Inspiring - Share - Journey - Life Changing
betterlife Edisi Juni 2014
Center Baru Merauke, papua:
magazine
Meskipun Terpinggirkan Mereka Tetap Indonesia
WELCOME
NOTE Dear Partners, Seperti berlomba dengan waktu yang bergerak begitu cepat, kita telah menginjak bulan ke-6 di 2014 dan bersama-sama kita terus melayani masyarakat Indonesia di berbagai pelosok dan berjuang mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan penderitaan mereka. Kami bersyukur Tuhan mengijinkan kita untuk menjadi jawaban untuk doa-doa dan mimpi mereka. Pada akhir bulan April lalu, kami kembali mengunjungi para korban letusan gunung Rokatenda di Maumere, yang sekali lagi harus bertahan di tenda-tenda pengungsian karena amukan gunung Rokatenda yang belum kunjung mereda. Dalam kunjungan ini, kami juga membawakan botol-botol air minum untuk ratusan anak-anak yang disambut dengan bahagia. Pada bulan April, operasi katarak di Soe, NTT telah berhasil mencelikkan 19 bola mata, sebagai salah satu upaya Tangan Pengharapan untuk mengurangi angka kemiskinan di NTT.
Pada tanggal 8 Mei 2014, MNC TV menyorot pelayanan Tangan Pengharapan di NTT dari jarak dekat dan menayangkannya dalam program “Pahlawan Untuk Indonesia, Meniti Kasih Bagi Anak Negeri”. Tanggal 24 Mei 2014, kami mengadakan Medical Camp di NTT, untuk memeriksa kesehatan anak-anak dan orang tua di setiap Centers Tangan Pengharapan dan kami juga mengadakan penyuluhan dan pembagian bibit-bibit sayuran dan beras di Desa Ofu, Oeleu dan Babuin di Kecamatan Kolbano, Desa Boti dan 4 Desa di Amanuban Timur di NTT. Terima kasih atas donasi 220 sepatu boots, 400 kacamata dan 26 box stationery dari Partners Tangan Pengharapan untuk masyarakat di NTT. Pada bulan Mei 2014, 2 Feeding dan Learning Centers Tangan Pengharapan resmi dibuka di Serabo Sevaser dan di Trans Irian Cikombong, Merauke, Papua. Kiranya Tuhan senantiasa memberikan anugerah-Nya dalam setiap pekerjaan tangan dan langkah kaki anda! Many Blessings, Yoanes & Henny Kristianus www.tanganpengharapan.org
How to Donate? Dukung kami melalui doa, menjadi volunteer atau berdonasi : A.n Yayasan Tangan Pengharapan BCA - 0653090096 Hubungi kami di : +6221 71 336 337 atau kunjungi website kami di www.tanganpengharapan.org
Daftar Isi:
2. Partner’s Update 4. Meskipun Terpinggirkan, Mereka Indonesia 8. Pembagian Botol Minuman Untuk Rokatenda 10. Lomba Design Batik Tingkat Seolah Dasar 12. Bantuan Ternak Babi untuk Biaya Pendidikan 14. Kami Serahkan Bayi Ini Pada Kalian
Meskipun Terpinggirkan
Mereka Indonesia itu, ketika sedang menikmati keindahan matahari sore, S ore saya melihat 2 orang gadis kecil berumur sekitar 7 atau 8
tahun yang menenteng 2 kantong plastik. Keduanya tidak memakai alas kaki, sedang berjalan menyusuri pinggiran tokotoko di jalan Mandala, dan mengais-ngais sesuatu di antara tumpukan sampah. Saya bertanya, “Kalian cari apa?” Gadis yang lebih tinggi itu menjawab, ”Mencari kaleng dan botol air minum VIT”. Maklum, di depan toko-toko itu banyak orang lalu lalang dan tak jarang mampir untuk sekedar membeli air mineral atau coke. Better Life I
4I
Juni l 2014
Kalau kaki mereka menginjak pecahan kaca, apa yang mereka peroleh sore itu tidak sebanding dengan kerugian / cedera yang mereka alami. Pertanyaan berikutnya yang muncul di benak saya adalah kaleng-kaleng dan botol-botol plastik itu mau dijual ke mana karena hari sudah sore? Kalau tidak berhasil menjualnya, mereka malam itu makan apa ?. Ternyata bukan hanya kedua gadis itu yang terpantau. Ketika sudah hampir mendekati pelabuhan Merauke, saya melihat 2 anak laki-laki yang membawa karung plastik sedang memungut gelas-gelas plastik yang dibuang di pinggir jalan.
Itulah sebabnya, sering ada botol dan kaleng-kaleng bekas yang dibuang di pinggiran jalan itu atau pada beberapa kotak tempat sampah. Kedua gadis itu, mendapatkan beberapa kaleng dan botol plastik di sana. Salah seorang di antaranya dengan sedikit berlari menyambar sebuah dus bekas yang ada di depan toko berikut dan kemudian dengan cekatan dibuka dan dilipatnya. Keduanya adalah anak asli Papua, belakangan saya tahu namanya Liansu dan Maria. Meskipun masih kecil, mereka sudah menjadi pemulung. Pikiran dan pe rasaan saya tidak berhenti pada apa yang Liansu dan teman-temannya kumpulkan, tetapi mula-mula pada kaki mereka yang menyusuri jalanan tanpa alas kaki.
Beberapa bulan sebelumnya, salah seorang rekan saya malah sempat berfoto bersama mereka. Wajah-wajah mereka menunjukkan bahwa itulah realita kehidupan yang harus mereka jalani setiap hari. Entahlah apa yang berkecamuk di hati mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang tersisih dan terpinggirkan di kampung halaman mereka sendiri sejak masih kanakkanak. Bahkan Liansu hanyalah seorang anak yatim piatu yang sekarang tinggal bersama saudara jauhnya. Sebagai manusia, Liansu juga ingin makan kenyang dan bergizi, minum minuman yang segar dan bervitamin, bisa sekolah dan bergaul dengan masyarakat luas. Saya yakin, tidak ada seorang pun di dunia ini yang bercita-cita menjadi pemulung, pengemis, buruh kasar di pelabuhan dan sebagainya meskipun apa yang mereka kerjakan adalah halal.
Better Life I
5 I Juni l 2014
Saya dan suami berkesempatan melihat langsung pemukiman Liansu dan temantemannya. Saat itu saya ingat betul, pertama kali kami datang pada pertengahan bulan Maret 2012. Dengan membawa 7 tas plastik besar berisi beras 5 kg, gula, mie instant dan perlengkapan mandi. Saya masih ingat betul ekspresi mereka yang sangat senang menyambut kami. Kami berdoa bersama, menyanyi bersama dan bertukar cerita tentang kehidupan, yang bagi mereka sedikit terasa lebih berat….. Kaum pria di pemukiman ini umumnya bekerja sebagai buruh kasar di pelabuhan, sedangkan kaum wanitanya bekerja serabutan, kadang sebagai kuli cuci. Mereka harus berangkat pagi-pagi benar dan pulang setelah matahari terbenam, meninggalkan anak-anak mereka sendirian tanpa sedikitpun makanan. Mereka hanya bisa berkumpul dengan keluarga hanya di sore hari usai pulang kerja untuk makan seadanya bersama.
Better Life I
6I
Juni l 2014
Itulah sebuah potret realita dari kehidupan sebagian anak-anak asli yang makin hari makin sulit mewujudkan masa depan yang lebih cerah. Untuk hidup hari ini pun, mereka harus kerja keras dan penghasilan mereka juga tidak seberapa. Bagaimana mungkin mereka berpikir tentang sekolah, tentang kesehatan mereka? Kalau jumlah mereka makin banyak, itu merupakan indikator bahwa ada banyak anak dari masyarakat lokal yang betul-betul miskin - (miskin pendidikan, ketrampilan, pergaulan, jaringan kerja, pelatihan dan sebagainya). Hal tersebut pada gilirannya akan menunjuk pada suatu realita bahwa ada begitu banyak keluarga / warga masyarakat lokal yang tidak berdaya menghadapi badai perubahan dan pembangunan yang terjadi di wilayah mereka.
Menyalahkan masa lalu, menganggap bahwa masyarakat lokal itu malas dan hanya mau enaknya saja, dan berdebat tentang dana-dana yang besar di wilayah ini, menurut saya tidak akan pernah membawa kemajuan. Yang diperlukan saat ini membangun manusianya, bukan fisiknya. Tergerak menyaksikan keterpurukan hidup yang dialami anak-anak itu, kami awalnya mengadakan kelompok belajar yang diadakan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis di rumah seorang penduduk lokal bernama ibu Herlina. Beliau sendiri terlibat sebagai pengajar inti. Dan bukan hanya mengajar baca tulis dan berhitung, kami juga memberi mereka makan sekedarnya supaya perut tidak kosong dan bisa berkonsentrasi untuk belajar.
Hal ini sudah berjalan + 1 tahun. Bukan tanpa masalah, tetapi Tuhan dengar doa kami melalui pertemuan dengan Pak Yoanes Kristianus dari Yayasan Tangan Pengharapan. Ini benar-benar membawa harapan besar bagi Liansu dan temantemannya. Sekarang kalau bertandang ke rumah Liansu, kadang-kadang kita bisa melihat Liansu mengajar anak-anak lain yang jauh lebih kecil untuk mengenal huruf di kolong rumah panggungnya. Menyentuh sekali…. Kami hanya bisa bersyukur melihat semua ini, sekalipun perjalanan hidup masih cukup panjang bagi Liansu dan teman-temannya. Meskipun terpinggirkan, mereka tetap Indonesia.
Better Life I
7I
Juni l 2014
Pembagian Botol Air
Korban Rokatenda Pada akhir bulan April lalu, kami kembali mengunjungi para korban letusan gunung Rokatenda di Maumere, yang sekali lagi harus bertahan di tenda-tenda pengungsian karena amukan gunung Rokatenda yang belum kunjung mereda. Dalam kunjungan ini, kami juga membawakan botol-botol air minum untuk ratusan anak-anak yang disambut dengan bahagia. Better Life I
8 I Juni l 2014
Perayaan Paskah
Waingapu Sumba Timur
Pada 21 April 2014, Feeding and Learning Center Waingapu, Sumba Timur melakukan perayaan Paskah. Pada Perayaan Paskah ini, selain kebaktian padang, anak-anak juga melakukan beberapa perlombaan, seperti mencari telur Paskah. Sukacita terpancar dari wajah anak-anak ini. Semangat Paskah membuat mereka lebih bersukacita dan semangat untuk belajar.
Better Life I
9 I Mei l 2014
Lomba Desain Batik
Tingkat Sekolah Dasar telah diakui secara Internasional B atik sebagai warisan budaya bangsa Indone-
sia oleh karena itu dalam upaya untuk menumbuhkembangkan kecintaan terhadap seni dan budaya batik pada generasi muda, pemerintah kabupaten Grobogan menggelar lomba desian batik tingkat sekolah dasar 2014. Lomba ini terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya apa pun. Diharapkan desain merupakan modifikasi desain batik yang sudah ada tanpa meninggalkan ciri khasnya. Dalam menyambut event tersebut, Feeding and Learning Center Tangan Pengharapan di desa Pepe, Jawa Tengah
Better Life I
10 I Juni l 2014
mengutus Ria, siswi kelas 5 Sekolah Dasar untuk ikut serta dalam lomba tersebut. Ria terpilih setelah melalui beberapa tahapan penyeleksian. Desain motif batik karyanya mampu membuat orang yang melihat berdecak kagum. Dalam lomba tersebut para peserta diwajibkan untuk membuat design di atas kertas dan kemudian dipindahkan ke atas kain. Setelah itu, para peserta harus mencanting dan mewarnai design yang telah mereka buat. Dibutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk menyelesaikan sebuah design.
Usai lomba, kemudian tim juri memberikan penilaian. Dari desain yang telah dibuat, ternyata desain batik karya Ria menarik perhatian tim juri dan akhirnya menghantarnya menjadi juara pertama. Ria berhasil mengalahkan para peserta yang berasal dari 50 sekolah dasar. Ria termasuk anak binaan Yayasan Tangan Pengharapan di desa Pepe yang dinilai berhasil. Beberapa waktu sebelumnya, Ria juga meraih peringkat ketiga dalam lomba cerdas cermat tingkat SD. Bersama dua orang rekannya, Aris dan Wahyu yang juga merupakan anak asuh Tangan Pengharapan di desa Pepe dapat menjawab dengan benar hampir semua pertanyaan yang diajukan para dewan juri.
Bukan hal yang mudah bagi anak dusun seperti Ria untuk dapat berhasil menjadi juara ditingkat kecamatan. Semua guru dan orangtua murid pasti menginginkan anaknya mendapat juara dengan berbagai daya dan upaya. Berdasarkan pengalaman, sekolah yang dianggap favorit maupun sekolah yang berada di kota kecamatan akan bersaing ketat dalam keinginannya untuk mendapat juara. Hal ini sangat berbeda jauh dengan anak-anak feeding Pepe, kami koordinator dan guru SD sering kali memperbincangkan akan hal ini dan dengan disertai doa dan harapan agar anak-anak Pepe yang selama ini tidak pernah dipandang sebelah mata bisa mendapat juara, maka dengan demikian harus ada kerjasama yang baik antara feeding center dan sekolah sehingga dalam memberikan bimbingan pelajaran akan saling melengkapi satu dengan yang lain guna meraih cita-cita yang sangat mulia ini. Dan hasilnya bisa kita lihat sekarang ini. Anni Paulus Better Life I
11 I Juni l 2014
Bantuan Ternak Babi
Untuk Biaya Pendidikan anak berhak untuk mendapatS etiap kan pendidikan. Untuk itu pemerintah
pun mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun. Bahkan untuk sekolahsekolah negeri, pemerintah telah membebaskan para peserta didik dari kewajiban membayar iuran bulanan. Namun sekalipun demikian, masih banyak anak, terutama yang tinggal di daerah-daerah pedalaman yang tidak dapat mengenyam pendidikan. Dari sekian banyak faktor yang menjadi penyebab anak tidak bersekolah adalah faktor orang tua. Banyak orang tua yang beranggapan yang penting bisa cari uang. Mereka lebih suka jika anaknya bisa bekerja, terutama jika orang yang menjadi tulang punggung keluarga sakit atau meninggal. Better Life I
12 I
Juni l 2014
Selain itu program pendidikan gratis yang dicanangkan pemerintah hanya menjadi retorika saja. Kenyataan di lapangan, para orang tua masih dibebani dengan pembelian buku-buku atau pembayaran kegiatan-kegiatan yang merupakan proyek guru/sekolah. Jika dihitung-hitung, uang untuk ‘biaya tak terduga’ bisa jauh lebih besar ketimbang uang sekolah itu sendiri. Akibatnya banyåak kalangan menengah ke bawah yang tidak menganggap penting pendidikan. Selain itu, sulitnya masuk ke sekolah pemerintah turut memberi sumbangsih makin banyaknya anak yang tidak mengenyam pendidikan.
Sadar akan hal itu, Tangan Pengharapan kemudian mengambil inisiatif untuk memberikan bantuan dana pendidikan berupa ternak babi kepada anak-anak di daerah agar mereka dapat mengenyam pendidikan bahkan hingga ke perguruan tinggi. Ternak babi ini dipelihara di tiap Feeding & Learning Center dan kemudian dibagikan kepada anak-anak secara bertahap untuk dipelihara di rumah mereka masing-masing. Setelah cukup besar babi tersebut dapat dikembangbiakkan dan sebagian dijual untuk membiayai pendidikan lanjutan mereka. Setiap anak yang mendapat induk ternak dari Tangan Pengharapan wajib membagikan 12-13 ekor anak ternaknya secara bertahap kepada adik-adik kelasnya agar semua anak mendapat bagian. Kemudian barulah induk ternak dan anak-anaknya yang lain menjadi milik anak yang memelihara induk ternak pertama. Dengan demikian diharapkan, anak-anak dapat bersekolah dan memperjuangkan masa depan mereka sejak dini serta mempergunakan waktu-waktu luang mereka untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.
Sebagai langkah awal, Tangan Pengharapan telah memberikan tujuh ekor ternak babi kepada tujuh siswa kelas VI sekolah dasar yang berprestasi. Untuk mengembangkan program ini, saat ini Tangan Pengharapan tengah membangun kandang babi di desa Taehue. Proyek ini akan menjadi proyek percontohan ternak babi. Masyarakat dapat melihat bagaimana beternak babi yang baik sehingga babi tersebut menjadi gemuk dan sehat. Anak-anak babi akan dipelihara di sini hingga besar dan kemudian akan diberikan kepada anak-anak di Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan untuk diternakkan dan kemudian digulirkan kepada anak-anak lainnya. Pembangunan kandang babi ini kini sudah hampir selesai. Diharapkan proyek ini dapat berkembang dan bisa menjangkau masyarakat lebih luas lagi sehingga makin banyak anak yang bisa mengenyam pendidikan mereka.
Better Life I
13 I
Juni l 2014
Kami Serahkan
Bayi Ini Pada Kalian “Sisa-sisa air ketuban masih tampak di rambutnya yang tebal. Tampak darah segar mengalir dari tali pusat yang sepertinya dipotong secara serampangan.”
saat itu menunjukkan pukul 10 malam dan anak-anak panti W aktu asuhan pun sudah beranjak memasuki kamar tidur mereka. Sua-
sana panti asuhan yang mulai sepi malam itu kembali ramai. Tampak seorang ibu tua datang ke Children Rescue Home Jakarta, sambil menggendong sebuah bungkusan yang berisi seorang bayi perempuan. Sisa-sisa air ketuban masih tampak di rambutnya yang tebal. Tampak darah segar mengalir dari tali pusat yang sepertinya dipotong secara serampangan. Kulitnya yang masih berwarna kemerahan itu hanya dibungkus dengan sepotong kain.
Better Life I
14 I
Juni l 2014
“Saya serahkan anak ini ke sini. Kalian boleh mengambil dan mengasuhnya,” ujar wanita tua itu kepada staff Children Rescue Home Jakarta. “1 minggu lagi saya akan kembali untuk membawa obat-obatan untuk anak ini, “ tambahnya sambil menyerahkan bayi mungil itu. Tampak tangan mungilnya menggosokgosok matanya. Kami pun bertanya kepada ibu tua itu yang ternyata adalah neneknya tentang ibu dari bayi mungil tersebut. Rupanya anak itu lahir akibat pernikahan dini. Karena ketidaksiapan ibu dan ayahnya serta hubungan yang tidak direstui, akhirnya anak tersebut ditinggalkan di Children Rescue Home Jakarta begitu saja. Selanjutnya sang nenek berjanji akan kembali 1 minggu lagi untuk membawakan obat-obatan bagi bayi tersebut. Namun janji tinggallah janji. Hingga saat ini baik ibu ataupun sang nenek tidak pernah lagi datang mengunjunginya, apalagi ayahnya. Anak tersebut diberi nama Sara Caroline. Kini bayi mungil itu menjadi penghuni tetap Children Rescue Home Jakarta.
Tidak hanya di Jakarta, Tangan Pengharapan juga menolong anak-anak yang ditelantarkan di daerah seperti Bali, anak-anak korban KDRT seperti di NTT. Rio dan Ganesha adalah salah satu contohnya. Kedua bocah ini ditemukan dalam keadaan tanpa busana di senuah rumah kontrakan kecil dengan makanan yang berserakan di lantai dan kotoran manusia di tubuh mereka. Kedua bocah malang itu ditelantarkan oleh ibunya yang pergi bekerja entah di mana. Akhirnya mereka berhasil ditemukan oleh Tangan Pengharapan dan kini diasuh di Children Rescue Home Tangan Pengharapan Bali. Mungkin anak-anak itu tidak pernah tahu mengapa kelahiran mereka ke dunia ini tidak diinginkan atau mengapa mereka harus menjadi korban keretakan rumah tangga. Namun penerimaan terhadap mereka sebagai manusia, itulah yang mereka butuhkan. Pitus Better Life I
15 I
Juni l 2014
Faith 004/ Rp. 550,000
Faith 006/ Rp. 550,000
Faith 007/ Rp. 550,000
CZE 001/ Rp. 550,000
͞ĞŶŐĂŶŵĞŵďĞůŝƐĞƉĂƚƵƚĞŶƵŶŬŚĂƐEddŝŶŝ͕ĂŶĚĂƚĞůĂŚ ŵĞŵďĞƌŝϭƉĂƐĂŶŐƐĞƉĂƚƵƵŶƚƵŬĂŶĂŬͲĂŶĂŬEdd͟ Untuk Pemesanan : 021 71336 337, 0813 1433 3373
SAVE EARTH SAVE COST Kirimkan alamat email anda untuk mendapatkan buletin dengan format pdf ke :
[email protected] SMS : 0813 143 33341. Dengan buletin format Pdf, membantu kami mengurangi biaya operasional sebesar Rp. 100,000,- dan menyelamatkan bumi Indonesia. Info Pelayanan Tangan Pengharapan:
www.tanganpengharapan.org