SKRIPSI MANAJEMEN REDAKSI JURNAL MEDIA WATCH THE HABIBIE CENTER DALAM PEMANTAUAN MEDIA DAN PEMBUATAN ARTIKEL PERIODE 2006
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Nama Nim Jurusan
: Iswadi : 04102-023 : Jurnalistik
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI Judul
: MANAJEMEN REDAKSI JURNAL MEDIA WATCH THE HABIBIE CENTER DALAM PEMANTAUAN MEDIA DAN PEMBUATAN ARTIKEL PERIODE 2006
Nama
: Iswadi
Nim
: 04102-023
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Jurnalistik
Mengetahui,
Pembimbing I
( Feni Fasta, M.Si )
Pembimbing II
(Afdal Makkuraga Putra, S.sos, MM)
ii
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Judul
: MANAJEMEN REDAKSI JURNAL MEDIA WATCH THE HABIBIE CENTER DALAM PEMANTAUAN MEDIA DAN PEMBUATAN ARTIKEL PERIODE 2006
Nama
: Iswadi
Nim
: 04102-023
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Jurnalistik
Jakarta, Agustus 2007
Ketua Sidang Nama
: Heri Budianto, S.sos.,M.Si
(……………………….)
: Drs. Morrisan, SH.,MH
(……………………….)
: Feni Fasta, SE, M.Si
(……………………….)
Penguji Ahli Nama
Pembimbing I Nama
Pembimbing II Nama
: Afdal Makkuraga Putra, S.sos.,MM
iii
(……………………….)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Judul
: MANAJEMEN REDAKSI JURNAL MEDIA WATCH THE HABIBIE CENTER DALAM PEMANTAUAN MEDIA DAN PEMBUATAN ARTIKEL PERIODE 2006
Nama
: Iswadi
Nim
: 04102-023
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Jurnalistik
Jakarta, Agustus 2007 DISETUJUI DAN DITERIMA OLEH,
Pembimbing I
Pembimbing II
(Feni Fasta, SE, M.Si)
(Afdal Makkuraga Putra, S.sos.,MM)
MENGETAHUI, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Jurnalistik
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
(Drs. Riswandi, M.Si)
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas karunia dan hidayah- Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, serta tak lupa pula shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Rasullalah Nabi besar Muhammad SAW. Sungguh ini merupakan nikmat sekaligus kebanggaan dari dalam diri peneliti sehingga pada waktunya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Manajemen Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center Dalam Pemantauan Media Dan Pembuatan Artikel Periode 2006”. Penuh perjuangan yang berat untuk menyusun skripsi ini serta banyak halangan yang peneliti alami tetapi dengan modal keyakinan dan tekad yang kuat ini menjadi satu dari sekian banyak faktor yang membangkitkan semangat peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Feni Fasta, SE, M.Si selaku Pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan, masukan dan dukungan hingga selesainya skripsi ini. Terimaksih atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada peneliti. 2. Afdal Makkuraga Putra, S.sos.,MM selaku Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu disela-sela kesibukannya yang padat, untuk mengarahkan dan memberikan ilmu yang sangat berharga bagi peneliti. 3. Heri Budianto, S.sos.,M.Si selaku Ketua Sidang, terima kasih atas waktunya untuk bersedia menjadi ketua sidang dalam sidang skripsi. 4. Drs. Morrisan, SH.,MH selaku Penguji ahli, terima kasih atas waktu dan masukan-masukannya kepada peneliti. 5. Drs. Riswandi, M.Si selaku Pembimbing Akademik, yang telah banyak membantu dan membimbing peneliti selama menjalani kuliah.
v
6. Seluruh Dosen dan Staff pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan jurnalistik yang telah memberikan banyak ilmu tentang komunikasi selama proses perkuliahan. 7. Segenap Staff Tata Usaha, Mas Erpan B, Mas Mawi, Mba Lilah terima kasih atas bantuannya yang telah memberikan pelayanan terbaik untuk peneliti dan maaf selalu direpotkan oleh kehadiran peneliti. 8. Seluruh staff Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center, Bpk Andi Makmur Makka selaku Pemimpin Redaksi yang telah membantu peneliti dalam perolehan data informasi, Ibu Wenny Pahlemy selaku redaksi, yang telah memberikan informasi data skripsi yang sangat bermanfaat, Bpk Mustafa Kamil Ridwan selaku wakil ketua pusat pengembangan media terimakasih atas waktu disela-sela kesibukannya yang padat untuk membantu peneliti memperoleh data. 9. Keluarga penulis yang sudah banyak membantu peneliti dalam segala hal. Ayah dan Bunda, terima kasih tak terhingga atas do’a dan kasih sayangnya yang tiada henti kau berikan kepadaku. Abangku, Yatma Jaya, ST. yang telah banyak membantu peneliti dalam memberikan dukungan baik materil maupun moril, Thank’s untuk tempat berbagi rasa saat kejenuhan dan stress kerap kali datang dan juga makasih yang sebesar-besarnya atas hasil print-nya, sehingga selesailah penyusunan skripsi ini. Adikku, Suhendi, makasih atas dukungan spiritnya walaupun kadang kejengkelan selalu menghinggapi peneliti ats sikapnya, tetapi kebersamaan menjadi sesuatu yang amat berharga. 10. Rekan-rekan Jurnalist Fikom‘02: Norman‘Comenk, Suherman‘AboenKerjainlah skripsinya..!!, Andi‘kodink, Gandhi, Rinal Dido, Abel, Agung’ndut, Ibie, Achoy, Alung, Temmy, Achonk, Atus- makacih ych waktu dan tempat sharingnya, Willy and Denny M- thanks MP3 and Taperecordernya, Sorry ni agk kelamaan, Didit- thanks atas rekomendasi dr lw akhirnya gw bs magang jg. Sohib seperjuangan gw: Anda, Indra, Ono,- Kapan ni kita bisa jalan k PerNas bareng lagi? Mpunya tanah abang: Mail, Reno, Izul- Kapan ych gw bs maen kstu lg?
vi
11. Temen-temen yg ada di Kost-an: Afif, Iyus, Dicky, Adi, Danco’x(thanks co’ atas boncengannya malam ntu), Bang Manay-kapan ntu rambut ats digimbalin lg, ocha, and the gank, jane n’ the team, and 4 all my friend’S yang belum sempat peneliti sebutkn 1 per 1, 3makasih atas kesempatan and kenangan yang berkesan, sukses y’ smuannya. Sebagaian Anak BrotherHood makacih yh ats kebersamaanya yg katro’ + blm dewasa (Klo ad slh 1 anggota_y yg lg ad mslh sm org luar selesaikan dong scr gentle jgn branin_y maen keroyokan). And pastinya for All Crew ORIENTASI dr angktn pertama s/d sekarang, makasih banyak atas ilmu dan pengalaman yg sgt bermanfaat. 12. Special thanks to : Cha”Qu liez atas cinta, pengorbanan, pengertian, kepercayaan yg tulus sehingga membuatku tegar dalam menghadapi semuannya. Dan juga memberikanku motivasi dan semangat untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini, Hope everything will be going well, Amien..(Lisyati B.C) Harapan peneliti semoga penelitian yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat yang berarti bagi semua pihak yang membaca skripsi ini dan bermanfaat bagi peneliti khususnya. Walaupun skripsi ini merupakan tugas akhir yang berat, tetapi dengan motivasi, kerja keras, kesabaran dan do’a, dapat menjadikan semua itu tidak sia-sia. Meskipun awalnya terasa sulit, namun peneliti sudah membuktikannya. Selesainya skripsi ini merupakan jawaban terindah dari semua do’a yang terucap.
Jakarta, Juli 2007
Iswadi
vii
ABSTRAKSI Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu komunikasi Program studi Jurnalistik ISWADI (04102-023) MANAJEMEN REDAKSI JURNAL MEDIA WATCH THE HABIBIE CENTER DALAM PEMANTAUAN MEDIA DAN PEMBUATAN ARTIKEL PERIODE 2006 (ix + 92 halaman + lampiran) Bibliografi = 23 referensi (tahun 1982-2006) Redaksi surat kabar merupakan perusahaan yang bergerak pada media cetak yang memerlukan tiap-tiap individu di bagian redaksi, pracetak, percetakan, pemasaran maupun lainnya. Agar informasi dapat lancar ke tangan pembaca, diperlukan suatu manajemen yang baik dalam peredaran surat kabarnya. Dalam prosesnya, redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center menerapkannya dalam manajemen yang ada khususnya mengenai pembuatan artikel, dimana pembuatan artikel itu berfungsi untuk memantau isi pemberitaan pers pada media cetak maupun elektronik sesuai dengan standar etika dan aspek hukumnya, seperti Kode Etik Jurnalistik, UU Pers, dan Pedoman Program Penyiaran dan Standar Pogram Siaran (P3-SPS). Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen yang diterapkan redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam melakukan pemantauan media dan pembuatan artikel pada setiap penerbitannya. Kerangka pemikiran yang peneliti gunakan dalam hal ini adalah: Komunikasi Massa, Media Massa, Pers dan Surat Kabar dan Manajemen redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam pembuatan artikel. Sebagai tolak ukur dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Gate Keeping Selektif yaitu bagaimana wilayah berpintu sebagai salah satu tempat menampung dan menyeleksi tulisan dan akan terlihat kesan bahwa terjadinya tulisan yang harus terus-menerus diseleksi sesuai dengan kondisi media, kondisi sosial masyarakat. Para redaktur atau editor diharapkan dapat melakukan banyak hal yang berupa ketelitian dan keahlian dalam menjalankan fungsinya sebagai gate keeper. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang bertujuan memberikan penyegaran terhadap pelaku keredaksionalan dalam memperoleh fakta-fakta yang aktual dan akurat dalam kaitannya pemantauan isi media. Peneliti mengambil data primer sebagai data utama melalui studi dokumentasi Jurnal Media Watch The Habibie Center sebanyak 12 edisi tahun 2006 dan juga disertai wawancara mendalam (indepth interview) dengan tiga orang narasumber sesuai dengan jabatan yang berkaitan dengan penelitian ini. Mereka adalah : Bapak Mustofa Kamil Ridwan selaku Wakil Ketua Pusat Pengembangan Media, Bapak Andi Makmur Makka selaku Pemimpin Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center, Ibu Wenny Pahlemy selaku Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dan Bapak Mustofa Kamil Ridwan selaku Wakil Ketua Pusat Pengembangan Media, Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa redaksi Jurnal Media Watch The Habibie center dalam pembuatan artikel dengan kaitannya dengan pemantauan isi media, redaksi mengungkap suatu peristiwa dalam pemberitaa pers yang dianggap bermasalah dan menggali fakta, tujuannya agar dapat membedakan antara opini dan fakta karena kedua hal tersebut sangat penting dalam membuat sebuah tulisan. Peran analis media di Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam membuat sebuah tulisan harus lebih ditekankan pada aspek kajian isi media, sebab kajian isi media disebut obyektif jika ketentuan-ketentuan dalam instrumen yang digunakan dirumuskan dengan kriteria yang dapat menghindari multi interpretasi. viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
ii
LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
iii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
iv
KATA PENGANTAR
v
ABSTRAKSI
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah
1
1.2. Perumusan Masalah
7
1.3. Tujuan Penelitian
7
1.4. Signifikansi Penelitian
7
1.4.1. Signifikansi Akademis
7
1.4.2. Signifikansi Praktis
7
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Komunikasi Masssa
8
2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
8
2.1.2. Karakteristik Komunikasi massa 2.2. Media Massa
11
2.3. Pers dan Surat Kabar
14
2.3.1. Berita atau Artikel
16
2.3.2. Nilai Berita
19
2.3.3. Struktur dan bentuk-bentuk berita
20
2.4. Media Watch sebagai Lembaga Pemantau Media
22
2.5. Manajemen Redaksi Dalam Pembuatan Artikel
24
2.5.1. GateKeeping Theory
26
2.5.2. Struktur umum organisasi Redaksi
27
2.5.3. Gambaran Kerja Redaksi
28
2.6. Definisi Konsep
30
ix
BAB II. METODOLOGI 3.1. Sifat Penelitian
31
3.2. Metode Penelitian
32
3.3. Teknik Pengumpulan data
33
3.3.1. Data Primer
33
3.3.2. Data Sekunder
34
3.4. Key Informan
34
3.5. Fokus Penelitian
35
3.6. Rencana Analisis
35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Obyek Penelitian
36
4.1.1. Latar Belakang Sejarah
37
4.1.2 Visi dan Misi The Habibie Center
38
4.2. Hasil Penelitian
40
4.2.1 Proses Perolehan Artikel di Jurnal Media Watch The Habibie Center
40
4.2.2. Proses Pemantauan Media di Jurnal Media Watch The Habibie Center
44
4.2.3. Mengembangkan Ketrampilan Analis Media yang Profesional
48
4.3. Pembahasan
50
4.3.1. Tahap perencanaan (Planning)
51
4.3.2. Tahap pengorganisasian (Organizing)
64
4.3.3 Tahap Pelaksanaan (Actuating)
74
4.3.4. Tahap Pengendalian (Controlling)
88
BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan
89
5.2. Saran
91
DAFTAR PUSTAKA
92
x
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan
terpercaya merupakan sesuatu yang sangat di butuhkan. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk media massa atau jurnalistik, baik cetak maupun elektronik. Ketika informasi menjadi salah satu unsur konstitutif dalam suatu masyarakat, maka masyarakat mulai “mau tidak mau” membuka diri pada media massa dan komunikasi global. Perputaran produksi, konsumsi dan distribusi informasi semakin cepat dialami dan dimiliki oleh sistem masyarakat baru yang global dengan didukung oleh jaringan sistem informasi global serta disokong oleh teknologi. Dengan mengukur perkembangan komunikasi dari pengaruh pra-lisan, tradisi lisan, tulisan, cetakan, media massa dan akhirnya telematika dapat disimak bahwa bagaimana lambannya gerakan proses kebudayaan komunikasi tersebut pada proses awalnya, tapi kemudian terakselerasi secara cepat dan massif pada era belakangan ini Indonesia jelas tidak mungkin menghindar dari perkembangan dan revolusi informasi global. Namun dapat dikatakan bahwa industrialisasi di Indonesia terbilang terlambat. Ketika media di Indonesia mengalami industrialisasi media yang cukup marak, media di negera-negara industri sudah beranjak pada level perkembangan dunia pasca industri di bidang informasi. Dapat dikatakan bahwa media di Indonesia sekarang ini sudah bisa dikatakan sebagai “media tradisional”.
2 Media massa memungkinkan seseorang untuk dapat mengetahui posisi sanak keluarga, teman dan masyarakat. Baik posisi secara fisik, secara intelektual maupun secara moral mengenai suatu peristiwa. Fungsi media massa yang satu ini biasanya dapat dilihat pada surat untuk redaksi, kolom pembaca dan yang sejenis. Pada multimedia fungsi ini menjadi sangat menonjol karena kita dimungkinkan untuk berinteraksi langsung dengan orang lain dalam waktu relatif lebih cepat. Media massa memiliki peranan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Karena media massa berfungsi sebagai media komunikasi penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan mengenai berbagai informasi yang dapat mengubah pikiran, perasaaan dan atau prilakunya. Informasi saat ini semakin marak dan banyak tantangan yang akan dihadapi oleh kalangan media massa, oleh sebab itu semua industri media massa berpacu untuk mencapai kemajuan yang berkesinambungan untuk menggapai khalayak dalam hal menyampaikan informasi. Demikian sudah jelaslah bahwa kebutuhan akan informasi dan komunikasi sekarang ini dapat dirasakan sebagai hal yang mendasar. Media massa khususnya media cetak secara langsung tidak dapat dilepaskan dari fungsi pers secara garis besar, para insan pers sudah memenuhi peranan ini sebagai bagian dari fungsi kontrol sosial. Dalam bentuk yang lebih kongkrit, peranan itu kemudian diterjemahkan dalm tiga fungsi, yakni memberi informasi, menghibur dan menanamkan nilai-nilai pendidikan. Dalam perkembangan yang lebih jauh lagi, pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas,
3 meliputi segala penerbitan bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi. Sedangkan pers dalam pengertian sempit, hanya terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah dan bulletin. Selain itu media cetak harus memainkan peranan-peranan di atas dalam keadaan yang berbedabeda, sesuai dengan visi dan misi dari masing-masing medianya, sehingga keberadaan suatu media massa khususnya media cetak sudah seperti menjadi santapan bagi kita, manusia zaman sekarang. Sementara itu, jika kita melihat media sebagai bagian dari aktivitas industri, Albarran menyebutnya sebagai media economics, yaitu studi mengenai bagaimana industri media menggunakan sumber-sumber yang terbatas jumlahnya untuk memproduksi isi yang nanti didistribusikan kepada konsumen dalam masyarakat untuk memuakan beragam keinginan dan kebutuhan. Pendekatan media economics akan membantu kita di dalam memahami hubungan antara produsen media terhadap khalayaknya, pengiklan, dan masyarakat. Pada level makro, analisis media akan berkaitan dengan ekonomi politik, agregasi produksi dan konsumsi, pertumbuhan ekonomi, lapangan pekerjaan dan inflasi, sedangkan pada level mikro terkait dengan pasar yang spesifik, struktur, tingkah laku dan perilaku pasar, aktivitas dari produsen dan konsumen.1 Media hidup dalam situasi tertekan. Tekanan yang mereka hadapi berasal dari berbagai kekuatan luar, termasuk dari klien (misalnya pemasang iklan), penguasa (khususnya penguasa hukum dan politik), institusi atau organisasi, dan khalayak. Meskipun secara analisis berbeda, tetapi dalam
1
Albarran. Media Economics: Understanding Markets, Industries, and Concepts. Ames: Iowa State University Press, 1996, hal.5
4 kenyataannya tidak ada satupun kekuatan atau bentuk pengaruh yang terpisah atau terisolasi. Semua kekuatan tersebut berbaur, tumpang tindih dan saling mendesak. Kaumulasi kekuatan dan pengaruh memberikan kedudukan dominan pada beberapa institusi tertentu dalam komunikasi massa dan masyarakatnya.2 Hubungan organisasi media dengan kelompok penekan, pemerintah, dan tekanan sosial politik, dalam hubungan ini mereka merupakan kekuatan sosial budaya yang mempengaruhi organisasi media. Tekanan untuk menuliskan suatu berita oleh kepentingan sosial politik cukup tinggi. Hubungan antara organisasi media dan kekuatan-kekuatan sosial ini tergantung pada tujuan utama dari organisasi media. Tujuan-tujuan utama dari organisasi media khususnya surat kabar menurut Tunstall terbagi menjadi dua, yaitu sasaran-berpendapatan (revenue goal) dan sasaran-tidak-berpendapatan (non- revenue goal).3 Pada jenjang organisasi media, kebebasan biasanya dinilai berdasarkan kadar kontrol yang dijalankan oleh para pemilik & manajer terhadap para komunikator (penyunting, editor, dll) serta kontrol yang dikenakan oleh para komunikator itu sendiri terhadap para bawahannya (wartawan, seniman, pengarang, dll) dalam wadah organisasi yang seringkali birokratis dan hirarkis. Semua masalah utama berkaitan dengan kebebasan editorial dari para pemilik dan pelaksana kontrol, kebebasan pers/jurnalistik internal serta kebebasan kreatif. Kebebasan media massa khususnya di Indonesia diartikan sebagai kebebasan mengeluarkan pendapat yang merupakan salah satu faktor utama bagi terwujudnya suatu demokrasi. Upaya menjaga dan mengembangkan 2 3
Denis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar Erlangga, Jakarta, 1996, hal.141 Ibid, hal.144
5 kebebasan pers ditempuh melalui sikap kritis dalam menghadapi keluaran media massa di tengah masyarakat di satu pihak, dan memberikan perhatian dan perlindungan bagi jurnalis yang menjalankan jurnalisme dalam pers bebas pada pihak lain. Keberadaan lembaga pemantau media sebagai bagian dalam upaya menjaga kebebasan pers. Dengan hadirnya media watch, diperlukan juga adanya kesadaran dari dalam pengelola media ataupun pengamat media untuk terus menerus mencermati/melihat (to watch) fungsi sosial media di masyarakat dan jika ditemukan hal-hal yang berisi kegagalan pers menjalankan fungsi sosialnya maka selayaknya lembaga media watch ini dapat memberi solusi terbaik. Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers menyatakan keberadaan lembaga media watch (Pasal 17): 1. Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan. 2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : a) memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers; b) menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional. Ayat (2) Untuk melaksanakan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat dibentuk lembaga atau organisasi pemantau media (media watch).4
4
Op. cit, Undang-Undang No. 40 tahun 1999, Pasal 17 ayat (1), (2) tentang Pers
6 Alasan mengapa Jurnal Media Watch The Habibie Center dipilih untuk diteliti karena Jurnal Media Watch The Habibie Center adalah Jurnal pemantau media yang mengkhususkan pembahasannya mengenai berita atau informasi berupa artikel/tulisan yang memuat penilaian kritis terhadap isi dan siaran media Indonesia yang sedang marak dibicarakan dalam masyarakat. Dan dalam penerbitannya secara rutin berkala. Sebagaimana diketahui bahwa Jurnal merupakan media informasi sekaligus dokumentasi mengenai hasil pengkajian, pemikiran dan pandangan yang tengah berkembang di masyarakat, khususnya di kalangan kaum terdidiknya. Melalui jurnal kita dapat mengetahui seberapa jauh pertarungan ide, gagasan dan wacana kritis telah berlangsung.5 Pada setiap perusahaan yang bergerak pada media cetak itu memang diperlukan kemampuan tiap-tiap individu di bagian redaksi, pracetak, percetakan, pemasaran maupun lainnya. Agar perjalanan berita dapat lancar ke tangan para pembaca, dan
diperlukan suatu manajemen yang baik dalam
peredaran surat kabarnya. Dalam penulisan ini, penelitian akan lebih fokus pada redaksi untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam menghadapi pemantauan media dan pembuatan berita yang sangat terkait dengan penerbitan berita. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui dan mencermati manajemen Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam melakukan pemantauan media dan pembuatan artikel pada periode 2006.
5
Op. Cit, www.kapalperempuan.org
7 1.2.
Perumusan Masalah Bertolak dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka
peneliti dapat merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana Manajemen yang diterapkan Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam melakukan pemantauan media dan pembuatan artikel periode tahun 2006 ?.”
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan bisa tercapai dalam penulisan
penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam pembuatan artikel mulai dari proses pemantauan isi media sampai pada percetakan artikel.
1.4
Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Akademis Dari penelitian ini diharapkan secara akademis akan memberikan sumbangan pengetahuan dan memperkaya khasanah khususnya di bidang jurnalistik dalam melakukan pemantauan isi media. 1.4.2 Signifikansi Praktis Suatu masukan bagi peneliti sendiri dalam mengamati aktifitas kegiatan praktisi jurnalistik, bentuk-bentuk tugas seorang praktisi jurnalistik dalam menganalisa isi media terhadap pemberitaan pers, khususnya pada Jurnal Media Watch The Habibie Center.
8 BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Komunikasi Massa Dalam proses perkembangan kebudayaan manusia, komunikasi massa
menjadi proses komunikasi yang mempunyai tingkat pengaruh yang cukup signifikan pada kehidupan sehari-hari. Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya. 2.1.1. Pengertian Komunikasi massa Menurut Rakhmat (2004),
seperti yang dikutip Komala, dalam
Karlinah, merangkum pengertian komunikasi massa tersebut menjadi: “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.6 2.1.2. Karakteristik Komunikasi massa Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 7
6
Elvinaro Ardiato, dan Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal 7 7 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bandung. Remaja Rosdakarya, 2002, hal 21-25
8
9 1) Komunikasi massa berlangsung satu arah Berbeda
dengan
komunikasi
antarpersonal
(interpersonal
communication) yang berlangsung dua arah (two-way traffic communication), komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan kata lain, wartawan sebagai komunikator tidak mengatahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu. Yang dimaksudkan dengan “tidak mengetahui” dalam keterangan diatas ialah tidak mengetahui pada waktu proses komunikasi itu berlangsung. 2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga. Hal ini berbeda dengan komunikator lainnya, misalnya kyai atau dalang yang munculnya dalam suatu forum bertindak secara individual, atas nama dirinya sendiri, sehingga ia mempunyai lebih banyak kebebasan. Komunikator pada komunikasi massa, masalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi karena media yang dipergunakannya adalah suatu lembaga dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijaksanaan surat kabar dan stasiun televisi yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual. Ungkapan seperti mengemukakan pendapat (freedom of expression atau freedom of opinion ) merupakan kebebasan terbatasi (restricted freedom).
10 3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Pesan yang disebarluaskan melalui media massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut kepentingan umum. Media massa akan menyiarkan berita mengenai seorang menteri yang meresmikan sebuah proyek pembangunan, tetapi tidak akan menyiarkan berita seorang menteri yang menyelenggarakan khitanan putranya. terkecuali adalah bagi seorang kepala negara. Media massa kadang-kadang memberitakan juga perihal presiden ketika merayakan ulang tahunnya, menikahkan putrinya, dan lain-lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kepentingan umum. Pemberitaan seperti itu dalam dunia jurnalistik termasuk human interest yang oleh media massa dianggap menarik untuk diketahui rakyat mengenai kehidupan orang berkedudukan paling tinggi itu. 4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi
lainnya. Bandingkan
misalnya poster
atau
papan
pengumuman dengan radio siaran yang sama-sama merupakan median komunikasi. Poster dan papan pengumuman adalah media komunikasi, tetapi bukan media komunikasi massa sebab tidak mengandung ciri keserempakan; sedangkan radio siaran adalah media komunikasi massa disebabkan oleh ciri keserempakan yang dikandungnya.
11 5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya secara terpencarpencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.
2.2.
Media Massa Ada beberapa pandangan krusial yang dikemukakan oleh paradigma
kritis tentang pengertian media massa salah satunya yang dikemukakan Totok Djuroto. Media artinya alat komunikasi, sedangkan massa kependekan dari kata masyarakat (orang banyak). Media massa berarti alat komunikasi yang boleh dimanfaatkan untuk semua orang. Media massa cetak adalah alat komunikasi untuk masyarakat yang dibuat dengan percetakan atau mencetaknya lebih dahulu. Ada beberapa bentuk media massa cetak : 1. Surat kabar: Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbit secara teratur bisa setiap hari atau seminggu sekali. 2. Majalah: Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio, dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasanya terbit teratur, seminggu sekali, dua minggu sekali, atau satu bulan sekali.
12 3. Tabloid: Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet (lebih kecil dari plano) dan dilipat seperti surat kabar. Tabloid biasanya terbit teratur, seminggu sekali, dua minggu sekali, atau satu bulan sekali. 4. Buletin: Kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran broadsheet atau ukuran kuarto/plano dan dilipat seperti surat kabar. Buletin biasanya terbit tidak teratur atau sering disebut dengan penerbitan berkala. 5. Buku : Tulisan tentang ilmu pengetahuan, essai, cerita-cerita panjang, kisah-kisah perjuangan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran setengah kuarto atau setengah folio dan dijilid rapi. 8 6. Jurnal : Terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat berarti terbitan berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan.9 Dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan media, kita tidak diharuskan untuk mengetahui semua informasi yang ada, baik informasi yang dirancang khusus untuk tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia maupun informasi yang tersedia apa adanya secara bebas. Memang benar bahwa setiap
orang
membutuhkan
informasi
sebagai
bagian
dari
tuntutan
kehidupannya, penunjang kegiatannya dan pemenuhan kebutuhannya.10
8
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers,PT RemajaRosdakarya Bandung, 2000,hal.10-11 Op. Cit, www.ditpertais.net_files 10 Pawit M Yusuf. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 1995. hal 8 9
13 Teori media yang berkembang sekarang menjadikan media tidak lagi menjadi fokus yang utama. Kita tidak bisa mempelajari media sebagai suatu fenomena terisolir dalam konteks sosial budaya. Teori tentang media harus menjadi bagian teori yang lebih besar. Menurut tinjauan teori ekonomi politik media, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga berkaitan erat dengan sistem politik. Kualitas pengetahuan tentang masyarakat yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar berbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pesan, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi pra pemilik dan penentu kebijakan. Konsekuensi keadaan seperti itu terlihat dalam wujud berkurangnya jumlah sumber media independen, terciptanya konsentrasi pada pasar besar, munculnya sikap masa bodoh terhadap calon khalayak pada sektor kecil.11 Contoh paling gamblang, ada demonstran yang dibayar. Kalau orang tidak tahu, itu dianggap sebagai penguatan civil society, padahal tidak. Kebebasan pers tidak bisa dilihat terpisah dari kebebasan publik untuk menyampaikan pendapat. Kebebasan pers bukan hanya kebebasan orang pers untuk menyampaikan pendapat. Dominasi modal dalam industri pers merugikan publik yang tidak punya akses sebagaimana yang seharusnya dimiliki. Juga jurnalis akan dirugikan, lama- kelamaan mereka lebih banyak menempatkan diri sebagai buruh media sekalipun tidak banyak jurnalis yang disebut sebagai buruh media.
11
Denis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar Erlangga, Jakarta, 1996, hal.63
14 2.3.
Pers dan Surat Kabar Komunikasi dalam bidang jurnalistik dapat juga disebut dengan
komunikasi media massa periodik, seperti surat kabar, majalah, jurnal, radio dan televisi, ada juga yang menyebutnya sebagai press (Inggris), perss (Belanda), dan pers (Indonesia). Pers secara etimologi, berarti barang cetakan, alat cetak atau tekanan. Secara teoritis berarti semua sarana , dalam arti luas adalah semua media massa periodik yaitu media cetak dan elektronik . Sedangkan pers dalam arti sempit, adalah media massa tercetak, seperti surat kabar dam majalah.12 Masyarakat kita yang sebagian besar hidup di garis kemiskinan memandang informasi bukan termasuk perioritas yang diutamakan tetapi bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan perutnya hari ini. Dalam kenyataanya budaya masyarakat kita keinginan untuk membaca sangat minim dibandingkan untuk duduk santai dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan lebih diprioritaskan, itulah realitas yang ada dalam lingkungan kita. Surat kabar juga memiliki ciri dan sifat tertentu yang membuatnya menjadi bagian khusus dalam media massa. Ciri-ciri surat kabar antara lain : 1. Publisitas : Yakni bahwa surat kabar diperuntukan bagi masyarakat umum. Tidak ada batasan siapa yang boleh atau harus membaca dan siapa yang tidak boleh membaca. 2. Universalitas : Yakni bahwa surat kabar harus memuat aneka tulisan dan atau berita mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi diseluruh pelosok dunia dan tentang segala aspek hidup dan kehidupan umat manusia. 3. Aktualitas : Yakni bahwa surat kabar harus mampu menyampaikan berita secara cepat kepada khalayak. 12
JB. Wahjudi, Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat Berita, Majalah, Radio,dan Televisi, Alumni Bandung, 1991, hal 88
15 4. Periodisitas : Yakni surat kabar tersebut terbit paada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Periode terbit, jarak waktu antar dua terbitan bersifat tetap dan teratur. 5. Kontinuitas : Yakni surat kabar tersebut isinya berkesinambungan atau dengan kata lain beritanya bersambung.13 Sedangkan sifat-sifat surat kabar adalah sebagai berikut : 1. Terekam : berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu. 2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif : karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf tercetak “mati” di atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif. Karena itulah wartawan yang menyusunnya harus menggunakan bahasa umum dan lazim sehingga para pembaca mudah mencernanya.14 Secara rinci Weaver dan Wilhoit (2003) dalam Wacana Jurnal Ilmiah Indiwan Seto WW mengidentifikasikan ada tiga konsepsi peranan atau fungsi jurnalistik:15
13
Asep Saeful Muhtadi Jurnalistik pendekatan Teori dan Praktek. Penerbit PT Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1999, hal 80-81 14 Onong Uchjana Effendy. Op cit, hal 154-156 15 Indiwan Seto WW. Dasar-dasar Jurnalistik, Wacana Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu KomunikasiUniversitas Prof. Dr. Moestopo (beragama), Jakarta, 2003, hal 24-25
16 1. Fungsi Intepreatif
Yaitu fungsi melakukan investigai terhadap
kebijakan atau pernyataan pemerintah, menganalisa masalah yang kompleks dan mendiskusikan kebijakan nasional. 2. Fungsi Dissemasi Yaitu fungsi penyebaran media massa menyampaikan informasi kepada publik secara cepat dan mengkonsentrasikan diri melayani audiens yang lebih luas. 3. Fungsi AdversaryYaitu jurnalistik bisa melayani kebutuhan adversary bagi kepentingan pemerintah atau kepentingan bisnis. 2.3.1. Berita atau Artikel Kegiatan jurnalistik selalu terkait dengan berita, sejak dari pengertian mengenal berita, cara pengumpulan (wawancara dan investigatif) bahan berita serta tehnik penulisannya. Secara praktis berita dapat didefenisikan sebagai laporan tentang suatu peristiwa yang sudah terjadi yang dipandang penting untuk menentukan sikap serta tindakan. Satu hal tentang berita, selain harus memenuhi kaidah 5W+H (What, Who, Where, When, Why plus How), yakni menuliskan hasil laporan atau pengamatan terhadap peristiwa atau pendapat yang menarik itu. Intinya, adalah menuliskan berita itu ke dalam artikel yang menarik.16 Tetapi semua defenisi yang ada selalu mengandung 4 unsur dalam peristiwa berita, yaitu: 1. Peristiwa merupakan perubahan keadaan yaitu untuk memberikan informasi, disamping juga untuk mendidik, membimbing, meyakinkan dan membantu perkembangan perekonomian.
16
http//:
[email protected]
17 2. Peristiwa yang dilaporkan selalu terjadi maksudnya melaporkan fakta sebagaimana adanya 3. Peristiwa tersebut dilaporkan manusia yaitu memberi tahu tentang peristiwa, gagasan dan masalah-masalah yang bersifat umum. 4. Peristiwa tersebut berkaitan dengan kepentingan dan minat masyarakat. karena tidak selalu harus berkembang kepada sikap atau pendapat yang baik terhadap apa yang disampaikan, bahkan dapat pula terjadi sebaliknya karena berkaitan dengan kepentingan masyarakat.17 Berita juga dapat dikatakan sebagai kumpulan sejumlah tulisan atau bisa juga dispefsifikasikan sebagai artikel yang tidak hanya merupakan rubrik tetap tetapi dengan adanya artikel apalagi dari kalangan spesialis maka pengetahuan pembaca ini juga akan bertambah cepat. Dan dengan adanya artikel sebuah persoalan duduk perkaranya bisa dipahami. Tulisan aktual serta tidak jarang menyeluruh dan mendalam. Akan tetapi kekuatan sebuah artikel tidak hanya kepada data yang sedang mengemuka tetapi juga susunan tulisan yang mudah dipahami. Secara umum berita maupun artikel adalah bentuk karya tulis yang bermanfaat untuk menyebarkan informasi kepada khalayak ramai yang menggambarkan kegiatan organisasi. Dari dua karya tulis tersebut, masingmasing memiliki kelebihan tersendiri. Sehingga dari tujuan dan manfaat kedua karya tulis itu pun berbeda.18 Tujuan dan manfaat berita adalah menyusun laporan kegiatan perusahaan maupun lembaga secara singkat, padat dan atraktif, agar khalayak mengetahui misi perusahaan, atau lembaga. Sementara tujuan dan manfaaat artikel itu sendiri merupakan karya tulis menggambarkan kegiatan lembaga atau 17 18
Aly Bachtiar, Op Cit., hal. 283-284 http://www.journalist-adventure.com
18 perusahaan serta ditulis secara lengkap, padat dan menarik. Artikel biasa dijadikan alat propoganda, agar khalayak menarik dan berminat untuk mengetahui produk perusahaan atau lembaga.19 Dalam jurnalistik, begitu banyak pengertian berita. Masing-masing ahli memberikan definisi berita berdasarkan sudut pandang sendiri-sendiri dalam merumuskannya. Dalam buku Reporting. Mithel V Charnley (1994) menunjukan beberapa definisi berita. Definisi menurut Willard Grosvenor, berita adalah sesuatu yang terikat waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik segala sesuatu yang terikat waktu dan sebanyak mungkin orang
(untuk membacanya).
Sedangkan menurut Charnley sendiri, berita adalah laporan tentang fakta atau pendapat yang terikat oleh waktu yang menarik dan/atau penting bagi sejumlah orang tertentu. Definisi berita menurut Gerald W. Johnson adalah apa yang dimuat oleh editor berpengalaman didalam surat kabar. Dengan kata lain, lihatlah apa yang termuat di surat kabar maka itulah berita. Definisi terakhir ini menurut peneliti ada kelemahannya yaitu batasan tentang apa yang dimuat di surat kabar tersebut. Sebab yang dimuat di media tersebut ternyata tidak hanya berita saja. Dari berbagai macam batasan yang diberikan orang tentang berita, pada prinsipnya ada unsur penting yang harus diperhatikan pada definisi tersebut, yaitu unsur : 1. Laporan 2. Kejadian peristiwa terdapat yang menarik dan penting 3. Disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu).20
19
Ibid, Op cit.
19 Berita apapun yang disajikan oleh surat kabar atau media massa lainnya haruslah melihat dari berbagai sudut pandang tertentu yang nantinya akan menentukan kualitas berita itu sendiri. 2.3.2. Nilai Berita Berita itu harus menarik perhatian pembaca dan tidak luput dengan nilai berita (News Value), berkat pengalaman lapangan yang banyak, akan terasa, terasah, terlatih dan terbiasa mengklasifikasikan sebuah kejadian apakah layak atau tidak dijadikan berita. Nilai berita sebenarnaya adalah seperangkat kriteria untuk menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk diliput.21 Berita apapun yang disajikan oleh surat kabar atau media massa lainnya haruslah melihat dari berbagai sudut pandang tertentu yang nantinya akan menentukan bobot serta kualitas berita itu sendiri. Juga akan sangat berkaitan erat dengan upaya penarikan minat terhadap khalyak agar mau mengkonsumsi berita yang disajikan. Berkenaan dengan hal tersebut, ada empat faktor utama yang menentukan nilai berita, yaitu ; 1. Kesegaran Peristiwa (aktualitas) ; dalam publisistik pengertian aktualitas obyektif yang berarti kejadian yang bersangkutan baru saja muncul, dan aktualitas subyektif yang berarti baru bagi orang-orang tertentu. 2. Kedekatan kejadian dai pembaca (proximity, proksimitas) ; dewasa ini konsep proksimitas telah dipengaruhi oleh era globalisai komunikasi. Media massa seakan-akan memperpendek jarak antara satu negara dengan negara lainnya.
20 Ina Ratna Mariani, June Kuncoro, Teknik Mencari dan Menulis Berita, H. Universitas Terbuka, 1994, hal. 31-32 21 Ibid, Hal. 65
20 3. Penonjolan kejadian atau keutamaan pelaku berita (prominence) ; Besar kecilnya ketokohan seseorang atau instansi yang terkait dalam suatu peristiwa/kejadian. 4. Sifat penting suatu kejadian (significance); Maksudnya kejadia-kejadian itu
mempunyai arti
penting bagi kemaslahatan
manusia atau
masyarakat.22 Istilah yang tidak dapat dipisahkan dengan nilai berita adalah news judgment, yaitu kemampuan untuk mengevaluasi berita berdasarkan kepada news value yang sudah disepakati dan merupakan ukuran dari kepatutan berita serta merupakan rutinitas yang berorientasikan kepada audiens. News worthiness dibutuhkan untuk menentukan apa yang dianggap menarik dan penting bagi audiens, dan pada prakteknya membantu gatekeeper (penjaga gawang) untuk menyeleksi berita secara konsisten. Setiap berita yang diperoleh tidak bisa dengan mudah didapatkan begitu saja bila tidak ada sumber berita sebagai asalnnya. Sumber berita berarti asal mula berita itu terjadi atau diperoleh, bisa peristiwa, manusia, dan dapat berupa pengumpulan berita.23 2.3.3. Struktur dan bentuk-bentuk berita Untuk menyusun berita atau artikel, maka terlebih dahulu penulis mengetahui tahapan persiapan menulis berita atau artikel. 1. Pahami masalah 2. Kumpulkan bahan 3. Seleksi bahan 4. Tentukan tema pokok/ide cerita 5. Tentukan urutan logis (judul, lead, badan berita dan penutup (ending). 22 23
A. Muis. Op.cit, hal 42-46 JB. Wahyudi, OP.cit, hal 133-135
21 Setelah tahapan, judul mengandung pengertian-pengertian 2-5 kata yang disajikan secara ringkas serta mengasosiasikan dengan sesuatu yang langsung bisa diingat pembaca. Lead adalah 2 kalimat hingga 3 kalimat yang mengintisarikan berita atau artikel sehingga dengan membaca lead, pembaca menarik untuk membacanya. Badan berita atau tubuh berita, adalah berisi sajian secara lengkap dari bahan yang akan ditulis. Sedangkan ending atau penutup, berisi beberapa kalimat yang menyimpulkan dari berita atau artikel. Biasanya ending atau penutup pada artikel, selalu berisi saran, solusi maupun rekomendasi untuk pembaca. 24 Bentuk berita dan artikel terdiri dari 3, masing-masing : bentuk beraturan, piramida dan piramida terbalik. Dari tiga bentuk tersebut, bentuk beraturan dan piramid terbalik yang sering digunakan.
Dari fungsi dan manfaat bentuk itu , memiliki kelebihan masing-masing. Bentuk piramida terbalik misalnya, sering digunakan media cetak (harian) dan elektronik, karena dengan bentuk itu, penulis menuliskan laporan dengan mengutamakan hal yang terpenting. Cara itu menguntungkan, sebab akan mempermudah tim editing dalam melakukan pemotongan kata atau kalimat apabila dead line waktu sangat singkat, sehingga bentuk piramida terbalik digunakan media cetak harian yang waktu dead linenya cukup singkat dan terbatas.Lain halnya dengan bentuk, beraturan. Bentuk ini digunakan penulis
24
http://www.journalist-adventure.com
22 dengan tanpa melihat hal terpenting namun, penulis cukup menulis sesuai apa yang dikehendakinya. Sehingga bentuk beraturan sangat tepat digunakan dalam menyusun artikel, karenanya bentuk itu lazim digunakan media cetak majalah ,tabloid maupun jurnal yang memiliki dead line yang panjang (seminggu, dua minggu, sebulan maupun triwulan).25
2.4.
Media Watch sebagai Lembaga Pemantau Media Jumlah media watch sebagai Lembaga Pemantau Media (LPM) semakin
berkurang. Padahal saat ini perannya semakin dibutuhkan mengingat perkembangan media massa yang pesat. Ketergantungan terhadap dana bantuan sering dianggap sebagai penyebab menurunnya kinerja dan jumlah media watch. Kemunculan media watch dilatarbelakangi tiga sebab. Ada media watch yang didirikan oleh para akademisi di lingkungan perguruan tinggi. Model seperti ini umumnya bekerja berdasar dukungan perguruan tinggi bersangkutan. Media watch dalam bentuk lain berdiri atas inisiatif para aktivis lembaga swadaya masyarakat yang mengandalkan bantuan dana dari donotur di luar maupun di dalam negeri. Biasanya media watch semacam ini tidak hanya melakukan pemantauan terhadap pemberitaan pers tetapi juga melakukan kegiatan pendidikan bagi wartawan. Model media watch yang terakhir berdiri berkat kepedulian seseorang biasanya tokoh terkenal terhadap kebebasan pers.26 Fungsi media watch yang pertama jelas membantu media untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Ini penting sekali karena tidak banyak media yang serius mengembagkan divisi penelitian dan pengembangan. Kedua, memberi 25 26
Ibid, Op cit Artikel Dewan Pers dalam Laporan utama Etika “BERITA DEWAN PERS” . www.dewanpers.org
23 peringatan kepada publik untuk menyikapi media secara kritis dan jernih. Ketiga, memberi penyadaran kepada semua pihak untuk bersikap proporsional terhadap media. Misalnya, jangan mengkritik media dengan cara-cara premanistis. Mungkin mengkritik dengan hasil penelitian, barangkali lebih perlu dikembangkan.27 Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar Tanggung jawab utama media watch kepada publik melalui apa yang disebut public literacy. “Memberi laporan kepada publik atau khalayak sehingga muncullah kesadaran bermedia dan kritisisme dalam menghadapi media”. Yang mengancam kebebasan pers, pertama bersifat internal yaitu jurnalis dan pengelola media pers, berupa penyalah-gunaan media pers demi kepentingan - kepentingan pragmatis sendiri. Kedua bersifat eksternal yaitu kekuasaan (negara dan modal) yang berpretensi menggunakan media pers untuk kepentingan sendiri, sehingga media pers bukan sebagai forum bebas bagi kebenaran, tetapi hanya menjadi alat untuk merekayasa masyarakat.28 Bambang Harymurti memaparkan pentingnya pers yang bermutu untuk membantu masyarakat mengambil keputusan yang makin tinggi kualitasnya dalam menghadapi tantagan-tantangan. Tetapi kalau media penyedia informasi ini sampai dimanipulasi badan-badan tertentu, siapa yang menjadi watch-dognya. Inilah peran yang harus diambil oleh media watch. Masyarakat perlu lebih awas. Masyarakat sudah
kritis tetapi media watch diperlukan, guna
meningkatkan daya kritis itu, untuk memberikan semacam warning, begitu.
27
Ibid, hal 3 Ashadi Siregar dkk.dalam artikel Fungsi Media Watch Membangun Kesadaran Bermedia. Kerjasama Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y), 2006, hal 1. 28
24 Media watch juga perlu bagi lembaga konsumen, sebagai alat bantu dalam mengawasi produk-produk konsumsi. 29 Muladi, sebagai ketua tim RUU KUHP nasional, memaparkan bahwa parameter media watch adalah, UUD, acuan kepada instrumen internasional tentang HAM, dan kebebasan mengutarakan pendapat. Pertama, kalau pers melanggar hak orang lain; kedua, bertentangan dengan ketertiban masyarakat, moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum.30
2.5.
Manajemen Redaksi Dalam Pembuatan Artikel Dalam menyajikan pemberitaan, pers dihadapkan permasalahan untuk
menyajikan berita yang memiliki nilai berita sekaligus berita layak, berita menurut visi dan misi perusahaan pers yang menerbitkan. Secara praktis, laik berita merupakan gabungan antara nilai berita dan tujuan media.31 Tugas atau bidang kerja redaksi sangat terkait erat dengan tugas seorang analis media serta bagian percetakan. Ini menyangkut komitmen bahwa Jurnal Media harus selesai cepat sesuai jadwal yang telah ditentukan, agar bisa sampai ke tangan pembaca seawal mungkin. Dalam hal ini seorang redaksi dituntut mematuhi jadwal dalam menurunkan copyan tulisannya dan erat kaitannya dengan fungsi manajemen yang dijalankan oleh media itu sendiri. Hakikatnya pola manajemen redaksional tak jauh berbeda dengan manajemen umum. Kerangka dan pola manajemen redaksional juga terkait dengan masalah perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan dan proses itu sendiri.
29
Bambang Harymurti dalam artikel Media Watch dan Urgensinya dalam Peningkatan Kualitas Kemerdekaan Pers.http://www.habibiecenter.or.id 30 Muladi. dalam artikel Media Watch dan Urgensinya dalam Peningkatan Kualitas Kemerdekaan Pers . Op.cit 31 Ana Nadhiya Abrar, Mengurai Permasalahan Jurnalisme. PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 1995. hal.14
25 Permasalahan seperti perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan dan proses itu sendiri merupakan materi yang dapat dijadikan suatu bidang yang dapat berguna bagi redaksi, baik yang datang berdasarkan undangan, atau peristiwa yang harus diungkap dan opini yang harus digali oleh seorang analis media dalam membuat suatu tulisan. Semua ini tentu tidaklah mudah karena membutuhkan manajemen yang profesional dan terkonsep secara matang. Manajemen adalah proses
mencapai tujuan dan sasaran melalui
tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling).32 Perencanaan (planning) memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan cara menetapkan tujuan , aturan, menyusun rencana dan membahas mengenai tema apa saja yang akan diangkat. Pengorganisasian
(organizing)
Redaksi
Pelaksana
membuat
job
describtion atau pembagian tugas meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumber daya dikalangan anggota organisasi Pelaksanaan (actuating) mencakup memotifikasi anggota organisasi untuk menjalankan tugas pokok. Pada tahap pelaksanaan berkaitan tentang kepemimpinan atau lebih kepada alur struktur organisasi dalam melaksanakan tugas Pengendalian (controlling), menajer harus memastikan bahwa tindakan anggota organisasi benar-benar membawa organisasi kearah tujuan yang telah ditetapkan, melalui pengendalian, pelaksanaan tugas, dan sebagainya. 33
32
Totok Djoroto, Menejemen Penerbitan Pers, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal 96-97 33 Ibid
26 2.5.1. GateKeeping Theory Pada penelitian ini peneliti menggunakan model Gatekeeping-Selektif Galtung and Ruge karena sesuai dengan tujuan penelitian dalam melihat bentuk pemantauan media, yang dalam model ini terjadi pada saat seleksi atau pemilihan dan penentuan tulisan yang disesuaikan dengan persepsi media. Pendekatan Galtung and Ruge dengan memberi nama dan menggambarkan sifat-sifat sebuah berita yang akan dianalisa sesuai dengan kaidah dan aturan hukum jurnalistik yang mempengaruhi kemungkinan terpilihnya tulisan itu. Sesuai dengan hakikatnya dalam sifat penggunaan media/saluran secara professional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka kepemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dalam organisasi pemilik media ini terdapat pula: Gatekeeper (Penjaga gerbang). Melalui fungsi gatekeeper sebenarnya berbagai informasi yang masuk dari luar yang bersifat primer dikenakan sensor, diperiksa dan diperiksa lagi kemudian diputuskan berdasarkan kebijaksanaan redaksi untuk diterbitkan. Dengan demikian informasi yang diterbitkan itu lebih bersifat sekunder hasil analisa dan didasarkan kepada kebijaksaan redaksi.34 Penelitian ini akan mengulas penyajian sebuah baris kunci pada lembaga media cetak dengan mengacu pada Gate Keeping Selektif. Menurut Galtung and Ruge, Gate keeping Selektif
ini berdasarkan pada pandangan yang agak
sederhana tentang arus berita dan gate keeping sebagai proses seleksi sesuai nilai berita atau criteria yang mempengaruhi pemahaman berita.35
34
Alo Liliweri, Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 1991, hal 37. 35 Denis McQuail, Sven Wndahl, Model Komunikasi. Alih bahasa Putu Laxman Pendit.
27 Model ini mengembangkan salah satu aspek gate keeping yang diabaikan atau hanya dibicarakan sepintas pada model-model sebelumnya, yaitu criteria yang digunakan dalam memilih berita. Namun ada alasan untuk menganggap bahwa proses pemilihan tulisan bersifat sistematis dan dalam beberapa hal dapat diperkirakan sebelumnya. 2.5.2. Struktur umum organisasi Redaksi Bagian redaksi umumnya merupakan jantung sebuah penerbitan media massa. Ia menjadi motor bagi bagian-bagian lainnya. Ia pula bagian yang menjalankan visi dan misi, serta idealisme sebuah media massa. Berikut ini strutur umum organisasi redaksi:
Struktur Umum Organisasi Redaksi. 36 Pemimpin Umum Pemimpin Perusahaan Pemimpin Redaksi
Redaktur Bahasa
Redaktur Pelaksana
Sirkulasi, iklan, Promosi umum, Tata Usaha, Keuangan
Para Redaktur Desk
Kabag Pracetak
Setting Lay out Reporter Koresponden/Penulis Fotografer
Perpustakaan, Dokumentasi, Litbang 36
Asep Syamsul M.Romli. Jurnalistik Praktis. PT Remmaja Rosdakarya. Bandung,1999, hal.78
28 2.5.3. Gambaran Kerja Redaksi Pemimpin Umum bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Ia dapat melimpahkan pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada pemimpin redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada pemimpin perusahaan sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan. Pemimpin Redaksi bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari dan mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya. Setara dengannya adalah Pemimpin Perusahaan membawahkan bagian pemasaran, sirkulasi, iklan, promosi umum, keuangan. Di bawah pemimipin redaksi biasanya ada redaktur pelaksana. tanggung jawabnya hampir sama dengan pemimpin redaksi, namun lebih bersifat teknis. Dialah yang memimpin langsung aktivitas peliputan dan pembuatan artikel oleh para analis media dan juga mengkoordinasikan dan menugaskan analis media untuk menulis artikel. Di bawah redaksi pelaksana umumnya adalah para redaktur desk atau Editor. Mereka bertanggung jawab penuh atas isi rubrik-rubrik yang dipercayakan untuk dikelola (Redaktur Desk dikenal pula dengan “Jabrik”penanggung jawab rubrik). Tugas utama mereka antara lain :bertanggung jawab untuk menentukan, menyeleksi, dan mengedit serta mengoreksi termasuk pembuatan judul, tema dan naskah yang akan dimuat pada rubrik yang menjadi tanggung jawabnya. Sebuah penerbitan juga biasanya memiliki seorang editor bahasa. tugasnya antara lain menjaga keseragaman bahasa yang dipergunakan dalam penulisan berita/artikel yang menjadi gaya atau ciri khas medianya.
29 Setingkat dengan editor adalah Kepala bagian (Kabag) pracetak. Ia bertanggung jawab menangani “naskah siap cetak” dari para redaktur, yaitu semua naskah berita yang sudah diturunkan ke percetakan dan sudah diset bersih, desain cover dan perwajahan (tata letak, lay out, artistik), dan hal-ihwal sebelum koran dicetak. Di bawah para editor adalah para reporter. Mereka merupakan “prajurit” di bagian redaksi. Mencari bahan untuk dijadikan berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokoknya. Kegiatan mencari berita pada prinsipnya bisa dikerjakan setiap waktu, bergantung pada mood, peristiwa yang terjadi, atau ada tidaknya penugasan dari redaksi. Selain reporter, media massa biasanya memiliki pula koresponden (correspondent), yaitu wartawan yang ditempatkan di Negara lain atau di kota lain (daerah), di luar wilayah di mana media massanya berpusat. Bagian lain di jajaran redaksi adalah setter atau juruketik naskah. Ia bertugas mengetik naskah yang akan dimuat. Juga ada pula korektor, bertugas mengoreksi (membetulkan) kesalahan ketik pada naskah yang siap cetak. Bagian yang tak kalah pentingnya, untuk membantu kelancaran kerja redaksi adalah bagian perpustakaan dan dokumentasi serta bagian penelitian dan pengembangan (litbang). Litbang inilah yang memantau perkembangan sebuah penerbitan, survei pembaca, dan memberikan masukan-masukan bagi pengembangan redaksional dan bagian lainnya, termasuk pembinaan / pengembangan kualitas sumber daya manuasia. 37
37
Ibid hal. 75-79
30 2.6.
Definisi Konsep Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa konsep dan variabel untuk menjadi
ukuran jawaban dari penelitian ini. Adapun konsep dan variabel tersebut adalah : NO 1
Konsep Manajemen Redaksi
Definisi Proses
mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-
tindakan
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling).38 2
Berita
Laporan yang baru tentang peristiwa pendapat atau masalah yang menarik perhatian banyak orang.
3
Artikel
Karya tulis seperti berita atau esai. Esai adalah karangan yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya setelah membaca pendapat lain dari begitu banyak karya yang telah dibacanya.
4
Jurnal
Media informasi sekaligus dokumentasi mengenai hasil pengkajian, pemikiran dan pandangan yang tengah berkembang di masyarakat.
5
Jurnal Media Watch
Jurnal dalam bentuk artikel/tulisan berisi informasi hasil
The Habibie Center
analisa isi media baik itu cetak/elektronik yang dilakukan oleh para analis media melalui proses penyeleksian berita sampai pada percetakan setiap bulan, dan isi/tema dari informasinya tidak sama pada setiap bulannya.
38
Totok Djoroto, Menejemen Penerbitan Pers, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal 96-97
31 BAB III METODOLOGI
3.1.
Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu memberikan
gambaran atau penjabaran tentang kondisi empiris objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki.39 Penelitian deskriptif menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori atau mengidentifikasi pertanyaan untuk diteliti lebih lanjut, hal lain yang menjadi ciri khas dari metode ini adalah kegiatannya yang menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah, disini peneliti berfungsi sebagai pengamat dengan mengamati suatu gejala dan dengan menggunakan kategori-kategori yang diciptakannya. Penelitian deskriptif ditujukan untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapakan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.40
39
Setiawan, Bambang, Metode Penelitian Komunikasi 1, Jakarta UT, 1995, hal 9 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 1998, hal 22 40
32 Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor mengenai metode kualitatif seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moeleong (2004) adalah : Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dengan prilaku yang diamati, menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu kebutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut Kirk dan Miller (2000) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergabung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.41 Peneliti memahami bahwa pendekatan kualitatif diharapkan agar dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau prilaku yang dapat diamati, sehingga dapat menjawab masalah yang diteliti, yaitu Manajemen Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam melakukan pemantauan media dan pembuatan artikel pada periode 2006. 3.2.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, sebab
fokus penelitian terletak pada fenomena di dalam kehidupan nyata, yaitu manajemen redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam pembuatan artikel. 41
Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif edisi Revisi, Pt Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal 4
33 Seperti dijelaskan Robert K. Yin bahwa studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer. Karena itu studi kasus berdasarkan diri pada tehnik-tehnik yang sama dengan kelaziman yang ada pada strategi historis, tetapi dengan menambahkan dua sumber bukti yaitu wawancara dan observasi.42 Jika dikaitkan dengan masalah penelitian, design studi kasus yang digunakan dalam penelitian adalah design kasus tunggal dengan unit analisis tunggal karena peneliti hanya meneliti satu kasus yaitu manajemen redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam melakukan pembuatan artikel pada periode 2006. 3.3.
Teknik Pengumpulan data Dalam penelitian ini Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :
3.3.1. Data Primer Peneliti mengambil data primer sebagai data utama yang segala informasi dan data tertulisnya peneliti jadikan sebagai acuan untuk pembahasan dalam penelitian ini. Adapun data primer tersebut diperoleh melalui studi dokumentasi Jurnal Media Watch The Habibie Center sebanyak 12 edisi tahun 2006 dan disertai wawancara mendalam (indepth interview) kepada pihak Media Watch The Habibie Center. Target Pemilihan praktisi ahli untuk diwawancarai antara lain : 1. Wawancara dengan Pemimpin Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center 2. Wawancara dengan Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center 3. Wawancara dengan Wakil Ketua Pusat Pengembangan Media.43
42
Robert K. Yin. Studi Kasus (desain dan metode), terjemahan M. Djauzi Murdzakir, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal 12 43 Mewakili Ketua Pusat Pengembangan Media yang sedang sakit dan butuh waktu lama untuk proses penyembuhan
34
3.3.2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder pada penelitian ini, merupakan tahap memperoleh data penelitian melalui pengupulan data-data dari berbagai bentuk cetakan, baik itu malalui buku, majalah, karya tulis ilmiah maupun internet dan bentuk tulisan lainnya yang memungkinkan untuk menambah referensi serta melengkapi data-data dalam penelitian.
3.4.
Key Informan Peneliti menjadikan key informan sebagai tolak ukur penelitian, karena
hasil wawancara yang akan dilakukan peneliti dengan informan sebagai narasumber sangat erat kaitannya dengan penelitian ini. Dalam hal ini, informasi atau keterangan diperoleh langsung dari informan sebagai narasumber dengan jalan wawancara. Wawancara sendiri adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab antara sipenanya atau pewawancara dengan sipenjawab.44 Adapun informan yang akan diwawancarai oleh peneliti sebagai bahan dalam pembuatan penelitian ini yaitu : 1. Bapak Andi Makmur Makka ( Pemimpin Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center) 2. Ibu Wenny Pahlemy ( Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center) 3. Bapak Mustofa Kamil Ridwan (Wakil Ketua Pusat Pengembangan Media) 45
44 45
Moh. Nazir, Metode Penelitian:234. Ibid, Mewakili Ketua Pusat Pengembangan Media
35
3.5.
Fokus Penelitian Penelitian ini terfokus pada kegiatan bidang redaksi yang berkaitan
dengan Manajemen redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam melakukan pemantauan media dan proses pembuatan artikel meliputi tahapantahapan diantaranya yaitu : 1. Tahap perencanaan 2. Tahap pengorganisasian 3. Tahap pelaksanaan 4. Tahap pengendalian Tujuannya dari pemantauan media itu sendiri untuk menetapkan dan mengawasi pelaksanan Kode Etik Jurnalistik dalam kaitannya dengan pemberitaan pers juga sebagai bagian dalam upaya menjaga kebebasan pers dan mengupayakan penyelesaian masalah-masalah ruang lingkup keredaksionalan dan bersikap proporsional terhadap media.
3.6.
Rencana Analisis Dalam hal ini peneliti hanya menganalisis data-data yang terkumpul
melalui studi dokumentasi Jurnal Media Watch The Habibie Center sebanyak 12 edisi dan juga hasil wawancara dengan pihak Pemimpin Redaksi, Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dan Wakil Ketua Pusat Pengembangan Media, yang nantinya akan dibuatkan script dan dianalisis dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menjabarkan manajemen redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam melakukan pemantauan media dan pembuatan artikel periode 2006.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Obyek Penelitian Kemerdekaan adalah keniscayaan bagi pers. Tanpa kemerdekaan niscaya pula pers tidak bisa melakukan fungsinya sebagai lembaga pengontrol. Dalam tradisi demokrasi fungsi kontrol memang sangat diperlukan. Kata pepatah kekuasan yang tidak dikontrol cenderung untuk korup. Dan karena pers adalah alat kontrol yang efektif maka kemerdekaan pers manjadi keharusan. Namun pada kenyataan bahwa tidak semua jurnalis berhati mulia. Dengan kemerdekaan yang dimilikinya pers bisa menyebarkan kabar bohong, fitnah, provokasi dan informasi yang menyesatkan lainnya. Seperti pemerintah pers pun bisa korup. Karena itu Jurnal Media Watch The Habibie Center hadir untuk memantau agar kemerdekaan pers tidak diselewengkan sesuai dengan visi untuk mewujudkan dan menjaga agar kemerdekaan pers
tidak dijelmakan
menjadi pelanggar hak asasi manusia. Secara kontinu, Jurnal Media Watch The Habibie Center melakukan pengamatan terhadap berbagai perkembangan yang mempengaruhi kualitas kemerdekaan pers di Indonesia, serta memantau dari hari ke hari sejumlah isi media terkemuka di Indonesia. Hasil pengamatan dan pemantauan tersebut dituangkan dalam beragam bentuk publikasi: jurnal bulanan Jurnal MEDIA WATCH THE HABIBIE
CENTER. Jurnal ini memuat penilaian kritis
terhadap isi dan siaran media Indonesia. Di samping itu, Jurnal MWTHC berupaya untuk turut terlibat dalam proses penyusunan perturan-perundangan maupun regulasi yang berimplikasi pada kemerdekaan pers. 36
37 Mengenai bentuk fisik Jurnal Media Watch The Habibie Center adalah :
1. Nama Jurnal
: Media Watch The Habibie Center
2. Penerbit
: Media Center/The Habibie Center
3. Alamat Redaksi
: Jl. Kemang Selatan No. 98 Jakarta Selatan, Telp :(021) 781-7211 Fax : (021) 781-7212
4. Email
:
[email protected]
5. Website
: http://www.habibiecenter.or.id
6. Waktu Terbit
: Sebulan sekali secara periodik
4.1.1. Latar Belakang Sejarah Peran penting Habibie dalam percepatan proses demokrasi di Indonesia dikenal baik oleh masyarakat nasional ataupun internasional sehingga beliau dianggap sebagai "Bapak Demokrasi". Komitmen beliau terhadap demokrasi adalah nyata. Ketika MPR, institusi tertinggi di Indonesia yang memiliki wewenang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, menolak pidato pertanggung-jawaban Habibie, beliau secara berani mengundurkan diri dari pemilihan Presiden yang baru. Beliau melakukan ini, selain penolakan MPR atas pidatonya tidak mengekang beliau untuk terus ikut serta dalam pemilihan, dan keyakinan dari pendukung beliau bahwa beliau akan tetap bisa unggul dari kandidat Presiden lainnya, karena yakin bahwa sekali pidatonya ditolak oleh MPR akan menjadi tidak etis baginya untuk terus ikut dalam pemilihan. Keputusan ini juga dimaksudkan sebagai pendidikan politik dari arti sebuah demokrasi. Melalui proses yang sistematik, menyeluruh, dan menyatu, Habibie mengembangkan sebuah konsep yang lebih jelasnya, sebuah pengejewantahan
38 dari proaktif dan prediksi preventive atas interpretasi dari demokrasi sebagai sebuah mesin politik. Konsep ini kemudian diimplementasikan dalam berbagai agenda politik seperti : Pemilihan yang bebas dan jujur, Kebebasan berbicara, Kebebasan media, Kebebasan berkumpul, pengakuan perbedaan pendapat, usaha-usaha menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme atau dengan kata lain adalah pemerintahan yang baik dan bersih, penghormatan terhadap badan badan hukum dan berbagai institusi lainnya yang dibentuk atas prinsip demokrasi, pembebasan tahanantahanan politik, dan pemisahan kesatuan polisi dari angkatan bersenjata. Sebagai seorang mantan presiden yang mengerti bahwa demokrasi adalah sebuah konsep yang harus terus dikembangkan demi menuju Indonesia modern, Habibie menyadari adanya suatu kebutuhan untuk mendirikan sebuah institusi yang berdedikasi untuk mempromosikan dan mengembangkan konsep demokrasi di Indonesia. Realisasinya adalah dengan didirikannya The Habibie Center pada tanggal 10 November 1999 di Jakarta, Indonesia. 4.1.2. Visi dan Misi The Habibie Center “Visi untuk memajukan usaha modernisasi dan demokratisasi di Indonesia yang didasarkan pada moralitas dan integritas budaya dan nilai-nilai agama”. Misi yang diemban adalah: Pertama, untuk menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang mengakui, menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia. Kedua, memajukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha sosialisasi tekhnologi.
39 Misi ini dijadikan sebagai dasar program pengembangan strategis dalam agenda The Habibie Center yang meliputi Demokratisasi dan hak asasi manusia, sumber daya manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, media dan informasi, sumber daya kelautan, sosialisasi dan penyebaran teknologi, pembentukan jaringan dan kerjasama. Visi dan misi The Habibie Center diejawantahkan dalam bentuk logo. Seperti pada logo di bawah ini menggambarkan tujuan dari The Habibie Center untuk mengembangkan dan mencapai masyarakat demokratis dan bisa menopang dirinya sendiri atas dasar nilai-nilai agama dan budaya
Logo diatas tersebut terdiri atas 4 pilar yang menggambarkan landasan The Habibie Center, yakni; 1. Budaya, 2. Demokrasi, 3. Tekhnologi 4. Keadilan (hak asasi manusia) Empat landasan tersebut membentuk suatu kesatuan yang terintegrasi, harmonis, dinamik, dan progresif yang terletak pada suatu fondasi keagamaan – kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
40 4.2. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini peneliti akan memaparkan data – data yang telah diperoleh di lapangan, baik itu berupa wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan Key Informan maupun berbagai macam referensi yang peneliti dapatkan. 4.2.1 Proses Perolehan Artikel di Jurnal Media Watch The Habibie Center Tugas atau bidang kerja suatu redaksi dalam hal ini Jurnal Media Watch The Habibie Center memang sangat erat dengan tugas seorang analisis media dalam menganalisa suatu artikel dalam kaitannya memantau media massa. Ini dilakukan semata-mata menyangkut komitmen bahwa hasil tulisan harus selesai sesuai jadwal yang telah ditentukan, agar publik dapat mengetahui fakta atau informasi yang sesungguhnya dari pemberitaan yang diinformasikan melalui media massa dan sampai ke tangan pembaca seawal mungkin. Perolehan artikel dalam Jurnal Media Watch The Habibie Center dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti membaca koran atau majalah, menonton televisi maupun tinjauan ke perpustakaan atau bisa juga melalui hasil wawancara dari narasumber yang berkompeten. Untuk memperoleh data, sejumlah langkah dapat dilakukan antara lain wawancara maupun investigatif. Reporting atau wawancara merupakan proses pengumpulan bahan berita. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari subjek yang diwawancarai dengan cara menggali dan mengarahkannya. Sedangkan teknik wawancara itu sendiri dapat dilakukan dengan lisan dengan bertatap muka (cara terbaik, telepon dan tertulis (kuisioner).
41 Hal itu juga dikemukakan oleh Wenny Pahlemy selaku redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center, bahwa : “Artikel diperoleh melalui apa saja seperti undangan dalam diskusi tentang pers atau informasi publik tapi perlu digaris bawahi bukan mengejar berita tentang diskusinya melainkan menuliskan point-point diskusinya,atau bisa juga melalui membaca koran dan majalah, menonton televisi, wawancara dengan narasmuber yang berkompeten dalam bidang media guna menggali fakta, copy siaran dalam program televisi atau bisa juga tinjauan perpustakaan, .”46 Sesampainya di ruang redaksi seorang analis media menyerahkan hasil tulisannya kepada redaktur untuk dilakukan proses penyuntingan. Hal ini dilakukan untuk menjadikan tulisan itu apakah layak atau tidaknya untuk dimuat. Dengan kata lain, tugas penyuntingan tulisan dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan, seperti ejaan kata-kata yang salah, fakta-fakta yang kurang lengkap atau tidak lengkap atau struktur berita atau tulisan yang dirasakan kurang tepat, selain itu juga mencegah masuknya hal-hal yang tidak diinginkan misalnya pengulangan keterangan yang dapat membuat rasa membosankan, masuknya iklan yang terselubung, masuknya opini pembuat tulisan yang berlebihan atau tidak sesuai dengan fakta. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan tulisan, baik itu faktor internal maupun eksternal. Kedua faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap cara penyampaian informasi kepada khalayak. Memang tidak dapat dipungkiri sebuah informasi terutama dalam hal ini kebenaran suatu berita harus dapat dipertanggung jawabkan karena mempunyai pengaruh yang sangat kuat di tengah-tengah masyarakat, terutama disaat-saat bangsa ini mengalami berbagai cobaan dan ujian yang silih berganti.
46
Indept Interview dengan Wenny Pahlemy, selaku Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center, Jakarta 28 Mei 2007, Pkl. 11.12 WIB
42 Hal yang membuat suatu peristiwa atau kejadian sebagai laik berita adalah unsur nilai berita yang menyangkut hajat hidup orang banyak, dalam hal ini penting dan menarik untuk diketahui pembaca dari kejadian atau peristiwa yang terjadi. Tetapi penerapan bentuk penyampaian informasi dalam hal pemantauan media sangat tergantung pada kebijakan redaksi dan media itu sendiri. Penentuan suatu tulisan untuk dapat dimuat mempermudah kinerja bagi pengelola media, untuk menentukan laporan hasil penelitian yang memilki nilai berita yang paling layak untuk dijadikan berita utama (headline). Dalam membuat tulisan yaitu laporan harus bersifat faktual, akurasi objektif dan berimbang. Sebagai penjabaran akurasi, maka muncul formula 5W + H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Objektif, berita harus merupakan laporan faktual tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini dimungkinkan, sebab wartawan pun memiliki keterbatasan. Untuk mengejar objektifitas ini kemudian muncul laporan komprehensif dan laporan investigatif. Berimbang (balanced), berita adalah laporan yang objektif termasuk tidak memihak kepentingan kelompok tertentu. Sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca dan tidak digugat oleh pihak yang merasa dirinya dirugikan. Seperti halnya yang diutarakan oleh Wenny Pahlemy selaku redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center, bahwa : “Jurnal Media Watch ini tidak memberitakan sesuatu tidak seperti surat kabar atau majalah pada umumnya jadi Jurnal khusus yang isinya mengkritisi isi berita atau fenomena tentang jurnalistik yang berkaitan dengan media baik cetak atau elektronik. Seorang analis media harus objektif dalam melakukan penulisan agar dapat membedakan antara opini dan fakta, sedangkan layak atau tidaknya suatu artikel untuk ditulis atau dianaliis pada akhirnya ditentukan oleh Pemimpin Redaksi dan biasanya Redaktur Pelaksana
43 menyampaikan keberatan atau masukan dari redaksi yang kemudian ditetapkan oleh pemred.”47 Seorang redaksi dituntut mematuhi jadwal dalam menurunkan copyan tulisannya dan erat kaitannya dengan fungsi mekanisme yang dijalankan oleh media itu sendiri. Hakikatnya pola manajemen redaksional tak jauh berbeda dengan manajemen umum. Kerangka dan pola manajemen redaksional juga terkait dengan masalah perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan dan proses itu sendiri. Permasalahan seperti perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan dan proses itu sendiri merupakan materi yang dapat dijadikan suatu bidang yang dapat berguna bagi redaksi, baik yang datang berdasarkan undangan, atau peristiwa yang harus diungkap dan opini yang harus digali oleh seorang analis media dalam membuat suatu tulisan. Semua ini tentu tidaklah mudah karena membutuhkan manajemen yang profesional dan terkonsep secara matang. Begitu juga pada penentuan berita atau tulisan yang layak atau tidak layak untuk dimuat harus ditentukan oleh Pemred atau bisa juga melalui rapat forum redaksi yang hanya diikuti oleh Pemimpin Redaksi dan Redaksi Pelaksana.. Berikut ini pendapat Andi Makmur Makka selaku Pemimpin Redaksi : “Di Jurnal Media Watch The Habibie Center, dalam menentukan tulisan apa saja yang akan dimuat terlebih dahulu melalui Redaksi Pelaksana lalu kemudian keputusan akhir ada pada Pemimpin Redaksi, atau bisa juga melalui rapat forum redaksi yang hanya diikuti oleh Pemimpin Redaksi dan Redaksi Pelaksana. Tapi dalam menentukan suatu tulisan untuk layak dimuat biasanya harus melalui standar penulisan terlebih dahulu, dan biasanya dalam memonitoring isi media harus melalui standar etika dan aspek hukumnya.”48
47
Indept Interview dengan Wenny Pahlemy, ibid Indept Interview dengan Andi Makmur Makka, selaku Pemipin Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center, Jakarta 23 Mei 2007, Pkl. 13.31 WIB 48
44 4.2.2. Proses Pemantauan Media di Jurnal Media Watch The Habibie Center Pemantauan media biasanya dilakukan dalam tiga tingkat, yaitu oleh dan dari media sendiri, oleh lembaga profesi dan oleh masyarakat. Pengawasan oleh media sendiri biasanya dilakukan di lingkungan media besar, dengan mengadakan lembaga ombudsman yang menjalankan fungsi meneliti setiap penyimpangan yang dilakukan oleh pekerja profesional di media bersangkutan. Kedua, instansi yang melakukan pengawasan dari organisasi profesi dimana pekerja profesional bergabung. Juga melakukan pengujian atas hasil kerja dan prosedur kerja dari anggotanya yang menjadi pekerja profesional di suatu media, atas permintaan media manakala ada komplain atau protes warga masyarakat atas hasil kerja dari yang bersangkutan. Dengan kata lain, media meminta organisasi profesi memeriksa anggotanya yang merugikan warga. Berikut pernyataan Pemimpin Redaksi, Andi Makmur Makka : “Pemantauan Media yang dilakukan Jurnal Media Watch The Habibie Center ada standarnya, petunjuk yang digunakan adalah kode etik jurnalistik, pedoman program penyiaran dan standar program siaran (P3-SPS) dan aturan-aturan lain yang berkaitan dengan pers misalnya UU Pers atau UU Penyiaran jadi yang dipantau adalah persoalan etika dan aspek hukumnya yang berkaitan dengan pelanggaran yang menyangkut kepentingan umum atau berita yang dapat merugikan masyarakat.”49 Ketiga, dilakukan oleh lembaga/institusi dalam masyarakat yang melakukan pengamatan terus menerus atas isi/muatan media untuk menjaga hak warga masyarakat. Pengamatan ini dilakukan terus-menerus, ada atau tidak ada komplain atau protes masyarakat. Berbeda dengan ombudsman bagi media ataupun organisasi profesi, institusi media watch dari masyarakat ini tidak perlu meneliti standar prosedur kerja dari pekerja professional.50
49 50
Indept Interview dengan Andi Makmur Makka, ibid Ashadi Siregar, Opcit hal 4
45 Untuk melaksanakan program media watch diperlukan adanya penguasaan pengetahuan teoritik konseptual dan metodologi penelitian analisis isi bagi para media analyst (analis media) dan pelaksana monitoring (surveyor), terutama dalam menyusun dan mengaplikasikan instrument monitoring. Pemimpin Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center mengemukakan bahwa : “Para analis media harus mengerti dan paham tentang ilmu jurnalistik dalam hal menganalis isi media, juga menguasai pengetahuan secara teoritis tentang ilmu komunikasi dan menerapkannya dalam sebuah tulisan serta memilki idealisme yang tinggi tetapi dalam kadar tertentu sebagai bahan pertimbangan dalam menjaga nama baik atau mewujudkan media yang bersih.”51 Praktek pemantauan media dapat dilakukan dengan mengamati dan menganalisis produk media, baik media cetak maupun media elektronik (radio dan televisi) dengan berfokus pada aspek-aspek antara lain: a. Kepentingan kekuasaan ekonomi. b. Kepentingan kekuasaan budaya/komunalisme. c. Kepentingan media massa. d. Kolusi antara media massa dan kekuasaan Secara konvensional analisis isi atas media pers/jurnalisme bertolak dari kecenderungan antara lain: a. Sifat fakta / opini atau empiris (factuality). b. Keseimbangan (balance). c. Liputan dua pihak (fairness). d. Tidak berpihak (impartiality). Pada dasarnya, media diartikan sebagai beberapa medium atau saluran yang digunakan secara terorganisir untuk berkomunikasi dengan individu51
Indept Interview dengan Andi Makmur Makka, ibid
46 individu dan kelompok-kelompok. Bentuk media yang paling banyak dikenal adalah media cetak, audio, video dan teknologi informasi baru yang, berdasarkan struktur, fokus dan isi pemberitaan, dapat dibagi menjadi media ‘umum’ dan ‘alternatif’. Jika media ‘umum’ (atau mainstream) sudah dikenal secara umum, maka pengertian untuk media ‘alternatif’ masih simpang siur. Laporan ini tidak bermaksud untuk memberi definisi yang tuntas, tetapi di sini diasumsikan bahwa media ‘alternatif’ dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori di bawah ini: 1. Media terkait berbasis isu dan secara aktif mendukung media lain dan prakarsa masyarakat madani yang sepemikiran; 2. Media terkait mempromosikan pendekatan-pendekatan alternatif 3. kegiatan kemasyarakatan dan bukannya mengejar kepentingan komersial 4. hierarki sosial ekonomi; 5. Tajuk seringkali menekankan perspektif-perspektif ‘baru’, memberikan penafsiran yang berbeda atas permasalahan atau peristiwa; 6. Lazimnya membidik segmen pasar yang spesifik; 7. Keuntungan bukan pertimbangan utama; Berikut pernyataan redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center yaitu Wenny Pahlemy : “Jurnal Media Watch The Habibie Center melakukan pemeriksaan terhadap pemberitaan media dengan mengacu kepada prinsip jurnalistik, salah satunya apakah fakta dikaburkan dengan opini, apakah fakta yang digambarkan atau ditulis surat kabar itu sudah melakukan chek and re-chek. Karena jika surat kabar itu menuliskan berita ternyata tidak benar atau disomasi oleh yang bersangkutan dapat membahayakan media tersebut dan juga bisa menyesatkan publik.”52
52
Indept Interview dengan Wenny Pahlemy, ibid
47 Lembaga Pemantau Media seharusnya dapat memantapkan peran media sebagai kekuatan keempat negara (fourth estate) untuk jangka panjang dan secara berkesinambungan. Dalam hal ini, lingkungan yang kukuh dan berimbang bukan saja suatu kebutuhan untuk media yang fungsional dan kukuh, tetapi juga diperlukan untuk memastikan kemampuan media dalam hal mencegah penyebarluasan berita bohong sebagai fungsi bawaan yang berasal dari profesionalismenya, serta menjadi basis yang kuat untuk mencegah jenisjenis tindak manipulasi dan perlakuan salah oleh media yang dapat menyesatkan atau menggiring masyarakat kearah yang tidak benar. Berikut pendapat Andi Makmur Makka selaku Pemimpin Redaksi : “Yang menjadi nilai penting suatu tulisan pada jurnal Media Watch ini adalah sudut pandangnya berita itu penting bagi pembaca berkaitan dengan nilai-nilai moral, berbahaya bagi anak-anak dan remaja, dan mendistorsi wacana publik juga aspek kepada penentuan sumber. Dan jika ada isi pemberitaan dalam media yang melanggar dari yang menjadi pakemnya yang kita pahami seperti peduli tidak terhadap demokrasi, peduli tidak pada hak – hak asasi manusia, mendistorsikan tidak hak-hak asasi manusia dan itu lah yang nantinya akan dijadikan bahan pemantauan.”53 Monitoring isi pemberitaan media dapat berfungsi baik sebagai peringatan dini atas praktek-praktek yang berpotensi meningkatnya ancaman terhadap media. Selain itu, monitoring selayaknya dihubungkan ke advokasi ‘berorientasi tindakan’ dan mekanisme-mekanisme peringatan dini terhadap media yang bermasalah. Dalam hal ini, monitoring dan advokasi menyediakan indikator untuk menunjukkan adanya peningkatan larangan-larangan yang tidak beralasan dan pengekangan terhadap media oleh praktisi dan lembaga media.
53
Indept Interview dengan Andi Makmur Makka, ibid
48 4.2.3. Mengembangkan Ketrampilan Analis Media yang Profesional Pengembangan
dan/atau
pemulihan
ketrampilan
analis
media
profesional memupuk kemampuan dalam memonitoring isi pemberitaan media dalam melakukan penelitian, menafsirkan, dan menkomunikasikan seputar pemberitaan yang bermasalah secara objektif, terandalkan, dan akurat. Selain itu, hal ini memberikan pemahaman yang lebih matang tentang peran media dan tanggung jawab bawaannya sebagai ‘kekuatan keempat’ dalam pemberitaan media. Pemberitaan yang bermasalah bertujuan untuk membantu analis media menangani isu-isu ekonomi, sosial, politik, dan agama yang dianggap terlalu sensitif untuk diangkat. Sebaliknya, jika pendekatan ini ditempuh, tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa media tidak ‘dimanipulasi’ untuk kepentingan agenda tertentu atau bahwa media tidak hanya sekedar mendiseminasi informasi dan bukannya melakukan jurnalisme profesional. Berikut Pendapat Mustofa Kamil Ridwan selaku Wakil Ketua Pusat Pengembangan Media : ”Media Watch menelaah kinerja pers jadi bahan-bahan yang bisa menjadi semacam kritik bagi pers atas perkembangan tayangan TV yang tidak sesuai atas suatu hal yang bisa menjadi bahan telaah, dan kemudian dicari pendukungnya seperti melalui pencarian bahan-bahan ke perpustakaan menyangkut pemberitaan dalam pers bisa juga melalui wawancara dengan seorang narasumber menyangkut masalah tadi untuk dijadikan tulisan. Dan Seorang analis media dituntut harus mempunyai keahlian khusus atau dengan kata lain harus bisa mengembangkan kemampuan yang diperoleh dalam lingkungan, entah itu dalam lingkungan eksternal maupun internal lembaga yang menyangkut seputar informasi tentang maraknya pemberitaan pers sekarang ini, yang terkadang menyimpang dari kode etik, dan di media watch ini setiap analis media memang sudah mempunyai kemampuan seperti itu.”54
54 Indept Interview dengan Mustofa Kamil Ridwan, selaku Wakil Ketua Pusat Pengembangan Media, Jakarta 30 Mei 2007, Pkl. 12.34 WIB
49 Dalam kasus penyebaran fitnah, intervensi seperti ini jarang efektif karena si pelaku biasanya menyebar retorika tersebut dengan sengaja. Tantangannya adalah untuk menggunakan metode persuasif maupun koersif, mulai dari menjalin dialog dengan media dan menciptakan publik yang kritis dan melancarkan tekanan profesional, hingga memfasilitasi aktor-aktor nasional dan lokal untuk menempuh jalur hukum. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perlu diupayakan agar lembaga dan praktisi media, dapat saling berbagi pengalaman, bekerjasama dan menerapkan pelaporan inovatif dan teknik penerbitan yang ‘cerdas’, seperti menugaskan seorang pengacara untuk ‘mengupas’ tulisan yang kontroversial sebelum naik cetak atau menerbitkannya. Selain itu, kegiatan-kegiatan ini dapat mempertemukan berbagai praktisi media, seperti analis media, redaktur, dan pemilik, sehingga memfasilitasi penukaran gagasan dan pandangan mengenai isu pemberitaan dalam media sehingga meningkatkan profesionalisme media lewat diversifikasi sumber informasi dan pengetahuan. Dalam hal ini, lembaga-lembaga media selayaknya berupaya untuk menjadi cerminan keragaman komposisi masyarakat. Meskipun lebih berorientasi terhadap jurnalisme, penggunaan program-program hiburan juga perlu dipertimbangkan, seperti program sinetron, pemberitaan dalam surat kabar maupun drama radio dan lain sebagainya. Terlepas dari pemberitaan provokatif standar profesional seorang analis media sekarang sudah cukup baik jika dalam hal menganalisa dan mempertimbangkan masalah pemberitaan dalam media dan akses atas kesempatan dan sumber daya yang terbelakang. Meningkatnya profesionalisme lembaga media turut dibantu oleh hadirnya kelompokkelompok media nasional dan pelibatan lembaga-lembaga media.Hanya saja, penggunaan ketrampilan profesional tahap lanjutan, seperti jurnalisme tanggap
50 damai dan jurnalisme investigatif, masih terbatas. Selain itu, pengetahuan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan masalah pemberitaan dan kemampuan untuk menangani topik-topik tersebut secara membangun cukup memadai. 55 Ketrampilan para analis media yang dimiliki suatu lembaga media dan para praktisi media, mulai dari pemilik sampai editor sangat berpengaruh terhadap peran lembaga media. Jika pemahaman tentang peran lembaga media dan standar profesional yang disyaratkan sudah tertanam dengan kokoh, maka media berpotensi lebih besar untuk memberi dampak positif. Sebaliknya, jika kedua hal itu tidak tertanam dengan baik maka kemungkinan bagi media untuk memprovokasi timbulnya manipulasi dan tindak perlakuan salah yang disengaja, menjadi lebih besar
4.3. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti peroleh, maka dalam pembahasan ini peneliti akan membahas hasil penelitian berdasarkan kerangka teori yang telah peneliti susun di dalam bab II serta literatur yang akan peneliti gunakan. Peran utama dari manajemen redaksional juga sangat penting guna mengkonsep dan merencanakan isian dalam Jurnal Media Watch The Habibie Center dengan tahapan perencanaan. Tahapan-tahapan pembuatan berita dalam kaitannya dengan pemantauan media di Jurnal Media Watch The Habibie Center dapat dijelaskan sebagai berikut :
55
http://www.journalist-adventure.com, Op cit.
51 4.3.1 Tahap perencanaan (Planning) Perencanaan (planning) memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan cara menetapkan tujuan , menyusun rencana dan membahas mengenai tema apa saja yang akan diangkat.
Program Jurnal Media Watch The Habibie Center •
Tujuan dan Distribusi Jurnal Media Watch The Habibie Center Media Watch The Habibie Center menerbitkan Jurnal sebagai output dari
kegiatan pemantauan rutin terhadap media massa nasional. Jurnal ini terbit bulanan, tujuannya menyadarkan masyarakat tentang pentingnya mengontrol kebebasan pers agar tidak disalahgunakan. Oleh karena itu, sebaran Jurnal MWTHC ke masyarakat diharapkan dapat menjadi salah satu pembelajaran bagi masyarakat biasa dan kaum intelektual yang konsern terhadap kebebasan pers yang bertanggung jawab. Setiap bulannya, Jurnal MWTHC dicetak sebanyak 1000 eksemplar. Dan sekitar 541 eksemplar dikirimkan ke berbagai pihak yang telah menjadi pelanggan tetap Jurnal MWTHC, seperti ke perguruan tinggi, lembagalembaga/organisasi pers, media cetak dan elektronik, kantor kedutaan besar dan lembaga pemerintah. Sisanya dibagikan secara cuma-cuma kepada peserta di seminar-seminar, dan kepada tamu-tamu redaksi Jurnal MWTHC yang membutuhkan data-data mengenai pers. Sampai saat ini pengiriman Jurnal MWTHC yang berada di wilayah Jakarta masih diantar oleh seorang kurir secara bertahap. Sementara untuk wilayah di luar Jakarta pengiriman dilakukan via pos. Mengingat banyaknya permintaan
52 Jurnal MWTHC, baik itu dilakukan secara perorangan atau lembaga yang masih terus mengalir, maka pihak redaksi memutuskan untuk meminta biaya pengiriman jurnal, untuk pelanggan yang berdomisili di wilayah Pulau Jawa dikenakan Rp 4000,-/edisi. Sementara bagi pelanggan yang berdomisili di luar Pulau Jawa kami kenakan Rp 5000,-/edisi.
Harga ini menyesuaikan biaya
pengiriman yang telah ditetapkan pihak kantor pos. Di bawah ini terdapat 2 tabel data pendistribusian Jurnal MWTHC. 1. Data pendistribusian Jurnal MWTHC se-Jabodetabek :
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Penerima Jurnal Universitas Lembaga /Organisasi SMU Media Cetak Media Elektronik Lembaga Pemerintahan Partai Dubes Perusahaan Perorangan/Individu Militer
Jumlah I. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah 30 86 64 68 55 4 3 4 14 15 2 345
Data pendistribusian Jurnal MWTHC di luar daerah Jadebotabek : Nama Penerima Jurnal Universitas Lembaga /Organisasi SMU Media Cetak Media Elektronik Lembaga Pemerintahan Partai Dubes Perusahaan Perorangan/Individu Militer Jumlah
Jumlah 73 75 -18 3 2 --1 24 -196
53 •
Kegiatan Jurnal MWTHC
1. Jurnal MWTHC dan RUU AntiPornografi Jurnal MWTHC bersama sejumlah organisasi masyarakat yang peduli dan prihatin dengan maraknya pornografi di media massa sepakat bergabung dalam organisasi yang bernama Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) yang sekretariatnya berada di kantor MWTHC. Dalam perjalanannya, MTP bersama Kementrian
Negara
Pemberdayaan
Perempuan
(MenegPP)
kemudian
membentuk organisasi yang disebut Aliansi Masyarakat Anti Pornografi dan Pornoaksi (AMAPP).
Beberapa kegiatannya antara lain adalah menggelar
Dialog Publik tentang perbandingan Undang-undang Pornografi di sejumlah negara, Diskusi mengenai usaha meningkatkan tingkat kritis dan melek media. 2. Jurnal MWTHC dan Undang-undang Penyiaran/KPI Selama proses pembuatan Rancangan undang-undang tersebut, Jurnal MWTHC aktif mendukung percepatan hadirnya Undang-undang Penyiaran lewat sejumlah artikel di Jurnal Media Watch maupun lewat diskusi-diskusi yang berkaitan dengannya. Jurnal MWTHC juga membantu KPI dalam hal meminta masukan dari masyarakat maupun industri penyiaran mengenai kedua hal tersebut. Dalam hal ini Jurna MWTHC berperan sebagai moderator maupun kepanitian acara Dialog Publik tersebut yang diselenggarakan di Jakarta Media Center. 3. Jurnal MWTHC dan Kegiatan Penelitian Pers yang bebas merupakan inti dari sistem demokrasi. Karena itu, dalam sistem demokrasi, pengontrolan terhadap pers harus dilakukan oleh institusi independen. Atas dasar itu, institusi Dewan Pers dibentuk. Institusi Dewan Pers
54 di era reformasi diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan pers yang muncul. Namun, dalam implementasinya, ternyata persoalan pers lebih sering diselesaikan melalui jalur pengadilan. Sehingga hal ini memunculkan pertanyaan tentang peran yang dilakukan Dewan Pers. Berdasar hal itu, Jurnal Media Watch The Habibie Center (MWTHC) melakukan penelitian tentang peran dan fungsi Dewan Pers pada era reformasi. Beberapa pertanyaan yang hendak dijawab adalah kendala apa yang menyebabkan Dewan Pers tidak dapat berfungsi optimal, bagaimana peran ideal yang perlu dimainkan oleh Dewan Pers, serta bagaimana penilaian publik, terutama kalangan pers sendiri terhadap keberadaan Dewan Pers. 4. Jurnal MWTHC dan Kunjungan Ke Media Mengingat kehadiran media watch makin dibutuhkan, maka kami pun ibaratnya menjemput bola. Kami berinisiatif mengunjungi para pengelola media mengingatkan mereka bahwa kami akan selalu memantau mereka. Kami senantiasa mengingatkan untuk bersama-sama menjaga kemerdekaan pers, karena bila tidak akibatnya akan fatal bagi mereka. Jurnal MWTHC telah mendatangi harian Kompas, Media Indonesia, Metro TV, Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Jawa Pos (Surabaya) dan harian Suara Pembaruan. Tanggapan para pengelola media umumnya memuji eksistensi Jurnal MWTHC, karena dari sekian banyak media watch yang pernah berdiri, mereka akhirnya berguguran satu per satu.
55 5. Jurnal MWTHC dan Product Research Center (PRC) Selama Bulan Agustus 2000- November 2001, tiga orang personil dari Jurnal MWTHC (Umniyati Kowi, Dessy Siregar dan Intantri Kusmawarni) dikerahkan untuk bekerja pada lembaga penelitian yang bernama Product Research Center (PRC). Lembaga ini milik PT. Timsco bertujuan untuk melakukan penelitian terhadap media massa. Apakah itu dilihat dari sisi akurasi, nara sumber, isi, judul, cover, gambar dan tema yang diangkat. Ketiga personil tersebut melakukan penelitian terhadap tiga tabloid dengan segmen khusus, yakni : Ibu&Anak, Mumu dan Libero. Tabloid Ibu&Anak adalah tabloid yang berisi tentang panduan mengenai mengasuh anak, mulai dari anak di dalam kandungan sampai usia sekitar 10 tahun. Di dalamnya ada pula soal perkembangan dan permasalahan yang terjadi selama kehamilan, membesarkan bayi, dan balita. Sedangkan tabloid Mumu adalah tabloid musik, di dalamnya dibahas soal berbagai musik yang sedang trend termasuk artis-artis yang tengah naik daun. Sedangkan Libero adalah tabloid olahraga. Namun sejak ketiga media tersebut bubar, maka lembaga ini pun turut ditutup. 6. Jurnal MWTHC dan Kegiatan Dengan Perguruan Tinggi Jurnal MWTHC juga sering melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan seminar dan diskusi dengan tema-tema kebesan pers dan demokratisasi. Universitas yang pernah berkerjasam dengan Jurnal MWTHC antara lain: Universitas Gajah Mada, Jogjakarta (2000), Universitas Ibnu Choldun, Bogor Jawa Barat (2001), IAIN Sunan Ampel, Surabaya (2002) dan Universitas Riau, Pekan Baru (2003).
56 Tema Rubrik Berikut kutipan Andi Makmur Makka selaku Pemimpin Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center : “Pada tahap perencanaan jadi ruang lingkupnya tentang rapat redaksi bulanan yang membahas tentang perencanaan apa yang harus dilakukan, dan Tim redaksional bertugas mengumpulkan beberapa ide untuk tema rubrik yang akan dijadikan bahan berita atau tulisan. Rapat perencanaan ini dihadiri oleh Tim Redaksionalan yaitu Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, dan para Redaksi.” Berikut inventarisasi rubrik pada Jurnal Media Watch The Habibie Center Periode tahun 2006 dalam tahap perencanaan. Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Januari 2006 NO
Nama Rubrik
Tema Rubrik
1
Catatan Redaksi
Media
2
Surat Pembaca
Berita Formalin
3
Wacana
Office Politics
4
Opini
News Paper
5
Resensi
Sejarah Media
6
Telisik
Program Televisi
7
Lensa
Wartawan
8
Bahasa
Pilkada
9
Diskusi
Riri Reza : Televisi
10
Wawancara
Theo L. Sambuaga : PP Penyiaran
11
Profil
Ikhwanul Kiram Mashuri : Profesi Wartawan
12
Kronik Dalam Negeri
Wawancara Fiktif dengan Isteri DR, Azhari
13
Ensiklopedi
Propaganda
57 Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Februari 2006 NO
Nama Rubrik
Tema Rubrik
1
Catatan Redaksi
The Great Man
2
Wacana
Geliat Pornografi
3
Opini
Tayangan Pornografi
4
Resensi
Stasiun TV
5
Telisik
- Keseragaman yang - Cara rating Dilakukan
6
Lensa
Karton Depikasi Nabi Muhammad
7
Wawancara
Dedy Djamaluddin Malik : Realitas TV
8
Profil
S. Sinansari Ecip : Wartawan
9
Kronik Dalam Negeri
Playboy & (IFJ) Federasi Jurnalis Internasional
10
Ensiklopedi
Rating Dan Teori
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Maret 2006 NO
Nama Rubrik
Tema Rubrik
1
Catatan Redaksi
Ombudsman Pers Nasional
2
Telisik
- Peran Penting Ombudsman Pers - Hary Tanoe
3
Bahasa
Bahasa Hukum dan Perundang-undangan
4
Resensi
Dunia Virtual
5
Diskusi
KPI Tindak Tegas Stasiun
58
6
Wacana
TV Tayangan Mistik
7
Opini
Pemberitaan Pers
8
Lensa
Kode Etik Wartawan
9
Kronik Dalam Negeri
Saham Global TV
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan April 2006 NO Nama Rubrik Catatan Redaksi 1
Tema Rubrik Integritas Wartawan
2
Telisik
- Karikatur dalam Media - Globalisasi Vs Moral
3
Bahasa
Sosialisasi
4
Opini
Pakar Asing & “Inflander”
5
Wacana
Wajah Lelaki
6
Profil
Achdiat Kartamihardja : Sastrawan, Wartawan,
7
Resensi
Idealisme Media
8
Lensa
Playboy
9
Wawancara
RH Siregar : Kode Etik
10
Kronik Dalam Negeri
Jurnalis Dianiaya
11
Ensiklopedi
Ideologi
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Mei 2006 NO Nama Rubrik 1 Catatan Redaksi
Tema Rubrik Tanggung Jawab Media
2
Telisik
Narasumber Anonim
3
Bahasa
Flu Burung
59 4
Diskusi
Dewan Pers
5
Opini
Investigative Reporting Dan Jurnalime Sastra
6
Profil
Mochtar Lubis : Budayawan Sepanjang Masa
7
Resensi
Sejarah Ilmu Komunikasi
8
Lensa
Judicial Review PP Penyiaran
9
Wawancara
Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA: Pengaturan Frekuensi
10
Kronik Dalam Negeri
Penganiayaan Wartawan
11
Ensiklopedi
Paradigma
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Juni 2006 NO Nama Rubrik Catatan Redaksi 1
Tema Rubrik Britney Spear
2
Telisik
- Good News - Mengadili Soeharto
3
Bahasa
Mengkoordinir
4
Diskusi
Konglomerasi Asing/ local
5
Profil
6
Resensi
Prof. Dr. Ichlasul Amal : “Si Kecil” Yang Bernyali Besar Jurnalisme Damai
7
Lensa
Media Porno
8
Wacana
Monopoli ke Manufaktur
9
Wawancara
10
Ensiklopedi
Titi Said (Ketua Lembaga Sensor Film) : LSF Ibarat Makan Buah Simalakama HEGEMONI
60
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Juli 2006 NO
Nama Rubrik
Tema Rubrik
1
Catatan Redaksi
Tanggung Jawab Sosial Media
2
Surat Pembaca
Berita Formalin
3
Telisik
Tayangan Seks Di TV
4
Bahasa
Menginventarisir, Mengisolir, Mengakomodir
5
Opini
Demokratisasi Media
6
Diskusi
Jurnalisme Sastrawi
7
Profil
Sukarni Ilyas: Menjadi Wartawan
8
Resensi
Sastra Dalam Jurnalisme
9
Lensa
Kampanye Tanpa TV
10
Wawancara
Dra. Chairunisa, MA (Pimpinan Pansus RUU Pornografi & Pornoaksi) : Draft Dua Versi
11
Kronik Dalam Negeri
Berpose di Playboy
12
Ensiklopedi
HABITUS
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Agustus 2006 NO
Nama Rubrik
Tema Rubrik
1
Catatan Redaksi
Bahasa
2
Surat Pembaca
Dialog
3
Telisik
Kuis sms
4
Bahasa
Bus Way
5
Lensa
Jurnalis Amplop
61
6
Wacana
- Tayangan Ghibah - Infotainment
7
Wawancara
KH Said Agil Siradj : Infotainment
8
Opini
Jurnalisme Proses
9
Resensi
Republik tanpa ruang publik
10
Kronik Dalam Negeri
Koran Terbaik
11
Ensiklopedi
Civil Society
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan September 2006 NO
Nama Rubrik
Tema Rubrik
1
Catatan Redaksi
Pewawancara Berita TV
2
Surat Pembaca
Revalitas 3 Media
3
Telisik
Wajah Indo
4
Bahasa
Berpikir Logis
5
Opini
Televisi
6
Lensa
Potret Jurnalis Indonesia
7
Profil
Veronica Gueirin (Wartawati Sunday Independent Irlandia) : Sipemberani dari Irlandia
8
Resensi
Jurnalisme Televisi
9
Wawancara
Dr, Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa) : Bahasa dalam Media
10
Ensiklopedi
Posmodernisme
62 Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Oktober 2006 NO
Nama Rubrik
Tema Rubrik
1
Catatan Redaksi
Iklan
2
Telisik
Teliti terhadap Iklan
3
Wawancara
Tulus Abadi 9pengurus Harian YLKI): Iklan
4
Telisik
- Iklan di Media - UU Perlindungan Konsumen
5
Bahasa
Selamat Idul Fitri 1427 H
6
Opini
News and Discourse
7
Ensiklopedi
MITOS
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan November 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik Seks di Televisi
2
Telisik
- Reaksi Media - “Idiotainment”
3
Wawancara
Prof. DR. Dadang Hawari : “Skandal Hal Biasa”
4
Opini
Dinamika Pers
5
Kronik Dalam Negeri
Pernikahan Kedua A’a Gym
6
Ensiklopedi
SEMIOTIKA
63 Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Desember 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik Adam Air
2
Telisik
-Pluralisme -Kekerasan di TV -KPI
3
Wawancara
B. Gunarto : Ketua Yayasan Pengembangan Media ; Masyarakat
4
Opini
Ashadi Siregar : Metode Dan Analisis Praktis
5
Diskusi
RUU
6
KronikDalam Negeri
Anggota Dewan Pers
7
Ensiklopedi
Sosialisme
Dalam setiap edisinya Jurnal Media Watch The Habibie Center tidak terlalu menekankan bahwa rubrik yang ada pada edisi sebelumnya harus ada pula pada edisi berikutnya, terbukti dengan berkurang atau bertambahnya rubrik yang ada pada setiap penerbitannya. Seperti pada bulan januari terdapat 13 rubrik tetapi pada bulan februari berkurang menjadi 10 rubrik dan seterusnya. Dan itu semua tergantung pada tema yang akan angkat sesuai kesepakatan bersama dalam rapat redaksi.
64 4.3.2 Tahap pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian (organizing), Redaksi Pelaksana membuat job describtion atau pembagian tugas meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumber daya dikalangan anggota organisasi Struktur Organisasi Jurnal Media Watch The Habibie Center
Penanggung Jawab Ahmad Watik Pratiknya
• • •
Dewan Redaksi Andi Makmur Makka Mustofa Kamil Ridwan Doddy Yudhista
Pemimpin Redaksi Andi Makmur Makka Redaktur Pelaksana Afdal Makkuraga Putra
Usaha/Distribusi • Hadi Kuntjara • Ghazali H. Moesa
• • •
Redaksi Wenny Pahlemy Fetty Fajriati Junarto Imam Prakoso
Disain Grafis A. Mudjazir Unde
Perpustakaan, Dokumentasi, Litbang
• • •
Kontributor Teguh Apriliyanto Ichsanto Wahyudi Intantri Kusmawarni
65 Berikut kutipan Wenny Pahlemy selaku redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center : “Dalam tahap pengorganisasian redaksi pelaksana membagikan tugas kepada analis media untuk menulis apa dengan melakukan pengamatan dalam isian media massa sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam rapat redaksi. Layak atau tidaknya nantinya suatu artikel untuk ditulis atau dianalis pada akhirnya ditentukan oleh pemimpin redaksi biasanya redaktur pelaksana menyampaikan keberatan atau masukan dari redaksi yang kemudian ditetapkan oleh pemred.” Dalam tahap ini jadwal kerja yang sesuai dengan perencanaan yang di tuangkan dalam program-program kerja yang dilaksanakan dan program tersebut harus sesuai dengan planning. Berikut Inventarisasi rubrik dalam tahap pengorganisasian dengan pengalokasian kerja dan wewenang kepada penulis atau analis media : Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Januari 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Media
Penulis/analis media Redaksi
2
Surat Pembaca
Berita Formalin
Publik
3
Wacana
Office Politics
Redaksi
4
Opini
News Paper
5
Resensi
Sejarah Media
Henry Subiakto (Direktur Lembaga Konsumen Media) Redaksi
6
Telisik
Program Televisi
Redaksi
7
Lensa
Kekerasan terhadap Wartawan
Afdal Makkuraga Putra
8
Bahasa
Pilkada
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa)
9
Diskusi
Riri Reza : Televisi
Intantri Kusmawarni
10
Wawancara
Theo L. Sambuaga : PP Penyiaran
Afdal Makkuraga Putra & Wenny Pahlemy
66
11
Profil
Ikhwanul Kiram Mashuri : Profesi Wartawan
Fetty Fajriati
12
Kronik Dalam Negeri
Wawancara Fiktif dengan Afdal Makkuraga Putra Isteri DR, Azhari
13
Ensiklopedi
Propaganda
Junarto Imam Prakoso
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Februari 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik The Great Man
Penulis/analis media Redaksi
2
Wacana
Geliat Pornografi
Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si.
3
Opini
Tayangan Pornografi
Masayu S Hanim
4
Resensi
Stasiun TV
Junarto Imam Prakoso
5
Telisik
- Keseragaman - Cara rating Dilakukan
- Wenny Pahlemy - Junarto Imam P
6
Lensa
Karton Depikasi Nabi Muhammad
Fetty Fajriati & Afdal Makkuraga Putra
7
Wawancara
Dedy Djamaluddin Malik : Realitas TV
Afdal Makkuraga Putra
8
Profil
S. Sinansari Ecip : Menjadi Wartawan
Fetty Fajriati & Afdal Makkuraga Putra
9
Kronik Dalam Negeri
Playboy Disita & (IFJ) Federasi Jurnalis Internasional
Afdal Makkuraga Putra
10
Ensiklopedi
Rating Dan Teori
Junarto Imam Prakoso
67 Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Maret 2006 NO 1 2
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Ombudsman Pers
Penulis/analis media Redaksi
- Peran Penting Ombudsman Pers - Hary Tanoe
- Intantri Kusmawarni
Telisik
- Wenny Pahlemy
3
Bahasa
Bahasa Hukum dan Perundang-undangan
H. Zaenal Arifin
4
Resensi
Dunia Virtual
Junarto Imam Prakoso
5
Diskusi
KPI Tindak Tegas Stasiun TV
Afdal Makkuraga Putra
6
Wacana
Tayangan Mistik
Masayu S Hanim
7
Opini
Pemberitaan Pers
Atmakusumah
8
Lensa
Kode Etik Wartawan
Afdal Makkuraga Putra
9
Kronik Dalam Negeri
Saham Global TV
Wenny Pahlemy
Dalam edisi ini terdapat tema menarik tentang kode etik wartawan. Dengan tujuan karena keresahan masyarakat lebih ditujukan kepada tayangan televisi untuk program kriminal yang tidak lagi mengindahkan nilai estetika. Banyak televisi, terutama swasta, tanpa sensor lagi menayangkan gambar mayat korban pembunuhan. Mereka juga tidak sungkan menyuguhkan peristiwa berdarah dari suatu kerusuhan atau peperangan seperti di Aceh, ke rumah-rumah warga pada jam-jam makan siang. Berikut kutipan Ray Wijaya selaku ketua IJTI, menyatakan bahwa: “Setiap stasiun televisi memiliki kode etik jurnalistik yang mengatur hal itu. Hanya saja, ada jurnalis televisi yang tidak mengindahkan kode etik jurnalistik itu. Bahkan ada yang sengaja melanggarnya karena menganggap dengan menyuguhkan gambar dan berita seram, akan menaikkan rating program.”
68 Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan April 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Integritas Wartawan
Penulis/analis media A. Makmur Makka
2
Telisik
- Karikatur dalam Media - Globalisasi Vs Moral
-Afdal Makkuraga P -Wenny Pahlemy
3
Bahasa
Sosialisasi, di, ke dan dari
Dr. Raman Djay (Dr. Fisika Nuklir dan Pemerhati Bahasa)
4
Opini
Pakar Asing Dan “Inflander”
A. Makmur Makka
5
Wacana
Wahai Lelaki
Mustofa Kamil Ridwan
6
Profil
Achdiat Kartamihardja : Sastrawan, Wartawan,
A. Makmur Makka
7
Resensi
Idealisme Media
Junarto Imam Prakoso
8
Lensa
Playboy
Afdal Makkuraga Putra
9
Wawancara
RH Siregar : Kode Etik
Intantri Kusmawarni
10
Kronik Dalam Negeri
Jurnalis Dianiaya
Afdal Makkuraga Putra
11
Ensiklopedi
Ideologi
Junarto Imam Prakoso
69
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Mei 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Tanggung Jawab Media
Penulis/analis media Mustofa Kamil Ridwan
2
Telisik
Narasumber Anonim
Afdal Makkuraga Putra
3
Bahasa
Flu Burung
H. Zaenal Arifin
4
Diskusi
Dewan Pers
Intantri Kusmawarni
5
Opini
Investigative Reporting Dan Jurnalime Sastra
S. Sinansari Ecip
6
Profil
Mochtar Lubis : Budayawan Sepanjang Masa
Fetty Fariati
7
Resensi
Sejarah Ilmu Komunikasi Junarto Imam Prakoso
8
Lensa
Judicial Review PP Penyiaran
Redaksi
9
Wawancara
Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA: Pengaturan Frekuensi
Wenny Pahlemy
10
Kronik Dalam Negeri
Wartawan
Afdal Makkuraga Putra
11
Ensiklopedi
Paradigma
Junarto Imam Prakoso
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Juni 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik Britney Spear
Penulis/analis media A. Makmur Makka
2
Telisik
- Good News - Mengadili Soeharto
- Teguh Aprilyanto - Wenny Pahlemy
3
Bahasa
Mengkoordinir atau Mengkoorninasi
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa)
4
Diskusi
Konglomerasi Asing atau Lokal
Junarto Imam Prakoso
70
5
Profil
Prof. Dr. Ichlasul Amal : “Si Kecil” Yang Bernyali Besar
Fetty Fariati & Afdal Makkuraga Putra
6
Resensi
Jurnalisme Damai
Junarto Imam Prakoso
7
Lensa
Media Porno
Intantri Kusmawarni
8
Wacana
Dari Monopoli ke Manufaktur
Dr. Ibnu Hamad, MSi
9
Wawancara
Titi Said (Ketua Lembaga Sensor Film) : LSF Ibarat Makan Buah Simalakama
Afdal Makkuraga Putra
10
Ensiklopedi
HEGEMONI
Intantri Kusmawarni
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Juli 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Sosial Media
Penulis/analis media Mustofa Kamil Ridwan
2
Surat Pembaca
Berita Formalin
Publik
3
Telisik
Seks Di TV
Afdal Makkuraga Putra
4
Bahasa
5
Opini
Menginventarisir, Mengisolir, Mengakomodir Demokratisasi Media
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa) Agus Sudibyo
6
Diskusi
Jurnalisme Sastrawi
Junarto Imam Prakoso
7
Profil
Sukarni Ilyas : Menjadi Wartawan
Teguh Apriliyanto
8
Resensi
Sastra dalam Jurnalisme
Junarto Imam Prakoso
9
Lensa
Kampanye Tanpa TV
Wenny Pahlemy
10
Wawancara
Dra. Chairunisa, MA (Pimpinan Pansus RUU Pornografi & Pornoaksi) : Draft Dua Versi
Afdal Makkuraga Putra
71
11
Kronik Dalam Negeri
Berpose di Playboy
Afdal Makkuraga Putra
12
Ensiklopedi
Habitus
Intantri Kusmawarni
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Agustus 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Bahasa
Penulis/analis media A. Makmur Makka
2
Surat Pembaca
Dialog
Publik
3
Telisik
Kuis sms
Teguh Apriliyanto
4
Bahasa
Bus Way
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa)
5
Lensa
Jurnalis Amplop
Afdal Makkuraga Putra
6
Wacana
- Tayangan Ghibah - Infotainment
Intantri Kusmawarni
7
Wawancara
KH Said Agil Siradj : Infotainment
Intantri Kusmawarni
8
Opini
Jurnalisme Proses
Veven Sp. Wardhana
9
Resensi
Republik tanpa ruang publik
Junarto Imam Prakoso
10
Kronik Dalam Negeri
Koran Terbaik
Afdal Makkuraga Putra
11
Ensikloped
Civil Society
Junarto Imam Prakoso
Dalam edisi ini terdapat tema rubrik Civil Society, berdasarkan literature yang digunakan dalam kerangka teori bahwa civil society menyangkut kebebasan pers seperti ada demonstran yang dibayar. Kalau orang tidak tahu, itu dianggap sebagai penguatan civil society, padahal tidak. Kebebasan pers tidak bisa dilihat terpisah dari kebebasan publik untuk menyampaikan pendapat.
72 Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan September 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Pewawancara Berita TV
Penulis/analis media A. Makmur Makka
2
Surat Pembaca
Revalitas 3 Media
Publik
3
Telisik
Wajah Indo
Teguh Apriliyanto
4
Bahasa
Berpikir Logis
H. Zaenal Arifin
5
Opini
Televisi
H. Aswar Hasan
6
Lensa
Potret Jurnalis Indonesia
Intantri Kusmawarni
7
Profil
Veronica Gueirin (Wartawati Sunday Independent Irlandia) : Sipemberani dari Irlandia
Afdal Makkuraga Putra
8
Resensi
Jurnalisme Televisi
Junarto Imam Prakoso
9
Wawancara
Dr, Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa) : Bahasa dalam Media
Teguh Apriliyanto
10
Ensiklopedi
Posmodernisme
Junarto Imam Prakoso
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Oktober 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Iklan
Penulis/analis media A. Makmur Maka
2
Telisik
Teliti terhadap Iklan
Teguh Apriliyanto
3
Wawancara
Tulus Abadi : Iklan
Teguh Apriliyanto
4
Telisik
- Iklan di Media - UU Perlindungan Konsumen
-Junarto Imam P -Afdal Makkuraga P
5
Bahasa
Selamat Idul Fitri 1427 H H. Zaenal Arifin
6
Opini
News and Discourse
Ibnu Hamad
7
Ensiklopedi
MITOS
Junarto Imam Prakoso
73
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan November 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Seks di Televisi
Penulis/analis media A. Makmur Maka
2
Telisik
- Reaksi Media - “Idiotainment”
-Intantri Kusmawarni -Teguh Apriliyanto
3
Wawancara
Prof. DR. Dadang Hawari : “Skandal Hal Biasa”
Junarto Imam Prakoso
4
Opini
Dinamika Pers
5
Kronik Negeri
Dalam Pernikahan Kedua A’a Gym
Afdal Makkuraga Putra Junarto Imam Prakoso
6
Ensiklopedi
SEMIOTIKA
Junarto Imam Prakoso
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Desember 2006 NO 1
Nama Rubrik Tema Rubrik Catatan Redaksi Adam Air
Penulis/analis media A. Makmur Makka
2
Telisik
-Pluralisme -Kekerasan di TV -KPI
-Teguh Apriliyanto -Teguh Apriliyanto -Wenny Pahlemy
3
Wawancara
B. Gunarto : Ketua Yayasan Pengembangan Media ; Masyarakat
Teguh Apriliyanto
4
Opini
Metode Dan Analisis Praktis
Ashadi Siregar
5
Diskusi
RUU
Afdal Makkuraga Putra
6
KronikDalam Negeri
Anggota Dewan Pers
Afdal Makkuraga Putra
7
Ensiklopedi
Sosialisme
Junarto Imam Prakoso
74 4.3.3 Tahap Pelaksanaan (Actuating) Pada tahap pelaksanaan berkaitan tentang kepemimpinan atau lebih kepada alur struktur organisasi dalam melaksanakan tugas seperti dari mulai Penulis ke Redaksi Pelaksana lalu ke Pemimpin Redaksi setelah itu di layout kemudian ke Percetakan dan terakhir ke Distribusi. Groove Of News Jurnal Media Watch The Habibie Center Dari Alur Berita/artikel yang dilakukan Jurnal Media Watch The Habibie Center, berikut digambarkan dalam bentuk bagan. GROOVE OF NEWS
Rapat Redaksi
Penugasan
Penulisan
Editing
Lay out
Percetakan
75 Keterangan : 1. Rapat Redaksi Rapat redaksi dilaksanakan sebulan sekali, dipimpin oleh Pemimipin Redaksi, dapat diwakili oleh Redaksi Pelaksana jika Pemred berhalangan hadir. Rapat ini merencanakan tema yang akan diangkat. 2. Penugasan Setelah rapat redaksi, dilakukan penugasan bagi analis media untuk melakukan penulisan sesuai dengan tema yng sudah ditentukan. 3. Penulisan Setelah tema ditentukan analis media mulai membuat tulisan atau menyusunnya dalam bentuk hasil analisa isi media. Kemudian diserahkan pada editor untuk diedit. 4. Editing Semua tulisan yang dibuat masuk kedalam proses editing yang dikerjakan oleh editor. Disini editor sekaligus redaksi pelaksana mengoreksi kesalahan-kesalahan pada tulisan, jika kurang jelas editor akan menanyakan hal tersebut kepada analis media yang menulisnya. Kemudian naskah yang sudah diedit dikirim kebagian lay out untuk diatur tata letaknya. 5. Lay Out Bagian lay out menata foto atau gambar dengan naskah yang ada sehingga menarik dan sesuai dengan ketentuan rubrik yang ada. Bagian ini juga menyertakan desain grafis bila diperlukan. 6. Percetakan Setelah mengalami proses tata letak, naskah yang sudah jadi dalam bentuk tulisan atau artikel dikirim ke percetakan untuk dicetak sesuai dengan
76 jumlah yang sudah ditentukan. Setelah dicetak jurnal siap diedarkan ke instansiinstansi atau kalangan umum lainnya. Pada tahap ini pula Tim Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center menentukan tema yang akan diangkat kemudian para analis media mulai melakukan/melaksanakan tugasnya dalam proses pembuatan artikel dengan menentukan judul berdasarkan tema yang sudah ditetapkan dalam melakukan pemantauan isi media. Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Januari 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Penulis/analis media Redaksi
Bentuk Rubrik Essay
Publik
Tulisan
Redaksi
Opini
Henry Subiakto (Dir. Lembaga Konsumen Media) Redaksi
Opini
Redaksi
Artikel
Tiada Hari Tanpa Kekerasan Terhadap Wartawan
Afdal Makkuraga Putra
Artikel
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa) Intantri Kusmawarni
Artikel
Media
Media Sebagai Manipulator ? Bakso Tikus di Media Menghancurkan Pedagang Kecil
2
Surat Pembaca
Berita Formalin
3
Wacana
Office Politics “Office Politics” Dalam Pers
4
Opini
News Paper
5
Resensi
Sejarah Media “Pertempuran” Di Dalam Tempo
6
Telisik
Program Untuk Anak Program Televisi untuk Pakai Standar Orang Dewasa Anak
7
Lensa Wartawan
Dari News Paper Ke Views Paper
8
Bahasa
Pilkada
Pilkada, Balonwali, Bacawali, dan Bacawawali
9
Diskusi
Televisi
Riri Reza : Televisi Budaya Yang Harus
Ulasan Buku
Tulisan
77 Dilawan Saatnya TV Sehat Hadir 10
Wawancara
PP Penyiaran
Fetty Fajriati
Tulisan
- Wawancara Fiktif dengan Isteri DR, Azhari - Di Iran Musik Barat Di Larang
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
Propaganda
Propaganda
Junarto Imam Prakoso
Profil
Profesi Wartawan
12
Kronik Dalam Negeri
Ensiklopedi
Tulisan Afdal Makkuraga Putra & Wenny Pahlemy
Ikhwanul Kiram Mashuri: Wartawan : Profesi Yang Mengemban Nilai Dakwah -Akibat Wawancara Fiktif dengan DR. Azhari Jawa Pos Cabut Beria -Hanya Di Iran Musik Barat Di Radio Dan Televisi Di Larang
11
13
Theo L. Sambuaga : Perbaiki “PP Penyiaran Supaya Tidak Bertentangan UU Penyiaran”
- Redaksi
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Februari 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik
Judul Rubrik
The Great Man
“The Great Man” Dalam Pers Sudah Usai
Penulis/analis media Redaksi
Bentuk Rubrik Essay
2
Wacana
Geliat Pornografi
Dari Tampilan Di Layar Kaca Sampai Persepsi Khalayak
Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si.
Opini
3
Opini
Tayangan Pornografi
Kekerasan, Mistik/ Supranatural & Penumpulan Rasa
Masayu S Hanim
Opini
4
Resensi
Stasiun TV
Stasiun TV Tumbuh tanpa Nalar Yang Tepat
Junarto Imam Prakoso
Ulasan Buku
5
Telisik
-Keseragaman Keseragaman yg Membodohi Begini Cara rating -Cara rating Dilakukan
-Wenny Pahlemy -Junarto Imam Prakoso
Artikel
78 Fetty Fajriati & Afdal Makkuraga Putra
6
Lensa
Karton Depikasi Nabi Muhammad
Karton Depikasi Nabi Muhammad di JyllandPosten, Menuai Protes Umat Islam Se-dunia
7
Wawancara
Realitas TV
Dedy Djamaluddin Malik Afdal : Realitas TV Makin Jauh Makkuraga Putra Dari Kenyataan Hidup
8
Profil
Wartawan
S. Sinansari Ecip : Menjadi Wartawan itu Mulia
9
Kronik Dalam Negeri
Playboy & IFJ Playboy Disita, Anjas Tersangka & IFJ Puji Putusan MA Bebaskan Bambang Harymurti
10
Ensiklopedi
Rating&Teori
Fetty Fajriati & Afdal Makkuraga Putra Afdal Makkuraga Putra
Rating&Teori Pemakaian Junarto Imam Prakoso Dan Pemuasan
Artikel
Tulisan
Tulisan
Tulisan
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Maret 2006 NO
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik Ombudsman Pers Nasional
Ombudsman Pers Nasional, Perlu
2
Telisik
Peran Penting Ombudsman - Hary Tanoe
Menyibak Peran Penting - Intantri Kusmawarni Ombudsman Pers - Wenny - Jika Hary Tanoe Pahlemy Tersandung NCD
Artikel
3
Bahasa
Bahasa Hukum
Bahasa Hukum & Perundang-undangan
Artikel
4
Resensi
Dunia Virtual
Dunia Virtual yang Manipulatif
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa) Junarto Imam Prakoso
5
Diskusi
KPI Tindak Tegas Stasiun TV
KPI Akan Tindak Tegas Afdal Stasiun TV yang Langgar Makkuraga Putra P3-SPS
6
Wacana
Tayangan Mistik
Media Klenik Berbaju Islam
1
Judul Rubrik
Penulis/analis media Redaksi
Masayu S Hanim
Bentuk Rubrik Essay
Ulasan Buku Tulisan
Opini
79
7
Opini
Pemberitaan Pers
Masalah Akurasi dan Keberimbangan dalam Pemberitaan Pers
Opini Atmakusumah (Pengamat Pers)
8
Lensa
Kode Etik Wartawan
Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) Berubah Menjadi Kode Etik Jurnalistik (KEJ)
Afdal Makkuraga Putra
Artikel
9
Kronik Dalam Negeri
Saham Global Soal Izin dan Kepemilikan Saham TV Global TV
Wenny Pahlemy
Tulisan
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan April 2006 NO 1
2
Nama Rubrik Catatan Redaksi Telisik
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Wartawan
Integritas Wartawan
- Karikatur dalam Media - Globalisasi Vs Moral
- Kala Media Berbalas Karikatur - Bingkai Kompas dan Republika dalam RUU APP Sosialisasi, di, ke dan dari
Penulis/analis media A. Makmur Makka
Bentuk Rubrik Essay
- Afdal M Putra
Artikel
- Wenny Pahlemy
3
Bahasa
Sosialisasi
4
Opini
Pakar Asing & “Inflander”
Pakar Asing dan “Inflander”
Dr. Raman Djay Artikel (Pemerhati Bahasa) Opini A. Makmur Makka
5
Wacana
Wahai Lelaki
Wahai Lelaki, Jangan Ngeres
Mustofa Kamil Ridwan
Opini
6
Profil
Sastrawan, Wartawan
Achdiat Kartamihardja : Sastrawan, Wartawan, Pendidik
A. Makmur Makka
Tulisan
7
Resensi
Idealisme Media
Membantah Mitos tentang Idealisme Media
Junarto Imam Prakoso
Ulasan Buku
8
Lensa
Playboy
Menguji Demokrasi Dengan Playboy
Artikel
9
Wawancara
Kode Etik
RH Siregar : “Kode Etik Sebagai Batas Tanggung
Afdal Makkuraga Putra Intantri Kusmawarni
Tulisan
80 Jawab Pers” 10
Kronik Dalam Negeri
Jurnalis
Lagi, Jurnalis Dianiaya
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
11
Ensiklopedi
Ideologi
IDEOLOGI
Junarto Imam Prakoso
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Mei 2006 NO
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik
Penulis/analis media Mustofa Kamil Ridwan
Bentuk Rubrik Essay
Tanggung Jawab Media
Tanggung Jawab Media
2
Telisik
Narasumber Anonim
Narasumber Anonim : “Menurut Sumber yang Layak Dipercaya”
Afdal Makkuraga Putra
Artikel
3
Bahasa
Flu Burung
Suspek Flu Burung dan Face Of
Diskusi
Dewan Pers
Dewan Pers : Sosialisasi KEJ Baru
H. Zaenal Arifin Artikel (Peneliti di Pusat Bahasa) Tullisan Intantri Kusmawarni
4
5
Opini
Investigative Reporting
Mengawinkan Investigative Reporting Dan Jurnalime Sastra
S. Sinansari Ecip
Opini
6
Profil
Budayawan
Mochtar Lubis : Budayawan Sepanjang Masa
Fetty Fariati
Tulisan
7
Resensi
Sejarah Ilmu Komunikasi
Melacak Akar Sejarah Ilmu Komunikasi di Amerika
Junarto Imam Prakoso
Ulasan Buku
8
Lensa
Judicial Review PP Penyiaran
KPI Ajukan Judicial Review PP Penyiaran ke MA
Redaksi
Artikel
9
Wawancara
Kecurangan Pengaturan
Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA : “Jika
Wenny Pahlemy Tulisan
1
Judul Rubrik
81
10
11
Kronik Dalam Negeri
Ensiklopedi
Frekuensi
Ada Kecurangan akan Saya Tindak”
Wartawan
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
- Indeks Kebabasan Pers Sedunia
Satpam UPN Veteran Surabaya Aniaya Wartawan -Indonesia Rangking 105 Indeks Kebebasan Pers Sedunia
Paradigma
Paradigma
Junarto Imam Prakoso
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Juni 2006 NO 1
2
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik Britney Spear
Telisik
- Good News - Soeharto
Judul Rubrik Britney Spear Di Beranda Kita
Penulis/analis media A. Makmur Makka
Bentuk Rubrik Essay
- Good News Is Good News - Mengadili atau tidak mengadili Soeharto
- Teguh Aprilyanto - Wenny Pahlemy
Artikel
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa)
Artikel
3
Bahasa
MENGKOOR Mengkoordinir atau Mengkoorninasi DINIR atau MENGKOOR NINASI
4
Diskusi
Konglomerasi Asing atau Lokal
Mana yang Lebih Berbisa : Konglomerasi Asing, atau Konglomerasi Lokal
Junarto Imam Prakoso
Tulisan
5
Profil
Prof. Dr. Ichlasul Amal : “Si Kecil” Yang Bernyali Besar
Resensi
Fetty Fariati & Afdal Makkuraga Putra Junarto Imam Prakoso
Tulisan
6
: “Si Kecil” Yang Bernyali Besar Jurnalisme Damai
7
Lensa
Media Porno
Media Porno “Takuttakut” dan Dewan Pers yang Mulai Berubah
Intantri Kusmawarni
Artikel
8
Wacana
Monopoli ke
Dari Monopoli ke
Dr. Ibnu
Opini
Mempraktikan Jurnalisme Damai
Ulasan Buku
82 Manufaktur
Manufaktur
Hamad, MSi
9
Wawancara
LSF Ibarat Makan Buah Simalakama
Titi Said (Ketua Lembaga Sensor Film) : LSF Ibarat Makan Buah Simalakama Digunting Salah, Diloloskan Diprotes Masyarakat
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
10
Ensiklopedi
Hegemoni
HEGEMONI (Dalam Pemikiran GRAMSCI)
Intantri Kusmawarni
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Juli 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Sosial Media
Menggugah Tanggung Jawab Sosial Media
Penulis/analis media Mustofa Kamil Ridwan
Bentuk Rubrik Essay
Publik
Tulisan
2
Surat Pembaca
Surat Pembaca
KAJIAN The Habibie Center : Supaya Surat dari Pembaca Efektif
3
Telisik
Seks Di TV
KPI Cemaskan Tayangan Afdal M Putra Seks Di TV
Artikel
4
Bahasa
Menginventar isir,Mengisoli r,Mengakomo dir
Menginventarisir, Mengisolir, Mengakomodir
H. Zaenal Arifin (Peneliti di Pusat Bahasa)
Artikel
5
Opini
Demokratisasi PP Penyiaran, Langkah Mundur Bagi Media Demokratisasi Media
Opini
6
Diskusi
Jurnalisme Sastrawi
Eksperimen Dengan Jurnalisme Sastrawi
Agus Sudibyo (Direktur Eksekutif Yayasan SET) Junarto Imam Prakoso
7
Profil
Wartawan
Sukarni Ilyas: Menjadi Wartawan Untuk Terkenal
Teguh Apriliyanto
Tulisan
8
Resensi
Jurnalisme Sastrawi
Jurnalisme Sastrawi atau Sastra Dalam Jurnalisme
Junarto Imam Prakoso
Ulasan Buku
Tulisan
83
Artikel
9
Lensa
Sehari Tanpa TV
Kampanye Sehari Tanpa Wenny Pahlemy TV
10
Wawancara
Draft Dua Versi
Dra. Chairunisa, MA (Pimpinan Pansus RUU Pornografi dan Pornoaksi) : “Soal Draft Dua Versi, itu Kesalahan Sekretariat”
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
11
Kronik Dalam Negeri
Playboy
Berpose di Playboy, Andara dan Kartika jadi Tersangka
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
12
Ensiklopedi
Habitus
HABITUS
Intantri Kusmawarni
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Agustus 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Bahasa
Bahasa Dalam Media Pers
Penulis/analis media A. Makmur Makka
Bentuk Rubrik Essay
2
Surat Pembaca
Dialog
Dialog Komedian Tidak Peka
Publik
Tulisan
3
Telisik
Kuis sms
Hati-hati Candu Kuis SMS
Teguh Apriliyanto
Artikel
4
Bahasa
Bus Way
Bus Way dan Safety Belt
H. Zaenal Arifin
Artikel
5
Lensa
Jurnalis Amplop
-Laku Bejat Jurnalis Amplop -Wartawan Tak Malu Lagi Menerima Amplop
Afdal Makkuraga Putra
Artikel
6
Wacana
- Tayangan Ghibah - Infotainment
Intantri Kusmawarni
Opini
7
Wawancara
KH Said Agil Siradj : Infotainment
-Fatwa Haram Tayangan Ghibah -Infotainment antara Ruang Publik dan Privat “Infotainment itu Contentnya yang Bermasalah”
Intantri Kusmawarni
Tulisan
84
8
Opini
Jurnalisme Proses
Infotainment, Tabloid Wanita, dan Jurnalisme Proses
Veven Sp. Wardhana
Opini
9
Resensi
Republik tanpa ruang publik
REPUBLIK TANPA RUANG PUBLIK
Junarto Imam Prakoso
Ulasan Buku
10
Kronik Dalam Negeri
Koran Terbaik
INI DIA, 10 Koran Terbaik Tahun 2005
Afdal Makkuraga Putra
Artikel
Ensiklopedi
Civil Society
Junarto Imam Prakoso
Artikel
11
Civil Society dan Masyarakat Madani
Tulisan
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan September 2006 NO
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Pewawancara Berita TV
Pewawancara Berita Televisi, Bukan “Jaksa”
2
Surat Pembaca
Revalitas 3 Media
3
Telisik
- Wajah Indo
1
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Penulis/analis media A. Makmur Makka
Bentuk Rubrik Essay
Revalitas 3 Media Di Makassar
Publik
Tulisan
-Teguh Apriliyanto
Artikel
- Sinetron Televisi
- Wajah Indo di Sekitar Kita - Sinetron Televisi yang Rasis
- Wenny Pahlemy
4
Bahasa
Berpikir Logis
Berpikir Logis dan Berhasa Tertib
H. Zaenal Arifin
Artikel
5
Opini
Televisi
Benarkah Televisi Kita Masih Mendidik ?
Opini
6
Lensa
Jurnalis Indonesia
Potret Jurnalis Indonesia
H. Aswar Hasan (Ketua KPID Sulsel) Intantri Kusmawarni
7
Profil
Veronica Gueirin
Veronica Gueirin (Wartawati Sunday Independent Irlandia) : Sipemberani dari Irlandia
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
Artikel
85
Junarto Imam Prakoso
8
Resensi
Jurnalisme Televisi
Jurnalisme Televisi Yang Memihak Siapa ?
9
Wawancara
Bahasa Media
Teguh Apriliyanto Dr. Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa) : Penggunaan Bahasa Dalam Media
10
Ensiklopedi
Posmodernis me
Berpikir dalam Posmodernisme
Junarto Imam Prakoso
Ulasan Buku Tulisan
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Oktober 2006 NO 1
Nama Rubrik Catatan Redaksi
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Iklan
Kritislah Pada Iklan
Penulis/analis media A. Makmur Maka
Bentuk Rubrik Essay
Teliti Sebelum Percaya Teguh Apriliyanto Iklan
Artikel
2
Telisik
Teliti Iklan
3
Wawancara
Iklan Konsumen
Tulus Abadi : Tidak Ada Iklan Yang Memberdayakan Konsumen
Teguh Apriliyanto
Tulisan
4
Telisik
-Iklan di Media - UU Perlindunga Konsumen
Jangan Telan Bulatbulat Iklan Di Media -UU Perlindungan Konsumen Bisa Jerat Usaha Pers
- Junarto Imam Prakoso - Afdal Makkuraga Putra
Artikel
5
Bahasa
Selamat Idul Fitri 1427 H
Selamat Idul Fitri 1427 H
H. Zaenal Arifin
Artikel
6
Opini
News and Discourse
News and Discourse dan Implikasinya pada Etika Jurnalisme
Ibnu Hamad
Opini
Mitos
MITOS
Junarto Imam Prakoso
Artikel
7
Ensiklopedi
86 Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan November 2006 NO 1
2
Nama Rubrik Catatan Redaksi Telisik
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Penulis/analis media A. Makmur Maka
Bentuk Rubrik Essay
Artikel
Seks di Televisi
Menjual Seks di Televisi
- Reaksi Media
- Reaksi Media Kenapa Bush Ditolak ?
- Intantri Kusmawarni
- Idiotainment
- “Idiotainment”, Industri Gosip di Ruang Publik
- Teguh Apriliyanto
3
Wawancara
“Skandal Hal Biasa”
Prof. DR. Dadang Hawari : “ Jangan Sampai Skandal Itu Dianggap Hal Biasa”
Junarto Imam Prakoso
Tulisan
4
Opini
Dinamika Pers
Dinamika Pers Politik Di Indonesia
Afdal Makkuraga Putra
Opini
5
Kronik Dalam Negeri
Pernikahan Kedua A’a Gym
Pernikahan Kedua A’a Gym dan Tajuk The Jakarta Post
Junarto Imam Prakoso
Tulisan
6
Ensiklopedi
Semiotika
SEMIOTIKA
Junarto Imam Prakoso
Artikel
Inventarisasi Rubrik Jurnal Media Watch The Habibie Center Bulan Desember 2006 NO 1
2
Nama Rubrik Catatan Redaksi Telisik
Tema Rubrik
Judul Rubrik
Penulis/analis media A. Makmur Makka
Bentuk Rubrik Essay
Tulisan
Adam Air
Skandal Berita Fiktif Adam Air
-Pluralisme
-Pers dan Upaya Merawat Pluralisme di Sumut
-Teguh Apriliyanto
-Kekerasan di TV
-Parade Kekarasan atau Hari-hari Tanpa TV
-Teguh Apriliyanto
-KPI
-KPI, Lembaga Negara dengan Huruf Kecil
-Wenny Pahlemy
87 3
Wawancara
B. Gunarto : Ketua Yayasan Pengembanga n Media ; Masyarakat
Masyarakat Punya Kekuatan Besar
Teguh Apriliyanto
Artikel
4
Opini
Metode Dan Analisis Praktis
Metode dan Analisis Praktis Terhadap Pemberitaan Pers
Ashadi Siregar
Opini
5
Diskusi
RUU
RUU Rahasia Negara : Reformasi Setengah Hati
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
6
Kronik Dalam Negeri
Anggota Dewan Pers
Anggota Dewan Pers Periode 2006-2009 Terpilih
Afdal Makkuraga Putra
Tulisan
7
Ensiklopedi
Sosialisme
Sosialisme Ilmiah dan Sosialisme Utopia
Junarto Imam Prakoso
Artikel
Dalam menentukan judul rubrik berdasarkan tema yang telah disepakati dan biasanya didahului dengan mencari materi untuk keperluan pemantauan isi media diantaranya bahan tulisan diperoleh melalui membaca koran, menonton televisi, mendengarkan radio dan konfirmasi lewat telepon untuk menghubungi nara sumber yang kompeten dalam memperoleh informasi yang aktual. Seperti yang di ungkapkan Wenny Pahlemy selaku redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center : ”Artikel diperoleh melalui apa saja seperti undangan dalam diskusi tentang pers atau informasi publik tapi perlu digaris bawahi bukan mengejar berita tentang diskusinya melainkan menuliskan point-point diskusinya,atau bisa juga melalui membaca koran dan majalah, menonton televisi, wawancara dengan narasumber yang berkompeten dalam bidang media guna menggali fakta, copy siaran dalam program televisi atau bisa juga tinjauan perpustakaan”.
88 4.3.4. Tahap Pengendalian (Controlling) Tahap pengendalian yang dilakukan oleh Jurnal Media Watch The Habibie Center dimulai dari hasil editing redaksi pelaksana yang kemudian diserahkan ke pemimpin redaksi untuk memeriksa/mengoreksi kembali agar mencegah terjadinya kesalahan, seperti ejaan kata-kata yang salah, fakta-fakta yang kurang lengkap atau tidak lengkap atau struktur berita atau tulisan yang dirasakan kurang tepat. Pada tahapan ini peran seorang pemimpin redaksi sebagai pembuat keputusan (decision maker) sangat dibutuhkan dalam menentukan artikel, karena naik tidaknya tulisan ditetapkan oleh Pemimpin Redaksi. Setelah hasil koreksi yang diterima dari pemimpin redaksi selesai maka tulisan siap untuk di lay out dengan tujuan untuk mengatur tata letak, warna, gambar dan tipografi lalu langkah selanjutnya mengecek terakhir naskah tulisan agar siap ke percetakan. Pada tahap pengendalian, menurut Andi Makmur Makka, selaku Pemimpin redaksi: “Evaluasi hasil kerja kegiatan keredaksian desk juga sangat penting dilaksanakan dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja agar tetap sejalan dengan kelembagaan, dan harus memastikan kegiatan para analis media benar-benar membawa lembaga kearah tujuan yang telah ditetapkan, melalui pengendalian, pelaksanaan tugas, dan sebagainya”. Jurnal Media Watch THC sudah menjadi rujukan bagi penegakan etika jurnalistik di Indonesia. Namun untuk tetap ‘exist’ dan selalu menjadi rujukan kalangan media, perubahan dan pembenahan
mutlak dilakukan, karena itu
kami menganggap perlunya sejumlah perbaikan.
Salah satunya adalah
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang bisa dilakukan misalnya dengan mengikuti sejumlah pelatihan-pelatihan analisis media.
89 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian tentang Manajemen Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center dalam pemantauan media dan pembuatan berita yang menganalisa pada proses atau tahap-tahapan pembuatan artikel dalam kaitannya dengan pemantauan media Tujuannya dari pemantauan media itu sendiri untuk menetapkan dan mengawasi pelaksaan Kode Etik Jurnalistik dalam kaitannya dengan pemberitaan pers, memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian masalah-masalah ruang lingkup keredaksionalan dan bersikap proporsional terhadap media. Secara singkat tahapan-tahapan pembuatan artikel di Media Watch The Habibie Center dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tahap perencanaan (Planning) Perencanaan (planning) memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan cara menetapkan tujuan , aturan, menyusun rencana dan membahas mengenai tema apa saja yang akan diangkat. Dan para redaksi atau analis media ikut pula memberikan masukan-masukan penting untuk penentuan tema yang akan dijadikan headline. Pada rapat perencanaan ini tim redaksional bertugas mengumpulkan beberapa ide untuk tema yang akan dijadikan bahan berita atau tulisan. Rapat perencanaan ini dihadiri oleh tim Redaksional yaitu pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, dan para redaksi. 2. Tahap pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian (organizing), Redaksi Pelaksana membuat job describtion atau pembagian tugas meliputi proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumber daya dikalangan anggota organisasi
90
Pada tahap pengorganisasian, redaktur pelaksana mulai menugaskan kepada analis media untuk mencari artikel atau tulisan dengan melakukan pengamatan dalam isian media massa sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam tahap perencanaan. 3. Tahap Pelaksanaan (Actuating) Pada tahap ini tim Redaksi Jurnal Media Watch The Habibie Center selain tema yang sudah ditentukan pada tahap perencanaan, redaksi juga menentukan dan menetapkan judul rubrik yang didasari pada tema rubrik di setiap edisinya setelah itu para analis media mulai melaksanakan tugasnya dalam proses pembuatan artikel dengan melakukan pemantauan isi media. Pada tahap pelaksanaan berkaitan tentang kepemimpinan atau lebih kepada alur struktur organisasi dalam melaksanakan tugas seperti dari mulai Penulis ke Redaktur Pelaksana lalu ke Pemimpin Redaksi setelah itu di layout kemudian ke Percetakan dan terakhir ke Distribusi 4. Tahap Pengendalian (Controlling) Tahap pengendalian yang dilakukan oleh Jurnal Media Watch The Habibie Center dimulai dari hasil editing redaktur pelaksana yang kemudian diserahkan ke pemimpin redaksi untuk memeriksa/mengoreksi kembali agar mencegah terjadinya kesalahan, seperti ejaan kata-kata yang salah, fakta-fakta yang kurang lengkap atau struktur tulisan yang dirasakan kurang tepat. Pada tahapan ini peran seorang pemimpin redaksi sebagai pembuat keputusan (decision maker) sangat dibutuhkan dalam menentukan artikel, karena naik tidaknya tulisan ditetapkan oleh PemRed. Setelah hasil koreksi yang diterima dari pemimpin redaksi selesai maka tulisan siap untuk di lay out dengan tujuan untuk mengatur tata letak, warna, gambar dan tipografi lalu langkah selanjutnya mengecek terakhir naskah tulisan agar siap ke percetakan dan di distribusikan.
91
5.2. Saran Dengan memperhatikan hasil penelitian dalam melakukan pemantauan isi media dan pembuatan artikel, peran analis media di Media Watch The Habibie Center dalam membuat sebuah tulisan harus lebih ditekankan pada aspek kajian isi media sebab kajian isi media disebut obyektif jika ketentuanketentuan dalam instrumen yang digunakan dirumuskan dengan kriteria yang dapat menghindari multi interpretasi, sehingga analis media berbeda dengan menjalankan instrumen yang sama atas obyek yang sama akan memperoleh data dan kesimpulan yang sama, dengan derajat error yang rendah. Dan untuk lebih luasnya lagi Media Watch The Habibie Center harus lebih proaktif lagi untuk bekerjasama dengan KPI dan Dewan Pers. Karena pemerintah dalam hal ini Depkominfo masih pasif atau kurang berpartisipasi secara langsung dalam hal pemberitaan media yang semakin marak menginformasikan berita-berita yang diluar jalur atau kaidah hukum jurnalistik, seperti pedoman program penyiaran dan standar program siaran (P3-SPS) dan aturan-aturan lain yang berkaitan dengan pers misalnya UU Pers atau UU Penyiaran. Serta pemerintah harus lebih memperhatikan atas gejala-gejala perilaku anti sosial yang timbul dimasyarakat, dengan membuat undang-undang yang lebih tegas dan tidak hanya menguntungkan para pengusaha media saja. karena generasi muda adalah masa depan bangsa untuk itu pemerintah harus mengambil langka-langkah yang lebih konkrit untuk menghadapi hal ini. Selain itu, pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga independent untuk mengawasi dan mengontrol media, agar tidak keluar dari jalur dalam menayangkan setiap program-program mereka.
92
DAFTAR PUSTAKA
Assegaff, H Djafa’ar. 1982. Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan,. Ghalia Indonesia. Abrar, Ana Nadhiya. 1995. Mengurai Permasalahan Jurnalisme. PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Ardiato, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Albarran, Alan D. 1996. Media Economics: Understanding Markets, Industries, and Concepts. Ames: Iowa State University Press. Djuroto, Totok. 2000. Manajemen Penerbitan Pers, PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya. Bandung. Hardiman, Budi Francisco. 1990. Kritik Ideologi: Pertautan Pengetahuan dan Kepentingan. Kanisius:Yogyakarta Harymurti, Bambang. 2006. dalam artikel Media Watch dan Urgensinya dalam Peningkatan Kualitas
Kemerdekaan Pers
Lexy J,Moeloeng. 2004. Metode Penelitian Kualitatif edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung M. Romli, Asep Syamsul. 1999. Jurnalistik Praktis. PT Remaja Rosdakarya. Bandung McQuail, Denis, Sven Wndahl, 1993. Model Komunikasi. Alih bahasa Putu Laxman Pendit. McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta :Erlangga. Mariani Ina Ratna, Kuncoro H June. 1994. Teknik mencari dan Menulis Berita, Universitas Terbuka.
93 Muladi. 2006. dalam artikel Media Watch dan Urgensinya dalam Peningkatan Kualitas Kemerdekaan Pers
Rakhmat, Jalaludin. 1998. Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung. Siregar, Ashadi. 2006. dkk.dalam artikel Fungsi Media Watch Membangun Kesadaran Bermedia. Kerjasama Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y) Saeful Muhtadi Asep. 1999. Jurnalistik pendekatan Teori dan Praktek. PT Logos Wacana Ilmu, Jakarta. Seto WW, Indiwan. 2003. Dasar-dasar Jurnalistik, Wacana Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (beragama), Jakarta. Setiawan, Bambang. 1995. Metode Penelitian Komunikasi 1, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta. JB. Wahjudi. 1991. Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan Surat Berita, Majalah, Radio, an Televisi, Alumni Bandung. Yusuf, Pawit M. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Yin Robert K. 2000. Studi Kasus (desain dan metode), terjemahan M. Djauzi Murdzakir, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lain-lain : http://www.habibiecenter.or.id www.dewanpers.org http://www.journalist-adventure.com http//:
[email protected]
.