4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab ini menguraikan kondisi geografis, klimatologis, kependudukan, kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan, organisasi masyarakat, dan sumberdaya alam. Dalam bab ini juga diuraikan gambaran umum setiap kecamatan yang dipilih menjadi lokasi penelitian.
4.1 Kondisi Geografis Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-bumen, yang menurut sejarahnya, mereka yang datang ke daerah ini tidak ingin pindah lagi, mengingat udaranya yang sejuk dan nyaman, sehingga mereka senang bumen-bumen atau bertempat tinggal di daerah ini. Pada tahun 1914 Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Kota Sukabumi sebagai "Burgerlijjk Bestuur" dengan status "Gemeenteraad Van Sukabumi" dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pelayanan yang istimewa. Sejak ditetapkannya Sukabumi menjadi Daerah Otonom pada bulan Mei 1926, maka resmi diangkat "Burgemeester" yaitu Mr. G.F.Rambonnet. Pada masa inilah dibangun sarana dan prasarana penting seperti Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, Gereja dan Pembangkit Listrik. Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah, selanjutnya ada tiga "Burgemeester" sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.I. Van Unen dan Mr. W.J.Ph.VanWaning (BAPPEDA Sukabumi 2001). Kabupaten Sukabumi terletak pada batas meridian 60 57'–70 25' LS dan 1060 49'–1070 00' BT. Secara topografis pada umumnya bergelombang di bagian
57
selatan dan bergunung di bagian utara dan wilayah bagian tengah, ketinggian di atas permukaan laut berkisar antara (0 – 2.960 m), berjarak tempuh 120 km dari Ibukota Negara dan 95 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat. Dataran rendah ada di pesisir selatan, yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, mulai dari Teluk Ciletuh sampai muara sungai Cikaso dan Cimandiri. Dengan adanya daerah pantai dan gunung-gunung antara lain Gunung Salak (2.211 m) dan Gunung Gede (2.958 m) menyebabkan lereng sangat miring (lebih besar dari 35o ) meliputi 29% dari luas Kabupaten Sukabumi, kemiringan antara (13o - 35o ) meliputi 37% dan kemiringan antara (2o -13o ) meliputi 21% dari luas kabupaten. Sisanya daerah datar meliputi 13% dari luas kabupaten. Keadaan topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kabupaten Sukabumi menjadi rawan terhadap longsor, erosi tanah, dan lain- lain. Batasan-batasan wilayah administratif sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor; sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur; dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Secara fisik, luas wilayah Kabupaten Sukabumi adalah 412.592 ha yang secara administratif dibagi dalam 45 kecamatan, 343 desa dan terdiri oleh 60% daratan dan 40% lautan (BAPPEDA Sukabumi 2001). Panjang pantai Kabupaten Sukabumi sekitar ± 117 km dimulai dari ujung barat Kecamatan Cisolok sampai dengan ujung timur Kecamatan Tegal Buled yang melintasi 9 kecamatan pesisir (65 desa) dengan dihampari terumbu karang dan rumput laut ya ng tumbuh dengan indah diterpa oleh sapuan ombak setinggi 1,8 -3 meter di wilayah kewenangan daerah (702 km2 ). Khusus di wilayah pesisir
58
Teluk Pelabuhan Ratu terdapat 4 kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Simpenan, Pelabuhan Ratu, Cikakak dan Cisolok dari keseluruhan 9 (sembilan) kecamatan pesisir. Kecamatan pesisir dalam hal ini didefinisikan sebagai kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya berbatasan langsung dengan lautan, dalam hal ini adalah Samudera Hindia. Kabupaten Sukabumi secara administratif juga berbatasan langsung dengan wilayah Kota Sukabumi yang merupakan daerah kantong (enclave) dikelilingi beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sukabumi, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sukabumi dan Kadudampit di sebelah utara; Kecamatan Cisaat di sebelah barat; Kecamatan Nyalindung di sebelah selatan; dan Kecamatan Sukaraja di sebelah timur. Dengan kondisi fisik geografis tersebut tentu mengakibatkan adanya keterkaitan yang kuat dalam interaksi dan dinamika perkembangan sosial, ekonomi dan budaya antara Kabupaten dan Kota Sukabumi, oleh karenanya terdapat peluang diselenggarakannya kerjasama antara daerah sesuai dengan spesifikasi dan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya di masingmasing daerah. Dilihat dari peranan wilayah Kabupaten Sukabumi dalam aspek pemanfaatan ruang secara nasional, telah dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan dalam PP No. 47/1997 bahwa dalam mempertimbangkan faktor kompetisi dan faktor sinergis antara kawasan secara nasional, identifikasi sektor-sektor unggulan untuk kawasan andalan Sukabumi (kabupaten/kota) dan sekitarnya adalah: perikanan, pariwisata dan perkebunan. Pada tingkat provinsi, Bappeda Jawa Barat telah menyepakati sektor-sektor unggulan untuk kawasan andalan Sukabumi dan sekitarnya adalah: pariwisata,
59
perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, kehutanan dan perkebunan. Selain itu dialog kawasan andalan Jawa Barat tahun 2000, sebagai operasionalisasi pengembangan kawasan andalan tersebut, sektor-sektor unggulan untuk kawasan andalan Sukabumi dan sekitarnya adalah: pertanian, pariwisata dan kelautan (BAPPEDA Sukabumi 2001). Dari aspek kemampuan (kedalaman efektif dan tekstur), Kabupaten Sukabumi sebagian bertekstur tanah sedang (tanah lempung). Kedalaman tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm) dan kedalaman tanah kurang dalam (kurang dari 90 cm). Kedalaman tanah sangat dalam tersebar di bagian utara, sedangkan kedalaman tanah kurang dalam tersebar di bagian tengah dan selatan. Hal ini mengakibatkan wilayah bagian utara lebih subur dibanding wilayah bagian selatan. Di bagian tengah, yaitu di sebelah selatan Sungai Cimandiri terletak dataran tinggi Jampang dengan ketinggian 500 – 1.000 meter dpl (di atas permukaan laut). Secara morfologis, wilayah Kabupaten Sukabumi dapat dikelompokan ke dalam 4 (empat) kelompok sebagai berikut: (1) Pegunungan berapi di bagian utara, terdiri dari timbunan bahan vulkanik yang masih baru. Ketinggian berkisar antara 500 – 3.000 meter dpl. Kemiringan bervariasi antara 0 - 40% dan memungkinkan untuk membudidayakan komoditi, termasuk holtikultura dataran tinggi. (2) Pegunungan lipatan di bagian tengah dan barat, terbentuk dari batuan sedimen, berlapis dan berlipat kuat dengan banyak patahan. Di daerah ini
60
ditemukan intrusi batuan keras yang terbentuk pada zaman pra tersier (andesit dan basalt). (3) Pegunungan plateau di bagian tenggara, terbentuk oleh endapan vulkanik tersier. Kesatuan tersebut terdiri dari endapan yang berasal dari laut, seperti breksi vulkanik, batu pasir, batu lempung dan batu tufa. Dataran ini banyak terpotong oleh sungai yang membentuk lereng- lereng curam. Ketinggiannya bervariasi antara 10 s/d 700 meter dpl. (4) Dataran pesisir dengan sungai terdiri dari tanah endapan. Kesatuan ini terbatas pada daerah-daerah yang sempit di sepanjang aliran sungai dan pesisir. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi didominasi oleh tanah mineral dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Luas areal berdasarkan jenis tanahnya secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Jenis tanah di Kabupaten Sukabumi Jenis tanah Gleisol Alluvial Regosol Andosol Asosiasi Renzina dan Combisol Grumosol Mediteran Podsol Latosol Jumlah
Luas (hektar) 6.500 8.720 2.740 13.430 17.430 23.560 48.720 65.550 227.160 414.770
Prosentase (%) 1,6 2,1 0,6 3,4 4,2 5,7 11,7 16,0 54,7 100
Sumber: Kabupaten Sukabumi 2004
4.2 Kondisi Klimatologis Kabupaten Sukabumi termasuk dalam zona tropis yang ditandai dengan kelembaban udara yang sedang, curah hujan yang tinggi dan kecepatan angin yang sedang. Distribusi curah hujan sementara terutama ditentukan oleh pola
61
peredaran udara dari bulan Mei hingga bulan Oktober berhembus angin Muson Timur yang kering, dan dari bulan November hingga bulan Maret bertiup angin Muson Barat yang basah. Di bagian selatan Sukabumi angin musim barat biasanya bertiup lebih awal, yaitu pada akhir bulan September. Distribusi curah hujan secara tata ruang terutama ditentukan oleh ketinggian lokasi dan keadaan geografis. Curah hujan tertinggi (lebih dari 4.000 mm per tahun), tercatat di Sukabumi bagian utara, yaitu di sekitar lereng Gunung Gede, di Kecamatan Ciemas, di sebelah timur Teluk Pelabuhan Ratu. Di kaki gunung berapi di sebelah utara dan di Sukabumi selatan curah hujannya rata-rata 3.000 – 4.000 mm/tahun. Daerah di sebelah utara dan selatan Sungai Cimandiri mencatat curah hujan tahunan rata-rata paling rendah, yaitu 2.000-3.000 mm/tahun. Jumlah hari hujan per tahun rata-rata 144 hari (rata-rata selama 10 tahun terakhir). Bulan Agustus memiliki curah hujan yang paling sedikit dalam beberapa tahun bahkan tidak terjadi hujan sama sekali selama bulan tersebut. Bulan November dan Desember tercatat sebagai bulan yang paling sering terjadi hujan. Tingginya curah hujan rata-rata tahuna n berkisar antara 2.000-4.000 mm/tahun. Catatan hujan yang terjadi selama tahun 1996-1999 menunjukan kondisi yang fluktuatif, yaitu: pada tahun 1996 curah hujan tercatat 970 mm dalam 151 hari hujan; pada tahun 1997 curah hujan mencapai 1.399 mm dalam 92 hari hujan; tahun 1998 curah hujan mencapai 3.716 mm dalam 197 hari hujan; dan selama tahun 1999 curah hujan mencapai 2.660 mm dalam 151 hari hujan (BAPPEDA Sukabumi 2001). Suhu udara di Kabupaten Sukabumi tidak banyak berubah sepanjang tahun, hal ini karena letaknya yang dekat dengan khatulistiwa. Suhu berkisar
62
antara 180 -300 C dengan rata-rata 260 C, suhu rata-rata permukaan laut adalah 260 270 C. Suhu tersebut akan turun sekitar 0,50 C setiap ketinggian naik 100 m. Kelembaban udara berkisar antara 85 - 89% perbedaan temperatur antara siang dan malam adalah sekitar 80 -100 C (BAPPEDA Sukabumi 2001).
4.3 Kependudukan Penduduk
merupakan
subyek
sekaligus
sebagai
sumberdaya
pembangunan. Oleh karena itu penduduk merupakan potensi yang sangat menjanjikan apabila kualitasnya mampu menjawab tuntutan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun di sisi lain penduduk dapat pula menjadi hambatan dan beban bagi berlanjutnya pelaksanaan pembangunan
apabila
kualitasnya
tidak
dapat
mendukung
pelaksanaan
pembangunan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk rata-rata antara tahun 1995-2000 adalah 2,26%. Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2003 adalah 2.178.850 jiwa, dengan jumlah rumah tangga 563.773 KK dan laju pertumbuhan penduduk 1,59 % antara tahun 1990 - 2000 (BAPPEDA Sukabumi 2001). Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi pada tahun 2004 mencapai 2.230.411 jiwa yang terdiri dari 1.144.663 laki- laki dan 1.085.748 perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 105,43 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 105 penduduk laki- laki (Lampiran 5). Jumlah penduduk terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terdapat di Kecamatan Cisaat sebanyak 108.065 jiwa atau sebesar 4,85% dari penduduk Kabupaten Sukabumi. Sedangkan penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Cidolog sebanyak 18.401 jiwa atau sebesar 0,82% dari jumlah penduduk seluruhnya. Kepadatan
63
penduduk di Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 540,31 orang per km2 . Kecamatan Cisaat masih merupakan kecamatan terpadat, yaitu sebesar 5.037 orang per km2 . Kepadatan terendah adalah Kecamatan Cibitung yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi, yaitu sebanyak 159,95 orang per km2 (Lampiran 6). Sedangkan pendidikan tertinggi yang dapat dicapai (khusus yang berumur 10 tahun ke atas) oleh masyarakat di Kabupaten Sukabumi adalah seperti yang tertera pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Sukabumi (2003) No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tidak/belum pernah sekolah Tidak/belum tamat SD SD SMP SMU SM Kejuruan Diploma / Akademi Dipl. IV / Universitas Jumlah
Laki- laki 17.211 106.543 304.912 79.697 41.522 22.637 8.122 6.920 587.565
Jenis kelamin Perempuan 16.883 56.393 88.150 16.752 7.046 651 4.518 1.896 192.289
Jumlah 34.094 162.936 393.062 96.448 48.569 23.288 12.640 8.817 779.854
Sumber: BPS Sukabumi 2004
Penduduk pesisir Kabupaten Sukabumi berdasarkan agregasi jumlah penduduk sembilan kecamatan pesisir terhitung sebanyak 428.279 jiwa atau sebesar 20.43% total keseluruhan penduduk Kabupaten Sukabumi (Potensi Desa Tahun 2004). Jumlah penduduk pesisir Teluk Pelabuhan Ratu dari empat kecamatan pesisir yang terdapat di sekitar teluk ini terhitung sebanyak 217.368 jiwa. Jumlah penduduk pesisir Teluk Pelabuhan Ratu yang mencapai setengah (50.75%) dari jumlah penduduk pesisir Kabupaten Sukabumi mengindikasikan
64
bahwa wilayah pesisir Teluk Pelabuhan Ratu merupakan wilayah yang sangat diminati menjadi tempat tinggal dan mencari nafkah. Jumlah kepala keluarga yang terdapat di wilayah pesisir Teluk Pelabuhan Ratu tercatat sebanyak 58.224 KK atau sebesar 48,33% dari total keluarga terdapat di pesisir kabupaten Sukabumi (120.479 KK). Rata-rata jumlah anggota per keluarga adalah 4 jiwa atau total 217.368 jiwa.
4.3.1 Kecamatan Cisolok Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan pesisir yang berada paling ujung bagian barat Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten di sebelah barat, dengan Kecamatan Cikakak di sebelah timur, dengan Kecamatan Kabandungan di sebelah utara, dan dengan Samudera Hindia di sebelah selatan. Kecamatan Cisolok terdiri dari 10 desa yang terdiri dari desa pantai dan non pantai, seperti tertera pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Jumlah desa dan statusnya di Kecamatan Cisolok No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Desa Pasir baru Cikahuripan Cisolok Karangpapak Sirnaresmi Cicadas Cikelat G. Karamat G.Tanjung Caringin
Status Pantai Pantai Pantai Pantai Non Non Non Non Non Non
Luas (ha) 1.408 703 766 2.367 4.920 1.681 1.627 1.501 540 1.474
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Luas keseluruhan Kecamatan Cisolok adalah 16.987 ha, dimana desa pantai yang terluas adalah Desa Pasir Baru seluas 1.408 ha. Desa non pantai yang terluas adalah Desa Sirnaresmi dengan luas 4.920 ha dan rata-rata tinggi daratan terendah 5 m dari permukaan laut.
65
Potensi pesisir Kecamatan Cisolok khususnya bidang kelautan dan perikanan cukup menjanjikan bagi para pengusaha yang ingin mengembangkan usahanya. Hal ini didukung oleh beberapa faktor alam dan karakteristik penduduknya. Faktor alam tersebut adalah karakteristik daerah pesisir Kecamatan Cisolok seperti karakteristik jenis pantai pesisir yaitu berpasir putih, pasir batu, pasir berkarang dan karang, sangat unik dan bervariasi bentuk pesisirnya hal ini memberikan kesempatan kepada pengusaha untuk mengembangkan usahanya, seperti membuka restoran ikan laut yang higienis, membuat villa atau hotel bahkan ada pula yang mengumpulkan jenis-jenis batu yang digunakan untuk kelengkapan dan keindahan halaman rumah. Beragamnya jenis pasir pesisir Kecamatan Cisolok membuat jenis gelombang yang membentur karang dan menyapu pasir menjadi terlihat indah untuk dipandang oleh seorang pencinta alam laut. Gelombang tersebut tingginya 3,2 meter sampai dengan 4,3 meter. Dengan tingginya gelombang tersebut membuat orang yang mempunyai hobi surfing mengambil daerah surfing-nya di pesisir Kecamatan Cisolok. Bentuk gelombang yang menerpa pesisir Cisolok sangat bervariasi dari yang menggulung besar hingga yang pecah di tengah. Hal ini karena bentuk dasar laut yang bervariasi. Dari peta batimetri menunjukkan adanya palung yang sangat dalam membentuk jurang. Daerah ini merupakan daerah spawning ground yaitu tempat pemijahan telur atau penyimpanan telur tuna (tongkol, cakalang, salur, tuna). Palung ini terletak 3 - 4 mil laut dari pantai sepanjang pantai Cisolok (dari Desa Cisolok sampai dengan Desa Pasir baru). Terdapat gelombang laut yang tidak terlalu besar dan gelombang tertinggi hanya 3,10 meter yaitu di Kampung Cibangban, Desa Pasir Baru, dimana cocok untuk perahu kecil dan budidaya ikan
66
laut dengan metode keramba apung. Walaupun demikian kegiatan budidaya baru sebatas percontohan dan kaji terap. Faktor lainnya yaitu karakteristik penduduk yang ramah terhadap orang lain dan mau bekerja keras serta aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif. Juga terdapat kelompok pengawas sumberdaya laut dan pesisir yang berfungsi sebagai pengawas sumberdaya alam, yaitu POKMASWAS Cikahuripan Nusantara dan Cibangban Nusantara. Di Kecamatan Cisolok terdapat 3 (tiga) tempat pendaratan ikan, yaitu: (1) Di Kampung Pajagan Cikahuripan yang merupakan PPI tipe C dimana kapal yang tambat maksimal berukuran 20 GT. (2) Di Kampung Cibangban yang merupakan TPI (tempat pelelangan ikan) sub pendaratan untuk PPI dimana perahu yang mendarat hanya perahu pancing jenis congkreng, jukung maupun bagan apung. (3) Di Kampung Cikembang yang merupakan pos pendaratan ikan yang fungsinya sama dengan Cibangban dengan didominasi oleh perahu pancing jenis congkreng.
Jumlah nelayan di Kecamatan Cisolok sebanyak 3.152 orang terdiri atas nelayan pancing, nelayan payang, pedagang ikan, pengolah ikan, buruh dan ABK. Di Kecamatan Cisolok terdapat 2 (dua) kelompok usaha bersama (KUB) yaitu KUB Hurip Mandiri dan KUB Tenggiri yang mengolah hasil tangkapan menjadi abon ikan. Selain abon ikan kelompok usaha bersama lainnya membuat hasil olahan perikanan yang lain seperti kerupuk ikan, dendeng ikan, ikan asin yang diproduksi oleh kelompok masyarakat nelayan Cibangban. Produk olahan tesebut masih bersifat tradisional sangat sederhana dengan sistem perebusan. Hal ini
67
membuat ikan tidak mentah dan jauh mengandung zat- zat aditif seperti formalin dan zat-zat lainnya yang digunakan sebagai bahan pengawet.
4.3.2 Kecamatan Pelabuhan Ratu Kecamatan Pelabuhan Ratu merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Cikakak dan Cikondang di sebelah utara, Kecamatan Cimanggu di sebelah timur, Kecamatan Simpenan di sebelah selatan dan Teluk Pelabuhan Ratu sebelah barat. Luas daerah ini adalah 9.087 ha dengan kondisi pegunungan yang ditumbuhi oleh pohon-pohon liar, perkebunan, ladang, sawah dan pertambangan yang tersebar pada 8 desa (Tabel 5). Sungai besar yang melewati daerah kecamatan dan menjadikan muara di pantai perairan Pelabuhan Ratu adala h Sungai Cipalabuhan, Citepus dan Cimandiri yang sekaligus sebagai garis perbatasan dengan Kecamatan Simpenan. Panjang pantai perairan Pelabuhan Ratu adalah 7,9 km dengan jenis pantai berpasir. Tabel 5 Jumlah desa dan statusnya di Kecamatan Pelabuhan Ratu No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Desa Citarik Pelabuhan Ratu Citepus Cibodas Buniwangi Cikadu Pasirsuren Tonjong
Status Pantai Pantai Pantai Non Non Non Non Non
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Jumlah penduduk Kecamatan Pelabuhan Ratu pada tahun 2004 adalah 22.210 KK atau 88.840 jiwa. Mata pecaharian penduduk ini sangat heterogen, dan hanya 4.461 KK/(RTP dan RTBP) atau hanya 20% yang bergerak di bidang penangkapan ikan.
68
Daerah penangkapan (f ishing ground) Karang Deet, Karang Jahir dan Muara Cimandiri merupkanan daerah yang diinginkan oleh para nelayan pancing. Tak heran kalau di daerah perairan Pelabuhan Ratu (Karang Deet, Karang Jahir dan muara Cimandiri) banyak perahu yang beroperasi dan masyarakat pesisir menebar jaringnya di muara Cimandiri, karena memang di tiga perairan tersebut merupakan gudangnya ikan layur, udang, cumi, kakap, kerapu, kue, bawal, tongkol dan lain- lain. Hal ini didukung oleh keadaan alam yang subur, dimana zat-zat yang terbawa oleh sungai yang dibutuhkan oleh ikan bermuara di tiga perairan tersebut. Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Kecamatan Pelabuhan Ratu, Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta Departemen Kelautan dan Perikanan, me nyediakan sarana dan prasarana kegiatan perikanan tangkap. Sarana yang disediakan adalah PPN Pelabuhan Ratu tipe B yang didirikan pada tahun 1992 yang kemudian secara bertahap dilengkapi sarana dan prasarananya. Pada tahun 2005, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PPN Pelabuhan Ratu semakin lengkap dan mengikuti perkembangan. Terdapat 2 (dua) kolam yang disediakan oleh PPN, yaitu kolam I, yang diperuntukkan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 GT, seperti perahu congkreng, payang dan diesel, sedangkan kolam II diperuntukan untuk kapal motor yang berukuran lebih dari 30 GT seperti perahu long line dan gillnet. Kolam I mempunyai kedalaman -3 m sampai dengan -4 m sedang kolam II mempunyai kedalaman -6 m sampai dengan -8 m. Jenis kapal yang mendominasi PPN Pelabuhan Ratu adalah: payang, trammel net, pure seine, long line dan congkreng.
69
Kecamatan Pelabuhan Ratu merupakan kecamatan perikanan tangkap yang paling produktif di banding dengan kecamatan pesisir yang lainnya, dengan jumlah nelayan kurang lebih 4.489 orang yang terdiri dari bakul, pedagang, buruh dan pengolah dengan berbagai jenis armada dan alat tangkap (gillnet, pancing, payang, trammel net, bagan) pada tahun 2004 mampu menghasilkan ikan sebanyak kurang lebih 6.520,94 ton atau hanya 44,68% dari MSY perairan laut Kabupaten Sukabumi. Nilai rata-rata ikan pada tahun 2004 adalah Rp 5.700/kg sehingga nilai produksi yang diperoleh mencapai Rp 37.169.358.000. Artinya, uang yang berputar di PPN Pelabuhan Ratu untuk menggerakan perekonomian masyarakat dari perikanan tangkap adalah lebih dari Rp 37 miliar pada tahun 2004. Untuk mengawasi pantai dan perairan Kecamatan Pelabuhan Ratu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi menerapkan sistem pengawasan berbasiskan masyarakat, yaitu atas dasar masyarakat dengan unsur tokoh-tokoh masyarakat (ulama, stakeholder dan aparat) membentuk kelompok pengawasan dengan susunan organisasi ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Terdapat 2 (dua) kelompok yang mengawasi (POKMASWAS) wilayah perairan Kecamatan Pelabuhan Ratu yaitu kelompok Tuna Mandiri Nusantara dan Kelompok Ratu Nusantara, dengan objek pengawasan kepada nelayan dan stakeholder bidang kelautan dan perikanan pada pengelolaan sumberdaya alam kelautan atas dasar konsep kelestarian. Kelompok ini berwenang untuk melaporkan kegiatan yang tidak sesuai dengan konsep tersebut kepada pihak terkait seperti PPNS, PPNP, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Pol Airud dengan melampirkan surat kejadian.
70
4.3.3 Kecamatan Ciemas Secara administratif Kecamatan Ciemas terletak pada posisi 1060 22’ 1060 36’
BT dan 70 6’ - 70 18’ LS, yang berbatasan langsung dengan Teluk
Pelabuhan Ratu di sebelah barat; dengan Kecamatan Simpenan di sebelah utara; dengan Kecamatan Waluran di sebelah timur; dan dengan Kecamatan Ciracap di sebelah selatan. Kecamatan Ciemas mempunyai luas 26.966 ha dengan penduduk berjumlah 28.423 jiwa yang terbagi dalam 7 desa, dimana dari 7 desa tersebut 4 desa yang merupakan desa pesisir yaitu Desa Ciwaru, Mandrajaya, Girimukti dan Desa Cibenda (Tabel 6). Penduduk Kecamatan Ciemas sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang ada, baik ke arah pengembangan teknologi terutama bidang kelautan dan perikanan maupun ke arah kultur yang sifatnya positif dan membangun kebiasaan daerah. Disamping itu penduduk Ciemas terutama masyarakat nelayan mempunyai sifat solidaritas yang tinggi dan sangat peduli terhadap lingkungan perairan. Dengan rasa solidaritas dan kepeduliannya, masyarakat nelayan Ciemas dalam mengawasi perairannya membentuk sebuah kelompok pengawas (POKMASWAS) dengan nama Waru Nusantara. Prestasi yang pernah dicapai oleh kelompok ini pada tahun 2004 adalah menjadi juara harapan II se-Indonesia pada perlombaan POKMASWAS tahun 2004 yang di selenggarakan oleh Departemen kelautan dan Perikanan R.I.
71
Tabel 6 Jenis mata pencaharian penduduk di sektor perikanan Kecamatan Ciemas No 1 2 3 4 5 6 7 8
Mata pencaharian Pancing Bagan apung Bagan tancap Jaring rampus Jaring Angkutan ikan Pengolah Pegawai pengolah Jumlah
Jumlah 476 236 244 110 128 68 90 610 1.962
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Panjang pantai Kecamatan Ciemas adalah 33 km yang membentang dari Desa Girimukti sampai Desa Cibenda, dan jumlah penduduk yang bermata pencaharian di sektor perikanan tangkap sebanyak 1.962 orang. Sedangkan jumlah peralatan dan armada penangkapan di Kecamatan Ciemas sebanyak 416 unit dengan berbagai jenis armada dengan rincian pada Tabel 7 berikut: Tabel 7 Jenis peralatan dan armada perikanan di Kecamatan Ciemas No 1 2 3 4 5 6
Armada Pancing Bagan apung Bagan tancap Jaring rampus Jaring Angkutan ikan Jumlah
Jumlah (unit) 121 114 111 127 123 20 416
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang dituju oleh nelayan Ciemas adalah Tanjung Layer, Karang Deet, Karang Hantu, Batu Belah dan Legon Pandan Tengah. Potensi ikan di daerah tersebut sangat melimpah. Nelayan juga membentuk KUB penangkapan dengan tujuan memperkuat harga jual, memperingan permodalan dan mempermudah pemasaran. Terdapat 3 (tiga) KUB yang memanfaatkan perairan Ciemas, yaitu KUB Dyana, KUB SP dan KUB Atin. Produksi ikan pada tahun 2004 adalah sebesar 673.425 ton, atau sekitar Rp 3.837.496.500. Ikan yang ditangkap sangat beragam, tetapi yang lebih
72
dominan adalah ikan layur, tembang dan pelagis kecil yang di tangkap oleh bagan apung dan bagan tancap. Ikan-ikan dasar atau ikan karang (ikan hias) juga sering mendominasi hasil tangkapan pada bulan-bulan tertentu. Di perairan Ciemas banyak terumbu karang yang menghampar di wilayah pantai dengan berbagai macam jenis terumbu karang yang sangat indah bentuknya. Untuk memperlancar perniagaan ikan yang didaratkan, pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan memfasilitasi sarana dan prasarana yaitu TPI Ciwaru. Untuk menjaga kualitas dan harga, karena fishing groundnya dekat dengan TPI Ciwaru, nelayan sering mendaratkan ikannya di TPI tersebut, dan kadang-kadang ada nelayan dari Cidaun, Pelabuhan Ratu, Pameung Peuk, dan bahkan nelayan Cilacap. Potensi tambak di Kecamatan Ciemas terdapat di Desa Ciwaru dan Mandrajaya dengan luas potensi lahan 200 ha, sementara yang baru dimanfaatkan untuk tambak seluas 90 ha atau hanya 45% dari potensi yang ada dengan produksi 1260 ton per hektar per tahun jika ditanami jenis udang vaname. Sedangkan jika ditanami udang windu produksinya dapat mencapai 630 ton per hektar per tahun. Hal ini memberikan peluang kepada pengusaha tambak untuk membuka lahannya di wilayah Kecamatan Ciemas, selain iklimnya yang cocok dengan karakteristik udang juga masyarakatnya mendukung kegiatan tersebut. PT Labuan Monodon yang bergerak di bidang usaha tambak di kecamatan ini semakin berkembang. Di Kampung Palampang, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, hampir seluruh warganya bermatapencaharian sebagai nelayan dan pengolah. Olahan yang berkembang di desa tersebut didominasi oleh produk olahan ikan asin
73
dengan berbagai jenis ikan, selain mudah cara pengolahannya juga mempunyai harga yang cukup lumayan untuk dijual ke para agen-agen ikan asin atau ke konsumen langsung. Hampir 84,5 ton per tahun ikan asin yang dikirim ke luar daerah seperti Bogor (Lawang Seketeng), Jakarta, Bandung dan Tangerang serta untuk pasar lokal yang ada di wilayah Sukabumi. Harga ikan asin yang dijual ke agen-agen berkisar antara Rp 7.000 sampai dengan Rp 25.000/kg. Harga ini relatif murah sehingga produk ikan asin dari Kecamatan Ciemas selalu dibeli oleh para agen.
4.3.4 Kecamatan Ciracap Wilayah Kecamatan Ciracap di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Waluran, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, sebelah timur dibatasi oleh Kecamatan Surade, dan sebelah barat dibatasi oleh Kecamatan Ciemas. Jarak dari Kecamatan Ciracap ke Pelabuhan Ratu adalah 75 km. Luas wilayah Kecamatan Ciracap ialah 16.056,10 ha. Kecamatan ini terdiri dari 6 desa, yaitu Desa Gunungbatu, Desa Cikangkung, Desa Purwasedar, Desa Ciracap, Desa Pasirpanjang, dan Desa Mekarsari. Selur uh desa tersebut dibagi menjadi 82 RW dan 356 RT. Jumlah penduduk laki- laki di Kecamatan Ciracap sebanyak 24.105 jiwa dan perempuan 22.789 jiwa dengan rasio jenis kelamin laki- laki terhadap perempuan sebesar 105,77. Kepadatan penduduk di Kecamatan Ciracap 292,06/km2 dengan jumlah rumah tangga 12.974. Berdasarkan kelompok umur di bawah 4 tahun hingga 39 tahun dicantumkan pada Tabel 8 berikut ini.
74
Tabel 8 Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Ciracap (2004) No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok umur (tahun) 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39
Jumlah (jiwa) 3.239 4.777 4.948 4.302 3.916 4.148 4.659 4.054
Sumber: BPS Sukabumi 2004
Jumlah penduduk yang sudah kawin adalah 26.146 orang terdiri dari 13.328 orang laki- laki dan 12.818 orang perempuan. Sedangkan jumlah penduduk yang belum kawin sebanyak 18.468 orang, terdiri dari 10.308 orang laki- laki dan 8.160 orang perempuan (Tabel 9). Tabel 9 Jumlah penduduk menurut status perkawinan dan jenis kelamin di Kecamatan Ciracap (2004) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Belum kawin 10.308 8.160 18.468
Kawin 13.328 12.818 26.146
Sumber: BPS Sukabumi 2004
Budidaya perikanan di darat yang diusahakan oleh rumah tangga perikanan (RTP) meliputi tambak, kolam, dan sawah (Tabel 10). Dari data BPS Sukabumi (2004) usaha budidaya tambak hanya terdapat di Kecamatan Ciracap. Kolam merupakan jenis budidaya yang paling banyak menghasilkan ikan (146 ton) dengan RTP sebanyak 125. Tabel 10 Luas areal, produksi dan jumlah RTP perikanan darat menurut jenis usaha di Kecamatan Ciracap (2004) Jenis usaha Tambak Kolam Sawah Sumber: BPS Sukabumi 2004
Luas (ha) 30 10,30 22,94
Produksi (ton) 2,60 146,28 49,71
RTP 1 125 60
75
Jumlah rumah tangga yang mempunyai mata pencaharian menangkap ikan di laut sebanyak 147 RTP (Tabel 11). Penggunaan motor tempel (101 RTP) adalah yang paling banyak dibanding yang lainnya. Kapal motor hanya digunakan oleh 12 RTP. Sedangkan penangkapan ikan dengan perahu tanpa motor digunakan oleh 21 RTP dan tanpa perahu 13 RTP. Tabel 11 Jumlah RTP perikanan laut menurut jenis usaha di Kecamatan Ciracap (2004) Jenis usaha
Jumlah
Tanpa perahu
13
Perahu tanpa motor
21
Motor tempel
101
Kapal motor
12
Jumlah
147
Sumber: BPS Sukabumi 2004
Produksi ikan di Kecamatan Ciracap berdasarkan catatan di TPI dari tahun 2002 hingga 2004 terus meningkat (Tabel 12). Produksi ikan meningkat dari 33 ton pada tahun 2002 menjadi 7.085 ton pada tahun 2004. Nilai ikan tersebut juga melonjak dari Rp 166 juta pada tahun 2002 menjadi Rp 6,5 milyar pada tahun 2004. Tabel 12 Perkembangan produksi dan nilai ikan yang dilelang di TPI di Kecamatan Ciracap (2002-2004)
Jumlah (ton) Nilai (juta rupiah)
2002 33,17
Tahun 2003 44,45
2004 7.085,00
165,87
222,23
6.510,00
Sumber: BPS Sukabumi 2004
4.3.5 Kecamatan Surade Kecamatan Surade secara administratif berbatasan dengan Kecamatan Ciracap di sebelah barat, dengan Kecamatan Cibitung di sebelah timur,
76
Kecamatan Waluran di sebelah utara dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebela h selatan. Sedangkan secara geografis terletak pada posisi 1060 29’ - 1060 33’25” BT dan 70 14’40’’ - 70 25’20’’ LS dengan luas 13.339 ha yang ditempati oleh 65.720 jiwa dan tersebar di 11 desa (Tabel 13). Tabel 13 Jumlah desa dan statusnya di Kecamatan Surade No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Desa Pasir Ipis Buniwangi Cipeundeuy Gunungsungging Jagamukti Swakarsa Citangla Warnasari Kedaleman Cibara Sirnasari
Status Pantai Pantai Pantai Non Non Non Non Non Non Non Non
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Masyarakat Kecamatan Surade yang berusaha di bidang perikanan tangkap hanya 223 orang atau hanya 0,339% dari jumlah penduduk. Jarangnya masyarakat yang mau menjadi nelayan karena kondisi perairan perikanan tangkap yang ada di Kecamatan Surade sangat membahayakan bagi keselamatan nelayan tangkap, karena kondisi karang yang sangat dominan di pantai tersebut sehingga nelayan harus memperhitungkan kondisi ombak supaya perahunya tidak terbentur dengan karang. Tetapi potensinya sangat menga gumkan. Wilayah perairan ini diawasi oleh kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) Minajaya Nusantara dari segala ancaman pengelolaan yang menuju ketidaklestarian. Pada tahun 2004 penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan hanya 0,339% dari jumlah penduduk Kecamatan Surade. Mereka adalah nelayan yang bergerak pada perikanan tangkap, pengumpul rumput laut dan sebagai pencari ikan- ikan karang.
77
Terdapat 4 ha kawasan rumput laut yang terlihat pada kondisi laut surut yang dimanfaatkan oleh para nelayan yang tidak mempunyai perahu khususnya untuk menggunduh rumput laut. Hanya 4 bulan saja atau pada musim kemarau pengunduhan rumput laut dilakukan secara optimum dimana penghasilannya 2 ton per bulan rumput laut kering. Selain itu juga kondisi air laut dimana dari ujung air la ut pada kondisi pasang sampai dengan ujung air laut pada kondisi surut dapat mencapai 2,5 km sehingga terlihat hamparan karang dan terumbu yang digenangi oleh air laut, hal ini juga dimanfaatkan oleh para nelayan untuk memasang perangkap bubu atau jaring untuk menangkap ikan- ikan karang seperti lobster, ikan hias, udang, jenis moluska (bintang tujuh) dan lain- lain. Sedangkan nelayan penangkap, melakukan penangkapan ikan di daerah Cigadog, Minajaya, Cicaladi dan Cikaret. Daerah ini merupakan fishing ground untuk ikan- ikan tuna, kue, kakap, bawal dan tenggiri, Muara yang ada di pesisir Kecamatan Surade adalah Karang Bolong, Cikarang dan Cipamarungan yang kerap dijadikan tempat pemijahan bagi ikanikan yang mempunyai sensitivitas terhadap salinitas. Produksi perikanan Surade tidak terlalu banyak seperti Kecamatan Ciracap atau Pelabuhan Ratu. Pada tahun 2004 produksi ikan Kecamatan Surade hanya 212 ton dari berbagai jenis ikan. Untuk menjaga perniagaan dan pengembangan perikanan tangkap di Kecamatan Surade, Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi menyiapkan sarana dan prasarana serta program-program untuk perikanan tangkap. Sarana yang siapkan adalah TPI Minajaya yang khusus untuk kegiatan pendaratan ikan dan kegiatan lelang dengan dilengkapi prasarana seperti
78
timbangan, trais, penghancur es dan WC umum. Sedangkan program-program yang telah diterapkan adalah program PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir), optimalisasi baik pada penangkapan ikan, pemasaran, pelelangan maup un pengolahan ikan. Pada tahun 2005 nelayan diberikan program revolving bantuan perahu fiber lengkap dengan alat tangkapnya sebanyak 4 unit kepada kelompok Cipta Mandiri.
4.4 Organisasi Pemuda/Organisasi Masyarakat di Kabupaten Sukabumi Organisasi dan le mbaga swadaya masyarakat secara formal tumbuh cukup subur di Kabupaten Sukabumi. Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik, khususnya bagi generasi muda penerus yang mana mereka bisa ikut berpartisipasi dan terlibat dalam suatu organisasi akan membuat mereka terlatih dalam membentuk kepribadian, pola pikir dan sikap. Pada Lampiran 7 dapat dilihat nama-nama dan alamat organisasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Dari 155 LSM/organisasi yang ada di kabupaten Sukabumi, hanya 43 yang tercatat secara resmi mempunyai pengurus dan anggota. Sedangkan organisasi yang hanya tercatat namanya sebanyak 112. Dari 43 organisasi yang tercatat mempunyai anggota, jumlah anggota rata-rata hanya 10 orang dengan jumlah anggota minimum 4 orang dan maksimum 28 orang. Hal ini menunjukkan bahwa banyak organisasi sosial yang terdaftar secara resmi tetapi tidak aktif atau tidak mempunyai kegiatan secara rutin. Dengan demikian pemuda juga tidak bisa berperan serta secara aktif karena organisai sosial yang ada belum menunjukkan kinerja optimal.
79
Kegiatan LSM yang tercatat cukup beragam dari berbagai aspek, mulai dari budaya, hukum dan keadilan, politik, agama, lingkungan, ekonomi, dan kelautan. Sebagian organisasi tersebut melibatkan masyarakat secara umum. Juga terdapat organisasi yang khusus melibatkan pemuda, misalnya Forum Solidaritas Pemuda, Forum Komunikasi Peduli Umat dan Ikatan Pemuda Nahdatul Ulama. Walaupun demikian efektivitas organisasi-organisasi yang terdaftar di Kabupaten Sukabumi belum terlihat secara signifikan. Relatif sedikitnya jumlah anggota serta terbatasnya kegiatan riil yang mereka lakukan membuat organisasi-organisasi tersebut belum bisa memberikan sumbangan secara nyata terhadap masyarakat di sekitarnya.
4.5 Program Pembangunan Perikanan Upaya pembangunan perikanan dapat menciptakan devisa yang besar, namun hanya sebagian kecil saja dari nelayan yang telah mengalami perbaikan pendapatan, sedangkan sebagian besar lainnya masih hidup dalam kemiskinan dan kondisi memprihatinkan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain adalah: (1) rendahnya tingkat teknologi penangkapan yang diterapkan; (2) kecilnya skala usaha (ukuran kapal); (3) belum efisiennya sistem pemasaran hasil ikan; dan (4) status nelayan yang sebagian besar adalah buruh. Dua faktor pertama menyebabkan hasil tangkapan menjadi kecil, faktor ketiga menyebabkan harga yang diterima nelayan menjadi rendah, sedangkan faktor keempat menyebabkan nelayan buruh tidak dapat mengambil keputusan dan hanya menerima upah yang rendah. Kurangnya modal, pengetahuan dan keterampilan nelayan serta kondisi sosio-budaya nelayan merupakan penyebab rendahnya tingkat teknologi yang diterapkan dan skala usaha. Demikian pula
80
dengan kurangnya prasarana dan lemahnya posisi tawar nelayan, dimana hal ini menyebabkan harga yang diterima oleh nelayan menjadi sangat rendah, pada posisi lainnya nelayan dihadapkan pada harga- harga input (sarana penangkapan) dan harga konsumsi bahan makanan dan non-makanan yang semakin meningkat. Semua itu menyebabkan tingkat kesejahteraan sebagian besar nelayan sebenarnya masih tetap rendah/miskin (DKP 2003). Hal tersebut lebih kurang sama saja dengan kondisi nelayan yang ada di Kabupaten Sukabumi, dimana jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukabumi tercatat sekitar 25%. Berdasarkan pengamatan on the spot pada bulan SeptemberNovember tahun 2002 diketahui nilai tukar nelayan rata-rata mengalami titik impas atau berada pada posisi break event point tanpa dibedakan oleh kapasitas kapal berskala usaha kecil. Artinya, kondisi nelayan kecil terlaporkan tanpa surplus atau bekerja hanya sekedar untuk menutupi kebutuhan pokok saja. Sekitar 97% dari penerimaan rumah tangga nelayan digunakan untuk bagi hasil, sedangkan sekitar 3% untuk lawuhan tanpa alokasi investasi (DKP 2003). Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, potensi dan pemanfaatan sumberdaya ikan pesisir pada tahun 2002 dilihat dari usaha penangkapan berbagai jenis ikan seperti ikan pelagis besar dari potensi 9.245 ton baru dimanfaatkan 2.719 ton. Ikan pelagis kecil berpotensi sebesar 1.060 ton, baru dapat dimanfatkan 564 ton dan ikan demersal yang potensinya sebesar 1.220 ton, baru dapat ditangkap 302 ton. Sedangkan jenis tambak udang yang berpotensi 1.400 ha, baru dapat dimanfaatkan sebesar 54 ha (Kompas 2003).
81
Kebijakan umum pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut: (1) Pembangunan potensi kelautan dan perikanan, (2) Peningkatan infrastruktur (sarana dan prasarana), (3) Penanggulangan kemiskinan (peningkatan pendapatan nelayan tangkap dan pembudidaya), dan (4) Pengembangan sumberdaya manusia. Sedangkan program pembangunan kelautan dan perikanan di kabupaten ini adalah: (1) Pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan, (2) Pemberdayaan masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan, (3) Pembangunan sarana dan prasarana penangkapan, (4) Pengelolaan ekosistem laut, dan (5) Peningkatan kualitas SDM perikanan (nelayan, pembudidaya, pengolah dan pemasar ikan serta aparatur pembina).
4.6 Perikanan Tangkap Kegiatan perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi yang terbesar terletak di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Cisolok. Di kedua kecamatan tersebut terdapat dua fasilitas perikanan yang cukup besar, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhan Ratu di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok (PPI) di Kecamatan Cisolok. Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Cisolok memang merupakan dua kecamatan di wilayah pesisir Teluk Pelabuhan Ratu yang menjadi pusat fasilitas dan aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Sementara fasilitas perikanan yang terdapat di empat kecamatan lainnya hanya berstatus Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yaitu TPI Simpenan (Simpenan), TPI Ciwaru (Ciemas), TPI Ujung Genteng (Ciracap) dan TPI Surade (Surade). Produksi ikan meningkat dari 4.353 ton pada tahun 2000 menjadi 9.120 ton pada tahun 2004 (Tabel 14).
82
Tabel 14 Produksi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi No
Tahun
Produksi (ton)
1
2004
9.120,32
2
2003
7.069,86
3
2002
6.286,27
4
2001
4.825,00
5
2000
4.353,00
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Jenis ikan yang paling banyak ditangkap adalah cakalang, tongkol, tuna dan layur. Sedangkan cumi, jerbung, lobster dan teri termasuk yang volume penangkapannya relatif sedikit (Tabel 15). Tabel 15 Jenis dan produksi ikan hasil tangkapan Kabupaten Sukabumi No Jenis Ikan 1 Layur 2 Cakalang 3 Cucut 4 Tongkol 5 Tuna 6 Pari 7 Jangilus 8 Layaran 9 Pedang-pedang 10 Peperek 11 Kembung 12 Tembang 13 Eteman 14 Teri 15 Kue 16 Layang
Produksi (ton) No Jenis Ikan 1.023,56 17 Tenggiri 1.256,89 18 Japuh 832,50 19 Kakap 1.230,80 20 Manyung 1.155,79 21 Bawal 599,17 22 Rebon 787,76 23 Jambal 420,53 24 Cumi 200,45 25 Selar 189,47 26 Lemuru 220,66 27 Jerebung 178,76 28 Lobster 105,40 29 Jogol 25,79 30 Rumput laut 157,88 31 Ikan lainnya 63,44 Jumlah Total Produksi: 9,120.32 ton
Produksi (ton) 84,25 43,64 94,76 66,47 27,59 34,43 16,38 4,82 81,54 29,58 9,57 9,24 16,22 23,56 129,42
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
RTP perikanan tangkap (Nelayan) pada tahun 2004 adalah 12.206 jiwa atau sekitar 0,58% dengan jumlah armada penangkapan 1.173 unit dan potensi lestari 14.592 ton/tahun. Produksi tangkapan selama beberapa tahun terkahir cenderung meningkat. Produksi perikanan laut yang didaratkan di pesisir Kabupaten Sukabumi pada tahun 2000 rata-rata 4.164 ton/tahun dan pada tahun
83
2004 rata-rata 9.168 ton/tahun. Sedangkan produktivitas kawasan teluk yang diwakili tiga kecamatan tersebut (Kecamatan Cisolok, Pelabuhan Ratu dan Simpenan) adalah 4.115 ton/tahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan perairan laut Kabupaten Sukabumi diduga baru mencapai 36%. Hal ini mengindikasikan peluang pengembangan perikanan tangkap di perairan ini masih besar, apalagi untuk daerah lepas pantai dan ZEEI. Produksi ikan laut segar hasil kegiatan perikanan tangkap yang didaratkan di enam kecamatan yang tersebar di pesisir Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16 Produksi ikan segar di enam kecamatan pesisir Kabupaten Sukabumi No 1 2 3 4 5 6
Kecamatan Ciemas Ciracap Surade Pelabuhan Ratu Simpenan Cisolok Jumlah
2001 80,30 11,53 3,15 4.118,63 10,02 31,63 4.255,28
Volume (ton) 2002 2003 61,12 68,33 33,17 44,45 2,42, 2,83 4.117,40 3.962,40 12,10 15,00 32,75 44,97 4.258,96 4.137,98
2004 89,48 75,26 5.42 5.203,75 22,54 65,87 5.462,27
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kabupaten Sukabumi cukup beragam. Jenis-jenis ikan tersebut adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), cucut gergagi (Pritis cuspidiatus), cucut martil (Sphyrna blochii), layang (Decapterus sp.), layaran (Istiophorus orientalis), setuhuk (Makaira sp.), layur (Trichiurus sp.), peperek (Ceiognatthus sp.), tembang (Sardinella sp.), tongkol (Auxis thazard) dan tuna (Thunnus sp.). Teknologi penangkapan yang dimiliki nelayan Kabupaten Sukabumi, kecuali Pelabuhan Ratu, umumnya belum berkembang dan masih tradisional. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan kabupaten ini umumnya di
84
sekitar perairan artisanal (kurang dari 3 mil) terutama di sekitar perairan yang membentuk satu kawasan teluk seperti Teluk Pelabuhan Ratu, Teluk Ciletuh, dan beberapa teluk yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kedua teluk tersebut. Nelayan yang berdomisili dan berusaha di Kecamatan Pelabuhan Ratu umumnya mempunyai teknologi penangkapan yang lebih berkembang dibanding nelayan di kecamatan lainnya di Kabupaten Sukabumi. Alat tangkap yang mereka gunakan antara lain gillnet (jaring insang), payang, jaring lingkar dan beberapa jenis alat tangkap lainnya yang biasa digunakan unt uk menangkap tuna dan cakalang, yaitu rawai. Sedangkan nelayan di kecamatan lainnya yang biasa melakukan kegiatan perikanan di sekitar perairan artisanal biasanya dicerminkan oleh jenis alat tangkap yang mereka digunakan, seperti gillnet (jaring insang), pukat pantai, pancing, anco, bagan, dan jala lempar. Tabel 17 Jenis dan jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi (2004) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Alat tangkap Payang Jaring insang lingkar Rampus Trammel net Bagan perahu Rawai tuna Rawai hanyut selain rawai tuna Pancing ulur Pancing lainnya
Jumlah (unit) 120 212 368 488 230 195 165 119 647
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Tabel 17 di atas menyajikan beberapa jenis dan jumlah alat tangkap yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi pada tahun 2004. Ikan yang didaratkan dan dilelang pada sebagian besar wilayah kecamatan pesisir di Kabupaten Sukabumi umumnya masih dalam kondisi segar, karena waktu operasi penangkapan ikan yang dilakukan relatif pendek, yaitu setengah hari trip (half-day fishing trip), kecuali untuk armada gillnet, purse seine, jaring
85
cumi-cumi dan pancing rawai yang berdomisili usaha di PPN Pelabuhan Ratu yang melakukan penangkapan ikan hingga lebih dari dua hari. Selain kemudian dijual dalam keadaan segar di lokasi juga diolah menjadi berbagai macam produk olahan tradisonal seperti ikan pindang, ikan asin, ikan panggang, ikan presto, abon, dendeng, baso, terasi dan lain- lain. Kecamatan Cisolok merupakan daerah pengolahan ikan yang cukup berkembang di Kabupaten Sukabumi. Di kecamatan ini berkembang berbagai kegiatan diversifikasi produk perikanan, seperti abon ikan, dendeng ikan, kerupuk ikan dan ikan asin, sedangkan aktivitas pengolahan ikan di wilayah kecamatan lainnya hanya berkembang pada kegiatan pengolahan ikan pindang dan ikan asin. Produksi ikan, baik dalam bentuk segar maupun dengan menggunakan ice-box serta dalam bentuk produk olahan kemudian dipasarkan untuk kebutuhan lokal dan didistribusikan ke daerah lain seperti kota Bandung, Jakarta dan Sukabumi. Terdapat dua perusahaan cold storage di wilayah Pelabuhan Ratu, yaitu PT AGB dan PT URI. PT AGB adalah perusahaan milik investor Korea yang terletak di dalam darmaga PPN Pelabuhan Ratu, yang khusus untuk mengumpulkan, membeli dan me nyimpan ikan layur. Ikan Layur yang dijual nelayan ke PT AGB merupakan harga tertinggi dari harga pasaran. PT URI adalah perusahaan Korea yang berada di luar darmaga PPN Pelabuhan Ratu, tepatnya di Jl. Cipatuguran Pelabuhan Ratu. Perusahaan ini mengumpulkan, membeli dan menyimpan jenis ikan tuna dan cakalang.
4.7 Perikanan Air Tawar Potensi perikanan air tawar di Kabupaten Sukabumi menitikberatkan pada sistem budidaya dengan jumlah pembudidaya ± 29.636 orang. Produksi perikanan
86
yang dapat dicapai pada tahun 2004 adalah 26.895 ton. Sungai Cimandiri yang mengalir melalui bagian tengah wilayah Sukabumi menjadi dua bagian besar dan anak-anak sungainya, yaitu Cipelang, Cicatih, Cibodas, Cikaso, dan Cibuni, turut memberi andil cukup besar berkembangnya perikanan air tawar, terutama kolam air arus deras. Potensi perikanan air tawar yang cukup besar terbukti dengan dikenalnya Cibaraja sebagai pusat benih ikan terbesar di Jawa Barat. Aliran sungai itu kini juga dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik dan air irigasi untuk persawahan. Potensi tambak di Kecamatan Ciemas terdapat di Desa Ciwaru dan Mandrajaya dengan luas potensi lahan 200 ha dan yang dimanfaatkan untuk tambak baru seluas 90 ha atau hanya 45% dari potensi yang ada dengan produksi 1.260 ton per hektar per tahun. Potensi tambak di seluruh Kabupaten Sukabumi seluas 1.400 ha (Tabel 18). Jika ditanami jenis udang vaname sedangkan jika ditanami udang windu capaian produksi dapat mencapai mencapai 630 ton per hektar per tahun. Hal ini memberikan peluang kepada pengusaha tambak untuk membuka lahannya di wilayah Kecamatan Ciemas, selain iklimnya yang cocok dengan karakteristik udang juga masyarakatnya mendukung kegiatan tersebut. Karena masyarakat sadar bahwa untuk mendukung pembangunan terutama dalam bidang kelautan dan perikanan diperlukan kerjasama denga n seluruh ele men yang ada di daerah tersebut. Terbukti oleh PT Labuan Monodon yang bergerak di bidang usaha tambak, semakin lama semakin berkembang.
87
Tabel 18 Jenis usaha dan potensi perikanan air tawar No Jenis usaha 1 Budidaya Sawah perikanan Kolam air tenang Kolam air deras Keramba Jaring apung 2 3
Tambak Perairan umum Rawa Sungai Situ Waduk
Potensi 31.001 ha 6.684 ha 343 unit 50 unit 10 unit 1.400 ha 35 ha 747,5 Km 149,6 ha 3 ha
Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi 2005
Luas hamparan budidaya di Kecamatan Cikakak mencapai 64.780 m2 dengan kebutuhan benih per siklus (4 bulan) sebanyak 4.664.160 ekor (3.239.00 ekor/juvenil, 971.700 ekor tokolan 1, dan 453.460 ekor tokolan II), atau per tahun 13.992.480 ekor. Jumlah produksi optimal adalah 51.824 kg senilai Rp 1.813.840.000 dengan dukungan pakan 103.648 kg senilai Rp 829.184.000. Sementara itu produksi HSRT Harapan Makmur baru mencapai 1.200.000 ekor/tahun atau 8,5% dari kebutuhan total. Saat ini beberapa kelompok mendapat binaan dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya DKP, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi bekerjasama dengan PT Telkom Tbk. berusaha mengembangkan pembudidayaan ini. Pengembangan udang galah ke depan tidak terlepas dari kebijakan Departemen Kelautan dan Perikanan yang mencanangkan produksi udang sebesar 200.000 ton pada tahun 2005. Jenis udang tersebut meliputi udang galah, windu, vaname, dan serak. Ini merupakan peluang yang sangat besar dan para investor diharapkan menyambut program ini.
88
4.8 Potensi Sumberdaya Alam Luas wilayah kelautan yang merupakan fishing ground di Kabupaten Sukabumi sekitar 702 km2 . Selain merupakan kawasan yang potensial bagi pengembangan perikanan, kawasan pantai selatan Kabupaten Sukabumi juga sangat potensial bagi pengembangan pariwisata bahari. Kawasan
pegunungan
memberikan
peluang
bagi
pengembangan
agribisnis, seperti pertanian, peternakan dan perkebunan. Kawasan pegunungan ini juga sangat mendukung pengembangan pariwisata dan keberadaan gununggunung berapi memberikan kontribusi terhadap kesuburan tanah di sekitarnya. Pada lahan- lahan datar dikembangkan pesawahan dan kolam air tawar, sedang pada lahan bergelombang dikembangkan budidaya hortikultura, palawija dan tanaman perkebunan. Sumberdaya air di kabupaten ini cukup banyak yang ditunjukkan dengan banyaknya aliran sungai seperti Sungai Cimandiri dan anak-anak sungainya, yaitu Cipelang, Citatih, Citarik, Cibodas dan Cidadap. Selain itu terdapat juga Sungai Ciletuh, Cikarang, Cikaso dan Cibuni yang merupakan batas dengan daerah Kabupaten Cianjur di sebelah timur. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Sukabumi, selain merupakan sumber air bagi berbagi kegiatan pertanian dan perikanan, juga dimanfaatkan bagi pengembangan atraksi wisata. Dewasa ini banyak kegiatan pariwisata petualangan yang memanfaatkan aliran sungai dan sangat diminati yaitu kegiatan arung jeram. Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki keanekaragaman bahan tambang, baik yang termasuk bahan galian golongan C, maupun golongan B, seperti emas, perak dan tembaga. Cadangan emas terdapat di Kecamatan Ciemas, Pelabuhan
89
Ratu, Ciracap dan Sagaranten sebanyak 1.214.940 ton. Cadangan perak ditemukan di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Segaranten sebesar 984.541 ton. Sedangkan cadangan tembaga terdapat di Kecamatan Pelabuhan Ratu sebanyak 84.000 ton. Bahan galian yang banyak terdapat di kabupaten ini adalah batu gunung (andesit), trass, pasir gunung, pasir kuarsa (SiO 2 ), tanah liat, pasir besi, batu gamping, bentonite dan zeolite. Sembilan kecamatan dari 45 kecamatan merupakan kecamatan pesisir, sedangkan jumlah desa di kecamatan pesisir Kabupaten Sukabumi terdiri atas 65 desa yang 27 desa diantaranya merupakan desa pantai. Desa pantai dalam hal ini didefinisikan sebagai desa yang sebagian atau keseluruhan wilayahnya berbatasan dengan laut. Pesisir Teluk Pelabuhan Ratu sendiri secara administrasi terdiri atas 31 desa, yang mana 12 desa diantaranya merupakan desa pantai. Potensi lestari (maximum sustainable yield atau MSY) di Teluk Pelabuhan Ratu sebesar 14.592 ton/tahun, yang dimanfaatkan oleh 12.206 rumah tangga perikanan. Mereka memiliki 1.173 unit armada tangkap (congkreng, payang diesel, perahu rumpon, long line) dan 2.039 unit alat tangkap (pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul, anco dan lain- lain).