Inspiring - Share - Journey - Life Changing
betterlife Edisi Oktober 2014
Devi Esbapan:
magazine
Si Pemungut Ikan
WELCOME
NOTE Dear Beloved Partners Tangan Pengharapan, kepada Tuhan yang senantiasa menyertai dan memberkati kehidupan P ujikitasyukur semua, sehingga oleh anugerah-Nya kita dapat terus berkarya bagi bangsa
Indonesia. Berkat dukungan para Partners, kami dapat memberikan 2000 tas sekolah untuk anak-anak SD-SMP di Feeding & Learning Centers Tangan Pengharapan di seluruh pelosok Indonesia. Terima kasih atas dukungan untuk program Ternak Untuk Pendidikan Anak. Kami telah membangun 5 kandang babi di 5 desa di Amanuban Timur, Timor Tengah Selatan-NTT, di mana ternak-ternak babi ini akan diurus oleh anak-anak SD kelas 5 sampai dengan SMP kelas 3 secara bergantian, sebagai pelatihan mengurus ternak dan hasilnya akan dibagikan kepada setiap anak untuk biaya pendidikan mereka. Terima kasih atas sumbangan 1728 sikat gigi dan 987 pakaian baru untuk anak-anak Tangan Pengharapan. Terima kasih atas sumbangan 160 seragam sepak bola untuk 10 tim sepak bola anak-anak YTP di Amanuban Timur, NTT. Kami berterima kasih atas sumbangan 1 buah sepeda motor 3 roda, untuk operasional center kami di Kao Barat, Halmahera Utara, Maluku Utara yang digunakan untuk mengantar-jemput anak-anak, keperluan logistik pelayanan Feeding & Learning Center serta untuk mengangkut air dan bahan pangan. Kami juga telah mengirimkan tenaga ahli untuk melatih masyarakat di Kao Barat, Halmahera Utara, Maluku Utara dalam upaya pemberdayaan masyarakat agar mereka keluar dari kemiskinan.Untuk mengantisipasi masa kekeringan yang berkepanjangan di Nusa Tenggara Timur, kami melatih masyarakat untuk membuat bak - bak penampungan air, agar tetap dapat mengairi kebun-kebun mereka. Dalam perjalanan ke Papua, kami memberikan seminar dan membagikan 3000 kemeja dan dasi untuk hamba-hamba Tuhan di pedalaman Papua.
Better Life I
2 I Oktoberl 2014
Tuhan memberkati setiap benih yang Partners Tangan Pengharapan telah tabur dalam berbagai pelayanan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa dan mengeluarkan masyarakat Indonesia dari kemiskinan! Together we make Indonesia a better place! Untuk Kemuliaan-Nya, Yoanes & Henny Kristianus
@JojoKristianus
Training Computer
di CRH Jakarta
Tangan Pengharapan membuka Training Computer untuk anak-anak yang tinggal di Children Rescue Home Jakarta, lewat training ini, anakanak dapat mempunyai skill komputer yang bagus, yang akan berguna bagi masa depan mereka kelak ketika masuk dalam dunia kerja.
Better Life I
3 I Oktoberl 2014
Lukas Liunesi:
Lihat Kebunku itu Tangan Pengharapan memutusS iang kan untuk kembali mengunjungi Lukas Liunesi yang menderita kelainan ginjal di rumahnya. Sengaja Tangan Pengharapan tidak memberitahukan lebih dahulu tentang rencana kedatangan ini karena ingin memberikan sedikit kejutan kepada keluarga Liunesi. “Bapa!” teriak Lukas Liunesi saat melihat Tangan Pengharapan menuruni jalan menuju kebun tempat keluarga Liunesi bekerja. Sesaat aktivitas berkebun terhenti karena kedatangan Tangan Pengharapan yang tibatiba.
Better Life I
4 I Oktober l 2014
Namun keceriaanpun bertambah saat Tangan Pengharapan muncul untuk memberi keluarga Liunesi sedikit kejutan dengan kedatangan kami yang tibatiba. Gelak tawa mewarnai siang itu saat Tangan Pengharapan bercengkrama dengan Lukas di kebun keluarga. Tampak Lukas terus membantu kedua orang tuanya. Tanpa lelah, ia menyirami tanaman di bedeng sayur milik keluarganya dan memanen sayuran yang sudah siap panen. Padahal dulu, untuk berjalan sedikit agak jauh saja Lukas tidak mampu.
Lukas sebelum mendapatkan bantuan pengobatan dari seorang partner Tangan Pengharapan, dinyatakan oleh dokter bahwa ia mengalami kelainan ginjal. Ia hanya bisa mengkonsumsi air dan nasi putih. Jika itu dilanggarnya, maka jari-jarinya akan membengkak dan perutnya membuncit. Wajahnya akan menjadi pucat. Padahal anak sebaya Lukas tentu membutuhkan asupan gizi yang cukup. Namun ironisnya, ia justru tidak boleh menyentuh makanan atau minuman tersebut. Pernah Lukas dibawa oleh orang tuanya ke RSUD So’E untuk menjalani pengobatan. Tapi karena kekurangan biaya, maka merekapun membawa Lukas pulang dan Lukas berobat jalan. Obatpun kadang dibeli kadang tidak. Apabila ada uang, maka ayahnya akan membelikn obat untuknya, tapi jika tidak, maka Lukaspun tidak dapat berbuat apa-apa.
Kejadian ini berlangsung beberapa lama sampai akhirnya seorang partner Tangan Pengharapan yang karena keprihatinannya melihat kondisi yang dialami Lukas Liunesi. Lukas pun dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Kini beberapa bulan telah berlalu, dan kondisi kesehatan Lukas Liunesi semakin membaik. Tanda-tanda bengkak pada jari- jari tangan dan perutnya yang membuncit kini berangsur hilang. Bahkan Lukas sudah mulai bisa menyantap hida ngan yang disajikan di Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan. Dan yang membuat panen kali ini terasa istimewa karena inilah panen pertama di mana Lukas Liunesi bisa ikut terlibat langsung. Dengan sigap Lukas mengumpulkan sayuran yang telah dipetik oleh kedua orang tuanya untuk dikonsumsi seharihari dan selebihnya untuk dijual di pasar guna membeli kebutuhan sehari-hari. Sonya Silubun
Better Life I
5 I Oktober l 2014
Devi Esbapan:
Si Pemungut Ikan Esbapan, nama gadis cilik berusia D eviana 7 tahun itu, berdiri di sela-sela bilik-bilik
Dari sorot matanya nampak sekali Devi ingin segera berlari ke Rumah Belajar di papan yang ditempati beberapa keluarga. samping Pelabuhan Merauke. Di sana teSesekali ia memandang ke dalam bilik, tern- man-teman pasti sudah berkumpul untuk giang pesan mamanya “Ko jaga adik-adik, mulai belajar, aktivitas rutin di pagi hari. mama pulang sore.” Rumah Belajar yang didukung oleh YayasMama Devi, begitu ia biasa dipanggil, se- an Tangan Pengharapan itu selalu ramai hari-hari bekerja mencari besi tua untuk dengan “Anak-Anak Suku” yang putus dijual. Ia mencoba menopang ekonomi ke- sekolah, buta huruf atau anak-anak usia luarga, membantu sang suami yang bekerja dini yang ingin belajar baca tulis, semensebagai tukang babat rumput di kantor Di- tara para orang tua sibuk mencari nafkah nas Pekerjaan Umum. Sekalipun pendapa- sebagai buruh kasar di pelabuhan dan bertannya tidak menentu, namun itulah pe- bagai tempat lain dengan upah yang tidak sebanding. nyambung hidup mereka.
Better Life I
6 I Oktober l 2014
Namun hari ini, sepertinya hasrat Devi harus dipendamnya. Terkadang Devi pun harus ikut di atas sebuah pick-up bersama mamanya dan mama-mama yang lain pergi ke rawa-rawa yang jaraknya sekitar 150 km dari distrik Merauke untuk mencari ikan. Di saat teman-teman seusianya menikmati pendidikan yang baik, Devi harus menjadi seorang pekerja “pemungut ikan” bersama mamanya. Ikan-ikan itu dicari dengan cara manual. Para “pemungut ikan” seperti Devi harus memasukkan tangannya ke dalam rawa-rawa, meraba-raba, dan jika terasa ada ikan tangan, Devi dengan sigap menangkapnya. Hasil tangkapan kemudian dibagi dengan orang yang menyewa pick-up. Alih-alih menjadi sesuatu yang menyenangkan, pekerjaan ini merupakan sebuah resiko besar, jika mengingat rawarawa adalah rumah bagi ular dan lintah, bukan bagi gadis mungil bernama Deviana Esbapan.
“Lebih enak ada di sekolah ( Rumah Belajar).” Devi menggumam sambil menunduk. “Saya mau jadi guru seperti Mama Ibu,” tuturnya saat berbincang dengan koordinator Feeding & Learing Center Tangan Pengharapan di Merauke. Siapa yang bisa benar-benar memahami keinginan hati Devi? Kemiskinan keluarga memaksa Devi menjadi seorang pekerja di usia kecil. Dan berada di ruang belajar bersama teman-teman adalah sesuatu yang bisa membuat matanya berbinar. Itu sebabnya kehadiran Feeding & Learning Center Tangan Pengharapan di Merauke menjadi secerca harapan bagi Devi beserta teman – temannya untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Better Life I
7I
Oktober l 2014
PEMBUKAAN PAUD TAEHUE, MNELA ANEN, TTS, NTT hari di Selasa pertama dalam bulan P agiAgustus terdengar keriuhan yang tidak
biasa di fasilitas Tangan Pengharapan yang terletak di dusun Taehue, desa Mnela Anen. Hari itu ada dua puluh lima anak dengan seragam batik merah menyala tampak hilir mudik kesana kemari untuk bermain dan bersenda gurau karena kebanyakan dari mereka telah saling mengenal dan lagi pula berasal dari lingkungan yang sama. Tampak guru dan beberapa orang tua sibuk mengatur anak-anak agar mereka mau berbaris. Tampak beberapa anak yang masih keluar dari barisan dan menggoda rekannya yang lain yang ada di barisan depan ataupun belakang. “Ayo semuanya, kita berkumpul dan berbaris dulu sebelum masuk ke kelas,” kata ibu guru di tengah ramainya suara anakanak yang baru pertama kali masuk sekolah tersebut. Terdengar bunyi gemerincing tambourine mengiringi anak-anak berbaris sebelum masuk ke ruang kelas.
Sontak perhatian para penghantar pun beralih ke tempat asal bunyi tersebut. Usai berbaris, menyanyi dan berdoa, anak-anakpun dibawa masuk ke dalam ruang kelas untuk berkenalan dan melakukan pembagian kelas sesuai dengan kelompok umur yang ada. Tampak anak-anak tersebut begitu menikmati kesempatan untuk belajar yang diberikan Yayasan Tangan Pengharapan kepada masyarakat. Untuk itu, Yayasan Tangan Pengharapan membuka fasilitas dua ruang kelas di ‘School of Eve’ yang dibangun tahun lalu. Tangan Pengharapan membuka kelas PAUD karena didorong oleh banyaknya masyarakat yang datang dan meminta agar Tangan Pengharapan juga menyediakan pendidikan bermutu dengan pendekatan yang dibuat berbeda yang disertai dengan layanan perbaikan gizi. Better Life I
8 I Oktoberl 2014
Bantuan
63 Laptop untuk Anak Pedalaman Tangan Pengharapan menyalurkan 63 Laptop untuk anak-anak dipedalaman Indonesia yang ada di center - center Tangan Pengharapan. Dengan adanya Laptop ini, Tangan Pengharapan mempunyai mimpi agar anak-anak dipedalaman dapat melek teknologi. Terimakasih Kepada PT. Petrotekno yang telah menyumbang 63 Laptop untuk Program Life Skill Training Tangan Pengharapan. Better Life I
9 I Oktober l 2014
Perayaan 17 Agustus:
Lomba Gerak Jalan Kecamatan Amanuban Timur, NTT
bulan Agustus 2014 silam, PAUD Tangan Pengharapan mulai terlibat dalam D ikegiatan kemasyarakatan dan ikut serta memperingati HUT Republik Indonesia
ke-69 dengan lomba gerak jalan tingkat Kecamatan Amanuban Timur yang diikuti oleh 6 peserta dari masing-masing TK/PAUD yang ada. Tim gerak jalan gabungan ini terdiri dari dua puluh lima anak yang berasal dari Feeding & Learning Center desa Telukh, Tliu, Oenasi dan Taehue. Anak-anak tersebut mengikuti kegiatan ini setelah sebelumnya beberapa kali melakukan latihan. Dengan mengikuti perlombaan / kompetisi seperti ini, maka diharapkan agar semangat dan sportifitas anak-anak bisa berkembang sehingga anak dapat berbesar hati bukan saja ketika menang, namun juga dalam menerima kekalahan yang bisa saja terjadi dalam setiap kompetisi. Dengan menunjukkan semangat serta kepercayaan diri yang besar, harapan untuk memiliki hidup yang lebih baik sekali lagi dibangun di tanah Timor ini. Adolf Silubun Better Life I
8 I Oktober l 2014
Pembagian 2000 tas sekolah untuk anak-anak SD - SMP di Feeding & Learning Centers di seluruh Indonesia.
Membagikan 3000 Kemeja dan 1000 Dasi untuk Para Hamba-Hamba Tuhan di Tanah Papua How to Donate?
Dukung kami melalui doa, menjadi volunteer atau berdonasi : A.n Yayasan Tangan Pengharapan BCA - 0653090096 Hubungi kami di : +6221 71 336 337 atau kunjungi website kami di www.tanganpengharapan.org
Delpianti
Ajarkan Kami Komputer Pak Guru! zaman sekarang bila seseorang tiPdakadamengerti komputer akan disebut sebagai orang yang ketinggalan zaman, kuno dan gaptek (gagap teknologi). Sementara itu di bidang pekerjaan orang semakin dituntut untuk mengerti dan bisa menggunakan komputer karena komputer merupakan sarana untuk mempermudah dan mempercepat proses pekerjaan. Sore itu ketika saya sedang mengoperasikan komputer sambil menikmati segelas kopi diruang tamu kediaman saya, saya didatangi beberapa orang anak. Mereka tampak malu-malu ketika saya persilakan masuk. Mereka masih duduk di bangku sekolah SD dan SMP.
Better Life I
12 I Oktober l 2014
Gedung sekolah tempat mereka belajar letaknya tidak jauh dari tempat tinggal saya. “Ada apa?,” tanya saya kepada mereka. Bukannya mejawab pertanyaan saya, mereka malah saling memandang. Mereka seolah-olah tidak mau membuka mulut mereka untuk menjawab pertanyaan saya. Setelah hening beberapa saat, seorang anak perempuan yang berusia sekitar 15 tahun memberanikan diri untuk menjawab. “Bang, bisa ajarkan kami main itu, kah?” katanya sambil menunjuk laptop yang ada di depan saya. Anak tersebut ternyata bernama Delpianti, siswi kelas 3 di SMPN 3 Banyuke Hulu.
Wajah mereka mengesankan harapan yang besar. Sepertinya mereka ingin saya menyetujui permintaan mereka. Saya tersenyum sambil memandang wajah mereka yang tampak penasaran. Mereka tampak senang ketika saya menjawab bisa. Karena saya hanya punya satu buah laptop, jadi saya jelaskan bahwa saya akan ajarkan satu orang dulu dan nanti yang sudah belajar dan bisa harus mengajarkan temannya yang lain. Mereka setuju dan akhirnya Delpianti yang mendapat kesempatan pertama untuk belajar komputer. Delpianti atau biasa dipanggil Tetet adalah anak bungsu dari 6 bersaudara putri pasangan Bpk. Dasut dan Ibu Salia (alm). Sejak berusia 3 tahun Tetet sudah ditinggal oleh ibunya yang meninggal dunia akibat sakit. Sebelum tinggal menetap bersama Bapak dan saudaranya yang lain, sewaktu kecil Tetet tinggal bersama kakak tertuanya yang sudah berkeluarga. Tetet sempat pula berhenti sekolah selama satu tahun karena tidak punya biaya. Dalam belajar mengoperasikan komputer, Tetet termasuk anak yang cepat memahami materi yang diajarkan.
Meski kegiatan belajarnya sempat terhenti karena laptop saya rusak, namun Tetet tetap bersemangat mempelajari teori komputer sambil menunggu laptop saya selesai diperbaiki. Beberapa bulan lalu Yayasan Tangan Pengharapan mengunjungi tempat Education and Learning Center YTP di Desa Kampet, Kalimantan Barat untuk melihat proses berjalannya kegiatan di FLC. Melihat bahwa anak-anak di pedalamanpun butuh wawasan yang luas untuk mengenal dunia di luar serta agar dapat mengikuti perkembangan teknologi, maka Yayasan Tangan Pengharapan memberikan bantuan Laptop sebanyak 3 unit. Hal ini tentunya sangat membantu agar ada semakin banyak anak-anak yang bisa mengoperasikan komputer sehingga banyak penduduk Desa Kampet kelak tidak lagi ketinggalan jaman, kuno dan gaptek. P. Rolianto
Better Life I
13 I Oktober l 2014
Pokensia:
“Bapak kenapa tidak pulang, bu?”
A
dat yang berlaku di kepulauan Mentawai tampaknya tidak memberi dampak yang baik bagi kaum wanita. Ketika seorang lelaki melamar seorang perempuan, maka ia harus mengeluarkan kocek yang jumlahnya besar sesuai ketentuan adat untuk membayar tanah, sagu, durian, kelapa, kuali besar, kampak, parang dan juga memberi sejumlah yang tunai sesuai yang diminta pihak perempuan. Akibatnya, wanita sering diperlakukan sebagai pembantu dan harus bekerja di ladang, menjual hasil ladang, atau mancing ikan. Better Life I
14 I Oktober l 2014
Sedangkan si suami hanya di rumah menunggu sang isteri pulang dan membawa rokok untuknya Ketika terjadi perceraian atau meninggalnya sang suami, maka sang istri harus kembali ke rumah orang tuanya tanpa membawa apa pun selain pakaian di badan. Hak asuh anakpun diberikan kepada pihak keluarga suami. Kejadian ini dialami oleh keluarga bapak Antonius dan ibu Anjelina. Karena persoalan rumah tangga, Antonius pergi meninggalkan istri dan putrinya, Pokensia Meliana, yang pada waktu itu masih berumur 3 tahun dan menikah lagi di desa lain .
Akibat ketidak setiaannya terhadap isterinya, Antonius sering kali menggunakan uang hasil kerjanya untuk berselingkuh. Jatah yang seharusnya diberikan untuk isteri, ia habiskan untuk bersenangsenang dengan wanita lain. Hal itu sudah amat sering dilakukannya. Ia hanya membeli sagu untuk kebutuhan mereka sehari-hari sebagai wujud tanggung jawabnya. Selanjutnya isterinyalah yang harus memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Dalam keadaan yang sulit ibu Anjelina harus membesarkan Pokensia dengan kasih sayang. Dalam usianya yang baru beranjak 3 tahun itu, pertumbuhan Pokensia terbilang cukup lambat. Tubuhnya tampak lebih kecil bila dibandingkan anak-anak seusianya di tempat lain. Perutnya yang buncit itu menandakan dirinya menderita penyakit cacingan. Tidak hanya itu, penyakit kulit dan bisul pun sering hinggap di tubuh kecilnya yang memang sering dialaminya sejak masih bayi. Menyaksikan keadaan seperti ini, ibunya tidak bisa berbuat banyak. Akibat tidak pernah mendapat asupan gizi yang cukup, tubuh ibunya semakin kurus karena harus memberikan ASI yang tentunya juga mengandung gizi yang kurang kepada anaknya. Karena tidak adanya asupan gizi untuk ibu yang menyusui itu, maka tidaklah mengherankan jika dirinya dan banyak lagi wanita di Mentawai yang tampak lebih tua dari usia para suami mereka meskipun mereka jarak umur pasangan itu tidak terpaut jauh, bahkan ada beberapa di antaranya yang seusia.
Pada waktu mulai masuk sekolah, Pokensia merasa minder karena semua kawannya memiliki ayah, sedangkan dia hanya miliki ibu. “Bapak kenapa tidak pulang, bu? Memang ke mana bapak?” tanya Pokensia pada ibunya. Ibunya hanya terdiam, tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Pokensia kecil. Saat Pokensia duduk di kelas VI Sekolah Dasar, ibunya menikah lagi dengan seorang laki-laki yang berstatus duda di dusun yang sama. Sejenak Pokensia merasa bahagia karena dia punya ayah seperti anak-anak lainnya. Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Kehidupan Pokensia mulai terusik karena ayah tirinya tidak menerimanya, sehingga seusai tamat Sekolah Dasar tahun 2008, Pokensia tidak bisa melanjutkan sekolahnya hingga seorang tantenya membawanya untuk bersekolah di SMPN Lentera. Pada 2011 lalu, Pokensia bergabung dengan sekolah SMPN Lentera. Di sini Pokensia dapat kembali membangun cita-citanya untuk hidup lebih baik. Keterlibatan orang-orang yang peduli pada kehidupan anak-anak seperti Pokensia melalui Tangan Pengharapan telah membangkitkan semangat mereka.
Better Life I
15 I
Oktober l 2014
" "# %
Feeding More Than 3300 Children
ϭ͘WĞůĂLJĂŶĂŶ<ĞƐĞŚĂƚĂŶĚĂŶKƉĞƌĂƐŝ<ĂƚĂƌĂŬ'ƌĂƟƐ
WƌŽŐƌĂŵ ƉĞůĂLJĂŶĂŶ ŬĞƐĞŚĂƚĂŶ ŐƌĂƟƐ ŝŶŝ ĚŝůĂŬƵŬĂŶ ƐĞĐĂƌĂ ďĞƌŬĂůĂ ďĂŐŝ ƐĞƟĂƉ ĂŶĂŬ Ěŝ
ƐĞƟĂƉƟƟŬLJĂŶŐĂĚĂĚŝƐĞůƵƌƵŚ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͘zĂLJĂƐĂŶdĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶũƵŐĂŵĞŶŐĂĚĂ
#"'"%
#"'"% 12- 12- ŬĂŶƉĞŶLJƵůƵŚĂŶŬĞƐĞŚĂƚĂŶ͕ŬĞďĞƌƐŝŚĂŶƐĞƌƚĂKƉĞƌĂƐŝ<ĂƚĂƌĂŬŐƌĂƟƐďĂŐŝŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚƟĚĂŬ .-- .-- "'!" "'!" Halmahera, 460 Children #1- #1- "02 "02 Siberut, Mentawai 100 Children
Desa Kampet, Kalbar 35 Children Dusun Baban, Kalbar 55 Children
EddƐĞďĂŐĂŝWƌŽǀŝŶƐŝdĞƌŵŝƐŬŝŶĚŝ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŵĞŵďƵƚƵŚŬĂŶƉĞƌŚĂƟĂŶĚĂŶďĂŶƚƵĂŶƚĞƌ) #& ! ! ! / IDR 300.000 / Child / Month !#
!%
ϭ͘ĂƟŶŐƚŽ>ĞĂƌŶ
0-- 0--
Serui, Papua 40 Children & #!#"" " "'.-- "'.-- Nabire, Papua 300 Children !#'
$*" $5- $*" $5- Children Rescue Home, Jakarta 100 Children "*" $42 "*" $42
.3 .3
#* /2- Children #* /2- Agats, Papua 150 #* .05 #* .05
* .//
* .// Merauke:
#!* ( Desa Pepe, Jateng 80 Children #!* ( Trans Irian Cikombong, 35 Children ŽƟʹEddϲϯĐŚŝůĚƌĞŶ ŽƟʹEddϲϯĐŚŝůĚƌĞŶ Home, Bali 25 Kaliceret, Jateng 75 Children #.-- #.-- Garuda Lepro Seri, 25 Children Children Rescue Children #* ..-
#* ..- 3- 3- Kampung Baru, Sumba Timur 55 Children
!* .32
!* .32 Oenif, NTT 122 Children #*32 Tanggapa,#*32 Sumba Barat Daya 100 Children Telukh, NTT 200 Children #* .2- #* .2- Weeboro, Sumba Barat 80 Children Tuapene, NTT 145 Children * /-- Weekaraba, Sumba Barat 80 Children * /-- ŽƟ͕EddϭϱϬŚŝůĚƌĞŶ Mauhau, Sumba Timur 65 Children #* .// Tliu, NTT 180 Children
!" "!# #* .// ! Oenasi, NTT 165 Children
#* 30
#* 30 #"#!"# #"#""
%
Taehue, NTT 20 Children Ofu, NTT 206 Children Babuin, NTT 122 Children Oeleu, NTT 83 Children
dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶǁĂƐĞƐƚĂďůŝƐŚĞĚŽƵƚŽĨĂĚƌĞĂŵŽĨƚŚŝƐŶĂƟŽŶ͛ƐŐĞŶĞƌĂ) dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶǁĂƐĞƐƚĂďůŝƐŚĞĚŽƵƚŽĨĂĚƌĞĂŵŽĨƚŚŝƐŶĂƟŽŶ͛ƐŐĞŶĞƌĂ) ƟŽŶƚŚĂƚůŽŶŐƐƚŽďƌŝŶŐ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŶƉĞŽƉůĞŽƵƚŽĨƉŽǀĞƌƚLJ͘,ŽƉŝŶŐƚŽďĞĂďůĞ ƟŽŶƚŚĂƚůŽŶŐƐƚŽďƌŝŶŐ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŶƉĞŽƉůĞŽƵƚŽĨƉŽǀĞƌƚLJ͘,ŽƉŝŶŐƚŽďĞĂďůĞ ƚŽďƵŝůĚĂďĞƩĞƌŶĞdžƚ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŶŐĞŶĞƌĂƟŽŶ͕dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶŝƐƚƌLJŝŶŐƚŽ ƚŽďƵŝůĚĂďĞƩĞƌŶĞdžƚ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŶŐĞŶĞƌĂƟŽŶ͕dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶŝƐƚƌLJŝŶŐƚŽ ŐŝǀĞƚŚĞĐŚŝůĚƌĞŶĞƋƵĂůĂĐĐĞƐƐƚŽĞĚƵĐĂƟŽŶĂŶĚŚĞĂůƚŚĂůŽŶŐǁŝƚŚŵŽƌĂůĂŶĚ ŐŝǀĞƚŚĞĐŚŝůĚƌĞŶĞƋƵĂůĂĐĐĞƐƐƚŽĞĚƵĐĂƟŽŶĂŶĚŚĞĂůƚŚĂůŽŶŐǁŝƚŚŵŽƌĂůĂŶĚ ĐŚĂƌĂĐƚĞƌĚĞǀĞůŽƉŵĞŶƚĂƐǁĞůůĂƐƚƌĂŝŶŝŶŐƐŬŝůůƐĂŶĚůŝĨĞƐƚLJůĞŝŵƉƌŽǀĞŵĞŶƚ͘ ĐŚĂƌĂĐƚĞƌĚĞǀĞůŽƉŵĞŶƚĂƐǁĞůůĂƐƚƌĂŝŶŝŶŐƐŬŝůůƐĂŶĚůŝĨĞƐƚLJůĞŝŵƉƌŽǀĞŵĞŶƚ͘ & "" % " !' ! & "" % " !' !
ƚƌĂŝŶƐƉĂƌĞŶƚƐƚŚƌŽƵŐŚǀĂƌŝŽƵƐĞŵƉŽǁĞƌŵĞŶƚƉƌŽŐƌĂŵƐĂŶĚŚĞĂůƚŚLJůŝĨĞƐƚLJůĞ ƚƌĂŝŶƐƉĂƌĞŶƚƐƚŚƌŽƵŐŚǀĂƌŝŽƵƐĞŵƉŽǁĞƌŵĞŶƚƉƌŽŐƌĂŵƐĂŶĚŚĞĂůƚŚLJůŝĨĞƐƚLJůĞ ŝŵƉƌŽǀĞŵĞŶƚĂŶĚƉƌŽƚĞĐƚƐǁŽŵĞŶĂŶĚĐŚŝůĚƌĞŶĂŐĂŝŶƐƚĚŽŵĞƐƟĐǀŝŽůĞŶĐĞ͘ ŝŵƉƌŽǀĞŵĞŶƚĂŶĚƉƌŽƚĞĐƚƐǁŽŵĞŶĂŶĚĐŚŝůĚƌĞŶĂŐĂŝŶƐƚĚŽŵĞƐƟĐǀŝŽůĞŶĐĞ͘ DĂŬĂŶƵŶƚƵŬĞůĂũĂƌĂĚĂůĂŚƉƌŽŐƌĂŵƉĞŵďĞƌŝĂŶŵĂŬĂŶĂŶďĞƌŐŝnjŝƐĞĐĂƌĂƌƵƟŶLJĂŶŐĚŝƐĞƌ %!!"!/--4' "0--- %!!"!/--4' "0--- ƚĂŝƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶĚĂŶƉĞŵĞƌŝŬƐĂĂŶŬĞƐĞŚĂƚĂŶŐƌĂƟƐďĂŐŝĂŶĂŬͲĂŶĂŬLJĂŶŐŵĞŵďƵƚƵŚŬĂŶĚŝďĞƌ ĐŚŝůĚƌĞŶŝŶŵĂŶLJƉĂƌƚƐŽĨƚŚĞĐŽƵŶƚƌLJĂŶĚƚƌĂŝŶŝŶŐŵŽƌĞƚŚĂŶϯϬϬϬĨĂŵŝůŝĞƐƚŽ ĐŚŝůĚƌĞŶŝŶŵĂŶLJƉĂƌƚƐŽĨƚŚĞĐŽƵŶƚƌLJĂŶĚƚƌĂŝŶŝŶŐŵŽƌĞƚŚĂŶϯϬϬϬĨĂŵŝůŝĞƐƚŽ
ďƵŝůĚĂďĞƩĞƌĨƵƚƵƌĞĨŽƌ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŶƉĞŽƉůĞ͘ ďƵŝůĚĂďĞƩĞƌĨƵƚƵƌĞĨŽƌ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŶƉĞŽƉůĞ͘
WƵƐĂƚŝŵďŝŶŐĂŶĞůĂũĂƌ͕WĞůĂƟŚĂŶ<ĞƚĞƌĂŵƉŝůĂŶĚĂŶƐĞŵƵĂƐĂƌĂŶĂLJĂŶŐĚŝďƵƚƵŚŬĂŶƐĞƉĞƌƟ ƉĞůĂLJĂŶĂŶŬĞƐĞŚĂƚĂŶƐĞĐĂƌĂĐĞƉĂƚĚĂŶŐƌĂƟƐ͘
" &$"" ' "# %
ϭ͘WĞůĂLJĂŶĂŶ<ĞƐĞŚĂƚĂŶĚĂŶKƉĞƌĂƐŝ<ĂƚĂƌĂŬ'ƌĂƟƐ WƌŽŐƌĂŵ ƉĞůĂLJĂŶĂŶ ŬĞƐĞŚĂƚĂŶ ŐƌĂƟƐ ŝŶŝ ĚŝůĂŬƵŬĂŶ ƐĞĐĂƌĂ ďĞƌŬĂůĂ ďĂŐŝ ƐĞƟĂƉ ĂŶĂŬ Ěŝ ƐĞƟĂƉƟƟŬLJĂŶŐĂĚĂĚŝƐĞůƵƌƵŚ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͘zĂLJĂƐĂŶdĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶũƵŐĂŵĞŶŐĂĚĂ ŬĂŶƉĞŶLJƵůƵŚĂŶŬĞƐĞŚĂƚĂŶ͕ŬĞďĞƌƐŝŚĂŶƐĞƌƚĂKƉĞƌĂƐŝ<ĂƚĂƌĂŬŐƌĂƟƐďĂŐŝŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚƟĚĂŬ dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ ŵĞŶLJĞĚŝĂŬĂŶƉĞŶĚŝĚŝŬĂŶŬĞƚĞƌĂŵƉŝůĂŶ ŐƌĂƟƐďĂŐŝĂŶĂŬͲĂŶĂŬĚĂŶ ŵĂ ƐLJĂƌĂŬĂƚ ĚĂůĂŵ ďŝĚĂŶŐ ďĂŚĂƐĂ /ŶŐŐƌŝƐ͕ ŬŽŵƉƵƚĞƌ͕ ŵĞŵďĂƟŬ͕ ŵĞŶĞŶƵŶ͕ ŵĞŶũĂŚŝƚ ĚĂŶ ďĞƌ
& #!#"" " !#'
ĂŶLJĂŬŶLJĂ ƟŶĚĂŬ ŬĞŬĞƌĂƐĂŶ LJĂŶŐ ƚĞƌũĂĚŝ ƉĂĚĂ ĂŶĂŬͲĂŶĂŬ ŵĞŶLJĞďĂďŬĂŶ zĂLJĂƐĂŶ dĂŶŐĂŶ ŚŝůĚƌĞŶZĞƐĐƵĞ,ŽŵĞzĂLJĂƐĂŶdĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶƐĞůĂŝŶŵĞŶĂŵƉƵŶŐĂŶĂŬͲĂŶĂŬƚĞƌƐĞďƵƚ
!" "!# ! #"#!"# #"#""
%
" "# %
ĂƟŶŐƚŽ>ĞĂƌŶŝƐĂƌŽƵƟŶĞŶƵƚƌŝƟŽƵƐĨŽŽĚƉƌŽŐƌĂŵĨŽƌĐŚŝůĚƌĞŶŝŶŶĞĞĚŝŶǀĂƌŝŽ
! ' ! !($ ! ƌĞŵŽƚĞƉĂƌƚƐŽĨ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͕ĂŶĚŝƐƵƐĞĚƚŽĂƩƌĂĐƚĐŚŝůĚƌĞŶƚŽĐŽŵĞĂŶĚůĞĂƌŶ͘ ďĂŶƚƵĂŶ ďĞƌĂƐ ŐƌĂƟƐ ƵŶƚƵŬ ĚĞƐĂͲĚĞƐĂ ŵŝƐŬŝŶ LJĂŶŐ ƐƵůŝƚ ďĂŚĂŶ ƉĂŶŐĂŶ Ěŝ EƵƐĂ dĞŶŐ) dĂŶŐĂŶ ƉƌŽǀŝĚĞƐ ƚŚĞ ĐŚŝůĚƌĞŶ ǁŝƚŚ ǀĂƌŝĞƚLJϭϬ ŽĨŬŐ ĞĚƵĐĂƟŽŶĂů ŐĂƌĂ dŝŵƵƌ͘WĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ ĂůĂŵ ƉƌŽŐƌĂŵ ŝŶŝ͕ dĂŶŐĂŶ WĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ ŵĞŵďĞƌŝŬĂŶ ďĞƌĂƐ ŐƌĂƟƐ ĨĂĐŝůŝƟ !&!$ !! ƐƵĐŚĂƐĞĂƌůLJĐŚŝůĚŚŽŽĚĞĚƵĐĂƟŽŶ͕ƚƵƚŽƌŝŶŐĐĞŶƚĞƌƐ͕ƐŬŝůůƚƌĂŝŶŝŶŐƐĂŶĚĂůůĨĂĐŝůŝƟ ůĞďŝŚĚĂƌŝϯϬϬϬ<ĞƉĂůĂ<ĞůƵĂƌŐĂ;ϭϭ͕ϳϬϬũŝǁĂͿƐĞƟĂƉďƵůĂŶŶLJĂ͕ƵŶƚƵŬĚŝďĞƌŝŬĂŶƉĞŶLJƵůƵ) ƌĞƋƵŝƌĞĚ ƐƵĐŚ ĂƐ ƐĐŚŽŽů ďƵŝůĚŝŶŐƐ͕ ƵŶŝĨŽƌŵƐ͕ ƐĐŚŽŽů ďĂŐƐ͕ ƐŚŽĞƐ͕ ƐƚĂƟŽŶĞƌŝĞƐ͕ Ă $ !$# ƚĞĂĐŚŝŶŐĂŶĚůĞĂƌŶŝŶŐƚŽŽůƐ͘ ŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚ ƐĞƉĞƌƟ ƉĞƌƚĂŶŝĂŶ͕ ƉĞƚĞƌŶĂŬĂŶ͕ ĐĂƌĂ ŵĞŶĚŝĚŝŬ ĂŶĂŬ ĚĂŶ ŵĞŶŐĂĚĂŬĂŶ ƉĞƌ) ! " )& #!!$ ) ! #!!! ! $# # ! # !&
ŝŶŐƐŽĨŶŐůŝƐŚ͕ĐŽŵƉƵƚĞƌŬŶŽǁůĞĚŐĞ͕ďĂƟŬŵĂŬŝŶŐ͕ǁĞĂǀŝŶŐŽĨĨĂďƌŝĐƐ͕ƚĂŝůŽƌŝŶŐ͕Ă ĐĂƌƉĞŶƚƌLJ͘/ƚŝƐŚŽƉĞĚƚŚĂƚƚŚĞƐĞƐŬŝůůƐĞƋƵŝƉƚŚĞŵƚŚĂƚƚŚĞLJǁŝůůůŝǀĞĂďĞƩĞƌůŝĨĞ ƚŚĞĨƵƚƵƌĞ͘
#!! ! )
ĞƌƟ͗͞:ĂŶŐĂŶDĞŵďƵĂŶŐ>ƵĚĂŚ^ĞŵďĂƌĂŶŐĂŶ͕͟͞:ĂŶŐĂŶDĞŵďƵĂŶŐŝƌ<ĞĐŝůͬĞƐĂƌĚŝ ,ƵƚĂŶ͕͟͞WĞŶƟŶŐŶLJĂDĞŵĂŬĂŝůĂƐ<ĂŬŝhŶƚƵŬDĞŶĐĞŐĂŚWĞŶLJĂŬŝƚ&ƌĂŵďƵƐŝĂ͟ĚĂŶůĂŝŶͲ ůĂŝŶ͘ hŶƚƵŬ ŵĞŶŐĂŶƟƐŝƉĂƐŝ ĂŬƐŝ ŬĞŬĞƌĂƐĂŶ LJĂŶŐ ŬĞƌĂƉ ƚĞƌũĂĚŝ ƉĂĚĂ ĂŶĂŬͲĂŶĂŬ Ěŝ Edd͕ ! !)! ! ! # ŵĞŶŐĂƐŝŚŝ ĂŶĂŬͲĂŶĂŬ ĚĂŶ ŵĞŵƉĞƌŚĂƟŬĂŶ ŵĂƐĂ ĚĞƉĂŶ ŵĞƌĞŬĂ͘ ĞƌďĂŐĂŝ ƉĞŶŐĂũĂƌĂŶ ĐĂƌĂŵĞŶĚŝĚŝŬĂŶĂŬĚŝďĞƌŝŬĂŶƐĞƉĞƌƟ͗͞:ĂŶŐĂŶDĞŵƵŬƵůŶĂŬͲĂŶĂŬĚŝ<ĞƉĂůĂ͕͟͞:ĂŶŐĂŶ #($') !! ($') ƟŬĂŶWĞŵĞƌŬŽƐĂĂŶ͟ĚĂŶůĂŝŶƐĞďĂŐĂŝŶLJĂ͘
ĨŽƌƚŚĞŵ͘/ŶŝƚƐŚŝůĚƌĞŶZĞƐĐƵĞ,ŽŵĞ͕ďĞƐŝĚĞƐĂĐĐŽŵŵŽĚĂƚĞƐƚŚĞƐĞĐŚŝůĚƌĞŶdĂŶŐ WĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶĂůƐŽŵĞĞƚƐƚŚĞŝƌŶĞĞĚŽĨĨŽŽĚĂŶĚĞĚƵĐĂƟŽŶ͘ EddƐĞďĂŐĂŝWƌŽǀŝŶƐŝdĞƌŵŝƐŬŝŶĚŝ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŵĞŵďƵƚƵŚŬĂŶƉĞƌŚĂƟĂŶĚĂŶďĂŶƚƵĂŶƚĞƌ)
#& ! ! ! !#
!%
! ' ! !($ ! ďĂŶƚƵĂŶ ďĞƌĂƐ ŐƌĂƟƐ ƵŶƚƵŬ ĚĞƐĂͲĚĞƐĂ ŵŝƐŬŝŶ LJĂŶŐ ƐƵůŝƚ ďĂŚĂŶ ƉĂŶŐĂŶ Ěŝ EƵƐĂ dĞŶŐ) ŐĂƌĂ dŝŵƵƌ͘ ĂůĂŵ ƉƌŽŐƌĂŵ ŝŶŝ͕ dĂŶŐĂŶ WĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ ŵĞŵďĞƌŝŬĂŶ ϭϬ ŬŐ ďĞƌĂƐ ŐƌĂƟƐ !&!$ !! # $! **! ůĞďŝŚĚĂƌŝϯϬϬϬ<ĞƉĂůĂ<ĞůƵĂƌŐĂ;ϭϭ͕ϳϬϬũŝǁĂͿƐĞƟĂƉďƵůĂŶŶLJĂ͕ƵŶƚƵŬĚŝďĞƌŝŬĂŶƉĞŶLJƵůƵ) % ! +),) $ !$#
" ! % ŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚ ƐĞƉĞƌƟ ƉĞƌƚĂŶŝĂŶ͕ ƉĞƚĞƌŶĂŬĂŶ͕ ĐĂƌĂ ŵĞŶĚŝĚŝŬ ĂŶĂŬ ĚĂŶ ŵĞŶŐĂĚĂŬĂŶ & ƉĞƌ) ŵĂƐŝŚƟĚƵƌĚŝĂƚĂƐƚĂŶĂŚ͘ ! " )& #!!$ ) ! #!!! ! $# # ! # !& EddƐĞďĂŐĂŝWƌŽǀŝŶƐŝdĞƌŵŝƐŬŝŶĚŝ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŵĞŵďƵƚƵŚŬĂŶƉĞƌŚĂƟĂŶĚĂŶďĂŶƚƵĂŶƚĞƌ)
#& ! ! ! WƌŽŐƌĂŵ ƉĞůĂLJĂŶĂŶ ŬĞƐĞŚĂƚĂŶ ŐƌĂƟƐŝŶŝ ĚŝůĂŬƵŬĂŶ ƐĞĐĂƌĂ ďĞƌŬĂůĂ ďĂŐŝ ƐĞƟĂƉ ĂŶĂŬ Ěŝ !#
!% ƐĞƟĂƉƟƟŬLJĂŶŐĂĚĂĚŝƐĞůƵƌƵŚ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͘zĂLJĂƐĂŶdĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶũƵŐĂŵĞŶŐĂĚĂ ŬĂŶƉĞŶLJƵůƵŚĂŶŬĞƐĞŚĂƚĂŶ͕ŬĞďĞƌƐŝŚĂŶƐĞƌƚĂKƉĞƌĂƐŝ<ĂƚĂƌĂŬŐƌĂƟƐďĂŐŝŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚƟĚĂŬ
ϭ͘WĞůĂLJĂŶĂŶ<ĞƐĞŚĂƚĂŶĚĂŶKƉĞƌĂƐŝ<ĂƚĂƌĂŬ'ƌĂƟƐ
& #!#"" " $ !#' $ $
dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶŵĞŵďƵĂƚĨĂƐŝůŝƚĂƐD<ƵŵƵŵƐĞďĂŐĂŝĂůƚĞƌŶĂƟĨƉŽƐŝƟĨƵŶƚƵŬŵĞůĂƟŚ ŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚEddĂŐĂƌƟĚĂŬŵĞŵďƵĂŶŐĂŝƌƐĞŵďĂƌĂŶŐĂŶ͘ŝƐĂŵƉŝŶŐŝƚƵ͕dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂ% ƉĂŶũƵŐĂŵĞŵďƵĂƚďĂŬƉĞŶĂŵƉƵŶŐĂŶĂŝƌ͕ŬĂŵĂƌŵĂŶĚŝĚĂŶƚŽŝůĞƚĚŝƐĞƟĂƉƟƟŬŵĂƚĂĂŝƌĚŝ ƐĞƟĂƉĚĂĞƌĂŚLJĂŶŐƚĞƌŵĂƐƵŬĚĂůĂŵƉƌŽŐƌĂŵďĂŶƚƵĂŶĞƌĂƐhŶƚƵŬĞƌƵďĂŚƐĞƌƚĂŵĞŶŐĂĚĂ% "
#!! ! ) "
͞dŽŚĞůƉƉĞŽƉůĞƚŽĮŶĚƚŚĞŝƌĨƵůů ŽƉůĞƚŽĮŶĚƚŚĞŝƌĨƵůů ͞dŽŚĞůƉƉĞŽƉůĞƚŽĮŶĚƚŚĞŝƌĨƵůů ĞƌƟ͗͞:ĂŶŐĂŶDĞŵďƵĂŶŐ>ƵĚĂŚ^ĞŵďĂƌĂŶŐĂŶ͕͟͞:ĂŶŐĂŶDĞŵďƵĂŶŐŝƌ<ĞĐŝůͬĞƐĂƌĚŝ ƉŽƚĞŶƟĂůĂŶĚďƌŝŶŐƚŚĞŵŽƵƚŽĨ ĚďƌŝŶŐƚŚĞŵŽƵƚŽĨ ,ƵƚĂŶ͕͟͞WĞŶƟŶŐŶLJĂDĞŵĂŬĂŝůĂƐ<ĂŬŝhŶƚƵŬDĞŶĐĞŐĂŚWĞŶLJĂŬŝƚ&ƌĂŵďƵƐŝĂ͟ĚĂŶůĂŝŶͲ
! ' ! !($ ! ƉŽƚĞŶƟĂůĂŶĚďƌŝŶŐƚŚĞŵŽƵƚŽĨ ƉŽǀĞƌƚLJďLJŐŝǀŝŶŐƉƌĂĐƟĐĂůƐŽůƵƟŽŶƐ͟ ůĂŝŶ͘ hŶƚƵŬ ŵĞŶŐĂŶƟƐŝƉĂƐŝ ŬĞŬĞƌĂƐĂŶ LJĂŶŐ ŬĞƌĂƉ ƚĞƌũĂĚŝ ĂŶĂŬͲĂŶĂŬ ĚŝdĞŶŐ) Edd͕ ďĂŶƚƵĂŶ ďĞƌĂƐ ŐƌĂƟƐ ƵŶƚƵŬ ĂŬƐŝ ĚĞƐĂͲĚĞƐĂ ŵŝƐŬŝŶ LJĂŶŐ ƐƵůŝƚ ďĂŚĂŶƉĂĚĂ ƉĂŶŐĂŶ Ěŝ EƵƐĂ ŶŐƉƌĂĐƟĐĂůƐŽůƵƟŽŶƐ͟ ŽǀĞƌƚLJďLJŐŝǀŝŶŐƉƌĂĐƟĐĂůƐŽůƵƟŽŶƐ͟ !!)!! !# ŐĂƌĂ dŝŵƵƌ͘ ĂůĂŵ ƉƌŽŐƌĂŵ ŝŶŝ͕ dĂŶŐĂŶ WĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ ŵĞŵďĞƌŝŬĂŶ ϭϬ ŬŐ ďĞƌĂƐ ŐƌĂƟƐ ƉĞůĂLJĂŶĂŶŬĞƐĞŚĂƚĂŶƐĞĐĂƌĂĐĞƉĂƚĚĂŶŐƌĂƟƐ͘
!" "!# !
#"#!"# #"#"" % ĂŶŬĐĐŽƵŶƚzĂLJĂƐĂŶdĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ͗ ŚĂƌĂƉĂŶ͗&$"" '
ĐĐŽƵŶƚzĂLJĂƐĂŶdĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶ͗ -320-6--63' -320-6--63' -0-6--63-3' -0-6--63-3' ./2--../3-6/1' ' (Australia Only) 06 2271 - 10114849 CBA Australia 49 ./2--../3-6/1' CBA Australia House of Blessings Inc. 06 2271 - 10114849 CBA Australia c.
ŵĞŶŐĂƐŝŚŝ ĂŶĂŬͲĂŶĂŬ ĚĂŶ ŵĞŵƉĞƌŚĂƟŬĂŶ ŵĂƐĂ ĚĞƉĂŶ ŵĞƌĞŬĂ͘ ĞƌďĂŐĂŝ ƉĞŶŐĂũĂƌĂŶ !&!$ !! ĐĂƌĂŵĞŶĚŝĚŝŬĂŶĂŬĚŝďĞƌŝŬĂŶƐĞƉĞƌƟ͗͞:ĂŶŐĂŶDĞŵƵŬƵůŶĂŬͲĂŶĂŬĚŝ<ĞƉĂůĂ͕͟͞:ĂŶŐĂŶ ůĞďŝŚĚĂƌŝϯϬϬϬ<ĞƉĂůĂ<ĞůƵĂƌŐĂ;ϭϭ͕ϳϬϬũŝǁĂͿƐĞƟĂƉďƵůĂŶŶLJĂ͕ƵŶƚƵŬĚŝďĞƌŝŬĂŶƉĞŶLJƵůƵ) #($') !! ($') $ !$# ƟŬĂŶWĞŵĞƌŬŽƐĂĂŶ͟ĚĂŶůĂŝŶƐĞďĂŐĂŝŶLJĂ͘ ŵĂƐLJĂƌĂŬĂƚ ƐĞƉĞƌƟ ƉĞƌƚĂŶŝĂŶ͕ ƉĞƚĞƌŶĂŬĂŶ͕ ĐĂƌĂ ŵĞŶĚŝĚŝŬ ĂŶĂŬ ĚĂŶ ŵĞŶŐĂĚĂŬĂŶ ƉĞƌ) ! " )& #!!$ ) ! #!!! ! $# # ! # !& ĂŬĂŶďĞŶĐĂŶĂĂůĂŵ͕ƐĞƉĞƌƟŐĞŵƉĂĚĂŶŐƵŶƵŶŐŵĞůĞƚƵƐ͘dĂŶŐĂŶWĞŶŐŚĂƌĂƉĂŶŵĞŵďĂŶƚƵ ƉƌŽŐƌĂŵũĂŶŐŬĂƉĂŶũĂŶŐƐĞƉĞƌƟ͕ũĂůĂŝŬĂŶ͕ŬĂŝŶƚĞŶƵŶ͕ŚĞǁĂŶƚĞƌŶĂŬƐĞƌƚĂďŝďŝƚƚĂŶĂŵĂŶ͘