ISSN 2086-4256 DJM 13(3) 161-236 October 2014
DAMIANUS Journal of Medicine VOLUME 13, NOMOR 3, 2014
PUBLISHED SINCE 2002
October 2014
ARTIKEL PENELITIAN 161-172
173-182 183-190 191-198 199-207
PENGARUH BLOK KEDOKTERAN ADIKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA Michael Jaya, Yeremias Jena, Astri Parawita Ayu, Satya Joewana PERSEPSI TERHADAP ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA PESERTA PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI DAN DOKTER UMUM PESERTA PROGRAM INTERNSHIP Mahaputra, Astri Parawita Ayu PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MINIMAL KAFEIN TERHADAP PENINGKATAN ATENSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA Julia Rahadian, Laurensia Scovani GIGI KARIES DAN KELAINAN JARINGAN PERIODONTAL PADA PENGGUNA HEROIN YANG MENJALANI TERAPI RUMATAN METADON Isadora Gracia, Rensa, Minawati, Teguh Sarry Hartono, Surilena
GAMBARAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU PADA PELAJAR SMA REGINA PACIS JAKARTA DENGAN ADIKSI INTERNET Adrian, Ana Lucia Ekowati, Eva Suryani
208-217
WHY ADOLESCENT SMOKE? A CASE STUDY OF NORTH JAKARTA, INDONESIA Regina Satya Wiraharja, Charles Surjadi
TINJAUAN PUSTAKA 218-223
EFEKTIVITAS BERBAGAI PRODUK NICOTINE REPLACEMENT THERAPY SEBAGAI TERAPI UNTUK BERHENTI MEROKOK Bernardus Mario Vito, Irene
LAPORAN KASUS 224-232 KETERGANTUNGAN ALPRAZOLAM PADA LANJUT USIA DENGAN INSOMNIA DAN DEPRESI Surilena
ARTIKEL KHUSUS 233-236
MENGENAL KEDOKTERAN ADIKSI DI NIJMEGEN INSTITUTE FOR SCIENTIST PRACTIONERS IN ADDICTION Eva Suryani, Isadora Gracia
Damianus Journal of Medicine; Vol.13 No.3 Oktober 2014: hlm. 161-172
ARTIKEL PENELITIAN
PENGARUH BLOK KEDOKTERAN ADIKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA THE EFFECT OF ADDICTION MEDICINE BLOCK ON THE PERCEPTION TOWARDS PSYCHOACTIVE SUBSTANCE ADDICTION AMONG MEDICAL STUDENT AT ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA Michael Jaya1, Yeremias Jena2, Astri Parawita Ayu3,4, Satya Joewana3
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440
ABSTRACT
Unit Etika Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440
patient need medical treatment. In fact, most medical doctors do not feel
1
2
Kelompok Studi Kedokteran Adiksi (KSKA) Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440
3
Nijmegen Institute for ScientistPractitioners in Addiction (NISPA) Radboud University Nijmegen, Toernooiveld 5, 6525 ED Nijmegen, Netherlands
4
Background: Addiction is a chronic relapsing brain disease, therefore addicted competence to treat addicted patient and have negative perception towards them. Moreover, medical school is not enough to prepare medical student to be competence in addiction medicine. Since 2009, School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia (AJU) have addiction medicine elective block for their 3rd year medical students. This study is an evaluation of the effect of addiction medicine block toward perception of psychoactive substance addiction among medical student in AJU. Objectives: To know the effect of addiction medicine block on the perception towards psychoactive substance addiction among medical students.
Korespondensi: Astri Parawita Ayu, KSKA Atma Jaya/ NISPA. E-mail: parawitayu@gmail. com
Method: This is a quasi experimental study with pre- and post measurement to measure perception among medical student who attended elective block in AJU. Illness Perception Questionnaire revised version Addiction (IPQ-RA) was used to measure the perception. Result: There were 83 respondents from addiction medicine block (n=31), health care entrepreneurship block (n=21), and palliative medicine block (n=31). Post measurement analysis found significant differences about perception towards addiction between respondent from different block. Compare to their collagues from other elective blocks, respondent from addiction medicine block more agree towards the perception that ‘addiction is a chronic disease’ (p=0.005), ‘I can understand addiction’ (p<0.001), and ‘there are risk factors for addiction’ (p=0.018). Among respondent who attended addiction medicine block, there were significance different about their perception before and after the block, they were more believe that they can understand addiction (p=0.005) and there were risk factors for addiction (p=0.008). Conclusion: Addiction medicine block has significant positive effect towards medical students perception about psychoactive substance addiction. Key Words: addiction education, addiction medicine, medical student, perception
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
161
DAMIANUS Journal of Medicine
ABSTRAK Latar Belakang: Adiksi zat psikoaktif adalah penyakit otak kronis berulang, sehingga perlu penanganan medis. Dokter banyak yang mempunyai persepsi negatif dan tidak kompeten menangani adiksi zat psikoaktif akibat minimnya pendidikan kedokteran adiksi. Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (FKUAJ) mempunyai pendidikan kedokteran adiksi dalam bentuk blok kedokteran adiksi sejak tahun 2009. Studi ini adalah evaluasi mengenai pengaruh blok kedokteran adiksi terhadap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa FKUAJ. Tujuan: Mengetahui efektivitas blok kedokteran adiksi terhadap persepsi mahasiswa kedokteran tentang adiksi zat psikoaktif. Metode: Studi ini berupa kuasi eksperimental dengan evaluasi pre dan post. Subjek adalah mahasiswa FKUAJ yang menjalani blok elektif pada tahun 2013. Instrumen adalah Illness Perception Questionnaire Revised Version Addiction (IPQ-RA). Pengukuran dilakukan pada hari pertama blok dan satu minggu setelah blok selesai. Analisis one way ANOVA dilakukan terhadap variabel blok elektif, subskala persepsi, dan atribusi. Hasil: Penelitian ini melibatkan 83 responden dari blok kedokteran adiksi (n=31), blok health care entrepreneurship (n=21), dan blok kedokteran paliatif (n=31). Hasil yang bermakna didapatkan pada postmeasurement, yaitu mahasiswa blok kedokteran adiksi lebih setuju dengan pernyataan ‘adiksi adalah penyakit kronis’ (p=0,005), ‘saya memahami adiksi’ (p<0,001), dan ‘adanya faktor-faktor risiko yang menyebabkan adiksi’ (p=0,018); dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Didapatkan perbedaan yang bermakna pada mahasiswa yang mengikuti blok kedokteran adiksi sesudah menjalani blok, mereka mempunyai persepsi bahwa mereka lebih memahami adiksi (p=0,005) dan lebih setuju ada faktor-faktor risiko penyebab adiksi (p=0,008). Kesimpulan: Blok kedokteran adiksi mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan persepsi tentang adiksi zat psikoaktif dari mahasiswa yang mengikuti blok tersebut. Kata Kunci: adiksi, mahasiswa kedokteran, pendidikan kedokteran adiksi, persepsi
PENDAHULUAN
mendapatkan penanganan secara medis, serta
Dalam ilmu kedokteran, adiksi zat psikoaktif adalah penyakit kronis berulang yang melibatkan
dokter adalah profesional yang mempunyai peran penting dalam penanganan tersebut.
brain reward sytem (termasuk memori, motivasi,
Kenyataannya, para dokter banyak yang mem-
dan sirkuit otak yang terkait), serta mempunyai
punyai persepsi negatif seperti yang dipercaya
karakteristik khusus, yaitu adanya perilaku
oleh masyarakat umum, yaitu adiksi zat psikoak-
kompulsif untuk mencari dan menggunakan zat
tif adalah perilaku kriminal yang terkait dengan
psikoaktif.1-3 Sebagai sebuah penyakit kronis
masalah moral dan pilihan gaya hidup yang
yang melibatkan otak, adiksi zat psikoaktif perlu
salah, serta bukan suatu penyakit, sehingga tidak
162
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
Pengaruh blok kedokteran adiksi terhadap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
membutuhkan terapi medis.1-7 Persepsi negatif
tahun dan akan meningkat menjadi 2,8% (5,1-5,6
tersebut salah satunya disebabkan oleh kurang-
juta jiwa) pada tahun 2015.13
nya pengetahuan para dokter sebagai akibat dari pendidikan kedokteran adiksi yang sangat terbatas.7-10 Dampak lain dari kurangnya pendidikan kedokteran adiksi adalah dokter tidak siap dan merasa tidak kompeten dalam menangani pasien dengan masalah adiksi zat psikoaktif.8, 9
Dengan kondisi tersebut tentunya masalah adiksi zat psikoaktif di Indonesia juga membutuhkan penanganan secara medis. Faktanya, sejalan dengan studi-studi yang dilakukan di berbagai negara, dokter-dokter di Indonesia juga tidak melihat adiksi sebagai suatu penyakit. Pinxten
Pada akhirnya, persepsi negatif dan kurangnya
et al. melaporkan dari sekitar 200 dokter yang
kompetensi membuat pasien dengan adiksi zat
bekerja di layanan adiksi, hanya 30% yang ber-
psikoaktif tidak mendapatkan penanganan medis
anggapan bahwa adiksi adalah penyakit otak.7
yang optimal bahkan seringkali dokter menolak
Dokter-dokter tersebut sebagian besar hanya
menangani pasien tersebut.9 Penolakan untuk
mendapatkan pelatihan singkat (beberapa hari)
menangani pasien adalah pelanggaran sumpah
mengenai terapi buphrenorphine dan metha-
dokter terutama pada bagian: “I will practice my
done, serta program alat suntik steril; sementara
profession with conscience and dignity; The
ada yang tidak pernah mendapatkan pelatihan
health of my patient will be my first consideration;
apapun di bidang adiksi (17%).7 Pinxten et al.
I will not permit considerations of age, disease or
juga melaporkan tentang masih terbatasnya
disability, creed, ethnic origin, gender, nationality,
pendidikan kedokteran adiksi di Indonesia.7
political affiliation, race, sexual orientation, social standing or any other factor to intervene between my duty and my patient”.11
Sejak tahun 2009, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya (FKUAJ) menyelenggarakan pendidikan kedokteran adiksi dalam bentuk blok
Di Indonesia, adiksi zat psikoaktif khususnya
kedokteran adiksi. Blok tersebut merupakan
yang menggunakan jarum suntik, merupakan
bagian dari kurikulum pendidikan kedokteran di
masalah yang mendapat perhatian cukup be-
tingkat preklinik sebagai blok elektif yang dapat
sar terkait penularan Human Immunodeficiency
dipilih oleh mahasiswa FKUAJ pada semester
Virus (HIV). Walaupun kasus HIV di kalangan
7.14 Berbagai penelitian membuktikan bahwa
pengguna zat psikoaktif suntik semakin menurun
pendidikan kedokteran adiksi dapat menjadi
dalam 4 tahun terakhir, namun kasusnya masih
sarana yang sangat efektif untuk meningkatkan
tetap ada. Kementerian Kesehatan melaporkan
pengetahuan, kompetensi, dan komitmen dari
sampai dengan Maret 2013, ada 457 kasus HIV
dokter dalam menangani pasien dengan ma-
pada pengguna zat psikoaktif suntik.12 Pengguna
salah adiksi zat psikoaktif.15-24 Salah satu yang
zat psikoaktif sendiri masih cukup banyak di In-
diharapkan melalui blok kedokteran adiksi adalah
donesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) pada
membentuk persepsi mahasiswa menjadi lebih
tahun 2008 melakukan estimasi jumlah peng-
positif terhadap adiksi zat psikoaktif dengan me-
guna zat psikoaktif di Indonesia yang mencapai
mandang adiksi tersebut sebagai suatu penyakit
1,99% (3,6 juta jiwa) dari penduduk usia 10-59
kronis yang perlu mendapatkan penanganan
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
163
DAMIANUS Journal of Medicine
secara medis. Tujuan dari penelitian adalah
satu kompetensi tambahan untuk diberikan ke-
melakukan evaluasi untuk menilai apakah blok
pada para peserta didiknya. Sejak tahun 2009
kedokteran adiksi mempunyai pengaruh terha-
dijalankan blok kedokteran adiksi sebagai salah
dap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada
satu blok elektif yang dapat dipilih oleh maha-
mahasiswa FKUAJ.
siswa FKUAJ yang menjalani semester 7. Blok kedokteran adiksi berlangsung selama 5 minggu dan memberikan materi dengan topik-topik ter-
METODE
kait adiksi yang mencakup: sejarah zat psikoaktif
Partisipan
(termasuk terminologi), epidemiologi adiksi, fisi-
Studi ini berupa kuasi eksperimental dengan
ologi, farmakologi, aspek neurobiologi, psikologi
evaluasi pre dan post. Subjek adalah mahasiswa
dan sosiokultural, pencegahan dan deteksi
aktif FKUAJ yang terdaftar dan menjalani blok
dini, dan diagnosis (termasuk komorbiditas dan
elektif pada tahun 2013 serta bersedia menjadi
diagnosis ganda), sindrom klinis, tata laksana
responden dalam penelitian ini. Partisipan pada
(farmakologi dan nonfarmakologi), pendekatan
penelitian ini terbagi dalam 3 kelompok, yaitu
masalah dan program nasional, serta adiksi
mahasiswa yang menjalani blok elektif: 1) Ke-
perilaku.25 Metode penyampaian materi adalah
dokteran Adiksi, 2) Health Care Entrepreneuship
dalam bentuk kuliah, problem-based learning,
(HCE), dan 3) Perawatan Paliatif. Mahasiswa
case-based learning, skills lab, dan kunjungan
dari blok HCE dan Perawatan Paliatif adalah
lapangan.25 Mahasiswa juga diberikan berbagai
kelompok kontrol. Metode yang digunakan un-
macam tugas mandiri dan tugas kelompok seba-
tuk memilih partisipan adalah total population
gai bentuk evaluasi serta ujian tertulis.25
sampling, yaitu semua mahasiswa yang mengikuti blok elektif di FKUAJ pada tahun 2013 dan
Illness Perception Questionnaire Revised
hadir pada saat pengambilan data berlangsung.
version Addiction
Jumlah total partisipan yang mengisi kuesioner
Penelitian ini melakukan evaluasi terhadap per-
pada pengambilan data awal (premeasurement)
sepsi mahasiswa FKUAJ terhadap adiksi zat
adalah 136 orang dan di akhir blok (postmea-
psikoaktif sebelum dan sesudah menjalani blok
surement) 146 orang. Dari jumlah tersebut ada
kedokteran adiksi. Persepsi sebelum dan sesu-
responden yang tidak mengisi kuesioner dengan
dah menjalani blok kedokteran adiksi merupakan
lengkap (lebih dari 3 pertanyaan tidak terisi) dan
salah satu indikator untuk menilai adanya penga-
tidak ada pasangan data pada pre- atau post-
ruh blok kedokteran adiksi pada mahasiswa yang
measurement, sehingga jumlah data yang dapat dianalisis adalah 83.
menjalaninya. Penilaian persepsi terhadap adiksi zat psikoaktif juga dilakukan pada mahasiswa yang menjalani blok elektif lainnya (HCE dan
Pengukuran
perawatan paliatif) untuk menilai ada atau tidak-
Blok Kedokteran Adiksi
nya perbedaan persepsi di antara mahasiswa
FKUAJ memilih kedokteran adiksi sebagai salah
dari masing-masing blok tersebut. Salah satu alat
164
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
Pengaruh blok kedokteran adiksi terhadap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
ukur yang dapat digunakan untuk menilai per-
gejala yang dicantumkan, apakah gejala-gejala
sepsi adalah Illness Perception Questionnaire.
tersebut berhubungan dengan atau dimiliki oleh
Illness Perception Questionnaire adalah kuesioner yang dikembangkan untuk menilai persepsi individu terhadap suatu penyakit. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan teori self regulatory dari Leventhal yang menggambarkan 5 komponen dari illness representation, yaitu identity, consequences, timeline, control/cure, dan cause. 26-27 IPQ mengalami perkembangan menjadi the Revised Illness Perception (IPQ-R) yang juga mengalami adaptasi untuk beberapa penyakit.27 IPQ-R juga dikembangkan untuk evaluasi persepsi individu sehat (IPQ-RH) terhadap penyakit-penyakit tertentu (AIDS, tuberkulosis, dan kanker kulit).28 IPQ-R maupun IPQ-RH menunjukkan internal reliability yang baik, yaitu nilai Cronbach α untuk setiap subskala berkisar antara 0,79-0,89 (IPQ-R) dan 0,64-0,81 (IPQ-RH).27, 28
seorang yang mengalami adiksi zat psikoaktif. Pada bagian kedua dan bagian ketiga, responden memberikan tingkat persetujuannya dengan 5 skala Likert (1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3=netral; 4=setuju; 5=sangat setuju) terhadap pernyataan-pernyataan tentang adiksi zat psikoaktif dan penyebab seseorang mengalami adiksi zat psikoaktif. Luaran dari kuesioner tersebut adalah 7 subskala persepsi, yaitu timeline (adiksi adalah penyakit kronis), consequences (adiksi mempunyai konsekuensi yang buruk), personal control (pasien dapat mengendalikan adiksinya), treatment control (terapi dapat mengendalikan adiksi), illness coherence (saya bisa memahami adiksi), timeline cyclical (adiksi adalah kondisi yang mempunyai siklus berulang), serta emotional representative (adiksi adalah kondisi yang menyebabkan stres emosional). Luaran lain adalah 4 subskala atribusi yang
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
menggambarkan persepsi terhadap penyebab
ini adalah versi bahasa Indonesia dari Illness
dari adiksi, yaitu psychological attribution (adiksi
Perception Questionnaire-revised version Addic-
disebabkan oleh faktor-faktor psikologis); risk
tion (IPQ-RA) untuk menilai persepsi terhadap
factor (ada faktor-faktor risiko yang menyebab-
adiksi zat psikoaktif. Versi bahasa Indonesia ini
kan adiksi); immunity (adiksi disebabkan oleh
telah menjalani proses penerjemahan (forward
gangguan sistem imun); accident and chance
and back translation). Pada penelitian ini kami
(adiksi terjadi dalam kondisi yang tidak disengaja
mendapatkan Cronbach α = 0,665.
dan adanya kesempatan).
IPQ-RA merupakan kuesioner yang harus diisi
Prosedur
sendiri oleh responden. Kuesioner ini terdiri dari
Distribusi kuesioner dilakukan di dalam kelas
3 bagian, yaitu: persepsi responden tentang
kepada seluruh responden. Evaluasi awal dilaku-
gejala yang berhubungan dengan adiksi zat
kan pada hari pertama blok elektif berjalan dan
psikoaktif, persepsi terhadap adiksi zat psikoak-
evaluasi terakhir dilakukan satu minggu setelah
tif, dan persepsi tentang penyebab dari adiksi
blok selesai. Kuesioner yang tidak terisi dengan
zat psikoaktif. Untuk bagian pertama, responden
lengkap (lebih dari 3 pertanyaan tidak terjawab)
memilih setuju atau tidak setuju terhadap gejala-
akan dieksklusi dan tidak diikutsertakan dalam
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
165
DAMIANUS Journal of Medicine
analisis.
Data yang dianalisis secara deskriptif mendapatkan 31 responden (37,3%) mengikuti blok ke-
Analisis Statistik
dokteran adiksi, 21 responden (25,3%) mengi-
Data dari kuesioner yang terisi lengkap kemudian
kuti blok health care entrepreneurship, dan 31
diinput ke dalam program SPSS versi 20 dengan
responden (37,3%) mengikuti blok kedokteran
menggunakan sistem coding. Analisis dilakukan
paliatif. Responden perempuan (n=60) lebih
menggunakan teknik one way ANOVA dengan
banyak dibandingkan laki-laki (n=23). Rentang
7 subskala persepsi dan 4 subskala atribusi
usia responden adalah 20-22 tahun dengan usia
sebagai variabel terikat dan blok elektif sebagai
terbanyak adalah 21 tahun (n=53).
variabel bebas.
Analisis lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan one way ANOVA untuk menilai perbedaan persepsi tentang adiksi zat psikoaktif di antara
HASIL
mahasiswa yang mengambil blok elektif (blok
Dari seluruh mahasiswa yang mengikuti blok
kedokteran adiksi, blok health care entrepre-
elektif pada tahun 2013 dan memenuhi kriteria
neurship, dan blok paliatif). Dari hasil analisis
inklusi (146 mahasiswa), didapatkan 63 res-
data yang diambil sebelum blok elektif berjalan
ponden memenuhi kriteria eksklusi (lebih dari
(premeasurement), didapatkan tidak ada perbe-
3 pertanyaan tidak terjawab), sehingga hanya
daan yang bermakna mengenai persepsi tentang
data dari 83 responden yang dapat dianalisis
adiksi pada mahasiswa dari ketiga blok elektif
lebih lanjut.
tersebut, baik dari subskala persepsi maupun
Tabel 1. Persepsi Mahasiswa terhadap Adiksi (Premeasurement)
Adiksi
(n=31) Rerata SB
Entrepreneurship Paliatif (n=21)
(n=31) Nilai p
Rerata SB Rerata SB
Persepsi Adiksi adalah penyakit kronis
3,7
0,4
3,6
0,4
3,6
0,4
0,811
Adiksi mempunyai konsekuensi yang buruk
4,4
0,4
4,4
0,3
4,3
0,4
0,579
Pasien dapat mengendalikan adiksinya
3,9
0,4
4,0
0,5
3,9
0,5
0,918
Terapi dapat mengendalikan adiksi
3,7
0,4
3,8
0,4
3,7
0,5
0,549
Saya bisa memahami adiksi
3,2
0,6
3,1
0,5
2,9
0,5
0,089
Adiksi adalah kondisi yang mempunyai siklus berulang
3,5 0,4
3,6 0,6 3,3 0,5 0,181
Adiksi adalah kondisi yang menyebabkan stres emosional
4,0 0,6
4,1 0,6 4,0 0,7 0,699
Atribusi Adiksi disebabkan oleh faktor-faktor psikologis
4,3
0,4
4,3
0,4
4,2
0,4
0,901
Ada faktor-faktor risiko yang menyebabkan adiksi
3,4
0,5
3,3
0,4
3,4
0,3
0,890
Adiksi disebabkan oleh gangguan sistem imun
2,4
0,5
2,2
0,8
2,4
0,7
0,679
Adiksi terjadi dalam kondisi yang tidak disengaja dan adanya kesempatan
3,0
0,8
3,0
0,6
3,0
0,8
0,996
166
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
Pengaruh blok kedokteran adiksi terhadap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tabel 2. Persepsi Mahasiswa terhadap Adiksi (Postmeasurement)
Adiksi
(n=31) Rerata SB
Entrepreneurship Paliatif (n=21)
(n=31) Nilai p
Rerata SB Rerata SB
Persepsi Adiksi adalah penyakit kronis 3,8 0,7 3,5 0,3 3,4 0,3 0,005* Adiksi mempunyai konsekuensi yang buruk 4,4 0,6 4,2 0,6 4,2 0,5 0,307 Pasien dapat mengendalikan adiksinya 3,9 0,6 3,9 0,5 3,8 0,5 0,704 Terapi dapat mengendalikan adiksi 3,5 0,6 3,6 0,5 3,6 0,5 0,811 Saya bisa memahami adiksi 3,7 0,6 3,1 0,6 2,9 0,6 <0,001* Adiksi adalah kondisi yang mempunyai siklus berulang 3,3 0,6 3,4 0,4 3,2 0,5 0,359 Adiksi adalah kondisi yang menyebabkan stres emosional 4,0 1,0 4,0 0,6 4,1 0,6 0,740 Atribusi Adiksi disebabkan oleh faktor-faktor psikologis 4,3 0,4 4,3 0,4 4,1 0,5 Ada faktor-faktor risiko yang menyebabkan adiksi 3,7 0,6 3,5 0,4 3,4 0,5 Adiksi disebabkan oleh gangguan sistem imun 2,4 0,6 2,5 0,7 2,4 0,6 Adiksi terjadi dalam kondisi yang tidak disengaja 3,1 1,0 3,0 0,8 3,1 0,8 dan adanya kesempatan
0,100 0,018* 0,703 0,826
* berhubungan bermakna
atribusi. (Tabel 1)
Analisis yang dilakukan khusus pada mahasiswa
Hasil yang bermakna didapatkan pada analisis dari data postmeasurement (sesudah blok elektif berjalan) pada 2 subskala persepsi tentang adiksi zat psikoaktif, yaitu: timeline (adiksi adalah penyakit kronis, p=0,005) dan illness coherence (saya memahami adiksi, p<0,001). Nilai rerata (mean) pada setiap kelompok menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjalani blok kedokteran adiksi mempunyai persepsi, yaitu lebih setuju dengan pernyataan‘adiksi adalah penyakit kronis’ dan ‘saya bisa memahami adiksi’ dibandingkan dengan mahasiswa dari blok elektif lainnya. Pada subskala atribusi, risk factor
yang mengikuti blok kedokteran adiksi (pre-dan postmeasurement) didapatkan perbedaan yang bermakna pada subskala illness coherence (p=0,005) dan risk factor (p=0,008) sebelum dan sesudah mengikuti blok kedokteran adiksi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan persepsi tentang adiksi yang bermakna pada mahasiswa sebelum dan sesudah menjalani blok kedokteran adiksi, yaitu sesudah menjalani blok kedokteran adiksi, mereka mempersepsikan diri mereka lebih memahami adiksi dan lebih setuju bahwa ada faktor-faktor risiko yang menyebabkan adiksi.
(p=0,018) merupakan subskala yang menunjukkan perbedaan bermakna. Perbedaan ini adalah mahasiswa yang menjalani blok kedokteran
PEMBAHASAN
adiksi lebih setuju terhadap pernyataan ‘ada
Penelitian ini mendapatkan hasil adanya perubah-
faktor-faktor risiko yang menyebabkan adiksi’
an yang bermakna dari persepsi tentang adiksi
jika dibandingkan dengan mahasiswa dari blok
zat psikoaktif pada mahasiswa yang menjalani
elektif lainnya. (Tabel 2)
blok kedokteran adiksi di Fakultas Kedokteran Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
167
DAMIANUS Journal of Medicine
Tabel 3. Persepsi Mahasiswa yang Mengikuti Blok Kedokteran Adiksi terhadap Adiksi
Sebelum Sesudah
(n=31)
(n=31) Nilai p
Rerata SB Rerata SB
Persepsi Adiksi adalah penyakit kronis 3,7 0,4 3,8 0,7 0,185 Adiksi mempunyai konsekuensi yang buruk 4,4 0,4 4,4 0,6 1,000 Pasien dapat mengendalikan adiksinya 3,9 0,4 3,9 0,6 0,844 Terapi dapat mengendalikan adiksi 3,7 0,4 3,5 0,6 0,173 Saya bisa memahami adiksi 3,2 0,6 3,7 0,6 0,005* Adiksi adalah kondisi yang mempunyai siklus berulang 3,5 0,4 3,3 0,6 0,278 Adiksi adalah kondisi yang stres secara emosi 4,0 0,6 4,0 1 0,938 Atribusi Adiksi disebabkan oleh faktor-faktor psikologis 4,3 0,4 4,3 0,4 0,565 Adiksi disebabkan oleh faktor-faktor risiko 3,4 0,5 3,7 0,6 0,008* Adiksi disebabkan oleh gangguan sistem imun 2,4 0,5 2,4 0,6 1,000 Adiksi terjadi dalam kondisi yang tidak disengaja 3,0 0,8 3,1 1,0 0,577 dan adanya kesempatan * berhubungan bermakna
Unika Atma Jaya. Hasil yang bermakna terse-
medicine mempunyai persepsi bahwa adiksi
but tampak pada subskala timeline (p=0,005).
adalah sebuah penyakit, sementara pada kelom-
Subskala ini menggambarkan persepsi bahwa
pok kontrol tidak mempunyai persepsi tersebut.20
adiksi adalah penyakit kronis. Mahasiswa pada blok adiksi menunjukkan skor yang lebih tinggi pada subskala ini (3,8) dibandingkan dengan mahasiswa yang menjalani blok elektif lainnya (HCE=3,5 dan paliatif=3,4). Adiksi sebagai sebuah penyakit otak kronis yang berulang belum
Penelitian ini juga mendapatkan bahwa mahasiswa dari blok kedokteran adiksi lebih memahami tentang adiksi dibandingkan mahasiswa yang menjalani blok elektif lainnya. Pada IPQRA, pemahaman tentang adiksi tergambar pada
menjadi persepsi yang berlaku luas bahkan di
subskala illness coherence. Mahasiswa dari
kalangan medis dan salah satu tujuan pendidikan
blok kedokteran adiksi mempunyai skor yang
kedokteran adiksi adalah membentuk persepsi
lebih tinggi (3,2) pada subskala tersebut diban-
tersebut.1,2 Dengan mempunyai persepsi bahwa
dingkan mahasiswa dari blok lainnya (HCE=3,1
adiksi adalah sebuah penyakit diharapkan saat
dan paliatif=2,9). Persepsi bahwa mereka lebih
menjadi dokter nantinya, para mahasiswa mau
memahami adiksi juga dilaporkan pada maha-
memberikan layanan kesehatan bagi orang
siswa sesudah menjalani blok kedokteran adiksi
dengan adiksi zat psikoaktif. Penelitian yang
dibandingkan sebelumnya. Namun demikian,
dilakukan oleh Barron et al. menunjukkan hal
subskala illness coherence tidak dapat meng-
yang sama.20 Penelitian tersebut dilakukan pada
gambarkan secara spesifik mengenai pada
para dokter yang pernah menjalani satu minggu
aspek apa saja seseorang memahami adiksi.
program summer school in addiction medicine
Pemahaman tentang adiksi ini tergambar dari
selama satu minggu. Para dokter yang pernah
pernyataan-pernyataan: 1) Gejala-gejala kondisi
menjalani program summer school in addiction
ini membingungkan bagi saya; 2) Kondisi ini
168
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
Pengaruh blok kedokteran adiksi terhadap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
adalah satu hal yang misterius bagi saya; 3) Saya
substance abuse interclerkship dibandingkan
tidak paham kondisi ini; 4) Kondisi ini tidak masuk
sebelumnya (p<0,001 dan p=0,006).24 Pening-
akal bagi saya; 5) Saya memiliki pemahaman
katan attitude score menunjukkan perubahan
yang jelas terhadap kondisi ini.
sikap yang lebih positif terhadap adiksi.24
Kelompok yang menjalani blok kedokteran adiksi
Hasil positif juga dilaporkan oleh Christison dan
juga lebih mempunyai persepsi bahwa ada faktor-
Haviland pada penelitiannya yang melibatkan
faktor risiko yang memengaruhi adiksi (subskala
134 mahasiswa kedokteran tahun ketiga di Loma
risk factor) dibandingkan dengan mahasiswa
Linda University School of Medicine. Para ma-
dari blok elektif lainnya (p<0,001). Pengaruh
hasiswa tersebut menjalani 1 minggu rotasi di
blok kedokteran adiksi pada subskala risk factor
tempat layanan terapi adiksi sebagai bagian dari
juga diperkuat dengan adanya peningkatan skor
rotasi di kepaniteraan klinik psikiatri. Christison
yang bermakna pada subskala ini saat sebelum
dan Haviland menggunakan Medical Condition
(mean=3,4) dan sesudah (mean=3,7) menjalani
Regards Scale dalam studi mereka. Hasil pene-
blok tersebut. Subskala risk factor berdasarkan
litian menunjukkan adanya peningkatan yang
pada pernyataan-pernyataan di bagian ketiga
bermakna pada regard score terhadap pasien
dari instrumen IPQ-RA, yaitu kemungkinan pe-
dengan adiksi alkohol sesudah menjalani 1
nyebab adiksi: 1) Faktor keturunan-diturunkan
minggu rotasi adiksi dibandingkan sebelumnya.23
dalam keluarga; 2) Pola atau kebiasan makan;
Peningkatan regard score ini menggambarkan
3) Perawatan medis yang buruk di masa lalu; 4)
sikap yang lebih positif terhadap pasien dengan
Perilaku pasien sendiri; 5) Penuaan; 6) Peng-
adiksi alkohol.23
gunaan alkohol; 7) Merokok.
Evaluasi jangka panjang terhadap efektivitas
Adanya pengaruh positif dari pendidikan kedok-
dari pendidikan adiksi dilakukan oleh Barron
teran adiksi (dengan berbagai macam metode
et al. terhadap Betty Ford Institute’s Summer
pendidikan) pada mahasiswa kedokteran juga
Institute for Medical Students (SIMS) yang meru-
dilaporkan dari beberapa studi sebelumnya
pakan program 1 minggu pendidikan adiksi bagi
walaupun studi-studi tersebut menggunakan
mahasiswa kedokteran.20 Penelitian tersebut
metode penelitian dan instrumen yang berbeda
dilakukan setelah para peserta program SIMS
dengan studi di FKUAJ ini. Matthews et al.
lulus fakultas kedokteran dan telah menjalani
melakukan penelitian untuk menilai efektivitas
praktik sebagai dokter. Sebagian besar peserta
dari substance abuse interclerkship yang berupa
program menyatakan lebih berminat untuk
1-2 hari pendidikan kedokteran adiksi untuk ma-
melakukan praktik di bidang adiksi setelah men-
hasiswa kedokteran tahun ketiga di University
jalani program tersebut.20 Dibandingkan dengan
of Massachusetts Medical School.24 Penelitian
kolega mereka yang tidak menjalani program
tersebut mendapatkan adanya peningkatan
SIMS, para peserta program lebih percaya diri
yang bermakna pada knowledge dan attitude
dalam menangani pasien dengan adiksi (mereka
score dari para mahasiswa sesudah menjalani
yakin bahwa mereka mampu menolong pasien
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
169
DAMIANUS Journal of Medicine
dengan masalah adiksi), serta merasa bahwa
siswa yang mengikuti blok tersebut. Perubahan
bekerja dengan pasien adiksi adalah hal yang
persepsi tersebut khususnya pada persepsi
memuaskan.20
bahwa adiksi adalah penyakit kronis dan lebih
Hasil dari penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan adanya pengaruh
memahami adiksi, serta adanya faktor-faktor risiko yang menyebabkan adiksi.
positif dari pendidikan kedokteran adiksi walau-
Di samping hasil positif, penelitian yang meru-
pun dalam aspek yang berbeda-beda. Pendidi-
pakan bagian dari evaluasi blok kedokteran
kan yang diberikan bervariasi mulai dari 1-2 hari
adiksi di FKUAJ ini tentunya tidak lepas dari
interclerkship, 1 minggu rotasi di pusat layanan
keterbatasan, yaitu pada variabel yang dinilai.
adiksi, 1 minggu summer school, sampai 5 ming-
Evaluasi sebuah metode pendidikan sebaiknya
gu blok kedokteran adiksi. Aspek yang dipenga-
menilai beberapa macam variabel, seperti pe-
ruhi pun bervariasi (pengetahuan tentang adiksi,
ngetahuan, sikap, dan persepsi, sehingga efek-
sikap dan persepsi terhadap adiksi/pasien adiksi,
tivitas dari metode pendidikan tersebut bisa lebih
serta kepercayaan diri dalam menangani pasien
tergambarkan. Studi ini hanya menilai persepsi,
adiksi), namun kesemuanya menunjukkan pe-
sehingga tidak bisa menggambarkan efektivitas
rubahan yang lebih positif sesudah menjalani
dari materi yang diberikan terhadap peningkatan
pendidikan dibandingkan sebelumnya.
pengetahuan mahasiswa tentang adiksi. Studi
Pada penelitian ini yang dievaluasi adalah pengaruh blok kedokteran adiksi terhadap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa
ini juga tidak menggambarkan sikap mahasiswa terhadap pasien dengan masalah adiksi sebelum dan sesudah mengikuti blok kedokteran adiksi.
yang menjalani blok tersebut. Penelitian ini
Berdasarkan hasil positif yang didapatkan dari
menunjukkan bahwa blok kedokteran adiksi
penelitian ini dan keterbatasan-keterbatasan
mempunyai pengaruh terhadap persepsi tentang
yang ada, maka ada beberapa hal yang diajukan
adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa FKUAJ
oleh peneliti sebagai saran:
yang menjalani blok tersebut, khususnya pada persepsi bahwa dirinya lebih memahami adiksi, ada faktor-faktor risiko yang menyebabkan adiksi, dan adiksi adalah penyakit kronis.
1. Dilakukan studi lanjutan secara berkala untuk evaluasi efektivitas blok kedokteran adiksi dalam jangka panjang (6 bulan sampai beberapa tahun). 2. Dilakukan studi yang sama pada kelompok mahasiswa yang menjalani blok elektif di
KESIMPULAN
tahun-tahun berikutnya dengan menambah
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menun-
variabel lain untuk menilai pengaruh blok
jukkan adanya pengaruh positif dari pendidikan
kedokteran adiksi terhadap pengetahuan
kedokteran adiksi dalam bentuk blok kedokteran
dan sikap mahasiswa terhadap adiksi zat
adiksi terhadap perubahan persepsi dari maha-
psikoaktif.
170
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
Pengaruh blok kedokteran adiksi terhadap persepsi tentang adiksi zat psikoaktif pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
DAFTAR PUSTAKA
treat patients who have alcohol- and drug-
1. Leshner AI. Addiction is a brain disease, and
related disorders. Acad Med. 2001;7:410-8.
it matters. Science. 1997;278:45-7.
10. James BO, Omoaregba JO. Nigerian medi-
2. Stanbrook MB. Addiction is a disease: We
cal students’ opinions about individuals who
must change our attitudes towards addicts.
use and abuse psychoactive substances.
CMAJ. 2012;184(2):155.
Subst Abuse. 2013;7:109-16.
3. Smith DE. The process addictions and the
11. WIlliams JR. Medical Ethics Manual. Ferney-
new ASAM definition of addiction. J Psycho-
Voltaire Cedex, France: World Medical As-
active Drugs. 2012;44:1-4.
sociation; 2009.
4. Medina-Mora ME. A Shortage of medical
12. Ditjen PP&PL Kemenkes RI. Laporan situ-
doctors to meet the challenges of a growing
asi perkembangan HIV&AIDS di Indonesia
addiction problem in low and middle income
tahun 2013. Jakarta: Direktorat Jendral
countries: The case in Mexico. Addiction.
PP&PL Kementerian Kesehatan Republik
2009;104:176-7.
Indonesia; 2013. Available from: http://
5. Tang Y-L, Wiste A, Mao P-x, Hou Y-z. Attitudes, knowledge, and perceptions of Chinese doctors toward drug abuse. J Subst
pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%204%20 2013.pdf. 13. Badan Narkotika Nasional. Kebijakan dan
Abuse Treat. 2005;29:215-20. 6. Fernando SM, Deane FP, McLeod HJ. Sri Lankan doctors’ and medical undergraduates’ attitudes towards mental illness. Soc Psychiat Epidemiol. 2010;45(7):733-9.
peran BNN untuk HIV & AIDS [Internet]. Jakarta: Badan Narkotika Nasional; 2011. Available from: pernasaids.org/userfiles/4102011/ Pleno%202/Pleno%202.zip.
7. Pinxten WJ, De Jong C, Hidayat T, Istiqomah
14. Joewana S. Buku blok kedokteran adiksi:
AN, Achmad YM, Raya RP, Norviatin D,
dokumen fakultas. Jakarta: Fakultas Kedok-
Siregar IM. Developing a competence-based
teran Unika Atma Jaya; 2012.
addiction medicine curriculum in Indonesia:
15. De Jong C, Luycks L, Delicat JW. The Master
The training needs assessment. Subst Abus.
in Addiction Medicine Program in The Neth-
2011;32(2):101-7.
erlands. Subst Abus. 2011;32(2):108-14.
8. Rasyidi E, Wilkins JN, Danovitch I. Training
16. Strang J, Hunt C, Gerada C, Marsden J.
the next generation of providers in addic-
What difference does training make? A ran-
tion medicine. Psychiatr Clin North Am.
domized trial with waiting-list control of gen-
2012;35:461-80.
eral practitioners seeking advanced training
9. Miller NS, Sheppard LM, Colenda CC, Magen J. Why physicians are unprepared to
in drug misuse. Addiction. 2007;102:163747.
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014
171
DAMIANUS Journal of Medicine
17. Wakeman SE, Baggett MV, Pham-Kanter
23. Christison GW, Haviland MG. Requiring a
G, Campbell EG. Internal medicine resi-
one-week addiction treatment experience in
dents’ training in substance use disorders:
a six-week psychiatry clerkship: Effects on
A survey of the quality of instruction and
attitudes toward substance-abusing patients.
residents’ self-perceived preparedness to
Teach Learn Med. 2003;15(2):93-7.
diagnose and treat addiction. Subst Abus. 2013;34(4):363-370.
24. Matthews J, Kadish W, Barrett SV, Mazor K, Field D, Jonassen J. The impact of a
18. Srivastava A, Kahan M, Jiwa A. Prescription
brief interclerkship about substance abuse
opioid use and misuse: Piloting an educa-
on medical students’ skills. Acad Med.
tional strategy for rural primary care physi-
2002;77:419-26.
cians. Can Fam Physician. 2012;58:e210-e6.
25. Joewana S. Blok elektif kedokteran adiksi:
19. Herie M, Connolly H, Voci S, Dragonetti
Buku blok dokumen fakultas. Jakarta:
R, Selby P. Changing practitioner behavior
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya;
and building capacity in tobacco cessation
2013.
treatment: The TEACH project. Patient Educ Couns. 2012;86:49-56.
26. Weinman J, Petrie KJ, Moss-morris R, Horne R. The illness perception questionnaire:
20. Barron R, Frank E, Gitlow S. Evaluation of an
A new method for assessing the cognitive
experiential curriculum for addiction educa-
representation of illness. Psychol Health.
tion among medical students. J Addict Med.
1996;11(3):431-55.
2012;6(2):131-6.
27. Moss-Morris R, Weinman J, Petrie K, Horne
21. Iannucci R, Sanders K, Greenfield SF. A
R, Cameron L, Buick D. The revised illness
4-year curriculum on substance use disor-
perception questionnaire (IPQ-R). Psychol
ders for psychiatry residents. Acad Psychia-
Health. 2002;17(1):1-16.
try. 2009;33:60-6.
28. Figueiras MJ, Alves NC. Lay perception of
22. Ballon BC, Skinner W. Attitude is a little
serious illnesses: An adapted version of the
thing that makes a big difference: Reflection
Revised Illness Perception Questionnaire
techniques for addiction psychiatry training.
(IPQ-R) for healthy people. Psychol Health.
Acad Psychiatry. 2008;32(3):218-24.
2007;22(2):143-158.
172
Vol. 13, No. 3, Oktober 2014