar oleh kakek dan nenek yang ada di desanya. Sehingga setiap pagi, kakek dan neneknya itu harus mandi dan mengantar cucu pergi ke PAUD. Dan PAUD ini harus menerima kakek dan nenek ini sebagai pendamping dari anak-anak balita di PAUD,” imbuhnya seraya menambahkan, “Dalam waktu yang singkat ini saya dan temanteman sedang berkeliling ke kabupatenkabupaten seluruh Indonesia untuk menyegarkan guru PAUD. SULE/DH
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono foto bersama dengan pengurus Paguyuban Dharma Wulan Jakarta Selatan.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
35
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan
Gelar Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana Kegiatan “Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana” yang dilaksanakan Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) di Dusun Kayuhan Kulon, Desa Triwidadi dan Desa Sendangsari Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, berjalan lancar, sesuai dengan agenda yang telah ditetapkan.
Pembina Yayasan Supersemar Hj Siti Hartinah Soeharto bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyaksikan simulasi penanganan bencana oleh peserta pelatihan. [FOTO-FOTO: DOK YDGRK]
P
ELAKSANAAN kegiatan Pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK) Siti Hartinah Soeharto bekerja sama dengan Yayasan Damandiri, BPBD, SKPD, Muspida dan Anggota Posdaya Kabupaten Bantul, Yogyakarta, berjalan lancar dan sesuai dengan agenda yang telah ditetapkan. Di dalam kegiatan tersebut selain dihadiri oleh Pengurus tujuh yayasan, menurut pelaksana kegiatan “Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana” YDGRK Siti Hartinah Soeharto, HM Yarman, SE mendapat dukungan dan partisipasi dari Bupati, Muspida, Aparat Keamanan (Danramil & Kapolsek), Kader Posdaya, PKK, dan perwaktlan mahasiswa binaan Posdaya serta masyarakat setempat. Rangkaian kegiatan ini dibagi menjadi dua Sesie, yaitu, pertama, tanggal 12 Maret 2015, meliputi kegiatan pelatihan penanggulangan bencana & gawat darurat serta simulasi penanggulangan penderita gawat darurat & bencana dan dilanjutkan dengan praktek lapangan tentang pencegahan penanggulangan bahaya kebakaran yang diikuti oleh seluruh peserta pelatihan sebanyak 41 (empat puluh
36
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
satu) orang, bertempat di Aula Dusun Kayuhan Kulon Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kedua, tanggal 13 Maret 2015, kegiatan yang dipusatkan di halaman Kantor Lurah Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yang meliputi berbagai kegiatan. Di antaranya, kegiatan Senam Keluarga Indonesia. Mengawali kegiatan acara pagi dibuka dengan Senam Keluarga Indonesia yang dilaksanakan mulai pukul 07.30 sampai dengan 08.30 wib dan diikuti oleh seluruh peserta gelanggang dagang Posdaya, kader Posdaya, peserta pelatihan relawan, masyarakat Dusun Sendangsari Kecamatan Pajangan serta undangan yang hadir. Selain itu, kegiatan simulasi kebakaran. Kegiatan ini diikuti oleh peserta Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana, didukung oleh para Instruktur (TRC), Damkar, PMI, SAR Daerah dan Narasumber BPBD, di bawah koordinasi Bapak Ir Danang Samsurizal dari BPBD Provinsi Yogyakarta. Hal menarik lainnya, kegiatan Gelanggang Dagang Posdaya.Kegiatan ini dibuka secara
resmi oleh Bapak Prof Dr Haryono Suyono, Ibu Hj Titiek Soeharto, SE dikoordinir Bapak Wakil Bupati Bantul, Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut Ibu Hj Titiek Soeharto, SE, mengadakan peninjauan ke lokasi Gelanggang Dagang Posdaya serta berdialog dengan peserta Kegiatan dan berfoto bersama. Acara semakin semarak dengan adanya penyerahan door price yang langsung diserahkan Ketua Yayasan Damandiri Pror Dr Haryono Suyono dan Pembina Yayasan Supersemar Hj Titiek Soeharto, SE, menyerahkan door price sebagian partisipasi dari 7 (tujuh) Yayasan kepada peserta senam keluarga Indonesia. Kesan-kesan peserta pelatihan Tentang kesan-kesan peserta pelatihan, antara lain, kata pelaksana kegiatan “Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana” YDGRK Siti Hartinah Soeharto, HM Yarman, SE, pertama, pelatihan tersebut sangat bermanfaat dan berterima kasih kepada YDGRK Siti Hartinah Soeharto yang telah menyelenggarakan pelatihan tersebut, sehingga para peserta pelatihan bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat serta berguna apabila terjadi bencana di lingkungannya. Kedua, tambahnya, harapan masyarakat agar Pelatihan Relawan sebagaimana yang dilaksanakan oleh YDGRK Siti Hartinah Soeharto dapat berkelanjutan dan berkesinambungan kepada Posdaya-posdaya binaan Yayasan Damandiri yang lain. Ketiga, pelaksanaan simulasi/praktek di lapangan bisa diadakan tahapan-tahapan secara berkala dan pembinanan Relawan menjadi tugas dari BPBD Kabupaten/ Kota. Dan keempat, peserta Pelatihan Relawan mendukung serta antusias melalui kerja sama dengan BPBD setempat, sehingga bisa menambah pengalaman dalam penanggulangan bencana.
Relawan Posdaya Peduli Bencana” HM Yarman, SE, pertama YDGRK Siti Hartinah Soeharto agar berkelanjutan melaksanakan program pelatihan Relawan bencana dan agar diberikan pelatihan juga kepada Posdaya Kabupaten/ Kota lainnya. Kedua, mengingat antusias masyarakat terhadap kegiatan tersebut, maka pelatihan Relawan dilanjutkan secara berkesinambungan serta kerja sama dengan BPBD dan instansi terkait. “Demikian laporan pelaksanaan kegiatan “Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana” yang kami sampaikan, dan terima kasih kepada Pengurus tujuh yayasan yang telah berkenan hadir serta ucapan yang sama kepada Ibu Hj Titiek Soeharto, SE yang telah membuka secara resmi Pelatihan dan pengukuhan Relawan Posdaya Peduli Bencana yang diselenggarakan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta,” kata pelaksana kegiatan “Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana” YDGRK Siti Hartinah Soeharto, HM Yarman, SE. ADE S/DH
Peserta pelatihan saat mempraktekan penanganan pemadaman kebakaran.
Para peserta pelatihan dengan penuh semangat menyimak paparan para pelatih.
Pelatihan Relawan Posdaya Peduli Bencana Karenanya kesimpulan kegiatan tersebut yakni, papar pelaksana kegiatan “Pelatihan Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
37
LAPORAN UTAMA
Prof Dr Haryono Suyono
Penggagas Posdaya Sahabat Keluarga Indonesia Indonesia patut berbangga. Memiliki banyak tokoh nasional yang mampu mendunia. Salah satunya, Prof Dr Haryono Suyono. Di usianya yang 77 tahun masih aktif berkiprah untuk bangsa dan berkarya bagi keluarga Indonesia.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja rajin berdialog dengan kaderkader Posdaya saat terjun ke lapangan. [FOTO-FOTO: ADE S]
Posdaya yang maju menjadi referensi kunjungan peserta OST Posdaya yang datang dari berbagai daerah di tanah air.
38
K
ETIKA masih aktif di pemerintahan, sebagai Kepala BKKBN di era Presiden Soeharto, Prof Dr Haryono dikenal sebagai pendekar KB. Berkat kepiawaiannya ‘merayu’ menjadikan kaum ibu atas persetujuan suaminya masing-masing bersedia menjadi akseptor KB. Akseptor KB dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga program KB Indonesia berhasil. Dunia pun mengakui.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Bahkan, banyak mancanegara mengirim dutadutanya untuk mengikuti pelatihan program KB untuk mendukung program pengaturan kependudukan di negerinya. Keberhasilan program KB Indonesia tidak lepas dari kepercayaan yang diberikan Presiden Soeharto, dan dijalankan dengan baik oleh seorang Haryono Suyono. Pasca mengabdi pada negara melalui pemerintahan, pakar sosiologi dan kependudukan ini bertambah “piawai”. Pasalnya, hingga diusianya yang ke 77 ini semakin sukses mengembangkan program pemberdayaan berbasis keluarga yang dilakukannya melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Hingga dia khir 2014 lalu sudah berdiri 45.000 Posdaya yang tersebar disekitar 250 kabupaten/kota dengan melibatkan mitra 286 perguruan tinggi negeri maupun swasta. Bahkan, di tahun 2016, Profesor Haryono menargetkan Posdaya akan berkembang menjadi 75.000 Posdaya dan mitra perguruan
tinggi sekitar hampir 350 perguruan tinggi. Subhanalloh. Luar biasa. Itu kata yang pas diungkapkan untuk prestasi bagi seorang lanjut usia di usia 77 ini yang tengah bersiap bergerak menuju usia delapan dasa warsanya. Berbagai apresiasi disampaikan berbagai pihak baik mitra maupun masyarakat yang telah mendapat manfaat dari gagasan cerdasnya yang bernama Posdaya. Seperti disampaikan berikut ini. Menteri Sosial Dra Hj Khofifah Indarparawansa mengucapkan, masya Allah. Saya mengucapkan selamat ulang tahun bagi ayahanda Prof Dr Haryono Suyono. Mudahmudahan beliau dianugerahkan Allah SWT kebahagiaan, kemuliaan dan kesuksesan. Menteri Khofifah yang pernah meneruskan posisi yang pernah juga dijabat Prof Haryono Suyono, yaitu Kepala BKKBN Pusat di era Presiden Abdurrahman Wahid ini menilai sosok Prof Haryono merupakan orang yang tidak pernah berhenti berinisiasi. Beliua tidak berhenti memberikan inspirasi bagi bangsa kita. “Jadi karena beliau tidak pernah berhenti berkarya, maka yang muda harus lebih berkarya lagi. Karena sosok Prof Haryono yang berusia 77 tahun merupakan sosok inspirasi yang tidak pernah berhenti berkarya,” ujar mantan anggota DPR RI serta Menteri Pemberdayaan Perempuan di era Presiden Megawati ini. Pendapat lainnya dikemukakan tokoh Jawa Timur yang kini masih aktif memimpin provinsi paling timur dari Pulau Jawa ini. dia adalah Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo, SH yang menilai Prof Haryono Suyono sebagai orang yang selalu berkarya untuk bangsanya. Beliau tidak pernah berhenti berbuat yang terbaik untuk masyarakat. Ketika di pemerintahan dulu sebagai Kepala BKKBN sukses dengan program KB-nya. Kini setelah pensiun masih aktif berbuat untuk memajukan keluarga-keluarga miskin di pedesaan. Beliau merupakan salah satu tokoh yang rajin turun ke lapangan. Meski di usia yang sudah terbilang muda tetapi beliau masih memikirkan dan membagikan ilmunya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang dilakukannya melalui Posdaya. Saya kira beruntung bagi kepala-kepala daerah, demikian juga perguruan tinggi yang mendapat ilmu dan pengetahuan bagaimana cara memberdayakan masyarakat dengan baik, efektif dan mudah dilaksanakan. Prof Haryono sahabat bagi keluarga-keluarga di mana saja berada. Selamat ulang tahun, teruslah menjadi guru, mentor yang membim-
bing generasi muda dan mahasiswa. Prof Haryono satu tauladan yang harus kita teladani dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Pendapat lainnya diungkapkan Gubernur Jawa Timur Dr Soekarwo, MM yang mengingatkan bahwa biarkan marwah Prof Haryono Suyono mengalir di sekitar kita agar kehidupan menjadi maju, kesejahteraan masyarakat meningkat. Prof Haryono Suyono itu orang yang banyak akal. Pemikirannya seDra Khofifah Indarparawansa lalu positif. Karyanya menyejukkan. Salah satunya selain KB adalah Posdaya. Berkat Posdaya beberapa daerah yang telah menjalankan dan mengembangkan program itu menjadi maju. Kehidupan gotong royong dan kebersamaan semakin terjalin kuat. Kesadaran masyarakat semakin tumbuh akan artinya silaturahmi dan kebersamaan itu. Sehingga setiap kegiatan yang berlangsung di masyarakat dilakukan secara gotong royong. Prof Haryono juga mempunyai kepedulian tinggi. Buktinya banyak keluarga-keluarga miskin terbantu. Bahkan kepeduliannya juga menginspirasi orang lain. Sehingga orang lain pun mau membantu masyarakat lainnya. Sebagai orang yang peduli, di usianya yang sudah sepuh, beliau masih perhatian pada para lansia lainnya. H Ganjar Pranowo, SH Bahkan menganjurkan agar para lansia itu tetap aktif dalam kegiatan yang disebutnya Lansia Tiga Generasi. Salah satunya dilakukan dengan kegiatan senam keluarga. Beliau juga dikenal sebagai Ketua Umum PWRI Pusat. Selamat ulang tahun Prof Haryono. Semoga selalu sehat dan terus memberikan yang terbaik untuk Indonesia dan Keluarga Indonesia di mana saja. Perhatian terhadap sosok yang satu ini juga disampaikan Bupati Kulonprogo, dr H Hasto Wardoyo, SPOG (K). Pandangan Bupati Kulonprogo melihat sosok Ketua Yayasan Damandiri, Prof Haryono Suyono sebagai sahabat keluarga Indonesia. Menur utnya, Prof Haryono adalah sebagai guru bangsa sangat legendaris sepanjang masa. Sejak 30 tahun lebih beliau Dr Soekarwo, MM mengabdikan diri membangun Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
39
bangsa ini dengan segenap inovasi dan semangat tidak henti. Energinya terus mengalir sampai hari ini. Prof Haryono bukan sekedar role model, tetapi sebagai eferensi, r sebagai buku berjalan yang bisa kita baca, bisa kita lihat, bisa kita tanya setiap wakatu. Ini yang saya rasakan sebagai generasi yang jauh di bawah beliau. Karena saya sebagai dokter Puskesmas sudah merasakan apa yang beliau lakukan sejak beliau sebelum menjabat sebagai menteri dan masih menjabat dr H Hasto Wardoyo, SPOG sebagai Kepala BKKBN. Berkenaan dengan Hari Ulang Tahun Prof Dr Haryono Suyono yang jatuh tanggal 6 Mei 2015 yang akan datang saya mengucapkan selamat dan mendoakan semoga Prof Haryono diberikan sehat dan panjang umur untuk mengasuh kita-kita lebih lama lagi, ” paparnya. Sementara itu Bupati Sleman Drs Sri Purnomo yang menilai Posdaya di Kabupaten Sleman sudah memberikan penyuluhan, pendampingan maupun bantuan kepada masyarakat, khususnya kegiatan pemberdayaan pada kaum wanita. Kegiatan Posdaya ini baik sekali untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan kaum wanita. Sehingga dengan meningkatnya kualitas dan ketrampilannya akan bisa membantu penghasilan ekonomi Drs Sri Purnomo keluarganya. “Dengan kemampuannya, mereka bisa memproduksi berbagai macam usaha ekonomi produktif. Juga bisa membuat jaringan pasar bagi pemasaran berbagai produk usahanya. Sekaligus ada penguatan modal. Itu kegiatan pemberdayaan melalui Posdaya yang dilakukan Prof Haryono Suyono yang sungguh bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Sleman,” ujarnya. Bupati Sleman menilai Prof Haryono merupakan sosok yang sangat energik. Hingga di usia ke 77 tahun ini kegiatan tidak berkurang tapi justru semakin meningkat. Ketika menjadi Kepala BKKBN di jamannya Presiden Soeharto, beliau sukses menjalankan program KB di Indonesia. Pasca itu, beliau terus aktif melalui Yayasan Damandiri dengan program Posdayanya. Beliau mendorong keluarga-keH Mahyeldi Ansharullah, SP luarga di pedesaan untuk menguat40
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
kan kembali kehidupan bergotong royong melalui Posdaya. Dengan Posdaya, beliau mengajak masyarakat mendirikan koprasi. Termasuk mendorong jamaah masjid untuk membentuk Posdaya berbasis masjid. Selain untuk memakmurkan masjid, Posdaya berbasis masjid ini juga menjadi wadah silahturahmi bersama masyarakat di sekitar masjid. Masjid ini didorong untuk bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi mitra Yayasan yang dipimpin beliau melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan keluarga. Berkat ajakan beliau pula, kami sejak beberapa tahun kemarin dan saat ini menerjunkan ribuan mahasiswa dari perguruan tinggi untuk melaksanakan kegiatan KKN Tematik Posdaya ke desa-desa di Kabupaten Sleman. “Kami berharap di usaia ke 77 tahun beliau terus bermanfaat dalam rangka menumbuhkan kesadaran masayarakat bergotong royong membangun bersama dan menyuburkan produktifitas perekonomian masyarakat di mana saja di Tanah Air,” katanya seraya mengucapkan, “Selamat ulang tahun, Prof Haryono, teruslah jadi Sahabat Keluarga Indonesia”. Walikota Padang H Mahyeldi Ansharullah, SP , menuturkan, Bapak Prof Haryono Suyono semenjak dulu sampai sekarang suka bertemu dengan orang banyak. Beliau juga peduli dengan permasalahan-permasalahan sosial, masalah kemiskinan dan lain sebagainya. Biasanya orang yang suka berhubungan dengan orang banyak dan kemudian peduli terhadap masyarakat, maka doanya makbul. Maka dalam usia 77 tahun sekarang ini beliau masih dalam keadaan sehat, kontribusi yang beliau berikan pada bangsa ini juga tetap berjalan. Mudah-mudahan dalam usaha yang 77 tahun pada 6 Mei 2015 ini, beliau akan lebih sehat lagi, serta buah pikiran, ide-ide beliau akan dirasakan oleh pemerintah, Negara Republik Indonesia dan juga masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Berkat kepiawaiannya menjalin silahturahmi dengan banyak oarang, maka beliau akan didoakan oleh orang-orang yang selama ini mendapat perhatian dan kepeduliannya seperti masyarakat miskin, penyandang disabilitas agar selalu sehat. Beliau selalu diberikan kebaikan-kebaikan dari Allah SWT. Mari kita teladani sosok Bapak Haryono Suyono yang dalam usia 77 tahun masih aktif berkarya dan peduli pada banyak orang, pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. HARI
CERITA SAMPUL
Kado Istimewa HUT ke-77 Prof Dr Haryono Suyono
Posdaya Capai 45.000 di Tahun 2015 Perlahan tapi pasti, program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digagasnya berhasil memperoleh dukungan dari banyak pihak. Tidak hanya para petinggi negeri ini tapi sejatinya dukungan hampir seluruh rakyat Indonesia merupakan kado terindah di hari ulang tahunnya yang ke 77 pada 6 Mei 2015 ini. Dialah Prof Dr Haryono Suyono yang masa purna tugas sebagai Menteri Koordinator Kesejahtera Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (Menko Kesra/ Taskin), justru makin menunjukkan eksistensinya sebagai Guru Bangsa dan rasa keberpihakannya pada wong cilik.
Y
AH, tidak semua orang mampu melewati usia 77 dengan memiliki semangat juang yang tinggi. Di usianya yang sudah tidak muda lagi ini, beliau masih mampu bersuara lantang memecahkan keheningan di sebuah acara seminar, meski saat itu sudah melewati perjalanan demi perjalanan, dari satu daerah ke daerah lain. Bahkan tak sedikit rektor maupun bupati/ walikota hingga ketua DPRD bersama anggota lainnya pun datang mengunjungi ruang kerjanya di Yayasan Damandiri, Jakarta, setiap minggunya. Tak mengherankan bila sahabatnya, Dr Nafsiah Mboi, SpA, MPH, mantan Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu II menyebut beliau “Macan Tua”. Karena, meski usianya sudah bertambah banyak, tetapi tetap energik, semangatnya luar biasa dan gagasan-gagasannya pun luar biasa. “Beliau tetap seperti dulu. Beliau selalu berpikir dan bekerja untuk masyarakat. Ini sungguh luar biasa,” cetusnya. Bahkan mantan Menteri Koperasi dan UKM Dr Syarifuddin Hasan, MM, MBA pernah menyebut beliau sebagai sosok pemikir dan pekerja yang patut ditiru. Kepeduliannya membantu masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan keluarga termasuk dalam ekonomi keluarga dengan mensupport sentrasentra kulakan, sangat membantu para pengrajin maupun pelaku usaha ekonomi mikro yang tergabung dalam koperasi dan kelompok-kelompok di pedesaan. “Saya sangat mengapresiasi gagasan beliau
yang gencar melakukan pemberdayaan keluarga bersama komponen masyarakat lainnya. Te r m a s u k perguruan tinggi, lembaga keuangan dan koperasi,” ungkapnya. Hal senada juga dikalungkan pujian kepada beliau sebagai konseptor pembangunan pemberdayaan keluarga dari Gubernur Gorontalo Drs H Rusli Habibie, MAP. “Konsep Posdayanya sangat bagus untuk memberdayakan masyarakat. Prof Haryono telah memberikan ilmunya secara luar biasa bagaimana mem-
Prof Dr Haryono Suyono [FOTO: IMAJI INDONESIA]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
41
Prof Haryono bersama Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan Bupati Pacitan Drs Indartato, MM saat meninjau warung Posdaya milik salah seorang kader Posdaya di Pacitan, Jatim. [FOTO: IMAJI INDONESIA]
berdayakan masyarakat, sehingga kehidupan sejahtera dapat terwujud bukan hanya di perkotaan tetapi juga di pedesaan.” Dan masih banyak lagi “gelar kepahlawanan” yang disandang suami Hj Astuty Hasinah dari para petinggi negeri ini. Terlebih, Posdaya yang digagasnya sejak 2007 itu terus berkibar dan pada 2015 ini telah berdiri tidak kurang dari 45.000 Posdaya di hampir seluruh Indonesia. Sehingga perlu dilakukan kegiatan pemetaan atau pendataan keluarga. Sasarannya adalah keluarga prasejahtera atau keluarga miskin yang harus dilayani pada tingkat pedesaan dan perkotaan.
Kegiatan Senam Posdaya Indonesia salah satu aktivitas yang kini tengah gencar digiatkan di berbagai daerah di Indonesia. [FOTO: ADE S]
42
Sistematis dan fokus Lelaki kelahiran Pacitan, Jawa Timur, ini memang selalu mengajak mitra kerjanya baik bupati, walikota, rektor dan ketua LPM perguruan tinggi, perbankan, lembaga sosial masyarakat untuk bekerja lebih sistematis dan fokus dalam mengantar keluarga prasejahtera menjadi keluarga yang lebih sejahtera. “Melalui Posdaya hendaknya ditingkatkan partisipasi dari sumber daya manusia dan sumber daya keluarga yang dianggap mampu. Selanjutnya setiap keluarga yang sejahtera dan berdaya diposisikan menjadi kekuatan pengembangan
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
anggota. Keluarga Desa dijadikan agen pemberdayaan, atau agent of development,“ ujarnya. Menurut Haryono, bagi keluarga sasaran utama, keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, hendaknya diupayakan dan dijamin agar setiap anggotanya selalu dalam keadaan sehat, gizinya baik karena di halaman rumahnya ada Kebun Bergizi, bersekolah dan akhirnya menjadi sumber daya manusia yang bekerja atau membuka usaha yang menghasilkan kemampuan daya beli yang memadai. Agar upaya dalam Posdaya terfokus pada pemberdayaan keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I, mulai 2015 setiap Posdaya segera mengembangkan penelitian atau observasi sederhana guna membuat peta keluarga yang memantau anggota Posdaya seluruhnya. Peta itu disusun berdasarkan posisi setiap keluarga sesuai tahapan perkembangannya. Selanjutnya, peta itu dijadikan pedoman bersama untuk membantu keluarga prasejahtera mengikuti kegiatan pemberdayaan sesuai dengan kebutuhan dan usaha untuk mengubah posisi keluarganya. Keluarga prasejahtera atau keluarga tertinggal diberdayakan menuju kepada kondisi keluarga yang lebih sejahtera, dalam bidang kesehatan, pendidikan maupun peningkatan kemampuan ekonominya melalui upaya secara sistematis. Indikatornya bisa dilakukan melalui usaha yang dilakukan oleh keluarga masing-masing, atau melalui dukungan keluarga atau lembaga lainnya, istilahnya mutable. Karena itu, melalui kegiatan yang dilakukan para petugas lapangan KB dan Kependudukan sejak tahun 1993, peta keluarga Indonesia tidak disajikan dalam bentuk deskriptif, tetapi dibagi dalam tahapan kemajuan keluarga dalam proses pemberdayaan, yaitu dari prasejahtera sampai menjadi keluarga sejahtera yang dianggap sempurna, yaitu keluarga sejahtera III Plus, yaitu keluarga yang sejahtera, mampu dan mau berbagi kepada keluarga lainnya. “Kalau pemerintah melaporkan masih ada sekitar 11 persen keluarga miskin, diduga keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I masih sekitar 20-25 persen dari seluruh keluarga di seluruh Indonesia. Keluargakeluarga ini tidak selalu miskin.
Tetapi dengan goncangan sedikit saja, keluarga itu akan mudah jatuh miskin,” tukasnya. Itu sebabnya, agar lebih tahan banting keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I harus ditingkatkan dan menjadi keluarga sejahtera II, III dan III plus. Keluarga sejahtera II pada umumnya mulai mempunyai pekerjaan tetap yang menjamin kelangsungan hidup yang sejahtera bagi anggota keluarganya. Keluarga sejahtera III lebih mantap lagi dan keluarga sejahtera III plus biasanya bisa menolong keluarga lain yang masih tertinggal. Untuk keperluan pendataan dan pemetaan itu, setiap perguruan tinggi diminta mengambil minimum sekitar 10 - 20 Posdaya binaannya pada tingkat awal. Dengan pengalaman yang baik, setiap perguruan tinggi bisa memperluas cakupan dari Posdaya yang dibina dan dikembangkan pendataan dan pemetaan keluarga yang dianggap tertinggal. Selanjutnya, masing-masing perguruan tinggi itu akan mengembangkan koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah dan lembaga lain yang mempunyai kepedulian terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Bergulir seperti bola es Berangkat dari program KKN Posdaya yang sudah mengakar kuat di tiap perguruan tinggi yang menjadi mitra kerja Yayasan Damandiri ini ada makna filosofis mengapa langkah awal yang digiatkan adalah kebun bergizi. Diyakininya, membangun semangat gotong royong terlebih dahulu merupakan modal kekuatan ekonomi. Dengan adanya kebun bergizi akan melahirkan keluarga yang siap menabung untuk usaha. “Tugas dari KKN Posdaya adalah mencari bakat enterpreneur pada tingkat desa. Seperti Bu Nani Yuningsih, guru PAUD yang tadinya hanya mengelola satu Posdaya, kini sudah ada lima Posdaya berguru pada dia. Bahkan anggota Posdayanya sudah berhasil okulasi jeruk Garut dengan jeruk Lembang, yang menghasilkan cita rasa jeruk yang manis dengan akar pohon yang kuat,” jelasnya. Di beberapa daerah seperti Malang, walikotanya bersama Universitas Brawijaya ikut memperluas jaringan Posdaya. “Perluasan itu tidak harus terpusat, tapi sudah harus melewati jaringan-jaringan. Kalau ada yang bilang Pak Haryono Suyono bujuk rektor, itu tidak ada lagi. Semua bergulir seperti bola es, susah untuk dihentikan,” tandasnya.
Seperti halnya membangun jaringan dengan Menteri Perhubungan, Menteri Perikanan dan Kelautan, Menteri Pemberdayaan Perempuan, semua sudah diadakan kesepakatan kerja sama dengan Yayasan Damandiri. “Hanya saja dengan Menteri Sosial sewaktu di Padang masih menunggu adanya payung hukum untuk kegiatan bantuan sosial ini. Karena Yayasan Damandiri bukan pemerintah, begitu juga Posdaya. Sekarang Mensos membuat payung hukum agar bisa membantu kegiatan masyarakat sehingga ada keterpaduan antara masyarakat dan pemerintah.” Meski sudah berhasil merangkul seluruh daerah, mulai dari Aceh, Maluku Utara, Lombok Timur, Lombok Barat, Sulawesi, Sumatera dan seluruh pulau Jawa dan Bali, tetap dengan rendah hati beliau selalu mengatakan, “kita hanya berbagi ilmu dan teknik bagaimana membuat roadmap untuk keluarga miskin agar dibantu keluarga kaya.” Ya, Guru bangsa ini selalu menjadikan langkah kecilnya menjadi gerakan besar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, tanpa paksaan. Semoga di usia 77 ini menjadi momen paling berharga mengejawantahkan nilai-nilai semangat gotong royong membangun negeri. Semoga! RW/Tim GEMARI
Prof Haryono bersama istri tercinta Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono. [FOTO: ADE S]
Prof Haryono seringkali meninjau langsung setiap aktivitas Posdaya di berbagai daerah di tanah air. [FOTO: IMAJI INDONESIA]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
43
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Tekad Sudah Dibangun Bulan lalu, dengan keterbatasan dan semangat yang tinggi, Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) menggelar Konperensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) di Padang, Sumatera Barat. Pertemuan dua tahunan yang megah tetapi biasanya tidak populer itu diikuti oleh pejuang kesejahteraan sosial dari seluruh Indonesia. Suatu perhelatan yang jarang menjadi topik pembicaraan nasional karena tidak bersifat glamour atau menghasilkan pertentangan antar kelompok yang bisa dijadikan ajang tontonan drama yang menarik.
P Pengalaman LKKS Sumatra Barat dalam pengembangan Posdaya di berbagai Nagari menarik perhatian karena sesungguhnya budaya gotong royong untuk pengentasan kemiskinan dengan mengandalkan solidaritas antar keluarga masih bisa disegarkan atau dibangkitkan. [FOTO: MULYONO]
44
ERTENTANGAN selalu bisa mengocok khayalan yang menghasilkan keuntungan yang melimpah. Kebiasaan yang hampir membudaya adalah bahwa sesuatu yang sifatnya kontroversial dianggap menarik untuk ditunggu akhir dramanya. Biarpun setiap orang mengetahui bahwa akhir itu bisa bersifat “happy ending” atau “kegagalan”, tetapi kita selalu berharap bahwa teka-teki itu pantas ditonton. Drama tontonan hidup manusia yang kontroversial seperti itu dianggap menarik dan selalu menimbulkan ketegangan karena sutradara yang bertangan dingin bisa mencari alasan mengakhiri dramanya berupa “happy ending”, atau membunuh aktor utamanya agar ada alasan mengakhiri suatu drama dengan kegagalan yang dianggap masuk akal. Kecintaan dan kebencian dimainkan dengan baik guna menyedot minat dan mengembangkan partisipasi menonton yang menghasilkan pen-
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
dapatan yang tinggi. “Drama” yang digelar oleh DNIKS dan LKKS dari seluruh Indonesia serta organisasi dan lembaga sosial lainnya adalah drama pilu yang diusahakan penyelesaiannya oleh para relawan yang akhir ceritanya menarik dan membanggakan. Semua kalangan bisa menebak bahwa upaya pengentasan kemiskinan biasanya berakhir dengan kemiskinan. Drama anak-anak keluarga miskin yang tidak bisa sekolah selalu akan berakhir dengan melestarikan keturunan keluarga miskin sebagai keluarga miskin generasi berikutnya. Anakanak disabilitas akan mendapatkan kesulitan mengakses pelayanan umum sehingga, dengan kesedihan sebagai disabilitas ditambah kesulitan karena pemimpinnya tidak menyediakan pelayanan umum yang memadai. Alasan klasik tidak cukup anggaran untuk melayani sedikit warga disabilitas berakhir dengan tidak ada pelayanan yang layak. Adalah mujizat apabila ada anak keluarga miskin atau anak disabilitas mendadak bisa sekolah dan menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil dan akhirnya berubah menjadi keluarga baru yang menonjol dan sukses. Kisah-kisah semacam inilah yang digali dan dijadikan contoh roadmapnya oleh KNKS agar kisah itu bisa berulang dan tidak menjadikan kisah-kisah lainnya sela-
lu berakhir tragis dan memilukan. Kisah keberhasilan dijadikan pola baru yang bisa dicontoh secara luas dan menghasilkan anak bangsa yang memperoleh pelayanan yang adil tanpa diskriminasi apapun juga. Kisah sukses untuk semua anak bangsa dicoba disusun melalui KNKS di kota Padang, Sumatra Barat. Pengalaman LKKS Sumatra Barat dalam pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di berbagai Nagari menarik perhatian karena sesungguhnya budaya gotong royong untuk pengentasan kemiskinan dengan mengandalkan solidaritas antar keluarga masih bisa disegarkan atau dibangkitkan. Anggapan bahwa masyarakat kita sudah sangat individualistis ternyata tidak seluruhnya benar. Budaya nenek moyang gotong royong masih bisa disegarkan dan bisa tumbuh marak. Banyak kejutan kegiatan sehari-hari dilaksanakan tanpa menunggu uang proyek yang berasal dari pemerintah. Dalam lingkup Posdaya dengan spontan rakyat berbondong melaksanakan kegiatan yang menguntungkan. Keterbukaan, kejujuran dan kepedulian yang tinggi dari relawan sosial menjadi pemeran yang utama untuk menarik partisipasi yang tinggi. Gerakan untuk saling mengingatkan diikrarkan dengan harapan menggema di seluruh tanah air. Kegiatan GAUN 2015 (Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional), sebagai upaya mengingatkan semua fihak agar memberi perhatian kepada para penyandang disabilitas dan penduduk lanjut usia di dengungkan. Para penggerak menggagas diterbitkannya Kartu Relawan Aksesibilitas Transportasi Indonesia (RATI) bagi relawan yang secara sukarela mengingatkan agar transportasi yang tidak memberikan akses kepada disabilitas dan penduduk lansia, ikhlas memperbaiki pelayanannya. Sekaligus mengingatkan khalayak agar makin sadar dan mengambil prakarsa konkrit memberi kesempatan kepada penyandang disabilitas dan penduduk lansia. Gayung bersambut secara positif. Di Kota Padang Walikota dan DPR Kota menyepakati suatu Perda yang memberi manfaat penyediaan dan pembangunan fasilitas umum yang akrab dan sayang bagi disabilitas. Pertemuan pimpinan DNIKS dengan Staf teras Kantor Menteri Perhubungan sepakat bertemu guna menghasilkan kesepakatan yang menarik. Dalam upaya membangun masyarakat yang akrab dan sayang sesama diharapkan Menteri Perhubungan bisa mengambil prakarsa untuk bergerak bersama jajaran perhubungan memberikan petunjuk yang tegas kepada kenda-
raan umum untuk menyediakan fasilitas pelayanan umum yang Para penggerak menggagas memadai bagi penyandang disabiditerbitkannya Kartu litas dan penduduk lanjut usia. Potongan tiket yang selama ini diRelawan Aksesibilitas berikan kepada penduduk lansia Transportasi Indonesia belum dianggap cukup. Lebih lanjut daripada itu (RATI) bagi relawan yang DNIKS akan segera melayangkan secara sukarela surat-surat kepada Pemerintah Daerah di tingkat kabupaten/kota mengingatkan agar menghimbau agar bersama DPRD transportasi yang tidak setempat mulai bebenah mengatur Perda guna memungkinkan pememberikan akses kepada nyediaan anggaran guna membadisabilitas dan penduduk ngun infrastruktur yang sayang dan peduli terhadap penyandang lansia, ikhlas memperbaiki disabilitas dan penduduk lansia. pelayanannya. Sekaligus Hari Lansia Nasional akhir bulan ini bisa dijadikan momentum mengingatkan khalayak agar untuk mulai memberi perhatian makin sadar dan mengambil dan peduli terhadap penyandang disabilitas dan penduduk lansia prakarsa kongkrit memberi tersebut. Langkah-langkah konkrit kesempatan kepada itu tidak perlu harus bersifat massif, tetapi langkah kecil sekalipun penyandang disabilitas dan dapat menjadi awal dari komitmen penduduk lansia. besar yang pasti mengundang simpati yang luar biasa. Sementara itu Menteri Sosial, Ibu Dra Hj Khofifah Indarparawansa, tampil dengan simpatik pada KNKS di Padang. Beliau sangat faham bahwa selama limabelas tahun terakhir ini lembaga-lembaga sosial terasa hidup segan mati tak mau. Bantuan anggaran dari pemerintah sangat minim dan terkesan berbelit-belit untuk mendapatkannya. Beliau ingin memperbaiki keadaan melalui upaya perlindungan hukum yang memadai. Beliau telah memerintahkan staf agar segera mengusahakan diterbitkannya Keputusan Presiden sebagai payung hukum bagi pemerintah guna membantu lembaga dan organisasi sosial dalam upaya pendampingan keluarga dengan masalah sosial. Di samping itu, sebagai upaya promosi kepedulian terhadap penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas, bertepatan dengan Hari Lansia Nasional akhir bulan ini, DNIKS akan mencetuskan Gerakan Kota akrab dan sayang lansia dan disabilitas, dorongan keadilan bagi semua. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
45
PENDIDIKAN
Dua Menteri Lepas Wisudawan Universitas Trilogi Seremonial wisuda kerap menjadi momen bersejarah bagi setiap lulusan perguruan tinggi. Pasalnya, mereka secara legalitas telah meraih gelar akademiknya. Kondisi itulah yang dirasakan para lulusan Universitas Trilogi Jakarta yang diwisuda pada Sabtu, 28 Maret 2015 lalu. Yang menarik, 283 wisudawan perguruan tinggi yang bermotto “Teknopreneur, Kolaborasi dan Kemandirian” kali ini langsung dilepas dua menteri kabinet kerja. Menteri Ketenagakerjaan RI M Hanif Dhakiri dan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI M Nasir yang menyampaikan orasi ilmiah sekaligus melepas para wisudawan.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan sambutan di hadapan para tokoh nasional, para wisudawan, para orangtua wisudawan dan para tamu undangan lainya peserta acara wisuda disaksikan pimpinan dan guru besar Universitas Trilogi. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA yang bertepatan dengan Dies Natalis II Universitas Trilogi ini menarik perhatian berbagai kalangan. Ratusan mahasiswa yang didampingi ratusan orangtua wisudawan dan seluruh civitas akademika Universitas Trilogi antusias mengikuti acara ini. Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, pun secara langsung memimpin sidang senat terbuka wisuda didampingi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. Tak pelak, acara yang berlangsung di Aula Kampus Universitas Trilogi Jl Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, ini tampak khidmat dan berkesan. Dalam acara yang mengangkat tema “Meningkatkan Daya Saing Bangsa Melalui Sumber Daya Lokal Bangsa yang Kreatif dan Inovatif” ini sebanyak 283 wisudawan tampak tak kuasa meluapkan kegembiraannya. Mereka terdiri dari 31 wisudawan S2 Manajemen, 53 wisudawan S1 Manajemen, 99 wisudawan S1 Akuntansi, 52 Wisudawan S1 Manajemen Ekstensi, 18 wisudawan S1 Akuntansi Ekstensi, 17 wisudawan D3 Keuangan dan Perbankan, dan 46
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
sebanyak 13 wisudawan D3 Akuntansi. Pada kesempatan itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Pengembang Pendidikan Indonesia Jakarta(YPPIJ) mengungkapkan rasa syukur, bangga, sekaligus apresiasi kepada para pimpinan yayasan yang didirikan almarhum Pak Harto dan para orangtua wisudawan yang telah mempercayakan dan mendukung para wisudawan. “Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan saya mewakili berbagai yayasan dan Pembina Universitas Trilogi. Pertama, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para orangtua, sanak saudara yang mempercayakan anak-anaknya untuk dididik di Universitas Trilogi. “Dan hari ini, insya Allah, akan dikukuhkan sebagai sarjana,” tutur Prof Haryono. Yang kedua, lanjut Prof Haryono, dirinya ingin menyampaikan kepada para dosen dan pimpinan Universtias Trilogi serta seluruh civitas akademika, termasuk saudara-saudara yang bekerja di belakang layar. “Terima kasih
semuanya hampir selama 3 hingga 4 tahun ini telah mengantar para mahasiswa belajar dengan tekun, tenang dan sungguh-sungguh, hingga hari ini dengan penuh kebanggaan para dosen akan melepaskan para mahasiswa ini sebagai wisudawan,” ungkap Prof Haryono. Yang ketiga, tambah Prof Haryono, dirinya pun mengucapkan terima kasih kepada para pimpinan yayasan yang didirikan almarhum Pak Harto yang mendukung kampus teknopreneur ini. “Di sini ada Pak Subiakto Tjakrawerdaja dari Yayasan Damandiri, ada Pak Indra Kartasasmita, ada juga Ketua Yayasan Supersemar Pak Subagyo yang mewakili berbagai yayasan. Mereka dengan penuh sungguh-sungguh memberi bantuan, subsidi dan berbagai perlengkapan kepada Universitas Trilgoi sehingga para mahasiswa bisa belajar dengan tenang dengan gedung yang indah, di depannya melihat para pahlawan sebagai suri tauladan, bahwa saudara-saudara lulusan Universitas Trilogi adalah calon pahlawan bangsa untuk pembangunan bangsa dan negara,” papar pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini bersyukur. “Akhirnya, saudara-saudara para lulusan saya ucapkan selamat bahwa saudara telah mengikuti berbagai kuliah, ujian dengan berbagai kurikulum yang saudara hadapi. Ingat, saudara-saudara akan menghadapi dosen-dosen baru di masyarakat yang akan melakukan testing, apakah benar saudara sarjana yang mumpuni, mampu membangun keluargakeluarga yang sejahtera, saudara ditantang untuk bekerja keras dan ikhlas dengan dedikasi yang luar biasa kepada tanah air dan bangsa. Selamat berjuang semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati saudara-saudara sekalian,” pungkas Prof Haryono. Hadir dalam acara ini Rektor Universitas
Trilogi, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Menteri Ketenagakerjaan RI M Hanif Dhakiri, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI M Nasir, Menteri Kelautan era Presiden Gusdur Sarwono Kusumaatmaja, Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Ketua Yayasan Supersemar Subagiyo, SH, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, para dosen, para wisudawan, para orangtua wisudawan dan undangan lainnya. Sedangkan Rektor Universitas Trilogi, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, menuturkan, pihaknya sengaja di acara wisuda kali ini mengundang dua menteri. Menurutnya hal itu dianggap sangat relevan dengan tema wisuda. “Melalui orasi ilmiah yang disampaikan dua menteri ini, Universitas Trilogi ingin agar lulusannya semakin mempunyai gambaran yang jelas terhadap tantangan serta tanggung jawab moralnya melalui status baru yang mereka miliki,” ujar Prof Asep. Lebih lanjut, dalam sambutannya sebagai Rektor kampus pencetak teknopreneur ini, menjelaskan bahwa secara akademik prestasi yang diraih para wisudawan tergolong baik. Bahkan banyak yang di atas rata-rata atau cumlaude. Selain itu, Universitas Trilogi juga
Ketua Dewan Pembina YPPIJ Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, mengapit Menaker M Hanif Dhakiri (foto kiri). Prof Haryono saat menyerahkan cinderamata kepada Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI M Nasir didampingi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc (foto kanan). Sejumlah tokoh nasional bersama para wisudawan, para orangtua wisudawan dan para tamu undangan lainya antusias mengikuti acara wisuda.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
47
Prof Dr Haryono Suyono dan Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, bergambar bersama penerima Trilogi Award untuk Trilogi Agroteknopreneur Award Budi Setyawan (tengah) dan Trilogi Community Empowerment Award Mahendra Kusuma (kiri) dan Trilogi Artpreneur Award Addie MS (kanan).
Para wisudawan Universitas Trilogi tampak meluapkan kegembiraannya usai resmi diwisuda.
48
mengapresiasi berbagai prestasi para wisudawannya sejak kuliah tidak hanya dari sisi akademik saja. Hal ini dilakukan karena sejak kehadirannya, kampus ini terus mendorong kreatifitas mahasiswanya dari berbagai sisi dan potensi yang ada. “Bahkan wujud prestasi yang diraih mahasiswa tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga non akademik sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Karena memang sejak dari awal kehadiran, Universitas Trilogi terus mendorong agar para mahasiswa selalu berprestasi dan kreatif dalam menghadapi berbagai kegiatan. Terutama kreativitas dalam pengembangan berbagai potensi lokal yang sangat berlimpah di Indonesia,” tutur guru besar bidang statistika ini melalui kata sambutannya kepada hadirin yang menghadiri prosesi wisuda. Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir menuturkan, kementeriannya siap bekerja sama dengan Universitas Trilogi dalam pengembangan sumber daya manusia yang unggul. “Kerja sama antar lembaga sangat penting untuk hubungan yang
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
saling mengisi antar lembaga. Hubungan ini merupakan aspek penting karena akan terjadi pemanfaatan bersama sumber daya, sarana dan prasarana iptek. Sinergi sumber daya ini harus dikedepankan dengan mengurangi egosektoral di antara institusi di Indonesia,” harap orang nomor satu di Kemenristek dan Dikti ini di hadapan para wisudawan dan civitas akademika Universitas Trilogi. Menteri yang sempat terpilih menjadi rektor salah satu PTN terbesar di Indonesia ini juga mendorong Universitas Trilogi untuk terus melakukan peningkatan sistem pembelajaran dan pendidikan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang ada. Apalagi menurut penilaian yang disampaikan langsung melalui ketua Kopertis III, Prof Dr Ilza Mayuni bahwa Universitas Trilogi termasuk kampus yang perkembangannya sangat bagus. Sedangkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi M Hanif Dhakiri menyampaikan terima kasihnya atas partisipasi Universitas Trilogi dalam membina angkatan kerja Indonesia. “Terima kasih atas partisipasinya dalam membina angkatan kerja Indonesia sekaligus mencetak kader-kader bangsa sebagai wujud pengabdiannya kepada masyarakat dan negara, semoga upaya ini terus dikembangkan dimasa yang akan datang,” ucapnya saat menyampaikan orasi ilmiah Perayaan wisuda yang bertepatan Dies Natalis II UNiversitas Trilogi ini makin berkesan dengan penyerahan Trilogi Award. Universitas Trilogi memberikan anugerah ini sebagai wujud apresiasi kepada para tokoh/ kelompok masyarakat/organisasi yang telah memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan masyarakat dan bangsa sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sesuai namanya, penghargaan tersebut dibagi tiga kategori Trilogi Agroteknopreneur Award yang diterima oleh Budi Setyawan dan Trilogi Community Empowerment Award yang diterima oleh Mahendra Kusuma. Sementara itu untuk kategori Trilogi Artpreneur Award diterima oleh pianis dan komposer yang telah mendunia, yaitu Addie MS. Selamat! ADE S
PENDIDIKAN
Kerta Wredatama di Indonesia 28 Tahun Sejak 1986 Menyambut Hari Kartini pada April 2015 lalu, Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Provinsi Lampung mengadakan Lomba Paduan Suara. Selain para pengurus PWRI Pusat dan Daerah, hadir pula Wakil Gubernur Lampung Drs H Bachtiar Basri, sejumlah pejabat, kalangan perbankan serta Pengurus TP PKK Provinsi Lampung, Ketua Dewan Penasehat Kerta Wredatama Provinsi Lampung, dan sejumlah undangan lainnya.
W
AKIL Gubernur Lampung Drs H Bachtiar Basri yang membuka acara ini mengatakan, dalam rangka Lomba Paduan Suara Kerta Wredatama yang diselenggarakan oleh Pemda Provinsi Lampung ini, “Oleh karenanya saya sangat apresiasi, baik atas nama Pemerintah Daerah Provinsi Lampung atau pribadi. Mudahmudahan lomba seperti ini terus berlanjut.” Bahkan sebagai mitra bayar seperti BRI, Bank Pembangunan Daerah atau Taspen dan sebagainya, lanjutnya, terus melayani dan menjadi sponsor kegiatan seperti ini. “Supaya nantinya acara seperti ini bisa lebih meriah lagi. Dan lebih lagi bakti kita kepada sesama teruama kepada internal seperti PWRI ini juga keluar. Ini akan sangat baik,” ungkap Drs H Bachtiar Basri.
Ia menambahkan: “Kata Ebiet G Ade dalam lagunya: ‘Mumpung kita bisa menyiapkan bekal untuk kehidupan abadi nanti.’ Jadi apa sih bekal yang harus kita siapkan sebagai seorang manusia yang mengaku sebagai seorang beragama Islam yang baik. Cuma satu kok yang dipertanyakan nanti, bagaimana bakti kita terhadap sesama? Nah ini pas benar
Wakil Gubernur Lampung Drs H Bachtiar Basri (kiri) saat memberi sambutan terkait lomba paduan suara Kerta Wredatama.
Para peserta lomba paduan suara Kerta Wredatama saat tampil di podium. [FOTO-FOTO: DEDE H]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
49
Piala bergilir lomba paduan suara Kerta Wredatama yang diperebutkan para peserta lomba di Gedung Pengda PWRI Provinsi Lampung.
ini. Saya yakin kita masih bisa untuk berbuat baik di penghujung sisa usia. Karena kita semua pasti kembali, ya kan?” “Jadi, saya sangat mengapresiasi dalam rangka memperingati Hari Kartini ini. Mudah-
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
50
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
mudahan semangat Kartininya itu lebih,” harap Drs H Bachtiar Basri di acara yang meriah dan dipadati para mantan pensiunan pegawai negeri sipil ini (PWRI) dengan semangat. Di tempat yang sama, Ketua TP PKK Provinsi Lampung Yustin Ridho Ficardo, SSos mengatakan, ia sangat gembira dan memberikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya kegiatan ini, terutama menyampaikan puji syukur kehadirat Allah SWT dapat hadir dan menyaksikan pembukaan lomba paduan suara Kerta Wredatama Provinsi Lampung tahun 2015. “Betapa Tidak, karena kegiatan ini dapat terselenggara atas kerja samapihak-pihak yang terkait secara swadaya memberikan kontribusi sesuai kemampuan masing-masing. Upaya semacam ini tentu tidak mudah dan memerlukan keberanian, skeseriusan dan kerja sama seluruh pihak terkait. Ini merupakan perjuanagn yang luar biasa dari bapak/ibu dan para pensiunan untuk menyelenggarakan kegiatan ini,” ujarnya yang diwakili Dra Hj Masni Rani Moechtar, Msi, selaku Ketua Wredatama Pusat. Dengan kegiatan ini akan memacu semangat ibu-ibu, anggota Kerta Wredatama untuk selalu menjalin silaturahmi, sebagai wadah untuk melaksanakan diskusi-diskusi dan secara khusus agar tujuan organisasi dapat diwujudkan,” dalihnya, yang dalam acara itu sempat menerima secara simbolis piala bergilir Lomba Paduan Suara dari Gubernur Lampung. “Melalui pertemuan atau silaturahmi semoga ibu-ibu pensiunan meningkatkan perannya dalam pembinaan diri sendiri, keluarga, lingkungan yang mengarah kepada panguatan, kemandirian, ketahanan mental spiritual kaum perempuan sekaligus mengadakan konsolidasi organisasi Kerta Wredatama,” papar Yustin Ridho Ficardo, seraya menambahkan, ternyata keberadaan Kerta Wredatama di Indonesia ini sudah 28 tahun sejak tahun 1986. DH
PENDIDIKAN
Bunda PAUD Persiapkan Generasi Masa Depan Guna merangsang pertumbuhan sel otak anak, keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di hampir tiap-tiap RW sangat diminati para orangtua untuk menitipkan anak-anak pra sekolahnya (usia 0 – 6 tahun) belajar di PAUD. Namun tidak sedikit penyelenggara PAUD yang kondisinya sepertinya hidup segan mati pun tak mau.
Prof Haryono Suyono memberikan pengarahan secara interaktif langsung mendekati guru-guru PAUD. [FOTO-FOTO: RAHMA]
M
ENJAWAB tantangan ini, Pemerintah Kota Bekasi bersama Dinas Pendidikan Kota Bekasi menggandeng Yayasan Damandiri menggelar Seminar Sehari untuk Guru dan Tutor PAUD yang diselenggarakan belum lama ini di Aula Nonon Sontanie Kantor Walikota Bekasi, Jawa Barat. Seminar yang dihadiri Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi Rudi Sabarudin, Msi ini diikuti sekitar 260 guru dan tutor PAUD dari Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI), Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dari masingmasing kecamatan yang ada di Kota Bekasi. Pembekalan pengajaran anak usia dini dalam seminar sehari ini juga tergolong unik. Arahan dua narasumber yaitu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr Euis Kurniati, kerap diselingi berbagai tips dan trik dari instruktur PAUD yang juga pandai bernyanyi dan mencipta lagu anakanak, yaitu Bunda Lely. Salah satu bentuk permainan yang diajarkan antara lain mencontohkan satu metode
pengenalan beberapa macam warna sambil bernyanyi. Para peserta diminta mempraktekan metode tersebut di depan guru lainnya tanpa rasa canggung untuk diajarkan lagi ke anak didiknya. “Salah satu pengenalan warna, dilakukan melalui gerak motorik dan alat bantu berupa selendang bermacam warna. Dengan cara bermain dan bernyanyi, anak menjadi lebih senang sehingga cepat mengingat sekaligus mengasah kemampuan berpikir,” ucap Lely. Menurut data Dinas Pendididkan Kota Bekasi saat ini ada sekitar 6.000 guru TK dan 1.850 tutor PAUD se-Kota Bekasi. Sedangkan anak usia dini berusia 0-6 tahun sebanyak 102.500 anak. Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun (golden age). Apresiasi untuk Damandiri Wakil Walikota Bekasi Ahmad Syaikhu memberikan apresiasi kepada Yayasan Damandiri dalam upaya membantu Pemkot Bekasi guna peningkatan kualitas dunia pendidikan, khususnya bagi anak usia dini. Ia Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
51
Wakil Walikota Bekasi H Ahmad Syaikhu menyerahkan cenderamata kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono yang telah berkontribusi menjadi pembicara seminar.
Bunda Lely (megang mirofon) mengajarkan tips dan trik permainan selendang warna warni untuk guru PAUD.
52
berharap kerja sama bisa terus berlanjut dengan memberikan pelatihan metode pembelajaran bagi guru SD/SMP/SMA di Kota Bekasi. Ahmad Syaikhu menegaskan PAUD yang berada di tiap RW juga perlu ditingkatkan dan ditambah kerjasamanya dengan Posdaya yang ada di masyarakat. “Dengan kebersamaan dan kepedulian semua stakeholder pendidikan bersinergi memajukan dunia pendidikan dan memberi bekal yang baik kepada anak-anak bangsa. Pemkot Bekasi menyambut baik Pak Haryono Suyono dengan mendatangkan para instruktur. Semoga Kota Bekasi bisa dijadikan Pilot Project, baik dari Posdaya, Paud maupun pengembangan ekonomi keluarga,” harap Ahmad Syaikhu. “Bunda Paud” adalah sapaan dari Ketua
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono kepada guru dan tutor anak usia dini. Bunda Paud ini penting untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak, dengan memberikan pemahaman yang baik, sehingga anak-anak ini bisa menjadi pemimpin di masa yang akan datang. “Ajarkan kegembiraan belajar dari permainan sederhana. Dampingi mereka agar menjadi pemimpin masa depan,” ucap Prof Haryono Suyono. Prof Haryono Suyono yang pernah menjabat Menko Kesra dan Taskin pada periode Presiden Soeharto ini, mengharapkan agar semua anak usia dini masuk dalam Paud. Tak terkecuali kepada anakanak yang berasal dari keluarga tidak mampu. “Bunda Paud bisa setengah memaksakan anak dari keluarga tidak mampu masuk Paud. Bekali mereka dengan kemampuan moral spiritual dan kemampuan keterampilan anak. Dengan begitu nantinya kita berharap semua anak-anak ini akan pintar dan mampu mengangkat perekonomian keluarganya,” harap Haryono Suyono. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Rudi Sabarudin dalam kesempatan itu juga mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Damandiri, yang sudah mendatangkan instruktur pengajaran anak usia dini. Ia berharap bisa melakukan pembekalan yang sama kepada guru-guru dan tutor yang belum mengikuti seminar seperti ini. Dinas Pendidikan Kota Bekasi pada Bidang Pendidikan Non Formal-Informal dan Paud mendukung para guru, tutor TK, Paud, dan RA dengan memberikan tiap bulannya insentif. ”Ada 6000 tutor dan guru yang diberikan insentif perbulan sebesar Rp 150 ribu. Total dana operasional setahun di bidang ini sebesar Rp 42 Miliar. Selain melalui dana APBD, kita menggandeng pihak swasta untuk bekerjasama guna meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Bekasi,“ ujar Rudi Sabarudin. RW
PENDIDIKAN
«Family Gathering» Meriahkan HUT Prof Haryono ke-77 Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Demikian ucapan syukur yang senantiasa diungkapkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam berbagai kesempatan atas limpahan karunia Allah SWT. Begitupun, atas berbagai karunia kesempatan, kesehatan dan usia yang pada 6 Mei 2015 memasuki usianya yang ke-77 Tahun. Kondisi itu, ternyata juga menarik seluruh keluarga besar, rekan kerja, para mitra dan pihak lain yang mengenalnya untuk turut mengungkapkan rasa syukur. Mereka pun sepakat pada Sabtu pagi 9 Mei 2015 menggelar Family Gathering, sebuah acara pertemuan keluarga sebagai wahana hiburan dan upaya mempererat kekeluargaan sekaligus ungkapan syukur Hari Ulang Tahun (HUT) Prof Haryono.
A
CARA yang diprakarsai keluarga besar Prof Haryono, pengurus Yayasan Damandiri dan para mitra Yayasan Damandiri ini mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak. Sejumlah perwakilan dari Mitra Yayasan Damandiri antusias mengikuti berbagai rencana kegiatan yang akan digelar. Mulai dari Haryono Suyono Center (HSC), Majalah Gemari, Cherry Salon, Imaji, Wings Studio, Radio DFM, Buana Kids, Buana Log, Mahesa Cakra Buana, Bright Property, LPPM Universitas Trilogi, Citra Kharisma Bunda, Rumah Kebon, Facto, Tabloid Wanita Indonesia dan Spectra Performa. Acara yang dipimpin langsung Asisten Deputi Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, didampingi
Drs Fajar Wiryono, Naziruddin Lubis dan Aditya Randi Pratama, SE yang mewakili keluarga besar Prof Haryono ini sukses mengagendakan sejumlah pagelaran. Mulai dari Senam Keluarga Indonesia, aneka lomba, seperti: lomba menyanyi dengan tema ulang tahun, lomba memasak dan lomba mewarnai untuk anak-anak. Selain itu, aneka hiburan dan door prize dengan berbagai hadiah menarik pun disediakan panitia sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh mitra. Tak pelak, acara yang berlangsung di Ruang Rapat Damandiri, Kampus Universitar Trilogi Jl Taman Makam Pahlawan Kalibata No 1 Jakarta ini disambut gembira seluruh hadirin. Mereka pun siap menyukseskan kegiatan ini. Selamat dan sukses! ADE S
Keluarga Besar Prof Haryono, Pengurus Yayasan Damandiri dan sejumlah Mitra Yayasan Damandiri tampak semangat dan antusias dengan agenda kegiatan yang akan digelar dalam rangka HUT Prof Haryono ke-77. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
53
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Pemberdayaan dan Bonus Demografi Dalam tahun-tahun terakhir ini pemerintah dan berbagai kalangan telah menggelorakan dengan suara lantang tentang pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Melihat kondisi masyarakat Indonesia masih relatif banyak yang miskin dan perlu adanya dorongan agar mereka lepas dari kemiskinan, diperlukan adanya proses pemberdayaan yang secara bertahap dan berkelanjutan serta penuh dengan kesabaran. Untuk itu pemerintah dan berbagai komponen bangsa termasuk lembaga organisasi sosial kemasyarakat yang peduli terhadap nasib bangsa tidak bosan-bosannya menggelorakan dan mengajak semua orang agar peduli kepada saudaranya yang masih tertinggal.
Proses pemberdayaan menjadi penting apabila tujuan pemberdayaan itu menyangkut penyegaran pola hidup gotongroyong dan peduli sesama anak bangsa, semua keluarga mau berlatih ketrampilan dan anggota keluarga bekerja cerdas dan keras. [FOTO: ADE S]
S
EBAGAI bangsa yang besar dengan jumlah penduduk berkisar 255,5 juta jiwa, yang jumlah tersebut sama dengan 43 persen dari total penduduk Asean, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang luar biasa banyak. Proses pengentasan kemiskinan yang setiap tahun menelan dana trilyunan rupiah, ternyata belum mampu menurunkan angka kemiskinan dengan memuaskan. Bahkan sebagian orang berpendapat, kemiskinan di Indonesia bukannya turun, tetapi semakin bertambah. Meskipun pemerintah secara sopan dan terkesan menyejukan hati, bahwa hasil kerja keras kita semua, angka kemiskinan di Indonesia berhasil diturunkan. Kata-kata yang indah itu ternyata tidak semua benar, apalagi kalau kita cermati 54
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
dengan seksama, prosentase kemiskinan terus mengalami penurunan, tetapi karena jumlah penduduk terus bertambah, maka secara kumulatif jumlah penduduk miskin juga mengalami kenaikan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 ini diprediksi mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Bahkan ada beberapa kalangan yang memperkirakan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai lebih dari 40 juta jiwa. Dalam Seminar Eksekutif yang diadakan di Jakarta dengan tema “Bonus Demografi Anugerah atau Musibah” Prof Dr Haryono Suyono yang pernah menjabat sebagai Kepala BKKBN lebih dari 16 tahun, tampil sebagai nara sumber dengan lantang menyampaikan bahwa
Indonesia sudah mendapatkan bonus demografi sejak tahun 1990-an. Hal ini dijelaskan bahwa awal bonus demografi di Indonesia diawali dengan keberhasilan program Keluarga Berencana, Kesehatan dan pembangunan lainnya selama tahun 1982 – 1999. Jumlah anak mulai menurun dan angka ketergantungan hidup juga mulai menurun, hingga posisi di bawah angka 50 persen. Penduduk usia produktif melimpah jumlahnya, yaitu penduduk yang memiliki rentan usia 15 – 64 tahun, sedang penduduk yang dianggap tidak produktif ada mereka yang berumur di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun. Pada tahun-tahun itu Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dan angka kematian dengan sangat signifikan. Hal ini diperkuat oleh grafik yang dibuat oleh seorang ahli demografi, Prof Terry Hull dari Australian National University. Dengan demikian Indonesia telah mampu mengantar memasuki era bonus demografi dengan sangat cepat dibandingkan dengan negara-negara lain. Ada 4 jalan untuk menuju bonus demografi, pertama, adanya jumlah penduduk usia produktif yang bertambah besar dan jumlah tenaga kerja meningkat dengan sangat tajam. Kedua, jumlah penduduk yang bekerja lebih banyak dan memiliki tanggungan lebih sedikit, sehingga akan meningkatkan tabungan nasional. Ketiga, melalui perlakuan yang baik terhadap sumber daya manusia secara benar akan mendorong partisipasi angkatan kerja yang lebih besar. Keempat, dengan demikian akan terjadi peningkatan kebutuhan dan serapan pasar akan produksi domestik. Jadi apabila bonus demografi tersebut masuk dalam angkatan kerja, maka dapat dipastikan bahwa bonus tersebut berdampak positif dan membawa manfaat. Karena Indonesia memiliki beragam budaya dan wilayah yang terpencar-pencar, dengan struktur demografi yang berbedabeda, maka masuknya suatu daerah ke era bonus demografi waktunya pun beragam, satu daerah dengan daerah lain tidak selalu sama. Daerah dengan program Keluarga Berencana, Kesehatan dan program pembangunan lainnya yang berhasil, daerah tersebut masuk dalam era bonus demografi pada tahun 1990an. Daerah lain yang program tersebut di atas kurang berhasil atau lamban, maka diperkirakan akan masuk pada era bonus demografi pada tahun 2030 - 2040 yang akan datang. Namun secara keseluruhan Indonesia pada tahun 2015 ini sudah masuk dalam era bonus demografi, karena angka ketergantungan tahun
ini telah mencapai 48,6 persen. Menurut Prof Dr Haryono Suyono, daerah yang masuk pada era bonus demografi, pertama-tama adalah DI Yogyakarta, Jawa Timur dan DKI Jakarta, sedangkan daerah lainnya terus menyusul termasuk diantaranya Kepulauan Riau, Bali, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Babel, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Karena ciri dan struktur demografi yang berbeda-beda, maka daerah yang mengalami penurunan fertilitas dan mortalitas yang tinggi atau Dr Mulyono D Prawiro kegiatan pembangunannya pesat, daerah tersebut memasuki era bonus demografi lebih awal dibandingkan dengan daerah yang lamban penurunan fertilitas dan mortalitasnya rendah. Melihat munculnya bonus demografi ini, maka perlu adanya persiapan yang mendalam untuk memanfaatkan bonus tersebut, yaitu antara lain meningkatkan pendidikan dan kesehatan masyarakat itu harus mendapat priortias tinggi, termasuk diantaranya adalah mempersiapkan pelatihan bagi masyarakat atau life skill, agar mereka memiliki kemampuan ketrampilan yang memadai dan bisa berpartisipasi dalam pembangunan. Proses pemberdayaan menjadi penting apabila tujuan pemberdayaan itu menyangkut penyegaran pola hidup gotong-royong dan peduli sesama anak bangsa, semua keluarga mau berlatih ketrampilan dan anggota keluarga bekerja cerdas dan keras. Selain itu, masyarakat juga menganut pola hidup bersih, sehat dan ber-KB, serta menyekolahkan anak-anaknya ke PAUD sampai ke perguruan tinggi, serta menjadikan halaman rumahnya menjadi kebun bergizi. Dan yang paling penting adalah semua masyarakat bersedia ikut dalam gerakan menabung dan bagi yang punya usaha bersedia mempergunakan modal melalui pinjaman dengan sistem tanggung-renteng. Bonus demografi bila dimanfaatkan dengan baik dan semua usia produktif memiliki ketrampilan dan usaha serta masuk dalam angkatan kerja, maka bonus tersebut sangat bermanfaat, namun sebaliknya bila hal tersebut tidak masuk dalam angkatan kerja, maka bonus tersebut akan menjadi beban dan malapetaka bagi bangsa dan negara. *)Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
55
UCAPAN SELAMAT
Gagasannya Bermanfaat dan Dirasakan Banyak Orang Satu musuh terlalu banyak. Seribu sahabat masih kurang. Barangkali itulah “tagling” hidup sebagai mahluk sosial yang diterapkan oleh seorang Prof Dr Haryono Suyono, yang pada 6 Mei 2015 ini berusia 77 tahun. Hidup mesti bermakna dan memberi manfaat bagi sesama manusia, termasuk keluarga-keluarga miskin maupun yang termarginalkan.
B
ANYAK yang telah merasakan manfaat dari gagasan cerdasnya. Inspirasinya telah menyuburkan kebersamaan, merekatkan kehidupan silaturahmi. Posdayanya membangkitkan kembali budaya gotong royong sebagai kearifan lokal yang telah terwariskan oleh para leluhur kita. Tak pelak pula banyak yang mengagumi, menyanjung bahkan menyebut Prof Haryono Suyono sebagai sosok Dr Ir Suharyanto, MSCE yang berbudaya. Karena melalui Posdayanya telah mengingatkan gotong royong sebagai sebuah kekuatan, energi untuk membangun kesejahteraan dan menyebarkan kepedulian. “Doa kami selalu untuk Prof Haryono Suyono.” Ungkapan tersebut seperti dituturkan Rektor Universitas Janabadra Yogyakarta, Dr Ir Suharyanto, MSCE. “Selama ini kami kerja sama dengan Yayasan Damandiri yang dipimpin Prof Dr Haryono Suyono sejak tahun 2010. Hingga saat ini banyak hal manfaat yang bisa kami pelajari, kaji dari beliau, termasuk kepedulian beliau terhadap pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya. Program KKN di Universitas Janabadra Yogyakarta dengan adanya program Posdaya dari Prof Haryono ini akan menjadi lebih merebak sampai keempat provinsi. Bahkan, sekarang sudah sampai keluar Jawa. Belum lama ini kami memberangkatkan 21 mahasiswa untuk melakukan kegiatan pemberdayaan di Gorontalo, Bangka Belitung, Papua, Raja Ampat dan sebagainya. Itu kami lakukan sebagai salah satu inspirasi dari beliau. Prof Haryono tak pernah berhenti mengingatkan sekaligus mengajak pada semua pihak untuk memberdayakan masyarakat mengentaskan kemiskinan dan lain sebagainya. “Sebagai pribadi saya sangat kagum dengan mobilitas beliau. Meski sudah sepuh tetapi tetap bersemangat dan Dr Pardimin, MPd selalu punya ide kreatif yang bertujuan 56
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. Program KKN Tematik Posdaya dan Posdaya merupakan salah satu ide beliau yang bagus sekali,” ungkapnya. Selain itu Prof Haryono juga memberikan ide untuk membangun jejaring dengan alumni guna bersama-sama ikut ambil peran dan patisipasinya mengentaskan kemiskinan. Menurutnya, Prof Haryono banyak memberikan inspirasi pada Janabadra, sehingga sekarang menjadi lebih maju. Mahasiswanya menjadi lebih banyak. Jumlahnya kini tiga kali lipat daripada tahun 2010 silam yang saat itu masih 1000 sekarang 3000 mahasiswa. Begitu pula Prof Haryono secara terus menerus mendorong untuk menggiatkan program pengabdian kepada masyarakat melalui program KKN ke daerah selain membantu pembangunan masyarakat desa juga mempromosikan perguruan tinggi kami pada masyarakat. Sehingga orang tua memberikan arahan pada putra-putrinya untuk kuliah di Janabadra. Prof Haryono bukan saja peduli pada kemiskinan, tetapi juga mendorong masyarakat lain untuk bisa memberikan inspirasi pada orang lainnya. “Hal itu sejatinya sudah dilakukan beliau sejak beliau menjadi Kepala BKKBN, Menko Kesra maupun hingga saat ini usai purna tugas dari pemerintahan,” paparnya. “Kami bersyukur bisa bermitra dengan beliau, sehingga banyak hal bisa kami lakukan untuk memajukan kampus dan juga membantu mengentaskan kemiskinan masyarakat. Berkat pengenalan pada Posdaya kami menjadi tahu bahwa di daerah-daerah ternyata masih banyak penduduk maupun keluarga miskin. Dengan Posdaya bisa menjangkau daerah desa-desa yang jauh terpencil dan kita berdayakan dengan sistem informasi desa dan kawasan. Itu juga inspirasi dari beliau,’ ujarnya. Priyayi yang sangat luar biasa “Selamat ulang tahun Prof Haryono. Semoga selalu diberikan kesehatan. Semoga panjang
umur,” harapnya. “Semangat selalu dan tetap bisa mengabdikan seluruh inspirasinya dan seluruh pengabdiannya kepada masyarakat termasuk di perguruan tinggi, sehingga kami bisa memetik inspirasi beliau untuk memajukan masyarakat, bangsa dan negara Republik Indonesia. Doa kami selalu untuk Prof Haryono Suyono.” Begitu disampiakan Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Dr Pardimin, MPd. “Saya melihat sosok seorang Prof Haryono itu priyayi yang sangat luar biasa. Walaupun beliau sudah usia (sepuh), tapi untuk memperjuangkan, khususnya masyarakat pedesaan melalui Posdaya. Ini sangat luar biasa, dan itu tidak ada duanya,” dalihnya. Hal ini patut menjadi contoh dan tauladan bagi para pemimpin dan masyarakat lainnya. Beliau telah berhasil mengajak masyarakat yang belum maju menjadi maju. Serta mengajak masyarakat yang sudah maju menjadi lebih maju dan lebih peduli. “Selamat Ulang Tahun kepada Bapak Prof Dr Haryono Suyono yang ke 77 tahun. Semoga tetap sehat. Panjang umur dan banyak rejeki,” tutur Dr Pardimin. Peduli pada masyarakat Sementara Wakil Rektor Universitas Janabadra, Ir Cungki Kusdarjito MP, PhD, menanggapi informasi Prof Haryono Suyono yang akan berulang tahun ke-77 pada tanggal 6 Mei 2015, langsung menilai bahwa Prof Haryono Suyono adalah sosok yang luar biasa. “Walupun usia sudah mencapai 77 tahun beliu masih produktif dan sangat konsen dan peduli kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin untuk diangkat harkat dan martabatnya dengan kegiatan yang sangat riil. Seperti diadakannya pemetaan keluarga prasejahtera,” ungkapnya. Untuk memudahkan penanganan keluarga prasejahtera maka keluarga digolongkan dengan berbagai warna. Warna merah berati keluarga prasejahtera, warna kuning berarti keluarga sejahtera 1, warna hijau beranti keluarga sejahtera 2, warna biru keluarga sejahtera 3. “Beliau mendorong kepada yang mempunyai kemampuan ekonomi lebih untuk membantu yang sifatnya bukan paksaan. Dan suatu kelebihan Prof Haryono mengajak beberapa masyarakat yang berkemampuan juga pemimpin daerah yang ada di seluruh Indonesia untuk berbagi,” tambah Ir Cungki Kusdarjito MP, PhD. Sejak dideklarasikan, Posdaya berkembang sangat pesat. Hal itu diharapkan bisa membantu
kemajuan masyarakat di Indonesia. Saya melihat ada kemiskinan yang struktural dan kalau tidak diintervensi jumlahnya tetap di angka 10-12 persen Hal ini sangat rawan, karena ketika ada gangguan ekonomi sedikit saja meraka yang ekonominya mulai membaik akan kembali lagi. Pendekataan yang dilakukan oleh Prof Haryono sangat partisipatif dan memanfaatkan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat agar bagaimana mereka bergerak secara mandiri yang sebelumnya cenderung datangnya selalu dari atas. Ini sangat menarik, konsep lingkaran kecil lingkaran kecil dan lingkaran besar. “Yang tadinya lingkaran kecil akan menjadi lingkaran besar dan mungkin selanjutnya akan menghubungkan lingkaran-lingkaran besar disuatu daerah dengan daerah lain. Tetapi lingkaran kecil ini akan terlingkup dengan lingkaran besar. Kalau lingkaran besar sudah masuk maka mereka akan mulai terangkat,” paparnya. Ini di dalam teori, kata Cungki disebut dengan pendekatan hulargis, tidak hirargis dari atas ke bawah atau hanya sekedar hubungan atara masyarakat yang sifatnya horisontal yang antara mereka sendiri saling terkait. Prof Haryono yang berlatar belakang sosiologi sehingga cukup memahami bagaimana melibatkan masyarakat dalam kegiatan yang akan mengangkat harkat mereka sendiri tanpa harus merasa pendektannya mobilisasi masal. “Saya melihat kemampuan Prof haryono di sini sehingga pendekatan dari keluarga suatu konsep menurut kami juga suatu hal yang original. T entunya nanti, akan terus berkembang dan itu sudah terjawab dengan adanya pemetaan keluarga.Beliau adalah sahabat keluarga Indonesia,” urainya. “Kami mengucapkan selamat ulang tahun ke-77 semoga karya-karyanya tetap berlanjut dan selalu diberikan kesehatan,” ungkapnya. HARI/DH
Kegiatan Posyandu Cendana di Desa Cikarawang Bogor, Jabar, salah satu aktivitas kegiatan Posdaya yang digagas Prof Dr Haryono Suyono menarik perhatian berbagai kalangan. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
57
LAPORAN DAERAH
Dari Bimtek DPRD Provinsi Sumbar
Anggota Dewan Harus Jadi Pemimpin Visioner Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah memang memegang peranan yang sangat penting. Kedudukannya sebagai fungsi pengawasan, legislasi dan anggaran dalam penyelenggaraan pemeritahan daerah tentu perlu dioptimalkan guna mewujudkan rakyat yang adil dan sejahtera. Kondisi itulah yang menarik perhatian Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang, Sumatera Barat dengan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada Jumat pagi 10 April 2015 lalu. Melalui kegiatan itu , setiap anggota dewan diajak agar mampu menjadi pemimpin yang visioner dan pro rakyat.
Puluhan anggota DPRD Sumbar antusias menyimak paparan Prof Haryono saat mengikuti Bimtek DPRD Sumbar. [FOTO-FOTO: ADE S]
S
URVEY telah mengungkapkan, kapasitas sumberdaya manusia dan belum maksimalnya penyusunan rencana kerja DPRD di antara yang menyebabkan kurang optimalnya fungsi para anggota DPRD. Kondisi itulah yang menggugah perhatian Unitas Padang bekerja sama dengan DPRD Provinsi Sumbar serta Badan Diklat Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia untuk menggelar acara yang dilaksanakan sejak 9 hingga 12 April ini. Melalui kegiatan itu diharapkan mampu memberikan bekal pemahaman dan kemampuan konseptual serta praktis bagi setiap anggota DPRD. Sehingga mampu mengoptimalkan fungsi dan perannya yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Acara yang mengangkat tema “Sosialisasi dan Implementasi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan-peraturan terbaru tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota” ini semakin menarik para anggota DPRD Sumbar. 58
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Pasalnya, sejumlah narasumber yang kompeten di bidangnya sengaja dihadirkan dalam acara itu. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, MA, PhD, yang juga Menko Kesra dan Taskin era Presiden almarhum Pak Harto dan Presiden Habibie ini di antaranya. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Ruang Rapat Istana Bung Hatta Jl Jam Gadang No1, Bukittinggi, Sumatera Barat ini tampak bermakna dan berkesan. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang mengangkat materi “Membangun Pemimpin Visioner Pro Rakyat untuk Mempersiapkan Masa Depan Keluarga dan Bangsa yang Sejahtera melalui Posdaya” ini mendapat sambutan hangat seluruh anggota DPRD Provinsi Sumbar. Menurutnya, Sumatera Barat membutuhkan sosok pemimpin yang visioner. “Yaitu pemimpin yang tidak takut terhadap perubahan, mampu menciptakan team work yang solid, mengikuti perkembangan serta mampu memotong prosedur yang berbelit. Selain itu, juga memiliki perhatian yang tinggi terhadap
masyarakat di akar rumput,” tutur Prof Haryono di hadapan para anggota DPRD Sumbar. Diakui pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini, zaman lalu, pemimpin adalah satu-satunya komandan dalam mengatur pembangunan. Namun, saat ini hal itu tak bisa diterapkan. “Pada zaman modern ini pemimpin adalah pamong yang memiliki kemampuan mengelola dan mengatur berbagai pola dan tingkah masyarakat,” tutur Prof Haryono seraya menegaskan kondisi itu hanya bisa diatasi oleh seorang pemimpin yang visioner dan pro rakyat. 5 syarat pemimpin visioner Menurut Prof Dr Haryono Suyono untuk menciptakan pemimpin visioner setidaknya ada lima kepercayaan yang harus dimiliki. Pertama, kepercayaan kepada diri sendiri. “Dengan penuh keyakinan diawali dengan bismillaah saya bisa menjadi pemimpin yang visioner, Menambah pengetahun dan befikir positif, partai boleh berbeda tetapi pikirannya harus tetap satu yaitu untuk merah putih dan rakyat Indonesia yang bersatu,” tutur Prof Haryono. Kedua, lanjut Prof Haryono, kepercayaan kepada sesama rekan kerja. Sehingga jika melihat teman, bukan melihat sisi negatifnya, tetapi yang dilihat adalah positifnya. “Teman ini bisa apa bersama saya. Jadi, ini adalah awal dari pembangunan networking yang luas, di bawah naungan merah putih dan Pancasila, bahwa kita bertekad menjadi pemimpin yang akan membawa rakyat bukan ke belakang tetapi ke depan,” tegas Prof Haryono di hadapan puluhan anggota DPRD Provinsi Sumbar. Ketiga, ujar Prof Haryono, kepercayaan kepada institusi atau lembaga DPRD Provinsi Sumbar sebagai tempat mengabdi. “Bapakbapak dan ibu-ibu sebagai anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat, maka harus percaya kepada instituti DPRD itu. Dan melalui DPRD ini para anggota dewan
bisa membentuk tim untuk mengobarkan semangat pembangunan pemimpin yang visioner sebagai nafas baru menjelang pemilukada (pemilihan umum kepada daerah) Desember 2015 mendatang,” tutur Prof Haryono. Dijelaskan Prof Haryono, setiap kali ada kesempatan berkunjung kepada konstituen, yakinkan mereka bahwa pemilihan pada Desember mendatang, bukan pemilihan wani piro tetapi pemilihan dari anggota dewan yang benar-benar berjuang untuk rakyat. “Kalau bapak-bapak dan ibu-ibu anggota dewan sudah berinteraksi dengan masyarakat yang tergabung dalam Posdaya, maka berjuanglah melalui Posdaya. Karena Posdaya yang tidak terikat dengan salah satu partai itu adalah kekuatan rakyat yang perlu dibangun dan dibantu oleh semua pihak,” tegas Prof Haryono seraya menambahkan upaya jajaran Univer-
Dari kanan ke kiri: Prof Dr Haryono Suyono, Ir H Hendra Irwan Rahim (kelima dari kanan), Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP, dan Ir Zasmeli Suhaemi, MP.
Prof Haryono saat menyampaikan paparannya di hadapan para anggota DPRD Sumbar.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
59
Ketua DPRD Sumatera Barat Ir H Hendra Irwan Rahim saat menerima cinderamata dari Rektor Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP. [FOTO-FOTO: ADE S]
Prof Haryono bergambar bersama Ir H Hendra Irwan Rahim (kelima dari kanan), Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP, Dr Mazwar Noerdin (kanan), Ir Zasmeli Suhaemi, MP (kiri) dan anggota DPRD Provinsi Sumbar lainnya usai acara Bimtek.
60
sitas Tamansiswa Padang yang memfasilitasi penyaluran kredit Tabur Puja Yayasan Damandiri kepada para anggota Posdaya sebesar Rp 2 juta tanpa agunan bisa menginspirasi para anggota dewan. “Jadi institusi DPRD ini sebagai mitra pemerintah bisa memanggil dengan pendapat para direktur bank, untuk menyisihkan setidak-tidaknya 10 persen, 20 persen sampai secukupnya, sehingga rakyat kecil berbondong-bondong bisa membuka usaha. Karena dengan hal itu bisa menyelesaikan masalah pengangguran,” jelas Prof Haryono. Yang keempat, tukas Prof Haryono, percaya kepada masyarakat. Kepercayaan ini harus dibangun oleh para anggota dewan dengan berbagai upaya dalam setiap berinteraksi dengan mereka. Dan yang kelima, para anggota dewan harus bisa membuktikan bahwa setiap anggota DPRD laku jual. “Artinya, buatlah begitu rupa bahwa saudara bukan datang untuk pidato, tetapi diundang untuk pidato. Buat begitu rupa rakyatnya itu mengundang saudara untuk pidato. Jadi, direkayasa begitu rupa, bahwa rakyatnya berbondong-
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
bondong mengundang calon gubernur, calon bupati atau calon walikota yang luar biasa,” papar Prof Haryono seraya menegaskan lima kepercayaan inilah yang harus dibangun para anggota dewan untuk menjadi pemimpin yang visioner. Hadir dalam acara ini Ketua DPRD Provinsi Sumbar Ir H Hendra Irwan Rahim, Rektor Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP, Ketua LP3M Unitas Padang Ir Zasmeli Suhaemi, MP, Ketua pelaksana acara Yuni Candra, SE, MM, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro dan puluhan anggota DPRD Provinsi Sumbar. Sedangkan Ketua DPRD Sumatera Barat Ir H Hendra Irwan Rahim menyebutkan, anggota DPRD harus terus meningkatkan kapasitas dan kualitas. “Bergesernya fungsi legislatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah menuntut anggota dewan untuk semakin menguasai persoalan daerah. Anggota dewan dituntut untuk memecahkan berbagai macam permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah,” tutur H Hendra saat menyampaikan sambutannya. Menurutnya, Bimtek merupakan hak sekaligus kewajiban anggota dewan, agar kapabel dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai legislatif. “Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjadikan fungsi DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah bersama eksekutif akan lebih optimal,” ujar H Hendra. Sementara itu, Rektor Unitas Padang Prof Dr Ir M Zulman Harja Utama, MP, menjelaskan Bimtek kali ini merupakan Angkatan ke VIII yang telah dilaksanakan oleh Unitas Padang. “Alhamdulillah, sejak dipercaya oleh Kemendagri, Unitas telah bekerja sama dengan provinsi dan 14 kabupaten/ kota,” tutur Prof Zulman seraya berharap kerja sama ini juga dapat diwujudkan dalam bidang lain seperti dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya. ADE S
DNIKS
Prof Haryono Promosikan GAUN Setiap daerah kabupaten/kota harus lebih memberikan perhatian akses bagi penyandang disabilitas. Pemberian akses merupakan wujud kepedulian daerah kepada masyarakatnya. Guna lebih mendorong kepedulian tersebut, Ketua Umum DNIKS meluncurkan GAUN.
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono saat meluncurkan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) di acara KNKS di Padang, Sumbar. [FOTO-FOTO: HARI]
K
URANGNYA empati dari masyarakat yang tidak menyandang kelainan fisik menjadi salah satu sebab kurangnya fasilitas publik untuk kaum disabilitas di Indonesia. Sehingga gerakan peduli disabilitas harus ditingkatkan. Tahun 2015 ini Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) meluncurkan gerakan aksebilitas umum yang disebut dengan Gerakan Aksebilitas Umum Nasional (GAUN). DNIKS mengajak seluruh anggota pengurus dan anggota organisasi sosial yang tergabung di DNIKS menjadi pelopornya. “Pada tahun 2015 ini DNIKS meluncurkan GAUN, gerakan aksebilitas umum nasional dengan mengajak dan mempersiapkan masyarakat peduli dan berbagi kepada saudara kita penyandang disabilitas,” kata Prof Dr Haryono Suyono selaku Ketua Umum DNIKS di Padang, Sumatera Barat. Promosi GAUN dilakukan Ketua Umum DNIKS bukan saja pada saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DNIKS dan Rakernas Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) serta waktu penutupan kegiatan-kegiatan berskala nasional tersebut. Gerakan Aksebilitas Umum Nasional (GAUN) pernah dilaunching Presiden Abdur-
rahman Wahid pada 4 Juni 2000 di Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta Pusat, silam. Gerakan GAUN ini berupaya agar masyarakat selama ini belum menghargai para penyandang cacat dan masih memandang mereka sebagai beban masyarakat. Sikap seperti ini harus diubah karena meski mempunyai kekurangan di satu sisi, bukan berarti para penyandang cacat tidak dapat memberikan sumbangan pada bangsa dan negara. Ketua Dewan Nasional Untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Prof Dr Haryono Suyono mengatakan secara menakjubkan Rapat Kerja (Raker) di Sumatera Barat (Sumbar) yang ditutup dengan berbagai kreasi dari penyandang desabilitas baik nyanyian dan tarian ditampilkan penyandang desabilitas dengan apik dan luwes. Hasilnya tidak berbeda dengan yang tidak desabilitas. Pada kesempatan ini, Prof Haryono selaku Ketua Umum DNIK, pertama memperkenalkan tepuk tangan bagi penyandang disabilitas dengan kedua tangan diangkat ke atas sambil melambai-lambaikan. Kedua, melalui Raker sejak dua tahun setelah pertemuan di Surabaya bicara dengan konsep. Tetapi telah melaksanakan kegiatan membawa kegiatan sosial kesejahteraan Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
61
Prof Haryono bersama istri Gubernur Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno dan jajaran BK3S Sumbar.
Para peserta antusias mengikuti rangkaian acara KNKS.
62
masyarakat ke desa. Salah satu daerah yang paling besar selur uh provinsi yang membawa program ini kedesa adalah Sumatera Barat. Ada juga daerah lain yang melaksanakan kegiatan yang mirip Sumatera Barat. Yaitu Kabupaten Bekasi, Walikota Bekasi, Kota Malang, Kabupaten Malang dan Banten. Yang lebih menakjubkan lagi adalah Walikota Padang yang belum genap satu tahun menjabat telah mendeklarasikan Gerakan Aksebilitas Umum Nasional (GAUN). “Karya kita selama dua tahun ini perlu diketahui bahwa hasilnya sungguh menakjubkan,” ujarnya. Pertama, Kementrian Sosial mengakui secara resmi Dewan Nasional Indonesia Untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS). Sebagai satu-satunya organisasi koordinasi untuk lembaga sosial nasional. “Tidak saja mengakui tetapi juga menanda-
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
tangi apa yang dinamakanLetter Of Intentions (LOI) yang telah diikuti pertemuan dengan para Dirjen, Sekjen dengan para anggota DNIKS,” kata Prof Haryono. Oleh karena itu, lanjut tokoh nasional kelahiran Pacitan 77 tahun silam ini menegaskan, pimpinan Lembaga Koordinator Kesejahteraan Sosial (LKKS), dan pimpinanan organisasi sosial diminta makin sering kekantor DNIKS dan jangan menolak dan tidak datang kalau diundang DNIKS. “Ini adalah yang pertama pengakuan politik,” ujarnya. Dalam waktu singkat, kata Prof Haryono, pimpinanan DNIKS akan berkunjung ke DPR- RI dan DPD. Ini adalah manuver politik dalam kesejahteraan sosial dengan membawa semangat untuk dituangkan dalam UU dan per hatian seluruh anggota DPD dan DPR yang mewakili rakyat maupun mewakili daerah. Oleh karena itu, kata Prof Haryono, mulai sekarang berikan informasi yang kontinyu kepada DNIKS, baik langsung maupun surat atau melalui sistem elektronik dan buka DNIKS dengan informasi baru. Setiap LKKS diharapkan mempunyai Website masing-masing sehingga secara nasional bisa mengumpulkan kegiatan sosial untuk dikembangkan sebagai kekuatan masa yang luar biasa dan kekuatan dorong luar biasa. “Bagi LKKS yang mendapat kesulitan untuk membuat Web agar disampaikan surat kepada DNIKS nanti akan dikirim ahlinya untuk membuat Web dimasing-masing cabang LKKS setempat,” imbunya. Zaman sekarang ini adalah zaman elektronik, karena kita adalah pekerja sosial harus bisa menguasai elektronik. Ketiga, Kesediaan Menteri Sosial untuk segera menyelesaikan hambatanhambatan yang selama dua tahun ini kita perjuangan. “Yaitu, DNIKS dan LKKS mulai mendapat kesukaran karena aturan yang makin kaku pengeluaran dana untuk kegiatan sosial. Di beberapa tempat bantuan
sosial (bansos) dihapuskan, dibeberapa tempat bansos tidak disalurkan karena kita dianggap tidak berbadan hukum. Maka Ibu Menteri Kofifah Indar Parawansa akan mengusahakan suatu Kepres. Kalau nanti Kepres itu terwujud kita jangan sampai mengecewakan,” paparnya. Haryono menghimbahua agar kerjakan apa yang diberi petunjuk menurut Kepres. Kalau perlu mulai hari ini saudara sampai di Posdaya ikut membantu validasi data keluarga miskin, setengah miskin dan juga pergi ke panti asuhan apakah data penyandang disabilitas sudah dilaporkan kepada dinas atau instansi yang berwenang. “Mari kita menjemput bola bukan untuk ngrecoki bukan ikut menghambat tetapi menolong keluarga miskin,” katanya. Sementara Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah SP, mengharapkan KNKS yang diselenggarakan di Kota Padang akan memberikan kemajuan dan kesejahteraan sosial seluruh warga masyarakat yang kita cintai. Konferensi di Kota Padang ini memberikan hasil yang lebih baik yang bukan hanya sebatas hasil konferensi tetapi bersemangat untuk melaksanakan hasil konferensi tersebut. Bukan hanya semangat dalam pertemuannya, bukan hanya semangat dalam membicarakannya tetapi juga semangat untuk melaksanakan butir-butir hasil pembicaraan sehingga betul-betul akan menjadi bukti nyata di dalam hidup dan kehidupan anak bangsa kita dan juga kemajuan kesejahteraan nasional. Pada acara penutupan perhelatan nasional ini juga dilaksanakan deklarasi pengukuhan kawasan peduli desabiltas dan kawasan ramah desabilitas. Kota Padang sudah ada Perda kawasan desabiltas. Bahkan baru saja disepakati DPRD Perda Bangunan Kota Padang sekaligus telah terakomodasi perda yang
berkaitan dengan disabilitas. Walikota mengakui bahwa memang masih banyak sarana publik, fasilitas umum yang belum ramah disabilitas. Namun dikota Padang sekarang sudah ada komunitas peduli disabilitas. HARI
Para perwakilan BK3S/ LKKS dari sejumlah provinsi di tanah air antusias mengikuti acara.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
63
DNIKS
Gelaran Rakernas KNKS 2015 di Padang Sukses Kemensos tengah mempersiapkan upaya payung hukum bagi organisasi sosial. Selain itu, Kemensos juga siap bersinergi dengan DNIKS, BK3S, LKKS, serta organisasi sosial kemasyarakatan lainnya untuk pengentasan kemiskinan di daerah-daerah.
Menteri Sosial RI Dra Hj Khofifah Indar Parawansa (kanan) bersama Hj Nevi Irwan Prayitno (kiri) di acara KNKS VIII di Kota Padang, Sumatera Barat. [FOTO-FOTO: HARI]
64
D
EMIKIAN diungkapkan Menteri Sosial Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa ketika menjadi pembicara kunci Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII yag berlangsung sejak 18-20 April 2015, di Kota Padang, Sumatera Barat. “Kementerian Sosial siap bersinergi dengan Dewan Nasional Untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BK3S), Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS), serta organisasi sosial kemasyarakatan lainya untuk pengentasan kemiskinan di daerah-daerah,” katanya. Konferensi yang diikuti tidak kurang dari 500 peserta dari unsur lembaga kesejahteraan sosial nasional, perguruan tinggi, serta BK3S/ L3S provinsi dan LK2S kabupaten/Kota. Mereka yang hadir datang dari Provinsi Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau Kepu lauan. Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimatan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat.
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini lebih lanjut menegaskan, saat ini Kementerian Sosial sedang mengupayakan adanya payung hukum berupa Peraturan Presiden atau Keputusan Presiden (Kepres) agar DNIKS secara legal mendapat dukungan dana dari APBN, sebagai lembaga koordinator kesejahteraan sosial tingkat nasional. Sontak saja pernyataan Menteri Sosial Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo ini pun mendapat sambutan hangat seluruh peserta konferensi yang hadir memenuhi auditorium Hotel Inna Muara Kota Padang dengan tepuk tangan meriah. Karena nampaknya hal itu menjadi harapan dari seluruh peserta KNKS. Mengingat bahwa Perpres tersebut sangat penting untuk segera direalisasikan. “Perlunya legalitas payung hukumnya, karena beberapa sinergi yang harus dilakukan DNIKS dengan LKS-LKS lainnya di daerah untuk penanganan fakir miskin selain jejaring yang sudah dimiliki Prof Haryono tidak sebagai Ketua Umum DNIKS, Pr of Haryono sebagai Ketua Yayasan Damandiri dan Prof Haryono sebagai pribadi. Sehingga kalau nanti mendapat penguatan dari APBN maka maksimalisasinya lebih cepat,” ujar mantan Kepala
BKKBN di era Presiden Abdurrahman Wahid ini. Menurut Khofifah, dalam penanganan kemiskinan perlu dipetakan. Kemensos sudah punya peta yang lebih detil di mana wilayah garapan yang bisa diintervensi oleh DNIKS, LKKS, BK3S, dinas sosial dan seterusnya. Ini, kata Mensos lagi, akan memudahkan pemerintah untuk bisa melakukan intervensi ber bagai program penanganan fakir miskin dan penyandang kesejahteraan sosial. Khofifah menambahkan, Kementerian Sosial telah menganggarkan dana tidak kurang dari Rp 400,- milyar untuk proses validasi dan verifikasi dana kemiskinan. Data ini nantinya guna memastikan penerima program pemerintah tepat sasaran. Mensos mengatakan, validasi dan verifikasi akan dilakukan pada 20 Mei dengan melibatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan relawan sosial lainnya dan bisa juga seperti Posdaya yang kini sudah berjumlah tidak kurang dari 45.000 Posdaya tersebar di Indonesia. Penanganan menurut Mensos, perlu adanya perubahan karakter, karakter gotong royong, kerjasama, saling menolong, saling peduli, saling membantu, saling melindungi dan saling membanatu. “Perubahan karakter hidup individu menjadi hidup bersama, bukan supermen tetapi supertim,” ujanya.
Indarparawansa. Bahkan, Mensos juga menegaskan perlunya legalitas payung hukumnya, karena beberapa sinergi yang harus dilakukan DNIKS dengan LKS-LKS lainnya di daerah untuk penanganan fakir miskin. Itu kita dorong agar Mensos segera menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo,” tutur Prpf Dr Haryono Suyono. Di samping itu, Ketua Umum DNIKS juga menyambut baik kesediaan Menteri Sosial yang akan segera menyelesaikan hambatan-hambatan yang selama dua tahun ini diperjuangkan DNIKS bersama anggota-anggotanya. Y aitu, DNIKS dan LKKS mulai mendapat kesukaran karena aturan yang makin kaku pengeluaran dana untuk kegiatan sosial. Bahkan, di beberapa tempat bantuan sosial (bansos) dihapuskan, di beberapa tempat bansos tidak disalurkan karena kita dianggap tidak berbadan hukum. “Maka kita mengapresiasi dan terus mendukung upaya Ibu Menteri Kofifah Indar
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja didampingi Prof Dr Haryono Suyono dan Prof Dr Irwan Prayitno Psi, MSc saat menerima Piagam Rekor Muri.
Sajian tarian tradisional Sumbar meriahkan acara KNKS.
DNIKS organisisasi kordinasi Sementara Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono menyambut baik upaya yag akan dilakukan Kementerian Sosial yang saat ini Khofifah Indarparawansa sebagai Menteri Sosial. “Kita sangat mengapresiasi Kemensos yang secara gamblang mengakui DNIKS sebagai satusatunya organisasi koordinasi lembaga sosial, seperti disampaikan Menteri Sosial, Ibu Khofifaj Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
65
Prof Dr Haryono Suyono bersama Menteri Sosial RI Dra Hj Khofifah Indar Parawansa dan Prof Dr Irwan Prayitno Psi, MSc yang dipandu salah seorang presenter dalam acara KNKS.
66
Parawansa yang akan mengusahakan suatu Kepres (Keputusan Presiden). Kalau nanti Kepres itu terwujud kita jangan sampai mengecewakan,” ujarnya. Ketua Umum DNIKS menghimbau agar semua pihak, utamanya DNIKS, BK3S/LK3S, LKKS kerjakan apa yang diberi petunjuk menurut Kepres. “Kalau perlu mulai hari ini saudara sampai di Posdaya ikut membantu validasi data keluarga miskin, setengah miskin dan juga pergi ke panti asuhan apakah data penyandang disabilitas sudah dilaporkan kepada dinas atau instansi yang berwenang. Mari kita menjemput bola bukan untuk ngrecoki bukan ikut menghambat tetapi menolong keluarga miskin,” katanya. Di bagian lain, Gubernur Sumatera Barat, Prof Dr H Irwan Prayitno yang tampil memberikan sambutan menegaskan, diperlukan sinergi pemerintah dengan lembaga sosial dalam upaya menangani kemiskinan. Prof Dr Irwan Prayitno mengatakan di dalam Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial yang digelar di Kota Padang ini diharapkan dapat menghasilkan banyak rumusan dan rekomendasi untuk semakin meningkatkan penanggulangan kemiskinan yang merupakan masalah kesejahteraan sosial. Seluruh pemerintah dari tinggkat pusat sampai daerah, kata Gubernur Sumbar itu, berupaya dengan berbagai program untuk menanggulangi kemiskinan. “Kami juga melihat tidak mampu pemerintah mengelola sendiri menanggulangi kemiskinan, kecuali keikutsertaan masyarakat,” katanya. Untuk itu, imbuh Gubernur Sumbar, Lembaga Koordinasi Kesejahateraan Sosial (LKKS), Orsos, organisasi keagamaan, lembaga sawasta, dunia usaha, perusahaan dan berbagai
Gemari Edisi 172/Tahun XVI/Mei 2015
kelompok masyarakat maupun individu secara bersama ikut menanggulangi kemiskinan melalui gotong royong dan bersinergi. Sementara Ketua pelaksana Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII, Hj Nevi Irwan Prayitno mengatakan tujuan konferensi KNKS VIII merumuskan konsep model jaringan dan rencana aksi pembangunan kesejahteraan sosial berbasis pemberdayaan dalam mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan. Mendorong komitmen pemerintah pusat daerah terhadap masalah dan penanganan kesejahteraan sosial. Meningkatkan penguatan peran lembaga sosial dalam penyelenggraan kesejahteraan sosial dengan dukungan stakeholder, baik pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, lembaga kesejahteraan sosial atau organisasi sosial maupun masyarakat. “Mari kita bersama-sama menggerakan masyarakat untuk peduli terhadap masalah dan penanganan kesejahtertaan sosial. Membangun kesadaran dan pemahaman jiwa kerelawanan sosial terhadap peran dan tugas masing-masing di berbagai bidang,” papar istri Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Secara keseluruhan, perhelatan Rakernas DNIKS dan KNKS 2015 di Sumatera Barat dinilai Ketua Umum DNIKS serta Ketua-Ketua BK3S/LK3S sukses, dan mencatat beberapa kemajuan yang menggembirakan, salah satunya pengakuan Kementrian Sosial serta komitmennya yang akan mengupayakan pengajuan Kepres kepada Presiden Joko Widodo. Sehingga organisasi koordinasi lembaga sosial DNIKS agar bisa mendapat alokasi dana dari Angaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN). Dalam rangakaian perhelatan nasional ini, sukses lain juga raih. Senam Keluarga Posdaya Sumatera Barat yang diikuti 5.815 orang di Lapangan Imam Bonjol Kota Padang berhasil dicatat oleh Musium Rekor dunia Indonesia (MURI). Piagam Muri dengan Nomor 6854/ R.MURI/III/2015 yang berjudul “Senam Posdaya Rekor Terbanyak” diserahkan Manager MURI, J Ngadri kepada Gubernur Sumbar, Yayasan Damandiri dan DNIKS. HARI