Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2015
LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan
DISIAPKAN OLEH: POKJA SANITASI KABUPATEN BARITO KUALA
KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan perkenanNya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Barito Kuala ini dapat diselesaikan. Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) ini memuat data ketersediaan layanan sanitasi ditingkat rumah tangga dengan komponen sanitasi yang meliputi limbah cair domestic, limbat padat / persampahan, drainase lingkungan serta perilaku hiegine sanitasi termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Selesainya Studi Enviromental Health Risk Assesment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan di Kabupaten Barito Kuala menjadi langkah awal bagi Pokja Sanitasi Kabupaten untuk melaksanakan studi primer lainnya sehingga pemutakhiran Buku Putih Sanitasi Kabupaten Barito Kuala selesai sesuai dengan jadwal program Percepatan Pembangunaan Sanitasi Permukiman (PPSP). Keberhasilan penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) tidak terlepas dari dukungan semua pihak.Untuk itu Pemerintah Kabupaten Barito Kuala menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat dan pihak-pihak terkait atas peran aktifnya. Disadari bahwa penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Barito Kuala ini masih belum sempurna, maka saran dan masukan demi kesempurnaannya sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penyelesaian laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Barito Kuala ini kami ucapkan terima kasih. Marabahan, April 2015 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala
H. Sugian Nor, SKM, M. Kes NIP. 19590501 198103 1 018
i
RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pokja Sanitasi Kabupaten Barito Kuala menentukan jumlah sampel studi EHRA dengan menentukan persentase sebesar 10% dari 201 desa/kelurahan yang ada dengan pertimbangan : - Ketersediaan dana untuk pelaksanaan studi EHRA khususnya untuk transport enumerator dan pembayaran biaya entry data untuk kisaran 500 – 1000 responden
- Penentuan 10 % dari jumlah desa tidak bertentangan dengan persyaratan jumlah sampel total responden minimal 400 responden
- Penggunaan Rumus Krejcie-Morgan dengan tingkat kesalahan (α =5%) maka jumlah sampel yang diambil berjumlah
, apabila tingkat kesalahan (α =2.5%) jumlah sampel yang diambil
. Jumlah
Sampel yang ditentukan Pokja berjumlah 840 responden diharapkan mempunyai tingkat kesalahan yang lebih kecil.
2. Penentuan strata wilayah Kabupaten Barito Kuala dilakukan terhadap 201 desa/kelurahan dengan menggunakan empat kriteria utama. Pokja sanitasi Kabupaten Barito Kuala telah menentukan persentase tertentu yaitu 10% dari jumlah desa/kelurahan akan dijadikan target area studi EHRA dengan proporsi desa/kelurahan sesuai dengan komposisi strata desa/kelurahan Strata
Jumlah Desa / Kelurahan
Strata 0 Strata 1 Strara 2 Strata 3 Strata 4 Jumlah
22 77 72 28 2 201
Desa/Kelurahan yang diambil sebagai target area studi 2 8 7 3 1 21
3. Hasil analisis area berisiko persampahan berdasarkan hasil studi EHRA adalah: - Pengelolaan Sampah tidak memadai 99.6% - Layanan Pengelolaan Sampah yang ada hanya pada strata 0 dengan frekwensi dan ketepatan pengangkutan tidak memadai/tidak tepat waktu 100% - Tidak ada pengolahan terhadap sampah 86.8% 4. Hasil analisis area berisiko air limbah domestic berdasarkan hasil studi EHRA adalah : - Tangki Septik suspect tidak aman 9.6% - Pencemaran karena pembuangan isi tangki septic tidak aman 100% - Pencemaran SPAL tidak aman 52.1% 5. Hasil analisis area berisiko terhadap banjir/genangan berdasarkan hasil studi EHRA adalah : - Adanya genangan air (banjir) 40% 6. Hasil analisis area berisiko terhadap sumber air berdasarkan hasil studi EHRA adalah : - Sumber air berisiko tercemar 57.4% - Penggunaan air tidak aman 88.1% - Kelangkaan air 14.3% 7. Hasil analisis area berisiko terhadap perilaku hiegine dan sanitasi berdasarkan studi EHRA adalah : - Cuci Tangan Pakai Sabun di lima waktu penting 10.4% - Lantai dan dan dinding bebas dari tinja 69.9% - Jamban bebas kecoa 66.4%
i
-
Keberfungsian penggolontor 28% Adanya sabun di dalam/dekat jamban 35.1% Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air 13.8% Perilaku BABS 74.8% 8. Kumulatif Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten Barito Kuala sebagai berikut : No 1 2 3 4 5
Variabel Sumber Air Air Limbah Domestik Persampahan Genangan Air Perilaku Hidup Bersih
Strata 0 35 46 96 53 59
Strata 1 39 55 47 22 49
Strata 2 48 60 47 41 64
Strata 3 59 41 43 75 64
Strata 4 24 25 50 49 47
289
212
259
282
195
Sehat
9. Berdasarkan nilai maksimal, nilai minimal dan interval maka Range Nilai Indeks Risiko Sanitasi Kab. Barito Kuala sebagai berikut : No 1 2 3 4
Tingkat Risiko Risiko 1 atau Kurang Berisiko Risiko 2 atau Risiko Sedang Risiko 3 atau Risiko Tinggi Risiko 4 atau Risiko Sangat Tinggi
Range Nilai IRS 195 - 219 220 - 244 245 - 269 270 - 294
Strata Strata 1 dan Strata 4 Strata 2 Strata 0 dan Strata 3
DAFTAR ISI Kata Pengantar
i
Ringkasan Eksekutif
ii
Bab 1: 1.1 1.2 1.3
Pendahuluan Latar Belakang Tujuan dan Manfaat Waktu Pelaksanaan Studi EHRA
Bab 2:
Metodologi dan Langkah Studi EHRA
1 1 2
i
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Penentuan Strata Desa Penentuan Jumlah Desa Target Area Studi Penentuan RT dan responden di Lokasi di Area Studi Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah tugasnya
4 4 8 9 10
Bab 3: 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8
Hasil Studi EHRA Informasi responden Pengelolaan sampah rumah tangga Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia dari lumpur tinja Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah Pengelolaan air minum rumah tangga Perilaku Higiene dan sanitasi Kejadian penyakit diare Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
13 15 17 20 23 25 27 28
Bab 4: 4.1 4.2 4.3
Penutup Kesimpulan Hambatan/Kendala Saran
31 31 31
Daftar Istilah
iv
Daftar Tabel
v
Daftar Grafik
vi
Daftar Foto
Vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Enviromental Health Risk Assesment /EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di kabupaten untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Studi EHRA dipandang perlu karena: a. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat b. Data terkait dengan sanitasi dan higinitas terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bias dipecah sampai kelurahan / desa dengan data yang tidak terpusat melainkan berada dikantor yang berbeda i
c. Isu sanitasi dan higine masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui musrenbang d. Data EHRA dapat digunakan untuk melakukan kegiatan advokasi ketingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke masyarakat atau stakeholder kelurahan/desa dan sekaligus 1.2
menjadi panduan dasar ditingkat kelurahan/desa Tujuan dan Manfaat Studi EHRA dijalankan dengan survei rumah tangga (dari pintu ke pintu) dengan kuesioner melalui wawancara dan pengamatan oleh enumerator (pengumpul data), data yang dikumpulkan berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat : A. Fasilitas Sanitasi yang diteliti mencakup : 1. Sumber air minum 2. Layanan Pembuangan Sampah 3. Jamban 4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi yang mengacu pada STBM : 1. Buang air besar 2. Cuci tangan pakai sabun 3. Pengelolaan air minum rumah tangga 4. Pengelolaan sampah dengan 3R 5. Pengelolaan air limbah rumah tangga Studi EHRA bertujuan mengumpulkan data primer yang memberi gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan, informasi dasar yang valid dalam penilaian risiko kesehatan lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi. Hasil studi EHRA digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).
1.3
Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Tim pelaksana Studi EHRA dibentuk oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Barito Kuala sebagai berikut : 1. Penanggung Jawab : Ketua Pokja Sanitasi Kab. Barito Kuala 2. Koordinator Studi : Kasi Penyehatan Permukiman Dinkes Kab. Batola 3. Anggota : Seluruh Anggota Pokja Sanitasi Kab. Barito Kuala 4. Koordinator Kecamatan : Kepala Puskesmas 5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas 6. Tim Entry Data : Pelaksana Seksi Penyehatan Permukiman Dinkes Kab. Batola 7. Tim Analisis Data : Pelaksana Seksi Penyehatan Permukiman Dinkes Kab. Batola 8. Enumerator : Kader aktif desa Area studi EHRA meliputi 21 (dua puluh satu) desa dengan cara menetapkan desa/kelurahan sebanyak 10% dari 201 desa /kelurahan di wilayah Kab. Barito Kuala, penentuan ini juga memperhatikan ketentuan jumlah sampel total responden minimal yaitu 400 responden, jumlah sampel minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden atau jumlah sampel per desa/kelurahan minimal 40 responden, sehingga jumlah sampel total responden studi EHRA Kab. Barito Kuala sebanyak 840 responden. Waktu pelaksanaan studi EHRA berlangsung tanggal 2 s/d 7 Maret 2015 dengan jumlah enumerator ada 42 (empat puluh dua) dan 17 (tujuh belas) orang supervisor.
i
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA Ada 2 (dua) pilihan untuk menetapkan desa/kelurahan sebagai area studi EHRA di Kabupaten yaitu : 1. Seluruh desa/kelurahan diambil sebagai area studi EHRA dengan konsekuensi Pokja Sanitasi kabupaten/kota menyediakan dana Studi EHRA yang cukup. 2. Mengambil sebagian dari desa/kelurahan yang ada diwilaya kabupaten sebagai area studi EHRA, apabila jumlah desa/kelurahan cukup banyak dan dana yang tersedia terbatas. Penetapan sebagian dari desa /kelurahan yang ada bisa dilakukan dengan penentuan jumlah tertentu dan criteria tertentu seperti 25% dari jumlah desa atau dengan menentukan jumlah responden tertentu yang akan diambil untuk seluruh wilayan kab seperti 500 responden. Desa/kelurahan area studi dalam populasi biasanya mempunyai karakteristik geografi dan demografi yang variatif, sehingga agar keanekaragaman karakteristik dalam populasi bermakna bagi analisa dan mencegah pengambilan hanya dari kelompok tertentu saja maka kepada desa/kelurahan area studi harus dilakukan stratifikasi terlebih dahulu sebelum diambil sampelnya secara random (Stratified Random Sampling) Stratifikasi desa/kelurahan di kabupaten akan menghasilkan strata/tingkatan risiko kesehatan lingkungan, strata tertentu dianggap memiliki tingkat risiko kesehatan lingkungan yang sama dan akan mewakili desa/kelurahan yang bukan merupakan area studi pada strata yang sama. Penetapan strata dapat memberikan indikasi awal strata risiko kesehatan lingkungan desa/kelurahan dan dapat dipakai sebagai sarana advokasi kepada pemangku kepentingana untuk lebih memperhatikan desa/kelurahan yang mempunyai strata risiko kesehatan lingkungan yang tinggi.
i
Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib digunakan oleh semua Pokja Sanitasi Kabupaten sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.
2.1
Penetuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Pokja Sanitasi Kabupaten Barito Kuala menentukan jumlah sampel studi EHRA dengan menentukan persentase sebesar 10% dari 201 desa/kelurahan yang ada dengan pertimbangan : 10. Ketersediaan dana untuk pelaksanaan studi EHRA
khususnya untuk transport enumerator dan
pembayaran biaya entry data untuk kisaran 500 – 1000 responden 11. Penentuan 10 % dari jumlah desa tidak bertentangan dengan persyaratan jumlah sampel total responden minimal 400 responden 12. Penggunaan Rumus Krejcie-Morgan dengan tingkat kesalahan (α =5%) maka jumlah sampel yang diambil berjumlah
, apabila tingkat kesalahan (α =2.5%) jumlah sampel yang diambil
. Jumlah
Sampel yang ditentukan Pokja berjumlah 840 responden diharapkan mempunyai tingkat kesalahan yang lebih kecil. 2.2
Penentuan Strata Desa/Kelurahan
Penentuan strata wilayah Kabupaten Barito Kuala menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada
i
klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Tabel 2.1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko
Katagori Strata Strata 0
Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Strata 1
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 2
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 3
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 4
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Stratifikasi wilayah di Kabupaten Barito Kuala menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Tabel 2.2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Barito Kuala
No. 1 2
Strata 4 3
Nama Desa /Kelurahan Jumlah 2 Pulau Sugara, Pulau Sewangi 29 Banitan, Palingkau, Rantau Anjir Serapat
Muara,Sepakat
Bamban, Muara Pulau, Lokrawa, Bersama, Patih Muhur Baru, Sungai Ramania, Puntik Luar, Patih Muhur lama, Patih Selira, Tanipah, Tatah Alayung. Antasan Samuda,Tamban Muara, Tamban Segera,
Pantai
Hambawang, Muara Baru, Tabatan, Kuripan,
Cahaya Baru, Jejangkit Muara, Asia Pulau Alalak
Baru,
Kabuau,
Jambu,
Jambu Baru,
i
No. 3
Strata 2
Nama Desa /Kelurahan Jumlah 88 Antar Baru, Karya Maju, Antar Raya, Antar Jaya, Sidomakmur, Murung
Raya,
Balukung,
Sungai
Lirik,
Bagagap,
Handil
Barabai, Karya Baru, Karya Tani, Pendalaman Baru, Sungai Kali, Tamba Jaya, Tabukan Raya, Pantang Karya, Pantang Baru, Karya Jadi, Karya Indah, Karya Makmur, Baru,
Badandan, Tarantang,
Bahandang,
Bangkit Sampurna,
Jejangkit
Pasar,
Jejangkit Barat, Jejangkit Timur, Berangas, Anjir Serapat Baru 1, Anjir Serapat Baru, Anjir Muara Kota Tengah, Anjir Muara Kota, Sungai
Punggu
Lama,
Anjir
Serapat Muara 1, Anjir Serapat Lama, Sungai Punggu Baru,Anjir
Babat
Raya,Roham
Suryakanta,
Sumber
Raya, Rahayu,
Dwipasari, Parimata, Belawang, Sungai
Seluang,
Murung
Keramat, Rangga Surya, Binaan Baru, Indah Sari, Tamban Raya, Jelapat
2,
Karang
Tinggiran
Darat,
Tengah,
Tinggiran
Mekar, Tinggiran Baru,
Purwosari 1, Koanda, Damsari, Sekata
Baru, Tamban
Kecil,
Tamban Bangun, Tamban Bangun Baru, Tabatan Baru, Rimbun Tulang, Jarenang, Tabunganen Tengah, Sungai Teras Dalam, Sungai Teras Luar, Kuala Lupak, Tanggul Rejo
Pasar Lama.
i
No. 4
Strata 1
Jumlah 75
5
0
6
Nama Desa /Kelurahan Anjir Serapat Lama, Beringin Ulu Benteng, Baliuk, Jaya, Marabahan Baru, Anjir Bagus,Penghulu, Batik, Lepasan, Pasar Kota 1, Anjir Pasar Kota 2, Bahalayung, Banua Anyar, Anjir Seberang Pasar, Anjir Barambai, Kolam Kanan, Seberang Pasar 2, Andaman 1, Pendalaman Lama, Teluk Tamba, Andaman 2, Hilir Mesjid, Barunai Bandar Karya, Bantuil, Sungai Baru, Banyiur, Waringin Kencana, Rasau, Sungai Tunjang,Sungai Kolam Kiri, Kolam Kanan, Tumih, Raya, Sungai Kambat, Sungai Pinang Habang, S. Seluang Pantai, Sungai Sahurai,Sungai Pasar,Bambangin,Sukaramai, Gampa, Simpang Arja, Sinar Tamban Raya Baru, Mekarsari, Baru, Pindahan Baru, Sungai Tamban Sari Baru, Purwosari Bamban, Gampa Asahi,Tabing Baru, Sidorejo, Purwosari 2, Rimbah,Puntik Tengah, Puntik Jelapat 1, Tinggiran 2 Luar, Dalam, Karang Indah, Berangas Tabunganen Kecil, Tabunganen Barat, Berangas Timur, Sungai Muara, Karya Baru, Tabunganen Lumbah, Sungai Pitung ,Tatah Pemurus,Sungai Jingah Besar, Mesjid, Belandean, Belandean Sungai Telan Muara, Sungai Muara, Semangat Karya, Telan Kecil, Sungai Telan Besar, Semangat Bakti, Beringin Kencana. Marabahan Kota,Kolam Kiri,Kolam Kiri Dalam,Simpang Nungki, Sawahan, Danda Jaya, Karang
Bunga,
Beringin,
Semangat Dalam, Handil Bhakti, Panca Karya, Tanjung Harapan,
Hasil stratifikasi wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Barito Kuala yang terdiri atas 201 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Strata 0 sebanyak 11 %. Strata 1 sebanyak 38 %, Strata 2 sebanyak 36%, Strata 3 sebanyak 14 %, dan dan Strata 4 sebanyak 1 %. i
Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut : 77
80
72
70 60 50 40 30
Jumlah Desa 28 22
20 10
2
0 Strata 0
Strata 1
Strata 2
Strata 3
Strata 4
Gambar 2.1 Grafik Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA 2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi Penentuan jumlah desa/kelurahan target area studi dilakukan karena Kabupaten Barito Kuala menetapkan
sebagian
desa/kelurahannya
sebagai
target
area
studi.
Proses
pemilihan
desa/kekelurahan sebagai target area studi pada dasarnya dilakukan dengan teknik random atau acak dan semua desa/kelurahan mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan desa/kelurahan area studi EHRA. Pokja sanitasi Kabupaten Barito Kuala telah menentukan persentase tertentu yaitu 10% dari jumlah desa/kelurahan akan dijadikan target area studi EHRA. Langkah selanjutnya adalah menyusun proporsi desa/kelurahn sesuai dengan komposisi strata desa/kelurahan dalam Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 : Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan sebagai Area Studi EHRA Strata
Jumlah Desa / Kelurahan
Strata 0 Strata 1 Strara 2 Strata 3 Strata 4 Jumlah
22 77 72 28 2 201
Desa/Kelurahan yang diambil sebagai target area studi 2 8 7 3 1 21
i
Setelah jumlah desa ditentukan, maka pokja sanitasi selanjutnya melakukan pemilihan nama desa /kelurahan target area studi EHRA. Pemilihan dilakukan secara acak dan semua desa/kelurahan mempunyai peluang yang sama . Tabel 2.4 Rekapitulasi Desa/Kelurahan yang Terpilih sebagai Area Studi EHRA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Strata Desa 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Nama Desa Pulau Sewangi Tatah Alayung Patih Muhur Lama Kuripan Bagagap Tabukan Raya Anjir Muara Kota Bahandang Rangga Surya Tamban Raya Tamban Bangun Bagus Sungai Tunjang Pindahan baru Banua Anyar Hilir Mesjid Kolam Kiri Purwosari 2 Tabunganen Muara Beringin Pandan Sari
2.4 Penentuan RT (Rukun Tetangga) dan Responden di Area Studi Rukun Tetangga dan rumah responden dipilih dengan menggunakan cara random sampling. Hal ini bertujuan agar seluruh RT memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai RT area studi dan rumah di RT area studi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel, artinya penentuan RT dan rumah tangga responden bukan bersumber dari keinginan enumerator, supervisor ataupun keinginan responden. Tabel 2.5 Rekapitulasi RT yang dipilih sebagai Area Studi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Desa Pulau Sewangi Tatah Alayung Patih Muhur Lama Kuripan Bagagap Tabukan Raya Anjir Muara Kota Bahandang Rangga Surya Tamban Raya
Jumlah RT 12 9 8 8 6 6 8 5 5 15
RT YangTerpilih 8 8 8 8 6 6 8 5 5 8
i
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tamban Bangun Bagus Sungai Tunjang Pindahan baru Banua Anyar Hilir Mesjid Kolam Kiri Purwosari 2 Tabunganen Muara Beringin Pandan Sari
14 8 6 9 8 6 8 12 6 11 6
8 8 6 8 8 6 8 8 6 8 6
Dalam studi EHRA disyaratkan jumlah sampel per Rukun Tetangga (RT) minimal 5 responden dengan jumlah sampel per desa /kelurahan minimal 40 responden. Penentuan responden dilakukan dengan mencari angka interval dari jumlah seluruh rumah tangga di RT dibagi 5. Angka interval ini menentukan urutan posisi rumah tangga yang akan disurvei, sedangkan posisi atau urutan pertama dilakukan dengan acak. Jumlah rumah tangga yang menjadi sasaran studi EHRA seluruhnya berjumlah 840 responden. Responden yang ditentukan adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 sampai dengan 60 tahun. 2.5
Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta wilayah Tugasnya Pemilihan enumerator (pengumpul data) di Kabupaten Barito Kuala dilakukan melalui kerja sama Pokja Sanitasi kabupaten, Puskesmas dan Aparat Desa . Enumerator dipilih dengan kriteria : a. b. c. d.
Berdomisili di desa (minimal 3 tahun) Umur 20 – 40 Tahun Pendidikan minimal SLTP Bersedia mengikuti pelatihan enumerator Jumlah enumerator yang akan melakukan pengumpulan data berjumlah 42 orang pada 21
desa atau 2 (dua) orang enumerator bertugas pada 1 (satu) desa lokasi studi. Enumerator dilatih mengenai tata cara pelaksanaan studi, pemahaman kuesioner, teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar tanggal 28 Pebruari 2015 di Aula Dinas Kesehatan Kab. Barito Kuala. Supervisor pelaksanaan studi EHRA ditugaskan pada sanitarian puskesmas yang wilayah kerjanya menjadi area studi EHRA sebanyak 17 orang. Supervisor mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menjamin proses pelaksanaan studi sesuai dengan kaidah dan metode pelaksanaan studi EHRA b. c. d. e. f.
yang telah ditentukan Menjalankan arahan dari koordinator kecamatan dan pokja kabupaten Mengkoordinasikan pekerjaan enumerato Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan Melakukan pengecekan pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh enumerator Melakukan spot Check sejumlah 5% dari responden
i
g. Membuat Laporan Harian dan rekap harian untuk disampaikan pada coordinator kecamatan.
Tabel 2.6 Nama Enumerator, Supervisor dan Wilayah Kerja 1
No
Enumerator Masriyah
Supervisor Bakti Setiadi
Wilayah Kerja Desa Bagus
2 3
Tri Sumarni Yuyun S.
Nuzulul Rahman
Desa Bagagap
4 5
Ami M Salasiah Rosita
Dwi Soehartini
Desa Tabukan Raya
6 7
Hamsinah Norlaila
M. Sabril
Desa Sungai Tunjang
8 9
Masriyah Gusti Warni
Nurlaila
Desa Pindahan Baru
10 11
Marhamah Maisyarah
Rakhmawati
Desa Banua Anyar
12 13
Normailis Andri
Riduansyah
Desa Tatah Alayung
14 15
Salasiah Mariatul
M. Anshari
Desa Beringin
16 17
Linda Siti Raudhatul Rahmah
M. Anshari
Pulau Sewangi
18 19
Juliati Hadnah
Rajiannor
Desa Anjir Muara Kota
20 21
Harnawati Fiatnawati
Rajiannor
Desa Patih Muhur Lama
22 23
Milah Jamilah
H. Rahmadi
Desa Pandan Sari
24 25
Fitriah Sri Muliani
H. Rahmadi
Desa Pandan Sari
26 27
Siti Masitah Dini
Ardiansyah
Desa Bahandang
28 29
Rahmatiah Rosita
Puji Adingrum
Desa Kolam Kiri
30 31
Arly Heryanti P. Teddy Saputra
Barry E. Permana
Desa Rangga Surya
32 33
Hendra K. Effendi Fachrizal Anwari
Bambang W,SKM
Desa Tamban Raya
34 35
Arbainah Abdurrasyid
Ismanto
Desa Purwosari 2
36
Sainah
i
37
Maryana
Ismanto
Desa Tamban Bangun
38 39
Lulu Andriani Hairussaniah
Lisnawati
Desa Kuripan
40 41
Nayah Akhmad Noor
Dewi Mustika
Desa Tabunganen Muara
42
Murni
BAB III HASIL STUDI EHRA 3.1
Informasi Responden Dalam Studi EHRA responden yang ditentukan adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 sampai dengan 60 tahun. Dari hasil studi EHRA diketahui informasi responden sebagai berikut : a. Kelompok umur responden studi EHRA paling banyak berada pada kelompok umur > 45 Tahun b. c. d. e. f.
yaitu sebanyak 25% dan hanya 2 % dari kelompok umur ≤ 20 Tahun. Status kepemilikan rumah responden adalah milik sendiri yaitu 82.9% Tingkat pendidikan responden sebesar 45.2% adalah tingkat SD. Responden yang memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu dari desa sebesar 21.7% Responden yang memiliki Kartu Asuransi Kesehatan Bagi Keluarga miskin sebesar 24.2% Responden yang memiliki anak sebesar 89.5%
i
i
3.2
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
-
Kondisi sampah dilingkungan RT/RW menurut responden di 5 (lima) strata, yang tertinggi adalah kondisi banyaknya sampah berserakan atau bertumpuk disekitar lingkungan. Strata 0 sebesar 80%, Strata 1 sebesar 52.8%, Strata 2 sebesar 64.5%, Strata 3 sebesar 40%, Strata 4 sebesar
-
40% dan total atau skala kab adalah 59.8%. Sampah rumah tangga dikelola dengan cara dibakar oleh 45.4% responden dan 32.7% dibuang
-
ke sungai, dibuang ke lahan kosong/hutan sebesar 11.2%. Dari hasil studi EHRA variable pengelolaan sampah rumah tangga diketahui bahwa hanya 0.3% saja yang mendapat layanan pengelolaan sampah yaitu pengumpulan tenaga informal yang mendaur ulang sebesar 0.12% dan pembuangan di TPS sebesar 0.24%
120 100
100 80
80 64.5
60
59.8
52.8 40
40 20 0 Strata 0
Strata 1
Strata 2
Strata 3
Strata 4
Kab
Banyak Sampah Berserakan & Bertumpuk
Gambar 3 1 Grafik Persentase Kondisi Sampah di Lingkungan
i
100
92.7
90 80 70 60
57.5
Str 0 Str 1 Str 2 Str 3 Str 4 Kab
45.4
50 40
32.7
30 16.3
20
11.2
10 0 Dibakar
Dibuang Ke Sungai
Dibuang Lhn Kosong
Gambar 3 2 Grafik Persentase Perilaku Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah di strata 0, Strata 1, Strata 2, Strata 3 adalah dengan cara dibakar, sedangkan di strata 4 pengelolaan sampah dengan cara dibuang ke sungai.
Tabel 3.2
Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA
i
3.3
Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja Kepemilikan jamban sebesar 40.8% yang terdiri dari strata 0 sebanyak 20%, Strata 1 sebanyak 50.6%, Strata 2 sebanyak 41.6%, Strata 3 sebanyak 26.7% dan strata 4 sebanyak 41.5%. Menurut responden masih ada yang BAB di tempat terbuka sebanyak 30.7% dan yang menyatakan tidak ada lagi yang BAB ditempat terbuka sebanyak 48.1%
i
120 100 80 60
49.4
58.4
58.5
59.2
73.3
80
Tidak Punya Punya Jamban Pribadi
40 50.6
20
41.6
41.5
40.8
Strata 4
Total
26.7
20 0 Strata 0
Strata 1
Strata 2
Strata 3
Gambar 3 3. Grafik Persentase Kepemilikan Jamban Kab. Barito Kuala Tahun 2015
Dari 40.8% jamban pribadi 26.5% nya adalah jamban kloset jongkok leher angsa yang terdiri dari strata 0 sebesar 12.5%, strata 1 sebesar 37.8%, strata 2 sebesar 24%, strata 3 sebesar 10.8%, dan Strata 4 sebesar 29.3%. Tempat penyaluran akhir tinja terlihat pada gambar 3.4 berikut :
Tangki Septik; 24%
Tidak Tahu; 59% Sungai; 10%
Tangki Septik Pipa Sewer Cubluk Langsung drainase Sungai Kolam/Sawah Tidak Tahu
Gambar 3 4 Grafik Persentase Tempat Penyaluran Akhir Tinja Kab. Barito Kuala Tahun 2015
i
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40%
90.9
92.4
Strata 0
Strata 1
91.7
Strata 2
89.5
100
92.1
Strata 3
Strata 4
Total
Tidak Tahu Tidak Pernah > 5-10 Tahun 1-5 Tahun
30% 20% 10% 0%
gambar 3 5. Grafik Persentase Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik Di Kab Barito Kuala Tahun 2015
100% 90% 80%
50
70% 60% 50%
80 100
100
Strata 0
Strata 1
87.5
40%
Tidak Tahu Bersih Krn Banjir Dikosongkan Sendiri
30% 20% 10% 0% Strata 2
Strata 3
0 Strata 4
Total
gambar 3 6 Grafik Persentase Praktik Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Strata di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
i
Tempat pembuangan akhir tinja ke tanki septic hanya 24% yang terdiri dari strata 0 sebesar 13.8%, strata 1 sebesar 32.8%, strata 2 sebesar 21.5%, strata 3 sebesar 15.8% , dan strata 4 sebesar 17.1%. Dari Gambar 3.5 diketahui bahwa responden sebanyak 92.1% menyatakan tidak pernah melakukan pengurasan tanki septic.
Tabel 3 3. Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Studi EHRA di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
100% 90% 80% 70% 60% 50%
Aman Tidak Aman
100
40% 30%
52.1
20% 10% 0%
9.6 Tanki Septik Suspek
Pencemaran Tanki Septik
Pencemaran SPAL
Gambar 3 7 Persentase Kondisi Risiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Studi EHRA di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
3.4
Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir Hasil wawancara menunjukan bahwa menurut 76.1% responden tidak pernah banjir pada rumah dan lingkungan, yang berpendapat banjir di rumah dan lingkungan terjadi sekali dalam setahun sebesar 21.5%.
i
Keadaan banjir rutin terjadi pada strata 1 (52.9%), strata 2 (77.6%) dan strata 3 (50%) sedangkan responden strata 0 (66,7%) dan strata 4 (78.6%) lebih berpendapat tidak terjadi banjir rutin. Lamanya air menggenang ketika terjadi banjir bervariasi, pada strata 0 > 1 hari (33.3%), strata 1 1 – 3 Jam (100%) Strata 2 > 1 hari (74.5%) , Strata 3 > 1 hari (59.25%), Strata 4 kurang dari 1 jam (75%) 100% 90% 36.7
80% 70% 60%
65.9
69.5 88.7
50%
76.1
94.7
40%
55.8
30% 20% 10% 0%
29.3 6.2
Tidak Pernah Sekali Dalam Setahun Beberapa Kali Dalam Setahun Sekali atau Beberapa Kali Dalam Sebulan Tidak Tahu
26.7 21.5
5
Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4
Total
gambar 3 8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
i
100% 22.4
90% 80% 70%
47.1
40.8
50
66.7 78.6
60%
Tidak Ya
50% 77.6
40% 30% 20%
52.9
59.2
50
33.3 21.4
10% 0% Strata 0
Strata 1
Strata 2
Strata 3
Strata 4
Total
gambar 3 9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
i
61.2
Total 75
Strata 4
Tdk Tahu > 1 Hari Setengah Hari 1 - 3 Jam Kurang 1 Jam
59.2
Strata 3
74.5
Strata 2 100
Strata 1 33.3
Strata 0 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90% 100%
gambar 3 10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
Kepemilikan SPAL (Sarana Pengolahan Air Limbah) pada strata 0 (50%), strata 1 (44.4%), strata 2 (12.5%), strata 3 (5.8%), strata 4 (35%) dan total kab 28,4%
i
Memiliki SPAL 50
28.4
Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4 Total
35
5.8
12.5
44.4
Gambar 3 11 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
Tabel 3 4. Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Studi EHRA di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
i
3.5
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Penggunaan sumber air yang paling banyak untuk keperluan rumah tangga seperti cuci
pakaian, gosok gigi, minum, masak dan cuci piring di wilayah Kab. Barito Kuala adalah air sungai. 90
78.9
75.4
80 70
59.9
60
46.9
50 40 30 20
13.3 12.4
10 0
Gosok Gigi Minum Masak Cuci Piring
Gambar 3.12 Grafik Persentase Penggunaan Air Bersih Di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
Penggunaan sumber air minum yang digunakan untuk keperluan rumah tangga adalah air PDAM seperti pada gambar 3.13 berikut ini :
i
25 21.1 20.7 20 14.6
15
8.8
10 5 0
4.8
7.7 5.5
Gosok Gigi Minum Masak Cuci Piring
6.2
Gambar 3 13 Grafik Persentase Penggunaan Sumber Air Minum di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
Selain penggunaan air sungai, ada 3 (tiga) sumber air minum yang terbanyak dipilih responden untuk keperluan minum yaitu air PDAM (20.7%), Depot Air Minum (14.6%) dan Air Kemasan (4.8%)
Tabel 3 5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
i
3.6
Perilaku Higiene dan Sanitasi Hasil Studi EHRA yang berkaitan dengan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) menunjukan bahwa: -
Variable Waktu Cuci Tangan Pakai Sabun dengan 3 (tiga) waktu tertinggi adalah setelah BAB (77.5%), sebelum makan (69.3%), setelah makan (59.2%).
-
Penggunaan sabun oleh responden adalah pada saat mandi (96.8%), mencuci peralatan (89.8%), mencuci pakaian (87.8%), mencuci tangan sendiri (66.3%), memandikan anak (50.3%), mencuci tangan anak (42.1%) dan menceboki anak (32.1%).
-
Kebiasaan mencuci tangan terkait dengan ketersediaan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah dijamban (3.3%), dekat jamban (2.6%), ditempat cuci pakaian (52.4%) dan di dapur (55.8%)
-
Dari persentase waktu-waktu penting Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) seperti pada gambar 3.13 diketahui Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5(lima) waktu penting hanya 10.4% 100% 90% 80% 70% 60%
73.2 88.7
87.2
91.8
50%
89.4
97.5
Tidak Ya
40% 30% 20% 10%
26.8 11.3
12.8
8.2
Strata 0
Strata 1
Strata 2
0%
10.4
2.5 Strata 3
Strata 4
Total
Gambar 3 14 Grafik Persentase Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 Waktu Penting di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
i
43.6
Setelah Memegang Hewan 29
Setelah Menceboki Anak
77.5
Setelah BAB 69.3
Sebelum Makan
%
21
Sebelum Menyuapi Anak
35.4
Sebelum Menyiapkan Makanan 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Gambar 3 15 Grafik Persentase Waktu Melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
Perilaku Buang Air Besar Sembarangan masih tinggi di Kab. Barito Kuala yaitu 74.8% dan strata 3 menempati urutan tertinggi yaitu 88.3% seperti pada gambar 3.16 berikut :
74.8
Total
25.2
68.3
Strata 4
31.7 88.3
Strata 3
11.7
77.8
Strata 2
22.2
65
Strata 1
35 86.3
Strata 0 0%
10%
20%
30%
Tidak BABS BABS
40%
50%
13.8 60%
70%
80%
90% 100%
Gambar 3 16 Grafik Persentase Perilaku BABS di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
i
Tabel 3 6 Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
3.7
Kejadian Penyakit Diare
i
Kejadian Penyakit Diare menurut responden cukup rendah, yaitu dalam kurun waktu 1 minggu terakhir sebesar 2.6% dan 1 bulan terakhir sebesar 4.6%.3 ( tiga ) persentase yang tertinggi dari anggota keluarga yang terkena diare yaitu : anak-anak 21.5%, Dewasa perempuan 39.1% dan Dewasa laki=laki sebesar 32.2% seperti pada Tabel 3.7 berikut :
Tabel 3 7 Kejadian Diare Berdasarkan Hasil Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
3.8
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Risiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sector sanitasi dan perilaku hygiene sanitasi.Dalam hal ini, Indeks Risiko Sanitasi (IRS) menjadi ukuran dan merupakan hasil dari analisis studi EHRA.
i
300 59
64
250 200 150
64 53
49
41
47
22 96
47
47
100 50
75
46 35
55 39
43
49
60
41
50
48
59
25
PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT GENANGAN AIR PERSAMPAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK SUMBER AIR
24
0 STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3 STRATA 4
Gambar 3 17 Grafik Indeks Risiko Sanitasi (IRS) di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
Dari nilai kumulatif Indeks Risiko Sanitasi yaitu strata 0 (289), strata 1 (212), strata 2 (259), strata 3 (282) dan strata 4 (195) dapat diketahui bahwa indeks maksimal adalah 289 dan indeks minimal adalah 195 sehingga nilai interval 24. Range nilai indeks risiko sanitasi kab. Barito Kuala ditentukan sebagai berikut : Risiko 1 atau Kurang Berisiko (Hijau)
:
195 – 219
Risiko 2 atau Risiko Sedang (Biru)
:
220 – 244
Risiko 3 atau Risiko Tinggi (Kuning)
:
245 – 269
Risiko 4 atau Risiko Sangat Tinggi (Merah) :
270 – 294
i
Penggolongan indeks risiko sanitasi berdasarkan hasil scoring studi EHRA seperti gambar 3.18 berikut :
300 250
289 259 212
282
195
200 150 100 50
IRS
0
Gambar 3 18 Grafik Penggolongan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
i
BAB IV PENUTUP 4.1
Kesimpulan Studi EHRA bertujuan mengumpulkan data primer yang memberi gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan, informasi dasar yang valid dalam penilaian risiko kesehatan lingkungan. Studi EHRA dapat memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan dan akses sanitasi karena pelaksana studi EHRA atau enumerator adalah kader /warga desa dilokasi studi EHRA, selain itu Studi ini juga menjadi bahan advokasi ketingkat yang lebih tinggi karena keterlibatan berbagai SKPD dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten, khususnya Kabupaten Barito Kuala.
4.2
Hambatan Hambatan dalam pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala adalah jauhnya jarak antar responden karena letak rumah yang tersebar, kondisi geografis seperti perpindahan wilayah RT (Rukun Tetangga) dalam satu desa yang dipisah sungai besar. sehingga perlu waktu lama bagi enumerator mengunjungi responden.
4.3
Saran Hasil studi EHRA memberikan nilai indeks risiko sanitasi atau nilai yang menunjukan adanya penurunan kualitas lingkungan akibat rendahnya akses layanan sanitasi dan perilaku hygine sanitasi terhadap 5 (lima) variabel yaitu sumber air, air limbah domestic, persampahan, genangan air dan PHBS. Area Risiko sangat tinggi ada pada strata 0 dan strata 3. Hasil ini akan menjadi pengarusutama pembangunan sanitasi di Kabupaten Barito Kuala dengan menjadikan 5 (lima) variable risiko sebagai isu utama sanitasi di kabupaten, sehingga menjadi bahan pemberlakuan peraturan daerah terkait sanitasi, peningkatan pembiayaan kegiatan sanitasi dan koordinasi SKPD dalam memberi / memfasilitasi layanan sanitasi. Studi EHRA secara ideal dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) tahun sekali atau menurut kemampuan Kelompok kerja sanitasi Kabupaten sehingga kabupaten selalu memiliki data base line sanitasi yang mutakhir. Kegiatan ini juga harus didukung dengan alokasi dana khusus dan tidak menggangu pembiayaan kegiatan rutin SKPD terkait.
i
DAFTAR ISTILAH
EHRA
: Enviromental Health Risk Assesment / studi partisipatif untuk memahami kondisi fasilitasi sanitasi dan higinitas serta perilaku masyarakat skala rumah tangga.
Enumerator
: Pengumpul Data
Responden
: Orang yang diwawancarai / dikunjungi enumerator
Strata
: Pembagian wilayah
Pokja Sanitasi
: Kelompok Kerja yang dibentuk dengan tugas memfasilitasi kegiatan sanitasi
IRS
: Indeks Risiko Sanitasi berupa nilai yang menggambarkan penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau kesehatan akibat rendahnya akses dan layanan sanitasi dan perilaku hygiene sanitasi
i
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Kategori Klaster berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko
4
Tabel 2.2
Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kabupaten Barito Kuala
5
Tabel 2.3
Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Sebagai Area Studi EHRA
8
Tabel 2.4
Rekapitulasi Desa/Kelurahan yang Terpilih sebagai Area Studi EHRA
9
Tabel 2.5
Rekapitulasi RT yang Dipilih Sebagai Area Studi
9
Tabel 2.6
Nama Enumerator, Supervisor dan Wilayah Kerja
11
Tabel 3.1
Informasi Responden
14
Tabel 3.2
Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA
17
Tabel 3.3
Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
20
Tabel 3.4
Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
23
Tabel 3.5
Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
24
Tabel 3.6
Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
27
Tabel 3.6
Kejadian Diare Berdasarkan Studi EHRA di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
28
i
DAFTAR GRAFIK Gambar 2.1
Grafik Distribusi Desa Per Klaster untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA
8
Gambar 3.1
Grafik Kondisi Sampah di Lingkungan
15
Gambar 3.2
Grafik Perilaku Pengolahan Sampah Rumah Tangga
16
Gambar 3.3
Grafik Persentase Kepemilikan Jamban di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
18
Gambar 3.4
Grafik Persentase Tempat Penyaluran Akhir TInja di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
18
Gambar 3.5
Grafik Persentase Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
19
Gambar 3.6
Grafik Persentase Praktik Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Studi EHRA di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
19
Gambar 3.7
Grafik Persentase Kondisi Risiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Strata di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
20
Gambar 3.8
Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
21
Gambar 3.9
Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
21
Gambar 3.10
Grafik Persentase Lama Air Jika Terjadi Banjir di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
22
Gambar 3.11
Grafik Kepemilikan SPAL di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
22
Gambar 3.12
Grafik Persentase Penggunaan Air Bersih di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
23
Gambar 3.13
Grafik Persentase Penggunaan Sumber Air Minum di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
24
Gambar 3.14
Grafik Persentase Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 Waktu Penting di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
26
Gambar 3.15
Grafik Persentase Waktu Melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
26
Gambar 3.16
Grafik Persentase Perilaku BABS di Kab. Barito Kuala Tahun 2015
28
Gambar 3.17
Grafik Indeks Risiko Sanitasi di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
29
Gambar 3.18
Grafik Penggolongan Indeks Risiko Sanitasi Tahun 2015
30
di Kabupaten Barito Kuala
i
LAMPIRAN HASIL STUDI EHRA DAN ANALISIS DATA EHRA
i
KEGIATAN SOSIALISASI STUDI EHRA DI KABUPATEN BARITO KUALA TANGGAL 26 PEBRUARI 2015
i
KEGIATAN PELATIHAN STUDI EHRA BAGI ENUMERATOR DAN SUPERVISOR KAB. BARITO KUALA TANGGAL 28 PEBRUARI 2015
Foto Rapat EHRA dan Analisa Data EHRA di Dinas Kesehatan Kab. Batola
i
i
i
i