Inspiring - Share - Journey - Life Changing
betterlife Edisi Desember 2014
magazine
“Agats, Kota Yang Nyaris Tanpa Tanah”
Welcome Note
WELCOME
NOTE Dear Partners, Kita telah memasuki penghujung tahun 2014! Bersyukur atas anugrah Tuhan dalam perjalanan kita bersama dalam mengentaskan kemiskinan di negeri kita tercinta Indonesia. Pada bulan Nopember lalu, Tangan Pengharapan membantu masyarakat di desa Soamaetek dan desa Kai, Kao Barat, Halmahera Utara untuk penyediaan air bersih. Pembuatan sumur untuk desa Soamaetek dan pemasangan pompa dan pipa untuk mengalirkan air bersih ke desa Kai. Di Kao Barat, Tangan Pengharapan memiliki 3 Feeding & Learning Centers yang menyediakan makanan bergizi dan pendidikan gratis termasuk pelajaran komputer bagi 450 anak. Berkat bantuan para partners, kami dapat mengirimkan 1320 jerigen air 20lt untuk masyarakat di pedalaman Amanuban Timur NTT, untuk membantu mereka dalam penyediaan air bersih, yang biasanya mereka hanya memiliki jerigen ukuran 4lt dan harus berjalan 1-3 jam untuk mengambil air. Kelaparan dan kekeringan hebat yang melanda ribuan jiwa di Sumba Timur pada bulan-bulan ini membuat kami harus segera mengulurkan tangan membantu mereka.
Beberapa Feeding & Learning Centers akan kami buka untuk menolong ribuan anak-anak yang kelaparan di Sumba Timur. Kami juga akan membagikan 6000 kg beras untuk keluarga-keluarga di Sumba Timur. 1320 jerigen air juga akan dikirim untuk masyarakat di Sumba Timur. Persediaan air yang sangat sedikit hanya cukup memasak sehingga masyarakat berkorban tidak mandi berhari-hari. Tim Tangan Pengharapan juga akan membangunkan bak-bak penampungan air di mata-mata air yang hampir kering, supaya dapat menampung air sepanjang malam sehingga tidak terbuang dan mengupayakan pembuatan Ferrocement Water Tank untuk menampung air hujan di waktu musim hujan yang akan datang. Kami membagikan 2000 tas & sepatu sekolah gratis bagi anak-anak di seluruh Feeding & Learning Centers di berbagai pelosok Indonesia. Semua adalah hadiah-hadiah natal yang kita dapat berikan untuk sesama kita yang membutuhkan, khususnya masyarakat yang sedang mengalami kekurangan bahan makanan dan air di NTT. Kami juga membagikan 400 buku-buku rohani dalam seminar hamba-hamba Tuhan di Soe dan di Bandung untuk menambah wawasan mereka akan kebenaran. Selamat Natal dan Tahun Baru! Kiranya Terang Tuhan senantiasa bercahaya dalam hidup kita semua! Merry Christmas & Happy New Year! Many Blessings! Yoanes & Henny Kristianus
How to Donate? Dukung kami melalui doa, menjadi volunteer atau berdonasi : A.n Yayasan Tangan Pengharapan BCA - 0653090096 Hubungi kami di : +6221 71 336 337 atau kunjungi website kami di www.tanganpengharapan.org
Daftar Isi:
2. Partner’s Update 4. Obat Luka untuk Kakak 6. Tidak Perlu Ke Jurang Air Sudah Dekat!! 8. Belajar Komputer di Pedalaman Halmahera 12.Agats, Kota Yang Nyaris Tanpa Tanah 14. Mobile Clinic, Free Medical Camp
Obat Luka
Untuk Kakak
hari sudah menjelang sore, T akdariterasa kejauhan tampak sebuah kapal
putih yang masih terlihat kecil. Sore itu Patricia, bocah berusia 10 Tahun sedang bersama kawan-kawannya bermain di pinggir kali tak jauh dari rumahnya. Betapa senangnya kawan-kawan Patricia ketika mereka melihat bahwa ada kapal putih yang sedang menuju pelabuhan Merauke sore itu. Ternyata kapal Kalimutu dari Surabaya yang sandar di Pelabuhan Merauke. Terlintas di benak anak-anak ini niat untuk naik ke kapal dan mencari sisa-sisa barang ataupun botol-botol bekas seperti biasa untuk dijual kembali.
Better Life I
4
I Desember l 2014
Namun tidak demikian dengan Patricia. Kebiasaan mencari botol belum pernah dilakukannya sama sekali. Patricia teringat perkataan mamanya, “Biar bapa dan mama saja yang bekerja, Patricia. Kamu sekolah saja biar bisa jadi orang berhasil.” Ternyata perkataan mamanya itulah yang membuat Patricia tidak melakukan hal yang sama seperti kawan-kawannya yang lain. Namun entah apa yang terlintas di pikiran Patricia sore itu. Dia pun langsung bergegas menyusul kawan-kawannya yang sudah lebih dulu ke Pelabuhan. Sebuah suasana baru untuk patricia.
Bocah perempuan berusia 10 tahun itu masuk ke dalam kapal yang masih dipadati orang hanya untuk satu maksud yaitu mendapatkan sebanyak mungkin botol-botol bekas. Hal yang dibuat oleh anak-anak ini termasuk juga patricia, bukanlah perkara yang mudah. Hal ini tidaklah mudah bagi anak-anak itu dan Patricia. Patricia dan teman-temannya harus menerima cemoohan dari orang banyak yang ada di kapal saat itu, belum lagi adanya persaingan dengan orang dewasa lain yang juga berburu botolbotol bekas saat itu. Sungguh situasi yang memilukan hati. Harapan orang tua untuk anaknya tak terwujud akibat kenyataan hidup yang jauh lebih keras dari apa yang mereka bayangkan. Tiga hari kemudian, seperti biasanya Patricia mengikuti kegiatan feeding and learning di Rumah belajar Tangan Pengharapan. Di sela-sela kegiatan, ada beberapa anak yang berceritera satu sama lain mengenai hasil buruan botol bekas mereka. Kami pengajar hanya mendengar saja apa yang mereka perbincangkan. Kemudian saya mencoba bertanya kepada beberapa anak itu, “Siapa saja yang biasa mencari botol di kapal ?”.
Serentak beberapa anak mengacungkan tangan mereka. Namun tidak dengan Patricia. Dia sama sekali tidak mengangkat tangan. Ya, jelas..... mungkin saja Patricia memang tidak melakukan hal itu. Tapi dengan spontan beberapa anak berteriak, “Patricia juga, pak guru!!”. Dengan wajah yang sedikit tetunduk dan malu, bocah ini berkata, “ Iya pak guru, saya juga ikut mencari botol di kapal waktu itu”. Saya langsung mendekati anak ini, merangkulnya dan bertanya, “Kenapa Patricia malu? Pak guru tidak marah, kok”. Saya menegaskan hal ini agar anak ini tidak merasa tertuduh. Namun saya tidak pernah menyangka akan keluar sebuah jawaban dari mulut polosnya, “Patricia cari botol supaya bisa beli obat untuk tangan kakak yang penuh dengan bisul-bisul, pak guru”. Saya terkesima. Sebuah jawaban yang benar-benar juga memberikan pelajaran berarti bagi saya tentang arti sebuah pengorbanan. Demi sang kakak, Patricia rela melakukan sesuatu yang mungkin dianggap hina oleh sebagian besar orang namun mulia di mata sang kakak.
Better Life I
5 I Desember l 2014
Air Sudah Dekat!! Tidak Perlu Ke Bawah Jurang,
salah satu desa dipedala- Namun ada saja rintangan untuk memKai,manadalah Halmahera Utara. Letaknya yang buat jalan satu-satunya ke mata air berada di dataran tinggi membuat desa ini kesulitan air bersih. Memang ada beberapa titik mata air di desa tersebut, namun kebanyakan bukanlah air yang layak untuk diminum oleh warga desa tersebut. Untuk sekedar mendapatkan air bersih, warga harus menempuh sebuah tebing yang curam dan licin beratus-ratus meter jauhnya. Posisi jalan yang miring 45 derajat membuat medan yang harus ditempuh semakin sulit. Di saat hujan, jalan ini akan semakin licin karena berstruktur tanah merah. Banyak warga yang mengeluhkan kondisi ini.
Better Life I
6I
Desember l 2014
bersih yang mereka miliki ini menjadi lebih baik. Salah satu yang paling menyedihkan adalah kondisi ekonomi masyarakat.
Masyarakat Kai sebagian besar adalah petani. Mereka juga tergantung dengan air bersih yang bisa mengairi kebun mereka. Karena tanah mereka yang kering, akhirnya mereka bertani dan berkebun jauh dari desa mereka. Tanah yang mereka pakai untuk berkebun dan bertani jaraknya berkilo-kilo meter jauhnya.
Ini membuat mereka sulit untuk memantau secara maksimal, sehingga apabila terjadi gangguan baik dari alam ataupun dari tangan-tangan jahil akan sulit ditanggulangi. Kondisi inilah yang membuat Yayasan Tangan Pengharapan tergerak untuk menjadi berkat bagi desa Kai. Melaui musyawarah desa, akhirnya diambilah kesepakatan untuk memasang pompa listrik dan pipanisasi dari mata air ke desa sehingga warga tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi pasokan air ke desa. Mendengar wacana tersebut, masyarakat menjadi sangat antusias. Dari anak-anak sampai orang-orang tua bahu-membahu untuk menyelesaikan pemasangan pompa listrik dan pipanisasi di desa Kai. Pemasanganan dirampungkan dalam jangka waktu tiga hari. Saat pemasangan selesai dan mesin dinyalakan, masyarakat bersorak-sorai ketika melihat air bisa naik dan sampai di desa mereka. Mereka berbondong-bondong datang untuk mengambil air melaui jerigen air.
“Ngoi to sanang ngoau ato e’he wau oa’ele dau–uu. Oa’ele idutu oau” (kita senang tidak ambil air lagi jauh ke bawah jurang. Air sudah dekat), Begitulah kata-kata yang keluar dari mulut seorang nenek tua yang tinggal di desa Kai saat melihat air mengalir di desanya. Senyuman terimakasih dan raut bahagia warga Kai terutama warga yang sudah tua renta tergambar jelas di wajah-wajah mereka karena mereka tidak lagi kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Mereka tidak lagi mempertaruhkan keselamatan mereka atau takut tergelincir ke jurang hanya untuk memberikan anak-anak mereka segelas air layak minum. Rasa bahagia serta terimakasih warga desa Kai inilah yang Tangan Pengharapan sampikan kepada para donatur di manapun berada. Desa Kai adalah salah satu langkah kecil di mana kita mulai memberikan berkat bagi Indonesia dan menjadikan Indonesia lebih sejahtera di masa depan.
Better Life I
7I
Desember l 2014
Bantuan Ferro Cement Water Tank
Dan Jerigen Air Untuk NTT
Better Life I
5
I November l 2014
Tas untuk anak-anak Halmahera
Christmas Gift
Natal mengingatkan kita akan hadiah yang telah Tuhan berikan kepada kita semua. Tahun ini, Anda dapat berbagi hadiah Kristus dengan orang-orang yang sangat membutuhkan dengan memberi donasi yang dapat mengubah hidup kepada Yayasan Tangan Pengharapan. Berikan hadiah istimewa untuk berbagi kasih Tuhan dengan orang lain secara nyata. Atau hadiah bagi seseorang yang anda kasihi dengan memberi untuk menghormati mereka. Bersediakah Anda membantu orang yang membutuhkan? A. Children Rescue Home Rp. 500,000 B. Children Feeding & Learning Program Rp. 250,000 C. Free Medical & Cataract Surgery Rp. 1,100,000 D. Water Project Rp. 500,000 E. Rice for Hunger Families Rp. 500,000/10 KK F. Healthy House Rp. 15,000,000/Rumah dan WC G. Empowerment Projects Rp. 500,000/ Bibit untuk 1 Desa Seluruh Staff Tangan Pengharapan, Mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2015 Tuhan Memberkati. www.tanganpengharapan.org Better Life I 6 I Desember
l 2014
Halmahera
Belajar Komputer di Pedalaman
lucu dan menggeW ajah-wajah likan terlihat jelas di raut anak-
anak pedalaman Halmahera ketika memperhatikan layar komputer menyala. Mereka terpesona melihat “barang baru” yang satu ini. Ada salah seorang anak “nyeletuk” polos dengan bahasa. Dia bertanya kepada salah seorang guru, “Pak guru, nena’o TV?” (Pak guru apakah ini televisi?) Salah satu guru kami menjawab geli dengan bahasa daerah “Tarada, ini leptop” (ini bukan TV tapi laptop).
Better Life I
8 I Desember
l 2014
Sang anak mengangguk-angguk dengan tampang masih kebingungan sambil menggaruk-garuk kepala. Banyak situasi seperti ini terjadi saat Tangan Pengharapan mulai membuka les komputer di pedalaman Halmahera untuk anak-anak. Ini adalah gambaran yang wajar karena daerah pedalaman Halmahera tidak sama dengan daerah lainnya. Selain masih membutuhkan banyak prasarana yang dibangun, juga masih dibutuhkan guru-guru sebagai tenaga pengajar yang mau di tugaskan di tempat ini.
Namun kebanyakan guru dan tenaga pendidik enggan kedaerah pedalaman seperti ini karena tidak adanya fasilitas sebaik di kota-kota. Diperlukan orag-orang yang memiliki kerinduan besar untuk bisa mengajar di tempat semacam ini. Di kota besar bu-
kanlah suatu hal yang aneh jika kita melihat anak-anak usia SD sudah bergelut didepan komputer. Bukan Cuma utuk mengerjakan tugas sekolah saja. Tapi mereka menggunakan komputer untuk kesenangan, seperti bermain game online, browsing yang mereka sedang cari, mengunduh program-program yang mereka butuhkan atau sekedar mencari lagu-lagu kesukaan. Tidak jarang kita
bisa melihat, warnet-warnet di kota-kota sebagian besar pelanggannya adalah anak sekolah dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Memang ada juga dari kalangan mahasiswa dan umum, namun rata-rata pelanggan warnet lebih banyak dari kalangan SD-SMA. Jumlah ini biasanya meningkat di saat hari libur. Omzet warnetwarnet bisa meningkat dua kali lipat dari biasanya. Inilah gambaran ‘langit dan bumi’ antara anak di pedalaman dan di kota-kota Indonesia saat ini.
Sementara anak-anak di kota sudah bermain game online, menjelajahi samudera Internet, sedang asyik mempelajari banyak hal baru dari informasi Google, di waktu yang bersamaan anak-anak di pedalaman seperti di Halmahera ini untuk menyalakan komputer/laptop tidak tahu harus memencet tombol apa. ‘Buta Komputer’ bukan hanya terjadi di kalangan anak sekolah, melainkan juga di kalangan pemerintah desa. Dari 22 desa di kecamatan Kao Barat pedalaman Halmahera Utara, staff desa yang tahu cara mengoperasikan komputer bisa dihitung dengan jari. Alasan-alasan inilah yang membuat Tangan Pengharapan memulai mengadakan pelatihan komputer di pedalaman Halmahera. Dimulai dengan 4 komputer, Tangan Pengharapan mengadakan pelatihan secara bergilir bagi anak-anak di tiga desa yang dilayani, yaitu Desa Kai, Desa Bailengit, dan desa Soamaetek.
Better Life I
8 I Desember
l 2014
Agats, Kota Yang Nyaris
Tanpa Tanah kota seyogyanya dibangun di atas S ebuah tanah, dan bukan di atas rawa-rawa. Na-
mun di selapan Papua ada kota semacam ini. Agats, yang juga ibu kota Kabupaten Asmat adalah sebuah kota yang terletak di pesisir selatan Papua dan menghadap ke Laut Arafura. Didirikan dari ribuan lembar papan, di atas tonggak yang terbenam di rawa-rawa, kota ini sudah berbaur antara pendatang dengan penduduk aslinya. Tinggal di atas rawa bukanlah tanpa resiko. Di antara tanaman-tanaman bakau yang menyeruak dari rawa bertumbuhan di antara jalan jembatan dan rumah-rumah kayu, binatang-binatang endemik seperti ular tanah dan ular sawah tinggal.
Better Life I
12 I
Desember l 2014
Tanah yang sebagian beras terdiri dari rawa-rawa ini membuat harga bahan makanan di Agats terbilang cukup mahal karena Agats tidak memproduksi sendiri bahan makanan tersebut dan harus dipasok dari Timika atau Merauke. Kehidupan anak-anak di Agats sangatlah memperihatinkan. Mereka hidup dalam barak-barak kotor dan tidak sehat yang dihuni oleh banyak keluarga. Banyak anak di Agats yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik. Mereka tak bersekolah. Hal ini dikarenakan anak-anak ini datang dari pedalaman Agats mengikuti orang tua mereka yang menetap di kabupaten Agats, sehingga mereka terpaksa meninggalkan bangku pendidikan.
Di GPdI Agats, pak Welly sudah memulai pemberian makanan dan pendidikan tambahan untuk anak anak yang berasal dari pedalaman Agats dan ditampung dalam barak-barak suku mereka yang berlokasi di GPdI pak Welly di Kabupaten Agats dua kali dalam satu minggu, yakni pada hari Sabtu dan Minggu. Namun ada kalanya program ini berjalan tersendat karena ketiadaan dana. Program makanan bergizi dan pendidikan tambahan sangat dibutuhkan oleh anak-anak di Agats ini. Selama ini mereka jarang menerima asupan gizi yang baik serta mendapat pendidikan yang berkualitas sehingga banyak dari anak-anak ini tidak bisa membaca dan menulis. Saat tidak bersekolah, anakanak di Agats pergi mencari ikan dan kepiting di rawa-rawa di sekitar tempat tinggal mereka. Resiko digigit ular sudah menjadi hal yang lumrah. Hasil ikan dan kepiting yang mereka peroleh kadang dikonsumsi sendiri, dan kadang dijual. Kondisi Tempat Tinggal Tempat tinggal anak-anak di Agats adalah rumah rumah panggung kayu, beratap daun gewang atau aren dengan dinding papan yang bolong di sana sini. Dalam satu bangunan terdiri beberapa kepala keluarga.
Mereka tinggal berhimpitan dalam satu ruangan dan ini tidaklah sehat. Agats adalah salah satu tujuan wisata di tanah Papua. Setiap tahun banyak wisatawan mancanegara dan lokal yang datang ke Agats untuk melihat Festival Budaya lokal. Agats mempunyai kerajinan tangan berupa seni ukir yang bernilai tinggi. Satu seni ukir Agats bisa bernilai puluhan juta rupiah. Potensi wisata Agats yang seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakatnya malah tidak memberi pemasukan ekonomi yang baik untuk mereka. Banyak para pendatang dari Tanah Toraja dan Bugis yang menikmati hasil kunjungan para wisatawan ke Agats sedangkan masyarakat Agats hanya menjadi penonton saja. Better Life I
13 I
Desember l 2014
Mobile Clinic
Free Medical Camp akses untuk mendapatkan S ulitnya pelayanan kesehatan dirasakan oleh
masyarakat yang tinggal di daerahdaerah pedalaman. Tidak seperti di kota-kota besar, masyarakat di pedalaman sering hanya bisa pasrah ketika penyakit menggerogoti tubuh mereka. Better Life I
14 I
Desember l 2014
Ketiadaan fasilitas medis dan dana membuat mereka semakin menderita. Bahkan tidak jarang ada anggota masyarakat yang meninggal tanpa pernah mendapatkan penanganan medis. Selain faktor yang disebutkan di atas, minimnya tenaga medis yang mau
bertugas di pedalaman juga terbilang sangat sedikit. Kecilnya upah dan jarak tempuh yang cukup jauh dan sulit menjadi salah satu kendala yang dihadapi di lapangan. Selain faktor yang disebutkan di atas, minimnya tenaga medis yang mau bertugas di pedalaman juga terbilang sangat sedikit. Kecilnya upah dan jarak tempuh yang cukup jauh dan sulit menjadi salah satu kendala yang dihadapi di lapangan. Dalam proses untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pelayanan kesehatan menjadi amat penting karena menjadi modal dasar bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas mereka.
Di Timor Tengah Selatan Tangan Pengharapan menyediakan mobil klinik yang bukan hanya akan mendekatkan layanan kesehatan, namun juga membuat semangat hidup masyarakat berkobar saat memahami bahwa ada banyak orang yang bahkan mereka tidak kenal namun peduli akan kesehatan mereka. Layanan kesehatan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa keterlibatan para partner yang juga menyediakan obat-obatan maupun kacamata serta biaya operasional bagi berbagai pelayanan kesehatan termasuk operasi katarak gratis.
Better Life I
15 I
Desember 2014