Inspiring - Share - Journey - Life Changing
betterlife Edisi Februari 2015
Kesaksian Anak Sumba Timur
magazine
Saat Sampah Menjadi Harta
welcome
NOTE
Dear Partners, Pengharapan akan kembali T angan mengadakan National Annual Meet-
Tangan Pengharapan baru saja membuka 3 feeding centers terbaru di Katikulutu dan Laindeha di Sumba Timur dan di Lampuun, Amanuban Timur, NTT, yang merupakan daerah-daerah yang sangat kering dan sulit bahan pangan.
ing 2015, pada tgl 23-28 Februari 2015 di Kupang, NTT, di mana semua Koordinator Wilayah Tangan Pengharapan di seluruh Indonesia akan berkumpul bersama untuk mengadakan evaluasi kerja, pelatihan dan pengarahan agar semakin tajam, efektif Pada tahun 2015 ini, Tangan Pengharapan dan menambah semangat dalam menjalankan panggilan Tuhan bagi generasi di akan membangun Children Rescue Home di Merauke, Papua untuk menampung dan Indonesia.
menyekolahkan anak-anak dari pedalaman Pada National Annual Meeting kali ini, Papua Selatan. Kami mengajak para partkami mengajak semua koordinator men- ners untuk dapat terlibat dalam membangunjungi project-project Tangan Peng- gun masa depan anak-anak di Papua.
harapan di NTT agar mereka dapat mempelajari dan mengembangkan masyarakat Terima kasih atas kontribusi para partners, dan menjawab kebutuhan dari setiap dae- sehingga kita dapat terus membangun masa rah mereka masing-masing. depan yang lebih baik bagi generasi bangsa Dalam Annual Meeting kali ini, kami mengambil tema ‘Building Godly Generations’, karena kami percaya pelayanan generasi yang dilakukan Tangan Pengharapan di seluruh Indonesia adalah membekali generasi masa depan dengan nilai-nilai kebenaran dan takut akan Tuhan, di samping pemberian makanan bergizi dan pendidikan bagi anak-anak yang merupakan calon-calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang.
Indonesia.
Together we make the world a better place! Many Blessings, Yoanes & Henny Kristianus www.tanganpengharapan.org @ytp_indonesia
Sepenggal Perjalanan Penderita HIV
Merajut Asa Untuk Ando manusia dapat dipastikan meS etiap miliki keinginan dan harapan yang
baik dalam hidupnya, entah itu orang tua maupun anak-anak. Setiap orang pasti ingin berada dalam kondisi hidup yang berkualitas. Berkualitas dalam segala hal, menjalani kehidupan yang serba berkecukupan. . Better Life I
3I Februari l 2015
Mama Merry pun juga punya keinginan dan harapan yang sama seperti banyak orang pada umumnya. Ya, mama Merry....... biasa kami panggil seperti itu. Mama Merry adalah salah satu orang tua dari banyak anak yang didukung oleh Tangan Pengharapan dalam program Feeding Learning Center. Mama Merry adalah mama dari Ando, salah satu anak di FLC.
Mama Merry menjalani hari-harinya hanya bersama Ando. Sudah kurang lebih 2 tahun Ando ditinggal oleh papanya kerena meninggal dunia. Dengan penuh semangat mama Merry tetap melanjutkan hidupnya bersama Ando. Tidak terpikirkan baginya untuk berumah tangga lagi. Yang hanya menjadi semangatnya untuk tetap terus menjalani hidup adalah semata-semata karena Ando, anak semata wayangnya. Seperti biasanya, mama Merry berangkat dari rumahnya menuju klinik pengobatan yang terletak kurang lebih 3 km dari rumahnya. Mama Merry bekerja di klinik tersebut sebagai tenaga kebersihan. Sebagai tenaga kebersihan, mama Merry sangat disenangi oleh pihak klinik. Pembawaannya yang ringan tangan membuat siapa pun menyukai mama Merry.
Mama Merry hanya bekerja paruh waktu. Ia sudah pulang kembali ke rumah pada siang hari. Aktivitas itulah yang rutin dikerjakan oleh mama Ando. Di saat Ando harus ikut belajar di FLC, mama Merry pun sudah mengantar Ando lebih dahulu ke rumah mama Lien (rumah belajar Tangan Pengharapan). Ketika kami berpikir sejenak tentang kehidupan mama Merry, hanya rasa kagumlah yang kami rasakan. Siapa yang menduga, ternyata mama Merry adalah salah satu dari sekian banyak orang di Merauke yang kurang lebih 3 tahun lalu divonis oleh dokter bahwa ia “positif HIV”. Sungguh kondisi yang ironis sekali. Satu hal yang sampai saat ini membuat mama Merry tetap bertahan ialah karena seorang anak yang Tuhan percayakan dalam hidupnya. Walaupun suami dari mama merry meninggal juga dikarenakan oleh virus HIV. Tapi masih ada secerca harapan yang Tuhan taruh dalam hidup Ando. Ando tumbuh sebagai anak yang normal. Ando dinyatakan negatif HIV karena Ando dilahirkan lewat proses caesar. Oleh karena itu, mama Merry punya satu janji dalam hidupnya yaitu tetap merajut asa untuk Ando. Semangat mama Merry adalah sebuah cerminan hidup yang dapat kita pakai untuk melihat diri kita. Kalau mama Merry bisa, mengapa kita tidak? Better Life I
4 I Februari l 2015
Ternak untuk Pendidikan
Anak-anak Kaliceret Berbagai nyiasati
cara digunakan untuk memahalnya biaya pendidikan dan ketidak mampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anak-anak mereka. Akibat mahalnya biaya pendidikan, banyak masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan yang tidak begitu peduli atau memperhatikan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia saat ini sudah bukan menjadi masalah baru.
Better Life I
6
I Februari l 2015
Meskipun pemerintah sudah memberikan keringanan melalui beberapa beasiswa bagi siswa yang tidak mampu dan berprestasi tetap saja tidak sesuai dengan standar hidup masyarakat Indonesia saat ini. Jika masalah ini tidak mendapat perhatian maka program tersebut tidak akan terrealisasi. Banyak anak yang akan putus sekolah karena orang tua mereka tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.
Selain itu program pendidikan gratis yang dicanangkan pemerintah hanya menjadi retorika saja. Kenyataan di lapangan, para orang tua masih dibebani dengan pembelian buku-buku atau pembayaran kegiatan-kegiatan yang merupakan proyek guru/sekolah. Jika dihitung-hitung, uang untuk ‘biaya tak terduga’ bisa jauh lebih besar ketimbang uang sekolah itu sendiri. Akibatnya banyak kalangan menengah ke bawah yang tidak lagi menganggap penting pendidikan. Selain itu, sulitnya masuk ke sekolah pemerintah turut memberi sumbangsih makin banyaknya anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Untuk melakukan perubahan, Tangan Pengharapan meluncurkan program “Ternak Untuk Pendidikan” di Nusa Tenggara Timur. Dengan diluncurkannya program ini, diharapkan semakin banyak anak yang bisa bersekolah tanpa harus membebani orang tua. Kini kembali Tangan pengharapan meluncurkan program “Ternak Untuk Pendidikan” di desa Kaliceret, Jawa Tengah. Di desa ini Tangan Pengharapan memulai program ini dengan tujuh ekor kambing yang saat ini dirawat oleh koordinator Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan di desa Pepe dan Kaliceret. Kambing-kambing tersebut telah menghasilkan tiga ekor anak kambing.
Seperti ternak babi, kambing-kambing tersebut kelak akan digulirkan kepada anak-anak Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan di kedua desa tersebut. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi angka anak yang putus sekolah akibat keadaan ekonomi keluarga mereka. Bangsa ini hanya bisa maju ketika ada kepedulian dari anak-anak bangsa ini sendiri untuk membantu sesama anak bangsa yang hidup dalam keterbatasan dan kekurangan. Dengan memberdayakan mereka, kita telah memberikan pertolongan yang baik, sebab pertolongan yang baik adalah pertolongan yang memampukan orang untuk menolong dirinya sendiri. Anni Paulus Better Life I
7 I Februari l 2015
Saat Sampah Menjadi Harta
kondisi perekonomian yang A kibat makin sulit, banyak yang kehilan-
gan mata pencaharian. Ayah dari Jeslin Derit Sania Bulu adalah salah satu contohnya. Bapak yang sebelumnya bekerja sebagai penjual sayur di pasar Waingapu ini kini beralih profesi sebagai buruh kasar. “Karena saya tidak punya modal lagi untuk membeli sayur yang nantinya akan kami jual, akhirnya saya bekerja sebagai pekerja serabutan,” jelas pria ini.
Better Life I
9
I Februari l 2015
Kondisi yang sulit tidak hanya dirasakan sang ayah. Jeslin, anak kedua dari 6 bersaudara yang lahir pada tanggal 7 Januari 2014 pun terkena imbasnya. Penghasilan ayahnya minim dan tidak menentu. Seyogyanya, anak seusia Jeslin usai pulang sekolah dapat makan dan beristirahat sejenak melepas lelah. Namun kenyataan bicara lain.
Pemberdayaan Masyarakat 2014
Usai pulang sekolah, Jeslin bergegas ganti pakaian dan makan sekedarnya sebelum melakukan ‘tugas’ sebagai pemulung. Makanan yang bisa dinikmatinya hanya sekali sehari itu memberikannya tenaga yang tidak banyak untuk bekerja. Emperan demi emperan toko ia datangi, dari satu tempat sampah ke tempat sampah lain ia mengais untuk mencari barang-barang sisa dan tidak terpakai lagi yang bisa dia jual. Tangannya yang kecil dengan cekatan mengaduk-aduk tempat sampah mencari barang bekas “Barang-barang bekas apa saja, asal laku dijual, itulah yang saya ambil. Uang yang saya dapat lalu saya belikan beras untuk makan kami sekeluarga,” ujar Jeslin saat ditanya mengenai barang seperti apa yang diambilnya dan apa yang dilakukannya terhadap barang tersebut. “Barang barang seperti plastik, kardus-kardus bekas, dan potongan besi-besi tua itu yang laku untuk dijual,” tambahnya sambil menunjukkan isi karung plastik yang ia bawa.
Kebiasaan ini sudah lama Jeslin lakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan makan minum keluarganya dan biaya sekolahnya. Siswi kelas 4 di sebuah Sekolah Dasar di kota Waingapu ini lebih banyak meluangkan waktunya untuk bekerja. Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari mengasuh adik-adiknya. Karung plastik dekil yang selalau dibawa Jeslin sepertinya menjadi benteng rapuh untuk berlindung dari rasa lapar. Bagi sebagian orang, anak-anak seperti Jeslin ibarat jamur di yang tumbuh di pepohonan. Ada pula yang menganggap mereka sebagai tunas yang sia-sia, sebagai setitik kotoran di dasi yang mewah. Namun sesungguhnya mereka adalah anak-anak bangsa. Mereka punya hak yang sama, tapi tak berdaya, punya masa depan yang cerah, tapi tak bisa meraihnya. Robby Nabuasa Better Life I
10
I Februari l 2015
Proposal Children
Rescue Home Merauke 2014, ketika kami sedang menT ahun survei lokasi Feeding & Learning
Center kami di Agats & Merauke, Papua, ini adalah kenyataan yang kami temukan. Tidak hanya begitu banyaknya anak-anak jalanan yang putus sekolah akibat dari mengikut orang tua mereka keluar dari daerah-daerah pedalaman Papua ke kota untuk mencari kehidupan yang “lebih baik”, anak-anak ini menunggu sisa makanan di pintu warung. Melihat hal itu, kami akan membangun Sekolah Berasrama di Merauke bagi anak-anak pedalaman Papua. Dengan Sekolah Berasrama mampu merubah masa depan Anak-anak pedalaman Papua menjadi lebih baik. Saat ini kami membutuhkan banyak dana untuk mewujudkan Sekolah Berasrama, mari dukung dalam doa dan dana untuk Bangunan Sekolah Berasrama ini.
How to Donate?
Dukung kami melalui doa, menjadi volunteer atau berdonasi : A.n Yayasan Tangan Pengharapan BCA - 0653090096 Hubungi kami di : +6221 71 336 337 www.tanganpengharapan.org
Coaching Clinic
untuk Anak Taehue
6 dan 7 Januari lalu, Tangan Pengharapan kedatangan beberapa rekan dari T anggal Brazil yang akan mengunjungi Timor Leste. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari nara sumber, tim dari Brazil tersebut terdiri dari 11 orang, dan 3 di antaranya adalah pelatih sepak bola. Mereka mengadakan perjalanan ke timor Leste dalam rangka untuk mengembangkan misi.
Better Life I
12 I
Februari l 2015
Sebuah gereja di Jakarta menginformasikan kepada gereja Oeekam bahwa para tamu tersebut akan dating dan bersitirahat sejenak di Oeekam. Namun karena tidak ada tempat menginap, akhirnya rekan-rekan dari gereja Oeekam tersebut datang ke kantor YTP Indonesia di Taehue dan meminta ijin agar para misionaris tersebut diperbolehkan menginap di mess Tangan Pengharapan. Akhirnya mereka sepakat bahwa tim dari negeri Samba itu akan melatih anak-anak binaan Tangan Pengharapan, dan sebagai ‘kompensasi’ mereka dapat menginap di mess Tangan Pengharapan. Selama dua hari berturut-turut mereka melatih bukan saja anak-anak binaan Tangan Penghrapan, tapi juga anak-anak dari sekitar Oeekam yang datang. Pelatihan tersebut dilakukan di lapangan sepak bola mini yang terletak di kantor Tangan Pengharapan di Taehue.
Dengan rasa senang rekan-rekan dari negeri Samba ini anak-anak Feeding and Learning Center Tangan Pengharapan mengenai cara bermain bola. Selain anakanak binaan Tangan Pengharapan, anakanak dari sekitar kecamatan Oeekam pun antusias mengikuti latihan ini karena ini pertama kalinya mereka dilatih oleh para pemain sepakbola dari negara Brazil. Sorak sorai terdengar selama pelatihan berlangsung. Dengan penuh semangat anak-anak binaan Tangan Pengharapan berlatih mulai dari pemanasan (warming up), lompat-lompat, berlari mengitari tangga sampai kepada teknik menggiring dan mengoper bola yang benar kepada rekan sesama tim agar dapat tercipta gol di gawang lawan. Usai latihan bersama, terdengar para peserta berteriak agar tahun depan ajang seperti ini kembali diadakan. “Tahun depan kita buat lagi, ya, Pak,” seru mereka dengan semangat dan gembira.
Better Life I
13 I
Februari l 2015
Hadiah Baju untuk
FLC Halmahera Utara 2015 ini memiliki makna yang sangat T ahun special bagi anak-anak perempuan di FLC
YTP Halmahera. Setidaknya itulah yang mereka rasakan saat ini. Bagaimana tidak, di awal bulan Januari 2015 ini mereka mendapat berkat baju gaun baru. Pembagian baju berupa gaun untuk anakanak ini dilakukan di beberapa titik FLC dan di TK YTP Halmahera. Yang mendapatkan berkat Tuhan berupa gaun kali ini adalah anak-anak kecil usia PAUD dan TK. Namun pembagian pakaian untuk anak-anak kecil kali ini tidak mengurangi sukacita anak-anak lain yang tidak mendapatkan. Ini disebabkan di dalam FLC kami menanamkan rasa persaudaraan yang kuat. Better Life I
14 I
Februari l 2015
Bagi anak-anak yang tidak mendapatkan, mereka tidak cemburu dan iri hati. Mereka malah senang sekali karena anak-anak yang mendapatkan dianggap sebagai adik-adik mereka juga sehingga mereka bersukacita saat adik-adik mereka bersukacita. Pembagian baju berupa gaun ini, adalah hal yang istimewa yang bisa dirasakan oleh anak-anak yang mendapatkan juga bagi orang tua mereka. Ini semua dikarenakan rata-rata para orang tua di pedalaman Halmahera adalah para petani dan buruh di kebun kelapa sehingga mereka tidak memiliki pendapatan tetap.
Jangankan untuk membeli baju yang bagus, kadang untuk membayar sekolah saja mereka cukup kesulitan. Ditambah lagi rata-rata keluarga di pedalaman Halmahera ini biasanya terdiri dari keluarga besar. Ini semua dikarenakan kurangnya informasi dan pembinaan dari instansi terkait dengan program KB. akibat anak yang banyak, pendapatan yang kurang mencukupi, pengetahuan yang kurang, dan kerasnya tuntutan hidup akhirnya kebanyakan keluarga di Halmahera pedalaman hanya seolah “bertahan” untuk tetap “ada” tanpa memikirkan tentang layak atau tidak layaknya sebuah “kehidupan” itu sendiri.
Bukan suatu hal aneh lagi apabila di pedalaman ditemukan anak-anak yang menggunakan baju-baju yang compangcamping untuk bermain. Rasa malu dan rasa prihatin yang mereka miliki sudah “hilang” sejalan dengan kerasnya hidup mereka walaupun hanya sekedar untuk bertahan. Kedatangan pertolongan sekecil apapun untuk mereka sangatlah berarti karena mereka masih memerlukan uluran tangan kita untuk membuat mereka memiliki hidup yang layak dan mempunyai setidaknya mimpi yang menjadi semangat mereka dalam mengejar masa depan. Dan itu bisa terlaksana dengan bantuan dari kita dengan bergandengan tangan terus menerus menjalin kerja sama guna memberikan harapan pada mereka. Better Life I
15 I
Februari I 2015
Yayasan Tangan Pengharapan: 021 707 300 37/ 021 71336 337
www.tanganpengharapan.org