16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1
Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan
disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah (1983). Tabel 2. Karakteristik Tanah Latosol Cimulang Sifat Tanah Nilai pH H2O 5,0 pH KCl 4,40 C-organik (%) 0,79 N-total (%) 0,08 P2O5 Bray I (ppm) 7,5 KTK (me/100g) 13,6 Kation dapat dipertukarkan Ca (me/100g) 2,47 Mg (me/100g) 1,89 K (me/100g) 0,96 Na(me/100g) 0,82 KB (%) 44,8 Al-dd (me /100g) Tr Pasir (%) 3,36 Debu (%) 22,28 Liat (%) 74,36
Metode H2O KCl Walkey and Black Kjeldahl Bray I N NH4OAc
Kriteria PPT (1983) Masam
N NH4OAc N NH4OAc N NH4OAc N NH4OAc
Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sedang
Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah
N KCl -
Liat
Tanah Latosol berbahan induk tuff vulkan, bertekstur liat, berstruktur remah, halus, konsistensi gembur hingga sangat gembur dan mempunyai kemasaman dari masam hingga agak masam, kapasitas tukar kation latosol rendah. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida (Soepardi, 1983). Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT, 1983 dalam Hardjowigeno, 1985) (Tabel Lampiran 1) menunjukan bahwa Latosol Cimulang (Tabel 2) tergolong bereaksi masam,, kadar P-tersedia sangat rendah , nilai Corganik sangat rendah, nilai Ca-dd rendah, Mg sedang, K-dd tinggi, Na-dd tinggi, kejenuhan basa sedang dan KTK rendah. Rendahnya KTK tanah karena Latosol Cimulang didominasi oleh tipe liat 1:1 (74 %) pada horison A (Hartono et al., 2005) dan mempunyai kadar bahan organik tergolong sangat rendah.
17
Dari karakteristik tanah hasil analisis awal, menunjukkan bahwa Latosol Cimulang mempunyai kesuburan tanah yang relatif rendah, sehingga pemupukan melalui tanah perlu dilakukan. 4.1.2 Tinggi Tanaman, Bobot Berangkasan dan Akar Tanaman Jagung Hasil pengamatan tinggi tanaman, bobot brangkasan kering, bobot akar kering disajikan dalam Lampiran 2-3, sedangkan hasil analisis ragamnya disajikan dalam Lampiran 8-9. Variabel pertumbuhan yang diukur terdiri dari : tinggi tanaman 4 MST, bobot brangkasan kering, dan bobot akar kering. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan humat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST, dan bobot akar kering (Tabel 3 dan 4). Tabel 3. Hasil Uji Duncan Pengaruh Humat dan Fosfor Terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman Minggu ke-4 Perlakuan
Tinggi 4 MST …cm….
Perlakuan
Tinggi 4 MST …cm….
Humat Fosfor 88.4a H0 P0 91.6 H1 98.1b P1 95.3 98.6b P2 98.2 H2 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %) Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 3), menunjukkan bahwa kenaikan dosis asam humat (H) nyata meningkatkan rata-rata tinggi tanaman. Dosis H2 dan H1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan H0 tetapi antara H1 dan H2 tidak berbeda. Pada perlakuan fospor (P),
kenaikan dosis pupuk P berpengaruh tidak
nyata. Namun cenderung meningkatkan rata-rata tinggi tanaman yaitu pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan dosis P1 dan P0. Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 4), menunjukkan bahwa kenaikan dosis humat (H) nyata meningkatkan rata-rata bobot kering akar. Dosis H2 dan H1 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan H0, tetapi antara perlakuan H1 dan H2 tidak berbeda nyata, sedangkan pada bobot kering brangkasan kenaikan dosis H
18
dari H0 hingga ke H2 tidak
memberikan pengaruh nyata, namun cenderung
menaikkan rata-rata bobot brangkasan kering tanaman pada dosis H1. Dosis H1 memiliki bobot brangkasan kering lebih besar daripada H2 dan H0. Tabel 4. Hasil Uji Duncan Pengaruh Humat Terhadap Rata-rata bobot brangkasan kering dan bobot akar kering Perlakuan Humat
Bobot Brangkasan Kering
Bobot Akar Kering
….gr…. ….gr…. H0 81.3 42.2b H1 93.4 64.4ab H2 82.4 89.8a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %) Secara keseluruhan perlakuan asam humat pada dosis H2 dan H1 nyata lebih tinggi dari H0 pada variabel tiggi tanaman 4MST dan bobot kering tanaman. Pada bobot brangkasan kering perlakuan H2 mempunyai bobot lebih rendah daripada H1 tetapi lebih tinggi dari H0. 4.1.3 Kadar Hara Tanaman N, P, K, dan Ca Data hasil pengukuran kadar hara N, P, K, dan Ca tanaman jagung disajikan dalam Lampiran 4 dan hasil analisis ragamnya disajikan dalam Lampiran 9-11. Hasil analisis ragam (lampiran 9-11) menunjukkan bahwa perlakuan Humat (H) berpengaruh sangat nyata dan terdapat interaksi asam humat dengan P (H*P) pada kadar Ca dan K tanaman, sedangkan terhadap kadar hara N dan P tidak nyata. Tabel 5. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap kadar hara Ca tanaman jagung. Perlakuan P0 P1 P2 H0 0.09a 0.11a 0.13ab H1 0.1a 0.11a 0.12a H2 0.18bc 0.19c 0.12a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %)
19
Hasil uji Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada dosis asam humat H0 dan H1 peningkatan dosis P tidak memberikan pengaruh nyata pada kadar hara Ca. Namun, pada perlakuan H2 penambahan P dengan dosis P1 tidak berbeda nyata, tetapi pada dosis P2 terjadi penurunan. Selanjutnya, pada dosis P0 dan P1, kadar Ca meningkat pada dosis asam humat H2, sedangkan pada dosis P2 tidak berpengaruh nyata. Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap kadar hara K tanaman jagung. Perlakuan P0 P1 P2 H0 1.88a 2.01ab 2.52c H1 2.06ab 2.38bc 1.97ab H2 2.13abc 1.97ab 2.30bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %) Hasil uji Duncan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan H0P2 nyata menaikan kadar hara K tanaman tertinggi
dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Namun, secara statistic perlakuan H0P2 tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan H1P1, H2P0, H2P2, tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan H0P0, H0P1, H1P0, H1P2 , H2P1. Gambar 2 menyajikan rata-rata perubahan kadar N, P tanaman akibat perlakuan bahan humat. Dosis asam humat H2 mempunyai kadar N dan P tertinggi atau cenderung lebih tinggi daripada perlakuan H0 dan H1.
Gambar 2. Pengaruh Humat terhadap kadar hara N dan P tanaman Jagung
20
4.1.2
Serapan Hara Tanaman N, P, K, dan Ca Data hasil pengukuran serapan hara N, P, K, dan Ca tanaman jagung
disajikan dalam Lampiran 5 dan hasil analisis ragamnya disajikan dalam Lampiran 11-13. Hasil analisis ragam (lampiran 11-13) menunjukkan bahwa perlakuan Humat (H) berpengaruh nyata pada serapan hara Ca, sedangkan perlakuan pupuk P berpengaruh nyata pada serapan hara K, tetapi terhadap serapan hara N dan P tidak berpengaruh nyata. Tabel 7. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap Serapan hara Ca tanaman jagung. Perlakuan
Serapan hara Ca ....gr/pot....
Perlakuan
Serapan hara K ....gr/pot...
Humat Fosfor H0 9,23a P0 157,48a 9,61a P1 175,94ab H1 H2 11.73b P2 214.19b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %) Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 7), menunjukkan bahwa kenaikan dosis asam humat (H) nyata meningkatkan rata-rata serapan hara Ca. Dosis H2 berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan H0 dan H1. Pada perlakuan fospor (P) kenaikan dosis pupuk P berpengaruh nyata meningkatkan rata-rata serapan hara K. Dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan dosis P1 dan P0, tetapi pengaruh dosis P2 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan P1, tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan P0.
21
Serapan hara N
gr /pot 60 58
58.78 56.57
56.27
56 54 Ho
H1
Perlakuan
H2
Gambar 3. Pengaruh Humat terhadap serapan hara N dan P tanaman Jagung Gambar 3 menyajikan rata-rata perubahan serapan hara N, P tanaman akibat perlakuan bahan humat. Dosis H1 memberikan serapan hara N dan P tertinggi dibandingkan dosis H2 dan H0, tetapi dosis H2 memberikan serapan hara P lebih rendah daripada H0. 4.1.4 Sifat Kimia Tanah setelah percobaan Tanah sebelum perlakuan memiliki pH masam (5.0) dengan kandungan N-total, P-tersedia, dan K-dapat ditukar masing-masing sebesar 0.79 %, 7.5 ppm, dan 0,96 me/100 g, namun hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan asam humat dan pupuk P pada pH tanah setelah percobaan. Hasil uji Duncan Tabel 8, menunjukkan bahwa pH tanah setelah panen pada perlakuan H0 peningkatan P tidak berpengaruh nyata, tetapi pada perlakuan asam humat H1 dan H2 masing-masing meningkatkan pH, yaitu perlakuan P2 (6.6) pada H1 dan perlakuan P1(6.7) pada H2. Selanjutnya, pada perlakuan P0, penambahan humat tidak mempengaruhi pH tanah, namun pada perlakuan P1 dan P2 berpengaruh nyata , yaitu, pada peningkata pH pada P1 ada pada perlakuan H2 sedangkan pada P2 pada perlakuan H1.
22
Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh interaksi Humat dan Fosfor Terhadap pH tanah setelah percoban Perlakuan P0 P1 P2 H0 6.2ab 6.2ab 6.1a H1 6.3abc 6.3abc 6.6c H2 6.4abc 6.7c 6.2ab Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 (α = 5 %) Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Asam Humat dan Fosfor pada N-total, dan KTK tanah setelah percobaan. Perlakuan
N-total (%)
H0P0 H0P1 H0P2 H1P0 H1P1 H1P2 H2P0 H2P1 H2P2
0,08 0,11 0,10 0,12 0,11 0,11 0,08 0,12 0,12
P-Tersedia (ppm) 0,8 1,3 1,8 2 2 1,8 0,8 1,2 1,3
KTK (me/100g) 11,5 9,1 10,3 10,1 10,3 11,8 9,5 9,1 9,9
Namun demikian, sifat kimia tanah N-total, P-tersedia, dan KTK tidak dipengaruhi oleh perlakuan (Tabel 9), tetapi ada kecenderungan penambahan asam humat pada setiap perlakuan P meningktkan kadar N-total. Demikian juga pada P-tersedia tanah dengan perlakuan P pada dosis asam humat yang sama cenderung meningkatkan P-tersedia, kecuali pada asam humat H1, cenderung menurun. Selanjutnya untuk KTK ada kecenderungan pengaruh asam humat H1 cenderung menghasilkan KTK lebih tinggi daripada pengaruh asam humat H2 tetapi relative sama dengan tanpa asam humat.
23
4.2. Pembahasan Umum Latosol di Indonesia memiliki tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, kandungan bahan organik sedang hingga rendah
dan
bereaksi agak masam hingga netral (Subagyo dalam Syafrudin et al, 2006). Latosol Cimulang termasuk tanah yang memiliki pH masam, yaitu 4.5 dengan KTK, N-total dan basa-basa yang rendah (Tabel 2) sehingga kurang baik bagi pertumbuhan tanaman semusim seperti jagung. Dengan kondisi tanah yang demikian maka proses pertumbuhan dan produksi tanaman akan terhambat, sehingga untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang optimum, faktor pembatas tersebut harus dapat diatasi salah satunya dengan pemupukan. Pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman tidak lepas dari pengaruh asam humat dan fosfor yang diberikan pada tanaman jagung. Nilai tertinggi pada tinggi tanaman pada dosis H2 (98,6 cm) memberikan pengaruh nyata, sedangkan dosis P2 (98,2 cm) tidak berpengaruh nyata. Kenaikan dosis asam humat dan fosfor cenderung meningkatkan rata-rata tinggi tanaman, hal ini berhubungan dengan ketersediaan fosfor di tanah sehingga tanaman dapat menyerap lebih banyak fosfor untuk dapat tumbuh lebih baik. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) juga menyatakan bahwa unsur P berperan dalam pembelahan sel. Hal tersebut mencerminkan bahwa ketersediaan fosfor yang cukup dapat menimbulkan efek positif bagi pertumbuhan tanaman. Bobot akar kering nyata meningkatkan bobot tanaman
dipengaruhi oleh
dosis humat saja, sedangkan pada percobaan fosfor tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut diduga karena
pemberian asam humat pada dosis H2 menciptakan
lingkungan tumbuh yang baik sehingga akar lebih berkembang dibandingkan dengan H1 dan H0. Namun pada bobot brangkasan kering dosis H1 cenderung meningkatkan bobot brangkasan dibandingkan dosis H2 dan H0. Secara keseluruhan perlakuan Humat pada dosis H2 dan H1 nyata lebih tinggi dari H0 pada variabel Tinggi tanaman 4 MST dan bobot akar kering, namun perlakuan H2 dan H1 memiliki nilai yang tidak jauh berbeda disebabkan tanah sebelum percobaan memiliki bahan organik yang rendah sehingga pemberian
24
humat dengan dosis 4 kg dan 8 kg tidak menunjukkan adanya pengaruh humat terhadap bahan organik. Unsur hara adalah zat yang diserap tanaman yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Unsur hara terdiri unsur hara primer yaitu N, P dan K sedangkan unsur hara sekunder Ca. Keempat unsur hara ini digunakan untuk membangun bagian tanaman, sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulubulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (Soepardi, 1983). Hasil uji Duncan (Tabel 5 dan 6) menunjukkan menunjukkan bahwa perlakuan Humat (H) berpengaruh sangat nyata dan terdapat interaksi Humat dengan P (H*P). Kadar hara Ca (Tabel 5) tertinggi terlihat pada perlakuan H2P1. Peningkatan kadar hara Ca diduga karena asam humat yang menjadi sumber kalsium,Ca2+ yang ada dalam humat mudah terlepas dan larut dalam air kemudian dijerap oleh kolid tanah sehingga kalsium menjadi tersedia bagi tanaman. Pada kadar hara K (Tabel 6) menunjukkan pengaruh sangat nyata pada interaksi Humat dengan P (H*P) dengan kadar hara tertinggi pada perlakuan H0P2. Dalam hal ini peningkatan dosis humat tidak terjadi peningkatan kadar hara K. Penurunan kadar hara K diduga karena peningkatan kadar hara Ca dalam tanaman sehingga dapat menghambat penyerapan kadar hara K oleh akar tanaman. Kadar hara N, dan P (Gambar 2) menunjukan bahwa perlakuan H2 dan H1 memiliki kadar hara yang lebih tinggi dibandingkan H0 sehingga kenaikan dosis humat mampu meningkatkan kadar hara N, dan P tanaman. Kenaikan unsur hara N diduga karena penambahan Humat (H) yang berasal dari bahan organik yang terdekomposisi sehingga menjadi pembawa N bagi tanaman dan medukung aktivitas mikrob penambat N bagi tanah. Penambahan dosis Humat (H) mampu menaikkan kadar hara P karena peran humat membantu proses lepasnya P dari jerapan unsur logam Al dan Fe melepaskan ikatanya dan berganti ikatan dengan asam humat.
25
Serapan hara N dan P (Gambar 3) menunjukan bahwa dosis H1 memiliki serapan hara yang lebih tinggi dibandingkan H2 dan H0. Hal ini dibuktikan dari bobot brangkasan kering tertinggi juga pada dosis H1 sehingga serapan hara N dan P secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Serapan Ca dan K menunjukkan (Tabel 7) bahwa serapan hara tertinggi terdapat pada dosis H2. Kenaikan dosis asam dan dosis H2 mampu meningkatkan serapan Ca dan K tanaman. Hal ini terjadi karena dengan adanya penambahan asam humat maka ketersediaan hara Ca dan K di dalam tanah juga ikut meningkat. Dengan adanya peningkatan kadar dan bobot kering tanaman maka serapan hara juga ikut meningkat. Interaksi pupuk asam humat dan pupuk fosfor nyata terhadap kenaikan pH tanah pada perlakuan H1P2 (6,6) dan H2P1(6.7) . Kadar P-tersedia dan KTK setelah panen cenderung menurun pada setiap perlakuan dibandingkan sebelum percobaan. Namun ada kecenderungan peningkatan pupuk P meningkatkan Ptersedia, sedangkan KTK relative tidak dipengaruhi perlakuan, meskipun ada kecenderungan perlakuan asam humat H1 tidak berbeda dengan tanpa asam humat tetapi lebih tinggi daripada perlakuan asam humat H2. Kadar N-total mengalami kenaikan pada setiap perlakuan humat kecuali pada perlakuan H2P0, kadar N-total mengalami kenaikan tetapi tidak signifikan dengan kadar N-total tertinggi pada perlakuan H2P2. Kadar N-total tidak mengalami kenaikan yang signifikan karena kadar N yang ditambahkan ke dalam tanah melalui humat relatif sedikit.