45
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6°57’34”- 7°44’57” Lintang Selatan dan 107°24’3”- 108°24’34” Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Garut terdiri dari 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 431 desa. Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah Aliran Selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan Daerah Aliran Utara. Daerah Aliran Utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan Daerah Aliran Selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Di wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai, dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 km, dimana sepanjang 92 km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai (Pemda Kabupaten Garut, 2010).
Kondisi Fisik Wilayah Topografi dan Lereng Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000-1.500 mdpl meliputi Kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu, sedangkan wilayah yang berada pada ketinggian 500-1.000 mdpl meliputi Kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 mdpl meliputi Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang, sedangkan wilayah yang terletak di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 100 mdpl meliputi Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0–2% seluas 32.229 ha (10,51% dari luas wilayah), kemiringan lahan antara 2–15% seluas 38.097 ha (12,43% dari luas wilayah), kemiringan lahan
46
antara 15-40% seluas 110.326 ha (35,99% dari luas wilayah), dan lahan dengan kemiringan di atas 40% seluas 125.867 ha (41,06% dari luas wilayah). Jenis Tanah Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan daerah dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan gunung Berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanah aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah andosol. Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Garut beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana menurut hasil studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pengunungan dengan ketinggian mencapai 3.500-4.000 mdpl dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 24°-27°C. Kemampuan Fisik Lahan Hasil penelitian Barus et al. (2011) menunjukkan bahwa kemampuan lahan di Kabupaten Garut menyebar dari lahan berkelas kemampuan II sampai dengan VIII. Tidak ditemukan lahan dengan tingkat kemampuan kelas I. Kelas kemampuan yang sesuai untuk usahatani padi sawah adalah kelas kemampuan II sampai dengan III, sedangkan yang tidak sesuai untuk padi sawah adalah kelas kemampuan IV sampai dengan VIII. Gambar 5 dan Tabel 2 menunjukkan sebaran kemampuan fisik lahan untuk mendukung usahatani padi sawah di Kabupaten Garut.
47
Sumber: Barus et al. (2011)
Gambar 5 Peta sebaran kelas kemampuan fisik lahan di Kabupaten Garut
48
Tabel 2 Kelas dan luasan kemampuan fisik lahan di Kabupaten Garut Kelas Faktor Luas kemampuan pembatas (Ha) II K 1.119,32 II Lk 3.520,17 III Be 14.439,74 III k 7.132,77 III l 7.980,94 III lbe 2.288,69 III lk 10.074,88 III lt 874,67 III lte 1.637,55 III t 6.772,38 III te 1.653,46 III tk 2.472,26 IV b 1.086,42 IV e 5.657,17
Kelas Faktor kemampuan pembatas IV k IV l IV lb IV le IV lk V o VI e VI l VI le VII e VII l VIII l VIII lt Tidak Awan teridentifikasi
Luas (Ha) 908,79 17.781,26 79.521,36 3.757,09 2.919,68 171,66 74.645,90 12.315,81 1.503,88 5.219,40 21.696,96 16.330,46 2.881,26 155,08
Jumlah 306.519,00 Keterangan: b=batuan; e=erosi; k=kedalaman tanah; l=lereng; t=tekstur tanah o=bahaya banjir; d=drainase Sumber: Barus et al. (2011), diolah
Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Barus et al. (2011), penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Garut, secara umum berdasarkan sebarannya teridentifikasi ke dalam 14 tipe penggunaan meliputi hutan, lahan terbangun, padang rumput, perkebunan karet, perkebunan sawit, perkebunan lainnya, permukiman, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, tanah terbuka dan sungai serta tubuh air. Pertanian lahan basah, didalamnya termasuk sawah, luas lahan tersedia sekitar 45.521 ha atau sekitar 14,78% total luas pemanfaatan di wilayah Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil identifikasi, menunjukkan bahwa pertanian lahan kering merupakan penggunaan lahan yang dominan dijumpai yaitu mencapai 41% dengan luas penggunaan sekitar 126.124 ha. Sementara penggunaan lahan hutan penggunaan saat ini sekitar 76.210 ha atau sekitar 25% total luas wilayah, permukiman dengan luas sekitar 26.442 ha. Untuk penggunaan lahan lainnya, relatif kecil proporsi luasan
49
pemanfaatan yang mencapai kurang dari 5%. Sebaran tipe penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Garut tahun 2011 tertera pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran tipe penggunaan lahan di Kabupaten Garut tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tipe Penggunaan Lahan Hutan Padang rumput Perkebunan karet Perkebunan lainnya Perkebunan sawit Permukiman Pertambangan Pertanian lahan kering Pertanian lahan basah (padi sawah) Sungai Tanah terbuka Tubuh air Total (ha)
Luas (ha) 75.805,90 245,72 10.112,12 16.496,93 4.485,72 26.302,50 212,06 125.454,98 45.520,60 27,58 1.295,19 559,70 306.519,00
Persentase (%) 24,73 0,08 3,30 5,38 1,46 8,58 0,07 40,93 14,85 0,01 0,42 0,18 100,00
Sumber: Barus et al. (2011), diolah
Kondisi Sosial dan Ekonomi Berdasarkan data Potensi Desa Kabupaten Garut tahun 2012, total jumlah penduduk Kabupaten Garut tahun 2011 adalah 2.487.113 jiwa dengan rata-rata jumlah penduduk per desa sebanyak 5.771 jiwa dan besarnya sex ratio sebesar 1,02%. Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Garut, peran sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) masih merupakan sektor andalan. Hal ini tercermin dari mata pencaharian masyarakat Garut sampai saat ini, dominan bertumpu pada sektor pertanian. Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk di 395 desa dari total 431 desa di Kabupaten Garut adalah pertanian. Jumlah penduduk dan rumah tangga tani di Kabupaten Garut dapat dilihat pada Tabel 4. Secara nasional, Kabupaten Garut belum ditetapkan menjadi salah satu sentra produksi pangan, tetapi untuk lingkup Provinsi Jawa Barat berpotensi kuat menjadi sentra produksi padi, jagung, dan kedelai. Khusus mengenai produksi padi, Kabupaten Garut memiliki komoditas spesifik lokal yang berkembang sejak
50
tahun 1995, yaitu padi Sarinah yang menjadi unggulan khas daerah. Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler, Karang Pawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, dan Bayongbong. Padi varietas unggul nasional yang dominan digunakan di Kabupaten Garut adalah IR 64, Ciherang, Membramo, Way Apo Buru, dan Cisadane. Tabel 4 Jumlah penduduk dan rumah tangga tani di Kabupaten Garut tahun 2011 Uraian Jumlah penduduk (jiwa) Jumlah rumah tangga (KK) Jumlah rumah tangga tani (KK) Jumlah rumah tangga yang terdapat anggota keluarganya sebagai buruh tani (KK)
Jumlah 2.487.113 683.854 318.038 261.437
Sumber: BPS (2012)
Berdasarkan data Kabupaten Garut dalam Angka tahun 2011, perkembangan produksi tanaman pangan untuk komoditas padi secara keseluruhan di Kabupaten Garut pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 10,24% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana produksi padi sawah meningkat sebesar 10,30% dan produksi padi ladang meningkat sebesar 9,77%. Perbandingan produktivitas lahan usahatani padi dan padi sawah di Kabupaten Garut terhadap produktivitas padi dan padi sawah nasional dan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas padi Provinsi Jawa Barat secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas padi rata-rata nasional. Secara umum, produktivitas padi termasuk padi sawah dan ladang Kabupaten Garut di bawah rata-rata Provinsi Jawa Barat, tetapi di atas rata-rata nasional. Khusus untuk padi sawah, terlihat bahwa produktivitas usahatani padi sawah di Kabupaten Garut secara umum di atas rata-rata produktivitas nasional maupun Provinsi Jawa Barat. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi antara pengetahuan usahatani petani Garut relatif baik dan rata-rata di atas petani di Provinsi Jawa Barat (Barus et al. 2011).
51
60 58
Produktifitas (ku/ha)
56 54 52 50 48 46 44 42 40 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2008
2009
2010
Tahun
(a)
Nasional
Jabar
Garut
65
Produktifitas (ku/ha)
60
55
50
45
40 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
(b)
Nasional
Jabar
Garut
Sumber: Barus et al. (2011)
Gambar 6 Perbandingan produktivitas padi (a) dan padi sawah (b) nasional, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut (kuintal/ha)
Berdasarkan data Kabupaten Garut dalam Angka tahun 2011, nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Garut tahun 2010 sebesar Rp 24.844.613,47 juta. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Garut pada tahun 2010 sebesar Rp 11.307.733,01 juta merupakan kontribusi paling tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor ini telah berperan besar dalam pembangunan Kabupaten Garut, baik peran langsung terhadap PDRB, penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui
penciptaan
kondisi
yang kondusif
bagi
pelaksanaan
pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sektor lain.
52
Kondisi Infrastruktur Penunjang Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan Sebaran infrastruktur merupakan salah satu kriteria penting untuk penentuan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Merujuk pada laporan penelitian Barus et al. (2011), dikemukakan bahwa infrastruktur dasar penting dalam pertanian adalah irigasi, jalan usahatani, dan jembatan. Irigasi di wilayah Kabupaten Garut menyebar tidak di seluruh wilayah kecamatan. Terdapat 23 wilayah irigasi di Kabupaten Garut. Sebaran 23 kawasan irigasi tersebut mengairi 12.306 ha lahan. Secara umum total kawasan beririgasi tersebut dibagi atas kawasan beririgasi teknis (82%), beririgasi semi teknis (13%), dan irigasi sederhana (5%). Sebaran jaringan infrastruktur pendukung usahatani tanaman pangan di wilayah Kabupaten Garut dapat dilihat pada Gambar 7.
Sumber: Barus et al. (2011)
Gambar 7 Sebaran jaringan infrastruktur irigasi dan jalan di Kabupaten Garut