IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bakso Atom Bakso Sehat adalah motto dari Bakso Atom. Dengan berlatar belakang ingin menyajikan makanan yang sehat, bersih dan nikmat, Bakso Atom menyediakan produk bakso dengan standar kesehatan, halal serta harga yang terjangkau. Standar kesehatan yang ditawarkan yaitu dalam hal bebas bakteri berbahaya, bebas terhadap bahan kimia berbahaya dan menggunakan bahan olahan dari daging Sapi pilihan (Sapi Bali). Bakso Atom telah mengantongi beberapa sertifikat dari lembaga yang berkompetensi dalam produk makanan seperti Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Laboratorium Kesmavet Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan serta Uji Metode SNI-19-2897-1992. Sertifikasi tersebut di atas, mendukung Bakso Atom sebagai bakso yang higienis, sehat, dan halal. Para pengunjung tidak perlu ragu adanya residu bahan pengawet, antibiotik, ataupun bahan-bahan kimia lain. Bagi yang alergi terhadap MSG, Bakso Atom merupakan makanan sehat siap saji yang tidak perlu dikhawatirkan. Menu bakso yang disajikan yaitu berupa: bakso daging (ukuran besar dan kecil), bakso urat (ukuran besar dan kecil), bakso sumsum, bakso telor ayam kampung, bakso keju, bakso tahu, bakso tahu udang, bakso buntel (bakso dibungkus dengan kulit martabak telur) dan bakso sutera. Bakso Atom disajikan secara prasmanan dimana konsumen dapat memilih dan mengambil langsung jenis bakso yang diinginkan, untuk kemudian meracik sendiri bumbu yang diinginkan sesuai selera. Untuk harga, Bakso Atom memiliki harga yang bervariasi dari tiga ribu lima ratus rupiah sampai dengan tujuh ribu rupiah per butir bakso dengan ukuran yang cukup besar. Saat ini Bakso Atom baru dapat diperoleh melalui 18 outlet yang terletak di Jakarta dan Bandung, yaitu: Ciputat, Serpong, Bintaro, Depok, Pondok Bambu, Depok Beji, Puri Indah, Condet, Bandung, Cempaka Putih, Pakubuwono, Cinere, Pasar Rebo, Pesanggrahan, Bulungan, Pondok Gede, Tebet dan Thamrin City. Outlet Bakso Atom beroperasi setiap hari dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00. Disetiap outlet tersedia ruang AC dan Non
31
AC, dan pada beberapa outlet tersedia fasilitas Free Hot Spot Area (area bebas jaringan internet). Fasilitas lain yang ditawarkan adalah sistem pesan antar (delivery order). Empat lokasi outlet diantaranya yang dijadikan sample untuk pengambilan data, dapat digambarkan sebagai berikut: untuk lokasi di jalan. Bumi, Pakubowono Jakarta terletak dipinggir jalan utama menuju ke Pasar Mayestik. Lokasi outlet bersebelahan dengan agen penjulan rumah (century 21), dan tempat bimbingan belajar. Outlet ini menempati luas areal ± 170 m² dengan status kepemilikan adalah milik sendiri. Untuk outlet di Bintaro terletak dipinggir jalan utama memasuki gerbang perumahan Bintaro Jaya Sektor IX, bersebelahan dengan outlet buku Gramedia. Outlet ini menempati luas areal ± 120 m² dengan status kepemilikan sewa. Outlet di Beji Depok merupakan rumah tinggal menempati luas areal ±100 m² dengan status kepemilikan sewa. Lokasi outlet terletak bersebelahan dengan toko obat dan tanah kosong. Untuk outlet di jalan Cendana, Bandung letak lokasi di areal pemukiman (bukan real estate) dan bukan di jalan utama. Outlet ini memanfaatkan rumah tinggal milik sendiri (tidak ditempati) untuk lokasi usaha, bersebelahan dengan lokasi bimbingan belajar (Sakamoto). Luas areal ± 120 m². Setiap outlet tidak melakukan produksi sendiri, melainkan hanya melakukan penjualan bakso. Pengambilan bakso dilakukan setiap sore hari (untuk wilayah Jakarta) dan 1 minggu sekali (untuk wilayah Bandung) diambil langsung ke kantor pusat pewaralaba di Ciputat. Sistem pembayaran dilakukan keesokan harinya. Sistem pemasaran dilakukan melalui penyebaran brosur di pusat-pusat perbelanjaan. Pewaralaba hanya memfasilitasi brosur dan pengadaan tenaga kerja serta perlengkapan makan untuk pelaksanaan event bazar di luar outlet. Selain penjualan di outlet, terwaralaba juga biasa melayani penjualan langsung ke lokasi yang disediakan konsumen, untuk minimal order 100 porsi. Permintaan ini cukup banyak dikalangan konsumen perkantoran terutama pada bulan Ramadhan atau event lainnya seperti arisan, pesta ulang tahun dan lain-lain.
32
B. Kelayakan usaha Analisis kelayakan yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah kelayakan finansial usaha franchise produk bakso sehat bakso atom (BSBA). Hal ini digunakan untuk membantu terwaralaba dalam mengembangkan usahanya di masing-masing outlet. Dari analisis finansial ini akan diperoleh informasi tentang kelayakan usaha, apabila layak maka dapat menjadi salah satu motivasi bagi terwaralaba untuk mengembangkan usahanya dengan membuka outlet baru dan selanjutnya dapat menarik konsumen lebih banyak. Biaya investasi masing-masing terwaralaba berbeda satu sama lain dapat dilihat pada Lampiran 2, perbedaan tersebut terutama dalam hal biaya renovasi. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk outlet Pakubowono sebesar Rp. 237.465.000,- (dua ratus tiga puluh tujuh juta empat ratus enam puluh lima ribu Rupiah), cukup besar dibanding outlet lainnya. Besarnya biaya investasi untuk outlet ini, dipengaruhi oleh luas areal outlet yaitu mencapai ± 170m² (paling luas dibanding outlet lainnya). Disamping itu juga karena pemakaian material meja saji stanless steel berkualitas dan pemilihan kursi yang lebih bagus (kursi dengan sandaran). Biaya investasi untuk outlet lainnya yaitu: Beji (Depok) sebesar Rp. 165.650.000,- (seratus enam puluh lima juta enam ratus lima puluh ribu Rupiah), Cendana (Bandung) sebesar Rp. 140.903.000,- (seratus empat puluh juta sembilan ratus tiga ribu Rupiah) dan Bintaro sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta Rupiah). a. Arus manfaat (Inflow) Manfaat atau inflow menggambarkan berapa uang yang masuk yang diperoleh dari penjualan produk Nilai pendapatan diperoleh dari penjualan produk yang dikalikan dengan harga jualnya. Harga jual produk adalah harga yang berlaku sesuai dengan harga saat kontrak berlaku. Nilai penjualan outlet Bakso Atom dapat dilihat pada Tabel 6. Table 6. Nilai penjualan empat outlet Bakso Atom selama 3 (tiga) tahun (Rupiah) Tahun Pakubuwono Beji Cendana 2007 1.455.893.600 1.084.236.000 956.553.600 2008 1.246.717.500 974.218.800 698.462.100 2009* 918.042.700 709.349.800 522.373.600 * penjualan untuk periode sampai dengan September 2009
Bintaro 1.204.084.300 1.150.421.160 908.545.111
33
Dari tabel 6 terlihat bahwa penjualan pada tahun 2008 pada ke-empat outlet mengalami penurunan. Penurunan penjualan berturut-turut sebesar 14 persen outlet Bumi, 10 persen outlet Beji, 27 persen outlet Cendana dan 4 persen untuk outlet Bintaro. Hal ini menurut pemilik dari masing-masing outlet disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM yang dirasakan cukup mempengaruhi tingkat penjualan. Pada periode September 2009 tingkat penjualan relatif stabil bahkan untuk outlet Bintaro mengalami sedikit peningkatan (±5 persen). Hal ini dirasakan oleh pemilik selain karena perekonomian yang mulai stabil, juga karena adanya tambahan fasilitas Free Hot Spot Area yang sedikit banyaknya mempengaruhi jumlah pengunjung. Untuk outlet Beji mengalami penurunan sebesar 3 persen, hal ini menurut pemilik karena adanya persaingan pendatang baru (bakso Joko) di areal sekitar lokasi dimana harga yang ditawarkan cukup rendah. Secara keseluruhan pencapaian penjualan terendah adalah outlet Cendana
(Bandung)
dengan
rata-rata
omset
harian
hanya
sebesar
Rp.1.934.717,- (satu juta sembilan ratus tigapuluh empat ribu tujuh ratus tujuh belas rupiah). Hal ini menurut pemilik disebabkan oleh beberapa hal yaitu: lokasi outlet agak sulit dijangkau bukan merupakan jalur utama, disamping itu Bakso Atom di Bandung merupakan cabang pertama sehingga belum banyak dikenal masyarakat, dan dirasakan masih kurang promosi. b. Arus biaya (Outflow) Arus biaya adalah arus biaya-biaya yang terjadi dalam analisis kelayakan usaha Bakso Atom. Arus biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi digunakan untuk menyediakan tanah dan bangunan dengan fasilitas seperti listrik, telepon, pengadaan air bersih, toilet dan pantry. Selain itu, biaya investasi juga digunakan untuk peralatan dalam menunjang kelengkapan kebutuhan outlet seperti meja saji stanless steel, meja tempat bumbu, meja kursi tamu, mesin cashier, freezer, motor delivery box dan materi promosi diantaranya display dalam ruangan (neon box), spanduk promo, banner, dan billboard.
34
Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari usaha bakso atom. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha ini terdiri dari gaji karyawan, listrik, telepon, keamanan, kebersihan dan tunjangan hari raya (THR). Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari penjualan yang dihasilkan. Besar biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahun untuk kegiatan usaha ini terdiri dari : (1) bonus insentif karyawan yang dikeluarkan sebesar Rp. 50,- per butir bakso yang terjual setiap harinya dan dibagi ke seluruh pegawai
pada setiap outlet. Bonus penjualan
dikeluarkan apabila penjualan melebihi target harian yang ditetapkan (untuk Bumi sebesar Rp.3.000.000,-, Beji sebesar Rp.2000.000,- Cendana sebesar Rp.2.000.000,- dan Bintaro sebesar Rp.3.000.000,-); (2) selisih penjualan
(salah
pencatatan,
pembulatan
atau
adanya
kelebihan
pengembalian dari konsumen), biaya operasional (biaya bahan bakar kendaraan dan Gas), tagihan bakso dan tagihan belanja. Biaya lain-lain merupakan biaya pengeluaran intern outlet terdiri dari sewa, cicilan motor, pulsa dan alat tulis kantor (ATK). c. Kelayakan finansial usaha Berdasarkan cashflow pada Lampiran 4 diperoleh hasil untuk semua kriteria investasi usaha meliputi NPV, IRR, Net B/C dan Payback period. Hasil kelayakan investasi Bakso Atom Bintaro, Beji, Cendana dan Pakubuwono pada tingkat suku bunga 14 persen dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil kelayakan Investasi pada Tingkat Suku Bunga 14 persen Kriteria investasi NPV IRR Net B/C PP
Pakubuwono 71.404.011 30.38% 1.30 1 7 bulan
Nilai Beji Cendana 33.244.550 4.857.773 26.20% 16.51% 1.20 1.03 15 bulan 21 bulan
Bintaro 55.508.016 31.70% 1.37 19 bulan
35
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai NPV yang dihasilkan dari masingmasing outlet Bakso Atom adalah positif dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah menguntungkan untuk dilaksanakan. Selanjutnya nilai IRR di atas tingkat suku bunga pinjaman, dapat diartikan bahwa apabila modal yang digunakan adalah pinjaman maka akan menguntungkan untuk diinvestasikan pada usaha Bakso Atom. Sedangkan dari B/C ratio mencapai nilai lebih besar dari 1 (satu) artinya investasi yang dikeluarkan sekarang sebesar satu rupiah untuk usaha Bakso Atom akan menambah
nilai pendapatan bersih lebih dari satu
rupiah. Dari kriteria investasi di atas, outlet Cendana memiliki kriteria investasi yang rendah. Hal ini dipengaruhi tingkat penjualan yang juga rendah. Berdasarkan waktu pengembalian investasi, digunakan analisis payback period (PP). Hasil analisis yang dilakukan menyatakan bahwa usaha bakso atom akan mencapai titik pengembalian investasi kurang dari umur ekonomis investasi tersebut atau berkisar 15-21 bulan. Dari keempat outlet tersebut, outlet Cendana memiliki tingkat pengembalian yang paling lama, hal ini dipengaruhi oleh nilai keuntungan bersih yang diperoleh paling rendah dan nilai investasi yang cukup besar. Disamping itu juga diperhitungkan titik impas (break event point) untuk mengetahui keadaan dimana pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam perhitungan ini, mengingat produk bakso beragam dan terdapat juga produk minuman dan lainnya, untuk itu dalam perhitungan harga jual digunakan harga jual rata-rata terbobot. Nilai BEP dapat dilihat pada Tabel 8 dan pada Tabel 9 dapat dilihat perhitungan sensitivitas. Dari Tabel 8 terlihat bahwa kegiatan usaha penjualan Bakso Atom di sebagaimana semua outlet menunjukkan kondisi penjualan yang menguntungkan dimana penjualan yang dicapai telah melewati titik impas. Analisis sensitivitas pada Tabel 9, dilakukan dengan pembatasan hanya melihat pada sejauhmana proyek masih dinilai layak, jika terjadi perubahan dalam biaya investasi maupun benefit. Dari hasil perhitungan sensitivitas berarti bahwa jika terjadi penurunan dalam keuntungan sampai
36
dengan batas error benefits ataupun terjadi peningkatan biaya investasi sampai dengan error cost, maka investasi
dinilai masih layak untuk
dilaksanakan. Jika sudah melewati ambang batas tersebut, maka investasi tidak lagi layak untuk dilaksanakan. Dapat dikatakan bahwa outlet Cendana sangat sensitif terhadap sedikit penurunan benefit dan adanya sedikit kenaikan nilai investasi. Tabel 8. Titik Impas Bakso Atom (per hari) Outlet Pakubuwono Beji Cendana Bintaro
BEP Unit 114 210 193 234
Rupiah 760.841 1.332.030 1.125.721 1.465.954
Realisasi Unit Rupiah 510 3.400.518 415 2.627.221 331 1.934.717 509 3.364.982
Tabel 9. Sensitivitas penjualan Bakso Atom Sensitivitas Error cost Error Benefits
Pakubuwono 30% -23%
Beji 17% -20%
Cendana 3% -3%
Bintaro 37% -27%
Dari indikator kelayakan usaha di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hal yang paling berpengaruh adalah tingkat penjualan. Pada kegiatan usaha dengan sistem
franchise, peningkatan penjualan dapat
dilakukan hanya dengan meningkatkan volume penjualan. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan volume penjualan adalah memahami konsumen yang meliputi karakteristik konsumen, keinginan, kebutuhan dan kepuasan konsumen. C. Karakteristik Responden Bakso Atom Kajian ini melibatkan responden yang berjumlah 77 orang yang telah diambil secara random/sampling dari 100 orang yang direncanakan atau telah mencapai 77 persen sehingga dianggap telah cukup mewakili. Aspek demografi yang dikaji dari responden adalah usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, tingkat pendidikan dan besar pengeluaran keluarga per bulan.
37
a. Usia Responden didominasi oleh konsumen yang berusia antara 21-30 tahun (47 persen), selebihnya menyebar pada usia 31-45 tahun (44 persen). Dari data ini tergambar responden yang mengkonsumsi Bakso Atom berada pada usia produktif, dimana pada usia ini pada umumnya sudah mempunyai penghasilan dan peduli terhadap kesehatan. Proporsi usia responden dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Proporsi usia responden Bakso Atom b. Jenis Kelamin Responden yang mengkonsumsi Bakso Atom pada umumnya adalah wanita (75 persen), dan jika dilihat dari status pernikahan ternyata responden yang berstatus menikah (53 persen) dan yang belum menikah (46 persen) sama-sama menggemari Bakso Atom. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 7 dan proporsi status pernikahan pada gambar 8.
Gambar 7. Proporsi jenis kelamin responden Bakso Atom
38
c. Status Pernikahan Proporsi status pernikahan responden sesuai Gambar 8, Bakso Atom digemari baik oleh yang berstatus menikah maupun yang belum menikah.
Gambar 8. Proporsi status pernikahan responden Bakso Atom d. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah keluarga responden menunjukkan jumlah pengeluaran yang digunakan keluarga dalam mengkonsumsi atau membelanjakan barang dan jasa. Semakin besar jumlah anggota keluarga biasanya kecenderungan pengeluaran semakin besar. Berdasarkan Gambar 9, jumlah anggota keluarga responden antara 3 orang mendominasi (50 persen) dan yang terkecil adalah 1 orang (17 persen). Proporsi jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Proporsi jumlah anggota keluarga responden Bakso Atom e. Pekerjaan Responden didominasi oleh pegawai swasta (35 persen) dan minoritas berstatus ibu rumah tangga (8 persen). Hal ini membuktikan bahwa bakso pada umumnya diminati oleh pegawai, dikarenakan
39
kemudahan dalam memperoleh makanan dibanding jika harus memasak sendiri. Proporsi pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Proporsi pekerjaan responden Bakso Atom f. Pendidikan Pada Gambar 11 terlihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak didominasi oleh responden berpendidikan Sarjana, yaitu 47 persen dan yang terendah adalah SMU (19 persen). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh
terhadap
penerima
dan
pengartian
informasi
yang
diperolehnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pola pikirnya semakin sistematis dan ingin mendapatkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi dirinya (Sumarwan, 2003). Ditengah kesadaran masyarakat akan kesehatan, makanan sehat saat ini sedang menjadi trend. Selling point Bakso Atom mengedepankan bakso sehat, beda dengan bakso-bakso yang lainnya.
Gambar 11. Proporsi tingkat pendidikan responden Bakso Atom
40
g. Tingkat pengeluaran per bulan Kalau dilihat dari sebarannya, terlihat bahwa bakso atom hampir merata diminati oleh semua responden, baik itu responden yang mempunyai pengeluaran kurang Rp. 1 juta (30 persen), responden yang mempunyai pengeluaran antara Rp 1 juta – Rp 2 juta (28 persen), maupun responden yang memiliki pengeluaran. Antara Rp. 2 jt – Rp 3 jt (26 persen). Proporsi pengeluaran keluarga per bulan dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Proporsi pengeluaran keluarga per bulan
D. Perilaku Konsumen Dalam Memilih Makanan a. Jenis makanan yang diminati oleh konsumen Banyaknya
jenis
makanan
yang
ditawarkan
memungkinkan
konsumen untuk memilih jenis makanan kesenangannya. Berdasarkan Gambar 13, konsumen menilai bahwa bakso atau bakmi merupakan makanan yang paling diminati atau paling digemari oleh responden, dengan perbandingan sebesar 1,32 jika dibandingkan makanan Indonesia, dan lebih diminati sebesar 1,42 jika dibandingkan dengan Fast Food. Sementara Chinese Food kurang diminati konsumen.
41
Thurstone Analysis 4 3.5 3 2.5 2
Bakso/Bakmi Indonesia Fast Food Western
1.5 1 0.5 0
Chinese Food
Gambar 13. Ranking jenis makanan yang diminati oleh konsumen b. Memilih tempat makan Pada saat memilih tempat makan, banyak faktor yang menentukan sehingga tempat tersebut menjadi suatu pilihan. Pada penelitian ini, rasa merupakan faktor yang paling utama dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih tempat makan. Jika dibandingkan dengan harga, rasa lebih penting sebesar 1,77 kali, bahkan lebih penting 4,5 kali dibandingkan pelayanan dan lebih penting 3,29 kali dibandingkan lokasi. Artinya karena rasa, responden akan mencari Bakso Atom Bakso Sehat (BABS) tanpa mempertimbangkan pelayanannya ataupun lokasinya jauh dari jangkauan. Setelah itu aspek kebersihan, kenyamanan dan harga juga merupakan faktor yang dipentingkan setelah rasa. Faktor promosi bukan merupakan faktor yang dipentingkan oleh konsumen dalam memilih tempat makan, artinya tanpa promosi konsumen akan memilih Bakso Atom. Urutan kepentingan konsumen dalam memilih tempat makan terlihat pada Gambar 14. Thurstone Analysis 18 16 14
Rasa
12
Kebersihan Nyaman Harga
10 8 6 4 2 0
Lokasi Layanan Variasi Kekhasan Promosi
Gambar 14. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat makan
42
c. Keputusan memilih makanan Dalam pengambilan keputusan memilih makanan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dan faktor rasa bagi konsumen sangat berperan dibandingkan pengaruh dari teman, saudara, kepraktisan bahkan iklan sekalipun. Karena itu, rasa merupakan hal yang harus betul-betul diperhatikan agar konsumen tetap memilih Bakso Atom pada saat mereka ingin makan bakso. Dari Gambar 15 terlihat bahwa sekitar 80 persen konsumen akan memilih makanan dikarenakan oleh faktor rasa, 60 persen dipengaruhi oleh Teman/tetangga, 50 persen Faktor kepraktisan, 48 persen oleh keluarga dan iklan hanya sekitar 40 persen.
90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 Ikl
ud
kti
/K
sa
a ra
pr a
elu
n
arg a
a
ga
as
ng
nR
eta
a ia
n /T
su
ma
se
an
Sa
Ke
Te
Ke
Gambar 15. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan memilih makanan E. Kepuasan dan Kepentingan Konsumen Bakso Atom a. Kepuasan konsumen Kepuasan konsumen merupakan suatu hal yang sangat berharga demi mempertahankan keberadaan konsumen tersebut untuk tetap berjalannya suatu bisnis atau usaha. Kualitas produk dan layanan yang diberikan kepada konsumen akan memacu puas tidaknya seorang konsumen atas performance produk secara keseluruhan. Yang pada akhirnya apabila konsumen puas maka diharapkan akan menjadi konsumen yang loyal. Dengan kaidah Top Two Boxes, tingkat kepuasan konsumen (CSI) secara kesseluruhan terhadap Bakso Atom, bahwa baru mencapai 72.2
43
persen, artinya dari 72 konsumen Bakso Atom 52 responden menyatakan puas atau sangat puas. Sementara itu terdapat 5.6 persen Responden yang menyatakan tidak puas (CDI), dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kepuasan konsumen secara keseluruhan terhadap Bakso Atom Kepuasan Total Sangat tidak puas Tidak puas Antara puas dan tidak Puas Sangat Puas Total
Jumlah 0 4 16 45 7
CSI 0,0 5,6* 22,2 62,5** 9,7**
72
100,0
**) CSI (Customer Satisfaction Index)
= 72,2% = 5,6 %
*) CDI (Customer Dissatisfaction Index)
Keterkaitan antara kepuasan dan loyalitas konsumen secara analisis koresponden dapat digambarkan pada Gambar 16, dimana terlihat bahwa responden yang puas (P) akan bersedia merekomendasikan demikian juga responden yang sangat puas (SP) sangat bersedia merekomendasikan. Sebaliknya
responden
yang
tidak
puas
(TP)
juga
tidak
akan
merekomendasikan Bakso Atom kepada konsumen lainnya. Untuk itu kepuasan konsumen perlu dijaga, sehingga konsumen dapat dijadikan alat promosi melalui komunikasi dari mulut ke mulut. CORRESPONDEN (99.66%) ATPantara bersedia dan tidak D im e n sio n -2 (1 2 .59 % )
P bersedia
sangat SP bersedia
TP tidak bersedia Dimension-1 (87.07%)
Gambar 16. Keterkaitan antara kepuasan dan loyalitas konsumen
44
b. Tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut Bakso Atom Salah satu aspek penting dalam memahami kepuasan konsumen terhadap suatu produk adalah
melakukan penilaian secara individual
terhadap atribut-atribut yang membangun produk tersebut. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan
gambaran bahwa konsumen memiliki
preferensi yang berbeda-beda terhadap suatu atribut artinya sekelompok konsumen dapat saja puas atau sangat puas terhadap satu atribut. Namun, disisi lain terdapat konsumen yang kurang puas bahkan tidak puas dengan atribut tersebut. Pembahasan mengenai kepuasan suatu atribut seringkali tidak memberikan makna yang jelas bagi produsen, karena seberapa besar tingkat kepentingan tersebut diperlukan oleh konsumen. Hal ini bisa saja terjadi dimana sekelompok konsumen merasa puas dengan suatu atribut, namun atribut tersebut tidak terlalu penting. Sebaliknya ada sekelompok konsumen yang merasa tidak puas terhadap suatu atribut, padahal atribut tesebut merupakan sesuatu yang dianggap penting oleh konsumen lainnya. Penelitian ini mencoba menggabungkan dua aspek kepentingan dan kepuasan konsumen dengan harapan dapat memberikan makna yang lebih mendalam dengan menggunakan Suharjo Split. Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan suatu atribut yang dikaitkan dengan efisiensi pelayanannya. Hasil dari analisis diagonal ini dituangkan dalam bentuk diagram berupa garis linier mulai dari titik nol dan memotong secara diagonal di antara sumbu kepentingan dengan sumbu kepuasan Suharjo Split. Garis linier tersebut adalah garis efficient service, karena pada garis ini tingkat kepuasan sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap atribut yang dinilai. Atribut yang berada di atas garis efficient service menunjukkan adanya over service, sedangkan yang berada di bawahnya menunjukkan under service. Dalam mengukur tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen dibatasi pada 18 atribut yaitu: 1) citarasa kelezatan, 2) kandungan gizi, 3) mutu bahan olahan, 4) merek, 5) halal, 6) kombinasi dan variasi produk, 7) kemudahan untuk memperoleh produk, 8) harga produk, 9) areal parkir,
45
10) kenyamanan outlet, 11) waktu buka outlet, 12) kemudahan mencapai lokasi, 13) kegiatan promosi (discount), 14) iklan yang menarik, 15) kualitas kebersihan produk (Higienis), 16) kemasan bawa pulang, 17) keramahan dan kesopanan pramusaji, 18) kecepatan layanan Dari Gambar 17 terlihat bahwa, sebagian atribut berada pada garis efficient service, yang artinya beberapa atribut yang dipentingkan tersebut telah mampu memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan kepentingannya. Sebaliknya ada beberapa atribut yang berada jauh dibawah garis diagonal yaitu X7, X8, X12, X13 dan X14 merupakan atribut yang harus diperbaiki kinerjanya serta perlu mendapat prioritas perbaikan. Atribut tersebut yaitu:, kemudahan memperoleh produk, harga, kemudahan mencapai lokasi, promosi dan iklan. Atribut-atribut tersebut diidentifikasikan sebagai atribut-atribut yang under service dan harus ditingkatkan layanannya karena memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah dibandingkan tingkat kepentingannya. 100
90 X15
X5 X1 X17 X18
X10 80 X2 X3 70 X8 60 X9 X6
X16
X12 X7
Kepuasan
50 X4
X14
X11
40
X13 30 30
40
50
60
70
80
90
100
Kepentingan
Gambar 17. Tingkat kepentingan dan kepuasan atribut keterangan : 1. Citarasa kelezatan, 2. Kandungan gizi, 3. Mutu Bahan Olahan, 4. Merek, 5.Halal, 6. Kombinasi dan variasi produk, 7.Kemudahan untuk memperoleh produk, 8.Harga produk, 9. Areal parker, 10.Kenyamanan outlet, 11.Waktu buka outlet, 12. Kemudahan mencapai lokasi, 13. Kegiatan promosi (discount), 14.Iklan yang menarik, 15. Kualitas Kebersihan produk (Higienis), 16. Kemasan bawa pulang, 17. Keramahan dan kesopanan pramusaji, 18. Kecepatan Layanan
46
Dilihat dari Gambar 17, maka dari 5 atribut yang berada pada area under service, dan yang memiliki tingkat kepuasan terendah adalah promosi. Promosi merupakan upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dalam memilih tempat makan sesuai Gambar 14 dan memutuskan memilih makan sesuai Gambar 15 ternyata konsumen tidak dipengaruhi oleh faktor promosi, namun demikian konsumen menilai bahwa promosi perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari respon konsumen pada saat pertama kali mengenal Bakso Atom sebesar 61 persen berasal dari teman atau tetangga dan hanya sebesar 2 persen dari informasi Koran atau majalah. Informasi mengenal bakso atom pertama kali dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Sumber informasi dalam mengenal Bakso Atom pertama kali Sedikitnya informasi yang diperoleh konsumen dari media masa menunjukkan bahwa promosi Bakso Atom masih rendah. Terbatasnya promosi merupakan salah satu konsekuensi franchisee (terwaralaba) dalam menciptakan inovasi. Hal ini terkait dengan biaya promosi yang harus dikeluarkan dan pada akhirnya berkaitan dengan besarnya profit sharing yang akan diterima. Namun demikian
promosi perlu ditingkatkan,
sehingga komunikasi dengan konsumen yang tujuannya untuk menjaga pelanggan yang loyal juga dapat ditingkatkan. Selain itu dapat menjaring konsumen yang belum pernah mencoba, ataupun juga untuk mengingatkan konsumen kembali akan keberadaan Bakso Atom. Promosi dan iklan yang dapat dilakukan antara lain bisa melalui brosur atau leaflet, kerjasama dengan produk minuman dengan mengadakan paket hemat, atau dengan
47
menentukan hari tertentu sebagai discount day. Promosi dan iklan tidak saja berperan memperkenalkan produk kepada konsumen, tapi juga dapat membangun awareness konsumen, bahkan melalui iklan produsen dapat membangun image merek atau produk. Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah kemudahan memperoleh produk. Kemudahan memperoleh produk akan menjadi faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses pembelian Bakso Atom. Saat ini sudah berjalan sistem delivery, tetapi sebaiknya sistem ini ditingkatkan dengan memperluas jangkauan pengantarannya mengingat outlet Bakso Atom masih terbatas jumlahnya. Hal lain yang perlu ditingkatkan adalah kemudahan mencapai lokasi dapat ditunjang dengan menambah jumlah outlet dimana saat ini outlet yang ada baru berjumlah 18, atau untuk lebih mendekatkan ke konsumen kemudahan lokasi dapat dijembatani dengan aktif
mengikuti
event
bazar.
Dari
wawancara
dengan
pemilik
(terwaralaba), diperoleh informasi bahwa keikutsertaan dalam suatu bazar difasilitasi oleh pewaralaba dengan menyediakan tenaga kerja dan perlengkapan seperti piring, sendok dan alat pemanas, sehingga kegiatan outlet dapat berjalan sebagaimana mestinya. Atribut yang paling penting diperhatikan juga adalah harga. Bakso adalah produk yang gampang ditiru, sehingga pendatang baru lebih mudah masuk. Point Selling BABS merupakan positioning yang sangat sesuai dengan gaya hidup saat ini yang lebih mengutamakan kesehatan. Tetapi karena produk ini mudah ditiru, konsumen akan sensitif dengan harga. Karena itu dalam pengembangan strategi selanjutnya harga harus betulbetul dipertimbangkan. c. Loyalitas Setelah tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan konsumen diketahui, langkah selanjutnya adalah mengukur tingkat loyalitas konsumen. Pengukuran dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh konsumen. Dpat dilihat pada Tabel 11, bahwa Indeks loyalitas (Customer Loyalty Index, CLI) konsumen Bakso Atom sebesar 62.5 persen, artinya dari 72 konsumen yang pernah berkunjung ke Bakso Atom,
48
terdapat sekitar 45 orang yang bersedia atau sangat bersedia berkunjung kembali ke Bakso Atom. Tabel 11. Loyalitas konsumen terhadap Bakso Atom Tingkat Kesediaan Berkunjung Kembali ke Bakso Atom Tidak bersedia Antara bersedia dan tidak Bersedia Sangat bersedia Total
Jumlah 3 24 40 5 72
Persen 4,2 33,3 55,6 6,9 100,0
Selanjutnya berdasarkan kuesioner yang diisi oleh konsumen dilakukan mapping dengan Correspondence Analysis (Gambar 19) bahwa, konsumen setuju bahkan sangat setuju bahwa Bakso Atom merupakan bakso sehat (B), tetapi konsumen tidak setuju bahwa Bakso Atom merupakan pilihan utama saat ingin makan bakso (C). Terhadap pernyataan bahwa bakso atom memiliki kekhasan yang tidak dijumpai pada bakso lain (D), ataupun bakso atom mempunyai daya tarik untuk mencobanya (E) dan pernyataan akan datang lagi ke bakso atom dalam waktu dekat (A), bahwa sebagian konsumen menyatakan setuju dan sebagian lainnya menyatakan antara setuju dan tidak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Bakso Atom kuat di persepsikan sebagai Bakso Sehat, namun belum memiliki kekhasan yang menonjol, serta belum terlalu kuat menarik konsumen
untuk mencobanya. Pernyataan-pernyataan di atas
dapat dijadikan acuan dalam menyusun strategi promosi, pernyataan BABS dapat dijadikan positioning dalam mengiklankan Bakso Atom ini. Tetapi karena Bakso Atom ini belum menjadi suatu pilihan pada saat konsumen ingin makan bakso, maka Bakso Atom harus memiliki kekhasan yang menonjol.
49
CORRESPONDEN (98.44%)
Dimension-2 (19.2%)
sangat s etuju
tidak s etuju
B C
D setuju
antara setuju dan tidak E
A
Dim ens ion-1 (79.24%)
Gambar 19. Mapping loyalitas konsumen Bakso Atom Keterangan : A = Dalam waktu dekat akan datang lagi ke Bakso Atom, B = Bakso Atom merupakan bakso sehat, C = Bakso Atom adalah pilihan utama saat ingin makan bakso, D = Bakso Atom memiliki kekhasan yang tidak dijumpai pada bakso lain, E = Bakso Atom mempunyai daya tarik untuk mencobanya
d. Rekomendasi Correspondence analysis dengan kaidah top two boxes digunakan untuk mengetahui konsumen yang bersedia merekomendasikan Bakso Atom kepada konsumen lainnya. Sesuai Tabel 12 terdapat 63,8 persen konsumen yang merekomendasikan atau sangat merekomendasikan Bakso Atom. Angka rekomendasi ini belum terbilang cukup bagus, apabila dikaitkan dengan mapping loyalitas (Gambar 19) yang menyatakan sebagian konsumen masih beranggapan bahwa Bakso Atom belum memiliki kekhasan yang menonjol dan Bakso Atom bukan merupakan pilihan utama pada saat makan bakso serta Bakso Atom belum mempunyai daya tarik untuk mencobanya. Untuk itu perlu diperhatikan agar pelanggan loyal tetap dapat dipertahankan dan dapat menarik pelanggan baru, maka perlu kiranya untuk mempertahankan rasa, meningkatkan promosi dan iklan, serta menambah variasi makanan. Disamping itu, perlu sosialisasi kepada konsumen dengan mengedepankan bahwa bakso yang dimakan adalah bakso sehat.
50
Tabel 12. Kesediaan konsumen untuk merekomendasikan Bakso Atom Kesediaan merekomendasikan Tidak merekomendasikan Terserah orang yang bersangkutan Merekomendasikan Sangat merekomendasikan Total
Jumlah 2 24 42
Persen 2,8 33,3 58,3
4 72
5,5 100
Informasi mengenai perilaku konsumen sebagaimana telah diuraikan di atas, dapat digunakan untuk menyusun strategi pengembangan usaha. F. Strategi Pengembangan Usaha Bakso Atom a. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Analisis ini dilakukan berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha Bakso Atom. Melalui kuisioner yang telah diisi dan wawancara dengan pemilik usaha waralaba dan 4 pemilik usaha terwaralaba yang dianggap pakar dan memiliki kapasitas sebagai pengambil keputusan dalam perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode
paired
comparison
(perbandingan
berpasangan)
sehingga
diperoleh bobot dari masing-masing variabel internal perusahaan. Demikian pula dengan pemberian peringkat (rating), penentuan peringkat dilakukan oleh lima pakar yang sama dan data yang diambil adalah data rataan dari kelima pakar tersebut, sehingga didapatkan nilai terbobot dari faktor-faktor tersebut (Lampiran 4). 1) Analisis faktor penentu internal Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta peringkat (rating) untuk setiap faktor, maka dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 13. Hasil evaluasi matriks ini selanjutnya digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal dan dengan menggunakan Matriks Internal-Eksternal kemudian matriks tersebut akan dipetakan posisi perusahaan dalam suatu diagram untuk mempermudah merumuskan formulasi alternatif strategi bisnisnya.
51
Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa citra rasa produk diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan produksi dengan nilai skor 0,393. Hal lain yang dipentingkan yaitu, kandungan gizi (0,386) serta mutu bahan olahan (0,383). Kecepatan layanan dan kenyamanan
outlet
juga
merupakan
kekuatan
yang
harus
dipertahankan. 2) Analisis faktor penentu eksternal Berdasarkan
identifikasi
terhadap
faktor-faktor
eksternal
perusahaan berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha terwaralaba BABS Dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis, kemudian memberikan bobot serta peringkat (rating) maka dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 14. Tabel 13. Faktor strategis internal usaha Bakso Atom Faktor Strategis Internal Kekuatan
Bobot
Rating
Skor
Mutu bahan olahan Citra rasa produk Kandungan gizi Kecepatan layanan Kenyamanan outlet
0,113 0,098 0,102 0,096 0,098
3,40 4,00 3,80 3,80 3,80
0,383 0,393 0,386 0,365 0,374
0,093 0,106 0,091 0,101 0,099
2,00 2,00 1,80 1,80 1,80
0,186 0,212 0,163 0,181 0,179 2,823
Kelemahan Kurang promosi Harga diatas rata-rata Kemudahan memperoleh produk Tidak ada Iklan Kemudahan mencapai lokasi
Jumlah
Dari hasil perhitungan, terlihat bahwa dukungan pemerintah (skor 0,477) merupakan kesempatan atau peluang yang dapat diraih oleh terwaralaba dalam pengembangan usaha. Karakteristik yang dibangun adalah kepercayaan dari mitra perusahaan termasuk konsumen.
Selain itu, perusahaan juga menggunakan peluang
hubungan baik dengan pewaralaba (skor 0,469) dan secara umum akan berpengaruh terhadap pengembangan perusahaan Bakso Atom.
52
Tabel 14. Faktor strategis eksternal usaha Bakso Atom Faktor Strategis Eksternal Peluang Dukungan pemerintah Keadaan perekonomian yang makin baik Perubahan gaya hidup Kemajuan teknologi Hubungan baik dengan pewaralaba Ancaman Ancaman pendatang baru Adanya produk substitusi Fluktuasi harga baku Isu kualitas bahan baku (boraks, tikus, dll) Jumlah Fluktuasi
harga
menjadi
Bobot
Rating
Skor
0,132
3,60
0,477
0,101 0,106 0,103 0,117
3,40 3,60 3,00 4,00
0,342 0,382 0,310 0,469
0,112 0,112 0,110
3,40 3,20 3,60
0,380 0,358 0,397
0,101 1,000
3,60
0,362 3,478
ancaman
yang
besar
terhadap
perusahaan dengan nilai skor 0,397. Hal ini berkaitan erat dengan daya beli masyarakat terhadap produk Bakso Atom disamping itu juga karena harga yang ditawarkan saat ini sedikit diatas rata-rata. Ancaman selanjutnya adalah dalam hal adanya pendatang baru (skor 0,380) sebagaimana telah terjadi pada outlet Beji, dimana pendatang baru dengan produk sejenis dan harga dibawah Bakso Atom. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap volume penjualan dan tingkat keuntungan yang akan diterima. Ancaman berupa isu kualitas bahan baku (boraks, tikus, dll) (skor 0,362), hal ini dapat diantisipasi dengan lebih mengedepankan moto bakso sehat dan juga sertifikat yang telah dimiliki. b. Analisis Posisi Perusahaan Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis internal eksternal yang menghasilkan matriks Internal – Eksternal (IE)
sehingga dapat diketahui posisi perusahaan untuk
mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi dalam mengembangkan usaha.
53
Pemetaan posisi perusahaan sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam usaha terwaralaba BABS Dengan total nilai pada matriks internal sebesar 2,823 maka usaha terwaralaba Bakso Atom memiliki faktor internal yang tergolong sedang atau rataan dalam melakukan usaha bakso atom tersebut. Total nilai matriks eksternal sebesar 3,478 memperlihatkan respon yang diberikan oleh usaha terwaralaba bakso atom kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat ini adalah pada kotak di kuadran II yang berarti inti strategi yang diterapkan perusahaan adalah strategi pertumbuhan. Dengan posisi tersebut maka strategi tingkat perusahaan yang dapat dikembangkan adalah Intensive Strategy
(market
development).
penetration,
market
development
dan
product
Dengan melihat kondisi perusahaan, dari ketiga faktor
Intensive Strategy yang perlu mendapat prioritas adalah dalam hal market penetration, market development. Dalam hal product development dalam perjalanannya dapat dilakukan variasi produk dan mempertahankan mutu produk. Secara lengkap matriks dan posisi usaha terwaralaba Bakso Atom dapat dilihat dalam Gambar 20. Total Skor Evaluasi Faktor Internal 4.0 Tinggi Total Skor Evaluasi Faktor Eksternal
Kuat
3.0 Rata-rata
2.0 Lemah
I Pertumbuhan
II Pertumbuhan
III Penciutan
IV Stabilitas
V Pertumbuhan/ Stabilitas
VI Penciutan
VII Pertumbuhan
VIII Pertumbuhan
IX Likuidasi
3.0 Menengah 2.0 Rendah 1.0
Gambar 20 . Matriks IE usaha terwaralaba Bakso Atom
1.0
54
c. Analisis Matriks SWOT Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dan diperoleh inti strategi perusahaan, maka selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi bagi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT seperti yang dapat dilihat pada Tabel 15. STRATEGI S – O Kolom strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat digunakan berkenaan dengan strategi ini adalah : 1) Mempertahankan kinerja pelayanan dan pelanggan Secara geografis pangsa pasar yang dilayani oleh perusahaan masih terbatas di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bandung sehingga perlu komitmen bersama untuk memperluas pangsa pasar di luar tiga wilayah tersebut yang diperkirakan akan mempunyai daya serap yang cukup besar untuk produk usaha Bakso Atom. Disamping itu untuk meningkatkan
kinerja
pelayanan
guna
meningkatkan
jumlah
pelanggan, dapat juga diciptakan kenyamanan bagi konsumen dengan memberdayakan outlet yang ada misalnya dengan melengkapi fasilitas seperti free hot spot area sesuai perubahan gaya hidup masyarakat dan kemajuan teknologi. Dalam rangka peningkatan layanan, sistem pesan antar dapat diefektifkan dengan memperhatikan jangkauan area antar. Peningkatan layanan juga dapat dilakukan melalui peningkatan mutu karyawan
terutama
dalam
mensosialisasikan
moto
produk,
memberikan layanan serta menjaga kenyamanan dan kebersihan outlet dan isinya sesuai moto produk BABS. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan layanan dapat juga dilakukan angket dari konsumen secara berkala. 2) Mempertahankan komitmen pihak manajemen Dengan mempertahankan komitmen pihak manajemen terhadap mutu produk berupa bakso sehat, diharapkan melalui karyawan pesan ini dapat diterima oleh konsumen. Sehingga konsumen yang telah sadar akan makan sehat terus akan menjadi pelanggan yang loyal dan dapat
55
mempromosikan produk ini kepada konsumen lainnya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan penjelasan mengenai pentingnya menjaga mutu dan alasan mengapa karyawan harus melakukan hal tersebut. STRATEGI W - O Kolom strategi W – O adalah strategi yang dipakai oleh perusahaan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah : 1) Meningkatkan kinerja pemasaran melalui promosi Promosi belum dilakukan secara maksimal untuk itu perusahan perlu mempertimbangkan promosi mengingat jumlah outlet yang masih terbatas sehingga produk yang ada belum terlalu dikenal konsumen. Salah satu cara promosi yang dapat dilakukan dikaitkan dengan adanya kemajuan teknologi dan meningkatnya gaya hidup masyarakat yaitu dengan membuat blogg di internet, sehingga informasi mengenai Bakso Atom dapat dengan mudah diakses oleh konsumen. Selain itu perlu dipertimbangkan untuk melakukan promosi melalui media cetak. Promosi juga dapat dilakukan dengan mengemas produk dalam bentuk paket hemat misalnya bekerja sama dengan perusahaan minuman atau memberikan discount untuk moment tertentu. Promosi lain yang dapat dilakukan misalnya aktif mengikuti event bazar, sehingga dapat lebih mendekat ke konsumen. 2) Mempertahankan mutu sesuai moto produk Dalam memasarkan produk, perusahaan perlu mengedepankan image sebagai bakso sehat sehingga mempunyai nilai jual yang lebih dibandingkan dengan bakso pada umumnya. Sehingga pemberlakukan harga produk bukan menjadi fokus utama konsumen, karena konsumen akan memilih Bakso Atom lebih disebabkan oleh mutu bahan baku yang digunakan dan image sebagai bakso sehat. Mempertahankan mutu sebagai cerminan kesehatan dapat dilakukan dengan menciptakan kebersihan dari tampilan outlet, kebersihan dari karyawan dan kebersihan atas perlengkapan yang ada. Sehingga dari cerminan
56
tersebut, image sehat yang menjadi moto produk benar-benar dapat dirasakan oleh konsumen. Tabel 15. Matriks SWOT usaha Bakso Atom
Internal
STRENGTH – S S1. Mutu bahan olahan S2. citra rasa produk S3. kandungan gizi S4. kecepatan layanan S5. kenyamanan outlet
WEAKNESS – W W1. Kurang Promosi W2. Harga di atas ratarata W3. Terbatas untuk memperoleh produk W4. Tidak ada iklan W5. Lokasi outlet terbatas.
Eksternal OPPORTUNITIES – O O1. Dukungan pemerintah O2. Keadaan perekonomian membaik O3. Perubahan gaya hidup masyarakat O4. Kemajuan teknologi O5. Hubungan baik dengan pewaralaba
STRATEGI S – O 1. Mempertahankan kinerja pelayanan dan pelanggan (O1, O2,O3,S1,S2,S3) 2. Mempertahankan komitmen pihak manajemen terhadap mutu produk (O3,O4,O5,S3,S4,S5)
THREATS – T
STRATEGI S-T
T1.
Fluktuasi harga bahan baku T2. Ancaman pendatang baru T3. Adanya produk substitusi T4. Isu kualitas bahan baku (boraks, tikus, dll)
STRATEGI W – O Melakukan promosi (O2,O3,O4,W1, W2,W5) 2. Mempertahankan mutu sesuai moto produk (O1,O2,O3,O4,O5, W2,W3,W4) 1.
1. Mempertahankan dan 1. menjaga mutu produk yang dihasilkan (T1,T2, T4, S1,S2) 2. Kegiatan 2. pengembangan produk (T2,T3,S1,S2,S3)
STRATEGI W-T Mempertahankan harga jual produk di pasaran (T1,T2,T4,W1, W2) Memperbaiki saluran distribusi (T2, T3,W1,W3, W4, W5)
Keterangan : - (Oi ; Si) atau (Oi ; Wi) atau (Ti ; Si) atau (Ti ; Wi) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan pilihan strategi - i = 1,2,……..n
STRATEGI S – T Kolom strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk menghindari ancaman-ancaman yang ada. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah :
57
1) Mempertahankan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan Strategi
yang
dapat
dilakukan
oleh
perusahaan
adalah
mempertahankan dan menjaga mutu produk kepada konsumen atau pelanggan. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga loyalitas konsumen dalam mengkonsumsi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menjaga mutu produk dengan baik maka konsumen akan merasa puas dan akan melakukan pembelian ulang dan tidak akan berpindah pada produk yang sama dari perusahaan kompetitor. Konsumen juga dapat dimanfaatkan sebagai media promosi untuk memberitahukan kepada calon konsumen lainnya mengenai mutu produk dan pelayanan yang diberikan perusahaan. 2) Kegiatan pengembangan produk Dalam rangka menghadapi persaingan dimana sifat usaha ini mudah dimasuki
oleh
pendatang
baru,
untuk
itu
perlu
dilakukan
pemberdayaan yang optimal dari sumber daya yang ada, baik modal, tenaga kerja maupun pengelolaan usahanya untuk meningkatkan volume penjualan. Selain itu, perlu
juga dilakukan kegiatan pengembangan produk
sehingga dapat memenuhi selera pelanggan yang variatif agar mampu bersaing dengan perusahaan lain. Produk yang dapat menjadi alternatif untuk ditambahkan dalam menu seperti siomay, nasi goreng dan aneka minuman (Es Campur, Es Teller atau Es Atom misalnya). Hal ini karena bakso atom merupakan restoran keluarga, pengunjung terdiri dari anak-anak hingga orang dewasa. Sehingga keragaman menu perlu dipertimbangkan namun tidak keluar dari kekhasan Bakso Atom itu sendiri. STRATEGI W – T Kolom strategi W-T adalah strategi perusahaan untuk berusaha meminimalkan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk berusaha menghindar dari ancaman yang ada. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah :
58
1) Mempertahankan harga jual produk di pasaran Harga jual produk dan kebijakan penetapan harga dikendalikan langsung oleh pewaralaba, sehingga terwaralaba tidak dapat leluasa melakukan efisiensi biaya. Dengan tidak mengurangi mutu produk perusahaan
tetap
harus
mempertahankan
harga
jual
guna
mengantisipasi adanya pendatang baru dengan penetapan harga yang rendah.
Untuk itu pembentukan image dalam penjualan perlu
ditekankan, sehingga memiliki nilai lebih dan terbebas dari isu kualitas bahan baku. Pada saat ini walaupun permintaan akan bakso cenderung meningkat tetapi bukan saat yang tepat untuk menaikkan harga jual produk. 2) Memperbaiki saluran distribusi Kelemahan utama pada perusahaan selain ketersediaan biaya produksi tinggi, juga jaringan distribusi yang masih bersifat lokal. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan promosi melalui aktif mengikuti event bazar atau pembukaan stand dalam kegiatan pameran, membuat blog/website, iklan di berbagai media massa dan elektronik serta memperluas area delivery service. Berdasarkan hasil analisis strategi pemasaran yang telah dilakukan dengan
menggunakan
analisis
SWOT,
posisi
pengembangan
pemasaran bakso atom berada pada kotak kuadran II yang digambarkan sebagai daerah growth and build, yaitu memiliki kekuatan dan peluang yang lebih besar dibandingkan dengan kelemahan dan ancamannya, serta strategi pemasaran terwaralaba masih relevan dengan perubahan lingkungan saat ini. Strategi yang diterapkan di masa mendatang adalah strategi intensif atau pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy) dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluangnya, melalui pemeliharaan mutu dan moto produk, pemberdayaan pemasaran dan distribusi, serta pengebangan produk.
59
G. Sinergi aspek keuangan, perilaku konsumen dan faktor internal/eksternal usaha Bakso Atom. Rangkaian perumusan strategi pengembangan usaha Bakso Atom, dapat dirumuskan dengan mensinergikan ketiga pokok bahasan yaitu: aspek keuangan, perilaku konsumen dan faktor internal/eksternal yang dimiliki perusahaan. Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa peningkatan pendapatan (revenue) dalam rangka meningkatkan profit sharing dalam usaha franchise hanya dapat dilakukan dengan meningkatkan volume penjualan. Efisiensi cost dalam hal ini tidak dapat dilakukan, karena tidak ada alternatif lain dalam pembelian bahan baku. Volume penjualan berkaitan dengan aspek pemasaran yang erat kaitannya dengan perilaku konsumen. Produk Bakso Atom dinilai konsumen sebagai Bakso sehat, namun masih perlu ditingkatkan dalam beberapa hal yaitu: kemudahan memperoleh produk, kemudahan mencapai lokasi, kegiatan promosi (discount) dan iklan yang menarik. Dengan memahami perilaku konsumen diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen, dimana tingkat kepuasan keseluruhan konsumen terhadap Bakso Atom telah mencapai 72,2 persen dimana konsumen yang menyatakan sangat puas atau puas akan bersedia atau sangat bersedia merekomendasikan. Sedangkan tingkat kesediaan berkunjung kembali konsumen ke Bakso Atom mencapai 62,5 persen. Dengan kata lain terdapat 62,5 persen konsumen yang loyal terhadap Bakso Atom. Dengan mengetahui perilaku konsumen selanjutnya dapat disusun strategi pengembangan atas dasar faktor-faktor yang dianggap menjadi kekuatan dan adanya kesempatan, serta mengantisipasi ancaman serta meminimise kelemahan. Strategi yang diterapkan di masa mendatang adalah strategi intensif atau pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy) dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluangnya, melalui: 1) Mempertahankan kinerja pelayanan dan pelanggan, 2) Mempertahankan komitmen pihak manajemen, 3) Meningkatkan kinerja pemasaran melalui promosi 4) Mempertahankan mutu sesuai moto produk, 5) Mempertahankan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan untuk meningkatkan loyalitas
100
60
90
pelanggan, 6) Kegiatan pengembangan produk, 7) Mempertahankan harga jual produk di pasaran, dan 8) Memperbaiki saluran distribusi