LAPORAN AKHIR PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN ENVIROMENTAL HEALTH RISK ASSESMANT (EHRA)
KABUPATEN ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN
KELOMPOK KERJA ( POKJA) AMPL KABUPATEN ENREKANG TAHUN 2013
1
KAT A P E NGA NTAR
EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan, mengetahui informasi dasar yang valid dalam penilaian risiko kesehatan lingkungan. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Sementara, perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higiene dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah rumah tangga. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Enrekang yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan Strategi Sanitasi Kabupaten. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat kabupaten sampai di tingkat kelurahan/desa (indikatif). Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan Pokja AMPL, Dinas kesehatan bersama Tim. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan petugas Pustu/Poskesdes dan kader-kader Posyandu di tingkat desa/kelurahan. Dokumen ini adalah Laporan Studi EHRA di Kabupaten Enrekang yang kegiatan pengumpulan datanya dimulai Juni tahun 2013. Penyusunan laporan difasilitasi oleh Program PPSP dengan melibatkan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang sebagai pelaksana kegiatan, di bantu oleh kepala puskesmas dan sanitarian sebagai Koordinator wilayah dan supervisor, serta petugas entri data, Petugas Pustu/Poskesdes, kader-kader posyandu desa/kelurahan, dan pihak kelurahan/kecamatan se Kabupaten Enrekang. Enrekang, Juli 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................. 2 1.3 Ruang Lingkup ..................................................................................... 2
BAB II
1.3.1
Wilayah Studi .......................................................................... 2
1.3.2
Materi ...................................................................................... 2
METODOLOGI ........................................................................................ 4 2.1. Penentuan Target Area Survei.............................................................. 5 2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden ................................................... 7 2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei ............................................... 7 2.4 Penentuan RT/RT dan Responden di Lokasi Survei .............................. 7
BAB III HASIL STUDI EHRA KABUPATEN ENREKANG ...................................... 8 3.1. Informasi Responden ........................................................................... 8 3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga .................................................. 10 3.3. Pembuangan Air Limbah Domestik ....................................................... 11 3.4. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah Dan Banjir ................................... 15 3.5. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga ................................................ 20 3.6 .Perilaku Higienis ................................................................................... 22 3.7 .Kejadian Penyakit Diare ........................................................................ 25 3.8 .Indeks Risiko Sanitasi ........................................................................... 26
BAB IV P E N U T U P .......................................................................................... 27
LAMPIRAN GRAFIK DAN TABEL LAMPIRAN DOKUMENTASI
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Grafik Distribusi Desa/Kelurahan per Kluster untuk Penetapan Lokasi Survei EHRA ................................................... 5
Gambar 3.1
Grafik Pengelolaan Sampah.......................................................... 10
Gambar 3.2
Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga ......................................................................................... 11
Gambar 3.3
Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar .................................. 12
Gambar 3.4
Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja ........................................... 13
Gambar 3.5
Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik.......................... 13
Gambar 3.6
Grafik Praktik Pengurasan Tangki Septik ...................................... 14
Gambar 3.7
Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman ........................................................................................... 14
Gambar 3.8
Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir............................................................................................ 16
Gambar 3.9
Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin ............ 16
Gambar 3.10
Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir........................... 17
Gambar 3.11
Grafik Lokasi Genangan di Sekitar Rumah .................................... 17
Gambar 3.12
Grafik Persentase Rumah Kepemilikan SPAL ............................. 18
Gambar 3.13
Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga ....................... 18
Gambar 3.14
Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi........................................ 19
Gambar 3.15
Grafik Pencemaran SPAL ........................................................... 19
Gambar 3.16
Grafik Akses Terhadap Air ........................................................... 21
Gambar 3.17
Grafik Sumber Air Minum dan Masak ............................................ 21
Gambar 3.18
Grafik CTPS di Lima Waktu Penting ............................................ 23
Gambar 3.19
Grafik Waktu Melakukan CTPS .................................................... 23
Gambar 3.20
Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS ..................... 24
Gambar 3.21
Grafik Indeks Risiko Sanitasi ...................................................... 26
4
DAFTAR TABEL
Table 2.1
Kategori Kluster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko........................................................................................... 5
Tabel 2.2
Hasil Klustering Desa/Kelurahan ..................................................... 6
Tabel 2.3
Kecamatan dan Desa/Kelurahan Terpilih untuk Survei EHRA ........... 7
Tabel 3.1
Informasi Responden ...................................................................... 9
Tabel 3.2
Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA............. 11
Tabel 3.3
Area Berisiko Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA ............................................................................................. 15
Tabel 3.4
Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ............ 20
Tabel 3.5
Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ................ 22
Tabel 3.6
Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA..................................................................................... 24
Tabel 3.7
Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA .......................................................................................... 25
5
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Sanitasi merupakan salah satu usaha yang memberikan kontribusi positif terhadap penanganan tingkat kemiskinan dalam jangka waktu menengah dan panjang melalui tersedianya lingkungan yang sehat. dengan tersedianya lingkungan yang sehat maka derajat kesehatan masyarakat juga akan meningkat sehingga kesejahteraan masyarakat akan bisa dicapai. Sanitasi menjadi tantangan, tugas dan kewajiban yang harus dihadapi pemerintah dan masyarakat. Masalah ini menjadi persoalan pembangunan Nasional dan Daerah, termasuk Kabupaten Enrekang. Dalam rangka mengejar ketertinggalan pembangunan sanitasi di daerah, khususnya di Kabupaten Enrekang diperlukan sebuah terobosan di dalam pembangunan sanitasi, yaitu melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program ini mempunyai target hingga 2014 sebagai berikut : 1. Stop BAB Sembarangan (Stop BABS) di wilayah perkotaan dan pedesaan pada 2014; 2. Perbaikan pengelolaan persampahan, melalui implementasi 3R (reduce, reuse, recycle) dan TPA berwawasan lingkungan (sanitary landfill dan controlled landfill) ; 3. Pengurangan genangan di kawasan perkotaan seluas. Sedangkan lingkup pelaksanaan PPSP di daerah meliputi : 1. Penyiapan penyusunan Buku Putih. 2. Penyusunan Strategi Pembangunan Sanitasi Permukiman : a. Pelatihan Penyusunan Buku Putih. b. Fasilitasi Penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi, yang meliputi : 1. Kajian Data Sekunder / Aspek Teknis Operasional 2. Kajian kelembagaan 3. Kajian keuangan 4. Kajian komunikasi dan media 5. Kajian SSA 6. Kajian PMJK 7. Studi EHRA c. Pelatihan Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten / Kota d. Fasilitasi Penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi e. Pelatihan Penyusunan Rencana Tindak f.
Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak
g. Pelatihan Monev
6
3. Fasilitasi dan Penyusunan Program Memorandum 4. Fasilitasi dan Pelaksanaan (implementasi) 5. Fasilitasi dan Pelaksanaan Monev Dalam rangka penjabaran PPSP di Kabupaten Enrekang, diperlukan penyusunan Studi EHRA sebagai bagian dari penyusunan Buku Putih Kabupaten Enrekang. Studi EHRA (Environment Health Risk Assesment / Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan) adalah studi yang mendalami sanitasi dan perilaku yang berhubungan dengan sanitasi yang telah ada, termasuk air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air dan jasa pengumpulan limbah padat serta bagaiman perilaku anggota rumah tangga dalam hubungannya dengan Risiko kesehatan lingkungan. Perilaku hidup sehat ini mencakup cuci tangan dengan sabun, penanganan kotoran anak, dan pengelolaan limbah padat di rumah. 1.2
Tujuan Tujuan pelaksanaaan studi EHRA terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. a.
Tujuan Umum Tujuan umum studi EHRA adalah untuk mendapatkan deskripsi sanitasi kota/kabupaten baik dari aspek fisik (bangunan) maupun pengetahuan, sikap dan perilaku yang berisiko terhadap kondisi kesehatan rumah tangga dan warga lainnya.
b.
1.3
Tujuan Khusus 1.
Mengidentifikasi perilaku sanitasi masyarakat yang meliputi praktik BAB, cuci tangan menggunakan sabun, dan pembuangan sampah
2.
Mengidentifikasi kondisi air minum, tempat pembuangan tinja manusia dan saluran tempat buangan dapur dan kamar mandi.
3.
Mengidentifikasi kondisi genangan.
4.
Mengidentifikasi kondisi kesehatan masyarakat.
Ruang Lingkup 1.3.1
Wilayah Studi Daerah studi EHRA sebanyak 15 Desa / Kelurahan dari Kecamatan di Kabupaten Enrekang.
1.3.2
11
Materi Ruang Lingkup penyusunan studi EHRA meliputi : 1. Diskusi dengan POKJA 2. Memperbaiki instrumen sesuai hasil diskusi 3. Mengkoordinasikan kerja lapangan 7
4. Melaksanakan Entry Data. 5. Melaksanakan Data Cleaning. 6. Melaksanakan Data Processing, analisa dan laporan awal 7. Umpan balik untuk POKJA, Enumerator, kelurahan / desa dan kecamatan. 8. Laporan Studi EHRA.
8
BAB II M E T OD O L O G I E H R A adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data yakni wawancara (interview) dan pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif olek Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang.Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survei. Sebelum turun ke lapanagan, para sanitarian dan Enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan Enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrument EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indicator-indikator; uji coba lapangan dan diskusi perbaikan instrument. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rumah Tangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW/Dusun dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah di tentukan menjadi area survei. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per Desa/Kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Kepala Rumah Tangga atau Ibu atau anak yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan di uji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika,informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami bentuk hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang. Sebelum melakukan entri data, Tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entri EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu,ti data entri dikenalkan pada stuktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsisten yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-banar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri direcheck kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali. Kegiatan studi EHRa memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh pokja Kabupaten semata. Agar efektif, POkja Sanitasi Kabupaten diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim Ehra sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penanggungjawab Coordinator survei Anggota Koordinator Kecamatan Supervisor Tim Entry data
: Pokja Kabupaten Enrekang : Pokja Dinas Kesehatan : BAPPEDA, PU, PMD : Kepala puskesmas : Sanitarian puskesmas : Bagian pengolah data Dinas Kesehatan 9
7. 8.
Tim Analisis Data Enumerator
: Pokja Kabupaten Enrekang : Petugas Pustu dan kader posyandu
2.1. Penentuan Target Area Survei Metode penentuan target area survei dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klustering. Hasil Klustering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan beRisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah “ Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjasi sampel. Sementara metode sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Enrekang mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan. Penetapan Kluster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/desa 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup refresentatif menunjukkan kondisi social ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/desa. 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketenteraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria diatas, Klustering wilayah Kabupaten Enrekang menghasilkan ketegori Kluster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada Kluster tertentu dinggap memiliki karasteristik yang identik/homogeny dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survei pada suatu Kluster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survei pada Kluster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area beRisiko Kabupaten Enrekang. Tabel 2.1: Kategori Kluster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko Kriteria Kluster Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4
Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
10
Klustering wilayah di Kabupaten Enrekang menghasilkan kategori Kluster sebagaimana diperlihatkan pada table 2. Wilayah (kecamatan/desa/kelurahan) yang terdapat pada Kluster tertentu dianggap memiliki karasteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survei pada suatu Kluster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survei pada Kluster yang sama Table 2.2: Hasil Klustering Desa/Kelurahan No 1
Kluster 3
Jumlah 1
2
2
9
3
1
5
Nama Desa/kelurahan Pana Salu Dewata,Benteng Alla Utara, Eran Tuara Batu,Lebang, Salassa,Mangkawani, Puncak Harapan, Tangru Mendatte,Kendenan,Tallang Rilau, Karueng, Batu Mila
Hasil Klustering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Enrekang yang terdiri dari 15 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut : 1. Kluster 1 sebanyak 7% 2. Kluster 2 sebanyak 60% 3. Kluster 3 sebanyak 33% Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam Kluster tersebut dapat dilihat pada grafik 1 berikut: Gambar 2.1: Grafik Distribusi Desa/Kelurahan per Kluster untuk penetapan lokasi survei EHRA
11
2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden Unit sampling utama (Primary Sampling) pada studi EHRA adalah RT (Rukun Tetangga) dan dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua dusun dalam setiap desa/kelurahan yang telah dipilih menjadi area survei. Jumlah sampel per desa/kelurahan adalah minimal 40 responden. Yang menjadi responden adalah kepala rumah tangga, ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Namun demikian batas atas usia ini mesti diperlakukan secara hati-hati. Kadang bisa dijumpai mereka yang berusia di bawah 55 tahun tapi kurang dapat merespon pertanyaan enumerator atau mereka yang sudah berusia 60 tahun namun masih bisa merespon pertanyaan enumerator dengan sigap. 2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 15 desa/kelurahan secara random. Hasil pemilihan desa/kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 3 barikut : Tabel 2.3: Kecamatan dan Desa/Kelurahan Terpilih untuk Survei EHRA Jumlah Jumlah Jumlah No Kluster Kecamatan Dusun/RT Dusun Responden terpilih 1 3 Alla Pana 4 4 40 2 2 Anggeraja Salu Dewata 3 3 40 Baroko Benteng Alla 6 6 40 Utara Buntu Batu Eran Batu 4 4 40 Cendana Lebang 3 3 40 Curio Salassa 4 4 40 Enrekang Tuara 3 3 40 Maiwa Mangkawani 4 4 40 Maiwa Puncak 3 3 40 Harapan Malua Tangru 3 3 40 3 1 Anggeraja Mendatte 3 3 40 Baraka Kendenan 4 4 40 Bungin Tallang Rilau 3 3 40 Enrekang Karueng 3 3 40 Maiwa Batu Mila 4 4 40 Desa/Kel Terpilih
2.4. Penentuan RW/RT dan Responden di Lokasi Survei Rumah tangga/respondendpilih dengan menggunakan cara acak (randon sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih untuk terpilih sebagai sampel. Artinya penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri
12
BAB III H A S I L S T U D I E H R A D I K A B UP A T E N E N R E K A N G 3.1 Informasi Responden Sub-bab ini memaparkan sejumlah variabel sosio-demografi dan hal-hal yang terkait dengan status rumah di Kabupaten Enrekang. Variabel-variabel yang dimaksud mencakup status responden, jumlah anggota rumah tangga, usia anak termuda, status rumah. Variabel-variabel sosio-demografis perlu dipelajari karena keterkaitan yang cukup erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki Risiko paling tinggi atau yang kerap dikenal dengan istilah population at risk. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water borne diseases), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita. Sementara, variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan dan juga ketersediaan kamar yang disewakan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense of ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda. Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18 - 60 tahun. Batas usia, khususnya batas-atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan, Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (60 tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. Dari usia responden, kebanyakan adalah yang berusia di atas 45 tahun yaitu 22,3% dari total responden, kemudian yang berusia 31-35 tahun yaitu 20,2% dan proporsi yang terkecil adalah yang berusia di bawah 20 tahun sebesar 1,0%. Terkait dengan status rumah responden, kebanyakan dari responden adalah menempati rumah dengan milik sendiri sebesar 73,7%, milik orang tua 22,5%, berbagi dengan orang lain 1,5%, rumah sewa 0,2%, rumah kontrak 0,3%, rumah dinas 0,2% dan yang lainnya 1,7%.
13
Tabel 3.1: Informasi Responden B. INFORMASI RESPONDEN. Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
1 n
Kelompok Umur Responden
B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini?
% 1.0
n
2
4
% 1.1
21 - 25 tahun
15
7.5
28
26 - 30 tahun
39
19.5
31 - 35 tahun
41
36 - 40 tahun
29
41 - 45 tahun > 45 tahun Milik sendiri
n
7
0
% .0
7.8
5
46
12.8
20.5
70
14.5
78
30
15.0
44
22.0
8
n 6
% 1.0
12.5
48
8.0
8
20.0
93
15.5
19.4
10
25.0
121
20.2
21.7
4
10.0
111
18.5
48
13.3
9
22.5
87
14.5
86
23.9
4
10.0
134
22.3
143
71.5
273
75.8
26
65.0
442
73.7
Rumah dinas
0
.0
1
.3
0
.0
1
.2
Berbagi dengan keluarga lain Sewa
0
.0
9
2.5
0
.0
9
1.5
1
.5
0
.0
0
.0
1
.2
Milik orang tua Lainnya
1
.5
1
.3
0
.0
2
.3
51
25.5
70
19.4
14
35.0
135
22.5
4
2.0
6
1.7
0
.0
10
1.7
Tidak sekolah formal
26
13.0
43
11.9
1
2.5
70
11.7
SD
52
26.0
116
32.2
10
25.0
178
29.7
SMP
50
25.0
102
28.3
9
22.5
161
26.8
SMA
51
25.5
67
18.6
15
37.5
133
22.2
SMK Universitas/Akademi B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? B6. Apakah ibu mempunyai anak?
Total 3
<= 20 tahun
Kontrak
B3. Apa pendidikan terakhir anda?
2
Ya
2
1.0
8
2.2
1
2.5
11
1.8
19
9.5
24
6.7
4
10.0
47
7.8
69
34.5
130
36.1
15
37.5
214
35.7
131
65.5
230
63.9
25
62.5
386
64.3
93
46.5
154
42.8
7
17.5
254
42.3
Tidak
107
53.5
206
57.2
33
82.5
346
57.7
Ya
191
95.5
339
94.2
36
90.0
566
94.3
9
4.5
21
5.8
4
10.0
34
5.7
Tidak
Ya
Tidak
14
3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan hasil EHRA meliputi : 1. Kondisi sampah di lingkungan rumah tangga 2. Pengelolaan sampah rumah tangga dan 3. Pemilahan/pemisahan sampah Pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban yang sudah ada di kuesioner yang disampaikan enumerator. Di banyak kota di lndonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan.
Gambar 3.1: Grafik Pengelolaan sampah
15
Gambar 3.2: Grafik Perilaku Praktik pemilahan sampah oleh rumah tangga
Table 3.2: Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
3.1 Pengelolaan sampah
Tidak memadai Ya, memadai
3.4 Pengolahan sampah setempat
Tidak diolah Ya, diolah
1 n 200
Total
2 % 100.0
n 359
3 % 99.7
n 40
7 % 100.0
8
n 599
% 99.8
0
.0
1
.3
0
.0
1
.2
188
94.0
292
81.1
37
92.5
517
86.2
12
6.0
68
18.9
3
7.5
83
13.8
3.3 Pembuangan Air Limbah Domestik Praktik BAB (Buang Air Besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai / kali / got / kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air, berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum dan langsung di buang ke sungai/kali. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang alr besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya. 16
Untuk jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 3 (tiga) kategori besar, yakni jamban siram/leher angsa , jamban/non-siram/ tanpa leher angsa, dan tak ada fasilitas. Pilihan-pilihan pada dua kategori pertama kemudian dispesifikasikan lebih lanjut dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup ke pipa pembuangan khusus (sewerage), tangki septik, cubluk, lobang garian, sungai/ kali/ parit/ got. Sementara, kategori ketiga, ruang terbuka, pilihannya mencakup kebun, halaman, sawah, sungai, kali, parit atau got. Karena informasi jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana penyimpanan/ pengolahan. warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik, Padahal, yang dimaksud adalah tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Karenanya, EHRA juga mengajukan sejumlah pertanyaan konfirmasi yang dapat dapat mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga. pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud antara lain, Apakah tangki septik itu pernah dikosongkan?; Kapan tangki septik dikosongkan?; dan Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun? Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/ WC/ latrin yang ada di rumah tangga, Ada sejumlah aspek/fasilitas yang diamati oleh enumerator, misalnya ketersediaan air, sabun, alat pengguyur atau Gayung. Enumerator yang berpartisipasi dalam EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait dengan kebersihan jamban dengan melihat apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja, bekas tissue yang ada tinja atau bekas pembalut, apakah jamban bebas dari kecoak dan lalat. Gambar 3.3: Grafik Persentase tempat buang air besar
Survei EHRA menemukan bahwa tempat buang air besar yang paling umum di Kabupaten Enrekang adalah menggunkan jamban pribadi dengan proporsi sebesar 17
74,4%, MCK/WC umum sebesar 4,7%, sementara proporsi rumah tangga yang Buang Air Besar di tempat terbuka/tidak aman sebesar 20,9% yang terdiri dari sungai sebesar 5,7%, kebun/pekarangan sebasar 2,7%, selokan/parit/got sebesar 1,8%, lubang galian sebesar 2,5% lainnya sebesar 9,8% dan tidak tahu sebesar 0,2%. Gambar 3.4: Grafik Tempat penyaluran akhir tinja
Gambar 3.5: Grafik Waktu terakhir pengurasan tangki septic
18
Gambar 3.6 Grafik Praktik pengurasan tangki septic
Gambar 3.7: Grafik Persentase Tangki septic suspek aman dan tidak aman
Hasil EHRA menemukan bahwa penggunaan tangki septik dengan suspek aman sebanyak 52,8 % dan suspek tidak aman sebanyak 48,2%, hal ini merupakan salah satu yang mempengaruhi risiko kesehatan lingkungan.
19
Tabel 3.3: Area Berisiko Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL 2.1 Tangki septik suspek aman 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik 2.3 Pencemaran karena SPAL
KATEGORI
1
2
Total 3
7
8
n 115
% 57.5
n 154
% 42.8
n 14
% 35.0
n 283
% 47.2
Suspek aman Tidak, aman
85
42.5
206
57.2
26
65.0
317
52.8
1
100.0
11
100.0
0
.0
12
100.0
Tidak aman
84
42.0
138
38.3
28
70.0
250
41.7
116
58.0
222
61.7
12
30.0
350
58.3
Tidak aman
Ya, aman
3.4 Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Terkait dengan risiko kesehatan lingkungan, telah diketahui luas bahwa mereka yang tinggal di perumahan padat, misalnya di gang-gang sempit, akan memiliki risiko kesehatan lingkungan yang lebih besar ketimbang mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang padat. Penyakit-penyakit seperti TBC, diare dan influenza adalah contoh penyakit-penyakit yang mudah menyebar di antara warga yang tinggal di rumah-rumah padat dan berdempetan. Bagian ini menyediakan informasi mengenai kondisi saluran air rumah tangga di Kabupaten Enrekang. Saluran air merupakan salah satu objek yang diperhatikan EHRA karena saluran yang tidak memadai berisiko memunculkan berbagai penyakit. Enumerator EHRA mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah terpilih. Saluran yang dimaksud adalah saluran yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga (grey water), seperti air dapur (bekas cuci piring/ bahan makanan), air cuci pakaian maupun air bekas mandi. Seperti kebanyakan terjadi di kota20
kota di lndonesia, saluran grey water dapat pula berfungsi menjadi saluran bagi pengaliran air hujan (drainage). Bila suatu rumah didapati memiliki saluran, enumerator akan mengamati lebih dekat apakah air di saluran itu mengalir, dan melihat apakah terdapat tumpukan sampah di dalam saluran air itu. Saluran yang memadai ditandai dengan aliran airnya yang lancar atau tidak ada air warna airnya yang cenderung bening atau bersih, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya. Gambar 3.8: Grafik Persentase rumah tangga yang pernah mengalami banjir
Gambar 3.9: Grafik Persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin
21
Gambar 3.10 : Grafik Lama air menggenang jika terjadi banjir
Gambar 3.11: Grafik Lokasi genangan di sekitar rumah
Hasil Survei EHRA menemukan bahwa lokasi genangan terbesar di sekitar rumah adalah genangan di halaman rumah sebesar 75,4%, di dekat dapur sebesar 26,1%, di dekat kamar mandi sebesar 18,7% dan di dekat bak penampungan sebesar 18,7%.
22
Gambar 3.12: Grafik Persentase Kepemilikan SPAL
Gambar 3.13: Grafik Akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga
23
Gambar 3.14: Grafik Persentase SPAL yang berfungsi
Hasil EHRA di Kabupaten Enrekang menemukan bahwa SPAL yang berfungsi sebesar 64,3%, ada saluran tapi tidak dapat mengalir sebanyak 6,3%, tidak dapat dipakai karena saluran kering sebesar 2,0% dan yang tidak ada saluran sebesar 27,3%. Gambar 3.15: Grafik Pencemaran SPAL
24
Tabel 3.4: Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL 4.1 Adanya genangan air
KATEGORI Ada genangan air (banjir) Tidak ada genangan air
1
2
Total 3
7
8
n 32
% 16.0
n 103
% 28.6
n 19
% 47.5
n 154
% 25.7
168
84.0
257
71.4
21
52.5
446
74.3
3.5 Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga Sub-bab ini menyajikan informasi mengenai pengelolaan air bagi rumah tangga di Kabupaten Enrekang . Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) Sumber Air dan 2) Pengolahan, penyimpanan dan penanganan air yang baik dan aman. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri, Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiiiki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, waduk ataupun danau. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Sejumlah studi mengonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, lebih karena surnber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Karenanya, kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitankesakitan seperti gejala diare. Pada suplai air , studi EHRA mempelajari kesulitan yang dialami rumah tangga dalam mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Kesulitan mendapatkan air diukur dari tidak tersedianya air dari sumber air minum utama rumah tangga atau tidak bisa digunakannya air yang keluar dari sumber air minum utama. Data ini diperoleh dari pengakuan verbal responden.
25
Gambar 3.16: Grafik Akses Terhadap Air
Gambar 3.17: Grafik Sumber air minum dan masak
26
Tabel 3.5: Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL 1.1 Sumber air terlindungi
KATEGORI Tidak, sumber air berisiko tercemar Ya, sumber air terlindungi
1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. 1.3 Kelangkaan air
Tidak Aman Ya, Aman Mengalami kelangkaan air Tidak pernah mengalami
1
2
Total 3
7
8
n 94
% 47.0
n 125
% 34.7
n 20
% 50.0
n 239
% 39.8
106
53.0
235
65.3
20
50.0
361
60.2
6
3.0
22
6.1
8
20.0
36
6.0
194
97.0
338
93.9
32
80.0
564
94.0
57
28.5
150
41.7
8
20.0
215
35.8
143
71.5
210
58.3
32
80.0
385
64.2
3.6 Perilaku Higiene Perilaku Higiene/Sehat seperti mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 5F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), fingers (jari/tangan) dan food (makanan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu pentingyakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehari-harinya, EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si lbu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang peilakunya didalami oleh EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Berdasarkan Studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam hal mencuci tangan adalah 1) Setelah buang air besar 12%, 2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, 3) sebelum makan 14%, 4) sebelum member makan makan bayi 7%, 5) sebelum menyiapkan makanan 6%.
27
Gambar 3.18: Grafik CTPS di lima waktu penting
Hasil survei EHRA menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalam hal mencuci tangan masih sangat rendah dengan persentase yang mencuci tangan pakai sabun hanya sebesar 13,3% sementara yang tidak mencuci tangan pakai sabun sebesar 86,7%. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare.
Gambar 3.19 : Grafik Waktu melakukan CTPS
28
Gambar 3.20: Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS
Tabel 3.6: Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
1
2
Total 3
7
8
n 164
% 82.0
n 316
% 87.8
n 40
% 100.0
n 520
% 86.7
Ya
36
18.0
44
12.2
0
.0
80
13.3
5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?
Tidak
42
21.0
111
30.8
19
47.5
172
28.7
158
79.0
249
69.2
21
52.5
428
71.3
5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?
Tidak
5.2.c. Keberfungsian penggelontor.
Tidak
5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?
Tidak
5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air
Ya, tercemar Tidak tercemar
5.4 Perilaku BABS
Ya, BABS
5.1 CTPS di lima waktu penting
Tidak
Ya
Ya
Ya, berfungsi Ya
Tidak
48
24.0
95
26.4
17
42.5
160
26.7
152
76.0
265
73.6
23
57.5
440
73.3
24
12.0
67
18.6
20
50.0
111
18.5
176
88.0
293
81.4
20
50.0
489
81.5
58
29.0
163
45.3
24
60.0
245
40.8
142
71.0
197
54.7
16
40.0
355
59.2
31
15.5
52
14.4
6
15.0
89
14.8
169
84.5
308
85.6
34
85.0
511
85.2
35
17.5
131
36.4
21
52.5
187
31.2
165
82.5
229
63.6
19
47.5
413
68.8
29
3.7 Kejadian penyakit Diare Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa cairan saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya. Diare paling sering menyerang anak umur di bawah lima tahun, utamanya usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Juga umum terjadi pada bayi di bawah 6 bulan yang minum susu sapi atau susu formula. Kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memadai dan perilaku yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab penyakit diare, perilakunya dapat berupa perilaku buang air besar di sembarang tempat dan tidak melakukan cuci tangan pada waktu-waktu tertentu atau pada 5 titik kritis antara lain setelah buang air besar, setelah membersihkan tinja bayi, sebelum makan, sebelum member makanan bayi dan sebelum menyiapkan makanan.
Tabel 3.7: Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
1 n
H.1 Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena diare
Hari ini
0
% .0
Kemarin
2
1 minggu terakhir 1 bulan terakhir
4
3 bulan terakhir 6 bulan yang lalu Lebih dari 6 bulan yang lalu Tidak pernah A. Anak-anak balita
2 n
Total 3
7
3
% .8
n 1
% 2.5
1.0
5
1.4
1
2.0
24
6.7
2
4
2.0
19
5.3
4
2.0
22
6.1
10
5.0
23
28
14.0
8
n 4
% .7
2.5
8
1.3
5.0
30
5.0
7
17.5
30
5.0
1
2.5
27
4.5
6.4
2
5.0
35
5.8
38
10.6
0
.0
66
11.0
148
74.0
226
62.8
26
65.0
400
66.7
Tidak
34
65.4
97
72.4
10
71.4
141
70.5
Ya
18
34.6
37
27.6
4
28.6
59
29.5
B. Anak-anak non balita
Tidak
44
84.6
114
85.1
10
71.4
168
84.0
8
15.4
20
14.9
4
28.6
32
16.0
C. Anak remaja lakilaki
Tidak
48
92.3
126
94.0
14
100.0
188
94.0
D. Anak remaja perempuan
Tidak
E. Orang dewasa lakilaki
Tidak
F. Orang dewasa perempuan
Tidak Ya
15
Ya Ya Ya Ya
4
7.7
8
6.0
0
.0
12
6.0
46
88.5
128
95.5
14
100.0
188
94.0
6
11.5
6
4.5
0
.0
12
6.0
46
88.5
104
77.6
14
100.0
164
82.0
6
11.5
30
22.4
0
.0
36
18.0
37
71.2
88
65.7
9
64.3
134
67.0
28.8
46
34.3
5
35.7
66
33.0
30
3.8 Indeks Risiko Sanitasi
Berdasarkan hasil studi EHRA di Kabupaten Enrekang menunjukkan bahwa indeks risiko sanitasi berdasarkan kluster yang terdiri dari risiko sumber air, air limbah domestic, persampahan, genangan air dan perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilihat pada grafik berikut. G am b ar 3. 2 1: G r a f i k I nd ek s R i si k o S an i t as i
31
BAB IV P en u t u p D e ng a n b e r ak h i r n y a p e l ak s an a an K e gi a t a n S t u d i E H R A i ni y an g m em b a h as t e n t an g p e ng a m b i l an d a t a p r i m e r ar ea b e r i si k o s a ni t as i k a b u pat e n E nr e k a n g , m ak a s el e s ai l ah s t u dy i n de k s ar e a b e r i si k o . B es ar har a p a n k a m i k i r a ny a dat a p r i m e r i n i da p a t m en j a di p r o f i l ex i s t i ng k e a d aa n s a ni t a s i da s ar d a n p er i l a k u m a s y ar ak at y a n g b e r i s i k o t er h ad a p k es e ha t a n l i ngk un g a n, m enj a di i nf or m a s i das ar y a n g v al i d da l am pe ni l ai an r i si k o k e s e h a t an l i ngk u ng a n d a n d a pat m e m b er i k an a d v ok as i k e p a da m as y ar ak at ak a n pe n t i ngn y a l ay an a n s a ni t as i u nt uk pe ny el es ai a n B u k u P ut i h S ani t a s i K ab u p at en E nr ek a ng da n u nt uk s et e r u s ny a d a p at m e nj ad i a c u a n dal a m m eny us u n S t r a t egi S a ni t as i K a bu p at e n E n r ek a ng k e d e p a n. D a l am pe l ak s an a a n E H R A k ab up at e n E n r e k a n g T a h un 2 0 1 3 i n i m el i bat k a n 1 1 p u s k e s m as d ar i 1 1 k e c am at a n. P en gam bi l an d at a di l ak uk a n di 15 d e s a / k el u r a h an d ar i 1 29 de s a/ k el ur a h a n. M es k i pu n de n g a n s e g al a k ek ur a ng a n y a n g k am i m i l i ki na m u n b e r k at t e k a d ber s a m a P o k j a A M P L K ab u p a t en E nr e k a n g d a n d i d uk un g ol e h s eg e na p m as y a r a k at k a b u pa t e n E nr ek a n g ak hr ny a k am i bi s a m e n y e l es a i k a n pe n g am bi l an s t ud y da t a E H RA i n i .
32
D o ku m en t as i K eg i at an E H R A K ab u p at en E n r ek an g
PELATIHAN BAGI PETUGAS ENUMERATOR
PELATIHAN BAGI PETUGAS ENUMERATOR
33
PELAKSANAAN SURVEY EHRA DI KELURAHAN TUARA
JAMBAN MILIK RESPONDEN
34
TEMPAT PENYIMPANAN AIR MINUM MILIK RESPONDEN
TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH RESPONDEN
35