GEMA REDAKSI
Mendidik Anak Bangsa Untuk mendidik masyarakat berbagai lembaga sosial yang tergabung dalam DNIKS, berusaha membawa kedaulatan sosial ke pedesaan. Lembaga di daerah seperti LKKS di Sumatera Barat, dan daerah lainnya, mulai mengadakan konsolidasi mengajak masyarakat madani untuk “turun gunung” menyegarkan dan mendidik rakyat. [FOTO: MULYONO]
Para pembaca yang budiman,
P
ADA tanggal 2 Mei 2014 bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Kita bersyukur bukan hanya karena Ujian Nasional telah berakhir, tetapi pemerintah memenuhi kewajibannya menyediakan anggaran pembangunan sebanyak 20 persen sesuai arahan UUD. Namun kita masih kecewa karena tatanan pendidikan dasar diserahkan kepada pemerintah daerah yang kita tahu mempunyai kemampuan yang tidak seragam. Ada yang anggaran daerahnya kuat, ada yang lemah sehingga dikawatirkan timbul kesenjangan pada pendidikan dasar yang bisa makin menganga. Untuk mendidik masyarakat, ada berbagai lembaga sosial, yang tergabung dalam DNIKS, berusaha membawa Kedaulatan Sosial ke pedesaan. Lembaga di daerah seperti LKKS di Sumatra Barat, dan daerah lainnya, mulai mengadakan konsolidasi mengajak masyarakat madani untuk “turun gunung” menyegarkan dan mendidik rakyat banyak agar peduli dan memberi dukungan terhadap pengajaran dan pendidikan ketrampilan (life skills) sebagai bekal untuk hidup bahagia dan sejahtera secara mandiri. Secara nyata lembaga-lembaga sosial itu
sadar bahwa pendidikan adalah sarana utama agar keluarga di Indonesia tidak terpuruk dalam kemiskinan dan akhirnya harus mengorbankan kedaula tan dan kehormatannya karena tidak tahan menghadapi tantangan dan penderitaan. Dalam usaha menyegarkan kedaulatan sosial berbasis pedesaan itu tidak ada pilihan lain kecuali bahwa semua pihak harus bersedia untuk mengembangkan mutu disertai penguatan karakter untuk percaya pada diri sendiri, mempercayai kebersamaan dengan rekanrekannya dan memberi penghargaan kepada dan memanfaatkan kearifan lokal serta mengolah kekayaan dan sumber daya lokal yang melimpah. Oleh karena itu, marilah kita bersatu membangun pendidikan berbasis masyarakat untuk maju bersama. Marilah kita membangun budaya peduli terhadap pendidikan dan sekaligus peduli terhadap sesama anak bangsa agar mampu menghadapi tantangan jaman. Marilah, dengan persatuan dan kesatuan, serta dengan kekuatan bersama, membangun untuk masa depan bangsa, negara dan rakyat yang adil, makmur dan sejahtera. Kalau kita bersatu, dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, pasti kita bisa. Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab: Drs. Dadi Parmadi, MA Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Hari Setyowanto Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
LAPORAN UTAMA
36
Sukses PAUD Kado 100 Tahun Indonesia Merdeka Mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan dan pembudayaan bukan saja penting sebagai cara memanusiakan manusia, tetapi juga memiliki nilai strategis dalam mengembangkan kesejahteraan rakyat. Apalagi, kemajuan sebuah bangsa terletak pada pendidikan dan para generasi bangsa itu sendiri.
CERITA SAMPUL
39
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo, SH Posdaya Gerakan Pemberdayan yang Bagus Posdaya sebuah gerakan pemberdayan yang bagus. Itulah komentar positif Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo. Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang disampaikan Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri kepada Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH pada saat ramah tamah dan makan siang, sambil menunggu acara rekaman Gemari Arumdalu TVRI Semarang, Jateng, di ruang Rektorat kampus IAIN Surakarta, pada 2 Mei lalu, nampaknya Gubernur Jateng ini terkesan dan mendatangkan respon positif.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
LAPORAN DAERAH
58
Menyuarakan Pesan Kairo Tingkatkan Posdaya ke Desa-desa
PENDIDIKAN
44
Universitas Trilogi Siapkan Lomba Penulisan Tabur Puja Mulai 2014 ini, mahasiswa Universitas Trilogi Jakarta akan diikutsertakan mengikuti lomba menulis skripsi yang merujuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dari para penerima Kredit Tabur Puja. Secara tidak langsung, mereka akan berhadapan dengan ibu-ibu Posdaya yang akan menjadi dosen pembimbing tingkat desa. Ide ini mencuat saat sosialisasi Tabur Puja se-Jabodetabek di Kampus Untri Jakarta, beberapa waktu lalu.
Pelayanan kesehatan di desa makin mengenaskan, terutama sejak dokter keliling dihapus mulai tahun 2000. Bidan desa tahun 80-an yang meliputi seluruh desa, kini tinggal 20-30 persen. “Ini yang perlu kita perbaiki untuk masa akan datang. Untuk itu, kita perlu pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) pada tingkat pedesaan untuk membawa paket program yang serta merta menguntungkan rakyat,” cetus Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat berbagi pengalaman di depan peserta High Level Seminar on the ICPD Beyond 2014 Review di Jakarta beberapa waktu lalu.
10
Gema Redaksi
3
Produksi Cemilan Posdaya Binangun Laris Manis
Surat Pembaca
6
POSDAYA MASYARAKAT
Dengan adanya Ekonomi Produktif Manoreh Barokah “354” yang dikelola anggota Posdaya Binangun Sejahtera Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB) dengan memproduksi berbagai cemilan khas Kulonprogo menjadikan sejahteranya masyarakat Giri Peni. Tak pelak, Posdaya yang beralamat di Desa Gunung Gempal RT 24 RW 11 Giri Peni, Wates, Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ini menjadi penampung mimpi masyarakat menuju kesejahteraan nyata. Setidaknya derajat kesejahteraan masyarakat terangkat. Pengangguran pun semakin teratasi.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Posdaya Perguruan Tinggi
15
Posdaya Pemerintah
23
Posdaya Lembaga Keuangan
28
Posdaya Organisasi Sosial
31
Kolom Khusus
42
Forum Kita
50
Tasyakuran
54
DNIKS
62
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Imaji Indonesia
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
PAK HARTO DAN SEGORO AMARTO
A
CARA Road Show Perkuatan Posdaya Bidang Ekonomi Kewirausahaan di sejumlah daerah, dilanjutkan Yayasan Damandiri di bawah pimpinan Prof Dr Haryono Suyono kembali di Kecamatan Umbul Harjo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berlangsung pada 2 Maret 2014 lalu, Prof Haryono mengajak putri keempat mendiang Presiden RI HM Soeharto, Siti Hediati Soeharto, SE yang lebih dikenal dengan sebutan Mbak Titiek Soeharto, caleg DPR RI dari daerah pemilihan DIY. Saya yang sempat hadir di acara itu, melihat Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengunjungi daerah ini bersama rombongan dari Jakarta. Tidak heran kalau masyarakat membludag memenuhi acara itu dengan bazar di sekeliling panggung memadati, disajikan berbagai produk usaha kaum ibu yang aktif pada Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) beraneka dagangan. Kata Prof Haryono, yang dengan rombongan sejak tanggal 1 Maret 2014, sehari sebelumnya di Yogyakarta, Apa artinya tanggal 1 Maret? Tanggal 1 Maret adalah kembalinya Republik Indonesia dari Kota Yogyakarta ini. Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945. Tetapi pada tanggal 19 Desember 1948 Indonesia yang baru merdeka diagresi kembali oleh kolonial Belanda. Presiden dan para menteri ditangkap oleh Belanda, diumumkan di seluruh dunia bahwa negara RI sudah bubar. Jadi, harus diingat bahwa tanggal 19 Desember tahun 1948 bahwa RI dinyatakan oleh Belanda sudah bubar. Tetapi, sejak 1 Maret kemarin diperingati di Yogyakarta ini bahwa di situ ada seorang tokoh, anak muda, Letkol Soeharto, bahwa di Yogyakarta ini tidak nrimo bahwa RI sudah bubar. Beliau bersama para nenek moyang di Yogyakarta sejak tanggal 19 Desember menyatukan kekuatan rakyat yang luar biasa. Zaman itu, belum ada Posdaya. Tetapi, Letkol Soeharto melakukan Segoro Amarto sebelum walikotanya melakukannya. Segoro Amarto yang dilakukan oleh Bapak Letkol Soeharto, bertekad kuat bahwa negara ini tidak bubar. Tekad yang kuat dan melakukan ritual yang luar biasa. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa RI tidak akan pernah bubar. Waktu itu belum banyak universitas, belum banyak sekolahan, tapi datang ke sini karena Letkol Soeharto mengundang
pemuda-pemuda yang tidak rela RI ini bubar, untuk melakukan perjuangan yang diinstruksikan oleh Panglima kita yang sangat terkenal yaitu Jenderal Besar Soedirman. Beliau menginstruksikan jangan sampai RI bubar. Kalau tidak bisa bertempur lakukan perang gerilya. Di Yogyakarta inilah perang gerilya dimulai pada tanggal 19 Desember 1948. Ketika itu Segoro Amarto mulai melimpah di Yogyakarta, menjadikan kesadaran dan kecintaan rakyat Yogyakarta akan RI tercinta. Di situlah Segoro Amarto mulai berkembang, dan akhirnya tanggal 1 Maret 1949 Letkol Soeharto dengan pasukan yang didukung oleh rakyat, selama enam jam Yogyakarta diduduki oleh pasukan yang tidak saja tentara tetapi pemuda yang patriotik membela tanah air tercinta. Wejangan Bapak Prof Haryono yang sangat bagus dan saya salut atas penuturan beliau. Sejarah ini menjadi kenangan pahit bagi kita semua. Semoga Bapak Prof Haryono tetap sehat dan kuat serta sukses dengan Posdaya-nya, Aamiin. Siradj Subagio Desa Clapar, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jateng.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
POSDAYA MASYARAKAT
18 Posdaya Menuju Terbaik Nasional Perjalanan enam tahun kegiatan Posdaya telah banyak menunjukan hasil. Manfaat kegiatan Posdaya pun berdampak positif pada upaya pengentasan kemiskinan dan pengatasan pengangguran. Semua itu tercermin dari 18 Posdaya terbaik dari hasil seleksi panjang 30.000 Posdaya dari seluruh Indonesia, yang tampil cerdas untuk bisa menjadi terbaik tingkat nasional.
S
EHARI menjelang hari ulang tahun Yayasan Damandiri ke18, diadakan seleksi 5 besar Posdaya tingkat Nasional. Kelima Posdaya tersebut disaring terlebih dulu dari 18 Posdaya. Sebanyak 18 Posdaya ini merupakan hasil seleksi dari 30.000 Posdaya yang ada di seluruh Indonesia. Di ruang Nakula Sadewa Hotel Inna Garuda Yogyakarta, 18 Posdaya terbaik menunjukkan kebolehannya yang masing-masing. Melalui paparan terbuka, ke 18 Posdaya memperlihatkan berbagai program kegiatannya serta keunggulan masingmasing. Selain memaparkan kegiatannya juga diuji dengan wawancara oleh tim juri secara rahasia. Dari 18 Posdaya terbaik ini dipilih 10 Posdaya terbaik untuk selanjutnya diseleksi menjadi 5 Posdaya yang berhak tampil di grand final di Konvensi Nasional Posdaya 2014 yang digelar di Gedung Graha Sabha Pradana. Para pemenangnya menerima penghargaan “Damandiri Award”. Dalam kegiatan seleksi itu dihadiri oleh Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono, dan salah satu putri mantan Presiden Serharto, Hj Titiek Hediati Hariyadi Soeharto atau akrab disapa Mbak Titiek Soeharto. Prof Haryono dalam pengarahannya sebelum lomba dimulai, mengatakan bahwa kalau ada Posdaya yang memiliki kelebihan dan menjadi pemenang, maka akan ditunjuk sebagai Posdaya Model. “Sehingga, kalau ada pelatihan tidak usah harus dikirim ke Jakarta di Haryono Suyono Center, tapi cukup dikirim ke lima Posdaya sebagai pemenang,” ujar Prof. Haryono. Penggagas Posdaya ini menambahkan, keunggulan harus menjadi ciri dari masingmasing Posdaya.
Prof Haryono mengingatkan kalau nanti sudah menjadi Pusat Pembelajaran, bila ada tamu berkunjung pemenang ini harus membawakan minimal 5 kegiatan utama. Kegiatan utama itu, 2 M mengapit 3 W. M pertama adalah Maton yaitu kegiatan keagamaan dan budaya. W pertama adalah waras, atau sehat. W kedua adalah Wasis, yang artinya pandai. W ketiga, wareg, artinya kenyang. “Untuk kenyang tidak boleh miskin. Untuk itu Posdaya mengirim keluargakeluarga muda, anak muda untuk melakukan latihan ketrampilan dan bekerja atau berusaha. Sehingga mereka tidak miskin. Posdaya harus mengusahakan agar keluarga miskin dilatih ketram-
Satu kelompok Posdaya mempresentasikan program pemberdayaannya dengan sangat ekspresif agar menarik juri. [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
7
Nampak Prof Dr Haryono Suyono dan Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja ikut menyaksikan penilaian lomba Posdaya Nasional 2014. [FOTO-FOTO: HARI]
pilan dan bekerja maupun berusaha,” jelas Prof Haryono. Sedangkan M terakhir disebut mapan, yang artinya, rumahnya sehat, halamannya jadi kebun bergizi. Kalau panennya banyak diharapkan didirikan bank sayur, bank cabe, bank tomat dan bank jenis sayuran lainnya sehingga hasilnya kalau tidak habis bisa dijual. “Itu semua adalah sebagai sasaran MDGs,” ujarnya. Pada kesempatan tersebut Prof Haryono juga berharap pada tahun 2014 Posdaya akan makin kuat, terutama 18 Posdaya yang menjadi pemenang tahun 2013. Kegiatan perkuatan Posdaya ini akan dilakukan khususnya bidang
8
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
kesehatan. Semua Posdaya diharapkan makin memperkuat dan mengisi bidang kesehatan. Dengan demikian, setiap anggota Posdaya diharapkan berumur panjang, tidak boleh mati pada masa Balita, tidak boleh mati muda, tidak boleh mati masih lansia muda (65 Tahun). Tidak boleh hamil terlalu muda, terlalu sering hamil, tidak boleh terlalu cepat hamil, dan tidak boleh hamil pada usia terlalu tua. “Bagi Posdaya yang belum mempunyai kegiatan ini dianjurkan menolong Posyandu. Supaya tidak berumur pendek harus sehat,” ujar Prof Haryono mengingatkan. Selain itu Prof Haryono juga mengingatkan kepada para orang tua agar anak Balita dan anak remaja tanggung tidak boleh main handphone (HP) tanpa diawasi orang tuanya. Karena menurut Prof Haryono, HP sekarang ini bisa melihat gambar porno. Kalau anak melihat gambar porno maka otak sebelah kiri akan rusak. Bila rusaknya sejak umur balita maupun remaja, kata Prof Haryono, maka rusaknya tidak bisa diperbaiki. Dan, jika waktu kecil sudah sering melihat gambar porno, maka pada masa dewasa dikhawatirkan akan memiliki karakter yang buruk. Sementara itu, di bidang pendidikan Prof Haryono menambahkan bahwa pemerintah akan membangun PAUD di semua desa. Oleh karena itu diharap Posdaya pada tahun 2014 akan mulai mengadakan inisiasi membangun PAUD di desa masing-masing, kemudian diserahkan kepada dinas pendidikan di kota atau kabupatennya.
Selain itu, sebanyak 18 Posdaya yang terpilih diusahakan akan menerima pelatih-pelatih ketrampilan dan usaha. Merekalah yang akan melatih kegiatan usaha kepada masyarakat. Lalu, secara bertahap akan diberikan modal dari bupati/walikota atau modal dari Taburpuja kepada Posdaya yang masing-masing sebesar Rp 2 juta tanpa agunan. Prof Haryono mengatakan akan segera memulai menanam pisang Kavendis di Bandung Barat sebanyak 1.000 batang. Sementara itu di hadapan sekitar 400 orang kader Posdaya peserta 18 Posdaya terbaik yang mengikuti seleksi lomba Posdaya tingkat Nasional 2013, Mbak Titiek Soeharto menyampaikan pesan bahwa Posdaya menjadi bagian dari program pengentasan yang dilakukan Damandiri bersama para mitra kerjanya. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri yang dikenal dengan Damandiri merupakan salah satu dari tujuh yayasan yang didirikan oleh Pak Harto (HM Soeharto sebagai pribadi warga negara). “Karena itu diharapkan terus melanjutkan perjuangan Pak Harto untuk menyejahterkan masyarakat Indonesia terutama melalui Posdaya. Sungguh saya merasa bangga dengan Program Posdaya yang disupport oleh Yayasan Damandiri,” tuturnya. Titiek berharap semoga program Posdaya bisa mempercepat program pemerintah untuk menyejahterakan bangsa Indonesia. “Saya bangga dengan bapak ibu sekalian yang berjuang dengan Posdaya tanpa pamrih menjadi pengurus Posdaya membangun bangsa ini,” ujarnya. Titiek Soeharto mengatakan Posdaya sudah sesuai dengan cita-cita yang Pak Harto inginkan. “Rupanya tidak sia-sia apa yang dicita-citakan Pak Harto mendirikan Yayasan Damandiri.
Posdaya dari Kota Bekasi tampil menarik lengkap dengan alat peraganya.
Semua kader penuh dedikasi dan semangatnya menggebu semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. HARI
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
9
POSDAYA MASYARAKAT
Produksi Cemilan Posdaya Binangun Laris Manis Dengan adanya Ekonomi Produktif Manor eh Barokah “354” yang dikelola anggota Posdaya Binangun Sejahtera Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB) dengan memproduksi berbagai cemilan khas Kulonprogo menjadikan sejahteranya masyarakat Giri Peni.
Bu Titiek Soeharto dan Prof Dr Haryono mencoba mencicipi peyek kacang hasil produksi kader Posdaya Binangun Sejahtera, Wates, Kulonprogo. [FOTO-FOTO: HARI]
P Beberapa hasil produk ekonomi produktif digelar dalam bazar.
10
OSDAYA Binangun Sejahtera Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB) beralamat Desa Gunung Gempal RT 24 RW 11 Giri Peni, Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diketuai Subagyo menjadi penampung mimpi masyarakat menuju kesejahteraan nyata. Setidaknya derajat kesejahteraan masyarakat terangkat. Pengangguran pun semakin teratasi. Hal itu seperti dituturkan Genep Rahayu, Kepala Produksi Cemilan, yang mengaku
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
bahwa sebelum adanya Posdaya dirinya dan ibu lainnya menganggur dan hanya mengurus rumah tangga saja. “Tetapi setelah adanya Posdaya punya kesibukan dan penghasilan setidaknya dapat membantu pereknomian keluarga dan uang jajan untuk anaknya sekolah,” ujarnya. Ia menambahkan, manfaatnya Posdaya bagi dirinya sangat besar. Anggota Posdaya Binangun Sejahtera yang juga Ketua Unit Produksi kelompok musaha membuat jenis makanan rempeyek atau masyarakat dengan mudah menyebut penganan satu ini dengan Peyek. Selain peyek ada pula, kripik sukun, kripik singkong dan klanting, Genep Rahayu mengatakan, usahanya ditangani sepuluh orang, mulai bekerja dari jam 08.00 pagi - 14.00 siang. Masing-masing tenaga mempunyai tugas berbeda ada yang bagian ngecur (mencampur), menggoreng, mengemas, mengurusi penjualan dan pengiriman barang. Usaha ini sehari menghabiskan 45 Kg
tepung beras, kacang 60-70 Kg dan minyak goreng 20 Kg. Dari bahan itu menjadi 1000 buah peyek besar dan kecil. Pemasaran ke Jakarta Tanggerang, Kulonprogo. Usaha ini dimulai bulan Nopember yang lalu dimulai dari kelompok Posdaya mendapat hibah Rp 10 juta dari Pemerintah Kader Posdaya Daerah. Harga kemasan kecil Rp 3000,- 1 Kg Binangun Rp 35.000,- Sehari bisa terjual 100 Kg peyek. Sejahtera sedang Besaran upah berdasarkan banyaknya mengemas peyek tepung beras yang dipakai. saat ini sehari kacang hasil menghbiskan 45 Kg tepung beras dikerjakan produksinya. dalam tiga tungku masing-masing tungku kebagian 15 Kg. Sebagai upah bagian ngecur (mencampur) 1 Kg mendapat upah Rp 2.500, X 15 = Rp 30.000-an. Begitu juga bagian menggoreng. Jadi halau hasil satu minggu sekitar Rp 150.000 ribu. Sososk Genep Rahayu merupakan seorang ibu rumah tangga sebelum bekerja membuat Peyek setiap pagi sebelum berangkat mengurus keluarga. Setelah anak berangkat sekolah EMPEYEK atau peyek makanan khas yang sangat disukai dirinya baru menuju Posdaya. sebagai makanan pelengkap nasi atau juga sebagai camilan. Manoreh Barokah “354” pemproduksi Cara membuat makanan ini tidak terlalu sulit dan bumbu cemilan khas Kulonprogo ini juga melayanai serta bahannya pun mudah didapatkan. permintan pasar berbentuk paket, setiap permintaan berisi peyek, kripik sukun, kripik Bahan dan bumbu singkong, klanting. Usaha ini juga ada penyu• 500 gram tepung beras luhan baik dari kementerian perdagangan, • secukupnya kacang tanah yang sudah potong kecil-kecil kesehtan dan kementerian terkait lainnya yang • 1 butir telur ayam sebulan sekali datang melihat perkembang• 6 gelas air untuk adonan annya. • Secukupnya minyak goreng “Usaha ini banyak yang menawari modal, • Boleh ditambahkan santan 1000 ml tetapi itu urusan Pak Bagio sebagi Ketua Posdaya, Pak Baio,” jelas Genep Rahayu. Produksi Bumbu dihaluskan ini menempati u r mah Subagyo. Namun • 8 siung Bawang putih seiring kemajuan usaha, rencananya akan • 8 buah kemiri pindah tempat tetapi belum dibangun, tanah • 2 sendok makan ketumbar sudah ada. • 2 lembar daun jeruk Genep Rahayu yang pernah menjadi • secukupnya garam tenaga pengajar PAUD ini berharap usaha ini bisa semakin maju dan hasilnya bisa meCara membuat nyekolahkan anak-anak. Sehingga ia bisa 1. Langkah awal bumbu yang sudah dihaluskan dicampur dengan membiayai pendidikan 3 anaknya, satu lulus 1 butir telur terus dikocok sampai larut. SMA, yang adiknya klas 6 SD dan nomer tiga 2. Lalu masukan tepung beras sedikit demi sedikit sekalian diadukklas 3 SD. aduk. “Dulu saya masih sempat ikut membantu 3. Kemudian larutkan dengan air sedikit demi sedikit hingga mengajar PAUD, tetapi sekarang dengan tercampur rata dan tidak ada yang menggumpal. Pastikan kesibukannya tidak bisa mengajar PAUD lagi. adonan tidak terlalu kental, agar renyah. Sekarang tidak bisa karena waktunya terlalu 4. Selanjutnya masukan kacang tanah dan irisan daun jeruk yang sempit, hanya libur hari Minggu,” imbuhnya. telah dipotong tadi. Sebeum bekerja Ibu Genep mengikuti 5. Siap untuk digoreng, panaskan minyak goreng, setelah panas pelatihan di Posdaya dan sekarang sudah ambil satu sendok sayur adonan dan tebarkan dipinggir bekerja dan siap untuk memberikan pelatihan penggorengan, goreng hingga berwarna keemasan. kepada orang lain bila ada yang minta ban6. Angkat dan tiriskan. HARI tuan. HARI
Membuat Rempeyek Kacang
R
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
11
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Bunga Tanjung Bekasi
Pos PAUD Raih Aneka Prestasi Partisipasi seluruh masyarakat sangat penting dalam upaya memberikan kado terbaik bagi 100 Tahun Indonesia melalui suksesnya pelaksanaan program PAUD. Partisipasi itu juga dilakukan PAUD-PAUD Posdaya, seperti yang dilakukan Pos PAUD Posdaya Bunga Tanjung, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Anak-anak Pos PAUD Posdaya Bunga Tanjung melakukan kegiatan manasik haji. [FOTO-FOTO: HARI]
K
EMAJUAN sebuah bangsa terletak pada pendidikan dan para generasi bangsa itu sendiri. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan dan pembudayaan bukan saja penting sebagai cara memanusiakan manusia, tetapi juga memiliki nilai strategis dalam mengembangkan kesejahteraan rakyat. Barangkali itulah yang menjadi dasar sekaligus penyemangat gerakan masyarakat yang dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan keluarga khususnya anak usia dini. Adalah Pos PAUD Posdaya Bunga Tanjung di RW 13 Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Kota Bekasi, Bekasi, yang dirintis para kader kini bukan saja telah memberikan manfaat pada anak-anak masyarakat di wilayah tersebut, tetapi sudah mampu melahirkan banyak prestasi. Banyak prestasi diraih oleh anak peserta PAUD tetapi juga pada pendidiknya. Prestasi yang berhasil diraih oleh lembaga, kader dan pengelola antara lain, Juara 1 Lomba lembaga BKB (Bina Wilayah) 2003 dan 2005, 12
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Juara 1 Lomba Lembaga BKB (bina Wilayah 2010), Juara 1 Pengelola SPS/Pos PAUD Kota Bekasi, Juara 3 Provinsi Jabar 2010. Selain itu Juara 1 BKB dan Kader BKB Tingkat Provinsi 2011, Juara 1 Kader BKB Kemas Tingkat Kota Bekasi (2011), Juara 1 Keteladanan SPS/tingkat Kota Bekasi dan BAKORWIL 2011, Juara Harapan 2. Juara 1 Lomba Teacher Of The Year Sejabodetabek (2011), Juara 3 tingkat Nasional. Juara 1 Kader BKB Tingkat Kota Bekasi, Juara 1 Tingkat Provinsi serta Juara 2 BKB Tingkat Nasional 2011. “Prestasi itu diraih berkat kerja keras dan kerja cerdas seluruh tim pengelola, kader dan dukungan semua pihak. Kami juga bangga dengan prestasi yang diraih oleh anak-anak kami,” kata Tine Mulyaningsih S.Pd, Sie Pendidikan Posdaya Bunga Tanjung. Tine demikian biasa disapa menuturkan, di Pos PAUD Posdaya Bunga Tanjung berbagai kegiatan dilakukan untuk merangsang atau stimulus kemampuan anak usia dini dengan media Pra Operasional kongrit. “Karena pada
masa usia dini tersebut anak membutuhkan media nyata, yang dapat cepat dimengerti anak,” ujar peraih Juara 1 Pengelola Pos PAUD Tingkat Kota Bekasi 2010, Juara 3 Tingkat Provinsi Jawa Barat (2010), Juara 1 Kader BKB Tingkat Kota Bekasi 2022, 2005 dan 2011, Juara 1 BKB Kemas Pos PAUD Bunga Tanjung, Jaura 1 Kader BKB Tingkat Provinsi 2011, Juara 2 Kader BKB Tingkat Nasional 2011, Juara 1 Lomba Teacher Of The Year 2011 Tingkat TK dan PAUD se Jabodetabek, serta Juara 3 Teacher Of The Year Tingkat Nasional. Ia menambhakan, pada usia ini anak mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembagan anak secara individual. Masa peka ia menyebut, merupakan masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. “Masa ini merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif,afektif, psikomotorik, bahasa, sosial emosional, dan spiritual, untuk melejitkan potensi yang ada pada anak usia dini,” imbuhnya. Pengebangan kemampuan tersebut, tutur Tine, perlu dilakukan secara berulang-ulang, konsisten dan tuntas, hingga memiliki manfaat bagi anak, terutama pengembangan karakter anak/watak anak yang sudah dimiliki sejak lahir dan merupakan sesuatu yang membedakan dengan orang lain. “Untuk membentuk karakter yang baik dapat dilakukan dengan membangun ahlak dan budi pekerti yang baik secara berkesinambungan melalui pembiasaan yang baik dan diterapkan baik di sekolah maupun yang utama di rumah,” ungkap lulusan guru PAUD Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bani Saleh Bekasi. Tine menuturkan Kelompok Bermain dan Pos PAUD Bunga Tanjung itu
Anak-anak Pos PAUD Posdaya Bunga Tanjung sedang mendapat pemeriksaaan kesehatan gigi.
dibentuk dari BKB, (Bina keluaga Balita) pada tahun 2002 atas prakarsa Tim Penggerak PKK RW 13 Kelurahan Duren Jaya yang didukung secara baik oleh warga RT 01-15 yang ada di RW tersebut. Pendirian PAUD ini seiring banyaknya anak usia dini yang belum bisa mengenyam pendidikan di TK. Warga di RW lingkungannya masih banyak yang kemampuan financialnya belum memadai karena banyak golongan masyarakat yang menengah ke bawah dan kaum marjinal. Mayoritas pendatang yang bekerja sebagai buruh dengan adat istiadat yg berbeda, agama dan ras. “Dengan niat memajukan anak bangsa, kami sebagai kader Posyandu dan PKK menjadi kader BKB, pada tahun 2005 dibentuklah PAUD bekerja sama dengan UPTD dan Dinas Pendidikan dengan Program Kelompok Ber-
Anak-anak Pos PAUD Posdaya Bunga Tanjung Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Kota Bekasi, Bekasi tengah bergembira dan bermain dengan guru PAUD.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
13
Gedung Pos PAUD Posdaya Bunga Tajung. [FOTO: HARI]
14
main yang kemudian terintegratif dengan kegiatan Posyandu dan BKB jadilah Pos PAUD Bunga Tanjung,” kata Tine menuturkan. Pendidik KB dan Pos PAUD Bunga Tanjung ada 9 guru yang mendapat pembinaan dari PLKB kelurahan, kecamatan dan kota selama tiga (3) bulan, akhirnya terbentuklah KB dan Pos PAUD Bunga Tanjung dengan pembiayaan swadaya dari RT 01-15, sehingga berkembang menjadi swadaya peserta BKB. Di Pos PAUD Bunga Tanjung, anak-anak bermain sambil belajar berdasarkan karakteristik perkembangan dan kebutuhan PAUD yang diterapkan pada pembelajaran, berdasarkan kelompok usia (1-2 tahun pengasuhan bersama, dengan peserta BKB, 2-3 thn, 3-4, Kelompok bermain 4-5 dan usia 5-6 tahun, anak-anak yang siap masuk pra akademik (SD) dengan menggunakan berbagai media, baik bahan jadi maupun menggunakan bahan alam, dan lingkungan. “Sarana aula RW dimanfaatkan menjadi media, baik aula, lapangan kebun gizi dan toga, hal ini memudahkan kami untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang dimiliki anak,” katanya. Anak-anak di Pos PAUD Posdaya Bunga Tanjung yang Sekretariat –nya di RW 13, Kelurahan Duren Jaya, Kec Bekasi Timur, Kota Bekasi kode pos 17111, no. Telp (021) 95987164 ini, diajak melakukan kegiatan bermain secara aktif, termasuk “belajar” disiplin, keterampilan, motorik kasar/halus, komunikasi pasif dan aktif, kecerdasan, menolong diri sendiri dan aspek bergaul, serta berbudi pekerti baik. Dalam pembelajaran efektif meskipun sarana dan prasarananya terbatas, pengelola tetap berusaha mengekfektifkan keterbatasan tersebut dengan memamfaatkan semua yang ada disekitar menjadi sarana dan media
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
pembelajaran. Melalui berbagai program yang bisa dilakukan di luar atau dalam ruangan aula, seperti Program Aku Cinta Lingkungan dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas yang mendukung pembelajaran sesuai tema, memanfaat Lingkungan sebagai media pembelajaran, media memanfaatkan bahan alam dan sains awal. “Sedangkan untuk program kegiatan anak soleh, kami mengajarkan kepada anak bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah SWT/Tuhan YME, dengan cara berdoa, beribadah dan menjaga dan merawat ciptaan Allah dan sebagainya,” terang Tine. Kegiatan lainnya, manasik haji, beribadah di PAUD atau mesjid dengan gerakan solat, mendengarkan ceramah keagamaan, berbagi makanan dan bermaafmaafan. Sedangkan program kegiatan anak cerdas di antaranya dengan mengikuti berbagai lomba, mengunjungi ke tempat-tempat yang menunjang tema seperti kantor pos, pusat kuliner seperti Mc Donald maupun berdarma Wisata. Untuk program anak peduli dilakukan sesuai Misi mencerdaskan anak bangsa, terutama dilingkungan setempat, dengan menerima anak-anak yang orang tuanya tidak mampu untuk bersekolah di Pos PAUD Bunga Tanjung. “Kami juga menerima anak berkebutuhan khusus,” imbuhnya. Melalui super team, kata Tine, seluruh kader dan pendidik terus menjadikan Pos PAUD Bunga Tanjung bisa menjadi wadah yang tepat dalam pemberian rangsangan kepada anak usia dini melalui kegiatan Posyandu, BKB. Selain itu kader dan pendidik juga sering mengikuti berbagai penyuluhan, keterampilan demi meningkatkan gizi anak, dan dapat memberikan alternatif dalam menambah inkam peserta BKB. Kegiatan silahturahmi di antara peserta BKB dan pendidik juga aktif dilakukan. “Kegiatan Keterampilan yang dilakukan peserta BKB Bunga Tanjung di antaranya membuat kue, pudding, ketupat, merangkai bunga/bungkus apel. Kami juga saling berbagi informasi, sharing sesama kader sehingga dapat mewujudkan calon anak bangsa yang berbudi pekerti baik, berahlak mulia, cerdas, trampil, berprestasi dan unggul dalam segala bidang. Insya Allah,” tutur Tine menyudahi perbincangan. HARI
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
STAIN Palangka Raya Selenggarakan ‘Pilot Project’
Pengembangan Posdaya Berbasis Masjid di Kalteng Perguruan tinggi selalu berpijak pada tiga unsur yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Khusus di bidang pengabdian masyarakat, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya untuk pertama kalinya mengadakan Workshop Sosialisasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posdaya Berbasis Masjid pada 22 April 2014, di Aula Kampus STAIN Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
S
TAIN Palangka Raya ini, tidak ada artinya kalau tidak ada mahasiswanya. Semua dosen, semua mahasiswa harus mencari teman baru untuk masuk menjadi mahasiswa. Karena kebesaran suatu perguruan tinggi tergantung tidak saja hebatnya gedung, tidak saja hebatnya profesor. Tetapi, kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, lulusannya itu menjadi manusia yang sempurna, manusia paripurna atau tidak. Menurut pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur 6 Mei 1938, salah satu rahasia pendidikan tinggi adalah membuat mahasiswanya lulus dengan luar biasa. Tidak saja lulus dengan luar biasa tetapi minimum tiap mahasiswa mempunyai syarat yang dia percaya kepada lima hal. Yang pertama, seorang lulusan sekolah tinggi harus percaya pada dirinya sendiri bahwa dia mampu untuk masuk ke dalam masyarakat tidak dengan menundukkan kepala, tetapi tangguh dan sanggup melihat dengan hati yang penuh
kasih sayang bahwa siapa pun yang dihadapi adalah sahabatnya bukan musuhnya. Kepercayaan pada diri sendiri itu ditempa oleh guru besar, oleh dosen yang penuh ketelatenan. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Ketua LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj Mufidah, CH, MAg, Wakil Walikota Palangka Raya Dr Ir Mofit Saptono, MP, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya Dr Ibnu Elmi AS Pelu, SH, MH., Perwakilan dari Kapolda Kalimantan Tengah dan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah. Yang kedua, lanjut Prof Haryono, seorang lulusan perguruan tinggi harus percaya kepada temannya. Temannya tidak akan khianat, temannya akan membantu, temannya akan bersahabat dari awal sampai akhir jaman. Yang
Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan paparan filosofi Posdaya di kampus STAIN Palangka Raya. [FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
15
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama dengan Walikota dan Wakil Walikota Palangka Raya usai acara ramah tamah (foto atas). Rombongan Yayasan Damandiri saat berbincang-bincang dengan Walikota Palangkaraya dan SKPD (foto bawah).
16
ketiga, STAIN ini adalah lembaga para mahasiswa, lembaga para dosen, sehingga mahasiswa harus percaya kepada lembaga itu. Mahasiswa harus menjadikan lembaga itu center, acuan yang luar biasa. Yang keempat, saudara harus percaya kepada masyarakat. Selama menjadi mahasiswa harus menghargai dan mendengarkan masyarakat. Dengan masyarakat itulah kita mendapatkan ilmu-ilmu. Yang kelima, semua lulusan STAIN tidak saja dicintai masyarakatnya karena mendengar masyarakat dan mengutarakannya, menuliskannya dalam bentuk ilmu. Dan yang terpenting lulusan STAIN laku jual, laku pasar. Jangan sampai
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
sarjana-sarjana ini kemanamana membawa copy ijazah mencari pekerjaan, tetapi pekerjaannya yang mencari sarjana STAIN. Karena setiap mahasiswa menjadi enterpreneur, menjadi lulusan yang kreatif, menjadi penggagas yang kemudian pasar akan berdatangan. Kepala BKKBN era Presiden HM Soeharto juga menjelaskan, Yayasan Damandiri bersama UIN Malang telah menjalin kerja sama dengan pimpinan Dewan Masjid Indonesia. Sehingga seluruh masjid di Indonesia akan dikembangkan begitu rupa sehingga masjid menjadi pusat pemberdayaan umat. Gerakan ini sesuai dengan Instruksi Presiden No. 3 tahun 2010 yaitu pembangunan dan penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga. Pembangunan dan pemberdayaan keluarga berbasis peningkatan partisipasi masyarakat. Masjid menjadi forum Posdaya, masjid mempunyai fungsi yang rangkap sebagai pembangun keluarga dan para pimpinan dan santri masjid harus menjadi contoh untuk mengembangkan Posdaya-Posdaya berbasis masjid. Mahasiswa bersama-sama santri masjid, pimpinan masjid harus turun ke desa membuat kelompok-kelompok yang ada di desa, Posdaya-Posdaya yang mengacu pada institusi masjid. Sementara itu Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya Dr Ibnu Elmi AS Pelu, SH, MH menyambut gembira atas kedatangan Prof Dr Haryono Suyono di Kampus STAIN Palangka Raya. Selain dapat memberikan pencerahan dalam acara tersebut juga berharap dapat menjadi pilot project pelaksanaan KKN Posdaya Berbasis Masjid di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. SUL/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
3 Kabupaten Jajaki KKN Posdaya Berbasis Masjid Dalam Workshop Sosialisasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posdaya Berbasis Masjid pada 22 April 2014, di Aula Kampus STAIN Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Dr Ibnu Elmi AS Pelu, SH, MH mengakui sangat mengagumi sosok Prof Dr Haryono Suyono. Kenapa?
Peserta Workshop KKN Posdaya Berbasis Masjid sangat antusias mengikuti paparan Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO: SULAEMAN]
“K
ETIKA saya mendengar dalam forum pimpinan PTAIN se Indonesia, Prof Haryono memberi masukan yang dahulu hanya bisa saya lihat melalui layar kaca, saya terkagum. Dan saya mengembalikan beliau sebagaimana sebuah buku yang pernah saya baca yang berjudul the power of giving. Buku itu mengemukakan kekuatan memberi ada pada diri Prof Haryono Suyono,” ungkap Dr Ibnu Elmi AS Pelu, SH, MH. Kesimpulan dari tulisan itu mengatakan, barang siapa yang banyak memberi tentu dia juga akan banyak memperoleh, barang siapa banyak melayani tentu dia juga akan banyak dilayani. “Inilah pendidikan hidup yang saya lihat dari Prof Dr Haryono Suyono, selalu memberi dan melayani,” ujarnya. “Langkah pertama kita memberi pemahaman secara luas kepada stakeholder, pemerintah, intinya pengampu masyarakat. Kemudian nanti juga langkah yang kedua membekali kursus mahasiswa KKN yang berjumlah ada 294 saat ini. Dan akan ditindaklanjuti dengan pemahaman tentang
Posdaya Berbasis Masjid dan akan dilanjutkan pembekalan kepada dosendosen yang akan menjadi supervisor dalam KKN Posdaya Berbasis Masjid. Sehingga antar masyarakat, pemangku kepentingan, dosen dan mahasiswa satu pandangan bagaimana goal dari pada KKN Posdaya Berbasis Masjid ini,” ujar pria kelahiran Buntok, 9 Januari 1975. “Kita berharap ini adalah sebuah program yang nyata dan tentunya membantu masyarakat dan pemerintah itu sendiri dalam rangka memahami dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait dengan kemiskinan, kesejahteraan. Maka tugas akademik dari the center exelence harus membangun pemahaman masyarakat agar tidak ada jarak antara pemerintah dan masyarakat,” katanya. Lebih lanjut Dr Ibnu Elmi AS Pelu, SH, MH menjelaskan, dari Posdaya ini ada program yang bersifat lokal dan ada juga program yang standar dari Yayasan Damandiri. Misalkan program bagaimana meningkatkan keluarga sejahtera. “Kita Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
17
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono foto bersama dengan Ketua STAIN Palangka Raya, Wakil Walikota Palangka Raya dan Perwakilan Polda Kalteng. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
tidak hanya berbicara. Kita berharap dengan mahasiswa ini diterjunkan adalah untuk mendakwahkan tentang kedamaian dan kesejahteraan dalam keluarga,” imbuhnya. Ada tiga kabupaten yang sedang dijajaki untuk kegiatan KKN Posdaya Berbasis Masjid yaitu Kabupaten Pulang Pisau, Barito Utara dan Barito Selatan. “Ke depan saya akan menyelenggarakan Posdaya ini tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa karena di beberapa daerah Posdaya itu juga merupakan program pemerintah,” ujarnya dengan penuh semangat. “Dalam satu gagasan baru bahwa STAIN Palangka Raya akan kita arahkan kepada KKN yaitu Posdaya Berbasis Masjid. Hal ini mungkin sesuatu barang yang baru tetapi
Ketua STAIN Palangka Raya Dr Ibnu Elmi AS Pelu, SH, MH saat menyampaikan sambutan.
18
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
secara institusional dan karakteristik saya pikir ini tepat kalau harus dilakukan oleh STAIN Palangka Raya,” katanya. Masjid adalah sebuah tempat yang multi fungsi, multi aspek yang dibicarakan dan multi dimensi yang dikembangkan. “Oleh sebab itu tahun ini saya mengajak seluruh civitas akademika dan pemerintah daerah Kota Palangka Raya beserta Yayasan Damandiri sudi kiranya untuk ikut serta dalam hal meletakkan satu pilot project untuk Posdaya khususnya Posdaya Berbasis Masjid ada di Kalimantan Tengah yaitu melalui Kampus STAIN Palangka Raya,” ucapnya. “Dan ini pula yang kami harapkan sebuah kenyataan yang tidak jauh antara simbolis perguruan tinggi agama dengan menggerakkan terhadap masyarakat secara luas. Sebab Islam mengajarkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin. Oleh sebab itu prospek-prospek pemberdayaan masyarakat dalam berbagai segi dan bidang itu adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama,” ujar Dr Ibnu Elmi AS Pelu. “Saya katakan atmosfer akademik secara riset maupun dalam kegiatan proses belajar mengajar harus tertuang dalam lima hal besar. Yang pertama kampus science merupakan the center exelence of Islamic studies, God of Islamic values. Jadi kampus science harus menjadi pusat studi pembelajaran tentang Islam. Produce of Islamic scholar, kampus mencetak para sarjana keislaman, the live of Islamic message, dia juga sebagai cahaya penyampai nilai-nilai keislaman ke dalam masyarakat dan yang terakhir kampus STAIN harus menjadi spirit of civilization bagaimana kampus STAIN juga menyerukan tentang pengembangan peradaban yang cinta perdamaian serta menuju kepada kesejahteraan,” jelasnya.
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di Pada kesempatan itu Wakil Walikota Palangka Raya Dr Ir Mofit Saptono, MP yang turut hadir pada acara tersebut menyambut gembira adanya gagasan pembentukan dan pengembangan Posdaya berbasis Masjid. “Pemerintah Kota Palangka Raya berterima kasih dan memberikan apresiasi kepada STAIN Palangka Raya bahwasannya kegiatan-kegiatan seperti ini sangat bermanfaat,” ucapnya. Ke depan masjid itu bukan hanya sebagai sentra untuk melaksanakan ibadah saja tetapi juga untuk pemberdayaan seluruh keluarga yang mempunyai hubungan dengan masjid. “Berangkat dari masjid inilah kita mencoba menguatkan sektor keluarga di Kota Palangka Raya. Dan ke depannya itu akan berdampak pada persoalan-persoalan sosial lainnya yang ada di Kota Palangka Raya,” harapnya. Menurutnya, Kota Palangka Raya sudah menginisiasi kegiatan semacam ini tidak hanya di STAIN saja. “Kita juga bekerja sama dengan Universitas Palangka Raya kemudian Universitas Kristen Palangka Raya dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata mahasiswa. Tetapi yang lebih spesifik di STAIN ini ketika STAIN bisa menggandeng Posdaya dengan Yayasan Damandiri. Ke depan kita agendakan Pemerintah Kota Palangka Raya bersama-
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Ketua STAIN Palangka Raya Dr Ibnu Elmi AS Pelu, SH, MH saat penyerahan cinderamata.
sama dengan seluruh perguruan tinggi yang ada di Kota Palangka Raya untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin,” urainya. Lebih lanjut Dr Ir Mofit Saptono, MP mengungkapkan, APBD memberikan kesempatan dan porsi yang sama kepada perguruan tinggi secara proporsional untuk bantuan Kuliah Kerja Nyata mahasiswa. “Dan itu kita beri kesempatan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk mengajukan kegiatan-kegiatannya manakala nanti melalui dana hibah pemerintah kota bisa membantu sesuai dengan kemampuan yang ada,” jelasnya. SUL/DH Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
19
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Dari Acara Wisudawan STIAMI
STIAMI Siap Terjunkan Mahasiswanya ke Desa Lulus setelah menyelesaikan kuliah di universitas kerap jadi momen yang ditunggu setiap mahasiswa. Perasaan lega, bangga dan haru seringkali terpancar di mata para wisudawan. Kondisi inilah yang dirasakan 786 wisudawan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI) yang pada Rabu pagi 30 April 2014 lalu menggelar wisuda ke-25. Mereka pun bertekad mengamalkan ilmunya bagi kemajuan bangsa dan negara tercinta. Sehingga mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya di mancanegara.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan orasi ilmiah disaksikan para dosen dan pimpinan STIAMI. [FOTO-FOTO: ADE S]
A
CARA yang mengangkat Tema Asean Economic Communiy (AEC) pada tahun 2015 mendatang ini menarik perhatian berbagai kalangan. Tercatat 786 wisudawan yang terdiri dari 57 mahasiswa Diploma, 463 Sarjana dan 266 Pascasarjana antusias mengikuti acara ini. Tak ketinggalan ratusan anggota keluarga wisudawan, para dosen, Ketua STIAMI dan tokoh-tokoh pendiri STIAMI lainya dengan penuh khidmat mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan menghadirkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai tamu kehormatan sekaligus pemberi ceramah ilmiah. Tak pelak, acara yang berlangsung di Gedung Balai Samudra Jakarta Jl Boulevard Barat No 1 Kelapa Gading, Jakarta Utara ini semakin semarak dan berkesan. Yang menarik, acara itu pun menjadi momen penting terjalinnya kerja sama antara STIAMI dan Yayasan Damandiri. Keduanya sepakat menandatangani nota kesepahaman
20
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
atau MoU dalam pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) melalui kegiatan Kulian Kerja Nyata (KKN) mahasiswa STIAMI. Tak pelak, civitas akademika STIAMI pun segera mempersiapkan para mahasiswanya untuk diterjunkan ke desa-desa. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam orasi ilmiahnya menyatakan pentingnya para lulusan STIAMI ini memegang teguh ajaran Ki Hajar Dewantara. “Palsafah tentang ingarso sung tulodo, in madya mangun karso dan tut wuri handayani yang diajarkan Ki Hajar Dewantara harus menjadi jiwa saudarasuadara,” tutur Prof Haryono di hadapan ratusan wisudawan. Untuk mendukung hal itu, lanjut Prof Haryono, para wisudawan ini setidaknya harus mempunyai lima jenis kepercayaan. Pertama, para wisudawan harus menanamkan kepada dirinya agar percaya kepada diri sendiri. “Saudara-saudara harus tegar dalam
menghadapi masyarakat. Saudara tidak sombong, tetapi saudara mempunyai otak yang cemerlang. Karena saudara adalah lulusan STIAMI yang sudah dibekali berbagai macam ilmu,” ucap pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini yang langsung mendapat aplaus seluruh hadirin. Kedua, lanjut Prof Haryono, para wisudawan harus percaya kepada sesama teman dan percaya kepada lingkungannya bahwa dirinya bagian dari teman lainnya. Ketiga, harus percaya kepada institusi atau universitas tempat para wisudawan menimba ilmu. “Saudara harus menjadikan Kampus STIAMI ini, para dosen dan dosen pembimbing sebagai referensi dan sumber informasi yang tidak ada putusnya, baik sekarang maupun masa yang akan datang,” tegas Doktor lulusan University of Chicago, Amerika Serikat ini memotivasi para wisudawan STIAMI. Keempat, lanjut Prof Haryono, para wisudawan harus percaya kepada masyarakat. “Kepercayaan kepada masyarakat itu menempatkan saudara-saudara untuk menjadi bagian dari entrepreneur dalam masyarakat, penggerak dan pembangun masyarakat,” ucap Prof Haryono. Dan kelima, jelas Prof Haryono, para wisudawan harus percaya siap bahwa dirinya bisa menjadi komoditas sumberdaya manusia yang laku jual, sehingga lulusan STIAMI menjadi rebutan pasar dan menghasilkan pendapatan yang tinggi karena digembleng dengan llmu pengetahuan yang berani menghadapi persaingan global yang maha dahsyat. “Sehingga di manapun saudara berada akan tetap dibeli masyarakat dengan harga tinggi,” tutur Prof Haryono.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Ketua STIAMI Prof Dr Ir Wahyudin Latunreng, MM (kanan) dan Ketua Dewan Pembina STIAMI Dr HM Syahrial Yusuf, SE, MM, MBA (kiri) usai penandatangan MoU antara Yayasan Damandiri dengan STIAMI.
mengembangkan Posdaya melalui ekonomi kerakyatan program Tabur Puja (Tabungan Rakyat Pundi Sejahtera) terus mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Kali ini, dukungan itu datang dari STIAMI yang sepakat siap menggelar KKN Tematik Posdaya. Kesepakatan itu makin menambah perguruan tinggi di berbagai daerah di tanah air yang sepaham mengembangkan Posdaya. Menurut Prof Haryono, STIAMI yang lebih fokus membidangi administrasi dan perpajakan sangat sejalan dengan Yayasan Damandiri yang tengah serius mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui Tabur Puja. “Melalui kerja sama ini kami telah bicara dengan para pengasuh STIAMI ini agar para mahasiswanya dapat diturunkan ke desa. Terutama
Ratusan wisudawan STIAMI memberikan apresiasi atas orasi ilmiah yang disampaikan Prof Dr Haryono Suyono.
STIAMI siap gelar KKN Posdaya Yayasan Damandiri yang kini tengah gencar Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
21
Suasana para wisudawan saat menyimak orasi ilmiah Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO: ADE S]
22
membantu pengembangan Tabur Puja dan warung-warung di desa. Sehingga warungwarung di desa memiliki administrasi yang lebih bagus dan bisa memberikan pencerahan mengenai perpajakan. Supaya para pedagang kecil itu tidak terbenam oleh aturan-aturan perpajakan,” ujar Prof Haryono. Dan apabila nanti menjadi pedagang besar
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
atau pengusaha besar, lanjut Prof Haryono, mereka sudah paham berurusan dengan pajak. “Karena bagaimanapun juga pada akhirnya yang pedagang kecil atau pengusaha kecil itu bisa menjadi besar,” tegas Prof Haryono. Hadir pada acara ini Ketua STIAMI Prof Dr Ir Wahyudin Latunreng, MM, Ketua Dewan Pembina STIAMI Dr HM Syahrial Yusuf, SE, MM, MBA, Ketua Yayasan STIAMI Ir H Panji Hendarso, MM. Wakil Ketua I Bagian Akademik STIAMI Dr Yulianto, SE, MM, Asiten Deputi Advokasi dan Informasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, para dosen, ratusan wisudawan, para orangtua wisudawan dan undangan lainnya. Siap hadapi AEC 2015 Sedangkan Ketua STIAMI Prof Dr Ir Wahyudin Latunreng, MM mengatakan, saat ini STIAMI kembali meluluskan mahasiswamahasiswa terbaiknya. Ia berharap para wisudawan ini nantinya mampu bersaing di dunia kerja dan yang paling penting bisa bersaing di era Asean Economic Communiy (AEC) di tahun mendatang. “Lulusan STIAMI diharapkan bisa menjadi bagian dari solusi bangsa, baik dari segi bisnis maupun pajaknya, terutama dalam menghadapi AEC tahun depan,” ucap Prof Wahyudin. Selain itu, lanjut Prof Wahyudin, dirinya telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan di dunia seperti dengan pengusaha asal Belgia dalam pengembangan istrumen keuangan syariah, pengembangan E-Comerce dengan pengusaha asal Norwegia, pengusaha asal Inggris terkait keuangan mikro dan pengusaha asal Malaysia terkait eksekutif marketing. “Semua ini kami lakukan agar lulusan STIAMI nantinya mampu bersaing dengan era AEC di tahun 2015 mendatang,” tegasnya. Hal senada juga disampaikan Ketua Panitia Dody Rahmat Setiawan, MSi, yang menyatakan sengaja tema besar yang diangkat dalam acara wisuda itu terkait dengan AEC. “Gagasan itu tercetus sebagai pengingat bagi semua kalangan, pasalnya hanya tinggal menghitung bulan saja kita harus siap-siap bersaing dengan dunia internasional,” ungkapnya. ADE S
POSDAYA PEMERINTAH
Profesi Guru Sekarang
Pendidik dan Pendamping Pemberdayaan Masyarakat Sosok guru kerap dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Betapa tidak, begitu besar jasanya mencetak generasi berkualitas bagi bangsa ini namun seringkali tak kunjung mendapat bintang jasa. Ketulusan dan kerja kerasnya dalam mendidik anak bangsa memang patut mendapat predikat itu. Tetapi berbagai perubahan metoda pendidikan yang terjadi saat ini menuntut pentingnya berbagai inovasi profesi guru. Sekarang, guru harus mampu tidak saja sebagai pendidik tetapi sekaligus menjadi pendamping pemberdayaan masyarakat. Topik inilah yang menjadi pembahasan acara Diklat Pendidikan dan Latihan Sistem Pengembangan Profesi Guru pada Selasa pagi 8 April 2014 lalu.
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Mitra 10 DPR RI dan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) ini menarik perhatian berbagai kalangan. Dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai Demokrat H Hayono Isman, SIP dan Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc. Tampak ratusan guru dari tujuh kabupaten di Jawa Barat yaitu, Kabupaten Cianjur, Majalengka, Subang, Purwakarta, Karawang, Bandung Barat dan Cimahi antusias mengikuti kegiatan ini. Tak pelak, acara yang berlangsung di Aula Hotel Bintang Raya Jl Gadog II No 9, Cipanas, Pacet, Jawa Barat ini semakin berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyatakan pentingnya profesi guru untuk mempersiapkan ilmu sebagai upaya niat tulusnya dalam menyiapkan generasi penerus bangsa. “Walaupun garapan guru saat ini dunianya sudah jauh berbeda dengan dunia di mana para guru ini dibesarkan dulu,” ujar Prof Haryono. Menurutnya, Indonesia saat ini harus berjuang menghadapi masa depan yang sangat berbeda dengan masa sekarang. “Oleh karena itu dengan adanya perubahan peranan guru ditingkat kabupaten dan kota, maka menjadi sangat penting seorang profesi guru mampu mengembangkan berbagai inovasi,” ujarnya. Beda dengan zaman dulu, lanjut Prof Haryono, guru hanya mempersiapkan calon
pegawai penjajah Belanda, calon kuli dan calon buruh. “Mereka tidak perlu menjadi dokter, tidak perlu pinter yang penting bisa diperintah dan tunduk. Artinya kalau murid itu diberi tahu guru, dia patuh,” ujarnya. Oleh karena itu, ucap Prof Haryono, guru harus mampu mempersiapkan masa depan anak Indonsia agar menjadi pemimpin, bukan saja di tanah air tetapi juga diluar negeri. “Untuk itu anak Indonesai harus mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Selain itu anak Indonesaia pun harus laku jual,” imbuhnya. Diharapkan sebelum lulus dari sekolah sudah menjadi rebutan pasar, baik di dalam maupun diluar negeri. Menurut Prof Haryono ada lima kepercayaan yang harus ditekankan sebagai karakter anak Indonesia masa depan. Pertama, percaya kepada diri sendiri. Kedua, percaya kepada rekan-rekannya. Ketiga, percaya kepada institusinya. Keempat, percaya kepada masyarakatnya. Dan kelima, anak
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan paparan tentang peningkatan mutu guru dalam mempersiapkan masa depan anak bangsa di hadapan ratusan guru dari tujuh kabupaten di Jawa Barat. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
23
Ratusan guru tampak antusias menyimak paparan Prof Haryono. [FOTO-FOTO: ADE S]
Indoensai harus percaya dan laku jual. Di hadapan ratusan guru, Prof Haryono berharap, pendidikan masa depan harus mampu menghasilkan orang yang bisa membangun bisnis tanpa uang dan tanpa pengalaman. “Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan pembangunan diperlukan manusia yang mempunyai kemampuan. Kalau pemerintah belum memberikan sertifikasi, maka tanpa serifikasi pun guru harus terus ngajar,” jelasnya seraya mencontohkan langkah itu kini tengah gencar dilakukan Prof Gunter Pauli dari India. Ilmunya ini, ucap Prof Haryono, telah dipraktekkan diseluruh negara dan menghasilkan 100 proyek. “Keberhasilan itu ternyata dilakukan dengan kemampuan dan kreativitas yang luar biasa. Dia menumbuhkan inovasi anak didik dari berbagai negara bukan saja di India tetapi juga negara lain.” Tukasnya. Untuk itu, lanjut Prof Haryono di Indonesia sekarang melalui Posdaya sedang mengembangkan Pisang Cavendish di Bandung Barat. “Upaya itu dilakukan karena Pisang Cavendish dalam waktu singkat yaitu hanya 8 bulan sudah bisa panen. Dan ternyata hasil panen itu sama dengan pisang jenis lainnya yang dipanen selama 13 bulan,” ujar Prof Haryono.
Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc saat menyampaikan sambutannya disaksikan Prof Dr Haryono Suyono dan H Hayono Isman, SIP (kiri).
24
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Keberhasilan itu, kata Prof Haryono unsur utamanya adalah, pertama faktor sumberdaya manusia yang bermutu. Kedua, perhatian yang tinggi terhadap kesehatan, pendidikan dan lingkungan. Ketiga, keahlian, ketrampilan dan kebersamaan dalam penggunaan teknologi, sehingga usaha bisa lebih efisien tanpa limbah, produknya laku jual karena sesuai permintaan pasar. Selain itu, lanjut Prof Haryono, komitmen pemerintah harus tinggi. “Kalau sertifikasi itu sulit jangan katakan itu sulit tetapi tunjukkan kepada pemerintah bahwa para guru ini tanpa sertifikasi tetap berjuang dengan gegap gempita. Guru-guru tidak pernah bicara kesulitan sertifikasi tetapi yang dibicarakan adalah mengadakan kelompok pelatihan untuk lulus dalam sertifikasi,” tegas Prof Haryono memotivasi ratusan guru yang mayoritas belum mendapatkan sertifikasi dari pemerintah. Untuk itu, Prof Haryono mengimbau, perlunya guru-guru di setiap kabupaten dan kecamatan membentuk kelompok-kelompok belajar untuk lulus sertifikasi. “Berkumpulnya di sini bukan mengadakan demo anti sertifikasi tetapi berkumpul untuk memantapkan diri bahwa para guru akan lulus sertifikasi. Karena Para guru bukan hanya seorang pendidik tetapi sekaligus menjadi pendamping pemberdayaan masyarakat,” cetus Prof Haryono. Saya tidak ingin, tukas Prof Haryon, guru hanya tinggal di kelas saja, guru tidak hanya bertemu dengan muridnya saja tetapi guru memiiki tugas ganda yaitu mendidik para siswa dan menjadi pendamping pemberdayaan masyarakat yang ampuh. “Guru adalah intelek di masyarakat pedesaan. Guru harus mampu mengembangkan inovasi-inovasi sehingga kelasnya menjadi menarik. Guru juga mengembangkan kelompok dikelasnya untuk gotong royong atau kolaborasi,” ujarnya. Hadir pada acara ini Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai Demokrat H Hayono Isman, SIP, Staf Ahli Anggota DPR RI Dr HM Dian Assafri, SH, MH, Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Ketua Umum Mitra 10 R Wahyu, SPd, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Staf Dinas Pendi-
dikan Jawa Barat, ratusan guru dari tujuh kabupaten di Jawa Barat dan undangan lainnya. Sedangkan Anggota Komisi I DPR RI H Hayono Isman, SIP mengungkapkan rasa syukurnya atas semangat dan kesetian guru dalam memberikan contoh terbaik bagi generasi bangsa. “Saya bersyukur para bapak dan ibu guru yang terhalang untuk mendapatkan sertifikasi tidak melakukan demo di jalanan atau tindakan anarkis lainnya. Tetapi justru mengikuti Diklat dan Pendidikan dan Latihan Sistem Pengembangan Profesi Guru yang diadakan di Cianjur,” ujar H Hayono Isman. Menanggapi hal itu, Hayono Isman berjanji akan berbicara kembali dengan pejabat berwenang yang menangani masalah itu agar para guru bisa diberi kesempatan mendapatkan sertifikasi dari negara. “Berkumpulnya guru ini bukan berarti merupakan perlawanan dari para guru yang tidak berhasil. Mereka berusaha mengikuti Diklat ini merupakan usaha yang positif karena mereka mengedepankan musyawarah tidak mengedepankan demonstrasi dan unjuk rasa di jalan tetapi usaha yang terhormat,” ujar ayah tiga anak (Baroto Ario Isman-33 tahun, Handara Putri Isman-32 tahun, dan Mandiri Isman-28 tahun) buah pernikahannya dengan Hj Poppy Puspitasari ini di hadapan ratusan guru. Oleh karena itu, dirinya berharap usaha ini mendapat perhatian semua pihak. “Saya yakin para pejabat yang merupakan atasan dari para guru ini juga memiliki kearifan. Kearifan untuk melihat secara jernih masalah yang dihadapi para guru ini. Oleh karena itu para atasan mereka tidak harus mengambil keputusan yang tidak perlu yang justru akan memperkeruh keadaan,” jelas pria kelahiran Jakarta, 25 April 1955 ini membesarkan hati para guru yang
belum mendapatkan sertifikasi. Sementara itu, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, memotivasi para guru agar mendorong seluruh anak didiknya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Apalagi bagi para siswa berprestasi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi namun terkendala masalah biaya. Siapa yang mempunyai dedikasi untuk sekolah, memajukan bangsa dan negara ini bergabunglah dengan Universitas Trilogi. Kami siap membantu masalah itu,” tegas Prof Asep yang sontak mendapat tepuk tangan semangat dari ratusan guru. ADE S
Para narasumber bergambar bersama panitia penyelenggara dan perwakilan peserta.
Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai Demokrat H Hayono Isman, SIP tampil pula menyampaikan paparannya di hadapan para guru.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
25
POSDAYA PEMERINTAH
Dari OST BPMPKB Kendal, Jateng
UPPKS Kendal Pelopor Posdaya Berbasis Ekonomi Observation Study Tour (OST) dan Pelatihan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus mendapat perhatian berbagai kalangan dari pelosok tanah air. Pada Kamis siang 17 April 2014 lalu giliran Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang menjadi angkatan ke-68 peserta kegiatan ini.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat berbicang dengan Kepala BPPKB Kabupaten Kendal Asrifah, SKep (tengah) disaksikan Ketua Siti Padmirah Silver College Hj Astuti Hasinah Haryono. [FOTO-FOTO: ADE S]
26
A
CARA yang digelar Haryono Suyono Center (HSC) bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan Siti Padmirah Silver College ini mengundang decak kagum jajaran BPPKB Kabupaten Kendal yang mayoritas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Mereka disambut langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sang Kepala BKKBN era Presiden Soeharto dan istri Hj Astuti Hasinah Haryono selaku tuan rumah. Tak pelak, puluhan peserta BPPKB Kendal tak kuasa meluapkan kekangenannya kepada mantan bosnya itu. Acara yang berlangsung di Gedung Siti Padmirah Silver College Jl Pengadegan Barat 4, Jakarta Selatan ini pun berjalan meriah, hangat dan penuh rasa kekeluargaan seakan mengenang masa aktif dahulu. Acara yang sudah didatangi masyarakat hampir dari seluruh pelosok tanah air ini, mulai dari pulau Jawa baik Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan peserta OST dari Jawa Timur. Begitu pun dari luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Provinsi Bali dan Nusa Tenggara, memberi kesan tersendiri bagi peserta. Tak heran, bila seluruh peserta antusias mengikuti
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
berlangsungnya acara. Pada kesempatan itu, Hj Astuti Hasinah Haryono yang mengawali acara mengucapkan selamat atas kehadiran peserta OST dari BPPKB Kabupaten Kendal sekaligus menyampaikan gambaran acara yang akan berlangsung. Tak ketinggalan, Hj Astuti pun menjelaskan keadaan seputar Gedung Siti Padmirah Silver College yang bukan hanya tempat berlangsungnya acara dan juga kediamannya, namun juga menjadi rumah percontohan kebun bergizi. Karena hampir di sekiling rumah dan bagian atasnya dipenuhi dengan berbagai macam tanaman mulai dari aneka sayuran, buahbuahan sampai budi daya ikan lele dan ikan mas. Hajjah Astuti berharap, peserta yang mengikuti acara ini apabila nanti kembali ke wilayahnya agar bisa mempraktekan hasil yang diperoleh dari pelatihan ini. “Mudah-mudahan ibu-ibu, bapak-bapak sekembalinya ke kampung halaman bisa langsung mencoba ilmu dari hasil pelatihan ini dan disebarkan ke masyarakat sekitarnya,” ujar wanita Betawi kelahiran Jakarta, 3 September 1943 ini. Sementara itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan kegembiraannya atas antusias yang tinggi dari peserta OST dari BPPKB Kabupaten Kendal. Pasalnya, seluruh PLKB Kabupaten Kendal mengikuti kegiatan ini. “Karena ini jebol desa, kalau mau nanti saya akan jadikan satu pelatihan khusus tentang Posdaya untuk Kabupaten Kendal. Sehingga peserta pelatihan natinya bisa menjadi contoh bagi Kabupaten Kendal,” tutur Menteri Kependudukan/
Kepala BKKBN era Presiden Soeharto ini yang langsung mendapat tepuk tangah hangat dari puluhan peserta. Sekarang ini, lanjut Prof Haryono, pihaknya sedang bergerak dengan kekuatan yang luar biasa di Provinsi Jawa Tengah, bersamasama Prof Oki dari Universitas Diponegoro di bagian utara Jateng. Di Jateng bagian selatan dengan Prof Sudarsono dari Universitas Sebelas Maret. “Sedangkan di Jawa Tengah sebelah barat dengan Pak Agung dari Universitas Jenderal Sudirman,” ucap penggagas Posdaya ini seraya menjelaskan upaya itu dilakukan karena Jateng dipimpin oleh gubernur baru. Lebih lanjut Prof Haryono mengungkapkan kekagumannya atas pesatnya kelompok UPPKS di Kabupaten Kendal. Tak pelak, dirinya pun menjelaskan berbagai kerja sama dengan perbankan dan lembaga keuangan di Jateng. “Saat ini Yayasan Damandiri sudah menjalin kerja sama dengan BPR (Bank Perkreditan Rakyat, red) di Provinsi Jateng, mulai dari BPR yang ada di Semarang, Purbalingga, Solo dan daerah-daerah lainnya di Jawa Tengah. Selain itu, kami juga telah menjalin kerja sama BPD (Bank Pembangunan Daerah, red) Jawa Tengah,” jelas Prof Haryono. “Karena Kendal ini memiliki kelompok UPPKS sebanyak 849 kelompok. Jadi, saya akan ajak bagaimana UPPKS ini menjadi pelopor dari Posdaya yang berbasis ekonomi,” cetus Prof Haryono di hadapan mayoritas PLKB Kendal yang seringkali membina UPPKS di wilayahnya. Selanjutnya Prof Haryono pun menjelaskan pilosofi Posdaya yang digagas semata-mata ingin kembali membudayakan semangat gotong royong dan peduli sesama anak bangsa yang sebenarnya ciri khas budaya asli rakyat Indonesia. Hadir dalam acara ini Kepala BPPKB Kabupaten Kendal Asrifah, SKep, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Faozan Alfikri, SH, pengurus Haryono Suyono Center, puluhan
pegawai BPPKB Kendal dan undangan lainnya. Kepala BPPKB Kabupaten Kendal Asrifah, SKep, menjelaskan seputar kondisi Kabupaten Kendal yang merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 1.002,23 KM2 terdiri dari 20 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 286 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 945.493 jiwa (BPS Tahun 2012), Asrifah mengungkapkan keikutsertaan jajarannya dalam pelatihan Posdaya ini untuk meningkatkan pengetahuan pegawai dan PLKB BPPBK Kabupaten Kendal tentang Program Ketahanan Keluarga yang difokuskan pada kelompok - kelompok Pemberdayaan Keluarga dan kelompok UPPKS yang ada di Kabupaten Kendal,” jelasnya. Upaya ini dilakukan, lanjut Asrifah, karena saat ini jumlah UPPKS di Kabupaten Kendal posisi akhir Desember 2012 sejumlah 744 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 23.033 orang persentase anggota ber KB 78,03 %. Sedangkan akhir Desember 2013 jumlah UPPKS sebanyak 849 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 23.638 orang persentase anggota ber KB 80,94 %. Dari tahun 2012 sampai 2013 kelompok UPPKS mengalami peningkatan sejumlah 75 kelompok dan 605 anggota,” papar Asrifah Oleh karena itu, tambah Asrifah, dirinya memohon arahan, bimbingan dan motivasi dari Prof Dr Haryono Suyono untuk menangani kondisi itu. “Sehingga sepulang dari kegiatan ini kami mendapatkan tambahan ilmu dan lebih bersemangat untuk memajukan kelompok-kelompok Pemberdayaan Keluarga,” pungkas Asrifah lega. ADE S/ HNur
Prof Dr Haryono Suyono saat memaparkan pilosofi Posdaya di hadapan peserta OST dari BPPKB Kabupaten Kendal, Jateng.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
27
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Haryono ≈DutaΔ yang Gencar Menyosialisasikan BPJS Menyosialisasikan program pro rakyat perlu kemahiran khusus. Tidak sembarang orang mampu. Menyuarakan memang terlihat mudah, merangkul itu yang butuh ketrampilan. Program BPJS itulah yang oleh Prof Dr Haryono Suyono didekatkan dan rakyat utamanya rakyat miskin dirangkul untuk menjadi ‘member’-nya.
Prof Dr Haryono Suyono bersama Menko Kesra Dr Agung Laksono (tengah), Menteri Kesehatan dr Nafsiah Mboi, SpA, MPH (kedua dari kiri), Dr dr Fahmi Idris, MKes (kanan) dan Prof Dr dr Fasli Jalal (kiri) menjadi narasumber seminar di Kementrian Kesra. [FOTO-FOTO: HARI]
28
S
EPERTINYA semua tempat menjadi ajang sosialisasi dan pengajakan. Entah itu di ruang tertutup seperti aula, uang pertemuan, ruang rapat maupun ruang lainnya tetap menjadi ajang sosialisasi BPJS. Demikian pula di tempat terbuka maupun saat blusukan ke berbagai tempat di banyak daerah, mantan Menko Kesra (bahkan Menko Kesra seumur hidup seperti tertera di jabatan pekerjaan di KTP – Kartu Tanda Penduduk) terus menggencarkan ajakan dan provokasi agar masyarakat segera mendaftarkan diri ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Ajakan itu dilakukannya baik kapasitasnya sebagai Ketua Yayasan Damandiri yang saat ini sudah mengembangkan 35.000 Posdaya (pos pemberdayaan keluarga) di kurang lebih 200 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, maupun sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI) yang mempuyai anggota para pensiunan di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 2,3 juta orang. Prof Haryono juga acap kali mengajak masyarakat menjadi anggota BPJS saat memposisikan dirinya sebagai Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Ketua Umum Himpunan Pramuka Wreda (Hipprada), Ketua Yastroki (Yayasan Stroke
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Indonesia) dan masih banyak lagi posisi penting lainnya. Dengan banyak posisi penting dan strategis tersebut semakin efektif ia menjadi “Duta” BPJS, selain memang Prof Haryono Suyono merupakan sosok penting pada dunia kependudukan dan keluarga berencana yang telah sukses secara besar membawa program KB mendunia. Sebagai Ketua Yayasan Damandiri dalam setiap kesempatan, termasuk pada jajaran perguruan tinggi mitra yang jumlahnya mencapai kurang lebih 200 perguruan tinggi negeri maupun swasta di seluruh daerah dalam pengembangan program kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya, Prof Haryono selalu mengajak kemitraan dengan perguruan tinggi untuk membantu kegiatan-kegiatan di lapangan guna mensosialisasikan BPJS. “Di mana segera saya ditunjuk oleh Menko Kesra untuk menyebarluaskan kepada temanteman dari perguruan tinggi dalam rangka kegiatan-kegiatan di lapangan guna mensosialisasikan BPJS, sehingga tidak boleh satu pun keluarga miskin yang tidak mendaftar kepada BPJS agar supaya kalau sakit mendapat perawatan dari BPJS dan kita kembangkan budaya hidup sehat. Agar supaya jangan sampai sakit tetapi tetap sehat,” kata Prof Dr Haryono Suyono seperti disampaikannya pada kegiatan penandatangan MoU dengan 32 perguruan tinggi negeri dan swasta se Malang Raya. Bagi keluarga yang tidak mampu membayar premi BPJS (Badan Penyelenggara yang paling kecil Rp 25.000 hendaknya keluarga yang mampu dengan kepeduliannya secara bergotong royong membayarinya.
“Kalau ada keluarga miskin belum diakui sebagai keluarga miskin diharapkan agar para mahasiswa yang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya ke desa dan kampung ikut membantu percepatan proses sosialisasi BPJS ini,” ajak Prof Haryono. Demikian pula sebagai Ketua Yastroki, ia meminta agar seluruh pengurus Yastroki mewartakan kepada keluarga miskin supaya segera mendaftarkan diri kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Hal ini untuk memproteksi bila keluarga miskin terkena penyakit mendapat perawatan cuma-cuma. “Kalau masih ada keluarga miskin yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS diharapkan keluarga yang mampu dapat membayar preminya. Karena ternyata pada saat pendaftaran masih ada keluarga miskin yang tercatat sehingga tidak mendapat pelayanan cuma-cuma. Karena kesejahteraan yang dinikmati rakyat banyak adalah menganut pola hidup sehat sehingga tidak terkena stroke,” katanya. Ajakan sama juga dilakukan Prof Haryono yang pada 6 Mei 2014 ini berulang tahun ke 76, baik di hadapan para banker yang tergabung dalam Perbamida (Perhimbunan Bank BPR Pemerintah Daerah) se Jateng dan DIY, pelepasan mahasiswa KKN Posdaya, sosialisasi Posdaya maupun pada kesempatan lainnya yang diikuti banyak peserta. Prof Haryono sudah giat menyosialisasikan BPJS jauh sebelum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MOU) dengan Yayasan Damandiri maupun PWRI terkait dengan sosialisasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diharapkan dapat meningkatkan jangkauan program. Penandatanganan nota kesepahaman teranyar tersebut berlangsung di Kantor Kemenko Kesra, Jakarta, Jumat (28/3/ 2014), dilakukan oleh Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris, Ketua Yayasan Damandiri Haryono Suyono, dan Kepala BKKBN Fasli Jalal, serta disaksikan Menko Kesra HR Agung
Prof Dr Haryono Suyono dan Dr dr Fahmi Idris, MKes bergambar bersama usai penandanganan MoU antara BPJS dengan PWRI Pusat.
Laksono dan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi. Penandatanganan ini dilakukan pada sela-sela Seminar Nasional mengenai evaluasi operasional BPJS Kesehatan dengan tema “Jaminan Kesehatan Nasional untuk Kesejahteraan Rakyat”. Seminar tersebut digelar oleh Forum Wartawan Kesra (Forwara). Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris menuturkan, kerja sama itu diharapkan efektif, sehingga mempercepat pencapaian cakupan kepesertaan. “Sosialisasi bisa dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan keluarga,” ujarnya. Menurutnya, perluasan kepesertaan BPJS Kesehatan tersebut membutuhkan dukungan berbagai elemen masyarakat. Sebelumnya BPJS juga menggandeng kerjasama dengan PWRI. Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Fahmi Idris mengatakan pihaknya menggandeng Persatuan Wredatama Republik
Prof Dr Haryono Suyono bersama Menteri Kesehatan dr Nafsiah Mboi, SpA, MPH, dr Fahmi Idris, MKes dan Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK saat menjadi narasumber seminar di kementrian Kesra.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
29
Indonesia (PWRI) dalam upaya menyosialisasikan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). “Ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh PWRI yakni membantu sosialisasi BPJS Kesehatan dan menjadi peserta, memberdayakan kembali Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), dan anggota PWRI bisa menjadi agen sosialisasi,” ujar Fahmi Idris. Nantinya, anggota PWRI menjadi agen dalam mensosialisasi di Posdaya terdekat. Jumlah Posdaya di seluruh Indonesia mencapai 35.000. Posdaya tersebut dipantau dan diperkuat oleh perguruan tinggi melalui mahasiswa yang berkunjung ke tempat itu. “Nan-
tinya juga ada penguatan melalui perguruan tinggi yang bekerja sama dengan pogram Posdaya dan BPJS Kesehatan”. Melalui kerja sama dengan PWRI, Fahmi mengharapkan bisa menjadi program yang masif untuk memperkuat sosialisasi BPJS Kesehatan. Saat ini, jumlah peserta baru BPJS Kesehatan yang mendaftar secara mandiri mencapai 660.000 orang. Sementara secara keseluruhan, jumlah peserta BPJS Kesehatan mencapai 116 juta jiwa. BPJS Kesehatan berharap seluruh warga Indonesia dapat terlindungi kesehatannya secara keseluruhan pada 2019. HARI
Harapan Presiden SBY
S
AAT melaunching BPJS Kesehatan pada 21 Nopember 2013 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahap pertama yang melibatkan 113 juta peserta dan mulai berlaku per 1 Januari 2014 lalu, menargetkan 140 juta peserta mendapatkan jaminan kesehatan ke depan. “Pada tahap awal, ada 140 juta peserta. Ini jika dibandingkan penduduk Singapura berapa kali lipat itu, dibandingkan penduduk Malaysia berapa kali lipat itu,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan sambutan pada acara Gerakan Nasional Memiliki Jaminan Kesehatan melalui BPJS, di Lapangan Soetadi, Kompleks Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA) Lembaga Pendidikan Polri, Jalan Bhayangkara Kecamatan Gunung Puyuh, Kota, Sukabumi, Jawa Barat. Presiden SBY merinci kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang mencapai 86,4 juta jiwa, Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) 11 juta jiwa, 16 juta peserta Asuransi Kesehatan (Askes), 7 juta peserta Jamsostek, dan 1,2 juta peserta dari unsur TNI dan Polri. Diharapkan, pada tahap kedua, awal Januari 2019, seluruh rakyat Indonesia telah menjadi peserta BPJS. “Insya Allah pada tahap kedua, 30
Dr Susilo Bambang Yudhoyono
tanggal 1 Januari 2019, seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta BPJS Kesehatan,” papar Presiden SBY. Pada acara peluncuran itu, Kepala Negara pun mengharap seluruh masyarakat Indonesia dapat mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. “Dengan begitu rakyat miskin dapat berobat dan dirawat dengan gratis di puskesmas dan rumah sakit,” kata Presiden SBY. Pada kesempatan tersebut Presiden SBY menyatakan, sektor kesehatan menjadi salah satu prioritas penting dalam agenda pembangunan yang digalakkan pemerintah. Dengan begitu, masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Menurut Presiden, pemerintah
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
terus memperbaiki pengelolaan jaminan kesehatan untuk memudahkan akses kesehatan kepada seluruh masyarakat. Pemerintah dan DPR telah mengesahkan Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS. UU itu mengamanatkan agar direalisasikan secara bertahap lima jenis jaminan sosial antara lain: jaminan kesehatan, jaminan kecelakan kerja, jaminan hari tua, pensiun, dan jaminan kematian. Kepala Negara juga mengatakan, penerapan BPJS Kesehatan pada 2014 berdasarkan melalui pengamatannya saat menyambangi masyarakat sejak tahun 2004 lalu. “Mengapa saya blusukan, saya ingin tahu apa yang dihadapi rakyat, terutama saudara kita yang tidak mampu. Meski pembangunan untuk semua tidak diskriminatif tapi secara moral pemerintah wajib memperhatikan keadaan saudara kita yang tidak mampu dan miskin.” Presiden SBY menyebut, jaminan kesehatan begitu penting, sehinga menghimbau masyarakat untuk mengingatkan presiden periode berikutnya untuk melanjutkan program tahap kedua jaminan sosial bidang kesehatan yang berlaku bagi semua rakyat Indonesia pada tahun 2019. “Tahap kedua akan berlangsung pada 1 Januari 2019 seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta BPJS kesehatan. Tolong ingatkan Presiden selanjutnya,” kata Presiden SBY. HARI
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
PB PWRI
Serahkan Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha Jasa dan pengabdian para Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI) memang patut mendapat acungan jempol. Masa-masa purnabakti yang seharusnya untuk istirahat, namun bagi anggota PWRI justru tidak demikian. Mereka terus memberi dukungan bagi pembangunan bangsa dan negara melalui pemberdayaan tiga generasi, yaitu generasi anak-anak, remaja dan keluarga muda serta sesama lansia melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Tak heran, bila semangat para pengurus PWRI ini layak untuk meraih bintang jasa. Tepatnya, pada Kamis pagi 24 April 2014 lalu para pensiunan pegawai negeri sipil ini mendapat Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha.
A
CARA yang diprakarsai PB PWRI ini mendapat perhatian positif dari para penerima penghargaan. Tak pelak, rasa bangga dan haru pun terpancar dari para penerima penghargaan. Apalagi, acara itu dihadiri Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono yang menyerahkan langsung Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha kepada mantan-mantan pengurus maupun aktivis yang bekerja pada PWRI. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Graha Wredatama, Gedung Pusat PWRI, Jl Pinang No 89, Pondok Labu, Jakarta Selatan ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa bangganya kepada para mantan pengurus dan aktivis PWRI yang telah
meluangkan masa-masa pensiunnya untuk tetap mendukung pembangunan bangsa dan negara. “Mereka tetap berbakti kepada nusa dan bangsa,” ujarnya bangga. “Keputusan pemberian Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha ini kita tandatangani pada tahun 2013 lalu, namun baru sekarang kita serahkan. Hal itu kami lakukan, untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi dan menunggu jangan-jangan para pejabat ini dipanggil KPK (Komisi Pemberatasan Korupsi, red),” tegasnya. Namun setelah kita tunggu beberapa bulan ini, ucap Prof Haryono, semua mantan pengurus PWRI dan para aktivis yang bekerja di PWRI semuanya tidak ada yang dipanggil KPK. “Alhamdulillah, semua yang mendapatkan penghargaan hari ini bebas dari panggilan
Suasana hangat saat Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan sambutan di hadapan pengurus PB PWRI dan penerima Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha kepada mantan pengurus maupun aktivis yang bekerja pada PWRI. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
31
Sambutan Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono kerap menghangatkan suasana acara. Tampak Dr Subiakto Tjakrawerdaja (ketiga dari kiri), Ir Sutarto Alimoeso, MM (kedua dari kiri), Dr Moch Soedarmadi (kiri), Sekjen PB PWRI Progo Nurdjaman (kanan) turut memberikan aplaus. [FOTO-FOTO: ADE S]
Pengurus PB PWRI bergambar dengan penerima Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha.
32
KPK maupun aparat negara lainnya. Jadi, kita dengan rasa lega memberikan penghargaan kepada para mantan pengurus maupun aktivis PWRI,” ungkap Prof Haryono seraya bersyukur karena para pensiunan yang telah berbakti kepada nusa dan bangsa ini bersih dari berbagai penyelewengan yang merugikan negara. Capres peduli lansia Tahun politik yang terjadi saat ini kerap mendapat perhatian berbagai kalangan. Begitu pun Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono, mewakili seluruh anggota PWRI mengungkapkan permintaan kepada para calon presiden (capres) agar peduli pada orang lansia (lanjut usia) dan pensiunan. “Calon presiden harus punya program kesejahteraan sosial, khususnya yang ditujukan kepada orang lansia. Bagaimanapun, mereka merupakan orang tua yang pernah berjasa kepada bangsa dan Negara,” ujar Prof Haryono. Saat ini, lanjut Prof Haryono, jumlah anggota PWRI sekitar 2,3 juta orang. “Kami mendukung capres yang punya program kesejahteraan sosial untuk orang lansia dan pensiunan. Bagaimanapun, mereka merupakan orang tua kita yang sudah lebih 30 tahun berjasa untuk bangsa dan negara,” kata Prof Dr Haryono Suyono di sela-sela
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
penganugerahan penghargaan mantan aktivis PWRI dan pembukaan Rapat Pleno PB PWRI. Lebih lanjut, Prof Haryono yang didampingi Sekjen PB PWRI Progo Nurjaman dan sejumlah pengurus teras PWRI di antaranya Dr Moch Soedarmadi, menyebutkan ada tiga permintaan yang perlu diperhatikan oleh calon presiden 2014-2019. Pertama, pensiunan diberi penghasilan yang wajar agar hidupnya tidak sengsara. Kedua, pensiunan jangan diburu-buru untuk ditempatkan di panti jompo atau diistirahatkan. Masih banyak pensiunan yang bisa diberi kepercayaan membangun dan memberdayakan masyarakat, seperti program orang lansia peduli tiga generasi sebagaimana program PWRI. Ketiga, pensiunan atau generasi tua jangan dicurigai atau diributkan apabila diberi kepercayaan menjabat posisi strategis. Ini menunjukkan generasi tua masih dibutuhkan, khususnya untuk memberi motivasi, simbol perdamaian, dan payung kesejukan kepada generasi penerusnya. “Anggap saja para pensiunan ini ingin menghibahkan hidupnya pada bangsa dan negara sesuai keahliannya. Mungkin mereka tidak perlu digaji, tapi berilah kesempatan untuk menyumbangkan kemampuannya,” kata mantan Menko Kesra dan Taskin ini meyakinkan. Berkaitan dengan hal itu, pihaknya sudah menyosialisasikan program-program pemberdayaan masyarakat kepada para capres. “Hari ini saya mengutus salah satu Ketua PWRI untuk menemui salah satu capres untuk menyampaikan program-program kesejahteraan. Saya juga sudah menemui dua capres untuk hal yang sama. Saya tegaskan, PWRI netral, tapi kita mendukung capres yang peduli pada program kesejahteraan sosial,”
kata Haryono Suyono menegaskan. Hadir dalam acara ini, Ketua Bidang Pembinaan Organisasi PWRI Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Kabulog RI yang juga Bendahara PB PWRI Ir Sutarto Alimoeso, MM, Wakil Bendahara I Dr Moch Soedarmadi, Sekjen PB PWRI Progo Nurdjaman, Wakil Sekjen Dr Adi Sujatmo, SH, MH, para pengurus teras PB PWRI, para mantan pengurus PB PWRI dan anggota PWRI lainnya. Rapat pleno Keikutsertaan para anggota PWRI di seluruh pelosok tanah air dalam memberdayakan masyarakat melalui Posdaya menarik perhatian PB PWRI. Tak ayal, usai acara penyerahan penghargaan pun Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono mengajak seluruh anggotanya untuk Rapat Pengurus Pleno. Upaya itu dilakukan guna mengesahkan langkah penting yaitu, langkah program nasional untuk mengembangkan Posdaya di seluruh Indonesia dengan prakarsa PWRI di masing-masing daerah yang ternyata saat ini berkembang dengan bagus. “Langkah itu akan dilengkapi buku petunjuk yang baku sehingga daerah-daerah yang belum berkembang Posdayanya bisa belajar dari daerah yang sudah maju,” tegas Prof Haryono. Kedua, lanjut Prof Haryono, rapat ini mencoba mengesahkan kode etik yang mendasari langkah-langkah yang bisa dilakukan para anggota PWRI. Karena saat ini PWRI telah melakukan proses pemberdayaan untuk Tiga Generasi. “Dengan sendirinya kita memerlukan kode etik untuk memproses langkah itu sekaligus memberi kesempatan kepada cabang-cabang di daerah untuk bekerja sama dengan lembagalembaga yang melakukan hal serupa baik dengan instansi pemerintah, swasta atau organisasi social lainnya,” tutur Prof Haryono. Langkah itu, ujar Prof Haryono, semata-mata memposisikan para anggota PWRI sebagai tut wuri handayani yaitu memotivasi bagi generasi muda. “Menurut ajaran Ki Hajar Dewantara, kita di saat masih muda bisa sebagai ingarso sung tulodo, bisa ing madya mangun karso. Namun sebagai orangtua kita tut wuri handayani saja. Jadi, jangan sampai kita sebagai orangtua dianggap masih serakah, sudah tua kok masih
Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan penghargaan kepada salah seorang penerima Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha.
kepingin bekerja ngurus-ngurus bangsa dan Negara,” tutur Prof Haryono. Padahal bukan begitu, tambah Prof Haryono, dirinya ingin memberi dukungan kepada tiga generasi, yaitu generasi anakanak, generasi remaja dan sesama lansia. Ketiga, lanjutnya, merencanakan untuk pertemuan lengkap dari pengurus pusat sampai daerah yang diagendakan setelah Idul Fitri 1435 H atau setelah perayaan kemerdekaan RI 17 Agsustus 2014 mendatang. “Jadi, akan kita tetapkan pada rapat pleno ini sekaligus menyusun program lima tahun yang akan datang, supaya kepengurusan ini pada saat selesai masa tugasnya nanti programnya ada yang melanjutkan,” jelas Prof Haryono. Acara makin meriah dengan sajian musik tradisional jawa yang dibawakan para anggota PWRI. Selain itu, acara yang bersamaan dengan perayaan ulang tahun Sekjen PB PWRI Progo Nurdjaman ini kian menambah berkesan acara. Selamat! ADE S
Prof Haryono saat memotong tumpeng tasyakuran HUT Sekjen PB PWRI Progo Nurdjaman makin melengkapi berkesannya acara.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
33
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Istri Prajurit Siap Bangun Posdaya di Desa Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Wredatama Indonesia (PB PWRI) Prof Dr Haryono Suyono mengajak para istri TNI, POLRI dan Warakawuri yang tergabung dalam Persatuan Istri Purnawirawan (PERIP) untuk bersama-sama turun ke desa, menyatu dengan rakyat membangun desa.
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono dalam paparannya mengajak para isteri TNI, POLRI dan warakawuri menjadi lansia produktif. [FOTO-FOTO: RAHMA]
B Para isteri purnawirawan TNI di bawah pimpinan Ny Ratna Djoko Suyanto (empat dari kanan) siap terjun ke desa.
34
ANYAK cara yang bisa dilakukan oleh lansia untuk menyegarkan ingatan dan menyehatkan jasmaninya. Di antaranya adalah bersama-sama membangun desa, menularkan ilmu yang pernah dimiliki untuk pengabdian di masyarakat. Sekitar 3,2 juta pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan BUMN yang tergabung dalam PWRI saat ini sedang mengembangkan pemberdayaan masyarakat sekitar pantai. “Potensinya luar biasa. Daerah pertemuan sungai dan laut memiliki tanah payau yang di
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
masa lalu tidak dimanfaatkan dengan baik. Lalu kita tanami rumput laut sepetak, dalam dua bulan bisa meraup keuntungan Rp 20 juta. Padahal rumput laut laut ditebar begitu saja, tapi bisa tumbuh dengan baik,” jelas Prof Haryono Suyono saat merayakan HUT ke-50 Perip di Wisma Elang Laut Jakarta pada 17 April 2014 lalu. Upaya ini telah dilakukan bersama anggota PWRI menyisir pantai-pantai di Pacitan, Cilacap, Indramayu dan Jepara. Demikian halnya, yang dilakukan di Sumatera Barat sekarang tumbuh warung desa yang dikelola keluarga miskin. Begitu pula di Gunung Kidul, Kulon progo, ada warung yang dikelola oleh kelompok-kelompok Posdaya. “Semua itu tidak banyak modalnya. Asalkan gotong royong dalam suatu kelompok. Jadi, bisa saja seorang pensiunan menjadi pembina warung. Anaknya nanti kalau besar disekolahkan, bisa menjadi angkatan laut masa depan. Merekalah yang disebut pembangun-pembangun bangsa,” ujarnya. Ia juga mengajak seluruh isteri-
isteri prajurit ini untuk gotong royong membayarkan premi menjadi anggota Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) bidang Kesehatan bagi keluarga miskin yang belum menjadi peserta BPJS. Karena, ada jutaan keluarga miskin yang tidak bisa menjadi anggota BPJS terbentur pada pembayaran premi yang dianggap mahal, sekitar Rp 25.500. Bentuk gotong royong lainnya adalah, membawa pelatih-pelatih keterampilan ke desa-desa untuk melatih ibuibu muda sehingga menumbuhkan industri desa berkembang dengan pesat. “Bisa juga membawa bibit-bibit sayuran, jadikan halaman keluarga menjadi kebun bergizi,” cetusnya. Menyiasati hal ini, PWRI bahkan sudah mengembangkan bibit pisang cavendish yang direkayasa bisa berbuah dalam waktu cepat. Mulai dari Bandung Barat, permintaan bibit ini sudah menyebar ke Boyolali, Jepara dan Mojokerto. Karena, dalam satu bulan bisa beranak tiga. Dan pada umur 8 bulan, pisangnya sudah berbuah dan bisa dipasarkan. “Kita juga akan memelihara kambing untuk idul qurban. Dengan sistem kandang kambing bersama. Orang miskin diberi pinjaman kambing, dikontrol oleh anggotanya,” tukasnya. Dari paparan contoh-contoh tersebut, Prof Haryono Suyono berharap isteri-isteri prajurit
HUT ke-50 PERIP TNI, POLRI dan Warakawuri semarak dengan beragam kegiatan.
ini tidak berpikir untuk masuk panti jompo. Tetapi hiduplah di desa-desa membangun panti asuhan yang didoakan oleh rakyat desa. Menanggapi hal ini, Ketua Umum Perip Ny Ratna Djoko Suyanto mengatakan, sangat termotivasi dengan ajakan Prof Haryono Suyono. “Lihat Prof Haryono Suyono itu luar biasa. Saya yang dulu masih anak-anak, sekarang menjadi seperti sama tuanya dengan beliau. Ternyata rahasianya, karena beliau selalu berbuat baik untuk masyarakat,” ujar wanita cantik yang pernah turun ke lapangan bersama Prof Haryono Suyono mengunjungi kampung nelayan di Kabupaten Kulon Progo. “Banyak hal yang bisa kita lakukan. Misalnya, ketika nelayan itu pergi mencari ikan, isteri nelayan bisa meningkatkan ekonominya antara lain memanfaatkan ikan hasil pancing itu tidak hanya untuk konsumsi sehari-hari tapi juga untuk dijual. Seperti membuat bakso ikan,” tandasnya. RW
Kongres Pendidikan di UGM Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono tampil sebagai pembicara pada Kongres Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan II dengan tema “Memperkokoh Format Pendidikan Nasional yang Berkepribadian dan Berlandaskan Pancasila di Era Global” di Balai Senat Universitas Gajah Mada (UGM) Bulaksumur, Yogyakarta, pada 5 Mei 2014 lalu. Tampak hadir pula pembicara Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa Prof Dr Sri Edi Swasono (ketiga dari kiri). DH
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
35
LAPORAN UTAMA
Sukses PAUD Kado 100 Tahun Indonesia Merdeka Mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan dan pembudayaan bukan saja penting sebagai cara memanusiakan manusia, tetapi juga memiliki nilai strategis dalam mengembangkan kesejahteraan rakyat. Apalagi, kemajuan sebuah bangsa terletak pada pendidikan dan para generasi bangsa itu sendiri.
PAUD menjadi salah satu prioritas yang sangat penting dari MDGs, karena apabila program PAUD tidak berkembang maka dengan sendirinya MDGs gagal. [FOTO: DOK]
B
ULAN Mei bagi bangsa Indonesia menjadi bulan penuh dengan peringatan nasional. Sebut saja, 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional, 20 Mei Kebangkitan Nasional, 29 Mei Hari Lansia Nasional. Pendidikan mempunyai andil besar bagi setiap perjalanan sejarah sebuah bangsa. Oleh karenya usaha mencerdaskan kehidupan bangsa lewat proses pendidikan dan pembudayaan bukan saja penting sebagai cara memanusiakan manusia, tetapi juga memiliki nilai pragmatik dalam mengembangkan kesejahteraan rakyat. Seperti dikatakan Ki Hadjar Dewantara, selaku tokoh penting bangsa di bidang pendidikan yang hari kelahirannya, 2 Mei diperingati secara nasional sebagai Hari Pendidikan Nasional bahwa kemajuan sebuah bangsa terletak pada pendidikan dan para generasi bangsa itu sendiri. Ki Hadjar Dewantara menilai pendidikan merupakan wahana untuk membuat bangsa ini menjadi bangsa yang maju, bermartabat, sejahtera, dan merdeka lahir-batin. “Belajar seumur hidup, belajar dari kehidupan,” demikian semboyan indah miliknya. Untuk mendapatkan kualitas pendidikan bagi calon sumber daya manusia pemba-
36
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
ngunan masa depan yang unggul harus dimulai dari pemberian pendidikan paling awal. Pendidikan awal itu dimulai sejak anak usia dini dan balita. “Pengembangan program yang memihak pada anak balita harus menjadi prioritas yang tinggi di Indonesia karena hal ini terkait erat dengan mutu dan kualitas sumberdaya manusia di masa depan,” kata Prof Dr Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri yang juga penggagas pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) pada sosialisasi Posdaya dan penandatangan MoU dengan 32 perguruan tinggi di Kota Malang. Mantan Menko Kesra ini menilai keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) baik yang nonformal maupun informal telah berkembang cukup pesat sampai ketingkat RW dan pedesaan mempermudah masyarakat dalam mengakses dunia pendidikan sedini mungkin yang merupakan hak masyarakat sebagai bagian dari warga Negara Indonesia. PAUD, kata Mr Harry demikian nama panggilan dari teman-teman sealmamaternya – Universitas Chicago, USA, ternyata memegang peranan penting guna mencetak sumberdaya manusia berkualitas di negeri ini. “Tak
heran, bila kesuksesan program PAUD akan menjadi kado berharga pada tahun 2045, yaitu seratus tahun Indonesia merdeka,” tuturnya. Mantan Kepala BKKBN ini pun berharap program PAUD bisa semakin lebih populer, membumi dan gegap gempita di seluruh Indonesia. Karena menurutnya, gagasan-gagasan membangun kota dan kabupaten sayang anak, sayang ibu dan sayang keluarga miskin akan mampu dicapai melalui program PAUD tersebut. Prof Haryono mengatakan, gagasan ini adalah realisasi dari Inpres No 3 Tahun 2010 tentang pembangunan berkeadilan yang pro rakyat, anak-anak, perempuan, dan masyarakat termarginal yang harus sukses pada tahun 2015 mendatang. Proses kerja sama kemitraan pun sejatinya telah dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen) PAUDNI Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Yayasan Damandiri bekerja sama dengan 230 perguruan tinggi di 200 kabupaten/kota dan tidak kurang dari 35 ribu yang ada di desa di seluruh Indonesia. Rahasia untuk menyiapkan sumberdaya manusia tahun 2045, yaitu seratus tahun Indonesia merdeka itu tidak pada perguruan
tinggi, tetapi harus dimulai dari PAUD. “Harus mulai anak-anak kita itu tidak diajari kompetisi, tetapi diajari bersatu. Jadi programnya bukan meningkatkan daya kompetisi, tetapi meningkatkan bagaimana anak-anak Indonesia ini bisa membentuk suatu proses yang dinamakan super tim, yaitu tim-tim yang kuat mulai dari anak-anak,” katanya. Oleh karena itu, ujar Prof Haryono, sangat smart kalau Ditjen PAUDNI yang memiliki Program PAUD, pelatihan dan pengentasan kemiskinan bisa bersama-sama dengan instansi lain memadukan programnya, sehingga program dan dana Ditjen PAUDNI itu bisa memancing untuk menarik yang lain dengan standar yang ditentukan Ditjen PAUDNI. “Biar pun kelihatannya anggarannya sedikit tetapi lalu menjadi banyak karena dengan sendirinya instansi lain-lain turut serta mendukung seperti dari BKKBN, Bappeda dan instansi lainnya,” paparnya. Ia menyebut, pengembangan PAUD menjadi salah satu prioritas yang sangat penting dari Millennium Development Goals (MDGs). Karena menurutnya, apabila program PAUDNI ini tidak berkembang maka dengan sendirinya MDGs gagal.
Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono:
PAUD «Basic Education» yang Tak Bisa Diabaikan
I
BU Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Indonesia Tahun 2013 di Istana Negara, yang lalu menegaskan pada usia 0-6 tahun seorang anak akan menyerap semua hal tanpa kecuali. Tidak hanya hal yang baik-baik saja tapi juga hal yang kurang baik. “Periode ini sering disebut sebagai golden age, dimana perkembangan mental dan spiritual anak terbentuk. Oleh karena itu, hati-hati, jangan biarkan anak-anak mendapat konsumsi berita dan tingkah laku yang tidak pas. Ini adalah tanggung jawab para orangtua untuk berhatihati. Jangan berkata kasar di depan anak-anak karena itu akan terekam,” kata Ibu Ani.
Hj Ani Bambang Yudhoyono
Menurut Ibu Negara, pengalaman anak di tahun-tahun pertama akan menentukan apakah sang anak nantinya mampu menghadapi tantangan dan berhasil dalam pekerjaannya. “PAUD adalah basic education yang tidak bisa diabaikan. Ini juga tanggung jawab orangtua untuk menyuk-
seskan pendidikan anak usia dini, sesuai dengan perannya masingmasing,” ujar Ibu Ani. Sejak tahun 2011, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD pada usia 06 tahun yang dilayani mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, kelompok bermain, Taman Pendidikan Anak, dan satuan PAUD sejenis lainnya terus mengalami peningkatan. Demikian juga untuk APK PAUD usia 3-6 tahun. Untuk mencapai target APK PAUD hingga 70 persen pada tahun 2015 mendatang, Ibu Negara mengatakan ada tiga hal yang harus ditingkatkan. Pertama, dengan memasukkan PAUD sebagai pradasar, sebelum anak memasuki pendidikan dasar. Kedua, memperluas peran masyarakat dan swasta dalam penye-
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
37
“PAUD tidak saja harus memenuhi standar Kemendikbud namun yang lebih luas harus juga memenuhi standar MDGs dan HDI (Human Development Index) yang merupakan standar dari PBB,” ucap Prof Haryono seraya menambahkan, program yang harus dimasukkan ke dalam Program PAUDNI ini, pertama adalah keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Program kedua, budaya gotong royong, budaya peduli kepada sesaProf Dr Lydia Freyani Hawadi, MSi manya dan budaya yang mementingkan persatuan dan kesatuan. Ketiga, sosial ekonomi dan keempat bidang lingkungan. Sementara itu Direktur Jenderal PAUDNI Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, MSi, mengakui walaupun Program PAUDNI ini kurang begitu populer namun memegang peranan penting dalam mencetak generasi berkualitas di negeri ini. Dari hasil riset yang dilakukan institusinya menunjukkan, anggaran dari setiap dinas pendidikan itu di bawah dua persen untuk PAUDNI. “Padahal target kita pada tahun 2045 adalah sebagai kado seratus tahun Indonesia merdeka,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, APK lenggaraan PAUD. Dan ketiga, meningkatkan peran Bunda PAUD di Kabupaten dan Kota. “Bunda PAUD adalah profesi sukarela yang dilandasi rasa kasih sayang sehingga harus dapat menjadi lokomotif untuk dapat mendorong segenap elemen dalam masyarakat,” jelasnya. Grafik positif APK tersebut berbanding lurus dengan pembangunan sejumlah lembaga PAUD. Pada tahun 2011 terdapat 140.309 lembaga, menjadi 162.748 PAUD pada tahun 2012. “Jadi kita melihat dengan adanya lembaga PAUD, APK-nya juga meningkat sangat tajam. Namun kita tak boleh cepat berpuas diri. Pencapaian besar untuk memasyarakatkan PAUD masih menunggu,” ujarnya. Ibu Negara menyebut, ada pula sejumlah perkembangannya menggembirakan lainnya terkait PAUD 38
PAUD masih 24,75 persen, namun pada akhir 2013 naik menjadi 68,10 persen. Pada tahun 2014 APK PAUD ditargetkan sebesar 72 persen. Sedangkan tahun 2015, Ditjen PAUDNI menargetkan APK PAUD sebesar 75 persen. “Jadi masih ada sekitar 5,97 juta anak dari total 18.723.199 anak atau 31,9 persen, anak berusia 3-6 tahun yang belum terlayani pendidikan anak usia dini,” ujar Prof Lydia. Masih banyak anak-anak yang belum terlayani dalam PAUD. Setidaknya ada 23.516 desa dari total 77.587 desa atau sekitar 31 persen yang belum terlayani PAUD. Menurutnya, desa yang belum memiliki PAUD dikarenakan kondisi geografis yang sulit dijangkau. Mayoritas daerah sulit itu berada di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Papua Barat, NTB, NTT, Sulawesi. “Oleh karena itu, setelah wajib belajar 9 tahun dan pendidikan menengah universal 12 tahun, pemerintah kini mempersiapkan program wajib belajar (wajar) pendidikan anak usia dini berumur 4-6 tahun. Program ini akan dimulai pada tahun 2020 mendatang untuk meningkatkan APK PAUD,” tuturnya. Untuk mempersiapkan rencana wajar PAUD tersebut, Ditjen PAUDNI tengah menyusun rencana aksi, menyusun naskah akademik wajar PAUD, meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, serta memenuhi standar sarana dan prasarana. HARI
ini. Salah satunya tercermin dalam Gerakan Paudisasi yang dicanangkan oleh Mendikbud M Nuh pada 13 Maret 2013. Gerakan ini merupakan rangkaian dari proses sebelumnya yang telah berlangsung selama beberapa tahun. Hal ini sejalan dengan pencanangan pentingnya pendidikan karakter bagi anak oleh Presiden SBY pada peringatan Hardiknas dan Harkitnas beberapa waktu lalu. “Sejak itu, pendidikan karakter harus dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Dengan demikian, negara melihat pendidikan karakter sebagai hal utama yang merupakan fondasi yang harus menjadi prioritas,” Ibu Ani menegaskan. Ibu Negara berharap dengan keterlibatannya sebagai Bunda PAUD Indonesia dapat mendorong kepala daerah untuk lebih aktif lagi dalam memacu perkembangan PAUD di
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
wilayah masing-masing, guna menyiapkan SDM yang cerdas dan komprehensif. Melalui intervensi kebijakan pemerintah dengan ‘Satu Desa Satu PAUD’, jumlah desa yang belum tersentuh PAUD menurun. Artinya, keberadaan PAUD semakin meningkat. Jika pada tahun 2011 ada 30 ribuan desa yang belum tersentuh PAUD, maka sekarang sudah diturunkan menjadi 26 ribuan desa. “Ini perkembangan yang menggembirakan. Saya harap perhitungan itu tadi, Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Prof Dr M Nuh), sudah mengikutkan Rumpin (Rumah Pintar) yang tersebar di Indonesia. Karena pada hakikatnya pembelajaran yang ada pada sentra bermain dan permainan edukatif di Rumpin hampir sama dengan pendidikan di PAUD,” ujar Ibu Ani. HARI
CERITA SAMPUL
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo, SH
Posdaya Gerakan Pemberdayan yang Bagus Posdaya sebuah gerakan pemberdayaan yang bagus. Itulah komentar positif Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo. Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang disampaikan Prof Dr Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri kepada Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo, SH pada saat ramah tamah dan makan siang, sambil menunggu acara rekaman Gemari Show Arum Dalu TVRI Jawa Tengah di ruang Rektorat kampus IAIN Surakarta, pada 2 Mei 2014 lalu, nampaknya Gubernur Jateng ini terkesan dan mendatangkan respon positif.
G
ANJAR menilai Posdaya sebagai sebuah gerakan pemberdayaan yang diciptakan bekerja sama dengan perguruan tinggi dari sisi kedisiplinan ilmunya merupakan gerakan yang bagus. Gerakan pemberdayaan yang sebenarnya pintu masukya bisa ke mana-mana. Seperti, IAIN Surakarta mengambil basisnya ada di masjid, dan kegiatan pemberdayaannya dilakukan di masyarakat di lingkungan sekitar masjid tersebut. “Posdaya itu sebuah gerakan yang bagus banget. Gerakan pemberdayaan ini melalui masjid ini inline sesuai dengan yang saya mimpikan. Yang saya mimpikan itu, saya berbicara pada desa sebagai intensitas kewilayahan itu mesti berdikari dan mandiri,” kata gubernur muda kelahiran Karanganyar, Jateng, 28 Oktober 1968 silam saat diwawancarai Hari Setyowanto dari Majalah Gemari, awal Mei 2014 lalu. Lebih lanjut suami Hj Siti Atikoh Supriyanti STP MT MPP menambahkan, kalau kemudian apa yang ada di sana masyarakat bisa mandiri, bisa memenuhi pangan sendiri, dia bekerja di situ dan tidak perlu pergi meningggalkan desanya. Kalau begitu daya masyarakat makin kuat. “Kalau energi bisa dipenuhi sendiri. Tadi saya lihat anak-anak muda membuat bioenergi. Luar biasa. Mau recycling (mendaur ulang) di desa. Nah kalau itu bisa dilakukan dengan menurunkan, menerjunkan tenaga-tenaga mahasiswa ke desa-desa melalui kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) yang dulu dinamakan PPN. Tenaga-tenaga mahasiswa ini didorong dan digulirkan, semua perguruan tinggi terlibat. Wah kami sangat terbantu sekali,” tutur Ganjar. Memang, ujar Ganjar, terkait kegiatan gerakan pemberdayaan APBD belum memberikan dukungan. Kami masih melihat dulu, outcome-nya seperti apa. Kalau outcome-nya bagus, bukan tidak mungkin akan didukung, akan dichanelling dengan
sektor terkait. Menurut lulusan S2 Jurusan Ilmu Politik Pascasarjana UI (2013) ini, gerakan pemberdayaan Posdaya yang dimotori anak-anak muda, mahasiswa-mahasiswa yang menyuntikan energi positif ini sangat luar biasa, sehingga diharapkan dapat menjadikan desa bisa mandiri dan berdikari. Dengan tenaga-tenaga muda turun ke desa, m u d a h mudahan kreasikreasinya turun di sana. Maka, k a t a Ganjar, dengan adanya stimulant tenaga-tenaga muda penuh kreasi akan mendorong
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo, SH. [FOTO: IMAJI INDONESIA]
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
39
Direktur Pemasaran Bank Jateng Agung Siswanto, Prof Dr Haryono Suyono, H Ganjar Pranowo, SH, KH Masdar Mas’udi, Rektor IAIN Surakarta Dr Imam Sukardi, MAg. [FOTO-FOTO: IMAJI INDONESIA]
40
semakin muncul dan tumbuhnya partisipasi. “Apalagi kalau teman-teman mahasiswa bisa membantu setiap persoalan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat desa, maka hasilnya akan bagus banget . Itu tinggal kita replikasi aja”. Kini Gubernur Ganjar Pranowo siap menyambut gerakan Posdaya di banyak desa di Jateng, dan ia beruntung karena Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko yang mantan Bupati Purbalingga ini telah berpengalaman mengembangkan gerakan pemberdayaan Posdaya di Purbalingga bahkan beberapa kali tampil meraih anugerah penghargaan Damandiri Award, termasuk pada Damandiri Award 2014 lalu di Yogyakarta. Tekad Ganjar menggegapgempitakan gerakan pemberdayaan seperti Posdaya ini tentu akan mendapat dukungan dari banyak bupati. Setidaknya ada beberapa bupati yang daerahnya telah meraih anugerah penghargaan Damandiri Award tingkat Nasional, sebut saja Kabupaten Cilacap dengan bupatinya H Tatto Suwarto Pamuji. Sedangkan Purbalingga sejak Bupati Drs Triyono Budi Sasongko, MSi, Drs H Heru Sudjatmoko MSi dan terkini Drs H Sukento Ridho Marhaendrianto, MM. Begitu pun dengan Posdayanya. Ada Posdaya Bukateja Purbalingga, Ketapang Damai RW X, Kelurahan Kebonmanis, Kecamatan Cilacap Utara dan Posdaya Mawar Merah Kabupaten Cilacap, Posdaya Cahaya Desa Gatak, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Klaten Posdaya Ketapang Damai juga Posdaya Kusuma Jaya RW VI Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Semarang, Jateng.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Untuk menggelorakan gerakan pemberdayaan Posdaya, banyak perguruan tinggi negeri maupun swasta di Jawa Tengah yang sudah aktif melakukannya melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Seperti dilakukan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Universitas Negeri Semarang (Unnes), IAIN Sultan Agung, IAIN Surakarta. Universitas Muria Kudus, IKIP Veteran Semarang, IKIP PGRI Semarang, Universitas Pancasakti Tegal, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam di kabupaten serta Universitas Tamansiswa dan masih banyak lainnya. Ganjar menilai, dengan dukungan tenagatenaga mahasiswa dari banyak perguruan tinggi tersebut, sehingga diharapkan bisa terwujud masyarakat desa mandiri dan berdikari. Hal ini tentu menjadikan pemerintah propinsi maupun kabupaten/kota akan sangat terbantu sekali dalam menjalankan pembangunannya. “Satu yang membanggakan saya adalah dengan gerakan pemberdayaan ini membuktikan bahwa budaya gotong royong ternyata masih kuat dan terus tumbuh di dalam masyarakat kita,” kata Gubenur Ganjar Pranowo bangga. Tokoh muda Ganjar Pranowo, nama sosok muda yang dipercaya masyarakat Jateng untuk memimpin pembangunan dan pemerintahan periode 20132018. Kemenangannya dalam Pemilihan Kepala Daerah Propinsi Jateng dengan 48 persen total suara yang memilihnya, Ganjar – demikian akrab disapa, tak malumalu menyebut sosok Jokowi (Ir Joko Widodo yang Gubernur DKI Jakarta) menjadi pembawa hoki dalam pemenangannya. Ia mengaku ada banyak kesamaan Jokowi dengan dirinya hingga akhirnya menjadi salah satu pertimbangan masyarakat Jateng untuk memilih dirinya. “Saya disebut memiliki keahlian merangkul masyarakat, easy going, suka blusukan, sederhana, dan slengeannya juga sama seperti Jokowi. Kami juga sama-sama suka musik rock. Saya disukai masyarakat Jateng karena punya kemiripan dengan Jokowi. Itulah yang membuat antusiasme pemilih di Jawa Tengah ke saya cukup tinggi,” kata sarjana lulusan Fakultas Hukum UGM,
Yogyakarta yang pernah berkarier sebagai Anggota DPR RI Komisi II (2009 – 2014). “Saya tak akan sepenuhnya meniru apa yang dilakukan Jokowi dalam membuat gebrakan. Karena, setiap daerah memiliki kultur yang berbeda-beda. Yang pasti saya akan tetap menyatu dengan rakyat,” ujar bapak satu anak ini. Sebagai gubernur Jateng, Ganjar menempatkan prioritas utama adalah menangani problem basis perekonomian yang selama ini disebutnya terpuruk. Menurutnya, membangun Jawa Tengah dengan basis ekonomi rakyat dan kedaulatan pangan untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran adalah hal yang mendesak untuk segera diwujudkan. Ganjar beruntung memiliki orang tua, seorang ibu, yaitu Ibu Sri Suparni memberikan nasihat agar pria berambut putih itu tidak korupsi saat menjadi Gubernur Jateng. “Pesan ibu saya, jabatan bukan untuk rebutan, ibu ora pengen koe (tidak ingin kamu) korupsi. Sementara ayah saya yang sudah sepuh juga membisiki, ini merah putih untuk republikmu,” ujarnya seraya menirukan ucapan kedua orang tuanya. Gubernur Jateng yang satu ini dikenal sebagai sosok yang cerdas, percaya diri, dan pintar bicara. Pria lulusan Universitas Gajah Mada yang aktif berorganisasi sejak mahasiswa tahun 1992 ini sebelumnya adalah anggota Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di zaman Orde Baru, dan pindah ke Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia. Saat masih sebagai anggota DPR RI, Ganjar dikenal kritis tetapi membangun. Orientasi perjuangannya adalah kesejahteraan dan keadilan rakyat. Ia dikenal begitu teguh dengan pendirian dan pendapatnya. Sekilas bagi yang belum kenal sosok Ganjar, memang terlihat “garang” seperti music kegemarannya – Led Zepellin. Namun sejatinya, ia sosok yang ramah, begitu welcome dengan siapa pun. Tidak mengkotak-kotakan. Ia pun sangat hormat pada sesepuh. Seperti terlihat saat berbincang santai dengan Profesor KB, Haryono Suyono dan sejumlah tokoh-tokoh lainnya di ruang Rektorat IAIN Surakarta. Tokoh dengan khas rambutnya yang putih dan perawakannya tinggi memiliki rasa humor yang tinggi pula. Cara bicaranya begitu terbuka. Mengalir dan bernas. Sosok Ganjar sebagai Gubernur Jateng memang akhir-akhir ini banyak menjadi pemberitaan banyak media. Sebagai pemimpin Jateng, ia tidak ingin hasilhasil pembangunan cepat rusak hanya lantaran perilaku oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. “Hanya karena ingin mengambil
keuntungan pribadi segelintir oknum, maka jalan-jalan di wilayah kami rusak karena dilewati truk-truk yang tonase dan muatannya luar biasa melebihi batas-batas yang sudah ditentukan. Ya pantas jalan-jalan di tempat kami cepat rusak, Mas,” ujarnya. Sejak pertama dilantik, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memiliki konsep untuk memperbaiki infrastruktur di Jawa Tengah mulai tahun 2014. Memperbaiki infrastruktur itu bermula dari banyaknya keluhan masyarakat mengenai buruknya jalan di Jateng. Bahkan keluhan mengenai rusaknya jalan itu, sudah muncul sehari setelah pelantikkannya menjadi Gubernur Jateng, pada 23 Agustus 2013 lalu. “Infrastruktur yang utama adalah peningkatan kualitas jalan, dan pembangunan akses jalan yang merata sehingga tidak hanya terfokuskan jalan Pantura,” katanya. Ganjar memperkirakan untuk pembangunan infrastruktur ini memerlukan waktu sekitar tiga tahun baru akan kelihatan hasilnya. Apalagi menurutnya, bicara infrastruktur itu ada urusan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Bantuan anggaran untuk kabupaten/kota, juga perlu kita dorong untuk infrastruktur. Apalagi setelah ditetapkan Perda bantuan ke desa, bantuan ke sana semakin besar. Banyak desa-desa di Jawa Tengah ini memerlukan bantuan anggaran untuk memperbaiki infrastrukturnya. Saya juga akan mencari tambahan anggaran infrastruktur dari pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). HAR
H Ganjar Pranowo, SH dan istri Hj Siti Atikoh Supriyanti STP MT MPP bergambar bersama Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor IAIN Surakarta Dr Imam Sukardi, MAg.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
41
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Membawa Kedaulatan Sosial ke Desa Pada awal bulan ini kita memperingati Hari Pendidikan Nasional di seluruh Indonesia. Beberapa hari sebelumnya ada beberapa lembaga sosial, di daerah dan di pusat, yang ikut memberi warna pada peringatan Hari Pendidikan Nasional itu dengan kerja keras membawa Kedaulatan Sosial ke pedesaan.
LKKS secara konsisten selalu mengajak seluruh jajarannya di semua wilayah mengembangkan budaya gotong royong melalui pembentukan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), sebagai forum keluarga di setiap Nagari dan Jorong bersilaturahmi untuk saling berbagi agar makin mandiri. [FOTO: MULYONO]
42
L
EMBAGA Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Ibu Hj Nevi Irwan Prayitno, isteri Gubernur Sumatera Barat, menggelar Rapat Koordinasi dengan seluruh jajaran LKKS dari seluruh provinsi membahas program dan kegiatan sosial yang segera akan dilaksanakan di seluruh Nagari. Beberapa Perguruan Tinggi Islam, STAIN di Palangka Raya, IAIN di Surakarta dan banyak lainnya menyiapkan diri menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dengan mengirim mahasiswa seniornya ke Masjid dan ke desadesa. Upaya ini mengikuti keberhasilan KKN yang diadakan oleh banyak perguruan tinggi sebelumnya. KKN tersebut bertujuan mendidik dan memberikan penyegaran budaya gotong royong kepada rakyat banyak.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Dalam rangkaian upaya meningkatkan pendidikan dan penyuluhan untuk menyegarkan dan membangkitkan budaya gotong royong dan peduli sesama anak bangsa itu, LKKS Provinsi Sumbar menggandeng Pemerintah Daerah dan seluruh jajarannya, kalangan lembaga sosial, perguruan tinggi, perusahaan swasta dan kalangan perbankan bahu membahu menyingsingkan lengan baju mengatasi kemiskinan dalam hal kesehatan, pendidikan, kemampuan wirausaha dan pelestarian serta pemanfaatan lingkungan yang bisa menambah kesejahteraan rakyat. Jajaran LKKS mengundang seluruh keluarga untuk taat melaksanakan ibadah zakat yang oleh Badan Zakat provinsi sebagian disalurkan melalui LKKS untuk diteruskan sebagai bantuan kepada keluarga miskin dan para penyandang disabilitas. Rencana program dan kegiatan besarbesaran yang akan dikerjakan oleh LKKS Sumbar itu membawa pesan dan arahan yang jelas yaitu mengajak masyarakat secara gotong royong tidak selalu menengadahkan tangannya meminta bantuan, tetapi bekerja cerdas dan keras untuk makin mandiri. Oleh karena itu dengan tekad bulat sejak beberapa waktu yang lalu LKKS secara konsisten selalu mengajak seluruh jajarannya di semua wilayah mengem-
bangkan budaya gotong royong melalui pembentukan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), sebagai forum keluarga di setiap Nagari dan Jorong bersilaturahmi untuk saling berbagi agar makin mandiri. Dalam Rapat Koordinasi yang digelar selama dua hari itu, Ibu Hj Nevi Irwan Prayitno menegaskan bahwa tidak satupun Pemda di Kabupaten/ Kota menolak ajakan mengembangkan Kedaulatan Sosial pada tingkat akar rumput itu. Sambutan yang gegap gempita itu menghasilkan hampir 900 Posdaya di pedesaan. Karena keberhasilan yang makin matang tersebut, setelah di semua Posdaya anggotanya giat menyelenggarakan kegiatan dalam bidang kesehatan yang makin tinggi dan upaya pendidikan, termasuk mengantar dikembangkannya PAUD dan pendampingan wajib belajar, Ibu Ketua Umum LKKS mengusulkan agar Posdaya segera dilengkapi dengan kegiatan ekonomi yang berjiwa sosial. Keluarga mampu dianjurkan mengampu keluarga pra sejahtera atau keluarga miskin dan disabilitas untuk bergabung dalam usaha ekonomi mikro sebagai calon pengusaha. Untuk itu diminta Yayasan Damandiri membantu mengembangkan Skim Tabur Puja melalui Koperasi atau Bank Nagari agar keluarga-keluarga di pedesaan dapat menabung, dan kalau sudah siap, membuka usaha mikro. Bagi keluarga pemula itu bisa mendapatkan kredit melalui Skim Tabur Puja seperti yang telah dikembangkan di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Barat selama ini. Beliau juga meminta agar segera dikembangkan Sentra Kulakan (Senkudaya) yang dikelola koperasi masyarakatnya sendiri, untuk membantu supply barang dagangan dengan harga terjangkau bagi pedagang mikro yang segera dibangkitkan oleh setiap Posdaya di desa-desa. Ketua Yayasan Damandiri yang hadir dalam Rakor tersebut, dengan jaminan komitmen segala pihak, termasuk dukungan Gubernur Sumbar, Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc, yang sangat peduli terhadap usaha pemberdayaan keluarga, menyetujui bahwa Skim Tabur Puja segera dikembangkan sebagai pertanda untuk mendukung seluruh jajaran LKKS yang bertekad mendidik pengembangan Pembangunan Kedaulatan Sosial di pedesaan. LKKS akan bekerja dengan jaringan mahasiswa dan seluruh kekuatan pembangunan, mengajak masyarakat mengembang-
kan budaya mandiri melalui usaha mikro Dirjen PSPK yang yang memberikan pelayanan yang terbaik didampingi lengkap kepada masyarakat di jajarannya beserta para mana pelayanan kebutuhan pokok seharistaf ahli telah menharinya ditangani dengarkan rancangan bukan dengan cara charity atau belas DNIKS yang bersama kasihan, tetapi melalui lebih dari 100 organisasi usaha gotong royong diatur melalui usaha sosial lainnya akan bersama yang saling mengelar tekad bersama menguntungkan. Usaha itu dilakukan untuk mengembangkan melalui kegiatan ekoKedaulatan Sosial pada nomi oleh rakyat di mana keuntungannya tingkat pedesaan. Usaha tidak diwujudkan ini akan diwujudkan berupa uang untuk perusahaan semata, dengan memperbaharui tetapi sejak awal, sedukungan MoU atau tiap hari dan setiap peserta, diuntungkan piagam kerja sama langsung karena bisa disusul dengan upaya belanja dengan harga terjangkau, mudah konkrit memperkuat dan dekat tempat program pemberdayaan tinggalnya melalui usaha yang dikelola masyarakat di tingkat sendiri. pedesaan. Di tingkat pusat, Dirjen PSPK, Hartono Laras, menggelar pertemuan dengan jajaran DNIKS. Dirjen yang didampingi lengkap jajarannya beserta para staf ahli telah mendengarkan rancangan DNIKS yang bersama lebih dari 100 organisasi sosial lainnya akan mengelar tekad bersama untuk mengembangkan Kedaulatan Sosial pada tingkat pedesaan. Usaha ini akan diwujudkan dengan memperbaharui dukungan MoU atau piagam kerja sama disusul dengan upaya konkrit memperkuat program pemberdayaan masyarakat di tingkat pedesaan. Dalam kerja sama mengarah kepedesaan itu setiap lembaga tingkat pusat dianjurkan membawa tenaga profesionalnya menggelar gerakan peduli dan dukungan sosial di pedesaan. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
43
PENDIDIKAN
Untri Siapkan Lomba Penulisan Tabur Puja Mulai 2014 ini, mahasiswa Universitas Trilogi Jakarta akan diikutsertakan mengikuti lomba menulis skripsi yang merujuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dari para penerima Kredit Tabur Puja. Secara tidak langsung, mereka akan berhadapan dengan ibu-ibu Posdaya yang akan menjadi dosen pembimbing tingkat desa. Ide ini mencuat saat sosialisasi Tabur Puja seJabodetabek di Kampus Untri Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Rektor Untri Prof Dr Ir Asep Saefuddin berdialog akrab dengan pengurus Posdaya Bahagia Kabupaten Bekasi. [FOTO-FOTO: RAHMA]
“I
NI ide yang luar biasa,” kata Rektor Untri Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc mengomentari gagasan Ketua Yayasan Damandiri, yang juga Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Prof Dr Haryono Suyono, untuk melombakan kegiatan ibu-ibu Posdaya penerima Tabur Puja dalam bentuk skripsi dan tesis mahasiswa Untri. Menurut Rektor Untri, lomba skripsi dan tesis Posdaya ini didedikasikan untuk mempelajari sampai di mana program ini memberi manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, tidak hanya laporan berbentuk opini, tapi juga berbasis analisis scientific. Untuk mahasiswa program S-1 karena hanya ada jurusan akutansi dan manajemen, penelitian lebih mendalam pada tingkat manajemen dan akutansi sederhana. Sementara mahasiswa program S-2, penelitian lebih pada efek dan dampaknya 44
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
pada masyarakat. Lomba penulisan berbasis Tabur Puja ini akan mulai digelar bulan September 2014 untuk mahasiswa S-1 semester delapan. “Tentu saja kami akan memberi hadiah untuk karya terbaik. Bisa dalam bentuk pemberian jangka pendek, yaitu uang cash, pemberian jangka menengah berupa kuliah S-2,” cetus Prof Asep. Hal senada juga disampaikan Prof Haryono Suyono, lomba menulis skripsi dan tesis ini juga diarahkan bagaimana membangun ekonomi biru, ekonomi Pancasila dan ekonomi kerakyatan. “Tabur Puja suatu sarana untuk membangun keluarga, bukan sarana bisnis biasa. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan selamat kepada ibu-ibu Posdaya yang hadir di sini, karena telah menjadi pelopor Tabur Puja se-Jabodetabek,” tegas Prof Haryono Suyono kepada ibu-ibu Posdaya se-
Jabodetabek yang telah menerima Tabur puja dalam sosialisasi Posdaya dan pelatihan daur ulang di Kampus Untri Jakarta beberapa waktu lalu, disaksikan Ketua Koperasi Sudara Indra yang menaungi Tabur Puja, Abdul Cholil. Tabur Puja, kata Prof Haryono Suyono, sudah dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur melalui Bank UMKM dan sudah menyalurkan dana sebesar Rp 500 miliar. Sementara di DKI Jakarta sudah menyalurkan dana sebesar Rp 9,5 miliar untuk 3.300 nasabah yang menjadi anggota Posdaya di Jabodetabek. “Luar biasa. Dan dalam waktu singkat telah merambat ke wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat dan DI Yogyakarta. Bahkan minggu-minggu lalu sudah menyebar ke Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Awalnya baru Koperasi Sudara Indra, sekarang sudah banyak saudara,” ujar Prof Haryono Suyono. Dijelaskannya lagi, ekonomi biru tak lain adalah suasana hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang segar dan dapat menikmati hidup dengan nyaman di mana keperluan hidup sehari-hari dapat dengan mudah berkat kearifan dan sumber daya lokal. Definisi Gunter Pauli ini pada intinya bagaimana membangun bisnis tanpa uang dan pengalaman. “Tetapi karena bergabung dengan Posdaya, diberi pengalaman itu, dilatih dari tetangga anggota Posdaya lain sehingga bisa membangun usaha berdasar kemampuan sendiri bukan orang lain,” jelasnya. “Falsafah sederhana Tabur Puja adalah jadi guru untuk tetangganya, jadi guru untuk rakyat Indonesia, membangun kemandirian, bersahabat dengan tetangga, membagi kepintaran, memanfaatkan sumber daya lokal dan menjadi profesor di desanya, siap??” tanya Prof Haryono Suyono yang dijawab serempak oleh ibu-ibu mengatakan, “siaap...” Dia juga berharap peserta pelatihan ini selain bisa menjadi narasumber pengembangan Tabur Puja se-Jabodetabek, tapi juga jadi sumber inspirasi bagi peserta lain di Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat dan daerah lain yang mungkin akan mengadakan studi
banding. “Mudah-mudahan ini akan menyebar ke daerah lain. Karena pinjaman yang disertai tabungan tidak lebih dari Rp 2 juta setiap keluarga ternyata menghasilkan non performing loan atau NPL nol persen.” Untuk program studi banding, sudah dilakukan setiap minggu dari daerah ke daerah lain untuk meninjau lapangan. “Peninjauan lebih efektif daripada kuliah,” tandasnya. RW
Sosialisasi Tabur Puja di Kampus Universitas Trilogi mendapat dukungan dari pengurus Posdaya se-Jabodetabek.
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
45
PENDIDIKAN
Aktivitas Kaum Ibu Klub Fotografi As Sakhoya (KFA)
Dari Majelis Taklim Rambah Dunia Fotografi Usianya memang masih balita. Tapi kiprahnya mulai mencuat. Klub Fotografi As Sakhoya (KFA) yang merupakan klub fotografi dengan anggota khusus wanita, yang lahir pada 7 April 2009 lalu, pada Hari Kartini 21 April 2014 lalu merayakan hari jadinya yang kelima. Yang menarik, ternyata asal mula terbentuknya KFA ini adalah ketika para ibu-ibu sesama penggemar fotografi di majelis taklim As Sakhoya ingin lebih mendalami dunia fotrografi. Luar biasa.
Klub Fotografi As Sakhoya (KFA) yang merupakan klub fotografi dengan anggota khusus wanita, yang lahir pada 7 April 2009 lalu, pada Hari Kartini 21 April 2014 lalu merayakan hari jadinya kelima. [FOTO-FOTO: DEDE H]
D
Nani Bram bersama teman-temannya siap meniup lilin kue ultah.
46
ENGAN mengambil momentum Hari Kartini pada 21 April itulah kaum ibu pengajian As Shakoya yang tergabung dalam Klub Fotografi As Sakhoya (KFA) merayakan ulang tahunnya kelima. Acara ultah pun meriah dengan peniupan lilin dan pemotongan nasi tumpeng oleh sejumlah pengurus KFA. Selain hadir ketua umumnya
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Nani Bram, tampak pula penggiat fotografi Dra Ria Triadi Suparta serta pengurus lainnya. Tak heran bila dalam acara ultah itu Nani Bram mengungkapkan, meskipun fotografer terkenal Darwis Triadi tidak hadir, tapi di sini tetap ada Ria Triadi. Tak pelak bila yang hadir pun dibuat tersenyum dan tertawa. Dra Ria Indrastuti Triadi pun langsung tersenyum dengan kelakar itu. “Alasan memilih tanggal 21 April adalah untuk mengingatkan perjuangan Ibu Kartini akan hak-hak wanita yang pada masa itu sangat sulit diperoleh. Tetapi kemudian beliau menjadi inspirasi kaum wanita pada masa itu, dan terasa manfaatnya pada masa kini. Sehingga, kaum wanita mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk berperan di masyarakat,” kata Nani Bram lugas. Anggota KFA yang rata-rata berusia 40 – 50 tahun itu diam-diam mendalami aliran foto yang berbeda-beda. Meskipun sebagian besar anggota KFA adalah ibu-ibu rumah tangga dengan aktivitas padat di luar mengurus keluarga dan berorganisasi, namun mereka bisa
menyisihkan waktu untuk menyalurkan hobi memotret. “Tentunya harapan kami tetap bermanfaat bagi orang lain. Misalnya membuat buku tentang foto, menjualnya untuk amal, mengisi materi tentang fotografi di sekolah-sekolah anak kami. Ini dapat menggugah kesadaran sosial dengan menonjolkan cerita keadaan wanita Indonesia pada khususnya, dan seluruh masyarakat pada umumnya,” kata Nani semangat. Acara ultah yang berlangsung di Jalan Taman Sari I/77 kawasan Lebak Bulus, Jakarta, itu selain dihadiri puluhan kaum ibu tampak pula 15 wanita anggota aktif KFA. Dari 15 wanita anggota aktif KFA yaitu Asmoro Ayu Inono, Endang Widyati, Fidian Arifin, Gini Semiati, Ira Dana Juzar, Julia Irzarina, Liena Maulana, Mira Murad, Miya Rachmi Hudaya, Nana Sefriano, Nani Bram, Saskia Safiani, Ria Pasaman, Ria Triadi dan Siti Utje. Ultah itu pun diisi dengan acara khusus untuk sahabat wanita, seperti sharing tentang “Komposisi Kreatif pada Fotografi”, berlaku untuk pengguna kamera baik handphone, pocket maupun DSLR yang materinya disajikan oleh Nana Sefriano, anggota termuda KFA. Disajikan pula cara “Membuat Album Photo” bersama Photoklip, pameran foto dengan tema “Tentang Perempuan” serta Line Dance dan bernarsisria bersama-sama. “Kami baru membuka diri mulai bulan lalu, sejak kami mengadakan pameran di JCC. Baru sekali pameran,” kata Nani ceria yang diwawancarai Dede Haeruddin dari Majalah Gemari, 21 April lalu. Ditanya apakah ingin sering berpameran? Ia menjawab: “Bagaimana tanggapan teman-teman saja nanti. Kalau kita harus memperbaiki diri dulu, ya kita perbaiki dulu supaya karya-karya kita lebih berkualitas. Sebab semuanya adalah teman-teman jadi kita harus percaya diri.” Nani menyebutkan untungnya anak-anak anggota KFA sudah pada dewasa, kebetulan masing-masing anaknya hobi fotografi. Juga ada yang masih SMA. “Mereka suka ada ekskul fotografi. Biasanya anak-anak habis pakai kamera ditaruh begitu saja. Sayang kan daripada ngga dipakai akhirnya kita pakai. Kita juga panggil guru belajar bersama di rumah ini. Sudah sekitar sepuluh kali pertemuan di sini. Maka merayakan ultahnya juga di sini,” paparnya sumringah. Tentang bagaimana prospeknya ke depan, menurut Nani sangat bagus. “Walaupun tidak
Dra Ria Indrastuti Triadi tersenyum dengan buah karyanya potret diri.
secara formal membuat komunitas dalam bentuk besar, tapi teman-teman amat suka dengan komunitas ini. Masing-masing banyak pertanyaan misal bagaimana beli kamera, hunting bareng, termasuk bagaimana cara memfoto yang bagus. Itu semua lumayan jadi banyak tambah teman-teman yang gabung.” Nani merasa banyak juga perempuan yang mau belajar fotografi tapi di lingkungannya banyak laki-laki. “Kebetulan kami semua ini rata-rata berusia 45 tahun ke atas, jadinya lebih nyaman kalau dengan temanteman yang semuanya wanita. Jadi saya rasa prospeknya ke depan bagus,” ucap Nani Bram yakin. DH
Suasana pameran foto diultah KFA kelima pada saat ramah tamah. Gambar diambil dari lantai dua.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
47
PENDIDIKAN
35.000 Posdaya Sosialisasikan JKN ke Desa-Desa Sesuatu yang murah dan gratis, belum tentu mudah. Hal ini pula yang menjadi kendala penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Mulai dari pendaftaran yang antri, tenaga kesehatan yang kurang memadai, pelayanan puskesmas maupun rumah sakit yang belum maksimal, menjadi keluhan yang beredar di masyarakat. Menjembatani hal ini, Yayasan Damandiri diam-diam telah mengerahkan 35.000 Posdaya-nya untuk ikut mensosialisasikan program Jaminan Kesehatan Nasional ke desa-desa.
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi pembicara dalam acara sosialisasi BPJS bersama Menteri Kesehatan dr Nafsiah Mboi, SpA, MPH dan Kepala BKKBN Prof dr Fasli Jalal, PhD, SpGK. [FOTO-FOTO: RAHMA]
48
M
ESKI berbagai upaya telah dilakukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan secara maksimal, dan Kementerian Kesehatan juga telah menerbitkan sejumlah regulasi pelaksanaan teknis agar pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan benar-benar berkualitas. Namun hal tersebut dirasakan belum dapat menghapus kegalauan masyarakat akan keberlanjutan pelaksanaan program ini. “Melalui seminar ini, saya mengharapkan adanya usulan solusi terhadap berbagai permasalahan, sekaligus mendorong peran dan partisipasi aktif berbagai pemangku kepentingan dalam menyukseskan implementasi program jaminan sosial ini,” ungkap Menko Kesra HR Agung Laksono saat membuka acara
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Seminar Evaluasi Operasional BPJS Kesehatan oleh Forum Wartawan Kesejahteraan Rakyat (FORWARA) pada penghujung Maret 2014 lalu di Kemenko Kesra Jakarta. Menko Kesra HR Agung Laksono juga mengimbau kepada BPJS Kesehatan, Kementerian Kesehatan, DJSN dan stakeholder lainnya agar dari hasil seminar ini dapat membuat langkah-langkah strategis guna mengatasi berbagai permasalahan yang berpotensi dapat mengakibatkan program jaminan kesehatan ini tidak optimal. Dalam acara ini juga dilakukan penandatanganan Nota Sepahaman (MoU) antara BPJS Kesehatan dengan Yayasan Damandiri tentang Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan melalui Pos pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dan BPJS Kesehatan dengan BKKBN tentang sosialisasi Program Jaminan Kesehatan melalui program Keluarga Berencana. Penandata-
nganan MoU tersebut disaksikan Menko Kesra HR Agung Laksono dan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.S edangkan para nara sumber dalam seminar tersebut adalah Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, Kepala BKKBN Fasli Djalal, Dirut BPJS Kesehatan Fachmi Idris, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, Pakar Jaminan Kesehatan Prof. Tabrani dan Sekretaris DJSN Ponco Respati. Dalam arahannya, Menkes Nafsiah Mboy mengatakan, program Jaminan Kesehatan Nasional mendapat tanggapan cukup positif dari masyarakat. Karena, sejak BPJS diterbitkan (1 Januari 2014 lalu), pada 21 Maret 2014 pesertanya sudah mencapai 118 juta. “Meskipun begitu, keluhan masyarakat baik tenaga kesehatan maupun manajemen kesehatannya terus kami pantau dan dicarikan solusi dan sosialisasi dilaksanakan terus menerus,” ungkap Menkes seraya mengakui sosialisasi sampai tingkat pedesaan masih kurang. Apalagi, para tenaga kesehatan terutama spesialis belum terbiasa. Memanfaatkan Posdaya Menurut Ketua Yayasan Damandiri, 35.000 Posdaya yang ada di Indonesia saat ini bisa dimanfaatkan untuk mensosialisasikan BPJS Kesehatan. Jumlah Posdaya pun akan bertambah setiap bulannya, dengan diterjunkannya mahasiswa dari 125 perguruan tinggi se Indonesia ke desa-desa untuk melaksanakan Kuliah kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. “Sasaran keluarga yang menghendaki BPJS Kesehatan sekarang ini jauh berbeda dengan tahun 70-an. Penduduk saat ini, tingkat pendidikannya lebih tinggi, cara hidupnya pragmatis dan tuntutan hidup lebih tinggi. Kita akui masih banyak penduduk yang antri mendaftar BPJS Kesehatan, oleh karena itu harus sosialisasidi desa. Jangan kaget bila nanti terjadi
ledakan, karena sosialisasi BPJS sudah ke desadesa,” cetusnya. Dia juga mengakui sulitnya menerapkan suatu sistem yang baru dan berkelanjutan. “Contohnya, baru seminggu menjadi menteri, Menkes mendapat caci maki. Karena meski pelayanan ibu hamil bagus, tapi belum semua dilayani. Sehingga ibu hamil naik dari 250/ 100.000 kelahiran bayi menjadi 390/100.000 kelahiran bayi. Semua itu karena rakyatnya belum mendapat informasi yang jelas. Padahal Posyandu ada di mana-mana,” ujar Prof Haryono Suyono mengingatkan Menkes Nafsiah Mboy saat-saat pertama dilantik menjadi Menteri Kesehatan. Pencapaian sasaran MDGs dalam bidang kesehatan, kata Prof Haryono Suyono harus terpenuhi dan menjadi komitmen semua, termasuk BPJS Kesehatan. Mahasiswa mempunyai kewajiban moral melakukan KKN. “Dengan restu Menko Kesra dan Mendiknas, sejak beberapa bulan lalu, petugas BPJS sudah bergabung dengan mahasiswa,” ujar Prof Haryono Suyono seraya mengajak Menkes dan Kepala BKKBN datang pada persiapan KKN Tematik Posdaya untuk memberikan pembekalan materi kepada mahasiswa. RW
BPJS Kesehatan siap melayani kesehatan masyarakat.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
49
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Haruskah Pemimpin Bangsa Muncul dari Partai Politik Setelah selesai pemilu legislatif yang digelar bulan lalu dan hasil sementara juga telah diketahui, sebagian besar pimpinan partai politik merasa kecewa dengan hasil perhitungan suara yang didapatnya. Banyak yang meleset dalam memprediksi hasil perolehan suara yang ternyata jauh dari harapan. Sebelum pemilu legislatif banyak partai politik yang optimis akan berhasil memenangkan partainya dalam pemilu tahun ini dan akan mengusung calon presiden dari partainya sendiri. Optimisme itu ternyata gagal dan harapan untuk mengusung calon presiden dari partainya sendiri pun pupus. Kini sudah mulai terlihat, pimpinan partai politik mulai kasakkusuk kesana-kemari mencari kawan politik yang boleh jadi dulunya adalah pesaing yang berat. Para pimpinan daerah termasuk, pimpinan perguruan tinggi dan pimpinan keagamaan diajak dan diikutsertakan agar memiliki komitmen yang kuat dan bersamasama membangun bangsa, utamanya memberdayakan rakyat yang masih miskin yang ada di desa-desa agar mereka mampu bangkit menjadi bangsa yang mandiri dan sejahtera. [FOTO: DADI]
50
T
UJUAN mereka antara lain adalah merayu agar partai politik lain mau bergabung atau berkoalisi agar calon presiden yang akan diusungnya kelak memenuhi syarat pencalonan, dan tentunya dengan menawarkan berbagai janji-janji politik yang mencoba mencari kesamaan visi dan misi partai agar tujuan politiknya tercapai. Dengan dalih bermacam-macam, ada yang bertujuan mencari kesamaan, atau dengan segala cara sengaja dicari agar seolah-oleh partainya sama visi dan misinya dengan partai yang diajak berkoalisi. Saat ini hampir tidak terlalu dipermasalahkan, apakah itu muncul dari partai nasionalis maupun partai agamis, yang jelas mereka berupaya agar tujuan politiknya yaitu kekuasaan bisa tercapai. Membuat kesepakatan yang note bene bertujuan untuk membangun bangsa dan menjadikan bangsa ini lebih baik dari sebelumnya. Konsep di atas kerja memang luar biasa, namun lagi-lagi kalau sudah berkuasa, konsep yang indah itu tinggal konsep dan pelaksanaan kadang-kadang jauh dari
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
harapan rakyat. Partai politik yang optimis akan memperoleh suara di atas 25 atau 30 persen, ternyata tidak satu pun partai yang mampu mendapatkan perolehan suara sebanyak itu. Keyakinan bahwa rakyat akan mendukung partai politik tertentu, ternyata diluar dugaan, bahkan tidak sedikit rakyat yang mulai enggan berhubungan dengan politik, karena ternyata selama beberapa tahun terakhir ini terlihat partai politik yang mengusung dan menempatkan para wakil rakyat yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat, baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota tidak sedikit yang mengecewakan rakyat. Keengganan rakyat itu telah dibuktikan pada pemilu yang baru saja berlangsung. Banyak kasus-kasus yang bermunculan ketika yang bersangkutan duduk dan mewakili rakyat. Akhir-akhir para pimpinan dan pengurus partai politik mulai sibuk kesana-kemari untuk mencari dukungan, baik melalui koalisi dengan partai lain maupun mencoba mencari dukung-
an dari para alim ulama yang nyata-nyata suaranya masih didengar oleh pengikutnya. Politik memang tidak sepenuhnya muncul dari hati nurani, janji yang diutarakan adalah janji politik yang belum tentu bisa atau mampu dipenuhi. Janji-janji politik bagaikan omongkosong yang enak didengar tetapi sukar atau bahkan tidak dilaksanakan. Pimpinan partai yang terkesan rukun di hadapan publik ataupun bermusuhan dihadapan publik, tidak sedikit di antara mereka hanya bersandiwara dan hanya untuk mencari popularitas dan perhatian publik semata. Kesannya mereka bersatu dan bekerja sama, namun bila terjadi perbedaan politik, maka mereka tidak segansegan membuka kelemahan ataupun kejelekan lawan politiknya di depan publik bahkan menghancurkannya. Selama ini telah muncul nama-nama calon presiden dan telah beredar luas di masyarakat, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Para pesaing politik berusaha mencari kelemahan dan kekurangan lawan politiknya serta tidak segan-segan memaparkannya di publik. Sudah tidak ada lagi yang namanya etika politik, bahkan masalah pribadi pun sengaja dikait-kaitkan agar kelemahan lawan dan kekurangannya bisa diketahui oleh publik, meskipun secara hukum belum tentu terbukti, namun setidak-tidaknya publik dibuatnya membenci atau antipati, sehingga publik tidak tertarik dengan calon pemimpinnya. Dengan demikian rakyat dibuatnya bingung akan memilih dan menentukan mana yang ideal, karena semuanya memiliki kelemahan. Ada yang terkesan tegas dan berwibawa, tetapi dianggap memiliki masalah di masa lalu, dan ada juga yang sedang naik daun, belum terlalu banyak dosa-dosa politik, namun diragukan kemampuannya untuk memimpin bangsa yang besar ini. Apa lagi yang bersangkutan munculnya relatif dini dan belum terlalu banyak pengalaman dalam pemerintahan dan terkesan disetir dari belakang oleh tokoh tertentu dan belum memiliki kapasitas dan ketegasan selayaknya seorang pemimpin bangsa. Di antara banyak orang dan tokoh di negeri ini, kita yakin masih ada tokoh yang mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik, mampu menyatukan kembali bangsa ini dari ambang perpecahan, dan tidak ingin melihat bangsa ini hancur dan dirusak oleh bangsanya sendiri. Tokoh ini selalu mengedepankan rakyat, karena rakyat dianggapnya sebagai pelaku sekaligus sasaran pembangunan bangsa. Rakyat sebenarnya butuh pemimpin
yang mampu dan mau memberikan dorongan, perhatian dan proses pemberdayaan secara terus-menerus dan berkelanjutnya, bukan memberikan bantuan secara cuma-cuma dan setelah itu menghilang, tetapi dengan kasih sayang yang tulus, perhatian dan tidak putus-putusnya memberikan sentuhan-sentuhan pemberdayaan, sehingga rakyat mampu bangkit dan harga dirinya sebagai bangsa akan lebih terhormat. Yang diperlukan adalah kepedulian yang tinggi dan komitmen untuk bersama-sama, tanpa Dr Mulyono D Prawiro membedakan asal-usul dan dari mana pun partai politiknya, yang jelas semua diajak dan diperankan sebagai pelaku pembangunan yang handal. Para pimpinan daerah termasuk bupati/walikota, pimpinan perguruan tinggi dan pimpinan keagamaan diajak dan diikutsertakan agar memiliki komitmen yang kuat dan bersama-sama membangun bangsa, utamanya memberdayakan rakyat yang masih miskin yang ada di desa-desa agar mereka mampu bangkit menjadi bangsa yang mandiri dan sejahtera. Pemimpin seperti itulah kira-kira yang diperlukan bangsa ini, karena pemimpin semacam itu biasanya tidak atau enggan berhubungan dengan masalah politik, karena dalam benaknya tidak ada keinginan atau ambisi untuk menguasai, apalagi bermusuhan dan menjatuhkan lawan. Semua dianggap sahabat dan dengan demikian mereka mudah untuk mempersatukan bangsa. Siapa pun mereka dan apa pun golongan mereka, mereka tetap anak bangsa yang perlu diajak berbicara meskipun berbeda pendapat. Perbedaan dijadikan semacam keanekaragaman dan memperkaya pemikiran. Semua perlu dihargai dan dihormati, sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang kaya akan ide-ide cemerlang demi kemajuan bersama. Sayang pemimpin semacam ini belum mendapat tempat yang baik, namun hal ini perlu dipikirkan khususnya bagi partai politik yang ingin berkomitmen agar bangsa ini maju dan bersatu, bukan dengan memaksakan kehendak untuk mencalonkan pimpinan partainya, tetapi bisa melirik tokoh seperti diutarakan di atas. Pemimpin bangsa akan lebih baik bila muncul bukan dari pimpinan partai politik, tetapi muncul dari rakyat yang secara konsisten mampu membangun dan mempersatukan bangsa. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
51
FORUM KITA
Prof Dr E Koswara Kertapradja, MA *)
Universitas Trilogi Membuka Program Baru Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, agar peran pemerintahan daerah dalam Millennium Development Goals (MDG’s) dan Ekonomi Biru berfungsi secara efektif. Antara lain perlunya mengadakan reformasi pemerintahan daerah secara fundamental.
Pemikiran tentang Ekonomi Biru (Blue Economy) yang sedang gencar dilancarkan oleh beberapa Kementerian, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, juga mendapat perhatian serius lembaga-lembaga penelitian di berbagai universitas dan perguruan tinggi salah satunya Universitas Trilogi. [FOTO: ADE S]
B
EBERAPA permasalahan yang perlu dikonstatir dan perlu dipecahkan solusinya dalam hubungannya dengan perlunya reformasi pemerintahan daerah tersebut, antara lain, pertama, Permasalahan dualisme otonomi daerah yang perlu dicari alternatif pemecahannya, misalnya otonomi daerah perlu diletakkan di Daerah yang paling dekat kepada masyarakat, yaitu tingkat Kabupaten/Kota, sedangkan daerah Provinsi tidak diposisikan sebagai “Daerah Otonom”, melainkan murni sebagai “Wilayah Administrasi”. Kedua, posisi “dwi fungsi” gubernur sebagai Kepala Daerah Otonom Provinsi yang sekaligus sebagai Wakil Pemerintah dikonstatir tidak berfungsi secara efektif, karena adanya dualisme otonomi daerah tersebut. Ketiga, pemekaran daerah yang terus menerus tidak terkendalikan yang nota bene tidak memenuhi pensyaratan efektifitas
52
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
penyelenggaraan pemerintahan yang hanya pertimbangan politik semata, sungguhsungguh tidak menguntungkan kepentingan rakyat banyak. Keempat, pemilihan Kepala Daerah Langsung, yang menelan biaya sangat besar, disertai “money politics” yang jor-joran dan merajalelanya suap-menyuap dengan aparat penegak hukum, sungguhsungguh meresahkan dan merugikan rakyat banya. Kelima, tidak terpenuhinya integritas asas sebagai suatu sistem dan asas sebagai suatu kepatutan (behoorlijk bestuur) dalam penyelenggaraan pemerintahan, menimbulkan maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme di hampir seluruh strata pemerintahan, menimbulkan dampak keterpurukan bagi upaya peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Keenam masalah belum tecukupinya SDM Aparatur Pemerintahan yang berkualitas, membawa dampak tidak tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan, terutama dalam upaya mencapai Millenium Development Goals (MDG’s), dan upaya-upaya penyelenggaraan pembangunan lainnya. Secara kuantitas kebutuhan SDM Aparatur boleh dikatakan sudah tercukupi, namun secara kualitas terutama dari pensyaratan profesionalitas dan kompetensi masih belum tercukupi. Pada umumnya mereka kurang menguasai wawasan dan kompetensi yang luas dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik orientasinya kepada peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan, maupun dalam upaya menantang dan memanfaatkan pengaruh globalisasi yang melanda segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks mempercepat tercapainya sasaran Millennium Development Goals (MDG’s), sesungguhnya pemerintah telah mengingatkan dan menginstruksikan kepada seluruh perangkat pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, mulai dari para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II sampai kepada para Gubernur, Bupati dan Walikota di seluruh Indonesia, untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masingmasing, dalam rangka pelaksanaan programprogaram pembangunan yang berkeadilan, misalnya melalui Instruksi Presiden No.1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010; Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan; dan Instruksi Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Di samping itu, peranan Pemerintahan Daerah diharapkan memperhatikan dan memanfaatkan setiap potensi yang ada di wilayahnya, dalam rangka mengembangkan pemikiran tentang Ekonomi Biru (Blue Economy) yang sedang gencar dilancarkan oleh beberapa Kementerian, antara lain Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan oleh Lembaga-lembaga Penelitian di berbagai Universitas dan Perguruan Tinggi. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan SDM Aparatur yang berkualitas, dalam rangka Refomasi Birokrasi Pemerintahan menuju terwujudnya good governance, pemerintahan yang pro rakyat, dan peningkatan kesejahteraan yang berkeadilan untuk semua adalah dipandang sangat urgent.
Sehubungan dengan pokokpokok pemikiran tersebut, Universitas Trilogi dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, merasa terpanggil dan peduli untuk memperhatikan tuntutan dan kebutuhan peningkatan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan, baik di Pusat maupun di Daerah, serta tuntutan pengembangan karier aparatur di bidang keakhlian Prof Dr E Koswara Kertapradja, MA pemerintahan di lingkungan penyelenggaraan Pemerintahan Negara, disamping perlunya reformasi birokrasi pemerintahan secara keseluruhan, sesuai dengan tuntutan pembaharuan. Oleh karena itu, Reformasi Pemerintahan menuju kepada terwujudnya Good Governance, pemerintahan yang pro rakyat dan peningkatan kesejahteraan yang berkeadilan untuk semua (justice for all), menurut pandangan Universitas Trilogi adalah merupakan suatu keniscayaan (conditio sine qua non). Untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan tersebut, Universitas Trilogi bermaksud akan membuka dan menyelenggarakan ”Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan” (MIP), melalui Konsentrasi Ilmu Manajemen Pemerintahan, dimana Kurikulum dan para Pembinanya akan dibuat sedemikian rupa, agar dalam proses pembelajarannya dapat memenuhi syarat-syarat kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Demikian juga, ditinjau dari aspek Filsafat Ilmu, memenuhi aspek-aspek Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi dalam pengembangan Ilmu dan Manajemen Pemerintahan. Sehubungan dengan itu, Universitas Trilogi ingin menghimbau dan memohon kesediaan para Bupati dan Walikota yang tergabung dalam APEKSI dan APKASI, agar memberi kesempatan kepada para pegawai/ pejabat/ karyawannya yang memenuhi syarat, untuk mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu Manajemen Pemerintahan, yang Insya Allah segera akan dibuka pada September tahun ini. *) Penulis adalah Dosen/Guru Besar Ilmu Pemerintahan pada Program Pascasarjana, Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Dosen/ Anggota Dewan Guru Besar pada Universitas Trilogi, Dosen/Guru Besar pada berbagai Universitas/Sekolah Tinggi di Indonesia. Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
53
TASYAKURAN
HUT 76 Tahun Prof Dr Haryono Suyono
Tidak Ada Pesta, Harus Lanjut Kerja Luar Biasa. Demikian decak kagum yang terlontar dari sejumlah tamu undangan yang hadir memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Prof Dr Haryono Suyono, tepatnya 6 Mei 2014 lalu, di kediamannya di Jl Pengadegan Barat No 4, Jakarta Selatan. Tak ada pesta meriah, tak ada hingar bingar musik, hanya untaian doa bersama, semoga di usia 76 tahun ini, Prof Dr Haryono Suyono diberi kesehatan, panjang umur dan terus berkarya memajukan bangsa. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono didampingi istri Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono, anak-anak, mantu, kerabat, mitra kerja dan para tamu undangan saat tasyakuran hari ulang tahunnya ke-76 tahun (foto atas). Tampak Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja (foto bawah kiri) dan Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc (foto bawah kanan) menerima potongan kue ultah dari Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: IMAJI INDONESIA]
54
“T
IDAK ada pesta, tetapi harus lanjut kerja,” ungkap Drs Triadi Suparta, MBA, menirukan ucapan ayahnya, Prof Dr Haryono Suyono, yang tidak menginginkan pesta meriah memasuki ulang tahun ke 76, saat memberikan kata
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
sambutan mewakili seluruh anggota keluarga. Triadi Suparta merupakan suami dari anak pertama Prof Dr Haryono Suyono, yaitu Dra Ria Indriastuti Triadi. Meskipun tidak ada pesta, HUT 76 tahun Prof Haryono dihadiri keluarga besarnya, para sahabat dan kerabat juga mitra kerja. Di antaranya, Ketua Dewan Pengawas Yayasan Damandiri Dr Fuad Bawazier, Sekretaris Yayasan Damandiri yang juga sahabat dekat Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saepuddin, MSc, Ketua Presidium Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) Dr Sri Hartati P Pandi, MPH, Rektor Unitas Prof Dr Ir H M Zulman Harja Utama, MAP, dari Yayasan Indra, Dewan Nasional untuk Kesejahteraan Sosial dan dokter-
dokter yang tergabung dalam Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki). Tak ketinggalan, para pengelola Posdaya seDKI Jakarta Selatan di bawah binaan Universitas Pancasila beserta Lurah Lenteng Agung Susan Jasmin Zulkifli, juga tampak hadir. Usai pemotongan tumpeng dan kue ulang tahun yang didahului dengan pembacaan doa, dilanjutkan dengan pencanangan Gugus Depan berbasis masyarakat. “Mudah-mudahan berlangsung dengan baik, agar mendapat generasi yang lebih baik,” cetus Triadi menutup acara sambutan mewakili anggota keluarga. Sementara itu, Ketua Kwartir Daerah Provinsi DKI Jakarta Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH, MSi, usai penandatanganan naskah kerja sama dengan Yayasan Damandiri, mengatakan rasa kagumnya pada Triadi yang juga membidani bagian organisasi dan hukum di Kwartir Daerah DKI Jakarta. “Beliau sangat jeli dan cermat bagaimana menghadapi persoalan di masyarakat, hingga akhirnya beliau turut ambil peran sebagai pencetus pramuka menjadi ekstra kurikuler di sekolah. Bahwa, pramuka bukan hanya di lingkungan sekolah, tapi juga masyarakat.” Dikatakannya, pramuka harus cepat bergerak. Ketika ada tawuran, pramuka solusinya. Ketika isu Jakarta International School merebak, pramuka juga solusinya. “Program pengembangan ini menjadi program prioritas kami.Pramuka yang berkarakter harus mengabdi pada masyarakat, pramuka harus berada di mana-mana dan dicintai masyarakat.” Di sela acara penandatanganan kerja sama (MoU) antara Yayasan damandiri, Hipprada dan Kwarda DKI Jakarta ini, satu
Prof Dr Haryono Suyono menyerahkan potongan tumpeng tasyakuran hari ulang tahunnya ke-76 tahun kepada istri tercinta Ibu Hj Astuti Hasinah Haryono disaksikan Dr Fuad Bawazier (tengah belakang).
persatu tamu-tamu Prof Dr Haryono Suyono berdatangan hadir. Ibu Siti Hediati Soeharto, SE, yang akrab disapa Mbak Titiek Soeharto dan kini terpilih menjadi anggota DPR RI tampak hadir, diikuti Ketua Yayasan Supersemar Soebagyo, SH dan tamu-tamu penting lainnya. “Memang kalau profesor ulang tahun sahabat datang jauh dari mana-mana ingin mengucapkan selamat, agar aura panjang umurnya bisa menyebar. Karena beliau menyumbangkan rumah pribadinya untuk masyarakat,” ungkap Sylviana. Sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang pariwisata, Sylviana juga tidak melepas kedinasannya untuk menyosialisasikan program pengembangan pramuka berbasis
Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan sambutan acara tasyakuran HUT ke-76 tahun dan MoU antara Hipprada dan Kwarda DKI Jakarta. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
55
Ketua Umum Hipprada Prof Dr Haryono Suyono berjabatan tangan dengan KaKwarda DKI Jakarta Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH, MSi, usai menandatangani MoU didampingi Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja dan anggota Hipprada yang juga Pemimpin Perusahaan Majalah Gemari Drs TP Suparta, MBA. [FOTO: IMAJI INDONESIA]
Bergambar bersama pengurus Yayasan Damandiri, Hipprada dan Kwarda DKI Jakarta. [FOTO: ADE S]
56
masyarakat di lingkungan kedinasan. “Saya tidak akan lupa, program KB berhasil berkat beliau (Prof Dr Haryono Suyono, red),” cetusnya. Prof Dr Haryono Suyono yang pada hari itu terlihat sumringah karena dikelilingi orangorang yang mencintainya mengaku hari ini menjadi hari yang sangat spesial untuknya. “Rasanya seperti 17 tahun. Peristiwa ini luar biasa. Deputi Gubernur DKI Jakarta, puteri dari pembina saya yang hampir 32 tahun yaitu Ibu Siti Hediati Soeharto turut hadir.” Mengapa dikatakan pembina 32 tahun? “Karena begitu saya menjadi doktor dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, langsung ditugaskan beliau (almarhum Pak Harto, red) diberi penghargaan Bintang Mahaputra Utama. Setahun kemudian saya diangkat menjadi Kepala BKKBN. Eselon I golongan III C. Berda-
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
sar keputusan Presiden RI saya ditetapkan jadi notulen dengan golongan IV C. Tapi gaji saya tetap sesuai golong III C,” kelakarnya. Pada zaman Pak Harto, kata Prof Dr Haryono Suyono, tidak membuat rumah sakit indah tapi dokternya ditugaskan dari desa ke desa. “Jadi, ada istilah dokter keliling, bidan masuk desa, Inpres Desa Tertinggal (IDT red), Inpres sekolah dasar di desadesa dan lainnya,” ungkapnya seraya menyayangkan langkah itu saat ini tidak dilanjutkan. Lebih jauh ia juga menyambut gembira Hipprada menjalin kerja sama dan akan segara ditindaklanjuti dengan program aksi. Memperbaiki pramuka berbasis sekolah tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Sekolah Dasar (SD) kekurangan tenaga pelatih kepramukaan. Guru yang punya fungsi sebagai model mendidik, sekarang punya saingan dengan gadget. Juga kesenjangan orangtua dan murid sangat merosot. “Guru bisa dikalahkan handphone yang bawa pesan lebih menarik. Solusi guru dengan mudah dapat disaingin “profesor Google” karena memeiliki jawaban lebih luas,” tegas Prof Haryono seraya menekankan pentingnya kewibawaan guru sebagai pembina pramuka berbasis sekolah mampu memberikan penjelasan tentang ilmu falsafah Pancasila yang luhur. Segenap pimpinan, wartawan dan karyawan Majalah Gemari mengucapkan selamat ulang tahun ke76 kepada Bapak Prof Dr H Haryono Suyono. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kesehatan yang prima, umur yang panjang, murah rezeki, kemudahan, kesuksesan serta selalu dibimbing dan dilindungiNya dalam berjuang memberdayakan rakyat di pelosok tanah air. Aamiin. RW
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
57
LAPORAN DAERAH
Menyuarakan Pesan Kairo
Tingkatkan Posdaya ke Desa-desa Pelayanan kesehatan di desa makin mengenaskan, terutama sejak dokter keliling dihapus mulai tahun 2000. Bidan desa tahun 80-an yang meliputi seluruh desa, kini tinggal 20-30 persen. “Ini yang perlu kita perbaiki untuk masa akan datang. Untuk itu, kita perlu pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) pada tingkat pedesaan untuk membawa paket program yang serta merta menguntungkan rakyat,” cetus Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat berbagi pengalaman di depan peserta High Level Seminar on the ICPD Beyond 2014 Review di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi pembicara dalam High Level Seminar on the ICPD Beyond 2014 Review di Jakarta. [FOTO-FOTO: RAHMA]
M
ENANGGAPI hal ini, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof Dr Fasli Jalal mengaku cukup miris dengan kondisi kelembagaan BKKBN saat ini. Terutama sejak era otonomi dan desentralisasi. “Seberapapun canggihnya pelaksanaan pemerintah pusat sangat bergantung pada operasional di lapangan. Mulai dari menyusun visi misi, renstra dan sebagainya sangat ditentukan kelembagaan di kabupaten/kota. Sementara kelembagaan di kabupaten/kota sangat lemah,” jelasnya. Diakuinya, masalah kelembagaan sangat krusial. Sehingga, BKKBN harus terbirit-birit di lapangan karena kelembagaannya tidak kokoh. Ada yang ditempel dengan pemberda-
58
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
yaan perempuan, perlindungan anak, pemberdayaan masyarakat, kadang ditambah dengan kesejahteraan sosial. Bahkan ada KB kota tidak punya nomenklatur KB. “Sudah waktunya semua pihak bekerja sama menangani isu ini,” cetusnya. Hal senada juga disampaikan Prof Haryono Suyono bahwa BKKBN harus bekerja keras menyadarkan bupati/walikota dan juga PLKB di seluruh Indonesia. “Perlu juga disadari, apa yang disediakan institusi seperti puskesmas, sekolah, jangan dianggap otomatis akan diikuti penduduk,” tegasnya. Prof Haryono Suyono mengakui hal tersebut sangat sukar. Sama seperti dahulu ia pertama kalinya menyediakan pelayanan KB hanya diikuti 55.000 peserta. Setelah itu naik
menjadi 180.000, dan selanjutnya 5 juta per tahun. “Jadi jangan terpaku pada petugas formal, tetapi menjadikan gerakan kependudukan, KB dan keluarga sebagai gerakan masal. Agar orang-orang yang bukan BKKBN berbondongbondong menyuarakan program ini,” ungkap lelaki kelahiran Pacitan 6 Mei 1938 yang pernah menjabat sebagai Menko Kesra dan Taskin (19981999) dan Kepala BKKBN (1983-1998). Oleh karena itu, kata Prof Haryono Suyono, saat ini harus bisa memanfaatkan momen politik. Para calon legislatif yang sudah terpilih, diberikan kursus kependudukan KB dan pembangunan keluarga secara gegap gempita agar aturan main di DPR membawa aspirasi. “Sekarang ini kita adakan safari kepada calon presiden. Kita datangi capres untuk menjelaskan dan gawatnya masalah kependudukan di Indonesia. Karena, sekarang lebih 250 juta angka kematian ibu naik dan partisipasi sekolah masih di bawah angka 9. Kalau ini tidak diperhatikan, kualitas penduduk masa depan akan sangat rendah,” paparnya. Kilas balik KB Bercerita tentang succes story program KB di era tahun 70-an, tidak lepas dari pencetus awalnya yaitu Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang secara resmi dibentuk tahun 1957. Program KB saat itu dinilai sangat menarik karena ikut menangani masalah ledakan penduduk. Untuk pertama kalinya pula Indonesia menyelenggarakan konferensi kependudukan pada 1967 dan bergabung dengan kepala-kepala negara dunia menangani masalah kependudukan dunia. Di sinilah kemudian lahir BKKBN pada tahun 1970. Ledakan penduduk yang ditangani tahun 1960 mengindikasikan penduduk kurang dari 100 juta yang dikhawatirkan tahun 1970 akan meledak lagi. Pembahasan ini menjadi topik menarik pada tahun 60-an, sehingga melahirkan population policey (politik kependudukan). Politik kependudukan melahirkan rentetan peristiwa. Mulai dari lahirnya BKKBN tahun 1970, menghasilkan UN Population Award
tahun 1989 yang diberikan kepada Presiden Soeharto dan tahun 1992 menghasilkan Undang-Undang kependudukan Nomer 10 tahun 1992. Memasuki tahun 1993 menghasilkan deklarasi Hari Keluarga Nasional yang diperingati setiap tanggal 29 Juni. Selanjutnya, pada tahun 1994 mengikuti Konferensi Kependudukan pertama di Kairo. Sejak membawa program KB ke Kairo, para pemimpin dunia datang ke Indonesia. Setiap tahunnya sekitar 3000 pemimpin dunia berlatih sampai desa-desa. Bahkan Negara Bangladesh pernah jebol desa mengirim bupati camat nya ke desa-desa. “Ironisnya sekarang, penerangan yang biasa dibawa juru penerangan, sekarang tidak ada lagi. Dokter keliling, bidan desa sekarang tidak ada lagi. Di sinilah, kita perlu pos-pos pemberdayaan pada tingkat pedesaan untuk membawa paket program yang serta merta menguntungkan rakyat. Karena itulah pesan Kairo,” tegasnya. Menurut Kepala Perwakilan UNFPA di Indonesia Mr Jose Ferraris, isu-isu baru yang muncul bukanlah masalah belaka. Namun juga kesempatan untuk orang Indonesia mengembangkan program pembangunan mereka. “Saya berharap hasil dari pembahasan dari laporan ini dapat menjadi kritik diri yang berguna untuk melaksanakan agenda ICPD yang belum terlesaikan di masa depan, pada agenda pembangunan pasca 2015.” RW/HANUR
Peserta seminar tampak tekun mendengarkan arahan dari narasumber.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
59
LAPORAN DAERAH
Harganas Lombakan Keluarga Harmonis Sebuah keluarga bukan hanya dilahirkan untuk memberdayakan keluarganya sendiri, tapi juga bagaimana memberi manfaat untuk lingkungan sekitarnya. Harmonisasi keluarga dan masyarakat inilah yang mendorong lahirnya keluarga-keluarga harmonis yang dilombakan dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas).
Menggelar karpet di sepanjang jalan rumahrumah warga sebagai tempat kumpul ibu-ibu di kelurahan Kalisari kian menyatukan warga dalam semangat gotong royong. [FOTO-FOTO: RAHMA]
60
T
IDAK seperti biasanya, Lomba Keluarga Harmonis tahun 2014 ternyata diikuti oleh seorang Kepala Biro Humas DPR. Mewakili wilayah Kota Jakarta Timur, Drs H Suratna, MSi yang merupakan Kepala Bagian Humas Setjen DPR RI ini mengaku tidak mengaitkan keikutsertaan lomba dengan jabatan yang diembannya. Sebagai Ketua RT 11, RW 03 Kelurahan Kalisari, Suratna memang sudah menjadi langganan juara, baik di bidang pengelolaan lingkungan maupun PKK. Wilayahnya tertata rapi dengan konsep hijau daun yang melatari tiap pekarangan rumah warga dan trotoar jalan. Bersama isterinya, Ririn Wahyandari, SPdI, Suratna mengibarkan konsep pemberdayaan masyarakat dengan sangat sederhana namun berbuah nikmat. Sampah yang telah dipilahpilah oleh warganya dikumpulkan untuk kemudian dijual kepada pedagang asongan yang rajin keliling setiap minggunya. “Dengan begitu mereka langsung dapat menikmati hasil sampah bekasnya,” ujar Ririn yang sejak menikah sudah aktif bersama ibu-ibu PKK RT mengumpulkan warganya yang berjumlah 215 orang ini. Menariknya lagi, pasangan yang setia de-
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
ngan IUD nya sejak menikah dan dikarunia dua putera ini, menerapkan Rumah Pintar untuk “mencerdaskan” warga. “Jadi tiap jam sembilan malam, anakanak sudah harus tidur dan tidak boleh ada yang menyalakan televisi. Kalau ada anak yang masih menyalakan TV, nanti ada warga yang melapor ke RT. Walau tidak ada sangsi tertentu, alhamdulilah, semua warga taat pada peraturan ini,” tukas Suratna di sela acara Lomba Keluarga Harmonis di BPMPKB DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Provinsi DKI Jakarta Dr H Deded Sukendar, kehadiran Humas DPR menjadi peserta lomba Keluarga Harmonis ini diharapkan secara tidak langsung bisa mengkampanyekan program KB di tingkat DPR. “Paling tidak, dia dimajukan sebagai peserta sudah mengetahui kriteria ABCD. Harapan kita, kancah DPR bisa disampaikan ternyata BKKBN menyelenggarakan program KB yang sasarannya adalah masyarakat sehingga secara tidak langsung kita sudah mengkampanyekan ke DPR. Ini keuntungan bagi kita,” ujar Kepala BPMPKB DKI Jakarta yang ditemui di ruang kerjanya Kantor BPMPKB DKI Jakarta. Hal senada juga disampaikan Kasubdit Kesejahteraan Akseptor BPMPKB DKI Jakarta Jumadi, SE, MSi, dari enam wilayah kabupaten/kota hanya Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang tidak mengirim perwakilannya. Pemilihan keluarga harmonis dilakukan berjenjang dari perwakilan kecamatan, setelah itu ditentukan untuk tingkat kota. Lomba Keluarga Harmonis sudah dilak-
sanakan sejak 2010, berbeda dengan Lomba KB Lestari yang sudah dilaksanakan jauh sebelumnya. “Lomba KB Lestari dilihat dari kesertaannya ber-KB tanpa berhenti dengan kategori selama 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun. Sedang Lomba Keluarga Harmonis dilihat dari keaktifan ber-KB dan masyarakat,” ujar Jumadi. Selain Lomba Keluarga Harmonis dan Lomba Keluarga KB Lestari, rangkaian peringatan Harganas juga diikuti lombalomba yang terkait ketahanan dan kesejahteraan keluarga, seperti Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga lansia, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera, Penyuluh Keluarga Berencana dan Petugas Penyuluh Keluarga Berencana RW (PPKB RW). BPMPKB menggelar kegiatan lomba ini mulai 10 April sampai 2 Mei. “Rangkaian lomba ini pada tingkat nasional akan ada event temu kader nasional yang dilaksanakan pertengahan Mei. Di tingkat nasional, para juara terbaik I akan diajak ke Surabaya atas biaya nasional, tetapi di provinsi juga punya kebijakan, mengajak juara 1 ke Surabaya atas biaya provinsi,” kata Jumadi. Yang menariknya, untuk lomba PKB dan PPKB RW, Provinsi DKI Jakarta menyediakan hadiah umroh. Sedang pemenang lomba lainnya cukup mendapat award dalam bentuk uang pembinaan sebesar 5 sampai 3 juta untuk juara 1, juara 2 dan juara 3. “Pertimbangan kami, PKB dan PPKB RW adalah aparat kita garda paling depan. Penyambung kita di kelurahan ada PKB dan di tingkat RW ada PPKB RW. Sehingga kami berikan reward berupa paket umroh.” Jumlah tenaga penyuluh di DKI Jakarta memang cukup miris. Dari 4 – 5 tenaga penyuluh KB di tiap kelurahan, sekarang hanya ada dua atau satu tenaga penyuluh untuk 12 – 15 RW yang ada di tiap kelurahan. “Sudah beberapa tahun ini tidak ada rekrutmen penyuluh. Sementara yang lama sudah beranjak pensiun dan ada yang pindah ke instansi lain, ini menjadi kendala kita. Kepanjangan tangan berkurang, kita kesulitan
Pasangan Drs H Suratna, MSi dan Ririn Wahyandari, SPdI yang ditetapkan menjadi keluarga harmonis mewakili Provinsi DKI Jakarta pada peringatan Hari Keluarga Nasional 2014 di Surabaya.
untuk pembinaan lapangan. Mudah-mudahan dengan hadiah umroh bisa memancing mereka untuk tidak pindah ke lain hati,” tegas Jumadi. RW
FAN 2014 Apresiasikan Partisipasi Anak
A
NAK juga memiliki hak suara untuk mengapresiasikan keinginannya. Bentuk apresiasi kegiatan anak-anak ini akan terangkum dalam Forum Anak Nasional (FAN) pada 1 – 4 Mei 2014 nanti di Desa Wisata Hotel and Resort Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Acara yang digelar Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga berencana (BPMPKB) Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini akan dihadiri sekitar 700 peserta yang merupakan perwakilan anak dari seluruh kabupaten/kota serta pendamping dari setiap provinsi. “Kami berharap dari kegiatan ini, anak-anak mendapat pengalaman partisipasi. Juga meningkatkan pengetahuan anak di bidang nasionalisme, kebhinekaan, patriotisme dan nilai luhur budaya bangsa, serta menguatkan jaringan persaudaraan anak Indonesia,” ungkap Kepala BPMPKB DKI Jakarta Dr Deded Sukendar. Forum Anak Nasional merupakan pertemuan tahunan perwakilan dari forum anak seluruh provinsi di Indonesia, sebagai implementasi pasal 4 Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak atas pemenuhan hak hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar, sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Mengangkat tema nasionalisme, kebhinekaan dan persaudaraan, FAN 2014 akan diisi dengan program capacity building menggunakan metode kognitif, partisipatif dan rekreatif. Berbagai acara kreasi anak yang mengangkat kebudayaan Betawi dan stand pameran pun akan disuguhkan dalam bingkai menarik. RW Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
61
DNIKS
DNIKS dengan Kemensos
Bangun Kedaulatan Sosial Berbasis Pedesaan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) mengajak Kementerian Sosial untuk membangun kedaulatan sosial berbasis pedesaan. Tujuannya untuk merangsang semangat gotong royong keluarga miskin supaya bekerja keras dan bekerja cerdas.
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono dengan gamblangnya merinci masalah nasional yang menjadi permasalahan bersama Kementerian Sosial. [FOTO-FOTO: RAHMA]
62
H
AL tersebut disampaikan Ketua Umum DNIKS saat melakukan audiensi dengan Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementeria Sosial, Hartono Laras di Kemensos belum lama ini. “Dalam waktu dekat kita juga akan menggelar MoU dengan mitra kerja DNIKS lainnya,” ujarnya. Dengan sendirinya, kata Prof Haryono Suyono, mitra kerja DNIKS diperluas. Tidak saja Kementerian Sosial, tapi juga Kementerian Pendidikan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Pertanian dan beberapa kementerian yang menyangkut bidang kesejahteraan rakyat (kesra). Dijelaskannya, sejak tahun lalu DNIKS sudah mencoba melakukan pendekatan membangun kedaulatan sosial berbasis pedesaan di beberapa daerah. Contohnya di
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
Provinsi Sumatera Barat, kini sudah mempunyai Posdaya di hampir semua kabupaten. Bahkan di tiga kabupaten kini sudah mulai membangun warung pedesaan dengan menyediakan anggaran sekitar Rp 6 milyar. Dalam kesempatan itu, Prof Haryono Suyono mengajak organisasi-organisasi sosial yang berada di bawah payung Kementerian Sosial, secara gotong royong turun ke desa. “Agak sukar memang mengubah budaya organisasi sosial turun ke desa. Biasanya suatu lembaga menyantuni 30 orang. Kalau belum ada yang mati tidak bisa menambah karena anggarannya terbatas. Untuk itu satu demi satu organisasi sosial itu turun menjadikan masyarakat desa sebagai unit untuk bekerja,” imbaunya. DNIKS telah membangun Posdaya di desa bersama sekitar 250 Perguruan Tinggi yang menerjunkan mahasiswanya
melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya membangun entrepreneur. Sekarang juga telah berhasil mengembangkan pinjaman tanpa agunan Tabur Puja yang mencakup anggaran tidak kurang dari Rp 500 milyar dan di Jabodetabek sekitar Rp 9,5 milyar. Sementara Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulanan Kemiskinan Kementerian Sosial, Hartono Laras mengatakan, Kementerian Sosial juga telah mengadakan kegiatan senada dengan Posdaya melalui lembaga konsultasi keluarga bernama family care unit. “Semua basis pendekatannya pada keluarga. Program ini sudah berjalan di lapangan. Ini menegaskan bahwa kita ingin lebih kolaboratif, bagaimana kita melihat Posdaya sebagai kekuatan akar rumput,” tegas Hartono. Meski masih terbatas, kata Hartono, Family Care Unit yang ada di desa bisa dikembangkan di tempat lain. “Dalam waktu dekat kita akan bahas lebih teknis lagi apa yang ada di Kemensos, bagaimana masalah-masalah yang ada dalam keluarga belum diakses oleh
pemerintah. Misalnya, program keluarga harapan (PKH) ternyata tidak menyasar disabelitas. Tapi kita punya program lain di Direktorat Rehabilitasi untuk menangani disabelitas,” jelasnya. RW
Upaya DNIKS memperluas jaringan mitra kerja melakukan audiensi dengan Kementerian Sosial.
Rapat bersama jajaran Kemensos berlangsung sangat menarik.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
63
DNIKS
MoU DNIKS, Damandiri dan Dompet Dhuafa
Revolusi Peternakan Indonesia Wujudkan Swasembada Ternak Kebutuhan daging kerap menjadi persoalan bangsa ini. Sungguh ironis, negeri yang subur dan melimpah sumberdaya alam ini seringkali dilanda masalah itu. Namun kini segera bisa diatasi. Pasalnya, pada Selasa pagi 15 April 2014 lalu Dewan Nasional Indonesia untuk Kejahteraan Sosial (DNIKS), Yayasan Damandiri dan Dompet Dhuafa, sepakat bekerja sama meluncurkan program Revolusi Peternakan Indonesia untuk mewujudkan swasembada ternak di tanah air.
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Dr Parni Hadi saat memberikan sambutan di acara Launching Program Revolusi Peternakan Indonesia. [FOTO-FOTO: ADE S]
L
ANGKAH itu diharapkan mampu mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan melalui penyediaan sumber protein dalam negeri. Program untuk memberdayakan peternak lokal inipun bertekad menghasilkan satu juta ternak untuk Indonesia dalam kurun waktu lima tahun. Selain itu, juga memberikan kesempatan bagi para peternak untuk memilikinya sekaligus meningkatkan penghasilan. Acara MoU antara Yayasan Damandiri, DNIKS dan Dompet Dhuafa ini mendapat sambutan positif berbagai kalangan. Komunitas peternak dari Kabupaten Sukabumi, Lebak, Garut dan Bogor antusias mengikuti
64
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
kegiatan ini. Begitupun kelompok-kelompok Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) seKabupaten Bogor. Apalagi acara ini dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Dr Parni Hadi. Menarik lagi, peluncuran gagasan itu langsung direalisasikan Yayasan Damandiri dan DNIKS dengan menggelontorkan dana sebesar Rp 1 miliar untuk pemberdayaan peternak baik kelompok binaan Dompet Dhuafa maupun Posdaya. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Komplek Zona Madina, Rumah Sehat Terpadu, Jl Raya Parung KM 42, Ds Jampang, Parung, Bogor Jawa Barat ini makin
berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, gagasan Revolusi Peternakan Indonesia dengan dukungan Dompet Dhuafa dan DNIKS. “Hari ini kita melaunching Revolusi Ternak Indonesia 2014 untuk kelompok-kelompok Posdaya yang bergabung di desa-desa untuk memelihara ternak,” ujar Ketua Umum DNIKS ini semangat. Para peternak ini, lanjut Prof Haryono, boleh jadi saat membeli, hewan ternak itu masih muda, kecil berat badannya masih rendah lalu dipelihara selama 3 atau 4 bulan. “Setelah kita jual, hasil tambahannya dibagi antara Dompet Dhuafa, Yayasan Damandiri dan DNIKS untuk kepentingan umat selanjutnya,” tukas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini meyakinkan. Kelompok-kelompok ini, tambah Prof Haryono, adalah kelompok yang senantiasa mengembangkan kegotongroyongan antara anggota kelompok. “Kelompok ini juga menganut hidup sehat, anak-anaknya disekolahkan dan membangun komunitas untuk bekerja keras dan cerdas dengan penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” cetusnya. Melalui dukungan Dompet Dhuafa, lanjut Prof Haryono, dirinya optimis langkah ini akan berjalan sesuai yang diharapkan. “Dompet Dhuafa yang telah berpengalaman selama 20 tahun mengelola ternak, kita harapkan ahliahlinya itu bisa dipinjamkan untuk pergi ke desa-desa membangun peternakan-peternakan yang dikelola keluargakeluarga miskin yang tergabung dalam Posdaya,” jelasnya. Saat ini, tambah Prof Haryono, sudah ada 35 ribu kelompok Posdaya tersebar di seluruh pelosok tanah air. “Dengan persetujuan ini, nantinya 35 ribu kelompok Posdaya itu akan diajari bagaimana memelihara
Ketua Umum DNIKS Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Dr Parni Hadi (kanan), Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini (kiri) daan Wakil Ketua Umum DNIKS Siswadi, MBA (kedua dari kanan).
ternak dengan baik. Terutama ternak kambing dan juga kemungkinan sapi,” tukas Prof Haryono seraya menambahkan upaya itu sementara akan dikonsentrasikan di Jawa Barat, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Rp 1 miliar bagi pemberdayaan peternak Sebanyak 35 ribu kelompok Posdaya yang tersebar di Indonesia kini patut bergembira. Pasalnya, Yayasan Damandiri menggelontorkan dana Rp 1 miliar untuk pemberdayaan peternak terutama bagi kelompok-kelompok yang tergabung dalam Posdaya. “Melalui dukungan Dompet Dhuafa yang telah berpengalaman selama 20 tahun mengelola ternak, kita harapkan kelompok-kelompok Posdaya itu mampu mengembangkan peternakan dengan baik,” ungkap Prof Haryono. “Dengan kerja sama yang baik ini, masya-
Peserta tampak antusias menyimak paparan narasumber acara.
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
65
Pengurus DNIKS bergambar bersama jajaran Dompet Dhuafa dan komunitas peternak Indonesia.
66
rakat harus benar-benar memiliki kedaulatan sosial sehingga tidak perlu menunggu perintah dan instruksi langsung dalam melakukan berbagai kegiatan sosial,” tegas Prof Haryono. Proses pemberdayaannya, ujar Prof Haryono, menjadi sangat penting agar orang tidak menjadi miskin, tidak menjadi buta dan tidak menganggur. “Dompet Dhuafa ini nantinya kita jadikan guru bagi kedaulatan sosial, agar masyarakat semakin peduli khususnya pada penyandang disabilitas dan keluarga prasejahtera,” cetusnya. Hadir pada acara ini Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Dr Parni Hadi, Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini, Wakil Ketua Umum DNIKS Siswadi, MBA, Sekretaris Jenderal DNIKS Dr Rohadi Haryanto, MSc, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Deputi Kerja Sama Program Yayasan Damandiri Drs Fx Riswadi, para pengurus Posdaya se-Kabupaten Bogor, komunitas peternak dari Kabupaten Sukabumi, Lebak, Garut dan Bogor serta undangan lainnya. Sedangkan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Dr Parni Hadi mengatakan, Revolusi Peternakan Indonesia bergulir atas latar belakang kondisi negeri ini yang masih saja mengimpor ternak dari luar negeri. Padahal, Indonesia memiliki lahan peternakan luas dan segala potensi lainnya untuk swasembada ternak. “Setiap tahun saat Idul Qurban, sudah berapa juta ekor kambing, domba, dan sapi yang disembelih, tapi kenapa negeri ini belum
Gemari Edisi 160/Tahun XV/Mei 2014
pernah mencapai swasembada ternak? Untuk memiliki sebuah sistem yang baik di sektor peternakan, perlu adanya sebuah revolusi,” ujar Parni Hadi. Parni menambahkan, revolusi peternakan ini bisa menjadi bagian upaya mencapai kedaulatan pangan dan energi. Kedaulatan pangan dan energi bisa dicapai sekaligus karena bahan pangan sekaligus juga sumber energi. “Kedaulatan pangan meliputi swasembada daging, tentu saja. Untuk mencapai swasembada daging, perlu perencanaan yang matang. Ini bisa dimulai dengan langkah-langkah kecil seperti yang telah dirintis Dompet Dhuafa melalui gerakan Tebar Hewan Kurban (THK) dan program Kampoeng Ternak Nusantara sejak 20 tahun lalu,” jelasnya. Hal senada juga disampaikan Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini. Menurutnya Dompet Dhuafa akan melakukan pendampingan peternakan selama 3 sampai 4 bulan dengan para peternak. “Para peternak ini akan diajarkan bagaimana mengelola ternak, mengembangbiakan, dan menjadikan ternak sehat. Sehingga nantinya akan dihasilkan ternak yang berkualitas, sekaligus memberdayakan para peternak,” ujarnya. Saat ini, lanjut Ahmad Juwaini, sekitar 1.000 lebih peternak di berbagai wilayah di Pulau Jawa dan sekitarnya berhasil didampingi. “Semoga dengan hadirnya program Revolusi Peternakan Indonesia bisa kita perluas jaringan pemberdayaan peternak ke seluruh Nusantara,” cetusnya. Ahmad menambahkan, digulirkannya program Revolusi Peternakan Indonesia merupakan salah satu upaya untuk menggandeng dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk peduli dengan nasib peternakan di Indonesia. Acara kian menarik dengan sajian musik angklung yang dibawakan komunitas peternak dari Kabupaten Sukabumi, Lebak, Garut dan Bogor. Selain itu, sajian teater Revolusi Peternakan Indonesia yang diperankan pemuda pemudi Dompet Dhuafa makin menambah berkesannya acara. ADE S