IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan kandungan C-organik dan N-total rendah, Al-dd sangat tinggi, KTK tinggi, dan KB sedang. Tabel 2. Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Jenis Analisis pH H 2 0 pH KCl C-organik (%) N-total (%) P-tersedia (ppm) Ca-dd (me/100g) Mg-dd (me/100g) K-dd (me/100g) Na-dd (me/100g) KTK (me/100g) KB (%) Kejenuhan Al (%) Al-dd (me/100g) H-dd (me/100g)
Metode pH 1:5 pH 1:5 Walkey&Black Kjedahl Bray I N NH4OAc pH 7 N NH4OAc pH 7 N NH4OAc pH 7 N NH4OAc pH 7 N NH4OAc pH 7
Pasir (%) Debu (%) Liat (%) *Berdasarkan PPT (1983)
N KCl N KCl Tekstur Pipet
Hasil Kriteria* 4.40 sangat masam 3.60 1.36 rendah 0.13 rendah 4.50 sangat rendah 4.83 rendah 1.44 sedang 0.31 rendah 5.97 sangat tinggi 25.52 tinggi 49.00 sedang 84.14 sangat tinggi 9.79 0.77 Kelas 16 liat 19 65
Nilai kandungan Ca-dd, Mg-dd, dan K-dd berturut-turut rendah, sedang, dan rendah. Hal ini diduga adanya pencucian sebagian kation-kation basa yang relatif intensif sehingga sebagian kompleks jerapan didominasi oleh kation asam (Al-dd) yang tinggi sehingga kejenuhan basa tanahnya sedang. Hasil dari pencucian ini menyebabkan tanah Podsolik Jasinga bereaksi sangat masam dan konsentrasi Al relatif tinggi akibat terbentuknya bentuk oksida yang relatif resisten terhadap pencucian (Sanchez, 1992), sehingga tergolong tanah dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah.
20
Rendahnya C-organik merupakan karakteristik tanah Podsolik yang memiliki kandungan bahan organik yang rendah sehingga N-total tanah juga rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanchez (1992) bahwa tanah ini telah mengalami pencucian dan pelapukan lanjut serta berada pada daerah dengan curah hujan dan suhu yang relatif tinggi sehingga lapisan yang kaya bahan organik hilang tererosi. Kelas tekstur Podsolik Jasinga termasuk liat. Kandungan liat yang tinggi berpengaruh terhadap tingginya KTK tanah. Besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri, yang antara lain menurut Hakim et al (1986 dalam Mulyadi, 2002) adalah : (1) reaksi tanah atau pH tanah, (2) tekstur atau jumlah liat, (3) jenis mineral liat, (4) bahan organik, dan (5) pengapuran dan pemupukan.
Hasil Peubah Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Ubi Jalar pada Podsolik Jasinga Hasil pengamatan pada semua peubah memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk anorganik dan pupuk organik tidak berpengaruh, kecuali pupuk anorganik berpengaruh pada panjang batang dan ada interaksi antara pupuk anorganik dan pupuk organik pada jumlah daun. Hasil analisis ragam pengaruh pupuk anorganik dan pupuk organik serta interaksinya terhadap beberapa peubah disajikan pada Tabel 3.
21
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik serta Interaksinya terhadap Pertumbuhan Vegetatif, Produksi, dan Kualitas Ubi Jalar Umur (MST)
Pupuk Anorganik
2 3 4 5 6 7 8 9 10
4.79* 6.54* 5.58** 6.85** 7.32** 6.58** 6.58** 5.67** 6.13**
0.40tn 1.75tn 1.66tn 2.27tn 2.24tn 2.99tn 2.99tn 2.41tn 0.70tn
0.68tn 0.62tn 1.49tn 1.17tn 1.66tn 1.34tn 1.34tn 1.19tn 0.57tn
32.4017 23.9762 22.8945 20.9102 19.3619 20.2296 20.2296 20.8047 20.4039
Jumlah Cabang
3 4 5 6 7 8 9 10
0.28tn 2.59tn 3.10tn 3.10tn 3.10tn 3.10tn 3.10tn 3.59tn
0.07tn 0.66tn 0.72tn 0.72tn 0.72tn 0.72tn 0.72tn 1.22tn
1.30tn 0.89tn 0.91tn 0.91tn 0.91tn 0.91tn 0.91tn 1.13tn
19.2213 17.5217 16.7734 16.7734 16.7734 16.7734 16.7734 15.9221
Jumlah Daun
2 3 4 5 6 7 8
4.06* 2.61tn 5.52** 7.06** 2.44tn 2.45tn 2.45tn
1.12tn 0.01tn 0.03tn 0.06tn 1.85tn 0.46tn 0.46tn
5.32** 4.32* 7.85** 10.06** 2.59tn 8.74** 8.74**
16.2325 15.9913 11.6418 11.8584 17.4003 12.6220 12.6220
0.33tn 1.33tn
0.92tn 0.02tn
0.09tn 1.61tn
30.0139 35.2010
1.86tn
0.33tn
2.70tn
11.3669
Peubah
A.PertumbuhanVegetatif Panjang Batang (cm)
B. Produksi Ubi Bobot Umbi (kg) Bobot Brangkasan (kg) C. Kualitas Ubi Kadar Pati (%) Ket : * : berbeda nyata pada uji F 5 %
** : berbeda sangat nyata pada uji F 1 %
Pupuk P.Anor*P.Org Organik
tn : tidak nyata KK : koefisien keragaman
KK
22
Panjang Batang Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman (panjang batang) merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan parameter pertumbuhan yang paling terlihat. Panjang batang 2-10 MST dipengaruhi oleh pupuk anorganik dan tidak dipengaruhi oleh pupuk organik serta tidak ada interaksi antara pupuk anorganik dengan pupuk organik (Tabel Lampiran 6). Pertumbuhan panjang batang dari 2-10 MST memiliki pola yang sama, yaitu yang tertinggi pada Phonska 200 (P 1 ) dan terendah Rock Phosphate (R 1 ). Berdasarkan hasil uji lanjut 10 MST yang disajikan pada Tabel 4. terlihat bahwa pupuk anorganik yang paling tinggi adalah Phonska 200 (P 1 ). Hal ini diduga jumlah hara dalam pupuk majemuk Phonska 200 (P 1 ) relatif lengkap dan diduga seimbang, sementara Phonska 400 (P 2 ) konsentrasinya lebih tinggi sehingga diduga adanya kelebihan hara (terutama N) atau diduga adanya ketidakseimbangan hara selain N, P, dan K sehingga pada Phonska 400 (P 2 ) pertumbuhan panjang batang lebih rendah daripada Phonska 200 (P 1 ). Pengaruh pupuk organik Humat 100 (H 1 ) pada panjang batang cenderung tidak berbeda dibandingkan perlakuan tanpa Humat (H 0 ). Tabel 4. Pengaruh Pupuk terhadap Panjang Batang dan Jumlah Cabang pada 10 MST Perlakuan PUPUK ANORGANIK(kg/ha) Phonska 0 (P 0 ) Phonska 200 (P 1 ) Phonska 400 (P 2 ) Rock Phosphate 100 (R 1 ) Rock Phosphate 400 (R 2 ) PUPUK ORGANIK (liter/ha) Humat 0 (H 0 ) Humat 100 (H 1 )
Panjang Jumlah Batang Cabang 75.15ab 109.35a 90.70ab 52.85b 82.60ab
2.70 2.35 2.00 3.00 2.60
85.26 79.00
2.44 2.64
23
Umumnya panjang batang mulai umur 7 MST disetiap perlakuan tidak memperlihatkan peningkatan panjang batang, karena pada umur tersebut tanaman sudah mulai memasuki fase generatif. Serapan unsur hara N, P, dan K untuk pertumbuhan batang sudah mulai berkurang. Unsur N, P, dan K lebih banyak digunakan untuk perkembangan bunga, buah, dan biji.
Jumlah Cabang Jumlah cabang tidak dipengaruhi oleh pupuk anorganik maupun pupuk organik dan tidak ada interaksi antara pupuk anorganik dengan pupuk organik (Tabel 3). Ada kecenderungan pupuk anorganik Rock Phosphate 100 (R 1 ) menghasilkan jumlah cabang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya, sedangkan pengaruh pupuk organik Humat 100 (H 1 ) cenderung lebih tingggi dibandingkan perlakuan tanpa Humat (H 0 ) (Tabel 4). Tanaman ubi jalar termasuk tanaman semak bercabang yang selalu menghasilkan tunas-tunas baru selama masa pertumbuhannya. Selain itu selama masa pertumbuhan terdapat juga cabang tua yang mengering dan mati. Keseimbangan antara munculnya tunas baru dengan mengeringnya cabang tua tidak setara, mengakibatkan jumlah cabang ubi jalar mengalami fluktuasi (Sulistyowati, 2010).
Jumlah Daun Terdapat interaksi antara pupuk anorganik dan pupuk organik pada jumlah daun. Hasil uji lanjut pengaruh pupuk anorganik dan pupuk organik disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Pupuk terhadap Jumlah Daun Pupuk Organik H0 H1
Pupuk Anorganik P0
P1
P2
R1
R2
226.40a 130.00b 161.60ab 128.40b 122.00b 132.80b 160.40ab 164.70ab 180.90ab 159.50ab
24
Tabel 5. menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk organik H 0 , peningkatan dosis Phonska (P 1 dan P 2 ) serta penambahan Rock Phosphate (R 1 dan R 2 ) menurunkan jumlah daun. Namun, pada perlakuan H 1 peningkatan dosis Phonska dan penambahan Rock Phosphate meningkatkan jumlah daun. Hal ini menunjukkan bahwa humat berperan dalam meningkatkan jumlah daun, diduga humat berperan sebagai hormon tumbuh seperti sitokinin, auxin, dan giberelin yang meningkatkan pertumbuhan dan pembentukan tunas-tunas baru. Jumlah daun diperlihatkan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).
Bobot Brangkasan, Bobot Umbi, dan Kadar Pati Pengaruh pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap rataan bobot brangkasan, bobot umbi, dan kadar pati disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Pupuk terhadap Produksi dan Kadar Pati Perlakuan
Brangkasan
Bobot Umbi
Kadar Pati
PUPUK ANORGANIK(kg/ha) Phonska 0 (P 0 )
0.19
0.71
1.55
Phonska 200 (P 1 )
0.15
0.77
1.81
Phonska 400 (P 2 )
0.12
0.63
1.42
Rock Phosphate 100 (R 1 )
0.12
0.67
1.40
Rock Phosphate 400 (R 2 )
0.17
0.76
0.98
PUPUK ORGANIK (liter/ha) Humat 0 (H 0 )
0.15
0.66
1.53
Humat 100 (H 1 )
0.15
0.75
1.33
Tabel 6. memperlihatkan bahwa perlakuan baik pupuk anorganik dan pupuk organik yang diberikan tidak memberikan pengaruh pada bobot brangkasan, tetapi ada kecenderungan perlakuan Rock Phosphate 400 (R 2 ) menghasilkan bobot berangkasan lebih tinggi dibandingkan perlakuan Rock Phosphate (R 1 ), pupuk majemuk P 1 dan P 2 .. Hal ini diduga berhubungan dengan pH dan P-tersedia (Tabel 7) pada perlakuan tersebut lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Dalam hal ini hara P berfungsi meningkatkan pembelahan sel dan perkembangan akar
25
yang berpengaruh juga pada biomassa tanaman dan serapan P (Leiwakabessy, 2003). Komponen tanaman ubi jalar yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi adalah umbi. Umbi pada tanaman ubi jalar merupakan hasil perubahan bentuk dan fungsi dari akar muda (young root). Pembentukan akar muda menjadi umbi dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jika lingkungan pertumbuhan baik maka sebagian besar akar akan membentuk umbi, sedangkan jika lingkungan buruk sebaliknya (Sulistyowati, 2010). Perlakuan pupuk anorganik majemuk Phonska 200 (P 1 ) dan Rock Phosphate 400 (R 2 ) cenderung menghasilkan bobot umbi lebih besar daripada perlakuan lainnya. Hal ini diduga berhubungan dengan keseimbangan hara P dengan hara esensial lain dalam menghasilkan bobot umbi. Selanjutnya Tabel 6 juga menunjukkan bahwa perlakuan dengan Humat (H 1 ) menghasilkan bobot umbi yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa Humat (H 0 ). Hal ini diduga
karena
senyawa
humat
mampu
merangsang
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman ubi jalar. Hal ini didukung oleh pernyataan oleh Tan (1991) asam humat dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam
mempercepat
respirasi,
meningkatkan
permeabilitas
sel,
serta
meningkatkan penyerapan air dan hara. Kadar pati adalah perbandingan jumlah kandungan pati dalam umbi terhadap umbi keseluruhan yang dinyatakan dalam persen. Salah satu parameter yang dilihat untuk mengetahui kualitas ubi jalar adalah dengan menghitung kadar patinya. Perlakuan pupuk anorganik Phonska memperlihatkan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan Rock Phosphate. Hal ini diduga karena unsur hara K pada Phonska 200 (P 1 ) tercukupi dengan baik, unsur hara K berperan dalam pembentukan umbi (Lingga, 1995). Menurut Wargiono (1980), berat umbi akan naik dan kualitas baik bila unsur K yang tersedia cukup.
26
Pengaruh Pupuk Phonska, Rock Phosphate, dan Humat terhadap Sifat Kimia Podsolik Jasinga Hasil analisis tanah setelah panen yang disajikan pada Tabel 7. menunjukkan bahwa pupuk majemuk Phonska, Rock Phosphate, dan Humat cenderung mempengaruhi sifat kimia tanah yaitu. pH (pH H 2 O dan pH KCl), Corganik, N-total, P-tersedia, K-dd, KTK (Kapasitas Tukar Kation), dan Al-dd. Tabel 7. Pengaruh Pupuk terhadap Sifat Kimia Podsolik Jasinga
Corganik
Ntotal
Ptersedia
K-dd
KTK
Al-dd
KCl
(%)
(%)
(ppm)
(me/100g)
(me/100g)
(me/100g)
P 0 H0
4.70 3.90
1.15
0.13
4.30
0.38
22.55
0.43
P 1 H0
4.70 4.00
1.41
0.14
14.20
0.35
27.57
1.36
P 2 H0
4.70 3.90
1.04
0.11
10.20
0.37
21.07
1.84
R 1 H0
4.50 3.70
1.22
0.12
4.50
0.35
26.64
9.67
R 2 H0
5.20 4.50
1.21
0.14
12.70
0.41
25.41
0.04
P 0 H1
4.90 4.10
1.25
0.11
3.40
0.30
21.46
1.06
P 1 H1
4.70 3.90
1.21
0.12
8.40
0.31
25.24
2.16
P 2 H1
4.60 3.80
1.26
0.12
1.50
0.26
20.89
4.84
R 1 H1
4.60 3.70
1.24
0.10
2.80
0.30
18.69
6.22
R 2 H1
4.60 3.80
1.33
0.11
4.90
0.37
28.16
5.86
Perlakuan
pH H2O
1. Reaksi Tanah (pH) Reaksi tanah (pH) cenderung hanya dipengaruhi oleh perlakuan Rock Phosphate 400 (R 2 ), sedangkan perlakuan lainnya menunjukkan tidak berpengaruh pada peningkatkan pH H 2 0 dan pH KCl tanah (Gambar 3), sebab pH 4.5-5.5 masih termasuk kriteria masam. Tidak berpengaruhnya perlakuan lain pada pH tanah diduga karena tingginya curah hujan yang mengakibatkan terjadinya pencucian sehingga pupuk yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pH tanah. Namun, Pupuk Rock Phosphate (R 2 ) merupakan bahan bahan kapur dan dosisnya lebih tinggi daripada Rock Phosphate (R 1 ) sehingga dapat berfungsi meningkatkan pH tanah. Peningkatan pH disebabkan oleh kenaikan konsentrasi OH- dalam larutan tanah, makin tinggi dosis kapur maka diharapkan makin tinggi
Tabel Lampiran 8. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap Jumlah Daun Ubi Jalar Minggu Setelah Tanam
Perlakuan 2
3
4
5
6
7
8
Phonska 0 (P 0 )
70.50
101.95
125.80
152.65a
154.15
179.60
179.60
Phonska 200 (P 1 )
74.90
98.25
108.05
113.20b
122.95
145.20
145.20
Phonska 400 (P 2 )
61.55
94.75
115.45
123.60ab
131.00
163.15
163.15
Rockphosphat 100 (R 1 )
51.25
77.15
91.20
104.75b
115.75
154.65
154.65
Rockphosphat 400 (R 2 ) Uji F PUPUK ORGANIK (liter/ha)
54.00 *
78.10 tn
94.40 **
110.20b **
110.00 tn
140.75 tn
140.75 tn
Humat 0 (H 0 )
64.84
90.4
107.46
121.66
120.06
153.68
153.68
Humat 100 (H 1 ) Uji F Interaksi
60.04 tn **
89.68 tn *
106.5 tn **
120.1 tn **
133.48 tn tn
159.66 tn **
159.66 tn **
PUPUKANORGANIK(kg/ha)
27
juga ion OH- yang dihasilkan. Proses tersebut digambarkan oleh Tisdale et al., (1985) sebagai berikut :
CaCO 3 + H 2 O H+ + OH-
Ca2+ + HCO 3 - + OHH2O
Dari persamaan tersebut diatas ion OH- dapat menetralkan ion hidrogen dalam larutan tanah membentuk senyawa H 2 O. Dengan demikian ion H+ yang merupakan salah satu sumber kemasaman akan berkurang sehingga pH meningkat.
Gambar 3. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap pH
2. C-organik C-organik hanya dipengaruhi oleh humat (H 1 ). Gambar 4. menunjukkan bahwa perlakuan Humat (H 1 ) meningkatkan C-organik tanah. Hal ini diduga karena humat kaya akan karbon, yaitu sekitar 41 sampai 57 %.
28
Gambar 4. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap C-organik
3. N-total Berdasarkan Gambar 5. terlihat bahwa pupuk majemuk Phonska, Rock Phosphate, dan Humat tidak berpengaruh pada peningkatkan N-total, dan N-total 0.10-0.20 masih termasuk kriteria rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh curah hujan dan suhu yang tinggi memungkinkan terjadinya pencucian akibatnya nitrogen banyak yang hilang. Nitrogen di dalam tanah sangat mobil dan mudah hilang (Soepardi, 1983).
Gambar 5. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap N-total
4. P-tersedia Perlakuan pupuk anorganik meningkatkan P-tersedia dan penambahan pupuk anorganik yang disertai Humat (P 1 H 1 ) dan R 2 (R 2 H 1 ) meningkatkan Ptersedia (Gambar 6). Peningkata P-tersedia karena pemberian pupuk anorganik Rock Phosphate R 2 karena Rock Phosphate merupakan sumber P dan pada dosis yang lebih tinggi. Selanjutnya pemberian Humat mampu meningkatkan ketersediaan P, hal ini erat kaitannya dengan kemampuan senyawa humat untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral dan organik termasuk pencemar beracun (Huang dan Schnitzer, 1997) sehingga mengurangi terjadinya fiksasi terhadap P baik yang sudah ada dalam tanah maupun yang ditambahkan
29
dalam bentuk
pupuk.
Namun, P-tersedia pada perlakuan pupuk anorganik
phonska P 1 dengan humat (P 1 H 1 ) menghasilkan P-tersedia lebih tinggi daripada P 2 H 1 , hal ini berhubungan dengan lebih tingginya Al-dd pada perlakuan P 2 H 1 (Tabel 7), yang diduga memfiksasi P tanah lebih tinggi daripada pada perlakuan P 1 H1 .
Gambar 6. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap P-tersedia
5. Kalium dapat ditukar (K-dd) Gambar 7. menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan pada K-dd kecuali pada perlakuan R 2 H 0 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, nilai K-dd 0.26 sampai 0.38 masih termasuk rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan Soepardi (1983) bahwa kalium yang dapat dipertukarkan pada setiap saat sering berjumlah sedikit dan kalium termasuk unsur hara yang mudah larut, peka terhadap pencucian.
30
Gambar 7. Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap K-dd
6. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Secara umum perlakuan yang diberikan relatif meningkatkan kapasitas tukar kation (Gambar 8). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa senyawa humat mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi (Tan, 1991), tetapi perlakuan yang diberi humat (H 1 ) kapasitas tukar kationnya cenderung lebih rendah dibandingkan perlakuan tanpa humat (H 0 ) kecuali pada perlakuan P 1 H 1 dan R 2 H 1. Hal ini diduga karena interaksi secara kimia antara humat dengan liat yaitu berupa pengikatan bagian-bagian bermuatan positif pada tepi liat dengan gugus negatif dari senyawa humat sehingga mengurangi kapasitas tukar kation (Thompson, 1957 dalam Rashid, 1994).
Gambar 8. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap KTK
31
7. Aluminium dapat ditukar (Al-dd) Perlakuan pupuk anorganik dan pupuk organik menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan cenderung tidak menurunkan Al-dd tanah bahkan cenderung meningkatkan Al-dd (Gambar 9). Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut mempunyai kapasitas penyangga yang tinggi terhadap perubahan pH dan diduga pula karena pupuk organik yang diberikan.masih sangat rendah, sehingga asam-asam organik belum dapat mempengaruhi penurunan Al-dd.
Gambar 9. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap Al-dd