Inspiring - Sharing - Changing Lives - Empowering
betterlife Edisi Juli 2015
Kesaksian Merauke:
magazine
Masa Depanku Masih Ada
Welcome Note:) Dear Partners, Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan! Bersyukur atas penyertaan Tuhan yang luar biasa sepanjang bulan yang lalu, sehingga kebutuhan semua project dapat tercukupi. Pada awal bulan Juni, Tangan Pengharapan kembali mengadakan pengobatan gratis (Mobile Clinic) untuk masyarakat di pedalaman NTT, yang mengobati 600 pasien di Dusun Fotilo dan Dusun Tumu di Amanatun Utara, sekaligus mengunjungi Feeding & Learning Centers kami di Amanuban Timur dan Amanatun Utara, TTS, NTT. Progress pembangunan 7 Rumah Sehat di pedalaman NTT bagi masyarakat tidak mampu, sudah mencapai 70%. Demikian juga progress pembangunan Children Rescue Home dan Sekolah Berasrama Tangan Pengharapan di Merauke, Papua. Terima kasih atas kesetiaan para partners dalam mendukung pelayanan Tangan Pengharapan yang senantiasa berupaya untuk mengentaskan kemiskinan dan membangun generasi yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Melanjutkan kunjungan tahunan ke Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan di seluruh Indonesia, setelah mengunjungi Desa Pepe dan Kaliceret di Jawa Tengah, dilanjutkan dengan-
mengunjungi Dusun Baban, Dusun Pelaik Kemayo dan Desa Kampet di Kalimantan Barat, kami mengunjungi 7 centers di Sumba, dimulai dari Dusun Tanakapu di Sumba Barat Daya, Dusun Weeboro dan Dusun Weekaraba di Sumba Barat, lalu Desa Mauhau, Kampung Baru, Laindeha dan Merdeka di daerah-daerah pelosok Sumba Timur. Dan berkat bantuan saudara kami juga menambah 1 Feeding And Learning Center baru di daerah pedalaman Kalimatan Barat di desa Pelaik Kemayo ada 70 anak-anak suku Dayak yang hidup kurang layak saat ini beroleh pendidikan & makanan bergizi. Dalam kunjungan ke setiap center, kami membagikan 2000 sikat gigi dan 1000 buku renungan Joy Kids dan Truth setiap bulannya. Akhirnya terima kasih atas kepercayaan Partners Tangan Pengharapan membangun bangsa bersama. Doa kami selalu, Tuhan memberkati saudara semua dalam segala kebajikan dan kemurahan-Nya. Together we make Indonesia a better place! Yoanes Kristianus, M.Th & Henny Kristianus, MA.
Pembagian Sikat Gigi dan Renungan Joy Kids
WĞŶŐŽďĂƚĂŶ'ƌĂƟƐ&ŽƟůŽΘdƵŵƵWĞĚĂůĂŵĂŶEdd
How to Donate? Dukung kami melalui doa, menjadi volunteer atau berdonasi : ƵŬƵŶŐŬĂŵŝŵĞůĂůƵŝĚŽĂ͕ŵĞŶũĂĚŝǀŽůƵŶƚĞĞƌĂƚĂƵďĞƌĚŽŶĂƐŝ͗ A.n Yayasan Tangan Pengharapan BCA - 0653090096 ͲϬϲϱϯϬϵϬϬϵϲ Hubungi kami di : +62 813 1433 3341/ +6221 452 8511 ,ƵďƵŶŐŝŬĂŵŝĚŝ͗нϲϮϴϭϯϭϰϯϯϯϯϰϭͬнϲϮϮϭϰϱϮϴϱϭϭ atau kunjungi website kami di www.tanganpengharapan.org
Service Medical Free al atat Medic Free
Fotilo Tumu & Tumu Fotilo &
selama ini menghadapi ͞dŽůŽŶŐ “Tolong ĚĂƚĂŶŐ datang ŬĞŵďĂůŝ͕ kembali, LJĂ͘͟ ya.” ĞŵŝŬŝĂŶ Demikian D M asyarakat banyak kendala untuk mendapatkan ungkapan singkat namun penuh harap di pelayanan kesehatan, mulai dari masalah transportasi, biaya pengobatan hingga ketersediaan tenaga dan alat medis. DĂƐLJĂƌĂŬĂƚ Masyarakat ƐĞƌŝŶŐŬĂůŝ seringkali ƟĚĂŬ tidak ŵĞŶĚĂƉĂƚŬĂŶ mendapatkan pelayanan kesehatan karena belum semua warga miskin mendapat jaminan kesehatĂŶ;:ĂŵŬĞƐͿ͘ an (Jamkes).
Better Better Life Life II 4 II Juli Juli ll 2015 2015
ĂŬŚŝƌƉĞƌũĂůĂŶĂŶWĞůĂLJĂŶĂŶ<ĞƐĞŚĂƚĂŶŽůĞŚ akhir perjalanan Pelayanan Kesehatan oleh dĂŶŐĂŶ Tangan WĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ Pengharapan ƉĂĚĂ pada ĂŬŚŝƌ akhir DĞŝ Mei ϮϬϭϱ 2015 ƐŝůĂŵĚĂƌŝŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚĞƐĂ&ŽƟůŽĚĂŶĞƐĂ silam dari masyarakat Desa Fotilo dan Desa Tumu. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang belum dapat menjangkau seluruh warga, terutama masyarakat di pedalaman yang memiliki banyak keterbatasan infrastruktur ƐĞƉĞƌƟũĂůĂŶ͕ůŝƐƚƌŝŬĚĂŶŬĞďĞƌĂĚĂĂŶƐĞŶƚƌĂ seperti jalan, listrik dan keberadaan sentra layanan kesehatan.
Pengobatan gratis kepada masyarakat ini sangat penting untuk digelar terus menerus karena belum semua masyarakat, terutama yang hidup di pelosok-pelosok, mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada tanggal 25 Mei 2015 Tangan Pengharapan telah mengadakan pelayanan kesehatan gratis di dua desa yang terletak di Amanatun Utara tersebut dengan jarak tempuh menggunakan kendaraan 8 jam dari Kupang. Setelah menempuh perjalanan yang sulit dan cukup panjang, tenaga medis yang terdiri dari Dr. Harliman yang didampingi paramedis ditambah tujuh orang staff Yayasan Tangan Pengharapan melakukan perjalanan selama dua jam menuju Desa Fotilo dengan medan yang cukup berat hingga memaksa tim turun dari kendaraan mobil dan menggunakan motor sambil sesekali berjalan kaki karena sulitnya medan. Pelayanan di Desa Fotilo menjangkau 100 orang pasien dari 70 Kepala Keluarga yang ada. Dalam pelayanan di desa tersebut, didapati 6 orang pasien yang dicalonkan sebagai penerima bantuan operasi katarak gratis. Di hari yang sama, tim medis kemudian melanjutkan pelayanan ke Desa Tumu yang berjarak satu kilometer dari Desa Fotilo. Meskipun medan yang dihadapi tidak kalah sulit, namun tidak menyurutkan tim medis untuk terus mencapai Desa Tumu guna melayani masyarakat di desa tersebut.
Setibanya di Desa Tumu, pelayanan kesehatan diberkan dengan cepat kepada dua ratus anak dan dilanjutkan dengan tiga ratus kaum dewasa. Di kedua desa yang dilayani, kebanyakan didapati penyakit yang berhubungan dengan kebersihan, kurangnya nutrisi serta kurangnya kesadaran untuk mencegah penularan penyakit yang timbul akibat kebiasaan hidup yang salah. Selain mendapatkan pengobatan, masyarakat juga diajar untuk hidup lebih baik lewat berbagai cara. Dalam kesempatan itu juga dibagikan sikat gigi kepada anak-anak untuk mendorong kebiasaan menyikat gigi pada anak-anak. Pengobatan dapat berjalan baik. Namun di Desa Tumu masyarakat meminta agar layanan ini dilakukan lebih sering lagi hingga dapat membantu mereka hidup lebih baik dan lebih sehat. Better Life I
5 I Juli l 2015
Laptop Untuk
Anak Kampet
pendidikan yang lebih M endapatkan baik merupakan salah satu hak war-
ga negara yang sangat diutamakan demi kelangsungan generasi masa depan. Di tengah derasnya arus teknologi dan informasi, orang membutuhkan sarana yang lebih canggih untuk bereksplorasi di dunia maya guna mendapatkan informasi dan pengetahuan. Saat ini IT sudah merupakan kebutuhan terutama dalam berkomunikasi, bekerja dan belajar. Banyak sekolah di kota-kota besar yang mewajibkan murid-muridnya untuk mencari tugas di warnet-warnet di sekitar tempat tinggal mereka.
Better Life I
6 I Juli
l 2015
Telepon seluler yang awalnya dibuat hanya untuk berkomunikasi, kini telah menambahkan fitur-fitur canggih sehingga pengguna dapat membuka facebook, twitter, email, atau sekedar browsing lewat telepon seluler. Tentu untuk ini signal menjadi kebutuhan yang sangat penting. Namun semua itu awalnya bersumber dari satu alat, yaitu komputer. Kemampuan dalam bidang komputer bisa menjadi modal bagi seseorang untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan terhadap berbagai perkembangan teknologi dan informasi. Namun sayangnya tidak semua orang bisa menggunakannya.
Salah satu contoh adalah Andri siswa kelas 3 sebuah SMP Negeri di Kecamatan Banyuke Hulu. Jangankan menggunakan komputer, melihatnya pun belum pernah. Bukannya ia tidak mau belajar, tetapi memang ia tidak punya komputer di rumahnya dan biaya kursus juga sangat mahal. Berbeda dengan anakanak di pedalaman, di kota besar bukanlah suatu hal yang aneh jika kita melihat anakanak usia SD sudah bergelut di depan komputer. Mereka menggunakan komputer bukan hanya untuk mengerjakan tugas sekolah saja, tapi juga untuk sekedar mencari hiburan seperti bermain game online, mengunduh program-program yang mereka butuhkan atau sekedar mencari lagu-lagu kesukaan. Inilah gambaran kesenjangan pendidikan antara anak di pedalaman dan di kota-kota saat ini. Sementara anak-anak di kota sudah bermain game online, menjelajahi samudera Internet, sedang asyik mempelajari banyak hal baru dari informasi di Google, di waktu yang bersamaan anak-anak di pedalaman seperti di Kampet ini untuk menyalakan komputer/ laptop saja tidak tahu harus memencet tombol apa.
Andri adalah anak ke-5 dari 8 bersaudara pasangan Bapak Cangki dan Ibu Maritin. Profesi orang tua Andri hanyalah sebagai seorang petani padi dan karet. Penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anjloknya harga karet yang kini berkisar hanya Rp.5.000 – Rp.6.500/kg membuat Andri hanya bisa bermimpi dan membayangkan seperti apa komputer. Namun karena ada kemauan dan berkat Tuhan, Andri akhirnya bisa melihat dan belajar mengoperasikan komputer di Education and Learning Center Tangan Pengharapan Kampet Kalimantan Barat. Berkat bantuan 3 unit laptop dari Yayasan Tangan Pengharapan sekarang Andri dan kawankawannya sudah bisa belajar komputer. Meskipun harus mengantri menunggu giliran, namun patut disyukuri karena diberikan Tuhan kesempatan. Semoga Andri dan kawan-kawan suatu saat dapat menjelajahi dunia melalui komputer untuk membuat mimpi-mimpi mereka menjadi kenyataan.
Better Life I
7 I Juli
l 2015
Potret Pendidikan:
Pelay Kemayo, Kalbar
perjalanan kurang lebih 15 Mayoritas penduduknya yang berprofesi M enempuh menit dari jalan aspal, kita akan me- sebagai petani berakibat pada kurangnya nyusuri jalanan berbatu dan jembatan gantung. Di ujung jalan berlumpur kita akan tiba di Dusun Pelai Kemayo, Desa Kampet Kecamatan Banyuke Hulu Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Dusun yang berjarak 2 Km dari pusat Desa Kampet dengan jumlah penduduk hampir 1000 jiwa ini masih belum dapat menikmati kemerdekaan bangsa Indonesia seutuhnya. Tidak ada fasilitas kesehatan, listrik, dan air bersih. Bahkan Sekolah Dasar yang ada hanya terdiri dari 3 kelas.
Better Life I
8
I Juli l 2015
kepedulian terhadap pendidikan anakanak mereka. Persentase anak-anak yang menempuh pendidikan SMA sampai Perguruan Tinggi tidak lebih dari 10 %. Mereka yang sudah tamat sekolah lebih banyak yang memilih bekerja di luar daerah sehingga nyaris tidak ada SDM yang dapat diandalkan untuk menjadi Agent of Change.
Di Dusun ini terdapat 70 anak sekolah dasar yang dididik oleh 6 orang guru yang terdiri dari 2 orang PNS dan 4 orang guru honorer. 6 rombongan belajar yang ada hanya memiliki 3 ruang belajar, sehingga rombongan tersebut harus menggunakan ruang-ruang belajar itu secara bergantian. Bila ditinjau dari segi kesehatan, ketujuh puluh siswa yang ada masih berada dibawah garis kecukupan gizi dan ini terlihat dari usia, tinggi badan serta berat badan anak-anak yang mengindikasikan bahwa sekitar 70% anakanak itu belum terpenuhi angka kecukupan gizi mereka.
Sejak minggu pertama bulan April lalu Yayasan Tangan Pengharapan telah memulai program Feeding and Learning Center untuk membantu pemenuhan gizi anakanak dengan pemberian makanan tambahan secara rutin 3x setiap minggunya dan melaksanakan pembelajaran tambahan di luar jam sekolah. Hal ini dilakukan karena kurang efektifnya waktu belajar yang tersedia di sekolah serta pendidikan moral dan agama. Program ini dijalankan dengan harapan agar dapat mewujudkan generasi yang sehat, cerdas serta berakhlak mulia.
Better Life I
9 I Juli l 2015
Kesaksian Merauke:
Masa Depanku Masih Ada itu sama seperti biasanya, anakS iang anak FLC Tangan Pengharapan mulai
berdatangan. Cuaca memang agak kurang bersahabat siang itu. Panas dan teriknya matahari cukup membuat kulitku terasa perih. Namun sepertinya sangat berbeda dengan apa yang kulihat lewat ekspresi wajah dari anak-anak FLC yang hadir siang itu, mereka terlihat bersemangat dan seolah-olah tidak perduli dengan teriknya matahari saat itu. Alangkah senangnya melihat semangat yang ditunjukkan oleh anak-anak tersebut. “Siang ini kita akan belajar komputer ya.” Tegasku.
Better Life I
10
I Juli l 2015
“Hore hore hore!!!” Sambut riang anak-anak saat itu, termasuk juga anak perempuan manis yang bernama Sherly Raimu berteriak dengan senang bahwa ia ingin sekali belajar computer.
Sherly Raimu berusia 11 tahun saat ini, ia adalah salah satu anak yang dapat dikatakan cukup lama mengikuti kegiatan di center Tangan Pengharapan. Sherly Raimu anak yang baik dan ramah. Ia punya semangat dan kemauan belajar yang baik. Saat ini ia duduk di bangku kelas 2 SD. Memang usianya tidak sesuai dengan tingkatan sekolahnya, namun itu karena kondisi yang memang tidak ia inginkan sejak dulu.
Saya sempat berpikir bahwa jika nanti suatu saat Tangan Pengharapan dapat diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk memiliki sebuah tempat permanen yang bisa digunakan untuk menampung anak-anak seperti Sherly, sungguh alangkah bahagianya kami. Harapan kami bagi mereka ialah agar anakanak seperti Sherly bisa memiliki masa depan yang cerah. Semangat yang ditunjukkan oleh Sherly lewat setiap kegiatan FLC merupakan wujud kerinduannya agar dapat berubah. Ya… berubah…, mungkin itu yang juga ada di benaknya saat ini. Ketika saya tahu bahwa ternyata sherly adalah anak dari seorang ibu yang berprofesi sebagai wanita tuna susila, hal itu membuat saya tambah menghargai Sherly dan berjanji untuk dapat menolong dia agar dapat menggapai masa depanya.
Dalam suatu kesempatan ketika kegiatan BimBel, saya sempat bertanya kepada Sherly : “Sherly maukah tinggal dengan bapa kalau nanti Tuhan kasih asrama untuk Tangan Pengharapan” ? dengan nada polosnya iapun menjawab : “Mau bapa”….. Jawaban polos yang keluar dari mulutnya merupakan sebuah harapan, bahwa sesungguhnya “masa depan masih ada bagi Sherly”. Percayakah kita bahwa masa depan kita sudah ada dalam Tangan-Nya? Tugas kita adalah mendoakan mereka agar mereka dapat menggapai masa de-
Better Life I
11
I Juli I 2015
Terjalnya Medan Tak Menghalangi
Cita-cita Soni
sebuah kampung yang diberi nama D iMerdeka dan terletak di salah satu desa terpencil di Sumba Timur lahirlah Soleman Kabubu Ratu Anding yang biasa dipanggil Soni. Meskipun desa Merdeka termasuk salah satu desa terpencil di Sumba Timur namun, namun di sana ada deretan bukit dan lembah yang begitu indah. Apa lagi di musim hujan, pemandangannya semakin indah hingga membuat setiap orang yang lewat terpesona dan tertegun menyaksikan keindahan alamnya, Soni tinggal dengan kedua orang tua kandungnya. Ayah Soni bekerja sebagai petani sedangkan ibunya sebagai Ibu rumah tangga. Di samping itu ia juga sering membantu ayah Soni bekerja di kebun. Better Life I
12 I Juli l 2015
Seiring dengan perkembangan tubuh Soni juga sudah mulai besar, dia juga membantu orang tuanya membersihkan kebun. Makanan pokok keluarga Soni adalah jagung. Cita-cita Soni adalah menjadi seorang polisi saat besar nanti. Sehingga untuk mewujutkan cita-citanya maka dia mulai menuntut ilmu. Sekarang Soni berada di kelas Dua SD. Meskipun jarak dari rumah tempat Soni tinggal ke sekolah kurang lebih delapan kilometer dengan medan yang sulit, namun itu semua bukan menjadi halangan bagi Soni untuk mengejar citacitanya. Setiap jam lima pagi Soni dan teman-teman mulai perjalanan mereka dari rumah menuju ke sekolah dengan berjalan kaki dan baru tiba kembali di rumah sekitar pukul dua atau tiga sore.
Akibat sering tidak sarapan, mereka sering kali menahan rasa lapar yang menyerang dalam perjalanan mereka ke sekolah. Ini semua akibat hasil kebun yang menjadi harapan sebagian besar masyarakat desa Merdeka tidak menentu. Nasi putih sudah menjadi makanan istimewa bagi anak-anak yang berangkat ke sekolah di desa Merdeka. Sering kali jika mereka kurang beruntung, Soni dan anak-anak di desa Merdeka hanya menyantap nasi yang diberi banyak air sehingga tampak seperti bubur untuk mengganjal perut sampai mereka kembali ke rumah. Medan yang jauh dan terjal sejauh kurang lebih 16 kilometer pulang pergi, kemiskinan yang membuat orangtua tidak bisa memberikan “hal yang layak” bagi anak-anak yang menuntut ilmu membuat banyak dari mereka memutuskan untuk berhenti bersekolah.
Keberadaan Tangan Pengharapan memberikan harapan bagi anak-anak seperti Soni untuk kembali semangat belajar. Kami sangat memahami bawa sekolah dan pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak di desa Merdeka. Kegiatan FLC Merdeka diakan tiga kali seminggu yang dimulai dari pukul dua sore sampai jam empat atau lima sore bertepatan setelah mereka pulang sekolah. Soni senang sekali untuk ikut kegiatan ini, karena selain mendapatkan makanan bergizi juga mendapatkan les yang membuat mereka menjadi bertambah pintar. Suatu ketika kami pernah bertanya kepada Soni apakah dia bisa mencapai cita-citanya menjadi polisi? Dengan wajah polos dan penuh semangat dia berkata “Ya saya pasti bisa jadi polisi” Better Life I
13 I Juli l 2015
Kesaksian Tanggaba:
Semangat Juven
orang pasti selalu berharap tenS etiap tang apa yang baik bahkan sempurna
dalam hidup. Tetapi harapan pasti seringkali berbeda dengan kenyataan. Kondisi pribadi dan lingkungan pasti sangat berpengaruh bagi seseorang dalam menggapai setiap harapan. Juven merupakan anak sulung dari dua bersaudara yang lahir pada 5 Juli 2008. Juven dan adiknya terlahir dalam keluarga sederhana.
Better Life I
14 I
Juli l 2015
Keluarga Juven hidup dalam rumah ukuran 5 x 7 M, berdinding bambu dan berlantai tanah. Orang tua Juven bekerja sebagai petani. Karena posisi rumah mereka di atas bukit berbatu maka sulit bagi mereka untuk dapat bercocok tanam. Dari pendapatan yang sangat terbatas sebagai tukang potong batu, ayah dan ibu Juven juga harus menanggung beban keluarga yang besar. Orang tua mereka dan 2 orang anak keluarga menjadi bagian tanggungan dalam kehidupan setiap hari .
Walaupun hidup dengan banyak keterbatasan ekonomi, ayah Juven berkata bahwa ia akan tetap mengupayakan anak-anaknya agar bisa bersekolah paling tidak sampai tingkat SMU. “Kami berharap dan berupaya agar Juven dan adiknya paling tidak dapat hidup lebih baik daripada kami sekarang ini,” tutur orang tua Juven ketika ditanya apa yang mereka harapkan untuk anak-anak mereka. Karena itu mengingat kondisi Juven yang masih tergolong kecil pada waktu bersekolah kelas satu SD, maka baik ayah maupun ibunya harus bergantian mengantar Juven ke sekolah.
Mereka harus melewati hutan kecil untuk bisa tiba di sekolah. Beruntungnya sekarang ketika Juven sudah kelas 2. Ia sudah bisa jalan sendiri pergi pulang sekolah dan menempuh jarak 1,5 km dengan melewati perbukitan. Juven sangat bersyukur dengan kehadiran Learning & Feeding Center Tangan Pengharapan. Ia dapat mengikuti program bimbingan belajar, sehingga apa yang didapatnya di sekolah dapat diulang kembali. Ia bahkan dapat menanyakan materi yang kurang ia mengerti kepada guru dan pembimbing di FLC. Tidak hanya itu, Tangan Pengharapan juga memberikan bantuan pendidikan berupa satu ekor ternak babi kepada Juven untuk dipelihara dan dikembangbiakkan. Dengan adanya bantuan ternak untuk pendidikan ini, diharapkan Juven dapat melanjutkan pendidikannya tanpa terlalu membebani orang tua. Walaupun ayah dan ibunya tidak tamat SD tetapi Juven yang saat ini duduk di kelas 2 Sekolah Dasar memiliki harapan dan cita-cita. “ Ibu sekarang Majelis Jemaat jadi saya harus jadi Pendeta” ujar Juven dengan polosnya. Better Life I
15 I Juli l 2015
For Order:
021 452 8511/ +62 0813 143 33341 Pin BB 7CC9F2BB www.tanganpengharapan.org