ISSN 2086-4256 DJM 14(1) 1-88 February 2015
DAMIANUS Journal of Medicine VOLUME 14, NOMOR 1, 2015
PUBLISHED SINCE 2002
February 2015
ARTIKEL PENELITIAN 1 - 18
ELDER CARE FACILITY MENURUT MAHASISWA DAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN Shannia Tritama, Elisabeth Rukmini
19 - 27
UJI BAKTERIOLOGIK AIR OLAHAN RAIN WATER HARVESTING SYSTEM DI SDN PEJAGALAN 01 DAN 02, JAKARTA UTARA Intan Permata Sari, Sandy Vitria Kurniawan, Liling Pudjilestari, Enty
28 - 36 37 - 47 48 - 56 57 - 66
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN PSIKOPATOLOGI PADA PERAWAT RUMAH SAKIT ATMA JAYA Surilena, Stella Levina Kurniawan, R Irawati Ismail PROPORSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENGOBATAN LEBIH DARI ENAM BULAN BERDASARKAN RADIOGRAFI TORAKS Yurika Elizabeth Susanti, Yopi Simargi, Rensa PROPORSI DEFISIT WORKING MEMORY MURID SEKOLAH DASAR DI SDN PEGANGSAAN II/07, JAKARTA UTARA Felicia Nike, Surilena, Tjhin Wiguna, Herlina Uinarni PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG AKUPUNKTUR PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA, JAKARTA Linawati Hananta, Christian Syukur, Nelly Tina Widjaja, Fitria Halim
TINJAUAN PUSTAKA 67 - 79
MELATONIN SEBAGAI ANTIPENUAAN KULIT AKIBAT SINAR ULTRAVIOLET Marcelina Grace Tjondro Putri, Lorettha Wijaya, Poppy K Sasmita
LAPORAN KASUS 80 - 88
NUTRISI PADA TUBERKULOSIS PARU DENGAN MALNUTRISI Florentina M Rahardja
Damianus Journal of Medicine; Vol. 14, No. 1, Februari 2015: hlm. 48-56
ARTIKEL PENELITIAN
PROPORSI DEFISIT WORKING MEMORY MURID SEKOLAH DASAR DI SDN PEGANGSAAN II/07, JAKARTA UTARA PROPORTION OF WORKING MEMORY DEFICIT IN ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS SDN PEGANGSAAN II/ 07, NORTH JAKARTA Felicia Nike1, Surilena2, Tjhin Wiguna3, Herlina Uinarni4
ABSTRACT Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440
1
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440
2
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Pusat 10430
3
Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440
4
Introduction: Working memory deficit can be used as a predictor of a variety problems, such as learning difficulties, as well as behavioural and emotional problems of elementary school students. Objective: To identify working memory deficit proportion of elementary school students at SDN Pegangsaan II/07, North Jakarta. Methods: Cross-sectional descriptive, at 96 elementary school students from I-VI grades obtained by stratified random sampling, conducted in February-August 2014 at SDN Pegangsaan II/07, North Jakarta. Working Memory Rating Scale (WMRS) instrument was used and filled by class custody of honorary or permanent teachers who have worked at least 1 month, while demographic questionnaire was filled by parents, the birth mother. Data analysis was descriptive.
Korespondensi:
Results: 44.8% of elementary school students were detected deficit in working
Surilena, Departemen Psikiatri dan anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. E-mail:
[email protected];
[email protected]
memory, 32.6% was moderate working memory deficit and 67.4% was severe working memory deficit. Working memory deficit is most often found in elementary school students of fourth and sixth grades. The proportion of working memory deficit is more common in boys (53.7%) than girls (38.2%). Boys (41.5%) were found to have more severe working memory deficit than girls (21.8%). Conclusion: The proportion of working memory deficits in elementary school students was quite large and this condition needs more attention to increase the quality of children. Key Words: Children, elementary school, proportion, working memory deficit
ABSTRAK Latar Belakang: Defisit working memory dapat menjadi prediktor berbagai masalah, seperti kesulitan belajar, serta berbagai masalah perilaku dan emosi pada murid sekolah dasar. Tujuan: Mengidentifikasi besar proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta utara. Metode: Deskriptif cross-sectional, pada 96 murid SD kelas I–VI dengan cara stratified random sampling, yang dilakukan pada bulan Februari–Agustus 2014 di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan adalah Working Memory Rating Scale (WMRS) yang diisi oleh guru wali kelas honorer atau tetap
48
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara
yang telah bekerja minimal 1 bulan dan kuesioner demografi diisi oleh orang tua, yaitu ibu kandung. Analisis data bersifat deskriptif. Hasil: 44,8% murid SD mengalami defisit working memory, 32,6% tergolong defisit working memory sedang dan 67,4% murid tergolong defisit working memory berat. Defisit working memory paling banyak dijumpai pada murid SD kelas 4 dan 6. Proporsi defisit working memory lebih banyak dijumpai pada murid laki-laki (53,7%) dibandingkan dengan murid perempuan (38,2%). Anak laki-laki (41,5%) lebih banyak terdeteksi mengalami defisit working memory berat dibandingkan anak perempuan (21,8%). Kesimpulan: Proporsi defisit working memory pada murid sekolah dasar cukup besar dan kondisi tersebut perlu mendapat perhatian agar kualitas anak dapat ditingkatkan. Kata Kunci: Defisit working memory, murid, proporsi, sekolah dasar
PENDAHULUAN
Working memory yang optimal membutuhkan
Belajar merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai sistem dan fungsi di dalam otak, seperti sistem integrasi motorik-sensorik dan fungsi kognitif (termasuk konseptualisasi dan fungsi bahasa). Adanya gangguan pada sistem dan fungsi tersebut akan membuat seorang murid sekolah dasar mengalami kesulitan belajar yang akan berdampak terhadap kualitas hidupnya di kemudian hari.1 Working memory adalah kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi untuk jangka waktu yang singkat.2 Dengan perkataan lain, working memory adalah sistem untuk menyimpan dan mengatur informasi yang dibutuhkan secara temporer untuk memenuhi kebutuhan kognitif yang lebih kompleks, seperti belajar, reasoning, dan pemahaman.3 Memori jangka pendek tidak
kemampuan untuk memperhatikan, mengingat, dan melakukan tindakan terhadap suatu informasi yang sedang berlangsung secara bersamaan.4 Berbeda dengan memori jangka pendek, working memory memerlukan kemampuan untuk menyimpan dan memproses informasi secara bersamaan dalam waktu singkat, sementara memori jangka pendek murni hanya merupakan kemampuan untuk menyimpan informasi dalam waktu singkat saja.5 Kemampuan working memory ini sering dimasukkan dalam kemampuan fungsi eksekutif, yang merupakan hal mendasar dalam kemampuan untuk me nyelesaikan masalah. Selain itu, kemampuan ini juga dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.4,5
hanya berjalan satu arah. Selain memindahkan
Seorang murid sangat memerlukan keterampil-
informasi ke sistem memori jangka panjang,
an working memory yang optimal untuk menger-
memori jangka pendek juga berperan sebagai
jakan aktivitas sehari-harinya. Defisit working
sentral yang mengatur dan mengkoordinasikan
memory akan mengakibatkan gangguan dalam
berbagai sistem.2,3
melakukan tugas sederhana, seperti mengingat Vol. 14, No. 1, Februari 2015
49
DAMIANUS Journal of Medicine
instruksi kelas, hingga pada aktivitas yang lebih
murid sekolah dasar mengalami defisit working
kompleks yang melibatkan fungsi menyimpan
memory.14
dan memproses informasi serta kemampuan untuk bertahan dalam mengerjakan tugas yang lebih sulit.6 Murid dengan defisit working memory sering dianggap sebagai anak yang memiliki rentang perhatian yang buruk dan mudah teralih, tanpa memiliki gejala hiperaktivitas seperti yang terdapat pada anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, yang membuat anak tersebut akan mengalami kesulitan belajar dan masalah perilaku emosional, sehingga prestasi akademik yang dicapai akan berada di bawah teman-teman sekelasnya.7
Defisit working memory sesunggguhnya tidak mudah untuk dideteksi, baik oleh dokter, guru, psikolog, maupun tenaga profesional lainnya. Working Memory Rating Scale (WMRS) pertama kali dibuat oleh Tracy Packiam Alloway pada tahun 2008. Alat ini dapat menilai adanya defisit working memory pada anak usia 5-12 tahun. Selanjutnya Wiguna et al., menerjemahkan WMRS ke dalam Bahasa Indonesia dan melakukan uji validasi.7 Hasil uji diagnostik instrumen WMRS tersebut menunjukkan spesifisitas instrumen yang cukup tinggi, yaitu 67,4%
Alloway menyatakan bahwa intelegensi dan
pada kelompok usia 6-9 tahun dan 92,2% pada
memori merupakan dua komponen penting
usia 10-12 tahun; sedangkan hasil uji reliabili-
dalam proses pembelajaran.8 Berbagai peneli-
tas Cronbach’s Alpha, yakni 0,959. Alat ukur
tian membuktikan bahwa pengukuran working
WMRS terdiri dari 20 item yang diisi oleh guru
memory jauh lebih bermakna untuk menentu-
sekolah dan lamanya mengisi sekitar 5 menit.
kan kemampuan belajar seorang anak diban-
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat-
dingkan dengan pengukuran nilai IQ yang
kan proporsi defisit working memory pada anak
hanya menunjukkan tingkat kecerdasan.9-11
Sekolah Dasar di SDN Pengangsaan II/07, Ja-
Dengan mengetahui kapasitas working memo-
karta Utara.
ry seorang anak saat memulai sekolah, yakni sekitar usia lima tahun, maka dapat diprediksikan kemampuan belajar mereka enam tahun
METODE
ke depan dan lebih jauh lagi juga dapat dipre-
Penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional,
diksi kesuksesan anak tersebut di kemudian
pada 96 murid SD kelas I–VI secara stratified
hari.10,11 Alloway et al., menyatakan bahwa 10%
random sampling, yaitu murid SD kelas IA, II,
dari 3000 anak yang diteliti mengalami defisit
III, IV, dan V masing-masing sebanyak 14 orang
working memory, yang berakibat pada kesulit-
dan murid kelas IB dan VI SD masing-masing
an belajar. Murid sekolah dasar dengan defisit
13 orang di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta
working memory, apabila didiagnosis dan dite-
Utara, pada bulan Februari–Agustus 2014. Kri-
rapi sejak dini, akan memiliki kesempatan un-
teria inklusi penelitian adalah murid sekolah
tuk sukses di bidang akademik yang lebih baik
dasar (usia 6-12 tahun) di SDN Pegangsaan
di kemudian hari.13 Penelitian Tine pada tahun
II/07, Jakarta Utara; laki-laki atau perempuan;
2013 menyatakan bahwa 308 (9,7%) dari 3.189
guru wali kelas (tetap maupun honorer) yang
50
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara
telah bekerja minimal 1 bulan; bersedia menjadi
hun adalah total skor <22,0: tidak defisit work-
responden dan menandatangani informed con-
ing memory; total skor 22,0-24,5: defisit working
sent. Kriteria eksklusi adalah murid SD dengan
memory sedang; dan total skor >24,5: defisit
gangguan psikotik dan retardasi mental. Orang
working memory berat, masing-masing dengan
tua murid diminta untuk mengisi kuesioner de-
kriteria T-score yang sama dengan kelompok
mografi, sedangkan guru wali kelas diminta un-
usia 6-9 tahun. (Tabel 1)
tuk mengisi kuesioner WMRS untuk menentukan defisit working memory pada anak. Analisis data adalah deskriptif analitik (univariat).
Pengukuran defisit working memoy pada murid sekolah dasar dilakukan oleh guru wali kelas dengan mengisi instrumen WMRS. Mayoritas guru wali kelas yang mengisi WMRS adalah perempuan dengan rentang usia 26-52 tahun,
HASIL Penelitian dilakukan di SDN Pegangsaan II/07 yang merupakan tempat pendidikan sekolah dasar negeri (pemerintah) yang tergolong “fa-
pendidikan Strata 1 Sarjana Pendidikan, dan sebagian besar dengan status Pegawai Honorer. (Tabel 2)
vorit”. Jumlah sampel penelitian ini adalah 96
Pada penelitian ini kisaran usia murid SD yang
murid SD kelas I–VI yang terdiri atas murid SD
diteliti adalah usia 6-12 tahun, dengan rerata
kelas IA, II, III, IV, dan V masing-masing seba-
usia 8,8 tahun. Sebagian besar responden
nyak 14 orang dan murid kelas IB dan VI ma-
adalah anak perempuan (56,3%) dan anak
sing-masing sebanyak 13 orang.
laki-laki (43,7%), suku Jawa (39,6%), prestasi
Pengukuran working memory pada penelitian ini dengan menggunakan instrumen WMRS yang dibagi atas 2 kelompok usia, yaitu 6-9 tahun dan 10-12 tahun. Nilai titik potong untuk kelompok usia 6-9 tahun adalah T-score <60 atau
akademik di atas rerata kelas (52,1%,) dan status gizi normal (53,1%). Pendapatan per bulan orang tua murid mayoritas (72,9%) di atas Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta tahun 2014, yaitu Rp 2.400.000,00. (Tabel 3)
total skor <20,8: tidak defisit working memory;
Dari 96 murid SD yang menjadi responden
T-score 60-70 atau total skor 20,8-25,3: defisit
penelitian ini, dijumpai 43 (44,8%) anak dengan
working memory sedang; dan T-score >70 atau
defisit working memory, yaitu 14 (32,6%) murid
total skor >25,3: defisit working memory berat.
dengan defisit working memory sedang dan 29
Nilai titik potong untuk kelompok usia 10-12 ta-
(67,4%) murid dengan defisit working memory
Tabel 1. Nilai Titik Potong WMRS Kelompok usia
Nilai Titik Potong
6-9 tahun (n=62) 10-12 tahun (n=34)
T-score >60
20,8
T-score >70
25,3
T-score >60
22,0
T-score >70
24,5
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
51
DAMIANUS Journal of Medicine
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Wali Kelas di SDN Pegangsaan Dua 07 Pagi Wali Kelas
Jenis Kelamin
Umur (tahun)
Pendidikan
Status
Kelas IA
Perempuan
52
Strata 1
PNS
Kelas IB
Perempuan
33
Strata 1
Honorer
Kelas II
Perempuan
42
Strata 1
Honorer
Kelas III
Perempuan
41
Strata 1
Honorer
Kelas IV
Perempuan
26
Strata 1
Honorer
Kelas V
Perempuan
33
Strata 1
PNS
Kelas VI
Perempuan
34
Strata 1
PNS
Tabel 3. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik Usia
Jumlah (n=96)
Persentase
Kisaran 6-12 tahun (Rerata=8,8)
6 Tahun
3
3,1
7 Tahun
27
28,1*
8 Tahun
12
12,5
9 Tahun
20
20,8
10 Tahun
17
17,7
11 Tahun
11
11,5
12 Tahun
6
6,3
Jenis Kelamin Laki-Laki
42
43,7
Perempuan
54
56,3*
Suku Bangsa Jawa
38
39,6*
Betawi
9
9,4
Sunda
17
17,7
Batak
8
8,3
Tionghoa
5
5,2
Minang
3
3,1
Lain-lain
16
16,7
Di bawah Rerata Kelas
1
1,0
Rerata Kelas
45
46,9
Di atas Rerata Kelas
50
52,1*
10
10,4
Prestasi Akademik
Indeks Massa Tubuh Underweight Normal Range
51
53,1*
Overweight
19
19,8
Obese
16
16,7
Di atas UMR
70
72,9*
Di bawah UMR
26
27,1
Penghasilan Keluarga
*Persentase terbanyak dalam karakteristik demografi 52
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara
berat. Mayoritas anak di dalam penelitian ini
Anak dengan defisit working memory paling
berusia 7 tahun. Defisit working memory paling
banyak dijumpai pada murid SD kelas 4 dan
banyak dijumpai pada murid SD kelas 4 dan 6.
6. Diketahui sebagian besar murid SD kelas 4
Proporsi defisit working memory lebih banyak
(35,7%) mengalami defisit working memory se-
dijumpai pada anak laki-laki (53,7%) diban-
dang, sedangkan murid kelas 6 (57,1%) meng-
dingkan dengan anak perempuan (38,2%).
alami defisit working memory berat. (Tabel 5)
Anak laki-laki (41,5%) lebih banyak dijumpai defisit working memory berat dibandingkan dengan anak perempuan (21,8%). Mayoritas
PEMBAHASAN
anak defisit working memory memiliki prestasi
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi
akademik di bawah rerata kelas (48,3%) dan
anak dengan defisit working memory sebesar
memiliki kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) un-
44,8%; dengan 48,3% di antaranya anak de-
derweight (53,8%). (Tabel 4)
ngan prestasi akademik di bawah rerata ke-
Tabel 4. Distribusi Defisit Working Memory Subjek Penelitian
Karakteristik
Tidak Defisit (n=53)
Defisit Working Memory (n=43) Sedang (n=14)
n
%
n
%
Berat (n=29) n
%
Total
Persentase
Jenis Kelamin Laki-Laki
19
46,3
5
12,2
17
41,5*
41
100,0
Perempuan
34
61,8
9
16,4*
12
21,8
55
100,0
27
73,0
5
13,5
5
13,5
37
100,0
Suku Bangsa Jawa Betawi
3
42,9
1
14,3
3
42,9
7
100,0
Sunda
10
58,8
1
5,9
6
35,3
17
100,0
Batak
5
45,5
1
9,1
5
45,5
11
100,0
Tionghoa
3
42,9
1
14,3
3
42,9
7
100,0
Minang
1
25,0
2
50,0*
1
25,0
4
100,0
Lain-lain
4
30,8
3
23,1
6
46,2*
13
100,0
Di bawah Rerata Kelas
15
51,7
4
13,8*
10
34,5*
29
100,0
Di atas Rerata Kelas
38
56,7
6
9,0
23
34,3
67
100,0
Underweight
6
46,2
1
7,6
6
46,2*
13
100,0
Normal Range
28
57,1
9
18,4
12
24,5
49
100,0
Overweight
12
60,0
0
0,0
8
40,0
20
100,0
Obese
7
50,0
4
28,6*
3
21,4
14
100,0
Di atas UMR
13
54,2
2
8,3
9
37,5*
24
100,0
Di bawah UMR
40
55,6
8
11,1*
24
33,3
72
100,0
Prestasi Akademik
Indeks Massa Tubuh
Penghasilan Keluarga
* Presentase terbanyak defisit working memory
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
53
DAMIANUS Journal of Medicine
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Defisit Working Memory Berdasarkan Kelas Tidak Defisit Working Memory (n=53) Kelas
Defisit Working Memory (n=43) Sedang (n=14)
Berat (n=29)
Total
Persentase
n
%
n
%
n
%
1 SD
18
60,0
6
20,0
6
20,0
30
100,0
2 SD
6
42,9
1
7,1
7
50,0
14
100,0
3 SD
10
71,4
0
0,0
4
28,6
14
100,0
4 SD
7
50,0
5
35,7*
2
14,3
14
100,0
5 SD
8
80,0
0
0,0
2
20,0
10
100,0
6 SD
4
28,6
2
14,3
8
57,1**
14
100,0
*
Persentase Defisit Working Memory sedang terbanyak pada anak kelas 4 SD
**
Persentase Defisit Working Memory berat terbanyak pada anak kelas 6 SD
las. Data mengenai proporsi anak dengan de-
dinilai berdasarkan nilai rerata kelas pada ma-
fisit working memory belum ada di Indonesia.
sing-masing kelas yang kemudian dihitung nilai
Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak
rerata keseluruhan. Keterbatasan penelitian ini
menunjukkan tentang proporsi kesulitan be-
adalah guru wali kelas tidak kooperatif dalam
lajar pada murid sekolah dasar dengan defisit
memberikan data mengenai indeks prestasi
working memory, atau proporsi Attention Defi-
murid pada masing-masing kelas, sehingga
cit Hyperactivity Disorder (ADHD) dengan de-
peneliti mengidentifikasikan prestasi akademik
fisit working memory. Penelitian oleh Wiguna et
anak berdasarkan nilai rerata kelas pada ma-
al., tahun 2012 di Jakarta yang menunjukkan
sing-masing kelas yang kemudian dihitung nilai
proporsi kesulitan belajar pada murid sekolah
rerata keseluruhan. Bila nilai murid di bawah
dasar dengan defisit working memory sebesar
nilai rerata keseluruhan dikategorikan prestasi
28%.7 Anak dengan defisit working memory
buruk, sebaliknya bila di atas nilai rerata kese-
umumnya akan mengalami kesulitan mengolah
luruhan dikategorikan prestasi baik. Pada pene-
materi pembelajaran di kelas, terutama yang
litian ini juga tidak dilakukan skrining lebih da-
dibawakan oleh guru secara verbal, juga meng-
hulu untuk menentukan anak dengan kesulitan
alami kesulitan menyimpan informasi yang di-
belajar atau masalah perilaku dan emosi yang
perlukan agar tugasnya dapat terselesaikan.
merupakan kondisi yang banyak dijumpai pada
Lebih jauh lagi, mereka seringkali mengalami
anak dengan defisit working memory.
kesulitan untuk mengikuti alur belajar yang normal, sehingga mereka kurang atensi atau kurang konsentrasi, mudah lupa terhadap instruksi yang diberikan guru ataupun orang tuanya, dan akhirnya menghasilkan prestasi akademik buruk di kelasnya.15
sekolah dasar cukup besar pada salah satu sekolah dasar negeri di Jakarta. Kondisi tersebut menunjukkan besaran masalah yang dihadapi oleh murid sekolah dasar adalah sangat besar dan hal tersebut mungkin dihadapi juga
Prestasi akademik murid pada penelitian ini 54
Proporsi defisit working memory pada murid
oleh murid sekolah dasar di tempat lainnya di
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara
Indonesia. Dengan demikian, intervensi dini
cent psychiatry a comprehensive textbook.
yang optimal tentunya perlu dirancang dan di-
4th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippin-
implementasikan pada anak dengan masalah
cott Williams & Wilkins. 2008;357–70.
tersebut, sehingga kualitas dan produktivitas mereka dapat dikembalikan secepat mungkin.
3. Colom R, Abad FJ, Quiroga A, Shih PC, Mendoza CF. Working memory and intelligence are highly related constructs, but why?. Intelligence. 2008;36:584–606.
KESIMPULAN Proporsi defisit working memory pada murid sekolah dasar cukup besar, yaitu 44,8%, dan kondisi tersebut perlu mendapat perhatian yang serius agar kualitas anak dapat ditingkatkan.
4. Alloway TP. Working memory and executive function profiles of individuals with borderline intellectual functioning. J Intellect Disabil Res. 2010;54(5):448–56.
Masalah defisit working memory pada murid
5. Rosenberg SA, Zhang D, Robinson CC.
sekolah dasar masih belum banyak dikenali,
Prevalence of developmental delays and
baik oleh guru sekolah maupun orang tua. Oleh
participation in early intervention service
karena itu, perlu adanya deteksi dini mengenai
for young children. Pediatrics. 2008;121(6):
defisit working memory pada murid sekolah
1503–9.
dasar agar dampak lanjut defisit working memory dapat dievaluasi lanjut oleh guru sekolah atau guru bimbingan konseling. Dampak lanjut defisit working memory, seperti gangguan belajar, gangguan perilaku dan emosi, dan lain sebagainya, dapat dirujuk pada dokter spesialis anak, psikolog, psikiater, atau psikiater anak
6. Douglas VI. Cognitive deficit in children with attention deficit hyperactivity disorder: a long term follow-up. Canadian Psychology/ Psychologie cannadienne. 2005;46(1):2331. 7. Wiguna T, WR NS, Kaligis F. Uji diagnostik Working Memory Rating Scale (WMRS)
dan remaja.
versi bahasa Indonesia dan proporsi anak Sekolah Dasar dengan kesulitan belajar DAFTAR PUSTAKA
dan defisit working memory di Jakarta. Sari
1. van Londen WM, Juffer F, van Ijzendoorn
Pediatri. 2012;14(3):191–7.
MH. Attachment, cognitive, and motor de-
8. Alloway TP. Working memory but not IQ
velopment in adopted children: Short-term
predicts subsequent learning in children
outcomes after international adoption. J Pe-
with learning difficulties. J Psychol Assess.
diatry Psychol. 2007;32(10):1249–58
2009;25:92– 8.
2. Tsatsanis KD. Psychological and neuropsy-
9. Kamijo K, Khan NA, Pontifex MB, Scud-
chological assessment of children. In: Mar-
der MR, Drollette ES, Raine LB, et al. The
tin A, Volkmar FR. Lewis’s child and adoles-
relation of adiposity to cognitive control
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
55
DAMIANUS Journal of Medicine
and Scholastic Achievement in Preado-
J. The memory rating scale: A class room–
lescent Children. Obesity (Silver Spring).
based behavioural assessment of working
2012;20(12):2406–11.
memory. Learn Individ Differ. 2009;19:242–
10. Maehler C, Schuchardt K. Working memory
5.
functioning in children with learning disabili-
14. Tine M. Working memory differences be-
ties: does intelligence make a difference. J
tween children living in rural and urban pov-
Intellect Disabil Res. 2009;53(1):3-10.
erty. J Cogn Dev. 2014;15(4):599–613.
11. Vuontela V, Steenari MR, Carlson S,
15. Beauchamp MH, Thompson DK, Howard K,
Koivisto J, Fjällberg M, Aronen ET. Audio-
Doyle LW, Egan GF, Inder TE, et al. Pre-
spatial and visuospatial working memory in
term infant hippocampal volumes correlate
6-13 year old school children. Learn Mem.
with later working memory deficits. Brain.
2003;10(1):74–81.
2008;131(11):2986–94.
12. Henckens MJ, Hermans EJ, Pu Z, Joels
16. Liew J, Chen Q, Hughes JN. Child effortful
M, Fernandez G. Stressed memories: how
control, teacher–student relationships, and
acute stress affects memory formation in
achievement in academically at-risk chil-
humans. J Neurosci. 2009; 29(32):10111–
dren: Additive and interactive effects Early
9.
Child Res Q. 2010;25(1):51–64.
13. Alloway TP, Gathercole S, Kirkwood H, Elliot
56
Vol. 14, No. 1, Februari 2015